Funny Journey

36
1 Catatan Perjalanan by: Roy dan Dony Ekspedisi Sigung Bye-Bye!! (Gunung Argopuro rute Baderan – Bremi, 10 – 16 Agustus 2008) Team: Roykan ”Truk Tronton”, Dony ”Mboys”, Danang ”Cah Slawi” dan Arif ”Truk Sampoerna” ...Aller Anfang ist Schwer Gunung Argopuro bagi sebagian kalangan pendaki dianggap sebagai gunung yang nyebelin tapi ngangeni. Medan berat, tanjakan curam, hutan yang masih perawan dan rute yang jauh alasan sebagian orang untuk berpikir dua kali ngapain naik argopuro. Tapi semua itu terbayar oleh indahnya pemandangan, sabana yang eksotis, hutan edelweis, selada air serta keramahtamahan penduduk setempat. Dua tahun silam tepatnya 27-31 Agustus 2008 bersama Doni ’Mboys’, Donny ’Pilot’, Reza ’Gundul’ dan Cimenk ’maling Jepang’. Aku naik Argopuro untuk yang pertama kali. Seiring dengan berjalannya waktu keinginan untuk muncak bersemi kembali apalagi semenjak aku membeli seperangkat peralatan naik gunung baru hasil keringat sendiri (Panas-panas nyebar Brosur yo pasti keringatan J). Tas Carrier South Merapi (South Beach) 80 liter + Cover,Sandal gunung Eiger, Sleeping Bag+mini pillow North Face, Matras Eiger semuanya serba baru telah ada di tangan. Rencana awal aku mau berangkat ke Semeru, namun karena ada kabar kalau gunung itu sedang tutup, maka terpaksa banting stir naik Argopuro. Setelah tertunda selama seminggu lantaran teman- teman belum ada yang selesai dengan urusan kampus akhirnya ada kesepakatan untuk berangkat tanggal 10 Agustus dan tanggal 11 Agustus Danang ama Arif menyusul. Day I (10 Agustus 2008) – Kosan Roykan “Day of Days”- Berangkat dari kos di siang bolong pukul 12.50, aku dan Mboys pemanasan berjalan menuju stasiun Gubeng, kami kira awalnya ketinggalan komuter karena diberi jadwal oleh teman kalau komuter berangkat pukul 13.03 jadi dalam acara pemanasan kaki menjadi dipercepat apalagi lagkah Roykan terasa lebar. Roykan sekali melangkah bagiku seperti 1,5 langkahku sehingga bagiku benar-benar seperti diklat PA, hehehe. Tidak terasa perjalanan ngebut tadi kita sampai stasiun Gubeng pada jam 13.10. Setelah menunggu beberapa saat, loket pun dibuka 10 menit sebelum keberangkatan, Roykan pun membeli 2 tiket komuter sejumlah Rp4000,-. Tepat pukul 13:55WIB kereta Komuter tiba dan siap mengantarkan kami menuju terminal Bungurasih. Sesampainya di terminal Bungurasih kita mencari bus langsung jurusan Situbondo, ternyata kita telah menjadi korban calo yang tidak bertanggungjawab. Kita naik bus AKAS NNR AC tarif biasa 2 orang Rp26.000,- lha pikirku kok murah sampai Besuki cuma kena segitu karena di terminal dikatakan kalau bus akan turun di Besuki, namun ketika membayar karcis kita akan diturunkan di terminal Probolinggo, hmm..kena juga deh ditipu. Sesampai di terminal Probolinggo pada jam 17.30 kami pindah bus AKAS untuk melanjutkan perjalanan menuju alun-alun Besuki dengan tarif Rp16.000 2orang. Malam itu sekitar jam 19.40, bus turun di depan Polsek Besuki, setelah minta ijin dengan petugas jaga dan ninggal KTP, aku mandi, sementara mboyz membeli makan di sekitar alun-alun besuki. Sekarang Dony niy yang nulis, pada saat membeli makanan di sekitar alun-alun Besuki, aq teringat masa kecilku yang sering main ke alun-alun. Sambil bernostalgia mengingat masa kecil, aku mengelilingi alun-alun sambil mencari makan malam yang

description

naik argopuro penuh sejuta arti

Transcript of Funny Journey

Page 1: Funny Journey

1

Catatan Perjalanan by: Roy dan DonyEkspedisi Sigung Bye-Bye!!(Gunung Argopuro rute Baderan – Bremi, 10 – 16 Agustus 2008)Team: Roykan ”Truk Tronton”, Dony ”Mboys”, Danang ”Cah Slawi” dan Arif ”Truk Sampoerna”

...Aller Anfang ist SchwerGunung Argopuro bagi sebagian kalangan pendaki dianggap sebagai gunung yang

nyebelin tapi ngangeni. Medan berat, tanjakan curam, hutan yang masih perawan dan ruteyang jauh alasan sebagian orang untuk berpikir dua kali ngapain naik argopuro. Tapisemua itu terbayar oleh indahnya pemandangan, sabana yang eksotis, hutan edelweis,selada air serta keramahtamahan penduduk setempat.

Dua tahun silam tepatnya 27-31 Agustus 2008 bersama Doni ’Mboys’, Donny’Pilot’, Reza ’Gundul’ dan Cimenk ’maling Jepang’. Aku naik Argopuro untuk yangpertama kali. Seiring dengan berjalannya waktu keinginan untuk muncak bersemikembali apalagi semenjak aku membeli seperangkat peralatan naik gunung baru hasilkeringat sendiri (Panas-panas nyebar Brosur yo pasti keringatan J). Tas Carrier SouthMerapi (South Beach) 80 liter + Cover,Sandal gunung Eiger, Sleeping Bag+mini pillowNorth Face, Matras Eiger semuanya serba baru telah ada di tangan. Rencana awal akumau berangkat ke Semeru, namun karena ada kabar kalau gunung itu sedang tutup, makaterpaksa banting stir naik Argopuro. Setelah tertunda selama seminggu lantaran teman-teman belum ada yang selesai dengan urusan kampus akhirnya ada kesepakatan untukberangkat tanggal 10 Agustus dan tanggal 11 Agustus Danang ama Arif menyusul.

Day I (10 Agustus 2008) – Kosan Roykan “Day of Days”-Berangkat dari kos di siang bolong pukul 12.50, aku dan Mboys pemanasan

berjalan menuju stasiun Gubeng, kami kira awalnya ketinggalan komuter karena diberijadwal oleh teman kalau komuter berangkat pukul 13.03 jadi dalam acara pemanasankaki menjadi dipercepat apalagi lagkah Roykan terasa lebar. Roykan sekali melangkahbagiku seperti 1,5 langkahku sehingga bagiku benar-benar seperti diklat PA, hehehe.Tidak terasa perjalanan ngebut tadi kita sampai stasiun Gubeng pada jam 13.10. Setelahmenunggu beberapa saat, loket pun dibuka 10 menit sebelum keberangkatan, Roykan punmembeli 2 tiket komuter sejumlah Rp4000,-. Tepat pukul 13:55WIB kereta Komuter tibadan siap mengantarkan kami menuju terminal Bungurasih.

Sesampainya di terminal Bungurasih kita mencari bus langsung jurusanSitubondo, ternyata kita telah menjadi korban calo yang tidak bertanggungjawab. Kitanaik bus AKAS NNR AC tarif biasa 2 orang Rp26.000,- lha pikirku kok murah sampaiBesuki cuma kena segitu karena di terminal dikatakan kalau bus akan turun di Besuki,namun ketika membayar karcis kita akan diturunkan di terminal Probolinggo, hmm..kenajuga deh ditipu. Sesampai di terminal Probolinggo pada jam 17.30 kami pindah busAKAS untuk melanjutkan perjalanan menuju alun-alun Besuki dengan tarif Rp16.0002orang. Malam itu sekitar jam 19.40, bus turun di depan Polsek Besuki, setelah minta ijindengan petugas jaga dan ninggal KTP, aku mandi, sementara mboyz membeli makan disekitar alun-alun besuki.

Sekarang Dony niy yang nulis, pada saat membeli makanan di sekitar alun-alunBesuki, aq teringat masa kecilku yang sering main ke alun-alun. Sambil bernostalgiamengingat masa kecil, aku mengelilingi alun-alun sambil mencari makan malam yang

Page 2: Funny Journey

2

cocok. Setelah memberikan berbagai pilihan makanan, akhirnya aku tertuju pada nasigoreng. Langsung saja aku memesan 3 bungkus karena seingatku ada bapak yang lagitidur di dalam mushola sewaktu kita tiba di polsek Besuki. Setelah membeli nasgorberwarna pink, aku bergegas membeli kekurangan barang belanjaan kita yakni gula,baterai senter, dan film untuk kamera poket Roykan. Sesampai di mushola polsek kitalangsung menyantap nasgor dan es teh, tetapi 1 bungkus masih tersisa karena bapak yangdtidur di mushola sudah pulang jadi kita bagi 2 nasgor tersebut. Setelah kenyang danbermain-main dengan teman baru kami yakni si pus ngeong, kita mulai mengantuk danberistirahat karena perjalanan masih panjang.

Gambar 1 “Menanti komuter”

Gambar 2 “Nampang di depan gedung tua samping Polsek Besuki”

Day II (11 Agustus 2008) – Kantor Polisi Besuki -Pagi itu jam 07.00 tepat dari polsek setelah belanja sayur di pasar Besuki, kami

siap-siap untuk menuju Baderan. Hari itu bertepatan dengan tanggal pasaran, hari dimana Pasar Khewan Besuki berlangsung aktifitas jual beli Kambing, Sapi dan tembakau.Selama menunggu angkutan pedesaan yang menuju Baderan di lampu merah banyak halyang asyik untuk di observasi, di antaranya truk maupun colt bak yang mengangkut sapi,motor yang narik becak dengan muatan berat dan anak SD yang sedang latihan gerakjalan. Ketika Mboys mau memotret seorang anak kecil perempuan berseragam putihmerah berkata “Lek,…Foto Lek!” padahal dia adalah pemimpin barisan, sementarateman-temannya hanya tersenyum.

Page 3: Funny Journey

3

Gambar 3 “Lek …Foto Lek!!!!”

Setelah menunggu kurang lebih 45 menit di bawah lampu merah akhirnya datangangkutan pedesaan warna biru laut melintas dan Ups!! Hampir saja aku kehilangan HPMoto W230 karena tanpa sengaja jatuh dari kantong dan tergeletek secara terbalik direrumputan yang berdebu. Andai saja dalam sepersekian detik saja aku tidak menoleh kebelakang maka HPku pasti sudah dicucuk pithik. Aku dan Mboys duduk di dalamangkutan pedesaan yang di awaki oleh tiga orang anak muda dengan musik dangdutkoplo yang menggelegar dari sound sistem di bawah dashboard.

Belum sempat enak-enakan menata pantat, angkutan berhenti dan ngetem disebelah timur pasar Khewan Besuki. Aktivitas perekonomian berlangsung saat itu,Blantik, pemilik Sapi, Tengkulak Tembakau sampai penjual VCD Kesenian LudrukPendalungan Tumplek Blek di tempat tersebut. Sembari menunggu angkutan untukberangkat lagi Mboys bergegas berburu momen menawan yang tidak dijumpai diSurabaya. Salah satu hal yang menarik adalah cara orang-orang Besuki mengangkut Sapi.Sapi yang besar (Senior) diletakkan sejajar bentuk colt bak atau Truk, sementara Sapiyang kecil (Junior) alias Pedhet di letakkan melintang di bawah pantat Sapi yang besar.Jadi bisa dipastikan kalau ada sapi besar buang air (besar atau kecil) maka Sapi yangkecil akan menjadi tempat pertama kali kejatuhan kotoran.

Ada cara unik yang baru ku ketahui kalau ada sapi yang ogah buat diantar menujupasar, biasanya penuntun ada dua orang depan dan belakang. Kalau dari didorong daridepan sapi tetap bandel maka penuntun yang di belakang mendapat tugas menggigit ekorsapi agar sapi mau dituntun menuju pasar. Akhirnya aku harus pindah ke mobil yang laindalam satu armada yang sudah terisi lebih banyak penumpang, karena menunggu terlalulama kurang lebih 1 jam. (nambah Rp3.000 gak popo sing penting nyampe Baderan).AngDes menuju Baderan dikenai biaya Rp13.000 untuk 2 orang.

Page 4: Funny Journey

4

Gambar 4. ”Sapi Junior (Pedhet), sebuah investasi warga Besuki”

Aktivitas lain yang tidak luput dari pengamatanku adalah perdagangan tembakaudi hari pasaran. Warga Besuki yang menanam tembakau, di sekitar area pasar KhewanBesuki terdapat berjajar-jajar tengkulak yang siap membeli tembakau yang telah diproses yakni pemotongan dan pengeringan. Menurut penuturan seorang Bapak yangberada seangkot denganku, biasanya tengkulak membeli tembakau dari para petani yangtelah diproses dengan kisaran harga antara Rp20.000 – 30.000/kg. Untuk kemudian daritengkulak, tembakau akan diangkut ke tempat penampungan sementara dan dibawamenuju pabrik rokok. Berdasarkan pengamatan saat itu, seorang tengkulak mempunyaianak buah yang menjadi perantara (combe) untuk mempengaruhi petani agar maumenjual tembakau kepadanya. Setelah terjadi kesepakatan harga dan proses jual beliselesai yang ditandai dengan saling jabat tangan, maka petani akan memberikan tipskepada perantara tersebut, sebesar Rp 50.000;.

Gambar 5 ”Aktivitas jual beli tembakau”

Angkutan pedesaan warna biru laut tancap gas menuju Baderan melewati jalananyang naik turun. Sebuah pemandangan yang sukar untuk dilupakan, ketika melintas diarea perbukitan yang penuh dengan ladang tembakau. Para penumpang dalam angkutanpedesaan ini yang aku temui baik tua maupun muda semua berbahasa madura. Ada nenek

Page 5: Funny Journey

5

beserta cucunya, Ibu setengah baya yang sedang belanja minyak, anak Sekolah, ulamaNU, guru SD sampai petani yang mengangkut jerami di atas bodi mobil. Berdasarkanpengamatan, yang menarik dari hubungan sosial masyarakat dalam angkutan tersebutadalah masalah kepercayaan (trust), sebuah ciri khas masyarakat pedesaan yang kental.Hal ini tercermin dari sikap sopir yang menitipkan anak balitanya di sebuah sekolah yangjauh dari tempat mangkalnya, selain itu anak-anak berseragam putih merah yang naikangkutan nampak dijaga oleh penumpang yang lain. Sebuah keharmonisan antar sesamapengguna angkutan yang tidak ditemukan di Surabaya.

Sebuah penderitaan dalam angkutan desa warna biru laut yang kami tumpangiadalah bahaya keracunan zat asam, sebab mobil yang kami tumpangi ternyata bocor bodibawahnya. Alhasil setiap kali mobil tancap gas, sisa asap pembakaran dari knalpot masukmenyeruak ke dalam mobil. Apalagi posisi duduk kami tepat di bawah lubang bodi mobiltersebut, gas asam masuk campur debu sehingga cepat-cepat aku menutup hidung denganslayer mini merah sementara mboys menutup hidungnya dengan topi. Andai saja mobilitu melintas lebih jauh lagi mungkin semua penumpang khususnya yang berada dibelakang akan mati sesak akibat pengaruh gas CO. Jalanan yang tidak rata dan berlubangmembuat mobil bergoncang, kontan aku segera mengamankan empat butir telur ayamdari tumpukan sayur sawi yang aku beli di pasar Besuki.

Tempat pemberhentian terakhirku di depan SD Baderan sampai pada 11.03,setelah mengemasi barang bawaan. Aku dan Mboys menuju Pos Perhutani yang menjaditempat singgah pertama kali buat para pendaki. Di rumah tersebut kami bertemu denganPak Suyono, salah seorang staf Perhutani yang juga teman Pak Dadang, pegawaiPerhutani yang kutemui dua tahun yang lalu. Kita berbincang tentang jalur pendakianyang telah di plot dengan patok dengan tanda angka yang baru (HM 1 – HM 150), danberita kebakaran di sebelah atas Cisentor. Bapak dua anak ini tinggal di kantor PerhutaniBaderan bersama istrinya, sementara dua orang anak perempuannya tinggal di Malang.Pada pos perijinan ini kami memberikan iuran untuk ijin pendakian, menurut pak Yonosesuai kemampuan pendaki dan alhamdulilah beliau memberikan keringanan karenamenurutnya kita masih mahasiswa jadi kita membayar Rp15.000 untuk 2 orang.

Gambar 6”Pak Suyono, Sang Jagawana”

Page 6: Funny Journey

6

Gambar 7”Pose sebelum tinggal landas di depan kantor Perhutani Baderan”

Sementara Roykan mengisi air ke dalam jerigen lima literan, dua botol besar airmineral dan botol air Specialized, mboys menyempatkan sholat jamak dhuhur dan ashardan akhirnya kami bersiap-siap berangkat. Ada dua masukan yang cukup berarti saat itudari pak Suyono, yakni Pertama kalau naik dari Baderan mengambil air langsung ketanggul air di sekitar ladang. Kedua, jika membawa telur, ada cara terbaru dalampengemasan yakni dimasukkan dalam plastik perbutir, lalu ditimbun dalam beras.Tujuannya kalau pecah tidak akan mengotori beras dan telur yang lain. Hal ini berbedadengan cara lama yang langsung memasukkan dan menimbun telur lama beras yangkemudian di masukkan ke dalam kotak nasting. Namun kekurangan dari metode iniadalah kalau telur pecah akan mengotori beras dan peluang untuk telur lain pecahmenjadi semakin besar. Karena terlanjur mengisi air, maka aku berangkat langsungdengan beban di tas yang lebih berat dari pada beban sebelumnya. Aku ingin mencobaketahanan menahan beban dari South Beach 80 literku.

Perjalanan di mulai 12.50, setelah berpamitan dengan Pak Suyono, medan yangkami lalui masih di daerah perkampungan dengan jalanan yang kadang naik, datar dannaik lagi. Banyak persimpangan yang dijumpai sepanjang perjalanan, jika bingung makatidak ada salahnya untuk bertanya pada penduduk setempat. Masalahnya sebagian besarpenduduk Baderan menggunakan bahasa madura. Sesampainya di tanggul irigasi, akuistirahat sebentar dan melanjutkan perjalanan kembali. Aku terus berjalan lurus melewatibeberapa orang Pak Tani yang sedang mandi dan membersihkan diri. Belum jauh kakimelangkah, aku diiingatin sama salah seorang Pak Tani kalau jalan yang aku lalui adalahsalah. Kalau mau ke Puncak Argopuro harus belok kanan menyeberangi sungai melewatijalanan menanjak yang sempit.

Berjalan dalam lintasan yang sempit dengan tanjakan yang tidak habis-habismembuat stamina seperti di uji lebih awal. Jika ada petani yang lewat, otomatis kamiharus minggir karena jalan tersebut hanya layak untuk satu orang saja. Peluh mulaibercucuran, badan rasanya remuk. Mungkin masa penyesuaian dengan lingkungan danaktivitas yang baru. Ketika kami melewati saluran irigasi tak kusia-siakan untuk bermainair segar yang alami dan jernih. Suasana terasa menyenangkan jika melihat ke bawah,

Page 7: Funny Journey

7

nampak sungai besar bebatuan yang mengalir deras, sebuah pemandangan yang sulitdilupakan.

Salah satu kendala yang harus dihadapi jika naik Argopuro lewat Baderan adalahbanyaknya jalan bercabang di sekitar area ladang tembakau. Terhitung sudah empat kalikami kebingungan mencari jalan yang menjadi jalur pendakian, semua serba salahapalagi ditambah kendala roaming bahasa dengan penduduk setempat. Maka alternatifyang aku gunakan adalah menggunakan bahasa tarzan, yakni pertanyaan pada pendudukmemakai isyarat tangan dan lebih menegaskan kata-kata Argopuro!.

Perjalanan terus berlanjut, kulihat Roykan sudah mengeluarkan keringat sebesarjagung dan banyak sekali sampai bercucuran, ya inilah pendakian awal yang dilakukanpada siang bolong dengan tanjakan yang bikin ngos-ngosan. Pada ujung tanjakan Roykanmengajak untuk istirahat dan mengambil coklat, sepertinya perjalanan bakal berlangsunglama seperti ini. Hingga kami sampai pada jalan yang mengitari perbukitan ladangtambakau dengan jalan turun yang di bawahnya terdapat mini tanggul. Kami beristirahatsejenak saat itu, mempersiapkan tenaga karena di depan mata terbentang tanjakan yangbisa dikatakan cukup menguras tenaga. Beberapa saat kemudian di tengah perjalanan,nampak seorang kakek yang membawa sebuah palu besar dari kayu. Sekilas sepertisenjata andalan salah satu super hero Marvel yakni Thor J. Aku mempersilahkan beliauuntuk lewat lebih dahulu, namun kakek tersebut bersihkeras agar kami yang lewatduluan. Sebelum berpapasan kakek itu bilang sesuatu kepada kami, walau tidak mengertibahasanya namun jika ditafsirkan secara ngawur artinya untuk menuju argopuro jika adarumah di depan selepas tanjakan langsung belok kanan. Begitu kira-kira artinya.

Setelah sampai di ujung tanjakan kulihat di sebelah kanan, nampak sebuah rumahkayu atau lebih bisa disebut sebuah gubuk. Di samping rumah tersebut tumbuh pohonpepaya dan nangka. Sementera di sisi lain terdapat hamparan kebun tembakau gunungkhas Besuki. Tiba-tiba cuaca mulai berubah, langit yang tadinya cerah berubah menjadiagak gelap berkabut. Kemudian rintik hujan kecil mulai turun, waktu itu posisi kami tepatberada di dekat rumah tersebut. Kami putuskan untuk berteduh sejenak, dan di tiangrumah tersebut terdapat suguhan gratisan yang mengingatkanku pada Pak Jo Kalidami.Sebuah pepaya matang yang telah di iris sedikit dengan sabit nampak menggoda iman.Segera aku ambil pisau lipat dan mengupasnya bersama Mboys. Hujan makin deras dankabut makin tebal sementara waktu bertambah sore, sehingga kita memutuskan kalaupukul 15.30 hujan tidak reda kita harus ngecamp, dan ternyata benar hujan belum redasampai pukul 16.00 sehingga kami memutuskan mendirikan tenda.

Gambar 8”Suasana kabut dan hujan, cobaan di hari pertama”

Page 8: Funny Journey

8

Tenda pantai Colleman cap Petromaks kami dirikan tepat di dalam teras rumahkayu tempat awal berteduh dan makan pepaya. Jadi saat ini tempat bernaung sementaramemiliki double protection dengan dua cover satu dari parasut dan satu dari jerami aliasatap teras gubuk kayu yang tidak akan takut basah. Setelah tenda berdiri, hujan tidakkunjung reda, kami memutuskan untuk masak menggunakan kompor alien dengan bahanbakar gas tabung butana. Setelah mencoba untuk merebus air ternyata kompor yang akubawa tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya, katup besi yang terletak di sebelahpintu jepit tabung gas bocor, akibatnya keluar api. Dengan penuh kesigapan Mboysmencoba membereskan kejadian tersebut, api cepat-cepat ia matikan dan baut pada katupgas dikencangkan dengan kunci inggris. Namun metode itu tidak bertahan lama, api tetapsaja bocor. Sore itu kami hanya memasak mie instan yang dicampur dengan sayur sawidan minuman hangat serta kopi, sebagai pengganjal perut buat istirahat.

Malam hari pun tiba, Roykan sudah siap-siap masuk dalam sleeping bag barunya.Dia sudah start duluan meniggalkan aku yang masih membereskan tempat di dalamtenda. Sengaja pada malam di pondok tersebut aku tidak menggunakan sleeping bagkarena kupikir belum terlalu dingin, aku hanya menggunakan jaket, celana panjang dankaos kaki. Ternya gelapnya malam di bawah pondok bagus juga tak kulewatkan untukmengambil foto suasana waktu itu. Setelah mengambil foto, peralatan kamera dan bateraiaku tempatkan di dalam sleeping bag diantara kaki agar tetap hangat untuk menjagakekuatan baterai selama di gunung dan menghindari embun pada kamera akibat dingin.Dan terlelaplah kita beberapa saat kemudian...

Day III (12 Agustus 2008) –Ladang Tembakau-Pagi harinya kami mencoba memaksa untuk masak nasi walau kompor sedang

ada masalah. Sebelum memasak, tenda kami bereskan dulu karena tidak enak sama wargayang lalu lalang pergi menuju ladang. Kami memasak sosis dan sayur untuk dicampurdengan bumbu pecel.

Gambar 9. ”Baderan Resort”Setelah sarapan porsi jumbo dan berbenah kami bersiap melanjutkan pendakian

pukul 07.50. Tidak lupa kami berdoa dulu dan disela-sela persiapan perjalanan tiba-tibaada anak kecil yang akan pergi ke ladang. Sekilas tampak seperti Bolang (BocahPetualang) dengan berbaju seragam SD dan bersepatu khas orang-orang ladang yaknisepatu seperti kantoran hanya saja bagian bawah lebih banyak bergerigi alias anti selip.

Page 9: Funny Journey

9

Lewat di depan kami anak itu mengucapkan permisi. Aku kebingungan mau ngasih diasebungkus coklat Top yang ada di dalam tas rotiku. Setelah aku rogoh beberapa kalimasih belum ku temukan padahal sebelum berangkat aku telah memasukkannya. Wahdurung rejekimu dik!.

Pagi itu aku menulis dalam selembar kertas pesan singkat buat rombongan kloterkedua (Danang dan Arif) yang pagi itu masih berada di Besuki. Isi pesan itu adalahbahwa aku ama Mboys akan menunggu mereka di mata air I. Kertas itu kemudian akuselipkan di dinding sebelah luar rumah kayu, dengan harapan agar mudah dilihat olehmereka kalau lewat. Perjalanan berlanjut lagi, kali ini medan yang kami lalui masih didominasi oleh area ladang tembakau, dengan tanjakan ringan yang agak licin akibat hujankemarin. Perjalanan dalam area ini agak mengalami kesulitan karena adanyapercabangan, akibat jalur ladang yang dibuat oleh penduduk. Hingga pada akhirnya kamimelewati sebuah rumah tua teratas yang masih terlintas dalam ingatan dua tahun yanglalu aku pernah istirahat melepas lelah di daerah sekitar rumah tersebut. Perjalanan terusberlanjut, pemandangan tebing di kanan jalan sangat menawan, hutan yang masih lebatdengan sungai dan saluran air alami yang mengalir seolah memperdaya kami dari medantanjakan yang semakin banyak di depan mata. Akhirnya kami tiba di medan tanjakanpertama yang membuat orang kapok lombok buat datang ke Argopuro. Baru berjalanbeberapa langkah rasanya kaki mau pecah. Ada bekas jejak ban sepeda motor di jalananyang aku lewati, ternyata sebuah motor Suzuki Crystal milik seorang peladang yangsedang mencari rumput. Ingatanku pada daerah itu, dua tahun yang lalu aku sempatmakan biskuit di bawah pohon pisang yang berada di kanan jalan dan pohon itu sekarangmasih ada. Namun yang sudah menghilang adalah rumah yang berada dekat pohonpisang tersebut sudah tidak ada, dulu aku pernah melempar permen buat di berikan padaanak-anak peladang yang menemani orang tuanya berladang di area itu.

Tanjakan demi tanjakan kami lalui, rasanya badan semakin tidak karuan, tapisudah menjadi konsekuensi dari naik gunung. Tanjakan yang paling asyik walau agakmenjengkelkan adalah tanjakan yang berada di perbatasan antara kawasan ladang denganhutan. Sekilas mirip parkir mobil di mall, berbentuk spiral. Setelah memasuki kawasanhutan kami banyak mendapat jalan bonus alias jalan yang datar atau berupa tanjakannamun tidak terlalu curam. Guna menghilangkan jenuh kami berbincang-bincangmembicarakan Pak Tani dan nostalgia waktu KKA baik ketika menjadi peserta maupunsaat jadi panitia. Medan selanjutnya adalah tanjakan yang tidak ada habis-habisnya,dengan jalur yang lebar dan membentang jauh seolah-olah kami ditantang secara terang-terangan. Tak terasa kami sampai pada area dimana waktu pendakian dua tahun yanglalu, aku sempat depresi karena satu team kehabisan air. Setelah istirahat, makan biskuit,minum dan pipis, kami melanjutkan perjalanan dengan berbekal keyakinan bahwa mataair I sudah dekat. Hingga pada akhirnya aku melihat ada sebuah tanjakan yangmembentang lurus dengan sebuah pohon besar di sisi kanan yang di batangnya ada tandawarna kuning. Tidak salah lagi itu adalah mata air I. Kami sampai pukul 13.30 danlangsung mendirikan tenda.

Page 10: Funny Journey

10

Gambar 10 ”Kos-kosan malam ketiga”

Senang rasanya bisa sampai basecamp Mata Air I tanpa kemalaman, kamilangsung memasang tenda sekaligus menantikan rombongan kloter kedua (Danang danArif) datang. Setelah tenda jadi, iseng-iseng aku mencari kayu bakar dan sampah yangbisa di bakar buat api unggun. Beberapa saat kemudian, dari pepohonan samping tendaterdengar bunyi krosakan. Ternyata dua ekor kera lagi bergantungan dan setelah kamimendekat mereka langsung tunggang langgang. Kali ini Mboys bertugas mengambil airdi sumber mata air I, sebelum berangkat aku berpesan kepadanya agar membawa pisaudan senter buat jaga-jaga siapa tahu di bawah sana ada Aum! alias macan yang lagimainan air J. Aktivitas aku lanjutkan dengan membuat parit alias got di sekitar tendabuat antisipasi kalau tiba-tiba turun hujan deras. Saat mencoba mengambil kayu di bawahbasecamp terlihat tiga ekor monyet sedang bertengger dengan sedikit kepanikan. Kulihatpohon di bawah tempat bernaung monyet tersebut sudah dalam keadaan habis ditebangoleh manusia yang tidak bertanggung jawab. Mungkin monyet itu ketakutan dengankehadiran kami, mereka mengira sebagai pelaku pembalakan liar alias blandong. Untukmembunuh sepi di dalam tenda dengan sms-an karena masih ada sinyal sambilmendengarkan radio Pro 3 RRI jaringan berita nasional.

Hari mulai agak gelap, sementara Danang dan Arif belum kelihatan batanghidungnya. Hingga pada akhirnya sayup-sayup terdengar teriakan seseorang yangmemanggil namaku dari bawah. Spontan aku berlari ke bawah, Danang dan Arif datangdengan membawa segenap penderitaan akibat ditantang tanjakan secara terang-terangan.Kloter danang dan Arief sampai di pos mata air 1 pukul 17.30. Aku membantu merekamendirikan tenda dan kami bersiap-siap masak untuk hidangan jamuan makan malam.Kami masak nasi, sayur sop, mie instan, sarden. Minuman yang tersedia teh, kopi jahe,marimas jambu, nutrisari anget. (Baru kali ini naik gunung dengan berjuta pilihanmakanan).

Setelah makan kita berkumpul di api unggun buat curhat, sambil menguji metodebahan bakar perapian terbaru dengan menggunakan potongan ban dalam bekas, ternyataampuh juga dengan api yang besar dapat cepat membuat bara pada kayu kering.Meskipun asap dan bau yang ditimbulkan selama pembakaran cukup menyesakkan matadan dada. Malam semakin gelap, api unggun yang kami buat pun semakin mengecilapinya sehingga salah seorang dari kita ada yang bilang, eh turu rek, mene ben iso budalisuk. Sebelum masuk tenda, barang-barang yang diluar tenda harus dibereskan biar tidak

Page 11: Funny Journey

11

mengundang tamu lain. Akhirnya perlengkapan memasak dan botol-botol minuman kitaletakkan di depan tenda persis dengan alas ponco dan ditutup juga dengan ponco.

Gambar 11 ”Makan Malam So Sweet”

Setelah masuk tenda semua, aku dengan Roykan dan Arief dengan Danang.Sebelum beranjak ke peraduan, Roykan sempat mengucapkan selamat tidur pada 2 temanyang kecapean.. dengan kalimat yang agak manja dan sedikit mesra.. ”Danang.. gingap”,”met bobok”... berulang kali kalimat itu diucapkan Roykan sehingga saat itu juga kitasemua tertawa.. Malam hari sesaat setelah semua tertidur, aku terbangun dan kulihat jammasih menunjukkan pukul 02.15 mataku menjadi sulit diajak kompromi tidur, akhirnyaaku hanya menutup mata di dalam sleeping bag. Pikirku aku merasakan sesuatu yanganeh terdengar diluar tenda.. sepertinya ada yang mengelilingi tenda kami dengan suaraderap kaki yang keras. Perasaanku menjadi ga enag dengan ada apa diluar tetapi akutidak berani membuka tenda, langsung saja aku menyenggol Roykan yang nyenyak didalam sleeping bagnya. ”Kan, tangio... aku membisikkan pelan” berulang kail akumengucapkan kalimat tersebut tetapi Roykan hanya mengucapkan kata.. ha..he..ha..dengan nada ngantuk. Aku langsung saja bilang ”Kan, kamu ga denger suara ta?” koyokeono sing muter-muter nang njobo tendo. Kemudian Roykan hanya bilang.. oiyo..wesmenengo...digae turu ae. Saat itu juga aku langsung menutup mata menggunakan lomardari neng dengan degup jantung yang cukup cepat.

Day IV (13 Agustus 2008) – Pos Mata Air IPagi hari pun tiba, dengan tidur yang tidak tenang kulihat jam sudah

menunjukkan pukul 04.50, spontan teman-teman langsung kubangunkan.. oiii... wes isukshubuh.. ayo tangi.. dan alhamdulillah akhirnya mereka menjawab. Roykan pun mulaimenggeliat dari sleeping bagnya. Langsung saja aku bertanya ke Roykan,”Kan,mambengi iku opo?” dia menjawab ”iku sing due panggonan iki mungkin lagingecek omahe”. Aku pun menyadari hal tersebut..pantes aja..

Sekitar pukul 5 pagi Roykan sudah bangun dan segera mempersiapkan diri buatmelanjutkan perjalanan. Saat itu, anak-anak sudah terbangun, kami semua keluar tendauntuk menikmati pemandangan dari tebing seberang yang sangat eksotis. Hamparan

Page 12: Funny Journey

12

pohon besar di perbukitan dan tebing dengan air yang menyerupai air terjun mini menjadipengalaman mata yang susah untuk dilupakan. Kami mengadakan kesepakatan untukmelanjutkan perjalanan menuju Cikasur pada pukul 08.00 tepat. Kesempatan buatkuuntuk mengambil air di bawah tidak kusia-siakan dengan sekalian mandi kecil, cuci mukadan pasang ’ranjau’ di bawah batu besar tidak jauh dari mata air. Sandal gunung Eigeryang aku beli di Gunung Agung Delta bersama Emi selepas gajian dua bulan yang lalukuuji ketangguhannya di medan ini. Naik turun mengambil air dengan medan yang licinternyata kaki tetap nyaman melangkah. Hal ini berbeda dengan dua tahun silam yanghanya memakai sandal japit, jalan selangkah jatuh bangunnya dua langkah J.Tidak lupakami mengadakan absen semua barang bawaan termasuk logistik. Semua perlengkapanbuat hidup di hutan dan ransum makanan di keluarkan dari tenda. Sebuah jas hujan dijadikan alas sebagai tempat perwakilan segala macam logistik dan alat elektronik yangkami bawa waktu itu.

Gambar 12 ”Dijual-dijual!!...sewu telu!!!”

Setelah masakan untuk sarapan siap tersaji, beserta aneka macam pilihanminuman, kami makan pagi bersama. Salah satu minuman hangat yang paling kusukaadalah wedhang temulawak hangat, minuman herbal yang menyehatkan dan dapatmerangsang nafsu makan. Kalau nafsu makan sudah besar, keinginan untuk makanjumbo besar pula otomatis logistik bisa cepat berkurang. Hal ini tentu saja meringankanbeban tas carrier dan segala macam bentuk kaleng yang berat J. Saat itu aku mengambilair dari mata air bawah satu jerigen isi lima liter dan beberapa botol kosong bekas airmineral. Jerigen lima liter full air menjadi prioritas utamaku untuk dimasukkan ke dalamtas carrier. Jangan sampai selama perjalanan menuju Cikasur kehabisan air di tengahjalan.

Page 13: Funny Journey

13

Gambar 13 ”Full team (dari kiri) Truk Tronton, Truk Semen, Truk Sampoerna dan Truk Cargo”

Perjalanan menuju Cikasur dimulai walaupun molor selama beberapa menitnamun tidak menyurutkan semangat kami untuk menaklukkan tanjakan yangmembentang sepanjang jalan. Setelah berdoa bersama, pukul 08.50 kami mulai berjalanberiringan menuju ’pangkalan’ Cikasur. Tanjakan yang tidak pernah ada habisnyamembuat nasi dalam perut serasa mau kocar kacir. Beban carrier yang bertambah beratdari pada waktu berangkat, membuat nafasku semakin ngos-ngosan. Air lima liter plusdua botol besar penuh, logistik kaleng dan beras serta tenda kumpul jadi satu dalamtasku. Tapi semua pikiran buruk harus disingkirkan, pokoknya optimis akan sampaiCikasur sebelum gelap. Arif berjalan paling depan di susul Danang, sementara aku danMboys berada di belakang mereka.

Seandainya ada macan iseng yang mau makan kami saat itu, pasti sasaran empukyang paling diprioritaskan adalah Arif. Alasannya selain badannya yang gedhe, punelpenuh daging, posisinya juga berada di garis depan J. Medan dengan hutan lebat dantanjakan yang tidak ada habis-habisnya membuat perjalanan ini begitu menyesakkan.Kami keseringan berhenti untuk ambil nafas dan mengumpulkan tenaga. Tapi untung saatitu, sisa turun hujan beberapa hari yang lalu masih membekas, sehingga jalanan yangbiasanya penuh debu menjadi basah namun tidak terlalu licin. Orang jawa mengistilahkansebagai jalanan yang nyemek-nyemek. Salah satu hal yang tidak bisa terlupakan saat ituadalah ketika di tengah perjalanan aku mencoba untuk mengatur nafas setelah melewatibeberapa tanjakan.

Di kiri jalan ada sebuah kayu bekas tebangan orang yang teronggok membujur,aku menghapiri kayu tersebut dengan maksud ingin mendudukinya, tiba-tiba Krosak!!Beban di punggung yang membuat berat badanku dua kali lipat, aku kehilangankeseimbangan dan jatuh terbalik ke semak-semak. Untung saat itu hanya semak yangmenjadi tumpuan tas dan badanku, coba kalau tebing atau jurang pasti tinggal riwayat.Mboys sempat mengabadikan momen menarik tersebut dengan kamera, sekilas akuseperti kecoa yang terbalik atau laksana kura-kura yang berusaha membalikkantempurungnya ke atas.

Page 14: Funny Journey

14

Sesekali medan yang kami lalui penuh dengan bonus alias jalanan mendatar yangberkelok-kelok. Selepas hutan, jalur berubah menjadi jalur romantis dengan bunga putihdi kanan kiri jalur, romantis namun tanjakannya tidak ketulungan. Pemandangan alam diperbukitan kanan kiri jalur yang kami lewati serasa menjadi obat pencegah rasa capekselama melewati rute ini. Sebuah kayu besar yang tergolek di sebelah kiri jalan,berbentuk seperti sofa masih berada pada tempatnya. Dua tahun yang lalu, aku pernahmelihatnya namun kemudian Cuma numpang lewat saja. Mumpung ada kesempatan, akududuk di kayu itu sambil mengisi ulang air ke dalam botol dotku. Rasanya seperti dudukdi sofa meskipun tidak empuk, duduk berdua bersanding dengan Danang laksana sepertipengantin baru.

Perjalanan terus berlanjut, tanjakan demi tanjakan kami lewati, jalur yang palingmembuat hati jengkel adalah jalan menurun yang curam, hati senang karena dapat bonusmenarik, namun jika melihat jauh ke depan ternyata jalanan itu berbentuk sepertimangkuk. Bahagia yang berbuntut dengan rasa kesal. Di tengah perjalanan, terdapatsebuah jalan yang bercabang, dua pilihan yakni jalur resmi dan jalur tidak resmi. Akumemutuskan untuk mengambil jalur yang tidak resmi alias jalan kompas. Ternyatameskipun lebih menyingkat waktu namun medan dan tanjakannya membuatku berpikirdua kali untuk melewatinya kembali. Sampai pada ujung jalan kompas tersebut, anak-anak sudah menunggu dan kami beristirahat sejenak sambil makan roti gaban bawaanku.Tak terasa kami memasuki hutan kembali dan kali ini lebih lebat dari sebelumnya. Ditengah perjalanan aku melihat segerombolan kera hitam yang bergelantungan di sebuahpohon besar kanan jalan, kera-kera itu berpindah dari pohon ke pohon. Arif mencobamengambil kameranya, namun kera tersebut susah untuk diabadikan, sedah begitu ketikakamera sudah di tangan untuk membidik mereka, ternyat mereka menghilang, namunketika kamera tidak ada mereka bergelayutan.

Gambar 14 ”Perjalanan menuju Cikasur”

Page 15: Funny Journey

15

Perjalanan kali ini banyak didominasi oleh medan yang penuh bonus danromantis. Aku mengambil beberapa bunga untuk sampel siapa tahu berguna bagi bisnishandycrafku. Pokoknya kalau Edelweiss sudah menjadi komitmen bersama untuk tidakmengambilnya, cukup hanya memandang dan menikmati bau bunganya saja. Perut sudahlapar lagi dan aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di jalanan yang seingatku padadua tahun yang lalu pernah makan biskuat di bawah pohon. Tas Carrier ku bongkar danmengambil nasting yang masih berisi sisa nasi tadi pagi. Sengaja aku sisakan buat ransumdi tengah perjalanan. Hanya dengan lauk pilus Tic-Tac rasa udang panggang nasi dalamnasting tersebut habis.

Sementara itu cuaca yang berkabut membuat suhu menjadi dingin, segera anak-anak menyalahkan api unggun kecil-kecilan, sekaligus membakar sampah yang ada disekitar tempat itu. Dari tempat ini jika melihat tebing di kanan bawah nampak hamparanperbukitan sabana, berarti alun-alun kecil sudah tidak jauh lagi. Dengan ditemani rintikhujan dari kabut kami terus berjalan sambil sesekali saling mengingatkan agar tidakterkena kontak langsung dengan Rengas alias Ri Jancukan yang tumbuh di sepanjangjalur tersebut. Salah satu daya tarik sekaligus hal yang membuat Gunung Argopuroberbeda dengan gunung yang lain adalah adanya tumbuhan berduri yang dapatmenyengsarakan pendaki jika kena kulit, Ri Jancukan atau Rengas adalah momok selamamelintas di jalur bersemak. Setelah melewati sebuah jalanan menurun akhirnya kamisampai di alun-alun kecil.

Gambar 15”Alun-alun Kecil”

Alun-alun kecil adalah sabana pertama yang akan ditemui pendaki Argopuro jikaberangkat melalui Baderan, selanjutnya akan banyak sekali sabana yang membetang luasdengan pemandangan yang jarang dijumpai di gunung lainnya. Medan selanjutnya berupasabana dengan jalur yang naik turun. Sepanjang jalur ini Edelweis sudah dapat dilihat.Kabut terus bergelayut mengikuti perjalanan kami. Setelah melewati beberapa tanjakan,kami masuk hutan kembali dengan vegetasi banyak pohon cemara. Tidak terasa kamiberada di tempat pemberhentian selanjutnya yakni jambangan. Jambangan adalah namadaerah yang terletak di antara alun-alun kecil dan Cikasur. Berbentuk sebuah daerah datar

Page 16: Funny Journey

16

dengan semak yang lebat di kanan kiri yang diapit oleh hutan cemara. Daerah ini dapatjuga digunakan tempat untuk mendirikan tenda. Selepas jambangan medan yang kamilalui adalah jalur datar yang mlipir memutari sebuah bukit.

Cuaca saat itu tidak mendukung, kabut tebal bahkan sampai berkondensasi danmengakibatkan hujan rintik-rintik. Jarak pandang yang tidak terlalu jauh membuatkesempatan untuk melihat pemandangan jurang di kanan jalan tidak jadi terlaksana. Jaluryang datar juga membuat kami merasa jenuh. Namun kejenuhan oleh jalur datar hilangsetelah kami sampai sebuah tikungan di mana terdapat Edelweis yang tinggi dan padat.Sayang kebakaran hutan di sebagian daerah itu membuat hutan edelweis yang seharusnyaelok, menjadi gersang. Hamparan sabana membentang luas menanti kami di depan,sambil foto-foto kami terus berjalan melewati setapak demi setapak area sabana dengantebing kiri yang penuh edelweis dan sebelah kanan lapangan yang membentang. Sekilasmirip seperti pemandangan alam di wallpaper windows yang baru saja di instal ulang,hanya saja warnanya di sini kuning kecoklatan dengan langit yang penuh kabut.

Sebuah jalur yang padat pepohonan dan semakin menurun kami lewati, ternyataada sebuah jembatan kayu, jembatan ini mirip dengan jembatan kayu yang ada di jalurpendakian gunung Semeru. Selepas jembatan ini medan yang kami lalui berupa tanjakandan jalan menurun yang rimbun oleh semak. Di ujung jalan menurun semak semakinrimbun, bahkan aku sampai merunduk untuk melewatinya. Sementara itu Mboys berjalandi belakangku sambil berkata ”Orang kecil berlindung di depan orang besar!”. Spontanaku menjawab ”habis ini ada orang besar yang menindas orang kecil!!” J. Kemudiankami memasuki kawasan sabana kembali, sementara itu kaki kiriku sudah tidak bisadiajak kompromi. Dengkul terasa nyeri jika harus melewati area yang menurun dan datar,namun kalau melewati tanjakan kaki tidak terasa sakit. Walau terasa perih semua rasasakit aku singkirkan karena aku yakin Cikasur sudah tidak jauh lagi. Pada sabana selepasjembatan kami istirahat sejenak dan Arif menyempatkan diri untuk fotoria di rumputwarna merah yang tumbuh melingkar di tengah sabana. Selain warna merah ada jugayang berwarna kuning.

Gambar 16 ”Vijae (Arif) Kunam, syuting video klip India”

Perjalanan berlanjut lagi, aku yakin Cikasur sudah dekat. Dua bukit membentangdi depan dan jalur sabana yang mendatar dan berkelok-kelok. Hingga pada sebuahtikungan ke arah kiri dan di sana berdiri dua pohon besar yang berjajar. Pohon itu

Page 17: Funny Journey

17

berbeda dengan pohon-pohon yang lain, sekilas dari jauh seperti pohon asam yangtumbuh di antara pohon cemara. Dua pohon tersebut seperti gapura masuk ke Cikasur,dan di bawah batangnya nampak bekas api unggun dan kayu-kayu rontok. Akhirnya kamisampai di Cikasur pukul 16.00 setelah melihat sebuah bekas bangunan yang terbuat daritembok, sementara dari arah kiri berdiri sebuah pondok kayu di tengah sabana dan sungaikecil yang penuh dengan selada air.

Gambar 17 ”Cikasur”

Arif dan Danang berjalan lebih dahulu menuju pondok kayu Cikasur, sementaraAku dan Mboys mengikutinya dari belakang. Kakiku semakin sakit sehingga tertinggaljauh dari Arif dan Danang, rasa sakit sedikit terobati setelah berfotoria di jalananmenurun dekat sungai Selada Air. Lutut yang kesakitan berusaha aku tahan, agar terusbisa tahan jalan menyeberangi sungai dengan jembatan dari sebuah batang pohon danjalur tanjakan yang cukup menguras tenaga. Akhirnya sampai juga di pondok kayu,kemudian kami sepakat untuk mendirikan tenda di antara puing-puing bangunan yangkonon bekas pabrik pengalengan daging rusa dan ruang komando Jepang pada masaperang Pasifik.

Gambar 18 ”Puing-puing di Cikasur”

Page 18: Funny Journey

18

Setelah mendirikan tenda, aku jalan-jalan sendirian melintasi puing-puingtersebut,setelah mengadakan penelusuran aku berasumsi bahwa pada masa lalu bangunanini seperti ruang bersekat-sekat dan kemungkinan tebuat dari kayu pada dinding danatapnya. Sebuah pohon tumbang menjadi batas akhir dari puing-puing tersebut, akusempat naik pohon tumbang tersebut dan berjalan di atasnya. Kemudian pandangankumengarah pada puing yang paling ujung, nampak sisa tegel atau lantai dari puing tersebutdi antara rerumputan. Setelah turun aku mengamati lantai itu, dan mengambil sebuahpotongan lantai yang berwarna merah bata tersebut. Dilihat dari bentuk, tekstur danwarna potongan lantai tersebut nampak seperti lantai yang ada di SMA komplek Malangyang bertempat di gedung tua dekat dengan alun-alun.

Aku balik lagi untuk menyiapkan makan malam agar bisa tidur nyenyak di basecamp ’paling asri’ ini. Menu masakan kali ini adalah sayur sop dan mie sayur. Untukpilihan minum terdiri dari kopi jahe, teh anget, nutrisari anget dan energen. Saat makanpun tiba kami doa bersama terus makan di ruang sebelah karena memang banyak pilihanruang di Cikasur, namun ketika mencicipi sop buatanku..Ups! asin sekali. Ternyata akukebanyakan membubuhkan garam dan Masako. Hasilnya masakanku kali ini kalah larisdengan mie instan yang dicampur dengan sawi. Sisa asinan sop kemudian kami buang ditempat begitu juga sisa sawi dan mie yang ada di nasting. Cuaca semakin dingin dankabut kadang lewat seiring gelapnya hari. Saat itu kebetulan sedang padhang bulan,namun tidak bunder ser! Menurut perkiraan Arif saat bermalam di danau taman hidupnanti bulan purnama pasti indah karena kebetulan bertepatan dengan tanggal 15.

Sesi berikutnya adalah curhat dan ngopi, ditemani oleh dinginnya malam danangin dingin. Aku dan Danang membuat api unggun, memanfaatkan sisa kayu yang kamitemukan di dekat pondok kayu. Aku berjalan mencari sampah yang bisa dibakar dariruang ke ruang. Namun sesampainya di ruang yang dekat dengan pohon langkah akuhentikan, pikiran di sini jadi tidak enak sehingga aku kembali ke tempat anak-anakdengan sampah seadanya. Sinar bulan menemani saat-saat berapi unggun dan tangankutidak henti-henti mencabuti rumput setengah kering agar kayu besar bisa terbakar, banbekas pengganti minyak tanah harus dihemat. Hingga aku mencabut rumput yang ada dibelakangku, tak sengaja wajah menengok ke ruang sebelah bekas ruang makan tadi..tiba-tiba!?! Ku lihat sesuatu yang menurutku asing dan spontan aku kaget sampaimemundurkan kepala secepat mungkin. Teman-teman terkejut juga, dan akumengintruksikan untuk tenang, kami ngintip dari atas tembok ternyata kami kedatangandua tamu malam ini yakni Sigung yang rebutan sisa asinan sop buatanku tadi sore.Semula kukira hewan ini macan cilik atau rubah.

Keberadaan sigung membuat kami menjadi menambah bahan untuk dibicarakan.Tidak hanya sigung yang menemani kami, ternyata juga banyak tikus yang berkeliling disekitar tenda unutk mengincar makanan yang kami bawa. Tikus yang mengambilkesempatan disaat kita sesi curhat membuat kesal karena sampai masuk ke dalamtendanya Arief, untungnya saja ga ikutan tidur di dalam. Kami panggil tikus itu dengannama siti alias ”sitikus”.

Page 19: Funny Journey

19

Gambar 19 ”Awas! Tuan rumah lagi makan”

Sigung adalah sejenis pengerat yang jika tertekan bisa mengeluarkan bau tak sedap. Barukali ini aku melihat hewan yang sebelumnya aku lihat di film kartun terutama di OpenSeason dan Sigung yang di sulap jadi kucing dalam film Over the Hedge.

Sepertinya hewan kecil nan lucu ini tidak merasa terganggu oleh ulah kami yangmenyorotkan lampu senter bahkan sampai memotretnya. Dengan cuek ia makan sisa-sisaasinan sop dan sawi bekas mie tadi sore. Setelah puas bermain dengan teman baru, kamimelanjutkan berapi unggun sambil menghabiskan sisa minuman hangat, sambil sesekalibermain dengan sigung. Kabut yang terus berhuyun-huyun melewati Cikasur membuatbulan kadang terlihat kadang tidak, meskipun begitu suasana bulan purnama masihterasa. Hingga ketika tiba-tiba langit cerah tanpa terhalang kabut sedikitpun, kami semuaberteriak mengagumi keindahan langit ciptaan Yang Maha Kuasa. Awan tipis yangberada di sekitar bulan berbentuk seperti serpihan kapas yang berjajar. Taburan bintangdi langit membuat kami lebih berdecak kagum, aku segera mencari rasi Scorpioku untukmemastikan arah mata angin, sebab sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawarlagi kalau kepala Scorpio selalu menghadap dan mengarah ke arah barat. Aku berpesankepada anak-anak kalau perjalanan masih panjang dan menganjurkan untuk segeraistirahat di dalam tenda, hanya yang mau uji nyali saja yang bisa bermain-main malamhari di Cikasur. Kami lalu beres-beres segala perlengkapan, kompor dan peralatan masaklainnya aku tutup dengan jas hujan dan barang-barang sebisa mungkin dimasukan kedalam tenda. Kami lalu mengadakan acara pipis bersama di samping tenda, denganharapan agar sepanjang malam tidak ada niat untuk buang air di luar tenda.

Suasana malam di Cikasur saat itu terasa mencekam, kami memutuskan untukbagaimana caranya bisa tidur. Kebetulan saat itu aku membawa dua kerpus, yang pendekbuat nutup telinga dan yang panjang sedikit aku majukan untuk menutup mata agar tidakbisa melihat apa-apa. Terbukti cara ini ternyata cukup efektif untuk membuatku bisatertidur meskipun beberapa jam saja. Tengah malam aku terbangun dan merasakan adasesuatu yang lewat dekat dengan tendaku, sosok hitam berangkangan menerpa dindingtenda, hingga menyentuh langsung punggungku, rasanya empuk tapi menyeramkan.Kontan aku menggeser tubuhku agak ke tengah sampai mengenai tubuh Mboys.Kemudian aku melanjutkan tidur lagi, persetan dengan suara-suara yang ada di luar.Sesekali aku bertanya jam pada Mboys dengan harapan semoga malam cepat bergantipagi.

Page 20: Funny Journey

20

Day V (14 Agustus 2008) - CikasurPagi harinya, kami bertiga kecuali Arif yang masih pingin tidur, jalan-jalan

keliling Cikasur untuk menikmati udara pagi dan mata hari yang sebentar lagi akan terbit.Kami berjalan sampai di pohon besar yang tumbuh di tengah sabana, ternyata ada bekasapi unggun di sana. Aku berpikir siapa orang yang nekat mendirikan tenda dan bermalamdi bawah pohon ini. Kami terus berjalan menuju area yang konon menjadi lapanganterbang Jepang pada masa perang Pasifik. Di tengah jalan kami melihat sebuah celanajeans yang sobek di bagian pantat dan pahanya. Mungkin ini bekas celana pendaki yangdi sobek-sobek Aum karena mengantongi daging kaleng J. Setelah puas jalan-jalan disabana kami kembali menuju tenda dengan di lewat jalan setapak yang berada di antararerumputan. Dua tahun yang lalu, aku dan Mboys pernah tersesat di area ini, maksud hatiingin melanjutkan perjalanan ke Cisentor tapi malah kebablasan mengarah ke tengahlapangan terbang.

Gambar 20 ”Selada Air Sungai Cikasur”

Acara selanjutnya membersihkan diri dan kora-kora nesting di sungai, kamibertiga mencoba merasakan nikmatnya air dingin yang jernih mengalir. Tak lupa akumengambil beberapa lembar selada air untuk di gunakan sebagai campuran mie dansandwich. Hanya Mboys yang turun ke dasar sungai dengan kedalaman setinggi tulangkering. Kalau lebih dari itu mungkin Mboys bisa hanyut tenggelam menuju DanauTaman Hidup atau ke laut karena kebetulan dia tidak bisa berenang. Setelah mengambilair kami kembali dan berganti Arif yang turun ke bawah buat membersihkan diri. Menumakan buat sarapan pagi kali ini beberapa kaleng sarden yang dicampur dengan nasi.Sedangkan minumnya Marimas Jambu, Nutrisari Anget, Kopi, Teh dan Energen. Jugatidak lupa wedhang temulawak hangat.

Page 21: Funny Journey

21

Gambar 21 ”Ayam Hutan hasil jepretan Arif”

Ketika Arif pergi mandi besar di sungai ia sempat melihat dua ekor ayam hutanyang sedang turun minum, dengan kesigapannya ia berhasil mengabadikan moment yangcukup menarik bagi orang yang suka bercengkrama dengan hewan liar. Selesai sarapansigung kembali lagi di ruang sebelah ketika kami menjemur sebagian pakaian danperlengkapan lain akibat embun. Sepertinya ia bisa menerima kehadiran kami sampaiMboys berusaha untuk PDKT dengan memberinya roti, ternyata dia cukup penurut juga.Karena itulah kami menganggap sigung itu seperti anak sendiri. Kami juga sempatmelihat seekor alap-alap yang melintas di udara (mungkin mencari kacang seperti padaiklan kacang garuda) dan seekor merak jantan yang melompat sambil berkicau dari dahancemara menuju sabana. Sekilas suara merak seperti suara suku indian yang sedangberperang sedangkan bulu panjang pada bagiannya berfungsi seperti penyeimbang ketikaterjun di udara. Sungguh sebuah pengalaman yang tidak mudah untuk dilupakan jikamelihat satwa-satwa liar ini dengan mata kepala sendiri tanpa harus membayar tiketmasuk seperti kalau kita lihat di kebun binatang.

Makan pagi telah siap kami makan nasi dengan lauk sarden. Nafsu makan pagi iniagak berkurang setelah menikmati sandwich spesial selada air buatan Arif. Selada AirCikasur di jepit di antara roti tawar, kemudian di campur dengan keju dan sedikitmargarin. Makanan mahal yang tidak biasa kami makan di Surabaya. Setelah berkemas-kemas kami siap berangkat melanjutkan perjalanan menuju Cisentor. Sebelum berangkataku keluarkan kaos kaki baruku, sementara kaos kaki yang lama aku taruh di bawahtumpuan kaki sepatu cap wedhus.

Page 22: Funny Journey

22

Gambar 22 ”Sini Nak ikut sama Bapak!!!”

Perjalanan kembali dimulai pukul 09.00, setelah berdoa bersama di depan pondokkayu kami mempunyai yel baru yakni ”Sigung Bye-bye!!!” sebagai tanda penghormatandan salam kenal buat teman sekaligus anak angkat kita yang baru. Kali ini medan yangharus kami lewati pada awal perjalanan berupa tanjakan, meskipun tidak separah tanjakancinta di Gunung Semeru, namun tanjakan ini cukup membuat nafas ngos-ngosan. Dariujung tanjakan kami dapat melihat padang luas sabana di Cikasur.

Gambar 23 ”Old Airport Cikasur”

Selepas tanjakan, kami menjumpai Sabana lagi. Kebetulan saat itu tasku agakmiring jadi perlu disetting ulang. Namun tanpa sengaja tali bagian bawah yang terletak didekat punggung tiba-tiba putus, dengan penuh kesigapan Mboys mengganti sementara

Page 23: Funny Journey

23

tali itu dengan potongan ban bekas sebagai pertolongan pertama. Perjalanan berlanjut lagihingga kami sampai di hutan cemara dengan semak belukar yang tinggi dan padat. Tasaku setting lagi, namun kali ini lebih aku tekankan pada bagian atas, jadi berat tas lebihbanyak di topang bagian pundak dan Tulang Scapula. Jalur ini merupakan jalur yangkadang menanjak dan menurun dengan semak yang tinggi dan banyak dijumpaitumbuhan Edelweis dengan tinggi sampai setara tinggi langit-langit kamar kos. Selepasjalur semak kami memasuki sabana kembali dengan medan yang sedikit menanjak.Selepas sabana kami masuk hutan kembali, mlipir sebuah bukit.

Jalur ini lebih dikenal dengan jalur brimob, sebab lewat area ini seperti sedangpendidikan militer dengan banyaknya pohon yang tumbang. Sehingga kami harusmelangkah melewati banyak polisi tidur alami dan kadang-kadang harus merangkakberjalan di sela-sela batang. Di kanan jalan nampak sebuah tumbuhan yang mirip dengankemangi, namun ukurannya lebih besar daripada kemangi yang biasa dibuat lalapan.Selepas hutan jalur brimob kami memasuki sabana lagi yang banyak didominasi olehtanjakan. Di tengah-tengah jalur sabana kami dapat melihat bekas kotoran hewan.Termasuk kotoran carnivora mungkin macan, sebab berbentuk seperti kotoran kucingnamun lebih banyak didominasi oleh bulu. Sisa bulu-bulu ayam hutan yang habisterkoyak juga kami jumpai. Cuaca yang makin panas dengan medan sabana membuatkonsumsi air menjadi lebih banyak daripada perjalanan sebelumnya. Hanya Mboys yangterlihat tidak banyak minum, sebab ia sedang mempraktekan ilmu unta.

Gambar 24 ”Awas Dik! kiri jalan ada jurang dan rumah monyet”

Selepas sabana kami melewati jalur sempit dengan jurang cukup dalam padabagian kiri jalan, sesekali kami menjumpai Rengas tumbuh di sini. Perjalanan serasamenyenangkan kalau menjumpai arbei yang tumbuh di kanan kiri jalan. Buah arbei yangmatang dengan warna yang memerah cukup enak untuk dikonsumsi, sebagai asupanvitamin C. Rasanya asam bercampur manis. Jalur yang sempit dengan kiri jurang sepertitidak ada habisnya, setelah sampai pada tebing yang indah di kanan jalan aku yakin kalautidak lama lagi kami akan tiba di Cikasur. Perjalanan menjadi lebih menegangkan setelahkami melewati jalanan mendatar di bawah tebing. Jurang yang menganga dengan banyakpepohonan di bawahnya sementara banyak pohon tumbang membuat kami harus lebihberhati-hati melangkahkan kaki. Dari atas kami dapat melihat satu keluarga besar monyet

Page 24: Funny Journey

24

di sebuah pohon di bawah jurang, mereka bergelayutan dari satu dahan ke dahan yanglain seolah menyapa kedatangan kami. Jalan mendatar membuat kaki kiriku terasa sakitkembali hingga aku harus lebih memperlambat jalanku. Hingga kami sampai pada sebuahjalur menurun yang curam, dan sayup-sayup terdengar suara air yang mengalir. Tak salahlagi Cikasur sudah berada di depan mata. Danang dan Arif sudah berjalan lebih dahulusementara aku dan Mboys berjalan pelan-pelan di belakang mereka. Sesampai di sebuahjalur turunan nan curam aku hanya bengong, sebab anak-anak sudah berjalan secepatkilat sampai di sungai begitu juga Mboys aku suruh berjalan lebih dahulu. Kakiku tidakbisa diajak kompromi semakin ngilu saat melangkah di jalur ini.

Dua tahun yang lalu, aku pernah jatuh di jalan menurun ini karena tanah yang akujadikan tempat berpijak tiba-tiba pecah, tapi untung tidak sampai masuk jurang di kananjalan. Melewati jalur menurun ini aku banyak berjalan dengan menggunakan pantat,sambil menahan rasa ngilu, anak-anak sudah sampai di bawah menyeberangi sungai danmenaruh tas mereka di dekat pondok kayu. Mboys dan Danang berteriak dari bawah agaraku segera menyusul, begitu sampai di sebuah batang pohon tumbang yang membujur dijalan tersebut, tiba-tiba Ups! Aku jatuh terpeleset akibat keseimbangan yang mulaiterganggu dan sepatu yang tak berdaya menahan beban tubuhku. Sesampainya di sungaiDanang membantuku berjalan menyusuri jembatan dari batu yang di tumpuk. Setelahmelepas tas, akhirnya kami cangkrukan di dalam pondok kayu sekalian masak miecampur sayur buat ransum ke puncak hari itu juga. Aku berjalan sendiri ke atas untukmencari semak yang cocok buat persembunyian tas carrier selama perjalanan ke puncak.Rencananya setelah makan siang kami langsung ke puncak Argopuro untuk menikmatimatahari tenggelam dan menuju puncak Rengganis pada dini hari untuk menikmatimatahari terbit.

Setelah makan dan berbenah buat menuju ke puncak, kami berjalan buatmenyembunyikan tas di semak yang telah ku pilih dan tidak jauh dari tempatku membuattenda dua tahun yang lalu. Setelah menumpuk masing-masing tas lalu kami membuatkamuflase dengan meletakan daun kering dan ranting setelah diberi lapisan jas hujan.Perjalanan menuju puncak di mulai, sekitar pukul 14:00 WIB kami berangkat. Hinggasampai pada batas akhir pathok putih yang dipasang pihak Perhutani dengan angka HM155 medan yang kami lalui penuh dengan tanjakan. Selepas itu kami masuk sabana,namun lebih kecil dengan edelweis yang tumbuh di kanan kiri jalan.

Gambar 25 ”Menuju puncak I Argopuro”

Page 25: Funny Journey

25

Hingga sampai di kawasan rawa embik, aku menawarkan pada teman-teman yangingin mengisi air bisa mengambil di sungai kecil yang berada di bawah alun-alunlonceng. Perjalanan berlanjut dengan medan percampuran antara sabana dan hutan yangdidominasi oleh tumbuhan cemara. Entah berapa bukit yang kami lewati saat itu, setiapkaki melangkah tak peduli tanjakan yang curam bersatu dalam tekad untuk segeramenginjakan kaki di puncak Argopuro. Medan penuh tanjakan membuatku terasa segarkembali, melupakan ngilu kaki beberapa jam yang lalu. Aku mengambil posisi di depan,dan sesekali menggoda Danang supaya tidak jenuh dalam perjalanan. Karena Aku,Mboys dan Arif sudah pernah ke Argopuro sementara Danang belum sama sekali. Kamibermain ospek-ospekan dengan obyek penderita satu orang yakni Danang. Satu hargamati junior harus menurut dan mematuhi semua kata senior. Akhirnya kami sampai dipuncak bayangan yakni jalan pertigaan sisi kiri menuju puncak Rengganis sedangkan sisiyang kanan menuju puncak Widodaren Argopuro.

Bau belerang khas puncak telah tercium sebelum kami sampai di kawasan ini.Kami memilih jalur yang ke arah kanan, artinya ke puncak Widodaren, meskipunjalurnya telah dibarikade oleh batu dan ranting membentuk tanda silang kami tetapberangkat. Sebuah bukit kecil yang didominasi tumbuhan cemara berdiri di depan,pengalaman pertama kali menuju puncak I Argopuro. Begitu masuk kawasan penuhcemara tersebut, nampak di depan mata jalur berkelok-kelok di antara rerimbunan cemaradan edelweis. Sebuah tali biru menjadi panduan kami untuk mengikuti jalur menuju kepundak. Tanjakan yang tidak ada habisnya cukup menguras tenaga, saat itu posisikuberada paling depan, hingga pada akhirnya sampai juga di ujung tanjakan, kemudian akumenoleh kanan kiri dan menemukan tulisan PUNCAK dari cat warna merah di atassebuah batu persegi yang diletakkan paling ujung. Puji Tuhan! Akhirnya aku sampai jugadi puncak tepat pada pukul 16.30, setelah perjalanan lima hari. Segera aku sujud syukursebagai ekspresi dan apresiasi atas salah satu kenikmatan dari sebuah pendakian. Sebuahbarang spesial dalam tas roti kukeluarkan, sekaleng leccy dan empat buah coklat koin.

Gambar 26 ”Pesta Leccy di puncak Widodaren Argopuro ”

Beberapa saat kemudian, muncul Danang yang disusul oleh Mboys dan Arif.Kami semua bergembira bersama dengan ekspresi masing-masing, mulai dari teriak

Page 26: Funny Journey

26

histeris sampai sujud syukur. Semua lelah dan keringat yang bercucuran, perjuanganmelewati medan tanjakan sampai malam mencekam di Cikasur terbayar sudah di tempatini. Sebelum pesta Leccy tak lupa aku meminta Mboys supaya mencukur sedikit bagianbelakang rambutku (Tahalul). Tak lupa aku keliling-kelilling di sekitar puncak dan barukali ini naik gunung dengan puncak yang banyak pepohonan. Dari sisi timur melalui sisi-sisi cemara nampak jelas terlihat puncak Rengganis. Sementara pada sisi sebelah baratterdapat batu yang menyerupai umpak lingga yoni, dan ada potongan rambut yangditaruh dalam kaleng rokok. Tak lupa potongan rambut yang habis dipotong Mboys jugaaku gabungin jadi satu. Selain itu, ada secarik kertas yang berisi puisi atau lebih tepatnyacurahan hati. Dari kata-katanya kelihatan seperti seorang lelaki yang terobsesi olehseorang wanita yang sangat dicintainya. Udara di puncak cukup dingin, sehingga akusegera merapatkan pakaianku, sembari mengadakan cek ulang senter sebab dipastikandalam perjalanan ke Cisentor dalam gelap.

Pesta leccy tiba, setelah berfoto ria dekat batu berundak di puncak, kaleng leccyku ambil dan kuberikan kesempatan kepada Danang untuk menjadi orang yang pertamamembuka tutup kaleng Leccy. Begitu Leccy terbuka kami bersorak kegirangan, sepertitahanan perang yang diberi makan enak pada hari pembebasannya. Segera sendokkukeluarkan dan kami satu persatu secara bergilir menikmati Leccy yang manis dan segarwalau tanpa lemari pendingin. Udara semakin dingin dan kami mengumpulkan kayuuntuk membuat api unggun kecil-kecilan. Sambil menunggu momen matahari yangsemakin ke barat, kami duduk-duduk dekat api unggun, sinar matahari sore yang masukmelalui sela-sela daun cemara memberikan pemandangan yang menakjubkan. Akumengambil batu kecil sebagai tanda kenang-kenangan sekaligus kangen-kangenan.Setelah puas dipuncak kami memutuskan untuk kembali menuju Cisentor selepasmatahari kembali ke peraduan. Saat itu mboys melihat pukul 17.45 kita turun daripuncak.

Medan menuruni tanjakan membuat kakiku kembali ngilu, jadi aku berjalan agakpelan berpegangan pada pohon atau batu jika menjumpai turunan yang curam. Langitbertambah gelap dan senter sudah siap di tangan. Selepas ujung tanjakan, Mboysmengatakan padaku kalau dia mengalami dejavu, ia bilang pernah mimpi pernah lewatdaerah tersebut pada waktu dan suasana yang sama. Wah berarti pendakian kami kali inimemang sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa.

Dengan ditemani sinar rembulan kami berjalan beriringan, dengan senter menyaladi tangan. Tak lupa aku membawa tongkat kecilku yang aku temukan di tengah sabanaselepas berangkat dari Cisentor. Rerimbunan Edelweis kami lewati dengan Arif sebagaipenunjuk jalan (sekaligus umpan buat Aum!! –red-). Hingga saat kami berjalanmenyusuri jalanan sempit yang mlipir bukit tiba-tiba terdengar seperti suara serigala darisisi tebing di atasnya. Spontan tongkatku pegang erat-erat dan kami agak mempercepatlangkah kaki, tak peduli kaki sakit aku melebarkan jangkauan kaki, dengan harapansupaya segera keluar dari tempat yang begitu mencekam ini. Di tengah perjalanan Arifmengeluh kalau paha dan kakinya sakit, sehingga kami memperlambat jalan dan kadangistirahat buat menata tali sepatu atau sekadar makan gula merah. Langit cerah malam ini,membuat bintang-bintang bersinar terang, pemandangan astronomis yang berbeda kalaukita melihat bintang dari kampung halaman.

Pada saat kami berhenti di jalur yang penuh semak, tanpa sengaja aku salahpegang, maksud hati ingin pegang barang di kanan jalan ternyata yang kupegang batang

Page 27: Funny Journey

27

arbei yang berduri dan kebetulan tumbuh melingkat di batang yang lain. Untung tidakterlalu dalam dan hanya lecet sedikit. Berbeda dengan kejadian dua bulan yang lalu saataku disuruh Mantili pasang spanduk di sekitar daerah ruko Galaxy, pohon asam londoaku panjat dan hasilnya seluruh tangan luka-luka bahkan banyak duri yang masihmenancap sampai beberapa jam (tapi gak popo sing penting dibayari iso gawe tukucarrier).

Ketika kami tiba di area menjelang rawa embik, sebuah ayam hutan sempatmengejutkan kami. Dari rerimbunan Edelweis di kanan jalan ayam itu berlari sambilterbang dengan penuh kepanikan. Begitu juga kami juga dibuat panik oleh ayam tersebut.Jadi malam itu ada empat orang dan satu ayam hutan yang sedang panik J. Pada saatmenuruni puncak juga terdegar lolongan anjing hutan, teman-teman menyebutnya asumbaong, spontan langkah perjalanan menuruni puncak semakin menggila dan tega-teganya meninggalkan orang kecil di belakang sendiri karena kalah jangkauan langkahkaki. Sambil derap langkah yang cepat akupun mempercepat langkah agar tidakketinggalan dengan teman-teman yang punya kelebihan postur tubuh.

Pukul 19:40 WIB kami sampai di Cisentor, setelah mengambil tas masing-masingdari bungker, kami bergegas menuju pondok kayu. Ternyata disebelah pondok kayusudah berdiri dua tenda, wah berarti rombongan kami tidak sendiri malam ini. Setelahmengucapkan salam kami sempat berbincang-bincang dengan penghuni tenda yangenggan keluar dari persembunyiannya. Mereka rombongan dari Jakarta tepatnya MapalaUIN Jakarta. Berangkat menuju Cisentor dari Bremi, pantes aja mereka bilang ketemuanbesok pagi aja pasti sangat capek. Kami langsung bagi tugas, aku mencari kayu, Danangdan Mboys mendirikan tenda dan Arif masak. Malam itu benar-benar malam yang kacau,udara dingin dan tenda yang sudah diajak kompromi untuk berdiri (kami mendirikan satutenda supaya kalau berangkat ke puncak Rengganis pada dini hari lebih efektif danefisien) membuat segala bentuk cacian dan umpatan bergemuruh seantero Cisentor.Makan malam tersaji dan kami cepat-cepat makan karena sudah tidak tahan dengan hawadingin yang menusuk tulang. Setelah itu kami tidur berempat dalam tenda trapesium yangmirip gubuk reot PSK rel kereta api Gubeng seng.

Day VI (15 Agustus 2008) - CisentorKekuatiranku bangun tidur sudah berada dalam jurang tidak terbukti. Pagi itu aku

sudah masih dalam tempat tenda berdiri sejak semalam. Suara klutik-klutik yangditimbulkan oleh Mboys di pondokan Cisentor yang kami jadikan dapurmembangunkanku. Ternyata Mboys bangun lebih awal diakibatkan dia tidak kuasamenahan hawa dingin dan segala dorongan dan himpitan ketika dia tidur. Kebetulan saatitu dia berbaring dekat pintu tenda, tapi bangun-bangun satu tangan sudah berada di luartenda. Benar juga inilah saat, orang kecil ditindas oleh orang besar J.

Page 28: Funny Journey

28

Gambar 27 ”Tenda beradab (kuning biru) dan tenda tak beradab (Gubuk PSK rel sepur Gubeng seng)”

Pagi itu, aku bisa melihat tetangga tendaku. Rupanya ada seorang cewek yangikut dalam rombongan mereka. Kami sempat kenalan dengan masing-masing anggotarombongan, namun beberapa saat kemudian sudah lupa dengan nama mereka masing-masing. Sing penting kami tahu kalau mereka dari Jakarta mahasiswa pecinta alam UINcampur anak Probolinggo dan Bondowoso featuring seorang anak Baduy luar (mboysjadi inget sama neng Anny_antroUI yang pernah mroyek kesana). Pagi itu kamimenyadari kebodohan yang telah kami buat, ngapain dini hari berjalan lagi di jalur yangsama untuk naik ke Puncak Rengganis?. Hal ini menurut pengamat sejarah, Sejarawanmuda Universitas Airlangga Surabaya Republik Indonesia, Arif S.S sama dengan kalaukita naik puncak gunung Arjuno dengan tujuan menikmati puncak Arjuno I untukmenikmati Matahari Terbenam dan kembali ke Pondokan selanjutnya pada dini harikembali menuju puncak Arjuno II ditengah hawa dingin untuk menikmati matahari terbit.Padahal seharusnya ke puncak Welirang untuk menikmati matahari terbenam dan puncakArjuno untuk menikmati matahari terbit. Danang pun sepakat untuk kembali ke puncakRengganis lain waktu.

Gambar 28 ”Bersama rombongan dari UIN Jakarta di Cisentor”

Page 29: Funny Journey

29

Supaya tidak kemaleman sampai di Danau Taman Hidup dan dapat berjalandengan santai, kami memutuskan untuk segera berbenah. Yang penting segerameruntuhkan tenda trapesium. Selama masak pagi masih diproses, Danang dan Mboysmembersihkan diri. Rombongan UIN sudah pamitan kepuncak lebih dahulu. Menitipkantendanya pada kami buat sementara selama menuju puncak Argopuro dan puncakRengganis. Begitu barang sudah masuk tas kami bersiap-siap berangkat setelah doabersama. Tas Carrierku sekarang kuisi dengan dua tenda dan barang bawaanku sendiri.Sebelum berangkat kami berdoa dan tidak lupa foto-foto dengan latar belakang tendatetangga.

Tepat pukul 09.00 kita berangkat dari pos Cisentor. Awal perjalanan dari Cisentorbenar-benar membuat hati pilu, sepanjang jalan yang terlihat hanya sisa kebakaran hutan.Tidak sedikit pohon-pohon besar yang tumbang menghalangi jalan setapak, sehinggakami harus merunduk, merangkat sampai harus ngangkang melewati berbagai macamhalangan. Ada beberapa pohon tumbang yang masih menyisakan asap bekas kebakaran.Satu pohon besar yang membuatku serba salah, mau menunduk terlalu rendah, maumenaikinya juga terlalu tinggi, jadi aku mencoba untuk memutarinya saja meskipun harusberjalan agak menjauh, toh di tengah perjalanan aku menemukan sebuah sarung tanganyang bisa dijadikan sebagai pelindung dari bahaya racun rengas. Selepas kebakaran hutankami masuk area yang penuh dengan semak dan pohon cemara dengan medan yangberkelok-kelok. Setelah itu kami masuk sabana kembali, yang lebih enak di sebut sebagaibekas sabana atau sabana gosong karena kebakaran sampai merambah area ini. Di tengahperjalanan kami menjumpai dua orang pendaki yang berasal dari Surabaya menujuCisentor. Satu orang agak kurus dengan membawa carrier dan tas kecil di bagian depan,sementara temannya lagi gemuk membawa carrier 60 liter dan yang menarik perhatiankuMas yang gemuk ini ternyata udel ’e bodong.

Gambar 29 ”Sisa kebakaran hutan”

Berjalan menyusuri sabana terbakar cukup menguras tenaga, medan naik turun,pohon tumbang dan panas yang menyengat menjadikan konsumsi air kami lebih banyak.Entah berapa luas hutan yang terbakar di area ini, sampai pada kawasan yang dulubervegetasi cemara dan edelweis kami menjumpai kawasan hitam dan berdebu. Selepashutan yang terbakar kami masuk jalur T-Rex, yakni jalur berkelok-kelok dengan jalan

Page 30: Funny Journey

30

yang sempit dan banyak rumput yang tumbuh tinggi sehingga mirip jalur dalam filmJurassic Park. Pemberhentian kami berikutnya adalah di Aengkenik.

Gambar 30 ”Rengas atau Ri Jancu’an”Aengkenik adalah sebuah tempat lapang kecil di antara dua bukit yang

mempunyai sebuah sungai kecil yang mengalir di bawahnya. Aengkenik (kalau diartikansecara bebas dari bahasa Probolinggo) berarti air kecil. Sampai di tempat ini sekitarpukul 13.15 aku melepas Carrier untuk mengisi ulang air minum dan menikmati dopinggula Jawa sebab perjalanan masih panjang. Perjalanan menuju Danau Taman Hidupberlanjut kembali, menyusuri berbagai jalur dari yang datar, menanjak, penuh semak,jalan menurun sampai jalan curam yang harus ekstra hati-hati kalau melewatinya.Banyaknya jalur yang tertutup pohon tumbang membuat Mboys sedikit bisa tertawa,dengan postur yang kecil ia bisa merangkak dan masuk dengan mudah. Sementara bagiArif yang paling gedhe tentu menjadi perjalanan yang menguras tenaga dan pikiran.Begitu masuk jalur menuju tebing kesayangan, aku ingat di mana dua tahun yang lalu akusempat berfoto bersama anak-anak Gempa Besuki dan Rombongan Blitar. Sebelumtikungan menuju tebing kesayangan tanpa sengaja Ups!..tanganku dicubit rengas alias riJancukan. Terlihat tiga buah lubang kecil bekas kena durinya. Cepat-cepat akumenghisap tangan yang sakit supaya racunnya tidak menyebar luas ke tanganku.

Di depan nampak tiga orang sosok pria asal Bandung yang sedang berjalan akanberpapasan dengan kami. Penampilan mereka mencerminkan bukan pendaki gunungpemula lagi, hampir semua barang yang melekat ditubuhnya adalah peralatan outdooryang bermerek. Salah satu dari mereka mempunyai postur tubuh yang keren, kaki besardengan betis yang membuat para pendaki lain berpikir dua kali kalau di ajak naik kuat-kuatan sama dia. Meskipun begitu kaki seperti itu masih kalah besar jika dibandingkandengan betis Pak Tani Si Raja Kentol Internasional produk Antropologi Unair J. Kamimemberi kesempatan pada tiga orang itu supaya berjalan lebih dahulu. Salah seorang darimereka terkena ri jancukan, tepat pada posisi di mana aku tadi juga terkena.

Selepas tebing kesayangan kami terus berjalan entah berapa bukit yang haruskami lewati. Hingga pada saat kami lewat di bukit yang banyak ditumbuhi cemara danedelweis, kabut tebal bergelayut yang mengakibatkan turun hujan rintik-rintik. Lumayanbuat sedikit menghemat air karena udara menjadi dingin, meskipun jalanan menjadi licin.Untung ada sandal gunung Eiger yang siap menahan jalanan licin karena memangsepatuku sudah aku pensiunkan sejak berangkat dari Cisentor. Memasuki hutan lumut,

Page 31: Funny Journey

31

stok airku sudah menipis, saat itu aku mulai latihan untuk ngelakoni ilmu menahan rasahaus alias ilmu unto.

Perjalanan yang paling menegangkan adalah saat melewati hutan lumut yangbanyak ditumbuhi pohon raksasa, sinar matahari saja tidak sanggup masuk karenaterhalang rimbunnya dedaunan disamping kawasan ini selalu berkabut. Sepanjang jalankanan kiri hanya pohon-pohon besar dan yang lebih mengerikan ada suara seperti babihutan terdengar dari kejauhan. Segera ku ambil pisau lipat dan berjalan lebih cepat. Kalausaja ada babi hutan menyeruduk dari depan, pisau akan aku goreskan sedikit dipunggungnya sampai membentuk seperti sayatan kecil yang menyerupai lubang masukuang koin ke dalam celengan J. Begitu menegangkan dengan suara hewan liar entahbabi hutan atau Aum! mengiringi perjalanan kami sore itu.

Hingga akhirnya kami sampai juga di Danau Taman Hidup pada pukul 16.15,menikmati malam yang puitis dengan bulan purnama, kabut yang datang dan pergimembuat suasana malam bertambah dingin dan romantis. Suasana itu tidak berjalanlama, rombongan lain datang dan memenuhi tempat lapang di depan kami. Kebetulansaat itu ada pendakian bersama guna upacara bendera yang diadakan oleh salah satuUniversitas di Malang. Seorang anggota rombongan mereka mendirikan tenda tepat dibelakang tenda trapesium Arif. Setelah berbincang-bincang sejenak, kami lalumemutuskan untuk beristirahat seiring habisnya kopi dalam gelasku.

Gambar 31 ”Malam padang bulan di bukit taman hidup”

Day VII (16 Agustus 2008) – Danau Taman Hidup “Last Day”-Pagi hari di Danau Taman Hidup, serasa bangun pagi di kamar kos lama, tidak

ada burung berkicau maupun kokok ayam hutan sebab semua suara tertutup oleh aktivitasdan celoteh anak-anak peserta pendakian bersama. Perut terasa lapar, apalagimembayangkan sajian spesial buat curhat tadi malam, yakni Kentang rebus yang dipadudengan saos sambal terus di makan di tepi danau di tengah bulan purnama di bawahtaburan bintang, pengalaman makan malam yang langkah.

Page 32: Funny Journey

32

Gambar 32 ”Matahari terbit di Danau Taman Hidup”Segala model tenda ada di sini, dari yang paling sederhana sampai model yang

paling besar yang bisa memuat sampai 10 orang. Salah satu tenda yang cukup berbedaadalah tenda yang berbentuk seperti keong. Sagera aku berjalan-jalan ke tepi danau untukmencuci muka dan mengambil air, mumpung belum semua penghuni base camp initerbangun. Ku lihat ada orang yang lagi memasang pancing tarikan di danau, buat laukbarangkali. Dua hal yang menyita perhatianku adalah cewek-cewek peserta pendakianbersama (maklum sudah satu minggu di hutan tidak pernah bertemu dengan cewekkecuali monyet betina dan ayam hutan betina) dan seorang pria gondrong yangmengenakan baju penerbang lengkap dengan sepatu hak tinggi. Perawakannya miripJarwo anggota band Naif. Kebetulan ia ke danau buat mengambil air dan aku langsungmenanyakan pada orang itu, dimana ia menyembunyikan pesawatnyaJ. Bersama Mboysaku rasan-rasan anak-anak Antro sekarang yang berambut gondrong, tak lama setelah ituada seseorang di samping kami yang bertanya apakah kami dari Antro. Ternyata orang ituadalah Adik kandung dari Mas Andik Rosan Antro angkatan 2001 asli SumobitoJombang, yang kuliah di jurusan Geografi IPS Unesa.

Kami masak bersama menghabiskan sisa logistik yang masih tersisa, sebab iniadalah acara masak untuk yang terakhir kali. Pesta Cocacola yang rencananya kamilaksanakan di Puncak Rengganis aku alihkan di danau Taman hidup. Tugasku sekarangadalah menjadi abdi dalem yakni pembawa payung untuk melindungi juru masakkesayangan Arif dari sengatan matahari supaya ia bisa lebih konsentrasi membuatsarapan untuk kami. Yang membuat suasana yang seharusnya nyaman di taman hidupmenjadi tidak nyaman adalah ulah beberapa orang peserta pendakian bersama yangdengan sengaja menyalahkan petasan model sreng dor. Suara ledakan yang menggelegarmenggema masuk ke dalam hutan. Semoga oknum yang melakukan perbuatan bodoh initidak jadi mangsa macan kalau masuk hutan nanti. Setelah sarapan dan berkemas-kemaskami pesta sejenak dengan cocacola. Tak lupa sisa logistik aku berikan buat tetangga,gula merah untuk tenda tetangga sementara Adik Mas Andik aku beri dua bungkusmarimas. Tak lupa kami juga berfoto bersama. Rombongan pendakian bersamameninggalkan bumi perkemahan Taman Hidup satu persatu, sementara kami malahmenuju ke danau. Sehingga salah satu rombongan paling ujung (yang meninggalkan

Page 33: Funny Journey

33

seonggok sampah) bertanya tujuan kami, Arif menjelaskan kalau kami akan menunggukapal di tepi danauJ.

Gambar 33 ”Menunggu kapal lewat”Perjalanan menuju Bremi dimulai pada pukul 09.00 berlanjut seiring sepinya

kawasan Danau Taman Hidup, kali ini aku yang memimpin teman-teman untuk berdoademi keselamatan bersama. Medan yang kami lalui berbentuk jalanan yang menurunbahkan bisa dikatakan sebagai jalur yang didominasi turunan curam. Meskipun jalanmenurun tapi sesekali kami harus melewati medan ekstrim yang memerlukankekompakan antara tangan dan kaki. Ketahanan alas kaki di uji di medan ini. Sepertibiasanya formasi kami, Arif berada di depan kemudian Aku, Danang dan Mboys beradapaling belakang. Banyaknya jalur kompasan membuatku iseng-iseng mencoba, jalur nonkonvensional seperti ini konon dibuat oleh dua kriteria pendaki yakni yang kreatif danyang frustasi karena tanjakan yang cukup menguras tenaga. Baik fisik maupun mental.

Gambar 34 ”Danang masuk selokan”

Page 34: Funny Journey

34

Ketika sampai di sebuah persimpangan, aku memilih jalur kompas yang berada disebelah kiri sementara yang lain mengambil jalan yang sebelah kanan. Begitu sampaipada titik pertemuan jalan tersebut, tiba-tiba Mboys berteriak menyuruh kami naikkembali. Usut punya usut ternyata Danang jatuh terpelanting mengenaskan dengankepala di bawah dan salah satu tangan masuk ke dalam saluran air. Aku tak kuasamenahan tawa begitu juga Arif. Sementara Mboys yang berdiri tepat di belakangnyabukannya bergegas menolong, namun segera mengambil kamera untuk mengabadikanmomen yang cukup menggelikan saat itu. Perutku sampai sakit karena tidak sanggupmenahan tawa akibat ulah Danang yang menggemaskan. Kami istirahat sejenak di tempatitu untuk olah TKP, sementara aku dan Arif tak kuasa untuk melihat muka Danang,begitu melirik mukanya saja langsung ingin tertawa lepas. Peristiwa jatuhnya Danangterulang untuk yang kedua kalinya dengan lokasi yang berbeda. Kalau kejatuhan Danangyang pertama karena terpeleset, sedangkan untuk kecelakaan yang kedua diakibatkankarena ia menginjak akar kecil dan akar tersebut tiba-tiba putus sehingga ia terpelanting.Mboys mencari akar yang telah membuat Danang celaka, setelah menemukan akartersebut Mboys langsung berkata ”nakal banget sih!”.

Sinyal seluler sudah masuk sampai daerah ini, sesekali aku mencek Hpku sapatahu ada SMS yang penting. Perjalanan terus berlanjut, entah berapa jalan turunan yangtelah kami lewati. Sesekali kami menjumpai monyet yang sedang bergelantungan dipohon, begitu juga Mboys ia mencium suatu bau yang aneh dalam perjalanan di tengahhutan. Setelah ku tanya ternyata tadi ia mencium bau seperti aroma kemenyan. Hi......!

Begitu masuk jalur hutan mahoni, medan yang kami lalui lebih beradab daripadamedan sebelumnya, jalanan datar dan sedikit menurun semakin membuat kami semangatuntuk segera sampai menuju Bremi. Selepas hutan mahoni kami memasuki ladangpenduduk. Banyak pohon waru dengan ketinggian spektakuler tumbuh di sini. Ingat waruaku ingat masa kecil, sebelah rumahku yang berbatasan dengan kuburan banyakditumbuhi pohon waru. Sepulang sekolah aku sering manjat batang waru atau mengambilbatang kecilnya untuk dijadikan pedang-pedangan. Sepanjang perjalanan aku menjumpaibanyak bunga waru yang berjatuhan di tanah, aku mengambil satu satu kemudiankumasukkan tas roti. Siapa tahu berguna nanti setelah sampai di Surabaya. Begitu sampaidi pertigaan jalan yang ada pos seperti menara pantau sipir penjara, kami istirahatsejenak, sembari menentukan jalur mana yang di antara persimpangan tersebut yangmenjadi jalan paling cepat menuju Bremi.

Aku mengadakan orientasi medan dengan berjalan menyusuri dua jalur dipersimpangan tersebut. Setelah itu aku yakin kalau jalur yang benar adalah yang terletakdi sebelah kanan. Sepanjang jalur banyak dijumpai perkebunan heterogen segala jenistanaman ada di sana mulai dari cabe merah, tomat, wortel, jagung sampai cengkehdibudidayakan di sini. Sampai di kawasan perkampungan seorang Ibu yang sedangmenggendong balita mempersilahkan kami untuk singgah sejenak di rumahnya namunkami memilih untuk melanjutkan perjalanan. Kalau tidak salah, dua tahun yang lalurumah tersebut adalah rumah yang masih dalam proses pembangunan bahkan seingatkubersama rombongan Gempa bsq kami singgah dan makan camilan di rumah tersebut.Sungguh sebuah keramahtamahan yang begitu indah. Tak terasa akhirnya kami sampai dikantor Polisi (Polsek) Krucil pukul 15.00 setelah sebelumnya mendapat tanjakan ujianmental dan fisik untuk yang terakhir kalinya.

Page 35: Funny Journey

35

Gambar 34 ”Kontes canteng”

Sesampainya di kantor polisi kami istirahat sejenak sambil melemaskan otot.Akhirnya kami bisa kembali menuju peradaban. Kami cangkruk di sekitar tempat parkirpetugas Polsek. Kemudian bersiap-siap untuk membersihkan diri secara bergantian.Mboys yang telah beberapa lama kehilangan sikat giginya segera membeli sikat gigi diwarung depan Polsek. Karena posturnya yang kecil, ia dikira salah seorang peserta kemahSMP yang kebetulan saat itu rombongannya lewat di depan kantor polisiJ.

Setelah mandi kami bersiap-siap untuk makan, untuk pilihan tempat makan akumengusulkan untuk mencari makan di warungnya Bu Rusdi, yang terletak tidak jauh darikantor polisi. Dua tahun yang lalu, aku makan di warung tersebut dan banyak mendapatcerita tentang pendaki-pendaki yang meninggal di gunung termasuk cerita tentangpencarian Si Vincent. Rumah Bu Rusdi yang sekarang bukan kayu seperti dulu, namunsudah terbuat dari tembok. Hanya saja yang aku sayangkan, kumpulan stiker peninggalanteman-teman pendaki sudah tidak dijumpai di warung ini. Kami makan nasi campur danminum teh hangat sementara Arif memesan segelas kopi.

Kebetulan saat itu, hari setor susu jadi banyak kami jumpai Ibu-ibu maupunBapak yang lalu lalang menuju dan dari Pos Penampungan Susu KUD Krucil. Mboyssempat memotret seorang Ibu tua yang sedang memerah susu di sebuah kandang yangtidak jauh dari kantor polisi. Kami sudah ditunggu oleh bapak sopir angkutan pedesaanmenuju Pajarakan yang dikenai Rp 24.000 untuk 4 orang. Dalam perjalananmeninggalkan desa Krucil kami terus melihat rentetang pegunungan Hyang Timur(Argopuro) yang membentang luas. Selama berada di angkutan desa tersebut, kami selalumengenang bagaimana Danang mengalami banyak depresi karena jauhnya perjalananyang berbeda dengan Gunung lain. Teman-teman pun berkata arek-arek iki lho gendengngapain ke Gunung capek-capek, ngentekno duit.

Sampai di pertigaan Pajarakan, kami langsung menuju jalan utama Anyer-Panarukan untuk menunggu bus menuju Surabaya, setelah menunggu 20 menit bus POAnggun Krida datang, untuk 4 orang total dikenai biaya Rp76.000 atau setiap orangRp19.000,-. Selama perjalanan menuju Surabaya, kita dihiasi oleh merahnya langit darisunset..hmm Subhanallah betapa indahnya ciptaan Allah. Tak terasa perjalanan kuranglebih 2,5 jam kita sampai di terminal bungurasih kira-kira jam 21.00. turun dari bus antar

Page 36: Funny Journey

36

kota kita melanjutkan untuk menuju ke terminal bus kota damri tujuan Perak atau P1dengan membayar Rp12.000 untuk 4 orang. Kita turun di depan TP yang bertepatan adaacara konser di depan McD Basrah. Kita jalan memutar sampai di depan SMU Trimurtiuntuk melanjutkan dengan naik bemo E menuju Jojoran dengan biaya Rp12.000 untuk 4orang. Turun di depan gang Mojo kita langsung menuju warung tempe penyet untukmerasakan nikmatnya masakan peradaban J hmm lekker.. perut kenyang siap berjalanlagi menuju kos-kosan Roykan dan sampailah kita pukul 22.30 dengan selamatAlhamdulillah dan disambut teman-teman kos. Sampai jumpa lagi Argopuro.. pesonamuakan selalu terpancar abadi dalam sanubari.J The End.

Gambar 35 ”Bis Bald Argopuroberg!!”

Special Thank to:Tuhan Yang Maha Kuasa, Keluarga Tercinta, kawan-kawan seperjuangan SigungPala (Mboys,Arif, Danang), Ari Katamso (nggak papa lain waktu ada pendakian bersama kami kembali), I-Tutor.net Galaxy (gaji terakhir yang menyenangkan), Sepeda Pancal United (buat latihan fisikdan membantu nabung beli carrier), Caesar Hartini Handycraf (terima kasih buat permen Kiss danuang sakunya), Pak Suyono (pathok jalurnya masih kurang banyak Pak mungkin sampai HM260sekian), Emi Fatmawati (goyang Dewi Persikmu selalu melekat di hati), Malia Manyar (don’tworry), Andik Lilis (terima kasih telah menjaga Kamar kosku bersama Katamso), Anak-anakKPLA Unair (jalur Bremi PP memang sip!!), Pak Tani dan Bu Tani Baderan – Bremi, BapakPolisi (Polsek Besuki dan Polsek Krucil), Mas Jangkung Prio Blitar, Gempa bsq, toko outdoorBratang (buat sleeping bag dan cover carrierku), Southmerapi, Eiger (matras dan sandal Catalysmemang nyaman di jalur turunan), pemilik ban bekas di kamar kos (makasih tidak membuat kamiharus antri berjam-jam demi seliter minyak tanah), Vincent (who are you?), anak kami SigungCikasur (I Miss You Bibeh), Katul fotokopi Corp, Kerabat Antro Unair yang lebih dahuluberangkat, Reza Gundul, Mas Negro UGM, Swalayan Bilka (sumber logistik palinglengkap)…dan semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu…. Vielen Dank! Matur Suwun! #