Isi Proposal Oke

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance (CG) merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, 2001 dalam Ratna Wardhani, 2006). Isu mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di Indonesia, setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya CG yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek CG.(Ratna Wardhani, 2006). Lemahnya implementasi penerapan Good Corporate Governance perusahaan-perusahaan publik di Indonesia, ditandai dengan kurang transparannya pengelolaan perusahaan yang mengakibatkan kontrol publik menjadi lemah dan adanya campur tangan pemegang saham mayoritas pada ma-najemen perusahaan yang dapat men-imbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang dari norma Good Corporate Governance (Susanti dkk, 2010 dalam Amanita Novi Yushita, 2013) 1

description

ok

Transcript of Isi Proposal Oke

Page 1: Isi Proposal Oke

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corporate Governance (CG) merupakan tata kelola perusahaan yang

menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan

arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, 2001 dalam Ratna Wardhani, 2006). Isu

mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di Indonesia, setelah Indonesia

mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang

mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya

CG yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah

maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek CG.

(Ratna Wardhani, 2006). Lemahnya implementasi penerapan Good Corporate

Governance perusahaan-perusahaan publik di Indonesia, ditandai dengan kurang

transparannya pengelolaan perusahaan yang mengakibatkan kontrol publik menjadi

lemah dan adanya campur tangan pemegang saham mayoritas pada ma-najemen

perusahaan yang dapat men-imbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang

dari norma Good Corporate Governance (Susanti dkk, 2010 dalam Amanita Novi

Yushita, 2013)

Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT.

Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang

berawal dari terdeteksi adanya manipulasi, Sementara menurut beberapa media

masa, lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan non publik melakukan pelanggaran

yang melibatkan persoalan laporan keuangan. (Gideon SB Boediono, 2005)

Hadirnya corporate governance dalam pemulihan krisis di Indonesia

menjadi mutlak diperlukan, mengingat corporate governance mensyaratkan suatu

pengelolaan yang baik dalam sebuah organisasi (Hastuti, 2005dalam Angraheni Niken

Susanti, 2010). Menurut teori keagenan untuk mengatasi masalah ketidakselarasan

1

Page 2: Isi Proposal Oke

kepentingan salah satunya adalah melalui pengelolaan perusahaan yang baik (good

corporate governance).

Laba yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis

perusahaan, manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan

ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan

perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan

para pemilik. Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini akan disebut

dengan konflik keagenan, Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya sifat

manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan

pribadinya. Jika hal ini terjadi akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. (Wilsna

Rupilu, 2011). Menurut Siallagan dan Machfoedz, 2006, Rendahnya kualitas laba akan

dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan

kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang.

Informasi laba sangatlah penting perannya sebagai sinyal kinerja suatu

perusahaan guna pembuatan berbagai keputusan penting oleh pengguna informasi. Laba

yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat

menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor

untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar

perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005). Pada lingkungan pasar modal,

laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi sangat penting

yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai laporan dan atau pelaku pasar serta

pihak-pihak yang berkepentingan dengan emiten untuk mendukung pengambilan

keputusan (Siallagan dan Machfoedz, 2006)

Untuk meningkatkan kualitas laba, dengan membatasi tindakan manajemen

laba, diperlukan suatu mekanisme pengawasan atas tindakan manajemen tersebut.

Mekanisme pengawasan tersebut dikenal dengan istilah corporate governance.

(Siswardika dan Sylvia). Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan

dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan

informasi laba (Boediono, 2005).

2

Page 3: Isi Proposal Oke

Menurut Rachmawati, 2007 dalam Anhraheni Niken Susanti, 2010Ada empat

mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian

mengenai corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan,

yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial.

Beberapa mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah keagenan tersebut antara lain dengan meningkatkan kepemilikan

manajerial (Jansen dan Meckling, 1976 dalam Dul Muid, 2009). Dengan meningkatkan

kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan

keinginan principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja.

Selain itu, keberadaan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba

dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi pengawasan atas pelaporan

keuangan (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Menurut Teoh dan Wong (1993) dalam Suaryana (2005) peran komite audit

sangat penting karena mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah

satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan investor untuk

menilai perusahaan. Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan

keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal juga

diharapkan dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan

manajemen laba (earnings management). (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak

manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan

manajemen melakukan manajemen laba. Menurut Boediono (2005) kepemilikan

institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang

mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens.

Pemahaman mengenai bagaimana menyusun suatu mekanisme tata kelola

yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan sangatlah

penting. Hal inilah yang mendorong dilakukannya berbagai penelitian yang bertujuan

memberikan keyakinan mengenai adanya hubungan antara Corporate Governance

dengan kualitas laba. Oleh karena itu penulis tertarik memilih judul skripsi sebagai

3

Page 4: Isi Proposal Oke

berikut: “PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP KUALITAS LABA PERUSAHAAN BUMN YANG GO PUBILK.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba

perusahaan BUMN yang Go Publik?

2. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap kualitaslaba perusahaan

BUMN yang Go Publik?

3. Apakah Keberadaan Komite Audit berpengaruh terhadap kualitas laba

perusahaan BUMN yang Go Publik?

4. Apakah Proporsi Komisaris Independen berpengaruh terhadap kualitas laba

perusahaan BUMN yang Go Publik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah:

1. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba

perusahaan BUMN yang Go Publik?

2. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap kualitaslaba perusahaan

BUMN yang Go Publik?

3. Apakah Keberadaan Komite Audit berpengaruh terhadap kualitas laba

perusahaan BUMN yang Go Publik?

4. Apakah Proporsi Komisaris Independen berpengaruh terhadap kualitas laba

perusahaan BUMN yang Go Publik

4

Page 5: Isi Proposal Oke

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

a. Bagi obyek penelitian, dalam hal ini adalah perusahaan-perusahaan BUMN,

termasuk para stakeholder dan shareholder, hasil penelitian inidapat menjadi

feedback yakni seberapa besar manfaat yang diperoleh atas pelaksanaan Good

Corporate Governance terutama sehubungan dengan

b. Bagi Pihak Manajemen, yaitu memberikan input atau masukan untuk menelaah

lebih lanjut mengenai pengaruh mekanisme corporate governance, sehingga

perusahaan dapat mengoptimalkan fungsi mereka dalam mencapai tujuan

perusahaan yaitu meningkatkan kualitas laba perusahaan

c. Bagi Investor, Penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai pengaruh mekanisme Corporate Governance sehingga dapat

menjadi pedoman dalam beinvestasi terutama yang berminat untuk berorientasi

dalam perusahaan BUMN

1.4.2 Kegunaan Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah, pengetahuan, gambaran dan bukti-

bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap

kualitas laba Perusahaan BUMN

b. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang melaksanakan

penelitian-penelitian sejenis dan penelitian-penelitian Lanjutan

1.5 Kontribusi Penelitian

Perbedaan yang terdapat pada penelitian sebelumnya terletak pada pengukuran

Kualitas Laba yang digunakan. Jika dalam penelitian Angraheni Niken Susanti 2010

Untuk mengukur kualitas laba diproksikan dengan Earnings Response

Coefficient(ERC) dihitung dengan menggunakan pendekatan Firm Specific Coefficient

Methodology(FSCM) dan Dalam Penelitian Susanto dan Siregar, 2009, Kualitas laba

diukur menggunakan model Francis et al. (2005) dan Kothari et al. (2005). Namun

Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Discretionary accruals (DACC)

sebagai proksi kualitas laba dihitung dengan menggunakan model Jones yang

dimodifikasi.

5

Page 6: Isi Proposal Oke

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berikut Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil Penelitian Terdahulu Mengenai

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

NO PENELITI/TAHUN JUDUL HASIL PENELITIAN

1 Angraheni Niken

Susanti,SE (2010)

Analisis Pengaruh

Mekanisme Corporate

Governance terhadap

Nilai Perusahaan

dengan Kualitas Laba

Sebagai Variabrel

Intervening pada

Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia 2004-

2007

Keberadaan komite audit

berpengaruh terhadap kualitas laba

sedangkan komposisi komisaris

independen tidak berpengaruh

terhadap kualitas laba (Earnings

Response Coefficient).Kepemilikan

manajerial berpengaruh terhadap

kualitas laba (Earnings Response

Coefficient), sedangkan

kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap kualitas laba.

2. Dul Muid,2005 Pengaruh mekanisme

corporat governance

terhadap kualitas laba

kepemilikan manajerial, dan

kepemilikan institusional secara

positif dan signifikan berpengaruh

terhadap kualitas laba, sedangkan

dewan komisaris dan komite audit

tidak berpengaruh secara signifikan.

3 Wilsna Rupilu, 2011 Pengaruh Mekanisme Dewan komisaris independen tidak

6

Page 7: Isi Proposal Oke

Corporata

Governance Terhadap

Kualitas Laba dan

Nilai Perusahaan pada

Perusahaan

Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia

berpengaruh terhadap kualitas laba,

Kepemilikan Manajerial

berpengaruh positif terhadap

kualitas laba, Kepemilikan

Institusional berpengaruh positif

terhadap kualitas laba, Komite Audit

berpengaruh positif terhadap

kualitas laba

4 Suaryana, Agung

(2005)

pengaruh komite audit

terhadap kualitas

Laba.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pasar menilai laba yang

dilaporkan oleh perusahaan yang

membentuk komite audit memiliki

kualitas yang lebih baik daripada

laba yang dilaporkan oleh

perusahaan yang tidak membentuk

komite audit.

5. Gideon SB. Boediono,

2005

Pengaruh Mekanisme

Corporate

Governance Dan

Dampak Manajemen

Laba Dengaan

Menggunakan

Analisis Jalur

Kepemilikan institusional

Kepemilikan manajerial dan

Komposisi dewan komisaris

memberikan pengaruh yang lemah

terhadap kualitas laba

6. Hamonangan

Siallagan dan Mas’ud

Machfoedz, (2006)

Mekanisme Corporate

Governance, Kualitas

Laba Dan Nilai

Perusahaan

kepemilikan manajerial secara

positif berpengaruh terhadap

kualitas laba. Dan dewan komisaris

secara negatif berpengaruh terhadap

kualitas laba.

7. Amanita Novi

Yushita, (2013)

Pengaruh Mekanisme

Corporate

Governance, Kualitas

Auditor Internal Dan

struktur dewan direksi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

discretionary accrual (DTAC) atau

berpengaruh negatif

7

Page 8: Isi Proposal Oke

Likuiditas Terhadap

Kualitas Laba

terhadapkualitas laba. Kedua,

kepemilikan manajerial,

Kepemilikan Institusional Dan

Komite Audit tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas laba.

Dengan adanya perbedaan hasil penelitian. Maka Peneliti Mengacu pada

penelitian di atas untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh penerapan

Corporate Governance terhadap kualitas laba. Penelitian ini bertujuan untuk menguji

pengaruh empat variabel independen yang terdiri dari keberadaan komite audit

Independen , proporsi komisarisindependen, kepemilikan institusional dan kepemilikan

manajerial terhadap variabel dependen yakni kualitas laba

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Teori Agency (Keagenan)

Teori Agency merupakan suatu teori yang menggambarkan hubungan dua

individu dimana salah satu dari dua individu tersebut menjadi agent sedangkan individu

yang lain disebut principal (Belkaoui, 2000 dalam Dul Muid, 2009). Principal akan

menugaskan agentuntuk meningkatkan kemakmurannya. Namun sebaliknya, manajer

sebagai agent juga mempunyai dorongan untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri

antara lain dengan melakukan earnings management. Perbedaan kepentingan antara

principaldan agentini mengakibatkan adanya konflik keagenan. Tindakan-tindakan yang

mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh agent tersebut mengakibatkan

diperlukannya suatu mekanisme yang dapat meminimalisir tindakan tersebut. Corporate

Governance merupakan mekanisme yang dipercaya dapat mengendalikan dan

mengawasi tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan yang dilakukan oleh agent.

(Dul Muid, 2009)

2.2.2 Pengertian Corporate Governance

8

Page 9: Isi Proposal Oke

(Ridwan dan Enggar, 2013) menyatakan bahwa Corporate governance

merupakan seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan. Menurut

Nasution dan Setiawan (2007) dalam Enggar Vibria Verdana Sari (2013), Corporate

Governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan

melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas

manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Jadi

Corporate governance muncul karena adanya pemisahan antara kepemilikan

dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah

keagenan.

2.2.3 Prinsip-prinsip Corporate Governance

Enggar dan Riduwan, 2013 menyebutkan lima prinsip dasar dari corporate

governance yaitu:

1. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan

pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas

keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas

pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

2. pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta

peraturan yang berlaku. Prinsip ini menekankan pada adanya system yang jelas

untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada

pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

3. keterbukaan (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi

materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam prinsip ini, informasi harus

diungkapkan secara tepat waktu dan akurat.

4. kewajaran (fairness), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi

hak-hak stakeholder yang timbul berdsarkan perjanjian serta peraturan

9

Page 10: Isi Proposal Oke

perundangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan pada jaminan

perlindungan hak-hak para pemegang saham. Seluruh pemangku

kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang

adil dari perusahaan.

5. kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola

secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan

dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

2.2.4 Mekanisme Corporate Governance

Ada empat mekanisme Corporate Governance yang dipakai dalam penelitian

ini yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu

Pertama, Kepemilikan Manajerial , dari sudut pandang teori akuntansi,

manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang

berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda. Kepemilikan

manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi

perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jansen dan

Meckling, 1976 dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Kedua, Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional memiliki

kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan kepentingan

diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intensif (Boediono, 2005). Kepemilikan

institusional dapat menekan kecenderungan manajemen. untuk memanfaatkan

discretionary dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang

dilaporkan.

Ketiga, Komite Audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,

mengawasi audit eksternal, dan mengawasi sistem pengendalian internal. Menurut

Siallagan dan Machfoedz, (2006) Keberadaan komite audit diharapkan dapat

mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba dengan

cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal

10

Page 11: Isi Proposal Oke

Keempat, Dewan komisaris menggambarkan puncak dari sistem pengendalian

pada perusahaan. Peran pengawasan oleh dewan komisaris ini diharapkan akan

meminimalisir konfik keagenan yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang

saham.

2.2.5 Kualitas Laba

Laba merupakan informasi utama yang disajikan dalam laporan keuangan,

sehingga angka-angka dalam laporan keuangan, menjadi hal krusial yang mesti harus

dicermati oleh pemakai laporan keuangan. Hal ini karena angka-angka dalam laporan

keuangan merupakan fungsi dari kebijakan dan metoda-metoda akuntansi yang dipilih

oleh perusahaan. Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

kinerja operasional perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Informasi

tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan

operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk

mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power, dan untuk

memprediksi laba di masa yang akan datang. (Enggar dan Riduwan, 2013)

Menurur Enggar dan Riduwan, 2013 Menyatakan bahwa Beberapa teknik

manajemen laba (earnings management) dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan

oleh manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang

dilaporkan menjadi rendah. Earnings dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila

earnings yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users) untuk membuat

keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi

harga dan return saham.

Kualitas laba dalam perusahaan dapat diukur dari beberapa metode menurut

Givoly dkk.,2010 dalam Amanita Novi Yushita, 2013 yaitu :Metode pertama adalah

dengan pendekatan persistensi akrual, yaitu persamaan yang meregresikan antara akrual

dan arus kas saat ini dengan laba operasi masa depan perusahaan. Metode kedua adalah

metode estimasi error akrual yang dikembangkan dengan cara membandingkan arus kas

masa lalu, arus kas saat ini, dan arus kas masa de-pan perusahaan dengan residual

positif menunjukkan kualitas laba yang buruk, ka-rena cenderung membesar-besarkan

laba dan sebaliknya. Metode ketiga adalah mendeteksi manajemen laba.

11

Page 12: Isi Proposal Oke

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kualitas Laba

Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.

Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan

menimbulkan dugaan yang menarik bahwa kualitas laba perusahaan meningkat sebagai

akibat kepemilikan manajemen yang meningkat.

Penelitian Siallagan dan Machfoeds (2006) mengenai pengaruh kepemilikan

manajerial terhadap kualitas laba yang diukur dengan discrectionary accrual

menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positifterhadap kualitas

laba. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagaiberikut.

H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba.

2.3.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kualitas Laba

Kepemilikan institusional memiliki peranan penting dalam meminimalisasi

konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.Keberadaan

investor institusional dianggap mampu menjadi mekanismemonitoring yang efektif

dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer

Menurut Bangun dan Vincent (2008) dalam Enggar dan Riduwan, 2013 bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

discretionary accrual, artinya bahwa kepemilikan institusional akan membuat manajer

merasa terikat sehingga untuk memenuhi target laba para investor manajer tetap

melakukan manajemen laba. Sedangkan Menurut Boediono (2005) mengungkapkan

bahwa kepemilikan institusional memberi pengaruh yang positif terhadap kualitas laba,

yang berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka laba yang dihasilkan

semakin berkualitas. Namun dalam Penelitian yang dilakukan oleh Angraheni Niken

Susanti,SE (2010) menemukan bukti bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh

terhadap kualitas laba.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keempat yang akan diuji dalam

penelitian ini adalah :

12

Page 13: Isi Proposal Oke

H2 : Kepemilikan institusional secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap

kualitas laba.

2.3.3 Pengaruh Keberadaan Komite Audit Terhadap Kualitas Laba

Siallagan dan Machfoedz (2006) memberikan bukti bahwa perusahaan yang

membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual

diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk

komite audit independen.

Dalam Penelitian yang dilakukan Suaryana (2005) menganalisis tentang

pengaruh komite audit terhadap kualitas laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pasar menilai laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk komite audit

memiliki kualitas yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang

tidak membentuk komite audit. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis ketiga yang

akan diuji dalam penelitian ini adalah :

H3 : Keberadaan komite audit secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap

kualitas laba

2.3.4 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Kualitas Laba

Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan

yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam

menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak

manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu

laporan laba yang berkualitas

Penelitian oleh Boediono (2005) yang menguji pengaruh mekanisme corporate

governance terhadap kualitas laba dengan menggunakan analisis jalur menemukan bukti

bahwa dewan komisaris independen mempunyai pengaruh yang positif terhadap

kualitas laba.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua yang akan diuji

dalampenelitian ini adalah :

H4 : Proporsi jumlah anggota dewan komisaris independen secara positif dan

signifikan berpengaruh terhadap kualitas laba

13

Page 14: Isi Proposal Oke

2.4 Kerangka Konseptual

Salah satu cara yang paling efisien dalam rangka untuk mengurangi

terjadinya konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan,

diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang secara efektif

mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta kemampuan untuk

mengidentifikasi pihak-pihakyang mempunyai kepentingan yang berbeda.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka disajikan kerangka

pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran Teoretis

+

+

+

+

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

14

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Institusional

Keberadaan Komite Audt

Proporsi Komisaris Independen

Kualitas Laba

Page 15: Isi Proposal Oke

Pendekatan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Pendekatan Kuantitatif.

Pendekatan Kuantitatif ini menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran

variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur

statistik .

3.2 Populasi dan Sampel

Untuk dapat menguji hipotesis diatas, maka Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2011-2014 . Sampel ditetapkan dengan menggunakan metode

purposive sampling yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria

tertentu. Kriteria-kriteria sampelmeliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Perusahaan BUMN yang Go Publik

b. Perusahaan yang dijadikan sebagai sampel adalah perusahaan BUMN yang

terdaftar berturut-turut di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014

c. Perusahaan BUMN yang memiliki data kepemilikan manajerial, dewan

komisaris, komite audit, dan kepemilikan institusional

d. Perusahaan BUMN yang telah menerbitkan laporan keuangan sampai tahun

2014

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif atau data

sekunder , yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yakni

perusahaan BUMN Yang Go publik . Sumber data yang digunakan dalam penelitian

adalah data sekunder yang diperoleh dari website di Bursa Efek Indonesia yang

tersedia secara online pada situs http://www.idx.co.id dan pojok BEI Uuniversitas

Muhammadiyah Gresik

3.4 Teknik Pengambilan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan metode observasi di

mana data dikumpulkan dengan mengamati laporan keuanganperusahaan BUMN yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014

15

Page 16: Isi Proposal Oke

3.5 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Ada dua jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel

tersebut terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.

3.5.1 Variabel dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini yaitu kualitas laba

3.5.1.1 Pengukuran Kualitas Laba

Discretionary Accrual dproksikan Untuk mengukur Kualitas Laba dihitung

dengan menggunakan model Jones yang dimodifkasi (modifed Jones’ Model) karena

model ini dianggap lebih baik daripada model lain (Dechow,1995 dalam Siallagan dan

Machfoedz, 2006). model tersebut dituliskan sebagai berikut :

nilai Tottal Accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary

Least Square (OLS), sebagai berikut :

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai Non Discretionary Accrual (NDA)

dapat dihitung dengan rumus :

Selanjutnya DA dapat dihitung sebagai berikut :

DAit : Discretionary Accrual perusahaan i pada periode t.

NDAit : Non Discretionary Accrual perusahaan i pada periode t.

TAit : Total akrual perusahaan i pada periode t.

Nit : Laba bersih perusahaan i pada periode t.

CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t

Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t -1

Δrevt : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t

PPEt : Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

16

Ait = Nit - CFOit

TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (∆Revt/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) + e

NDAit = β1 (1/Ait-1) + β2 (∆Revt/Ait-1 - ∆Rect/Ait-1) + β3

(PPEt/Ait-1)

DAit = TAit/Ait-1 - NDAit

Page 17: Isi Proposal Oke

ΔRect : Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

3.5.2 Variabel independen

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional, Keberadaan Komite Audit dan Proporsi komisaris

Independen. Adapun definisi operasional dan pengukurannya yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.5.2.1 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dihitung dengan besarnya persentase saham yang

dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan dari seluruh modal saham perusahaan yang

beredar:

KM = Jumlah saham yang dimiliki Manajemen x 100%

Total saham beredar

3.5.2.3 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh

institusi. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah

saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yangberedar

3.5.2.4 Keberadaan Komite Audit

Keberadaan komite audit diukur dengan variabel dummy. Apabila Perusahaan

yang memiliki komite audit akan mendapat nilai 1 sedangkan perusahaan yang tidak

memiliki komite audit mendapat nilai 0.

3.5.2.4 Proporsi Komisaris Independen

17

Page 18: Isi Proposal Oke

Proporsi komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator

persentase dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam

susunan dewan komisaris perusahaan

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data

dalam rangka memecahkan masalah atau menjawab hipotesis. Dari hasil penelitian yang

dikumpulkan maka selanjutnya teknik analisis data adalah

Digunakan model regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

Y(EQ) : Kualitas Laba

α : Konstanta

β 1, β 2, β 3, β 4 : Koefisien Regresi

X1(MANAJ) : Keberadaan Komite Audit

X2(INST) : Proporsi Komisaris Independen

X3(AUD) : Kepemilikan Institusional

X4(KOMIS) : Kepemilikan Manajerial

ᵋ : Error

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

3.6.1.1 Uji normalitas

Uji Normalis bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sepeti

diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi

18

Y(EQ) = α + β1X1(MANAJ) +β2X2(INST) + β3X3(AUD) + β4X4(KOMIS)+ ᵋ

Page 19: Isi Proposal Oke

tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Pengujian normalitas data dilakukan

dengan menggunakan metodeanalisis grafik.

3.6.1.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi yang kuat antar variabel-variabel bebas dalam model persamaan regresi.

Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinearitas. Dalam penelitian

ini, pengujian multikolinearitas lakukan dengan melihat nilai Variance Infation

Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Tolerance mengukur variabilitas variable

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable independen

lainnya. Jadi nilaitolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi

(VIF=1/Tolerance). Nilai cutoof yang umum dipakai untuk menunjukkan

adanya multikoloniearitas adalah nilai tolerance ≤ 0, 05 atau sama dengan nilai

VIF ≥ 5.

3.6.1.3 Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetapdisebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Modelregresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk

mendeteksi. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat melihat grafik

Scatterplot. Deteksinya dengan melihatada tidaknya pola tertentu pada grafik

di mana sumbu X adalah Y yang telahdiprediksi dan sumbu Y residual yang

telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a)

jika ada pola-pola tertentu, seperti ada titikyang membentuk suatu pola tertentu

yang teratur (bergelombang,melebar), maka terjadi heteroskedastisitas dan b)

jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 padasumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model

19

Page 20: Isi Proposal Oke

pengujian yang sering digunakan adalah dengan menggunakan uji Durbin-

Watson(DW test) dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), makahipotesis nol

ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.

b. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nolditerima yang

berarti tidak ada autokorelasi.

c. Jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dL) dan (4-dU),maka

tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

3.6.2 Uji Hipotesis

3.6.2.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen dengan melihat nilai t pada tabel coefficient yang

dihitung dengan bantuan program SPSS. Tingkat signifikan yang digunakanadalah

5% atau 0,05. Adapun kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagaiberikut.

Jika p value <0,05 maka H0 ditolak

Jika p value >0,05 maka H0 diterima

3.6.2.2 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauhkemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untukmengetahui besarnya

kontribusi variabel X terhadap naik turunnya Y harusdihitung dengan rumus

koefisien determinasi (R² × 100%) dengan syarat 0 ≤R² ≤ 1.

DAFTAR PUSTAKA

Amanita Novi Yushita. 2013. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Auditor Eksternal, dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba,” Jurnal Ekonomia. Vol9. No2. Oktober.

20

Page 21: Isi Proposal Oke

Wardhani, Ratna. 2006. “Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distress),” Makalah Simposium Nasional Akuntansi IX Padang . 23-26 Agustus.

Susanti, Niken Angraheni, SE. 2010. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007,” Makalah Simposium Nasional Keuangan I.

Boediono, Gideon. SB. 2005. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur.” Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September.

Rupilu, Wilsna. 2011. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,” Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik. Vol8. No1. Oktober.

Dul Muid. 2009. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba,” Jurnal Ekonomi. Vol4. No2.

Enggar Firdana Sari. 2013. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan; Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening,” Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi. Vol1. No1.

Suaryana, Agung. 2005. ”Komite Audit Terhadap Kualitas Laba,” Makalah Simposium

Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September.

Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Susanto Siswardika, 2009. “Corporate

Governance, Kualitas Laba dan Biaya Ekuitas,” Jurnal Akuntansi.

21