Isi Hipertensi
-
Upload
indah-mahmud -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
description
Transcript of Isi Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh
dokter yang bekerja pada kesehatan primer di Indonesia karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya.
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang
penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya
sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak
dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal mekanis.
(Sylvia Anderson, 2006)
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi
ventrikel kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan
pembuluh ferifer dan beban aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan
hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastolik.
Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas. (Mansjoer, 2001)
Oleh karena itu, seorang perawat perlu memberikan penyuluhan
informasi mengenai penyakit hipertensi kepada penderita hipertensi dan bagi
perawat sendiri dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan asuhan
keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar hipertensi?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien hipertensi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar hipertensi.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien hipertensi.
1
1.4 Manfaat Penulisan
Memberikan gambaran mengenai penyakit hipertensi dalam pembuatan
konsep asuhan keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Hemoroid
2.1.1 Pengertian
Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu
peningkatan kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat
menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh
berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya mengikuti suau
pola yang khas.
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90
mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang”
gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit
kardiovaskular. (Anderson, 2006)
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan
darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan
keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh
penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan
memerlukan penanggulangan dengan baik.
Hipertensi adalah faktor penyebab utama kematian karena stroke
dan faktor yang memperberat infark miokard (serangan jantung).
Kondisi tersebut merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan
darah. Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang sering
terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra persisten.diagnosa
hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-rata dua
atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah 90mmHg atau
lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada dua
atau lebih kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari
140mmHg. (Potter & Perry, 2005)
3
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 - 139 80 - 89
Hipertensi stage I 140 - 150 90 - 99
Hipertensi stage II >150 >100
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat I (hipertensi ringan) 140 - 159 90 - 99
Sub group: Perbatasan 140 - 149 90 - 94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160 - 179 100 - 109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sub group: Perbatasan 140 - 149 <90
Adapun Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun
keatas menurut Joint National Committee on Prevenion, Detectoion,
Evaluation, and Treatment of High Blood pressure, dalam buku
Brunner dan suddarth (896, 2002).
Kategori Sistolik Diastolik
Normal
Tinggi Normal Hipertensi
Stadium 1 (ringan)
Stadium 2 (Sedang)
Stadium 3 (berat)
Stadium 4 (sangat berat)
< 130
130 – 139
140 – 159
160 – 179
180 – 209
> 210
< 85
85 – 89
90 – 99
100 – 109
110 – 119
> 120
2.1.3 Etiologi
4
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang
memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan
garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan
hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na
peningkatan Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen,
penyakit ginjal. Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. Beberapa penyebab
terjadinya hipertensi sekunder:
a. Penyakit Ginjal
1. Stenosis arteri renalis
2. Pielonefritis
3. Glomerulonefritis
4. Tumor-tumor ginjal
5. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
6. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
7. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
b. Kelainan Hormonal
1. Hiperaldosteronisme
2. Sindroma Cushing
3. Feokromositoma
5
c. Obat-obatan
1. Pil KB
2. Kortikosteroid
3. Siklosporin
4. Eritropoietin
5. Kokain
6. Penyalahgunaan alkohol
7. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
d. Penyebab Lainnya
1. Koartasio aorta
2. Preeklamsi pada kehamilan
3. Porfiria intermiten akut
4. Keracunan timbal akut.
2.1.4 Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah
difusi (konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri.
Pada stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi
menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner
menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung
akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung
dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan
secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan
tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi
oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa
jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengan penyakit dalam jantung
koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan
pembumluh darah koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran
darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner
pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
6
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar
dalam resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan
air mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini dan
meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan
kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor
utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini.
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat
penyakit meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari
gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer, 2001)
2.1.5 Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita
hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009), antara lain :
1. Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf
pusat.
4. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
Sedangkan menurut Marllyn Doengoes (2000). Tanda dari
hipertensi adalah kelemahan, napas pendek, frekuensi jantung
meningkat, ansietes, depresi, obesitas, pusing, sakit kepala, tekanan
darah meningkat.
7
2.1.6 Komplikasi
1. Stroke
Suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya
aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat
merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan
otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu.
2. Infark miokard
Disebabkan oleh penurunan aliran darah koroner yang tiba-tiba
atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard tanpa disertai perfusi
koroner yang adekuat. Infark terjadi karena iskemia (bersifat
reversible) dan nekrosis (tidak bersifat reversible).
3. Gagal ginjal
Suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
di dalam darah atau produksi urine.
4. Ensefalopati
Nama umum dari gangguan fungsi otak yang mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain infeksi, toksin, kelainan
metabolik dan iskemik.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto dada
Untuk menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2. CT scan
Untuk mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
8
3. Hemoglobin atau hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel - sel
terhadap volume cairan dan dapat mengindikasikan faktor - faktor
risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
4. Glukosa
Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar ketokolamin atau meningkatkan
hipertensi.
5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium dapat meningkatkan hipertensi.
6. VMA urin (metabolit ketokolamin)
Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma
(penyebab), VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk mengkaji
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
7. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
8. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi.
9. EKG
Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Data Demografi
Identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, umur,
alamat, agama, bangsa atau suku, pekerjaan, status
perkawinan, ruangan, nomer bed, tanggal masuk, tanggal
pengkajian dan diagnosa.
9
2.2.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama
adanya pusing yang hebat. Sering menjadi alasan klien
untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sakit kepala
disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala berdenyut.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala. Gejala yang dimaksud adalah sakit di
kepala, pendarahan di hidung, pusing, wajah kemerahan,
dan kelelahan yang bisa saja terjadi pada penderita
hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
di obati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah,
sesak napas, pandangan menjadi kabur karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang
penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat hipertensi sebelumnya, penyakit jantung
koroner, diabetes militus, penyakit ginjal, obesitas,
hiperkolesterol, merokok, penggunaan alkohol dan
penggunaan obat kontrasepsi oral, tingkat stress yang tinggi,
dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit kronis atau generatif keluarga yang
ada hubungannya dengan adanya penyakit jantung, stroke.
2.2.1.3 Pola Sehat-fungsional
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Adanya keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala.
b. Adanya kelelahan, dan keluhan kedinginan
c. Adanya riwayat pengobatan.
10
d. Riwayat terkena zat kimia.
e. Kaji riwayat keturunan.
2. Pola nutrisi metabolik
a. Berat badan normal atau obesitas.
b. Perubahan nafsu makan.
3. Pola eliminasi
Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya:
infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Adanya kelelahan dan toleransi beraktifitas.
b. Kelemahan, letih napas pendek.
c. Gaya hidup monoton.
d. Kenaikan tekanan darah.
e. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas atau kerja.
5. Pola Istirahat-Tidur
a. Lokasi nyeri terutama di daerah tungkai, abdomen dan
kepala.
b. Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas.
6. Pola persepsi kognitif
a. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
dan episode statis staksis.
b. Perubahan pola bicara dan proses fikir atau memori.
c. Penurunan kekuatan, genggaman tangan
d. Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri
ringan, edema, papiladema, exudat, hemorgi.
e. Nyeri pada tungkai, abdomen dan kepala.
f. Distress respirasi atau penggunaan otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
7. Pola persepsi diri-konsep diri
a. Letupan suasana hati, gelisah, muka tegang.
b. Penyempitan kontinu perhatian.
c. Perubahan warna kulit.
11
d. Gangguan koordinasi atau cara berjalan.
e. Kurang bertenaga, penampilan tidak rapi.
8. Pola peran dan hubungan
Hubungan ketergantungan karena klien masih dapat
melakukan aktifitasnya namun sedikit terganggu.
9. Pola koping-toleransi stress
a. Depresi
b. Emosi yang labil.
c. Gelisah
d. Factor stress multiple.
10. Pola keyakinan-Nilai
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi
pemilihan pengobatan.
2.2.1.4 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
4. Skala Nyeri
5. Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe)
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
b. Pemeriksaan Khusus (Kardiovaskuler)
Jantung diperiksa secara langsung dengan inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi dinding dada. Pendekatan
sistemik merupakan dasar pengkajian yang seksama.
Pemeriksaan dinding dada dilakukan pada enam daerah
dibawah ini :
1. Daerah aorta - ruang interkostal kedua pada sternum
kanan
12
2. Daerah pulmonal-ruang interkostal kedua pada
sternum kiri
3. Titik erb - ruang interkostal ketiga pada sternum kiri.
4. Daerah tricuspid atau ventrikel kanan - ruang
interkostal empat dan lima pada sternum kiri.
5. Daerah apeks atau ventrikel kiri - ruang interkostal
kelima pada sternum kiri.
6. Daerah epigastrik-dibawah prosesus xifoideus.
Pemeriksaan kebanyakan dilakukan dengan pasien
dalam posisi supine dan kepala sedikit dinaikkan.
1. Inspeksi dan palpasi
Dengan cara sistematis, setiap daerah
prekordium diinspeksi dan dipalpasi. Terdapat impuls
normal yang jelas dan terletak tepat di atas apeks
jantung,biasanya terlihat pada orang muda atau tua
yang kurus. Impuls ini disebut impuls apical atau titik
impuls maksimal (PMI) dan normalnya terletak pada
rongga interkostal kelima kiri pada garis medio-
klavikularis. Impuls apical terkadng dapat pula
dipalpasi. Normalnya terasa sebagai denyutan ringan,
dengan diameter 1-2 cm. Teraba pada saat awitan
bunyi jantung pertama dan berlangsung hanya
setengah sistolik. Secara normal, PMI hanya teraba
pada satu ruang interkostal. Bila PMI dapat teraba
pada dua daerah yang terpisah dan gerakan denyutnya
paradoksal (tidak bersamaan) harus dicurigai adanya
aneurisma ventrikel.
2. Perkusi
Secara normal, hanya batas jantung kiri yang
dapat dideteksi pada perkusi. Memanjang dari garis
medioklavikularis diruang interkostal ketiga sampai
13
kelima. Batas kanan terletak dibawah batas kanan
sternum dan tidak dapat dideteksi. Pembesaran
jantung baik ke kiri maupun ke kanan biasanya akan
terlihat. Pada beberapa orang yang dadanya sangat
tebal atau obes atau menderita emfisema, jantung
terletak jauh di bawah permukaan dada sehingga
bahkan batas kiripun tidak jelas kecuali bila
membesar.
3. Auskultasi
Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi
pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2
normal, mendeteksi adanya bunyi S3 dan S4 yang
tidak normal dan bunyi murmur serta bunyi gesekan,
mengidentifikasi lokasi,radiasi,intensitas, nada dan
kualitas bunyi murmur. Serta mengidentifikasi bunyi
bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen dan arteri
femoral.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto dada
b. CT scan
c. Hemoglobin atau hematokrit
d. Glukosa
e. Kalsium serum
f. VMA urin (metabolit ketokolamin)
g. Asam urat
h. IVP
i. EKG
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
14
2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vasculer serebral
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik.
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah penurunan curah jantung dapat teratasi
b. Kriteria hasil
1. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang
dapat diterima.
2. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah
atau kerja jantung.
3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam
rentang normal pasien.
c. Intervensi:
1. Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua tangan atau paha
untuk evaluasi awal.
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
lebih lengkap tentang keterlibatan masalah vaskuler.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan parifer.
Rasional : Denyut pada tungkai mungkin menurun
mencerminkan efek dari vasokonstriksi (peningkatan SVR)
dan kongesti vena.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat
karena adanya hipertropi atrium (peningkatan volume atau
15
tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertropi
ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles
mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian
kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan
vasokonstriksi atau mencerminkan penurunan curah jantung.
5. Catat edema umum atau tertentu.
Rasional : Dapat mengindikasi gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskular.
6. Berikan lingkungan tenang dan nyaman. Kurangi aktivitas
atau keributan lingkungan.
Rasional : Membantu menurunkan rangsang simpatis
meningkatkan relaksasi.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas. Bantu pasien melakukan
aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
Rasional : Menurunkan stres dan ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan peyakit
hipertensi.
8. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman.
Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis.
9. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan
stres sehingga menurunkan tekanan darah.
10. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasional : Respon terhadap terapi obat “stepped” (yang
terdiri dari atas diuretik, inhibitor simpatis dan vasodilator)
tergantung pada individu dan efek sinergis obat.
16
11. Berikan obat-obat sesuai indikasi, contoh: Diuretic tiazin
[kortikosteroid (diuri), hidroklorotiazid (esidrix atau
hidroDIURIL), bendroflumentiazid (Naturetin)].
Rasional : Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur
dengan obat lain untuk menurunkan tekanan darah pada
pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal.
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
Rasional : Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan
respon hipertensif dengan menurunkan kerja jantung.
2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vasculer serebral
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan masalah nyeri teratasi.
b. Kriteria hasil
1. Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan terkontrol
2. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
c. Intervensi
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan
relaksasi.
2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala.
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular
serebral dan memperlambat atau memblok respon simpatis
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang
dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejan saat
buang air besar, batuk panjang, membungkuk.
17
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan
vaskularserebral.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan
dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode
hipotensi postural.
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur
bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah
dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres
hidung dan mengganggu menelan atau membutuhkan napas
dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan menger
membran mukosa.
6. Berikan sesuai indikasi: analgesik dan antiansieta, misalnya
lorazepam (ativan), diazepam (valium).
Rasional : Menurunkan atau mengontrol nyeri, menurunkan
rangsang sistem saraf simpatis dan mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan diperberat oleh stres.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah intoleransi aktivitas teratasi.
b. Kriteria hasil
1. Peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
2. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
fisiologi
3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan
18
c. Intervensi
1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan frekuensi
nadi serta peningkatan tekanan darah selama atau sesudah
aktivitas.
Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam
mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila
ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi.
Rasional : Teknik menghemat energi mengurangi
penggunaan energi dan membantu keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan
hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik.
a. Intervensi
1. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi
prilaku
Rasional : Kesalahan kebiasaan makanan menunjang
terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan yang merupakan
preposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan
kemungkinan startegi untuk mengatasinya.
Rasional : Mengindikasikan kekuatan atau kelemahan dalam
menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian dan
19
membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana
pasien dapat mengontrol perubahan.
3. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh.
Rasional : Motivasi untuk penurunan berat badan adalah
internal, individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil
dan memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
2.2.4 Evaluasi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
a. Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah
akibat beban kerja jantung
b. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang
dapat diterima
c. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien
2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vasculer serebral.
a. Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
b. Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
c. Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
a. Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
b. Mengungkan metode yang memberikan pengurangan
c. Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik.
a. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
20
b. Menunjukkan perubahan pola makan
c. Melakukan atau mempertahankan program olaraga yang tepat
seacar individual
21
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu factor keturunan, ciri
perseorangan (jenis kelamin, umur) dan kebiasaan hidup.
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal, mata, otak, atau jantung.
Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan
tindakan keperawatan dalam proses penyembuhan.
4.2 Saran
1. Pendekatan yang baik pada klien hendaknya dilakukan oleh semua tim
kesehatan terutama perawatan sehari - hari, hubungan yang dekat klien
agar klien merasa diperhatikan.
2. Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan
perawat, berharap klien agar keperawatan berjalan efektif dengan
menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil
dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti.
3. Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi
dan tindakan tersebut.
4. Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan
keluarga klien, tim medis dalam proses keperawatan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4 volume 3. Jakarta :
EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia. A. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
23