HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... ·...

15
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Selama Penelitian Selama pemberian jamu Galohgor kepada tikus percobaan, berat badannya ditimbang setiap dua hari sekali. Setelah 14 hari pengamatan atau setara dengan dua kali masa nifas pada manusia (80 hari), tidak tampak perubahan berat badan tikus yang bermakna (Tabel 4 dan Gambar 1). Namun secara deskriptif, tikus yang mendapat jamu dengan dosis yang lebih besar cenderung mengalami peningkatan berat badan yang lebih rendah. Tabel 4. Berat badan rata-rata tikus setelah pemberian jamu Galohgor selama 8 hari Dosis (g/kgBB) BB (gram) hari ke 0 2 4 6 8 0 186,2 ± 2,17 184,4 ± 4,16 a 184,6 ± 5,27 ab 188,2 ± 4,60 a 190,4 ± 3,36 a a 0,74 184,2 ± 2,95 188,8 ± 3,49 a 190,2 ± 4,76 b 190,8 ± 17,46 a 193 ± 16,12 a 1,48 a 185 ± 2,92 182,2 ± 4,15 a 184,4 ± 6,69 a 186,4 ± 8,17 a 186,4 ± 8,17 a 2,22 a 183,2 ± 3,56 185 ± 5,15 a 185,8 ±6,02 ab 187,8 ± 6,06 a 187,8 ± 6,06 a a Keterangan: huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata secara statistik menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf uji 0,05. Gambar 1. Berat badan rata-rata tikus setelah pemberian jamu Galohgor selama 14 hari 170 175 180 185 190 195 200 205 0 2 4 6 8 10 12 14 Berat badan (gram) Hari pengamatan 0 0.74 1.48 2.22 Dosis (g/kgBB)

Transcript of HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... ·...

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sampel Selama Penelitian

Selama pemberian jamu Galohgor kepada tikus percobaan, berat badannya

ditimbang setiap dua hari sekali. Setelah 14 hari pengamatan atau setara dengan

dua kali masa nifas pada manusia (80 hari), tidak tampak perubahan berat badan

tikus yang bermakna (Tabel 4 dan Gambar 1). Namun secara deskriptif, tikus

yang mendapat jamu dengan dosis yang lebih besar cenderung mengalami

peningkatan berat badan yang lebih rendah.

Tabel 4. Berat badan rata-rata tikus setelah pemberian jamu Galohgor selama 8 hari

Dosis

(g/kgBB)

BB (gram) hari ke

0 2 4 6 8

0 186,2 ± 2,17 184,4 ± 4,16a 184,6 ± 5,27ab 188,2 ± 4,60a 190,4 ± 3,36a a

0,74 184,2 ± 2,95 188,8 ± 3,49a 190,2 ± 4,76b 190,8 ± 17,46a 193 ± 16,12a

1,48

a

185 ± 2,92 182,2 ± 4,15a 184,4 ± 6,69a 186,4 ± 8,17a 186,4 ± 8,17a

2,22

a

183,2 ± 3,56 185 ± 5,15a 185,8 ±6,02ab 187,8 ± 6,06a 187,8 ± 6,06a a

Keterangan: huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata secara statistik menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf uji 0,05.

Gambar 1. Berat badan rata-rata tikus setelah pemberian jamu Galohgor selama

14 hari

170

175

180

185

190

195

200

205

0 2 4 6 8 10 12 14

Bera

t bad

an (g

ram

)

Hari pengamatan

0

0.74

1.48

2.22

Dosis (g/kgBB)

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

19

Perubahan berat badan yang tidak bermakna tersebut dapat terjadi karena

beberapa sebab. Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data

tingkat konsumsi makanan hewan coba dan jumlah serta kandungan feses hewan

coba. Sehingga sulit dijelaskan apakah peningkatan berat badan yang berbeda

tersebut sebagai akibat dari tingkat konsumsi yang rendah, pemanfaatan zat gizi

dalam tubuh yang berlebihan sebagai akibat dari meningkatnya metabolisme

basal, atau karena sebab yang lain.

Efek Jamu Galohgor terhadap Fungsi Ginjal

Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme yang serupa

dengan mekanisme yang digunakan untuk membuang hasil akhir metabolisme

faali, yaitu dengan filtrasi glomerulus, difusi tubuler, dan sekresi tubuler. Ginjal

mempunyai volumen aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasi toksikan pada

filtrat, membawa toksikan melalui sel tubulus, dan mengaktifkan toksikan tertentu

(Lu 1995).

Parameter fungsi ginjal dapat diamati dari análisis darah seperti kadar

nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen, BUN) dan kreatinin. Nitrogen urea

darah diperoleh dari metabolisme protein normal dan diekskresi melalui urin.

Biasanya ureum yang meningkat menunjukkan kerusakan glomerulus. Namun,

kadar ureum juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya zat makanan dan

hepatotoksisitas yang merupakan efek umum beberapa toksikan. Sedangkan

kreatinin adalah suatu metabolit kreatin dan diekskresi seluruhnya dalam urin

melalui filtrasi glomerulus. Dengan demikian, meningkatnya kadar kreatinin

dalam darah merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal (Lu 1995).

Analisis kadar ureum serum tikus setelah pemberian jamu Galohgor

selama 14 hari menunjukkan bahwa kadar ureum serum pada tikus meningkat

secara nyata, diakibatkan oleh peningkatan dosis jamu yang diberikan (p<0,01),

seperti ditunjukkan oleh Tabel 5 dan Gambar 2. Namun besarnya kadar ureum

serum pada tikus setelah pemberian jamu Galohgor selama 14 hari dengan dosis

hingga mencapai 2,22 gram/kgBB tersebut masih berada dalam nilai yang normal,

yaitu berkisar antara 5,0 hingga 59,0 mg/dl (Mitruka and Rawnsley 1981, Loeb

and Quimby 1989).

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

20

Tabel 5. Kadar rata-rata ureum serum, kreatinin serum, dan protein urin tikus setelah pemberian jamu Galohgor selama 14 hari

Dosis Jamu

(gram/kgBB)

Kadar rata-rata

ureum (mg/dl)

Kadar rata-rata

kreatinin (mg/dl)

Protein Urin

0 (kontrol) 19,00 ± 2,12 0,64 ± 0,09a Negatif a

0,74 25,20 ± 4,55 0,76 ± 0,05b Negatif b

1,48 32,40 ± 2,70 0,84 ± 0,05c Negatif bc

2,22 43,80 ± 6,30 0,88 ± 0,04d Negatif c

Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata secara statistik menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 0,05.

Analisis menggunakan regresi linier menghasilkan sebuah persamaan

matematis berikut:

y = 11,232x + 17,506

dengan y adalah kadar ureum serum dan x adalah dosis jamu Galohgor

Penghitungan secara matematis menunjukkan bahwa kadar ureum serum tertinggi

yang masih berada dalam rentang normal dapat tercapai bila tikus diberikan jamu

Galohgor dengan dosis 3,69 g/kgBB atau 9,98 kali lipat dari dosis yang umumnya

dikonsumsi ibu menyusui. Pemberian jamu Galohgor dengan dosis yang lebih

tinggi akan menyebabkan kadar ureum meningkat diatas normal.

Nitrogen urea darah diperoleh dari metabolisme protein normal dan

diekskresi melalui urin. Biasanya ureum yang meningkat menunjukkan kerusakan

glomerulus. Namun, kadar ureum juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya zat

makanan dan hepatotoksisitas yang merupakan efek umum beberapa toksikan (Lu

1995)

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

21

Gambar 2. Kadar rata-rata ureum serum tikus setelah pemberian jamu Galohgor

selama 14 hari

Hasil analisis kadar kreatinin serum tikus juga menunjukkan bahwa

peningkatan dosis jamu Galohgor mengakibatkan peningkatan kadar kreatinin

serum secara nyata (p<0,01) setelah pemberian jamu Galohgor selama 14 hari

(Tabel 5 dan Gambar 3). Kadar rata-rata kreatinin serum tikus tersebut juga masih

berada dalam rentang normal yang berkisar antara 0,22 hingga 1,00 mg/dl

(Darling and Morris 1991, Baker and Miller 1939). Kreatinin adalah suatu

metabolit kreatin dan diekskresi seluruhnya dalam urin melalui filtrasi

glomerulus. Dengan demikian, meningkatnya kadar kreatinin dalam darah

merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal (Lu 1995).

Analisis menggunakan regresi linier menghasilkan suatu persamaan

matematis, yaitu:

y = 0,103x + 0,668

dengan y adalah kadar kreatinin serum dan x adalah dosis jamu Galohgor

Penghitungan secara matematis menunjukkan bahwa kadar kreatinin serum

tertinggi yang masih berada dalam rentang normal dapat tercapai bila tikus

diberikan jamu Galohgor dengan dosis 3,22 g/kgBB atau 8,71 kali lipat dari dosis

yang umumnya dikonsumsi ibu menyusui. Pemberian jamu Galohgor dengan

dosis yang lebih tinggi akan menyebabkan kadar kreatinin meningkat diatas

normal.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 0,74 1,48 2,22

Kada

r ure

um se

rum

(mg/

dl)

Dosis jamu galohgor (g/kgBB)

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

22

Pemberian jamu Galohgor hingga dosis 2,22 gram/kgBB pada tikus

selama 14 hari tidak menyebabkan adanya kebocoran filtrasi glomerulus pada

ginjal tikus, yang ditunjukkan dengan tidak didapatkannya protein dalam urin

tikus (Tabel 5). Normalnya, protein tidak didapatkan di dalam urin. Sel endotel

glomerulus yang normal membentuk sebuah sawar dengan pori-pori sebesar 100

nm yang mencegah partikel-partikel dengan ukuran yang lebih besar untuk keluar

ke dalam urin. Membran basal glomerulus mampu mencegah protein molekul

besar yang berukuran lebih dari 100 kDa untuk keluar melalui urin. Adanya

protein dalam urin menunjukkan adanya kebocoran filtrasi glomerulus (Denker

and Brenner 2001). Sama halnya dengan manusia, pada urin tikus yang normal

juga tidak didapatkan protein. Adanya protein dalam urin tikus juga menunjukkan

kebocoran dalam ginjal tikus (Mitruka and Rawnsley 1981, Loeb and Quimby

1989).

Gambar 3. Kadar rata-rata kreatinin serum tikus setelah pemberian jamu Galohgor

selama 14 hari

Peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum pada tikus selama

pemberian jamu Galohgor dengan dosis bertingkat menunjukkan bahwa

peningkatan dosis jamu Galohgor mempengaruhi fungsi ginjal tikus, walaupun

pada dosis tertinggi yang diberikan fungsi ginjal tikus masih berada dalam rentang

yang normal. Terdapat kemungkinan, bila dosis jamu Galohgor terus ditingkatkan,

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

0 0,74 1,48 2,22

Kada

r kre

atin

in se

rum

(mg/

dl)

Dosis jamu galohgor (g/kgBB)

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

23

maka akan terjadi perburukan fungsi ginjal dan kerusakan ginjal itu sendiri,

mengingat tingginya kadar ureum dan kreatinin yang melebihi batas normal

merupakan petanda adanya gangguan fungsi ginjal. Hal ini akan berlanjut dengan

terjadinya kebocoran glomerulus, yang ditandai dengan didapatkannya protein

dalam urin atau proteinuria. Protein yang memiliki berat molekul besar akan

melewati membran basal glomerulus yang bocor, sehingga terekskresikan

bersama dengan urin (Lu 1995, Brady and Brenner 2001, Denker and Brenner

2001).

Bahan herbal atau obat yang bersifat nefrotoksik dapat menyebabkan

kerusakan pada nefron, unit terkecil dari ginjal. Nefrotoksin menyebabkan

iskemia dan nekrosis fokal pada epitel tubulus, sehingga tubulus ginjal terlepas

dari membrana basalis. Nekrosis paling parah terjadi pada tubulus proksimal, dan

kemudian menyebabkan kerusakan ansa Henle. Kerusakan ginjal diawali oleh

insufisiensi renal, dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang tampak dari

pemeriksaan faal ginjal. Proses ini awalnya terjadi perlahan, dan dapat berlanjut

menjadi kronis dan progresif. Sedangkan pemberian bahan herbal dosis tinggi

dalam jangka pendek juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal akut yang berupa

gagal ginjal akut. Kerusakan yang terjadi berupa nekrosis epitel tubulus, yang

disebut sebagai nekrosis tubuler akut (Acute Tubular Necrosis, ATN) hingga

fibrosis interstisial yang meluas dan disertai terlepasnya epitel tubulus. Namun

fibrosis renal umumnya terjadi setelah pemakaian bahan herbal dalam jangka

panjang (Brady and Brenner 2001, Keppel and Calissi 2002, Peña et al. 1996,

Albright 2001, Martinez et al. 2002).

Keppel dan Calissi (2002) menyebutkan bahwa insufisiensi renal yang

berkelanjutan akan menyebabkan End Stage Renal Disease (ESRD), atau penyakit

ginjal tahap akhir. Penyebab utama ESRD adalah diabetes, yang diikuti oleh

penyakit vaskuler. Umumnya, penderita insufisiensi renal telah mengkonsumsi

berbagai obat untuk mengatasi penyakit yang mendasarinya, seperti diabetes.

Obat yang dikonsumsi oleh penderita dapat bervariasi, baik obat-obatan yang

berasal dari industri farmasi, ataupun obat-obat herbal yang dijual bebas di

pasaran. Penderita insufisiensi renal didiagnosis melalui pemeriksaan penunjang,

selain melalui penggalian riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

24

penunjang utama yang digunakan adalah pemeriksaan kadar kreatinin serum dan

bersihan kreatinin (creatinine clearance) yang mencerminkan fungsi ginjal

penderita.

Insufisiensi renal yang terjadi karena konsumsi obat-obatan dan bahan

herbal dapat terjadi secara cepat dan progresif, kemudian menyebabkan terjadinya

gagal ginjal akut, seperti dinyatakan oleh Albright (2001). Nefritis intersitisial

fibrotik adalah salah satu peyebab gagal ginjal akut dengan kerusakan intrarenal.

Obat-obatan dan bahan herbal adalah penyebab utama nefritis interstisial fibrotik.

Bahan herbal yang berasal dari Cina telah banyak terbukti menimbulkan

gangguan ini, sehingga disebut sebagai sindroma nefropati akibat bahan herbal

Cina. Sindroma ini ditandai dengan gagal ginjal progresif, ditemukannya banyak

sedimen urin, pengerutan ukuran ginjal dengan proteinuria ringan, dan

dihubungkan dengan adanya kejadian kanker uroepitelial.

Peña et al. (1996) dan Martinez et al. (2002) melakukan penelitian yang

serupa terhadap bahan herbal yang berbeda dari Cina, dan melihat pengaruhnya

terhadap fungsi ginjal. Keduanya menyimpulkan bahwa penggunaan bahan herbal

dengan dosis rendah dalam jangka waktu yang lama menimbulkan akumulasi

bahan herbal tersebut dalam ginjal. Pada gambaran histologis jaringan ginjal

didapatkan fibrosis interstisial yang meluas dengan gambaran atrofi dan hilangnya

integritas tubulus ginjal. Jangka waktu konsumsi bahan herbal yang semakin lama

akan menimbulkan gangguan ginjal yang semakin berat, hingga dapat terjadi

ESRD. Kajian epidemiologis juga menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat

konsumsi bahan herbal dengan meningkatnya prevalensi gagal ginjal akut di

beberapa negara di Eropa.

Tidak hanya bahan herbal dari Cina saja yang dapat menimbulkan

gangguan fungsi ginjal. Dasgupta dan Bernard (2006) serta Mythilypriya et al.

(2007) menyatakan bahwa beberapa jamu dari India yang berasal dari beberapa

bahan herbal menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara progresif, pengerutan

ukuran ginjal, serta perubahan histologis jaringan ginjal. Selain itu, bahan-bahan

herbal tersebut juga berinteraksi dengan obat-obatan, sehingga memperberat

kerusakan ginjal yang terjadi. Kemungkinan terjadinya karsinogenesis akibat

bahan-bahan herbal juga diunkap oleh para peneliti tersebut.

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

25

Di Afrika, Tédong et al. (2007), Sheir (2001), dan Aniagu et al. (2005)

menemukan bahwa jamu yang terdiri dari bebrapa bahan herbal menimbulkan

gangguan fungsi ginjal pada hewan coba, bila diberikan dalam dosis tinggi dan

waktu yang singkat, yaitu tidak lebih dari 30 hari. Pemberian bahan herbal dalam

dosis rendah dan jangka waktu yang singkat tidak mengakibatkan gangguan

anatomis dan fungsi ginjal yang bermakna. Gangguan ginjal yang timbul

selanjutnya akan menyebabkan gangguan fungsi organ yang lain, seperti hati.

Dalam beberapa penelitian tersebut juga diungkapkan adanya perubahan anatomis

pada ginjal, yang ditunjukkan oleh hilangnya integritas tubulus ginjal.

Tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian mengenai bahan herbal

yang berasal dari Asia dan Afrika, Gabardi et al. (2007) dan Tagliati (2008)

menguji bahan herbal yang sudah terdaftar di Amerika Serikat dan Brasil terkait

pengaruhnya terhadap fungsi ginjal. Penggunaan bahan herbal terdaftar tersebut

tidak memberikan efek negatif pada organ-organ tubuh bila digunakan pada

rentang dosis yang tepat. Karena produk tersebut telah beredar luas dan dapat

diperoleh tanpa menggunakan resep dokter, konsumen cenderung untuk tidak

memperhatikan dosis dan aturan pakai bahan herbal. Konsumen menganggap

bahwa bahan herbal cenderung lebih aman, sehingga dikonsumsi berlebihan. Hal

ini justru merugikan konsumen, karena mendorong terjadinya disfungsi ginjal

hingga gagal ginjal akut. Edukasi yang tepat pada masyarakat mengenai

penggunaan bahan herbal mutlak diperlukan untuk menghindari terjadinya

perburukan fungsi ginjal pada konsumen bahan herbal.

Bahan herbal dapat bersifat nefrotoksik oleh karena senyawa-senyawa

yang dikandungnya, atau karena adanya senyawa lain yang berasal dari luar,

misalnya adanya logam berat, pestisida, atau bahan kimia lainnya yang terdapat di

tempat bahan herbal tersebut tumbuh. Selama ini bahan herbal yang banyak

diteliti berasal dari Asia utamanya Cina, Afrika, dan Amerika Latin. Bahan-bahan

tersebut diaplikasikan kepada manusia sebagai bahan tunggal dari satu jenis

tanaman, atau bahan majemuk yang terdiri dari beberapa tanaman, misalnya jamu

Galohgor. Pada bahan yang terdiri dari beberapa tanaman, dapat terjadi interaksi

antar senyawa dari berbagai tanaman tersebut, dengan hasil akhir yang seringkali

sulit diramalkan. Bahan-bahan tersebut dapat saling meniadakan efek toksiknya,

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

26

dan sebaliknya. Hasil metabolit akhir dari bahan herbal tersebut yang pada

umumnya mempengaruhi fungsi ginjal, serta merusak struktur intrinsik ginjal

secara anatomis. Edukasi pada masyarakat untuk menggunakan bahan herbal

dengan dosis yang tepat menjadi mutlak diperlukan karenanya (Dasgupta and

Bernard 2006, Mythilypriya et al. 2007, Tédong et al. 2007, Sheir 2001, Aniagu et

al. 2005, Gabardi et al. 2007, Tagliati 2008)

Efek Jamu Galohgor terhadap Fungsi Hati

Hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan

toksikan. Toksikan biasanya dapat mengalami detoksifikasi, tetapi banyak

toksikan dapat dibioaktifkan dan menjadi lebih toksik. Beberapa enzim serum

digunakan sebagai indikator kerusakan hati. Bila terjadi kerusakan hati, enzim ini

dilepaskan ke dalam darah dari sitosol dan organel subsel, seperti mitokondria,

lisosom, dan nukleus. Aspartat aminotransferase (SGPT) dan glutamat

oksaloasetat transaminase (SGOT) meningkat nyata sekali pada keadaan nekrosis

hati akut. Kerusakan hati dapat terjadi sebagai akibat dari paparan sejumlah bahan

kimia atau obat-obatan, melalui inhalasi, ingesti, atau parenteral. (Lu 1995,

Guyton 1999).

Analisis kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) atau yang lebih

banyak dikenal sebagai SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) pada

tikus yang diberi perlakuan jamu Galohgor menunjukkan pahwa peningkatan

kadar SGPT dipengaruhi secara nyata oleh peningkatan dosis jamu Galohgor

(p<0,01), seperti tampak pada Tabel 6 dan Gambar 4. Kadar SGPT tersebut

hampir mencapai ambang batas nilai normalnya pada tikus, yaitu antara 35,9

hingga 81,6 IU/l (Mitruka and Rawnsley 1981, Loeb and Quimby 1989). Enzim

ini mengkatalisis reaksi pemindahan gugus amino antara L-alanin dan asam α-

ketoglutarat menjadi piruvat dan glutamat. SGPT merupakan enzim yang spesifik

pada hati. Peningkatan kadar enzim ini dalam darah dapat menunjukkan adanya

kerusakan pada hati. Keadaan serupa juga terjadi pada peradangan hati (hepatitis)

dengan berbagai sebab, seperti infeksi atau hepatitis yang terjadi akibat

alkoholisme (Dienstag and Isselbacher 2001, Anuforo et al. 1978).

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

27

Tabel 6. Kadar rata-rata SGPT, SGOT, dan total protein serum tikus setelah pemberian jamu Galohgor selama 14 hari

Dosis Jamu

(gram/kgBB)

Kadar rata-rata

SGPT (mg/dl)

Kadar rata-rata

SGOT (mg/dl)

Kadar rata-rata total

protein serum (g/dl)

0 (kontrol) 56,60 ± 7,02 39,20 ± 5,26a 9,08 ± 1,16a a

0,74 61,40 ± 6,73 50,20 ± 1,92ab 8,24 ± 0,16b

1,48

b

65,00 ± 2,83 57,40 ± 2,07bc 7,72 ± 0,22c

2,22

b

71,60 ± 4,72 71,80 ± 5,21c 5,88 ± 0,36d c

Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata secara statistik menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 0,05.

Gambar 4. Kadar rata-rata SGPT tikus setelah pemberian jamu Galohgor selama

14 hari

Hasil analisis dengan menggunakan regresi linier menghasilkan sebuah

persamaan, yaitu:

y = 7,512x + 54,729

dengan y adalah kadar SGPT dan x adalah dosis jamu Galohgor

Penghitungan secara matematis menunjukkan bahwa kadar SGPT tertinggi yang

masih berada dalam rentang normal dapat tercapai bila tikus diberikan jamu

Galohgor dengan dosis 3,58 g/kgBB atau 9,67 kali lipat dari dosis yang umumnya

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 0,74 1,48 2,22

Kada

r SG

PT (I

U/l

)

Dosis jamu galohgor (g/kgBB)

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

28

dikonsumsi ibu menyusui. Pemberian jamu Galohgor dengan dosis yang lebih

tinggi akan menyebabkan kadar SGPT meningkat diatas normal.

Kadar rata-rata enzim Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

atau aspartat transferase (AST) pada tikus yang diberi perlakuan jamu Galohgor

juga meningkat secara nyata (p<0,01) sebagai akibat peningkatan dosis jamu

Galohgor (Tabel 6 dan Gambar 5). Kadar SGOT normal pada tikus berkisar antara

35,7 hingga 168 IU/l (Mitruka and Rawnsley 1981, Loeb and Quimby 1989).

Peningkatan kadar enzim ini tidak spesifik menunjukkan disfungsi hati, karena

enzim tersebut juga didapatkan pada otot rangka, pankreas, dan beberapa organ

lain. Namun peningkatannya yang disertai peningkatan kadar SGPT tanpa disertai

kerusakan atau disfungsi organ lain mampu menunjukkan adanya kerusakan pada

hati (Dienstag and Isselbacher 2001, Anuforo et al. 1978).

Gambar 5. Kadar rata-rata SGOT tikus setelah pemberian jamu Galohgor selama

14 hari

Analisis menggunakan regresi linier menghasilkan sebuah persamaan,

yaitu:

y = 13,688x + 39,765

dengan y adalah kadar SGOT dan x adalah dosis jamu Galohgor

Penghitungan secara matematis menunjukkan bahwa kadar SGOT tertinggi yang

masih berada dalam rentang normal dapat tercapai bila tikus diberikan jamu

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 0,74 1,48 2,22

Kada

r SG

OT

(IU/l

)

Dosis jamu galohgor (g/kgBB)

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

29

Galohgor dengan dosis 9,37 g/kgBB atau 25,32 kali lipat dari dosis yang

umumnya dikonsumsi ibu menyusui. Pemberian jamu Galohgor dengan dosis

yang lebih tinggi akan menyebabkan kadar SGOT meningkat diatas normal.

Hati adalah organ utama yang diteliti dalam menentukan toksisitas suatu

bahan, karena proses detoksifikasi terjadi di hati. Hepatitis adalah gangguan

fungsi hati pertama dan utama yang terjadi akibat penggunaan bahan herbal,

seperti dinyatakan oleh Shad dan Brann (1999), Laliberté dan Villeneuve (1996),

serta Currie dan Clough (2003). Gangguan fungsi hati ditunjukkan dengan

peningkatan kadar SGPT dan SGOT, sebuah pemeriksaan sederhana yang dapat

dilakukan di negara berkembang. Bahan herbal yang diteliti berasal dari belahan

dunia yang berbeda, yaitu dari Perancis, Amerika Utara, dan Kepulauan Pasifik.

Hasil yang sama diperoleh dari berbagai penelitian tersebut, yaitu terjadinya

hepatitis pada penderita yang mengkonsumsi bahan herbal dalam dosis yang

tinggi dan jangka waktu yang lama. Gambaran histopatologis menunjukkan

terjadinya nekrosis yang semakin meluas, seiring dengan semakin tingginya dosis

dan semakin panjangnya jangka waktu konsumsi bahan herbal. Bahan herbal juga

memiliki efek yang berbeda pada fungsi spesifik hati. Teucrium chamaedrys yang

berasal dari Perancis selain menyebabkan hepatitis, juga menyebabkan gangguan

metabolism kolesterol dan sistem bilier, sehingga gejala ikterus lebih jelas terlihat.

Shad dan Brann (1999) yang meneliti beberapa bahan herbal di Amerika Utara

menemukan bahwa sebagian besar bahan herbal yang diteliti selain menyebabkan

hepatitis, juga mengganggu fungsi pembekuan darah.

De Smet et al. (1996) menemukan adanya kasus interaksi antara bahan

herbal terdaftar dengan Levothyroxine dan Ibuprofen yang menginduksi

terjadinya hepatitis. Gejala klinis utama yang tampak pada penderita adalah

adanya ikterus, nausea, dan pruritus. Pemeriksaan fisik, laboratorium, dan

penggalian riwayat terapi menunjukkan bahwa penderita menggunakan bahan

herbal terdaftar tanpa sepengetahuan dokter yang merawatnya, yang

menggunakan obat-obat tersebut. Edukasi pada penderita menjadi salah satu kunci

untuk menghindari terjadinya kasus yang serupa.

Penggunaan bahan herbal yang sudah teruji sekalipun harus

memperhatikan variasi individu yang mengkonsumsinya. Bahan yang sudah

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

30

terdaftar dan melalui uji toksisitas pada hewan coba dan telah diujikan secara

klinis pada manusia juga memiliki batasan-batasan tertentu, seperti obat-obatan

lainnya. Jus buah noni yang tidak toksik pada hewan coba, seperti diteliti oleh

West et al. (2006a) juga terbukti aman dalam uji klinis pada manusia (West et al.

2006b).

Stadlbauer et al. (2005) menemukan adanya interaksi antara jus buah noni

dengan Paracetamol, yang menginduksi terjadinya hepatitis dan gangguan sistem

bilier pada seorang penderita. Pemeriksaan sitologi hati pada penderita tersebut

menunjukkan adanya nekrosis hepatosit dan infiltrasi sel-sel radang pada ductus

hepaticus. Penderita lain yang berusia lanjut juga mengalami perburukan disfungsi

hati setelah konsumsi jus buah noni. Pemeriksaan sitologi hati pada penderita

tersebut menunjukkan adanya nekrosis hepatosit pada area sentrilobular yang

disertai adanya infiltrat sel-sel radang.

Kerusakan hati akibat bahan herbal umumnya ditandai dengan

peningkatan enzim-enzim hati, seperti SGPT dan SGOT. Pada beberapa bahan

herbal yang bersifat hepatotoksik berat, enzim-enzim lain juga meningkat

kadarnya, seperti laktat dehidrogenase dan alkalin fosfatase. Sedangkan pada

beberapa bahan herbal lainnya, kerusakan hati juga diikuti oleh gangguan sistem

bilier dan metabolisme kolesterol. Pada pemberian bahan herbal dosis tinggi

dalam jangka waktu yang singkat, dapat terjadi hepatitis akut, sedangkan pada

penggunaannya dalam jangka panjang dapat mengakibatkan perlemakan hati

hingga nekrosis hati yang meluas. Kerusakan hati tersebut dapat terjadi karena

bahan-bahan herbal tersebut mengalami metabolisme dan detoksifikasi di hati.

Sebagian bahan herbal menghasilkan metabolit antara yang bersifat hepatotoksik,

sehingga menyebabkan kerusakan hati, baik akut maupun kronis (Shad and Brann

1999, Laliberté and Villeneuve 1996, de Smet et al. 1996, Currie and Clough

2003).

Kadar total protein serum pada tikus yang diberi perlakuan jamu Galohgor

semakin menurun secara nyata (p<0,01) sebagai akibat dari peningkatan dosis

jamu Galohgor (Tabel 7 dan Gambar 6). Seperti kadar SGPT dan SGOT, kadar

protein serum pada tikus yang diberi perlakuan jamu Galohgor juga masih berada

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

31

dalam rentang nilai normalnya, yaitu 4,3 hingga 10,7 g/dl. Analisis dengan

menggunakan regresi linier menghasilkan persamaan:

y = -1,308x + 9,146

dengan y adalah kadar total protein serum dan x adalah dosis jamu

Galohgor

Penghitungan secara matematis menunjukkan bahwa kadar total protein

serum terendah yang masih berada dalam rentang normal dapat tercapai bila tikus

diberikan jamu Galohgor dengan dosis 3,70 g/kgBB atau 10 kali lipat dari dosis

yang umumnya dikonsumsi ibu menyusui. Pemberian jamu Galohgor dengan

dosis yang lebih tinggi akan menyebabkan kadar total protein serum turun

dibawah normal.

Gambar 6. Kadar rata-rata total protein serum tikus setelah pemberian jamu

Galohgor selama 14 hari

Total protein serum merupakan gabungan dari seluruh protein sederhana

dan kompleks yang beredar di dalam tubuh. Sebagian besar protein disintesa di

hati, sehingga penurunan kadarnya menunjukkan adanya gangguan pada

kemampuan sintesa protein oleh hati. Gangguan tersebut umumnya disebabkan

oleh kerusakan hati. Selain itu, kerusakan ginjal menyebabkan lolosnya protein ke

dalam urin, sehingga seolah-olah kadar protein serum menjadi berkurang.

0123456789

10

0 0,74 1,48 2,22

Kada

r tot

al p

rote

in se

rum

(g/d

l)

Dosis jamu galohgor (g/kgBB)

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58811/6/Bab IV Hasil... · Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya data ... Hasil analisis kadar

32

Kurang energi dan protein (KEP) dan penyakit-penyakit yang

menyebabkan penurunan status gizi, seperti sindrom malabsorbsi juga

menyebabkan rendahnya kadar total protein serum. Hati memiliki mekanisme

kompensasi yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan pada disfungsi hati akibat

penggunaan bahan herbal, sintesa protein cenderung berada dalam rentang yang

normal, walaupun kadarnya rendah dalam darah. Selain itu, hati juga memiliki

kemampuan regenerasi yang baik, sehingga apabila penggunaan suatu bahan

hepatotoksik dihentikan, maka hati akan melakukan regenerasi untuk mengganti

sel-selnya yang rusak (Schreiber et al. 1971, Steinert 2009, Orhue et al. 2005,

Karimi and Hayatghaibi 2006, Kandasamy et al. 2010, Antai et al. 2009).