LINGUISTIK FUNGSIONAL

29
LINGUISTIK FUNGSIONAL 1. Hakikat Linguistik Menurut Harimurti Kridalaksana, linguistik adalah ilmu tentang tata bahasa, penyelidikan bahasa secara ilmiah. Lebih jauh lagi, linguistik adalah ilmu yang khusus mempelajari bahasa. Maksudnya, sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi (2005: 3). Kata linguistik berasal dari kata latin lingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa- bahasa Roman berarti bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin. Dalam bahasa latin langue dan langange dalam bahasa Perancis, dan lingua dalam bahasa Itali, Verhaar (2004: 3) Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa lingustik adalah ilmu yang khusus mempelajari bahasa, tata bahasa, dan penyelidikan bahasa secara ilmiah. Sehingga dapat dipergunakan dalam hal bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi. 2. Latar Belakang Linguistik Fungsional Linguistik fungsional dipelopori oleh Roman Jakobson dan Andre Martinet, kehadirannya sangat berarti dalam upaya menjembatani kesenjangan (gap) antara linguistik struktural Amerika dan Eropa. Linguistik struktural (Eropa) banyak dipengaruhi oleh gagasan fungsi-fungsi linguistik yang menjadi ciri khas aliran Praha. Trubeckoj terkenal mengembangkan metode-metode deskripsi fonologi, maka R. Jakobson terkenal karena telah menyatakan dengan pasti pentingnya fonologi diakronis yang

description

bhbhj

Transcript of LINGUISTIK FUNGSIONAL

LINGUISTIK FUNGSIONAL 1. Hakikat Linguistik  Menurut Harimurti Kridalaksana, linguistik adalah ilmu tentang tata bahasa,  penyelidikan bahasa secara ilmiah. Lebih jauh lagi, linguistik adalah ilmu yang khusus mempelajari bahasa. Maksudnya, sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi (2005: 3). Kata linguistik berasal dari kata latin lingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa- bahasa Roman berarti bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin. Dalam bahasa latin langue dan langange dalam bahasa Perancis, danlingua dalam bahasa Itali, Verhaar (2004: 3) Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa lingustik adalah ilmu yang khusus mempelajari bahasa, tata bahasa, dan penyelidikan bahasa secara ilmiah. Sehingga dapat dipergunakan dalam hal bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi. 2. Latar Belakang Linguistik Fungsional Linguistik fungsional dipelopori oleh Roman Jakobson dan Andre Martinet, kehadirannya sangat berarti dalam upaya menjembatani kesenjangan (gap) antara linguistik struktural Amerika dan Eropa. Linguistik struktural (Eropa) banyak dipengaruhi oleh gagasan fungsi-fungsi linguistik yang menjadi ciri khas aliran Praha. Trubeckoj terkenal mengembangkan metode-metode deskripsi fonologi, maka R. Jakobson terkenal karena telah menyatakan dengan pasti pentingnya fonologi diakronis yang mengkaji kembali dikotomi-dikotomi F. De Saussure antara lain dikotomi yang memisahkan dengan tegas sinkronis dan diakronis. Andre Martinet banyak mengembangkan teori-teori aliran Praha. Dengan tulisannya tentang netralisasi dan segmentasi. Pikiran-pikirannya telah memperkaya dan mengembangkan studi linguistik, terutama fonologi deskriptif, fonologi diakronis, sintaksis, dan linguistik umum, disamping ia menerapkan metode dan linguistik modern dengan menaruh perhatian yang luar biasa pada kenyataan bahasa aktual. 

  Selain Andre Martin, dalam aliran Praha juga terdapat tokoh lain sebagai pemrakarsa berdirinya linguistik fungsional, Vilem Mathesius. Yang mengemukakan bahwa telaah bahasa dilakukan secara sinkronis dan diakronis. Selain itu juga dikemukakan fungsi utama bahasa dan fungsi khusus. Selain itu, aliran ini membedakan fonetik dan fonologi, morfologi, dan sintaksis, (Kushartanti,dkk, 2005: 204-205). Gagasan Jakobson merupakan pengembangan dari pemikiran-pemikiran aliran Praha. Selain fungsi linguistik sebagai ciri khas sekolah Praha, ia juga menyoroti fungsi-fungsi unsur tertentu dan fungsi-fungsi aktivitas linguistik itu sendiri. Jakobson memandang suatu tindak linguistik dari enam sudut, yaitu (1) dalam hubungan dengan pembicara, (2)  pendengar, (3) konteks, (4) kontak, (5) kode, dan (6) pesan. Sehingga ia menemukan enam fungsi, yaitu: 1. Ekspresif, berpusat pada pembicara, yang ditujukan oleh interjeksi-interjeksi; 2. Konatif, berpusat pada pendengar, yang ditujukan oleh vokatif dan imperative; 3. Denotative, berpusat pada konteks, yang ditujukan oleh pernyataan-pernyataan faktual, dalam pelaku ketiga, dan dalam suasana hati indikatif; 4. Phatic, berpusat pada kontak, yang ditujukan oleh adanya jalur yang tidak  terputus antara pembicara dan pendengar. Misalnya, dalam pembicaraan melalui telefon, kata-kata ‘hello, ya..ya…, heeh’ yang dipergunakan untuk membuat  jelas bahwa seseorang masih mendengarkan dan menunjukan jalur percakapan tidak terputus; 5. Metalinguistik, berpusat pada kode; yang berupa bahasa pengantar ilmu  pengetahuan, biasanya berisi rumus-rumus atau lambang-lambang tertentu; 6. Puitis, berpusat pada pesan. Selanjutnya gagasan dan pandangan Jakobson lain adalah telaah tentang aphasia dan  bahasa kanak-kanak.

 Aphasia yang dimaksud adalah gejala kehilangan kemampuan menggunakan bahasa lisan baik sebagian maupun seluruhnya, sebagai akibat perkembangan yang salah. Gangguan afasik dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: 1. Similarity disorders, yang mempengaruhi seleksi dan subtitusi item, dengan stabilitas kombinasi dan konstektur yang bersifat relative. 2. Contiguity disorders, yang seleksi dan subtitusinya secara relative normal 

  sedangkan kombinasi rusak dan tidak gramatikal, urutan kata kacau, hilangnya infleksi dan preposisi, konjungsi, dan sebagainya Jakobson juga menekankan pentingnya korelasi-korelasi fonologis sebagai seuntai perbedaan-perbedaan arti yang terpisah. Menurut buku Jakobson dan Halle  Fundamentals of  Language,  1956, menyatakan ciri-ciri expressive, configurative, dan distinctive: 1.  Expressive, meletakan tekanan pada bagian ujaran yang berbeda atau pada ujaran yang berbeda; menyarankan sikap emosi pembicara; 2. Configurative, menandai bagian ujaran ke dalam satuan-satuan gramatikal, dengan memisahkan ciri kulminatif satu persatu, atau dengan memisahkan membatasinya (ciri-ciri demarkatif); 3.  Distinctive, bertindak untuk memperinci satuan-satuan linguistik, dimana ciri- ciri itu terjadi secara serempak dalam untaian, yang berujud fonem. Fonem-fonem dirangkaikan ke dalam urutan; pola dasar urutan serupa itu berujud suku kata. Dalam setiap suku kata terdapat bagian yang lebih nyaring yang berupa puncak. Bila puncak itu berisi dua fonem atau lebih, maka salah satu daripadanya adalah puncak fonem atau puncak suku kata. Tokoh lain dalam linguistik fungsional adalah Andre Maertinet, ia juga mengembangkan teori-teori Sekolah Praha. Pikiran-pikiran Martinet mengenai fonologi deskriptif, fonologi diakronis, sintaksis, dan linguistik umum merupakan sumbangan  pemikiran bagi linguistik modern. Fonologi sebagai fonetik fungsional harus berdasarkan fakta-fakta dasar atau mengetahui fungsi-fungsi perbedaan bunyi bahasa sebagaimana mestinya. Martinet mencurahkan perhatian pada fonologi diakronis, dengan mencoba membuat deskripsi murni, dimana fonologisasi dan defonologisasi direkam, disertai keterangan tentang perubahan-perubahan menurut prinsip-prinsip umum. Kriterium interpretasi dasar diberikan oleh dua unsur yang berlawanan: (1) efisiensi dalam komunikasi, dan (2) tendensi pada upaya yang minimum. Ia juga menyatakan analisis fonem ke dalam ciri-ciri distingtif mengungkapkan adanya korelasi-korelasi, dimana sebuah fonem yang terintegrasi dalam

untaian korelatif akan menjadi stabil. Ia telah mengembangkan gagasan artikulasi rangkap yang menarik. Ucapan bahasa pertama-tama melalui suatu artikulasi dalam monem-monem yang berupa unit-unit dasar gramatis yang oleh para linguis Amerika

RENGKI AFRIA

Kamis, 26 Desember 2013

HALLIDAY: ESSAY

RENGKI AFRIA

1220713009

Aliran-aliran yang berkembang pada ranah linguistik sangatlah dipengaruhi oleh bidang ilmu

lain dan paham-paham yang ada disekitarnya, terutama yang serumpun dalam ilmu-ilmu sosial dan

humaniora. Fungsionalisme dalam kajian linguistik merupakan pengaruh dari beberapa paham dalam

ilmu seperti antropologi, sosiologi dan psikologi. Paham yang ada disekitar kemunculan fungsionalisme

sebagai akarnya adalah strukturalis meskipun ada yang berpendapat berbeda tentang hal ini.

Dalam ilmu antropologi, fase perkembangannya lebih dahulu kemunculan fungsionalisme dari

pada strukturalisme itu sendiri. Akan tetapi untuk bidang linguistik, strukturalisme merupakan akar dari

kemunculan fungsionalisme atau struktural fungsional, yang kemudian Halliday menyebutnya dengan

Linguistik Struktural Fungsional (SFL) atau Linguistik Fungsional Sistemik. Makalah ini akan

menjelaskan tentang kemunculan fungsionalisme dalam kajian linguistik dan pemikiran Halliday

tentang Linguistik Struktural Fungsional tersebut.

Aliran FungsionalismeStudi bahasa secara umum ('Bahasa') dibagi menjadi

orang-orang dari bahasa ('Langues') dan berbicara ('parole '). Yang pertama adalah' Linguistik dalam

arti sempit'. Kedua, linguistik 'bahasa' adalah pada gilirannya dibagi menjadi linguistik diakronis dan

sinkronis linguistik. Ini sama-sama sah, tetapi menyimpang 'benar-benar'. Poin ketiga kami kemudian

berhubungan dengan gagasan tentang bahasa sebagai sistem 'nilai'. Dalam ilmu ekonomi, untuk

Misalnya, ada sistem nilai-nilai yang berhubungan kerja dengan upah yang dibayar untuk

melakukannya. Demikian juga (untuk Saussure) nilai-nilai kata-kata mereka-makna. Dalam setiap

kasus kita prihatin dengan' sistem ekuivalensi antara hal-hal yang berbeda dari perintah. Dalam satu itu

antara kerja dan upah. Di lain itu adalah antara 'signifiant', atau sesuatu yang 'berarti', dan 'signifie',

atau sesuatu yang 'dimaksudkan'.1[1]

Pada akhir abad kesembilan belas - untuk alasan yang semuanya

tampak baik pada waktu itu, dan beberapa di antaranya tetap meyakinkan hari ini - persamaan bahasa

dengan spscies biologis memiliki sebagian besar telah ditinggalkan. Hal ini menciptakan kesulitan bagi

gagasan linguistik sebagai disiplin akademis: jika bahasa tidak spesies hidup, dalam arti apa yang

mereka 'hal-hal' yang dapat dipelajari.2[2]

Fungsionalisme adalah gerakan dalam linguistik yang berusaha menjelaskan fenomena

bahasa dengan segala manifestasinya dan beranggapan bahwa mekanisme bahasa dijelaskan dengan

konseuensi-konsekuensi yang ada kemudian dari mekanisme itu sendiri. Wujud bahasa sebagai sistem

komunikasi manusia tidak dapat dipisahkan dari tujuan berbahasa, sadar atau tidak sadar.

Konsep utama dalam fungsionalisme ialah fungsi bahasa dan fungsi dalam bahasa.

Menyangkut yang pertama sikap fungsionalistis sebagai berikut.

1.       Analisis bahasa mulai dari fungsi ke bentuk.

2.       Sudut pandang pembicara menjadi perspektif analisis.

3.       Deskripsi yang sistematis dan menyeluruh tentang hubungan antara fungsi dan bentuk.

4.       Pemahaman atas kemampuan komunikatif sebagai tujuan analisis bahasa.

1[1] Peter Matthews, 2003. A Short History of Structural Linguistics. Australia: Cambridge University Press. P. 16

2[2] Geoffrey Sampson, 1980, Schools of Linguistics : Hutchinson London Melbourne Sydney Auckland Johannesburg. P. 103

5.       Perhatian yang cukup pada bidang interdisipliner, misalnya sosiolinguistik dan penerapan linguistik

pada masalah praktis, misalnya pembinaan bahasa.

Berikut ini akan dijelaskan tentang kemunculan fungsionalisme dalam bidang ilmu sosial yang

mana mempengaruhi kemunculan fungsionalisme atau struktural fungsional dalam ranah ilmu

linguistik. Berbicara tentang faham dan pemikiran tentunya tidak bisa dilepaskan dari tokoh dan

fenomena yang ada disekitarnya.

Acuan dalam menjelaskan kemunculan fungsionalisme itu akan dimulai dari Saussure sebagai

pelopor Linguistik moderen disamping klaim bahwa fungsionalisme ini berakar dari struktruralisme.

Saussure lahir pada tahun 1857, merupakan anak dari seorang naturalis yang dilingkupi oleh keluarga

yang kuat dalam bidang ilmu alam. Ia mengenal linguistik dari seorang filolog yang bernama Adolf

Pictet. Pemikir yang kuat pada zamannya antara lain adalah Sigmund Freud (bidang psikologi) dan

Durkheim (bidang fisika sosial). Penjelasan-penjelasan Saussure tentang strukturalism kemudian

diadopsi oleh bidang lain seperti antropologi dan semiotik.

Strukturalisme dalam bidang antropologi banyak dipengaruhi oleh pemikiran Brownislaw

Kasper Malinowski (1884-1942). Prinsip-prinsip yang dikembangkan olehnya juga merupakan

pengaruh dari ilmu linguistik modern de Saussure. Malinowski ini merupakan pelopor ethnografi dan

pelopor kemunculan struktural fungsional dan kemudian juga mempengaruhi ahli-ahli sosiologi dan

linguistik. J.R. Firth seorang ahli linguistik Inggris juga mendapat pengaruh besar dari Malinowski.

Strukturalisme dalam bidang antropologi semakin mencuat berkat pengaruh Claude-Levi’strauss,

bahkan memberi pengaruh besar terhadap sosiologi, sastra dan bahasa serta filsafat.

Pengaruh strukturalis dalam bidang Sosiologi dilakukan oleh Emile Durkheim (1858-1917).

Terma yang terkenal dari Durkheim ini adalah “kesadaran kolektif. Pemikiran-pemikirannya tentang

strata sosial dan institusi sosial juga sebagai pemicu lahirnya fungsionalisme dalam ilmu sosiologi.

Teori itu kemudian dikemukakan oleh Kingsley dan Wilbert Moore pada tahun 1945. Talcott Parsons

juga merupakan seorang ahli sosiologi yang juga mengembangkan teori fungsional struktural

(Adaptation, Goal attainment, Integration, Latency). Roland Barthes juga memberi pengaruh struktural

kuat terhadap sosiologi terutama tentang teori-teori sosial dan marxisme.

Ada beberapa penganut struktural yang berasal dari Amerika seperti Fanz Boas (1858-1942),

Edward Sapir (1884-1939), Benjamin Lee Whorf (1897-1941) dan Leonard Bloomfield. Kontribusi Boas

adalah pada pengumpulan informasi tentang bahasa-bahasa dan budaya orang asli Amerika. Metode-

metode inilah yang kemudian menjadi basis strukturalisme di Amerika. Sapir merupakan murid dari

Boas. Mereka mencoba menggabungkan psikologi dan antropologi dalam melihat bahasa yang mana

sangat berhubungan dengan cara hidup dan pemikiran dari penutur. Pemikiran inilah yang kemudian

dikembangkan oleh Whorf sehingga melahirkan Hipotesis Sapir-Whorf yang mana mengatakan bahwa

struktur bahasa seseorang ketika berbicara menentukan atau menjelaskan bagaimana dia melihat dan

mempersepsikan dunia. Sementara itu kontribusi Bloomfield adalah mengokohkan berdirinya linguistik

sebagai sains. Dia juga menolak kesimpulan yang bersifat mentalistik dari Boas dan Sapir yang banyak

dipengaruhi oleh psikologi behavioris. Namun pada akhirnya Bloomfield juga mendapat tantangan dari

Noam Chomsky terutama dalam kajian Sintaksis dengan karyanya yang berjudul Struktur Sintaksis

(formalis). Pendekatan mentalistik yang diapliksikan Chomsky dan Chomskian melahirkan teori

generatif semantik, gramar leksikal fungsional, dll.

Kemunculan aliran fungsionalisme dalam bidang linguistik merupakan kontribusi dari berbagai

bidang ilmu diantranya adalah antropologi, sosiologi, dan psikologi yang menganut strukturalisme. Hal

ini dapat dilihat dari pengaruh besar Saussure hingga Chomskian. Fungsionalisme dalam kajian ini

kemudian lebih dikenal dengan sebutan Struktural Fungsional. Hal yang menonjol dalam kemunculan

struktural fungsional dalam ranah linguistik yang dikembangkan oleh Halliday diasumsikan sebagai

pengaruh dari tiga bidang ilmu yaitu antropologi, sosiologi dan psikologi. Dalam bidang antropologi

yang menonjol adalah tentang sistem tanda (semiotik). Untuk bidak sosiologi adalah pengaruh Barthes

tentang peran dan status sosial. Dan selanjutnya dalam bidang psikologi adalah pengaruh behaviorist

dan teori kesadaran.

BIBLIOGRAFI HALLIDAY

Halliday lahir dan dibesarkan di Inggris . Ketertarikannya untuk bahasa dipelihara oleh orang

tuanya: ibunya , Winifred , telah mempelajari Prancis, dan ayahnya , Wilfred , adalah dialectologist ,

seorang penyair dialek , dan guru bahasa Inggris dengan cinta untuk tata bahasa dan drama

Elizabethan. Tahun 1942, Halliday sukarela untuk kursus pelatihan bahasa asing layanan nasional .

Dia terpilih untuk belajar Cina pada kekuatan keberhasilannya untuk dapat membedakan nada .

Setelah pelatihan 18 bulan , ia menghabiskan satu tahun di India bekerja sama dengan Unit Intelijen

Cina melakukan pekerjaan kontra-intelijen . Pada tahun 1945 ia dibawa kembali ke London untuk

mengajar Cina. Dia mengambil gelar BA Honours dalam Bahasa Cina modern dan Sastra ( Mandarin )

melalui University of London. Ini adalah gelar eksternal , dengan studi yang dilakukan di Cina. Dia

kemudian tinggal selama tiga tahun di Cina , di mana ia belajar di bawah Luo Changpei di Peking

University dan di bawah Wang Li di Lingnan University, sebelum kembali untuk mengambil gelar PhD

dalam Linguistik China di Cambridge di bawah pengawasan Gustav Hallam dan kemudian JR Firth.

Setelah bahasa selama 13 tahun mengajar , ia mengubah bidang spesialisasinya untuk linguistik , dan

dikembangkan linguistik fungsional sistemik , termasuk tata bahasa fungsional sistemik , menguraikan

di atas fondasi yang diletakkan oleh guru Inggris-nya JR Firth dan sekelompok Eropa ahli bahasa dari

abad ke-20 awal , sekolah Praha . Kertas mani pada model ini diterbitkan pada tahun 1961 .

Posisi pertama akademik Halliday adalah Asisten Dosen di Cina, di Cambridge University,

1954-1958 . Pada tahun 1958 ia pindah ke Edinburgh , di mana ia Dosen in General Linguistics sampai

tahun 1960 , dan kemudian Pembaca 1960-1963 . Dari tahun 1963 sampai 1965, ia adalah direktur

Pusat Penelitian Komunikasi di College University, London. Selama tahun 1964, ia juga Masyarakat

Linguistik Amerika Profesor, di Indiana University. Dari tahun 1965 sampai 1971, ia adalah Profesor

Linguistik di UCL . Pada 1972-73 ia Fellow , Center for Advanced Studi di Ilmu Perilaku, di Stanford ,

dan pada 1973-74 Profesor Linguistik di University of Illinois . Pada tahun 1974 ia sempat pindah

kembali ke Inggris sebagai Guru Besar Bahasa dan Linguistik di Universitas Essex. Pada tahun 1976 ia

pindah ke Australia sebagai Yayasan Profesor Linguistik di University of Sydney, di mana ia tetap

sampai ia pensiun pada tahun 1987.

Halliday telah bekerja di berbagai daerah studi bahasa , baik teori maupun terapan , dan telah

sangat prihatin dengan menerapkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar bahasa teori dan praktik

pendidikan. Ia menerima status Profesor Emeritus dari university of Sydney dan Macquarie university,

Sydney, pada tahun 1987. Dia memiliki gelar doktor kehormatan dari University of Birmingham ( 1987),

York University ( 1988) , Universitas Athena ( 1995), Macquarie University ( 1996), dan Lingnan

University ( 1999).3[3]

Linguistik Fungsional Struktural HalidayLinguistik fungsional sistemik ( SFL ) adalah sebuah pendekatan untuk linguistik yang

menganggap bahasa sebagai sistem semiotik sosial. Ini dikembangkan oleh Michael Halliday , yang

mengambil gagasan dari sistem dari gurunya , JR Firth . Sedangkan Firth dianggap sistem untuk

merujuk pada kemungkinan subordinasi struktur , Halliday dalam arti tertentu " dibebaskan " dimensi

pilihan dari struktur dan membuat dimensi pengorganisasian sentral dari teori ini . Dengan kata lain,

sedangkan banyak pendekatan untuk linguistik struktur deskripsi tempat dan sumbu sintagmatik di latar

depan , Hallidean teori fungsional sistemik mengadopsi sumbu paradigmatis sebagai titik tolak . Istilah

sistemik sesuai foregrounds Saussure " poros paradigmatik " dalam memahami cara kerja bahasa.

Untuk Halliday , prinsip teoritis sentral kemudian bahwa setiap tindakan komunikasi melibatkan pilihan .

Bahasa adalah suatu sistem , dan pilihan yang tersedia dalam berbagai bahasa dipetakan

menggunakan alat representasi dari " sistem jaringan " .Michael Halliday , yang mendirikan linguistik

fungsional sistemik.

Linguistik fungsional sistemik juga " fungsional " karena menganggap bahasa telah berevolusi

di bawah tekanan dari fungsi tertentu yang sistem bahasa harus melayani . Oleh karena itu, fungsi

yang diambil telah meninggalkan jejak mereka pada struktur dan organisasi bahasa di semua tingkatan

, yang dikatakan dicapai melalui metafunctions . The metafunction istilah khusus untuk linguistik

fungsional sistemik . Organisasi kerangka fungsional di sekitar sistem , yaitu , pilihan , perbedaan yang

signifikan dari yang lain pendekatan " fungsional " , seperti , misalnya , tata bahasa fungsional Dik itu

(FG , atau sekarang sering disebut , wacana tata bahasa fungsional) dan tata bahasa fungsional

3[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Michael_Halliday, diunggah pada tanggal 25 Desember 2013, 10:40

leksikal . Dengan demikian , penting untuk menggunakan sebutan - sistemik penuh fungsional linguistik

- bukan hanya tata bahasa fungsional atau linguistik fungsional .

Bagi Halliday, semua bahasa melibatkan tiga fungsi umum , atau metafunctions : satu

construes pengalaman (makna tentang dunia luar dan dalam), salah mengesahkan hubungan sosial

(makna berkaitan dengan hubungan interpersonal), dan salah satu merajut bersama dari kedua fungsi

untuk membuat teks (kata-kata) . . Karena fungsi-fungsi ini dianggap terwujud secara bersamaan -

yaitu, seseorang tidak dapat berarti tentang dunia tanpa harus baik penonton - bahasa nyata atau

virtual juga harus mampu membawa makna ini bersama-sama : ini adalah peran dari organisasi

struktural, bahwa gramatikal, semantik atau kontekstual . Ketiga fungsi umum yang disebut "

metafunctions (makna ganda) ".4[4]

Pengaruh terbesar dari Struktural Fungsional Halliday berasal dari pemikiran J.R. Firth dan

pengaruh mazhab Prague. Firth sendiri mendapatkan pengaruh besar dari Malinowski. Penekanan

teori Halliday ini ada pada sisi makna simbol dalam konsep Saussure dan konsep ide yang

menyatakan bahwa bahasa itu terbentuk dari bagaimana bahasa itu digunakan. Hal lain yang bisa

dilihat bahwa Halliday menganggap bahasa sebagai fondasi bagi pengalaman manusia. Makna

menjadi tekanan pada prinsip ini selain dari fungsi atau dapat dikatakan bahwa fungsi dan makna

sebagai basis bahasa manusia dan aktifitas komunikasi.

Dengan basis struktural yang bertumpu kepada sintaksis, maka pengertian bahasa selajutnya

adalah sebagai sebuah rangkaian konstruksi yang terdiri dari morfem hingga struktur wacana.

Pendapat lain juga mengatakan bahwa teori ini melihat bahasa sebagai sebuah bentuk semiotik sosial

dimana seseorang menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan dengan mengekspresikan makna

sesuai konteks.

Pendekatan yang dipakai oleh Halliday adalah konsep konteks situasi yang tercipta dari

hubungan sistematis antara lingkungan sosial dan fungsi organisasional bahasa.

Setiap ujaran berarti sebuah tindakan (speech act), tindakan tersebut terjadi sebagai sebuah

bentuk interaksi dalam sebuah kontek social. Kontek social ini dapat berupa struktur struktur lain

berupa realitas dan fakta social. Jika kita hubungkan dengan pendapat Barthes tentang institusi social,

peran dan status social, maka setiap ujaran tersebut akan diucapkan oleh seseorang yang memiliki

status social dan melakukan sebuah peran dalam perwujudan sistem ide. Siapa yang bicara, dimana,

untuk keperluan apa, dalam konteks situasi disebut sebagai register. Sementara makna tuturan juga

ada dalam lingkup konteks budaya dan hal yang begitu disebut dengan genre.

4[4] http://en.wikipedia.org/wiki/Systemic_functional_linguistics. diunggah pada tanggal 25 desember 2013, 10:50.

Bahasa sebagai unsur kebudayaan membentuk sebuah sistem dalam kajian antropologi.

Sementara fungsional menurut pandangan antropologi adalah: sebuah kebudayaan akan tetap ada

dan dipakai (fungsional) apabila kebudayaan tersebut memenuhi kebutuhan individu atau kolektif.

Contohnya, budaya gotong royong masih dipertahankan apabila mampu memenuhi kebutuhan individu

dan kolektif, tapi apabila tidak maka bentuk gotong royong akan hilang. Kelemahannya dalam kajian

antropologi adalah perubuhan kebudayaan itu sendiri bukanlah menjadi persoalan, atau hal yang bias

dijelaskan.

Hal lain yang bias kita lihat adalah adanya sistem yang membuatnya fungsional. Istilah sistem

dalam Linguistik Fungsional Sistemik ini dapat diacukan dari pendekatan antropologi ini, dan juga

dalam pendekata sosiologi. Sebuah institusi sosial seperti kampus, akan ada pembagian peran yang

melekat dengan status secara structural mulai dari rector sampai kepada staf. Apabila satu sub sistem

tidak berfungsi dengan baik, maka akan mengganggu kerja sistem yang lain. Penekanan yang diadopsi

oleh Halliday tentang sistem dalam Linguistik Fungsional merupakan gabungan antara Sistem symbol

dan sistem sosiologi (kontek situasi).

Kelahiran SFL ini merupakan proses dari perkembangan faham struktural Ferdinand de

Saussure yang basisnya merupakan linguistik mikro dan kemudian merambah kepada bidang ilmu

antropologi, sosiologi, psikologi dan lain-lain. Walau terjadi pertentangan dan perbedaan beberapa

orang pemikir, akan tetapi SFL mencoba menggabungkan semuanya dalam kerangka strukturalis.

Konsep konsep yang berusaha disatukan Halliday dalam SFL adalah kesadaran sosial, semiotik,

morfosintaksis, sistem sosial, register dan konteks budaya.

Hal ini tentunya juga terlihat dari apa yang digiati oleh Halliday sendiri, yang fokus pada

perkembangan dan pemilikan bahasa. Teori dan pendekatan Halliday ini sangat berpengaruh saat ini

dalam kajian Applied linguistik terutama pengajaran bahasa. Hal inilah sebenarnya yang mendasari

Communicative Language Teaching sebagai metode dan beserta teknik-teknik yang dapat

dikembangkan dari pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik.

Halliday adalah berperan penting dalam teorinya tata bahasa dan deskripsi, dijelaskan dalam

bukunya An Introduction to Fungsional Grammar , pertama kali diterbitkan pada tahun 1985 . Sebuah

edisi revisi diterbitkan pada tahun 1994 , dan kemudian yang ketiga, di mana ia bekerja sama dengan

Christian Matthiessen , pada tahun 2004 . Tapi konsepsi Halliday tata bahasa - atau ' lexicogrammar '

( istilah yang dia diciptakan untuk menyatakan bahwa lexis dan tata bahasa merupakan bagian dari

fenomena yang sama) - didasarkan pada teori yang lebih umum bahasa sebagai sumber semiotik

sosial , atau 'yang berarti potensi 'Halliday berikut Hjelmslev dan Firth dalam membedakan teori dari

kategori deskriptif dalam linguistik. Dia berpendapat bahwa ' kategori teoritis , dan antar hubungan

mereka , menafsirkan model abstrak dari bahasa ... mereka saling mengerti dan menentukan .

arsitektur teoritis berasal dari bekerja pada wacana deskripsi alam , dan dengan demikian ' tidak ada

garis yang sangat jelas ditarik antara ' ( teoritis ) linguistik ' dan ' linguistik terapan ' dengan demikian ,

teori ' terus berkembang seperti yang dibawa untuk menanggung pada pemecahan masalah dari

penelitian atau bersifat praktis '. Halliday kontras kategori teoritis dengan kategori deskriptif , yang

didefinisikan sebagai ' kategori diatur dalam deskripsi bahasa tertentu '. Pekerjaan deskriptif -Nya telah

difokuskan pada bahasa Inggris dan Cina.

Halliday menolak tegas klaim tentang bahasa yang terkait dengan tradisi generatif . Bahasa ,

menurutnya, " tidak bisa disamakan dengan ' himpunan semua kalimat gramatikal ' , apakah set yang

dipahami sebagai terbatas atau tak terbatas ". Ia menolak penggunaan logika formal dalam teori

linguistik sebagai " tidak relevan dengan pemahaman bahasa " dan penggunaan pendekatan seperti "

bencana bagi linguistik " .pada Chomsky khusus , ia menulis bahwa " masalah imajiner diciptakan oleh

seluruh rangkaian dikotomi yang diperkenalkan Chomsky , atau mengambil alih: tidak hanya sintaks/

semantik tetapi juga tata bahasa / lexis , bahasa / pikiran , kompetensi / kinerja . Begitu dikotomi ini

telah dibentuk , masalah muncul menemukan dan mempertahankan batas-batas di antara mereka.5[5]

Setiap kajian bahasa berdasarkan pada suatu pendekatan, tidak ada kajian bahasa yang beba

terhadap anggapan dasar. Pada konsep LFS dikemukakan bahwa bahasa merupakan sistem arti dan

sistem bentuk dan ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut. Berdasarkan persfektif LF S, bahasa

berfungsi untuk membuat makna atau arti dan bahasa mempunyai tiga fungsi yaitu:

1.       Fungsi memaparkan pengalaman (fungsi Ideasonal)

2.       Fungsi mempertukar pengalaman (fungsi antar persona)

3.       Fungsi merangkai pengalaman (fungsi tekstual).

Aliran Fungsional sistemik ini sangat bagus untuk digunakan sebagai landasan dalam

menanalisis bahasa berdasarkan konteknya, baik dari segi gramatikal, clausa, fonologi serta ilmu

linguistic lainnya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN DAN SUMBER BACAAN

Abdul Chaer, 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta

5[5] http://en.wikipedia.org/wiki/Michael_Halliday, diunggah pada tanggal 25 Desember 2013, 10:40

Geoffrey Sampson, 1980, Schools of Linguistics : Hutchinson London Melbourne Sydney Auckland

Johannesburg. P. 103

Halliday, M.A. K. Hasan R. 1985. Language Context, and text:Aspect of language in a social semiotic Perspective. London : Oxford University Press.

Halliday, M.A. K., 2004. An Introduction to Functional Grammar. New York: Oxford University Press.

http://en.wikipedia.org/wiki/Michael_Halliday, diunggah pada tanggal 25 Desember 2013, 10:40

http://en.wikipedia.org/wiki/Systemic_functional_linguistics. diunggah pada tanggal 25 desember

2013, 10:50.

Peter Matthews, 2003. A Short History of Structural Linguistics. Australia: Cambridge University Press.

Diposkan oleh Rengki Afria di 12/26/2013 08.21.00 PM Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke PinterestReaksi: 

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

MY PROFIL

Rengki Afria Kerinci, Jambi, IndonesiaI'm a Simple Person

Lihat profil lengkapku

Pengikut

Amazon MP3 Clips