Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cairan tubuh adalah air beserta unsur-unsur didalamnya diperlukan untuk kesehatan sel. Cairan ini sebagian berada di luar sel (ekstraselular) dan yang sebagian lagi berada di dalam sel (intraselular). Cairan sangat penting untuk semua proses kehidupan,diantaranya untuk kelangsungan proses mtabolisme,dan media transportasi ion, gizi, dan sisa metabolism, juga untuk sekresi enzim dan hormone dalam mempertahankan suhu tubuh, volume dan tekanan darah. Rata-rata makhluk hidup memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Keseimbangan cairan tubuh melibatkan distribusi dan komposisi cairan tubuh. Jika terjadi ganguan pada distribusi dan komposisi cairan tubuh bisa mengakibatkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh ternak dan bisa terjadi gangguan metabolisme yang dapat berakibat fatal pada ternak tersebut. 1

description

Patologi Klinik Vet

Transcript of Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Page 1: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Cairan tubuh adalah air beserta unsur-unsur didalamnya diperlukan untuk

kesehatan sel. Cairan ini sebagian berada di luar sel (ekstraselular) dan yang

sebagian lagi berada di dalam sel (intraselular). Cairan sangat penting untuk

semua proses kehidupan,diantaranya untuk kelangsungan proses mtabolisme,dan

media transportasi ion, gizi, dan sisa metabolism, juga untuk sekresi enzim dan

hormone dalam mempertahankan suhu tubuh, volume dan tekanan darah. Rata-

rata makhluk hidup memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan

pembuangan residu jaringan tubuh. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi

kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri,

tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal

(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang

relatif konstan tapi dinamis. Keseimbangan cairan tubuh melibatkan distribusi

dan komposisi cairan tubuh. Jika terjadi ganguan pada distribusi dan komposisi

cairan tubuh bisa mengakibatkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh ternak

dan bisa terjadi gangguan metabolisme yang dapat berakibat fatal pada ternak

tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja ganguan distribusi cairan tubuh pada hewan ternak ?

2. Apa saja gangguan komposisi cairan tubuh pada hewan ternak ?

1.3 TUJUAN

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja gangguan distribusi cairan pada

hewan ternak

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja gangguan komposisi cairan tubuh

pada hewan ternak

1

Page 2: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama,

yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Cairan tubuh dan

zat yang terlarut di dalamnya berada dalam mobilitas konstan dan proses

menerima dan mengeluarkan cairan yang terus menerus. Perpindahan cairan dan

elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:

a.       Fase I

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi dan

oksigen diambil dari paru-paru dan dan saluran pencernaan.

b.      Fase II

Cairan interselular beserta komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.

c.       Fase III

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interselular

masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang

merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi

dan komponen cairan dalam tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan

cairan dan elektrolit tubuh dilakukan dengan cara transpor pasif (difusi dan

osmosis), transpor aktif, dan filtrasi.

Komposisi kompartemen cairan

a.     CES. Plasma darah dan cairan interstisial memiliki isi yang sama yaitu ion

Natrium dan klorida serta ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi sedikit ion

kalium, kalsium, magnesium, fosfat, sulfat dan asam organik. Perbedaanya

adalah dalam hal protein; plasma mengandung lebih banyak protein dan cairan

interstisial mengandung sangat sedikit protein.

2

Page 3: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

b. CIS. Akibat pompa Natrium-kalium dependen ATP, konsentrasi ion natrium

dan kalium Intraselular berlawanan dengan yang ada dalam CES. Dalam CIS

Ion kalium berkonsentrasi tinggi dan ion natrium berkonsentrasi rendah.

Konsentrasi protein dalam sel tinggi, yaitu sekitar empat kali konsentrasi

dalam plasma.

Difusi merupakan kecenderungan alami dari suatu substansi untuk

bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah

konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan tidak teratur

dari ion dan molekul. Beberapa factor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi

zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu permebilitas membrane

kapiler dan sel, potensial listrik serta perbedaan tekanan.

Osmosis adalah perpindahan air terjadi melalui membran dari daerah

dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsentrasi zat

terlarut tinggi sampai dengan kedua konsentrasi tersebut sama.

Transpor aktif adalah perpindahan zat terlarut melalui sebuah membran sel

yang melawan perbedaan konsentrasi atau muatan listrik. Transpor aktif berbeda

dengan transpor pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosine triposfat

(ATP). Salah satu contohnya adalah transportasi pompa kalium-natrium.

Konsentrasi natrium lebih besar dalam CES di banding di CIS oleh karena

itu ada kecenderungan natrium untuk memasuki sel dengan cara difusi. Hal ini

diimbangi juga oleh pompa natrium-kalium yang terdapat pada membran sel dan

sel aktif memindahkan natrium dari sel ke dalam CES. Sebaliknya konsentrasi

kalium intraseluler yang terjadi dipertahankan dengan memompakan kalium ke

dalam sel.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma

dan bagian cairan intraselular karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua

bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik

yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat pemompaan oleh jantung dan

tekanan osmotik koloid yang disebabkan oleh albumin serum.

3

Page 4: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Filtrasi adalah tekanan hidrostatik dalam kapiler cenderung untuk menyaring

cairan yang keluar dari kompartemen vascular ke dalam cairan intra seluler.

Contoh proses filtrasi adalah pada glomerulus ginjal.

Meskipun keadaan diatas merupakan proses pertukaran dan pergantian

yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, keadaan ini

disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.

2.2 Komposisi Cairan Tubuh

Tubuh hewan mengandung air sejumlah kurang lebih 60% bobot

badannya. Air tersebut,2/3 berada di intraseluler dan 1/3nya di ekstraseluler. Air

yang ada di ekstraseluler 1/4nya ada di intravascular dan 3/4nya ada interstisial.

Komposisi cairan tubuh

a.    Air. Air adalah senyawa utama dalam tubuh. Hampir 60% dari berat badan

hewan adalah air.

b.  Solut(terlarut). Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut

elektrolit dan non-elektrolit.

4

Page 5: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

1) Elektrolit : Substansi yang berionisasi (terpisah) di dalam larutan dan akan

menghantarkan arus listrik. Elektrolit berionsasi menjadi ion positif dan

negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama

lain (miliekuivalen/liter) atau dengan berat molekul dalam garam

(milimol/litermEq/L ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam

miliekuivalen, mol/L dalam larutan selalu sama.

Elektrolit Plasma Water

(mEq/L)

Interstisial Fluid

(mEq/L)

Intraseluler Fluid

(mEq/L)

Kation 165 156 198

Anion 165 156 198

- Kation

Kation merupaka ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan.

Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation

intraselular utama adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding

sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam

Elektrolit Plasma water

(mEq/L)

Interstisial Fluid

(mEq/L)

Interseluler Fluid

(mEq/L)

Natrium 153 145 10

Kalium 4.3 4 160

Calcium 5.4 5 2

Magnesium 2.2 2 26

Total Kation 165 156 198

- Anion

Anion merupakan ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan.

Anion ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion

intraselular utama adalah ion fosfat (PO4-).Karena kandungan elektrolit

dari palsma dan cairan interstisial secara esensial sama, nilai elektrolit

plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas

5

Page 6: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

cairan intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma

tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular.

Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam

mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan

asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak

kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit

palsma.

Elektrolit Plasma water

(mEq/L)

Interstisial Fluid

(mEq/L)

Interseluler Fluid

(mEq/L)

Klorida 108.5 114 3

Bikarbonat 29 31 10

Phosfat 2.2 2 100

Sulfat 1 1 20

Asam Organik 6.5 7

Protein 17 1 65

Total Anion 165 156 198

2) Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berionisasi

dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl).

Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan

bilirubin.

Komposisi Cairan Tubuh Anjing atau Kucing

6

Page 7: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

a. Anjing (BB : 10Kg)

Jumlah cairan interselular 40% = 4000cc

Jumlah cairan interstisial 15% = 1500cc

Jumlah cairan intravascular 5% = 500cc

jumlah cairan tubuh 60% = 6000cc

b. Kucing (BB : 5Kg)

Jumlah cairan interselular 40% = 2000cc

Jumlah cairan interstisial 15% = 750cc

Jumlah cairan intravascular 5% = 250cc

jumlah cairan tubuh 60% = 3000cc

BAB III

7

100%

60%(total cairan tubuh)

40%(cairan

intraseluler

20%(cairan

ekstraseluler)

40%(bahan padat)

15% (cairan interstitial)

5% (plasma)

Page 8: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

PEMBAHASAN

3.1 Gangguan Distribusi Cairan Tubuh pada Hewan Ternak

3.1.1 ASCITES

Ascites merupakan keadaan yang ditandai dengan adanya akumulasi

cairan baik transudat maupun eksudat di cavum abdominal di antara viscera

parietalis dan viscera peritoneum. Ascites dapat disebabkan oleh beragam factor

seperti CHF (congestive heart failure) dan gangguan pembuluh darah vena,

deplesi protein plasma yang disebabkan oleh hilangnya protein dari ginjal atau

saluran pencernaan, obstruksi vena cava, vena porta atau limfatik drainase karena

adanya neoplasia, peritonitis, ketidakseimbangan elektrolit, terutama kondisi

hypernatremia, sirosis hepatis, Nephrotic syndrome, hipoproteinemia, rupturnya

vesica urinaria, peritonitis, abdominal neoplasia maupun abdominal hemorrhagi.

Asites dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, diantaranya :

o Peningkatan tekanan hidrostatik : Sirosis, oklusi vena hepatika (sindrom

Budd-Chiari),obstruksi vena cava inferior, perikarditis konstriktif, penyakit

jantung kongestif.

o Penurunan tekanan osmotik koloid : Penyakit hati stadium lanjut dengan

gangguan sintesis protein, sindrom nefrotik, malnutrisi, protein lossing

enteropathy.

o Peningkatan permeabilitas kapiler peritoneal : Peritonitis TB, peritonitis

bakteri, penyakit keganasan pada peritonium.

o Kebocoran cairan di cavum peritoneal:Bile ascites, pancreatic ascites

(secondary to a leaking pseudocyst), chylous ascites, urine ascites.

o Micellanous : Myxedema, ovarian disease (Meigs' syndrome), chronic

hemodialysis

Tanda –tanda klinis yang dapat teramati dari kejadian ascites adalah

kelemahan, pembesaran abdomen, ketidaknyamanan abdomen saat dipalpasi,

dispnoe karena adanya distensi abdomen, anoreksia, muntah.

8

Page 9: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Berdasarkan tanda-tanda klinis tersebut maka diagnose yang dapat

dilakukan adalah

o Pemeriksaan fisik : Distensi abdomen, bulging flanks, timpani pada puncak

asites, fluid wave, shifting dullness, puddle sign.

o Foto thorax  dan  foto polos abdomen (BOF) dengan elevasi diaphragma, pada

80% pasien dengan asites, tepi lateral hepar terdorong ke sisi medial dinding

abdomen (Hellmer sign). Terdapat akumulasi cairan dalam rongga

rectovesical dan menyebar pada fossa paravesikal, menghasilkan densitas

yang sama pada kedua sisi kandung kemih. Gambaran ini disebut ”dog’s ear”

atau  “Mickey Mouse” appearance. Caecum dan colon ascenden tampak

terletak lebih ke medial dan  properitoneal fat line terdorong lebih ke lateral

merupakan gambaran yang tampak pada lebih dari 90% pasien dengan asites.

o Ultrasonografi yakni dengan memeriksa volume cairan asites kurang dari 5-

10 mL dapat terdeteksi dan dapat membedakan penyebab asites oleh karena

infeksi, inflamasi atau keganasan.

o CT scan : asites minimal dapat diketahui dengan jelas pada pemeriksaan CT

scan. Cairan asites dalam jumlah sedikit akan terkumpul di ruang perihepatik

sebelah kanan. Ruang subhepatic bagian posterior (kantung Morison), dan

kantung Douglas.

o Parasentesis abdomen : Analisis cairan asites dilakukan pada onset awal asites,

tindakan tersebut memerlukan rawat inap untuk observasi.

Analisis cairan asites :

1. Perbedaan kadar albumin serum-asites  (SAAG)

2. Kadar amilase, meningkat pada asites gangguan pankreas.

3. Kadar trigliserida meningkat pada chylous asites.

4. Lekosit lebih dari 350/mikroliter merupakan tanda infeksi. Dominasi

polimorfonuklear, kemungkinan infeksi bakteri. Dominasi mononuklear,

kemungkinan infeksi tuberkulosis atau jamur.

5. Eritrosit lebih dari 50.000/mikroliter menimbulkan dugaan malignancy,

tuberkulosis atau trauma.

6. Pengecatan gram dan pembiakan untuk konfirmasi infeksi bakterial.

9

Page 10: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

7. Apabila pH < 7: tanda suatu infeksi bakterial.

8. Pemeriksaan sitologis pada keganasan.

SAAG(perbedaan kadar albumin serum-kadar albumin asites)

berhubungan langsung dengan tekanan portal: bila lebih besar atau sebesar 1.1

g/dl, hipertensi portal (transudative ascites); SAAG kurang dari 1.1 g/dl bukan

hipertensi portal (exudative ascites).

Tipe asites sesuai dengan SAAG

Tinggi ( > or = 1.1 g/dl) Rendah ( < 1.1 g/dl)

Sirosis  Hepatitis alkohol  Gagal

jantung

Gagal hati fulminan

Trombosis vena porta

Tumor peritonium  Asites pankreas  Asites

bilier

TBC peritonium

Sindrom nefrotik

Obstruksi usus

Penanganan asites tergantung dari penyebabnya, diuretik dan diet rendah

garam sangat efektif pada asites karena hipertensi portal. Pada asites karena

inflamasi atau keganasan tidak memberi hasil. Restriksi cairan diperlukan bila

kadar natrium turun hingga < 120 mmol perliter.

Pengobatan yang dapat dilakukan : kombinasi spironolakton dan

furosemid sangat efektif untuk mengatasi asites dalam waktu singkat. Dosis awal

untuk spironolakton adalah 1-3 mg/kg/24 jam dibagi 2-4 dosis  dan furosemid

sebesar 1-2 mg/kgBB/dosis 4 kali/hari, dapat ditingkatkan sampai 6

mg/kgBB/dosis. Pada asites yang tidak  memberi respon dengan pengobatan

diatas dapat dilakukan cara berikut :

1. Parasentesis

2. Peritoneovenous shunt LeVeen atau Denver

3. Ultrafiltrasi ekstrakorporal dari cairan asites dengan reinfus

10

Page 11: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Pengambilan cairan untuk mengurangi asites masif yang aman untuk anak

adalah sebesar 50 cc/kg berat badan. Disarankan pemberian 10 g albumin

intravena untuk tiap 1 liter cairan yang diaspirasi untuk mencegah penurunan

volume plasma dan gangguan keseimbangan elektrolit.

Monitoring dapat dilakukan dengan rawat inap yang bertujuan untuk

memantau peningkatan berat badan serta pemasukan dan pengeluaran cairan.

Pemantauan keseimbangan natrium dapat diperkirakan dengan monitoring

pemasukan (diet, kadar natrium dalam obat dan cairan infus) dan produksi urin.

Keseimbangan Na negatif adalah prediktor dari penurunan berat badan.

Keberhasilan manajemen pasien dengan asites tanpa edema perifer adalah

keseimbangan Na negatif dengan penurunan berat badan sebesar 0,5 kg per hari.

3.1.2 Cairan Pleura (Efusi Pleura)

Pleura merupakan membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura

visceralis dan plera parietalis. Kedua lapisan bersatu di hilus arteri dan

mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri, dan vena bronkialis,

serabut saraf dan pembuluh limfe (Halim, 2007).

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses

penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit

lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,

eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara

cairan dan protein dalam rongga pleura. Normalnya cairan pleura dibentuk secara

lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Proses penumpukan cairan

bisa terjadi karena radang. Bila proses radang terjadi karena bakteri piogenik akan

terbentuk nanah, sehingga terjadi emfisema/piothoraks. Bila proses ini mengenai

pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemothoraks (Halim, 2007).

Ada dua penyebab efusi pleura yaitu transudat dan eksudat,

1. Transudat

Pada cairan transudat, selain memiliki serum protein yang rendah (< 0,5) juga

memiliki LDH yang rendah (< 0,6). Penyebab utama terjadinya cairan transudat

11

Page 12: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

ini adalah sindrom nefrotik, sirosis hepatis, sindroma Meig’s, tumor

2. Eksudat

Pada cairan eksudat kadar protein lebih tinggi dari 0,5 gram/100 cc cairan

efusi dan kadar LDH lebih tinggi dari 0,6.

Terjadinya eksudat antara lain disebabkan oleh infeksi paru akibat seperti

pneumococcus, staphylococcus, haemophillus, tuberculosa dan kuman gram

negatif yaitu psudomonas aeroginosa, neoplasma, infark paru.

Efusi pleura merupakan penyebab yang paling sering dari kesulitan

bernafas yang dialami oleh anjing dan kucing. Kedua spesies tersebut

memungkinkan untuk mengalami berbagai jenis dari efusi pleura dengan beraneka

ragam jenis penyakit yang mungkin mendasarinya. Pada anjing dan kucing, efusi

pleura paling sering disebabkan karena tuberkulosis. Namun, penyakit lain yang

mungkin mendasari terjadinya efusi pleura antara lain chylothorax, Feline

Infectious Peritonitis ,pyothorax, pneumonia, empiema toraks, sirosis hepatis,

gagal jantung kongestif, dan lain-lain.

Berdasarkan gejala dan pemeriksaan berupa parameter kliniknya yang

sedikit lebih tinggi dan dari pemeriksaan fisik diketahui adanya subcutaneous

emphysema pada rongga thorax, muffled heart sounds, tidak adanya suara paru-

paru pada cranio ventral thorax setelah diauskultasi, serta low-pitched dull sounds

saat dilakukan perkusi, diduga anjing tersebut mengalami efusi pleural, sehingga

perlu dilakukan pemeriksaan radiografi. Namun, anjing tiba-tiba meninggal saat

akan dipersiapkan untuk pemeriksaan radiografi. Sehingga, autopsy dilakukan

segera untuk mencari tahu penyebab kematiannya.

Pada pemeriksaan complete blood picture (CBP), diperoleh hasil: 7.6×106

erythrocytes/mL, 12 g/dL hemoglobin, 42% packed cell volume, 7.4 x 103

leucocytes/mL dengan neutrophilia (82%), Lymphopenia (10%), dan monocytes

(3%) serta eosinophils (5%) pada tingkat yang normal.

Pada analisis biokimia diperoleh hasil: mild hypoglycemia(49 mg/dL),

hypoprotenemia (3.8g/dL) dengan hypoalbuminemia (1.8 g/dL), dan moderate

hyperkalemia (6.2 mEq/L).

12

Page 13: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Pada pemeriksaan autopsy ditemukan akumulasi cairan dalam jumlah yang

besar pada rongga thorax, yang berwarna merah muda-keputihan, keruh, dan tidak

berbau. Setelah disentrifugasi, pada sampel muncul lapisan tipis berwarna merah

pada sedimen dengan akumulasi cairan sangat keruh. Analisis dari cairan pleura

menunjukkan adanya leukocytes (3000/mL) dengan predominan dari neutrophils

(57%) dan lymphocytes (36%), dan 1.6 x 106 erythrocytes/mL. Pada pemeriksaan

ether clearance test, didapati sampel larut dalam ether. Tidak ada abnormalitas

pada jantung, trakea, dan bronchi, tetapi pada pemeriksaan lebih dalam di paru-

paru didapati adanya torsio pada left cranial lobe. Lobe yang terkena menjadi

atrophi dan cyanotic.

Berdasarkan dari seluruh pemeriksaan dan analisis yang dilakukan, baik

secara laboratorium maupun pada pemeriksaan autopsy, didiagnosa anjing

tersebut mengalami efusi pleura dengan chyle, serta chylothorax yang disertai

lung lobe torsion.

Treatment yang dilakukan dalam kasus efusi pleura, yang pertama kali

adalah mencari tahu penyebab dasar dari timbulnya efusi pleura tersebut.

Penanganan pada efusi pleura berbeda-beda tergantung jenis penyakit yang

mendasarinya. Dalam kasus chylothorax, treatment yang dilakukan dapat berupa

penanganan secara medis ataupun operasi, tergantung dari penyebab efusi. Terapi

medis yang dilakukan dapat berupa thoracocentesis yang bertujuan untuk

membuang akumulasi cairan dan mengurangi gangguan klinis dari susah bernafas.

Dietary management juga dapat dilakukan dengan member makanan rendah

lemak untuk mengurangi jumlah lipid yang diserap melalui intestine lymphatic.

Penanganan dengan operasi biasanya dilakukan ketika terapi medis yang

dilakukan tidak berhasil.

3.1.3 Ansasarca

Anasarca adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan

pembengkakan umum seluruh tubuh, biasanya karena retensi cairan abnormal

dalam jaringan. Anasarca biasa disebut sebagai oedema besar atau oedema umum

dan biasanya merupakan tanda klinis dari suatu penyakit atau infeksi dalam tubuh.

13

Page 14: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Penyebab dari oedema umum ini adalah meningkatnya tekanan hidrostatik

intravaskuler menimbulkan perembesan cairan plasma darah keluar dan masuk ke

dalam ruang interstisium. Kondisi peningkatan tekanan hidrostatik sering

ditemukan pada pembendungan pada vena (kongesti) dan edema merupakan

resiko paska kongesti. Edema dapat diklasifikasikan dalam empat kategori

patogenetik yaitu:

1. Inflamasi yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler

2. Peningkatan tekanan intravena

3. Obtruksi saluran limfatik

4. Hipoalbumin yang berkaitan dengan penurunan tekanan onkotik plasm

Gejala umum dari anasarka adalah pembengkakan diseluruh tubuh, cairan

menumpuk dibawah kulit atau daerah subkutan. Berdasarkan dari gejala tersebut

sebuah pemilihan metode diagnostik dapat digunakan dalam upaya untuk

membuat diagnosis anasarca. Berikut adalah beberapa jenis tes dan metode yang

digunakan:

1. Tes darah albumin - Rendahnya tingkat albumin dapat menyebabkan

pembengkakan. Tes ini dapat melihat apakah ada hipoalbuminemia, atau kadar

darah albumin cukup. Serum albumin adalah protein plasma yang paling umum

dalam tubuh manusia, dan digunakan dalam fungsi yang berbeda seperti menjaga

tekanan osmotik (diperlukan untuk distribusi cairan tubuh yang

tepat),dandenganyangdigunakansebagaipembawaplasma.

2. Ekokardiogram dan elektrokardiogram - Kedua tes jantung, ekokardiogram

adalah sonogram (USG-based), sementara elektrokardiogram menafsirkan

aktivitas listrik jantung selama periode waktu. Echocardiogram dapat dikenal

sebagai ECHO jantung atau USG jantung, sementara elektrokardiogram sering

pergi dengan bentuk disingkat dari ECG atau EKG.

3. Tes fungsi ginjal dan hati - Kedua tes fungsi organ masing-masing. Untuk

ginjal, laju filtrasi glomerulus (GFR) atau tingkat clearance kreatinin (CCR)

adalah dua tes yang mengukur aspek yang berbeda dari fungsi ginjal. Beberapa

umum tes fungsi hati, termasuk enzim-enzim hati, yang alanin transaminase

14

Page 15: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

(ALT), alkaline phosphatase (ALP), bilirubin langsung, dan bilirubin total(TBIL).

4. Urinalisis, disingkat sebagai UA sederhana, adalah istilah untuk

menggambarkan koleksi tes yang diberikan pada urin pasien. Beberapa urinalisis

dapat menggunakan dipstik, dan dalam kasus seperti hasil dipandang sebagai

warna pada perubahan tongkat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan urine

dapat mencakup orang-orang seperti contoh berikut: pH (keasaman), badan keton

(umumnya tidak ada, atau "negatif"), protein (juga), hipertiroidisme, dan penyakit

kuning,serta yang lain.

Pengobatan dapat dilakukan tergantung penyebab terjadinya anasarka. Bila

anasarka terjadi akibat suatu penyebab spesifik misalnya infeksi atau penyakit

maka dapat dilakukan tergantung penyakit atau infeksi tersebut. Tetapi apabila

tidak ada penyebab spesifik dapat dilakukan pemberian tonik umum. Dan jika

terjadi dalam daging, dapat diberikan pencahar diikuti setengah ons asetat kalium

dua kali sehari.

3.2 Gangguan Komposisi Cairan Tubuh pada Hewan Ternak

3.2.1 Hiponatremia

Hiponatremia merupakan keadaan dimana kadar natrium dalam darah

rendah atau dibawah kadar normal dengan konsentrasi natrium normal 136

mEq/L darah.

Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh

terlalu banyaknya air dalam tubuh. Jumlah cairan yang masuk melebihi

kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya.Asupan cairan dalam jumlah

yang lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia

pada ternak yang ginjalnya tidak berfungsi dengan baik.

Hiponatremia juga sering terjadi pada gagal jantung dan sirosis hati, dimana

volume darah meningkat.Pada keadaan tersebut, kenaikan volume darah

menyebabkan pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total dalam tubuh

biasanya meningkat juga.

Tanda klinis yang muncul biasanya ditentukan oleh kecepatan

menutunnyakadar natrium darah. Jika kadar natrium menurun secara perlahan,

15

Page 16: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

gejala cenderung tidak parah dan tidak muncul sampai kadar natrium benar-benar

rendah. Sebaliknya, jika kadar natrium menurun dengan cepat, gejala yang timbul

lebih parah dan meskipun penurunannya sedikit, tetapi gejala cenderung timbul.

Selain itu, otak sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi natrium darah.

Karena itu gejala awal dari hiponatremia adalah letargi (keadaan kesadaran yang

menurun seperti tidur lelap, dapat dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur

kembali). Sejalan dengan makin memburuknya hiponatremia, otot-otot menjadi

kaku dan bisa terjadi kejang. Pada kasus yang sangat berat, akan diikuti dengan

stupor (penurunan kesadaran sebagian) dan koma.

Diagnosis pada kasus ini, dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan

darah dan gejala-gejalanya.

Hiponatremia berat merupakan keadaan darurat yang memerlukan

pengobatan segera. Maka pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian

cairan intravena untuk meningkatkan konsentrasi natrium darah secara perlahan.

Akan tetapi, kenaikan konsentrasi yang terlalu cepat bisa mengakibatkan

kerusakan otak yang menetap. Karena itu, asupan cairan dapat dibatasi dan

penyebab hiponatremia diatasi.

3.2.2 Hipernatremia

Hipernatremia merupakan keadaan dimana kadar natrium dalam darah

tinggi atau diatas kadar normal dengan kadar natrium normal 145 mEq/L darah.

Pada hipernatremia, tubuh mengandung terlalu sedikit air dibandingkan dengan

jumlah natrium.Konsentrasi natrium darah biasanya meningkat secara tidak

normal jika kehilangan cairan melampaui kehilangan natrium, yang biasanya

terjadi jika minum terlalu sedikit air. Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara

tidak langsung menunjukkan bahwa penderita tidak merasakan haus.

Hipernatremia juga terjadi pada kondisi, abnormalitas fungsi ginjal, diare,

muntah, demam, keringat yang berlebihan. Hipernatremia dapat juga terjadi akibat

ginjal mengeluarkan terlalu banyak air, seperti yang terjadi pada penyakit diabetes

insipidus.Kelenjar hipofisa mengeluarkan terlalu sedikit hormon antidiuretik

(hormon antidiuretik menyebabkan ginjal menahan air) atau ginjal tidak

memberikan respon yang semestinya terhadap hormon. Hewan dengan penyakit

16

Page 17: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

diabetes insipidus jarang mengalami hiponatremia jika memiliki rasa haus yang

normal dan minum cukup air.

Penyebab utama dari hipernatremi:

1. Cedera kepala atau pembedahan saraf yang melibatkan kelenjar hipofisa

2. Gangguan dari elektrolit lainnya (hiperkalsemia dan hipokalemia)

3. Penggunaan obat (lithium, demeclocycline, diuretik)

4. Kehilangan cairan yang berlebihan (diare, muntah, demam, keringat berlebihan)

5. Penyakit sel sabit

6. Diabetes insipidus.

Tanda klinis hypernatremia biasanya terjadi akibat kerusakan otak

diantaranya: kebingungan, kejang otot, kejang seluruh tubuh, koma dan kematian.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan

gejala-gejalanya. Pemeriksaan darah atau air kemih tambahan dilakukan untuk

mengetahui penyebab tingginya konsentrasi natrium

Hipernatremia dapat diobati dengan pemberian cairan. Pada semua kasus

terutama kasus ringan, cairan diberikan secara intravena (melalui infus).Untuk

membantu mengetahui apakah pembelian cairan telah mencukupi, dilakukan

pemeriksaan darah setiap beberapa jam.Konsentrasi natrium darah diturunkan

secara perlahan, karena perbaikan yang terlalu cepat bisa menyebabkan kerusakan

otak yang menetap.

3.2.3 Hiperkalemia

Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan

dimana konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L darah. Biasanya konsentrasi

kalium yang tinggi adalah lebih berbahaya daripada konsentrasi kalium yang

rendah. Konsentrasi kalium darah yang lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi

sistem konduksi listrik jantung. Bila konsentrasi yang tinggi ini terus berlanjut,

irama jantung menjadi tidak normal dan jantung akan berhenti berdenyut.

17

Page 18: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium

dengan baik. Hiperkalemia sering terjadi karena penggunaan obat yang

menghambat atau mempengaruhi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti

triamterene, spironolactone dan ACE inhibitor. Hiperkalemia juga dapat

disebabkan oleh penyakit Addison, dimana kelenjar adrenal tidak dapat

menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh ginjal dalam

jumlah cukup. Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan

hiperkalemia berat. Karena itu hewan dengan fungsi ginjal yang buruk biasanya

harus menghindari makanan yang kaya akan kalium. Hiperkalemia dapat juga

terjadi akibat sejumlah besar kalium secara tiba-tiba dilepaskan dari

cadangannnya di dalam sel.

Hal lain yang dapat menyebabkan hiperkalemia adalah, kerusakan otot, terjadi

luka bakar hebat, overdosis kokain. Banyaknya kalium yang masuk ke dalam

aliran darah bisa melampaui kemampuan ginjal untuk membuang kalium dan

menyebabkan hiperkalemia yang bisa berakibat fatal.

Gejala yang sering terlihat pada kasus hiperkalemia adalah seperti irama

jantung yang tidak teratur, yang berupa palpitasi (jantung berdebar keras).

Hiperkalemia dapat didiagnosa dengan pemeriksaan darah rutin atau dengan

pemeriksaan EKG.

Pengobatan harus segera dilakukan jika kalium meningkat diatas 5 mEq/L

pada hewan dengan kondisi abnormalitas fungsi ginjal atau di atas 6 mEq/L pada

hewan dengan fungsi ginjal yang normal. Kalium bisa dibuang dari tubuh melalui

saluran pencernaan atau ginjal ataupun melalui dialisa. Kalium dapat dibuang

dengan merangsang terjadinya diare dan dengan menelan sediaan yang

mengandung resin pengisap kalium. Resin ini tidak diserap di saluran pencernaan,

sehingga kalium keluar dari tubuh melalui tinja. Bila ginjal berfungsi dengan baik,

diberikan obat diuretik untuk meningkatkan pengeluaran kalium. Jika diperlukan

pengobatan segera, dapat diberikan larutan intravena yang terdiri dari kalsium,

glukosa atau insulin. Kalsium membantu melindungi jantung dari efek kalium

konsentrasi tinggi, meskipun efek ini hanya berlangsung beberapa menit saja.

Pemberian Glukosa dan insulin juga dapat memindahkan kalium dari darah ke

18

Page 19: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

dalam sel, sehingga menurunkan konsentrasi kalium darah. Jika pengobatan ini

gagal atau jika terjadi gagal ginjal, mungkin perlu dilakukan dialisa.

3.2.4 Hipokalemia

Hypokalemia merupakan penurunan kadar kalium darah darah. Beberapa

penyebab dari terjadinya hipokalemia antara lain :

1. Meningkatnya ekskresi kalium yang terbawa pada urin maupun feses.

2. Penurunan asupan kalium oleh tubuh

3. Efek samping obat – obatan yang menyebabkan meningkatnya ekskresi urine

4. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat) -

aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu

dari sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat

menyebabkan kehilangan kalium.

5. Intestinal Obstruction

6. Peningkatan produksi sel-sel darah, peningkatan akut produksi sel-sel

hematopoietik dikaitkan dengan peningkatan ambilan kalium oleh sel-sel baru

ini dan mungkin menyebabkan hipokalemia. Hal ini paling sering terjadi pada

saat pemberian vitamin B12 atau asam folat untuk mengobati anemia

megaloblastik atau granulocyte-macrophage-colony stimulation factor (GM-

CSF) untuk mengobati netropenia.

Tanda klinis yang dapat kita amati adalah seperti kelemahan otot berat

atau paralisis, kelemahan otot biasanya tidak timbul pada kadar kalium di atas 2,5

mEq/L apabila hipokalemia terjadi perlahan. Namun, kelemahan yang signifikan

dapat terjadi dengan penurunan tiba-tiba, seperti pada paralisis hipokalemik

periodik, meskipun penyebab kelemahan pada keadaan ini mungkin lebih

kompleks. Pola kelemahan kurang lebih mirip dengan yang diamati pada

hiperkalemia, biasanya dimulai dengan ekstremitas bawa, meningkat sampai ke

batang tubuh dan ekstremitas atas serta dapat memburuk sampai pada titik

paralisis. Hipokalemia juga dapat menyebabkan hal berikut ini: kelemahan otot

pernapasan yang dapat begitu berat sampai menyebabkan kegagalan pernapasan

dan kematian. Keterlibatan otot-otot pencernaan, menyebabkan ileus dan gejala-

19

Page 20: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

gejala yang diakibatkannya seperti distensi, anoreksia, nausea dan vomitus. Kram,

parestesia, tetani, nyeri otot dan atrofi.

Aritmia kardiak dan kelainan EKG, beberapa tipe aritmia dapat dilihat

pada pasien dengan hipokalemia. kelainan ini termasuk denyut atrial dan ventrikel

prematur, bradikardia sinus, takikardia atrial atau junctional paroksismal, blok

atrioventrikular sampai kepada takikardi atau fibrilasi ventrikel. Hipokalemia

menghasilkan perubahan-perubahan karakteristik pada EKG. Biasanya dapat

ditemukan depresi segmen ST, penurunan amplitudo gelombang T dan

peningkatan amplitudo gelombang U yang timbul setelah akhir gelombang T.

Kelainan ginjal, hipokalemia dapat menginduksi beberapa kelainan ginjal

yang kebanyakan dapat dipulihkan dengan perbaikan kadar kalium. keadaan-

keadaan ini termasuk gangguan kemampuan konsentrasi urin (dapat timbul

sebagai nokturia, poliuria dan polidipsia), peningkatan produksi amonia renal oleh

karena asidosis intraselular, peningkatan reabsorpsi bikarbonat renal dan juga

nefropati hipokalemik. Hipokalemia dapat menyebabkan polidipsia yang

berkontribusi terhadap poliuria.

Pengobatan yang dapat dilakukan adalah biasanya dengan sediaan kalium,

kalium klorida baik oral maupun intravena secara umum lebih disukai

dibandingkan kalium sitrat atau bikarbonat, terutama pada pasien dengan alkalosis

metabolik oleh karena terapi diuretik, vomitus dan hiperaldosteronisme. Pada

keadaan lain, kalium sitrat atau bikarbonat seringkali disukai pada pasien dengan

hipokalemia dan asidosis metabolik. Keadaan di atas paling sering terjadi pada

asidosis tubular ginjal dan keadaan diare kronik.

Kalium klorida oral dapat diberikan dalam bentuk kristal, cairan atau

dalam bentuk tablet lepas lambat. Kristal pengganti garam mengandung antara 50-

65 mEq tiap sendok teh, secara umum sediaan ini aman, dapat ditoleransi dengan

baik dan lebih murah dibandingkan dengan sediaan lain sehingga dapat menjadi

pilihan apabila biaya menjadi salah satu faktor pertimbangan. Sebagai bandingan

cairan kalium klorida seringkali tidak enak dan tablet lepas lambat pada keadaan-

keadaan tertentu dapat menyebabkan lesi ulseratif atau stenotik pada saluran cerna

oleh karena akumulasi kalium konsentrasi tinggi.

20

Page 21: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Terapi intravena, kalium klodrida dapat diberikan secara intravena untuk

pasien yang tidak dapat makan atau sebagai tambahan terapi orap pada pasien

dengan hipokalemia simtomatik berat. Pada sebagian besar pasien, kalium

intravena diberikan sebagai tambahan cairan infus dengan konsentrasi 20-40 mEq

per liter cairan lewat vena perifer. Konsentrasi sampai 60 mEq/liter juga dapat

digunakan, namun biasanya konsentrasi setinggi ini akan menyakitkan bagi

pasien.

Cairan salin lebih direkomendasikan daripada dekstrosa, oleh karena pemberian

dekstrosa akan menyebabkan penurunan kadar kalium transien sebesar 0,2-1,4

mEq/L. Efek ini dapat menginduksi aritmia pada pasien-pasien dengan risiko

seperti pemakaian digitalis dan diperantarai oleh pelepasan insulin akibat

dekstrosa, yang akan mendorong kalium ke dalam sel dengan meningkatkan

aktivitas pompa Na-K-ATPase selular. Pada pasien yang tidak dapat menoleransi

jumlah cairan besar, larutan dengan konsentrasi lebih tinggi (200-400 mEq/L)

dapat diberikan lewat vena-vena besar apabila pasien tersebut mengalami

hipokalemia berat.

3.2.5 Hipercloraemia

Hipercloraemia disebut juga dengan Pseudohyperchloremia merupakan

kondisi defisiensi atau kelebihan kadar anion klorida serum. Klorida merupakan

anion eksktraselular utama yang mencakup dua-pertiga dari semua semua anion

serum. Klorida disekresi oleh mukosa lambung sebagai asam hidroklorik dan

menyediakan medium asam yang kondusif untuk pencernaan dan pengaktifan

enzim. Klorida juga berpartisipasi dalam mempertahankan asam basa dan

menyeimbangkan air dalam tubuh, mempengaruhi osmolalitas atau tonisitas

cairan ekstraselular berperan dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida

dalam sel darah merah dan membantu mengaktifkan amilase saliva (yang pada

saatnya mengaktifkan proses pencernaan).

Kejadian hyperchloremia sering bersifat asymtomatis. Namun,

hyperchloremia kadang-kadang dikaitkan dengan kehilangan cairan yang

berlebihan seperti muntah dan diare. Jika hewan yang mengalami diabetes,

21

Page 22: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

hyperchloremia dapat menyebabkan kontrol yang buruk terhadap konsentrasi gula

darah, yang dapat menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat.

3.2.6 Hipocloraemia

Hipokloraemia ( Hypochloraemia ) adalah gangguan elektrolit dimana ada

tingkat abnormal rendah dari ion klorida dalam darah. Kisaran normal untuk

klorida adalah 97-107 mEq/L. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh

kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare,

dieresis, serta pengisapan nasogastrik.

Hipocloraemia jarang terjadi tanpa adanya kelainan lain hal,sehingga

kejadian ini dapat dikaitan dengan Hipoventilasi dan asidosis pernapasan kronis.

Hal ini biasanya merupakan hasil dari Hiponatremia atau konsentrasi bikarbonat

meningkat. Gangguan ini terjadi pada kasus cystic vibrosis.

Tanda klinis yang sering tampak adalah mual, alkalosis metabolic,muntah,

pusing, kejang otot, konstipasi, kelemahan otot, diare, masalah pernafasan.

3.2.7 Bikarbonat Meningkat dan Menurun

Bikarbonat adalah ion yang bertindak sebagai buffer untuk

mempertahankan tingkat normal keasaman (pH) dalam darah dan cairan lain

dalam tubuh. Tingkat bikarbonat diukur untuk memantau keasaman darah dan

cairan tubuh. Bikarbonat yang terdapat di dalam darah sebagai hasil metabolisme

juga dapat dipergunakan untuk menetralisir keasaman darah. Peningkatan

bikarbonat bisa terjadi karna adanya gangguan dalam pH darah. Sedangkan,

penurunan bikarbonat dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu asidosis

metabolik yang terjadi saat asam metabolik yang diproduksi secara normal tidak

dikeluarakan pada kecepatan yang normal atau basa bikarbonat yang hilang dari

tubuh.

Penyebab paling umum dari penurunan bikarbonan adalah karena

terjadinya ketoasidosis karena DM atau kelaparan, akumulasi peningkatan asam

laktat akibat aktivitas otot rangka yang berlebihan seperti konvolusi,atau penyakit

ginjal. Selain itu, penyebab lain dari menurunnya bikarbonat juga adalah akibat

pengaruh faktor kompensator.

22

Page 23: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Gejala klinis yang dapat ditimbulkan dari bikarbonat menurun yaitu nyeri

dada, sakit kepala, jantung berdebar, nyeri otot dan tulang, kelemahan otot, sakit

perut. Pada kondisi ekstrim dapat menyebabkan komplikasi parah seperti pingsan,

koma dan kejang-kejang. Diagnosa yang dapat dilakukan adalah dengan analisa

darah dan EKG.

Beberapa pencegahan atau pengobatan yang dapat dilakukan :

- Jika pH darah turun hingga dibawah 7,1 pemberian bikarbonat secara

intravena mungkin diperlukan untuk menetralisir asam

- Pada kasus yang berat dialisis diperlukan untuk mengobati asidosis

metabolik

- Ventilasi mekanik juga bisa digunakan untuk meringankan masalah

pernapasan

- Memantau dan mengendalikan faktor yang menyebabkan asidosis

metabolik adalah cara terbaik mencegah memburuknya kondisi yang dapat

mengakibatkan bikarbonat menurun

- Seperti misalnya, mengendalikan penyebab seperti diabetes dapat

membantu mengontrol asidosis metabolik pada pasien diabetes.

- Asidosis metabolik sering merupakan gejala dari beberapa penyakit serius

seperti gagal ginjal, gagal jantung, dan diabetes.

3.2.8 Hipocalsemia

Pada dasarnya penyebab hipocalcemia adalah kehilangan Ca. Konsentrasi

kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. Sebagian besar

kalsium dalam darah dibawa oleh protein albumin, karena itu jika terlalu sedikit

albumin dalam darah akan menyebabkan rendahnya konsentrasi kalsium dalam

darah Hipokalsemia paling sering terjadi pada penyakit yang menyebabkan

hilangnya kalsium dalam jangka lama melalui air kemih atau kegagalan untuk

memindahkan kalsium dari tulang . Selain itu penyebab dasar lainnya adalah

insufisien parathyroid. Kadar hormon paratiroid rendah, biasanya terjadi setelah

kerusakan kelenjar paratiroid atau karena kelenjar paratiroid secara tidak sengaja

terangkat pada pembedahan untuk mengangkat tiroid. Absorbsi Ca oleh usus yang

rendah juga menjadi penyebab dasar terjadinya penyakit ini. Hipokalsemia juga

23

Page 24: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

bisa terjadi akibat hipofosfatemia (kadar fosfat yang rendah dalam darah.

Hipokalsemia juga dapat disebabkan karena defisiensi vitamin D. Kekurangan

vitamin D biasanya disebabkan oleh asupan yg kurang, kurang terpapar sinar

matahari (pengaktivan vitamin D terjadi jika kulit terpapar sinar matahari),

penyakit hati, penyakit saluran pencernaan yg menghalangi penyerapan vitamin

D, pemakaian barbiturat dan fenitoin, yang mengurangi efektivitas vitamin D.

Tanda klinisnya terbagi menjadi dua yaitu hypocalcemia subklinis dan

hypocalcemia klinis. Pada keadaan subklinis biasanya tidak ada tanda-tanda yang

khas. Hanya meliputi turunnya nafsu makan yang disebabkan turunnya aktivitas /

kontraksi usus, produksi susu rendah serta performa reproduksi yang suboptimal.

Sedangkan gambaran klinis hypocalcemia yang dapat diamati tergantung pada

tingkat dan kecepatan penurunan kadar kalsium di dalam darah.

Pengobatan hipokalsemia dapat dilakukan dengan pemberian garam

kalsium seperti :

- kalsium chloride – mengiritasi dan dapat menimbulkan toksisitas pada cardiac.- kalsium gluconate – tidak begitu stabil pada larutan- kalsium borogluconate – lebih stabil dan level toksisitas di cardiac rendah.

Jumlah yang dianjurkan untuk terapi hipokalsemia dengan kalsium borogluconate adalah :

ProdukJumlah (ml)

Kalsium yang terkandung (g)

Dosis yang dianjurkan untuk sapi 600 kg (ml)

CBG20%CBG30%CBG40%maxacal

400400400100

69124,17

600-800400400200

Untuk menggunakan treatment intravena tidak dapat menggunakan dosis

yang besar, hal ini sangat penting untuk mengembalikan kadar kalsium dalam

darah menjadi normal dengan cepat dan sangat tepat untuk menurunkan cow

syndrome. Hal yang perlu diingat adalah pemberian Ca yang diberikan secara IV

harus perlahan - lahan, karena apabila terlalu cepat maka dapat menimbulkan

aritmia jantung (tidak teratur).

24

Page 25: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

3.2.9 Hipercalsemia

Hiperkalsemia terjadi ketika konsentrasi kalsium dalam darah lebih tinggi

dari kemampuan ginjal dalam mengekskresikannya. Konsentrasi kalsium yang

tinggi tersebut bisa berasal dari tulang ataupun berasal dari intestine. Sehingga,

kejadian hiperkalsiuria biasanya merupakan kondisi lanjutan dair hiperkalsemia,

kecuali pada kondisi FHH yang mana ekskresi kalsium melalui urin terganggu.

Hiperkalsemia dapat disebabkan oleh meningkatnya penyerapan pada

saluran pencernaan maupun karena meningkatnya asupan kalsium. Overdosis

vitamin D juga dapat mempengaruhi konsentrasi kalsium dalam darah yaitu

dengan meningkatnya penyerapan pada saluran pencernaan. Selain itu, penyebab

yang juga paling sering dari Hiperkalsemia adalah hiperparatiroidisme.

Gejala paling awal dari hiperkalsemia biasanya adalah konstipasi

(sembelit), kehilangan nafsu makan, mual-muntah dan nyeri perut. Hiperkalsemia

yang sangat berat sering menyebabkan gejala kelainan fungsi otak seperti

kebingungan, gangguan emosi, delirium (penurunan kesadaran), halusinasi,

kelemahan dan koma serta dapat diikuti dengan irama jantung yang abnormal dan

kematian.Pada hiperkalsemia menahun bisa terbentuk batu ginjal yang

mengandung kalsium.Bila terjadi hiperkalsemia berat dan menahun, kristal

kalsium akan terbentuk di dalam ginjal dan menyebabkan kerusakan yang

menetap.

Diagnosa hiperkalsemia dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin. Selain

itu untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan

rontgen.

Pengobatan dapat dilakukan tergantung pada tingginya kadar kalsium

darah dan penyebabnya. Jika konsentrasi kalsium tidak lebih dari 11,5 mgr/dL

darah, pengobatannya cukup dengan menghilangkan penyebabnya. Bila

konsentrasi kalsium sangat tinggi (lebih dari 15 mgr/dL darah) atau bila timbul

gejala kelainan fungsi otak, diberikan cairan intravena asalkan ginjalnya berfungsi

dengan baik.Obat-obat diuretik seperti furosemid, meningkatkan pembuangan

kalsium melalui ginjal dan merupakan terapi yang utama. Hiperparatiroidisme

biasanya diatasi dengan pembedahan untuk mengangkat satu atau lebih kelenjar

paratiroid.

25

Page 26: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

Beberapa obat lainnya dapat digunakan untuk mengobati hiperkalsem ibila

metode lain gagal dilakukan:plicamycin, galium nitrate, calsitonin,

biphosphonates,corticosteroid. Obat-obat tersebut bekerja dengan memperlambat

pemindahan kalsium dari tulang.

3.2.10 Hiperphosfatemia

Hiperphosfatemia (kadar fosfat yang tinggi dalam darah) adalah suatu

keadaan dimana konsentrasi fosfat dalam darah lebih dari 4,5 mgr/dL darah.

Ginjal yang normal sangat efisien dalam membuang kelebihan phosfat

sehingga hiperphosfatemia jarang terjadi, kecuali pada penderita kelainan fungsi

ginjal yang sangat berat. Pada penderita gagal ginjal, hiperphostatemia merupakan

suatu masalah karena dialisa sangat tidak efektif dalam membuang kelebihan

fosfat.

Pada hewan yang menjalani dialisa, konsentrasi phosfat darahnya

meningkat, maka konsentrasi kalsium darah akan menurun. Hal ini merangsang

kelenjar paratiroid untuk mengeluarkan hormon paratiroid, yang akan

meningkatkan konsentrasi kalsium darah dengan cara mengambil kalsium dari

tulang. Jika keadaan ini terus berlanjut, bisa terjadi kelemahan tulang yang

progresif, mengakibatkan nyeri dan patah tulang karena cedera yang ringan.

Kalsium dan fosfat dapat membentuk kristal pada dinding pembuluh darah dan

jantung, menyebabkan arteriosklerosis yang berat dan memicu terjadinya stroke,

serangan jantung dan sirkulasi darah yang buruk. Kristal tersebut juga dapat

terbentuk di kulit dan menyebabkan rasa gatal yang hebat. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.

Hiperphosfatemia pada hewan dengan kerusakan ginjal diatasi dengan

mengurangi asupan phosfat dan mengurangi penyerapan phosfat dari saluran

pencernaan. Makanan yang kaya akan phosfat harus dihindari dan antasid yang

mengandung kalsium harus diminum bersamaan dengan makanan sehingga

kalsium dapat berikatan dengan phosfat dalam usus dan tidak diserap.

Perangsangan yang terus menerus pada kelenjar paratiroid dapat

menyebabkan hiperparatiroidisme dan biasanya kelenjar paratiroid harus diangkat

melalui pembedahan.

26

Page 27: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

3.2.11 Hipophosfatemia

Hiphofosfatemia didefinisikan sebagai konsentrasi fosfor dibawah

normal ( kurang dari 2,5 mgr/dL darah). Hiphofosfatemia dapat terjadi selama

pemberian kalori pada pasien dengan malnutrisi kalori-protein yang parah. Hal ini

paling mungkin untuk terjadi dengan masukan atau pemberian sangat banyak

karbohidrat sederhana. Hiphofosfatemia jelas dapat terjadi pada pasien malnutrisi

yang mendapat nutrisi parenteral total (NPT) jika kehilangan phosfor tidak

diperbaiki secara cepat. 

Hiphosfosfatemia menahun terjadi pada:

- Hiperparatiroidisme

- Hipotiroidisme (suatu kelenjar tiroid yang kurang aktif)

- Fungsi ginjal yang buruk

- Penggunaan diuretik dalam waktu lama.

- Dosis racun dari teofilin bisa mengurangi jumlah phosfat dalam tubuh.

- Mengkonsumsi sejumlah besar antacid alumunium hidroksida dalam

waktu yang lama, juga bisa mengurangi phosfat dalam tubuh, terutama

pada penderita yang mengalami dialisa ginjal.

- Cadangan fosfat juga akan berkurang pada malnutrisi berat, ketoasidosis

diabetikum, keracunan alkohol yang berat, luka bakar hebat, magnesium

rendah, kalium rendah.

- Respirasi alkalosis dapat menyebabkan penurunan fosfor karena

perpindahan fosfor interselular.

Gejala akan muncul hanya jika konsentrasi phosfat darah sangat

rendah. Pada awalnya penderita akan mengalami kelemahan otot. Selanjutnya

tulang menjadi rapuh, mengakibatkan nyeri tulang dan fraktur (patah tulang).

Pada konsentrasi yang amat sangat rendah (kurang dari 1.5 mgr/dL darah) dapat

berakibat serius menyebabkan kelemahan otot yang semakin

memburuk, stupor (penurunan kesadaran), koma dan kematian. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.

27

Page 28: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

3.2.12 Defisien Fe

Defisiensi besi diasosiasi dengan penurunan konsentrasi selenium sama

dengan sintesis dan aktivitas glutation peroksida. Defisiensi besi menyebabkan

enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis GABA yaitu Glutamic acid

decarboxylase (GAD)berkurang secara signifikan.

Defisiensi fe disebabkan karena asupan zat besi yang kurang , rendahnya

absorbs (penyerapan) zat besi oleh tubuh, kehilangan darah dan meningkatnya

kebutuhan tubuh. Gejala yang sering muncul adalah lemah, letih, dan penurunan

kekebalan tubuh. diagnosi defisiensi fe dapat anamnesis dan pemerikasaan fisik

dengan tanda-tanda klinis yang muncul.

Pengendalian dan pengobatan dengan melakukan diet zat besi yang

diawasi dengan ketat. Konsumsi makanan kaya zat besi harus ditingkatkan,

sementara makanan dan minuman seperti teh dan kopi harus dihindari karena

dapat mengganggu penyerapan zat besi. Status zat besi harus diperiksa secara

rutin.

28

Page 29: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Cairan tubuh adalah air beserta unsur-unsur didalamnya diperlukan untuk

kesehatan sel. Cairan ini sebagian berada di luar sel (ekstraselular) dan yang

sebagian lagi berada di dalam sel (intraselular). Cairan sangat penting untuk

semua proses kehidupan,diantaranya untuk kelangsungan proses mtabolisme,dan

media transportasi ion, gizi, dan sisa metabolism, juga untuk sekresi enzim dan

hormone dalam mempertahankan suhu tubuh, volume dan tekanan darah. Hal

penting yang berkaitan dengan cairan tubuh adalah tentang bagaimana penyaluran

cairan ke seluruh dan dan apa saja komposisi dari cairan itu sendiri.

Adanya gangguan terhadap distribusi maupun komposisi cairan tubuh

maka akan berdampak pada kondisi tubuh dari hewan ternak. Beberapa gangguan

distribusi cairan yang sering terjadi pada hewan ternak adalah seperti ascites,

cairan pleura atau efusi pleura,maupun anasarca. Sedangkan beberapa kasus

gangguan komposisi cairan tubuh yang juga sering terjadi hewan ternak adalah

hiponatremia, hipernatremia, hiperkalemia, hipokalemia, hipercloraemia,

hipocloraemia, bilarbonat meningkat maupun menurun, hipercalsemia,

hipocalsemia,hiperphosfatemia, hipophosfatemia dan defisien Fe.

29

Page 30: Isi Patoklin Gabungan_kelompok 2,Bertanda

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan Iyan, 2009. Hipokalemia. Jakarta : Medical Department PT. Otsuka

Indonesia.

Dr Sumantri Stevent. 2009. Pendekatan Diagnostik Hipokalemia. Jakarta :

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia.

Ettinger, Feldman. 2005.Textbook of Veterinary Internal Medicine. Diseases of

the dog and cat. 6th ed. Elsevier Inc. pp.204-207.

Kumar Karlapudi Statish dan Devarakonda Srikala. 2104. Ascites with right heart

failure in a dog: diagnosis and management : Vol 1. Journal of Advenced

Veterinary and Animal Researsh.

Leah Cohn. 2006. Pleural Effusion In The Dog and Cat. International Congress of

the Italian Association of Companion Animal Veterinarians. University of

Missouri. College of Veterinary Medicine, Columbia.

Lorenz, M. D. dan L. M. Cornelius. 2006. Small Animal Medical Diagnosis. 2nd

Ed. Iowa, USA: Blackwell Publishing.

Nugroho.Dimas Tri. 2010. Ascites pada Anjing. [Online]. Tesrsedia :

https://pustakavet.wordpress.com/2010/12/10/ascites-pada-anjing/. html (27

November 2015)

Satjutsi, Dondin. 2015. Cairan tubuh,Keseimbangan Cairan tubuh, Elektrolit,

Asam Basa, Terapi Cairan. Jawa Barat.

Suparsa Adhy. 2012. Amami Klorida. Makassar : Universitas Indonesia Timur.

Tilley  LP. dan Smith FWK. 1997. The 5 Minute Veterinary Consult : Canine and

Feline. Williams and Wilkins. USA.(diakses 27 November 2015)

30