IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu...

13
24 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Tempat tersebut kira-kira berjarak 1,5 jam perjalanan (50 km) di sebelah Timur Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja ( purposive), dengan pertimbangan bahwa TWA Grojogan Sewu merupakan tempat wisata yang paling popular dan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tempat ini memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan yang dapat menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Maret-April 2012. 4.2 Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data diperoleh melalui survey lapang dengan pengamatan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Wawancara dilakukan kepada pengunjung TWA Grojogan Sewu yang ditemui pada saat penelitian. Jumlah sampel untuk wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebanyak 100 orang. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap unit usaha yaitu sebanyak 30 responden unit usaha, dimana responden unit usaha tersebut sudah memenuhi keterwakilan dari seluruh jenis unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata, dan untuk tenaga kerja sekitar lokasi wisata sebanyak 40 orang. Penetapan sampel yang digunakan di dasarkan pada kaidah pengambilan sampel secara statistik yaitu sebanyak 30 responden (Walpole, 1993).Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang diolah

Transcript of IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu...

Page 1: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

24

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA)

Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu,

Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Tempat tersebut kira-kira berjarak 1,5 jam perjalanan (50 km) di sebelah Timur

Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

pertimbangan bahwa TWA Grojogan Sewu merupakan tempat wisata yang paling

popular dan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tempat ini memiliki

potensi yang besar untuk terus dikembangkan yang dapat menimbulkan dampak

ekonomi bagi masyarakat setempat. Pengambilan data di lapangan dilakukan

mulai bulan Maret-April 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data diperoleh melalui survey lapang dengan pengamatan

wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Wawancara

dilakukan kepada pengunjung TWA Grojogan Sewu yang ditemui pada saat

penelitian. Jumlah sampel untuk wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu

sebanyak 100 orang. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap unit usaha

yaitu sebanyak 30 responden unit usaha, dimana responden unit usaha tersebut

sudah memenuhi keterwakilan dari seluruh jenis unit usaha yang berada di sekitar

lokasi wisata, dan untuk tenaga kerja sekitar lokasi wisata sebanyak 40 orang.

Penetapan sampel yang digunakan di dasarkan pada kaidah pengambilan sampel

secara statistik yaitu sebanyak 30 responden (Walpole, 1993).Adapun data yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang diolah

Page 2: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

25

baik secara kuantitatif dan kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data

primer yang dibutuhkan antara lain karakteristik wisatawan, pendapatan unit

usaha, dan keterlibatan masyarakat lokal.

Data sekunder diperoleh dari pengelola Taman Wisata Alam Grojogan

Sewu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, buku referensi,

jurnal, internet, dan studi pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait

dengan fungsi permintaan wisata dan dampak ekonomi wisata. Data sekunder

yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah kunjungan tahunan

wisatawan, gambaran umum lokasi wisata berupa sejarah, status, keadaan fisik

luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta informasi lain yang menunjang

penelitian.

4.3 Metode pengambilan Sampel

Metode pengambilan contoh terhadap pengunjung menggunakan metode

non-probability sampling yaitu semua obyek penelitian tidak mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden. Unsur populasi yang

terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain

yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti (Mustafa, 2000). Responden

dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel diambil

dengan maksud dan tujuan tertentu. Responden pengunjung adalah mereka yang

berusia 16 tahun keatas dan sedang melakukan kegiatan wisata di Taman Wisata

Alam Grojogan Sewu. Usia 16 tahun keatas dipilih karena dinilai dapat

berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah

untuk mendapatkan data yang diperlukan.

Page 3: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

26

Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha, tenaga kerja, serta

masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling. Responden

tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan

keterwakilan dari jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata, diantaranya

seperti unit usaha kios makanan dan minuman, souvenir, dan asongan.

Pengambilan contoh responden untuk masyarakat dan tenaga kerja sekitar juga

melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang dimaksud

peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan TWA

Grojogan Sewu dan memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata.

4.4 Metode dan Prosedur Analisis

Analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Data yang telah

terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk

gambar atau grafik perhitungan matematik. Metode analisis data yang digunakan

pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Matriks Metode Analisis Data 1. 2. 3. 4.

Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Grojogan Sewu. Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat adanya kegiatan wisata sekitar TWA Grojogan Sewu. Mengidentifikasi dampak lingkungan yang diterima oleh masyarakat sekitar akibat dari adanya kegiatan wisata di sekitar TWA Grojogan Sewu.

Sumber Data

Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner.

Analisis Data

Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif . Analisis regresi berganda. Keynesian Income Multiplier. Analisis deskriptif kualitatif.

Page 4: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

27

4.4.1 Analisis Deskriptif

Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini adalah suatu metode

dalam meneliti status manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. Metode

deskriptif menurut Whitney (1960) dalam Nazir (2003), merupakan pencarian

fakta dengan interpretasi yang tepat. Selain itu, metode deskriptif ini memiliki

tujuan dalam membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki. Metode analisis ini digunakan untuk menjawab hampir seluruh tujuan

penelitian yang akan dilakukan. Penjelasan secara deskriptif berdasarkan

informasi dan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung.

4.4.2 Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dari Permintaan Pariwisata

TWA Grojogan Sewu.

Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan menggunakan pendekatan biaya perjalanan yang

merupakan pendekatan untuk menilai barang dan jasa yang tidak memiliki harga

seperti lingkungan, taman umum, dan juga tempat rekreasi. Menurut Hufschmid

et.al (1987) pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan

mengukur nilai dari tempat tertentu. Pendekatan ini dikembangkan untuk menilai

manfaat yang diperoleh konsumen dalam memanfaatkan jasa lingkungan atau

barang yang tidak memiliki nilai atau bernilai rendah. Dimana, inti dari

pendekatan ini adalah bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat wisata akan

mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang.

Page 5: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

28

Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ke Taman

Wisata Alam Grojogan Sewu tiap individu per tahun kunjungan, yaitu:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + ε

dimana:

Y = Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu (jumlah kunjungan/tahun)

X1 = Umur responden (tahun) X2 = Pendapatan responden (rupiah) X3 = Jarak tempuh ke TWA Grojogan Sewu (km) X4 = Biaya perjalanan responden dari rumah ke lokasi wisata (rupiah) X5 = Jumlah tanggungan responden (orang) X6 = Dummy aksesibilitas menuju lokasi wisata X7 = Dummy daya tarik wisata ε = Error term b1-b7 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X7

Hipotesis dari model regresi linear berganda jumlah kunjungan wisatawan

adalah sebagai berikut:

1. Tanda koefisen untuk umur (X1) adalah negatif. Artinya semakin muda umur

responden akan meningkatkan jumlah kunjungan. Hal ini sesuai dengan

keadaan kondisi fisik di lokasi wisata yaitu di daratan tinggi dan berupa

pegunungan. Sehingga kelompok yang berusia muda dan memiliki stamina

kuat yang dapat menikmati obyek wisata ini.

2. Tanda koefisien untuk pendapatan (X2) adalah positif. Artinya semakin tinggi

tingkat pendapatan seseorang akan meningkatkan jumlah kunjungan.

Pendapatan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan untuk melakukan

kegiatan rekreasi. Seseorang yang berpendapatan lebih tinggi akan lebih sering

melakukan kegiatan wisata dibandingkan dengan seseorang yang

berpenghasilan rendah.

Page 6: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

29

3. Tanda koefisien untuk jarak (X3) adalah negatif. Artinya bertambahnya jarak

tempat tinggal wisatawan ke lokasi wisata akan menurunkan rata-rata

pendapatan yang diperoleh. Hal tersebut karena jika seseorang bertempat

tinggal jauh dari kawasan, maka ia akan mengeluarkan biaya yang lebih besar

untuk menuju lokasi wisata sehingga mengurangi frekuensi kunjungannya.

4. Tanda koefisien untuk biaya perjalanan (X4) adalah negatif. Artinya semakin

besar biaya perjalanan yang dikeluarkan seseorang akan menurunkan jumlah

kunjungannya. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa

apabila harga semakin meningkat, maka konsumen akan mengurangi jumlah

barang yang dikonsumsinya.

5. Tanda koefisien untuk jumlah tanggungan (X5) adalah negatif. Artinya

peningkatan jumlah tanggungan akan menurunkan jumlah kunjungan

wisatawan, dimana jika jumlah tanggungan semakin besar maka wisatawan

akan semakin besar dalam mengeluarkan biaya perjalannya.

6. Tanda koefisien untuk aksesibilitas menuju lokasi wisata (X6) adalah positif.

Artinya semakin baik kondisi perjalanan menuju lokasi wisata, wisatawan akan

meningkatkan jumlah kunjungannya.

7. Tanda koefisien untuk daya tarik di lokasi wisata (X7) adalah positif. Artinya

semakin menarik daya tarik yang ditawarkan oleh TWA Grojogan Sewu, maka

akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

4.4.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh

antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Page 7: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

30

Asumsi model regresi linear berganda sangat mirip dengan asumsi model regresi

linear sederhana, yaitu:

1. Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan:

Y= β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + ..... + βkXki + εi

2. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan,

bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antar

peubah bebas Xk.

a. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan

ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var (εi) = σ2.

b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov

(εi, εj) = 0 untuk i≠j.

c. Komponen sisaan menyebar normal.

4.4.2.2 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda

Pemenuhan Asumsi dalam regresi linear berganda perlu dilakukan untuk

mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang

perlu dilakukan ialah (Firdaus, 2004):

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah error term dari data

observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji

tersebut dapat dilakukan dengan “normality test” pada residual hasil persamaan

model. Jika dalam grafik hasil uji tersebut keberadaan tititk-titik pada garis

berbentuk linear dan didapat P-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi

kenormalan dapat terpenuhi.

Page 8: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

31

2. Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh

dari hasil perhitungan dengan OLS berbeda secara signifikan dengan nilai

parameter tertentu atau tidak (Firdaus, 2004). Prosedur pengujiannya sebagai

berikut:

H0 : bi = 0 artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel tidak bebasnya (Yi).

H1 : bi ≠ 0 artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebasnya (Yi).

Rumus untuk mencari t hitung sebagai berikut:

thitung = b – γ Sγ

Jika thitung > ttabel, maka terima H0, artinya variabel bebas (Xi) tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

Jika thitung < ttable, maka tolak H0, artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh

nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

3. Uji Statistik F

Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan,

pengujian ini menunjukan apakah semua variabel yang dimasukan kedalam model

memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Langkah-langkah pengujian statistik F

1) Membuat Hipotesa.

H0 : β1=β2=0

H1 : β1≠β2≠β3=β4=0

2) Kriteria.

Page 9: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

32

H0 akan diterima dan H1 akan ditolak bila F-stat < F-tabel.

H0 akan ditolak dan H1 akan diterima bila F-stat > F-tabel.

3) Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel

4. Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada

hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika

hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut

berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas

muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi

tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat

Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat

dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model.

5. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (εi) sama atau

homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (εi) = E(εi2) = σi

2 untuk tiap

pengamatan ke-1 dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan

ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas

dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji

Gleiser, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quadant dan white test.

6. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara

serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section).

Nilai statistik Durbin Waston berada pada kisaran 0 hingga 4, dan jika nilainya

Page 10: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

33

mendekati dua maka menunjukan tidak adanya auto korelasi ordo kesatu.

Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW).

H0 tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif

H1 terdapat serial autokorelasi

Tolak H0 jika d < dL atau d > 4 – dL dan terima H0 jika dU < d < 4 – dU.

4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu,

Karanganyar

Analisis akan dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan

wisata (META, 2001). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah:

(1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit

usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh

unit usaha tersebut (full time, part time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran

arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, (4) tipe dan

kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam

wilayah, dan (5) rencana investasi ke depan. Sejumlah informasi tersebut

diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact)

dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya

sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan

oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan.

Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia

barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak

ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2)

jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari

pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, (4) kondisi pekerjaan

sebelum bekerja di unit usaha ini, dan (5) pelatihan atau kursus yang pernah

Page 11: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

34

diikuti. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Adapun informasi penting

yang terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan

biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut.

Informasi yang didapat dari responden (pengunjung, unit usaha, tenaga

kerja lokal dan masyarakat lokal) akan diperoleh informasi mengenai pengeluaran

pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang memberikan dampak

langsung, tidak langsung, dan lanjutan (induced) bagi perekonomian masyarakat

lokal. Dampak ekonomi ini akan dapat diukur dengan menggunakan efek

pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Menurut META (2001) dalam

mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal

terdapat dua tipe pengganda, yaitu:

1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa

besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan

masyarakat lokal.

2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar

dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak

terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak

langsung (indirect) dan dampak induced.

Masih menurut META (2001), secara matematis dapat dirumuskan:

Keynesian Income Multiplier = D + N + U

E

Ratio Income Multiplier, Tipe 1 = D + N

D

Ratio Income Multipler, Tipe 2 = D + N + U

D

dimana:

E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)

D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah)

Page 12: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

35

N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah)

U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)

Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe 1,

Ratio Income Multiplier Tipe 2, memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka

lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi

terhadap kegiatan wisatanya.

2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka

lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah.

3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka

lokasi tempat wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi

terhadap kegiatan wisatanya.

Setelah identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari obyek wisata

ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi

tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi

masyarakat sekitar obyek wisata. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi

Pemerintah Daerah untuk pengembangan obyek wisata secara berkelanjutan.

Perhitungan nilai multiplier akan dilakukan dengan bantuan program komputer

Microsoft Excel 2007.

4.4.4 Analisis Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata di TWA

Grojogan Sewu, Karanganyar

Dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan wisata di Taman Wisata

Alam Grojogan Sewu, akan diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif

kualitatif. Adapun indikator yang digunakan untuk menilai bagaimana dampak

lingkungan yang disebabkan dari kegiatan wisata dapat dilihat dari bagaimana

Page 13: IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63075/4/BAB IV... · jurnal, internet, dan studi ... non-probability sampling yaitu semua

36

persepsi masyarakat sekitar, pengunjung, dan unit usaha mengenai keadaan

lingkungan di sekitar lokasi. Indikator yang dinilai yaitu seperti tingkat

kebersihan, keadaan kualitas air, kebisingan, dan polusi yang ditimbulkan.

Untuk melihat bagaimana kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan

Sewu, para responden diminta menjawab pertanyaan mengenai bagaimana

persepsi mereka terhadap keadaan kualitas lingkungan yang dapat diurutkan

menjadi sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk. Adapun indikator yang

digunakan untuk persepsi kualitas lingkungan dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai

berikut:

Tabel 7. Indikator Persepsi Kualitas Lingkungan dari Keberadaan TWA

Grojogan Sewu No Indikator Penilaian Keterangan

1. Kebersihan

Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk

Tidak terdapat sampah sama sekali, nyaman, sangat bersih, tidak timbul bau sama sekali.

Masih terdapat sampah namun tetap terlihat bersih, nyaman, tidak timbul bau sama sekali.

Sampah mulai terlihat banyak, cukup kotor, tidak nyaman, tidak timbul bau.

Banyak sampah, sangat kotor, menimbulkan bau, sangat tidak nyaman.

2. Kualitas Udara

Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk

Terasa sangat segar, sangat sejuk, sangat bersih, tidak berbau. Terasa segar, sejuk, bersih, tidak berbau. Cukup segar, mengganggu pernafasan, berpolusi. Kotor dan berpolusi.

3. Kualitas Air

Sangat Baik

Baik

Buruk

Sangat Buruk

Sangat jernih, bersih, menyegarkan, tidak berbau. Jernih, bersih, tidak berbau. Cukup kotor, agak berwarna coklat, tidak berbau. Sangat kotor, berwarna coklat, bau.

4. Kebisingan

Menganggu

Tidak Mengganggu

Berisik, lokasi wisata sangat dipadati oleh penggunjung, wisatawan merasa tidak nyaman ketika beraktivitas.

Jumlah pengunjung tidak terlalu banyak, wisatawan merasa nyaman dalam beraktivitas.