isi

11
ISI BAI’AH MARAPALAM Bai’ah Marapalam. Pembukaan: Burung Nuri tabang kasamak Tibo disamak sayoknyo patah Adat kito basandi syara’ Syara’ basandi kitab Allah. Samak basamo kayu sungkai Sungkai tinggi samaknyo rapun Syara’ mangato, adat mamakai Syara’ mandaki, adat manurun. Isi piagam. a. Sumber hukum di Minangkabau ialah Al-Qur’an, Hadits, Qiyas (analog) dan Ijma’. Qiyas diambil dari zaman Khalifah Rasyidin. Ijma’ adalah hasil kesepatan Rajo Nan Tigo Selo berikut stafnya. Ijmak pada tingkat Nagari adalah kesepakatan Tungku Tigo Sajarangan. Kesepakatan ditetapkan secara musyawarah, bebas, tanpa adanya "manarah malantuang batu”. Semua kesepakatan, peraturan dan keuangan harus ditulis. b. Pemerintahan Minangkabau terdiri dari Rajo Nan Tigo Selo, Basa Ampek Balai dan Tuan Gadang. Rajo Nan Tigo Selo terdiri dari Rajo Alam di Pagaruyung, Rajo Ibadat di Sumpur Kudus dan Rajo Adat di Buo. Basa Ampek Balai (para menteri) terdiri dari Titah di Sungai Tarab, Kadhi di Padang Gantiang, Indomo di Saruaso, Madhudum di Sumaniak. Titah merupakan merupakan Perdana Menteri. Tuan Gadang di Batipuah merupakan Bayangkara Negara (Kepala Polisi Negara) langsung di bawah Rajo Alam tidak berada di bawah Perdana Menteri.. c. Minangkabau terdiri atas Nagari Nagari nan Mandiri. Nagari mempunyai Pemerintahan dan kekayaan, dapat memungut

description

hjhghghhhghj

Transcript of isi

Page 1: isi

ISI BAI’AH MARAPALAM

Bai’ah Marapalam.

Pembukaan:

Burung Nuri tabang kasamak Tibo disamak sayoknyo patah Adat kito basandi syara’ Syara’ basandi kitab Allah.

Samak basamo kayu sungkai Sungkai tinggi samaknyo rapun Syara’ mangato, adat mamakai Syara’ mandaki, adat manurun.

Isi piagam. a. Sumber hukum di Minangkabau ialah Al-Qur’an, Hadits, Qiyas (analog) dan Ijma’. Qiyas diambil dari zaman Khalifah Rasyidin. Ijma’ adalah hasil kesepatan Rajo Nan Tigo Selo berikut stafnya. Ijmak pada tingkat Nagari adalah kesepakatan Tungku Tigo Sajarangan. Kesepakatan ditetapkan secara musyawarah, bebas, tanpa adanya "manarah malantuang batu”. Semua kesepakatan, peraturan dan keuangan harus ditulis.

b. Pemerintahan Minangkabau terdiri dari Rajo Nan Tigo Selo, Basa Ampek Balai dan Tuan Gadang. Rajo Nan Tigo Selo terdiri dari Rajo Alam di Pagaruyung, Rajo Ibadat di Sumpur Kudus dan Rajo Adat di Buo. Basa Ampek Balai (para menteri) terdiri dari Titah di Sungai Tarab, Kadhi di Padang Gantiang, Indomo di Saruaso, Madhudum di Sumaniak. Titah merupakan merupakan Perdana Menteri. Tuan Gadang di Batipuah merupakan Bayangkara Negara (Kepala Polisi Negara) langsung di bawah Rajo Alam tidak berada di bawah Perdana Menteri..

c. Minangkabau terdiri atas Nagari Nagari nan Mandiri. Nagari mempunyai Pemerintahan dan kekayaan, dapat memungut bunga (pajak) dan membentuk badan usaha. Nagari dan rakyat bapacik kapado Tali Tigo Sapilin. Tali Tigo Sapilin ialah Sara’, Undang Adat Minangkabau dan Aturan. Aturan ditetapkan dengan keputusan Rajo Nan Tigo Selo. Pemerintahan Nagari terdiri dari Karapatan Nagari, Pamarintah Nagari dan Peradilan Nagari. Karapatan Nagari terdiri dari orang-orang yang mewakili Tungku Tigo Sajarangan, yaitu Niniak Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai. Peradilan Nagari terdiri dari pandai hukum yang dipilih dan mewakili Tungku Tigo Sajarangan.

d. Nagari mulo dibuek, dari taratak menjadi dusun, dusun manjadi koto, koto bagabuang jadi Nagari. Nagari dapat memekarkan diri menjadi beberapa Nagari; atau beberapa Nagari dapat bergabung menjadi satu Nagari. e. Peradilan Nagari bertugas menyelesai sengketa masyarakat dan memberi sangsi kepada anggota masyarakat yang melanggar syara’, adat Minangkabau dan adat salingka Nagari.

Page 2: isi

Peradilan Nagari tak boleh ikut melaksanakan tugas Pemerintah Nagari dan Kerapatan Nagari. Hakim hakim Peradilan Nagari tidak boleh merangkap jabatan menjadi anggota Kerapatan Nagari, Pemerintah Nagari dan atau Ketua, Sekretaris, Bendahara lembaga Tungku Tigo Sajarangan. Hakim Peradilan Nagari harus memenuhi persyaratan; keilmuan, kepribadian dan keadilan. Para hakim yang menyelesai sengketa, tidak terlibat hubungan kekerabatan, hubungan ekonomi atau hubungan emosional lainnya dengan si mudai atau muda’alaih. Proses penyelesaian sengketa dilaksanakan oleh paling banyak lima orang hakim.

f. Kesalahan dikatagorikan kepada salah ka syara’, salah ka undang adat, salah ka aturan, salah ka adat salingka Nagari dan salah ka mamak. Salah ka Undang Adat berbentuk Undang Nan Salapan (UNS). Ciri kesalahan dituangkan pada Undang nan Duo Baleh (UDB). Keduanya disebut Undang nan Duo Puluah (UDP). Proses penyelesaian sengketa ditetapkan pada Undang nan Tujuh yaitu susua, siasek, usuit, pareso undang nan dilangga, suri nan kadiuleh dan cupak nan kadiisi. Sengketa dapat berbentuk sengketa adat (sako jo pusako), sangketa syara’ (faraidh dan munakahat), sangketa ekonomi, pidana dan atau pelanggaran ketertiban dan ketentaraman masyarakat.

g. Kepemilikan tanah terdiri dari, ulayat Nagari /rajo, ulayat suku /kaum /penghulu, milik pribadi/faraidh dan milik wakaf. Tidak setapak pun tanah yang tidak bemilik. Ulayat Nagari ialah bumi, air dan kekayaan alam yang ada dalamnya guna untuk kepentingan bersama masyarakat dan sebagai kekayaan cadangan Nagari. Ulayat kaum/suku ialah tanah milik bersama anggota kaum/suku, guna kepentingan anggota kaum/suku itu sendiri. Pusako manuruit kapado sako.

h. Kapalo Nagari bertugas Pemimpin/mewakili Nagari (masyarakat, keuangan/kekayaan dan pemerintahan). Karena adanya tugas Kapalo Nagari mempunyai hak penghasilan dan hak wewenang. Hak wewenang ialah mengurus keuangan/kekayaan Nagari, mewakili Nagari (kekayaan/keuangan, masyarakat) serta menanda tangani surat surat Nagari. Bersama Kerapatan Nagari, Kapalo Nagari menerbitkan adat salingka Nagari (Peraturan Nagari). Kapalo Nagari dapat menerbitkan Keputusan dan Peraturan Kapalo Nagari.

i. Pelaksana tugas dan kewenangan Kapalo Nagari ialah Perangkat Nagari yang terdiri dari manti (sekretaris), bandaro, paga Nagari, cati (pembangunan), pendidikan, kapalo jorong/korong dan kapalo kaum sebagai pembantu kapalo Jorong.

j. Kapalo Nagari dan perangkatnya harus memenuhi persyaratan kemapuan keilmuan, kepemimpinan, bersih (mutharah) dari pelanggaran syara’, adat Minangkabau dan aturan. Sehat jasmani, rohani, dan tidak cacat moral.

Penutup.a. Hukum adat sebelumnya yang tak sesuai dengan syara’ dinyatakan jahiliyah tak dipakai lagi. b. Bai’ah Marapalam ini diwariskan kepada anak cucu. Barang siapa yang tidak memakainya akan terkutuk dimakan sumpah biso kawi, ka ateh indak bapucuak, ka bawah indak baurek di tangah digiriak kumbang, akan dapat bencana dari Allah.

Page 3: isi

c. Bai’ah Marapalam ini akan diperjelas dan disempurnakan dengan Keputusan Rajo Nan Tigo Selo.

PENJELASAN BAI’AH MARAPALAM. a. Penjelasan Pembukaan Adat itu dapat dipisah menjadi empat pengertian yaitu:Adat nan sabana adat yaitu ialah hukum Allah tentang alam seperti matahari terbit di timur terbenam dibarat, api membakar. Adat basandi syara’ dan syara’ basandi kitab Allah digolongkan kepada adat nan sabana adat.

Adat istiadat yaitu kebiasaan masyarakat yang telah lama menjadi kebiasaan /perangai sehari-hari, seperti pakaian perempuan berkain panjang, pakai baju kurung, duduk orang sumando di tangah rumah pada bagian arah ke pintu kamar.

Adat nan teradat yaitu kebiasaan masyarakat yang baru perkembangan, telah dipergunakan masyarakat secara menyeluruh seperti perempuan pakai celana panjang, laki-laki pakai baju.

Adat nan diadatkan yaitu adat yang didapat atas kesepakatan, baik tingkat Minangkabau atau tingkat Nagari.

Sehari hari adat itu diartikan orang dengan kebiasaan masyarakat atau kesepakatan untuk dibiasakan masyarakat.

Adat basandi syara’, yang dimaksud dengan syara’ ialah hukum agama Islam. Syara’ basandi kitab Allah. Yang dimaksud dengan kitab Allah ialah kitab yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya, dalam bahasa Rasul itu sendiri, ditulis oleh para sahabat utamanya dengan rumusan mutawatir. Maksud sandi dalam kalimat ini ialah dasar atau sumber atau rujukan.

Syara’ mangato adat mamakai maksudnya ialah semua yang diatur adat tidak menyimpang dari apa yang dikatokan (yang ditulis) oleh syara’. Syara’ mandaki adat manurun maksudnya, jika terjadi persentuhan antara syara’ dan adat maka adat dibuat menurun dan syara’ dibuat mendaki sehingga syara’ menimpa (berada di atas) adat.

Syara’ agama Islam mengatur hubungan manusia dengan khaliqp-Nya, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia sesama manusia. Maka orang Minangkabau menyatakan juga demikian “adat Minangkabau mengatur hubungan manusia dengan khaliqnya, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia sesama manusia.

Karena adat itu basandi syara’, maka orang yang tidak beragama Islam keluar dari adat Minangkabau.

Tentang kitab Allah banyak orang awam berbeda pendapat. Lebih lebih karena intervensi dari pihak lain, yang mengatakan kitab mereka juga wahyu dari Allah.

Page 4: isi

Syara’ mandaki adat manurun maksudnya, jika terjadi perbedaan antara adat dengan syara’, syara’ dibuat mendaki sehingga syara’ menimpa adat. Adat yang tidak basandi syara’ tidak diberlakukan lagi.

b. Rujukan utama hukum adat Minangkabau ialah Al-qur’an. Al-qur’an ialah wahyu Allah kepada Nabi Muhammad <Q.6/19> dibukukan (dimashafkan) oleh 65 orang Dewan Pentashih yang lebih dari separuhnya adalah sahabat tingkat asshabikun al awwalun, selebihnya Muhajirin dan Anshar. Ditulis dalam bahasa sehari-hari Nabi Muhammad yaitu bahasa Arab Hijjaz.

Sunnah Rasul adalah perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad Rasul Allah, hasil seleksi tabi’at tabi’in dengan kriteria, sahih, hasan, dhaif dan mungkar. Yang dipakai ialah hadits dengan criteria sahih dan hasan. Kitab hadits telah ditulis dengan rapi.

Qias ialah percontohan (analog). Percontohan yang utama dilakukan terhadap zaman Madinah pada zaman khalifah ur Rasyidin tahun 11s/d 56 H . Cara ini disebut orang cara Madani.

Ijmak ialah kesamaan pendapat para tabi’in, atau tabi’at tabi’in. Bahkan ada pula yang berpendapat kesamaan pendapat para ulama zaman sesudah itu. Kesepakatan Marapalam menetapkan ijmak ialah Kesepakatan Rajo Nan Tigo Selo untuk tingkat Minangkabau dan Tungku Tio Sajarangan untuk tingkat Nagari.

Dalam membuat kesepakatan setiap anggota bebas mengeluarkan pendapat, tidak boleh manarah malantuang batu. Manarah malantuang batu artinya berbantah-bantahan, saling menuduh, menjelek-jelekkan anggota atau kelompok yang lain atau memaksakan kehendak agar pendiriannya dianut orang lain dengan suatu ancaman atau bujukan atau intimidasi supaya orang lain mengikuti apa yang ia ingini.

Kesepakatan yang terbaik ialah ‘buleknyo indak basandiang, bulek lah buliah digolekkan, picak lah buliah dilayangkan’, berarti seluruh anggota sidang bersepakat. Jika tidak didapat ‘bulek nan indak basandiang’, keputusan diambil dengan memberikan suara bebas dan rahasia (vooting). Vooting bukanlah hal yang dilarang di dalam adat. Bagi yang sedikit beroleh suara haruslah bersabar mengikuti yang banyak suaranya. Istilah quorum adalah istilah syara’ yang juga dipakai adat.’

c. Pemerintahan Minangkabau terdiri dari Rajo Nan Tigo Selo dan Basa Ampek Balai. Rajo Nan Tigo Selo terdiri dari Rajo Alam di Pagaruyung, Rajo Adat di Buo dan Rajo Ibadat di Sumpur Kudus. Rajo Alam adalah koordinator dari Rajo Nan Tigo Selo. Masing masing Rajo Nan Tigo Selo memimpin sebuah Dewan. Rajo Alam memimpin Dewan Cadiak Pandai (teknokrat). Rajo Adat memimpin Dewan Ilmuwan Adat. Rajo Ibadat memimpin Dewan Ilmuwan Agama Islam. Keputusan Rajo Nan Tigo Selo disebut “aturan”.

Selain itu Rajo Nan Tigo Selo bertugas mengadili sengketa dan menghukum pelanggaran

Page 5: isi

yang tidak terselesaikan pada tingkat yang lebih rendah. Basa Ampek Balai ialah Pemerintah (eksekutif) yang terdiri Titah di Sungaitarab, Kadhi di Padang Gantiang, Indomo di Saruaso. Basa ampek Balai di bawah koordinasi Titah di Sungai Tarab. Titah di Sungai Tarab merupakan koordinator Basa Ampek Balai, berstatus Perdana Menteri. Kadhi di Padang Gantiang adalah penuntut umum. Indomo di Saruaso adalah Menteri Koordinator Budaya dan Ekonomi. Tuan Gadang di Batipuah adalah Kepala Polisi Negara (Bayangkara Negara) tidak berada di bawah Basa Ampek Balai.

Keputusan Rajo Nan tigo selo selanjutnya disebut aturan. Sara’, Keputusan Marapalam (adat Minangkabau) dan aturan disebut Tali Tigo Sapilin. Tali Tigo Sapilin merupakan inspirasi dari ayat al qur’an “faman yakfur bil thaaguut wa yukmin billah, fa qadistamsaka bil ‘urwatil wusqaa”. Jika kamu mengingkari Thagut dan beriman kepada Allah maka kamu telah berpegang kepada tali yang teguh <Q.2/256>. Urwatil wusqa menurut syara’ ialah mengingkari thagut dan beriman kepada Allah. Urwatil wusqa menurut adat ialah syara’, adat Minangkabau dan aturan. Seluruh masyarakat Minangkabau, terutama pimpinan Nagari haruslah berpegang kepada tali ini.

Di zaman Pemerintah Hindia Belanda, di mana Rajo nan Tigo Selo tidak berfungsi lagi, aturan itu ialah peraturan perundang-undangan Pemerintah Hindia Belanda. Untuk membujuk orang Minangkabau, Pemerintah Hindia Belanda membuat semacam DPR nya rakyat Sumatra Barat (westkust Sumatra) yang dinamakan Minangkabau Raad. Anggota Minangkabau Raad terdiri dari pribumi, dari golongan Niniak Mamak, golongan Alim Ulama dan dan gologan Cadiak Pandai di Minangkabau. Di zaman merdeka aturan ini ialah peraturan perundang-undangan Negara RI, termasuk Peraturan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Aturan (Keputusan Rajo Nan Tigo Selo) disampaikan kepada nasyarakat oleh para menteri (Basa Ampek Balai), yaitu Bandaro di Sungai Tarab, Indomo di Suruaso, Tuan Kadhi di Padang Gantiang, Tuan Gadang di Batipuah. Bandaro di Sungai Tarab merupakan koordinator keseluruhan (perdana menteri).

Pemerintahan Minangkabau harus mampu mengkoordinir dan mengamankan Minangkabau dari perbuatan Nagari yang melanggar dan dari musuh luar yang akan mengganggu Nagari. Jika suatu Nagari melanggar perbatasan atau melanggar Tali Tigo Sapilin setelah diperiksa, diadili dan diingatkan agar kembali kepada kebenaran. Jika Nagari tersebut masih tetap membangkang, maka ditetapkan oleh Rajo Nan Tigo Selo bahwa Nagari itu melawan hukum atau memberontak terhadap pemerintahan yang sah dinyatakan Nagari itu menghantam tanah basa. Yang dimaksud tanah basa ialah Negara Minangkabau. Pribadi seseorang atau kelompok orang-orang yang melanggar aturan/adat salingka Nagari atau melanggar undang nan salapan bukan dianggap melanggar tanah basa. Nagari tetangga dan seluruh Nagari di Minangkabau diperintahkan mengisoler Nagari yang melawan hukum tersebut. Tuan Gadang di Batipuah diperintahkan mengamankan Nagari itu serta menangkap personel pemerintahannya dengan pasukannya.

d. Pemerintahan Nagari terdiri dari Pemerintah Nagari, Kerapatan Nagari dan Peradilan

Page 6: isi

Nagari. Kerapatan Nagari adalah legislative Nagari di mana rakyat diwakili oleh 3 unsur disebut Tungku Tigo Sajarangan. Unsur ilmuwan umum (teknokrat) yang disebut Cadiak Pandai, ilmuwan agama Islam yang disebut Alim Ulama, ilmuwan adat yang disebut Niniak Mamak. Orang Minangkabau memilih unsur dari ilmuwan itu karena alqur’an menjelaskan, dilebihkan beberapa derajat orang yang berilmu dari orang yang tak berilmu. Unsur tersebut diregistrasi pada tingkat Jorong. Kerapatan Nagari ditempati oleh wakil wakil partai dari Jorong Jorong.

Kapalo Nagari dipilih oleh umat (rakyat) secara tidak langsung yang diwakili oleh anggota unsur tersebut. Perangkat Nagari dipilih oleh Kapalo Nagari, sesuai keahlian yang dibutuhkan dan disahkan oleh Kerapatan Nagari. Personel Peradilan Nagari dipilih dan diangkat oleh ketiga unsur tersebut dari orang orang yang dianggap ahli hukum.

Karena keterlibatan umat (rakyat) dalam pemilihan dan pengangkatan personel Pemerintahan Nagari, pendatang bangsa Eropah mencatatnya Nagari adalah republik kecil. Minangkabau adalah federasi republik kecil itu.

Nagari merupakan republik kecil yang mandiri. Nagari membentuk pemerintahannya sendiri, Nagari mengurus kekayaannya sendiri. Nagari mempuyai peradilan dan menyelesaikan sengketa, menjaga ketertiban dan ketentraman masyarakat sendiri, melaksankan daulat umat (demokrasi) sendiri. Daulat umat (demokrasi dilaksanakan melalui Kerapatan Nagari dengan sarana Tungku Tigo Sajarangan; Niniak mamak, alim Ulama dan Cadiak Pandai. Satu tungku tidak boleh kurang dari yang lain atau satu tungku lebih dari yang lain. Kerapatan Niniak Mamak merupakan lembaga wakil dari Ilmuwan adat; untuk menampung aspirasi masyarakat tentang adat. Kerapatan Alim Ulama merupakan lembaga wakil rakyat ilmuwan agama Islam, untuk menampung aspirasi masyarakat tentang tentang syara’. Kerapatan Cadiak Pandai merupakan lembaga wakil masyarakat (umat) untuk menampung aspirasi masyarakat tentang hal hal yang bukan adat atau syara’.

Aspirasi masyarakat dijadikan adat salingka Nagari (Peraturan Nagari) untuk dilaksanakan oleh perangkat Nagari di bawah koordinasi Kapalo Nagari. Niniak mamak merupakan tungku adat, alim ulama merupakan tungku syara’ dan cadiak pandai merupakan tungku ilmu umum. Tungku demokrasi itu sekurang kurangnya tiga, Niniak Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai dan boleh dibuat lebih. Pemerintahan Nagari merupakan koordinator dari semua tungku.

Pemerintahan nagari dipilih oleh rakyatnya sendiri secara langsung atau tidak langsung. Nagari membentuk Peraturan Nagarinya sendiri. Semuanya itu dilakukan berdasarkan tali tigo sapilin yang dipatuhi Nagari secara sukarela. Pemerintahan Nagari merupakan pemerintahan yang demokrasi dan dapat mengatur rumah tangganya sendiri.

Kerapatan Niniak Mamak, Kerapatan Alim Ulama, Kerapatan Cadiak Pandai, merupakan lembaga masyarakat (bukan lembaga pemerintahan Nagari) merupakan sarana demokrasi yang masing masingnya menempatkan wakilnya dalam Kerapatan Nagari. Seluruh Niniak Mamak diregister pada Kerapatan Niniak Mamak Jorong. Anggota Alim Ulama

Page 7: isi

diregister pada Kerapatan Alim Ulama Jorong. Anggota Cadiak Pandai diregister pada Kerapatan Cadiak Pandai Jorong. Niniak Mamak merupakan tungku adat, Cadiak Pandai merupakan tungku dari ilmiwan umum, Alim Ulama merupakan tungku dari syara’.

Pasal 30 AD/ART MTKAAM yang dirumuskan oleh 25 orang penghulu terkemuka Minangkabau, tanggal 25 Agustus 1937 menjelaskan; di Nagari ada kerapatan Niniak Mamak (yang statusnya sebagai asosiasi kepala kaum), bersama dengan Kerapatan Alim Ulama dan Kerapatan Cadiak Pandai merupakan Badan Musyawarah Nagari atau majelis Kerapatan Adat Nagari atau Kerapatan Nagari. Peneliti Barat di abad 19 dan 20 rata-rata mengatakan Minangkabau terdiri dari republik kecil yang bernama Nagari. Pengertian Republik itu, mempunyai perwakilan rakyat dan mempunyai peradilan dan Polisi yang terpisah dari Pemerintah dan perwakilan rakyat.

Nagari dengan Pemerintahannya adalah hak tradisionall dan hak asal-usul orang Minangkabau (Sumatra Barat), UUD 45 pasal 18 (b) menjelaskan “Negara mengakui masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya, diatur dalam Undang Undang. Jadi RI mengakui Nagari adalah Republik Kecil dengan Undang Undang Dasarnya Kesepakatan Marapalam.Hak tradisionel Sumatra Barat yang telah diserahkan oleh Undang Undang atau Peraturan Pemerintah kepada Pemerintahan Nagari kiranya tidak diambil lagi oleh Pemerintah propinsi atau Pemerintah kabupaten/Kota atau memindahkannya kepada pihak lain. .

Untuk kepentingan kelompok masyarakat, masyarakat itu dapat membentuk lembaga masyarakat lainnya yang diatur dengan Peraturan Wali Nagari dan kepengurusannya dikuatkan dengan Keputusan Kapalo Nagari. Pemerintahan Minangkabau juga terdiri dari Tungku Tigo Sajarangan yang disebut Rajo Adat di Buo (merupakan kerapatan Niniak Mamak), Rajo Ibadat di Sumpur Kudus (merupakan Alim Ulama) dan Rajo Alam di Pagaruyung (merupakan Cadiak Pandai).

(*)Catatan:Dikutip dari tulisan/buku BAI’AH MARAPALAM yang disusun H. Asbir Dt Rajo Mangkuto