Isi

49
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belum banyak penelitian atau publikasi ilmiah yang melaporkan tentang kasus penyimpangan perilaku makan di Indonesia khususnya Jakarta. Jika dilihat dari penemuan tersebut, maka bukan tidak mungkin kasus penyimpangan perilaku makan sudah terjadi di Indonesia khususnya Jakarta. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tantiani (2007) membuktikan bahwa 34,8% remaja di Jakarta mengalami penyimpangan perilaku makan dengan spesifikasi 11,6% remaja menderita anoreksia nervosa dan 27% menderita bulimia nervosa. Berdasarkan temuan tersebut, terlihat bahwa telah terjadi kasus penyimpangan perilaku makan pada remaja di Jakarta. Oleh karena masih minimnya penelitian terkait kasus tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut kasus penyimpangan perilaku makan pada remaja SMA di Jakarta. Pada penelitian ini kasus yang diambil berupa kecenderungan penyimpangan perilaku makan. Hal ini peneliti lakukan agar memperbesar kemungkinan mendapatkan kasus. Berbagai macam faktor telah coba diidentifikasi untuk mengetahui faktor-faktor yang meningkatkan risiko pada remaja mengalami penyimpangan perilaku 1

description

askep isi

Transcript of Isi

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Belum banyak penelitian atau publikasi ilmiah yang melaporkan tentang kasus penyimpangan perilaku makan di Indonesia khususnya Jakarta. Jika dilihat dari penemuan tersebut, maka bukan tidak mungkin kasus penyimpangan perilaku makan sudah terjadi di Indonesia khususnya Jakarta. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tantiani (2007) membuktikan bahwa 34,8% remaja di Jakarta mengalami penyimpangan perilaku makan dengan spesifikasi 11,6% remaja menderita anoreksia nervosa dan 27% menderita bulimia nervosa. Berdasarkan temuan tersebut, terlihat bahwa telah terjadi kasus penyimpangan perilaku makan pada remaja di Jakarta. Oleh karena masih minimnya penelitian terkait kasus tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut kasus penyimpangan perilaku makan pada remaja SMA di Jakarta. Pada penelitian ini kasus yang diambil berupa kecenderungan penyimpangan perilaku makan. Hal ini peneliti lakukan agar memperbesar kemungkinan mendapatkan kasus. Berbagai macam faktor telah coba diidentifikasi untuk mengetahui faktor-faktor yang meningkatkan risiko pada remaja mengalami penyimpangan perilaku makan. Termasuk di dalamnya faktor kepribadian dan perkembangan, tekanan sosiokultural, hubungan dalam keluarga, predisposisi biologis dan riwayat keluarga akan psikopatologi (Cooper dan Stein, 1992). Sizer dan Whitney (2006) mengatakan bahwa perilaku orang tua juga mempengaruhi timbulnya penyimpangan perilaku makan. Faktor genetik, kepercayaan diri yang rendah, pola makan dan citra tubuh juga dikatakan sebagai faktor penyebab penyimpangan perilaku makan (Treasure dan Murphy dalam Gibney, et al., 2005). Penelitian oleh Gonzalez, et al (2003) menemukan bahwa media massa berperan dalam onset penyimpangan perilaku makan. Penelitian oleh Haines, et al (2006) menyebutkan bahwa ejekan tentang berat badan berhubungan positif secara signifikan terhadap timbulnya penyimpangan perilaku makan. Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para penderita BED mengalami kejadian pelecehan seksual, kekerasan fisik dan bullying oleh teman sebaya lebih tinggi secara signifikan daripada objek pembanding yang sehat. Field, et al (1999) dalam laporannya juga disebutkan bahwa studi cross sectional pada remaja SMA dan universitas memperlihatkan bahwa pubertas dini, jenis kelamin perempuan, berdiet secara teratur, perhatian pada berat badan, tekanan teman sebaya, ejekan tentang berat badan, percaya diri yang rendah dan riwayat kelebihan berat badan berhubungan positif dengan penyimpangan perilaku makan. Tiemeyer (2007) menyebutkan bahwa jenis kelamin, umur, dinamika keluarga, perilaku, diet, pelecehan atau trauma, kejadian pemicu, genetik dan situs pro-anoreksia dan pro-bulimia merupakan faktor risiko bagi timbulnya penyimpangan perilaku makan.

B. Rumusan Masalah

Hasil penelitian yang ada memperlihatkan bahwa telah terjadi peningkatan kasus penyimpangan perilaku makan secara signifikan. Terlebih lagi saat ini penyimpangan perilaku makan tidak hanya menjadi masalah pada negara-negara Barat. Di negara-negara Asia seperti Cina, Singapura, Taiwan, Filipina, Jepang bahkan Indonesia juga telah teridentifikasi adanya kasus penyimpangan perilaku makan. Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.1. Apa definisi dari Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa?2. Bagaimana etiologi Anoreksia nervosa dan Bulimia Nervosa?3. Bagaimana patofisiologi pada Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa?4. Bagaimana manifestasi klinis pada Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa?5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang pada Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa?6. Apa saja diagnosa keperawatan pada Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa?7. Bagaimana asuhan keperawatan pada Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa?

C. TujuanPenyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Penceernaan yang diberikan oleh Ns. Dwiyanti Purbasari, M. Kep.

D. ManfaatDengan dibuatnya makalah ini, pembaca dapat mengetahui apa itu Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa, bagaiamana etiologi, patofisisologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang serta diagnosa keperawatan dan asuhan keperawatannya.

BAB IIPEMBAHASANA. Anoreksia Nervosa 1. DefinisiAnoreksia (Anorexia) berasal dari bahasa Yunani, yaitu anyang berarti tanpa dan orexia yang artinya hasrat untuk, sehingga anoreksia memiliki arti tidak memiliki hasrat untuk (makanan), (Nevid dkk, 2003).Anoreksia nervosa pertama kali dijelaskan dan dinamai oleh Gull, seorang dokter Inggris pada tahun 1878, kelainan ini mencapai tingkat ketenarannya hanya pada dekade terakhir, (Palmer, 1972).Anoreksia Nervosa adalah gangguan makan karena adanya keinginan yang keras untuk mendapatkan tubuh yang kurus dengan cara melaparkan diri, (John W Santrock, 2003).Anoreksia Nervosa adalah kondisi penurunan berat badan yang dihasilkan sendiri biasanya terlihat pada gadis remaja dan wanita muda, tapi juga pada wanita atau pria paruh baya. Kriteria untuk diagnosis anoreksia nervosa termasuk terpusatnya perhatian pada berat badan pribadi dan penampilan, perilaku yang diarahkan pada kekurusan (aktivitas berlebihan dan asupan kalori yang tidak tepat), dan hasil fisik dari perilaku ini (termasuk berkurangnya berat badan ekstrim, aminore, osteoporosis, dan malnutrisi). Presentasi psikopatologis menentukan kebutuhan akan intervensi psikiatri. Pendekatan tim multidisiplin fokus pada konsistensi dalam menuju karakter perilaku penyakit memiliki kesuksesan yang paling besar dengan keseluruhan pengobatan, (Black &Jane, 2014).Menurut Nevid dkk (2003, hal 45) terdapat dua subtipe umum dari anoreksia nervosa, yaitu tipe makan berlebihan atau membersihkan dan tipe menahan.a. Tipe makan berlebihanTipe ini ditandai dengan episode yang sering makan berlebihan dan memuntahkannya. Meskipun siklus berulang dari makan banyak dan memuntahkannya juga terjadi pada penderita bulimia, tetapi penderita tidak mengurangi berat badan mereka sampai tingkat anoreksik. Tipe ini cenderung berganti-ganti periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif.b. Tipe menahanTipe ini cenderung secara kaku bahkan secara obsesif menontrol diet dan penampilan mereka.Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat dua tipe anoreksia nervosa, yaitu tipe penahan dan tipe pesta makan.2. Etiologi dan faktor resikoAnoreksia Nervosa mengenai kira-kira 0,2% sampai 0,5% wanita muda. Bulimia nervosa mengenai 2% sampai 3% dari kelompok yang sama. Wanita 10 kali lebih mungkin untuk terkena gangguan makan daripada pria. Gangguan ini lebih prevalen di budaya barat, walaupun kejadiannya meningkat di budaya Asia.Walaupun penyebab gangguan makan ini tidak tentu, beberapa faktor mungkin berkontribusi dalam perkembangan gangguan. Faktor sosial budaya dan lingkungan termasuk media dan pengaruh teman sebaya, faktor keluarga, termasuk perselisihan orang tua, dan faktor biologis termasuk gen, regulasi neurotransmiter, dan fungsi hormonal telah terlibat. Efek negatif, rendah harga diri, dan perilaku diet umumnya mendahului onset gangguan makan.(Black &Jane, 2014)Teori dari Nevid dan Anorerexia Nervosa and Related Eating Disorder, Inc. menyebutkan beberapa faktor penyebab pada Anoreksia Nervosa, yaitu:a. Faktor BiologisFaktor yang dimaksudkan adalah faktor genetik dan faktor biologis. Adanya peran faktor genetis pada gangguan makan. Gangguan makan cenderung menurun dalam keluarga, yang diduga terkait dengan komponen genetis. Berdasarkan penelitian terbaru, faktor genetik dinilai beresiko 56% dalam perkembangan anoreksia nervosa. Pada kenyataannya, orang yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang mengalami anoreksia nervosa memiliki 12 kali kemungkinan untuk mendapatkan penyakit anoreksia nervosa daripada orang lain yang tidak memiliki sejarah keluarga yang engalai gangguan makan tersebut. Faktor fisiologis berhubungan dengan anatomis, khususnya metabolisme tubuh individu.b. Faktor SosiokulturalPenderita anoreksia nervosa menemukan dukungan untuk tindakannya dalam masyarakat yang menekankan pada kekurusan dan latihan. Kadang kadang teman yang terobsesi dengan penampilan atau pasangan yang menciptakan tekanan yang mendorong munculnya gangguan makan. Begitu pula perkumpulan wanita, kelomp[ok teater, kelompok menari, kelompok teman sekolah dan situasi lain dimana teman sebaya mempengaruhi satu sama lain dengan tidak sehat.Orang yang rentan terhadap gangguan makan, dalam banyak kasus, mengalami masalah dalam hubungan. Beberapa mungkin menarik diri hanya dengan hubungan yang dangkal dan konflik dengan orang lain. Lainnya mungkin tampak dengan mempunyai kehidupan yang menarik dengan banyak teman dan aktivitas sosial, tetapi kemudian mereka akan mengakui mereka tidak benar-benar cocok dengan keadaannya, dan mereka tidak memiliki teman sejati atau kepercayaan kepada seseorang untuk berbagi pemikiran, perasaan, keraguan, parasaan tidak aman, ketakutan, harapan, ambisi, dan lainnya. Seringkali mereka dengan putus asa mengharapkan hubungan yang sehat dengan orang lain namun takut dengan kritik dan penilakan jika kesalahan mereka diamati dan kekurangan mereka diketahui.Tekanan untuk menjadi kurus terutama tertuju pada wanita. Tekanan untuk mencapai standar kurus yang tidak realistis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan sehubungan dengan peran wanita dalam masyarakat, dapat menyebabkan wanita muda menjadi tidak puas dengan tubuh mereka sendiri. Ketidakpuasan wanita muda dapat menyebabkan diet yang berlebihan dan perkembangan prilaku makan yang mengganggu. Model sosiokultural didukung dengan bukti-bukti yang menunjukan bahwa tanda-tanda gangguan makan nantinya dapat meningkat pada negara-negara berkembang.c. Faktor PsikologisFaktor-faktor kognitif ikut terlibat, wanita muda dengan anoreksia nervosa sering kali memiliki sikap perfeksionis dan berjuang mencapai prestasi yang tinggi. Penderita anoreksia nervosa seringkali kecewa pada diri mereka ketika gagal mencapai standar tinggi mereka yang tidak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa mengontrol dan kebebasan yang lebih besar daripada yang didapat dari aspek kehidupannya.Faktor psikologis meliputi motifasi untuk menarik perhatian, keinginan akan individualitas, penolakan seksualitas, dan cara mengatasi kekangan orang tua. Penderita anoreksia kadang memiliki keluarga yang memberi tuntutan yang tinggi bagi mereka untuk berprestasi. Ketidakmampuan memenuhi standar orang tua yang tinggi menyebabkan penderita anoreksia nervosa merasa tidak mampu mengendalikan kehidupan mereka sendiri. Dengan membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuh mereka, penderita anoreksia memperoleh suatu rasa kendali diri.d. Faktor MediaDalam media, orang yang bahagia dan sukses adalah hampir sebagian besar dilukiskan sebagai aktor dan model yang muda, hebat, dan kurus. Disis lain, orang-orang memiliki karakter bodoh, buruk atau seorang pelawak dilukiskan dengan aktor yang lenih tua, perempuan yang kotor, tidak terpelihara, dan kebanyakan dari mereka adalah gemuk.Pada wanita, adalah muda dan kurus. Badan yang kurus diinginkan wanita, atau sebagaimana wanita yang ideal berat badannya. Saat wanita ingin untuk mengembangkan dirinya, biasanya dimulai dengan diet, yang akan menyebabkan menjadi lebih kecil, lebih lemah, dan kurang bertenaga.e. Faktor KeluargaPenderita anoreksia nervosa kemungkinan memiliki riwayat keluarga depresi, ketergantungan alkohol atau suatu gangguan makanan. Beberapa bukti menyatakan bahwa penderita anoreksia nervosa memiliki hubungan yang erat penuh rintangan dengan orang tuanya.Teoritikus mengatakan bahwa beberapa remaja mengguanakan penolakan untuk makan sebagai cara untuk menghukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah. Beberapa penderita anoreksia nervosa mengatakan bahwa mereka merasa tertekan dalam keluarga yang overprotektif. Beberapa penderita yang lain merasa ditinggalkan, disalahartikan dan kesepian. Orang tua yang terlalu memperhatikan penampilan fisik dapat secara tidak sadar memiliki kontribusi pada pengembangan gangguan makan. Termasuk didalamnya orang tua yang sering memberikan komentar dan kritikan terhadap tubuh anak mereka.

3. PatofisiologiPerubahan fisik berhubungan dengan anoreksia nervosa sama dengan yang terlihat pada kelaparan. Ketika asupan kalori dibatasi dengan parah, tubuh mengadaptasi dengan menggunakan cadangan lemak tubuh dan menghemat cadangan nitrogen. Dengan kelaparan yang berkepanjangan, perubahan signifikan dalam cairan dan keseimbangan elektrolit dapat terjadi dan dapat mengancam kehidupan. Perubahan dalam metabolisme insulin, hormon tiroid, dan katekolamin menjelaskan manifestasi klinis umum, termasuk penurunan denyut nadi, laju pernapasan, tekanan darah, curah jantung, dan motalitas usus. Respons hipotalamus pada kurangnya asupan nutrisi dengan perubahan dalam fungsi kelenjar di bawah otak, mengakibatkan amenore dan infertilitas. (Black &Jane, 2014)4. Manifestasi KlinisKlien dengan anoreksia nervosa biasanya dikenalkan pertama kali dengan sistem perawatan kesehatan ketika perilaku makan yang terganggu mengakibatkan penurunan berat badan yang sangat nyata. Klien mungkin membatasi mereka sendiri dengan 200 sampai 500 kkal/hari kurang dari setengah jumlah yang dibutuhkan berat badan normal. Manifestasi fisik termasuk kulit kering, pucat, bradikardia, hipotensi, tidak toleran terhadap dingin, sembelit, dan amenore.(Black & Jane, 2014)5. Komplikasi Pada anak-anak dan remaja, anoreksia dapat menghambat perkembangan fisik. Pada orang dewasa, khususnya wanita, kondisi ini dapat menyebabkanosteoporosis,gangguan menstruasi, dan kemandulan. Sedangkan pada pria dewasa, anoreksia dapat menyebabkan impoten dandisfungsi ereksi.

6. Pemeriksaan PenunjangAnoreksia nervosa seringkali didiagnosis dengan mengesampingkan penyakit-penyakit medis dan psikiatrik lainnya yang berhubungan dengan penurunan berat badan. Pada saat ini kriteria AN yang jelas dan dapat dipercaya telah diformulasikan berdasarkan tanda dan gejala-gejalanya (Soetjiningsih, 2010). Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi gejal-gejala dari AN adalah sebagai berikut:a. Elektrokardiogram (EKG)bradikardia umum terjadib. Tekanan darah berdiri dan berbaringuntuk mengkaji adanya hipotensic. Kadar urea, elektrolit, kreatinin serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)dapat menunjukkan kadar nitrogen urea darah (NUD) yang rendah akibat dehidrasi dan jumlah asupan protein yang tidak adekuat; alkalosis metabolik dan hipokalemia karena muntahd. Urinalisis, klirens kreatinin urine (pada kasus berat, dipantau setiap tahun)pH mungkin naik; mungkin ditemukan ketone. Hitung darah lengkap (HDL), hitung trombosit (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)biasanya normal; mungkin terdapat anemia normokromik normositik.f. Kadar Glukosa serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)g. Uji fungsi hepar (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)h. Kadar TSH (thyroid stimulating hormone), kortisol (pada kasus berat dipantau enam bulan sekali)i. Densitas tulang (pada kasus berat dipantau setiap tahun)menunjukkan osteopeniaj. Komposisi tubuh (pada kasus berat dipantau setiap tahun menggunakan kaliper, atauwater immersion)k. Adanya hiperkarotenemia (menyebabkan kulit berwarna kuning, juga dikenal sebagai pseudoikterus)karena diet vegetarian atau penurunan metabolisme.

7. PenatalaksanaanPenanganan anoreksia nervosa diberikan dengan rawat jalan kecuali bila muncul masalah medis yang berat. Diperlukan pendekatan antardisiplin agar diperoleh hasil yang optimal. Penanganan pasien rawat jalan itu mencakup pemantauan medis, rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya, dan psikoterapi. Pendekatan terapeutik meliputi terapi individu, keluarga, dan kelompok. Keterlibatan keluarga sangat diperlukan. Penggunaan pengobatan psikotropik harus dipertimbangkan hanya setelah penambahan berat badan tercapai. Pengobatan dapat dilakukan untuk mengatasi gejal depresi, ansietas, dan perilaku kompulsif-obsesif. Hospitalisasi diindikasikan jika berat badan remaja kurang dari 20% berat badan idealnya atau tidak dapat mengikuti progam pengobatan untuk pasien rawat jalan yang diberikan, atau bila terdapat deficit neurologis, hipokalemia, dan aritmia jantung. Hospitalisasi dibatasi untuk jangka waktu pendek dengan berfokus pada pemulihan berat badan akut dan pemberian makan kembali.Obat-obat yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:a. Antidepresanjuga dipakaiselective serotonin reuptake inhibitors, (mis; fluoksetin, sentralin, paroksetin) dapat digunakan bila aktivitas kompulsif merupakan komponen penyakit.b. Terapi sulih estrogendapat digunakan untuk amenore.Apabila status gizinya sudah baik, maka terapi akan dimulai oleh psikolog. Terapi ini bisa berupa psikoterapi individual, kelompok atau keluarga. Jadi perlu disampaikan pada pasien agar tidak terlalu memikirkan penampilan yang sempurna, apabila hal itu hanya akan merugikan diri sendiri (Muttaqin & Sari, 2011).8. Pengkajiana. Anamnesa1) Identitas klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.2) Keluhan utama: Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita anoreksia nevrosa.3) Riwayat kesehatan sekarang: Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana keadaan dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan hal tersebut.4) Riwayat kesehatan yang lalu: Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penangan yang dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien dengan bulimia sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan keperibadian.5) Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit anoreksia nervosa.

b. Pemeriksaan Fisik1) Penampilan Umum: Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klienanorexsianervosa dapat kekurangan berat badan.2) Kesadaran: Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien. Klienbiasanyamalu dengan perilaku makan berlebihan dan pengurasan. Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.3) Tanda-tanda Vital: Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS).4) Sistem gastrointestinal: Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut, dan abdomen. Biasanya pada klien anoreksianervosa dapat terlihat karies gigi, lidah kotor, membran mukosa mulut kering dan perut agak cekung atau semua ini bisa tidak terlihat karena terjadi dengan dirahasiakan oleh klien.5) Nutrisi: Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola makan dan aktifitas setelah makan kliem. Klien makan berlebihan (binge) dan melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain.6) Cairan: Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan berlebin, keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa kering.7) Aktivitas: Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makan, mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal membuat klien dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan yang cukup.

9. Diagnosa Keperawatana. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan faktor psikologisb. Keletihan berhubungan dengan malnutrisi.c. Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh.

30

10. Asuhan Keperawatan

No DXTujuanIntervensiRasional

1Nutrisi seimbang sesuai kebutuhan tubuh denganKriteria hasil :1. Pemenuhan nutrisi terpenuhi dengan adekuat.2. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu.

1. Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.2. Kolaborasi pemberian terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi. 3. Berikan makan sedikit dan makanan kecil tambahan, yang tepat.4. Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.5. Siapkan untuk / bantu ECT bila diindikasikan. Bantu pasien memahami ini bukan sebagai hukuman6. Pertahankan jadwal penimbangan berat badan teratur, seperti Minggu, Rabu, dan Jumat sebelum makan pagi pada pakaian yang sama, dan gambarkan hasilnya.7. Awasi program latihan dan susun batasan aktivitas fisik. Tulis aktivitas/tingkat kerja (jalan-jalan dan sebagainya).

1. Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi an mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja psikologis.2. Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan kontrol lingkungan dimana masukan makanan, obat, dan aktivitas dapat dipantau.3. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa.4. Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.5. Pada kasus jarang dan sulit dimana malnutrisi berat/mengancam hidup, seri ECT jangka pendek dapat memampukan pasien untuk mulai makan dan memungkinkan dapat mengikuti psikoterapi.6. Memberikan catatan lanjut penurunan dan/atau peningkatan berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang peningkatan dan/atau penurunan.

7. Latihan sedang membantu dalam mempertahankan tonus otot/berat badan dan melawan depresi. Namun pasien dapat latihan terlalu berlebihan untuk membakar kalori.

2Klien akan beradaptasi dengan keletihanDengan Kriteria Hasil :1. Klien dapat menggunakan teknik penghematan energi.2. Klien dapat mengadaptasi gaya hidup sesuai dengan tingkat energi yang dimiliki.3. Klien melaporkan bahwa energi terpulihkan setelah istirahat.4. Klien dapat mengindentifikasi faktor psikologis dan fisiologis yang dapat menyebabkan keletihan.1. Ajarkan pasien pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah keletihan.2. Lakukan kolaborasi perujukan ke perawatan psikiatrik jika sangat mengganggu hubungan klien dengan orang lain.3. Pantau bukti adanya keletihan fisik dan emosi yang berlebihan pada pasien.4. Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan sehubungan dengan keletihan yang terjadi.

1. Pengetahun pasien tentang teknik penghematan energi secara jelas dapat meningkatkan kemungkinan untuk diterapkan.2. Penanganan dari segala aspek termasuk psikologinya akan meningkatkan keefektifan terapi.3. Pemantaun secara berkala membuat penatalaksanaan dapat segera dilakukan jika terjadi masalah.4. Perasaan yang berhasil diungkapkan dapat mengurangi beban masalah yang dialami.

3Pasien merasa percaya diri dengan kondisi tubuhnya.Dengan Kriteria Hasil :1. Klien dapat membuat gambaran diri lebih nyata. 2. Klien dapat mengakui diri sebagai individu.3. Klien dapat menerima tanggung jawab untuk tindakan sendiri.

1. Buat hubungan terapeutik perawat dengan pasien.2. Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral.3. Biarkan pasien menggambarkan dirinya sendiri.4. Bantu pasien untuk melakukan kontrol pada area selain dari makan/penurunan berat badan, missal manajemen aktivitas harian, pilihan kerja/kesenangan.5. Libatkan dalam terapi kelompok.6. Waspadai ide bunuh diri/perilaku.

1. Dalam hubungan membantu, pasien dapat mulai untuk mempercayai dan mencoba pemikiran dan perilaku baru.2. Pasien melihat diri sebagai lemah-harapan, meskipun bagian pribadi merasa kuat dan dapat mengontrol.3. Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang diri/gambaran diri dan kenyamanan situasi individu.4. Perasaan tak efektif pribadi, harga diri rendah, dan perfeksionisme sering menjadi bagian dari masalah. Pasien merasa tak berdaya untuk mengubah dan memerlukan bantuan untuk metode pemecahan masalah kontrol situasi hidup.5. Memberikan kesempatan untuk bicara tentang perasaan dan mencoba perilaku baru.6. Cemas/panic terus-menerus tentang peningkatan berat badan, depresi, perasaan tak berdaya dapat menimbulkan usaha bunuh diri, khususnya bila pasien impulsive.

1.

B. Bulimia Nervosa1. DefinisiBulimia adalah gangguan makan di mana individu secara konsisten menjalani pola makan berlebihan dan kemudian memuntahkan kembali. Penderita bulimia terus makan dalam jumlah yang banyak dan kemudian mengeluarkannya dengan cara memuntahkannya atau dengan menggunakan obat pencahar, (John W Santrock, 2003).Bulimia nervosa (BN) digambarkan dengan episode berulang makan berlebihan (binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa, beriadah, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan subjektif kehilangan kawalan ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja atau beriadah secara berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga boleh terjadi. (Chavez dan Insel, 2007)Bulimia Nervosa adalah penyakit kurang serius dan sama sekali terpisah. Klien dengan bulimia nervosa cenderung untuk menjaga berat badan yang relatif normal tetapi melakukannya dengan cara berlebihan (bingeing) dan memuntahkan (purging) isi lambung untuk mencegah kenaikan berat badan. Telah dinyatakan, bulimia nervosa adalah bentuk dari penyakit depresi. (Black &Jane, 2014)2. Etiologi a. Faktor BiologisKadar endokrin plasma yang meningkat pada beberapa pasien bulimia nervosa yang muntah, kemungkinan menyebabkan perasaan sehat yang dirasakan oleh pasien setelah muntah.b. Faktor SosialPenderita bulimia nervosa mempunyai kedudukan tinggi dan perlu berespon terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus. Mereka terdepresi dan memiliki depresi familiar yang tinggi.

c. Faktor PsikologisPasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak terkendali yang dilakukan sebagai egodistoni. Kesulitan yang dimiliki pasien ini dalam mengendalikan impuls seringkali dimanifestasikan dengan makan yang berlebihan dan mencahar.

3. Patofisiologi Klien dengan bulimia nervosa mungkin atau mungkin tidak mengembangkan perubahan ini. Besarnya malnutrisi akan menentukan perubahan patopsikologi yang diteliti.

4. Manifestasi KlinisManifestasi klinis bulimia nervosa termasuk episode makan diikuti dengan memaksakan diri untuk muntah. Episode makan dan muntah terjadi paling sering pada sore atau malam hari dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Beberapa klien mungkin menyalahgunakan obat pencahar dan juga diuretik. Karakteristik kepribadian yang khas dari klien bulimia berhubungan dengan depresi. Manifestasi fisik mungkin nyata, karena klien dengan bulimia mungkin berberat badan normal tanpa berkurangnya simpanan lemak. Manifestasi klinis yang kurang nyata adalah erosi enamel gigi karena seringnya muntah dan iritasi esofagus dan tenggorokan.

5. KomplikasiKomplikasi bulimia menurut Monique Elizabeth Sukamto (1999) yakni individu mengalami peradangan tenggorokan, pembengkakkan kelenjar ludah, kerusakan gigi karena penderita sering melakukan purging (memuntahkan makanannya). Akibatnya individu mengalami kekurangan cairan tubuh, terganggunya siklus menstruasi, wasir (hemorrhoids), gangguan usus. Ia bahkan dapat menyebabkan kegagalan jantung sehingga bias mati mendadak (sudden death).6. Pemeriksaan PenunjangUji Laboratorium dan Diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan bulimi nervosa adalah sebagai berikut :1. Pemeriksaan fisik yang menyeluruh.2. Uji kadar clektrolit serum. Bisa muncul hipokalemia, hiponatremia, alkalosis metabolik, hipokloremik.3. Kadar amilase serum mungkin meningkat.4. Evaluasi faktor-faktor psikologis.

7. Penatalaksanaan Penanganan diberikan seperti untuk pasien rawat jalan kecuali bila timbul masalah medis yang berat. Diperlukan penanganan antardisiplin untuk mendapatkan basil yang optimal. Pengobatan rawat jalan mencakup pemantauan medis, rencana diet untuk memulihkan status nutrisi, dan psikoterapi keluarga. Penanganan meliputi membantu individu mempelajari pemantauan sendiri dan untuk mengidentifikasi distorsi pola pikir tentang berat badan, makanan, citra tubuh, dan hubungan. Tujuan penanganan adalah mengembalikan pada makan yang normal. Penanganan psikofarmakologis (misal, antidepresan) juga dapat digunakan. Prognosis lebih baik bila kondisi ditangani sejak dini, sebelum purgasi diperkuat dengan penurunan berat badan. (Betz, 2004).Prinsip Penatalaksanaan Bulimia Nevosa menurut Soetjiningsih (2010) ada beberapa hal yakni sebagai berikut :a. Fokus utama pengobatan adalah menurunkan pola makan ala bulimikb. Hindari makanan yang merangsang pola makanbingeseperti es krim.c. Obati depresi yang biasanya menyertai bulimiad. Libatkan para remaja dalam psikoterapi individu dengan atau tanpa melibatkan keluarga.e. Latihan olahraga yang ringan sampai sedang.f. Berikan obat antidepresan seperti imipramine dapat diberikan dengan dosis 3-5 mg/KgBB/Hari, dinaikan bertahap setiap minggu sampai dosis 300 mg/hari atau sampai terdapat respon klinis yanga adekuat.g. Terapi Kelompok sangat membantu penyembuhan.h. Bila penderita menggunakan diuretik, berikan diet rendah garam karena terjadi retensi cairan bila diuretik diberikan.

8. Pengkajiana. Anamnesa1) Identitas klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.2) Keluhan utama: Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita bulimia nervosa dengan tandabingedanpurge.3) Riwayat kesehatan sekarang: Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimanabingedanpurgedirasakan oleh klien, regional (R) yaitu menjalarbingedanpurgekemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangibingedanpurgeatau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakanbingedanpurgetersebut.4) Riwayat kesehatan yang lalu: Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penangan yang dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien dengan bulimia sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan keperibadian.5) Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit bulimia nervosa.

b. Pemeriksaan Fisik1) Penampilan Umum: Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien bulimia nervosa dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya. Penampilan umum klien tidak luar biasa, dan klien tampak terbuka dan mau berbicara.2) Kesadaran: Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien. Klien bulimia malu dengan perilaku makan berlebihan dan pengurasan. Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.3) Tanda-tanda Vital: Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS).4) Nutrisi: Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola makan dan aktifitas setelah makan kliem. Klien bulimia makan berlebihan (binge) dan melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain.5) Cairan : Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan berlebih , keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa kering.6) Aktivitas: Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makanbinge, mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal membuat klien dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan yang cukup.

9. Diagnosa Keperawatana. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktifb. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologisc. Resiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuhd. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah

10. Asuhan Keperawatan

No DXTujuanIntervensiRasional

1Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan tubuh dapat terpenuhi.Dengan Kriteria Hasil :1) TTV : s: 36-37C, TD: 110/70- 120/ 70 mmHg, P: 16-20 x/menit, N: 80-100 x/menit2) Intake dan output seimbang3) Abdomen tidak cekung4) Membran mukosa lembab5) Turgor kulit kembali dalam 3 detik6) Tidak ada muntah7) Hasil laboratorium : Na: 135 -145 mEq/L, Ca: 4-5 mEq/L, K : 3.5 5.3 mEq/L -

1) Awasi TTV nadi status membran mukosa turgor kulit2) Awasi jumlah masukan cairan (intake & output)3) Indentifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan4) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit5) Memberikan cairan sesuai indikasi6) Auskultsi bising usus7) Awasi pemeriksaan laboratorium tentang elektrolit8) Menimbang berat badan tiap hari9) Kaji riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan lamanya dari muntah10) Suhu , warna kulit, kelembapan kulit11) Kolaborasi pemberian cairan infus12) Terapkan batasan dengan klien tentang kebiasana makan.13) Dorong klien makan dengan klien lain atau keluarganya, jika ditoleransi

1) Indikator keadekuatan volume sirkulasi2) Untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit3) Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan4) Menunjukan kehilangan cairan5) Memperhatikan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit6) Mencegah terjadinya infeksi pada saluran pencernaan7) Memberikan informasi tentang volume sirkulasi, keseimbangan elektrolit8) Mengukur keadekuatan pengantian cairan9) Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total10) Mengindikasi terjadinya dehidrasi11) Agar tidak terjadi dehidrasi tubuh12) Mencegah perilaku makan berlebihan yang mencakup makan diam-diam dan menelan makanan dengan cepat serta menbantu klien kembali ke pola makan yang normal (3 kali sehari).13) Mencegah kerahasian tentang makan meskipun pada awalnya ansietas klien mungkin terlalu tinggi untuk bergabung makan bersama.

2Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi.Dengan Kriteria hasil :1) Berat badan dalam rentang normal dari perhitungna berat badan ideal2) Asupan nutrisi seimbang sesuai berat badan3) Bising usus 5 30 x/menit4) Abdomen tidak terdapat nyeri tekan5) Tingkat kesadaran kompos mentis6) konjungtiva merah muda

1) Berikan pengawasan pasien dengan tetap tingggl diruangan tanpa kamar mandi2) Hindari pemberian laktasif3) Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan4) Libatkan pasien dalam pengusun / melakukan program perubahan perilaku5) Timbang berat badan tiap hari buat jadwal teratur6) Rujuk keahlian gizi7) Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan sebelumnya8) Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama9) Auskultasi bising usus10) Berikan tambahan makanan / nutrisi dukung total bisa dibutuhkan11) Kaji TTV, membra mukosa, turgor kulit12) Dorong klien untuk makan semua makanan13) Awasi pemeriksaan laboratorium, antara glukosa serum, albumin dan total protein 1) Mencegah muntah selama / setelah makan2) Penguanaan berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makan / kalori tubuh oleh pasien3) Perawatan diri memberikan kontrol lingkungan di mana masuknya makanan, muntah/ obat dan aktivitas dipantau4) Memberikan situasi terstuktur untuk mengambarkan kearah yang lebih baik5) Pengawasan kehilangan dan alat pengkaji kebutuhan nutrisi6) Perlu bantuan dalam perencanaan memenuhi kebutuhan nutrisi7) Memberikan informasi tentang adekuat masukan untuk pemenuhan nutrisi8) Mengidenfikasi kekurangan/ kebutuhan untuk membantu memilih intervensi9) Menentukan kembalinya perstatik10) Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi11) Indikator volume sirkulasi/ perkusi12) Untuk mempertambah nutrisi tubuh13) Untuk mencegah kekurangan

3Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam gangguan citra tubuh dapat terpenuhi.1) Dengan Kriteria hasil Klien menyatakan penerimaan dirinya sendiri2) Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan3) Klien mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup4) Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi5) Klien dapat berpartisipasi dalam Tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi

1) Buat hubungan teraupetik perawat/pasien2) Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral3) Pasien untuk menggambarkan dirinya sendiri4) Sadari reaksi sendiri terhadap perilaku pasien.5) Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sendiri.6) Libatkan dalam program pengembangan pribadi7) Anjurkan konsultasi pada konsultan citra diri8) Gunakan pendektan psikoterapi,daripada terapi penafsiran.

1) Membantu pasien dapat memulai untuk mempercayai dan mencoba pemikiran dan perilaku.2) Agar komunikasi pasien dan perawat berjalan dengan baik3) Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang/gambaran diri dan kenyataan situasi individu.4) Mengembalikan kepercayaan diri pasien5) Untuk menumbuhkan rasa percaya diri6) positif meningkatkan harga diri.7) Memperbaiki citra diri menjadi baik8) Banyak cara membuat penampilan lebih baik tetapi positi

4Elektrolit tubuh seimbang.Dengan Kriteria hasil :1. Mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.

1) Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal, missal jadwal masukan cairan.2) Kolaborasi penambahan kalium, oral atau IV sesuai indikasi.3) Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membrane mukosa, turgor kulit.4) Awasi jumlah dan tipe masukan cairan. Ukur haluaran urine dengan akurat.

1) Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan, memperbaiki kesempatan untuk berhasil.2) Dapat diperlukan untuk mencegah disritmia jantung.3) Indikator keadekuatan volume sirkulasi. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan resiko jatuh/cedera segera setelah perubahan posisi.4) Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.

BAB IIIPENUTUPA. SimpulanAnoreksia dan bulimia nervosa merupakan gangguan makan yang banyak dialami oleh masyarakat, khususnya anak muda. Anoreksia Nervosa adalah kondisi penurunan berat badan yang dihasilkan sendiri biasanya terlihat pada gadis remaja dan wanita muda, tapi juga pada wanita atau pria paruh baya.Bulimia adalah gangguan makan di mana individu secara konsisten menjalani pola makan berlebihan dan kemudian memuntahkan kembali. Jika masalah gangguan makan tersebut tidak ditangani, kemungngkinan orang yang mengalami anoreksia nervosa dan bulimia nervosa tersebut dapat mengalami kematian seperti yang terjadi pada beberapa kasus. Pada klien dengan anoreksia dan bulimia nervosa harus mendapat tata laksana baik dari segi fisik dan psikologisnya juga. Agar klien mampu memperbaiki masalah kesehatan dan mengubah pola makannya.

B. SaranSetelah membaca dan mempelajari makalah ini, hendaknya pembaca mampu untuk mengetahui secara lengkap tentang masalah pada sistem pencernaan yaitu anoreksia nervosa dan bulimia nervosa beserta asuhan keperawatannya. Dengan demikian, pembaca dapat mengaplikasikan teori tentang asuhan keperawatan yang terdapat dalam makalah ini. Selain itu, pembaca juga hendaknya memberikan kritik dan saran tentang makalah ini, karena tidak menutup kemungkinan masaih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.