4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB...

15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Organ reproduksi Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap ikan. Tingkat kematangan gonad ikan ditentukan secara morfologi berdasarkan bentuk, warna, ukuran, bobot gonad, dan perkembangan isi gonad. Penentuan tingkat kematangan gonad ikan menggunakan tabel modifikasi dari Cassie (Tabel 1). Pada Gambar 4 dan 5 disajikan gambar tingkat kematangan ikan kuniran (Upeneus moluccensis) yang diperoleh selama pengamatan untuk kedua jenis kelamin. Gambar 4. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) betina TKG I TKG II TKG III TKG IV

Transcript of 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB...

Page 1: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

17

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Organ reproduksi

Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan

dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap ikan. Tingkat

kematangan gonad ikan ditentukan secara morfologi berdasarkan bentuk, warna,

ukuran, bobot gonad, dan perkembangan isi gonad. Penentuan tingkat kematangan

gonad ikan menggunakan tabel modifikasi dari Cassie (Tabel 1). Pada Gambar 4 dan

5 disajikan gambar tingkat kematangan ikan kuniran (Upeneus moluccensis) yang

diperoleh selama pengamatan untuk kedua jenis kelamin.

Gambar 4. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) betina

TKG I TKG II

TKG III TKG IV

Page 2: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

18

Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa ikan kuniran betina pada tingkat

kematangan gonad pertama (TKG I) memiliki ovari seperti benang. Pada TKG II,

ukuran ovari semakin besar dan berwarna merah kekuning-kuningan serta belum

terlihat butir telur. Pada TKG III, ovari berwarna kuning dan secara morfologi butir

telur mulai terlihat. Pada TKG IV, ukuran ovari semakin besar dan butir telur dapat

terlihat dengan jelas, serta sudah dapat dipisahkan.

Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa ikan kuniran jantan memiliki testes

seperti benang dan berwarna transparan pada TKG I. Pada TKG II, ukuran testes

semakin besar dan warna testes seperti agak keputihan. Untuk TKG III pada jantan

permukaan testes tampak bergerigi dan warna makin putih. Adapun untuk TKG IV

pada jantan tidak ditemukan selama penelitian.

4.1.2. Perbandingan jenis kelamin

Proporsi kelamin atau perbandingan jenis kelamin merupakan perbandingan

jenis kelamin betina dan jantan. Jenis kelamin betina dan jantan ditentukan secara

morfologi dengan mengamati bentuk dan warna gonad ikan tersebut. Pada Tabel 2

disajikan proporsi kelamin ikan kuniran (Upeneus moluccensis) betina dan jantan

selama tujuh bulan pengamatan.

TKG I TKG II

Page 3: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

19

Tabel 2. Proporsi kelamin ikan kuniran betina dan jantan

Jumlah

ikan contoh

(ind)

Proporsi (%) X² hitung X² tabel

Uji

Chi-square Betina Jantan

Maret 34 58,824 41,177 5,733 3,182 Tidak seimbang

April 83 81,928 18,072 35,391 3,182 Tidak seimbang

Mei 70 82,857 17,143 35,261 3,182 Tidak seimbang

Juni 68 57,353 42,647 1,699 12,706 Seimbang

Juli 75 57,333 42,667 15,209 4,303 Tidak seimbang

Agustus 60 36,667 63,333 27,306 3,182 Tidak seimbang

September 63 53,968 46,032 10,512 3,182 Tidak seimbang

Total 453 62,693 37,307 52,5733 3,1824 Tidak seimbang

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa pada seluruh bulan pengamatan kecuali

pada bulan Agustus, proporsi ikan kuniran betina lebih besar dibandingkan dengan

ikan jantan. Ini berarti jumlah ikan betina yang tertangkap lebih banyak

dibandingkan ikan jantan. Pada bulan Agustus, proporsi ikan kuniran jantan lebih

besar dibandingkan dengan ikan betina. Menurut Effendie (1997), perbandingan

jenis kelamin dalam pemijahan tiap-tiap spesies ikan berbeda-beda. Keadaan tidak

seimbangnya proporsi antara ikan kuniran betina dan jantan diduga ikan betina dan

ikan jantan tidak berada dalam satu area pemijahan sehingga peluang tertangkapnya

ikan kuniran betina dan jantan tidak sama. Selain itu, sedikitnya jumlah ikan kuniran

jantan yang tertangkap dapat disebabkan karena waktu pengambilan yang kurang

tepat dan siklus ikan jantan lebih pendek. Adapun ikan contoh pada bulan Agustus,

ikan kuniran betina diduga melakukan ruaya untuk pemijahan yang menyebabkan

pada bulan tersebut jumlah ikan kuniran betina lebih sedikit tertangkap

dibandingkan dengan ikan jantan.

Namun, proporsi kelamin secara total menunjukkan bahwa proporsi ikan

kuniran betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dengan perbandingan

1,7:1. Setelah dilakukan uji Chi-square diperoleh hasil bahwa proporsi ikan kuniran

betina dan jantan dalam suatu populasi pada tujuh bulan pengamatan dalam keadaan

yang tidak seimbang, kecuali pada bulan Juni dimana proporsi ikan kuniran betina

dan jantan dalam keadaan yang seimbang. Namun secara keseluruhan, proporsi ikan

kuniran betina dan jantan dalam keadaan yang tidak seimbang (Lampiran 3).

Page 4: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

20

4.1.3. Faktor kondisi

Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan secara fisik untuk bertahan hidup

dan bereproduksi. Berdasarkan hasil analisis terhadap ikan kuniran selama tujuh

bulan pengamatan diperoleh bahwa faktor kondisi atau kemontokan ikan, baik

betina maupun jantan, pada setiap bulan berbeda-beda. Pada Gambar 6 disajikan

grafik faktor kondisi ikan kuniran betina dan jantan selama tujuh bulan pengamatan.

Gambar 6. Nilai tengah faktor kondisi ikan kuniran (Upeneus moluccensis) betina

(a) dan jantan (b) berdasarkan bulan pengamatan

Ikan kuniran memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif, yaitu pertumbuhan

panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan bobot. Berdasarkan

Gambar 6 terlihat bahwa terjadi perubahan faktor kondisi pada masing-masing bulan

pengamatan untuk ikan kuniran betina dan jantan. Nilai faktor kondisi ikan kuniran

betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Nilai faktor kondisi terbesar ikan

kuniran jantan dan betina terdapat pada bulan Juli, yaitu sebesar 1,0668 dan 1,2143

(Lampiran 4). Hal tersebut diduga karena ikan kuniran sedang mengalami

kematangan gonad. Pada bulan tersebut juga nilai faktor kondisi tertinggi terdapat

pada TKG III dan IV. Menurut Patulu (1963) in Effendie (1997), nilai faktor kondisi

(a) (b)

Page 5: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

21

ikan berfluktuasi dengan ukuran ikan tersebut. Peningkatan nilai faktor kondisi

terdapat pula pada waktu ikan mengisi gonadnya dengan cell sex dan akan mencapai

puncaknya sebelum terjadi pemijahan (Effendie 1997). Nilai faktor kondisi rata-rata

ikan kuniran berkisar antara 0,4848-1,3952 untuk ikan betina dan pada ikan kuniran

jantan berkisar antara 0,6842-1,2184. Secara keseluruhan, nilai faktor kondisi ikan

betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Namun perbedaan nilai faktor

kondisi tersebut tidak terlalu signifikan.

4.1.4. Ukuran pertama kali matang gonad

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode Spearman-Karber,

ukuran pertama kali ikan kuniran (Upeneus moluccensis) matang gonad adalah 144

mm untuk ikan betina dan 159 mm untuk ikan jantan (Lampiran 5). Hal ini

menunjukkan bahwa ikan kuniran betina lebih cepat mengalami matang gonad

dibandingkan dengan ikan jantan.

4.1.5. Tingkat kematangan gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad adalah tahap-tahap tertentu perkembangan gonad

sebelum dan sesudah ikan memijah. Komposisi tingkat kematangan gonad pada

setiap saat dapat digunakan untuk menduga waktu pemijahan pada ikan. Pada

Gambar 7 disajikan grafik tingkat kematangan gonad ikan kuniran betina dan jantan

berdasarkan pengamatan terhadap ikan contoh setiap bulannya.

Gambar 7. Tingkat kematangan gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) betina

(a) dan jantan (b) berdasarkan bulan pengamatan

(a) (b)

Page 6: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

22

Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa ikan kuniran (Upeneus moluccensis)

betina dan jantan yang terdapat pada tiap bulan pengamatan dari bulan Maret-

September lebih banyak didominasi oleh ikan-ikan yang masih dalam fase

pertumbuhan (TKG I dan II). Hal ini menunjukkan bahwa ikan kuniran yang banyak

tertangkap adalah ikan-ikan yang masih melakukan pertumbuhan dan belum

mengalami matang gonad. Selain itu, terlihat bahwa ikan-ikan untuk kedua jenis

kelamin yang telah matang gonad (TKG III dan IV) terdapat pada bulan Maret,

April, Juli, Agustus, dan September. Selama penelitian, tingkat kematangan gonad

yang terdapat dalam satu bulan pengamatan berbeda-beda.

4.1.6. Indeks kematangan gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad merupakan cara untuk mengetahui perubahan yang

terjadi pada gonad pada setiap kematangan secara kuantitatif. Selain dengan

mengetahui tingkat kematangan gonad, pendugaan waktu pemijahan pada ikan dapat

ditentukan dari nilai indeks kematangan gonad ikan tersebut. Effendie (1997)

menyatakan bahwa sejalan dengan pertumbuhan gonad, maka gonad yang

dihasilkan akan semakin bertambah besar dan berat hingga batas maksimum ketika

terjadi pemijahan. Pada Gambar 8 disajikan grafik indeks kematangan gonad ikan

kuniran betina dan jantan selama tujuh bulan pengamatan.

Gambar 8. Indeks kematangan gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) betina

dan jantan berdasarkan bulan pengamatan

Page 7: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

23

Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa nilai indeks kematangan gonad ikan

kuniran (Upeneus moluccensis) di perairan Selat Sunda mengalami fluktuasi. Pada

gambar juga menunjukkan bahwa nilai indeks kematangan gonad ikan kuniran yang

terbesar terdapat pada bulan Maret dan Juli. Selain itu, nilai indeks kematangan

gonad ikan kuniran betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan (Lampiran

6).

4.1.7. Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan

fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total (Nikolsky 1963). Nilai

fekunditas pada ikan kuniran betina TKG III dan IV berdasarkan metode gabungan

berada pada kisaran 15.611-156.300 butir telur (Lampiran 7). Hubungan antara

fekunditas dengan panjang total ikan kuniran ditunjukkan melalui persamaan

F=124,9891L0,0072

dan diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,0052

(Lampiran 8). Hubungan fekunditas terhadap bobot tubuh ikan kuniran ditunjukkan

melalui persamaan F=20,8431W0,0438

dan diperoleh nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,0188 (Lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa hanya 0,52% dari

keragaman nilai fekunditas ikan kuniran yang dapat dijelaskan oleh panjang total

dan hanya 1,88% dari keragaman nilai fekunditas yang dapat dijelaskan oleh bobot

tubuh. Dari hasil analisis diperoleh variasi nilai fekunditas yang cukup besar

terhadap panjang dan bobot tubuh ikan.

4.1.8. Diameter telur

Diameter telur dapat diukur dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi

dengan mikrometer okuler yang sudah ditera dengan mikrometer objektif terlebih

dahulu (Sulistiono et al. 2001a). Prabhu (1956) dan Kagwade (1968) in Warjono

(1990), tipe pemijahan ikan berhubungan dengan perkembangan diameter telur

dalam ovarium. Pada Gambar 9 disajikan grafik diameter telur ikan kuniran betina

TKG III dan IV secara total yang dilakukan selama pengamatan.

Page 8: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

24

Gambar 9. Diameter telur ikan kuniran (Upeneus moluccensis) betina

Berdasarkan Gambar 9 dapat terlihat bahwa sebaran diameter telur ikan

kuniran mencapai puncak pada selang 0,2302-0,2518 mm yang selanjutnya terus

mengalami penurunan (Lampiran 10). Diameter telur dengan frekuensi terendah

terdapat pada selang kelas 0,4038-0,4254 mm. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebaran diameter telur ikan kuniran memiliki satu modus. Selain itu, selama

penelitian diameter telur yang berada dalam ovarium berukuran sama.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Proporsi kelamin

Ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan dan betina di perairan Selat Sunda

memiliki proporsi yang tidak seimbang yaitu 1:1,7. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Azhar (1992) in Sjafei dan Susilawati (2001) terhadap ikan kuniran (Upeneus

tragula) di perairan Muara Kamal, Sjafei dan Susilawati (2001) terhadap ikan

kuniran (U. moluccensis) di perairan Teluk Labuan, dan Triana (2011) terhadap ikan

kuniran (U. moluccensis) di perairan Teluk Jakarta juga menunjukkan proporsi ikan

kuniran jantan dan betina dalam keadaan yang tidak seimbang. Perbandingan ikan

kuniran jantan dan betina yang diperoleh adalah 1:1,1 (Azhar 1992), 1:1,25 (Sjafei

dan Susilawati 2001), dan 1:1,5 (Triana 2011). Begitu pula dengan hasil yang

diperoleh oleh Ismen (2005) terhadap ikan kuniran (Upeneus moluccensis) di Teluk

Page 9: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

25

Iskenderun, Mediterania Timur bahwa rasio kelamin ikan jantan dan betina sebesar

1:1,07. Selain itu, diperoleh nilai L∞ sebesar 243 mm dan K sebesar 0,218 untuk

ikan kuniran betina, sedangkan L∞ sebesar 225 mm dan K sebesar 0,236 untuk ikan

kuniran jantan (Ismen 2005). Menurut hasil penelitian Fadlian (2012) terhadap ikan

kuniran (U. moluccensis) di perairan Selat Sunda diperoleh L∞ sebesar 211,22 mm

dan K sebesar 0,12 untuk ikan kuniran betina, sedangkan L∞ sebesar 166,27 mm

dan K sebesar 0,23 untuk ikan kuniran jantan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan

kuniran jantan memiliki koefisien pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan

dengan ikan betina, sehingga ikan kuniran jantan lebih cepat mencapai panjang

asimtotik (panjang yang tidak dapat dicapai oleh ikan) yang pada akhirnya akan

cepat mengalami kematian dan menyebabkan jumlah ikan kuniran betina lebih

banyak tertangkap dibandingkan dengan ikan jantan. Purwanto et al. (1986) in

Susilawati (2000) menyatakan bahwa perbandingan ikan jantan dan betina dalam

suatu populasi diharapkan dalam keadaan yang seimbang yaitu 1:1, atau setidaknya

ikan betina lebih banyak untuk mempertahankan kelestarian populasi (Purwanto et

al. 1986 in Sulistiono et al. 2001b). Selain itu, ikan betina lebih aktif mencari

makanan untuk proses perkembangan gonad agar dapat berkembang dengan baik

dan menghasilkan telur yang baik pula (Nikolsky 1963).

4.2.2. Ukuran pertama kali matang gonad

Ukuran pertama kali ikan kuniran (Upeneus moluccensis) matang gonad

adalah 144 mm untuk ikan betina dan 159 mm untuk ikan jantan. Triana (2011)

menyatakan bahwa ukuran pertama kali matang gonad ikan kuniran (Upeneus

moluccensis) betina di Teluk Jakarta sebesar 155 mm dan ikan jantan sebesar 173

mm. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kuniran betina lebih cepat mengalami matang

gonad dibandingkan dengan ikan jantan. Penelitian yang dilakukan oleh Sjafei dan

Susilawati (2001) memperoleh ukuran pertama kali matang gonad ikan kuniran

(Upeneus moluccensis) di perairan Teluk Labuan sebesar 120 mm untuk ikan jantan

dan 125 mm untuk ikan betina. Sedangkan ukuran pertama kali matang gonad ikan

kuniran (U. moluccensis) di Teluk Antalya, Turki sebesar 110 mm untuk ikan betina

dan 105 mm untuk ikan jantan (Ozvarol et al. 2010). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ismen (2005) terhadap ikan kuniran (U. moluccensis) di Teluk

Page 10: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

26

Iskenderun, Mediterania Timur diperoleh ukuran pertama kali matang gonad ikan

kuniran betina dan jantan adalah 110 mm.

Adanya perbedaan kecepatan tumbuh (Nikolsky 1969 in Susilawati 2000),

perbedaan strategis hidup atau pola adaptasi ikan (Busing 1987 in Susilawati 2000),

serta adanya perbedaan kondisi perairan menyebabkan ikan-ikan muda yang berasal

dari telur yang menetas pada waktu yang bersamaan akan mencapai tingkat

kematangan gonad pada ukuran yang berlainan. Dengan demikian, dapat diduga

bahwa ikan kuniran betina di perairan Selat Sunda lebih cepat mengalami matang

gonad dibandingkan dengan ikan jantan untuk mempertahankan kelestariannya

dalam suatu populasi. Ukuran pertama kali ikan matang gonad juga dipengaruhi oleh

kelimpahan, ketersediaan makanan, suhu, periode, dan faktor lingkungan pada suatu

habitat atau perairan yang berbeda-beda (Nikolsky 1963).

4.2.3. Waktu pemijahan

Waktu pemijahan pada ikan dapat diduga dengan melihat komposisi tingkat

kematangan gonad ikan tersebut. Novitriana et al. (2004) menyatakan bahwa waktu

pemijahan ikan adalah bulan-bulan yang memiliki jumlah ikan jantan dan betina

yang telah mengalami matang gonad, sedangkan puncak pemijahan dilihat pada

bulan dimana ikan jantan dan betina yang telah matang gonad terdapat dalam jumlah

yang besar. Menurut Ozvarol et al. (2010), musim atau waktu pemijahan terjadi

ketika nilai indeks kematangan gonad untuk kedua jenis kelamin mencapai tingkat

tertinggi. Pada Gambar 7 terlihat bahwa ikan-ikan untuk kedua jenis kelamin yang

telah matang gonad (TKG III dan IV) terdapat pada bulan Maret, April, Juli,

Agustus, dan September, serta pada Gambar 8 terlihat bahwa nilai indeks

kematangan gonad ikan kuniran yang terbesar terdapat pada bulan Maret dan Juli.

Selain itu, waktu pemijahan pada ikan dapat terlihat dari nilai faktor kondisi yang

dihasilkan. Nilai faktor kondisi ikan kuniran terbesar yang diperoleh terdapat pada

bulan Juli. Faktor kondisi dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan pada ikan

betina dipengaruhi oleh indeks kematangan gonad, sehingga pada waktu pemijahan

ikan membutuhkan makanan yang banyak. Namun pada saat makanan berkurang

jumlahnya, ikan akan cenderung menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber

energi selama proses pematangan gonad dan pemijahan sehingga faktor kondisi ikan

Page 11: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

27

menurun (Rininta 1998 in Saadah 2000). Dengan demikian, dapat diduga bahwa

waktu pemijahan ikan kuniran (Upeneus moluccensis) di perairan Selat Sunda

adalah pada bulan Maret, April, Juli, Agustus, dan September dengan puncak

pemijahan pada bulan Maret dan Juli.

Waktu pemijahan ikan kuniran (Upeneus moluccensis) di Teluk Jakarta terjadi

pada bulan Juli-September (Triana 2011). Ismen (2005) memperoleh waktu

pemijahan ikan kuniran (U. moluccensis) di Teluk Iskenderun, Mediterania Timur

terjadi pada bulan Juni dan September. Penelitian yang dilakukan oleh Ozvarol et al.

(2010) memperoleh waktu pemijahan ikan kuniran (U. moluccensis) di Teluk

Antalya, Turki terjadi pada bulan Juli dan Oktober. Hal ini mengindikasikan bahwa

ikan kuniran (U. moluccensis) di perairan Selat Sunda melakukan pemijahan

sebanyak dua kali selama satu tahun. Bagenal (1987) in Yustina dan Arnentis (2002)

menyatakan bahwa ikan yang memiliki indeks kematangan gonad lebih kecil dari

20% adalah kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya.

Selama penelitian tingkat kematangan gonad yang terdapat dalam satu bulan

pengamatan berbeda-beda. Ketidakseragaman perkembangan gonad ini diduga

adanya dua kelompok ikan yang waktu pemijahannya berbeda (Brojo dan Sari

2002).

Nilai faktor kondisi rata-rata ikan kuniran betina berkisar antara 0,4848-

1,3952. Sedangkan pada ikan kuniran jantan berkisar antara 0,6842-1,2184. Menurut

Effendie (1979), nilai K yang berkisar antara 2-4 menunjukkan badan ikan tersebut

berbentuk agak pipih. Sedangkan nilai K yang berkisar antara 1-3 menunjukkan

bahwa badan ikan tersebut berbentuk kurang pipih. Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa ikan kuniran di perairan Selat Sunda memiliki bentuk tubuh

yang kurang pipih. Secara keseluruhan, nilai faktor kondisi ikan betina lebih besar

dibandingkan dengan ikan jantan. Namun perbedaan nilai faktor kondisi tersebut

tidak terlalu signifikan. Hal ini diduga bahwa ikan kuniran betina memiliki kondisi

yang lebih baik untuk proses reproduksi dan bertahan hidup dibandingkan dengan

ikan jantan (Effendie 1997).

Page 12: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

28

4.2.4. Potensi reproduksi

Potensi reproduksi pada ikan dapat diduga dengan melihat nilai fekunditas

yang dihasilkan oleh ikan tersebut. Fekunditas merupakan jumlah telur yang

terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau

fekunditas total (Nikolsky 1963). Nilai fekunditas pada ikan kuniran betina TKG III

dan IV berdasarkan metode gabungan berada pada kisaran 15.611-156.300 butir

telur. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sjafei dan Susilawati (2001), nilai

fekunditas yang dihasilkan oleh ikan kuniran (Upeneus moluccensis) di perairan

Teluk Labuan, Banten berkisar antara 19.116-89.344 butir telur. Penelitian yang

dilakukan oleh Triana (2011) menunjukkan bahwa nilai fekunditas yang dihasilkan

oleh ikan kuniran dengan spesies yang sama di perairan Teluk Jakarta berkisar

antara 26.658-75.030 butir telur. Penelitian yang dilakukan oleh Ismen (2005)

diperoleh nilai fekunditas ikan kuniran (U. moluccensis) di Teluk Iskenderun,

Mediterania Timur berkisar antara 19.714-64.452 butir telur dan Ozvarol et al.

(2010) memperoleh nilai fekunditas terhadap ikan kuniran (U. moluccensis) di Teluk

Antalya, Turki berkisar antara 2.231-139.065 butir telur. Hal ini menunjukkan

bahwa ikan kuniran memiliki potensi reproduksi yang cukup tinggi, karena diduga

dapat menghasilkan jumlah individu baru yang melimpah.

Brojo et al. (2001) in Mulyoko (2010) menyatakan bahwa fekunditas ikan di

alam akan bergantung pada kondisi lingkungannya. Apabila ikan hidup pada kondisi

yang banyak ancaman predator, maka jumlah telur yang dikeluarkan akan semakin

banyak atau fekunditas yang dihasilkan akan semakin besar. Sedangkan ikan yang

hidup pada kondisi yang sedikit predator, maka telur yang dikeluarkan akan sedikit

pula atau fekunditas yang dihasilkan kecil. Oleh karena itu, semakin banyak

fekunditas yang dihasilkan oleh ikan, maka potensi reproduksi dari suatu spesies

juga akan semakin besar.

Hubungan antara fekunditas dengan panjang total ikan kuniran ditunjukkan

melalui persamaan F=124,9891L0,0072

dan diperoleh nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,0052. Sedangkan hubungan bobot tubuh ikan kuniran ditunjukkan melalui

persamaan F=20,8431W0,0438

dan diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,0188. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 0,52% dari keragaman nilai fekunditas

ikan kuniran yang dapat dijelaskan oleh panjang total dan hanya 1,88% dari

Page 13: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

29

keragaman nilai fekunditas yang dapat dijelaskan oleh bobot tubuh. Analisis

hubungan fekunditas terhadap panjang total dan bobot tubuh ikan kuniran

memperoleh nilai determinasi yang kecil yaitu 0,52% dan 1,88% dan diperoleh

variasi nilai fekunditas yang cukup besar terhadap panjang dan bobot tubuh ikan.

Menurut Warjono (1990), keeratan hubungan antara fekunditas terhadap panjang

dan bobot tubuh tidak dapat dilakukan. Variasi fekunditas ini disebabkan oleh

adanya kelompok ikan yang baru memijah dan sudah memijah, sehingga produksi

telur cenderung lebih tinggi daripada ikan yang baru memijah. Selain itu, variasi

fekunditas tersebut juga disebabkan adanya penyebaran produksi telur yang tidak

merata.

4.2.5. Pola pemijahan

Pola pemijahan atau tipe pemijahan pada ikan diduga dari sebaran diameter

telur. Sebaran diameter telur ikan kuniran mencapai puncak pada selang 0,2302-

0,2518 mm. Sebaran frekuensi diameter telur ikan kuniran terdapat modus

penyebaran satu puncak yang artinya kelompok spesies ikan kuniran mengeluarkan

telur secara total (total spawner). Total spawner adalah tipe pemijahan yang tidak

bertahap dimana ikan melepaskan telurnya secara menyeluruh (Sulistiono et al.

2001b).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sjafei dan Susilawati (2001), ikan

kuniran (Upeneus moluccensis) di perairan Teluk Labuan, Banten memiliki tipe

pemijahan total spawner dengan kisaran diameter telur antara 0,334-0,371 mm.

Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triana (2011) dengan

spesies yang sama di perairan Teluk Jakarta dengan diameter telur yang berkisar

antara 0,150-0,410 mm. Ozvarol et al. (2010) memperoleh tipe pemijahan ikan

kuniran (U. moluccensis) di Teluk Antalya, Turki adalah total spawner dengan

ukuran diameter telur berkisar antara 0,250-0,620 mm. Selain itu, diameter telur

yang berada dalam ovarium berukuran sama. Brojo dan Sari (2002) menyatakan

bahwa keseragaman ukuran diameter telur diduga ikan memijah pada satu periode

dalam setiap masa pemijahan dan melepaskan telur-telurnya sekaligus dalam jangka

waktu yang singkat (total spawner). Pada umumnya ikan yang tergolong total

Page 14: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

30

spawner memiliki ukuran diameter telur yang kecil, fekunditas yang besar, dan

musim pemijahan yang tetap (Connell 1987 in Pellokila 2009).

4.3. Pengelolaan

Ikan kuniran (Upeneus moluccensis) merupakan ikan demersal kecil di

perairan Selat Sunda. Ikan kuniran ini merupakan ikan yang bernilai ekonomis bagi

masyarakat setempat sebagai ikan konsumsi. Ikan ini dipasarkan dalam keadaan

segar maupun dalam bentuk olahan. Masyarakat di Labuan mengolah ikan kuniran

sebagai ikan asin yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan ikan

dalam bentuk segar. Hal ini membuat para nelayan meningkatkan hasil tangkapan

ikan kuniran. Jika upaya penangkapan terhadap ikan kuniran terus ditingkatkan,

maka akan menyebabkan ikan-ikan yang tertangkap berukuran semakin kecil yang

pada akhirnya akan menurunkan hasil tangkapan nelayan. Oleh karena itu,

diperlukan pengelolaan yang tepat untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan

dalam suatu perairan. Salah satu bentuk pengelolaan tersebut adalah melakukan

pengaturan waktu penangkapan dan ukuran ikan yang diperbolehkan untuk

ditangkap.

Berdasarkan penelitian, ikan kuniran memijah pada bulan Maret, April, Juli,

Agustus, dan September dengan puncak pemijahan pada bulan Maret dan Juli.

Pengaturan waktu penangkapan ikan kuniran tidak terlalu bisa diterapkan, karena

ikan kuniran diduga memijah sepanjang tahun. Menurut Widodo dan Suadi (2006),

penutupan daerah atau musim penangkapan akan efektif untuk mengendalikan

ukuran ikan yang tertangkap dengan syarat bahwa kedua faktor tersebut mempunyai

pengaruh yang nyata atas ukuran ikan yang tertangkap. Namun, pengaturan dapat

dilakukan dengan melakukan penangkapan terhadap ikan kuniran tidak pada puncak

pemijahan ikan tersebut. Dari hasil penelitian tersebut juga diperoleh ukuran

pertama kali ikan kuniran betina matang gonad sebesar 144 mm dan ikan jantan

sebesar 159 mm. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan kuniran betina lebih cepat

mengalami matang gonad dibandingkan dengan ikan jantan. Ukuran pertama kali

ikan matang gonad memiliki peranan penting dalam pengelolaan perikanan, yaitu

dapat diduga ukuran ikan tersebut mencapai dewasa dan ukuran ikan yang boleh

ditangkap (Susilawati 2000). Dalam rangka mempertahankan keberlanjutan populasi

Page 15: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57795/4/BAB IV Hasil... · 18 . Gambar 5. Gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) jantan .

31

ikan diperlukan adanya penerapan pengaturan ukuran ikan yang boleh ditangkap

yaitu ikan-ikan yang memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran pertama kali ikan

tersebut matang gonad, sehingga membiarkan ikan-ikan memijah minimal sekali

dalam hidupnya yang akan mencegah degradasi stok (Moore 1999 in Musbir et al.

2006). Dengan demikian, ukuran ikan yang diperbolehkan ditangkap adalah ikan-

ikan yang berada pada ukuran di atas ukuran pertama kali ikan tersebut matang

gonad yaitu 159 mm.