itu yang dalam -...

13
Abstract - A major theme was carried by lndonesia in October 2013 APEC meeting in Bali is "Res/ient Asia Pacific, Engines of Global Growth". The theme gives the rnessage carrying the Asia Pacific region to move towards sustainable development with equity, improve connectivity and increase fhe pace of economic integration through the achievement of the Bogor Goals. lndonesia is not only one of the key players in APEC, but also a "producer" active and strategic integration of APEC member economies through more liberal trade and investment. APEC plays a unique role as a forum for the major trading partners to work together and assess fhe relative merits as a potential pathway for long-term goals of APEC, the free trade area of the Asia-Pacific. ln perspective geostrategyc containing messages joint efforts of APEC members to make the Asia Pacific region resilient to economic shocks in the future. Mission Engine of Global Growth suggestive of hope that the Asia-Pacific region, with its new program willbe issued at a meeting of APEC 2013, will be the engine of global growth. Keywords: sustainable development, geostrategic perspective and economic shocks Pertemuan APEC tahun 2013 akan digelar di Bali, lndonesia Oktober mendatang. lni adalah kedua kalinya lndonesia menjadi tuan rumah dari pertemuan APEC. Pertama kali lndonesia menjadi tuan rumah pertemuan APEC adalah pada tahun 1994. Pertemuan APEC tahun 1994 itu mengeluarkan sebuah dokumen yang dikenal dengan nama Bogor Goals. Bogor Goals ini lah yang kemudian selalu menjadi rujukan pertemuan- pertemuan APEC berikutnya. Tema besar yang diusung oleh lndonesia dalam pertemuan APEC 2013 adalah "Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth'. Keputusan lndonesia untuk mengusung tema tersebut tidak dapat dilihat terpisah dari kepentingan nasional lndonesia yang dalam konteks kerjasama ekonomi Asia Pasifik ini adalah secara internal untuk meningkatkan arus investasi swasta dan secara eksternal, termasuk tetapi tidak terbatas, untuk mengintegrasikan ekonomi anggota melalui investasi dan perdagangan yang lebih liberal. 24lJ {.} rn a t M a riti rn lndonesia

Transcript of itu yang dalam -...

Abstract - A major theme was carried by lndonesia in October 2013 APEC meeting

in Bali is "Res/ient Asia Pacific, Engines of Global Growth". The theme gives the

rnessage carrying the Asia Pacific region to move towards sustainable development

with equity, improve connectivity and increase fhe pace of economic integration

through the achievement of the Bogor Goals. lndonesia is not only one of the keyplayers in APEC, but also a "producer" active and strategic integration of APEC

member economies through more liberal trade and investment. APEC plays a unique

role as a forum for the major trading partners to work together and assess fhe

relative merits as a potential pathway for long-term goals of APEC, the free trade

area of the Asia-Pacific. ln perspective geostrategyc containing messages joint

efforts of APEC members to make the Asia Pacific region resilient to economic

shocks in the future. Mission Engine of Global Growth suggestive of hope that the

Asia-Pacific region, with its new program willbe issued at a meeting of APEC 2013,

will be the engine of global growth.

Keywords: sustainable development, geostrategic perspective and economic shocks

Pertemuan APEC tahun 2013

akan digelar di Bali, lndonesia Oktober

mendatang. lni adalah kedua kalinya

lndonesia menjadi tuan rumah dari

pertemuan APEC. Pertama kali

lndonesia menjadi tuan rumah

pertemuan APEC adalah pada tahun

1994. Pertemuan APEC tahun 1994 itu

mengeluarkan sebuah dokumen yang

dikenal dengan nama Bogor Goals.

Bogor Goals ini lah yang kemudian

selalu menjadi rujukan pertemuan-

pertemuan APEC berikutnya.

Tema besar yang diusung oleh

lndonesia dalam pertemuan APEC

2013 adalah "Resilient Asia Pacific,

Engine of Global Growth'. Keputusan

lndonesia untuk mengusung tema

tersebut tidak dapat dilihat terpisah

dari kepentingan nasional lndonesia

yang dalam konteks kerjasama

ekonomi Asia Pasifik ini adalah secara

internal untuk meningkatkan arus

investasi swasta dan secara eksternal,

termasuk tetapi tidak terbatas, untuk

mengintegrasikan ekonomi anggota

melalui investasi dan perdagangan

yang lebih liberal.

24lJ {.} rn a t M a riti rn lndonesia

Selain mencerminkan dinamika

kawasan Asia Pasifik dan kemampuan-

nya untuk mendorong pemulihan

ekonomi global, tema "Resilient Asia

Pacific: The Engine of Global

Growth" juga merupakan respon

lndonesia terhadap perlunya ketahan-

an dalam menghadapi tantangan dan

peluang yang dihadapi kawasan Asia

Pasifik. Apalagi lndonesia mengambil

kemudi APEC pada saat sebagian dari

negara-negara anggotanya, kawasan

Eropa dan Amerika Serikat terperosok

di tengah ketidakpastian ekonomi.

Tema di atas juga memberi

pesan bahwa prioritas lndonesia dalam

pertemuan APEC 2013 adalah untuk

mambawa kawasan Asia Pasifik ber-

gerak menuju pembangunan ber-

kelanjutan dengan ekuitas, meningkat-

kan konektivitas dan meningkatkan laju

integrasi ekonomi melalui pencapaian

Bogor Goals. Bogor Goals adalah

sebuah deklarasi 1994 yang bertujuan

untuk menciptakan perdagangan bebas

dan terbuka di antara negara anggota

pada tahun 2020.

Dalam pertemuan APEC 2103

ini diharapkan lndonesia akan

membuat kemajuan lebih lanjut dari visi

itu. lni berarti bahwa lndonesia bukan

hanya harus kreatif dalam meng-

identifikasi tujuan-tujuan APEC jangka

panjang, tetapi juga kreatif dalam

menciptakan aksi-aksi kebijakan yang

berguna yang melampaui 2020. Lebih

lanjut, karena pertemuan APEC

seringkali dilihat sebagai media melalui

mana kawasan yang satu dan kawasan

lainnya saling berhubungan, maka

lndonesia dituntut untuk memperlihat-

kan kemampuannya dalam meningkat-

251 ) -',".'t' f,{ lr'1, -ry

"r{1u'}Ir Jja

kan konektivitas, yaitu mencari cara

untuk menghubungkan APEC dengan

arsitektur regional lainnya melalui

pertemuan-pertemuan multilateral,

seperti forum infrastruktur APEC-

ASEAN.

Karena tema pertemuan APEC

2013 adalah 'Resilient Asia Pacific:

The Engine of Global Growth" dan

karena dengan tema itu banyak yang

berharap lndonesia dapat secara

maksimal memanfaatkan pertemuan itu

untuk kepentingan nasionalnya (inter-

nal dan eksternal), maka tulisan ini

mencoba mengobservasi arti tema itu

untuk peran lndonesia dalam per-

temuan APEC 2013 melalui tiga pers-

pektif, yaitu geoekonomi, geopolitik dan

geostrategi.

Bobot strategis APEC dan tempat

lndonesia dalam APEC

Dahulu kawasan Asia Pasifik

tidak pernah membayangkan bahwa

kini kawasan itu memiliki sebuah forum

yang dirancang secara khusus untuk

mengelola hubungan ekonomi kawa-

san Asia Pasifik dan mendorong

percepatan pembangunan ekonomi

para anggotanya. APEC secara resmi

dibentuk bulan November 1989 di

Canberra, Australia dan ia lahir seba-

gai respon strategik terhadap peru-

bahan-perubahan cepat yang terjadi di

tingkat global, khususnya di bidang

ekonomi, perdagangan dan investasi.

Pada saat itu terjadi pula perubahan

besar di bidang politik dan ekonomi di

Uni Soviet dan Eropa Timur dan

munculnya kekhawatiran gagalnya

perundingan Putaran Uruguay (perda-

gangan bebas). Jika masalah perda-

gangan bebas gagal disepakati, maka

hal itu diduga akan memicu sikap

proteksi dari setiap negara dan sangat

menghambat perdagangan bebas.

Oleh karena itu, APEC dianggap bisa

menjadi langkah efektif untuk

mengamankan kepentingan perda-

gangan negara-negara di kawasan

Asia Pasifik.

Dari segi organisasi, APEC

adalah yang terbesar di dunia. Selain

beranggotakan 21 negara, APEC

memiliki kekuatan besar yang mungkin

tidak dimiliki organisasi serupa di dunia

ini dalam konteks perekonomian. Dari 7

milyar penduduk dunia, 213 nya berada

di APEC. Setengah dari perdagangan

dunia terjadi di lingkungan anggota

APEC. Saat ini, ekonomi APEC

mencapai 54 persen dari produk

domestik bruto global. Sebesar 18

triliun dollar AS produksi domestik bruto

(PDB) dunia-dari total 30 triliun dollar

lebih PDB dunia ada di APEC. Empat

dari 10 negara yang memiliki kekuatan

perekonomian terbesar di dunia juga

ada di APEC, yakni Amerika Serikat

(AS), Jepang, Cina, dan Kanada.

Di bidang tarif, APEC dinilai

telah berhasil mengurangi tarif rata-rata

dari 16,9 persen pada tahun 1989

menjadi 5,7 persen pada tahun 2011

dan membatasi tindakan non-tarif.

Tetapi prosedur kepabeanan panjang

dan infrastruktur transportasi yang

buruk masih menjadi tantangan per-

dagangan bebas yang dihadapi oleh

APEC di masa mendatang.

Ketika berdiri tahun 1989, jumlah

anggota APEC sebanyak 12 negara.

Pada tahun 1991 APEC menerima

261..t utra; fudariiim indonesia

Cina, Hongkong dan Taiwan masuk

menjadi anggotanya. Dalam pertemuan

di Seattle, pada bulan November 1993,

APEC menerima Papua Nugini dan

Meksiko sebagai anggota. Pada per-

temuan di Bogor tahun 1994 anggota

APEC menjadi 18 negara. Sampai

KTT APEC di Rusia 2012, anggota

APEC berjumlah 21 negara.

Peningkatan jumlah anggota

APEC dari waktu ke waktu menunjuk-

kan pengakuan terhadap APEC

sebagai sebuah institusi yang bukan

hanya mengutamakan kepentingan

bersama dalam hal perdagangan dan

ekonomi dunia, tetapi juga menjadi

forum melalui mana kepentingan

ekonomi negara-negara anggotanya

secara individu diartikulasikan. Kerja-

sama ekonomi dalam APEC memiliki

nilai strategis untuk anggotanya.

Melalui forum semacam itu negara-

negara anggota APEC dapat mem-

bangun jaringan secara lebih luas lagi

antara lain melalui diplomasi bilateral.

Seperti telah dikatakan di atas,

APEC adalah satu-satunya forum

kerjasama ekonomi internasional yang

sebagian dari anggotanya adalah

kekuatan ekonomi dunia. Di bawah ini

adalah daftar anggota APEC sampai

KTT nya di Rusia tahun 2012.

1. Amerika Serikat2. Australia

3. Brunei Darussalam4. Chile5. China6. Chinese Taipei,7. Filipina ,

8. Hong Kong,

L lndonesia,1 0. Jepang1 1. Kanada

12. Malaysia

13. Meksiko

14.Papua Nugini

15. Peru

16. Republik Korea

17. Rusia

lS.Selandia Baru

19. Singapura20.Thailand

Hasil observasi komPosisi

anggota APEC menemukan beberaPa

fitur APEC , yaitu:

1. Kelompok negara (4 neqara)

dengan ekonomi terbesar di

dunia ) sumber investasi,

finansial, teknologi.

2. Kelompok negara anggota G20

(8 neqara) ) ajang konsultasi

dan kerjasama mengenai

berbagai hal yang berkaitan

dengan sistem moneter

internasional.

3. Kelompok negara anggota

ASEAN (10 neqara) ) pasar

menggiurkan.

4. Kelompok negara tujuan

investasi para investor global (8

neoara) ) peluang bisnis.

5. Kelompok negara mitra

strategis lndonesia (7 neqara)

) ekspansi jaringan bilateral.

6. Kelompok negara besar di Asia

Pasifik (4 neqara) ) "penjaga"

stabilitas dan keamanan.

7. Kelompok negara besar di Asia

Pasifik (4 neqara) ) "peniaga"

stabilitas dan keamanan.

8. Kelompok negara (4 neqara)

dengan tiga sumber energi

terbesar di dunia, yaitu minYak

(oil) , batu bara (coal ) dan gas

27 l.J', t r: t' 1,'i ;, r;;1 ir,: t; r: {r i i J

alam (natural gas) ) sumber

pembangunan industri,

9. Kelompok kawasan (5 kawas-

an) dari mana anggota APEC

berasal ) konektivitas antar

kawasan berasal ) konekti'

vitas antar kawasan.

Meskipun orang Yang satu

mungkin menggunakan kriteria ber-

beda dari orang lainnya untuk me-

nentukan bobot strategis dari APEC,

tulisan ini hanya mengidentifikasi

beberapa saja dari fitur APEC Yang

diasumsikan dapat memberi bobot

strategis kepada APEC. Yang di-

maksud dengan bobot strategis di sini

secara sederhana adalah resources

yang dimiliki anggota APEC dan dapat

dimanfaatkan secara sendiri maupun

bersama-sama untuk jangka panjang.

Melalui bobot strategis APEC ini

lndonesia bukan hanya daPat mem-

perdalam dan memperluas jaringan

hubungan internasionalnya, tetapi juga

dapat menjadi penerima dan pemasok

kebutuhan-kebutuhan negara anggota

APEC lainnya yang mungkin tidak

dapat dipenuhi melalui mekanisme

kerjasama internasional lainnya. Yang

jelas dengan memanfaatkan bobot

strategis dari APEC tersebut, lndonesia

secara tidak langsung ikut membantu

menjaga perekonomian dunia meng-

ingat APEC menguasai 56% PDB

dunia, 39,8% penduduk dunia, dan

total PDB 2011 sebesar 38,9 triliun

dolar AS. Selain itu, dengan bobot

strategis semacam itu, lndonesia juga

dapat meningkatkan konektivitasnya,

misalnya, mengusulkan cara Yang

efektif untuk menghubungkan APEC

dengan arsitektur regional lainnya

melalui pertemuan multilateral, seperti forum infrastruktur APEC-ASEAN. Di bawahini adalah rincian bobot strategis APEC.

A.Dari 21 anggota APEC, 4 diantaranya adarah negara denqan ekonomiterbesar di dunia yaitu:

1.

2.

3.

4.

Amerika Serikat - GDP- Purchasing Power Parify; 914.66 trillion(2010)

Gina- GDP- Purchasing Power Parity:10.09 trillion (2010)Jepang - GDP- Purchasing Power Parity:4.31 trillion (2010)Rusia - GDP- Purchasing Power Parity: $2.223 trillion (2010)

I

:

B. Dari 21 anggota APEC 8 diantaranya adalah anqqota G20, yaitu:

1. Amerika Serikat 7. Rusia2. Kanada 8. Indonesia3. Jepang4. Korea Selatan5. Cina6. Australia

c. Dari 21 anggota APEC, 7 diantaranya adalah anqsota ASEAN, yaitu:

1. lndonesia 7. Vietnam2. Singapura3. Thailand4. Malaysia5. Filipina6. Brunei Darusallam

D. Dari 21 anggota APEC, 8 diantaranya adalah negara tuiuan investasi para

investor global, yaitu:

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

cina - tingkat GDP china sampai dengan tahun 2o1z diprediksi akanmengalami kenaikan sebesar 45,9Yo dengan tingkat inflasi sebesar 3o/o.

Korea selatan - proyeksi kenaikan GDP sampai dengan tahun 2017 mencapai22,9% dengan tingkat inflasi sebesar 2,9o/o

Thailand - kondisi politik yang stabil dan rendahnya upah buruhPeru - sampai dengan tahun 2017 diprediksi GDp peru akan naik sebesar27,40/o.

Malaysia - diprediksi akan mengalami kenaikan tingkat GDp sampai dengantahun 2017 mencapai 21,8% dengan tingkat inflasi sebesar 2,5o/oGhile - chile diprediksi akan menjadi negara yang semakin tumbuh dan menjadifavorit bagi investor dikawasan Amerika selatan. Dari kemampuan sumberdaya,chile hampir serupa dengan Peru. Tetapi , sektor pertanian chile lebih ungguldaripada Peru.Rusia - sektor pertambangan, pertanian dan manufaktur menjadi indikatorutama bagi negara yang diprediksi akan mengalami kenaikan 26,6% tingkatpertumbuhan ekonominya di tahun 2017 .

Indonesia - dari segi pertumbuhan ekonomi Indonesia masuk kedalam tigabesar GDP tertinggi di Asia setelah china dan lndia. Tingkat GDp tndonesiasamoai denoan tahun 2017 diorediksi akan meninokat 31.3%.

28 lJilr$sl Msriflm fndonssl#

E.Dari 21 anggota APEC, 7 diantaranya adalah mitra strateqis lndonesia,

yaitu :

1. Amerika Serikat2. Cina3. Rusia4. Australia5. Korea Selatan6. Jepang1. Vietnam

F'Dari21anggotaAPEC,4diantaranyaadalah,yaitu:

1. Amerika Serikat2. Cina3. Jepang4. Rusia

G.Dari 21 anggota APEC, 4 diantaranya memiliki tiga sumber energi terbesardi dunia minyak (oil), batu bara (coal) dan gas alam (naturalgas) yaitu:

H.21 anggota APEC berasal dari enam kawasan yang berbeda yang masing-

masing memiliki nilai strategis untuk mereka secara sendiri maupun kolektif,

yaitu:

1. Asia Tenggara 2. Amerika Utara3. Amerika Latin 4. Asia Timur5. Pasifik Barat Daya 6. Eropa Timur

Batu bara

{i,

1. Amerika Serikat - Total produksi: 9,14 juta.barel

2. Rusia - Total produksi: 9,93 juta barel

3. Kanada - Total produksi: 3,29 juta barel4. Cina - Total produksi: 9,14 juta barel

Amerika Serikat - cadangan batu bara terbesar di duniaRusia - cadangan batu bara kedua terbesar di duniaCina - cadangan batu bara ketiga terbesar di dunia

Amerika Serikat - Cadangan gas alam (US$ 3,1 triliun)Rusia - Cadangan gas alam: (US$ 19 triliun)Kanada - Cadangan gas alam: (US$ 7,6 triliun)

m{ i,

291,tilr,;ai Ada rit i m I n ri onesla

Dengan memahami bobot

strategis APEC, maka dapat diketahui

secara lebih dalam berbagai dimensi

dari kerjasama APEC yang selama ini

menjadi perhatian. APEC. Dimensi-

dimensi itu bukan hanya melulu

ekonomi dan perdagangan, tetapi juga

dimensi non ekonomi yang sejak 2001

menjadi bagian dari agenda APEC,

termasuk tetapi tidak terbatas pada

keamanan global dan regional dan

ancaman serangan terorisme.

Dari bobot strategis itu juga

dapat dipahami sejauh mana setiap

anggota APEC mampu memanfaatkan

kesempatan yang disediakan oleh

APEC, baik itu melalui keberadaan tiga

energi terbesar dunia yang dimiliki oleh

empat anggota APEC misalnya,

maupun melalui investasi. Dalam

konteks yang disebut terakhir ini,

lndonesia, meskipun berada di urutan 8

dari tujuan para investor global,

memiliki kesempatan menarik investor

sama besarnya dengan negara-negara

tujuan investor lainnya hanya jika

lndonesia berhasil menjaga stabilitas

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

politik domestik.

Dari segi keberadaan lima

kawasan yang berbeda, bobot strategis

APEC ini bukan hanya akan membuat

hubungan antar kawasan menjadi

lebih dinamis, kalaupun tidak saling

bergantung, tetapi juga memberi

peluang kepada negara-negara dalam

suatu kawasan tertentu untuk me-

nawarkan kelebihan-kelebihan yang

mereka miliki kepada negara-negara

dari kawasan lainnya. Dengan cara

demikian, setiap anggota APEC akan

merasa dirinya memiliki nilai strategis

30 | J !.) i n a t I'lariirm lno*resia

untuk negara dari kawasan yang

berbeda. Bagi lndonesia, model

konektivitas seperti ini dapat menjadi

batu loncatan penting untuk mem-

bangun kepercayaan diri di mata

kawasan-kawasan lainnya dan untuk

menunjukkan bahwa lndonesia bukan

hanya salah satu pemain kunci dalam

APEC, tetapi juga "produser" aktif dan

strategis bagi integrasi ekonomi

anggota APEC melalui perdagangan

yang lebih liberal dan investasi.

Di atas semuanya itu, bobot

strategis APEC itu dapat membantu

membuat APEC menjadi lebih relevan

dengan perkembangan yang terjadi

dalam lingkup global dan regional dan

membuat kawasan Asia Pasifik me-

miliki daya tahan terhadap gejolak dan

krisis global. Yang jelas, akibat dari

perkembangan global dan regional itu,

baik di bidang ekonomi maupun non

ekonomi, tidak bisa diatasi oleh

anggota APEC secara sendirian.

Karena itu, upaya bersama anggota

APEC melalui pemberdayaan bobot

strategis itu bukan hanya diperlukan,

tetapi juga sebuah keharusan jika

APEC ingin dilihat dirinya responsif,

produktif dan adaptif. Dalam konteks

itu lah lndonesia, sebagai ketua APEC

2013, dituntut untuk membuat dampak

perkembangan global dan regional

menjadi sesuatu yang relevan bagi

anggota APEC. Lebih dari itu, dengan

tema "Resilient Asia Pacific: The

Engine of Global Growth', lndonesia

harus bisa membuat gravitas dunia"bergerak" ke Bali .

Resilient Asia Pacific: The Engine ofGlobal Growth.

f

Pespektif Geoekonomi , Geopolitik

dan Geostrategi

Di saat lndonesia menjadi ketua

APEC 2013, kawasan Asia-Pasifik

terus muncul sebagai potential

trendsetter model untuk liberalisasi

investasi, perdagangan dan per-

tumbuhan yang berkelanjutan, dan

mendorong inovasi untuk mengatasi

tantangan ekonomi dan demografi. Dua

visi yang berbeda untuk hubungan

perdagangan multilateral - TransPacific

Pafinershrp dan Regional Comprehen-

sive Economic Partnership - terus

menyatu di wilayah tersebut. Di sini

APEC memainkan peran yang unik

sebagai forum untuk para mitra utama

perdagangan untuk bekerya sama dan

menilai manfaat relatif mereka sebagai

jalur potensial untuk tujuan jangka

panjang APEC, yaitu perdagangan

bebas wilayah Asia-Pasifik.

lndonesia mengakui pentingnya

APEC sebagai platfom esensial untuk

mempromosikan keterkaitan ekonomi

guna menciptakan keamanan dan per-

damaian regional antara para anggota-

nya di kawasan Asia Pasifik. Sampai

November 2011, ekonomi APEC

mencapai 54% dari output ekonomi

dunia dan 44% dari perdagangan

dunia. lni membutikan bahwa APEC

bukan hanya memiliki peran sentral

sebagai salah satu pilar stabilitas per-

dagangan dan ekonomi dunia, sebagai

stimulan pemulihan ekonomi global,

tetapi juga sebagai mesin pertumbuh-

an dunia yang berkelanjutan. Dunia kini

sedang menghadapi krisis ekonomi

global dan perubahan-perubahan

besar lainnya.

31 | -rlirrSr &la, ilrrl ! n rJ,.til9s,#

Kawasan Asia Pasifik telah

memperlihatkan daya tahannya dari

kriris finansial Asia tahun 1997-1998

dan ketahanan yang sama kini diper-

lihatkan oleh kawasan tersebut di

tengah krisis finansial dan ekonomi

global saat ini. Di tengah-tengah

perkembangan tersebut, kemitraan

ekonomi komprehensif dan perjanjian-

perjanjian perdagangan antar anggota

APEC meningkat cukup siginifikan

pada tahun 2012 dan dalam proses itu

lah jaringan kompeks kerjasama

(complex web of cooperation)

dibangun.

Pesan umum yang dibawa oleh

tema "Resilient Asia- Pacific, Engine of

Global Growth" adalah bahwa ke-

tahanan kawasan Asia Pasifik harus

dapat menjadi mesin bagi pertumbuh-

an yang seimbang dan berkelanjutan.

Dengan tema itu dan jika lndonesia

ingin membuktikan bahwa Asia Pasifik

dapat memperkuat kontribusi dan

peran globalnya, maka hasil pertemuan

APEC 2103 nanti bukan hanya harus

mampu membuat kawasan Asia

Pasifik menjaga momentum investasi

dan perdagangan bebas dan terbuka,

meningkatkan usaha kecil dan

menengah dengan mengedepankan

potensi ekonomi mereka, tetapi juga

harus mampu mempercepat pertum-

buhan ekonomi kawasan melalui

peningkatan konektivitas kawasan.

Pemberdayaan bobot strategis APEC

seperti telah disebutkan di atas

kelihatannya memiliki peran sentral

dalam pencapaian tujuan tersebut.

Yang menarik dari pertemuan

APEC 2013 itu bukan hanya apakah

lndonesia, dengan tema di atas, nanti

dapat menghidupkan dan memuncul-

kan kembali "spirit Bogor Goals"

dalam hasil-hasil KTT APEC 2013,

tetapi juga bagaimana pertemuan itu

dapat memberi manfaat srategis, politik

dan ekonomi kepada APEC sebagai

sebuah institusi dan kepada para

anggotanya. Di sinilah pentingnya

menganalisis perspektif geoekonomi,

geopolitik dan geostrategi daripertemuan APEC 2013 yang meng-

ambil tema "Resilient Asia- Pacific,Engine of Global Growth".

Perspektif

Sudah merupakan sebuahpengakuan bahwa sejak berdiri pada

tahun 1989, APEC merupakan sebuah

forum kerjasama kawasan Asia Pasifikyang memberi konsentrasi kepada

kerjasama dan pembangunan ekonomi

kawasan Asia Pasifik, utamanya adalah

menciptakan liberalisasi investasi dan

perdagangan di kawasan tersebut.

Jika bobot strategis seperti dijelaskan

di atas diamati lebih dalam lagi dan

dilihat dari perspektif ekonomi, tampak

bahwa anggota inti APEC berasal dari

tiga kawasan, yaitu Asia Timur, Asia

Tenggara dan Amerika Utara. Ketiga

kawasan ini masing-masing memiliki

ekonomi kunci (key economies) yang

dalam prakteknya tidak hanya saling

bergantung, tetapi sampai batas

tertentu juga saling bersaing. Dalam

konteks APEC dan APEC sebagai

sebuah "kesatuan", para ekonomi itumemang berperan sebagai mesinpertumbuhan global dan bahwa metode

ekonomi telah menggantikan metode

militer (Luttwak, 1990) dalampencapaian tujuan-tujuan APEC.

321: u {n 3 i tvi a r!tt m I n rj anesia

Namun "resilient" itu menjadi tidak

memiliki efek terhadap kawasan Asia

Pasifik jika misalnya ekonomi kunci dari

tiga kawasan itu saling bersaing dan

mengabaikan kepentingan bersama

APEC, apalagi jika perubahan-

perubahan pada tingkat nasional para

ekonomi itu mengharuskan mereka

mengambil kebijakan-kebijakan politik

yang justru dapat merongrong keutuh-

an kerjasama APEC.

Dalam konteks di atas geo-

ekonomi dapat didefinisikan dalam dua

cara yang berbeda, yaitu hubungan

antara kebijakan ekonomi dan pe-

rubahan di tingkat nasional dan geo-

politik. Dengan kata lain, keputusan-

keputusan politik dapat menciptakan

konsekuensi di bidang ekonomi, atau,

keputusan-keputusan ekonomi dapat

menciptakan konsekuensi geopolitik.

Dalam geoekonomi, berlaku 'trade

follows the flag". Jika misalnya anggota

APEC ternyata lebih mengedepankan

keunggulan atau kelebihannya dari

bobot strategis di atas dalam kerja-

sama APEC , maka Asia Pasifik bukan

hanya akan menjadi rawan terhadap

konflik-konflik bilateral antar anggota-

nya dan karena itu tidak lagi memiliki

"resilient", tetapi juga Asia Pasifik

dipastikan akan kehilangan perannya

sebagai "engine of global growth".

Samuel Hutington (1993) dalam

esainya 'Why lnternational Primacy

Matters' pernah mengajukan hipotesis

bahwa konflik utama yang melibatkan

Amerika Serikat dan negara-negara

besar lainnya akan lebih banyak terjadi

dalam bidang ekonomi daripada

bidang-bidang lainnya. Hipotesis

Hutington itu bisa menjadi kenyataanjika anggota APEC gagal mencegah

forum itu menjadi ajang konflik antara

negara dengan ekonomi terbesar di

dunia. Konsekuensinya, Asia Pasifik

akan terfragmentasi dan tidak lagi

resilient.

Di atas semuanya itu, konsep

geoekonomi di sini sangat berguna

untuk menjelaskan kebijakan luar

negeri para anggota APEC, khususnya

negara-negara besar, yang mungkin

akan memaksakan preferensi-pre-

ferensi ekonomi mereka terhadap

anggota lainnya dalam kerangka

APEC. Dalam perspektif Luttwak

(1990), mungkin saja negara-negara

besar itu menerapkan metode

ekonomi dalam logika konflik, sehing-

ga apa yang nantinya disepakati

sebagai produk APEC 2013 tidak lebih

daripada program-program yang ber-

orientasi terhadap pemenuhan kepen-

tingan-kepentingan bagi negara-

negara besar tertentu saja.

Tema yang diusung oleh

lndonesia dalam pertemuan APEC

2013, yaitu Resrlrent Asia Pacific: The

Engines of Global Growth memang

kelihatan seksi, karena dua alasan.

Pertama, tema itu merupakan sebuah

pengakuan bahwa kawasan Asia

Pasifik merupakan 60% dari kegiatan

perdagangan dunia, penggerak per-

tumbuhan dunia dan penggerak

penyelesaian masalah-masalah per-

dagangan dunia. Karena itu kolaborasi

antara ekonomi maju dan berkembang

dalam APEC (gabungan dari bobot

strategis) bukan hanya menjadi

sebuah kebutuhan, tetapi juga sebuah

keharusan agar kawasan Asia Pasifik

tetap memiliki daya tahan. Kedua,

kawasan Asia Pasifik memiliki sesuatu

33 | Jurna I fA a r ;t t n I rt ct c,4esia

yang dibutuhkan oleh hampir semua

bagian di dunia (lihat bobot srategis di

atas), yaitu termasuk tetaPi tidak

terbatas pada investasi, finansial,

teknologi, keamanan dan teknologi.

Dalam konteks demikian, perspektif

geopolitik dari tema di atas menjadi

penting untuk dianalisis untuk menge-

tahui sejauh mana lndonesia mamPu

membuat pertemuan APEC 2013

menghasilkan produk-produk kebijakan

yang deliverable, khususnya untuk

negara-negara berkembang.

Dalam konteks APEC, geo-

politik menyoroti kebijakan politik

anggota APEC, khususnya negara-

negara besar, dalam mempromosikan

kepentingan-kepentingan yang digerak-

kan oleh aspirasi nasional mereka

yang berbasis pada kekuatan nasional,

misalnya wilayah, keunggulan teknologi

dan ekonomi, populasi dan jangkauan

geopolitik. Jika saja ada negara besar

yang karena tuntutan geopolitiknya

mengharuskannya mengambil kebijak-

an politik yang malah bertentangan

dengan kepentingan aggota APEC

secara umum, atau mengambil

kebijakan yang malah bertolak bela-

kang dengan tema di atas, maka

keinginan lndonesia untuk membuat

kawasan Asia Pasifik memiliki daya

tahan dan menjadi mesin pertumbuhan

global sulit untuk menjadi kenyataan.

Dengan kata lain, jika Pe-

laksanaan politik luar negeri negara-

negara besar, apalagi jika dilaksana-

kan dalam forum multilateral semacam

APEC di mana tingkat benturan antar

kepentingan lebih besar dan lebih

kompleks daripada dalam forum

bilateral, didasari oleh kombinasi faktor

-faktor politik dan geografi, maka

bukan tidak mungkin APEC akan

berubah menjadi menjadi forum yang

didominasi oleh negara-negara besar

tersebut dan digiring ke arah pe-

menuhan kepentingan-kepentingan

geopolitik mereka. Lebih dari itu, misi

APEC bisa bergeser lebih jauh dari

yang melulu urusan ekonomi menjadi

forum kompetisi geopolitik.

Dilihat dari nilai strategi

berbagai kawasan dari mana masing-

masing anggota APEC berasal, maka

kawasan-kawasan tersebut bisa saja

menjadi target tujuan perluasan pasar

untuk produk-produk strategis dari

negara angota APEC tertentu, misalnya

termasuk tetapi tidak terbatas pada

minyak, gas dan produk-produk

manufaktur. Dalam konteks ini, geo-

strategi dipandang sebagai kebijakan

luar negeri negara-negara anggota

APEC tertentu untuk memproyeksi-

kan kekuatan militer, ekonomi maupun

diplomatik pada salah satu dari

kawasan-kawasan tersebut. Asumsi

dasarnya adalah bahwa negara-

negara anggota APEC memiliki sumber

daya alam yang terbatas dan tidak

mampu menjalankan kebijakan luar

negeri mereka secara all out. Karena

itu, mereka harus fokus pada bidang

politik, ekonomi atau militer di

kawasan-kawasan tertentu. Jika saja

anggota APEC memperlihatkan indikasi

ke arah itu, maka kemungkinan APEC

akan menjadi forum kompetisi sumber

daya (resources) lebih besar daripada

menjadi forum untuk membangun

kerjasama dalam eksplorasi sumber

daya. Akibatnya, kohesivitas APEC

bukan hanya terongrong, tetapi APEC

juga akan berada di bawah kendali

34lJ u rrl al L4 arit! m I n d onesla

geostrategi negara-negara dari ka-

wasan tertentu.

Makna geostrategi dari tema

yang diusung oleh lndonesia, yaitu

Resilient Asia Pacific: The Engine ofGlobal Growth bahwa gagasan

Resilient Asia Pacific mengandung

pesan upaya bersama anggota APEC

untuk membuat Asia Pasifik memiliki

daya tahan terhadap guncangan-

guncangan ekonomi di masa depan.

Tetapi misi APEC semacam itu akan

memiliki efek praktis hanya jika ber-

bagai kawasan dari mana anggota

APEC berasal juga mampu menjaga

daya tahannya melalui peran strategis

negara-negara di kawasan-kawasan

tersebut. Misi APEC semacam itu juga

tidak akan berhasil jika masing-masing

kawasan misalnya menjadi arena per-

gulatan kepentingan negara-negara ter-

tentu yang justru malah akan meng-

gerogoti daya tahan kawasan itu sediri.

Jika ini terjadi, maka hal itu dapat

berakibat gagalnya misi lndonesia

melalui pertemuan APEC 2013 untuk

mempromosikan konektivitas. Dengan

kata lain, tingkat daya tahan kelima

kawasan dari mana anggota APEC itu

berasal akan menentukan tingkat

resilient kawasan Asia Pasifik secara

keseluruhan. Kekuatan resrTienf Asia

Pasifik pada akhirnya sangat ter-

gantung pada tingkat konektivitas

antara kawasan.

Misi Engrne of Global Growth

memberi kesan adanya harapan bahwa

kawasan Asia Pasifik, dengan program-

program barunya yang akan

dikeluarkan pada pertemuan APEC

2013 nanti, akan menjadi mesin

pertumbuhan global. Misi demikian

bukannya mustahil atau tidak bisa

dicapai. Dari perspektif geostrategi,

pencapaian misi semacam akan

ditentukan bukan hanya oleh

kemampuan anggota .APEC menjaga

stabilitas kawasan-kawasan dari mana

mereka berasal, tetapi juga

kemampuan meningkatkan kohesivitas

kawasan Asia Pasifik dan menjaga

kekuatan resilient kawasan itu dari

kemungkinan guncangan-guncangan

ekonomi dan politik

Catatan penutup

Pertemuan APEC 2013 di Bali

akan menjadi fesf case bagi lndonesia

untuk membuktikan apakah dengan

tema APEC di atas ia mampu menjadi

promotor dalam (1) mencapai Bogor

Goals ; (2) pertumbuhan berkelanjutan

dengan equity; dan (3) mempromosi-

kan konektivitas.

Analisis geoekonomi, geopolitik

dan geostrategi dari pertemuan APEC

2013 dengan tema Resilient Asia

Pacific: The Engine of Global Growth

menghasilkan sebuah pemikiran bahwa

bobot strategis APEC seperti dijelaskan

di atas membawa konsekuensi positif

maupun negatif terhadap profil APEC.

Karena itu, realisasi program-program

APEC 2103 di bawah tema di atas

mungkin saja bisa tidak jalan, kalau

tidak terhambat sama sekali, jika

lndonesia sebagai "promotor" tidak

maksimal dalam menggerakkan

"capital" yang dimiliki APEC untuk

mencapai tiga sasaran di atas.

Tema di atas juga secara jelas

memperlihatkan potret geoekonomi,

geopolitik dan geostrategi APEC. Dari

ketiga macam potret APEC itu dapat

35 I.' L;t",1 i, H;|,i:trt ir';'tr'.*as,':

diketahui mau dibawa kemana APEC

setelah pertemuannya di Bali 2013.

Meskipun kini lndonesia menjadi ketua

APEC dan tema APEC 2013 itucukup bagus, lndonesia tidak bisa

menghindari dari kemungkinan ter-

sendatnya, kalaupun bukan gagal,

pelaksanaan hasil-hasil pertemuan

APEC itu akibat persinggungan ke-

pentingan-kepentingan geoekonomi,

geopolitik dan geostrategi dari anggota

APEC, khususnya negara-negara

besar.

Ketika lndonesia pertama kali

menduduki kursi APEC pada tahun

1994, para pemimpin APEC

mengeluarkan dokumen "Bogor

Goals. " Bogor Goals lni menetapkan

bahwa negara-negara maju harus

mencapai investasi bebas dan terbuka

pada tahun 2010, dan negara-negara

berkembang pada tahun 2020. Delapan

belas tahun kemudian, memang

banyak pekerjaan telah dilakukan,

namun masih banyak lagi yang harus

dilakukan di masa depan. Bahkan,

rasanya tidak akan realistis pada saat

ini untuk mengharapkan Bogor Goals

harus dicapai dalam waktu hanya

delapan tahun. Sebagai gantinya,

tujuan tersebut harus dilihat sebagai

hanya salah satu bagian saja dari visi

keseluruhan yang harus terus men-

dorong APEC ke depan.

Posisi lndonesia sebagai ketua

APEC 2013 datang di antara periode

penilaian Bogor Goals 2010 dan

penilaian Bogor Goals berikutnya pada

tahun 2015. lni memberikan peluang

kepada lndonesia untuk membantu

menciptakan sebuah visi yang lebih

menjangkau melampaui Bogor Goals

yang memfokuskan

pertumbuhan yang

bersifat jangka panjang bagi APEC.dan sebuah visi

pada strategi

;I

aIt,{f

i.]a

L

\

i

t

:

)

36 1Jurnat Maritirn Indonesia