ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

82
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI DI KOLAM BUDIDAYA DESA BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SUMATERA UTARA NUR ARLIA YUSNITA 140302021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 Universitas Sumatera Utara

Transcript of ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

Page 1: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI

DI KOLAM BUDIDAYA DESA BARU LADANG BAMBU

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

SUMATERA UTARA

NUR ARLIA YUSNITA

140302021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

2

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI

DI KOLAM BUDIDAYA DESA BARU LADANG BAMBU

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

NUR ARLIA YUSNITA

140302021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 3: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

3

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI

DI KOLAM BUDIDAYA DESA BARU LADANG BAMBU

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

NUR ARLIA YUSNITA

140302021

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar

Sarjana Perikanan Di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 4: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

4

Universitas Sumatera Utara

Page 5: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

5

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Arlia Yusnita

NIM : 140302021

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ISOLASI DAN

IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI DI KOLAM

BUDIDAYA DESA BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN

TUNTUNGAN SUMATERA UTARA” adalah benar merupakan karya sendiri

dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun.

Semua sumber data dan informasi berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, September 2018

Nur Arlia Yusnita

NIM. 140302021

Universitas Sumatera Utara

Page 6: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

6

ABSTRAK

NUR ARLIA YUSNITA. Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Benih Ikan

Konsumsi di Kolam Budidaya Desa Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan

Tuntungan Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh Indra Lesmana.

Penelitian mengenai Isolasi dan Identifikasi Fungi di Kolam Budidaya Desa Baru

Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Provinsi Sumatera Utara telah

dilakukan pada bulan April – Mei 2018. Pengambilan sampel ikan dilakukan

sebanyak dua kali dengan melihat tanda-tanda adanya serangan penyakit yang

disebabkan oleh fungi. Penelitian ini menggunakan metode survey melalui

pengambilan sampel pada lokasi secara langsung untuk mengidentifikasi jenis

fungi pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus).

Lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan secara sengaja atau purposive

sampling (random sampling) terhadap ikan di kolam budidaya Desa Baru Ladang

bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara. Tingkat serangan

penyakit yang disebabkan oleh fungi di Desa Baru Ladang Bambu Kecamatan

Medan Tuntungan Provinsi Sumatera Utara cenderung masih rendah. Adapun

hasil identifikasi fungi pada Ikan Konsumsi yang ada pada Kolam Budidaya Desa

Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ditemukan empat spesies

yaitu Aspergillus flavus, Penicillium glabrum, Saprolegnia sp., dan Aspergillus

niger. Perlu dilakukan penelitian terkait tingkat pathogenesis dari masing-masing

jenis fungi sehingga dapat diperoleh data yang dapat digunakan untuk tindakan

pencegahan.

Kata Kunci: Isolasi, Identifikasi, Fungi, Ikan Konsumsi.

i

Universitas Sumatera Utara

Page 7: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

7

ABSTRACT

NUR ARLIA YUSNITA. Isolation and Identification of Fungi on Fish Seed

Consumption in Pond Culture of New Village of Bamboo Field, Medan

Tuntungan Sub-district, North Sumatera Province. Supervised by Indra Lesmana.

Research on Isolation and Identification of Fungi in Pond Culture of New Villages

Bamboo Field of Medan Tuntungan Sub-Province of North Sumatera was

conducted in April - May 2018. Fish sampling was done twice with the signs of

disease caused by fungi. This research uses survey method through direct

sampling on location to identify fungus type on indigo fish (Oreochromis

niloticus) and Catfish (Clarias gariepinus). The location of fish sampling is

determined intentionally or purposive sampling (random sampling) on fish in

pond cultivation of Baru Baru Village bamboo field, Medan Tuntungan

Subdistrict, North Sumatera. The level of disease attack caused by f ungi in Baru

Baru Bamboo Village Medan Tuntungan Sub-Province of North Sumatra tend to

be low. The results of the identification of fungi on the Fish Consumption that

existed in the Pond Culture of New Village Bamboo Field District of Medan

Tuntungan found four species of Aspergillus flavus, Penicillium glabrum,

Saprolegnia sp., And Aspergillus niger. Need to do research related to the level of

pathogenesis of each type of fungi so that data can be obtained that can be used

for preventive measures.

Keywords: Isolation, Identification, Fungi, Fish Consumption

ii

Universitas Sumatera Utara

Page 8: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan

pada tanggal 15 Juli 1996 dari Bapak Arfaik dan Ibu Yeni.

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2

Sumbusari pada tahun 2002-2008, pendidikan menengah

pertama ditempuh dari tahun 2008-2011 di SMP Negeri 3 Mesuji Raya. Penulis

menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 4 Binjai dengan

Jurusan IPA pada tahun 2011-2014..

Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2014.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Ikatan Mahasiswa

Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, dan Asisten Laboratorium Mikrobiologi Akuatik tahun

2017/2018. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Benih

Ikan Bantun Kerbo Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017.

Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis

melaksanakan penelitian dengan judul “Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Benih

Ikan Konsumsi di Kolam Budidaya Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan

Tuntungan, Sumatera Utara” yang dibimbing oleh Bapak Indra Lesmana, S.Pi.,

M.Si.

iii

Universitas Sumatera Utara

Page 9: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang Maha Kuasa,

atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan judul “Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Benih Ikan Konsumsi di

Kolam Budidaya Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan,

Sumatera Utara”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat

kelulusan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua penulis, ayahanda tercinta Arfaik dan ibunda tercinta Yeni

yang telah memberikan do’a, semangat, moral dan materi kepada penulis.

2. Saudara penulis, adik Tirta Arya Samanta dan Vidya Aryana, juga kepada

seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, do’a dan semangat

kepada penulis.

3. Bapak Indra Lesmana, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan masukan, arahan, nasehat dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc. selaku dosen penguji Ketua Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan.

5. Bapak Rusdi Leidonald, S.P., M.Sc. selaku dosen penasihat akademik penulis.

6. Ibu drh. Rita Rosmala Dewi, M.Si. yang telah banyak memberikan masukan

dan arahan kepada penulis.

7. Bapak Ir. Syammaun Usman, M.P. yang telah memberikan arahan serta

fasilitas alat dan bahan kepada penulis selama penelitian berlangsung.

iv

Universitas Sumatera Utara

Page 10: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

10

8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan

Pegawai Tata Usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

9. Sahabat yang penulis sayangi khususnya Achmad Rizqi, Siti Hamidah,

Nurhayati Rambe, Jeni Ariyanti, Tri Hartati Uyun Matondang, Indah Karina

Lestari Lubis, Yuliana Handayani Gea, Tiara Dwi Sandri, Giffari Moehammad

Saragih, tim IMAMANG dan teman-teman seperjuangan MSP stambuk 2014

yang telah membantu, memberikan dukungan doa dan semangat kepada

penulis selama penelitian berlangsung.

Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT. Yang Maha Kuasa selalu

memberi kasihNya kepada kita dan skripsi ini dapat bermanfaat dalam penelitian

selanjutnya serta dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan,

khususnya di bidang Mikrobiologi Akuatik.

Medan, September 2018

Nur Arlia Yusnita

v

Universitas Sumatera Utara

Page 11: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

11

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

PENDAHULUAN

Latar Belakang .................................................................................. 1

Perumusan Masalah ........................................................................... 2

Kerangka Pemikiran .......................................................................... 3

Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

TINJAUAN PUSTAKA

Hama dan Penyakit Ikan .................................................................... 6

Hama ............................................................................................ 6

Penyakit Infeksius ....................................................................... 7

Penyakit Non Infeksius ................................................................ 8

Fungi .................................................................................................. 8

Morfologi Fungi ................................................................................ 11

Agen Penyakit Fungi Pada Ikan ........................................................ 12

Saprolegnia sp. ............................................................................ 14

vi

Universitas Sumatera Utara

Page 12: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

12

Branchiomyces demigrans ........................................................... 16

Aspergillus niger ......................................................................... 17

Ichthyophonus hoferi ................................................................... 19

Pembenihan Ikan Konsumsi .............................................................. 21

Ikan Konsumsi ................................................................................... 22

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ............................................... 22

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 22

Habitat Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ........................ 24

Ikan Lele (Clarias gariepinus) .................................................... 25

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele (Clarias gariepinus) 25

Habitat Ikan Lele (Clarias gariepinus) .............................. 26

Parameter Fisika Perairan .................................................................. 27

Suhu ............................................................................................. 27

Parameter Kimia Perairan .................................................................. 28

Dissolved Oxygen (DO) ............................................................... 28

pH (Parameter of Hydrogen) ...................................................... 28

Nitrat dan Fosfat .......................................................................... 29

Amonia ........................................................................................ 30

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ............................................................................. 31

Alat dan Bahan .................................................................................. 31

Rancangan Penelitian ........................................................................ 31

Prosedur Penelitian ............................................................................ 32

Persiapan Alat dan Media Potato Dextrose Agar (PDA) ............ 32

Pengambilan Sampel Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ............ 33

Isolasi Fungi pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ................ 34

Pemeriksaan Sampel dan Identifikasi Fungi ............................... 34

Pengukuran Kualitas Air ............................................................. 35

vii

Universitas Sumatera Utara

Page 13: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

13

Pengukuran Parameter Fisik Perairan ................................ 35

Suhu ........................................................................ 35

Pengukuran Parameter Kimia Perairan .............................. 36

Dissolved Oxygen (DO) ......................................... 36

pH (Parameter of Hydrogen) ................................. 36

Nitrat dan Fosfat ..................................................... 36

Amonia ................................................................... 36

Analisis Data .......................................................... 36

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil .................................................................................................. 37

Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Benih Ikan Nila ................... 37

Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Benih Ikan Lele ................... 38

Pengukuran Kualitas Air pada Kolam Ikan Nila ......................... 38

Pengukuran Kualitas Air pada Kolam Ikan Lele ......................... 39

Pembahasan ...................................................................................... 39

Aspergillus niger ......................................................................... 39

Saprolegnia sp. ............................................................................ 41

Aspergillus flavus ........................................................................ 44

Penicillium glabrum .................................................................... 46

Kondisi Kualitas Perairan ............................................................ 47

Rekomendasi Pengelolaan ........................................................... 50

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ....................................................................................... 52

Saran ................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

Universitas Sumatera Utara

Page 14: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

14

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 4

2. Hubungan antara Lingkungan, Ikan dan Patogen .............................. 13

3. Saprolegnia sp ................................................................................... 16

4. Branchiomyces demigrans ................................................................. 17

5. Konidifior Aspergillus niger .............................................................. 19

6. Koloni Aspergillus niger ................................................................... 19

7. Morfologi Jamur Ichthyophonus hoferi ............................................. 21

8. Bentuk Infeksi Jamur Ichthyophonus hoferi ...................................... 21

9. Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) .......................................... 24

10. Benih Ikan Lele (Clarias gariepinus) ................................................ 27

11. Koloni Aspergillus niger ................................................................... 40

12. Bagian-Bagian Aspergillus niger ....................................................... 41

13. Koloni Saprolegnia sp ....................................................................... 43

14. Bagian-bagian Saprolegnia sp. .......................................................... 44

15. Koloni Aspergillus flavus .................................................................. 45

16. Bagian-bagian Aspergillus flavus ...................................................... 46

17. Koloni Penicillium glabrum ............................................................ 46

18. Bagian-bagian Penicillium glabrum .................................................. 47

ix

Universitas Sumatera Utara

Page 15: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

15

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Baku Mutu Air untuk Kegiatan Budidaya Air Tawar ....................... 35

2. Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Benih Ikan Nila ......................... 37

3. Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Benih Ikan Lele ......................... 38

4. Pengukuran Kualitas Air pada Kolam Ikan Nila ............................... 38

5. Pengukuran Kualitas Air pada Kolam Ikan Nila ............................... 39

x

Universitas Sumatera Utara

Page 16: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

16

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Alat dan Bahan .................................................................................. 58

2. Lokasi Penelitian ............................................................................... 62

3. Prosedur Kerja ................................................................................... 63

4. Hasil Isolasi ....................................................................................... 65

5. Hasil Identifikasi ................................................................................ 66

xi

Universitas Sumatera Utara

Page 17: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan pembenihan ikan merupakan suatu usaha mengembangbiakan

ikan secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan produksi benih yang

memiliki kualitas dan kuantitas lebih baik. Produksi pembenihan ikan berperan

dalam keberhasilan kegiatan pembesaran ikan. Kualitas benih ikan berpengaruh

terhadap perkembangan ikan pada saat pembesaran ikan. Kegiatan pembenihan

ikan berhubungan dengan kegiatan pengelolaan kualitas air, pakan, serta

pengendalian hama dan penyakit (Perangin-angin, 2013).

Pengembangan dan keberlanjutan kegiatan budidaya ikan air tawar

khususnya kegiatan pembenihan, sering menghadapi kendala. Salah satu kendala

yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembenihan adalah pengendalian

hama dan penyakit ikan, baik penyakit infeksius maupun penyakit non infeksius.

Serangan patogen baik itu virus, bakteri, fungi, protozoa maupun parasit

merupakan golongan penyakit infeksi, sedangkan penyakit non infeksi meliputi

penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan, pakan, genetik dan tumor. Penularan

penyakit dan parasit dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, antara lain

melalui kontak langsung antara ikan sakit dan ikan sehat, bangkai ikan sakit

maupun melalui air, penularan ini biasanya terjadi dalam satu kolam budidaya

(Jasmanindar, 2011).

Perkembangan budidaya di Indonesia terus meningkat mengikuti

pemenuhan akan kebutuhan protein hewani. Ikan-ikan yang menjadi primadona

dan banyak dilirik oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Sumatera Utara

adalah ikan Nila dan Ikan Lele. Namun demikian, terdapat permasalahan krusial

Universitas Sumatera Utara

Page 18: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

2

yang menjadi penghambat bagi berlangsungnya kegiatan budidaya ikan. Salah

satunya adalah adanya serangan hama dan penyakit ikan. Berdasarkan hal

tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan topik Isolasi dan

Identifikasi jenis Fungi atau Fungi pada Ikan konsumsi. Hal tersebut merupakan

langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan mengatasi

permasalahan adanya serangan hama dan penyakit ikan dari jenis fungi atau fungi

yang menjadi penghambat kegiatan budidaya perikanan.

Perumusan Masalah

Salah satu kendala pada kegiatan budidaya perikanan adalah hama dan

penyakit yang menyerang hasil produksi perikanan. Kendala tersebut jelas

menyebabkan penurunan mutu ikan dan berdampak pula pada penurunan minat

konsumen terhadap konsumsi. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah

melaksanakan kegiatan isolasi dan identifikasi Penyakit yang disebabkan oleh

agen infeksius fungi yang menyerang Benih Ikan konsumsi yang berada di Kolam

budidaya Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Provinsi

Sumatera Utara, agar dapat diketahui data terkait jenis fungi apa saja yang

menyerang benih Ikan konsumsi yang ada Kolam budidaya tersebut dan jenis

fungi yang berpotensi menyebabkan penyakit pada benih konsumsi tersebut.

Adapun beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Fungi apa saja yang dapat menyerang benih Ikan Nila dan Ikan Lele di

Kolam Budidaya Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan

Tuntungan Provinsi Sumatera Utara?

Universitas Sumatera Utara

Page 19: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

3

2. Bagaimana kekerapan munculnya fungi pada Benih Ikan Nila dan Ikan Lele di

Kolam Budidaya Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan

Provinsi Sumatera Utara?

Kerangka Pemikiran

Dalam menjalankan usaha budidaya ikan, termasuk di dalamnya ikan Nila

dan ikan Lele, haruslah diperhatikan berbagai aspek yang dapat menjadi

penghambat yang berakibat pada penurunan profit dari usaha tersebut. Salah satu

penghambat yang terbilang penting salah satunya adalah adanya hama dan

penyakit ikan yang dapat menyerang ikan yang dibudidayakan. Salah satu langkah

pertama dan penting yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan

hama dan penyakit ikan adalah dengan melakukan identifikasi. Data yang

diperoleh dari kegiatan identifikasi nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk

melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan dari serangan penyakit yang

disebabkan oleh agen penyakit fungi. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian

ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

4

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Budidaya Ikan

Konsumsi

Benih Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) dan Ikan Lele (Clarias

gariepinus)

Kendala

Penyakit

Non Infeksius

Faktor Kualitas

Air

Infeksius

Virus Parasit Fungi Bakteri

Identifikasi

Faktor Penyebab:

1. Kualitas Air (pH, Amonia dan

Dissolved Oxygen (DO)

2. Padat Tebar

Isolasi

Rekomendasi

Pengelolaan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

5

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi jenis Fungi yang menyerang benih Ikan Nila dan Ikan

Lele di Kolam Budidaya Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan

Tuntungan, Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui kekerapan munculnya fungi pada Benih Ikan Nila dan Ikan

Lele di Kolam Budidaya Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan

Tuntungan Provinsi Sumatera Utara

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data atau

informasi terkait jenis fungi yang menyerang benih Ikan Nila dan Ikan Lele di

Kolam Budidaya Tuntungan Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan

Tuntungan, Provinsi Sumatera Utara dan juga jenis fungi apa saja yang kemudian

berpotensi menyebabkan penyakit pada benih konsumsi tersebut. Disamping itu,

penulis juga mengharapkan data tersebut dapat dijadikan pedoman pencegahan

penyebaran fungi yang menyerang Ikan konsumsi yang ada di Kolam Budidaya

tersebut dan dapat dijadikan pertimbangan untuk kegiatan pengobatan bagi ikan

yang terinfeksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

6

TINJAUAN PUSTAKA

Hama dan Penyakit Ikan

Hama

Penyakit dapat disebabkan oleh hama yang secara sengaja maupun tidak

disengaja masuk kedalam wadah pemeliharaan. Hama dapat mengganggu ikan

peliharaan sebagai pemangsa (predator), penyaing (competitor) dan perusak

sarana budidaya. Sebagai pemangsa, hama ini memangsa ikan sebagai makanan.

Hama pemangsa dapat berupa ikan, atau hewan lain, tetapi umumnya buas dan

mempunyai ukuran tubuh relatif lebih besar daripada ikan yang dimangsa. Hama

ini sangat merugikan petani ikan, sebab dapat menghabiskan sebagian besar ikan

peliharaan. Selain ikan, hama predator yang sering dijumpai di kolam, tambak,

dan wadah budidaya lainnya antara lain katak, ular, burung dan beberapa insekta

(Kordi, 2004).

Pengendalian biologis adalah suatu fenomena alam yang bila digunakan

dengan baik oleh manusia terhadap suatu permasalahan hama, dapat memberikan

hasil yang relatif permanen, serasi dengan lingkungan dan secara ekonomi

menguntungkan, walaupun tidak memberantas hama secara keseluruhan.

Walaupun demikian, perlu ditekankan disini bahwa berlainan dengan

pengendalian secara biologis, pengendalian secara alami bukanlah suatu teknik.

Tetapi lebih menguntungkan efek total dari berbagai faktor lingkungan, termasuk

musuh alami terhadap suatu populasi hama (Ahmad, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Page 23: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

7

Penyakit Infeksius

Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat

menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian

alat tubuh, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pada prinsipnya,

penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses

hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air),

kondisi inang (ikan), dan adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian

serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan,

lingkungan dan jasad/organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini

menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang

dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya sangat mudah diserang oleh penyakit

(Kordi, 2004).

Agen atau pembawa biologis merupakan penyebab utama penjangkitan

awal penyakit pada ikan dan ini menjadi perhatian utama atau fokus utama dalam

infeksi penyakit ikan. Sumber penyakit (pathogen) potensial selalu ada dalam

lingkungan kultur. Mungkin parasit, bakteri, virus, fungi protozoa, crustacea dan

jenis yang lain. Daya jangkit sumber penyakit ini merupakan faktor utama dalam

menentukan tingkat wabah penyakit pada ikan. Wabah atau daya bahaya penyakit

pada ikan ini bergantung pada sifat-sifat fisik dan biokemis dari agen (perantara)

sumber penyakit. Titik masuk spesifik menjadi suatu peran penting terhadap

virulensi (tingkat pathogenesis) dari mikroba. Luka di kulit ikan adalah pintu atau

titik masuk untuk infeksi bakteri, dan virus dan selanjutnya mengundang fungi

untuk datang sebagai penyerang sekunder (Alawi dan Tang, 2017).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

8

Penyakit Non Infeksius

Manusia memegang peranan penting dalam upaya pencegahan terjadinya

serangan penyakit pada ikan budidaya, baik di kolam, keramba, tambak maupun

wadah budidaya lainnya, yaitu dengan cara memlihara keserasian interaksi antara

tiga komponen di atas. Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai

penyebab stress bagi ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi bagi ikan.

Pakan yang tidak seimbang atau komponennya yang berlebihan dapat juga

menimbulkan masalah. Masalah yang timbul tersebut dapat menyebabkan

ketahanan tubuh ikan menurun, sehingga mudah diserang penyakit (Kordi, 2004).

Penyakit lingkungan adalah penyakit non pathogen (non infeksius) yang

disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan,

antara lain pH air terlalu tinggi/rendah, kandungan oksigen terlarut terlalu

tinggi/rendah, perubahan temperatur air secara tiba-tiba, adanya gas beracun hasil

penguraian bahan organik (gas methan, ammonia atau asam belerang), adanya

polusi dari pestisida, limbah industry atau limbah rumah tangga. Penyakit non

parasiter (non infeksius) akibat lingkungan dapat berupa gangguan faktor kimia

dan fisika perairan, stress pada ikan dan kepadatan ikan yang melebihi daya

dukung perairan (Alawi dan Tang, 2017).

Fungi

Fungi merupakan organisme eukariota yang digolongkan kedalam

kelompok cendawan sejati. Dinding sel fungi terdiri atas kitin, sel fungi tidak

mengandung klorofil. Fungi mendapatkan makanan secara heterotrof dengan

mengambil makanan dari bahan organik. Bahan organik di sekitar tempat

Universitas Sumatera Utara

Page 25: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

9

tumbuhnya diubah menjadi molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa,

oleh karena itu, fungi tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan

makanan kemudian mencernanya sebelum diserap (Hapsari, 2014).

Fungi atau fungi adalah tumbuh-tumbuhan yang berbentuk satu sel atau

bentuk benang bercabang-cabang, mempunyai dinding dari selulosa atau kitin

atau kedua-duanya mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih

inti, tidak mempunyai klorofil, berkembang biak secara aseksual dan seksual.

Semua fungi merupakan organisme heterotrofik, yang tergantung terhadap

kehadiran senyawa-senyawa organik. Awal abad kesembilan belas, para ahli

botani mendapatkan sejumlah fungi yang ditemukan di kolam renang, danau dan

sungai (Kurniawan, 2015).

Fungi merupakan organisme heterofilik yang memerlukan senyawa oganik

untuk nutrisinya. Bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya dan

mengekskresikan enzim ekstraseluler ke lingkungan, menghasilkan spora atau

konidia dan melakukan reproduksi seksual dan aseksual. Fungi memerlukan

oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat fungi terdapat pada air dan

tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau

parasite pada tanaman, hewan dan manusia (Hapsari, 2014).

Fungi juga dapat menyebabkan penyakit pada komoditas perikanan.

Beberapa jenis fungi, seperti Achlya sp, Fusarium sp, Saprolegnia sp, Phoma sp,

dan sebagainya adalah spesies yang telah berhasil diidentifikasi sebagai agen

infeksius. Meskipun pertumbuhan serabut hifa fungi lebih lambat yang berarti

bahwa infeksi fungi relatif lebih lambat, akan tetapi infeksi fungi tidak bisa

Universitas Sumatera Utara

Page 26: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

10

dianggap ringan karena dapat menyebabkan kegagalan budidaya yang signifikan

(Kurniawan, 2012).

Cendawan terdiri atas fungi (cendawan besar atau makrofungi dan dapat

dilihat secara kasat mata), khamir (cendawan renik bersel tunggal dan

berkembang biak dengan bertunas), dan kapang (cendawan renik yang

mempunyai miselia dan massa spora yang jelas). Kejadian infeksi dimulai dengan

adanya cemaran kapang patogen pada pakan, dilanjutkan dengan investasi dan

invasi kapang pada individu yang kondisi kesehatan tubuhnya sedang lemah

(Ahmad, 2009).

Selain secara morfologi, fungi juga memiliki perbedaan dengan

mikroorganisme lainnya. Perbedaan yang paling nyata dari suatu kelompok fungi,

khususnya fungi filementus adalah terbentuknya hifa atau benang-benang yang

tidak dimiliki oleh mikroorganisme lainnya. Pertumbuhan hifa mempengaruhi

waktu regenerasi atau pertumbuhan fungi yang relatif lebih lambat dibandingkan

dengan bakteri atau virus. Perbedaan lainnya bukan hanya pada morfologi dan

kecepatan pertumbuhan, tetapi juga fisiologi dan sifat atau karakteristik

kehidupannya yang berbeda dengan mikroorganisme lainnya, seperti bakteri.

Fungi hidup sebagai saprofit pada jaringan tubuh merupakan penyakit sejati

karena fungi tidak dapat menyerang ikan-ikan yang sehat, melainkan menyerang

ikan-ikan yang sudah luka atau lemah. Penyakit akibat serangan fungi menular

terutama melalui spora fungi yang ada di perairan. (Kurniawan, 2012).

Penyakit yang disebabkan oleh fungi bersifat infeksi sekunder karena

fungi tidak dapat menyerang ikan yang dalam keadaan sehat, melainkan

menyerang ikan yang sudah terluka atau lemah. Gejala klinis infeksi fungi adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 27: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

11

adanya benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada

bagian eksternal ikan seperti perubahan warna sirip dan warna tubuh ikan menjadi

merah (Andreas, 2016).

Morfologi Fungi

Fungi benang atau biasa disebut fungi merupakan organisme anggota

Kingdom Fungi. Pertumbuhan fungi di permukaan bahan makanan mudah

dikenali karena sering kali membentuk koloni berserabut seperti kapas. Tubuh

fungi berupa benang yang disebut hifa, sekumpulan hifa disebut miselium.

Miselium dapat mengandung pigmen dengan warna-warna merah, ungu, kuning,

coklat, abu-abu dsb. Fungi juga membentuk spora berwarna hujau, biru-hijau,

kuning, jingga, merah muda. Warna-warna tersebut dapat menjadi ciri khas

spesies fungi. Fungi benang pada umumnya bersifat aerob obligat, pH

pertumbuhan berkisar 2-9, suhu pertumbuhan berkisar 10-35ºC, water activity

(aw) 0,85 atau bisa di bawahnya (Handajani dan Setyaningsih, 2006).

Analisis secara molekular dan biokimia menyebutkan bahwa Oomycetes

atau fungi air secara taksonomi sedikit memiliki kesamaan dengan fungi

berfilamen namun dekat kekerabatannya dengan alga cokelat (heterokont) dalam

Stramenophiles yaitu salah satu eukaryot. Karakteristik Saprolegnia ini yang

membedakannya dengan yang lain adalah Oomycetes menghasilkan heterokont

zoospora yaitu spora motil biflagelata. Zoospora adalah alat reproduksi aseksual

utama yang dihasilkan oleh zoosporangium. Reproduksi seksual dengan peleburan

dua gamet membentuk dinding tebal yaitu oospora yang merupakan asal

penamaan kelas Oomycetes. Secara ultrastruktur, Oomycetes memiliki krista

Universitas Sumatera Utara

Page 28: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

12

mitokondria dengan bentuk tubular berbeda dengan Saprolegnia lainnya yang

memiliki bentuk platelike cristae atau bentuk pipih. Keunikan Oomycetes juga

ditemukan pada komposisi dinding selnya (Dewi, 2011).

Badan vegetatif fungi yang tersusun atas filamen-filamen disebut thallus,

yang pada dasarnya terdiri atas dua bagian, yaitu miselium dan spora. Miselium

merupakan kumpulan dari beberapa filament yang disebut hifa. Bagian terpenting

dari fungi adalah hifa, karena hifa berfungsi menyerap nutrien dari lingkungan

serta membentuk struktur untuk reproduksi. Hifa merupakan struktur fungus

berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang yang terbentuk dari

pertumbuhan spora atau konidia. Hifa dewasa mempunyai tambahan pada dinding

selnya, yaitu melanin dan lipid (Hapsari, 2014).

Agen Penyakit Fungi Pada Ikan

Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ganguan

baik fisik maupun fisiologis pada ikan. Gangguan ini dapat disebabkan oleh

organisme lain, kondisi lingkungan atau campur tangan manusia. Sakit adalah

suatu kondisi dimana terjadi gangguan atau ketidaknormalan fungsi pada ikan

baik secara fisik ataupun fisiologis. Sakit dan penyakit ini dapat disebabkan oleh

ketidakserasian yang terjadi di dalam lingkungan atau ekosistem dimana ikan

tersebut berada. Dengan kata lain penyakit merupakan interaksi yang tidak serasi

antara ikan dengan faktor biotik (organisme) dan faktor abiotik (lingkungan).

Interaksi yang tidak serasi ini akan menimbulkan stress pada ikan sehingga

menyebabkan daya pertahanan tubuh menurun dan akibatnya mudah timbul

berbagai penyakit (Yuliartati, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

13

Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak menyerang begitu

saja, melainkan melalui proses melalui tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan

(kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan) dan adanya jasad pathogen (jasad

penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil

interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/organisme penyakit.

Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme

pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang

oleh penyakit (Kurniawan, 2015). Bentuk interaksi ikan, lingkungan dan patogen

dalam menyebabkan penyakit dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 2. Hubungan antara lingkungan, ikan dan patogen dalam menyebabkan

penyakit (Kurniawan, 2015).

Infeksi fungi (infeksi fungi disebut mycosis-mycotic infection) adalah salah

satu jenis penyakit yang sering terjadi pada ikan budidaya air tawar. Penyakit ini

dapat menyerang atau menginfeksi telur, larva/burayak, benih dan ikan dewasa.

Karena spora fungi dijumpai pada hampir semua kolam budidaya air tawar dan

dapat menciptakan masalah pada ikan yang sedang stress. Faktor stress, seperti

luka karena penanganan yang buruk, buruknya mutu air dapat juga memicu

Ikan Lingkungan

Patogen Penyakit

Universitas Sumatera Utara

Page 30: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

14

meningkatnya infeksi fungi sekalipun pada ikan sehat. Umumnya infeksi fungi

hanya menyerang pada bagian tubuh luar (jaringan tubuh bagian luar) dan hanya

beberapa jenis fungi yang menginfeksi bagian dalam tubuh. Kemungkinan

terjadinya infeksi fungi disebabkan karena mutu air budidaya yang buruk, tingkat

kebersihan wadah yang buruk, ikan yang terluka karena penyakit lain, ikan mati

atau dekomposisi bahan organik (Alawi dan Tang, 2017).

Oomycetes atau fungi air secara alami tersebar di perairan air tawar dan

mewakili kelompok patogen yang menginfeksi ikan dan telur. Oomycetes

merupakan patogen utama pada telur ikan baik pada telur yang hidup maupun

telur yang sudah mati. Infeksi dimulai pada telur yang tidak difertilisasi atau

dibuahi ataupun telur yang tidak hidup. Infeksi menyebar kepada telur yang sehat

melalui kemotaksis positif (Dewi, 2011).

Infeksi fungi umumnya terjadi jika ikan mendapat luka baik secara

mekanik atau infeksi oleh parasit yang lain. Beberapa jenis fungi yang

digolongkan pathogen karena dapat menimbulkan kematian pada ikan antara lain

Ichthyophonus hoferi, Aphanomyces invandans, Branchiomyces sp., Achlya

rosemosa. Kematian ikan yang terinfeksi fungi terjadi karena kualitas air yang

buruk, seperti tingginya bahan organik, fluktuasi, suhu dan pH. Keadaan tersebut

dapat memicu tumbuhnya fungi. Fungi-fungi tersebut menyerang ikan air tawar

seperti Ikan Mas Koki, Ikan Nila, Ikan Gurami, Ikan Patin, Ikan lele dan Belut

(Hapsari, 2014). Berikut spesifikasi dari fungi tersebut

1. Saprolegnia sp.

Menurut Bruno dan Wood (1994), klasifikasi fungi Saprolegnia sp. adalah

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 31: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

15

Filum : Oomycota

Kelas : Oomycotea

Ordo : Sprolegniales

Famili : Saprolegniaceae

Genus : Saprolegnia

Spesies : Saprolegnia sp.

Fungi Saprolegnia sp. Menyerang hampir semua jenis ikan air tawar

seperti gurame, mas, tawes, nila, dan ikan hias baik benih maupun telur.

Serangannya pada organ tubuh bagian luar seperti kepala, tutup insang, sirip dan

bagian tubuh bagian luar lainnya. Penyakit ini timbul akibat penanganan ikan

yang kurang baik. Kekurangan makanan, suhu air rendah, kualitas telur kurang

baik, serta kepadatan telur yang terlalu tinggi pun dapat menjadi sebab terjadinya

serangan. Penyakit ini mudah dikenali dari munculnya massa hifa (miselium)

yang berbentuk seperti kapas, berwarna putih hingga abu-abu atau kecoklatan

pada bagian tubuh ikan yang terinfeksi. Saprolegnasis dapat menyerang ikan pada

semua tahapan perkembangan hidupnya, mulai dari telur hingga dewasa. Bagian

tubuh yang terinfeksi saprolegniasis meliputi seluruh permukaan tubuh, sirip,

mata, hingga daerah sekita insang (Kurniawan, 2015).

Saprolegnia sp. Dapat tumbuh pada suhu 0-35oC dengan selang

pertumbuhan optimal 15-30 o

C. Pada umumnya fungi saprolegnia sp. Menyerang

bagian tubuh ikan yang terluka, dan selanjutnya infeksi penyakit ini dapat pula

menyebar pada bagian tubuh sehat lainnya. Infeksi saprolegnia biasanya berkaitan

dengan kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen

Universitas Sumatera Utara

Page 32: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

16

terlarut rendah dan kadar ammonia tinggi serta kadar bahan organik yang terlalu

tinggi (Alawi dan Tang, 2017).

Struktur hifa Saprolegnia sp. yang diambil dari lesi sampel kulit atau

insang ikan dapat diamati di bawah mikroskop. Pengamatan Saprolegnia di

bawah mikroskop menunjukkan hifa transparan (hialin), bercabang, tidak bersepta

dan hifa berukuran besar (ukuran 7–40 μm) (Dewi, 2011).

Gambar 3. Pengamatan preparat basah sampel kulit yang mengalami lesi akibat

infeksi Saprolegnia sp. (Dewi, 2011).

2. Branchiomyces demigrans

Penyakit yang ditimbulkan dikenal dengan istilah gill root (busuk insang).

Fungi ini banyak dijumpai pada ikan yang mengalami stress lingkungan, seperti

pH rendah (<6,5), kandungan oksigen rendah dan pertumbuhan algae yang

berlebihan pada wadah pemeliharaan serta banyaknya kandungan bahan-bahan

organik yang sudah busuk. Fungi ini tumbuh pada suhu 14-35oC. penyebab utama

infeksi biasanya adalah spora fungi yang terbawa air dan kotoran pada dasar

wadah. Fungi tumbuh pada bagian epitelium (lapisan) pernafasan insang dan

menyebabkan kerusakan saluran darah. Akibat kerusakan ini, suplai darah

berhenti ke bagian yang terinfeksi sehingga menjadi necrotic (mati fungsi). Ikan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

17

yang terinfeksi fungi ini akan menunjukkan gejala bernafas tersengal-sengal di

permukaan air dan malas bergerak. Insang tampak mengeras (necrotic) dan

berwarna pucat khususnya pada daerah yang terjangkit fungi. apabila jaringan

yang terserang terlepas dan masuk ke dalam air, akan terjadi kemunginan ikan lain

ikut terserang (Alawi dan Tang, 2017).

Fungi ini banyak dijumpai di kolam dimana proses pembusukan tanaman

terjadi besar-besaran pada suhu di atas 20oC dan menyerang pada insang ikan atau

di luar saluran darah dan sering menyebabkan necrosis di sekitar jaringan. Gejala

klinis yang diakibatkan oleh serangannya antara lain gangguan pernafasan karena

necrosis pada insang akibat trombosis, pergerakan laterik, insang tampak bergaris-

garis dan terdapat bercak-bercak pucat, jaringan mati di sekitar daerah yang

terinfeksi, dan menyebabkan mortalitas yang tinggi (Kurniawan, 2012).

Gambar 4. Branchiomyces demigrans (Kurniawan, 2012).

3. Aspergillus niger

Menurut Zhao, et al. (2009), klasifikasi fungi aspergillus niger adalah

sebagai berikut:

Filum : Ascomycota

Universitas Sumatera Utara

Page 34: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

18

Kelas : Eurotiomycetes

Ordo : Eurotiales

Famili : Trichomaceae

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus niger

Secara mikroskopis Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki

konidiofor yang transparan serta konidia yang berwarna hitam kecoklatan serta

sporangium yang berbentuk bulat dan berwarna hitam. Fungi ini memiliki

konidiofor yang panjangnya 400-3000 µm, memiliki konidia yang berwarna

coklat sampai hitam, kasar dan bulat dengan diameter 5-7 µm (Hapsari, 2014).

Aspergillus mempunyai karakter kepala pembawa konidia yang besar

berbentuk bulat dan berwarna hitam kecoklatan atau ungu kecoklatan. Kapang ini

bersifat khas karena memiliki hifa yang bersepta, spora yang bersifat seksual dan

tumbuh memanjang di alas stigma, mempunyai sifat aerobik sehingga dalam

pertumbuhaannya memerlukan kandungan oksigen yang cukup (Hastuti, 2013).

Miselium dari fungi ini dapat tumbuh tersebar, seperti rumpun atau koloni

mikro, yang berbentuk butiran. Pertumbuhan dapat terjadi dalam keadaan

terendam pada media cair. Kumpulan hifa dapat terdispersi. Morfologi dari

miselium memiliki dampak yang sangat besar pada produksi enzim dan metabolit

primer atau sekunder (Krijgsheld, et al., 2012).

Aspergillus niger merupakan fungi yang habitatnya di insang dan sisik

ikan. Mikotoksik yang diproduksi oleh Aspergillus niger adalah oxalic acid dan

kojic acid yang merupakan mikotoksin yang bersifat akut. Lingkungan yang tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 35: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

19

terkontrol merupakan salah satu faktor yang memicu pertumbuhan dari fungi

Aspergillus niger. (Hapsari, 2014).

Gambar 5. Konidiofor Aspergillus niger (Krijgsheld, et al., 2012)

Gambar 6. Koloni Aspergillus niger (Krijgsheld, et al., 2012)

4. Ichthyophonus hoferi

Penyakit yang ditimbulkan oleh adanya infeksi fungi ini dinamakan

dengan Ichthyophonosis fungi ini tumbuh baik pada air tawar maupun air laut.

Serangan optimum dari fungi ini biasanya terjadi pada air dingin 2-20oC.

penyebaran fungi ini berlangsung melalui kista yang terbawa kotoran ikanatau

Universitas Sumatera Utara

Page 36: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

20

akibat kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit. Sebaran penyakit biasanya

berlangsung melalui pencemaran, yaitu melalui spora yang termakan melalui

pakan. Ikan yang terserang ringan dan sedang, biasanya tidak menunjukkan gejala

penyakit. Pada kasus terserang berat, kulit ikan akan tampak berubah kasar seperti

amplas. Hal ini karena terjadi infeksi di bagian bawah kulit dan jaringan otot. Ikan

dapat pula menunjukkan gejala pembengkokan tulang. Bagian dalam ikan tampak

membengkak disertai dengan luka berwarna kelabu putih (Alawi dan Tang, 2017).

Fungi Ichthyosporidium sp atau Ichtyophonus sp adalah agen penyebab

penyakit ichthyosporidosis. Fungi ini menginfeksi organ-organ internal berbagai

jenis ikan budidaya, baik ikan air tawar maupun ikan laut. Pada ikan air laut, fungi

ini sering menyerang ikan kerapu, mackerel, trouts, herring, dan cod. Serangan

fungi ini terbatas pada lingkungan yang dingin, yaitu pada suhu 2-20oC dengan

menunjukkan gejala klinis antara lain kulit ikan kasar seperti ampelas karena

infeksi menembus bawah kulit dan jaringan, granuloma bulat kecil pada kulit dan

berwarna kehitaman yang dapat berkembang menjadi borok, adanya granuloma

yang mengandung kista spora besar bereaksi positif (periodic acid schiff

reaction), jaringan yang terinfeksi menjadi bengkak disertai dengan luka berwarna

putih kelabu, dan juga ditemukan hifa dari fungi dengan bentuk tidak beraturan

(Kurniawan, 2012)

Universitas Sumatera Utara

Page 37: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

21

Gambar 7. Morfologi fungi Ichthyophonus hoferi (Kurniawan, 2012)

Gambar 8. Bentuk infeksi fungi Ichthyophonus hoferi (Kurniawan, 2012)

Pembenihan Ikan Konsumsi

Total produksi perikanan budidaya dengan jumlah budidaya ikan dalam

kolam air tawar menyumbangkan angka hingga 1,1 juta ton. Kenaikan produksi

budidaya ikan dalam kolam air tawar cukup pesat yaitu berkisar 11% per tahun.

Produksi ikan air tawar lebih dari 70% diserap oleh pasar dalam negeri. Pulau

Jawa menjadi penyerap ikan air tawar terbesar mengingat jumlah penduduknya

yang padat. Pulau Jawa dilihat dari potensinya, kebutuhan akan ikan masih akan

terus berkembang mengingat konsumsi per kapita ikan masih di bawah konsumsi

Universitas Sumatera Utara

Page 38: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

22

per kapita di luar Jawa. Ikan konsumsi memiliki banyak jenis dengan ukuran

badan dan warna yang beragam. Jenis-jenis ikan yang tergolong ikan konsumsi

sangat sesuai untuk bahan pangan karena memiliki produktivitas daging yang

tinggi. Jenis ikan konsumsi jika dibudidayakan dengan baik dapat memberikan

hasil yang besar (Pujiastuti, 2015).

Pengelolaan pembenihan ikan dapat dilakukan secara tradisional, semi

intensif dan intensif. Pengelolaan pembenihan ikan yang dilakukan secara

tradisional merupakan kegiatan pembenihan yang dilakukan secara turun temurun.

Umumnya pengelolaan pembenihan ikan secara tradisional belum menggunakan

teknologi. Pengelolaan pembenihan ikan secara semi intensif merupakan

modifikasi dan perbaikan pembenihan ikan secara tradisional. Sedangkan

pembenihan ikan secara intensif merupakan kegiatan pembenihan yang efektif dan

efisien dengan mengoptimalkan sumberdaya untuk meningkatkan produksi benih

ikan. Usaha pembenihan ikan akan efisien, efektif serta memiliki tingkat

produktifitas yang tinggi apabila akumulasi dari teknik pembenihan ikan,

pengelolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit serta pakan ikan dapat

dilakukan secara proporsional dan seimbang sesuai dengan komoditas yang

diusahakan (Perangin-angin, 2013).

Ikan Konsumsi

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora), seperti : plankton,

alga, crustacea, insecta, dan organisme benthos. Ikan nila memiliki sifat–sifat

Universitas Sumatera Utara

Page 39: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

23

unggul, antara lain: efesien dalam pemanfaatan pakan, pertumbuhannya cepat,

bergizi tinggi dan dagingnya mirip dengan kakap merah. Klasifikasi ikan nila

(Shindu, 2005), adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Subkelas : Acanthoptherygii

Ordo : Percomophi

Sub ordo : Percoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan Nila merupakan jenis ikan air tawar yang panjang totalnya dapat

mencapai 30 cm. ciri khas yang ada pada ikan nila adalah adanya garis vertical

yang berwarna gelap pada sirip ekor sebanyak enam buah. Garis seperti itu juga

terdapat pada sirip punggung dan sirip dubur. Ikan nila mempunyai rumus D XV,

10; C II, 15; V I, 16. Sirip dorsal terdiri dari 15 tulang keras dan 10 tulang lunak,

sirip ekor terdiri dari 2 tulang keras dan 15 tulang lunak, dan sirip perut yang

terdiri dari 1 tulang keras dan 16 tulang lunak. Ikan nila juga mempunya 2 lubang

mulut dan mengarah keatas. Benih ikan nila dapat memakan alga dan lumut yang

menempel di bebatuan tempat hidupnya (Ningrum, 2012).

Benih adalah anak ikan yang memiliki bentuk morfologi tubuh sudah

definitive seperti induknya. Benih berbeda dalam ukuran dan tingkah laku

reproduksi saja. Tingkah laku makan (feeding habits) ikan pada stadia ini

Universitas Sumatera Utara

Page 40: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

24

umumnya sudah mengarah kepada jenis makanan seperti yang dikonsumsi secara

alami oleh induknya. Perilaku makan ikan herbivora sudah mulai tampak pada

stadia benih padahal pada stadia larva masih bersifat karnivora (predatory stage)

(Effendi, 2009).

Gambar 9. Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Habitat Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang

sempit dan dangkal, seperti sungai, waduk, rawa, tambak air payau. Ikan nila

hidup pada nilai pH berkisar antara 6–8,5 namun pertumbuhannya akan optimal

pada pH 7–8 dan pada suhu 25–30o C (Shindu, 2005).

Ikan nila merupakan ikan yang diintroduksi dari luar negeri. Bibit ikan ini

didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar

pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini

disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Ikan nila merupakan ikan

introduksi paling banyak di dunia, karena ikan yang berasal dari Sungai Nil di

Afrika ini sudah dibudidayakan di 110 negara di dunia. Ikan nila juga hidup di

perairan yang dalam dan luas atau tempat yang dangkal dan sempit. Nila

sebenarnya termasuk kelompok ikan omnivore dengan kecenderungan herbivora.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

25

Ikan ini di Afrika disebut mbuna atau ikan pemakan lumut yang menempel di

batu tapi mampu beradaptasi (Kurniawan, 2015).

Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Ikan lele umumnya berwarna kehitaman atau keabuan dengan bentuk

badan yang memanjang pipih kebawah (depressed), berkepala pipih, tidak

bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan

memiliki alat pernafasan tambahan (arborescent organ). Insangnya berukuran

kecil dan terletak pada bagian kepala belakang. Ikan lele mempunyai jumlah sirip

punggung 68-79, sirip dada 9-10, sirip perut 5-6, sirip dubur 50-60 dan jumlah

sungut 4 pasang. Sirip dada dilengkapi sepasang duri panjang/patil yang memiliki

panjang maksimum mencapai 400 mm. ukuran matanya sekitar 1/8 dari panjang

kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada bagian rahang ikan

lele tersebut (Pratiwi, 2014).

Ikan lele dumbo memiliki tubuh yang lebih besar 6-8 kali panjang standar

dibandingkan lele lokal dan memiliki gen pertumbuhan yang lebih cepat. Ukuran

kepala 3-3,5 kali lebih besar, kepala agak persegi panjang dan lancip ke garis

dorsal. Moncongnya yang bulat melebar. Berwarna abu ungu kemerahan dan

bercorak marbel. Warnanya akan semakin pucat dan corak tampak semakin jelas

apabila stress. bagian perut, ventral dan sirip berpasangan berwarna keputih-

putihan (Pujiastuti, 2015). Menurut Saanin (1984), sistematika lele dumbo adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Universitas Sumatera Utara

Page 42: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

26

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Habitat Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) hidup dan berkembang biak

diperairan tawar seperti rawa-rawa, danau atau sungai tenang. Ikan lele dapat

hidup pada air yang tercemar seperti di got-got dan selokan pembuangan. Semua

kelebihan tersebut membuat ikan ini tidak memerlukan kualitas air yang jernih

atau air mengalir ketika dipelihara di dalam kolam. Ikan lele bersifat nokturnal,

yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele

berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap (Pujiastuti, 2015).

Ikan lele dumbo hidup di perairan air tawar seperti sungai yang airnya

tidak deras, atau perairan tenang seperti danau, waduk, rawa serta kolam. Ikan ini

memiliki habitat asli di perairan rawa-rawa di daerah Afrika Tengah. Ikan lele

dumbo relative tahan terhadap kondisi air yang dinilai kurang baik. Lele juga

dapat hidup dengan padat tebar tinggi meskipun pada kolam yang kadar

oksigennya rendah (Agusningtyas, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 43: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

27

Gambar 10. Morfologi Benih Ikan lele (Clarias gariepinus)

Parameter Fisika Perairan

Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses

metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian

suhu yang ekstrim akan menggangu kehidupan organisme bahkan dapat

menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan

musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat

terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Kenaikan

suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak

juga menyebabkan turunnya kelarutan oksigen di dalam air (Silalahi, 2009).

Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan

kelarutan gas dalam air. Suhu yang semakin tinggi akan meningkatkan laju

metabolisme ikan, namun respirasi yang terjadi semakin cepat sehingga

mengurangi konsentrasi oksigen di air, yang dapat menyebabkan stress bahkan

kematian pada ikan (Widiyantara, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 44: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

28

Parameter Kimia Perairan

Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur

pencemaran air. Oksigen terlarut di dalam air berasal dari udara dan dari proses

fotosintesa tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada suhu. Pada

suhu tinggi kelarutan oksigen berkurang karena aktivitas bakteri meningkat.

Kandungan oksigen dalam air diperlukan bagi kelangsungan kehidupan akuatik,

tetapi ketesediannya akan terganggu oleh berlangsungnya penguraian bahan-

bahan organik yang berasal dari air buangan (Sukadi, 1999).

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad

hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen

juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses

aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses

difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan

tersebut. Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,

karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik

dan anorganik (Salmin, 2005).

pH (Parameter of Hydrogen)

Derajat keasaman (pH) merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion

hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar

tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH=7

adalah netral, pH<7 dikarenakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH>7

dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi

Universitas Sumatera Utara

Page 45: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

29

ion Hidrogen dalam suatu larutan. Dalam air yang bersih jumah konsentrasi ion

H+ dan OH- berada dalam keseimbangan sehingga air yang bersih akan bereaksi

netral. Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai

pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah dan basa lemah. Kondisi

perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan

kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan mobilitas berbagai

senyawa logam berat yang bersifat toksik (Sihaloho, 2009).

Nitrat dan Fosfat

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen

sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari

proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Kadar nitrat di perairan

yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi daripada kadar ammonium. Nitrat dapat

digunakan untuk mengelompokan tingkat kesuburan perairan. Nitrat tidak bersifat

toksik terhadap organisme akuatik. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat

dimanfaatkan oleh tumbuhan. Fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai

elemen, melainkan dalam bentuk senyawa organik yang berupa partikulat. Fosfor

membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat

tidak larut dan mengendap di sedimen sehingga tidak dapat dimanfaaatkan oleh

alga akuatik (Effendi, 2003).

Pengkayaan zat hara di lingkungan perairan memiliki dampak positif,

namun pada tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak

positifnya adalah meningkatkan produksi fitoplankton akibat naiknya konsentrasi

nitrat dan fosfat, sedangkan dampak negatifnya antara lain penurunan kandungan

Universitas Sumatera Utara

Page 46: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

30

oksigen terlarut di perairan dan memperbesar potensi muncul dan berkembangnya

jenis fitoplankton berbahaya (Utami, et al., 2016).

Amonia

Sumber ammonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein

dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam air dan tanah. Ammonia

bebas (NH4) yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik.

Toksisitas ammonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi

penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan suhu. Ikan tidak dapat bertoleransi

terhadap kadar ammonia bebas yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu

proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan

sufokasi (Effendi, 2003).

Nitrogen yang dibuang ikan ke perairan, 60-90% dalam bentuk amoniak,

yang sangat toksik dan berbahaya bagi ikan bahkan dapat menyebabkan kematian

ikan. Kadar amoniak sebaiknya kurang dari 0,1 mg/L. Pada budidaya ikan

konsentrasi amoniak bergantung pada kepadatan populasi, metabolisme ikan,

pergantian air, dan suhu. Meningkatnya kandungan amoniak dalam air dapat

menyebabkan ikan cepat mengalami stres dan ikan mudah terkena penyakit, serta

terganggu pertumbuhannya (Widiyantara, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 47: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

31

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April s/d Mei 2018. Pengambilan

sampel ikan dilakukan di Kolam Budidaya di Desa Baru Ladang Bambu

Kecamatan Medan Tuntungan Provinsi Sumatera Utara dan kegiatan identifikasi

dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jaring kecil, baskom,

cawan petri, mikroskop cahaya, pinset, Bunsen, selotip, gunting bedah, pisau

bedah, cawan petri, ose, beaker glass, object glass, cover glass, kamera, alat tulis,

thermometer, pH meter, DO meter, coolbox, toolbox, lakban, pipet tetes, spidol,

kertas label, autoclave, Erlenmeyer dan laminar air flow.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ikan sampel berupa benih ikan

nila dan ikan lele sebanyak 30 ekor dengan jumlah masing-masing 15 ekor ikan

nila dan 15 ekor ikan lele yang diambil di kolam budidaya Desa Baru Ladang

Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara, Potato Dextrose Agar

(PDA), aquades steril, spiritus, sarung tangan, masker dan alkohol.

Rancangan Penelitian

Pada saat penelitian, sampel ikan diambil secara langsung pada lokasi

penelitian untuk mengidentifikasi jenis fungi pada ikan nila (Oreochromis

Universitas Sumatera Utara

Page 48: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

32

niloticus) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus). Lokasi pengambilan sampel ikan

ditentukan secara sengaja atau purposive sampling terhadap di kolam budidaya

milik CV Dian Aquatik di Desa Baru Ladang bambu, Kecamatan Medan

Tuntungan, Sumatera Utara.

Kolam pemeliharaan yang ada di kawasan budidaya ikan konsumsi Dian

Aquatik Indonesia di Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan

merupakan kolam pemeliharaan ikan. Kolam benih yang ada pada kawasan

budidaya tersebut umumnya berukuran rata-rata 0,75 m x 1,65 m dan tinggi 0,22

m. Terdiri atas kolam pemeliharaan benih, pemeliharaan induk, pemijahan dan

kultur tumbuhan air dari jenis Azolla piñata. Jenis ikan yang dipelihara pada

kawasan budidaya tersebut adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan lele

(Clarias gariepinus). Sistem budidaya yang digunakan pada kolam pemeliharaan

benih baik benih nila maupun benih lele adalah sistem intensif, dengan kolam

permanen yang terbuat dari semen secara keseluruhan dan berisi benih ikan

dengan padat tebar 250 ekor/meter2 kolam.

Prosedur Penelitian

a. Persiapan Alat dan Media Potato Dextrose Agar (PDA)

Media PDA adalah salah satu media yang digunakan untuk mengisolasi

fungi. Tahap awal dari persiapan media ini adalah sterilisasi peralatan yang akan

digunakan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan atau

menghilangkan semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhakan dalam

suatu media tidak ada lagi yang dapat berkembang biak (Hall, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 49: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

33

Sterilisasi peralatan harus dalam suasana aseptis, oleh karena itu untuk

menciptakan suasana aseptis, Bunsen harus tetap dinyalakan untuk mengurangi

kontaminan dengan keadaan sekitar. Peralatan seperti pinset, ose dan object glass

sebelum digunakan terlebih dahulu disemprot alcohol 70%. Ose dan pinset yang

telah disemprot alcohol kemudian dilakukan sterilisasi dengan pembakaran secara

langsung sampai peralatan tersebut pijar. Dan untuk object glass dan cover glass

cukup didekatkan dengan api selama beberapa detik. Untuk cawan petri sebelum

disterilkan dicuci bersih terlebih dahulu. Setelah itu dibungkus rapi dengan kertas

kemudian disterilkan dengan autoclave pada suhu 121oC dengan tekanan 1 atm

selama 10-15 menit (Weitzman, 1991).

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media semi sintetik yang

komposisinya terdiri atas bahan alam berupa hasil pertanian dan juga bahan kimia

yang komposisinya telah diketahui dengan pasti (Pratomo, 2006).

b. Pengambilan Sampel Benih Ikan

Pengambilan sampel ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan lele

(Clarias gariepinus) dengan ukuran kira-kira 4-7 cm diambil secara acak pada

kolam budidaya dengan terlebih dahulu melihat tanda-tanda fisik adanya serangan

fungi. Pengambilan dilakukan secara acak dengan menggunakan jaring kecil

sebanyak masing-masing 15 ekor ikan nila dan 15 ekor ikan lele. selanjutnya

fungi yang ada pada tubuh ikan nila diisolaasi dengan mengguanakan media PDA

(Potato Dextrose Agar).

Universitas Sumatera Utara

Page 50: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

34

c. Isolasi Fungi pada Sampel Ikan

Fungi yang terdapat pada ikan nila dapat dilihat secara mikroskopis

terdapat benda seperti kapas yang terdapat pada bagian sirip maupun kulit ikan

(Hirschhorn, 1991). Fungi tersebut kemudian diisolasi dengan menggunakan

pinset pada suhu 25oC selama 3-4 hari (Weitzman, 1991).

Sampel yang ditumbuhkan pada media PDA merupakan campuran dari

berbagai macam isolate fungi dan tidak jarang terkontaminasi oleh bakteri. Oleh

karena itu untuk mempermudah identifikasi maka isolat tersebut dimurnikan.

Proses pemurnian dimulai dengan mengambil satu jenis koloni mengguankan ose

pada media PDA lama yang memiliki warna dan tekstur sejenis kemudian

diisolasi pada media PDA baru dan diinkubasi pada suhu 25oC selama 2-7 hari

untuk mendapatkan isolat murni.

d. Pemeriksaan Sampel dan Identifikasi Fungi

Setelah dimurnikan, fungi siap untuk diidentifikasi. Teknik identifikasi

yang digunakan untuk mengamati isolat fungi adalah metode selotip dimulai

dengan menyiapkan object glass kemudian ditetesi dengan larutan lactopenol blue

sebanyak satu tetes. Kemudian selotip koloni fungi, diambil secukupnya lalu

selotip tersebut ditempelkan pada object glass yang sudah ditetesi lactopenol blue

lalu ditutup menggunakan cover glass dan diamati dibawah mikroskop cahaya

dengan menggunakan perbesaran 40X dan fungi yang terlihat dapat diidentifikasi

(Hapsari, 2014).

Identifikasi fungi menggunakan teknik identifikasi secara konvensional

yang meliputi dua tahap yaitu pengamatan fungi secara makroskopis dan

Universitas Sumatera Utara

Page 51: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

35

mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis meliputi bentuk koloni dan warna

koloni sedangkan pengamatan secara mikroskopis meliputi bentuk hifa, bentuk

spora dan letak spora (Hapsari, 2014).

e. Pengukuran Kualitas Air

Hasil pengukuran tiap parameter akan dibandingkan dengan Peraturan

Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang standar Baku Mutu untuk Kegiatan

Budidaya Air Tawar yang dapat dilihat pada Tabel. 1

Tabel 1. Baku Mutu Air untuk kegiatan budidaya Air Tawar Peraturan Pemerintah

No. 82 Tahun 2001

No Parameter Satuan Baku Mutu Air

Fisika

1 Suhu °C Deviasi 3

Kimia

3 Amonia mg/l <0,02

4 pH - 6-9

5 Nitrat mg/l <20

6 DO mg/l >3

7 Fosfat mg/l <1

Pengukuran Parameter Fisika Perairan

Suhu

Suhu perairan dapat diukur dengan menggunakan thermometer. Cara

kerjanya adalah thermometer dicelupkan kedalam perairan yang akan di cari

suhunya, kemudian setelah beberapa saat thermometer diangkat dan dilihat batas

air raksa yang ada di dalam thermometer yang sejajar dengan angka penunjuk di

thermometer. Ujung air raksa yang sejajar dengan angka penunjuk akan

menunjukkan seberapa besar suhu air tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

36

Pengukuran Parameter Kimia Perairan

Dissolved Oxygen (DO)

Pengukuran oksigen terlarut dilakukan di lokasi penelitian (insitu). DO

perairan dapat diukur dengan menggunakan DO meter. Cara kerjanya adalah DO

meter dicelupkan kedalam perairan yang akan dicari kadar oksigen terlarutnya,

kemudian setelah beberapa saat DO meter diangkat dan dilihat seberapa besar

angka yang ditunjukkan pada DO meter.

pH (Parameter of Hydrogen)

pH perairan dapat diukur dengan menggunakan pH meter dan diukur

secara langsung di lokasi penelitian. Prinsip kerjanya adalah pH meter dicelupkan

kedalam perairan yang akan dicari derajat keasamannnya, kemudian setelah

beberapa saat pH meter diangkat dan dilihat seberapa besar angka yang

ditunjukkan pada pH meter.

Nitrat, Fosfat dan Amonia

Pengukuran nitrat (NO3), Fosfat (PO4), Amonia (NH3) dan BOD dilakukan

secara eksitu. Sampel air yang telah diambil di kolam budidaya akan dianalisis di

Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.

f. Analisis Data

Hasil isolasi dan identifikasi fungi dianalisis menggunakan metode

deskriptif. Data yang akan disajikan dalam hasil adalah dalam bentuk gambar dan

tabel (Hapsari, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 53: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

37

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan terhadap ikan Nila

(Oreochromis niloticus) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya

Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Benih Ikan Nila (Oreochromis

niloticus)

Ikan

Nila

Organ Yang Diisolasi

Jenis Fungi Sirip

Punggung

Sirip

Ekor

Sirip

Dada

Sirip

Perut Operkulum

1 + Aspergillus niger

2 + Aspergillus niger

3 + Aspergillus niger

4 + Aspergillus niger

5 + Saprolegnia sp.

6 + Aspergillus niger

7 + Saprolegnia sp.

8 + Saprolegnia sp.

9 + Saprolegnia sp.

10 + Saprolegnia sp.

11 + Aspergillus niger

12 + Aspergillus niger

13 + Saprolegnia sp.

14 + Saprolegnia sp.

15 + Aspergillus niger

Universitas Sumatera Utara

Page 54: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

38

Tabel 3. Hasil Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Benih Ikan Lele (Clarias

gariepinus)

Ikan

Nila

Organ Yang Diisolasi

Jenis Fungi Sirip

Punggung

Sirip

Ekor

Sirip

Dada

Sirip

Perut Operkulum

1 + Saprolegnia sp.

2 + Saprolegnia sp.

3 + Aspergillus niger

4 + Aspergillus niger

5 +

Penicillium

glabrum

6 + Saprolegnia sp.

7 + Saprolegnia sp.

8 + Aspergillus niger

9 + Aspergillus niger

10 + Aspergillus flavus

11 + Aspergillus niger

12 + Aspergillus niger

13 + Aspergillus niger

14 + Aspergillus niger

15 + Aspergillus niger

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kualitas Air pada Kolam Ikan Nila di kolam Budidaya

Desa Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera

Utara

No Parameter Satuan Baku Mutu Air

Nilai Kualitas

Air di

Lapangan

Fisika

1 Suhu °C Deviasi 3 28

Kimia

2 pH - 6-9 6.5

3 Nitrat mg/l <20 3,86

4 DO mg/l >3 5.1

5 Fosfat mg/l <1 0,04

6 Amonia mg/l <0.02 0.01

Universitas Sumatera Utara

Page 55: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

39

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kualitas Air pada Kolam Ikan Lele di kolam Budidaya

Desa Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara

No Parameter Satuan Baku Mutu Air

Nilai Kualitas

Air di

Lapangan

Fisika

1 Suhu °C Deviasi 3 28

Kimia

2 pH - 6-9 6.3

3 Nitrat mg/l <20 4.85

4 DO mg/l >3 5.0

5 Fosfat mg/l <1 0.1

6 Amonia mg/ <0.02 <0,001

Pembahasan

Dari hasil pengamatan di lapangan, terdapat ikan yang terserang fungi. Hal

ini ditunjukkan dengan adanya gejala dan tanda-tanda fisik yaitu adanya material

menyerupai kapas yang menempel pada bagian tubuh ikan seperti sirip, sisik dan

operkulum. Hal ini sesuai dengan literatur Khairyah, et al (2013) yang

menjelaskan bahwa ikan yang terinfeksi fungi menunjukan gejala klinis seperti,

terlihat adanya benda yang menyerupai kapas pada sirip dan permukaan kulit.

Hasil identifikasi fungi pada Ikan Konsumsi yang ada pada Kolam

Budidaya Desa Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ditemukan

empat spesies yaitu Aspergillus flavus, Penicillium glabrum, Saprolegnia sp., dan

Aspergillus niger. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

Aspergillus niger

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada isolat dari sampel Ikan

Nila dengan nomor sampel 1, 2, 3, 4, 6, 11, 12 dan 15 serta Ikan Lele dengan

nomor sampel 3, 4, 8, 9, 11, 13 dan 14 ditumbuhi fungi dengan jenis Aspergillus

niger. Menurut hasil pengamatan mikroskopis yang telah dilakukan, umumnya

koloni ini memiliki warna coklat kehitaman, berbulu halus menyerupai. Hal

Universitas Sumatera Utara

Page 56: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

40

tersebut sesuai dengan penjelasan dalam literatur Silva et al. (2011) yang

menjelaskan bahwa strain yang termasuk dalam bagian Aspergillus niger secara

khas mengandung konidia gelap-coklat sampai hitam, dengan konidiofor beruntun

tunggal dan ganda, vesikula bulat dan hialin berpigmendan berpijar serta berkilau

pada bagian puncak. Koloni Aspergillus niger dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Koloni Aspergillus niger (Dokumen Pribadi, 2018) terdapat pada

sampel Ikan Nila dengan nomor sampel 1, 2, 3, 4, 6, 11, 12 dan 15

serta Ikan Lele dengan nomor sampel 3, 4, 8, 9, 11, 13 dan 14

Pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan terhadap koloni

Aspergillus niger, menunjukkan ciri konidifior yang cenderung panjang dan

transparan, terdapat pula konidia yang berwarna hitam kecoklatan pada ujung

konidifior dan juga memiliki spora yang berwarna hitam. Hal tersebut sesuai

dengan literatur Hapsari (2014) yang menjelaskan bahwa, Aspergillus niger

memiliki konidifior yang transparan serta konidia yang berwarna hitam

kecoklatan serta sporangium yang berbentuk bulat dan berwarna hitam.

Aspergillus niger memiliki konidifior yang panjangnya 400-3000 µm, halus dan

berwarna hitam, memiliki vesikel yang beebentuk bulat dengan diameter 30-75

Universitas Sumatera Utara

Page 57: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

41

µm, memiliki konidia yang berwarna coklat sampai hitam, kasar dan bulat dengan

diameter 6-7 µm. bagian Aspergillus niger secara mikroskopis dapat dilihat pada

Gambar 12.

Gambar 12. Bagian-bagian Aspergillus niger dengan perbesaran 40X (Dokumen

Pribadi, 2018)

Saprolegnia sp.

Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan, pada isolat dari sampel Ikan

Nila dengan nomor sampel 5, 7, 8, 9, 10, 13 dan 14 serta Ikan Lele dengan

nomor sampel 1, 2, 6 dan 7 ditumbuhi fungi dengan jenis Saprolegnia sp. adapun

ciri koloni yang didapat dari pengamatan makroskopis fungi tersebut umumnya

berbentuk kapas berwarna putih dan tumbuh memenuhi cawan petri. Fungi dari

jenis Saprolegnia sp. umumnya banyak ditemukan pada permukaan kulit, sirip

dan tutup insang. Hal tersebut sesuai dengan literatur Hapsari (2014) yang

menjelaskan bahwa genus Saprolegnia memiliki ciri yaitu koloni seperti kapas

dan berwarna putih. Koloni tersebut dapat ditemukan padaa permukaan sirip, kulit

dan insang.

Konidifior

Sporangium

Phialid

munculn

ya fungi

pada

Benih

Ikan Nila

dan Ikan

Lele di

K

olam

Budidaya

Desa

Baru

Ladang

Bambu,

Kecamat

an

Medan

T

untungan

Provinsi

Sumatera

Utarahi

Universitas Sumatera Utara

Page 58: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

42

Fungi Saprolegnia sp. sangat umum ditemukan di perairan tawar dan

menyerang ikan-ikan air tawar seperti ikan nila dan lele. Hal tersebut didukung

oleh literatur Kordi (2004) yang menjelaskan bahwa penyakit saprolegniasis

dapat menyerang sebagian besar ikan air tawar tetapi umumnya ikan mas, tawes,

gabus, gurami, nila dan lele.

Serangan dari fungi Saprolegnia sp. cenderung mudah untuk dideteksi.

Bagian tubuh ikan yang terserang umumnya akan ditumbuhi oleh benang-benang

halus berwarna putih yang menyerupai kapas. Hal tersebut sesuai dengan literatur

Kordi (2004) yang menjelaskan bahwa, ikan dan telur ikan yang terserang fungi

Saprolegnia sp. dapat diketahui dengan mudah, sebab terlihat bagian organ ikan

(biasanya bagian luar) atau telur yang terserang, ditumbuhi oleh sekumpulan

mycelium fungi yang menyerupai gumpalan benang-benang halus yang tampak

seperti kapas.

Dari pengamatan yang dilakukan di lapangan selama penelitian, umumnya

Ikan yang terserang penyakit Saprolegniasis umumnya menunjukkan gejala

adanya material menyerupai kapas berwarna putih keabuan yang menempel pada

bagian tubuh ikan seperti sirip dan tutup insang. Pada bagian yang terdapat

material menyerupai kapas tersebut juga umumnya mengalami lesi atau luka. Hal

tersebut sesuai dengan literatur Songe (2015) yang menjelaskan bahwa,

Saprolegniasis ditandai dengan adanya bercak putih atau abu-abu pada tubuh

inang. Dalam satu inang dapat terdiri dari satu koloni atau lebih spesies dari

berbagai genus Saprolegnia. Infeksi dari Saprolegnia awalnya muncul di jaringan

epidermis kepala, ekor dan sirip, lalu kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Daerah yang terserang penyakit ini umumnya menunjukkan kelainan seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 59: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

43

adanya nekrosi dan latau luka. Infeksi Saprolegnia yang parah umumnya

menyebabkan perilaku lesu, kehilangan keseimbangan dan akhirnya menyebabkan

kematian pada ikan. Koloni Saprolegnia sp. dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Koloni Saprolegnia sp. (Dokumen Pribadi, 2018) terdapat pada

sampel Ikan Nila dengan nomor sampel 5, 7, 8, 9, 10, 13 dan 14

serta Ikan Lele dengan nomor sampel 1, 2, 6 dan 7

Ciri makroskopis dari Saprolegnia sp. antara lain adalah memiliki hifa

yang tidak bersepta, menghasilkan spora yang panjang dan ramping. Hal tersebut

sesuai dengan literatur Hapsari (2014) yang menjelaskan bahwa Saprolegnia

merupakan fungi yang memiliki hifa panjang yang tidak bersepta, reproduksi

secara aseksual yang menghasilkan zospora yang panjang, ramping dan berflagel.

Selain itu zospora genus Saprolegnia dihasilkan dari hifa yang panjang. Zospora

Saprolegnia yang panjang dan silindris memiliki panjang 180-350 µm dengan

lebar 20-24 µm.

Dari hasil pengamatan secara mikroskopis, terlihat bahwa morfologi dari

Saprolegnia umumnya berserabut dan memiliki kista berwarna bulat. Hal ini

sesuai dengan literatur Andreas (2016) yang menjelaskan bahwa koloni

Universitas Sumatera Utara

Page 60: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

44

Saprolegnia umumnya berwarna putih. Secara mikroskopis Saprolegnia

berserabut, dan memiliki kista berbentuk bulat. Genus Saprolegnia mempunyai

cabang tidak bersepta dan mempunyai hifa bercabang. Bagian-bagian Saprolegnia

sp. secara mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Bagian-bagian Saprolegnia sp. dengan perbesaran 40X (Dokumen

Pribadi, 2018)

Aspergillus flavus

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada isolat dari sampel Ikan

Lele dengan nomor sampel 10 ditumbuhi fungi dengan jenis Apergillus flavus.

Menurut hasil pengamatan yang telah dilakukan koloni dari Aspergillus flavus

tampak berwarna hijau kekuningan, berbentuk bulat, tekstur halus seperti kapas,

konidifior cenderung kasar. Hal tersebut sesuai dengan literatur Nyongesa, et al.

(2015), Koloni dari isolate berwarna hijau kekuningan dengan miselia berwarna

putih di bagian tepi koloni. Umumnya koloni membentuk cincin sporulasi dan

konidia cenderung kasar. Hal tersebut juga diungkapkan dalam litratur Hapsari

(2014) yang menjelaskan bahwa secara makroskopis Aspergillus flavus umumnya

meiliki ciri-ciri koloni berbentuk bulat dan berwarna hijau kekuningan. Memiliki

Hifa

Konidifior

Sporangium

Universitas Sumatera Utara

Page 61: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

45

pertumbuhan yang cepat dan biasanya tumbuh pada suhu 27o. Koloni dari

Aspergillus flavus dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Koloni Aspergillus flavus (Dokumen Pribadi, 2018) terdapat pada

Sampel Ikan Lele nomor 10

Dari hasil pengamatan secara mikroskopis, Aspergillus flavus memiliiki

konidifior yang panjang, konidia berbentuk bulat. Hal tersebut sesuai dengan

Hapsari (2014), yang menjelaskan bahwa secara mikroskopis Aspergillus flavus

memiliki ciri-ciri yaaitu, memiliki konidifior yang panjang, dengan panjang 400-

800 µm, dan cenderung kasar, vesikel bulat dengan diameter 24-45 µm, phialid

berada diatas vesikel dan memiliki konidia yang bulat, halus atau kasar. Bagian-

bagian Aspergillus flavus dapat dilihat pada gambar 16.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

46

Gambar 16. Bagian-bagian Aspergillus flavus dengan perbesaran 40X (Dokumen

Pribadi, 2018)

Penicillium glabrum

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada isolat dari sampel Ikan

Lele dengan nomor sampel 5 ditumbuhi fungi dengan jenis Penicillium glabrum.

Dari hasil identifikasi secara makroskopis, umumnya jenis Penicillium glabrum

memiliki ciri koloni yang berwarna hijau tua. Hal terssebut sesuai dengan literatur

Kidd, et al. (2016) yang menjelaskan bahwa koloni Penicillium glabrum berwana

nuansa hijau dan kadang-kadang putih. Koloni dari Penicillium glabrum dapat

dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Koloni Penicillium glabrum (Dokumen Pribadi, 2018) terdapat pada

sampel Ikan Nila nomor 5.

Konidifior

Vesikula

Phialid

Konidia

Universitas Sumatera Utara

Page 63: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

47

Adapun hasil pengamatan yang dilakukan secara mikroskopis, bagian hifa

dari fungi dengan jenis Penicillium glabrum tampak membentuk rantai bersel

tunggal dan juga bersepta. Hal tersebut seuai dengan literatur Samson and Frisvad

(2004) yang menjelaskan bahwa Penicillium glabrum memiliki hifa bersepta dan

membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium ini memiliki tangkai

yang disebut phialid. Spora yang dihasilkan oleh phialid disebut dengan konidia.

Konidia berbentuk bulat atau semi bulat yang membentuk rantai panjang dengan

diameter 3 – 3,5 µm. bagian-bagian Penicillium glabrum secara mikroskopis dapat

dilihat pada Gambar 18.

Gambar 16. Bagian-bagian Penicillium glabrum dengan perbesaran 40X

(Dokumen Pribadi, 2018)

Kondisi Kualitas Perairan

Kolam pemeliharaan yang ada di kawasan budidaya ikan konsumsi Dian

Aquatik Indonesia di Desa Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan

merupakan kolam pemeliharaan ikan. Kolam benih yang ada pada kawasan

budidaya tersebut umumnya berukuran rata-rata 0,75 m x 1,65 m. Terdiri atas

Konidia

Phialid

Konidifior

Universitas Sumatera Utara

Page 64: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

48

kolam pemeliharaan benih, pemeliharaan induk, pemijahan dan kultur tumbuhan

air dari jenis Azolla piñata. Jenis ikan yang dipelihara pada kawasan budidaya

tersebut adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan lele (Clarias

gariepinus). Sistem budidaya yang digunakan pada kolam pemeliharaan benih

baik benih nila maupun benih lele adalah sistem intensif, dengan kolam permanen

yang terbuat dari semen secara keseluruhan dan berisi benih ikan dengan padat

tebar 250 ekor/meter kolam.

Setelah melakukan penelitian di Kolam Budidaya Desa Baru Kecamatan

Medan Tuntungan Provinsi Sumatera Utara, diketahui bahwa tidak terlalu banyak

benih ikan yang terserang penyakit infeksius yang disebabkan oleh fungi. Hal

tersebut dikarenakan kondisi kualitas air di lokasi penelitian yang masih cukup

baik. Untuk nilai suhu, baik pada kolam benih ikan lele maupun kolam benih ikan

nila, keduanya menunjukkan nilai yang optimal, yaitu sekitar 28o C. hal tersebut

sesuai dengan literatur Kurniawan (2012), yang menjelaskan bahwa kisaran suhu

optimal bagi kehidupan organisme perairan tropis antara suhu 28-32oC. Pada

kisaran suhu tersebut, konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam.

Sedangkan di bawah suhu 25oC, konsumsi oksigen hanya mencapai 1,2 mg/g

berat tubuh/jam dan terjadi penurunan nafsu makan ikan. Pada kaidah biokimiawi,

kenaikan suhu 10oC akan mempercepat laju reaksi biokimiawi sampai dua kali

lipat.

Nilai oksigen terlarut yang diperoleh di kolam pemeliharaan ikan nila

berkisar 5,1 mg/l dan pada kolam pemeliharaan ikan lele berkisar 5 mg/l. kondisi

kualitas air tersebut masih layak bagi kegiatan budidaya perikanan. Hal tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 65: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

49

didukung oleh literatur Kordi (2004), yang menjelaskan bahwa sebagian besar

spesies ikan dapat hidup dengan baik pada konsentrasi oksigen sebesar 5 mg/l.

Nilai pH yang diperoleh di lapangan juga menunjukkan nilai yang optimal

yaitu sekitar 6,5 dan 6,3. Hal tersebut sesuai dengan literature Kurniawan (2012),

yang menjelaskan bahwa kondisi perairan dengan nilai pH < 4,5 akan

menyebabkan perairan beracun bagi ikan. Pada nilai pH 5-6,5 dapat menghambat

pertumbuhan dan ikan menjadi sensitif terhadap bakteri dan parasit. Pada nilai pH

6,5-9,0 merupakan pH optimal bagi pertumbuhan ikan. Sedangkan pada pH di

atas 9,0 berdampak pada pertumbuhan yang terhambat.

Nilai nitrat untuk masing-masing kolam ikan adalah 3,86 mg/l untuk

kolam ikan nila dan 4,85 mg/l untuk kolam ikan lele. Kadar tersebut masih

memenuhi syarat untuk kegiatan budidaya peikanan air tawar. Hal tersebut

didukung oleh Peraturan Pemerintah nomor 82 Tahun 2001 yang menetapkan

bahwa nilai ambang batas kadar nitrat yang baik untuk kegiatan budidaya

perikanan air tawar adalah berkisar 20 mg/l.

Adapun nilai fosfat untuk masing-masing kolam ikan adalah 0,04 mg/l

untuk kolam ikan nila dan 0,1 mg/l untuk kolam ikan lele. Kadar tersebut masih

memenuhi syarat untuk kegiatan budidaya peikanan air tawar. Hal tersebut

didukung oleh Peraturan Pemerintah nomor 82 Tahun 2001 yang menetapkan

bahwa nilai ambang batas kadar fosfat yang baik untuk kegiatan budidaya

perikanan air tawar adalah berkisar 1 mg/l.

Kualitas perairan yang terakhir diukur adalah konsentrasi ammonia yang

terkandung dalam masing-masing kolam pemeliharaan. Konsentrasi ammonia

pada masing-masing kolam adalah 0,001 mg/l. hal tersebut masih dikatakan baik,

Universitas Sumatera Utara

Page 66: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

50

karena menurut liiteratur Kordi (2004) perairan yang baik untuk budidaya ikan

adalah yang mengandung ammonia kurang dari 0,1 mg/l. Ikan mas mulai

terganggu pertumbuhannya dalam air yang mengandung ammonia 1,20 mg/l,

sedangkan konsentrasi diatas 2 ppm dapat membunuh sebagian jenis ikan. Dalam

perairan yang belum tercemar ternyata kandungan ammonia masih jauh dibawah

0,02 mg/l dan kondisi ini masih dianggap aman bagi kegiatan budidaya.

Rekomendasi Pengelolaan

Adapun rekomendasi pengelolaan diberikan kepada kalangan yang

bergerak di bidang pengelolaan sumberdaya perikanan umumnya pembudidaya

ikan, akademisi, perusahaan perikanan dan pemerintah yang menaungi sektor

perikanan dan khususnya untuk pembudidaya ikan yang mengelola kegiatan

budidaya di Kolam Budidaya Desa Baru milik CV Dian Aquatik. Dalam kegiatan

manajemen kesehatan ikan, hal paling krusial yang harus diperhatikan salah

satunya adalah kualitas air. Kegiatan pemeriksaan kualitas air tempat ikan hidup

sebaiknya dilakukan secara berkala. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2001 tentang Baku Mutu Kualitas Air untuk Kegiatan Budidaya Air Tawar,

suhu perairan yang baik bagi kegiatan budidaya adalah 25o-31

o C. Adapun Faktor

kimia meliputi pH adalah 6-9, nitrat ≤20 mg/l, oksigen terlarut ≥3 mg/l, fosfat ≤1

mg/l dan ammonia ≤0,02 mg/l. Kualitas air yang tidak dimanajemen dengan baik

seperti yang diharapkan dalam budidaya komoditas perikanan merupakan awal

kegagalan dalam budidaya perikanan karena pada hakikatnya membudidayakan

kualitas perairan adalah inti dari aktivitas berbudidaya. Untuk kegiatan

pengobatan, Kurniawan (2012) di dalam Buku Penyakit Satwa Akuatik

Universitas Sumatera Utara

Page 67: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

51

menjelaskan bahan alami dan bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengobati

penyakit infeksius pada biota akuatik, diantaranya adalah perendaman ikan yang

terserang fungi kedalam methylene blue sebanyak 2 mg/l selama 4-6 jam, kalium

permanganate sebanyak 2-3 ppm selama 10-20 jam, perendaman dengan larutan

garam, dengan ketentuan penambahan konsentrasi garam secara bertahap setiap 3-

4 jam sekali sampai konsentrasi garam mencapai 1% selama 24-48 jam dan

perendaman dengan ekstrak daun sirih sebanyak 2gr/60 ml air.

Benih ikan yang ada di Kolam Budidaya milik CV Dian Aquatik

umumnya berasal dari petani ikan yang ada di kawasan Kampung Lalang, Medan.

Biasanya ikan yang diangkut dari satu lokasi ke lokasi lain cenderung rentan

mengalami stress. Efek stress pada ikan tersebut yang menjadi salah satu pemicu

timbulnya penyakit pada ikan. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum benih ikan

dimasukkan kedalam kolam, perlu dilakukan kegiatan aklimatisasi untuk

meminimalisir kemungkinan terjadinya stress pada ikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

52

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil identifikasi fungi pada Ikan Konsumsi yang ada pada Kolam Budidaya

Desa Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ditemukan empat

spesies yaitu Aspergillus flavus, Penicillium glabrum, Saprolegnia sp., dan

Aspergillus niger.

2. Jenis fungi yang menyerang Ikan Nila dan Ikan Lele terdiri dari empat spesies.

Tingkat serangan dengan keanekaragaman spesies tertinggi ada pada Ikan Lele

dengan 4 spesies Fungi antara lain Aspergillus flavus, Penicillium glabrum,

Saprolegnia sp., dan Aspergillus niger. Sedangkan pada Ikan Nila, spesies

fungi yang menyerang hanya terdir dari 2 spesies yaitu Aspergillus flavus

dan Saprolegnia sp.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya dilakukan penelitian

lanjutan terkait tingkat patogenensi dari masing-masing jenis fungi, pencegahan

dan pengobatan penyakit ikan yang disebabkan oleh agen penyakit tertentu

(penyakit infeksius), agar nantinya para pelaku yang bergerak dalam sektor

perikanan khususnya, dapat memiliki pedoman yang benar terkait manajemen

kesehatan ikan secara alami dan efisien.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

53

DAFTAR PUSTAKA

Agusningtyas, N. 2014. Pemanfaatan Bakteri Heterotrof pada Budidaya Ikan Lele

Dumbo (Clarias sp.) dengan Sistem tanpa Ganti Air Terhadap FCR (Feed

Convertion Ratio) dan Retensi Protein. [SKRIPSI]. Universitas Airlangga,

Surabaya.

Ahmad, R. Z. 2009. Cemaran Kapang Pada Kapang dan Pengendaliannya. Jurnal

Litbang Pertanian, 28 (1): 15-21

Alawi, H. dan U. M. Tang. 2017. Akuakultur Lanjutan. Wisma Kalimetro,

Malang.

Andreas, M. S. 2016. Identifikasi dan Prevalensi Fungi pada Ikan Gurami

(Osphronemus gouramy) di Pasar Modern Surabaya. [Skripsi]. Universitas

Airlangga, Surabaya.

Bruno, D. W., and B. P. Wood. 1994. Saprolegnia and Other Oomycetes in Fish

Diseases and Disorders. Cabi Publishing. Wallingford Oxon. United

Kingdom.

Dewi, R. R. 2011. Pengendalian Saprolegnia sp. Pada Telur Gurami

(Osphronemus gouramy) Menggunakan Isolat Bakteri Kitinolitik. [TESIS].

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Kanisus. Yogyakarta.

Effendi, I. 2009. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Depok.

Gardenia, L., I. Koesharyani dan Y. Aryati. 2011. Kasus Infeksi Alami: Diagnosa

Streptococcus agalactiae dari Jaringan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

menggunakan Polymerase Chain Reaction. Jurnal Perikanan, 8 (1): 22-26.

ISSN: 0853-6384.

Hall, G. S., K. P. Rippin, J. A. Washington. 1992. Evaluation of

Chemiluminescent Probe Assay for Identification of Histoplasma

Capsulatum Isolate. Journal of Clinical Microbiology. 3003-3004.

Handajani, N. S. dan R. Setyaningsih. 2006. Identifikasi Fungi dan Deteksi

Aflatkoksin B1 terhadap Petis Udang Komersial. Biodiversitas, 7 (3): 212-

215. ISSN: 1412-033X.

Hapsari, A. 2014. Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Ikan Mas Koki (Carassius

auratus) di Bursa Ikan Hias Gunung Sari Surabaya, Jawa Timur.

[SKRIPSI]. Universitas Airlangga, Surabaya.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

54

Hastuti, Y. P. 2013. Mengenal Pengaruh Cendawan dalam Lingkungan Budidaya.

Departemen Budidaya Perairan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jasmanindar, Y. 2011. Prevalensi Parasit dan Penyakit Ikan Air Tawar yang

dibudidayakan di Kota/Kabupaten Kupang. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan

Fisik, 13 (1): 25-30. ISSN: 1411-0903.

Khairyah, U., R. Kusdarwati dan Kismiyati. 2013. Identifikasi dan Prevalensi

Fungi pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) di Desa Ngrajek,

Kecamatan Mungkit, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Universitas

Airlangga, Surabaya.

Kidd, S., C. Halliday, H. Alexiou and D. Ellis. 2016. Description of Medical

Fungi. University of Adelaide, Australia.

Kordi, K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara,

Jakarta.

Krijgsheld, P., R. Bleichrodt, G. J. V. Veluw, F. Wang, W. H. Muller, dan H. A.

B. Wosten. 2012. Development in Aspergillus. Microbiology and Kluyver

Centre for Genomics of Industrial Fermentation, Utrecht University,

Padualaan Neterland.

Kurniawan, A. 2012. Penyakit Satwa Akuatik. Universitas Bangka Belitung Press,

Bangka Belitung.

Kurniawan, D. 2015. Pengendalian Saprolegnia sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) dengan Salinitas Air yang Berbeda. [SKRIPSI]. Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Ningrum, N. E. P. H. H. 2012. Keragaman Pertumbuhan Ikan Nila Best

(Oreochromis niloticus) Hasil Seleksi F3, F4 dan Nila Lokal. [SKRIPSI].

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Nyogesa, B. W., S. Okoth and V. Ayugi. 2015. Identification Key of Aspergillus

Species Isolated from Maize and Soil of Nandy County, Kenya. University

of Nairobi, Kenya.

Perangin-angin, K. 2013. Teknik Pembenihan Ikan. Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta.

Pratiwi, D. R. 2014. Aplikasi Effective Microorganism 10 (EM10) untuk

Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var sangkuriang)

di Kolam Budidaya Lele Jombang Tangerang. [SKRIPSI]. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

55

Pratomo, R. 2006. Pengaruh Macam pH dan Penggoyangan Media terhadap

Pertumbuhan Cendawan Rhizoctonia sp. [SKRIPSI]. Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Pujiastuti, N. 2015. Identifikasi dan Prevailensi Ektoparasit pada Ikan Konsumsi

di Bailai Benih Ikan Siwarak. [SKRIPSI]. Universitas Negeri Semarang,

Semarang.

Rachmawati, S. 2005. Aflatoksin dalam Pakan Ternak di Indonesia: Persyaratan

Kadar dan Perkembangan Teknik Deteksinya. Wartazoa, 15 (1): 26-37.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta, Bandung.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Sebagai salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,

30 (3): 21-26. ISSN: 0216-1877.

Samson, R. A., J. I. Pitt. 2000. Intergration of Modern taxonomic Methods for

Penicillium and Aspergillus Classification. Harwood Scientific Publishers,

Amsterdam.

Shindu, S. F. Kandungan Logam Berat Cu, Zn dan Pb dalam Air, Ikan Nila

(Oreochromis niloticus) dan Ikan Mas (Cyprinus carpio) dalam Keramba

Jaring Apung, Waduk Saguling. [SKRIPSI]. Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Sihaloho, W. S. 2009. Analisa Kandungan Amoniak dan Limbah Cair Inlet dan

Outlet dari Beberapa Industri Kelapa Sawit. Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Silalahi, J. 2009. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan

Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Silva, D. M., L. R. Batista, E. F. Rezende, and M. H. P. Fungaro. 2011.

Identification of Fungi of the Genus Aspergillus Section Nugri Using

Polyphasic Taxonomy. Brazilian Journals of Mycrobiology, 42: 761-773.

ISSN: 1517-8382.

Songe, M. M. 2015. Pathogenity and Infectivity of Saprolegnia Species in Atlantic

Salmon and their Eggs. [Tesis]. Norwegian University of Life Science,

Oslo.

Sukadi. 1999. Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya

terhadap BOD dan DO. Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Bandung.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

56

Utami, T. M. R., L. Maslukah dan M. Yusuf. 2016. Sebaran Nitrat (NO3) dan

Fosfat (PO4) di Perairan Karangsong Kabupaten Indramayu. Buletin

Oseanografi Marina, 5 (1): 31-37. ISSN: 2089-3507.

Weitzman, I., J. Kane. 1991. Dermatophytes and Agents of Superficial Mycoses,

pp 601-616. In a Ballows, W. J. Hausler jr., K. L. Hermann, H. D. Isenberg,

H. J. Shadomy. Manual of Clinical Mycrobiology. American Society for

Mycrobiology, Washington DC.

Widiyantara, G. B. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang (Clarias

sp.) melalui Penerapan Teknologi Pergantian Air 50%, 100% dan 150%

perhari. [SKRIPSI]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yuliartati, E. 2011. Tingkat Serangan Ektoparasit Pada Ikan Patin (Pangasius

djambal) pada Beberapa Pembudidaya Ikan di Kota Makassar. [SKRIPSI].

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Zhao, K., W. Ping, Q. Li, S. Hao, T. Gao dan D. Zhou. 2009. Aspergillus niger

var. taxi, a New Species Variant of Taxol Producing Fungus Isolated From

Taxus Cuspidate in China. Journal Microbiology (2009): 1202-1207.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

57

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 74: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

58

Lampiran 1 Alat dan Bahan

Cawan Petri Alat Bedah

Gelas Beaker Erlenmeyer

Autoklaf Objek Glass

Universitas Sumatera Utara

Page 75: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

59

DO Meter pH Meter

Oven Microwave

Erlenmeyer Laminar Air Flow

Universitas Sumatera Utara

Page 76: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

60

Kertas Label Kristal Violet

Alumunium Foil Alkohol

Spiritus Media Potato Dextrose Agar

Universitas Sumatera Utara

Page 77: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

61

Ikan Lele (Clarias gariepinus) Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Aquades Alat Tulis

Mikroskop Meteran

Universitas Sumatera Utara

Page 78: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

62

Lampiran 2 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian Kolam Pemeliharaan Iksn Nila

Kolam Pemeliharaan Ikan Lele

Universitas Sumatera Utara

Page 79: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

63

Lampiran 3 Prosedur Kerja

Pengukuran Kolam Pengukuran Kualitas Air

Pencucian Alat Pembuatan Media Isolasi

Sterilisasi Media Isolat Persiapan Isolasi Jamur

Universitas Sumatera Utara

Page 80: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

64

Isolasi Jamur Media Isolasi

Hasil Isolasi Persiapan Identifikasi

Pembuatan Preparat untuk Identifikasi Proses Identifikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 81: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

65

Lampiran 4 Hasil Isolasi

Koloni Aspergillus niger Koloni Saprolegnia sp.

Koloni Aspergillus flavus Koloni Penicillium glabrum

Universitas Sumatera Utara

Page 82: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA BENIH IKAN KONSUMSI …

66

Lampiran 5 Hasil Identifikasi

Aspergillus niger Saprolegnia sp.

Aspergillus flavus Penicillium glabrum

Universitas Sumatera Utara