Isi

20
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki berbagai macam ras, suku, serta budaya yang bermacam-macam dari sabang hingga merauke. Kehidupan manusia terutama di Indonesia tidak dapat di lepaskan dari budaya dari nenek moyang masing-masing suku yang ada di Indonesia. Masing- masing suku dan kebudayaan pasti memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang berbeda satu dengan yang lainnya. Nilai-nilai itu baik nilai social, nilai-nilai pribadi maupun nilai-nilai budaya. Dalam bidang kesehatan, tiap-tiap suku memiliki cara-cara tersendiri dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan yang dimilikinya. Oleh karena itu penulis akan membahas salah satu budaya yang ada di Indonesia yakni budaya yang ada pada warga masyarakat Kelurahan Tawanganom, Kabupaten Magetan Kecamatan Magetan. Dengan memahami banyak budaya maka kita, sebagai calon penerus perawat lintas budaya akan lebih memahami kebudayaan yang ada pada suatu suku dan dapat

description

NVNB

Transcript of Isi

Page 1: Isi

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia yang memiliki berbagai macam ras, suku, serta budaya yang

bermacam-macam dari sabang hingga merauke. Kehidupan manusia terutama di

Indonesia tidak dapat di lepaskan dari budaya dari nenek moyang masing-masing

suku yang ada di Indonesia. Masing-masing suku dan kebudayaan pasti memiliki

nilai-nilai dan norma-norma yang berbeda satu dengan yang lainnya. Nilai-nilai

itu baik nilai social, nilai-nilai pribadi maupun nilai-nilai budaya.

Dalam bidang kesehatan, tiap-tiap suku memiliki cara-cara tersendiri

dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan yang dimilikinya. Oleh karena itu

penulis akan membahas salah satu budaya yang ada di Indonesia yakni budaya

yang ada pada warga masyarakat Kelurahan Tawanganom, Kabupaten Magetan

Kecamatan Magetan. Dengan memahami banyak budaya maka kita, sebagai calon

penerus perawat lintas budaya akan lebih memahami kebudayaan yang ada pada

suatu suku dan dapat memberikan asuhan keperawatan transkultural yang sesuai

dengan kebudayaannya.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas tujuan dari pembuatan makalah ini, yakni

sebagai berikut:

1.2.1 mengetahui tentang Model Transkultural Nursing;

1.2.2 mengetahui tentang pengkajian Transkultural Nursing;

1.2.3 mengetahui tentang teknik pengkajian Transkultural Nursing.

Page 2: Isi

2

1.3 Manfaat

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat meberi manfaat:

1.3.1 para pembaca, mengerti tetang kebudayaan di Kelurahan Tawanganom

Kabupaten Magetan, Kecamatan Magetan lebih jauh, dan bisa mengetahui

serta memahami aplikasi keperawatan lintas budaya;

1.3.2 pada pendidik, agar lebih mengasah keterampilan dan pengetahuan peserta

didik terhadap aplikasi keperawatan lintas budaya.

Page 3: Isi

3

BAB 2 TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

2.1 Sunrise Model

Page 4: Isi

4

2.2 Pengkajian Keperawatan Transkultural

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and

Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada

"Sunrise Model" yaitu:

a. Faktor teknologi (tecnological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat

penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu

mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah

kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih

pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan

teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat

realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat

kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas

kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah :

agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab

penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif

terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama

panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,

pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala

keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh

penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya

adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut

Page 5: Isi

5

budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan

yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan

makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan

dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya

(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :

peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah

anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang

dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material

yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi

yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya

pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain

misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota

keluarga.

g. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh

jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien

maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional

dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai

dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :

tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar

secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang

kembali.

Page 6: Isi

6

2.3 Teknik Pengkajian Keperawatan Transkultural

2.3.1 Penilaian Pengkajian Transkultural Nursing

Langkah penilaian proses keperawatan sangat penting dalam hubungan

antar etnis antara pasien dan perawat. Untuk mengumpulkan data tentang

pasien dari budaya yang berbeda dari perawat, perawat perlu melihat pasien

dalam konteks dimana ia berada.

Enam fenomena budaya yang harus pahami untuk memberikan

perawatan yang efektif untuk semua pasien adalah komunikasi, ruang,

organisasi social, waktu, pengendalian lingkungan dan variasi biologi.

2.3.2 Metode Penelitian Transkultural

Metode-metode penelitian lintas budaya yang paling lazim digunakan,

yaitu: etnografi, folklore, etnometodologi, etnosains, interaksi simbolik, dan

grounded theory.

Page 7: Isi

7

BAB 3. STUDI KASUS BUDAYA

3.1 Deskripsi Kebudayaan

Budaya adalah segala rangkaian dari unsure-unsur yang menjadi cirri-ciri

yang paling menonjol dari suatu kebudayaan yang selanjutnya dapat dipakai

untuk mendeskripsikan watak dari yang bersangkutan, (Liliweri, 2002).

Kebudayaan merupakan keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil

karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat, (sutardi, 2006). Kebudayaan

adalah unsure-unsur yang mencakup kebiasaan kelompok disuatu daerah,.

Kebudayaan adalah khas dari manusia, dengan kebudayaan inilah manusia

mampu bertahap dalam lingkungan serta memanfaatkan lingkungan. Tetapi tidak

semua kebudayaan yang mereka anggap baik (menguntungkan), baik pula

dipandang dari segi kesehatan karena kebudayaan yang mereka anggap baik

belum tentu baik jika dipandang dari segi kesehatan.

Warga masyarakat Kelurahan Tawanganom, Kabupaten Magetan,

Kecamatan Magetan di Jawa Timur masih mempunyai kebudayaan memperingati

hari Rabu Wekasan, yaitu hari Rabu terakhir pada bulan Shafar di tahun Hijriyah

dimana pada hari itu diwaktu subuh air tandon padasan di masjid Baiturrohmah

Kelurahan Tawanganom diberi do’a dan rajah oleh Kyai, pada siang hari saat

sholat dzuhur, diadakan do’a bersama, tahlillan, selamatan (kenduri), dan diakhiri

dengan acara ambil air di padasan. Biasanya warga masyarakat datang dengan

membawa nasi untuk selamatan bersama di masjid dan di akhir acara biasanya

warga pulang dengan mengambil air dulu sebanyak-banyaknya di padasan masjid.

Warga masyarakat setempat mempercayai ritual itu bertujuan untuk tulak balak

(penangkal balak ato bilahi ato segala musibah). Air yang telah diambil biasanya

dicampurkan dengan air yang telah ada dirumah, digunakan untuk memasak dan

minum selama satu bulan.

Biasanya warga berbondong-bondong mengajak semua anggota keluarga

untuk mengambil air di Masjid. Mereka percaya semakin banyak mereka

Page 8: Isi

8

mengkonsumsi air dari padasan tersebut, tubuh mereka terasa semakin segar dan

terhindarkan dari penyakit. Sehingga tidak sedikit warga yang berulang kali

kembali ke masjid untuk berlomba mengambil air pada padasan tersebut hingga

persediaan air habis. Bila digunakan untuk minum, air tersebut langsung

dihidangkan ditempat minum keluarga tanpa dimasak terlebih dahulu, sedangkan

bila untuk memasak, air dicampurkan di bak air yang airnya biasa digunakan

untuk memasak.

Selama ini belum terdapat masyarakat yang sakit setelah meminum air

sumur itu. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai PNS dan wiraswasta.

Penghasilan mereka yang termasuk menengah keatas berkisar >Rp. 2.000.000,-;

yang cukup berkisar Rp. 1.200.000,00 – Rp. 2.000.000,00; dan yang kurang

adalah <1.200.000,00. Sebagian besar warga masyarakat tersebut beragama islam.

Pendidikan warga masyarakat Kelurahan Tawanganom sebagian besar adalah

lulusan SMA. Bahasa sehari-hari warga Kelurahan Tawanganom Kabupaten

Magetan kecamatan magetan adalah berbahasa Jawa Halus.

3.2 Pengkajian

Asuhan keperawatan transkultural adalah salah satu bentuk asuhan

keperawatan profesional yang secara kultural sensitif, sesuai, dan berkompeten,

merupakan penyelenggaraan asuhan keperawatan lintas budaya dalam konteks

pasien beserta lingkungan di mana masalah kesehatan pasien tersebut timbul

(Kozier, Berman, dan Snyder, 2004).

Menurut Leininger (2002), Transcultural Nursing adalah studi budaya

pada proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan

dan kesamaan di antara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit

didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini

digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau

keutuhan budaya kepada manusia.

Terdapat 7 komponen dalam model sunrise yaitu:

Page 9: Isi

9

1. Factor tekhnologi (technological factors)

2. Factor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

3. Factor social dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways

5. Factor kebijakan dan peraturan yang berlaku(political and legal factors)

6. Factor ekonomi (economical factors)

7. Factor pendidikan (educational factors)

Pengkajian keperawatan lintas budaya dalam suku dayak Kalimantan

timur berdasarkan 7 komponen sunrise leininger yaitu:

1. Factor tekhnologi (technological factors)

Dalam faktor tekhnologi ini, masyarakat Kelurahan Tawanganom

Kabupaten Magetan Kecamatan Magetan masih menggunakan air sumur yang

telah digunakan sejak jaman pendiri Masjid Baiturrohmah yang pertama kali.

Air ini digunakan tanpa adanya pembersihan terlebih dahulu. Dipercayai air

murni dari sumur ini yang telah diberi doa dan rajah oleh Kyai ini berfungsi

seperti air zam-zam.

2. Factor agama dan falsafah adat

Agama masayarakat Kelurahan Tawanganom, Kabupaten Magetan

Kecamatan Magetan ini sebagian besar menganut Agama Islam, namun tidak

sedikit warga yang masih mempercayai adanya roh halus yang sering

menyebabkan anggota keluarganya sakit. Terkadang bila terdapat anggota

keluarga yang sakit, warga datang kerumah Kyai yang memimpin Masjid

Baiturrohmah untuk meminta air yang bisa diminumkan kepada anggota

keluarga yang sakit sebagai obat. Sehingga bila ada perayaan hari Rabu

Wekasan, warga tidak mau kalah untuk berlomba-lomba mengambil air dari

padasan Masjid sebanyak-banyaknya.

3. Factor social dan keterikatan keluarga

Factor social dan keterikatan keluarga masyarakat Kelurahan

Tawanganom ini sangat erat. Apabila ada keluarga yang sakit, anggota

Page 10: Isi

10

keluarga dengan segera mengambil berbagai macam langkah untuk

kesembuhan keluarganya. Anggota keluarga dibawa periksa ke Mantri

terdekat, dimintakan air untuk pengobatan kepada Kyai, diberikan obat-obatan

tradisional, dsb. Warga sekitar akan berbondong-bondong menjenguk dan

membantu apa saja yang bisa dilaksanakan. Masyarakat Kelurahan

Tawanganom ini terkenal sebagai warga yang suka gotong royong

dibandingkan Kelurahan lain di Kota Magetan.

4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Warga masyarakat Kelurahan Tawanganom, Kabupaten Magetan,

Kecamatan Magetan, masih rutin memperingati kebudayaan Rabu Wekasan.

Hal ini dilakukan bertujuan untuk “Tolak balak”, menghindari kesusahan,

menyembuhkan penyakit, dan terhindar dari roh-roh jahat.

Warga masyarakat Kelurahan Tawanganom terkenal dengan gotong

royongnya, setiap ada yang kesusahan, pasti yang lainnya segera ikut andil

membantu. Peringatan hari rabu Wekasan inipun merupakan salah satu upaya

untuk mempererat tali persaudaraan warga. Pada saat peringatan hari rabu

Wekasan ini, warga berbondong-bondong ke masjid dengan membawa

beberapa makanan untuk selamatan, seusai acara sebelum acara pengambilan

air, biasanya warga makan bersama dengan warga lain di masjid dengan

menggunakan makanan yang telah dibawa tadi. Satu tempat makan bisa

dimkan 2-5 orang secara bersamaan.

5. Factor kebijakan dan peraturan yang berlaku

Factor kebijakan dan peraturan yang berlaku masyarakat Kelurahan

Tawanganom mengacu kepada pemerintah dan Kyai di masjid Baiturrohmah

tersebut.

6. Factor ekonomi

Dapat dikatakan, perekonomian warga Kelurahan Tawanganom ini

sebagian besar berada pada tingkat menengah keatas.

7. Factor pendidikan

Page 11: Isi

11

Factor pendidikan masyarakat Kelurahan Tawanganom ini sebagian besar

adalah lulusan SMA.

3.3 Diagnosa keperawatan

Dari hasil pengkajian terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang

didapatkan, diantaranya:

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan masyarakat

tetap mengkonsumsi air sumur tanpa dimasak meskipun mereka tahu bahwa

sumurnya kotor.

2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan masyarakat mengkonsumsi air

sumur tanpa dimasak.;

3.4 Perencanaan keperawatan

Berdasar diagnosa tersebut perencanaan keperawatan dari diagnosa

tersebut berikut perencanaan keperawatannya.

1. Diagnosa pertama: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan

dengan masyarakat tetap mengkonsumsi air sumur tanpa dimasak meskipun

mereka tahu bahwa sumurnya kotor.

Diagnosa keperawatan Intervnsi Rasional

Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan

berhubungan dengan

masyarakat tetap

mengkonsumsi air

sumur tanpa dimasak

meskipun mereka tahu

bahwa sumurnya kotor

1) Gunakan bahasa

yang dapat

dimengerti oleh

pasien, jika perlu

libatkan penerjemah

Pasien dapat

memahami penjelasan

perawat

2) Beritahukan kepada

pasien akibat dari

mengkonsumsi air

Pasien memahami

bahaya dari

mengkonsumsi air

Page 12: Isi

12

sumur dengan tanpa

dimasak terlebih

dahulu

sumur tanpa dimasak

terlebih dahulu dan

mau mesaknya dulu

sebelum

mengkonsumsi

(3) Bersikap tenang dan

tidak terburu-buru

saat berinterkasi

dengan pasien

Pasien dapat

memahami dan

mencerna informasi

dengan baik

2. Diagnosa kedua: Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan masyarakat

mengkonsumsi air sumur tanpa dimasak.

Diagnosa keperawatan Intervnsi Rasional

Kurangnya

pengetahuan

berhubungan dengan

masyarakat

mengkonsumsi air

sumur tanpa dimasak

1) Beritahu kepada

pasien mengenai

bahaya

mengkonsumsi air

sumur secara

langsung tanpa

dimasak

Pasien memahami

bahaya mengkonsumsi

air sumur tanpa

dimasak terlebih dahulu

2) Libatkan Kepala

Desa atau RT untuk

memberikan

penjelasan kepada

Pasien lebih

mempercayai informasi

yang telah diberikan

Page 13: Isi

13

pasien

Page 14: Isi

14

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi. 2011. Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine Leininger).

Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Kozier, B., Erb, Glenora., Berman, A. dan Synder, S,J. 2004. Fundamentals of

Nursing: Concept, Process, and Practices. New Jersey: Pearson Education Inc.

Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta:

PT LKiS Pelangi Angkasa.

Sutardi, Tedi. 2006. Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: PT

setia Purna Inves.