Isi Referat Edited Baru

30
 BAB I PENDAHULUAN Rhinosinusitis atau secara populer dikenal sebagai sinusitis adalah penyakit peradangan mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal. Penyebab tersering adalah infeksi saluran nafas atas akibat virus yang disertai infeksi sekunder oleh bakteri patogen dari traktus respiratorius bagian atas. (1)  Sinus itis baik yang akut maupun kronis, mempunyai prevalensi cukup tinggi di masyarakat. Data terbaru tahun 1999 dari bagian THT da n ba gi an Il mu Kese hatan An ak RS UP Dr . Ci pt o Ma ngunkusumo, menunjukkan prevalensi sinusitis maksila akut yang cukup tinggi pada penderita ISNA anak-anak, yaitu 25 %.  Angka ini adalah 2-3 kali lipat dari angka-angka di literatur luar negeri. Data lain dari sub bagian Rhinologi  THT FKUI/RSUPN Dr.C ipto Mang unkusumo, juga men unju kkan angk a sinusitis yang tinggi yaitu, 247 pasien (50 %) dari 496 pasien rawat jalan yang datang pada tahun 1996. (2)  Sinus itis yang paling serin g ditem ukan adala h sinusi tis mak sila, diikuti dengan sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. (3) Namun per masa lahann ya ada lah bag aimana me neg akk an dia gno sa si nu si ti s mak si la ri s kr on is de ng an tuju an ag ar pa ra kl in is i da pa t men ge lo la de ng an ba ik da n ta hu ka pa n ha rus mer uj uk ke do kt er spesialis THT. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mendiagnosis sinusitis maksila kronis, sehingga bila menghadapi kasus yang sama dapat melakukan penatalaksanaan dengan baik.

Transcript of Isi Referat Edited Baru

Page 1: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 1/30

BAB I

PENDAHULUAN

Rhinosinusitis atau secara populer dikenal sebagai sinusitis adalah

penyakit peradangan mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal.

Penyebab tersering adalah infeksi saluran nafas atas akibat virus yang

disertai infeksi sekunder oleh bakteri patogen dari traktus respiratorius

bagian atas.(1) 

Sinusitis baik yang akut maupun kronis, mempunyai prevalensi

cukup tinggi di masyarakat. Data terbaru tahun 1999 dari bagian THTdan bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo,

menunjukkan prevalensi sinusitis maksila akut yang cukup tinggi pada

penderita ISNA anak-anak, yaitu 25 %. Angka ini adalah 2-3 kali lipat dari

angka-angka di literatur luar negeri. Data lain dari sub bagian Rhinologi

 THT FKUI/RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo, juga menunjukkan angka

sinusitis yang tinggi yaitu, 247 pasien (50 %) dari 496 pasien rawat jalan

yang datang pada tahun 1996.(2)

 Sinusitis yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksila,

diikuti dengan sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid.(3)

Namun permasalahannya adalah bagaimana menegakkan diagnosa

sinusitis maksilaris kronis dengan tujuan agar para klinisi dapat

mengelola dengan baik dan tahu kapan harus merujuk ke dokter

spesialis THT.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanamendiagnosis sinusitis maksila kronis, sehingga bila menghadapi kasus

yang sama dapat melakukan penatalaksanaan dengan baik.

Page 2: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 2/30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI SINUS PARANASAL

Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang

kepala yang terletak sekitar hidung dan mempunyai hubungan

dengan rongga hidung, melalui ostiumnya.

Ada tiga pasang sinus yang besar, yaitu sinus maksila,

sinus frontal, dan sinus sfenoid masing-masing kanan dan kiri.

Sedangkan beberapa sinus dengan sel-sel kecil disebut sinus

etmoid (anterior dan posterior). Tiap-tiap sinus melalui ostiumnya

akan bermuara ke dinding lateral hidung.(4)

Dinding lateral hidung merupakan organ penting karena di

dalamnya berisi saluran-saluran sinus dan mempunyai tiga

tonjolan tulang yang dilapisi mukosa, disebut konka superior,

konka media, dan konka inferior. Diantara konka-konka tersebut

terdapat rongga sempit yang disebut meatus, terdiri dari :

- Meatus superior

 Terletak diantara konka superior dan konka media. Merupakan

muara dari sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

- Meatus media

 Terletak diantara konka media dan konka inferior. Merupakan

muara dari sinus frontal, sinus maksila, dan sinus etmoid

anterior.

- Meatus inferior

 Terletak di bawah konka inferior. Merupakan muara duktus

nasolakrimalis.

Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di

meatus medius, terdapat suatu daerah yang disebut kompleks

ostiomeatal (KOM). Daerah ini sempit dan rumit. Terdiri dari

infundibulum etmoid yang terdapat di belakang resesus

Page 3: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 3/30

unsinatus, resesus frontal, bula etmoid, dan sel-sel etmoid

anterior dengan ostiumnya serta ostium sinus maksila.Seperti pada hidung dan bagian traktus respiratorius

lainnya, sinus paranasal dilapisi oleh mukosa yang terdiri dari

epitel torak berlapis semu bersilia. Diantara sel-sel tersebut

terdapat sel goblet penghasil lendir. Di bawahnya terdapat tunika

propria yang mengandung kelenjar seromukus. Sekresi sel goblet

dan kelenjar ini membentuk palut lendir yang menutupi

permukaan epitel. Silia dan palut lendir pada hidung dan sinus,

merupakan sistem yang berfungsi untuk proteksi dan untuk

melembabkan udara inspirasi yang disebut sebagai sitem

mukosilier.(5)

Silia akan selalu bergerak dengan teratur, sehingga

mengalirkan lendir untuk dibuang dari hidung ke arah posterior,

dan dari sinus-sinus menuju ostium alamiahnya, dengan jalur

yang sudah tertentu polanya.

Pada dinding lateral rongga hidung, terdapat 2 jalur

transpor mukosilier dari sinus. Yaitu:

1) Jalur Pertama: Lendir dari sinus anterior yang bergabung di

dalam infundibulum etmoid, dialirkan ke nasofaring, di depan

muara tuba Eustachius.

2) Jalur Kedua: berasal dari kelompok sinus posterior, yang

bergabung di resesus sfenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring,

di sebelah posterosuperior muara tuba Eustachius.

Inilah sebabnya mengapa pada sinusitis terdapat

 postnasal drip, yaitu ingus yang mengalir ke arah nasofaring, dari

sinus-sinus akibat gerakan silia, tetapi belum tentu ada sekret di

dalam rongga hidung. Dari nasofaring, lendir turun ke tenggorok,

karena gaya berat atau akibat gerakan menelan.(6) 

Sinus maksila atau Antrum Highmore merupakan sinus

paranasal yang terbesar. Bentuknya piramid, dengan apeks di

Page 4: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 4/30

prosesus zigomatikus dan basis di dinding lateral rongga hidung.

Batasnya adalah:- dinding anterior :permukaan fasialis os maksilla

- dinding posterior : fossa infra temporal dan pterigomaksila

- dinding superior: dasar orbita

- dinding inferior: prosesus alveolaris dan palatum (7) 

A. FISIOLOGI SINUS PARANASAL

Fungsi sinus paranasal adalah :

1. sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

2. untuk keseimbangan kepala

3. untuk menjaga suhu udara inspirasi

4. untuk resonansi suara

Sinus yang sehat akan berisi udara serta kuman aerob dan

anaerob. Fungsi sinus yang normal dipengaruhi oleh tiga hal,

yaitu f ungsi silia normal, sekresi kelenjar yang adekuat, serta

 patensi ostium sinus. Kelainan pada salah satu fungsi tersebut

akan mengarah pada sinusitis.

Sekresi sel goblet dan kelenjar pada mukosa sinus akan

membentuk lendir yang menutupi permukaan epitel, disebut

Page 5: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 5/30

mukus blanket  yang berfungsi sebagai drainase, pertahanan,

serta memberi kelembaban udara yang akan masuk ke sinus. Jikaterdapat partikel, benda asing, atau kuman yang masuk bersama

dengan udara akan melekat pada mukus membran, kemudian

akan terdapat sel lekosit PMN, sel mast, eosinofil, lisozym, dan

imunoglobulin G di sekitarnya. Karena gerakan silia maka mukus

membran akan bergerak secara alamiah ke arah ostium sinus

menuju hidung.

Aliran mukus membran di sinus maksila mulai dari dasar ke

arah dinding depan, medial, posterolateral, dan atap sinus

kemudian ke ostium sinus maksila. Semua mukus membran yang

keluar dari ostium sinus akan mengalir ke nasofaring kemudian

menuju arah orofaring, laringofaring dan selanjutnya mengalir ke

dalam esofagus ikut dalam proses menelan.

C. PATOGENESIS SINUSITIS

Infundibulum etmoid dan prosesus frontal yang termasuk

bagian dari KOM. Berfungsi sebagai serambi depan sinus maksila

dan frontal, berperan penting pada patofisiologi sinusitis.

Permukaan mukosa di tempat ini, berdekatan satu sama

lain. Dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan

saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir

tidak dapat dialirkan. Maka, terjadi gangguan drainase dan

ventilasi dari sinus maksila dan sinus frontal, sehingga akibatnya

aktifitas silia terganggu dan terjadi genangan lendir. Sehingga

lendir menjadi kental dan merupakan media yang baik untuk

tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung terus,

maka akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga bakteri

anaerob pun akan berkembangbiak. Bakteri juga memproduksi

toksin yang akan merusak silia. Selanjutnya, dapat terjadi

Page 6: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 6/30

perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau terbentuk

polip dan kista.

(3,8)

 

Page 7: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 7/30

Adanya Faktor Predisposisi:a) Faktor Anatomi : - Deviasi septum

- Konka hipertrofib) Faktor Alergi : - Rinitis alergi

c) Adanya massa : - Tumor Jinak: •Polip nasi

  •Angiofibroma

 

Patogenesis sinusitis dapat digambarkan sebagai suatu siklus

sinusitis :

 

Sumbatan Kompleks

Osteo Meatal (KOM)

Edema mukosa cavum nasi &

mukosa Kompleks Osteo Meatal

silia tidak dapat

bergerak,

lendir tidak dapat

gangguan drainase &

ventilasi sinus

maksila

perubahan lingkungan

sebagai medium yang baik

untuk pertumbuhan kuman

di

 

Sekret terbendung

perubahan jaringan jadi

hipertrofi dan polipoid

toksin bakteri merusak

silia

bakteri anaerob

berkembang

biak

hipoksia & retensi

lendir

Page 8: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 8/30

Sebagai faktor predisposisi terjadinya sinusitis adalah

adanya deviasi septum, konka bulosa, konka hipertrofi, adenoidhipertrofi, polip, kista, jamur. Sedangkan etiologi sinusitis maksila

dapat dibedakan menjadi :

1. Faktor rinogen, seperti deviasi septum nasi, benda asing,

massa tumor, infeksi saluran napas atas. Sebagian besar

sinusitis maksila disebabkan oleh faktor rinogen.

2. Faktor odontogen, terdapat pada 10 % sinusitis maksila.

Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar terutama molar

1 atas, karena tulang yang membungkus antrum maksila dan

memisahkannya dari socket gigi sangat tipis. Penyebab lain

adalah infeksi periapikal dan infeksi periodontal.

D. DIAGNOSIS SINUSITIS MAKSILA

Sinusitis dibedakan menjadi sinusitis akut (gejala

berlangsung 1 hari sampai 12 minggu), sinusitis kronik (gejala

lebih dari 12 minggu). Diagnosis sinusitis maksila ditegakkan

melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

1. Anamnesis (gejala subyektif)

Sinusitis akut : demam, rasa lesu, terdapat ingus kental

kadang berbau pada rongga hidung dan dirasakan mengalir

ke nasofaring. Hidung terasa tersumbat. Pada sinusitis

maksila, rasa nyeri dirasakan di bawah kelopak mata kadang

menyebar ke alveolus sehingga gigi terasa nyeri. Nyeri alih

dirasakan di dahi dan di depan telinga.

Sinusitis kronik : hidung terasa tersumbat dan mengeluarkan

ingus yang kental dan berwarna kuning atau hijau. Dan

kadang-kadang menyebabkan nafas berbau, disertai adanya

ingus yang turun ke tenggorok. Sering disertai gangguan

indera penciuman dan iritasi kronis pada tenggorok, yang

Page 9: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 9/30

menyebabkan batuk yang tidak sembuh-sembuh. Biasanya,

tidak ada rasa nyeri. Tetapi ada sakit kepala yang lokasinyatergantung sinus yang terkena. Dan sakit kepala ini lebih berat

dirasakan, pada pagi hari sewaktu bangun tidur dan

berkurang setelah melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Pemeriksaan fisik (gejala obyektif)

Sinusitis akut : - tampak pembengkakan di daerah muka.

- nyeri tekan / nyeri ketok daerah pipi infraorbita

- rinoskopi anterior : mukosa hiperemis, konka

udem dan hiperemis, tampak sekret

purulen/mukopurulen di meatus media.

- rinoskopi posterior : post nasal drip (sekret di

nasofaring).

Sinusitis kronik : gejala obyektif tidak seberat sinusitis akut,

serta tidak terdapat pembengkakan di daerah wajah.

Dikatakan bahwa pada sinusitis, ada trias gejala:

- Hidung tersumbat dan batuk produktif 

- Ingus di meatus medius

- Post nasal drip( 9,10)

3. Pemeriksaan penunjang

- Transiluminasi (diafanoskopi)

Dilakukan di kamar gelap, memakai sumber cahaya penlight

yang dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Pada

sinus normal tampak gambaran bulan sabit terang di

infraorbita. Pada sinusitis tampak suram.

- Pemeriksaan radiologik

Dengan x foto sinus paranasal posisi waters dan caldwell,

akan tampak penebalan mukosa (radioopaq), dapat disertai

Page 10: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 10/30

gambaran air fluid level pada sinus maksilaris. Pemeriksaan

ini tidak dapat menampilkan kompleks ostiomeatal.

- CT scan

Gambaran sinus paranasal dan kompleks ostiomeatal tampak

 jelas. Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai telah terdapat

komplikasi sinusitis.

- Pungsi sinus

Pungsi sinus dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis

dan untuk terapi. Kultur dilakukan pada sekret yang keluar

dari pungsi ini.

- Endoskopi (Sinoskopi)

Pada saat dilakukan pungsi sinus melalui meatus inferior atau

fosa kanina, trokar yang terpasang dihubungkan dengan

endoskop.

Menurut Saphiro dan Rachelefsky diagnosis klinis sinusitis

berdasarkan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dengan 2

kriteria minor.(1)

Kriteria mayor :

1. sekret hidung purulen, kental kuning atau kehijauan.

2. sekret nasofaring purulen, kental kuning atau kehijauan.

3. batuk kering/ produktif.

Kriteria minor :

1. nyeri wajah, daerah pipi, sekitar kedua mata.

2. nyeri kepala.

3. nafas berbau yang diketahui oleh penderita/ orang lain.

4. sakit gigi waktu mengunyah/ spontan di daerah kaninus/

premolar.

5. sakit tenggorok yang dapat disertai keluhan nyeri telan.

6. demam, pada orang dewasa biasanya tidak tinggi.

Page 11: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 11/30

7. nyeri telinga atau telinga terasa penuh.

 

Page 12: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 12/30

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. T

Umur : 59 tahun

 Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pegawai Negeri

Alamat : Karang Anyar

Agama : Islam

No. CM : 554.935

II. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

( Autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 18 November 2008

1. Keluhan Utama : Hidung Kiri Berbau

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh Hidung Kiri berbau sejak 3 bulan yang lalu.

Pasien juga megeluh keluar ingus kental kuning kehijauan dan

berbau, terkadang ingus mengalir ke tenggorokan. Pasien juga

sering pusing dan saat sholat jika membungkuk terasa nyeri di

 pipi kiri. Beberapa tahun terakhir pasien sering batuk pilek 

kumat – kumatan. Tidak ada keluhan berkurangnya penciuman.

Pasien 6 bulan lalu pernah sakit gigi geraham kiri atas tapi tidak 

diperiksakan ke dokter gigi. Tidak ada keluhan pendengeran.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

- Riwayat Hipertensi disangkal

- Riwayat asma disangkal

- Riwayat DM disangkal.

- Riwayat alergi disangkal.

Page 13: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 13/30

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.

5. Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien adalah seorang pegawai negeri, mempunyai

seorang istri dan dua orang anak. Biaya pengobatan ditanggung

oleh Askes

Kesan Ekonomi : cukup

III. PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Suhu Badan : 37º C

Frekuensi Nadi : 72 kali/menit

Frekuensi Nafas : 24 kali/menit

 Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Kulit : Sawo Matang

2. Status Internus

Kepala : Mesocephal

Wajah : Simetris

Leher : Simetris, deviasi trachea (-), pembesaran

KGB (-)

 Thorax

- Jantung : Suara Jantung I dan II regular, bising (-)

- Paru-paru : Suara Dasar Ventrikuler (+), Suara

 Tambahan (-)

Anggota Gerak : Gangguan gerak (-)

Refleks : Fisiologis (+)

Patologis (-)

Kelamin : Tidak ada kelainan

Page 14: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 14/30

3. Status Lokalis

Telinga Kanan

Kiri

•  Aurikula

- Bentuk Normal

Normal

- Nyeri Tekan (-)

(-)

- Benjolan (-) (-)

•  Pre Aurikula

- Tragus Pain (-) (-)

- Kista/Fistel (-) (-)

- Abses (-)

(-)

•  Retro Aurikula

- Nyeri Tekan (-)

(-)

- Bengkak (-) (-)

•  Canalis Auditorius Externa

- Discharge (-) (-)

- Serumen (-) (-)

- Hiperemis (-) (-)

- Corpus Alienum (-) (-)

- Bengkak (-) (-)

•  Membran Timpani

- Warna Abu - Abu

Abu-abu

Page 15: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 15/30

Mengkilap

mengkilap- Bentuk intak, konkaf  

intak, konkaf 

- Perforasi (-) (-)

- Refleks Cahaya (+) (+)

• Mastoid

- Nyeri Tekan (-)

(-)- Bengkak (-) (-)

Hidung dan Sinus Paranasal

Bentuk Hidung : Normal

Rhinoskopi Anterior Kanan

Kiri

• Sekret (-)

mukopurulen (+)

• Mukosa

- Hiperemis (-) (-)

• Konka Media

- Pembesaran (-)

(+)

- Hiperemis (-) (+)• Konka Inferior

- Pembesaran (-)

(-)

- Hiperemis (-) (-)

• Meatus Media

- Sekret (-)

mukopurulen (+)

Page 16: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 16/30

- Hiperemis (-) (+)

• Meatus Inferior- Sekret (-)

(-)

- Hiperemis (-) (-)

• Septum Deviasi (-)

Deviasi (-)

• Tumor (-)

(-)• Corpus Alienum (-)

(-)

Sinus Paranasal

•  Nyeri Tekan Supra Orbita (-)

(-)

• Nyeri Tekan Infra Orbita (-)

(+)• Nyeri Tekan Glabella (-)

(-)

Pemeriksaan Rutin Khusus :

-  Transiluminasi : Pada pipi kiri tak tampak biasan cahaya

seperti di pipi kanan.

Tenggorokan

•  Orofaring

- Arcus Faring : simetris, hiperemis (-)

- Uvula : di tengah

- Palatum : merah muda, sama dengan

sekitarnya

Page 17: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 17/30

- Dinding Retrofaring : granulasi (-), post nasal drip (+)

mukopurulen,hiperemis (-)

- Tumor : (-)

•  Tonsil   Kanan

Kiri

- Ukuran T1

 T1

- Warna merah muda

merah muda

- Kripte melebar (-)

melebar (-)

- Permukaan rata rata

- Detritus (-) (-)

- Peritonsil abses (-)

abses (-)

IV. RESUME

Keluhan Utama : Feator ex nasi sinistra

a. Anamnesis

± 3 bulan feator ex nasi sinistra, rinorhoe mukopurulen, Post 

nasal drip ( + ), batuk ( + ), cephalgia ( + ), febris (-), canina

sinistra nyeri saat membungkuk, riwayat gangrene radix molar 

2 dan 3 rahang atas kiri 6 bulan lalu tidak diperiksakan ke

dokter gigi

b. Pemeriksaan Fisik  

Hidung dan Sinus Paranasal

Bentuk Hidung : Normal

Page 18: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 18/30

1. Rhinoskopi Anterior KananKiri

• Sekret (-)

mukopurulen (+)

• Mukosa

- Hiperemis (-) (-)

• Konka Media

- Pembesaran (-)(+)

- Hiperemis (-) (+)

• Konka Inferior

- Pembesaran (-)

(-)

- Hiperemis (-) (-)

• Meatus Media- Sekret (-)

mukopurulen (+)

- Hiperemis (-) (+)

• Meatus Inferior

- Sekret (-)

(-)

- Hiperemis (-) (-)

• Septum Deviasi (-)

Deviasi (-)

• Tumor (-)

(-)

• Corpus Alienum (-)

(-)

2. Sinus Paranasal

Page 19: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 19/30

- supraorbita : nyeri tekan (-); nyeri ketuk (-) nyeri

tekan (-); nyeri ketuk (-)- canina : nyeri tekan (-); nyeri ketuk (-) nyeri tekan (+);

nyeri ketuk (+)

- glabela : nyeri tekan (-); nyeri ketuk (-) nyeri tekan (-);

nyeri ketuk (-)

3. Pemeriksaan Rutin Khusus :

- transiluminasi : pada pipi kiri terlihat lebih suram disbanding

pipi kanan.

4. Pemeriksaan Orofaring :

  - dinding retrofaring : post nasal drip (+) mukopurulen.

5. Dentis

- 7 8 gangren radix molar 2 & 3 rahang atas kiri

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Foto rontgen SPN – waters & caldwell

• Sinoskopi

VI. DIAGNOSA BANDING

1. Sinusitis Maxillaris Kronis Sinistra

2. Sinusitis Ethmoidalis Kronis

VII. DIAGNOSA SEMENTARA

Sinusitis Maxillaris Kronis Sinistra

VIII. RENCANA PENGELOLAAN

a. Terapi

1) Irigasi Maxillaris Sinistra

2) Medikamentosa :

- Antibiotik

- Dekongestan

- Analgetik

- Mukolitik

Page 20: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 20/30

3) Pengobatan Faktor penyebab odontogen setelah sinusitis

dikoreksi; dengan dikonsul ke dokter gigi untuk proekstraksigangren radix molar 2 dan 3 rahang atas kiri

IX. FOLLOW UP

- Keadaan Umum

- Perkembangan terapi

- Kemungkinan terjadinya komplikasi

X. PROGNOSA

Dubia ad Bonam apabila pengelolaan adekuat.

BAB IV

PEMBAHASAN

PENGELOLAAN SINUSITIS MAKSILA AKUT

Bakteri Streptococcus pneumoniae paling sering

menyebabkan sinusitis, diikuti Hemophyllus influenzae,

Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif yang jumlahnya

sedikit. Bakteri aerob lebih dominan, dengan jumlah gram positif 

dan gram negatif yang seimbang. Sehingga terapi utama

sinusitis akut adalah antibiotik.(5)

Pilihan antibiotik dilakukan secara empirik, yang dapat

berubah sesuai pola resistensi kuman. Sebagian besar kuman

penyebab sinusitis memproduksi enzim β-laktamase. Mikroba

golongan β-laktam hampir semuanya resisten Penisilin sehingga

perlu dipertimbangkan kombinasi asam klavulanat (penghambat

β-laktamase) pada pemberian Amoksisilin.

Berdasarkan algoritma penatalaksanaan sinusitis akut,

pemberian antibiotik dimulai dengan lini pertama, yaitu

Amoksisilin 3x500 mg atau Cotrimoksasol 2x480 mg. Pemberian

Amoksisilin terbukti efektif pada banyak kasus sinusitis, dan

Page 21: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 21/30

dianggap cukup aman. Karenanya pemantauan cukup 2x24 jam.

 Jika tidak ada perbaikan dapat diberi antibiotik lini kedua. Yang termasuk dalam antibiotik lini kedua adalah

Amoksisilin-klavulanat 3x500/125 mg, ampisilin sulbaktam, atau

sefalosporin generasi kedua (cefuroxime 2x250 mg, cefaclor

3x250 mg, cefixime 2x400 mg). Antibiotik alternatif adalah

makrolid dan linkosamid. Tidak tertutup kemungkinan untuk

langsung memberikan antibiotik lini kedua tanpa melalui lini

pertama, yaitu pada serangan akut berulang atau jika telah

terbukti bahwa amoksisilin sudah tidak efektif.

 Jika ada perbaikan dari pemberian antibiotik lini pertama

dan lini kedua maka antibiotik diteruskan sampai 10-14 hari.

 Terapi tambahan sangat penting diberikan, yaitu dekongestan

topikal, mukolitik, analgetik, serta pada pasien atopi dapat

diberikan antihistamin/kortikosteroid topikal.

 Jika tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik lini

pertama dan lini kedua, maka perlu dilakukan pemeriksaan foto

polos /CT scan dan atau naso-endoskopi. Jika ada kelainan pasien

pasien dapat didiagnosis sebagai sinusitis akut berulang atau

sinusitis kronik. Lakukan penatalaksanaan sinusitis kronik. Jika

tidak ada kelainan maka perlu evaluasi kembali, misalnya dengan

tes alergi secara komprehensif, atau dilakukan pemeriksaan

kultur dari pungsi sinus maksila.

B. PENGELOLAAN SINUSITIS MAKSILA KRONIK 

Pengelolaan sinusitis kronik secara umum dibagi menjadi

1. pengobatan konservatif 

2. pengobatan operatif 

1. Pengobatan Konservatif 

a. Antibiotik spektrum luas

Page 22: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 22/30

Pemilihan penggunaan antibiotik tergantung pada

beberapa faktor, idealnya pemilihan berdasarkan hasil kulturdan tes sensitifitas.

Menurut guideline penatalaksanaan sinusitis , penderita

dengan sinusitis kronik diberikan antibiotik lini II, yaitu :

Amoksisilin + Asam klavulanat 3x 500mg/125mg; Ampisilin

Sulbaktam 3 x 500 mg; Golongan Sefalosporin generasi II :

Cefuroxime 2 x 250 mg; Cefixime 2 x 400 mg; Cefaclor 3 x

250 mg. Jika dengan antibiotik lini II tersebut diperoleh

perbaikan, maka pengobatan diteruskan sampai minimal 1

minggu setelah gejala terkontrol, atau sampai mencukupi

10-14 hari.Tetapi jika dengan antibiotik lini II tersebut tidak

didapatkan perbaikan maka diberikan antibiotik alternatif 

atau dibuat kultur. Antibiotik alternatifnya yaitu dari

golongan makrolida dan linkosamid, selama 7 hari, jika ada

perbaikan obat diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari.

 Jika dengan pengobatan tersebut tidak ada perbaikan maka

perlu dilakukan evaluasi kembali dengan naso-endoskopi,

sinuskopi, jika didapatkan obstruksi pada Kompleks Osteo

Meatal (KOM) maka dilakukan tindakan bedah dengan

Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF) atau Bedah

Konvensional. Pemberian AB intravena saat ini jarang

digunakan pada terapi sinusitis kronik dimana mukosa

sudah mengalami perubahan, karena membutuhkan waktu

yang lama dan dosis yang tinggi.

Saat ini telah diperkenalkan AB nebulizer yang dapat

mengobati infeksi secara topikal. Pengobatan ini dilakukan

dengan cara menghirup AB melalui hidung. Studi Stanford

University (Sept 2002 ) menyebutkan kelebihan terapi ini

antara lain dapat mencapai rongga sinus lebih cepat, efek

Page 23: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 23/30

samping yang ditimbulkan lebih kecil, dan merupakan

pilihan terpi pada pasien yang tidak ada perbaikan setelahoperasi. Disebutkan pula terapi ini dapat mengurangi secara

signifikan gejala post nasal drip dan nyeri pada daerah

sinus.

Kegagalan terapi medikamentosa misalnya pada AB,

mungkin menunjukkan organisme tidak lagi peka terhadap

antibiotik, atau antibiotik tersebut gagal mencapai lokasi

infeksi.

b. Dekongestan

Dekongestan topikal seperti Phenylephrine Hcl 0,5 % dan

oxymetazoline Hcl 0,5 % bersifat vasokonstriktor lokal. Obat

ini bekerja melegakan pernapasan dengan mengurangi

udem mukosa. Penggunaan obat ini sebaiknya tidak lebih 3-

5 hari, karena mempunyai efek samping berupa rhinitis

medikamentosa, withdrawal effect , dan berkurangnya

kepekaan terhadap obat itu sendiri.

Dekongestan oral pada umumnya lebih aman untuk

penggunaan jangka panjang. Pilihan obat antara lain

Phenylpropanolamine dan Pseudoephedrine, yang

merupakan agonis alfa adrenergik. Obat ini bekerja pada

osteomeatal komplek dimana obat topikal tidak dapat

bekerja secara efektif.

c. Mukolitik

Pemberian mukolitik lebih bersifat simtomatik untuk

mengencerkan sekret yang kental sehingga mudah

dikeluarkan. Obat yang digunakan antara lain 2.400 mg per

hari.

d. Antialergi

Page 24: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 24/30

 Terapi alergi diberikan bila terdapat faktor alergi yang

mendasari keadaan sinusitis kronik. Terapi yang palingefektif adalah dengan menghindari faktor-faktor pencetus

seperti debu, bulu binatang, hawa dingin, dan sebagainya.

Untuk medikamentosa dapat diberikan sesuai dengan

penyebabnya, umumnya pada rhinitis alergi diberikan anti

histamin dan kortikosteroid.

Adapun penggunaan kortikosteroid pada sinusitis kronik

saat ini banyak dihindari, mengingat efek samping yang

ditimbulkan khususnya pada penggunaan jangka panjang,

seperti imunosupresi, osteoporosis, moon face.

e. Diatermi

Dengan sinar gelombang pendek selama 10 hari di daerah

sinus yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus.

f. Terapi pencucian Proetz.

Pada prinsipnya membuat tekanan negatif dalam rongga

hidung dan sinus paranasal dan mengisap sekret keluar.

Diteteskan larutan vasokonstriktor untuk membuka ostium

kemudian masuk ke dalam sinus paranasal, yaitu larutan

HCl ephedrin 1,5-1%. HCl ephedrin akan mengurangi

oedema mukosa dan tercampur dengan sekret dalam

rongga sinus, kemudian diisap keluar. Sementara itu pasien

harus mengucapkan kak-kak-kak, supaya palatum molle

terangkat sehingga ruang antara nasofaring dan orofaring

tertutup. Dengan demikian ruang nasofaring, hidung, dan

sinus menjadi satu, sehingga mudah mengisa sekret keluar.

 Tetapi cara ini kurang efektif untuk sinus maksila dan sinus

frontal.

g. Pungsi dan irigasi sinus.

Page 25: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 25/30

Pada kasus yang meragukan pungsi dan irigasi dapat

dipakai untuk diagnostik dalam menentukan ada tidaknyasinusitis maksila.

Irigasi ini bertujuan untuk drainase sekret (pus) dan aerasi.

Prosedur ini dapat dilaksanakan dibawah pengaruh anestesi

dengan memasukkan sebuah kanula bersaluran melalui

dinding nasal dari antrum maksila dibawah konka inferior.

Garam fisiologis dengan suhu diatas suhu tubuh,

dipompakan melalui kanula dengan semprit Higginson. Pus

dan cairan yang tinggal, mengalir ke hidung melalui ostium

maksila dan ditampung dengan sebuah baskom yang

diletakkan dibawah dagu pasien. Pasien dalam keadaan

seperti ini harus bernafas dengan mulut.

Irigasi yang dilakukan secara berulang setiap minggu sering

merupakan langkah efektif dalam mengembalikan aktifitas

normal mukosa ( dibantu dengan pemberian AB dan

dekongestan ). Bila cara ini berhasil, cairan yang dibersihkan

secara bertahap berubah dari mukopus menjadi mukus, dan

akhirnya menjadi cairan jernih.

2. Pengobatan pembedahan

Pengobatan pembedahan menjadi pertimbangan jika pasien

tidak berespon terhadap terapi konservatif. Tujuan umum

bedah sinus antara lain :

• mengeluarkan mukosa yang sakit dan menjamin

drainase ke dalam hidung

• menghilangkan obstruksi dan menciptakan hubungan

kontinu dari sinus yang terlibat ke dalam ruangan

intranasal.

• Ventilasi sinus yang adekuat

Page 26: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 26/30

a. pembedahan radikal

 Yaitu mengangkat mukosa yang patologik dan membuat

drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksila

dilakukan operasi Caldwell-Luc. Pada prosedur bedah ini,

epitel rongga sinus maksila diangkat seluruhnya dan pada

akhir prosedur dilakukan antrostomi untuk drainase. Hasil

akhir memuaskan karena membran mukosa yang sakit telah

diisi oleh jaringan normal atau terisi dengan jaringan parut

lambat.

b. pembedahan non radikal

Metode yang lebih modern dan populer akhir-akhir ini

adalah Operasi sinus paranasal menggunakan endoskop

yang disebut Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF).

BSEF pada umumnya dilakukan untuk penatalaksanaan

sinusitis kronik dan sinusitis akut berulang, yang seringkali

telah disertai adanya poliposis di daerah meatus medius

atau adanya polip yang meluas ke rongga hidung.

Keuntungan BSEF ialah tindakan ini biasanya sudah cukup

untuk menyembuhkan kelainan sinus yang berat-berat

sehingga tidak perlu tindakan yang lebih radikal. Dengan

BSEF risiko lebih sedikit, gejala-gejala post operasi dapat

minimal, waktu pulih juga lebih cepat

Pasien yang dipersiapkan untuk operasi BSEF harus

diperiksa fisik secara lengkap termasuk tekanan darah,

laboratorium darah tepi dan fungsi hemostasis dan gula

darah serta urin lengkap. Menjelang operasi, selama 4 atau

5 hari pasien dibri antibiotik dan kortikosteroid sistemis dan

lokal. Hal ini penting untuk mengeliminasi bakteri dan

Page 27: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 27/30

mengurangi inflamasi, karena inflamasi akan menyebabkan

edema dan perdarahan yang banyak, yang akanmengganggu kelancaran operasi. Kortikosteroid juga

bermanfaat untuk mengecilkan polip sehingga operasinya

akan lebih mudah.

Prinsip BSEF ialah membuka dan membersihkan KOM,

dengan hanya mengangkat jaringan patologik sedangkan

 jaringan sehat dipertahankan agar tetap berfungsi, sehingga

nantinya tidak ada lagi hambatan ventilasi dan drainase.

Hasil operasi pada umumnya didapati yang sukses lebih dari

90%.

Studi evaluasi Venkatachalam (2002), menyebutkan bahwa

dengan BSEF, sebanyak 76 % pasien terbebas sama sekali

dari gejala sinusitis, 16 % masih mengalami gejala parsial,

dan hanya 8 % yang tidak berhasil. 

Page 28: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 28/30

BAB V

KESIMPULAN

 Telah dilaporkan sebuah kasus dengan sinusitis maksilaris kronis

sinistra faktor etiologi odontogenik di bagian THT RSUD Swadana Kudus.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

Anamnesa yang dikumpulkan adalah keluhan foetor ex nasi sinistra, rinore

mukopurulen,  post nasal drip, batuk, pipi kanan terasa kemeng, malaise.

Pemeriksaan fisik ditemukan sekret mukopurulen di meatus media sinistra,oedema dan hiperemis di konka media,  post nasal drip di dinding

retrofaring, nyeri tekan canina sinistra. Pada pemeriksaan gigi rahang atas

kiri molar 2 dan 3 ditemukan gangren radix dan pemeriksaan transiluminasi

didapatkan kesuraman di canina sinistra. Diagnosa pasti sinusitis maksilaris

kronis adalah dengan irigasi sinus.

 Terapi yang dilakukan adalah dengan irigasi sinus maksilaris sinistra

disertai pemberian antibiotik dan selanjutnya dapat diberikan obat-obatsimtomatis berupa dekongestan, analgetik, mukolitik.

Pada kasus sinusitis maksilaris kronis sinistra ini prognosisnya baik

karena sifatnya reversibel, bila pengelolaannya optimal.

Page 29: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 29/30

DAFTAR PUSTAKA

1.Mangunkusumo, Endang dan Rifki, Nusjirwan SINUSITIS

Dalam : Soepardi EA, Iskandar N,ed, Buku Ajar Ilmu Kesehatan

 Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-5. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta, 2006 : 120 – 124

2. Rusdy Ghazali Malueka, dr. SINUS PARANASAL –

SINUSITIS Dalam : Radiologi Diagnostik. Cetakan kedua,

Penerbit Pustaka Cendekia Press Yogyakarta, 2008 : 116 – 119

3.Arif, M., Kuspuji, T., Rakhmi, S., Wahyu, I.W., & Wiwiek, S.

1999. Kapita Selekta Kedokteran Ilmu Penyakit Hidung Dan

Tenggorok . Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta. : 102 - 106

4.Anonim, 2006; Serba serbi Sinusitis,

http://ilmukedokteran.blogspot.com, dikutip 5 November 2008

5.Anonim, Sinusitis, bukan sekedar hidung mampat,

http://jurnalnasional.com/?med=Koran

%20Harian&sec=Kesehatan&rbrk=&id=35176, dikutip 5

November 2008

6.Erawati,dr; Seputar Pengobatan Sinusitis; Residen Medical

Officer Sinar Harapan;

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0109/28/fea02.html,

dikutip 6 November 2008

7.Sinusitis Management;

http://www.emedicine.com/radio/topic638.htm, dikutip 6

November 2008

8.Armstrong & Wastie; X-Ray Diagnosis, BlackwellScientific

Publication, First P.G Asian Economy Edition, 1983; Singapore :

page 331 - 334

Page 30: Isi Referat Edited Baru

5/16/2018 Isi Referat Edited Baru - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-referat-edited-baru 30/30

9.Burnside – Mc Glynn; Hidung dan Sinus Dalam : ADAMS

Diagnosis Fisik, edisi 17, Cetakan kelima, Penerbit Bukukedokteran EGC; Jakarta, 1995 : 141 – 144.

10. Adam Boies, H. 1997. Buku Ajar Penyakit THT . Edisi 6.

EGC. Jakarta. : 240 - 260