analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

207
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KONFLIK TOLIKARA PADA HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) Oleh NURLAELA NIM: 1111051100017 KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016M

Transcript of analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

Page 1: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KONFLIK TOLIKARA

PADA HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh

NURLAELA

NIM: 1111051100017

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016M

Page 2: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 3: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 4: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 5: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

i

ABSTRAK

Judul :Analisis Framing Pemberitaan Konflik Tolikara pada Harian

Kompas dan Republika

Nama : Nurlaela

NIM : 111051100017

Konflik antar agama dan etnis di Indonesia semakin tinggi intensitasnya.

Berdasarkan hasil penelitian, pada 29 provinsi di Indonesia, terjadi 832 insiden

konflik dalam kurun waktu 1990-2008 yang mengakibatkan 55.080 korban jiwa

dan 1.993 kerugian materil. (Ihsan Ali, dkk.,: 2009). Data tersebut menunjukan

peristiwa konflik dapat dikategorikan sebagai kejadian luar biasa dan memiliki

nilai berita tinggi. Sehingga pemberitaan tentang konflik hampir dapat ditemukan

di berbagai media massa. Konflik Tolikara merupakan salah satu konflik

etnoreligius yang terbilang baru. Konflik antar umat Kristiani dengan umat Islam

ini terjadi pada 17 Juli 2015, bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Konflik

Tolikara juga menjadi pemberitaan di berbagai media massa. Terlihat harian

Kompas dan Republika beberapa kali memberitakan peristawa tersebut.

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, penulis ingin mengkaji framing

pemberitaan pada Harian Kompas dan Republika dalam membingkai pemberitaan

terkait konflik Tolikara.

Teori yang digunakan adalah teori konstruksi realitas yang diperkenalkan

Peter L. Berger dan Thomas Luckman yang menyatakan bahwa konstruksi media

massa atas realitas sosial melihat bagaimana realitas dipandang oleh individu

secara subjektif.

Metodologi Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan

pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan ialah studi dokumen

dan wawancara. Studi dokumen diambil dari teks berita Kompas dan Republika

kemudian di analisis dengan teknik analisis framing model Zhongdang Pan dan

Gerald M. Kosicki. model framing tersebut menggunakan empat struktur dalam

membedah teks yaitu, sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Hasil penelitian ini menemukan fakta bahwa Kompas dan Republika

memiliki perbedaan perspektif dalam memberitakan konflik Tolikara. Kompas

memberitakan pada aspek perdamaian sebagai solusi terbaik. Penyebab dari

konflik ialah karena komunikasi yang tidak berjalan dengan baik anata kelompok

GIDI, umat muslim dan pemerintah. Sementara Republika lebih menekankan

pada penegakan hukum mutlak dilakukan bagi pelaku penyerangan, dan umat

Islam diposisikan sebagai pihak korban, anggota GIDI diposisikan sebagai pihak

yang bersalah.

Kata Kunci: Analisis Framing, Konflik, Tolikara, Republika, Kompas

Page 6: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji syukur kehadiran Sang Maha Pengasih dan Penyayang Allah

Subhanahu Wataala yang telah memberikan ridho dan rahmat kepada penulis.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

senantiasa disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh

keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi ini, begitu banyak

uluran bantuan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karenanya, ucapan

terimakasih penulis ucapkan kepada;

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief

Subhan, M.A, Wakil Dekan Bidang Akademik, Suparto, M. Ed Ph.

D, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Hj Roudonah,

MA, serta Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M.

Si.

2. Ketua Prodi Jurnalistik, Kholis Ridho M.Si serta Sekertaris Prodi

Jurnalistik Hj. Musfirah Nurlaily M.A yang telah membantu penulis

selama massa pekuliahan.

3. Dosen Pembimbing Skripsi, Kholis Ridho M. Si yang telah

mengajarkan dan menuntun penulis selam proses penulisan skripsi,

hingga selesai dengan baik dan lancar.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas

segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

5. Segenap Pimpinan dan staf Harian Umum Kompas dan Republika.

Khususnya Wakil Redaktur Pelaksana Kompas Sutta

Dharmasaputra dan Redaktur Halaman Utama Republika Fitriyan

Zamzami.

6. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda H. Muhammad Tohir dan

Ibunda Siti Romlah atas segala curahan kasih sayang, semangat dan

doa yang selalu dipanjatkan untuk keberhasilan putrinya.

Page 7: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

iii

7. Adik tercinta, Muhammad Ali Rohman dengan pertanyaan polosnya

“kapan embak wisuda?” mampu membakar semangat penulis untuk

gigih menyelesaikan skripsi.

8. Ahmad Ridwan Hakim yang selalu mengingatkan penulis untuk

mencintai proses dan jangan pernah lelah untuk berproses.

9. Teman terbaik yang siap membantu dalam massa sulit, Elsa

Faturahmah. Terimakasih telah meminjamkan notebook selama

penulisan skripsi.

10. Teman-teman jurnalistik A: Qurrota A’yuni, Nur Fatkhin Nisafitria,

Kartika Sari Dewi, Rama Virda Ayu, Arsita Murtisari dan Alm.

Nurul Rofah. Juga teman-teman jurnalistik B angkatan 2011,

keluarga KKN KAMI 2014, keluarga RDK 107,9 FM, penulis

bangga menjadi bagian dari kalian dan kalian inspirasi bagi penulis.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai

kesempurnaan.Oleh sebab itu, kritikan dan saran penulis harapkan demi

perbaikan kedepannya.Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 22 Maret 2016

Nurlaela

Page 8: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ........................... 8

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......................... 8

D. Metodologi Penelitian ........................................................ 9

E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 14

F. Sistematika Penulisan ......................................................... 15

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori Konstruksi Sosial ...................................................... 16

B. Framing Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki ............... 18

C. Konseptualisasi Berita ........................................................ 33

D. Konseptualisasi Surat Kabar .............................................. 36

E. Konseptualisasi Konflik ..................................................... 37

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Harian Kompas ........................................................ 40

B. Profil Harian Republika ..................................................... 45

BAB IV ANALISIS TEMUAN DAN INTERPRETASI A. Analisis Temuan Teks Berita Kompas dan Republika ...... 50

B. Perbedaan Bingkai Kompas dan Republika………………. 150

C. Interpretasi .......................................................................... 152

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 158

B. Saran ................................................................................... 159

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ ix

LAMPIRAN ............................................................................................... x

Page 9: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Model Framing Zhongdang pan dan Gerald M Kosicki………… 12

Tabel 2. Konsep Framing Zhongdang pan dan Gerald M Kosicki ……… 23

Tabel 3.1 Headline Kompas dan Republika Edisi 20 Juli 2015…………… 55

Tabel 3.2 Lead Kompas & Republika Edisi 20 Juli 2015………………….. 58

Tabel 3.3 Latar informasiKompas& Republika Edisi 20 Juli 2015………… 59

Tabel 3.4 Kutipan NarasumberKompas& Republika Edisi 20 Juli 2015…… 62

Tabel 3.5 Pernyataan Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015…………….. 65

Tabel 3.6 PenutupKompas& Republika Edisi 20 Juli 2015………………… 66

Tabel 3.7 5W+1H Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015………………... 66

Tabel 3.8 DetailKompas& Republika Edisi 20 Juli 2015…………………... 68

Tabel 3.9 Koherensi Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015……………… 69

Tabel 3.10 Bentuk Kalimat Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015…......... 70

Tabel 3.11 Kata Ganti Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015………......... 72

Tabel 3.12 LeksikonKompas& Republika Edisi 20 Juli 2015…………........ 73

Tabel 3.13 GrafisKompas& Republika Edisi 20 Juli 2015……………......... 76

Tabel 4.1 HeadlineKompas& Republika Edisi 21 Juli 2015………………... 82

Tabel 4.2 Lead Kompas& Republika Edisi 21 Juli 2015…………………..... 82

Tabel 4.3 Latar Informasi Kompas & Republika Edisi 21 Juli 201…………. 84

Tabel 4.4 Kutipan Narasumber Kompas & Republika Edisi 21 Juli 2015…. 85

Tabel 4.5 PernyataanKompas& Republika Edisi 21 Juli 2015……………... 87

Tabel 4.6 Penutup Kompas & Republika Edisi 21 Juli 2015………………… 88

Tabel 4.7 5W+1H Kompas & Republika Edisi 21 Juli 2015………………... 89

Tabel 4.8 DetailKompas& Republika Edisi 21 Juli 2015…………………... 91

Tabel 4.9 KoherensiKompas& Republika Edisi 21 Juli 2015……………... 92

Tabel4.10 Bentuk Kalimat Kompas & Republika Edisi 21 Juli 2015………… 93

Tabel 4.11 Leksikon Kompas & Republika Edisi 21 Juli 2015……………… 94

Tabel 4.12 Grafis Kompas & Republika Edisi 21 Juli 2015…………………. 96

Tabel 5.1 Headline Kompas & Republika Edisi 24 Juli 2015……………… 100

Tabel 5.2 Lead Kompas & Republika Edisi 24 Juli 2015…………………... 102

Tabel 5.3 Latar InformasiKompas& Republika Edisi 24 Juli 2015……….. 106

Tabel 5.4 Kutipan Narasumber Kompas & Republika Edisi 24 Juli 2015…… 107

Tabel 5.5 Pernyataan Kompas & Republika Edisi 24 Juli 2015……………. 111

Tabel 5.6 PenutupKompas & Republika Edisi 24 Juli 2015……………….. 112

Tabel 5.7 5W+1HKompas & Republika Edisi 24 Juli 2015…………………. 113

Tabel 5.8 Detail Kompas& Republika Edisi 24 Juli 2015…………………... 115

Tabel 5.9 Koherensi Kompas & Republika Edisi 24 Juli 2015………………. 117

Tabel 5.10 Kata GantiKompas & Republika Edisi 24 Juli 2015……………... 119

Tabel 5.11 Leksikon Kompas & Republika Edisi 24 Juli 2015………………. 120

Tabel 5.12 GrafisKompas & Republika Edisi 24 Juli 2015…………………. 121

Tabel 6.1 Headline Kompas& Republika Edisi 25 Juli 2015……………....... 128

Tabel 6.2 Lead Kompas & Republika Edisi 25 Juli 2015…………………...... 128

Tabel 6.3 Latar Informasi Kompas & Republika Edisi 25 Juli 2015………… 130

Tabel 6.4 Kutipan Narasumber Kompas & Republika Edisi 25 Juli 2015..… 130

Tabel 6.5 Pernyataan Kompas & Republika Edisi 25 Juli 2015……………… 135

Page 10: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

vi

Tabel 6.6 PenutupKompas & Republika Edisi 25 Juli 2015………………… 137

Tabel 6.7 5W+1HKompas & Republika Edisi 25 Juli 2015………………….. 138

Tabel 6.8 Detail Kompas & Republika Edisi 25 Juli 2015…………………... 141

Tabel 6.9 KoherensiKompas& Republika Edisi 25 Juli 2015………………… 144

Tabel 6.10 Bentuk Kalimat Kompas & Republika Edisi 25 Juli 2015……….. 145

Tabel 6.11 Kata Ganti Kompas & Republika Edisi 25 Juli 2015……………. 146

Tabel 6.12 Leksikon Kompas & Republika Edisi 25 Juli 2015……………… 147

Tabel 6.13 Grafis Kompas & Republika Edisi 25 Juli 2015…………………. 149

Tabel 7 Perbedaan Bingkai Kompas dan Republika……………………… 150

Page 11: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari masyarakat

berbagai suku, budaya, ras dan agama. Selain itu, keberagaman masyarakat

Indonesia juga nampak dari tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial politik.

Perbedaan ini lah yang umumnya dapat berpotensi menjadi konflik sosial.1

Konflik sosial yang terjadi di Indonesia sebagian besar

diletarbelakangi isu etnoreligius. Seperti konflik ambon yang awalnya

dipengaruhi oleh persaingan distribusi ekonomi dan politik kemudian

berkembang menjadi perkelahian kelompok dan agama.2 Selanjutnya kasus

poso, bermula dari kekerasan terhadap seorang pemuda Muslim oleh tiga

pemuda Kristen yang sedang mabuk karena minuman keras. Sehingga

berbuntut panjang menjadi konflik antara kelompok agama Islam dan Kristen.

Kemudian konflik sambas yang terjadi antara penduduk lokal etnis Sambas

dengan penduduk pendatang asal Madura.3

Ihsan Ali Fauzi, Rudi Harisyah Alam dan Samsu Rizal Pangabean

menyatakan bahwa konflik atas nama agama menjadi sorotan utama karena

1 Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropoligi Agama, (Ciputat: UIN Press,

2015), h. 70. 2Rusmin Tumangor, dkk., Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan

Pendekatan Riset Aksi Pertisipatori, (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehidupan

Keagamaan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan dan

Kemantrian Agama RI dan INCIS), h.31. 3Rusmin Tumangor, dkk., Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan

Pendekatan Riset Aksi Pertisipatori, h. 32.

Page 12: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

2

intensitasnya yang tinggi dan pola persebaran konflik yang cukup merata di

Indonesia. Hasil penelitian Ikhsan Ali Fauzi dkk., tercatat terjadi 832 insiden

konflik pada 29 provinsi di Indonesia dalam kurun waktu 1990-2008, yang

mengakibatkan 55.080 korban jiwa dan 1.993 kerugian materi.4

Dari hasil penelitian tersebut, konflik sosial di Indonesia dapat

dikategorikan sebagai kejadian luar biasa karena memiliki dampak yang cukup

besar dengan menelan banyak korban jiwa dan kerugian materil. Maka hampir

dapat dijumpai pemberitaan terkait konflik di berbagai media massa. Tentunya,

hal ini bersesuaian dengan nilai-nilai berita, diantaranya keluarbiasaan,

kebaruan, aktual, akibat, kedekatan, kejutan dan konflik.5

Peristiwa konflik sosial yang tak jauh berbeda dengan konflik-konflik

sebelumnya kembali terjadi di Indonesia. Pada 17 Juli 2015, bertepatan dengan

hari raya Idul Fitri terjadi peristiwa konflik di Tolikara, Papua. Konflik sosial

ini berlatar belakang isu etnoreligius. Konflik tolikara menyebabkan sejumlah

kios serta satu bangunan masjid terbakar.

Konflik Tolikara bermula dari beredarnya surat dari pihak kelompok

Gereja Injili di Indonesia (GIDI) di Papua terkait pelarangan penggunaan

pengeras suara dan shalat Ied di lapangan terbuka, dengan alasan di hari yang

sama akan diadakan seminar nasional GIDI. Namun umat Islam tetap

melaksanakan solat Ied di lapangan terbuka dengan dijaga pihak keamanan.

4 Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropologi Agama, (Ciputat: UIN

Press, 2015), h. 73-78. 5 Pamela J Soemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message Theories of

Influence on Mass Media Content, ((New York, USA: Longman Publisher, 1996), h. 111.

Page 13: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

3

Buntut peristiwa tersebut terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh sejumlah

besar massa dan berujung pada pada penyerangan yang dilakukan massa

tersebut pada pihak keamanan dan warga muslim yang hendak melaksanakan

shalat Ied. Kemudian pihak keamanan merasa terdesak hingga terpaksa

melepaskan tembakan dan menewaskan satu orang dari pihak GIDI. Hal

tersebut memicu kemarahan massa hingga massa menuju lokasi kios dan

membakarnya, kemudian api merebet ke sebuah masjid.6

Sejumlah media massa, baik media cetak, elektronik maupun online

turut menyoroti isu terkait konflik tolikara tersebut. Bahkan sebagian media

menjadikan pemberitaan ini sebagai headline. Pemberitaan terkait konflik

tolikara di media massa tentunya akan membawa pengaruh terhadap khalayak

banyak nantinya. Pengaruh tersebut dapat dikatakan apakah nantinya

pemberitaan konflik bisa menjadi hal positif atau justru sebaliknya. Hal ini

akan nampak dari cara media mengemas informasi terkait konflik, apakah

pemberitaan media akan membantu meredakan konflik dengan

menggambarkan situasi dan akar masalah yang bisa mendukung perbaikan

situasi dan perdamaian. Atau justru akan menyebabkan eskalasi konflik

semakin meluas dengan hanya menekankan pada aspek kekerasan dan

penggambaran yang tidak proporsional terhadap aktor yang berkonflik.

Sepatutnya konflik harus dihindarkan jika bisa dilakukan, setidaknya

berupaya untuk mencegah berulangnya konflik sosial di Indonesia. Peran

semua pihak diperlukan untuk menekan resiko konflik sosial di Indonesia,

6 “Muslim Papua Tak Terprovokasi, “ Republika, 20 Juni 2015, h. 1

Page 14: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

4

termasuk peran pers. Peran pers dalam pengendalian konflik sosial tentunya

tidak secara langsung dalam upaya partisipasi lapangan ataupun upaya-upaya

memelihara perdamaian, membentuk perdamaian, membangun perdamaian,

dan penyelesaian nyata dari konflik yang telah terjadi. Namun peran pers

dalam pencegahan konflik dapat dilakukan sesuai dengan peranan pers yang

tertuang dalam undang-undang No 40 tahun 1999 tentang pers pasal 3 ayat 1

yang menyatakan fungsi pers diantaranya ialah sebagai media informasi dan

pendidikan.7

Terkait dengan pencegahan konflik dan fungsi pers sebagai media

informasi dan pendidikan. Maka seharusnya pers mampu menyajikan informasi

yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Seperti menyajikan informasi dan

pendidikan terkait wawasan nusantara dan wawasan multikulturalisme.

Memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat bahwa interaksi

antar golongan memiliki potensi konflik. Namun, konflik merupakan suatu

keniscayaan dan suatu hal yang wajar dalam bermasyarakat yang perlu

dihadapi secara arif dan bijak.8

Namun, peran dan fungsi pers tersebut saat ini bias sebab

kepentingan-kepentingan yang bertarung didalamnya. Masing-masing media

dengan seperangkat pandangan, ideologi dan kebijakan media mencoba

membangun, menciptakan, mengembangkan, dan menyuguhkan pemberitaan

7Wina Armada Sukardi, Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik

Jurnalistik, (Jakarta: Dewan Pers, 2013), cet ke-II, h. 398. 8 Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropologi Agama, h. 71.

Page 15: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

5

tersebut kepada masyarakat dengan angle yang berbeda. Sehingga peristiwa

yang sama memiliki sudut pandang yang warna-warni di berbagai media.

Kenyataan tersebut menandakan bahwa media saat ini mencoba

mengkonstruk pemberitaan. Berita sebagai konstruksi realitas, tentunya

dibangun atas penyusunan bahasa yang terbentuk dari kumpulan kata-kata.

Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur pertama dan instrument

pokok untuk mencitrakan realitas.9 Disini media dipandang sebagai agen

konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas sosial sesuai dengan

kepentingannya.10

Media saat ini ditekan untuk menyajikan pemberitaan yang

sesuai kehendak dan kepentingan golongan tertentu. Media tidak lagi

memegang prinsip jurnalisme, dimana kewajiban pertama awak media ialah

kepada khlayak.11

Media mencoba mengkonstruk realitas dengan cara melakukan

penyeleksian isu, dimana media mencoba melakukan pemilihan fakta. Aspek

mana yang akan ditampilkan dan mana yang tidak. Mengalihkan fakta yang

satu dengan fakta lain, atau bahkan mungkin menutupi sisi tertentu. Selain itu,

media juga mencoba menonjolkan satu aspek tertentu dari pemberitaan,

sehingga tampak menarik dan melekat dihati khalayak.12

9Ibnu Hamad dan Agus Sudibyo, M. Qodari, Kabar-kabar Kebencian Prasangka di

Media Massa, (Jakarta: ISAI, 2001), h. 69. 10

Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar (Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, 2005), h. 177. 11

Bill Kovach dan Tom Rosenstill, Elemen-elemem Jurnalisme: Apa yang

Seharusnya Diketahui Wartawan dan yang Diharapkan Publik, (Jakarta: ISAI dan Kedutaan

Amerika Serikat, 2004), cet ke-II, h. 60. 12

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta:

LKiS, 2012), cet ke-VII, h. 224.

Page 16: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

6

Jika demikian, bukan tidak mungkin jika masyarakat akan memiliki

gambaran tentang suatu peristiwa sesuai dengan apa yang ditampilkan oleh

media yang ia lihat atau ia baca. Masyarakat bisa saja menganggap satu pihak

sebagai pahlawan dan pihak lain sebagai penyebab kekacauan, padahal belum

tentu pihak yang dianggap penyebab kekacauan melakukan kesalahan. Inilah

dampak dari pemaknaan yang disuguhkan media. Tanpa sadar khlayak digiring

untuk sepaham dan sependapat dengan media tertentu.

Bingkai pemberitaan dari media yang berbeda-beda ini akan

menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.13

Terlebih untuk memperkuat

kebenaran atas pemberitaannya, media mencoba menyuguhkan berbagai

argumentasi yang dinilai kuat untuk mendukung gagasannya tersebut.

Sehingga tak heran, jika hasil konstruksi atas realitas bentukan media nampak

benar dan terlihat apa adanya, sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

Media yang mengangkat pemberitaan terkait insiden Tolokara

diantaranya ialah Harian Umum Republika dan Kompas. Kedua surat kabar

tersebut secara barturut-turut, edisi 20-25 Juli 2015 memberitakan isu terkait

insiden di Tolikara. Republika, dalam enam edisi menjadikan berita tersebut

sebagai headline. Tak jauh berbeda dengan Kompas, dari keenam edisi

tersebut, tiga diantaranya Kompas turut menjadikan pemberitaan ini sebagai

headline. Sedangkan sebagainnya lagi terdapat pada rubrik Politik dan Hukum.

Melihat dari penelitian sebelumnya terhadap pemberitaan di Harian

Kompas selama Januari 1990 hingga Agustus 2008 mengungkapkan fakta

13

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta:

LKiS, 2012), cet ke-VII, h. 225.

Page 17: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

7

bahwa wilayah persebaran aksi damai terkait konflik keagamaan di Indonesia

lebih luas dibandingkan dengan aksi kekerasan.14

Kemudian terkait konflik di

tolikara, bagaimana Kompas membingkai pemberitaan konflik tolikara?

akankah Kompas kembali membingkai pemberitaan konflik pada aspek aksi

perdamai seperti yang diungkap dalam penelitian sebelumnya, atau justru

berbeda? Lalu, bagaimana dengan pembingkaian Republika dalam pemberitaan

konflik di tolikara?

Mengingat pemilihan media cetak Harian Republika dan Kompas

dalam penelitian ini menjadi menarik, tentunya didasari dengan alasan dari

penulis. Dilihat dari sumbu konflik yang terjadi di Tolikara terindikasi adanya

isu konflik yang dilatar belakangi isu konflik religius antara penganut agama

yang berbeda, yakni umat Nasrani dan Muslim. Maka pengangkatan kedua

media ini sangat mempengaruhi alasan penulis dari sisi kepemilikan dan

ideologi kedua media tersebut. Dimana Republika didirikan dari cita-cita para

cendekiawan Muslim se-Indonesia yang tergabung dalam organisasi Ikatan

Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI). Selain itu, Republika juga dikenal

dengan media beridiologi islam.15

Sedangkan Harian Kompas diterbitkan oleh

Yayasan Bentara Rakyat yang dipimpin oleh para pimpinan partai Katolik dan

pimpinan organisasi-organisasi Katolik, diantaranya ialah Jakob Oetama dan

Petrus Kanisius Ojong.16

14

Hasil Penelitian Ikhsan Ali Fauzi, dkk., dalam Rusmin Tumanggor dan Kholis

Ridho, Antropoligi Agama, h. 75. 15

Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika, h. 1. 16

F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, (Jakarta: Kompas

Gramedia, 2010), h. 2.

Page 18: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

8

Pertanyaan dan pernyataan tersebut yang ada dibenak penulis,

sehingga penulis merasa tertarik untuk mengungkap jawaban atas pertanyaan

dan pernyataan tersebut. Oleh karena itu, penulis memilih kajian skripsi yang

berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Konflik Tolikara Pada Harian

Kompas dan Republika”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan ini lebih terarah, maka penulisan

skripsi ini dibatasi pada analisis tekstual dari berita “Konflik tolikara”. Adapun

media cetak yang akan dinalisis ialah Harian Umum Republika dan Kompas,

edisi 20, 21, 24, dan 25 Juli 2015.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada bagian

sebelumnya dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang

akan dibahas antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana bingkai pemberitaan konflik tolikara pada Harian Kompas dan

Republika?

2. Bagaimana perbedaan bingkai pemberitaan konflik tolikara pada Harian

Kompas dan Republika?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bingkai pemberitaan konflik tolikara pada surat kabar

Republika dan Kompas.

Page 19: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

9

2. Mengetahui perbedaan bingkai pemberitaan konflik tolikara pada Harian

Kompas dan Republika

Dari tujuan penulisan di atas, maka penelitian ini memiliki manfaat

secara akademis dan praktis.

1. Manfaat Akademis

Dalam segi akademis penelitian ini dilakukan guna mengaplikasikan

teori analisis faraming Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki untuk memahami

bagaimana bingkai berita konflik tolikara pada harian Kompas dan Republika.

2. Manfaat Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan refrensi terhadap kajian

analisis framing di media massa. Khususnya kajian analisis faraming model

Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Model analisis teks yang dikemukakan

Pan dan Kosicki ini melalui empat elemen (sintaksis, skrip, tematik, dan

retoris) dan setiap elemen memiliki unit-unit yang secara runtun membedah

teks mulai dari judul hingga penutup. Sehingga teks dapat diamati dengan lebih

rinci dan detail.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan oleh penulis dalam usaha memahami

pembingkaian pada media cetak Republika dan Kompas terkait pemberitaan

Konflik tolikara ialah paradigma kontruktivisme. Paradigma konstruktivisme

memandang bahwa realitas bukanlah suatu hal yang natural, melainkan hasil

Page 20: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

10

dari sebuah konstruksi.17

Dengan paradigma ini penulis akan melihat dan

mengetahui bagaimana media mengkonstruksi realitas. Titik perhatian dalam

paradigma ini tidak terletak pada bagaiman seseorang mengirimkan pesan,

melainkan bagaimana masing-masing pihak terlibat proses komunikasi dalam

memproduksi dan mempertukarkan makna.

Penulisan dengan paradigma konstruktivis memiliki beberapa

karakteristik, diantaranya; memiliki tujuan untuk menentukan realitas yang

terjadi sebagai hasil interaksi antara penulis dengan objek penilitian, penulis

melibatkan dirinya dengan realitas yang diteliti, makna yang dihasilkan dari

suatu teks merupakan hasil negosiasi antara teks dengan penulis, hasil

penulisan merupakan interaksi antara penulis dan objek penulisan, subjektivitas

penulis menjadi dasar dari proses analisis, kualitas dilihat dari sejauh mana

penulis mamapu menyerap dan mengerti bagaimana individu mengkonstruksi

realitas.18

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mencari makna terhadap sesuatu.

Penelitian kualitatif berupaya menghimpun data, mengolah data, dan

menganalisa suatu data. Penelitian dengan metode ini dilakukan lebih

mendalam dalam penangkapan suatu makna atau masalah.19

Penelitian

17

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, (Yogyakarta:

PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet. Ke-VII, h.43. 18

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 51-74. 19

Lexy J. Moleong, Metode Penulisan Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya,

2005), h. 13.

Page 21: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

11

kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan data visual dan data

verbal di mana proses dalam penulisannya menggunakan metode pengumpulan

data dan metode analisis data.20

Dengan pendekatan kualitatif ini tidak

menghitung seberapa banyak data, namun diutamakan data yang diperoleh

kemudian dimaknai secara mendalam.

3. Subjek dan Objek Penulisan

Subjek dalam penulisan ini adalah harian Republika dan

Kompas.Sedangkan yang menjadi objek penulisan ialah berita seputar Konflik

tolikara edisi 20, 21, 24, dan 25 Juli 2015.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulisan ini dilakukan mulai bulan Juli 2015. Tempat penulisan

dimulai dikediaman penulis sendiri kemudian dilanjutkan dengan

mewawancarai pihak redaksi dari kedua media tersebut. Berita terkait konflik

tolikara pada harian Republika dalam edisi yang diteliti selalu menjadi

headline. Sehingga, keterangan dari Redaktur Halaman Utama Republika,

Fitriyan Zamzami dirasa perlu. Karena, tentunya ia memiliki wewenang dalam

proses pembingkaian atas berita tersebut.

Begitupun dengan Kompas, pemberitaan terkait konflik tolikara dalam

beberapa edisi menjadi headline dan sebagian besar terdapat pada rubrik politik

dan hukum. Sehingga, keterangan dari pihak yang menangani rubrik poltik dan

hukum pada Harian Kompas perlu untuk mengetahui dan mengkonfrmasi hasil

temuan teks terkait pembingkaian berita tersebut. Oleh karenanya, penulis

20

M. Antonius Birowo, MetodePenulisan Komunikasi Teori dan Aplikasi, (Gitanyali:

Yogyakarta, 2004), h.2.

Page 22: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

12

mewawancarai Redaktur Rubrik Politik dan Hukum Kompas, Sutta

Dharmasaputra.

5. Teknik Analisis Penelitian

Berdasarkan dari permasalah di atas penulis akan menghubungkan

fakta-fakta temuan dari kedua surat kabar tersebut terkait pemberitaan Konflik

tolikara dengan kerangka analisis framing. Analisi framing yang digunakan

oleh penulis ialah analisis framing yang dikemukakan oleh Zhongdang Pan dan

Gerald M. Kosicki. Dalam pendangan Pan dan Kosicki perangkat framing

dapat dibagi menjadi empat struktur besar, yakni struktur sintaksis yang

berhubungan dengan bagaimana wartawan menyususn peristiwa. Kemudian

struktur skrip yang berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan

atau menceritakan peristiwa kedalam bentuk berita. Struktur tematik,

berhubungan dengan bagaiman wartawan mengungkapkan pandangannya atas

peristiwa kedalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang

membentuk teks secara keseluruhan. Terakhir ialah struktur retoris, yang

berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam

berita.21

Table 1.1

Model Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG

DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

1. Skema berita

Headline, lead, latar

informasi, kutipan,

sumber, pernyataan,

penutup

21

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h.294.

Page 23: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

13

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan berita 5W+1H

TEMATIK

Cara wartawan

menulis fakta

3. Detail

4. Koherensi

5. Bentuk kalimat

6. Kata ganti

Paragraf, proposisi,

kalimat, hubungan

antarkalimat

RETORIS

Cara wartawan

menekankan fakta

7. Leksikon

8. Grafis

9. Metafora

Kata, idiom,

gambar/foto, grafik

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Dokumentasi sebagai suatu metode pengumpulan data, bertujuan

menggali data-data secara sistematis dan objektif, ini merupakan instrument

pengumpulan data yang bertujuan mendapatkan informasi yang mendukung

analisis dan interpretasi data.22

Dokumentasi yang dimaksud dalam penulisan

ini didapatkan dari surat kabar Republika dan Kompas edisi 20, 21, 24, dan 25

Juli 2015 yang memuat berita terkait Konflik tolikara.

b. Wawancara

Wawancara dalam penulisan ini dilakukan dengan wawancara

mandalam, bebas namun dituttut pedoman wawancara.Wawancara dalam riset

kualitatif yang disebut sebagai wawancara intensif, bebas namun terarah sesuai

dengan konteks pembahasan.23

Penulis mewawancarai Redaktur Pelaksana Kompas Sutta

Dharmasaputra dan Redaktur Halaman Utama Republika Fitriyan Zamzami,

22

Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008),

Edisi 1, cet ke-III, h. 100. 23

Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008),

Edisi 1, cet ke-III, h. 36.

Page 24: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

14

untuk mengkonfirmasi data sekunder yang berupa temuan dari beberapa

dokumantasi surat kabar Republika dan Kompas terkait pemberitaan Konflik

tolikara.

H. Tinjauan Pustaka

Sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada

beberapa penulisan yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa diantaranya

adalah penulisan skripsi berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Gayus

Tambunan di Republika dan Media Indonesia” karya Ririn Restu Utami,

Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik UIN Jakarta. Kemudian penulisan karya

Reza Andrian dengan judul “Analisi Framing Berita Konflik Muslim Rohingya

Dan Budha Rakhine Di Myanmar Pada Republika Online dan DetikCom

Periode Juni 2012”, skripsi karya Marisha Arianti Agustin mahasiswi

Jurnalistik, dengan judul “Wacana Mundurnya Luthfi Hasan Ishaaq pada

Pemberitaan Harian Kompas”. Serta skripsi karya Rahmadaniati Marchelina

dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Harry Tanoesoedibjo di Harian

Media Indonesia dan Seputar Indonesia”. Beberapa tinjauan pustaka tersebut

dijadikan acuan oleh penulis, karena terdapat persamaan jenis penelitian yakni

mengenai framing. Namun tentunya terdapat perbedaan antara skripsi tersebut

dengan skripsi penulis, yakni mengenai kasus yang diangkat, media massa

yang menjadi objek penelitian, serta konsep yang digunakan, hasil temuan dan

analisis data

Page 25: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

15

I. Sistematika Penulisan

BAB I: Pada bab ini dijabarkan mengenai latar belakang masalah yang

diambil oleh penulis, batasan serta rumusan masalah, tujuan

serta manfaat penulisan, metodologi penulisan, tinjauan pustaka

dan bagian akhir dari bab ini ialah sistematika penulisan.

BAB II: Bab ini akan dibahas menenai landasan teori dan teknik analisis

framing yang digunakan sebagai mata pisau dalam menganalisis

data temuan.

BAB III: Pada bab ini pemb ahasan terkait gambaran umum dari kedua

media cetak, yakni gambaran keseluruan mengenai Harian

Umum Republika dan Kompas.

BAB IV: Bagian bab ini akan dibahas secara mendalam dan terperinci

hasil dari temuan serta hasil analisis dari pemberitaan Konflik

tolikara pada Harian Umum Republika dan Kompas edisi 20,21,

24 dan 25 Juli 2015 yang dihubungkan dengan argumentasi serta

teori-teori yang terdapat pada bab II.

BAB V: Bab penutup dari berbagai sub bab yang terdapat dalam

penyusunan skripsi ini merangkum seluruh kesimpulan dan

saran dari permasalahan yang diangkat.

Page 26: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Teori

B. Teori Konstruksi Sosial

Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya “The

Social Construction of Reality, a treatise in the Socialogical of Knowledge”

berpandangan bahwa sebuah realitas merupakan suatu bentukan

(konstruksi). Konsturksi sosial menggambarkan dimana terjadinya proses

sosial melalui tindakan dan interaksi, individu menciptakan secara terus

menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.17

Konstruksi merupakan suatu teori yang dapat digunakan dalam

metode analisis framing. Teori ini mengenai pembentukan sebuah realitas

yang dilihat dari bagaimana sebuah realitas sosial itu memiliki makna.

Sehingga realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi oleh individu secara

subjektif kepada individu lainnya sehingga realitas tersebut dapat dilihat

secara objektif dan pada akhirnya individu akan mengkonstruksi realitas

yang ada dan merekonstruksikan kembali ke dalam dunia realitasnya.

Manusia memaknai dirinya dan objek di sekelilingnya berdasarkan

sifat-sifat atau sensasi yang dialaminya saat berhubungan dengan objek

tersebut. Pemaknaan tersebut berasal dari tindakan yang terpola dan terjadi

secara terus menerus yang pada akahirnya mengalami objektifasi dalam

kesadaran mereka yang mempersepsikannya. Dalam aspek psikologis

17

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Kencana: Jakarta, 2006. Cet ke-1, 193.

Page 27: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

17

manusia melihat sebuah realitas akan memiliki persepsi yang berbeda sesuai

dengan apa yang dipahaminya. Oleh kerenanya, realitas yang sama bisa jadi

akan dipahami dan digambarkan secara berbeda pula oleh setiap individu.

Individu mampu secara aktif dan kreatif mengembangkan segala realitas

sesuai dengan stimulus dalam kognitifnya.

Berger dan Luckman menyatakan bahwa proses konstruksi sosial

ada melalui tiga moment simultan. Pertama, eksternalisasi (penyesuaian

diri) dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia.18

Kedua,

obyektifasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif

yang dilembagakan.19

Dalam tahap ojektifasi yang terpenting adalah

pembuatan signifikasi, yakni pembuatan tanda-tanda oleh manusia.20

Ketiga, internalisasi, yaitu proses di mana individu mengidentifikasi dirinya

dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial di tempat individu

menjadi anggotanya.21

Proses pembentukan realitas dalam media massa memiliki tiga

tahap, yang terdiri dari tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran

konstruksi dan tahap pembentukan konstruksi realitas. Dalam tahap

menyiapkan materi konstruksi yang terpenting adalah melihat keberpihakan

media massa kepada kapitalisme yang menjadi dominan, mengingat dimana

media massa adalah mesin produksi kapitalis yang harus menghasilkan

keuntungan. Pada tahap sebaran konstruksi, dilihat dari strategi media massa

18

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Kencana: Jakarta, 2008, h.15. 19

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 15. 20

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 17. 21

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 15-16.

Page 28: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

18

dalam menyebarkan informasi. Pada umumnya persebaran konstruksi sosial

media massa menggunakan model satu arah. Dimana media berkuasa penuh

terhadap penyebar informasi dan penonton atau pembaca tidak memiliki

pilihan selain mengonsumsi informasi tersebut. Selanjutnya, tahap

pembentukan konstruksi realitas, yang terdiri atas pembentukan konstruksi

realitas, pembentukan konstruksi citra. Tahapan terakhir mengkonfirmasi,

tahapan ini ketika media massa maupun pembaca memberi argumentasi dan

akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan

konstruksi.22

Realitas yang ditampilkan oleh media pada dasarnya merupakan

hasil konstruksi media itu sendiri. Realitas dalam media massa dikonstruksi

dengan melalui tiga tahap, yaitu tahap konstruksi realitas pembenaran,

kesediaan dikonstruksi oleh media massa dan sebagai pilihan konsumtif.

Pertama, konstruksi realitas pembenaran merupakan realitas yang dikonstuksi

media massa dan apa yang disajikan di media massa seluruhnya diangap

sebagai suatu kebenaran. Kedua, tahap kesediaan dikonstruksi oleh media

massa, kesediaan khalayak menjadi konsumen media. ketiga, tahap pilihan

konsumtif, yaitu ketergantungan individu terhadap media.23

2.Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Gagasan mengenai framing pertama kali dikemukakan oleh Beterson

tahun 1995. Saat itu, framing dimaknai sebagai struktur konseptual atau

perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan,

22

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 195-197. 23

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h.212-213.

Page 29: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

19

dan wancana, serta yang menyediakan ketegori-kategori standar untuk

mengapresiasi realitas. Kemudian konsep ini dikembangkan lebih jauh oleh

Erving Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-

kepingan prilaku (strip of behavior) yang membimbing individu membaca

realitas.24

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk

membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta.

Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke

dalam berita agar bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat,

untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.25

Dari

pemahaman tersebut dapat diartikan bahwasaanya framing ialah suatu

pendekatan untuk mengetahui dan memahami bagaimana wartawan saat

memproduksi berita, yakni bagaimana wartawan menyeleksi dan

menuliskan berita. Cara pandang tersebut akhirnya menentukan mana fakta

yang akan diambil, mana bagian yang akan ditonjolkan atau sembunyikan,

serta hendak dibawa kemana berita tersebut.26

Kerenanya, berita menjadi

manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu

yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakan.27

24

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 161-162. 25

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h, 162. 26

Bimo Nugroho, Eriyanto, Frans Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita,

(Jakarta: ISAI, 1999), h. 21. 27

Teguh Irawan, Media Surabaya Mengaburkan Makna, (Jakarta: Pantau Edisi 9,

2000), h. 65-73.

Page 30: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

20

Selain itu terdapat beberapa definisi mengenai framing yang

dikemukakan oleh para tokoh. Menurut William A. Gamson, framing ialah

cara bercerita atau gagasan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan

menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan

objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan

(package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang

digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia

sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

Menurut Robert N. Etnman framing ialah proses seleksi dari berbagai aspek

realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang

aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam

konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar

dari pada sisi yang lain.28

Menurut George Junus Aditjondro dalam Arifatul Choiri Fauzi,

mengartikan framing sebagai sebuah penyajian realitas di mana kebenaran

tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, tetapi dibelokak secara

halus, memberikan sorotan pada terhadap aspek-aspek tertentu saja,

menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu, bantuan

foto, karikatur, dan menggunakan alat ilustrasi lainnya.29

Sejalan dengan hal tersebut, Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

memaknai framing sebagai strategi konstruksi dan memproses berita.

28

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 77-78. 29

Arifatul Choiri Fauzi, kabar-kabar Kekerasan dari Bali, (Yogyakarta: LKIS,

2007), h. 28.

Page 31: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

21

Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan

peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan

berita.30

Pengertian tersebut menegaskan bahwasnnya konsep framing akan

melihat bagaimana media membingkai isu-isu, sehingga akan nampak

kearah mana pemberitaan tersebut akan diarahkan.

Proses framing terkadang dibenturkan dengan alasan-alasan teknis

seperti keterbatasan kolom dan halaman (pada media cetak) dan waktu

(pada media elektronik), jarang ada media yang membuat berita secara utuh

mulai dari menit pertama kejadian hingga menit akhir. Atas nama kaidah

jurnalistik, peristiwa yang panjang, lebar dan rumit dicoba “disederhanakan”

melalui mekanisme pembingkaiaan fakta-fakta dalam bentuk berita

sehingga layak terbit atau layak tayang.31

Terdapat dua aspek dalam framing, yakni memilih fakta atau realitas

dan menuliskan fakta.32

Pertama, memilih fakta merupakan proses dimana

seorang wartawan melihat suatu peristiwa. Fakta dipilih berdasarkan asumsi

serta perspektif wartawan. Wartawan akan memilih realitas mana yang akan

diambil dan memilih angle tertentu. Dengan pemilihan ini artinya terdapat

aspek tertentu dari realitas yang tidak diberitakan dan aspek tertentu justru

ditonjolkan. Jika demikian, tentunya pemahaman dan konstruksi realitas

atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain.

Kedua, menuliskan fakta atau realitas. proses ini merupakan

bagaimana cara wartawan menyajikan fakta yang telah dipilih dengan cara

penonjolan realitas. Bagaimana wartawan menekankan fakta tersebut dalam

bentuk kata, kalimat dan proposisi tertentu serata dengan bantuan aksentuasi

30

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h.79. 31

Ibnu Hammad, Konstruksi Realitas Politik, (Jakarta: Granit, 2004), h.21. 32

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 81.

Page 32: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

22

foto dan gambar. Selain itu fakta yang telah dipilih ditekankan agar nampak

lebih menonjol, misalnya dengan nempatkan sebagai headline depan atau

bagian belakang, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan

meperkuat penonjolan, pemakaian lebel tentu untuk mendeskripsikan orang

atau peristiwa, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi,

dan pemakaian kata yang mencolok, gambar dan sebagainya.

Pemilihan fakta dan penulisan fakta yang menggunakan kata, kalimat

atau foto itu merupakan hubungan memilih aspek tertentu dari realitas.

Aspek tertentu yang sengaja ditonjolkan tersebut akan mendapatkan alokasi

dan perhatian yang besar dibanding aspek lain. Sehingga kemenonjolan

tersebut, memiliki peluang besar untuk sebuah berita diperhatikan, dianggap

lebih bermakna dan akan lebih diingat oleh khalayak.

Model analisis framing diperkenalkan oleh banyak tokoh, salah

satunya ialah model analisis framing yang dikenalkan oleh Zhongdang Pan

dan Gerald M. Kosicki. Menurut Pan dan Kosicki terdapat dua konsepsi

framing yang berkaitan, yakni konsep psikologi dan konsep sosiologi.

Konsep psikologi lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses

berita dalam dirinya. Sedangkan konsep sosiologis menekankan pada

bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan

menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di

luar dirinya.

Framing dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam

mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.

Page 33: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

23

Dalam proses konstruksi berita, wartawan tidak hanya dibekali oleh pikiran

yang ada dalam dirinya saja. Namun, proses mengkonstruksi berita akan

melibatkan nilai-nilai sosial yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana

realitas akan dipahami. 33

Pendekatan framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terbagi

kedalam empat struktur besar; struktur sintaksis, struktur skrip, struktur

tematik dan struktur retoris.34

Melalui keempat struktur ini, dapat dilihat

bagaimana kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dan

menginterpretasikan pemahamannya ke dalam bentuk berita. Pendekatan-

pendekatan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai

berikut:

Table 1.2

Konsep Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG

DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

1. Skema berita

Headline, lead, latar

informasi, kutipan,

sumber, pernyataan,

penutup

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan

berita

5W+1H

TEMATIK

Cara wartawan

menulis fakta

3. Detail

4. Koherensi

5. Bentuk kalimat

6. Kata ganti

Paragraf, proposisi,

kalimat, hubungan

antarkalimat

RETORIS

Cara wartawan

7. Leksikon

8. Grafis

9. Metafora

Kata, idiom,

gambar/foto, grafik

33

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 292. 34

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media,h. 294.

Page 34: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

24

menekankan fakta

Tabel tersebut merupakan gambaran struktur dari perangkat framing

Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Pertama, struktur sintaksis

berhubungan dengan bagaimana wartwan menyusun peristiwa, menyususn

pernyataan, opini, kutipan pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk

susunan berita. Sintaksis dalam pengertian umum adalah susunan kata atau

frase dalam kalimat.35

Dalam wacana berita, sintaksis merujuk pada

pengertian susunan dan bagian berita seperti headline, lead, latar informasi,

sumber, penutup yang terdapat dalam satu kesatuan teks berita secara

keseluruhan.36

Biasanya struktur sintaksis yang paling populer dalam teks

berita ialah bentuk piramida terbalik, dimana bagian yang atas ditampilkan

lebih penting dibanding dengan bagian bawahnya. Selain itu struktur

piramida terbalik ini mengacu pada pengorganisasian bagian-bagian struktur

yang runtut, seperti headline (judul utama), lead (kepala berita atau

penduhuluan), episode (runtutan cerita), background (latar belakang), dan

ending or conclusion (penutup atau kesipulan).

Headline merupakan aspek sintaksis yang menunjukan tingkat

kemenonjolan dan kecenderungan berita. Pembaca cenderung mengingat

headline ketimbang bagian berita. Headline mempengaruhi bagaimana

35

Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2000), h. 36. 36

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 296.

Page 35: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

25

kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu

dan peristiwa sebagaimana media paparkan.37

Headline biasanya menjadi pusat perhatian pembaca sebelum bagian

berita lainnnya, oleh sebab itu kemasan dan variasi dari headline dibutuhkan

untuk lebih menarik bagi pembaca. Terdapat beberapa jenis headline yang

didasarkan pada kepentingan berita, keserasian (susunan), baris headline-

nya (deks), tipografi, penempatan berita (di halaman surat kabar atau

majalah). Beberapa jenis headline tersebut ialah;38

1. Banner headline, digunakan untuk berita yang dianggap sangat penting.

Headline dibuat dengan jenis dan ukuran huruf yang mencerminkan sifat

gagah dan kuat, dalam arti hurufnya lebih besar dan lebih tebal

ketimbang jenis headline lainnya, serta menduduki tempat lebih dari

empat kolom surat kabar.

2. Spread headline, untuk berita penting. besar dan tebal hurufnya lebih

kecil dari jenis banner headline. tempat yang diperlukannya pun hanya

tiga atau empat kolom saja.

3. Secondary headline, untuk berita yang kurang penting. Ukuran dan

ketebalan hurufnya lebih kecil dari spread headline. tempat yang

disediakan untuk headline jenis ini tidak lebih dari dua kolom.

4. Surbordinated headline, untuk berita yang dianggap tidak penting.

kehadirannya terkadang dibutuhkan hanya untuk menutup tempat kosong

pada halaman yang bersangkutan. Kosong dalam arti sisa tempat pada

halaman yang memuat berita-berita lain yang dianggap lebih penting.

karena itu tempatnya pun tidak lebih dari satu kolom dan dengan ukuran

huruf serta ketebalan lebih rendah ketimbang jenis lainnya.

Selain headline, lead juga merupakan perangkat sintaksis lain yang

sering digunakan. Lead pada umumnya menunjukan sudut pandang dari

berita serta menunjukan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan.

Lead yang disebut juga teras atau intro dalam berita ialah sebuah kalimat

37

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 297. 38

Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk & Kode

Etik, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 115-116.

Page 36: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

26

atau sejumlah kalimat pertama pada sebuah berita yang dimaksudkan untuk

menarik minat agar khlayak mengikuti berita tersebut. Lead juga

dimaksudkan untuk membuat jalan supaya alur berita tersusun dan untuk

menekankan arti berita.39

Lead berita terbagi menjadi beberapa macam. Pada berita yang ditulis

dengan cara piramida terbalik lead terbagi menjadi dua macam. Pertama,

formal lead yaitu lead yang mengandung unsur (5W+1H). Kedua, informal

lead yaitu lead yang hanya mengandung sebagian unsur berita.40

Selain headline dan lead ada pula aspek sintaksis lain yakni latar atau

latar belakang dari sebuah peristiwa. Melalui latar yang dipilih akan

menentukan ke arah mana pandangan khalayak akan dibawa. Kenampakan

latar biasanya berada pada awal bagian berita sebelum pendapat wartawan

yang sebenarnya muncul. Hal ini memberikan kesan bahwa pendapat

wartawan dalam berita nantinya bukanlah pandangan subjektif dari

wartawan, namun padangannya sangat beralasan. Melalui latar dapat

diketahui bagaimana wartawan memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.

Kemudian yang termasuk dalam struktur sintaksis ialah pengutipan

sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan untuk

membangun objektivitas. Pengutipan sumber berita juga bertujuan untuk

memberikan penekanan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukanlah

39

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, Desember 2005), h.

97-98. 40

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 97-98.

Page 37: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

27

pendapat wartawan melainkan pendapat dari orang yang mempunyai

otoritas tertentu.41

Pengutipan sumber ini menjadi prangkat framing atas tiga

hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang

dibuat dengan mandasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Kedua,

menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang

berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang

dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan

tersebut tampak sebagai menyimpang. 42

Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur

yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa kedalam bentuk

berita.43

Umumnya bentuk skrip yang dibuat wartawan memenuhi pola

5W+1H (who, what, when, where, why, dan how). Namun, terkadang tidak

semua pemberitaan terkandung unsur-unsur tesebut. Unsur kelengkapan

berita ini akan menjadi penanda penting dari framing. Melalui skrip

wartawan mampu mengkonstruksi berita, bagaimana suatu peristiwa

dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian peristiwa

dengan urutan tertentu.44

Melalui skrip wartawan mampu memberikan

tekanan bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang

disembunyikan. Cara penyembunyian tersebut dapat dilakukan dengan

41

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 298. 42

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 298-299. 43

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 175. 44

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 300.

Page 38: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

28

menaruh bagian tersebut diakhir paragraf teks berita, sehingga memberi

kasan informasi tersebut tidak atau kurang penting.

Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat

atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.45

Tematik menurut Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis:

peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang

diungkapkan, semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan

yang logis bagi hipotesis yang dibuat.46

Struktur tematik melihat bagaimana

fakta tersebut ditulis, bagaimana kalimat yang digunakan, bagaimana

menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan.

Elemen dari struktur tematik diantaranya ialah koherensi. Koherensi

ialah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat.47

Koherensi ini

berfungsi intuk menggabungkan dua kalimat atau dua proposisi dari fakta

yang berbeda, sehingga kedua fakta tersebut tampak memiliki kaitan

(berhubungan). Jelasnya, koherensi memberikan kesan kepada khlayak

bagaimana dua fakta diabstraksikan dan dihubungkan.Terdapat beberapa

jenis koherensi; pertama, koherensi sebab-akibat. Kalimat atau proposisi

satu dipandang sebagai akibat atau sebab dari proposisi lain. Contoh kata

penghubungnya ialah “mengakibatkan” atau “menyebabkan”. Kedua,

45

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 176 46

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 301. 47

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 302.

Page 39: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

29

koherensi penjelas. Kalimat atau proposisi yang satu sabagai penjelas dari

proposisi lain. Koherensi penjelas ini ditandai dengan kata “dan”, “lalu”,

atau “yang”. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu

dipandang sebagai lawan dari proposisi atau kalimat lain. Koherensi

pembeda ini ditandai dengan kata hubung “dibandingkan” atau

“sedangkan”.

Kemudian yang termasuk kedalam struktur tematik adalah detail.

Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan wartawan.48

Melalui elemen detail dapat diketahui bagaimana wartawan

mengekspresikan sikapnya secara tersembunyi. Melalui detail akan nampak

seberapa besar ruang yang disediakan wartawan untuk menguraikan aspek

tertentu dari pemberitaan. Detail dapat diketahui dengan melihat

keseluruhan dimensi peristiwa, bagian mana yang diuraikan secara panjang

lebar dan bagian mana yang diuraikan dengan detail sedikit. Mengapa

wartawan lebih memilih menguraikan dimensi tertentu dan bukan dimensi

lain? Apa efek dari penguraian detail itu terhadap seseorang atau kelompok

atau gagasan yang diberitakan oleh wartawan.49

Elemen berikutrnya dalam prangkat tematik ialah bentuk kalimat.

Bentuk kalimat ialah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir

logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas jika diterjemahkan ke

dalam bahasa menjadi susunan subjek (kata yang menerangkan) dan

predikat (yang diterangkan). Dari bentuk kalimat dapat diamati makna yang

dibetuk dalam susunan kalimat. Dalam kalimat berstruktur aktif, seseorang

menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan kalimat berstruktur pasif

seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Struktur kalimat dapat dibuat

48

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 238. 49

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 239.

Page 40: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

30

aktif maupun pasif, namun umumnya pokok yang dipandang penting selalu

ditempatkan diawal kalimat.50

Bentuk kalimat ini menentukan apakah subjek dieksperesikan secara

implisit atau eksplisit dalam teks. Penempatan kalimat diawal atau diakhir

dapat mempengaruhi makna yang timbul karena akan menunjukan bagian

mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak. Bentuk kalimat dapat pula

diamati dalam teks berita dari bentuk kalimat yang digunakan. Apakah

berita tersebut menggunakan bentuk deduktif atau induktif. Kalimat

deduktif ialah kalimat yang inti kalimatnya (umum) berada diawal kalimat

dan kemudian kalimat khusus. Sedangkan kalimat induktif sebaliknya,

dimana kalimat khusus diletakan diawal, dan inti kalimat diletakkan di

akhir. Dalam bentuk kalimat deduktif, penonjolan terhadap aspek tertentu

lebih terlihat sementar dalam bentuk induktif inti kalimat nampak samar

dan tersembunyi, karena diletakan diakhir kalimat.51

Kemudian dari elemen kata ganti. Kata ganti merupakan alat yang

dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana posisi seseorang dalam

wacana. Pemakaian kata ganti “kita” atau “kami” mempunyai gambaran

menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian publik, serta mengurangi kritik

dan oposisi hanya kepada diri sendiri. Selain itu kata ganti “kami”

menandakan batas antara komunikator dan khalayak dengan sengaja

dihilangkan untuk menunjukan apa yang menjadi sikap komunikator juga

menjadi sikap khalayak. Berbeda jika menggunakan kata “saya” atau “kita”,

50

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, 251. 51

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, 252.

Page 41: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

31

seolah menunjukan sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator

semata-mata. Begitupun dengan kata ganti “kami” dan “mereka” justru

menciptakan jarak dan memisahkan antara pihak “kami” dan “mereka”.

Untuk yang dianggap sependapat dengan wartawan maka digunakan kata

ganti “kami”, tetapi bagi yang tidak sependapat digunakan kata ganti

“mereka”.52

Kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa

dengan menciptakan suatu komunitas inmajinatif.53

Struktur retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan

menekankan arti tertentu kedalam berita.54

Struktur retoris dari wacana

berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan

untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan.

Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra,

meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran

yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita juga

menunjukan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah

suatu fakta dan kebenaran bukan sekedar persuasi.55

Terdapat beberapa elemen dari struktur retoris yang dipakai oleh

wartawan. Elemen tersebut ialah elemen leksikon, grafis dan metafora.

Leksikon merupakan elemen terpenting, leksikon melihat pada pemilihan

dan penggunaan kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan

peristiwa.56

Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang memiliki

sinonim kata. Diantara beberapa sinonim kata tersebut, komunikator bebas

52

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 253-254. 53

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 254. 54

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 176. 55

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 304. 56

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 304-305.

Page 42: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

32

memilih kata mana yang akan digunakan. Namun, pilihan kata yang

digunakan tidak semata-mata hanya sebuah kebetulan, tetapi juga secara

ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap

realitas.57

Bahkan tak jarang apabila suatu peristiwa yang terjadi mengenai

keburukan komunikator, penggunaan kata yang dipilih akan nampak lebih

halus dengan menggunakan kosakata yang dihaluskan (eufemisme). Pilihan

kata tersebut menunjukan sikap dan ideologi tertentu.

Elemen kedua dari retoris ialah grafis. Selain lewat kata, penekanan

pesan dalam berita juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis.

Grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat berdeda

dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian

garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar.Termasuk di

dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, foto, gambar, atau tabel

untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan

ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Bagian yang

dicetak berbeda tersebut adalah bagian yang dianggap penting oleh

komunikator, dimana ia menghendaki khlalayak menaruh perhatian lebih

pada bagian tersebut. Elemen grafik memeberikan efek kognitif, ia

mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukan

apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus

dipusatkan atau difokuskan.58

57

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h.305. 58

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Poltik Media, h. 306.

Page 43: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

33

Elemen retoris yang terakhir ialah metafora. Dalam suatu wacana

berita, wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi

juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai bumbu

pelengkap dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa

jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks.

Metefora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai

landasan berfikir, alasan pembenaran atas pendapat atau gagasan tertentu

kepada publik.Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan

sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan

mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci, yang semuanya dipakai

untuk memperkuat pesan utama.59

C. Konsep Teori

1. Berita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departeman

Pendidikan Nasional Balai Pustaka terdapat pengertian berita, yaitu cerita

atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat, kabar,

laporan, pemberitahuan, pengumuman.60

Satu kata terakhir memberi

tekanan bahwa berita ialah sebuah peristiwa yang hangat, dalam artian baru

saja terjadi dan penting untuk diketahui oleh khalayak.61

Beberapa tokoh juga mnedefinisikan kata berita. Menurut Tom

Clarke, seorang direktur sebuah institut jurnalistik mengatakan bahwa

NEWS (berita) berasal dari suatu akronim (singkatan) yaitu: N(orth), E(ast),

W(est), S(outh). Dari akronim tersebut Clarke ingin menggambarkan bahwa

59

Eriyanto,Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 259. 60

R. Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Featur, (PT. Indeks, 2006), h. 11. 61

Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Jakarta, 2009), cet ke-I, h. 27-28.

Page 44: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

34

berita sebagai suatu hal yang dapat memenuhi kebutuhan naluri

keingintahuan manusia dengan memberi kabar dari segala penjuru dunia.

Maksudnya adalah sifat berita yang menghimpun keterangan atau informasi

dari empat penjuru arah.62

Menurut Sudirman Tebba berita adalah jalan cerita tentang

peristiwa.63

Bagi Jakob Oetama dalam bukunya “Perspektif Pers Indonesia”

mendefinisikan berita bukalah suatu fakta, tapi laporan tentang fakta itu

sendiri. Suatu peristiwa menjadi berita hanya apabila ditemukan dan

dilaporkan oleh wartawan atau membuatnya masuk dalam kesadaran publik

dan dengan demikian menjadi pengetahuan publik.64

Paul De Maeseneer

dalam buku Here’s the News juga menyebutkan bahwa berita merupakan

informasi yang memiliki pengaruh pada khalayak serta relevan dan layak

dinikmati oleh khlayak.65

Sejalan dengan pandangan di atas, Menurut prof. Mitchel V. Charney

dikutip oleh Onong Uchjana Efendi dalam bukunya “Ilmu, Teori, dan

Filsafat Komuikasi” menyatakan bahwa news is the time of fact or opinion

of either interest of importance, of both, to a considerable number of people

(berita adalah laporan tercepat menganai fakta atau opini yang mengandung

hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah

besar penduduk).66

Definisi berita menurut Dean M. Lyle Spencer adalah

62

Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta:

Erlangga, 2010), h. 25. 63

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 55. 64

Sedia Willing Barus, Jurnalistik: Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 26. 65

Helena Olii, Berita dan Informasi, (PT. Indeks, 2007). Cet ke-1, h. 25. 66

Onong Uchjana Efendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komuikasi, h. 131

Page 45: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

35

setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi

sejumlah besar pembaca.67

Disamping itu, definisi berita dalam praktiknya, menurut AS Haris

Sumadiria berita adalah semua hal yang terjadi di dunia, apa yang ditulis

dalam surat kabar, apa yang disiarkan di radio, dan apa yang ditayangkan

oleh televisi. Berita menyampaikan fakta tetapi tidak setiap fakta merupakan

berita, berita menyangkut orang-orang walau tidak setiap orang menjadi

berita, dan berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi

sebagian kecil yang dilaporkan.68

Menurut Torben Brandt, Eric. S dan Arya

Gunawan dalam buku mereka “Jurnalisme Radio”, berita ialah informasi

yang aktual, memiliki akibat pada kehidupan orang banyak, mengandung

unsur ketokohan, langka, mengandung konflik dan mengandung unsur

entrtainment.69

Dari beberapa pengertian pakar tersebut, penulis menyimpulkan

bahwasannya berita ialah jalan cerita atau laporan tentang suatu peristiwa

baik sekitar kita maupun di seluruh penjuru dunia. Peristiwa tersebut

merupakan fakta disekitar kita atau diseluruh penjuru dunia yang baru

terjadi, aktual, mengandung unsur keluarbiasaan, ketokohan, langka,

konflik, entertainment dan penting diketahui khlayak serta memiliki

pengaruh terhadap khalayak. Laporan peristiwa tersebut dimuat di media

tertentu, baik media cetak, elektronik maupun online

67

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011), h.68. 68

AS. Haris Sumardiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature,

(Bandung: Rosdakarya, 2008), cet ke-III, h. 63. 69

Helena Olii, Berita dan Informasi, h. 25-31.

Page 46: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

36

2. Surat Kabar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), surat kabar

diartikan sebagai, “Lembaran kertas bertuliskan kabar atau berita dan

sebagainya, terbagi dalam kolom-kolom (8-9 kolom), yang terbit setiap

hari secara periodik.”70

Menurut Indah Suryawati, dari segi periode terbit

tidak hanya harian namun juga terdapat surat kabar mingguan. Dari segi

ukurannya, terdapat surat kabar yang terbit dalam bentuk plano dan ada

pula yang terbit dalam bentuk tabloid.71

Dilihat dari fungsinya, Surat kabar yaitu media komunikasi yang

berbentuk cetak yang menitikberatkan pada penyebaran informasi (fakta

maupun peristiwa) agar diketahui publik. Dari segi ruang lingkupnya,

terdapat surat kabar lokal dan surat kabar nasional.72

Sedangkan menurut Dja’far H. Assegaf, surat kabar tidak hanya

dilihat sebagai media yang berisikan berita saja, namun juga berisi iklan-

iklan. “Penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi berita-

berita, karangan-karangan dan iklan, yang dicetak dan diterbitkan

secara tetap atau periodik dan dijual untuk umum”.73

Selain itu Surat

kabar dianggap memiliki kelebihan dari media massa lainnya, yakni mampu

70

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka 2003), h.28 71

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011), h, 40.

72Syarifudin Yunis, Jurnalistik Terapan, (Ghalia Indonesia, 2010), h. 29.

73Dja’far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek

Kewartawanan, (Jakarta : Ghali Indonesia, 1985), h.63

Page 47: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

37

menyajiakan informasi atau berita secara komprehensif, bisa dibawa

kemana-mana, bisa didokumentasikan, dan dapat dibaca berulang-ulang.74

3. Konflik

Konflik merupakan bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan

oleh individu atau kelompok, karena mereka terlibat memiliki perbedaan

sikap, kepercayaan, nilai atau kebutuhan. Konflik juga merupakan suatu

proses yang terjadi ketika satu pihak secara negatif mempengaruhi pihak

lain, dengan melakukan kekerasan psikis atau fisik yang membuat perasaan

orang lain dan fisik orang lain terganggu.75

Konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih, baik

individu maupun kelompok yang merasa dirugikan atau diperlakukan secara

tidak adil dalam berbagai aspek kehidupan agama, ekonomi, ilmu

pengetahuan, teknologi, keorganisasian sosial, bahasa dan komunikasi,

kesenian dan lainnya.76

Dari penyataan di atas, konflik dapat terjadi karena pihak-pihak yang

berlawanan merasa dirugikan dan diperlakukan tidak adil. Oleh karenanya

satu atau kedua pihak berupaya untuk mendapatkan keadilan dalam segala

aspek kehidupan. Dapat dikatakan bahwa pihak yang berlawanan ini

berupaya untuk memperoleh sumber daya yang terbatas. Perebutan

sumberdaya ini tidak selalu berbentuk materi, namun juga dapat berbentuk

74

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011), h, 40. 75

Alo Liliweri, M.S., Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya

Masyarakat Multikultural, (Yogyakarta: LKiS, 2009), h. 249. 76

Rusmin Tumanggor, dkk., Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan

Pendekatan Riset Aksi Partisipatori, h. 6.

Page 48: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

38

perebutan yang sifatnya ideologis, seperti rasa ingin dihargai, atau

penghormatan terhadap kepercayaan yang dianut.

Dilihat dari tipe dasar konflik, menurut Lewis Coser terbagi menjadi

dua tipe. Pertama, konflik realistik. Konflik realistik memiliki sumber yang

konkrit atau bersifat matrial, seperti sengketa sumber ekonomi dan wilayah.

Kedua, konflik non realistik didorong oleh keinginan yang tidak rasional

dan cenderung bersifat ideologis, seperti konflik antar etnis dan agama.

Coser menambakan bahawa konflik jenis pertama dapat diatasi dengan baik

jika sumber daya dari masing-masing pihak dapat terpenuhi secara adil.

Namun, untuk jenis konflik kedua cenderung sulit untuk menemukan solusi

konflik untuk mencapai perdamaian. Dalam suatu konflik juga

memungkinkan memiliki kedua tipe dasar konflik tersebut.77

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa konflik dapat disebabkan

karena multi faktor. Konflik bisa dipicu oleh sebab-sebab lain yang melatar

belakangi peristiwa konflik. Misalnya dalam konflik keagamaan, penyebab

dari konflik ini bisa berawal dari kesenjangan ekonomi kemudian hingga

menyulut tindak kekerasan atas nama agama secara massif.

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu

konflik. Terdapat empat faktor dominan penyebab terjadinya konflik;

pertama, Kesenjangan distribusi ekonomi dan sumberdaya natural yang

tidak merata atau tidak seimbang. Kedua, kebijakan politik nasional dan

internasional, diantaranya tentang pola migrasi dan tata ruang wilayah yang

kurang terarah dan rawan konflik. Ketiga, persoalan perbedaan identitas dan

pola adaptasi sosial yang beragam sehingga memunculkan sentimen

keagamaan, etnisitas dan golongan. Keempat, adanya profokasi atau

penyulut konflik.78

77

Rusmin Tumanggor, dkk., Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan

Pendekatan Riset Aksi Partisipatori, h. 42. 78

Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropologi Agama, h. 79.

Page 49: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

39

Faktor perbedaan identitas dan pola adaptasi sosial dapat menjadi

penyebab konflik karena setiap individu tentunya memiliki perbedaan

pendirian dan perasaan akan suatu hal. Ini yang menyebabkan sesorang

terkadang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Kemudian, adanya

perbedaan latar belakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi

yang berbeda yang dapat memicu konflik jika tidak bersesuaian dengan

lingkungan sosialnya. Selanjutnya, terdapat perbedaan kepentingan antar

individu dan kelompok yang menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial

dan budaya. Terakhir, terjadinya perubahan nilai yang cepat dan mendadak

dalam masyarakat, perubahan yang cepat dapat membuat individu atau

kelompok dalam lingkungan sosial sulit kembali untuk beradaptasi. Atau

bahkan mungkin terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan

karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat setempat.79

Dari faktor –faktor tersebut, jika dianalogikan seperti bagian sebuah

bom. Maka kesenjangan ekonomi dan sumber daya menjadi sebuah bahan

utama atau menjadi isinya. Kemudian bahan utama tersebut dibungkus oleh

persoalan kebijakan politik. Kemudian sumbunya ialah perbedaan identitas

sepeti perbedaan etnis, suku dan agama yang mampu menyulut konflik. Dan

terakhir jika bom tersebut disulut dengan api, atau adanya aksi provokator,

maka ledakan konflik akan terjadi.80

79

Rusmin Tumanggor, dkk., Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan

Pendekatan Riset Aksi Partisipatori, h. 43-45. 80

Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropologi Agama, h. 80.

Page 50: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

40

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Kompas

Menjelang awal tahun 1965, suhu politik di Indoneisa kembali

memanas dengan hadirnya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sering

melakukan kegitan sepihak. PKI bahkan menyuarakan perlunya dibentuk

angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan negara yang sah

(ABRI). Bahkan saat itu PKI adalah salah satu partai besar di Indonesia

pada 1950-an dan 1960-an, serta PKI memenangkan tempat keempat dalam

pemilihan umum 1955, sehingga partai ini memiliki pengaruh besar di

masyarakat kala itu.70

Hingga suatu hari, Letjen Ahmad Yani selaku

Panglima TNI-AD menelpon rekan sekabinetnya yakni Drs. Frans Seda.

Letjen Ahmad Yani melemparkan ide untuk menerbitkan surat kabar untuk

menandingi wacana PKI yang berkembang.71

Selanjutnya, Frans Seda menanggapi ide tersebut dan kemudian

membicarakan hal itu dengan rekanya Ignatus Josef Kasimo (sesama rekan

di Partai Katolik) dan dengan rekannya yang lain yakni Petrus Kanisisus

Ojong dan Jakob Oetama yang saat itu sebagai pemimpin majalah Intisari.

Namun secara pribadi Jakob Oetama dan beberapa pemuka agama Katolik

seperti Monsignor Albertus Soegijapranata, Ignatius Joseph Kasimo tidak

70

F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, (Jakarta: Kompas

Gramedia, 2010), h. 1. 71

F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, (h. 2.

Page 51: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

41

mau menerima begitu saja mengingat kontekstual politik, ekonomi dan

infrastruktur pada saat itu tidak mendukung.72

Namun tekad Pertai Kotolik menerbitkan koran semakin bulat. PK

Ojong dan Jakob Oetama menerima ide tersebut dan segera mempersiapkan

penerbitan surat kabar. Surat kabar tersebut semuala akan dinamai “Bentara

Rakyat” yang memiliki arti pembela rakya. Nama tersebut dipilih dan

dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pembela rakya

sebenarnya bukanlah PKI.Akan tetapi menjelang penerbitan, Frans Seda

yang saat itu menjabat sebagai menteri perkebunan rakyat menghadap ke

Istana Merdeka untuk menemui Presiden Soekarno. Saat itu Soekarna telah

mendengar bahwa Frans Seda akan menerbitkan surat kabar, kemudian

Presiden mengajukan usulan nama yakni “Kompas” yang memiliki arti

“pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba”, arti ini

merupakan sebuah harapan bahwa Surat Kabar Kompas dapat menjadi

petunjuk arah dan juga petunjuk jalan bagi masyarakat. Kompas mampu

menyajikan pemberitaan yang menjadi petunjuk atau mencerahkan

masyarakat. Maka nama usulan presidenlah yang resmi digunakan, yakni

“Kompas”. Sementara nama“Bentara Rakya” digunakan sebagai nama dari

yayasan penerbitan dimana Kompas bernaung dibawahnya.73

Meski mendapat restu Presiden Soeharto, bahkan nama “Kompas”

merupakan ide presiden pula, namun diawal berdirinya Kompas melewati

72

Diakses dari http://www.fimadani.com/sejarah-harian-Kompas-sebagai-pers-

partai-katolik/ yang dikutip dari Jakob Oetama, “Mengantar Kepergian P.K. Ojong”,

KOMPAS, 22 juni 1980. 73

F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, (, h. 1-2.

Page 52: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

42

banyak rintangan, terutama pihak yang tidak senang dari partai komunis.

Izin sudah ditangan namun Kompas tak kunjung terbit.Rupanya rintangan

belum semuanya berlalu, masih ada satu halangan yang mesti dilalui, yakni

izin dari Panglima Militer Jakarta yang saat itu dijabat oleh Letnan Kolonel

Dachja. Dari Markas Militer Jakarta, diperolehlah jawaban atas izin tersebut

baru akan disetujui jika syarat dari 5.000 tanda tangan pelanggan terpenuhi.

Hingga akhirnya pada wartwan mengumpulkan tanda tangan dari anggota

petani, gutu sekolah, anggota koprasi di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten

Sikka dan Kabupaten Flores Timur yang mayoritas penduduknya beragama

Katolik, pada akhirnya persyaratan tersebut terpenuhi.74

Tak henti sampai disitu, PKI mulai menghasut masyarakat dengan

mengartikan kata “Kompas” sebagai singkatan dari “komando pastor”. Hal

ini berusaha mereka kaitkan dengan kondisi sebagaian besar kepengurusan

Kompas yang berasal dari para pemimpin organisasi Partai Katolik, wanita

katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

Diantara nama-nama yang tercatat, antara lain; IJ. Kasimo (Ketua Yayasan

Bentara Rakyat), Drs. Frans Seda (Wakil Ketua Yayasan Bentara Rakyat),

penulis 1: Palaunsuka, penulis II: Jakob Oetama, dan bendahara: Petrus

Kanisius Ojong.

Harian Kompas lahir tanggal 28 Juni 1965 dengan moto “Amanat

Hati Nurani Rakyat”.Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara

yang merupakan bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia (KG), yang

74

Diakses dari http://www.fimadani.com/sejarah-harian-Kompas-sebagai-pers-

partai-katolik/ yang dikutip dari Daniel Dhakidae, “THE STATE, THE RISE OF

CAPITAL’, HAL. 237-244

Page 53: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

43

didirikan oleh PK. Ojong (almarhum) dan Jakob Oetama.75

Kompas pertama

kali terbit empat halaman berisi sebelas berita luar negeri dan tujuh berita

dalam negeri di halaman pertama. Berita utama di halam satu, saati itu

berjudul “KAA Ditunda Empat Bulan”. Dihalaman pertama pojok kiri atas

tertulis nama Pemimpin Redaksi : Drs. Jakob Oetama. Staf Redaksi; Drs. J.

Adisubrata. Lie Hwat Nio SH, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei

Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Yh. Ponis Purba, Tinon Prabawa, dan

Eduard Liem.76

Sementra itu istilah tajuk rencana ketika itu belum ada, namun

halaman 2 terdapat kisah lahirnya Kompas dan berita luar negeri serta dua

berita dalam negeri. Serta terdapat kolom hiburan senyum simpul.Di

halaman 3 terdapat tiga artikel, satu diantaranya mengenai luar

negeri.Terdapat pula ulasan mengenai penyakit ayan dari Dr. Kompas.

Sedangkan di halaman terakhir terdapat dua berita olahraga mengenai

“Persiapan Team PSSI ke Pyongyang”, dan dua artikel luar negeri dan satu

dari dalam negeri. Saat itu iklan masih kurang, dari enam iklan diantaranya

dari redaksi Kompas mengenai permintaan menjadi langganan Kompas.

Kompas terus mengalami perkembangan dan kemajuan. Oplah

Kompas selalu naik dari semula hanya 4.800 eksemplar menjadi 8.003

eksemplar. Saat ini rata-rata 500.000 eksemplar pada hari Senin hingga

Jumat, dan berkisar 600.000 eksemplar pada weekand. Oplah terbesar

75

Diakses dari http://profile.print.kompas.com/profil/, diakses pada 20 September

2015. 76

F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, h.2-3

Page 54: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

44

dicapai pada saat bertepatan dengan ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun

dengan oplah 750.000 eksemplar dalam edisi khusus.77

Dengan moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” menggambarkan visi

dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang

sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan

pengotakan latar belakang, suku, agama, ras, dan golongan. Ingin

berkembang sebagai "Indonesia Mini”, karena Kompas sendiri adalah

lembaga yang terbuka dan kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya

mencerdaskan bangsa. Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai

nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang

transenden atau mengatasi kepentingan kelompok.78

Sesuai dengan moto tersebut, visi Kompas ingin menjadi institusi

yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia

yang demokratis dan bermartabat, serta menjungjung tinggi asas dan nilai

kemanusiaan. Kompas juga turut berpartisipasi membangun masyarakat

Indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip persatuan dalam

perbedaan dengan menghormati individu dan masyarakat yang adil dan

makmur. Begitupun dengan misi Kompas, mengantisipasi dan merespon

dinamika masyarakat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan

(Trend Setter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi

terpercaya.” Hal ini diperjelas dalam lima sasaran oprasional; Kompas

adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka. Kompas tidak

77

F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, h. 3. 78

Tim Penyusun Kompas, 35 tahun, (Jakarta, Brosur Kompas, 2000).

Page 55: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

45

melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu baik politik, agama,

sosial atau golongan dan ekonomi. Kompas secara atif membuka dialog dan

berinteraksi positif dengan segala kelompok. Kompas adalah koran nasional

yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa, Kompas bersifat

luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan tetapi selalu

memperhatikan konteks struktur kemasyarakatan dan pemerintahan yang

menjadi lingkungan. 79

B. Profil Republika

Sejarah kehadiran Harian Umum Republika tidak dapat dipisahkan

dari sejarah berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Republika tercetus dari pemikiran para anggota ICMI. ICMI berdiri pada 5

Desember 1990. Sebagai komunitas cendekiawan muslim, ICMI menilai

bahwa hingga tahun 1990-an belum ada media atau pers islam yang cukup

berpengaruh di Indonesia, media islam yang mampu mendorong bangsa

menjadi kritis dan berkualitas dan mendorong masyarakat untuk menjadikan

bangsa Indonesia menjadi maju dengan berpegangan pada nilai-nilai

spiritualitas sebagai perwujudan pancasila yang menjadi filsafat bangsa,

serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.80

Dalam mewujudkan hal tersebut, ICMI membentuk suatu program

yang berorientasi pada tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui

program yang dikenal dengan 5K, yakni; dengan peningkatan kualitas iman,

79

F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, h. 4-5 80

Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika, h. 2

Page 56: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

46

kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya dan kualitas pikir. ICMI

mengelompokan program kerja mereka dengan nama pancalogi (program

kerja) yang terdiri dari program pengkajian, pengembangan produktivitas

sumber daya manusia, pengembangan dialog dan komunikasi, aksi

kemasyarakartan, dan hubungan internasional.81

Untuk merealisasikan

tujuan tersebut, maka pada tanggal 17 Agustus 1992 berkumpulah para

tokoh dari berbagai elemen pemerintahan dan masyarakat yang berdedikasi

pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia untuk mendirikan

yayasan yang diberi nama Abdi Bangsa.

Anggota yang tergabung dalam yayasan Abdi Bangsa ini awalnya

berjumlah 48 orang, yang terdiri dari beberapa menteri kabinet

pemerintahan Soeharto, pejabat tinggi negara, cendekiawan tokoh

masyarakat, serta pengusaha. Nama-nama yang tercantum diantara mereka

ialah, penasehat yayasan dijabat oleh Presiden Soeharto.Ketua yayasan

dijabat oleh Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie (saat itu masih tercatat pula seagai

ketua ICMI). Angota-anggota yayasan tersebut antara lain; Ir. Drs. Ginanjar

Karta Sasmita, H. Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Tien

Soeharto, dan Ir. Abu Rizal Bakri.

Yayasan Abdi Bangsa menyususn tiga program utamanya yaitu;

pertama, pengembangan islamiccenter. Kedua, pengembangan Center for

Information and Development Studies (CIDES).Ketiga, penerbitan Harian

Umum Republika.Saat itu sistem pers di Indonesia bercorak sistem pers

81

Idris Thaha, Posisi ICMI Di Tengah Arsu Perubahan Dalam Abrar Muhammad,

ed., ICMI Harapan Umat, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam, 1991), h. 175.

Page 57: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

47

otoriter, sehingga pengurusan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers kala itu

cukup sulit. Namun berbeda dengan sejarah pendirian Republika. Republika

terbilang cukup mudah untuk mendapatkan SIUPP. Terbukti setelah

pendirian Yayasan Abdi Bangsa, disusul pada tanggal 28 November 1992

dengan peresmian PT. Abdi Bangsa. Setelah itu, secara sah tertanggal 19

Desember 1992 PT. Abdi Bangsa mendapatkan SIUPP dari Departeman

Penerangan Republik Indoneisa dengan nomor 283/SK/MENPEN/A.7/1992

untuk mendirikan perusahan pers. Inilah sebagai modal awal penerbitan

Harian Umum Republika.82

Kemudahan pengeluara SIUPP ini dilatarbelakangi dengan adanya

Menteri Penerangan, Harmoko di tubuh ICMI dan kedekatan tersendiri

dengan Presiden Soeharto. Bahkan nama Republika tersendiri merupakan

ide Presiden Soeharto yang disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI

Pusat menghadap padanya untuk menyampaikan rencana peluncuran

harian umum tersebut. Sebelumnya, surat kabar ini akan deberi nama

“Republik”.83

Namun pada akhirnya surat kabar ini resmi diberinama

“Republika” dan terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993. Republika

merupakan surat kabar pertama bagi komunitas Muslim di Indonesia. Tahun

2002 merupakan tahun penting dalam sejarah berdirinya Mahaka Media,

dimana perusahaan ini pertama kali mencatatkan sahamnya sebagai PT Abdi

Bangsa Tbk pada tanggal 3 April 2002 di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan

82

Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika, h. 4. 83

Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika, h.5.

Page 58: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

48

menjadikannya sebagai perusahaan penerbitan surat kabar pertama yang

menjadi perseroan publik.84

Mulai tahun 2004, Republika dikelola oleh PT. Republika Media

Mandiri (RMM) dibawah perusahaan induk Mahaka Media. Di bawah PT.

Republika Media Mandiri, Republika terus melakukan inovasi penyajian

untuk kepuasan pelanggan. Menurut data company profile republika, saat

Harian Umum Republika terbit paa 4 Januari 1993, penjualan oplah terus

meningkat. Hanya dalam sepuluh hari sejak terbit, oplah Republika

mencapai 100.000 eksemplar. Hal ini menandakan peningkatan 2,5 kali lipat

dari rencan awal terbit dengan oplah rata-rata 40.000 per hari pada semester

pertama tahun 1993. Hingga akhir semester kedua, pada desember 1993,

oplah republika sudah mencapai 130.000 eksemplar per hari. Sebagian besar

oplah republika beredar di Jakarta sebesar 50,31%, di Jawa Barat 17,30%, di

Jawa Tengah 6,90%, di Jawa Timur 4.36% dan sisanya tersebar di daerah

lain di luar Pulau Jawa.

Sedangkan menurut Nielsen Consumer Media View Survey pada

November 2012, pembaca Republika berasal dari 70% laki-laki dan

30%perempuan. Pembaca terbanyak adalah mereka dengan usia antara 30-

39 tahun, yaitu sebanyak 26% sisanya adalah mereka dengan usia antara 15-

19 tahun berjumlah 6%, usia 40-49 tahun berjumlah 21%, dan usia >50

tahun berjumlah 20%. Mereka berasal dari beragam profesi, diantaranya

84

Diakses dari http://www.mahakamedia.com/about_us, artikel diakses pada 20

Sepetmber 2015.

Page 59: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

49

pembaca yang berprofesi sebagai pegawai swasta atau profesional

berjumlah paling banyak yaitu 28%, sisanya berasal dari Pegawai Negeri

Sipil (PNS), dosen atau guru, wiraswasta, ibu rumah tangga, pelajar atau

mahasiswa, dan lainnya.85

Dengan motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”,

mencerminkan tujuan dari Republika yaitu bersemangat untuk

mempersiapkan masyarakat memasuki era baru, dengan keterbukaan dan

perubahan telah dimulai dan tak ada langkah untuk kembali, jika seluruh

bangsa bersepakat mencapai kemajuan. Meski demikian, usaha untuk

mengupayakan perubahan yang juga berarti pembaharuan, tidak harus

mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun. Republika

berpihak pada sebesar-besarnya penduduk negeri ini. Dengan latar belakang

tersebut, visi Republika terdapat pada berbagai bidang kehidupan

dimasyarakat, baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya dan agama.

Disamping itu, untuk menunjang visi tersebut, Republika juga

memiliki beberapa misi dalam keberlangsungan oprasional media tersebut,

diantara misi tersebut ialah menciptakan dan menghidupkan sistem

menejemen yang efisien dan efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan

secara profesional. Menciptakan budaya kerja yang sehat dan transparan.

Meningkatkan penjualan iklan dan koran, sementara menekan biaya

oprasional (dengan memiliki mesin cetak). Merajut tali persaudaraan dengan

organisasi-organisasi Islam di Indonesia.

85

Eastspring (Member Of Prudential), Konsumsi Media Massa Di Kalangan

Masyarakat, artikel diakses pada 20 September 2015 dari

http://eastspring.co.id/dms/files/spring-of-life---april-2013_20130423184912.pdf

Page 60: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

50

BAB IV

ANALISIS TEMUAN TEKS DAN INTERPRETASI

A. Analisis Hasil Temuan Teks BeritaKompas dan Republika

Skripsi ini akan membandingkan bingkai pemberitaan konflik

tolikara pada Harian Kompas dan Republika. Perbandingan bingkai kedua

surat kabar ini menggunakan teknik analisis framing model Zongdang Pan

dan Gerald M Kosicki yang meliputi empat aspek analisis: sintaksis, skrip,

tematik dan retoris. Berikut akan dipaparkan hasil analisis framing

pemberitaan konflik tolikara pada surat kabar Kompas dan Republika:

Berita 1: Teks Berita Kompas Edisi 20 Juli 2015

INSIDEN TOLIKARA

Langkah Hukum Tegas Perlu Diambil

JAKARTA, KOMPAS – Wakil Presiden Jusuf Kalla, Minggu (19/7)

malam, menginstruksikan Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti

mengambil langkah hukum yang tegas untuk segera menyelesaikan insiden

di Kabupaten Tolikara, Papua.

―Untuk meredam insiden tersebut, hanya satu cara, yaitu langkah

hukum yang tegas, selain juga mempertemukan semua tokoh, ― ujar Kalla

seusai menerima laporan tertulis Badrodin di rumah pribadinya di Makasar,

Sulawesi Selatan, semalam.

Insiden di Kabupaten Tolikara, Papua, terjadi Jumat pekan lalu dan

mengakibatkan puluhan bangunan kios dibakar, termasuk mushala, serta

sejumlah orang ditembak oleh aparat. Peristiwa tersebut menewaskan

seorang warga dan melukai 10 orang.

Menurut Kalla, saat kejadian, di Tolikara ada dua acara yang

dilaksanakan berdekatan. Selain perayaan Lebaran yang ditandai dengan

shalat Idul Fitri, juga ada pertemuan pemuka gereja. Inisden itu semestinya

tidak terjadi jika ada komunikasi yang baik di antara kedua pihak dan

pemerintah.

Kabupaten Tolikara dibentuk tahun 2002, pemekaran dari Kabupaten

Jayawijaya. Derah dengan luas 6.129,66 kilo meter persegi ini tercatat

dihuni 125.325 orang.

Dari langkah hukum itu, lanjut Kalla, 19 orang diperiksa polri.

Sebanyak 9 orang adalah warga sipil dan 10 anggota Polri.

―Jadi yang menyerbu dan yang melakukan penembakan harus

diperiksa. Kalau salah, akan dihukum seberat-beratnya,‖ ujar Kalla.

Terhadap 61 kios yang dibakar dan dirusak, pemerintah daerah dan

Kementrian Sosial akan mengganti, berikut memberikan modal usaha.

Page 61: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

51

Kallaa berkeyakinan, kepolisisan dan pemerintah daerah dapat

menyelesaikan masalah ini dengan baik.

Jaga Toleransi Presiden Joko Widodo dan sejumlah tokoh agama juga mengatajan

bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki banyak keragaman, baik

tradisi, budaya, maupun agama. Oleh karena itu, semua pihak perlu terus

menjaga persatuan dan toleransi antar agama.

―Pesan saya, kita semua bersama, saling toleransi. Dengan cara itu,

kita dapat membangun daerah ini,‖ kata Presiden Joko Widodo, Sabtu

(18/7).

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ULama (PBNU) Said Aqil

Siroj dalam kesempatn terpisah juga menuturkan, perbedaan agama bukan

barang baru di Indonesia. sebelum Indonesia merdeka, sudah disepakati

bahwa negara ini merangkul semua komponen bangsa. kerukunan lintas

umat beragama harus digalakkan lagi dalam jalur moderasi.

Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii

Maarif juga berharp persaudaraan lintas agama di Papua dan di seluruh

wilayah di Indonesia yang sudah terjalin dengan baik dapat tetap dijaga.

―Jagan sampai rusak tali persaudaraan yang sudah sangat bagus itu,‖ kata

Syafii, Minggu.

Masyarakat juga diharapkan tidak terprovokasi dengan insiden itu.

―Untuk umat Islam, jangan sampai terpancing emosi, dan tetap menjaga

perdamaian,‖ ujar Syafii.

Sekertaris Jendral International Confrence of Islamic Scholars Hasyim

Muzadi berharap pemerintah bertindak adil bukan karena agama, melainkan

karena pelanggaran hukum.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Henritte T

Huttabarat- Lebang juga menyesalkan terjadinya peristiwa Tolikara. inisden

tersebut telah menodai ketenangan dan kehusyukan serta kegembiraan umat

Islam merayakan Idul Fitri.

PGI juga berharap aparat kepolisian dan keamanan bisa bertidak cepat

memulihakan rasa aman masyarakat.

Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Yotje Mende mengatakan,

pihaknya dan Kodam XVII/Cendrawasih akan memeriksa anggotanya yang

mengeluarkan tembakan sehingga mengenai 11 warga dalam insiden di

Tolikara.

―Anggota kami terpaksamengeluarkan tembakan. Mereka sudah

mengeluarkan tembakan peringatan. Namun, 500 warga yang membakar

kios tidak menggubrisnya dan melempar aparat dengan batu,‖ ujar Yotje.

Kepala Bagian Humas Pemda Tolikara Derwes Jikwa menuturkan,

dari 11 warga yang terkena tembakan, 1 orang meninggal yaitu Lenis

Wanimbo. Sebnayak 10 orang lainnya masih dirawat di Rumah Sakit

Daerah Wanena.

Komandan Kodim 1720/Jayawijaya Letnan Kolonen Inf Andreas

mengatakan, 154 korban dalam peristiwa itu masih mengungsi di Markas

Komado Rayon Militer Karubaga.

Page 62: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

52

Berita 1: Teks Berita Republika Edisi 20 Juli 2015

Seret Pelaku ke Pengadilan

Kapolri berjanji mengejar aktor intelektual penyebar surat larangan

shalat id.

JAKARTA, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

meminta kepolisian menyelidiki hingga tuntas peristiwa kerusuhan di

Tolikara, Papua, secara terbuka. Komisioner Komnas HAM Manager

Nasution menegaskan, pelaku pembakaran masjid saat Idul Fitri itu diseret

ke pengadilan.

―Ini kan pelakunya sudah terang benderang. Negara harus hadir untuk

menyelamatkan kasus ini ke meja persidangan,‖ ujar Manager, Ahad (19/7).

Manager setuju dengan pandangan sejumlah tokoh yang menyatakan tragedi

Tolikara setingkat dengan pelanggaran hak asasi manusia.

Manager menerangkan, jika pelanggaran hak asasi paling tinggi

dilakukan otoritas negara trhadap sipil, yang trjadi di Tolikara ialah aksi

penolakan kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.

Apalagi, dikatakan dia, penolakan tersebut berujung pada kasi

vandalisme dengan melakukan perusakan dan pembakaran rumah ibadah

umat yang diakui keberadaannya oleh negara.

Karena itu, menurut dia, tidak ada alasan bagi negara untuk absen

dalam pertikaian di Tolikara, baik hadir dalam penegakan hukum dan harus

hadir pula dalam upaya rekonsiliasi dua pihak. sebab, dikatakan olehnya,

peristiwa tersebut berpotensi panjang lantaran melibatkan agama sebagai

persoalan. ―Yang kita khawatir, pembakaran masjid itu berimbas pada

persoalan sama di lain tempat. Ini sangat berbahaya bagi negara ini,‖ ujar

dia.

Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin menyatakan telah

memerintahkan jajarannya untuk bertolak ke Karubaga, Tolikara, Papua.

Nantinya, tim tersebut akan bergabung dengan tim Kanwil Kemenag

Provinsi Papua dan Tolikara.

―Saya telah menginstruksikan drijen Bimas Kristen, Kabalitbang-

Diklat dan tim untuk berangkat ke Tolikara,‖ kata Lukman, di Jakarta,

kemarin.

Lukman mengakui, Kemenag juga telah melakukan rapat dengan

Menkopolhukam, Kapolri, Kepala BIN, Drijen Pol Mendagri, dan Korsahli

Panglima TNI terkait pembakaran. Salah satu hasil pertemuan itu,

pemerintah sepakat untuk melakukan beberapa langkas strategis guna

memulihkan situasi di Tolikara.

Pertama, pemerintah pusat dan daerah akan melakukan perbaikan

terhadap masjid dan bangunan kios yang dibakar. Selain itu, pemerinth juga

akan merawat pera korban kerusuhan.

Kemudian, Polri akan melakukan penegakan hukum terhadap pelaku

kerusuhan dan aktor intelektual di balik kerusuhan. Ketiga, Polri juga kaan

melakukan penyelidikan terhadap tindakan yang dilakukan oleh aparat

Page 63: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

53

keamanan saat kerusuhan. ―Apakah sesuai prosedur atau tidak saat

penanganan. Namun, untuk saat ini situasi sudah kondusif,‖ kata Lukman.

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengunjungi Karubaga, Tolikara,

guna meninjau perkembangan pengusutan kasus pembakaran, kemarin.

Dalam kunjungan itu, ia mengiyakan bahwa aparat keamanan sempat

melepaskan tembakan ke arah massa yang memprotes pelaksanaan shalat Id.

―Para korban ditmbaki karena mereka melempari jamaah sholat Id,‖

kata Badrodin selepas mengunjungi Karubaga. Meski begitu, menurutnya,

kepolisian masih dalam tahap penyelidikan kasus tersebut. Kapolri

menyatakan, seorang tewas dan sebelas terluka dalam penembakan.

Ia mengaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum dan mereka-

mereka yang bersalah akan diadili. Terkait hal itu, ia meminta dukungan

tokoh masyarakat dan pemerintah untuk membantu mengungkap insiden

tersebut.

Ia menjanjikan, kepolisian juga akan mengejar aktor intelektual di

balik beredarnya surat larangan shalat Ied yang disebut diedarkan pihak

GIDI. Ia mengatakan, surat itu diduga menyebablkan miskomunikasi dan

sedianya diklarifikasi, tapi kericuhan terlebih dahulu terjadi.

1. SINTAKSIS

a. Skema Berita

Dilihat dari struktur sintaksis, susunan dalam teks berita Republika

diawali dengan judul kemudian pernyataan selanjutnya lead, kutipan

narasumber, latar informasi, terakhir penutup (judul-pernyataan-lead-

kutipan narasumber-latar informasi-penutup).

Pernyataan yang diletakkan setelah judul dan dicetak dengan ukuran

lebih besar dari isi berita, merupakan pernyataan janji Kapolri, berikut

kutipan pernyataan dalam teks Republika ―Kapolri berjanji mengejar aktor

intelektual penyebar surat larangan sholat Id.‖ Selain itu pernyataan

tersebut merupakan pernyataan yang sama dengan penutup, berikut kutipan

lengkap penutup dalam teks Republika ―ia menjanjikan (Kapolri),

kepolisian juga akan mengejar aktor intelektual di balik beredarnya surat

Page 64: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

54

pelarangan shalat Ied yang disebut diedarkan pihak GIDI. Ia mengatakan,

surat itu diduga menyebabkan miskomunikasi dan sedianya diklarifikasi,

tapi kericuhan terlebih dahulu terjadi.‖

Dengan demikian, Republika menggunakan alur berita yang diawali

dengan pernyataan yang sama dengan penutup. Jika dalam cerita, alur ini

disebut alur sorot balik. Hal ini menekankan bahwa Republika menganggap

penting kalimat tersebut hingga perlu diletakan di awal dan penutup berita.

Republika menggambarkan bahwa aspek penting dari berita tersebut terletak

pada aktor yang menyebarkan surat larangan shalat Ied sehingga

menyebabkan kericuhan.

Sedangkan Kompas memiliki susunan skematis yang paling umum

digunakan, yakni bentuk piramida terbalik dimana teks beritadiawali dengan

judul kemudian lead, kutipan narasumber, pernyataan, latar informasi,

terakhir penutup.88

Sekema berita pada Kompasmenempatkan aspek

terpenting diposisikan di awal teks, kemudian penjelasan tambahan

dijadiakan sub judul yang berbeda berikut penutup di dalamnya. Bentuk

skema demikian menegaskan bahwa Kompas menekankan aspek yang

dianggap penting ada pada bagian lead, yakni mempertanyakan kehadiran

dan posisi pemerintah sebelum peristiwa konflik.Kompas hendak

menggiring pembaca untuk memahami kesalahan tidak dapat ditimpakan

seluruhnya kepada pelaku penyerangan, karena pemerintah dinilai lemah

dalam upaya preventif untuk mencegah terjadinya konflik.

88

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 97-99.

Page 65: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

55

Tabel 3.1

Headline Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Headline/Judul Langkah Hukum Tegas

Perlu Diambil

Seret Pelaku ke

Pengadilan

Tabel 3.1 menunjukan bahwa Kompas dan Republika mengangkat

judul yang sama yakni terkait langkah hukum dalam menangani konflik di

Tolikara. Namun, kedua judul tersebut memiliki perbedaan secara

redaksional.Kata ―seret‖ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

onlinewww.yufid.orgmemiliki arti tarik (menarik dengan paksa).Dengan

menggunakan kata ―seret‖ Republika menggambarkan bahwasannya para

pelaku penyerangan harus ditarik paksa menuju meja pengadilan. Republika

mengajak pembaca berfikir bahwasannya para pelaku kericuhan di Tolikara

telah bertindak anarkis sehingga harus diseret ke pengadilan.Sedangkan

judul pada Kompas menekankan bahwa pemerintah juga harus bertanggung

jawab dalam penyelesaian konflik Tolikara.

Selain itu, berita konflik tolikara di kedua media diposisikan sebagai

headline (halaman utama). Namun Jika merujuk pada jenis-jenis headline

dalam berita, headline yang digunakan Kompas merupakan jenis

subordinate headline. Dilihat dari penggunaan ukuran huruf dan ketebalan

lebih rendah dari berita lain di halaman utama, kehadirannya terkadang

dibutuhkan untuk menempati sisa tempat pada halaman yang memuat berita

lain yang dianggap lebih penting. karena itu, tempatnyapun tidak lebih dari

Page 66: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

56

satu kolom.89

Posisi berita ini dalam Harian Kompas berada di pojok kiri

bawah. Namun, pihak Kompas menyatakan bahwa posisi berita tersebut

lebih tepat dinamakan second headline. berikut pernyataan pihak Kompas:90

―Penempatan di halaman utama karena dianggap peristiwa tersebut

penting dan memiliki dampak paling besar pada hari itu. Karena di halaman

utama hanya terdapat empat sampai lima berita, kita memilih dari sekian

banyak berita mana yang perlu dikedepankan ya itu diletakkan di halaman

utama. Ini masuknya sebagai second headline bukan headline utamanya.‖

Kompas menempatkan peristiwa Tolikara sebagai second headline

karena Kompas menganggap berita Insiden Tolikara ini merupakan berita

konflik yang apabila terlalu ditonjolkan dikhawatirkan memicu dampak

yang lebih besar jika ditempatkan menjadi banner headline. Berikut

pernyataan pihak Kompas:91

―Banyak media di luar menjadikan ini sebagai headline, bahkan

dengan pemberitaan yang memberikan nada mebesar-besarkan. Bagi kami

berita ini juga penting dan menarik. Tapi biasanya kalau penting namun

mengandung unsur konflik atau kekerasan kita tidak akan menaruhnya

sebagai headline, bahkan kami cenderung akan menaruhnya dihalaman 15.

Jikapun di halaman satu, ya seperti ini kami berhati-hati menaruhnya pada

berita kedua bukan yang utama. Kami tidak ingin pemberitaan kami memicu

dampak yang lebih besar, menyulut konflik semakin berkepanjangan karena

efek media yang ditimbulkan.‖

Republika juga menyajikan pemberitaan konflik Tolikara pada

halaman utama. Merujuk pada jenis-jenis headline maka jenis headline

Republika dalam berita konflik Tolikara termasuk jenis spread headline,

dimana jenis headline ini untuk berita yang dinilai penting. menduduki tiga

89

Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk & Kode

Etik, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 115-116. 90

Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra, Wakil Redaktur Pelaksana Kompas,

Jakarta 28 Desember 2015 91

Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra, Wakil Redaktur Pelaksana Kompas,

Jakarta 28 Desember 2015

Page 67: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

57

kolom dari empat berita di halaman utama.Berdasarkan hasil wawancara,

Republika memiliki alasan mengapa berita Tolikara diposisikan sebagai

headline.

―Karena pembaca terbesar kami terutama komunitas Islam. Jadi

lebih kepada proximity (kedekatan) hati mereka. Selain informasi ini penting

untuk seluruh masyarakat Indonesia, terutama ini penting untuk umat Islam.

Agar umat Islam tahu informasi sebenarnya, supaya umat islam tidak

terprovokasi. Mereka bisa memahami kalau kasus ini sudah ditindak hukum,

tahu bagaimana menyikapi hal ini untuk kedepannya. Kami khawatir jika ini

hanya disampirkan saja beritanya meraka akan salah memahami terhadap

kejadian di Tolikara, kami tidak menginginkan umat Islam melakukan hal-

hal yang akan merugikan citra umat islam sendiri. Kita membuat

pemberitaan pada posisinya orang Islam. Tapi bagaimana pemberitaan ini

bisa merayu mereka untuk tidak melakukan tindakan yang dedukstrif, hal-

hal untuk tidak melakukan pembalasan. Ini yang membuat berita ini layak

menjadi headline.92

Pernyataan pihak Republika tersebut jelas menerangkan bahwa

pemberitaan Republika dipengaruhi oleh konsumen atau pembaca.

Republika jelas mengikuti selera atau kebutuhan pembacanya. Sehingga

Republika menganggap perlu menjadikan berita konflik Tolikara sebagai

headline.Menurut Republika selain ini berita penting. Peristiwa ini tentunya

mengandung kedekatan di hati umat Islam. Kedekatan dalam hal ini tidak

sesuai dengan teori nilai berita bahwa kedekatan diukur dari letak geografis.

Namun kedekatan yang dimaksud Republika ialah kedekatan hati umat

Islam karena keimanan yang sama. Merasa simapati ketika saudara seiman

sedang tertimpa musibah.

92

Wawancara dengan Fitriyan Zamzami, Redaktur Halaman Utama Republika,

Jakarta 12 Januari 2016.

Page 68: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

58

Tabel 3.2

Lead Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Lead JAKARTA, KOMPAS –

Wakil Presiden Jusuf

Kalla, Minggu (19/7)

malam, menginstruksikan

Kepala Polri Jenderal

(Pol) Badrodin Haiti

mengambil langkah

hukum yang tegas untuk

segera menyelesaikan

insiden di Kabupaten

Tolikara, Papua.

JAKARTA – Komisi

Nasional Hak Asasi

Manusia (Komnas

HAM) meminta

kepolisian menyelidiki

hingga tuntas peristiwa

kerusuhan di Tolikara,

Papua, secara terbuka,

Komisioner Komnas

HAM Manager Nasution

menegaskan, pelaku

pembakaran masjid saat

Idul Fitri itu diseret ke

pengadilan.

Lead dalam teks berita Kompasmengarahkan pada aspek posisi

pemerintah, Kompas menegaskan bahwa negara harus hadir dalam

penyelesaian konflik. Dimana pemerintah harus bertanggung jawab dan

berperanmenjamin keamanan negara serta langkah yang perlu diambil

dalam menyelesaikan konflik Tolikara. Sedangkan Republika mengarahkan

pada aspek humanistik yakni terkait pelanggaran terhadap hak asasi

manusia. Republika menggunakan pernyataan dari Komisi Nasional Hak

Asasi Manusia. Dengan mengusung pernyataan Komnas HAM ini,

Republika meletakan konflik Tolikara ini sebagai sebuah pelanggaran hak

asasi manusia. Sehingga penyelesaian kasus ke meja persidangan dianggap

mutlak bagi pelaku pelanggar hak asasi manusia.

Lead Kompas jelas menekankan arah pemberitaan akan digiring

pada pemahaman bahwa konflik Tolikara bukan semata menjadi tanggung

jawab pelaku kerusuhan, melainkan pemerintah juga bertanggung jawab

Page 69: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

59

untuk menertibkan dan menjamin keamanan demi penyelesian kasus

tersebut. Sedangkan Republika menekankan bahwa konflik Tolikara ini

merupakan tanggung jawab pelaku perusakan.

Tabel 3.3

Latar Informasi Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Latar

Informasi

Menurut Kalla, saat

kejadian, di Tolikara ada

dua acara yang

dilaksanakan berdekatan.

Selain perayaan Lebaran

yang ditandai dengan

shalat Idul Fitri, juga ada

pertemuan pemuka

gereja. Insiden itu

mestinya tidak terjadi

jika ada komunikasi yang

baik di antara kedua

pihak dan pemerintah.

Menejer menerangkan,

jika pelanggaran hak

asasi paling tinggi

dilakukan otoritas negara

terhadap sipil yang

terjadi di Tolikara ialah

aksi penolakan kelompok

mayoritas terhadap

kelompok minoritas.

―Jadi yang menyerbu dan

yang melakukan

penembakan harus

diperiksa. Kalau salah,

akan dihukum seberat-

beratnya,‖ ujar Kalla.

Latar informasi yang ditampilkan Kompas mengenai penyebab

terjadinya insiden di Tolikara akibat dari komunikasi yang kurang berjalan

dengan baik antar umat beragama dan pemerintah setempat. Kompas

menggambarkan apabila komunikasi antar kedua belah pihak dan

pemerintah berjalan dengan baik—ada dialog dan musyawarah sebelumnya

antar para tokoh agama dan pemerintah melakukan tindakan preventif

terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi maka insiden di Tolikara

tidak akan terjadi.

Page 70: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

60

Selain itu, latar Kompas terkait langkah penegakan hukum mengarah

pada semua pihak yang terlibat dalam insiden tersebut.Bukan hanya pada

pelaku tindak perusakan, kekerasan, dan pengahasutan.Namun, juga terkait

oknum aparat yang melakukan penembakan.Dari latar yang dikemukakan

Kompas menyatakan bahwasannya Para pelaku perusakan diakui melakukan

kesalahan.Namun, dalam hal ini pemerintah seharusnya lebih peka dan

berdaya melakukan tindakan preventif dengan mempertemukan perwakilan

tokoh agama dari kedua pihak sebelumnya, melakukan negoisasi terhadap

pihak GIDI dan melakukan antisipasi keamanan akan segala kemungkinan

yang terjadi. Dengan demikian latar Kompas memberikan penilaian negatif

terhadap kedua pihak, yakni pemerintah dan pelaku perusakan.

Dengan pemaknaan atas realitas yang demikian, Kompas

memberikan penonjolan aspek negatif dari pemerintah dan melakukan

pengaburan terhadap aspek kesalahan dari pelaku penyerangan. Hal ini

diakui pula oleh pihak Kompas, berikut pernyataan pihak Kompas:93

―Pemerintah jelas ya, aparat setempat kan sudah menerima surat

larangan menggunakan pengeras suara pada solat Ied dari pihak gereja

kepada umat Islam tersebut kan sudah lama, tetapi pemerintah tidak

mengambil tindakan. Sebetulnya, peran pemerintah semestinya besar dalam

usaha mencegah konflik sosial. Itu yang selalu dikritik oleh Kompas. Peran

intelejen, baik itu TNI, Polri harusnya kan bekerja, bisa melihat kondisi dan

prediksinya seperti apa. Namun, yang kita tidak setuju itu, bahwa semata-

mata persoalan ini disebabkan oleh pihak gerejanya saja. Kita tidak milihat

hal itu. Kita tidak menyalahkan satu pihak saja, kita lebih melihat kemana

pemerintah setempat pada saat itu atau mana kinerja pemerintahnya.

93

Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra, Wakil Redaktur Pelaksana Kompas,

Jakarta 28 Desember 2015.

Page 71: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

61

Pemangku kepentingan itu kita perhitungan betul, karena mereka memiliki

tanggung jawab untuk menjaga keamanan.‖

Sedangkan latar Republika mengemukakan insiden Tolikara

setingkat dengan pelanggaran hak asasi manusia. Republika mengambil

pernyataan Komisioner Komnas HAM, Manager Nasution yang

mengatakan bahwa insiden yang terjadi di Tolikara adalah aksi penolakan

kelompok mayoritas (umat Kristiani) terhadap kelompok minoritas (umat

Islam) yang berujung pada tindakan anarkis dengan melakukan perusakan

dan pembakaran rumah ibadah yang diakui keberadaannya oleh negara.

Dalam hal ini Republika juga menggambarkan adanya sentimen keagamaan

sebagai faktor penyebab konflik. penolakan terhadap penganut agama

tertentu mampu menyulut konflik.94

Pernyataan dari Komisioner Komnas HAM, Manager Nasution,

yang dikutip Republika memberikan kesan otoritas intelektual bahwasannya

insiden Tolikara itu benar merupakan pelanggaran terhadap hak asasi

manusia karena pernyataan ini dinyatakan oleh tokoh yang kemampuan

akademis dibidang HAM. Berikut kutipan lengkap latar yang dipakai

Republika:

Manager menerangkan, jika pelanggaran hak asasi paling

tinggi dilakukan negara terhadap sipil, yang terjadi di Tolikara ialah

aksi penolakan kelompok mayoritas terhadap kelompok minioritas.

Apalagi, dikatakan dia, penolakan tersebut berujung pada

aksi vandalisme dengan melakukan perusakan dan pembakaran

rumah ibadah unat yang diakui keberadaannya oleh negara.

94

Rusmin Tumangor, dkk.,Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan

Pendekatan Riset Aksi Pertisipatori, h. 46.

Page 72: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

62

Republika menggolongkan tindakan penyerangan ini sebagai

pelanggaran terhadap konstitusi dan hak asasi manusia, karena dianggap

mencederai hak beribadah umat beragama yang jelas dilindungi oleh

konstitusi. Berikut penuturan pihak Republika:95

―Ini peristiwa penyerangan saat umat melaksanakan ibadah solat

Ied, jadi ini masuk dalam pelanggaran HAM, terkait kebebasan beribadah.‖

Tabel 3.4

Kutipan NarasumberKompas& Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur

diamati

Kompas Republika

Kutipan

Narasumber

―Untuk meredam insiden

tersebut, hanya satu cara,

yaitu langkah hukum yang

tegas, selain juga

mempertemukan semua

tokoh.‖ (Wakil Presiden

Jusuf Kalla)

―Ini kan pelakunya sudah

terang benderang. Negara

harus hadir untuk

menyelesaikan kasus ini ke

meja persidangan.‖

(Komisioner Komnas

HAM Manager Nasution)

―Pesan saya, kita semua

bersatu, saling toleransi.

Dengan cara itu, kita dapat

membangun daerah ini.‖

(Presiden Joko Widodo)

―Saya telah instruksikan

dirjen Bimas Kristen,

Kabalitbang-Diklat dan tim

untuk berangkat ke

Tolikara.‖ (Menteri Agama

Lukman Hakim Syaifudin)

―Untuk umat Islam, jangan

sampai terpancing emosi,

dan tetap menjaga

perdamaian.‖ (Mantan

Ketua Umum PP

Muhamaddiyah Ahmad

Syafii Maarif)

―Para korban ditembaki

karena mereka melempari

jamaah shalat Id.‖ (Kapolri

Jenderal Badrodin Haiti)

―Anggota kami terpaksa

mengeluarkan tembakan.

Mereka sudah

mengeluarkan tembakan

peringatan. Namun, 500

warga yang membakar kios

tidak menggubrisnya dan

95

Wawancara dengan Fitriyan Zamzami, Redaktur Halaman Utama Republika,

Jakarta 12 Januari 2016.

Page 73: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

63

melempar aparat dengan

batu.― (Kapolda Papua

Inspektur Jenderal Yotje

Mende)

Dalam teks berita tersebut, Kompas mewawancarai enam

narasumber; Wakil Presiden Jusuf Kalla, Presiden Joko Widodo, Ketua

Umum PBNU Said Aqil Siroj, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah

Ahmad Syafii Maarif, Ketua Umum PGI di Indonesia Henritte T Hutabarat,

dan Kapolda Papua Inspektur Jendral Yotje Mende. Namun dari keenam

narasumber tersebut hanya dua diantaranya yakni Jusuf Kalla dan Inspektur

Jenderal Yotje Mende berbicara terkait langkah hukum yang perlu diambil

dalam mengatasi indisiden Tolikara. Sementara, sumber Kompas lainnya

menanggapi perihal perlunya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta

menjaga toleransi antar umat beragama.

Dengan demikian kelengkapan narasumber yang di sajikan Kompas

untuk membahas langkah hukum terkait insiden Tolikara ini terbatas.

Kompas hanya mewawancarai satu narasumber yang memiliki otoritas

dibidang hukum, yakni Kapolda Papua Inspektur Jenderal Yote Mende.

Pernyataan Yotje Mende, yang dikutip Kompas pun hanya terkait

pemeriksaan terhadap pihak aparat yang mengeluarkan tembakan saat

peristiwa Tolikara terjadi. Dalam teks berita Kompas, tidak ditemukan

narasumber yang relevan berbicara terkait hukum atau jenis pelanggran bagi

Page 74: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

64

para pelaku penyerangan dan pembakaran.Ketika diklarifikasi kembali

terkait temuan teks tersebut, pihak Kompas menyatakan:96

―Setiap berita mungkin ada kekurangannya ya. dugaan saya, itu

pendekatan komprehensifnya belum kena. Idealnya semua pemangku

kepentingan di sana utuh. tapi ada kondisi dimana terkadang berita yang kita

terima kok hanya sebatas itu, tidak ada waktu lagi untuk mencari berita

tambahan terkait tersebut. Mungkin ini kelemahan kami ya, tapi ini bisa

dipastikan sangat jarang terjadi. Biasanya itu juga terjadi ketika editor

mendapat berita yang telat dari beberapa wartawan. Editor yang karena

sudah terlalu lelah dan karena sudah terlalu malam, maka editor asal

memotong berita dari laporan sejumlah wartawan kemudian digabungkan.

Dugaan saya, mungkin wartawan ada yang mendapatkan hasil wawancara

dengan pakar hukum, namun karena kurang ketelitian editor dalam

memotong sehingga hal tersebut tidak masuk dalam teks. Itu mungkin lebih

kepada kesalah teknis, dan itu menjadi kelemahan Kompas. Intinya tidak

ada unsur kesengajaan menghilangkan dari segi hukumnya.‖

Republika mewawancari tiga narasumber; Komisoner Komnas HAM

Manager Nasution, Menteri Agama Lukman Hakim syaifudin, dan Kapolri

Jenderal badrodin Haiti.Dalam teks berita tersebut Republika mengarahkan

wacana bahwasannya kericuhan yang terjadi di Tolikara merupakan

pelanggaran HAM.Oleh karena itu, Republika memilih sumber yang ahli di

bidang hukum dan HAM.Maka secara tidak langsung Republika

menekankan kepada khalayak bahwa kasus ini benar pelanggaran terhadap

HAM dengan didukung pernyataan dari orang yang relevan untuk menilai

masalah hukum dan HAM, yakni Komisisoner Komnas HAM Manager

Nasution. Berikut kutipan dari Manager Nasution dalam teks Republika:

―Ini kan pelakunya sudah terang benderang.Negara harus

hadir untuk menyelesaikan kasus ini ke meja persidangan,‖ ujar

Manager, Ahad (19/7).Meneger setuju dengan pandangan sejumlah

96

Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra, Wakil Redaktur Pelaksana Kompas,

Jakarta 28 Desember 2015.

Page 75: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

65

tokoh yang menyatakan tragedi di Tolikara setingkat dengan

pelanggaran hak asasi manusia.

Tabel 3.5

Pernyataan Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Pernyataan ―Jadi, yang menyerbu dan

yang melakukan

penembakan harus

diperiksa. Kalau salah,

akan dihukum seberat-

beratnya,‖ ujar Kalla.

Manager setuju dengan

pandangan sejumlah

tokoh yang menyatakan

tragedi di Tolikara

setingkat dengan

pelanggaran hak asasi

manusia.

Pada tabel pernyataan, Kompasmemandang bahwa konflik ini

merupakan tindak kriminal.Kompas dalam pernyataan tersebut hanya

menggambarkan sebuah instruksi bukan pada tataran langkah hukum tegas

apa yang harus diambil untuk menyelesaikan kasus di Tolikara. Kata

―dihukum seberat-beratnya‖ tidak spesifik menunjukan hukuman apa yang

pantas bagi pelaku.

Sedangkan, Republika mamakai pernyataan dari Komisiner Komnas

HAM, yang langsung menggolongkan kerusuhan di Toliara temasuk pada

pelanggaran hak asasi manusia. Framing Republika tidak sekedar membahas

pada tataran instruksi pemeriksaan atau langkah hukum seperti apa yang

akan diambil, tapi Republika sudah berbicara bahwasannya ini adalah

pelanggaran HAM—pelaku dan kesalahan sudah jelas. Secara tidak

langsung, Republika menilai bahwa sudah seharusnya pemerintah bertindak

tegas kepada para pelaku untuk membawa ke meja persidangan.

Page 76: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

66

Tabel 3.6

Penutup Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Penutup Komandan Kodim

1702/Jayawijaya Letnan

Kolonel Inf Andreas

mengatakan, 154 korban

dalam peristiwa itu masih

mengungsi di Markas

Komando Rayon Militer

Karubaga.

Ia menjanjikan, Ia

menjanjikan, kepolisian

juga akan mengejar aktor

intelektual di balik

beredarnya surat

pelanggaran shalat Ied

yang disebut diedarkan

pihak GIDI ….

Dibagian akhir Kompasmemaparkan dampak dari konflik Tolikara

melalui pernyataan dari Kolonel Inf Andreas terkait jumlah korban yang

masih mengungsi.

Sedangkan, Penutup Republika lebih menekankan pada penyelesaian

konflik dengan memaparkan upaya kepolisian yang akan mencari tahu aktor

dibalik beredarnya surat pelarangan shalat Id yang disebut diedarkan pihak

GIDI. Bagian akhir Republika ini mempertegas bahwasannya Republika

konsisten membahas penegakan hukum bagi pelaku kerusuhan di Tolikara.

2. SKRIP

a. Kelengkapan Berita

Tabel 3.7

5W+1H Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur

diamati

Kompas Republika

5W+1H Apa yang terjadi? (what):

Wakil Presiden Jusuf Kalla

menginstruksikan Kapolri

Badrodin Haiti untuk

mengambil langkah hukum

tegas dalam menyelesaikan

Apa yang terjadi?

(what):

Komnas HAM meminta

kepolisian menyelidiki

hingga tuntas peristiwa

kerusuhan di Tolikara.

Page 77: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

67

insiden di Tolikara.

Siapa yang harus diperiksa?

(who): massa yang

menyerbu dan aparat yang

melakukan penembakan

harus diperiksa.

Siapa yang harus

dihukum tegas? (who):

penegakkan hukum

terhadap pelaku

kerusuhan dan aktor

intelektual di balik

kerusuhan dan

melakukan penyelidikan

terhadap tindakan yang

dilakukan aparat

keamanan saat

kerusuhan.

Kapan instruksi tersebut

diberikan? (when): Minggu

(19/7).

Kapan permintaan

tersebut dilayangkan?

(when): Ahad (19/7).

Dimana instruksi tersebut

diberikan oleh Jusuf Kalla?

(where): di rumah

pribadinya di Makasar,

Sulawesi Selatan.

Dimana permintaan

tersebut dilayangkan oleh

Komnas HAM? (where):

-

Mengapa instruksi tersebut

diberikan? (why): untuk

meredam insiden Tolikara.

Mengapa permintaan

tersebut dilayangkan

Komnas HAM? (why):

karena kekahwatiran

insiden ini akan

berpotensi panjang

lantaran melibatkan

agama sebagai persoalan.

Bagaimana proses langkah

hukum yang diambil?

(how): Dari langkah hukum

tersebut, Jusuf Kalla

menuturkan 19 orang yang

diperiksa Polri. Sebanyak 9

orang adalah warga sipil dan

10 anggota Polri.

Bagaimana proses hukum

yang perlu diambil?

(how): kepolisian akan

mengejar aktor

intelektual di balik

beredarnya surat

pelanggaran shalat Ied

yang disebut diedarkan

pihak GIDI.

Dari struktur skrip ini pembingkaian kedua media akan nampak

dari unsur skrip mana yang coba dihilangkan kedua surat kabar tersebut.

Teks berita Kompas secara lengkap memaparkan setiap unsur skrip yang

Page 78: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

68

memenuhi unsur 5W + 1H. Namun dalam teks Kompas unsur who lebih

mengarah pada siapa yang akan diperiksa bukan pada siapa yang harus

dihukum. Berbeda dengan Republika yang menyatakan Polri akan

melakukan penegakan hukum pada pelaku perusakan. Dalam hal ini

Kompas mengajak pembaca untuk berfikir bahwasannya pelaku perusakan

dan aparat yang menembak belum dipastikan bersalah, karena masih dalam

proses pemeriksaan. Sedangkan Republika mengajak pembaca berfikir

bahwa pelaku perusakan mutlak melakukan kesalahan sehingga harus

mendapatkan hukuman. Sedangkan, terhadap tindakan dari aparat

keamanan belum dipastikan bersalah, masih dalam proses penyelidikan.

Berikut kutipan lengkapnya:

Kutipan teks berita Kompas: ―Jadi yang menyerbu dan yang

melakukan penembakan harus diperiksa. Kalau salah akan dihukum

seberat-beratnya,‖ ujar Kalla.

Kutipan teks berita Republika: Kemudian, Polri akan melakukan

penegakan hukum terhadap pelaku kerusuhan dan aktor intelektual

di balik kerusuhan. Ketiga, Polri juga akan melakukan penyelidikan

terhadap tindakan yang dilakukan oleh aparat keamanan saat

kerusuhan.

3. TEMATIK

a. Detail

Tabel 3.8

Detail Kompas& Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur

diamati

Kompas Republika

Kalimat …―Anggota kami terpaksa

mengeluarkan tembakan.

Mereka sudah

mengeluarkan tembakan

peringatan. Namun, 500

warga yang membakar kios

tidak menggubrisnya dan

…―Para korban (pelaku

perusakan yang

meninggal) ditembaki

(aparat) karena mereka

melempari jamaah

shalat Id,‖ kata

Badrodin Haiti…..

Page 79: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

69

melempar aparat dengan

batu,‖ ujar Yotje.

Detail yang coba dipaparkan Kompas dan Republika sama-sama

terkait pada alasan mengapa aparat keamanan sampai mengeluarkan

tembakan saat insiden itu terjadi sehingga menewaskan satu orang dan 11

orang terluka. Aparat sampai mengeluarkan tembakan karena massa yang

melakukan penyerangan terlebih dahulu melempari batu. Detail tersebut

menyebabkan posisi massa terlihat bersikap anarkis, dan berada pada pihak

yang salah. Namun, diakhir kalimat terdapat keterangan yang berbeda yang

dipaparkan Kompas dan Republika.Jika Kompas menyatakan sasaran massa

yang melempari batu ialah aparat. Berbeda dengan Republika, menyatakan

sasaran massa ialah jamaah shalat Ied. Republika seolah menguraikan fakta

berbeda bahwasannya sasaran massa sengaja ditunjukan kepada jamaah

shalat Ied.

b. Koherensi

Tabel 3.9

KoherensiKompas dan Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Hubungan

antar kalimat

- Ia menjanjikan,

kepolisian juga akan

mengejar aktor

intelektual di balik

beredarnya surat

pelanggaran shalat Ied

yang disebut diedarkan

pihak GIDI. …..

Dalam teks berita Republika terdapat koherensi atau jalinan kata

pada kalimat ―yang disebut diedarkan pihak GIDI‖.Koherensi pada

kalimat tersebut disebut koherensi kondisional (penjelas).Koherensi

Page 80: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

70

kondisional ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas.

Disini terdapat dua kalimat, kalimat pertama ―kepolisian juga akan mengejar

aktor intelektual di balik beredarnya surat pelanggaran shalat Ied‖ kemudian

dihubungkan dengan kata konjungsi ―yang‖ pada kalimat kedua ―yang

disebut diedarkan pihak GIDI‖. Fungsi kalimat kedua ini hanya sebagai

anak kalimat (penjelas). Sebenarnya tanpa anak kalimat ini tidak akan

mengurangi arti kalimat—bahwasannya polisi akan mengejar aktor

intelektual di balaik beredarnya surat pelarangan shalat Ied.

Anak kalimat tersebut menjadi cerminan kepentingan komunikator

(Republika) karena dapat memberi keterangan baik atau buruk terhadap

suatu pernyataan.97

Secara tidak langsung, dalam hal ini Republika memberi

makna penyudutan (kesan negatif) pada pihak GIDI.

c. Bentuk Kalimat

Tabel 3.10

Bentuk kalimat Kompas dan Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Paragraf dan

Kalimat

Insiden di Kabupaten

Tolikara, Papua, terjadi

Jumat pekan lalu dan

mengakibatkan puluhan

bangunan kios dibakar,

termasuk mushala, serta

sejumlah orang ditembak

oleh aparat. Peristiwa

tersebut menewaskan

seorang warga dan

melukai 10 orang.

Manager menerangkan,

jika pelanggaran hak

asasi paling tinggi

dilakukan otoritas negara

terhadap sipil, yang

terjadi di Tolikara ialah

aksi penolakan

kelompok mayoritas

terhadap minoritas.

Apalagi, …..

Presiden Joko Widodo

dan sejumlah tokoh

Lukman mengakui,

Kemenag juga telah

97

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 244.

Page 81: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

71

agama juga mengatakan

bahwa Indonesia adalah

negara yang memiliki

banyak keragaman, baik

tradisi, budaya, maupun

agama. Oleh karena itu,

semua pihak perliu terus

menjaga persatuan dan

kesatuan dan toleransi

antar agama. ….

melakukan rapat dengan

Menkopolhukam,

Kapolri, Kepala BIN,

Dirjen Pol Mendagri, dan

Korsahli Panglima TNI

terkait pembakaran. Salah

satu hasil pertemuan

itu,……

Bentuk kalimat yang digunakan Kompas dan Republika dalam teks

ini memakai bentuk deduksi, dimana inti kalimat diletakan di awal lalu

kemudian dilengkapi dengan kalimat-kalimat keterangan yang

terperinci.Tema inti Kompas yang pertama memaparkan dampak dari

peristiwa insiden di Tolikara yang mengakibatkan bangunan kios terbakar

hingga jatuhnya korban jiwa lantaran bentrok dengan pihak aparat. Sehingga

kemudian Kompas menyatakan bahwasannya penegakan hukum harus

diterapkan kepada massa serta aparat yang saat itu bentrok dilokasi

kejadian. Tema kedua, himbauan dari berbagai pihak untuk menjaga

toleransi serta persatuan dan kesatuan bangsa.Tema ini dalam teks didukung

oleh kutipan Presiden Joko Widodo, Said Aqil Siroj, Ahmad Syafii Maarif.

Jika diamati dari struktur keseluruhan teks berita ini, 8 paragraf awal

membahas tema utama—perlunya langkah hukum tegas—jumalah ini lebih

kecil dibandingkan dengan jumlah paragraf yang membahas perlunya

menjaga toleransi dipaparkan sebanyak 12 paragraf dari total keseluruhan

20 paragraf.Hal ini menunjukan Kompas memeberikan ruang lebih kecil

dalam membahas langkah hukum bagi pelaku kerusuhan di Tolikara.

Page 82: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

72

Tema inti teks yang diuraikan Republika adalah mengenai

pelanggaran HAM yang dilakukan para pelaku insiden Tolikara.Dengan

mengguraikan hal ini di awal teks seolah diarahkan bahwa penyerbuan dan

perusakan tersebut sebuah pelanggaran HAM.Ketentuan atas pelanggaran

HAM seolah sesuai untuk menentukan teks berupa tindakan tepat untuk

menyeret para pelaku ke pengadilan.Jika dilihat dari struktur teks berita,

sejak paragraf awal hingga akhir, Republika fokus terhadap tema inti

tersebut.

Selain itu, dalam bentuk kalimatnya terdapat prinsip sebab

akibat.Dimana prinsip kausal ini berada dalam kalimat yang tersusun atas

subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Susunan

kalimat ini menentukan makna yang akan dibangun. Kalimat ―aksi

penolakan kelompok mayoritas terhadap minoritas,‖kelompok

mayoritas dalam struktur ini menjadi subjek, penempatan kalimat seperti ini

memberi penilaian negatif kepada kelompk yang disebut dalam teks sebagai

kelompok mayoritas.

d. Kata Ganti

Tabel 3.11

Kata ganti Kompas dan Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kalimat

―Pesan saya, kita semua

berstu, saling toleransi.

Dengan cara itu, kita

dapat membangun daerah

ini‖ kata Presiden Joko

Widodo.

Apalagi, dikatakan dia

penolakan tersebut

berujung pada aksi

vandalisme dengan

melakukan perusakan

dan pembakaran rumah

Page 83: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

73

ibadah umat yang diakui

keberadaannya oleh

negara.

Kata ganti saya dalam pernyataan Joko Widodo yang dikutip oleh

Kompas menggambarkan bahwa ini merupakan sikap resmi dari Joko

Widodo. Kompas hanya sebagai penyamapai dari apa yang diungkapkan

oleh Jokowi. Kata ganti kita dalam pernyataan Jokowi menunjukan sikap

tersebut sebagai representasi dari sikap bersama, bahwasannya kata kita itu

merujuk pada seluruh warganegara Indonesia. Jokowi memberikan

himbauan untuk menjaga toleransi kepada seluruh warganegara Indonesia.

Kata ganti dia atau iayang digunakan Republika menggambarkan

bahwa pandangan atau sikap tersebut merupakan ungkapan

narasumber.Republika mempertegas dengan menggunakan kata ganti dia

agar memberikan nada bahwasannya pandangan tersebut bukanlah

pandangan Republika secara subjektif, namun itu merupakan pandangan

narasumber.

4. RETORIS

a. Leksikon

Tabel 3.12

Leksikon Kompas dan Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kata/ Frasa Langkah hukum tegas

perlu diambil

Seret pelaku ke

pengadilan

Puluhan bangunan kios

temasuk mushala

terbakar

Pembakaran masjid

Page 84: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

74

Kompas menggunakanan kalimat ―langkah hukum tegas perlu

diambil‖.Kata ―Langkah‖ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat pula

diartikan sebagai tindakan, jadi Kompas ingin menggambarkan

bahwasaanya para pelaku insiden Tolikara perlu ditindak dengan hukum

yang tegas. Sedangkan Republika menggunakan kalimat judul ―seret pelaku

ke pengadilan‖. Kata ―seret‖ memiliki arti menarik dengan paksa, dalam hal

ini Republika menyatakan pelaku inisden tolikara harus dibawa ke

pengadilan.

Kompas menggunakan kata terbakar sedangkan Republika

menggunakan kata pembakaran.Kedua kata tersebut berasal dari kata bakar

yang memiliki arti menghanguskan.Namun kedua kata ini diberi imbuhan.

Jika imbuhan termaka memiliki arti sudah atau sedang berkobar atau habis

dihanguskan api. Sedangkan jika kata ―bakar‖ diberi imbuhan pe-an, maka

pembakaran memiliki arti proses, cara, perbuatan membakar. kata

pembakaran yang digunakan Republika menggambarkan sebuah proses atau

perbuatan pembakaran, secara tidak langsung kata pembakaran ini hendak

menunjukan bahwa pembakaran tersebut dilakukan oleh subjek pembakar.

Dengan demikian, Republika mencoba menekankan bahwa peristiwa

tersebut adalah peristiwa pembakaran masjid yang sengaja dibakar.

Selanjutnya, Kompas menggunakan kata mushala sedangkan

Republika menggunakan kata masjid. Kedua kata tersebut memiliki makna

yang sama, yakni sebagai tempat ibadah umat muslim. Namun dalam kamus

bahasa Indonesia, kata musala memiliki arti bangunan tempat salat yang

Page 85: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

75

lebih kecil dari pada masjid.98

Dengan demikian Kompas mencoba

menyampaikan kepada pembaca bahwa yang terbakar ialah tempat ibadah

yang memiliki ukuran lebih kecil. Sedangkan, Republika ingin

menyampaikan sebalikya, yang terbakar ialah tempat ibadah yang besar.

Terkait perbedaan penggunaan frasa tersebut, pihak Kompas

memberikan keterangan sebagai berikut:99

―Terkait kata mushala. setau saya, saya meyakini itu mushala. Kita

ada teman di lapangan dan kita mengikuti data resmi juga. Jadi kita

mengikuti jika ada pejabat atau otoritas pemerintah setempat menyebutkan

mushala maka kita ikuti itu. Kita yakini itu mushala bukan masjid.‖

―Kayanya kalau saya tidak salah, Kompas awalnya juga berasumsi

dibakar, wartawan kami dilapangan awalnya mendapatkan data musolah itu

dibakar. Namun, setelah tahu kronologis sebenarnya maka kami ganti

menjadi terbakar.Tapi kronologi sebenarnya bahwa itu terbakar bukan

dibakar ya, wartawan kita juga mengecek. Jadi ricuh dulu kemudian terjadi

pembakaran pada kios-kios, sedangkan mushala ada dalam lingkungan kios

tersebut, sehingga apinya merembet. Faktanya yang kita yakini itu

merembet bukan dibakar.‖

Begitupun dengan Republika terkait pemilihan diksi tersebut. Pihak

Republika menyatakan:100

―Tergantung siapa yang bicara. Kalau orang-orang islam di sana

menyebutnya itu masjid. Di sana ada tulisan dari plang yang selamat dari

pembakaran kita lihat itu ada tulisannya masjid. Kita punya foto plangnya,

itu bertuliskan masjid Baitul Muttaqin. Sebenarnya tergantung siapa ynag

bicara, kalau ada kutipan itu musolah maka kebawahnya kita ngikutin itu

musolah. Tapi reporter kami yang disana melihat itu masjid. Jadi kita

menggunakan keduanya.‖

98

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Indonesia Kontemporer, (Jakarta:

Moderen English Press, 2002), cet. Ke-III, h. 1012. 99

Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra, Wakil Redaktur Pelaksana Kompas,

Jakarta 28 Desember 2015. 100

Wawancara dengan Fitriyan Zamzami, Redaktur Halaman Utama Republika,

Jakarta 12 Januari 2016.

Page 86: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

76

―Tentu berbeda sekali makna kata ‗terbakar‘ dan ‗dibakar‘.

Ditengah-tengah, kalau ada kata ditengah terbakar dan dibakar itu lah yang

sebenarnya atau kata yang paling tepat untuk mewakili kejaian yang

sebenarnya. Karena itu kalau dibilang terbakar itu bukan terbakar tanpa

sebab, itu terbakar karena memang ada pembakaran yang dilakukan terlebih

dahulu. Jadi kan dalam artian dibakar. Tapi kalau menggunakan kata

dibakar, masjid itu bukan sasaran utama, sasaran utamanya ialah kios,

itulah ekses dari pembakaran kios. Ini kasusunya membingungkan antara

dibakar atau terbakar. Tapi dilapangan kedua kata tersebut kurang tepat.

Terus terang kami tidak punya kerangka pikiran kenapa kita memakai

terbakar dan dibakar. Karena kejadiannya unik. Kita tidak bisa mengklaim.

Jadi kita menggunakan kedua-duanya. Kalau misalnya karena listrik itu

terbakar. Tapi kalau ini kan ada pelaku pembakarannya.‖

b. Grafis

Tabel 3.13

Grafis Kompas dan Republika Edisi 20 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Foto,

pemakaian

huruf tebal dan

unkuran huruf

lebih besar

Kalimat judul dicetak

dengan ukuran besar dan

diberi ketebalan

Kalimat judul dicetak

dengan ukuran besar dan

diberi ketebalan.

Di bawah judul terdapat

kalimat ―Kapolri berjanji

mengejar aktor

intelektual penyebar

surat larangan shalat Id‖

yang diberikan ketebalan

Di samping kiri sejajar

dengan teks berita

terdapat foto Direktur

Jenderal Bimas Kristen

Kementrian Agama

Oditha R Hutabarat dan

Kepala Bagian Humas

PGI Jeirry Sumampow

yang memberikan

keterangan permintaan

maaf atas peristiwa yang

melukai umat Islam

tersebut. Terdapat

caption di bawah foto,

didahului oleh kata

―Minta Maaf‖ yang

dicetak tebal.

Page 87: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

77

Dari segi grafis, Republika mencoba memberikan penekana dengan

membubuhkan pernyataan Kapolri—―Kapolri berjanji mengejar aktor

intelektual penyebar surat larangan shalat Id‖ setelah judul dan diberi

ketebalan yang berbeda dari isi teks berita. Penggunaan huruf tebal serta

peletakan posisi setelah judul ini merupakan bagian yang sengaja dibuat

mencolok, karena ini untuk mendukung arti penting suatu pesan

bahwasannya tedapat okum yang memang meyebarkan surat larangan shalat

Ied kepada umat Muslim, bahkan pernyataan ini sengaja dibuat dengan

kalimat pernyataan janji Kapolri untuk mencari oknum tersebut.

Disamping itu, penggunaan foto pada Republika dimana terdapat

foto Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementrian Agama Oditha R

Hutabarat dan Kepala Bagian Humas PGI Jeirry Sumampow dengan caption

permintaan maaf atas peristiwa yang melukai umat Islam. Caption di bawah

foto, didahului oleh kata ―Minta Maaf‖ yang dicetak tebal. Kata maaf yang

dicetak tebal untuk mendukung arti penting suatu pesan, selain itu untuk

menarik perhatian pembaca agar berpusat pada kata tersebut. Republika

ingin menekankan bahwasannya tokoh-tokoh umat kristiani meminta maaf

atas kesalahan umat kristiani di Tolikara yang telah menyebabkan

kerusuhan yang berujung pada terbakarnya rumah ibadah umat muslim.

Berita 2: Teks Berita KompasEdisi 21 Juli 2015

INSIDEN TOLIKARA

Pemerintah Jamin Biaya Rekonstruksi

JAYAPURA, KOMPAS – Pemerintah menjamin tersedianya

anggaran untuk biaya rekonstruksi akibat insiden di Kabupaten Tolikara,

Papua. Sementara itu, kepolisian telah memeriksa 32 saksi dalam kasus

Page 88: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

78

yang terjadi Jumat pekan lalu itu, dan beberapa di antaranya merupakan

calon tersangka.

―Banyak mekanisme yang bisa dipekai (untuk biaya pembangunan),

seperti dana hibah atau talangan. Kita semua sepakat, membangun kembali

mushala itu penting,‖ kata Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dalam

pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Papua dan Forum Koordinasi

Pimpinan Daerah Provinsi Papua di Jayapura, Senin (20/7).

Kemarin, kehidupan di Tolikara telah berangsur normal. Warga telah

bebas beraktivitas. Sejumlah warga pendatang dan penduduk lokal yang

ditanya soal insiden Jumat pekan lalu itu mengatakn tak tahu pasti

penyebabnya. Mereka mengatakan selama ini tidak pernah ada keributan

terkait persoalan agama. ―Jangan sampai ada balas dendam. Kami hanya

berharap janji pembangunan secara permanen (kios dan mushala) itu bisa

benar-benar dilaksanakan,‖ kata Ali Mukhtar, pemuka agama Islam di

Kabupaten Tolikara.

Nemun, sekitar 250 orang masih mengungsi di tenda darurat di depan

Markas Koramil 1720 II/Karubaga setelah kios sekaligus tempat itnggal

mereka terbakar dalam insiden Jumat pekan lalu. Menurut rencana, mereka

akan direlokasi ke kantor lama Bupati Tolikara yang saat ini kosong. ―Saat

ini kondisi telah kondusif,‖ kata Ustaz Ali Mukhtar, perwakilan pengungsi.

Panglima Kodam XVII/Cendrawasih Mayor Jendral Fransen G

Siahaan menyatakan tidak keberatan apabila lapangan Koramil dipakai

sementara untuk menampung pengungsi. Di tempat itu juga akan dibangun

mushala sementara.

Pihak gereja, lanjut Fransen, sudah sepakat untuk memprioritaskan

rekonstruksi mushala yang terbakar. TNI siap menurunkan 90 anggotanya

untuk membantu pembangunan.

Sementara itu, Mentri Sosial Khofifah Indar Perawansa menuturkan,

kementriannya akan merenovasi semua ruko dan mushala yang terbakar.

Kementrian Sosial juga menyaiapkan logistik dan fsilitas trauma healing

bagi korban insiden Tolikara. menurt rencana, seluruh bantuan akan dikirim

pada Rabu besok setelah Kementrian Sosial mengirim bantuan kepada

korban cuaca dingin di Lanny Jaya, Papua.

Proses Hukum

Kepala Polri Jendral (Pol) Badrodin Haiti menuturkan, dalam

penanganan insiden Tolikara, polisi punya tiga tugas. Pertama,

menghentikan dan melokalisasi kerusuhan. Kedua, menjamin dan

memelihara keamanan. Ketiga, melakukan penegakan hukum terhadap

pembakar kios dan pembubaran saat shalat Id.

Pelaku insiden Tolikara, lanjut Badrodin, dapat dikenai dengan

tidakan penodaan agama dan perusakan fasilitas umum.

Wakil Kepala Polda Papua Brigjen (Pol) Rudolf Albert Rodja

menuturkan, Polri sudah memeriksa 32 saksi dalam insiden Tolikara.

sebagian dari saksi itu merupakan calon tersangka. ―Sesuai perintah

Presiden, ini akan ditindak agar tidak berdampak luas di daerah lain,‖

katanya.

Page 89: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

79

Direktur Jendral Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri

Soedarmo mengatakan, untuk mencagah terjadinya insiden seperti yang

terjadi di Tolikara, pemerintah daerah harus meningkatkan fungsi deteksi

dini.

Terkait hal ini, ke depan, perlu dibentuk tim terpadu penanganan

konflik sosial ditingkat pusat maupun daerah. Penanggung jawab tim ini

adalah gubernur, didampingi wakil dari panglima kodam, kepala polda, dan

kepala BIN daerah. ―Mulai 2016, konsep tim ini akan disosialisasikan ke

seluruh daerah. Arahnya, supaya kita bisa lebih tajam mendeteksi. Kalau

kita hanya mengetahui potensi konflik tanpa mencegahnya, yang terjadi

adalah seperti di Tolikara ini,‖ kata Soedarmo.

Sementara itu, komunitas kerukunan umat beragama di Jombang,

Jawa Timur, semalam berkumpul untuk berdoa bersama dan refleksi demi

pulihnya suasana kerukunan di antara umat beragama di Tolikara. Acara itu

berlangsung di tumah KH. Suudi Yatmo, Padepokan Djagat Besi di Betek,

Mojoagung, Jombang.

Koordinator komunitas Gus Durian Jombang, Aan Anshori, yang ikut

menggags pelaksanaan acara itu, mengatakan, pertemuan dengan tajuk

―Ketupat untuk Tolikara‖ ini dimaksudkan untuk makin menguatkan dan

meneguhkan prinsip kebinekaan di antara umat beragama di Tanah Air.

―Agar kita saling menyadari bahwa Indonesia bisa berdiri tegak karena

semangat keragaman atau kebinekaan itu,‖ katanya.

Berita 2: Teks Berita Kompas Edisi 21 Juli 2015

Masjid Tolikara Butuh Bantuan

Berbagai lembaga amal menggalang dana untuk masjid di Tolikara.

TOLIKARA – Pengurus Masjid Baitul Mutaqqin, di Karubaga,

Kabupaten Tolikra, Papua, meminta uluran tangan kepada berbagai pihak

untuk bisa membangun kembali rumah ibadah tersebut. Masjid tersebut kini

tersisa puing-puing setelah terbakar dalam kericuhan massa Gereja Injili di

Indonesia (GIDI), Jumat (19/7).

Permintaan bantuan tersebut tercantum dalam surat yang

dilayangkan pengurus Masjid Baitul Mutaqqin yang ditunjukan kepada

Ketua Badan Amil Zakat Daerah Jayawijaya. Dalam surat itu, Koordinator

Seksi Dakwah Masjid Baitul Mutaqqin Zackson Djohan menegaskan fakta

soal terbakarnya masjid dan perlunya bantuan.

―Dalam surat ini, kami memohon bantuan, uluran tangan, dan

perhatian dari Bazda Kabupaten Jayawijaya untuk dapat membantu

meringankan beban penderitaan saudara-saudara kita sesama Muslim di

Karubaga,‖ tertulis dalam surat yang beredar Senin (20/7) tersebut.

Sejak kabar terbakarnya Masjid Baitul Mutaqqin mengemuka,

pemerintah telah menjanjikan akan membangun kembali masjid setra rumah

dan kios yang terbakar id sekitarnya. ―Pemerintah daerah akan membantu

untuk mendirikan kios di sana, juga mushala yang terbakar. Kita juga akan

siapkan bantuan untuk korban kios yang terbakar berupa modal usaha,‖ ujar

Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Page 90: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

80

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Tolikara juga telah menyerahkan

bantuan awal sebesar Rp 100 juta buat para pengungsi insiden Tolikara.

Pemkab Tolikara juga berjanji akan membantu pembangunan kembali

masjid, kios, dan rumah yang terbakar.

Kendati demikian, berbagai lembaga amal juga menginisiasikan

pengump[ulan dana untuk membantu membangun kembali Masjid Baitul

Mutaqqin. Lembaga filantropi, Dompet Dhuafa, sudah memulai

pengumpulan dana sejak hari kedua kejadian.

―Sudah terkonfirmasi memang benar adanya bahwa masjid tersebut

terbakar. Oleh karena itulah, kami berinisiatif ingin membangun kembali

masjid tersebut agar Muslim di sana dapat menikmati fasilitas ibadah yang

nyaman,‖ kata Ahmad Juwaini, presiden direktur Dompet Dhuafa, Sabtu

(18/7). Ia mengatakan, target pengumpulan dana itu adalah sebesar Rp 5

miliar.

Aktivis NU Papua juga melakukan penggalangan dana untuk

masjid di Karubaga, Tolikara, Papua. ―Kami sedang membuka

penggalangan dana untuk membangun masjid di Karubaga tersebut,‖ kata

Abdul Wahab selaku kordinator Sarkub Papua. Untuk tahap pertama, aktivis

NU Papua sudah menyerahkan sumbangan dana Rp 6 juta.

Sedangkan, selebritis Pandji Pregiwaksono menggalang dana untuk

membangun masjid melalui laman kitabisa,com/masjidtolikara, pandji

menargetkan dana yang terkumpulo mencapai Rp 200 juta. Hingga kemarin,

donasi yang diterima mencapai Rp.36.743.130. menurut Pandji, dana itu

nantinya akan disalurkan ke Bulan Sabit Merah Indonesai (BSMI) cabang

Jayawijaya Papua.

BSMI Jayawijaya sejauh ini terus melaporkan hasil penggalangan

dana yang mereka lakukan untuk membangun masjid di Karubaga. Dalam

akun Twitter resmi BSMI Jayawijaya tertulis bahwa dana yang terkumpul

hingga Senin (20/7) siang Rp 277 juta.

Lembaga amil zakat Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)

menyatakan akan turut serta berkoordinasi untuk bisa segara memberikan

bantuan bagi mereka yang terdampak insiden pembakan masjid di Tolikara.

Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Didin

Hafidhuddin juga menyatakan siap berpartisipasi membangun rumah ibadah

baru bagi umat Islam di Tolikara. pernyataan serupa disampaikan pimpinan

Daarul Quran, Yusuf Mansur.

1. SINTAKSIS

a. Skema berita

Struktur sintaksis yang terdapat dalam teks berita Kompas edisi 21

Juli 2015 membentuk skema yang umum yakni bentuk piramida terbalik.

Page 91: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

81

Dimana yang dianggap aspek paling penting diletakan diawal, kemudian

disusul dengan fakta-fakta tambahan. Skema teks berita Kompas dimulai

dengan judul, kemudian lead, kutipan narasuber, latar informasi, pernyataan

dan penutup. Skema demikian menujukan bahwa aspek yang dianggap

penting terletak pada lead.

Berbeda dengan Kompas, skema teks berita Republika diawali dengan

judul, kemudian pernyataan, lead, latar informasi, kutipan narasumber,

penutup. Sturktur berita Republika menekankan bahwa pernyataan dianggap

lebih penting dari lead. Hal ini dibuktikan dengan posisi pernyataan dalam

teks ditempatkan lebih dulu dari lead, selain itu pernyataan ini dicetak

dengan ketebalan, jenis huruf dan ukuran huruf yang berbeda dari lead

maupun isi berita secara keseluruhan.

Berikut kutipan pernyataan Republika: ―Berbagai lembaga amal

menggalang dana untuk masjid di Tolikara.‖ Melalui kutipan ini pembaca

diajak untuk menyadari bahwa banyak pihak yang mendukung

pembangunan kembali masjid di Tolikara. Hal ini juga merupakan cara

mempengaruhi masyarakat untuk turut membantu atau menggalang dana

untuk pembangunan masjid di Tolikara. Sehingga Republika menempatkan

kalimat ini sebagai aspek terpenting dari teks berita secara keseluruhan.

Kemudian dihubungkan dengan lead yang menggambarkan situasi masjid

yang tinggal tersisa puing-puing, gambaran seperti ini merupakan cara

menarik simpati pembaca untuk turut simpati dengan kondisi umat islam di

Page 92: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

82

Tolikara yang membutuhkan tempat ibadah yang aman dan nyaman pasca

insiden Tolikara.

Tabel 4.1

Headline/Judul Kompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Headline/judul Pemerintah Jamin Biaya

Rekonstruksi

Masjid Tolikara Butuh

Bantuan

Judul dari kedua surat kabar tersebut memiliki titik persamaan pada

inti tema yang diusung yakni pembangunan berbagai fasilitas pasca insiden

Tolikara. Judul Kompas mengarah pada rekonstuksi bangunan secara

global. Sedangkan, Republika fokus pada rekonstruksi masjid. Selain itu,

dari judul Kompas menampilkan bahwa pemerintah telah menjamin seluruh

biaya rekonstruksi, artinya Kompas ingin menggambarakan kepada khlayak

bahwa persoalan rekonstruksi di Tolikara tidak memiliki kendala dari segi

biaya, karena pemerintah telah menanggung semua biayanya. Sedangkan

Republika menampilkan sebaliknya, rekonstruksi di Tolikara masih menjadi

persoalan, terutama untuk realisasi pembangunan masjid di Tolikara masih

membutuhkan bantuan biaya. Dengan penggambaran semacam ini,

Republika mengajak pembaca untuk simapti dengan kondisi umat Islam di

Tolikara.

Tabel 4.2

Lead Kompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Lead JAYAPURA, KOMPAS

– Pemerintah menjamin

TOLIKARA – Pengurus

Masjid Baitul Mutaqqin,

Page 93: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

83

tersedianya anggaran

untuk biaya rekonstruksi

akibat insiden di

Kabupaten Tolikara,

Papua. Sementara itu,

kepolisian telah

memeriksa 32 saksi

dalam kasus yang terjadi

Jumat pekan lalu itu, dan

beberapa di antaranya

merupakan calon

tersangka.

di Karubaga, Kabupaten

Tolikara, Papua, meminta

uluran tangan kepada

berbagai pihak untuk bisa

membangun kembali

rumah ibadah tersebut.

Masjid tersebut kini

tersisa puing-puing setelah

terbakar dalam kericuhan

massa Gereja Injili di

Indonesia (GIDI), Jumat

(17/7).

Lead yang ditampilkan Kompas terbagai menjadi dua tema yakni.

Pertama,pemerintah menjamin biaya rekonstruksi pasca insiden Tolikara.

Kedua, pemeriksaan polisi terhadap 32 saksi, dan diantaranya merupakan

calon tersangka. Lihat bagaimana Kompas menyusun kedua fakta ini dalam

satu lead. Kompas menekankan bahwa pemerintah berada pada posisi utama

yang harus hadir dan bertanggung jawab membiayai rekonstruksi pasca

insiden Tolikara, sedangkan pemeriksaan terhadap calon tersangka menjadi

fakta yang diletakan setelah tanggung jawab pemerintah. Dengan susunan

demikian Kompas mengajak pembaca untuk berfikir bahwa dalam insiden

tolikara kesalahan dan tanggung jawab tidak semata-mata ditimpakan

kepada tersangaka penyerangan, namun peran pemerintah juga harus hadir

dan bertanggung jawab dalam peneylesain konflik.

Sedangkan Republika memiliki satu inti tema dalam lead-nya yakni,

memohon uluran tangan dari berbagai pihak untuk mendirikan kembali

masjid baru di Tolikara pasca insiden Tolikara.LeadRepublika juga

mendeskripsikan kondisi masjid pasca insiden yang hanya menyisakan

puing-puing. Deskripsi tersebut membawa pesan akan pentingnya

Page 94: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

84

pembangunan masjid baru, melihat kondisi rumah ibadah yang sudah tak

dapat difungsikan kembali sebagai tempat ibadah.

Dalam kalimat penutup lead Republika menjelaskan penyebab

terbakarnya masjid tersebut karena kericuhan massa GIDI. Pernyataan sebab

akibat ini membawa kesadaran pembaca untuk memberikan kesan negatif

terhadap massa GIDI, karena mereka digambarkan sebagai penyebab atau

aktor dibalik terbakarnya masjid tersebut.

Tabel 4.3

Latar informasi Kompas danRepublika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Latar informasi Kemarin, kehidupan di

Tolikara telah berangsur

normal. Warga telah

bebas beraktivitas.

Sejumlah warga

pendatang dan penduduk

lokal yang ditanya soal

insiden Jumat pekan lalu

itu mengatakan tak tahu

pasti penyebabnya.

Mereka mengatakan

selama ini tidak pernah

ada keributan terkait

persoalan agama.

―Jangan sampai ada balas

dendam. ….

…..‖meringankan beban

penderitaan saudara-

saudara kita sesama

muslim di Karubaga‖

―…. Kami berinisiatif

membangun kembali

masjid tersebut agar

Muslim di sana dapat

menikmati fasilitas

beribadah yang

nyaman.‖

Latar yang dipilih Kompas menggambarkan kondisi kehidupan di

Tolikara yang telah kembali normal dan kondusif dengan mengutip

pernyataan dari warga setempat. Kutipan pendapat masyarakat ini Kompas

gunakan untuk memperkuat argumennya dalam menyatakan kebenaran

kondisi di Tolikara sehingga memberikan nada objektif. Aspek yang

Page 95: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

85

ditekankan Kompas pada latar informasi mengajak pembaca untuk berfikir

bahwa kondisi di Tolikara telah aman dan tentram, dan jangan samapai

terdapat aksi balas dendam. Kompas mengajak pembaca untuk berfikir

kearah perdamaian.

Sebaliknya, Latar yang ditampilkan Republika menggambarkan

kondisi menyedihkan para korban pasca insiden Tolikara, terutama yang

ditekankan adalah korban dari umat muslim. Republika juga

menggambarkan masjid yang tidak dapat difungsikan kembali sehingga

tidak ada lagi fasilitas yang nyaman bagi umat muslim untuk beribadah.

Dengan latar informasi yang dibangun Republika jelas menempatkan umat

muslim sebagai Korban.

Tabel 4.4

Kutipan Narasumber Kompas danRepublika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kutipan

narasumber

―Jangan sampai ada

balas dendam. Kami

hanya berharap janji

pembangunan secara

permanen (kios dan

mushala) itu bisa benar-

benar dilaksanakan,‖

kata Ali Mukhtar,

Pemuka agama Islam di

Kabupaten Tolikara.

―Pemerintah daerah akan

membantu untuk

mendirikan kios di sana,

juga mushala yang

terbakar. Kita juga akan

siapkan bantuan untuk

korban kios yang terbakar

berupa modal usaha.‖

(Wakil Presiden Jusuf

Kalla)

―Sudah terkonfirmasi

memang benar adanya

bahwa masjid tersebut

terbakar. Oleh karena

itulah, kami berinisiatif

ingin membangun kembali

masjid tersebut agar

Muslim di sana dapat

menikmati fasilitas ibadah

Page 96: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

86

yang nyaman.‖ (Presiden

Direktur Dompet Dhuafa

Ahmad Juwaini)

―Kami sedang membuka

penggalangan dana untuk

membangun masjid di

Karubaga tersebut.‖

(Koordinator Sarkub

Papua Abdul Wahab)

Dari kutipan narasumber Kompas, terdapat ketidak berimbangan

dalam pemilihan narasumber. Dalam teks berita digambarkan bahwa

kehidupan di tolikara telah berangsur normal, bahkan penduduk lokal dan

warga pendatang telah kembali melakukan aktivitas. Kemudian Kompas

mengutip pernyataan harapan dari masyarakat setempat, namun Kompas

hanya menyajikan satu narasumber yang berasal dari tokoh umat Islam, Ali

Mukhtar. Hal ini tidak sesuai dengan pendekatan yang ingin disapaikan

Kompas. Ketika Kompas mengatakan bahwa kehidupan di Tolikara telah

kembali normal, artinya sudah tidak ada lagi konflik dan telah terjadi

perdamaian antar pihak yang berkonflik. Seharusnya Kompas menyajikan

pernyataan dari kedua pihak. Berikut kutipan teks berita Kompas:

Kemarin, kehidupan di Tolikara telah berangsur normal.

Wrga telah bebas beraktivitas. Sejumlah warga pendatang dan

penduduk lokal yang ditanya soal inisden Jumat pekan lalu itu

mengatakan tak tahu pasti penyebabnya. Mereka mengatakan selama

ini tidak pernah ada keributan terkait persoalan agama. ―Jangan

sampai ada balas dendam. Kami hanya berharap janji pembangunan

secara permanen (kios dan mushala) itu bisa benar-benar

dilaksanakan,‖ kata Ali Mukhtar, Pemuka agama Islam di Kabupaten

Tolikara.

Republika mewawancarai tiga narasumber: Wakil Presiden Jusuf

Kalla, Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini, Koordinator

Page 97: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

87

Sarkub Papua Abdul Wahab.Dua diantara narasumber mengarah pada

pentingya pembangunan masjid, dan satu narasumber mengarah pada

rekonstruksi bangunan secara keseluruhan, baik pembangunan sejumlah

kios dan masjid yang terbakar.Dengan lebih banyaknya narasumber yang

berbicara terkait pentingnya pendirian masjid.Republika membingkai

pemberitaan ini seolah pembangunan masjid harus menjadi prioritas utama.

Tabel 4.5

Pernyataan Kompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Pernyataan Pihak Gereja, lanjut

Fransen, sudah sepakat

untuk memprioritaskan

rekonstruksi musolah

yang terbakar.

Kami berinisatif ingin

membangun kembali

masjid tersebut agar

muslim di sana dapat

menikmati fasilitas

ibadah yang nyaman

Pernytaan kedua surat kabar tersebut memiliki inti yang sama

terkait rekonstruksi rumah ibadah umat Muslim. Jika dilihat dalam teks

Kompas, pernyataan Fransen menyebutkan pihak gereja memprioritaskan

rekonstruksi mushala yang terbakar. Kompas ingin nmenekankan pesan

tertentu bahwa pihak gereja turut memperioritaskan kebutuhan umat

Muslim, hal ini memberikan kesan bahwa pihak gereja memiliki jiwa

toleransi sebab menghargai hak umat lain untuk mendapatkan fasilitas

rumah ibadah. Secara tidak langsung Kompas menampilkan citra positif

bagi pihak gereja.

Sedangkan, pernyataan yang dikutip republika dalam teks berita

menekankan pada alasan perlunya mendirikan masjid. Republika mengajak

Page 98: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

88

pembaca untuk memahami bahwasannya setiap orang harus memberikan

hak kebebasan dalam beribadah termasuk mendirikan tempat ibadah bagi

pemeluk agama lain. Sehingga Republika memberikan penekanan bahwa

pendirian masjid baru merupakan hal urgen untuk segera direalisasikan.

Tabel 4.6

Penutup Kompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Penutup Koordinator komunitas

Gus Durian Jombang,

Aan Anshori, yang ikut

menggagas pelaksanaan

acara itu, mengatakan,

pertemuan dengan tajuk

―Ketupat untuk Tolikara‖

ini dimaksudnkan untuk

makin menguatkan dan

meneguhkan prinsip

kebinekaan di antara

umat beragama di Tanah

Air. ―Agar kita saling

menyadari bahwa

Indonesia hanya bisa

berdiri tegak karena

semua karagaman atau

kebinekaan itu,‖ katanya.

Ketua Umum Badan

Amil Zakat Nasional

(Baznas) Didin

Hafidhuddin juga

menyatakan siap

berpartisipasi

membangun rumah

ibadah baru bagi umat

Islam di Tolikara.

Pernytaan serupa

disampaikan pimpinan

Daarul Quran, Yusuf

Mansur.

Penutup teks berita Kompas menggambarkan pentingnya

masyarakat untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Argumen

Kompas ini diwujudkan dengan menampilkan pernyataan narasumber dari

komunitas kerukunan antar umat beragama sebagai pendukung gagasannya

tersebut. Penutup ini semakin memperjelas arah Kompas yang lebih

menenkankan pada perdamaian serta menjaga persaudaraan antar umat

beragama.

Page 99: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

89

Penutup Republika manggambarkan dukungan terhadap pendirian

masjid baru di Tolikara. Dukungan ini Republika tampilkan dengan

banyaknya pihak dari berbagai lembaga amal yang berpartisipasi dalam

penggalangan dana untuk masjid di Tolikara.

2. SKRIP

a. Kelengkapan Berita

Tabel 4.7

5W+1H Kompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

5W+1H Apa yang terjadi? (what):

jaminan biaya

rekonstruksi akibat

insiden Tolikara.

Apa yang terjadi?

(what): pengurus Masjid

Baitul Mutaqqin

meminta uluran tangan

kepada berbagai pihak

untuk bisa membangun

kembali rumah ibadah di

Tolikara.

Siapa yang akan

menjamin biaya

rekonstruksi? (who):

Pemerintah

Kapada siapa permintaan

bantuan tersebut

dilayangkan? (who):

Badan Amil Zakat

Daerah Jayawijaya,

pemerintah dan

Pemerintah Kabupaten

Tolikara serta berbagai

lembaga amal.

Bagaimana proses

rekonstruksi tersebut?

(how): pemerintah akan

melakukan rekonstruksi

ruko dan mushala yang

terbakar

Kapan pemohonan

bantuan tersebut

dilayangkan? (when):

Senin (20/7)

Mengapa permohonan

bantuan tersebut

dilakukan? (why): untuk

dapat membantu

meringankan beban

penderitaan saudara-

Page 100: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

90

saudar sesama Muslim di

Karubaga

Bagaimana proses

penggalangan dana

tersebut? (who): berbagai

lembaga amal membantu

untuk menggalang dana,

di antaranya dari Domper

Dhuafa, aktivis NU

sudah menyerahkan Rp 6

juta, ….

Dalam berita tersebut Kompas mencoba membentuk sebuah

pembingkaian yang menghasilkan kesan tertentu kepada masyarakat dengan

cara menghilangkan satu atau lebih unsur penting dalam berita tersebut.

Unsur yang hilang yang dimaksud penulis ialah unsur where, why dan when.

Kompas tidak menjelaskan alasan mengapa rekonstruksi tersebut penting

untuk dilakukan, dan tidak menyajikan dimana dan kapan rekonstruksi

ulang bangunan kios dan mushala tersebut akan dilakukan.

Sejak awal inti utama berita Kompas hanya pada jamian yang

diberikan pemerintah untuk biaya rekonstruksi bukan pada alasan mengapa

rekonstruksi tersebut perlu dilakukan. Dengan cara seperti ini tidak nampak

hal penting yang melatarbelakangi perlunya rekonstruksi di Tolikara.

Sebaliknya, Republika memaparkan alasan terkait pentingnya

pembangunan masjid. Dengan penyajian alasan secara rinci ini menekankan

kesadaran kepada pembaca bahwa pendirian masjid ini sangat penting,

karna ini menyangkut menghormati serta memberikan hak kebebasan

Page 101: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

91

beribadah bagi umat Muslim dengan cara mendirikan fasilitas ibadah yang

nyaman.

3. TEMATIK

a. Detail

Tabel 4.8

DetailKompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kalimat

Kemarin, kehidupan di

Tolikara telah berangsur

normal. Warga telah

bebas beraktivitas.

Sejumlah warga

pendatang dan penduduk

lokal yang ditanya soal

inisden Jumat pekan lalu

itu mengatakan tak tahu

pasti penyebabnya.

Mereka mengatakan

selama ini tak pernah ada

keributan terkait

persoalan agama. ―Jangan

sampai ada balas

dendam…..‖ kata Ali

Mukhtar, Pemuka agama

Islam di Kabupaten

Tolikara.

Pengurus Masjid Baitul

Mutaqqin, di Karubaga,

Kabupaten Tolikara,

Papua, meminta uluran

tangan kepada berbagai

pihak untuk bisa

membangun kembali

rumah ibadah tersebut.

Masjid tersebut kini

tersisa puing-puing

setelah terbakar dalam

kericuhan massa Gereja

Injili di Indonesia

(GIDI), Jumat (17/7).

Detail yang dijabarkan Republika ialah kondisi bangunan masjid

yang hanya tersisa puing-puing. Selain itu terdapat detail lain yang

ditampilkan Republika pada kalimat ―setelah terbakar dalam kericuhan

massa Gereja Injili di Indonesia‖. Penulisan semacam ini menekankan

posisi massa GIDI pada posisi tidak legitimate, seakan massa yang ricuh

(GIDI) sebagai pihak yang bersalah.

Page 102: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

92

Sedangkan detail yang ditampilkan Kompas adalah penjelasan

panjang terkait kondisi di Tolikara yang telah kondusif dan aman. Dengan

detail seperti ini seolah Kompas menekankan pesan bahwa masalah ini

semestinya tidak dibesar-besarkan, karena kondisi di Tolikara sendiri telah

kondusif.

b. Koherensi

Tabel 4.9

Koherensi Kompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Proposisi Pemerintah menjamin

tersedianya anggaran

untuk biaya rekonstruksi

akibat insiden di

Kabupatan Tolikara,

Papua.

Masjid tersebut kini

tersisa puing-puing

setelah terbakar dalam

kericuhan massa Geraja

Injili di Indonesia

(GIDI), Jumat (17/7)

Kata ‗akibat‘ pada teks berita Kompas ini merupakan jenis koherensi

sebab-akibat.Kalimat ini jelas mengandung makna bahwa sejumlah

bangunan kios dan mushala yang terbakar tersebut akibat insiden di

Kabupaten Tolikara.Namun, dari kalimat ini terdapat bentuk

nominalisasi.Nominnalisasi ini dalam teks Kompas ditunjukan dengan

menghilangkan subjek atau tokoh tertentu.

Nominalisasi tidak membutuhkan subjek, karena nominalisasi pada

dasarnya adalah proses mengubah kata kerja yang bermakna tindakan

menjadi kata benda yang bermakna peristiwa insiden Tolikara. Kompas

tidak menampilakan aktor atau subjek pelaku pembakaran di Tolikara

sehingga menyebabkan sejumlah bangunan terbakar.Karena yang

Page 103: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

93

ditekankan Kompas ialah hanya memberitahu kepada pembaca bahwa

bangunan yang terbakar tersebut merupakan imbas dari insiden Tolikara.

Sebalinya, koherensi pada teks berita Republika terdapat pada

kalimat ―Masjid tersebut kini tersisa puing-puing setelah terbakar dalam

kericuhan massa Geraja Injili di Indonesia (GIDI), Jumat (17/7)‖. Jenis

koherensi yang digunakan adalah koherensi kondisional yang terletak pada

kata ―dalam‖.Kata ―dalam‖ merupakan penjelas darikalimat sebelumnya.

Berbeda dengan Kompas yang menyembunyikan aktor atau subjek pelaku

pembakaran. Sebaliknya, Republika justru menampilkan subjek secara jelas

(massa GIDI). Secara tidak langsung, Republika memberikan penilaian

negative kepada massa GIDI, Karena telah bertindak ricuh sehingga

mengakibatkan terbakarnya masjid.

c. Bentuk Kalimat

Tabel 4.10

Bentuk Kalimat Kompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kalimat Pemerintah menjamin

tersedianya anggaran

untuk biaya rekonstruksi

akibat insiden di

Kabupaten Tolikara,

Papua. Sementara itu,

kepolisian telah

memeriksa 32 saksi

dalam kasus yang terjadi

Jumat pekan lalu itu, dan

beberapa di antaranya

merupakan calon

tersangka.

Pengurus Masjid Baitul

Muttaqin, di Karubaga,

Kabupaten Tolikra,

Papua, meminta uluran

tangan kepada berbagai

pihak untuk bisa

membangun kembali

rumah ibadah tersebut.

Masjid tersebut kono

tersisa puing-puing

setelah terbakar dalam

kericuhan massa Gereja

Injili di Indonesia

(GIDI), Jumat (19/7).

Page 104: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

94

Bentuk kalimat yang digunakan Kompas dan Republika berpola

kalimat Deduktif, dimana inti kalimat (umum) ditempatkan dibagian muka,

kemudian disusul dengan keterangan tambahan (khusus) yang diposisikan

kemudian.

Kutipan bentuk kalimat pada Kompas diambil daribagian lead. Lihat

bagaimana Kompas menyusun dua fakta yang berbeda. Pertama, terkait

pemerintah menjamin anggaran untuk biaya rekonstruksi. Kedua, terkait

pemeriksaan terhadap calon tersangka. Fakta yang ditampilkan lebih dahulu

dianggap merupakan aspek yang lebih penting. Hal ini menekankan

Kompas menganggap penting kehadiran pemerintah untuk bertanggung

jawab dalam penyelesaian konflik ketimbang membahas pada aspek

pertanggungjawaban hukum para pelaku perusakan.

Kemudian, bentuk kalimat Republika juga diambil dari lead. Jika

diamati pada kalimat terakhir dari bentuk kalimat Republika. Penyusunan

kalimat ini berbentuk logika kausal (sebab akibat). Republika terlebih

dahulu menggambarkan kondisi masjid yang tersisa puing-puing, setelah itu

menjabarkan penyebabnya karena terbakar dalam kericuhan massa GIDI.

Bentuk kalimat semacam ini menyandangakan kesan negtif terhadap massa

GIDI karena dianggap sebagai penyebab dari terbakarnya masjid.

4. RETORIS

a. Leksikon

Tabel 4.11

Leksikon Kompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kata Insiden di Tolikara Kericuhan massa Gereja

Injili di Indonesia (GIDI)

Page 105: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

95

Kompas memaknai peristiwa ini sebagai insiden di

Tolikara.Penggunaan kata insiden Tolikara ini menggunakan

nominalisasi.Nominalisasi merupakan strategi yang dipakai untuk

menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu.101

Kata ―insiden

Tolikara‖ ini merupakan kata benda yang menunjukan sebuah

peristiwa.Sebuah nomina (kata benda) tidak membutuhkan subjek, karena

dapat hadir mandiri dalam kalimat.Kata ―insiden Tolikara‖ ini lebih dipilih

Kompas karena dapat mewakili informasi peristiwa di Tolikara tanpa

menampakan aktor atausubjek pelaku penyerangan tersebut.

Terkait hal ini, pihak Kompas memberikan keterangan sebagai

berikut:102

―Kata insiden merupakan pilihan diksi agar tidak menimbulkan

kesan kemarah atau menimbulkan balas dendam. Dalam tanda kutip jauh

lebih aman jika mengunakan kata ―insiden‖ tersebut. Nah mungkin melalui

diksi tersebut Kompas berupaya untuk memberikan efek meredam konflik,

sehingga tidak ada suasana saling menyalahkan.‖

Sebaliknya, Republika justru secara jelas menyebutkan bahwa

kericuhan tersebut dilakukan oleh massa dari GIDI. Berikut kutipam

lengkap Republika: ―Masjid tersebut kini tersisa puing-puing setelah

terbakar dalam kericuhan massa Geraja Injili di Indonesia (GIDI),

Jumat (17/7).‖ Dengan penggunakan kata kericuhan massa GIDI ini jelas

Republika memberikan nada negatif terhadap pihak GIDI sebagai aktor

penyebab kericuhan di Tolikara.

101

Eriyanto, Analsis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.175. 102

Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra, Wakil Redaktur Pelaksana Kompas,

Jakarta 28 Desember 2015.

Page 106: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

96

b. Grafis

Tabel 4.12

GrafisKompas dan Republika Edisi 21 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Penggunaan

Huruf

Judul dicetak dengan

ukuran huruf lebih besar

dan diberi ketebalan.

Judul dicetak dengan

ukuran huruf lebih besar

dan diberi ketebalan.

Terdapat pula kalimat

―Berbagai lembaga

amal menggalang dana

untuk masjid di

Tolikara” dibawah judul

yang dicetak tebal.

Grafis yang ditampilkan Kompas dan Republika pada judul yang

diberi ketebalan dan menggunakan ukuran huruf yang lebih besar. Hal ini

bertujuan untuk menekankan inti tema yang akan dibahas pada teks berita

tersebut. Pada teks Republika terdapat kalimat―Berbagai lembaga amal

menggalang dana untuk masjid di Tolikara”dibawah judul yang diberi

ketebalan. Hal tersebut menekankan makna bahwapendirian masjid di

Tolikara menuai dukungan dari berbagai pihak.Secara tidak langsung ini

menggambarkan gagasan Republika yang turut mendukung pendirian

masjid baru di Tolikara.

Berita 3: Teks Berita Kompas Edisi 24 Juli 2015

Presiden: Jaga Persaudaraan

Polri Tetapkan Dua Tersangka Perusakan, Kekerasan, dan

Pengahasutan di Tolikara

JAKARTA, KOMPAS – Presiden Joko Widodo mengingatkan,

keanekaragaman suku, bahasa, dan agama dari wilayah Sabang hingg

merauke menuntut bangsa Indonesia harus terus berjuang mewujudkan

persaudaraan, kerukunan, dan toleransi. Demi masa depan, tak ada kata

terlambat untuk membenahi keadaan yang terusik.

Dalam pertemuan dengan 30 tokoh lintas agama, Kamis (23/7), di

Istana Negara, Jakarta, Presiden Joko Widodo yang didampingi Wakil

Presiden Jusuf Kalla beserta sejumlah menteri mengatakan, selama 70 tahun

Page 107: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

97

kemerdekaan, bangsa Indonesia berhasil menjaga keselarasan hidup

bersana. Ke depan, masyarakat diharapkan lebih maju dan bijak sehingga

tak terprovokasi melakukan tindakan yang merusak keharmonisasn bangsa.

Selain Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, tokoh lintas agama

lain yang hadir di antarnya Ketua MUI Selamet Efendi Yusuf, Ketua Umum

PGI Pendete Henritte Tabita Lebang, Ketua Presidium KWI Mgr Ign

Suharyo, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia Nyoman

Suwisima, Ketua Umum Matakin Uung Sendana.

―Peran semua pemuka agama ini sangat penting. bangsa ini akan maju

jika berhasil menghapuskan sekat-sekat suku, ras, dan agama. Kita akan

maju kalau bisa bersatu padu,‖ ujar Jokowi.

Menurut persiden, apa yang terjadi di Tolikara, Papua, tak seharusnya

terjadi jika komunikasi dan silaturahmi terjalin baik. ―Meskipun demikian,

tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan agar ke depan setiap

gesekan sekecil apa pun dapat diselesaikan dengan baik,‖ katanya.

Presiden menyatakan, Indonesia penuh dnegan keberagama, ―dalam

kebinekaan itu, bangsa Indoensia bisa bersatu, rukun, toleran, serta saling

menghormati dan menghargai. Oleh kerena itu, bangsa Indonesia harus terus

berjuang keras agar toleransi, persaudaraan, dan kerukunan agama terus

dijaga,‖ ucapnya.

Mengawali, pertemuan, Said Aqil yang didampingi tokoh lintas agama

membacakan lima pernyataan sikap terkait insiden di Tolikara. selain harus

menjadikan pelajaran berharga, pemerintah dituntut mengungkap faktor

penyebabnya. Pemerintah juga dituntut secepetnya berlakukan rehabilitasi

dengan membangun fasilitas rumah ibadah, sarana umum, dan

perekonomian, setra menangani korban.

―Semua pihak harus menjunjung tinggi konstitusi, mempererat

persatuan dan kesatuan bangsa, juiga menjaga kerukunan dan kedamaian.

Media massa juag dihimbau turut menciptakan suasana kondusif melalui

pemberitaan objektif, akurat, dan pempraktikan jurnalisme damai atau sadar

konflik,‖ tutur Said aqil.

Terakhir, tembahan semua pihak harus meningkatkan dialog untuk

menjaga keharmonisan dan merawat kerukunan hidup anatar umat

beragama.

Saat ditanya seusai peretemuan, ia berharap media massa tak lagi

embesar-besarkan peristiwa Tolikara agar tak semakin meluas. ―Apalagi,

situasi di Tolikara sekarang sudah kondusif,‖ katanya.

Informasi menyesatkan

Sebelumnya, di rumah dinas Kepala Badan Intelejen Negara

Sutiyoso, Kapala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti juaga meminta

masyarakat tidak terprofokasi oleh informasi menyesatkan terkait insiden

Tolikara yang beredar di media sosial. ―Dalam situasi seperti ini, isu-isu

yang memperofokasi, baik di media sosial maupun layanan pesan singkat,

belum etntu benar. Jadi, masyarakat jangan sampai terprovokasi,‖ uajarnya.

Page 108: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

98

Ketua komisi Informasi Pusat Abduhamid Dipropramono juga

berharap pemerintah satu suara dalam memberikan pernyataan terkait

peristiwa Tolikara agar tak membingungkan publik.

Sementara itu, dari 31 orang yang diperiksa menyusul insiden

Tolikara pada Jumat (17/7) lalu, Polri menetapkan dua orang dari kalangan

Gerja Injili di Indonesia (GIDI) di Tolikara sebagai tersangka. ―Ada dasar

dan alat bukti yang cukup untuk menetapkan (mereka) sebagai tersangka.

AK dan JW diduga melakukan perusakan, kekerasan, penganiayaan, serta

penghasutan,‖ jelasnya. Sebelumnya, empat aktivis GIDI diperiksa

Kepolisian Daerah Papua.

Berita 3: Teks Berita Republika Edisi 24 Juli 2015

Dua Tersangka Tolikara Diringkus

Kepolisian tak menutup kemungkinan jumlah tersangka bertambah

JAKARTA – Pihak Kepolisian Daerah (Polda) Papua meringkus dua

orang terkait insiden kericuhan yang berbuntut terbakarnya masjid di

Karubaga, Tolikara, Papua. Kedua orang tersebut dijadikan tersangka

karena diduga memerintahakan penyerangan ke lokasi shalat Id di Tolikara,

Jumat (17/7) lalu.

―betul, sudah ditangkap pukul 17.00 (WIT), saat ini sedang dibawa

ke Wamena,‖ kata Kapolda Papua Inspektur Jenderal Yotje Mende, Kamis

(23/7). Ia mengatakan, kedua tersangka tersebut berinisial HK dan JW.

Menurut Yotje, dari rekaman yang dimiliki kepolisian, keduanya

terlihat memberikan perinta kepada jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI)

untuk menyerang umat Islam yang tengah melakukan shalat Idul Fitri di

lapangan Koramil Karubaga.

Yotje menjelaskan, masing-masing pelaku ditangkap oleh personel

Polda Papua di rumahnya. Penangkapan itu, kata Yotje, tidak sulit lantaran

keduanya kooperatif.

Ia mengungkapkan, keduanya dibawa ke Wamena terlebih dahulu.

Selanjutnya mereka akan diterbangkan ke Jayapura untuk menjalani

pemeriksaan, Jumat (24/7) ini. ―Dari dua orang ini kita akan kembangkan ke

calon tersangka lainnya,‖ kata Yotje. Ia meminta masyarakat sabar menanti

pungkasnya proses hukum tersebut.

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti kemarin menjelaskan, insiden di

Tolikara bermula dari beredarnya surat edaran dari Badan Pekerja Wilayah

Tolikara Gereja Inijili di Indinesia (GIDI). Suart itu berisi larangan bagi

umat Islam agar tidak mengadakan shalat Idul Fitri pada Jumat (27/7) di

Tolikara. alasannya, pada saat bersamaan GIDI akan melaksanakan seminar

dan KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) Pemuda GIDI Internasional.

Menurut Badrodin, Kapolres Tolikara AKBP Suroso menerima

surat itu pada 13 Juli. Surat itu diteken Sekertaris GIDI Wilayah Tolikara

Marthen Jingga dan Ketua GIDI Tolikra Nayus Wenda.

Page 109: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

99

Kapolres kemudian menayakan kepada Presiden GIDI Dorman

Wandikmbo soal surat itu. Dorman mengatakan tak sepakat dengan isi surat

dan menyatakan suart itu tak resmi.

Mendapt jawaban itu, Suroso menghunungi Bupati Tolikara,

Usman Wanimbo. Bupati kemudian menyakan pada panitia lokal acara

GIDI yang menjawab sudah menerima surat klarifikasi dari Presiden GIDI.

Menganggap masalah sudah beres, kata Kapolri, kapolres Tolikara

mengizinkan umat Islam shalat Id di lapangan Koramil Karubaga. Meski

begitu, Badrodin mengatkan, saat shalat tengah berlangusng, massa dari

GIDI datang berbondong-bondong meminta pelaksanaan ibadah itu

dibubarkan.

―Kapolsek Tolikara kemudian lakukan negosiasi minta (shalat

dilaksanakan) sampai pukul 08.00 WIT, tapi massa tak mau kemudian

semakin banyak yang datang dan melempar batu,‖ ujar Badrodin di

kediaman Kepala BIN Sutiyoso, kemarin. Kepolisian kemudian

mengeluarkan tembakan untuk membubarkan massa yang menyebabkan

seorang warga tewas dan 11 luka-luka.

Berang atas penembakan itu, massa menuju kios-kios milik umat

Islam. Mereka kemudian melakukan pembakaran yang menjalar hingga ikut

menghanguskan Masjid Baitul Mutaqqin.

Sebelumnya, Presiden GIDI Dorman WAndikmbo mengatakan bahwa

penembakan oleh aparat itulah yang sejatinya memicu pembakaran. Ia

mengungkapkan bahwa yang diprotes massa GIDI bukan pelaksanaan shalat

Id, melainkan penggunaan pengeras suara oleh jamaah shalat Id.

Sejauh ini, menurut Imam Masjid Baitul Mutaqqin Ali Muchtar, umat

Islam dan jemaat GIDI sudah sepakat untuk berdamai di Tolikara. ia

meminta masyarakat di luar Tolikara tak memanas-manasi keadaan. Kendati

demikian, ia masih mengaharapkan jaminan keamanan dari aparat.

Ketua Majlis Syuroa Komite Umat (Komat) untuk Tolikara Didin

Hafidhuddin mengatatakan, kesalahan terkait insiden Tolikakara tak bisa

begitu saja ditimapakn kepada jemaat GIDI secara keseluruhan.

―Buktinya masyarakat yang ikut melempar itu menyesal karena

enggak tahu-menahu. Mereka melempar saja, digiring-giring. Ini temuan

tim kami,‖ kata Didin, kemarin. Menurut dia, tim pencari fakta dari Komat

Tolikara juga menemukan bahwa masyarakat yang terlibat pelemparan dan

pembakaran menyesali perbuatannya.

1. SINTAKSIS

a. Skema Berita

Struktur sintaksis Kompasedisi 24 Juli 2015 memiliki bentuk

piramida terbalik, dimana aspek yang dianggap penting diletakkan di awal

teks (lead). Sekema teks berita Kompas diawali dengan judul, kemudian

Page 110: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

100

lead, latar informasi, kutipan narasumber, pernyataan, sub judul, penutup.

Dari susunan sintaksi ini Kompas menekankan aspek terpenting diposisikan

pada lead. Dengan demikian Kompas menginginkan pembaca menaruh

perhatian besar pada aspek yang dibahas dalam lead.

Skema pada teks berita Republika diawali dengan judul, kemudian

pernyataan, lead, kutipan narasumber, latar informasi, penutup. Pernyataan

yang diletakakn setelah judul sebelum lead dan dicetak dengan jenis huruf

yang sama dengan judul, diberi ketebalan merupakan cara dari republika

menojolkan aspek tersebut. Hal yang nampak lebih menonjol ini, tentunya

akan menarik perhatian pembaca untuk fokus pada bagian tersebut.Jika

diamati dari judul ―Dua Tersangka Tolikara Diringkus‖, setelah judul

tersebut baru dikutip pernyataan ―Kepolisian tak menutup kemungkinan

jumlah tersangka bertambah‖. Artinya Republika memberikan kesan bahwa

sebenarnya tersangka dalam inisden Tolikara ini bisa saja bertambah bukan

hanya dua orang.

Tabel 5.1

Headline/Judul Kompas& Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Headline/Judul Presiden: Jaga

Persaudaraan,

Polri Tetapkan Dua

Tersangka Perusakan,

Kekerasan, dan

Penghasutan di Tolikara

Dua Tersangka Tolikara

Diringkus

Tabel 5.1, dari judul yang digunakan Kompas dan Republika,

keduanya membahas tema yang sama yakni mengenai pihak kepolisian yang

Page 111: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

101

telah menetapkan dua tersangka Tolikara. Namun kedua judul tersebut

memiliki dua perbedaan.Pertama, judul pada Republika fokus pada

penetapan dua tersangka Tolikara, berbeda dengan judul yang digunakan

Kompas. Judul Kompas didahului dengan pernyataan ―Presiden: Jaga

Persaudaraan‖. Kedua judul ini jelas menunjukan pandangan yang berbeda

dari masing-masing surat kabar tersebut.

Judul pada Kompas ―Presiden: Jaga Persaudaraan, Polri Tetapkan

Dua Tersangka Perusakan, Kekerasan, dan Penghasutan di Tolikara‖.

Penempatan kalimat ―Presiden: Jaga Persaudaraan‖ di awal kalimat,

mempengaruhi makna yang akan timbul karena akan menunjukan aspek

inilah yang sebenarnya ingin ditonjolkan kepada pembaca. Jika diamati, dua

buah kalimat tersebut tersusun atas dua proposisi yang menampilkan fakta

yang kontras.Pertama, fakta mengenai pernyataan Presiden tentang menjaga

persaudaraan serta persatuan dan kesatuan Bangsa.Fakta kedua, mengenai

penetapan dua tersangka Tolikara. Namun kedua fakta tersebut disajikan

bersandingan dalam satu judul berita. Proposisi mana yang diletakkan di

awal dan proposisi mana yang diletakan di akhir menunjukan mana fakta

yang lebih di tonjolkan.103

Sejalan dengan hal di atas, Kalimat ―Presiden: Jaga Persaudaraan‖

dicetak dengan huruf tebal dan ukuran huruf yang lebih besar ketimbang

kalimat selanjutnya. Bagian tulisan yang dibuat berbeda ini, menandakan

bagian yang hendak ditekakkan oleh Kompas. Sehingga titik perhatian

103

Eriyanto, Analisi Wacana: Pengantar AnalisisTeks Media, h. 252.

Page 112: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

102

pembaca akan lebih tertuju pada aspek persatuan bangsa dibandingkan

informasi dua tersangka tolikara yang telah ditetapkan polisi.

Berbeda dengan Kompas, judul berita Republika sudah sangat jelas

menunjukan pandangan Republika.Judul tersebut sacara jelas mewakili

informasi yang hendak disampaikan, yakni terkait tertangkapnya dua

tersangka Tolikara.

Tabel 5.2

Lead Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Lead JAKARTA, KOMPAS –

Presiden Joko Widodo

mengingatkan,

keanekaragaman suku,

bahasa, dan agama dari

wilayah Sabang hingga

Merauke menuntut

bangsa Indonesia harus

terus berjuang

mewujudkan

persaudaraan, kerukunan,

dan toleransi. Demi masa

depan, tak ada kata

terlambat untuk

membenahi keadaan yang

terusik.

JAKARTA – Pihak

Kepolisisan Daerah

(Polda) Papua meringkus

dua orang terkait insiden

kericuhan yang berbuntut

terbakarnya masjid di

Karubaga, Tolikara,

Papua. Kedua orang

tersebut dijadikan

tersangka karena diduga

memerintahkan

penyerangan ke lokasi

shalat Id di Tolikara,

Jumat (17/7) lalu.

Lead yang digunakan Kompas dan Republika nampak sangat

kontras. Lead yang digunakan Kompas sangat menunjukan perspektif

Kompas yang lebih menekankan informasi tentang pentingnya menjaga

persatuan dan kesatuan bangsa. Berbeda dengan sudut pandang yang

digunakan Republika, yang secara eksplisit memaparkan informasi

Page 113: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

103

penangkapan dua tersangka Tolikara. Kedua lead tersebut menampakan

sudut pandang berbeda dari kedua media tersebut.

Disamping itu, dalam lead-nya, Republika juga menggunkan

kelengkapan unsur why yang menjelaskan mengapa dua tersangka tersebut

diringkus. Berikut kutipannya:

―Kedua orang tersebut dijadikan tersangka karena diduga

memerintahkan penyerangan ke lokasi shalat Id di Tolikara, Jumat

(17/7) lalu.‖

Kelengkapan unsur why dalam lead ini berfungsi untuk kelengkapan

informasi yang disajikan. Hal ini juga mengindikasikan makna yang

sebenarnya ingin ditekankan Republika agar sejak awal pembaca tertuju

pada alasan mengapa kedua orang tersebut diringkus.Lead Republika ini

jelas menunjukan sudut pandang serta kearah mana pemberitaan ini akan

dikembangkan.

Di lain sisi, leadKompas hanya terdapat satu unsur lead, yakni what

lead. Kompas hanya menjelaskan peristiwa apa yang terjadi, dan peristiwa

yang dijelaskan tidak terakait dengan penangkapan dua tersangka insiden

Tolikara, melainkan memaparkan pernyataan presiden.Kompas mengajak

pembaca untuk berfikir bahawa menjaga persaudaraan jauh lebih penting

ketimbang mencari-cari aktor penyebab kericuhan.

Page 114: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

104

Kompas tidak mendetailkan fakta terkait pelaku penyerangan dan

kronologis kejadian. Berikut kutipan wawancara dengan Sutta

Dharmasaputra, Wakil Redaktur Pelaksana Rubrik Politik dan Hukum:104

―Kompas bisa dipastikan tidak akan menojolkan fakta tertentu, jika

dianggap fakta tersebut bisa menyulut masalah semakin besar. Ketika terjadi

konflik, kemudian kita mendetailkan apa yang terjadi maka itu akan

menimbukan dampak sebaliknya, orang akan semakin mudah terbakar

emosi. Sekalipun dengan alasan menyampaikan fakta bukan hendak

memprovokasi, Kompas tidak akan melakukan hal itu. Biasanya ketika

terjadi sebuah konflik SARA, Kompas cenderung hanya melihat pada sisi

korban, kemudian Kompas mencari solusi bagaimana konflik tersebut dapat

terselesaikan. Apa yang terjadi, bagaimana terjadinya. Kemudian siapa

pelakunya Kompas tidak berusaha masuk ke arah sana, karena biasanya

menurut versi Kompas, hal tersebut terkadang malah menyulut konflik

semakin berkepanjangan. Kita langsung mencoba memaknai peristiwa

tersebut dengan menanyakan sejumlah pengamat terkait keberhasilan

bangsa Indonesia dalam menjaga toleransi selama ini. Kita tidak mengejar

siapa pelakunya, itu biar aparat saja yang menangani, kita lebih mendorong

masyarakat kepada bagaimana kedepannya. Kita lebih memfokuskan pada

solusi perdamaian.‖

Jika Kompas tidak menonjolkan pada aspek pelaku, Republika justru

sebaliknya. Teks berita Republika menampilkan informasi identitas dari

pelaku penyerangan dan kronologis penangkapan tersangka. Selain itu,

dalam setiap edisi yang dianalisi, Republika selalu menyajikan kronologi

kejadian yang menunjukan bahwa peristiwa ini terjadi akibat aksi anarkis

oknum anggota GIDI. Peneliatian terhadap teks ini juga sesuai dengan

pernyataan pihak Republika, berikut hasil wawancaranya:105

―Informasi dari identitas pelaku ya harus ditonjolkan. Ada satu hal,

atau satu fenomena umum di semua konflik etnis, agama, konflik sosial di

Indonesia. Bagaimana konflik tersebut menjadi melebar. Kuncinya hanya

satu, karena tidak pernah ada pelaku yang ditangani secara hukum. Itu

104

Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra, Wakil Redaktur Pelaksana Kompas,

Jakarta 28 Desember 2015. 105

Wawancara dengan fitriyan Zamzami, Redaktur Halaman Utama Republika,

Jakarta 12 Januari 2016.

Page 115: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

105

menjadi alasan mengapa kita harus tegaskan, pelakunya ini, tolong

ditindak hukum. Karena kalau dia tidak ditindak hukum, pihak lain akan

merasa polisi tidak menangani ini, ya sudah kalau begitu banyak yang

akan main hakim sendiri.‖

―Jadi memang benar setiap edisi ada kronologikonflik Tolikara. tapi

ini bertujuan hanya untuk mempertegas konteks yang sedang diberitakan.

Saya kira ini bukan bagian dari framing, ini bangunan beritanya,

kronologis itu seperti leher dalam tubuh berita.‖

Dengan demikian, Kompas melakukan seleksi terhadap isu. Kompas

menojolkan sisi perdamaian dan menghilangkan fakta terkait pelaku

penyerangan. Aspek yang ditonjolkan ini akan lebih mendapat perhatian

pembaca dan tentunya akan lebih melekat dihati pembaca. Kompas

membawa pembaca untuk lebih memahami pentingnya menjaga

kerukunan dan perdamaian ketimbang mengetahui siapa pelaku

penyerangan tersebut. Berbeda dengan Republika yang justru membawa

pembaca untuk mengetahui secara terperinci siapa sebenarnya dalang

dibalik aksi penyerangan dan peneyebaran surat larangan sholat Ied

tersebut. Meski dalam penuturannya, Republika memiliki alasan bahwa

tujuan dari menampilkan informasi aktor penyerangan bukan semata-mata

untuk memberikan kesan negative kepada pihak tertentu, namun

Republika lebih kepada tujuan agar masyarakat mendapatkan informasi

bahwa pelakunya sudah tertangkap dan telah ditindak oleh polisi. sehingga

diharapkan tidak ada aksi main hakim sendiri yang membuat konflik

semakin berkepanjangan.

Page 116: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

106

Tebel 5.3

Latar Informasi Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Latar

Informasi

Dalam pertemuan dengan

30 tokoh lintas agama,

Kamis (23/7), di Istana

Negara, Jakarta, Presiden

Jokowi yang didampingi

Wakil Presiden Jusuf

Kalla beserta sejumlah

menteri mengatakan,

selama 70 tahun

kemerdekan, bangsa

Indonesia berhasil

menjaga keselarasan

hidup bersama. ……

Menurut Yotje, dari

rekaman vidio yang

dimiliki kepolisian,

keduanya terlihat

memberikan perintah

kepada jemaat Gereja

Injil di Indonesia (GIDI)

untuk menyerang umat

Islam yang tengah

melakukan shalat Idul

Fitri di lapangan Koramil

Karubaga. (paragraf 3)

Kapolri Jendral

Badrodin Haiti kemarin

menjelaskan, insiden di

Tolikara bermula dari

beredarnya surat dari

Badan Pekerja Wilayah

Tolikara Gereja Injil di

Indonesia (GIDI). Surat

itu berisi larangan bagi

umat Islam agar tidak

mengadakan shalat Idul

Fitri pada Jumat (17/7)

di Tolikara. Alasannya,

pada saat bersamaan

GIDI akan

melaksanakan seminar

dan KKR (Kebaktian

Kebangunan Rohani)

Pemuda GIDI

Internasional. …..

(paragraf 6)

Latar informasi yang ditampilkan Kompas mengenai keberhasilan

bangsa Indonesia selama 70 tahun dalam menjaga keselarasan hidup

ditengah perbedaan.Latar semacam ini digunakan sebagai argumen atau

Page 117: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

107

fakta-fakta yang digunakan Kompas untuk menegaskan arah pembritaannya

pada aspek perdamaian

Berbeda dengan Kompas, latar informasi yang ditampilkan oleh

Republika mengajak masyarakat untuk lebih melihat dari sisi kronologis

tertangkapnya dua tersangka Tolikara.Selain itu Republika juga

menggambarkan kronologis terjadinya insiden di Tolikara yang diawali dari

beredarnya surat larangan sholat ied oleh pihak GIDI kepada umat muslim

di Tolikara. Republika secara tidak langsung mengarahkan pembaca untuk

berfikir bahwa anggota GIDI tidak memahami toleransi sehingga melarang

umat muslim melaksanakan solat Ied.

Tebel 5.4

Kutipan Narasumber Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kutipan

narasumber

―Peran semua pemuka

agama ini sangat penting.

bangsa ini akan maju jika

berhasil menghapuskan

sekat-sekat suku, ras, dan

agama.‖….. (Presiden

Jokowi). (paragraf 3)

―Betul, sudah ditangkap

pukul 17.00 (WIT), saat

ini sedang dibawa ke

Wamena,‖ kata Kapolda

Papua Inspektur Jendral

Yotje Mende, Kamis

(23/7).‖ Ia mengatakan,

kedua tersangka tersebut

berinisian HKdan JW.

(paragraf 2)

Page 118: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

108

―Semua pihak harus

menjungjung tinggi

konstitusi, mempererat

persatuan dan kesatuan

bangsa, juga menjaga

kerukunan dan

kedamaiaan. Media

massa juga diimbau turut

menciptakan suasana

kondusif melalui

pemberitaan objektif,…‖

tutur Said Aqil (Ketua

Umum PBNU) (Paragraf

7)

―Kapolsek Tolikara

kemudian lakukan

negosiasi minta (shalat

dilaksanakan) sampai

pukul 08:00 WIT, tetapi

masa tak mau kemudian

semakin banyak yang

datang dan melempar

batu,‖ ujar Badrodin di

kediaman Kepala BIN

Sutiyoso, kemarin.

(paragraf 11)

..... ―Dalam situasi seprti

ini, isu-isu

yangmemprovokasi, baik

di media sosial maupun

layanan pesan singkat,

belum tentu benar. Jadi,

masyarakat jangan

sampai terprovokasi.‖

(Kepala Polri Jendral Pol

Badrodin Haiti)

―Buktinya masyarakat

yang ikut melempar itu

menyesal karena enggak

tahu-menahu. Mereka

melempar saja, digiring-

giring. Ini temuan tim

kami.‖ (Ketua Majlis

Syura Komite Umat

untuk Tolikara, Didin

Hafidhuddin)

―Ada dasar dan alat bukti

yang cukup untuk

menetapkan (mereka)

sebagai tersangka. AK

dan JW diduga

melakukan perusakan,

kekerasan, penganiayaan,

serta penghasutan.‖

(Ketua Komisi Informasi

Pusat, Abdulhamid

Dipopramono)

Dalam teks berita, Kompas mewawancarai empat narasumber,

presiden Joko Widodo, Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj, Kapolri

Badridin Haiti, dan Ketua Komisi Informasi Pusat Abdulhamid

Page 119: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

109

Dipopramono. Dari keempat narasumber tersebut tiga diantaranya

(Presiden Jokowi, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, dan Kapolri

Badrodin Haiti) berpandangan bahwa menjaga persatuan dan kesatuan serta

kerukunan menjadi point penting yang harus dijunjung oleh semua pihak.

Sementara sumber Kompas yang menyatakan informasi tekait dua

tersangka Tolikara hanya satu narasumber yakni Abdulhamid

Dipopramono—ia bukan dari pihak kepolisian daerah Papua. Abdulhamid

ialah Ketua Komisi Informasi Pusat.

Jika dilihat dari susunan kutipan narasumber dalam teks

Kompas.Sepuluh paragraf diisi oleh pandangan yang menilai bahwa insiden

Tolikara ini harus dijadikan pelajaran untuk kedepannya, bahwa seharusnya

bangsa Indonesia mampu berdampingan dalam perbedaan serta menjunjung

persatuan dan kesatuan serta persaudaraan.Hanya satu paragraf terakhir

yang menyatakan informasi terkait dua tersangka Tolikara yang telah

ditetapkan pihak kepolisian.

Sekema semacam ini bukan hanya menempatkan pernyataan terkait

informasi dua tersangka tersebut menjadi tidak mencolok, melainkan juga

menjadi minorotas diantara pandangan yang menghimbau untuk lebih

menjaga persaudaraan dan perdamaian.Namun Kompas justru mengatakan

bahwa medianya selalu memberikan porsi yang berimbang dalam

menempatkan setiap pernyataan narasumber dari semua pihak. Berikut

pernyataan dari pihak Kompas:

Page 120: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

110

―Kita cenderung memilih narasumber yang pendekatannya

perdamaian. Karena ini menyangkut masyarakat pasti pakar sosiologi yang

mengerti fenomena masyarakat, pejabat setempat, aparat yang terkait,

pemerintah yang mewakili negara, tokoh-tokoh agama, pakar-pakar konflik

sosial, biasanya kita jadikan parameter untuk melihat sebagai narasumber.

Intinya tidak akan memilih narasumber yang justru memprovokasi.

Biasanya juga ini kita berusah cover both side. Karena konflik ini antar

agama, maka narasumbernya dari dua pihak. yakni dari tokoh agama umat

Islam dan tokoh agama umat Kristiani.‖106

Meski Kompas menyatakan demikian, namun pernyataan Kompas

sulit untuk dibuktikan kebenarannya. Karena, dari analisis teks yang ada

justru hasilnya berbanding terbalik dari pernyataan pihak Kompas.

Berbeda dengan teks berita Kompas, Republika mewawancarai tiga

orang narasumber Kapolda Papua Inspektur Jendral Yotje Mende, Kapolri

Jendral Badrodin Haiti, dan Ketua Majelis Syura Komite Umat untuk

Tolikara Didin Hafidhuddin. Teks berita Republika terdiri dari 16paragraf.

Paragraf awal hingga paragraf 12 dan paragraf 14-15berisi tentang

informasi penangkapan dua tersangka Tolikara dan kronologis konflik

tolikara.Hanya satu paragraf akhir yang dinilai berbeda. Kalimat di paragraf

terakhir ini mengutip pernyataan Ketua Majelis Syura Komite Umat untuk

Tolikara Didin Hafidhuddin yang mengatakan bahwa kesalahan terkait

insiden Tolikara tak bisa begitu saja ditimpakan kepada jemaat GIDI secara

keseluruhan, terdapat pula masyarakat yang turut melempar dalam insiden

tersebut. Namun, menurut penulis pernyataan ini belum jelas, karena

didalamnya tidak dicantumkan masyarakat mana yang dimaksud.Selain itu,

pada kalimat ―Mereka lempar saja, digiring-giring,‖ kalimat inipun dirasa

106

Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra, Wakil Redaktur Pelaksana Kompas,

Jakarta 28 Desember 2015.

Page 121: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

111

penulis belum jelas, karena Republika tidak mencantumakan siapa yang

menggiring masyarakat untuk melakukan aksi pelemparan batu tersebut.

Justru dengan kalimat ―tidak menyalahkan pihak GIDI sepenuhnya‖,

semakin mempertegas bahwa sebagian oknum GIDI benar-benar terlibat

dalam aksi peneyerangan tersebut. Ini jelas memberikan penilaian negatif

terhadap pihak GIDI.

Tabel 5.5

Pernyataan Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Pernyataan Sementara itu, dari 31

orang yang diperiksa

menyusul insiden

Tolikara pada Jumat

(17/7) lalu, Polri

menetapkan dua

tersangka dari kalangan

Gereja Injil di Indonesia

(GIDI) di Tolikara

sebagai tersangka.

(paragraf 12)

―Dari dua orang ini akan

kita kembangkan

kecalon tersangka

lainnya,‖ kata Yotje.

(paragraf 5)

Pernyataan Kompas dan Republika sekilas tidak memiliki

perbedaan.Kedua pernyataan tersebut mengandung arti bahwa sementara ini

dua orang telah ditetapkan sebagai tersangka. Namun, secara redaksional

pernyataan tersebut berbeda, lihat pernyataan Kompas berikut:

Sementara itu, dari 31 orang yang diperiksa menyusul insiden

Tolikara pada Jumat (17/7) lalu, Polri menetapkan dua tersangka

dari kalangan Gereja Injil di Indonesia (GIDI) di Tolikara sebagai

tersangka.

Kemudian lihat pernyataan Republika berikut:

―Dari dua orang ini akan kita kembangkan kecalon

tersangka lainnya,‖ kata Yotje.

Page 122: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

112

Pernyataan yang dibuat Kompas menyatakan dari jumlah calon

tersangka yang banyak (31 orang), pihak kepolisian menetapkan dua

tersangka dari kalangan GIDI. Ini mengindikasikan bahwa Kompas seolah

menekankan jumlah yang sedikit atas tersangka dari kalangan GIDI.Kompas

tak menjelaskan secara eksplisit dari kalangan mana yang belum ditetapkan

sebagai tersangka, apakah 29 orang sisanya berasal dari kalangan GIDI atau

di luar kalangan GIDI.Selain itu, Kompas seolah mengkrucutkan jumlah

bilangan, dari 31 orang baru dua orang yang ditetapkan sebagai tersangka.

Sebaliknya, Republika justru memberikan nada memperluas dan

membesar-besarkan jumlah tersangka dengan mengutip pernyataan Kapolda

Papua Yotje Mende ―Dari dua orang ini akan kita kembangkan kecalon

tersangka lainnya‖. Ini mengindikasikan bahwa Republika ingin

menonjolkan bagian ini dan menekankan kepada pembaca bahwa jumlah

tersangka di Tolikara sejatinya lebih dari dua, akan ada kemungkinan calon-

calon tersangka baru.

Tabel 5.6

Penutup Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Penutup Sementara itu, dari 31

orang yang diperiksa

menyusul insiden

Tolikara pada Jumat

(17/7) lalu, polri

menetapkan dua orang

dari kalangan Gereja Injil

di Indonesia (GIDI) di

Tolikara sebagai

tersangka.

Didin Hafidhuddin

mengatakan, kesalahan

terkait Insiden Tolikara

tak bisa begitu saja

ditimpakan kepada

jemaat GIDI secara

keseluruhan…..

Page 123: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

113

Dari table 4.6, Kompas menempatkan informasi terkait penetapan

tersangka perusakan pada bagian penutup. Bagian penutup merupakan

bagian yang tidak dianggap sebagai aspek yang penting, berbanding terbalik

dengan lead. Artinya aspek Informasi terkait penetapan tersangka yang

bersal dari kalangan GIDI ini tidak ditonjolkan atau dianggap tidak terlalu

penting. sehingga Kompas meletakan pada penutup.

Tidak jauh berbeda dengan Kompas, Republika dalam penutupnya

juga nampak memeberikan pembelaan terhadap pihak GIDI, namun

pembelaan ini diletakan di penutup sehingga aspek ini nampak sengaja tidak

ditonjolkan.

2. SKRIP

a. Kelengkapan Berita

Tabel 5.7

5W+1H Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Who (siapa

yang ditetapkan

sebagai

tersangka?)

AK dan JW, dari

kalangan Gereja Injil di

Indonesia (GIDI) di

Tolikara

HK dan JW

When (kapan

penangkapan itu

terjadi?)

__________________ Ditangkap pukul 17:00

(WIT), Kamis (23/7)

Where (dimana

penangkap

tersebut terjadi?)

__________________ Dirumah masing-masing

tersangka

Why (mengapa

dua orang

tersebut

ditetapkan

sebagai

tersangka?)

AK dan JW diduga

melakukan perusakan,

kekerasan, penganiayaan,

serta penghasutan.

Kedua orang tersebut

dijadikan tersangka

karena diduga

memerintahkan

penyerangan ke lokasi

shalat Id di Tolikara,

Jumat (17/7) lalu.

How

(bagaimana

___________________

Masing-masing pelaku

ditangkap oleh personel

Page 124: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

114

kronologi

penangkapan

dua tersangka

tersebut?)

polda Papua dari

rumahnya. Kemudian

kedua tersangka dibawa

ke Wamena lebih

dahulu. Selanjutnya

mereka akan

diterbangkan ke

Jayapura untuk

menjalani pemeriksaan.

Dari elemen skrip yang menjelaskan bagaimana wartawan

mengisahkan sebuah peristiwa.Wartawan dapat mengisahkan suatu

peristiwa melalui kelengkapan 5W+1H.

Dilihat dari sisi kelengkapan informasi terkait penetapan dua

tersangka Tolikara. Kompas membentuk sebuah pembingkaian yang

menghasilkan kesan tertentu kepada pembaca dengan cara menghilangkan

unsur When, Where, dan How. Kompas tidak menceritakan kronologis

penetapan dua tersangka tersebut.

Sejak awal memang Kompas mengarahkan pembaca untuk lebih

mamahami pentingnya menjaga persaudaraan.Yang menjadi sorotan

Kompas ialah imbauan untuk pembaca agar menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa ketimbang mengarahkan pada informasi terkait penangkapan dua

tersangka tersebut.

Sebaliknya, Republika menggunakan elemen skrip secara lengkap

terkait informasi penengkapan dua tersangka Tolikara.Republika

menjelaskan secara runtun kronologis penangkapan dua tersangka, mulai

dari waktu, tempat, kondisi, serta alasan penangkapan dua tersangka

tersebut. Dengan memberikan alasan penangkapan dua tersangka tersebut

Page 125: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

115

dapat memberikan gambaran kepada pembaca bahwa apa yang dilakukan

tersangka merupakan pelanggaran terhadap hak kebebasan beribadah karena

menyerang umat yang hendak melaksanakan ibadah.

A. TEMATIK

a. Detail

Tabel 5.8

Detail Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Paragraf ―Dalam kebinekaan itu,

bangsa Indonesia bisa

bersatu, rukun, toleran,

serta saling menghormati

dan menghargai. Oleh

karena itu, ……‖

(presiden Joko Widodo)

(paragraf 6)

―Dari dua orang ini kita

akan kembangkan ke

calon-calon tersangka

lainnya,‖ kata Yotje.

(paragraf 5)

―Semua pihak harus

menjungjung tinggi

konstitusi, mempererat

persatuan dan kesatuan

bangsa, juga menjaga

kerukunan dan

kedamaiaan. Media

massa juga diimbau…..‖

(KH. Said Aqil Siroj)

(paragraf 7)

―Kapolsek Tolikara

kemudian lakukan

negosiasi minta (salat

dilaksanakan) sampai

pukul 08:00 WIT, tetapi

massa tak mau kemudian

semakin banyak yang

datang dan melempar

batu,‖ ujar Badrodin

Haiti (paragraf 11)

―Ada dasar dan alat bukti

yang cukup untuk

menetapkan (mereka)

sebagai tersangka. AW

dan JW diduga melakuka

perusakan, kekerasan,

penganiayaan, serta

penghasutan.‖ (Ketua

Komisi Informasi Pusat,

Abdulhamid

Dpopramono) (Paragraf

12)

…., Presiden GIDI

Dorman Wandikmbo

mengatakan bahwa

penembakan oleh aparat

itulah yang sejatinya

memicu pembakaran. Ia

mengungkapkan bahwa

yang diperotes massa

GIDI bukan pelaksanaan

shalat Id, melainkan

pengguaan pengeras

suara oleh jamaah shalat

Id. (Paragraf 13)

Page 126: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

116

Dari teks berita Kompas dan Republika, elemen detail yang

digunakan kedua media ini sangat nampak.Dalam teks berita Kompas,

pendapat Presiden Joko Widodo, KH. Said Aqil Siroj dan Kapolri Jenderal

Badrodin Haiti terkait imbauan kepada masyarakat agar tetap menjaga

persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa, serta imbauan untuk tidak

terprovokasi diuraikan dengan detail yang panjang. Sementara pernyataan

yang mengungkapkan informasi terkait penetapan tersangka Tolikara

diuraikan dengan detail yang kecil, yakni hanya satu paragraf dari total

keseluruhan 12 paragraf. Susunannya pun diletakan di akhir

paragraf.Dengan detailyang singkat, pembaca tidak mempunyai kesempatan

untuk mengetahui lebih dalam informasi terkait penetapan dua tersangka

Tolikara tersebut.Pernyataan Ketua Komisi Informasi Pusat Abdulhamid

Dipopramono terkait informasi penetapan dua tersangka Tolikara tidak

dilengkapi dengan kronologis kejadian secara jelas. Kompas hanya

mengutip pernyataan singkat dari Abdulhamid Dipopramono sebagai

berikut:

―Ada dasar dan alat bukti yang cukup untuk menentukan (mereka)

sebagai tersangka.AK dan JW diduga melakukan perusakan,

kekerasan, penganiayaan, serta penghasutan.‖

Detail yang ditampilkan Republika justru sebaliknya. Dari total

keseluruhan 16 paragraf, 5 paragraf awal berisi informasi penangkapan

kedua tersangka Tolikara.Paragraf 6 sampai 12 berisi pernyataan Kapolri

Jenderal Badrodin Haiti terkait kronologis insiden Tolikara. Kemudian,

diselingi dengan pernytaan Presiden GIDI Dorman Wandikmbo yang

Page 127: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

117

menyanggah bahwa massa GIDI tidak melarang pelaksanaan shalat Id

melainkan hanya melarang penggunaan pengeras suara oleh jamaat shalat

Ied. Pernyataan Dorman ini hanya diberikan ruang satu paragraf saja.

Dengan detail yang pendek ini, pembaca tidak mempunyai kesempatan

untuk mempertimbangkan sebenarnya apa yang menjadi tuntutan kalangan

GIDI sebelum insiden Tolikara itu terjadi.

b. Koherensi Tabel 5.9

Koherensi Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Proposisi,

Hubungan

antar kalimat

Saat ditanya seusai

pertemuan, ia berharap

media massa tak lagi

membesar-besrkan

peristiwa Tolikara agar

tak semakin meluas.

“Apalagi, situasi di

Tolikara sekarng sudah

kondusif,‖ katanya.

(paragraf 9)

―Kapolsek Tolikara

kemudian lakukan

negosiasi minta (shalat

dilaksanakan) sampai

pukul 08.00 WIT, tetapi

massa tak mau kemudian

semakin banyak yang

datang dan melempar

batu,‖ ujar Badrodin …

(paragraf 11)

Sejauh ini, menurut

Imam Masjid Baitul

Mutaqqin Ali Muchtar,

umat Islam dan jemaat

GIDI sudah sepakat

untuk berdamai di

Tolikara. Ia meminta

masyarakat di luar

Tolikara tak memanas-

manasi keadaan. Kendati

demikian, ia masih

mengharapkan jaminan

keamanan dari aparat.

(paragraf 14)

Page 128: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

118

Dari teks berita Kompas, pada paragraf sembilan terdapat

pernyataan dari Said Aqil Siroj yang menyatakan bahwa kondisi di Tolikara

sudah kondusif.Kalimat pernyataan ini diawali dengan kata―apalagi‖.Kata

ini merupakan koherensi atau jalinan kata.Jenis jalinan kata ini disebut

koherensi penegasan, dimana kata ―apalagi‖ ini menjadi penegas dari

proposisi sebelumnya. Menurut penulis kalimata ―apalagi, situasi di

Tolikara sekarang sudah kondusif ‖ menjadi penegasan atas imbauan

yang dinyatakan Said Aqil Siroj kepada awak media untuk tidak membesar-

besarkan peristiwa di Tolikara. Kalimat ini memberikan kesan penguat

bahwasannya tidak ada gunanya memperbesar masalah sedangkan kondisi

di Tolikara sendiri telah kondusif. Hal ini memperkuat arah pemberitaan

Kompas yang menekankan aspek perdamaian.

Koherensi dalam teks berita Republika terdapat pada paragraf

sebelas.Dalam pernyataan Kapolri Jenderal Badrodi Haiti saat menjelaskan

kronologis insiden Tolikara, terdapat kata ―tetapi‖.Kata tersebut termasuk

dalam jenis koherensi pertentangan.Kata ―tetapi‖ dalam kalimat ini

menghubungkan fakta dari dua proposisi yang bertentangan.Proposisi

pertama, Kapolsek yang menginginkan adanya kesepakatan melalui

negosiasi. Proposisi kedua, massa yang menolak dan langsung melempari

batu. Dua fakta ini bertentangan, namun keduanya dihubungkan dengan kata

―tetapi‖. Kutipan dalam teks Republika semacam ini menggambarkan

kepada khalayak bahwa massa yang dimaksud dalam teks tersebut tidak

menginginkan adanya negosiasi. posisi kata ―tetapimassa tak mau

Page 129: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

119

kemudian semakin banyak yang datang dan melempar batu‖

mempertegas sikap massa yang anarkis.

Kemudian, dalam teks berita Republika paragraf 14 terdapat kata

―kendati demikian‖.Kata tersebut termasuk jenis koherensi

pertentangan.Jika diamati dari pernyataan Imam Masjid Baitul Mutaqqin Ali

Muchtar yang menyatakan bahwa umat Islam dan jemaat GIDI telah

berdamai, namun masih berharap jaminan keamanan dari aparat.Terdapat

aspek yang tersembunyi dari penyataan tersebut, Republika seolah

menyetujui pendapat bahwasannya telah ada perdamaian antara uamat Islam

dan Jemaat GIDI. Namun kalimat ―Kendati demikian, ia masih

mengharapkan jaminan keamanan dari aparat,” mengisyaratkan bahwa

keaadaan di Tolikara belum sepenuhnya kondusif dan masih ada

kekhawatiran masyarakat akan terjadinya penyerangan kembali.

c. Kata Ganti

Tabel 5.10

Kata Ganti Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur

diamati

Kompas Republika

Kalimat “….. kita akan maju

kalau bisa bersatu padu,‖

ujar Jokowi

…..―Dari dua orang ini

akan kita kembangkan ke

calon-calon tersangka

lainnya,‖ kata Yotje. Ia

meminta masyarakat sabar

menanti pungkasnya proses

hukum tersebut.

Elemen kata ganti dalam Kopas terdapat dalam pernyataan Presiden

Jokowi menggunakan kata ―kita”. Kata ganti ―kita‖ seolah mengajak

pembaca untuk menyetujui pendapat Presiden. Kata ganti “kita”menjadikan

Page 130: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

120

sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu

komunitas tertentu.107

Dalam hal ini kata ganti “kita” seolah menjadi sikap

bersama atau kewajiban bersama sebagai warga negara Indonesia untuk

bersatu padu.

Republika dalam teks beritanya menggunakan kata ganti ―kita‖,

Kata ganti ―kita‖ dalam pernyataan Yotje Mande yang dikutip Republika

dirasa janggal oleh penulis.Karena, apabila kata ganti ―kita‖ yang dimaksud

ialah pihak kepolisian, maka seharusnya kata ganti tersebut diubah mnejadi

―kami‖.

B. RETORIS

a. Leksikon

Tabel 5.11

Leksikon Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kata Polri Tetapkan Dua

Tersangka

Dua Tersangka

TolikaraDiringkus

Penggunaan leksikon pada Kompas terdapat pada kata

“tetapkan”.Kata tetapkan memiliki kata dasar tetap dan diberi imbuhan

kan. Kata tetapkan dalam kamus bahasa Indonesia off line sama dengan

menetapkan yang memiliki arti memastikan, memutuskan, menentukan.

Makna menetapkan yang digunakan Kompas memepertegas alur cerita dari

teks tersebut hanya pada level penetapan dua orang tersebut sebagai

tersangka. Kompas tidak berbicara pada level proses penangkapan. Oleh

karenanya Kompas hanya menjelaskan informasi terkait identitas dan alasan

107

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 254.

Page 131: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

121

kedua orang tersebut dijadikan tersangka. Kompas sama sekali tidak

menceritakan bagaimana kronologi penangkapan dua tersangka tersebut.

Sedangkan kata diringkus berasal dari kata ringkus yang berarti

menangkap atau membekuk. Makna diringkus yang digunakan Republika

mempertegas alur cerita teks tersebut pada level proses penangkapan. Oleh

karenanya dalam teks Republika secara eksplisit menjabarkan kronologis

penangkapan dua tersangka Tolikara.Unsur 5W+1H secara lengkap

dipaparkan Republika untuk memperdalam informasi terkait penangkapan

dua tersangka Tolikara tersebut.

b. Grafis Tabel 5.12

Grafis Kompas dan Republika Edisi 24 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Foto dan

penggunaan

huruf

Satu foto Presiden Joko

Widodo dan Wakil

Presiden Jusuf Kalla

yang sedang menyalami

satu per satu tokoh agama

yang hadir dalam

pertemuan tokoh lintas

negara di Istana Negara.

Pada caption nama

beserta jabatan Joko

Widodo bertinta hitam

dan ditebalkan.

Penggunaan huruf tebal

dan ukuran huruf yang

besar pada judul ―Dua

Tersangka Tolikara

Diringkus‖

Page 132: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

122

pemakaian huruf tebal

pada judul yang

dikususkan pada kalimat

―Presiden: Jaga

Persaudaraan‖, selain

itu, kata ini juga

mengugnakan ukuran

yang lebih besar dari

kalimat ―Polri Tetapkan

Dua Tersangka

Perusakan, Kekerasan,

dan Penghasutan di

Tolikara.

Satu kalimat pernyataan

di bawah judul dicetak

dengan huruf tebal.

Kalimat tersebut

berbunyi ―Kepolisisan

tak menutup

kemungkinan jumlah

tersangka bertambah.

Penggunaan foto saat acara pertemuan dengan tokoh lintas agama di

Istana Negara memperkuat data pendukung atas gagasan Kompas yang

menyatakan bahwa dalam perbedaan tetap bisa berjabat tangan,

menghormati, toleransi dan bersatu. Selain foto gagasan Kompas juga

didukung dengan judul yang yang dicetak tebal serta penggunaan ukuran

huruf yang lebih besar pada kalimat ―Presiden: Jaga Persaudaraan‖

menunjukan gagasan ini yang dianggap penting dan sengaja ditonjolkan

Kompas. Sehingga perhatian pembaca akan tertuju pada kalimat yang dibuat

lain tersebut. Sedangkan anak kalimat dari judul tersebut yakni kalimat

―Polri Tetapkan Dua Tersangka Perusakan, Kekerasan, dan Penghasutan di

Tolikara‖ dicetak dengan ukuran yang lebih kecil dan tidak ditebalkan. Hal

ini menandakan bahwasaannya bagian ini sengaja tidak ditonjolkan

Kompas, agar pembaca lebih memfokuskan perhatian pada kalimat judul

―Presiden: Jaga Persaudaraan‖.

Grafis yang digunakan Republika tak jauh berbeda. Kalimat judul

dicetak dengan huruf besar dan diberikan ketebalan. Hal ini digunakan

Page 133: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

123

Republika untuk mempertegas gagasan Republika yang fokus pada

informasi penangkapan kedua tersangka. Selain itu, dalam teks Republika

terdapat satu kalimat pernyataan yang diambil dari kutipan Kapolda Papua

Inspektur Jendral Yotje Mende dan diletakan di bawah judul dengan dicetak

menggunakan huruf yang lebih tebal dari isi teks berita. Berikut kutipan

pernyataan yang dibuat lain tersebut:

―Kepolisian tak menutup kemungkinan jumlah tersangka

bertambah.‖

Dalam hal ini Republika ingin menyamapaikan bahwasannya masih

ada sejumlah calon tersangka penyerangan di Tolikara.Secara tidak

langsung Republika mengungkapkan perkiraan tersangka dalam jumlah

besar. Sekaligus mencoba menggambarkan bahwasannya jumlah massa

yang cukup banyak saat itu menyerang umat Islam yang tengah

melaksanakan shalat Ied.

Berita 4: Teks Kompas Edisi 25 Juli 2015

TNI Diminta Percepat Renovasi di Tolikara

Ketua FBU Papua: Penyabab Insiden karena Komunikasi Tak Jalan

JAKARATA, KOMPAS – Panglima TNI Jenderal gatot Nurmantyo

diberi waktu satu bulan untuk mempercepat penyelesaian renovasi

pembangunan kios dan mushala yang rusak akibat inisden Tolikara, Papua,

pada Jumat (17/7) lalu. Terkait dengan percepatan tersebut, TNI

menambahkan jumlah personel prajurit TNI sebanyak 100 Orang.

―Jadi, sekarang ini, pembangunan kembali (di Tolikara) sudah

dilakukan. Beliau (Presiden Joko Widodo) meyakinkan lagi agar dari 60

kios (yang dibakar dan terbakar, harus dibangun 75 kios. Sebanyak 15 kios,

untuk warga setempat (asli Tolikara),‖ usai sholat Jumat bersama presiden

Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Masjid Baitulrohim,

Kompleks Istana, Jakarta, Jumat (24/7).

Menurut Gatot, Presiden Jokowi menargetkan selesai dalam waktu

satu bulan sejak pembangunan sekarang. ―Karena (harus selesai) satu bulan

agar ekonomi segera bisa berjalan, kita tambah personel 100 orang prajurit,‖

katanya.

Page 134: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

124

Gatot menegaskan, Tolikara saat ini sudah aman sehingga tidak

perlu lagi mendirikan pos-pos pengamanan TNI.

Hal senada diutarakan Ketua Forum Kerukunan Antar Umat

Beragama di Papua, Lipiyus Biniluk, yang juga Ketua Persekutuan Gereja-

gereja dan Lembaga-lembaga Injili di Indonesia (PGLII) Papua, seusai

diterima Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jumat sore. Dalam pertemuan

itu, selain hadir Tim Komunikasi Publik Presiden Teten Masduki, juga hadir

staf khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogaya.

―Kondisi di Tolikara saat ini, sudah sangat kondusif dan aman

bahkan, sangat aman, tidak seperti diberitakan sejumlah media massa dan

media sosial, ―ujar Lipiyus, dalam keterangan pers di Kantor Presiden,

bersama tokoh agama Kristen dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tolikara.

Menurut Lipiyus, iniden Tolikara yang terjadi sebenarnya

disesbakan karena persoalan komunikasi yang tak jalan. Bukan karena

adanya pihak luar atau pihak asing yang ikut bermain. ―Selama 50-an tahun

Papua bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, belum

pernah ada konflik antar-umat beragama. Secara budaya masyarakat Papua

memegang adat bahwa haram hukumnya membakar tempat ibadah.

―Tempat ibadah apapun milik bersama, dari agama manapun bisa

duduk bersama. Jadi, kalau bakar tempat ibadah, maka haram hukumnya.

Papua yang mayoritas Kristen, mereka menjaga hal itu,‖ tuturnya, seraya

menjelaskan aksi warga yang membakar kios akhirnya merembet mushala.

Terkait penahanan oleh polisi terhadap dua warga dari kalangan

Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Lipiyus membenarkan. ―Mereka bertindak

(rusuh) karena komunikasi yang tak jalan meskipun sudah ada

kesepakatan,‖ ujarnya.

Lipiyus berharap, setelah penahanan kedua tersangka insiden

Tolikara, polisi diharapkan tak lagi melakukan penangkapan-penangkapan

terhadap warga. ―Tak perlu menangkap-menangkap lagi. Nanti eksesnya

jadi tak baik saya minta kepada Presiden begitu agar tak ada lagi

penangkapan. Selain sudah diselesaikan secara damai, pihak korbanpun

sudah menerima kesepakatan damai,‖ kata Lipiyus.

Dititipkan di Polda Papua

Sementara itu, setelah ditetapkan sebagai tersangka, Kamis (23/7)

lalu, YW dan HK yang diduga menjadi pelaku perusakan,kekerasan,dan

penghasutan saat insiden Tolikara, menghuni Rumah Tahanan (Ruran)

Kepolisian Daerah Papua di Jayapura, Jumat.

Keduanya dari Wamena tiba di Bandar Udara Sentani pada pukul

12.03 WIT. Penjeputan kedua tersangka dipimpin Kepala Kepolisian Resor

Jayapura Ajun Komisaris Besar Sondang Siagian beserta angota Brigade

Mobil Papua.

Kpala Polda Papua Inspektur Jenderal yotje Mende saat dihubungi

dari Karubaga mengatakan, YW dan HK diduga menghasut saat insiden

terjadi. ―Kami mendapatkan bukti keterlibatan keduanya melalui rekaman

vidio saat peristiwa. Kedua oknum tersebut adalah pegawai salah satu bank

di Tolikara,‖ tutur Yotje.

Page 135: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

125

Menurut dia, keduanya melanggar pasal 170 Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) tentang penyerangan yang mengakibatkan kerugian

korban jiwa dan harta benda. Selain itu, YW dan HK, tambah Yotje masih

ada sejumlah calon tersangka lainnya dalam kasus tersebut. Hal ini

berdasarkan bukti rekaman vidio yang dimiliki polri.

Pantauan Kompas, kemarin, sekitar 100 Umat Muslim

menjalankan ibadah shalat dengan aman di Markas Koramil 1702-11

Karubaga. Ustadz Fazlan Garamatan dari Fak-fak, Papua Barat, tampil

sebagai khotib dalam shalat tersebut. Ali usman (30), jemaah shalat, merasa

lega dapat mengikuti shalat meski baru seminggu terjadi insiden.

Berita 4: Teks Republika Edisi 25 Juli 2015

TNI Jamin Pendirian Masjid Tolikara

TOLIKARA – Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjamin

pembangunan masjid baru di Karubaga, Tolikara, pascakerusuhan dan

pembakaran 17 Juli lalu. Jaminan TNI ini menyusul kekhawatiran akan

terjadi penolakan oleh sejumlah pihak untuk membangun masjid baru.

Masjid baru ini menggantikan Masjid Baitul Mutaqqin yang dibakar warga

selepas protes shalat Id, pekan lalu.

―Panglima TNI (Jenderal Gatot Nurmantyo) menjamin itu (pendirian

masjid). Kita semua harus menjaga kebebasan menjalankan ibadah sesuai

keyakinan masing-masing,‖ kata Komandan Kodim Jayapura Kolonel Tri

Yunarto kepada Republika di Tolikara, kemarin. Menurutnya, TNI

menjamin bahwa masjid yang baru akan dibangun di lokasi lapangan voli

Koramil Karubaga.

Sedangkan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo

mengungkapkan, pihaknya telah menambah 100 personel untuk

membangun kembali masjid serta sejumlah kios yang hangus usai peristiwa

Tolikara. Gatot mengatakan, penambahan personel tersebut sesuai dengan

instruksi Presiden Jokowi yang memint agar pemulihan kegiatan

perekonomian di Tolikara dipercepat.

―Kita tambah 100 personel. Karena, dituntut satu bulan harus selesai

sehingga ekonomi berjalan,‖ kata Gatot di Istana Negara, Jumat (24/7).

Menurut Gatot, total ada 75 kios yang dibangun kembali. Sebanyak 60 unit

untuk menggantikan kios yang terbakar dan 15 unit sisanya dibangun untuk

masyarakat setempat.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meletakkan batu

pertama pembangunan masjid baru di Karubaga, Tolikara, pada Selasa

(21/7) kemarin. Peletakan batu pertama pembangunan masjid tersebuit di

tempat yang berbeda dari masjid sebelumnya yang terbakar.

Peletakan tersebut dilakukan di lahan kosong di KOmpleks Koramil

Kerubaga dengan ukuran sekitar 40 kali 15 meter. Belum jelas apakah

masjid baru tersebut akan digunakan secar permanen.

Kendati demikian, Bupati Tolikra Usman G wanimbo mengatakan,

belum bisa menjamin perizinan pendirian masjid di wilayah Tolikara.

Page 136: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

126

menurutnya, perizinan harus sesuai dengan kesepakatan Gereja Injili Di

Indonesia (GIDI) dan masyarakat adat di Tolikara.

Pihak-pihak di Tolikara mengatakan, tanah di lokasi terbakarnya

Masjid Baitul Mutaqqin diklaim milik GIDI. Demikian juga dengan tanah di

KOramil Karubaga. Selain itu, tanah itu juga diklaim milik maraga Kagoya

yang lebih dulu tinggal di Karubaga, Tolikara. ―Iya, itu mama (saya) punya

tanah, kita sekarang sudah jadi pengungsi,‖ kata Alberttini Kagoya (60) saat

diwawancarai Republika, kemarin.

Albertini menegaskan, tanah wilayah Pasar Karubaga dan markas

Koramil adalah milik keluarga Kagoya. Sebagian diberikan kepada TNI

dengan syarat anggota keluarga itu diberi kemudahan menjadi anggota TNI

untuk bertugas di Koramil Karubaga.

Selain itu, Ketua Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga

Injili Indonesia (PGLII) Lipiyius Biniluk juga mengiyakan adanya peraturan

daerah (perda) tentang laranganmembangun rumah ibadah baru di Tolikara.

meurutnya, Perda itu sesuai dengan kearifan lokal di kabupaten yang

mayoritas penduduknya beragama Kristen tersebut.

Terlebih, katanya, Papua memiliki keistimewaan otonomi khusus.

―Perda itu dalam konteks otonomi khusus Papua. Perda itu sesuai dengan

local content yang ada,‖ katanya usai menemui Presiden Joko Widodo

(Jokowi) di Istana Merdeka, Jumat (24/7).

Dalam kesempatan yang sama, Sekertaris Daerah Kabupaten

Tolikara Dance Y Flassy menambahkan, kendati perda tersebut sudah

disetujui DPRD Kabupaten Tolikkara, tapi belum diketuk palu pleh DPRD

Provinsi Papua.

Dance mengatakan, jika pemerintah pusat ingin mengevaluasi Perda

tersebutmaka seharusnya sevaluasi serupa juga dilakukan pada perda-perda

sejenis yang ada di sejumlah daerah. ―Kalau menteri mau cabut perda,

evaluasi juga dong perda-perda lain di seluruh Indonesia,‖ ucap dia.

Selain bantuan dari pemerintah, pembangunan masjid baru di

Tolikara juga akan dilakukan oleh Komite Umat untuk Tolikara (Komat

Tolikara). Wadah tersebut akan mengorganisasi bantuan yang dikumpulkan

sejumlah lembaga amil zakat untuk membangun kembali masjid. Sejauh ini,

dana yang terkumpul dari berbagai lembaga amil zakat setidaknya telah

mencapai Rp 2 miliar.

Juru Bicara Komat Tolikara Adnan Arnas mangakui, pembangunan

masjid di Tolikara berpotensi diganjal pihak-pihak tertentu di Tolikara.

Namun, menurutnya, itu tak menjadi maslah karena pihak-pihak tersebut

harus mengikuti kebijakan pemerintah yang sudah membolehkan

pembangunan masjid.

Page 137: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

127

1. SINTAKSIS

a. Skema berita

Struktur sintaksis Kompas edisi 25 Juli 2015 diawali dengan judul,

kemudian pernyataan narasumber, lead, kutipan narasumber, latar

informasi, penutup. Posisi pernyataan yang diletakkan setelah judul dan

dicetak dengan jenis huruf serta ukuran huruf yang berbeda dari isi teks

keseluruhan memberikan kesan bahwa aspek tersebut sengaja ditonjolkan

oleh Kompas. Berikut pernyataan narasumber dalam teks berita Kompas:

―Ketua FUB Papua: Penyebab Insiden karena Komunikasi Tak Jalan‖.

Pernyataan ini mengajak pembaca untuk berfikir bahwa peneyebab konflik

tolikara karena komunikasi yang tak jalan, bukan karena sentimen terhadap

penganut agama tertentu.

Kemudian struktur sintaksis pada berita Republika berbentuk

piramida terbalik, diawali dengan judul, lead, latar informasi, kutipan

narasumber, pernyataan dan penutup. Struktur piramida terbalik ini

menempatkan aspek yang dianggap penting diawal kemudian bagian

selanjutnya dilengkapi dengan keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang

mendukung.

Tabel 6.1

Headline Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Headline/ judul TNI Diminta Percepat

Renovasi di Tolikara,

Ketua FUB Papua:

Penyebab Insiden karena

Komunikasi Tak Jalan

TNI Jamin Pendirian

Masjid Tolikara

Tabel 5.1 menunjukan kedua surat kabar tersebut mengangkat inti

tema yang sama, yakni mengenai tugas TNI untuk menangani pembangunan

serta renovasi berbagai fasilitas pasca konflik tolikara. Perbedaan terletak

pada sisi objek pemberitaan yang diangkat. Jika Kompas mengangkat

Page 138: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

128

renovasi terhadap seluruh bangunan yang rusak secara

keseluruhan.Republika fokus terhadap pendirian masjid pasca terbakar

dalam insiden Tolikara tersebut. Hal ini menunjukan Republika

menekankan bahwa pendirian masjid yang menjadi prioritas dalam

pembangunan kembali pasca insiden tersebut.

Kompas juga menyajikan pernytaan yang berdapingan dengan judul

utama. Judul utama Kompas berbunyi ―TNI Diminta Percepat Renovasi di

Tolikara‖ dengan pernyataan―Ketua FUB Papua: Penyebab Insiden karena

Komunikasi Tak Jalan‖. Struktur demikian seolah Kompas ingin membagi

fokus perhatian pembaca pada dua fakta, pertama tentang renovasi di

Tolikara dan kedua pernyataan ketua FUB Papua tentang penyebab insiden

tersebut karena komunikasi yang tak jalan. Dua fakta yang disajikan

beriringan seperti ini seolah mengajak pembaca untuk memahami bahwa

rusaknya sejumlah bangunan merupakan imbas dari sebuah insiden yang

disebabkan karena komunikasi yang tak jalan bukan semata-mata karena

tindakan penyerangan. Jika logika dari kalimat ini dibalik, maka akan

dipahami bahwa tindakan penyerangan tidak akan terjadi jika ada

komunikasi yang baik antar kedua belah pihak sehingga tidak terjadi sebuah

insiden yang menyebabkan terbakarnya sejumlah bangunan dan fasilitas

ibadah.

Tabel 6.2

Lead Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Lead JAKARTA, KOMPAS--

Panglima TNI Jenderal

TOLIKARA—

TentaraNasional

Page 139: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

129

Gatot Nurmantyo diberi

waktu satu bulan untuk

mempercepat

penyelesaian renovasi

pembangunan kios dan

mushala yang rusak

akibat insiden Tolikara,

Papua, pada Jumat (17/7)

lalu. Terkait dengan

percepatan tersebut, TNI

menambah jumlah

personel prajurit TNI

sebanyak 100 orang.

Indonesia (TNI)

menjamin pendirian

bangunan masjid baru di

Karubaga, Tolikara,

pasca kerusuhan dan

pembakaran 17 Juli lalu.

Jaminan TNI ini

menyusul kekhawatiran

akan terjadi penolakan

oleh sejumlah pihak

untuk membangun

masjid. Masjid baru ini

menggantikan Masjid

Baitul Muttaqin yang

dibakar warga selepas

protes shalat Id, pekan

lalu.

Lead yang digunakan Republika dan Kompas jelas menunjukan

pandangannya masing-masing. Kompas menggunakan jenis what lead yang

mengungkapkan peristiwa apa yang terjadi. Kompas hanya menjabarkan

peristiwa yang terjadi mengenai TNI yang diminta untuk mempercepat

penyelesaian renovasi kios dan mushala yang rusak akibat insiden Tolikara.

Sedangkan, lead Republika jelas menunjukan pandangannya dalam

lead dengan tidak hanya memparkan dari segi what lead tetapi juga

memaparkan dari segi why lead yang mengungkapkan alasan TNI

memberikan jaminan dan pengamanan tehadap pendirian Masjid di Tolikara

karena berpotensi diganja sejumlah pihak di Tolikara.Hal ini memberikan

nada negatif terhadap pihak yang mengganjal pendirian masjid karena

dianggap tidak memberikan hak kebebasan beribadah.

Page 140: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

130

Tabel 6.3

Latar Informasi Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Latar

Informasi

Menurut Lapiyus, insiden

Tolikara yeng terjadi

sebenarnya disebabkan

karena persoalan

komunikasi yang tak

jalan. Bukan karena

adanya pihak luar atau

pihak asing yang ikut

bermain, ―selama 50-an

tahun Papua bergabung

dengan Negara Kesatuan

Republik Indonesia,

belum pernah ada konflik

antar-umat beragama.

Secara budaya,

masyarakat Papua

memegang adat bahawa

haram hukumnya

membakar tempat

ibadah.‖

―Panglima TNI (Jenderal

Gatot Nurmantyo)

menjamin itu (pendirian

masjid). Kita semua

harus menjaga kebebasan

menjalankan ibadah

sesuai keyakinan

masing-masing,‖ kata

Komandan Kodim

Jayapura Kolonel Tri

Yunarto…

Latar informasi yang dipilih oleh Kompas mengarah pada penyebab

terjadinya insiden Tolikara karena komunikasi yang tak jalan. Selain itu,

Kompas juga memakai latar sejarah keberhasilan warga Papua selama 50

tahun dalam menjaga persatuan tanpa adanya konflik antar umat

beragama.Secara rinci Kompas juga memaparakan hukum adat masyarakat

Papua—yang mayoritas Kristen—mengharamkan membakar tempat ibadah.

Pemberitaan semacam ini akan membentuk kesadaran khlayak bahwa

terbakarnya sejumlah kios dan mushala ini bukan karena kemarahan umat

Kristiani terhadap umat Muslim, karena tak mungkin umat Kristiani

melanggar hukum adat yang mengharamkan membakar rumah ibadah.

Namun Insiden ini terjadi lebih dikarenakan komunikasi yang tidak berjalan

Page 141: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

131

dengan baik bagi kedua belah pihak, dan tidak ada unsur kesengajaan dalam

pembakaran rumah ibadah tersebut, warga membakar kios yang akhinya

merembet ke mushala. Dengan demikian, Kompas berupaya menyuguhkan

pandangan positif terhadap umat Kristiani (masyarakat Papua). Berikut

kutipan latar informasi Kompas:

Menurut Lapiyus, insiden Tolikara yeng terjadi sebenarnya

disebabkan karena persoalan komunikasi yang tak jalan. Bukan

karena adanya pihak luar atau pihak asing yang ikut bermain,

―selama 50-an tahun Papua bergabung dengan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, belum pernah ada konflik antar-umat beragama.

Secara budaya, masyarakat Papua memegang adat bahawa haram

hukumnya membakar tempat ibadah.‖

―Tempat ibadah apa pun milik bersama, dari agama mana pun

bisa duduk bersama.Jadi, kalau bakar tempat ibadah, maka haram

hukumnya.Papua yang mayoritas Kristen, mereka menjaga hal itu,‖

tuturnya, seraya menjelaskan aksi warga yang membakar kios

akhirnya merembet mushala.

Sedangkan Republika lebih mengarahkan latar informasi pada

pentingnya pendirian masjid. Republika memaparkan bahwa setiap orang

harus menjaga kebebasan menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-

masing. Sehingga Republika menilai pembangunan masjid harus menjadi

prioritas utama untuk menjaga dan menghormati kebebasan umat muslim

dalam menjalankan ibadah dengan fasilitas ibadah yang nyaman. Dengan

demikian, teks Republika dipandang menyuarakan dukungan terhadap hak

umat muslim.

Tabel 6.4

Kutipan Narasumber Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kutipan

Narasumber

―Jadi, sekarang ini,

pembangunan kembali (di

―Panglima TNI

(Jenderal Gatot

Page 142: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

132

Tolikara) sudah dilakukan.

Beliau (Presiden Joko

Widodo) meyakinkan lagi

agar 60 kios (yang dibakar

dan terbakar), harus

dibangun 75 kios.

Sebanyak 15 kios, untuk

warga setempat (asli

Tolikara).‖ (Gatot

Nurmantyo)

Nurmantyo) menjamin

itu (pendirian masjid).

Kita semua harus

menjaga kebebasan

menjalankan ibadah

sesuai keyakinan

masing-masing,‖ kata

Komandan Kodim

Jayapura Kolonel Tri

Yunarto

―Tempat ibadah apa pun

milik bersama, dari agama

mana pun bisa duduk

bersama. Jadi, kalau bakar

tempat ibadah, maka

haram hukumnya. Papua

yang mayoritas Kristen,

mereka mejaga hal itu.‖

―Mereka bertindak (rusuh)

karena komunikasi yang

tak jalan meskipun sudah

ada kesepakatan.‖ Lipiyus

Biniluk

―Kita tambah 100

personel. Karena,

dituntut satu bulan harus

selesai sehingga

ekonomi berjalan.‖

(Jenderal Gatot

Nurmatyo)

―Kami mendapat bukti

keterlibatan keduanya

melalui rekaman video

pada saat peristiwa. Kedua

oknum tersebut adalah

pegawai salah satu bank di

Tolikara.‖ (Kapolda Papua

Inspektur Jenderal Yotje

Mende

―Iya, itu Mama (saya)

punya tanah, kita

sekarang usdah jadi

pengungsi.‖ (Albert Tini

Kogoya)

―Perda itu dalam

konteks otonomi khusus

Papua. Perda itu sesuai

dengan local content

yang ada.‖ (Ketua

Persekutuan Gereja-

gereja dan Lembaga-

lembaga Injili Indonesia

Lipiyus Biniluk)

Page 143: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

133

―Kalau menteri mau

cabut preda, evaluasi

juga dong perda-perda

di seluruh Indonesia.‖

(Sekertaris Daerah

Kabupaten Tolikara

Dance Y Flassy)

Dari tabel 6.4 itu, Kompas mewawancarai tiga orang: Panglima TNI

Jenderal Gatot Nurmantyo, Ketua Forum Kerukunan antar-Umat Beragama

dan Ketua Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili di

Indonesia Papua Lapiyus Biniluk, Kapolda Papua Yotje Mende.

Jika diamati, pandangan Ketua Forum Kerukunan antar-Umat

Beragama Lipiyus Biniluk yang menyatakan masyarakat Papua yang

mayoritas kristen tidak mungkin melakukan pembakaran rumah ibadah. Dan

ia juga menyatakan alasan dua warga dari kalangan GIDI yang ditahan

polisi, dua warga tersebut betindak rusuh karena komunikasi yang tak jalan.

Anggapan Lipiyus Biniluk dianggap benar karena Kompas menyandangkan

otoritas Lapiyus Biniluk sebagai Ketua Forum Kerukunan Antar-Umat

beragama di Papua. Sehingga penilaian ini dianggap relevan, karena

Lapiyus berbicara mewakili forum kerukunan antar umat beragama. Padahal

Lapiyus Biniluk juga tercatat menjabat sebagai Ketua Persekutuan Gereja-

gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII). Kompas lebih

memilih menyandangkan jabatan pertama bagi Lipyus agar memberikan

nada otoritas Lipiyus tidak berada pada salah satu pihak. Padahal jelas dari

kutipan yang diambil Kompas memberikan kesan mencoba menghapus

Page 144: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

134

penilaian negatif terhadap GIDI. Berikut kutipan lengkap Lipiyus Biniluk

dalam teks Kompas:

Hal senada diutarakan Ketua Forum Kerukunan antar-Umat

Beragama di Papua, Lipiyus Biniluk…. ―Tempat ibadah apa

punmilik bersama, dari agama mana pun bisa duduk bersama. Jadi,

kalau bakar tempat ibadah, maka haram hukumnya. Papua yang

mayoritas Kristen, mereka mejaga hal itu,‖ seraya menjelaskan aksi

warga yang membakar kios akhirnya merembet mushala.

Terkait penahanan oleh polisi terhadap dua warga dari

kalangan GIDI, Lipiyus membenarkan. ―Mereka bertindak (rusuh)

karena komunikasi yang tak jalan meskipun sudah ada kesepakatan,‖

ujarnya.

Lipiyus berharap, setelah penehanan kedua tersangka insiden

Tolikara, polisi diharapkan tak lagi melakukan penangkapan

terhadap warga. ―tak perlu menangkap-menangkap lagi. Nanti

eksesnya jadi tak baik. Saya minta kepada Presiden begitu agar tak

ada lagi penengkapan. Selain sudah diselesaikan secara damai, pihak

korban pun sudah meneriman kesepakatan damai,‖ kata Lipiyus

Dalam teks berita itu, Republika mewawancarai enam narasumber:

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Bupati Tolikara Usman G

Wanimbo, Alberttini Kagoya (keluarga Kagoya pemilik tanah di lokasi

masjid yang terbakar), Ketua PGLII Lapiyus Biniluk, Sekda Kabupaten

Tolikara Dance Y Flassy, dan Juru Bicara Komat Tolikara Adnin Arnas.

Teks berita Republika itu secara umum berisi tentang dua pandangan—satu

pihak menjamin pendirian masjid di Tolikara, sementara pihak lain

mengganjal pendirian masjid tersebut. Sekarang kita amati bagaimana

Republika menyusun kutipan wawancara dua pandangan tersebut dalam

teks. Sumber Republika yang menjamin pendirian masjid adalah Panglima

TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Juru bicara Komat Tolikara Adnin

Arnas.Sementara sumber Republika yang mengganjal pendirian masjid

Page 145: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

135

adalah Bupati Tolikara Usman G Wanimbo, Albertini Kagoya, Ketua PGLII

Lapiyus Biniluk, Sekda Kabupaten Dance Y Flassy.Dua pandangan yang

bersebrangan tersebut disusun dalam suatu skema yang menghasilkan berita

bahwa lebih banyak pihak yang berpotensi mengganjal pendirian

masjid.Dua paragraf awal dan satu paragraf di akhir diisi dengan pandangan

yang menjamin pendirian masjid.Paragraf selebihnya adalah pandangan dari

pihak yang berpotensi mengganjal pendirian masjid.

Skema semacam ini membuat pandangan yang setuju dengan

pembangunan masjid menjadi minoritas diantara pandangan yang tidak

setuju pembangunan masjid.Republika menekankan pesan tertentu

bahwasanya pendirian masjid di Tolikara berpotensi diganjal berbagai pihak

sehingga perlu jaminan keamanan dari TNI dan pemerintah.Hal ini

mengajak pembaca berfikir bahwa pemerintah daerah Tolikara dan sebagian

besar warga Tolikara tidak menghormati hak umat muslim untuk

mendapatkan fasiltas ibadah yang layak.

Tebel 6.5

Pernyataan Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur

diamati

Kompas Republika

Pernyataan Gatot menegaskan,

Tolikara sekarang ini sudah

aman sehingga tidak perlu

lagi mendirikan pos-pos

pengamanan TNI.

Bupati Tolikara Usman G

Wanimbo mengatakan,

belum bisa menjamin

perizinan pendirian masjid

di wilayah Tolikara.

Menurutnya, perizinan

harus sesuai dengan

kesepakatan Gereja Injili di

Indonesia (GIDI) dan

masyarakat adat di

Page 146: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

136

Tolikara.

Ketua Persekutuan Gereja-

gereja dan Lembaga-

lembaga Injili Indonesia

(PGLII) lipiyus Biniluk

juga mengiyakan adanya

peraturan daerah (perda)

tentang larangan

membangun rumah ibadah

baru di Tolikara.

Menurutnya, Perda itu

sesuai dengan kearifan

lokal di kabupaten yang

mayoritas penduduknya

beragama Kristen tersebut.

Juru Bicara Komat Tolikara

Adnin Arnas mengakui,

pembangunan masjid di

Tolikara berpotensi diganjal

pihak-pihak tertentu di

Tolikara.

Dalam tabel 6.5, pernyataan Kompas menegaskan bahwa kondisi di

Tolikara telah aman.Dengan penggambaran semacam ini, Kompas

mengarahkan pandangan publik agar tidak cemas dan terprovokasi, karena

kondisi di Tolikara telah kembali kondusif dan normal.

Sedangkan, Republika menulis tanggapan dari Bupati Tolikara

Usman G Wanimbo dan Ketua Persatuan Gereja-gereja dan Lembaga-

lembaga Injili di Indonesia (PGLII) Lipiyus Biniluk terkait belum adanya

jaminan pendirian masjid bahkan larangan pendirian rumah ibadah baru.

Dengan menggunakan pernyataan tersebut Republika mengarahkan

pembaca untuk memahami bahwasannya pendirian masjid di Tolikara

terancam diganjal oleh berbagai pihak. Penggunaan narasumber yang

berlatar belakang dari pihak Kristen—Ketua PGLII Lipiyus Biniluk,

Page 147: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

137

memberikan nada negatif terhadap pihak yang mengganjal yakni organisasi

PGLII.

Tabel 6.6

Penutup Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Penutup Pantauan Kompas,

kemarin, sekitar 100 umat

Muslim menjalankan

ibadah shalat dengan

aman di Markas Koramil

1702-11 Karubaga. Ustaz

Fazlan Garamatan dari

Fakfak, Papua Barat,

tampil sebagai khatib

dalam shalat tersebut. Ali

Usman (30), jemaah

shalat, merasa lega dapat

mengikuti shalat meski

baru seminggu terjadi

insiden.

Juru Bicara Komat

Tolikara Adnin Arnas

mengakui, pembanguan

masjid di Tolikara

berpotensi diganjal

pihak-pihak tertentu di

Tolikara. Namun,

menurutnya, itu tak

menjadi masalah karena

pihak-pihak tersebut

harus mengikuti

kebijakan pemerintah

yang sudah

membolehkan

pembangunan masjid.

Dalam penutupnya, Kompas menegaskan kembali kondisi di

Tolikara telah kondusif, setelah sebelumnya pada paragraf empat Kompas

juga telah mengutip pernyataan Panglima TNI Gatot Nurmantyo tentang

kondisi Tolikara yang telah aman. Dalam penutup ini Kompas menulis

pernyataan warga muslim yang merasa lega dapat menjalankan ibadah

dengan rasa aman. Kompas mengajak pembaca untuk mengetahui

perkembangan kondisi di Tolikara yang telah kembali kondusif pasca

insiden Tolikara.Kompas kembali mengajak pembaca berfikir untuk

mengedepankan persaudaraan dan perdamaian.

Teks berita Republika diakhiri dengan penegasan terhadap jaminan

pendirian masjid akan tetap dilaksanakan sekalipun banyak pihak yang tidak

Page 148: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

138

menyetujui. Bahkan melalui pernyataan Juru Bicara Komat Tolikara Adnin

Arnas yang dikutip Republika menyatakan bahwa pendirian masjid telah

disetujui pemerintah, karena dari segi hukum pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan atas izin pendirian masjid baru. Pernyataan tersebut

diambil Republika sebagai penguat sikap Republika yang sejatinya

mendukung pendirian masjid baru di Tolikara.

2. SKRIP

a. Kelengkapan berita

Tabel 6.7

5W+1H Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

5W+1H Apa yang terjadi

(what): Renovasi

Pembangunan kios dan

mushala yang rusak

akibat insiden Tolikara

Apa yang terjadi (What):

Pembanguan masjid baru di

Karubaga serta sejumlah kios

yang hangus usai peristiwa

Tolikara

Siapa yang merenovasi

(who): Personel prajurit

TNI

Siapa yang mendirikan

(who): Personel prajurit TNI

Kapan pelaksanaan

renovasi tersebut

(when): target selama

satu bulan pasca

insiden Tolikara

Kapan pelaksanaan renovasi

tersebut (when): terget satu

bulan pasca insiden Tolikara

Dimana pelaksanaan

renovasi dilakukan

(where):

Dimana pelaksanaan

pembangunan dilakukan

(where): masjid baru akan

dibangun di tempat yang

berbeda dari masjid

sebelumnya yang terbakar,

yakni di lahan kosong di

Kompleks Koramil

Karubaga dengan ukuran

sekitar 40 kali 15 meter.

Page 149: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

139

Namun, belum ada kejelasan

apakah masjid baru tersebut

akan digunakan secara

permanaen.

Mengapa pembangunan

tersebut dilaksanakan

(why): agar

perekonomian di derah

tersebut segera berjalan

Mengapa pembangunan

tersebut dilaksanakan (why):

pembanguan masjid karena

harus menghargai dan

menjaga kebebasan

menjalankan ibadah sesuai

keyakinan masing-masing,

serta pembangunan kios agar

perekonomian di daerah

tersebut kembali berjalan.

Bagaimana proses

renovasi tersebut

(how):

Bagaimana proses

pembangunan tersebut

(how): belum jelas apakah

masjid tersebut akan

dibangun secara permanen

atau sebaliknya. Hal ini

karena Bupati Tolikara

belum bisa menjamin

perizinan pendirian masjid di

wilayah Tolikara. Selain itu

masih terdapat sengketa atas

hak milik tanah di lokasi

yang rencananya akan

dibangun masjid tersebut.

Selain itu terdapat perda

yang melarang pambangunan

rumah ibadah baru di

Tolikara,

Dalam berita tersebut Kompas mencoba membentuk pembingkaian

yang menghasilkan kesan tertentu kepada masyarakat dengan cara

menghilangkan satu atau lebih unsur penting dalam berita tersebut. Unsur

yang dihilangkan Kompas ialah unsur where dan how. Pemberitaan yang

ditulis oleh Kompas tidak memaparkan lokasi kios dan mushala yang akan

direnovasi, apakah akan dibangun dilokasi yang sama atau berbeda dari

lokasi awal sebelum insiden itu terjadi. Selain itu, Kompas juga tidak

Page 150: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

140

menjabarkan bagaimana proses renovasi sejumlah kios dan mushala itu

berlangsung.

Sedangkan Republika mencakupi seluruh unsur 5W+1H. Republika

melengkapi unsur where dan howyang tidak terdapat dalam Kompas.

Republika memaparkan bagaiman proses pendirian masjid tersebut

berlangsung, dimana pendirian masjid berpotensi diganjal beberapa pihak

serta terjadi pertentangan mengenai kepemilikian tanah dari lokasi yang

akandidirikan masjid. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya pembangunan

kembali pasca insiden Tolikara belum berjalan lancar sepenuhnya, meski

dikatakan pemerintah dan TNI menjamin pembangunan yang terbakar

secara keseluruhan.Dari teks berita Republika seolah mengajak pembaca

untuk memahami bahwa masih ada pihak-pihak di Tolikara bahkan Perda di

Tolikara sendiri melarang pendirian bagi rumah ibadah baru. Republika

menggambarkan bahwa masyarakat papua yang mayoritas kristen belum

memahami atau belum manghargai hak untuk memberikan kebebasan

menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing. Dalam hal ini,

Republika memeberikan kesan negatif kepada pihak-pihak yang kontra dan

umat Kristiani. Berikut kutipan lengkap teks berita Republika yang

menjelaskan bagaimana proses pendirian masjid itu terganjal oleh beberapa

pihak:

Kendati demikian, Bupati Tolikara Usman Wanimbo

mengatakan, belum bisa menjamin perizinan pendirian masjid di

wilayah Tolikara. Menurutnya, perizinan harus sesuai dengan

kesepakatan Gereja Injili di Indonesia (GIDI) dan masyarakat adat di

Tolikara.

Page 151: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

141

Pihak-pihak di Tolikara mengatakan, tanah di lokasi terbakarnya

Masjid Baitul Muttaqin diklaim milik GIDI.

Selain itu, Ketua Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-

lembaga Injili Indonesia (PGLII) Lipiyus Biniluk juga mengiyakan

adanya peraturan daerah yang melarang membangun rumah ibadah

baru di Tolikara. Menurutnya, Perda itu sesuai dengan kearifan lokal

di kabupaten yang mayoritas penduduknya beragama kristen

tersebut.

3. TEMATIK

a. Detail

Tabel 6.8

Detail Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur

diamati

Kompas Republika

Paragraf

dan

kalimat

Menurut Lapiyus, insiden

Tolikara yang terjadi

sebenarnya disebabkan

karena persoalan

komunikasi yang tak jalan.

Bukan karena adanya pihak

luar atau pihak asing yang

ikut bermain…..

Tentara Nasional Indonesia

(TNI) menjamin pendirian

bangunan masjid baru di

Karubaga, Tolikara,

pascakerusuhan dan

pembakaran 17 Juli lalu.

Jaminan TNI ini menyusul

kekhawatiran akan terjadi

penolakan oleh sejumlah

pihak untuk membangun

masjid. Masjid baru ini

menggantikan Masjid

Baitul Muttaqin yang

dibakar warga selepas

protes shalat Id, pekan lalu.

―Tempat ibadah apa pun

milik bersama, dari agama

mana pun bisa duduk

bersama. Jadi, kalau bakar

tempat ibadah, maka haram

hukumnya. Papua yang

mayoritas Kristen, mereka

menjaga hal itu,‖ tuturnya,

seraya menjelaskan aksi

warga yang membakar kios

akhirnya merembet

mushala.

Bupati Tolikara Usman G

Wanimbo mengatakan,

belum bisa menjamin

perizinan pendirian masjid

di wilayah Tolikara.

Menurutnya, perizinan

harus sesuai dengan

kesepakatan Gereja Injili di

Indonesia (GIDI) dan

masyarakat adat di

Tolikara

Terkait penahanan oleh Pihak-pihak di Tolikara

Page 152: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

142

polisi terhadap dua warga

dari kalangan Gereja Injili

di Indonesia (GIDI),

Lipiyus membenarkan.

―mereka bertindak (rusuh)

karena komunikasi yang tak

jalan…

mengatakan, tanah lokasi

terbakarnya Masjid Baitul

Mutaqin diklaim milik

GIDI……

―Lipiyus berharap, setelah

penahanan kedua tersangka

insiden Tolikara, polisi

diharapkan tak lagi

melakukan penangkapan-

penangkapan terhadap

warga. ―Tak perlu

menangkap-menangkap

lagi. …

Ketua Persekutuan Gereja-

gereja dan Lembaga-

lembeaga Injili Indonesia

(PGLII) Lapiyus Biniluk

juga mengiyakan adanya

peraturan daerah tentang

larangan membangun

rumah ibadah baru di

Tolikara……

Juru Bicara Komat

Tolikara Adnin Arnas

mengakui pembangunan

masjid di Tolikara

berpotensi diganjal pihak-

pihak tertentu di Tolikara.

Namun, menurutnya, itu

tak menjadi masalah

karena pihak-pihak

tersebut ……

Tiga paragraf dalam teks berita Kompas memaparkan secara lengkap

penyebab insiden karena komunikasi yang tak jalan.Kompas seolah

menggambarkan bahwa satu-satunya penyebab insiden tersebut hanya

karena masalah komunikasi antar kedua belah pihak.Kompas menulis

pernyataan Ketua PGLII Lapiyus Biniluk yang memaparkan data mengenai

sejarah 50 tahun Papua bergabung dengan NKRI tak pernah terjadi konflik

antar umat beragama. Bahkan secara jelas menyebutkan bahwa budaya

masyarakat Papua yang mayoritas masyarakatnya beragama Kristen

mengharamkan membakar tempat ibadah, secara tidak langsung Kompas

bermaksud mengatakan bahwasannya tidak mungkin umat Kristiani berniat

Page 153: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

143

membakar tempat ibadah umat muslim. Dengan detail demikian maka

Kompas seolah ingin menciptakan citra positif umat Kristiani kepada

khalayak.

Detail Republika memaparkan pendirian masjid yang

berpotensi diganjal berbagai pihak di Papua, mulai dari Bupati Tolikara

yang belum bisa memeberikan jaminan perizinan pendirian masjid karena

harus sesuai dengan kesepakatan GIDI dan masyarakat adat. Dilain sisi,

terdapat pihak-pihak yang megkalaim kepemilikan tanah dari lokasi yang

rencananya akan dibangun masjid baru. Selain itu pernyataan Ketua PGLII

Lapiyus Biniluk dan Sekda Kabupaten Tolikara Dance Y Flassy yang

mengiyakan adanya Perda tentang larangan membangun rumah ibadah

baru.Sehingga Republika menyatakan perlu jaminan dari TNI dan

pemerintah untuk melakukan pembangunan masjid baru tersebut.

Detail Republika seolah membawa kesadaran publik akan minimya

kesadaran masyarakat Papua untuk menghormati kebebasan menjalankan

ibadah bagai setiap umat beragama, serta tidak memeberikan hak bagi umat

muslim untuk mendapatkan fasilitas beribadah yang nyaman. Detail

Republika ini menampakan citra negatif terhadap masyarakat papua dan

umat kristiani yang tidak mendukung pendirian rumah ibadah bagi kaum

Muslim.

Page 154: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

144

b. Koherensi

Tebel 6.9

Koherensi Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Proposisi dan

hubungan

antar kalimat

―Tempat ibadah apapun

milik bersama, dari

agama mana pun bisa

duduk bersama. Jadi,

kalau bakar tempat

ibadah, maka haram

hukumnya. Papua yang

mayoritas Kristen,

mereka menjaga hal

itu.‖

….. Lapiyus Biniluk juga

mengiyakan adanya

peraturan daerah (perda)

tentang larangan

membangun rumah ibadah

baru di Tolikara.

Menurutnya, perda itu

sesuai dengan kearifan

lokal di kabupaten yang

mayoritas penduduknya

beragama Kristen

tersebut.

Koherensi yang digunakan Kompas yakni jenis koherensi

kondisional (penjelas).Koherensi kondisional ditandai dengan penggunaan

anak kalimat sebagai penjelas.Disini ada dua kalimat dimana kalimat kedua

adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama.Kata konjungsi yang

digunakan Kompas ialah kata “yang” pada kalimat “yang mayoritas

Kristen”.Anak kalimat ini apabila dihilangkan sebenarnya tidak akan

mengurangi arti kalimat. Anak kalimat itu mencerminkan kepentingan

Kompas karena ia dapat memberikan kesan tertentu terhadap suatu

pernyataan. Jika diamati kalimat “Papua (masyarakat Papua) yang

mayoritas Kristen menjaga hal itu”.Arti kalimat diatas tidak akan

berubah kalau anak kalimat dihilangkan menjadi “Papua (masyarakat

Papua) menjaga hal itu”.Anak kalimat “yang mayoritas Kristen”

berfungsi sebagai penjelas tapi juga memberi makna penilaian positif

terhadap umat Kristen, karena secara tidak langsung Kompas menyetujui

Page 155: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

145

bahwa umat Kristen tidak mungkin melakukan pembakaran rumah ibadah

umat Muslim.

Begitupun dengan Republika menggunakan koherensi kondisional

(penjelas) pada anak kalimat ―yang mayoritas penduduknya beragama

Kristen tersebut‖. Sebenarnya arti kalimat tidak akan berubah apabila kata

ini dihilangkan menjadi ―perda itu sesuai dengan kearifan lokal di

kabupaten Tolikara‖ anak kalimat dalam teks ini berfungsi sebagai

estetika sebuah kalimat untuk menghindari pengulangan nama kabupaten

Tolikara tersebut. Namun anak kalimat ini juga berfungsi untuk

memberikan label atau citra negatif terhadap umat Kristen di Tolikara

karena dianggap tidak memberikan hak kepada umat Muslim untuk

mendapatkan fasilitas ibadah yang nyaman.

Tabel 6.10

Bentuk Kalimat Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Bentuk kalimat Panglima TNI Jenderal

Gatot Nurmantyo diberi

waktu satu bulan untuk

mempercepat

penyelesaian renovasi

pembangunan kios dan

mushala yang rusak

akibat insiden Tolikara,

Papua, pada Jumat (17/7)

lalu. Terkait dengan

percepatan tersebut, TNI

menambah jumlah

personel prajurit TNI

sebanyak 100 orang.

Tentara Nasional

Indonesia (TNI)

menjamin pendirian

bangunan masjid baru di

Karubaga, Tolikara,

pascakerusuhan dan

pembakaran 17 Juli lalu.

Jaminan TNI ini

menyusul kekhawatiran

akan terjadi penolakan

oleh sejumlah pihak

untuk membangun

masjid. Masjid baru ini

menggantikan Masjid

Baitul Muttaqin yang

dibakar warga selepas

Page 156: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

146

protes shalat Ied, pekan

lalu.

Bentuk kalimat dalam teks berita Kompas dan Republika

menggunakan bentuk kalimat deduktif, dimana inti kalimat (umum)

diletakan di awal kemudian disusul dengan kalimat-kalimat keterangan

(khusus).Kemudian bentuk kalimat yang digunakan Republika seperti pada

tabel menggunakan bentuk kalimat pasif pada kalimat ―Masjid baru ini

menggantikan Masjid Baitul Muttaqin yang dibakar warga selepas protes

shalat Ied, pekan lalu‖.Kalimat ini menunjukan kata ―warga‖ ditempatkan

menjadi subjek atau pelaku pembakaran masjid. Hal ini menunjukan kesan

negatif kepada warga karena terdapat unsur kesengajaan terhadap

pembakaran masjid.

c. Kata Ganti

Tabel 6.11

Kata Ganti Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kalimat Menurut dia, keduanya

melanggar Pasal 170

Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP)

tentang penyerangan

yang mengakibatkan

kerugian korban jiwa dan

harta benda

―Panglima TNI (Jenderal

Gatot Nurmantyo)

menjamin itu (pendirian

masjid). Kita semua

harus menjaga kebebasan

manjalankan ibadah

sesuai keyakinan masing-

masing.‖

Kata ganti yang digunakan Kompas ialah kata ganti dia, ―dia‖

menciptakan jarak antara wartawan (Kompas) dengan

narasumber.Kompasingin memberikan kesan objektif dengan menyatakan

bahwa ini adalah pernyataan narasuber bukan pernyataan subjektif media.

Page 157: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

147

kata ganti yang digunakan Republika ialah kita. Dalam tabel 5.11

kolom Republika bagian pertama, Republika menggunakan kata ganti kita.

Kata ganti kita ini merujuk pada representasi bagi sikap bersama.Pada

kalimat ―Kita semua harus menjaga kebebasan manjalankan ibadah sesuai

keyakinan masing-masing‖ Republika menyatakan bahwa seluruh

masyarakat harus menyadari bahkan harus menjaga kebebasan setiap umat

dalam menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing.Hal ini

menekankan bahwasanya seluruh masyarakat harus mengormati serta

menjamin hak antar umat beragama dalam beribadah termasuk didalamnya

hak untuk mendirikan fasilitas rumah ibadah.Secara tidak langsung,

Republika mendukung hak umat muslim.

4. RETORIS

a. Leksikon

Tabel 6.12

Leksikon Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Kata Panglima TNI Jenderal

Gatot Nurmantyo diberi

waktu satu bulan untuk

mempercepat

penyelesaian renovasi

pembangunan kios dan

mushala yang rusak

akibat insiden Tolikara,

Papua, pada Jumat (17/7)

lalu.

…. Pihaknya telah

menambah 100 persoel

untuk membangun

kembali masjid serta

sejumlah kios yang

hangus usai peristiwa

Tolikara.

Dari tabel 5.12, pilihan kata yang digunakan Kompas ialah

renovasi.Kata renovasi lebih menekankan pada makna perbaikan,

peremajaan, penyempurnaan.Kata ini menunjukan bahwa bangunan yang

Page 158: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

148

terbakar pasca insiden Tolikara tidak hangus sepenuhnya, namun hanya

mengalami kerusakan.Artinya, Kompas seolah memberikan gambaran

kepada pembaca bahwa sejumlah kios dan mushala rusak akibat insiden

Tolikara sehingga hanya perlu direnovasi. Berbeda dengan Republika yang

menggunakan kata pendirian, kata ini mengandung arti proses, perbuatan

mendirikan atau membangun. Dengan demikian, Republika ingin

menekankan melalui kata tersebut, bahwasannya bangunan yang terbakar

pasca insiden Tolikara itu hangus sehigga perlu pendirian dan pembangunan

dari awal (ulang), tidak sekedar pada perbaikan bangunan.

Kompas juga menggunakan kata rusak yang memiliki arti bentuk

yang tidak sempurna.Sedangkan Republika menggunakan kata hangus yang

memiliki arti terbakar habis.Pilihan kata ini menunjukan bagaimana

pemaknaan komunikator terhadap fakta atau realitas.Dengan kata yang

dipilih Kompas seolah mengesankan bahwa bangunan yang terbakar

tersebut hanya mengalami kerusakan, bentuk bangunan yang tidak lagi

sempura sehingga hanya perlu perbaikan untuk menyempurnakannya

kembali.Sedangkan kata yang dipilih Republika justru menunjukan realitas

sebaliknya, bangunan yang terbakar benar-benar hangus secara keseluruhan,

sehingga tidak nampak bentuk bangunan seperti sebelumnya, sehingga

diperlukan untuk membangun ulang bangunan kios dan masjid yang baru.

Page 159: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

149

b. Grafis Tabel 6.13

Grafis Kompas dan Republika Edisi 25 Juli 2015

Unsur diamati Kompas Republika

Penggunaan

huruf

Kalimat judul ― TNI

Diminta Percepat

Renovasi di Tolikara‖ di

cetak dengan ukuran

besar dan dicetak tebal.

Kemudian, terdapat

pernyataan di bawah

judul berbunyi ―Ketua

FUB Papua: Penyebab

Insiden karena

Komunikasi Tak Jalan‖

dicetak dengan ukuran

yang lebih kecil dari

judul namun, lebih besar

dari isi teks berita.

Judul ditulis dengan

ukuran yang lebih besar

dan diberi ketebalan

Grafis yang terdapat dalam teks berita Kompas menunjukan dua

bagian yang dibuat berbeda.Pertama, penulisan judul yang dicetak dengan

ukuran yang lebih besar dan diberi ketebalan.Kedua, dibawah judul terdapat

pernyataan yang dicetak dengan ukuran yang lebih besar dari isi teks

berita.Bagian-bagian yang ditonjolkan ini adalah bagian yang dianggap

penting oleh Kompas sehingga bagian tersebut dibuat berbeda.Kompas ingin

khalayak menaruh perhatian lebih pada dua bagian tersebut.Kompas

membagi dua titik perhatian agar perhatian pembaca terbagi, tidak hanya

fokus pada percepatan renovasi bangunan pasca insiden Tolikara, namun

juga menginginkan pembaca memperhatikan realitas bahwa bangunan yang

rusak tersebut imbas dari sebuah insiden yang terjadi karena komunikasi

yang tak jalan.Jadi Kompas ingin mencitrakan bahwa bangunan yang rusak

Page 160: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

150

tersebut terjadi bukan karena sentimen dan penyerangan yang disebut datang

dari anggota GIDI kepada umat muslim, melainkan disebabkan karena

miskomunikasi antar kedua belah pihak sebelumya.

B. PERBEDAAN BINGKAI KOMPAS DAN REPUBLIKA

Perbedaan framing Kompas dan Republika terkait pemberitaan

konflik tolikara secara keseluruhan akan dipaparkan dalam tabel berikut:

Tabel 7: Perbedaan Bingkai Pemberitaan Konflik Tolikara pada

Harian Kompas dan Republika.

Edisi Surat kabar

dan Judul

Fram

20

Juli

2015

KOMPAS

―Langkah

Hukum Tegas

Perlu

Diambil‖

(1) Kompas menyatakan bahwa konflik

Tolikara merupakan kesalahan akibat

komunikasi yang tidak berjalan baik antara

kedua belah pihak (umat Islam dan Kristen)

dan pemerintah. (2)Kompas menggolongkan

tindakan perusakan ini sebagai pelanggaran

atas perusakan fasilitas umum dan keamanan.

(3) Kompas menekankan bahwa kesalahan

tidak sepenuhnya dilimpahkan kepada pelaku

penyerangan dan perusakan. Justru Kompas

melemahakan kinerja pemerintah dianggap

tidak melakukan upaya preventif dalam

pencegahan konflik.

REPUBLIKA

―Seret Pelaku

ke

Pengadilan‖

(1) Republika menekankan bahwa konflik

Tolikara merupakan aksi penolakan kelompok

mayoritas terhadap kelompok minoritas yang

berujung pada aksi vandalisme dengan

melakukan perusakan dan pembakaran rumah

ibadah yang diakui keberadaannya oleh negara.

(2) Republika menilai konflik tolikara lebih

humanistik, yaitu meletakan peristiwa tersebut

sebagai pelanggaran terhadap hak asasi

manusia. (3) Framing Republika memberikan

nada negatif kepada anggota Gereja Injili di

Indonesia.

Page 161: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

151

21

Juli

2015

KOMPAS

―Pemerintah

Jamin Biaya

Rekonstruksi‖

(1) Berita Kompas menekankan pada aspek

rekonstruksi secara keseluruhan baik kios,

rumah penduduk maupun mushala yang hancur

pasca konflik Tolikara. (2) Dalam teks berita

Kompas juga mengunakan pilihan kata mushala

bukan kata masjid. (3) Selain itu, Kompas juga

menekankan pada kondisi kehidupan

masyarakat pendatang dan penduduk lokal di

Tolikara yang telah berangsur normal.

REPUBLIKA

―Masjid

Tolikara

Butuh

Bantuan‖

(1) Republika menekankan pada aspek

pentingnya membangun kembali masjid yang

telah terbakar dalam kericuhan massa Gereja

Injili di Indonesia (GIDI). (2) Pilihan kata yang

digunakan ialah masjid bukan mushala (3)Umat

Muslim digambarkan sebagai korban dari

konflik tolikara.

24

Juli

2015

KOMPAS

―Presiden:

Jaga

Persaudaraan,

Polri

Tetapkan Dua

Tersangka

Perusakan,

Kekerasan,

dan

Penghasutan

di Tolikara‖

Kompas lebih menekankan pada aspek

pentingnya toleransi dan menjaga persaudaraan

bangsa, serta kerukunan antar umat beragama.

Sedangkan informasi terkait tersangka tolikara

hanya diberikan ruang satu paragraf pada

penutup.

REPUBLIKA

―Dua

Tersangka

Tolikara

Diringkus‖

Republika memaparkan secara detail identitas

dua tersangka Tolikara yang telah ditetapkan

Polri serta alasan mengapa dua orang tersebut

ditetapkan sebagai tersangka. Bahkan

Republika memaparkan kronologis

penangkapan serta menampilkan kembali

kronologis konflik Tolikara. Sedangkan, aspek

perdamaian dan kerukunan diberikan ruang tiga

paragraf di akhir teks berita.

25

Juli

2015

KOMPAS

―TNI Diminta

Percepat

Renovasi di

Tolikara‖

(1) Kompas menekankan pada aspek target

penyelesaian renovasi kios dan mushala yang

rusak di Tolikara (2) menegasakan kembali

bahwa penyebab insiden Tolikara karena

komunikasi yang tak jalan antara kedua belah

pihak dan pemerintah (3) Kompas dalam

beritanya menegaskan bahwa masayarakat

Papua yang mayoritas beragama Kristen sangat

memegang aturan adat yang mengharamkan

Page 162: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

152

membakar temapat ibadah. Ini menampilakan

kesan bahwa tidak mungkin umat kristiani

Papua sengaja membakar rumah ibadah umat

Islam.

REPUBLIKA

―TNI Jamin

Pendirian

Masjid

Tolikara‖

(1) Republika menekankan pada aspek jamian

yang diberikan TNI untuk membangun kembali

masjid yang terbakar. Jaminan TNI ini

ditekankan Republika karena terdapat pihak-

pihak yang kontra terhadap pembangunan

kembali masjid tersebut. (2) Republika

menyebutkan bahwa pihak-pihak yang tidak

setuju terhadap pendirian masjid berasal dari

pihak GIDI, Bupati Tolikara, dan terdapat

Perda tentang larangan membangun rumah

ibadah baru di Tolikara. Dengan demikian

Republika menggambarkan bahwa pemerintah

daerah Tolikara dan pihak GIDI tidak

menghargai hak kebebasan beribadah dengan

tidak memberikan izin pembangunan fasilitas

ibadah bagi umat Islam.

C. INTERPRETASI

Secara garis besar Hasil analisis teks dengan menggunakan model

framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menunjukan tampak ada

perbedaan sudut pandang yang digunakan oleh Kompas dan Republika

dalam membingkai peristiwa konflik Tolikara.

Dari keseluruhan analisi teks berita, Kompas dan Republika

mengembangkan bingkai dan konstruksi yang berbeda soal konflik Tolikara.

Dalam bingkai Republika, penegakkan hukum terhadap aktor penyebar surat

larangan solat Ied dan pelaku perusakan hingga kemeja pesidangan menjadi

solusi terbaik untuk mengatasi konflik Tolikara, agar tidak terulang konflik

yang sama di lain tempat. Rangkaian peristiwa insiden Tolikara dikonstruksi

oleh Republika sebagai tindakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Page 163: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

153

Inisden Tolikara ini merupakan aksi penolakan kelompok mayoritas

(Kristen) terhadap kelompok minoritas (Islam) yang berujung pada aksi

perusakan dan pembakaran rumah ibadah umat Islam yang diakui

keberadaanya oleh negara. Umat islam diposisikan sebagai korban dalam

peristiwa ini, sehingga dipandang perlu dibantu dan diperhatikan. Aktor

yang berasal dari anggota Gereja Injili di Indonesia (GIDI) disebut sebagai

aktor yang menyebarkan surat larangan solat Ied, dan penyebab dari

kekacauan di Tolikara. Sementara Kompas mempunyai konstruksi yang

berbeda atas peristiwa yang terjadi di Tolikara. Dalam konsepsi dan

konstruksi Kompas, solusi terbaik dalam menyelesaikan persoalan konflik

tolikara ialah dengan jalan damai mempertemukan dua tokoh dari kedua

belah pihak (Kristen dan Islam) di Tolikara. Terkait langkah hukum tegas

atas insiden tersebut, Kompas menekankan bahwa tidak hanya massa yang

melakukan penyerangan yang ditindak tegas, namun pihak keamananyang

melakukan penembakan terhadap massa juga harus diproses hukum. Selain

itu, dalam pemberitaannya Kompas mempertannyakan posisi pemerintah

atau kinerja pemerintah karena dianggap tidak melakukan upaya preventif

dalam pencegahan konflik. Sehingga Kompas menilai bahwa kesalahan

tidak sepenuhnya dilimpahkan kepada pelaku penyerangan, namun disini

pemerintah juga dinilai harus bertanggung jawab atas peristiwa konflik

tersebut.

Terkait perbedaan framing tersebut, kedua media memiliki alasan

yang berbeda. Kompas lebih mengarahkan pada aspek perdamaian, tidak

Page 164: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

154

mendetilkan pada aspek kronologis kejadian dan pengungkapan tersangka

perusakan di Tolikara yang berasal dari anggota GIDI (Gereja Injili di

Indonesia). Framing Kompas yang lebih menonjolkan aspek perdamaian

justru mengaburkan fakta-fakta terkait kronologis kejadian konflik dan juga

mengaburkan fakta terkait pelaku penyerangan yang berasal dari anggota

GIDI.

Kompas memiliki asumsi tersendiri dalam mengemas pemberitaan

konflik tolikara. Kompas beranggapan jika fakta-fakta sebenarnya

dibeberkan secara mendalam justru berpotensi menyulut masalah semakin

besar. Dengan dalih mempertimbangkan sikologi massa, Kompas tidak

menginginkan pembaca akan semakin terbakar emosi. Kompas tidak

menginginkanhasil pemberitaannya justru memprovokasi massa.

Meski berbanding terbalik dengan Kompas, framing Republika

justru lebih mengarah pada pengungkapan tersangka tolikara, penonjolan

dari aspek kronologis. Republika menggambarkan bahwa umat Muslim

diserang sekelompok massa dari anggota GIDI saat pelaksanaan shalat Ied

berlangsung. Bahkan secara jelas Republika menempatkan posisi umat

Muslim sebagai korban dan pihak GIDI sebagai tersangka atau pembuat

kekacauan atas konflik tolikara.

Republika beranggapan bahwa penjabaran kronologis kejadian

konflik tolikara pada setiap edisi bertujuan untuk kepentingan khalayak.

Khalayak berhak mengetahui kebenaran tentang kejadian tersebut. Selain

itu, informasi terkait pelaku penyerangan di Tolikara dinilai penting oleh

Page 165: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

155

Republika karena pihaknya berpendapat bahwa terdapat satu fenomena yang

selalu terjadi dalam konflik sosial di Indonsesia yang pada akhirnya konflik

tersebut justru semakin berkembang dan besar. Hal tersebut dikarenakan

tidak pernah terungkap pelaku atau tersangka dari setiap kericuhan dan tidak

adanya hukum yang tegas terhadap para pelaku. Padahal jika pelaku

ditindak secara tegas, tentunya mengurangi dampak adanya main hakim dari

pihak yang merasa tidak mendapatkan keadilan. Republika justru bertujuan

agar masyarakat mendapatkan informasi terkait pelaku, tentunya informasi

ini dilengkapi dengan informasi bahwa pelaku sudah ditindak hukum oleh

pihak berwenang. Sehingga tidak ada lagi aksi main hakim sendiri, karena

kasus ini telah ditangani pihak berwajib.

Dengan dalih menyamapaikan fakta dan Realitas sebenarnya

kepada khalayak, Republika secara gamblang memberikan penekanan

pada aspek kronologi kejadian dan informasi tersangka pelaku

penyerangan yang berasal dari anggota GIDI. Dengan demikian,

Republika menggiring pembaca untuk memahami bahwa dalam hal ini

dalang dibalik kerusuhan di Tolikara ialah anggota GIDI, tentunya ini

memiliki efek penyudutan dan penilaian negatif terhadap pihak GIDI.

Begitupun dalam hal pemilihan diksi atau kata. Kompas melebeli

peristiwa ini sebagai ―insiden tolikara‖, sedangkan Republika melabeli

peristiwa ini sebagai ―kericuhan massa Gereja Injili di Indonesia‖.

Penggunaan kata insiden Tolikara ini menggunakan nominalisasi.

Nominalisasi merupakan strategi yang dipakai untuk menghilangkan

Page 166: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

156

kelompok atau aktor sosial tertentu.108

Kata ―insiden Tolikara‖ ini

merupakan kata benda yang menunjukan sebuah peristiwa. Sebuah nomina

(kata benda) tidak membutuhkan subjek, karena dapat hadir mandiri dalam

kalimat. Kata ―insiden Tolikara‖ ini lebih dipilih Kompas karena dapat

mewakili informasi peristiwa di Tolikara tanpa menampakan aktor atau

subjek pelaku penyerangan tersebut. Sedangakan label yang diberikan

Republika secara jelas menunjukan bahwa peristiwa ini merupakan sebuah

kericuhan dengan aktor penyebab kericuhan ini ialah massa Gereja Injili di

Indonesia.

Pembingkaian kedua media ini juga nampak dari pernyataan

narasumber yang ditampilkan. Baik Kompas maupun Republika keduanya

terindikasi adanya ketidak berimbangan dalam pemberian ruang kepada

masing-masing pihak secara proporsional. Dalam hal ini, dari setiap edisi

Kompas yang mengangkat pemberitaan konflik tolikara, hanya sebagian

kecil ruang yang diberikan kompas untuk menampilkan pernyataan dari

narasumber yang mamberikan pembelaan terhadap umat Islam, sebaliknya

Kompas lebih banyak memberikan ruang untuk narasumber yang berasal

dari pihak GIDI untuk melakukan pembelaan. Sebaliknya, ruang yang

diberikan Republika sebagian besar diberikan untuk pernyataan-pernyataan

dari narasumber yang membela umat Islam di Tolikara.

Dengan demikian kedua media membingkai pemberitaan konflik di

Tolikara dengan tidak mempertimbangkan kaidah-kaidah jurnalisme yang

108

Eriyanto, Analsis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.175.

Page 167: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

157

diatur dalam kode etik jurnalistik pasal 3 yang menyebutkan bahwa

―wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara

berimbang, tidak mencampur adukan fakta dan opini yang menghakimi,

serta menerapkan asas praduga tak bersalah.‖ Penafsiran dari kata

memberitakan secara berimbang ialah memberikan ruang atau waktu

pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.109

Media mengkonstruksi berita dengan cara tertentu sehingga

masyarakat melihat sebuah realitas dari pandangan yang berbeda-beda

sesuai dengan cara pandang media. Kompas dan Republika tanpa bisa

dihindari juga melakukan keberpihakan meski dengan alasan kebijakan dari

media atau kondisi dan situasi saat itu. Kompas dan Republika memandang

Konflik Tolikara dengan cara yang berbeda, mengkonstruksinya dengan

cara mereka masing-masing, sehingga menghasilkan pemaknaan yang

berbeda. Berita di media massa tidak sepenuhnya menggambarkan realitas

yang sesungguhnya, karena berita ada melalui proses panjang yang

didalamnya terdapat pertarungan kepentingan dan ideologi. Posisi dilematis

media inilah yang seharusnya menjadi alasan pembaca untuk kritis terhadap

isi pemeberitaan di media massa.

109

Wina armada sukardi, Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab, UU Pers dan Kode Etik

Jurnalistik, (Jakarta: Dewan Pers, 2013), cet ke- II, h. 389

Page 168: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

158

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menganalisa teks berita Kompas dan Republika, kemudian

didukungdata hasil wawancara dari pihak Kompas dan Republika. Maka

dapat disimpulakan hasil analisis framing berita konflik tolikara pada surat

kabar Kompas dan Republika dengan menggunakan model analisis

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki sebagai berikut:

Dalam bingkai Republika, penegakkan hukum terhadap aktor

penyebar surat larangan salat Ied dan pelaku perusakan hingga kemeja

persidangan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi konflik tolikara, agar

tidak terulang konflik yang sama di lain tempat. Rangkaian peristiwa

insiden Tolikara dikonstruksi oleh Republika sebagai tindakan

pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Inisden Tolikara ini merupakan

aksi penolakan kelompok mayoritas (Kristen) terhadap kelompok

minoritas (Islam) yang berujung pada aksi perusakan dan pembakaran

rumah ibadah umat Islam yang diakui keberadaanya oleh negara. Umat

Islam diposisikan sebagai korban dalam peristiwa ini, sehingga dipandang

perlu dibantu dan diperhatikan. Aktor yang berasal dari anggota Gereja

Injili di Indonesia (GIDI) disebut sebagai aktor yang menyebarkan surat

larangan salat Id, dan penyebab dari kekacauan di Tolikara. Republika

jelas memberikan penilaian negatif terhadap pelaku penyerangan dan

penyebar surat larangan salat Id. Sementara Kompas mempunyai framing

Page 169: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

159

yang berbeda atas peristiwa yang terjadi di Tolikara. Dalam konsepsi dan

konstruksi Kompas, solusi terbaik dalam menyelesaikan persoalan konflik

tolikara ialah dengan jalan damai mempertemukan dua tokoh dari kedua

belah pihak (Kristen dan Islam) di Tolikara. Mencari-cari akar

permasalahan danaktor yang bersalah hanya akan membuatdampak yang

takbaik, justru membuat suasana semakin terprovokasi dan dampak

konflik yang berkepanjangan. Sehingga Kompas dalam teks beritanya

tidak mendetailkan informasi terkait aktor atau pelaku penyerangan.

Kompas lebih mengarahkan peristiwa konflik Tolikara pada aspek solusi,

yakni dengan jalan damai.

B. Saran

1. Kompas dan Republika sebagai surat kabar nasional seharusnya dapat

memberikan pemberitaan yang berimbang. Pemberian atau

menampilkan porsi yang berimbang terhadap narasumber dari kedua

belah pihak. Menyajikan pemberitaan yang sesuai dengan kaidah

jurnalistik.

2. Kompas dan Republika sebagai harian nasional dengan kelompok

media besar sebagai pengelolanya, sebaiknya menyajikan informasi

dengan mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan

pihak-pihak lain.

3. Bagi masyarakat harus mampu menjadi pembaca yang kritis dalam

melihat pemberitaan di media massa. Karena realitas yang ditampilkan

dalam berita belum tentu realitas yang rill di lapangan.

Page 170: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

ix

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. 2000. Balai Pustaka:

Jakarta

Assegaff, Dja’far H. Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek

Kewartawanan. 1985. Ghali Indonesia: Jakarta

Barus,Sedia Willing. Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita. 2010. Erlangga:

Jakarta

Birowo, M. Antonius. Metode Penulisan Komunikasi Teori dan Aplikasi. 2004.

Gitanyali: Yogyakarta

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. 2008. Kencana: Jakarta

. Sosiologi Komunikasi. 2006. Kencana: Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003.

Balai Pustaka: Jakarta

Efendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komuikasi.

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Cet ke-VII.

2012. LKiS:Yogyakarta

_______.Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Cet ke- IX. 2011.

LKiS: Yogyakarta

Fauzi, Arifatul Choiri. Kabar-Kabar Kekerasan dari Bali.2007. LKiS:Yogyakarta

Hammad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik. 2004. Granit: Jakarta

Hamad, Ibnu, Agus Sudibyo, M. Qodari. Kabar-kabar Kebencian Prasangka di

Media Massa. 2001. ISAI: Jakarta

Irawan, Teguh.Media Surabaya Mengaburkan Makna. 2000. Pantau: Jakarta

Ishwara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. 2005. Penerbit Buku Kompas:

Jakarta

Kovach, Bill dan Tom Rosenstill. Elemen-elemem Jurnalisme: Apa yang

Seharusnya Diketahui Wartawan dan yang Diharapkan Publik. Cet ke-II.

2004. ISAI dan Kedutaan Amerika Serikat: Jakarta

Page 171: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

x

Kriyantono, Rachmat. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Edisi 1.Cet ke-III. 2008.

Kencana: Jakarta

Moleong, Lexy J. Metode Penulisan Kualitatif. 2005. PT. Rosda Karya: Bandung

M.S., Alo Liliweri.Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat

Multikultural. 2009. LKiS: Yogyakarta

Nugroho, Bimo, Eriyanto, Frans Sudiarsis.Politik Media Mengemas Berita. 1999.

ISAI: Jakarta

Olii, Helena. Berita dan Informasi.Cet ke-1. 2007. PT. Indeks

Putra, R. Masri Sareb. Teknik Menulis Berita dan Featur. 2006. PT. Indeks

Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Besar Indonesia Kontemporer. Cet. Ke-III.

2002. Moderen English Press: Jakarta

Santoso, F. A. Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas. 2010. Kompas

Gramedia: Jakarta

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. 2009. Cet ke-V. PT Remaja

Rosdakarya :Bandung

Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan. 2006. LKiS: Yogyakarta

Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. 2009. Lembaga Penelitian UIN:

Jakarta

Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk & Kode

Etik. 2004. Nuansa: Bandung

Sukardi, Wina Armada. Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik

Jurnalistik. Cet ke-II . 2013. Dewan Pers: Jakarta

Sumardiria, AS. Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Cet ke-

III. 2008. Rosdakarya: Bandung

Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. 2011. Ghalia

Indonesia: Bogor

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. 2005. Kalam Indonesia: Ciputat

Thaha, Idris. Posisi ICMI Di Tengah Arsu Perubahan Dalam Abrar Muhammad,

ed., ICMI Harapan Umat. 1991. Yayasan Pendidikan Islam: Jakarta

Page 172: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

xi

Tumanggor, Rusmin dan Kholis Ridho.Antropoligi Agama. 2015. UIN Press:

Ciputat

___, dkk. Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan Pendekatan

Riset Aksi Pertisipatori. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehidupan

Keagamaan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan

Pelatihan dan Kemantrian Agama RI dan INCIS

Vivian, Jhon. Teori Komunikasi Massa.Edisi ke- VIII. 2008. Kencana: Jakarta

Yunis, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. 2010. Ghalia Indonesia

Company Profile, Surat Kabar dan Brosur

Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika

Tim Penyusun Kompas,. 35 Tahun Kompas. 2000. Brosur Kompas: Jakarta

Kolom Redaksi, Republika, Edisi 21 Juli 2015

Artikel dari Internet

http://www.fimadani.com/sejarah-harian-Kompas-sebagai-pers-partai-katolik/

yang dikutip dari Jakob Oetama, “Mengantar Kepergian P.K. Ojong”,

KOMPAS, 22 juni 1980

http://www.fimadani.com/sejarah-harian-Kompas-sebagai-pers-partai-katolik/

yang dikutip dari Daniel Dhakidae, “THE STATE, THE RISE OF

CAPITAL’.

http://profile.print.kompas.com/profil/,

http://www.mahakamedia.com/about_us

http://eastspring.co.id/dms/files/spring-of-life---april-2013_20130423184912.pdf

Konsumsi Media Massa Di Kalangan Masyarakat. Eastspring (Member Of

Prudential).

Page 173: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 174: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

t' l.,.(* ,&'a*

ca.F"k^ :

4*(n A h

NomorLampiranPerihal

: Istimewa: I Lembar: Pengajuan Judul Skripsi

NamaNIMSemesterFakultasJurusan

Nurlaela11r 1051100017xIlmu Dakrvah dan Ilmu KomunikasiKonsentrasi Jurnalistik

&@Nurlaela1111051100017

Drr*-

A s s al amu al aikum Wr. Wb.

Salam sejahtera saya sampaikan, semoga Bapak/lbu dalam

SWT, serta selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari'

yang bertandatangan di bawah ini:

Bermaksud mengajukan .iudul skipsi dengan ju<iul "ANALIS6 FRAMING

PEMBERITAAN N.ISIDSN TOLIKARA PADA HARIAN UMUM REPUBLIKA

DAN KOMPAS". Proposal skripsi ini selanjutnya diharapkan dapat dilanjutkan

sebagai syarat untuk mer.rclapat gelar S.Kom. I dalam jenjang Strata 1 (satr:) di UNSyarif Hidayullah Jakarta. Dengan ini saya lampirkan;

l. Proposal SkliPsi2. Daftar Puslaka Semcntara

Demikian perrnohonan ini saya sampaikan. Atas segala peihatian Bapak/lbu,

saya ucapkan tcrimakasili.I1' as olannnl aikunt. IYr. ll' b

N{engetahrii,Penasehat Akademik

turokhn.rah, SS, NI. Si

NiP: 198306102009122001

Kepada yang Terhormat,Ketua Dowan Pertimbangan SkiPsiUIN Syarif HidaYah:llah Jakarta

Di Tempat

\4* "L yln{gr ro n

Jakarta, Agustus 2015

t<!"-'t luSU , Mgt

Pemohon

Page 175: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

KEMENTERIAN AGAMAUNIVBRSITAS ISLAM NBGERI (UIN)SYARTF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : 1021) 7432728 / 71701580

Jl. lr. H..luandaNo. 95 Ciputar l54l2 lndonesia Websie $\\ d[',i,irir.' ri I !1, E-,,,iir

Nomor : Un.0l/F5/PP.00 g6S)?AOsLamp : I ( satu) bundelHal : Bimbingan Sl<ripsi

Kepada Yth.Kholis Ridho, M.SiDosen Fakultas Ilmu Dakwah dar.r llmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Assalantu 'alaikum lltr. I4/b.

Bersama ini kami sampaikanmahasiswa Fakultas llmu Dakwahsebagai berikut,

NamaNomor Pokok.lurusan/KonsentrasiSemesterTelp.Judul Skripsi

Jakarta, ] September 20 I 5

outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehdan llrnu Konrunikasi UIN Syaril Hidayatullah Jakarta

Nurlela1111051100017Komunikasi dan Penyiaran Islam/JurnalistikIX (Sembilan)089625823735Analisis Framing Pemberitaan Insiden Tolikara pada

Harian Umum RepLrblika dan Kon.rpas

Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalan.r

penyusunan dan penyelesaian skripsinya selan.ra 6 (enam) bulan dari tanggal 02 September2015 s.d. 02 Maret 2015.

Demikian. atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu' a laikum trl/r. Wb.

an. Dekan,Wakil Dekan Bidang Akademik

b Supa

Tembusan :

1 . Dekan2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik

lM.Ed, Ph.D q10330 l9q80l llNIP. 004

Page 176: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 177: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 178: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 179: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 180: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

Transkip Wawancara Kompas

Waktu wawancara : 28 Desember 2015

Narasumber : Sutta Dharmasaputra

1. Bagaimana Kompas menyikapi atau menilai sebuah isu konflik sosial ataupun

SARA, terutama terkait konflik Tolikara?

Pandangan Kompas mungkin berbeda dengan media lain. Kompas bisa

dipastikan tidak akan menojolkan fakta tertentu, jika dianggap fakta tersebut bisa

semakin menyulut masalah semakin besar. Kompas menyadari bahwa masyarakat

Indonesia, terkadang belum siap menerima fakta yang sesungguhnya. Ketika terjadi

konflik, kemudian kita mendetailkan apa yang terjadi maka itu akan menimbukan

dampak sebaliknya, orang akan semakin mudah terbakar emosi, dan akihirnya justru

akan menyulut konflik jauh lebih panjang. Sekalipun dengan alasan menyampaikan

fakta bukan hendak memprovokasi, Kompas tidak akan melakukan hal itu. Saya merasa

betul itu (yang dilakukan Kompas) karena saya biasa di lapangan dan meliput-meliput

konflik. Kompas sangat hati-hati untuk memberitakan fakta yang terkait dengan konflik

SARA. Biasanya ketika terjadi sebuah konflik, Kompas cenderung hanya melihat pada

sisi korban, kemudian Kompas mencari solusi bagaimana konflik tersebut dapat

terselesaikan. Apa yang terjadi, bagaimana terjadinya, kemudian siapa pelakunya

Kompas tidak berusaha masuk ke arah sana, karena baisanya menurut versi Kompas, hal

tersebut terkadang malah menyulut konflik semakin berkepanjangan. Kompas berusaha

untuk tidak membesar-besarkan, bahkan biasanya kita langsung mencoba memaknai

peristiwa tersebut dengan menanyakan sejumlah pengamat terkait keberhasilan bangsa

Indonesia dalam menjaga toleransi selama ini. Kita tidak mengejar siapa pelakunya, itu

biar aparat saja yang menangani, kita lebih mendorong masyarakat kepada bagaimana

kedepannya. Itu yang membedakan Kompas dengan media-media lain.

Fakta kronologis insiden Tolikara tetap ada tapi dalam bentuk grafis dan

dikemas dengan pertimbangan penampilan yang tidak memprovokasi tentunya. Tetapi,

Kompas tidak mengusut pada sisi seperti apa pimpinan gereja sampai menyebarkan

surat larangan solat Id tersebut. Biarkan saja itu menjadi tanggung jawab kepolisian.

Lagi pula, pertimbangannya terletak pada seberapa penting hal tersebut bagi

masyarakat, sehingga kita harus mengusut sejauh itu. Justru jika didetailkan alasannya,

hal tersebut akan berdampak pada masalah yang lebih besar.

Page 181: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

2. Mengapa Kompas menyajiakan berita Insiden Tolikara pada halaman utama

dan pada rubrik Politik dan Hukum?

Memang biasanya terkait peristiwa konflik sosial seperti SARA itu pasti

masuknya rubrik politik dan hukum dan nasional karena didalamnya pendeketannya ada

politik, hukum, keamanan, dan konflik sosial. Jadi pendekatannya kasus tersebut yang

menangani juga menkopolhukam, kemudian yang melakukan penyelidikannya juga

kepolisian. Jika terkait hukum maka masuknya dalam rubrik politik dan hukum.

Biasanya kalau insidennya kecil kita masukkan dalam rubrik nusantara. Tetapi ketika

dilihat memiliki dampak secara nasional, kita masukan di politik dan hukum, karena

disitu bersifat nasional.

Mengapa dihalaman satu atau utama, pasti karena dianggap peristiwa tersebut

besar pada hari itu. Karena biasanya kita melihat peristiwa yang paling besar di hari itu.

Berita apa yang memiliki dampak paling besar maka ditempatkan di halaman utama.

Karena di halaman utama hanya terdapat empat sampai lima berita, ya kita memilih itu

jadi dari sekian banyak berita, yang menurut kita perlu dikedepankan ya itu diletakan di

halaman utama. Ini termasuk second headline ya. bukan headline utamanya.

Menurut ajaran pak Yakob, jika menarik dan penting maka yang pilihan utama

ialah yang penting, baru yang menarik. Sekalipun, tidak menarik tapi penting maka kita

akan memberitakan hal itu.

3. Mengapa Kompas Menggunakan diksi insiden tolikara bukan kata lain seperti

“konflik tolikara” dan sebagaiannya?

Kata insiden merupakan pilihan diksi agar tidak menimbulkan kesan kemarah

atau menimbulkan balas dendam. Kita memilih diksi dengan mempertimbangkan

kondisi tersebut. Terutama dalam peristiwa konflik, biasanya merupakan peristiwa

yang panjang, jadi kita belum bisa mengatakan itu sebuah konflik. Ketika kita telah

menyebutkan bahwa ini konflik, belum tentu masyarakat Tolikara disana menerima

bahwa kondisi tersebut merupakan konflik. Misalnya pada insiden Tolikara ini,

masyarakat disana belum tentu setuju bahwa peristiwa tersebut merupakan konflik.

Justru yang kita lihat, umat islam merasa menematkan diri sebagai korban, dan dilihat

lagi umatnya apakan seluruh umat keristen disitu setuju dengan adanya surat larangan

Page 182: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

solat Id tersebut, itu mungkin hanya sebagain kecil saja yang setuju. Masyarakat sana

belum tentu setuju bahwa ini sebuah konflik antar umat islam dan kristen. Dalam tanda

kutip jauh lebih aman jika mengunakan kata “insiden” tersebut. Nah mungkin melalui

diksi tersebut Kompas berupaya untuk memberikan efek meredam konflik, sehingga

tidak ada suasana saling menyalahkan. Begitu juga dengan pemilihan foto,

pendekatannya lebih meredam bukan yang membakar emosi.

4. Mengapa Kompas lebih menekankan pada aspek penyebab konflik karena

komunikasi yang tak jalan antara kedua belah pihak (umat Islam dan Kristen)

dan pemerintah, bahkan Kompas dengan jelas tidak sepenuhnya menyalahkan

oknum yang melakukan penyerangan, tapi justru pemerintah juga turut

dipandang negatif oleh Kompas?

Pemerintah jelas ya, aparat setempat kan sudah menerima surat larangan

menggunakan pengeras suara pada solat Id dari pihak gereja kepada umat Islam tersebut

kan sudah lama, tetapi pemerintah tidak mengambil tindakan. Sebetulnya, peran

pemerintah semestinya besar dalam usaha mencegah konflik sosial. Itu yang selalu

dikritik oleh Kompas. Peran intelejen, baik itu TNI, Polri harusnya kan bekerja, bisa

melihat kondisi dan prediksinya seperti apa. Pasti dalam konteks pendekatan keamanan

kita pasti mendesak pemerintah untuk memperbaiki. Dan dalam konteks masyarakat,

ketika terjadi kerusuhan itu pasti ada provokasinya. Kompas berfikir ketika terjadi

konflik maka bukan hanya satu pihak yang rugi, melainkan semua pihak, nah oleh

karenanya konflik juga harus diatasi oleh semua pihak, berikutnya kita mendorong

tokoh-tokoh masyarakat untuk bangun.

5. Dalam harian Kompas Indisen Tolikara juga masuk dalam rubrik politik dan

hukum, bagaimana tanggapan Kompas dengan media lain yang menganggap

bahwa konflik ini sepenuhnya merupakan kesalahan pelaku penyerangan dan

melihat bahwa konflik ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia?

Ibadah itu persoalan yang penting. bahwa melarang umat beragama untuk

beribadah apalagi itu hari besar, itu juga merupakan persoalan HAM. Namun, yang kita

tidak setuju itu, bahwa semata-mata persoalan ini disebabkan oleh pihak gerejanya saja.

Kita tidak milihat hal itu. Kita tidak menyalahkan satu pihak saja, kita lebih melihat

Page 183: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

kemana pemerintah setempat pada saat itu atau mana kinerja pemerintahnya. Pemangku

kepentingan itu kita perhitungan betul, karena mereka memiliki tanggung jawab untuk

menjaga keamanan.

6. Kemudian, pada harian Kompas edisi 20 Juli 2015 dengan judul “Langkah

Hukum Tegas Perlu Diambil”, fokus berita ini terletak pada langkah hukum

dalam menangani konflik Tolikara. Namun, mengapa tidak ada satupun

narasumber yang memiliki kapasitas akademis di bidang hukum yang dikutip oleh

Kompas? Misalanya jika tadi anda sebutkan setuju bahwa konflik ini tergolong

dalam pelanggaran HAM, mengapa Kompas tidak mengutip pernyataan pakar

hukum HAM dan sebagaiannya?

Setiap berita mungkin ada kekurangannya ya. dugaan saya, itu pendekatan

komprhensifnya belum kena. Idealnya semua pemangku kepentingan di sana utuh. tapi

ada kondisi dimana terkadang berita yang kita terima ko hanya sebatas itu dan itu sudah

malam, tidak ada waktu lagi untuk mencari berita tambahan terkait tersebut. Mungkin

ini kelemahan kami ya, tapi ini bisa dipastikan sangat jarang terjadi. Biasanya itu juga

terjadi ketika editor mendapat berita yang telat dari beberapa wartawan. Editor yang

karena sudah terlalu lelah dan karena sudah terlalu malam, maka editor asal memotong

berita dari laporan sejumlah wartawan kemudian digabungkan. Dugaan saya, mungkin

wartawan ada yang mendapatkan hasil wawancara dengan pakar hukum, namun karena

kurang ketelitian editor dalam memotong sehingga hal tersebut tidak masuk dalam teks.

Biasanya yang kita konsentrasikan penuh pada headline tapi terkadang itu masih ada

saja yang lepas dari kontrol. Itu mungkin lebih kepada kesalah teknis, dan itu menjadi

kelemahan kompas. Jadi tidak ada dari kita ohh ini jangan dimasukan. Initnya tidak ada

unsur kesengajaan menghilangkan dari segi hukumnya.

7. Mengapa Kompas menggunakan Diksi “mushala yang dibakar” pada edisi 20

Juli 2015, sedangakan edisi selanjutnya menggunakan diksi “mushala yang

terbakar”. Mana sebenarnya yang Kompas gunakan, karena keduanya memiliki

arti yang berbeda?

Page 184: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

Kayanya kalau saya tidak salah, Kompas awalnya berasumsi dibakar, wartawan

kami dilapangan awalnya mendapatkan data musolah itu dibakar. Namun, setelah tahu

kronologis sebenarnya maka kami ganti menjadi terbakar setelah edisi 21 kebawah.

Tapi kronologi bahwa itu terbakar wartawan kita juga mengecek. Jadi ricuh dulu

kemudian terjadi pembakaran pada kios-kios dan mushala ada dalam lingkungan kios

tersebut, sehingga apinya merembet. Faktanya yang kita yakini itu merembet bukan

dibakar.

8. Terkait diksi mushala yang digunakan Kompas, mengapa Kompas memilih

diksi mushala, sedangkan ada bebrapa media yang menyebutkan bahwa itu

masjid?

Terkait mushala setau saya, saya meyakini itu mushala. Kita ada teman di

lapangan dan kita mengikuti data resmi juga, jadi kita mengikuti jika ada pejabat atau

otoritas pemerintah setempat menyebutkan mushala maka kita ikuti itu.. kita yakini itu

9. Bagaimana kriteria narasumber dalam peliputan insiden Tolikara ini?

Yang jelas bukan narasumber yang ngomporin. Kita cenderung memilih

narasumber yang pendekatannya perdamaian. Karena ini menyangkut masyarakat pasti

pakar sosiologi yang mengerti fenomena masyarakat, pejabat setempat, aparat yang

terkait, pemerintah yang mewakili negara, tokoh-tokoh agama, pakar-pakar konflik

sosial, biasanya kita jadikan parameter utuk melihat sebagai narasumber. Intinya tidak

akan memilih narasumber yang justru memprovokasi. Biasanya juga ini kita berusah

cover both side. Karena konflik ini antar agama, maka narasumbernya dari dua pihak.

yakni dari tokoh agama umat Islam dan tokoh agama umat Kristiani.

10.Terkait pemilihan narasumber yang berimbang. Pada koran Kompas edisi 21

Juli mengapa Kompas hanya menampilkan harapan damai dari pihak Islam, dan

pada edisi 24 Juli 2015, berbicara terkait jaga persaudaraan. Mengapa dalam teks

tersebut, narasumber Kompas hanya Jokowi dan Said Aqil Siroj, tidak ada

pernyataan dari pihak tokoh umat Kristiani ?

Ngecek lama sekali…. 5 menit waktu untuk mengecek. Ini kan halaman 4, kita

lihat halaman awal, baiasanya kalau begini, diambil sebagian dari halaman utamanya.

Page 185: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

Coba kita lihat dulu Ya. oh ini berita ini berita sendiri kok, bukan sambungan. Dugaan

saya ini kan di Istana Negara, Said Aqil Siroj itu berbicara bukan mewakili diri sendiri,

tapi ia adalah juru bicara dari lima tokoh agama. Kalau di Istana Negara itu setiap

rombongan yang datang itu satu saja yang bicara sebagai juru bicara, disini Said Aqil

bukan sebagai dirinya, tetapai dia mewakili sikap dari tokoh lintas agama yang berjejer

di belakangnya. Karena kalau di Istana Negara tempatnya tidak memungkinkan untuk

meminta pandangan dari tokoh agama lain. Namun, jika tempatnya terpisah kami pasti

mewawancarai dua pihak. Selamet saya karena kedaannya demikian.

11. Bagaimana proses peliputan sampai dengan proses redaksi pemberitaan

insiden Tolikara ini? Seberapa besar peran wartawan dalam proses pemberitaan?

Kompas mengirim bebrapa wartawan untuk terjun ke lapangan (ke Tolikara).

Kemudian wartawan yang kami kirim melaporkan kepada kami yang ada di kantor

redaksi.

12. Artinya wartawan tidak mengikuti rapat redaksi ya pak? Iya tentu tidak.

Kemudian, bagaimana cara menyamakan interpretasi antara wartawan dengan

para pimpinan yang mengikuti rapat redaksi?

Kalau diredaksi itu, kita tertolong ya. Jadi sebelum wartawan terjun ke lapangan

kita ada pendidikan satu tahun. Biasanya nilai-nilai itu sudah relatif sama, ketika ada

konflik kita tidak boleh provokasi dan lebih memekeankan jurnalisme damai. Tinggal

kondisi di lapangan saja. Kadang-kadang masih ada perbedaan interpretasi. Tapi itu

jarang sekali. Proses editing di redaksi kompas itu, wartawan menulis, kemudian masuk

ke editor desk. Kemudian dikirim ke redaktur pelaksana semacam saya ini. Redaktur

melihat pada aspek substansinya saja, tapi teknisnya itu yang mengedit ialah editor.

Terakhir itu proses penyuntingan di malam hari, aspek yang dilihat pada proses

penyuntingan ini sangat spesifik menyikapi kasus-kasus tertentu, salah satunya adalah

kasus SARA. Ketika dilihat substansinya dan gaya bahasanya ini ngomporin, bisa saja

diksinya diganti. Bisa saja wartawan tidak setuju dengan pemberitaan, tapi paling terjadi

esok harinya, ketika wartawan membaca “loh kok ini ditulisnya begini sih”. Dia akan

komunikasikan itu dengan editornya bahkan bisa naik ke redaktur pelaksana bahkan ke

bisa sampai tembus ke pemimpin redaksi. Dari diskusi itu nati akan ketemu hasilnya.

Page 186: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

Tapi untuk yang terbit besok, pasti wartawan itu tak berdaya kan. Memang di media itu

umumnya pasti ada hirarkinya. Itulah kelebihan surat kabar menurut saya, karena

banyak saringannya, lebih lolos sensor deh. Beda sama penulis blog apa yang penulis

rasa maka ditulis dan diposting semau dan sekehendak penulisnya. Apalagi tentang

konflik kita akan kenceng sekali mengontrol itu bahkan kita cut jika ada pemberitaan

yang dikhawatirkan akan meyulut masalah menjadi lebih besar.

Bahkan ketika liputan konflik biasanya kita menempatkan dua wartawan pada

dua versi, ada yang di basis muslim dan ada yang di basis kristen. Kita tempatkan dua

wartawan agar kita mengetahui atau mendapatkan dua informasi, kemudian kita saring

sendiri mana yang informasinya benar kemudian kita gabungkan dengan porsi yang

seimbang.

13. Bagaimana proses rapat redaksi redaksi tersebut, dan siapa saja yang

mengikuti rapat redaksi?

Kepala-kepala desk. Kita ada rapat pagi jam 10 membicarakan untuk prediksi

berita besok dan acara yang terjadi hari ini. Sore jam 4 rapat kembali, untuk memastikan

apa informasi yang terbaru di lapangan dan untuk membicarakan angle berita besok.

Jika terkait dengan konflik SARA itu maka didiskusikan dan dibicarakan betul-betul.

Jika ada yang meragukan dan menghawatirkan maka yang mejadi landasan kita bersama

ialah dengan melihat jangan sampai berita Kompas menimbulkan provokasi di

masyarakat. Jadi yang menentukan sebuah berita layak terbit maupun tidak itu

berdasarkan hasil diskusi dalam rapat redaksi ini.

14. Seberapa besar peran serta wewenang pemimpin redaksi dalam penentuan

berita sehingga dikatakan layak terbit?

Biasanaya pemimpin redaksi turun tangan apabila terdapat isu yang sangat

sensitif. Pemimpin redaksi memiliki hak veto untuk dapat meng-cut berita, tetapi itu

sangat jarang sekali terjadi. Tapi pada proses penyuntingan, Pemimpin redaksi juga

punya otoritas ketika malam hari dicek untuk berita yang akan terbit esok hari dan

ditemukan ada keraguan kebenaran dari berita tersebut, pemimpin redaksi memiliki hak

untuk menunda berita untuk besok dan diganti dengan berita lain. Berita yang ditunda

Page 187: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

akan diterbitkan lusa, hal ini dimungkinkan untuk memastikan kebenaran dari berita

tersebut. Pimred punya hak veto seperti itu.

15. Jika diamati inti dari pemeberitaan insiden Tolikara yang disajikan Kompas

mengarah pada pentingnya menjaga toleransi, dan mengarahkan detail pada

pesatuan dan kesatuan bangsa, sehingga informasi terkait pelaku penyerangan

mendapat ruang yang kurang memadai. Adakah keberpihakan Kompas terhadap

pihak tertentu?

Pancasila kita sangat pegang, Pancasila mengajarkan kebhinekaaan dan

persatuan bangsa. Kita independen kok. Dalam artian seperti ini, ketika Kompas

melakukan pemihakan terhadap materi-materi tertentu, itu karena diyakini

kebenarannya, bukan adanya sub ordinasi dari sebuah lembaga atau pihak tertentu.

Keberpihakan Kompas bukan karena dibawah sub ordinasi.

Keberpihakan kompas itu pada saat-saat tertentu karena kita meyakini bahwa itu

yang terbaik pada saat itu, bisa salah sih. Misalnya konflik ini, kalau semua fakta pelaku

diberitakan, akan membuat suasana semakin terprovokasi dan berdampak pada konflik

yang semakin berkepanjangan. Lebih baik kita meredam.Tapi memang media kan harus

berpihak. Tapi berpihaknya itu tidak dibawah pengaruh siapapun, apalagi dibayar. Saya

bisa pastikan hal itu tidak terjadi di Kompas.

Page 188: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

Transkip Wawancara Republika

Waktu wawancara : 12 Januari 2016

Narasumber : Fitriyan Zamzami

1. Bagaimana Republika menyikapi atau menilai sebuah isu konflik sosial ataupun SARA,

terutama terkait konflik Tolikara?

Saya pikir Tolikara ini cermin yang bagus untuk menggambarkan bahwa kita ini hidup di

Negara yang muslimnya menjadi mayoritas. Banyak masyarakat memandang bahwa Indonesia

ini Negara yang mayoritas penduduknya islam, tapi dia lupa kalau Indonesia ini terbagai-bagi.

Aceh ada di sana, jawa ada di sini, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Nah justru di daerah Timur

sana muslim itu menjadi minoritas. Nah itu, dimana-mana toleransi itu memang harus dijaga. Ini

merupakan cerminan yang bagus, bahwa muslim di sini harus baik-baik dan menghormati umat

yang minoritas, karena disana kita minoritas, seperti di Manado, di Papua Islam minoritas.

Kenapa kami melihat insiden ini perlu diangkat. Tentu dengan kadar kehati-hatian yang luar

biasa sebenarnya. Karena ini isu sensitif kan, sebenarnya gampang sekali kalau Republika

menyulut orang. Katakanlah media yang lain dampaknya tidak begitu besar. Tapi ketika

Republika yang memberitakan dampaknya akan lebih besar. langsung pada ikut perang nanti.

Makannya kita di sini sangat hati-hati. Dilihat angle pertama yang kita angkat di headline yaitu

“Muslim Papua Tak Terproviokasi,” jadi kita mau kasih lihat muslim disana aja ga apa-apa loh,

jangan sok-sok tau tentang masalah disana, jangan sok-sok datang mau kesan, di sana sudah

baik-baik saja.

2. Mengapa dalam teks berita Republika, lebih banyak menempatkan informasi tentang

pelaku penyerangan atau aktor penyebab konflik Tolikara?

Informasi dari identitas pelaku ya harus ditonjolkan. Ada satu hal, atau satu fenomena

umum di semua konflik etnis, agama, konflik sosial di Indonesia. bagaimana konflik tersebut

menjadi melebar. Kuncinya hanya satu, karena tidak pernah ada pelaku yang ditangani secara

hukum. Seperti kasus di Ambon tahun 2011, tidak ada yang ditangkap disana. Hal-hal itu yang

kemudian membuat sebelah pihak merasa punya hak untuk main hakim sendiri. Itu menjadi

Page 189: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

alasan mengapa kita harus tegaskan, pelakunya ini, tolong ditindak hukum. Karena kalau dia

tidak ditindak hukum, pihak lain akan merasa polisi tidak menangani ini, ya sudah kalau begitu

kita tangani saja sendiri. Ini penyelesaian sederhana tapi tidak pernah dilakukan dimana-mana.

Banyak yang akan main hakim sendiri, jika tidak ada penegakan hukum. Maka semua pihak akan

merasa pemerintah tidak menjaga, terintimadasi oleh Negara.

Kami tidak sekedar menyebutkan identitas pelaku, ini pihak GIDI loh yang melakukan.

Ini jauh dari tujuan kami. Kami hanya ingin mempertegas ini pelakunya dan ini sudah ditindak

hukum oleh polisi. Sehingga kita yang disini harusnya adem-adem saja. Sudah ditangani polisi

kok yang bersalah. Kita hidup normal saja seperti biasa. Tapi, jika pemberitaan republika hanya

menyebutkan pelaku namuntidak menyuguhkan bahwa ini sudah ditindak, maka saya berani

bertanggung jawab. Karena itu memang salah. Kami memberitahu pelakunya siapa, namun kami

juga mengakomodir pembelaan dari gidi, dan kami juga menyertakan kepada masyarakat bahwa

penanganannya seperti ini.

Tidak ada niat dari kami, atau intervensi dari manapun untuk memposisikan pihak

tertentu sebagai pihak yang dipandang negative. Kami hanya ingin memngungkapkan fakta yang

sebenarnya. Tidak ingin memberikan klaim tertentu kepada satu pihak. Namun, jika pembaca

melihatnya berbeda, ya itu diluar kuasa kami. Allahu a‟lam bi showab

3. Mengapa seolah Republika justru terkesan memberikan penilaian positif kepada

pemerintah, dengan menjabarkan informasi bahwa BIN telah bekerja, Kepolisian telah

mengantisipasi dengan melakuakan penjagaan saat solat Id berlangsung?

Justru sebenarnya yang mau kita perlihatkan sebaliknya. BIN, Menkopolhukam bilang

sudah bekerja tapi itu omongan mereka doang. Justru fakta di lapangan tidak demikian. kita mau

menyampaikan sebaliknya, kita mau membuat analogi terbalik BIN megaku sudah bekerja, apa

gunanya kerja kalau masih terjadi konflik seperti itu. Jika terkesan membela pemerintah, berarti

itu salah kami, tapi kami tidak bermaksud seperti itu. Kita mau membalik. Kami menggunakan

taktik tertentu menegaskan ketidak becusan. Dia sebagai pihak yang salah punya hak bicara, tapi

fakta yang membuktikan justru kejadiannya tidak sesuai. Kami juga berfikir bahwa pemerintah

juga andil bersalah, karena tidak maksimal dalam upaya tindakan pencegahan.

Page 190: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

4. mengapa dalam setiap pemberitaan terkait konflik Tolikara, dalam setiap edisinya

Republika selalu menyajiakan kronologis dari konflik Tolikara?

Jurnalistik, itu alasan jurnalistik. Di dalam jurnalistik itu kan berita ada bagiannya, ada kepala,

ada leher. Kronologis itu leher, supaya orang paham ini konteksnya apa. Saya kira ini bukan

bagian dari framing, ini bangunan beritanya. Jadi memang benar setiap edisi ada kronologi

konflik Tolikara. tapi ini bertujuan hanya untuk mempertegas konteks yang sedang diberitakan.

Susunan berita Republika itu terdapat lead satu paragraph dua kalimat, kemudian quotation yang

menguatkan lead tersebut, kemudian paragraph penerang, background (kronologis), penjelasan

lebih rinci atau penjabaran yang lainnya.

5. Dengan menampilkan kronologis kejadian konflik Tolikara, tidakkah Republika

berfikir ini justru akan menyulut emosi para pembaca?

Lebih baik kita sandingkan kronologis yang asli, dari pada pembaca salah paham dengan

penafsiran yang ga jelas. Kami ingin menekankan ini resmi kejadiannya seperti ini, jangan

terpancing oleh pemberitaan yang terkesan dibumbu-bumbui atau dilebih-lebihkan. Kami

menekankan kronologi untuk memperkuat dan memberikan penegasan, bahwa kejadian yang

sebenarnya seperti ini.

6. mengapa Republika menggunakan kedua dikisi ini ‘Masjid’ dan ‘Mushala’, ‘dibakar’

dan ‘terbakar’, mana yang diyakini benar oleh Republika?

Tergantung siapa yang bicara. Kalau orang-orang islam di dana menyebutnya itu masjid.

Di sana ada tulisan dari plang yang selamat dari pembakaran kita lihat itu ada tulisannya masjid.

Kita punya fotonya itu bertuliskan masjid Baitul Muttaqin. Sebenarnya tergantung siapa ynag

bicara, kalau ada kutipan itu musolah maka kebawahnya kita ngikutin itu musolah. Tapi reporter

kami yang disana melihat itu masjid.

Iya beda-beda sekali makna kata „terbakar‟ dan „dibakar‟. Ditengah-tengah, kalau ada

kata ditengah terbakar dan dibakar itu lah yang sebenarnya. Karena itu kalau dibilang terbakar

itu bukan terbakar tanpa sebab, itu terbakar karena memang ada pembakaran yang dilakukan

terlebih dahulu. Jadi kan dalam artian dibakar. Tapi kalau menggunakan kata dibakar, masjid itu

bukan sasaran utama, sasaran utamanya ialah kios, itulah ekses dari pembakaran kios. Ini

Page 191: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

kasusunya membingungkan antara dibakar atau terbakar. Tapi dilapangan kedua kata tersebut

kurang tepat. Terus terang kami tidak punya kerangka pikiran kenapa kita memakai terbakar dan

dibakar. Karena kejadiannya unik. Kita tidak bisa mengklaim. Jadi kita menggunakan kedua-

duanya. Kalau misalnya karena listrik itu terbakar. Tapi kalau ini kan ada pelaku

pembakarannya.

7. bagaimana tanggapan Republika jika ada media yang menilai bahwa insiden Tolikara

ini merupakan tindak pidana kriminal bukan pelanggaran terhadap HAM?

Ini peristiwa penyerangan saat umat melaksanakan ibadah solat Id kan, jadi ini masuk

dalam pelanggaran HAM, terkait kebebasan beribadah. Tapi itu terserah dia yah, itu kan media-

media dia. Kita ga masalah. Semua media berhak memiliki agendanya masing-masing. Tapi

yang ingin saya kasih tau, media sedikit yang mengirim wartawan kesana, bahkan yang dapet

foto Tolikara sampai dua minggu awal pasca kejadian Republika yang dapat. Justru ketika kita

menaikan foto itu di Republika Online, banyak media punya nama yang mau beli foto kita dan

menelpon ke biro foto Republika. Jadi kita yakin dengan berita-berita kita sendiri.

Tapi gini, ketika kita mengatakan itu tindakan kriminal, kita harus melepaskan kejadian

tersebut dari penyerangan solat Id-nya. Itu baru bisa dibilang kriminal, kalau itu dilihat

pembakaran kiosnya saja, padahal sebelumnya ada penyerangan saat umat muslim

melangsungkan solat Id kan.

8. Mengapa Republika selalu menempatkan berita konflik Tolikara ini menjadi headline?

Karena pembaca terbesar kami terutama komunitas Islam. Jadi lebih kepada proximity

(kedekatan) hati mereka. Selain informasi ini penting untuk seluruh masyarakat Indonesia,

terutama ini penting untuk umat Islam. Agar umat Islam tahu informasi sebenarnya, supaya umat

islam tidak terprovokasi. Mereka bisa memahami kalau kasus ini sudah ditindak hukum, tahu

bagaimana menyikapi hal ini untuk kedepannya. Kami khawatir jika ini hanya disampirkan saja

beritanya meraka akan salah memahami terhadap kejadian di Tolikara, kami tidak menginginkan

umat Islam melakukan hal-hal yang akan merugikan citra umat islam sendiri. Kita membuat

pemberitaan pada posisinya orang Islam. Tapi bagaimana pemberitaan ini bisa merayu mereka

untuk tidak melakukan tindakan yang dedukstrif, hal-hal untuk tidak melakukan pembalasan. Ini

yang membuat berita ini layak menjadi headline.

Page 192: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

Orang Isalm itu unik, teori awal media menyatakan bahwa nilai berita proximity itu

karena kedekatan lokasi. Tapi islam itu proximity-nya bukan lokasi tapi lebih kepada iman, dia

merasa lebih dekat karena kelekatan iman. Meskipun jarak kejadiannya jauh, mereka lebih peduli

dengan berita di Tolikara saat itu, ketimbang berita di Jakarta. Ini karena mereka merasa

kelekatann iman dengan saudara mereka di Tolikara yang sedang tertimpa musibah.

9. Bagaimana dengan alasan penempatan berita tersebut pada Rubrik Publik?

Jadi Publik pada halaman sembilan itu sambungan dari halaman satu. Itu in depth news.

Biasanya berita-berita besar kan tidak bisa dirangkum dalam satu halaman. Sisanya kita taruh

dihalaman sembilan publik itu.

10. Mengapa Republika menempatkan narasumber dari organisasi islam lebih dominan

dari pihak non Islam atau GIDI ketika membahasa solusi perdamaian?

Karena bahaya, ketika Republika bilang „GIDI ingin berdamai‟. Pasti timbul komentar

dari pihak islam enak aja lo, sikologi massa yang kita pertimbangkan. Saat itu, yang paling perlu

ditenangkan hatinya ialah orang islam. Makanya kita ambil sumber-sumber dari bos-bosnya

orang islam. NU bilang tenang, Muhamadiyah, MUI bilang tenang. Maka akan manut umat

Islam karena ketua-ketua yang punya otoritas yang bicara seperti itu. Tetapi, lain hal kalau

Republika bilang „GIDI mendorong perdamain‟, itu dihati orang isalm tentu tidak sedemikian

enak. Memang lebih tepat ditampilkan permohonan maaf dari pihak GIDI atau umat Kristiani.

Ini mungkin bisa lebih diterima.

11. Bagaimana proses peliputan dalam konflik Tolikara? apakah Reporter turut serta

dalam rapat redaksi?

Kami menurunkan dua orang. Satu reporter satu cameramen yang kita tempatkan selama

seminggu di sana. Mereka di Tolikara mana mungkin ikut rapat. Memang sehari-hari seperti itu.

Teknis penyusunan agendanya pada malam hari kita sudah menyusun, hal-hal apa yang akan

menarik untuk ditaruh dihalam satu besok. Kemudian dari malam hari tersebut, kita kirim ke

newsroom. Newsroom itu bagian yang mengatur lalau lintas reporter. Jam dua siang kita rapat

lagi melihat apa yang diperoleh oleh reporter. Jadi kalau sudah lengkap, maka artinya selesai.

Page 193: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...

Jika kami setuju jadi halanma depan kami pakai, tapi kalau kurang bahan berita tersebut untuk

halaman satu, kami minta reporter untuk menambahkan kembali.

12. bagaimana menyamakan persepsi atau interpretasi antara wartawan di lapangan

dengan para redaktur di ruang redaksi?

Berbeda persepsi antara wartawan dengan redaktur itu menjengkelkan. Mengatasinya?

Suruh balik lagi, suruh cari beritanya lagi, tadi bukan seperti ini yang diinginkan. Ini bukan

demokrasi. Ketika ordernya sesuai dengan yang kami inginkan Alhamdulillah, tapi kalau belum

sesuai dengan apa yang kami ingikan, kami minta ditambah.

Tapi untuk berita yang terkait peristiwa biasanya kami ikut apa yang dilaporkan

wartawan. Itu bentuk penghargaan kami kepada waratawan. Kami percaya dengan wartawan

kami. Apa yang dia bilang itu yang terjadi dilapangan, kami akan tanyakan kepastian dan

keyakinan dari wartawan. Ketika wartawan kami yakin, maka kami mengikuti. Tapi kalu untuk

isu itu pasti beda lagi, karena kita tahu, itu pasti salah mengajukan pertanyaan reporternya.

Kami meminta reporternya menayakan kembali.

13. Siapa saja yang ada dalam rapat redaksi?

Redaktur pelaksana, asisten redaktur pelaksana, redaktur, newsroom, pemimpin redaksi.

14. Siapa yang menentukan keputusan kelayakan terbit suatu berita?

Musyawarah mufakat. Bukan demokrasi di sini. Tapi pemimpin redaksi lebih sering dia sepakat

sama kita. Selama saya menjadi redaktur dua tahun bisa dihitung jari. Hanya pada saat tertentu

aja. Kami relatif bebas dari intervensi.

Page 194: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 195: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 196: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 197: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 198: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 199: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 200: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 201: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 202: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 203: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 204: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 205: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 206: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...
Page 207: analisis framing pemberitaan konflik tolikara pada harian kompas ...