investiasi wabah

16
2.1 Sejarah Investigasi Wabah Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi wabah kolera di London (1854). 2.2 Pengertian Investigasi Wabah Banyak definisi yang diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya 1. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas. 2. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (1981) Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit . 3. Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. 4. Benenson, 1985 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa . 5. Last 1981 Wabah adgalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa. Selain kata wabah dikenal pula dengan kata letusan ( outbreak) dan kejadian luar biasa (KLB). Di Indonesia perntaan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Apabila peningkatan penderita penyakit yang memenuhi kriteria definisi wabah diatas, akan dinyatakan sebagai suatu letusan penyakit bila kejadian tersebut terbatas dan dapt ditanggulangi ki oleh pemerintah dan dinyatakan sebagai KLB. 2.2Alasan dilakukannya penyelidikan adanya kemungkinan wabah

description

investiasi wabah

Transcript of investiasi wabah

Page 1: investiasi wabah

2.1 Sejarah Investigasi Wabah

            Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan kuman kolera

oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi wabah kolera di London (1854).

2.2 Pengertian Investigasi Wabah

            Banyak definisi yang diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya

1.      Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)

Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di

daerah yang luas.

2.      Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman (1981)

Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik

jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit .

3.      Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah

tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

4.      Benenson, 1985

Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada  penduduk suatu daerah, yang

nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa .

5.      Last 1981

Wabah adgalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit,

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan

kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.

Selain kata wabah dikenal pula dengan kata letusan ( outbreak) dan kejadian luar biasa

(KLB). Di Indonesia perntaan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Apabila

peningkatan penderita penyakit yang memenuhi kriteria definisi wabah diatas, akan dinyatakan

sebagai suatu letusan penyakit bila kejadian tersebut terbatas dan dapt ditanggulangi ki oleh

pemerintah dan dinyatakan sebagai KLB.

2.2Alasan dilakukannya penyelidikan adanya kemungkinan wabah

            Pengungkapan adany wabah yang sering dilakukan atau didapatkan adalah dengan deteksi dari

analisis data surveilans rutin atau adanya laporan petugas, pamong, atau warga yang cukup peduli.

Alasan dilakukannya penyelidikan adanya kemungkinan wabah adalah :

1.      Mengadakan penanggulangan dan pencegahan

2.      Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan

3.      Pertimbangan Program

4.      Kepentingan Umum, Politik dan Hukum

Page 2: investiasi wabah

Untuk suatu penyakit yang sudah lama mennghilang dari suatu daerah, ditemukannya seorang

penderita penyakit tersebut, didaerah itu, sudah dapat disebut wabah. Demikian pula bila ditemukan

seorang penderita suatu penyakit yang belum pernah ada di suatu daerah dapat disebut sebagai wabah

untuk daerah tersebut.

Selain kata wabah, sebetulnya ada dua istilah yang di paki untuk menggambarkan penigkatan kejadian

penyakit, yaitu letusan (outbreak) dan kejadian luar biasa ( KLB = unusual event) penggunaan

masing-masing istilah tersebut ternyata sangat subyektif ( greg, 1986)

Diindonesia, pernyataan adannya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Peningkatan

penpenderita penyakit yang memenuhi criteria d efenisi wabah diatas, akan dinyatakan sebagai suatu

letusan penyakit (outbreak) bila kejadian tersebut terbatas dan dapat ditangggulani sendiri oleh

pemerintahdaerah atau dinyatakan sebagai suatu kejadian luar biasa ( KLB atau unusual event) bila

penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal

Pemberantasan Penyaki menular dan Penyehatan Pemukimam Lingkungan (Dit. Jen.P2M PLP) tahun

1981

Kejadian luar biasa di defenisikan sebagai timbulnya suaatu kejadian kesakitan atau kematian atau

meningkatnya suatu kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara apidemologis pada suatu

kelompok penduduk dalam kutun waktu tertentu ( Dit.Jen.P2M PLP)

Walaupun demikian dalam buku ini kejadian peningkatan penderita penyakit yang memenuhi criteria

wabah seperti dinyatakan diatas selanjutnua akan disebut sebagai wabah, tanpa membedakannya

menjadi letusan ataupun kejadian luar biasa. Sebab pada dasarnya, semua itu tidak mempunyai

perdaan dalam cara penyelidikan.

Cara mengangkapkan wabah

Suatu wabah dapat dideteksi dari analisis data surveilans rutin yang dilakukan secara tepat waktu

yang menunjukkan adanya kenaikan jumlah atau terjadi kasus yang mengelompok diluar kebiasaan.

Dinas kesehatan, kenaikan jumlah kasus maupun pola kejadian yang menyimpang dari kebiasaan

dapat dideteksi dari tabulasi data mingguan berdasarkan waktu dan tempat, atau informasi tentang

pemaparan yang di dapat dari formulir laporan. Wabah juga dapat diketahui karena adanya laporan

petugas, pamong ataupun warga yang cukup peduli untuk melaporkannya ke dinas kesehatan. Mereka

yang terserang dalam wabah itu merupakan sumber lain yang penting dari kejadian penyakit menular

maupun tak menular yang mengelompok. Misalnya, seorang melapor bahwa dirinya dan beberapa

rekan kerjanya menderita diare setelah makan siang di perusahaan beberapa hari sebelumnya. Dinas

kesehatan mempunyai prosedur rutinn untuk menanggani laporan penduduk tentang kemungkina

terjadinya suatu wabah.

Penanggulangan dan Pencegahan

Alasan utama untuk menyelidikki suatu wabah adalah menanggulani dan mencegah penyakit. Namun

strategi penanggulangannya hanya dapat dientukan setelah diketahui proses alamiah yang dicapai

Page 3: investiasi wabah

wabah tersebut. Apakah kasus bertambah ataukah wabah sudah mulai menyurut? Tujuan tindakan

akan berbeda tergantung dari kondisi yang ada. Bila kasus terus bertambah, tindakan yang tepat

adalah mencegah bertambahnya kasus. Oleh karena itu, penyelidikan harus di tujukan untuk

menentukan pejalan dan besar wabah serta menentukan populasi yang terancam sehingga dapat

dirancang penanggulangan yang tepat.

Sebaliknya, bila wabah tampak mulai menyurut, penyelidikan ditujukan untuk mencegah

terjadinyawabah serupa dimasa mendatang. Penyelidikan harus dipusatkan pada penemuan factor

yang meny ebabkan terjadinya wabah sehinggga dapat dirancang upaya pencegahan terjadinya wabah

serupadi masa dating.

Pertimbangan antara penanggulangan dan penyelidikan tergantungpada apa yangdiketahui tentang

agen penyebab, sumber dan cara penularannya. Bila sangat sedikit yang diketahui , harus diadakn

penyelidikan dahulu sebelum dapat menentukan cara penanggulangannyayang tepat. Sebaliknya bila

banyak yang sudah diketahui, upaya penaggulangan dean pencegahan dapat dilakukan segera.

Keputusan tentang dilaksanakan tidaknya suatu penyelidikan dan sejauh mana akan dilakukan,

tergantung dari kondisi wabahnya sendiri : ganas tidaknya penyakit, sumber dan cara penularan dan

ada tidaknya cara penanggulang dan pencegahan. Penyelidikan wabah penyakit yang ganas ( penyakit

yang mengharuskan perawatan dirumah sakit, sering menimbulkan komplikkasi atau kematian)

penting skali dilaksanakan, sedemikin juga penyakit yang mudal menular bila tidak segera dicegah

dan membasmi sumbernya.

Kesempatan mengadakan Peneitian

Tujuan lain penyelidikan wabah yang tidak kalah penting adalah untuk menambah pengetahuan.

Untuk penyakit yang baru ditemukan, penyelidikan lapangan memberikan kesempatan untuk

menentukan riwayat alamiahnya?termasuk agen penyakit, cara penularan, masa inkubasi?dan

gambaran klinis pennyakit. Penyelidik juga berusaha mengetahui cirri populasi yang beresiko tertular

dan menentukan factor yang meningkatkan resikonya. Informasi tersebut pentinng dalam

penyelidikan pennyakityang baru ditemukan, misalnya penyakit AIDS pada tahun 1981 dan penyakit

sapi gila pada tahun 1994. Bahkan unttuk penyakit yang tellah dikenlpun adanya wabha memberikan

kesempatan untukmendapatkan tambahan pengetahuan misalnya dampak upaya penanggulang dan

kegunaan teknikbaru dibidang epidemologi atau laboratorium.

Pelatihan

Penyelidikan suatu wabah membutuhkan kombinasi dari kemampuan diplomasi, pemikiran logis.

Kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan analisis kuantitatif. Pengetahuan epidemiologi, dan

pertimbangan.kemampuan tersebut akan bertambah dengan bertammbahnya praktek dan pengalaman.

Oleh karena itu, tim penyelidik wabah umumnya merupakan gabungan dari ahli epidemiologi yang

berpengalaman dengan ahli yang sedang magang. Pemagang akan mendapatkan pelatihan di tempat

(on-the-job training) dan bimbingan sementara mereka membantu dalam penyelidikan tersebut.

Kepentingan umum, politik dan hukum

Kepentingan politik dan hokum seringkali mengalahkan segi ilmiah dalam keputusan untuk

Page 4: investiasi wabah

melaksanakan penyelidikan. Minat masyarakat terhadap kejadian penyakit yang menggerombol dan

potensi dampak lingkungan semakin meningkat dan mendorong dinas kesehtan untuk menyelidiki.

Penyelidikan yang demikian ini hamper tidak pernah menghasilkan bukti adanya menghubungkan

antara penyakit dengan pemaparan yang dicurigai. Walaupun begitu, dinas kesehatan menyadari

pentingnya bertindak reponsif terhadap tututan umum, walaupun keinginan tersebut lemah dasar

ilmiahnya. Beberpa penyyelidikan dilakukan oleh karena diwajibkan oleh peraturan.

Pertimbangan program

Dinas kesehatan mempunyai berbagai jenis program untuk menganggulngi dan mencegah penyakit

seperti diare ataupun penyakit yang dapt dicegah dengan imunisasi. Suatu wabah umumnya

menggambarkan kelemahan dalam program. Penyelidikannya mmungkin mengungkapkan populasi

yang selama itu tidak terjangkau oleh program, kegagalan strategi yang dipilih, perubahan agen

penyakit, atau kejadian yang diluar lingkup program tersebut. Informasi yang didapat akan membantu

dalam perbaikan arah dan strategi program dimasa mendatang.

Langkah-langkah investigasi wabah

Pada tahun 1854 Dr, John Snow seorang ahli anastesi terkenal di London menyimpulkan bahwa

wabah cholera di sekitar Brosd street, London. Terjadi akibat pencemaran air minum dengan tinja

penderita Cholera. Kesimpulan itu diambil setelah data yang dikumpulkannya menunjukkan bahwa

kematian akibat cholera itu menggerombol disekitar airyang diduganya bocor sehinggga airnya

tercemar. Sarannya untuk menutup pompa air yang tercemar itu ternyata,dapat menghentikan wabah

yang sedang melanda penduduk kota besar itu. Penemuan yang terjadi 30 tahun sebelum

ditemukannya Vibrio Cholera, merupakan bukti keberhasilan penyelidikan yang sederhana namun

dipikirkan dengan cermat.

Untuk mempercepat penyelidikan dan mendapatkan hasil yang benar, ahli epidemiologi memandang

perlu untuk mengikuti suatu pendekatan sistematik yang disajikan pada table 1. Pendekatan ini

memastikan bahwa penyelidikan dilakukan tanpa ada langkah penting yang terlewatkan. Table 1

menyajikan langkah-langkah tersebut dalam urusan konsepsual. Dalam prakteknya, beberapa langkah

dapat dikerjakan secara bersamaan, atau urutannya dirubah sesuai kondisi yang ditemukan. Table 1.

Langkah-langkah dealam penyelidikan suatu wabah:

1. Persiapan investigasi lapangan

2. Memastikan adanya

3. memastikan diagnosis

4a. membuat defenisi kasus

4b. menemukan dan menghitung kasus

5. epidimiollogi diskriptif

6. membuat hipotesis

7. menilai hipotesis (peneitian kohort dan penelitian kasus control)

Page 5: investiasi wabah

8. memperbaiki hipotesis dan mengadakn penelitian tambahan

9. melaksanakan pengendalian dan pencegahan

10. menyampaikan hasil penyelidikan

langkah 1: persiapan investigasi dilapangan

siapapun yang akan mengadakan penyelidikan suatu wabah harus mempersiapkan diri dengan baik

sebelum turun ke lapangan. Persiapan dapat dikelompokkandalam tiga kategori: investigasi,

administrasi dan konsultasi.

Pertama, dibutuhkan pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan alat yang dibutuhkan dalam

penyelidikan. Perlu diadakan pembahasan situasi yang dihadapi dengan pihak yang paham tentang

penyakit, penyelidikan lapangan, dan diadakan telah kepustakaan. Pperlu dikumpulkankepustakaan

yang berguna dan contoh kuesioner. Konsultasi dengan staf laboratorium untuk memastikan bahan

yang tepat untuk dibawa, secara pengumpulan, penyimpanan dan teknik dikte. Kamera serta peralatan

lain, harus diurus pengirimannya.

Kedua, harus diperhatikan prosedur administrasinya. Didinas kesehatan diperlukan rencan dan untuk

mendapatkan ijin dan pengaturan perjalanan. Urusan pribadi juga harus diselesaikan sebelum

bernagkat ke lapangan.

Ketiga, harus diketahui peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan. Siapakah yang

diharapkanuntuk memimpin penyelidikan inimenjadi konsultan staf llokal, ataukah hanya membantu

dalam penyelidikan? Peran terseebut harus disepakati sebelum turun kelapangan. Harus diketahui pula

siapa kontak/mitra kerja kelompok penyelidik ini dilapangan, kapan dan dimana kelompok akan

bertemu dengan staf local dan kontak/mitra kerja setiba di lapangan.

Langkah 2: memastikan adanya wabah

Suatu wabah atau wabah adalah terdapatnya lebih banyak kasus penyakit melebihi yang diharapkan

terjadi disuatu wilayah, selama waktu tertentu. Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada

sudah melampaui jumlah yang diharapkan, biasanya dilakukkan denganmembandingka jumlah yang

ada saat itu ddengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan jumlah yang

ada pada peripode watu yyang sama di tahun-taun sebelumnya. Sumber informasi bervariasi

tergantung dari situasinya.

* Untuk penyakit yang harus dddilaporkan, bias digunakan catatan hasil suveilans.

* Unttuk penyakit/ kondisi yang lain, ummumnyada data setempat yang etrsedian, catatan keluar dari

rumah sakit. Statistic kematian, register dll.

* Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilyah didekatnya atau data nasional

* Boleh juga dilaksankan survey dimansyarakat untuk menentukan kondisi oenyakit yang biasanya

ada.

Page 6: investiasi wabah

Harus diingat bahwa bila jumlah kasus yang dilaporkan melebihi jumlah yang diharapkan kelebihan

ini tidak selalu menunjukkan adanya wabah. Peningkatan ynag demikian itu disebut spedo epidemic

contohnya:

1. Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita

Tersangka penderita cholera yang dulu dilaporkan sebagai penderita kholerasekarag dilaporkan

sebagai penderita diare. Akibatnya jumlah penderita cholera yang dilaporkan menurun dan jumlah

penderita diare meningkat.

2. Adanya cara-cara diagnosis baru

Dikembangkannnya cara diagnosis baru mungkin meningkatkan jumlah penderita yang bertambah

terdiagnosis dari kelompok dulu yang tidak terdeteksi

3. Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

Kesadaran penduduk untuk berobat akan mempengaruhi jumlah mereka yang pergi ke fasilitas

kesehatan yang tersedia. Sesudah terjadinya wabah terutama yang menimbulkan banyak kematian,

umunya merangsang penduduk untuk segera mencari pngobatabterutama bila menderita penyakit

yang sama atau serupa dengan pennyakit yang menyebabkan wabah tersebut. Sesudah terjadi wabah

kolera, akan diapatkan lebih banyak penderita diare yang berobat baik ke puskesmas maupun

kerumah sakit. Demikin juga sesudah wabah demam berdarah yang mengambil korban jiwa, dapat

dipastikan akan lebih banyak didapatkan penderita sakit panas yang dating berobat.

4. Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa

Beberapa penyakit memounyai gejala yang sangat mirip satu dengan yang lain, sehinggga sukar untuk

dapat dibedakan tanpa bantuan pemeriksaan yang canggih. Misalnya campak (morbilli) dengan

rubella. Tanpa bantuan pemeriksaan serologis, petugas kesehatan mungkin akan mencampurkan

penderita kedua jenis penyakit tersebut sehingga mengakibatkan meningkatnya laporan penderita

campak.

5. Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

Diwilayah yang populasinya dapat berubah mendadak, misalnya daerah wisata, daerah transmigrasi,

atau kota universitas. Peningkatan kejjadian penyakit mungkin merupakan cerminan bertambahnya

penduduk. Kecendrungan penyakit campak di perkotaan yang meningkat setiap dua tahun sekali

Langkah 3 : Memastikan Diagnosis

Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan pemastian terjadinya wabah. Tujuan dalam pemastian

diagnosis adalah (1) untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah diagnosis secara layak, (2)

untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang dapat menyebabkan peningkatan

kasus yang dilaporkan

Dalam memastikan diagnosis harus ditelaah temuan klinis dan hasil laboratorium. Semua temuan

klinis harus disajikan dalam distribusi frekuensi. Yang penting untuk mengambarkan spectrum

penyakit, menentukan diagnosis, dan mengembangkan defenisi kasus

Page 7: investiasi wabah

Langkah 4a : Membuat defenisis kasus

Tugas selanjutnya adalah membuat defenisi kasus yang merupakan seperangkat criteria untuk

menentukan apakah seseorang harus diklasifikasikan sakit atau tidak. Defenisis kasus meliputi criteria

klinis dan didalam penyelidikan wabah umumnya dibatasi oleh waktu, tempat dan orang.

Kriteria klinis yang dipilih adalah tanda yang sederhana dan objektif seperti : panas > 38 C, atau air

lembek > 3 kali sehari, muntah, batuk, pilek, bercak dikulit dll.

Idealnya, Defenisi kasus tersebut harus mencakup seluruh atau sebagian besar penderita, dan hanya

sedikit kasus False-posistif (orang yang sesungguhnya tidak sakit tetapi memenuhi defenisi kasus).

Penyidik sering membagi kasus menjadi kasus pasti (Defenite), kasus mungkin (Probable) dan kasus

meragukan (possible)

Langkah 4b : Menemukan dan Menghitung Kasus

Banyak kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil dan tidak mewakili kasus yang sesungguhnya

ada. Penyidik harus menggunakan sebanyak mungkin sumber yang ada untuk menemukan kasus yang

ada. Mereka harus kreatif, agresif dan rajin mencari sumber tersebut. . Kadang2 kausus harus dicari

pada fasilitas kesehatan yang mampu menegakkan diagnosis. Praktek Dokter, Klinik, RS, dan

Laboratorium.

Bila wabah hanya menyerang populasi terbatas, misalnya penumpang kapal pesiar, sekolah, tempat

kerja, dan sebagian besar diperkirakan tidak terdiagnosis, dapat dilakukan survey pada seluruh

populasi.

Untuk setiap penyakit yang diselidiki, informasi berikut ini harus dikumpulkan dari setiap kasus:

1. Data Identitas : nama, alamat, nomor telepon, yang memungkinkan untuk menghubungi penderita

guna mendapatkan informasi tambahan dan memberitahukan hasil pemeriksaan laboratorium. Alamat

penderita juga digunakan untuk memetakan wilayah yang terserang.

2. Data Demografi : Umur, Sex, Ras, Pekerjaan yang memberikan cirri orang dari populasi yang

beresiko

3. Data Klinis : Memungkinkan penilaian terhadap kesesuaian kasus dengan defenisi kasus yang

ditetapkan. Waktu timbulnya gejala pertama memungkinkan pola kejadian informasi klinis tambahan

yang membantu mengambarkan spectrum penyakit.

4. Informasi Faktor Resiko: Harus dibuat khusus untuk setiap penyakit, misalnya dalam penyelidikan

penyakit Hepatitis A, harus dipastikan sumer air dan makanan yang dikonsumsi penderita

5. Informasi Pelapor : Memungkinkan untuk mencari informasi tambahan atau memberikan umpan

balik tentang hasil penyelidikan.

Langkah 5 : Epidemiologi Deskriptif

Setelah data terkumpul, wabah dapat digambarkan berdasarkan variable Orang, Tempat, dan Waktu.

Pengambaran Suatu wabah berdasarkan ketiga variable tersebut disebut Epidemiologi Deskriptif.

Page 8: investiasi wabah

Sebaiknya Epidemiologi Deskriptif ini dilakukan sedini mungkin dalam penyelidikan dan

memperbaharuinya setiap kali ada tambahan data. Untuk mempercepat pelaksanaan penyelidikan,

kesalahan dan petunjuk harus ditemukan sedini mungkin.

Langkah 6: Membuat Hipotesis

Langkah konsepsual berikutnya adalah memfolrmulasikan hipotesis, yang tersebut harus mencakup

sumber agen penyakit, cara penularan (dan alat penularan atau vekltor), dan pemaparan yang

mengakibatkan sakit.

Hipotesis dapat dikembangkan dengan berbagai cara

1. Mempertimbangkan berbagai pemberitahuan tentang penyakit yang diamati: Apa reservoir utama

agen penyakitnya? Bagaimana cara penularannya? Bahan apa yang biasa menjadi alat penularannya?

Apa saja factor yang meningkatkan resiko tertular

2. Wawancara dengan beberapa penderita. Pembicaraan menyangkut kemungkinan pemaparan

hendaknya terbuka dan meluas.

3. Dalam penyelidikan yang sulit yang tidak banyak menghasilkan petunjuk, penyelidik

mengumpulakn beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan.

4. Penyelidik kadang kala mengunjungi rumah penderita untuk menemukan petunjuk.

5. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat. Petugas tahu tentang kondisi masyarakat disini

serta kebiasaannya dan sering mempunyai hipotesa berdasarkan pengetahuannya.

6. Epidemiologi Deskriptif seringkali menghasilkan hipotesa

Langkah 7 : Menilai Hipotesis

Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan slah satu dari dua metode berikut : (1)

Membandingkan hipotesis dengan Fakta yang ada, atau (2) Analisis Epidemiologi untuk

mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidikan peran kebetulan.

Cara pertama boleh digunakan bila bukti klinis, laboratories, pemaparan dan atau epidemiologi jelas

menunjang hipotesis, maka tidak perlu diuji secara formal.

Dalam Beberapa keadaan, kejadian tidak sedemikian jelasnya sehingga dibutuhkan analisis

Epidemiologi analitik untuk menguji hipotesis. Kunci dari Epidemiologi analitik adalah adanya

kelompok pembanding. Dengan adanya kelompok pembanding dapat diukur besarnya hubungan

antara pemaparan dan penyakit, dan diuji hipotesis tentang hubungan sebab dan akibat. Analisis

cermat terhadap sekelompok kasus saja tidak cukup untuk uji hubungan sebab-akibat ini, kelompok

pembanding merupakan suatu keharusan. Kelompok pembanding dibutuhkan dalam penelitian Kohort

dan Kasus Kontrol.

Langkah 8 : Memperbaiki Hipotesis dan Mengadakan Penelitian Tambahan

Sayangnya penelitian analsisis ini seringkali tidak berhasil mengungkapkan penyebab kejadian. Hal

ini terjadi apabila hipotesis yang dikembangkan dari semula tidak mempunyai dasar yang kuat. Bila

Epidemiologi analitik tidak mengungkap apapun, maka hipotesis yang telah disusun harus

dipertimbangkan kembali. Inilah waktu yang tepat untuk mengumpulkan beberapa penderita untuk

menemukan kesamaan dan mengunjungi meraka untuk mencari petunjuk dirumah mereka.

Akhirnya , ingat bahwa salah satu alas an dari mengadakan penyelidikan wabah adalah penelitian

Page 9: investiasi wabah

Langkah 9: Melaksanakan Pengendalian dan pencegahan

Hampir semua penyelidikan suatu wabah, tujuan utama adalah pengendalian dan pencegahan.

Walaupun pengendalian ini dibahas sebagai langkah ke-9, pengendalian seharusnya dilaksanakan

secepat mungkin. Namun upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber

wabah diketahui. Pada umumnya upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah

dalam penularan penyakit.

Upaya pengendalian dapat diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya. Misalnya

suatu wabah dapat diatas dengan membuang makanan yang tercemar, mensterilkan air yang tercemar,

atau menghilangkan tempat perindukan nyamuk, atau meliburkan tukang masak yang terinfeksi dan

mengobatinya.

Akhirnya pada beberapa wabah, upaya pengendalian diarahkan pada meningkatkan ketahanan

pejamu. Contohnya adalah imunisasi terhadap rubella dan penggunaan kemoprofilaksis terhadap

malaria.

Langkah 10: Menyampaikan Hasil Penyelidikan

Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat setempat

dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan

pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyamapin penyelidikan diantaranya

•         Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan

•         Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat

dipertahankan secara ilmiah

•         Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah

(pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran)

•         Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan

•         Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila

terjadi hal yang sama di masa datang .

INVESTIGASI WABAH

Langkah-Langkah dalam Penyelidikan kegiatan Penanggulangan Wabah

 

Investigasi/Penyelidikan KLB/Wabah

Adalah suatu kegiatan untuk memastikan adanya KLB/Wabah, mengetahui penyebab, mengetahui sumber penyebaran, mengetahui faktor resiko dan menetapkan program penanggulangan KLB. Penanggulangan KLB/wabah adalah suatu kegiatan yang bertujuan menangani penderita, mencegah perluasan KLB/wabah, mencegah terjadinya penderita/kematian baru pada saat terjadinya KLB/wabah.

Langkah-langkah investigasi KLB/wabah.

1. Persiapan dikelompokkan menjadi tiga kategori:1. Investigasi             : pengetahuan ilmiah, perlengkapan dan alat

Page 10: investiasi wabah

2. Administrasi          : prosedur administrasi termasuk ijin dan pengaturan perjalanan.3. Konsultas              : peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan.4. Memastikan adanya wabah

Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan membandingkan jumlah saat ini dengan jumlah beberapa minggu atau bulan atau periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya.

Sumber informasi :

1. Catatan surveilans2. Catatan keluar RS, statistic kematian, register, dll.3. Data wilayah di dekatnya atau data rasional.4. Survey5. Memastikan diagnosis

1. Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan pemastian adanya wabah.2. Jika penyebab penyakit sudah diberitahukan oleh tenaga kesehatan setempat, lakukan

pemeriksaan kembali untuk meyakinkan diagnosis.3. Pemeriksaan laboratorium.4. Bila gejala sama dan 15-20 % mendapat konfirmasi lab tidak perlu pemeriksaan lab.5. a. Membuat definisi kasus

1). meliputi kriteria klinis yang dibatasi oleh waktu, tempat dan orang.

2). criteria klinis adalah tanda yang sederhana dan objektif

3). jenis dibagi tiga : pasti (confirmed), mungkin (probable) dan meragukan (possible)

4a. 1. Penyakit yang sudah jelas diagnosisnya :

a). Masa inkubasi

b). Cara penularan

4a. 2. Penyakit yang belum diketahui diagnosisnya

a). Ada dugaan tentang peristiwa penyebab wabah tetap harus dapat diterima akal sehat.

b). Cari peristiwa lain yang lebih memungkinkan.

c). Diperlukan kemampuan, kecerdasan serta kecermatan akal sehat (common sense) dari penyelidik

d). Beberapa patokan dapat dipakai:

i. Pencemaran air atau makanan gangguan pencernaan.

ii. Penyakit- penyakit saluran pernapasan, kulit, mata dan selaput lender.

iii.Luka atau lesi pada kulit akibat binatang atau serangga. Contohnya penyakit kulit akibat tomcat. Jadi dari ciri-ciri yang ditimbulkan oleh racun binatang tersebut kita dapat mengetahui bahwa penyakit kulit tersebut dsebabkan oleh tomcat.

b. Menemukan dan menghitung kasus

Page 11: investiasi wabah

1)      Kasus yang dilaporkan harus mewakili kasus yang sesungguhnya ada.

2)      Penyelidik harus menggunakan sebanyak mungkin sumber yang ada untuk menemukan tambahan kasus.

3)      Sumber data ; praktek dokter, rumah sakit dan laboratorium

4)      Jika pada tempat terbatas maka lakukan survey pada seluruh populasi.

1. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)1. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu bertujuan untuk melihat secara

kronologis waktu timbulnya kejadian penyakit dalam hari, minggu, bulan, jam (pada kasus-kasus tertentu), memperkirakan waktu penyebaran dan cara-cara penyebaran. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu disajikan dalam bentuk kurve epidemic. Contoh kurva epidemic dapat dilihat pada gambar 3.8.

Ciri-ciri kurva epidemic:

1)   Berbentuk histogram

2)   Dapat digunakan untuk memperkirakan cara penularan penyakit

3)   Dapat memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit

4)   Informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama pada masing-masing kasus

5)   Untuk masa inkubasi yang pendek (dapat dilihat dari jam timbulnya gejala)

6)   Pilih skala untuk aksis-X

7)   Masa pra wabah

Jenis Kurve Epidemik

Berdasarkan sifatnya maka KLB / wabah dapat dibagi dalam dua bentuk utama yaitu

1. Common Source

Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok menyeluruh dan terjadinya dalam wakturelatif singkat (sangat mendadak).

Common source sendiri dibedakan menjadi dua yaitu :

a)      Point Source Epidemic (kurva epidemic dengan satu puncak) yaitu wabah yang terjadi akibat pemaparan dalam waktu yang singkat dengan sumber penularan tunggal.Contohnya kejadian keracunan dan polusi.

b)   Intermittent Common Source Epidemic (kurva epidemic denggan beberapa puncak ) yaitu wabah yang terjadi akibat pemaparan. Contohnya kejadian diare dan disentri.

1. Propagated atau Progressive Epidemic

Page 12: investiasi wabah

Adalah suatu bentuk epidemic yang terjadi karena penularan dari orang ke orang baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui udara, makanan maupun vector. Biasanya kejadian epidemic seperti ini relative lebih lama waktunya sesuai dengan sifat penyakit serta lamanya masa intubasi. Selain itu juga dipengaruhi oleh kepadatan dan penyebaran anggota masyarakat yang rentan terhadap penyakit tersebut.

b. Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat kejadian bertujuan untuk menunjukkan distribusi kejadian penyakit menurut daerah geografis atau tempat sehingga nantinya dapat ditentukan kemaparan terhadap sumber penyakit atau penyebab terjadinya kejadian dan cara penyebarannya. Data yang dikumpulkan tergantung dari jenis penyakitnya yaitu dapat berupa karakteristik geografis, keadaan sanitasi lingkungan, sumber air bersih, kebiasaan tertentu, dsb. Tergantung dari jenis penyakitnya.

1. Gambaran kejadian wabah berdasarkan cirri orang yang terserang bertujuan untuk mengetahui kelompok individu yang rentan terhadap suatu penyakit dan kelompok individu yang mempunyai resiko menderita suatu penyakit. Data berdasarkan crri orang biasanya bersifat spesifik menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.

6. Membuat hipotesis

7. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan kasus control)

8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan

9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan.

10.Menyampaikan hasil penyelidikan.

 

KLB penyakit menular merupakan indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah, atau dapat berkembang menjadi suatu wabah. Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tdak ada/dikenal.2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut-turut

menurut jenis penyakitnya (jam,hari, minggu).3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode

sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih

dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih

dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.6. Case fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan

kenaikan 50% atau lebuh dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.7. Proportional rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua atau

lebih dibandingkan periode kurun waktu atau tahun sebelumnya.8. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus: cholera dan demam berdarah dengue.

1. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)2. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya

daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.