ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... ·...

43

Transcript of ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... ·...

Page 1: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan
Page 2: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

ISSN 2527 – 5542

REKAYASA TEKNIK SIPIL Media Publikasi Karya Ilmiah di Bidang Teknik Sipil

Volume 1, Nomer 1. Juni 2016

Penanggung Jawab :

Ir. Moch. Hazin Mukti, MT., MM

Mitra Bestari :

Prof. Dr. Ir. Drs. Sutriyono, M.Pd

Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT

Dr. Ir. Kustamar, MT

Dr. Ir. Subandiyah Azis, CES

Komite Pelaksana :

Dedy Asmaroni, ST., MT.

Taurina Jemmy Irwanto, ST., MT.

Kadarisman Andriyono, ST., MT.

Ahmad Fatoni ST., M.MT.

Ahmad Fausi, ST.

Komite Pelaksana :

Fakultas Teknik – Universitas Madura

Jl. Raya Panglegur KM. 3,5 Pamekasan 69317

Telp. (0324) 322231 psw 114 Fax (0324) 327418

Email : [email protected]

Page 3: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

ISSN 2527 – 5542

REKAYASA TEKNIK SIPIL Media Publikasi Karya Ilmiah di Bidang Teknik Sipil

Volume 1, Nomer 1. Juni 2016

DAFTAR ISI

1. Model Prediksi Anggaran Biaya Pemeliharaan Jalan Provinsi Di

Kabupaten Sampang

Moh. Haris

1-5

2. Pengaruh Penggunaan Batu Pecah Madura Pada Campuran Beton

Terhadap Kuat Lentur Balok Beton Bertulang

Taurina Jemmy Irwanto

6-13

3. Pengaruh kualifikasi kontraktor Terhadap kualitas pekerjaan proyek

Konstruksi di kabupaten pamekasan

Romy Mixta Prasetya

14-24

4. Efektivitas Pembangunan Perpustakaan Secara Swakelola Di

Kabupaten Pamekasan

Muhammad Saifuddin

25-31

5. Analisa Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Pembangunan

Gedung Pemerintah Di Kabupaten Pamekasan

Dedy Asmaroni

32-39

Page 4: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

1

MODEL PREDIKSI ANGGARAN BIAYA PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI DI KABUPATEN SAMPANG

Moh. Haris

Bina Marga Kabupaten Sampang, Jl. Trunojoyo No. 10 Sampang [email protected]

ABSTRAK

Rata-rata Biaya pemeliharaan Jalan Provinsi di Kabupaten Sampang sebesar Rp.786.616.000,- per-kilometer. Faktor Data Historis Kerusakan Jalan, Kondisi Drainase Jalan, Lalu Lintas Harian, data Curah Hujan, Ketrampilan Tenaga Kerja dan Kualitas Material secara simultan memberi pengaruh signifikan terhadap Biaya Pemeliharaan Jalan Provinsi di Kabupaten Sampang yaitu sebesar 75,6%. Dengan Fhitung = 9,820 > Ftabel = 2,59. Variabel pada penelitian ini yang berpengaruh paling dominan terhadap Biaya Pemeliharaan Jalan Provinsi di Kabupaten Sampang adalah faktor Data Historis Kerusakan Jalan dengan koefisien terbesar yaitu 94,65 dan Kondisi Fungsionalitas Drainase Jalan. Strategi yang bisa digunakan dalam meminimalisir Biaya Pemeliharaan Jalan Provinsi adalah strategi jangka panjang yaitu menjaga agar kerusakan jalan tidak sering terjadi dengan salah satu cara paling penting adalah menjaga Drainase Jalan. Kata Kunci : prediksi, biaya pemeliharaan, jalan provinsi

1. PENDAHULUAN Pembiayaan proyek-proyek jalan bersumber dari APBD biasanya pelaksanaannya ditangani oleh Kontraktor pelaksana lokal yang umumnya mempunyai kemampuan teknis dan manajemen yang terbatas, maka banyak permasalahan yang akan muncul, terutama masalah teknis lapangan dan permasalahan manajemen pembiayaan proyek, yang akan berdampak pada hasil kualitas jalan yang kurang baik, sehingga masih membutuhkan dana tambahan untuk pemeliharaannya. Oleh karenanya ketepatan akan penetapan besarnya anggaran pembiayaan proyek menjadi penting. Berdasarkan Permasalahan tersebut perlu di susun suatu model prediksi rencana biaya pemeliharaan Jalan. Dalam perencanaan anggaran perbaikan jalan diperlukan informasi atau data tentang kerusakan jalan aktual. Permasalahan muncul bila realisasi anggaran mempunyai tenggang waktu yang cukup lama dan kondisi jalan saat pengamatan. Sehingga besamya anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan.

2. LANDASAN TEORI Standar Konstruksi Jalan Provinsi Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan Standar Dinas Bina Marga yaitu ; 1. Jalan Agregat Padat Tahan Cuaca (JAPAT) : 07/PT/B/1983. 2. Agregat Base Klas C sebagai Lapis Pondasi Bawah (LPB Klas C). 3. Agregat Base Klas B sebagai Lapis Pondasi Atas (LPA Klas B). 4. Pembentukan Tipe A (TUK A) : 10/PT/B/1983. 5. Pembentukan Tipe B (TUK B) : 06/PT/B/1983. 6. Lapis Asbuton Agregat (LASBUTAG) : 09/PT/B/l 983. 7. Lapis Tipis Asbuton Murni (LATASBUM) : 11/PT/B/l 983. 8. Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU) : 08/PT/B/1983. 9. Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA) : 14/ST/BM/1983. 10. Lapis Tipis Aspal beton (LATASTON) : 12/PT/B/1983. 11. Lapisan Aspal beton (LASTON) : 13/PT/B/1983. 12. Lapisan Penetrasi Macadam (LAPEN) : Ol/PT/B/1983

Page 5: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

2

Kriteria Penanganan Jalan Provinsi Program penanganan jalan Provinsi menurut SK No.77/KPTS/Db/1990 dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar sebagai berikut : 1. Pekerjaan Pemeliharaan, untuk jalan berkondisi “Baik / Sedang”. 2. Pekerjaan Berat (Pembangunan Baru, Peningkatan, Rehabilitasi / Penunjangan) untuk jalan berkondisi

“Rusak / Rusak berat”. 3. Pekerjaan Penyangga, untuk jalan berkondisi “Sedang / Rusak” Sumber Dana Penanganan Jaringan Jalan Pembiayaan penanganan jaringan jalan berasal dan tiga sumber berikut ini : 1. Pendapatan Nasional. 2. Bantuan Proyek dan Bantuan Teknik. 3. Pendapatan daerah (APBD) Klasifikasi Jalan Klasifikasi Administrasi membagi jalan ke dalam empat golongan jalan sebagai berikut : 1. Jalan Negara 2. Jalan Provinsi 3. Jalan Kabupaten 4. Jalan Lingkungan /jalan Desa Klasifikasi Fungsional membagi jalan ke dalam dua golongan jalan sebagai berikut : 1. Jaringan Primer terdiri dari : Arteri Primer, dan Kolektor Primer. 2. Jaringan Sekunder terdiri dari : Arteri Sekunder, Kolektor Sekunder, dan Lokal Sekunder Faktor- faktor penyebab kerusakan Jalan Kerusakan pada konstruksi jalan dapat disebabkan oleh :

1. Lalu-lintas yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban. 2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistim drainase jalan yang tidak baik, naiknya air akibat kapilaritas. 3. Material konstruksi perkerasan yang tidak baik. 4. Iklim atau cuaca dalam hal ini curah hujan yang cenderung tinggi. 5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. 6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik. Dari jenis penyebab kerusakan diatas diperlukan penanganan pemeliharaan jalan yang tepat sesuai dengan kebutuhan guna mengatasi kerusakan tersebut (Silvia Sukirman, 1992). Hipotesis Statistik Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Oleh karena itu dalam statistik yang diuji adalah hipotesis nol. Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan adanya perbedaan antara parameter dan statistik. Hipotesis nol diberi notasi Ho, dan hipotesis alternatif diberi notasi Ha Uji hipotesis statistik digunakan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian (Sugiyono, 2010) Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang dibuat merupakan alat yang tepat dan cermat untuk mengukur apa yang ingin diukur, dalam hal ini apakah kuesioner sudah cukup dipahami oleh semua responden yang diindikasikan oleh kecilnya jawaban yang tidak terlalu menyimpang dengan rata-rata jawaban responden lain. Salah satu cara untuk menguji kevalidan dan koefisien korelasi (r) yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka nilai-nilai kritis koefisien korelasi dari tabel yang ada dengan perhitungan menggunakan rumus Pearson Product Moment (Riduwan dan Sunarto, 2010) Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukan satu pengertian bahwa suatu instrumen stabil dan konsisten untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Page 6: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

3

Pengujian reliabilitas instrumen dengan internal consistensy, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang diperoleh dianalisa dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan Alpha Cronbach, Guttman Split Half, Spearman Brown Split Half, Kuder Richardson 20, Kuder Richarson 21 dan Anova Hoyt. (Sugiyono, 2010) Regresi Linier Regresi linier digunakan untuk merumuskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut (Sugiyono, 2010).

Y = a + b1Xl + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 Dimana:

Y : Biaya Pemeliharaan Jalan X1 : Data Historis Kerusakan Jalan X2 : Kondisi Drainase X3 : Lalu Lintas Harian X4 : Data Curah Hujan X5 : Ketrampilan Tenaga Kerja X6 : Kualitas Material.

3. METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Fokus penelitian ini adalah biaya pemeliharaan jalan provinsi di Kabupaten Sampang. Penelitian ini dilakukan pada semua jalan provinsi di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur sepanjang +/- 100 Kilometer, yaitu: 1. Link 223 dan link 224 (Bangkalan – Ketapang – Pamekasan) 2. Link 225 (Sampang – Ketapang) 3. Link 226 dan link 227 (Sampang – Omben – Pamekasan).

Data didapat dari Dinas Bina Marga Provinsi dan survei langsung ke Lapangan. Data-data pendukung lain diperoleh dan Dinas Pengairan Provinsi khususnya data mengenai Curah hujan tahunan di Wilayah Provinsi. Data Lalu Lintas Harian diperoleh dari Dinas Perhunbungan Kabupaten Sampang Populasi dan Sampel Populasi Penelitian ini adalah Jalan Provinsi Jawa Timur di wilayah UPT Bina Marga Pamekasan di Sampang, yaitu link 223, 224, 225,226 dan 227 sepanjang +/- 100 Kilometer. Penelitian ini mengunakan metode Sampel Jenuh, sehingga jumlah sampel yang digunakan sama dengan jumlah Jalan Provinsi Jawa Timur di wilayah UPT Bina Marga Pamekasan di Kabupaten Sampang.

Teknik Pengambilan Data Penelitian Teknik pengumpulan data yang dilakukan harus disesuaikan dengan jenis data yang diambil antara lain:

1. Data primer dikumpulkan dengan cara: Observasi (pengamatan) adalah pengamatan secara langsung terhadap kejadian-kejadian yang ditemukan di lapangan, kejadian ini dicatat dan didokumentasikan sebagai data penelitian.

2. Data sekunder dikumpulkan dengan cara: a. Mengumpulkan bahan-bahan atau laporan-laporan peneliti terdahulu yang pernah dilakukan. b. Membaca atau mempelajari literature-literatur atau catatan kuliah yang menjadi referensi dalam penelitian

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Instrumen Penelitian Nilai ttabel pada α=0,05 dan derajat kebebasan (db = n-2 = 44-2 = 42) adalah 1,682. Dengan metode uji korelasi Pearson Product Moment menurut hasil analisa SPSS untuk hasil kuisioner data kualitatif (variabel ketrampilan tenaga kerja dan variabel kualitas material) semuanya didapat nilai thitung = 𝑟√𝑛−2

√1−𝑟2 > ttabel; sehingga semua item

pertanyaan dalam kuisioner adalah valid untuk dijadikan instrumen penelitian.

Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung nilai Alpha Cronbach. Item kuisioner dalam uji reliabilitas adalah reliabel karena nilai Alpha Cronbach > 0,6; sehingga semua item pertanyaan dalam kuisioner adalah reliabel untuk dijadikan instrumen penelitian.

Page 7: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

4

Model Regresi Penelitian

Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisa Model Regresi Variabel Koefisien Regresi thitung Sig.

Konstanta 98,092 1,404 0,176 X1 94,652 4,958 0,000

X2 52,777 2,766 0,01

X3 38,615 2,373 0,028

X4 44,742 2,707 0,014

X5 -7,950 -0,680 0,504

X6 18,363 0,655 0,520

α = 0,05

R = 0,870

Koefisien Determinasi (R2)

= 0,756

Fhitung = 9,820

Ftabel = 2,59

Sumber: Data Penelitian diolah dengan SPSS Dari hasil analisa SPSS di atas diperoleh koefisien deteminasi (R2) sebesar 0,756, hal ini menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan jalan (Y) dipengaruhi sebesar 75,6% oleh ketujuh variabel yang diteliti. Sedangkan 24,4% sisanya dipengaruhi hal-hal yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan model regresi berikut: Y = 98,092 + 94,652X1 + 52,777X2 + 38,615X3 + 44,742X4 – 7,950X5 + 18,363X6

Dimana : Y : Biaya Pemeliharaan Jalan. X1 : Historis Kerusakan Jalan X2 : Kondisi Drainase X3 : Lalu Lintas Harian X4 : Data Curah Hujan X5 : Ketrampilan Tenaga Kerja X6 : Kualitas Material Interpretasi persamaan linier berganda tersebut adalah sebagai berikut: 1. a = 98,092 menyatakan bahwa jika variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan X7 tidak mengalami perubahan maka

nilai konsistensi Y sebesar 98,092 Juta Rupiah. Ini menunjukkan bahwa Biaya Pemeliharaan Jalan adalah 98,092 Juta Rupiah apabila tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel di atas.

2. b1 = 94,652 menyatakan bahwa jika terdapat kenaikan 1 kali tingkat data historis kerusakan jalan dan variabel lain 0, maka biaya pemeliharaan jalan kerja naik 94,652 Juta Rupiah.

3. b2 = 52,777 menyatakan bahwa jika terdapat kenaikan 1 kali tingkat kondisi drainase jalan dan variabel lain 0, maka biaya pemeliharaan jalan kerja naik sebesar 52,777 Juta Rupiah.

4. b3 = 38,615 menyatakan bahwa jika terdapat kenaikan 1 kali tingkat LHR dan variabel lain 0, maka biaya pemeliharaan jalan kerja naik sebesar 38,615 Juta Rupiah.

5. b4 = 44,742 menyatakan bahwa jika terdapat kenaikan 1 kali tingkat Curah Hujan dari sering menjadi kurang sering dan variabel lain 0, maka biaya pemeliharaan jalan kerja naik sebesar 44,742 Juta Rupiah.

6. b5 = – 7,950 menyatakan bahwa jika terdapat kenaikan 1 kali tingkat ketrampilan pekerja dan variabel lain 0, maka biaya pemeliharaan jalan kerja turun sebesar 7,950 Juta Rupiah.

7. b6 = 18,363 menyatakan bahwa jika terdapat kenaikan 1 kali tingkat kualitas material dan variabel lain 0, maka biaya pemeliharaan jalan kerja naik sebesar 18,363

Page 8: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

5

Penentuan Model Prediksi Berdasarkan hasil Regresi beserta Uji Asumsi Klasik Model Regresi, Uji F dan Uji t, tampak bahwa model regresi linier memenuhi syarat sebagai model yang menunjukkan hubungan antara variabel terikat dengan variabel-variabel bebasnya, dengan demikian bisa dijadikan model untuk memprediksi biaya pemeliharaan jalan provinsi. Dari koefisien hasil analisa SPSS di atas diperoleh koefisien deteminasi (R2) sebesar 0,756, hal ini menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan jalan (Y) dipengaruhi (dengan tingkat signifikansi) sebesar 75,6% oleh ketujuh variabel yang diteliti. Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan model prediksi sebagai berikut: Y = 98,092 + 94,652 X1 + 52,777 X2 + 38,615 X3 + 44,742 X4 – 7,950 X5 + 18,363 X6

5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rata-rata Biaya pemeliharaan Jalan Provinsi di Kabupaten Sampang sebesar Rp.786.616.000,- per-kilometer 2. Faktor Historis Kerusakan Jalan, Kondisi Drainase Jalan, Lalu Lintas Harian, data Curah Hujan, Ketrampilan

Tenaga Kerja dan Kualitas Material secara simultan memberi pengaruh signifikan terhadap Biaya Pemeliharaan Jalan Provinsi di Kabupaten Sampang yaitu sebesar 75,6%. Dengan Fhitung = 9,820 > Ftabel = 2,59.

3. Variabel pada penelitian ini yang berpengaruh paling dominan terhadap Biaya Pemeliharaan Jalan Provinsi di Kabupaten Sampang adalah faktor Historis Kerusakan Jalan dengan koefisien terbesar yaitu 94,65.

4. Strategi yang bisa digunakan dalam meminimalisir Biaya Pemeliharaan Jalan Provinsi adalah strategi jangka panjang yaitu menjaga agar kerusakan jalan tidak sering terjadi dengan salah satu cara paling penting adalah menjaga Drainase Jalan.

Saran 1. Untuk meminimalisir Biaya Pemeliharaan Jalan Provinsi adalah strategi jangka panjang yaitu menjaga agar

kerusakan jalan tidak sering terjadi dengan salah satu cara paling penting adalah menjaga Drainase Jalan. 2. Untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sama disarankan untuk menambah faktor-faktor yang

lain (yang berpengaruh sebesar 24,4%) selain ketujuh faktor yang diteliti dalam penelitian ini (yang berpengaruh sebesar 75,6%).

6. DAFTAR PUSTAKA Bina Marga. (1995). Pedoman Prosedur, SK No. 77/KTPS/db1990. Bina Marga. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. (1976). Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Standard

Spesifications for Geometric Design Of Rural Highways, No. 13/1970. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Jakarta.

Putranto, Edi H. D. (2008). Matematika Terapan. Bahan Kuliah tidak diterbitkan. Institut Teknologi Nasional Malang. Malang.

Rahmanto, Cahyo Fajar. (2003). Prediksi Tingkat Kerusakan Jalan untuk Rencana Anggaran Pemeliharaan Jalan Kabupaten. Tesis tidak diterbitkan. Institut Teknologi Nasional Malang. Malang.

Riduwan. (2010) Dasar-dasar Statistika. Alfabeta. Bandung. Riduwan dan Sunarto. (2010). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan

Bisnis. Alfabeta. Bandung. Rudianto. (2005). Metodologi Penelitian. Buku ajar tidak diterbitkan. Institut Teknologi Nasional Malang. Malang. Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. (2006). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Pustaka Setia. Bandung. Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bogor. Sukirman, Silvia. (1992). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova. Bandung: Suliyanto. (2009). Uji Asumsi Klasik Bahan ajar tidak diterbitkan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Wilujeng, Prihatin. (2008). Model Pembobotan Proiritas Pemeliharaan Jalan (Studi Kasus Proyek Pemeliharaan

Jalan di Kota Malang). Tesis tidak diterbitkan. Institut Teknologi Nasional Malang. Malang

Page 9: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

6

Page 10: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

6

PENGARUH PENGGUNAAN BATU PECAH JAWA & BATU PECAH MADURA TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG

Taurina Jemmy Irwanto, Adi Wijaya

Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Madura

[email protected]

ABSTRAK

Tolak ukur yang umum dari suatu beton adalah kuat tekan dan kuat lenturnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan dan lenturnya adalah ukuran agregat halus, semen dan agregat kasar yang sangat berpengaruh dalam kuat tekan dan lentur dari beton tersebut. Untuk itu penggunaan kerikil/batu pecah madura pada campuran beton struktur seperti halnya balok beton beton bertulang perlu diteliti untuk diketahui kekuatan balok beton bertulang dengan dimensi 15 x 15 x 60 cm yang membandingkan penggunaan batu pecah jawa dan batu pecah madura menggunakan tulangan Ø8 mm dan tulangan sengkang Ø6 mm dan mutu beton K-250, jumlah sampel 12 buah dengan masing – masing 6 sampel campuran batu pecah Jawa dan 6 sampel lainnya campuran batu pecah Madura. Dari hasil pengujian didapat beberapa hasil diantaranya beban maksimum, dan kuat lentur yang terjadi saat diberikan pembebanan pada sampel balok, dari hasil pengujian balok beton dengan perbandingan batu pecah Jawa dan batu pecah Madura terjadinya beban maksimum (Pn) batu pecah jawa 75 kN dengan beban pada saat keruntuhan awal (Pcr) sebesar 34 kN dengan kuat lentur (Mn) mencapai 9057,478 kgcm, lebih besar dari batu pecah Madura yang hanya mencapai beban maksimum sebesar 69 kN dengan beban pada saat keruntuhan awal (Pcr) sebesar 34 kN dengan kuat lentur (Mn) mencapai 8931,093 kgcm, sehingga dalam penelitian ini balok dengan campuran batu pecah jawa lebih kuat menahan lentur dibandingkan dengan balok campuran batu pecah madura.

Kata kunci : Agregat Kasar, Beban Maksimum, Keruntuhan Awal, Kuat Lentur.

1. PENDAHULUAN Pada masa-masa mendatang beton akan sangat dibutuhkan dikarenakan beton memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis konstruksi yang lain. Salah satu keunggulan beton yaitu biaya pembuatan beton yang relatif mudah diperoleh yaitu batu pecah, pasir, air dan semen, tanpa mengesampingkan mutu dan kekuatan beton. Dimana kekuatan beton tidak terlepas dari jenis dan gradasi bahannya. Agregat kasar dan halus yang digunakan di pulau madura didatangkan dari pulau jawa, sedangkan dari segi kuwantitas kerikil Madura mempunyai potensi yang besar karena jumlahnya cukup banyak, mengingat sebagian dari pulau Madura terdiri dari bukit batu. Pemanfaatan batu pecah lokal pada campuran beton struktural seperti halnya balok beton bertulang perlu diketahui nilai keruntuhan awal (Pcr) pada saat retak pertama terjadi, beban maksimum (Pn) pada saat belok mengalami keruntuhan dan nilai momen maksimum (Mn) yang bisa dicapai oleh balok beton bertulang. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan di laboratorium terhadap balok beton bertulang dengan dimensi 15 x 15 x 60 cm, mutu beton K250 yang diuji menggunakan loading frame dengan tumpuan di dua sisi seperempat bentang balok. Setelah pengamatan dilkukan selanjutnya dilakukan perhitungan nilai momen lentur yang bisa dicapai untuk masing – masing balok beton yang menggunakan batu pecah jawa dan batu pecah madura. 2. LANDASAN TEORI Penelitian Terdahulu Penelitian tentang balok beton menggunakan agregat kasar Madura telah dilakukan, antara lain oleh See Jen, Tjwa Kim Song (2001). See Jen, Tjwa Kim Song melakukan penelitian yang mengamati agregat kasar dari Madura. Dari penelitian See Jen, Tjwa Kim Song Untuk melihat kemungkinan penggunaan krikil Madura sebagai agregat kasar beton, telah dilakukan penelitian kekuatan terhadap kerikil Madura yang berasal dari Paterongan, Torjun, dan Omben. Meskipun secara umum dapat dikatakan sifat-sifat fisik kerikil tersebut mendekati sama dengan kerikil dari Mojokerto atau Pasuruan dan memenuhi syarat SNI, ACI, ASTM maupun BS, hanya krikil dari Torjun yang memenuhi syarat kepipihan. Modulus kehalusan kerikil tersebut juga tidak memenuhi syarat SNI walaupun masih memenuhi syarat BS. Penggunaan kerikil Paterongan, Torjun, dan Omben untuk mix design 225 kg/cm2 ternyata di bawah target yang diharapkan, sehingga kerikil Paterongan dan Omben direkomendasi hanya untuk beton rabat, sedangkan kerikil dari Torjun kemungkinan masih bisa digunakan untuk beton struktur dengan perbaikan gradasi.

Page 11: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

7

Penelitian pengaruh penggunaan batu pecah jawa dan batu pecah madura terhadap beton juga telah dilakukan Ach. Fauzi (2013), menyatakan bahwa dari pengolahan data dapat diketahui, bahwa sampel beton yang menggunakan batu pecah Jawa memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan batu pecah Madura, dimana persentase perbedaan kuat tekan tersebut bervariasi sesuai mutu yang direncanakan mulai dari (-9,34%) persentase terkecil yaitu pada campuran beton f‟c 3 dan persentase terbesar (-17,94%) pada campuran beton f‟c 1. Agregat Menurut Susilorini R dan Suwarno D, (2001) agregat ialah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat yang baik seharusnya memiliki bentuk beragam (bulat atau mendekati kubus) selain itu agregat yang dipakai harus bersih dari kotoran, kuat, keras dan gradasinya baik, agregat juga mempunyai kestabilan kimiawi yang tahan aus dan tahan cuaca selain itu kekuatannya harus melebihi pasta semen.yang mengeras. Dalam praktek agregat pada umumnya dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Batu, untuk butiran lebih dari 40 mm 2. Kerikil untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm. 3. Pasir, untuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm. Agregat juga diperlukan dalam pembuatan beton, digolongkan menjadi 2 jenis, berdasarkan ukuran butirannya, Agregat yang mempunyai ukuran butir lebih besar daripada 4,75 mm yaitu berupa kerikil dan batu pecah, sedangkan agregat yang mempunyai butir lebih kecil daripada 4,75 mm yaitu berupa pasir alami dan buatan. Bedasarkan Peraturan Beton Indonesia (PBI) (1997) syarat agregat kasar adalah: 1. Agregat kasar pada umumnya lebih dari 5 mm. 2. Harus berbutir keras dan tidak berpori 3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering. 4. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton seperti alkali. 5. Butirnya harus bervariasi, dan lain sebagainya. Pada agrget halus Peraturan Beton Indonesia (PBI) (1997) harus memenuhi syarat Berupa pasir yang berfungsi sebagai bahan pengisi, harus bebas dari bahan organik dan lempung. Tersaring dalam ukuran 4-100. gradasi berukuran n<100 dapat merusak campuran beton. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat kering Beton Beton adalah suatu material yang terbentuk dari campuran mortar (campuran antara semen, air dan fine aggregat) dengan agregat kasar (coarse aggregat), yang bisa ditambahkan suatu bahan additive tertentu sesuai kebutuhan untuk mencapai kinerja (performance) yang diinginkan. Karena kondisi bahan campurannya yang sebagian besar bersifat alami sehingga tidak homogen, maka beton merupakan suatu material yang bersifat heterogen secara internal. Beton, yang terdiri dari campuran semen portland, aggregat halus, aggregat kasar, dan air sebagai material bangunan masih mempunyai segi yang kurang menguntungkan. Hal ini harus dipahami oleh para perencana dan konstruktor, karena pengertian akan hal ini dapat mencegah kesulitan-kesulitan dalam segi pembiayaan bangunan, dan juga terhadap kelemahan konstruksi lainnya, pelayanan, dan umur dari bangunan. Balok Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser. Beton hanya mempunyai elastisitas yang sedikit berbeda dengan kayu atau baja yang mempunyai kelenturan yang cukup besar. Balok beton terlentur beton bertulang lebih sering didesain untuk memikul momen lentur dengan menggunakan penampang bertulangan ganda, sebab ditinjau dari mekanisme lentur penampang bertulangan ganda mempunyai daktilitas yang lebih besar daripada penampang bertulangan tunggal. Balok beton bisa retak ketika menahan momen lentur. Sewaktu serat bawah tertarik (momen positif), beton sebenarnya bisa menahan tegangan tarik tersebut, tetapi seperti kita ketahui bahwa kuat tarik beton sangat kecil. Perilaku keruntuhan yang dominan pada struktur balok pada umumnya adalah lentur, tentu saja itu akan terjadi jika rasio bentang (L) dan tinggi balok (h) cukup besar. Jika rasio L/h kecil maka digolongkan sebagai balok tinggi (deep beam), keruntuhan geser dominan. Balok Lentur Batang-batang struktur baik pada balok harus memiliki kekuatan, kekakuan dan ketahanan yang cukup sehingga dapat berfungsi selama umur layanan struktur tersebut. Dalam mendesain batang tarik yaitu balok baja harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang diperlukan untuk menanggung beban layanan, yakni balok harus memiliki kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan kekuatan (understrength). Kelebihan beban dapat terjadi akibat perubahan fungsi balok, terlalu rendahnya taksiran atas efek-efek beban karena penyederhanaan yang berlebihan dalam analisis strukturalnya, dan akibat variasi-variasi

Page 12: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

8

dalam prosedur konstruksinya. Momen lentur berkaitan dengan gaya geser karena gaya geser merupakan turunan pertama momen lentur terhadap jarak. Kuat Lentur Balok Beton Kekuatan dari suat balok beton polos yang dinamakan sebagai momen Mcr dicapai apabila serat tarik maksimum dari beton mencapai modulus runtuh (modulus of rapture) fr. Untuk beton ringan peraturan ACI memberikan rumus. Fr = 7,5 √f’c, menurut Wang, C.K, Salmon, W.G, 1998dengan memandang beton polos (tanpa tulangan) sebagai bahan yang elastis homogen, mak rumus lentur memberikan Mcr

Mcr yt

frx lg

Dimana : Lg = momen inersia dari penampang kotor beton Y = jarak dari garis netral ke serat tarik ekstrim Seperti telah disebutkan diatas bahwa struktur balok dibebani dengan dua beban terpusat akan menghasilkan momen maksimum sebagai berikut M = P x a,Maka dapat diperkirakan besarnya beban yang mengakibatkan retak pertama kali (Pcr) dengan menggunakan persamaan

Pcr = a

Mcr

Secara statika bila sebuah penampang persegi beton bertulang dengan tulangan tunggal menerima beban lentur murni pada saat stadium keruntuhan akan ditunjukan pada gambar dibawah ini (Vis dan Gideon K, 1993 : 46 dan Istimawan D, 1994). Dari kesetimbangan gaya – gaya arah horisontal dan momen sebagai berikut (Standart SK SNI T – 15 – 1993 – 03 ; Vis dan Gideon K, 1993 : 46), maka keruntuhan lentur penampang beton bertulang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut, dengan catatan a = β.c, Untuk f’c ≤ 30 Mpa (300 kg/cm2) berlaku β = 0,85 dan untuk f’c = 35 Mpa (350 kg/cm2) berlaku β = 0,81 sehingga

Mn = Cc x (d – 0,5 . a ) atau Mn = Ts (d – 0,5 . a) 3. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Madura. Pada penelitian ini, pembuatan benda uji berupa balok beton dengan ukuran 15 x 15 x 60 cm dengan menggunakan tulangan utama Ø8 mm dan tulangan sengkang Ø6 mm yang dibebani menggunakan loading frame selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap awal keruntuhan balok yang ditandai retakan pertama yang terjadi dan keruntuhan balok saat beban maksimum tercapai. Adapun jumlah benda uji dibuat berdasarkan hasil mix design beton normal K250 yang menggunakan batu pecah jawa dan batu pecah madura sebagai berikut :

Tabel.1 Jumlah Benda UJi Mutu Beton Jenis Agregat Umur Beton Jumlah Sampel Jenis Pengujian

K-250 Madura 14 3 Kuat Lentur 28 3

K250 Jawa 14 3 Kuat Lentur 28 3 Prosedur Pengujian Kuat Lentur 1. Pelaksanaan uji kuat lentur mengacu pada pedoman pengujian manual book MBT. Benda uji diletakkan di atas

dua buah tumpuan (flexure) dengan jarak antar tumpuan 11,5 cm. diantara tumpuan diberi beban pembagi, sehingga balok seolah-olah dibagi menjadi 3 bagian.

2. Proses selanjutnya dilakukan dengan jalan mengayun tuas pada hydraulic concrete beam secara konstan dengan kecepatan yang sama dan berulang-ulang hingga balok hancur.

3. Baca dan catat beban maksimum pada saat balok di uji sampai runtuh.

Page 13: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

9

Diagram Alir Penelitian Skema diagram alir yang dilakukan pada penelitian ini secara lengkap bisa dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

Start

Pembuatan benda uji Balok beton bertulang dengan dimensi = 15 x 15 x 60 cm

Perencanaan mix desain beton K250, pembuatan sampel dan uji tekan silinder beton

Pengujian dan pengumpulan data

Analisa data pengamatan dan perhitungan

Kesimpulan dan saran

selesai

Persiapan bahan, alat pengujian dan pembuatan

sampel

Pengujian agregat kasar dan halus

Page 14: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

10

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perencanaan Campuran Beton. Beton merupakan campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air sebagai pengikatnya. Berdasarkan kebiasaan yang ada di lapangan campuran beton yang biasa digunakan 1Pc (Semen) : 2Psr (Pasir) : 3Kr (Kerikil). Menurut SNI 2002, Kebutuhan koefisien campuran per meter kubik adalah 336kg Pc : 0,54m3 Psr : 0,81m3 Kr. Sehingga dari kedua koefisien tersebut didapat sebuah campuran beton 336kg Pc : 672kg Psr : 1008kg Kr per meter kubiknya. Dari beberapa percobaaan sebelumnya, untuk menghindari hilangnya beton pada waktu pengecoran diambil Safety Factor (SF) = 1,2. Akan tetapi dikarenakan 1,2 masih kebanyakan maka diputuskan mengambil nilai SF = 1,15 sehingga volume beton yang diaduk dikalikan dengan SF. Hasil Uji Kuat Tekan Silinder Hasil pengujian kuat tekan beton silinder, menghasilkan kuat tekan maksimum adalah 25 Mpa, hasil selanjutnya dapat dilihat pada table berikut :

Tabel. 2 uji kuat tekan silinder beton

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa nilai kuat tekan silinder dari batu pecah Madura dan batu pecah Jawa, layak dan memenuhi untuk mutu beton K-250. Dimana untuk batu pecah Madura di dapat kuat tekan Rata-Rata : 249,9 KN, dan untuk batu pecah jawa didapat kuat tekan Rata-Rata : 253,4 KN. Hasil Uji Kuat Lentur Hasil pengujian kuat lentur balok beton dengan batu pecah jawa dan batu pecah Madura. Pengujian kuat lentur akan mendapatkan besarnya lendutan dan beban yang di baca pada hydraulic concrete beam. Pengujian kuat lentur dilakukan pada saat balok beton berumur 28 hari.

Gambar 1 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Batu Pecah Jawa

1. Dari pengujian kuat lentur balok beton bertulang dengan campuran batu pecah Jawa sampel 1 dengan variasi

umur beton 28 hari, Setelah balok mengalami lentur, keruntuh kritis yaitu di beban 35KN, dan pada saat balok runtuh dibeban 43KN. Pada balok beton bertulang dengan campuran batu pecah Jawa sample 1 ini memiliki kuat lentur sebesar 8148,47 Kg cm. Pada balok ini mengalami keruntuhan lentur.

2. Sampel 2 setelah balok mengalami momen lentur, keruntuhan kritis yang pertama dibeban 29KN, dan balok runtuh dibeban 37KN. Pada balok beton bertulang dengan campuran batu pecah Madura sampel 2 ini memiliki kuat lentur sebesar 8064,48 Kg cm. Pada balok ini mengalami keruntuhan geser.

3. Sampel 3 setelah balok mengalami lentur, kerunuthan kritis pertama dengan beban 34 KN, balok runtuh dibeban 75KN, Pada balok beton bertulang dengan campuran batu pecah Madura sampel 3 ini memiliki kuat lentur sebesar 8369,45 Kg cm. Pada balok ini mengalami keruntuhan geser.

8.14847 8.06448 8.36945

4337

75

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3

momen nominal beban maksimum

BEB

AN

MA

KSI

MU

M (

P)

No Jenis Batu

Umur Berat P Tegangan rata – rata fcr’(kg/cm2) (Kg) (KN)

1 Madura 7 12,380 288 249,9 2 Madura 7 12,250 278

3 Madura 7 12,310 295

1 Jawa 7 12,130 297 253,4 2 Jawa 7 12,330 286

3 Jawa 7 12,320 290

Page 15: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

11

Gambar 2 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Batu Pecah Madura

1. Pada kasus kuat lentur balok beton bertulang dengan campuran batu pecah Madura sampel 1 dengan variasi

umur beton 28 hari, Setelah balok mengalami lentur, keruntuhan pertama atau runtuh kritis yaitu dengan beban 35KN, dan balok runtuh dibeban 69KN, pada balok beton bertulang dengan campuran batu pecah jawa sampel 1 ini memiliki kuat lentur sebesar 8343,63 Kg cm. Pada balok ini mengalami keruntuhan lentur.

2. Sampel 2 setelah balok mengalami lentur, keruntuhan pertama atau runtuh kritis yaitu dibeban 35KN , dan balok runtuh dibeban 60KN, pada balok beton bertulang dengan campuran batu pecah jawa sampel 2 ini memiliki kuat lentur sebesar 8295,22 Kg cm. Pada balok ini mengalami keruntuhan lentur.

3. Sampel 3 setelah balok mengalami lentur, keruntuhan pertama atau runtuh kritis dibeban 15KN, dan balok runtuh dibeban 35KN. pada balok beton bertulang dengan campuran batu pecah jawa sampel 3 ini memiliki kuat lentur sebesar 8030,08 Kg cm. Pada balok ini mengalami keruntuhan lentur.

Perbandingan Nilai Kuat Lentur Balok Beton Bertulang dengan Agregat Jawa dan Agregat Madura Dari hasil uji loading frame terhadap model balok beton bertulang yang menggunakan agregat kasar jawa dan agregat kasar madura, diperoleh sebagai berikut ;

Tabel 3 Beban momen maksimum yang terjadi pada balok umur 28 hari

Benda Uji Sampel Beban (KN) KUAT LENTUR (Kg cm) Jenis Keruntuhan

Madura 28 HARI 1 69 8343,63 Kg cm LENTUR 2 60 8246,19 Kg cm LENTUR 3 52 8238,12 Kg cm LENTUR

Jawa 28 HARI 1 43 8148,47 Kg cm LENTUR 2 37 8064,48 Kg cm GESER 3 75 8369,45 Kg cm GESER

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa benda uji balok beton bertulang dengan campuran batu pecah

madura umur 28 hari memilki beban maksimum mencapai 69 KN dengan kuat lentur 8343,63 Kg cm dari sample yang pertama, pada sampel kedua beban maksimum mengalami penurunan di bandingkan sampel pertama yaitu mencapai 60 KN dengan kuat lentur 8246,19 Kg cm, dan pada sample selanjutnya yaitu sampel ke tiga terjadi beban maksimum sebesar 52 KN dengan kuat lentur 8238,12 Kg cm.

Untuk benda uji balok beton bertulang dengan campuran batu pecah jawa umur 28 hari memiliki beban maksimum mencapai 75 KN dengan kuat lentur 8369,45 Kg cm hal ini terjadi pada sampel ke tiga, di ikuti pada sample ke satu yang beban maksimumnya mencapai 43 KN dengan kuat lentur 8148,47 Kg cm, dan pada sampel tiga selanjutnya beban maksimumnya mencapai 37 KN dengan kuat lentur 8064,48 Kg cm.

Dari tabel diatas, didapat balok beton campuran batu pecah jawa memiliki beban maksimum sebesar 75 KN dengan kuat lentur 8369,45 Kg cm pada sampel balok ketiga dengan variasi umur 28 hari, dibandingkan dengan balok beton campuran batu pecah madura memiliki beban maksimum yang hanya mencapai 69 KN dengan kuat lentur 8343,63Kg cm. Hal ini disebabkan pada perhitungan momen nominal balok, balok beton campuran batu

8.34363 8.29522 8.03008

6960

52

0

20

40

60

80

1 2 3

momen nominal beban maksimum

BEB

AN

MA

KSI

MU

M (P

)

Page 16: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

12

pecah jawa memiliki mutu beton yang lebih tinggi dibandingkan dengan balok beton campuran batu pecah madura, dengan begitu mutu beton mempengaruhi kemampuan balok beton dalam menahan beban runtuh (Pn). Analisa Perhitungan Keruntuhan Awal (Pcr) dan Beban Maksimum (Pn) Selain pengamatan juga dilakukan analisa perhitungan untuk menentukan keruntuhan awal / beban kritis terjadi, dan beban maksimum disaat keruntuhan lentur terjadi didapat hasil perhitungan sebagai berikut ;

Tabel 4 Hasil perhitungan menentukan Pcr dan Pn

Perbandingan hasil perhitungan Pcr dan Pn antara balok beton bertulang yang menggunakan campuran beton dengan agregat kasar jawa dan agregat kasar madura , disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 5 Perbandingan keruntuhan awal/beban kritis (Pcr) dan Keruntuhan Lentur/beban maksimum Kode Sampel Jenis Keruntuhan Perhitungan Pengamatan

Balok Madura Keruntuhan Awal (Pcr) 23 KN 35 KN Balok Runtuh (Pn) 76 KN 69 KN

Balok Jawa Keruntuhan Awal (Pcr) 23 KN 34 KN Balok Runtuh (Pn) 78 KN 75 KN

Dari tabel dapat dilihat secara keseluruhan bahwa dari segi kekuatan balok beton bertulang, perbandingan antara beban yang diterima oleh dua buah benda uji, untuk balok batu pecah madura dari hasil perhitungan nilai (Pcr) didapat 23 KN, dan untuk hasil pengamatan nilai (Pcr) didapat 35 KN, untuk nilai beban maksimum (Pn) hasil perhitungan didapat 76 KN, dan untuk hasil pengamatan didapat 69 KN lebih kecil dari hasil perhitungan. Untuk

Page 17: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

13

balok uji batu pecah jawa dari hasil perhitungan nilai (Pcr) didapat 23 KN, untuk hasil pengamatan didapat 34 KN lebih besar dari hasil perhitungan, untuk nilai beban maksimum (Pn) hasil perhitungan didapat 78 KN, dan untuk hasil pengamatan didapat 75 KN, untuk itu dari hasil perhitungan dan pengamatan beban yang diterima dari awal terjadinya keruntuhan (Pcr) sampai terjadinya beban maksimum (Pn) keruntuhan pada balok, dapat dilihat bahwa pada keruntuhan lentur beban maksimum didapat selisih yang signifikan antara perhitungan dan pengamatan dikarenakan pada keruntuhan lentur ini retak awal yang terjadi pada sangat halus sehingga mempengaruhi hasil pengamatan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang kami lakukan selama di laboratorium Beton dengan campuran batu pecah Jawa ternyata memiliki beban maksimum lebih tinggi dari pada beton campuran batu pecah Madura, dengan batu pecah jawa yang mencapai beban maksimum 75KN dengan momen nominal (kuat lentur) 9057,478 Kg/cm, dari pada balok beton campuran batu pecah madura yang hanya mencapai beban maksimum 69KN dengan momen nominal (kuat lentur) 8931,093 Kg/cm, Hal ini terjadi pada umur 28 hari. Balok beton campuran batu pecah Jawa memiliki kuwalitas lebih tinggi menahan kuat lentur di bandingkan batu pecah Madura. Saran Berikut adalah saran untuk penelitian lebih lanjut agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik : Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait balok beton campuran batu pecah Madura dan Jawa, dari umur 7

hari sampai 28 hari dengan jarak yang lebih dekat. Digunakan lebih dari 3 sample balok pada setiap masing – masing jenis balok untuk keakuratan data yang lebih

teliti. Pemasangan balok dibawah tumpuan beban harus benar – benar sentris, agar hasil penelitian lebih tepat. 6. DAFTAR PUSTAKA Buku Peraturan SK. SNI. T – 15 – 1990 – 03. (1990)Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran beton Normal.

Jakarta Peraturan American Society for Testing Materials (ASTM) C 33-93. (1993). Standard Spesification for Concrete

Aggregates. Setyanegara, Evan & Stefanus, Adhitya S. Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekang Jaring –

Jaring Nylon. Cahyono, Bagus (2011). Kajian kuat lentur beton kertas (papercrete) dengan bahan tambah serat nylon. Fauzi, Ahmad (2013). Pengaruh penggunaan batu pecah madura dan batu pecah jawa terhadap kuat tekan beton. Supriyatna, Yatna. (2007). Analisa kuat lentur pada beton K-300 Yang dicampur dengan tanah kohesif. Irwanto, Taurina Jemmy (2006). Pengaruh Penambahan fly ash Terhadap Pola Keruntuhan Balok Beton Bertulang

Tanpa Tulangan Geser Beragregate Pumice (batu apung).

Page 18: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

14

PENGARUH KUALIFIKASI KONTRAKTOR TERHADAP KUALITAS PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN PAMEKASAN

Romy Mixta Prasetya

Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pamekasan, Jl. Jokotole No. 143 Pamekasan [email protected]

ABSTRAK

Pada era globalisasi seperti sekarang ini dan dengan adanya Perpres No. 70 Tahun 2012 yang merupakan perubahan kedua dari Perpres No. 54 Tahun 2010, pengadaan barang dan jasa dilakukan oleh lembaga yang bernama Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sehingga semua kontraktor baik lokal maupun luar daerah dapat mengikuti pelelangan pada suatu daerah. Hal ini menimbulkan persaingan diantara kontraktor lokal Kabupaten Pamekasan maupun dari luar Kabupaten Pamekasan. Pihak kontraktor dituntut harus meningkatkan kualifikasi, kemampuan modal, peralatan dan personil untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. Kualitas pekerjaan kontraktor ditunjukkan oleh tiga indikator yaitu : tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya. Dalam industri jasa konstruksi komponen–komponen yang mendukung kualitas pekerjaan adalah kualifikasi kontraktor yang memiliki modal, sumber daya peralatan, sumber daya manusia, dan pengalaman perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kualifikasi kontraktor terhadap kualitas pekerjaan kontraktor di Kabupaten Pamekasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa Korelasi Berganda dan Analisa Regresi terhadap jawaban pada kuesioner yang disebarkan kepada 20 Responden dari pihak Kontraktor dan Pihak Pemerintah/Owner yang terlibat dalam proyek pembangunan di Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengarui secara signifikan terhadap kualitas pekerjaan kontraktor adalah : Legal (X1) dengan nilai koefisien ß sebesar 0,214. Teknis (X2) dengan nilai koefisien ß sebesar 0,522. Keuangan (X3) dengan nilai koefisien ß sebesar 1,287. Administrasi (X4) dengan nilai koefisien ß sebesar 0,095. Faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas pekerjaan kontraktor adalah Keuangan (X3). Strategi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memperkuat struktur permodalan yang bisa dilakukan dengan melakukan pinjaman ke bank, mengambil uang muka dan mengatur cashflow dengan baik.

Kata Kunci : Kualifikasi Kontraktor, Kualitas Pekerjaan Kontraktor

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era pembangunan sekarang ini peranan jasa konstruksi sangat penting untuk menunjang suksesnya pembangunan nasional. Jasa konstruksi juga memiliki peranan penting dalam perekonomian negara karena mampu memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto. Peningkatan jumlah perusahaan ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualifikasi dan kinerjanya, yang dapat dilihat dari kualitas pekerjaan, ketepatan waktu penyelesaian pelaksanaan, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya personil, modal, dan teknologi dalam penyelengaraan jasa konstruksi belum sebagaimana yang diharapkan (Undang-undang RI No.18 Tahun 1999: Tentang Jasa Konstruksi). Dengan tidak dibatasinya keikutsertaan penyedia jasa dari luar daerah (Perpres No. 70 Tahun 2012: Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) maka mengakibatkan adanya kemungkinan kontraktor lokal tidak akan mendapatkan pekerjaan konstruksi, dengan kemampuannya yang terbatas baik kemampuan modal, peralatan dan personil untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. Bila dibandingkan dengan kontraktor yang berasal dari luar propinsi/kabupaten/kota yang pada umumnya lebih unggul memiliki kemampuan modal, keunggulan teknologi, tenaga yang profesional, pengalaman kerja, serta kualitas pekerjaan yang lebih baik.

Page 19: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

15

Demikian juga Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor : 11 Tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi bagi kontraktor untuk penetapan gred dan kompetensi usaha jasa pelaksana konstruksi yang dinilai adalah: (1) Keuangan, yaitu kekayaan bersih dan keamampuan keuangan saat seluruh paket yang dikerjakan; (2) Kemampuan Personalia, yaitu Penanggung jawab badan usaha, Penanggung jawab bidang dan penanggung jawab teknik ; (3) Pengalaman perusahaan. Peraturan Presiden yang telah dikemukakan di depan, tentu dapat menimbulkan permasalahan. Permasalahan yang sering terjadi di dunia jasa usaha kontraktor pada umumnya adalah strategi untuk mendapatkan proyek. Oleh karena itu, untuk memenangkan persaingan, maka setiap perusahaan harus dapat meningkatkan kemampuan sumber daya yang berhubungan dengan jasa konstruksi untuk mendapatkan nilai tambah. Karena untuk memenangkan persaingan, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh kontraktor yaitu: Pengalaman kerja, kemampuan keuangan, dan kemampuan teknis yang mendukung kualitas pekerjaan pada pelaksanaan proyek konstruksi. Kriteria kualitas pada setiap perusahaan tidak sama, demikian pula masing- masing konsumen memiliki kriteria yang berbeda terkait dengan kualitas. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk dan bebas dari kekurangan atau kerusakan (Gaspersz, 2005 dalam Surya, 2011). Dalam industri jasa konstruksi komponen–komponen yang mendukung kualitas pekerjaan adalah kualifikasi kontraktor yang memiliki modal, sumber daya peralatan, sumber daya manusia, dan pengalaman perusahaan. Berdasarkan hasil pengamatan awal, masih ada kesan dari pihak pengguna anggaran/pejabat pembuat komitmen (Pemilik Proyek/Owner) dan konsultan perencana/pengawas bahwa masih banyak kelemahan pada kontraktor di Kabupaten Pamekasan dalam menyelesaikan proyek konstruksi seperti : Pimpinan perusahaan kurang memiliki pengalaman dan pengertian tentang konstruski serta tidak memiliki pengetahuan tentang masalah keuangan dan manajemen perusahaan, tingkat pendidikan yang kebanyakan tamatan SMU, tidak banyak memiliki modal dasar, tenaga ahli perusahaan tidak memiliki sertifikasi ketrampilan kerja dan sertifikasi keahlian kerja dan sering tidak berada di lokasi proyek, peralatan kerja kurang memadai. Sedangkan dari segi kualitas, waktu pelaksanaan sering terlambat dan hasil pekerjaan sering menyimpang dari spesifikasi teknik yang telah ditetapkan oleh pihak owner (pemilik proyek).

2. LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Kualitas Beberapa pendapat dan teori tentang manajemen kualitas yang disampaikan beberapa pakar dalam bidang manajemen, diantaranya adalah sebagai berikut: W. Edwards Deming mengutarakan bahwa kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus menerus. Seluruh komponen yang terlihat dalam pencapaian kualitas merupakan suatu komuniti yang saling memberi dukungan atau Bottom-Up (Suardi, 2003, dalam Surya, 2011), proses ini sering disebut siklus Deming yaitu Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), Check (Pemeriksaan) dan Action (Tindakan). Philip B. Crosby mengedepankan bahwa kualitas adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Standar kualitas meliputi meterial, proses produksi dan produksi jadi (Nasution, 2005, dalam Surya, 2011). Crosby juga memandang masalah kualitas dengan membagi 4 langkah yaitu Pemenuhan persyaratan (Conformance), Pencegahan timbulnya cacat (Prevention of Defects), Bebas cacat (Zero Defects), dan tolok ukur kualitas (Performance Measurement). Empat langkah yang dikemukakan oleh Philip B. Crosby adalah merupakan rangkaian Top-Down (Suardi, 2003, dalam Surya, 2011) untuk mencapai kualitas yang diharapkan konsumen. Kebutuhan dan keinginan konsumen harus dikenali terlebih dahulu sebelum melakukan proses produksi, didalam proses harus menghindari terjadinya kesalahan yang akan meningkatkan biaya dan waktu. Dari proses ini memerlukan tolok ukur yang digunakan sebagai pedoman dan secara terus menerus ukuran kualitas akan meningkat. Joseph M. Juran mengutarakan bahwa kualitas berarti kecocokan/kesesuain penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Konsep Juran mempengaruhi perjalanan kualitas yang dijadikan sebagai tolok ukur pada dunia industri. Manajemen perusahaan yang sadar akan kualitas memberikan pelayanan yang terbaik akan terus mencari bentuk peningkatan kualitas. Konsep inilah yang umum digunakan pada industri jasa konstruksi yang memiliki proses yang unik dan berbeda dengan industri manufaktur. Industri jasa konstruksi lebih mengutamakan ketrampilan sumber daya manusia

Page 20: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

16

sedangkan manufaktur melakukan proses mengutamakan alat/mesin didalam mencapai hasil akhir. Sehingga sering diistilahkan ”hand made” karena hampir 70 % masih mengandalkan keterampilan manusia. Teori Juran sangat relevan dengan kondisi pelaksanaan proyek karena menekankan pada tiga unsur yang sangat penting dan satu dengan yang saling berkaitan. Manajemen Proyek Proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Dari pengertian tersebut maka pokok dari proyek adalah (Soeharto, 1995): 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. 2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan yang telah ditentukan. 3. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas dari awal dan akhis ditentukan dengan

jelas. 4. Non rutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. Proyek konstruksi adalah salah satu bentuk dari proyek yang memiliki komponen utama yang terdiri dari pengkajian kelayakan, rekayasa desain, pengadaan dan konstruksi. Proyek macam ini misalnya: pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industri dan sebaginya (Suharto, 1995). Karakteristik Kontraktor Kemampuan suatu organisasi perusahaan dalam menentukan posisi untuk meraih kesuksesan, tergantung pengelolaan dan karakter sumber daya yang dimiliki kontraktor sebagai keunggulan kompetitif dalam meningkatkan kualitas perusahaan. Karakteristik suatu organisasi akan memberikan efek persaingan dalam memenangkan persaingan bisnis yang merupakan jawaban dalam pengembangan suatu bentuk usaha (Alwi, 2001, dalam Surya, 2011). Menurut Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun 2006, menerangkan bahwa karakteristik kontraktor yang berkaitan dengan kualifikasi bentuk badan usaha dalam meregistrasikan kembali badan usaha yang melaksanakan usaha jasa konstruksi. Dalam LPJK Nomor 11 Tahun 2006 Penggolongan kualifikasi badan usaha jasa pelaksana konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat kompetensi dan potensi kemampuan usaha terdiri kecil, menengah dan besar, kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko dan kriteria penggunaan teknologi. Penggolongan kualifikasi usaha jasa konstruksi dibagi dalam gred yaitu: Kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil terdiri dari : 1. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 2 adalah :

a. Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0 – 300 juta c. Memiliki kekayaan bersih 50 – 600 juta d. Penanggung jawab badan usaha 1 orang e. Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat ketrampilan kerja pengalaman 2

tahun f. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau

penunjukkan langsung g. Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak

membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli

2. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 3 adalah : a. Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0 – 600 juta c. Memiliki kekayaan bersih 100 – 800 juta d. Penanggung jawab badan usaha 1 orang e. Penganggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat ketrampilan kerja pengalaman 5 tahun f. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum pelelangan terbatas, pemilihan langsung

atau penunjukkan langsung g. Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak

membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli

Page 21: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

17

Korelasi Kualifikasi Kontraktor dengan Kualitas Pekerjaan Korelasi karakteristik kontraktor dengan kualitas pekerjaan merupakan korelasi dua variabel yang saling terkait dan saling mempengaruhi, oleh karena itu untuk mengetahui korelasi antar dua variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Uji Validitas, Reabilitas dan Interprestasi Hasil Penelitian Sebagaimana diketahui bahwa data mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi suatu penelitian, karena merupakan penggambaran variable yang diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena itu data dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan suatu instrumen yang dipakai dalam mengumpulkan data haruslah memenuhi persyaratan penting yaitu Validitas dan Reabilitas. Validitas Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi yaitu mengkorelasikan skor setiap butir dengan total variabel tersebut dengan menggunaakan teknik korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006 dalam I Wayan Surya, 2011)

rhitung = n(∑xy)−(∑x)(∑y)

√{𝑛∑𝑥2−(∑𝑥)2} {𝑛∑𝑦2−(∑𝑦)2} ............................................................ (2.1)

Dimana : rhitung = Koefisien Korelasi X = Variabel Bebas Y = Variabel Terikat n = Jumlah responden

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatip sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel 2.1 interpretasi Nilai r sebagai berikut

Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan 0.80 - 1,000 0,60 - 0,799 0,40 - 0,599 0,20 - 0,399 0,00 - 0,199

Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat Rendah Sangat Tendah

Sumber: Riduwan, 2006 Selanjutnya untuk mencari makna hubungan variable X terhadap Y maka hasil korelasi PPM tersebut dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

thitung = 𝑟√𝑛−2

√1−𝑟2 ............................................................................................ (2.2)

Dimana : thitung = Nilai t r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah sampel

Distribusi (Tabel t) untuk ά =0,05 dan derajat kebebasan (dk = n– 2) Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya t hitung < t tabel berarti tidak valid Reliabilitas Reabilitas adalah menunjukkan pada tingkat keterhandalan sesuatu yang dapat dipercaya dan dapat dihandalkan dengan menggunakan metode Alpha Cronbach’s, rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah (Arikunto, 2002) :

R11 = [ 𝑘

𝑘−1] [1 −

∑𝜎𝑏2

𝜎12 ] ............................................................................ (2.3)

Dimana : r11 = Reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan ∑𝜎𝑏

2 = jumlahnya varian butir 𝜎1

2 = Varian total Uji signifikasi dilakukan pada taraf signifikasi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r kritis product moment.

Page 22: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

18

Analisis Korelasi SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) SPSS merupakan paket software statistika untuk analisis data. Analisis korelasi adalah ukuran hubungan antara dua variabel terutama untuk variabel kuantitatif. Dalam SPSS, pembahasan tentang korelasi ditempatkan pada menu correlate, yang mempunyai submenu: 1. Bivariate pembahasan mengenai besar hubungan antara dua variabel. Koefisien korelasi bivariate/product

momen Pearson yaitu mengukur keeratan hubungan diantara hasil-hasil pengamatan dari pupulasi yang mempunyai dua varian. Perhitungan ini mensyaratkan bahwa populasi asal sampel mempunyai dua varian dan berdistribusi normal.Korelasi Pearson banyak digunakan mengukur korelasi data interval atau rasio.

2. Arti angka korelasi; ada dual hal dalam penafsiran korelasi a. Angka korelasi berkisar pada 0 (tidak ada korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna). Sebenarnya tidak ada ketentuan yang tepat mengenai apakah angka korelasi tertentu menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi atau lemah. Namun bisa dijadikan pedoman sederhana, bahwa angka korelasi diatas 0,5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedang di bawah 0,5 korelasi lemah. Selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda –(negatif) pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan, sedangkan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama.

3. Signifikan hasil korelasi Setelah angka korelasi didapat, maka bagian kedua dari output SPSS adalah menguji apakah angka korelasi yang didapat benar-benar signifikan atau dapat menjelaskan hubungan dua variabel. Hipotesis jika : Ho = tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variabel atau angka 0 H1 = ada hubungan antara dua variabel atau angka korelasi tidak 0 Uji dilakukan 2 sisi karena akan mencari ada atau tidak hubungan korelasi dan bukan lebih besar/kecil. Dasar pengambilan keputusan : a. Berdasarkan Probabilitas (Sig. (2-tailed)) jika probabilitas >0,05, maka Ho diterima dan jika probabilitas <

0,05, maka Ho ditolak. b. Berdasarkan tanda * yang diberikan SPSS . Signifikan tidaknya korelasi dua variabel bisa dilihat dari adanya

tanda * pada pasangan data yang dikorelasikan. Dan bila tidanya ada tanda * berarti tidak signifikan antara kedua variabel.

3. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Metode yang menjelaskan bahwa penelitian ditinjau dari hadirnya variabel saat terjadinya, serta menjelaskan variabel masa lalu dan sekarang disebut metode diskriptif. Kata deskriptif berasal dari Bahasa Inggris ”to describe” yang artinya menggambarkan atau membeberkan sehingga metode ini tepat digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, perusahaan sebagai obyek penelitian, yang bertujuan membuat deskriptif gambaran secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki, (Riduwan, 2004, dalam Surya, 2011). Berdasarkan pengertian tersebut diatas, penelitian yang dilakukan adalah kualifikasi kontraktor serta hubungan kualifikasi kontraktor terhadap kualitas pekerjaan proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pamekasan. Disamping itu latar belakang kualifikasi kontraktor juga memiliki kaitan yang erat dangan aspek legal, teknis, keuangan dan administrasi yang disajikan dalam bentuk tabel data hasil kuesioner. Tempat penelitian Penelitian ini bertempat di Kabupaten Pamekasan, khususnya pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang, Asosiasi Jasa Konstruksi : Gapensi, Gabpeknas dan Aspeksindo. Jenis dan Sumber Data Jenis Data Untuk mendapatkan tujuan akhir dari penelitian, maka data utama yang diperlukan adalah data kualifikasi kontraktor, data kualitas pekerjaan dan data penilaian atas pekerjaan proyek. 1. Data primer

Yaitu data yang diperoleh dari responden dengan mendistribusikan kuesioner atau wawancara langsung kepada kontraktor, dan pemilik proyek.

2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari literatur- literatur dan media yang berhubungan langsung dengan obyek yang diteliti.

Page 23: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

19

Sumber data Sumber data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini berupa : 1. Populasi

Populasi penelitian adalah kontraktor yang berkualifikasi gred 3 yang berdomisili di Kabupaten Pamekasan. 2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti (Sugiyono, 2007, dalam Surya, 2011), yaitu kontraktor yang menangani proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pamekasan, yang memiliki kualifikasi gred

3) Banyaknya sampel yang dikerjakan tergantung dari ukuran populasi dari subyek yang diteliti, apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar, banyak sampel dapat diambil anatara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih (Arikunto, 2006, dalam Surya, 2011). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 20 kontraktor yang mengerjakan proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pamekasan pada tahun 2013 dengan kualifikasi Gred 3.

Identifikasi Variabel Variabel merupakan gejala yang bervariasi dapat berupa faktor –faktor yang mempengaruhi variabel lain. Variabel yang diidentifikasi dalam hubungan karakteristik dan kualitas pekerjaan kontraktor antara lain : Variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi varibel lain atau variabel yang disebut variabel predikator. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah karakteristik kontraktor yang terdiri dari: karakteristik legal, karakteristik pengalaman perusahaan, karakteristik peralatan, karakteristik modal dan karakteristik sumber daya manusia perusahaan. Variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian adalah kualitas pekerjaan kontraktor yang terdiri dari aspek legal, aspek teknis dan aspek administrasi. Teknik Pengumpulan Data Metode mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan metode sensus pada 20 kontraktor yang mengerjakan proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pamekasan. Alat yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada kontraktor untuk mendapatkan jawaban tentang kualifikasi dan kualitas pekerjaan, dan kuesioner diberikan kepada tim direksi proyek (tim penerima hasil pekerjaan) pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pamekasan untuk mendapatkan jawaban dan tanggapan atas hasil kualitas pekerjaan kontraktor yang mengerjakan proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pamekasan. Kuesioner yang disebarkan adalah kuesioner tertutup, dimana kuesioner disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√ ). Instrumen Penelitian Dalam penyusunan instrumen penelitian, ada beberapa faktor yang menunjang dalam pengumpulan data yaitu : Bentuk Kuesioner Untuk mengefektifkan tingkat pengambilan data dibutuhkan bentuk kuesioner yang sesuai dengan instrumen penelitian dan mudah dipahami oleh responden yaitu 1) Bentuk kuesioner Kualifikasi, hal ini untuk memudahkan dalam mendiskripsikan kualifikasi kontraktor yang

menangani proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pamekasan.

2) Bentuk kuesioner kualitas pekerjaan, hal ini untuk memudahkan pengukuran kualitas pekerjaan pada pelaksanaan proyek konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Pamekasan.

3) Ada empat alternatif pengukuran yang digunakan yaitu tipe skala Likert dengan skor : 4 = Selalu 3 = Sering 2 = Jarang

Page 24: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

20

1 = Tidak Pernah. 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Ghozali (2006) menyatakan bahwa statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standart deviasi varian dan sweknes (kemencengan distribusi). Adapun pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan aspek legal, teknis, keuangan dan administrasi berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh deskripsi data penelitian sebagai berikut:

Tabel 2. Variabel Statistik Deskriptif

Variabel N Rata- rata Standar Deviasi

Legal (X1) 20 3,45 0,826 Teknis (X2) 20 19,55 5,296

Keuangan (X3) 20 7,70 2,319 Administrasi (X4) 20 17,05 3,790 Kualitas Pekerjaan (Y) 20 23,65 6,243

Sumber: Hasil Analisis

Tabel 3. Kriteria Interpretasi Skor

Sumber : Riduan (2007) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui kevalidan angket dalam mengumpulkan data. Dasar pengambilan keputusan dalam uji validitas adalah: 1) Jika nilai rhitung > nilai rtabel pada nilai signifikasi 5%, maka item angket dinyatakan valid. 2) Jika nilai rhitung < nilai rtabel pada nilai signifikasi 5%, maka item angket dinyatakan tidak valid. Uji validitas dilaksanakan dengan rumus korelasi bivariate person. Adapun ringkasan hasil uji validitas sebagaimana data dalam tabel berikut ini :

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel X1 No Item rhitung rtabel 5% (20) Kriteria

1 0,809 0,444 Valid 2 0,809 0,444 Valid 3 0,635 0,444 Valid

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel X2 No Item rhitung rtabel 5% (20) Kriteria

1 0,758 0,444 Valid 2 0,643 0,444 Valid 3 0,677 0,444 Valid 4 0,597 0,444 Valid 5 0,898 0,444 Valid 6 0,898 0,444 Valid 7 0,830 0,444 Valid 8 0,882 0,444 Valid

Sumber : Hasil Analisis

No. Nilai Presentase Total Skor Kriteria

1. 0 – 20 % Sangat lemah 2. 20,01 – 40 % Lemah 3. 40,01 – 60 % Cukup 4. 60,01 – 80 % Kuat 5. 80,01 – 100 % Sangat kuat

Page 25: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

21

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Variabel X3 No Item rhitung rtabel 5% (20) Kriteria

1 0,545 0,444 Valid 2 0,924 0,444 Valid 3 0,957 0,444 Valid

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Variabel X4 No Item rhitung rtabel 5% (20) Kriteria

1 0,938 0,444 Valid 2 0,842 0,444 Valid 3 0,633 0,444 Valid 4 0,633 0,444 Valid 5 0,813 0,444 Valid 6 0,636 0,444 Valid

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Variabel Y No Item rhitung rtabel 5% (20) Kriteria

1 0,586 0,444 Valid 2 0,689 0,444 Valid 3 0,912 0,444 Valid 4 0,539 0,444 Valid 5 0,738 0,444 Valid 6 0,761 0,444 Valid 7 0,872 0,444 Valid 8 0,913 0,444 Valid 9 0,880 0,444 Valid

Sumber : Hasil Analisis Hasil pehitungan uji validitas sebagaimana tabel-tabel di atas, menunjukan bahwa semua nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel pada nilai signifikasi 5%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua item dalam angket penelitian ini valid sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji Reliabilitas

Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel alpha rtabel 5% (20) Kriteria

X1 0,614 0,444 Reliabel X2 0,896 0,444 Reliabel X3 0,753 0,444 Reliabel X4 0,850 0,444 Reliabel Y 0,909 0,444 Reliabel

Sumber : Hasil Analisis Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha semua variabel lebih besar dari nilai rtabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua angket dalam penelitian ini reliabel atau konsisten, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Analisa Korelasi Berganda Bertujuan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antar variabel yang dinyatakan dengan koefisien korelasi. Dasar pengambilan keputusan dalam uji korelasi adalah: 1) Jika nilai signifikansi kurang dari < 0,05, maka terdapat korelasi. 2) Jika nilai signifikansi lebih dari > 0,05, maka tidak terdapat korelasi. Analisis korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan alat bantu program SPSS versi 21. Adapun ringkasan hasil analisis korelasi sebagaimana data dalam tabel berikut ini.

Page 26: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

22

Tabel 10. Analisis Korelasi Variabel Sig Kriteria X1 * Y 0,001 Berkorelasi X2 * Y 0,000 Berkorelasi X3 * Y 0,102 Tidak Berkorelasi X4 * Y 0,000 Berkorelasi

Sumber : Hasil Analisis

Uji Hipotesis Pertama (Uji T) Uji signifikansi untuk X1 dengan Y ditunjukkan oleh tabel Correlations. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut :

Ha : X1 mempuyai hubungan secara signifikan dengan Y. H0 : X1 tidak mempuyai hubungan secara signifikan dengan Y.

Tabel Correlations diperoleh nilai variabel X1 dengan Y dengan metode dua sisi (sig.[2-tailed]) dari output nilai sig. sebesar 0,001, kemudian dibandingkan dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas sig atau [0,05 > 0,001], maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Terbukti bahwa X1 mempunyai hubungan secara signifikan terhadap Y. Uji Hipotesis Kedua (Uji T) Uji signifikansi untuk X2 dengan Y ditunjukkan oleh tabel Correlations. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut.

Ha : X2 mempuyai hubungan secara signifikan dengan Y. H0 : X2 tidak mempuyai hubungan secara signifikan dengan Y.

Tabel Correlations diperoleh nilai variabel X2 dengan Y dengan metode dua sisi (sig.[2-tailed]) dari output nilai sig. sebesar 0,000, kemudian dibandingkan dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas sig atau [0,05 > 0,000], maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Terbukti bahwa X2 mempunyai hubungan secara signifikan terhadap Y. Uji Hipotesis Ketiga (Uji T) Uji signifikansi untuk X3 dengan Y ditunjukkan oleh tabel Correlations. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut.

Ha : X3 mempuyai hubungan secara signifikan dengan Y. H0 : X3 tidak mempuyai hubungan secara signifikan dengan Y.

Tabel Correlations diperoleh nilai variabel X3 dengan Y dengan metode dua sisi (sig.[2-tailed]) dari output nilai sig. sebesar 0,102, kemudian dibandingkan dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih kecil dari nilai probabilitas sig atau [0,05 < 0,102], maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. Terbukti bahwa X3 tidak mempunyai hubungan secara signifikan terhadap Y. Uji Hipotesis Keempat (Uji T) Uji signifikansi untuk X4 dengan Y ditunjukkan oleh tabel Correlations. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut.

Ha : X4 mempuyai hubungan secara signifikan dengan Y. H0 : X4 tidak mempuyai hubungan secara signifikan dengan Y.

Tabel Correlations diperoleh nilai variabel X4 dengan Y dengan metode dua sisi (sig.[2-tailed]) dari output nilai sig. sebesar 0,000, kemudian dibandingkan dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas sig atau [0,05 > 0,000], maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Terbukti bahwa X4 mempunyai hubungan secara signifikan terhadap Y. Uji Hipotesis Kelima (Uji F) Berdasarkan Tabel Model Summary bahwa hubungan antara X1, X2, X3 dan X4 secara simultan terhadap Y yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,899. Sedangkan kontribusi atau sumbangan secara simultan variabel X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y = R2 x 100% atau 0,8992 x 100% = 80,9%, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain. Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikansi koefisien korelasi ganda di uji secara keseluruan. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut.

Ha : X1, X2, X3 dan X4 mempuyai hubungan secara simultan dan signifikan dengan Y.

Page 27: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

23

H0 : X1, X2, X3 dan X4 tidak mempuyai hubungan secara simultan dan signifikan dengan Y. Uji signifikansi korelasi ganda dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut. 1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig. F change atau [0,05 ≤ sig F change],

maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. 2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig. F change atau [0,05 ≥ sig F change],

maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Dari tabel Model Summary diperoleh nilai Rsquare = 0,809 dengan nilai probabilitas (sig. Fchange) = 0,000. Karena nilai sig. Fchange < 0,05, maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya X1, X2, X3 dan X4 berhubungan secara simultan dan signifikan terhadap Y.

Analisa Regresi Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terkat. Dasar pengambilan keputusan dalam uji regresi adalah: 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima yang artinya variabel prediktor berpengaruh terhadap

variabel kriterium. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak yang artinya variabel prediktor tidak berpengaruh terhadap

variabel kriterium.

Tabel 11. Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Koefisien Regresi t Sig Konstanta 1,162 0,243 0,811 X1 0,214 0,090 0,929 X2 0,522 2,156 0,048 X3 1,287 2,648 0,018 X4 0,095 0,174 0,865 Fhitung = 6,756 R2 = 0,643

Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y= 1,162 + 0,214 X1 + 0,522 X2 + 1,287 X3 + 0,095 X4 Adapun interpretasi dari persamaan regresi linear berganda tersebut adalah: 1) a = 1,162 menyatakan bahwa jika X1, X2, X3 dan X4 tetap (tidak mengalami perubahan) maka nilai konsistensi Y

sebesar 1,162. 2) b1 = 0,214 menyatakan bahwa jika X1 bertambah, maka Y akan mengalami peningkatan sebesar 0,214, dengan

asumsi tidak ada penambahan (konstanta) nilai X2, X3dan X4. 3) b2 = 0,522 menyatakan bahwa jika X2 bertambah, maka Y mengalami peningkatan sebesar 0,522, dengan asumsi

tidak ada penambahan (konstan) nilai X1, X3dan X4.

4) b3 = 1,287 menyatakan bahwa jika X3 bertambah, maka Y mengalami peningkatan sebesar 1,287, dengan asumsi tidak ada penambahan (konstan) nilai X1, X2dan X4.

5) b4 = 0,095 menyatakan bahwa jika X4 bertambah, maka Y mengalami peningkatan sebesar 0,095, dengan asumsi tidak ada penambahan (konstan) nilai X1, X2dan X3.

5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-Faktor X1 (Legal), X2 (Teknis), X3 (Keuangan) dan X4 (Administrasi) berpengaruh terhadap Y

(Kualitas Pekerjaan). Aspek Keuangan X3 memiliki pengaruh yang paling dominan dengan nilai 1,287, kemudian X2 (Teknis) dengan nilai 0,522 , X1 (Legal) dengan nilai 0,214 dan X4 (Administrasi) dengan nilai 0,095.

2. Terdapat hubungan antara kualifikasi kontraktor dengan kualitas pekerjaan proyek konstruksi. 3. Strategi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan pada aspek legal, dengan mewajibkan semua

kontraktor mematuhi semua persyaratan proses tender pada saat pemasukan penawaran. Untuk mengatasi

Page 28: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

24

permasalahan pada aspek teknis, dengan cara membeli atau menyewa peralatan yang akan digunakan, membuat gambar kerja, meminta bimbingan teknis pada pihak pengawas, menerapkan quality control dan berusaha maksimal untuk menyesaikan pekerjaan tepat waktu. Permasalahan pada aspek keuangan dapat diatasi dengan mengambil uang muka, melakukan pinjaman ke bank dan mengatur cash flow dengan tepat waktu. Permasalahan pada aspek administrasi dapat diatasi dengan merekrut tenaga administrasi yang berkompeten, merekrut tenaga teknik dalam pembuatan laporan kemajuan pekerjaan, dan mengasuransikan tenaga kerja.

Saran 1. Kontraktor harus memiliki struktur permodalan yang kuat untuk mengantisipasi masalah-masalah yang

berkaitan dengan keuangan. 2. Kontraktor harus memiliki tenaga yang berkompeten baik dibidang Legal, Teknis maupun Administrasi. 3. Penelitian selanjutnya bisa dikembangkan untuk krontraktor dengan gred 4 atau 5 untuk bidang pekerjaan

yang lain, misalnya : bangunan, jembatan dan jalan raya. 6. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2006). Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor :11 Tahun 2006,

Tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. Jakarta. Christiawan, Albertus Dwi. ( 2014). Studi Mengenai Hubungan Karakteristik Dan Kinerja Perusahaan

Kontraktor Kualifikasi Kecil Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Atmajaya. Yogyakarta. Dipohusodo, Istimawan. (1996). Manajemen Proyek & Konstruksi. Kanisius. Yogyakarta. Gasperz, Vincent. Ghozali, Imam. ( 2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro.

Semarang. Harmin, (2014). Kajian Pengaruh Kompetensi Konsultan Pengawas Pada Proyek Irigasi Di Kabupaten

Kerinci. Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat. Juran, Jeseph. M. (1996). Merancang Mutu Rancangan Baru Mewujudkan Mutu Ke Dalam Barang dan Jasa. PT

Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Peraturan Presiden N0. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden N0. 54 Tahun 2010

Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Riduwan, (2007). Dasar-Dasar Statistika, CV. Alfabeta, Bandung. Soeharto, Iman. (1995). Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Erlangga, Jakarta. Sugiyono. (2006). Statistika dan Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung. Surya, I Nyoman Iwan. (2011). Pengaruh Kualitas Kontraktor Terhadap Kualitas Pekerjaan Proyek Di Kabupaten

Jembrana. Universitas Udayana. Denpasar Wijaya, Toni. (2009). Analisis Data Penelitian menggunakan SPSS, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Page 29: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

25

EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SECARA SWAKELOLA DI KABUPATEN PAMEKASAN

Muhammad Saifuddin

Teknik Sipil Universitas Madura, Jl. Raya Panglegur KM. 3,5 Pamekasan

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan terhadap tim pelaksana kegiatan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan pembangunan perpustakaan sekolah dengan sistem swakelola di Kabupaten Pamekasan, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan efektivitas. Metode pengolahan data menggunakan statistika deskriptif dan analisa regresi linier berganda. Penelitian dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada 66 responden di 11 sekolah dasar penerima bantuan perpustakaan. Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa efektivitas pembangunan perpustakaan sekolah secara swakelola di Kabupaten Pamekasan sebesar 88,30%. Adapun nilai koefisien determinasi R Square (R2) sebesar 0,535 atau 53,5%. Artinya bahwa variabel efektivitas pembangunan perpustakaan dipengaruhi sebesar 53,5% oleh administrasi proyek, mutu/kualitas, biaya, manfaat, partisipasi masyarakat, waktu dan kemampuan pelaksana, dan sebesar 46,5% dipengaruhi oleh variabel lain selain yang diteliti dalam penelitian ini. Dari hasil uji F didapatkan Fhitung sebesar 9,552, lebih besar dari Ftabel sebesar 2,17. Selain itu, nilai p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai sebesar 0,05. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari administrasi proyek, mutu/kualitas, biaya, manfaat, partisipasi masyarakat, waktu dan kemampuan pelaksana terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan. Dari hasil uji t didapatkan bahwa secara parsial faktor administrasi proyek (thitung = 2,629) dan dan faktor manfaat (thitung = 2,538) berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan secara swakelola, karena thitung > ttabel. (ttabel = 2,002). Adapun mutu/kualitas, biaya, partisipasi masyarakat, waktu dan kemampuan pelaksana tidak berpengaruh signifikan karena memiliki thitung < ttabel. Dari ketujuh variabel yang diteliti, variabel manfaat memiliki pengaruh paling dominan sebab variabel tersebut memiliki koefisien regresi terbesar, yaitu = 0,389. Strategi untuk meningkatkan efektivitas adalah dengan meningkatkan faktor manfaat dan faktor administrasi proyek yang merupakan faktor yang berpengaruh signifikan dalam penelitian ini.

Kata kunci : efektivitas, swakelola, perpustakaan sekolah, pembangunan, bantuan sosial

1. PENDAHULUAN Kabupaten Pamekasan sebagai salah satu kabupaten penerima bantuan sosial untuk pembangunan perpustakaan sekolah secara swakelola. Pada program bantuan sosial tersebut, pelaksana proyek bukan orang-orang yang memiliki kompetensi dalam masalah konstruksi tetapi dituntut untuk melaksanakan pembangunan dengan kualitas sesuai dengan spesifikasi teknis yang terdapat dalam rancangan teknis dan anggaran biaya serta diharapkan adanya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya. Hal lain yang dilakukan adalah dibentuknya organisasi proyek di sekolah menjadi faktor penentu dalam suksesnya pembangunan perpustakaan. Tujuan dari penelitian ini antara lain mengetahui efektivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi, faktor paling dominan yang mempengaruhi, dan menentukan strategi untuk peningkatan efektivitas pelaksanaan pembangunan perpustakaan sekolah secara swakelola di Kabupaten Pamekasan. 2. LANDASAN TEORI Manajemen Proyek Konstruksi Proyek dapat diartikan sebagai upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia (Dipohusodo, 1995:9). Soeharto (1999) mendefinisikan bahwa proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan, yang didalamnya menggunakan sumber-sumber keuangan, tenaga kerja dan lain-lain untuk mendapatkan manfaat atau hasil pada masa yang akan datang. Aktivitas proyek ini mempunyai saat mulai dan saat berakhir.

Page 30: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

26

Ciri-ciri proyek sebagaimana disebutkan oleh Widiasanti (2013:26) adalah memiliki tujuan dan sasaran berupa suatu produk akhir, proyek memiliki sifat sementara, yaitu telah jelas titik awal mulai dan selesai, biaya, waktu, dan mutu dalam pencapaian tujuan dan sasaran tersebut telah ditentukan, jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung menyebabkan proyek memiliki sifat nonrepetitif, atau tidak berulang. Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselarnatan kerja (Husen, 2011:5). Efektivitas Proyek Yang dimaksud efektif dalam proyek adalah produk perencanaan berfungsi sesuai yang diharapkan (Husen, 2011:85). Efektivitas proyek berkaitan dengan kinerja proyek. Suatu proyek dikatakan efektif jika standar kinerja proyek selama proses berlangsung telah ditetapkan sedetail dan seakurat mungkin untuk meminimalkan penyimpangan. Husen (2011:60) menyebutkan kinerja proyek dapat diukur dari indikator kinerja biaya, mutu, waktu, serta keselamatan kerja dengan merencanakan secara cermat, teliti, dan terpadu seluruh alokasi sumber daya manusia, peralatan, material serta biaya yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Semua itu diselaraskan dengan sasaran dan tujuan proyek. Mekanisme Swakelola Pembangunan Perpustakaan Swakelola dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 26 Ayat 1 adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat. Pembangunan perpustakaan sekolah pada penelitian ini merupakan program kegiatan dari dana APBN tahun anggaran 2013 yang dikatagorikan sebagai swakelola yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat. Dalam Panduan Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Perpustakaan Sekolah Dasar tahun 2013 diuraikan tentang mekanisme pemberian bantuan sosial kepada sekolah yang secara ringkas sebagai berikut : 1. Sekolah mengajukan proposal permohonan bantuan pembangunan perpustakaan kepada Direktorat Pembinaan

Sekolah Dasar melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi 2. Direktur Pembinaan Sekolah Dasar selaku Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan Surat Keputusan Penetapan

Sekolah Penerima Bantuan Pembangunan Perpustakaan berdasarkan hasil verifikasi bersama Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi

3. Dinas Pendidikan Provinsi menginformasikan dan mengkoordinasikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang diteruskan ke sekolah penerima tentang bantuan sosial yang akan dilaksanakan.

4. Sekolah membentuk Tim Pelaksana Pembangunan Perpustakaan secara demokratis dan transparan yang terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, bendahara, penanggungjawab teknis dan anggota

5. Dalam menjalankan tugasnya, Tim pelaksana tersebut dibantu oleh perencana/pengawas yang berpengalaman dalam masalah proyek dan bertanggungjawab kepada tim pelaksana.

Beberapa aspek yang berbeda antara manajemen proyek konstruksi pada umumnya dengan swakelola pembangunan perpustakaan sebagai berikut: 1. Pemilik proyek

Pada manajemen konstruksi secara umum pemilik proyek pada umumnya sebagai pemilik dana dan pengelola hasil proyek, sedangkan pada swakelola pembangunan perpustakaan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar sebagai pemilik dana dan sekolah sebagai pengelola hasil proyek

2. Konsultan Pada manajemen konstruksi secara umum konsultan ditunjuk oleh pemilik proyek dan bertanggungjawab kepada pemilik proyek, sedangkan pada swakelola pembangunan perpustakaan konsultan ditunjuk oleh sekolah dan bertanggungjawab kepada tim pelaksana kegiatan di sekolah

3. Pelaksana proyek Pada manajemen konstruksi secara umum kontraktor yang ditentukan oleh pemilik proyek melalui proses lelang, sedangkan pada swakelola pembangunan perpustakaan sekolah yang ditunjuk oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar melalui proses verifikasi usulan

4. Keterlibatan masyarakat Pada manajemen konstruksi secara umum masyarakat terlibat dalam pelaksanaan pembangunan yang berprofesi sebagai mandor/ tukang, sedangkan pada swakelola pembangunan perpustakaan adanya partisipasi masyarakat sekitar sekolah sejak pelaksanaan sampai dengan pemeliharaan

5. Studi kelayakan Pada manajemen konstruksi secara umum dilaksanakan oleh pemilik proyek dengan memakai jasa konsultan, sedangkan pada swakelola pembangunan perpustakaan studi kelayakan dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan

Page 31: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

27

Sekolah Dasar bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota 6. Mekanisme pengadaan proyek

Pada manajemen konstruksi secara umum sistem lelang berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010, sedangkan pada swakelola pembangunan perpustakaan mekanisme pengadaan proyek berdasarkan usulan dari sekolah yang diverifikasi oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar

7. Pelaksanaan proyek Pada manajemen konstruksi secara umum berpedoman pada RKS yang telah disusun oleh konsultan, sedangkan pada swakelola pembangunan perpustakaan berpedoman pada petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar

8. Operasi dan pemeliharaan Pada manajemen konstruksi secara umum dilaksanakan oleh pemilik proyek, sedangkan pada swakelola pembangunan perpustakaan operasional dan pemeliharaan dilaksanakan oleh sekolah penerima bantuan

Dengan adanya pertimbangan wacana dari Panduan Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Perpustakaan Sekolah Dasar tahun 2013, maka dalam penelitian ini digunakan tujuh indikator sebagai faktor yang mempengaruhi efektivitas pembangunan perpustakaan secara swakelola. Ketujuh indikator tersebut adalah administrasi proyek, mutu/kualitas pekerjaan, biaya, manfaat, partisipasi masyarakat, waktu, dan kemampuan tim pelaksana. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Sugiyono, 2013). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Pengujian validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dibuat merupakan alat yang tepat dan cermat untuk mengukur apa yang ingin diukur, dalam hal ini apakah kuesioner sudah cukup dipahami oleh semua responden yang diindikasikan oleh kecilnya jawaban yang tidak terlalu menyimpang dengan rata-rata jawaban responden lain. (Riduwan, 2010) Reliabilitas menunjukan satu pengertian bahwa suatu instrumen stabil dan konsisten untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Riduwan, 2010) Regresi Linier Regresi linier digunakan untuk merumuskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut (Sugiyono, 2010).

Y = a + b1 . X1 + b2 . X2 + b3 . X3…….+ bn . Xn Dimana:

Y : Subyek dalam varibel dependen yang diprediksikan Xn : Subyek data variabel Independen yang mempunyai nilai tertentu. a : Harga Y bila X = 0 (Harga Konstanta) bn : Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variable independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan. Analisa Faktor Analisa faktor merupakan perluasan dari analisis komponen utama. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi data dan untuk menggambarkan hubungan korelasi dari beberapa variabel dalam sejumlah kecil faktor. Tujuan utama dari analisis faktor adalah mendefinisikan struktur suatu data matrix dan menganalisa struktur saling hubungan (korelasi) antar sejumlah besar variabel dengan cara mendefinisikan satu set kesamaan variabel atau dimensi yang sering disebut dengan faktor (Gozali, 2006:267). 3. METODE PENELITIAN Tempat dan Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang berupa kuesioner kepada responden. Objek penelitian adalah Pembangunan Perpustakaan di 11 Sekolah Dasar yang tersebar di 7 kecamatan di Kabupaten Pamekasan untuk Tahun Anggaran 2013, antara lain :

Page 32: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

28

1. Kecamatan Pamekasan : SDN Kangenan I, SDN Barurambat Kota IV 2. Kecamatan Proppo : SDN Tlangoh, SDN Batu Kalangan I 3. Kecamatan Tlanakan : SDN Dabuan I, SDN Dabuan II 4. Kecamatan Pademawu : SDN Sentol II 5. Kecamatan Pakong : SDN Pakong II 6. Kecamatan Palengaan : SDN Rek Kerrek II, SDN Potoan Daya III 7. Kecamatan Kadur : SDN Kertagenah Tengah II Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Tim Pelaksana Pembangunan Perpustakaan se-Kabupaten Pamekasan yang berada di sekolah penerima bantuan. Sampel dari penelitian ini adalah jumlah anggota tim pelaksana pembangunan perpustakaan sebanyak 6 orang pada masing-masing sekolah Variabel Penelitian Variabel-variabel penelitian yang sebagai berikut : 1. Variabel bebas : Administrasi proyek (X1), Mutu/Kualitas (X2), Biaya (X3), Manfaat (X4), Partisipasi

masyarakat (X5), Waktu (X6), Kemampuan Tim Pelaksana (X7) 2. Variabel tidak bebas : efektifitas pembangunan perpustakaan dengan sistem swakelola (Y). Penilaian Indikator Variabel Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan skala 5 point (Likert). Skala Likert adalah skala yang didasarkan atas penjumlahan sikap responden dalam merespon pernyataan berkaitan indikator-indikator suatu konsep atau variabel yang sedang diukur. Nilai skala Likert variabel bebas dan variabel tidak bebas sebagai berikut :

Tabel 1. Skala Likert

Variabel Bebas (X) Variabel Tidak Bebas (Y) Sangat setuju : diberi skor 5 Setuju : diberi skor 4 Cukup setuju : diberi skor 3 Tidak setuju : diberi skor 2 Sangat tidak setuju : diberi skor 1

Sangat efektif : diberi skor 5 Efektif : diberi skor 4 Cukup Efektif : diberi skor 3 Tidak Efektif : diberi skor 2 Sangat tidak Efektif : diberi skor 1

Metode Analisis Data Setelah mengidentifikasi faktor – faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan secara swakelola, maka untuk mendapatkan faktor – faktor yang paling dominan pengaruhnya, menggunakan model regresi linier ganda. Pengujian dalam analisis regresi adalah menggunakan uji F, uji t dan koefisien determinasi (R2). Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat yang diuji menggunakan F-test dan = 5 %. Uji t merupakan Pengujian untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terkait dilakukan menggunakn t-test dengan = 5%. Sedangkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur prosentase variasi variabel tidak bebas yang dijelaskan oleh semua variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dimana semakin tinggi nilai R2 suatu regresi atau semakin mendekati 1, maka hasil regresi tersebut akan semakin baik. 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Validitas Dan hasil uji validitas variabel administrasi proyek (X1), mutu/kualitas (X2), biaya (X3), manfaat (X4), partisipasi masyarakat (X5), waktu (X6), kemampuan tim pelaksana (X7), dan efektivitas pembangunan perpustakaan (Y) dijelaskan bahwa nilai thitung pada setiap pertanyaan kuisioner dari masing-masing variabel lebih besar daripada t tabe l(1,996) dengan derajat bebas sebesar 66. Nilai koefisien korelasi tiap variabel > 0,3 dan nilai p-value pada tiap variabel < (0,05) (lampiran I). Dapat disimpulkan bahwa kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid. Hasil Uji Reliabilitas Dari tabel uji reliabilitas validitas variabel administrasi proyek (X1), mutu/kualitas (X2), biaya (X3), manfaat (X4), partisipasi masyarakat (X5), waktu (X6), kemampuan tim pelaksana (X7), dan efektivitas pembangunan perpustakaan (Y), didapatkan koefisien Alpha lebih besar daripada 0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat dihandalkan atau reliable.

Page 33: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

29

Pengujian Hipotesis Hipotesis yang akan diuji adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara simultan dan parsial. Dalam pengolahan data dengan menggunakan analisa regresi linier berganda, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan tidak bebas. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software SPSS didapatkan ringkasan seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Ringkasan Pengujian Hipotesis Variabel Koefisien t Sig Keterangan

(Const.) 14.797 1.912 0.061 X1 0.340 2.629 0.011 Signifikan X2 -0.174 -1.100 0.276 Tidak Signifikan X3 -0.358 -1.295 0.200 Tidak Signifikan X4 0.389 2.538 0.014 Signifikan X5 0.007 0.065 0.948 Tidak Signifikan X6 0.180 0.871 0.387 Tidak Signifikan X7 0.123 0.743 0.460 Tidak Signifikan

Sumber: Data diolah dengan SPSS 16, 2014

ttabel = 2,002 R = 0,732 R2 = 0,535 Fhitung = 9,552 Ftabel = 2,17 Sig. F = 0,000 ttabel = 2,002 Model regresi yang diperoleh berdasarkan tabel diatas adalah sebagai berikut :

Y = 14,797 + 0,340X1 – 0.174X2 – 0,358X3 + 0,389X4 + 0,007X5 + 0,180X6 + 0,123X7

Dari tabel diatas diperoleh nilai koefisien determinasi R Square (R2) sebesar 0,535 atau 53,5%. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel efektivitas pembangunan perpustakaan dipengaruhi sebesar 53,5% oleh administrasi proyek, mutu/kualitas, biaya, manfaat, partisipasi masyarakat, waktu dan kemampuan pelaksana. Sedangkan sisanya sebesar 46,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar tujuh variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini. Untuk uji F, didapat nilai Fhitung sebesar 9,552, sedangkan Ftabel didapat dengan melihat perpotongan nilai df(N1) = 7 dan nilai df(N2) = 58 sehingga didapat nilai 2,17. Dengan demikian jika dibandingkan nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel. Selain itu, nilai p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai sebesar 0,05. Kesimpulannya adalah Ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan variabel administrasi proyek (X1), mutu/kualitas (X2), biaya (X3), manfaat (X4), partisipasi masyarakat (X5), waktu (X6), dan kemampuan tim pelaksana (X7) terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan (Y). Dari hasil uji t didapatkan bahwa secara parsial faktor administrasi proyek (thitung = 2,629) dan dan faktor manfaat (thitung = 2,538) berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan secara swakelola, karena thitung yang diperoleh lebih besar daripada ttabel, dimana ttabel = 2,002. Sedangkan faktor mutu (thitung = -1,100), biaya (thitung = -1,295), partisipasi masyarakat (thitung = 0,065), waktu (thitung = 0,871) dan kemampuan pelaksana (thitung = 0,743) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan secara swakelola, sebab thitung yang diperoleh lebih kecil dari t tabel. Untuk menentukan variabel bebas yang paling dominan berpengaruh terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan, dapat dilakukan dengan melihat nilai koefisien regresi () diantara variabel bebas tersebut, yaitu variabel manfaat merupakan variabel yang memiliki koefisien regresi terbesar.

Page 34: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

30

Pengukuran Efektivitas Efektivitas pembangunan perpustakaan secara sweakelola dapat diukur melalui persentase jawaban responden terhadap variabel efektivitas pembangunan perpustakaan secara swakelola. Berdasarkan hasil skor indikator efektivitas dirata-rata sehingga menghasilkan skor rata-rata sebesar 88,30%, yang merupakan nilai efektivitas pembangunan perpustakaan sekolah secara swakelola di Kabupaten Pamekasan. Hasil Analisa Faktor 1. Variabel Administrasi Proyek dipengaruhi oleh administrasi diselesaikan tepat waktu (X1.1), data pendukung

administrasi lengkap (X1.2), administrasi sesuai dengan petunjuk teknis (X1.3), dan laporan mingguan, bulanan dan akhir proyek (X1.4) dengan kontribusi terbesar atau faktor dominannya adalah faktor administrasi diselesaikan tepat waktu (X1.1) sebesar 0,869 atau 86,9%.

2. Variabel Mutu/Kualitas dipengaruhi oleh kemampuan tukang untuk melaksanakan pekerjaan (X2.1), adanya tim pendamping teknis yang berpengalaman (X2.2), metode pelaksanaan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis (X2.4), dan pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai spesifikasi teknis (X2.5) dengan faktor dominan adalah kemampuan tukang untuk melaksanakan pekerjaan (X2.1) sebesar 0,898 atau 89,8 %.

3. Variabel Biaya dipengaruhi oleh kesesuaian dana yang digunakan dengan pelaksanaan di lapangan (X3.1), transparan dalam pengelolaan dana (X3.2), dan peran aktif struktur dalam pengelolaan dana (X3.3) dengan faktor dominan adalah transparan dalam pengelolaan dana (X3.2) sebesar 0,920 atau 92,0 %.

4. Variabel Manfaat dipengaruhi oleh bangunan digunakan sebagaimana mestinya (X4.1), adanya organisasi pengelola bangunan (X4.2), adanya peningkatan fungsi bangunan (X4.3), dan adanya sarana pendukung fungsi bangunan (X4.4) dengan kontribusi terbesar atau faktor dominannya adalah faktor bangunan digunakan sebagaimana mestinya (X4.1) sebesar 0,910 atau 91,0%.

5. Variabel Partisipasi Masyarakat dipengaruhi oleh operasional dan pemeliharaan proyek melibatkan masyarakat (X5.2), swadaya masyarakat selain tenaga kerja (X5.3), dan swadaya berupa tenaga kerja tanpa dibayar (X5.4) dengan faktor dominan adalah swadaya masyarakat selain tenaga kerja (X5.3) sebesar 0,828 atau 82,8%.

6. Variabel Waktu dipengaruhi oleh waktu awal mulai pekerjaan (X6.1), waktu selesai pekerjaan (X6.2), tahapan sesuai perencanaan (X6.3), dan tidak terdapat pekerjaan terlambat (X6.4) dengan kontribusi terbesar atau faktor dominannya adalah faktor tidak terdapat pekerjaan terlambat (X6.4) sebesar 0,915 atau 91,5%.

7. Variabel Kemampuan Pelaksana dipengaruhi oleh pengalaman mengelola proyek sejenis (X7.1), pengetahuan tentang petunjuk teknis (X7.2), koordinasi perencanaan (X7.3), dan koordinasi pelaksanaan (X7.4) dengan faktor dominannya adalah faktor koordinasi pelaksanaan (X7.4) sebesar 0,868 atau 86,8 %.

Tabel 3. Ringkasan Strategi Peningkatan Efektivitas

Nama Variabel Bebas Indikator Rencana Tindak Lanjut

Manfaat (X4)

bangunan digunakan sebagaimana mestinya (X4.1)

Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan harus melakukan monitoring secara berkala untuk memastikan bahwa hasil dari pembangunan perpustakaan tersebut digunakan oleh sekolah sebagaimana mestinya.

adanya organisasi pengelola bangunan (X4.2)

Sekolah penerima bantuan perpustakaan harus membentuk organisasi pengelola perpustakaan serta memfungsikan struktur organisasi tersebut secara maksimal

sarana pendukung fungsi bangunan (X4.4)

Sekolah penerima bantuan perpustakaan harus mengusahakan untuk pengadaan sarana pendukung fungsi bangunan, seperti meubelair, komputer serta koleksi buku yang dibutuhkan oleh sekolah

peningkatan fungsi bangunan (X4.3)

Perpustakaan sekolah harus ditingkatkan fungsinya, misalnya sekaligus sebagai laboratorium komputer dan internet bagi siswa

Administrasi Proyek (X1)

administrasi diselesaikan tepat waktu (X1.1)

Tim pelaksana kegiatan pembangunan perpustakaan diberikan dukungan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pertanggungjawaban administrasi proyek tepat waktu pada saat pembangunan selesai.

administrasi sesuai dengan petunjuk teknis (X1.3)

Dalam pelaporan administrasi pelaksanaan pembangunan, tim pelaksana kegiatan harus mengacu pada petunjuk teknis pelaksanaan pembangunan perpustakaan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Dasar

Page 35: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

31

Nama Variabel Bebas Indikator Rencana Tindak Lanjut

data pendukung administrasi lengkap (X1.2)

Dalam penyelesaian administrasi proyek, maka tim pelaksana kegiatan harus melengkapi pertanggungjawaban administrasi proyek dengan data-data pendukung yang benar

laporan mingguan, bulanan dan akhir proyek (X1.4)

Tim pelaksana kegiatan membuat laporan mingguan, bulanan secara rutin serta laporan akhir sebagai bagian pertanggungjawaban administrasi proyek.

Sumber : Hasil Analisa Data 5. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Efektivitas pembangunan perpustakaan sekolah secara swakelola di Kabupaten Pamekasan termasuk katagori

sangat efektif karena berdasarkan analisa deskripsi variabel efektivitas menghasilkan nilai rata-rata jawaban responden sebesar 88,30%.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel administrasi proyek, mutu/kualitas, biaya, manfaat, partisipasi masyarakat, waktu, dan kemampuan tim pelaksana terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan.

3. Faktor administrasi proyek (thitung = 2,629) dan dan faktor manfaat (thitung = 2,538) berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan secara swakelola, karena thitung yang diperoleh lebih besar daripada ttabel, dimana ttabel = 2,002.

4. Variabel manfaat memiliki pengaruh paling dominan terhadap efektivitas pembangunan perpustakaan secara swakelola, sebab variabel tersebut memiliki koefisien regresi terbesar, yaitu = 0,389.

5. Strategi untuk meningkatkan efektivitas pembangunan perpustakaan sekolah secara swakelola di Kabupaten Pamekasan dengan cara mengoptimalkan indikator-indikator yang terdapat pada variabel manfaat dan administrasi proyek.

Saran 1. Hasil pembangunan perpustakaan tersebut dimanfaatkan sebagaimana fungsinya serta membentuk struktur

pengelola perpustakaan untuk pemanfaatan yang lebih optimal. 2. Untuk pelaksanaan proyek pembangunan secara swakelola sebaiknya diberikan bimbingan teknis bagi tim

pelaksana proyek untuk pengelolaan administrasi proyek serta pelaksanaannya didampingi oleh konsultan yang berkompeten dalam masalah administrasi proyek.

3. Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan lebih proaktif dalam memonitoring hasil pembangunan tersebut terutama dari segi pemanfaatan dan administrasi proyeknya agar pembangunan gedung perpustakaan tersebut bisa lebih efektif.

4. Untuk peneliti yang akan datang, jika ingin meneliti efektivitas suatu proyek yang dilaksanakan secara swakelola, sebaiknya menggunakan variabel selain yang telah dibahas pada penelitian ini, atau penelitian dilakukan untuk jenis proyek yang lain.

6. DAFTAR PUSTAKA Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek & Konstruksi. Kanisius. Yogyakarta Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Penerbit Universitas Diponegoro.

Semarang. Husen, Abrar, Ir, MT. 2011. Manajemen Proyek. Pustaka Andi. Yogyakarta. Janie, Dyah Nirmala Arum. 2012. Statistik Deskriptif & Regresi Linier Berganda dengan SPSS. Semarang

University Press. Semarang Peraturan Presiden N0. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Panduan Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Perpustakaan Sekolah Dasar Tahun 2013. Direktorat Pembinaan

Sekolah Dasar. Riduan. (2006). Dasar-dasar Statistik. Alfabetha. Bandung. Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Widiasanti, Irika & Lenggogeni. 2013. Manajemen Konstruksi. Rosda. Bandung.

Page 36: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

32

ANALISA KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH DI KABUPATEN PAMEKASAN

Dedy Asmaroni

Teknik Sipil Universitas Madura, Jl. Raya Panglegur KM. 3,5 Pamekasan

[email protected]

ABSTRAK

Proyek pembangunan gedung pemerintah di Kabupaten Pamekasan dalam pelaksanaannya tidak memenuhi target waktu yang ditetapkan, seperti pembangunan Kantor Disperindag dan Pembangunan Rumah Sakit Waru. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendapatkan faktor yang paling dominan mempengaruhi keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan pada proyek pembangunan Gedung Pemerintah di Kabupaten Pamekasan serta menentukan strategi dan tindakan yang harus dilakukan kontraktor untuk mengatasi faktor-faktor tersebut. Metodologi analisis yang digunakan adalah analisa faktor dan analisis Regresi Linier Berganda terhadap jawaban dari kuisioner yang disebarkan kepada 50 responden dari pihak kontraktor, owner dan konsultan pengawas yang terlibat dalam proyek pembangunan Gedung Pemerintah di Kabupaten Pamekasan pada tahun anggaran 2013 yang mengalami keterlambatan.Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan pada proyek pembangunan Gedung Pemerintah di Kabupaten Pamekasan adalah faktor Lingkungan Kerja (X1) dengan nilai koefisien ß sebesar 0,137. Faktor Keuangan (X6) dengan nilai koefisien ß sebesar 0,147. Dan faktor yang paling dominan adalah Faktor Tenaga Kerja (X2) dengan nilai koefisien ß sebesar 0,165. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan keterampilan dan kemampuan tenaga kerja, salah satunya dengan cara mengikuti kursus dan pelatihan keterampilan kerja, sehingga kemampuannya semakin baik dan produktifitasnya semakin meningkat. Kata Kunci : Keterlambatan, Proyek, Gedung Pemerintah

1. PENDAHULUAN Secara umum, keterlambatan proyek sering terjadi karena adanya perubahan perencanaan selama pelaksanaan, material yang buruk / tidak sesuai rencana, tenaga kerja yang kurang terampil, rencana / metode kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu, gambar dan spesifikasi yang tidak lengkap, kesalahan interpretasi gambar, lokasi pekerjaan yang sulit dan kegagalan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan. Demikian halnya yang terjadi di Kabupaten Pamekasan, pelaksanaan proyek sering mengalami keterlambatan, dan keterlambatan pelaksanaan proyek ini terus terjadi setiap tahun tanpa ada solusi yang serius untk mengatasinya. Oleh karena itu, Dalam rangka mencegah terjadinya keterlambatan proyek selama dan atau keseluruhan proses pelaksanaan proyek konstruksi khususnya pembangunan gedung pemerintah, maka perlu upaya mengkaji dan meneliti faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan tersebut serta strategi penanggulangannya.

2. LANDASAN TEORI Proyek Proyek adalah usaha sementara yang dilakukan untuk menciptakan produk yang unik, layanan, atau hasil. sifat sementara proyek menunjukkan bahwa proyek pasti memiliki awal dan akhir. Akhir tercapai ketika tujuan proyek itu telah dicapai atau ketika proyek dihentikan karena tujuannya tidak akan atau tidak dapat dipenuhi, atau ketika kebutuhan untuk proyek tersebut tidak ada lagi. Sebuah proyek juga dapat dihentikan jika klien ingin mengakhiri proyek. (PMBOK® Guide-Fifth Edition,2013:3)

Page 37: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

33

Macam-macam Proyek Dilihat dari Komponen kegiatan utama, maka macam proyek dapat dikelompokkan diantaranya adalah sebagaiberikut : 1. Proyek Konstruksi

Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, pengadaan, dan konstruksi. Proyek macam ini misalnya, pembangunan gedung, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industry, dan lain-lain.

2. Proyek Manufaktur Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru. Jadi, produk tersebut adalah hasil usaha kegiatan proyek. Atau dengan kata lain proyek manufaktur adalah proses untuk menghasilkan produk baru.

3. Proyek Penelitian dan Pengembangan Proyek penelitian dan pengembangan (Research & Development) bertujuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu. (Soeharto, 1995:4).

Ciri-Ciri Proyek Dari penjelasan diatas terlihat bahwa ciri proyek adalah : 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. 2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan di atas telah ditentukan. 3. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. Disamping proyek, dikenal pula program yang mempunyai sifat sama dengan proyek, perbedaanya terletak pada kurun waktu pelaksanaan dan be-sarnya sumber daya yang diperlukan. Program memiliki skala lebih besar daripada proyek.Umumnya, program dapat dipecah menjadi lebih dari satu proyek, atau suatu program merupakan kumpulan dari bermacam-macam proyek. (Soeharto, 1995:1). Sasaran Proyek dan Tiga Kendala Diatas telah disebutkan bahwa tiap proyek memiliki tujuan khusus, misalnya rumah tinggal, jembatan, atau instalasi pabrik. Dapat pula berupa produk hasil kerja penelitian dan pengembangan. Di dalam proses mencapai tu-juan tersebut telah ditentukan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan di atas disebut Tiga Kendala (triple constraint). 1. Anggaran. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. 2. Jadwal. Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil

akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan. 3. Mutu. Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan.

Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek di-kaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. (Soeharto, 1995:2).

3. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan pada proyek pembangunan gedung pemerintah di Kabupaten Pamekasan dengan nilai kontrak diatas Rp. 500.000.000,00- yang mengalami keterlambatan pelaksanaan pekerjaan seperti : Pembangunan Kantor Disperindag, Pembangunan Rumah Sakit Waru. Revitalisasi Pasar Tradisional 17 Agustus dll. Berdasarkan data yang kami terima dari Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat daerah Kabupaten Pamekasan, Jumlah proyek pembangunan gedung Pemerintah di Kabupaten Pamekasan yang dilaksanakan pada tahun 2013 adalah sebanyak 57 Kegiatan. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan cara acak / Random, Jika tingkat kesalahan ditentukan berkisar pada 5 % (e = 0,05), maka dengan memakai rumus Slovin, didapat perhitungan jumlah sampel (n) berikut:

n = 2N.e1N

= 205,0 x 751

57

= 49,89 ≈ 50

Dari perhitungan didapatkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50, Adapun rincian dari 50 sampel tersebut adalah dijelaskan dalam tabel 1 berikut :

Page 38: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

34

Tabel 1. Rincian Sampel Penelitian No. Keterangan Jumlah

1. PA/KPA 2 2. PPK 2

3. PPTK 2

4. Dinas Teknis (Dinas Pekerjaan Umum)

7

5. Konsultan Pengawas 7

6. Kontraktor 10

7. Mandor 10

8. Tukang / Pekerja 10

JUMLAH 50 Sampel penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui kondisi dan yang terlibat secara langsung di dalam pekerjaan proyek pembangunan gedung pemerintah di Kabupaten Pamekasan pada tahun Anggaran 2013. Identifikasi Variabel Penelitian Dan Definisi Definisi operasional variabel adalah sesuatu hal berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Sesuai dengan tujuan, maka identifikasi variabel penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan pada proyek Pembangunan Gedung pemerintah di Kabupaten Pamekasan dan mendapatkan faktor yang paling dominan mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan pada proyek Pembangunan Gedung pemerintah di Kabupaten Pamekasan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Definisi Variabel Penelitian

Variabel Definisi Lingkungan kerja (X1)

Lingkungan kerja adalah situasi site yang ada dan kondisi sosial budaya yang melingkupi suatu proyek.

Tenaga kerja (X2) Tenaga kerja adalah sekelompok individu yang sengaja dihimpun dalam suatu komunitas untuk suatu kegiatan konstruksi yang memiliki krmampuan dan keahlian tertentu dengan latar belakang pendidikan yang berbeda yang melakukan aktifitas di lapangan untuk menghasilkan suatu produk yang telah ditetapkan dalam suatu proyek

Material (X3) Material semua komponen dasar yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan proyek konstruksi di lapangan yang harus memenuhi standar karakteristik yang telah ditetapkan dalam spesifikasi teknis.

Peralatan (X4) Peralatan adalah alat-alat konstruksi atau disebut juga alat-alat berat yang diciptakan atau didesain untuk dapat melaksanakan salah satu fungsi atau kegiatan proses konstruksi yang sifatnya berat / sulit bila dikerjakan oleh tenaga manusia.

Metode pelaksanaan (X5)

Metode pelaksanaan adalah cara-cara yang harus diikuti dalam melaksanakan pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan urutan-urutan yang ada.

Keuangan (X6) Keuangan adalah dana yang disiapkan oleh kontraktor untuk menghasilkan suatu produk yang diinginkan mulai dari pengadaan material, upah tenaga kerja, operasional peralatan dan lainnya sampai pada produk tersebut dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan dari tersebut.

Perubahan Desain (X7)

Perubahan Desain adalah kegiatan peralihan / pergantian / peninjauan ulang desain rencana yang ada pada saat pelaksanaan proyek, dimana pekerjaan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan perencanaan awal yang mengakibatkan pekerjaan tersebut harus disempurnakan, serta adanya kesalahan dalam hal desain awal yang telah dibuat, sehingga mengakibatkan review desain.

Sumber : Assaf, A (1995)

Page 39: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

35

Variabel-Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (X) yang terdiri dari :

1) Lingkungan kerja (X1) 2) Tenaga kerja (X2) 3) Material (X3) 4) Peralatan (X4) 5) Metode pelaksanaan (X5) 6) Keuangan (X6) 7) Desain (X7)

2. Variabel Terikat (Y) terdiri dari Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan (Y)

Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner dengan item-item pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan pada proyek pembangunan Gedung Pemerintah di Kabupaten Pamekasan dan mendapatkan faktor yang paling dominan mempengaruhi menggunakan Skala Likert dengan rentang 1 sampai 4 (sangat tidak setuju – sangat setuju). Item-item dalam variabel penelitian didesain (dirancang) dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat negative, sehingga angka satu sebagai kode tanggapan responden yang sangat positif terhadap salah satu butir pertanyaan, sedangkan angka empat untuk memberikan tanggapan yang sangat negative. 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Uji Validitas dilaksanakan dengan rumus korelasi bivariate person. Uji Validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan alat bantu program SPSS. Adapun ringkasan hasil uji Validitas sebagaimana data dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Indikator rhitung rtabel 5% (50) Kriteria

X1

X1.1 0,560 0,279 Valid X1.2 0,746 0,279 Valid X1.3 0,653 0,279 Valid X1.4 0,599 0,279 Valid X1.5 0,622 0,279 Valid

X2 X2.1 0,784 0,279 Valid X2.2 0,800 0,279 Valid X2.3 0,721 0,279 Valid

X3

X3.1 0,812 0,279 Valid X3.2 0,920 0,279 Valid X3.3 0,789 0,279 Valid X3.4 0,800 0,279 Valid

X4

X4.1 0,842 0,279 Valid X4.2 0,899 0,279 Valid X4.3 0,860 0,279 Valid X4.4 0,810 0,279 Valid

X5 X5.1 0,884 0,279 Valid X5.2 0,921 0,279 Valid

X6

X6.1 0,764 0,279 Valid X6.2 0,833 0,279 Valid X6.3 0,932 0,279 Valid X6.4 0,801 0,279 Valid

X7

X7.1 0,833 0,279 Valid X7.2 0,856 0,279 Valid X7.3 0,922 0,279 Valid X7.4 0,646 0,279 Valid

Sumber : Analisa Data SPSS Hasil pehitungan uji Validitas sebagaimana tabel-tabel di atas, menunjukan bahwa semua nilai rhitung lebih besar datai nilai rtabel pada nilai signifikansi 5%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua item dalam angket penelitian ini Valid sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

Page 40: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

36

Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Uji Reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggu-nakan rumus alpha.

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s Alpha rtabel 5% (50) Kriteria

X1 0,623 0,279 Reliabel X2 0,652 0,279 Reliabel X3 0,847 0,279 Reliabel X4 0,869 0,279 Reliabel X5 0,767 0,279 Reliabel X6 0,850 0,279 Reliabel X7 0,835 0,279 Reliabel

Sumber : Analisa Data SPSS Hasil uji Reliabilitas diperoleh nilai alpha semua variabel lebih besar dari nilai rtabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua angket dalam penelitian ini Reliabel atau konsisten, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Analisa Regresi Linier Berganda

Tabel 5. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien

Thitung Sig Keterangan

Konstanta 9,187 13,464 0,000 Signifikan Lingkungan Kerja (X1) 0,137 2,954 0,005 Signifikan Tenaga Kerja (X2) 0,165 2,692 0,010 Signifikan Material (X3) -0,025 -0,587 0,560 Tidak Signifikan Peralatan (X4) -0,022 -0,463 0,646 Tidak Signifikan Metode Pelaksanaan (X5) 0,106 1,481 0,146 Tidak Signifikan Keuangan (X6) 0,147 3,411 0,001 Signifikan Desain (X7) 0,039 1,286 0,205 Tidak Signifikan α = 0,05 R2 = 0,754 R = 0,868 Fhitung = 18,386 ttabel = t (α/2 : n-k-1) = t (0,025, 42)

= 2,018

Ftabel = F (k : n-k) = F 7,43) = 2,25 Sumber : Analisa Data SPSS

Berdasarkan hasil analisa Regresi diperoleh bahwa Variabel Lingkungan Kerja (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Keuangan (X6) merupakan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah Material (X3), Peralatan (X4), Metode Pelaksanaan (X5) dan Desain (X7). Selanjutnya faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Faktor Lingkungan Kerja yang merupakan hasil reduksi dari variabel-variabel manifest yang terdiri dari :

Pelaksanaan proyek bertepatan dengan Musim Tanam tembakau (X1.1), Pelaksanaan proyek bertepatan dengan bulan puasa (X1.2), Intensitas hujan yang tinggi (X1.3), Kondisi Lokasi/Tempat kerja (site) yang sulit (X1.4), Suhu pulau Madura yang panas, (X1.5).

2. Faktor Tenaga Kerja yang merupakan hasil reduksi dari variabel-variabel manifest yang terdiri dari : Keterampilan tenaga kerja (X2.1), Jumlah tenaga kerja (X2.2), Tenaga pelaksana (mandor) kurang baik (X2.3).

3. Faktor Keuangan yang merupakan hasil reduksi dari variabel-variabel manifest yang terdiri dari : Kemampuan keuangan (X6.1), Sering terjadi keterlambatan pembayaran oleh owner kepada kontraktor (X6.2), Sering terjadi keterlambatan pembayaran oleh Kontraktor kepada Supliyer (X6.3), Sering terjadi keterlambatan pembayaran oleh Kontraktor kepada Pekerja (X6.4).

Page 41: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

37

Bahasan Strategis Sebagai Upaya Untuk Mengatasi Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan. Berdasarkan hasil analisa Regresi diperoleh bahwa Variabel Lingkungan Kerja (X1), Tenaga Kerja (X2) dan Keuangan (X6) merupakan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah Material (X3), Peralatan (X4), Metode Pelaksanaan (X5) dan Desain (X7). Selanjutnya faktor-faktor yang berpen-garuh secara signifikan terhadap keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Faktor Lingkungan Kerja yang merupakan hasil reduksi dari variabel-variabel manifest yang terdiri dari :

Pelaksanaan proyek bertepatan den-gan Musim Tanam tembakau (X1.1), Pelaksanaan proyek bertepatan dengan bulan puasa (X1.2), Intensitas hujan yang tinggi (X1.3), Kondisi Lokasi/Tempat kerja (site) yang sulit (X1.4), Suhu pulau Madura yang panas, (X1.5).

2. Faktor Tenaga Kerja yang merupakan hasil reduksi dari variabel-variabel manifest yang terdiri dari : Keterampilan tenaga kerja (X2.1), Jumlah te-naga kerja (X2.2), Tenaga pelaksana (mandor) kurang baik (X2.3).

3. Faktor Keuangan yang merupakan hasil reduksi dari variabel-variabel manifest yang terdiri dari : Kemampuan keuangan (X6.1), Sering terjadi keterlambatan pembayaran oleh owner kepada kontraktor (X6.2), Sering terjadi keterlambatan pembayaran oleh Kontraktor kepada Supliyer (X6.3), Sering terjadi keterlambatan pembayaran oleh Kontraktor kepada Pekerja (X6.4).

Selanjutnya akan dibahas strategi yang digunakan terhadap faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi keterlambatan pekerjaan. Strategi Mengatasi Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan. 1. Lingkungan Kerja (X1)

Faktor Lingkungan Kerja menyumbang Konstribusi sebesar 41,72%. Artinya, keterlambatan proyek dipengaruhi secara signifikan oleh Lingkungan Kerja sebesar 41,72%. Nilai koefisien β positif mengindikasikan bahwa

ketika Lingkungan Kerja kondusif dan baik, maka pelaksanaan proyek akan semakin cepat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan da-lam kontrak dan tidak terjadi keterlambatan. Kemudian untuk mengetahui indikator mana yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan pelaksa-naan pekerjaan pada faktor Lingkungan Kerja dapat dilihat pada nilai komunalitas yang tinggi pada Tabel 6, sebagai berikut :

Tabel 6. Nilai Komunalitas Faktor Lingkungan Kerja (X1)

Variabel Manifes Nilai Komunalitas X1.1 0,210 X1.2 0,644 X1.3 0,533 X1.4 0,445 X1.5 0,255

Sumber : Analisis Data SPSS

Dari Tabel 6. diketahui bahwa indikator dari faktor Lingkungan Kerja yang paling dominan mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah X1.2 yakni Pelaksanaan proyek bertepatan dengan bulan puasa dengan nilai komunalitas sebesar 0,644. Maka strategi yang digunakan untuk mengatasinya adalah kontraktor menambahkan jumlah tenaga dan jam kerja pada malam hari (lembur), dengan harapan bahwa produktifitas yang dicapai dapat sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun sebelumnya.

2. Tenaga Kerja (X2) Faktor Tenaga Kerja menyumbang Konstribusi sebesar 59,23%. Artinya, keterlambatan proyek dipengaruhi secara signifikan oleh Tenaga Kerja sebesar 59,23%. Nilai koefisien β positif mengindikasikan bahwa ketika

Tenaga Kerja yang digunakan baik, terampil dan jumlahnya cukup, maka pelaksanaan proyek akan semakin cepat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak dan tidak terjadi keterlambatan. Kemudian untuk mengetahui indikator mana yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan pelaksanaan pekerjaan pada faktor Tenaga Kerja dapat dilihat pada nilai komunalitas yang tinggi pada Tabel 7. sebagai berikut :

Tabel 7. Nilai Komunalitas Faktor Tenaga Kerja (X2) Variabel Manifes Nilai Komunalitas

X2.1 0,562 X2.2 0,664 X2.3 0,551

Page 42: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

38

Dari Tabel 7 diketahui bahwa indikator dari faktor Tenaga Kerja yang paling dominan mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah X2.2 yakni Jumlah tenaga kerja mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dengan nilai komunalitas sebesar 0,664. Maka strategi yang digunakan untuk mengatasinya adalah kontraktor menambah jumlah tenaga kerja yang cukup sesuai volume dan beban pekerjaan yang ada agar Produktifitas yang direncanakan dapat tercapai dan pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami keterlambatan.

3. Keuangan (X6) Faktor Keuangan menyumbang Konstribusi sebesar 69,77%. Artinya, keterlambatan proyek dipengaruhi secara signifikan oleh Keuangan sebesar 69,77%. Nilai koefisien β positif mengindikasikan bahwa ketika Masalah

keuangan perusahaan dari kontraktor lancar, maka pelaksanaan proyek tidak akan terganggu dan dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja dan tidak terjadi keterlambatan. Kemudian untuk mengetahui indikator mana yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan pelaksanaan pekerjaan pada faktor Keuangan dapat dilihat pada nilai komunalitas yang tinggi pada Tabel 8 sebagai berikut :

Tabel 8. Nilai Komunalitas Faktor Keuangan (X6) Variabel Manifes Nilai Komunalitas

X6.1 0,566 X6.2 0,709 X6.3 0,885 X6.4 0,631

Sumber : Analisis Data SPSS

Dari Tabel 8 diketahui bahwa indikator dari faktor Keuangan yang paling dominan mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah X6.3 yakni Sering terjadi keterlambatan pembayaran oleh Kontraktor kepada Supliyer dengan nilai komunalitas sebesar 0,885. Maka strategi yang digu-nakan untuk mengatasinya adalah kontraktor harus berupaya dan membenahi manajemen keuangan dalam perusahaan secara baik, agar tidak terjadi keterlambatan pembayaran kepada supliyer, karena ketika pasokan material terhambat maka pelaksanaan proyek pasti akan terganggu dan terancam ti-dak dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja. Salah satunya dengan cara mengatur dengan baik setiap dana yang keluar atau masuk.

5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan waktu pelaksanaan proyek pembangunan

Gedung Pemerintah di Kabupaten Pamekasan adalah : Faktor Lingkungan Kerja (X1), Faktor Tenaga Kerja (X2) dan Faktor Keuangan (X6).

2. Faktor yang paling dominan berdasarkan hasil analisa Regresi Linier berganda dalam mempengaruhi keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan pada proyek pembangunan Gedung Pemerintah di Kabupaten Pamekasan adalah faktor Tenaga Kerja (X2) dengan nilai koefisien β sebesar 0,165. Dengan indikator paling

dominan adalah X2.2 Yaitu Jumlah Tenaga Kerja. 3. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Pembangunan

Gedung Pemerintah di Kabupaten Pamekasan antara lain : a. Memaksimalkan pekerjaan Overtime (Lembur). b. Jumlah pekerja harus disesuaikan dengan beban dan volume pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan

disesuaikan dengan SNI 2836:2008. c. Kontraktor harus dapat melaksanakan pembayaran Tepat Waktu kepada supliyer agar pengiriman material

tidak terganggu.

Saran 1. Kontraktor harus mempunyai tenaga yang memadai, baik tenaga administrasi, tenaga teknis dan lain-lain.

Sehingga semua permasalahan yang ada dapat segera dipahami dan diselesaikan dengan baik. 2. Kontraktor harus menyusun SOP (Standard Operation Procedure) yang baik dan harus sudah dilakukan diawal

masa kontrak. 3. Konsultan Perencana harus memberikan data dan spesifikasi yang tepat agar pelaksanaan tidak terlalu banyak

berubah dari hasil perencanaan. 4. Konsultan Pengawas harus memahami prosedur kerja dan dokumen kontrak serta melakukan pengeawasan dan

Page 43: ISSN 2527 - ft.unira.ac.idft.unira.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Rekayasa_Vol.1_No.1_Juni... · Beberapa jenis Standar yang menjadi petunjuk perencanaan perkerasan jalan yang merupakan

39

pengendalian pekerjaan sesuai dengan SOP. 5. Semua Stakeholder proyek harus dapat melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai dengan tanggung

jawab masing-masing, agar tujuan proyek yaitu tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya dapat tercapai. 6. Untuk penelitian selanjutnya, dapat memasukkan Volume Pekerjaan sebagai salah satu Variabel yang menjadi

faktor penyebab keterlambatan waktu pelaksanaan proyek. 6. DAFTAR PUSTAKA Arianto, Arif. (2010). Eksplorasi metode Bar chart, cpm, pdm, pert,Line of balance dan time chainage diagram

Dalam penjadwalan proyek konstruksi, Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil. Universitas Diponegoro, Semarang

Dipihusodo, Istimawan. (1996). Manajemen Proyek dan Konstruksi jilid 1 dan 2, Kannisius, Yogyakarta. Girsang, D.S, dkk. (2013). Analisis Faktor-Faktor Penyebab keterlambatan pelaksanaan Proyek-proyek

pemerintah, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Ismael, Idzurnida. (2013). Keterlambatan proyek konstruksi gedung, Faktor penyebab dan tindakan pencegahannya,

Institut Teknologi Padang, Padang. Isabel Alves Do Rego, Maria. (2012). Strategi Dalam Mengatasi Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung

Pemerintah di Dili Timor Leste, Program Pascasarjana Magister Teknik Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional Malang. Malang

Project Management Institute. (2013). Project Management Book Of Knowledge. Fifth Edition. Project Management Institute. inc, Pensylvania

Riduwan. (2010). Dasar-Dasar Statistika, CV Alfabeta, Bandung. Singarimbun, dkk. (2006). Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta. Suyatno. (2010). Analisa Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Gedung (Aplikasi Model Regresi,

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Soeharto, Imam. (1995). Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Erlangga, Jakarta. Sugiyono. (2006). Statistika dan Penelitian, CV Alfabeta, Bandung.