ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

61
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI BUNGA TUMBUHAN KERSEN (Muntingia calabura L) SKRIPSI RIRIN APRIANI PAKPAHAN 170822020 PROGRAM STUDI S1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

Page 1: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA

FENOLIK DARI BUNGA TUMBUHAN KERSEN

(Muntingia calabura L)

SKRIPSI

RIRIN APRIANI PAKPAHAN

170822020

PROGRAM STUDI S1 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA

FENOLIK DARI BUNGA TUMBUHAN KERSEN

(Muntingia calabura L)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

RIRIN APRIANI PAKPAHAN

170822020

PROGRAM STUDI S1 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

ii

PERNYATAAN ORISININALITAS

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA

FENOLIK DARI BUNGA TUMBUHAN KERSEN

(Muntingia calabura L)

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan

dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2020

Ririn Apriani Pakpahan

170822020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

iii

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Berkat dan

Kasih Karunia-Nya yang senantiasa menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan, penelitian, dan penulisan skripsi ini dengan judul Isolasi dan Identifiksi

Golongan Senyawa Fenolik dari Bunga Tumbuhan Kersen (Muntingia calabura L) .

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Albert Pasaribu,M.Sc

selaku Dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengajar penulis selama

penyusunan skripsi ini dan kepada Bapak Dr. Lamek Marpaung M.Phil yang juga telah

banyak memberi arahan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian. Terimakasih

kepada Ibu Dr.Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Program studi Kimia beserta Ibu

Dr.Sovia Lenny, M.Si selaku sekretaris program studi Kimia FMIPA USU. Terimakasih

kepada ibu Dr.Helmina Br. Sembiring,M.Si selaku Dosen dan Kepala laboratorium kimia

bahan alam hayati. Terimakasih kepada Dr. Firman Sebayang M.S selaku koordinator Kimia

Ekstensi dan beserta seluruh Staf, Dosen, dan Pegawai Departemen Kimia FMIPA USU.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan dengan segala kerendahan

hati kepada Orangtua tercinta penulis, Bapak Rasman Pakpahan serta Ibu Erri Anni

Hutabarat dan juga abang kakak penulis Binsar, Ika, Dosdo, Dame, Putri atas Kasih Sayang,

motivasi, beserta dukungan Doa dan dana yang telah diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada sahabat penulis Bang Hardi, Ka

Sabeth, Winda, Jiah, Wardah, beserta seluruh teman seperjuangan S1 kimia Ekstensi

angkatan 2017, dan teman persekutuan di Zeal Campus Ministry yang telah mendukung

penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian dan

kemajuan ilmu pengetauhan.

Medan, Juni 2020

Ririn Apriani Pakpahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

iv

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA

FENOLIK DARI BUNGA TUMBUHAN KERSEN

(Muntingia calabura L)

ABSTRAK

Isolasi dan identifikasi golongan senyawa fenolik yang terkandung di dalam

bunga tumbuhan kersen (Muntingia calabura L) telah dilakukan. Bunga tumbuhan

kersen sebanyak 2060 g diekstraksi maserasi dengan pelarut metanol lalu disaring

kemudian dipekatkan. Ekstrak pekat metanol dilarutkan dengan etilasetat secara

berulang- ulang sampai negatif terhadap FeCl3 5% lalu dipekatkan. Kemudian

ekstrak etil asetat dilarutkan kembali dengan metanol dan dipartisi dengan n-heksan

sampai bening. Ekstrak metanol dipisahkan dengan kromatogafi kolom dengan fase

diam silika gel 40 (70-230 mesh) dan fase gerak eluen kloroform : metanol dengan

perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40 (v/v). Senyawa yang diperoleh dimurnikan

dengan kromatografi lapis tipis preparatif menghasilkan padatan amorf berwarna

kuning sebanyak 8,03 mg dengan harga Rf = 0,27 menggunakan eluen kloroform:

etil asetat (80:20) v/v. Berdasarkan spektrum UV-Visibel dengan pelarut metanol

menunjukkan panjang gelombang (λ mak) 276 nm dengan adsorbansi 0,99887.

Spektrum Inframerah (FT-IR) menunjukkan adanya gugus OH, C-H sp2 dari proton

aromatis, C-H sp3 dari OCH3, C=O ester, C=C aromatis dan gugus C-O. Spektrum

Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) menunjukkan adanya proton H-2 dan H-

6 pada cincin aromatis senyawa aromatis senyawa fenolik, dan proton dari OCH3.

Berdasarkan data yang diperoleh diduga bahwa senyawa hasil isolasi yang diperoleh

adanya senyawa fenolik golongan asam fenolat yaitu metil galat.

Kata Kunci : Asam Fenolat, Bunga tumbuhan kersen (Muntingia calabura L)

Fenolik, Metil Galat, Isolasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

v

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF PHENOLICS COMPOUNDS

FROM THE FLOWER OF KERSEN PLANT

(Muntingia calabura L)

ABSTRACT

Isolation and identification of phenolics which contained from the flower of

the kersen plant (Muntingia calabura L) has been done. Flower of the kersen plant

2060 g were extracted maceration by methanol solvent. The concentrated methanol

extract was dissolved with ethyl acetate repeatedly until negative to 5% FeCl3 then

concentrated. Then the ethyl acetate extract was dissolved again with methanol and

partitioned with n-hexane until it was clear. Methanol extract was separated by

column chromatogaphy with silica gel 40 silent phase (70-230 mesh) and mobile

phase chloroform : methanol in the ratio of 90:10, 80:20, 70:30, 60:40 ( v /v). The

compound obtained was purified by preparative thin layer chromatography to

produce 8,03 mg of amorphous yellow solid with Rf 0,27 use eluent chroloform :

ethyl acetate (80:20) v/v Based on UV-Visible spectrum showed the presence of OH

groups, C-H sp2 from aromatic protons, C-H sp3 from OCH3, C=O ester, C=C

aromatic and C-O groups. Based on the magnetic resonance (1H-NMR) spectrum of

the proton nucleus shows the presence protons H-2 and H-6 in the aromatic ring of

phenolic compounds, and protons from –OCH3 From these dat, it was estimated that

the compound phenolic was estimated as phenolic acid of methyl gallate.

Keywords: Phenolic Acid, Flower of the Kersen Plant (Muntingia Calabura L),

Phenolic, Methyl Gallate, Isolation.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN SKRIPSI I

PERNYATAAN ORISINALITAS Ii

PENGHARGAAN Iii

ABSTRAK Iv

ABSTRACT V

DAFTAR ISI Vi

DAFTAR TABEL Viii

DAFTAR GAMBAR Ix

DAFTAR LAMPIRAN X

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Manfaat Penelitian 3

1.5. Metodologi Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Kersen 4

2.2.1. Morfologi Tumbuhan Kersen 4

2.2.2. Kandungan dan Manfaat Tumbuhan Kersen 5

2.2.3. Sistematika Tumbuhan Kersen 5

2.2. Senyawa Organik Bahan Alam 6

2.3. Senyawa Fenolik 6

2.3.1. Klasifikasi Senyawa Fenolik 7

2.3.2. Manfaat Senyawa Fenolik 13

2.4. Teknik Pemisahan 14

2.4.1. Ekstraksi 15

2.4.2. Partisi 15

2.4.3. Kromatogafi 15

2.4.3.1. Kromatogafi Lapis Tipis 16

2.4.3.2. Kromatogafi Lapis Tipis Preparatif 19

2.4.3.3. Kromatogafi Kolom 19

2.5. Teknik Spektroskopi 20

2.5.1.Spektrofotometri Ultraviolet (UV-Vis) 21

2.5.2.Spektrofotometri Inframerah (FT-IR) 22

2.5.3.Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti

Proton(1HNMR)

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

vii

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 25

3.2. Alat dan Bahan Penelitian 25

3.2.1. Alat Penelitian 25

3.2.2. Bahan Penelitian 26

3.3. Penyediaan Sampel 27

3.3.1 Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Bunga

Tumbuhan Kersen

27

3.3.2 Ekstraksi Bunga Tumbuhan Kersen 27

3.3.3 Analisis Kromatogafi Lapis Tipis 27

3.3.4 Pemisahan Senyawa Fenolik denganKromatogafi

Kolom

28

3.3.5 Pemurnian 29

3.3.6 Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatogafi

Lapis Tipis

29

3.4. Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi 29

3.4.1. Identifikasi dengan Spektrofotometer

Ultraviolet Visible (UV-Vis)

29

3.4.2. Identifikasi dengan Spektrofotometer

Inframerah (FT-IR)

30

3.4.3. Identifikasi dengan Spektrofotometer

Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

30

3.5. Bagan Penelitian 31

3.5.1. Bagan Skrinning Fitokimia 31

3.5.2. Bagan Isolasi Senyawa Fenolik 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian 33

4.2.Pembahasan 36

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 40

5.2. Saran 40

DAFTARPUSTAKA 41

LAMPIRAN 44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

viii

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel

Judul Halaman

4.1 Panjang Gelombang UV-Visible Senyawa Hasil Isolasi 34

4.2 Hasil Analisis Spektrum FT-IR Senyawa Hasil Isolasi 35

4.3 Pergeseran Kimia 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi 36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar

Judul Halaman

2.1 Tumbuhan Kersen (Muntingia calabura L). 4

2.2 Bunga Tumbuhan Kersen 5

2.3 Struktur Senyawa Fenol 7

2.4 Stuktur Floroglukinol 8

2.5 Struktur Asam Galat 8

2.6 Struktur(a)metil galat (b)fenil galat( c)fenil galat

(d)trimetil asam galat metil ester (e)etil galat

9

2.7 Struktur 2-hidroasefenon 10

2.8 Struktur (a)asam p-kumarat (b)p-koumaril aldehid

(c)p-koumaril alkohol

10

2.9 Struktur Junglon 10

2.10 Struktur Xanton 11

2.11

2.12

2.13

2.14

2.15

Stuktur Stiben

Struktur Flavonoida

Struktur Koniferil Alkohol

Struktur Hinokiflavon

Struktur Tanin

11

12

12

13

13

4.1 Padatan amorf hasil isolasi 33

4.2 Spektrum UV-Visible Senyawa Hasil Isolasi 34

4.3 Spektrum Inframerah (FT-IR) Senyawa HasilIsolasi 35

4.4 Spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi 36

4.5 Struktur Senyawa fenolik turunan Asam Fenolat 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran

Judul Halaman

1 Hasil Determinasi Tumbuhan Kersen 45

2 Kromatogram Lapis Tipis Ekstrak Pekat Etil Asetat

Tumbuhan kersen Sebelum Kromatogafi Kolom

46

3 Kromatogram Lapis Tipis ekstrak Kulit Batang

Tumbuhan Kersen Setelah Penggabungan Fraksi

47

4 Kromatogram Lapis Tipis Senyawa Murni Hasil Isolasi 48

5 Spektrum 1H-NMR Senyawa Pembanding Metil Galat 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tumbuhan obat yang

mengandung senyawa bioaktif dan telah digunakan secara tradisional dari generasi

ke generasi untuk penyembuhan penyakit (Keller et al, 2011). Setiap tumbuhan

memiliki senyawa kimia yang terkandung didalam tumbuhan. Beragam jenis dan

senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan memiliki khasiat dan

manfaat. Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik

untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang

telah ada. (Djauhariya dan Hernani, 2004).

Senyawa metabolit sekunder terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya

adalah senyawa fenolik. Istilah fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal

dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung

satu atau dua subtituen hidroksil. Senyawa fenol merupakan senyawa metabolit

sekunder terbesar persebarannya dalam tanaman (Cheynier et al, 2013). Saat ini

sudah lebih dari 8000 struktur fenolik yang dilaporkan yang terdapat pada kingdom

tumbuhan. Tumbuhan mengandung jumlah yang sangat besar variasi turunan dari

fenolik, grup fenolik yang dilaporkan sangat bersangkutan bagi kesehatan manusia

yaitu asam fenol, flavonoid, (flavonon, flavononon, flavonol, 3- flavonol, isolflavon,

antosianin) lignan, dan stiben (Watson, 2014).

Muntingia calabura L yang dikenal dengan tumbuhan kersen atau seri

merupakan tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang terdiri

dari memiliki buah kecil dan manis, berwarna hijau ketika masih muda dan berwarna

merah setelah tua dan matang. Pohon kersen termasuk ke dalam tumbuhan liar yang

rindang dan mudah berkembang biak walaupun pada suhu panas, tingginya mampu

mencapai 12 meter. Pohon ini mudah dijumpai di sepanjang jalan sebagai penyerap

polusi udara dan peneduh. Selain bermanfaat sebagai tumbuhan peneduh, kersen juga

memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia (Laswati dkk, 2017). Pohon

kersen termasuk ke dalam tumbuhan jenis neotropik yaitu tumbuhan yang hidup

dengan baik dengan iklim tropis seperti Indonesia. Kersen berasal dari Filipina dan

menyebar ke Indonesia sekitar abad ke-19. Berdasarkan klasifikasi botani, kersen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

2

termasuk ke dalam famili Malvales (Rosandari dkk, 2011). Kersen sendiri adalah

spesies tunggal dari genus Muntingia. Pemanfaatan kersen sebagai bahan obat-

obatan dan pangan sendiri di Indonesia masih belum optimal karena dianggap tidak

memiliki nilai ekonomis dan pengetahuan yang masih kurang tentang tumbuhan ini,

padahal memiliki manfaat yang sangat tinggi (Vembriarto dan Rahmad 2014). Daun

kersen memiliki senyawa fitokimia yang menunjukkan aktivitas antioksidatif dan

antimikroba (Haki, 2009).

Penelitian terdahulu oleh Nenden Nurhasanah (2012) melaporkan isolasi

senyawa antioksidan ekstrak metanol daun kersen mengandung flavonoid minor jenis

flavanon. Selanjutnya Muhammad Walid dkk (2019) melakukan isolasi dan

identifikasi senyawa kimia aktif kulit batang kersen terhadap artemia salina

melaporkan bahwa Identifikasi terhadap isolat fraksi 4.5.5 patut diduga merupakan

senyawa metabolit sekunder dari golongan flavonoid yaitu 5- (7,8-dimetoksi-3,4-

dihidro-2H-1-benzopiran-2-yl)- 2,3-dimetoksifenol, yang mempunyai potensi untuk

dikembangkan sebagai obat antikanker.

Dari uraian diatas dan studi literatur yang telah dilakukan terhadap tumbuhan

Kersen, maka peneliti tertarik untuk melakukan isolasi dari bunga tumbuhan Kersen

dan menentukan golongan senyawa fenolik yang terdapat dalam bunga tumbuhan

Kersen.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah golongan senyawa fenolik apakah

yang terkandung dalam bunga tumbuhan Kersen?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan golongan senyawa

fenolik yang terkandung pada bunga tumbuhan Kersen.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumber informasi ilmiah

pada bidang Kimia Bahan Alam Hayati khususnya tentang golongan senyawa fenolik

yang terkandung dalam bunga tumbuhan Kersen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

3

1.4.1 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, isolasi senyawa fenolik dilakukan terhadap bunga

tumbuhan Kersen segar yang sudah dihaluskan sebanyak 2060 gram. Tahap awal

dilakukan uji skrining fitokimia untuk senyawa fenolik dari ekstrak metanol dengan

menggunakan pereaksi FeCl3 5%. Tahap isolasi yang dilakukan yaitu ekstraksi

maserasi dilanjutkan dengan menggunakan pelarut metanol lalu dipekatkan dengan

rotarievaporator dan diuapkan hingga semua pelarut metanol menguap. Ekstrak

metanol yang diperoleh kemudian dilarutkan menggunakan etil asetat dipekatkan

kembali dengan rotarievaporator dan diuapkan sehingga diperoleh ekstrak pekat etil

asetat. Ekstrak pekat etil asetat yang diperoleh dilarutkan dengan metanol lalu

dipartisi dengan n-heksan hingga bening. Lapisan metanol dipekatkan lalu

dikromatografi kolom dengan fasa diam silika gel dan fasa gerak merupakan

campuran pelarut kloroform : metanol dari perbandingan (90:10v/v), (80:20v/v),

(70:30v/v), (60:40v/v), sehingga dihasilkan fraksi – fraksi fenolik. Fraksi-fraksi yang

diperoleh dianalisi kromatografi lapis tipis. Fraksi-fraksi dengan harga Rf yang sama

lalu digabungkan, diuapkan dan dimurnikan. Kemudian dianalisis dengan

spektrofotometer UV-Visibel, spektrofotometer Infra Merah FT-IR, serta

spektrofotometer resonansi magnetik inti proton 1H-NMR.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUMBUHAN KERSEN (Muntingia calabura L).

2.2.1 Morfologi Tumbuhan Kersen

Kersen termasuk ke dalam tumbuhan tahunan dengan tinggi mencapai 12 m

(Gambar 2.1). Batang tumbuhan ini berkayu, tegak, dan bulat. Lembaran daunnya

memiliki pangkal yang nyata dan tidak simetris dengan ukuran mencapai 14 cm x 4

cm (Tjitroseopomo, 2016). Daun berwarna hijau muda dengan bulu rapat di

permukaan bawah daun. Batangnya dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 12 cm,

namun pada umumnya berkisar antara 1-4 m, percabangannya mendatar dan

membentuk naungan yang rindang. Sedangkan bunganya berwarna putih terletak di

ketiak sebelah kanan atas daun, memiliki tangkai yang panjang, mahkota bertepi

rata, bentuk telur bundar, jumlah benang sarinya banyak antara 10-100 belai. Buah

kersen berbentuk bulat, rasanya manis, berwarna hijau pada waktu muda dan merah

setelah matang. Di beberapa negara kersen dikenal dengan beberapa nama: datiles,

aratiles, manzanitas (Filipina), khoomsomz, takhob (laos), krakhop barang

(Kamboja), kerup siam (Malaysia), capulin blanco, cacaniqua, niqua, iguito

(Spanyol), jamaican cherry, panama berry, singapore cherry (Inggris) dan japanese

kers (Belanda) (Kosasih dkk, 2013).

Gambar 2.1 Tumbuhan Kersen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

5

Berikut merupakan gambar bunga tumbuhan kersen (Gambar 2.2)

(Gambar 2.2 Bunga Tumbuhan Kersen)

2.2.2 Kandungan Fitokima dan Pemanfaatan Kersen

Tumbuhan kersen ini mengandung begitu banyak senyawa kimia yang

bermanfaat bagi kesehatan manusia (Kosasih dkk, 2013). Kersen termasuk salah satu

tumbuhan obat-obatan yang diduga memiliki substansi aktif sebagai anti diabetes

yaitu asam askorbat, serat, niasin dan betakaroten (Verdayanti, 2009). Daun kersen

digunakan sebagai obat sakit kepala dan anti radang dikarenakan kandungan

senyawa kimianya yang beragam yaitu; flavonoid, tannin, triterpenoid, saponin dan

polifenol yang menunjukkan aktivitas antioksidatif dan antimikroba. Selain itu

tumbuhan kersen sangat bermanfaat sebagai obat batuk, obat sakit kepala,

antiimflamasi, antioksidan, antikanker, antinosiseptik, antibakteri dan kardioprotektif

(Lim, 2012).

2.2.3 Sistematika Tumbuhan Kersen

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak Kelas : Dialypetalae

Family : Malvales/Columniferae

Ordo : Elaeocarpaceae

Genus : Muntingia

Spesies : Muntingia calabura L.

(Sari, 2012)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

6

2.2 Senyawa Organik Bahan Alam

Bahan alam didefinisikan sebagai senyawa organik dengan bobot molekul

antara 100 hingga 2000. Istilah bahan alam juga dapat digunakan untuk senyawa

ruahan dari alam, seperti bahan tanaman mentah, bahan makanan, resin, dan eksudat

tanaman (misalnya myrrh dan frankincense) atau ekstrak bahan tanaman (ekstrak air

atau alkohol) (Heinrich, 2009). Kimia bahan alam merupakan pengetahuan yang

telah dikenal sejak peradaban manusia tumbuh. Contoh yang dapat segera diketahui

adalah pembuatan bahan makanan, perwarnaan benda, obat-obatan atau stimulan,

dan sebagiannya (Sastrohamidjojo,1996). Senyawa alami secara umum adalah

molekul kimia berupa mineral, metabolit primer, dan metabolit sekunder. Bahan

alam dibedakan menjadi dua berdasarkan fungsi terhadap makluh hidup pembuatnya

yakni metabolit primer dan metabolit sekunder yaitu:

1. Metabolit Primer

Metabolit primer pada semua organisme sama meskipun berbeda genetiknya

polisakarida, protein, lemak dan asam nukleat merupakan penyusun utama

mahluk hidup.

2. Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa yang disintesis oleh mahluk tumbuhan,

mikrobia atau hewan melewati proses biositesis yang digunakan unruk menunjang

kehidupan namun tidak vital sebagaimana gula, asam amino dan asam lemak.

Metabolit ini memiliki aktifitas farmakologi dan biologi. Dibidang farmasi secara

khusus, metabolit sekunder digunakan dan dipelajari sebagai bahan obat

(Saifudin, 2014)

2.3 Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik adalah senyawa yang mempunyai satu atau lebih gugus

hidroksil pada cincin aromatiknya. Senyawa fenolik merupakan metabolit sekunder

yang paling banyak didistribusikan dan secara universal terdapat dalam kingdom

tumbuhan. Lebih dari 8000 jenis fenolik yang berbeda telah diidentifikasi (Nollet dan

Gutierrez, 2018 ).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

7

Senyawa fenolik secara umum memiliki potensi sebabagi bakterisidal,

antiseptik, antioksidan, dan sebagainya (Pangelly, 2006). Senyawa ini dapat

digolongkan sebagai antioksidan karena senyawa ini berkemampuan untuk

membersihkan spesies oksigen dan nitrogen reaktif (Firdaus dkk, 2013).

Gambar 2.3 Struktur Senyawa Fenol

Fenolik memiliki banyak kemiripan dengan alkohol alifatik dimana

kelompok hidroksil terikat pada rantai karbon. Gugus hidroksil pada fenolik

dipengaruhi oleh cincin aromatiknya dimana hidrogen pada fenolik bersifat labil

menyebabkan fenol bersifat asam lemah. Senyawa fenolik dapat dikarakterisasi dari

tanaman dan biasanya ditemukan dalam bentuk ester dan glikosida bukan sebagai

senyawa bebas (Vermerris et al., 2006).

2.3.1. Klasifikasi Senyawa Fenolik

1. C6: Fenolik Sederhana

Secara umum senyawa fenolik mempunyai sifat sebagai bakterisidal,

antiseptik, dan antihelmintik (Pengelly, 2006). Senyawa dari gugus ini merupakan

hasil substitusi dari gugus fenol, dimana substituennya dapat berupa substitusi dalam

posisi orto, meta atau para. Contoh asam fenolik sederhana adalah Floroglukinol

(Gambar 2.4) (Vermerris et al, 2006).

Gambar 2.4 Struktur Floroglukinol

2. C6-C1 : Asam Fenolat

Senyawa fenolik dari golongan asam fenolat adalah fenol yang tersubstitusi

oleh gugus karboksil. Contohnya adalah asam galat (Gambar 2.5) yang merupakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

8

trifenol yang biasa terdapat dalam daun teh dalam bentuk teresterifikasi bersama

katekin ( Vermerris et al, 2006 ).

Gambar 2.5 Struktur Asam Galat

2.1 Asam Galat

Asam galat atau nama lain 3,4,5-trihidroxyi benzoic acid merupakan salah

satu seyawa fenol yang memiliki aktifitas antijamur, antivirus dan antioksidan (Sohi

et al, 2003). Asam galat merupakan salah satu senyawa aktif yang banyak

dimanfaatkan dibidang medis. Senyawa ini terdapat sebagai metabolit sekunder pada

tanaman (Vazirian et al., 2011). Salah satu antioksidan alami yaitu asam galat. Asam

galat termasuk dalam senyawa fenolik dan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.

Estimasi kandungan fenolik total dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi

Folin-Ciocalteau. Metode ini berdasarkan kekuatan mereduksi dari gugus hidroksi

fenolik. Semua senyawa fenolik termasuk fenol sederhana dapat bereaksi dengan

reagen Folin-Ciocalteau. Kandungan fenolik total dalam tumbuhan dinyatakan dalam

GAE (gallic acid equivalent) yaitu jumlah kesetaraan miligram asam galat dalam 1

gram sampel (Huang, dkk 2005). Asam galat dan sejenisnya umumnya hadir dalam

berbagai buah dan jumlah tanaman, selain itu sejumlah besar turunan asam galat

yang disintesis juga tersedia. Berikut struktur dari beberapa turunan asam galat.

(Nayeem et al, 2016) :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

9

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2.6 Struktur (a) Metil Galat, (b) Fenil Galat , (c) 3,4,5 Triaseton Asam

Galat, (d) Trimetil Asam Galat Metil Ester, (e) Etil Galat

3. C6-C2 : Asetofenon dan Asam Fenilasetat

Asetofenon dan asam Fenilasetat jarang ditemukan dialam. Asetofenon

dikenal dengan adanya gugus karboksil, berbeda dengan asam fenolat dimana gugus

karboksil dari asetofenon tidak berikatan langsung dengan cincin aromatiknya

( Vermerris et al, 2006 ).

Gambar 2.7 Struktur 2-hidroasetofenon

4. C6-C3 : Asam Sinamat, sinamil aldehid, dan sinamil alkohol

Keberadaan senyawa fenolik ini berlimpah di tanaman. Asam sinamat

memiliki ciri-ciri dengan rangka cincin benzen terikat pada atom yang terikat dengan

gugus karboksil. Sinamil aldehid dan sinamil alkohol memiliki struktur yang sama

dengan asam sinamat namun gugus karboksil diganti dengan gugus aldehid dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

10

hidroksil. Contoh asam sinamat, sinamil aldehid, sinamil alkohol berturut-turut

seperti pada (gambar 2.8)

Gambar 2.8 (a) Struktur Asam p-kumarat; (b) Struktur p-koumaril Aldehid;

(c) Struktur p-koumaril Alkohol

5. C6-C4 : Naptakoinon

Naftokuinon adalah senyawa fenolik yang tersebar luas pada tanaman, jamur,

dan bakteri. Naftokuinon di biosintesis melalui jalur asetat dan mevalonate yang

dipadukan dengan jalur sikimat. Beberapa contoh naftokuinon adalah plumbagin,

lawson,dan alkanin ( Nollet, 2015 ).

Gambar 2.9 Struktur Junglon

6. C6-C1-C6 : Xanton

Xanton adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman,

jamur, dan lumut. Kerangka dasar dari xanton C6-C1-C6 yang mengandung dua buah

cincin aromatik yang terikat oleh atom O ( Nollet, 2015 ). Xanton yang ditemukan di

tanaman Garcinia dulcis diketahui memiliki kemampuan menghampar pertumbuhan

Palmadium falciparum. Dua jenis benzofenon yaitu guttiferon dan gambogenon

memiliki sifat sitotoksi pada kanker usus (Vermerris et al 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

11

Gambar 2.10 Struktur Xanton

7. C6-C2-C6 : Stilben dan Antrakuinon

Stilben dan Antrakuinon merupakan senyawa fenolik dengan kerangka dasar

C6-C2-C6 dengan dua buah cincin aromatik yang terhubung oleh jembatan etilen

(Nollet, 2015). Stilben merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antifungal

(Vermerris et al, 2006)

Gambar 2.11 Stuktur Stilben

8. C6-C3-C6 : Flavonoid dan Isoflavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang

ditemukan di alam. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15

atom karbon, dimana 2 cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3)

sehingga bentuk susunan Co C-C6 senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa

jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari sistem 1,3-

diarilpropana. Enam jenis flavonoid utama, yaitu: anthocyanidins, flavanols,

flavanones, flavones. flavonols dan isoflavons. (Khoddami, A. 2006)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

12

Gambar 2.12 Struktur Flavonoida

9. (C6-C3)2 : Lignan dan Neolignan

Lignan merupakan dimer atau oligomer dari monolignol. Istilah lignan dan

neolignan dibedakan berdasarkan posisi ikatan monolignol dengan monolignol

lainnya. Berbeda dengan lignin dan neolignan, lignin merupakan polimer dari

monolignol. Berikut gambar dari struktur koniferil alkohol. (Markham, 1988) :

Gambar 2.13 Struktur Koniferil Alkohol

10. (C6-C3-C6)2 : Bioflavonoid

Merupakan senyawa fenolik yang memiliki rangka yang disusun atas 30 atom

karbon dan merupakan dimer dari flavon. Flavon merupakan salah satu anggota dari

flavonoid (Vermerris et al, 2006)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

13

Gambar 2.14 Struktur Hinokiflavon

11. Tanin

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui

mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan

antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri

dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan

protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al,

2008).

Gambar 2.15 Struktur Tanin

2.3.2. Manfaat Senyawa Fenolik

Senyawa fenol merupakan kelas utama antioksidan yang berada dalam

tumbuh-tumbuhan .Kandungan senyawa fenolik banyak diketahui sebagai terminator

radikal bebas dan pada umumnya kandungan senyawa fenolik berkolerasi positif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

14

terhadap aktivitas antiradikal (Marinova et al, 2011). Fenol berperan sebagai

scavenger (pemakan) radikal peroksil karena fenol memiliki struktur molekul penting

yaitu cincin aromatik dan gugus hidroksil yang mengandung hidrogen yang dapat

berpindah. Selain itu, kemampuan fenol juga diketahui dapat mengurangi radikal

bebas melalui pembentukan khelat dengan ion-ion yang bervalensi dua seperti logam

Cu, Fe, Zn, dan Mn yang menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Antioksidan

fenolik (ArOH) berperan dalam memutus reaksi inisiasi radikal bebas oleh transfer

atom hidrogen atau oleh transfer elektron dengan cara membentuk kation radikal

fenoksil (Ar OH') yang secara cepat dan reversibel mengalami deprotonasi dan

membentuk radikal fenoksil (ArO'). Suatu radikal fenoksil dapat bergabung dengan

radikal peroksil (ROO) membentuk produk yang non- radikal. (Khoddami, 2006).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau

polifenol yang dapat berupa golongan flavonoida,turunan asam sinamat, kumarin

tokofenol dan asam-asam organik polifungsional. Senyawa antioksidan alami

polifenolik ini bersifat multifungsional karena dapat bereaksi sebagai penangkap

radikal bebas, pengkelat logam dan perendam terbentuknya singlet oksigen

(Trilaksani, 2003)

2.4 Teknik Pemisahan

Teknik pemisahan memiliki tujuan untuk memisahkan komponen yang akan

ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-

komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan:

1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya

perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang

akan dipisahkan.

2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada

perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang

termasuk dalam satu golongan (Muldja, 1995)

2.4.1. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan

atau menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa dari suatu sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

15

dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai (Leba, 2017). Beberapa metode

ekstraksi dapat digunakan untuk mengekstrak atau konstituen dalam suatu bahan

tanaman, yang diantaranya adalah maserasi, perkolasi, ekstaraksi sokletasi, ekstraksi

dengan refluks, dan didestilasi uap dalam ekstraksi padat-cair, bahan tanaman

ditempatkan dalam sebuah wadah, dan dibiarkan terjadi kontak dengan pelarut.

(Sarker, 2006) Terdapat juga metode ekstraksi sederhana yakni ekstraksi dingin.

Ekstaksi dingin dilakukan dengan cara merendam sampel dengan pelarut yang sesuai

dalam suhu kamar. Keuntungan cara ini merupakan metode ekstraksi yang mudah

karena ekstrak tidak dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan alam menjadi

terurai (Heinrich et al, 2010).

2.4.2. Partisi

Ekstraksi cair-cair atau disebut juga ekstraksi pelarut merupakan metode yang

didasarkan pada fenomena distribusi atau partisi berdasarkan analit dari dua pelarut

yang tidak saling bercampur. Ekstraksi ini dilakukan untuk mendapatkan suatu

senyawa dari campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang juga merupakan

perbedaan kelarutan suatu senyawa dalam dua pelarut cair. Ekstraksi cair-cair

ditentukan oleh distribusi Nernst yang Hukum Distribusi Nernst menyatakan pada

suhu dan tekanan yang konstan, komposisi-komposisi akan terdistribusi dalam

proporsi yang sesuai dengan dua pelarut yang tidak saling bercampur. Pada ekstrasi

cair-cair alat yang digunakan adalah corong pisah. Corong pisah adalah yang

digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran antara fasa

pelarut dengan densitas atau massa jenis yang berbeda yang tidak saling dicampur.

(Leba, 2017)

2.4.3. Kromatografi

Kromatogafi adalah suatu metode fisik untuk pemisahan yang didasarkan atas

perbedaan afinitas senyawa-senyawa yang sedang dianalisis terhadap dua fasa yaitu

fasa stasioner/fasa diam dan fasa mobil/fasa gerak. Jadi, campuran senyawa-senyawa

dapat mengalami adsorpsi dan desorpsi oleh fasa dalam secara berturut-turut

sehingga secara berurutan fasa gerak juga akan melarutkan senyawa-senyawa

tersebut dan proses pemisahan dapat terjadi karena campuran senyawa memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

16

kelarutan yang berbeda di antara dua fasa tersebut. Fasa diam yang digunakan dalam

kromatogafi dapat berupa zat padat juga berupa zat cair. Silika dan alumina

merupakan contoh zat padat yang sering digunakan sebagai fasa diam berkat

kemampuannya dalam mengadsorpsi bahan-bahan yang akan dipisahkan (sebagai

adsorben). (Endarini, 2016)

Kromatogafi didefiniskan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu

proses migasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri atas dua fase atau lebih.

Salah satu fase bergerak secara bersinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya,

zat-zat terlarut menunjukkan perbedaan mobilitas yang disebabkan oleh perbedaan

adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion

(Harmita, 2009).

2.4.3.1. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatogafi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode yang paling

banyak digunakan dan paling mudah untuk memurnikan sejumlah kecil komponen.

Metode ini menggunakan lempeng kaca atau aluminium yang telah dilapisi dengan

penyerap (misalnya silika gel) dengan ketebalan tertentu tergantung pada jumlah

bahan yang akan dimuat ke dalam lempeng analisis biasanya memiliki ketebalan 0,2

mm; lempeng preparatif dapat memiliki ketebalan hingga 1-2 cm (Heinrich et al,

2010).

Fenomena yang terjadi pada KLT adalah berdasar pada prinsip adsorpsi.

Setelah sampel ditotolkan di atas fasa diam, senyawa-senyawa dalam sampel akan

terelusi dengan kecepatan yang sangat bergantung pada sifat senyawa-senyawa

tersebut (kemampuan terikat pada fasa diam dan kemampuan larut dalam fasa gerak),

sifat fasa diam (kekuatan elektrostatis yang menarik senyawa di atas fasa diam) dan

sifat fasa gerak (kemampuan melarutkan senyawa). Pada KLT, secara umum

senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat daripada

senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat daripada

senyawa-senyawa polar karena senyawa polar terikat lebih kuat pada bahan silika

yang mengandung silanol (SiOH2) yang pada dasarnya memiliki afinitas yang kuat

terhadap senyawa polar. (Endarini, 2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

17

Dalam pembuatan lapisan tipis digunkan plat-plat kaca yang memiliki ukuran

20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dan ukuran ini dianggap “standart”. Plat ini dicuci

terlebih dahulu dengan air dan detergen kemudian dikeringkan dengan aseton.

Selanjutnya membuat penyerap menjadi bubur dengan air, biasanya dalam

perbandingan x g penyerap dan 2x ml air. Bubur diaduk dengan baik dan

dibentangkan di atas plat kaca dengan berbagai cara. Tebal “standart” adalah 250

mikron. Lapisan-lapisan yang lebih tebal (0,5 – 2,0 mm) digunakan untuk

pemisahan-pemisahan yang sifatnya besar, dengan menggunakan penyerap hingga

250 mg untuk plat dengan ukuran 20 x 20 cm. Salah satu keukaran dengan lapisan

tebal ialah adanya tendensi mengelupas bila kering (Sastrohamidjojo, 1985).

Beberapa contoh penyerap yang digunakan untuk pemisahan dalam

kromatogafi lapis tipis adalah sebagai berikut :

1. Silika gel

Ada beberapa jenis silika gel, yaitu :

a. Silika gel G

Silika gel G adalah silika gel yang mengandung 13 % kalsium sulfat sebagai

perekat. Jenis silika gel ini biasanya mengandung ion logam, terutama ion besi.

Kandungan ion besi dapat dihilangkan dengan mengembangkan plat TLC silika

gel G dengan sstem pelarut metanol : asam HCl pekat 9 : 1.

b. Silika gel H

Perbedaan silika gel G dan silika gel H ialah, bahwa silika gel H tidak

menngandung perekat kalsium sulfat. Silika gel H dipakai untuk pemisahan yang

bersifat spesifik, terutama lipida netral

c. Silika gel PF

Jenis silika gel ini diketemukan belakangan, yang dibuat sedemikian rupa

sehingga senyawa-senyawa organik terikat pada plat ini dapat mengadakan

fluoresensi. Oleh karena itu visualisasinya dapat dikerjakan dengan menempatkan

plat yang telah dikembangkan di dalam ruangan gelap atau dengan sinar ultra

violet yang bergelombang pendek.

2. Alumina

Penggunaan alumina dalam TLC, yang semula diperkenalkan oleh peneliti

dari Cekoslowakia, tidak sesering silika gel. Sebenarnya alumina netral mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

18

kemampuan untuk memisahkan bermacam-macam senyawa, seperti terpena,

alkaloid, steroid, dan senyawa-senyawa alisklik, alifatik, serta aromatik. Sebagai zat

perekat alumina tidak mengandung zat perekat, mempunyai sifat alkalis dan dapat

digunakan baik tanpa maupun dengan aktivasi.

3. Kieselguhr

Kieselguhr merupakan adsorben yang lebih lemah dari silika gel dan alumina,

oleh karena itu lebih cocok untuk memisahkan senyawa-senyawa polar (Adnan,

1997). Nilai utama KLT pada penelitian ialah sebagai cara analisis cepat yang

memerlukan bahan sangat sedikit.

Menurut Markham, KLT memiliki peranan penting dalam metode pemisahan dan

isolasi yaitu :

a. Mencari pelarut untuk kromatogafi kolom

b. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatogafi kolom

c. Menyigi arah atau perkembangan reaksi seperti hidrolisis atau metilasi

d. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatogafi

e. Isolasi flavonoida murni skala kecil.

Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang

diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan

jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang

ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk

mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat

dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembimbing.

Rumus:

Rf =𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ𝐹𝑎𝑠𝑒𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘

Beberapa banyak diantaranya faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah:

1. Struktur senyawa yang dipisahkan

2. Sifat dari adsorben dan derajat aktivitasnya

3. Tebal dan kerataan permukaan adsorben

4. Kemurnian pelarut

5. Derajat kejenuhan uap pelarut dalam bejana pengembangan

8. Jumlah cuplikan

9. Temperatur (Rubiyanto, 2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

19

2.4.3.2. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

KLTP merupakan salah satu metode pemisahan yang memerlukan

pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar. Walaupun KLTP

dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian besar pemakaian hanya

dalam jumlah milligram. Ketebalan plat yang sering dipakai adalah 0,5-2 mm.

ukuran plat biasanya 20 x 20 cm atau 20 x 40 cm. Untuk jumlah sampel 10-100 mg,

dapat dipisahkan menggunakan KLTP dengan adsorben silika gel atau aluminium

oksida dengan ukuran 20 x 20 cm dan tebal 1 mm. jika tebalnya diduakalikan, maka

banyaknya sampel yang dapat dipisahkan bertambah 50%. Seperti halnya KLT biasa,

adsorben yang paling umum pada KLTP adalah silika gel. (Endarini, 2016)

Sebelum ditotolkan pada plat KLT Preparatif, sampel dilarutkan terlebih

dahulu dalam sedikit pelarut. Pelarut yang baik adalah pelarut yang mudah menguap,

misalnya n-heksana, diklorometana atu etil asetat. Karena jika pelarut yang

digunakan tidak mudah menguap, maka akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi

sampel juga sebaiknya hanya 5-10%. Sampel yang ditotolkan harus berbentuk pita

yang sesempit mungkin karena baik tidaknya pemisahan juga bergantung pada

lebarnya pita (Rohman, 2007).

2.4.3.3. Kromatografi Kolom

Kromatogafi kolom adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada

peristiwa adsorpsi. Sampel yang biasanya berupa larutan pekat diletakkan pada ujung

atas kolom. Eluen atau pelarut dialirkan secara kontinu ke dalam kolom. Dengan

adanya gravitasi atau karena bantuan tekanan, maka eluen/pelarut akan melewati

kolom dan proses pemisahan akan terjadi. Seperti pada umumya, eluen/pelarut akan

digunakan dimulai dari yang paling non polar dan dinaikkan secara gadien

kepolarannya hingga pemisahan dapat terjadi. (Endarini, 2016) Kromatogafi kolom

merupakan peralatan yang sangat penting dalam pemisahan flavonoida. Adapun fase

diam yang pada umumnya digunakan dalam kromatogafi kolom yaitu silica gel,

sephadex, polyamida dan selulosa dimana fase gerak yang biasa digunakan yaitu

campuran antara pelarut organik polar dan pelarut oganik nonpolar dengan

menggunakan metode elusi gadient (Bhat, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

20

Untuk dapat diperoleh pemisahan yang sempurna perlu dilakukan pemisahan

fasa diam dan fasa gerak secara tepat dan sesuai. Faktor yang menjadi ukuran

pemilihan terhadap kedua fase tersebut antara lain polaritas dan kelarutan.

Teknik Kromatografinya:

1. Dibuat bubur adsorben yang berasal dari padatan yang telah kita pilih.

2. Bubur adsorben dituangkan kedalam kolom gelas ukuran tinggi ± 40 cm

dan diameter ± 2 cm yang dibagian ujung bawahnya dilengkapi dengan

kran, secara hati-hati. Bagian bawah ditahan dengan glass wool atau

sejenisnya untuk menghindari lolosnya adsorben dari dalam kolom.

3. Dijaga jangan sampai terjadi gelembung udara pada bagian dalam kolom.

Hasil akhir penuangan bubur adsirben berbentuk padat tanpa retakan.

4. Padatan kolom yang terbentuk dijaga supaya tetap basah oleh pelarut

dengan menuangkan pelarut dengan hati-hati dan terhindar dari

kekeringan permukaan.

5. Bila akan digunakan pelarut yang berbeda sebagai fase gerak maka kolom

harus diuci terlebih dahulu dengan pelarut yang dimaksud dengan cara

mengalirkan secara berulang-ulang pelarut tersebut kedalam kolom serta

didiamkan beberapa saat sebagai langkah aktivasi kolom

6. Pada saat penuangan cuplikan dilakukan melalui bagian tepi tabung

kolom secara perlahan-lahan, tidak langsung ke permukaan padatan

karena dapat merusak permukaan padatan

7. Laju alir fase gerak diatur dengan menentukan kecepatan penetesan cairan

setiap satuan waktu. Fraksi yang ditampung diharapkan akan bervolume

sama dalam selang waktu tertentu (Rubiyanto, 2017)

2.5 Teknik Spektroskopi

Spektroskopi adalah alat analisis yang menggunakan radiasi (sinar) sebagai

sumber energi. Spektroskopi digunakan untuk menganalisis senyawa organik secara

kualitatif, kuantitatif dan yang paling penting adalah pelacakan atau elusidasi struktur

(Sitorus, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

21

2.5.1. Spektroskopi Ultraviolet (UV-Vis)

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar

ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan

elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis

biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam

larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit

informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum

ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di

dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang

tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer .

Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau deuterium

untuk pengukuran uv dan lampu tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak.

Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang

gelombang (wavelength separator) seperti prisma atau monokromator. Spektrum

didapatkan dengan cara scanning oleh wavelength separator sedangkan pengukuran

kuantitatif bisa dibuat dari spektrum atau pada panjang gelombang tertentu. Ketika

suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi tersebut akan menyebabkan

tereksitasinya elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Tipe

eksitasi tergantung pada panjang gelombang cahaya yang diserap. Sinar ultraviolet

dan sinar tampak akan menyebabkan elektron tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi.

Sistem yang bertanggung jawab terhadap absorbsi cahaya disebut dengan kromofor.

Beberapa istilah penting :

1. Kromofor; merupakan gugus tak jenuh (pada ikatan kovalen) yang

bertanggung jawab terhadap terjadinyaabsorbsi elektronik (misalnya C=C,

C=O, dan NO2).

2. Auksokrom; merupakan gugus jenuh dengan adanya elektron bebas (tidak

terikat), dimana jika gugus ini bergabung dengan kromofor, akan

mempengaruhi panjang gelombang dan intensitas absorban.

3. Pergeseran Batokromik; merupakan pergeseran absorban ke daerah panjang

gelombang yang lebih panjang karena adanya substitusi atau efek pelarut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

22

4. Pergeseran Hipsokromik; merupakan pergeseran absorban ke daerah panjang

gelombang yang lebih pendek karena adanya substitusi atau efek pelarut.

5. Efek Hiperkromik; merupakan peningkatan intensitas absorban.

6. Efek Hipokromik; merupakan penurunan intensitas absorban. (Dachriyanus,

2004)

2.5.2. Spektroskopi Infra Merah (FT-IR)

Spektrofotometer inframerah pada umumnya digunakan untuk menentukan

gugus fungsi suatu senyawa organik dan mengetahui informasi struktur suatu

senyawa organik dengan membandingkan daerah sidik jarinya. Jika suatu frekuensi

tertentu dari radiasi inframerah dilewatkan pada sampel suatu senyawa organik maka

akan terjadi penyerapan frekuensi oleh senyawa tersebut. Detektor yang ditempatkan

pada sisi lain dari senyawa akan mendeteksi frekuensi yang dilewatkan pada sampel

yang tidak diserap oleh senyawa. Banyaknya frekuensi yang melewati senyawa

(yang tidak diserap) akan diukur sebagai persen transmitan. (Dachriyanus, 2004).

Spektrum infra merah merupakan plot antara transmitans dengan frekuensi

atau bilangan gelombang. Spektrum ini juga menunjukkan banyaknya puncak

absorpsi (pita) pada frekuensi atau bilangan gelombang yang karakteristik. Daerah

bilangan gelombang yang sering digunakan pada spektrum infra merah berkisar

antara 4000-670 cm-1(2,5-15 µm). (Swarya, 2015)

Faktor-faktor yang berpengaruh pada frekuensi vibrasi adalah sebagai berikut:

1. PenggandenganVibrasi

Ikatan-ikatan C-H pada gugus metilen saling mengalami penggandengan

sehingga mempunyai dua pita vibrasi ulur, yaitu simetris dan asimetris.

Frekuensi kedua pita ini berbeda.

2. Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen pada gugus karbonil akan memperpanjang ikatan C=O,

misalnya dalam asam salisilat. Akibatnya, kekuatan ikatan C=O berkurang

sehingga pita vibrasi muncul pada frekuensi yang lebih rendah.

3. Efek induksi

Unsur yang bersifat elektronegatif cenderung menarik elektron ke antara atom

karbon dan oksigen dalam ikatan C=O sehingga ikatan tersebut menjadi lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

23

kuat. Akibatnya, pita vibrasi ikatan C=O muncul pada frekuensi yang lebih

tinggi.

4. Efek resonansi

Adanya ikatan C=C yang bertetangga dengan gugus karbonil menyebabkan

terjadinya delokalisasi elektron pada ikatan C=O dan ikatan rangkap.

Akibatnya, ikatan C=O akan lebih bersifat sebagai ikatan tunggal dan

kekuatan ikatannya melemah sehingga pita vibrasi akan muncul pada

frekuensi yang lebih rendah.

5. Sudut ikatan

Cicin berkeanggotaan enam yang memilki gugus karbonil tidak begitu tegang

sehingga pita vibrasi ikatan C=O muncul seperti ikatan C=O dalam keton

normal.

6. Efek medan

Keberadaan dua gugus dalam satu molekul sering kali saling mempengaruhi

frekuensi vibrasi masing-masing gugus tersebut karena terjadi interaksi

ruang, yang dapat bersifat elektrostatik dan atau sterik (Harmita, 2009).

2.5.3. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Spektrometer resonansi magnetik inti (Nuclear Magnetic Resonance), yang

disingkat sebagai NMR, merupakan instrumen yang sangat panting untuk

memperoleh informasi senyawa kimia, juga dapat menyelesaikan dan memecahkan

masalah atau informasi yang sebelumnya sulit untuk diperoleh. NMR mempunyai

peranan panting dalam ilmu kimia, disebabkan oleh dua faktor.Pertama, penerapan

NMR yang terbaru dimana hasil peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Kedua,

spektrometer NMR merupakan instrumen yang tersedia di pasaran berkembang terus,

dan memenuhi standar sensitivitas, fleksibilitas, efsiensi, kecanggihan komputasi,

dan harga yang sesuai dipasaran (Jenie, 2014).

Fenomena 1H-NMR terjadi jika inti yang searah dengan medan magnet

eksternal dibuat mengabsorpsi energi (berupa radiasi elektromagnetik) sehingga

orientasi spinnya berubah. Dalam suatu molekul, tiap proton berada dalam

lingkungan kimia yang sedikit berbeda. Akibatnya, proton-proton itu mempunyai

perisai elektronik yang tingkatnya atau jumlahnya sedikit berdeda. Dengan demikian,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

24

proton-proton tersebut akan beresonansi pada frekuensi yang sedikit berbeda. Harga

freakuensi absolut masing-masing proton yang berbeda sangat sulit diukur hingga

presisi yang sedemikian kecil. Dalam 1H-NMR, yang diukur adalah perbedaan antara

frekuensi resonansi suatu jenis proton dan frekuensi resonansi proton senyawa

pembanding (Harmita, 2009).

Inti atom-atom tertentu akan mempunyai spin, yang berputar dan

menghasilkan momen magnetik sepanjang aksis spin. Jika inti yang berputar ini

diletakkan didalam medan magnet, maka sesuai dengan kalkulasi kuantum mekanik,

momen magnetiknya akan searah (paralel; mempunyai energi yang rendah) atau

berlawanan arah (antiparalel, mempunyai energi yang tinggi) dengan arah medan

magnet yang diberikan. Spektrometer resonansi magnet inti proton pada umumnya

digunakan untuk mentukan jumlah proton yang memiliki lingkungan kimia yang

sama pada suatu senyawa organik dan mengetahui informasi mengenai struktur suatu

senyawa organik (Dachriyanus, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Sampel yang diteliti adalah bunga tumbuhan kersen diperoleh dari daerah

Padang Bulan, Sumatera Utara. Kemudian diidentifikasi sampel dilakukan di

Laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara

(lampiran 1). Isolasi senyawa fenolik dilakukan pada bulan September sampai

Januari 2020 di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam dan Laboratorium

Pascasarjana FMIPA USU. Identifikasi senyawa hasil isolasi yang meliputi analisa

spektrofotometer UV-Vis, FT-IR dan Spektrofotometer 1H-NMR dilakukan di

Laboratorium Kimia Bahan Alam FMIPA ITB.

3.2.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.2 Alat Penelitian

Nama Alat Ukuran Merk

1. Spektroskopi 1H-NMR 500MHZ Jeol/Delta2NMR

2. Spektrofotometer FT-IR Shimadzu

3. Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu

4. Lampu UV 254nm/ 356nm UVGL 58

5. Rotarievapotaror Bűchi R-114

6. Labu Rotarievaporator 1000 mL Schoot/ Duran

7. Kolom Kromatogafi Pyrex

8. Neraca Analitis Mettler AE 200

9. Alat Destilasi

10. Corong Pisah 1000 mL Pyrex

11. Chamber

12. Beaker glass 500ml/1000ml Pyrex

13. Erlenmeyer 250ml Pyrex

14. Gelas Ukur 100ml Pyrex

15. Corong Kaca

16. Pipet Tetes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

26

17. Spatula

18. Batang Pengaduk

19. Statif dan Klem

20. Penangas Air

21. Pipa Kapiler 75 mm Nesco

22. Botol Vial 12 mL

23. Pipet Tetes

3.2.2 Bahan Penelitian

Nama Bahan Ukuran Merek

1. Bunga Tumbuhan Kersen 2060 g

2. Metanol Teknis

3. Etil Asetat Teknis

4. Kloroform p.a.E.Merck

5. n-heksana Teknis

6. Silika Gel 40 (70-230 mesh) ASTM E.Merck KgA

7. Plat KLT Silika Gel 60 F254 E.Merck.Art 554

8. Plat KLT Preparatif

9. Aluminium Foil 8 m x 30 cm Klin Pak

10. Kapas

11. Kertas Saring

12. FeCl3 5%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

27

3.3 Penyedian Sampel

Bunga tumbuhan kersen segar dihaluskan menggunakan blender sampai

diperoleh serbuk bunga tumbuhan Kersen sebanyak 2060 gram.

3.3.1 Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Bunga Tumbuhan Kersen

Serbuk segar halus bunga tumbuhan Kersen diidentifikasi dengan

menggunakan cara skrining fitokimia. Untuk membuktikan adanya senyawa fenolik

yang terdapat dalam Bunga Tumbuhan Kersen maka dilakukan uji pendahuluan

secara kualitatif dengan reaksi warna dengan cara merendam 10 g serbuk segar halus

bunga tumbuhan Kersen ke dalam gelas Erlenmeyer menggunakan pelarut metanol

sebanyak 100ml, kemudian diekstraksi maserasi dan didiamkan selama 1 malam lalu

didekantasi larutan dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan dengan

FeCl3 5% menghasilkan koloid berwarna hitam.

3.3.2 Ekstraksi Bunga Tumbuhan Kersen

Serbuk Bunga Tumbuhan Kersen ditimbang sebanyak 2060 g, kemudian

dimaserasi dengan metanol sebanyak ± 20 L sampai sampel terendam seluruhnya,

dibiarkan selama ± 48 jam. Maserat ditampung dan dipekatkan dengan menggunakan

alat rotarievaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol dan diuji dengan

FeCl3 5%. Kemudian diuapkan dengan penangas air hingga semua pelarut metanol

menguap. Lalu dilakukan pemisahan tanin dengan cara melarutkan ekstrak pekat

metanol dengan pelarut etil asetat secara berulang- ulang hingga negatif fenolik diuji

dengan FeCl3 5%. Filtrat kemudian dirotarievaporator lalu diuapkan dengan

penangas air hingga semua pelarut etil asetat menguap. Lalu ekstrak pekat etil asetat

diuji dengan FeCl3 5%. Ekstrak pekat etil asetat dilarutkan dengan metanol dan

diekstraksi partisi berulang-ulang dengan n-heksan sampai lapisan n-heksan bening.

Lapisan metanol dipisahkan dari lapisan n-heksan, lalu diuji dengan FeCl3 5% dan

dipekatkan kembali dengan rotarievaporator dan diuapkan kembali sehingga

diperoleh ekstrak padat lapisan metanol sebanyak 30 g.

3.3.3 Analisis Kromatogafi Lapis Tipis

Analisis Kromatogafi Lapis Tipis dilakukan terhadap ekstrak metanol dengan

menggunakan fase diam silika gel 60F254 Merck. Analisis ini dilakukan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

28

menentukan sistem dan perbandingan pelarut yang sesuai untuk kromatogafi kolom.

Fase gerak yang digunakan adalah campuran pelarut kloroform : metanol dengan

perbandingan 90:10; 80:20; 70:30; 60:40 (v/v).

Dimasukkan 10 ml campuran larutan fase gerak kloroform : metanol 90:10

(v/v) kedalam chamber, kemudian dijenuhkan. Ditotolkan ekstrak pekat metanol

pada plat KLT yang telah diaktifkan. Dimasukkan plat kedalam chamber yang telah

berisi campuran pelarut yang telah dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi hingga pelarut

mencapai batas yang telah ditentukan. Plat yang telah dielusi, dikeluarkan dari

bejana, lalu dikeringkan. Diamati noda yang terbentuk dibawah sinar UV, kemudian

difiksasi dengan pereaksi FeCl3 5%. Diamati warna bercak yang timbul dan dihitung

harga Rf yang diperoleh. Perlakuan yang sama dilakukan untuk perbandingan pelarut

kloroform : metanol dengan perbandingan 80:20; 70:30; 60:40 (v/v).

3.3.4 Pemisahan Senyawa Fenolik dengan Kromatogafi Kolom

Pemisahan senyawa fenolik dilakukan dengan kolom kromatogafi terhadap

ekstrak padat metanol. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 40 (70-230 mesh)

ASTM dan fase gerak yaitu kloroform 100%, campuran pelarut kloroform:metanol

dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40 (v/v).

Terlebih dahulu dirangkai alat kromatogafi kolom. Kemudian dibuburkan

silika gel 60 (70-230 mesh) ASTM dengan menggunkan kloroform, diaduk-aduk

hingga homogen lalu dimasukkan kedalam kolom kromatogafi. Kemudian dielusi

dengan menggunakan kloroform 100% hingga silika gel padat dan homogen.

Dibuburkan 7 g ekstrak padat metanol ditambahkan dengan silika gel kemudian

dilarutkan dengan pelarut metanol, lalu dikeringkan. Kemudian dimasukkan kedalam

kolom kromatogafi yang telah berisi bubur silika gel, lalu ditambahkan fase gerak

kloroform:metanol 90:10 (v/v) secara perlahan-lahan dan diatur sehingga aliran fase

yang keluar dari kolom sama banyaknya dengan penambahan fase gerak dari atas.

Ditingkatkan kepolaran dengan menambahkan fase gerak kloroform:metanol dengan

perbandingan 80:20 (v/v), 70:30 (v/v), 60:40 (v/v). Hasil yang diperoleh ditampung

dalam botol vial setiap ± 10 mL, lalu di KLT dan digabung fraksi dengan harga Rf

yang sama lalu diuji dengan FeCl3 5%. Kemudian diuapkan sampai terbentuk pasta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

29

3.3.5 Pemurnian

Pasta yang diperoleh dari isolasi dengan kromatogafi kolom dilarutkan

kembali dengan metanol lalu dianalisis KLT untuk mengetahui apakah senyawa yang

diperoleh sudah murni atau belum sekaligus mencari fase gerak yang sesuai untuk

KLT preparatif. Kloroform: Etil asetat 80:20 (v/v) adalah fase gerak yang

menunjukkan pemisahan yang paling baik untuk digunakan KLT preparatif. Pasta

yang telah dilarutkan ditotolkan secara perlahan-lahan dan sama rata disepanjang tepi

bawah plat KLT yang telah diaktifkan. Plat dimasukkan kedalam bejana yang berisi

campuran pelarut yang telah dijenuhkan, kemudian ditutup. Setelah dielusi, plat

dikeluarkan dari bejana, dikeringkan, dan hasilnya diperiksa dibawah sinar UV. Tiap

zona diberi tanda dan digerus lalu dielusi dengan metanol: etil asetat (1:1). Hasil

elusi diuapkan hingga diperoleh padatan amorf berwarna kuning.

3.3.6 Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatogafi Lapis Tipis (KLT)

Uji kemurnian pasta dilakukan dengan kromatogafi lapis tipis dengan

menggunakan fase diam silika gel 60 F254 dengan fase gerak dan kloroform: etil

asetat 80:20 (v/v).

Dimasukkan 10 mL larutan fase gerak kedalam bejana kromatogafi lapis

tipis, lalu dijenuhkan. Ditotolkan pasta yang sebelumnya dilarutkan dengan etil asetat

pada plat KLT. Dimasukkan plat KLT tersebut kedalam bejana kromatogafi lapis

tipis yang telah jenuh. Setelah pelarut fase gerak merembes sampai batas tanda, plat

KLT dikeluarkan dari bejana, dikeringkan, diamati dibawah sinar UV, dan difiksasi

dengan menggunakan pereaksi FeCl3 5% menghasilkan bercak berwarna hitam yang

menunjukkan adanya senyawa fenolik dan dihitung harga Rf yang diperoleh.

3.4 Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi

Analisis kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan uji dengan tiga jenis

spektroskopi yaitu Spektofotometer UV-Visible, Spektrofotometer Infra Merah (FT-

IR), dan Spektrofotometer Resonansi Magnet Inti Proton (1HNMR).

3.4.1 Identifikasi dengan Spektrofotometer Ultraviolet Visible(UV-Vis)

Identifikasi dilakukan dengan alat spektrofotometer Ultraviolet Visible

menggunakan pelarut metanol, dengan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

30

Nama Alat : UV

Spesifikasi : Agilent Technologies 8453 series

Waktu Pengerjaan : 16 Januari 2020

Operator : Lanang Solakhudin

3.4.2 Identifikasi dengan Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR)

Identifikasi dilakukan dengan alat Spektrofotometer FT-IR menggunakan

pelarut metanol, dengan:

Nama Alat : FT-IR PRESTIGE 21SHIMADZU

Spesifikasi : FT-IR merk FTIR prestige 21 shimadzu, made in Japan

Waktu Pengerjaan : 16 Januari 2020

Operator : Lanang Solakhudin

3.4.3 Identifikasi dengan Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton

Identifikasi dilakukan denganSpektrofotometer Resonansi Magnetik Inti

Proton menggunakan pelarut metanol, dengan:

Nama Alat : Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Spesifikasi : Merek Agilent 500 MHz dengan sistem konsol DD2,

Frekuensi 500MHz (1H) dan 125 MHz (13C)

Waktu Pengerjaan : 20 Januari 2020

Operator : Dr. Elvira Hermawati

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

31

3.5 Bagan Penelitian

3.5.1 Uji Skrining Fitokimia Menggunakan Pelarut Metanol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

32

3.5.2 Bagan Isolasi Senyawa Fenolik Bunga Tumbuhan Kersen

(M. calabura L)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak metanol dari bunga

tumbuhan kersen dengan penambahan pereaksi FeCl3 5% menghasilkan koloid

hitam, menunjukkan bahwa positif fenolik. Hasil elusi dari perbandingan eluen

kloroform : metanol 90:10 (v/v) pada fraksi 26-50, dilakukan KLT preparatif dengan

eluen kloroform: etil asetat 80:20 (v/v) untuk mendapatkan senyawa murni berupa

padatan amorf berwarna kuning seberat 8,03 mg (Gambar 4.1) dan Rf= 0,27 dengan

eluen kloroform : etil asetat 80:20 (v/v)

Gambar 4.1 Padatan amorf hasil isolasi

Untuk menentukkan struktur digunakan metode spektroskopi yaitu UV-Vis

untuk melihat lamda (λ) maksimum dari hasil isolasi. Dari sini terlihat adanya gugus

kromofor yaitu (C=O) dan ikatan rangkap (C=C) dari benzena. Spektrum UV-Visible

senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut metanol ditunjukkan pada

gambar 4.2 dibawah ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

34

Gambar 4.2 Spektrum UV-Vis Senyawa Hasil Isolasi

Dari hasil analisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis menunjukkan

adanya satu serapan panjang gelombang maksimum yang ditunjukkan pada tabel 4.1

dibawah ini :

Tabel 4.1 Panjang Gelombang UV-Visible Senyawa Hasil Isolasi

Puncak PanjangGelombang (nm) Absorbansi

I 276 0.99887

Kemudian FT-IR untuk melihat gugus – gugus fungsi dari senyawa yang

diisolasi. Vibrasi dari gugus fungsi ini terlihat pada spektrum FT-IR. Spektrum FT-

IR senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut metanol dapat dilihat pada

gambar 4.3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

35

Gambar 4.3 Spektrum Inframerah (FT-IR) Senyawa Hasil Isolasi

Hasil analisis spektrofotometer FT-IR padatan amorf hasil isolasi

menghasilkan pita-pita serapan pada daerah bilangan gelombang yang dapat dilihat

pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Analisis Spektrum FT-IR Senyawa Hasil Isolasi

Bilangan

Gelombang

(cm-1)

Bilangan

Gelombang

(cm-1) (Pavia

et al,1979)

Tipe Vibrasi Gugus Fungsi Intensitas

3412.08 3200-3500 Streaching O-H Tajam

2926.01 3000-2850 Streaching CH Sp2 dari

proton aromatis

Tajam

2854.65 3000-2850 Streaching CH dari CH3 Tajam

1728.22 1800-1600 Streaching C=O Ester Tajam

1516.05 1600-1475 Streaching C=C aromatis Tajam

1371.39 1450-1365 Bending CH Sp3 Tajam

1230.58 1300-1000 Streaching C-O Tajam

Kemudian data dari 1H-NMR untuk melihat peak dari proton, ada yang posisi

downfield dan upfield. Hasil ini dapat dilihat pada spektrum Gambar 4.4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

36

Gambar 4.4 Spektrum H-NMR Senyawa Hasil Isolasi

Hasil analisis Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut metanol dan TMS sebagai

standar yang memberikan signal-signal pergeseran kimia dengan penjelasan pada

tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Pergeseran Kimia 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi

Atom H δ H Senyawa Hasil Isolasi Jenis Peak

H-2, H-6 7.0425 Puncak Singlet

H dari OCH3 3.8108 Puncak Singlet

4.2 Pembahasan

Hasil isolasi senyawa fenolik dari Bunga Tumbuhan Kersen mulai dari proses

ekstraksi maserasi dengan metanol karena sampel bersifat polar diperoleh ekstrak

pekat metanol 422,3 g kemudian dilarutkan menggunakan etil asetat secara berulang-

ulang sampai bening untuk melarutkan tanin karena tanin tidak larut dalam etil

asetat. Filtrat etil asetat dipekatkan kembali dengan rotarievaporator dan diuapkan

sehingga diperoleh ekstrak pekat etil asetat 60,2 g. Ekstrak pekat yang diperoleh

dilarutkan dengan metanol kemudian diekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

37

n-heksan sampai bening karena n-heksan dan metanol tidak bercampur dan tujuan

partisi ini untuk memisahkan senyawa non polar. lapisan metanol diuapkan hingga

pekat sehingga diperoleh hasil 30 g. Dianalisis kromatogafi lapis tipis sebelum

kromatogafi kolom dan didapat perbandingan pelarut yang sesuai adalah kloroform :

metanol 90:10 v/v yang menunjukkan pemisahan yang lebih baik dari noda yang

dihasilkan. Hal ini dibuktikan dengan analisis KLT yang menunjukkan adanya dua

noda dengan jarak noda yang baik (Lampiran 2). Pada kromatografi kolom memakai

eluen kepolaran karena sampel yang ada disilika bervariasi kepolarannya. Setelah

pemisahan dengan kromatogafi kolom kemudian dilakukan analisis KLT untuk

penggabungan fraksi dan didapatkan lima penggabungan, fraksi yang dilanjutkan

adalah pengabungan tiga yaitu fraksi 26-50 dengan jarak Rf antar noda adalah 0.82

sebanyak 129 mg karena terdapat satu noda yang menunjukkan adanya pemisahan.

Dianalisis KLT kembali dengan sistem pelarut kloroform : etilasetat 80:20 (v/v),

selanjutnya dikromatogafi Lapis Tipis Preparatif dengan sistem pelarut kloroform :

etil asetat 80:20 (v/v), diamati dengan lampu UV, lalu diambil noda pertama dari

batas atas, kemudian silika gel digerus dari plat dan dielusi dengan perbandingan

pelarut metanol : etil asetat 1:1 (v/v). Senyawa yang diperoleh kemudian dianalisis

kembali dengan KLT menggunakan pelarut aseton dan n-heksan, kemudian diuji

kemurniannya dengan KLT menggunakan satu macam eluen. yang menunjukkan

satu noda pada senyawa yang dihasilkan dengan harga Rf sebesar 0,27 (lampiran 4).

Dari hasil analisis spektrum UV-Vis dengan pelarut metanol (Gambar 4.2)

memberikan serapan dengan panjang gelombang (λ max) 276 nm pada pita II dengan

adsorbansi 0.99887 nm Berdasarkan panjang gelombang yang diperoleh dapat

dinyatakan bahwa panjang gelombang senyawa hasil isolasi sama dengan panjang

gelombang rentan 270-295 nm adalah golongan asam galat, dihidroflavon, dan juga

flavonon (Bhat et al, 2005). Hal ini didukung dengan perhitungan panjang

gelombang untuk UV-Visible secara teori yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

38

Kromofor Induk = 230 nm

m OH 2 x 7 =14 nm

p OH =25 nm

λ max = 269 nm

Berdasarkan hasil perhitungan λ max dari senyawa hasil isolasi sesuai dengan

panjang gelombang teori dari buku Pavia tahun 1982.

Dari hasil analisis spektrum FT-IR (Gambar 4.3) pada bilangan gelombang

3412.08 cm-1 dengan vibrasi stretching puncak tajam menunjukkan adanya O-H,

pada bilangan gelombang 2926.01 cm-1 puncak tajam menunjukkan adanya CH sp2

stretching dari proton aromatis, pada bilangan gelombang 2854.65 cm-1 puncak

tajam menunjukkan adanya CH dari CH3 stretching, pada bilangan gelombang

1728.22 cm-1 dengan vibrasi stretching puncak tajam dari gugus C=O ester, pada

bilangan gelombang 1516.05 cm-1 dengan vibrasi stretching puncak tajam

menunjukkan adanya C=C aromatis, pada bilangan gelombang 1371.39 cm-1 yang di

dukung oleh vibrasi bending dengan puncak tajam menunjukkan adanya CH dari sp3

dan pada bilangan gelombang 1230.58 cm-1 dengan vibrasi stretching puncak tajam

menunjukkan adanya C-O dengan data Spektrum Inframerah pembanding dari buku

Pavia tahun 1979.

Dari hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

dengan menggunakan pelarut metanol (CD3OD) dalam standar TMS (Gambar 4.4)

menunjukkan adanya pergeseran kimia pada daerah δ = 7,0425 ppm terdapat puncak

singlet yang menunjukkan proton H-2 dan H-6 pada cincin aromatis senyawa

fenolik, Puncak singlet menunjukkan karena adanya lingkungan kimia yang sama

sehingga memiliki pergeseran kimia yang sama. Proton H dari OCH3 ditunjukkan

pada pergeseran kimia pada daerah δ = 3,8108 ppm terdapat puncak Singlet yang

menunjukkan proton dari -OCH3. Spektrum ini dapat dibandingkan dengan data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

39

proton 1H-NMR dari metil galat yang diisolasi dari Labisa pumila (Hisham, 2011)

memiliki pergeseran kimia pada daerah δ= 3,8 ppm yang menunjukkan proton

metoksi (-OCH3), sedangkan pada pergeseran kimia δ= 7,0 ppm menunjukkan dua

proton pada posisi 2 dan 6 (Lampiran 5).

Dari interpretasi data yang dilakukan pada spektrum UV-Visible, Spektrum

Inframerah (FT-IR), Spektrum 1H-NMR disimpulkan bahwa besar kemungkinan

senyawa hasil isolasi dari bunga tumbuhan kersen adalah senyawa fenolik yaitu metil

galat merupakan golongan asam fenolat seperti pada gambar 4.5 .

Gambar 4.5 Struktur Senyawa Hasil Isolasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil isolasi senyawa fenolik dari Bunga Tumbuhan Kersen (Muntingia

calabura L) sebanyak 2060 gram, dihasilkan padatan amorf berwarna kuning

sebanyak 8,03 mg menggunakan eluen kloroform: etil asetat 80:20 v/v, diuji

kemurnian dengan menggunakan eluen kloroform: etil asetat 70:30 v/v dan

diperoleh noda tunggal dengan harga Rf 0,27. Hasil analisa Spektrofotometer UV-

Visible, Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) dan Spektrofotometer Resonansi

Magnetik Inti Proton (1H-NMR) menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi

diperkirakan merupakan senyawa fenolik golongan asam fenolat yaitu metil galat.

5.2 Saran

Untuk lebih mendukung struktur senyawa fenolik hasil isolasi, maka

sebaiknya perlu dilakukan analisis Spektrofotometer Karbon (13C-NMR) dan

Spektrofotometer Massa (MS).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

DAFTAR PUSTAKA

Bhat, S., Nagasampagi, B., Sivakumar, S. 2005. Chemistry of Natural Product.

Narosa Publishing. New Dehli.

Cheynier V, Comte G,Davies KM. 2013.Plant Phenolic : Recent Advances on their

Biosinthedid,Genetics, and echophiciology. Plant physiology and Biochemis

try.71 : 1-20

Dachriyanus, 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik. Andalas University Press.

Padang

Desmiaty Y, Ratih H, Dewi M.A, Agustin R. 2008. Penentuan Jumlah Tanin Total

pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun Sambang

Darah (Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru

Prusia. Ortocarpus. 8: 106-109.

Djauhariya,E., dan Hermani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Cetakan I. Penerbit

Penebar Swadaya. Jakarta.

Endarini, L.K. 2016. farmakognisi dan fitokimia. Kementrian kesehatan republic

Indonesia.Jakarta Food Sources and Bioavailability.

Firdaus M, Prihanto AA, Nurdiani R, 2013. Tanaman Bakau Biologi dan

Bioaktivitas. Universitas Brawijaya Press (UB Press). Malang

Haki, M. 2009. Efek ekstrak daun Talok (Muntingia calabura L.) terhadap ektivitas

enzim SGPT pada mencit yang diinduksi karbon tetraklorida. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Harmita, 2009. Analisis fisikokimia. Volume 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Heinrich, M., Barnes.J., Gibbons, S., Williamson, E.M. 2010. Farmakognosi dan

Fitoterapi.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hisham MN, Lip MJ, Noh MJ, Normah A, Nabila MF. 2011. Identification and

Isolation Of Methyl Gallate As A Polar Chemical Marker For Labisia Pumila

Benth. Journal Of Food Technologi Research Centre 279-284.

Huang. 2005. Identification of an Antifungal Chitinase from a Potential Biocontrol

Agent, Bacillus cereus. Journal of Biochemistry and molecular Biology, 38:

82-88.

Jenie, U. A. 2014. Teknik Modem Spektroskopi NMR: Teori dan Aplikasi dalam

Elusidasi Struktur Molekul Organik. LIPI Press. Jakarta

Keller PA, Nugraha AS, 2011. Revealing Indigenous Indonesian Traditional

Medicine: anti-infective agents. Natural Product Communications

Khoddami, A., Wilkes, M. A., Roberts, T. H. 2006. Techniques for Analysis of

Plant Phenolic Compounds.Department of Plant and Food Sciences,

University of Sydney.Australia

Kosasih, E., Supriatna, N., Ana, E. 2013. Informasi singkat benih kersen/talok

(Muntingiacalabura L.). Balai pembenihan Tanaman Hutan Jawa dan

Madura.

Laswati, D. T., Sundari, N. R. I., dan Anggraini, O. 2017. Pemanfaatan kersen

(Muntingia calabura, L.) sebagai alternatif produk olahan pangan: sifat kimia

dan sensoris. JurnalJITIPARI, Vol. 4: 127-134.

Leba, M. A. U. 2017. Ekstraksi dan Real Kromatogafi Penebit deepublish.

Yogyakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

42

Lim, T. K. 2012. Edible medicinal and non-medicinal plants. London New York.

Springer Dordrecht Heidelberg. 489-91.

Marinova D, Ribarova F, Atanassova M. 2005. Total Phenolics and Total

Flavonoids in Bulgarian Fruits and Vegetables. Univ Chem Technol

Metal

Markham KR, 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Terjemahan Kosasi

Padmawinata.ITB Press. Bandung.

Muhammad Walid, Simanjuntak P., Darmawan A., 2019. Isolasi dan identifikasi

senyawa kimia aktif kulit batang kersen terhadap artemia salina. jurnal

poltektegal, Vol 8 no 1

Muldja, M.H. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan Pertama. Universitas Airlangga

Press. Surabaya.

Nayeem N, SMB A, Salem H, Alfqy SA, 2016. Gallic Acid: A Promising Lead

Molecule for Drug Development. Journal of Applied Pharmacy 8:213

Nenden nurhasanah,2012, isolasi senyawa antioksidan ekstrak metanol daun kersen

(Muntngia calabura Linn), Universitas Jenderal Achmad Yani, Bandung

Cimahi

NolletLML, Gutierrez JA, 2018. Food Analysis & Properties Series Phenolic

Compounds in Food Characterization and Analysis.. CRC Press, Taylor&

Francis Group. Boca Raton London.

Nollet L.M. 2015. Handbook of Food Analysis. Volume 1. CRC Press, Taylor&

Francis Group. Fidel Toldra.

Pavia DL, Lampman GM, Kris GZ. 1982. Organic Laboratory Techniques a

Contemporary Approach second edition. United States. America.

Pengelly WL, Vuayaraghavan SJ, Sciaky D, 1986. Neoplatic Progression In Crown

Gall In Tobacco Whitout Elevated Auxin Levels. Planta

Rosandari, T., Thayib, M. H., Krisdiawati, N. 2011. Variasi penambahan gula dan

lamainkubasi pada proses fermentasi Cider Kersen (Muntingina calabura L.).

Program Studi Teknologi Industri Pertanian.

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Jakarta.

RubiyantoD.2017. Metode Kromatogafi Prinsip Dasar Praktikum dan Pembelajaran

Kromatogaf.i Deepublisher CV Bubi Utama. Yogyakarta.

Saifudin, A. 2014.Senyawa Alum Metabolit Sekunder.Deepublish.Yogyakarta.

Sari, C. I. P. 2012. Kualitas minuman serbuk Kersen (Muntingia calabura L.) dengan

variasi konsentrasi maltodekstrin dan ekstrak kayu secang (Caesalpinia

sappan L.). Skripsi, Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya,

Yogyakarta.

Sarker S. 2006.Natural Product Isolation.Second Edition. Humana Press Inc.

New Jersey

Sastrohamidjojo, H. 1985. Kromatogafi.Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penertbit

Liberty.Yogyakarta

Sitorus, M. 2009. Spektroskopi. Elusidasi Struktur Molekul Organik. Gaha Ilmu.

Yogyakarta.

Sohi KK, Mittal N, Hundal MK, Khanduja KL, 2003. Gallic acid, and Antioxidant,

Exhibits Antiapoptotic potential in Normal Human Lympocytes:A Bcl-2

independent Mechanism.J. Nutr. Sci. Vitaminol49 (4): 221-227

Swarya, I. W. 2015. Spekstroskopi.Kimia FMIPA Universitas Udayana. Denpasar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

43

Tjitrosoepomo, G. 2016. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Trilaksani, W. 2003.Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran

Terhadap Kesehatan. Bogor. Institut Pertanian Bogor

Verdayanti, T.E. 2009. Uji efektifitas jus buah kersen terhadap penurunan kadar

glukosa darah pada tikus putih. UMM. Malang

Vembriarto, J. P., dan Rahmad, S. 2014. Pengaruh ekstrak buah kersen (Muntingia

calabura L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Ratus novergicus)

yang diinduksistreptozotocin (STZ). Fakultas Kedokteran Hewan, UGM.

Yogyakarta.

Vazirian, M., Khanavi, M., Amanzadeh, Y., and Hajimehdipoor, H. 2011.

Quantification of Gallic Acid in Fruits of Three Medicinal Plants.Iranian

Journal of Pharmaceutical Research.

Vermerris, W. And Nicholson ,R. 2006. Phenolic Compound Biochemistry, Springer,

The Netherlands

Watson R. R, 2014. Pholyphenol in Plants Isolation, Purification, and Extract

Preparation, Elsivier. Inc. Amsterdam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

45

Lampiran 1: Hasil Determinasi Tumbuhan Kersen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

46

Lampiran 2: Kromatogram Lapis Tipis ekstrak Bunga Tumbuhan Kersen

Sebelum kromatogafi kolom

Keterangan :

Fase diam: Kieselgel 60 F254

Fase Gerak: Kloroform: Metanol 90:10v/v

Jumlah Noda Rf

2 0,92

0,44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

47

Lampiran 3 : Kromatogram Lapis Tipis ekstrak Bunga Tumbuhan Kersen

Setelah Penggabungan Fraksi

Keterangan :

Fase diam: Kieselgel 60 F254

Fase Gerak: Kloroform: Metanol 80:20v/v

No. Fraksi Jumlahnoda Rf

1 5-19 1 0,95

2 20-25 1 0,88

3

4

5

26-50

51-100

101-250

1

2

2

0.82

0.77

0.2

0.75

0,22

1 2 3 4 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

48

Lampiran 4: Kromatogram Lapis Tipis Senyawa Hasil isolasi

Keterangan :

Fase diam: Kieselgel 60 F254

Fase Gerak: Kloroform: Etil asetat 70:30 v/v

Jumlah Noda Rf

1 0,27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK …

49

Lampiran 5 : Spektrum 1H-NMR Senyawa Pembanding Metil Galat

(Hisham et al 2011)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA