isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM...

33
KONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara dan Singkil pada Harian Kompas dan Republika Periode Juli 2015 dan Oktober 2015) Amalliah Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Jakarta Jl. Kayu Jati V, No. 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur ABSTRAK Penelitian yang dilakukan di Harian Kompas dan Republika ini menganalisis teks berita insiden Tolikara dan Singkil yang terjadi pada bulan Juli 2015 dan Oktober 2015 dalam kontruksi demokrasi dalam kebebasan beragama di Indonesia dimana memaknai demokrasi kebebasan beragama dengan melihat peristiwa atau insiden Tolikara dan Singkil. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui kontruksi realitas demokrasi kebebasan beragama pada pemberitaan peristiwa Tolikara dan Singkil Aceh di Kompas dan Republika; (2) Untuk mengetahui makna demokrasi dalam kebebasan beragama pada pemberitaan peristiwa Torikala dan Singkli dimedia Kompas dan Republika Teori dalam penelitian ini menggunakan model analisis wacana kritis Van Dijk dan teori hirarki pengaruh isi media Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese. Metode Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yakni analisis wacana kritis yang dikembangkan oleh teknik analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk. Paradigma penelitian adalah Kritis. Kesimpulan: (1) Demokrasi dalam kebebasan beragama adalah peluang yang di ciptakan dari pemberitaan, hal ini ditemukan didalam pemberitaan insiden Tolikara dan Singkil dimana kedua media tersebut memberikan saran dan dorongan kepada pemerintah untuk kembali menata arti kebebasan beragama yang harmonis melalui ketegasan pemerintah dan regulasi

Transcript of isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM...

Page 1: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

KONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAMKEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA

(Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara dan Singkil pada Harian Kompas dan Republika Periode Juli 2015 dan Oktober 2015)

AmalliahAkademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Jakarta

Jl. Kayu Jati V, No. 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan di Harian Kompas dan Republika ini menganalisis teks berita insiden Tolikara dan Singkil yang terjadi pada bulan Juli 2015 dan Oktober 2015 dalam kontruksi demokrasi dalam kebebasan beragama di Indonesia dimana memaknai demokrasi kebebasan beragama dengan melihat peristiwa atau insiden Tolikara dan Singkil. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui kontruksi realitas demokrasi kebebasan beragama pada pemberitaan peristiwa Tolikara dan Singkil Aceh di Kompas dan Republika; (2) Untuk mengetahui makna demokrasi dalam kebebasan beragama pada pemberitaan peristiwa Torikala dan Singkli dimedia Kompas dan Republika Teori dalam penelitian ini menggunakan model analisis wacana kritis Van Dijk dan teori hirarki pengaruh isi media Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese. Metode Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yakni analisis wacana kritis yang dikembangkan oleh teknik analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk. Paradigma penelitian adalah Kritis. Kesimpulan: (1) Demokrasi dalam kebebasan beragama adalah peluang yang di ciptakan dari pemberitaan, hal ini ditemukan didalam pemberitaan insiden Tolikara dan Singkil dimana kedua media tersebut memberikan saran dan dorongan kepada pemerintah untuk kembali menata arti kebebasan beragama yang harmonis melalui ketegasan pemerintah dan regulasi peraturan sesuai dengan perkembangan kehidupan beragama di Indonesia, (2) Media yang professional menjadikan media sebagai Public Relation pemerintah dengan memberitakan peran pemerintah dalam menangani penyelesaian persoalan Tolikara dan Singkil hal ini ditemukan pada pemberitaan Kompas dan Republika yang menampilkan kinerja aparat keamanan dalam menyelidiki kasus tersebut dan juga bantuan pemerintah dalam memperbaiki sarana dan prasarana yang diakibatkan oleh insiden tersebut, (3) Harian Kompas dalam mengkontruksikan realitas demokrasi dalam kasus insiden Tolikara dan Singkil, bukan sebagai kekerasan beragama melainkan menilai adanya permasalahan kemajemukan di Tolikara dan Singkil yang akhirnya menjadi kesalah pahaman dalam komunikasi diantara kelompok masyarakat. Dan kurangnya peran negara didalam permasalahan kemajemukan ataupun perbedaan di tengah masyarakat, terutama permasalahan rumah ibadah dan kegiatan agama. Kompas dalam setiap pemberitaannya selalu berusaha berdiri di tengah dengan memperjuangkan filosofinya yakni memperjuangkan amanat suara hati nurani rakyat dengan mengangkat setiap pemberitaannya melalui human trasendental atau kemanusiaan, (4) Harian Republika dalam mengkontruksikan realitas demokrasi terhadap kebebasan beragama dalam kasus

Page 2: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

insiden Tolikara dan Singkil, bukan karena konflik rumah ibadah melainkan adanya unsur perbedaan kesenjangan dan ekonomi diantara kelompok masyarakat yakni pendatang dan tempatan atau mayoritas dan minoritas sertalemahnya peran pemerintah daerah dalam melihat perbedaan ini sehingga konflik dapat muncul di berbagai daerah. Republika berupaya berada di tengah walaupun harus tetap melaksanakan ideologis sebagai media umat Islam dan menjadi corong suara umat muslim dengan menjalankan semangat untuk membuat perdamaian disetiap pemberitaan terutama pemberitaan seperti pemberitaan Tolikara dan Singkil ini, (5) Harian Kompas dan Republika, dalam setiap pemberitaanya sebagai media yang membawa panji perdamaian , dalam memuat pemberitannya memberikan dorongan dan saran kepada pemerintah agar dapat menyelesaikan kasus-kasus yang berbau SARA, karena masih lemahnya peran pemerintah dalam memberikan solusi, (6) Teori Hirarki Pengaruh isi media yang diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese tidak adanya kesesuaian didalam pemberitaan insiden Tolikara dan Singkil yang menyatakan bahwa dimana hasil dari penelitian yang tidak menunjukan keberpihakan, kepentingan bahkan ideology dari kedua media tersebut didalam pemberitaan insiden Tolikara dan Singkil, karena insiden ini merupakan insiden yang memang sangat rawan akan konflik yang berkepanjangan dan meluas karena permasalahan kebebasan beragama di Indonesia masih sangat rawan, rapuh bahkan sangat sensitive. Tidak semuanya pemberitaan dapat dipengaruhi oleh teori hirarki isi media, hal ini tergantung dari kasus atau peristiwa yang terjadi di masyarakat. Kata kunci: Kontruksi, makna demokrasi, kebebasan beragama, wacana kritis, media

ABSTRACT

The research conducted in Kompas and Republika daily analyzed the Tolikara and Singkil incident news text that occurred in July 2015 and October 2015 in the construction of democracy in freedom of religion in Indonesia where interpreting the democracy of freedom of religion by seeing the events or incidents Tolikara and Singkil. The purpose of this study are: (1) To find out the construction of democracy reality of freedom of religion on the news of Tolikara and Singkil Aceh events in Kompas and Republika; (2) To know the meaning of democracy in freedom of religion on the news of Torikala and Singkli events published by Kompas and Republika The theory in this research uses Van Dijk critical discourse analysis model and hierarchy theory of media content influence Pamela J Shoemaker and Stephen D. Reese. The research method used in this research is critical discourse analysis developed by critical discourse analysis technique Teun A. Van Dijk. The research paradigm is Critical. Conclusion: (1) Democracy in freedom of religion is an opportunity created from preaching, it is found in the news of Tolikara and Singkil incidents where both media provide advice and encouragement to the government to re-arrange the meaning of harmonious religious freedom through government assertiveness and regulation in accordance with the development of religious life in Indonesia, (2) Media professionals make the media as Public Relation of the government by preaching the role of the government in handling the settlement of Tolikara and Singkil

Page 3: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

issues found in Kompas and Republika reporting showing the performance of the security apparatus in investigating the case and also government assistance in improving the facilities and infrastructure caused by the incident, (3) Kompas daily in constructing the reality of democracy in the case of Tolikara and Singkil incident, not as religious violence but rather assessing the existence of pluralism problem in Tolikara and Singkil which finally become misunderstanding in communication among community groups. And the lack of the role of the state in the pluralistic or the differences in society, especially the problems of places of worship and religious activities. Compass in every news always strives to stand in the middle by fighting for the philosophy of fighting for the voice of conscience of the people by lifting every news through human trasendental or humanity, (4) Republika daily in berkontruksikan reality democracy against religious freedom in the case of Tolikara and Singkil incident, conflicts of houses of worship but of an element of gap and economic disparity between groups of people that are immigrants and local or majority and minority and the role of local government in viewing these differences so that conflicts can arise in various regions. Republika strives to be in the middle although must remain ideological as the media of Muslims and the mouthpiece of the voice of Muslims by running the spirit to make peace in every news, especially news such as the news Tolikara and Singkil, (5) Daily Kompas and Republika, in each pengitaanya as media which carries the banner of peace, in issuing its giving of encouragement and advice to the government in order to solve cases of racial intolerance, (6) Hierarchy Theory The influence of media content introduced by Pamela J Shoemaker and Stephen D .The lack of conformity in the reporting of the Tolikara and Singkil incidents stating that where the results of the research did not show the alignment, the interests and even the ideology of both media in the coverage of Tolikara and Singkil incidents, because this incident is an incident that indeed very vulnerable to prolonged and widespread conflict because the issue of religious freedom in Indonesia is still very vulnerable, fragile and even very sensitive. Not all news can be influenced by the hierarchy theory of media content, this depends on the case or events that occur in society.Keywords: Construction, meaning of democracy, freedom of religion, critical discourse, media

PENDAHULUAN

Kebebasan beragama

di Indonesia masih belum

terimplementasikan dengan

baik di Indonesia seperti

kesulitan mendirikan rumah

ibadah tak hanya dialami satu

agama saja, hampir seluruh

agama di Indonesia pernah

mengalami sulitnya

mendirikan rumah ibadah.

Biasanya, persoalan yang

muncul dalam sulitnya

pendirian rumah ibadah

adalah masalah penerimaan

Page 4: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

masyarakat di sekitar rumah

ibadah. Bila mayoritas warga

di sekitar rumah ibadah

beragama yang sama dengan

jamaah rumah ibadah itu,

pendiriannya tak akan terlalu

sulit. Namun bila jamaah

rumah ibadah itu beragama

minoritas dengan masyarakat

sekitar, pendirian rumah

ibadah bisa lebih sulit.

Konflik akibat pendirian

rumah ibadah kerap kali

berujung pada kekerasan,

penyerangan dan penyegelan

rumah ibadah oleh

masyarakat sekitar atau

aparat setempat. Masyarakat

saat ini hanya memahami

bahwa rumah ibadah adalah

untuk beribadah, perbedaan

istilah di antar umat

beragama menjadikan

kesalahpahaman atau

miskomunikasi, hal ini

menjadi seringkali menjadi

dasar, sehingga berpotensi

menimbulkan kekerasan

antarumat beragama,

perbedaan pemahaman dan

tafsir itu, seringkali menjadi

pemicu kekerasan agama.

Dan itu terjadi pada peristiwa

di Tolikara dan Singkil Aceh,

dimana daerah tersebut

memiliki aturan-aturan yang

harus ditaati oleh kaum

minoritas yang dinyatakan

oleh kaum mayoritas tanpa

ada campur tangan atau peran

tegas pemerintah khususnya

pemerintah daerah walaupun

peraturan rumah ibadah

sudah ditetapkan.

Di era reformasi,

media menyajikan produk-

produk jurnalistiknya dengan

cara yang lebih lugas dan

terang-terangan. Media

semakin berani menulis dan

membangun sebuah realitas

sosial di luar sumber-sumber

formal kekuasaan. Tidak ada

lagi syarat ketat dalam

mengelola dan menerbitkan

media massa seperti yang

terjadi di masa lalu, dengan

kata lain, siapa yang memiliki

modal dan kemampuan

berhak mengelola penerbitan

media massa sebanyak yang

diizinkan. Pemberitaan oleh

media menjadi subjektif,

karena isi media ditentukan

Page 5: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

oleh pemodal, bukan fakta-

fakta di lapangan. Media

menjadi corong kepentingan-

kepentingan tertentu

(terkadang bisnis atau bahkan

politik) sehingga muatannya

cenderung tidak netral, dan

berpotensi menimbulkan

konflik di masyarakat

(Yursak, 2007, hal. xix-xxi) .

Media dewasa ini semakin

memiliki peranan yang

penting dalam demokrasi,

karena kini kehidupan politik

diera mediasi, terutama media

massa, harian Kompas dan

Republika dalam kaitan ini

menjadi arena wacana

mengenai berbagai hal, dan

dalam arena tersebut menjadi

pertarungan untuk menguasai

makna dari banyak partisipan,

termasuk dari lingkungan

media itu sendiri. Dalam

konteks ini wacana dimaknai

sebagai pernyataan-

pernyataan yang tidak hanya

mencerminkan atau

merepresentasikan melainkan

juga mengkonstruksi dan

membentuk entitas dan relasi

sosial. Dalam pemberitaan

insiden Tolikara dan Singkil

harian Kompas dan

Republika berupaya

menceritakan makna

demokrasi kebebasan

Beragama di Indonesia

melalui teks berita mengenai

peritiwa Tolikara dan Singkil.

PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimana kontruksi makna

demokrasi kebebasan beragama

di Indonesia pada pemberitaan

peristiwa Tolikara dan Singkil

Aceh di Kompas dan Republika?

2. Apakah makna demokrasi

dalam kebebasan beragama pada

pemberitaan peristiwa Torikala

dan Singkli dimedia Kompas

dan Republika?

KERANGKA TEORITIS

Teori Hirarki Pengaruh Isi Media

Teori Hirarki Pengaruh isi media

diperkenalkan oleh Pamela J

Shoemaker dan Stephen D. Reese.

Teori ini menjelaskan tentang

pengaruh terhadap isi dari dari suatu

pemberitaan media oleh pengaruh

internal dan eksternal. Asumsi dari

Page 6: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

teori ini adalah bagaimana isi pesan

media yang disampaikan kepada

khalayak adalah hasil pengaruh dari

kebijakan internal organisasi media

dan pengaruh dari eksternal media

itu sendiri. Pengaruh internal pada

konten media sebenarnya

berhubungan dengan kepentingan

dari pemilik media, individu

wartawan sebagai pencari berita,

rutinitas organisasi media.

Sedangkan faktor eksternal yang

berpengaruh pada konten media

berhubungan dengan para pengiklan,

pemerintah masyarakat dan faktor

eksternal lainnya. Berikut Shoemaker

dan Reese membagi 5 level

pengaruh isi media yakni:

1. Level Pengaruh Individu

Pekerja Media

Pemberitaan suatu

media dan pembentukan

konten media tidak terlepas

dari faktor individu seorang

pencari berita atau jurnalis.

Yaitu :

a. Faktor Latar Belakang dan

Karakteristik.

Faktor latar belakang dan

karakteristik dari seorang

pekerja media menurut

Shoemaker dan Reese dibentuk

oleh beberapa faktor yaitu

masalah gender atau jenis

kelamin dari jurnalis, etnis,

orientasi seksual, faktor

pendidikan dari sang jurnalis dan

dari golongan manakah jurnalis

tersebut, orang kebanyakan atau

golongan elit.

b. Faktor Nilai-nilai dan

Kepercayaan.

Faktor-faktor ini sangat

mempengaruhi sebuah

pemberitaan yang dibentuk oleh

seorang juranalis. Karena segala

pengalaman dan nilai-nilai yang

didapatkan secara tidak langsung

dapat berefek pada pemberitaan

yang dikonstruk oleh seorang

jurnalis.Walaupun aspek

kepercayaan, nilai-nilai tidak

bisa terlalu kuat membentuk

efek kepada seorang jurnalis

dikarenakan kekuatan aspek

organisasi dan rutinitas media

yang lebih kuat.

2. Level Rutinitas Media

Rutinitas media

adalah kebiasaan sebuah

media dalam pengemasan dan

sebuah berita. Media rutin

terbentuk oleh tiga unsur

yang saling berkaitan yaitu

Page 7: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

sumber berita (suppliers),

organisasi media (processor),

dan audiens (consumers)

a. Audiens ( Consumer)

Unsur audiens ini turut

berpengaruh pada level media

rutin, dikarenakan pemilihan

sebuah berita yang akan

ditampilkan sebuah media yang

pada gilirannya akan

disampaikan pada audiens. Jadi

pemberitaan sebuah media juga

tidak selalu mengikuti apa

kemauan dari audiens tapi juga

mengikuti fakta-fakta apa saja

yang berkembang di lapangan,

dan inilah yang membentuk

pembentuk pemberitaan sebuah

media pada unsur audiens di

level media rutin.

b. Organisasi Media ( Proccesing)

Unsur yang paling berpengaruh

pada organisasi media adalah

editor media atau yang biasa

disebut sebagai “gatekeeper”.

Hasil pencarian berita oleh

wartawan diputuskan oleh editor

di meja redaksi. Jadi editor lah

yang menetukan mana berita

yang layak terbit. Kebijakan dari

editor lah yang menentukan

rutinitas sebuah media dalam

menentukan pemberitaan.

c. Sumber Berita ( Suppliers)

Biasanya terjadi simbiosis

mutualisme antara antara sumber

berita dengan media yang

mencari berita.Sebuah media

mendapatkan bahan berita

dengan mudah sedangkan

sebuah lembaga mendapatkan

pencitraan yang baik tentang

lembaganya. Dan pengaruh

rutinitas ini berpengaruh secara

alami karena bersifat keseharian

dan terkesan tidak memaksa

pekerja media. Pengaruh

rutinitas ini berpengaruh secara

alami karena bersifat keseharian

dan terkesan tidak memaksa

pekerja media.

3. Level Pengaruh Organisasi

Level organisasi ini

berkaitan dengan struktur

manajemen organisasi pada

sebuah media, kebijakan

sebuah media dan tujuan

sebuah media. Ini

dikarenakan kebijakan

terbesar dipegang oleh

pemilik media melalui editor

pada sebuah media. Jadi

penentu kebijakan pada

Page 8: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

sebuah media dalam

menentukan sebuah

pemberitaan tetap dipegang

oleh pemilik media. Ketika

tekanan datang untuk

mendorong, pekerja secara

individu dan rutinitas mereka

harus tunduk pada organisasi

yang lebih besar dan

tujuannya.

4. Level Pengaruh Luar

Organisasi Media

Level pengaruh dari

luar organisasi media atau

yang biasa disebut extra

media level. Extra media

level sendiri adalah

pengaruh-pengaruh pada isi

media yang berasal dari luar

organisasi media itu sendiri.

Pengaruh-pengaruh dari

media itu berasal dari sumber

berita, pengiklan dan

penonton, kontrol dari

pemerintah, pangsa pasar dan

teknologi.

5. Level Pengaruh Ideologi

Pembahasan pada

level ini adalah mempelajari

hubungan antara

pembentukan sebuah konten

media nilai-nilai, kepentingan

dan relasi kuasa media. Pada

level ideologi ini kita melihat

lebih dekat pada kekuatan di

masyarakat dan mempelajari

bagaimana kekuatan yang

bermain di luar media. Kita

berasumsi bahwa ide

memiliki hubungan dengan

kepentingan dan kekuasaan,

dan kekuasaan yang

menciptakan simbol adalah

kekuasaan yang tidak netral.

Tidak hanya berita tentang

kelas yang berkuasa tetapi

struktur berita agar kejadian-

kejadian diinterpretasi dari

perspektif kepentingan yang

berkuasa.

a. Media dan Kontrol Sosial

Media sebagai salah

satu agen perubahan sosial,

juga memiliki kemampuan

untuk memberikan penafsiran

atau dapat mendefinisikan

situasi yang membuatnya

memiliki kekuatan ideologi.

Ini sangat berkaitan dengan

hubungan media dengan

kekuasaan, karena media

dapat mentransmisikan

bahasa yang dapat

Page 9: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

melanggengkan kelompok

yang berkuasa.

b. Kekuasaan dan Ideologi

Media memiliki andil

besar dalam menyalurkan

gagasan-gagasan kelas yang

dominan sebagai cara untuk

mengusai kelas yang

tertindas. Situasi ini terjadi

karena media memiliki kuasa

di balik media yang

mempengaruhi sebuah

pemberitaan. (Shoemaker and

Reese, 1996:228)

Analisis Wacana Kritis Teun Van

Dijk

Model analisisnya

melibatkan suatu proses yang

disebut “kognisi sosial”,

menurut Van Dijk penelitian

atas wacana tidak cukup

hanya di dasarkan pada

analisis atas teks semata,

karena teks hanya hasil dari

suatu praktik produksi yang

harus juga di amati. Kalau

ada suatu teks yang

memarjinalkan wanita,

dibutuhkan suatu penelitian

yang melihat bagaimana

produksi teks itu bekerja,

kenapa teks tersebut

memarjinalkan wanita. Proses

produksi itu dan pendekatan

ini sangat khas Van Dijk,

melibatkan suatu proses yang

disebut sebagai kognisi

sosial. Titik perhatian Van

Dijk terutama pada studi

mengenai rasialisme, suatu

teks yang memarginalkan

penganut agama atau

keyakinan tertentu, misalnya

karena kognisi atau kesadaran

mental yang berkembang di

ranah publik, bahkan

kesadaran penguasa yang

memandang penganut agama

atau keyakinan tertentu

secara berbeda, sehingga teks

di sini hanya merupakan

bagian terkecil saja dari

praktik wacana yang

membedakan penganut

agama atau keyakinan

tertentu. Pendekatan yang

dikenal sebagai “kognisi

sosial” ini membantu untuk

menentukan bagaimana

produksi teks yang

melibatkan proses yang

kompleks dapat dipelajari dan

dijelaskan. Teks dibentuk

Page 10: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

dalam suatu praktik

diskursus, yaitu suatu praktik

wacana.

Suatu wacana

digambarkan oleh Van Dijk

mempunyai tiga dimensi,

yaitu teks, kognisi sosial, dan

konteks sosial. Model analisis

Van Dijk menggabungkan

tiga dimensi wacana tersebut

ke dalam suatu kesatuan

analisis. Pertama, “teks”,

yang diteliti adalah

bagaimana struktur teks dan

strategi wacana dipakai untuk

menegaskan suatu tema

tertentu. Kedua, “kognisi

sosial”, mempelajari proses

induksi teks (berita) yang

melibatkan kognisi individu

dari wartawan. Ketiga,

“konteks sosial”, yang

mempelajari bangunan

wacana yang berkembang

dalam masyarakat terhadap

suatu masalah.

Kontruksi

Karena sifat dan

faktanya bahwa pekerjaan

media massa adalah

menceritakan peristiwa-

peristiwa, maka kesibukan

utama media massa adalah

mengkonstruksi berbagai

realitas yang akan disiarkan.

Media menyusun realitas dari

berbagai peristiwa yang

terjadi hingga menjadi cerita

atau wacana yang bermakna.

Dengan demikian seluruh isi

media tiada lain adalah

realitas yang telah

dikonstruksikan (Constructed

reality) dalam bentuk wacana

yang bermakna. Dalam

proses konstruksi

realitas,bahasa adalah unsur

utama. Ia merupakan

instrument pokok untuk

menceritakan realitas.

Sederhananya, setiap

upaya “menceritakan”

(konseptualisasi) sebuah

peristiwa, keadaan, benda

atau apapun juga adalah

usaha mengkontruksikan

realitas. Seseorang yang

menceritakan keadaan dirinya

atau pengalamannya pada

dasarnya ia

mengkontruksikan realitas

dirinya sendiri. Pekerjaan

Page 11: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

utama para wartawan adalah

menceritakan hasil

repotasenya kepada khalayak,

dengan demikian mereka

selalu terlibat dengan usaha-

usaha mengkontruksikan

realitas.Yakni menyusun

fakta yang dikumpulkannya

kedalam satu bentuk laporan

jurnalistik, entah itu berita

(news) atau berita khas

(feature), karena sifat dan

faktaya bahwa tugas

redaksional media massa

adalah menceritakan

peristiwa-peristiwa, maka

tidak berlebihan bila

dikatakan bahwa seluruh isi

media adalah realitas yang

telah dikontruksikan. Banyak

faktor yang mempengaruhi

kontruksi oleh media,

mengingat media massa

sesungguhnya tidak hidup

dalam situasi yang vakum.

Faktor eksternal maupun

internal media ikut

menentukan struktur

penampilan isi media.

Realitas merupakan

kontruksi sosial yang

diciptakan individu namun

demikian kebenaran suatu

realitas sosial yang bersifat

nisbi, yang berlaku sesuai

konteks spesifik yang dinilai

relefan oleh pelaku social,

(Burhan, 2003:3) Realitas

sosial ‘ada’dilihat dari

subyektivitas ‘ada’ itu sendiri

dan dunia obyektif

disekeliling realitas sosial itu.

Individu tidak hanya dilihat

sebagai “kesendiriannya,

namun juga dilihat dari mana

kesendirian itu hadir,

bagaimana ia menerima dan

mengaktualisasikan dirinya

serta bagaimana pula

lingkungan menerimanya.

(Burhan, 2003:3)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode yang di

gunakan dalam penelitian ini

yakni analisis wacana kritis

yang dikembangkan oleh

teknik analisis wacana kritis

Teun A. Van Dijk. Model

analisis wacana kritis model

Van Dijk ini digunakan untuk

mengkaji maksud-maksud

Page 12: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

tersembunyi yang ada dalam

wacana berita insiden

Tolikara dan Singkil dengan

elemen analisis Van Dijk

yakni struktur makro,

superstruktur dan struktur

mikro yang terdapat di dalam

Surat Kabar Kompas dan

Republika.

Analisis wacana kritis

dirasakan tepat untuk

digunakan sebagai metode

penelitian ini, karena analisis

wacana kritis tidak hanya

menyingkap makna dan

maksud tersembunyi dari

suatu wacana saja, tetapi

dengan pendekatan analisis

wacana kritis kita dapat

mengetahui ada atau tidaknya

dominasi dari mayoritas

terhadap minoritas pada

masyarakat.

Analisis wacana kritis

adalah suatu model yang

digunakan untuk mengkritisi

suatu wacana sosial dengan

cara menganalisa aspek

kebahasaannya. Selain

mengkritisi, analisis wacana

kritis pun berfungsi untuk

mencari maksud dan pesan

terselubung dibalik gaya

bahasa yang digunakan oleh

jurnalis pada teks jurnalistik

tersebut dan metode analisis

wacana kritis Van Dijk

merupakan metode analisis

wacana kritis yang paling

tepat untuk digunakan

membedah teks media massa.

Untuk penelitian ini, peneliti

hanya akan menganalisis teks

pemberitaan berdasarkan

aspek keabahasaannya saja.

Analisis Van Dijk

memfokuskan penelitian

terhadap analisis gaya bahasa

dan struktur bahasa yang

terdapat pada wacana.

Dengan menggunakan

analisis Van Dijk peneliti

dapat lebih fokus

menganalisis teks berita

dengan melihat sisi

kebahasaannya saja. Karena

bahasa dalam media massa

merupakan rekonstruksi dari

penulis teks (wartawan).

Untuk itu melalui

analisis wacana kritis peneliti

mencoba menelisik dan

memlihat lebih lanjut

bagaimana bentuk

Page 13: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

pemberitaan kontruksi

pemberitaan konflik rumah

ibadah pada pemberitaan

insiden di Torikala Papua dan

di Singkil Aceh di media

Kompas dan Republika edisi

Juli dan Oktober 2015. Dan

jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian

ini adalah kualitatif.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang

digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis data secara

kualitatif, dimana langkah

kerjanya adalah menelaah

seluruh data yang telah

diperoleh dan dikumpulkan

melalui wawancara, analisis

teks pemberitaan dan kajian

pustaka yang telah dilakukan.

Analisis data untuk teks

menggunakan analisis

tekstual berdasar model

analisis wacana kritis Van

Dijk, seluruh isi pemberitaan

akan dibaca dan ditentukan

bagian atau uraian sebagai

berikut;

Pertama, melakukan analisis teks

terhadap pemberitaan di surat kabar

Harian Kompas dan Republika pada

kasus Tolikara-Papua periode Juli

2015 dan kasus Singkil-Aceh

periode Oktober 2015 yang terkait

pada berita utama pada rubrik

nasional mengenai peristiwa Tolikara

dan Singkil dengan menggunakan

elemen-elemen analisis wacana

model Van Dijk yaitu Struktur

Makro, Super Struktur, dan Struktur

Mikro.

Kedua, melakukan analisis kognis

sosial, menganalisis bagaimana

kognisi wartawan dalam memahami

peristiwa tertentu yang akan ditulis,

dalam penelitian ini menulis berita

insiden Tolikara dan Singkil Aceh

oleh media Kompas dan Republika

periode Juli 2015 dengan melakukan

wawancara kepada pihak Kompas

dan Republika.

Ketiga, melakukan analisis sosial

berupa studi kepustakaan yakni

Wahid Institute dan SETARA

Insitute untuk mendalami bagaimana

kebebasan beragama yang berkaitan

dengan masalah di Tolikara-Papua

dan Singkil Aceh pada bulan Juli

2015 dan Oktober 2015. Analisis

sosial diarahkan pada titik penting

untuk menunjukkan bagaimana

konteks keberadaan rumah ibadah

dapat memunculkan konflik antar

Page 14: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

agama yang secara tidak murni

bukan dari unsur agama tetapi dari

unsur atau motif lainnya yang

berperan dalam mengatas namakan

agama.

Penelitian akan

mengamati bagaimana

pemahaman masyarakat

terhadap wacana yang di

sajikan oleh media cetak atau

surat kabar harian dengan

menggunakan analisis

wacana Van Dijk dengan

fokus analisis sosial

menggunakan dua dimensi,

yaitu kekuasaan (power) dan

akses (access).

HASIL PENELITIAN

Dari analisis teks

yakni berita-berita insiden

Tolikara dan Singkil,serta

kognisi sosial dengan

melakukan wawancara

dengan pihak media Kompas

dan Republika serta tokoh

agama yakni ketua MUI

Papua dan hasil dari konteks

sosial yakni study pustaka

laporan wahid Institute dan

SETARA Institute yang

ditampilkan dalam peritiwa

Tolikara dan Singkil pada

harian Kompas dan

Republika di temukan kedua

media tersebut dalam memuat

pemberitaan penuh dengan

kehati-hatian dan lebih

banyak menghimbau untuk

tidak terprovokasi dan juga

memberikan dorongan

kepada pemerintahan dalam

menangani penyelesaian

insiden Tolikara dan Singkil

karena peritiwa serupa yang

sering terjadi didaerah-daerah

di Indonesia masih lemahnya

peran Negara, pemerintah

khususnya pemerintah daerah

dalam menangani kebebasan

beragama di Indonesia .

PEMBAHASAN

Kontruksi makna demokrasi

dalam kebebasan beragama di

Indonesia

Hasil yang ditemukan

melalui analisis wacana kritis

Van Dijk melalui analisis teks

berita, kognisi social dan

konteks social pada media

Kompas dan Republika,

ditemukan kontruksi makna

Page 15: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

demokrasi yang semu dan

belum terimplementasikan

dengan baik di daerah-daerah

di Indonesia dikarenakan

ketidakhadiran Negara atau

pemerintah khususnya

pemerintah daerah atau tidak

adanya ketegasan pemerintah

dalam permasalahan yang

terkait dengan kebebasan

beragama. Kompas

melakukannya dengan

mengangkat kemanusian

dalam setiap pemberitaan,

dengan prinsip human

trasendental dan Indonesia

Mini inilah Kompas

berusaha berada di posisi

tengah didalam setiap

pemberitaan terutama yang

berbau SARA.

Republika sangat

menekankan bahwa insiden

Tolikara dan Singkil

bukanlah konflik agama

tetapi adanya kriminalitas

yang terjadi, maka Republika

didalam pemberitaannya

banyak mendorong atau

memberikan saran pada

hukum, pemerintah dan juga

aparat keamanan.Walupun

begitu Kompas dan

Republika dalam

pemberitaannya sama-sama

mempunyai tujuan agar

insiden tidak meluas dan

insiden tersebut dapat

terselesaikan atau dihentikan

serta menjaga perdamaian,

walaupun mereka memiliki

perbedaan filosofi, karakter

dan prinsip yang berbeda.

Hal ini tidak sesuai

dengan teori Hirarki

Pengaruh isi media yang

diperkenalkan oleh Pamela J

Shoemaker dan Stephen D.

Reese, dimana hasil dari

penelitian yang tidak

menunjukan keberpihakan,

kepentingan bahkan ideology

dari kedua media tersebut

didalam pemberitaan insden

Tolikara dan Singkil, karena

insiden ini merupakan insiden

yang memang sangat rawan

akan konflik yang

berkepanjangan dan meluas

karena permasalahan

kebebasan beragama di

Indonesia masih sangat

rawan, rapuh bahkan sangat

sensitive. Kedua media

Page 16: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

menyadari bahwa

pemberitaan yang dibuat

haruslah menjadikan media

yang membawa perdamaian

bahkan bisa menghentikan

konflik yang sedang terjadi.

Makna demokrasi dalam

kebebasan beragama di indonesia

Hasil penelitian

ditemukan makna demokrasi

dalam kebebasan beragama

bahwa peraturan dan undang-

undang mengenai mengatur

kehidupan beragama di

Indonesia belum sepenuhnya

di jalankan oleh semua pihak,

peraturan dan undang-undang

hanya menjadi semata

wacana yang belum

sempurna karena tidak

diterapkan dalam kehidupan

nyata.

Kekuasaan antara

mayoritas dan minoritas

masih mendominasi di

seluruh daerah di Indonesia,

pemerintah daerah masih

berpihak dalam kelompok

mayoritas dan minoritas serta

negara gagal membangun

ruang komunikasi yang saling

menguatkan antara kelompok

penganut agama yang

berbeda, bagi negara

sesungguhnya selalu tersedia

ruang untuk menyelesaikan

persoalan konflik dan

kekerasan bernuansa agama

atau keyakinan dengan

memanfaatkan kearifan lokal.

KESIMPULAN

Media yang

professional menjadikan

media sebagai Public

Relation pemerintah dengan

memberitakan peran

pemerintah dalam menangani

penyelesaian persoalan

Tolikara dan Singkil hal ini

ditemukan pada pemberitaan

Kompas dan Republika yang

menampilkan kinerja aparat

keamanan dalam menyelidiki

kasus tersebut dan juga

bantuan pemerintah dalam

memperbaiki sarana dan

prasarana yang diakibatkan

oleh insiden tersebut.

Harian Kompas dalam

mengkontruksikan realitas

demokrasi dalam kasus

Page 17: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

insiden Tolikara dan Singkil,

bukan sebagai kekerasan

beragama melainkan menilai

adanya permasalahan

kemajemukan di Tolikara dan

Singkil yang akhirnya

menjadi kesalah pahaman

dalam komunikasi diantara

kelompok masyarakat. Dan

kurangnya peran Negara

didalam permasalahan

kemajemukan ataupun

perbedaan di tengah

masyarakat, terutama

permasalahan rumah ibadah

dan kegiatan agama. Kompas

dalam setiap pemberitaannya

selalu berusaha berdiri di

tengah dengan

memperjuangkan filosofinya

yakni memperjuangkan

amanat suara hati nurani

rakyat dengan mengangkat

setiap pemberitaannya

melalui human trasendental

atau kemanusiaan.

Harian Republika

dalam mengkontruksikan

realitas demokrasi terhadap

kebebasan beragama dalam

kasus insiden Tolikara dan

Singkil, bukan karena konflik

rumah ibadah melainkan

adanya unsur perbedaan

kesenjangan dan ekonomi

diantara kelompok

masyarakat yakni pendatang

dan tempatan atau mayoritas

dan minoritas serta lemahnya

peran pemerintah daerah

dalam melihat perbedaan ini

sehingga konflik dapat

muncul di berbagai daerah.

Republika berupaya berada di

tengah walaupun harus tetap

melaksanakan ideologis

sebagai media umat Islam

dan menjadi corong suara

umat muslim dengan

menjalankan semangat untuk

membuat perdamaian disetiap

pemberitaan terutama

pemberitaan seperti

pemberitaan Tolikara dan

Singkil ini.

Harian Kompas dan

Republika, dalam setiap

pemberitaanya sebagai

media yang membawa panji

perdamaian, dalam memuat

pemberitannya memberikan

dorongan dan saran kepada

pemerintah agar dapat

menyelesaikan kasus-kasus

Page 18: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

yang berbau SARA, karena

masih lemahnya peran

pemerintah dalam

memberikan solusi.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Novel, 1999, Peradaban Komunikasi Politik, Potret Manusia Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Altheide, L. David. 1996. Qualitative Media Analysis. California:Sage Publications.

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Alef Theria Wasim (eds) 2005, Harmoni Kehidupan Berigama: problem,praktik dan pendidikan, Yogyakarta : oasis publisher.

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak 2006, Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani Jakarta: ICCE UIN Syarif

Hidayatullah, Adian, Donny Gahral. 2006. Percik

Pemikiran Kontemporer: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.2.

Chomsky, Noam. 2006. Politik Kuasa media terjemahan dari Media Control : The Spectacular Achievements of Propaganda oleh Aan Mansyur.Edisi Revisi.

Yogyakarta:Pinus Book Publisher.

Davis, Howard dan Paul Walton. 2010. Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta , Gramedia

Eriyanto. 2003. Analisis Wacana Suatu Pengantar. Yogyakarta. LkiS.

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011

----------.2010. Komunikasi Sebagai Wacana. Jakarta: La Tofi Enterprise.

Gorge Ritzer dan Douglas J Goodman, 2009 Teori Sosiologi : Dari Teori Sosiologi Klasik sampai perkembangan mutahir teori sosial modern, Yogyakarta, kreasi wacana.

Guillermo O’Donnell dan Philippe C. Schmitter,Transisi Menuju Demokrasi Rangkaian Kemungkinan dan Ketidakpastian, cet. I (Jakarta: LP3ES, 1993)

Hamad, Ibnu. 2004, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa : Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Jakarta: Granit.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metedologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara Jakarta, 1998

Hardiman, F. Budi. 2007. Filsafat Fragmentaris Yogyakarta: Penerbit Kanisius.3.

Page 19: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

Honderich, Ted. 1995. The Oxford Companion to Philosoph. Oxford/NewYork: Oxford University Press.4.

Jeffrey Z Rubin , Dean G Pruit dan Sung Hee Kim 1994, Sosial Conflict: Escalation,Stalemate and Settlement, united States of America : Mc Graw-Hill,inc

Jocobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006.

Littlejohn, Stephen W, 1992. Theories of Human Communication. New Mexico: Wadsworth Company, Sixth Edition.

------------------------- Theories of Human Communication,9thed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005; reprint, Jakarta: Salemba Humanika, 2009.

Lubis, Akhyar Yusuf. 2006. Dekonstruksi Epistemologi Modern: Dari Posmodernisme, Teori Kritis, Poskolonialisme, Hingga Cultural Studies Jakarta: Pustaka Indonesia Satu.

McQuail, Dennis. 2000. Mass Communication Theory, London: Sage Publication.

Miles, Matthews B. Dan Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif : Buku sumber tentang metode-metode baru.Cet.1. Jakarta:UI Press.

Mosco, Vincent. 1996. The Political Economy of Communications: Rethinking and Renewal., Sage Publications

Mohtar Maso'ed, Negara, Kapital, dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999)

Moleong, J, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remadja Karya CV

Morissan. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis. Bandung: Rosdakarya.

Murdock, Golding. 2006. "Redrawing the map of communication industries". Dalam M. Ferguson (ed), Public Communication, London: Sage.

Magnis-Suseno, Franz. 2005. Pijar-Pijar Filsafat: Dari Gatholoco ke Filsafat  Perempuan, dari Adam Muller ke Postmodernisme. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.6.

Nurtjahjo, Hendra. 2006. Filsafat Demokrasi Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Oetama, Jacob, 2001. Pers Indonesia, Jakarta: PT Kompas Gramedia Group

Severin, Werner J dan James W. tankard, Jr. 2005. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta : Kencana

Sobur, Alex, (2001), Analisis Teks Media, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Straubhaar and LaRose. 1999. Media Now, Understanding Media, Culture and Technology. Wadsworth Thomson

Page 20: isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/6. amel.docx · Web viewKONTRUKSI MAKNA DEMOKRASI DALAM KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Peristiwa Tolikara

Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKIS.

Stef slembrauck,What is meant by discourse analysis,Belgium: Ghen University 2006

Shoemaker, Pamela J. dan Reese, Stephen D. Mediating The Message. New York, Longman Publisher : 1996.

Schudson, Michael. Discovering The News. New York: Basic Books, 1978

Rapar, J.H (1988) Seri Filsafat Politik 1; Filsafat Politik Plato. Jakarta: CV. Rajawali,

Russell, Bertrand. 1948. History of Western Philosophy and Its Connectionwith Political and Social Circumstances from the Earliest Times to the Present  Day. London: George Allen and Unwin Ltd.8.

The Republic By Plato Circa 360 BCE Translated by Benjamin Jowett plato_the Republic

Sumber LainBrooks, Thom.-Knowledge and

Power in Plato's Political Thought, dalam   International Journal of Philosophical Studies, Volume 14, No. 1, No.1/Maret 2006,

http://www.iep.utm.edu/p/platopol.htm12.

http://plato.stanford.edu/entries/plato-ethics-politics/#4.113.

http://www.ingentaconnect.com/content/routledg/riph/2006/00000014/000000 01/ art00003

Hady Nasution “Peranan pers dalam masyarakat demokrasi di Indonesia pada masa Orde baru dan Reformasi”Artikel diakses pada 5 Juni 2016 pukul 21.05 dari http://Shvoong.co

www.bookzz.org-6/7/2016www.SETARA Institute.orgwww.Wahid Institute.orgwww.litbangkemag.co.i

d