ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42)...

96
ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN BOYOLALI (SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK) i SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Menempuh Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh : WITDAYATI NIM C0104045 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42)...

Page 1: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG

DI KABUPATEN BOYOLALI

(SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Menempuh Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh :

WITDAYATI

NIM C0104045

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki satu fungsi utama yaitu sebagai alat komunikasi. Bahasa

sebagai alat komunikasi guna mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan.

Dapat dinyatakan pula bahwa pada dasarnya bahasa merupakan alat atau sarana

untuk komunikasi dalam anggota masyarakat pemakai bahasa dan merupakan

dokumentasi kegiatan atau aktivitas hidup manusia. Selain itu, bahasa berfungsi

sebagai alat pengembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan dan inventaris

ciri-ciri kebudayaan (Nababan, 1984: 38).

Salah satu bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi dan alat

pengembangan kebudayaan adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan bagian

dari bahasa yang ada di Nusantara, memiliki area pemakaian jumlah penutur yang

amat besar jumlahnya. Adanya faktor area pemakaian jumlah penutur dan usia

bahasa itu menunjukkan bahwa bahasa Jawa merupakan bahasa yang besar dan

mengalami sejarah yang cukup panjang. Di samping itu, bahasa Jawa merupakan

bahasa yang dapat memberikan corak (variasi) dan carik (catatan) tersendiri.

Corak dapat dimaksudkan dalam pemakaian (khususnya menyebutkan untuk

istilah-istilah tertentu) memiliki kekhasan atau ciri-ciri tersendiri (dapat disebut

variasi dialektal) pada masing-masing daerah pemakaian, maka ada penyebutan

untuk daerah pemakaian bahasa Jawa dialek Banyumas, Pesisir, Surakarta, dan

Jawa Timur (Uhlenbeck, 1972: 75). Sedangkan carik (catatan) dimaksudkan

bahwa dalam penyebutan atau memberi istilah untuk nama-nama tertentu,

1

Page 3: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

3

misalnya perlengkapan dalam kesenian reog. Setiap daerah tersebut memiliki ciri

khas penyebutan berdasarkan penutur dan budaya setempat. Hal demikian oleh

Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik

antropologi, di samping etnolinguistik.

Istilah “etnolinguistik” berasal dari kata „etnologi‟ berarti ilmu yang

mempelajari tentang suku-suku tertentu dan „linguistik‟ berarti ilmu yang

mempelajari seluk-beluk bahasa keseharian manusia atau disebut juga ilmu bahasa

(Sudaryanto, 1996:9),artinya ilmu yang lahir karena adanya penggabungan antara

pendekatan yang biasa dilakukan oleh para ahli etnologi (kini antropologi

budaya). Menurut Adamson Hoebel (dalam Spradley, 1997: xvi) secara singkat

menegaskan bahwa “The Foundation of cultural antropology is ethnography"

dasar antropologi budaya adalah etnografi). James Spradley juga mengungkapkan

bahwa “Etnographic field work is the hallmark of cultural antropology“ (Kajian

lapangan etnografi yang berasal dari kata etno (bangsa) dan graph (tulisan).

Etnologi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Etnolinguistik

adalah suatu bidang linguistik yang menganalisis tentang hubungan kebudayaan

dengan bahasa (kesenian reog merupakan salah satu hasil dari kebudayaan,

sedangkan istilah merupakan hasil dari bahasa).

Kesenian reog merupakan salah satu kesenian rakyat yang hingga kini masih

ada, meskipun sedang terancam keberadaanya di era globalisasi ini, kesenian reog

merupakan bentuk dari kesenian. Adapun bentuk seni itu sendiri merupakan hasil

ciptaan seniman yang merupakan wujud dari ungkapan isi, pandang dan

tanggapan ke dalam bentuk fisik yang ditangkap indera. Jadi, di dalam bentuk seni

Page 4: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

4

ada hubungannya antara bentuk (wadhah) dan isi (makna). Bentuk yang

dimaksud adalah fisik yaitu yang dapat diamati dan bersifat kongkrit sebagai

ekspresi yang diungkapkan seorang seniman. Sedangkan isi (makna) adalah

bentuk ungkapan, yaitu nilai-nilai atau pengalaman jiwa yang dituangkan dalam

bentuk fisik sehingga dapat dinikmati oleh penikmat (penonton).

Seni reog merupakan bentuk fisik yang mempunyai makna tertentu. Sajian

pertunjukan reog menampilkan tema tertentu. Temanya adalah keprajuritan yaitu

sekelompok prajurit yang sedang berlatih perang. Karena pertunjukan reog

merupakan bentuk tari yang bertema dan bukan bercerita, maka tidak ada nama-

nama tokoh didalamnya. Nama-nama peran pada tari reog diambil dari nama

peralatan yang digunakan peran tersebut. Sebagai contoh peran yang

menggunakan jaran kepang disebut jaran kepang dan peran yang menggunakan

topeng penthul-tembem disebut penthul-tembem.

Seni reog sebagai khasanah budaya Jawa yang mampu bertahan dalam era

globalisasi ini, karena seni reog banyak digemari dan diminati oleh masyarakat.

Bentuk sajian tari dalam reog terkandung nilai-nilai tertentu yang dapat digunakan

sebagai tuntunan bagi masyarakat sekitar selain bentuk sajian tari, seni reog juga

terdapat alat musik pengiring dan lagu, alat busana, dan perlengkapan lainnya

yang mengandung makna kultural. Seni reog dapat disajikan dalam berbagai acara

seperti sarana upacara bersih desa, upacara pernikahan, upacara penebus janji

(nadzar), dan hiburan atau tontonan. Mampunya seni reog ini bertahan hingga

kini karena mempunyai ciri khusus sehingga kesenian reog digemari oleh segenap

lapisan masyarakat, baik kanak-kanak maupun orang dewasa. Adapun ciri khusus

Page 5: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

5

dari kesenian reog itu adalah (a) reog disajikan dalam bentuk sendra tari; (b) reog

berfungsi sebagai penggerak massa; (c) mengandung ilmu mistik; (d) memiliki

lagu-lagu khusus; (e) dapat dimainkan di manapun pada saat apapun dan dalam

upacara apapun. Sedangkan ciri khas dari kesenian reog adalah: (1) pakaian

daerah yang berwarna hitam; (2) semua pemain harus pria; (3) penari kuda kepang

harus anak laki-laki yang manis yang biasa disebut dengan gemblakan; (4)

menggunakan gamelan khusus seperti angklung, ketipung, kendhang, gong,

bonang dan sebagainya. (Hartono, 1980: 12).

Berdasarkan latar belakang tersebut istilah dalam seni reog yang disertai

perkembagannya dapat dikaji secara etnolinguistik, karena dapat ditemukan

proses terbentuknya kebudayaan dan keterkaitannya dengan bahasa. Penelitian

yang berkaitan dengan kesenian tradisional yang pernah dilakukan adalah sebagai

berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Noer Istoening, 1995 yang berjudul “Kesenian

Tradisioanal Daerah di Kabupaten Wonogiri sebagai Paket Wisata“, yang

mengkaji kesenian tradisional daerah secara global yang ada di Kabupaten

Wonogiri. Penelitian ini mengkaji tentang berbagai bentuk kesenian

tradisional daerah seperti ketoprak, wayang kulit, dan seni tari tradisional.

Perkembangan kesenian tradisional daerah berdasarkan kesamaan fungsinya

latar belakang budaya dan sumbangan kesenian tradisional daerah terhadap

sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri.

2. Penelitian yang berjudul "Istilah Alat-alat Rumah Tangga dan

Perkembangannya di Kodya Surakarta (Suatu Pendekatan Etnolinguistik)"

Page 6: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

6

oleh Yohanes Suwanto, Dkk. (1999), dalam penelitian ini mengkaji tentang

berbagai istilah alat-alat rumah tangga baik yang bersifat tradisional yang

mengalami perubahan modern, berdasarkan kesamaan fungsional dan latar

belakang budaya yang mempengaruhi pergeseran pengumuman istilah alat-

alat rumah tangga.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Margono dan Sudarsana, (2002) dengan judul

“Kesenian Reog Tradisional, Sebuah Kajian Seni Pertunjukan Rakyat

Mengenai Fungsi dan Keberadaannya pada Masa Kini di Desa Kalikebo

Kabupaten Klaten”. Penelitian ini merupakan kajian reog yang bersifat

holistik yang menekankan aspek sejarah dan latar belakang keberadaannya,

persepsi di masyarakat serta persepsi para pemain reog, makna, dan fungsi

reog .

4. Penelitian oleh Yuliana Sylvina Maharani, 2003 dengan judul “Festival Reog

Nasional sebagai Atraksi Wisata di Ponorogo Jawa Timur". Penelitian ini

mengkaji tentang peranan festival reog nasional dalam upaya melestarikan

kebudayaan asli sebagai even pariwisata Kota Ponorogo. Festival reog

nasional yang diselenggarakan sebagai atraksi wisata budaya merupakan

rangkaian dari penyelenggaraan perayaan grebeg Sura dan peringatan hari jadi

Kabupaten Ponorogo yang dijadikan sebagai even pariwisata untuk menarik

minat masyarakat terhadap kesenian dan Kota Ponorogo sendiri.

5. Penelitian oleh Retno Wulandari, 2004 dengan judul "Istilah Gerakan Tari

Klasik Gaya Surakarta (Kajian Etnoliguistik), mengkaji bagaimana bentuk

kata-kata istilah gerakan tari klasik gaya Surakarta dan makna kata dari istilah

Page 7: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

7

gerakan tari klasik gaya Surakarta. Penelitian tersebut membahas jenis istilah,

perkembangan dan kesamaan bentuk dari istilah gerak tari.

Bertolak dari penelitian tersebut, penelitian tentang istilah dalam kesenian

reog yang meliputi peralatan, alat musik pengiring lagu, busana dan sesajiannya

beserta fungsi belum pernah dilakukan. Peneliti akan mengkaji dan bagaimana

bentuk makna kata dari istilah yang ada dalam seni reog beserta fungsinya.

Penelitian ini dilakukan karena didasari adanya alasan bahwa: 1) kesenian reog

merupakan potensi dasar daerah setempat, 2) sebagai bentuk kebudayaan,

kesenian reog juga merupakan keseluruhan daya upaya manusia untuk

mengembangkan harkat dan martabat bangsa, yang dapat memberikan

peningkatan wawasan dan makna pembangunan nasional yang berbudaya, 3)

kesenian reog mencerminkan nilai-nilai luhur perlu dijaga, dipelihara dan

diberdayakan guna memperkuat wawasan budaya jati diri. Oleh karena itu,

penelitian ini akan berusaha mendeskripsikan persoalan kebahasaan yang ada

hubungannya dengan kesenian tersebut, khususnya di bidang kesenian reog,

sehingga judul penelitian ini adalah: Istilah-istilah Kesenian Reog di Kabupaten

Boyolali (Suatu Kajian Etnolinguistik).

Page 8: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

8

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini membatasi pada

istilah-istilah yang ada pada satu jenis seni pertunjukan rakyat yaitu kesenian

reog. Adapun batasan masalah tersebut terdapat pada istilah-istilah dari dalam seni

reog yang meliputi alat musik pengiring dan lagu, busana dan peralatan untuk

pemainnya serta peralatan sesajian.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah seperti di atas masalah yang akan

dikaji dapat dirumuskan seperti sebagai berikut.

1. Istilah-istilah apa sajakah yang terdapat dalam kesenian reog di Kabupaten

Boyolali?

2. Apakah makna istilah-istilah kesenian reog di Kabupaten Boyolali?

3. Bagaimana fungsi kesenian reog di Kabupaten Boyolali ?

D. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan istilah dalam kesenian reog di Kabupaten Boyolali.

2. Mendeskripsikan makna istilah dalam kesenian reog di Kabupaten Boyolali.

3. Mendeskripsikan fungsi kesenian reog di Kabupaten Boyolali.

Page 9: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

9

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini di bedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoretis

dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan terhadap teori linguistik khususnya etnolinguistik.

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bentuk dokumentasi budaya Jawa. Pendokumentasian istilah-istilah

dalam kesenian reog dilakukan supaya dapat diketahui oleh generasi

mendatang dan dapat ditampilkan kembali. Oleh karena itu,

pendokumentasian adalah langkah awal terpenting dalam setiap usaha-

usaha pelestarian unsur-unsur kebudayaan Jawa.

b. Memberikan wawasan pengetahuan di bidang kebahasaan yang

berkaitan dengan budaya khususnya dalam kesenian reog.

c. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

d. Sebagai usaha pelestarian dan pemerkahan kesenian reog di Kabupaten

Boyolali.

F. Sistematika Penulisan

Sehubungan dengan penelitian ini, sistematika penulisan meliputi lima

bab. Kelima bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Page 10: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

10

Bab I Pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II Landasan teori, bab ini meliputi istilah dan kesenian, sejarah

dan latar belakang kesenian reog di Kabupaten Boyolali, kesenian reog

sebagai seni pertunjukan rakyat, makna, stuktur, dan etnolinguistik.

Bab III Metode penelitian, bab ini berisi tentang sifat penelitian,

lokasi penelitian, data, sumber data, populasi, sampel, metode pengumpulan

data, metode analisis data dan metode penyajian data.

Bab IV Hasil analisis data, dan pembahasannya, bab ini merupakan

hasil analisis dari pembahasan bentuk dan makna dari istilah-istilah dalam

kesenian reog di Kabupaten Boyolali serta fungsinya.

Bab V Penutup, bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

KAJIAN TEORETIK

Kajian teoretik di sini maksudnya adalah dasar atau landasan yang

bersifat teoretik yang relevan dengan pokok permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini. Konsep-konsep teoretis yang berkaitan dengan penelitian ini antara

lain sebagai berikut.

A. Pengertian Istilah, Kesenian, dan Reog

Page 11: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

11

Istilah (term) adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat

mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang

tertentu (Kridalaksana, 1982: 67). Di samping itu, dalam Poerwadarminta (1976:

388) menjelaskan bahwa istilah adalah perkataan yang khusus mengandung arti

tertentu di lingkungan sesuatu ilmu pengetahuan, pekerjaan atau kesenian.

Menurut S. Prawiroatmojo dalam kamus Bausastra Jawa (1993: 287) istilah yaitu

“tembung (tetembungan) sing mengku teges, kaanan, sipat, lan sapiturute sing

mirunggan ing babagan tartamtu” kata yang mengandung makna, keadaan, sifat,

dan sebagainya yang khusus pada bagian tertentu. Berdasar penertian tersebut

tidak menutup kemungkinan apabila satu kata atau gabungan kata dapat berbeda

arti namun dapat juga sama arti pada bidang tertentu. Misalnya kata barongan

"sejenis topeng yang berwujud kepala harimau" dan pembarongan, “orang yang

menggunakan barongan". Dari contoh kata itu menunjukkan bahwa istilah adalah

kata atau gabungan kata yang mempunyai arti dan maksud tertentu dalam suatu

bidang tertentu.

Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang cukup penting

dalam kehidupan masyarakat. Kesenian adalah suatu keindahan/estetika yang

mewujudkan nilai rasa dalam arti luas. Kedwisatuan manusia yang terdiri atas

budi dan badan tidak dapat mengungkapkan pengalamannya secara memadai

dengan akal murni saja. Adanya kecenderungan bahwa manusia itu dapat

menerima suatu keindahan yang salah satunya adalah kesenian (Bakker, 1994:

47). Suatu kesenian sebenarnya merupakan bentuk lahiriah dari suatu ide seorang

pencipta seni budaya yang dapat ditangkap dengan pancaindera. Salah satu bentuk

10

Page 12: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

12

kesenian yang dapat ditangkap dengan pancaindera adalah seni pertunjukan reog.

Seni pertunjukan reog ini memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan

manusia (Soedarsono, 1985). Adapun fungsi itu sebagai hiburan, pertunjukan, dan

sarana ritual.

Secara etimologis reog berasal dari kata reg dan yod yang berdasarkan pada

akar kata dalam bahasa Jawa disebut tembung wod kang dadi oyode (satu kata

yang mempunyai satu kata atau paling mendasar dan mengandung arti

berguncang). Dalam ensiklopedi Indonesia, reog sama dengan kepang atau penari

yang meniru seseorang mengendarai kuda, yang diartikan sebagai tarian naik kuda

lumping/kuda kepang. Oleh karena itu, reog berarti pertunjukan sejenis jathil

(padha nunggang kuda) (Poerwadarminta, 1939: 527).

Yang dimaksud dengan seni reog adalah suatu seni tarian pertunjukan rakyat

dengan menampilkan tarian kuda kepang dan tokoh-tokoh yang bertopeng dan

setidaknya ada elemen seperti barongan, penthul, tembem, yang berfungsi sebagai

hiburan rakyat. Menurut Pigeaud (1991: 347), tarian kuda yang dimaksud adalah

pertunjukan orang yang mengapit anyaman yang terbuat dari bambu atau kulit

dengan meniru bentuk kuda.

B. Sejarah dan Latar Belakang Kesenian Reog di Kabupaten Boyolali

Di Desa Glonggong berkembang sebuah cerita rakyat yang berkaitan erat

dengan asal-usul kesenian reog. Menurut cerita yang berkembang dalam

masyarakat pada zaman ± tahun 1700, ada seorang pangeran dari Mataram yang

Page 13: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

13

bernama Samudra melakukan ritual “tapa nggethek“ (naik rakit) menelusuri

Sungai Cemara (Sungai Glonggong). Kebetulan rakit terbentur pada batu yang

besar sehingga rakit tidak bisa berjalan. Pada akhirnya berhentilah sang pangeran

untuk melanjutkan ritualnya dan bertapa di suatu gundhukan (tanah perbukitan),

dan dalam melakukan ritual itu diikuti seorang abdi untuk mengurus perbekalan,

pakaian, dan titihannya kudanya. Sementara waktu bertapa sampailah hari

terakhirnya yaitu wafat. Tak bisa menceritakan bagaimana kehidupan di

perbukitan tadi. Abdi dan titihan sang pangeran dan kudanya meninggal. Abdi,

kuda, dan pakaiannya di kubur di bukit tersebut, tetapi sang pangeran Samudra

dibawa ke keraton dan dimakamkan di Ayodyakarta (sekarang Yogyakarta). Oleh

para penduduk masyarakat, tempat yang digunakan untuk bertapa sang pangeran

dan mengubur abdi, kuda (tunggangan) dan pakaiannya dinamakan puncak suci.

Puncak suci ini sampai sekarang dikeramatkan oleh para penerus sejarah,

khususnya warga desa Glonggong. Tempat itu mempunyai makna tersendiri.

Untuk mengenang hal tersebut maka para sesepuh membuat suatu pertanda atau

seni yaitu jaran kepang (kuda kepang) dan dinamakan seni jaran kepang yang

mempunyai makna yaitu :

- Jaran (kuda) sebagai tunggangan sang pangeran.

- Kepang (anyaman bambu) sebagai getek.

- Pemain kuda kepang sebagai abdi

- Pakaian hitam-hitam sebagai busana yang dikubur di puncak suci.

Ada empat kuburan di puncak suci yaitu 1) kuburan abdi, 2) kuburan kuda,

3) kuburan pakaian/busana, dan 4) kuburan perbekalan. Seni jaran kepang ini

Page 14: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

14

sekarang dikembangkan oleh seorang tokoh masyarakat dan juga tokoh ritual

(juru kunci) puncak suci tadi bernama Bapak Mulyono. Jadi, seni reog jaran

kepang yang terdiri dari pemain jaran kepang, pemain dhadak merak dan

(barongan), pemain penthul tembem, dan sebagainya. Oleh para leluhur seni tadi

supaya bisa hidup dan berpengaruh, pelaksanaanya menggunakan ritual adat

sehingga kuda kepang tadi benar-benar bisa bergerak/berlaga seperti tingkah laku

kuda. Untuk melakukan ritual adat tersebut diperlukan berbagai peralatan yang

digunakan seperti :

1. Pakaian hitam-hitam bermakna seni bisa hidup jika menggunakan ritual adat

daerah. Selain ini kepala menggunakan udheng (ikat kepala) seperti yang

digunakan sang Pangeran Samudra

2. Kembang setaman mempunyai makna sarana untuk berdoa.

3. Rujak degan bermakna agar semua pemain bisa sehat dan segar.

4. Menyan cina mempunyai maksud untuk mengundang roh halus yang

dibutuhkan.

5. Gamelan sebagai aba-aba dan pengatur gerak para pemain.

Seni jaran kepang ini sampai sekarang masih berfungsi dan dikenal dengan

seni reog. Kesenian reog difungsikan sebagai media upacara pernikahan, upacara

bersih desa, upacara penebus janji (nadzar) dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan seni reog adalah suatu seni tarian pertunjukan rakyat

dengan menampilkan tarian kuda kepang dan tokoh-tokoh yang bertopeng dan

setidaknya ada elemen seperti barongan, penthul, tembem, yang berfungsi sebagai

hiburan rakyat. Menurut Pigeaud (1991: 347), tarian kuda yang dimaksud adalah

Page 15: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

15

pertunjukan orang yang mengapit anyaman yang terbuat dari bambu atau kulit

dengan meniru bentuk kuda.

C. Kesenian Reog sebagai Seni Pertunjukan Rakyat

Kesenian reog merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang

dikategorikan sebagai kesenian rakyat. Sebagai kesenian rakyat seni reog juga

disebut sebagai kesenian daerah atau kesenian tradisional. Dalam

perkembagannya seni rakyat ini yang disebut seni tradisi kecil karena seni rakyat

berada di luar wilayah keraton bukan seni tradisi-tradisi besar yang merupakan

kesenian yang tumbuh dan berkembang di lingkungan keraton.

Sebagai seni pertunjukan, seni reog masih bersifat kontekstual dan masih

dipentaskan hingga sekarang ini. Ada dua alasan penting kesenian

rakyat/tradisonal masih dipertunjukkan. Pertama seni pertunjukan rakyat masih

berkaitan dengan mitos (pandangan hidup) dari satu etnik tertentu, dan kedua

kesenian rakyat justru bersifat dinamik dan kreatif melalui pertunjukan yang

dilakukan secara spontan dan komunikatif.

Secara umum reog dalam bentuk pertunjukan terdiri dari tiga penari yang

masing-masing memiliki ciri-ciri khas sendiri, sehingga sepintas tampak berbeda

dengan penari-penari dengan kesenian yang lain. Tiga jenis penari tersebut

meliputi penari kuda kepang, penari topeng dan penari barongan. Pertunjukan

kesenian reog selalu diiringi gending reogan atau gending panaragan. Sedangkan

Page 16: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

16

alat-alat musik yang biasa digunakan antara lain: angklung, ketipung, kendhang,

gong, bonang, saron serta terompet (Hartono, 1980: 20)

Kesenian rakyat yang di dalamnya kesenian reog, pada umumnya memiliki

ciri-ciri antara lain: 1) berfungsi sosial dan bukannya komersial, 2) keberadaanya

dilestarikan bersama, 3) menuntut spontanitas, 4) bentuk gerakan sederhana, 5)

ringan irama dinamis dan cenderung cepat, 6) jarang membawakan lakon, 7)

jangka waktu tergantung gairah penari, 8) tata rias dan busana sederhana, 9) sifat

cenderung humoris, 10) tempat terbentuk arena, dan 11) temanya adalah berkisar

pada kehidupan rakyat.

Dalam kelangsungan hidup seni rakyat seperti juga seni reog didukung oleh

kelompok masyarakat yang bersifat homogen namun menunjukkan sifat

solidaritas yang nyata, yang dalam hal ini berada dalam masyarakat desa atau

pedalaman. Sebagai seni rakyat ia memiliki bentuk tunggal dan bukannya bentuk

yang beragam, tidak halus dan tidak rumit seperti seni keraton. Di samping itu,

penguasaan terhadap bentuk-bentuk dalam kesenian rakyat dapat dicapai tanpa

melalui latihan khusus. Kesenian ini biasanya disertai peralatan yang sederhana

dan terbatas. Dalam bentuk penyajian seni rakyat memiliki ciri-ciri yang akrab

dengan penonton, sehingga penonton sewaktu-waktu dapat memasuki lokasi

pertunjukan dan bertindak sebagai pemain.

Sebagai seni rakyat, keberadaan kesenian reog sangat akrab pula dengan

lingkungannya. Pengertian akrab di sini tidak hanya berarti dirasakan mantap serta

dekat dengan masyarakat pendukungnya, melainkan juga dapat muncul bersama

dengan ungkapan-ungkapan yang lain seperti kepercayaan agama, upacara

Page 17: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

17

perkawinan, kitanan, bersih desa, dan ruwatan. Aspek-aspek perilaku sosial ini

bukanlah perkembangan untuk memuaskan kebutuhan individu, melainkan justru

mempertahankan struktur sosial masyarakat.

D. Makna

Dalam semantik pengertian sense „makna‟ dibedakan dalam meaning „arti‟,

sense „makna‟ adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri.

Menurut Lyons (1977: 204) menyebutkan bahwa mengkaji dan memberikan

makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan

hubungan makna yang membuat kata-kata tersebut berbeda dari kata-kata lain,

sedang „meaning‟ menyangkut makna kata leksikal dari kata-kata itu sendiri,

yang cenderung terdapat dalam kamus sebagai leksikon (Fatimah Djajasudarma,

1993: 5). Makna erat kaitannya dengan semantik, oleh karena itu istilah-istilah

dalam kesenian reog dilihat dari segi makna leksikal dan makna kultural. Makna

leksikal adalah makna yang ada pada leksem-leksem (Chaer, 1994: 7). Leksem

merupakan satuan leksikal abstrak, mendasari berbagai bentuk inflektif suatu kata

atau frase yang merupakan satuan bermakna, satuan terkecil dari leksikon

(Kridalaksana, 2001:126). Sebagai contoh makna leksikal barongan yaitu barong

tiruan atau barong yang tidak sebenarnya. Dalam kesenian reog yang disebut

barongan adalah topeng harimau (kepala harimau). Sedangkan makna kultural

adalah makna bahasa yang dimiliki oleh masyarakat dalam hubungannya dengan

budaya tertentu (Wakit, 1999: 3). Contoh makna kultural dari barongan adalah

Page 18: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

18

benda keramat yang menunjukkan suatu sifat yang terpuji, berwibawa, dan

dicintai.

Makna kultural diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol

adalah objek atau peristiwa apapun yang merujuk pada sesuatu. Simbol itu sendiri

meliputi apa saja yang dapat kita rasakan atau kita alami. Simbol yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah istilah-istilah dalam kesenian reog di Kabupaten

Boyolali.

E. Struktur

1. Monomorfemis

Monomorfemis terjadi dari suatu morfem. Morfem (morpheme),

merupakan satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan

yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil, misalnya,

(tulis, jalan). (Harimurti Kridalaksana, 1993: 140). Menurut Djoko Kentjono

(1982: 44-45) satu atau lebih morfem akan menyusun sebuah kata. Kata dalam

hal ini ialah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata bermorfem satu

disebut kata monomorfemis dengan ciri-ciri dapat berdiri sendiri sebagai kata,

mempunyai makna dan kategori jelas, sedangkan kata bermorfem lebih dari

satu disebut kata polimorfemis. Penggolongan kata menjadi jenis

monomorfemis dan polimorfemis adalah menggolongkan berdasarkan jumlah

morfem yang menyusun kata.

Page 19: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

19

Pada dasarnya, semua kata yang tergolong pada kata dasar dalam istilah-

istilah dalam kesenian reog dapat dikatakan morfem bebas dengan pengertian

bahwa morfem itu dapat berdiri sendiri dengan makna tertentu tanpa dilekati

imbuhan. Dengan kata lain, subyeknya belum mengalami proses morfologis

atau belum mendapat tambahan apapun, belum diulang dan belum

digabungkan atau dibentuk menjadi kata majemuk.

2. Polimorfemis

Kata polimorfemis dapat dilihat sebagai hasil proses morfologis yang

berupa perangkaian morfem. Proses morfologis meliputi a) pengimbuhan atau

afiksasi (penambahan afiks). Penambahan afiks dapat dilakukan di depan, di

tengah, di belakang, atau di depan dan di belakang morfem dasar. Afiks yang

ditambahkan di depan disebut awalan atau prefiks, yang di tengah disebut

sisipan atau infiks, yang di belakang disebut akhiran atau sufiks, yang di depan

dan belakang disebut sirkumfiks atau konfiks. Afiks selalu berupa morfem

terikat. Contoh morfem dasar nasal M-pada mbarong, sufiks -an pada jathilan,

dan sebagainya, b) pengulangan atau reduplikasi, reduplikasi (reduplication)

adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau

gramatikal (Harimurti Kridalaksana, 1993: 186), dan c) pemajemukan atau

komposisi yaitu proses morfologis yang membentuk satu kata dari dua (atau

lebih dari dua) morfem dasar atau proses pembentukan dua kata baru dengan

jalan menggabungkan dua kata yang telah ada sehingga melahirkan makna

baru. Arti yang terkandung dalam kata majemuk adalah arti keseluruhan

Page 20: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

20

bukan menuruti arti yang terkandung pada masing-masing kata yang

mendukungnya.

3. Frase

Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua atau lebih dari dua

kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk

klausa (Djoko Kentjono, 1982: 57). Frase seperti dengan kata, frase dapat

berdiri sendiri. Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,

baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya, disebut frase

endosentrik, dan frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan

semua unsurnya disebut frase eksosentrik (Ramlan, 2001: 141). Contoh frase

kaos loreng, kembang setaman, rujak degan, gedhang raja, dhadhak merak,

jaran kepang, jaran ngedan, celeng ngedan, udheng jilidan, udheng

modhang.

F. Etnolinguistik (Ethnolinguistics)

1. Pengertian Etnolinguistik

Etnolinguistik adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan

antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum

mempunyai tulisan (bidang ini juga disebut linguistik antropologi) cabang

linguistik antropologi yang menyelidiki hubungan bahasa dan sifat bahasawan

terhadap bahasa, di salah satu aspek etnolinguistik yang sangat menonjol ialah

Page 21: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

21

masalah relativitas bahasa (Harimurti Kridalaksana, 1982: 427). Relativitas

bahasa adalah salah satu pandangan bahwa bahasa, seorang menentukan

pandangan dunianya melalui kategori gramatikal dan klasifikasi semantik

yang ada dalam bahasan itu dan yang dikreasi bersama kebudayaannya

(Harimurti Kridalaksana, 1982: 3) istilah „etnolinguistik‟ berasal dari kata

'etnologi' dan 'linguistik', yang lahir karena adanya penggabungan antara

pendekatan yang biasa dilakukan oleh para ahli etnologi (kini: antropologi

budaya) dengan pendekatan linguistik. Dalam studi semacam ini sebenarnya

terjadi hubungan timbal-balik yang menguntungkan antara disiplin linguistik

dengan disiplin etnologi, yaitu (a) kajian linguistik yang memberikan

sumbangan bagi etnologi.

a. Kajian Linguistik untuk Etnologi

1. Bahasa dan Struktur Pemikiran

Penelitian mengenai dimensi-dimensi kenyataan yang dianggap

penting oleh suatu kebudayaan, kemudian juga memunculkan suatu

cabang kajian baru yang berusaha mengungkapkan struktur pemikiran

manusia. Hal ini memang merupakan akibat lebih lanjut yang tidak

dapat dihindari, karena ketika berbagai hasil penelitian tentang sistem

klasifikasi harus ditampilkan dalam bentuk berbagai model yang

digunakan tersebut memang mencerminkan struktur pemikiran yang

ada pada manusia. Upaya untuk mencerminkan struktur pemikiran

yang ada pada manusia. Upaya untuk mendalami berbagai macam

sistem klasifikasi serta berbagai model yang dapat digunakan untuk

Page 22: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

22

menampilkan kini menjadi sebuah spesialisasi yang disebut

antropologi kognitif (cognitive anthropology)

Kajian ini pertama-tama memutuskan perhatian pada dimensi

semantik dan berbagai istilah yang ada dalam suatu domain 'bidang'

dalam suatu kebudayaan. Misalnya saja bidang kekerabatan, bidang

klasifikasi tanaman, atau bidang penelitian kemudian menyusun

sebuah kerangka klasifikasi yang ditemukan dengan lebih mudah dan

jelas. Secara tidak langsung, kerangka klasifikasi yang ditemukan yang

merupakan suatu struktur ini mencerminkan struktur yang ada dibalik

berbagai istilah yang ada dalam suatu bidang yang teliti, dan ini

dianggap juga mencerminkan struktur yang ada dalam pemikiran

manusia, walaupun belum atau bukan merupakan keseluruhan struktur.

Hal ini, dengan istilah-istilah dalam kesenian reog di

Kabupaten Boyolali yang mengandung makna-makna kultural yang

mencerminkan struktur pemikiran masyarakat Jawa, misal saja istilah

kata "epek timang" [EpE? timaG] yang oleh masyarakat Jawa

digambarkan sebagai suatu perlambang bahwa sebenarnya seni budaya

Jawa mempunyai suatu keunggulan yang dari hati sanubari para

leluhur yang melekat pada jiwa para trah kusuma (keturunan para

ratu).

2. Bahasa dan Cara Memandang Kenyataan

Kajian tentang bahasa dan maknanya akan memungkinkan kita

mengetahui cara memandang kenyataan yang ada dikalangan

Page 23: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

23

pendukung bahasa yang kita teliti, artinya kita dapat mengetahui

dimensi-dimensi kenyataan mana yang mereka anggap penting dan

relevan dalam kehidupan mereka, dan dari sini kita dapat mengetahui

tempat unsure kenyataan tertentu dalam kehidupan mereka.

Bagi orang Jawa, pemakaian kata-kata itu sendiri memang

lantas terkait dengan berbagai macam hal yang ada dalam budaya

mereka. Misalnya, dalam kesenian reog terdapat istilah jathilan.

Seorang pemain jathilan tidak akan dianggap hebat jika orang bilang

dia bisa „mangan sega‟ atau „mangan beras‟ (dalam bahasa Inggris

„eat rice‟). Lain halnya jika orang bilang dia bisa „mangan pari‟ atau

„mangan gabah‟ (dalam bahasa Inggris tetap „eat rice‟), sebab tidak

semua orang mampu makan padi atau gabah. Oleh karena itu, jika kita

ingin mengekspresikan “Seorang pemain jathilan mampu makan

gabah dengan cepat tanpa luka” dalam bahasa Inggris, mungkin kita

akan sedikit mengalami kesulitan, karena dalam bahasa ini tidak ada

pembedaan antara gabah, beras, dan nasi. Fakta ini setidak-tidaknya

memperlihatkan pada kita bahwa kenyataan yang sama tidak selalu

dilihat dengan cara yang sama.

BAB III

METODE PENELITIAN

Page 24: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

24

Metode penelitian merupakan cara, alat, prosedur dan teknik yang dipilih

dalam melakukan penelitian. Metode adalah cara untuk mengamati atau

menganalisis suatu fenomena, sedangkan metode penelitian mencakup kesatuan

dan serangkaian proses penentuan kerangka pikiran, perumusan masalah

penentuan sampel data, teknik pengumpulan data dan analisis data (Edi Subroto,

1992: 31).

Dalam metode penelitian akan dijelaskan mengenai delapan hal, yaitu: (1)

sifat penelitian, (2) lokasi penelitian, (3) data, (4) sumber data, (5) populasi, (6)

sampel, (7) metode pengumpulan data, dan (8) metode analisis data.

A. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif artinya data yang

dianalisis dan hasilnya berupa deskriptif fenomena bukan angka (Aminudin,

1990: 16). Dengan kata lain penelitian yang dilakukan semata-mata hanya

berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada

penutur-penuturnya, sehingga menghasilkan catatan berupa pemberian bahasa dan

sifatnya seperti potret (Sudaryanto, 1993: 62).

Deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, maksudnya

membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data,

sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. Penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan sendiri dan berhubungan

dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya serta peristilahannya. Dalam

Page 25: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

25

penelitian ini data yang terkumpul berbentuk kata-kata. Penelitian ini berusaha

mendeskripsikan data kebahasaan terutama mengenai istilah dalam kesenian reog

di Kabupaten Boyolali.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau objek penelitian. Adapun lokasi

penelitian ini ada di wilayah Boyolali, yaitu lebih tepatnya di desa Glonggong,

Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Penulis mengambil lokasi ini sebagai

lokasi objek penelitian karena merupakan salah satu wilayah Jawa yang masih

melestarikan kebudayaan Jawa, terutama di bidang kesenian yaitu kesenian

pertunjukan rakyat khususnya kesenian reog. Sehingga secara pasti pemilihan

lokasi yang tepat juga sangat mendukung dalam proses penelitian.

C. Data

Data adalah bahan penelitian (Sudaryanto, 1990: 3). Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data lisan sebagai data utama yang akan

diteliti, dan data tulis sebagai data pembanding. Data lisan diperoleh dari

informan, sedangkan data tulis diperoleh dari buku-buku yang ada kaitannya

dengan kesenian reog.

Page 26: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

26

D. Sumber Data

Sumber data lisan dalam penelitian ini berasal dari informan terpilih

yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Sumber yang berasal dari informan

berupa tuturan yang mengandung istilah-istilah yang dipakai dalam kesenian reog

di Kabupaten Boyolali.

Adapun kriteria informan adalah:

a. Pemain reog

b. Penduduk asli daerah setempat

c. Memahami bahasa dan budaya Jawa

d. Berumur 25-70 tahun dan belum pikun

e. Memiliki alat ucap sempurna

f. Alat pendengaran yang normal

g. Memiliki waktu yang cukup untuk wawancara

h. Bisa berbahasa Indonesia secara aktif

Adapun informan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Bapak Mulyono, tetua masyarakat desa Glonggong.

b. Bapak Sutarno, pemimpin reog.

c. Bapak Sumeh, penyanyi dalam reog.

d. Bapak Sariman, pengrawit alat musik pengiring.

e. Bapak Sulasman pemain jaran kepang.

f. Bapak Suratno, pemain celeng.

g. Bapak Jumirin, peman penthul-tembem.

h. Ibu Dalmi, 50 tahun, pedagang.

Page 27: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

27

i. Saudara Sulur, 37 tahun, penonton

j. Saudara Sayekti, S.Pd.I., 30 tahun, penonton.

Sedangkan sumber data tulis dalam penelitian ini berasal dari referensi

buku, diantaranya adalah:

1. Reog Ponorogo (Untuk Perguruan Tinggi). (Hartono: 1980).

2. Reog Ponorogo Menari di Antara Dominasi dan Keragaman.

(Muhammad Zamzam Fauzanafi: 2005).

3. Kesenian Reog Tradisi Sebuah Kajian Seni pertunjukan Rakyat mengenai

Fungsi-fungsi dan Kebudayaan pada Masa Kini Desa Kalikebo

Kabupaten Klaten. (Margono, Sudarsono: 2002).

E. Populasi

Dalam penelitian linguistik populasi pada umumnya adalah keseluruhan

individu dari segi-segi tertentu bahasa (Subroto, 1992: 32). Populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan istilah dalam kesenian reog di Kabupaten

Boyolali.

F. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang di jadikan sebagai objek

penelitian langsung yang mewakili populasi. Cara pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampel yaitu pengambilan secara selektif

disesuaikan kebutuhan dan benar-benar memenuhi kepentingan dan tujuan

penelitian berdasarkan data yang ada. Sampel dalam penelitian ini diambil dari

sumber data lisan. Sampel dari sumber data lisan berupa 53 istilah-istilah kesenian

Page 28: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

28

reog di Kabupaten Boyolali, misalnya : gong, angklung, trompet, saron,

barongan, dhadhak merak, kembang setaman, sega golong, dan sebagainya.

G. Metode Pengumpulan Data

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisa, dan

menjelaskan suatu fenomena. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode simak atau penyimakan atau metode pengumpulan data

dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Sebagai teknik

dasarnya, teknik sadap. Caranya dengan segenap kemampuan dan pikiran

penyadap pemakaian bahasa di masyarakat sekitar. Teknik ini dipakai untuk

mendapatkan data dari informan secara spontan dan wajar.

Teknik sadap digunakan bersama-sama dengan teknik rekam yaitu

menyada dan merekam pemakaian istilah-istilah yang ada dalam kesenian reog

secara spontan. Fungsinya: (1) untuk mengabadikan data dari hasil wawancara

dan informan, (2) untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian, (3)

merekam pengucapan secara wajar terhadap satuan lingual yang terlepas dari

konteks/kalimat, (4) mempermudah memberikan bentuk satuan lingual yang di

teliti, maknanya dan fonetisnya. Penelitian juga menggunakan teknik kerja sama

dengan informan atau wawancara. Informan yang diwawancarai adalah penutur

asli yang berkemampuan memberi informasi kebahasaan kepada peneliti yang

merencanakan dengan pertanyaan agar terarah sesuai dengan tujuan penelitian.

Selain itu peneliti juga menggunakan teknik pustaka adalah data penelitian

ini bersumber dari pustaka. Teknik pustaka yaitu teknik yang menggunakan data

Page 29: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

29

dari sumber tertulis seperti: majalah, buku, artikel, dan buku paket berbahasa Jawa

dan sebagainya untuk mendapatkan data. Teknik selanjutnya, teknik catat yaitu

memperoleh data kebahasaan atau istilah-istilah yang relevan sesuai dengan

sasaran dan tujuan penelitian. Jadi hal-hal yang penting dalam wawancara tersebut

dicatat sebagai realisasi dari teknik catat.

Setelah melewati beberapa teknik lanjutan kemudian data yang sudah

ditranskripsikan dalam bentuk data dan di klasifikasikan dalam bentuk analisis.

.

H. Metode Analisa Data

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode distribusional dan

metode padan. Kedua metode ini digunakan dalam upaya menemukan kaidah

dalam tahap analisis data.

1) Metode Distribusional

Metode distribusional yaitu metode analisis data yang alat penentunya

adalah unsur dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Metode distribusional

digunakan untuk menganalisis bentuk dari istilah kesenian reog tradisi.

Teknik dasar yang digunakan untuk membagi satuan lingual data

menjadi beberapa unsur dan unsur-unsur bersangkutan dipandang sebagai

bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud Teknik Bagi

Unsur Langsung (BUL). Teknik ini untuk membagi satuan lingual datanya

menjadi beberapa bagian. Unsur-unsur tersebut dipandang sebagai bagian

yang langsung pembentukanya. Teknik ini digunakan untuk menganalisis

bentuk dari istilah dalam kesenian reog adalah kata dasar atau kata jadian.

Page 30: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

30

Page 31: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

31

Adapun penerapan metode distribusional adalah sebagai berikut.

1. Alat musik pengiring.

→ Bentuk Monomorfemis (satuan morferm)

a. kendhang (k|nDaG) „kendang‟

b. trompet (trompEt) „terompet‟

c. gong (gOG) „gong‟

d. angklung (aGklUG) „angklung‟

2. Alat-alat untuk pemain.

→ Bentuk Monomorfemis (satu morfem)

a. topeng [topEG] „topeng‟

b. pecut [p|cUt] „pecut‟

→ Bentuk polimorfemis (lebih dari satu morferm)

a. barongan [baroGan] „barongan‟

→Bentuk Frase (terdiri dari dua/lebih kata)

a. dhadhak merak [DaDa? m|ra?] „dhadhak merak‟

b. jaran kepang [jaran kepaG] „kuda kepang‟

3. Alat-alat untuk sesajian.

→Bentuk Frase (terdiri dari dua/lebih kata)

a. gedhang raja (g|DaG rOjO)

b. kembang setaman [k|mbaG s|taman] „bunga setaman‟

c. rujak degan [ruja? d|gan] „rujak degan‟

Page 32: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

32

2) Metode Padan

Metode padan yaitu analisis data dengan alat penentunya di luar

bahasa yang merupakan konteks sosial terjadinya peristiwa penggunaan

bahasa di dalam masyarakat. Metode ini digunakan untuk menganalisis dari

makna kata dari istilah dalam kesenian reog di Kabupaten Boyolali. Dalam

penelitian ini analisis data bersifat kontekstual yaitu analisis data dengan

mempertimbangkan konteks sosial yang melatarbelakangi penggunaan bahasa

dalam istilah dalam kesenian reog tradisional. Adapun penerapan metode

padan seperti sebagai berikut.

a. Pecut [p|cUt] adalah seutas tali yang terbuat dari bambu atau rotan.

Makna cultural dari pecut ini adalah dipergunakan untuk menggerakkan

para pemain agar selalu bersemangat dan tidak mudah putus asa atau

menyerah. Selain itu pecut juga digunakan untuk mengundang dan

mengembalikan roh halus sehingga roh halus yang dibutuhkan dapat

dikendalikan dengan pecut.

b. Kendhang [k|nDaG] adalah alat musik perkusi yang berfungsi sebagai

aba-aba atau dimulainya gending dan berfungsi sebagai pengiring gerakan

juga pengendali irama. Adapun makna kulturalnya kendang berperan

sebagai genderang bagi prajurit yang dapat melahirkan sikap dan langkah

yang tegas serta untuk menampakkan semangat prajurit. Jadi kendang

dalam kesenian reog dipercaya dapat membakar semangat dan pengatur

situasi penonton.

Page 33: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

33

c. Trompet [trompEt] adalah salah satu alat musik dalam kesenian reog

yang berfungsi sebagai pembawa lagu/melodi dan aba-aba sebelum

gamelan dimainkan, makna kulturalnya adalah bunyi yang merupakan

suatu perintah yang harus ditaati. Terompet di sini dipercaya dapat

membakar semangat dan mengorbankan jiwa juang.

d. Gong [gOG] berbentuk seperti bonang tapi dalam ukuran yang lebih

besar berfungsi sebagai bas yang dipukul bersamaan dengan bonang pada

pukulan genap. Makna kulturalnya adalah menggambarkan komando yang

menggugah semangat tempur dengan bunyi gong tersebut.

e. Angklung [aGklUG] adalah alat musik yang terbuat dari bambu yang

dibunyikan dengan cara di getarkan. Makna kultural dari angklung adalah

sebagai simbol kegirangan hati rakyat.

f. Dhadhak merak [Dada? m|ra?] artinya peralatan utama dalam reog

yang artinya burung merak yang berada di atas kepala harimau. Adapun

makna kulturalnya adalah menggambarkan sifat yang terpuji, berwibawa,

dan dicintai.

g. Barongan [baroGan] adalah barong tiruan atau kepala harimau yang

mempunyai makna kultural menggambarkan perawatakan yang kokoh,

tenang, waspada, dan terampil dalam bergerak.

h. Kembang setaman [k|mbaG s|taman] adalah bunga yang berbau

wangi yang digunakan dalam sesajian. Makna kulturalnya adalah

menumbuhkan kekuatan batiniah.

Page 34: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

34

i. Rujak degan [ruja? d|gan] adalah peralatan dalam sesajian yang

terdiri dari kelapa muda yang dibikin rujak. Makna kulturalnya adalah agar

kekuatan batiniah itu bisa bergerak dengan segar.

j. Menyan cina [m|¥an cinO] merupakan peralatan yang digunakan

dalam sesaji. Makna kulturalnya adalah aroma atau bau menyan cina yang

dibakar itu digunakan untuk memanggil roh halus yang dibutuhkan untuk

memberikan kekuatan ghoib sesuai dengan permintaan.

k. Jaran kepang [jaran kepaG] adalah alat yang terbuat dari anyaman

bambu yang bentuknya seperti kuda. Makna kulturalnya adalah sebagai

lambang ilmu kebatinan.

3). Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode

deskriptif, formal dan informal. Metode deskriptif adalah metode yang

semata-mata hanya berdasarkan fakta-fakta yang ada atau fenomena-fenomena

secara empiris hiduppada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1993: 63)

Metode informal, yaitu metode penyajian hasil analisis data yang

menggunakan kata-kata biasa atau sederhana agar mudah dipahami. Analisis

metode informal dalam penelitian ini agar mempermudah pemahaman

terhadap setiap hasil penelitian. Metode formal yaitu metode penelitian data

dengan menggunakan dokumen tentang data yang dipergunakan sebagai

lampiran. Lampiran tersebut dapat berupa gambar-gambar, bagan, tabel,

grafik, dan sebagainya. Dalam penelitian ini menggunakan lampiran gambar

Page 35: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

35

yaitu gambar dokumentasi foto saat pengambilan foto pertunjukan reog dalam

acara perayaan kemerdekaan di Desa Glonggong, pada peringatan HUT

Kabupaten Boyolali di lapangan Nogosari, acara perayaan Idul Fitri.

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada masalah penelitian, maka analisis data ini

dideskripsikan bentuk, makna leksikal dan makna kultural, fungsi pertunjukan

kesenian reog bagi masyarakat, dan para pemain kesenian reog di Kabupaten

Boyolali.

A. Bentuk Istilah dalam Kesenian Reog

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis yang dilakukan,

ditemukan bentuk istilah alat musik pengiring, peralatan untuk permain, busana

atau kostum yang dipakai, pemain, lagu dan tarian, dan sesajian.

1. Monomorfemis

Monomorfemis mencakup semua kata yang tergolong kata dasar bentuk

tunggal dalam istilah kesenian reog, dengan pengertian bahwa morfem itu dapat

Page 36: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

36

berdiri sendiri, bermakna dan tidak terikat dengan morfem lain. Dengan kata lain,

kata tersebut belum mengalami proses morfologis atau belum mendapat

tambahan apapun, belum diulang, dan belum digabungkan. Adapun istilah yang

termasuk bentuk monomorfemis adalah sebagai berikut.

1.

34

Page 37: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

37

Alat Musik Pengiring (Gamelan)

1.1 Gong [gOŋ]

(Minggu,26 Oktober 2008)

Gong [gOŋ] adalah seperti kethuk bonang tetapi dalam ukuran yang

besar, berfungsi sebagai bas dipukul bersamaan dengan bonang pada

pukulan genap.

1.2 Angklung [aGklUG]

(Minggu,26 Oktober 2008)

Angklung [aGklUG] adalah alat musik yang terbuat dari bambu yang

dibunyikan dengan cara digetarkan berfungsi sebagai ritmis dan

berfungsi sebagai pengiring di sela-sela bonang.

1.3 Bonang [bonaG]

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Page 38: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

38

Bonang [bonaG] adalah alat musik pukul berbentuk bulat dengan

tonjolon di tengahnya.

1.4 Kendhang [kənDaŋ]

(Senin, 18 Agustus 2008)

Kendhang [kənDaŋ] adalah alat musik perkusi yang berfungsi sebagai

aba-aba saat dimulainya gending dan berfungsi sebagai pengiring

gerakan juga pengendali irama.

1.5 Ketipung [k|tipUG]

(Senin, 18 Agustus 2008)

Ketipung [k|tipUG] adalah berbentuk seperti kendang tetapi dalam

ukuran yang lebih kecil dan berfungsi sebagai penambah rempeg atau

meriahnya gending, ditabuh di sela-sela pukulan kedua bonang.

Page 39: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

39

1.6 Trompet [trompEt]

(Kamis, 05 Juni 2008)

Trompet [trompEt] adalah salah satu alat musik dalam kesenian reog

yang berfungsi sebagai pembawa lagu atau melodi dan aba-aba sebelum

gamelan dimainkan.

1.7 Saron [sarOn]

(Kamis, 05 Juni 2008)

Saron (sarOn) adalah alat yang terbuat dari kuningan, cara

membunyikannya dengan ditabuh atau dipukul.

2. Peralatan untuk permainan

Adapun peralatan yang digunakan dalam kesenian reog di Kabupaten

Boyolali sebagai berikut.

Page 40: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

40

2.1 Topeng (topEG)

(Kamis, 05 Juni 2008)

Topeng (topEG) adalah aling-aling atau tutup wajah yang dibuat dari

kayu, dan dibentuk menurut kreasi budaya daerah yang ada.

2.2 Pecut (p|cUt)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Pecut (p|cUt) adalah alat yang dibuat dari penjalin (bambu atau rotan)

yang diberi upat-upat benang warna merah putih. Pecut biasa digunakan

oleh pawang untuk mengendalikan pemain jaran kepang.

2.3 Celeng (cElEG)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Celeng (cElEG) adalah alat yang dibuat dari anyaman bambu yang

bentuknya seperti binatang babi. Dalam pertunjukan reog di Kabupaten

Boyolali ada dua celeng yaitu celeng yang berwarna hitam dan merah.

Page 41: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

41

2.4 Penthul (p|nTUl)

(Kamis, 05 Juni 2008)

Penthul (p|nTUl) adalah topeng yang bentuknya beraneka ragam,

dibentuk sesuai dengan kreasi masyarakat daerah yang ada. Penthul

biasa digunakan untuk membuat suasana pertunjukan reog semakin

meriah dan semarak.

2.5 Tembem (t|mb|m)

(Kamis, 05 Juni 2008)

Tembem (t|mb|m) adalah topeng yang menyerupai wanita dan pria.

Tembem ini terbuat dari kayu yang dibentuk seperti wajah seorang

wanita dan pria, yang fungsinya sama dengan penthul yaitu menambah

meriahnya pertunjukan reog.

2.6 Keris (k|rIs)

Page 42: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

42

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Keris (k|rIs) adalah alat yang terbuat dari yang dibentuk dengan luk

(lekuk-lekuk). Bentuknya berlekuk-lekuk dari ukuran besar kemudian

semakin kecil sampai ujung keris dengan bentuk tumpul.

3. Busana (kostum)

Busana atau kostum yang dipakai dalam kesenian reog di kabupaten

Boyolali sebagai berikut.

3.1 Ancinco (ancinco)

(Senin, 18 Agustus 2008)

Ancinco (ancinco) adalah busana yang dipakai para pemain baik atasan

(baju) atau bawahan (celana), semua berwarna hitam-hitam.

3.2 Udheng (uD|G)

Page 43: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

43

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Udheng (uD|G) adalah iket yang dipakai untuk menutup kepala. Udheng

ini berupa kain yang bercorak batik dengan berbagai warna.

3.3 Sampur (sampUr)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Sampur (sampUr) adalah selendang yang diikatkan di pinggang dan

kedua ujungnya terulur dengan berbagai warna, biasanya dengan warna

yang cerah.

3.4 Jarik (jarI?)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Jarik [jarI?] adalah kain panjang berwarna latar hitam dan corak batik

warna coklat dengan motif beraneka.

3.5 Setagen (s|tagEn)

Page 44: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

44

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Setagen (s|tagEn) adalah kostum berupa kain yang dililitkan di

pinggang berwarna cokelat atau hitam bergaris-garis putih, ada juga

yang tanpa garis-garis putih.

4. Pemain Reog

4.1 Warok (warO?)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Warok (warO?) adalah seseorang yang „menguasai ilmu„ (kejawen) atau

pimpinan kelompok reog. Dalam kesenian reog di Kabupaten Boyolali

ada dua warok yaitu warok tua dan warok muda

4.2 Paraga (parOgO)

(Kamis, 5 Juni 2008)

Paraga (parOgO) adalah keseluruhan para pemain baik dari pemain

jaran kepang, dhadhak merak, barongan, celeng dan pentul tembem.

4.3 Pawang (pawaG)

Page 45: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

45

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Pawang (pawaG) adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk

mendatangkan dan mengembalikan roh halus yang dibutuhkan seperti

roh nenek moyang (pangeran Samudra).

4.4 Srati (srati)

(Kamis, 05 Juni 2008)

Srati (srati) adalah orang yang mempunyai tugas dan kemampuan untuk

mengawasi dan mengamankan gerak para pemain.

5. Lagu dan Tarian (adegan)

5.1 Tanjak (tanja?) adalah posisi gerakan berdiri dari jengkeng. Gerakan ini

biasa dilakukan oleh pemain jaran kepang.

5.2 Sendon (s|ndOn) adalah adegan keluarnya penthul-tembem dari arah

pengiring ke tengah arena sambil menari bersamaan dengan lagu

(tembang). Adegan ini dilakukan pada waktu pemain dhadhak merak

dan barongan, jaran kepang, dan celeng istirahat.

5.3 Jongklang (joGklaG) adalah gerak kaki yang nyongklang atau pincang.

Gerakan ini berupa gerakan kaki satu diangkat dan yang satunya di

bawah sambil berjalan.

Page 46: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

46

6. Sesajian

6.1 Buncet (bunc|t)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Buncet (bunc|t) adalah nasi yang dibentuk seperti gunungan dalam

bentuk tumpeng kecil.

6.2 Krupuk (krupU?)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Krupuk (krupU?) adalah perlengkapan dalam sesajian yang berupa

krupuk berwarna merah.

6.3 Peyek (pEyE?)

Page 47: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

47

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Peyek (pEyE?) adalah merupakan perlengkapan dalam sesajian yang

berupa lauk pauk yang terbuat dari kacang tanah.

2. Polimorfemis

Bentuk polimorfemis meliputi: (1) pengimbuhan atau penambahan

afiksasi, (2) pengulangan atau reduplikasi, dan (3) pemajemukan. Adapun

kata-kata yang termasuk dalam bentuk polimorfemis adalah :

1. Alat untuk pemain

1.1 Barongan (baroGan)

(Kamis, 05 Juni 2008)

Barongan (baroGan) adalah barong (kepala harimau) tiruan atau

barong yang tidak sebenarnya.

Barong + an → barongan „tiruan kepala harimau tiruan‟

Nomina + Sufiks -an → nomina. Akhiran -an mempunyai arti tiruan

atau tidak sebenarnya sehingga barongan adalah barong tiruan.

2. Pemain Reog

2.1 Mbarong (mbarOG)

Page 48: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

48

(Senin, 18 Agustus 2008)

Mbarong (mbarOG) salah satu pemain dalam reog yang menggunakan

barongan, biasa disebut pembarong.

Mbarong: m-+ barong → mbarong „pelaku„

Prefiks M - + nomina → verba denominal. Prefiks M- memberi makna

orang yang melakukan, jadi mbarong adalah orang yang membawa

barongan.

2.2 Pengrawit (p|Grawit)

(Kamis, 05 Juni 2008)

Pengrawit (p|Grawit) adalah bagian dari pemain reog yang memainkan

musik. Pengrawi : peNg- + krawit „musik‟ → pengkrawit „orang yang

memainkan musik‟. Prefiks peNg- + nomina → verba denominal.

Prefiks peNg- memberikan arti orang yang melakukan. Jadi pengkrawit

adalah orang yang memainkan musik atau gending.

2.3 Penggerong (p|GgerOG)

Page 49: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

49

(Senin, 18 Agustus 2008)

Penggerong (p|GgerOG) „penyanyi dalam reog‟. Penggerong: peNg- +

gerong „menyanyi‟ → penggerong ‟penyanyi dalam reog‟. Prefiks peNg-

+ verba → verba denominal.

3 Lagu dan Tarian

3.1 Ganongan (ganoGan)

Ganongan (ganoGan) „gerakan tari yang didominasi gerakan lari, dan

akrobat yang cepat dan lincah‟. Ganongan: ganong + -an → ganongan

„gerakan lari dan akrobat‟. Nomina + sufiks -an → verba denominal.

3.2 Gendhing panaragan (g|nDIG pOnOragan).

Gendhing panaragan (g|nDIG pOnOragan) adalah gending yang

dipergunakan sebagai iringan joget/tari, iring-iringan dan tetabuhan

biasa yang dapat diikuti dengan lagu-lagu sesuai keinginan. Gendhing

panaragan termasuk dalam polimorfemis karena kata gendhing

panaragan mengalami proses pemajemukan leksikal dari bentuk kata

dasar gendhing „iringan‟ dan panaragan „lagu‟ sehingga makna yang

terbentuk adalah iring-iringan/tetabuhan yang diiringi lagu-lagu sesuai

keinginan.

3.3 Sabetan (sab|tan)

Sabetan (sab|tan) ‟gerakan tari berupa gerakan mencambuk dengan

pecut‟. Sabetan: sabet „cambuk‟ + -an → sabetan „mencambuk‟. Verba

+ sufiks -an → verba denominal.

Page 50: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

50

3.4 Kebatan (kebatan)

Kebatan (kebatan) adalah gerakan mengibaskan sampur. Kebatan:

kebat „kebat‟ + -an → kebatan „mengibaskan‟. Verba + sufiks -an →

verba denominal.

3.5 Jathilan (jaTilan)

Jathilan: jathil „kuda‟ + -an → jathilan „tarian kuda‟. Nomina + sufiks -

an → denominal. Akhiran -an pada jathilan memberi makna „tiruan‟.

Jadi jathilan adalah tiruan tari kuda.

4. Sesajian

4.1 Menyan cina (m|¥an cinO)

(Senin, 18 Agustus 2008)

Menyan cina (m|¥an cinO) „kemenyan‟. Proses pembentukan kata

menyan cina melalui proses pemajemukan dengan penghadiran bentuk

dasar yang prakategorial. Adapun bentuk dasar itu adalah menyan cina

„kemenyan‟ kata menyan merupakan persenyawaan dari kata cina, yang

memberikan cap bahwa konstruksi yang dibentuk adalah benar-benar

kata majemuk dan bukan frase.

4. 2 Kinangan (kinaGan)

Page 51: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

51

(Senin, 18 Agustus 2008)

Kinangan (kinaGan) „kinangan‟. Kinangan terbentuk dari kata kinang +

-an → kinangan. Nomina + sufiks -an → denominal. Sufiks -an

merupakan pemarkah atau penjelas kata benda. Jadi kinangan

merupakan merupakan kumpulan beberapa benda, antara lain: tembakau,

gambir, enjet, dan suruh.

4.3 Jajanan pasar (jajanan pasar)

(Senin, 18 Agustus 2008)

Jajanan pasar (jajanan pasar) „aneka macam makanan yang biasa

dibeli dari pasar. Kata jajanan + pasar merupakan penggabungan dua

kata yang mana kedua kata itu merupakan kata pokok dari kata itu.

Penggabungan kedua kata itu disebut kata majemuk, sehingga dari

penggabungan dua kata itu mengalami perubahan makna yang awalnya

jajanan „makanan‟ dan pasar „tempat jual beli‟ menjadi jenis makanan

yang beraneka ragam yang dibeli dari pasar. Kata jajanan itu sendiri,

mengalami proses morfologis yaitu jajan + sufiks -an. Akhiran -an

mengubah makna dari kata kerja (verba) jajan menjadi kata benda

(nomina) yaitu jajanan.

Page 52: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

52

4.4 Sega golong (s|gO gOlOŋ)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Sega golong adalah nasi yang berbentuk lingkaran kecil yang biasa

diletakkan di sekitar nasi tumpeng. Sega golong merupakan kata

majemuk yang dibentuk dari kata sega + golong → sega golong.

Nomina + ajektiva → denomina.

5.Busana / Kostum

5.1 Koloran (koloran)

(Kamis, 05 Juni 2008)

Koloran (koloran) „kolor atau tali pada celana‟. Terbentuk dari kata

kolor „kolor‟ + -an → koloran. Nomina + sufiks -an → denominal.

Akhiran -an memberi makna „penjelas kata benda‟. Jadi koloran

adalah tali pada celana.

5.2 Epek timang (EpE? timaG)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Page 53: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

53

Epek timang (EpE? timaG) „sabuk atau ikat pinggang‟. Epek timang

terbentuk dari dua kata yaitu epek „epek‟ + timang „timang„, merupakan

proses pemajemukan dari dua kata yang mana kedua kata itu merupakan

kata pokok sehingga hadir makna baru yaitu ikat pinggang yang

dilengkapi dengan timang atau gesper.

3. Frase

Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua atau lebih dari dua

kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk

klausa (Djoko Kentjono, 1982: 57).

1. Busana/Kostum

1.1 Kaos loreng (kaOs lorEG)

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Kaos loreng (kaOs lorEG) „kaos yang berwarna merah dan putih‟. Kaos

loreng merupakan bentuk frase endosentris yang atribut dari kata kaos +

loreng → kaos loreng. Kata kaos termasuk golongan kata nomina, maka

frase kaos loreng termasuk golongan frase nomina.

1.2 Udheng jilidan (uD|G jilidan)

Page 54: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

54

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Udheng jilidan (uD|G jilidan) „ikat kepala‟ seperti blangkon. Udheng

„iket kepala‟ + jilidan „jilid‟ merupakan bentuk frase endosentrik yang

atribut. Pembentukan frase dari kata udheng „iket‟ dan jilidan „jilid‟,

yang mana kata udheng termasuk kata nomina yang diikuti kata verba,

karena itu frase udheng jilidan termasuk golongan frase nomina,

sehingga makna yang dihadirkan adalah iket kepala yang sudah dibentuk

(blangkon).

1.3 Udheng modhang (uD|G moDaG)

Minggu, 26 Oktober 2008

Udheng modhang merupakan bentuk frase endosentrik yang atribut dari

kata udheng „iket‟ dan modhang „batik‟. Kata udheng termasuk frase

nomina sebagai UP yang diikuti frase verba sehingga frase udheng

modhang termasuk golongan frase nomina. Jadi udheng modhang

adalah „ikat kepala‟ yang masih berupa kain batikan atau ikat kepala

yang belum berbentuk blangkon.

2. Sesajian

2.1 Rujak degan (ruja? d|gan)

Page 55: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

55

(Senin, 18 Agustus 2008)

Rujak degan (ruja? d|gan) „rujak kelapa muda‟. Rujak degan terdiri

dari kata rujak „rujak‟ dan degan „kelapa muda‟ ini merupakan bentuk

frase endosentrik yang koordinatif. Kesetaraan frase rujak degan dapat

dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata

dan atau atau. Frase rujak degan termasuk golongan frase nominal yang

terbentuk dari frase nomina (rujak) sebagai unsur pusat (UP) diikuti

frase nomina (degan).

2.2 Kembang setaman (k|mbaG s|taman)

(Senin, 18 Agustus 2008)

Kembang setaman (k|mbaG s|taman) „bunga lima warna/macam.

Kembang setaman merupakan bentuk frase endosentrik yang atribut,

yang berasal dari kata kembang „bunga‟ dan setaman „lima warna‟.

Frase kembang termasuk frase nomina sebagai UP yang diikuti frase

nomina (setaman), sehingga kembang setaman termasuk frase nomina.

2.3 Gedhang raja (g|DaG rOjO)

Page 56: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

56

Senin, 18 Agustus 2008

Gedhang raja (g|DaG rOjO) adalah pisang yang selalu digunakan

dalam sesajian. Pisang ini berwarna kuning. Gedhang raja merupakan

bentuk frase endosentrik yang atributif yang terbentuk dari dua kata

yaitu gedhang + raja → gedhang raja. Nomina (gedhang) sebagai UP

yang diikuti nomina (raja) sebagai pelengkap atau atribut.

3. Peralatan untuk Pemain

3.1 Jaran kepang (jaran kepaG) „kuda kepang‟

(Minggu, 26 Oktober 2008)

Jaran kepang (jaran kepaG) „kuda kepang‟. Jaran kepang merupakan

bentuk frase endosentrik yang atributif dari kata dasar jaran „kuda‟ dan

kepang „anyaman bambu‟. Frase jaran termasuk nomina sebagai UP,

dan kepang termasuk nomina sebagai atribut/pelengkap sehingga jaran

kepang termasuk golongan frase nomina. Jadi jaran kepang adalah

anyaman dari bambu yang berbentuk seperti kuda.

3.2 Dhadhak merak (DaDa? m|ra?)

(Senin, 18 Agustus 2008)

Page 57: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

57

Dhadhak merak merupakan bentuk frase endosentrik yang koordinatif.

Kesetaraannya itu dapat dibuktikan dengan adanya kemungkinan kedua

kata itu dihubungkan dengan kata dan atau atau sehingga menjadi

dhadhak dan merak, dhadhak atau merak. Penambahan kata

penghubung itu tidak merubah artidari kata semula yaitu dhadhak merak

yang artinya burung merak.

4. Atraksi

4.1 Jaran ngedan (jaran Gedan)

(Senin, 18 Agustus 2008)

Jaran ngedan (jaran Gedan) „pemain kuda yang gila‟. Jaran „kuda‟ +

ngedan „gila‟ merupakan bentuk frase endosentrik yang atributif. Kata

jaran (nomina) sebagai UP yang diikuti kata ngedan (verba) sebagai

atribut atau pelengkap seingga terbentuk kata jaran ngedan (frase

verbal) sehingga artinya pemain kuda yang melakukan atraksi gila-

gilaan. Bentuk kata ngedan terbentuk dari: Ng- + edan „gila‟ → ngedan

„tindakan gila‟. Prefiks nasal Ng- sebagai pemarkah kata ngedan yang

menunjukkan bahwa pemarkahan oleh afiks berarti makna khusus atau

spesifik dan konkret yaitu sebuah tindakan yang gila.

Page 58: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

58

4.2 Celeng ngedan (cElEG Gedan)

Celeng ngedan (cElEG Gedan). „pemain celeng yang gila‟. Celeng

ngedan merupakan bentuk frase endosentrik yang atributif. Frase celeng

(nomina) sebagai UP diikuti frase ngedan (verba) sebagai atribut

sehingga terbentuk frase celeng ngedan (frase verbal) yang artinya

pemain celeng yang melakukan atraksi gila. Kata ngedan terbentuk dari

prefiks -ng + edan ngedan „bergaya seperti gila‟.

B. Makna Leksikal dan Kultural

1. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang ada pada leksem-leksem

(Chaer,1994: 7). Makna leksikal dari istilah-istilah kesenian reog, sebagai

berikut .

1) Gong

Gong seperti bonang tetapi dalam ukuran yang lebih besar

berfungsi sebagai bas yang dipukul bersamaan dengan bonang pada

pukulan genap. Dalam kesenian reog, gong mempunyai laras (nada)

slendro. Gong merupakan instrumen pengiring kesenian reog yang paling

dominan karena apabila dibunyikan menghasilkan suara yang

menggelegar, menggetarkan dada serta dapat didengar dari jarak yang

cukup jauh. Suaranya terdengar berirama tegas seperti komando yang

menggugah semangat tempur.

Page 59: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

59

2) Angklung

Angklung adalah alat musik yang terbuat dari bambu yang

dibunyikan dengan cara digetarkan. Wujud angklung ada berbagai macam

ukuran. Ada yang besar, ada yang kecil dan ada pula yang tanggung.

Semua ada tiga kelompok (oktaf). Dan tiap kelompok ada lima buah

angklung (lima buah nada). Angklung besar dibuat dari bambu yang besar,

dengan ukuran dua ruas, atau lebih kurang lima puluh senti meter

panjangnya. Cara membunyikan angklung itu adalah dengan cara

digetarkan bambu kecil (panjang) yang bisa diturun naikkan dalam bambu

besar tersebut.

3) Bonang

Bonang adalah alat musik pukul berbentuk bulat dengan

tonjolan ditengahnya. Bonang berbentuk seperti gong dalam ukuran kecil.

Cara membunyikanya dengan cara dipukul secara ritmis dan bergantian

dengan ritme tetap sesuai dengan tempo gending itu sendiri.

4) Kendhang

Kendhang adalah alat musik perkusi yang berfungsi sebagai

aba-aba saat dimulainya gendhing dan berfungsi sebagai pengiring

gerakan juga pengendali irama. Dalam kesenian reog, kendang yang

dipergunakan adalah kendang ukuran besar. Panjangnya lebih kurang

seratus sentimeter, sedangkan garis tengahnya sekitar tiga puluh lima senti

meter. Cara membunyikan kendang dengan cara dipukul. Peranan kendang

Page 60: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

60

dalam kesenian reog ini sangat menentukan, karena kendang bisa

mengolah nafas permainan, serta juga sebagai pengatur situasi penonton.

5) Ketipung

Ketipung adalah alat musik yang berbentuk seperti kendang

tetapi dalam ukuran yang lebih kecil dan berfungsi sebagai penambah

rempeg/meriahnya gending. Cara membunyikannya dengan cara dipukul

dengan alat pemukul yang lentur di sela-sela pukulan kedua bonang. Ada

orang yang mengatakan ketipung adalah kendang kecil. Ketipung

dipergunakan bersama dengan kendang.

6) Trompet

Trompet ialah salah satu alat musik dalam pertunjukan reog

yang berfungsi sebagai pembawa lagu atau melodi dan aba-aba sebelum

gamelan dimainkan. Trompet dibuat dari kayu yang berbentuk seperti

corong. Cara membunyikannya yaitu dengan cara ditiup pada bagian

ujungnya yang kecil. Suara yang dikeluarkan, diatur dengan adanya

lubang-lubang pada bagian tengah-tengahnya.

7) Saron

Saron adalah salah satu alat musik yang digunakan dalam

pertunjukan reog yang terbuat dari kuningan. Cara membunyikan dengan

dipukul atau ditabuh.

8) Barongan

Barongan adalah salah satu instrumen yang penting dalam

permainan reog. Barongan artinya barong tiruan atau barong yang tidak

Page 61: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

61

sebenarnya; Arti sufiks/akhiran -an pada barongan adalah tidak

sebenarnya; tetiron; tiruan. Contoh lain, misalnya: bunthutan, bedhilan,

gunungan. Artinya bunthut tiruan, bedhil tiruan, gunung tiruan, dan

sebagainya.

BARONG : dalam bahasa Jawa Kuna : barwang

dalam bahasa Melayu : beruwang

dalam bahasa Batak : baruwang

dalam bahasa Dayak : bahuwang

dalam bahasa Belanda : beer

Menurut Tjokrodibroto, kata barongan sebenarnya sudah

merupakan persenyawaan. Asalnya dari singa barongan, yang artinya singa

barong tiruan (Hartono, 1980: 61).

Singa adalah harimau. Barong adalah suri atau gimbal. Jadi, singa

barong artinya harimau yang berambut gimbal. Suri: rambut panjang yang

terdapat pada leher kuda. Gimbal: rambut yang tebal, subur, tetapi tidak

terurusi. Akhirnya menjadi kusut. Dahulu kata barongan berarti pula nama

dari semua topeng hewan. Jadi, semua topeng hewan disebut barongan.

Misalnya, topeng ular, topeng buaya, topeng harimau, topeng kuda dan

sebagainya. Dalam kesenian reog yang disebut barongan ialah topeng harimau

(kepala harimau).

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat barongan adalah

1. Kayu yang kuat dan ulet, tetapi ringan. Kayu tersebut dipergunakan

untuk kerangka tengkorak, dan nanti sebagai dasar melekatkan kulit

Page 62: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

62

harimau. Kepala harimau ini mulutnya agak lebar, sebab nanti akan

dipergunakan sebagai lubang/celah-celah untuk melihat keluar si

pembarong.

2. Kulit harimau. Biasanya orang senang kepada kulit harimau yang

bercorak loreng, yang terkenal dengan sebutan macan gembong.

Begitu pula kulit yang dicari diusahakan kulit muka (kulit kepala atau

wajah).

3. Kayu palang yang kuat. Kayu tersebut pada waktu bermain digigit si

pembarong, sebagai pegangan.

4. Tali pengikat yang kuat. Biasanya terbuat daripada kain. Tali ini

diikatkan pada kepala pembarong bagian belakang. Dengan tali ini

maka bagaimanapun gerakannya si pembarong, barongan tidak akan

lepas.

5. Suri (rambut kuda) yang panjang. Dengan suri tersebut kepala harimau

akan tampak hidup dan tampan.

6. Kaca atau kelereng yang jernih. Kelereng ini dipergunakan sebagai biji

mata.

Barongan dikenakan seperti topeng. Si pemain menggigit kayu

palang. Sedang kepala pembarong dipergunakan juga sebagai tempat mengikat

tali barongan.

9) Dhadhak Merak

Barongan dan dhadhak merak sebenarnya dua buah benda,

yang masing-masing dapat dipisahkan menjadi barongan dan dhadhak

Page 63: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

63

(merak). Barongan berujud kepala harimau, sedangkan dhadhak berupa

burung merak yang sedang menari (Bahasa Jawa ngigel). Kedua sayapnya

mengembang seperti kipas dan ekornya menjulang tegak. Kedua kaki merak

tampak dalam keadaan siap. Dadak merak hanya dapat dipakai bila disatukan

(dipakai bersama) dengan barongan.

Dadak merak dibuat dari bahan-bahan yang agak mahal, serta

sukar dicarinya. Bahan-bahan yang dimaksud adalah: bambu, rotan, tali yang

kuat, bulu merak dan burung merak yang sudah dikeringkan. Ukuran besarnya

dhadhak merak disesuaikan dengan besarnya kepala harimau.

10) Topeng

Topeng artinya tutup wajah. Dalam bahasa Betawi, topeng artinya

teater atau tontonan. Dalam kesenian topeng terbuat dari kayu yang tidak

mudah pecah, yang dibentuk menurut kreasi budaya daerah yang ada. topeng

yang digunakan dalam permainan reog, sebagai berikut.

a. Topeng hewan. Yang dimaksud topeng hewan adalah barongan.

b. Topeng manusia. Topeng manusia dalam kesenian reog terdiri dari

topeng penthul, topeng tembem. Topeng penthul merupakan topeng

rekayasan yang dibentuk menurut kreasi budaya daerah yang ada.

Topeng ini berfungsi sebagai humor atau lelucon dalam kesenian reog.

Topeng tembem seperti topeng penthul tetapi topeng tembem berupa

topeng yang menyerupai fungsi yang sama yaitu sebagai pengocok

perut atau lelucon saja sehingga permainan reog menjadi semakin

semarak.

Page 64: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

64

c. Topeng raksasa. Bujangganong adalah topeng raksasa. Topeng ini

berwujud topeng raksasa warnanya merah tua atau hitam, rambutnya

panjang di depan. Matanya melotot, hidung besar dan panjang, dahi

menjorok (Bahasa Jawa: ngganong)

11) Pecut

Pecut adalah alat yang dibuat dari penjalin (bambu atau rotan)

yang diberi upat-upat benang berwarna merah putih.

12) Keris

Keris adalah alat yang dibuat dari besi yang dibentuk memakai luk

(lekuk-lekuk). Bentuk keris yaitu berlekuk-lekuk dari ukuran besar kemudian

semakin kecil sampai ujung keris dengan bentuk tumpul. Keris ini dipakai

dengan cara diselipkan pada stagen lipatan terakhir tepat pada punggung.

13) Celeng

Celeng adalah peralatan reog yang terbuat dari anyaman bambu

yang berbentuk seperti binatang celeng “ babi”.

14) Udheng

Udheng adalah iket yang digunakan untuk menutup kepala.terbuat

dari kain yang terbentuk segitiga dan biasa bercorak batik dengan warna yang

gelap (hitam atau kecoklatan). Udheng atau iket kepala dapat dibedakan

menjadi dua , yaitu :

1. Udheng jilidan ialah iket kepala khas buat penari.

Page 65: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

65

2. Udheng modang ialah iket kepala berwarna coklat dengan dasar hitam

dan corak batik berwarna coklat dengan dasar hitam dan corak batik

berwarna coklat tepinya.

15) Jaran kepang

Jaran kepang adalah kuda kepang, yang terbuat dari anyaman bambu.

Dalam kesenian reog biasanya jaran kepang `kuda kepang` berjumlah dua

buah berwarna hitam dan merah. Dinamakan jaran kepang `kuda kepang‟

karena kuda ini dibuat dari kepang. Kepang adalah anyaman yang dibuat dari

rautan bambu yang halus.

16) Ancinco

Ancinco adalah kostum yang digunakan para pemain reog yang

atasan (baju) dan bawahan (celana) berwarna hitam-hitam. Atasan (baju)

hitam tanpa kerah . bawahan (celana) terbagi dalam beberapa jenis, sebagai

berikut :

1. Celana hitam dingkikan adalah celana sepanjang lutut terbuat dari

kain warna hitam. Celana ini adalah kostum jathilan.

2. Celana panjang bergombyok adalah celana yang panjang sampai

mata kaki, celana ini pakai oleh pemborong.

3. Celanan panjang hitam gejigan adalah celana panjang sebatas mata

kaki, seperti celana gombor tapi tidak terlalu gombor.

17) Kaos loreng

Kaos loreng adalah kostum pemain reog berupa kaos yang berwarna

merah dan putih (loreng antara merah dan putih)

Page 66: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

66

18) Epek timang

Epek timang adalah kostum berupa ikat pinggang yang terbuat dari

kain bludru polos warna hitam dengan gesper (timang).

19) Sampur

Sampur adalah kostum berupa selendang. Sampur ini diikatkan di

pinggang dan kedua ujungnya terjulur.

20) Jarik

Jarik adalah kostum berupa kain panjang berwarna latar hitam dan

corak batik warna coklat dengan motif beraneka. Jarik ini disebut juga jarit.

21) Koloran

Koloran/usus-usus atau adalah kolor atau tali yang terbuat dari

benang katen (lawe) berwarna putih yang dijalin dan dipintal jadi satu,

panjang 2 meter, dengan garis tengah kurang lebih 3 meter, sementara benang

di kedua ujungnya dibiarkan terurai.

22) Setagen

Setagen adalah kostum berupa kain yang dililitkan dipinggang

berwarna gelap (hitam atau coklat). Panjangnya sekitar 4 meter dan lebarnya

sekitar 10 cm.

23) Warok

Warok adalah sosok pimpinan reog. Warok merupakan sosok

seorang yang diakui memiliki kelebihan-kelebihan khususnya dalam ilmu

Kanuragan (kekebalan tubuh) dan berderajat spiritual yang tinggi. Babad

Ponorogo yang disusun Purwowijoyo mencatat bahwa secara etimologis

Page 67: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

67

warok berasal dari kata “Waroi” (Jawa: Wirangi) yang berarti wis pana, wis

ngerti banget marang agal alus lahir batin, tumindhake mung kanggo tetulung

marang liyan (sudah memahami kehidupan secara sempurna lahir dan batin,

dan mengabdikan hidupnya untuk membantu orang lain). Jadi warok adalah

sosok yang dikenal sebagai seseorang yang menguasai ilmu Kejawen (Jawa

Pos, 2003: 25). Dalam kesenian reog warok lebih terlihat sebagai pengawal-

pengawal (punggawa) yang biasa disebut warok muda, dan sebagai sesepuh

(guru) disebut warok tua. Sosok warok muda digambarkan berbadan gempal

dengan bulu dada, kumis dan jambang lebat serta mata yang tajam, sedangkan

warok tua digambarkan sebagai sosok lelaki tua berbadan kurus.

24) Pembarong

Pembarong adalah pemain reog yang menggunakan barongan.

Pembarong ini memakai kostum: celana panjang gombyok, stagen, epek

timang hitam, baju kimplong (baju yang menyerupai kaos singlet.

25) Pengrawit

Pengrawit adalah pemain atau penabuh gamelan (alat musik pengirng

reog). Pengrawit ini berjumlah 8 orang antara lain pengrawit gong,(1),

kendhang (1), angklung (2), bonang (1), saron (1), ketipung (1), terompet (1).

26) Jaran ngedan

Page 68: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

68

Jaran ngedan adalah pemain reog yang memakai peralatan jaran

kepang (kuda kepang) dan melakukan atraksi seperti kuda yang gila.

Gerakannya lincah dan akrobat.

27) Celeng ngedan

Celeng ngedan adalah pemain reog yang memakai peralatan celeng

(babi) yang melakukan atraksi yang lincah.

28) Besut

Besut ialah gerakan tari dalam pertunjukan reog dengan posisi

tangan kiri lurus ke depan, kaki kiri diangkat, kaki kanan napak terus berjalan

sambil loncat.

29) Tanjak

Tanjak adalah gerakan berdiri dari posisi jengkeng.

30) Gendhing Panaragan

Gendhing panaragan ialah gendhing yang dipergunakan sebagai

iringan joget atau tari iring-iringan dan tetabuhan biasa yang dapat diikuti

dengan lagu-lagu sesuai keinginan.

31) Ganongan

Ganongan adalah gerakan tari dalam pertunjukan reog yang mana

gerakan itu didominasi gerakan lari dan akrobat yang cepat dan lincah.

32) Sembahan

Page 69: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

69

Sembahan adalah gerakan tari berupa gerakan mengangkat kedua

tangan dengan mempertemukan kedua telapak tangan di depan hidung gerakan

ini biasa dilakukan sebelum permainan dimulai.

33) Sabetan

Sabetan adalah gerakan tari dengan posisi tangan kanan memegang

pecut kemudian pecut itu dicambukkan pada pemain jaran kepang (kuda

kepang) dengan gerakan kearah atas bawah , dan sebaliknya.

34) Buncet

Buncet adalah nasi yang dibentuk seperti gunungan kecil atau

tumpeng kecil yang mana disekitar gunungan atau tumpeng itu dilengkapi

dengan sayuran, pisang raja, krupuk merah, peyek, kedelai, jajanan pasar dan

kinangan.

35) Kembang setaman

Kembang setaman adalah bunga lima warna atau lima macam yaitu

bungan mawar, bunga melati, bunga kanthil, bunga kenanga, dan bunga

pandan wangi.

36) Menyan cina

Menyan cina adalah peralatan yang digunakan dalam sesaji yang

berbentuk bulat kecil, berwarna hitam kecoklatan. Menyan cina ini digunakan

dengan cara dibakar.

37) Rujak degan

Page 70: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

70

Rujak degan adalah rujak yang dibuat dari kelapa muda. Adapun

kelapa muda yang digunakan adalah jenis kelapa hijau.

38) Dhanyangan

Dhanyangan adalah tempat-tempat keramat (pohon besar, sumur,

batu besar dan lain-lain), yang dianggap tempat bersemayamnya roh-roh

penunggu dan pelindung desa. Adapun dhanyangan yang digunakan dalam

pertunjukan kesenian reog ini biasanya ditempat-tempat yang ada pohon

besar, batu besar yang dianggap keramat.

39) Gedhang raja

Gedhang raja adalah jenis pisang yang selalu digunakan dalam

sesajian. Pisang raja ini warnanya kuning dan bentuknya tidak terlalu

panjang.

40) Kinangan

Kinangan adalah peralatan dalam sesajian yang terdiri dari suruh,

enjet, gambir dan tembakau.

41) Peyek

Peyek adalah perlengkapan sesajian yang berupa lauk pauk,

terbuat dari kacang tanah.

42) Krupuk

Krupuk adalah perlengkapan sesajian yang berupa krupuk

berwarna merah.

43) Pawang

Page 71: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

71

Pawang adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk

mendatangkan dan mengembalikan roh halus yang dibutuhkan.

44) Sega Golong

Sega golong adalah nasi yang berbentuk lingkaran dan digunakan

dalam tumpeng. Biasanya sega golong ini diletakkan disekitar tumpeng.

45) Paraga

Paraga adalah keseluruhan para pemain yang terdiri dari para

pemain reog (barongan, dhadhak merak, jaran kepang, celeng, dan

penthul-tembem) dan para pengrawit.

46) Jathilan

Jathilan adalah jenis tarian kuda. Dilakukan oleh anak laki-laki yang

manis. tarian ini bisa berupa atraksi jalan nyongklang, jalan dingklikan,

perang-perangan dan seterusnya.

47) Kebatan

Kebatan adalah gerakan mengebatkan sampur. Kebatan ini dilakukan

para pemain yang menggunakan topeng penthul tembem.

48) Sendon

Sendon adalah adegan keluarnya penthul-tembem dari arah pengiring

ketengah arena sambil menari. Sendon ini dilakukan pada saat pemain jaran

kepang, celeng, barongan dan dhadhak merak istirahat. Sehingga

dimeriahkan/diisi dengan adegan sendon oleh pemain-pemain penthul-

tembem.

49) Jalan nyongklang

Page 72: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

72

Jalan nyongklang adalah gerakan tari menirukan gerakan

menunggang kuda dengan kedua tangan memegang jaran kepang (kuda

kepang).

50) Pawang

Pawang adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk

memanggil dan mengembalikan roh halus yang dibutuhkan. Pawang

merupakan sosok warok muda karena pawang dianggap orang yang memiliki

kelebihan dan menguasai ilmu kanuragan.

51) Srati

Srati adalah orang yang mempunyai tugas dan kemampuan untuk

mengawasi dan mengamankan gerak para pemain jaran kepang, celeng,

dhadhak merak, barongan agar tidak terjadi hal yang membahayakan.

2. Makna Kultural

Makna kultural adalah makna bahasa yang dimiliki oleh masyarakat

dalam hubungan dengan budaya tertentu (Edi Subroto dalam Wakit,1999).

Makna kultural dari istilah-istilah dalam kesenian reog dikabupaten Boyolali

adalah sebagai berikut.

1) Gong

Dalam kesenian reog apabila gong besar dibunyikan maka suaranya

terdengar berirama tegas seperti komando yang menggugah semangat tempur.

Dahulu diceritakan, yaitu ketika ilmu mistik masih berpengaruh kuat dalam

kesenian reog, dan pada saat sistem adu domba kuat-kuatan mempengaruhi

Page 73: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

73

satua-satuan reog, maka alat penantang sebagai ajakan tempur adalah bunyi

gong yang besar yang dibunyikan bertubi-tubi. Suara terdengar dari jarak yang

sangat jauh. Bagi pihak lawan yang mendengar suara itu segera

mengimbanginya. Gong dibunyikan pada saat reog akan dimulai. Ini

mempunyai makna yang pertama adalah sebagai ajakan atau menantang

perang dan yang kedua untuk mengobarkan semangat tempur bagi prajurit-

prajuritnya (dalam kesenian reog prajurit digambarkan dengan para pemain

reog).

2) Angklung

Alat musik yang tebuat dari bambu ini (angklung) dalam kesenian

reog mempunyai makna yang menyimbolkan kegirangan hati rakyat.

Angklung menunjukkan gambaran bahwa rakyat sedang merasa senang dan

gembira.Hal ini dilihat dari meriahnya suara yang keluarga dari angklung.

3) Bonang

Dalam kesenian reog, Bonang ini merupakan nada gelombang irama

gamelan. Hal ini melambahkan bahwa kehidupan manusia itu penuh lika-liku

atau gelombang sehingga manusia harus senantiasa berhati-hati dalam

menjalani kehidupannya.

4) Kendhang

Dalam kesenian reog, kendhang mempunyai peranan yang sangat

menentukan. Kendhang dapat mengolah nafas permainan, serta juga sebagai

pengendali atau pengatur situasi penonton. Kendhang merupakan satu-satunya

instrumen yang dapat membakar semangat.

Page 74: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

74

Dalam pertarungan antar satuan reog, maka pengendanglah yang

menjadi sasaran utama. Karena itu pengendang harus mendapatkan

perlindungan yang kuat, kendang berperan yang sama dengan genderang bagi

prajurit. Untuk melahirkan sikap dan langkah yang tegas, serta untuk

menampakkan semangat prajurit, maka gendanglah yang mengaturnya.

5) Ketipung

Ketipung merupakan kendhang kecil. Dalam kesenian reog ketipung

juga mempunyai peranan yang penting. Adapun makna kultural dari ketipung

ini adalah ikut dalam membakar semangat para pemain reog.

6) Terompet

Dalam keprajuritan bunyi terompet merupakan suatu perintah yang

harus ditaati. Terompet juga sebagai komando dalam peperangan. Dalam

kesenian reog terompet merupakan gamelan reog yang ikut membakar

semangat dan mengobarkan jiwa juang para prajurit (pemain) reog.

7) Saron

Dalam kesenian reog saron merupakan alat musik yang dapat

menghidupkan tabuhan-tabuhan atau irama. Jadi saron mempunyai makna

bahwa plat yang dapat menghidupkan dan menggerakkan semangat para

pemain reog.

8) Barongan

Dalam kesenia reog, barongan adalah satu-satunya instrumen yang

mendapatkan tempat utama dan dianggap sebagai benda keramat. Sehingga

Page 75: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

75

pada hari-hari tertentu, dan pada setiap akan dipakai selalu orang yang

mempunyai kepercayaan yang berlebih-lebihan, sehingga kadang-kadang

terdapat beberapa kuntum bunga kanthil dan parem (minuman yang dibuat

dari kunyit dan gula) tersedia di dekat kemenyan (dupa) dalam kesenian reog.

Barongan dipakai bersamaan denga dhahak merak. Barongan merupakan

topeng kepala harimau, ini melambangkan perawakan yang kokoh, tenang,

waspada dan terampil bergerak. Selain itu juga menggambarkan sifat-sifat

seperti macan yaitu galak (artinya gigih dan pantang menyerah) dalam

mencapai cita-citanya.

9) Dhadhak merak

Dhadhak merak berupa seekor burung merak yang sedang menari.

Kedua sayapnya mengembang seperti kipas, dan ekornya menjulang tegak

kedua kaki merak tampak dalam keadaan siap. Dhadhak merak hanya dapat

dipakai bila disatukan (dipakai bersama) dengan barongan. Satuan dari

keduanya dinamakan reog. Merak dan harimau adalah dua makhluk yang

memiliki sifat-sifat yang sangat berbeda. Harimau perawakannya kokoh,

tenang, waspada dan terampil dalam bergerak sedangkan merak, adalah

burung keindahan yang gerakannya menarik dan gayanya melentik. Oleh

ketajaman para seniman dapat diluluhkan menjadi satu sifat yang harmonis

yaitu suatu sifat yang terpuji, berwibawa dan dicintai. Kedua sifat itu

dipancarkan oleh seni budaya rakyat yaitu kesenian reog.

10) Topeng

Page 76: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

76

Topeng yang merupakan aling-aling (tutup wajah) atau kedok ini

melambangkan sifat-sifat manusia sesuai dengan topeng yang dipakai:

a. Topeng Bujangganong melambangkan si pemakai topeng ini berwatak

gagah dan kuat.

b. Topeng Penthul melambangkan prajurit-prajuritnya dan para abdi

satria

c. Topeng tembem melambangkan pria dan wanita yang bergaya seperti

orang banci sehingga menimbulkan kelucuan bagi para penonton.

11) Pecut

Pecut adalah alat yang dibuat dari penjalin yang diberi upat-upat

benang berwarna merah putih. Hal ini melambangkan bahwa penjalin itu

merupakan bahan yang sukar patah, dan suci (putih). Jadi pecut mempunyai

makna yaitu alat yang dapat digunakan untuk mengerakkan para pemain untuk

bersifat selalu bersemangat dan tidak mudah putus asa/menyerah. Selain itu

pecut juga dipercaya sebagai alat yang dapat dipergunakan untuk mengundang

dan mengembalikan roh halus.

12) Keris

Keris yang berbentuk lekuk-lekuk ini mempunyai makna sebagai

senjata lambang keamanan untuk menjaga diri agar yang memakai keris itu

mempunyai kepercayaan dan keberanian diri.

13) Jaran kepang

Jaran kepang (kuda kepang) melambangkan alat yang digunakan

sebagai titian (kendaraan) bagi kesatria. Dalam kesenian reog pemain kuda

Page 77: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

77

kepang ini peranannya sangat menentukan bagi keberhasilan pertunjukan.

Sejak dahulu, satu diantara rahasia mengapa pertunjukan reog selalu baik

dalam mengundang massa, tidak lain karena adanya pemain kuda kepang.

Begitu pula salah satu rahasia mengapa dalam pertunjukan reog sering terjadi

pertarungan antar satuan reog, tidak lain juga kuda kepang inilah yang

menjadi sumbernya. Oleh karena itu, pemain kuda kepang selalu mendapat

penjagaan dan perlindungan, karena pemain kuda kepang ini memberikan

sugesti yang besar dan kuat. Jika pemain kuda kepang senang menari atau

melakukan adegan perang, maka pemain dan penonton banyak yang terlibat

dalam situasi, suasana seperti ini sebentar-sebentar diselingi oleh sorak-sorak

yang menggemparkan dengan kata lain kuda kepang ini mempunyai makna

kultural yang melambangkan ilmu kebatinan yang bisa memberikan sugesti

bagi para penonton.

14) Celeng

Alat yang terbuat dari anyaman bambu dengan bentuk seperti celeng

(babi) ini melambangkan bahwa hewan yang merugikan manusia karena

merusak pertanian masyarakat. Dalam kesenian reog, celeng dapat

memberikan ajaran kepada para penonton bahwa manusia harus hati-hati

terhadap hewan yang dapat merugikan tanaman.

15) Udheng

Udheng atau iket kepala digunakan untuk menutup kepala. Udheng

mempunyai makna bahwa menggambarkan sifat-sifat kejawen. Dari

Page 78: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

78

bentuknya, udheng dibedakan menjadi dua yaitu: udheng jilidan dan udheng

modang. Dari bentuk udheng itu dapat dilihat makna sifat-sifat kejawen dari

orang Jawa. Adapun maksud dari sifat-sifat itu adalah sifat orang Jawa yang

selalu bijaksana dan berwibawa.

16) Ancinco

Ancinco adalah kostum pemain reog warna hitam-hitam, ini

melambangkan rasa lahiriah dan batiniah yang menyatu sehingga menciptakan

kekuatan gaib yang luar biasa dalam diri para pemakai kostum ini.

17) Kaos loreng

Kaos tanpa kerah yang berwarna loreng merah dan putih ini

melambangkan kekhasan para pemain reog dalam mengupayakan untuk

membedakan pemain reog dengan penonton. Selain melambangkan kekhasan,

kaos loreng merah dan putih mempunyai makna bahwa loreng dengan warna

merah melambangkan keberanian para pemain, dan loreng warna putih

melambangkan jiwa yang bersih dan suci. Selain itu juga warna merah dan

putih ini melambangkan warnma bendera bangsa Indoneisa, artinya bahwa

kesenian reog ini benar-benar merupakan kesenian asli bangsa Indonesia.

18) Epek timang

Kostum yang berupa ikat pinggang ini mempunyai makna suatu

perlambang bahwa sebenarnya seni budaya Jawa mempunyai suatu

keunggulan yang tumbuh di hati sanubari para leluhur yang melekat pada jiwa

para trah Kusuma (keturunan para ratu). Epek timang ini merupakan kostum

Page 79: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

79

khusus dipakai oleh pemain jaran kepang (kuda kepang). Epek timang ini

khusus untuk pemain jaran kepang karena epek timang ini melambangkan

kegagahan dari pemain jaran kepang.

19) Penadon

Baju yang berwarna hitam melambangkan bahwa baju itu

mempunyai kekuatan gaib sehingga baju hitam itu bisa mendatangkan

kekuatan.

20) Sampur

Sehelai kain yang berupa selendang (sampur) mempunyai makna

bahwa sampur ini melambangkan gerak yang diciptakan oleh pemakainya

sehingga gerakan yang diciptakan menjadi jelas .

21) Jarik

Jarik yang bercorak batik ini mempunyai maksud melambangkan

bahwa jarik batik adalah kostum yang dipakai para kesatria yang berbudaya

Jawa (Pakaian kejawen). Dengan memakai kostum berupa jarik ini diharapkan

para pemain mempunyai jika ksatria dan berwibawa.

22) Koloran

Koloran ini melambangkan bahwa koloran yang sudah diisi

merupakan pusat munculnya daya kekuatan bagi warok. Koloran dipakai oleh

warok.

23) Setagen

Page 80: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

80

Kostum yang dipakai /dililitkan dipinggang yang berwarna gelap ini

mempunyai makna agar para pemain dapat menciptakan suatu gerak yang

terarah. Dengan kata lain setagen mempunyai makna kultural pengatur dan

pengendali gerakan para pemain reog.

24) Warok

Warok adalah pemimpin rombongan dalam kesenian reog yang

dianggap mempunyai kekuatan yang lebih daripada pemain-pemain yang

lainnya.

- Warok tua melambangkan sosok seorang guru yang mempunyai

kekuatan dan menguasai ilmu kejawen.

- Warok muda melambangkan sosok seorang punggawa atau pengawal-

pengawal raja Klana.

25) Penthul

Penthul adalah bagian dari pemain reog yang melambangkan

karakter manusia yang bersifat humoris (lelucon) sehingga dengan adanya

penthul ini pertunjukan reog menjadi lebih meriah dan tercipta suasana yang

semarak.

26) Pembarong

Pemain yang memakai barongan ini melambangkan sosok manusia

raksasa sebagai simbol suatu kejahatan.

27) Pengrawit

Page 81: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

81

Pengrawit adalah para penabuh gamelan. Para pengrawit ini

dipercaya sebagai pengatur dan pengendali para pemain jaran kepang, celeng,

barongan dan dhadhak merak.

28) Penggerong

Penyanyi dalam reog yang menyanyikan lagu-lagu berupa slogan ini

melambangkan semua sifat-sifat reog itu.

29) Pawang

Pawang menggambarkan sosok pemain reog yang mempunyai

kemampuan untuk mendatangkan dan mengembalikan roh halus yang akan

dibutuhkan.

30) Sega golong

Sega golong adalah nasi yang berbentuk lingkaran. Golong

mempunyai makna bahwa nasi itu melambangkan menyatunya kemampuan

lahir dan batin dari seluruh para pemain reog (paraga) yang dapat mewujudkan

seni dan budaya khas kesenian reog.

31) Jaran ngedan

Jaran ngedan adalah pemain yang menggunakan jaran kepang yang

melakukan adegan-adegan perang. Hal ini mempunyai makna bahwa jaran

ngedan itu melambangkan seorang kesatria yang berlaga atau bergaya seperti

senopati yang siap berperang.

32) Celeng ngedan

Page 82: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

82

Pemain yang menggunakan peralatan anyaman bambu berbentuk

celeng ini melambangkan suatu kerusuhan yang dilakukan untuk merusak

tanaman masyarakat.

33) Sembahan

Sembahan biasa dilakukan diawal pertunjukan reog. Sebelum reog

dimulai maka dilakukan sembahan yang mempunyai tujuan untuk minta izin

kepada kekuatan gaib seperti dhayang, roh halus , dan sebagainya.

34) Sabetan

Sabetan adalah gerakan menyabet atau menyambuk dengan pecut.

Hal ini mempunyai makna bahwa si pemain jaran kepang yang disabet agar

bersemangat, lincah dan gesit dalam melakukan atraksi-atraksinya.

35) Buncet

Buncet adalah nasi yang berbentuk kerucut (tumpeng) ini

melambangkan suatu gambaran masjid yang mempunyai makna yaitu

mengisyarat bahwa kekuatan ghaib itu adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha

Esa . Buncet ini digunakan dalam sesajen dengan maksud sebagai sarana

untuk meminta kekuatan gaib Buncet ini dilengkapi dengan :

- Sayuran: dengan harapan dapat menimbulakan suatu kesegaran

jasmani para paraga atau pemain).

- Pisang raja: perlambang merupakan budaya Jawa dari kraton yang

turun temurun dibudayakan, selain itu pisang raja digunakan dalam

sesajen karena ditangka seerti sajian untuk raja.

- Krupuk merah: melambangkang suatu keberanian yang khusus.

Page 83: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

83

- Jajanan pasar: suatu adat tradisi Jawa yang digunakan untuk

menyingkirkan sengketa dimanapun para pemain itu berada agar

selamat.

- Kinangan: melambangkan sebagai tanda penghormatan pada nenek

moyang.

- Peyek

36) Kembang Setaman

Kembang setaman disebut juga bunga setaman. Bunga setaman ini

terdiri lima warna/ macam bungan yaitu bunga mawar, bunga melati, bunga

kanthil, bunga kenanga, dan pandan wangi. Dari kelima macam bunga tersebut

mempunyai makna kultural yaitu lima bunga yang digunakan itu merupakan

sarana agar terkabulnya permintaan kekuatan ghaib.

37) Menyan cina

Menyan cina atau kemenyan ini digunakan dalam sesaji dengan cara

dibakar sehingga akan menciptakan aroma atau bau yang khas dengan maksud

supaya aroma dari kemenyan itu diserap oleh makhluk halus yang

dilindunginya sehingga makhluk halus itu akan memberikan kekuatan ghaib

sesuai dengan permintaan.

38) Rujak degan

Rujak yang dibuat dari kelapa muda berwarna hijau mempunyai

makna bahwa rujak dengan itu untuk menciptakan tenaga-tenaga yang segar

agar para pemain-pemain reog menjadi kuat jasmani dan rohaninya.

Page 84: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

84

39) Dhanyangan

Dhanyangan adalah tempat-tempat yang dikeramatkan. Tempat

dhanyangan dianggap sebagai wilayah yang sakral untuk meminta kekuatan

ghaib. Di tempat-tempat itu adalah tempat bersemayam para roh halus,

dhanyang yang dianggap mempunyai kekuasaan dalam suatu wilayah dukuh

tersebut.

40) Srati

Srati menggambarkan sosok pemain reog yang mempunyai

kemampuan untuk mengendalikan dan mengamankan pemain jaran kepang,

dhadhak merak, celeng, dan sebagainya.

41) Jathilan

Jathilan adalah tarian yang membaur dengan seni reog dan

pemain-pemainnya terdiri dari anak laki-laki atau remaja putra. Jathilan

mempunyai makna bahwa jathilan dapat memberikan daya sugesti yang

besar dan kuat. Hal ini terjadi ketika jathilan sedang menari-nari, maka

pemain dan penonton banyak yang terlibat dalam situasi. Mereka ikut

menyanyi dan menari, sehingga suasan menjadi hidup dan penuh riang.

C. Fungsi Pertunjukan Kesenian Reog

Fungsi kesenian reog di Kabupaten Boyolali dapat dibagi ke

dalam dua fungsi, yaitu, 1) fungsi bagi para pemain kesenian reog, dan, 2)

fungsi bagi kehidupan masyarakat setempat. Fungsi kesenian reog bagi

Page 85: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

85

masyarakat Kabupaten Boyolali adalah, 1) sebagai saranan upacara, 2)

fungsi tontonan (hiburan).

1. Sarana Upacara

Sebelum tahun 1500-an, masyarakat Kabupaten Boyolali,

khusunya Desa Glonggong, kesenian reog digunakan sebagai sarana

upcara. Pelaksanaan upacara tersebut didasarkan pada anggapan bahwa

roh-roh jahat yang akan mengganggu kehidupan mereka. Suatu anggapan

yang sudah menjadi mitos tersebut, kemudian menimbulkan kebutuhan

supaya terbebas dari pengaruh roh jahat sehingga diadakan upacara

selamatan. Sebagai contoh kebutuhan untuk terbebas dari penyakit

diadakan upacara penyembuhan, kebutuhan untuk terbebas dari mara

bahaya dalam kehidupannya diadakan upacara bersih desa.

Pelaksanaan upacara dengan tujuan untuk mendatangkan roh-roh

baik atau roh pelindung untuk mengusir roh jahat. Agar tujuan dari suatu

upacara tercapai, maka diperlukan sarana untuk mendatangkan roh-roh

tersebut. Sarana tersebut adalah kesenian reog. Masyarakat menggunakan

reog sebagai sarana upacara karena reog merupakan bagian budaya

masyarakat desa setempat yang mereka percayai mendapat perlindungan

dari roh-roh para nenek moyang. Kehadiran reog sebagai bagian dari suatu

upacara akan menimbulkan fungsi sebagai sarana upacara bersih desa,

upacara pernikahan, upacara penyembuhan.

a. Upacara Bersih Desa

Page 86: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

86

Upacara bersih desa adalah upcara yang berhubungan dengan

tujuan untuk keselamatan desa. Oleh karena itu pelaksanaan upacara itu

terbatas pada suatu daerah atau desa itu sendiri. Upacara ini merupakan

adat yang dilaksanakan masyarakat Desa Glonggong secara turun-

temurun. Tujuan upacara ini untuk mendatangkan keselamatan bagi

masyarakat setempat. Pelaksanaan upacara bersih desa terbatas pada

lingkungan masyarakat Desa Glonggong saja. Sedangkan pelaksanaan

setiap tahun sekali, yaitu pada bulan Syawal/hari raya Idul Fitri. Tepat

pada hari kedua.

Masyarakat Desa Glonggong ini melakukan upacara bersih desa

karena adanya anggapan bahwa upacara ini akan menghilangkan

masyarakat dari bahaya yang menimpa. Adanya tujuan magis dari upacara

ini, maka pertunjukan reog dijadikan sebagai sarana untuk mencapainya.

Dengan pertunjukan tersebut diharapkan bahwa roh nenek moyang (roh

pelindung) masyarakat desa, yaitu Eyang Raden Bagus Samudra hadir di

tempat upacara untuk melindungi masyarakat dari gangguan roh jahat.

Menurut keyakinan masyarakat setempat, kehadiran roh nenek moyang

ditandai dengan kesurupan (kemasukan roh halus) dari salah seorang

pemain reog. Mereka menganggap bahwa pemain tersebut kemasukan roh

nenek moyang yang mereka percayai. Dalam keadaan demikian, pemain

tersebut akan memberikan keterangan yang sangat diharapkan oleh

masyarakat yaitu tentang keadaan desa serta hal-hal apa yang harus

dilakukan untuk menjaga keamanan dan ketentraman bagi desa. Pada saat

Page 87: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

87

seperti itu Kepala Desa diwajibkan mendengarkan saran atau petuah dari

roh halus yang akan menempel pada salah seorang penari jaran kepang.

b. Sarana Upacara Pernikahan

Pertunjukan reog sebagai sarana upacara pernikahan dapat

mengungkapkan kebiasaan masyarakat melaksankan salah satu budaya

masyarakat Jawa. Salah satu budaya tersebut adalah kebiasaan melakukan

selamatan ditempat-tempat yang dianggap keramat. Tempat-tempat

tersebut adalah pohon besar, rumah kosong, perempatan jalan, jembatan

dan lain-lain. Dalam upacara perkawinan pertunjukan reog beakhir apabila

rombongan mempelai laki-laki telah tiba di kediaman mempelai

perempuan selanjutnya rombongan reog menghentikan pertunjukan untuk

istirahat. apabila pihak yang menyelenggarakan pernikahan masih

menghendaki pertunjukan reog, maka pertunjukan akan dilanjutkan

kembali.

c. Upacara Penyembuhan

Fungsi pertunjukan reog sebagai sarana penyembuhan penyakit

dapat ditempuh dengan dua cara. Cara pertama adalah memanggil secara

khusus kesenian ke rumah si sakit. Cara kedua adalah mengikut sertakan

dalam upacara bersih desa. Cara pertama dilakukan bagi masyarakat yang

mampu, karena hal ini menyangkut biaya besar bila dibandingkan

penyembuhan dengan penyembuhan dengan cara kedua. Pelaksanaan

pertunjukan dimulai dengan menyelenggarakan selamatan terlebih dahulu,

dalam upacara selamatan mereka mengundang para tetangganya dan

Page 88: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

88

saudara dekat. Pertunjukan reog dilaksanakan dihalaman rumah si sakit.

Sebelumnya sesepuh reog dilaksanakan dihalaman rumah si sakit.

Sebelumnya sesepuh reog akan mengungkapkan maksud dari pertunjukan

tersebut, yaitu untuk mengusir roh-roh jahat dan tubuh si sakit dan rumah

tempat tinggalnya, dengan mendatangkan roh-roh pelindung, mereka

percaya bahwa roh pelindung (nenek moyang) akan datang melalui salah

satu pemain yang biasanya dalam keadaan kesurupan, kemudian

melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan upacara tersebut.

Pertunjukan reog untuk kesembuhan berlangsung selama dua

hingga tiga jam. Hal ini tergantung situasi dan kondisi. Cara kedua

dilakukan dengan mengikutsertakan dalam upacara bersih desa, mereka

(keluarga si sakit) tidak perlu mengeluarkan biaya selamatan. Hal ini

dikarenaan upacara selamatan serta sesaji telah dilaksanakan dan

disediakan oleh masyarakat Desa Glonggong keluarga si sakit tinggal

menyerahkan persyaratan berupa uang wajib kepada pimpinan reog

sebelum pertunjukan dilaksanakan. Pada pelaksanaan tersebut pimpinan

reog akan menyebutkan nama keluarganya yang akan mengadakan

upacara penyembuhan serta masud dari upacara tersebut setelah selesai

pertunjukan, mereka yang mengadakan upacara penyembuhan tersebut

memperoleh air dari salah satu kelompok pemain reog. Air akan diberikan

si sakit sebagai sarana untuk mengusir roh jahat yang masuk ke tubuh.

Mereka menganggap bahwa air merupakan pemberian dari nenek moyang

(dhanyang) desa Glonggong.

Page 89: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

89

2. Fungsi Penebus Janji (Nadzar)

Janji yang diucapkan salah seorang warga masyarakat berkisar

pada sakit, tertimpa bencana, cia-cita dan lain-lain. Biasanya setelah uneg-

unegnya tercapai mereka menanggap reog. mereka berusaha menepati

janji yang telah diucapkan. Upacara nadzar biasa dihadiri sanak saudara,

dan tetangga sekitarnya. Pertunjukan reog dalam upacara ini sama dengan

pertunjukan biasanya (pertunjukan dalam upacara bersih desa). Bagi

masyarakat setempat, pertunjukan reog ini bisa menjadi sarana untuk

memuaskan batinnya, yaitu menukar segala hutang yang pernah

dijanjikan.

Pertunjukan reog sebagai sarana upacara (upacara bersih desa,

upacara pernikahan, upacara penyembuhan dan penebus janji) mulai

jarang dilaksankan oleh masyarkat sejak tahun 1950-an karena semakin

berkembangnya zaman baik dibidang pendidikan , ekonomi, kesehatan dan

lain-lain. Sehingga pertunjukan reog lebih cenderung berfungsi sebagai

alat komunikasi. Dengan adanya pertunjukan reog maka seluruh

masyarakat berkumpul. Disaat itulah pertunjukan reog berfungsi sebagai

penyampai pesan yang lebih efektif. Pesan tersebut disampaikan oleh

sesepuh reog, atau oleh pameran penthul tembem di sela-sela pertunjukan

reog.

3. Fungsi Tontonan atau Hiburan

Pertunjukan reog sebagai tontonan sifatnya lebih fleksibel.

Fleksibelitas ini tercermin dari kelonggaran aturan-aturannya, karena

Page 90: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

90

menyesuaikan situasi dan kondisi pertunjukan. Dalam hal ini aturan-aturan

dalam pertunjukan sebagai tontonan kurang mementingkan durasi

penyajian, serta sesaji yang digunakan.

Pertunjukan sebagai tontonan terletak pada sajiannya bukan

sesajinya. Perbedaan reog sebagai sarana upcara dengan sebagai tontonan,

bahwa fungsi di sini bukan pertunjukan yang ditujukan kepada roh, tetapi

ditujukan kepada (penonton) dan bukan untuk mendatangkan roh nenek

moyang (pelindung) maka sajian yang penting adalah bagaimana bisa

menyajikan gerak keluwesann, karena keluwesan dapat menambah

minat/daya tarik penonton. Hal ini memungkinkan masyarakat

menggunakan dalam acara-acara tertentu. Acara-acara tersebut antara lain,

penyambutan tamu misalnya, pada waktu menyambut Bupati, saat ada

kegiatan di desa. Perayaan hari besar, seperti setiap tanggal 17 Agustus,

hari pendidikan nasional, serta peresmian suatu acara dan lain-lain.

Sajian untuk menyambut tamu sering dilakukan di lapangan,

halaman balai desa yang disajikan oleh warga masyarakat untuk

memberikan sambutan pada tamu. Sedangkan, pertunjukan untuk hari

besar digunakan untuk karnaval pada hari kemerdekaan. Kehadiran reog di

tengah masyarakat Desa Glonggong, mengundang minat masyrakat

setempat untuk menikmatinya. Hal ini terbukti dengan banyaknya

masyarakat yang hadir pada setiap pertunjukan. Besarnya minat

masyarakat tersebut menumbuhkan keinginan oraganisai reog untuk

Page 91: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

91

menghadrikan kesenian ini di kalangan masyarakat secara luas. Dalam hal

ini pertunjukan reog ditujukan untuk kepuasan batin penontonnya.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab empat dapat ditarik

kesimpulan terhadap penelitian istilah-istilah dalam kesenian reog di

Kabupaten Boyolali dengan kajian etnolinguistik sebagai berikut.

1. Penelitian istilah-sitilah dalam kesenian reog di Kabupaten Boyolali

terdapat dua temuan bentuk istilah yaitu bentuk monomorfemis dan

berbentuk polimorfemis.

a. Bentuk monomorfemis adalah semua kata yang tergolong kata

dasar bentuk tunggal dalam istilah kesenian reog di Kabupaten

Boyolali. Bentuk monomofemis ini berupa kata dasar berjumlah 28

kata, yaitu: gong, angklung, bonang, kendhang, ketipung, trompet,

topeng, pecut, celeng, udheng, penthul, tembem, keris, ancinco,

sampur, jarik, setagen, warok, paraga, pawang, tanjak, sendon,

jongklang, buncet, srati, krupuk, peyek, saron.

b. Bentuk polimorfemis berupa kata jadian yang meliputi

pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan. Bentuk polimorfemis

ini berjumlah 15 kata yaitu: barongan, pembarong, pengrawit,

Page 92: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

92

penggerong, ganongan, sabetan, kebatan, jathilan, koloran, epek

timang, gendhing panaragan, menyan cina, kinangan, jajanan pasar ,

sega golong.

c. Bentuk frase terdiri dari dua atau lebih dari dua kata yang tidak

termasuk klausa. Bentuk frase ini berjumlah 10 kata yaitu: kaos loreng,

kembang setaman, rujak degan, udheng jilidan, udeng modhang,

jaran kepang, dhadhak merak, jaran ngedan, celeng ngedan, gedhang

raja.

2. Makna yang terdapat dalam kesenian reog di Kabupaten Boyolali

yakni makna leksikal, makna dasar dari kata tersebut. Makna kata

leksikal terdapat dalam monomorfemis. Makna kultural, yaitu makna

yang dimiliki oleh masyarakat yang berhubungan dengan kebudayaan.

Dalam hal ini adalah tradisi reog, makna kultural muncul dalam

masyarakat dengan adanya simbol-simbol yang melambangkan

keinginan masyarakat untuk mendapatkan keselamatan dan kelancaran

dalam menjalani hidup.

3. Fungsi dari pertunjukkan reog di Kabupaten Boyolali adalah

a. Sebagai sarana upacara dan meliputi upacara bersih desa, upacara

pernikahan, upacara penyembahan.

b. Sebagai sarana penebus janji (nadzar).

c. Sebagai tontonan atau hiburan.

Page 93: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

93

B. Saran

Penelitian ini hanya mengkaji bentuk, makna leksikal, makna

gramatikal, dan makna kultural, serta fungsi kesenian reog sehingga masih

membutuhkan penelitian lanjutan dengan kajian berbeda oleh peneliti

mendatang, seperti dengan pendekatan sosiolinguistik atau segi sastra.

Penelitian ini selain dapat dikaji secara etnolinguistik dapat juga

dikaji dengan pendekatan sosiolinguistik (hubungannya bahasa dengan

masyarakat). Selain itu juga dapat diteliti dari segi sastra atau sejarahnya.

Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti berikutnya untuk

mengkaji lebih lanjut guna kelengkapan kajian yang berkaitan dengan

istilah-istilah dalam kesenian reog di Kabupaten Boyolali.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2001.Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Al

Gensindo.

Bakker SJ. 1994. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Chaer Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rhineka Ilmu

Page 94: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

94

D.Edi Subroto. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.

Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Djoko Kentjono. 1982. Dasar – dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra

UI (Universitas Indonesia)

Geoffrey Leech. 1997. Semantik. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Harimurti Kridalaksana. 1982. Kamus Linguistik: Gramedia Pustaka Utama

Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus linguistik (edisi ke-3) Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Harimurti Kridalaksana. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (edisi ke-2).

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hartono. 1980. Reog Ponorogo (Untuk Perguruan Tinggi). Jakarta: Proyek

Penulisan dan penerbitan Buku/ Majalah pengetahuan Umum dan profesi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Margono, Sudarsono. 2002. Kesenian Reog Tradisi Sebuah Kajian Seni

Pertunjukan Rakyat Mengenai Fungsi – fungsi dan Kebudayaannya Pada

Masa Kini Desa Kalikebo Kabupaten Klaten: Makalah. Fakultas Keguruan

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Muhammad Zamzam Fauzanafi. 2005. Reog Ponorogo Menari di Antara

Dominasi dan Keragaman. Yogyakarta: Kepel Press.

Noer Istoening. 1995. “Kesenian Tradisional Daerah Kabupaten Wonogiri

sebagai Paket Wisata (Kajian Etnolinguistik)”(Skripsi). Fakultas Sastra

dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

P.W.J. Nababan. 1993. Sosiolinguistik suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Ramlan. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia SINTAKSIS. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Page 95: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

95

Shri Ahimsa Putra. 1997. Etnoliguistik: Beberapa Bentuk Kajian (Makalah).

Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.

Soedarsono. 1998. Seni Pertunjukan Indo di Era Globalisasi, Jakarta: Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Dpartemen Pendidikan & Kebudayaan.

Sry Satria Tjantur Wisnu Sasangka. 2001. Paramasastra Gagrag Anyar Bahasa

Jawa. Jakarta: Yayasan Paramalingua.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik (Bagian Kedua). Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Sudaryanto. 1990. Aneka Konep Kedataan Lingual dalam linguistik Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sudaryanto. 1995. Linguistik (Identitas Cara Penanganan Objek dan Hasil

Kajiannya). Yogyakarta: Yayasan EKALAWYA bekerja sama dengan

Duta Wacana University Press.

Sujarno, dkk (tim). 2003. Seni Pertunjukan Tradisional Nilai, Fungsi dan

Tantangannya. Yogyakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

T. Fatimah Djajasudarma. 1993. Semantik I: Pengantar ke Arah Ilmu Makna.

Bandung: Eresco.

T. Fatimah Djajasudarma. 1999. Semantik II: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung:

Refika Aditama.

Uhlenbeck, EM 1972. The Language of Java and Madura dalam Thomas A (ed)

Curent Trend in Linguistik. Paris : the Hague.

Page 96: ISTILAH-ISTILAH KESENIAN REOG DI KABUPATEN …/Istilah... · Harimurti Kridalaksana (1982: 42) disebutnya dengan istilah linguistik antropologi, di ... sumbangan terhadap teori linguistik

96

Wakit Abdullah. 1999. Bahasa Jawa Dialek Masyarakat Samin di Kabupaten

Blora (Laporan Penelitian Dasar). Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Didanai Oleh Dirjen Dikti.

W. J. S. Poerwadarminta. 1939. Baoesasastra Djawa. Batavia: J. B.Wolters

Maatschappij. N.v. Groningen.

Y. Suwanto, dkk. 1999. “Istilah Alat - alat Rumah Tangga dan Perkembangannya

di Kodya Surakarta (Suatu Penelitian Pendekatan Etnolinguistik)”

(Makalah). Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret.

Yuliana Sylvina Maharani. 2003. “Festival Reog Nasional Sebagai Araksi Wisata

di Ponorogo Jawa Timur (Kajian Kepariwisatan)” (Skripsi). Surakarta:

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.