IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu...
Transcript of IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu...
24
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA)
Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu,
Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Tempat tersebut kira-kira berjarak 1,5 jam perjalanan (50 km) di sebelah Timur
Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan
pertimbangan bahwa TWA Grojogan Sewu merupakan tempat wisata yang paling
popular dan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tempat ini memiliki
potensi yang besar untuk terus dikembangkan yang dapat menimbulkan dampak
ekonomi bagi masyarakat setempat. Pengambilan data di lapangan dilakukan
mulai bulan Maret-April 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data diperoleh melalui survey lapang dengan pengamatan
wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Wawancara
dilakukan kepada pengunjung TWA Grojogan Sewu yang ditemui pada saat
penelitian. Jumlah sampel untuk wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
sebanyak 100 orang. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap unit usaha
yaitu sebanyak 30 responden unit usaha, dimana responden unit usaha tersebut
sudah memenuhi keterwakilan dari seluruh jenis unit usaha yang berada di sekitar
lokasi wisata, dan untuk tenaga kerja sekitar lokasi wisata sebanyak 40 orang.
Penetapan sampel yang digunakan di dasarkan pada kaidah pengambilan sampel
secara statistik yaitu sebanyak 30 responden (Walpole, 1993).Adapun data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang diolah
25
baik secara kuantitatif dan kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data
primer yang dibutuhkan antara lain karakteristik wisatawan, pendapatan unit
usaha, dan keterlibatan masyarakat lokal.
Data sekunder diperoleh dari pengelola Taman Wisata Alam Grojogan
Sewu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, buku referensi,
jurnal, internet, dan studi pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait
dengan fungsi permintaan wisata dan dampak ekonomi wisata. Data sekunder
yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah kunjungan tahunan
wisatawan, gambaran umum lokasi wisata berupa sejarah, status, keadaan fisik
luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta informasi lain yang menunjang
penelitian.
4.3 Metode pengambilan Sampel
Metode pengambilan contoh terhadap pengunjung menggunakan metode
non-probability sampling yaitu semua obyek penelitian tidak mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden. Unsur populasi yang
terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain
yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti (Mustafa, 2000). Responden
dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel diambil
dengan maksud dan tujuan tertentu. Responden pengunjung adalah mereka yang
berusia 16 tahun keatas dan sedang melakukan kegiatan wisata di Taman Wisata
Alam Grojogan Sewu. Usia 16 tahun keatas dipilih karena dinilai dapat
berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah
untuk mendapatkan data yang diperlukan.
26
Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha, tenaga kerja, serta
masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling. Responden
tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan
keterwakilan dari jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata, diantaranya
seperti unit usaha kios makanan dan minuman, souvenir, dan asongan.
Pengambilan contoh responden untuk masyarakat dan tenaga kerja sekitar juga
melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang dimaksud
peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan TWA
Grojogan Sewu dan memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata.
4.4 Metode dan Prosedur Analisis
Analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Data yang telah
terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk
gambar atau grafik perhitungan matematik. Metode analisis data yang digunakan
pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks Metode Analisis Data 1. 2. 3. 4.
Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Grojogan Sewu. Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat adanya kegiatan wisata sekitar TWA Grojogan Sewu. Mengidentifikasi dampak lingkungan yang diterima oleh masyarakat sekitar akibat dari adanya kegiatan wisata di sekitar TWA Grojogan Sewu.
Sumber Data
Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner.
Analisis Data
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif . Analisis regresi berganda. Keynesian Income Multiplier. Analisis deskriptif kualitatif.
27
4.4.1 Analisis Deskriptif
Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini adalah suatu metode
dalam meneliti status manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. Metode
deskriptif menurut Whitney (1960) dalam Nazir (2003), merupakan pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat. Selain itu, metode deskriptif ini memiliki
tujuan dalam membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Metode analisis ini digunakan untuk menjawab hampir seluruh tujuan
penelitian yang akan dilakukan. Penjelasan secara deskriptif berdasarkan
informasi dan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung.
4.4.2 Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dari Permintaan Pariwisata
TWA Grojogan Sewu.
Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan menggunakan pendekatan biaya perjalanan yang
merupakan pendekatan untuk menilai barang dan jasa yang tidak memiliki harga
seperti lingkungan, taman umum, dan juga tempat rekreasi. Menurut Hufschmid
et.al (1987) pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan
mengukur nilai dari tempat tertentu. Pendekatan ini dikembangkan untuk menilai
manfaat yang diperoleh konsumen dalam memanfaatkan jasa lingkungan atau
barang yang tidak memiliki nilai atau bernilai rendah. Dimana, inti dari
pendekatan ini adalah bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat wisata akan
mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang.
28
Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ke Taman
Wisata Alam Grojogan Sewu tiap individu per tahun kunjungan, yaitu:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + ε
dimana:
Y = Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu (jumlah kunjungan/tahun)
X1 = Umur responden (tahun) X2 = Pendapatan responden (rupiah) X3 = Jarak tempuh ke TWA Grojogan Sewu (km) X4 = Biaya perjalanan responden dari rumah ke lokasi wisata (rupiah) X5 = Jumlah tanggungan responden (orang) X6 = Dummy aksesibilitas menuju lokasi wisata X7 = Dummy daya tarik wisata ε = Error term b1-b7 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X7
Hipotesis dari model regresi linear berganda jumlah kunjungan wisatawan
adalah sebagai berikut:
1. Tanda koefisen untuk umur (X1) adalah negatif. Artinya semakin muda umur
responden akan meningkatkan jumlah kunjungan. Hal ini sesuai dengan
keadaan kondisi fisik di lokasi wisata yaitu di daratan tinggi dan berupa
pegunungan. Sehingga kelompok yang berusia muda dan memiliki stamina
kuat yang dapat menikmati obyek wisata ini.
2. Tanda koefisien untuk pendapatan (X2) adalah positif. Artinya semakin tinggi
tingkat pendapatan seseorang akan meningkatkan jumlah kunjungan.
Pendapatan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan untuk melakukan
kegiatan rekreasi. Seseorang yang berpendapatan lebih tinggi akan lebih sering
melakukan kegiatan wisata dibandingkan dengan seseorang yang
berpenghasilan rendah.
29
3. Tanda koefisien untuk jarak (X3) adalah negatif. Artinya bertambahnya jarak
tempat tinggal wisatawan ke lokasi wisata akan menurunkan rata-rata
pendapatan yang diperoleh. Hal tersebut karena jika seseorang bertempat
tinggal jauh dari kawasan, maka ia akan mengeluarkan biaya yang lebih besar
untuk menuju lokasi wisata sehingga mengurangi frekuensi kunjungannya.
4. Tanda koefisien untuk biaya perjalanan (X4) adalah negatif. Artinya semakin
besar biaya perjalanan yang dikeluarkan seseorang akan menurunkan jumlah
kunjungannya. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa
apabila harga semakin meningkat, maka konsumen akan mengurangi jumlah
barang yang dikonsumsinya.
5. Tanda koefisien untuk jumlah tanggungan (X5) adalah negatif. Artinya
peningkatan jumlah tanggungan akan menurunkan jumlah kunjungan
wisatawan, dimana jika jumlah tanggungan semakin besar maka wisatawan
akan semakin besar dalam mengeluarkan biaya perjalannya.
6. Tanda koefisien untuk aksesibilitas menuju lokasi wisata (X6) adalah positif.
Artinya semakin baik kondisi perjalanan menuju lokasi wisata, wisatawan akan
meningkatkan jumlah kunjungannya.
7. Tanda koefisien untuk daya tarik di lokasi wisata (X7) adalah positif. Artinya
semakin menarik daya tarik yang ditawarkan oleh TWA Grojogan Sewu, maka
akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
4.4.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh
antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.
30
Asumsi model regresi linear berganda sangat mirip dengan asumsi model regresi
linear sederhana, yaitu:
1. Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan:
Y= β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + ..... + βkXki + εi
2. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan,
bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antar
peubah bebas Xk.
a. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan
ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var (εi) = σ2.
b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov
(εi, εj) = 0 untuk i≠j.
c. Komponen sisaan menyebar normal.
4.4.2.2 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda
Pemenuhan Asumsi dalam regresi linear berganda perlu dilakukan untuk
mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang
perlu dilakukan ialah (Firdaus, 2004):
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah error term dari data
observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji
tersebut dapat dilakukan dengan “normality test” pada residual hasil persamaan
model. Jika dalam grafik hasil uji tersebut keberadaan tititk-titik pada garis
berbentuk linear dan didapat P-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi
kenormalan dapat terpenuhi.
31
2. Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh
dari hasil perhitungan dengan OLS berbeda secara signifikan dengan nilai
parameter tertentu atau tidak (Firdaus, 2004). Prosedur pengujiannya sebagai
berikut:
H0 : bi = 0 artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel tidak bebasnya (Yi).
H1 : bi ≠ 0 artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel
tidak bebasnya (Yi).
Rumus untuk mencari t hitung sebagai berikut:
thitung = b – γ Sγ
Jika thitung > ttabel, maka terima H0, artinya variabel bebas (Xi) tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).
Jika thitung < ttable, maka tolak H0, artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh
nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).
3. Uji Statistik F
Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan,
pengujian ini menunjukan apakah semua variabel yang dimasukan kedalam model
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
Langkah-langkah pengujian statistik F
1) Membuat Hipotesa.
H0 : β1=β2=0
H1 : β1≠β2≠β3=β4=0
2) Kriteria.
32
H0 akan diterima dan H1 akan ditolak bila F-stat < F-tabel.
H0 akan ditolak dan H1 akan diterima bila F-stat > F-tabel.
3) Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel
4. Uji Multikolinearitas
Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada
hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika
hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut
berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas
muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi
tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat
Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat
dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model.
5. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (εi) sama atau
homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (εi) = E(εi2) = σi
2 untuk tiap
pengamatan ke-1 dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan
ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas
dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji
Gleiser, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quadant dan white test.
6. Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara
serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section).
Nilai statistik Durbin Waston berada pada kisaran 0 hingga 4, dan jika nilainya
33
mendekati dua maka menunjukan tidak adanya auto korelasi ordo kesatu.
Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW).
H0 tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif
H1 terdapat serial autokorelasi
Tolak H0 jika d < dL atau d > 4 – dL dan terima H0 jika dU < d < 4 – dU.
4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu,
Karanganyar
Analisis akan dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan
wisata (META, 2001). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah:
(1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit
usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh
unit usaha tersebut (full time, part time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran
arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, (4) tipe dan
kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam
wilayah, dan (5) rencana investasi ke depan. Sejumlah informasi tersebut
diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact)
dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya
sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan
oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan.
Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia
barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak
ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2)
jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari
pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, (4) kondisi pekerjaan
sebelum bekerja di unit usaha ini, dan (5) pelatihan atau kursus yang pernah
34
diikuti. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Adapun informasi penting
yang terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan
biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut.
Informasi yang didapat dari responden (pengunjung, unit usaha, tenaga
kerja lokal dan masyarakat lokal) akan diperoleh informasi mengenai pengeluaran
pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang memberikan dampak
langsung, tidak langsung, dan lanjutan (induced) bagi perekonomian masyarakat
lokal. Dampak ekonomi ini akan dapat diukur dengan menggunakan efek
pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Menurut META (2001) dalam
mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal
terdapat dua tipe pengganda, yaitu:
1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa
besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan
masyarakat lokal.
2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar
dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak
terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak
langsung (indirect) dan dampak induced.
Masih menurut META (2001), secara matematis dapat dirumuskan:
Keynesian Income Multiplier = D + N + U
E
Ratio Income Multiplier, Tipe 1 = D + N
D
Ratio Income Multipler, Tipe 2 = D + N + U
D
dimana:
E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)
D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah)
35
N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah)
U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)
Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe 1,
Ratio Income Multiplier Tipe 2, memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka
lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi
terhadap kegiatan wisatanya.
2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka
lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah.
3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka
lokasi tempat wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi
terhadap kegiatan wisatanya.
Setelah identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari obyek wisata
ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi
tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi
masyarakat sekitar obyek wisata. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi
Pemerintah Daerah untuk pengembangan obyek wisata secara berkelanjutan.
Perhitungan nilai multiplier akan dilakukan dengan bantuan program komputer
Microsoft Excel 2007.
4.4.4 Analisis Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata di TWA
Grojogan Sewu, Karanganyar
Dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan wisata di Taman Wisata
Alam Grojogan Sewu, akan diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif. Adapun indikator yang digunakan untuk menilai bagaimana dampak
lingkungan yang disebabkan dari kegiatan wisata dapat dilihat dari bagaimana
36
persepsi masyarakat sekitar, pengunjung, dan unit usaha mengenai keadaan
lingkungan di sekitar lokasi. Indikator yang dinilai yaitu seperti tingkat
kebersihan, keadaan kualitas air, kebisingan, dan polusi yang ditimbulkan.
Untuk melihat bagaimana kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan
Sewu, para responden diminta menjawab pertanyaan mengenai bagaimana
persepsi mereka terhadap keadaan kualitas lingkungan yang dapat diurutkan
menjadi sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk. Adapun indikator yang
digunakan untuk persepsi kualitas lingkungan dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai
berikut:
Tabel 7. Indikator Persepsi Kualitas Lingkungan dari Keberadaan TWA
Grojogan Sewu No Indikator Penilaian Keterangan
1. Kebersihan
Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk
Tidak terdapat sampah sama sekali, nyaman, sangat bersih, tidak timbul bau sama sekali.
Masih terdapat sampah namun tetap terlihat bersih, nyaman, tidak timbul bau sama sekali.
Sampah mulai terlihat banyak, cukup kotor, tidak nyaman, tidak timbul bau.
Banyak sampah, sangat kotor, menimbulkan bau, sangat tidak nyaman.
2. Kualitas Udara
Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk
Terasa sangat segar, sangat sejuk, sangat bersih, tidak berbau. Terasa segar, sejuk, bersih, tidak berbau. Cukup segar, mengganggu pernafasan, berpolusi. Kotor dan berpolusi.
3. Kualitas Air
Sangat Baik
Baik
Buruk
Sangat Buruk
Sangat jernih, bersih, menyegarkan, tidak berbau. Jernih, bersih, tidak berbau. Cukup kotor, agak berwarna coklat, tidak berbau. Sangat kotor, berwarna coklat, bau.
4. Kebisingan
Menganggu
Tidak Mengganggu
Berisik, lokasi wisata sangat dipadati oleh penggunjung, wisatawan merasa tidak nyaman ketika beraktivitas.
Jumlah pengunjung tidak terlalu banyak, wisatawan merasa nyaman dalam beraktivitas.