Isi
-
Upload
eko-pastia-mukti-skep-ns -
Category
Documents
-
view
24 -
download
0
description
Transcript of Isi
![Page 1: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN RENCANA KONTIJENSI
Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi,
tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjens adalah suatu proses identifikasi dan
penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut.
Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang
diperkirakan tidak terjadi. Rencana kontinjensi lahir dari proses perencanaan kontinjensi. Proses
perencanaan tersebut melibatkan sekelompok orang atau organisasi yang bekerjasama secara
berkelanjutan untuk merumuskan dan mensepakati tujuan-tujuan bersama, mendefinisikan
tanggung jawab dan tindakan-tindakan yang harus diambil oleh masing-masing pihak. Rencana
kontijensi disusun dalam tingkat yang dibutuhkan. Perencanaan kontinjensi merupakan pra-
syarat bagi tanggap darurat yang cepat dan efektif. Tanpa perencanaan kontinjensi sebelumnya,
banyak waktu akan terbuang dalam beberapa hari pertama menanggapi keadaan darurat tersebut.
Perencanaan kontinjensi akan membangun kapasitas sebuah organisasi dan harus menjadi dasar
bagi rencana operasi dan tanggap darurat.
B. TUJUAN
Dokumen rencana kontijensi ini disusun bertujuan sebagai pedoman penanganan bencana
letusan G. Merapi pada saat tanggap darurat bencana yang cepat dan efektif serta sebagai dasar
memobilisasi sumber daya para pemangku kepentingan (stake holder) yang mengambil peran
dalam penyusunan kontijensi plan.
1
![Page 2: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/2.jpg)
C. SIFAT RENCANA KONTIJENSI
Dokumen rencana kontijensi letusan G Merapi bersifat :
1. Partisipatif, disusun oleh multi sektor dan multi pihak
2. Dinamis dan selalu terbarukan
D. LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan pekerjaan dengan cara berkomunikasi dan berkoordinasi dengan
instansi terkait di tingkat kabupaten, kecamatan, dan Desa.
2. Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder baik melalui fasilitasi
Participatory
Rural Appraisal, Participatory Action Research, survei lapangan, Focus Group
Discussion,
maupun melalui wawancara langsung dengan instansi/dinas terkait.
3. Melakukan kajian partisipatif resiko bencana berdasarkan pengetahuan lokal
masyarakat
Kabupaten Lampung Selatan.
4. Melakukan pendataan kapasitas dan kerentanan yang ada diantaranya , yang
meliputi:
- Sektor Sumber Daya Manusia
- Sektor Sumber Daya Alam
- Sektor Sumber Daya Sosial
- Sektor Infrastruktur
- Sektor Ekonomi
5. Memfasilitasi pihak-pihak terkait untuk dapat melakukan tugas dan fungsinya
terutama
pada saat darurat melalui pertemuan rutin.
2
![Page 3: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/3.jpg)
6. Melakukan evaluasi dan merealisasikan kesiapan Pemerintah Wilayah Kabupaten
Lampung Selatan saat menghadapi bencana melalui aplikasi skenario dan pembuatan
prosedur tetap kejadian bencana.
Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan yang dilaksanakan untuk Perencanaan Kontijensi Wilayah Kabupaten Lampung
Selatan ditunjukkan seperti pada Tabel 1 di bawah ini:
No KEGIATAN Des Jan Feb
1 Persiapan
2 Studi data literatur
3 ToT dan pembuatan peta
risiko bencana
4 Workshop Rencana
Kontijensi Kalianda
5 Kunjungan lapangan rencana
kontijensi
6 Rutin Meeting Rencana
Kontijensi
7 Finalisasi Rencana Kontijensi
Tabel 1. Perencanaan Kontijensi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan
A. TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA KONTIJENSI
Kegiatan penyusunan rencana kontijensi ini dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1.Penyamaan persepsi terhadap semua pelaku penanggulangan bencana Merapi tentang
pentingnya kontingensi plan.
3
![Page 4: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/4.jpg)
2.Pengumpulan data dan updating
3.Pengumpulan data dilakukan pada semua sektor penanganan bencana dan lintas administratif.
4. Verfikasi data
5. Analisa data sumberdaya yang ada dibandingkan proyeksi kebutuhan penanganan bencana
saat tanggap darurat.
6. Penyusunan rancangan awal kontinjensi plan.
7. Penyusunan naskah akademis, pembahasan dan perumusan dokumen kontingensi plan yang
disepakati.
8. Publik hearing/konsultasi public hasil rumusan kontingensi plan.
9. Penyebaran/disemenasi dokumen kontigensi plan kepada semua
pelaku penanggulangan bencana (multi stake holder).
A. AKTIVASI RENCANA KONTIJENSI
Aktivasi rencana kontijensi dilaksanakan setelah terdapat tandatanda peringatan dini akan
datangnya ancaman G. Merapi dari hasil kajian lembaga teknis ”BPPTK” LAMPUNG
SELATAN pada saat status aktivitas Merapi”SIAGA”.
4
![Page 5: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Topografi
Kabupaten Lampung Selatan keadaan tanahnya dibagian selatan relatif datar kecuali
daerah perbukitan dibagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan
Gamping.Makin ke utara relatif miring dan dibagian utara sekitar Lereng Merapi relatif
terjal serta terdapat sekitar 100 sumber mata air.Hampir setengah dari luas wilayah
merupakan tanah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan
selatan.Topografi dapat dibedakan atas dasar ketinggian tempat dan kemiringan lahan
(lereng).
Ketinggian
Ketinggian wilayah Kabupaten Lampung Selatan berkisar antara < 100 sd>1000 m dari
permukaan laut. Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu ketinggian <
100 m, 100 – 499 m, 500 – 999 m dan > 1000 m dari permukaan laut. Ketinggian < 100
m dari permukaan laut seluas 6.203 ha atau 10,79 % dari luas wilayah terdapat di
Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Prambanan, Gamping dan Berbah. Ketinggian >
100 – 499 m dari permukaan laut seluas 43.246 ha atau 75,32 % dari luas wilayah,
terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian > 500 – 999 m dari permukaan laut meliputi luas
6.538 ha atau 11,38 % dari luas wilayah, meliputi Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan
Cangkringan. Ketinggian > 1000 m dari permukaan laut seluas 1.495 ha atau 2,60 % dari
luas wilayah meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan.
Kemiringan Lahan ( Lereng)
Dari Peta topografi skala 1 : 50.000 dapat dilihat ketinggian dan jarak horisontal untuk
menghitung kemiringan (Lereng).Hasil analisa peta yang berupa data kemiringan lahan
dogolongkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu lereng 0 – 2 %; > 2 – 15 %; > 15 – 40 %; dan
> 40 %. Kemiringan 0 – 2 % terdapat di 15 (lima belas ) Kecamatan meliputi luas 34.128
ha atau 59,32 % dari seluruh wilayah lereng, > 2 – 15 % terdapat di 13 (tiga belas )
Kecamatan dengan luas lereng 18.192 atau 31,65 % dari luas total wilayah. Kemiringan
5
![Page 6: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/6.jpg)
lahan > 15 – 40 % terdapat di 12 ( dua belas ) Kecamatan luas lereng ini sebesar 3.546 ha
atau 6,17 % , lereng > 40 % terdapat di Kecamatan Godean, Gamping, Berbah,
Prambanan, Turi, Pakem dan Cangkringan dengan luas 1.616 ha atau 2,81 %.
B. Letak koordinat
Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ Lintang Selatan
dan 110° 12′ 34″ – 110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah kabupaten Lampung Selatan
508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran
rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur,
secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta
perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh
wilayah).
Wilayah Kabupaten Lampung Selatan meliputi 17 kecamatan terdiri atas 86 desa
sebagian besar berada pada kawasan rawan bencana baik yang berasal dari Gunung
Merapi, gempa bumi, banjir lahar maupun oleh angin ribut. Kawasan rawan bencana
Gunung Merapi meliputi 7 kecamatan, baik bahaya primer (erupsi Merapi) maupun
sekunder (banjir lahar dingin).Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang teraktif
di dunia. Periode ulang aktivitas erupsi berkisar antara 2–7 tahun.Aktivitas erupsi gunung
Merapi dengan ciri khas mengeluarkan lava pijar dan awan panas, tanpa membentuk
kaldera (kawah).Arah letusan Merapi selalu berubah-ubah.Sejak tahun 1961arah letusan
Merapi mengarah ke baratdaya menuju hulu Kali Batangdan Kali Senowo. Puncak
letusan terjadi pada tanggal 8 Mei 1961membuat bukaan kawah mengarah ke baratdaya
dan memuntahkanmaterial sebanyak 42,4 juta m3. Letusan selanjutnya terjadi pada tahun
1967, 1968 dan 1969 arah letusan ke hulu Batang, Bebeng dan Krasakdengan jarak
luncur 9-12 km. Selanjutnya letusan tahun 1984 terjaditanggal 15 Juni 1984 yang disertai
awan panas mengarah ke huluSungai Blongkeng, Putih, batang dan krasak. Material
yangdimuntahkan sebesar 4,5 juta m3. Letusan terjadi kembali pada tahun1986, 1992,
1994, 1997, 2001, dan 2005.
Letusan 1994 mengarah menuju ke hulu Kali Krasak, Bebengdan Boyong dengan jarak
luncur mencapai 5 km di hulu Kali Boyong.Erupsi Merapi yang disertai luncuran awan
6
![Page 7: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/7.jpg)
panas menelan korbanmanusia sebanyak 63 orang di Dsn Turgo Desa
PurwobinangunPakem, memporakporandakan harta benda masyarakat, fasilitas
dansarana serta prasarana umum, kawasan wisata, hutan lindung danbeban psikologis
masyarakat yang masih dirasakan sampai sekarang.Sementara itu sejak aktivitas erupsi
Merapi tahun 2006 bukaankawah berubah ke arah tenggara dan timur, sehingga arah
aliran laharpanas dan awan panas menuju ke hulu Kali Gendol dan Opak diwilayah
Lampung Selatan serta Kali Woro di wilayah Klaten. Setelah runtuhnya“geger boyo”
pasca erupsi 14 Juni 2006 yang selama ini berfungsimenahan aliran lahar panas maka
ancaman bahaya luncuran laharpanas yang disertai awan panas menuju hulu Kali Gendol
dan Kali
Opak semakin besar,
7
![Page 8: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB III
SKENARIO KEJADIAN
Berdasarkan skenario yang ditetapkan, kerusakan dan kerugian yang diperkirakan terjadi
akan berdampak pada:
a. Penduduk
Dari hasil skenario diatas diperkirakan gambaran kondisi penduduk saat terjadi erupsi
anak Gunung krakatau terjadi gelombang pengungsian yang fluktuatif setiap harinya.
Berdasarkan pengalaman tahun 1883 bahwa kisaran pengungsi yang berada di barak adalah 30%
yang kebanyakan terdiri dari lansia, ibu-ibu, anak-anak dan difabel. Kebanyakan laki-laki
dewasa tetap melakukan aktifitas mencari nafkah dan melakukan pengamanan di kampungnya,
tetapi pada tabel perkiraan dampak, disepakati bahwa penduduk di di daerah pantai lampung
selatan dan pesisir teluk betung kemungkinan 90% menjadi pengungsi. Gambaran data
penduduk pada kawasan terancam awan panas dan perkiraan dampak letusan anak Gunung
b. Ekonomi
Dari sektor ekonomi diperkirakan bencana erupsi anak Gunung krakatau yang pasti akan
melumpuhkan perekonomian di wilayah pesisir –pesisir karena wilayah mereka terkena erupsi
gunung anak krakatau.
d. Pemerintahan
Dampak bencana yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pemerintahan, terutama
terganggunya fungsi administrasi karena sebagian besar aparat pemerintah menyelenggarakan
tanggap darurat dan lokasi kantor untuk pengungsian.
8
![Page 9: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/9.jpg)
e. Lingkungan
Dampak bencana juga diperkirakan akan berpengaruh terhadap lingkungan berupa Hutan,
kebun, peternakan dan Pertanian.
9
![Page 10: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB IV
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Dalam rencana kontijensi bencana Erupsi Gunung merapi PemerintahKabupaten Lampung
Selatan mengambil beberapa kebijakan yang merupakanpenetapan landasan kegiatan untuk
mencapai penanggulanagan bencanayang efektif dan strategi untuk dikoordinasikan ke segenap
jajaran yang terkait,dengan perincian sebagai berikut :
a. Kebijakan
1. Minimalisasi korban meninggal ( road to zero victim)
2. Penanganan bencana alam berbasiskan komunitas masyarakat.
3. Titik berat kegiatan penanganan bencana banyak dilakukan pada fase pra bencana
(pengurangan resiko bencana)
4. Memadukan mitigasi fisik dan mitigasi non fisik
5. Memberikan perlindungan perhatian khususnya kelompok rentan, serta memenuhi
kebutuhan dasar secara realistis
6. Memberikan penyelamatan dan perlindungan kepada masyarakat sesuai skala prioritas
tanpa diskriminasi
7. Memberdayakan segenap potensi yang ada dan menghindari terjadinya ego sector
8. Melakukan kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dan anatar negara dalam
menggalang bantuan, dengan tetap memperhatikan etika kebangsaan
b. Strategi
1. Membentuk Posko Utama di Pakem sebagai fungsi manajemen dan koordinasi
penanganan bencana.
2. Memenuhi pelayanan logistik dengan mendirikan posko-posko,tenda pengungsian
dilengkapi dapur umum dengan tetap memperhatikan kelompok rentan.
3. Memenuhi pelayanan kesehatan dengan menyelenggarakan posko kesehatan di setiap
barak pengungsian dan balai kesehatan lain.
10
![Page 11: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/11.jpg)
4. Memenuhi pelayanan sarana-prasarana kehidupan (transport,tempat tinggal sementara,
sanitasi) di barak/tenda pengungsian (MCK, air bersih), dengan tetap memperhatikan
kelompok rentan.
5. Mengidentifkasi jenis-jenis bantuan, menghimpun bantuan sertamendistribuikannya
6. Memberikan informasi yang jelas kepada pihak yang membutuhkan
7. Memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai kebajikandalam penanganan
bencana
8. Evakuasi korban, meninggal dunia dan yang masih hidup melalui relawan, tim SAR,
LSM, dll
9. Penanganan Pengungsi (tenda, logistik, sarana dan prasarana lainnya), lembaga terkait
10. Mengidentifikasi negara-negara yang memungkinkan memberikan bantuan secara
sukarela
11. Menyebarluaskan informasi tentang bencana yang terjadi melalui, media cetak,
elektronik dan telematika Rencana
1.1. Kebijakan Pembagian Kelompok Tugas Dan Fungsi
Adapun Tugas Pokok dan Fungsi dari tiap – tiap kelompok tugas :
1. Pokgas Evakuasi
Adapun Tugas dan fungsi dari Kelompok Evakuasi adalah sebagai
berikut:
a. Mengatur proses evakuasi
b. Menyiapkan kebutuhan evakuasi
c. Mengkoordinir masyarakat untuk proses evakuasi
d. Menjaga keselamatan proses evakuasi
e. Menyiapkan tempat – tempat evakuasi
f. Menyiapkan rambu – rambu evakuasi
11
![Page 12: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/12.jpg)
2. Pokgas Pencarian, Pertolongan Dan Penyelamatan
a. Mobilisasi peralatan pertolongan, pencarian dan penyelamatan
b. Menolong, menyelamatkan dan mencari korban yang masih hidup
c. Melakukan pemisahan korban bencana menurut kondisinya
d. Membuat laporan hasil pencarian
3. Pokgas Kesehatan
a. Mendirikan klinik lapangan dan mempersiapkan peralatan
b. perlengkapan untuk pengobatan.
c. Menyiapkan tenaga relawan kesehatan
d. Melakukan treatment lapangan
e. Mengirim pasien rujukan ke rumah sakit rujukan
f. Memantau kondisi fisik dan mental korban
g. Menjaga kualitas air minum (watsan)
h. Pembinaan atau pencegahan trauma fisik
i. Melakukan diagnosa klinik dan mental
12
![Page 13: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/13.jpg)
4. Pokgas Rehabilitasi, Rekonsiliasi dan Relokasi
a. Mengatur lokasi relokasi pengungsian yang aman dan aksebilitas
b. Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung lainnya (radio dan alat
komunikasi)
c. Penentuan lokasi untuk relokasi korban wilayah bencana
d. Pembangunan dan pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana
e. Recovery plan untuk berfungsikan sesegera mungkin fasilitas
5. Pokgas Sosial
a. Menyiapkan kebutuhan makanan dan pangan untuk para korban
b. bencana
c. Menyiapkan kebutuhan tempat penampungan sementara untuk para korban
bencana
d. Menyiapkan kebutuhan dapur umum
e. Membantu kelangsungan hidup masyarakat yang selamat dari bencana
f. Pengelolaan bantuan untuk para korban bencana
g. Mendirikan media center yang terkait dengan informasi bantuan dan pengungsi.
h. Pengumpulan informasi korban/mayat, logistik dan kesiapsiagaan setiap lembaga
terkait.
6. Pokgas Pemberdayaan Masyarakat
a. Mensosialisasikan kesiapsiagaan terhadap bencana kepada
b. masyarakat.
13
![Page 14: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/14.jpg)
c. Membentuk organisasi kebencanaan di tingkat desa
d. Membuat pelatihan penanggulangan bencana kepada masyarakat
e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kebencanaan terhadap masyarakat luas.
f. Membuat drill kebencanaan kepada masyarakat luas.
1.2. Kebijakan Sistem Komunikasi Dan Koordinasi Keadaan Darurat
Sistim komunikasi dan koordinasi yang ada di kota Bandar Lampung masih sangat rumit
sehingga setiap dinas/lembaga terkait dengan bencana masih berpedoman pada protap
darimasing-masing dinas terkait, sehingga masih banyak terdapat tumpang tindih kegiatan dan
rumitnya sistem informasi dan koordinasi antar dinas/lembaga terkait. Dengan adanya satu
pedoman padaperencanaan kontijenjesi ini dapat membangun suatu sistem informasi dan
koordinasi yang lebih mudah sehinnga tidak terjadikekeliruan dantiap dinas/lembaga dapat
melakukan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsinya.
Menurut informasi dari SATKORLAK ProvinsiLampung, keterlibatan pihaknya dalam
penanggulangan bencana di Kota Banda Aceh adalah sebagai tempat koordinasi dan kegiatan
yang dilakukan adalah dibawah koordinasi pihak SATLAK Kota Bandar Lampung.
Adapun kebijakan untuk sistim infomasi dan koordinasi pada saat
darurat adalah sebagai berikut:
Dari alur informasi dan koordinasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Informasi (warning I, II, III dan IV) yang di terima dari BMG melalui SMS oleh
ketua SATLAK PB (wali kota Bandar lampung) dan melalui Rannet diterima oleh
ROPUSDALOP kota Bandar Lampung.
b. Setelah Petugas ROPUSDALOP menerima Warning dari BMG, kemudian
14
![Page 15: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/15.jpg)
menginformasikan kepada Wali Kota lewat alat komunikasi HP atau Handy Talky (HT).
c. Ketua Satlak memerintahkan petugas Ropusdalop untuk mengaktifkan sirine dan
menunjuk Dandim atau Kapoltabes sebagai Incident chief Commander, serta
mengaktifkan semua anggota SATLAK dan menjadikan Rupusdalop sebagai crisis
center.
d. Perintah yang diterima petugas ropusdalop dari ketua SATLAK di semua
koordinator
e. Kelompok Tugas SATLAK untuk berkumpul di Crisis Centre untuk diadakan rapat
koordinasi dan mengaktifkan.
f. Incident Chief Commander menghubungi semua koordinator kelompok tugas untuk
berkumpul di crisis centre dan memerintahkan untuk mengaktifkan semua anggota
pokgas
g. Koordinator kelompok tugas memerintahkan semua anggota pokgas untuk segera
melakukan tindakan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
1.3. Penentuan tempat evakuasi
Pihak SATLAK harus membuat inventaris dari gedung-gedung yang
bisa adi gunakan untuk evakuasi (escape building) dan daerah daratan tinggi (escape
hill) peta tempat evakuasi dapat dilihat pada lampiran II.
Pembangunan tempat evakuasi dibagi dalam 3 zona:
15
![Page 16: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/16.jpg)
a. instant death zona harus mempunyai ketinggian minimum 9 meter.
b. Direct impact zone harus mempunyai ketinngian minimun 6 meter
c. Evacuation zone harus mempunyai ketinggian minimum 3 meter
16
![Page 17: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/17.jpg)
BAB V
PERENCANAAN SEKTORAL
5.1. SEKTOR MANAJEMEN DAN KOORDINASI
a. Gambaran Umum Situasi
Apabila terjadi bencana banjir dan tanah longsor
Akan terjadi kepanikan.
Semua infrastruktur dan asset yang ada akan porak-poranda.
Terganggunya roda pemerintahan akibat kerusakan sebagian sumber daya
pemerintahan.
Terputusnya akses dan hubungan denganpihak luar baik
transportasi maupun komunikasi.
Banyaknya bantuan yang datang dari berbagai pihak dengan berbagai macam
bentuk baik berupa obat-obatan, sandang, pangan
b. Sasaran
Mobilisasi sumberdaya yang ada akan melakukan tanggap darurat.
Terkendalinya penanganan bencana.
Terkoordinasi upaya penanganan dan bantuan.
Terinventaris kerugian dan korban yang ditimbulkan
c. Kegiatan
no kegiatan Pelakuan / instansi waktu
1 Membuat posko SATLAK PB Setelahnya
17
![Page 18: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/18.jpg)
tanda-tanda
2 Menyiapkan TIM Kodim 0101,
Poltabes, POL
PP, SAR,
ORARI, LSM
RELAWAN
Jika
terjadinya
tanda-
tanda
bencana
3 Mengkoord
inasikan kegiatan
sektoral
SATLAK PB Setiap hari
4 Membuat laporan
menyeluruh
SATLAK PB Setiap hari
5 Memberikan arah
pelaksanaan
SATLAK PB Setiap waktu
6 Menerima dan
menyampaikan
informasi tentang
perkembangan
situasi
SATLAK PB,
Kodim, Poltabes,
Dinas Sosial DAN
POL PP
Setiap saat
7 Mengkoordinir
kebutuhan-
Kebutuhan di
lapangan dan
keamanan
SATLAK PB,
Kodim, Poltabes,
Dinas Sosial DAN
POL PP
Setiap saat
18
![Page 19: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/19.jpg)
d. Kebutuhan Sumber Daya Pada Saat darurat
no Jenis Kebutuhan Volume Total
Kebutuhan
Keterangan
Tenda Peleton
Tenda Regu
Sepatu Bot
Masker
Sarung Tangan
Jas Hujan
Tandu
Genset
Tikar*
Papan Data*
Spidol*
Kertas*
HT
Pengeras Suara
TV
Kamera*
Bensin
Solar
Senter*
Perahu Karet
7orang
7orang
311 orang
311 buah
311 pasang
311 buah
10 buah
10 buah
90 buah
10 buah
12 buah
10 rim
45 unit
10 unit
10 unit
10 unit
1000 liter
1000 liter
90 buah
10 unit
5 unit
5 unit
311 pasang
311 buah
311 Pasang
311 buah
20 buah
10 unit
90 helai
10 buah
10 kotak
10rim
45 unit
10 unit
10 unit
10 unit
1000 ltr
1000 ltr
90 bh
10 unit
Total kebutuhan
sumber daya di
tempatkan di
kecamatan atau
posko yang telah
siapkan
19
![Page 20: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/20.jpg)
5.2. SEKTOR PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN (EVAKUASI)
a. Gambaran Umum Situasi
Akibat dari bencana, ada masyarakat yang mampu untuk menyelamatkan diri, namun apabila
intensitasnya besar maka akan banyak terdapat penduduk yang menjadi korban baik
meninggal, luka-luka maupun hilang. Bagi korban yang luka-luka perlu segera diberikan
pertolongan berupa evakuasi ketempat-tempat yang aman dan diberikan bantuan obat-obatan,
sandang dan pangan.
Sedangkan korban yang meninggal dilakukan pemakaman yang selayaknya, dan
terhadap korban yang hilang dilakukan pencarian Bagi masyarakat yang selamat namun
kehilangan tempat tinggal perlu disiapkan tempat-tempat penampungan. Selain korban jiwa,
bencana ini juga menyebabkan rusaknya fasilitas umum seperti jalan, jembatan, rumah
ibadah, rumah sakit, sekolah dan juga gedung-gedung pemerintahan.
b. Sasaran
Dapat diselamatkan dan dievakuasi korban bencana yang masih hidup.
Teridentifikasi korban yang meninggal dunia.
Terkoordinasikannya kegiatan pencarian dan penyelamatan korban yang hilang.
Terlaksananya pemakaman bagi korban yang meninggal dunia.
c. Kegiatan
20
![Page 21: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/21.jpg)
Kegiatan Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan
Menyiapkan Tim
Reaksi Cepat
Kodim 0101, Poltabes,
POL PP, SAR
Jika adanya tanda-
tanda bencana
Mengadakan koordinasi
dengan satgas dan
instansi yang terkait di
lapangan
Kodim 0101, Poltabes,
POL PP, SAR, LSM
dan Masyarakat
Setiap waktu
Menentukan dan
membuat POSKOTIS
di sekitar lokasi
pertolongan dan dibuat
di tempat yangaman
dan mudah
berkomunikasi
Kodim 0101, Poltabes,
Dinas Tata Kota, POL
PP, SAR, LSM dan
Masyarakat
Saat terjadinya
bencana
Menjauhkan massa
dari daerah berbahaya
dan mengamankan jalur
lalu lintas yang
digunakan untuk
evakuasi
Kodim 0101, Poltabes,
POL PP, SAR, Dinas
Perhubungan TIM
EVAKUASI)
Saat terjadinya
bencana
Pencarian korban
terutama yang masih
hidup dan khawatirkan
masih berada di lokasi
bencana
Kodim 0101, Poltabes,
POLPP,
SAR,RELAWAN,
MASYARAKAT,
LSM, PMI
Setelah terjadinya
bencana
21
![Page 22: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/22.jpg)
Mengambil tindakan
pencegahan dan
penyelamatan terhadap
timbulnya bencana
susulan
Kodim 0101, Poltabes,
POL PP, SAR, PMI
Setelah terjadinya
bencana
Secepat mungkin
melaksanakan evakuasi
korban dari lokasi
bencana dan
menyerahkannya
kepada tim evakuasi
atau instansi terkait
lainnya
Kodim 0101, Poltabes,
POL PP, SAR,LSM,
MASYARAKAT
Setelah
terjadinya
bencana
Mengumpulkan
jenazah bila ditemukan
korban meninggal
dunia dengan
menggunakan peralatan
yang ada serta
menyerahkannya
kepada petugas/tim
vakuasi
Kodim 0101, Poltabes,
POL PP, SAR,LSM,
MASYA RAKAT
Setelah
terjadinya
bencana
22
![Page 23: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/23.jpg)
d. Proyeksi Kebutuhan
Jenis Kebutuhan Volume Total
Kebutuhan
Keterangan
Truk
Perahu Karet
Pelampung
Tandu
Tali
Senter
Masker
Sepatu Bot
Sarung tangan
50 orang
12 orang
1 orang
1 orang
10 orang
6 baterai
1 orang
1 orang
1 orang
10 unit
6 unit
30 buah
50 buah
12 rol
12 buah
311 buah
311 psg
311 psg
Untuk barang
yang masih
kurang,
dimanfaatkan
sumber daya
yang ada dan
pembelian secara
bertahap
5.3. SEKTOR KESEHATAN
a. Gambaran Umum Situasi
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan
yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk
23
![Page 24: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/24.jpg)
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan
masalah sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-
angan saja. Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan
masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang terbaik untuk
mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di
masa akan datang, yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan datang. Salah satu
tugas manajer yang terpenting di bidang perencanaan adalah menetapkan tujuan jangka panjang
dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di luar (eksternal) dan di dalam (internal)
organisasi. (sumber Muninjaya,gde.2004. Manajemen Kesehatan : Jakarta)Analisis situasi dalam
hal ini dilakukan untuk mengahsilkan rumusan tujuan (setting strategic and operational
objectives) untuk arah pengembangan organisasi.Setelah tujuan straregis dan operasional
dirumuskan, tim perencana kemudian merancang program pengembangan (program atau product
design) yang dibutuhkan organisasi dalam hal ini di bidang kesehatan.
b. sasaran
Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi korban luka
Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi pengungsi
Terlaksananya rujukan kesehatan secara optimal
c. Kegiatan
Kegiatan Pelaksana waktu
Menyiapkan Tim
Kesehatan
a. Tim reaksi cepat
pelayanan kesehatan
b. Tim Rapid Health
Assesment penilaian
cepat kesehatan
RSU,RS Swasta,
DINKES, PMI,
Pramuka,
Hari ke-1
kejadian
24
![Page 25: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/25.jpg)
Menyiapkan obat,
bahan habis pakai, dan
alat kesehatan
DINKES, RSU, RS
Swasta
Sda
Membentuk pos
kesehatan
DINKES, PMI, Pramuka Hari ke-II dan III
Mengaktifkan
Puskesmas dan Rumah
sakit yang tidak terkena
bencana selama 24
jam (sebanyak 11 unit)
DINKES Hari ke-1
kejadian
Menyiagakan ambulan DINKES, RSU,. RS
Swasta
Sda
Menyiapkan Rumah
Sakit
Lapangan
RSU, RS Swasta Sda
Pelayanan Rujukan DINKES, RSU Sda
d. Proyeksi Kebutuhan obat, peralatan dan tenaga sektor kesehatan
25
![Page 26: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/26.jpg)
Kegiatan Satuan Total
kebutuhan
Keterangan
Obat dan
bahan
habis
pakai
Paket 20 paket Kebutuan ini
digunakan
untuk sorban
luka-luka
akibat
bencana
Obat
Spesialis
paket 1 paket
Statescope
Tensi Meter
Dokter
Umum
Perawat
Kesehatan
Tenaga
Relawan PMI
Pramuka
Supir
buah
buah
orang
orang
orang
orang
orang
unit
unit
unit
20 buah
20 buah
2 orang
15 orang
2 orang
2 orang
18 orang
18 unit
6 unit
6 unit
5.4. SEKTOR PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN ( SAR )
Tersedianya tenda dan tempat penampungan sementara untuk pengungsi dalam
jumlah mencukupi.
Tersedianya pangan dan sandang (logistik) yang memadai bagi korban/pengungsi.
Tersedianya dapur umum pelayanan/pemberian makanan di lokasi penampungan
sementara.
26
![Page 27: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/27.jpg)
Tersedianya genset dalam jumlah cukup di lokasi penampungan sementara.
Tersedianya selimut bagi pengungsi.
5.5. SEKTOR PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI
berhubungan langsung dengan masalah-masalah Transportasi, yaitu 1). Rendahnya pertumbuhan
ekonomi, 2). Kesenjangan pembangunan antar daerah, 3). Lambatnya perbaikan kesejahteraan
rakyat karena rendahnya kualitas pelayanan infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur transportasi merupakan bagian dari agenda ketiga pembangunan
Nasional, yaitu Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kita semua sudah sangat paham
bahwa transportasi merupakan katalisator utama pertumbuhan ekonomi nasional, pengembangan
wilayah dan pemersatu wilayah NKRI. Dengan demikian pembangunan infrastruktur trasnportasi
diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, andal, berkualitas,
aman dan dengan biaya yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pembangunan infrastruktur transportasi juga berfungsi sebagai pendorong pemerataan
pembangunan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil dan
melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor
utama ekonomi nasional, termasuk kelancaran arus barang ekspor dan impor.
Salah satu indikator penentuan peringkat daya saing oleh “World Economic Forum” adalah
kualitas pelayanan infrastruktur. Untuk kualitas pelayanan infrastruktur ini, Indonesia berada di
peringkat yang jauh lebih rendah, yaitu peringkat 91. Indikator diatas memperlihatkan kepada
kita bahwa percepatan perbaikan kualitas infrastruktur, termasuk infrastruktur transportasi
memang sangat mendesak. Tanpa percepatan perbaikan kualitas infrastruktur transportasi,
percepatan pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa didorong lebih cepat dan peningkatan
daya saing kita di perekonomian global tidak bisa dipacu.
a. Kegiatan
27
![Page 28: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/28.jpg)
Kegiatan Pelaksanaan Waktu
Menyiapkan armada
transportasi darat, laut,
dan udara
Dinas Perhubungan,
Kodim 0101,
Poltabes,
Pasca bencana
Personal (staffing)
Dinas Perhubungan,
Kodim 0101,
Poltabes
Setiap waktu
Persiapan BBM, Oli dan
Suku
Cadang
PEMDA, DISHUB Setiap waktu
Memberikan pengarahan
dalam melaksanakan tugas
Kodim 0101, Poltabes
SATLAK PB
Setiap waktu
Mengamankan jalur
transportasi
Poltabes Setiap waktu
5.6. SEKTOR LOGISTIK
Program Sektor Tanggap Darurat dan Logistik
a. Program Pemenuhan Kebutuhan Dasar Korban Bencana
Meliputi program pemberian bantuan darurat sandang pangan, seperti makanan,
minuman, pakaian, peralatan dapur, mandi, tempat berteduh dan pelayanan kesehatan.
28
![Page 29: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/29.jpg)
Termasuk penyediaan sarana dan prasarana darurat untuk kelancaran aktivitas
penanggulangan bencana saat keadaan darurat, seperti pembuatan jalan akses,
pengamanan lokasi bencana dari bahaya susulan.
Sasaran Program :
Daerah yang mengalami bencana, dan masyarakat yang tertimpa bencana
Indikator Target : 80 %
b. Program Penyediaan Peralatan dan Logistik Bencana
Berupa program untuk menyiapkan peralatan penanggulangan bencana bagi staff BPBD, Tim
Reaksi Cepat, Tim Pusdalops, Posko Siaga Bencana, seperti kendaraan operasional, alat
komunikasi, pakaian dan tanda pengenal, peralatan pertolongan darurat, jaket pelampung,
perahu karet, tenda komando,family, peralatan dapur, obat-obatan dll
Sasaran Program :
Staff PBD, tim Reaksi Cepat, Relawan bencana, Posko Siaga Bencana di
desa/kelurahan/kecamatan, korban bencana
Indikator Target : 80 %
c. Penyediaan Sarana Air Bersih
Program penyediaan sarana air bersih baik berupa pembangunan Instalasi Pengelohan Air
(IPA) dan jaringan pipa air minum, pemasangan sambungan rumah, pembuatan bak air
dll, dilaksanakan pada daerah-daerah atau desa/kota yang belum menikmati / tersentuh
dengan program penyediaan sarana air bersih khususnya pada daerah duri kompleks,
29
![Page 30: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/30.jpg)
Maiwa dan ibukota kabupaten. Program ini mendukung pencapaian sasaran masyarakat
yang sehat.
d. Program Penataan dan Revitalisasi Bangunan Gedung, Niaga dan Pasar serta
pembangunan Fasilitas Umum (Fasum) dan Olahraga. Meliputi program penataan dan
revitalisasi gedung niaga, pasar agar tercipta iklim yang kondusif dan aman bagi
masyakat dalam melakukan aktivitas ekonomi sehingga mampu meningkatkan perputaran
ekonomi daerah, serta penyediaan sarana dan prasarana umum bagi masyarakat seperti
pembangunan stadion mini, taman bermain, terminal, kawasan miniatur Enrekang
sebagai wadah masyakat dalam beraktifitas dan menjalankan kegiatan sosial
kemasyarakatan.
Sasaran Program :
Daerah pedesaan/perkotaan yang sarana niaganya belum memadai, serta belum memiliki
fasilitas umum yang memadai
Indikator Target : 75 %
6.7. SEKTOR SARANA DAN PRASARANA/ INFRASTRUKTUR
Tersedianya jalur penyelamatan / evakuasi ke tempat yang aman
30
![Page 31: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/31.jpg)
Tersedianya areal pengungsian dengan sarana dan prasarana (air bersih dan sanitasi)
yang memadai
Pulihnya seluruh sarana dan prasarana seperti jalur transportasi, sarana air bersih,
sarana kesehatan, dll.
a. Kegiatan
Kegiatan Pelaksanaan Waktu
Menyiapkan jalur evakuasi Dinas PU,
Bappeda
Setelah
ada tanda-
tanda
bencana
Menyiapkan lokasi
evakuasi, dengan sarana
: Pos Kesehatan, Air
Bersih, MCK, Tempat
Ibadah, Sekolah Darurat
Dinas PU,
PDAM,
Kes
ehatan,
Depag
Setelah
ada
tanda-
tanda
bencana
Memulihkan jalur
transportasi
(jalan dan jembatan)
Dinas PU Pasca Bencana
Memulihkan jaringan
listrik
PLN Pasca Bencana
Memulihkan sarana air PDAM Pasca Bencana
31
![Page 32: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/32.jpg)
bersih
Memulihkan jaringan
komunikasi
TELKOM Pasca Bencana
BAB VI
32
![Page 33: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/33.jpg)
RENCANA TINDAK LANJUT
LEMBAR KOMITMEN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)
No
.
Kegiatan Penanggung
jawab/kordinator
Pelaku/pelaksana Waktu
pelaksanaan
kegiatan
1 Membentuk Posko Utama DINAS P3BA DINAS P3BA Segera setelah
mendapatkan
informasi
bencana dari
BMKG.
2 Memenuhi pelayanan
logistik dengan mendirikan
posko-posko,tenda
pengungsian dilengkapi
dapur umum dengan tetap
memperhatikan kelompok
rentan.
DINAS P3BA
dan Bupati
Lampung
Selatan
DINAS P3BA,
TNI,POLRI,POL
PP,Kesehatan,
Telematika,
Kimpraswil,Nakersos
Setiap Hari
3 menyelenggarakan posko
kesehatan di setiap barak
pengungsian dan balai
kesehatan lain.
DINAS P3BA DINAS P3BA,
TNI,POLRI,POL
PP,Kesehatan,
Telematika,
Kimpraswil,Nakersos
Setiap Hari
4 Mengidentifkasi jenis-jenis
bantuan, menghimpun
bantuan serta
mendistribuikannya
DINAS P3BA DINAS P3BA,
TNI,POLRI,POL
PP,Kesehatan,
Telematika,
Kimpraswil,Nakersos
Setiap Hari
5 Latihan simulasi Evakuasi DINAS P3BA DINAS P3BA, Setiap saat
33
![Page 34: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/34.jpg)
korban, meninggal dunia
dan yang masih hidup TNI,POLRI,POL
PP,Kesehatan,
Telematika,
Kimpraswil,Nakersos
6 Menyebarluaskan informasi
tentang bencana yang terjadi
DINAS P3BA DINAS P3BA,
TNI,POLRI,POL
PP,Kesehatan,
Telematika,
Kimpraswil,Nakersos
Setiap saat
34
![Page 35: Isi](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062519/55cf97ee550346d0339483d6/html5/thumbnails/35.jpg)
BAB VII
PENUTUP
7. 1 KESIMPULAN
Untuk menanggulangi bencana alam dengan tingkat penggolongan yang bermacam
macam diperlukan kesigapan dan tindakan yang efektif dan efisien. Di daerah rawan
kedaruratan dan bencana sangat diperlukan upaya kegitan koordinasi dan peningkatan
kualitas kepemimpinan untuk penanggulangan masalah kesehatan terutam pada tahap
tanggap darurat, dimana kelangkaan sumber daya sering menjadi faktor penghambat,
penyulit dan kendala koordinasi. Dengan adanya acuan dan pedoman bagi petugas kesehatan
dan petugas lain yang terkait maka hasil penanggulangan masalah kesehatan diharapkan
menjadi lebih efektif dan efisien.
35