Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

13
Intelegensi, Kemampuan Berfikir, dan Emosi Dosen: Ibu Layyinah S.Psi, M.Si Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan Makalah ini disusun oleh: Dzawin Nur Ikram 1111014000126 Dessi Wulandari 1111014000 Maya Syarie 1111014000096 Lili Tsamrotul Karimah 1111014000110 Shendy Pratama 1111014000 Kelas 2C Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta 2012

Transcript of Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

Page 1: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

Intelegensi, Kemampuan Berfikir, dan Emosi

Dosen: Ibu Layyinah S.Psi, M.Si

Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan

Makalah ini disusun oleh:

Dzawin Nur Ikram 1111014000126

Dessi Wulandari 1111014000

Maya Syarie 1111014000096

Lili Tsamrotul Karimah 1111014000110

Shendy Pratama 1111014000

Kelas 2C

Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

Jakarta

2012

Page 2: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

Daftar Isi

Daftar Isi ...............................................................................................................

Bab I Pendahuluan ................................................................................................

Bab II Landasan Teori

A. Intelegensi

1. Pengertian Intelegensi.........................................................................

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi ..................................

3. Intelegensi dan IQ ...............................................................................

4. Pengukuran Intelegensi.......................................................................

B. Kemampuan Berpikir

1. Pengertian Berikir ...............................................................................

2. Macam-macam Berpikir .....................................................................

C. Emosi

1. Pengertian Emosi ................................................................................

2. Macam-macam Emosi ........................................................................

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emosi .........................................

Bab II Pembahasan

A. Hubungan antara Intelegensi, kemampuan berpikir dan emosi dengan

proses dan hasil belajar ............................................................................

Bab III Kesimpulan ..............................................................................................

Daftar Pustaka ......................................................................................................

Page 3: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

Bab I

Pendahuluan

Keberhasilan dari suatu proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat

kecerdasan atau yang biasa disebut sebagai intelegensi, tingkat kogitif (kemampuan

berpikir), dan tingkat penguasaan emosi. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama

lain.

Intelegensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa

makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia. Intelegensi ini diperoleh manusia sejak

lahir, dan sejak itu pula potensi intelegensi ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan

kualitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang, maka fungsinya

semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya

dengan lingkungannya.

Intelegensi juga dapat mempengaruhi aktifitas berpikir. Berpikir merupakan kegiatan

atau tingkah laku yang menggunakan ide dalam mengambil suatu keputusan atau dalam

memecahkan suatu masalah.

Intelegensi dan kemampuan berpikir tidak bekerja sendiri dalam mementukan

keberhasilan proses belajar, ada satu sisi lagi yang harus diperhatikan, yaitu emosi. Pada

umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu yaitu perasaan

senang dan tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang yang selalu menyertai

perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat,

kadang-kadang lemah , atau samar-samar saja. Dalam hal warna efektif yang kuat akan

perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-

perasaan seperti ini disebut emosi.

Ketiga hal tersebut saling berkaitan dalam menentukan keberhasilan proses belajar.

Dalam makalah ini, kami menguraikan beberapa definisi antara Intelegensi, kemampuan

berpikir, emosi dan beberapa faktor yang mempengaruhinya, serta hubungan-hubungan

antara intelegensi, kemampuan berpikir, dan emosi dengan proses dan hasil belajar.

Page 4: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

Bab II

Landasan Teori

A. Intelegensi

1. Pengertian Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan atau kecakapan intelektual yang berdaya guna

dan berhasil guna untuk menghadapi atau bertindak / berbuat dalam suatu situasi atau

dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas. Berikut ini akan dijelaskan apa yang

dimaksud dengan intellegensi:

o Intelligence is a general capacity of behave in an adaptable and acceptable

manner. (David C Edward, General Psychology, 1968).

o Intelligence-term used to describe a person’s general abilities in a number of

different areas, including both verbal and motor skills (Robert E. Silverman,

Psychology, 1971).

o Intelligence is a global capacity of the individual to act purposefully, to think

rationally and to deal effectively with the environment (Dennis coon, Introduction

to Psychology-Exploration and Application, 1977).

Atau dapat disimpulkan bahwa:

o Intelegensi merupakan kemampuan umum mental individu yang tampak dalam

caranya bertindak / berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam

melaksanakan suatu tugas.

o Intelegensi merupakan suatu kemampuan umum individu yang menunjukkan

kualitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak / berbuat atau

memecahkan masalah atau tugas yang dihadapi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi

o Pembawaan, ialah kemampuan / potensi yang dibawa sejak lahir.

o Kematangan, ialah kesiapan suatu fungsi atau potensi untuk dikembangkan.

o Pembentukan, ialah segala faktor luar yang akan mempengaruhi perkembangan

intelegensi.

o Minat, ialah sikap senang terhadap sesuatu hal.

o Kebebasan, ialah kondisi psikologi yang dapat mempengaruhi sikap, performance /

aktivitas seseorang dalam berbuat / mencapai tujuan dalam mewujudkan dirinya.

Page 5: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

3. Intelegensi dan IQ

IQ adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan IQ (Intelligence

Quotient) yang hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang

dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Atau dengan kata

lain, IQ menunjukkan ukuran atau taraf kemampuan intelegensi / kecerdasan seseorang

yang ditentukan berdasarkan hasil tes intelegensi. Sedangkan intelegensi merupakan

suatu konsep umum tentang kemampuan individu.

Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental

Age atau MA) dengan umur kronolog (Chronological Age atau CA), skor ini kemudian

dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar penghitungan IQ.

MA = Adalah kemampuan lebih yang dimliki individu pada saat itu

CA = Adalah yang seharusnya dimiliki oleh individu pada saat itu

Namun kemudian timbul permasalahan karena MA akan mengalami stograsi dan

penurunan pada waktu itu, tetapi CA terus bertambah. Masalah ini kemudian diatasi

dengan membandingkan skor seseorang dengan skor orang lain dalam kelompok umur

yang sama. Cara ini disebut “perhitungan IQ berdasarkan norma dalam kelompok

(Within Group Normal)” dan hasilnya adalah IQ penyimpangan atau deviation IQ.

Dengan cara perhitungan seperti ini, maka oramg yang IQ sama dengan rata-rata

kelompok akan memeperoleh nilai 100. Nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah dari

nilai rata-rata kelompok akan menentukan posisi IQ orang tersebut dalam kelompok

umurnya.

4. Pengukuran Inteligensi

Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal

Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi

siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat

tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.

Page 6: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak

perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks

numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age

dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford Binet. Indeks seperti ini

sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William

Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet

ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.

Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes

itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan

bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor),

tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor

(Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini

adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC

(Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.

Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang

lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.

Dari hasil pengukuran tes intelegensi, akan diperoleh tingkatan intelegensi, diantaranya

tingkat jenius, normal, rendah, dan terbelakang.

- Jenius, kemampuan yang luar biasa, dalam ukuran / tingkatan diatas 140

- Normal, mempunyai tingkatan ukuran yang rata-rat 100-110, atau yang disebut

kecerdasan yang rata-rata

- Rendah, kemampuan dibawah rata-rata, tingkat ukurannya antara 70-90

- Keterbelakangan

Anak yang mempunyai kemampuan sangat rendah dan sangat sulit untuk melakukan

tugas atas dirinya. Diantara keterbelakangan ini disebut dengan:

1) Idiot (IQ 0-29), keterbelakangan yang sangat rendah sekali kemampuannya seperti

anak bayi.

Page 7: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

2) Imbecile (IQ 30-40), lebih meningkat dari idiot, biasanya anak yang umur 7 tahun

kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun.

3) Debil (IQ 41-90), yaitu orang yang sedikit kekurangan /kelemahan mentalnya.

B. Berpikir

1. Pengertian Berpikir

Proses belajar pada manusia erat sekali hubungannya dengan proses berpikir.

Berikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu proses simbolis. Misalnya

membayangkan sesuatu yang tidak ada, maka kita menggunakan ide atau simbol-simbol

tertentu dan tingkah laku ini disebut berpikir.

2. Macam-macam Kegiatan Berpikir

Macam-macam kegiatan berpikir dapat digolongkan sebagai berikut:

o Berpikir assosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya

ide lain. Jalan pikiran dalam proses assosiatif tidak ditentukan atau diarahkan

sebelumnya, jadi ide-ide timbul dengan sendirinya. Adapun jenis-jenis berpikir

assosiatif ada lima, yaitu:

1) Assosiasi bebas, suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain tanpa ada

batasnya.

2) Assosiasi terkontrol, suatu ide tertentu akan menimbulakan ide mengenai hal lain

dalam batas-batas tertentu.

3) Melamun, menghayal bebas tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak

realistis.

4) Mimpi, ide-ide tentang berbagai hal timbul secara tidak disadari.

5) Berpikir artistik, proses berpikir yang subjektif (dipengaruhi oleh pendapat dan

pandangan pribadi).

o Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan

biasanya diarahkan pada pemecahan persoalan. Berpikir terarah ada dua, yaitu:

1) Berpikir kritis, membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan.

2) Berpikir kreatif, menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal,

menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem, menenukan

bentuk arsistik baru, dan sebagainya.

Page 8: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

C. Emosi

1. Pengertian Emosi

Ada dua macam pendapat mengenai terjadinya emosi. Pendapat nativistik

mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan

pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses

belajar.

Rene Descrates (1596-1650), salah seorang nativisme, mengatakan bahwa sejak

lahir manusia memiliki enam emosi dasar, yaitu: cinta, kegembiraan, keinginan, benci,

sedih, dan kagum. Sedangkan para tokoh empirisme seperti William James (1842-1910,

Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark) menyusun teori tentang emosi James-Lange

yang manyatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsangan yang datang dari

luar. Wilhem Wundt (1832-1920) memberikan tiga pasang kutub emosi, yaitu:

Lust-Unlust (senang-tidak senang)

Spannung-Losung (tegang-tidak tegang)

Erregung-Berubigung (semangat-tenang)

2. Macam-macam Emosi

Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam emosi, diantaranya yaitu:

Amarah; benci, mengamuk, beringas.

Kesedihan; muram, pedih, putus asa.

Takut; cemas, gugup, khawatir.

Bahagia; gembira, senang, bangga.

Cinta; persahabatan, kasih sayang, hormat.

Terkejut; kaget.

Jengkel; hina, muak, kesal.

Malu; malu hati

Page 9: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emosi

Beberapa ahli psokologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi perkembangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:

a. Pola asuh orang tua

Pengasuhan ini berarti orag tua mendidik, membimbing, dan

mendisiplinkan serta melindungi anak sesuai denan nrma-norma yang ada

dalam masyarakat (Tarmuji, 2001). Dimana tugas tersebut berkaitan

dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik

secara fisik maupun psikologis (Andayani dan Koentjoro, 2004).

b. Jenis kelamin

Perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan, peran jenis maupun

tuntutan sosial berpengaruuh pada perbedaan karakteristik emosi antara

keduanya.

c. Usia

Kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan

fisiologis seseorang. Semakin tua usia seseorang, maka kadar hormonal

dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan

pengeruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney, dalam Puspitasari Nuryoto,

2001). Tapi tidak menutup kemungkinan jika seseorang yang sudah tua

kondisi emosionalnya cendrung meledak-ledak . hal ini dapat disebabkan

oleh adanya kalainan di dalam tubuhnya maupun klainan secara fisik.

Kelainan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor makanan yang merangsang

terbentuknya kadar hormonal.

Page 10: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

Bab II

Pembahasan

A. Hubungan antara Intelegensi, Kemampuan Berpikir dan Emosi dengan Proses dan

Hasil Belajar

Intelegensi merupakan suatu kemampuan teringgi dari makhluk hidup yang

hanya dimiliki oleh manusia. Intelegensi adalah kemampuan atau kecakapan

intelektual yang berdaya guna untuk menghadapi atau bertindak dalam suatu

situasi atau dalan menyelesaikan suatu masalah atau tugas. Adapun antara

intelegensi dengan proses dan hasil belajar, yaitu semakin tinggi tingkat

intelegensi seseorang, maka kecepatan, ketepatan, dan keberhasilannya dalam

bertindak atau memecahkan masalah akan semakin tinggi.

Selain faktor intelegensi, ada hal lain yang dapat mempengaruhi proses dan

hasil belajar peserta didik, yaitu kemampuan berpikir dan emosional. Berpikir

adalah aktifitas jiwa yang mempunyai kecendrungan final (final tendency) yaitu

pemecahan persoalan yang dihadapi. Untuk mencapai suatu akta psikis yang

bersifat dinamis. Dimana individu itu sendiri yang merupakan penggerak

prosesnya. Kulpe menyatakan bahwa berpikir adalah proses kesadaran yang tidak

beraga, yang memperoleh tujuan adanya pikiran.

Motivasi merupakan kunci untuk membantu remaja kurang berprestasi

keluar sari situasi yang membelenggunya, namun motivasi tergantung pada

banyak elemen yang diklasifikasikan sebagai elemen emosional. Setiap elemen

berpengaruh pada pembelajaran. Sebab motivasi berkaitan denngan memahami,

mengingat, dan memecahkan masalah. Emosi dan pembelajaran saling

berhubungan dan tak terpisahkan satu sama lain. Jean Piaget menekankan

pentingnya hubungan antara aspek-aspek emosional dalam pembelajaran dan

proses berpikir. Agar anak berhasil dalam proses pembelajaran di kelas,

komponen emosional dalam pembelajaran harus sejalan dengan proses

berpikirnya. Umumnya, emosi yang tidak diinginkan dapat menghalangi cara

belajar yang baik. Kebiasaan remaja di sekoah tidak dapat dipisahkan secara

efektif dari sisi emosional dalam hidupnya. Pengajar tidak hanya perlu mengenali

pentingnya aspek emosional dalam pembelajaran, tapi juga mengarahkan agar

Page 11: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

berada dalam kondisi mendukung proses belajar mengajar. Bagaimanapun emosi

memainkan peranana penting dalam proses pembelajaran dan mempengaruhi

keterampilan kognitif seperti menganalisis, menilai, dan mengingat.

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam penciptaan emosi positif adalah

dengan penciptaan kegembiraan belajar. Menurut Meier, (dalam Khodijah,

2009:176), kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan

kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan

suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti

bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh dan terciptanya makna, pemahaman,

dan nila yang membahagiakan pada diri si pelajar.

Page 12: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

Bab III

Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa:

Intelegensi merupakan suatu kemampuan umum individu yang menunjukkan

kualitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak / berbuat

atau memecahkan masalah atau tugas yang dihadapi.

Berikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu proses simbolis.

Misalnya membayangkan sesuatu yang tidak ada, maka kita menggunakan ide

atau simbol-simbol tertentu dan tingkah laku ini disebut berpikir.

Ada dua macam pendapat mengenai terjadinya emosi. Pendapat nativistik

mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir.

Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh

pengalaman dan proses belajar.

Emosi saja tidak akan berarti untuk mendukung proses pembelajaran.

Kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir, komponen-komponen di

dalam pikirannya juga harus dioperasikan pada tingkat optimal.

Intelegensi, kemampuan berpikir, dan emosi berpengaruh dalam menentukan

proses dan hasil belajar. Semakin tinggi tingkat intelegensi peserta didik,

semakin tinggi pula kualitasnya dalam belajar. Sehingga kemampuan

berpikirnyapun akan semakin meningkat. Tidak hanya itu, semakin mudah

peserta didik dalam menguasai emosinya, semakin mudah pula mereka dalam

memahami dan menyesuaikan diri dengan kondisi belajar yang baik.

Page 13: Intelegensi, Kemampuan Berpikir, dan Emosi

Daftar Pustaka

Fauzi, Ahmad. 1997. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia

Sabri, M Alisuf. 2001. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: CV

Pedoman Ilmu Jaya.

___________. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.

Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

http://www.Google.com. Faktor-faktor yang mempengaruhi emosi.