HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

20
HAND OUT Mata Kuliah : EPIDEMIOLOGI Kode Mata Kuliah : BD. 214 Waktu Pertemuan : 1 x 60 menit Dosen : Listyana Wahyu Handayani Referensi : 1. Buston M.N, 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta ; Rineka Cipta. 2. Azwar, A. 1989. Penanggulangan Wabah Oleh Puskesmas. Jakarta : Binarupa. 3. Sutrisna, B. 1990. Epidemiologi Lanjut Volume I. Jakarta : Dian Rakyat 4. FKM. 1990. Pendekatan Epidemiologi dan Suveilans P2M. Jakarata : Depkes RI. 5. Mardiah, dkk. 2010. Epidemiologi untuk Kebidanan. Jakarta : EGC. 6. Noor, N. 2000. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular Cetakan Pertama. Jakarta : Rineka Cipta. I. Pengertian Wabah Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah terjadinya kasus atau kematian yang terbatas pada kelompok masyarakat tertentu selama periode waktu singkat yang jelas melebihi perkiraan

Transcript of HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

Page 1: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

HAND OUT

Mata Kuliah : EPIDEMIOLOGI

Kode Mata Kuliah : BD. 214

Waktu Pertemuan : 1 x 60 menit

Dosen : Listyana Wahyu Handayani

Referensi :

1. Buston M.N, 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta ; Rineka Cipta.

2. Azwar, A. 1989. Penanggulangan Wabah Oleh Puskesmas. Jakarta : Binarupa.

3. Sutrisna, B. 1990. Epidemiologi Lanjut Volume I. Jakarta : Dian Rakyat

4. FKM. 1990. Pendekatan Epidemiologi dan Suveilans P2M. Jakarata : Depkes RI.

5. Mardiah, dkk. 2010. Epidemiologi untuk Kebidanan. Jakarta : EGC.

6. Noor, N. 2000. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular Cetakan Pertama. Jakarta

: Rineka Cipta.

I. Pengertian Wabah

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah terjadinya kasus atau kematian yang terbatas

pada kelompok masyarakat tertentu selama periode waktu singkat yang jelas melebihi

perkiraan normal. Di Indonesia istilah wabah mempunyai implikasi administrasi dan

politis serta terkait perundang-undangan (UU wabah). Apabila suatu kejadian dinyatakan

sebagai wabah, maka harus ada konsekuensi menggerakkan sumber daya secara

sungguh-sungguh.

II. Bentuk Wabah

Menurut sifatnya wabah dapat dibagi dalam dua bentuk utama yakni: bentuk

common source dan bentuk propagated atau progressive. Secara umum, kedua bentuk

wabah ini dapat dibedakan dengan membuat grafik penyebaran kasus/kejadian

berdasarkan waktu mulainya sakit (waktu onset) yang biasanya disebut kurva epidemi.

1. Common Source Epidemic

Keadaan wabah dengan bentuk common source (CSE) adalah suatu letusan

penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok

Page 2: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

secara menyeluruh dan terjadinya dalam waktu yang relatif singkat (sangat

mendadak). Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung sangat

cepat dalam waktu yang sangat singkat (point of epidemic atau poit source of

epidemic), maka resultan dari semua kasus/kejadian berkembang hanya dalam satu

masa tunas saja. Pada dasarnya dijumpai bahwa pada CSE kurva epidemi mengikuti

suatu distribusi normal, sehingga dengan demikian bila proporsi kumulatif kasus

digambarkan menurut lamanya kejadian sakit (onset) akan berbentuk suatu garis

lurus. Median dari masa tunas dapat ditentukan secara mudah dengan membaca waktu

dari setengah (50%) yang terjadi pada grafik. Dalam hal ini, pengetahuan tentang

median dari masa tunas dapat menolong kita dalam mengidentifikasi agent penyebab,

mengingat tiap jenis agent mempunyai masa tunas tertentu.

Pada gambar berikut ini (garnbar 9) memperlihatkan waktu onset penyakit dari

suatu kejadian letusan wabah keracunan makanan (food intoxication) pada suatu

asrama mahasiswa tugas belajar. Melihat cepatnya naik dan turun dari kurva epidemi

tersebut tampaknya sangat sesuai dengan sifat dari suatu point source epidemic.

Gambar 9

Jika bahan perantara (vehicle) atau sumber epidemi (termasuk makanan, air

maupun udara) masih memungkinkan epidemi terus berlangsung, maka keadaan akan

menjadi lebih kompleks. Mengingat bahwa kurva epidemi terbentuk dari keterpaparan

berganda pada walctu yang berbeda dan disertai dengan masa tunas yang bervariasi,

Page 3: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

maka puncak kurva akan kurang memperlihatkan puncak yang tajam dan letusan

penyakit akan berlangsung lebih lama.

Gambar 9 tersebut di atas adalah kejadian letusan pada suatu asrama mahasiswa

setelah mereka makan bersama pada suatu pesta wisuda yang dilakukan pada tanggal

10 September jam 19.00 malam. Lebih dari seratus hadirin yang ikut makan bersama,

ternyata 78 orang mengalami keracunan makanan dengan gejala diare ringan dan

sedang yang kajadiannya sangat singkat yakni sekitar 2 jam setelah pesta dimulai dan

kasus terakhir adalah pada jam 15.00 keesokan harinya.

Penyebaran insidens kasus pada gambar di atas menunjukkan gambaran dengan

satu puncak epidemi. Sedang jarak kejadian antara kasus dengan kasus lainnya

menunjukkan waktu yang sangat pendek hanya dalam jam. Dalam hal ini perbedaan

jarak antara waktu keterpaparan (waktu pesta/waktu makan) dengan waktu timbulnya

gejala pertama pada individu dapat disebabkan karena perbedaan daya tahan

perorangan, tetapi dapat pula karena perbedaan dosis yang dimakan terutama jenis

makanan yang mengandung materi penyebab (bakteri atau terutama toksinnya).

Gambar 9 di atas menunjukkan suatu keadaan letusan gastroenteritis yang

disebabkan oleh Clostridium parfringens dengan masa tunas yang bervariasi antara 7

sampai 24 jam setelah keterpaparan dengan frekuensi tertinggi terjadi pada 12 jam

setelah keterpaparan tersebut. Bentuk ini sangat spesifik untuk letusan yang

disebabkan oleh mikroorganisme tersebut.

Dari bentuk letusan yang terjadi biasanya dapat diterka faktor penyebabnya atau

sekurang-kurangnya dari kelompok penyebab yang mana yang menimbulkan wabah

tersebut. Salah satu contoh yang menarik adalah timbulnya letusan pada tahun 1976 di

Philadelphia selama musim panas yakni sewaktu dilakukan suatu konvensi American

Legion. Penelitian wabah yang dilakukan oleh tim ahli menemukan patogen penyebab

yang sebelumnya belum dikenal yakni Legionella pneumophili. Tetapi setelah

dipelajari dan dianalisis sifat epidemiologis wabah, maka dikemukakan bahwa

penyakit seperti ini bukanlah sesuatu yang baru tetapi sebenarnya organisme ini telah

menimbulkan beberapa wabah yang sama sebelumnya. Dengan demikian maka sejak

terjaditiya wabah di Philadelphia tahun 1916 tersebut dengan 221 penderita dan 34

orang meninggal, maka beberapa letusan lainnya dapat segera dikenal. Sejak adanya

letusan penyakit tersebut di Philadelphia, maka secara epidemiologis telah ditemukan

berbagai informasi tentang penyakit tersebut yang ternyata sudah sering terjadi letusan

pada beberapa tempat walaupun dalam keadaan yang lebih ringan dengan angka

Page 4: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

kematian yang rendah sekali. Di samping itu, diketemukan pula berbagai gambaran

sifat epidemiologis penyakit ini seperti angka insidensi lebih tinggi pada pria dari

pada wanita, serta beberapa faktor lain ikut mempengaruhi kejadian penyakit ini.

Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh faktor penyebab

bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum seperti adanya zat beracun

polusi zat kimia yang beracun di udara terbuka.

2. Propagated atau Progressive Epidemic

Bentuk epidemi ini terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang, baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui udara, makanan maupun vektor.

Kejadian epidemi semacam ini relatif lebih lama waktunya sesuai dengan sifat

penyakit serta lamanya masa tunas. Juga sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk

serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan terhadap penyakit tersebut. Masa

tunas penyakit tersebut di atas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak bahwa masa

epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu

sampai pada saat di mana jumlah anggota masyarakat yang rentan mencapai batas

yang minimal. Pada saat sebagian besar anggota masyarakat sudah terserang penyakit

maka jumlah yang rentan mencapai batas kritis, sehingga kurva epidemi mulai

menurun sampai batas minimal.

Bila kita membandingkan kedua bentuk epidemi tersebut di atas, maka jelas

tampak perbedaan terutama dalam kurva epidemi menurut waktu. Pada letusan

dengan bentuk common source epidemic, tampak kurva epidemi yang meningkat

secara cepat dan juga menurun sangat cepat dalarn batas satu masa tunas saja,

sehingga angka serangan kedua (secundary attack rate) tidak dijumpai pada bentuk

ini. Di lain pihak, bentuk kurva epidemi pada propagated epidemic berkembang lanjut

dan melampaui satu masa tunas. Pada keadaan tertentu dengan sistem surveillans yang

baik, kita dapat menentukan turunan dan setiap kasus pada angka serangan

berikutnya. Namun demikian, kadang-kadang terjadi variasi masa tunas yang dapat

mengaburkan pola epidemi yang terjadi.

Selain dari kedua bentuk epidemi tersebut di atas, masih dikenal pula bentuk

epidemi lain yang dihasilkan oleh penyakit menular yang penyebarannya melalui

vektor (vector borne epidemics). Bentuk epidemi ini biasanya agak sarna kecilnya

dengan area dari common source epidemic, tetapi dalam lingkaran penularannya dapat

dijumpai peranan zoonosis, manusia, atau campuran dari keduanya sebagai sumber

Page 5: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

penularan kepada vektor. Kebanyakan wabah vector borne mempunyai lingkaran

penularan berganda antara vektor dan host sebelum cukup banyak kasus manusia yang

terserang untuk dapat dinyatakan sebagai suatu wabah.

Ada kemungkinan di mana kita sulit untuk menentukan keadaan dan sifat suatu

epiderni dengan hanya berdasarkan pada kurva epidemi semata. Umpamanya suatu

kurva yang khas sebagai bentuk point source/common source rnungkin dipengaruhi

oleh perkembangan terjadinya kasus sekunder, yang terjadi karena berlanjutnya

kontaminasi dengan sumber penularan atau mungkin pula oleh karena lamanya dan

adanya variasi dari masa tunas. Di lain pihak pada penyakit influenza klasik,

umpamanya yang bersifat propagated dengan masa tunas yang relatif pendek dan sifat

infestisitas yang cukup tinggi, dapat menghasilkan kurva epidemi yang cepat naik dan

cepat pula turun sehingga mirip dengan kurva common source epidemic. Namun

demikian sifat penyebaran penyakit menurut tempat (penyebaran geografis) dapat

membantu kita untuk membedakan kedua jenis epidemi tersebut. Dalam hal ini,

bentuk propagated lebih cenderung memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai

dengan urutan generasi kasus.

Page 6: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

Sebenarnya bila kita menganalisis secara luas maka awal dari suatu wabah pada

dasarnya lebih banyak ditentukan oleh perilaku pejamu, dibanding dengan sifat

infeksi/penularan maupun sifat kimiawi dari produk mikro-organisme. Seperti halnya

dengan agent infeksi, maka ide serta pola tingkah laku dapat pula disebarkan dari

orang ke orang. Kemampuan penularan dari pola tingkah laku telah diamati sejak

lama, mulai dari tarian kegilaan (dancing maniac) pada abad pertengahan sampai pada

ledakan gejala histeris pada akhir-akhir ini yang memberikan suatu sifat yang mudah

menular dalam masyarakat. Penyalahgunaan obat terlarang dewasa ini merupakan

suatu fenomena tingkah laku dewasa ini dan dapat menyebarkan berbagai bentuk

penyakit menular yang sebelumnya tidak diketahui cara penyebarannya. Sebagai

contoh, penyakit hepatitis B dan malaria telah menyebar dan meluas melalui berbagai

alat yang digunakan dalam penggunaan obat. Perkembangan kasus tidak hanya

torgantung pada penularan dari orang ke orang, tetapi juga erat hubungannya dengan

kuatnya ikatan atau kebersamaan dalam kelompok tertentu. Kebiasaan yang berkaitan

erat dengan penggunaan obat melalui suntikan, atau merokok, adalah sama

peranannya dengan efek pisiologis pada tingkat awal penyakit.

Secara konseptual dan secara teoretis maka rantai peristiwa pada suatu letusan

common source (common vehicle) epidemic relatif tampaknya sangat sederhana.

Dengan melakukan pengamatan yang berkesinambungan terhadap keterpaparan

umum, maka pada suatu saat sejumlah tertentu dari mereka yang terpapar tersebut

akan menderita penyakit (tidak seluruhnya). Penderita yang muncul dari kelompok

tersebut mempunyai waktu sakit (onset) yang berbeda-beda sesuai dengan rentangan

masa tunas kejadian penyakit tersebut.

Sedangkan pada epidemi bentuk propagated/progressif, upaya penentuannya

akan lebih sulit. Hal ini terutama disebabkan karena tingkat penularan

penyakit/infeksi dari orang ke orang yang potensial lainnya sangat tergantung kepada

berbagai faktor, terutama jumlah orang yang kebal/rentan (peka) dalam populasi

tersebut (keadaan herd immunity). Di samping itu, juga sangat dipengamhi oleh

kepadatan penduduk serta mobilitas penduduk setempat.

III. Langkah-langkah dalam Penyelidikan

Kerangka Penyelidikan Suatu Wabah.

Langkah-langkah :

1) Tetapkan diagnosa.

Page 7: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

Untuk ini dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratoris untuk memastikan diagnosa.

Selalu harus mempertimbangkan apakah laporan permulaan benar. Perlu

menetapkan kriteria untuk menentukan seseorang sebagai kasus. Bergantung pada

masalah. yang tengah diselidiki, klasifikasi kasus didasarkan atas gejala, hasil

laboratorium, atau kedua-duanya.

2) Tetapkan adanya suatu wabah.

Tunjukkan adanya kelebihan kasus pada waktu ini dibandingkan dengan waktu-

waktu yang lalu.

3) Uraikan wabah dalam hubungannya dengan orang, tempat, dan waktu. Buatkan

kurve wabah (epidemic curve).

Letakkan kasus-kasus ke dalam peta. (spot map).

Buatlah tabulasi penyebaran kasus-kasus menurut sifat-sifat orang yang terserang,

menurut umur, kelamin, pekerjaan dan lain-lain sifat yang relevan.

4) Rumuskan dan ujilah hipotesa terjadinya wabah.

Tunjukkan bentuk wabah, apakah dari orang ke orang atau berasal dari satu sumber.

Dengan pengetahuan yang telah didapat tentukanlah siapa yang mempunyai risiko

yang tertinggi untuk mendapat serangan penyakit.

Pertimbangkan kemungkinan-kemungkinan sumber-sumber dari mana penyakit

berasal.

Bandingkan kasus-kasus dan penduduk lainnya yang tidak terserang (kontrol) dari

segi pemaparan terhadap sumber yang tersangka. Lakukanlah uji statistik untuk

menentukan sumber penularan yang mungkin. Bila memungkinkan usahakanlah

pemeriksaan laboratoris untuk memastikan hasil penyelidikan epidemiologi.

5) Carilah kalau ada kasus-kasus lain yang belum diketahui, dan buatlah uraian

deskriptip bagi mereka seperti yang sudah-sudah.

Page 8: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

6) Analisa data.

7) Tentukanlah apakah fakta-fakta yang telah dikumpulkan mendukung hipotesa

terjadinya wabah.

8) Buatlah laporan penyelidikan wabah, yang memuat pembahasan mengenai faktor-

faktor yang menyebabkan wabah, penilaian terhadap usaha-usaha pemberantasan

yang telah dilakukan, dan rekomendasi-rekomendasi untuk pencegahan di waktu-

waktu mendatang.

IV. Kegiatan Penanggulangan Wabah

Menaggulangan Wabah

Ada beberapa langkah prosedur kerja epidemiologi dalam suatu kejadian wabah,

sebagai berikut:

1. Tentukan adanya suatu wabah.

a. Tentukan tingkat penularan sekarang yang memerlukan penelitian. Tentukan

kriteria untuk memulai penyelidikan dan pakai kriteria untuk memulai

penyelidikan.

b. Pastikan atau. tegakkan diagnosis untuk semua kasus yang diketahui dan diduga.

Tentukan kriteria yang akan dipakai untuk menentukan dan rnengklasifikasikan

kasus untuk analisis kasus pasti, kasus mungkin, dan kasus dugaan. Pastikan

bahwa untuk semua kasus,

• Pemeriksaan klinis telah dilakukan

• Penyebab penyakit sudah atau belum ditentukan

• Tes diagnosis yang sesuai telah atau sedang dilakukan.

• Perhitungan kasus dilakukan secara tepat, tentukan informasi yang

diperlukan dan sumber informasi dan hubungan sumber dan peroleh

informasi yang perlu.

Page 9: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

• Tentukan kelompokk resiko tinggi. Tentukan penyebaran kasus (gunakan

kriteria yang ditegakkan menurut waktu, tempat dan orang) dan populasi asal

kasus.

• Tentukan apakah insiden yang sekarang mewakili suatu wabah atau keadaan

lain yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

2. Gambarkan ciri-ciri wabah

3. Analisis dan interpretasi data

4. Rumuskan Hipotesis

5. Tes Hipotesis

6. Sarankan dan sebar laporan epidemik

7. Nilai prosedur penyelidikan

Page 10: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

GBPP

NAMA MATA KULIAH : EPIDEMIOLOGI

KODE MK : Bd. 214

BEBAN STUDI : 2 SKS (T=1; P=1)

PENEMPATAN : SEMESTER IV

A. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami

tentang epidemiologi, dengan pokok bahasan : definisi dan ruang lingkup epidemiologi,

konsep dasar timbulnya penyakit, epideniiologi deskriptif, cara pengukuran angka

kesakitan dan angka kematian, penyelidikan wabah, penemuan penyakit dengan cara

screening serta pencatatan dan pelapora‘n.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan definisi dan ruang lingkup epidemiologi

2. Menjelaskan konscp dasar timbulnya penyakit

3. Menjelaskan epidemiologi deskriptif

4. Menghitung cara pengukuran angka kesakitan dan angka kematian

5. Menghitung indikator keberhasilan

6. Melakukan simulasi mengenai penyelidikan wabah

7. Menjelaskan penemuan penyakit secara Screening

8. Melakukan sistem pencatatan dan pelaporan

C. PROSES PEMBELAJARAN

T : Dilaksanakan di kelas dengan rnenggunakan ceramah, .diskusi, seminar dan

penugasan.

P : Dilaksanakan di kelas, laboratorium (baik di kampus maupun dilahan praktek)

dengan menggunakan metoda simulasi, demonstrasi, role play dan bed side

teaching.

D. EVALUASI

Teori

1. Ujian Tengah Semester : 20%

2. Ujian Akhir Semester : 50%

Page 11: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

3. Pcnugasan : 30%

Praktikum : 50%

E. BUKU SUMBER

Buku Utama

1. M.N. Buston, 1997, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta

2. M.N. Buston, 1997, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta

3. Azrul Azwar, 1989, Penatiggulangan Wabah oleh Puskesmas, Binarupa, Jakarta

Buku Anjuran

1. Noor Nasri N, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Rineka Cipta,

Jakarta

2. Noor Nasri N, 1997, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta

3. Bhisma, Murti, 1997, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

4. Sutrisna, B, 1990, Epidemiologi Lanjut Volume I, Dian Ra‘kyat, Jakarta

5. FKM, 1990, Pendekatan Epidemiologi dan Surveilans, P2M, Depkes RI, Jakarta

6. Pusdiklat Pegawai, Depkes RI, Dasar-dasar Ilmu Kesehatan I Epidemiologi,

Demografi dan Aplikasinya pada Praktik Keperawatan.

Page 12: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

RINCIAN KEGIATAN

NO.TUJUAN PEMBELAJARAN

KHUSUSPOKOK/SUB POKOK PEMBAHASAN

WAKTUSUMBER

T P K

1.

2.

3.

4.

Pada akhir perkuliahan mahasiswa

dapat :

Menjelaskan definisi dan ruang

lingkup epidemiologi

Menjelaskan konsep dasar

timbulnya penyakit yang

berhubungan dengan sasaran KIA

Menjelaskan epidemiologi dan

deskripsi yang terkait dengan

sasaran pelayanan KIA

Menjelaskan epidemiologi dan

aplikasinya dalam kebidanan

1.4 Definisi dan ruang lingkup epidemiologi

1.4.1 Pengertian

1.4.2 Tujuan

1.4.3 Ruang lingkup

2.1 Konsep dasar timbulnya penyakit

2.1.1 Host

2.1.2 Agent

2.1.3 Environment

3.1 Epidemiologi deskriptif

3.1.1 Definisi

3.1.2 Ruang lingkup

4.1 Epidemiologi dalam pelayanan kebidanan

4.1.1 Pengertian, Tujuan/kegunaan

4.1.2 Terjadinya penyakit/masalah kesehatan

4.1.3 Faktor resiko terjadinya masalah

kesehatan

4.1.4 Ukuran-ukuran epidemiologi

2 jam

2 jam

2 jam

2 jam

-

-

2 Jam

8 jam

-

-

-

-

BU 1

BU 2

BU 2, 3

BA 1

B 2, 3, 6

BA 5, 6

Page 13: HAND OUT Kejadian Luar Biasa Wabah

5.

6.

7.

Menjelaskan simulasi mengenai

penyelidikan wabah

Menjelaskan tentang screening

Menjelaskan pencatatan dan

pelaporan dengan sistematis.

4.1.5 Surveilence epidemiologi

5.1 Penyelidikan wabah

5.1.1 Pengertian

5.1.2 Bentuk wabah

5.1.3 Langkah-langkah dalam penyelidikan

5.1.4 Kegiatan penanggulangan wabah

6.1 Penemuan penyakit secara Screening

6.1.1 Pengertian

6.1.2 Tujuan

6.1.3 Cara melakukan screening

6.1.4 Test diagnostik

6.1.5 Peralatanyang digunakan

6.1.6 Cara menyimpulkan hasil screening

6.1.7 Intervensi terapetik

7.1 Pencatatan dan Pelaporan

7.1.1 Pengertian

7.1.2 Bentuk dan isi

7.1.3 Pembuatan laporan

4 jam

2 jam

2 jam

10 jam

8 jam

4 jam

-

-

-

BU 1, 3

BA 4, 5

Bu 1

BA 1, 2, 5

BA 5

JUMLAH 16 jam 32 jam