isi funny 1

14
BAB II ISI 2.1. Gambaran Umum Proses Bleaching Pe mucata n (bleaching ) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk  menghilangkan zat-zat warna yang ti dak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur minyak dengan adsorben, seperti tanah serap (  fuller earth ), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia. 2.2. Klasifikasi Proses Pemucatan Proses pemucatan terbagi dua, yaitu : 1. Pemuca tan Min yak dengan Adsorben Adsor ben yang digunak an untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah pemucat (bleaching earth) dan arang (bleaching carbon). Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak, misalnya peroksida Pemucatan minyak menggunakan adsorben umumnya dilakukan dalam ketel yang dilengkapi dengan pipa uap. Minyak yang akan dipucatkan dipanaskan pada suhu sekitar 105 o C, selama 1jam. Penambah an adsorb en dilak ukan pada saat minyak mencapai suhu 70-80 o C, dan jumlah adsorben kurang lebih sebanyak 1,0-1,5 persen dari berat minyak. Selanjutnya minyak dipisahkan dari adsorben dengan cara penyaringan menggunakan kain tebal atau dengan cara pengepresan dengan filter press. Minyak yang hilang karena  proses tersebut kurang lebih 0,2-0,5 persen dari berat minyak yang dihasilkan setelah  proses pemucatan. i. Macam-macam Ads or ben: Adsorben yang biasa digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari bleaching clay, arang dan arang aktif. a.  Bleaching Clay (bleaching earth) Bahan pemucat ini merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama terdiri dar i SiO 2 , Al 2 O 3 , air terikat ser ta ion kal sium, magnes ium oks ida dan bes i oks ida . Perbandingan komposisi antara 2 jenis bleaching. Perbandingan komposisi antara dua  jenis Bleaching Clay dapat dilihat pada tabel 9.2.

Transcript of isi funny 1

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 1/14

 

BAB II

ISI

2.1. Gambaran Umum Proses Bleaching

Pemucatan (bleaching ) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk 

menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan

dengan mencampur minyak dengan adsorben, seperti tanah serap ( fuller earth), lempung

aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia.

2.2. Klasifikasi Proses Pemucatan

Proses pemucatan terbagi dua, yaitu :

1. Pemucatan Minyak dengan Adsorben

Adsorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah pemucat

(bleaching earth) dan arang (bleaching carbon). Zat warna dalam minyak akan diserap

oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil

degradasi minyak, misalnya peroksida

Pemucatan minyak menggunakan adsorben umumnya dilakukan dalam ketel yang

dilengkapi dengan pipa uap. Minyak yang akan dipucatkan dipanaskan pada suhu sekitar 

105oC, selama 1jam. Penambahan adsorben dilakukan pada saat minyak mencapai suhu

70-80

o

C, dan jumlah adsorben kurang lebih sebanyak 1,0-1,5 persen dari berat minyak.Selanjutnya minyak dipisahkan dari adsorben dengan cara penyaringan menggunakan

kain tebal atau dengan cara pengepresan dengan filter press. Minyak yang hilang karena

 proses tersebut kurang lebih 0,2-0,5 persen dari berat minyak yang dihasilkan setelah

 proses pemucatan.

i. Macam-macam Adsorben:

Adsorben yang biasa digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari bleaching 

clay, arang dan arang aktif.

a.  Bleaching Clay (bleaching earth)

Bahan pemucat ini merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama terdiri

dari SiO2, Al2O3, air terikat serta ion kalsium, magnesium oksida dan besi oksida.

Perbandingan komposisi antara 2 jenis bleaching. Perbandingan komposisi antara dua

 jenis Bleaching Clay dapat dilihat pada tabel 9.2.

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 2/14

 

Tabel 9.2. Komposisi kimia adsorben “landau raw clay” dan “florida clay”

Komponen kimia

(%)

Jenis adsorben

Landau raw clay Florida clay 8

SiO2 59,0 56,5

AL2O3 22,9 11,6Fe2O3 3,4 3,3

CaO 0,9 3,1

MgO 1,2 6,3

Sumber: Andersen A.C.J. dan P.N. William (1962)

 Bleaching Clay pertama kali ditemukan pada abad ke-19 di Inggris dan Amerika.

Dalam perdagangan   Bleaching Clay mempunyai nama dan komposisi kimia yang

  berbeda. Sebagai contoh ialah  Bleaching Clay yang berasal dari Rusia, Kanada dan

Jepang dikenal dengan nama gluchower kaolin.

Jumlah adsorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak 

tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna

tersebut akan dihilangkan.

Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena ion Al3+ pada permukaan

 partikel adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna. Daya pemucat tersebut

tergantung dari perbandingan komponen SiO2 dan Al2O3 dalam bleaching clay. Adsorben

yang terlalu kering menyebabkan daya kombinasinya dengan air telah hilang, sehingga

mengurangi daya penyerapan terhadap zat warna.

Aktivitas adsorben dengan asam mineral (HCl atau H2SO4) akan mempertinggi

daya pemucat karena asam mineral tersebut larut atau bereaksi dengan komponen berupa

tar , garam Ca dan Mg yang menutupi pori-pori adsorben. Disamping itu asam mineral

melarutkan Al2O3 sehingga dapat menaikkan perbandingan jumlah SiO2 dan Al2O3 dari

(2-3) : 1 menjadi (5-6) : 1.

Aktivasi menggunakan asam mineral akan menimbulkan 3 macam reaksi, sebagai

 berikut:

1. Mula-mula asam akan melarutkan komponen Fe2O3, Al2O3, CaO, dan MgO

yang mengisi pori-pori adsorben. Hal ini ,mengakibatkan terbukanya pori-pori yang

tertutup sehingga menambah luas permukaan adsorben.

2. Selanjutnya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang berada pada permukaan kristal

adsorben secara berangsur-aangsur diganti oleh ion H+ dari asam mineral.

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 3/14

 

3. Sebagian ion H+ yang telah menggantikan ion Ca2+ dan Mg2+ akan ditukar oleh

ion Al3+ yang telah larut dalam asam, dan reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Ca2+ 2H+ Ca2+

clay + 4H+ clay +

Mg2+ 2H+ Mg2+

2H+ Al3+

clay + Al3+ clay + 3H+

2H+ H+

Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika adsorben tersebut

mempunyai bobot jenis yang rendah, kadar air tinggi, ukuran partikel halus dan pH

adsorben mendekati netral.

Pemakaian asam mineral untuk mengaktifkan adsorben bleaching clay

menimbulkan bau lapuk pada minyak, tetapi bau lapuk tersebut akan hilang pada proses

deodorisasi. Disamping itu activated clay yang bersifat asam akan menaikkan kadar asam

lemak bebas dalam minyak dan mengurangi daya tahan kain saring yang digunakan untuk 

memisahkan minyak dari adsorben.

 b. Arang (Bleaching Carbon)

Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan pada umunya diperoleh darihasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon. Umumnya arang

mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi tersebut

dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan kimia.

Komposisi kimia arang kayu keras dapat dilihat pada Tabel 9.3.

Tabel 9.3. Komposisi Kimia Arang Kayu Keras

Komponen (%) Kering Udara Kering Oven

Air 9,9 -

Bahan menguap 8,1 9,0Abu 2,0 2,2

“fixed carbon” 80,0 88,8

Sumber: Andersen A.C.J. dan P.N. William (1962)

Sumber lain dari arang berasal dari bahan nabati atau hewani antara lain serbuk 

gergaji, ampas tebu, tempurung, tongkol jagung, dan tulang. Pada umumnya pengarangan

dilakukan pada suhu 300-500 °C. Suhu pengarangan pada ruangan tanpa udara dilakukan

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 4/14

 

 pada suhu 600-700 °C. Pada proses pengarangan akan terjadi penguapan air disusul

dengan pelepasan gas CO2 dan selanjutnya terjadi peristiwa eksotermis yang merupakan

tahap permulaan proses pengarangan. Pengarangan dianggap sempurna jika asap tidak 

terbentuk lagi, dan arang yang bermutu baik adalah arang yang mengandung kadar 

karbon tinggi.

c. Arang Aktif (Aktivated Carbon)

Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan

membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat

warna. Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar , hidrokarbon dan zat-zat organik 

lainnya yang terdiri dari   fixed carbon,abu,air, persenyawaan yang mengandung nitrogen

dan sulfur. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai pengaktif adalah HNO3, H3PO4,

sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO4)2, NaOH, Na2SO4, SO2, ZnCl2, Na2CO3, dan uap air 

 pada suhu tinggi.

Unsur-unsur kimia dari persenyawaan yang ditambahkan akan meresap ke dalam

arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga

luas permukaan yang aktif bertambah besar. Persenyawaan hidrokarbon yang menutupi

 pori-pori yang dapat dihilangkan dengan cara oksidasi menggunakan oksidator lemah

sperti CO2 yang disertai dengan air. Dengan cara tersebut atom karbon tidak mengalami

 proses oksidasi.Mutu arang aktif yang diperoleh tergantung dari luas permukaan partikel, ukuran

 partikel, volume dan luas penampang kapiler, sifat kimia permukaan arang, sifat arang

scara alamiah, jenis bahan pengaktif yang digunakan dan kadar air.

ii. Mekanisme Adsorbsi Zat Warna oleh Arang

Adsorbsi adalah suatu peristiwa fisik padat permukaan suatu bahan, yang

tergantung dari  specifik affinity antara adsorben dan zat yang diadsorbsi. Daya adsorbsi

arang aktif disebabkan karena arang mempunyai pori-pori dalam jumlah besar, dan

adsorbsi akan terjadi karena adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang

dan zat yang diserap.

Berdasarkan adanya perbedaan energi potensial, maka jenis adsorbsi terdiri dari

adsorbsi listrik, adsorbsi mekanis, adsorbsi kimia dan adsorbsi termis. Sifat adsorbsi

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 5/14

 

tersebut masing-masing disebabkan karena perbedaan muatan listrik, perbedaan tegangan

 permukaan, perbedaan potensial sifat kimia dan perbedaan potensial karena panas.

Efisiensi adsorbsi oleh arang tergantung dari perbedaan muatan listrik antara

arang dan zat atau ion yang diserap. Bahan yang mempunyai muatan listrik positif akan

diserap lebih efektif oleh arang dalam larutan yang bersifat basa dan sebaliknya,

sedangkan penyerapan terhadap bahan non-elektrolit tidak dipengaruhi oleh keasaman

atau sifat kebasaan arang sebagai adsorben. Jumlah arang aktif yang digunakan untuk 

menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap (gambar 9.7).

Perbandingan daya pemucat antara arang aktif dan activated clay pada proses

 pemucatan minyak kelapa seperti tercantum dalam gambar 9.8. Dari gambar tersebut

dapat diketahui bahwa daya pemucat arang aktif lebih baik dari activated clay, karena

arang aktif dapat menyerap zat warna sebanyak 95-97 persen dari total zat warna yang

terdapat dalam minyak.

Keuntungan penggunaan arang aktif sebgai bahan pemucat minyak ialah kerena

lebih efektif untuk menyerap warna dibandingkan dengan bleaching clay, sehingga arang

aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat biasanya berjumlah lebih kurang 0,1-0,2

  persen dari berat minyak. Arang aktif dapat juga menyerap sebagian bau yang tidak 

dikehendaki dan mengurangi jumlah peroksida sehingga memperbaiki mutu minyak.

Arang aktif 

Gambar: hubungan antara arang aktif yang ditambahkan dengan jumlah warna

yang diserap (hassler, 1953).

Jumlah warna yang diserap (%)

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 6/14

 

Gambar: perbedan antara daya pemucatan antara arang aktif dan activated clay

(Anderson, 1953)

Keburukannya adalah karena minyak yang tertinggal dalam arang aktif jumlahnya

lebih besar dibandingkan dengan minyak yang tertinggal dalam activated clay, dan proses

otooksidasi terjadi lebih cepat pada minyak yang dipucatkan dengan menggunakan arang

aktif (activated carbon).

Adsorben yang telah bercampur dengan minyak dapat dipisahkan dengan cara

 penyaringan menggunakan filter press. Biasanya dalam filter press terdapat dua macam

kain saring, yaitu kain goni ( jute) pada bagian bawah dan kain katun (kapas) atau nilon

 pada bagian atas filter, dengan tekanan dalam filter press kurang lebih 3,0-3,5 kg/cm2.

2. Pemucatan minyak dengan bahan kimia

Cara pemucatan ini banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan pangan

(edible fat ), karena pemucatan secara kimia lebih baik dibandingkan dengan

menggunakan adsorben. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan pemucat

adalah karena hilangnya sebagian minyak yang dapat dihindarkan dan zat warna diubah

menjadi zat tidak berwarna, yang tetap tinggal dalam minyak. Kerugiannya ialah karena

kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan trigliserida, sehingga menurunkan flavor minyak.

Pemucatan dengan bahan kimia pada umumnya dibagi atas dua macam reaksi pemucatan,

yaitu:

i. Pemucatan dengan cara oksidasi

Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan tetapi

asam lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau drying oil karena proses

oksidasi dan polimerisasi. Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pemucat adalah

 persenyawaan peroksida dikromat, ozon, klorin dan klorin dioksida.

Pemucatan dengan peroksida: konsentrasi larutan peroksida yang digunakan

  biasanya 30-40 persen dan jika konsentrasi peroksida lebih tinggi, maka minyak 

cendrung akan mengalami kerusakan karena proses oksidasi. Minyak yang dipucatkan

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 7/14

 

dengan peroksida tidak perlu disaring: perosida baik digunakan untuk memucatkan

minyak kacang tanah, minyak wijen, rape oil dan minyak ikan.

Hidrogen peroksida dapat bereaksi dengan ion logam, sehingga wadah yang

digunakan pada proses pemucatan harus dilapisi dengan email, aluminium, atau stainless

steel. Jenis peroksida yang sering digunakan ialah natrium peroksida, kalsium peroksida

atau benzoil peroksida.

ii. Pemucatan dengan dikromat dan asam

Bahan kimia yang digunakan ialah natrium atau kalium dikromat dalam asam

mineral (an-organik). Reaksi antara dikromat dan asam akan membebaskan oksigen.

Oksigen bebas bereaksi dengan asam klorida (HCl) akan menghasilkan klor (Cl 2) yang

 berfungsi sebagai bahan pemucat, dengan reaksi sebagai berikut:

 Na2Cr 2O7 + 4 H2SO4  NaSO4 + Cr 2(SO4)3 + 4H2O + 3O ,Atau

 Na2Cr 2O7 + 8HCl 2 NaCl + 2CrCl3 + 4 H2O + 3O

3 O + 6 HCl 3 H2O + 3 Cl2

Setelah pereaksi ditambahkan, selanjutnya diaduk. Zat warna akan mengendap

setelah pengadukan dihentikan. Pada umumnya warna ungu dalam minyak tidak dapat

hilang, sehingga cara pemucatan dikromat banyak digunakan terhadap minyak untuk 

tujuan pembuatan sabun. Tangki pemucat yang terbuat dari logam harus diberi pelapis

anti karat, karena pereaksi tersebut dapat menimbulkan karat pada logam.iii. Pemucatan dengan pemanas

Pemanasan minyak dalam ruangan vakum pada suhu relatif tinggi, mempunyai

 pengaruh pemucatan. Cara ini kurang efektif terhadap minyak yang mengandung pigmen

klorofil. Sebelum dilakukan pemanasan, sebaiknya minyak terlebih dahulu dibebaskan

dari ion logam terutama ion besi, sabun, (soap stock) dan hasil-hasil oksidasi seperti

  peroksida, karena pemanasan terhadap bahan-bahan tersebut merupakan katalisator 

dalam proses oksidasi.

iv. Pemucatan dengan cara reduksi

Pemucatan dengan cara reduksi kurang efektif karena warna yang hilang dapat

timbul kembali jika minyak tersebut terkena udara. Bahan kimia yang dapat mereduksi

zat warna terdiri dari garam-garam natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit yang dikenal

dengan nama blankite. Pemakaian zat pereduksi ini biasanya dicampur dengan bahan

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 8/14

 

kimia lain dengan perbandingan tertentu. Sebagai contoh ialah penggunaan campuran

larutan natrium bisulfit 1,0 - 1,5 % dan larutan asam sulfat. Cara pemucatan ini umumnya

dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk pembuatan sabun.

Ekstraksi minyak yang tertinggal dalam adsorben

Cara yang sederhana untuk mengestraksi minyak yang tertinggal dalam adsorben

ialah mencampurkan adsorben tersebut dengan bahan yang akan diekstraksi minyaknya.

Umumnya ada dua cara yang dapat digunakan untuk memperoleh kembali minyak yang

tertinggal dalam adsorben yaitu sebagai berikut:

a. Pemisahan minyak dengan Menggunakan Surface Active Agent 

Surface Active Agent  yang digunakan adalah larutan alkali. Lemak dipisahkan dari

adsorben dengan menggunakan larutan alkali encer yang dipanaskan pada suhu air 

mendidih (kira-kira 100oC) dengan tekanan 1 atmosfer. Larutan alkali dengan

tegangan permukaan yang lebih rendah dan daya pembasah yang lebih besar akan

mencuci minyak yang tergabung dalam adsorben. Minyak yang diperoleh lebih

kurang sebanyak 70-75 persen dari jumlah minyak yang terdapat dalam adsorben.

 b. Ekstraksi dengan Pelarut Organik 

Pelarut organik dapat melarutkan dan mencuci minyak yang terdapat dalam adsorben,

selanjutnya pelarut organik tersebut dipisahkan dari minyak dengan cara penyulingan pada suhu titik didih pelarut organik yang digunakan. Jika dibandingkan dengan cara

  pemisahan minyak menggunakan Surface Active Agent, maka penggunaan pelarut

organik mempunyai beberapa keuntungan, yaitu sebagai berikut:

− Minyak yang dihasilkan mutunya lebih baik dan kadar minyak yng diperoleh

mencapai 90-95 persen dari jumlah minyak yang terdapat dalam adsorben.

− Pengaruh uap air dan oksigen udara dapat dihindarkan sehingga kecil

kemungkinan terjadinya proses hidrolisa dan oksidasi minyak.

Kontak minyak dengan oksigen udara perlu dihindarkan terutama pada minyak yang

mudah mengering ( drying oil), karena minyak tersebut jika dioksidasi pada suhu

tinggi akan membentuk persenyawaan polimer yang berwarna gelap.

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 9/14

 

P E M U C A T A N(B L E A C H I N G)

K I M I AF I S I K A

M e n g g u n a k a n

A d s o r b e n

l i l   

 

O k s id a s i R e d u k s iM e n g g u n a k a n

D ik r o m a t d a n A s a m

 

P e m u cp a n

1.3. Kelebihan dan Kelemahan Proses Pemucatan

1. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan adsorben

Adanya kehilangan minyak dan daya pemucatannya kurang bagus jika

dibandingkan dengan proses kimia. Kelebihannya tidak ada reaksi samping antara

adsorben dan minyak, karena adsorben hanya bertindak sebagai zat penjerap.

2. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan bahan kimia

Kelemahannya adanya kemungkinan terjadinya reaksi antara bahan kimia dan

trigliserida sehingga menurunkan  flavor  minyak. Kelebihan penggunaan bahan kimia

dapat menghindari hilangnya sebagian minyak dan zat warna dapat dihilangkan mnjadi

zat tidak berwarna.

Deodorisasi

Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk 

menghilangkan bau dan rasa ( flavor ) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 10/14

 

deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfir atau

keadaan vakum.

Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang akan digunakan untuk 

 bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik 

untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi ; misalnya

lemak susu, lemak babi, lemak coklat, dan minyak olive.

Flavor dalam Minyak 

Senyawa yang menimbulkan flavor dalam minyak terdiri dari dua golongan, yaitu

flavor alamiah (natural flavor) dan flavor yang dihasilkan dari kerusakan minyak atau

 bahan yang mengandung minyak.

1. Flavor Alamiah (natural flavor)

Flavor tersebut secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan

ikut terekstrak pada proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan, rendering atau

dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap. Senyawa tersebut terdiri dari

hidrokarbon tidak jenuh, pigmen karotenoid, terpene, sterol dan tokoferol.

Minyak yang berbau sengit ( pungent odor ) dan rasa getir disebaban oleh glukosida

dan allyl thio sianoida. Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak yang berasal dari biji-

 bijian, misalnya minyak brassica, rape seed, colza dan mustard .

2. Flavor yang Dihasilkan dari Kerusakan Minyak atau Bahan yang

Mengandung Minyak 

Kerusakan tersebut terjadi selama pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, adanya

kotoran dalam minyak dan pada proses pemurnian. Senyawa yang terbentuk merupakan

hasil degradasi trigliserida dalam minyak, yang menghasilkan asam lemak bebas,

aldehida dan keton, dikarbonil, alkohol dan sebagainya. Bau tengik dan rasa getir mulai

dapat dirasakan jika komponen tersebut terdapat dalam minyak dengan jumlah lebih dari

0,1 persen dari berat minyak.

Cara Deodorisasi 

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 11/14

 

Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang vertikal.

Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam ketel

deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250oC pada tekanan 1

atmosfer ( gauge) dan selanjutnya pada tekanan rendah (lebih kurang 10 mmHg) sambil

dialiri dengan uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat

menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap

selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang turun lebih rendah.

Pada suhu yang lebih tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak akan

lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak bersama-sama

uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap

yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.

Keterangan :

1. Ketel deodorisasi2. Tedeng (sekat)3. Katup pengeluarab udara dari

dalam minyak4. Corong pengeluaran minyak5. Pipa penghubung antara ruang

kosong di atas permukaan

minya dengan ad. 36. Pipa uap ke kondensor

7. Corong pemasukan uap ke dalam

kondensor 

8. Pipa pemasukan air dingin dari

 bagian atas kondensor 

9. Pipa pengeluaran air kondensasi

10. Ujung pipa condenser yang

terendam air 

11. Pipa penghubung ke pompa vakum

Setelah proses deodorisasi sempurna, minyak harus cepat didinginkan dengan

mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak turun menjadi lebih

kurang 84oC dan selanjutnya ketel dibuka dan minyak dikeluarkan dari ketel.

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 12/14

 

Asam lemak bebas yang dapat menguap dan peroksida akan berkurang dan jumlah

yang tertinggal lebih kurang 0,015 – 0,030 persen. Fraksi tidak tersabunkan yang terdiri

dari klorofil, vitamin E, hidrokarbon (terutama sequalene dan sterol) akan berkurang

sebanyak kira-kira 60 persen dari jumlah fraksi tidak tersabunkan.

Kerusakan minyak yang telah mengalami proses deodorisasi dapat disebakan oleh

 proses oksidasi, hidrolisa, mikroba, dan ion logam seperti Cu, Mg, Zn yang merupakan

katalisator dalam proses oksidasi minyak. Logam tersebut dapat membentuk 

 persenyawaan kompleks dengan hasil oksidasi asam lemak ddan berubah menjadi radikal

 bebas, dengan reaksi sebagai berikut:

Dengan menambahkan metal inactivator seperti asam sitrat, asam tartarat dan asam

fosfat, maka akan terbentuk kompleks dengan ion logam, sehingga logam tidak dapat

aktif dalam proses pembentukan radikal bebas.

Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak banyak 

mengalami kerusakan dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara penanganan dan

kemasan yang dipakai.

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 13/14

 

Proses bleachng dan deoderisasi secara industri:

MIXER

HE

BLEACHER FILTER

BLEACHINGEARTH

BPO

BLEACHINGEARTH

cpo

Penjelasan Blok diagram Bleaching:

Umpan berupa CPO yang telah melewati tahap pemurnian yaitu degumming

masuk ke dalam mixer static sebanyak 20 %. Didalam mixer static tersebut ditambah

 bleaching earth sebagai absorben yang berfungsi menghilangkan impurities. Kemudian

didalam mixer di aduk semapai CPO tersebut bercampur merata dengan absorben

 bleaching earth yang telah ditambahkan. Pada alat mixer tersebut suhu yang digunakan

sekitar 40-60oC. Kemudian umpan sebanyak 80 % dimasukkan ke dalam Heat

Exchanger agar suhu dari CPO tersebut meningkat menjadi 90-130oC. Kemudian hasil

dari alat mixer dan HE dilanjutkan ke dalam alat bleacher. Dalam alat ini suhu berkisar 

antara 100-130oC untuk mendapatkan proses bleaching yang optimum. Kemudian setelah

  bleacher, CPO dan absorben yang telah bercampur dipisah kan melalui fliter niagra.

Temperatur dijaga pada 80 – 120 oC untuk proses filtrasi yang baik. Pada filter Niagara,

slurry melewati lembaran filter dan bleaching earth terjebak dalam lembaran filter.

Sebenarnya, bleaching earth harus bersih dari filter Niagara setelah 45 menit operasi

untuk mendapatkan filtrasi yang baik. Setelah dipisahkan akan terbentuk akan terbentuk 

BPO (bleached palm oil).

HE DEODORIZERKOLOM

VACUUMRBDPO

BPO

 

Penjelasan block diagram Deodorisasi:

5/7/2018 isi funny 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-funny-1 14/14

 

BPO dari tahap Bleaching dimasukkan ke dalam heat exchanger dengan suhu awal

80-120 oC menjadi 210-250oC. Setelah itu masuk ke dalam deodorizer, dilakukan dengan

status tinggi. Setelah itu di masukkan kedalam kolom vakum pad suhu 240-280 oC dengan

tekanan dibawah 10 torr, Panas bleaching minyak terjadi pada temperatur ini melalui

  perusakan termal pigmen karotenoid. Penggunaan steam langsung (direct steam)

menjamin pembuangan residu FFA, aldehida dan keton yang tidak diharapkan rasa dan

 baunya. Berat molekul yang lebih rendah dari fatty acid yang teruapkan naik ke kolom

dan tertarik keluar oleh sistem yang vakum. Lalu dihasilkan minyak nabti yang telah

hilang rasa dan baunya.