ISBN 978-602-294-256-6 - UNUD
Transcript of ISBN 978-602-294-256-6 - UNUD
ISBN 978-602-294-256-6
[i] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
PROSIDING Seminar dan Lokakarya Nasional III Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia (AITBI) “Potensi dan Pengembangan Ternak Babi sebagai Komoditas Unggulan Ekspor Nasional” Denpasar, 4-5 Agustus 2017
Penyunting: Komang Budaarsa N. Sadra Dharmawan
I Wayan Suarna I Gede Mahardika
I N. Tirta Ariana A. A. A. Sri Trisnadewi I Ketut Mangku Budiasa Ni Luh Gde Sumardani
Diterbitkan Oleh:
Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia AITBI Bekerjasama dengan Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), dan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar – Bali 80232 Telp./ Fax. (0361) 222096 e-mail: [email protected]
ISBN 978-602-294-256-6
[ii] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia (AITBI)
“Potensi dan Pengembangan Ternak Babi
sebagai Komoditas Unggulan Ekspor Nasional”
Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia(AITBI) Bekerjasama dengan
Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), dan Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Denpasar – Bali 80232 Telp./ Fax. (0361) 222096
e-mail: [email protected]
Isi prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya
KATA PENGANTAR
Dicetak di Denpasar, Bali, Indonesia
Penyunting: Komang Budaarsa, N. Sadra Dharmawan, I Wayan Suarna, I Gede Mahardika, I N. Tirta Ariana, A. A. A. Sri Trisnadewi, I Ketut Mangku Budiasa, Ni Luh Gde Sumardani Prosiding Seminardan Lokakarya Nasional III AITBI, diselenggarakan di Denpasar, 4-5 Agustus 2017 viii + 313 halaman ISBN:
ISBN 978-602-294-256-6
[iii] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmatNya Prosiding Seminar Nasional dan
Lokakarya Nasional III AITBI (Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia) tahun
2017 dengan tema “Potensi dan Pengembangan Ternak Babi sebagai
Komoditas Unggulan Ekspor Nasional” dapat diselesaikan. Prosiding ini
merupakan kumpulan makalah pada saat Seminar Nasional dan Lokakarya
Nasional III AITBI dilaksanakan pada tanggal 4-5 Agustus 2017 dan
diselenggarakan di Fakultas Peternakan Universitas Udayana dalam rangka Hari
Ulang Tahundan Badan Kekeluargaan Fakultas Peternakan Universitas Udayana
ke-55 serta Dies Natalis Universitas Udayana ke-55. Seminar dan Lokakarya
Nasional III AITBI ini bertujuan untuk saling tukar informasi tentang
pengembangan IPTEK ternak babi dan non ruminansia lainnya di Indonesia antar
para pakar, para peneliti dan pemangku kepentingan. Mencari solusi
pengembangan ternak babi dan non ruminansia lainnya yang ramah lingkungan
dengan memanfaatkan potensi lokal.
Prosiding Nasional dan Lokakarya Nasional III AITBImencakup
makalah1 orang keynote speaker dan 3 orang invited speaker, sedangkan makalah
dari peserta dibagi tiga kelompok bidang ilmu yaitu 1) Kelompok Bidang
Produksi Ternak Babi, 2) Kelompok Bidang Nutrisi Ternak Babi, dan 3)
Kelompok Bidang Kesehatan Ternak Babi dan Ternak Non Ruminansia lainnya.
Panitia Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI mengucapkan
terimakasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pemakalah yang telah
berpartisipasi dan seluruh peserta semiloka yang meluangkan waktu untuk hadir
pada Seminar dan Lokakarya III AITBI. Ucapan terimakasih juga kami
sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana dan Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Udayana atas fasilitas dan bantuan yang diberikan sehingga Seminar
dan Lokakarya Nasional III AITBI dapat terselenggara dengan baik. Terimakasih
juga disampaikan kepada Dirjen PKH Drh. I Ketut Diarmita, MP.sekaligus
sebagai Keynote Speaker, Dr. Devendra Verma, MVSc., Prof. Dr. R.Iis
Arifiantini, M.Si., dan Dr.Sauland Sinaga, S.Pt.,MSi. sebagai invited speaker,
ISBN 978-602-294-256-6
[iv] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
AMI (Asosiasi Monogastrik Indonesia), para sponsor, dan seluruh anggota panitia
yang banyak membantu dari persiapan sampai terselenggaranya Seminar dan
Lokakarya Nasional III AITBI ini dengan baik.
Akhir kata semoga Prosiding Seminar dan Lokakarya III AITBI bisa
bermanfaat sebagai ajang pertukaran ilmu tentang ternak babi maupun ternak non
ruminansia lainnya.
Denpasar, Desember 2017
Ketua Panitia
Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, MS.
ISBN 978-602-294-256-6
[v] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................ iii DAFTAR ISI .......................................................................................... v KUMPULAN MAKALAH UTAMA ................................................... MAKALAH KEYNOTE SPEAKER ........................................................
Drh. I Ketut Diarmita, MP. (Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI) .................................
1
MAKALAH INVITED SPEAKER ......................................................... Dr. Devendra Verma, MVSc. (Business Development Manager APAC Perstorp Feed & Food) ......................................................... Prof. Dr. R.Iis Arifiantini, M.Si. (Guru Besar FKH IPB) ............... Dr.Sauland Sinaga, S.Pt.,MSi. (Asosiasi Monogastrik Indonesia)..
4 9
24 KUMPULAN MAKALAH PESERTA ................................................... MAKALAH KELOMPOK I : PRODUKSI TERNAK BABI.................
Babi Bali Dalam Perspektif Sosial dan Budaya I W. Suarna, N. N. Suryani, A. A. A. Sri Trisnadewi, I K. M. Budiasa, dan I W. Wirawan .....................................................
27 Kandungan N-total, P2O5, dan K2O Sludge Biogas dari Substrat Campuran Kotoran Ternak Babi (Sus sp) dan Ampas Sagu (Metroxylon spp) pada Berbagai Taraf Rasio C/N Berbeda
Daniel Yohanis Seseray............................................................
37 UrutanPangan Tradisional Bali, Kajian, Pengolahan serta Pengembangan dan Prospek sebagai Pangan Fungsional
I Made Sugitha.........................................................................
46 Model Pengelolaan Limbah Babi pada Peternakan Babi Skala Rumah Tangga di Kabupaten Tabanan Bali
I Made Rai Yasa dan N. L. G. Budiari .......................................
56 Dampak Penggunaan Feed Additive dan Pemacu Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan Pendapatan Peternak Babi
Ni Luh Gede Budiari dan I Made RaiYasa.............................
67 Pengencerkan Semen Babi dengan Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum) dalam Upaya Mempertahankan Kualitas Spermatozoa dan Jumlah Anak yang Lahir
A. A. P. P. Wibawa, I N. Ardika, N.L.G. Sumardani dan M. Wirapartha ...............................................................................
76 Performa Reproduksi Babi Bali Calon Pejantan
Sumardani, N. L. G., I W. Suberata, N. M. Artiningsih, I. N. Ardika ......................................................................................
90
MAKALAH KELOMPOK II : NUTRISI TERNAK BABI Hubungan Berat Badan dengan Persentase Karkas dan Komponen Karkas Pada Babi Ras yang Diberikan Ransum Komersial Disubstitusi dengan Ampas Tahu
Puger, A.W., I M. Suasta., I W. Sudiastra, I G. Mahardika, dan K. Budaarsa......................................................................
102 Dimensi Tubuh Luar Babi Landrace Persilangan yang Dipelihara Di Area Tempat Pembuangan Sampah
ISBN 978-602-294-256-6
[vi] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Tirta Ariana, I N., K. Sukada, G. Suarta, dan G. Suranjaya .. 109 Potensi Ampas Sagu Enau sebagaiPakan pada Babi Bali Lokal
I K. Sumadi, IM. Suasta, P. Ari Astawa, A.A.P.Wibawa, dan N.N. Suryani......................................................................
116 Penambahan Perasan Kunyit (Curcuma domestica Val.) dalam Ransum untuk Meningkatkan Karkas Babi Bali
P. A. Astawa, K. Budaarsa. I K. Sumadi, I G. Mahardika, I K. M. Budiasa, I W. Sudiastra, dan I M. Suasta ............................
124 Kecernaan Bahan Organik dan Mineral Ransum Babi Lokal yang Mengonsumsi Biokonversi Spontan Biji Asam
Redempta Wea, I Gusti Komang Oka Wirawan, dan Bernadete Barek Koten...........................................................
136 Penampilan Babi Landrace Fase Pertumbuhan diberi Ransum Mengandung Limbah Hotel
Tjokorda Istri Putri, Tjokorda Gede Oka Susila, I Gde Suranjaya, dan Ni Nyoman Candraasih K. .....................
146 Performa Babi Bali yang Diberi Ransum Mengandung Dedak Padi Fermentasi
Valentino, I K. H., T. I. Putri dan K. Budaarsa.......................
155 Studi Proses Pembuatan Babi Guling dengan Bahan Baku Babi Bali
N.P.K. Panji Sastrawan, IG. Mahardika, dan K. Budaarsa ...
167 MAKALAH KELOMPOK III : KESEHATAN TERNAK BABI DAN TERNAK NON RUMINANSIA LAIN .................................................
Prevalensi dan Manifestasi Lesi Histopatologi Otak pada Babi Penderita Kolibasilosis
I Ketut Berata, Ida Bagus Oka Winaya, Ida Bagus Windia Adnyana, I Made Kardena dan Anak Agung Ayu Mirah Adi...
182 Evaluasi ELISA untuk Diagnosis Sistiserkosis pada Babi di Daerah Endemis Karangasem Bali
Nyoman Sadra Dharmawan, Kadek Swastika, I Nengah Kepeng, I Ketut Sudiarta ..........................................................
188 Evaluasi Tingkat Cemaran Mikroba pada Daging Ayam yang Dipasarkan di Beberapa Pasar di Kota Denpasar
Setyawan. I.M.E, Sri Anggreni Lindawati, dan I N. Sumerta Miwada.....................................................................................
195 Analisis Performa Produksi Peternakan Ayam Broiler dengan Sistem Pemeliharaan Closed House Pola Kemitraan (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana)
Prawira, I G. I. K., I G. Mahardika Dan I W. Sukanata ..........
207
Kualitas Karkas Itik Bali yang Diberi Ransum Mengandung Sekam Padi Terfermentasi dengan Aspergilus niger Disuplementasi Tepung Daun Ubijalar Ungu (Ipomia batatas L.)
Tjokorda Gde Oka Susila, Tjokorda Istri Putri dan Ni Gusti Ketut Roni...............................................................................
218 Studi Kimia Fisik Daging Ayam Yang Dipasarkan di Beberapa
ISBN 978-602-294-256-6
[vii] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Pasar Di Kota Denpasar Astika. I.W.H, I N. Sumerta Miwada, Sri Anggreni Lindawati
230
AnalisisPermintaanPasar terhadap Burung Kicaudi Pasar Satria Denpasar
Indrapraasta, I. G. A.,K. Budaarsa, dan B. R.T. Putri ............
245 Total Plate Count dan Kualitas Kimia Daging Broiler yang Beredar Di Kota Denpasar – Bali
Tirta Ariana IN., I. B. Gaga Partama, Kristina Dewi, G. A. M., I G. A. Arta Putra ..............................................................
260
KUMPULAN MAKALAH POSTER ..................................................... Pemberian Bahan Lokal (Empon-empon) dan Bunga Margot (Marigold flower) untuk Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Buras
Nyoman Suyasa, Ida Ayu Parwati, dan Nyoman Sugama.......
267 Penerimaan Petani Pembesaran Ayam Kampung pada Tingkat Pemberian Ransum yang Berbeda
Parwati Ida Ayu, Nyoman Suyasa, dan Nyoman Sugama.......
277 Gambaran Infestasi Parasit Gastrointestinal pada Ternak Babi di Lokasi Pengembangan Kawasan Ternak Babi di Bali (Study kasus di Desa Puhu dan Desa Bukian Kecamatan Payangan, Kab. Gianyar)
I Nyoman Sugama, I. A. P. Parwati, dan I Nyoman Suyasa....
288
Kualitas Telur Ayam Lohman Brown Yang Disimpan Pada Suhu Kamar
I K.Anom Wiyana, G.A.M.Kristina Dewi, I W.Wijanadan M. Wirapartha.........................................................................
298 Kualitas Telur Ayam Kampung yang Dipasarkan di Pasar Badung, Pasar Kereneng dan Pasar Sanglah, Kota Denpasar, Provinsi Bali
Made Wirapartha, I K.A. Wiyana ,G.A. M. K. Dewi,dan I W. Wijana......................................................................................
305
LAMPIRAN ........................................................................................... JADWAL ACARA SEMILOKA NASIONAL III AITBI ............... 312
ISBN 978-602-294-256-6
[90] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
PERFORMA REPRODUKSI BABI BALI CALON PEJANTAN
Sumardani, N. L. G., I. W. Suberata, N. M. Artiningsih, I. N. Ardika Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa reproduksi babi bali calon pejantan sebagai salah satu indikator dalam pemilihan bibit babi jantan, serta untuk mengetahui produktivitas babi bali pejantan sebagai plasma nutfah asli Bali. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Juni sampai Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan metode survei secara purposive random sampling dan pendekatan eksploratif serta pemilihan lokasi penelitian berdasarkan waktu dan biaya penelitian. Ekterior calon pejantan ada dua yaitu yang berwarna hitam dan berwarna hitam dengan belang putih pada keempat kakinya. Dimensi tubuh calon pejantan dengan panjang badan riil rata-rata 52 cm, dimensi testis panjang rata-rata 7,37 cm dan lebar 7,62 cm. Dimensi tubuh dan testis, berkaitan erat dengan aktivitas dan produktivitas calon pejantan. Semakin tinggi dimensi tubuh dan testis calon pejantan, akan berpengaruh secara nyata pada performa reproduksi dari pejantan. Kata kunci: pejantan, babi bali, performa reproduksi, testis, plasma nutfah
REPRODUCTION PERFORMANCE OF BOAR IN BALI
ABSTRACK
This study aims to determine the reproduction performance of boar as an indicator of seed selection boar, as well as to determine the productivity of the boar as the original germplasm Bali. Research was conducted for three months from June to August 2016. This study used purposive random sampling survey and exploratory approach and research locations based on the time and cost of the study. Exterior of bali pig have two colours, black and black with white stripes on four legs. Body dimension boar with a real body length of the average 52 cm, testicular dimension average length of 7.37 cm and wide of 7.62 cm. Dimension of body and testis are closely related to the activity and productivity of boar. The higher the body dimensions and testisof boar, will affect significantly the reproduction performance of boar. Keywords: boar, bali pig, reproduction performance, testis, germplasm
PENDAHULUAN
Babi merupakan hewan yang telah dipelihara dan dikembangkan sejak dahulu
untuk tujuan memenuhi kebutuhan akan daging bagi umat manusia. Babi
merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang memiliki potensi
ISBN 978-602-294-256-6
[91] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
besar untuk dikembangkan karena memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang
menguntungkan antara lain: laju petumbuhan yang cepat, jumlah anak per
kelahiran (litter size) yang tinggi, efisien ransum yang baik (70-80%), dan
persentase karkas yang tinggi (65-80%) (Ardana dan Putra, 2008). Selain itu, babi
mampu memanfaatkan sisa-sisa makanan atau limbah pertanian menjadi daging
yang bermutu tinggi (Budaarsa et al., 2016). Karakteristik reproduksinya unik bila
dibandingkan dengan ternak sapi, domba dan kuda, karena babi merupakan hewan
yang memiliki sifat prolifik yaitu jumlah perkelahiran yang tinggi (10-14
ekor/kelahiran), serta jarak antara satu kelahirann dengan kelahiran berikutnya
pendek (Sihombing, 2006; Sudiastra dan Budaarsa, 2015).
Dalam usaha pengembangan dan peningkatan produktivitas babi bali,
performa reproduksi memegang peranan penting dikaitkan dengan usaha
peningkatan produksi ternak babi bali tersebut. Performa reproduksi babi bali
tidak saja dititikberatkan pada ternak babi betina, tetapi juga pada ternak babi
jantan, karena berhasil tidaknya suatu perkembangan populasi ataupun generasi
baru, tergantung dari ada tidaknya perkawinan antara jantan dan betina.
Mengetahui performance reproduksi ternak babi bali akan memudahkan usaha-
usaha peningkatan populasi ternak babi bali, dan merupakan bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan usaha peningkatan
produksi ternak babi bali sebagai salah satu plasma nutfah asli Bali.
Performa reproduksi babi bali jantan yang meliputi ukuran testis dan kualitas
semen, berkaitan erat dengan aktivitas dan kemampuan pejantan untuk mengawini
sejumlah betina, memproduksi semen, dan tingginya fertilitas. Produksi optimum
semen pada masing-masing bangsa berbeda menurut potensi genetiknya.
Perbaikan kondisi bobot badan mampu meningkatkan volume semen dan
besarnya ukuran testis, sedangkan kualitas semen sangat ditentukan oleh ukuran
testis (Sihombing, 2006). Pemilihan bibit pejantan yang baik dan memenuhi
persyaratan, akan mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan. Testis babi
sangat besar tetapi relatif lebih lunak, dan terletak horizontal di dalam skrotom
(Girisonta, 1981). Testis babi berbentuk lonjong, dengan ukuran panjang 10-15
cm diameter 5-9 cm (Toelihere, 1985; Feradis, 2010). Untuk mengetahui besarnya
testis secara tidak langsung adalah dengan mengukur besar skrotom. Besar dan
ISBN 978-602-294-256-6
[92] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
lingkar skrotom berkolerasi positif dengan sperma yang dihasilkan oleh pejantan
meliputi volume dan motilitas sperma serta kosentrasi spermatozoanya (Boyles,
1991). Melalui pengukuran skrotom dapat diketahui kemampuan produksi sperma
seekor pejantan dan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu kriteria seleksi seekor
pejantan (Ningrum et al., 2008). Selain itu, ukuran skrotom juga berhubungan
dengan umur dan berat tubuh dari berbagai bangsa babi dimana perkembangan
skrotom berjalan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara
keseluruhan. Semakin besar skrotom semakin banyak tubuli seminiferidan makin
banyak pula sperma yang dihasilkan (Hafez, 1993).
Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
performa reproduksi babi bali jantan dalam kaitannya dengan pemilihan bibit
pejantan yang baik dan memenuhi persyaratan, serta pengadaan bibit babi bali dan
usaha pelestarian plasma nutfah asli Bali, dan juga usaha-usaha peningkatan
populasi ternak babi bali. Selain itu juga, merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan usaha peningkatan produksi
ternak babi bali sebagai salah satu plasma nutfah asli Bali.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Juni sampai Agustus
2016. Penelitian ini menggunakan metode survei secara purposive random
sampling dan pendekatan eksploratif serta pemilihan lokasi penelitian berdasarkan
waktu dan biaya penelitian.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
wawancara menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) dan informasi tambahan
yang dibutuhkan diperoleh melalui observasi langsung di lapangan ataupun
melalui wawancara dengan orang/organisasi yang berperan seperti misalnya
kelompok peternak, tenaga inseminator dan instansi terkait. Pemilihan calon
pejantan (babi bali jantan). Babi bali jantan yang digunakan sebanyak 4 (empat)
ekor dengan status fisiologis sehat. Persiapan alat-alat pengukuran babi bali,
meliputi penimbangan dan pengukuran dimensi tubuh babi bali jantan, serta
pengukuran organ reproduksi babi bali jantan. Variabel yang diamati meliputi:
bobot badan, dimensi tubuh, dimensi testis, dan korelasinya.
ISBN 978-602-294-256-6
[93] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem pemeliharaan ternak babi bali di wilayah pengambilan sampel secara
keseluruhan adalah dengan sistem tradisional yaitu mengikat ternak babi dengan
tali, di bawah pepohonan (Gambar 1). Panjang tali pengikat 1,5-2 meter. Dalam
kondisi tersebut, ternak babi akan selalu ternaungi pada waktu siang hari, dan
akan selalu kehujanan pada musim hujan. Pemeliharaan ternak babi di wilayah ini
sangat jarang membuat kandang beratap, ataupun kandang permanen.
Gambar 1. Ternak babi jantan yang dipelihara secara tradisional di bawah pohon, dengan mengikat pada bagian lehernya menggunakan tali
Di wilayah Nusa Penida, pemeliharaan pejantan ada yang masih diikat di
bawah pohon, ada juga yang sudah dikandangkan. Kandang yang digunakan
terbuat dari beberapa buah batako yang ditumpuk sedemikian rupa, dan ada juga
yang terbuat dari kayu atau bambu, dan dikelilingi oleh kawat berduri. Alasannya
agar babi pejantan tersebut tidak meloncat keluar kandang, mengingat tingkah
laku pejantan dewasa cukup beringas dan galak. Tempat makan yang digunakan
sangatlah sederhana, terbuat dari ban bekas yang dibelah, panci-panci bekas, dan
juga ember-ember yang sudah tidak digunakan oleh penduduk setempat. Namun
demikian, ada beberapa peternak yang sudah membuat tempat pakan secara
permanen dari cetakan semen, khususnya pada peternak yang sudah memelihara
ternak babi dalam kandang semi permanen (Gambar 2).
ISBN 978-602-294-256-6
[94] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Gambar 2. Ternak babi jantan yang dipelihara secara tradisional di dalam kandang semi permanen
Pemeliharaan ternak babi secara tradisional dan juga semi permanen,
memberikan kesan kumuh dan jorok. Hal ini karena lantai kandang tidak
dipelester sehinga tanah di sekitarnya akan selalu lembab dan becek, akibat dari
limbah kotoran ternak bercampur dengan urin yang dihasilkan, serta sisa-sisa
pakan ternak yang tumpah, sehingga ternak babi akan terlihat selalu kotor. Hal ini
mengakibatkan ternak babi bali sangat rawan terinfeksi cacing dan parasit lainnya.
Namun hal ini dapat dimaklumi, mengingat kenyataan bahwa tingkah laku ternak
babi yang masih liar, lebih suka berkubang di lumpur, untuk mengurangi cekaman
panas. Babi bali yang dipelihara di wilayah Nusa Penida masih secara tradisional
dengan pemberian pakan tergantung apa yang ada di sekitarnya, seperti umbi-
umbian, batang pisang (gedebong pisang), bungkil kelapa, dan limbah dapur.
Pemberian pakan tersebut dimasak terlebih dahulu sebelum diberikan ke ternak
babi yang di pelihara. Ciri khas dari babi bali adalah bentuk tubuh yang
melengkung ke bawah (lordosis), baik pada jantan maupun betina. Pada babi
pejantan (kaung), lordosis tidak terlalu dalam, sebagaimana lordosis pada babi
induk (bangkung). Masyarakat di wilayah Nusa Penida memberikan sebutan
“raden” pada babi bali yang digunakan sebagai pejantan. Warna babi bali jantan
di wilayah Nusa Penida didominasi warna hitam secara menyeluruh (Gambar 3),
disertai belang putih pada bagian kaki, seolah-olah memakai kaos kaki putih. Bulu
pada bagian leher atas agak kasar, berdiri, dan sangat panjang, antara 6-10 cm,
dan merata dari depan ke belakang. Bulu punggung ini akan berdiri tegak apabila
babi pejantan ini merasa terusik dan terganggu (Gambar 3).
ISBN 978-602-294-256-6
[95] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Gambar 3. Babi bali pejantan di Nusa Penida
Babi jantan dan induk mempunyai bulu lebih panjang dibandingkan babi dara,
dan bulu terpanjang berada tepet di belakang kepala. Ukuran tubuh babi bali
secara umum lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuh babi ras. Hasil
penelitian Sudiastra dan Budaarsa (2015) menyebutkan bahwa tinggi babi bali
sekitar 49 cm, dengan lingkar dada antara 90-136 cm, lingkar perut antara 95-136
cm dan lingkar pinggang 80-115 cm, panjang kepala 20-25 cm, panjang daun
telinga rata-rata 10 cm, dan panjang ekor 20-25 cm.
Performa reproduksi babi bali jantan yang meliputi ukuran testis dan kualitas
semen, berkaitan erat dengan aktivitas dan kemampuan pejantan untuk mengawini
sejumlah betina, memproduksi semen, dan tingginya fertilitas. Produksi optimum
semen pada masing-masing bangsa berbeda menurut potensi genetiknya.
Perbaikan kondisi bobot badan mampu meningkatkan volume semen dan
besarnya ukuran testis, sedangkan kualitas semen sangat ditentukan oleh ukuran
testis(Sihombing, 2006). Pemilihan bibit pejantan yang baik dan memenuhi
persyaratan, akan mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan.
Sistem perkawinan ternak babi bali di wilayah Nusa Penida, secara dominan
masih menggunakan sistem kawin alami, dimana betina yang sedang berahi akan
dikawinkan dengan pejantan yang ada disekitar wilayah tersebut. Biaya atau
ongkos pejantan dibayar dengan satu ekor anak babi. Pemilik pejantan akan
dibayar dengan satu ekor anak babi lepas sapih (umur 2-3 bulan) dari hasil
perkawinan ternak tersebut. Ternak babi berdasarkan fase pertumbuhannya dapat
dibagi menjadi tiga yaitu: Starter, fase hidup anak babi semenjak menyusui
sampai umur 8 atau sampai 11 minggu, Grower, fase hidup anak babi sesudah
ISBN 978-602-294-256-6
[96] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
fase starter sampai dengan umur 10 atau sampai 24 minggu, Finisher, anak babi
yang menjelang dewasa (Girisonta, 1981).Pertumbuhan menurut Williams (1982)
adalah perubahan bentuk dan ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan
panjang,volume, ataupunmassa.Sedangkanmenurut Swatland (1984) dan Aberle
(2001), pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran
lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang diberi pakan, minum
dan mendapat tempat yang layak.Kaydan Housseman(1987) menyatakan bahwa
hormon androgen pada hewan jantan dapat merangsang pertumbuhan sehingga
hewan jantan lebih besar dibandingkan dengan betina.Tillman et al. (1991)
menyatakan bahwa pertumbuhan mempunyai tahap cepat dan lambat. Tahap cepat
terjadi sebelum dewasa kelamin dan tahap lambat pada fase awal dan saat
kedewasaan tubuh telah tercapai.Pertumbuhan dimensi tubuh hewan pada saat
tumbuh cepat biasanya mengikuti fungsi eksponensial dengan laju pertumbuhan
yang berbeda-beda antara dimensi tubuh yang satu dengan dimensi tubuh yang
lainnya. Perbedaan kecepatan pertumbuhan ini disebabkan karena perbedaan
fisiologis dan tuntutan fungsional yang berbeda, serta komponen penyusunnya.
Menurut Sampurna et al. (2015), dimensi tubuh yang diukur meliputi:panjang
kepala, panjang punggung, panjang ekor, panjang leher, lingkar leher, lingkar
dada, leher perut, lingkar pinggang, panjang kaki depan bagian atas dan bagian
bawah, panjang kaki belakang bagian atas dan bagian bawah, lebar kepala, lebar
leher, lebar dada, lebar pinggul dan lebar pantat.
Gambar 4. Cara pengukuran dimensi tubuh babi bali
ISBN 978-602-294-256-6
[97] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
1. Panjang kepala diukur dari ujung hidung (planum nasolabiale) sampai
perbatasan Intercornuale dorsale garis median
2. Panjang leher diukur dari perbatasan intercornuale sampai pada garis tegak
yang ditarik dari tuberositas lateralis dari humerus (sendi bahu/articulatio
scapulo humeri).
3. Panjang punggung
4. Panjang ekor adalah jarak antara pangkal ekor (vertebrae
coccygeaeperlama) dengan ujung tulang ekor terakhir (vertebree coccygeae)
5. Panjang telinga adalah jarak antara pangkal telingan dengan ujung telinga
6. Lingkar leher diukur dengan cara melingkari leher di depan sendi bahu
(articulatio scapulo humeralis) tegak lurus terhadap bidang median tubuh.
7. Lingkar dada diukur dengan jalan melingkari dada dibelakang sendi siku,
tegak lurus vertikal bidang median tubuh.
8. Lingkar perut diukur dengan jalan melingkari perut, tegak lurus vertikal
bidang median tubuh
9. Lingkar pinggang diukur dengan jalan melingkari pada abdomen di depan
tuber coxae pelvis tegak lurus terhadap bidang median tubuh
10. Panjang kaki depan bagian atas meliputi tulang tuberositashumerus diukur
dari ekstremitasanteriorsternum sampai pada olecranon process
11. Panjang kaki depan bagian bawah meliputi: radius, ulna, pisiform,
metacarpus, phalangdari duajari kakiyang besar, phalangdarikakieksternal;
diukur dari olecranon process sampai ke ujung phalangdari duajari
kakiyang besar.
12. Panjang kaki belakang bagian atas meliputi tuberositasanteriortibia, fibula
diukur dari cup lutut sampai dengan calcaneum.
13. Panjang kaki belakang bagian bawah meliputitarsus, metatarsus,
phalangdari duajari kakiyang besar, phalangdarikakieksternal diukur dari
calcaneum sampai ujung phalangdari duajari kakiyang besar
14. Lebar kepala diukur pada sebelah kanan dan kiri (tepi luar procesus
supraorbitalis dextra et sinistra) di bawah mata.
15. Lebar leher diukur dari kulit sisi lateral os vertebrae cervicalis, mulai dari
bagian kiri ke kanan
ISBN 978-602-294-256-6
[98] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
16. Lebar dada diukur dengan cara menarik garis horizontal antara tepi luar
sendi bahu kiri dan kanan (tuberositaslatelaris dari humerusdextra et
sinistra) tegak lurus bidang median tubuh
17. Lebar pinggul diukur dengan cara menarik garis horizantal pada tepi luar
tuber coxae kiri dan kanan tegak lurus bidang median tubuh.
18. Lebar pantat adalah jarak terlebar dari pantat, diukur dengan cara menarik
garis horizoltal dari kulit lateral tuber ischiuim dextra ke tuber ischiuim
sinistra
Pemilihan bibit pejantan yang baik dan memenuhi persyaratan, selain dari
dimensi tubuhnya, terdapat hal yang penting diperhatikan yaitu ukuran dan
kondisi testis. Hal ini dikarenakan performa reproduksi babi bali jantan yang
meliputi ukuran testis dan kualitas semen, berkaitan erat dengan aktivitas dan
kemampuan pejantan untuk mengawini sejumlah betina, memproduksi semen, dan
tingginya fertilitas. Semakin bagus ukuran dan kondisi testis pejantan, akan
berpengaruh secara nyata pada jumlah dan kualitas semen yang dihasilkan. Pada
penelitian ini, babi bali jantan lepas sapih mempunyai dimensi tubuh dan kondisi
testis sebagai yang tercantum dalam Tabel 1. Pengukuran dimensi tubuh ternak
berdasarkan metode rotation promax kapa 90 (Sampurna, et al. 2015). Tabel 1. Dimensi tubuh dan kondisi testis babi bali bibit pejantan di wilayah Nusa Penida
Dimensi tubuh Babi bali bibit pejantan
umur 2 bulan Panjang badan riil (cm) 52 Panjang kepala (cm) 13 Panjang telinga (cm) 7 Panjang ekor (cm) 18 Panjang bulu punggung (cm) 2 Lingkar dada (cm) 40 Lingkar perut (cm) 52 Lingkar pinggang (cm) 46 Lebar testis kanan (cm) 7,50 Lebar testis kiri (cm) 7,75 Panjang testis kanan (cm) 7,25 Panjang tetsis kiri (cm) 7,50 Bobot badan (kg) 7,0
Babi bali secara genetik pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan
babi ras impor. Diperlukan waktu 8-10 bulan untuk mencapai bobot badan 90-100
ISBN 978-602-294-256-6
[99] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
kg, sedangkan babi ras impor hanya 5-6 bulan. Tetapi kelebihannya, babi bali
adalah babi yang tahan menderita, lebih hemat terhadap air, masih mampu
bertahan hidup walaupun diberi pakan seadanya (Budaarsa, 2012). Dewasa
kelamin babi bali calon pejantan pada umur 7-8 bulan, namun peternak
mengawinkan pertama kali pejantan ini pada umur 9-10 bulan dengan alasan pada
umur 7-8 bulan tersebut, kondisi fisik calon pejantan belum siap untuk mengawini
betina, atau dengan kata lain calon pejantan belum dewasa tubuh dengan
sempurna.
Testis babi dewasa sangat besar tetapi relatif lebih lunak, dan terletak
horizontal di dalam skrotom. Sebagai perbandingan, testis babi ras dewasa
berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 10-15 cm dan diameter 5-9 cm.
Besarnya testis secara tidak langsung dapat diketahui dengan mengukur besar
skrotom. Melalui pengukuran skrotom dapat diketahui kemampuan produksi
sperma seekor pejantan dan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu kriteria seleksi
seekor pejantan.Besar dan ukuran skrotom berkolerasi positif dengan sperma yang
dihasilkan oleh pejantan meliputi volume dan motilitas sperma serta kosentrasi
spermatozoanya. Selain itu, ukuran skrotom juga berhubungan dengan umur dan
berat tubuh dari berbagai bangsa babi dimana perkembangan skrotom berjalan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara keseluruhan.
Semakin besar skrotom semakin banyak tubuli seminiferi dan makin banyak pula
sperma yang dihasilkan. Masyarakat di wilayah Nusa Penida memberikan sebutan
“raden” pada babi bali yang digunakan sebagai pejantan. Sistem perkawinan
ternak babi bali di wilayah Nusa Penida, secara dominan masih menggunakan
sistem kawin alami, dimana betina yang sedang berahi akan dikawinkan dengan
pejantan yang ada disekitar wilayah tersebut. Pemilik pejantan akan dibayar
dengan satu ekor anak babi lepas sapih (umur 2-3 bulan) dari hasil perkawinan
tersebut.
SIMPULAN
Pemilihan bibit pejantan yang baik dan memenuhi persyaratan, dimensi
tubuh dan testis, berkaitan erat dengan aktivitas dan produktivitas calon pejantan.
Semakin tinggi dimensi tubuh dan testi calon pejantan, akan berpengaruh secara
ISBN 978-602-294-256-6
[100] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
nyata pada performa reproduksi dari pejantan tersebut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Universitas Udayana atas dana
Hibah Unggulan Program Studi Universitas Udayana tahun 2016 yang telah
diberikan, serta ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aberte, D. E., J.CForrest, D.F Gerrard and E.W Mills. 2001. Principles of Meat Science 4th Edition. W.H. Freeman and Company. San Francisco, United States of America
Ardana, I.B dan D.K.H. Putra. 2008. Ternak Babi Manajemen Reproduksi, Produksi dan Penyakit. Udayana University Press. Denpasar.
Arifiantini, R.I dan Tuty L.Y. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor: IPB Press.
Ax R.L, Dally M, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B, Bellin ME. 2000. Semen Evaluation. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in Farm Animals. 7th Ed. USA: William & Wilkins.
Boyles,S. 1991. The bull’s scrotom and testiceles. OSU extension Beef Specialist. Available at http://beef.osu.edu/library/skrotom.html. (Accession date 1 March 2016).
Budaarsa, K. 2012. Babi Guling Bali. Dari Beternak, Kuliner hingga Sesaji. Penerbit Buku Arti. Denpasar. ISBN: 978-979-1145-69-5
Budaarsa, K., A.W. Puger, I.M. Suasta. 2016. Ekplorasi Komposisi Pakan Tradisional Babi Bali. MIP Vol 19 (1): 6-11. Http
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung. Gadea J. 2003. Semen Extenders Used In The Arificial Insemination Of Swine.
Spanish Journal of Agrikultural Research 1 (2): 17-27. Garner D. L & E. S. E. Hafez. 2000 spermatozoa and seminal plasma. In: E. S. E.
Hafez & B. Hafez (Ed). Reproduction in Farm Animals. 7 thEd. USA: William & Wilkins.
Girisonta. 1981. Pedoman Lengkap Beternak Babi. Yogyakarta: Kanisius. Hafez B, Hafez ESE. 2000. Reproductive Behavior. In: Hafez ESE, Hafez B,
editor. Reproduction in Farm Animals. 7th ED.USA: Wiliams & Wilkins Hafez E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animal. 5thed. Philadelphia: Lea &
Febiger. Johnson LA, Weitze KF, Fiser P, Maxwell WMC. 2000. Storage Of Boar Semen.
J Anim Sci 62: 143-172 Kay, M.R., and Housseman. 1987. The Influence of Sex on Meat Production. In
Meat Fd. D.J.A. Cook and R.A. Lawrrie Butterworth. London Ningrum, A.P, Kustono, M. Hammam. 2008. Hubungan Antara Lingkar Skrotom
dengan Produksi dan Kualitas Sperma Pejantan Simmental di Balai
ISBN 978-602-294-256-6
[101] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Inseminasi Buatan Ungaran Jawa Tengah. Buletin Peternakan Vol. 32(2): 85-90.
Partodiharjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Paulenz H, Kommisrud E, Hofmo PO.2000. Effect Of Long-term Storage At
Differen Temperaturs On the QualityOf Liquid Boar Semen. ReprodDom anim 35: 83-85
Robet, V. K. 2006. Semen Processing, Extending & Storage for Artificial Insemination in Swine. Dep of Animal Science University of Illinois.
Salisbury,G.W dan N.L. Vandermak. (1985). Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Terjemahan R. Djanuar. Yogyakarta: Gadjha Mada University Press.
Sampurna I.P, T. S. Nindia, I. K. Suatha. 2015. Simulasi Biplot menentukan Laju Pertumbuhan Dimensi Tubuh Babi Bali. Prosiding Seminar Nasional Ternak Babi dan Kongres I AIBI. Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar. ISBN: 978-602-294-106-4. Pp: 131-146
Sihombing DTH. 2006. Ilmu Ternak Babi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sumardani, N.L.G. 2007. Viabilitas dan Fertilitas Spermatozoa dalam Modifikasi Pengencer BTS dan Zorlesco dengan Penyimpanan Berbeda dalam Rangkaian Inseminasi Buatan pada Babi. Tesis. Bogor: IPB.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1980. Principle and Procedures of Statistics. McGraw-Hill Inc. New York. Diterjemahkan oleh: B. Sumantrini. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sudiastra, I. W. dan K. Budaarsa. 2015. Studi Ragam Eksterior dan Karakteristik Reproduksi Babi Bali. MIP Vol. 18 (3): 100-105. Http
Swatland HJ. 1984. Structure and Development of Meat Animals. Prentice-HallInc., Englewood Cliff, New Jersey
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: Angkasa.