ISK sip

48
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam jumlah yang bermakna pada urin. Bakteriuria Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria) : bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari sama dengan 10 5 colony forming units pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria bermakna. Faktor penyebab negatif palsu diagnosis ISK Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan negatif palsu pada diagnosis ISK. Faktor tersebut

description

,hghjghb

Transcript of ISK sip

Microsoft Word - bab ii

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam jumlah yang bermakna pada urin.

Bakteriuria

Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria) : bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari sama dengan 105 colony forming units pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria bermakna.

Faktor penyebab negatif palsu diagnosis ISK

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan negatif palsu pada diagnosis ISK. Faktor tersebut adalah pasien telah mendapat terapi antimikroba, terapi diuretika, minum banyak, waktu pengambilan sampel tidak tepat, dan peranan bakteriofag.Jenis Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih (ISK) BawahPresentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender. Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu sistitis dan sindrom uretra akut. Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini SUA disebabkan mikroorganisme anaerob. Pada pria, presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas

1. Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri.2. Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidakpernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.

Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih

Epidemiologi ISK dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu infeksi yang berhubungan dengan kateter ( infeksi nosokomial) dan infeksi yang tidak berhubungan dengan kateter (acquired infections). Agen penyebab ISK tidak hanya dapat menyerang laki-laki, namun dapat juga menyerang wanita dalam bermacam umur, remaja maupun orang tua. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun, perempuan cenderung menderita ISK disbanding laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah 1% meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor pencetus.

Berdasarkan ada tidaknya komplikasi, ISK dibagi menjadi ISK simpleks dan kompleks. ISK simpleks/ sederhana/ uncomplicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran kemih tetapi tanpa penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih. ISK kompleks/ dengan komplikasi/ complicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran kemih disertai penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih misalnya sumbatan muara uretra, refluks vesikoureter, urolithiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya.

Terdapat beberapa faktor predisposisi terjadinya ISK kompleks, diantaranya adalah:

Outflow obstruction

Striktur uretra

Pelviureteric junction

Posterior urethral valves

Bladder neck obstruction

Batu/tumor

Neuropathic bladder

Kista ginjal

Benda asing

Indwelling catheter

Batu

Selang nefrostomi

Kelainan ginjal

Parut ginjal

Refluks vesikoureter

Displasia ginjal

Ginjal dupleks

Metabolik

Imunosupresi

Gagal ginjal

Diabetes

Secara umum terjadinya ISK kompleks hampir sama dengan ISK, tetapi terdapat perbedaan yaitu pada ISK kompleks terdapat faktor risiko berupa kelainan anatomi, fungsi dan metabolik dan sering menimbulkan infeksi berulang.

Faktor Risiko ISK oleh MDRO

Faktor risiko adalah hal-hal yang secara jelas mempermudah terjadinya suatu kejadian. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya ISK oleh MDRO yaitu :1. Usia

Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada manula. Bakteriuria meningkat dari 5-10% pada usia 70 tahun menjadi 20% pada usia 80 tahun.21Pada usia tua, seseorang akan mengalami penurunan sistem imun, hal ini akan

memudahkan timbulnya ISK. Wanita yang telah menopause akan mengalami perubahan lapisan vagina dan penurunan estrogen, hal ini akan mempermudah timbulnya ISK.22 Pada usia tua, seseorang mudah terpapar infeksi MDRO khususnya Methicillin-resistant S. aureus (MRSA) karena beberapa faktor seperti penurunan status fungsional dan frailty syndrome.2. Diabetes Mellitus

Insidensi pyelonefritis akut empat sampai lima kali lebih tinggi pada individu yang diabetes daripada yang tidak.24 Hal itu dapat terjadi karena disfungsi vesica urinaria sehingga memudahkan distensi vesica urinaria serta penurunan kontraktilitas detrusor dan hal ini meningkatkan residu urin maka mudah terjadi infeksi.21,25 Faktor lain yang dapat menyebabkan ISK adalah menderita diabetes lebih dari 20 tahun, retinopati, neuropati, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah perifer. Konsentrasi glukosa urin yang tinggi juga akan merusak fungsi fagosit dari leukosit polimorfonuklear. Kombinasi dari beberapa faktor diatas menjadi penyebab insidensi ISK dan keparahan ISK pada pasien diabetes mellitus.3. Kateter

Sebagian besar ISK terjadi setelah pemasangan kateter atau instrumentasi urin lainnya. Pada pasien yang terpasang kateter, bakteri dapat memasuki vesica urinaria melalui 4 tempat : the meatus-cathether junction, the cathether-drainage tubing junction, the drainage tubing-bag junction, dan pintu drainase pada kantung urin. Pada kateterisasi dengan waktu singkat, bakteri yang paling

banyak ditemukan adalah E. coli. Bakteri lain yang ditemukan adalah P. aeruginosa, K. pneumonia, Staphylococcus epidermidis, dan enterococcus. Pada kateterisasi jangka panjang, bakteri yang banyak ditemukan adalah E. coli, bakteri ini menempel pada uroepitelium.4. Antibiotik

Penggunaan antibiotik yang terlalu banyak dan tidak rasional dapat menimbulkan resistensi. Hal ini terjadi terutama pada pasien yang mendapat terapi antibiotik dalam 90 hari sebelumnya. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional mengurangi jumlah bakteri lactobacillus yang melindungi. Hal ini menimbulkan jumlah pertumbuhan E. coli yang tinggi di vagina. Pada percobaan kepada kera, pemberian antimikroba -lactam meningkatkan kolonisasi E. coli, pemberian trimethoprim dan nitrofurantoin tidak meningkatkan kolonisasi E. coli. E. coli merupakan penyebab terbanyak ISK.Resistensi E. coli terhadap antibiotik meningkat dengan cepat, terutama

resistensi terhadap fluorokuinolon dan cephalosporin generasi 3 dan 4.

5. Perawatan di Intensive Care Unit (ICU)

National Nosocomial Infections Surveillance System dilakukan pada pasien ICU, dari studi tersebut didapatkan kesimpulan bahwa ISK merupakan infeksi terbanyak pada pasien kritis di ICU. Disebutkan bahwa penyebabnya adalah penggunaan antibiotik yang tinggi multipel pada satu pasien sehingga menimbulkan peningkatan resistensi terhadap antimikroba. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan menimbulkan resistensi melalui mekanisme

antibiotic selective pressure, antibiotik akan membunuh bakteri yang peka sehingga bakteri yang resisten menjadi berkembang. Faktor lain yang menyebabkan tingginya resistensi di ICU adalah penyakit serius yang diderita, penggunaan alat kesehatan invasif dalam waktu lama, dan waktu tinggal di rumah sakit yang lama.6. Perawatan kesehatan jangka panjang

Infeksi yang paling banyak terjadi pada pasien perawatan jangka panjang adalah infeksi respiratorius dan traktus urinarius (ISK), khususnya infeksi oleh Extended Spectrum Beta Lactamase Producers (ESBLs) yaitu E. Coli. Kejadian resistensi antimikroba pada pasien perawatan kesehatan jangka panjang

tinggi dikarenakan populasi pasien yang sangat rentan terhadap infeksi dan kolonisasi. Penurunan sistem imun, beberapa komorbiditas, dan penurunan fungsional pada pasien perawatan jangka panjang akan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan melemahkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Pasien perawatan kesehatan jangka panjang sering menerima pengobatan empiris dengan antibiotik spektrum luas, ini meningkatkan antibiotic selective pressure sehingga menimbulkan resistensi.7. Keganasan hematologi

Pasien dengan keganasan hematologi misalnya leukemia akut dan neutropenia mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi. Bakteri yang menyebabkan infeksi pada pasien neutropenia dan kanker bisa merupakan bakteri gram negatif (E. coli, P. aeruginosa, Klebsiella) atau bakteri gram positif (S.

Aureus dan Enterococcus). Neutrofil memegang peranan penting sebagai agen pertahanan tubuh manusia dalam melawan berbagai bakteri, oleh karena itu penurunan jumlah neutrofil yang ekstrim menyebabkan peningkatan resistensi bakteri. Kemoterapi dosis tinggi, neutropenia yang parah dan berkepanjangan, serta profilaksis fluorokuinolon dan trimethoprim-sulfamethoxazole merupakan pemicu terjadinya infeksi pada pasien keganasan hematologi oleh bakteri yangresisten terhadap antibiotik.

8. Pasien hemodialisaPasien yang menjalani hemodialisa akan lebih rentan terpapar MDRO, maka meningkatkan risiko terjadinya ISK oleh MDRO. Peningkatan kerentanan itu disebabkan oleh dialisat yang terkontaminasi, transien bakteremia yang disebabkan karena terdapat akses ke pembuluh darah yang menjadikannya sebagai port dentree bakteri MDRO, dan kelebihan Fe. Kateter dialisis melukai lapisan kulit normal sehingga membentuk jalan masuk bakteri ke pembuluh darah. Keberadaan benda asing dalam tubuh menimbulkan kekurangan imun lokal dengan jalan pengaktifan fungsi fagosit dari sel polimorfonuklear. Hal ini akan menyebabkan exhausted neutrophils yang menimbulkan penurunan aktivitas pembunuhan bakteri secara nyata jika kemudian terinfeksi bakteri.

9. Ulkus diabetes mellitus (Ulkus DM)

Infeksi MDRO pada ulkus DM sangat lazim ditemukan, hal ini berhubungan dengan kontrol level glukosa yang inadekuat. Bakteri gram negatif yang sering ditemukan adalah Proteus dan bakteri gram positif yang

sering ditemukan adalah Staphylococcus. Penderita diabetes yang mengalami ulkus pada kaki sangat rentan terhadap infeksi, dan akan menyebar secara cepat sehingga menimbulkan kerusakan jaringan yang luar biasa. Durasi infeksi lebih dari satu bulan, penggunaan antibiotik sebelumnya, dan ukuran ulkus lebih dari 4 cm2 lebih memungkinkan terkena MDRO.

Mikroorganisme Saluran KemihUretra anterior maupun posterior pada laki-laki dan perempuan mempunyai koloni bakteri yang merupakan flora normal. Contohnya S. epidermidis, diphteroids, lactobacilli, and Alpha streptococci. Sepertiga anterior uretra pada orang normal seharusnya steril. Tetapi karena anatomi traktus genitourinarius dan letak uretra berdekatan dengan rectum, maka pengumpulan spesimen yang tidak benar dapat dengan mudah terkontaminasi dengan mikroflora dan menimbulkan misdiagnosis ISK.Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme tunggal. E. coli merupakan mikroorganisme yang paling sering diisolasi dari pasien dengan infeksi simtomatik maupun asimtomatik. Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp. (33% ISK anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp., dan Staphylococcus.

Tabel. Pola mikroorganisme bakteriuria

Gram negatifFamili Genus SpesiesEnterobacteriaceae Eschericia colipneumonia

Klebsiella

oxytosamirabilis

Proteus vulgaris cloacae Enterobacter aerogenes rettgeri Providencia stuartii Morganella morganii freundii Citrobacter diversus Serratia morcescens Pseudomonadaceae Pseudomonas aeruginosa

Gram positif

FamiliGenusSpesies

MicrococcaceaeStaphylococcusaureus

fecalis Streptococceae Streptococcus enterococcus

Patogenesis dan Patofisiologi ISK

Patogenesis

Patogenesis bakteriuria asimtomatik menjadi bakteriuria simtomatik dengan presentasi klinis ISK tergantung dari patogenisitas bakteri dan status pasien sendiri (host).

Peranan patogenisitas bakteriSejumlah flora saluran cerna termasuk E. coli diduga terkait dengan etiologi ISK. Penelitian melaporkan lebih dari 170 serotipe 0 (antigen) E.coli yang patogen. Patogenitas E. coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin. Bakterti patogen dari urin (urinary pathogen) dapat menyebabkan presentasi klinis ISK tergantung juga dari faktor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan variasi fase faktor virulensi.1. Peranan bakterial attachment of mucosa. Penelitian membuktikan bahwa fimbriae merupakan salah satu pelengkap patogenisitas yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya P fimbria akan terikat pada P blood group antigen yang terdapat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah. Fimbriae dari strain E. coli ini dapat diisolasi hanya dari urin segar.2. Peranan faktor virulensi lainnya. Kemampuan untuk melekat (adhesion) mikroorganisme atau bakteri tergantung dari organ pili atau fimbriae maupun non-fimbriae. Pada saat ini dikenal beberapa adhesion seperti fimbriae (tipe 1, P, dan S), non fimbrial adhesion (DR haemaglutinin atau DFA component of DR blood group), fimbrial adhesion (AFA-1 dan AFA-III), M-adhesions, G-adhesions dan curli adhesions.

Sifat patogenisitas lain dari E. coli berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa toksin seperti -haemolisin, CNF-1, dan iron uptake system (aerobactin dan enterobactin) . Hampir 95% -haemolisin terikat pada kromosom dan berhubungan dengan pathogenicity islands (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen plasmid.Resistensi uropatogenik E. coli terhadap serum manusia dengan perantarabeberapa faktor terutama aktivasi sistem komplemen termasuk membrane attack complex (MAC). Menurut beberapa peneliti uropatogenik mikroorganisme (MO) ditandai dengan ekspresi faktor virulensi ganda. Beberapa sifat uropatogen MO : seperti resistensi serum, sekuestrasi besi, pembentukan hidroksat dan antigen K yang muncul mendahului manifestasi klinis ISK. Gen virulensi dikendalikan faktor luar seperti suhu, ion besi, osmolaritas, pH, dan tekanan oksigen.3. Faktor virulensi variasi fase. Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi diantara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam kandung kemih dan ginjal.

Peranan Faktor Tuan Rumah (Host)1. Faktor predisposisi pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotesis peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh (eksaserbasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi.2. Status imunologi pasien (host). Vesica urinaria mempunyai mekanisme pertahanan melawan organisme asing. Pengeluaran bakteria secara terus menerus dengan berkemih adalah mekanisme untuk mengeluarkan bakteri yang telah mencapai pintu masuk. Fungsi fagosit dari dinding saluran kemih memberi kesan sebagai pertahanan lain, seperti karakter antibakteri urin sendiri.

Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status sekretor mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat beberapa faktor yang dapat meningkatkan hubungan antara berbagai ISK (ISK rekuren) dan status sekretor (sekresi antigen darah yang larut dalam air dan beberapa kelas imunoglobulin) sudah lama diketahui. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan

golongan darah AB, B, PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis.

Tabel. Faktor-faktor yang meningkatkan kepekaan terhadap ISK

Genetik Biologis Perilaku Lainnya

Status nonsekretorik

Antigen

Kelainan congenital

Urinary tract

Senggama Operasi urogenitalPenggunaan diafragma,

golongan darahABO

obstruction

Riwayat infeksi saluran kemih dan sebelumnya

DiabetesInkontinensi

kondom, spermisida, penggunaanantibiotik terkini

Terapi estrogen

Kepekaan terhadap ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran kemih normal (ISK tipe sederhana) lebih besar pada kelompok antigen darah non-sekretorik. Dibandingkan kelompok sekretorik. Penelitian lain melaporkan sekresi IgA urin meningkat dan diduga mempunyai peranan penting untuk kepekaan terhadap ISK rekuren.

Patofisiologi ISKPada individu normal, laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme non-pathogenic fastidious gram-positive dan gram negatif. Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam saluran kemih yang lebih distal, misalnya kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat S. Aureus.

Presentasi Klinis ISK

Setiap pasien dengan ISK pada laki dan ISK rekuren pada perempuan harus dilakukan investigasi faktor predisposisi atau pencetus.1. Pielonefritis Akut (PNA)

Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5C), disertai menggigil dan sakit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK bawah (sistitis).2. ISK bawah (sistitis)

Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria, stranguria.

Sindrom Uretra Akut (SUA)

Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun. Presentasi klinis SUA hanya disuri dan sering kencing, disertai cfu/ml urin 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.

Gambar. Leukosuria

b. Hematur ia

Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupunoleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.

2. Bakterio lo gis

a. Mikroskopis

Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi.

b. Biakan bakteri

Gambar. Biakan bakteri

Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell, 1996: Wanita, simtomatik

>102 organisme koliform/ml urin plus piuria, atau

105 organisme pathogen apapun/ml urin, atau

Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik Laki-laki, simtomatik

>103 organisme patogen/ml urin

Pasien asimtomatik

105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan.

3. Tes kimiawi

Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduks i nitrat bila dijumpai

lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnyadiet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.

4. Tes Plat-Celup (Dip-slide)

Gambar. Plat celup

Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman semalaman pada suhu 37 C. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.

Manajemen ISK

Infeksi saluran kemih bawahPrinsip manajemen ISK bawah meliput i intake cairan yang banyak, antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:

Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48jam dengan antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mgBila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hariPemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa lekositoria.Reinfeksi berulang (frequent re-infection)

Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikut i koreksi faktor resiko. Tanpa faktor predisposisi

- Asupan cairan banyak

-Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (misal trimetroprim 200mg)- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.

Sindroma uretra akut (SUA). Pasien dengan SUA dengan hitungan kuman 103-105 memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasi l yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon. (Sukandar, E., 2004)

Infeksi saluran kemih atas

Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk memlihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut adalah seperti berikut:

-Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika oral.- Pasien sakit berat atau debilitasi.

- Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan.

- Diperlukan invesstigasi lanjutan.

- Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi.

- Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus, usia lanjut.

The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.

Antibiotika merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur dan tes sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang tepat. Efektivitas terapi antibiotika pada ISK dapat dilihat dari penurunan angka lekosit urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan status klinis pasien. Idealnya antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut : dapat diabsorpsi dengan baik, ditoleransi oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi dalam urin, serta memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai. Pemilihan antibiotika harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga memperhatikan riwayat antibiotika yang digunakan pasien.

Pencegahan

Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria harus rutin dengan jadual tertentu untuk kelompok pasien perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan kateterasi laki-laki dan perempuan.

Uji Sensitiviatas Antibiotika (Antibiotic Sensitivity Test)

Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat/membasmi mikroba lain (jasad renik / bakteri), khususnya mikroba yang merugikan manusia yaitu mikroba

penyebab infeksi pada manusia.

Tes uji kepekaan antibiotika merupakan suatu metode untuk menentukan kerentanan suatu orgamisme terhadap terapi antibiotika yang diberikan. Apabila organism infeksius telah dikenali, ia dikultur dan diuji terhadap beberapa jenis obat antibiotic (tergantung jenis mikroba sama ada gram positif atau gram negative). Sekiranya pertumbuhan mikroba dihambat oleh aksi obat tersebut, ia dilaporkan sebagai sensitive/peka terhadap antibiotic tersebut. Jika pertumbuhan mikroba tidak dihambat oleh antibiotik, dikatakan sebagai resisten terhadap obat tersebut. (The Free Dictionary by Farlex)

Identifikasi suatu mikroba selalu dikerjakan bersamaan dengan tes AST. Ini dapat memberi gambaran jenis mikroba yang telah dikultur sekaligus mengenali jenis antibiotika yang harus dipertimbangkan. Kepekaan suatu isolasi terhadap antibiotic tertentu diukur dengan mencapai Minimim Inhibitory Concentration (MIC) atau breakpoint. Ini merupakan konsentrasi minimal/terendah (diuji di double dilutions) antibiotika dimana isolate tidak dapat memberikan pertumbahan yang tampak setelah inkubasi.

Penetapan kerentanan patogen terhadap antimikroba penting untuk menyelidik antibiotik yang sesuai untuk mengobati penyakit. Tidak ada gunanya menggunakan antibiotik yang tidak efektif untuk menlawan mikroorganisme penyebab penyakit. Ada beberapa prosedur berbeda yang digunakan oleh ahli mikrobiologi klinis untuk menentukan sensitivitas mikroorganisme terhadap antibiotik, antara lain metode Cakran KIRBY-BAUER dan Metode Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) atau Minimum inhibitory concentration (MIC).

Cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap mikroorganisme terhadap antibiotik adalah degan mengokulasi pelat agar dengan biakan dan membiarkan antibiotik berdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandungi antibiotik diletakakkan di permukaan pelat agar yang mengandung

mikroorganisme yang ingin diuji. Konsentrasi sebanding dengan luas bidang difusi. Pada jarak tertentu pada masing-masing cakram, antibiotik berdifusi sampai pada titik antibiotik tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan mikroba. Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan penggaris dan hasil dari eksperimen ini merupakan satu antibiogram.

Metode Cakram KIRBY-BAUER

Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas saring yang tersedia secara komersial, kemasan yang menujukkan konsentrasi antibiotik tertentu juga tersedia. Efektivitas relatif antibiotik yang berbeda menjadi dasar bagi spektrum sensitivitas suatu organisme. Informasi ini, bersama dengan berbagai pertimbangan farmakologi, digunakan dalam memilih antibiotik untuk pengobatan.

Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas media biakan, kecepatan difusi antibiotik, dan interaksi antibiotik dengan media. Selain itu, zat yang ditemukan mempunyai efek samping signifikan tidak bolah digunakan untuk terapi karena zat ini mungkin juga mempunyai efek samping signifikan pada sistem yang diobati.

Metode cakram mewakili prosedur sederhana untuk menyelidik zat dalam menentukan apakah zat tersebut signifikan dan mempunyai aktivitas antibiotik yang berguna.

(sumber: Rapidmikrobiology) Gambar 2.4. menunjukkan suatu hasil daripada metode cakram. Bakteri tersebut adalah sensitif terhadap antibiotika C dan D, sementara resisten terhadap A, B,,dan E.

Tabel. Interpretasi sensitivitas antibiotic (diameter zona hambat dalam mm)

Metode Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM)

Konsentrasi hambatan minimum (KHM) adalah konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan organisme tertentu. Prosedur ini digunakan untuk menentukan konsentrasi antibiotik yang masih efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindikasikan dosis antibiotik yang efektif untuk mengontrol infeksi pada pasien. Inokulum mikroorganisme yang telah distandarisasi ditambahkan ke dalam tabung yang mengandung seri enceran suatu antibiotika, dan pertumbuhan mikroorganisme akan termonitor dengan perubahan kekeruhan. Dengan cara ini, KHM antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme in vitro dapat ditentukan.

Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik

Rumah sakit merupakan tempat penggunaan antibiotik paling banyak ditemukan. Di negara yang sudah maju 13 37 % dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal ataupun kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30 80 % penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik.

Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya kuman resisten terhadap antibiotika. Faktor yang penting adalah faktor penggunaan antibiotika dan pengendalian infeksi. Oleh karena itu, penggunaan antibiotika secara bijaksana merupakan hal yang sangat penting disamping penerapan pengendalian infeksi secara baik untuk mencegah berkembangnya kuman-kuman resisten tersebut ke masyarakat. Data yang akurat berkenaan dengan kuantitas penggunaan antibiotika sangat diperlukan. Data-data tersebut akan lebih bernilai jika dikumpulkan, dianalisis, serta disajikan dengan suatu sistem atau metode yang terstandar.