Isi

20
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MODUL PENGINDERAAN FISIOLOGI PENGLIHATAN Disusun Oleh Kelompok Diskusi 6: 1. Riska Dwi Kusuma I11111043 2. Ullis Marwadhani I11111046 3. Syarifi I11111072 4. Gusti Angri Angalan I11112004 5. Khairun Nisa I11112033 6. Dwika Hermia Putri I11112039 7. Raynaldo D. Pinem I11112044 8. Aprindo Donatus I11112055 9. Lodi Salim I11112060 10. Kevin Leonardo I11112073 11. Tia Aditya Rini I11112082 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

description

med

Transcript of Isi

Page 1: Isi

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI

MODUL PENGINDERAAN

FISIOLOGI PENGLIHATAN

Disusun Oleh Kelompok Diskusi 6:

1. Riska Dwi Kusuma I111110432. Ullis Marwadhani I111110463. Syarifi I111110724. Gusti Angri Angalan I111120045. Khairun Nisa I111120336. Dwika Hermia Putri I111120397. Raynaldo D. Pinem I111120448. Aprindo Donatus I111120559. Lodi Salim I1111206010.Kevin Leonardo I1111207311.Tia Aditya Rini I11112082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2015

Page 2: Isi

A. PENDAHULUANSistem saraf mempunyai sifat-sifat yang unik berkaitan dengan proses berpikir

dan fungsi pengaturan yang sangatkompleks yang dapat dilakukan. Sistem ini setiap menit menerima berjuta-juta rangsangan informasi yang berasal dari bermacam-macam saraf sensorik dan organ sensorik, kemudian menyatukan semuanya untuk menentukan respons apa yang akan diberikan oleh tubuh.1

Sistem saraf pada manusia terbagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf tepi membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain. Sistem saraf tepi ini dibagi menjadi dua, yaitu divisi aferen dan difivisi eferen. Divisi aferen susunan saraf tepi mengirim informasi mengenai lingkungan internal (subdivisi aferen viseral: simpatis dan parasimpatis) dan lingkungan eksternal (subdivisi aferen sensorik: sensasi somatik dan sensasi khusus (alat indera)) ke SSP. Informasi yang ada sangat penting bagi tubuh kita, tidak hanya sebagai interaksi antara lingkungan bagi kelangsungan hidup dasar (misalnya mencari makan dan bertahan dari cahaya), tetapi juga sangat memperkaya kehidupan itu sendiri.2

Mata sebagai indera penglihatan merupakan organ optik pada manusia yang termasuk ke dalam sistem aferen yang berguna untuk merespons rangsangan cahaya. Fungsi dari indera penglihatan kurang lebih dapat dijelaskan melalui mekanisme kerja kamera. Cahaya yang masuk akan ditangkap oleh mata dan difokuskan ke retina. Reseptor-reseptor pada retina (sel batang dan sel kerucut) akan menerima stimulus tersebut dan mengubahnya menjadi sinyal listrik melalui serangkaian reaksi transduksi signal. Sinyal listrik tersebut akan diteruskan oleh sel saraf menuju SSP (otak) sehingga dipersepsikan sebagai suatu visual yang membantu kita dalam mengenali lingkungan eksternal. Serangkaian bagian dari mata berperan penting dalam fungsi luhur ini, sehingga apabila terdapat kelainan maupun gangguan pada bagian mata manusia akan berpengaruh pada indera penglihatan. Pada praktikum ini akan dijelaskan lebih mendalam mengenai bagian-bagian mata beserta fungsinya.1, 2

B. Tujuan B.1 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:1. Menjelaskan bagian-bagian mata dan fungsinya.2. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar alat optic, termasuk ilmu fisika mengenai

pembiasan cahaya, titik fokus, kedalaman fokus, dan sebagainya.3. Menjelaskan berbagai gangguan pada mata.

B.2 Tujuan Instruksional UmumAdapun tujuan instruksional umum dari praktikum yang akan dilakukan

adalah sebagai berikut:1. Model fungsional mata

Memahami dasar-dasar refraksi dan kelainan serta tindakan koreksinya melalui model fungsional mata.

2. RefraksiMemahami dasar-dasar refraksi dan kelainannya serta tindakan koreksinya.

3. Percobaan diplopiaMemahami mekanisme timbulnya diplopia.

Page 3: Isi

4. Refleks pupilMemahami dasar-dasar refleks pupil langsung dan tak langsung (konsensual).

5. Reaksi melihat dekatMemahami peristiwa yang terjadi pada mata waktu melihat jauh dan dekat.

6. Pemeriksaan bintik butaMemahami letak bintik buta terhadap fovea sentralis di retina.

7. Buta warnaMemahami buta warna organic dan fungsional.

B.3 Tujuan KhususTujuan khusus dari setiap percobaan dalam praktikum yang akan dilakukan

adalah sebagai berikut:1. Model fungsional mata

a) Menjelaskan padanan bagian-bagian model fungsional mata dengan bagian-bagian mata serta fungsinya.

b) Mendemonstrasikan pelbagai keadaan refraksi serta tindakan koreksinya dengan menggunakan model fungsional mata (mata emetrop tanpa akomodasi, mata myopia serta tindakan koreksinya, mata hipermetropia serta tindakan koreksinya).

2. Refraksia) Menjelaskan hubungan diskriminasi dua titik dengan sudut penglihatan

minimal.b) Menjelaskan dasar pembuatan optotipi Snellen.c) Menjelaskan pengertian visus dan refraksi pada manusia.d) Menjelaskan dasar-dasar penetapan visus seseorang dengan

menggunakan optotipi Snellen.e) Mendemonstrasikan pelbagai kelainan refraksi serta prinsip tindak

koreksinya pada manusia: Mata myopia serta koreksinya Mata hipermetropia serta koreksinya

f) Mendemonstrasikan adanya astigmatisma pada seseorang dengan menggunakan kipas Lancaster-Regan.

3. Percobaan diplopiaa) Mendemonstrasikan peristiwa diplopia.b) Menjelaskan mekanisme terjadinya diplopia.

4. Refleks pupila) Mendemonstrasikan refleks pupil langsung dan tak langsung

(konsensual).b) Menjelaskan dasar-dasar refleks pupil langsung dan tak langsung

(konsensual).5. Reaksi melihat dekat

a) Mendemonstrasikan 3 peristiwa yang terjadi pada waktu mata berubah dari melihat jauh ke melihat dekat.

b) Menjelaskan 3 peristiwa yang terjadi pada waktu mata berubah dari melihat jauh ke melihat dekat.

6. Pemeriksaan bintik butaa) Menjelaskan cara membuat proyeksi eksternal bintik buta.b) Mendemonstrasikan proyeksi eksternal bintik buta terhadap fovea

sentralis.7. Buta warna

Page 4: Isi

a) Menentukan ada tidaknya buta warna organik pada seseorang dan jenis kelainan buta warna seseorang (jika ada) berdasarkan buku pseudoisokromatik Ishihara.

b) Mendemonstrasikan cara menimbulkan buta warna fungsional pada seseorang dan menerangkan mekanisme terjadinya.

C. Alat dan Bahan PraktikumAlat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Model fungsional mataa) Model fungsional mata dengan perlengkapannya.b) Lampu senter.

2. Refraksia) Optotipi Snellen.b) Seperangkat lensa percobaan.c) Meteran.d) Gambar Kipas Lancaster-Regan.e) Occluder.

3. Refleks pupila) Penlight.

4. Pemeriksaan bintik butaa) Kertas putih.b) Pulpen.

5. Buta warnaa) Buku pseudoisokromatik Ishihara.b) Plastik mika warna merah dan hijau.

D. Cara KerjaCara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Model fungsional mataa) Mata sebagai susunan optik

Pelajari model fungsional mata dengan perlengkapannya. Kornea Iris Tiruan lensa yang diisi air Retina yang dapat diatur 3 posisi Benda yang akan diberi cahaya Lensa sferis positif Lensa sferis negatif

b) Pembentukan bayangan benda Pasang retina di posisi II (sesuai penanda bagian tengah pada retina). Letakkan benda yang akan disinari cahaya di depan model mata. Hidupkan senter dan arahkan pada benda hingga tampak bayangan

jelas pada retina (jarak benda dapat disesuaikan sampai diperoleh bayangan jelas pada retina.

c) Hipermetropia Setelah diperoleh bayangan tegas (butir b) urutan 3) pindahkan retina ke

posisi III (sesuai penanda bagian belakang pada retina). Perhatikan bayangan menjadi kebur lagi.

Koreksi kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai (pada tempat lensa sferis) sehingga bayangan menjadi tegas kembali.

Page 5: Isi

Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara gunakan.d) Miopia

Angkat lensa sferis dari tempat lensa. Kembalikan retina ke posisi I. perhatikan bayangan yang tegas.

Pindahkan retina ke posisi I (sesuai penanda bagian depan pada retina). Perhatikan bayangan menjadi kabur.

Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di tempat lensa sferis sehingga bayangan menjadi tegas.

Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara gunakan.e) Mata afakia

Buat susunan seperti butir b) urutan 3. Lepaskan lensa sehingga terjadi mata afakia, yaitu mata tanpa lensa

kristalina.2. Refraksi

a) Visus (ketajaman Penglihatan) Lakukan percobaan pada minimal satu orang percobaan (OP).

Instruksikan OP untuk duduk menghadap optotipi Snellen pada jarak 6 m.

Pasang bingkai kaca mata khusus pada orang percobaan dan tutup mata kirinya dengan occlude yang tersedia dalam kotak lensa.

Periksa visus mata kanan OP dengan menyuruhnya membaca huruf yang saudara tunjuk. Mulailah dari baris huruf yang terbesar (seluruh huruf) sampai baris huruf yang terkecil (seluruh huruf) yang masih dapat dilihat dengan jelas dan tegas serta dibaca OP dengan benar tanpa kesalahan.

Catat visus mata kanan OP. Ulangi pemeriksaan ini pada mata kiri dan kedua mata bersama-sama. Catat hasil pemeriksaan saudara.

b) Refraksi Jika visus orang percobaan tanpa lensa = 6/6, maka refraksi mata itu tak

mungkin miopi. Refraksi mata tersebut mungkin emetrop atau hipermetrop.

Untuk membedakan refraksi mata OP yang mempunyai visus 6/6 tersebut emetrop atau hipermetrop, maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

Pasang bingkai kaca mata pada OP, tutup mata kirinya dengan occluder. Pasang lensa sferis +0,25D di depan mata kanannya dan periksa lagi

visusnya. Jika refraksi mata kanan OP adalah emetropia, pemeriksaan dihentikan. Jika refraksi mata OP adalah hipermetropia, teruskan pemasangan

lensa-lensa dengan setiap kali memberikan lensa positif yang 0,25D lebih kuat.

Lensa positif yang terkuat, yang memberikan visus maksimal merupakan ukuran bagi derajat hipermetrop yang dinyatakan dalam dioptri (D).

Catat derajat hipermetropia orang percobaan dalam dioptri.c) Koreksi

Jika visus mata kanan OP tanpa lensa lebih kecil dari 6/6, maka refraksi mata OP biasanya miopia. Untuk menetapkan derajat myopia dilakukan pemeriksaan:

Page 6: Isi

Pasang bingkai kaca mata khusus pada OP, tutup mata kirinya dengan occluder.

Pasang lensa sferis negatif di depan mata kanannya, mulai dari -0,25D dengan setiap kali memberikan lensa negatif yang 0,25D lebih kuat.

Periksa lagi visusnya setiap kali setelah perubahan kekuatan lensa. Lensa negative terlemah yang memberikan visus maksimal, merupakan

ukuran bagi derajat miopia yang dinyatakan dalam dioptri. Catat derajat miopia orang percobaan dalam dioptri. Jika pada pemberian lensa sferis visus tetap tidak mencapai 6/6 maka

harus diingat adanya kelainan refraksi astigmatisma. Cara memperbaiki astigmatisma dilakukan dengan lensa silindris sebagai berikut:

Pasang bingkai kaca mata pada OP dan tutup mata kirinya dengan occluder.

Pasang di depan mata kanannya lensa sferis sehingga visus OP maksimal.

Instruksikan OP untuk melihat gambar kipas. Bila warna hitam garis pada semua meridian terlihat merata, berarti refraksi OP tidak astigmatigma. Hentikan pemeriksaan refraksi. Bila terdapat gambar yang lebih kabur, tentukan meridian yang terlihat paling tegas, sehingga warna hitam garis pada semua meridian merata.

Instruksikan OP untuk melihat kembali ke optotipi Snellen, tentukan dan catat jenis serta kekuatan lensa sferis dan silindris, yang memberikan visus maksimal serta arah sumbu lensa silindris tersebut.

3. Percobaan diplopiaa) Pandang suatu benda dengan kedua mata.b) Tekan bola mata kiri dari lateral untuk menimbulkan pergeseran sumbu bola

mata ke medial.c) Perhatikan terjadinya penglihatan rangkap.

4. Refleks pupila) Sorot mata kanan pasien dengan lampu senter dan perhatikan diameter pupil

pada mata tersebut.b) Sorot mata kanan OP dengan lampu senter dan perhatikan perubahan

diameter pupil pada mata kirinya.5. Reaksi melihat dekat

a) Instruksikan OP untuk melihat jari pemeriksa yang ditempatkan pada jarak ± setengah meter didepannya.

b) Sambil memeperhatikan pupil OP, dekatkan jari pemeriksa sehingga kedua mata OP terlihat berkonvergensi.

6. Pemeriksaan bintik butaa) Gambarlah tanda + di tengah sehelai kertas putih yang cukup lebar.

Letakkan kertas itu diatas meja.b) Instruksikan OP untuk menutup mata kirinya, menempatkan mata kanan

tepat di atas tanda + pada jarak 20 cm, dan mengarahkan pandangannya pada tanda tersebut.

c) Dengan mata OP tetap diarahkan pada tanda +, gerakkan ujung pensil mulai dari tanda + tersebut ke lateral mata yang diperiksa, perlahan-lahan sampai ujung pensil tidak terlihat dan kemudian terlihat kembali. Beri tanda pada kertas dimana ujung pensil mulai tidak terlihat dan mulai terlihat kembali. Tetapkan titik tengahnya (beri tanda T).

Page 7: Isi

d) Dengan titik T sebagai titik pusat, buat 8 sesuai dengan 8 prnjuru angin. Gerakkan ujung pensil ke 8 garis dengan setiap titik melewati titik T sambil mata OP tetap difokuskan pada tanda palang. Buatlah tanda di kertas tiap ujung pensil mulai tidak terlihat dan mulai terlihat kembali lagi (jumlah 8 tanda: 8, selain T).

e) Hubungkan semua titik ini, maka ini merupakan proyeksi eksternal bintik buta mata kanan OP.

7. Buta warnaa) Buta warna organik

Instruksikan OP untuk mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku pseudoisokromatik Ishihara.

Catat hasil pemeriksaan saudara.b) Buta warna fungsional

Instruksikan OP untuk melihat melalui plastik mika warna merah atau hijau selama 10 menit ke arah suatu bidang yang terang (awan putih).

Segera setelah itu, periksa keadaan buta warna yang terjadi dengan menggunakan buku pseudoisokromatik Ishihara.

Catat hasil pemeriksaan saudara.

E. Hasil Praktikum1. Refraksi

a) Visus tanpa koreksiNama OP: Khairun NisaOkuli Dekstra: 3/6Okuli Sinistra: 3/6OP hanya bisa membaca jari tangan pada jarak 3 meter, yang seharusnya dapat dibaca pada jarak 6 meter pada orang normal.

b) Refraksi dan KoreksinyaNama OP: Khairun Nisa :Okuli dekstra: konkaf 4,50 silinder 0,50 pada 20/25Okuli sinistra: konkaf 4,50 silinder 0,50 pada 20/30

2. Pemeriksaan Bintik ButaNama OP: Aprindo Donatus

Proyeksi Eksternal Bintik Buta

Page 8: Isi

3. Buta WarnaNomor Plate

Jawaban Normal Jawaban 1 Jawaban 2

1 12 12 122 8 8 83 5 5 54 29 29 295 74 74 746 7 7 77 45 45 458 2 2 29 X X X10 16 16 1611 Dapat mengikuti garis Dapat mengikuti garis Dapat mengikuti garis12 35 35 3513 96 96 9614 Dapat mengikuti 2 garis Dapat mengikuti 2 garis Dapat mengikuti 2 garis

No Percobaan OP (Lodi)Buta warna organik

Buta Warna fungsional

1 Buta warna Negatif Negatif

F. PembahasanF.1 Model Fungsional Mata

A. Mata Sebagai Susunan OptikMata merupakan salah satu dari panca indera manusia. Mata dapat

berfungsi dengan baik apabila ada cahaya. Mata memiliki seperangkat komponen optik yang mampu membiaskan sinar yang melaluinya. 1,2 Komponen optik tersebut adalah:

1. KorneaKornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan tidak mengandung pembuluh darah dan kaya akan ujung-ujung serat saraf

3Fungsi dari kornea adalah menerima serta meneruskan cahaya yang masuk ke mata dan memberikan perlindungan terhadap bagian sensitif mata yang ada di bawahnya.

2. Aqueous humorAqueous humor adalah cairan pengisi antara kornea dan lensa mata. Aqueous humor berfungsi memberi dan mempertahankan bentuk pada mata.

3. Lensa Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan serat lensa. Serat-serat lensa merupakan sel yang kehilangan inti dan organel lainnya, kemudian diisi oleh protein lensa bernama crystallin yang akan meningkatkan indeks pembiasan lensa. Lensa tidak mengandung pembuluh darah, nutrisinya diperoleh lewat aqueous humor dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, namun transparan.3 lensa mata

Page 9: Isi

mempunyai peran yang penting yaitu memfokuskan bayangan supaya jatuh tepat di bintik kuning.

4. IrisPermukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-sel pigmen yang akan mencegah cahaya melintas lewat iris. Hal ini membuat cahaya terfokuskan masuk lewat pupil. Jumlah sel melanosit yang terdapat pada iris akan memengaruhi warna mata. Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilator pupil dan otot konstriktor pupil.3 letaknya berada tepat di belakang kornea.

5. PupilAdalah celah yang terletak di tengah iris.3 Fungsi dari pupil adalah sebagai tempat cahaya masuk dan mengatur jumlah cahaya

6. Vitreus humorAdalah cairan bening pengisi bola mata yang terletak di antara lensa mata dan retina. Vitrous humor memiliki fungsi yang sama dengan aqueous humour, yaitu memberi dan mempertahankan bentuk pada mata. Fungsinya meneruskan cahaya dari lensa menuju ke retina.

7. RetinaRetina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel fotoreseptor batang dan kerucut. Di retina terdapat lempeng optik yang merupakan tempat keluarnya nervus optikus.3 Retina memiliki fungsi untuk menangkap cahaya dan kemudian meneruskannya sampai ke saraf mata.

Pertanyaan 1. Mengapa disediakan 3 posisi retina?Disediakan 3 posisi retina untuk dapat mendemonstrasikan berbagai

keadaan refraksi mata, yaitu :a. mata emetrop tanpa akomodasi.b. mata miopia.c. mata hipermetropia.

Pertanyaan 2. Bagaimana cara membedakan lensa sferis negatif dengan lensa sferis positif?(Yang Direvisi)

Dengan menggerakkan lensa di atas deretan huruf, maka akan terlihat bahwa pada lensa positif huruf akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan gerakan lensa, pada lensa negatif terjadi peristiwa sebaliknya.

Pertanyaan 3. Cara apakah yang lebih baik untuk menentukan jenis dan kekuatan lensa?(Yang Direvisi)

Cara yang lebih sempurna ialah dengan menggunakan lensometer. Lensometer adalah instrumen optik yang digunakan untuk mengukur kekuatan lensa (Dioptri), mengetahui arah base lensa prisma dan mengetahui titik fokus sebuah lensa. Dalam perkembangannya Automatic Lensometer dapat pula dipergunakan untuk mengukur nilai kemampuan material lensa dalam menahan radiasi sinar Ultra Violet (UV).

terbentuk pada saat praktikum adalah terbalik, maya, tidak diperbesar atau diperkecil (normal). Pada mata emetrop, sifat bayangan yang terbentuk seharusnya nyata, terbalik, dan diperkecil.

Pupil adalah bagian mata yang berfungsi mengatur besar kecilnya cahaya yang masuk ke bola mata. Retina adalah selaput tipis di bagian belakang bola mata. Lapisan itu paling banyak mengandung saraf

Page 10: Isi

penglihatan. Fovea atau bintik kuning adalah bagian retina, tempat berkumpulnya ujing-ujung saraf penglihatan sehingga paling peka terhadap rangsang (impuls) cahaya.

Syarat kita dapat melihat benda adalah harus ada cayaha. Cahaya dapat berasal langsung dari sumber cahaya atau berasal dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang ada di sekeliling kita. Cahaya masuk menembus kornea, terus melewati lensa mata, dan akhirnya sampai ke retina. Bayangan benda jatuh tepat di bintik kuning, bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil. Bayangan itu merupakan rangsangan atau informasi yang dibawa oleh syaraf penglihatan menuju pusat syaraf penglihatan di otak. Di otak, rangsangan ditafsirkan dan barulah kemudian kita mendapat kesan melihat benda.

Lensa mata mengatur penyesuaian terhadap jarak benda dengan jalan mengatur cembung dan pipihnya lensa sehingga bayangan jatuh di retina. Proses itu disebut berakomodasi. Apabila jarak benda sangat dekat, lensa akan mencembung. Sebaliknya, apabila jarak benda jauh, lensa mata akan memipih. Lensa mata dalam keadaan secembung-cembungnya, dikatakan berakomodasi maksimum. Sebaliknya, lensa mata dalam keadaan sepipih-pipihnya, dikatakan berakomodasi minimum atau tidak berakomodasi.

B. Pembentukan Bayangan BendaPertanyaan 4. Sebutkan sifat bayangan yang terbentuk!

Bayangan yang terbentuk: Nyata, terbalik, diperkecil (normal).

Pertanyaan 5. Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata sebenarnya! Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina

dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata. Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina. Mata membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil pada retina. Pemfokusan dilakukan dengan mengubah jarak fokus lensanya. Benda akan nampak jelas jika bayangan tepat jatuh pada permukaan retina. Hal ini akan terjadi jika lensa mata dengan kemampuan akomodasinya dapat selalu menempatkan bayangan pada retina. Karena berbagai hal, kadang-kadang bayangan tidak terbentuk tepat di retina. Hal ini terjadi jika mata mengalami cacat atau objek berada diluar jangkauan penglihatan. Bagian depan mata yang memiliki lengkung lebih tajam dan dilapisi selaput cahaya disebut kornea. Tepat di belakang kornea terdapat cairan (aquaeous humor). Cairan ini berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk ke mata. Intensitas cahaya yang masuk ke mata diatur oleh pupil, yakni celah lingkaran yang dibentuk oleh iris. Iris sendiri merupakan selaput yang selain berfungsi membentuk pupil, juga berfungsi sebagai pemberi warna pada mata (hitam, biru, atau coklat). Setelah melewati pupil, cahaya masuk ke lensa mata. Lensa mata ini berfungsi untuk membentuk bayangan nyata sedemikian sehingga jatuh tepat di retina. Bayangan yang ditangkap retina bersifat nyata dan terbalik.3

Page 11: Isi

C. HipermetropiaPertanyaan 6. Mengapa bayangan menjadi kabur?

Hal tersebut dikarenakan jarak retina yang semakin memendek (posisi III pada model fungsional mata) sehingga mengakibatkan bayangan akan menjadi kabur yang secara teoritis dikatakan bahwa sinar sejajar dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat ataupun tanpa akomodasi difokuskan dibelakang retina. Bayangan menjadi kabur pada penderita hipermetropi juga diakibatkan karena pertumbuhan bola mata dan axial length bertambah yang mengakibatkan titik fokus berada dibelakang retina, serta kornea dan lensa mendatar yang mengakibatkan bayangan tidak cukup dibiaskan.4

Pertanyaan 7.Lensa apa yang saudara gunakan untuk koreksi? Lensa yang digunakan untuk koreksi pada hipermetropi adalah lensa

cembung, yang membantu kekuatan refraksi mata dalam memperpendek jarak fokus. Lensa cembung bersifat konvergen yang dapat memfokuskan bayangan tepat di retina.5

D. MiopiaPertanyaan 8. Mengapa bayangan menjadi kabur?

Pada OP dengan myopia ketika mata melihat benda pada jarak yang jauh maka bayangan yang terbentuk jatuh di depan retina sehingga bayangan menjadi kabur.

Pertanyaan 9. Lensa apa yang saudara gunakan untuk tindakan tersebut?Lensa yang sebaiknya digunakan untuk koreksi pada myopia adalah

lensa sferis negative atau divergen atau cekung yang bersifat menyebarkan (memencarkan) sinar.6

E. Mata AfakiaPertanyaan 10. Apa contoh keadaan yang sesuai dengan kondisi mata afakia?

Kondisi mata afakia merupakan keadaan mata tanpa lensa (atau terjadi kerusakan lensa). Kondisi ini dilapangan dijumpai pada pasien yang mengalami katarak. Pada stadium dini pembentukan katarak, protein pada selaput lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Protein tadi berkoagulasi membentuk daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya transparan. 1,5

Pertanyaan 11. Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengoreksi mata afakia?

Misalnya pada pasien katarak yang telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga menganggu penglihatan dapat diperbaiki dengan cara mengangkat lensa melalui operasi atau memberikan lensa implant. Bila hal ini dilakukan mata akan kehilangan sebagian besar daya biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks yang kuat didepan mata atau ditanam sebuah lensa plastik buatan didalam mata pada tempat lensa yang dikeluarkan.1

Pertanyaan 12. Jenis lensa apakah yang dapat digunakan untuk mengoreksi mata afakia?

Page 12: Isi

Lensa konveks. 1

F.2 RefraksiPertanyaan 13. Mengapa jarak baca harus 6 meter?

Karena sinar yang berasal dari suatu titik pada jarak 6 meter, dapat di anggap sebagai sinar sinar sejajar, atau seolah olah berasal dari titik yang letaknya pada jarak tak terhingga di depan mata.

Pertanyaan 14. Apabila pada pemeriksaan tersebut orang percobaan hanya mampu membaca lancar tanpa kesalahan pada baris huruf ditandai dengan angka 30 ft (9,14m) berapakah visus mata kanan OP?

Visus kanan OP yaitu 20/30

Pertanyaan 15. Apakah dasar pembuatan optotip snellen?Pembuatan optotipi snellen didasarkan pada pembuatan 25 buah kotak

berbentuk bujur sangkar. Pada pemeriksaan tajam penglihatan dipakai kartu baca Snellen yang setiap hurufnya membentuk sudut 5 menit pada jarak tertentu sehingga huruf pada baris tanda 60, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 60 meter; dan pada baris tanda 30, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 30 meter. Huruf pada baris tanda 6, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 6 meter, sehingga huruf ini pada orang normal akan dapat dilihat dengan jelas4, 5

Pertanyaan 16. A. Dapatkah visus seseorang lebih dari 6/6?Dapat.

Pertanyaan 16. B. Mengapa mata hipermetrop dapat mempunyai visus6/6?Pada mata hipermetropi cahaya yang jatuh berada dibelakang retina.

Dengan akomodasi, titik pembiasan yang seharusnya dibelakang retina dapat digeser ke depan, sehingga jatuhnya tepat pada retina.

Pertanyaan 17. Jika sekarang visusnya ternyata lebih kecil apakah kesimpulan saudara?

Mata normal atau emetrop.

Pertanyaan 18. Bila visusnya ternyata 6/6, bahkan OP merasa melihat lebih jelas, apakah kesimpulan saudara?

OP mengalami hipermetrop.

Pertanyaan 19. Jika visus mata kanan OP tanpa lensa lebih kecil dari 6/6, kelainan refraksi apa yang mungkin dijumpai selain miopia?

OP mengalami Hipermetrop dengan daya akomodasi yang berkurang.

Pertanyaan 20. Bila pada orang tua diperoleh visus tanpa lensa lebih kecil dari 6/6, maka kelainan refraksi apa yang mungkin dijumpai pada orang tersebut?

Orang tua tersebut mengalami Hipermetrop berat.

Pertanyaan 21. Apakah pada orang tua dapat diperoleh visus 6/6? Bagaimana keterangannya?

Dapat, apabila daya bias susunan optiknya (kornea, humor aqueous, lensa & humor vitreus) normal.

Page 13: Isi

F.3 Percobaan DiplopiaPertanyaan 23. Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan rangkap pada percobaan diplopia.

Pada praktikum, OP percobaan melakukan penekanan bola mata kiri dari lateral ke medial membuat penglihatannya menjadi rangkap saat memandang suatu benda di hadapannya. Hal tersebut terjadi dikarenakan Lapang pandang (luas area penglihatan mata) manjadi berubah pada salah satu mata yang diberikan perlakuan pada OP. Secara teori lapang pandang berbentuk sirkular, namun sesungguhnya terpotong di medial oleh hidung dan superior oleh atap orbita. Pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan instrument perimeter dan disebut perimetri. Pusat lapang pandang terbentuk oleh kerja sama kedua mata dan region ini disebut penglihatan binocular.Impuls yang diterima kedua retina mengenai suatu objek berfusi di tingkat kortikal menjadi saru gambar tunggal (fusi). Titik di retina dimana suatu bayangan harus jatuh padanya agar dapat dilihat sebagai satu objek tunggal dengan penglihatan binocular disebut sebagai titik korespondesi (corresponding points).Jika satu mata didorong perlahan dari garis tengah saat pandangannya terfokus pada satu objek pada pusat lapang pandang, akan terjadi diplopia karena bayangan retina satu mata tergeser dan tidak lagi jatuh pada titik korespondesi. Saat bayangan visual tidak jatuh pada titik korespondesi retina, terjadi strabismus.5, 7

F.4 Refleks PupilPertanyaan 24. Peristiwa apa yang saudara lihat di sini dan bagaimana mekanismenya ?

Pupil Mengecil. Pupil mata yang terkena cahaya senter secara tiba-tiba akan mengecil dibanding pupil mata yang tidak terkena cahaya dari senter. Ukuran pupil mata tergantung dari iris yang terdiri dari 2 macam otot kecil. Iris akan mendekat jika cahaya yang masuk terlalu terang (pupil mengecil) dan iris akan berjauhan jika cahaya yang masuk terlalu redup (pupil melebar).8, 9

Pertanyaan 25. Peristiwa apa yang saudara lihat di sini dan bagaimana mekanismenya ?

Pupil mengecil. Apabila mata kiri yang di senter maka yang meredup mata kanan. Hal itu disebabkan karena ada kiasma optikus yaitu persilangan bawah otak. Cahaya adalah merupakan stimulus utama terjadinya refleks cahaya/pupil. Cahaya yang jatuh pada retina akan menstimulasi sel-sel fotoreseptor di retina. Serabut parasimpatis preganglionik meninggalkan midbrain (otak besar) sebagai menginervasi m.sfingter pupil. Stimulus cahaya pada satu mata, akan menyebabkan terjadinya konstriksi pupil bilateral dan simetris.8, 9

F.5 Reaksi Melihat DekatPertanyaan 26. Perubahan apa yang saudara lihat pada pupil?

Perubahan yang terlihat saat jari didekatkan ke mata adalah kedua pupil yang mengecil/konstriksi dan perlahan membesar/dilatasi saat jari dijauhkan.Pertanyaan 27. Peristiwa apa saja yang terjadi pada peristiwa melihat dekat? Terangkan mekanismenya.

Ketika mata melihat benda yang mendekat, mata akan menerima stimulus berupa cahaya yang akan menstimulasi retina dan stimulus tersebut diteruskan ke nervus dan traktus optikus ke corpora quadrigemina superior pada otak tengah, selanjutnya ditransmisi menuju nukleus nervus kranialis ke tiga (okulomotoris) pada kedua sisi. Selanjutnya transmisi berjalan sepanjang saraf

Page 14: Isi

parasimpatis dan mencapai otot iris yang mengakibatkan mengecilnya pupil. Sedangkan kedua mata yang terlihat berkonvergensi karena kedua mata berusaha memfokuskan kepada objek yang semakin mendekat.10

F.6 Pemeriksaan Bintik ButaPertanyaan 28. Dimana letak proyeksi bintik buta terhadap gambar palang kecil dan mengapa demikian?

Letak proyeksi bintik buta terhadap gambar palang kecil berada pada daerah temporal. Jarak dari palang ketitik tengah proyeksi bintik buta (titik tengah antara titik dimana benda pertama kali menghilang dan kemudian terlihat kembali) mata kanan adalah 6 cm dengan lebar daerah proyeksi 2,2 cm. Hal ini dikarenakan pada saat benda semakin digerakkan kearah temporal, maka benda tersebut akan terlihat oleh mata melalui jaras serabut nervus optikus di bagian nasal retina. Titik dimana benda pertama kali menghilang menandakan jaras penglihatan benda tepat jatuh pada daerah bintik buta. Titik dimana benda terlihat kembali menandakan jaras penglihatan benda sudah melewati daerah bintik buta dan kembali jatuh pada retina yang memiliki fotoreseptor. Jarak antara keduanya menggambarkan lebar bintik buta pada mata OP.2

Pertanyaan 29. Dimana Letak bintik buta terhadap fovea sentralis di retina?Terhadap fovea sentralis di retina, bintik buta terletak lebih ke daerah nasalis

dan sedikit ke bawah.2

F.7 Buta WarnaPertanyaan 30. Bagaimana mekanisme terjadinya buta warna fungsional? Jelaskan!

Buta warna fungsional terjadi ketika terjadinya kelelahan pada sel kerucut warna, sehingga menyebabkan terjadinya kehilangan sensitivitas dalam pemancaran sinyal pada sel kerucut yang diakibatkan karena stimulus yang berlebihan sehingga terjadi kelelahan dan pemancaran sinyal yang seakan-akan sinyal tersebut tidak dipancarkan dan akan memancarkan sinyal komplementernya, yaitu merah dengan warna komplementernya hijau.

G. Daftar Pustaka1. Guyton, AC dan Hall, JE. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC,

2006.2. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2012.3. Saladin, K.S. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. 3rd ed.

New York: McGraw-Hill, 2003.4. Vaughan and Asbury. Oftamologi Umum/ Paul Riordan-Eva, Jhon P. Whitcher.

Edisi 17. Jakarta : EGC, 2009; Hal, 389-407.5. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011.6. Goss DA, Theodore PG, Jeffrey TK, Wendy MT, Thomas TN, Karla Z. optometric

clinical practice guideline care of the patient with myopia. Lindbergh Blvd, St. Louis: American Optometric Association, 2006; hlm. 7-11.

Page 15: Isi

7. Pelak VS. Evaluation of diplopia: An anatomic and systemic approach.Hospital Physician: March, 2004.

8. Froetscher M & Baehr M. Duus Topical Diagnosis in Neurology. 4th edition. Stuttgart: Thieme, 2005; p. 130 – 137

9. Lumbantobing S. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006; p 25 – 46.

10. Barret, Kim E et all. Ganong’s Review of Medical Physiology 23th Edition. USA : McGraw Hill, 2010.