2. Isi Laporan

40
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan semua makhluk hidup lainnya membutuhkan air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli kesehatan manusiawajib minum air putih 8 gelas per hari. Tumbuhan dan binatang juga mutlak membutuhkan air. Tanpa air keduanya akan mati. Sehinggadapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan. Dengan kata lain air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup. Air juga merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Sumber daya air bersifat terbarukan dan dinamis (Kodoatie & Roestam, 2010). Menurut perhitungan World Health Organization (WHO, 2008) khususnya di negara maju tiap orang memerlukan

description

KESLING

Transcript of 2. Isi Laporan

Page 1: 2. Isi Laporan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dan semua makhluk hidup lainnya membutuhkan air. Air

merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter

dan ahli kesehatan manusiawajib minum air putih 8 gelas per hari. Tumbuhan

dan binatang juga mutlak membutuhkan air. Tanpa air keduanya akan mati.

Sehinggadapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan. Dengan

kata lain air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Air juga merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai

karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Sumber daya air

bersifat terbarukan dan dinamis (Kodoatie & Roestam, 2010).

Menurut perhitungan World Health Organization (WHO, 2008) khususnya

di negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari.

Sedangkan di negara berkembang termasuk Indonesia, tiap orang memerlukan

air antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang

sangat penting adalah kebutuhan untuk minum air harus mempunyai persyaratan

khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.

Manusia dapat bertahan hidup berminggu–minggu lamanya tanpa makanan,

tetapi tanpa air minum hanya bertahan 3 sampai 4 hari saja. Setiap saat ada air

yang keluar dari tubuh dengan cara penguapan pada permukaan tubuh, pada

Page 2: 2. Isi Laporan

2

waktu transpirasi atau berpeluh, pada pernapasan, dan pada waktu buang air.

Yang mengup melalui pori kulit sekitar 500 cc selama satu hari, yang keluar

kelenjar-kelenjar peluh kira-kira 1.000 cc selama satu hari, dan ini sangat

bergantung pada temperatur setempat dan kondisi tubuh, yang dikeluarkan

sebagai uap pada pernapasan lebih kurang 300 cc dan juga ada yang dikeluarkan

oleh tubuh pada waktu buang air untuk keperluan pembersihan tubuh dari bahan-

bahan pencemar yang masuk ke dalam tubuh atau yang dipisahkan di dalam

tubuh (Daud & Arif, 2014).

Berdasarkan Riskesdas (2013), proporsi RT yang memiliki akses terhadap

sumber air minum improved di Indonesia adalah sebesar 66,8 persen (perkotaan:

64,3%; perdesaan: 69,4%). Lima provinsi dengan proporsi tertinggi untuk RT

yang memiliki akses terhadap air minum improved adalah Bali (82,0%), DI

Yogyakarta (81,7%), Jawa Timur (77,9%), Jawa Tengah (77,8%), dan Maluku

Utara (75,3%); sedangkan lima provinsi terendah adalah Kepulauan Riau

(24,0%), Kalimantan Timur (35,2%), Bangka Belitung (44,3), Riau (45,5%), dan

Papua (45,7%). Secara kualitas fisik, masih terdapat RT dengan kualitas air

minum keruh (3,3%), berwarna (1,6%), berasa (2,6%), berbusa (0,5%), dan

berbau (1,4%). Berdasarkan provinsi, proporsi RT tertinggi dengan air minum

keruh adalah di Papua (15,7%), berwarna juga di Papua (6,6%), berasa adalah di

Kalimantan Selatan (9,1%), berbusa dan berbau adalah di Aceh (1,2%, dan

3,8%).

Page 3: 2. Isi Laporan

3

Air Minum Isi Ulang (AMIU) merupakan suatu jawaban akan kebutuhan

masyarakat. Air minum yang biasa diperoleh dari depot, harganya jauh lebih

murah, bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek.

Tidak mengherankan bila banyak masyarakat konsumen beralih pada layanan

AMIU, menyebabkan depot air minum di berbagai kota di Indonesia (Bambang,

dkk, 2014).

Konsumsi AMIU saat ini lebih banyak dibandingkan dengan air minum

dalam kemasan, dikarenakan harga AMIU relatif lebih murah bila dibandingkan

dengan air minum kemasan, yaitu sepertiga hingga seperempat dari harga air

kemasan. Harga AMIU lebih murah, karena untuk membuka DAMIU tidak

diperlukan biaya pengemasan dan pengiriman, selain itu tidak dibutuhkan modal

yang besar untuk membuka usaha ini. Namun kualitas AMIU masih diragukan

karena diduga dapat terkontaminasi mikroba pathogen jika penanganan dan

pengolahannya kurang baik (Natalia, dkk, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Simbolon, dkk (2012)

terdapat kandungan Escherchia coli sebelum dimasukan ke dalam botol (galon)

pada salah satu depot air minum dan sesudah dimasukan ke dalam botol (galon)

pada dua depot air minum di Kota Tanjungpinang Barat. Sedangkan penelitian

lain yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) menemukan bahwa dari 9 Depot Air

Minum Isi Ulang (DAMIU) di wilayah Kecamatan Gondokusuman Yogayakarta

yang digunakan sebagai obyek penelitian ternyata 44,4% (4 depot) masih

Page 4: 2. Isi Laporan

4

mengandung bakteri Coliform, sedang yang mengandung E.coli hanya 11,1 % (1

depot).

Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologis pada air galon di

Ruang Bagian Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin untuk mengetahui

apakah air minum isi ulang yang biasanya dikonsumsi dosen dan mahasiswa ini

telah memenuhi standar kesehatan yaitu terbebas dari mikrobiologis atau tidak.

B. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui keberadaan bakteri Coliform pada air galon di Ruang

Bagian Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin.

2. Untuk menghitung jumlah bakteri Coliform pada air galon di Ruang Bagian

Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin.

C. Prinsip Percobaan

1. Alat harus disterillkan terlebih dulu untuk menghindari kontaminasi.

2. Pratikan dilarang untuk berbicara atau meminimalisisr berbicara selama

proses pemeriksaan.

3. Lingkungan tempat kerja disterillkan dengan menggunakan alkohol.

4. Alat yang digunakan harus dekat dengan bunsen.

5. Hindari sumber-sumber yang berpotensi menyebabkan kontaminasi sampel

dengan lingkungan.

6. Jika dalam waktu 2x24 jam terdapat gelembung gas dalam tabung, tes

dinyatakan positif. Sebaliknya, apabila tidak ditemukan gelembung gas pada

tabung maka tes dinyatakan negatif.

Page 5: 2. Isi Laporan

5

7. Apabila rentang waktu lebih dari 2x24 jam, sampel tidak dapat diperiksa.

Page 6: 2. Isi Laporan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Air

Air merupakan materi penting dalam kehidupan. Semua makhluk hidup

membutuhkan air. Bagi manusia, kebutuhan akan air adalah mutlak karena

sebenarnya 70% zat pembentuk tubuh manusia terdiri dari air. Kebutuhan air

untuk keperluan sehari-hari, berbeda untuk setiap tempat dan setiap tingkatan

kehidupan. Biasanya semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula

jumlah kebutuhan air (Apriliana, dkk, 2011).

Air tawar di alam ini meliputi jumlah kurang lebih 0,6% dari total volume air

yang mengisi seluruh planet bumi, yang secara umum dapat dibagi dalam 2

kategori besar, yaitu (Daud, 2002) :

1. Air permukaan yang meliputi badan-badan air yang mengalir seperti sungai,

kanal, danau, dan telaga.

2. Air tanah baik dalam bentuk air tanah dangkal maupun air tanah dalam.

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas (PP. No. 82 Tahun

2001) :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

Page 7: 2. Isi Laporan

7

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman

tersebut, antara lain (Chandra, 2006) :

1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.

3. Tidak berasa dan tidak berbau.

4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.

Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO dan Departemen

Kesehatan RI.

Page 8: 2. Isi Laporan

8

B. Tinjauan Umum Tentang Air Minum Isi Ulang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/MENKES/SK/VII tahun 2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum, yang dimaksud air minum adalah air yang melalui proses

pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan

dapat langsung diminum. Persyaratan kesehatan air minum meliputi persyaratan

bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Sehingga kualitas air minum

seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Selain itu juga

tidak mengandung kuman patogen dan segala mahkluk yang membahayakan

kesehatan manusia (tingkat kontaminasi 0 koloni/100 ml), tidak mengandung zat

kimia yang dapat mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan

tidak merugikan secara ekonomis.

Dengan standar yang berlaku, perlu dilakukan pengawasan. Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, pengawasan

kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara

berkala minimal setiap tiga bulan, meliputi kegiatan:

1. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada: sumber air

baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air minum

dalam kemasan

2. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di

laboratorium

Page 9: 2. Isi Laporan

9

3. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan di lapangan,

menjadisuatu rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil

kegiatan 1 dan 2 yang ditujukan untuk pengelola penyediaan air minum

4. Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola

penyedia air minum.

5. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Jadi, pengelola penyediaan air minum harus menjamin air minum yang

diproduksinya memenuhi syarat kesehatan dengan melaksanakan pemeriksaan

secara berkala yaitu pemeriksaan kualitas air yang diproduksi mulai dari

pemeriksaan pada instalasi pengolahan air, jaringan pipa distribusi, pipa

sambungan ke konsumen, proses isi ulang dan kemasan, serta melakukan

pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari segala bentuk

pencemaran.

Sekitar tahun 1999, mulai muncul usaha Depot Air Minum (DAM). DAM

adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air

minum dan menjual langsung kepada pembeli. Pengujian mutu produk wajib

dilakukan oleh DAM di Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Air yang ditunjuk

oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi sekurang-kurangnya 6

(enam) bulan sekali. Pengujian tersebut bertujuan menjamin mutu produk air

minum yang dihasilkan, mendukung terciptanya persaingan usaha yang sehat,

dan sebagai upaya perlindungan kepada konsumen (Wandrivel, 2012).

Page 10: 2. Isi Laporan

10

Dalam lampiran Kepmenkes No. 907 tahun 2002 ditetapkan bahwa

pemeriksaan kualitas bakteriologi air minum dalam kemasan dan air minum isi

ulang disebutkan bahwa pemeriksaan bakteriologis air baku untuk air minum

harus dilakukan setiap 3 bulan sekali sedangkan untuk air minum yang siap

dimasukkan ke dalam kemasan minimal 1 kali setiap bulan.

C. Tinjauan Umum Tentang Bakteri Coliform

Terdapat sedikitnya 37 jenis penyakit yang ditularkan melalui air, salah

satunya adalah diare. Penyebab utama 37 jenis penyakit adalah buangan air

limbah domestik. Buangan cair rumah tangga banyak mengandung bahan-bahan

organik yang mudah terurai, sehingga limbah rumah tangga ini berpotensi tinggi

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat (Khotimah, 2013).

Salah satu indikator pencemaran mikroba adalah keberadaan bakteri

Coliform. Bakteri Coliform ada yang bersifat patogen yaitu bakteri yang dapat

menimbulkan penyakit. Bakteri Coliform masuk dalam famili

Enterobacteriaceae yang mempunyai 14 genus (Waluyo, 2007 dalam Tururaja &

Rina, 2010). Bakteri Coliform yang ada dalam air dibedakan ke dalam 2

kelompok yaitu kelompok fecal (E.coli) dan non-fecal (Enterobacter aerogenus).

Bakteri Coliform merupakan indikator kontaminasi lingkungan atau sanitasi

yang kurang baik sedangkan E.coli sebagai indikator kontaminasi tinja dari

manusia dan hewan berdarah panas.

Bakteri Coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam

saluran pencernaan manusia. Bakteri Coliform merupakan bakteri indikator

Page 11: 2. Isi Laporan

11

keberadaan bakteri patogenik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang

lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal

untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.

Bakteri Coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker.

Selain itu bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun

seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya

berlebih di dalam tubuh.

Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya

berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi

patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga

memiliki daya tahan yang lebih tinggi dari pada patogen serta lebih mudah

diisolasi dan ditumbuhkan. Bakteri Coliform fecal adalah bakteri indikator

adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan Coliform fecal menjadi indikator

pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan

keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah,

cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri

Coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, Coliform

adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan Coliform artinya kualitas

air semakin baik (Randa, 2012).

Chandra (2006) mengemukakan bahwa pemeriksaan bakteriologis merupakan

pemeriksaan yang paling baik dan sensitive untuk mendeteksi kontaminasi air

Page 12: 2. Isi Laporan

12

oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering di periksa sebagai indikator

pencemaran oleh feses, antara lain:

1. Organisme Coliform

Organisme Coliform merupakan organism non-spora yang motil dan non-

motil, berbentuk batang, dan mampu memfermentasi laktosa untuk

menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37oC da dalam waktu 48 jam.

Contoh tipikal Coliform tinja adalah E.coli dan Coliform non-fecal adalah

Klebsiella aerogeus. Keberadaan E.coli dalam sumber air merupakan

indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan

mengapa organisme Coliform dipilih sebagai indikator terjadinya

kontaminasi tinja di bandingkan kuman patogen lain yang terdapat di saluran

pencernaan manusia, antara lain:

a. Jumlah organisme Coliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar

200-400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya.

Karena jarang sekali di temukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam

air member bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.

b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walaupun

hany terdapat 1 kuman dalam 100 cc air) dibandingkan tipe kuman

patogen lainnya.

Page 13: 2. Isi Laporan

13

c. Organisme ini lebih tahan hidup di bandingkan dengan kuman usus

patogen lainnya.

d. Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah.

Bila Coliform organisme ini die temukan dalam sampel air maka dapat di

ambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga

ditemukan dalam sempel air tersebut di atas walupun dalam jumlah yang

kecil.

2. Streptococcus fecal

Organism ini biasaya ditemukan dalam tinja bersama dengan E.coli. pada

kasus-kasus yang tidak jelas Streptococcus fecal ini digunakan sebagai

indikator untuk uji pembuktian (compirmatory test) adanya konfirmasi tinja

manusia.

3. Clostridium perfringens dan Clostridium welchii

Organisme ini dapat di temukan dalam tinja manusia dalam jumlah kecil.

Sporanya dapat bertahan lama dalam air dan biasanya resiten terhadap dosis

klorinasi normal. Keberadaan Cl. perfringens bersama E.coli dalam air

menunjukan terjadinya kontaminasi baru, sebaliknya jika yang di temukan

hanya Cl. perfringens, kontaminasi terjadi setelah waktu berselang.

D. Tinjauan Umum Tentang Medium Pertumbuhan

Page 14: 2. Isi Laporan

14

Medium pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari

campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi dalam medium untuk

menyusun komponen sel dirinya. Medium pertumbuhan dapat digunakan untuk

hal-hal berikut (Bapelkes, 2012) :

1. Isolat mikroorganisme menjadi kultur murni

2. Memanipulasi komposisi media pertumbuhannya

3. Menumbuhkan mikroorganisne

4. Memperbanyak jumlah

5. Menguji sifat-sifat fisiologisnya

6. Menghitung jumlah mikroba

Dalam pembuatan medium pertumbuhan perlu dilakukan sterilisasi dan

menerapkan aseptis untuk menghindari kontaminasi pada medium. Dua jenis

medium dapat dibedakan berdasarkan komponen dasar yang pembentuknya,

yaitu (Bapelkes, 2012) :

1. Medium kompleks

Medium ini terbuat dari bahan alami yang komposisinya tidak diketahui

secara pasti. Komposisi medium ini terdiri atas hasil penguraian (ekstrak)

berbagai jenis jaringan tumbuhan/daging/ragi yang kaya akan polipeptida,

asam amino, vitamin dan mineral.

2. Medium yang tersusun dari bahan kimia tertentu

Page 15: 2. Isi Laporan

15

Medium ini dibuat dari beberapa jenis bahan kimia dengan konsentrasi

tertentu. Bahan kimia yang digunakan berasal dari:

a. Sumber C : glukosa, dekstrosa, dan sukrosa

b. Sumber N : NH4NO3, NH4Cl, dan urea

c. Sumber P : KH2PO4

d. Sumber vitamin

e. Sumber mineral : Fe, Mn, dan S

E. Tinjauan Umum Tentang Most Probable Number (MPN)

Pemeriksaan kualitas bakteriologi air dapat dilakukan dengan metode Most

Probable Number(MPN). Pemeriksaan kehadiran bakteri Coli dari air dilakukan

berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam

tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik,

digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi

asam dan gas). Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan sistem

3-3-3 (3 tabung untuk 10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk0,1 ml) atau

5-5-5. Uji MPN Coliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu Uji penduga

(presumptive test), Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap (completed

test) (Kholid, 2012).

1. Uji Penduga (Persumtif Test)

Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri

Coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena

Page 16: 2. Isi Laporan

16

fermentasi laktosa oleh Coliform. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan

pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung

Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk

gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.

Banyaknya kandungan bakteri E.coli dapat dilihat dengan menghitung tabung

yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan

dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah

mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair.

2. Uji Penguat (Confirmed Test)

Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif

terbentuk asam dan gas, suspensi ditanamkan pada media Lactose Broth

Triple trength (LBTS) secara aseptik dengan menggunakan jarum Inokulasi.

Kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37oC.jika hasilnya positif

terbentuk gas dan asam, maka sampel diyakini positif Coliform.

3. Uji Pelengkap (Completed Test)

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk

menentukan bakteri E.coli. Dari koloni yang positif gas pada uji ketetapan

diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium Nutrient Agar

(NA), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Kemudian diinkubasi pada suhu

37oC selama 1 x 24 jam. Koloni bakteri E.coli tumbuh berwarna merah

kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan

lendir untuk kelompok Coliform lainnya. Dan untuk membedakan bakteri

Page 17: 2. Isi Laporan

17

Coliform dari bakteri Coliform fecal (berasal dari tinja hewan berdarah panas),

selanjutnya dibuat Duplo, di mana satu seri diinkubasi pada suhu 37oC (untuk

Coliform) dan satu seri diinkubasi pada suhu 42oC (untuk Coliform fecal).

Bakteri Coliform tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42oC, namun

bakteri Coliform fecal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42oC.

Page 18: 2. Isi Laporan

18

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

1.  Alat

a.     Autoclave 1 unit

b. Botol sampel                                                         1 buah

c.      Bulp                                                      1 buah

d.       Inkubator                                                        1 unit

e.      Korek api 1 buah

f.       Ose 1 buah

g.       Pembakar bunsen                                                         1 buah

h.      Pipet ukur                                  1 buah

i. Rak tabung 1 buah

j. Tabung durham 7 buah

k. Tabung reaksi 7 buah

l. Tali pengikat 1 buah

2.     Bahan

a. Alcohol swabs                                              secukupnya

b. Alkohol            secukupnya

c. Kaldu laktosa encer 10 ml/tabung

d. Kaldu laktosa pekat 6 ml/tabung

Page 19: 2. Isi Laporan

19

e. Kapas                                                                   secukupnya

f. Kertas copy                                                             secukupnya

g. Kertas label secukupnya

h. Larutan Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 6 ml/tabung

i. Sampel air galon 200 ml

j. Tissu secukupnya

B. Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel

1.      Waktu   : Jumat, 27 Februari 2015 pukul 10.00 WITA.

2.      Tempat     : Ruang Bagian Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin.

C. Prosedur Kerja

1. Cara Pengambilan Sampel

a. Tangan praktikan dibersihkan mengggunakan hand sanitizer.

b. Kran dispenser dibersihkan dari setiap benda yang menempel dan

dimungkinkan dapat mengganggu proses pengambilan sampel dengan

menggunakan kain bersih, bersihkan ujung kran dari setiap kotoran atau

debu.

c. Kran yang akan diambil air sampelnya disterilkan terlebih dahulu selama

1 menit dengan alcohol swabs.

d. Buka kran dengan hati-hati dan biarkan mengalir sebentar.

e. Tali pengikat dan kertas pelindung botol sampel dilepas kemudian

penutup botol sampel diangkat atau diputar. 

Page 20: 2. Isi Laporan

20

f. Buka kran dispenser kemudian isi air sebanyak 3/4 botol sampel.

g. Botol disumbat atau ditutup dengan memutar kemudian dibungkus kertas

copy lalu diikat.

2. Proses Pemeriksaan bakteri Coliform

a. Uji Perkiraan (Presumptive Test)

1) Tangan dan meja kerja disterilkan dengan menggunakan alkohol.

2) Menyiapkan tabung media laktosa sebanyak 7 tabung reaksi dengan

perbandingan: 5:10 ml (laktosa broth pekat); 1:1 ml (laktosa broth

encer), 1:0,1 ml (laktosa broth encer).

3) Pipet steril dan mulut tabung media laktosa diplumbir setiap hendak

memindahkan sampel.

4) Dengan menggunakan pipet steril, sampel dipindahkan ke dalam

tabung media dengan jumlah sesuai dengan perbandingan dan tidak

jauh dari pembakar bunsen.

5) Tabung media laktosa yang telah dicampur dengan sampel

dihomogenkan agar media laktosa dan sampel tercampur rata

kemudian diletakkan pada rak tabung.

6) Ketujuh tabung dalam rak dimasukkan ke dalam inkubator selama

2x24 jam pada suhu 35°C.

b. Uji Penegasan (Confirmed Test)

1) Tangan dan meja kerja disterilkan dengan menggunakan alkohol.

Page 21: 2. Isi Laporan

21

2) Sampel dikeluarkan dari inkubator yang telah di simpan selama 2x24

jam.

3) Setiap sampel di dalam tabung durham diamati, tabung yang tidak

mengandung gelembung gas dipisahkan, sedangkan tabung yang

mengandung gelembung gas diambil untuk uji penegasan.

4) Disiapkan tabung yang berisi Brilliant Green Lactose Bile Broth

(BGLB).

5) Pembakar bunsen dinyalakan. Selama memindahkan sampel, ose dan

tabung BGLB tidak boleh jauh dari pembakar bunsen.

6) Ose/Wire loop disiapkan.

7) Ose dan tabung BGLB diplumbir. Jika ose terlalu panas maka

didinginkan sebelum dicelupkan ke dalam tabung. Kemudian ose

dicelupkan ke dalam sampel sebanyak 2 kali, lalu dicelupkaan lagi ke

tabung yang berisi BGLB.

8) Tabung yang berisi BGLB yang telah ditambahkan sampel positif

menggunakan ose kemudian dihomogenkan.

9) Rak tabung dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 35°C selama

2x24 jam.

10) Setelah 2x24 jam, tabung dikeluarkan dari inkubator dan diamati,

tabung durham yang memiliki gelembung dinyatakan positif dn

dilanjutkan dengan perhitungan jumlah bakteri.

Page 22: 2. Isi Laporan

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di Laboratorium Terpadu

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, maka diperoleh hasil

pemeriksaan bakteriologis pada air galon di Ruang Bagian Kesehatan

Lingkungan Universitas Hasanuddin sebagai berikut :

Tabel 1.Hasil Pemeriksaan Bakteriologis

pada Air Galon Universitas Hasanuddin Kota Makassar

Nama Tabung Uji perkiraan

Tabung 10 ml :IIIIIIIVV

-----

Tabung 1 ml :I -

Tabung 0,1 ml :I -

Sumber : Data Primer, 2015

Keterangan : + (Positif mengandung bakteri Coliform)

- (Negatif mengandung bakteri Coliform)

Pada perhitungan jumlah bakteri Coliform, digunakan tabel Most Probable

Number (MPN). Setelah sampel air galon tersebut dikeluarkan dari inkubator dan

diamati, ketujuh tabung reaksi tersebut tidak ditemukan adanya gelembung di

dalam tabung. Sehingga hasil pengamatan pada uji perkiraan sampel air galon di

Page 23: 2. Isi Laporan

23

Ruang Bagian Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin dinyatakan

negatif mengandung bakteri Coliform dan sampel air galon tersebut tidak dapat

dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji penegasan.

B. Pembahasan

Sampel air yang diteliti adalah sampel air galon di Ruang Bagian Kesehatan

Lingkungan Universitas Hasanuddin. Air galon di Ruang Bagian Kesehatan

Lingkungan diteliti merupakan salah satu sumber air minum yang dikonsumsi

sehari-hari oleh dosen dan mahasiswa, sehingga penting diketahui ada tidaknya

kandungan bakteri dalam produk air minum isi ulang ini.

Pada saat pengambilan sampel, terlebih dahulu tangan dan meja kerja

disterilkan menggunakan hand sanitizer, tujuannya agar botol sampel tidak

terkontaminasi dengan bakteri yang terdapat pada tangan. Selanjutnya tali

pengikat kertas pelindung dilepas dan penutup botol sampel diangkat atau

diputar, lalu lap bibir botol dan mulut dispenser dengan menggunakan alcohol

swabs, buka kran dispenser kemudian isi air sebanyak 3/4 botol sampel. Hal ini

dilakukan agar terdapat sisa ruang di dalam botol sampel sehingga dapat

mencampur sampel sebelum diperiksa. Tetapi, sebelum mengambil air sampel,

terlebih dahulu botol sampel dicuci menggunakan air sampel tujuannnya agar

menghomogenkan botol sampel.

Botol sampel yang telah berisi sampel air dibuka secara perlahan. Mulut botol

diplumbir terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada bakteri yang menempel

pada mulut botol. Pembakar bunsen harus selalu berada di dekat pemeriksaan

Page 24: 2. Isi Laporan

24

dilakukan agar bakteri di luar sampel air tidak mengontaminasi peralatan. Tujuh

tabung media laktosa yang berisi tabung durham disiapkan dan diisi sampel air

dengan perbandingan 5 : 10 ml, 1 : 1 ml dan 1 : 0,1 ml dan diberi label. Media

laktosa digunakan dalam uji perkiraan karena bakteri Coliform dapat meragikan

laktosa sehingga apabila terjadi proses peragian dalam air, dapat disimpulkan

bahwa terdapa bakteri Coliform dalam sampel air yang diteliti.

Setelah pengambilan sampel air galon di Ruang Bagian Kesehatan

Lingkungan, sampel air kemudian dimasukkan ke dalam cairan lactose sesuai

porsinya masing-masing pada rak tabung dan dimasukkan ke dalam inkubator

dengan suhu 35oC selama 2 x 24 jam. Apabila setelah 2 x 24 jam terdapat

gelembung gas pada tabung durham maka percobaan pada tabung dianggap

positif dan apabila tidak ada gelembung gas maka percobaan dianggap negatif.

Hal ini dilakukan karena bakteri Coliform dapat membentuk gelembung gas

dalam waktu 2 x 24 jam pada suhu 35oC.

Berdasarkan uji perkiraan ini, dari ketujuh sampel yakni masing-masing 5

tabung reaksi yang berisi 10 ml sampel air (6 ml cairan lactose), 1 tabung yang

berisi 1 ml sampel air (10 ml cairan lactose), dan 1 tabung yang berisi 0,1 ml

sampel air (10 ml cairan lactose) tidak ditemukan adanya gelembung dalam

tabung durham. Hal ini menandakan bahwa air galon di Ruang Bagian

Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin tidak terkontaminasi oleh

bakteri golongan Coliform dan pemeriksaan bakteri ini tidak dilanjutkan ke

tahap uji penegasan. Hal ini sesuai dengan ketentuan persyaratan bakteriologis

Page 25: 2. Isi Laporan

25

air minum yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:

492/MenKes/SK/IV/2010 khususnya kandungan bakteri E.coli dengan kadar

maksimum 0/100ml. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air galon di Ruang

Bagian Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin dianggap layak untuk

dikonsumsi sehari-hari.

Page 26: 2. Isi Laporan

26

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis dalam tahap uji perkiraan

menunjukkan bahwa tidak terdapat bakteri Coliform pada air galon di Ruang

Bagian Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin, sehingga dinyatakan

layak konsumsi.

B. Saran

1. Bagi pemerintah setempat agar mengupayakan untuk terus memantau dan

mengawasi depot-depot air minum, serta lebih memperhatikan sarana

penyediaan air bersih dam air minum untuk masyarakat sehingga derajat

kesehatan masyarakat setempat dapat lebih ditingkatkan.

2. Bagi masyarakat setempat agar senantiasa menjaga kebersihan lingkungan,

menjaga galon dan dispenser dari bahan kontaminan, sehingga air yang

dikonsumsi tetap aman untuk dikonsumsi.

3. Bagi praktikan agar informasi yang telah diperoleh terkait pemeriksaan

bakteriologis dapat disampaikan kepada pihak yang berwenang untuk

dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan kedepannya agar tidak

hanya sebatas memenuhi tuntutan mata kuliah.