ispa 5

download ispa 5

of 110

Transcript of ispa 5

  • 7/25/2019 ispa 5

    1/110

    SKRIPSI

    HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN

    PENYAKIT INFEKSI PADA BAYI DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS GALESONG UTARA

    KABUPATEN TAKALAR

    HAJAR HASAN

    K 111 11 008

    Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2015

  • 7/25/2019 ispa 5

    2/110

  • 7/25/2019 ispa 5

    3/110

  • 7/25/2019 ispa 5

    4/110

    i

    RINGKASAN

    Universitas HasanuddinFakultas Kesehatan Masyarakat

    Epidemiologi

    Hajar Hasan

    Hubungan Praktik Pemberian ASI dengan Kejadian Penyakit Infeksi pada

    Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar

    (ix+ 75 Halaman+ 8 Tabel + 2 Gambar + 7 lampiran )

    Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian yang

    terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara berkembang

    termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi seseorang akan lebih

    rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitankarena penyakit infeksi serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi

    dan balita. Data World Health Statistics menunjukkan bahwa lebih dari 70%

    kematian balita disebabkan oleh penyakit infeksi. Prevalensi penyakit infeksi di

    Puskesmas Galesong Utara pada tahun 2014 yaitu mencapai 82 %. Tujuan

    penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan praktik pemberian ASI dengan

    kejadian penyakit infeksi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar

    Jenis Penelitian ini yaitu menggunakan studi observasional analitik

    dengan rancangan desain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini

    adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan yang bertempat tinggal

    di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar pada tahun 2014yaitu 125 orang dan tercatat dalam buku registrasi persalinan di Puskesmas

    Galesong Utara. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan

    exhaustive samplingdimana keseluruhan dari populasi menjadi sampel penelitian

    yaitu 125 sampel. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi square dengan

    tingkat kemaknaan = 0,05.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 116 bayi terdapat 82 bayi atau

    70,7% yang pernah menderita penyakit infeksi. Berdasarkan hasil analisis bivariat

    terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (p= 0,004), Pemberian

    ASI eksklusif (p=0,000) dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi serta tidak

    ada hubungan dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dengan

    kejadian penyakit infeksi pada bayi (p> 0,05). `Disarankan kepada instansi kesehatan khususnya bagian KIA di

    Puskesmas Galesong Utara agar kiranya memperbanyak program kesehatan

    seperti melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait kejadian penyakit

    infeksi pada bayi sehingga masyarakat dapat mengetahui pencegahan tentang

    penyakit infeksi kepada bayi, untuk menekan angka kematian maupun kesakitan

    akibat penyakit infeksi.

    .

    Kata Kunci:IMD, ASI eksklusif, MP ASI, penyakit infeksi, bayi

    Daftar Pustaka: 40 (20032014)

  • 7/25/2019 ispa 5

    5/110

    ii

    KATA PENGANTAR

    Kata yang lebih pantas dan berharga untuk diucapkan hanyalah puji dan

    syukur tiada terhingga atas karunia berkah yang dilimpahkan oleh Allah SWT.

    Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, guna memenuhi salah satu

    persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S.1 di Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas Hasanuddin dengan judul penelitian Hubungan Praktik

    Pemberian ASI dengan Kejadian Penyakit Infeksi pada Bayi di Wilyah

    Kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar. Berkah itu tidak

    mungkin akan terlupakan, terutama dalam usaha penyelesaian penyusunan skripsi

    ini.

    Sebagai pertanda akan ketidak sempurnaan dari diri penulis sebagai insan

    manusia maka segala kekurangan yang mewarnai skripsi ini baik dalam metode

    penulisan maupun dalam pemaparan isinya diharapkan kritik dan saran yang

    sifatnya membangun dari pembaca. Dalam upaya menciptkan diri untuk lebih

    dekat dengan orang yang mencintai kebenaran dan kebijakan.

    Dalam proses perjuangan yang panjang dan cukup melelahkan ini,

    pengorbanan fisik dan nonfisik, tidak mengenal putus asa serta ketabahan dan

    kesabaran hanya dapat dimaknai dari hasil akhir yang diraih dengan semua proses

    pemebelajaran akademik yang besar artinya, serta diharapkan mampu mengantar

    penulis kejenjang perjuangan yang lebih panjang lagi. Begitu pula dalam proses

    penyelesaian skripsi ini, peranan dari berbagai pihak sangat besar artinya dalam

    mengantar penulis menuju gerbang cita-cita yang mulia.

  • 7/25/2019 ispa 5

    6/110

    iii

    iii

    Sembah sujudku serta penghargaan yang tak terhingga pada kedua orang

    tuaku tercinta. Ayahanda H.Hasan Dini dan Ibunda Hj. St. Haoleni yang telah

    mewarnai sikap, perilaku, dan segala pengorbanannya semoga mendapat balasan

    dari Allah SWT. Serta saudaraku tersayang Hasni Hasan. S.Ag, Salawati Hasan,

    Hasanuddin Hasan. A.Md, Haerani Hasan. S.Pd yang selalu memberikan

    dorongan, bantuan dan semangat didalam penyusunan skripsi ini.

    Penulisan skripsi ini, tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan pihak lain.

    Oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terimah kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Noer Nasry Noor, MPH selaku pembimbing 1 dan Bapak

    Dian Sidik A,SKM, MKM selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan

    waktunya untuk membimbing penulis tanpa lelah.

    2. Bapak Prof.Dr.drg.H.A.Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan Fakultas

    Kesehatan Masayarakat Universitas Hasanuddin.

    3. Bapak Ansariadi,SKM, M.Sc.PH,Ph.D selaku ketua jurusan epidemiologi

    beserta seluruh dosen dan staf pegawai atas segala bantuan dan

    perhatiannya yang telah diberikan.

    4. Ibu Balqis, SKM,M.Kes,M.Sc.PH selaku penasehat akademik yang telah

    membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikannya.

    5. Ibu Jumriani Ansar,SKM,M.Kes, ibu Dr. Suriah,SKM, M.Kes, dan Bapak

    Abdul Salam,SKM, M.Kes selaku desen penguji yang selalu memberikan

    masukan serta ilmu bagi penulis.

  • 7/25/2019 ispa 5

    7/110

    iv

    iv

    6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar dan Kepala Puskesmas

    Galesong Utara Kabupaten Takalar yang bersedia memberikan izin dan

    rekomenasi peneliti.

    7. Kepada sahabat-sahabatku Muliana, Zelvy, Riana, Lilis, Rifkah, Musdalifah

    dan kakanda senior Nurmina,Uchi, Ekha yang selalu membantu dan

    member dorongan serta motivasi atas terampunnya skripsi ini.

    8. Azhar Chaeruddin Rahim yang senantiasa meluangkan waktunya didalam

    penyusunan skripsi ini.

    9. Teman-Teman PBL kelurahan Rappojawa dan teman-teman KKN Profesi

    Kesehatan Angkatan 47 desa Borikamase yang selalu memberikan

    semangat.

    10.Teman-teman angkatan 2011 terkhusus teman-teman jurusan epidemiologi

    yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang mendukung

    dalam menyeslesaikan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari apa

    yang diharapkan. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis

    mengharapkan kritikan dan saran yang membangun guna penyempurnaan

    penulisan skripsi. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

    dan berguna bagi semua pihak yang membacanya

    Makassar, April 2015

    P e n u l i s

  • 7/25/2019 ispa 5

    8/110

    iv

    DAFTAR ISI

    Hal

    HALAMAN JUDUL

    LEMBAR PERSETUJUAN

    LEMBAR PENGESAHAN

    RINGKASAN........................................................................................ i

    KATA PENGANTAR........................................................................... ii

    DAFTAR ISI.......................................................................................... v

    DAFTAR TABEL................................................................................. vii

    DAFTAR GAMBAR............................................................................. viii

    DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................ 1

    B. Rumusan Penelitian ................................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A.Tinjauan Umum Penyakit Infeksi ............................................ 8

    B.Tinjauan Umum ASI Eksklusif ................................................. 13

    C.TinjauanUmumMP-ASI ........................................................... 25

    D.TinjauanUmum IMD ............................................................... 28

    BAB III KERANGKA KONSEP

    A.Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ........................................ 35

  • 7/25/2019 ispa 5

    9/110

    v

    v

    B. Kerangka Konsep ..................................................................... 37

    C.Definsi Operasional dan Kriteria Objektif ................................ 37

    D.Hipotesis Penelitian .................................................................. 40

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian........................................................................ 41

    B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 41`

    C. Populasi dan Sampel .............................................................. 42

    D. Subjek penelitian ..................................................................... 43

    E. Pengumpulan Data .................................................................. 44

    F. Pengolahan Data ..................................................................... 45

    G. Analisi Data ........................................................................... 46

    H. Penyanjian Data ...................................................................... 47

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 48

    B. Hasil Penelitian ....................................................................... 49

    C. Pembahasan............................................................................. 60

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................. 70

    B. Saran ...................................................................................... 70

    DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 72

    LAMPIRAN

  • 7/25/2019 ispa 5

    10/110

    vii

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 1 Komposisi Kandungan ASI. 21

    Tabel 2 Perkiraan Kebutuhan ASI Untuk Bayi Usia 1-24 Minggu 22

    Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan di wilayah kerja

    Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar 51

    Tabel 4 Karakteristik Jenis Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

    Galesong Utara Kabupaten Takalar... 52

    Tabel 5 Distribusi Variabel penelitian di wilayah kerja Puskesmas

    Galesong Utara Kabupaten Takalar... 54

    Tabel 6 Hubungan Inisiasi Menusu Dini dengan Kejadian Penyakit

    Infeksi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong

    Utara Kabupaten Takalar... 56

    Tablel 7Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian

    Penyakit Infeksi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

    Galesong Utara Kabupaten Takalar... 58

    Tabel 8Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Penyakit

    Infeksi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong

    Utara Kabupaten Takalar... 59

  • 7/25/2019 ispa 5

    11/110

    viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 :Kerangka Konsep

    Gambar 2: Peta wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara tahun 2014

  • 7/25/2019 ispa 5

    12/110

    ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

    Lampiran 2: Hasil Analisi Data

    Lampiran 3: Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Bagian Epidemiologi

    Lampiran 4: Surat Izin Penelitian dari FKM UNHAS

    Lampiran5: Surat Izin Penelitian Dari Kesatuan Bangsa dan Politik Kab. Takalar

    Lampiran 6: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Puskesmas

    Galesong Utara

    Lampiran 7: Dokumentasi

    Lampiran 8: Riwayat Hidup

  • 7/25/2019 ispa 5

    13/110

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian

    yang terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara

    berkembang termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi

    seseorang akan lebih rentan terhadap infeksi. Penyakit infeksi masih

    merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan

    masih tingginya angka kesakitan karena penyakit infeksi serta menimbulkan

    banyak kematian terutama pada bayi dan balita ( Riskesdas 2013).

    Menurut data WHO pada tahun 2000-2003 penyakit infeksi (diare dan

    pneumonia) merupakan penyebab kematian dua urutan tertinggi di dunia pada

    anak di bawah umur lima tahun, dengan Proportional Mortality Rate (PMR)

    17% dan 19 %. Pada tahun yang sama, penyakit infeksi yaitu diare di Asia

    Tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak di

    bawah umur lima tahun dengan PMR sebesar 18% (Vieira, Silva et al. 2003)

    Menurut UNICEF penyakit infeksi merupakan penyebab kematian

    utama. Dari 9 juta kematian pada bayi dan balita per tahunnya di dunia, lebih

    dari 2 juta di antaranya meninggal akibat penyakit ISPA (Chidiebere, Stanley

    et al. 2014). WHO melaporkan lebih dari 50% kasus penyakit infeksi berada

    di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan, tiga per empat kasus

    penyakit infeksi pada balita berada di 15 negara berkembang. Indonesia

  • 7/25/2019 ispa 5

    14/110

    2

    termasuk dalam himpunan 15 negara itu, dan menduduki tempat ke-6 dengan

    jumlah 6 juta kasus. Data World Health Statistics menunjukkan bahwa lebih

    dari 70% kematian balita disebabkan oleh penyakit infeksi (seperti diare,

    pneumonia, campak, malaria dan malnutrisi) (Ehlayel, Bener et al. 2009).

    Angka kematian bayi di Indonesia, yang disebabkan oleh penyakit

    infeksi masih tinggi. Adapun salah satu cara untuk mengurangi prevalensi

    penyakit infeksi adalah Pemberian ASI eksklusif. Dalam menyukseskan

    pemberian ASI eksklusif adalah dengan IMD. IMD yang dilakukan pada satu

    jam pertama setelah kelahiran bayi dapat menentukan keberhasilan ibu dalam

    menyusu secara optimal serta mengurangi kematian terutama yang

    disebabkan penyakit infeksi. Hal ini dibuktikan oleh data Riskesdas (2007)

    bahwa penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan

    pneumonia(23,8%). Penyakit diare termasuk ke dalam sepuluh penyakit yang

    sering menimbulkan kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan yang diperoleh

    dari Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun

    2010, frekuensi KLB diare menempati urutan ke enam setelah DBD,

    chikungunya, keracunan makanan, difteri, dan campak (Depkes RI, 2011).

    Sedangkan, prevalensi pneumonia pada bayi di Indonesia adalah 0,76%

    dengan rentang antar provinsi sebesar 0-13,2% (Riskesdas, 2007).

    Angka kematian bayi di Sulawesi selatan menurut hasil

    suskemas/susenas 2002-2003 sebesar 47 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan

    hasil susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulawesi selatan pada tahun 2005

    sebesar 36 per kelahiran, dan hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan angka 41

  • 7/25/2019 ispa 5

    15/110

    3

    per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Dinas Provinsi Sulawesi Selatan

    ,2013).

    Berdasarkan laporan jumlah kematian bayi di Takalar juga Nampak

    berfluktuasi, pada tahun 2007 terjadi 19 kematian bayi (3,6 per 1000 kelahiran

    hidup) mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 14 kematian bayi (2,5

    kematian bayi per 1000) namun meningkat kembali pada tahun 2009 menjadi

    19 kematian bayi (3,6 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup) kemudian

    mengalami penurunan menjadi 17 kematian bayi ( 3,1 kematian per 1000

    kelhiran bayi) dan pada tahun 2010 menurun lagi menjadi 7 kematian bayi

    (7,0 kematian per 1000 kelahiran hidup) hal ini di sebabkan karena penyakit

    infeksi (Dinkes Kab.Takalar 2013).

    Puskesmas Galesong Utara merupakan salah satu puskesmas yang

    terletak di kabupaten Takalar dengan membawahi 5 desa diantaranya adalah

    Bontosunggu, Tamasaju, Bontolebang, Tamalate, dan Sampulungan. Total

    kunjungan pasien tahun 2014 sebanyak 6133 kunjungan. Adapun prevalensi

    penyakit infeksi pada bayi yang paling tinggi tahun 2014 di puskesmas

    Galesong Utara adalah diare yaitu mencapai 941 kasus dengan prevalensi

    15%, ISPA yaitu mencapai 3822 kasus dengan prevalensi 62%, dan penyakit

    ILI yaitu mencapai 327 kasus dengan prevalnesi 5%. Jadi prevalensi penyakit

    infeksi di puskesmas Galesong Utara pada tahun 2014 yaitu mencapai 82 %

    (puskesmas 2014).

    Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu program Departemen

    Kesehatan di Indonesia, yang dimaksudkan untuk memberikan rangsangan

  • 7/25/2019 ispa 5

    16/110

    4

    awal dimulainya pemberian ASI secara dini, dan diharapkan berkelanjutan

    selama 6 bulan pertama ASI eksklusif, karena kegagalan IMD dan pemberian

    ASI eksklusif pada periode tersebut, berpotensi menimbulkan defisiensi bahan

    nutrient pada bayi, serta memungkinkan terjadinya status gizi kurang, yang

    berujung pada turunnya IQ point bayi (sutriani 2012).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMD dapat mengurangi angka

    kematian neonatal sebesar 22 %. Di negara-negara berkembang IMD dapat

    menghemat sebanyak 1.45 juta jiwa setiap tahun. Hasil penelitian (Baker

    dkk.,2009) di Bolivia dan Madagascar, seperempat sampai setengah dari

    kematian bayi di Negara berkembang terjadi pada minggu pertama kehidupan.

    (N, L. S. (2012). Adapun penelitian yang dilakuan oleh Minarsih dkk tahun

    2010 dengan judul penelitian hubungan praktik inisiasi menyusu dini dengan

    kejadian diare pada bayi umur 012 bulan didapatkan hasil bahwa terdapat

    hubungan antara praktik inisiasi menyusu dini dengan kejadian diare dan

    umur pertama kejadian diare pada bayi (Minarsih and Adiningsih 2010).

    Adapun beberapa penelitian yang terkait dengan hubungan pemberian

    ASI ekslusif, MP-ASI dan IMD dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi

    diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sri Nauli Harahap tahun

    2012 dengan judul penelitian hubungan pemberian MP ASI dini dengan

    kejadian penyakit infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas

    Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012

    adapun hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

  • 7/25/2019 ispa 5

    17/110

    5

    pemberian MP ASI dini dengan kejadian penyakit infeksi (p

  • 7/25/2019 ispa 5

    18/110

    6

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui hubungan praktik pemberian ASI dengan kejadian

    penyakit infeksi pada bayi di wilayah kerja puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar.

    2. Tujuan Khusus

    a) Mengetahui hubungan pemberian ASI esklusif dengan kejadian

    penyakit infeksi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong

    Utara Kabupaten Takalar.

    b) Mengetahui hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kejadian

    penyakit infeksi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong

    Utara Kabupaten Takalar.

    c) Mengetahui hubungan pemberian MP ASI dengan kejadian penyakit

    infeksi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan

    dan sebagai media untuk menambah pengalaman peneliti.

    2. Manfaat Ilmiah

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi

    pembaca serta dapat menjadi referensi dalam rangka mengembangkan

    konsep bagi peneliti berikutnya.

  • 7/25/2019 ispa 5

    19/110

    7

    3. Manfaat bagi peneliti

    Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu

    pengetahuan dan informasi yang telah diperoleh.

    4. Manfaat bagi masyarakat

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan

    masyarakat bagi yang membaca penelitian tersebut.

  • 7/25/2019 ispa 5

    20/110

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Penyakit infeksi

    1. Pengertian

    Menurut UNICEF Penyakit infeksi merupakan penyebab kematian

    utama kesakitan dan kematian yang terjadi pada bayi dan anak.

    Terutama sering terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia.

    Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi seseorang akan lebih rentan

    terhadap infeksi Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan

    bagi masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan masih tingginya angka

    kesakitan karena penyakit infeksi serta menimbulkan banyak kematian

    terutama pada bayi dan balita

    Penyakit infeksi adalah masuknya kuman atau bibit penyakit baik

    virus, bakteri maupun jamur ke dalam organ tubuh dan berkembang biak

    serta menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dalam tubuh. Gejala

    utama terjadinya infeksi pada manusia adalah meningkatnya suhu badan

    yang disebut dengan demam (Harahap 2010).

    Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit

    penyakit seperti bakteri, virus, jamur, cacing, dsb. Rahmah (2010)

    mengemukakan bahwa penyakit infeksi mempunyai efek terhadap status

    gizi untuk semua umur, tetapi lebih nyata pada kelompok anak.

    Kebutuhan

  • 7/25/2019 ispa 5

    21/110

    9

    energi pada saat infeksi biasa mencapai dua kali kebutuhan normal

    karena meningkatnya metabolisme dalam tubuh. Penyakit infeksi dapat

    bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat

    menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran

    pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.

    Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit. Jaringan tubuh

    pada bayi dan balita belum sempurna dalam upaya membentuk

    pertahanan tubuh seperti halnya orang dewasa. Umumnya penyakit yang

    menyerang anak bersifat akut artinya penyakit menyerang secara

    mendadak dan gejala timbul dengan cepat.

    2. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada bayi

    a) ISPA

    ISPA adalah penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang

    ditandai dengan demam, sakit kepala, pilek, nyeri menelan dan batuk.

    Penyebaran dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat

    melalui partikel udara yang dikeluarkan melalui percikan (droplet) pada

    saat batuk/ bersin. Batas waktu 14 hari diambil untuk menunjukkan

    berlangsungnya proses akut, meskipun beberapa penyakit yang dapat

    digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari

    (Harahap 2010).

    ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena

    menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-

    kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami

  • 7/25/2019 ispa 5

    22/110

    10

    3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-60 % dari kunjungan di

    Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang

    disebabkan oleh ISPA mencakup 20% - 30%. Kematian yang terbesar

    umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari

    2 bulan hal ini disebabkan oleh pemberian MP-ASI dini (Harahap

    2010).

    Beberapa sumber yang digunakan untuk meneliti hubungan antara

    menyusui dan resiko ISPA pada bayi yang lahir cukup bulan. Analisis

    dari data-data yang diteliti menunjukkan pada negara-negara

    berkembang, bayi yang diberikan susu formula mengalami 3 kali lebih

    sering gangguan pernafasan yang membutuhkan perawatan intensif di

    rumah sakit, dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif

    selama 4 bulan atau lebih. Para peneliti di Australia Barat melakukan

    penelitian terhadap 2602 anak-anak untuk melihat peningkatan resiko

    asma dan gangguan pernafasan pada 6 tahun pertama. Anak-anak yang

    tidak mendapatkan ASI beresiko 40% lebih tinggi terkena asma dan

    gangguan pernafasan dibandingkan dengan anak-anak yang

    mendapatkan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan. Para peneliti ini

    merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif sekurangnya 4

    bulan untuk mengurangi resiko terkena asma dan gangguan pernafasan

    (Harahap 2010).

  • 7/25/2019 ispa 5

    23/110

    11

    b) Diare

    Menurut WHO (2009) Diare adalah suatu keadaan buang air besar

    (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari

    tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan

    diare persisten terjadi selama 14 hari. Secara klinis penyebab diare

    terbagi menjadi enam kelompok, yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi,

    keracunan makanan, imunodefisiensi dan penyebab lainnya. Misalnya

    gangguan fungsional dan malnutrisi.

    Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya

    frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari)

    yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita

    (Depkes, 2010).

    Diare merupakan penyebab kematian yang banyak dijumpai pada

    anak kecil. Kematian karena diare umumnya disebabkan oleh dehidrasi

    karena diare dan muntah yang berdampak pada hilangnya air dan garam

    tubuh. Hal ini terjadi saat anak belajar mendapatkan MP-ASI. Makanan

    yang dimakan anak mungkin mengandung banyak kuman yang dapat

    menyebabkan infeksi usus dan anak terkena diare.

    Antara keadan gizi buruk dan dan penyakit diare terhadap

    hubungan yang sangat erat sulit untuk mengatakan apakah terjadinya

    gizi buruk akibat adanya diare ataukah kejadian diare adalah

    disebabkan keadaan gizi buruk. Diare murupakan suatu gejala penyakit

    yang dapat terjadi karena berbagai sebab yaitu salah makan, makanan

  • 7/25/2019 ispa 5

    24/110

    12

    yang basi atau busuk seperti sering terjadi pada pemberian susu botol

    yang telah basi, yang akan berakibat infeksi. Mengingat tingginya

    angka kematian akibat diare dan gizi buruk, maka penanganan penderita

    harus dilakukan dengan cermat. Disamping pengembalian cairan yang

    hilang, pemberian makanan pun harus seksama sehingga

    memungkinkan tercapainya kembali berat badan anak (Harahap 2010).

    Adapun Penelitian yang dilaksanakan oleh Winda di Puskesmas

    Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta pada tahun 2010

    menunjukkan prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang

    mendapatkan ASI eksklusif sebesar 43,33 %. Sedangkan prevalensi

    kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapat MP-ASI dini

    sebesar 56,67 % (Wijayanti 2010).

    c) ILI (Influenza Like Illnes)

    Influenza Like Illness (ILI) adalah suatu proses infeksi akut pada

    saluran pernafasan dengan gejala klinis demam, sakit tenggorokan

    disertai batuk atau pilek. ILI merupakan masalah kesehatan di dunia

    tidak saja di negara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS,

    Kanada dan negara-negara Eropa (Kemenkes RI,2014).

    Penularan Penyakit ILI yaitu Transmisi virus influenza lewat

    partikel udara dan lokalisasinya di traktus respiratorius. Penularan

    bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus

    tersebut masuk ke dalam saluran napas. Penularan dari virus influenza

    secara umum dapat terjadi melalui inhalasi, kontak langsung taupun

  • 7/25/2019 ispa 5

    25/110

    13

    kontak tidak langsung. Pada dosis infeksi 10 virus/droplet 50 % orang-

    orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza.

    B. Tinjauan Umum ASI

    1. Pengertian

    Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

    Republik Indonesia (Tahun 2010), mendefinisikan ASI yaitu cairan hidup

    yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobin, enzim dan hormon,

    serta protein spesifik dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk

    pertumbuhan dan perkembangan anak. ASI adalah suatu emulsi lemak

    dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh

    kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi Dan

    didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) tahun 2012,

    menyatakan bahwa air susu ibu yang singkat menjadi ASI adalah cairan

    yang keluar dari kedua belah kelenjar payudara ibu yang mengandung

    nilai gizi dan menjadi makan utama bayi (Sahusilawane 2013).

    Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang direkomendasikan

    bagi semua bayi. American Academy of Pediatrics (AAP) dan World

    Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif

    selama 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai usia 1 tahun atau

    lebih. ASI telah dikenal luas memiliki berbagai kelebihan dibandingkan

    susu formula, antara lain komposisi nutrisi yang lebih baik, mengandung

    zat antibodi dan enzim yang berguna untuk kesehatan.

  • 7/25/2019 ispa 5

    26/110

    14

    Menurut Fikawati dan Syafiq, WHO menyatakan ASI eksklusif

    adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan padat

    apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes ataupun

    sirup sampai usia 6 bulan. Defenisi dari departemen kesehatan RI (2003)

    menyebutkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi

    tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak lahir sampai usia 6 bulan,

    kecuali pemberian obat dan vitamin (Nana Yuliana, 2013).

    Pengaturan mengenai pemberian ASI Eksklusif juga diatur dalam

    pasal 128 Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan

    sebagai berikut:

    a) Setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sejak

    dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.

    b) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah daerah,

    dan masyarakat harus mendudukung ibu bayi secara penuh dengan

    penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

    c) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

    Sementara pada peraturan pemerintah RI Nomor 33 tahun 2012

    tentang air susu ibu eksklusif, pasal (2) menyebutkan bahwa pengaturan

    pemberian ASI ekskluisf bertujuan untuk:

    a) menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif

    sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan

    memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.

  • 7/25/2019 ispa 5

    27/110

    15

    b) memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI

    eksklusif kepada bayinya, dan

    c) meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah

    daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif.

    2. Pemberian ASI Eksklusif

    UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif

    sampai bayi berumur enam bulan. Setelah itu anak harus diberi makanan

    padat dan semi padat sebagai makanan tambahan selain ASI. ASI

    eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI

    tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak

    pada umur tesebut. Pengenalan dini makanan yang rendah energi dan gizi

    atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higenis dapat menyebabkan

    anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing, sehingga

    mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit (Kemenkes

    2014).

    Berdasarkan Mentri Kesehatan nomor 450/MENKES/SK/VI/2004

    tentang pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia yaitu:

    a) Menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan

    dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau

    lebih dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.

    b) Tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang

    baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif dengan mengacu

    pada 10 langkah keberhasilan menyusui.

  • 7/25/2019 ispa 5

    28/110

    16

    3. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

    Manfaat pemberian ASI eksklusif yang terpenting bagi bayi adalah

    sebagai berikut:

    a) ASI eksklusif sebagai nutrisi

    Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai

    sepasang atau lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar

    air susu akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayi. ASI

    merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

    seimbang dan disesuaikan dengan kebuthan pertumbuhan bayi. ASI

    adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun

    kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai

    makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal

    sampai umur 6 bulan.

    b) ASI eksklusif meningkatkan daya tahan tubuh

    Bayi yang masih berada dalam kandungan, secara alamiah akan

    mendapat imunoglobin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui tali

    plasenta. Namun kadar zat ini akan cepat menurun setelah bayi lahir.

    Tubuh bayi baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga

    mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada

    saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk

    oleh badan bayi belum mencukupi maka terjadi kesenjangan zat pada

    bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI,

    karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan yang akan

  • 7/25/2019 ispa 5

    29/110

    17

    melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, virus, parasit, dan

    jamur.

    c) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

    Perkembangan kecerdasan berkaitan erat dengan pertumbuhan

    otak. Ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan. Faktor genetik

    dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan

    potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua. Faktor ini

    tidak dapat dimanipulasi ataupun direkayasa. Faktor lingkungan adalah

    faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai

    secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat

    dimanipulasi atau direkayasa.

    Selain hal tersebut diatas faktor utama yang mempengaruhi

    pertumbuhan otak bayi dan anak adalah nutrisi atau gizi yang

    diterimanya. ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan

    memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang

    perkembangan kognitifnya.

    d) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang

    Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui

    akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan

    tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya

    yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan

    disayangi merupakan dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk

    kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

  • 7/25/2019 ispa 5

    30/110

    18

    4. Komposisi ASI

    IDAI (2008), menyatakan bahwa keunggulan dan keistimewaan

    ASI sebagai nutrisi untuk bayi sudah tidak diragukan lagi. Seperti halnya

    nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan mikro

    nutrisi. Yang termasuk mkaronutrien adalah karbohidrat, protein dan

    lemak. Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang

    menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari pertama

    sampai hari kelima menyusu kaya akan zat gizi terutama protein.

    ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena

    itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan

    air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas.

    Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu

    formula lebih kental dibandingkan ASI sehingga dapat menyebabkan

    terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula IDAI,2008

    dikutip oleh (Sahusilawane 2013).

    Ada empat faktor yang mempengaruhi komposisi ASI,

    soetjiningsih tahun 1997 faktor-faktor yang dimaksud yaitu: stadium

    laktasi, ras, dan keadaan nutrisi. Kristiyanasari (2011) dalam Helene

    Esterlina Sahusilawane (2013), menyatakan bahwa komposisi ASI tidak

    sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan laktasi, komposisi ASI

    dibedakan menjadi tiga macam,yaitu:

    a) Kolostrum

  • 7/25/2019 ispa 5

    31/110

    19

    Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh

    kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material

    yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum

    dan setelah masa puerperium. Kolostrum disekresi oleh kelenjar

    payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat.

    Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.

    Kolostrum merupakan cairan viscous yang agak kental berwarna

    kekuning-kuningan lebih kuning di bandingkan dengan ASI mature,

    bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel

    epitel.

    Berat jenis kolostrum 1.040-1.060, berbeda dengan rata-rata

    berat jenis ASI matur 1.030. Kolostrum merupakan pencahar yang

    ideal untuk membersihkan mekoneum, sehingga mukosa usus bayi

    yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Kolostrum lebih

    banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI matur, serta

    lebih banyak mengandung antibodi yang dapat memberikan

    perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan.

    a. ASI Masa Transisi/Peralihan

    ASI masa transisi/peralihan merupakan ASI peralihan dari

    kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Disekresi dari hari

    keempat sampai hari ke sepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula

    pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada

    minggu ketiga sampai minggu kelima.

  • 7/25/2019 ispa 5

    32/110

    20

    ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu

    (laktosa). ASI mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah

    laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi

    cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein

    meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun

    kadar protein, laktosa, dan nutrient yang larut dalam air sama pada

    setiap kali periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.

    Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi

    protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin

    tinggi, hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi

    yang mulai aktif dan mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa

    ini pengeluaran ASI mulai stabil.

    b. ASI Matur

    ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh

    dan seterusnya, komposisi relative konstan (ada pula yang

    menyatakan bahwa komposisi ASI relative konstan baru mulai

    minggu ketiga sampai menggu kelima). Pada ibu yang sehat dimana

    produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang

    paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.

    ASI matur merupakan suatu cairan yang berwarna putih

    kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat,

    riboflavin dan karoten, yang terdapat di dalamnya. ASI matur jika

    dipanaskan tidak menggumpal. Di dalam ASI matur terdapat

  • 7/25/2019 ispa 5

    33/110

    21

    antimicrobial faktor antara lain: antibody terhadap bakteri dan virus,

    sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T), enzim

    (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amylase, fosfo

    diesterase, alkalinfosfatase), protein (laktoferin, B12 Binding protein),

    resistance faktor terhadap stafilokokus, komplemen, interferon

    producing cell, sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah

    dan adanya faktor bifidus, hormon.

    Untuk lebih jelasnya dalam melihat perbandingan komposisi

    kandungan ASI, dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

    Tabel 1

    Komposisi Kandungan ASI

    Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur

    Energy (kg kla)

    Laktosa (gr.100ml)Lemak (gr/100)

    Protein (gr/100)

    Mineral (gr/100)

    Immunoglobin:

    Ig A (mg/100 ml)

    Ig G (mg/100 ml)

    Ig M (mg/100 ml)

    Lisozim (mg/100 ml)

    Laktoferin

    57,0

    6,5

    2,9

    1,195

    0,3

    335,9

    5,9

    17,1

    14,2-16,4

    420-520

    63,0

    6,7

    3,6

    0,965

    0,3

    -

    -

    -

    -

    -

    65,0

    7,0

    3,8

    1,324

    0,2

    119.6

    2,9

    2,9

    24,3-27,5

    250- 270

    Sumber: Marimbi,2010 dan Kristiyanasari, 2011 dalam Helene EsterlinaSahusilawane tahun 2013

    Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk

    setiap waktu menyusui, dengan jumlah berkisar antara 450-12000 ml

    dengan rata-rata antara 750-850 ml/hari. Banyaknya ASI yang bersal dari

    ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah

  • 7/25/2019 ispa 5

    34/110

    22

    hanya 100-200 ml/hari ( IDAI,2008 dalam Helene Esterlina Sahusilawane

    tahun 2013).

    Jumlah ASI yang dibutuhkan oleh bayi tergantung pada usia dan

    berat badan bayi. Seperti terlihat pada tabel 2 berikut tentang kebutuhan

    ASI untuk bayi usia 1-24 minggu.

    Tabel 2

    Perkiraan Kebutuhan ASI Untuk Bayi Usia 1-24 Minggu

    Usia Bayi Kebutuhan/hari

    Minggu ke Satu

    Minggu ke 2-3

    Minggu ke 4-7

    Minngu ke 8- 12

    Minggu ke 1224

    100450 ml

    450600 ml

    600650 ml

    650750 ml

    750850 ml

    Sumber: Moejie dalam Marimbi, 2010 dikutip oleh (Sahusilawane 2013)

    Menurut hasil penelitian Irawati (2007), ada beberapa komposisi

    ASI eksklusif yang sangat bermanfaat bagi bayi yaitu:

    a) Karbohidarat

    Dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah

    setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah

    laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih

    manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang

  • 7/25/2019 ispa 5

    35/110

    23

    sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum

    PASI. Dengan demikian pemberian ASI akan semakin sukses.

    Hidarat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk

    pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel

    syaraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium

    mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang

    menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadi

    tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan

    mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.

    b) Protein

    Dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun

    demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya

    hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein

    unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI

    adalah 80:40, sedangkan dalam PASI 20:80. Artinya protein dalam

    PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem

    pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein

    yang sukar diabsorbsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering

    menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang

    menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi

    diberikan PASI.

    c) Lemak

  • 7/25/2019 ispa 5

    36/110

    24

    Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian

    meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap

    kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi

    lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10

    menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan

    hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan

    kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI

    mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan

    otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase.

    Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat

    diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula

    tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila

    dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap

    lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare.

    Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya

    dengan PASI yaitu 6 : 1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak

    yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu

    perkembanga sel syaraf otak bayi.

    d) Mineral

    ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya

    relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur

    6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang

    sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak di Hubungani

  • 7/25/2019 ispa 5

    37/110

    25

    oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi,

    tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat

    kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan

    meningkatkan pertumbuhan dalam bakteri yang merugikan sehigga

    mengakibat kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung,

    gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme.

    e) Vitamin

    ASI menggandung vitamin yang lengkap yang dapat

    mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitmin K, karena

    bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.

    C. Tinjauan Makanan Pendamping ASI

    1. Definisi MP-ASI

    Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau

    minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang

    berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya

    (Depkes,2006). Semakin meningkat umur bayi atau anak, kebutuhan

    akan zat gizi semakin bertambah karena proses tumbuh kembang,

    sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-

    ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.

    Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap

    baik bentuk maupun jumlahnya,sesuai dengan kemampuan pencernaan

    bayi atau anak.pemberian MP-ASI yang cukup dalam kualitas penting

  • 7/25/2019 ispa 5

    38/110

    26

    untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang

    betambah pesat pada periode ini (Depkes 2000).

    MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan

    keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara

    bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk

    menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-

    ASI (Depkes RI, 2004).

    Ada 4 kesalahan dalam pelaksanaan IMD. Pertama, bayi baru lahir

    biasanya sudah dibungkus sebelum diletakkan didada ibu akibatnya

    tidak terjadi kontak kulit. Kedua, bayi bukan menyusu melainkan

    disusui, berbeda antara menyusu sebelum dia siap untuk disusukan.

    Ketiga, memaksakan bayi untuk menyusu sebelum dia siap untuk

    disusukan. Keempat, bayi dipisahkan dari ibunya untuk dibawa ke

    ruang pemulihan untuk tindak lanjutan (Bate, A. I. A. 2014).

    2. Anjuran WHO Tentang MP-ASI

    Dalam deklasrasi innocent yang dilakukan antara perwakilan WHO

    dan UNICEF pada tahun 1991, mendefenisikan bahwa pemberian

    makan bayi yang optimal adalah pemberian ASI Eksklusif mulai dari

    saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua

    kehidupan.makanan tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi

    berusia sekitar 6 bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan kenvensi

    expert panel meetingyang meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan

  • 7/25/2019 ispa 5

    39/110

    27

    menyimpulkan bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi yang

    optimal untuk pemberian ASI Eksklusif (Gibney,MJ et all,2009).

    3. Jenis-jenis MP-ASI

    Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik tekstur, frekuensi,

    dan porsi makan harus disesuaikan denga tahap perkembangan dan

    pertumbuhan bayi dan anak usia 6-24 bulan,300 kkal per hari untuk

    bayi usia 9-11 bulan, dan 550 kkal per hari untuk anak usia 12-23 bulan

    (Depkes,2000) (Bownan,BA, et al, 2001).

    MP-ASI pertama sebaiknya adalah golongan beras dan serealia,

    karena berdaya alergi rendah, secara berangsur-ansur, di perkenalkan

    sayuran yang dikukus dan dilhaluskan, buah yang di haluskan, kecuali

    pisang dan alpukat matang dan yang harus di ingat adalah jagan

    diberikan buah atau sayuran mentah. Setelah bayi dapat menerima beras

    atau sereal, sayur dan buah dengan baik, berikan sumber protein (tabu,

    tempe, daging ayam, hati ayam dan daging sapu) yang dikukus dan

    dihaluskan.(Depkes, 2000)

    Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang

    dianggap baik adalah apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut :

    a) Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai

    diperkenalkan pada bayi ketika usianya lebih dari 6 bulan dan

    kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat melebihi dari apa yang

    didapatkannya melalui ASI

  • 7/25/2019 ispa 5

    40/110

    28

    b) Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan

    memberikan energy, protein dan zat gizi mikro yang cukup untuk

    memenuhi kebutuhan zat gizi anak.

    c) Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi

    mikroorganisme baik pada saat disiapkan, disimpan maupun saat

    diberikan pada anak.

    4. Manfaat Pemberian MP-ASI Sesuai Tahapan Umur

    Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70%

    kebutuhan gizi bayi, sehingga bayi mulai membutuhkan makanan

    pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian makanan padat pertama ini

    harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain keterampilan motorik,

    keterampilan mengecap dan mengunyah serta penerimaan terhadap rasa

    dan bau. Untuk itu pemberian makanan pada pertama perlu dilakukan

    secara bertahap. Misalnya, untuk melatih indera pengecapnya, berikan

    bubur susu satu rasa dahulu, kemudian dicoba dengan multirasa.

    D. Tinjauan Umum IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

    1. Pengertian

    Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah memberikan ASI segera setelah

    bayi dilahirkan, biasanya dalam 30 menit- 1 jam pasca bayi dilahirkan atau

    pemberian air susu ibu dimulai sedini mungkin segera setelah bayi lahir,

    setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan

    kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu

  • 7/25/2019 ispa 5

    41/110

    29

    menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat

    menyusui sendiri (Kemenkes 2014).

    WHO (World Healt Organization) merekomendasikan bahwa

    inisiasi menyusui dini dalam satu jam pertama kelahiran, menyusu secara

    Eeksklusif selama enam bulan, diteruskan dengan makanan pendamping

    ASI sampai usia dua tahun. Konferensi tentang hak anak mengakui bahwa

    setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup

    dan berkembang setelah persalinan (Roesli, 2008).

    2. Manfaat IMD

    IMD merupakan salah satu faktor yang mendukung untuk terjadinya

    proses involusi uteri, karena dengan memberikan ASI segera setelah bayi

    lahir memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus. Stimulasi isapan

    bayi yang dikenal sebagai ejeksi atau pengeluaran ASI isapan bayi adalah

    stimulasi utama pengeluaran ASI dan reflek ini dapat dikondisikan

    (Martini 2012).

    Manfaat lain dari inisiasi dini membantu spesies manusia menjaga

    kemampuan survival (bertahan hidup) alaminya. Jika kita tidak memberi

    kesempatan pada bayi baru lahir untuk melakukan inisiasi menyusu dini,

    maka kita sebenarnya tengah menghilangkan kemampuan survival alami

    pada satu generasi spesies manusia. Tetapi bayi itu tidak pernah mendapat

    kesempatan menguji kemampuan survival untuk menemukan sendiri

    sumber kehidupan mereka yaitu air susu ibu (Dalila 2013).

  • 7/25/2019 ispa 5

    42/110

    30

    Menurut KEMENKES RI tahun 2014 beberapa keuntungan IMD

    adalah:

    a) Keuntungan kontak kulit ibu dengan kulit bayi

    1) Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi

    2) Menstabilkan pernafasan

    3) Mengendalikan temperatur tubuh bayi

    4) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik

    5) Mendorong keterampilan bayi menyusu yang lebih cepat dan

    efektif

    6) Meningkatkan berat badan bayi lebih cepat

    7) Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi

    8) Bayi tidak banyak menangis pada satu jam pertama

    9) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu didalam perut

    bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap kuman

    10)Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama

    beberapa jam pertama kehidupannya.

    b) Keuntungan IMD untuk ibu

    1) Merangsang produksi hormone oksitosin. hormon oksitosin

    akan merangsang kontraksi uterus dan menurunkan resiko

    terjadinya perdarahan produksi ASI, keuntungan dan hubungan

    mutualistik ibu dan bayi, ibu menjadi lebih tenang, fasilitas

    kelahiran plasenta dan pengalihan nyeri dari berbagai prosedur

    pasca persalinan lainnya.

  • 7/25/2019 ispa 5

    43/110

    31

    2) Meransang produksi hormon prolaktin. hormon prolaktin akan

    meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi stress

    dan rasa kurang nyaman, memberikan efek relaksasi pada ibu

    setelah bayi menyusu, menunda terjadinya ovulasi sehingga

    mempunyai efek kontrasepsi.

    c) Keuntungan IMD untuk bayi

    1) Makanan dengan kualitas dan kualitas optimal agar kolostrum

    segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi

    2) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang

    segera kepada bayi

    3) Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi

    4) Meningkatkan kecerdasan

    5) Membantu bayi mengkoordinasi hisap, telan dan nafas

    6) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi

    7) Mencegah kehilangan panas

    8) Merangsang kolostrum segera keluar

    3. LangkahLangkah Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

    Ada 10 langkah yang harus dilakukan untuk terlaksananya IMD

    berdasrkan (Cludia 2013)yaitu :

    a) Ibu perlu ditemani seseorang yang dapat memberikan rasa nyaman

    dan aman saat melahirkan, baik itu suami, ibu, teman atau saudara

    yang lain.

  • 7/25/2019 ispa 5

    44/110

    32

    b) Membantu proses kelahiran dengan upaya-upaya di luar obat

    seperti pijatan, aromaterapi dan lain-lain kecuali jika dokter sudah

    memutuskan untuk menggunakan obat atau alat pemicu.

    c) Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu saat proses persalinan

    atau memberikan posisi melahirkan sesuai keinginan ibu, karena

    tidak semua ibu merasa nyaman dengan posisi terlentang.

    d) Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk halus segera setelah

    lahir tanpa dimandikan terlebih dahulu, biarkan cairan alami yang

    menyelimuti kulit bayi.

    e) Meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi tengkurap.

    f) Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu hingga bayi

    menemukan puting susu ibu kemudian menyusunya.

    g) Membiarkan bayi bergerak secara alami mencari payudara ibu

    jangan arahkan menuju salah satu puting tetapi pastikan bayi dalam

    posisi nyaman untuk mencari puting susu ibu.

    h) Ibu yang melahirkan dengan sexcio caesar juga harus segera

    bersentuhan dengan bayinya setelah melahirkan yang tentu

    prosesnya membutuhkan perjuangan yang lebih.

    i) Kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan bayi

    seperti menimbang dan mengukur harus dilakukan setelah bayi

    bisa melakukan inisiasi menyusu dini.

    j) Jangan memberikan cairan atau makanan lain pada bayi kecuali

    ada indikasi medis.

  • 7/25/2019 ispa 5

    45/110

    33

    4. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini

    Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI tahun 2014 adapun Tujuan IMD

    adalah:

    a) Kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang.

    b) Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan

    membentuk koloni dikulit dan usus bayi sebagai perlindungan diri.

    c) Kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi akan meningkatkan

    ikatan kasih saying ibu dan bayi.

    d) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

    e) Mengurangi terjadinya anemia.

    5. Faktor Yang Menghambat Proses Inisiasi Menyusu Dini

    Menurut (Cludia 2013) banyak sekali masalah yang dapat

    menghambat pelaksanan IMD antara lain:

    a) Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya inisiasi menyusui

    b) Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya praktek

    Inisiasi Menyusu Dini

    c) Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K tetes mata untuk

    mencegah penyakit harus segera diberikan setelah lahir, padahal

    sebenarnya tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam

    sampai bayi menyusu sendiri

    d) Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat

    yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan

  • 7/25/2019 ispa 5

    46/110

    34

    e) Kepercayaan masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk

    menyususi dini sebelum payudaranya dibersihkan

    f) Ibu lelah setelah melahirkan

    g) Ibu harus dijahit

    h) Bayi harus segera dibersihkan,ditimbang dan diukur panjang.

  • 7/25/2019 ispa 5

    47/110

    35

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

    Berdasarkan dari data yang telah diperoleh menyatakan bahwa salah satu

    penyebab utama morbiditi dan mortalitas pada bayi adalah penyakit infeksi.

    Penyakit infeksi pada bayi merupakan penyebab utama kesakitan dan

    kematian yang terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara

    berkembang termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi

    seseorang akan lebih rentan terhadap infeksi penyakit infeksi masih

    merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan

    masih tingginya angka kesakitan karena penyakit infeksi serta menimbulkan

    banyak kematian terutama pada bayi dan balita.

    Adapun pengertian dari setiap variabel independen adalah sebagai berikut:

    1. Pemberian ASI eksklusif

    WHO menyatakan ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa

    tambahan cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau

    obat dalam bentuk tetes ataupun sirup sampai usia 6 bulan.

    Salah satu yang mempengaruhi suatu penyakit infeksi pada bayi

    adalah pemberian ASI eksklusif karena pemberian ASI eksklusif

    berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi. Semakin sedikit jumlah bayi

    yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak

    balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan pendamping ASI

  • 7/25/2019 ispa 5

    48/110

    36

    yang tidak benar akan menyebabkan gangguan pencernaan sehingga

    penyakit infeksi akan lebih mudah menginfeksi bayi.

    2. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

    MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan

    keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara

    bertahap baik bentuk mau pun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk

    menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI

    (Depkes RI, 2004).

    Berdasarkan WHO salah satu yang mempengaruhi suatu kejadian

    penyakit infeksi adalah bayi yang diberikan makanan pendamping selain

    ASI akan mempunyai risiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3

    kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas

    (ISPA) dibandingkan bayi yang mendapat ASI. Dalam hal ini bayi akan

    lebih mudah terinfeksi penyakit dan mempunyai risiko lebih besar

    dibanding yang lain.

    3. Inisiasi Menyusu Dini

    Inisiasi menyusu dini adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini

    mungkin

    segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, sehingga Memberikan

    kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi dengan

    demikian sistem kekebalan pada bayi akan kuat dan tidak mudah terinfeksi

    oleh penyakit.

  • 7/25/2019 ispa 5

    49/110

    B. Kerangka Konsep

    Keterangan:

    = Variabel Indepanden

    = Variebel Dependen

    = Variabel Antara ( tidak diteliti)

    C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

    1.Variabel Dependen

    a) Penyakit Infeksi

    Penyakit infeksi pada penelitian ini adalah apabila responden

    telah didiagnosis oleh dokter menderita penyakit infeksi (diare, ISPA,

    Influenza Like Illnes, batuk, demam ) dan tercatat dalam rekam medik.

    Kriteri Objektif

    Menderita :jika bayi pernah menderita penyakit infeksi (Diare,

    ISPA, Influenza Like Illnes, Batuk,Demam ) dan

    tercatat dalam rekam medik

    Penyakit

    Infeksi

    IMD

    Pemberian ASI

    Eksklusif

    Pemberian MP-

    ASI

    Imunitas

  • 7/25/2019 ispa 5

    50/110

    Tidak menderita : jika bayi tidak pernah menderita penyakit infeksi

    (Diare, ISPA, Influenza Like Illnes, Batuk, Demam )

    dan tercatat dalam rekam medik.

    2. Variabel Independen

    a) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

    Inisiasi menyusu dini adalah bayi yang diletakkan diatas dada

    ibu dalam posisi tengkurap dan bayi berusaha mencari puting susu

    ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama setelah kelahiran.

    kriteria objektif

    Ya : jika bayi diletakkan didada dalam posisi

    tengkurap dan berusaha mencari puting susu ibu

    kemudian menyusu pada satu jam pertama setelah

    kelahiran.

    Tidak : jika bayi tidak diletakkan didada dalam posisi

    tengkurap dan berusaha mencari puting susu ibu

    kemudian menyusu pada satu jam pertama setelah

    kelahiran.

    b) Pemberian ASI eksklusif

  • 7/25/2019 ispa 5

    51/110

    Pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja sejak

    kelahirannya tanpa diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)

    atau minuman selain ASI selama bayi berusia 6 bulan.

    kriteria objektif

    ASI Eksklusif : jika ibu memberikan ASI tanpa

    diberikan makanan tambahan lain atau

    minuman hingga bayi berusia 6 bulan.

    Tidak ASI Eksklusif : jika ibu memberikan ASI pada bayinya

    kurang dari 0-6 bulan (6 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya seperti

    pisang, dan bubur.

    kriteria Objektif:

    MP-ASI : Jika ibu memberikan makanan pendamping

    ASI pada bayi > 6 bulan.

    Tidak MP-ASI : Jika ibu tidak memberikan makanan

    pendamping ASI pada bayi < 6 bulan sejak

    kelahirannya.

  • 7/25/2019 ispa 5

    52/110

    D. HIPOTESIS PENELITIAN

    1.Hipotesis Null (Ho)

    a) Tidak ada hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan

    kejadian penyakit infeksi pada bayi.

    b) Tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

    penyakit infeksi pada bayi.

    c) Tidak ada hubungan antara Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-

    ASI) dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.

    2.Hipotesis Alternatif (Ha)

    a) Ada hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kejadian

    penyakit infeksi pada bayi

    b) Ada hubungan antara Pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

    penyakit infeksi pada bayi

    c) Ada hubungan antara Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

    dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.

  • 7/25/2019 ispa 5

    53/110

    41

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Dalam Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan

    rancangan penelitian cross sectionalatau studi potong lintang, yang dimaksud

    dengan studi potong lintang adalah jenis penelitian yang mempelajari

    hubungan antara variabel bebas atau independent atau faktor resiko dengan

    variabel terikat atau dependen atau efek, yang dilakukan dalam satu saat

    (Notoatmodjo 2006). Dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan

    antara praktik pemberian ASI dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.

    B. Lokasi dan waktu penelitian

    1. Lokasi penelitian

    Lokasi penelitian adalah pesisir wilayah kerja Puskesmas Galesong

    Utara Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar yang mencakup 1

    kelurahan 4 desa diantaranya adalah keluarahan Bontolebang. Adapun 4

    desa yaitu Bontosunggu, Tamasaju, Tamalate, dan Sampulungan.

    Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian karena belum pernah

    dilakukan penelitian terkait penyakit infeksi pada bayi dan angka

    kejadian penyakit infeksi tinggi.

  • 7/25/2019 ispa 5

    54/110

    42

    2. Waktu penelitian

    Penelitian dan pengumpulan data ini dilaksanakan pada bulan

    Maret tahun 2015.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai

    bayi umur 6-12 bulan dari bulan Maret Agustus tahun 2014 yang

    bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar pada tahun 2014 yaitu 125 orang dan tercatat dalam

    buku resgistrasi persalinan di Puskesmas Galesong Utara Kabupaten

    Takalar.

    2. Sampel

    a) Besar Sampel

    Sampel pada penelitian adalah keseluruhan dari populasi yaitu

    semua ibu yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas

    Galeosng Uatara Kabupaten Takalar dan mempunyai bayi umur 6 -

    12 bulan yaitu 125 orang yang tercatat dalam buku resgistrasi

    persalinan/partus di Puskesmas Galesong Utara dari bulan Maret-

    Agustus 2014.

  • 7/25/2019 ispa 5

    55/110

    43

    b) Metode Penarikan Sampel

    Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan exhaustive

    sampling dimana keseluruhan dari populasi menjadi sampel

    penelitian (yasril 2009).

    D. Subjek Penelitian

    Responden pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi

    umur 6-12 bulan yang pernah melakukan persalinan di wilayah kerja

    Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar, yang memenuhi syarat

    kriteria inklusi yaitu kriteria atau standar yang harus ditetapkan sebelum

    dilakukan penelitian sehingga perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi

    yang dapat diambil sebagai sampel sebagai berikut:

    1. Masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas

    Galesong Utara Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

    2. Ibu yang mempunyai Bayi umur 6-12 bulan yang pernah bersalin

    di Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar dan tercatat

    dalam buku registrasi persalinan.

    3. Ibu bayi yang menjadi responden dapat berkomunikasi dengan baik

    dan jelas.

    4. Bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut

    Adapun kriteria ekslusi yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak

    dapat diambil sebagai sampel adalah sebagai berikut:

  • 7/25/2019 ispa 5

    56/110

    44

    1. Ibu yang tidak melakukan persalinan di Puskesmas Galesong Utara

    Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

    2. Ibu yang memiliki bayi dan bertempat tinggal diluar wilayah kerja

    Puskesmas Galesong Utara Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

    Takalar

    3. Ibu yang memiliki bayi < 6 bulan.

    E. Cara Pengumpulan Data

    1. Jenis data

    Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang

    diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner secara langsung

    mengenai kejadian penyakit infeksi pada bayi, pemberian ASI ekslusif,

    IMD, dan MP-ASI.

    2. Sumber Data

    a) Data primer

    Diperoleh dengan melakukan observasi langsung pada ibu yang

    mempunyai bayi umur 6-12 bulan yang berada di wilayah kerja

    Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar tahun 2014.

    b) Data sekunder

    Diperoleh dengan melihat pelaporan dan pencatatan jumlah bayi

    yang berada pada wilayah kerja Puskesmas galesong utara, profil

    Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar tahun 2014.

  • 7/25/2019 ispa 5

    57/110

    45

    3. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner yang telah

    dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti, Kesioner terdiri dari bagian

    karakteristik responden dan praktek pemberian ASI yang berhubungan

    dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi (pemberian ASI ekslusif, MP

    ASI, dan IMD).

    F. Pengolahan Data

    1. Pengolahan data

    Menurut Hasan (2006), pengolahan data adalah suatu proses dalam

    memperoleh data atau angka ringkasan dengan menggunakan cara atau

    rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari

    hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan

    arah untuk pengkajian lebih lanjut (Sudjana, 2001).

    Pengolahan data tersebut dilakukan dengan tahap-tahap sebagai

    berikut :

    a)

    Editing

    adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,

    tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat

    pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

    b) Coding

    Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

    dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam

  • 7/25/2019 ispa 5

    58/110

    46

    bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada

    suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

    c) Entry Data

    Setelah melakukan koding di SPSS, selanjutnya menginput data

    pada masing-masing variabel. Urutan data yang diinput berdasarkan

    nomor responden pada kuesioner.

    d) Cleaning Data

    Setelah proses penginputan data, maka dilakukan cleaning data

    dengan cara melakukan analisis frekuensi pada semua variabel untuk

    melihat ada tidaknya missing data. Data yang missing dibersihkan

    sehingga dapat dilakukan proses analisis.

    e) Tabulasi Data

    Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang

    telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam

    melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.

    Tabulasi Dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan data

    kedalamsuatu tabel. Pengolahan data dilakukan secara elektronik

    dengan menggunakan software SPSS dan Microsoft Office.

    G. Analisis Data

    Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara (pembagian kuesioner)

    akan diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan

  • 7/25/2019 ispa 5

    59/110

    47

    bivariat. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI, MP-ASI, dan IMD

    dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.

    a) Analisis Univariat

    Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

    penelitian. Analisa ini akan menghasilkan distribusi dan persentase

    dari tiap variabel yang diteliti.

    b) Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan dengan pengujian hipotesis, yang diuji

    adalah Hipotesis nol (H0). Analisis bivariat bertujuan untuk melihat

    hubungan antara 2 variabel penelitian yaitu variabel dependen dan

    variabel independen dengan menggunakan tabulasi silang dan uji

    statistik Chi Square. Hipotesis diuji dengan tingkat kemaknaan =

    0,05.artinya apabila

  • 7/25/2019 ispa 5

    60/110

    48

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Puskesmas Galesong Utara merupakan salah satu dari dua Puskesmas

    di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar luasnya 13,76 km persegi,

    yang batas-batasnya adalah :

    Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara tahun 2014

    - Sebelah Utara dengan Wilayah Puskesmas Aeng Towa

    - Sebelah Selatan dengan Wilayah Puskesmas Galesong Selatan

    - Sebelah Barat dengan Selat Makassar.

  • 7/25/2019 ispa 5

    61/110

    49

    - Sebelah Timur dengan Kabupaten Gowa.

    Puskesmas Galesong Utara melayani 4 (empat) desa dan 1 (satu)

    kelurahan dari 10 desa di Kecamatan Galesong Utara yaitu : Kelurahan

    Bontolebang yaitu Desa Tamalate, Desa Tamasaju, Desa Bontosunggu, Desa

    Sampulungan. Keempat desa tersebut merupakan desa pesisir pantai

    sedangkan kelurahan Bontolebang yang merupakan pusat dari kecamatan

    Galesong Utara berada di daerah dataran rendah yang sebagian wilayahnya

    berbatasan langsung dengan Kabupatan Gowa.

    Jumlah penduduk dalam 4 (empat) desa dan 1 (satu) kelurahan yang

    dilayani adalah 22.360 jiwa yang terdiri dari laki-laki 10.928 jiwa, dan

    perempuan 11. 432 jiwa. Sebagian besar penduduknya adalah petani dan

    nelayan, dan sebagian lagi adalah buruh kasar dan buruh tani. Sebagian kecil

    penduduk adalah pegawai negeri sipil dan swasta serta pedagang.

    B. Hasil Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

    Takalar yaitu wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara yang terdiri dari 4

    (empat) desa dan 1 (satu) kelurahan dari 10 desa di Kecamatan Galesong

    Utarayaitu : Kelurahan Bontolebang. Desa Tamalate, Desa Tamasaju, Desa

    Bontosunggu, Desa Sampulungan. Keempat desa tersebut, merupakan desa

    pesisir pantai sedangkan Kelurahan Bontolebang yang merupakan pusat dari

    Kecamatan Galesong Utara berada di daerah dataran rendah yang sebagian

    wilayahnya berbatasan langsung dengan kabupatan Gowa. jumlah sampel

  • 7/25/2019 ispa 5

    62/110

    50

    dalam penelitian ini sebanyak 125 sampel yang tercatat dalam data

    persalinan/partus di Puskesmas Galesong Utara dari bulan Maret tahun 2014

    Agustus 2014. Namun setelah melakukan penelitian responden yang

    diperoleh sebanyak 116 responden hal ini di karenakan beberapa dari 125

    sampel yang akan diteliti tidak termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas

    Galesong Utara. Pengumpulan data dilaksanakan mulai tanggal 2 Maret 2015

    16 Maret 2015 dengan melakukan wawancara langsung kepada 116

    responden yang memiliki bayi usia 6-12 bulan.

    Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara

    elektronik dengan menggunakan program SPSS. Hasil analisis data kemudian

    ditampilkan dalam bentuk tabel disertai dengan narasi. Adapun hasil

    penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

    1. Karakteristik Responden

    Karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar terdiri atas umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan.

    Umur responden adalah lama hidup seseorang yang dihitung

    berdasarkan ulang tahun terakhir dan dinyatakan dalam satuan tahun.

    Tingkat pendidikan responden merupakan jenjang pendidikan formal yang

    pernah ditamatkan oleh responden. Tingkat pendidikan dalam penelititian

    ini dibagi dalam 5 kategori yaitu tidak tamat SD/MI, SD/MI, SMP/MTS,

    SMA/MA, D1-D3/ PT. Kelompok pekerjaan dibagi menjadi 5 kelompok

    yaitu PNS/TNI/Polri, pegawai swasta, wiraswasta, petani/ nelayan/ buruh

    dan tidak bekerja/ IRT. Adapun Karakteristik responden di wilayah kerja

  • 7/25/2019 ispa 5

    63/110

    51

    Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar berdasarkan data yang

    diperoleh dari 116 responden yaitu:

    Tabel 3

    Karakteristik Responden di Wilayah Kerja

    Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar

    Karakteristik Responden Nilai

    Umur27

    1547

    6,60

    Mean

    MinimumMaximum

    Standar Deviasi (SD)

    Tingkat Pendidikan n %

    Tidak tamat SD/MI 6 5,2

    SD/MI 48 41,4

    SMP/MTS 38 32,8

    SMA/MA 17 14,7

    D1-D3/ PT 7 6,0

    Jenis Pekerjaan

    PNS/TNI/Polri 2 1,7

    pegawai swasta 13 11,2

    Wiraswasta 4 3,4

    tidak bekerja/IRT 97 83,6

    Total 116 100,0Sumber: Data Primer 2015

    Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Karakteristik responden

    di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar

    menunjukkan bahwa rata-rata umur responden yaitu 27 tahun. Tingkat

    pendidikan responden yang paling banyak adalah sekolah dasar yaitu

    sebanyak 48 responden (41,4 %), dan yang paling sedikit adalah tamat

    D1-D3/ Perguruan Tinggi yaitu 7 responden (6,0 %). Dan jenis

    pekerjaan yang paling banyak adalah responden yang tidak bekerja

  • 7/25/2019 ispa 5

    64/110

    52

    yaitu 97 (83,6 %), dan yang paling sedikit adalah responden dengan

    jenis pekerjaan PNS/TNI/Polri yaitu 2 (1,7 %).

    2. Karakteristik Bayi

    Karakteristik bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar terdiri atas umur dan jenis kelamin.

    Umur bayi adalah lama hidup bayi berdasarkan tanggal kelahiran

    dalam setiap bulannya, sedangkan jenis kelamin adalah suatu keadaan

    biologis yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Adapun Karakteristik

    bayi di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar

    berdasarkan data yang diperoleh dari 116 responden yaitu:

    Tabel 4

    Karakteristik Bayi di Wilayah Kerja

    Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar

    Karakteristik Bayi Nilai

    Umur Bayi9

    9

    6

    12

    1,825

    Mean

    Median

    Minimum

    Maximum

    Standar Deviasi (SD)

    Jenis Kelamin n %Laki-laki 60 51,7

    Perempuan 56 48,3

    Total 116 100,0Sumber: Data Primer 2015

    Pada tabel 4 menunjukkan bahwa karakteristik bayi di wilayah

    kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar yaitu rata-rata umur

    bayi berada pada umur 9 bulan dan jenis kelamin bayi yang paling banyak

  • 7/25/2019 ispa 5

    65/110

    53

    adalah yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 60 bayi (51,7%) sedangkan

    yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 56 bayi (48,3%).

    3. Deskripsi Variabel Penelitian

    Deskripsi variabel penelitian di wilayah kerja Puskesmas Galesong

    Utara Kabupaten Takalar yaitu penyakit infeksi adalah suatu masalah

    kesehatan bagi masyarakat yang dimana suatu keadaan masuknya kuman

    atau bibit penyakit baik virus, bakteri maupun jamur ke dalam organ tubuh.

    Jenis penyakit infeksi dalam penelitian ini terdapat empat jenis penyakit

    infeksi yaitu ISPA, Diare, Influenza Like Illnes (ILI), dan Demam.

    Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi yang

    diletakkan diatas dada ibu dalam posisi tengkurap dan bayi berusaha

    mencari puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama setelah

    kelahirannya.

    Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Benar

    merupakan memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam

    30 menit1 jam pasca bayi dilahirkan atau pemberian air susu ibu dimulai

    sedini mungkin segera setelah bayi lahir sesuai dengan langkah-langkah

    IMD.

    Pemberian ASI eksklusif, Pemberian ASI eksklusif merupakan

    responden yang memberikan ASI kepada bayi selama enam bulan pertama

    kehidupan tanpa tambahan seperti susu formula, jerus, air putih, madu, teh,

    dan tanpa makanan padat.

  • 7/25/2019 ispa 5

    66/110

    54

    Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dalam penelitian

    ini yaitu responden yang memberikan makanan atau minuman yang

    mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur >6 bulan

    untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

    Adapun deskripsi variabel penelitian di wilayah kerja Puskesmas

    Galesong Utara Kabupaten Takalar berdasarkan data yang diperoleh dari

    116 responden dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 5

    Distribusi Variabel Penelitian di Wilayah Kerja

    Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar

    Distribusi Variabel Penelitian n %

    Jenis Penyakit InfeksiTidak pernah menderita 34 29,3

    Diare 46 39,7

    Demam 24 20,7

    ISPA 5 4,3ILI 7 6,0

    Melaksanakan IMDYa 60 51,7

    Tidak 56 48,3

    Melaksanakan IMD dengan Benar

    Ya 53 45,7Tidak 63 54,3

    Pemberian ASI Eksklusif

    Ya 61 52,6

    Tidak 55 47,4Pemberian MP ASI

    Ya 101 87,1

    Tidak 15 12,9

    Usia diberian MP ASITidak diberikan MP ASI 15 12,9

    Usia

  • 7/25/2019 ispa 5

    67/110

    55

    Pada tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi variabel penelitian di

    wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar yaitu

    penyakit infeksi yang terbanyak pada bayi yaitu penyakit diare

    sebanyak 46 bayi (39, 7 %) dan yang terendah yaitu berada pada

    penyakit ISPA sebanyak 5 bayi (4,3%). Responden yang melakukan

    Inisisasi Menyusu Dini (IMD) sebanyak 60 bayi (51,7 %) dan yang

    tidak melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 56 bayi (48,3%).

    Responden yang melaksanakan Inisisasi Menyusu Dini (IMD) dengan

    benar sesuai dengan langkah-langkah IMD sebanyak 53 bayi (45,7 %)

    dan yang tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini dengan benar sesuai

    dengan langkah-langkah IMD sebanyak 63 bayi (48,3%). Responden

    yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi sebanyak 61 orang

    (52,6%) dan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada

    bayi sebanyak 55 orang (47,4%). Responden yang memberikan

    makanan pendamping ASI kepada bayi sebanyak 101 orang (87,1%)

    dan responden yang tidak memberikan makanan pendamping ASI

    kepada bayi sebanyak 15 orang (12,9 %). Responden yang memberikan

    makanan pendamping ASI pada bayi lebih banyak pada usia 6 bulan

    yaitu sebanyak 81 responden (69,8%) dibandingkan dengan yang

    memberikan makanan pendamping ASI

  • 7/25/2019 ispa 5

    68/110

    56

    4. Analisis Hubungan Variabel Penelitian

    a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

    Inisiasi menyusu dini yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    bayi yang diletakkan diatas dada ibu dalam posisi tengkurap dan bayi

    berusaha mencari puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam

    pertama setelah kelahiran.

    Kategori Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam penelitian ini dibagi

    menjadi dua kategori yaitu yang melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

    dan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini. Berdasarkan kategori

    tersebut maka dibuat analisis hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

    dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi seperti pada tabel berikut:

    Tabel 6

    Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi

    pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar

    Melaksanakan

    IMD

    Kejadian Penyakit Infeksi

    Uji

    Statistik

    Menderita

    Penyakit

    Infeksi

    Tidak

    Menderita

    penyakit

    infeksi

    Total

    n % N % n %

    p= 0,004

    Tidak 47 83,9 9 16,1 56 100,0

    Ya 35 58,3 25 41,7 60 100,0

    Total 82 70,7 34 29,3 116 100,0

    Sumber: Data Primer 2015

    Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 60 responden yang melakukan

    Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terdapat 35 responden atau (58,3%) yang

  • 7/25/2019 ispa 5

    69/110

    57

    memiliki bayi yang menderita penyakit infeksi dan dari 56 responden

    yang tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terdapat 47

    responden (83,9%) yang memiliki bayi yang menderita penyakit

    infeksi.

    Hasil uji stastistik dengan menggunakan uji chi squaredidapatkan

    nilai probabilitas (p = 0,004). Karena nilai p< 0,05 maka hipotesis nol

    ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada hubungan antara Inisiasi Menyusu

    Dini (IMD) dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi.

    b. Pemberian ASI Eksklusif

    Pemberian ASI eksklusif yang dimaksud pada penelitian ini adalah

    bayi yang diberi ASI saja sejak kelahirannya tanpa diberikan makanan

    pendamping ASI (MP-ASI) atau minuman selain ASI selama bayi

    berusia 6 bulan.

    Kategori pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini dibagi

    menjadi dua kategori yaitu ASI eksklusif dan yang tidak ASI eksklusif.

    Berdasarkan kategori tersebut maka dibuat analisis hubungan antara

    pemberian ASI eksklusif dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi

    seperti pada tabel berikut:

  • 7/25/2019 ispa 5

    70/110

    58

    Tabel 7

    Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Penyakit

    Infeksi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong UtaraKabupaten Takalar

    Pemberian ASI

    Eksklusif

    Kejadian Penyakit Infeksi

    Uji

    Statistik

    Menderita

    Penyakit

    Infeksi

    Tidak

    Menderita

    penyakit

    infeksi

    Total

    n % N % n %

    p=0,000Tidak 48 87,3 7 12,7 55 100,0

    Ya 34 55,7 27 44,3 61 100,0

    Total 82 70,7 34 29,3 116 100,0Sumber: Data Primer 2015

    Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 61 responden yang memberikan

    ASI eksklusif terdapat 34 responden atau (55,7%) yang memiliki bayi

    yang menderita penyakit infeksi dan dari 55 responden yang tidak

    memberikan ASI eksklusif terdapat 48 (87,3%) responden yang memiliki

    bayi yang menderita penyakit infeksi.

    Hasil uji stastistik dengan menggunakan uji chi square

    didapatkan nilai probabilitas (p = 0,000). Karena nilai p< 0,05 maka

    hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Artinya, ada

    hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian penyakit

    infeksi pada bayi.

    c. Pemberian Makanan Pendamping ASI

    Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dimaksud

    pada penelitian ini adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi

    diberikan pada bayi atau anak yang berumur >6 bulan untuk memenuhi

    kebutuhan gizinya seperti pisang dan bubur.

  • 7/25/2019 ispa 5

    71/110

    59

    Kategori pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dalam

    penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu yang memberikan

    Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dan yang tidak memberikan

    Makanan Pendamping ASI (MP ASI). Berdasarkan kategori tersebut

    maka dibuat analisis hubungan antara pemberian Makanan Pendamping

    ASI (MP ASI) dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi seperti pada

    tabel berikut:

    Tabel 8

    Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Penyakit Infeksi

    pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong Utara

    Kabupaten Takalar

    Pemberian MP

    ASI

    Kejadian Penyakit Infeksi

    Uji

    Statistik

    Menderita

    Penyakit

    Infeksi

    Tidak

    Menderita

    penyakit

    infeksi

    Total

    n % N % n %

    p=0,134Tidak 8 53,3 7 46,7 15 100,0

    Ya 74 73,3 27 26,7 101 100,0

    Total 82 70,7 34 29,3 116 100,0Sumber: Data Primer 2015

    Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 101 responden yang

    memberikan makanan pendamping ASI terdapat 74 responden

    (73,3%) yang memiliki bayi yang menderita penyakit infeksi dan dari

    15 responden yang tidak memberikan Makanan Pendamping ASI (MP

    ASI) terdapat 8 responden (53,3%) yang memiliki bayi yang

    menderita penyakit infeksi.

    Hasil uji stastistik dengan menggunakan uji chi square

    didapatkan nilai probabilitas (p = 0,134). Karena nilai p> 0,05 maka

  • 7/25/2019 ispa 5

    72/110

    60

    hipotesis nol diterima dan hipo