Isi Inkuiri

26
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar-Mengajar Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara peserta didik dan guru dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perkembangan kondisi stimulus dan respon. Menurut Sudjana, Nana (2004: 28) : Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai akibat hasil proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya kreasinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya. Dari pernyataan tersebut, belajar berarti usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan kemampuan berpikir dan bernalar dalam dirinya. Untuk mencapai hasil yang optimal, maka belajar harus dilaksanakan dengan baik. Menurut Nana Sudjana (2004; 29), “Mengajar adalah suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar”. Dengan demikian mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan suatu kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Disini guru berperan penting sebagai koordinator dalam kegiatan belajar mengajar. Mengajar

description

inkuiri

Transcript of Isi Inkuiri

Page 1: Isi Inkuiri

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A.

Landasan Teori

1. Pengertian Belajar-Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara peserta didik dan guru dalam

rangka pencapaian tujuan belajar. Belajar merupakan proses pertumbuhan yang

dihasilkan oleh perkembangan kondisi stimulus dan respon.

Menurut Sudjana, Nana (2004: 28) :

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai akibat hasil proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya kreasinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.

Dari pernyataan tersebut, belajar berarti usaha yang dilakukan oleh seseorang

untuk mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan kemampuan berpikir

dan bernalar dalam dirinya. Untuk mencapai hasil yang optimal, maka belajar harus

dilaksanakan dengan baik.

Menurut Nana Sudjana (2004; 29), “Mengajar adalah suatu proses yakni proses

mengatur, mengorganisasi lingkungan dan mendorong peserta didik melakukan proses

belajar”. Dengan demikian mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

dalam menciptakan suatu kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran. Disini guru berperan penting sebagai

koordinator dalam kegiatan belajar mengajar. Mengajar merupakan suatu proses yang

dilakukan oleh guru untuk mengatur lingkungan belajar yang kondusif agar terjadi

interaksi belajar mengajar yang baik antara peserta didik dengan guru dalam rangka

mencapai tujuan belajar secara optimal. Hal ini akan terwujud bila guru dapat memilih

model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi peserta

didik.

Beberapa pendapat tentang prinsip-prinsip mengajar antara lain : menurut

Slameto (2003: 35), “bahwa prinsip mengajar meliputi 10 prinsip yaitu : perhatian,

aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi, sosialisasi,

individualisme dan evaluasi”. Dimana uraiannya sebagai berikut: 1) Perhatian, di

dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik kepada

Page 2: Isi Inkuiri

pelajaran yang akan diberikan oleh guru; 2) Aktivitas, dalam proses belajar-mengajar

guru perlu menimbulkan aktivitas peserta didik dalam berpikir maupun berbuat; 3)

Apersepsi, guru dalam mengajar harus dapat menghubungkan antara materi pelajaran

dengan pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik, sehingga peserta didik dapat

memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pelajaran

yang akan diterima;

4) Peragaan, guru diharapkan saat akan mengajar dapat menunjukkan benda yang

sebenarnya, atau bila kesulitan dapat menggunakan model, gambar atau tiruan; 5)

Repetisi, bila guru menjelaskan materi perlu diulang-ulang sehingga pengertian itu

semakin jelas; 6) Konsentrasi, hubungan antara mata pelajaran dapat diperluas

sehingga anak dapat memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam bila

pikiran peserta didik terfokus pada materi yang sedang dibahas; 7) Korelasi,

hubungan antara setiap mata pelajaran perlu diperhatikan supaya dapat memperdalam

pengetahuan itu sendiri; 8) Sosialisasi, dalam perkembangan anak perlu bergaul

dengan temannya, dan bekerja dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir

mereka sehingga dapat memecahkan masalah dan menyimpulkan pengetahuannya

sendiri secara berkelompok; 9) Individualisme, peserta didik merupakan makhluk

yang masing-masing mempunyai perbedaan, sehingga guru harus bisa menyesuaikan

dengan kemampuannya; 10) Evaluasi, dapat menggambarkan kemajuan peserta didik

dan prestasinya serta dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru itu sendiri.

Dengan demikian peran guru dalam kegiatan pembelajaran sangat menentukan

berhasil tidaknya proses pembelajaran. Untuk itu guru harus mempunyai kompetensi

seperti yang tertuang dalam kesepuluh prinsip mengajar tersebut.

2. Teori-teori Belajar

Ada beberapa teori belajar, menurut Gagne, Jerome Bruner dan Jean Piaget,

dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Teori Belajar menurut Gagne

Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme

mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat permanen. Jadi

belajar adalah proses, dan belajar dikatakan berhasil bila terdapat perubahan tingkah

laku (Herawati, 2000:1.14). Tingkah laku hasil belajar dapat berupa kemampuan

ketrampilan proses sains, sikap ilmiah atau kematangan dalam berfikir.

Page 3: Isi Inkuiri

Pembelajaran yang melalui tahapan proses pembelajaran atau langkah demi

langkah, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya

sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hakikat belajar menurut Gagne adalah

penekanan pada pencapaian tujuan yang telah dicanangkan dan proses yang dilakukan

untuk mencapai tujuan tersebut. Gagne beranggapan bahwa terdapat jenjang belajar

(learning hierarchi). Peserta didik akan berhasil belajar yang kompleks bila ia telah

menguasai hasil belajar yang lebih rendah dan sederhana. Penerapan teori belajar

Gagne dalam pembelajaran biologi adalah : keberhasilan mempelajari sesuatu

kemampuan tergantung pada ada tidaknya kemampuan yang lebih sederhana yang

telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu belajar harus dimulai dari yang paling

sederhana kemudian berangsur-angsur ke topik yang lebih kompleks.

b. Teori Belajar menurut Bruner

Bruner menyatakan bahwa: “Proses belajar yang paling baik adalah melalui

penemuan, proses pembelajaran peserta didik tersebut akan melibatkan tiga hal

yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah: 1) memperoleh

informasi baru; 2) transformasi informasi; 3) menguji relevansi dan ketepatan

pengetahuan” (Bruner, 1973) yang dikutip oleh Ratna Wilis Dahar (1989: 101). Sesuai

teori ini proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru memberikan

kebebasan dalam mengembangkan kemampuannya diantaranya kognitif, psikomotor

dan afektifnya. Metode pembelajaran yang sesuai dengan teori tersebut adalah

metode inkuiri yang mengandung langkah-langkah metode ilmiah.

Dalam pembelajaran biologi Bruner mengemukakan bahwa “perkembangan

intelektual anak mengikuti 3 tahap representasi yaitu : 1) Enactive representation,

yaitu segala pengertian pada anak tergantung pada respon anak tersebut; 2) Iconic

representation, yaitu pola pikir anak bergantung pada organisasi visual (benda-benda

konkrit) dan organisasi sensorisnya; dan 3) Simbolic representation, yaitu anak telah

memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga dapat mengutarakan

pengalamannya dengan bahasa. Menurut Bruner tugas orang dewasa (guru) untuk

membantu mengajarkan kesiapan anak untuk mengasah kemampuannya.

Pendapat tersebut sangat sesuai dengan metode pembelajaran inkuiri dimana

peserta didik mengenali permasalahan yang sederhana kemudian belajar merespon

permasalahan tersebut (identifikasi), memanfaatkan indra sensorinya untuk

menganalisis dan menghubungkan dengan pengalaman yang pernah diperoleh

sebelumnya, kemudian mengutarakan pengalaman tersebut dalam bentuk bahasa

Page 4: Isi Inkuiri

(pelaporan).

c. Teori Belajar menurut Piaget

Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap

yaitu: 1) sensory motor (0-2 tahun) selama ini anak mengenal alam dengan indranya

(sensori) dan dengan tindakannya (motor); 2) pre operational (2-7 tahun), pada tahap

ini anak belum mampu melakukan operasi dasar matematika; 3) concrete

operational (7-11 tahun), tahap ini anak mulai berpikir secara rasional, akan tetapi

belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak; 4) formal operational (11 tahun

ke atas), anak pada periode ini tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau

peristiwa yang konkret dan sudah mempunyai kemampuan untuk berpikir secara

abstrak. (Herawati, 2000:1.14). Dengan teori ini, kemampuan kognitif peserta

didik SMA kelas X dalam proses belajarnya sesuai dengan tahap usianya yaitu 15

tahun lebih, seharusnya pola berfikirnya bersifat abstrak yang membutuhkan

penalaran, sehingga materi pelajaran biologi yang sarat dengan konsep dapat

disampaikan dengan konsep penalaran.

Selanjutnya Bambang Sumintono dalam artikelnya yang berjudul “TEORI

BELAJAR DARI PERSPEKTIF KONSTRUKTIVIS”, dan dimuat dalam

http://deceng.wordpress.com/, menuliskan bahwa : Piaget juga menjelaskan

bagaimana tiap individu mengembangkan schema, yaitu suatu sistem organisasi aksi

atau pola pikir yang membuat kita secara mental mencerminkan “berpikir

mengenainya”. Dua proses diaplikasikan dalam hal ini yaitu asimilasi dan akomodasi.

Melalui asimilasi kita berusaha memahami hal yang baru dengan mengaplikasikan

schema yang ada; sedangkan akomodasi terjadi ketika seseorang harus merubah pola

berpikirnya untuk merespon terhadap situasi yang baru. Seseorang melakukan

adaptasi dalam situasi yang makin kompleks ini dengan menggunakan schema yang

masih bisa dianggap layak (asimilasi) atau dengan melakukan perubahan dan

menambahkan pada schema-nya sesuatu yang baru karena memang diperlukan

(akomodasi).

Penjelasan di atas menunjukkan penekanan Piaget terhadap pemahaman yang

dibentuk oleh seseorang, sesuatu yang berhubungan dengan logika dan konstruksi

pengetahuan universal yang tidak dapat dipelajari secara langsung dari lingkungan.

Pengetahuan seperti itu berasal dari hasil refleksi dan koordinasi kemampuan kognitif

dan berpikir serta bukan berasal dari pemetaan realitas lingkungan eksternalnya.

Hal yang paling mendasar dari penemuan Piaget ini adalah belajar pada siswa

Page 5: Isi Inkuiri

tidak harus terjadi hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu padanya,

Piaget percaya bahwa belajar terjadi karena siswa memang mengkonstruksi

pengetahuan secara aktif darinya, dan ini diperkuat bila siswa mempunyai kontrol

dan pilihan tentang hal yang dipelajari. Hal ini tidaklah meniadakan faktor guru

dalam proses pembelajaran, justru sebaliknya lah yang terjadi. Pengajaran oleh

guru yang mengajak siswa untuk bereksplorasi, melakukan manipulasi, baik

dalam bentuk fisik atau secara simbolik, bertanya dan mencari jawaban,

membandingkan jawaban dari siswa lain akan lebih membantu siswa dalam

belajar dan memahami sesuatu.

4. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ( guided inquiry)

Metode pembelajaran inkuiri pada dasarnya sangat berkaitan dengan

discovery, karena inkuiri artinya penyelidikan sedangkan discovery adalah penemuan.

Dengan melalui penyelidikan peserta didik akhirnya dapat memperoleh suatu

penemuan. Menurut Beyer (1971,24) dalam Nuryani (2005,8) disebutkan bahwa :

“Inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan proses, produk atau pengetahuan

(content, knowledge) dengan konteks dan nilai (content, values, affective)”. Dari

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah model pembelajaran yang

identik dengan hakikat pembelajaran sains itu sendiri. Selanjutnya Revans (1983)

dalam Stappenbelt (Australian journal of engineering education, 2010) diuraikan

sebagai berikut: “ largely acknowledged as the founder of action learning (McGill &

Beaty, 2002), described the process of learning in the terms of the reflective inquiry

process, where learning is the sum total of attaining programmed knowledge and

questioning of current insight. Marquardt (1999) added a third element, reflection, to

this model of learning to emphasise its importance.” Jadi pembelajaran inkuiri

merupakan salah satu metode pembelajaran pembelajaran aktif yang sangat penting.

Untuk melaksanakan metode pembelajaran inkuiri pada level manapun, guru perlu

melakukan beberapa langkah yaitu pembimbingan, pengarahan dan fasilitasi.

Pembimbingan disini diperlukan untuk membantu peserta didik agar proses inkuiri

dapat terfokus pada materi yang akan dibahas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri, peran guru

adalah sebagai: 1) fasilitator; 2) memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam

menemukan masalah dan merancang pemecahannya, serta menyimpulkan dan

menganalisis data.

Page 6: Isi Inkuiri

Menurut Bruner dalam (Ratna Wilis Dahar, 1989 :108), ” pembelajaran

discovery mempunyai relevansi untuk pembelajaran inkuiri”. Hal ini disebabkan

adanya strategi yang serupa, karena keduanya menekankan pentingnya proses

kognitif peserta didik dalam mengungkapkan arti sesuatu yang dijumpai di

lingkungannya. Proses pembelajaran ini sama-sama berpusat pada peserta didik dan

juga mengembangkan rasa tanggung jawab, komunikasi sosial, kepuasan dalam

belajar serta pengembangan kemampuan secara maksimal.

Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang lebih

menekankan peran aktif peserta didik, baik dari segi fisik maupun mental dalam

kegiatan pembelajaran. Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang berarti

menyelidiki atau menanyakan tentang sesuatu. Tujuan penyelidikan disini adalah

upaya untuk menyelesaikan masalah. Jadi metode inkuiri adalah suatu metode yang

menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong peserta didik untuk

dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Proses mental yang dilakukan antara lain mengamati, mengidentifikasi,

menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil kesimpulan. Metode ini

berusaha mengarahkan peserta didik kepada beberapa tujuan belajar antara lain

meningkatkan motivasi belajar (usaha untuk mendorong peserta didik menjadi lebih

aktif dan kreatif dalam belajar), pragmatis (usaha mendorong peserta didik untuk

mengembangkan sendiri cara/metodenya untuk mendapatkan ilmu), dan curiosity

(usaha untuk menyalurkan rasa keingintahuan sesuatu yang baru dari peserta didik).

Dengan demikian metode ini memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik

untuk berlatih mandiri.

Adapun ciri dari pembelajaran inkuiri antara lain : 1) Guru dalam menyajikan

pembelajaran tidak dalam bentuk konsep jadi, disini peserta didiklah yang diberi

kesempatan untuk menelaah, menyelidiki dan menemukan sendiri jawabannya

melalui teknik pemecahan masalah; 2) Peserta didik menemukan masalah sendiri atau

mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah;

3) Masalah dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya

untuk dipecahkan; 4) Peserta didik berlatih merumuskan hipotesis, untuk

mengarahkan dalam mencari data; 5) Peserta didik menyusun langkah-langkah dalam

mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan, eksperimen, membaca, dan

memanfaatkan sumber lain; 6) Peserta didik melakukan penelitian secara individual

atau kelompok untuk mengumpulkan data; 7) Peserta didik mengolah data serta

menyusun kesimpulan.

Page 7: Isi Inkuiri

Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan belajar mengajar dimana dalam

pemilihan masalah/ topik yang akan dipelajari ditentukan oleh guru, tetapi dalam

proses penemuan konsep dilaksanakan oleh peserta didik dengan cara guru

memberikan pertanyaan yang mengarah pada terbentuknya konsep. Langkah-langkah

kegiatan inkuiri terbimbing menurut Joyce dan Weil (2000:179) antara lain : a). Guru

menyajikan suatu polemik dan menjelaskan prosedur inquiri kepada peserta didik; b).

Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang mereka lihat dan

alami; c). Pengumpulan data eksperimen, para peserta didik diperkenalkan dengan

elemen baru ke dalam situasi yang berbeda; d). Memformulasikan penjelasan; e).

Menganalisis proses inkuiri.

5. Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi ( modified free inquiry)

Metode Inkuiri bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan inkuiri bebas

yang dalam penentuan masalahnya ditetapkan oleh guru. Pada metode ini guru

memberikan masalah melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian, untuk

memperoleh jawaban peserta didik didorong untuk memecahkan masalah tersebut

dalam kerja kelompok atau individual.

Strategi penggunaan inkuiri bebas termodifikasi mempunyai kekurangan yaitu :

a. Peserta didik yang motivasinya kurang dalam hal pengumpulan data dan

keterangan, maka hasilnya akan kurang memuaskan; b. Peserta didik masih kurang

mempunyai inisiatif untuk mendapatkan data, karena kurang pengalaman dalam

kegiatan eksperimen. Strategi pembelajaran ini memerlukan waktu, biaya dan tenaga

yang relatif banyak.

Kelebihan penggunaan metode inkuiri bebas termodifikasi antara lain ; a.

Membantu perkembangan berfikir peserta didik, terutama dalam hal memproses dan

menentukan bermacam-macam keterangan; b. Peserta didik memperoleh penemuan

tentang konsep dasar dan ide-ide yang orisinil; c. Peserta didik terdorong untuk

berpikir secara bebas dan terbuka sehingga akan memberikan kepuasan pada dirinya

sendiri; d. Peserta didik terdorong untuk berpikir dan bekerja atas prakarsa sendiri.

Pada penelitian ini akan diterapkan proses pembelajaran menggunakan

metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan harapan dapat

meningkatkan ketrampilan proses sains peserta didik dan peningkatan motivasi

belajarnya. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing,

peserta didik diarahkan pada tugas pengamatan objek yang berarti membimbing

Page 8: Isi Inkuiri

mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini berbentuk urutan kegiatan

yang dituangkan dalam LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik). Selanjutnya peserta

didik melakukan kegiatan observasi, membuat klasifikasi, membuat

pengukuran/pengelompokkan, mengorganisasi data, membuat kesimpulan dan

memprediksi hasil kegiatan selanjutnya. Penerapan metode inkuiri terbimbing

mengarahkan pada proses berpikir dan memecahkan masalah. Pemecahan masalah

dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan ilmiah hingga ditemukan konsep-

konsep baru. Sedangkan proses pembelajaran dengan metode inkuiri bebas

termodifikasi, peserta didik diberikan suatu permasalahan terlebih dahulu baru

kemudian selanjutnya mereka diberi kesempatan yang luas untuk memecahkan

masalah tersebut dengan inisiatif sendiri dan dari bekal pengetahuan yang pernah

mereka peroleh sebelumnya.

Penggunaan metode inkuiri dalam kegiatan belajar-mengajar mempunyai

tujuan: 1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi

atau data yang diperoleh melalui pengamatan dan proses penemuan; 2) Melatih

peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan hasil

penemuan; 3) Melatih peserta didik menggunakan logika berpikir induktif dalam

menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui proses

penemuan.

Dari berbagai definisi dan ciri metode inkuiri diatas dapat penulis simpulkan

bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menitikberatkan pada

upaya pemecahan masalah, sehingga peserta didik mendapat kesempatan yang seluas-

luasnya untuk mengeksplorasi berbagai informasi agar dapat menemukan konsep

dengan didampingi oleh guru. Peran guru dalam metode inkuiri adalah : 1)

menciptakan suasana yang memberi peluang kepada peserta didik untuk berpikir

bebas dalam bereksplorasi untuk menemukan masalah dan memecahkan masalah

tersebut; 2) sebagai fasilitator dalam penelitian; 3) rekan diskusi dalam pencarian

alternative jawaban terhadap masalah; 4) membimbing penelitian, mendorong

keberanian berpikir untuk mencari alternative pemecahan masalah.

Adapun sintaks dari metode pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada tabel

2.1. berikut :

Tabel 2.1. Sintaks Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas

Page 9: Isi Inkuiri

Termodifikasi

No Fase Kegiatan Guru

Inkuiri Terbimbing Inkuiri Bebas

Termodifikasi1 Perumusan masalah Membimbing peserta

didik mengidentifikasi

masalah.

Menyodorkan masalah

pada peserta didik

untuk diidentifikasi

dalam bentuk

pengamatan, eksplorasi

atau prosedur 2 Penyusunan

hipotesis

Memberi kesempatan

peserta didik untuk

berpendapat dalam

membentuk hipotesis.

Memberi kesempatan

peserta didik untuk

menyusun hipotesis

secara mandiri.3 Rancangan/

Perakitan

Percobaan

Memberi kesempatan

peserta didik untuk

menentukan langkah-

langkah yang sesuai

dengan hipotesis.

Membimbing mereka

mengurutkan tahap-tahap

Memberi kesempatan

peserta didik untuk

menentukan langkah-

langkah yang sesuai

dengan hipotesis dan

merancang alat

percobaan.4 Melaksanakan

Percobaan

Membimbing peserta

didik untuk mendapatkan

informasi dari hasil

percobaan, pengamatan,

pengukuran dan

Mendampingi peserta

didik dalam melaksana-

kan percobaan /

eksperimen.

5 Mengumpulkan dan

menganalisis data

Memberi kesempatan Memberi kesempatan

pada peserta didikmenyampaikan hasil

pengolahan data yang

terkumpul

untuk menyampaikan

hasil pengolahan secara

berkelompok dari data

yang terkumpul.6 Membuat

Kesimpulan

Membimbing peserta

didik untuk membuat

kesimpulan

Memberi kesempatan

pada peserta didik

untuk menyusun

kesimpulanDiadaptasi dari pendapat Eggen & Kauchak (1996) dalam Trianto (2007 : 141)

dan http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discovery-

inquiry.html

Page 10: Isi Inkuiri

Sedangkan perbandingan antara metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas

termodifikasi dapat dilihat pada tabel 2.2. berikut :

Tabel 2.2. Perbandingan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan

Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi

NO FASE-FASE INKUIRI TERBIMBING INKUIRI BEBASTERMODIFIKASI

1. Fase 1 :Menghadapkan pada masalah

Guru mendiskripsikanmasalah yang akan dipecahkan oleh peserta

Guru menyajikan masalahyang menjadikan teka-teki bagi peserta didik

2. Fase 2 :Mengumpulkan data terhadap masalah

Guru membantu peserta didikdalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

Usaha peserta didik untuk menemukan cara pemecahan masalah yang disajikan guru (guru bertindak sebagai nara

3. Fase 3 :Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Mendorong peserta didikuntuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan eksperimen agar mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Peserta didik mengumpulkan informasi yang didapat melalui kegiatan pelaksanaan percobaan dan mencatat informasi tersebut

4. Fase 4 :Mengorganisir data dan merumuskan penjelasan

Guru mengajak peserta didikuntuk mengorganisir dan merumuskan penjelasan terhadap masalah

Peserta didik merumuskanpenjelasan untuk mengorganisir data dan merumuskan penjelasan terhadap masalah

5 Fase 5 :Menganalisis

Guru menuntut peserta didik untuk dapat

Peserta didik menganalisishasil temuan mereka serta

danmengevaluasi proses pemecahan masalah

hasil temuan mereka sertadiberi kesempatan mengajukan pertanyaan yang lebih efektif dan produktif.

diberi kesempatanmengajukan pertanyaan yang lebih efektif dan produktif.

Ada beberapa keunggulan dari metode inkuiri dalam kegiatan belajar-mengajar

antara lain: 1) peserta didik belajar bagaimana belajar (learn how to learn); 2)

belajar menghargai dirinya sendiri; 3) memotivasi diri dan lebih mudah

mentransfer; 4) memperkecil atau menghindari hafalan; 5) peserta didik lebih

bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri. Sedangkan kekurangan metode

inkuiri antara lain: 1) lebih tergantung pada petunjuk/ bimbingan Guru; 2) butuh

Page 11: Isi Inkuiri

penguasaan konsep lebih yang terkait dengan materi.

Menurut Roestiyah (2002 : 20-21) dalam artikel yang dimuat dalam

http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discovery-inquiry.html

Model pembelajaran discovery-inquiry memiliki kelebihan dan kekurangan:

Kelebihan model pembelajaran inquiry yaitu: a. Mampu mengembangkan penguasaan

ketrampilan untuk berkembang dan maju dengan menggunakan potensi yang ada pada

diri peserta didik itu sendiri; b. Mampu memberikan motivasi belajar, memperkuat,

dan menambah kepercayaan pada diri peserta didik dengan proses menemukan

sendiri.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran inquiry yaitu: a. Peserta didik

harus ada kesiapan, kemampuan, dan keberanian untuk mengetahui keadaan

sekitarnya dengan lebih baik; b. Bila kelas terlalu besar, maka bentuk ini akan

kurang berhasil.

6. Ketrampilan Proses Sains

Kurikulum 1984 Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, pada lampiran dan

dalam bab pokok – pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses belajar

mengajar dilaksanakan dengan pendekatan ketrampilan proses. Begitu juga

kurikulum 1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Atas menekankan

penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam pengajaran IPA. Dengan

demikian, jelas bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA. Sudah

sewajarnya apabila ketrampilan proses menjadi bagian yang tak terpisahkan

(milik) Guru IPA pada jenjang pendidikan manapun.

Aspek produk dan proses yang terdapat dalam kurikulum 2006 tampak terinci

dan lebih jelas. Hal itu dimaksudkan agar para guru sebagai pelaksana di lapangan

dapat lebih memahami dan menerjemahkannya ke dalam rencana atau persiapan

mengajar mereka. Garis besar dan ringkasan perbandingan aspek produk dan proses

kurikulum 1984 hingga kurikulum KTSP dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Perbandingan kurikulum 1984, 1994 dan KTSP untuk IPA

Page 12: Isi Inkuiri

GBPP

ASPEK

Kurikulum 1984 Kurikulum 1994 Kurikulum

2006/KTSPKonsep dan

Proses

Terdapat dalam

satu tujuan

kurikuler

Terdapat dalam satu

tujuan kurikuler dan

setiap TPU

Terdapat dalam

Standar Kompetensi

Konsep Lebel konsep

berupa pokok-

pokok bahasan

Terjabar berupa

”working definition”

Terjabar dalam

Kompetensi Dasar

Proses Ketrampilan

proses (KP)

sebagai

penjabaran

metode ilmiah

KP tercermin dalam

bulatan (alternative

pembelajaran

sebagai contoh)

KP dijabarkan dalam

indicator

Pendekatan Konsep,

ketrampilan

Konsep, PKP,

lingkungan (STM),

Konsep, PKP,

proses (PKP),

lingkungan,

terpadu /PKG

Penemuan Penemuan

(Keterangan : hasil analisis dan rangkuman Nuryani Rustaman, 2000)

Namun kenyataanya yang terjadi di lapangan, masih banyak guru yang

belum melaksanakannya. Ketrampilan proses baru dikenal secara harfiah, belum

dikuasai oleh para calon guru, guru maupun dosen LPTK. Hal itu diduga karena

adanya pendapat bahwa dengan menguasai konsep –konsep IPA, segalanya menjadi

beres. Ketrampilan proses tidak dirasa perlu untuk dikembangkan dalam pembelajaran

IPA dilapangan. Soal – soal EBTANAS / UAN hampir tidak pernah memunculkan

soal – soal yang mengukur ketrampilan proses.

Pendekatan ketrampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan

pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber

dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri peserta

didik. Pendekatan ketrampilan proses sains lebih menekankan pada pembentukan

ketrampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya.

Menurut Dimyati dan Mujiono ( 2002;138) dalam Singgih Trihastuti (2008:

makalah), yang diambil dari pendapat Funk (1985), bahwa : 1. Pendekatan

ketrampilan proses dapat mengembangkan hakekat ilmu pengetahuan peserta didik.

Peserta didik terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih

memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; 2. Pembelajaran melalui ketrampilan

proses akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja dengan ilmu

pengetahuan, tidak hanya menceritakan dan atau mendengarkan sejarah ilmu

Page 13: Isi Inkuiri

pengetahuan; 3. Ketrampilan proses dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar

proses dan sekaligus produk dari ilmu pengetahuan. Dari uaraian diatas nampak bahwa

dengan penerapan ketrampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental

intelektual peserta didik. Disamping itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan

kemampuan peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan

prinsip ilmu atau pengetahuan. Hal senada juga diungkapkan oleh Uzer Usman

(1995:42) dalam Singgih Trihastuti (2008: makalah), bahwa pendekatan ketrampilan

proses (sains) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengarah pada

pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial sebagai penggerak kemampuan

yang lebih tinggi dalam diri peserta didik.

Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan

ketrampilan proses (sains) dalam kehidupan sehari-hari. Alasan pertama,

perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin

guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada peserta didik. Kedua, para ahli

psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep

yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, wajar sesuai

dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya

penemuan konsep melalui perlakuan fisik, pengamatan benda-benda yang benar-benar

nyata. Ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar, penemuan

bersifat relatif. Keempat, dalam proses belajar mengajar seharusnya pengembangan

konsep tidak lepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri peserta didik. Konsep

di satu pihak serta sikap dilain pihak harus saling terkait.

Ketrampilan proses melibatkan beberapa ketrampilan seperti kognitif atau

intelektual, manual dan proses sosial. Ketrampilan kognitif atau intelektual terlihat

karena dengan melakukan ketrampilan proses siswa menggunakan pikirannya.

Ketrampilan manual jelas terlihat dalam ketrampilan proses karena mereka melibatkan

penggunaan alat dan bahan pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan

ketrampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam

melaksanakan kegiatan belajar misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Menurut Nuryani Y. Rustaman ( : 95), SAPA (Science A Process Approach),

pendekatan ketrampilan sains (KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan

proses dalam membentuk konsep. Selain itu SAPA menuntut pengembangan

pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya ,

sedangkan jenis-jenis ketrampilan proses dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan

Page 14: Isi Inkuiri

secara terpisah – pisah bergantung metode yang digunakan. Umumnya dalam

mendemonstrasikan dapat dikembangkan ketrampilan proses tertentu (observasi,

interpretasi, komunikasi, dan aplikasi konsep). Dengan demikian dalam penilaian

KPS tidak selalu semua aspek menjadi subjek penilaian sehingga dapat dikembangkan

pendekatan KPS yang sesuai dengan materi atau topik pembelajaran.

Ketrampilan proses terdiri atas sejumlah ketrampilan yang satu sama lain

sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing –

masing ketrampilan proses tersebut. 1) Melakukan pengamatan (observasi);

Menggunakan indera penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba pada

waktu mengamati ciri-ciri semut, capung, kupu-kupu, dan hewan lain yang termasuk

serangga merupakan kegiatan yang sangat dituntut dalam belajar IPA. Menggunakan

fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk ketrampilan

proses mengamati. 2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi); Mencatat setiap hasil

pengamatan tentang fermentasi secara terpisah antara hasil utama dan hasil sampingan

termasuk menafsirkan atau interpretasi. Menghubung-hubungkan hasil pengamatan

tentang bentuk alat gerak dengan habitatnya menunjukkan bahwa siswa melakukan

interpretasi. Begitu pula jika siswa menemukan pola atau keteraturan dari satu seri

pengamatan tentang jenis-jenis makanan berbagai burung, misalnya semua bergizi

tinggi, dan menyimpulkan bahwa makanan bergizi diperlukan oleh burung. 3)

Mengelompokkan (Klasifikasi); Penggolongan makhluk hidup dilakukan setelah siswa

mengenali ciri-cirinya. Dengan demikian dalam proses pengelompokan tercakup

beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, membandingkan ciri-ciri, mencari

kesamaan. 4) Meramalkan (prediksi); Ketrampilan meramalkan atau prediksi

mencakup ketrampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi

berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. Memperkirakan bahwa

besok matahari akan terbit dari timur merupakan contoh prediksi. 5) Berkomunikasi;

Membaca grafik, tabel dan diagram dari hasil percobaan tentang faktor –faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan atau pernapasan termasuk berkomunikasi dalam

pembelajaran IPA. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram

juga termasuk berkomunikasi. Selain itu termasuk kedalam berkomunikasi juga adalah

menjelaskan hasil percobaan misalnya mempertelakan atau memberikan tahap-tahap

perkembangan daun termasuk menyusun dan menyampaikan laporan secara

sistematis dan jelas.

6) Berhipotesis; Hipotesis menyatakan hubungan anatara dua variable atau

mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan

Page 15: Isi Inkuiri

cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya

terkandung cara untuk mengujinya. 7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan;

Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk kedalam ketrampilan proses

merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembaran kegiatan siswa tidak dituliskan

alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti

siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan untuk

penyelidikan tersebut. Menentukan variable atau peubah yang terlibat dalam suatu

percobaan tentang pengaruh pupuk terhadap laju pertumbuhan tanaman termasuk

kegiatan merancang penyelidikan. Selanjutnya menentukan variable control dan

variable bebas, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan

cara dan langkah kerja juga termasuk merencanakan penyelidikan. 8) Menerapkan

konsep atau prinsip; Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru (misal

banjir) dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki (erosi dan pengangkutan air),

berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa

menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. 9) Mengajukan

pertanyaan; Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan tentang apa,

mengapa, bagaimana atau menanyakan latar belakang hipotesis. Pertanyaan dapat

menunjukkan bahwa siswa ingin mengetahui, berfikir, menggunakan pemikiran

untuk menguji atau memeriksanya. Dengan demikian jelaslah bahwa bertanya tidak

sekedar bertanya tetapi melibatkan pemikiran.

Ketrampilan intelektual dan ketrampilan fisik diperlukan ketika peserta didik

berupaya untuk menerapkan gagasan mereka pada situasi baru. Ternyata hal ini perlu

didukung oleh guru, atau guru berperan dalam mengembangkan ketrampilan proses

peserta didik. Dalam mengembangkan ketrampilan proses peran guru dapat dibahas

secara umum, maupun secara khusus. Secara umum peran guru terutama berkaitan

dengan pengalaman mereka membantu peserta didik mengembangkan ketrampilan

proses sains. Menurut Harlen (1992) dalam artikel Singgih Tri H. sedikitnya terdapat

lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan

ketrampilan proses. Pertama, memberikan kesempatan untuk menggunakan

keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena. Pengalaman

langsung tersebut memungkinkan peserta didik untuk menggunakan alat – alat

inderanya dalam mengumpulkan informasi atau bukti – bukti untuk kemudian ditindak

lanjuti dengan pengajuan pertanyaan, merumuskan hipotesis berdasarkan gagasan

yang ada. Kedua, memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok – kelompok

kecil dan juga diskusi kelas. Tugas-tugas dirancang agar mereka berbagi gagasan,

Page 16: Isi Inkuiri

menyimak teman lain, menjelaskan dan mempertahankan gagasannya, sehingga

mereka belajar berfikir reflektif tentang hal-hal yang sudah dilakukannya,

menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan orang lain untuk

memperkaya pendekatan yang mereka rencanakan. Berbicara dan menyimak untuk

menyiapkan dasar berfikir untuk bertindak.

Ketiga, mendengarkan pembicaraan peserta didik dan mempelajari produk

mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka.

Keempat, mendorong peserta didik mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana

kegiatan mereka telah dilakukan. Selama dan setelah menyelesaikan percobaan,

mereka seyogianya mendiskusikan bagian – bagian atau keseluruhan penyelidikan.

Mereka juga hendaknya didorong untuk mempertimbangkan cara-cara alternative

untuk meningkatkan kegiatan mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk

mengenali ketrampilan-ketrampilan yang perlu ditingkatkan. Kelima, memberikan

teknik atau strategi untuk meningkatkan ketrampilan khususnya ketepatan dalam

observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci

dikembangkan dalam berkomunikasi. Begitu pula dalam penggunaan alat, karena

mengetahui bagaimana cara menggunakan alat tidak sama dengan

menggunakannya. Menggunakan teknik secara tepat berarti memerlukan pengetahuan

bagaimana cara bertanya yang baik.

Sedangkan peran guru secara khusus dilakukan bila seorang guru akan

mengembangkan ketrampilan proses tertentu, hendaknya dia memperhatikan syarat-

syarat tertentu dan menyiapkan kondisi yang diperlukan untuk itu. Sebagai contoh,

membantu menggunakan ketrampilan observasi. Kesempatan untuk menggunakan

alat- alat indera untuk memperoleh fakta dari obyek atau fenomena dijajagi.

Sangatlah baik apabila menggunakan obyek untuk memulai topik baru beberapa saat

sebelumya untuk meningkatkan minat peserta didik. Selanjutnya dapat ditampilkan

contoh-contoh lainya agar peserta didik, dapat menangkap esensi dari sejumlah objek

yang ditampilkan. Memang untuk mengembangkan ketrampilan observasi diperlukan

waktu lebih banyak dari pada ketrampilan proses lainya.

Namun tidak semua observasi perlu dilakukan didalam kelas. Persiapan yang

direncanakan dengan baik untuk melakukan ekspedisi (observasi diluar kelas, diluar

jam pelajaran) juga memungkinkan kegiatan yang kaya dengan observasi.

Memberikan lembar pengamatan yang sudah dirancang dengan mempertimbangkan

aspek – aspek penting yang harus diamati sangat membantu guru dan peserta didik

untuk mengungkap hasil pengamatan mereka.

Page 17: Isi Inkuiri

Ketrampilan klasifikasi merupakan ketrampilan “beyond observation”. Seperti

dalam mempersiapkan ketrampilan observasi, guru juga perlu menyiapkan beragam

objek yang perlu diobservasi sebagai persiapan, mengembangkan ketrampilan

klasifikasi. Berdasarkan hasil observasi, ditentukan ciri tertentu yang diamati yang

akan digunakan sebagai dasar klasifikasi. Setelah itu barulah dilakukan pemilahan

anggota (objek) yang memiliki ciri tersebut dan tidak. Untuk itu perlu disiapkan

format lembar kerja yang berisi aspek-aspek tersebut (ciri yang teramati, ya, tidak)

dalam bentuk matriks.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan ketrampilan proses

adalah suatu pendekatan atau cara yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan-

kegiatan penyusunan atau penemuan konsep secara mandiri. Pendekatan ketrampilan

proses ini bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi

yang berbeda dan dalam situasi yang tepat mereka dapat mengembangkan potensinya

secara optimal. Pendekatan ketrampilan proses sains juga merupakan pendekatan

pembelajaran yang sesuai dengan hakikat mata pelajaran biologi, yang mengutamakan

keaktifan peserta didik untuk menemukan/ membangun konsep-konsep biologi dengan

menghubungkan pengalaman yang diperoleh dan dimiliki dalam kehidupan sehari-

hari.