interaksi obat dalam gastrointestinal

48
makalah interaksi obat Interaksi obat dalam gastrointestinal KELOMPOK 3 Wida Maulidiyah 10334038 Dosen Pembimbing : Dra. Refdanita ,Msi, Apt. PROGRAM STUDI ILMU FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page i

description

interaksi obat

Transcript of interaksi obat dalam gastrointestinal

makalah interaksi obat

Interaksi obat dalam gastrointestinal

KELOMPOK 3

Wida Maulidiyah 10334038

Dosen Pembimbing :

Dra. Refdanita ,Msi, Apt.

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2013

KATA PENGANTAR

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page i

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas interaksi

obat ini. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah

interaksi obat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih memiliki banyak kekurangan

karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca

sangat penulis harapkan. Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis akan

mendapatkan berkah dan pahala dari Allah SWT. Dan makalah ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis, serta pembaca pada umumnya. Amin.

Jakarta,7 Oktober 2013

Penulis

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan masalah 4

1.3 Tujuan Penulisan 5

1.4 Manfaat Penulisan 5

1.5 Metode Penulisan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Sistem Gastrointestinal 6

2.2 Interaksi Obat 10

BAB III PEMBAHASAN 19

3.1 Interaksi Gastrointestinal 19

3.2 Interaksi antara Obat dengan Makanan 20

3.3 Pembagian Obat-obatan dan Mekanisme kerja 21

3.4 Tabel interaksi obat dan contoh obat dipasaran 26

BAB IV PENUTUP 32

Kesimpulan 32

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan terdapat

faktor interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari

lingkungan, atau dengan obat lain. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau

merugikan. Interaksi menguntungkan misalnya, penisilin dengan probenesid : probenesid

menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin dalam

plasma dan dengan demikian meningkatkan efektivitasnya dalam terapi.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik jika berakibat meningkatkan toksisitas

dan/atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, jadi terutama jika yang menyangkut obat

dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah atau slope log DEC yang

curam), misal glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Demikian juga interaksi

yang menyangkut obat-obat yang biasa digunakan atau yang sering diberikan bersama tentu lebih

penting daripada obat yang jarang dipakai (farmakologi, 2007). Inkompatibilitas terjadi di

luar tubuh antara obat yang tidak dapat dicampur.Pencampuran oba t demik ian

menyebabkan t e r j ad inya in t e raks i l angsung seca ra kimiawi atau fisik, sehingga

menyebabkan pembentukan endapan,  perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga

tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dalam makalah Interaksi obat dalam gastrointestinal

membahas tentang interaksi dua obat/lebih obat yang diberikan secara bersamaan yang

terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi obat dalam gastrointestinal umumnya

mempengaruhi proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi

yang merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya interaksi obat lainnya.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 4

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Pembahasan mengenai makalah interaksi obat dalam gastrointestinal ini bertujuan untuk

mengetahui apa yang dimaksud dengan interaksi obat dalam gastrointestinal dan memahami

penggunaan obat kombinasi pada gastrointestinal. Selain itu, pengetahuan penulis dapat

bertambah dari pembahasan praktimum yang kita lakukan ini dan bisa menjadi wawasan

awal yang dapat penulis ambil dan kembangkan menjadi pengetahuan yang lebih tinggi lagi

berikutnya.

1.4 MANFAAT PENULISAN MAKALAH

- Dapat mengetahui tentang gastrointestinal

- Dapat mengetahui interaksi obat yang terjadi pada gastrointestinal

- Dapat mengetahui manfaat dari penggunaan obat pada gastrointestinal.

1.5 METODE PEMBUATAN MAKALAH

Penulis mempergunakan metode pustaka dalam menyusun makalah ini. Dalam metode

ini penulis membaca buku dan mencari data – data yang diperlukan dalam pembuatan makalah

tentang interaksi obat dalam gastrointestinal.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SISTEM GASTROINTESTINAL                          

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh

                           Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Mulut- Merupakan jalan masuk sistem pencernaan- Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir- Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah, penciuman

dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung- Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang

(molar)- Ludah (saliva) akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim

pencernaan dan mulai mencernanya serta Ludah juga mengandung antibodi dan enzim.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 6

MULUTTenggorokan (Faring)Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan

Kerongkongan (Oesofagus)Merupakan tabung berotot yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam

lambungMakanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltikdibagi menjadi 3 bagian :a.bagian superiorb.bagian tengah (media)c. bagian inferior

Lambung (Gaster)Merupakan organ otot berongga yang besar dan terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, dan

Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung melalui otot berbentuk cincin (sfincter) yang bisa membuka dan

menutup Lambung berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan emzim-enzim  Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir, asam klorida (HCl), pepsin Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung HCl menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein

dan berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

LAMBUNG

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 7

Usus Halus     Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum)     Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter

Usus dua belas jari (duodenum)•      Adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke

jejunum•      Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus halus•      Lambung melepaskan makanan ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang

bisa di cerna oleh usus halus.usus kosong (jejunum)

•      Adalah bagian kedua dari usus halus, lataknya di antara duodenum dan ileum•      Permukaan dalam jejunum berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang

memperluas permukaan dari usususus penyerapan (ileum)

•      Adalah bagian terakhir dari usus halus dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu (apendix)

•      Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu

USUS HALUS Usus Besar (Kolon)

       terdiri dari :1. kolon asendens (kanan)2. kolon transversum3. kolon desendens (kiri)4. kolon sigmoid         Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan

membantu penyerapan zat-zat gizi  Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 8

USUS BESAR (KOLON)

Usus Buntu (Caecum)          Dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada ileum serta bagian kolon

ascendens dari usus besar

Umbai Cacing (Appendix)      Adalah organ tambahan pada usus buntu.       dalam anatomi manusia appendix adalah ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum     dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm.      banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang

lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik

Rectum & Anus     Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar dan berakhir di anus      Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon

desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk BAB

     Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh     Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup

RECTUM&ANUS

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 9

Pancreas•      Merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :-  Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang akan dilepaskan ke duodenum- Pulau pankreas, menghasilkan hormon yang akan dilepaskan ke dalam darah•      Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi

duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

Hati•     Merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya

berhubungan dengan pencernaan.•     Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan kapiler. Kapiler ini

mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.

Kandung empedu & Saluran empedu•      Empedu memiliki 2 fungsi penting :- Membantu pencernaan dan penyerapan lemak-  Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh

2.2 INTERAKSI OBAT

Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat :

Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengatuhi atau diubah oleh obat lain. Obat presipitan (precipitant drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi atau

efek obat lain.

1. Obat obyek

Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri:

a. Jika terjadi perubahan sedikit saja terhadap dosis obat (kadar obat) akan menimbulkan perubahan besar pada efek klinik. Secara farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva dosis respons yang tajam (curam; steep dose response curve),pengurangan kadar obat sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat klinik (clinical efficacy) dari obat.

b. Obat-obat dengan rasio toksis terapik yang rendah (low toxic:therapeutic ratio), artinya antara dosis toksik dan dosis terapetik mempunyai perbandingan (atau perbedaan) yang

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 10

tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah menyebabkan terjadinya efek toksis.

Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek toksiknya mudah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat dengan lingkup terapetik yang sempit (narrow therapeutic range).

Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi obyek interaksi dalam klinik meliputi,

antikoagulansia: warfarin, antikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi, hipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid, klorpropamid dll, anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll, glikosida jantung: digoksin, antihipertensi, kontrasepsi oral steroid, antibiotika aminoglikosida, obat-obat sitotoksik, obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.

2. Obat presipitan

Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:

a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, dengan demikian akan menggeser ikatan-ikatan protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang tergeser ini (displaced), kadar obat bebasnya dalam darah akan meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat jenis ini, misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain lain.

b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang mempunyai sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) akan mempercepat eliminasi (metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang, misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain. Sedangkan obat-obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme inhibator) akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik, termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 11

c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat golongan diuretika dan lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah jika kita melihat dari segi interaksi farmakokinetika, yakni terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapat bertindak sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

Pada dasarnya Interaksi Obat dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :

1. INTERAKSI FARMASETIKInteraksi ini adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan /

disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita.Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Bentuk interaksi ini ada 2 macam : Interaksi secara fisik, misalnya terjadi perubahan kelarutan, Interaksi secara kimia, misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.

Beberapa cara untuk menghindari interaksi farmasetik ini antara lain :

Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali jika yakin betul bahwa tidak ada interaksi antar obat.

Dianjurkan menghindari pemberian obat bersama-sama melalui infus. Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer leaflet),

untuk melihat peringatan pada pencampuran dan cara pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeks infus dan lain-lain)

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 12

Interaksi obat

Presipitant drug

Objec drug

• Ikatan protein yang kuat

• Inhibitor atau inducer enzim hati

• Dose-response yang curam

• Rasio toksis terapi yang rendah

Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravena atau yang lain, perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari larutan.

Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat yang memang sudah tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidokain dan lain-lain.

Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang sudah dimasukkan, termasuk dosis dan waktunya.

Jika harus memberi infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali jika yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsultasi kepada apoteker rumah sakit.

2. INTERAKSI FARMAKOKINETIKAInteraksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi,

metabolisme, distribusi dan ekskresi suatu obat oleh obat lain. Termasuk dalam hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma, menghambat atau merangsang metabolisme dan memperlambat atau mempercepat ekskresi.

a. Interaksi dalam proses absorpsiInteraksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai cara, misalnya :

Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal karena obat-obat seperti morfin atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat-obat lain.

Pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh senyawa logam sehingga absorpsi akan berkurang karena terbentuk senyawa kompleks yang tidak bias diabsorpsi. Misalnya tetrasiklin dengan senyawa logam berat akan menurunkan absorpsi tetrasiklin. Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya: pada umumnya antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan secara bersama dengan makanan.

b. Interaksi dalam proses distribusiInteraksi dalam proses distribusi terjadi terutama bila obat-obat dengan ikatan protein yang lebih kuat menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada protein plasma. Akibatnya maka kadar obat bebas yang tergusur ini akan lebih tinggi pada darah dengan segala konsekuensinya, terutama terjadinya peningkatan efek toksik. Sebagai contoh, misalnya meningkatnya efek toksik dari antikoagulan warfarin atau obat-obat hipoglikemik (tolbutamid, kolrpropamid) karena pemberian bersamaan dengan fenilbutason, sulfa atau aspirin. Sama halnya pada pemakaian obat-obat dengan ikatan protein yang tinggi pada keadaan malnutrisi (hipoproteinemia), karena kadar protein rendah, maka obat-obat dengan ikatan protein yang tinggi akan lebih banyak dalam keadaan bebas karena kekurangan protein untuk mengikat obat sehingga dengan dosis yang sama akan memberikan kadar obat bebas yang lebih tinggi dan meningkatnya efek toksik. Disamping itu interaksi dalam proses distribusi dapat terjadi bila ada perubahan kemampuan transport atau uptake seluler

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 13

suatu obat oleh karena obat-obat lain. Misalnya obat-obat antidepresan trisiklik atau fenotiasin akan menghambat transport aktif ke akhiran saraf simpatis dari obat-obat antihipertensif (guanetidin, debrisokuin), sehingga mengurangi/menghilangkan efek antihipertensi.

Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan, yaitu :

1) Pemacuan enzim (enzyme induction)Suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi obat tersebut. Kenaikan kecepatan eliminasi (pembuangan atau inaktivasi) akan diikuti dengan menurunnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya. Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolisme obat disebut sebagai enzyme inducer.

Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni:

Rifampisin, Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.

Dari berbagai reaksi metabolisme obat, maka reaksi oksidasi fase I yang dikatalisir oleh enzim sitokrom P-450 dalam mikrosom hepar yang paling banyak dan paling mudah dipicu.

2) Penghambatan enzim (enzyme inhibitor). Metabolisme suatu obat juga dapat dihambat oleh obat lain. Obat-obat yang mempunyai kemampuan untuk menghambat enzim yang memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambat enzim (enzyme inhibitor). Akibat dari penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim metabolisme obat adalah:

kloramfenikol isoniazid simetidin propanolol eritromisin fenilbutason alopurinol, dll.

Tergantung dari jenis obat obyek yang mengalami interaksi, yakni terutama obat dengan lingkup terapi yang sempit, maka interaksi metabolisme dapat membawa dampak merugikan. Umumnya secara ringkas dapat dikatakan bahwa :

Pemacuan enzim akan berakibat kegagalan terapi, karena kadar optimal tidak tercapai.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 14

Penghambatan enzim akan berakibat meningkatnya kadar obat melampaui ambang toksik.

c. Interaksi dalam proses ekskresiInteraksi obat atau metabolitnya melalui organ ekskresi terutama ginjal dapat dipengaruhi oleh obat-obat lain. Yang paling dikenal adalah interaksi antara probenesid dengan penisilin melalui kompetisi sekresi tubuli sehinggan proses sekresi penisilin terhambat, maka kadar penisilin dapat dipertahankan dalam tubuh. Interaksi probenisid dan penisilin adalah contoh interaksi yang menguntungkan secara terapetik. Klinidin juga menghambat sekresi aktif digoksin dengan akibat peningkatan kadar digoksin dalam darah, kira-kira sampai 2 kali, sehingga terjadi peningkatan kejadian efek toksik digoksin. Salisilat menghambat sekresi aktif metotreksat. Obat-obat diuretika menyebabkan retensi lithium karena hambatan pada proses ekskresinya. Furosemid juga dapat meningkatkan efek toksik ginjal dari aminoglikosida, kemungkinan oleh karena perubahan ekskresi aminoglkosida.

3. INTERAKSI FARMAKODINAMIK.Interaksi ini terjadi bila suatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja

fisiologis obat lain. Kemungkinan yang dapat terjadi :

a. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ sinergisme).b. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ).c. Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.

Interaksi farmakodinamik berbeda dengan interaksi farmakokinetik. Pada interaksi farmakokinetik terjadi perubahan kadar obat obyek karena perubahan pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat. Pada interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah. Tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat. Interaksi farmakodinamik dapat dibedakan menjadi, \ Interaksi langsung (direct interaction) \ Interaksi tidak langsung (indirect interaction)

a. Interaksi langsungInteraksi langsung terjadi apabila dua obat atau lebih bekerja pada tempat atau reseptor yang sama, atau bekerja pada tempat yang berbeda tetapi dengan hasil efek akhir yang sama atau hampir sama. Interaksi dua obat pada tempat yang sama dapat tampil sebagai antagonisme atau sinergisme. Interaksi langsung ini dapat terbagi lebih lanjut sebagai berikut.

1) Antagonisme pada tempat yang samaAntagonisme adalah keadaan dimana efek dua obat pada tempat yang sama saling berlawanan atau menetralkan. Banyak contoh interaksi seperti ini, misalnya:

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 15

Pembalikan (penetralan) efek opiat oleh obat nalokson. Pengobatan aritma yang disebabkan intoksikasi antidepresan triklisik dengan

obat fisotigmin. Pengobatan keracunan pestisida organofosfat dengan sulfas atropin untuk

menetralisir efek-efek kolinergik yang terjadi.2) Sinergisme pada tempat yang sama

Sinergisme adalah interkasi di mana efek dua obat yang bekerja pada tempat yang sama saling memperkuat. Walaupun banyak contoh interaksi yang merugikan dengan mekanisme ini tetapi banyak pula interaksi yang menguntungkan secara terapetik.

Contoh-contoh interaksi ini, misalnya:

Efek obat pelemas otot depolarisasi (depolarizing muscle relaxants) akan diperkuat/ diperberat oleh antibiotika aminoglikosida, kolistin dan polimiksin karena keduanya bekerja pada tempat yang sama yakni pada motor end plate otot seran lintang.

Kombinasi obat beta-blocker dan Ca ++-channel blocker seperti verapamil dapat menyebabkan aritmia/asistole. Keduanya bekerja pada jaringan konduksi otot jantung yang sama.

3) Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau hampir sama.Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun tempat kerja ata reseptornya berlainan, kalau diberikan bersamaan akan memberikan efek yang saling memperkuat. Misalnya :

Alkohol dan obat-obat yang berpengaruh terhadap susunan saraf pusat, Antara berbagai obat yang mempunyai efek yang sama terhadap susunan saraf

pusat, misalnya depresi susunan saraf pusat. Kombinasi antibiotika, misalnya penisilin dan aminoglikosida Kombinasi beberapa obat antihipertensi

b. Interaksi tidak langsungInteraksi tidak langsung terjadi bila obat presipitan mempunyai efek yang berbeda dengan obat obyek, tetapi efek obat presipitan tersebut akhirnya dapat mengubah efek obat obyek. Beberapa contoh antara lain :

Interaksi antara obat-obat yang mengganggu agregasi trombosit (salisilat, fenilbutason, ibuprofen, dipiridamol, asam mefenamat, dll.) dengan obat-obat antikoagolan seperti warfarin sehingga kemungkinan perdarahan lebih besar oleh karena gangguan proses hemostasis.

Obat-obat yang menyebabkan perlukaan gastrointestinal seperti aspirin, fenilbutason, indometasin, dan obat – obat antiinflamasi non-steroid yang lain, bila

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 16

diberikan pada pasien-pasien yang sedang mendapatkan antikoagulansia seperti warfarin, maka dapat terjadi perdarahan yang masif dari perlukaan tadi.

Obat-obat yang menurunkan kadar kalium akan menyebabkan peningkatan efek toksik glikosida jantung digoksin. Efek toksik glikosida jantung ini lebih besar pada keadaan hipokalemia. Tetapi sebaliknya hipokalemia akan mengurangi efek klinik obat-obat antiaritmia seperti lidokain, prokainamid, kinidin, dan fenitoin. Obat presipitan yang mengurangi kadar kalium terutama adalah diuretika.

Efek diuresis obat-obat diuretika tertentu seperti furosemid akan berkurang bila diberikan bersama dengan obat – obat antiinflamasi non-steroid seperti aspirin, fenilbutason, ibuprofen, indometasin, dll. Kemungkinan oleh karena penghambatan simtesis prostaglandin oleh obat-obat presipitan tersebut, yang sebenarnya diperlukan untuk menimbulkan efek diuretika furosemid.

Interaksi obat cukup penting untuk diperhatikan namun cenderung terlupakan karena terlalu fokus pada penyakit yang kompleks sehingga melupakan obat-obat tersebut yang dapat berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi obat kerap terjadi akibat penggunaan banyak obat, sehingga membahayakan nyawa pasien itu sendiri.

Interaksi yang kerap terjadi biasanya adalah interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Farmakodinamik dapat diartikan efek obat terhadap tubuh sedangkan farmakokinetik adalah nasib obat dalam tubuh.Contoh interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara 2 atau lebih obat yang mengakibatkan adanya kompetisi dalam pendudukan reseptor sehingga meniadakan salah satu efek dari obat yang digunakan.

Sedangkan contoh dari interaksi farmakokinetik adalah interaksi antara 2 obat atau lebih yang mengakibatkan obat tertentu cepat dibuang dalam tubuh atau lambat dibuang dalam tubuh, akibatnya waktu paruh obat menjadi berbeda dari biasanya.

Akibat dari interaksi obat :

Efek Sinergis : 1 + 1 = 10Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek yang berlipat ganda.

Efek Antagonis : 1 + 1 = 1Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek meniadakan salah satu dari efek obat.

Efek Additif : 1 + 1 = 2Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek ganda.

Dalam menyikapi interaksi obat ini, hal-hal yang perlu diakali adalah cara pencegahan terjadinya

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 17

interaksi dengan "memainkan" waktu pemberian obat, misal Obat A diberikan pada jam 8 dan obat B diberikan pada jam 12.Ada juga teknik-teknik lain dalam mengakali adalah meningkatkan / menurunkan dosis pemberian obat ketika waktu pemberian obat tidak dapat diubah. Misal dosis obat A karena dapat dinetralkan oleh obat B maka dosis obat A diberikan berlebih.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 INTERAKSI GASTROINTESTINAL

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 18

Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara bersamaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang merupakan bagian dari interaksi farmakokinetik. Seperti halnya interaksi obat lainnya, interaksi gastrointestinal juga ada yang menguntungkan dan ada yang membahayakan. Secara garis besar interaksi ini dapat menjadi 2 golongan yaitu: Interaksi antara obat-obat Interaksi antara obat – makananFaktor atau kerja terjadinya interaksi obat dalam gastrointertinal

1. Interaksi LangsungYaitu interaksi secara fisik / kimia antara obat dalam lumen saluran cerna sebelum diabsorpsi,sehingga mengganggu proses absopsi.

2. Perubahan Ph cairan saluran cernaPerubahan Ph pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelarutan dan absopsi obat-obat yang bersifat asam atau basaMisalnya : Pemberian Natrium bikarbonat bersama dengan aspirin akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga absorpsinya juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.

3. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas saluran cerna)Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat dibandingkan di lambung. Oleh karena itu makin cepat obat sampai ke usus makin cepat juga diabsorpsi. Obat-obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga sebaliknya obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat lain.

Contoh : Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol, diazepam dan propanolol dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacid gram Al dan analgetik narkotik akan memperlambat absorpsi obat lain.

4. Perubahan Flora usus.Secara normal flora usus berfungsi sebagai sebagai: Sintensis vitamin K dan merupakan sumber vitamin K yang penting Memecah sulfasalazim menjadi bagian-bagian yang aktif Sebagai metabolism obat (misal levodova) Hidrolisis ghukuronid yang dieksresi melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi

enterohepatik yang memperpanjang kerja obat (misal kontrasepsi oral)Pemberian antibiotic spectrum luas (seperti : tetrasiklin, kloramfenikol, ampisilin, sulfonamide) akan mempengaruhi flora usus sehingga menghambat sintesa vitamin K oleh

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 19

mikroorganisme usus. Apabila antibiotic ini diberikan bersama antikoagulan oral maka efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.

5. Efek toksik pada saluran cerna Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin menimbullkan sindrom malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat lain terganggu

6. Mekanisme tidak diketahuiAda beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak diketahui. Misal :Penobarbital yang dapat mengurangi absopsi griseofulvin dalam saluran cerna.

3.2 INTERAKSI ANTARA OBAT DENGAN MAKANAN

Interaski obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti halnya dengan interaksi antara obat dengan obat lain maka interaksi ini juga mempengaruhi absopsi obat.

Interaksi antara obat-makanan ini dapat terjadi karena beberapa hal:

1. Terjadinya perubahan Ph dalam lambung, sehingga menyebabkan penundaan absorpsi obat.2. Perubahan motilitas usus, missal rifampisin dan isoniazid yang absorpsinya lebih kecil pada

pemakaian setelah makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu lambung kosong.

3. Terjadinya reaksi kimia yang membentuk kompleks sama seperti obat-obat yang mengandung kation multivalent, tetrasiklin akan membentuk khelat dengan makanan yang mengandung ion kalsium, magnesium atau besi sehingga susah diabsorpsi.

4. Terjadinya pembentukan senyawa N-nitroso (nitrosamine) yang disebut kanserogen. Ini terjadi pada zat makanan yang mengandung nitrit (nitirit biasanya digunakan sebagai pengawet daging dan sosis) dengan aminofenazon.

5. Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana absopsi obat dapat dihambat secara kompetititf oleh zat makanan yang bersangutan. Kompetisi ini terjadi pada obat-obat yang merupakan analog dari zat makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-merkaptopurin yang diabsorpsi aktif melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme bahan makanan.Contoh : absorpsi levodopa dihambat oleh fenilalanin yang berasal dari diet tinggi protein (2g/kg/hari) dan absorpsinya akan meningkat dengan diet rendah protein (0,5 g/kg/hari)’

6. Selain menghambat absorpsi obat, ada juga obat-obat tertentu yang absorpsinya lebih cepat dan sempurna jika diberikan bersama makanan, Misal: spironolakton atau feniton absorpsinya lebih cepat diberikan bersama makanan dan absorpsi griseofulvin (bersiafat lipofil) akan meningkat jika diberikan bersama makanan yang banyak mengandung lemak.

3.3 PEMBAGIAN OBAT-OBATAN DAN MEKANISME KERJA

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 20

- PEMBAGIAN OBAT OBATANDibagi menjadi 6 kelompok yaitu :

1.  AntasidaAdalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk nyeri tukak peptik. Antasida dibagi menjadi 2 golongan yaitu :a.    Antasida sistemikContohnya : natrium bikarbonatb.   Antasida non sistemikContohnya : aluminium Hidroksida, Magnesium Hidroksida, Kalsium Karbonat, Magnesium Trisilikat

2.  Obat Penghambat Sekresi Asam LambungObat ini diindikasikan untuk tukak peptik karena dapat menghambat sekresi asam lambung. Dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut mekanisme kerjanya, yaitu :

a.    H2-blockersContohnya : simetidin, ranitidin, famitidin, roxatidin. Obat-obat ini menempati reseptor histamin-H2 secara selektif dipermukaan sel-sel parietal, sehingga sekresi asam lambung dan pepsin sangat dikurangi.

b.   Penghambat Pompa Proton (PPT)Contohnya : omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol (pariet), esomeprazol (nexium). Obat-obat ini mengurangi sekresi asam (yang normal dan dibuat) dengan jalan menghambat emzim H+/K+-ATPase secara selektif dalam sel-sel tersebut.

c.    Analogon Prostaglandin-E1Contohnya : misoprostol (cytotec) menghambat secara langsung sel-sel parietal.d.   Zat-Zat Pelindung UlcusContohnya : mucosaprotectiva, sukralfat, Al-hidroksida, dan bismut koloidal yang menutup tukak dengan suatu lapisan pelindung terhadap serangan asam pepsin

e.    AntibiotikaContohnya : amoksisislin, tetrasiklin, klaritromisin, metronidazol, dan tinidazol. Obat ini digunakan dalam kombinasi sebagai triple atau  quadruple therapy untuk membasmi H.pylory dan untuk mencapai penyembuhan lengkap tukak lambung/usus.

f.     Obat Penguat MotilitasContohnya : metoklopramida, cisaprida, dan domperidon. Obat ini juga digunakan prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik serta antagonis dopamin.

g.    Obat PenenangContohnya : meprobamat, diazepam dan lain-lain.h.    Obat PembantuContohnya : asam alginat, succus, dan dimethicon

3.  Obat-Obat Yang Meningkatkan Mukosa Lambung

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 21

Contohnya : sulkralfat

4.   DigestanAdalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini bermanfaat pada defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di saluran cerna. Contohnya : enzim pankreas, dan empedu

5.   LaksansiaAdalah zat-zat yang menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau mempermudah buang air besar atau (defekasi) dan meredakan sembelit. Laksansia dibagi berdasarkan atas farmakologi dan sifat kimiawinya yaitu :

a.    Laksansia KontakContoh : derivat-derivat antrakinon (Rhammus = Cascara sagrada, senna, rhei), derivat-derivat difenilmetan (bisakodil, pikosulfat, fenolftalein), dan minyak kastor. Zat-zat ini merangsang secara langsung dinding usus dengan akibat peningkatanperistaltik dan pengeluaran isi usus dengan cepat.

b.   Laksansia OsmotikContohnya : magnesium sulfat/sitrat dan natrium sulfat, gliserol, manitol, sorbitol, laktulosa, dan laktitol. Senyawa-senyawa ini berkahasiat mencahar berdasarkan lambat absorpsinya oleh usus, sehingga menarik air dari luar usus melalui dinding ke dalam usus oleh proses osmosa.

c.    Zat-Zat Pembesar VolumeContohnya : zat-zat lendir (agar-agar, metilselulosa, dan CMC), dan zat-zat nabati Psyllium, Gom Sterculia dan katul. Semua senyawa polisakarida ini sukar dipecah dalam usus dan tidak diserap (dicernakan).

d.   Zat-Zat Pelicin dan EmollientiaContohnya : natrium docusinat, natriumlauril-sulfo-asetat, dan parafin cair. Kedua zat pertama memiliki aktivitas permukaan (detergensia) dan mempermudah defekasi, karena melunakkan tinja dengan jalan meningkatkan penetrasi air ke dalamnya. Parafin melicinkan penerusan tinja dan bekerja sebagai bahan pelumas.

6.  AntidiareAdalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya diare. Pembagian obat antidiare adalah :

a.    KemoterapeutikaUntuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika, sulfonamida, kinolon dan furazolidon.

b.   ObstipansiaUntuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni :-  Zat-zat penekan peristaltik

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 22

-  Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus-  Adsorbensia

c.    SpasmolitikaYakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang –kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium

7.  AntiemetikaAdalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah. Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :

a.    AntikolinergikaContohnya skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin, sinarizin, prometazin, dan dimenhidrinat). Obat-obat ini efektif terhadap segala jenis muntah dan banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehaminla (antihistaminika).

b.   Antagonis Dopamin Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping obat. Contoh obatnya : propulsiva (prokinetika), derivat fenotiazin, derivat butirofenon.

c.    Antagonis SerotininContohnya : granisetron, ondansetron, dan tropisetron.

d.   KortikosteriodaContohnya : deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang diakibatkan oleh sitostatika.

e.    BenzodiazepinMempengaruhi sistem kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan hebatnya emesis melainkan memperbaiki sikap pasien terhadap peristiwa muntah.

f.     KanabinoidaContohnya : marihuana, THC = Tetrahidricanabinol = dronabinol). Efektif pada dosis tinggi sitostatika

- MEKANISME KERJA1.      Antasida

Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCL yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin. Umumnya antasida merupakan basa lemah. Senyawa oksi alumunium sukar untuk meninggikan pH lambung lebi dari 4, sedangkan basa yang lebih kuat seperti magnesium hidroksida secara teoritis apat meninggikan pH sampai 9, tetapi kenyataannya tidak terjadi. Semua antasida meningkatkan produksi HCL berdasarkan kenaikan pH yang meningkatkan aktivitas gastrin.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 23

Antasida dibagi kedalam dua golongan yaituantasida sistemik dan antaasida non sistemik. Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis metabolik.kronik natrium bikarbonat memudahkannefrotiliasis fosfat. Antaida non sistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasida non sistemik ialah sediaan magnesium, aluminium dan kalsium.

2.      Obat penghambat sekresi asam lambung

Obat berikut ini diindikasi untuk tukak peptik karena dapat menghambat sekresi asam lambung, yaitu antihistamin H2, antimuskarinik, penghambat proton dan misoprostol

Penghambat pompa proton merupakan penghambat sekresi asam lambung lebih kuar dari AH2. Obat ini bekerja di terakhir peoses asam lambung, lebih distal dari AMP. Pada obat misoprostol, suatu analog metil ester prostaglandi E1. Obat ini berefek menghambat sekresi HCL dan bersifat sitoprotektif untuk mencegah tukak saluran cerna yang diinduksi obat-obat AINS. Obat ini menyembuhkan tukak lambung dan duodenum, efeknya berbeda bermakna dibanding plasebo dan sebanding dengan simetidin. Misoprostol menyembuhkan tukak duodenum yang telah refrakter terhadap AH2.

3.      Obat yang mempertahankan mukosa lambung

Obat yang mempertahankan mukosa lambung contohnya sukralfat. Senyawa alumunium sukrosa ini membentuk polimer mirip lem dalam suasana asam ddan terikat pada jaringan nekrotik tukak secara selektif. Sukralfat hampir tidak diabsorbsi secara sistemik. Obat yang bekerja ebagai sawar terhadap HCL dan pepsin ini terutama efektif terhadap tukak duodenum. Kaarenaa suasana asam perlu untuk mengaktifkan obat ini, pemberiaan bersama AH2 atau antasida menurunkan biovailabilitas.

4.      Obat penguat motilitasObat ini juga dinamakn prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik serta

antagonis dopamin. Gerakan peristaltik lambung dan usus duabelas jari dihambat oleh neurotransmiter dopamin. Efek ini ditiadakan oleh antagonis-antagonis tersebut dengan jalan menduduki reseptor DA yang banyak terdapat disaluran cerna dan otak.

Penggunaan antiemetik tersebut pada gangguan lambung adalah kaarena pengaruh memperkuat motilitas lambung yang diperkirakan terganggu. Dengan demikian pengaliran kembali empedu dan enzim-enzim pencernaan dari duodenum kejurusan lambung tercegah. Tukak tidak dirangsang lebih lanjut dan dapat sembuh dengan lebih cepat.

5.      Obat penenang

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 24

Sudah lama diketahui bahwa stres emosional membuat penyakit tukak lambung bertambah parah, sedangkan pada waktu serangan akut biasanya timbul kegelisahan dan kecemasan pada penderita. Guna mengatasi hal-hal tersebut, penderita sering kali diterapi dengan antasida disertai tambahan obat penenang seperti oksazepam

 

3.4 TABEL INTERAKSI OBAT DAN CONTOH OBAT DI PASARAN

TABEL INTERAKSI OBAT

NoNama

Obat ANamaObat B

Mekanisme obat A Mekanisme Obat B Interaksi

1 Cisapride Alkohol Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas

Memicu produksi asam lambung secara berlebihan

Cisapride meningkatkan pengosongan

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 25

saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.

lambung dan meningkatkan level alkohol dalam serum

2 Cisapride Siklosporin

Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.

Menekan secara langsung sel T helper subsets dan menekan secara umum produksi limfokin-limfokin, menekan produksi interferon,

Cisapride meningkatkan AUC dan level siklosporin dalam serum

3 Cisapride Diazepam

Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.

Bekerja pada sistem GABA dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA

Cisapride mempercepat absorpsi dari diazepam

4 Cisapride Morfin

Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.

Morfin memperlihatkan efek utamanya dengan berinteraksi dengan reseptor opioid pada SSP dan saluran cerna. Opioid menyebabkan hiperpolarisasi sel saraf, dan penghabatan presinnaptik pelepasan transmiter.

Cisapride meningkatkan peak level morfin dalam serum tapi tidak mempengaruhi efek morfin

5 Cisapride Nifedipine Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas

Memblok kanal Ca type-L →hambat influk Ca ke intrasel→kadar Ca

Cisapride meningkatkan level nifedipine

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 26

saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.

intrasel ↓ → *kontraktilitas sel otot polosvaskular ↓→ vasodilatasi →resistensi perifer ↓*pd otot jantung →kontraktilitas, HR↓

dengan peningkatan efek nifedipine dan peningkatan absorpsi

6 Cimetidine Rifampicin

Menghambat produksi asam dengan berkompetisi secara reversibel untuk mengikat H2-reseptor pada membran basolateral sel parietal

Membentuk kompleks yang stabil dengan DNA dependent RNA polymerase menyebabkan penghambatan pembentukan rantai pada sintesis RNA

Peningkatan clearance non-renal dari cimetidine hingga 50% karena induksi enzim oleh rifampicin

7 Omeprazole Artemisinin

Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung

Menghasilkan radikal bebas berinti karbon dimana parasit malaria sensitif terhadap radikal bebas ini

Menginduksi sitokrom P450 isoenzim CYP2C19 sehingga meningkatkan metabolisme dari omeprazole

8 Omeprazole Claritomicin

Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung

Menghambat sistem protein bakteri dan terikat pada sub unit ribosom 50s mikroorganisme yang sensitive

Meningkatkan level omeprazole dalam serum sebanyak 2 kali lebih banyak tanpa mengubah efeknya

9 Omeprazole Escitalopram

Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung

Meningkatkan aktivitas serotonin melalui inhibisi selektif re-uptake serotonin pada membran neuronal

Omeprazole meningkatkan level escitalopram

10 Loperamide Co-Trimoxazole

Menghambat motilitas/ peristaltik

Menghambat sintesis asam folat dan

Co-Trimoxazole menginhibisi

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 27

usus dengan mempengaruhi secara langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus

pertumbuhan mikroorganisme dengan menghambat susunan asam dihidrofolat dari asam paraamino benzen (PABA)

metabolisme Loperamide sehingga terjadi peningkatan level Loperamide dalam plasma

11 Loperamide Ritonavir

Menghambat motilitas/ peristaltik usus dengan mempengaruhi secara langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus

Menghambat kerja enzim protease HIV yang dibutuhkan untuk membuat virus baru

Ritonavir meningkatkan level Loperamide dalam plasma

12Tripotassium dicitratobismuthate

Omeprazole

Merangsang sekresi prostaglandin atau bikarbonat mukosa yang menyebabkan efek toksik langsung pada H.pylori lambung

Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung

Omeprazol meningkatkan penyerapan dan bioavailabilitas bismut dari tripotassium dicitratobismuthate dan bismutbiskalcitrate

13Tripotassium dicitratobismuthate

Ranitidin

Merangsang sekresi prostaglandin atau bikarbonat mukosa yang menyebabkan efek toksik langsung pada H.pylori lambung

Menghambat sekresi asam lambung basal dan nocturnal melalui penghambatan kompetitif terhadap kerja histamine pada reseptor H2 di sel-sel parietal.Ranitidine juga menghambat sekresi asam lambung yang dirangsan oleh makanan, betazole, penttagastrin, kafein, insulin, dan reflek vagal fisiologis

Ranitidin meningkatkan penyerapan bismut dari tripotassium dicitratobismuthate

14 Antasida Fe menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri

pHv lambung meurun, sehingga jumalah absorpsi

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 28

tukak peptik obat B meningkat

15 Antikolinergik Levodopa

bekerja menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkanhambatan semua fungsi muskarinik

mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di dalam neuron tsb levodopa akan berkonversi menjadi dopamin

Obat A memperpanjng waktu pengosongan

 lambung → bioavaibilitas obat B menurun (karena meningkatnnya pembentukan dopamine oleh enzim dopa karboksilase di mukosa saluran cerna)

16. Antasida Aspirin

menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik

Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzyme siklik endoperoxides

Kelarutan obat B (obat-obat asam) meningkat → absorpi obat B meningkat

17 Tetrasiklin

Kation monovalen (Ca2+, Mg2+, Al3+ dalam antacid, Ca2+

dalam susu, Fe2+ dalam sediaan besi

Menghambat proses sintesis protein dari bakteri yang menyerang tubuh

Terbentuk kelat yang tidak dapat diabsorpsi sehingga jumlah obat A dan Fe2+

menurun

18Metoclopramid, laksans, Mg (OH)2 dalam antacid

parasetamol

hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX: cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2

Obat A memperpendek waktu pengosongan lambung → mempercepat absorpsi obat B

TABEL INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 29

Obat Makanan Mekanisme Obat Interaksi

CimetidineTelur, ikan, tempe(kaya protein)

Menghambat produksi asam dengan berkompetisi secara reversibel untuk mengikat H2-reseptor pada membran basolateral sel parietal

Makanan yang kaya akan protein akan meningkatkan keasaman lambung sehingga menghambat / mempersulit kerja Cimetidine

Omeprazole

Berbagai jenis makanan (Karbohidrat, lemak, protein)

Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung

Makanan dapat menghambat absorpsi omeprazol sehingga kadar plasma omeprazol menurun dan efikasinya juga menurun.

SukralfatTeh, kopi kaya akan kafein

Melindungi mukosa saluran cerna dengan menstimulasi prostaglandin mukosa cerna

Kafein meningkatkan produksi asam lambung sehingga menghambat / mempersulit kerja Sukralfat

  CONTOH OBAT DI PASARAN :

1.      Lexapro®Komposisi : Escitalopram

2.      Protop®, Pumpitor®, Norsec®, Lambuzole®, Loklor®, Losec®, OMZ®, Prilos®, Socid®, Contral®, Dudencer®, Opm®, Onic®, Promezol®, Stomacer®, Prohibit®, Ulzol®, Zollocid®, Zepral®, Lokev®, Meisec®, Omevell®, Ozid®         Komposisi : Omeprazole

3.      Stesolid®, Valium®, Validex® dan Valisanbe® Komposisi: Diazepam4.      Imodium®, Bidium ®, Diadium®, dan Midix® Komposisi : Loperamide5.      Aldin®, Anitid®, Chopintac®, Fordin ®, Gastridin®, Hexer®, Radin®, Rancus®, Ranin®, Ranticid®, Rantin®, Ratinal®, Ranatac®, Tricker®, Ulceranin®, Wiacid®, Xeradin®, Zantac®, Zantadin®, Zantifar®, Zumaran® Komposisi : Ranitidin6. Bactrim®, Kaftrim®, Inatrim®, Primadex®, Sanprima®, Triminex® Komposisi : Trimethoprim, Sulfamethoxazole7. Biaxin®

Komposisi : Clarithromycin

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 30

8. Cimetidine Hexpharm®, Cimetidine Prafa®, Corsamed®, Licomed®, Tagamed®, Tidifar®, Ulcedine®, Ulcumed®, Ulcusan®, Ulsikur®, Xepamed®  Komposisi : Cimetidine

9. Adalat®, Adalat Oros®, Adalat Retard®, Calcianta®, Carvas®, Cordalat®, Coronipin®, Farmalat®, Fedipin®, Infacard®, Kemolat®, Nifecard®, Nifedin®, Niprocor®, Vasdalat®,   Vasoner®, Xepalat®, Zendalat® Komposisi : Nifedipine

10.      Antasida Doen®

Komposisi : aluminium Hidroksida

11.  Metromid®, Lexapram®,Impram®, Mepramide®

Komposisi : Metoklopramida HCl

  

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 31

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN :Interaski obat/ drugs interaction adalah peristiwa di mana aksi suatu obat

diubah atau dipengaruhi oleh obat lain diberikan bersamaan.

Atau dapat juga

didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat akibat obat lain yang diberikan

bersamaan: atau apabila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa

sehingga efektivitas atau toksisitas satu obat/lebih berubah.

Berdasarkan mekanismenya interaksi

obat dibagi menjadi 3 tipe ; yatiu

interaksi farmasetik, interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik.

Interaksi gastrointestinal termasuk ke dalam interaksi farmakokinetik yang mempengaruhi kecepatan absopsi dari suatu obat interaksi ini dapat terjadi antara obat dengan obat lain atau obat dengan makanan.

Pada interaksi gastrointesti nal ada beberapa factor dan mekanisme kerja

terjadinya interaksi obat; yaitu:

Terjadinya interaksinya langsung antara obat yang satu dengan yang lain, seperti : terbentuknya kompleks, teradsorpsinya obat yang satu oleh obat

lain, dll Contoh : tetrasiklin dengan antasida

Terjadinya perubahan Ph cairan cerna, sehingga menambah/ mengurangi kelarutan obat tertentu. Contoh: natrium bikarbonat dengan aspirin.

Terjadinya perubahan flora usus, dimana obat tertentu dapat merubah fungsi normal dari flora usus. Conto h : antibiotic spectrum luas dengan

antikoagulan oral yang meningkatkan penfdarahan.

Perubahan waktu pengosongan lambung, dimana obat yang mempercepat

pengososngan lambung akan meningkatkan absorpsi obat lain dan

sebaliknya. Contoh : metoklopramid dengan p

arasetamol diazepam dll

Terjadinya kompetisi absorpsi aktif dengan makanan yang mempunyai mekanisme absorpsi sama. Contoh Levodopa dengan fenilalanin diet protein tinggi.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 32

SARAN :

Masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ini, karena kekurang mengertian serta keterbatasan kami dalam pengumpulan data dan informasi. Karena itu demi perbaikan karya di masa yang akan datang, berikut ini beberapa saran yang mungkin bisa menjadi acuan bagi pembaca sekalian dalam makalah interaksi obat dalam gastrointestinal

- Harus Mengetahui lebih dalam tentang gastrointestinal/ sistem pencernaan. - Harus Mengetahui interaksi obat yang terjadi pada gastrointestinal- Harus mengetahui mana obat-obat dan makanan yang berinteraksi dengan gastrointestinal.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 33

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswara G. sulistia, et al., 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4, cetak

ulang 2005, fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta. Hal 800 –

810.

2. Mutschler E.1991. Dinamika Obat, farmakologi dan toksikologi, edisi 5,

penerbit ITB – Bandung. Hal 88-93.

3. Iwan darmansjah, 1997. Interaksi Obat yang Klinis Penting, jurnal seminar

interaksi obat di Pontianak dan PUKO, pusat Uji Klinik Obat FKUI. RSUPN –

CM.

4. Rusjdi djamal, dkk., 1983. Interaksi Obat dari resep – resep pasien di

Sumatera Barat. Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas

Andalas , Padang.

5. Dr.R. Soetiono Gapar, 2003. Interaksi Obat Beta – Blocker dengan Obat –

Obat lain, jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran,

Universitas Sumatera Utara. Medan.

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL Page 34