Pengantar Strukturalisme Linguistik

26
DASAR-DASAR TEORI STRUKTURALISME LINGUISTIK Makalah Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Lulus Mata Kuliah Teori Linguistik Oleh: Christopher Allen Woodrich NIM: 084114001 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

description

Sebuah makalah singkat mengenai teori strukturalisme, sebagaimana diterapkan dalam pengkajian bahasa. Makalah ini merupakan ujian tengah semester untuk mata kuliah Teori Linguistik di Universitas Sanata Dharma. Mohon maaf apabila terjadi kesalahan bahasa; saya orang Kanada.

Transcript of Pengantar Strukturalisme Linguistik

Page 1: Pengantar Strukturalisme Linguistik

DASAR-DASAR TEORI STRUKTURALISME LINGUISTIK

MakalahDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lulus Mata Kuliah Teori Linguistik

Oleh:Christopher Allen Woodrich

NIM: 084114001

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIAJURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA

Page 2: Pengantar Strukturalisme Linguistik

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, ..........................................

Penulis

Christopher Allen Woodrich

ii

Page 3: Pengantar Strukturalisme Linguistik

KATA PENGANTAR

Atas bantuan mereka dalam penyelesaian makalah ini saya ingin ucapkan

terima kasih kepada orang-orang berikut:

Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho, atas dukungannya dalam semua tugas

akademik.

Pak Hery Antono, untuk menjadi mitra bicara sepanjang penulisan

makalah ini.

Alm. Ferdinand de Saussure, untuk memulai dan mengembangkan teori

strukturalisme linguistik.

Makalah ini tidak sempurna dan apabila terjadi kekurangan saya mohon maaf

lebih dahulu. Terima kasih.

Yogyakarta, ………………….. 2010

Christopher Allen Woodrich

NIM: 084114001

DAFTAR ISI

iii

Page 4: Pengantar Strukturalisme Linguistik

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Tujuan dan Metode Penelitian ......................................................... 1

C. Sistematika Penyajian ..................................................................... 1

BAB II: PENGERTIAN LINGUISTIK ........................................................ 3

BAB III: TEORI STRUKTURALISME LINGUISTIK ................................ 5

A. Pengertian Dasar Teori Strukturalisme Linguistik .......................... 5

B. Teori Strukturalisme Eropa ............................................................. 8

C. Teori Strukturalisme Amerika ......................................................... 8

BAB IV: ANALISIS STRUKTURALISME LINGUISTIK ......................... 11

A. Kekuatan Teori Strukturalisme Linguistik ...................................... 11

B. Kelemahan Teori Strukturalisme Linguistik ................................... 11

BAB V: KESIMPULAN ............................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14

BAB I: PENDAHULUAN

iv

Page 5: Pengantar Strukturalisme Linguistik

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan salah satu ciri mutlak manusia, yaitu alat komunikasi

intrinsik yang memungkinkan komunikasi di antara anggota-anggota suatu kelompok

tertentu. Oleh karena itu, bahasa patut dipelajari dan dimengerti oleh setiap manusia.

Namun, pengertian tentang peraturan-peraturan bahasa, baik sebagai benda

hidup maupun mati, secara luas maupun sempit, belum umum. Menimbang itu,

penulis akan berusaha untuk menyampaikan salah satu dasar teori linguistik, yaitu

teori struktural.

B. Tujuan dan Metode Penelitian

Penelitian dimaksud untuk mengemukakan dasar-dasar teori strukturalisme

linguistik. Untuk mencapai tujuan itu akan digunakan metode penelitian pustaka, baik

dari buku maupun internet.

C. Sistematika Penyajian

Makalah ini dibagi menjadi lima bab dan delapan subbab. Bab satu adalah bab

pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi menjadi tiga subbab

dan menjelaskan latar belakang masalah, tujuan dan metode penelitian, dan sistem

penyajian.

Bab dua berfungsi sebagai informasi latar belakang yang menjelaskan apa itu

linguistik. Terdapat dalam adalah penjelasan umum tentang linguistik, cabang-cabang

linguistik, dan berbagai tokoh terkenal dalam dunia linguistik.

Bab tiga adalah pengertian dasar tentang teori strukturalisme linguistik. Bab

ini dibagi menjadi tiga subbab; subbab satu menjelaskan dasar-dasar teori

strukturalisme linguistik dan subbab dua dan tiga menjelaskan dua paradigma dalam

teori tersebut.

Bab empat adalah analisis pro dan kontra teori strukturalisme linguistik.

Analisis ini dibagai dua subbab, dengan subbab satu mengenai kekuatan teori

strukturalisme linguistik dan subbab dua mengenal kelemahannya.

v

Page 6: Pengantar Strukturalisme Linguistik

Bab terakhir adalah bab lima. Bab ini merupakan kesimpulan dari makalah.

BAB II: PENGERTIAN LINGUISTIK

vi

Page 7: Pengantar Strukturalisme Linguistik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, linguistik ada dua arti, yaitu ilmu

tata bahasa dan telaah bahasa secara ilmiah.1 Menurut Loreto Todd, seorang dosen

bahasa Inggris di University of Leeds, Inggris, definisi itu benar karena linguistik

mempelajari tanda-tanda komunikasi manusia (bahasa) dan bertugas untuk membuat

peraturan yang mampu menjelaskan penggunaannya.2

Namun, Ferdinand de Saussure mengemukakan adanya dua jenis linguistik:

linguistique de la langue dan linguistique de la parole. Menurut de Saussure, bahasa

(langue) dapat dilihat sama seperti halnya sebuah simponi, dengan setiap penutur

bahasa itu (orang yang ber-parole) seperti pemain. Apabila terjadi kesalahan oleh

salah satu pemain, simponi itu masih tidak berubah. Dengan demikian, de Saussure

berpendapat bahwa parole harus dipelajari secara tersendiri karena tidak mewakili

langue-nya dengan sempurna.3

Menurut Leonard Bloomfield, manusia sudah mempelajari bahasa semenjak

zaman Yunani Kuno. Namun, linguistik modern di Eropa baru lahir pada abad

kedelapan belas, sebagai akibat dari komunikasi dengan India; beliau mengatakan

bahwa “seandainya pemikir Eropa mempunyai pengalaman yang sama seperti peneliti

India, penelitian linguistik untuk bahasa Indo-Eropa maju jauh lebih cepat.”4 Kini,

linguistik dapat digunakan untuk mempelajari setiap bahasa di Bumi.

Linguistik, baik secara luas maupun secara sempit, mempunyai objek material

yang sama, yaitu bahasa. Namun, setiap cabang linguistik mempunyai objek material

yang berbeda. Akibatnya, kini linguistik telah menjadi puluhan cabang sebagaimana

tercantum pada Lambang 1.

LAMBANG 1: CABANG-CABANG LINGUISTIK

1 Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Hal. 866.

2 Todd, Loreto. 1995. An Introduction to Linguistics. Cetakan kedelapan. Singapura: Longman Group Ltd. Hal. Hal. 1 – 3.

3 De Saussure, Ferdinand. 1995. Cours de Linguistique Général. Cetakan keempat. Payot & Rivages: Paris. Hal. 36 – 38.

4 Bloomfield, Leonard. Language. Cetakan Kedua Belas. London: George Allen & Unwin Ltd. Hal. 4 – 18.

vii

Page 8: Pengantar Strukturalisme Linguistik

Linguistik Umum

Linguistik Murni Linguistik Historis Komparatif

Linguistik Deskriptif FonetikFonologiMorfologiSintaksis Analisis WacanaSemantikPragmatik

Cabang Linguistik Linguistik Interdisipliner SosiolinguistikPsikolinguistikFilsafat BahasaLogika BahasaEtnolinguistikStilistikaFilologiEpigrafiPaleografi

Linguistik Terapan Pengajaran BahasaPenerjemahanLeksikografiSosiolinguistik TerapanFonetik TerapanPembinaan Bahasa InternasionalPembinaan Bahasa NasionalPembinaan Bahasa KhususLinguistik MedisGrafologiMekanolinguistik5

BAB III: TEORI STRUKTURALISME LINGUISTIK

A. Pengertian Dasar Teori Strukturalisme Linguistik

5 Baryadi, I. Praptomo. 2009. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Kuliah.

viii

Page 9: Pengantar Strukturalisme Linguistik

Strukturalisme tidak hanya terbatas kepada dunia linguistik; dengan demikian,

perlu ada penjelasan strukturalisme secara umum. Secara etimologis, kata struktur be-

rasal dari bahasa Inggris structure, yang berasal dari bahasa Latin structura, dari kata

dasar struere.6 Sementara, secara struktural, strukturalisme terdiri dari struktur yang

berarti “cara sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan” dan morfem –isme,

yang berarti ilmu.7 Dari kedua pernyataan di atas dapat ditarik bahwa strukturalisme

adalah teori yang memandang dan meneliti objek sebagai suatu bangunan; secara

simpel, objek kajian dipandang sama seperti pembangunan rumah, dengan unsur-un-

sur yang tidak mungkin ditinggalkan, tahap-tahap tertentu dan pembentukan yang ter-

batas.

Teori ini adalah suatu teori yang sering digunakan dalam ilmu-ilmu manusi-

awi, baik ilmu sosial maupun ilmu humaniora, seperti linguistik. Teori strukturalisme

pertama-tama dikaitkan dengan Linguistik oleh orang Swiss, Ferdinand de Saussure,

dalam karyanya Cours de Linguistiques Général (Pengantar Linguistik Umum) pada

tahun 1916.8

Dalam bukunya, de Saussure tidak menggunakan istilah linguistik struktural,

tetapi linguistik sinkronik. Seperti yang dikemukakan oleh de Saussure:

L’objet de la linguistique synchronique générale est d’établir les principe fondamentaux de tout système idiosynchronique, les facteur constitutifs de tout état de langue. 9

Dalam kata lain, tujuan linguistik sinkronik umum adalah menentukan

prinsip-prinsip dasar semua sistem idiosinkronik, yaitu faktor-faktor pembentukan se-

tiap bahasa. Dengan demikian, teori struktural diharapkan mampu menjelaskan semua

bahasa di dunia karena ada dasar-dasar sama.

Ini sungguh mengejutkan untuk pemikir lain pada zaman itu. Sampai pada

saat itu bahasa selalu diteliti berdasarkan perubahan sejarahwi; dalam kata lain, gram-

6 Chapman, Siobhan dan Christopher Routledge. 2009. Key Ideas in Linguistics and the Philosophy of Language. Edinburgh, Inggris: Edinburgh University Press. Hal. 219.

7 Departemen Pendidikan Nasional. Op. Cit. Hal. 1377.8 Chapman, Siobhan dan Christopher Routledge. Op. Cit. Hal. 221.9 De Saussure, Ferdinand. Op. Cit. Hal. 141.

ix

Page 10: Pengantar Strukturalisme Linguistik

atikanya diteliti satu per satu secara diakronis. Sementara, teori strukturalisme men-

gizinkan penelitian sinkronik dalam satu bahasa atau pula berbagai bahasa karena

bertujuan untuk menjelaskan dasar-dasar bahasa sebagai keseluruhan.10

Dalam hal itu, de Saussure mengemukakan bahwa ada dua hal yang paling

dasar dalam bahasa:

“Rappelons d’abor deux principes qui dominant toute la question:1. L’entité linguistique n’existe que par le signifiant et du signifié; dès qu’on ne retiens qu’un de ces éléments, elle s’évanouit... 2. L’entité linguistique n’est complètement déterminée que lorsqu’elle est délimitée, séparée de tout ce qui l’entoure sur la chaine phonique.11

Kedua prinsip ini adalah sebagai berikut :

1. Tidak ada satuan gramatikal tanpa referen dan referens. De Saussure

mengemukakan bahwa apabila tidak ada salah satu unsur ini, satuan lingual

menjadi abstrak. Misalnya, kata sepeda sudah mempunyai referen dan refer-

ens. Apabila dibagi menjadi suku kata, se, pe dan da, keadaannya menjadi

suatu keabstrakan karena tidak mengandung referens.

2. Satuan lingual tidak sepenuhnya ditentukan, tetapi dibebaskan, dipisah dari

semua yang mengurungnya di rantai fonik (misalnya, kalimat). Jadi, apabila

kata singa dalam kalimat “Anak anjing itu melarikan diri dari seekor singa.”

diteliti, linguis tidak boleh melihat kedudukannya relatif kata lain. Harus dite-

laah secara terpisah.

Menurut de Saussure, identitas suatu tanda itu ditentukan dari melihat tanda

lain dalam kelompok kata lain, baik secara associatif (paradigmatic, yang terkait

dalam pikiran linguis) dan syntagmatique (syntagmatic, yang terkait dengan kon-

teks).1213 Contoh suatu kelompok paradigmatic adalah kelompok kata menata, men-

anam, menahan, dan menentang, yang dalam pikiran sudah dimengerti mempunyai

hubungan, yaitu morfem {me(N)-}.

10 Chapman, Siobhan dan Christopher Routledge. Op. Cit. Hal. 221. 11 De Saussure, Ferdinand. Op. Cit. Hal. 144 – 145.12 Ibid. Hal. 170 – 171.13 Kontribusiwan Wikipedia. 2010. “Structural Linguistics.”

www.en.wikipedia.org/wiki/Structural _linguistics . Didownload Februari 2010.

x

Page 11: Pengantar Strukturalisme Linguistik

Contoh suatu hubungan syntagmatic adalah kalimat “Dia memegang buku

itu.” dan “Buku itu dipegang dia.” Dalam kedua kalimat di atas penempatan kata ber-

dasarkan kata-kata di sekitarnya; tidak mungkin ada kalimat yang berbunyi “Buku itu

memegang dia.” atau “Dia dipegang buku itu.”

Penyukuan ini berguna untuk membantu seorang linguis memahami suatu ba-

hasa tertentu. Misalnya, ketika seorang linguis melihat kata buku dan buku-buku, lin-

guis tersebut dapat memahami bahwa ada hubungan paradigmatic di antara kata-kata

itu. Setelah melihat beberapa kelompok paradigmatic lain, misalnya anak dan anak-

anak, dan macan dan macan-macan, linguis itu dapat memahami bahwa pluralisation

dalam bahasa Indonesia ditandai dengan pengulangan.14

Oleh karena Cours de la Linguistique Général diterbitkan setelah de Saussure

meninggal,15 beliau tidak dapat mengembangkan teorinya. Teori struktural kemudian

berkembang dari dua paradigma: strukturalisme yang dilanjutkan oleh linguis Eropa

seperti Roman Jakobson (European Structuralism) dan strukturalisme yang

dilanjutkan oleh Franz Boas dan Leonard Bloomfield (American Structuralism).

Perbedaan di antara kedua teori ini cukup besar, dan akan dijelaskan pada subbab-

subbab di bawah.16

B. Teori Strukturalisme Eropa

Setelah penerbitan Cours de la Linguistique Général, pemikir Eropa lain

mengadoptasi teori strukturalisme dan menyesuaikannya dengan pendapat mereka.

Namun, yang menjelaskan strukturalisme baru ini bukanlah individu, tetapi kelompok

linguis yang berprestasi, yaitu kelompok Prague dan kelompok Geneva.17

Salah satu perubahan yang paling dasar ialah bagaimana bahasa dipandang:

menurut de Saussure, bahasa adalah suatu bentuk psikis (entité psychique),18

14 Ibid. 15 Kontribusiwan Wikipedia. 2010. “Ferdinand de Saussure.”

www.en.wikipedia.org/wiki/Ferdinand_de_Saussure. Didownload Februari 2010.16 Chapman, Siobhan dan Christopher Routledge. Op. Cit. Hal. 21917 Ibid. Hal. 221.18 De Saussure, Ferdinand. Op. Cit. Hal. 99.

xi

Page 12: Pengantar Strukturalisme Linguistik

sedangkan strukturalis Eropa lain memandang bahasa sebagai suatu hal sosial. Ini

menghindari masalah yang muncul ketika harus menentukan batas bahasa individu

dan bahasa umum.

Pengaruh terbesar dari strukturalisme Eropa adalah dalam bidang fonologi.

Metode struktural, yaitu menentufkan fitur unik dan pembeda pasangan minimal

(kata) untuk menentukan fonem, dan, mengikuti proses ini, tujuan proses ialah untuk

menemui semua fonem dalam suatu bahasa, sampai sekarang masih merupakan cara

umum untuk telaahan fonologi.19

C. Teori Strukturalisme Amerika

Strukturalisme di Amerika Serikat dimunculkan oleh seorang anthropolog,

Franz Boas, dalam penelitiannya mengenai bahasa pribumi Amerika.20 Edward Sapir,

seorang linguis Amerika Serikat keturunan Jerman, juga mempelajari bahasa suku

pribumi Amerika dan menarik kesimpulan. Beda dari Boas, Sapir (bersama muridnya

Benjamin Lee Worf) juga membuat teori mengenai hubungan bahasa dan budaya,

yaitu setiap bahasa bukan hanya perwujudan konsep dalam budaya itu, tetapi tanpa

kata untuk suatu konsep maka konsep itu tidak bisa dipikirkan.21

Namun, yang paling berpengaruh dalam strukturalisme Amerika adalah

Leonard Bloomfield dan sekelompok linguis lain yang menafsirkan strukturalisme

sebagai penelitian bahasa sebagai satuan mekanik, terpisah dari makna.22

Menurut Bloomfield, pemisahan dari makna ini terjadi karena pembelajaran

makna dinyatakan titik kelemahan dalam penelitian bahasa. Sebagaimana telah

dinyatakan oleh Bloomfield:

The study of speech-sounds without regard to meanings is an abstraction: in actual use, speech-sounds are uttered as signals. ... the meaning of a linguistic form [is] the situation in which the speaker utters

19 Chapman, Siobhan dan Christopher Rutledge. Op. Cit. Hal. 22220 Ibid. Hal. 223.21 Kontribusiwan Wikipedia. 2010. ”Edward Sapir.”

http://www.en.wikipedia.org/wiki/Edward_Sapir. Didownload Februari 201022 Chapman, Siobhan dan Christopher Rutledge. Op. Cit. Hal. 223

xii

Page 13: Pengantar Strukturalisme Linguistik

it and the response which it calls forth in the bearer. ... The situations which prompt people to utter speech, include every object and happening in their universe. In order to give a scientifically accurate definition of meaning for every form of a language, we should have to have a scientifically accurate knowledge of everything in the speakers’ world. The actual extent of human knowledge is very small, compared to this. ... The statement of meanings is therefore the weak point in language-study.23

Beda dari strukturalis Eropa, Bloomfield juga menyatakan bahwa kalimat

adalah satuan struktural, sama seperti halnya fonem dan kata:

“In any utterance, a linguistic form appears either as a constituent of some larger form ... or else as an independent form, not included in any larger (complex) linguistic forms. ... A form which in one utterance figures as a sentence may in another utterance appear in included position. ... An utterance may consist of more than one sentence ... [but] there is no grammatical arrangement uniting them into one larger form.”24

Menurut beliau, ini terjadi karena suatu bentuk linguistik harus mewujudkan

diri sebagai sebagian dari satuan yang lebih besar dan / atau terdiri sendiri. Misalnya,

mari dapat berdiri sendiri sebagai kalimat “Mari!” atau sebagai bagian dari kalimat

“Mari, kemari!” “Mari, kemari!” dapat berdiri sendiri atau bisa mewujudkan bagian

dari kalimat “Mari Yohannes, kemari!” Namun, tuturan “Mari Yohannes, kemari!

Ada cicak besar! Keren lho!,” tidak dapat dinyatakan sebagai satu kesatuan karena

tidak ada hubungan gramatikal yang pasti.

Linguis Amerika setelah Bloomfield, baik struktural maupun tidak, semakin

lama semakin meninggalkan semantik. Zellig Harris sering menggunakan istilah

struktur dalam karya-karyanya (misalnya Methods in Structural Linguistics yang

diterbitkan pada tahun 1951) dan Noam Chomsky telah merumuskan formula yang

hampir matematis untuk membentuk kalimat dalam karyanya Syntactic Structures

(1957).25

23 Bloomfield, Leonard. Op. Cit. Hal. 139 – 140.24 Ibid. Hal. 17025 Chapman, Siobhan dan Christopher Routledge. Op. Cit. Hal. 223 – 224.

xiii

Page 14: Pengantar Strukturalisme Linguistik

BAB IV: ANALISIS STRUKTURALISME LINGUISTIK

A. Kekuatan Teori Strukturalisme Linguistik

Dibanding teori positivisme yang mendahuluinya, teori strukturalisme jauh

lebih mampu menjelaskan dasar bahasa sebagai keseluruhan. Menurut de Saussure,

positivisme merupakan suatu teori diakronik, yang mengandung masalah:

“D’ailleurs la délimitation dan le temps n’est pas la seule difficulté que nous rencontrons dans la définition d’un état de langue ; le même

xiv

Page 15: Pengantar Strukturalisme Linguistik

problème se pose à propos de l’espace. Bref, la notion d’état ne peut être qu’approximative. En linguistique statique, comme dans la plupart des sciences, aucune démonstration n’est possible sans une simplification conventionnelle des données.“26

Ketidakpastian waktu, ketidakpastian tempat, dan fakta bahwa positivisme tidak

menjelaskan prinsip-prinsip dasar bahasa itu menjadi momok dalam penelaahan

bahasa. Sementara, de Saussure berpendapat bahwa penelaahan linguistik struktural,

yang dilakukan secara sinkronik, tidak memiliki kelemahan ini. Waktunya sudah

pasti, tempatnya sudah pasti, dan tujuannya ialah memahami aturan-aturan dasar

bahasa.27

B. Kelemahan Teori Strukturalisme Linguistik

Banyak linguis, termasuk T. G. Pavel, merasa bahwa strukturalisme pasca-de

Saussure tidak sesuai dengan pemikiran de Saussure. Menurut Pavel:

“They (Pen. pemikir struktural) took a specialized science for a collection of speculative generalities. They believed that breathtaking metaphysical pronouncements could be inferred from simple-minded descriptive statements.”28

Dalam kata lain, strukturalisme pasca-de Saussure hanya bersifat deskripitif

dan menjelaskan hal-hal yang tampil di depan mata; akibatnya, strukturalisme tidak

mampu menjelaskan dasar-dasar bahasa.

Menurut Chomsky, strukturalisme dalam dunia linguistik hanya berguna

dalam fonologi dan morfologi karena jumlah kesatuannya terbatas. Namun,

strukturalisme dinyatakan tidak cukup untuk penelitian sintaksis karena tidak ada

batas jumlah kalimat yang mungkin dalam suatu bahasa. Berdasarkan kritik ini,

Chomsky mendirikan generative grammar.29

26 De Saussure, Ferdinand. Op. Cit. Hal. 143.27 Ibid. Hal. 141 – 143.28 Pavel, T. G. 1989. The Feud of Language. Massachusetts: Blackwell Cambridge. Hal. vii29 Searle, John R.. 1972. "Chomsky's Revolution in Linguistics." New York Review of Books, Juni 29

xv

Page 16: Pengantar Strukturalisme Linguistik

BAB V: KESIMPULAN

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, strukturalisme linguistik adalah

penelitian bahasa secara sinkronik untuk mengetahui peraturan-peraturan dasarnya,

dengan memperhatikan setiap unsur bahasa terpisah dengan yang lain. Walaupun ada

kekurangannya, strukturalisme masih mampu menjelaskan fonologi dan morfologi

dengan baik dan bahkan beberapa prinsip dasarnya (terutama adanya referen dan

referens) yang menjadi ajaran linguistik dasar sampai sekarang.

xvi

Page 17: Pengantar Strukturalisme Linguistik

Dengan demikian, sebelum menggunakan teori linguistik modern lain seorang

linguis harus memahami strukturalisme dulu. Tanpa pengertian dasar itu, teori lain

tidak dapat dipahami, apalagi digunakan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Baryadi, I. Praptomo. 2009. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Kuliah.

Bloomfield, Leonard. 1973. Language. Cetakan Kedua Belas. London: George Allen & Unwin Ltd.

Chapman, Siobhan dan Christopher Routledge. 2009. Key Ideas in Linguistics and the Philosophy of Language. Edinburgh, Inggris: Edinburgh University Press.

xvii

Page 18: Pengantar Strukturalisme Linguistik

De Saussure, Ferdinand. 1995. Cours de Linguistique Général. Cetakan keempat. Payot & Rivages: Paris.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Kontribusiwan Wikipedia. 2010. ”Edward Sapir.” http://www.en.wikipedia.org/wiki/Edward_Sapir. Didownload Februari 2010

Kontribusiwan Wikipedia. 2010. “Ferdinand de Saussure.” www.en.wikipedia.org/wiki/Ferdinand_de_Saussure. Didownload Februari 2010.

Kontribusiwan Wikipedia. 2010. “Structural Linguistics.” www.en.wikipedia.org/wiki/Structural _linguistics . Didownload Februari, 2010.

Pavel, T. G. 1989. The Feud of Language. Massachusetts: Blackwell Cambridge.

Radford, Andrew dkk. 2009. Linguistics: An Introduction. Edisi Kedua. Cambridge, Amerika Serikat: Cambridge University Press.

Searle, John R. 1972. "Chomsky's Revolution in Linguistics." New York Review of Books, Juni 29

Todd, Loreto. 1995. An Introduction to Linguistics. Cetakan kedelapan. Singapura: Longman Group Ltd.

xviii