Kreatifitas Dan Intelegensi

52
DEFINISI KREATIVITAS. Kreativitas merupakan faktor yang mempengaruhi manusia dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Orang-orang yang kreatif berhasil mencapai ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja dan hal atau produk baru (Campbell, 1986). Kreativitas yang dimiliki siswa memiliki peran yang akftif dalam proses belajarnya karena dengan tingginya kreativitas akan lebih mempunyai rasa dan sikap tanggung jawab. Levoy (dalam Munandar, 1999) mendefisinikan kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide lama sehingga menjadi suatu ide baru. Orang –orang yang kreatif mempunyai rasa individualitas yang kuat. Mereka membuat keputusan sendiri. Oleh karena itu pada umumnya orang-orang yang kreatif mampu berdiri tenang di tengah kekacauan pendapat, tidak mudah termakan kabar angin dan cerita burung. Mereka percaya kepada daya pikir mereka. Orang-orang yang kreatif apabila menemukan atau diajukan suatu ide atau gagasan, pemecahan, cara kerja baru, meski mereka melihat kekurang-kekurangannya. Rasa keingintahuan tentang hal- hal yang ditemukan dalam hidup mereka dimiliki oleh orang-orang yang kreatif. BERPIKIR KREATIF (Anwar Rifa’i)

description

Menjelaskan tentang definisi kreatifitas dan intelegnesi, bagaimana hubungan antara kedua variabel tersebut.

Transcript of Kreatifitas Dan Intelegensi

DEFINISI KREATIVITAS.

Kreativitas merupakan faktor yang mempengaruhi manusia dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Orang-orang yang kreatif berhasil mencapai ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja dan hal atau produk baru (Campbell, 1986). Kreativitas yang dimiliki siswa memiliki peran yang akftif dalam proses belajarnya karena dengan tingginya kreativitas akan lebih mempunyai rasa dan sikap tanggung jawab. Levoy (dalam Munandar, 1999) mendefisinikan kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide lama sehingga menjadi suatu ide baru. Orang orang yang kreatif mempunyai rasa individualitas yang kuat. Mereka membuat keputusan sendiri. Oleh karena itu pada umumnya orang-orang yang kreatif mampu berdiri tenang di tengah kekacauan pendapat, tidak mudah termakan kabar angin dan cerita burung. Mereka percaya kepada daya pikir mereka. Orang-orang yang kreatif apabila menemukan atau diajukan suatu ide atau gagasan, pemecahan, cara kerja baru, meski mereka melihat kekurang-kekurangannya. Rasa keingintahuan tentang hal- hal yang ditemukan dalam hidup mereka dimiliki oleh orang-orang yang kreatif.

BERPIKIR KREATIF (Anwar Rifai) Di era persaingan global seperti sekarang ini, kemampuan untuk berpikir kreatif sangat dibutuhkan setiap orang. Dengan berpikir kreatif, seseorang akan mampu menghasilkan produk baru yang dapat membawa manfaat bagi manusia dan lingkungan. Pada dasarnya, kreatifitaslah yang menjembatani manusia sehingga mampu mengubah dunia hingga menjadi seperti sekarang ini. Dahulu, kita hidup dengan berbagai keterbatasan, tidak ada lampu, laptop,ataupun teknologi lainnya. Setiap pekerjaan dilakukan secara manual tanpa bantuan alat elektronik. Tapi kini telah ada berbagai peralatan yang memudahkan kerja manusia. Segala sesuatu bisa dikerjakan dengan mudah dan efisiensi. Semuaitu bisa tercapai berkat adanya pemikiran kreatif dari para ahli.Jika mau berpikir kreatif, semua orang bisa meraih kesuksesan. Tentu kitamengenal Bill Gates, orang terkaya di dunia ini mendapatkan kekayaan denganide kreatif menciptakan software yang memudahkan kerja seseorang dalammengolah data di komputer. Kita pasti juga mengenal Edison, seorang penemuyang memegang lebih dari seribu hak paten atas karyanya. Ada pula Albert Einstein yang menemukan teori realativitas yang masih dipakai sampai sekarang.Mereka semua adalah tokoh yang berhasil sukses karena mau berpikir kreatif. Kreatifitas merupakan sumberdaya yang lebih besar daripada sumber dayaminyak ataupun gas. Itulah sebabnya mengapa banyak orang yang bisa sukseshanya dengan suatu pemikiran kreatif. Padahal banyak dari mereka yang dulunyahanyalah orang biasa. Yang perlu kita tahu, orang-orang sukses mampumengembangkan pikirannya untuk menghasilkan pemikiran kreatif yangmenghantarkan mereka pada tujuan yang mereka idamkan. Mereka memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dengan cara-cara kreatif dan tentunya disertaidengan usaha keras.Edison pernah berkata Kesuksesan bisa diraih dengan 1% ide kreatif dan 99% kerja keras Banyak orang yang mengartikan kata -kata ini hanya dari segikuantitasnya saja. Mereka berpendapat bahwa usaha adalah segalanya hingga melupakan bahwa ide lah yang mengawali setiap usaha untuk mencapai suatukesuksesan. Sehingga banyak orang yang berusaha keras namun hanya stagnandalam kebiasaan tanpa adanya suatu pemikiran baru. Akibatnya hasil yangdiperoleh pun tidak sesuai yang diharapkan. Padahal bila mau menggunakan seditsaja kreatifitas, tentu kita akan mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa.Dalam kehidupan sehari-hari berpikir kreatif juga sangat dibutuhkan,terutama dalam menghadapi permasalahan yang selalu menghampiri kita. Pernahsaya jumpai ada sebuah kecelakaan antara mobil dan sepeda motor. Kecelakaanitu cukup hebat sehingga mengakibatkan kemacetan di sepanjang jalan. Akibatkecelakaan itu sebuah mobil oleng dan menindih seorang pengemudi sepedamotor. Orang-orang sekitar yang melihat kejadian itu, berusaha menolong denganramai-ramai mengangkat mobil yang terguling tadi. Tetapi rupanya kekuatanmereka tidak cukup untuk memindahkan mobil itu. Hampir selama lima belasmenit mereka terus berusaha, sampai akhirnya datang seorang pengemudi sepedamotor. Ia mengambil dongkrak yang ada di mobil yang oleng tadi. Dengansantainya orang itu mengungkit dongkrak dan terangkatlah mobil itu. Ternyatakerja orang-orang tadi kalah dengan satu orang yang memiliki pikiran kreatif. Mungkin memang tidak mudah untuk memulai berpikir kreatif terutama bagi mereka yang terbiasa bekerja dalam sistem formal yang tidak pernahmengembangkan daya imajinasi. Oleh karena itu, kita harus mulai berlatih berpikir secara kreatif. Menurut Muhammad (2009:52), untuk berpikir kreatif kitaharus memusatkan pikiran terhadap sesuatu yang sedang kita hadapi. Karena padadasarnya pikiran kita seperti sungai yang mengalir secara bercabang-cabang,sehingga bila dipusatkan akan menghasilkan arus yang sangat deras. Arus derasitulah yang akan mampu membawa kita kepada suatu mega kreatifitas. Banyak orang beranggapan bahwa berpikir kreatif hanya dapat dilakukanoleh orang jenius. Dan orang jenius selalu dikaitkan dengan tingkat inteligensiyang tinggi, kemampuan berpikir yang luar biasa, dan berbagai kehebatan lainnya.Hampir semua orang berpikir bahwa jenius merupakan sifat yang dibawa sejak lahir. Padahal tidak, kejeniusan dapat dibentuk dengan pembiasaan diri. Sehingga pemikiran kreatif juga bisa dihasilkan oleh setiap orang.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara berpikir kreatif. Untuk dapat berpikir kreatif kita harus mulai meyakini bahwa adakemungkinan untuk segala sesuatu yang kita pikirkan. Hal yang sering terjadiadalah kita mengabaikan hasil pemikiran karena menganggapnya sebagai suatuyang mustahil atau tidak bermutu. Aristoteles pernah menyampaikan bahwa Ketidakmungkinan yang mungkin hendaknya lebih dipilih ketimbangkemungkinan yang mustahil.

Jadi langkah terpenting agar bisa berpikir secarakreatif adalah dengan meyakini bahwa hasil pikiran kita dapat direalisasikan.Selanjutnya, perlu kita pahami bahwa hal-hal besar yang dilakukan olehorang-orang sukses diawali dengan sebuah pemikiran dari otaknya. Kemudian pemikiran itu ditindak lanjuti dengan tindakan yang menuntun mereka pada suatukeberhasilan. Mereka selalu bertindak dengan pemikiran kreatif yang matang. Menurut Eker (2009:91), sebuah pemikiran akan menuntun pada perasaan, perasaan akan menuntun pada tindakan, dan tindakan itu lah yang akan menuntun pada hasil. Segala sesuatu selalu diawali dengan pemikiran yang dihasilkan olehotak. Jadi kita harus selalu mengisi otak kita dengan berjuta ide kreatif agar bisamenghasilkan sesuatu yang besar. Dan yang tidak kalah penting adalah menindak lanjuti setip gagasan yang kita hasilkan.Eksistensi setiap orang dalam kehidupan juga ditentukan oleh seberapakreatif ia mengolah pikirannya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Orangyang tidak mau menggunakan pemikiran kreatif dalam menghadapi masalahnyaakan cenderung menganggap setiap masalahnya sebagai sesuatu yang mengerikandan tidak bisa menyelesaikannya. Tetapi orang yang terbiasa dengan pemikiran- pemikiran kreatif akan menganggap setiap permasalahan sebagai tantangan yangmenarik untuk diselesaikan. Orang yang terbiasa menghadapi permasalahan yangrumit akan menganggap hidupnya mudah sedangkan orang yang takutmenghadapi permasalahan cenderung menganggap kehidupannya sulit.Yang perlu kita ingat, dalam berpikir kreatif kita harus berusaha memilikitujuan untuk membawa manfaat bagi orang lain. Hal itulah yang akan membawakita pada suatu kesuksesan. Einsten, Edison, dan tokoh yang lain dianggap sukseskarena mampu menciptakan produk yang berguna bagi kehidupan orang banyak.

Pikiran kreatif tidak akan memberikan hasil yang besar jika kita hanyamenggunakannya untuk kepentingan kita sendiri. Jadi mulailah semua pemikirandengan tujuan untuk membawa manfaat bagi kehidupan orang banyak.

Cara berpikir kreatif adalah cara berpikir yang dipenuhi dengan ide atau gagasan dalam mengembangkan daya imajinasi. Berpikir kreatif adalah kemampan mendayagunakan potensi yang dimiliki yang muncul dari berbagai keadaan. Menurut psikolog Robert W. Olson, hambatan-hambatan seseorang untuk menjadi kreatif antara lain:a. Kebiasaan: kebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan yang sama dengan cara yang samab. Waktu: kesibukan sering dijadikan alasan untuk tidak kreatif, padahal setiap orang, baik yang kreatif sekalipun mempunyai waktu yang sama 1 hari 24 jam.c. Dibanjiri masalah : Hidup tidak terlepas dari yang namanya masalah, Tetapi jika kita mempu menentukan skala prioritas, maka kita dapat memandang semua masalah sebagai tantangan kreatif.d. Tidak ada masalah: Kita adalah makhluk pemecah masalah yang terus-menerus menghadapi dan memecahkan sejumlah masalah. Jika masalah kita dipecahkan secara otomatis atau menurut kebiasaan,kita tidak akan pernah mempunyai masalah.e.Takut gagal: kegagalan manusia dalam berusaha dapat berbentuk pengasingan, kritik, kehilangan waktu, kehilangan pendapatan, kecelakaan. Akan tetapi, lebih baik gagal dari pada tidak pernah mencoba.f. Kebutuhan akan sebuah jawaban sekarang: Manusia tidak mau mengalami kesulitan karena tidak memiliki jawaban langsung. Jadi ketika masalah dikemukakan, kita secara langsung memberikan pemecahan.g.Kurang memperluas wawasan: Setiap orang harus terus belajar mengembangkan diri, memperluas wawasan dengan menbaca dan praktik.h. Takut bersenang-senang : Manusia sering tidak sadar bahwa rileks, bergembira, dan santai merupakan aspek-aspek penting dari proses pemecahan masalah secara kreatif, sedangkan situasi tegang dan stres akan menumpulkan kreativitas seseorang.i. Dibutuhkan ide-ide dan gagasan yang fleksibel: Setiap gagasan dan ide baru dab segar akan selalu merangsang kreativitas seseorang, akan tetapi ide pemecahan masalah di suatu tempat belum tentu tepat diberlakukan ditempat lain.

Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi terhadap orang-orang yang berpikir kreatif telah menghasilkan beberapa kriteria atau ciri-ciri orang yang kreatif.

Menurut Denny dan Davis (1982) dalam penelitian terhadap para penulis dan arsitek yang kreatif melalui identifikasi oleh anggota profesi mereka menghasilkan bahwa orang yang mempunyai kreatifitas yang tinggi itu cenderung memiliki ciri-ciri : fleksibel, tidak konvensional, eksentrik (aneh), bersemangat, bebas, berpusat pada diri sendiri, bekerja keras, berdedikasi dan inteligen.

Woolfolk dan Nicolich (1984) menjelaskan bahwa orang yang berpikir kreatif menunjukkan ciri-ciri adanya sikap kreativitas dalam arti luas, termasuk tujuannya, nilainya, serta sejumlah sifat kepribadian yang mendukung orang untuk berpikir bebas, fleksibel, dan imajinatif.

Menurut Mc. Kinnon (Yellon, 1977), orang-orang yang kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :1. Memandang dirinya berbeda dan lebih sering melukiskan dari mereka sebagai berdaya cipta, tak tergantung, bersifat individualis.2. Lebih terbuka dalam pengalaman dan perasaan.3. Secara relatif tidak tertarik pada detail kecil, tetapi lebih tertarik pada arti dan implikasi, memiliki fleksibel kognitif, ketrampilan verbal, berminat untuk berkomunikasi dengan orang lain, bertindak tepat, mempunyai keingintahuan intelektual yang besar.4. Lebih tertarik secara mendalam menyerap pengalaman daripada mempertimbangkan.5. Lebih bersifat intuitif.

Mulyono Gandadipura (1983) merangkum hasil penelitian para ahli terhadap orang-orang yang ahli berbagai bidang, antara lain : penulis, seniman, arsitek, ahli matematik, peneliti, menyimpulkan bahwa orang-orang yang berpikir kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :1. Bebas dalam berpikir dan bertindak.2. Tidak menyukai kegiatan yang menuntut konformitas (kesesuaian).3. Tidak mudah dipengaruhi pendapat umum bila yakin bahwa pendapatnya benar.4. Kecenderungan kurang dokmatis dan lebih realistis.5. Mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasar akal (irrasional).6. Mengakui hal-hal yang rumit dan baru.7. Mengakui humor dan memiliki good sense of humor.8. Menekankan pentingnya nilai-nilai teoritik dan estetis.

Sedangkan S.C. Utami Munandar mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi yaitu :1. Memiliki dorongan ingin tahu yang besar.2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.3. Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.4. Bebas dalam menyatakan pendapat.5. Menonjol dalam salah satu bidang seni.6. Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya.7. Tidak mudah terpengaruh orang lain.8. Daya imajinasi kuat.9. Memiliki tingkat orisionalitas yang tinggi.10. Dapat bekerja sendiri.11. Senang mencoba hal-hal yang baru.

Guilford, ahli yang banyak berkecimpung dalam penelitian penelitian tentang inteligensi menjelaskan kemampuan orang yang kreatif melalui beberapa ciri :1. Adanya kelancaran, kesigapan, dan kemampuan menghasilkan banyak gagasan.2. Adanya fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai pendekatan dalam mengatasi masalah.3. Adanya keaslian, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan yang asli.4. Adanya pengembangan, yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail dan terinci.5. Adanya perumusan kembali, yaitu kemampuan untuk merumuskan pengertian dengan cara dan dari sudut pandang yang berbeda.

KESIMPULANDengan memperhatikan beberapa pendapat dan hasil penelitian para ahli penelitian tersebut tentang ciri-ciri yang memiliki kemampuan berpikir kreatif, nampak bahwa perbedaan itu timbul karena adanya perbedaan subyek yang menjadi sasaran penelitiannya sehingga ciri-ciri yang cukup menonjol sebagai ciri pokok berpikir kreatif yaitu :1. Ciri kelancaran (fluency)2. Ciri fleksibelitas (flekxibility)3. Ciri keaslian (organilaty)

Kelancaran adalah dapat menghasilkan banyak ide atau konsep yang relevan dengan masalah yang dipecahkan dalam waktu yang singkat. Fleksibilitas (keluwesan) menunjukkan bahwa individu dapat memunculkan hal-hal baru yang unik atau tidak biasa. Jadi indivdu yang memiliki kemampuan berpikir kreatif adalah individu yang dapat menghasilkan ide-ide baru yang berbeda dan asli.

Tiga alasan mengapa orang termotivasi untuk berpikir kreatif :1. Rangsangan terhadap kebutuhan baru, variasi kebutuhan, dan kebutuhan kompleks2. Kebutuhan untuk mengkomunikasikan ide-ide dan nilai-nilai3. Kebutuhan untuk memecahkan masalah

Ciri orang yang berpikir kreatif :1. Orang yang berpikir kreatif memiliki banyak energi dan aktif, tetapi mereka juga sering terlihat tenang dan seperti beristirahat.2. Orang yang berpikir kreatif cenderung pintar, namun juga naif pada saat yang sama.3. Orang yang berpikir kreatif memiliki kombinasi antara bermain dan disiplin, atau tanggung jawab dan tidak bertanggung jawab.4. Orang yang berpikir kreatif berpikir bergantian antara imajinasi, fantasi dan realitas.5. Orang yang berpikir kreatif berlabuh dalam pemikiran yang berlawanan antara keterbukaan dan ketertutupan.6. Orang yang berpikir kreatif juga luar biasa rendah hati dan berbangga diri pada saat yang sama.7. Orang yang berpikir kreatif sampai batas tertentu menghindari stereotipe terhadap gender tertentu dan memiliki kecenderungan berpikir androgini (laki-laki dan perempuan).8. Orang yang berpikir kreatif, umumnya, dianggap memberontak dan independen.9. Orang yang berpikir kreatif, umumnya, bersemangat tentang pekerjaan mereka, namun mereka bisa sangat obyektif terhadap pekerjaan tersebut.10. Keterbukaan dan sensitivitas dari orang yang berpikir kreatif sering mengekspos diri mereka terhadap rasa sakit dan juga kenikmatan.

MANFAAT BERPIKIR KREATIF

Orang yang berpikir kreatif, disamping untuk memenuhi kebeutuhannya, juga berpikir untuk memperbaharui sesuatu yang sudah kolot menjadi yang lebih baru, tetapi ada juga karena memang lahir dari sebuah ide untuk diterjemahkan dalam realitas sebagai salah satu eksistensinya menjadi makhluk atau sebagai mandataris Tuhan di muka bumi ini.

Kreativitas dengan bentuk berpikir kreatif akan memudahkan hidup dan kehidupan ini selalu memiliki jalan yang solutif dalam proses pemecahan masalah, sehingga tidak heran kalau kemudian banyak orang yang sukses, baik secara materi, kepribadian, knowleg dengan mencoba menggunakan pikiran-pikiran kreatif yang cemerlang. dengan demikian orang kreatif akan selalu mencari dan menemukan ide untuk kemudian diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari.

5 TAHAP BERFIKIR KREATIF

Agar mampu berpikir secara kreatif, pikiran harus dioptimalkan pada setiap tahap yang dilalui. Lima tahap pemikiran ialah orientasi, preparasi, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.1. Pada tahap Orientasi Masalah, si pemikir merumuskan masalah dan mengindentifikasi aspek-aspek masalah tersebut. Dalam prosesnya, si pemikir mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang tengah dipikirkan.2. Pada tahap selanjutnya, Preparasi, pikiran harus mendapat sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Kemudian informasi itu diproses secara analogis untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap orientasi. Si pemikir harus benar-benar mengoptimalkan pikirannya untuk mencari pemecahan masalah melalui hubungan antara inti permasalahan, aspek masalah, serta informasi yang dimiliki.3. Pada Tahap Inkubasi, ketika proses pemecahan masalah menemui jalan buntu, biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran bawah sadar kita akan terus bekerja secara otomatis mencari pemecahan masalah. Proses inkubasi yang tengah berlangsung itu akan sangat tergantung pada informasi yang diserap oleh pikiran. Semakin banyak informasi, akan semakin banyak bahan yang dapat dimanfaatkan dalam proses inkubasi.4. Pada proses keempat, yakni Iluminasi, proses inkubasi berakhir, karena si pemikir mulai mendapatkan ilham serta serangkaian pengertian (insight) yang dianggap dapat memecahkan masalah. Pada tahap ini sebaiknya diupayakan untuk memperjelas pengertian yang muncul. Di sini daya imajinasi si pemikir akan memudahkan upaya itu.5. Pada tahap terakhir, yakni Verifikasi, si pemikir harus menguji dan menilai secara kritis solusi yang diajukan pada tahap iluminasi. Bila ternyata cara yang diajukan tidak dapat memecahkan masalah, si pemikir sebaiknya kembali menjalani kelima tahap itu, untuk mencari ilham baru yang lebih tepat.

Gagasan luar biasa.Coleman & Hammen mengungkapkan, ada tiga faktor yang secara umum dapat ikut menunjang cara berpikir kreatif.Pertama, kemampuan kognitif. Seseorang harus mempunyai kecerdasan tinggi. Ia harus secara terus-menerus mengembangkan intelektualitasnya.Kedua, sikap terbuka. Cara berpikir kreatif akan tumbuh apabila seseorang bersikap terbuka pada stimulus internal dan eksternal. Sikap terbuka dapat dikembangkan dengan memperluas minat dan wawasan.Ketiga, sikap bebas, otonom, dan percaya diri. Berpikir secara kreatif membutuhkan kebebasan dalam berpikir dan berekspresi. Juga memerlukan kemandirian berpikir, tidak terikat pada otoritas dan konvensi sosial yang ada. Yang terpenting, ia percaya pada kemampuan dirinya.Seseorang yang mempunyai tingkat kreativitas tinggi, sering kali menghasilkan pemikiran atau gagasan luar biasa, aneh, terkadang dianggap tidak rasional. Bahkan, karena keluarbiasaan itu, tidak sedikit orang kreatif dianggap gila.

Menurut Jalal, ada kesamaan antara orang kreatif dengan orang gila, karena cara berpikirnya tidak konvensional. Bedanya, orang kreatif mampu melakukan loncatan pemikiran yang menimbulkan pencerahan atau pemecahan masalah. Sementara orang gila tidak mampu melakukannya.

Berpikir merupakan suatu aspek dari eksistensi manusia.Kemampuan untuk mewujudkan eksistensinya itu ialah dengan jalan proses berpikir. Proses berpikir itu dapat berwujud di dalam dua bentuk, yaitu proses berpikir tingkat rendah dan proses berpikir tingkat tinggi (Tilaar, Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship, Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2012. hlm.51). Salah satu proses berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kreatif. Pada hakikatnya, pengertian berpikir kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada (Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran, Publisher, Jakarta, 2009. hlm. 146). Secara tradisional kreativitas dibatasi sebagai mewujudkan sesuatu yang baru dalam kenyataan. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan atau tingkah laku, suatu bangunan misalnya gedung, dan hasil lainnya. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap satu masalah yang penekananya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.Berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif yaitu suatu aktivitas mental yang lebih menekankan penalaran untuk memperoleh pengetahuan. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan (Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, Jakarta, Kencana, 2010, hlm. 13). Sabandar menyatakan bahwa berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin harus diselesaikan (Sabandar, J. Berpikir reflektif. Makalah tidak dipublikasikan. Prodi Pendidikan Matematika SPS. UPI, 2008). Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam benak seseorang terkait dengan apa yang teridentifikasi. Papu dalam Sumarmo bahwa kreativitas memuat empat proses utama yaitu: eksplorasi, menemukan, memilih, dan Menerapkan (Sumarmo.U. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Mengembangkan pada Peserta Didik, Makalah tidak diterbitkan. FMIPA UPI.2010)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Manusia yang kreatif selalu berusaha untuk memberi makna pada proses belajarnya. Salah satu hal yang mendorong manusia untuk belajar adalah adanya sifat kreatif dalam dirinya dan keinginan untuk maju.Ia tidak pernah merasa takut pada kesalahan dan kegagalan akan mendorongnya pada pencapaian prestasi yang memuaskan.

Selain memiliki pikiran yang terbuka, pemikir kreatif membangun hubungan di antara hal-hal yang berbeda. Membangun hubungan adalah hal yang alami bagi manusia. Otak manusia senang menemukan pola, yaitu dengan menghubungkan satu hal dengan hal lainnya untuk menemukan makna (Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung, kaifa, 2011, hlm. 216). Berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan- hubungan antara pengetahuan kita (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2004, hlm. 31). Berpikir kreatif membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti :1) Mengajukan pertanyaan.2) Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka.3) Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda.4) Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.5) Mendengarkan intuisi.

CIRI-CIRI BERPIKIR KREATIFSund berpendapat dalam Slameto bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut (Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, Hlm. 147) :1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar.2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.3) Panjang / banyak akal.4) Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti.5) Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas.8) Berpikir fleksibel.9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak.10) Kemampuan membuat analisis dan sintesis. 11) Memiliki semangat bertanya serta meneliti.12) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.13) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

Manusia yang kreatif selalu berusaha untuk memberi makna pada proses belajarnya. Salah satu yang mendorong manusia untuk belajar adalah adanya sifat kreatif dalam dirinya dan keinginan untuk maju. Adapun tahap-tahap dalam proses berpikir kreatif adalah sebagai berikut :a. Tahap persiapan (Preparation)1) Memberi stimulus2) Berpikir menjelajah (Exploration)3) Menyusun perencanaan4) Melakukan aktivitas5) Mereview gagasanb. Tahap Inkubasi (Incubation)c. Tahap Iluminasi (Illumination)d. Tahap Verifikasi.

Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009).

Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai. Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah : the achievement of something remarkable and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way . . . the kinds of things that people do that change the world. Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Csikszentmihalyi (dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru. Guilford (dalam Munandar, 2009) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya (Guilford, dalam Munandar 2009). Sedangkan menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kreativitas merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai suatu kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya :a. Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.b. Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.c. Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.

Oleh karena beragamnya pendapat para ahli akan pengertian kreativitas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat dimengerti.

CIRI-CIRI KREATIVITASGuilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain :a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.b. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbedabeda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.c. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.d. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITASMenurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya :a. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik).Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.

Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya :1) Keterbukaan terhadap pengalaman.Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation). Pada dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.3) Kemampuan untuk bereksperimen atau bermain dengan konsep-konsep.Merupakan kemampuan untuk membentuk kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya :1) Keamanan psikologis.Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu :a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.

2) Kebebasan psikologis.Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Munandar (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif (Kuwato, dalam Zulkarnain, 2002).

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat berbagai faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yang menurut Hurlock (1993) yaitu :a. Jenis kelamin.Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.b. Status sosial ekonomi.Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.c. Urutan kelahiran.Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut dari pada pencipta.d. Ukuran keluarga.Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosioekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.e. Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan.Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan.f. Inteligensi.Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KREATIVITASMenurut Cropley (1999), terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya :a. Tahap Prekonvensional (Preconventional phase).Tahap ini terjadi pada usia 68 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.b. Tahap Konvensional (Conventional phase).Tahap ini berlangsung pada usia 912 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.c. Tahap Poskonvensional (Postconventional phase).Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.

TES KREATIVITAS FIGURAL (TKF)Menurut Munandar, Achir, Winata, Lestari, Rosemini, Rifameutia dan Hartana (1988), Tes Kreativitas Figural (TKF) merupakan adaptasi dari Circle Test yang dibuat oleh Torrance. TKF pertama kali digunakan di Indonesia oleh Utami Munandar pada tahun 1977. Dalam hasil penelitian tersebut diperoleh norma-norma baku dari TKF untuk siswa kelas 4 SD hingga siswa kelas 3 SMA, atau mencakup usia 10 sampai dengan 18 tahun.

Kreativitas yang diukur dalam TKF memiliki pengertian sebagai kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari unsur-unsur yang diberikan yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam memberi gagasan serta kemampuan untuk mengembangkan, merinci, dan memperkaya (elaborasi) suatu gagasan. Adapun aspek-aspek yang mendasari TKF sama dengan ciri-ciri kreativitas yang dikemukakan oleh Guilford, yaitu kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, elaborasi dan originalitas (dalam Munandar dkk., 1988).

PRESTASI AKADEMIK

Pengertian Prestasi AkademikMenurut Chaplin (2006) prestasi adalah suatu tingkatan khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis. Secara pendidikan atau akademis, prestasi merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, melalui tes-tes yang sudah dibakukan, atau melalui kombinasi kedua hal tersebut. Selain itu, Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik sebagai suatu hasil yang diperoleh, dimana hasil tersebut berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar.

Suryabrata (1998) juga menambahkan bahwa prestasi akademik merupakan suatu penilaian hasil pendidikan, dimana untuk mengetahui pada waktu dilakukannya penilaian sejauh manakah anak didik setelah ia belajar dan berlatih dengan sengaja. Dimana, perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar (Sobur, 1996). Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil yang dicapai seseorang dalam bidang akademisnya.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi AkademikSuryabrata (2001) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, yaitu :1. Faktor Eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar, dimana meliputi :a. Faktor non sosial.Faktor non sosial ini meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar. Faktor ini secara langsung dapat mempengaruhi psikologis seseorang yang berakibat pada hasil prestasi yang akan didapat pada mahasiswa.b. Faktor sosial.Faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya, jadi tidak langsung hadir.2. Faktor Internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri,dimana meliputi: a. Faktor Fisiologis.Faktor fisiologis antara lain keadaan jasmani. Keadaanjasmani melatarbelakangi aktivitas belajar; dimana keadaan jasmani yang sehat akan memberikan pengaruh positif dalam proses belajar seseorang sehingga proses belajar tersebut akan memberikan hasil yang optimal.b. Faktor Psikologis.Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah minat, bakat, intelegensi, kepribadian dan motivasi peserta didik.

Selain itu, Muhibbin (2010) juga menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang antara lain :1. Faktor Internal yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis.a. Aspek Fisiologis.Kondisi umum jasmani atau tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intesitas seseorang dalam mengikuti pelajaran.b. Aspek Psikologis.Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan akademik seseorang, antara lain tingkat kecerdasan/intelegensi; sikap siswa tersebut terhadap suatu pelajaran, bakat dan minat siswa, serta motivasi siswa. Dimana motivasi siswa dapat berupa motivasi intrinsik (yang berasal dari dalam diri siswa, dimana siswa melakukan proses belajar siswa tersebut menyukai pelajaran yang ia pelajari) ataupun motivasi ekstrinsik (yang berasal dari luar diri siswa tersebut, dimana siswa ingin mendapatkan nilai/prestasi akademik yang optimal).

2. Faktor Eksternal yang meliputi kondisi lingkungan sekitar yang bersifat sosial maupun non-sosial.a. Faktor sosial.Lingkungan sosial sekitar kampus dapat berupa para dosen,senior, dan teman-teman sekelas lainnya. Dan lingkungan sosial sekitar rumah juga mempengaruhi seseorang untuk mencapai prestasi akademik, seperti dukungan orangtua dan lingkungan tetangga.b. Faktor non-sosial.Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non-sosial adalah gedung kampus dan letaknya, rumah tempat tinggal individu tersebut, alat-alat belajar yang digunakan, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan seseorang.

3. Faktor Pendekatan Belajar, yakni berupa jenis upaya belajar seseorang yang meliputi strategi dan metode yang digunakan seseorang untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Indikator Prestasi Akademik MahasiswaDwipurwani (2012) mengatakan bahwa prestasi mahasiswa dapat dilihat dari IPK (IndeksPrestasi Kumulatif) yang mengukur mahasiswa secaraakademik. Nilai IPK dipengaruhi oleh berbagai hal oleh kualitas tenagapengajar yang diukur melalui tingkat pendidikan formal yang ditamatkan, penguasaan metode mengajardan penguasaan materi yang diajarkan. Muhibbin (2010) juga menambahkan indikator prestasi akademik yang dicapai oleh seseorang mahasiswa dapat dilihat melalui IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang tertera pada setiap semester maupun pada akhir penyelesaian studi. Dimana IPK diperoleh melalui penilaian terhadap mahasiswa melalui hasil tes ataupun tugas-tugas yang sudah dikerjakan mahasiswa. Jadi, indikator prestasi akademik adalah IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) mahasiswa tersebut.

Menurut Sobur (2006) prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar. Prestasi akademik juga dapat diartikan istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh seseorang secara optimal (Setiawan dalam Naam, 2009). Menurut Chaplin (1997) mengemukakan bahwa prestasi akademik adalah suatu keberhasilan yang khusus dari seseorang dalam melaksanakan tugas akademik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi AkademikTerdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang yaitu :a. Faktor internal.1. Faktor Kesehatan Fisik.Menurut Ahmadi (dalam Septiarini, 2011) seseorang yang mengalami kelemahan fisik baik karena sakit maupun cacat di mana saraf sensoris dan motoriknya terganggu dapat mengakibatkan rangsangan yang diterima melalui indera tidak dapat diteruskan ke otak dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan mahasiswa tertinggal dalam pelajarannya.2. Intelegensi.Menurut Ahmadi (dalam Septiarini, 2011) intelegensi seseorang mempengaruhi potensi orang tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya dan potensi itu sesuai dengan tingkatan IQ yang dimilikinya, semakin tinggi IQ seseorang maka semakin baik pula potensinya. Dengan melalui ujian saringan masuk perguruan tinggi yang demikian ketat persaingannya secara praktis sebenarnya mahasiswa sudah terseleksi dalam hal aspek intelegensinya. Namun kenyataan menunjukkan masih cukup besar kendala bagi mahasiswa untuk mendapatkan prestasi yang baik. Intelegensi bukan satu-satunya yang menentukan prestasi akademik mahasiswa. 3. Motivasi.Menurut Maslow (dalam Septiarini, 2011) motivasi adalah sesuatu yang mengarahkan dan membangkitkan suatu tingkah laku pada manusia baik dari diri sendiri yakni berupa kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan maupun dari orang lain. Setiap mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk berprestasi.4. Minat.Minat merupakan rasa suka dan ketertarikan terhadap sesuatu yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian melalui prosespembelajaran terhadap hal yang diminati (Septiarini, 2011). Menurut Djamarah (2002) minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar dalam mencapai ataupun memperoleh benda atau tujuan yang diinginkan. Timbulnya minat belajar disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.5. Kepribadian.Pribadi yang seimbang sangat mempengaruhi proses belajar, pribadi yang seimbang dapat menciptakan kesehatan mental dan ketenangan emosi yang dapat mendorong keberhasilan dalam belajar (Ahmadi dalam Septiarini, 2011). Menurut Purwanto (2004) tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda dengan orang lain. Ada orang memiliki sikap keras hati, berkemauan keras, tekun dalam segalausahanya, halus perasaannya dan sebaliknya. Sifat-sifat kepribadiannya dapat mempengaruhi sampai manakah hasil belajar yang dapat dicapai oleh orang tesebut.6. Fisiologis.Menurut Noehi (dalam Djamarah, 2002) kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpegaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lain cara belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi memiliki kemampuan belajar yang di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi. Mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran. Selain itu menurut Neohi (dalam Djamarah, 2002) hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar. Sebagian besar yang dipelajari manusia yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh, melihat model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya, sehingga kondisi mata dan telinga akan sangat mempengaruhi keefektifan manusia menerima pelajaran dan akan mempengaruhi prestasi akademiknya.

b. Faktor Eksternal.1. Keadaan keluarga.Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh seseorang. Selain itu ada kemampuan keluarga untuk meberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting (Purwanto, 2004).2. Guru dan cara mengajar. Faktor guru dan cara mengajarnya juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Bagaimana sikapdan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak (Purwanto, 2004).3. Alat-alat pelajaran.Menurut Purwanto (2004) institusi yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik oleh guru atau dosen, dan kecakapan pengajar dalam menggunakan alat-alat itu akan mempermudah dan mempercepat belajar seseorang.4. Motivasi sosial.Jika seseorang mendapatkan motivasi sosial dari lingkungan sekitarnya, maka akan timbul keinginan dan hasrat belajar yang lebih baik. Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua, guru, tetangga, sanak saudara, dan teman sebaya (Purwanto, 2004).5. Lingkungan dan kesempatan.Menurut Purwanto (2004) anak yang berasal dari keluarga yang baik, memiliki intelegensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alat yang baik, belum tentu dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Seperti jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh sehingga cukup melelahkan untuk berangkat sekolah. Selain itu menurut Djamarah (2002) pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup didalamnya. Udara yangtercemar merupakan polusi yang dapat menggangu pernapasan. Udara yang terlalu dingin dan terlalu panas juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Lingkungan sekolah yang asri dan kondisi kelas yang baik juga dapat mempengaruhi hasil belajar secara positif. Banyak anak-anak memiliki hasil belajar yang tidak baik karena tidak ada kesempatan seperti sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain diluar kemampuannya (Purwanto, 2004).6. Kurikulum.Menurut Djamarah (2002) kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas belum guru programkan sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata pelajaran, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan kepada anak didik. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke program yang lebih rincidan jelas sasarannya, sehingga dapatdiketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajaryang telah dilaksanankan. Menurut Djamarah (2002) muatan kurikulum akan mempengaruhi akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Seorang guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik dalam waktu yang masih sedikit tersisa, karena ingin mencapai target kurikulum, akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah. Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu saja hasil belajar yang demikian kurang memuaskan dan cenderung mengecewakan (Djamarah, 2002).

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, penelitian ini memfokuskan diri terhadap dampak kepribadian terhadap prestasi akademik mahasiswa.

PENILAIAN PRESTASIPrestasi akademik pada mahasiswa tergantung oleh angka indeks prestasi yang ditentukan pada setiap akhir semester. Indeks Prestasi Semester (IPS) dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah beban kredit yang diambil (Universitas Sumatera Utara, 2010). IPS dapat diukur dengan menggunakan rumus :IPS = (K X N) KK = Jumlah SKS setiap mata kuliah yang tercantum dalam KRS pada semester yang bersangkutan.N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.

Sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang digunakan sebagai alat ukur prestasi akademik pada penelitian ini adalah indeks prestasi yang dihitungberdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester 1 sampai semester terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil. (Universitas Sumatera Utara, 2010). IPK dapat dihitung dengan rumus :IPK = (K X N) KK = Jumlah SKS semua mata kuliah yang dijalani mulai dari semester 1 sampai dengan yang terakhir.N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.

Perhitungan Indeks Prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan oleh bagian pendidikan Fakultas. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif dapat dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Prestasi KumulatifNo Kategori Indeks Prestasi Akademik1 Memuaskan 2,00 x 2,752 Sangat Memuaskan 2,76 x 3,503 Cumlaude 3,51 x 4,00Sumber: Buku Peraturan akademik Program Sarjana Universitas Sumatera Utara2010KREATIFITAS DAN INTELEGENSI.Lembaga pendidikan menjadi salah satu sarana utama pendidikan dalam meningkatkan kreativitas. Hal-hal yang ditingkatkan adalah pengetahuan, ingatan dan kemampuan berpikir logis atau penalaran yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada berdasarkan informasi yang tersedia (Supriadi, 2001).Pendidikan juga mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Seperti yang tercantum pada Pasal 3 UU Sisdiknas tahun 2003 (dalam Suparlan, 2004) bahwa : Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Salah satu tempat dimana pendidikan diberikan selain sekolah, khususnya secara formal adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan sebagai salah satu wadah pendidikan yang memegang peranan penting dan diharapkan mampu menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam berbagai bidang ilmu yang nantinya mampu menjawab tantangan pembangunan dengan bekal ilmu dan kemampuan yang dimilikinya (Sidjabat, 2008).

Tugas perguruan tinggi bukan hanya menyampaikan pengetahuan (to inform) kepada mahasiswa untuk dihafalkan dan dilestarikan. Perguruan tinggi juga bertujuan untuk membentuk mahasiswa menjadi pribadi dan komunitas yang mampu berpikir kritis, memahami dirinya, mengembangkan potensi dirinya, sehingga kompeten dalam memecahkan masalah kehidupan yang sedang dihadapi dan di dalam tugas-tugas masa depan (Sidjabat, 2008).

Saputro (2008) mengatakan beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas pada mahasiswa antara lain : (1) terbelenggu dengan aktifitas rutin, (2) takut berbuat salah dan ditertawakan, (3) rasa malas yang berlebihan atas sesuatu yang akan dikerjakan, dan (4) kuliah hanya mementingkan nilai saja dari pada skill. Salah satu dari beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas pada mahasiswa di atas juga dapat kita lihat pada mahasiswa psikologi USU. Hal ini diungkapkan oleh Toni (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU : Kreativitas mahasiswa Psikologi menurut saya kurang kakyamemang saya nggak bisa menggeneralisasikan semua mahasiswa psikologi di sini tapi yang saya lihat siseperti itu contohkecilnya aja kak, setiap ada acara nggak semua mahasiswanya itu ikut berpartisipasi di ancam dulu baru pada ikut berpartisipasi terus hampir semua anak-anak disini punya gang-gang tersendiri, rasa kekeluargaannya masih kurang gimana mau berkumpul bersama-sama membuat sesuatu hal yang baru buat kampus ini (Komunikasi Personal, Medan, 22 Mei 2008)

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)Kaitan Inteligensi, Kreativitas dan Pengikatan Diri Terhadap Tugas Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri

Diennaryati TjokrosuprihatonoDeskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/bo/uibo/detail.jsp?id=83369&lokasi=lokal------------------------------------------------------------------------------------------AbstrakRaudsepp (1981) dalam uraiannya mengemukakan beberapa tantangan atau masalah yang sering ditemui saat ini. Masalah yang ditemui ini menyangkut semua dimensi kehidupan manusia, sehingga tidak dapat hanya didekati dari segi ilmiah dan teknologi semata. Pemikiran-pemikiran yang mendalam juga dituntut dalam semua bidang ilmu. Olson melihat bahwa masalah yang dihadapi bukan sebagai ancaman, tetapi tantangan untuk menggunakan kreativitas demi peningkatan diri dan menentukan strategi, metode dan teknik kreatif untuk menanggulanginya.

Perguruan Tinggi sebagai salah satu wadah pendidikan memegang peranan penting dan diharapkan mampu membuahkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam berbagai bidang ilmu yang nantinya mampu menjawab tantangan pembangunan dengan bekal ilmu dan kemampuan yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan pendidikan psikologi. Sarjana Psikologi dituntut kreativitasnya dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori yang diketahuinya agar tepat dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisinya yang ada. Sehubungan upaya memperoleh sarjana yang tangguh dan berkualitas dan mampu berprofesi dalam bidangnya, diharapkan mahasiswa yang kuliah di Fakultas Psikologi bisa menunjukkan prestasi belajar yang baik, minimal, ia harus pandai, kreatif dan memiliki pengikatan diri terhadap tugas dan jangan menjadi mahasiswa yang putus kuliah. Diharapkan mahasiswa harus memiliki kemampuan lain di samping kepandaian semata.

Faktor inteligensi yang tinggi saja tidaklah cukup untuk menjadi prediktor keberhasilan studi. Dari hasil beberapa penelitian, tampak adanya korelasi yang rendah antara inteligensi yang diukur dengan tes inteligensi konvensional dengan prestasi belajar. Nason (1958) menemukan koefisien korelasi 0.34 untuk anak laki-laki dan 0.39 untuk anak perempuan antara inteligensi dan prestasi belajar. Freudhoff (1955) mendapatkan korelasi sebesar 0.44 dengan sampel siswa kelas 8. Surya di Indonesia (1983) mengadakan penelitian terhadap sampel tingkat sekolah dasar. Dari hasil penelitiannya ia menemukan bahwa 10% dari jumlah siswa memiliki potensi yang tinggi tetapi tidak berprestasi dalam belajarnya. Dari penelitian diatas, tampak bahwa angka koefisien korelasi antara faktor inteligensi dengan prestasi belajar menunjukkan hubungan yang signifikan rendah. Hal ini memberikan petunjuk bahwa faktor inteligensi semata bukanlah prediktor terhadap keberhasilan atau prestasi belajar. Ada faktor lain di samping inteligensi yang juga merupakan prediktor prestasi belajar.

Surya {1983) sehubungan dengan gejala kurang berprestasi pada anak tingkat sekolah dasar lebih lanjut mengemukakan bahwa gejala berprestasi kurang bukanlah bukan lagi sebagai masalah intelektual akan tetapi lebih merupakan masalah non intelektual baik internal maupun eksternal. Kenyataan ini dialami juga oleh mahasiswa ditingkat perguruan tinggi. Guilford dalam pidato pengukuhannya menyatakan keluhan terhadap lulusan pendidikan saat itu, yang dirasakan sangat tidak kreatif. Dari apa yang dikeluhkan Guilford terhadap sarjana lulusan pendidikan tinggi, serta diperkuat dengan penelitian lain mengenai hubungan inteligensi dengan prestasi belajar, tampak bahwa mencari siswa atau mahasiswa yang bisa berprestasi tidak bisa jika hanya mengandalkan faktor tingginya inteligensi semata, tetapi juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.

Getzels dan Jackson (1963) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kreativitas dan inteligensi memiliki kekuatan yang sama di dalam menentukan prestasi akademis seseorang. Olson {1980) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan alat ampuh yang sederhana yang merupakan milik manusia. Sedangkan Taylor menyebutkan bahwa kreativitas merupakan kualitas manusia yang lebih dari kualitas. Kualitas lainnya dan sangat penting dalam membentuk masa depan manusia. Renzulli (1977) dalam penelitiannya terhadap keberbakatan memberikan pendapat yang melengkapi pandangan tentang keberhasilan belajar, terutama yang disebut sebagai mampunya seseorang dianggap 'berbakat' yang berarti ia tampil mengagumkan dalam prestasi belajarnya. Menurut Renzulli, keberbakatan baru termanifestasi jika individu memiliki 3 "cluster" yang berperan dalam dirinya, yaitu: 1) Inteligensi diatas rata-rata 2)Kreativitas yang cukup tinggi 3) Pengikatan diri terhadap tugas.Bila dihubungkan dengan prestasi belajar, pengikatan diri terhadap tugas merupakan salah satu sikap yang dibutuhkan manusia untuk mewujudkan keberhasilan belajarnya. Menurut Renzulli, inteligensi yang tinggi maupun kreativitas semata belum tentu mampu meramalkan keberhasilan belajar seseorang. Apa artinya pandai dan kreatif jika ia tidak bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas dan kewajibankewajibannya.

Dari kenyataan bahwa inteligensi bukanlah satu-satunya prediktor keberhasilan belajar, tetapi terdapat faktor-faktor lain yang berperan, yaitu kreativitas (berfikir kreatif dan sikap kreatif) serta pengikatan diri terhadap tugas. Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk turut memberi sumbangan pengetahuan terhadap khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kreativitas, yang mencakup baik segi kognitif atau cara berfikir kreatif maupun segi afektif dari kreativitas serta masalah pengikatan diri terhadap tugas.Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :1. Mengetengahkan masalah kreativitas maupun pengikatan diri terhadap tugas dalam pendidikan Psikologi sebagai salah satu faktor yang bisa dipertimbangkan didalam bimbingan akademik mahasiswa sebagai upaya bimbingan agar mereka bisa mencapai prestasi optimal dan berhasil dalam studinya, disamping masalah inteligensi.2. Menambah alat pengukuran kreativitas yang menyangkut aspek afektif yaitu pengukuran skala sikap kreatif bagi mahasiswa Psikologi.3. Dikembangkannya skala sikap Pengikatan diri terhadap tugas yang merupakan salah satu prediktor keberhasilan studi.4. Dengan dikembangkannya alat pengukuran afektif dari kreativitas yaitu skala sikap kreatif dan juga skala Pengikatan diri terhadap tugas bagi mahasiswa fakultas Psikologi, maka alat ini dapat digunakan untuk membantu mendeteksi salah satu kemungkinan dari masalah belajar yang dihadapi mahasiswa di fakultas Psikologi.

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Gajah Mada dan Padjadjaran.Metode penelitian yang dipakai adalah perhitungan multiple regression, korelasi parsial, korelasi tunggal, analisa varians.Dari hasil penelitian dilakukan berdasarkan hipotesis yang ditegakkan, ternyata ke empat variabel penelitian yang mencakup inteligensi, kreativitas (berfikir kreatif dan sikap kreatif) serta pengikatan diri terhadap tugas memiliki hubungan yang signifikan positif dengan prestasi belajar. Adapun gambaran hasil menunjukkan bahwa 13% dari varians prestasi belajar didukung oleh ke empat variabel penelitian dengan sumbangan terbesar diberikan oleh variabel pengikatan diri terhadap tugas dan diikuti oleh variabel inteligensi.Kreativitas sendiri, baik yang mencakup dimensi berfikir kreatif maupun sikap kreatif secara keseluruhan tidak memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Tetapi khususnya di Fakultas Psikologi UI, dimensi kelancaran berfikir pada cara berfikir kreatif tampaknya memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Tetapi tidak demikian halnya dengan UNPAD dan UGM. Disamping itu beberapa variabel penelitian juga menunjukkan perbedaan pada masing-masing Fakultas Psikologi. Variabel inteligensi tampak berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD, tetapi pada Fakultas lainnya (UI & UGM), tidak signifikan. Pada variabel sikap kreatif, tampaknya pada mahasiswa Fakultas Psikologi UI menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif dengan prestasi belajar, artinya semakin memiliki sikap kreatif, prestasi belajar yang ditampilkan semakin kurang baik. Tapi tidak demikian halnya dengan mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD dan UGM.