Isi

49
BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN RENCANA KONTIJENSI Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjens adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi. Rencana kontinjensi lahir dari proses perencanaan kontinjensi. Proses perencanaan tersebut melibatkan sekelompok orang atau organisasi yang bekerjasama secara berkelanjutan untuk merumuskan dan mensepakati tujuan-tujuan bersama, mendefinisikan tanggung jawab dan tindakan-tindakan yang harus diambil oleh masing-masing pihak. Rencana kontijensi disusun dalam tingkat yang dibutuhkan. Perencanaan kontinjensi merupakan pra-syarat bagi tanggap darurat yang cepat dan efektif. Tanpa perencanaan kontinjensi sebelumnya, banyak waktu akan terbuang dalam beberapa hari pertama menanggapi keadaan darurat tersebut. Perencanaan kontinjensi akan membangun kapasitas sebuah organisasi dan harus menjadi dasar bagi rencana operasi dan tanggap darurat. 1

description

Isi

Transcript of Isi

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN RENCANA KONTIJENSI

Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi,

tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjens adalah suatu proses identifikasi dan

penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut.

Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang

diperkirakan tidak terjadi. Rencana kontinjensi lahir dari proses perencanaan kontinjensi. Proses

perencanaan tersebut melibatkan sekelompok orang atau organisasi yang bekerjasama secara

berkelanjutan untuk merumuskan dan mensepakati tujuan-tujuan bersama, mendefinisikan

tanggung jawab dan tindakan-tindakan yang harus diambil oleh masing-masing pihak. Rencana

kontijensi disusun dalam tingkat yang dibutuhkan. Perencanaan kontinjensi merupakan pra-

syarat bagi tanggap darurat yang cepat dan efektif. Tanpa perencanaan kontinjensi sebelumnya,

banyak waktu akan terbuang dalam beberapa hari pertama menanggapi keadaan darurat tersebut.

Perencanaan kontinjensi akan membangun kapasitas sebuah organisasi dan harus menjadi dasar

bagi rencana operasi dan tanggap darurat.

B. TUJUAN

Dokumen rencana kontijensi ini disusun bertujuan sebagai pedoman penanganan bencana

letusan G. Merapi pada saat tanggap darurat bencana yang cepat dan efektif serta sebagai dasar

memobilisasi sumber daya para pemangku kepentingan (stake holder) yang mengambil peran

dalam penyusunan kontijensi plan.

1

Page 2: Isi

C. SIFAT RENCANA KONTIJENSI

Dokumen rencana kontijensi letusan G Merapi bersifat :

1. Partisipatif, disusun oleh multi sektor dan multi pihak

2. Dinamis dan selalu terbarukan

D. LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan persiapan pekerjaan dengan cara berkomunikasi dan berkoordinasi dengan

instansi terkait di tingkat kabupaten, kecamatan, dan Desa.

2. Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder baik melalui fasilitasi

Participatory

Rural Appraisal, Participatory Action Research, survei lapangan, Focus Group

Discussion,

maupun melalui wawancara langsung dengan instansi/dinas terkait.

3. Melakukan kajian partisipatif resiko bencana berdasarkan pengetahuan lokal

masyarakat

Kabupaten Lampung Selatan.

4. Melakukan pendataan kapasitas dan kerentanan yang ada diantaranya , yang

meliputi:

- Sektor Sumber Daya Manusia

- Sektor Sumber Daya Alam

- Sektor Sumber Daya Sosial

- Sektor Infrastruktur

- Sektor Ekonomi

5. Memfasilitasi pihak-pihak terkait untuk dapat melakukan tugas dan fungsinya

terutama

pada saat darurat melalui pertemuan rutin.

2

Page 3: Isi

6. Melakukan evaluasi dan merealisasikan kesiapan Pemerintah Wilayah Kabupaten

Lampung Selatan saat menghadapi bencana melalui aplikasi skenario dan pembuatan

prosedur tetap kejadian bencana.

Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan yang dilaksanakan untuk Perencanaan Kontijensi Wilayah Kabupaten Lampung

Selatan ditunjukkan seperti pada Tabel 1 di bawah ini:

No KEGIATAN Des Jan Feb

1 Persiapan

2 Studi data literatur

3 ToT dan pembuatan peta

risiko bencana

4 Workshop Rencana

Kontijensi Kalianda

5 Kunjungan lapangan rencana

kontijensi

6 Rutin Meeting Rencana

Kontijensi

7 Finalisasi Rencana Kontijensi

Tabel 1. Perencanaan Kontijensi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

A. TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA KONTIJENSI

Kegiatan penyusunan rencana kontijensi ini dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1.Penyamaan persepsi terhadap semua pelaku penanggulangan bencana Merapi tentang

pentingnya kontingensi plan.

3

Page 4: Isi

2.Pengumpulan data dan updating

3.Pengumpulan data dilakukan pada semua sektor penanganan bencana dan lintas administratif.

4. Verfikasi data

5. Analisa data sumberdaya yang ada dibandingkan proyeksi kebutuhan penanganan bencana

saat tanggap darurat.

6. Penyusunan rancangan awal kontinjensi plan.

7. Penyusunan naskah akademis, pembahasan dan perumusan dokumen kontingensi plan yang

disepakati.

8. Publik hearing/konsultasi public hasil rumusan kontingensi plan.

9. Penyebaran/disemenasi dokumen kontigensi plan kepada semua

pelaku penanggulangan bencana (multi stake holder).

A. AKTIVASI RENCANA KONTIJENSI

Aktivasi rencana kontijensi dilaksanakan setelah terdapat tandatanda peringatan dini akan

datangnya ancaman G. Merapi dari hasil kajian lembaga teknis ”BPPTK” LAMPUNG

SELATAN pada saat status aktivitas Merapi”SIAGA”.

4

Page 5: Isi

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Topografi

Kabupaten Lampung Selatan keadaan tanahnya dibagian selatan relatif datar kecuali

daerah perbukitan dibagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan

Gamping.Makin ke utara relatif miring dan dibagian utara sekitar Lereng Merapi relatif

terjal serta terdapat sekitar 100 sumber mata air.Hampir setengah dari luas wilayah

merupakan tanah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan

selatan.Topografi dapat dibedakan atas dasar ketinggian tempat dan kemiringan lahan

(lereng).

Ketinggian

Ketinggian wilayah Kabupaten Lampung Selatan berkisar antara < 100 sd>1000 m dari

permukaan laut. Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu ketinggian <

100 m, 100 – 499 m, 500 – 999 m dan > 1000 m dari permukaan laut. Ketinggian < 100

m dari permukaan laut seluas 6.203 ha atau 10,79 % dari luas wilayah terdapat di

Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Prambanan, Gamping dan Berbah. Ketinggian >

100 – 499 m dari permukaan laut seluas 43.246 ha atau 75,32 % dari luas wilayah,

terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian > 500 – 999 m dari permukaan laut meliputi luas

6.538 ha atau 11,38 % dari luas wilayah, meliputi Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan

Cangkringan. Ketinggian > 1000 m dari permukaan laut seluas 1.495 ha atau 2,60 % dari

luas wilayah meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan.

Kemiringan Lahan ( Lereng)

Dari Peta topografi skala 1 : 50.000 dapat dilihat ketinggian dan jarak horisontal untuk

menghitung kemiringan (Lereng).Hasil analisa peta yang berupa data kemiringan lahan

dogolongkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu lereng 0 – 2 %; > 2 – 15 %; > 15 – 40 %; dan

> 40 %. Kemiringan 0 – 2 % terdapat di 15 (lima belas ) Kecamatan meliputi luas 34.128

ha atau 59,32 % dari seluruh wilayah lereng, > 2 – 15 % terdapat di 13 (tiga belas )

Kecamatan dengan luas lereng 18.192 atau 31,65 % dari luas total wilayah. Kemiringan

5

Page 6: Isi

lahan > 15 – 40 % terdapat di 12 ( dua belas ) Kecamatan luas lereng ini sebesar 3.546 ha

atau 6,17 % , lereng > 40 % terdapat di Kecamatan Godean, Gamping, Berbah,

Prambanan, Turi, Pakem dan Cangkringan dengan luas 1.616 ha atau 2,81 %.

B. Letak koordinat

Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ Lintang Selatan

dan 110° 12′ 34″ – 110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah kabupaten Lampung Selatan

508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran

rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur,

secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta

perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh

wilayah).

Wilayah Kabupaten Lampung Selatan meliputi 17 kecamatan terdiri atas 86 desa

sebagian besar berada pada kawasan rawan bencana baik yang berasal dari Gunung

Merapi, gempa bumi, banjir lahar maupun oleh angin ribut. Kawasan rawan bencana

Gunung Merapi meliputi 7 kecamatan, baik bahaya primer (erupsi Merapi) maupun

sekunder (banjir lahar dingin).Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang teraktif

di dunia. Periode ulang aktivitas erupsi berkisar antara 2–7 tahun.Aktivitas erupsi gunung

Merapi dengan ciri khas mengeluarkan lava pijar dan awan panas, tanpa membentuk

kaldera (kawah).Arah letusan Merapi selalu berubah-ubah.Sejak tahun 1961arah letusan

Merapi mengarah ke baratdaya menuju hulu Kali Batangdan Kali Senowo. Puncak

letusan terjadi pada tanggal 8 Mei 1961membuat bukaan kawah mengarah ke baratdaya

dan memuntahkanmaterial sebanyak 42,4 juta m3. Letusan selanjutnya terjadi pada tahun

1967, 1968 dan 1969 arah letusan ke hulu Batang, Bebeng dan Krasakdengan jarak

luncur 9-12 km. Selanjutnya letusan tahun 1984 terjaditanggal 15 Juni 1984 yang disertai

awan panas mengarah ke huluSungai Blongkeng, Putih, batang dan krasak. Material

yangdimuntahkan sebesar 4,5 juta m3. Letusan terjadi kembali pada tahun1986, 1992,

1994, 1997, 2001, dan 2005.

Letusan 1994 mengarah menuju ke hulu Kali Krasak, Bebengdan Boyong dengan jarak

luncur mencapai 5 km di hulu Kali Boyong.Erupsi Merapi yang disertai luncuran awan

6

Page 7: Isi

panas menelan korbanmanusia sebanyak 63 orang di Dsn Turgo Desa

PurwobinangunPakem, memporakporandakan harta benda masyarakat, fasilitas

dansarana serta prasarana umum, kawasan wisata, hutan lindung danbeban psikologis

masyarakat yang masih dirasakan sampai sekarang.Sementara itu sejak aktivitas erupsi

Merapi tahun 2006 bukaankawah berubah ke arah tenggara dan timur, sehingga arah

aliran laharpanas dan awan panas menuju ke hulu Kali Gendol dan Opak diwilayah

Lampung Selatan serta Kali Woro di wilayah Klaten. Setelah runtuhnya“geger boyo”

pasca erupsi 14 Juni 2006 yang selama ini berfungsimenahan aliran lahar panas maka

ancaman bahaya luncuran laharpanas yang disertai awan panas menuju hulu Kali Gendol

dan Kali

Opak semakin besar,

7

Page 8: Isi

BAB III

SKENARIO KEJADIAN

Berdasarkan skenario yang ditetapkan, kerusakan dan kerugian yang diperkirakan terjadi

akan berdampak pada:

a. Penduduk

Dari hasil skenario diatas diperkirakan gambaran kondisi penduduk saat terjadi erupsi

anak Gunung krakatau terjadi gelombang pengungsian yang fluktuatif setiap harinya.

Berdasarkan pengalaman tahun 1883 bahwa kisaran pengungsi yang berada di barak adalah 30%

yang kebanyakan terdiri dari lansia, ibu-ibu, anak-anak dan difabel. Kebanyakan laki-laki

dewasa tetap melakukan aktifitas mencari nafkah dan melakukan pengamanan di kampungnya,

tetapi pada tabel perkiraan dampak, disepakati bahwa penduduk di di daerah pantai lampung

selatan dan pesisir teluk betung kemungkinan 90% menjadi pengungsi. Gambaran data

penduduk pada kawasan terancam awan panas dan perkiraan dampak letusan anak Gunung

b. Ekonomi

Dari sektor ekonomi diperkirakan bencana erupsi anak Gunung krakatau yang pasti akan

melumpuhkan perekonomian di wilayah pesisir –pesisir karena wilayah mereka terkena erupsi

gunung anak krakatau.

d. Pemerintahan

Dampak bencana yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pemerintahan, terutama

terganggunya fungsi administrasi karena sebagian besar aparat pemerintah menyelenggarakan

tanggap darurat dan lokasi kantor untuk pengungsian.

8

Page 9: Isi

e. Lingkungan

Dampak bencana juga diperkirakan akan berpengaruh terhadap lingkungan berupa Hutan,

kebun, peternakan dan Pertanian.

9

Page 10: Isi

BAB IV

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Dalam rencana kontijensi bencana Erupsi Gunung merapi PemerintahKabupaten Lampung

Selatan mengambil beberapa kebijakan yang merupakanpenetapan landasan kegiatan untuk

mencapai penanggulanagan bencanayang efektif dan strategi untuk dikoordinasikan ke segenap

jajaran yang terkait,dengan perincian sebagai berikut :

a. Kebijakan

1. Minimalisasi korban meninggal ( road to zero victim)

2. Penanganan bencana alam berbasiskan komunitas masyarakat.

3. Titik berat kegiatan penanganan bencana banyak dilakukan pada fase pra bencana

(pengurangan resiko bencana)

4. Memadukan mitigasi fisik dan mitigasi non fisik

5. Memberikan perlindungan perhatian khususnya kelompok rentan, serta memenuhi

kebutuhan dasar secara realistis

6. Memberikan penyelamatan dan perlindungan kepada masyarakat sesuai skala prioritas

tanpa diskriminasi

7. Memberdayakan segenap potensi yang ada dan menghindari terjadinya ego sector

8. Melakukan kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dan anatar negara dalam

menggalang bantuan, dengan tetap memperhatikan etika kebangsaan

b. Strategi

1. Membentuk Posko Utama di Pakem sebagai fungsi manajemen dan koordinasi

penanganan bencana.

2. Memenuhi pelayanan logistik dengan mendirikan posko-posko,tenda pengungsian

dilengkapi dapur umum dengan tetap memperhatikan kelompok rentan.

3. Memenuhi pelayanan kesehatan dengan menyelenggarakan posko kesehatan di setiap

barak pengungsian dan balai kesehatan lain.

10

Page 11: Isi

4. Memenuhi pelayanan sarana-prasarana kehidupan (transport,tempat tinggal sementara,

sanitasi) di barak/tenda pengungsian (MCK, air bersih), dengan tetap memperhatikan

kelompok rentan.

5. Mengidentifkasi jenis-jenis bantuan, menghimpun bantuan sertamendistribuikannya

6. Memberikan informasi yang jelas kepada pihak yang membutuhkan

7. Memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai kebajikandalam penanganan

bencana

8. Evakuasi korban, meninggal dunia dan yang masih hidup melalui relawan, tim SAR,

LSM, dll

9. Penanganan Pengungsi (tenda, logistik, sarana dan prasarana lainnya), lembaga terkait

10. Mengidentifikasi negara-negara yang memungkinkan memberikan bantuan secara

sukarela

11. Menyebarluaskan informasi tentang bencana yang terjadi melalui, media cetak,

elektronik dan telematika Rencana

1.1. Kebijakan Pembagian Kelompok Tugas Dan Fungsi

Adapun Tugas Pokok dan Fungsi dari tiap – tiap kelompok tugas :

1. Pokgas Evakuasi

Adapun Tugas dan fungsi dari Kelompok Evakuasi adalah sebagai

berikut:

a. Mengatur proses evakuasi

b. Menyiapkan kebutuhan evakuasi

c. Mengkoordinir masyarakat untuk proses evakuasi

d. Menjaga keselamatan proses evakuasi

e. Menyiapkan tempat – tempat evakuasi

f. Menyiapkan rambu – rambu evakuasi

11

Page 12: Isi

2. Pokgas Pencarian, Pertolongan Dan Penyelamatan

a. Mobilisasi peralatan pertolongan, pencarian dan penyelamatan

b. Menolong, menyelamatkan dan mencari korban yang masih hidup

c. Melakukan pemisahan korban bencana menurut kondisinya

d. Membuat laporan hasil pencarian

3. Pokgas Kesehatan

a. Mendirikan klinik lapangan dan mempersiapkan peralatan

b. perlengkapan untuk pengobatan.

c. Menyiapkan tenaga relawan kesehatan

d. Melakukan treatment lapangan

e. Mengirim pasien rujukan ke rumah sakit rujukan

f. Memantau kondisi fisik dan mental korban

g. Menjaga kualitas air minum (watsan)

h. Pembinaan atau pencegahan trauma fisik

i. Melakukan diagnosa klinik dan mental

12

Page 13: Isi

4. Pokgas Rehabilitasi, Rekonsiliasi dan Relokasi

a. Mengatur lokasi relokasi pengungsian yang aman dan aksebilitas

b. Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung lainnya (radio dan alat

komunikasi)

c. Penentuan lokasi untuk relokasi korban wilayah bencana

d. Pembangunan dan pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana

e. Recovery plan untuk berfungsikan sesegera mungkin fasilitas

5. Pokgas Sosial

a. Menyiapkan kebutuhan makanan dan pangan untuk para korban

b. bencana

c. Menyiapkan kebutuhan tempat penampungan sementara untuk para korban

bencana

d. Menyiapkan kebutuhan dapur umum

e. Membantu kelangsungan hidup masyarakat yang selamat dari bencana

f. Pengelolaan bantuan untuk para korban bencana

g. Mendirikan media center yang terkait dengan informasi bantuan dan pengungsi.

h. Pengumpulan informasi korban/mayat, logistik dan kesiapsiagaan setiap lembaga

terkait.

6. Pokgas Pemberdayaan Masyarakat

a. Mensosialisasikan kesiapsiagaan terhadap bencana kepada

b. masyarakat.

13

Page 14: Isi

c. Membentuk organisasi kebencanaan di tingkat desa

d. Membuat pelatihan penanggulangan bencana kepada masyarakat

e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kebencanaan terhadap masyarakat luas.

f. Membuat drill kebencanaan kepada masyarakat luas.

1.2. Kebijakan Sistem Komunikasi Dan Koordinasi Keadaan Darurat

Sistim komunikasi dan koordinasi yang ada di kota Bandar Lampung masih sangat rumit

sehingga setiap dinas/lembaga terkait dengan bencana masih berpedoman pada protap

darimasing-masing dinas terkait, sehingga masih banyak terdapat tumpang tindih kegiatan dan

rumitnya sistem informasi dan koordinasi antar dinas/lembaga terkait. Dengan adanya satu

pedoman padaperencanaan kontijenjesi ini dapat membangun suatu sistem informasi dan

koordinasi yang lebih mudah sehinnga tidak terjadikekeliruan dantiap dinas/lembaga dapat

melakukan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsinya.

Menurut informasi dari SATKORLAK ProvinsiLampung, keterlibatan pihaknya dalam

penanggulangan bencana di Kota Banda Aceh adalah sebagai tempat koordinasi dan kegiatan

yang dilakukan adalah dibawah koordinasi pihak SATLAK Kota Bandar Lampung.

Adapun kebijakan untuk sistim infomasi dan koordinasi pada saat

darurat adalah sebagai berikut:

Dari alur informasi dan koordinasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Informasi (warning I, II, III dan IV) yang di terima dari BMG melalui SMS oleh

ketua SATLAK PB (wali kota Bandar lampung) dan melalui Rannet diterima oleh

ROPUSDALOP kota Bandar Lampung.

b. Setelah Petugas ROPUSDALOP menerima Warning dari BMG, kemudian

14

Page 15: Isi

menginformasikan kepada Wali Kota lewat alat komunikasi HP atau Handy Talky (HT).

c. Ketua Satlak memerintahkan petugas Ropusdalop untuk mengaktifkan sirine dan

menunjuk Dandim atau Kapoltabes sebagai Incident chief Commander, serta

mengaktifkan semua anggota SATLAK dan menjadikan Rupusdalop sebagai crisis

center.

d. Perintah yang diterima petugas ropusdalop dari ketua SATLAK di semua

koordinator

e. Kelompok Tugas SATLAK untuk berkumpul di Crisis Centre untuk diadakan rapat

koordinasi dan mengaktifkan.

f. Incident Chief Commander menghubungi semua koordinator kelompok tugas untuk

berkumpul di crisis centre dan memerintahkan untuk mengaktifkan semua anggota

pokgas

g. Koordinator kelompok tugas memerintahkan semua anggota pokgas untuk segera

melakukan tindakan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1.3. Penentuan tempat evakuasi

Pihak SATLAK harus membuat inventaris dari gedung-gedung yang

bisa adi gunakan untuk evakuasi (escape building) dan daerah daratan tinggi (escape

hill) peta tempat evakuasi dapat dilihat pada lampiran II.

Pembangunan tempat evakuasi dibagi dalam 3 zona:

15

Page 16: Isi

a. instant death zona harus mempunyai ketinggian minimum 9 meter.

b. Direct impact zone harus mempunyai ketinngian minimun 6 meter

c. Evacuation zone harus mempunyai ketinggian minimum 3 meter

16

Page 17: Isi

BAB V

PERENCANAAN SEKTORAL

5.1. SEKTOR MANAJEMEN DAN KOORDINASI

a. Gambaran Umum Situasi

Apabila terjadi bencana banjir dan tanah longsor

Akan terjadi kepanikan.

Semua infrastruktur dan asset yang ada akan porak-poranda.

Terganggunya roda pemerintahan akibat kerusakan sebagian sumber daya

pemerintahan.

Terputusnya akses dan hubungan denganpihak luar baik

transportasi maupun komunikasi.

Banyaknya bantuan yang datang dari berbagai pihak dengan berbagai macam

bentuk baik berupa obat-obatan, sandang, pangan

b. Sasaran

Mobilisasi sumberdaya yang ada akan melakukan tanggap darurat.

Terkendalinya penanganan bencana.

Terkoordinasi upaya penanganan dan bantuan.

Terinventaris kerugian dan korban yang ditimbulkan

c. Kegiatan

no kegiatan Pelakuan / instansi waktu

1 Membuat posko SATLAK PB Setelahnya

17

Page 18: Isi

tanda-tanda

2 Menyiapkan TIM Kodim 0101,

Poltabes, POL

PP, SAR,

ORARI, LSM

RELAWAN

Jika

terjadinya

tanda-

tanda

bencana

3 Mengkoord

inasikan kegiatan

sektoral

SATLAK PB Setiap hari

4 Membuat laporan

menyeluruh

SATLAK PB Setiap hari

5 Memberikan arah

pelaksanaan

SATLAK PB Setiap waktu

6 Menerima dan

menyampaikan

informasi tentang

perkembangan

situasi

SATLAK PB,

Kodim, Poltabes,

Dinas Sosial DAN

POL PP

Setiap saat

7 Mengkoordinir

kebutuhan-

Kebutuhan di

lapangan dan

keamanan

SATLAK PB,

Kodim, Poltabes,

Dinas Sosial DAN

POL PP

Setiap saat

18

Page 19: Isi

d. Kebutuhan Sumber Daya Pada Saat darurat

no Jenis Kebutuhan Volume Total

Kebutuhan

Keterangan

Tenda Peleton

Tenda Regu

Sepatu Bot

Masker

Sarung Tangan

Jas Hujan

Tandu

Genset

Tikar*

Papan Data*

Spidol*

Kertas*

HT

Pengeras Suara

TV

Kamera*

Bensin

Solar

Senter*

Perahu Karet

7orang

7orang

311 orang

311 buah

311 pasang

311 buah

10 buah

10 buah

90 buah

10 buah

12 buah

10 rim

45 unit

10 unit

10 unit

10 unit

1000 liter

1000 liter

90 buah

10 unit

5 unit

5 unit

311 pasang

311 buah

311 Pasang

311 buah

20 buah

10 unit

90 helai

10 buah

10 kotak

10rim

45 unit

10 unit

10 unit

10 unit

1000 ltr

1000 ltr

90 bh

10 unit

Total kebutuhan

sumber daya di

tempatkan di

kecamatan atau

posko yang telah

siapkan

19

Page 20: Isi

5.2. SEKTOR PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN (EVAKUASI)

a. Gambaran Umum Situasi

Akibat dari bencana, ada masyarakat yang mampu untuk menyelamatkan diri, namun apabila

intensitasnya besar maka akan banyak terdapat penduduk yang menjadi korban baik

meninggal, luka-luka maupun hilang. Bagi korban yang luka-luka perlu segera diberikan

pertolongan berupa evakuasi ketempat-tempat yang aman dan diberikan bantuan obat-obatan,

sandang dan pangan.

Sedangkan korban yang meninggal dilakukan pemakaman yang selayaknya, dan

terhadap korban yang hilang dilakukan pencarian Bagi masyarakat yang selamat namun

kehilangan tempat tinggal perlu disiapkan tempat-tempat penampungan. Selain korban jiwa,

bencana ini juga menyebabkan rusaknya fasilitas umum seperti jalan, jembatan, rumah

ibadah, rumah sakit, sekolah dan juga gedung-gedung pemerintahan.

b. Sasaran

Dapat diselamatkan dan dievakuasi korban bencana yang masih hidup.

Teridentifikasi korban yang meninggal dunia.

Terkoordinasikannya kegiatan pencarian dan penyelamatan korban yang hilang.

Terlaksananya pemakaman bagi korban yang meninggal dunia.

c. Kegiatan

20

Page 21: Isi

Kegiatan Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan

Menyiapkan Tim

Reaksi Cepat

Kodim 0101, Poltabes,

POL PP, SAR

Jika adanya tanda-

tanda bencana

Mengadakan koordinasi

dengan satgas dan

instansi yang terkait di

lapangan

Kodim 0101, Poltabes,

POL PP, SAR, LSM

dan Masyarakat

Setiap waktu

Menentukan dan

membuat POSKOTIS

di sekitar lokasi

pertolongan dan dibuat

di tempat yangaman

dan mudah

berkomunikasi

Kodim 0101, Poltabes,

Dinas Tata Kota, POL

PP, SAR, LSM dan

Masyarakat

Saat terjadinya

bencana

Menjauhkan massa

dari daerah berbahaya

dan mengamankan jalur

lalu lintas yang

digunakan untuk

evakuasi

Kodim 0101, Poltabes,

POL PP, SAR, Dinas

Perhubungan TIM

EVAKUASI)

Saat terjadinya

bencana

Pencarian korban

terutama yang masih

hidup dan khawatirkan

masih berada di lokasi

bencana

Kodim 0101, Poltabes,

POLPP,

SAR,RELAWAN,

MASYARAKAT,

LSM, PMI

Setelah terjadinya

bencana

21

Page 22: Isi

Mengambil tindakan

pencegahan dan

penyelamatan terhadap

timbulnya bencana

susulan

Kodim 0101, Poltabes,

POL PP, SAR, PMI

Setelah terjadinya

bencana

Secepat mungkin

melaksanakan evakuasi

korban dari lokasi

bencana dan

menyerahkannya

kepada tim evakuasi

atau instansi terkait

lainnya

Kodim 0101, Poltabes,

POL PP, SAR,LSM,

MASYARAKAT

Setelah

terjadinya

bencana

Mengumpulkan

jenazah bila ditemukan

korban meninggal

dunia dengan

menggunakan peralatan

yang ada serta

menyerahkannya

kepada petugas/tim

vakuasi

Kodim 0101, Poltabes,

POL PP, SAR,LSM,

MASYA RAKAT

Setelah

terjadinya

bencana

22

Page 23: Isi

d. Proyeksi Kebutuhan

Jenis Kebutuhan Volume Total

Kebutuhan

Keterangan

Truk

Perahu Karet

Pelampung

Tandu

Tali

Senter

Masker

Sepatu Bot

Sarung tangan

50 orang

12 orang

1 orang

1 orang

10 orang

6 baterai

1 orang

1 orang

1 orang

10 unit

6 unit

30 buah

50 buah

12 rol

12 buah

311 buah

311 psg

311 psg

Untuk barang

yang masih

kurang,

dimanfaatkan

sumber daya

yang ada dan

pembelian secara

bertahap

5.3. SEKTOR KESEHATAN

a. Gambaran Umum Situasi

 Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan

yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,

menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk

23

Page 24: Isi

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan

masalah sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-

angan saja. Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan

masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang terbaik untuk

mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di

masa akan datang, yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan datang. Salah satu

tugas manajer yang terpenting di bidang perencanaan adalah menetapkan tujuan jangka panjang

dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di luar (eksternal) dan di dalam (internal)

organisasi. (sumber Muninjaya,gde.2004. Manajemen Kesehatan : Jakarta)Analisis situasi dalam

hal ini dilakukan untuk mengahsilkan rumusan tujuan (setting strategic and operational

objectives) untuk arah pengembangan organisasi.Setelah tujuan straregis dan operasional

dirumuskan, tim perencana kemudian merancang program pengembangan (program atau product

design) yang dibutuhkan organisasi dalam hal ini di bidang kesehatan.

b. sasaran

Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi korban luka

Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi pengungsi

Terlaksananya rujukan kesehatan secara optimal

c. Kegiatan

Kegiatan Pelaksana waktu

Menyiapkan Tim

Kesehatan

a. Tim reaksi cepat

pelayanan kesehatan

b. Tim Rapid Health

Assesment penilaian

cepat kesehatan

RSU,RS Swasta,

DINKES, PMI,

Pramuka,

Hari ke-1

kejadian

24

Page 25: Isi

Menyiapkan obat,

bahan habis pakai, dan

alat kesehatan

DINKES, RSU, RS

Swasta

Sda

Membentuk pos

kesehatan

DINKES, PMI, Pramuka Hari ke-II dan III

Mengaktifkan

Puskesmas dan Rumah

sakit yang tidak terkena

bencana selama 24

jam (sebanyak 11 unit)

DINKES Hari ke-1

kejadian

Menyiagakan ambulan DINKES, RSU,. RS

Swasta

Sda

Menyiapkan Rumah

Sakit

Lapangan

RSU, RS Swasta Sda

Pelayanan Rujukan DINKES, RSU Sda

d. Proyeksi Kebutuhan obat, peralatan dan tenaga sektor kesehatan

25

Page 26: Isi

Kegiatan Satuan Total

kebutuhan

Keterangan

Obat dan

bahan

habis

pakai

Paket 20 paket Kebutuan ini

digunakan

untuk sorban

luka-luka

akibat

bencana

Obat

Spesialis

paket 1 paket

Statescope

Tensi Meter

Dokter

Umum

Perawat

Kesehatan

Tenaga

Relawan PMI

Pramuka

Supir

buah

buah

orang

orang

orang

orang

orang

unit

unit

unit

20 buah

20 buah

2 orang

15 orang

2 orang

2 orang

18 orang

18 unit

6 unit

6 unit

5.4. SEKTOR PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN ( SAR )

Tersedianya tenda dan tempat penampungan sementara untuk pengungsi dalam

jumlah mencukupi.

Tersedianya pangan dan sandang (logistik) yang memadai bagi korban/pengungsi.

Tersedianya dapur umum pelayanan/pemberian makanan di lokasi penampungan

sementara.

26

Page 27: Isi

Tersedianya genset dalam jumlah cukup di lokasi penampungan sementara.

Tersedianya selimut bagi pengungsi.

5.5. SEKTOR PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI

berhubungan langsung dengan masalah-masalah Transportasi, yaitu 1). Rendahnya pertumbuhan

ekonomi, 2). Kesenjangan pembangunan antar daerah, 3). Lambatnya perbaikan kesejahteraan

rakyat karena rendahnya kualitas pelayanan infrastruktur.

Pembangunan infrastruktur transportasi merupakan bagian dari agenda ketiga pembangunan

Nasional, yaitu Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Kita semua sudah sangat paham

bahwa transportasi merupakan katalisator utama pertumbuhan ekonomi nasional, pengembangan

wilayah dan pemersatu wilayah NKRI. Dengan demikian pembangunan infrastruktur trasnportasi

diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, andal, berkualitas,

aman dan dengan biaya yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pembangunan infrastruktur transportasi juga berfungsi sebagai pendorong pemerataan

pembangunan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil dan

melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor

utama ekonomi nasional, termasuk kelancaran arus barang ekspor dan impor.

Salah satu indikator penentuan peringkat daya saing oleh “World Economic Forum” adalah

kualitas pelayanan infrastruktur. Untuk kualitas pelayanan infrastruktur ini, Indonesia berada di

peringkat yang jauh lebih rendah, yaitu peringkat 91. Indikator diatas memperlihatkan kepada

kita bahwa percepatan perbaikan kualitas infrastruktur, termasuk infrastruktur transportasi

memang sangat mendesak. Tanpa percepatan perbaikan kualitas infrastruktur transportasi,

percepatan  pertumbuhan ekonomi nasional tidak  bisa didorong lebih cepat dan peningkatan

daya saing kita di perekonomian global tidak bisa dipacu.

a. Kegiatan

27

Page 28: Isi

Kegiatan Pelaksanaan Waktu

Menyiapkan armada

transportasi darat, laut,

dan udara

Dinas Perhubungan,

Kodim 0101,

Poltabes,

Pasca bencana

Personal (staffing)

Dinas Perhubungan,

Kodim 0101,

Poltabes

Setiap waktu

Persiapan BBM, Oli dan

Suku

Cadang

PEMDA, DISHUB Setiap waktu

Memberikan pengarahan

dalam melaksanakan tugas

Kodim 0101, Poltabes

SATLAK PB

Setiap waktu

Mengamankan jalur

transportasi

Poltabes Setiap waktu

5.6. SEKTOR LOGISTIK

Program Sektor Tanggap Darurat dan Logistik

a. Program Pemenuhan Kebutuhan Dasar Korban Bencana

Meliputi program pemberian bantuan darurat sandang pangan, seperti makanan,

minuman, pakaian, peralatan dapur, mandi, tempat berteduh dan pelayanan kesehatan.

28

Page 29: Isi

Termasuk penyediaan sarana dan prasarana darurat untuk kelancaran aktivitas

penanggulangan bencana saat keadaan darurat, seperti pembuatan jalan akses,

pengamanan lokasi bencana dari bahaya susulan.

Sasaran Program :

Daerah yang mengalami bencana, dan masyarakat yang tertimpa bencana

Indikator Target : 80 %

b. Program Penyediaan Peralatan dan Logistik Bencana

Berupa program untuk menyiapkan peralatan penanggulangan bencana bagi staff BPBD, Tim

Reaksi Cepat, Tim Pusdalops, Posko Siaga Bencana, seperti kendaraan operasional, alat

komunikasi, pakaian dan tanda pengenal, peralatan pertolongan darurat, jaket pelampung,

perahu karet, tenda komando,family, peralatan dapur, obat-obatan dll

Sasaran Program :

Staff PBD, tim Reaksi Cepat, Relawan bencana, Posko Siaga Bencana di

desa/kelurahan/kecamatan, korban bencana

Indikator Target : 80 %

c. Penyediaan Sarana Air Bersih

Program penyediaan sarana air bersih baik berupa pembangunan Instalasi Pengelohan Air

(IPA) dan jaringan pipa air minum, pemasangan sambungan rumah, pembuatan bak air

dll, dilaksanakan pada daerah-daerah atau desa/kota yang belum menikmati / tersentuh

dengan program penyediaan sarana air bersih khususnya pada daerah duri kompleks,

29

Page 30: Isi

Maiwa dan ibukota kabupaten. Program ini mendukung pencapaian sasaran masyarakat

yang sehat.

d. Program Penataan dan Revitalisasi Bangunan Gedung, Niaga dan Pasar serta

pembangunan Fasilitas Umum (Fasum) dan Olahraga. Meliputi program penataan dan

revitalisasi gedung niaga, pasar agar tercipta iklim yang kondusif dan aman bagi

masyakat dalam melakukan aktivitas ekonomi sehingga mampu meningkatkan perputaran

ekonomi daerah, serta penyediaan sarana dan prasarana umum bagi masyarakat seperti

pembangunan stadion mini, taman bermain, terminal, kawasan miniatur Enrekang

sebagai wadah masyakat dalam beraktifitas dan menjalankan kegiatan sosial

kemasyarakatan.

Sasaran Program :

Daerah pedesaan/perkotaan yang sarana niaganya belum memadai, serta belum memiliki

fasilitas umum yang memadai

Indikator Target : 75 %

6.7. SEKTOR SARANA DAN PRASARANA/ INFRASTRUKTUR

Tersedianya jalur penyelamatan / evakuasi ke tempat yang aman

30

Page 31: Isi

Tersedianya areal pengungsian dengan sarana dan prasarana (air bersih dan sanitasi)

yang memadai

Pulihnya seluruh sarana dan prasarana seperti jalur transportasi, sarana air bersih,

sarana kesehatan, dll.

a. Kegiatan

Kegiatan Pelaksanaan Waktu

Menyiapkan jalur evakuasi Dinas PU,

Bappeda

Setelah

ada tanda-

tanda

bencana

Menyiapkan lokasi

evakuasi, dengan sarana

: Pos Kesehatan, Air

Bersih, MCK, Tempat

Ibadah, Sekolah Darurat

Dinas PU,

PDAM,

Kes

ehatan,

Depag

Setelah

ada

tanda-

tanda

bencana

Memulihkan jalur

transportasi

(jalan dan jembatan)

Dinas PU Pasca Bencana

Memulihkan jaringan

listrik

PLN Pasca Bencana

Memulihkan sarana air PDAM Pasca Bencana

31

Page 32: Isi

bersih

Memulihkan jaringan

komunikasi

TELKOM Pasca Bencana

BAB VI

32

Page 33: Isi

RENCANA TINDAK LANJUT

LEMBAR KOMITMEN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

No

.

Kegiatan Penanggung

jawab/kordinator

Pelaku/pelaksana Waktu

pelaksanaan

kegiatan

1 Membentuk Posko Utama DINAS P3BA DINAS P3BA Segera setelah

mendapatkan

informasi

bencana dari

BMKG.

2 Memenuhi pelayanan

logistik dengan mendirikan

posko-posko,tenda

pengungsian dilengkapi

dapur umum dengan tetap

memperhatikan kelompok

rentan.

DINAS P3BA

dan Bupati

Lampung

Selatan

DINAS P3BA,

TNI,POLRI,POL

PP,Kesehatan,

Telematika,

Kimpraswil,Nakersos

Setiap Hari

3 menyelenggarakan posko

kesehatan di setiap barak

pengungsian dan balai

kesehatan lain.

DINAS P3BA DINAS P3BA,

TNI,POLRI,POL

PP,Kesehatan,

Telematika,

Kimpraswil,Nakersos

Setiap Hari

4 Mengidentifkasi jenis-jenis

bantuan, menghimpun

bantuan serta

mendistribuikannya

DINAS P3BA DINAS P3BA,

TNI,POLRI,POL

PP,Kesehatan,

Telematika,

Kimpraswil,Nakersos

Setiap Hari

5 Latihan simulasi Evakuasi DINAS P3BA DINAS P3BA, Setiap saat

33

Page 34: Isi

korban, meninggal dunia

dan yang masih hidup TNI,POLRI,POL

PP,Kesehatan,

Telematika,

Kimpraswil,Nakersos

6 Menyebarluaskan informasi

tentang bencana yang terjadi

DINAS P3BA DINAS P3BA,

TNI,POLRI,POL

PP,Kesehatan,

Telematika,

Kimpraswil,Nakersos

Setiap saat

34

Page 35: Isi

BAB VII

PENUTUP

7. 1 KESIMPULAN

Untuk menanggulangi bencana alam dengan tingkat penggolongan yang bermacam

macam diperlukan kesigapan dan tindakan yang efektif dan efisien. Di daerah rawan

kedaruratan dan bencana sangat diperlukan upaya kegitan koordinasi dan peningkatan

kualitas kepemimpinan untuk penanggulangan masalah kesehatan terutam pada tahap

tanggap darurat, dimana kelangkaan sumber daya sering menjadi faktor penghambat,

penyulit dan kendala koordinasi. Dengan adanya acuan dan pedoman bagi petugas kesehatan

dan petugas lain yang terkait maka hasil penanggulangan masalah kesehatan diharapkan

menjadi lebih efektif dan efisien.

35