Isi Laporan Geomorfologi
Click here to load reader
description
Transcript of Isi Laporan Geomorfologi
BAB 1 PETA INDONESIA
1.1 Letak Geografis Indonesia
A. Letak
Secara Astronomi, wilayah Indonesia terletak pada : 6º LU sampai 11º LS dan
95º sampai 141º BT oleh karena itu memiliki iklim tropik.
Menurut penjelasan UNO 4/prp/60 pasal 2 dan lampiran I, secara Ilmu
Geopolitik Indonesia adalah suatu benua kepulauan (Inselwelt) yang bersatu
dan terletak diantara empat benua ; Asia, Australia, Amerika dan Afrika dengan
batas formil sebagai berikut : Batas Utara 6º LU, batas Selatan 11º LS, batas Barat
95º BT dan batas Timur 141º Bt. (Dimyati, 1977, 23)
Secara Geotektonik, wilayah Indonesia berada pada daerah pertemuan tiga
lempeng benua yaitu Lempeng Benua Eurasia, Pasifik dan Lempeng
Australia (Subyoto, 1977, 11a). Ketiga lempeng benua tersebut bergerak kearah
yang tidak sejalan. Lempeng Australia bergerak kearah Utara, Lempeng Pasifik
bergerak kearah Barat Laut. Akibat gerakan ini tepi lempeng benua satu dengan
lainnya berbenturan dengan menghasilkan temperatur yan tinggi sehingga
melelehkan masa batuan disekitarnya dan terbentuklah kantong-kantong
magma. Kantong-kantong magma inilah yang kemudian menghasilkan jalur-
jalur pegunungan, diantaranya Jalur Mediteran, Sirkum Pasifik dan Jalur
Australia.
B. Luas
Luas Wilayah Indonesia yang berupa daratan adalah 1.919.443 Km2 dan 2/3
lainnya adalah lautan. Sedangkan luas keseluruhan (daratan & perairan) lebih dari 5
juta Km2. (Djodjo dkk, 1985, 40).
Luas yang sekarang ini baru dicapai sesudah adanya Deklarasi Djuanda tanggal
13 Desember 1957. Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmaja, dengan berlakunya
1
Pengumuman Pemerintah tanggal 13 Desember 1957 maka secara kasar luas
Wilayah Indonesia menjadi 5.193.163 Km2 (Dimyati, 1977, 46).
C. Bentuk Wilayah Indonesia
Berdasarkan Ordonansi 1939, maka Wilayah Republik Indonesia berupa
rangkaian pulau-pulau yang terpisahkan oleh laut bebas. Setelah dikeluarkan
Pengumuman Pemerintah tanggal 13 Desember 1957 dengan penentuan batas
laut wilayah secara point to point teory maka wilayah Indonesia merupakan
kesatuan wilayah yang utuh dan bulat. Dikatakan bahwa Kepulauan Indonesia
berada dalam satu kesatuan wilayah perairan yang utuh dan bulat (Sabarty
Akhadiah, 1985, 17).
1.2 Kerangka Tektonik Pulau Indonesia
Kerangka Tektonik Busur Kepulauan Indonesia
Busur Sunda memperlihatkan efek dan mekanisme tektonik lempeng yang
jelas. Bentuknya yang cembung ke arah samudra India dan perbedaan tatanan
geologi, dan geofisika diintrepretasikan berhubungan dengan gaya tektonik yang
bekerja padanya. (Hatherton dan Dickinson, 1969; Fitch, 1970; Hamilton, 1973;
dan Katili, 1973).
Bentuk busur Banda yang melengkung, serta Sulawesi dan Halmahera yang
ganjil terjadi karena gerak benua Australia dan Papua ke arah utara, yang
dikombinasikan oleh gaya dorong Lempeng Pasifik ke arah barat (Katili, 1973).
Hal serupa juga dikemukakan oleh Visser dan Hermes (1962), Audley-Charles
dan Carter (1972), dan Gribi (1973). Timor, Seram, Buru dan Buton merupakan
sistem busur yang sama berkenaan dengan kesamaan tatanan geologinya yang
berasal dari hasil penunjaman Lempeng Samudra India-Australia.
Sulawesi pada zaman Mesosoikum kaya batuan metamorf, kecuali Buton dan
Seram. Bagian tenggara Sulawesi mengandung ofiolit yang diperoleh dari
lempeng samudra dengan endapan nikel dan krom, sedang Buton, Seram dan
Timor menunjukkan perlapisan yang mengandung hidrokarbon.
2
Busur dalam volkanik Sangihe dan busur luar non-volkanik Talaud cenderung
sejajar berarah utara-selatan. Punggungan Talaud meluas sampai Mayu dan
menerus ke lengan timur Sulawesi. Punggungan bawah laut Mayu di Laut Maluku
menunjukkan gaya berat minimum yang diduga merupakan akumulasi endapan-
endapan opak dari sisa subduksi tua.
Bentuk dua lengan Sulawesi timur dan Halmahera dapat disebandingkan dengan
dua anak panah yang bergerak ke barat. Ini telah diketahui cukup lama bahwa
lengan timur yang cembung ke arah barat terdiri dari ofiolit, dan busur barat terdiri
dari gunungapi aktif, yang di Sulawesi telah padam pada zaman Kwarter.
Sulawesi dan Halmahera merupakan busur kepulauan yang mengarah ke utara
selatan yang cembung ke arah Pasifik dengan zona subduksi Sulawesi-Maluku
yang miring ke barat.
Pergerakan Lempeng Pasifik ke arah barat yang mengikuti sistem sesar
transform menjelaskan kompleksitas tatanan geologi kawasan Sulawesi-
Halmahera. Selama pergerakan ini pulau Banggai dan Buton dibawa ke arah
timur laut. Pergerakan Banda ke arah timur-barat hanya merupakan pelenturan,
tidak membuat sesar besar sepertihalnya di Papua dan Sulawesi. Volkanisme
Kenozoikum Sampai Resen
Daerah ini mempunyai tiga fase evolusi magmatik, seperti dikemukakan oleh
Stilles sebagai “initialer vlkanismus”, “synorogener putonismus” atau
“subsequenter vlkanismus” dan “finaler vlkanismus”. Tetapi konsep ini tidak dapat
diterapkan dengan kaku ketika mempelajari hubungan antara volkanisme dan
tektonik di Indonesia (Katili, 1969). Konsep Stilles hanya menunjuk satu daerah
orogen, dan van Bemmelen memperluas gagasan itu dan menerapkan hal
tersebut ke zona yang mempunyai struktur paralel pada sistem pegunungan
Sunda, sesuai dengan teori undasinya.
Variasi komposisi laterit dari magma basal memotong kepulauan Indonesia ke
berbagai busur sesuai dengan klasifikasi Kuno (1966), kedalaman yang berbeda
akan memproduksi magma yang berbeda. Hartheron dan Dickinson (1969)
menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat korelasi antara peningkatan K2O
dalam produk gunungapi yang baru dengan kedalaman zona Benioff. Withford
3
dan Nichols menyimpulkan bahwa kandungan K2O batuan dari gunungapi
tunggal di Jawa normalnya memberikan hubungan garis lurus apabila dirajahkan
dengan zona Benioff.
Perbedaan kenampakan geologis, geofisik dan kegunungapian Sumatera dan
Jawa terjadi karena perbedaan arah gerak ke utara dari lempeng India-Australia,
dan perbedaan evolusi penurunan slab. Ini didukung fakta bawa zona magmatik
di Sumatera dan Jawa mempunyai pola berbeda (Katili, 1973). Gunungapi di
busur Jawa dan Banda menunjukkan dengan jelas efek dari proses ini.
Gunungapi potasik yang hadir di utara Jawa, utara Flores maupun Sumbawa
tidak dijumpai di Sumatera. Ini dapat diterangkan bahwa penetrasi terdalam dari
litosfer di Jawa dan Flores dapat mencapai 400 dan 700 km. Ketidakadaan
gunungapi di Alor, Wetar dan Romang telah dijelaskan oleh adanya penghentian
subduksi di busur subduksi Timor (Katili, 1974). Jika gunungapi ini masih
berhubungan dengan subduksi Timor, maka perlu ada kesimpulan lain: seberapa
jauh subduksi yang padam mempengaruhi keaktifan gunungaapi seperti terjadi di
Una-una di teluk Gorontalo, Sulawesi Tengah.
Fitc (1970) menunjukkan bahwa walaupun tidak ada bukti dari mekanisme lokal
untuk mendukung keberadaan undertusting sepanjang ujung timur busur Sunda,
zona Benioff ada di zona ini. Penghentian zona subduksi oleh ketidakadaan
undertrusting tidak harus menunjukkan penghentian gerak litosfer di bagian
dalam.
Gunungapi alkali kapur di busur Banda cenderung sejajar dengan palung
Timor-Seram, dan berakhir dengan tidak beraturan di Seram. Zona subduksi
berakhir di utara Buru dan berubah menjadi bagian luar sisi selatan dari zona
sesar Palu Koro. Tidak ada gunungapi aktif yang hadir di antara pulau Buru dan
lengan tenggara Sulawesi sebagai representasi lingkungan sesar transform.
Di lengan barat Sulawesi, gunungapi aktif Kenozoikum akhir hadir di ujung
selatan pulau, di teluk Gorontalo sebagai gunungapi Una-una serta di wilayah
Minahasa dan Sangihe. Posisi tektonik dari gunungapi potasik di Sulawesi selatan
ini tidak jelas zona Benioff yang terjadi pada penyusupan di Pulau Jawa
4
Gunungapi Una-una memproduksi batuan seri alkali menengah, dan tidak ada
hubungannya dengan gunungapi-gunungapi alkali kapur yang terdapat di
Sangihe dan Minahasa (Katili, 1960). Gunungapi berhubungan dengan adanya
zona subduksi yang miring ke arah selatan yang telah patah, seperti dikemukakan
Hamilton (1970). Kandungan potas yang tinggi sesuai dengan keberadaan zona
subduksi itu. Gunungapi-gunungapi aktif alkali kapur dari kelompok Minahasa-
Sangihe dapat berhubungan dengan zona subduksi yang miring ke arah barat,
yang sejajar dengan jalur volkanik ini .
Kenampakan menarik lain yang dikemukakan oleh van Bemmelan adalah adanya
plato basal di Lampung, Karimunjawa, Miut (Kalimantan Barat) dan Mindai
(Paparan Sunda) yang sangat alkalis (Hutchinson, 1973). Di Sumatera tidak
dijumpai gunungapi potasik dan litosfer tidak mempunyai kedalaman lebih dari
200 km. Boleh jadi keberadaannya di Kalimantan Barat, kepulauan paparan
Sunda atau di Malaysia tidak berkaitan dengan zona subduksi yang ada di
sebelah selatan, tetapi dihubungkan dengan zona subduksi yang lain. Hal
tersebut juga tidak dijumpai di Selat Makassar dan Laut Cina. Hutchison (1973)
mengemukakan hubungan basal tersebut ke deep extension faulting sebagai
interaksi lempeng-lempeng Eurasia, Samudra India-Australia dan Pasifik.
Adalah menarik untuk dicatat bahwa basal alkali Karimunjawa dan Sukadana
diposisikan sebagai batuan dasar yang terangkat. Busur Karimunjawa, menurut
Nayoan (1973) merupakan komplek batuan sedimen klastik dengan ketebalan
lebih dari 1.000 m, terdiri dari batupasir kwarsa yang termetamorfkan berumur
Kwarter, yang tertutup batuan basalan. Tinggian Lampung yang ditutup oleh
basal Sukadana yang berasal dari geneis pra Tersier dan amfibolit yang diintrusi
oleh batuan granit berumur Kapur (Katili, 1973). Pemikiran spekulatif pemunculan
batuan basal alkali ini diinterpretasikan sebagai gunungapi aktif oleh hot spot
yang tidak dapat dihubungkan dengan zona-zona subduksi dan pengangkatan.
Jika asumsi ini benar, maka kita harus menerima kenyataan bahwa dataran
Sunda telah berproses berjuta-juta tahun (Wilson, 1972) Volkanisma Tersier
Lokasi geografi kepulauan-kepulauan timur Indonesia sebelum interaksi
Lempeng-lempeng Eurasia, India-Australia dan Pasifik direkontruksikan
5
berdasarkan pada analisis kinematik kerangka tektonik kepulauan Indonesia
seperti telah didiskusikan paparan terdahulu.
Batuan volkanik Tersier di lengan barat daya Sulawesi meliputi trakit, batuan
piroklastik, dasit, andesit, lava dan endapan lahar yang sebagian telah
terkonsolidasi. Batuan ini terdapat di Pare-pare dan di sepanjang zona sesar
Palu.
Batuan volkanik basa menghadirkan bentuk basal dan spilit. Umur batuan yang
tidak diketahui hanya batuan volkanik Donggala di Sulawesi Tengah yang
dianggap sebagai fasies volkanik berumur Eosen Formasi Tinombo.
Batuan granit di bagian selatan Sulawesi mempunyai umur yang berkisar 5 x 106
sampai 8,6 x 106 juta tahun, sekitar Pliosen Awal sampai Miosen Akhir. Batuan
beku gunungapi berumur Tersier Awal di lengan utara Sulawesi telah diselidiki
secara dengan rinci oleh Trail dkk (1974)
Formasi Dolokopa yang berumur Miosen Awal sampai Akhir mengandung
andesit yang berlapis dengan graywacke dan batugamping. Volkanik Bilungala
pada Miosen Awal sampai Pliosen di dekat Gorontalo mengandung andesit, dasit
dan riolit. Breksi Wobudu berumur Miosen sampai Pliosen terdiri dari aglomerat
andesit, tufa dan beberapa dasit serta basal. Gunungapi Pani yang diperkirakan
berumur Pliosen, terdiri dari dasit, riolit, dan andesit yang terdiri dari batuan
gunungapi dengan nama gunungapi Pinogu yang berumur Pliosen Akhir sampai
Plistosen, mengandung andesit, dasit tuf dan aglomerat. Tidak ada penanggalan
radiometrik dilakukan terhadap batuan granit di kawasan ini, tetapi indikasi
hubungan di lapangan menurut Trail dkk (1974) berkisar antara Pliosen
(granodiorit Bumbulan) sampai Miosen (diorit Bone dan Bolihuto). Hal ini mungkin
berhubungan dengan zona subduksi dari gunungapi Miosen di lengan utara dan
lengan timur Sulawesi.
Batuan volkanik dan granitik berumur Pliosen akhir di Gorontalo boleh jadi
desebabkan oleh subduksi minor yang terletak di barat laut Sulawesi yang terjadi
akibat bergeraknya sistem sesar Sorong ke arah barat. Volkanisma Pra Tersier
Batuan volkanik Kabur di Pegunungan Gumai mengandung dua fasies yang
berbeda (Musper, 1937). Seri Saling yang mengandung tufa, batuan breksi
6
volkanik kasar, aliran lava berkomposisi basalan dan andesitan dan batugamping
terumbu. Seri Lingsing yang berisi formasi monoton dari lapisan tipis asam dan
lempung dengan rijang radiolaria. Batuan volkanik berumur Kapur Atas
mempunyai kisaran umur 169 ± 7 sampai 171 ± 3 juta tahun.
Volkanisme Perm terjadi di sepanjang Sumatera. Kejadian pada dataran tinggi
Padang, Sumatera Tengah dan Jambi dirincikan dengan baik oleh Klompe dll
(1961). Di Sumatera Tengah batuan volkanik mengandung aliran andesit
horblenda, andesit augit dan tufa dengan interkalasi serpih asam dan
batugamping yang mengandung fosil berumur Perm. Model tektonik lempeng
memerlukan eksistensi granit Perm di Sumatera. Berdasarkan penentuan
radiometri granit Paleozoikum di Sumatera Selatan dan Tengah berumur 276 –
298 juta tahun.
Batuan volkanik basalan dan andesit yang melimpah dideskripsikan oleh
Klompee (1961) di Kalimantan Barat dan Malaysia Timur. Sebaran batuan
volkanik andesitan dan riolitik yang melimpah merupakan ciri khas semanjung
Malaysia Timur (Hutchinson, 1973)
Kesesuaian zona subduksi gunungapi Sumatera berumur Perm yang menyusup
ke benua Asia dengan zona Benioff purba yang berasosiasi dengan volkanik
Malaysia – Borneo, yang menyusup ke arah Samudra India. Kejadian ini tidak
sesuai dengan sistem palung busur yang telah dirincikan oleh Katili (1973) dan
diperkuat oleh Hutchinson (1973) Pupilli (1973). Alkali granit yang melimpah
dengan umur yang berbeda di Kalimantan barat nampak mendukung keberadaan
postulat yang menolak adanya zona subduksi ini.
Kejadian lain menyebutkan bahwa volkanisma Perm di Timor, didiskusikan oleh
Roever (1941). Batuan di sini mengandung basal olivin, traki basal, traki alkali dan
alkali riolit yang lebih tua dari ofiolit Timor, yang selama ini dikenal sebagai
kegiatan volkanik di awal geosinklin. Kenampakan gologis, komposisi dan umur
gunung api tersebut menunjukkan bahwa bukan busur volkanik Perm.
1.3 Sumber Daya Alam
7
1. Persebaran Hasil Tambang di Indonesia
a. Minyak Bumi
Minyak bumi mulai terbentuk pada zaman prier,sekunder, dan tersier. Minyak
bumi berasal dari mikroplankton yang terdapat di danau-danau, teluk-teluk,
rawa-rawa, dan laut-laut dangkal. Sesudah mati,mikroplankton berjatuhan
dan mengendap di dasar laut, kemudian bercampur dengan lumpur yang
dinamakan lumpur sapropelium.
Akibat tekanan dari lapisan-lapisan atas dan pengaruh panas magma terjadilah
proses destilasi hingga terjadilah minyak bumi kasar. Proses pembentukan
minyak bumi memerlukan waktu jutaan tahun.
Mutu minyak bumi Indonesia cukup baik. Kadar sulfur (belerang) minyak bumi
Indonesia sangat rendah, sehingga mengurangi kadar pencemaran udara.
Daerah-daerah penghasil minyak bumi di Indonesia adalah sebagai berikut:
Pulau Jawa, Cepu, Cirebon, dan Wonokromo.
Pulau Sumatera: Palembang (Sungai gerong dan sungai Plaju) dan Jambi
(Dumai)
Pulau Kalimantan: Pulau Tarakan, Pulau Bunyu, Kutai dan Balikpapan
Pulau Irian:Sorong
Pengolahan minyak bumi menghasilkan avgas, avtur, super 98, premium, minyak
tanah, solar, minyak diesel dan minyak bakar. Minyak bumi berperan penting
dalam perekonomian Indonesia karena dapat menghasilkan devisa negara.
Indonesia menjadi anggota Organization Petroleum Exportir Countries
(OPEC), yang bergerak dalam bidang ekspor minyak bumi.,
b. Gas Alam
8
Indonesia mempunyai Banyak tempat yang mengandung minyak bumi dan gas
alam. Gas Alam merupakan campuran beberapa (CH4 atau C2H6), propan,
(C3H6) dan butan (C4H10) yang digunakan sebagai bahan bakar.Ada 2
macam gas alam cair yang diperdagangkan, yaitu LNG dan LPG. LNG
(Liquified Natural Gas) atau Gas alam cair yang terdiri atas gas metan dan
gas etan, membutuhkan suhu sangat dingin supaya dapat disimpan sebagai
cairan. Gas alam cair diproduksi di Arun dan Badak, selanjutnya diekspor
antara lain di Jepang.LPG (Liquified Petrolium Gas) atau gas minyak bumi
cair yang dipasarkan dengan nama elpiji dalam tabung besi terdiri atas gas
propan dan butan. Elpiji inilah yang digunakan sebagai bahan bakar kompor
gas atau penamas lainnya.
c. Batu Bara
Sebagian besar batu bara terjadi dari tumbuh-tumbuhan tropis masa prasejarah
(masa karbon). Tubuh-tumbuhan tersebut termasuk jenis paku-pakuan.
Tumbuhan itu tertimbun hingga berada dalam lapisan-lapisan batuan sedimen
yang lain. Proses pembentukan batu bara disebut juga inkolen (proses
pengarangan) yang terbagi menjadi dua yaitu prosess bio kimia dan proses
metamorfosis.
Proses bio kimia adalah proses terbentuknya batu bara yang dilakukan oleh
bakteri anaerop dan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang menjadi keras karena
beratnya sendiri. Jadi tidak ada kenaikan suhu dan tekanan. Proses ini
mengakibatkan tumbuh-tumbuhan berubahmenjadi gambut (turf).
Proses metamorfosis adalah suatu proses yang terjadi karena pengaruh tekanan
dan suhu yang sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama. Pada
proses ini sudah tidak ada bakteri lagi.
Daerah tambang batu bara di Indonesia adalah sebagai berikut:
Ombilin dekat sawahlunto (sumatera Barat) menghasilkan batu bara muda yang
sifatnya mudah hancur.
9
Bukit asam dekat Tanjung Enim (palembang) enghasilkan batu bara muda yang
sudah menjadi antrasit karena pengaruh magma.
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan
(Pulau laut/Sebuku)
Jambi, Riau, Aceh, Papua (Irian Jaya)
d. Tanah Liat
Tanah Liat adalah tanah yang mengandung lempunng (65%), butir-butirnya
sangat halus, sehingga rapat dan sulit menyerap air. Tanah liat banyak
terdapat di dataran rendah di Pulau Jawa dan sumatera.
e. Kaolin
Kaolin terbentuk dari pelapukan batu-batuab granit. Batuan ini banyak terdapat di
daerah sekitar pegunungan di sumatera.
f. Gamping (Batu Kapur)
Batu kapur terbentuk dari pelapukan sarang binatang karang. Batu ini banyak
terdapat di pegunungan Seribu dan Pegunungan Kendeng.
g. Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa terbentuk dari pelapukan batu-batuanyang hanyut lalu mengendap
didaerah sekitar sungai, pantai, dan danau. Pasir kuarsa banyak terdapat di
Banda Aceh, Bangka, Belitung dan Bengkulu.
h. Pasir Besi
Pasir Besi adalah batuan pasir yang banyak mengandung zat besinya. Pasir besi
banyak terdapat di Pantai Cilacap,Jateng.
i. Marmer/Batu Pualam
10
Marmer/batu pualam adalah batu kapur yang telah berubah bentuk dan rupanya
sehingga merupakan batuan yang sangat indah setelah digosok dan
dilicinkan. Marmer banyak terdapat di Trenggalek, JawaTimur dan daerah
Bayat Jawa Tengah.
j. Batu Aji/Batu Akik
Batu aji/batu akik adalah batuan atau mineral yang cukup keras. Warna batu akik
bermacam-macam, antara lain merah, hijau,biru,ungu,putih,kuning, dan
hitam. Batu ini digunakan untuk perhiasan dan banyak terdapat di daerah
pegunungan dan di sekitar aliran sungai.
k. Bauksit
Bauksit di Indonesia banyak terdapat di Pulau Bintan dan Riau.Bauksit dari Bintan
diolah di Sumatera utara di Proyek Asahan.Proyek Asahan juga merupakan
pusat tenaga air terjun di sungai Asahan.
l. Timah
Daerah-daerah penghasil timah di Indonesia adalah Pulau Bangka, Belitung,dan
Singkep yang menghasilkan lebih dari 20% produksi timah putih dunia. Di
Muntok terdapat pabrik peleburan timah.Ada dua macam timah yaitu timah
primer dan timah sekunder (aluvial). Timah primer adalah timah yang
mengendap pertama kali pada batuan granit. Timah sekunder (aluvial) adalah
endapan timah yang sudah berpindah dari tempat asalnya akibat proses
pelapukandan erosi.
m. Nikel
Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di Kolaka (Sulawesi
Selatan).
n. Tembaga
11
Tembaga terdapat di Tirtomoyo dan wonogiri (Jawa Tengah), Muara Sipeng
(Sulawesi) dan Tembagapura (Papua/Irian Jaya)
o. Emas dan perak
Emas dan Perak merupakan logam mulia. Pusat tambang emas dan perak
terdapat di daerah-daerah berikut:
Tembagapura di Papua (Irian Jaya)
Batu hijau di Nusa Tenggara Barat
Tasikmalaya dan Jampang di Jawa Barat
Simao di Bengkulu
Logos di Riau
Meulaboh di Naggroe Aceh Darusalam
p. Belerang
Belerang terdapat di kawasan Gunung Talaga Bodas (Garut) dan di kawah
gunung berapi, seperti di Dieng (Jawa Tengah)
q. Mangaan
Belerang terdapat di Kliripan (Daerah Istimewa Yogyakarta), Pulau Doi
(Halmahera), dan Karang nunggal (sebelah selatan Tasikmalaya)
r. Fosfat
Fosfat terdapat di cirebon, Gunung Ijen dan Banyumas (fosfat hijau.
s. Besi
Di dalam temperatur tinggi,bijih besi dicampur dengan kokas dan besi tua.
Percampuran diatur sedemikian rupa, sehingga proses pembakarannya
merata. Kotoran dalam bijih besi dapat di hilangkan dengan jalan reduksi
12
(mengambil unsur oksigen dari biji besa). Prases pembakaran dalam suhu
tinggi menghasilkan cairan. Kemudian cairan tersebut dicetak dalambentuk
tertentu. Besi baja adalahbesi yang kandungan / campuran karbonya rendah.
t. Mika
Mika terdapat di Pulau Peleng, Kepulauan Banggai di Sulawesi Tengah
u. Tras
Tras terdapat di pegunungan Muria,Jawa tengah.
v. Intan
Intan terdapat di Martapura, Kalimantan Selatan
w. Hasil Tambang Lain
Hasil tambang lainnya antara lain asbes,grafit,wolfram dan platina.
Asbes terdapat di Halmahera,Maluku dan diolah di Gresik,Jawa Timur
Grafit di Payakumbuh dan sekitar Danau Singkarak, Sumatera Barat
Wolfram di Pulau Singkep (Kepulauan Riau)
Platina (emas putih) di pegunungan Verbeek,Kalimantan.
BAB II PETA SUMATERA
2.1 Letak Geografis Pulau Sumatra
Provinsi Sumatera Selatan terletak dilereng bagian selatan pulau Sumatera
antara antara 10- 40 LS dan 1020-1080BT dengan luas 9.716.800 ha
Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan kepulauan Nusantara. Di
sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka,
di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudra
Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-
13
sungai besar yang bermuara di sana, antara lain Asahan (Sumatera Utara),
Sungai Siak (Riau), Kampar, Inderagiri (Sumatera Barat, Riau), Batang Hari
(Sumatera Barat, Jambi), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatera Selatan),
dan Way Sekampung (Lampung). Sementara beberapa sungai yang bermuara ke
pesisir barat pulau Sumatera diantaranya Batang Tarusan (Sumatera Barat), dan
Ketahun (Bengkulu).
Di bagian barat pulau, terbentang pegunungan Bukit Barisan yang membujur
dari barat laut ke arah tenggara dengan panjang lebih kurang 1500 km.
Sepanjang bukit barisan tersebut terdapat puluhan gunung, baik yang tidak aktif
maupun gunung berapi yang masih aktif, seperti Geureudong (Aceh), Sinabung
(Sumatera Utara), Marapi dan Talang (Sumatera Barat), Gunung Kaba
(Bengkulu), dan Kerinci (Sumatera Barat, Jambi). Di pulau Sumatera juga
terdapat beberapa danau, di antaranya Danau Laut Tawar (Aceh), Danau Toba
(Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau
Dibawah, Danau Talang (Sumatera Barat), Danau Kerinci (Jambi) dan Danau
Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
2.2 Kerangka Tektonik Pulau Sumatra
Pulau Sumatra terletak di baratdaya dari Kontinen Sundaland dan
merupakan jalur konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di
sebelah barat Lempeng Eurasia/Sundaland. Konvergensi lempeng menghasilkan
subduksi sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral menganan dari Sistem
Sesar Sumatra.
Subduksi dari Lempeng Hindia-Australia dengan batas Lempeng Asia pada
masa Paleogen diperkirakan telah menyebabkan rotasi Lempeng Asia termasuk
Sumatra searah jarum jam. Perubahan posisi Sumatra yang sebelumnya berarah
E-W menjadi SE-NW dimulai pada Eosen-Oligosen. Perubahan tersebut juga
mengindikasikan meningkatnya pergerakan sesar mendatar Sumatra seiring
dengan rotasi. Subduksi oblique dan pengaruh sistem mendatar Sumatra
menjadikan kompleksitas regim stress dan pola strain pada Sumatra (Darman
14
dan Sidi, 2000). Karakteristik Awal Tersier Sumatra ditandai dengan
pembentukkan cekungan-cekungan belakang busur sepanjang Pulau Sumatra,
yaitu Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan
Sumatra Selatan
Pulau Sumatra diinterpretasikan dibentuk oleh kolisi dan suturing dari
mikrokontinen di Akhir Pra-Tersier (Pulunggono dan Cameron, 1984; dalam
Barber dkk, 2005). Sekarang Lempeng Samudera Hindia subduksi di bawah
Lempeng Benua Eurasia pada arah N20°E dengan rata-rata pergerakannya 6 – 7
cm/tahun.
2.3 Sumber Daya Alam Pulau Sumatra
Kegiatan yang terdapat di zona subduksi yang terbentuk sangatlah
luas, dimulai dari sisi selatan barat Pulau Sumatera.
Kekayaan alam di setiap provinsi di pulau ini sangat melimpah,
Aceh misalnya Usaha pertambangan umum telah dimulai sejak 1900.
Daerah operasi minyak dan gas di bagian utara dan timur meliputi
daratan seluas 8.225,19 km² dan dilepas pantai Selat Malaka 38.122,68
km². Perusahaan migas yang mengeksploitasi tambang Aceh
berdasarkan kontrak bagi hasil (production sharing) saat ini adalah Gulf
Resources Aceh, Mobil Oil-B, Mobil Oil-NSO, dan Mobil Oil-Pase.
Endapan batubara terkonsentrasi pada “Cekungan Meulaboh” di
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Terdapat 15 lapisan
batubara hingga kedalaman ±100 meter dengan ketebalan lapisan
bekisar antara 0,5 m – 9,5 m. Jumlah cadangan terunjuk hingga kedalam
80 meter mencapai ±500 juta ton, sedeangkan cadangan hipotesis ±1,7
miliar ton.
Sumatera Utara juga memiliki kekayaan tambang. Survey 2006
mencatat bahwa terdapat 27 jenis barang tambang nonlogam (golongan
C), 15 jenis barang tambang logam dan enam jenis minyak, gas (migas)
15
dan energi. Barang tambang nonlogam antara lain batu gamping,
dolomite, pasir kuarsa, belerang, kaolin, diatomea dan bentonit.
Sedangkan barang tambang logam mencakup emas, perak, tembaga dan
timah hitam. Sementara potensi migas dan energi antara lain minyak
bumi, gas alam dan panas bumi. Saat ini telah dilakukan eksploitasi
terhadap minyak bumi di Sumatera Utara, dengan hasil produksi pada
2006 mencapai 21.000 barel minyak bumi.
Lebih lagi pertambangan di Riau yang berdenyut relatif pesat,
ditandai dengan banyaknya perusahaan yang ikut andil bergerak di
bidang ini. Mereka seolah berlomba mengeruk isi perut bumi Riau, mulai
dari menggali pasir laut, granit, bauksit, timah, emas, batu bara, gambut,
pasir kuarsa sampai andesit. Di samping minyak dan gas timah juga
merupakan hasil tambang Riau. Konstribusi sektor pertambangan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau mencapai
Rp.57.927.709,65,- atau sekitar 41,68 %. Karena itu, sektor
pertambangan menjadi andalan provinsi dalam memperkokoh
perekonomiannya.
Sumatera Barat, tambang yang diusahakan dengan skala besar
hanyalah batubara. Selama periode 2005 produksi batubara mencapai
787.404,58 ton, dikonsumsi untuk pasar dalam negeri 787,4 ribu ton dan
sisanya 296,56 ton diekspor. Dari hasil penjualan ini berhasil diperoleh
pendapatan Rp. 299,06 miliar. Demikian juga Jambi sebagai penghasil
batubara.
Data dari Departemen ESDM, Provinsi Bengkulu memiliki potensi
pertambangan dan energi diantaranya lima yang terbesar, yaitu: batu
bara, emas, pasir besi, batu apung, bentonit. Hasil produksi batu bara
tercatat sebanyak 673.542.000 ton.
16
Sumatera Selatan, Provinsi ini memiliki potensi pertambangan
yang besar, antara lain cadangan minyak bumi sebanyak 5,03 miliar
barrel (10% cl) atau 5.032.992 matrick stack tank barrel. Cadangan
minyak bumi diproduksi dengan pertumbuhan 10% per tahun dan dapat
bertahan 60 tahun, Sedangkan cadangan batu bara diperkirakan sebesar
16.953.615.000 ton atau 60% cadangan nasional. Luas areal usaha
pertambangan umum mencapai 1.030.128,75 ha, dengan pertambangan
minyak dan gas 2.243,120,15 ha.
Timah adalah sumberdaya alam yang paling bernilai di provinsi
Bangka Belitung, bahkan memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam pembangunan nasional. Di sini terdapat satu BUMN yang
menambang bijih timah, PT Timah Tbk, dan satu perusahaan asing, PT
Koba.
17
Kesimpulan
1. Indonesia negara kepulauan yang kaya akan potensi sumber daya alam
karena terdapat deretan pegunungan yang masih aktif.
2. Bentuk morfologi rupa bumi Indonesia dan Sumatera membantu kita
menentukan perbedaan sumber daya Mineral masing – masing tempat.
3. Kegiatan Pemetaan membantu geologi mengenal potensi dari suatu wilayah
melelalui bentuk geomorfologi.
18
Daftar pustaka
Bemmelen Van R.W. 1949, The G e o l ogy of Ind o n es i a , Vol. I A. Government Printing
Office, The Hague.
Crichfield Howard J, 1960, G e n er al C li m ato l o g y , Prentice Hall Inc.
Dimyati Hartono, 1977, H u k um Laut Int er na s io n al, Bharata - Karya Aksara,
Jakarta. Djodjo S, dkk, 1985, Ge og r afi R e g i onal Indon es i a ,
Departemen Pendidikan danKebudayaan, Universitas terbuka.
Ittihad Amin dkk, 1986, Ge og r afi R e g i on a l Indon es i a , Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka.
19