Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)
description
Transcript of Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)
![Page 1: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/1.jpg)
ISSUE, TERMINOLOGI DAN RUANG LINGKUP EVALUASI PENDIDIKAN
(EVALUASI HASIL BELAJAR DAN PROSES/PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
EVALUASI PEMBELAJARAN
Yang dibina oleh Bapak Dedi Kuswandi, Dr. M.Pd
Oleh
RIZKI AL YUSRA 140121807631
BUDI SETYO MARGONO 140121807233
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLGI PEMBELAJARAN
JANUARI 2015
![Page 2: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillaah… Dengan mengucapkan syukur pada Allah SWT
yang telah memampukan kami untuk berkoordinasi, bekerjasama dengan baik sehingga bisa
menyelesaikan makalah ISSUE, TERMINOLOGI DAN RUANG LINGKUP
EVALUASI PENDIDIKAN (Evaluasi Hasil Belajar dan Proses / Pelaksanaan
Pembelajaran) ini tepat waktu. Makalah ini disusun adalah dalam rangka untuk memenuhi
dan menyelesaikan tugas matakuliah Evaluasi Program dan Pelaksanaan Pembelajaran.
Segenap potensi, kemampuan dan pengetahuan kami mencoba menerjemahkan materi
sehingga tersusunlah makalah ini. Sepenuhnya, kami menyadari bahwa makalah ini masih
sangat perlu berbagai masukan untuk perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruktif dari audiens sekalian senantiasa kami harapkan agar bisa lebih memberikan
manfaat bagi umat.
Tidak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu kami yang telah memberikan kasih sayang, moril dan materil.
2. Dr. H. Dedi Kuswandi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing matakuliah Evaluasi
program dan pelaksanaan pembelajaran.
3. Dinda Aya Sofia, S.Pd mahasiswa TEP angkatan 2013 yang merelakan diri untuk
membantu kami semua.
4. Teman-teman khususnya Offring A serta semua pihak yang telah terlibat dan
memberikan kelancaran dalam penyelesaian tugas ini.
Demikian, kami berharap agar makalah ini dapat menjadi tambahan referensi bahan
bacaan yang bermanfaat bagi kami penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Malang, 19 Januari 2015
Penulis
Evaluasi pendidikan: Isu dan istilah
![Page 3: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/3.jpg)
Evaluasi bukan konsep baru ataupun hal yang asing dalam pendidikan. Nabi Musa
(Moses) mengevaluasi diri ketika beliau memutuskan untuk mengambil resiko untuk
perjalanan yang sangat berbahaya dan memimpin masyarakatnya untuk meninggalkan mesir.
Nabi Daud (David) mengevaluasi diri juga, walaupun dengan tergesa-gesa, ketika beliau
berniat untuk menembakan katapelnya ke dahi Jalut (Goliath). Kita semua melakukan
evaluasi diri. Memutuskan untuk pergi ke Eropa atau tetap untuk tinggal di rumah dan
mengecat rumah selama liburan musim panas melibatkan evaluasi terhadap alasan efektifitas
dan alasan ekonomis. Ketika kita pergi ke pasar untuk membeli apel, kita mengevaluasi
dengan memilih yang paling besar, paling mengkal/keras, paling berair, dan paling kemerah-
merahan/ kehijauan (tergantung dari selera kita). Setiap waktu kita membuat keputusan yang
rasional, meninbang secara sistematis keuntungan dan kekurangan dari berbagi alternatif
terkait dengan evaluasi yang kita lakukan.
Evaluasi yang bersifat formal memiliki memiliki cerita yang panjang, kembali ke
tahun 2000 sebelum masehi ketika aparat china menyelenggarakan jasa ujian kepada
rakyatnya. Ujian pendidikan formal pertama di jalankan di USA pada tahun 1887 oleh Joseph
Mayer Rice, dokter specialis anak. Mempertimbangkan ruang lingkup studi, untuk
mengkontraskan survey–survey yang sederhana dan bahkan penterjemahan yang lebih
sederhana lagi yang merupakan karakter dari waktu, Rice memembuat sendiri tes pengeja
dan menyelenggarakanya pada lebih dari 30 ribu siswa sebuah sekolah metropolitan yang
besar. Dia ingin menunjukkan bahwa pencapaian belajar siswa tidak ada korelasi dengan
jumlah waktu yang dihabiskan oleh siswa dimana mereka melakukan latihan mengeja yang
tanpa dibuat tanpa tujuan yang jelas dan tanpa penilaian yang bagus. Sayangnya, teknologi
yang sesuai tidak berevolusi sebagaimana dihasilkan dari risetnya Rice dan berbagai aktivitas
yang mengatasnamakan evaluasi selama 20 atau 30 tahun yang berisi tentang pemberian
beragam variasi tes pada setiap matapelajaran yang berbeda di sekolah anak-anak.
Pengukuran, bukan evaluasi, langkah kedepan yang terjadi secara tiba-tiba.
Ini tidak terjadi sampai tahun 1930an, ketika penemu lain yang bernama Ralp Tyler,
dari Asosiasi Pendidikan progresif, mendemonstrasikan sebuah pendekatan baru untuk
melakukan evaluasi yang dilakukan selama 8 tahun masa studi. Pendekatan yang merupakan
landasan dari bentuk evaluasi yang kita kenal hari ini. Tyler menemukan bahwa evaluasi
sebagai proses untuk menentukan derajad pencapaian tujuan dari sebuah program itu telah
dicapai. goal dan tujuan pembelajaran harus di definisikan dalam istilah-istilah perilaku. goal
ini diturunkan dari tiga sumber utama: siswa, masyarakat dan sumber belajar. Ungkapan-
![Page 4: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/4.jpg)
ungkapan pencapaian umum ini dianalisa dalam kontek Psikologi pembelajaran dan
Psikologi pendidikan. Menurut psikologi pembelajaran: Apakah pencapaian-pencapaian itu
bisa di capai oleh para pebelajar? Menurut Psikologi Pendidikan: Apakah pencapaian-
pencapaian itu bermanfaat dan sesuai? Goal-goal yang tersisa setalah penialaian ini dirubah
menjadi statemen perilaku khusus dari tujuan pembelajaran; yaitu derajad dimana siswa
berhasil mencapai tujuan pembelajaran di akhir program yang sedang diukur ini; dan hasilnya
digunakan untuk memutuskan efektivitas dari program. Model-model goal pencapaian dari
program evaluasi saat ini banyak sekali dan menjadi dasar-dasar dari berbagai studi
percobaan.
Permintaan dari evaluasi program secara formal tidak meledak di pasaran sampai saat
setelah Rusia meluncurkan satelit pertamanya. Impact dalam bidang pendidikan dari
peluncuran Sputnik akan kurang begitu diingat daripada peluncuran dari gerakan reformasi
pendidikan itu sendiri. Permulaan sejarah modern dari reformasi pendidikan dan evaluasi
pendidikan ini dipicu oleh loncatan kemajauan tekologi yang dilakukan oleh Rusia ini.
Reaksi masyarakata berubah melawan sekolah-sekolah, dan pertama dalam sejarah USA,
kualitas dari sistem sekolah yang sangat dihargai ini menjadi dipertanyakan secara serious.
Oleh karena konsern ini, dan juga karena permintaan hak untuk perlakuan adil terhadap kaum
minoritas siswa di sekolah sekolah, pemerintah pusat mulai menyumbangkan dukungan
finansial yang lebih banyak, yang sampai saat ini sudah di persiapkan hampir secara
keseluruhan oleh negara dan pemerintah lokal. And, dengan dollar dari pemerintah pusat
jadilah pertangungjawban. Pemerintah pusat secara sederhana ingin megetahui apakah uang
itu sudah di gunakan secara bijaksana. Tetapi ketertarikan dalam pertanggungjawaban
tumbuh dan berkembang dalam pemenuhan untuk kewajiban evaluasi yang ditulis dalam
bentuk Tindakan Pendidikan untuk sekolah dasar dan menengah (ESEA) tahun 1965.
ESEA, melalui berbagai program nya, mempersiapkan ribuan bantuan untuk berbagai
agen pendidikan untuk seluruh wilayah negara, dan setiap proyek lokal harus dievaluasi agar
supaya melanjutkan penerimaan bantuan pemerintah pusat. Diluar dugaan, komunitas
pendidikan tidak dipersiapkan untuk menangani evaluasi dalam jumlah sangat besar yang
diminta untuk memenuhi hukum. Evaluator yang profesional tidak pernah ada, sementara
pendidik yang cukup berpengetahuan tentang evaluasi sangat sedikit. Kaum akademisi
memberikan training dalam riset atau pengukuran adalah yang ditunjuk untuk melakukan
evaluasi, dan mereka dalam menjalankan tugas lebih berfungsi sebagai sebagai periset
daripada evaluator. Sejumlah data yang tidak perlu memenuhi laporan-laporan proyek dan
diluar dugaan, pemerintah Federal menemukan hasil yang bisa membantu.
![Page 5: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/5.jpg)
Evaluasi dalam jumlah besar dari program-program pemerintah pusat dinilai tidak
lebih baik. Apakah para evaluator akan terikat kuat pada model percobaan klasik dengan apa
yang mereka sudah familiar? Kepatuhan yang diberikan pada goal dari program
pendefinisian, biasanya beriringan dengan daftar dari hipotesis-hipotesis yang tidak kuat;
memberikan tugas secara acak pada percobaaan dan group kontrol; mengumpulkan jumlah
data dari tiap grup, biasanya dalam bentuk ukuran pencapaian yang terstandarisasi;
memperkerjakan teknik teknis yang bersifat statistis dari berbagai derajad kesesuaian; and
akhirnya membuat penilaian menurut nilai dari program bedasarkan perbandingan dua grup.
Perbandingan dari perlakuan secara acak dan grup kontrol menjadi sine qua non evaluasi
program. Sayangnya, penekanan pada tes dan koleksi dari kuantitas data menyebabkan
banyak orang membingunka pengukuran, disertai oleh data ilustrasi dalam jumlah yang snagt
besar, dengan evaluasi- sebuah kebingungan yang berlanjut hingga saat ini.
Defisiensi dari desain percobaan akan didiskusikan secara detail pada sesion
berikutnya, tetapi ini cukup untuk mengatakan bahwa pada poin ini bahwa laporan-laporan
evaluasi yang mereka buat adalah kegagalan yang sia-sia. Digunakan oleh para sarjana hari
ini adalah contoh dari apa yang tidak dilakukan dalam program evaluasi, studi perbandingan
ini menghasilkan “tidak ada perbedaan secara statisitik” lagi. Anggaran program di potong
atau dihilangkan dari rencana anggaran itu sendiri; sementara yang lainya melanjutkan bisnis
sebagaimana biasanya tanpa bukti tentang keefektifanya.
Bayangan tentang keraguan atas evaluasi sebagai hasil dari awal studi-studi ini masih
tersisa dan di berbagai pandangan sudah mempengaruhi tren saat ini dalam praktek-praktek
evaluasi. Namun demikian, ESEA 1965 harus di percaya dengan mempersiapkan dorongan
untuk evaluasi, sebuah aktivitas yang sudah terjadi memiliki kesamaan impact terhadap
pendidikan daripada tindakan itu sendiri, jika tidak lebih besar. Berawal dari permulaan yang
pesimis ini keluarlah bidang evaluasi yang kita kenal hari ini-sebuah bidang yang di tandai
oleh kebingungan, konflik, kontroversi dan ketidakpercayaan. Evaluator tidak mau berbagi
philosopy umum, fokus atau istilah.
Akuntabilitas: akuntabilitas di kaitkan dengan efektivitas pendidikan sistem sekolah
di masa depan. The Random House Dictionary of The English Language menunjukkan
bahwa sinonim dari akuntabilitas adalah tanggungjawab. Akuntabilitas sekolah pendidikan
kemudian mewakili penerimaan para pendidik terhadap tanggungjawab untuk konsekuensi
dari sistem pendidikan yang di titipkan oleh publik pada mereka. Evaluasi adalah bagian
intrinsik dari akuntabilitas. Efektivitas Program harus dievaluasi untuk mempersiapkan
informasi pada pendidik, administrator dan direktor program disamping juga pada pemerintah
![Page 6: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/6.jpg)
yang mengalokasikan dana untuk program-program dan untuk publik yang mempersiapkan
dana melalui dana pajak. Akuntabilitas biasanya adalah sebuah kondisi yang menuntut
evaluasi; tetai akuntabilitas tidak equivalent pada evaluasi.
Pengukuran; seperti dikatakan sebelumnya, pengukuran sering dikorelasikan dengan
evaluasi, oleh karena sedemiian banyak laporan-laporan evaluasi sebelumnya berisi data-data
pengukuran primer. Tetapi pengukuran adalah statis-yang merupakan tindakan atau proses
dari penentuan keluasan, dimensi, kuantitas atau kapasitas dari suatu dalam satu titik pada
waktu tertentu. Dalam pendidikan, pengukuran adalah tindakan untuk menentukan keluasan
dimana individu belajar. Atau pengukuran adalah derajad dimana individu mengontrol
karakterisitk, kemampuan atau bakat tertentu. Pengukuran biasanya adalah bagian dari proses
evaluasi, mempersiapkan data penting untuk keperluan evaluasi, dua istilah tidak equivalen.
Penilaian: seperti halnya pengukuran, istilah penilaian ini sering digunakan secara
bergantian dengan evluasi, dan beberapa proyek evaluasi utama diarahkan pada penilaian
Nasional. Penilaian benar-benar lebih mirip dengan pengukuran, tetapi, mengacu pada
proses-proses penggabungan dan pembandingan data-data. Anderson menyatakan bahwa
penilaian memiliki makna yang lebih sempit daripada evaluasi dan lebih luas maknanya dari
pengukuran. Sebagai tambahan pada tindakan pengukuran, penilaian melibatkan unsur
kualitatif dari penentuan apa dan bagaimana mengukur seperti halnya juga proses
pengambilan data ke dalam bentuk yang bisa di interpretasikan.
Riset evaluasi; walaupun banyak penulis mengklasifikasikan evaluasi sebagai satu
bentuk riset atupun sebaliknya, pandangan riset evaluasi sebagai sebuah metode yang spesifik
dari evaluasi, sementara pihak-pihak lain membuat pembedaan yang tajam antara kedua
istilah itu (riset & Evaluasi). Riset evaluasi didefinisikan sebagai aplikasi dari metode-metode
ilmu pengethauan sosial untuk menemukan informasi dari pentingnya memprogram praktek
dan kebijakan publik. Pembedaan secara Implicit ini adalah bahwa evaluator melakukan
tindakan-tindakan evaluasi riset sebagai seorang peneliti dari disiplin tertentu,
menperkerjakan teknik-teknik bersifat kuantitatif dan bersifat bisa menghasilkan dan
penilaian yang menghindari efek buruk. Riset dirujukan utamanya pada teori dan desain dasar
dari program diatas seting pada satu periode waktu tetentu. Evaluasi bisa diperlakukan pada
beberapa wilayah yang menjadi konsern dengan teori dan desain dasar, tetapi fungsi
utamanya adalah untuk menilai program untuk menentukan nilainya sendiri.
Evaluasi Formatif dan Sumatif; disampaikan oleh Michael dan Scriven 1976. Istilah-
istilah ini membedakan antara dua peran berbeda yang mendasar yang disajikan oleh
evaluasi. Evaluasi formatif mengacu pada sesuatu dimana evaluasi diperlakukan selama
![Page 7: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/7.jpg)
proses pengembangan untuk tujuan pembinaan dan pemberian bantuan perbaikan program
secara cepat. Pada sebuah evaluasi formatif, evaluator boleh menggabungkan data-data
spesifik pada berbagai aspek atau komponen-komponen dari program pada beberapa
tingkatan dikeseluruhan fase pengembangan agar supaya mengidentifikasi area-area yang
memerlukan perbaikan. Informasi ini memeberikan data empiris untuk membantu para
pengembang dalam menentukan dimana dan bagaimana untuk merevisi program dan
membuatnya menjadi lebih baik.
Evaluasi Sumatif; di sisi yang lain, evaluasi sumatif mengacu pada akhir dari evaluasi
dari program dan ditujukan untuk menentukan manfaat dari keseluruhan program setelah
program tersebut selesai. Tujuan dari evaluasi sumatif ini adalah membantu membuat
keputusan-keputusan sehubungan dengan masa depan dari program-program ini-yaitu
kelajutanya, penyelesainya, pengulanganya, dan/atau penyebaranya. Formatif dan sumatif,
adalah hal berbeda lain, yang mengacu pada peran dari evaluator. Itu karena tujuan dari
evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki, evaluator dari sumatif ini menjadi bagian dari
proses pengembangan dan tugas dari evaluasi formatif ini bahkan dapat di jalankan oleh
pengembang program. Jika ada orang lain selain dari pengembang melakukan evaluasi
formatif, orang itu dapat bekerja dengan pengembang secara lebih dekat dan secara
kolaboratif. Intinya adalah bahwa tidak ada yang tidak perlu untuk meyakinkan obyektifitas
pihak ketiga dalam tingkatan-tingkatan formatif dari program pengembangan. Goal-nya
adalah perbaikan, dan pengembang maupun evaluator berkomitmen untuk mencapai goal.
Evaluator dari evaluasi sumatif ada pada posisi yang berbeda. Sumatif atau final, akhir dari
evaluasi program, mennuntut tujuan dan evaluasi yang tidak parsial oleh karena masa depa
dari program ini adalah sangat beresiko. Evaluator sumatif harus benar-benar pengembang
yang mandiri.
Walaupun istilah-istilah ini dikembangkan untuk evaluasi material kurikulum, namun
telah di adopsi oleh komunitas pendidikan sebagai bagian dari dasar kosakata dari evaluasi
dan digunakan untuk membedakan dua operasi dalam berbagai tipe rencana evaluasi.
Evaluasi bebas tujuan (Goal-Free Evaluation); istilah lain diciptakan oleh Scriven
1977, merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa evaluator
memberikan perhatian penuh pada outcome dari program ini bersifat aktual, sengaja dibuat
serta bukan sekedar antisipasi, daripada sekedar kualitas dari goal dari programnya atau
bagian dimana outcome ini bisa dicapai. Scriven sangat konsern bahwasanya seorang
evaluator akan menjadi kawatir berlebihan dengan goal dan secara sadar atau tidak sadar,
mengesampingkan range dari outcome yang aktual dan luas ini adalah benar-benar nyata.
![Page 8: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/8.jpg)
Pada pendekatan ini evaluator benar-benar berniat untuk menghindari mendapatkan
pengetahuan dari goal program tersebut, menggabungkan data dari outcome dan kemudian
mengevaluasi nilai-nilai pentingnya. Evaluasi ini tidak terkonsep untuk mengganti goal dasar
dari evaluasi ini, tetapi untuk menambahkanya dan kemudian mempersiapkanya agar
evaluasi menjadi lebih reliabel dan lebih valid.
Evaluasi berdasar tujuan (Goal-base Evaluation); evaluasi ini mengacu pada evaluasi-
eavaluasi yang berbasis pada bidang yang menjadi goal dari proyek yang sudah berhasil
dicapai. Seperti disarankan oleh Scriven, ini seharusnya di dampingi oleh sebuah penilaian
dari kualitas goal-goal yang telah terbentuk.
Definisi Evaluasi
Akhirnya, yang paling penting dari istilah ini adalah untuk menetapkan dan salah satu
yang paling kontroversial adalah kata evaluasi itu sendiri. Upaya untuk memperjelas makna
evaluasi bukanlah pekerjaan tak penting, tapi sebaliknya. Pekerjaan tersebut sangat penting
karena tidak ada kesepakatan tentang definisi tersebut. Orang menerima definisi yang
berbeda-beda kemudia membawa bersama mereka kelebihan dan kekurangan yang berbeda
pul. masing-masing mempengaruhi evaluator terkait dengan pendekatan dan pelaksanakan
tugas-tugas mereka. misalnya, tiga definisi evaluasi telah muncul pada satu waktu atau yang
lain dalam sejarah: pengukuran; kesesuaian antara tujuan dan kinerja; dan penghakiman. saat
pengukuran diterima sebagai definisi evaluasi, tugas utama evaluator adalah untuk
melakukan tes dan mengumpulkan pengukuran. peran evaluator adalah setara dengan
psychometrist. jika evaluasi diartikan sebagai pertimbangan profesional, maka sekelompok
ahli akan mengamati program dalam tindakan kemudian, menjatuhkan hukuman.
Definisi evaluasi juga menyediakan dasar konseptual untuk model evaluasi, dan
meskipun masih ada beberapa pendidik yang menggunakan definisi pengukuran, pemeriksaan
literatur dan penelaahan terhadap model yang berbeda dan skema klasifikasi menunjukkan
bahwa pembangun Model dan evaluasi penulis mengelompok di sekitar tiga definisi utama:
mereka yang mendefinisikan evaluasi sebagai penilaian terhadap perbedaan antara tujuan dan
kinerja (metfessel dan michael: Provus: saham: tyler); yang fokus pada hasil dan
mendefinisikan evaluasi sebagai penilaian hasil, (Popham 'Scriven); dan orang-orang yang
berorientasi, mendefinisikan evaluasi sebagai proses mendapatkan dan memberikan informasi
bagi pengambil keputusan keputusan (Alkin; Cronbach, guba dan stufflebeam).
![Page 9: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/9.jpg)
Pengertian Evaluasi Pendidikan
Sebelum membicarakan evaluasi dalam pendidikan, ada baiknya kita menyamakan
persepsi terlebih dahulu tentang konsep dan pengertian yang akan kita gunakan. Secara garis
besar berbicara evaluasi adalah berbicara tentang penilaian dimana pada saat membicarakan
masalah penilaian, kita sering menggunakan beberapa istilah seperti tes, pengukuran,
asesmen, dan tak terkecuali didalamnya yaitu evaluasi yang digunakan secara tumpang tindih
(over lap). Berikut ini beberapa pengertian dari istilah-istilah tersebut.
Pengukuran adalah kegiatan penentu angka dari suatu obyek yang akan diukur, yaitu
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, dan bersifat kuantitatif. Penilaian adalah
kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektifitas pembelajaran yang melibatkan sejumlah
komponen penentu keberhasilan pembelajaran, dan bersifat kualitatif. Asesmen adalah proses
pengumpulan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan
mengolah untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Evaluasi adalah
penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan, kurikulum dan penilain serta
pelaksanaannya. Tes adalah alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang
memerlukan jawaban benar dan salah.
Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna
ditinjau dari berbagai segi. Makna bagi siswa, yaitu memuaskan, dan tidak memuaskan.
Makna bagi guru, yaitu mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan pelajarannya,
mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa, dan mengetahui apakah
metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Makna bagi sekolah, yaitu dapat diketahui
apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai dengan harapan, menjadi bahan
pertimbangan bagi perencanaan sekolah, dan menjadi pedoman bagi sekolah.
Sedangkan pengertian dari Pengertian Evaluasi sendiri adalah kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan
membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Nana
Sudjana menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga
untuk nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah
laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Roestiyah N. K. dkk dalam bukunya "masalah-masalah ilmu keguruan" menyebutkan empat
pengertian evaluasi menurut deskripsinya berikut ini Evaluasi adalah proses memahami atau
memberi arti: Mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-
pihak pengambil keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
![Page 10: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/10.jpg)
sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-
akibat hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Dalam rangka pengembangan siswa instruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk
menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang telah direncanakan. Evaluasi
adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam
pengembangan ilmu telah berada di jalan yang diharapkan.
Jadi Evaluasi pendidikan adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan
nilai daripada sesuatu menurut Brown dan Wand bahwa sebagai suatu tindakan atau proses
untuk menentukan nilai atau segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
Dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat suatu keputusan.
Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan
1. Dasar dan Tujuan Evaluasi
Evaluasi yang efektif harus mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas.
Maka akan dikemukakan tentang:
a. Dasar evaluasi atau prinsip ilmiah yang mendasari waktu menyusun evaluasi, ialah:
1) Filsafat
2) Psikologi
3) Komunikasi
4) Kurikulum
5) Manajemen
6) Tujuan evaluasi
Program evaluasi bertujuan untuk mengetahui siapa diantara anak didik yang
cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat
mengejar kekurangannya, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat sekolah. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi
dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap
menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan
proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan beljar, metode pengajaran, sarana
penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan
dari proses pembelajaran. Jika kita ingin melakukan kegiatan evaluasi, terlepas dari
jenis evaluasi apa yang digunakan, maka guru harus mengetahui dan memahami
![Page 11: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/11.jpg)
terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan
mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Hampir setiap orang
yang membahas evaluasi pula tentang tujuan dan fungsi evaluasi.
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan materi, metode,
media sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Sedangkan
tujuan khusus evaluasi pembelajaran disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran
itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan, evaluasi monitoring,
evaluasi dampak, evaluasi efisinensi-ekonomi, dan evaluasi program komprehensif.
Dalam konteks yang lebih lulas lagi, Gilbert Sax (1980 : 28) mengemukakan
tujuan evaluasi dan pengukuran adalah untuk “selection, placement, diagnosis and
remediation, feedback : norm-referenced and criterion-referenced interpretation,
motivation and guidance of learning, program and curriculum interpretation,
formative and summative evaluation, and theory development”.
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional
oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud
merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa:
1) Penempatan pada tempat yang tepat
2) Pemberian umpan balik
3) Diagnosis kesulitan belajar siswa
4) Penentuan kelulusan
b. Prinsip Evaluasi
Di dalam petunjuk pelaksanaan penilaian yang diterbitkan oleh Ditdikmenum,
dikemukakan sejumlah prinsip evaluasi dalam semua program pembelajaran, yaitu:
menyeluruh, berorientasi pada tujuan, objektif, terbuka, bermakna, sesuai, dan
mendidik. Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan secara singkat berikut ini.
1) Menyeluruh
Evaluasi dilakukan terhadap semua ranah kemampuan, yaitu kognitif,
psikomotorik, dan afektif.
2) Berkesinambungan
Evaluasi dilaksanakan secara kontinu dan terus-menerus.
3) Berorientasi pada tujuan
![Page 12: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/12.jpg)
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilaksankan untuk mengetahui apakah
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai atau tidak.
4) Objektif
Objektif mengandung arti bahwa informasi dan skor yang diperoleh, serta
keputusan yang ditetapkan sesuai dengan keadaan siswa yang sebenarnya.
5) Terbuka
Proses dan hasil evaluasi dapat diketahui oleh semua pihak yang terkait, yaitu,
sekolah, siswa, dan orang tua.
6) Bermakna
Evaluasi yang dilaksanakan hendaknya mempunyai makna bagi pihak-pihak
yang terkait, yaitu siswa dan guru.
c. Obyek dan Subyek Evaluasi
Obyek penilaian meliputi dua hal yaitu Input dan output. Terkait mengenai
penilaian dari sisi input adalah sebagai berikut. Aspek yang bersifat rohani setidak-
tidaknya mencangkup 4 hal, yaitu:
1) Kemampuan
2) Kepribadian
3) Sikap-sikap
4) Inteligensi
Sedangkan unsur-unsur evaluasi , yaitu:
1) Kurikulum/materi
2) Metode dan cara penilaian
3) Sarana pendidikan/media
4) Sistem administrasi
5) Guru dan personil lainnya9n
Disamping inpout, unsur lain dari evaluasi adalah output. Dilihat dari sisi
outputnya evaluasi pendidikan adalah Penilaian terhadap lulusan sesuatu sekolah
dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka
selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini
disebut tes pencapaian. Sebagai obyek evaluasi, ia harus memberikan respon atau
jawaban, maka obyek tersebut juga disebut sebagai responden.
![Page 13: Issu, Terminologi, Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan (QQ-Budi)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071709/55cf91f1550346f57b91f749/html5/thumbnails/13.jpg)
Adapun Subyek evaluasi, adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi.
Siapa yang dapat disebut sebagai subyek evaluasi untuk setiap evaluasi untuk setiap
tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
Contoh:
1) Untuk mengetahui evaluasi tentang hasil belajar, maka sebagai subyek evaluasi
adalah guru.
2) Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan sebuah skala, maka
sebagai subyeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk.
3) Untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah
alat ukur yang sudah distandardisir, maka subyeknya adalah ahli-ahli psikologi.