Isi

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) terus menurun, namun perlu upaya dan kerja keras untuk mencapai target MDG sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Angka Kematian Ibu menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI) (Gambar 5.1). WHO memperkirakan bahwa 15-20 persen ibu hamil baik di negara maju maupun berkembang akan mengalami risiko tinggi dan/atau komplikasi. Salah satu cara yang paling efekif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 66,7 persen pada tahun 2002 menjadi 77,34 persen pada tahun 2009 (Susenas). Angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3 persen pada tahun 2010 (Data Sementara Riskesdas, 2010). Salah satu penyebab kematian ibu adalah terlambatnya penanganan terhadap penyulit persalinan. Sehingga diperlukan adanya deteksi dini penyulit persalinan agar penanganan pada penyulit persalinan tidak terlambat. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh bidan adalah deteksi dini penyulit persalinan dengan partograf. Sehingga bila ditemukan adanya tanda 1

Transcript of Isi

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka Kematian Ibu (AKI) terus menurun, namun perlu upaya dan

kerja keras untuk mencapai target MDG sebesar 102 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015. Angka Kematian Ibu menurun dari 390

pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2007 (SDKI) (Gambar 5.1). WHO memperkirakan bahwa 15-20 persen

ibu hamil baik di negara maju maupun berkembang akan mengalami

risiko tinggi dan/atau komplikasi. Salah satu cara yang paling efekif untuk

menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. Persentase

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari

66,7 persen pada tahun 2002 menjadi 77,34 persen pada tahun 2009

(Susenas). Angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3 persen pada

tahun 2010 (Data Sementara Riskesdas, 2010).

Salah satu penyebab kematian ibu adalah terlambatnya

penanganan terhadap penyulit persalinan. Sehingga diperlukan adanya

deteksi dini penyulit persalinan agar penanganan pada penyulit

persalinan tidak terlambat. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh

bidan adalah deteksi dini penyulit persalinan dengan partograf. Sehingga

bila ditemukan adanya tanda dan gejala penyulit persalinan, ibu bersalin

dapat segera dirujuk untuk mendapat pertolongan yang lebih tepat dan

berkualitas dengan dibantu penolong yang lebih berkompeten terhadap

kasus- kasus penyulit persalinan.

Penyulit dalam persalinan dapat di nilai dengan partograf dari data

identitas ibu (nama, umur, paritas, dll), data bayi (djj, moulage), ketuban

(pecah/ utuh, jernih, darah, atau mekonium), data kemajuan persalinan

(pembukaan, penurunan kepala, his (frekuensi,durasi, intensitas), data

tekanan darah dan nadi, data suhu, data proteinuri,aseton, dan volume

urin. Sehingga dengan data yang diperoleh dari partograf sudah cukup

disimpulkan apakah ibu mengalamipenyulit persalinan atau tidak.

1

Page 2: Isi

2

Sehingga dapat dengan cepat di berikan penanganan yang sesuai

dengan keadaan ibu bersalin.

Oleh karena itu, kelompok bermaksud mengupas mengenai

deteksi dini penyulit persalinan dengan partograf.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menggunakan partograf dalam persalinan?

2. Bagaimana deteksi dini penyulit persalinan dengan partograf?

C. TUJUAN

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan

yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah

ilmu pengetahuan dan wawasan. Secara terperinci tujuan dari penulisan

makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui penggunaan partograf dalam persalinan.

2. Untuk mengetahui deteksi dini penyulit persalinan dengan partograf.

D. MANFAAT

1. Mengetahui penggunaan partograf dalam persalinan.

2. Mengetahui mengetahui deteksi dini penyulit persalinan dengan

partograf.

Page 3: Isi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinis. Tujuan utama

dari penggunaan partograf adalah untuk :

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui periksa dalam.

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi

bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa

yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik

dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu

dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan

bayi baru lahir.

Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai

pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk

mencatat hasil-hasil pemeriksaan. Sementara itu pengisian partograf

selalu dibantu dengan lembar observasi yang akan mencatat atau

mendokumentasikan keadaan ibu dan janin dari fase laten hingga

pembukaan lengkap.

Informasi atau temuan yang harus dicatat dalam partograf yakni:

1. Informasi tentang ibu

a. Nama, umur;

b. Gravida, para, abortus;

c. Nomor catatan medik/ nomor puskesmas;

d. Tanggal dan waktu mulai dirawat;

e. Waktu pecahnya selaput ketuban.

2. Kondisi janin

a. DJJ;

b. Warna dan air ketuban;

3

Page 4: Isi

4

c. Penyusupan (molase) kepala janin;

3. Kemajuan persalinan

a. Pembukaan serviks;

b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;

c. Garis waspada dan garis bertindak.

4. Jam dan waktu

a. Waktu mulainya fase aktif persalinan;

b. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

5. Kontraksi uterus

a. Frekwensi kontraksi dalam waktu 10 menit;

b. Lama kontraksi (dalam detik).

6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

a. Oksitosin;

b. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

7. Kondisi ibu

a. Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh;

b. Urin (volume, aseton atau protein).

B. Deteksi Dini Persalinan dengan Partograf

1. Informasi tentang Ibu

a. Usia ibu

Usia ibu berkaitan dengan kurun reproduksi sehat. Kurun

reproduksi sehat adalah kurun waktu yang sehat bagi seorang ibu

untuk hamil dan melahirkan yaitu antara usia 20 sampai dengan

35 tahun (BKKBN, 2008, p.11). Berdasarkan hal tersebut, umur

Ibu hamil maupun bersalin dapat digolongkan menjadi 2, yakni:

1) Reproduksi sehat ( 20-35 tahun)

Pada usia ini, ibu hamil memiliki resiko yang minimal saat

persalinan.

2) Reproduksi tidak sehat (<20/>35)

Ketika ibu bersalin berumur <20, alat reproduksi ibu belum

sepenuhnya siap untuk mengalami perubahan-perubahan

ketika hamil dan bersalin. Selain itu pada usia <20 tahun

merupakan masa-masa remaja yang secara psikologis belum

Page 5: Isi

5

mampu menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu, dan

emosionalnya pun belum stabil. Komplikasi yang mungkin

terjadi: preeklamsia, BBLR , perdarahan, kelainan bawaan,

persalinan yang lama dan sulit.

Ketika usia ibu lebih dari 35 tahun, kondisi kesehatan ibu,

terutama alat reproduksi sudah menurun. Sementara itu

komplikasi yang dapat terjadi yakni kelainan his, seksio

caesarea, Intra Uterine Growth Retardation (IUGR),

abnormalitas kromosomal, kematian janin.

b. Riwayat Obstetri

Riwayat obstetri meliputi gravida (G), paritas (P), Abortus

(Ab). Riwayat obstetri ini akan berpengaruh pada

1) Durasi persalinan/ lamanya persalinan berlangsung

Teori menyebutkan bahwa persalinan primipara

berlangsung lebih lama, sedangkan multipara bersalin lebih

cepat, dan grandemultipara lebih lama.

2) Komplikasi

Pada multipara terdapat peningkatan resikountuk

terjadinya abrupsio plasenta, plasenta previa, perdarahan

postpartum, mortalitas maternal dan perinatal. (Varney, 2002 :

184). Grandemultipara, merupakan faktor resiko terjadinya

atonia uteri dan ruptur uteri.

c. Waktu saat Ketuban Pecah

Waktu ketuban pecah harus ditulis dalam partograf, untuk

mengetahui atau mendeteksi lamanya selaput ketuban pecah,

sehingga dapat segera dilakukan tindakan apabila terdapat

temuan abnormal.

Berdasarkan protokol : paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban

pecah, harus sudah partus.Pada ketuban pecah 6 jam, risiko

infeksi meningkat 1 kali. Sementara itu ketuban pecah 24 jam

memiliki risiko infeksi yang meningkat hingga 2 kali lipat.

Prognosis ibu dengan ketuban pecah sebelum waktunya atau

ketuban pecah lama yakni:

1) Infeksi intrapartal/ dalam persalinan

Page 6: Isi

6

2) Infeksi puerperalis/ masa nifas

3) Dry labour/ Partus lama

4) Perdarahan post partum

5) Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)

6) Morbiditas dan mortalitas maternal

Prognosis janin

1) Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat

2) Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada

bayi)

3) Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry

labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty,

cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure,

respiratory distress.

4) Sindrom deformitas janin yang terjadi akibat oligohidramnion.

Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas

dan pertumbuhan janin terhambat (PJT)

5) Morbiditas dan mortalitas perinatal

d. Waktu Mules

Waktu mules akan mencatat saat ibu mulai kenceng-kenceng

teratur. Hal tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk

memantau apakah persalinan ibu memanjang atau tidak, terutama

pada kala I fase aktif. Bila terlalu lama dan tidak terdapat

kemajuan, dikhawatirkan ibu dapat mengalami kelahan, stress,

kesadaran menurun, dan syok. Prognosis bagi bayi yakni dapat

terjadi asfiksia, fetal distress, hingga IUFD.

2. Kondisi Janin

a. Denyut Jantung Janin

Pemeriksaan DJJ saat persalinan bertujuan untuk memantau

kesejahteraan janin.Pemeriksaan DJJ saat persalinan sebaiknya

dilakukan setelah ada his  (lebih sering jika dalam kondisi

kegawatdaruratan) kemudian DJJ ditulis pada partograf setiap 30

menit pada fase aktif.

Page 7: Isi

7

Denyut jantung janin normalnya adalah 120 – 160 x/ menit.

Temuan abnormal jika denyut jantung janin < 120 x/ menit

(bradikardi) atau >160 x/ menit (takikardi), yang menunjukkan

adanya fetal distress.

b. Warna dan Adanya Air Ketuban

Keadaan cairan ketuban membantu dalam menilai keadaan

janin.Pengamatan dilakukan pada setiap dilakukan pemeriksaan

vagina (VT) setiap 4 jam sekali.

1) Normal :

U = selaput utuh

J = selaput pecah, air ketuban jernih

2) Abnormal

M = Bercampur mekonium

Ketuban keruh atau kehijauan terjadi pada waktu bersalin

ini merupakan kondisi gawat janin karena

menggambarkan janin kekurangan oksigen berat yang

menyebabkan janin mengeluarkan mekonium sehingga

mewarnai air ketuban.

D = Bercampur darah

Jika air ketuban bercampur darah dimungkinkan terjadi

solusio plasenta, sehingga diperlukan perawatan rujukan.

K= Sudah tidak terdapat cairan ketuban/kering

Cairan ketuban kering menandakan bahwa ketuban

sudah pecah lama.Hal ini dapat menyebabkan infeksi

pada ibu dan prognosis jelek bagi janinseperti asfiksia,

fetal distress, hingga IUFD. Untuk itu diperlukan

perawatan rujukan ke tempat yang memiliki perawatan

lengkap seperti di rumah sakit.

c. Penyusupan/ Molase Kepala Janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh

bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian atas panggul ibu.

Tulang kepala yang sampai menyusup atau tumpang

tindihmenunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang

panggul( CPD ). Ketidakkemampuan akomodasi akan benar –

Page 8: Isi

8

benar terjadijika tulang kepala yang bisa menyusup tidak mampu

dipisahkan.CPD dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor

antara lainpanggul ibu sempit, janin besar, dan kelainan kongenital

janin (hydrocephalus).

Lambang – lambang dalam mollase :

0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dipalpasi.

1 : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2 : tulang –tulang kepalajanin saling tumpang tindih, tapi

masih dapat dipisahkan.

3 : tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

3. Kemajuan Persalinan

a. Dilatasi serviks

Kemajuan persalinan pada partograf diukur dari dilatasi serviks

dan penurunan kepala janin.

a. Fase Laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm.

b. Fase Aktif : pembukaaan serviks dari 4 sampai 10 cm.

Selama fase laten persalinan, semua asuhan,

pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat pada lembar

observasi Sedangkan apabila telah masuk dalam fase aktif

maka dituliskan di dalam lembar partograf

Pembukaan serviks dinilai dan dicatat pembukaan servik

setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda

penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat

pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan.Tanda

“X” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur

besarnya pembukaan serviks.Beri tanda untuk temuan –

temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali

selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungankan

tanda ’X’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh ( tidak

terputus )

Page 9: Isi

9

Garis waspada dimuali pada pembukaan servik 4 cm dan

berakhir pada titik dimana pembukaaan lengkap diharapkan

terjadi jika laju pembukaan 1 cm / jam.Pencatatan selama

fase aktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika

pembukaan servik mengarah kesebelah kanan garis waspada

(pembukaan < 1 cm/jam), maka harus dipertimbangkan

adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet,

dll).Perimbangkan pula adanya tindakan interfensi yang

diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan

rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu

menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri.Garis

bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan

oleh 8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan.Jika pembukaan servik

berada disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk

menyelesaikan persalinan harus dilakukan.Ibu harus tiba

ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui. 

b. Penurunan bagian terbawah janin

Penurunan kepala dilakukan setiap kali melakukan periksa

dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tanda-

tanda penyulit).Penurunan kepala diperiksa tiap 4 jam sekali

dengan cara palpasi.Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan

kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian

terbawah janin telah memasuki rongga panggul.Pada persalinan

normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan

turunnya bagian terbawah janin.Tapi ada kalanya, penurunan

bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks

mencapai 7 cm.

Pada primipara dalam kala I fase aktif jika penurunan

kepala janin dengan palpasi masih 5/5 merupakan suatu tanda

bahaya dalam persalinan. Pada ibu multipara bisa terjadi

penurunan kepala janin masuk ke panggul baru terjadi pada saat

persalinan sedangkan seorang ibu primipara seharusnya pada

usia kehamilan aterm kepala janin sudah masuk

panggul.Sedangkan penurunan kepala 5/5 berarti kepala janin

Page 10: Isi

10

masih di atas PAP, menunjukkan bahwa kepala belum masuk

panggul. Keadaan tersebut dapat menjadikan partus lama atau

bahkan partus macet.Ada beberapa hal yang menyebabkan

pada kala I fase aktif tersebut penurunan kepala janin masih

pada 5/5, antara lain: jika bayi besar atau makrosomia, panggul

ibu sempit atau DKP (Disproporsi Kepala Panggul). Penyulit lain

dari posisi kepala diatas pintu atas panggul adalah tali pusat

menumbung yang disebabkan pecahnya selaput ketuban yang

disertai dengan turunnya tali pusat.

4. Kontraksi

Merupakan salah satu pemantau keadaan ibu yang menjadi

salah satu faktor yang behubungan dengan kemajuan persalinan

(Power /kontraksi: frekuensi, durasi, intensitas) Dengan memantau

kontraksi dapat di deteksi bila terjadi his tidak adekuat yang dapat

menyebabkan tidak ada kemajuan persalinan.Memeriksa dan

mendokumentasikan frekuensi kontraksi yang dating dalam 10 menit

dan lamanya kontraksi dalam satuan detik dilakukan setiap 30 menit

pada fase aktif. Untuk fase laten dilakukan tiap 60 menit.

a. His tidak adekuat

His tidak adekuat adalah: frekuensi dan lamanya kontraksi

kurang dari 2 kontraksi per 10menit dan kurang dari 30 detik. His

yang tidak adekuat dapat terjadi karena

Kondisi ibu: kecapekan, dehidrasi, dan keadaan umum ibu

yang kurang baik sehingga diperlukan tindakan untuk memperbaiki

KU ibu

b. Hipertonik

Hipertonik adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar

(kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi

kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga

tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi

keluar.Disebut juga sebagai incoordinate uterine action.Contoh

misalnya "tetania uteri" karena obat uterotonika yang

berlebihan.Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan

Page 11: Isi

11

berlangsung hampir terus-menerus.Pada janin dapat terjadi

hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor

yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah

rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang

berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan

sebagainya.

5. Obat – Obatan dan Cairan yang Diberikan

a. Oksitosin,

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang

diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetasan per

menit.

b. Obat-obatan lain dan cairan

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau

cairan IV dalam kotrak yang sesuai dengan kolom waktunya.

6. Kondisi Ibu

a. Tekanan darah

Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital yang

mencerminkan kondisi dan kenyamanan ibu bersalin. Tekanan

darah ibu dipantau setiap 4 jam sekali. Pengukuran dilakukan

saat tidak ada his.Hal ini dikarenakan, tekanan darah meningkat

selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata

sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10

mmHg.

Tenaga kesehatan harus waspada bila ditemukan

keadaan- keadaan abnormal sebagai berikut.

Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang merupakan

tanda/ gejala preeklampsia, apalagi disertai protein urin

(+).

Tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg disertai pucat,

nafas cepat, nadi cepat, produksi urin sedikit merupakan

Page 12: Isi

12

tanda/ gejala syok hipovolemik dikarenakan kekurangan

cairan.

b. Nadi

Nadi merupakan salah satu pemantau keadaan Ibu,

dilakukan setiap 30 menit pada kala I fase aktif.Denyut nadi

normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.Sedangkan batas

normal denyut nadi Ibu bersalin < 100 x/menit.

Tenaga kesehatan harus waspada bila ditemukan keadaan-

keadaan abnormal sebagai berikut:

Denyut nadi Ibu bersalin yakni > 100 x/menit (takikardi)

atau < 60 x/menit (bradikardi)

Takikardi dan bradikardi merupakan tanda gejala syok

hipovolemik jika disertai denyut nadi yang lemah, tekanan

sistolik < 90 x/menit, pucat, nafas cepat, dan produksi urin

sedikit.

c. Suhu/ temperature

Pemantauan suhu pada ibu dilakukan 1 jam sekali untuk

memantau keadaan Ibu selama bersalin.Suhu badan akan sedikit

meningkat selama persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal

tidak melebihi 0,5 – 10 C. Temuan dianggap abnormal jika

temperatur badan ibu > 380 C. Suhu/ temperatur > 380 C

merupakan salah satu tanda gejala infeksi, dan biasanya disertai

menggigil, nyeri abdomen, dan cairan ketuban berbau.

d. Urin

Pemeriksaan urin harus diukur dan dicatat. Pemeriksaan urin

dilakukan setiap 1 jam, yang terdiri dari protein urin, aseton, dan

volume.

1) Protein Urin

Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada sepertiga

sampai setengah jumlah wanita bersalin.Proteinuria +2 dan

lebih adalah data yang abnormal. (varney,2008). Hal tersebut

abnormal dikarenakan lebih sering pada ibu primipara anemia,

prsalinan lama atau pada kasus pre eklamsia.

2) Aseton

Page 13: Isi

13

Adanya aseton diketahui melalui tes urin dan dari bau yang

sangat menyengat urin ibu menandakan ibu bersalin dalam

kondisi dehidrasi, serta dapat merupakan tanda gejala syok

hipovolemik.

3) Volume

Volume urin umumnya meningkat pada ibu bersalin

disebabkan polyuri sering dan umum terjadi selama persalinan

karena kardiak output yang meningkat. Volume urin pada ibu

bersalin normalnya > 30 ml/jam, dan merupakan temuan

abnormal jika < 30 ml/jam dan merupakan tanda gejala syok

hipovolemik yang biasanya disertai dengan warna urin yang

pekat/ tidak kuning jernih.

Page 14: Isi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang

menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik. Gambaran partograf dinyatakan

dengan garis tiap parameter (vertical) terhadap garis perjalanan waktu (horizontal).

Tujuan utama dari pembuatan partograf adalah untuk mencatat

hasil observasi dan kemajuan persalinan, mendeteksi proses

persalinan berlangsung normal atau tidak, data pelengkap yang terkait

dengan pemantauan ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses

persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan

laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan

yang diberikan dimana yang semuanya dicatat secara rinci pada status

atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

B. Saran

1. Diharapkan bidan dalam setiap pertolongan persalinan dicatat

dengan menggunakan partograf sehingga dapat mendeteksi

masalah dan penyulit sesegera mungkin.

2. Diharapkan bidan dalam melakukan pencatatan dalam partograf

segera pemeriksaan sehingga dapat dengan cepat melakukan

tindakan bila terdapat keadaan yang abnormal.

14

Page 15: Isi

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: Gramedia.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

15