investiasi wabah
-
Upload
abigail-pheilia -
Category
Documents
-
view
45 -
download
8
description
Transcript of investiasi wabah
2.1 Sejarah Investigasi Wabah
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan kuman kolera
oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi wabah kolera di London (1854).
2.2 Pengertian Investigasi Wabah
Banyak definisi yang diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya
1. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di
daerah yang luas.
2. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman (1981)
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik
jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit .
3. Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
4. Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang
nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa .
5. Last 1981
Wabah adgalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit,
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan
kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.
Selain kata wabah dikenal pula dengan kata letusan ( outbreak) dan kejadian luar biasa
(KLB). Di Indonesia perntaan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Apabila
peningkatan penderita penyakit yang memenuhi kriteria definisi wabah diatas, akan dinyatakan
sebagai suatu letusan penyakit bila kejadian tersebut terbatas dan dapt ditanggulangi ki oleh
pemerintah dan dinyatakan sebagai KLB.
2.2Alasan dilakukannya penyelidikan adanya kemungkinan wabah
Pengungkapan adany wabah yang sering dilakukan atau didapatkan adalah dengan deteksi dari
analisis data surveilans rutin atau adanya laporan petugas, pamong, atau warga yang cukup peduli.
Alasan dilakukannya penyelidikan adanya kemungkinan wabah adalah :
1. Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
2. Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3. Pertimbangan Program
4. Kepentingan Umum, Politik dan Hukum
Untuk suatu penyakit yang sudah lama mennghilang dari suatu daerah, ditemukannya seorang
penderita penyakit tersebut, didaerah itu, sudah dapat disebut wabah. Demikian pula bila ditemukan
seorang penderita suatu penyakit yang belum pernah ada di suatu daerah dapat disebut sebagai wabah
untuk daerah tersebut.
Selain kata wabah, sebetulnya ada dua istilah yang di paki untuk menggambarkan penigkatan kejadian
penyakit, yaitu letusan (outbreak) dan kejadian luar biasa ( KLB = unusual event) penggunaan
masing-masing istilah tersebut ternyata sangat subyektif ( greg, 1986)
Diindonesia, pernyataan adannya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Peningkatan
penpenderita penyakit yang memenuhi criteria d efenisi wabah diatas, akan dinyatakan sebagai suatu
letusan penyakit (outbreak) bila kejadian tersebut terbatas dan dapat ditangggulani sendiri oleh
pemerintahdaerah atau dinyatakan sebagai suatu kejadian luar biasa ( KLB atau unusual event) bila
penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyaki menular dan Penyehatan Pemukimam Lingkungan (Dit. Jen.P2M PLP) tahun
1981
Kejadian luar biasa di defenisikan sebagai timbulnya suaatu kejadian kesakitan atau kematian atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara apidemologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kutun waktu tertentu ( Dit.Jen.P2M PLP)
Walaupun demikian dalam buku ini kejadian peningkatan penderita penyakit yang memenuhi criteria
wabah seperti dinyatakan diatas selanjutnua akan disebut sebagai wabah, tanpa membedakannya
menjadi letusan ataupun kejadian luar biasa. Sebab pada dasarnya, semua itu tidak mempunyai
perdaan dalam cara penyelidikan.
Cara mengangkapkan wabah
Suatu wabah dapat dideteksi dari analisis data surveilans rutin yang dilakukan secara tepat waktu
yang menunjukkan adanya kenaikan jumlah atau terjadi kasus yang mengelompok diluar kebiasaan.
Dinas kesehatan, kenaikan jumlah kasus maupun pola kejadian yang menyimpang dari kebiasaan
dapat dideteksi dari tabulasi data mingguan berdasarkan waktu dan tempat, atau informasi tentang
pemaparan yang di dapat dari formulir laporan. Wabah juga dapat diketahui karena adanya laporan
petugas, pamong ataupun warga yang cukup peduli untuk melaporkannya ke dinas kesehatan. Mereka
yang terserang dalam wabah itu merupakan sumber lain yang penting dari kejadian penyakit menular
maupun tak menular yang mengelompok. Misalnya, seorang melapor bahwa dirinya dan beberapa
rekan kerjanya menderita diare setelah makan siang di perusahaan beberapa hari sebelumnya. Dinas
kesehatan mempunyai prosedur rutinn untuk menanggani laporan penduduk tentang kemungkina
terjadinya suatu wabah.
Penanggulangan dan Pencegahan
Alasan utama untuk menyelidikki suatu wabah adalah menanggulani dan mencegah penyakit. Namun
strategi penanggulangannya hanya dapat dientukan setelah diketahui proses alamiah yang dicapai
wabah tersebut. Apakah kasus bertambah ataukah wabah sudah mulai menyurut? Tujuan tindakan
akan berbeda tergantung dari kondisi yang ada. Bila kasus terus bertambah, tindakan yang tepat
adalah mencegah bertambahnya kasus. Oleh karena itu, penyelidikan harus di tujukan untuk
menentukan pejalan dan besar wabah serta menentukan populasi yang terancam sehingga dapat
dirancang penanggulangan yang tepat.
Sebaliknya, bila wabah tampak mulai menyurut, penyelidikan ditujukan untuk mencegah
terjadinyawabah serupa dimasa mendatang. Penyelidikan harus dipusatkan pada penemuan factor
yang meny ebabkan terjadinya wabah sehinggga dapat dirancang upaya pencegahan terjadinya wabah
serupadi masa dating.
Pertimbangan antara penanggulangan dan penyelidikan tergantungpada apa yangdiketahui tentang
agen penyebab, sumber dan cara penularannya. Bila sangat sedikit yang diketahui , harus diadakn
penyelidikan dahulu sebelum dapat menentukan cara penanggulangannyayang tepat. Sebaliknya bila
banyak yang sudah diketahui, upaya penaggulangan dean pencegahan dapat dilakukan segera.
Keputusan tentang dilaksanakan tidaknya suatu penyelidikan dan sejauh mana akan dilakukan,
tergantung dari kondisi wabahnya sendiri : ganas tidaknya penyakit, sumber dan cara penularan dan
ada tidaknya cara penanggulang dan pencegahan. Penyelidikan wabah penyakit yang ganas ( penyakit
yang mengharuskan perawatan dirumah sakit, sering menimbulkan komplikkasi atau kematian)
penting skali dilaksanakan, sedemikin juga penyakit yang mudal menular bila tidak segera dicegah
dan membasmi sumbernya.
Kesempatan mengadakan Peneitian
Tujuan lain penyelidikan wabah yang tidak kalah penting adalah untuk menambah pengetahuan.
Untuk penyakit yang baru ditemukan, penyelidikan lapangan memberikan kesempatan untuk
menentukan riwayat alamiahnya?termasuk agen penyakit, cara penularan, masa inkubasi?dan
gambaran klinis pennyakit. Penyelidik juga berusaha mengetahui cirri populasi yang beresiko tertular
dan menentukan factor yang meningkatkan resikonya. Informasi tersebut pentinng dalam
penyelidikan pennyakityang baru ditemukan, misalnya penyakit AIDS pada tahun 1981 dan penyakit
sapi gila pada tahun 1994. Bahkan unttuk penyakit yang tellah dikenlpun adanya wabha memberikan
kesempatan untukmendapatkan tambahan pengetahuan misalnya dampak upaya penanggulang dan
kegunaan teknikbaru dibidang epidemologi atau laboratorium.
Pelatihan
Penyelidikan suatu wabah membutuhkan kombinasi dari kemampuan diplomasi, pemikiran logis.
Kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan analisis kuantitatif. Pengetahuan epidemiologi, dan
pertimbangan.kemampuan tersebut akan bertambah dengan bertammbahnya praktek dan pengalaman.
Oleh karena itu, tim penyelidik wabah umumnya merupakan gabungan dari ahli epidemiologi yang
berpengalaman dengan ahli yang sedang magang. Pemagang akan mendapatkan pelatihan di tempat
(on-the-job training) dan bimbingan sementara mereka membantu dalam penyelidikan tersebut.
Kepentingan umum, politik dan hukum
Kepentingan politik dan hokum seringkali mengalahkan segi ilmiah dalam keputusan untuk
melaksanakan penyelidikan. Minat masyarakat terhadap kejadian penyakit yang menggerombol dan
potensi dampak lingkungan semakin meningkat dan mendorong dinas kesehtan untuk menyelidiki.
Penyelidikan yang demikian ini hamper tidak pernah menghasilkan bukti adanya menghubungkan
antara penyakit dengan pemaparan yang dicurigai. Walaupun begitu, dinas kesehatan menyadari
pentingnya bertindak reponsif terhadap tututan umum, walaupun keinginan tersebut lemah dasar
ilmiahnya. Beberpa penyyelidikan dilakukan oleh karena diwajibkan oleh peraturan.
Pertimbangan program
Dinas kesehatan mempunyai berbagai jenis program untuk menganggulngi dan mencegah penyakit
seperti diare ataupun penyakit yang dapt dicegah dengan imunisasi. Suatu wabah umumnya
menggambarkan kelemahan dalam program. Penyelidikannya mmungkin mengungkapkan populasi
yang selama itu tidak terjangkau oleh program, kegagalan strategi yang dipilih, perubahan agen
penyakit, atau kejadian yang diluar lingkup program tersebut. Informasi yang didapat akan membantu
dalam perbaikan arah dan strategi program dimasa mendatang.
Langkah-langkah investigasi wabah
Pada tahun 1854 Dr, John Snow seorang ahli anastesi terkenal di London menyimpulkan bahwa
wabah cholera di sekitar Brosd street, London. Terjadi akibat pencemaran air minum dengan tinja
penderita Cholera. Kesimpulan itu diambil setelah data yang dikumpulkannya menunjukkan bahwa
kematian akibat cholera itu menggerombol disekitar airyang diduganya bocor sehinggga airnya
tercemar. Sarannya untuk menutup pompa air yang tercemar itu ternyata,dapat menghentikan wabah
yang sedang melanda penduduk kota besar itu. Penemuan yang terjadi 30 tahun sebelum
ditemukannya Vibrio Cholera, merupakan bukti keberhasilan penyelidikan yang sederhana namun
dipikirkan dengan cermat.
Untuk mempercepat penyelidikan dan mendapatkan hasil yang benar, ahli epidemiologi memandang
perlu untuk mengikuti suatu pendekatan sistematik yang disajikan pada table 1. Pendekatan ini
memastikan bahwa penyelidikan dilakukan tanpa ada langkah penting yang terlewatkan. Table 1
menyajikan langkah-langkah tersebut dalam urusan konsepsual. Dalam prakteknya, beberapa langkah
dapat dikerjakan secara bersamaan, atau urutannya dirubah sesuai kondisi yang ditemukan. Table 1.
Langkah-langkah dealam penyelidikan suatu wabah:
1. Persiapan investigasi lapangan
2. Memastikan adanya
3. memastikan diagnosis
4a. membuat defenisi kasus
4b. menemukan dan menghitung kasus
5. epidimiollogi diskriptif
6. membuat hipotesis
7. menilai hipotesis (peneitian kohort dan penelitian kasus control)
8. memperbaiki hipotesis dan mengadakn penelitian tambahan
9. melaksanakan pengendalian dan pencegahan
10. menyampaikan hasil penyelidikan
langkah 1: persiapan investigasi dilapangan
siapapun yang akan mengadakan penyelidikan suatu wabah harus mempersiapkan diri dengan baik
sebelum turun ke lapangan. Persiapan dapat dikelompokkandalam tiga kategori: investigasi,
administrasi dan konsultasi.
Pertama, dibutuhkan pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan alat yang dibutuhkan dalam
penyelidikan. Perlu diadakan pembahasan situasi yang dihadapi dengan pihak yang paham tentang
penyakit, penyelidikan lapangan, dan diadakan telah kepustakaan. Pperlu dikumpulkankepustakaan
yang berguna dan contoh kuesioner. Konsultasi dengan staf laboratorium untuk memastikan bahan
yang tepat untuk dibawa, secara pengumpulan, penyimpanan dan teknik dikte. Kamera serta peralatan
lain, harus diurus pengirimannya.
Kedua, harus diperhatikan prosedur administrasinya. Didinas kesehatan diperlukan rencan dan untuk
mendapatkan ijin dan pengaturan perjalanan. Urusan pribadi juga harus diselesaikan sebelum
bernagkat ke lapangan.
Ketiga, harus diketahui peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan. Siapakah yang
diharapkanuntuk memimpin penyelidikan inimenjadi konsultan staf llokal, ataukah hanya membantu
dalam penyelidikan? Peran terseebut harus disepakati sebelum turun kelapangan. Harus diketahui pula
siapa kontak/mitra kerja kelompok penyelidik ini dilapangan, kapan dan dimana kelompok akan
bertemu dengan staf local dan kontak/mitra kerja setiba di lapangan.
Langkah 2: memastikan adanya wabah
Suatu wabah atau wabah adalah terdapatnya lebih banyak kasus penyakit melebihi yang diharapkan
terjadi disuatu wilayah, selama waktu tertentu. Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada
sudah melampaui jumlah yang diharapkan, biasanya dilakukkan denganmembandingka jumlah yang
ada saat itu ddengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan jumlah yang
ada pada peripode watu yyang sama di tahun-taun sebelumnya. Sumber informasi bervariasi
tergantung dari situasinya.
* Untuk penyakit yang harus dddilaporkan, bias digunakan catatan hasil suveilans.
* Unttuk penyakit/ kondisi yang lain, ummumnyada data setempat yang etrsedian, catatan keluar dari
rumah sakit. Statistic kematian, register dll.
* Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilyah didekatnya atau data nasional
* Boleh juga dilaksankan survey dimansyarakat untuk menentukan kondisi oenyakit yang biasanya
ada.
Harus diingat bahwa bila jumlah kasus yang dilaporkan melebihi jumlah yang diharapkan kelebihan
ini tidak selalu menunjukkan adanya wabah. Peningkatan ynag demikian itu disebut spedo epidemic
contohnya:
1. Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
Tersangka penderita cholera yang dulu dilaporkan sebagai penderita kholerasekarag dilaporkan
sebagai penderita diare. Akibatnya jumlah penderita cholera yang dilaporkan menurun dan jumlah
penderita diare meningkat.
2. Adanya cara-cara diagnosis baru
Dikembangkannnya cara diagnosis baru mungkin meningkatkan jumlah penderita yang bertambah
terdiagnosis dari kelompok dulu yang tidak terdeteksi
3. Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
Kesadaran penduduk untuk berobat akan mempengaruhi jumlah mereka yang pergi ke fasilitas
kesehatan yang tersedia. Sesudah terjadinya wabah terutama yang menimbulkan banyak kematian,
umunya merangsang penduduk untuk segera mencari pngobatabterutama bila menderita penyakit
yang sama atau serupa dengan pennyakit yang menyebabkan wabah tersebut. Sesudah terjadi wabah
kolera, akan diapatkan lebih banyak penderita diare yang berobat baik ke puskesmas maupun
kerumah sakit. Demikin juga sesudah wabah demam berdarah yang mengambil korban jiwa, dapat
dipastikan akan lebih banyak didapatkan penderita sakit panas yang dating berobat.
4. Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
Beberapa penyakit memounyai gejala yang sangat mirip satu dengan yang lain, sehinggga sukar untuk
dapat dibedakan tanpa bantuan pemeriksaan yang canggih. Misalnya campak (morbilli) dengan
rubella. Tanpa bantuan pemeriksaan serologis, petugas kesehatan mungkin akan mencampurkan
penderita kedua jenis penyakit tersebut sehingga mengakibatkan meningkatnya laporan penderita
campak.
5. Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
Diwilayah yang populasinya dapat berubah mendadak, misalnya daerah wisata, daerah transmigrasi,
atau kota universitas. Peningkatan kejjadian penyakit mungkin merupakan cerminan bertambahnya
penduduk. Kecendrungan penyakit campak di perkotaan yang meningkat setiap dua tahun sekali
Langkah 3 : Memastikan Diagnosis
Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan pemastian terjadinya wabah. Tujuan dalam pemastian
diagnosis adalah (1) untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah diagnosis secara layak, (2)
untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang dapat menyebabkan peningkatan
kasus yang dilaporkan
Dalam memastikan diagnosis harus ditelaah temuan klinis dan hasil laboratorium. Semua temuan
klinis harus disajikan dalam distribusi frekuensi. Yang penting untuk mengambarkan spectrum
penyakit, menentukan diagnosis, dan mengembangkan defenisi kasus
Langkah 4a : Membuat defenisis kasus
Tugas selanjutnya adalah membuat defenisi kasus yang merupakan seperangkat criteria untuk
menentukan apakah seseorang harus diklasifikasikan sakit atau tidak. Defenisis kasus meliputi criteria
klinis dan didalam penyelidikan wabah umumnya dibatasi oleh waktu, tempat dan orang.
Kriteria klinis yang dipilih adalah tanda yang sederhana dan objektif seperti : panas > 38 C, atau air
lembek > 3 kali sehari, muntah, batuk, pilek, bercak dikulit dll.
Idealnya, Defenisi kasus tersebut harus mencakup seluruh atau sebagian besar penderita, dan hanya
sedikit kasus False-posistif (orang yang sesungguhnya tidak sakit tetapi memenuhi defenisi kasus).
Penyidik sering membagi kasus menjadi kasus pasti (Defenite), kasus mungkin (Probable) dan kasus
meragukan (possible)
Langkah 4b : Menemukan dan Menghitung Kasus
Banyak kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil dan tidak mewakili kasus yang sesungguhnya
ada. Penyidik harus menggunakan sebanyak mungkin sumber yang ada untuk menemukan kasus yang
ada. Mereka harus kreatif, agresif dan rajin mencari sumber tersebut. . Kadang2 kausus harus dicari
pada fasilitas kesehatan yang mampu menegakkan diagnosis. Praktek Dokter, Klinik, RS, dan
Laboratorium.
Bila wabah hanya menyerang populasi terbatas, misalnya penumpang kapal pesiar, sekolah, tempat
kerja, dan sebagian besar diperkirakan tidak terdiagnosis, dapat dilakukan survey pada seluruh
populasi.
Untuk setiap penyakit yang diselidiki, informasi berikut ini harus dikumpulkan dari setiap kasus:
1. Data Identitas : nama, alamat, nomor telepon, yang memungkinkan untuk menghubungi penderita
guna mendapatkan informasi tambahan dan memberitahukan hasil pemeriksaan laboratorium. Alamat
penderita juga digunakan untuk memetakan wilayah yang terserang.
2. Data Demografi : Umur, Sex, Ras, Pekerjaan yang memberikan cirri orang dari populasi yang
beresiko
3. Data Klinis : Memungkinkan penilaian terhadap kesesuaian kasus dengan defenisi kasus yang
ditetapkan. Waktu timbulnya gejala pertama memungkinkan pola kejadian informasi klinis tambahan
yang membantu mengambarkan spectrum penyakit.
4. Informasi Faktor Resiko: Harus dibuat khusus untuk setiap penyakit, misalnya dalam penyelidikan
penyakit Hepatitis A, harus dipastikan sumer air dan makanan yang dikonsumsi penderita
5. Informasi Pelapor : Memungkinkan untuk mencari informasi tambahan atau memberikan umpan
balik tentang hasil penyelidikan.
Langkah 5 : Epidemiologi Deskriptif
Setelah data terkumpul, wabah dapat digambarkan berdasarkan variable Orang, Tempat, dan Waktu.
Pengambaran Suatu wabah berdasarkan ketiga variable tersebut disebut Epidemiologi Deskriptif.
Sebaiknya Epidemiologi Deskriptif ini dilakukan sedini mungkin dalam penyelidikan dan
memperbaharuinya setiap kali ada tambahan data. Untuk mempercepat pelaksanaan penyelidikan,
kesalahan dan petunjuk harus ditemukan sedini mungkin.
Langkah 6: Membuat Hipotesis
Langkah konsepsual berikutnya adalah memfolrmulasikan hipotesis, yang tersebut harus mencakup
sumber agen penyakit, cara penularan (dan alat penularan atau vekltor), dan pemaparan yang
mengakibatkan sakit.
Hipotesis dapat dikembangkan dengan berbagai cara
1. Mempertimbangkan berbagai pemberitahuan tentang penyakit yang diamati: Apa reservoir utama
agen penyakitnya? Bagaimana cara penularannya? Bahan apa yang biasa menjadi alat penularannya?
Apa saja factor yang meningkatkan resiko tertular
2. Wawancara dengan beberapa penderita. Pembicaraan menyangkut kemungkinan pemaparan
hendaknya terbuka dan meluas.
3. Dalam penyelidikan yang sulit yang tidak banyak menghasilkan petunjuk, penyelidik
mengumpulakn beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan.
4. Penyelidik kadang kala mengunjungi rumah penderita untuk menemukan petunjuk.
5. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat. Petugas tahu tentang kondisi masyarakat disini
serta kebiasaannya dan sering mempunyai hipotesa berdasarkan pengetahuannya.
6. Epidemiologi Deskriptif seringkali menghasilkan hipotesa
Langkah 7 : Menilai Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan slah satu dari dua metode berikut : (1)
Membandingkan hipotesis dengan Fakta yang ada, atau (2) Analisis Epidemiologi untuk
mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidikan peran kebetulan.
Cara pertama boleh digunakan bila bukti klinis, laboratories, pemaparan dan atau epidemiologi jelas
menunjang hipotesis, maka tidak perlu diuji secara formal.
Dalam Beberapa keadaan, kejadian tidak sedemikian jelasnya sehingga dibutuhkan analisis
Epidemiologi analitik untuk menguji hipotesis. Kunci dari Epidemiologi analitik adalah adanya
kelompok pembanding. Dengan adanya kelompok pembanding dapat diukur besarnya hubungan
antara pemaparan dan penyakit, dan diuji hipotesis tentang hubungan sebab dan akibat. Analisis
cermat terhadap sekelompok kasus saja tidak cukup untuk uji hubungan sebab-akibat ini, kelompok
pembanding merupakan suatu keharusan. Kelompok pembanding dibutuhkan dalam penelitian Kohort
dan Kasus Kontrol.
Langkah 8 : Memperbaiki Hipotesis dan Mengadakan Penelitian Tambahan
Sayangnya penelitian analsisis ini seringkali tidak berhasil mengungkapkan penyebab kejadian. Hal
ini terjadi apabila hipotesis yang dikembangkan dari semula tidak mempunyai dasar yang kuat. Bila
Epidemiologi analitik tidak mengungkap apapun, maka hipotesis yang telah disusun harus
dipertimbangkan kembali. Inilah waktu yang tepat untuk mengumpulkan beberapa penderita untuk
menemukan kesamaan dan mengunjungi meraka untuk mencari petunjuk dirumah mereka.
Akhirnya , ingat bahwa salah satu alas an dari mengadakan penyelidikan wabah adalah penelitian
Langkah 9: Melaksanakan Pengendalian dan pencegahan
Hampir semua penyelidikan suatu wabah, tujuan utama adalah pengendalian dan pencegahan.
Walaupun pengendalian ini dibahas sebagai langkah ke-9, pengendalian seharusnya dilaksanakan
secepat mungkin. Namun upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber
wabah diketahui. Pada umumnya upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah
dalam penularan penyakit.
Upaya pengendalian dapat diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya. Misalnya
suatu wabah dapat diatas dengan membuang makanan yang tercemar, mensterilkan air yang tercemar,
atau menghilangkan tempat perindukan nyamuk, atau meliburkan tukang masak yang terinfeksi dan
mengobatinya.
Akhirnya pada beberapa wabah, upaya pengendalian diarahkan pada meningkatkan ketahanan
pejamu. Contohnya adalah imunisasi terhadap rubella dan penggunaan kemoprofilaksis terhadap
malaria.
Langkah 10: Menyampaikan Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat setempat
dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan
pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyamapin penyelidikan diantaranya
• Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan
• Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat
dipertahankan secara ilmiah
• Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah
(pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran)
• Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan
• Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila
terjadi hal yang sama di masa datang .
INVESTIGASI WABAH
Langkah-Langkah dalam Penyelidikan kegiatan Penanggulangan Wabah
Investigasi/Penyelidikan KLB/Wabah
Adalah suatu kegiatan untuk memastikan adanya KLB/Wabah, mengetahui penyebab, mengetahui sumber penyebaran, mengetahui faktor resiko dan menetapkan program penanggulangan KLB. Penanggulangan KLB/wabah adalah suatu kegiatan yang bertujuan menangani penderita, mencegah perluasan KLB/wabah, mencegah terjadinya penderita/kematian baru pada saat terjadinya KLB/wabah.
Langkah-langkah investigasi KLB/wabah.
1. Persiapan dikelompokkan menjadi tiga kategori:1. Investigasi : pengetahuan ilmiah, perlengkapan dan alat
2. Administrasi : prosedur administrasi termasuk ijin dan pengaturan perjalanan.3. Konsultas : peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan.4. Memastikan adanya wabah
Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan membandingkan jumlah saat ini dengan jumlah beberapa minggu atau bulan atau periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya.
Sumber informasi :
1. Catatan surveilans2. Catatan keluar RS, statistic kematian, register, dll.3. Data wilayah di dekatnya atau data rasional.4. Survey5. Memastikan diagnosis
1. Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan pemastian adanya wabah.2. Jika penyebab penyakit sudah diberitahukan oleh tenaga kesehatan setempat, lakukan
pemeriksaan kembali untuk meyakinkan diagnosis.3. Pemeriksaan laboratorium.4. Bila gejala sama dan 15-20 % mendapat konfirmasi lab tidak perlu pemeriksaan lab.5. a. Membuat definisi kasus
1). meliputi kriteria klinis yang dibatasi oleh waktu, tempat dan orang.
2). criteria klinis adalah tanda yang sederhana dan objektif
3). jenis dibagi tiga : pasti (confirmed), mungkin (probable) dan meragukan (possible)
4a. 1. Penyakit yang sudah jelas diagnosisnya :
a). Masa inkubasi
b). Cara penularan
4a. 2. Penyakit yang belum diketahui diagnosisnya
a). Ada dugaan tentang peristiwa penyebab wabah tetap harus dapat diterima akal sehat.
b). Cari peristiwa lain yang lebih memungkinkan.
c). Diperlukan kemampuan, kecerdasan serta kecermatan akal sehat (common sense) dari penyelidik
d). Beberapa patokan dapat dipakai:
i. Pencemaran air atau makanan gangguan pencernaan.
ii. Penyakit- penyakit saluran pernapasan, kulit, mata dan selaput lender.
iii.Luka atau lesi pada kulit akibat binatang atau serangga. Contohnya penyakit kulit akibat tomcat. Jadi dari ciri-ciri yang ditimbulkan oleh racun binatang tersebut kita dapat mengetahui bahwa penyakit kulit tersebut dsebabkan oleh tomcat.
b. Menemukan dan menghitung kasus
1) Kasus yang dilaporkan harus mewakili kasus yang sesungguhnya ada.
2) Penyelidik harus menggunakan sebanyak mungkin sumber yang ada untuk menemukan tambahan kasus.
3) Sumber data ; praktek dokter, rumah sakit dan laboratorium
4) Jika pada tempat terbatas maka lakukan survey pada seluruh populasi.
1. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)1. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu bertujuan untuk melihat secara
kronologis waktu timbulnya kejadian penyakit dalam hari, minggu, bulan, jam (pada kasus-kasus tertentu), memperkirakan waktu penyebaran dan cara-cara penyebaran. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu disajikan dalam bentuk kurve epidemic. Contoh kurva epidemic dapat dilihat pada gambar 3.8.
Ciri-ciri kurva epidemic:
1) Berbentuk histogram
2) Dapat digunakan untuk memperkirakan cara penularan penyakit
3) Dapat memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit
4) Informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama pada masing-masing kasus
5) Untuk masa inkubasi yang pendek (dapat dilihat dari jam timbulnya gejala)
6) Pilih skala untuk aksis-X
7) Masa pra wabah
Jenis Kurve Epidemik
Berdasarkan sifatnya maka KLB / wabah dapat dibagi dalam dua bentuk utama yaitu
1. Common Source
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok menyeluruh dan terjadinya dalam wakturelatif singkat (sangat mendadak).
Common source sendiri dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Point Source Epidemic (kurva epidemic dengan satu puncak) yaitu wabah yang terjadi akibat pemaparan dalam waktu yang singkat dengan sumber penularan tunggal.Contohnya kejadian keracunan dan polusi.
b) Intermittent Common Source Epidemic (kurva epidemic denggan beberapa puncak ) yaitu wabah yang terjadi akibat pemaparan. Contohnya kejadian diare dan disentri.
1. Propagated atau Progressive Epidemic
Adalah suatu bentuk epidemic yang terjadi karena penularan dari orang ke orang baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui udara, makanan maupun vector. Biasanya kejadian epidemic seperti ini relative lebih lama waktunya sesuai dengan sifat penyakit serta lamanya masa intubasi. Selain itu juga dipengaruhi oleh kepadatan dan penyebaran anggota masyarakat yang rentan terhadap penyakit tersebut.
b. Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat kejadian bertujuan untuk menunjukkan distribusi kejadian penyakit menurut daerah geografis atau tempat sehingga nantinya dapat ditentukan kemaparan terhadap sumber penyakit atau penyebab terjadinya kejadian dan cara penyebarannya. Data yang dikumpulkan tergantung dari jenis penyakitnya yaitu dapat berupa karakteristik geografis, keadaan sanitasi lingkungan, sumber air bersih, kebiasaan tertentu, dsb. Tergantung dari jenis penyakitnya.
1. Gambaran kejadian wabah berdasarkan cirri orang yang terserang bertujuan untuk mengetahui kelompok individu yang rentan terhadap suatu penyakit dan kelompok individu yang mempunyai resiko menderita suatu penyakit. Data berdasarkan crri orang biasanya bersifat spesifik menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.
6. Membuat hipotesis
7. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan kasus control)
8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan.
10.Menyampaikan hasil penyelidikan.
KLB penyakit menular merupakan indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah, atau dapat berkembang menjadi suatu wabah. Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tdak ada/dikenal.2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam,hari, minggu).3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.6. Case fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebuh dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.7. Proportional rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua atau
lebih dibandingkan periode kurun waktu atau tahun sebelumnya.8. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus: cholera dan demam berdarah dengue.
1. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)2. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya
daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.