INTAN - ftpp-unipa.ac.id
Transcript of INTAN - ftpp-unipa.ac.id
INTAN jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan
ISSN 2655-3473 VOLUME 01 | EDISI 1 | NOVEMBER 2018
79 | Morfologi Abu Limbah Pengolahan Kayu
Sebagai Bahan Dasar Geopolimer Untuk
Material Penyangga Tambang Bawah Tanah
Diterbitkan oleh :
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Universitas Papua
Manokwari
1 | Time and Motion Study Pekerjaan
Penyanggaan Pada Lokasi Produksi Tambang Ciguha Utama PT. Antam
(Persero) Tbk UBPE Pongkor
8 | Perencanaan Teknis Sistem
Penyaliran Tambang Batubara Pada PT. Nan Riang Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
14 | Estimasi Sumber Daya Andesit
Menggunakan Metode Cross Section PT. AKAM di Kabupaten Sorong
Provinsi Papua Barat
20 | Potensi Cadangan Mineral dan
Batubara di Indonesia dan Dunia
32 | Persepsi Masyarakat Terhadap
Penambangan Batugamping Di PT. SDIC Papua Cement Indonesia
Manokwari Ditinjau Dari Segi Budaya
38 | Perhitungan Kebutuhan Material
Penyemenan Dengan Metode Balance Plug Pada Program Cement Plug
Sumur X Lapangan Y
44 | Analisis Pengambilan Dan
Preparasi Sampel Berdasarkan Hasil Pengujian Kadar Nikel Pada PT. Haltim
Mining Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
53 | Evaluasi Geometri Jalan Angkut
Tambang Dan Rancangan Drainase Pada PT. Sumber Anugerah Buana
Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat
59 | Analisis Stabilitas Lereng Batuan
Dengan Metode Slope Stability Probability Classification (SSPC) Pada Kawasan Piyungan-Patuk,
Daerah Istimewa Yogyakarta
69 | Penambangan Marmer Pada PT. Makassar
Marmer Muliaindah Kabupaten Maros
Jurnal Penel i t ian Tambang
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
ISSN 2655-3473
Volume 1 Edisi 1, November 2018 Halaman 1-75
INTAN Jurnal Penelitian Tambang diterbitkan oleh Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua di Manokwari sebagai media untuk menyalurkan
pemahaman tentang aspek-aspek sains, teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan dari dunia pertambangan
berupa hasil penelitian lapangan atau laboratorium maupun studi pustaka. Jurnal ini diterbitkan dua kali
dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan November.
Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media lain dari dosen, peneliti, mahasiswa
maupun praktisi dengan ketentuan penulisan seperti tercantum pada halaman belakang (petunjuk
penulisan). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata
cara lainnya
Penanggung jawab
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan – Universitas Papua
Reviewer
Dr. Hendri Prananta Perangin-angin, ST., MT.
Jance Murdjani Supit, ST., M.Eng.
Yulius Ganti Pangkung, ST., M.Eng.
Tim Editor
Juanita Rosalia Horman, ST., MT.
Marcus R. Maspaitella, SP., M.AgriCom.
Agustinus Denny Unggul Raharjo, ST., M.O.G.E.
Sekretariat
Djusman Bin Aziz, ST.
ALAMAT SEKRETARIAT INTAN JURNAL PENELITIAN TAMBANG: Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTPP) Universitas Papua, Gedung
Teknik, Jalan Gunung Salju, Amban, Manokwari, Papua Barat. Telepon: 085244058187
Website: jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan
`
INTAN Jurnal Penel i t ian Tambang
jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan
ISSN 2655-3473 VOLUME 01 | EDISI 1 | NOVEMBER 2018
DAFTAR ISI
1 | Time and Motion Study Pekerjaan Penyanggaan Pada Lokasi Produksi
Tambang Ciguha Utama PT. Antam (Persero) TBK UBPE Pongkor
Deddy H. Elias, Indra Birawaputra
8 | Perencanaan Teknis Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada
PT. Nan Riang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi
Glory Hutagalung, Yulius G. Pangkung
14 | Estimasi Sumber Daya Andesit Menggunakan Metode Cross Section
PT. Akam di Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat
Aldi F. Valderama, Ricardo O.M Hutapea
20 | Potensi Cadangan Mineral dan Batubara di Indonesia dan Dunia
Arif Setiawan
32 | Persepsi Masyarakat Terhadap Penambangan Batugamping di PT. SDIC
Papua Cement Indonesia Manokwari Ditinjau Dari Segi Budaya
Maria A. I. Awandoi, Indra Birawaputra
38 | Perhitungan Kebutuhan Material Penyemenan Dengan Metode
Balance Plug Pada Program Cement Plug Sumur X Lapangan Y
Hastowo Resesiyanto
44 | Analisis Pengambilan dan Preparasi Sampel Berdasarkan Hasil Pengujian Kadar Nikel
Pada PT. Haltim Mining Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
Jimmy E. A. Fatubun, Yulius G. Pangkung
53 | Evaluasi Geometri Jalan Angkut Tambang dan Rancangan Drainase Pada
PT. Sumber Anugerah Buana Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat
Petricia J. Etwiory, Bambang Triyanto
59 | Analisis Stabilitas Lereng Batuan Dengan Metode Slope Stability Probability
Classification (SSPC) Pada Kawasan Piyungan-Patuk, Daerah Istimewa Yogyakarta
Rana Wiratama
69 | Penambangan Marmer Pada PT. Makassar Marmer Muliaindah Kabupaten Maros
Juanita R. Horman
79 | Morfologi Abu Limbah Pengolahan Kayu Sebagai Bahan Dasar
Geopolimer Untuk Material Penyangga Tambang Bawah Tanah
Jance M. Supit
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
1
TIME AND MOTION STUDY PEKERJAAN PENYANGGAAN
PADA LOKASI PRODUKSI TAMBANG CIGUHA UTAMA
PT. ANTAM (PERSERO) TBK UBPE PONGKOR
Deddy H. Elias1), Indra Birawaputra2)
1)Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 2)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Papua
1) 2) Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Email: 1)[email protected], 2)[email protected]
Abstract
Time and motion study is a method of time measurement process, from which time wasting in ground
support task that involve human interventions, could be reduced. This method was utilised to figure out the
efficiency resulted by buffering tasks, as well as to analyse the work cycle produced by supporting crews
of Mega Mustika Utama in PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor. The results revealed that the efficiency in workhours of ground support task included survey of location, job cards, and time for meals. The daily
work cycle begun from change self protection tools at the beginning of the shift to the replacement of self
protection tools at the end of the shift. The results also highlighted that the highest work efficiency of buffering tasks was 84.10%, and the lowest work efficiency was 25.83%.
Keyword: Time and Motion method, measurement of working time, ground support
Abstrak
Time and motion study merupakan suatu metode proses pengukuran waktu sehingga dapat mengurangi
waktu terbuang yang kecil pada pekerjaan penyanggaan yang mengacu pada prosedur dimana aspek manusia dilibatkan guna mengetahui seberapa besar efisiensi dan siklus kerja yang dihasilkan pada kru
penyanggaan Mega Mustika Utama pada PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor. Dari hasil penelitian diperoleh
total waktu kerja perhari dan persentase kerja dalam bentuk tabel dan diagram, dimana waktu kerja penyanggaan terdiri dari kegiatan cek lokasi, job card sampai dengan kembali ke kantin dan siklus kerja
perhari dimulai dari ganti APD di awal shift sampai kembali ganti APD di akhir shift. Dari hasil
pengumpulan data dan perhitungan didapatkan efisiensi kerja tertinggi 84,10 % dan efisiensi kerja terendah 25,83%.
Kata kunci: metode Time and Motion, Pengukuran Waktu Kerja, Penyanggaan
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
2
PENDAHULUAN
Sebagai perusahaan swasta maupun instasi pemerintah dituntut untuk dapat beroperasional
dengan efektif dan efisien. Hal ini merunjuk pada
tantangan yang saat ini semakin besar ditambah
lagi perusahaan diperhadapkan dengan adanya perdagangan bebas yang tentunya akan lebih
mengentalkan persaingan antar perusahaan.
Efisiensi tidak akan dapat diukur apabila sebuah perusahaan tidak memiliki suatu acuan atau standar
yang baku. Sebuah standar biasanya merupakan
langkah awal dalam menentukan kebutuhan pekerja. Standar yang baik, harus menunjukkan
tingkatan pencapaian optimal yang harus dilakukan oleh pekerja.
Metode time and motion study dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja akan tetapi,
lebih sering penggunaannya untuk tujuan perencanaan untuk memprediksi tingkat keluaran
perusahaan yang akan dihasilkan kemudian hari.
Dan untuk mengetahui seberapa efisien time and motion study pada tambang bawah tanah “Ciguha
Utama” oleh PT. Mega Mustika Utama (MMU),
maka perlu dilakukan terkait time and motion study
itu sendiri selanjutnya dilakukan analisa terkait efisien.
METODOLOGI PENELITIAN
Data dibuat dalam diagram dengan beberapa
data yang ada berupa laporan kerja harian dan
waktu kerja setiap shift. Dari data primer dan
sekunder yang diperoleh akan digunakan untuk
perhitungan efisensi pekerjaan dari kru
penyanggaan.
Gambar 1. Rancangan Penelitian
DASAR TEORI
Time and Motion Study Time and motion study adalah proses
management waktu.
Time study, memiliki aspek utama seperti
keragaman prosedur dalam penentuan lama waktu
yang dibutuhkan dengan standar waktu yang telah ditetapkan yang dalam aktifitasnya melibatkan
manusia, mesin atau kombinasi dari beberapa aktifitas.
Motion study, memiliki aspek yang terdiri
dari deskripsi, analisis sistematis dan
pengembangan motode kerja untuk menentukan suatu bahan baku, desain output, alat, tempat kerja
dan perlengkapan dalam setiap langkah pekerjaan itu sendiri.
Terdapat dua macam teknik pengukuran time study, yaitu:
Pengukuran waktu secara langsung
Yaitu pengukuran waktu dengan mengamati pekerjaan secara langsung yang dilakukan oleh kru.
Pengukuran secara langsung terdapat dua metode
yakni jam henti (stopwatch time study) dan sampling kerja (work sampling)
Pengukuran waktu secara tidak langsung
Proses pengukurannya secara tidak langsung yakni dengan melakukan pengukuran waktu
dimana pengamat tidak berada dilokasi
pengamatan. Pengukuran ini dengan memanfaatkan data waktu baku (standard data)
dan data waktu gerakan (prederter mined time system)
Beberapa teknik yang telah dikembangkan
dalam motion study dapat dilihat dibawah ini,
sesuai dengan tipe pergerakan atau perubahan yang terjadi:
1. Teknik kategori 1 bertujuan untuk memilih jenis kelas perubahan, terdiri dari teknik: preliminary
possibility guide, work activity analysis, work
sampling dan motion study.
2. Teknik kategori 2 bertujuan untuk mendeskripsikan output tertentu yang
dihasilkan dari pergerakan, terdiri dari teknik:
work unit analysis, work activity analysis. 3. Teknik kategori 3 bertujuan untuk
mengevaluasi setiap detil dari sebuah pekerjaan,
terdiri dari teknik: work activity analysis, network diagram, work sampling.
Efisiensi
Efisiensi kerja adalah pelaksanaan pekerjaan dengan cara tertentu tanpa mengurangi tujuan yang
dikerjakan dengan cara paling mudah
mengerjakannya, paling murah biayanya, paling sedikit tenaganya, paling ringan bebannya dan paling singkat waktunya.
Hal tersebut diukur dari : Segi produktivitas,
yakni meninjau efisiensi dari segi hasil atau output
saja. Semakin tinggi hasilnya, maka semakin efisien.
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
3
efisiensi =waktu pekerjaan utama
Total waktu x 100% (1)
Tabel 1. Indikator Efisiensi
No Indikator Hasil
1
2
3
0% - 30%
40% - 70%
80% - 100%
Belum efisien
Cukup efisien
Sangat efisien
Penyanggaan
Penyanggaan memiliki fungsi sebagai kontrol masa batuan yang berada disekitar lubang
bukaan tambang. Sitem penyangga dikelompokan
menjadi 2, yakni sistem penyangga aktif dan penyangga pasif.
Penyangga aktif Bersifat memperkuat batuan secara
langsung. Artinya jika penyangga sudah dipasang,
maka penyangga tersebut secara langsung menahan
beban batuan. Yang termasuk dalam penyangga aktif adalah rock bolt, weld mesh dan wire mesh.
Penyangga pasif Bersifat memperkuat masa batuan secara
tidak langsung. Artinya penyangga hanya akan
berkerja, jika batuan runtuh. Yang termasuk dalam penyangga pasif adalah Cribbing, H-Beam dan Stappling
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Proses pengamatan Time and Motion study
dilakukan di Tambang Ciguha PT.Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor dengan mitra kerja PT. Mega
Mustika Utama Proses pengamatan dilakukan dari
tanggal 30 Mei 2017-06 Juni 2017 yang dilakukan
pada lokasi sebagai berikut:
1. Ciguha DFW
2. Ciguha XC 1P Vein A Ke Selatan
3. Ciguha CGBS 476 Ke selatan 4. Ciguha XC 475 Vein A Ke Selatan
Data Hasil Pengamatan
Time study tanggal 30 Mei 2017
Selama proses pengamatan berlangsung
kegiatan operasional, yakni kegiatan rehab stapling dinding 2 set.
Gambar 2. Diagram Time and motion study shift 1
tanggal 30 Mei 2017
Efisiensi = 124
480 x 100%
= 25,83%
Time study tanggal 31 Mei 2017
Selama proses pengamatan berlangsung 2
kegiatan operasional, yakni kegiatan bongkar habim ,dan rehab stapling dinding.
Gambar 3. Diagram Time and motion study shift 1 tanggal 31 Mei 2017
Efisiensi = 404
480 x 100%
= 84,10%
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
4
Time study pada tanggal 1 Juni 2017
Selama proses pengamatan berlangsung 1 kegiatan operasi, yakni kegiatan stapling 1 set.
Gambar 4. Diagram Time and motion study shift 1 tanggal 1 Juni 2017
Efisiensi = 320
644 x 100%
= 49,69%
Time study pada tanggal 2 Juni 2017 Selama proses pengamatan berlangsung 2
kegiatan, yakni kegiatan Pembongkaran H-beam dan Pasang H-beam
Gambar 5. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 2 Juni 2017
Efisiensi = 224
518 x 100%
= 43,24%
Time study pada tanggal 3 Juni 2017
Selama proses pengamatan berlangsung 2
kegiatan, yakni kegiatan pasang stull dan stapling roof.
Gambar 6. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 3 Juni 2017
Efisiensi = 195
480 x 100%
= 40,63%
Time study pada tanggal 4 Juni 2017
Selama proses pengamatan berlangsung 2
kegiatan, yakni kegiatan stapling roof dan stapling dinding
Gambar 7. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 4 Juni 2017
Efisiensi = 236
480 x 100%
= 49,17%
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
5
Time study pada tanggal 5 Juni 2017
Selama proses pengamatan berlangsung 1 kegiatan, yakni kegiatan rehab stapling dinding.
Gambar 8. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 5 Juni 2017
Efisiensi = 256
480 x 100%
= 15,21%
Time study pada tanggal 5 Juni 2017
Selama proses pengamatan berlangsung 2 kegiatan, yakni kegiatan pasang skur dan stapling roof.
Gambar 9. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 6 Juni 2017
Efisiensi = 276
483 x 100%
= 60,04%
Pembahasan
Motion study Pada penelitian ini teknik motion study yang
tepat adalah pada kategori 2 karena hasil dari
penelitian skripsi ini adalah dapat menegetahui
aktivitas kerja dari kru penyanggaan dan analisis kerja perunit.
Kegiatan utama pekerjaan penyanggaan
adalah cek lokasi job card sampai kembali ke
kantin setelah pekerjaan penyanggaan selesai, bahwa pada kegiatan utama pekerjaan
penyanggaan dilapangan sangatlah bervariarsi dan
kegiatan pendukung ialah ganti APD, safetytalk, jalan ke kantin tambang dan istirahat setelah
pekerjaan penyanggaan selesai sampai kembali ganti APD.
Time Study
Time study tanggal 30 Mei 2017
Berdasarkan data time study yang didapat waktu efisiensi kerja 25,83% dan pekerjaan belum
berjalan efisien. Terdapatnya waktu yang terbuang
3 jam 2 menit. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada ketersediaan front kerja
adalah dengan memberikan pekerjaan di lokasi lain atau membatu kru lain yang sedang ada pekerjaan.
Time study tanggal 31 Mei 2017
Berdasarkan data time study yang didapat
waktu efisiensi kerja 84,10% dan pekerjaan berjalan sangat efisien.
Dalam pengamatan yang di lakukan
didapatkan pekerjaan rehab stapling tanpa menggunakan bantuan loader untuk mengakat
bahan ke posisi pemasangan yang baik sehingga
bahaya dapat terjadi kepada kru tersebut, dan
kurangnya karyawan yang hadir sehingga waktu kerja bongkar H-beam dan rehab stapling cukup lama.
Time study tanggal 1 Juni 2017
Berdasarkan data time study yang didapat
waktu efisiensi kerja 49,69% dan pekerjaan berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar 50,31%.
Kendala yang ditemukan pada waktu
pengamatan dilapangan adalah ketidaksiapan
mekanik sehingga waktu menunggu perbaikan alat yang lama.
Time study tanggal 2 Juni 2017
Berdasarkan data time study yang didapat waktu efisiensi kerja 43,24% dan pekerjaan
berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar
56,76% dikarenakan waktu pekerjaan berakhir lebih cepat dan adanya waktu menunggu whell
loader membantu kru lain memasang blower di lokasi lain.
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
6
Kendala yang ditemukan pada waktu
pengamatan dilapangan adalah kurangnya kru yang hadir.
Time study tanggal 3 Juni 2017
Berdasarkan data time study yang didapat waktu efisiensi kerja 40,63% dan pekerjaan
berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar 59,38%.
Kendala yang ditemukan pada waktu
pengamatan dilapangan adalah waktu tunggu whell loader breakdown sebesar 1 jam 26 menit.
Time study tanggal 4 Juni 2017
Berdasarkan data time study yang didapat waktu efisiensi kerja 46,25% dan pekerjaan
berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar 50,83 %.
Kendala yang ditemukan pada waktu
pengamatan dilapangan adalah waktu tunggu pengambilan bahan sebesar 27 menit dikarenakan
kru yang mengikut hanya 2 orang dan 1 operator whell loader.
Time study tanggal 5 Juni 2017
Berdasarkan data time study yang di dapat
waktu efisiensi kerja 53,33% dan pekerjaan berjalan cukup efisien. Terdapatnya waktu yang
terbuang 3 jam 5 menit. Waktu standby sebesar
15,21 % dikarenakan pekerjaan yang tersedia hanya rehab stapling.
Kendala yang ditemukan pada waktu
pengamatan dilapangan adalah jumlah set yang direhab sedikit sedangkan waktu kerja masih tersedia.
Time study tanggal 6 Juni 2017
Berdasarkan data time study yang di dapat
waktu efisiensi kerja 60,04% dan pekerjaan berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar
39,96 % dikarenakan pekerjaan yang tersedia hanya pasang skur dan stapling roof.
Kendala yang ditemukan pada waktu
pengamatan dilapangan adalah kurangnya
karyawan yang hadir, peralatan las yang rusak dan bahan yang tidak tersedia sehingga pekerjaan
terganggu berdampak pada adanya waktu overshift yang besar yakni 208%
KESIMPULAN
Selama proses pengambilan data time and motion study memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Siklus kerja kru penyangaan
1. Siklus kerja pada pengamatan di lapangan
adalah dimulai dari ganti APD sebelum melakukan pekerjaan pada tambang bawah
tanah dan ganti APD setelah keluar dari dalam
tambang. 2. Siklus kerja kegiatan pendukung ialah ganti
APD, safetytalk, jalan ke kantin tambang,
istirahat setelah pekerjaan penyanggaan, keluar tambang dan ganti APD.
3. Siklus kerja kegiatan utama pekerjaan
penyanggaan dimulai dari cek lokasi job card,
jalan ke front, transport bahan ke front, setting bahan sampai ke bali ke kantin.
Efisiensi kru penyangaan
1. Pengamatan tanggal 30 Mei 2017: Total waktu
selama 8 jam dengan efisiensi kerja 25,83%,
waktu standby 74,17% dan terdapatnya waktu terbuang 3 jam 2 menit.
2. Pengamatan tanggal 31 Mei 2017: Total waktu
selama 8 jam dengan efisensi kerja 84,10% dan
waktu standby 15,90% dan terdapatnya waktu overshift 1 jam 45 menit
3. Pengamatan tanggal 1 Juni 2017: Total waktu
selama 8 jam dengan efisiensi kerja 49,69%, waktu standby 50,31% dan terdapatnya waktu
overshift 2 jam 44 menit.
4. Pengamatan tanggal 2 Juni 2017: Total waktu selama 8 jam dengan efisensi kerja 43,24%,
waktu standby 56,76% dan terdapatnya waktu
overshift 38 menit.
5. Pengamatan tanggal 3 Juni 2017: Total waktu selama 8 jam dengan efisensi kerja 40,63%,
waktu standby 59,38% dan terdapat waktu
terbuang 37 menit. 6. Pengamatan tanggal 4 Juni 2017: Total waktu
selama 8 jam dengan efisiensi kerja 46,25% dan
waktu standby 50,83% dan terdapat waktu
terbuang 19 menit. 7. Pengamatan tanggal 5 Juni 2017: Total waktu
selama 8 jam dengan efisiensi kerja 53,33%,
waktu standby 46,67% dan terdapat waktu terbuang 2 jam 31 menit.
8. Pengamatan tanggal 6 Juni 2017: Total waktu
selama 8 jam dengan efisiensi kerja 60,04%, waktu standby 39,96% dan terdapat waktu terbuang 3 menit.
Selama pengambilan data ditemukan faktor
penghambat proses kerja, yaitu:
1. Adanya aktifitas pekerjaan penyangaan tanpa
bantuan alat berat. 2. Ketidak siapan mekanik di lapangan.
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
7
3. Kurangnya kru yang hadir.
4. Adanya alat pendukung pekerjaan penyanggaan
yang rusak. 5. Bahan yang tidak tersedia.
DAFTAR PUSTAKA Akmadnafarin blogspot. Penyanggaan Tambang
Bawah Tanah. html
Januar Sutrisno.2008. Definisi dan ruang lingkup time and motion study. https://januarsutrisno
yayan.wordpress.com
Mundel, Marvin, E. and david L Dunner 1994.
Time and motion study: Improving Productivity,
Sevent Edition, Prentice-Hall Publishing
Company, USA
Monika Kussetya Ciptani. 2012. Peningkatan
Produktivitas dan Efisiensi Biaya Melalui
Integrasi Time & Motion Study dan Activity-
Based Cousting 32-43
Sukandarrumidi, 2012 Metodologi Penenlitian.
Gadja Mada University Press. Yogyakarta
Yudi S. 2016. Time study Aktivitas Penambangan
Emas Oleh Mitra Kerja PT. Karya Sakti
Purnama Di Tambang Gudang Handak PT ANTAM UBPE Pongkor. Skripsi Jurusan
Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Respati Ayuningtyas, t.t. Analisis Peningkatan
Produktivitas dan Efisiensi Kerja Dengan
Penerapan Kazien.176
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
8
PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG
BATUBARA PADA PT. NAN RIANG
KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI
Glory Hutagalung1), Yulius Ganti Pangkung2)
1) 2) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 1) 2) Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: 1)[email protected], 2)[email protected]
Abstract
PT. Nan Riang is a coal mining company located in Muara Tembesi District, Batanghari Regency, Jambi
Province. PT. Nan Riang applied open pit system in its operation, in which Stripe Mine was considerably
implemented as the main method. The utilisation of this method would form pits, so that, during rainy days, the water could potentially be stagnant in front. The catchment areas are divided into 6 sections; the 1st
catchment area was 0.00929 km2, the 2nd catchment area was 0.06017 km2, the 3rd catchment area was
0.03256 km2, the 4th catchment area was 0.03960 km2, the 5th catchment area was 0.08065 km2, and the 6th catchment area was 0.02596 km2. From the calculation of drainage dimensions, it was highlighted that the
water level was approximately 0.26 m, width of drainage was about 0.39 m, width of drainage surface was
0.78 m, wet circumference was about 0.73 m, the depth of was 1.07 m, and length of side was 1.19 m. The
pump that is set for the drainage was LCC-H 50-230, with the pumping capacity of 3,405 m3/ hour. These pumps have Total Head of 90 m, with the impeller rotation of 3710 rpm. The amount of water entering the
settling pond was 15.80336 m3/ second, with the settling widht of 29.71 m2 pond. Regarding the dimensions
of settling pond, in which water could be gathered as calculated, therefore settling pond should be set at 10 m in length, 4 m in width and 2 m in height, with the volume of 237.64451 m3.
Keywords: drainage, pumps, settling pond.
Abstrak
PT. Nan Riang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada di Kecamatan Muara
Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. PT. Nan Riang melakukan sistem tambang terbuka yang menggunakan metode Stripe Mine sehingga akan membentuk cekungan, sehingga pada saat hujan
berpotensi air akan tergenang pada front. Luasan daerah tangkapan hujan pada daerah penelitian ini dibagi
menjadi 6 bagian. Daerah tangkapan hujan I luas area 0,00929 km2, daerah tangkapan hujan II luas daerah 0,06017 km2, daerah tangkapan hujan III luas daerah 0,03256 km2, daerah tangkapan hujan IV luas daerah 0,03960 km2, daerah tangkapan hujan V luas daerah 0,08065 km2, dan daerah tangkapan hujan VI luas
daerah 0,02596 km2. Dari perhitungan dimensi drainagenya didapat, tinggi air 0,26 m, lebar dasar saluran 0,39 m luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m. Pompa yang akan di rencakan pad a sumuran ini adalah
pompa LCC-H 50-230 dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini mempunyai Head Total sebesar
90 m dan putaran impeller 3710 rpm. Debit air yang akan masuk pada settling pond adalah 15,80336 m3/detik, dengan luas settling pond 29,71 m2 . Untuk ukuran dimensi settling pond agar dapat menampung
air limpasan sesuai dengan perhitungan diatas maka panjang settlingpond 10 m, lebar settling pond 4 m, dan tinggi settling pond 2 m. maka volume settling pond 237,64451 m3.
Kata Kunci : drainage, pompa, settling pond.
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
9
PENDAHULUAN
Penirisan tambang akan identik dengan
pengontrolan air tanah dan air permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik
tambang terbuka, maupun tambang bawah tanah,
baik itu pada penambangan bijih atau penambangan batubara. Curah hujan yang tinggi
menyebabkan meningkatnya volume air yang
terakumulasi pada dasar tambang sehingga kegiatan penambangan menjadi terganggu dan
produksi tidak optimal karena area kerja menjadi
tergenang air. Air yang menggenangi lokasi
penambangan merupakan masalah yang utama bagi perusahaan pertambangan karena air yang masuk
ke lokasi penambangan dapat mengganggu
aktivitas penambangan dan mengakibatkan terhambatnya produksi.
PT. Nan Riang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada pada
Provinsi Jambi. PT. Nan Riang berada di wilayah
Desa Ampelu Kecamatan Muara Tembesi
Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Dalam melakukan penambangan Batubara, sistem
penambangan yang digunakan adalah sistem
tambang terbuka (surface mining) dengan metode Strip Mine
PT. Nan Riang mempunyai beberapa pit yaitu pit Djebak dan Ampelu. Dalam melakukan
kegiatan penambangan di pit Ampelu yang
merupakan lokasi penelitian, banyaknya volume air
tambang dan lumpur merupakan masalah sistem penyaliran yang harus diatasi terlebih apabila
terjadi curah hujan yang tinggi. Air dalam jumlah
yang berlebih di dalam pit tambang akan menyebabkan terganggunya aktivitas penggalian, pemuatan, dan pengangkutan.
Untuk mengatasi air yang berada pada pit
penambangan perlu dilakukan sistem penyaliran
sehingga air yang berada pada pit penambangan
dapat dipompakan keluar. Air yang di pompakan dari pit penambangan akan mengalir melalui drainage kemudian dialirkan menuju settling pond.
METODE PENELITIAN
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
mencakup data primer dan data sekunder. Pengumpulan Data Primer dilakukan dengan cara
pengambilan data dilapangan. Adapun data primer
yang untuk penelitian ini adalah peta topografi
Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan. Adapun data sekunder untuk penelitian
ini adalah spesifikasi pompa, spesifikasi pipa dan dimensi sump.
DASAR TEORI
Curah Hujan Rencana
Curah hujan rencana merupakan suatu kriteria utama dalam perencanaan sistem
penyaliran untuk air permukaan pada suatu
tambang. Salah satu metode dalam analisa frekuensi yang sering digunakan dalam
menganalisa data curah hujan adalah metode
distribusi ekstrim, atau juga dikenal dengan metode distribusi Gumbel:
Xr=X+SD
Sn(Yt-YN) (1)
Dimana : Xr = Perkiraan nilai curah hujan rencana (mm)
X = Curah hujan rata-rata (mm) SD = Simpangan baku (standar deviation)
Yt = Standar deviasi dari reduksi variate
(standar deviation of the reduced variate), nilainya tergantung dari jumlah data
YN = Nilai reduksi variat (reduced mean) dari
variabel yang diharapkan terjadi pada
periode ulang tertentu, Sn Koreksi rata-rata (reduced mean)
Intensitas Curah Hujan Perhitungan intensitas curah hujan
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe:
I = R24
24(
24
t)
2/3
(2)
Dimana : R24 = Curah hujan rencana perhari (24 jam)
t = Lamanya curah hujan/durasi hujan (jam)
Limpasan
Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Q = 0,278 . C . I . A (3)
Dimana:
Q = Debit air, m3/detik
C = Koefesien limpasan I = Intensitas curah hujan, mm/jam
A = Luas penangkap hujan, km2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Curuhan Hujan
Xr = X+SD
Sn(Yt-YN)
= 264,6+62,532
0,947(1,499-0,757)
= 338,053 mm/bulan
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
10
= 11,268 mm/hari
Intensitas Curah Hujan
Penentuan intensitas hujan rencana dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe.
3/2
1
24
24
628,11
I
= 5,026 mm/jam
Penentuan Air Limpasan
Merupakan daerah tangkapan hujan yang
berupa bukaan tambang tanpa vegetasi. Dengan perhitungan menggunakan software Autoad 2007
diketahui Daerah Tangkapan Hujan (DTH) I
memiliki luas 0,0081km2. Sehingga nilai koefisien
limpasan untuk DTH I adalah 0,9 Untuk daerah tangkapan hujan didapatkan data - data sebagai
berikut:
Luas daerah tangkapan hujan (A) = 0,00929 Km2 Intensitas curah hujan rata-rata (I) = 5,026
mm/jam Koefisien limpasan (C) = 0,9
Sehingga debit air limpasan maksimum:
Q = 0,278 x C x I x A
= 0,278 x 0,9 x 5,026 x 0,00929 = 0,01168 m3/detik
Tabel 1. Debit air limpasan menggunakan curah hujan normal
Lokasi Koefisien Luas
Intensitas Hujan
Rencana Debit
(m2) (km
2) (mm/jam) (m
3/detik) (m
3/jam)
DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 5,026 0,01168 42,05383
DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 5,026 0,05885 211,8622
DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 5,026 0,03185 114,6428
DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 5,026 0,03320 119,5213
DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 5,026 0,07888 283,9859
DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 5,026 0,01813 65,281
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Tabel 2. Debit air limpasan menggunakan intensitas curah hujan lebat
Lokasi Koefisien Luas
Intensitas Hujan
Rencana Debit
(m2) (km
2) (mm/jam) (m
3/detik) (m
3/jam)
DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 22,958 0,05336 192,0955
DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 22,958 0,26882 967,754
DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 22,958 0,14546 523,6708
DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 22,958 0,15165 545,9549
DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 22,958 0,36033 1297,204
DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 22,958 0,08283 298,1936
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Drainage
Saluran terbuka dibuat berbentuk trapezium
dengan kemiringan sisi 60°, digunakan rumus:
ASR
nQ 2
1
3
21
n = 0,03 (untuk dinding tanah yang dibuat
excavator)
Z = 1/tan (60°) = 0,58
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d = 2{(0,582 + 1)1/2 – 0,58}.d
= 1,152d
A = (b + Zd).d
= (1,152d + 0,58d).d
= 1,73d2
R = ½ d
S = 0,039 (kemiringan rata-rata saluran mengikuti kemiringan rata-rata jalan
tambang 3,9%)
Saluran terbuka dengan debit air 0,0875 m3/detik
Qmaks = n
1 x R2/3 x S1/2 x A
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
11
0,07053 = 03.0
1 x (0,5 d)2/3 x (0,039)1/2 x (1,73 d2)
0,07053 = 7,174 d8/3 d3/8 = 0,004
d = 0,18 m
Lebar dasar saluran (b)
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d
= 2{(0,58)2 + 1)1/2 – 0,58} x 0,18 m
= 0,20 m
Luas saluran (A)
A = (b + Z.d) d
= (0,20 m + 0,58 x 0,18 m ) x 0,18 m
= 0,05 m²
Lebar permukaan saluran (B) 2A = (B + b ) d
2 x 0,05 m² = (B + 0,20 m) x 0,18 m
0,11 m² = 0,18 m.B + 0,04 m²
(0,11 m2 –0,04 m²) = 0,18 mB
B = 0,41 m
Daerah jagaan air/ kelilingbasah (w)
w = B – b + d w = 0,41 m – 0,20 m + 0,18 m w = 38 m
Kedalaman saluran (H) H = d + w
H = 0,18 m + 0,38 m H = 0,56 m
Panjang sisi saluran (a)
a = d+ w/sin 60°
= 0,18 m + 0,38/0.866 = 0,62 m
Tabel 3 Dimensi drainage curah hujan lebat
Keterangan Debit d b A B w H a
drainage I 0,32218 0,34 0,39 0,20 0,78 0,73 1,07 1,19
drainage II 0,37272 0,36 0,41 0,22 0,83 0,77 1,13 1,25
drainage III 0,15165 0,26 0,29 0,11 0,59 0,55 0,81 0,89
drainage IV 0,36033 0,35 0,41 0,22 0,82 0,76 1,12 1,24
drainage V 0,11596 0,23 0,27 0,09 0,54 0,50 0,73 0,81
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Keterangan:
d = Tinggi air w = Keliling basah b = Lebar dasar saluran H = Kedalaman saluran
A = Luas saluran A = Panjang sisi saluran
B = Lebar permukaan saluran
Gambar 1. Dimensi drainage dengan intensitas curah hujan lebat
Sump dan Pompa
Volume sump yang ada sekarang pada lokasi
Pit Ampelu berdasarkan pengukuran dari panjang 10,5 m, lebar 3 m dan tinggi air 0,5 m adalah
sebesar 15,75 m3. Pada lokasi tambang Pit Ampelu
curah hujan debit air yang masuk dari debit limpasan permukaan untuk periode ulang hujan 5
tahun dalah sebesar 0,05336 m3/detik. Dari debit air
yang masuk secara keseluruhan maka debit air
yang harus dipompakan untuk periode ulang hujan 5 tahun adalah sebesar 15,80336 m3/detik.
Pompa yang akan di rencanakan pada
sumuran ini adalah 1 unit pompa LCC-H 50-230
dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini mempunyai Head Total sebesar 90 m dan putaran
impeller 3710 rpm. Air dari sumuran ini
selanjutnya akan dialirkan ke atas menggunakan
pipa berdiameter 0,15 m dengan panjang bentangan 90 m, pipa yang digunakan adalah HDPE, air yang
dipompakan keluar dari pit akan dialirkan ke
drainage dan kemudian akan dilanjutkn ke settlingpond. Pompa digunakan pada saat pit
penambangan tergenang air akibat air hujan.
Settlingpond
Data yang diperoleh sebagai berikut:
% solid = 2,5% % air = 97,5%
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
12
Berat padatan per m3
= % solid x Q x 2.500 kg/m3
= 0,025 x 15,80336 m3/detik x 2.500 kg/m3
= 987,710 kg/detik
Berat air per m3
= % air x Q x 1.000 kg/m3 = 0.975 x 15,80336 m3/detik x 1.000 kg/m3
= 15.408,28 kg/detik
Voleme padatan per detik
= berat solid/ρp
= 987,710 kg/detik
2.500 kg/m3
= 0,39508 m3/detik
Volume air per detik = Berat air/1000 kg/m3
= 15.408,28 kg/detik
1.000 kg/m3
= 15,408,28 m3/detik
Total volume per detik
= (0,39508 + 15,40828) m3/detik = 15,80336 m3/detik
Luas kolam pengendapan
= Volume total
Kecepatan pengendapan
= 15,80336 m3/detik
0,05322 m/detik
= 29,71 m2
Dimensi Kolam Pengendapan
Kedalaman kolam (H) = 2 m
Lebar (l) = 4 m Panjang (p) = 29,71/3
= 10 m.
Kolam pengendapan memiliki 3 buah kompartemen yang masing-masing kompartemen
memiliki panjang 10 m, lebar 4 m dan kedalaman 2
m. Maka volume kolam pengendapan bisa dihitung
sebagai berikut :
Volume kolam pengendapan
= 3 x (p x l x H)
= 3 x (10 m x 4 m x 2 m) = 240,439 m³
(a)
(b)
Gambar 3. Desain kolam pengendapan tampak atas (a) dan tampak Isometrik (b)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengolahan data dan analisis dari lokasi PT. Nan
Riang maka dapat diambil simpulan sebagai
berikut : 1. Intesitas curah hujan pada PT. Nan Riang
5,046mm/jam pada hujan ini dikategorikan
hujan normal, untuk mengantisipasi
kemungkinan terburuk agar daerah tangkpan hujan tidak tergenang air maka intensitas curah
hujan 22,98 mm/jam.
2. Dimensi drainage sesuai perhitungan data curah hujan dengan debit limpasan 0,32218 m3/detik,
tinggi air 0,34 m, lebar dasar daluran 0,39 m
luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran
0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m. untuk dimensi settling pond dengan debit
15,80336 m3/detik yang masuk maka panjang
10 m, lebar settling pond 4 m, dan kedalaman settling pond 2 m.
DAFTAR PUSTAKA
Boro Paulus. 2011. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit Tlf Tambang Tengah PT.
Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Tugas Akhir. Jurusan Teknik. Fakultas Matematika
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
13
dan Ilmu Pengetahuam Alam. Universitas
Negeri Papua. Manokwari
Dinata Umaga Edden, dkk. tt. Perencanaan Kolam
Pengendapan Sebagai Pit Water Management
(Studi Kasus Perencanaan Asparaga Pond) Pit Pinang South, PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta,
Kalimantan Timur.
Putra Lingga Oka, dkk. tt. Kajian Teknis Sistem Penirisan Tambang Banko Barat Guna
Menanggulangi Dan Mengoptimalisasi Sistem
Pemompaan Air Tambang Di Pit Iii Barat PT.
Bukit Asam (PERSERO) Tbk Tanjung Enim.
Sugiyono.2010. Metodologi Penelitian. Bandung
Alfabeta 2003.
Suwandhi Awang, 2004. Perencanaan Sistem
Penyaliran. Unisba, Bandung
Syaiful.2012.SistemPenyaliranTambang.http://syaiful049.blogspot.co.id/2012/09/sistem-
penyaliran-tambang. html (diakses l 20 juni
2016)
Triatmodjo Bambang. 2016. Hidrologi Terapan.
Fakultas Teknik Sipil, Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta Beta Offset.
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
14
ESTIMASI SUMBER DAYA ANDESIT MENGGUNAKAN
METODE CROSS SECTION PT. AKAM DI KABUPATEN
SORONG PROVINSI PAPUA BARAT
Aldi Fariz Valderama¹), Ricardo O.M Hutapea²)
1) 2) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 1) 2) Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: 1)[email protected], ²)[email protected]
Abstract
One of technical requirements in renewing mining operation permits, according to ‘Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 34 Tahun 2017’, is the balance sheet of resources and reserves.
Before the expiration of the production permit of PT. AKAM, it was then needed to calculate the andesite
resource in the operation area of PT. AKAM in Sorong, Papua Barat. The Cross Section method is considered to be the best way to estimate the andesite resource because this method can be utilised to find
out the layout of the overburden and mineral. The results highlighted that andesite resource in the operation
area of PT. AKAM was approximately 405.780.313 m³, with a cover layer of 498,937 m³. The productivity age of PT. AKAM is predicted to be 49,64 years, with the annual production of 8.112 m³.
Keyword: Resources, Andesite, Estimation, PT AKAM, Sorong
Abstrak
Salah satu syarat teknis dalam perpanjangan izin usaha penambangan menurut Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral nomor 34 tahun 2017 adalah diperlukan neraca sumber daya dan cadangan. Sebelum berakhirnya masa izin operasi produksi PT. AKAM, maka diperlukan perhitungan sumber daya
batu andesit yang berada pada PT. AKAM di Sorong Papua Barat. Salah satu cara untuk menghitung
sumber daya batu andesit dengan metode cross section dengan pertimbangan metode ini lebih cocok digunakan untuk bahan galian batuan, metode ini juga dapat mengetahui tata letak lapisan penutup dan
bahan galian lebih baik dibandingkan metode yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil
perhitungan dengan menggunakan metode Cross section didapatkan hasil sebesar 405.780,313 m³ dengan lapisan penutup sebesar 498,937 m³. Umur tambang pada PT. AKAM diprediksi selama 49,64 tahun dan produksi pertahun sebesar 8.112 m³.
Kata kunci : Sumberdaya, Andesit, Estimasi, PT. AKAM. Sorong
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
15
PENDAHULUAN
Endapan mineral (bahan tambang)
merupakan salah satu kekayaan alam yang berpengaruh dalam perekonomian nasional. Usaha
yang dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan
kualitas endapan mineral selalu diusahakan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Penafsiran
sumber daya umumnya digunakan metode Cross section.
Dalam tahapan explorasi yang salah satu
yang dilakukan adalah tahap penafsiran
sumberdaya, penafsiran ini dapat digunakan untuk mendapatkan sumber daya dan umur tambang
perusahaan. Program yang dapat digunakan untuk
mempermudah proses perhitungan sumber daya ataupun cadangan adalah AutoCAD.
PT. AKAM merupakan salah satu perusahaan yang melakukan penambangan dengan
bahan galian Andesit, andesit adalah bahan galian
yang menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, andesit tergolong dalam pertambangan batuan.
Andesit merupakan bahan galian yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pembangunan.
Sehubungan dengan akan berakhirnya masa
izin operasi produksi PT. AKAM menurut Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral
nomor 34 tahun 2017 Tentang Perizinan Di Bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara diperlukan
neraca sumber daya dan cadangan sebagai salah satu syarat teknis dalam perpanjangan Izin Usaha
Penambangan, maka diperlukan perhitungan
sumber daya batu andesit yang berada pada PT. AKAM untuk memenuhi persyaratan tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN Pengambilan data dilakukan langsung
dilapangan dengan menggunakan theodolit,
theodolit digunakan untuk penentuan titik dimana
keterdapatan lapisan tanah penutup, setelah itu dilakukan pengukuran tingkat ketebalan pada titik plot tersebut.
Setelah dilakukan ploting data ini diolah
menggunakan AutoCAD 2007 untuk diketahui
luasan sayatan pada daerah yang memiliki keterdapatan endapan mineral. Jika luas daerah
telah didapati dapat dilanjutkan untuk melakukan
perhitungan volume endapan mineral tersebut. Hal
ini juga dilakukan pada lapisan tanah penutup agar diketahui volume lapisan tanah penutup tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Volume Sumber Daya Metode
Cross Section (Penampang) Metode Cross Section adalah metode
perhitungan sumber daya yang dilakukan dengan
membagi area penambangan menjadi beberapa blok dengan jarak yang sama atau berbeda berdasarkan kondisi batuan yang akan diestimasi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
proses estimasi sumber daya dengan metode Cross
Section:
a. Membuat sayatan pada peta topografi di daerah penelitian dengan jarak 9,673 meter dan 8,295
meter sesuai dengan keadaan geologi yang
dapat mewakili daerah sekitarnya. Terdapat 14 blok dan 15 sayatan pada daerah yang akan
dilakukan perhitungan cadangan.
b. Dilakukan proses penggambaran pada masing-masing sayatan.
c. Menghitung luasan area dari masing-masing
penampang yang luasnya dapat diketahui
dengan software AutoCAD dan Quicksurf. d. Menaksir volume endapan andesit secara
keseluruhan dengan menggunakan pendekatan rumus mean area.
Hasil dari perhitungan sumber daya andesit
menggunakan metode Cross Section didapatkan hasil sebesar 405.780,313 m³.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Sumber Daya Andesit
PT. AKAM Menggunakan Metode Cross Section
No
Luas
Sayatan 1
Luas
Sayatan 2 Luas total Jarak Volume
(m²) (m²) (m²) (m) (m³)
1-2 554,755 781,611 668,183
9,673
6.463,132
2-3 781,611 836,775 809,193 7.827,082
3-4 836,775 785,270 811,023 7.844,779
4-5 785,270 821,242 803,256 7.769,653
5-6 961,537 1.546,112 1.253,825
8,295
10.400,727
6-7 1.546,112 2.778,661 2.162,386 17.937,428
7-8 2.778,661 4.359,507 3.569,084 29.606,265
8-9 4.359,507 5.441,880 4.900,694 40.652,236
9-10 5.441,880 6.115,540 5.778,710 47.935,555
10-11 6.115,540 6.135,611 6.125,575 50.812,871
11-12 6.135,611 5.936,695 6.036,153 50.071,095
12-13 5.936,695 5.495,071 5.715,883 47.414,393
13-14 5.495,071 4.954,527 5.224,799 43.340,753
14-15 4.954,527 4.136,114 4.545,321 37.704,343
VOLUME TOTAL 405.780,31
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
16
Perhitungan Volume Lapisan Tanah Penutup
Pada perhitungan volume lapisan tanah
penutup metode yang akan digunakan adalah metode Cross Section, metode ini digunakan
karena lapisan penutup di daerah penambangan
hanya ada pada sebagian tempat dan tidak menyeluruh. Hal ini tidak memungkinkan untuk
dilakukan perhitungan volume lapisan tanah
penutup dengan menggunakan metode Isoline. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
proses estimasi lapisan penutup dengan metode
Cross Section:
a. Membuat sayatan pada peta topografi di daerah penelitian yang memiliki lapisan penutup
dengan jarak 8,295 meter sesuai dengan
keadaan geologi yang dapat mewakili daerah sekitarnya. Lapisan penutup berada pada
sayatan 6 sampai dengan sayatan 11, sehingga
terdapat 6 sayatan dan 5 blok yang terdapat lapisan penutup.
b. Dilakukan proses penggambaran pada masing-
masing sayatan.
c. Menghitung luasan area yang terdapat lapisan penutup yang luasnya dapat diketahui dengan
software AutoCAD dan Quicksurf.
d. Menaksir volume endapan andesit secara keseluruhan dengan menggunakan pendekatan rumus mean area.
Hasil dari perhitungan lapisan penutup
menggunakan metode Cross Section didapatkan hasil sebesar 498.937 m³.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Lapisan Penutup
PT. AKAM Menggunakan Metode Cross Section
No
Luas
Sayatan 1
Luas
Sayatan 2
Luas
Total Jarak Volume
(m²) (m²) (m²) (m) (m³)
6-7 15,070 8,857 11,963
8,295
99,238
7-8 8,857 13,483 11,170 92,659
8-9 13,483 12,416 12,950 10,420
9-10 12,416 13,510 12,963 10,530
10-11 13,510 8,693 11,102 92,090
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Umur Tambang
Umur tambang adalah waktu yang
diperlukan untuk menambang habis bahan galian, umur tambang dihitung dari jumlah sumber daya
dibagi dengan target produksi pertahun. Target
produksi berdasarkan data perusahaan sebesar 8.112 m³ pertahun, maka:
Umur Tambang = Rata-rata Estimasi Produksi
Target Produksi Pertahun
= 405.780,31 m3
8.112 m3
= 50 Tahun
Peta Cross section
Peta Wilayah izin usaha penambangan PT.
AKAM secara astronomis terletak pada 131º 16’
30,5’’ BT - 131º 16’ 38,7’’ BT dan 0º 48’ 34,7’’ LS - 0º 48’ 36,9’’ LS. Kondisi topografi pada daerah
penelitian merupakan dataran perbukitan yang
memiliki elevasi terendah 1 mpdl dan elevasi tertinggi mencapai 80 mpdl. Elevasi terendah pada
daerah penelitian dapat mencapai 1 mpdl karena
lokasi penelitian yang berbatasan langsung dengan tepi pantai. Batas level bawah pada pembuatan peta
sayatan tidak menggunakan level 0 dikarenakan
pada daerah penelitian berada pada tepi pantai
sehingga tidak dapat dilakukan penambangan hingga level 0. Penggunaan level bawah 12 juga
dikarenakan pada ketinggian 12 meter batu andesit
telah tersingkap secara menyeluruh. Peta yang digunakan adalah peta topografi dengan skala
1:2.200 dengan luas daerah penelitan sebesar PT.
AKAM dengan luas sekitar 41.681,575 m².
Sumber Daya Andesit PT. AKAM Sumber daya andesit pada lokasi penelitian
dengan luasan dilakukan dengan dua metode, yaitu
metode Cross Section dan metode Isoline, hasil dari kedua metode ini didapatkan hasil yang berbeda,
pada metode Cross Section didapatkan hasil sebesar 405.780,313 m³.
Lapisan Tanah Penutup
Lapisan tanah penutup diukur
menggunakan pita ukur dan didapatkan hasil pada titik A dengan batuan tersingkap, pada titik
pengukuran B ketebalan lapisan tanah penutup
sebesar 7,9 m, pada titik pengukuran C didapatkan ketebalan lapisan penutup sebesar 4,4 m, dan pada
titik pengukuran D didapatkan lapisan tanah
penutup sebesar 3,8 m. Rata-rata lapisan penutup pada lokasi penambangan sebesar 4,025 m. Hasil
perhitungan lapisan tanah penutup digunakan
metode Cross Section dikarenakan posisi tanah
penutup yang berada pada daerah yang lebih landai dan tidak menyeluruh, sehingga tidak
memungkinkan untuk dilakukan perhitungan
lapisan penutup menggunakan metode Isoline. Hasil perhitungan lapisan tanah penutup dengan
metode Cross section didapatkan hasil sebesar
498,937 m³.
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
17
Umur Penambangan PT. AKAM
Umur tambang merupakan jangka waktu
tertentu yang dihitung dari jumlah cadangan dibagi dengan produksi pertahun. Jumlah sumber daya
didapatkan dilakukan dengan menggunakan dua
metode, yaitu metode Cross section dan metode Isoline, hasil dari kedua metode ini didapatkan
hasil yang berbeda sehingga perlu dirata-ratakan
sebelum dibagi dengan produksi pertahun. Produksi pertahun PT. AKAM adalah 8.112 m³,
dan rata-rata estimasi adalah 402.755,753 m³
sehingga diprediksikan umur tambang PT. AKAM
49,64 tahun atau sekitar 50 tahun.
KESIMPULAN
Cross section merupakan salah satu metode
perhitungan sumber daya yang dapat digunakan untuk endapan mineral batuan. Pada endapan
mineral yang berada pada lokasi PT. AKAM
didapati endapan mineral sebesar 405.780,313 m³ dengan menggunakan metode Cross section.
Metode yang sama juga digunakan pada
perhitungan lapisan tanah penutup dengan hasil
sebesar 498,937 m³. Umur tambang PT. AKAM untuk dapat menambang habis seluruh sumber daya adalah 50 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rauf, 1998. Penaksiran Cadangan Endapan
Mineral, Jurusan Teknik Pertambangsn, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
“VETERAN” Yogyakarta.
Anonymous. https://achmadinblog.wordpress.com/2010
/11/30/andesit/.html (19 April 2017).
Anonymous. http://www.hukumpertambangan.com/izin -
usaha-eksplorasi/ persyaratan- untuk-
memperoleh-izin-usaha-pertambangan-iup-
eksplorasi/ (19 April 2017).
Arno Edwin Gilang Pratama, dkk. 2010, Estimasi
Cadangan Batu Kapur Dengan Metode Cross Section Dibandingkan dDengan Metode
Kontur. Skripsi Teknik Pertambangan
Universitas Hassanudin, Makassar.
Badan Standarisasi Nasional. 1998, Klasifikasi
Sumberdaya Mineral Dan Cadangan, Jakarta.
Defri Dilfiana Putra. 2016, Estimasi Sumberdaya Pasir Batu Dengan Metode Cross Section dan
Metode ContourPada Kecamatan Bantar
Bolang Kabupeten Pemalang Jawa Tengah. Skripsi Teknik Pertambangan Universitas
Pembangunan Nasionan “VETERAN”,
Yogyakarta.
Erihartanti, dkk. 2015, Estimasi Sumberdaya
Batubara Berdasarkan Data Well Logging
Dengan Metode Cross Section di PT. Telen Orbit Prima Desa Buhut Kabupaten Kapuas
Kalimantan Tangah, Skripsi Program Studi
Fisika FMIPA Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin.
Herlina, S.T., M.T Wenny. 2011, Studi
Perhitungan Batukapur Pada Quarry Pusar PT.
Semen Baturaja (Persero) Dengan Metode Cross section Dan Software surpac 6.0.3,
Skripsi Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya, Palembang.
Kasmudi, Mudi. 2010, Pemanfaatan Cadangan,
Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
Jakarta.
Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Republik Indonesia, 2017. Perizinan di Bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
23, 2010. Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta.
Rismal Sido, 2015. Metode Perhitungan Cadangan
Emas, Http://miningenngineeringscience.blogspot.
co.id /2015/06 /metode-perhitungan-cadangan-
emas, (19 April 2017).
Throner, Richard H. 2001, Engineering Geology
Field Manual Second Edition Volume 2, U.S
Department of the Interior Bureau of
Reclamation, United State of America.
Shabrina, Reza. 2016, Fungsi Autocad di Bidang
Industri. http://dosenit.com/software/fungsi-
autocad, (19 April 2017)
Yuhendra, Dedi. 2013, Estimasi Sumber Daya
Batubara Dengan Menggunakan Geostatistik (Krigging), Skripsi Fakultas Teknik
Pertambanngan Universitas Negeri Padang,
Padang.
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
18
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
19
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
20
POTENSI CADANGAN MINERAL DAN BATUBARA
DI INDONESIA DAN DUNIA
Arif Setiawan
Email: [email protected]
Abstract
Mineral and coal resources and reserves in the world even in Indonesia need to be known, considering that
until now more and more industries need it, so that it can cause a reduction in raw material supply for the
industry. To find out the amount of resources and reserves, data or information is needed, so after knowing the relevant information, it is expected to know what strategies to do. The method used is the comparison
between Indonesian data and world data so that the percentage of ownership in Indonesia can be known.
The results showed that coal in Indonesia was estimated to range from 2% -3% of coal in the world. For metal minerals, Indonesia had 6.08% nickel, 6.82% cobalt, 14.05 lead, 9.63% zinc, 3.33% bauxite, 0.72 iron, 4.63 gold, 16.67% tin , 3.29% copper, 19.17 manganese, 0.44% chromium, 0.17 titanium.
Keywords: Reserves, Resources, Minerals, Coal
Abstrak
Sumberdaya maupun cadangan mineral dan batubara di Dunia bahkan di Indonesia perlu untuk diketahui, mengingat sampai saat ini semakin banyak industri-industri yang membutuhkannya, sehingga dapat
menyebabkan berkurangnya persediaan bahan baku bagi industry. Untuk mengetahui besaran sumberdaya
maupun cadangan tersebut diperlukan data atau informasi, sehingga setelah mengetahui informasi tersebut diharapkan strategi apa yang harus dilakukan. Metode yang digunakan perbandingan antara data Indonesia
dengan data dunia sehingga diketahui persentasi kepemilikan di Indonesia. Hasil yang diperoleh bahwa
batubara di Indonesia memiliki sumber daya yang diperkirakan berkisar 2%-3% dari batubara di Dunia.
Untuk mineral logam, Indonesia memiliki 6,08% nikel, 6,82% kobalt, 14,05 timbal, 9,63% seng, 3,33% bauksit, 0,72 besi, 4,63 emas, 16,67% timah, 3,29% tembaga, 19,17 mangan, 0,44% krom, 0,17 titanium.
Kata kunci: Cadangan, Sumberdaya, Mineral, Batubara
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
21
PENDAHULUAN
Pentingnya mengetahui sumberdaya maupun
cadangan di Indonesia dan Dunia adalah untuk melihat seberapa besar potensi mineral dan
batubara yang nantinya dapat manfaatkan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Mengingat isu-isu yang berkembang saat ini yang menyatakan bahwa sumberdaya maupun
cadangan mineral dan batubara yang ditambang
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
semakin menipis atau berkurang. Semakin menipisnya sumberdaya tersebut kemungkinan
mengakibatkan melemahnya pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dengan adanya isu tersebut diperlukan suatu
informasi berupa data-data terkini terkait jumlah sumberdaya maupun cadangan, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menyiapkan trategi-trategi
jangka pendek maupun jangka panjang dalam
rangka mengatasi melemahnya pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan menipisnya cadangan
yang disebabkan oleh kegiatan tambang atau
kecenderungan/kekerapan dalam menggunakan produk pertambangan.
Dengan ini pemerintah dapat menerapkan trategi dengan cara subtitusi maupun mendaur
ulang berbagai produk industri yang menggunakan
produk pertambangan baik energi maupun mineral
sehingga tercipta ketahanan energi dan mineral tetap terjaga dan terciptan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Sumber Daya dan Cadangan Mineral
Sumberdaya mineral (mineral resource) adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari
material yang memiliki nilai ekonomi pada atau di
atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan
kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat diekstraksi
secara ekonomis. (Badan Standardisasi Nasional, 2011)
Masih dalam sumber yang sama cadangan
mineral (mineral reserve) adalah cebakan bahan galian yang telah diketahui ukuran, bentuk,
sebaran, kualitas dan kuantitasnya dan secara
ekonomi, teknik, hukum, lingkungan dan sosial
dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. (Badan Standardisasi Nasional, 2011).
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral
Ada beberapa definisi terkait sumberdaya mineral menurut Badan Standardisasi Nasional yaitu:
1. Sumberdaya mineral tereka (inferred mineral
resource) adalah sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan mineral dapat
diestimasi dengan tingkat keyakinan geologi
(geological assurance) rendah. 2. Sumberdaya mineral tertunjuk (indicated
mineral resource) sumberdaya mineral yang
tonase, densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar
dan kandungannya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan geologi (geological
assurance) medium.
3. Sumberdaya mineral terukur (measured mineral resource) sumberdaya mineral yang tonase,
densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar dan
kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan geologi (geological
assurance) tinggi.
4. Cadangan bijih terkira (probable ore reserve)
adalah bagian sumberdaya mineral tertunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam
beberapa kondisi, juga merupakan bagian dari
sumberdaya mineral terukur. 5. cadangan bijih terbukti (proved ore reserve)
adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur yang ekonomis untuk ditambang
Definisi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Sumberdaya batubara (coal resources)
adalah bagian dari endapan batubara dalam bentuk dan kuantitas tertentu serta mempunyai prospek
beralasan yang memungkinkan untuk ditambang
secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas karakteristik geologi dan kemenerusan dari lapisan
batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau
diinterpretasikan dari bukti geologi tertentu. Sumberdaya batubara dibagi sesuai dengan tingkat
kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka,
tertunjuk, dan terukur (Badan Standardisasi Nasional, 2011)
Masih dalam sumber yang sama, cadangan
batubara (coal reserves) adalah bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang
dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi
cadangan batubara harus memasukkan perhitungan dilution dan losses yang muncul pada saat batubara
ditambang. Penentuan cadangan secara tepat telah
dilaksanakan yang mungkin termasuk studi
kelayakan. Penentuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
22
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Batubara
Ada beberapa definisi terkait sumberdaya Batubara menurut Badan Standardisasi Nasional
yaitu:
1. Sumberdaya batubara tereka (inferred coal
resource) adalah bagian dari total estimasi
sumberdaya batubara yang kualitas dan
kuantitasnya hanya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik
Informasi yang mungkin didukung oleh data
pendukung tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau
kualitasnya. Estimasi dari kategori kepercayaan
ini dapat berubah secara berarti dengan
eksplorasi lanjut. 2. Sumberdaya batubara tertunjuk (indicated coal
resource) adalah bagian dari total sumberdaya
batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang
masuk akal, didasarkan pada informasi yang
didapatkan dari titik-titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data pendukung. Titik
Informasi yang ada cukup untuk
menginterpretasikan kemenerusan lapisan
batubara, tetapi tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara
dan/atau kualitasnya.
3. Sumberdaya batubara terukur (measured coal resoured) adalah bagian dari total sumberdaya
batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi yang didapat dari
titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan
data-data pendukung. Titik-titik pengamatan
jaraknya cukup berdekatan untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau
kualitasnya.
4. Cadangan batubara terkira (probable coal reserve) adalah bagian dari sumberdaya
batubara tertunjuk yang dapat ditambang secara
ekonomis setelah faktor–faktor penyesuai
terkait diterapkan, dapat juga sebagai bagian dari sumberdaya batubara terukur yang dapat
ditambang secara ekonomis, tetapi ada
ketidakpastian pada salah satu atau semua faktor penyesuai yang terkait diterapkan.
5. Cadangan batubara terbukti (proved coal
reserve) adalah bagian yang dapat ditambang
secara ekonomis dari sumberdaya batubara
terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait diterapkan.
METODE
Data yang digunakan untuk penelitian ini
diperoleh dari beberapa sumber yaitu:
1. United State Geology Surveyor (USGS)
2. Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber daya Mineral
3. BP Global.
4. Bundesanstalt Fϋr Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR)
Data tersebut akan dirangkum dalam bentuk tabel guna analisa yang akan dilakukan.
Pengelompokan ini berdasarkan Peraturan Menteri
Energi Sumber Daya Mineral dan Batubara
(PerMen ESDM) Nomor 7 tahun 2017 tentang tata cara penetapan harga patokan penjualan mineral
logam dan batubara pasal 5 point ke 2 yaitu Nikel,
Kobalt, Timbal, Seng, Bauksit, Besi, Emas, Perak, Timah, Tembaga, Mangan, Krom, Titanium dan
mineral logam tertentu lainnya. Untuk
membandingkan cadangan mineral dan batubara Indonesia dengan cadangan dunia maka rumus
yang digunakan adalah:
% Z = a
b ×100% (1)
Dengan, Z adalah persen perbandingan, a adalah total cadangan Indonesia, b adalah total cadangan dunia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah data yang berhasil
dikumpulkan, dan tercatat bahwa data mineral
logam executive summary pemutakhiran data
dan neraca sumber daya mineral tahun 2016 dan Mineral Commodity Summaries 2018.
Untuk batubara, data yang berhasil
dikumpulkan adalah data yang berasal dari
executive summary pemutakhiran data dan
neraca sumber daya energi tahun 2016 dan BP
Statistic Review of World Energy tahun 2018
serta BGR Energy Study (Data and
Development Concerning German and Global
Energy Supplies).
Tabel 1. Rekapitulasi neraca Sumber Daya Batubara di Indonesia
No. Pulau Provinsi Sumberdaya (Juta Ton)
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total
1 Jawa
Banten 5,47 38,98 28,45 25,10 98,00
2 Jawa Tengah 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
23
Tabel 1. Rekapitulasi neraca Sumber Daya Batubara di Indonesia (lanjutan)
No. Pulau Provinsi Sumberdaya (Juta Ton)
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total
3 Jawa Timur 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08
4 Sumatera Aceh 0,00 423,65 163,69 662,93 1.250,27
5 Sumatera Utara 0,00 7,00 1,84 25,75 34,59
6 Riau 3,86 209,85 587,82 689,28 1490,81
7 Sumatera Barat 19,90 304,25 278,78 347,38 950,30
8 Jambi 129,16 1.216,54 896,04 1.038,02 3.279,77
9 Bengkulu 0,00 117,33 171,74 126,48 415,54
10 Sumatera Selatan 3.290,98 10.859,38 14.826,24 12.020,27 40.996,88
11 Lampung 0,00 122,95 8,21 4,47 135,63
12
Kalimantan
Kalimantan Barat 2,26 477,69 6,85 4,70 491,50
13 Kalimantan Tengah 22,54 11.299,92 3.805,64 2.849,22 17.977,32
14 Kalimantan Selatan 0,00 4.739,10 4.402,79 5.893,65 15.035,53
15 Kalimantan Timur 909,95 13.680,45 13.049,18 15.401,10 43.040,68
16 Kalimantan Utara 25,79 795,83 595,37 1.041,20 2.458,19
17
Sulawesi
Sulawesi Barat 8,13 15,13 0,78 0,16 24,20
18 Sulawesi Selatan 5,16 48,81 128,90 53,09 235,96
19 Sulawesi Tengah 0,52 1,98 0,00 0,00 2,50
20 Maluku Maluku Utara 8,22 0,00 0,00 0,00 8,22
21 Papua
Papua Barat 93,66 32,82 0,00 0,00 126,48
22 Papua 7,20 2,16 0,00 0,00 9,36
TOTAL INDONESIA 4.532,79 44.394,72 38.952,31 40.182,81 128.062,64
Sumber: (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)
Tabel 2. Rekapitulasi neraca Cadangan Batubara di Indonesia
No. Pulau Provinsi Cadangan (Juta Ton)
Terkira Terbukti Total
1
Jawa
Banten 0,00 0,00 0,00
2 Jawa Tengah 0,00 0,00 0,00
3 Jawa Timur 0,00 0,00 0,00
4
Sumatera
Aceh 95,30 321,38 416,68
5 Sumatera Utara 0,00 0,00 0,00
6 Riau 85,57 523,32 608,88
7 Sumatera Barat 1,67 196,17 197,84
8 Jambi 314,09 351,62 665,71
9 Bengkulu 16,20 62,92 79,12
10 Sumatera Selatan 5.557,53 5.509,45 11.066,98
11 Lampung 11,74 0,00 11,74
12
Kalimantan
Kalimantan Barat 0,00 0,00 0,00
13 Kalimantan Tengah 910,76 1.090,57 2.001,33
14 Kalimantan Selatan 1.308,49 3.961,76 5.270,25
15 Kalimantan Timur 2.760,01 4.434,93 7.194,94
16 Kalimantan Utara 423,34 520,36 943,70
17
Sulawesi
Sulawesi Barat 0,00 0,00 0,00
18 Sulawesi Selatan 0,06 0,06 0,12
19 Sulawesi Tengah 0,00 0,00 0,00
20 Maluku Maluku Utara 0,00 0,00 0,00
21 Papua
Papua Barat 0,00 0,00 0,00
22 Papua 0,00 0,00 0,00
TOTAL INDONESIA 11.484,76 16.972,53 28.457,29
Sumber: (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
24
Tabel 3. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (Hard Coal) di Dunia tahun 2016
Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)
Belgium – – 4,100 4,100
Bulgaria – 192 3,920 4,112
Czech Republic 6.1 1,099 15,410 16,509
France – – 160 160
Germany 4.1 8 82,963 82,971
Hungary – 276 5,075 5,351
Ireland – 14 26 40
Italy 0.1 10 600 610
Montenegro – 142 195 337
Netherlands – 497 2,750 3,247
Norway 0.8 1 90 91
Poland 70.6 19,808 160,946 180,754
Portugal – 3 n.s 3
Romania – 11 2,435 2,446
Serbia 0.1 402 453 855
Slovakia – – 19 19
Slovenia – 56 39 95
Spain 1.8 868 3,363 4,231
Sweden – 1 4 5
Turkey 1.3 378 803 1,181
United Kingdom 4.2 70 186,700 186,770
Armenia – 163 154 317
Georgia 0.4 201 700 901
Kazakhstan 92.6 25,605 123,090 148,695
Kyrgystan 0.2 971 27,528 28,499
Russia 312.0 69,634 2,658,281 2,727,915
Tajikistan 1.3 375 3,700 4,075
Turkmenistan – – 800 800
Ukraine 40.9 32,039 49,006 81,045
Uzbekistan – 1,375 9,477 10,852
Algeria – 59 164 223
Botswana 1.9 40 21,200 21,240
Congo – 88 900 988
Egypt 0.7 16 166 182
Madagaskar – – 150 150
Malawi 0.1 2 800 802
Morocco – 14 82 96
Mozambique 6.8 1,792 21,844 23,636
Namibia – – 350 350
Niger 0.2 – 90 90
Nigeria 1.0 287 1,857 2,144
South Africa 254.0 9,893 203,667 213,560
Swaziland 0.1 144 4,500 4,644
Tanzania 0.3 269 1,141 1,410
Uganda – – 800 800
Zambia – 45 900 945
Zimbabwe 2.7 502 25,000 25,502
Iran 1.5 1,203 40,000 41,203
Afghanistan 1.7 66 n.s 66
Australia 443.9 68,310 1,542,829 1,611,139
Bangladesh 1.0 293 2,967 3,260
Bhutan 0.1 n.s n.s n.s
China 3,102.5 128,112 5,331,336 5,459,448
India 662.6 92,786 171,091 263,877
Indonesia 396.2 15,068 93,358 108,426
Japan – 340 13,543 13,883
Korea, DPR 34.0 600 10,000 10,600
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
25
Tabel 3. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (Hard Coal) di Dunia tahun 2016 (lanjutan)
Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)
Korea, Rep 1.7 326 1,360 1,686
Laos 0.1 4 58 62
Malaysia 1.3 141 1,068 1,209
Mongolia 28.1 1,170 39,854 41,024
Myanmar 0.5 3 248 252
Nepal < 0.05 1 7 8
New Caledonia – 2 n.s 2
New Zealand 2.7 825 2,350 3,175
Pakistan 2.8 207 5,789 5,996
Philippines 12.1 215 1,074 1,289
Taiwan – 1 101 102
Vietnam 38.5 3,116 3,519 6,635
Canada 52.0 4,346 183,260 187,606
Greenland – 183 200 383
Mexico 11.6 1,160 3,000 4,160
USA 594.4 220,800 6,458,296 6,679,096
Argentina 0.1 500 300 800
Bolivia – 1 n.s 1
Brazil 3.5 1,547 4,665 6,212
Chile 2.5 1,181 4,135 5,316
Colombia 90.5 4,881 9,928 14,809
Costarica – – 17 17
Peru 0.3 102 1,465 1,567
Venezuela 0.3 731 5,981 6,712
World 6,290.7 715,569 17,708,199 18,423,768
Catatan: Sumber: (Harald Andruleit, 2017)
n.s : Not Specified
- : No production, reserves or resources
Mt : Megaton
Tabel 4. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (lignite) di Dunia tahun 2016
Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)
Albania – 522 205 727
Austria – – 333 333
Bosnia & Herzegovina 7.3 2,264 3,010 5,274
Bulgaria 31.2 2,174 2,400 4,574
Croatia – n.s 300 300
Czech Republic 38.6 2,541 7,136 9,677
France – n.s 114 114
Germany 171.5 36,100 36,500 72,600
Greece 32.3 2,876 3,554 6,430
Hungary 9.2 2,633 2,704 5,337
Italy – 7 22 29
Kosovo 8.8 1,564 9,262 10,826
Macedonia 5.1 332 300 632
Montenegro 1.4 n.s n.s n.s
Poland 60.2 6,003 222,393 228,396
Portugal – 33 33 66
Romania 23 280 9,640 9,920
Serbia 38 7,112 13,074 20,186
Sovakia 1.9 135 938 1,073
Slovenia 3.3 315 341 656
Spain – 319 n.s 319
Turkey 56.9 10,975 3,405 14,381
United Kingdom – – 1,000 1,000
Belarus – – 1,500 1,500
Kazakhstan 5.3 n.s n.s n.s
Kyrgyzstan 2.3 n.s n.s n.s
Russia 73.7 90,730 1,288,894 1,379,623
Tajikistan 0.1 n.s n.s n.s
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
26
Tabel 4. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (lignite) di Dunia tahun 2016 (lanjutan)
Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)
Ukraine 0.2 2,336 5,381 7,717
Uzbekistan 3.5 n.s n.s n.s
Central African Rep. – 3 n.s 3
Madagaskar – – 37 37
Mali – – 3 3
Morocco – – 40 40
Niger – 6 n.s 6
Nigeria – 57 320 377
Sierra Leone – – 2 2
Australia 59.7 76,508 403,382 479,890
Bangladesh – – 3 3
China 140 7,801 324,654 332,455
India 45.3 4,942 38,157 43,099
Indonesia 60 7,530 34,705 42,235
Japan – 10 1,026 1,036
Korea, DPR 7.0 n.s n.s n.s
Laos < 0.05 499 22 521
Malaysia – 39 412 451
Mongolia 7.0 1,350 119,426 120,776
Myanmar < 0.05 3 2 5
New Zealand 0.3 6,750 4,600 11,350
Pakistan 1.2 2,857 176,739 179,596
Philippines – 146 842 988
Thailand 17.0 1,063 826 1,889
Vietnam – 244 199,876 200,120
Canada 9.0 2,236 118,270 120,506
Mexico – 51 n.s 51
USA 66.2 30,116 1,367,962 1,398,078
Argentina – – 7,300 7,300
Brazil 3.5 5,049 12,587 17,636
Chile – n.s 7 7
Dominican Rep. – – 84 84
Ecuador – 24 Q. V. 24
Haiti – – 40 40
Peru – – 100 100
World 990.2 316,534 4,423,861 4,740,395
Catatan: Sumber: (Harald Andruleit, 2017)
n.s : not specified
- : no production, reserves or resources
Mt : Megaton
Tabel 5. Total cadangan batubara terbukti di akhir tahun 2017
Anthracite and bituminous
(Million tonnes)
Subbituminous and lignite Total
(Million tonnes)
Total
(Million tonnes)
US 220.800 30.116 250.916
Canada 4.346 2.236 6.582
Mexico 1.160 51 1.211
Total North America 226.306 32.403 258.709
Brazil 1.547 5.049 6.596
Colombia 4.881 0 4.881
Venezuela 731 0 731
Other S. & Cent. America 1.784 24 1.808
Total S. & Cent. America 8.943 5.073 14.016
Bulgaria 192 2.174 2.366
Czech Republic 1.099 2.541 3.640
Germany 8 36.100 36.108
Greece 0 2.876 2.876
Hungary 276 2.633 2.909
Poland 19.808 6.003 25.811
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
27
Tabel 5. Total cadangan batubara terbukti di akhir tahun 2017 (lanjutan)
Anthracite and bituminous
(Million tonnes)
Subbituminous and lignite Total
(Million tonnes)
Total
(Million tonnes)
Romania 11 280 291
Serbia 402 7.112 7.514
Spain 868 319 1.187
Turkey 378 10.975 11.353
United Kingdom 70 0 70
Other Europe 1.108 5.172 6.280
Total Europe 24.220 76.185 100.405
Kazakhstan 25.605 0 25.605
Russian Federation 69.634 90.730 160.364
Ukraine 32.039 2.336 34.375
Uzbekistan 1.375 0 1.375
Other CIS 1.509 0 1.509
Total CIS 130.162 93.066 223.228
South Africa 9.893 0 9.893
Zimbabwe 502 0 502
Other Africa 2.756 66 2.822
Middle East 1.203 0 1.203
Total Middle East & Africa 14.354 66 14.420
Australia 68.310 76.508 144.818
China 130.851 7.968 138.819
India 92.786 4.942 97.728
Indonesia 15.068 7.530 22.598
Japan 340 10 350
Mongolia 1.170 1.350 2.520
New Zealand 825 6.750 7.575
Pakistan 207 2.857 3.064
South Korea 326 0 326
Thailand 0 1.063 1.063
Vietnam 3.116 244 3.360
Other Asia Pacifc 1.326 687 2.013
Total Asia Pacifc 314.325 109.909 424.234
Total World 718.310 316.702 1.035.012
Sumber: (BP Global, 2018)
Tabel 6. Perbandingan jumlah cadangan batubara Indonesia dan Dunia berdasarkan sumber acuan
No Cadangan (Million Ton)
Perbandingan
(%) Keterangan Sumber Acuan
Indonesia Dunia
1 22.598 ¹ 1.035.012 ¹ 2,18 Data BP Statistik Review for World Energy akhir tahun 2017
2 22,598 ² 1.032.103 ² 2,19 Data BGR Energy Study tahun 2016
3 28.457 ³ 1.035.012 ¹ 2,75 Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BP Statistik Review of World Energy akhir tahun 2017
4 28.457 ³ 1.032.103 ² 2,76 Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BGR Energy Study akhir tahun 2016
Sumber :
1. (BP Global, 2018)
2. (Harald Andruleit, 2017)
3. (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
28
Tabel 7. Perbandingan jumlah sumberdaya batubara Indonesia dan Dunia berdasarkan sumber acuan
No Sumber Daya (Million Ton) Perbandingan
(%) Keterangan Sumber Acuan
Indonesia Dunia
1 150.661,00 ² 23.164.163 ² 0,65 Data BGR Energy Study tahun 2016
2 128.062,64 ³ 23.164.163 ² 0,55 Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BGR Energy Study akhir tahun 2016
Sumber :
2. (Harald Andruleit, 2017)
3. (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)
Tabel 8. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral Logam di Indonesia
No. Komoditi/Commodities Total of Resource (TON) Total of Reserve (TON)
Ore Metal Ore Metal
1 Air Raksa/Mercury 32.254.881,50 75,91 - -
2 Bauksit/Bauxite 3.787.345.741,68 1.809.410.243,37 1.282.487.720,00 582.614.128,30
3 Besi Laterit/Laterite Iron 2.806.035.194,30 1.115.789.859,07 580.731.048,00 156.203.103,42
4 Besi Primer/Primary Iron 2.079.301.949,82 421.033.703,09 898.310.015,00 188.755.768,93
5 Besi Sedimen 18.643.723,37 11.747.136,10 - -
6 Emas Alluvial/Placer Gold 1.607.003.277,52 140,82 16.749.186,00 12,33
7 Emas Primer/Primary Gold 9.864.680.878,60 6.484,03 2.907.852.417,23 2.566,10
8 Kobal/Cobalt 1.706.927.000,00 4.259.290,54 498.316.020,00 484.461,33
9 Kromit Plaser/Placer Chromite 8.038.694,00 2.442.554,30 2.255.765,00 -
10 Kromit Primer/Chromite 1.642.925,00 756.391,90 - -
11 Mangan/Manganese 61.631.819,77 28.295.895,96 87.236.536,02 43.134.791,28
12 Molibdenum/Molydenum 3.160.724.332,59 481.037,33 - -
13 Monasit/Monazite 7.014.687.516,40 191.914,51 - 2.715,00
14 Nikel/Nickel 6.233.653.141,00 83.500.749,39 3.155.674.130,59 48.564.691,40
15 Pasir Besi/Iron Sand 4.185.267.549,52 742.424.198,77 897.011.240,00 368.064.736,86
16 Perak/Silver 5.675.289.708,00 839.261,07 2.830.727.095,23 1.692.643,40
17 Platina/Platinum 115.000.000,00 13.031,02 - -
18 Seng/Zinc 670.658.336,00 7.480.224,26 19.864.090,90 2.274.982,50
19 Tembaga/Copper 14.143.399.884,44 108.959.357,81 3.076.253.376,80 27.914.980,23
20 Timah/Tin 4.717.671.983,07 2.974.582,65 1.861.288.695,80 905.994,52
21 Timbal/Lead 448.409.877,67 11.095.189,99 11.583.338,65 777.789,09
22 Titan Laterit/Lateritic Titanium 741.298.559,00 2.985.335,15 - -
23 Titan Plaser/Placer Titanium 71.449.130,10 7.205.671,97 1.480.000,00 118.306,00
24 Xenotim/Xenotime 6.466.257.914,00 20.734,22 - -
Sumber: (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)
Data cadangan di dunia ini mencangkup beberapa mineral yang tersebar dibeberapa negara. Mineral-
mineral yang dijadikan sebagai acuan dalam
membandingkan cadangan yang dimiliki Indonesia
dan Dunia adalah PerMen ESDM nomor 7 tahun 2017 (pada tabel 4). Ada beberapa mineral yang
tidak memiliki data sehingga dikosongkan.
Tabel 9. Perbandingan jumlah cadangan Indonesia tahun 2016 dan Dunia tahun 2018
No Jenis Mineral Cadangan (Ton)
Perbandingan Indonesia
Dunia
1 Nikel 4,500,000 ** 74,000,000 ** 6.08 %
2 Kobalt 484,461.33 * 7,100,000 ** 6.82 %
3 Timbal 12,361,128 * 88,000,000 ** 14.05 %
4 Seng 22,139,073 * 230,000,000 ** 9.63 %
5 Alluminium dan Bauksit 1,000,000,000 ** 30,000,000,000 ** 3.33 %
6 Besi 1,823,999,935 * 253,000,000,000 ** 0.72 %
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
29
Tabel 9. Perbandingan jumlah cadangan Indonesia tahun 2016 dan Dunia tahun 2018 (lanjutan)
No Jenis Mineral Cadangan (Ton)
Perbandingan Indonesia
Dunia
7 Emas 2,500 ** 54,000 ** 4.63 %
8 Perak 2,832,419,739 * 530,000 ** NA
9 Timah 800,000 ** 4,800,000 ** 16.67 %
10 Tembaga 26,000,000 ** 790,000,000 ** 3.29 %
11 Mangan 130,371,327.30 * 680,000,000 ** 19.17 %
12 Krom 2,255,765 * 510,000,000 ** 0.44 %
13 Titanium 1,598,306 * 930,000,000 ** 0.17 %
Keterangan:
** Data USGS tahun 2018
* Data Badan Geologi ESDM tahun 2016
Sumber: 1. (United State Geological Survey, 2018)
2. (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)
PEMBAHASAN Diketahui bahwa cadangan (Tabel 6) dan
sumberdaya (Tabel 7) batubara yang dimiliki
Indonesia jika dibandingkan dengan Dunia, berdasarkan beberapa data yang dikumpulkan dan setelah diolah hasilnya adalah:
1. Di akhir tahun 2017 berdasarkan data BP Statistik Review of World Energy Indonesia
diperkirakan memiliki sekitar 2,18% cadangan
batubara dunia. 2. Menurut Data BGR Energy Study pada tahun
2016 indonesia diperkirakan memiliki sekitar
2,19% cadangan batubara dunia. 3. Jika dilakukan perbandingan antara Data Badan
Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BP
Statistik Review of World Energy akhir tahun
2017, maka Indonesia diperkirakan memiliki 2,75% cadangan batubara dunia.
4. Sama halnya, jika dilakukan perbandingan
antara Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BGR Energy Study akhir tahun 2016,
maka Indonesia diperkirakan memiliki 2,76%
cadangan batubara dunia. 5. Sedangkan untuk potensi sumber daya batubara,
menurut Data Badan Geologi ESDM tahun
2016 dan Data BGR Energy Study akhir tahun
2016, Indonesia memiliki sekitar 0,55% sampai 0,65% batubara dunia.
Untuk mineral logam berdasarkan hasil pengolahan pada tabel 9, mengenai perbandingan cadangan mineral logam dapat dijelaskan bahwa:
Nikel
Perbandingan cadangan nikel Indonesia
dengan dunia adalah 6,08%. Cadangan Nikel yang
dimiliki Indonesia sampai saat ini adalah 4.500.000
ton, sedangkan dunia adalah 74.000.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara
antara lain United State, Australia, Brazil, Canada,
China, Colombia, Cuba, Guatemala, Indonesia, Madagascar, New Caledonia, Philippines, Russia,
South Africa, dan beberapa negara lainnya. (United State Geological Survey, 2018)
Kobalt
Perbandingan cadangan kobalt di Indonesia
dan dunia adalah 6,82% dengan jumlah yang dimiliki Indonesia adalah 484.461,33 ton,
sedangkan cadangan kobalt dunia sebesar
7.100.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United State, Australia,
Congo, Cuba, Madagascar, New Caledonia, Papua
New Guinea, Philippines, Russia, South Africa,
Zambia, dan beberapa negara lainnya (dengan cadangan 560.000 yang mana Indonesia termasuk salah satu di dalamnya).
Timbal
Perbandingan cadangan timbal (lead)
Indonesia dan dunia diperkirakan sebesar 14,5%, dengan jumlah yang dimiliki Indonesia sebesar
12,361,128 ton, sedangkan yang cadangan dunia
sebesar 88,000,000 ton. Cadangan tersebut tersebar
di beberapa negara antara lain United State, Australia, Bolivia, China, India, Peru, Russia,
Sweden, Turkey dan beberapa negara lainnya.
Untuk negara lainnya cadangan tersebut sebesar 7.000.000 ton. (United State Geological Survey, 2018)
Seng
Perbandingan cadangan seng (Zinc) yang
dimiliki Indonesia dengan Dunia adalah 9,63%,
dengan jumlah yang dimiliki Indonesia sebesar
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
30
22.139.073 ton, dan cadangan dunia sebesar
230.000.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di
beberapa negara antara lain United State, Australia, Bolivia, Canada, India, Kazakhstan, Mexico, Peru,
Sweden, dan beberapa negara lainnya. Untuk
negara lainnya cadangan tersebut sebesar 33.000.000 ton.
Aluminium dan Bauksit Perbandingan cadangan bauksit di Indonesia
dan dunia sebesar 3,33%, dengan jumlah yang
dimiliki Indonesia sebesar 1.000.000.000 ton dan
dunia sebesar 30.000.000.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain
United State, Australia, Brazil, Canada, China,
Germany, Greece, Guinea, Guyana, India, Indonesia, Ireland, Jamaica, Kazakhstan, Malaysia,
Russia, Saudi Arabia, Spain, Ukraine, Vietnam,
dan beberapa negara lainnya (United State Geological Survey, 2018).
Besi
Perbandingan bijih besi yang dimiliki di Indonesia dan dunia adalah 0,72%, dengan
cadangan di Indonesia sebesar 1.823.999.935 ton
dan dunia sebesar 253.000.000.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain
United State, Australia, Brazil, Canada, China,
India, Iran, Kazakhstan, Russia, South Africa, Sweden, Ukraine, dan beberapa negara lainnya.
Untuk negara lainnya cadangan tersebut sebesar
68.000.000 ton yang salah satunya adalah negara Indonesia.
Emas
Perbandingan cadangan emas yang dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar 4,63%, dengan
cadangan Indonesia sebesar 2.500 ton dan dunia
sebesar 54.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United State, Australia,
Brazil, Canada, China, Ghana, Indonesia,
Kazakhstan, Mexico, Papua New Guinea, Peru,
Russia, South Africa, Uzbekistan, dan beberapa negara lainnya.
Perak Untuk Perbandingan cadangan perak yang
dimiliki Indonesia dan dunia tidak dapat
diaplikasikan dikarenakan antara data yang diperoleh tidak serasi yang mana cadangan
Indonesia lebih besar dibandingkan dunia, dengan
cadangan Indonesia sebesar 2.832.419.739 ton dan
dunia sebesar 530.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United
State, Australia, Bolivia, Chile, China, Kazakhstan,
Mexico, Peru, Poland, Russia, dan beberapa negara
lainnya. Untuk negara lainnya cadangan tersebut
sebesar 57.000 ton yang salah satunya adalah
negara Indonesia. Akan tetapi setelah dilihat kembali ternyata cadangan Indonesia lebih besar dari yang diperkirakan USGS.
Timah
Perbandingan cadangan timah (tin) yang
dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar 16,67%, dengan cadangan Indonesia sebesar
800.000 ton dan dunia sebesar 4.800.000 ton.
Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara
antara lain United State, Australia, Brazil, Burma, China, Congo, Indonesia, Laos, Malaysia, Nigeria,
Peru, Russia, Rwanda, Thailand Vietnam, dan beberapa negara lainnya.
Tembaga
Perbandingan cadangan tembaga (copper) yang dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar
3,29%, dengan cadangan Indonesia sebesar
26.000.000 ton dan dunia sebesar 790.000.000 ton.
Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United State, Australia, Canada, China,
Congo, Indonesia, Mexico, Peru, Zambia, dan beberapa negara lainnya.
Mangan
Perbandingan cadangan mangan yang dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar
19,17%, dengan cadangan Indonesia sebesar
130.371.327,30 ton dan dunia sebesar 680.000.000
ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United State, Australia, Brazil, China,
Gabon, Ghana, India, Kazakhstan, Malaysia,
Mexico, South Africa, Ukraine, dan beberapa negara lainnya. Untuk negara lainnya salah satunya adalah negara Indonesia.
Krom
Perbandingan cadangan krom yang dimiliki
Indonesia dan dunia adalah sebesar 0,44%, dengan
cadangan Indonesia sebesar 2.255.765 ton dan dunia sebesar 510,000,000 ton. Cadangan tersebut
tersebar di beberapa negara antara lain United
State, India, Kazakhstan, South Africa, Turkey, dan beberapa negara lainnya. Untuk negara lainnya
cadangan tersebut sebesar 4.200.000 ton yang salah satunya adalah negara Indonesia.
Titanium
Perbandingan cadangan titanium yang
dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar 0,17%, dengan cadangan Indonesia sebesar 1.598.306 ton
dan dunia sebesar 930.000.000 ton. Cadangan
tersebut tersebar di beberapa negara antara lain
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
31
United State, Australia, Brazil, Canada, China,
India, Kenya, Madagaskar, Mozambique, Norway,
Senegal, Sierra Leone South Africa, Ukraine, Vietnam, dan beberapa negara lainnya. Untuk
negara lainnya cadangan tersebut sebesar
26.400.000 ton yang mana salah satunya adalah Indonesia.
KESIMPULAN Dari hasil pengolahan data dihasilkan bahwa
batubara di Indonesia memiliki sumber daya yang
diperkirakan berkisar 2%-3% dari batubara di Dunia.
Untuk mineral logam, Indonesia memiliki
6,08% nikel, 6,82% kobalt, 14,05 timbal, 9,63% seng, 3,33% bauksit, 0,72 besi, 4,63 emas, 16,67%
timah, 3,29% tembaga, 19,17 mangan, 0,44% krom, 0,17 titanium.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih diberikan kepada bapak Prof., Dr., Ir., Rudy Sayoga Gautama yang telah
mengoreksi dan memberikan masukan terkait
penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral. (2016). Executive Summary Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber Daya Mineral Status 2016.
Badan Standardisasi Nasional. (2011). Pedoman
pelaporan, sumberdaya, dan cadangan
batubara (SNI 5015:2011). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional. (2011). Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan Cadangan
Mineral (SNI 4726:2011). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
BP Global. (2018, Juni). BP Statistical Review of World Energy.
Harald Andruleit, M. B. (2017). BGR Energy Study
(Data and Development Concerning German
and Global Energy Supplies). Hannover: Bundesanstalt Fϋr Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR).
United State Geological Survey. (2018). Mineral
Commodity Summaries 2018.
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
32
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENAMBANGAN
BATUGAMPING DI PT. SDIC PAPUA CEMENT INDONESIA
MANOKWARI DITINJAU DARI SEGI BUDAYA
Maria Aprilia Imanuela Awandoi1), Indra Birawaputra2)
1)Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 2)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Papua
1) 2) Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Email: 1)[email protected], 2)[email protected]
Abstract
People in Doput village and Misapmeysi villages, based on their local knowlegde and understandings, have
different points of view in perceiving problems resulted from mining activities, particularly impacts that have been experienced. In order to find out the villagers’ perception, a questionnaire consisted of questions
about language, local knowledge, technology, art, traditional livelihood, religion, and kinship were
distributed to 50 respondents in the two villages. The results showed that 74%– 88% of the respondents have good perception in terms of local culture. This is because the respondents assumed that the local
culture still existed, and even would be preserved both before and after the limestone mining activities of
PT. SDIC Papua Cement Indonesia Manokwari. The average percentage of cultural variables were
perceived from good to very good; language (74%), natural knowledge (88%), tecnology (83%), art (74,67%), living livelihood traditional (83,33%), religion (85%), and kinship (84%). In general, the results
indicated that the limestone mining in Maruni has been positively perceived by the villagers, espeecially from the culture perspective.
Keyword: Perception, Culture
Abstrak
Masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi memiliki pandangan yang berbeda dalam melihat masalah
yang timbul akibat kegiatan tambang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka dalam
melihat dan merasakan dampak-dampak yang terjadi. Untuk mengetahui persepsi masyarakat maka dilakukan pengambilan data kuesioner mengenai bahasa, pengetahuan alam, teknologi, kesenian, mata
pencaharian hidup tradisional, religi, dan kekerabatan. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner 50 responden
oleh dari Kampung Doput Dan Misapmeysi mengenai budaya setempat mempunyai persepsi yang baik hingga sangat baik (≥ 74% hingga 88%) terhadap budaya setempat, hal ini dikarenakan budaya tersebut
tetap ada dan dilestarikan dari sebelum adanya penambangan hingga adanya penambangan Batugamping
PT. SDIC Papua Cement Indonesia Manokwari. Rata-rata persentase pada variabel budaya yang melingkupi beberapa indikator di dalamnya memiliki tanggapan/ persepsi baik hingga sangat baik
diantaranya: bahasa (74%), pengetahuan alam (88%), teknologi (83%), kesenian (74,67%), mata
pencaharian hidup tradisional (83,33%), religi (85%), dan kekerabatan (84%). Dari hasil ini dapat dikatakan
bahwa penambangan Batugamping di daerah Maruni memiliki persepsi baik di masyarakat bila dilihat dari segi budaya.
Kata Kunci: Persepsi, Budaya.
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
33
PENDAHULUAN
PT. SDIC Papua Cement Indonesia
merupakan perusahaan tambang yang menambang Batugamping yang beroperasi dekat daerah
pemukiman warga di Maruni. Batugamping
tergolong dalam mineral bukan logam yang diambil dan diolah sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku semen. Setiap penambangan
ini selain membuahkan hasil adapula dampak yang terus dirasakan dan dihadapi oleh pekerja maupun
masyarakat disekitar lingkungan perusahaan
khususnya masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi.
Dalam menanggapi dampak yang timbul
akibat penambangan ini, masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi tentu memiliki pandangan
yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan
dan pemahaman dalam melihat dan merasakan dampak-dampak yang terjadi. Hal inilah yang
menyebabkan persepsi masyarakat pun berbeda-beda dalam melihat dan menilai masalah tersebut.
Masalah Penelitian
Bagaimana persepsi masyarakat Kampung
Doput dan Misapmeysi terhadap aktivitas penambangan Batugamping ditinjau dari aspek budaya?
Tujuan Penelitian
Menentukan persepsi masyarakat Kampung
Doput dan Misapmeysi terhadap penambangan
Batugamping PT. SDIC Papua Cement Indonesia ditinjau dari aspek budaya
METODE PENELITIAN Metode kuantitatif dimana metode penelitian
yang dilandaskan pada realitas/ gejala/ fenomena
yang digunakan untuk meneliti populasi dan sampel tertentu (Sugiyono 2008).
TINJAUAN PUSTAKA
Pertambangan
UU RI nomor 4 Tahun 2009 Pasal satu (1)
pertambangan adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca
tambang. Dan penambangan melingkupi
penggalian, pemuatan dan pengangkutan kegiatan ini dapat berlangsung di dalam perusahaan maupun
di sekitar pemukiman warga.
Persepsi Masyarakat
Adalah sebuah proses dimana sekelompok
individu yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu, memberikan tanggapan terhadap
hal-hal yang dianggap menarik dari lingkungan
tempat tinggal mereka. Faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat, diantaranya pelaku persepsi, target atau objek, dan situasi
Aspek Budaya
Adalah suatu cara hidup yang berkembang,
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang,
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ada 7 unsur budaya menurut C. Kluckhohn, yaitu:
1. Bahasa (A.1) Alat atau perwujudan budaya yang digunakan
untuk saling berkomunikasi baik lewat tulisan,
lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat). 2. Pengetahuan Alam (A.2)
Adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
tentang keadaan yang berkaitan dengan
kehidupan manusia, hewan dan juga tumbuhan. 3. Teknologi Atau Peralatan (A.3)
Alat yang digunakan untuk teknik
memproduksi, contoh teknologi tradisional seperti tempat berlindung, makanan, pakaian
dan alat-alat produktif.
4. Kesenian (A.4) Mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang
dinikmati dengan mata ataupun telinga.
5. Mata Pencarian Hidup Tradisional (A.5)
Diantaranya: berburu, beternak, bercocok tanam di ladang, dan menangkap ikan.
6. Religi (A.6)
Manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
7. Kekerabatan (A.7)
Unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan.
Instrumen Penelitian Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan
data dengan cara memberi pertanyaan kepada
responden untuk dijawab. Skala pengukurannya yaitu Skala Guttman dengan bentuk jawaban bernilai Ya =1 dan Tidak = 0. (Riduwan 2010:89).
Dengan penilaian kriteria jawaban kuesionernya sesuai dengan tabel 1.
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
34
Tabel 1. Kriteria Penilaian Jawaban Kuesioner
No Kategori Nilai Skor (%)
1 Sangat Tidak Baik 0 – 19
2 Kurang Baik 20 – 39
3 Cukup Baik 40 – 59
4 Baik 60 – 79
5 Sangat Baik 80 – 100
Validitas data berdasarkan skala guttman
digunakan rumus koefisien reproduksibilitas (KR/ CR), dan koefisien skalabilitas (KS/ CS).
CR=1- TE
PE (1)
CS=1- (TE
0,5 x PE) (2)
Dengan TE adalah jumlah kesalahan, PE
adalah jumlah kemungkinan error dan taraf signifikan 0,5.
Adapun syarat penerimaan KR dan KS
tercantum pada tabel 2.
Tabel 2. Syarat Penerimaan KR dan KS
Nilai Validitas Keterangan
0.81 – 1.00 Validitas Sangat Baik
0.61 – 0.80 Validitas Baik
0.41 – 0.60 Validitas Cukup
0.21 – 0.40 Validitas Kurang
0.00 – 0.20 Validitas Jelek
Indikator Variabel Penelitian
Indikator Variabel Penelitian tercantum pada tabel 3.
Tabel 3. Indikator Variabel Penelitian Variabel Indikator Keterangan
Bahasa
(A.1)
A.1.1 Alat komunikasi
A1.2 Mempermudah
komunikasi A.1.3 Mengenal budaya lain
Pengetahuan Alam (A.2)
A.2.1 Penentu pencaharian kebutuhan hidup
A.2.2 Penggunaan berkelanjutan
A.2.3 Dampak pencaharian kebutuhan hidup
Teknologi (A.3)
A.3.1 Kegunaan peralatan tradisional
A.3.2 Perkembangan teknologi
baru
Kesenian (A.4)
A.4.1 Pelestarian kesenian A.4.2 Penyemangat kerja
A.4.3 Mempertahankan kesenian
Variabel Indikator Keterangan
Mata Pencaharian
Hidup Tradisional
(A.5)
A.5.1 Mata pencaharian utama
A.5.2 Peralihan mata pencaharian
A.5.3 Kebutuhan hidup
Religi (A.6)
A.6.1 Pengobata tradisional A.6.2 Penambahan jemaat
Kekerabatan
(A.7)
A.7.1 Hubungan kekeluargaan
A.7.2 Perebutan lahan A.7.3 Kecemburuan sosial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik responden Tingkat Pendidikan
Dari 50 responden, 80% responden yang
bersekolah dan 20% responden yang tidak
bersekolah.
Gambar 1. Diagram Persentase Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Jenis Kelamin
Dari 50 responden, 62% responden berjenis kelamin laki-laki dan 38% responden berjenis
kelamin perempuan.
Gambar 2. Diagram Persentase Berdasarkan Jenis
Kelamin
Pekerjaan
Dari 50 responden, 50% responden pekerjaan petani dan penjual sayur, 24% penggali
batu, 10% nelayan, 4% pelajar, 8% karyawan
perusahaan dan 4% guru.
Gambar 3. Diagram Persentase Berdasarkan Jenis
Pekerjaan
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
35
Tingkatan Umur
Dari 50 Responden, tingkat usia 20-49 tahun
adalah 96% responden dan usia 50-58 tahun 4% responden.
Gambar 4. Diagram Persentase Berdasarkan Tingkatan
Umur
Validitas data
Hasil pengujian validitas data 7 variabel yaitu:
Variabel (KR) Keterangan (KS) Keterangan
V1 0.89 Sangat Baik 0.79 Baik
V2 0.87 Sangat Baik 0.73 Baik
V3 0.92 Sangat Baik 0.84 Sangat Baik
V4 0.89 Sangat Baik 0.79 Baik
V5 0.80 Baik 0.60 Baik
V6 0.86 Sangat Baik 0.72 Baik
V7 0.81 Sangat Baik 0.63 Baik
Distribusi frekuensi persepsi masyarakat
Bahasa (A.1)
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
A.1.1 13 26 37 74 A.1.2 18 36 32 64 A.1.3 8 16 42 84 Rata2 13 26 37 74
Pengetahuan Alam (A.2)
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
A.2.1 4 8 46 92 A.2.2 7 14 43 86 A.2.3 7 14 43 86 Rata2 6 12 44 88
Teknologi (A.3)
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
A.3.1 13 26 37 74 A.3.2 4 8 46 92 Rata2 8,5 17 41,5 83
Kesenian (A.4)
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
A.4.1 7 14 43 86 A.4.2 8 16 42 84 A.4.3 23 46 27 54 Rata2 12,67 25,33 37,33 74,67
Mata Pencarian Hidup Tradisional (A.5)
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
A.5.1 8 16 42 84
A.5.2 8 16 42 84
A.5.3 9 18 41 82
Rata2 8,33 16,67 41,67 83,33
Religi (A.6)
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
A.6.1 7 14 43 86 A.6.2 8 16 42 84 Rata2 7,5 15 42,5 85
Kekerabatan (A.7)
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
A.7.1 6 12 44 88 A.7.2 10 20 40 80 A.7.3 8 16 42 84 Rata2 8 16 42 84
Tabel 4. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Persepsi
Masyarakat
No. Variabel
Budaya
Hasil
Rata-rata
(%)
Keterangan
1. A.1 74 Baik 2. A.2 88 Sangat Baik 3. A.3 83 Sangat Baik 4. A.4 74,67 Baik
5. A.5 83,33 Sangat Baik 6. A.6 85 Sangat Baik 7. A.7 84 Sangat Baik
Pembahasan
Karakteristik Responden
Tingkatan pendidikan merupakan salah satu
faktor utama dalam bekerja maupun mencari pekerjaan disamping pengalaman kerja dan skill
kerja yang dimiliki. Tingkat pendidikan
Masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi terdiri atas pendidikan terakhir di SD sebesar 24%
responden, 20% responden tidak bersekolah, 16%
responden memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP, dan responden lainnya adalah responden
yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA
dan Sarjana. Hal ini berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang dalam menganalisis keadaan lingkungan sekitar yang akan berpengaruh
kepada cara pandang (persepsi) masyarakat tersebut.
Untuk tingkatan umur, usia sangat produktif
(20-49 tahun) cukup tinggi dibandingkan responden usia produktif yang berumur 50-58
tahun. Hasil ini menunjukkan potensi tenaga kerja
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
36
masyarakat kampung Doput dan Misapmeysi
cukup tersedia bagi kegiatan-kegiatan ekonomi bila
dilihat dari segi umur namun tidak didukung dengan tingkat pendidikan yang dimiliki, sehingga
rata-rata pekerjaannya tergolong dalam pekerjaan
tradisional antara lain bertani atau berkebun. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang
dijadikan sampel lebih besar responden laki-laki dibandingkan responden perempuan.
Persepsi Responden
Dari 50 responden diperoleh hasil rata-rata ≥
74% hingga 88% dan hasil persentase ini menunjukkan kategori baik hingga sangat baik
artinya sebelum adanya kegiatan penambangan
Batugamping di daerah Maruni budaya masyarakat tersebut, masih dan tetap dilestarikan oleh
masyarakat setempat hingga saat ini, hal ini
ditunjukkan dengan 74% bahasa daerah tetap digunakan dari sebelum adanya penambangan ini
hingga saat ini, yang mempermudah masyarakat
dalam menjalin komunikasi antar masyarakat.
Selain itu berkomunikasi dengan dialeg lokal responden dapat mengenal dan mempelajari
budaya dari daerah lain tanpa merubah budaya asli mereka.
Disamping itu 88% artinya responden
memiliki persepsi sangat baik terhadap kondisi alam yang merupakan penentu pencarian
kebutuhan hidup (bekerja) namun ini tidak menjadi
penghalang bagi masyarakat dalam bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup.
Untuk teknologi memiliki persentase 83%
menunjukan pelestarian budaya masyarakat terhadap tempat tinggal, dan peralatan tradisional
seperti parang, sekop,dll. Selain itu 74,67%
kesenian budaya tarian, alat musik, lagu dan pakaian adat masih tetap ditampilkan/ dilestarikan.
Dari rata-rata 83,33% mata pencaharian
hidup responden petani/ berkebun, selain itu ada peralihan mata dari petani kini menjadi nelayan, penggali batu, penjual sayur dan ojek.
Aspek agama memiliki persepsi 85%,
terhadap pengobatan tradisional dan pertemuan-
pertemuan ibadah 84%. Bila ditinjau dari aspek kekerabatan, 88% responden dari Kampung Doput
dan Misapmeysi memiliki hubungan kekerabatan
yang baik (rukun) antar warga masyarakat dan
tidak adanya perebutan lahan antara masyarakat baik itu masyarakat Kampung Doput maupun
Misapmeysi, dan tidak adanya kecemburuan sosial antar warga masyarakat setempat.
Hasil persentase ini menunjukan nilai baik
dari masyarakat terkait keberadaan PT. SDIC, oleh
sebab itu perlu adanya hubungan timbal balik antara pihak perusahaan kepada masyarakat
dengan cara mempelajari, melestarikan serta
mengembangkan budaya setempat melalui perkenalan budaya lokal kepada semua orang,
pelatihan dari pihak perusahaan terkait
pengembangan budaya lokal masyarakat, seperti kegiatan di balai masyarakat, meliputi mengelola
makanan khas, membuat kerajinan tangan,
mengajari bahasa daerah maupun bahasa asing,
membangun industri lokal hasil kerajinan masyarakat lokal dll, sehingga budaya ini tidak
hilang dan dapat dipertontonkan kepada dunia luar
sehingga menjadi aspek penting dalam pembangunan kemasyarakatan. Dengan demikian
akan terjalin hubungan kekeluargaan dan
kerjasama yang baik antara pihak perusahaan dengan masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi atau sebaliknya.
PENUTUP
Kesimpulan
Masyarakat Kampung Doput Dan
Misapmeysi mempunyai persepsi yang baik hingga sangat baik (≥ 74% hingga 88%) terhadap budaya
setempat, karena budaya tersebut tetap ada dan
dilestarikan dari sebelum hingga adanya penambangan Batugamping PT. SDIC Papua
Cement Indonesia Manokwari. Dengan rata--rata
bahasa (74%), pengetahuan alam (88%), teknologi
atau peralatan (83%), kesenian (74,67%), mata pencaharian hidup tradisional (83,33%), religi atau
agama (85%), dan kekerabatan (84%). Dengan
demikian penambangan Batugamping di daerah Maruni memiliki persepsi baik di masyarakat
Kampung Doput dan Misapmeysi bila dilihat dari segi budaya.
Saran
1. Adanya perhatian khusus perusahaan terhadap
masyarakat terkait ganti rugi lahan, wirausaha, pelatih mengembangkan usaha lokal melalui
kerajinan budaya demi pembangunan
kemasyarakatan yang lebih baik. 2. Untuk mengukur variabel kekerabatan terkait
perebutan lahan dan kecemburuan sosial
sebaiknya pengambilan data dilakukan untuk
kampung pemilik hak ulayat setempat. 3. Daftar pertanyaan dari beberapa variabel
budaya harus lebih spesifik (khusus), gunakan
skala likert dan juga dapat menganalisis data tersebut lebih lanjut hingga dapat mengetahui
hubungan kedepan setiap variabel (Regresi).
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
37
DAFTAR PUSTAKA
Ghassini. 2011. Kriteria Penilaian Jawaban
Kuesioner. http://ghassini.blogspot.co.id. (22 Februari 2018)
Kamus bahasa Indonesia. Pengertian Persepsi. http://kamusbahasaindonesia.org (10 Juli 2018).
Muliadi. 2008. Interpretasi Validitas Instrumen Tes. http://makalah.november.pdf. (22 Februari 2018)
Noviana Riki . 2013. Tujuh Unsur Kebudayaan Universal http://www.era.id (23 Februari 2018)
Raharja Hendra. 2017. Distribusi Frekuensi. https://statmat.id/. (27 Juni 2018)
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
38
PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL PENYEMENAN
DENGAN METODE BALANCE PLUG PADA PROGRAM
CEMENT PLUG SUMUR X LAPANGAN Y
Hastowo Resesiyanto
Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Abstract
Cement plug is a method to place plug to a specific depth used cement to close the well, preventing lost
circulation, sidetrack at the begining of directional drilling and to provides a place for open hole test. The
cement plug methods used in this research is balanced plug method. This research conducted by collecting
data on Well X, in the form of well profile data covering casing and tubing dimension. Furthermore,
laboratory data for cement and additives are used. Result of research showed that the total volume of
cement slurry needed is equal to 29.455 bbl, the number of sack of cement for cementing the open end
interval of 81.4 meters is as much 155 sack of cement, and the total volume of fluid required to push the
cement slurry into cementing zone is equal 64.15 bbl.
Keywords : Cement Plug, Balanced Plug
Abstrak
Cement plug merupakan metode penempatan plug (sumbat) pada kedalaman tertentu dengan menggunakan
semen yang bertujuan untuk menutup sumur, mencegah hilang sirkulasi, untuk sidetrack pada awal
dilakukannya pemboran berarah dan menyediakan tempat untuk test open hole. Metode cement plug yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode balanced plug. Penelitian dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data pada Sumur ”X”, berupa data profil sumur yang meliputi dimensi
casing dan tubing. Selain itu juga dipergunakan data laboratorium untuk semen dan zat additif yang
digunakan. Hasil penelitian didapatkan bahwa total volume bubur semen yang dibutuhkan adalah sebesar
29.455 bbl , Jumlah sack cement untuk penyemenan interval open end sebesar 81.4 meter adalah sebanyak
155 sax semen, Total volume fluida yang dibutuhkan untuk mendorong bubur semen ke zona penyemenan
adalah sebesar 64.15 bbl.
Kata kunci : Cement Plug, Balanced Plug
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
39
PENDAHULUAN
Cement plug merupakan penempatan bubur
semen (cement slurry) dengan volume yang relatif
kecil di dalam lubang sumur yang bertujuan:
1. Menutup sumur.
2. Mencegah hilang sirkulasi (lost circulation)
selama operasi pemboran.
3. Untuk sidetrack (tempat pembelokan) pada
permulaan dilakukannya pemboran berarah.
4. Menyediakan tempat untuk test open hole.
Terdapat 3 teknik untuk penempatan cement
plugs:
1. Balanced Plug
Umumnya teknik penempatan plug
menggunakan metode ini. Tubing atau drill pipe
diturunkan kedalam lubang sumur pada kedalaman
yang telah ditentukan untuk dilakukan penyekatan.
Spacer atau bahan kimia dipompakan didepan dan
dibelakang dari semen untuk melakukan
pembersihan lubang agar tidak terjadi kontaminasi
semen oleh lumpur. Cement slurry tadi
dipompakan sampai ketinggian sama antara diluar
dan didalam string. Kemudian tubing atau string
tadi ditarik dengan pelan keatas, meninggalkan
cement slurry pada lokasi yang ditentukan. Metode
ini sangat sederhana dengan tidak menggunakan
unit cementing services.
2. Dump Bailer
Metode ini biasanya digunakan untuk
kedalaman yang dangkal; tetapi jika komposisi
semen ditambah dengan retarder maka bisa
digunakan sampai kedalaman 12.000 ft. Dump
bailer memuat sejumlah semen, yang diturunkan
dengan menggunakan wireline. Limit plug, cement
basket, permanen bridge plug atau gravel pack
biasanya ditempatkan dibawah lokasi plugging
yang ditentukan. Bailer dibuka oleh sentuhan dari
bridge plug, kemudian semen dialirkan. Metode ini
mempunyai keuntungan dimana perlengkapan
dijalankan dengan wireline dan kedalaman dari
cement plug dengan mudah bisa dikontrol. Biaya
dengan metode ini juga relatif lebih murah karena
hanya menggunakan satu peralatan pumping yang
konvensional. Kerugiannya adalah jumlah semen
yang terbatas karena volume dump bailer yang
tertentu.
3. Two-Plug Method
Pada metode ini top dan bottom tubing plugs
di run untuk mengisolasi cement slurry dari fluida
sumur dan juga fluida pendorong. Bridge plug
biasanya di run pada kedalaman cement plugging.
Sebuah baffle tool di run diatas dasar string dan
ditempatkan pada kedalam tertentu untuk dasar dari
cement plug. Peralatan ini memungkinkan bottom
tubing plug masuk dan keluar dari tubing atau
drillpipe. Semen kemudian dipompakan keluar dari
string pada kedalaman plugging dan kemudian
mengisi annulus. Keuntungan dari metode ini
adalah meminimalkan kemungkinan pergerakan
yang berlebihan, bentuknya yang ketat, dengan
struktur semen yang keras dan memungkinkan
ditentukannya top dari plug.
Teknik penyemenan dengan metode balance
plug ini biasanya dilakukan pada formasi dengan
tekanan yang rendah. Tubing atau drill pipe akan
diturunkan kedalam sumur pada kedalaman yang
telah direncanakan untuk dilakukan penyemenan.
Air asin (salt water) akan dipompakan terlebih
dahulu melalui tubing atau drill pipe hingga
menutupi casing. Tujuan dipompakannya air asin
ini adalah untuk membersihkan lubang pemboran.
Kemudian slurry (bubur semen) akan ditempatkan
(displace) pada interval atau zona yang akan
disemen melalui tubing atau drill pipe. Spaser atau
air tawar akan dipompakan terlebih dahulu didepan
(water ahead/WA) dan dibelakang (water
behind/WB) slurry, hal ini bertujuan agar slurry
tidak dapat terkontaminasi oleh salt water (air asin)
atau lumpur pemboran. Cement slurry yang
dipompakan kedalam zona atau interval
penyemenan, ketinggiannya harus sama antara
didalam dan diluar tubing (balancing plug).
Kemudian tubing akan diangkat keatas secara
perlahan sehingga akan meninggalkan slurry pada
ketinggian yang direncanakan diatas ketinggian
spaser.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengolah
data profil sumur yang meliputi dimensi casing dan
tubing. Selain itu juga dipergunakan data
laboratorium untuk semen dan zat additif yang
digunakan.
Proses pengolahan data diawali dengan
menentukan jenis semen yang akan dipakai dengan
menggunakan data profil sumur dan data
laboratorium. Perhitungan kebutuhan material
penyemenan mempergunakan software Microsoft
office excel.
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
40
Perhitungan diawali dengan menghitung kapasitas
lubang bor, selanjutnya adalah menghitung volume
dan ketinggian semen di dalam lubang bor yang
meliputi perhitungan saat string atau rangkaian
pemboran berada didalam lubang bor, jumlah sack
semen yang dibutuhkan, Water Ahead/Behind dan
ketinggian fluida serta volume displacement dan
yang terakhir adalah menghitung saat string tidak
berada di dalam lubang bor.
Untuk menghitung kapasitas lubang bor
menggunakan persamaan :
CDp=(ID Dp)2
1029.4 (1)
CTubing=(ID Tubing)2
1029.4 (2)
COH=(ID OH)2
1029.4 (3)
CAnn OH & Tubing=(ID2 OH- OD2Tubing)
1029.4 (4)
CAnn Casing & DP=(ID2 Casing- OD2DP)
1029.4 (5)
CCasing=(ID Casing)2
1029.4 (6)
Dimana :
CDp : Kapasitas Drill Pipe (bbl/ft)
CTubing : Kapasitas Tubing (bbl/ft)
COH : Kapasitas Open Hole (bbl/ft)
CCasing : Kapasitas Casing (bbl/ft)
CAnn OH & Tubing : Kapasitas Annulus Open Hole dan
Tubing (bbl/ft)
CAnn Casing & DP : Kapasitas Annulus Casing dan Drill
Pipe (bbl/ft)
ID : Inside Diameter (Inch)
OD : Outside Diamater (Inch)
Untuk menghitung volume dan ketinggian
semen saat string masih di dalam lubang bor
menggunakan persamaan :
CDp=(LDp-TOC)x3.281xCDp (7)
CTubing=(LTbg-LDp)x3.281xCTubing (8)
AnnOH & Tbg=(LTbg-LDp)x3.281xCAn OH & Tbg (9)
AnnOH & DP=(LTbg-CShoe)x3.281xC OH & DP (10)
AnnCsg & DP=(CShoe-TOC)x3.281xCCsg & DP (11)
Dimana :
LDP : Length of Drill Pipe (m)
TOC : Top Of Cement (m)
CShoe : Casing Shoe (m)
Untuk menghitung jumlah sack semen yang
dibutuhkan menggunakan persamaan :
Sack Of Cement= Jumlah Slurry
Yield Semen (12)
Untuk menghitung water ahead/behind dan
ketinggian fluida menggunakan persamaan :
AnnCsg & DP=(TOC-WA/B)x3.281xCCsg & DP (13)
CDP=(TOC-WA/B)x3.281xCDP (14)
Ketinggian Semen = Depth-TOC (15)
Ketinggian WA/B = TOC-WA/B (16)
Dimana :
WA/B : Water Ahead/Behind (m)
TOC : Top Of Cement (m)
Untuk menghitung volume displacement
menggunakan persamaan :
CDP=(WA/B)x3.281xCDP (17)
Untuk menghitung volume dan ketinggian
semen saat string tidak berada dalam lubang bor
menggunakan persamaan :
COH=(D-CShoe)x3.281xCOH (18)
CCsg=(CShoe-TOC)x3.281xCCsg (19)
Total Capacity=COH + CCsg (20)
Ketinggian Semen=Depth-TOC (21)
Ketinggian WA/B=TOC-WA/B (22)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk dapat melaksanakan balance plug,
tekanan hidrostatik di dalam pipa atau casing dan
annulus harus seimbang. Untuk mencapai kondisi
ini fluida pendorong semen harus sama dengan
semen, dan ketinggian masing-masing fluida juga
harus sama. Untuk menyakinkan top dari semen
berada pada posisi yang telah di set atau ditentukan,
volume yang diinjeksikan harus tepat dengan
volume yang diperlukan ditambah faktor
keamanan. Bila terjadi kelebihan semen, maka
semen yang berlebihan tersebut disedot secara
reserved sampai mencapai ketinggian yang
diinginkan.
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
41
Sebelum dilakukan perhitungan kebutuhan
material yang akan dipakai dalam program cement
plug terlebih dahulu harus diketahui parameter-
parameter yang akan digunakan dalam
merencanakan langkah perhitungan. Data-data
tersebut berupa data dimensi casing, tubing, drill
pipe dan open hole (OH) yang berasal dari data
profil sumur (Tabel 1).
Tabel 1. Dimensi Ukuran String
OD ID Length
(inch) (inch) (m)
Open Hole 8 1
2 8.500 81.4
Casing 9 5
8 8.755 1214.0
Drill Pipe 5 4.276 1238.4
Tubing 2 7
8 2.441 57.0
Perhitungan Kapasitas Lubang Bor
Kapasitas merupakan jumlah minimal slurry
atau bubur semen yang ada pada tempat tersebut.
Perhitungan kapasitas meliputi kapasitas drill pipe
5 in, kapasitas Tubing 2 7
8, kapasitas Open Hole 8
1
2, kapasitas Annulus OH 8
1
2 & Tubing 2
7
8,
kapasitas Annulus Casing 9 5
8 & Drill Pipe 5 in,
kapasitas Annulus OH 8 1
2 & Drill Pipe 5 in dan
kapasitas Casing 9 5
8. Untuk perhitungan kapasitas
menggunakan persamaan 1 sampai 6. Hasil
perhitungan untuk masing-masing kapasitas
(capacity) dapat ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Kapasitas
Capacity bbl/ft
Drill Pipe 5 in 0.01776
Tubing 2 7
8 0.00578
Open Hole 8 1
2 0.0701
Annulus OH 8 1
2 & Tubing 2
7
8 0.0621
Annulus Casing 9 5
8 & Drill Pipe 5 in 0.0501
Annulus OH 8 1
2 & Drill Pipe 5 in 0.0459
Casing 9 5
8 0.0744
Perhitungan Volume dan Ketinggian
Saat string masih di dalam lubang bor
Perhitungan volume bubur semen (cement slurry)
Dari hasil perhitungan volume Drill Pipe 5
in atau Volume I dengan menggunakan persamaan
(7), besarnya volume atau jumlah minimal dari
bubur semen dalam drill pipe adalah sebesar 4.475
bbl. Pada perhitungan Volume II atau volume
Tubing 2 7
8 dengan menggunakan persamaan (8),
jumlah minimal slurry adalah sebesar 1.0809 bbl.
Volume III atau volume antara Annulus OH 8 1
2 &
Tubing 2 7
8 yang dihitung dengan menggunakan
persamaan (9), didapatkan jumlah slurry sebanyak
11.613 bbl. Pada perhitungan Volume IV atau
volume antara Annulus OH 8 1
2 & Drill Pipe 5 in
dengan menggunakan persamaan (10), didapatkan
jumlah slurry sebesar 2.674 bbl. Sedangkan pada
perhitungan volume antara Annulus Casing 9 5
8 &
Drill Pipe 5 in atau Volume V yang dihitung
dengan menggunakan persamaan (11), didapatkan
jumlah minimal slurry atau bubur semen sebanyak
8.613 bbl. Volume total dari bubur semen yang di
pergunakan dalam program cement plug adalah
sebanyak 29.455 bbl.
Tabel 3. Volume bubur semen (cement slurry)
Vol Capacity bbl
I Drill Pipe 5 in 4.475
II Tubing 2 7
8 1.0809
III Annulus OH 8 1
2 & Tubing 2
7
8 11.613
IV Annulus OH 8 1
2 & Drill Pipe 5 in 2.674
V Annulus Casing 9 5
8 & Drill Pipe 5 in 8.613
Total Jumlah Slurry 29.455
Perhitungan Jumlah Sack Semen
Pada sumur X, zona atau interval open end
penyemenan adalah sebesar 81.4 meter didapatkan
volume bubur semen (cement slurry) untuk
penyemenan sebanyak 29.455 bbls (165.36 cuft)
atau sebanyak 155 sax semen. Untuk perhitungan
jumlah sax semen, dihitung dengan persamaan
(12):
Sack Of Cement= Jumlah Slurry
Yield Semen
Nilai Yield Cement adalah sebesar 1.07 cuft/sax
yang bersumber dari data Laboratorium.
Water Ahead/Behind dan Ketinggian Fluida.
Water Ahead (WA) pada sumur X adalah
pada Annulus Casing 9 5
8 & Drill Pipe 5 in
sedangkan Water Behind (WB) berada pada drill
pipe 5 in . Volume water ahead (WA) adalah 9.97
bbl ( 56.01 cuft), sedangkan volume water behind
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
42
(WB) adalah 3.537 bbl (19.85 cuft). Perhitungan
volume water ahead/behind (WA/B) pada sumur X
mempergunakan persamaan (13) dan (14).
Ketinggian semen dan ketinggian water
ahead/behind (WA/B) pada saat string masih
berada dalam lubang sumur adalah 133.8 m
(438.99 ft) untuk ketinggian semen dan 60.7 m
(199.15 ft) untuk ketinggian water ahead/behind
(WA/B). Hasil ini didapatkan dari perhitungan
menggunakan persamaan (15) dan (16).
Gambar 1. Saat string masih di dalam Lubang
Volume Displacement
Displacement merupakan fluida yang
dipergunakan untuk menempatkan slurry atau
bubur semen ke zona atau daerah yang akan
dilakukan plug. Dari hasil perhitungan
menggunakan persamaan (17), volume
displacement adalah sebesar 64.15 bbl.
Pada saat string tidak berada dalam lubang
Volume bubur semen.
Volume bubur semen pada saat string tidak
berada dalam lubang bor hanya dihitung volume
kapasitas Open Hole 8.5 in dan kapasitas Casing
9 5
8. Perhitungan masing-masing kapasitas
menggunakan persamaan 18 dan 19.
Total kapasitas bubur semen pada saat string tidak
berada dalam lubang bor didapatkan sebesar
165.39 cuft. Jumlah ini didapatkan dari
penjumlahan kapasitas Open Hole 8.5 in dengan
kapasitas Casing 9 5
8 (Persamaan 20).
Ketinggian semen dan water ahead/behind
(WA/B)
Ketinggian semen pada saat string dicabut
(tidak berada dalam lubang bor) adalah pada
ketinggian 411.43 ft atau 125.4 m, hasil ini
didapatkan dengan perhitungan menggunakan
Persamaan 21.
Ketinggian Water Ahead/Behind (WA/B)
berada pada ketinggian 43.4 m atau 142.39 ft.
Perhitungan menggunakan Persamaan 22.
Gambar 2. Saat string tidak berada dalam lubang
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan yang dilakukan
mengenai kebutuhan material penyemenan dengan
metode Balance Plug pada Sumur X, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Total volume bubur semen (cement slurry) yang
dibutuhkan adalah sebesar 29.455 bbl.
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
43
2. Jumlah sack cement yang dibutuhkan untuk
penyemenan zona atau interval open end
penyemenan sebesar 81.4 meter adalah
sebanyak 155 sax semen.
3. Ketinggian semen pada saat string masih
berada dalam lubang sumur adalah 133.8 m atau
438.99 ft sedangkan ketinggian water
ahead/behind (WA/B) pada saat string masih
berada dalam lubang sumur adalah 60.7 m atau
199.15 ft.
4. Pada saat string tidak berada dalam lubang, total
kapasitas bubur semen adalah sebesar 165.39
cuft (29.45 bbl).
5. Ketinggian semen pada saat string tidak berada
dalam lubang sumur adalah 411.43 ft atau 125.4
m ft sedangkan ketinggian water ahead/behind
(WA/B) pada saat string tidak berada dalam
lubang sumur adalah 43.4 m atau 142.39 ft.
6. Total volume fluida yang dibutuhkan untuk
mendorong bubur semen ke zona penyemenan
(displacement) adalah sebesar 64.15 bbl.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, E., Arief, T., Prabu, U.A, “Perencanaan
Squeeze Cementing Metode Balance Plug Pada
Sumur X dan Sumur Y di Lapangan Ogan PT.
Pertamina EP Asset 2 Prabumulih”. Universitas
Sriwijaya.
Rakhmansyah, R., Aboekasan, W (2015),
“Evaluasi Penyemenan Liner 4 ½ di Sumur X
ST (Sidetrack) Dengan Inklinasi Sebesar 760”.
Seminar Nasional Cendekiawan.
Rubiandini, R, R.S (2012), “Teknik Operasi
Pemboran”. Institut Teknologi Bandung.
Bandung
Sahbudin., Komar, S., Amin, M, “Perencanaan
Penyemenan Casing 7 Inch Dengan Metode
Dual Stage Cementing Pada Sumur NR-X
Lapangan Limau di PT. Pertamina Drilling
Services Indonesia Area Sumbagsel,
Prabumulih”. Universitas Sriwijaya.
Yazid, F.E., Hamid, A., Affifah, A.N (2015),
“Evaluasi Penyemenan Casing Liner 7 Pada
Sumur X-1 dan Y-1 Blok LMG”. Seminar
Nasional Cendekiawan
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
44
ANALISIS PENGAMBILAN DAN PREPARASI SAMPEL
BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN KADAR NIKEL PADA
PT. HALTIM MINING KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
PROVINSI MALUKU UTARA
Jimmy Eglesias Armando Fatubun1), Yulius Ganti Pangkung2)
1) 2) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Email: 1)[email protected], 2)[email protected]
Abstract
PT. Haltim Mining is one of the nickel mining companies with sediment resources consist of several layers,
namely cover soil, limonite, saprolite and bedrock. About 1.8% of the nickel concentrate would be marketed
by the company, but the nickel content sampled for testing by XRF Epsilon 3 tool changes the level between
the samples in the Pit and the sample on the stockpile. The results showed that the average level of nickel concentrate sampled at Pit was 1.80%, while the average level of nickel concentrate sampled on Stockpile
was 1.75%, with an average difference of 0.09%. Changes in levels were influenced by sampling method, sample preparation and the accuracy of a sampler.
Keywords: Xpss Epsilon 3, Grade Value, Sampler
Abstrak
PT. Haltim Mining merupakan salah satu perusahaan nikel dengan kondisi endapannya terdiri dari beberapa
lapisan yaitu dari tanah penutup, limonit, saprolit dan batuan dasar. Kadar nikel 1,8% yang akan dipasarkan
oleh perusahaan namun kadar nikel yang diambil sampelnya untuk dilakukan pengujian oleh alat XRF Epsilon 3 menunjukkan adanya perubahan kadar antara sampel pada Pit dan sampel pada stockpile. Data
hasil pengujian kadar yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel pada Pit nilai kadarnya 1,80% sedangkan
sampel pada Stockpile nilai kadarnya 1,75% dengan selisih 0,09%. Perubahan kadar dipengaruhi oleh pengambilan sampel, preparasi sampel dan ketelitian seorang sampler.
Kata Kunci : XRF Epsilon 3, Nilai Kadar, Sampler.
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
45
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang
mempunyai kekayaan alam yang cukup melimpah yaitu sumberdaya alam. Sumber daya alam dapat
berupa mineral berharga seperti mineral logam
yang menjadi bahan baku dasar yang dapat dimanfaatkan. Nikel merupakan logam yang
banyak digunakan di industri sebagai salah satu
bahan baku untuk membuat baja tahan karat, baja tahan temperature tinggi, bahan magnet, proses
pelapisan logam, panduan logam bukan besi, katalis, sel bahan bakar dan bahan kimia.
Kebutuhan logam nikel makin meningkat
seiring dengan perkembangan industrinya dimana
sebagian besar dari logam nikel digunakan untuk memenuhi keperluan industri sebagai bahan untuk
kebutuhan industri strategis dan teknologi tinggi,
nikel mempunyai potensi menghasilkan nilai tambah yang sangat besar. Terdapat dua jenis bijih
nikel laterit yaitu laterit jenis saprolit yang
merupakan senyawa silikat/hidrosilikat dan laterit
jenis limonit yang merupakan senyawa oksida/hidroksida. Nikel laterit jenis limonit
dicirikan dengan kadar Fe yang tinggi dan nikel
laterit jenis saprolit dicirikan dengan kadar MgO yang tinggi. Indonesia merupakan salah satu
Negara yang bijih nikel laterit tersebar dalam
jumlah yang cukup besar dibeberapa daerah seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan
Papua. Hal inilah yang sekarang dimanfaatkan oleh
sektor industri untuk menghasilkan bahan baku
dasar yang bermanfaat yang salah satunya pada daerah Maluku.
PT. Haltim Mining merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada penambangan nikel
berjenis nikel laterit dan berusaha melakukan
pekerjaan penambangan dengan baik guna memprioritaskan permintaan konsumen terhadap
bijih nikel sehingga pengambilan sampel, preparasi
sampel sampai tahapan uji laboratorium dikontrol
agar kadar bijih nikel sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Permintaan konsumen
akan bijih nikel dengan kadar sebesar 1,8%
sehingga PT. Haltim Mining berusaha memasarkan nikel sesuai permintaan konsumen untuk
dimanfaatkan. Namun terkadang hasil analisis oleh
alat XRF adanya perubahan kadar nikel. Perubahan
kadar pada sampel produksi antara sampel pada area Pit dengan stockpile yang nilai kadarnya
dibawah yang diinginkan konsumen. Adanya
perbedaan kadar pada area pit dan stockpile menjadi pertanyaan “Mengapa kadarnya berubah?”
Apa penyebab perubahan kadar?. Salah satu faktor
penyebabnya yaitu cara pengambilan sampel maka
agar mengetahui perubahan kadar tersebut perlu
diadakan analisis mengenai hal yang menyebabkan perubahan kadar.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu
penelitian komparatif dan kualitatif. Penelitian
komparatif merupakan suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Disini variabelnya masih
sama dengan variabel mandiri tetapi untuk sampel
yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang
berbeda. Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk kata, skema, dan gambar (Sugiyono 2003:14).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengambilan sampel yang dilakukan oleh PT. Haltim Mining didasarkan pada JIS (Javanese
Industrial Standart) dengan mekanisme sampling
yaitu hand sampling. Hand sampling yang terdiri
atas beberapa macam namun yang digunakan oleh PT. Haltim Mining yaitu grab sampling.
Pengambilan sampel yang dilakukan meliputi sampel Patok, Sampel Cek, Sampel
Selektive, Sampel Produksi pada daerah tambang/Pit dan Sampel pada Stockpile.
Pada sampel cek merupakan tahap awal
dalam penentuan pengambilan sampel pada suatu daerah, jika hasil analisis kadarnya bagus maka
daerah tersebut dapat dibongkar untuk
mendapatkan ore dengan hasil yang baik. Sampel
cek terdiri atas sampel Patok, Sampel Cek Tumpukan, Sampel Cek Selective dan Sampel Cek
Khusus. Sampel Patok mempunyai pola dalam
pengambilan yang berbeda dengan sampel Cek lainnya. Pengambilan sampel Patok dilakukan pada
suatu daerah dengan adanya dua patok dengan jarak
antar patok 5 meter, diambilnya bahan sampel
dilakukan pada 9 titik yang pada lokasi daerah tersebut.
Sedangkan untuk pola pengambilan sampel Cek lainnya sama dengan pola pengambilan sampel
Produksi. Sampel cek tumpukan maupun sampel
cek selective dan sampel Produksi pengambilan dilakukan 3 titik pengambilan pada satu daerah.
Untuk sampel cek diambilnya pada tumpukan
maupun material yang telah diselective dan
dilakukan pengambilannya pada awal dan akhir shift.
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
46
Sebelum pada tahap analisis menggunakan
XRF Epsilon 3, sampel-sampel tersbut dilakukan preparasi sampel.
Pada analisis oleh alat XRF Epsilon 3 ada
beberapa tahapan sebelum mendapatkan hasil pengujiannya, antara lain:
1. Sampel pada cup dimasukan sebanyak 10 cup pada alat XRF Epsilon
2. Pada software Epsilon 3 dimasukan sampel ID
untuk sampel yang akan dinalisis 3. Setelah itu measurre sampel akan dianalisis.
4. Proses analisis oleh alat XRF Epsilon 3 dengan
waktu ±10 menit.
5. Hasil pembacaan nilai-nila kadar oleh alat XRF Epsilon akan dimasukan pada Microsoft Excel
untuk disimpan ataupun untuk hasil outputnya.
Pada penelitian ini, pengujian dengan alat XRF Epsilon 3 terdapat unsur-unsur seperti Ni, dan
Fe. Hasil analisis alat XRF pada sampel cek yang
diambil sebelum kegiatan pemuatan. Sampel pada Pit dengan stockpile diambil saat kegiatan
pemuatan/ore getting sedang dilakukan. Hasil
pengujian sampel cek, sampel pada Pit dan sampel
pada Stockpile dengan menggunakan alat XRF Epsilon 3 seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Sampel Cek Hasil analisis dengan Alat XRF Epsilon 3
No Sample ID Sample
Type
Ni
(%)
Fe
(%)
Fe*
(%) Remarks Deposite
1 HM0003140 - HM0003143 SC 1,74 8,24 11,58 spesial check PIT 2
2 HM0006450 - HM0006452 SC 1,79 9,92 14,18 spesial check PIT 3
3 HM0003165 - HM0003168 SC 1,77 10,31 13.08 spesial check PIT 3
4 HM0007801 - HM0007804 SC 1,76 9,65 11,83 spesial check PIT 3
5 HM0006471 - HM0006473 SC 1,58 9,11 11,64 spesial check PIT 2
6 HM0008805 - HM0008808 SC 1,89 10,84 15,99 spesial check PIT 2
7 HM0006750 - HM0006752 SC 1,80 10,95 14,49 spesial check PIT 2
8 HM0003171 - HM0003173 SC 1,77 9,93 12,55 spesial check PIT 1
9 HM0006611 - HM0006614 SC 1,77 10,63 14,06 spesial check PIT 1
10 HM0003175- HM0003177 SC 2,02 11,00 14,62 spesial check PIT 3
11 HM0003205 - HM0003207 SC 2,00 9,80 13,85 spesial check PIT 3
12 HM0006973 – HM0006973 SC 1,69 9,03 12,99 spesial check PIT 3
13 HM0003123 – HM0003125 SC 1,75 10,00 12,32 spesial check PIT 1
14 HM0003140 - HM0003142 SC 1,73 9,98 13,33 spesial check PIT 1
15 HM0008831 - HM0008833 SC 1,76 10,52 13,40 spesial check PIT 3
16 HM0003350 - HM0003352 SC 1,79 9,86 12,98 spesial check PIT 2
17 HM0006550 - HM0006552 SC 1,88 9,92 14,18 spesial check PIT 3
18 HM0003180 - HM0003183 SC 1,82 10,50 14,22 spesial check PIT 3
19 HM0007820 - HM0007823 SC 1,72 10,18 12,92 spesial check PIT 3
20 HM0006571 - HM0006573 SC 2,20 9,78 12,77 spesial check PIT 2
21 HM0008820 - HM0008823 SC 2,11 9,89 14,37 spesial check PIT 2
22 HM0006800 - HM0006802 SC 1,68 9,06 12,72 spesial check PIT 2
23 HM0003301 - HM0003303 SC 1,74 9,77 12,16 spesial check PIT 2
24 HM0006720 - HM0006723 SC 1,79 9,28 12,62 spesial check PIT 3
25 HM0003250 - HM0003252 SC 1,67 11,41 14,70 spesial check PIT 3
26 HM0003402 - HM0003404 SC 1,86 9,71 13,10 spesial check PIT 3
27 HM0007003 - HM0007005 SC 1,62 10,36 13,30 spesial check PIT 1
28 HM0003230 - HM0003232 SC 1,65 9,38 13,57 spesial check PIT 2
29 HM0003233 - HM0003235 SC 1,89 8,78 13,38 spesial check PIT 2
30 HM0008831 - HM0008833 SC 1,74 10,44 12,49 spesial check PIT 2
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
47
Tabel 2. Sampel Pada Pit Hasil Analisis dengan Alat XRF Epsilon 3
No Sample ID Sample
Type
Ni
(%)
Fe
(%)
Fe*
(%) Remarks Deposite
1 HM0030908 - HM0030913 SP 1,76 8,00 11,44 dome a.10 subload 5 PIT 2
2 HM0030918 - HM0030923 SP 1,80 10,29 14,70 dome d.10 subload 3 PIT 3
3 HM0030924 - HM0030929 SP 1,94 13,02 18,83 dome d.10 subload 4 PIT 3
4 HM0030937 - HM0030942 SP 1,85 12,57 17,89 dome e.10 subload 1 PIT 3
5 HM0030967 - HM0030972 SP 1,90 9,73 11,44 dome c.10 subload 4 PIT 2
6 HM0030976 - HM0030981 SP 1,73 7,57 12,87 dome c.10 subload 10 PIT 2
7 HM0030982 - HM0030987 SP 1,63 9,22 13,31 dome c.10 subload 11 PIT 2
8 HM0031013 - HM0031018 SP 1,75 8,70 12,48 dome z.9 subload 8 PIT 1
9 HM0031036 - HM0031041 SP 1,70 10,00 14,05 dome d.10 sub 6 PIT 1
10 HM0031059 - HM0031064 SP 1,74 9,65 13,12 dome g.10 subload 3 PIT 3
11 HM0031065 - HM0031070 SP 1,86 10,04 12,73 dome g.10 subload 4 PIT 3
12 HM0031083 – HM0031088 SP 1,63 14,11 19,32 dome g.10 subload 7 PIT 3
13 HM0031089 – HM0031107 SP 1,79 12,73 17,28 dome g.10 subload 8 PIT 1
14 HM0031102 -HM0031107 SP 1,77 9,81 14,02 dome z.9 subload 6 PIT 1
15 HM0031121 - HM0031126 SP 1,84 10,08 13,09 dome g.10 subload 6 PIT 3
16 HM0031130 - HM0031135 SP 1,77 11,36 16,34 dome f.10 subload 8 PIT 2
17 HM0031151 - HM0031156 SP 1,81 11,37 16,25 dome f.10 subload 2 PIT 3
18 HM0031163 - HM0031168 SP 1,77 8,73 12,49 dome f.10 subload 4 PIT 3
19 HM0031175 - HM0031180 SP 1,79 11,19 16,20 dome h.10 sub 1 PIT 2
20 HM0031403 - HM0031409 SP 2,23 9,99 14,28 dome i.10 subload 2 PIT 2
21 HM0031437 - HM0031442 SP 2,26 14,33 20,09 dome l.10 sub 9 PIT 2
22 HM0031431 - HM0031436 SP 1,66 10,54 14,92 dome l.10 sub 7 PIT 2
23 HM0031599 - HM0031604 SP 1,70 10,55 14,97 dome l.10 subload 3 PIT 3
24 HM0031605 - HM0031610 SP 1,78 10,64 14,85 dome l.10 subload 4 PIT 3
25 HM0031630 - HM0031635 SP 1,67 12,62 17,86 dome l.10 sub 8 PIT 3
26 HM0031013 - HM0031018 SP 1,85 8,70 12,48 dome z.9 subload 8 PIT 1
27 HM0013357 - HM0013362 SP 1,63 8,26 11,80 dome x.9 sub 5 PIT 2
28 HM0013363 - HM0013368 SP 1,59 7,71 11,07 dome x.9 sub 6 PIT 2
29 HM0013369 - HM0013374 SP 1,95 8,47 12,13 dome x.9 sub 7 PIT 2
30 HM0013577 - HM0013582 SP 1,76 8,19 11,70 dome z.9 subload 2 PIT 1
Tabel 3. Sampel Pada Stockpile Hasil Analisis Dengan Alat XRF Epsilon 3
No Sample _ID Sample
Type
Ni
(%)
Fe
(%)
Fe*
(%) Remarks Deposite
1 HM00030807 STP 1,69 9,83 14,04 dome a.10 subload 5 PIT 2
2 HM00030824 STP 1,78 9,33 13,33 dome d.10 subload 3 PIT 3
3 HM00030838 STP 1,72 9,12 13,03 dome d.10 subload 4 PIT 3
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
48
Tabel 3. Sampel Pada Stockpile Hasil Analisis Dengan Alat XRF Epsilon 3 (lanjutan)
No Sample _ID Sample
Type
Ni
(%)
Fe
(%)
Fe*
(%) Remarks Deposite
4 HM00030834 STP 1,80 9,56 19,05 dome e.10 subload 1 PIT 3
5 HM00030840 STP 1,90 12,06 17,23 dome c.10 subload 4 PIT 2
6 HM00030833 STP 1,64 10,73 14,05 dome c.10 subload 10 PIT 2
7 HM00030835 STP 1,56 9,27 13,25 dome c.10 subload 11 PIT 2
8 HM00030820 STP 1,75 9,74 13,92 dome z.9 subload 8 PIT 1
9 HM00030845 STP 1,70 11,23 16,05 dome d.10 sub 6 PIT 1
10 HM00031208 STP 1,74 9,65 13,73 dome g.10 subload 3 PIT 3
11 HM0030921 STP 1,83 10,04 12,03 dome g.10 subload 4 PIT 3
12 HM00031223 STP 1,68 13,95 18,56 dome g.10 subload 7 PIT 3
13 HM00031225 STP 1,88 10,88 15,55 dome g.10 subload 8 PIT 1
14 HM00030819 STP 1,50 9,91 14,16 dome z.9 subload 6 PIT 1
15 HM00031221 STP 1,89 10,29 14,70 dome g.10 subload 6 PIT 3
16 HM00031237 STP 1,81 9,92 14,18 dome f.10 subload 8 PIT 2
17 HM00030842 STP 1,78 15,62 22,32 dome f.10 subload 2 PIT 3
18 HM00030846 STP 1,73 8,36 12,57 dome f.10 subload 4 PIT 3
19 HM00031207 STP 1,75 13,21 12,05 dome h.10 sub 1 PIT 2
20 HM00031220 STP 1,83 9,14 12,25 dome i.10 subload 2 PIT 2
21 HM00031226 STP 1,78 15,81 22,59 dome l.10 sub 9 PIT 2
22 HM00031652 STP 1,72 10,95 15,64 dome l.10 sub 7 PIT 2
23 HM00031650 STP 1,74 11,83 16,90 dome l.10 subload 3 PIT 3
24 HM00031244 STP 1,81 11,37 16,24 dome l.10 subload 4 PIT 3
25 HM00031245 STP 1,67 10,97 15,68 dome l.10 sub 8 PIT 3
26 HM00031651 STP 1,75 10,72 15,32 dome z.9 subload 8 PIT 1
27 HM00012589 STP 1,79 8,71 12,45 dome x.9 sub 5 PIT 2
28 HM00012591 STP 1,80 8,50 12,14 dome x.9 sub 6 PIT 2
29 HM00012593 STP 1,90 8,51 11,51 dome x.9 sub 7 PIT 2
30 HM00012597 STP 1,69 9,49 13,56 dome z.9 subload 2 PIT 1
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
49
Gambar 1. Nilai Kadar Sampel pada Pit dan Sampel
pada Stockpile
Dari hasil analisis oleh alat XRF seperti tabel
dan grafik nilai kadar Ni, dan Fe diatas dapat dibuat hasil selisih perbandingan kadar nikel baik pada
sampel cek, sampel pada Pit dan sampel stockpile
dalam tabel dan grafik perbandingan seperti dibawah ini.
Tabel 4. Perbandingan Nilai Kadar Ni antara Sampel
Cek dengan Sampel pada Pit
No
Kadar
Nikel
Sampel
Cek (%)
Kadar Nikel
Sampel Pada
Pit (%)
Selisih
Kadar
Nikel (%)
1 1,74 1,76 0,02 2 1,79 1,80 0,01 3 1,77 1,94 0,17 4 1,76 1,85 0,09 5 1,58 1,90 0,32 6 1,89 1,73 0,16 7 1,80 1,63 0,17
8 1,77 1,75 0,02 9 1,77 1,70 0,07 10 2,02 1,74 0,28 11 2,00 1,86 0,14 12 1,69 1,63 0,06 13 1,75 1,79 0,04 14 1,73 1,77 0,04 15 1,76 1,84 0,08
16 1,79 1,77 0,02 17 1,88 1,81 0,07 18 1,82 1,77 0,05 19 1,72 1,79 0,07 20 2,20 2,23 0,03 21 2,11 2,26 0,15 22 1,68 1,66 0,02 23 1,74 1,70 0,04 24 1,79 1,78 0,01
25 1,67 1,67 0 26 1,86 1,85 0,01 27 1,62 1,63 0,01 28 1,65 1,59 0,06 29 1,89 1,95 0,06 30 1,74 1,76 0,02
Jumlah 53,91 53,98 2,29
Rata-rata 1,79 1,80 0,08
Gambar 2. Grafik Perbandingan Nilai Kadar Ni Sampel
Cek dan Sampel pada Pit
Tabel 5. Perbandingan Nilai Kadar Nikel (Ni)
No
Kadar Nikel
Sampel Pada
Pit (%)
Kadar Nikel
Sampel Pada
Stockpile
(%)
Selisih
Kadar
Nikel (%)
1 1,76 1,69 0,07
2 1,80 1,78 0,02
3 1,94 1,72 0,22
4 1,85 1,80 0,05
5 1,90 1,90 0,00
6 1,73 1,64 0,09
7 1,63 1,56 0,07
8 1,75 1,75 0,00
9 1,70 1,70 0,00
10 1,74 1,74 0,00
11 1,86 1,83 0,03
12 1,63 1,68 0,05
13 1,79 1,88 0,09
14 1,77 1,50 0,27
15 1,84 1,89 0,05
16 1,77 1,81 0,03
17 1,81 1,78 0,03
18 1,77 1,73 0,04
19 1,79 1,75 0,04
20 2,23 1,83 0,40
21 2,26 1,78 0,48
22 1,66 1,72 0,06
23 1,70 1,74 0,04
24 1,78 1,81 0,03
25 1,67 1,67 0,00
26 1,85 1,75 0,10
27 1,63 1,79 0,16
28 1,59 1,80 0,21
29 1,95 1,90 0,05
30 1,76 1,69 0,07
Jumlah 53,90 52,60 2,74
Rata-
rata 1,80 1,75 0,09
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
50
Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai kadar Nikel
Sampel pada Pit dengan Sampel pada Stockpile
Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Kadar Besi
Sampel pada Pit dengan Sampel pada Stockpile
Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Kadar Fe*
Sampel pada Pit dengan Sampel pada Stockpile
Pembahasan
Pengambilan sampel Pengambilan sampel meliputi sampel cek,
Sampel pada Pit dan sampel pada Stockpile dengan
pola pengambilannya sama. Sampel cek diambil
disaat sebelum kegiatan ore getting atau pada tahap selective mining. Sampel cek yang diambil seorang
sampler pada tumpukan hasil selektif dimana
tumpukan tersebut akan dimuat. Sampel cek diambil guna mengetahui apakah kadar material
masih sama dengan material sebelum kegiatan
selective mining. Ketelitian seorang sampler dalam mengambil material dibutuhkan agar tidak terjadi
perubahan kadar yang signifikan antara sampel cek
sebelum selective mining dan sampel yang diambil
pada kegiatan ore getting yaitu sampel pada Pit. Hasil analisis oleh alat XRF pada sampel cek dan
sampel pada Pit terdapat perubahan yang cukup signifikan diantaranya sampel nomor 5, 6 dan 11.
Perubahan-perubahan kadar sampel pada Pit
dan sampel pada stockpile dianalisis berdasarkan
pada pengambilan dan pengerjaan sampelnya.
Analisisnya berupa hubungan pengambilan dan
pengerjaan sampel berdasarkan Standar Operational Prosedure dengan penerapannya dilapangan.
Pengambilan sampel pada Pit dan pada
stockpile pada dasarnya sudah sesuai berdasarkan
Standar Operational Prosedure (SOP), namun ada ada kegiatan atau tahapan yang belum sesuai
diantaranya ketidaksesuaian pada pengambilan
sampel stockpile diambil sebanyak 2 titik di 1/3
tinggi tumpukan material hasil dumping truck dengan menggunakan scoop 125D namun
pengerjaannya dilapangan ada terjadi perbedaan dimana titik pengambilan sampel ada 3 titik.
Preparasi sampel
Preparasi sampel yang dilakukan oleh PT. Haltim Mining meliputi kegiatan penghancuran,
pengeringan, pencampuran, penimbangan dan
pembagian. Preparasi sampel antara sampel pada
Pit dan sampel Stockpile pengerjaannya sama hanya saja perbedaannya terdapat pada perlakuan sampelnya.
Pada preparasi sampel terdapat kegiatan
yang belum terdapat dalam SOP yaitu matriks dan
mixing. Matriks dan mixing perlakuannya berbeda antara sampel pada pit dan sampel pada stockpile.
Pola matriks yang biasa digunakan pada sampel
pada pit dengan pola 4x5. Pengambilan sampelnya
menggunakan sekop 20-30D dan pada tahapan ini dilakukan pencampuran menggunakan kwat ring sebelum masuk pada pengeringan/oven.
Perlakuan sampel pada stockpile sedikit
berbeda dengan sampel pada pit yang tidak
dimasukan pada SOP yaitu setelah sampel dihancurkan secara manual kemudian proses
pencampuran material agar pembagian materialnya
merata atau homogen. Pencampuran dilakukan
sebanyak 2-3 kali dengan alat sekop. Dan tahapan selanjutnya yaitu Matriks untuk mendapatkan
jumlah sampel yang diinginkan. Setelah
pencampuran, sampel dipadatkan dengan membentuk persegi untuk dimatriks lagi dengan
pola 5 x 6 kemudian matriks lagi dengan pola 4x5
lalu sampel diambil menggunakan scoop dengan ukuran 20-30D. Pada sampel Stockpile terdapat
pengambilan sampel yang disebut sampel MC,
sampel ini diambil pada titik tertentu pada pola 4 x 5 yang berfungsi untuk mengetahui kadar air.
Pada kegiatan mereduksi sampel
menggunakan splitter sampel dibagi menjadi dua
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
51
yaitu sampel original dan sampel back up. Sampel
original merupakan sampel yang nantinya akan
diuji sedangkan sampel back up merupakan sampel yang akan disimpan. Pada Standar Operational
Prosedure, kegiatan mereduksi sampel dengan
menggunakan splitter ukuran -10mm dilakukan sebanyak satu kali namun terkadang tidak dilakukan.
Proses mixing terhadap sampel ukuran 200
mesh untuk homegenisasi namun berdasarkan
dilapangan tahapan mixing ini dilakukan secara
manual menggunakan plastik sebelum dimasukan pada plastik sampel, pengisian pada plastik sampel
dengan pola yang ditentukan pada sebuah tray lalu
kemudian sampel yang akan dianalisis akan dimasukan pada cup pulp dan ditekan agar padat
sampel tersebut sebelum dianalisis oleh alat XRF Epsilon 3.
Hasil Pengujian
Pengujian kadar nikel pada PT. Haltim
Mining menggunakan alat XRF epsilon 3. Alat ini dapat menganalisa sampel bubuk padat dengan
sekali menganalisa dapat menampung 10 sampel
yang akan dianalisis. Unsur-unsur hasil analisis antara lain Nikel (Ni) dan Besi (Fe). Dari hasil
pengujian terdapat perbedaan nikai kadar antara
sampel Cek dengan sampel pada Pit dengan selisih 0,08% dimana perubahan nilai kadar yang
signifikan terdapat pada nomor sampel 3, 5, 6, 7,
10,11, 20 dan 21. Untuk nomor sampel 3,5, 20,21
pada sampel cek nilainya rendah dibandingkan sampel pada Pit. Misalkan nomor sampel 5 dengan
nilai sampel cek 1,58% dan sampel pada Pit 1,90
terjadi perubahan yang signifikan. Perubahan ini dapat dipengaruhi oleh pengambilan sampelnya
dimana sampel cek diambil pada saat kegiatan
selective mining. Sampel cek diambil pada tumpukan yang telah diselective pada saat kondisi
cerah namun saat kegiatan selective sedang
berlangsung cuaca berubah menjadi hujan. Setelah
hujan, tumpukan hasil selective tersebut diambil untuk dimuat ke stockpile yang disebut kegiatan
ore getting tanpa mengambil sampel pada
tumpukan selective oleh seorang sampler (orang yang mengambil sampel). Pengambilan sampel
cek berupa 1 kantong sampel soft, 1 kantong
sampel rock dan 1 kantong sampel soft & rock.
Sampel soft diambil 3 titik pada tumpukan dengan tangan, kemudian sampel rock terkadang dilihat
secara kasat mata bahwa batuan ini memiliki
kandungan yang baik namun setelah diuji batuan tersebut tampak luarnya bagus namun dalamnya
tidak mempunyai nilai kandungan unsur yang
diinginkan. Pengambilan sampel cek oleh seorang
sampler sebelum dilakukan selective mining
dibutuhkan ketelitian dan harus lebih mengenal material yang ingin dijadikan sampel untuk diuji
kandungannya. Contohnya seorang sampler yang
mengambil sampel cek pada satu daerah mendapatkan nilai grade 1,9% sehingga
disarankannya ke Grade Control untuk melakukan
kegiatan selective mining. Tumpukan yang telah di selective diambil sampel cek untuk mengetahui
nilai kadarnya namun ternyata hasil kadarnya
menurun 1,4% ternyata sampel cek yang diambil
oleh seorang sampler pada sebelum selective daerahnya terbatas namun disarankan adakan
selective pada satu daerah yang luas. Material yang
telah ditumpuk dibiarkan saja untuk diambil sampel cek setelah 2-3 hari.
Pada kegiatan ore getting yang merupakan kegiatan pemuatan material yang telah diselective
terdapat pengambilan sampel yang disebut sampel
pada Pit. Pengambilan sampel ini pada bucket
excavator menggunakan tray dengan 3 titik pengambilan sampelnya. Pada tempat penelitian,
tumpukan hasil selective yang berbeda nilai
kadarnya seringkali digabungkan untuk kegiatan ore getting. Hal seperti ini harus menjadi perhatian
seorang Grade Control pada pengambilan sampelnya.
Nilai kadar yang signifikan pada nomor
sampel 20 dan 21 yang cukup signifikan dimana
nilai sampel pada Pit lebih besar dibandingkan sampel pada stockpile dengan nilai untuk nomor
sampel 20 yaitu 2,23% berbanding 1,83%.
Pengambilan sampel pada stockpile yang tidak sesuai dengan SOP dimana pengambilan diambil
pada 3 titik. Pengambilan sampel pada stockpile
sendiri terkadang pada satu hari tidak dapat memenuhi 1 subload. Misalkan pada satu
tumpukan stockpile (dome) terdapat 10 subload
namun pada satu hari hanya terisi 1 atau 2 subload
saja. 1 subload terdiri atas 15 karung sampel namun pada satu hari berdasarkan jam kerja hanya
mencapai 10-11 karung saja. Pada keesokannya
sampel diambil lagi untuk mencapai 15 karung tersebut tanpa harus mengambil sampel cek pada tumpukan stockpile tersebut.
Pengambilan sampel dan preparasi sampel
yang dilakukan dilapangan terdapat beberapa
ketidaksesuaian dengan Standar Operational
Prosedure. Hasil pengujian kadar nikel baik sampel cek, sampel pada pit dan sampel stockpile
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
52
terjadi perbedaan dikarenakan oleh beberapa factor yaitu:
1. Cara pengambilan sampel pada lapangan
2. Preparasi sampel yang tidak dilakukan dengan
baik. 3. Ketelitian seorang sampler.
4. Pengontrolan yang baik oleh seorang Grade Control.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengambilan sampel oleh PT. Haltim Mining
yang dianalisis berdasarkan Standar
Operational Prosedure belum optimal dikarenakan pengambilan sampel oleh seorang
sampler yang belum bekerja sesuai SOP-nya
dan seorang sampler yang harus mengenal material yang ingin diambil. Pada preparasi
sampel yang belum ada pada SOP yaitu
perlakuan sampel dengan matriks pola 5 x 6 dan
4 x 5 dan pengujian kadar oleh alat XRF telah dilakukan dengan baik oleh seorang analisis.
2. Perubahan kadar dipengaruhi oleh cara
pengambilan sampel yang belum sesuai berdasarkan Standar Operational Prosedur,
preparasi sampel yang tidak dilakukan dengan baik dan ketelitian seorang sampler.
Saran
1. PT. Haltim Mining lebih memperhatikan
pekerjaan tiap karyawan terutama seorang sampler yang harus dikontrol cara pengambilan
sampelnya oleh Grade Control.
2. PT. Haltim Mining meninjau kembali Standar Operational Prosedure baik pengambilan sampel dan preparasi sampelnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Pengambilan Sampel Bijih
Nikel.https://Facefairfuture. Blogspot. co. id/
(20 september 2017)
Badrun Jumahir. 2011. Study Preparasi Sampel
Endapan Nikel Laterit Hasil Pemboran Eksplorasi Pada PT. Weda Bay Nickel
Kecamatan Weda Tengah Kabupaten
Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara. Fakultas Teknik Universitas Mauhammadiyah Maluku Utara.
Fitri Idul. 2016. Analisis Kandungan Mineral Logam Singkapan Batuan Dikawasan
Pertambangan Mangan Desa Kumbewaha
Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton Dengan Menggunakan Metode XRF. Skripsi Program
Studi Teknik Geofisika Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian Universitas Haluoleo. Kendari.
Jamludin Agus dan Adiantoro Darma. 2012.
Analisis Kerusakan X-Ray Fluorensence (XRF). Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir ISSN 1979-2409: 19-28
Subagja Rudi dan Firdiyono F. 2015. Kinetika
Reaksi Pelarutan Nikel Dari Kalsin Nikel Laterit. Majalah Metalurgi (2015) 2:71:80.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Pusat Bahasa Depdiknas. Bandung
Sumantry.2002. Teknik X-Ray Flurorensence dan
prinsip kerja XRF. Jakarta
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
53
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TAMBANG DAN
RANCANGAN DRAINASE PADA PT. SUMBER ANUGERAH
BUANA KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT
Petricia J. Etwiory1), Bambang Triyanto2)
1) 2) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Telp./Fax. (0986)215661 / (0986)214739 Email : 1) [email protected] 2)[email protected]
Abstract
Road is one of the important aspects to support transportation activities. Appropriate road geometry can contribute greatly to the safety and smoothness of transport activities. In addition to the road geometry,
water can also affect the condition of haul road, from which it can indirectly affect the transportation
activities. Therefore,it is important to conduct an evaluation of the haul road geometry condition based on
the AASHTO theory, and to design drainage on the road side of the mine. Road geometry at PT. Sumber Anugerah Buana has not suitable yet based on AASHTO theory. This is proven by using the actual result
showing that the the width of straight road was 4 - 7,5 meter, and the width of bend road was 5.3 - 5,5
meter. However, according to AASHTO theory, the width of straight road should be 4,850 meter and the width of bend road should be 7,733 meters. So, it is necessary to add width on straight road in segment I-
J and in all segment of bend road. The slope of the mine haul road at PT. Sumber Anugerah Buana already
has a safe slope of the road, except the A-B segment and D-E segment that are still above the safe condition, which is more than 15%. PT. Sumber Anugerah Buana does not have drainage, so it is necessary to make
channel on the first DTH dimension, that is 0,463 meter wide, 0,701 meter deep, and 0,928 meter wide of
the channel surface. Meanwhile, the dimension for the second DTH should be 0, 260 meter wide of the channel bottom, 0.395 meter deep of the channel, and 0,522 meters wide of the channel surface.
Keywords: Road Geometry Evaluation, Drainage road
Abstrak
Jalan merupakan salah satu aspek penting untuk menunjang kegiatan pengangkutan. Geometri jalan yang
sesuai dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap keamanan dan kelancaran kegiatan pengangkutan.
Selain geometri jalan, air juga dapat mempengaruhi keadaan jalan angkut, sehingga dapat mempengaruhi
proses kegiatan pengangkutan. Oleh karena itu, akan dilakukan evaluasi terhadap kondisi geometri jalan angkut berdasarkan teori AASHTO dan merancang drainage di tepi jalan angkut tambang. Geometri jalan
di PT. Sumber Anugerah Buana belum sesuai berdasarkan teori AASHTO, ini dibuktikan pada hasil aktual
di lapangan yaitu lebar jalan lurus 4 - 7,5 meter, lebar jalan pada tikungan 5,3 - 5,5 meter sedangkan lebar jalan lurus menurut teori AASHTO yaitu 4,850 meter dan jalan tikungan 7,733 meter, sehingga perlu
dilakukan penambahan lebar pada jalan lurus di segmen I-J dan tikungan di semua segmen jalan.
Kemiringan jalan angkut tambang di PT. Sumber Anugerah Buana sudah memiliki kemiringan jalan yang aman,kecuali segmen A-B dan D-E masih diatas syarat aman yaitu lebih dari 15%. PT. Sumber Anugrah
Buana tidak memiliki saluran (drainage), sehingga perlu dilakukan pembuatan saluran dengan dimensi pada
DTH satu yaitu lebar dasar saluran 0,463 meter, kedalaman saluran 0,701 meter dan lebar permukaan
saluran 0,928 meter, dan untuk dimensi DTH dua yaitu lebar dasar saluran 0,260 meter, kedalaman saluran 0,395 m dan lebar permukaan saluran 0,522 meter.
Kata Kunci : Evaluasi Geometri Jalan, Drainage jalan
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
54
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini pembangunan infrastruktur (jembatan dan jalan) di kota sorong semakin
meningkat, sehingga kebutuhan akan bahan dasar
konstruksi sangat diperlukan, salah satu perusahaan yang menyediakan bahan dasar konstruksi adalah PT. Sumber Anugerah Buana.
Kegiatan pengangkutan harus diiringi
dengan kondisi jalan yang layak untuk digunakan
agar dapat menunjang pengangkutan itu sendiri
dan produksi. Geometri jalan angkut yang sesuai dengan dimensi alat angkut yang akan digunakan
dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap
kemanan dan kelancaran pada saat kegiatan pengangkutan sedang berlangsung. Selain geometri
jalan angkut, air juga dapat mempengaruhi keadaan
jalan angkut, ketika hujan turun air akan menggenangi badan jalan sehingga jalan menjadi licin dan rusak.
Untuk mencegah air yang masuk ke badan jalan maka perlu adanya drainage pada jalan
angkut. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi
terhadap kondisi geometri jalan angkut dan pembuatan drainage di tepi jalan angkut dari front
penambangan sampai ke stockpile di PT. Sumber Anugerah Buana.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
1. Mengevaluasi geometri jalan angkut tambang
yang telah diterapkan oleh PT. Sumber
Anugerah Buana yang terdiri dari lebar jalan dan kemiringan jalan.
2. Merancang drainage pada jalan angkut di PT. Sumber Anugerah Buana.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini yaitu,
sebagai bahan informasi dan pertimbangan kepada perusahaan mengenai geometri jalan angkut tambang dan rancangan Drainage.
METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpalan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan dan pengambilan data
secara langsung di lapangan. Pengambilan data
dibagi menjadi dua yaitu pengambilan data primer
dan data sekunder. Data primer meliputi lebar
jalan, panjang jalan angkut, ketinggian tiap segmen, titik koordinat, kemiringan jalan, dan
jumlah alat angkut, sedangkan data sekunder
meliputi spesifikasi alat angkut dan data curah hujan.
DASAR TEORI
Lebar Jalan Angkut
Jalan angkut yang lebar diharapkan akan
membuat lalu lintas pengangkutan lancar dan
aman. Namun, karena keterbatasan dan kesulitan yang muncul di lapangan, maka lebar jalan
minimum harus diperhitungkan dengan cermat.
Perhitungan lebar jalan angkut pada jalan lurus dan belok (tikungan) berbeda, dikarenakan pada posisi
membelok kendaraan membutuhkan ruang gerak
yang lebih lebar akibat jejak ban depan dan belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar.
Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada “rule of thumb”
yang dikemukakan oleh “AASHTO” adalah:
L = n.Wt + (n+1)(1/2.Wt) (1)
Dimana: L = Lebar jalan angkut minimum (meter)
n = Jumlah jalur Wt = Lebar alat angkut (meter).
Lebar jalan angkut pada jalan tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu
lebih besar dari pada lebar pada jalan lurus. Untuk jalur ganda, lebar minum pada tikungan dihitung dengan mendasarkan pada:
1. Lebar jejak ban
2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat
angkut bagian depan dan belakang pada saat membelok
3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan 4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan.
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau tikungan dapat menggunakan rumus:
Wmin = n (U + Fa + Fb + Z) + C (2)
C = Z = U + Fa + Fb
2 (3)
Dimana:
W = Lebar jalan angkut minimum pada
tikungan (meter)
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
55
n = Jumlah jalur
U = Lebar jejak roda kendaraan (meter)
Fa = Lebar juntai depan (meter) Fb = Lebar juntai belakang (meter)
C = Jarak antara dua truck yang akan
bersimpangan (meter) Z = Jarak sisi luar truck ke tepi jalan (meter)
Kemiringan Jalan Angkut Kemiringan atau grade jalan angkut
merupakan satu faktor penting yang harus diamati
secara detail dalam kegiatan Evaluasi terhadap
kondisi jalan tambang tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung
dengan kemampuan alat angkut, baik dari
pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Rancangan Sistem Drainage Jalan
Intensitas curah hujan
Besarnya intensitas hujan yang
kemungkinan terjadi dalam kurun waktu tertentu dihitung berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu:
I = R24
24 x (
24
Tc)2/3 (4)
Dimana:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) R24 = Curah hujan rencana per hari (24 jam) Tc = Waktu kosentrasi (jam)
Debit air limpasan
Untuk menghitung jumlah air limpasan dari
suatu daerah dapat digunakan rumus rasional, yaitu:
Q = 0,278 x C x I x A (5)
Dimana:
Q = Debit (m3/s)
C = Koefisien limpasan I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = Luas daerah (km2)
Dimensi saluran terbuka
Bentuk penampang saluran air umumnya
dipilih berdasarkan debit air, tipe material
pembentuk saluran serta kemudahan dalam pembuatannya. Saluran air dengan penampang
segiempat atau segitiga umumnya untuk debit kecil
sedangkan penampang trapesium untuk debit yang besar.
Perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran air dihitung dengan rumus Manning yaitu:
Q = 1
n x R2/3 x S1/2 x A (6)
Dimana:
Q = Debit R = Jari-jari hidrolik
S = Gradien
A = Luas penampang basah n = Koefisien kekerasan manning yang
menunjukkan kekerasan dinding saluran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Geometri jalan angkut PT. Sumber Anugerah
Buana Panjang jalan angkut keseluruhan yaitu 435
meter yang menghubungkan front penambangan
dengan stockyard dan stockpile 1, dengan menggunakan 1 jalur.
Tabel 1. Data hasil pengukuran geometri jalan angkut
dilapangan
No Segmen
Lebar
Jalan
(m)
Kemiringan
Jalan (%) Keterangan
1 A-B 7,5 20 Lurus
2 B-C 5,5 10 Tikungan
3 C-D 5,5 9 Tikungan
4 D-E 5,5 18 Lurus
5 E-F 5,5 13 Tikungan
6 F-G 5,5 9 Lurus
7 G-H 5,3 3 Lurus
8 H-I 5,3 2 Tikungan
9 I-J 4 0 Lurus
Perhitungan Geometri Jalan Angkut Menurut
AASHTO :
Lebar jalan angkut pada jalan lurus Sesuai spesifikasi alat angkut, diketahui
lebar alat angkut yaitu 2,425 meter.
Lmin = 1 x 2,425 meter + (1+1)(1/2 x 2,425) = 4,850 meter
Lebar jalan angkut pada jalan tikungan
Sesuai spesifikasi alat angkut, diketahui
lebar jejak roda yaitu 1,915 meter, lebar juntai
depan 1,235 meter dan lebar juntai belakang 2,005 meter.
Z = 1,915 meter + 1,235 meter + 2,005 meter
2
= 2,578 meter
Wmin = 1 (1,915 + 1,235 +2,005 + 2,578)
= 7,73 m
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
56
Rancangan sistem drainage jalan
Tabel 2. Data curah hujan bulanan Kota Sorong tahun
2012-2016
Bulan Curah Hujan (mm)
2012 2013 2014 2015 2016
Januari 218,8 211 125 182 167
Februari 212,3 200 127 298 24,5
Maret 568 155 203 222 83,5
April 275,5 357 88 155 138
Mei 170,9 661 506 110 429
Juni 444,4 171 341 478 293,1
Juli 455,6 491 106 142 665,2
Agustus 103 284 355 30 226,3
September 192,5 221 96 8 417
Oktober 118,7 122 73 151 154,8
November 174,7 247 235 230 163,2
Desember 150,6 219 198 86 127,7
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Sorong, 2015 dan
BMKG Kota Sorong
Dari data curah hujan yang di peroleh BMKG
Kota Sorong (Tabel 5.3), maka selanjutnya akan dilakukan analisa statistik, sehingga diperoleh curah hujan rencana maksimum 24,609 mm/hari.
Perencanaan Saluran Terbuka
Daerah tangkapan hujan (catchment area)
Daerah tangkapan hujan dibagi menjadi 2 daerah yaitu daerah tangkapan hujan 1 yang
memiliki luas daerah yaitu 0,009 km2 dan luas daerah tangkapan hujan 2 yaitu 0,002 km2.
Intensitas curah hujan
I = R24
24 x (
24
Tc)2/3
= 24,609
24 x (
24
0.023)2/3
= 105,488 mm/jam
Debit air Debit air pada daerah tangkapan hujan 1
Diketahui:
Koefisien limpasan (C) = 0,9 Intensitas curah hujan (I) = 105,488 mm/jam
Luas daerah (A) = 0,009 km2
Q = 0,278 x 0,9 x 105,488 mm/jam x 0,009 km2
= 0,237 m3/s
Debit air pada daerah tangkapan hujan 2
Diketahui:
Koefisien limpasan (C) = 0,9
Intensitas curah hujan (I) = 105,488 mm/jam Luas daerah (A) = 0,002 km2
Q = 0,278 x 0,9 x 105,488 mm/jam x 0,002 km2
= 0,052 m3/s
Dimensi Saluran Terbuka
Gambar 1. Rancangan drainage pada DTH 1
Gambar 2. Rancangan drainage pada DTH 2
Pembahasan
Geometri jalan angkut tambang
Tabel 3. Evaluasi geometri jalan angkut
No. Parameter Hasil di
lapangan
Hasil
evaluasi
1. Lebar jalan angkut
pada jalan lurus 4 m – 7,5 m 4,850 m
2.
Lebar jalan angkut
pada jalan
tikungan
5,3 m – 5,5
m 7,733 m
3. Kemiringan jalan
angkut 0% –20% 10% – 15%
Jumlah Alat angkut yang digunakan oleh PT.
Sumber Anugrah Buana untuk melakukan kegiatan pengangkutan menggunakan satu alat angkut
dengan tipe Hino 500 FG 235 JJ. Jumlah jalur yang
diterapkan PT. Sumber Anugrah Buana yaitu 1
jalur. fungsi utama jalan angkut secara umum
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
57
adalah menunjang kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan
pengangkutan, sehingga lebar jalan harus sesuai dengan standar teoritis. Penyempitan jalan dapat
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penumpukan
spoil secara terus menerus dan kondisi jalan yang berbatasan dengan tebing.
Agar lebar jalan angkut memenuhi standar dilakukan penambahan lebar jalan dengan cara
pengendalian spoil yang terdapat pada jalan angkut.
Gambar 3. Tumpukan batu dan kupasan tanah penutup
Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Berdasarkan hasil perhitungan teoritis dan hasil pengukuran lebar jalan angkut di lapangan
(tabel 4.3). Dapat dikatakan bahwa jalan angkut
tambang pada jalan lurus di PT. Sumber Anugerah Buana sudah memenuhi syarat jalan berdasarkan
teori AASHTO akan tetapi pada jalan segmen I-J di
dapatkan hasil yang kurang dari teori yaitu 4 meter sehingga perlu dilakukan pelebaran jalan selebar 0.85 meter.
Lebar jalan angkut pada jalan tikungan Berdasarkan hasil perhitungan teoritis dan
hasil pengukuran lebar jalan angkut di lapangan
(tabel 4.3). Dapat dikatakan bahwa jalan angkut tambang pada jalan tikungan di PT. Sumber
Anugerah Buana belum memenuhi syarat jalan
berdasarkan teori AASHTO. Pada tabel 4.4 terdapat 4 segmen yang perlu dilakukan
penambahan lebar pada tikungan. Kondisi
topografi daerah penambangan yang berbukit dan
berbatasan dengan tebing menjadi salah satu penyebab penyempitan jalan. selain itu juga
kurangnya manajemen stockyard sehingga
sebagian material menutupi badan jalan. Lebar jalan angkut yang tidak sesuai dengan standar dapat
memperlambat kecepatan dan berpotensi menyebabkan kecelakaan.
Tabel 4. Rekomendasi pebaran jalan angkut pada jalan
tikungan
No Segmen
Teori
AASHTO
(m)
Aktual
(m)
Koreksi
lebar
jalan
tikungan
1. B-C 7,733 5,5 Dilebarkan
2,233 m
2. C-D 7,733 5,5 Dilebarkan
2,233 m
3. E-F 7,733 5,5 Dilebarkan
2,233 m
4. H-I 7,733 5,3 Dilebarkan
2,433 m
Kemiringan jalan angkut tambang
Secara umum kemiringan jalan maksimum
yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut besarnya berkisar antara 10%-15%. Berdasarkan
perolehan data di lapangan (tabel 4.1), kemiringan
jalan angkut yang ada di PT. Sumber Anugerah Buana masih aman terkecuali pada segmen A-B
dan segmen D-E yang kemiringannya diatas batas
aman yaitu 15 %. Penyebab kemiringan jalan tinggi adalah kurang memerhatikan kondisi topografi dalam pembuatan jalan angkut.
Agar kemiringan jalan angkut mendekati batas aman 15% dilakukan beberapa pengendalian
diantaranya penurunan grade dengan melakukan
penimbunan atau pemotongan dan menambah panjang jalan. Namun untuk melakukan penurunan
grade sangatlah susah, karena luas area
penambangan tidak begitu luas dan berbatasan dengan jurang dan sumber air (air terjun). Pada
dasarnya kemiringan jalan diatas 15 % masih
mampu dilalui alat angkut, dapat dilihat pada kemampuan menanjak alat angkut yaitu 44,9%,
Sistem drainage jalan
Sasaran penyaliran adalah membuat lokasi kerja diarea penambangan selalu kering karena bila
tidak terkontrol akan menimbulkan masalah antara
lain; jalan tambang becek dan licin, stabilitas lereng tambang rawan longsor, peralatan tambang cepat
rusak, kesulitan mengambil conto (sampling), dan mengancam keselamatan dan kesehatan kerja.
Drainage pada daerah tangkapan hujan 1
direncanakan akan dibuat sepanjang jalan dari
segmen A-F dengan pembuangan akhir di sungai dan daerah tangkapan hujan 2 direncanakan akan
dibuat sepanjang jalan dari segmen I-J dengan
pembuangan akhir akan dialirkan ke drainage jalan
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
58
yang terdapat pada PT. Sumber Anugerah Buana.
Pada segmen jalan F-H tidak dibuat drainage
karena di tepi jalan berbatasan langsung dengan sungai. bentuk saluran terbuka yaitu berbentuk
trapesium dan kemiringan dinding saluran 600
dimana saluran ini akan dibuat menggunakan backhoe. Dasar pemilihan bentuk trapezium
sebagai saluran terbuka karena bentuk ini cocok
untuk mengalirkan debit air yang besar dan dasar pemilihan kemiringan dinding saluran 600 karena
lebih ideal. Dengan adanya drainage ditepi jalan
angkut maka air limpasan yang berasal dari air
hujan dapat dialirkan menuju drainage sehingga tidak menggenangi badan jalan.
KESIMPULAN 1. Dari hasil data lapangan dan perhitungan yang
didapatkan jalan angkut tambang yang ada di
PT. Sumber Anugerah Buana belum sepenuhnya memenuhi syarat jalan angkut,
sehingga perlu dilakukan pelebaran jalan.
kemiringan jalan angkut yang terdapat pada PT.
Sumber Anugerah Buana belum sepenuhnya memenuhi syarat kemiringan jalan yang aman.
2. Dimensi drainage yang direncanakan pada
DTH satu yaitu lebar dasar saluran 0,463 meter, lebar permukaan saluran 0,928 meter,
kedalaman saluran 0,701 meter, tinggi muka air
0,300 meter. Ukuran drainage yang kedua dengan lebar dasar saluran 0,260 meter, lebar
permukaan saluran 0,522 meter, kedalaman
saluran 0,395 meter, tinggi muka air 0,169.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono.2017.Metodologi Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Suwandhi Awang.2004.Perencanaan Jalan
Tambang. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka. Unisba.
Riyanto Thoni.dkk. 2016. Evaluasi Jalan Tambang Berdasarkan Geometri dan Daya Dukung Pada
Lapisan Tanah Dasar Pit Tutupan Area
Highwall. Fakultas Teknik. Universitas Lambung Mangkurat. (26 Febuari 2018).
Suwandhi Awang. 2004. Perencanaan Sistem
Penyaliran Tambang”. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka. Unisba.
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
59
ANALISIS STABILITAS LERENG BATUAN DENGAN METODE
SLOPE STABILITY PROBABILITY CLASSIFICATION (SSPC)
PADA KAWASAN PIYUNGAN-PATUK, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Rana Wiratama
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Universitas Papua,
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: [email protected]
Abstract
Landslide events in an area are manifestations of unstable slope conditions, so that evaluation of slope
stability and mapping of areas prone to landslides is very important as an effort to mitigate landslides. In this study the Slope Stability Probability Classification (SSPC) method was used to evaluate slope stability
in the Piyungan-Patuk area. which is a rock mass classification system for slope stability which classifies
3 (three) different rock masses through a three-step approach namely: Exposure Rock Mass (ERM),
Reference Rock Mass (RRM) and Slope Rock Mass (SRM). Slope stability analysis results on 18 selected slopes obtained probability of slope stability with very low to very high classification with a probability
value of stability <0.5 to> 95, where the probability value is strongly influenced by rock mass parameters such as rock strength, discontinuity and weathering rate .
Keywords: Slope stability, Discontinuity, Rock Mass
Abstrak
Peristiwa terjadinya longsor di suatu kawasan merupakan manifestasi dari kondisi lereng yang tidak stabil,
sehingga evaluasi stabilitas lereng dan pemetaan pada kawasan yang rawan tejadinya longsor menjadi hal
yang sangat penting sebagai upaya mitigasi terhadap bencana longsor. Pada penelitian ini diterapkan metode Slope Stability Probability Classification (SSPC) untuk evaluasi stabilitas lereng di daerah
Piyungan-Patuk. yang merupakan sistem klasifikasi massa batuan untuk stabilitas lereng yang
mengklasifikasikan 3 (tiga) massa batuan berbeda melalui pendekatan tiga langkah (three steps approach);
yaitu : Exposure Rock Mass (ERM), Reference Rock Mass (RRM) dan Slope Rock Mass (SRM). Hasil analisis stabilitas lereng pada 18 lereng terpilih didapat probabilitas stabilitas lereng dengan klasifikasi
sangat rendah hingga sangat tinggi dengan nilai probabilitas kestabilan <0,5 sampai dengan >95, dimana
nilai probabilitas ini sangat dipengaruhi oleh parameter masa batuan seperti kekuatan batuan, diskontinuitas dan tingkat pelapukan.
Kata Kunci: Stabilitas lereng; Diskontinuitas; Massa Batuan.
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
60
PENDAHULUAN
Wilayah Piyungan-Patuk yang secara
administratif termasuk kedalam wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berdasarkan
pada faktor-faktor kondisi geologi dengan
morfologi perbukitan berada pada daerah yang rawan tejadinya longsor dan gerakan tanah
(Sopheap & Karnawati, 2007). Berdasarkan
kondisi tersebut, ruas jalan raya yang melalui wilayah Piyungan-Patuk, yang merupakan jalur
transportasi darat utama antara kota Yogyakarta
dan Kabupaten Gunungkidul, sangat rawan terkena
dampak longsor, yang selain mengancam dan membahayakan keselamatan jiwa dan harta benda
penduduk sekitar maupun para pengguna jalan
raya, juga dapat menyebabkan terputusnya jalur penghubung utama antara kota Yogyakarta dan
Kabupaten Gunungkidul sehingga akan
mengakibatkan terganggunya roda perekonomian masyarakat sekitar. Oleh karena itu, mengingat
bahwa kejadian longsor merupakan manifestasi
dari keadaan lereng yang tidak stabil, maka
evaluasi stabilitas lereng pada jalur jalan raya Piyungan-Patuk menjadi hal yang sangat penting
sebagai upaya mitigasi bencana longsor dan gerakan tanah pada kawasan tersebut.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi
kestabilan lereng dengan metode Slope Stability Probability Classification (SSPC) pada lereng-
lereng terpilih di kawasan Piyungan-Patuk. SSPC
merupakan pendekatan baru metode klasifikasi
masa batuan yang secara langsung menghitung probabilitas kestabilan suatu lereng berdasarkan
parameter-parameter masa batuannya. SSPC telah
diterapkan untuk penilaian stabilitas lereng di berbagai daerah untuk berbagai keperluan
rekayasa, dan dihasilkan penilaian stabilitas lereng
yang lebih baik dibandingkan sistem lainnya (Hack, 1998).
Lokasi Daerah Penelitian
Lokasi daerah penelitian berada di wilayah Piyungan-Patuk yang secara administratif termasuk
ke sebagian wilayah Kecamatan Piyungan,
Kabupaten Bantul dan wilayah Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi penelitian.
METODE PENELITIAN Evaluasi kestabilan lereng batuan di lokasi
penelitian dilakukan dengan metode SSPC, yang
merupakan sistem klasifikasi massa batuan untuk stabilitas lereng yang mengklasifikasikan 3 (tiga)
massa batuan berbeda melalui pendekatan tiga langkah (three steps approach); yaitu :
1. Exposure Rock Mass (ERM) atau massa batuan
tersingkap dikarakterisasikan dan dikoreksi
berdasarkan pelapukan dan tipe penggaliannya. 2. Reference Rock Mass (RRM) atau massa batuan
imajiner, yaitu kondisi massa batuan segar, tak
terganggu digunakan sebagai referensi koreksi dan parameter ERM
3. Slope Rock Mass (SRM) yaitu massa batuan
dimana terdapat lereng atau direncanakan
dibuat lereng, dinilai berdasarkan parameter turunan RRM dengan pertimbangan derajat pelapukan dan metode penggalian.
Ketiga tahapan tersebut digunakan pada
SSPC untuk perhitungan probabilitas kestabilan
lereng dengan diagram alir sebagai berikut (Gambar 2)
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
61
Gambar 2. Diagram alir metode SSPC
PARAMETERISASI MASSA BATUAN
Dalam SSPC penilaian terhadap kondisi
kestabilan suatu lereng sangat dipengaruhi oleh parameter-parameter massa batuan pembentuk
lereng, sehingga penilaian terhadap parameter-
parameter massa batuan pembentuk lereng dilakukan sebagai langkah awal untuk evaluasi
stabilitas lereng. Parameter-parameter dimaksud
adalah:
Weathering/Pelapukan (We) Dalam SSPC derajat pelapukan massa
batuan pembentuk lereng dikarakterisasi mengikuti
British Standard (BS5930, 1981). Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pelapukan batuan
pembentuk lereng sangat dipengaruhi oleh kondisi
lokal seperti misalnya posisi dan orientasi lereng serta pengaruh aktivitas di lingkungan sekitar.
Intact Rock Strength (IRS)
Intact Rock Strength atau kekuatan batuan utuh merupakan parameter yang paling utama dan
paling penting untuk meng-estimasi stabilitas
lereng. Pada SSPC, IRS di-estimasi di lapangan
menggunakan palu geologi standar (berat ±1kg) sesuai dengan klasifikasi British Standard (BS5930, 1981).
Diskontinuitas
Diskontinuitas (bidang perlapisan, kekar,
rekahan) dan kombinasinya dengan kuat geser sepanjang bidang diskontinuitas menentukan
kemungkinan terjadinya pergerakan sepanjang
bidang diskontinuitas sehigga memiliki pengaruh
penting terhadap perilaku mekanik massa batuan (Hack, 2002). Kuat geser diskontinuitas ditentukan
oleh sliding criterion yang mengkonversi
karakterisasi visual dan tactile (derajat kekasaran berdasarkan sentuhan) kedalam apparent friction
angle sepanjang bidang diskontinuitas sesuai
dengan referensi yang tersedia baik untuk skala
besar (Roughness large scale (Rl)) yang diukur pada bidang sepanjang ± 1 m, maupun skala kecil
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
62
(Roughness small scale (Rs)) yang diukur pada
bidang seluas ± 20 x 20 cm2.
Keberadaan Infill material (Im) dan Karst (Ka) sebagai material pengisi didalam dan
sepanjang diskontinuitas juga mempengaruhi kuat
geser masa batuan sehingga dikarakterisasi dan diidentifikasi keberadaannya di lapangan.
Kondisi diskontinuitas (CD) Nilai faktor diskontinuitas (TC) didapat
melalui persamaan
TC = Rl * Rs * Im *Ka (1)
TC = Discontinuity factor
Rl = Roughness large scale Rs = Roughness small scale
Im = Infill material Ka = Karst
Sehingga kondisi diskontinuitas (CD) adalah:
CD =
TC1DS1
+TC2DS2
1
DS1+
1
DS2
(2)
TC = Discontinuity factor CD = Condition of Discontinuity
DS = Discontinuity Spacing Ka = Karst
Spacing parameters (SPA)
Perhitungan spacing factor untuk setiap set
diskontinuitas didapat melalui persamaan: - Untuk massa batuan dengan 1 (satu) set
diskontinuitas:
Factor1 = 0.45 + 0.246 * Log10x
Factor2 = Factor3 = 1
- Untuk massa batuan dengan 2 (dua) set
diskontinuitas:
Factor1 = 0.38 + 0.259 * Log10xminimum
Factor2 = 0.28 + 0.300 * Log10xmaximum
Factor3 = 1
- Untuk massa batuan dengan 3 (tiga) set
diskontinuitas:
Factor1 = 0.30 + 0.259 * Log10xminimum
Factor2 = 0.20 + 0.296 * Log10xintermediate Factor3 = 0.10 + 0.333 * Log10xmaximum
(x = jarak antar diskontinuitas dalam cm)
Selain dengan perhitungan melalui
persamaan diatas, spacing factor bisa didapat dengan cara memplot discontinuity spacing (cm)
terhadap factor graph plot (Gambar 3)
Gambar 3. Grafik plot spacing factor berdasarkan jarak set diskontinuitas.
0.1 1 10 100 1000 0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
discontinuity spacing (cm)
fact
or
1 discontinuity set
2 discontinuity sets minimum spacing
maximum spacing
factor1
factor3
joint2
factor2
3 discontinuity sets minimum spacing intermediate spacing
maximum spacing
bedding1
&
joint3
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
63
Kemudian setelah didapat nilai faktor dilakukan perhitungan Spacing Parameter (SPA) dengan persamaan:
SPA = Factor1* Factor2 * Factor3
Friksi (mass) dan Kohesi (Cohmass) Massa Batuan
Friksi dan kohesi massa batuan dapat
dihitung dengan mengoptimalkan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb dengan IRS, SPA dan CD melalui persamaan:
Friksi = mass = 0.2417IRS + 52.12SPA + 5.779CD
Kohesi = Cohmass = 94.27IRS+28629SPA+3593CD
Tinggi Lereng Maksimum (Hmax)
Dalam sistem SSPC, apabila dipslope ≤ mass,
maka tinggi lereng maksimum (Hmax) adalah tak
terhingga, tetapi apabila dipslope ≥ mass, maka tinggi
maksimum (Hmax) lereng dapat dihitung dengan persamaan:
Hmax = 1.6*10-4
cohmass
sin (dipslope
) cos(mass)
1- cos (dipslope
- mass)
HASIL PENELITIAN
Perhitungan klasifikasi masa batuan untuk
penilaian stabilitas lereng dengan metode SSPC dilakukan terhadap 18 lereng terpilih di lokasi
penelitian. Pemilihan lereng untuk perhitungan
tersebut didasarkan kepada pertimbangan aksesibilitas, variasi jenis liologi, serta
keterdapatan parameter-parameter pengukuran
dalam tubuh masa batuan pembentuk lereng. Berikut disajikan peta lokasi pengukuran SSPC di lokasi penelitian (Gambar 4)
Gambar 4. Peta lokasi pengukuran SSPC
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
64
Pada tabel 1 berikut disajikan hasil karakterisasi
lereng berdasarkan parameter-parameter masa
batuan serta perhitungan probabilitas kestabilan
pada lereng 7 yang berlokasi di Dukuh Plesedan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan
Tabel 1. Karakterisasi lereng 7
KARAKTERISASI LERENG
Lereng : 7
Lokasi : Dukuh Plesedan, Desa Srimulyo, Kec. Piyungan
Koordinat UTM - Easting : 442778.73 m
- Northing : 9133344.25 m
Litologi : Perselingan Batupasir Tufan-Batupasir halus Strike/Dip Slope : N87oE/84o
Parameter Exposure
Method of Excavation (ME) Natural Slope 1.00
Degree of Weathering (WE) Slightly Weathered 0.95
Intact Rock Strength (IRS) Bongkah sekepalan tangan pecah
dengan pukulan ringan (palu geologi) 50 MPa
Parameter Diskontinuitas
Tipe B1 J1
Dip Direction
(derajat) 100 303
Dip
(derajat) 9 81
Spacing
(m) 0.3 0.07
Persistence (Strike)
(m) 5 <5
Persistence (Dip)
(m) >1 >0.05
Roughness large scale (Rl) 0.75 0.80
Roughness small scale (Rs) 0.65 0.90
Infill Material (Im) 1.00 0.85
Karst (Ka) 1.00 1.00
Gambar 5. Penilaian set diskontinuitas pada lereng 7
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
65
Tabel 2. Hasil perhitungan probabilitas kestabilan lereng 7
PROBABILITAS KESTABILAN LERENG
Nama: Lereng 7 Lokasi: Dukuh Plesedan
Parameter Lereng Faktor
Metode Penggalian/Pembentukan SME 1.00
Derajat Pelapukan SWE 0.95
Orientasi Strike N870E
Kemiringan Dip slope 840
Tinggi H 4.5 m
Kekuatan Batuan Pembentuk SIRS 50 Mpa
Jarak Antar Diskontinuitas SSPA 0.43
Kondisi Diskontinuitas SCD 0.58
Friksi (φ) SFRI 380
Kohesi SCOH 19107.2
Tinggi Maksimum Hmax 7.8 m
Rasio Friksi terhadap Kemiringan SFRI
DipSlope
0.45
Rasio Tinggi Maksimum terhadap Tinggi Lereng 𝐻𝑀𝑎𝑥
𝐻𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 1.73
Probabilitas Kestabilan Lereng 95%
Gambar 6. Grafik plot kestabilan lereng 7
Hasil plot pada grafik (Gambar 6)
memperlihatkan bahwa probabilitas kestabilan
lereng 7 adalah sebesar 95% yang berarti peluang untuk lereng tetap berada pada kondisi stabil adalah
sebesar 95% selama tidak ada perubahan terhadap
parameter-parameter masa batuan pembentuk lereng.
Berikut disajikan dalam tabel hasil
perhitungan nilai-nilai faktor parameter dan nilai probabilitas kestabilan terhadap 18 lereng terpilih di daerah penelitian
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
66
Tabel 3
. Hasil p
erhitu
ngan n
ilai fa
kto
r para
meter d
an p
rob
abilita
s stab
ilitas leren
g p
ada 1
8 leren
g terp
ilih.
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
67
Gam
bar
7. P
eta s
tabil
itas
lere
ng d
aer
ah p
enel
itia
n b
erdasa
rkan n
ilai
pro
bab
ilit
as
SS
PC
.
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
68
Berdasarkan hasil perhitungan nilai
probabilitas kestabilan masing-masing lereng maka
probabilitas kestabilan dibagi menjadi lima klasifikasi tingat kestabilan lereng yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
Berikut hasil klasifikasi kestabilan lereng disajikan dalam peta stabilitas lereng daerah penelitian (Gambar 7).
Lereng-lereng dengan probabilitas
kestabilan sangat rendah dan rendah utamanya
terbentuk pada tipe batuan piroklastik tuff dan
lapili dengan kondisi diskontinuitas yang rapat serta tingkat pelapukan tinggi sehingga perlu
dilakukan upaya perkuatan lereng dengan pembuatan dinding penahan (retaining wall)
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan perhitungan metode SSPC terhadap 18 lereng terpilih di daerah penelitian didapat:
1. Empat unit lereng memiliki klasifikasi
probabilitas kestabilan sangat rendah dengan
nilai probabilitas < 0.1, yaitu lereng 3, 4, 8 dan
14. 2. Empat unit lereng memiliki klasifikasi
probabilitas kestabilan rendah dengan nilai
probabilitas 0.1-0.35, yaitu lereng 5, 9, 12 dan 16.
3. Lima unit lereng memiliki klasifikasi
probabilitas kestabilan sedang dengan nilai
probabilitas 0.35-0.6, yaitu lereng 2, 10, 11, 17 dan 18.
4. Satu unit lereng memiliki klasifikasi
probabilitas kestabilan tinggi dengan nilai
probabilitas 0.95, yaitu lereng 7. 5. Empat unit lereng memiliki klasifikasi
probabilitas kestabilan sangat tinggi dengan
nilai probabilitas >0.95, yaitu lereng 1, 6, 13 dan 15.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya probabilitas kestabilan lereng di daerah
penelitian adalah diskontinuitas, kekuatan batuan, derajat pelapukan batuan serta geometri lereng.
Upaya perkuatan lereng perlu segera dilakukan
terutama pada lereng dengan tingkat probabilitas
kestabilan sangat rendah dan rendah guna menghindari terjadinya peristiwa longsor.
DAFTAR PUSTAKA Hack, H.R.G.K., 1998. Slope Stability Probability
Classification, SSPC, 2nd edition. ITC,
Enschede, The Netherlands. ISBN 90 6164 153 3 258 pp.
Hack, R., Price, D., Rengers, N., 2003. A new
approach to rock slope stability probability classifcation (SSPC). Bulletin of Engineering Geology and the Environment 62, 167–184.
Sopheap, L., & Karnawati, I. D. (2007). Landslide
risk assessment at Piyungan-Patuk Area,
Yogyakarta Special Province, Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah
Mada).
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
69
PENAMBANGAN MARMER PADA PT. MAKASSAR MARMER
MULIAINDAH KABUPATEN MAROS
Juanita Rosalia Horman
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Email: [email protected]
Abstract
Mining is the extraction of valuable minerals from the earth. Marble recovered by mining process. Marble is usually used as a building material. PT. Makassar Marmer Muliaindah is a private company, that is
actively operating in marble mining in Indonesia. The mining system applied by PT. Makassar Marmer
Muliaindah is Open Pit System with Quarry method. Phases of mining activities conducted by PT.
Makassar Marmer Muliaindah include clearing, stripping, drilling, cutting, block splitting, block release, block refinement, loading, hauling and stocking.
Keyword : Marble, mining, quarry
Abstrak
Penambangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membebaskan mineral berharga dari batuan induknya untuk dimanfaatkan. Marmer berasal dari alam dan untuk memperolehnya harus melalui proses
penambangan. Marmer biasanya digunakan sebagai bahan bangunan. Salah satu perusahaan swasta di
Indonesia yang melakukan penambangan Marmer adalah PT. Makassar Marmer Muliaindah. Sistem
penambangan yang diterapkan oleh PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah Sistem Tambang Terbuka dengan Metode Quarry. PT. Makassar Marmer Muliaindah melakukan kegiatan penambangan secara
bertahap, dimulai dari pembersihan lokasi, pengupasan bagian atas marmer, pemboran, pemotongan batuan,
pembajian, pelepasan batuan, penyempurnaan blok, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan hasil penambangan.
Kata kunci : Marmer, penambangan, quarry
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
70
PENDAHULUAN
Pembangunan fisik dewasa ini berkembang
pesat seirama laju pembangunan di berbagai bidang. Seiring dengan laju pembangunan fisik,
maka kebutuhan akan komoditas bahan tambang
juga meningkat, seperti marmer, batugamping, sirtu, andesit, gipsum dan lain-lain. Masing-masing
komoditas tersebut mempunyai kegunaan yang
berbeda. Khusus untuk marmer, biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk lantai dan
dinding bangunan. Marmer berasal dari alam,
merupakan jenis batuan metamorf yang berasal dari
batugamping yang terkena proses metamorfosa kontak maupun regional[1]. Untuk membebaskan
Marmer dari batuan induknya harus melalui proses penambangan.
Salah satu perusahaan swasta di Indonesia
yang melakukan penambangan Marmer adalah PT. Makassar Marmer Muliaindah, yang terletak di
Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
PT. Makassar Marmer Muliaindah
memisahkan front penambangan menjadi Delapan
Induk. Front penambangan ini dipisahkan berdasarkan tipe marmer dan ketinggian daerah penambangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menguraikan sistem dan proses penambangan
marmer yang diterapkan pada PT. Makassar Marmer Muliaindah.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian ini
dilakukan pada PT. Makassar Marmer Muliaindah.
Pengambilan data dilakukan pada Induk III, berupa data primer terkait metode penambangan yang
diterapkan, tahapan kegiatan penambangan dan alat-alat penambangan yang digunakan.
DASAR TEORI
Sistem Penambangan
Secara garis besar sistem penambangan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Tambang
Terbuka, Tambang Bawah Tanah dan Tambang Bawah Air.
Tambang Terbuka merupakan sistem
penambangan yang segala aktivitasnya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi,
dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan
udara luar. Berdasarkan jenis endapan yang
ditambang, sistem Tambang Terbuka terbagi
menjadi empat metode, yaitu Open Pit/Cut Mine, Quarry, Stripe Mine, dan Alluvial Mine[2].
Tahapan Kegiatan Penambangan
Secara umum kegiatan penambangan
dilakukan secara bertahap, dimulai dari pembersihan daerah yang akan ditambang,
dilanjutkan dengan pengupasan tanah penutup,
kemudian kegiatan pengambilan endapan bahan galian dari kulit bumi dan dibawa ke permukaan bumi untuk dimanfaatkan[3].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Penambangan
Sistem penambangan yang diterapkan pada
PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah sistem
tambang terbuka, metode Quarry, tipe side hill,
dengan jalan masuk langsung. Penambangan dilakukan dengan membuat jenjang (bench).
Berdasarkan kondisi lapangan maka pada awal kegiatan penambangan jenjang yang dibentuk
belum beraturan karena sebagian besar batuan yang
ditambang masih berupa bongkahan-bongkahan besar, sehingga penambangan dimulai dari level terendah yang selevel dengan jalan tambang.
Pembuatan jenjang diusahakan dapat
menjamin keleluasaan gerak alat-alat mekanis
dalam aktivitasnya sehingga produksi yang
dihasilkan bisa sesuai target, tanpa mengabaikan tinggi jenjang, lebar jenjang dan panjang jenjang
serta penentuan lokasi yang akan ditambang.
Gambar 1. Metode Quarry, Tipe Side Hill
Gambar 2. Jalan Masuk Langsung
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
71
Gambar 3. Front Penambangan
Tahapan Kegiatan Penambangan Untuk memproduksi marmer, PT. Makassar
Marmer Muliaindah melakukannya secara bertahap, yaitu:
Pembersihan lokasi
Pembersihan lokasi merupakan serangkaian
pekerjaan untuk membersihkan tempat kerja dari semak-semak dan pepohonan. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) dan peralatan mekanis.
Secara manual peralatan yang digunakan
adalah parang dan kapak. Sedangkan peralatan mekanis yang digunakan adalah Excavator Komatsu PC 400.
Pemilihan peralatan ini disesuaikan dengan medan kerja dan diameter pepohonan yang akan ditebang serta semak belukar yang akan dibabat.
Pohon yang telah ditebang dan tumbang,
selanjutnya akan disingkirkan ke tempat yang
relatif rendah atau lereng bukit. Bagian pohon yang tidak dapat disingkirkan oleh tenaga manusia akan
disingkirkan dengan menggunakan Excavator Komatsu PC 400.
Pengupasan bagian atas marmer
Kegiatan pengupasan bagian atas permukaan
marmer dilakukan dengan cara pemotongan menggunakan mesin Diamond Wire Sawing
Marini, kemudian digusur dengan Excavator
Komatsu PC 400. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan medan kerja dan
kemajuan tambang. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan permuka kerja yang lebih baik
sehingga dalam proses pengeboran dan pemotongan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada
hambatan yang diakibatkan oleh medan kerja.
Tebal bagian atas marmer yang akan dikupas rata-rata 3-5 meter, dan hasil dari pengupasan ini akan
digusur ke tempat yang berelief lebih rendah atau daerah bebas penambangan.
Pemboran
Pemboran ini dimaksudkan untuk membuat lubang
ke dalam batuan marmer, baik vertikal maupun horizontal. Lubang hasil pemboran ini berfungsi
sebagai jalur Cable Wire dari Diamond Wire Sawing Marini.
Pemboran biasa digunakan pada tahap
pembongkaran dan pembentukan blok. Pemboran dibagi menjadi dua bagian berdasarkan pada letak
bornya, yaitu pemboran vertikal dan pemboran horisontal.
Sebelum melakukan kegiatan pemboran
terlebih dahulu diadakan quality control terhadap
batuan yang akan dibor. Gunanya untuk menentukan panjang, tebal dan kedalaman batuan yang akan dibor.
Pemboran yang dilakukan menurut arah dari
pemboran dibagi atas dua, yaitu:
Bor Horisontal
Langkah awal yang dilakukan dalam
kegiatan penambangan marmer adalah kegiatan pemboran secara horisontal. Alat bor yang
digunakan adalah Driller Marini. Pemboran yang
dilakukan bertujuan untuk membuat lubang
horisontal pada kedua sisi batuan sebagai jalan masuknya tali Diamond Wire Sawing Marini, cara
kerja alat bor ini adalah menumbuk dan berputar.
Langkah-langkah kerja pemboran horisontal dengan Driller Marini yaitu:
a. Mempersiapkan tempat kerja yang datar dan cukup leluasa untuk menyetel posisi alat bor, hal
ini sangat besar pengaruhnya terhadap posisi
lubang bor horisontal agar tetap lurus dan stabil apabila pada penyetelan lubang bor terdapat
kesalahan maka kemungkinan besar lubang
yang akan dibuat menjadi miring, biasanya
untuk menyetel kemiringan lubang bor digunakan waterpass.
b. Agar alat bor tidak bergeser pada waktu
pemboran, maka dipasang angker pada bagian kiri dan kanan alat bor dan pada bagian sisi
batuan yang dibor.
c. Setelah itu mata bor dipasang pada batuan yang akan dibor. Pemasangan selang udara dan
menghubungkan listrik pada dinamo mesin bor.
Jika pemasangan selang udara sudah siap maka
pemboran dimulai.
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
72
d. Mesin bor Driller Marini dijalankan oleh dua
orang, satu orang di bagian control panel dan
satu orang membantu memasang dan membuka batang bor serta menjaga jika terjadi hambatan.
Gambar 4. Driller
Bor Vertikal
Pemboran vertikal dilakukan setelah pembongkaran blok marmer dari batuan induknya
(segmen), dimana blok marmer tersebut sudah di
potong secara horisontal dan vertikal dengan menggunakan Diamond Wire Sawing Marini.
Gambar 5. Sphericall Drill
Alat-alat bor yang digunakan sebagai berikut:
Sphericall Drill Marini Sphericall Drill Marini adalah alat bor yang
praktis dan mudah dalam pengoperasiannya,
karena alat ini mempunyai rel dan pada kedua
ujungnya dipasang empat buah angker. Dapat digunakan pada pemboran horisontal dan vertikal.
Tujuan pemboran ini adalah untuk membuat
lubang tempat memasang alat pancir dengan pola
sejajar, alat ini dapat dioperasikan oleh satu orang operator dan digerakan oleh tekanan udara. Sistem kerja alat ini adalah tumbuk dan berputar.
Langkah kerja alat Sphericall Drill yaitu:
a. Sebelum alat Sphericall Drill Marini
ditempatkan di blok marmer, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik
blok berdasarkan tipe batuan oleh quality
kontrol.
b. Selanjutnya alat Sphericall Drill Marini tersebut diatur posisinya sesuai dengan arah garis yang
telah ditentukan pada blok marmer, kemudian
pada kedua ujung Sphericall Drill dipasang angker untuk menahan rel agar tidak bergeser di
saat pemboran berlangsung.
c. Kemudian selang udara (hose) dipasang pada
bagian panel kontrol dan batang bor. Setelah semuanya sudah disiapkan, maka pemboran
mulai dilaksanakan.
d. Setelah lubang bor pertama selesai dilanjutkan dengan pemboran lubang berikutnya dengan
cara memutar tangkai penggerak pada mesin bor
dengan jarak 5 – 10 cm dengan tujuan mendapatkan lubang rapat supaya waktu pembajian mendapat retakan yang lurus.
Rock Drill (RHD) Toyo 85 RHD Toyo 85 adalah alat bor yang dipakai
pada pemboran vertikal dan horisontal dengan
tingkat produksi yang rendah, karena dalam pengoperasiannya tergantung dari kecakapan, keuletan dan kemampuan operator.
Tujuan pemboran ini adalah untuk membuat
lubang vertikal pada blok marmer. Alat ini
dioperasikan oleh satu orang operator dengan
sistem kerja berputar dan menumbuk dan digerakan oleh tekanan udara.
Langkah kerja alat bor RHD Toyo 85: a. Blok yang akan dibor dibersihkan dan diberi
garis lurus.
b. Pada lengan bor RHD Toyo 85 dipasang selang udara (hose) dan batang bor pertama dengan
panjang 80 cm (termasuk panjang bit).
c. Kemudian pemboran dimulai dengan
memegang tangkai bor RHD Toyo 85 sambil menahan ujung bawah batang bor kedua yang
panjangnya 160 cm sampai tembus pada dasar
blok marmer yang dibor.
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
73
Gambar 6. Sketsa Pemboran Dengan Driller dan Spherical
Pemotongan batuan
Pemotongan batuan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan blok-blok
marmer. Alat pemotong batuan yang digunakan adalah Diamond Wire Sawing dan Chain Saw.
Gambar 7. Diamond Wire Sawing
Gambar 8. Chain Saw
Diamond Wire Sawing Bagian-bagian utama dari diamond wire adalah:
1. Mesin Diamond Wire
Berfungsi sebagai tempat pemasangan Diamond Wire yang dilengkapi dengan roda gaya
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
74
untuk perputaran kabel yang ditambatkan pada
batuan. Mesin diletakkan di atas landasan yang
kuat berupa rel untuk bergerak maju mundurnya mesin tersebut.
Mesin Diamond Wire mempunyai dua gerakan dasar yaitu:
a. Gerakan Body Gerakan body adalah gerakan sepanjang
jalur rel yang ada dengan cara maju dan mundur.
Gerakan body maju yaitu gerakan mendekat ke arah batu yang dipotong yang biasanya dilakukan pada
saat memotong/ memendekkan tali kawat intan.
Sedangkan gerakan mundur yaitu gerakan menjauh dari batuan yang dipotong.
b. Gerakan Pully
Gerakan pulley yaitu gerakan untuk memutar Diamond Wire yang telah dihubungkan dengan
pully secara terus menerus, kecepatan
perputarannya tergantung dari penyetelan alat tombol pengatur dan gaya gesek yang terjadi antara mata gergaji dengan batuan yang di potong.
2. Control Panel Bagian-bagian pengendali pada papan
kontrol ini berupa tombol-tombol dan tanda
peringatan yang berfungsi sebagai motor penggerak dan pengendali mesin pemotong batuan.
Sebelum Diamond Wire Sawing Marini dipasang terlebih dahulu disiapkan lubang lewat
wire dan menyiapkan landasan kerja yang rata agar
mesin penggerak Diamond Wire Sawing Marini
dapat bergerak dengan baik. Diamond Wire Sawing Marini yang akan dipasang, terlebih dahulu kedua
ujungnya disambung, lalu dijepit dengan alat
penjepit (handy press), pendorong dapat dilakukan dengan arah horizontal dan vertikal.
Sebelum pemotongan dimulai terlebih dahulu Diamond Wire Sawing Marini dimasukkan
ke dalam roda (wheel), kemudian selang air
ditempatkan pada posisi perputaran Diamond Wire
Sawing Marini (pully diamond wire) yang gunanya untuk menggelindingkan dan mengencerkan debu-
debu hasil pemotongan sekaligus sebagai
pelumasan bit untuk optimalisasi kualitas pemotongan.
Pada sistem pemotongan ini yang perlu diperhatikan menjaga kuantitas penyemprotan air
saat pemotongan langsung serta mengatur
kecepatan potong Diamond Wire Sawing Marini
untuk mencegah kemungkinan putusnya wire dan
debu-debu hasil pemotongan dapat diencerkan sehingga tingkat polusi dapat diperkecil.
Alat ini dapat memotong blok dengan dua
arah yaitu horisontal dan vertikal. Pemotongan
blok marmer dengan diamond wire mempunyai dua fungsi yaitu:
a. Pemotongan untuk melepaskan dari batuan induk.
b. Pemotongan untuk penyempurnaan blok.
Pemotongan dengan menggunakan Diamond
Wire Sawing Marini bertujuan untuk melepaskan
batuan dari batuan induknya membutuhkan waktu
yang cukup lama pada saat persiapan, penyambungan kawat intan (sling wire) dan tempat untuk mendudukkan alat.
Langkah-langkah persiapan pemotongan yaitu:
a. Pada salah satu batuan induk yang akan
dibongkar pada pemboran horisontal,
dimasukkan ujung kawat intan (sling wire) dan
ditarik hingga menembus batuan pada sisi yang satunya dengan menggunakan batuan sepasang
besi pengait kawat yang panjangnya melebihi
dari panjang lubang. b. Setelah kedua ujung kawat khusus tadi
disambungkan dengan cara klem atau pres yang
di bantu alat khusus penyambung kawat Diamond Wire (handy press).
c. Jika kedua ujung kawat tadi telah tersambung,
maka kawat tersebut kemudian dipasang pada
roda mesin (pully diamond wire) pada bagian depan dan selanjutnya alat pemotong siap untuk dioperasikan.
Langkah-langkah pemotongan untuk penyempurnaan blok yaitu:
a. Mempersiapkan landasan kerja yang datar
untuk menempatkan rel diamond wire
mengarah pada salah satu sisi batu marmer yang
akan di potong. b. Kemudian untuk menempatkan posisi blok yang
akan dipotong digunakan Excavator.
c. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan panel listrik serta penempatan panel kontrol
pada jarak 10 m dari mesin diamond wire.
d. Tali gergaji intan dikalungkan pada batu yang akan dibuat blok dan tali gergaji intan
dimasukkan ke dalam roda penggerak (pulley).
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
75
e. Sebelum dijalankan terlebih dahulu membidik
posisi alat terhadap batu marmer yang akan
dipotong agar membentuk garis lurus. f. Selang air pembilas dipasang pada tempat
lewatnya tali gergaji pada saat operasi, biasanya
air yang dibutuhkan pada saat pemotongan
dikondisikan dengan luas yang akan di potong.
Chain Saw
Pada proses pemotongan segmen mengggunakan chain saw terlebih dahulu
disiapkan landasan kerja yang rata agar rel dan
mesin penggerak chain saw dapat bergerak dengan
baik. Chain Saw yang akan digunakan terlebih dahulu dipasang bar (tempat rantai dan mata widya dipasang).
Sebelum pemotongan dimulai terlebih
dahulu bar chain saw diturunkan secara perlahan-
lahan dengan memperhitungkan kedalaman dan arah pemotongan yang diinginkan, kemudian
selang air ditempatkan pada posisi perputaran
rantai chain saw yang gunanya untuk
menggelindingkan dan mengencerkan debu-debu
hasil pemotongan sekaligus sebagai pelumasan mata widya untuk optimalisasi kualitas pemotongan.
Selama proses pemotongan berlangsung
yang perlu diperhatikan adalah menjaga kuantitas
penyemprotan air saat pemotongan langsung serta mengatur kecepatan potong chain saw untuk
mencegah kemungkinan putusnya rantai chain saw
dan debu-debu hasil pemotongan dapat diencerkan
sehingga tingkat polusi dapat diperkecil. Selain itu juga perlu diperhatikan kondisi mata widya dan jumlah grease yang digunakan.
Chain saw khusus digunakan untuk
pemotongan segmen, bukan untuk penyempurnaan
blok. Alat ini dapat memotong blok dengan dua arah yaitu horisontal dan vertikal.
Gambar 9. Sketsa Pemotongan Batuan Dengan Diamond Wire
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
76
Kegiatan pembajian/pemanciran
Kegiatan pembajian/pemanciran dimaksud
untuk membuat retakan pada permukaan blok
marmer yang sudah dibor secara vertikal dengan pola sejajar dan jarak lubang bor 5 cm – 10 cm. Alat
yang digunakan adalah pancir yang terbuat dari
besi yang berbentuk pipih dengan ukuran panjang
60 cm dan 40 cm serta dibantu dengan palu besi yang beratnya 10 kg.
Langkah kerja Pembajian/Pemanciran antara lain:
a. Pancir dipasang pada masing-masing lubang yang tersedia atau dengan cara memberi antara
satu lubang bor.
b. Setelah pancir dipasang teratur, maka
dilanjutkan dengan cara memukul satu persatu secara berurutan.
c. Cara melakukan pemukulan atau penetrasi
dimulai dari bagian tengah blok marmer kemudian bergeser ke arah pinggir, yang pada
akhirnya sedikit demi sedikit batu marmer akan
retak dengan mengikuti arah deretan lubang bor. d. Selanjutnya blok yang sudah dipancir
dipisahkan dengan menggunakan bucket dari
Excavator.
e. Hasil dari pembajian ini akan ditampung pada stock pile dan selanjutnya dapat diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut.
Gambar 10. Sketsa Pembajian/Pemanciran
Pelepasan batuan
Kegiatan pelepasan batuan bertujuan untuk
memisahkan atau mendorong blok marmer yang
telah selesai dipotong. Pelepasan block marmer
dari batuan induk dapat dilakukan dengan menggunakan Excavator Komatsu PC 400. Tapi
untuk blok marmer yang berdimensi besar yang
tidak dapat dilepaskan dengan menggunakan
Excavator, maka harus dilakukan dengan menggunakan Hydrolick Jack Bull.
Gambar 11. Sketsa Pelepasan Blok Marmer
Penyempurnaan blok
Tahap ini dilakukan apabila setelah tahap pembentukan blok masih terdapat marmer yang
keropos ataupun pada sudut marmer ada yang
retak/pecah. Alat yang digunakan adalah Diamond
Wire Pola Marini.
Pemuatan
Pemuatan adalah kegiatan yang bertujuan
untuk memindahkan blok marmer dari front
penambangan ke stock pile sementara di Quarry. Kegiatan pemuatan dilakukan dengan
menggunakan alat Derrick Crane Gianco Mini
Italia, memiliki kemampuan maksimum 30 ton dengan panjang boom 60 m dan sudut putar maksimum 1200.
Kegiatan pemuatan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Menurunkan blok marmer dari lokasi penambangan ke stock pile sementara di
Quarry.
b. Pemuatan blok marmer ke Dump truck.
Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan untuk memindahkan blok marmer dari stock pile
sementara di Quarry ke stock pile di lokasi
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
77
pengolahan. Kegiatan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan Dump truck Nissan CW 340.
Kondisi jalan angkut dari front
penambangan ke stock pile mempunyai kemiringan
rata-rata 0 – 15 %, dengan jarak ± 2.200 meter, lebar jalan angkut 3 – 5 meter, sehingga
tidak memungkinkan Dump truck berpapasan saat melakukan kegiatan pengangkutan.
Kondisi permukaan jalan angkut pada
musim hujan umumnya berlumpur (becek) dan licin, sedangkan pada musim kemarau kondisi jalan
berdebu, tentunya kondisi ini akan berpengaruh
terhadap pengemudi sehingga berdampak terhadap
efisiensi kerja alat angkut, untuk itu jalan angkut perlu disiram secara berkala pada musim kemarau.
Penumpukan hasil penambangan (Stocking)
Alat yang digunakan dalam kegiatan
penumpukan hasil penambangan yang telah diangkut oleh Dump Truck adalah Mobile Crane Cobelco 02 berkapasitas 45 ton.
Pada tahap ini, Mobile Crane mengambil
blok marmer dari Dump Truck dan selanjutnya
menumpuk blok marmer secara baik dan teratur pada lokasi stock pile. Mobile Crane ini pula yang
digunakan untuk memuat blok marmer ke Dump Truck untuk pemasaran.
Secara keseluruhan tahapan penambangan
marmer PT. Makassar Marmer Muliaindah dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Diagram Alir Tahapan Penambangan Marmer PT. Makassar Marmer Muliaindah
PENGANGKUTAN
Dump Truck
Pengolahan Blok Penjualan Blok
PEMUATAN
Derrick Crane
PENYEMPURNAAN BLOK
Diamond Wire Pola
PEMBORAN
1. Driller dan Rock Hand Drill
2. Sphericall Drill
PEMBERSIHAN LOKASI
MANUAL
Parang dan kapak
MEKANIS
Excavator
PENGUPASAN BAGIAN ATAS MARMER
1. Diamond Wire Sawing
2. Excavator
PEMOTONGAN BATUAN
1. Diamond Wire Sawing
2. Chain Saw
PEMBAJIAN
Pancir
PELEPASAN BATUAN
1. Excavator
2. Hydrolick Jack Bull
STOCKING
Mobile Crane
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
78
KESIMPULAN
Sistem penambangan yang diterapkan pada
PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah sistem tambang terbuka, metode Quarry, tipe side hill, dengan jalan masuk langsung.
PT. Makassar Marmer Muliaindah
melakukan kegiatan penambangan secara bertahap,
dimulai dari pembersihan lokasi, pengupasan bagian atas marmer, pemboran, pemotongan
batuan, pembajian, pelepasan batuan,
penyempurnaan blok, pemuatan, pengangkutan dan
penumpukan hasil penambangan.
DAFTAR PUSTAKA
Irwandy Arif, Tambang Terbuka, ITB, Bandung, 1996. [2]
Partanto Prodjosumarto, Tambang Terbuka, ITB, Bandung, 1996.[3]
Sukandarrumidi, Bahan Galian Industri, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, 1998.[1]
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
79
MORFOLOGI ABU LIMBAH PENGOLAHAN KAYU SEBAGAI
BAHAN DASAR GEOPOLIMER UNTUK MATERIAL
PENYANGGA TAMBANG BAWAH TANAH
Jance Murdjani Supit
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: [email protected]
Abstract
Geopolymer is made from materials that are both natural polozan and artificial pozolan. Pozolan materials
contain silica (SiO2) and alumina (Al2O3). Both of these compounds can be found as natural materials (such
as metakaolin, and volcanic material), as well as waste (eg fly ash, husk ash). The potential of forest products in the form of wood in Papua, especially Manokwari Regency, is very abundant, as well as its
utilization efforts. The processing or utilization of wood results in the solid waste in the form of pieces,
leftovers and wood sawdust. This study aims to explain the geopolymer morphology of wood processing waste ash in Manokwari, from which it can be used as buffer material. By using SEM-EDX in the analysis,
the results showed that the size of ash grain of wood processing waste was ≤100 µm (from Merbau wood
or mixed wood). The elements contained in the ashes of merbau wood waste consist of O, Ca, C, Si, K, Mg,
Al, Cu, Fe, and S. Meanwhile, mixed wood waste ash contains O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Fe, Na, and S. Wood processing waste in Manokwari Regency has the potential to be used as the basis for making geopolymer
because it dominantly contains Si and Al elements.
Keyword: Morphology, Geopolymer, Wood waste ash
Abstrak
Geopolimer terbuat dari material bersifat pozolan baik dari alam maupun pozolan buatan. Material bersifat
pozolan mengandung silica (SiO2) dan alumina (Al2O3). Kedua senyawa ini dapat ditemukan sebagai
material alam (seperti metakaolin, dan material vulkanik), maupun sebagai limbah (contonya fly ash, abu sekam). Potensi hasil hutan berupa kayu di Papua khususnya Kabupaten Manokwari sangat melimpah
demikian pula pemanfaatannya. Pengolahan/pemanfaatan kayu menghasilkan limbah padat baik berupa
potongan-potongan, sisa sekapan maupun serbuk gergajian kayu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan morfologi geopolimer dari abu limbah pengolahan kayu yang terdapat di Manokwari untuk
dijadikan material penyangga. Analisis menggunakan SEM-EDX, hasil penelitian menunjukkan ukuran
butir abu limbah pengolahan kayu ≤100 µm (kayu Merbau maupun kayu campuran). Unsur yang
terkandung dalam abu limbah kayu merbau terdiri dari O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Cu, Fe, dan S. Sedangkan abu limbah kayu campuran mengandung O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Fe, Na, dan S. Limbah pengolahan kayu
di Kabupaten Manokwari berpotensi dijadikan bahan dasar pembuatan geopolimer karena mengandung unsur Si dan Al yang dominan.
Kata kunci: Morfologi, Geopolimer, Abu Limbah kayu.
Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
PENDAHULUAN
Geopolimer merupakan senyawa
aluminosilikat yang pertama kali ditemukan oleh Joseph Davidovits pada tahun 1978 (Davidovits,
1994). Geopolimer terbuat dari material bersifat pozolan
baik dari alam maupun pozolan buatan. Material bersifat
pozolan mengandung silica (SiO2) dan alumina (Al2O3)
(Davidovits, 2008). Berdasarkan penelitian yang
telah ada berbagai mineral alam yang mengandung
Al dan Si, limbah maupun terak dapat dimanfaatkan
sebagai sumber bahan baku geopolimer (Xu dan Van Deventer, 2000). Geopolimer atau disebut juga
geopolimer anorganik, berkembang sebagai
material teknik yang penting dalam industri bahan konstruksi yang berwawasan lingkungan (Duxson,
dkk. 2007). Potensi hasil hutan berupa kayu di
Papua khususnya Kabupaten Manokwari sangat
melimpah demikian pula pemanfaatannya. Pengolahan/pemanfaatan kayu menghasilkan
limbah padat baik berupa potongan-potongan, sisa sekapan maupun serbuk gergajian.
Untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dasar pembuatan geopolimer limbah pengolahan kayu terlebih dahulu dipreparasi dengan cara dibakar untuk mengubahnya menjadi abu.
Tujuan penelitian ini, untuk menjelaskan
karakteristik morfologi geopolimer dari abu limbah
pengolahan kayu yang terdapat di Manokwari guna dijadikan bahan dasar geopolimer.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Material uji berasal dari Kabupaten
Manokwari Provinsi Papua Barat, sedangkan
pengujian dilakukan di laboratorium PPLH UGM menggunakan SEM-EDX.
Pengujian dilakukan terhadap dua sampel
abu limbah pengolahan kayu, yaitu limbah pengolahan kayu Merbau dan kayu campuran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengujian terhadap limbah pengolahan kayu tampak seperti pada gambar 1 dan gambar 2.
Gambar 1 menunjukkan bahwa abu limbah
pengolahan Kayu Merbau tersusun oleh material
dengan ukuran butir ≤100 µm, dengan unsur yang terkandung di dalamnya, antara lain C, O, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Fe dan Cu.
Berdasarkan hasil pengujian limbah kayu
merbau diketahui bahwa material abu limbah
pengolahan kayu Merbau dapat dijadikan sebagai
material penyangga karena memiliki ukuran butir
yang halus (≤100 µm). Unsur yang mendominasi (berturut-turut berdasarkan % massa) adalah
sebagai berikut: O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Cu, Fe, dan S.
Gambar 2 menunjukkan bahwa abu limbah
pengolahan Kayu Campuran tersusun oleh material dengan ukuran butir ≤100 µm, dengan unrur yang
terkandung di dalamnya, antara lain: C, O, Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, dan Fe.
Berdasarkan hasil pengujian limbah kayu
merbau diketahui bahwa material abu limbah
pengolahan Kayu Campuran dapat dijadikan sebagai material penyangga karena memiliki
ukuran butir yang halus (≤100 µm). Unsur yang
mendominasi (berturut-turut berdasarkan % massa) adalah sebagai berikut: O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Fe, Na, dan S.
Pembahasan
Hasil pengujian pada kedua sampel uji
menunjukkan bahwa abu limbah pengolahan kayu,
baik kayu Merbau maupun Campuran, dapat dijadikan bahan dasar Geopolimer karena memiliki
ukuran butir yang halus (≤100 µm) dan mengandung unsur Si dan Al yang cukup dominan.
Komposisi unsur dominan dalam kedua
sampel memiliki kemiripan. Sedikit perbedaan dengan adanya unsur Cu pada kayu Merbau yang
tidak terdapat pada kayu Campuran, dan adanya
unsur Na pada kayu Campuran yang tidak terdapat
pada kayu Merbau membutuhkan penelitian lebih lanjut.
KESIMPULAN 1. Secara morfologi abu kayu, baik dri limbah
pengolahan kayu Merbau maupun kayu
kampuran dapat dijadikan bahan dasar Geopolimer, karena memiliki ukuran butir yang
halus dan memiliki kandungan unsur Si dan Al
sebagai untur utama pembentuk geopolimer.
2. Limbah pengolahan kayu yang terdapat di Kabupaten Manokwari berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
geopolimer.
Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
Gambar 1. Hasil pengujian dari limbah kayu Merbau
Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
Gambar 2. Hasil pengujian dari limbah kayu campuran
Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
DAFTAR PUSTAKA
Davidovits, J., 1994. Geopolymers: Inorganic
Polymeric New Materials. Journal of Materials Engineering 16: 91-139.
Davidovits, J., 2008, Geopolymer: Chemistry and Applications, Perancis: Geopolymer Institute.
Duxson, P., Provis, J.L., Lukey., G. C., van Deventer, J.S.J. 2007. The role of inorganic
polymer technology in the development of ‘green
concrete’ Cement and Concrete Research 37: 1590–1597.
Xu, H., Van Deventer, J.S.J., 2000. The
geopolymerisation of alumino-silicate-minerals.
International Journal of Mineral Processing 59:
247–266PP No. 9.
PETUNJUK PENULISAN INTAN
JURNAL PENELITIAN TAMBANG
(CENTER, TIMES NEW ROMAN 16, BOLD)
Penulis 11)
, Penulis 22)
, Penulis 33)
1), 3)Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 2)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Papua
1), 2), 3)Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: 1)[email protected], 2)[email protected], 3)[email protected]
Abstract
Abstract title is written with Times News Roman style (11 pt and bold) and centered format. The distance
between abstract with Author address is 2 spaces (11 pt). the body text of abstract was written italic style
(11 pt) amounts 150-200 words, with left margin and right margin 25 mm and 20 mm from edge. Key words
written under the abstract text arranged in alphabetical order and separated by a semicolon. Title keywords
written with regular format with 11 pt bold font while the key words in italics (italic). Abstract was written
in English and Indonesian, if article was written in Indonesian. If article was written in English, abstract
was written in English. The titles article was written before the contents of the abstract format Bold UPPER
CASE.
Keywords: abstract; keyword; tittle; writing guidelines
Abstrak
Judul abstrak ditulis dengan huruf Times New Roman rata tengah dengan format 11 pt bold. Jarak antara
judul abstrak dengan nama lembaga adalah 2 spasi (11 pt). Jarak antara teks abstrak dengan judul abstrak
adalah 1 spasi (11 pt). Abstrak ditulis dengan huruf miring (Italic) sepanjang 150-200 kata, dengan margin
kiri 25 mm dan margin kanan 20 mm. Abstrak ditulis dengan format satu kolom. Kata kunci ditulis di
bawah teks abstrak, disusun urut abjad dan dipisahkan oleh tanda titik koma. Judul kata kunci ditulis dengan
format regular dengan font 11 pt bold. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, jika
artikel berbahasa Indonesia. Jika artikel berbahasa inggris maka abstrak cukup ditulis dengan bahasa Inggris
saja. Judul dalam abstrak ditulis sebelum isi abstrak dengan format UPPER CASE Bold.
Kata kunci: abstrak; kata kunci; judul; petunjuk penulisan
PENDAHULUAN
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
diterbitkan sejak 2018 dengan frekuensi 2 (dua) kali setahun setiap bulan Mei dan November.
INTAN Jurnal Penelitian Tambang dicetak dari
artikel-artikel yang dikirim ke Redaksi INTAN Jurnal Penelitian Tambang setelah melalui proses
review oleh Dewan Redaksi dan/atau Mitra
Bebestari. Setiap artikel yang dikirimkan harus terbebas dari unsur plagiarsm maupun autoplagiarsm.
INTAN Jurnal Penelitian Tambang sebagai jurnal nasional dikembangkan dengan sistem
pengelolaan secara online. Proses submitted
/pendaftaran artikel dan proses telaah artikel dikerjakan secara online.
Artikel dapat ditulis dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artikel
dapat berupa hasil-hasil penelitian, kajian pustaka,
maupun analisis serta pemecahan permasalahan
yang relevan dengan bidang ilmu teknik pertambangan, yang belum pernah dipublikasikan dalam media publikasi lainnya.
METODE PENULISAN
Petunjuk Umum
Artikel harus ditulis pada kertas HVS ukuran A4 (210 x 297 mm). Artikel ditulis tanpa nomor
halaman dan disusun dengan urut-urutan topik
bahasan: Pendahuluan, Metode Penelitian Hasil
dan Pembahasan, Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih (kalau ada), Daftar Notasi (jika ada) dan
Daftar Pustaka. Abstrak dan Judul ditulis dalam 2
(dua) bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
Petunjuk Penulisan
Artikel diawali dengan judul artikel dengan font 16 pt bold format UPPER CASE. Nama
penulis ditulis di bawah judul dengan format Title
Case font 12 pt bold. Nama penulis ditulis lengkap
tanpa gelar akademik. Nama lembaga (institusi asal, alamat dan e-mail) ditulis di bawah nama
penulis dengan huruf Times New Roman dengan
format Title Case, 11 pt. Judul artikel, nama penulis dan nama lembaga ditulis rata tengah. Jarak antara
judul dengan nama penulis adalah 2 spasi (10 pt)
dan jarak antara nama penulis dengan nama
lembaga adalah 1 spasi (10 pt)
Isi artikel ditulis dengan format margin kiri
25 mm, margin kanan 20 mm, margin bawah 20
mm dan margin atas 20 mm. Jarak header dari tepi kertas adalah 15 mm, dan jarak footer dari tepi
kertas (edge) adalah 12,5 mm. Artikel diketik
dalam program MS Word dengan jenis huruf Times
New Roman dengan font 11 pt, 1 spasi dan dalam
format dua kolom. Setiap artikel terdiri atas maksimum 15 halaman (termasuk gambar dan
tabel) dan ditulis justified. Penulisan paragraf di
tepi kiri baris dengan jarak peralihan paragraf baru
10 pt (awal paragraf menjorok ke dalam).
Sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan
format UPPER CASE dan disusun rata kiri tanpa nomor dan garis bawah. Sub sub judul ditulis
dengan huruf tebal dengan format Title Case dan
disusun rata kiri tanpa nomor dan garis bawah. Sub
sub sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan format Sentence case dan disusun rata kiri tanpa
nomor dan garis bawah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar dan Tabel
Gambar dan Tabel diletakkan di dalam
kelompok teks dan diberi keterangan. Gambar dan tabel diikuti dengan judul gambar yang diletakkan
di bawah gambar yang bersangkutan dan judul
tabel yang diletakkan di atas tabel yang
bersangkutan. Judul gambar dan judul tabel diberi nomor urut. Gambar dijamin dapat tercetak dengan
jelas walaupun diperkecil sampai 50%. Gambar
atau diagram/skema sebaiknya diletakkan di antara kelompok teks. Gambar tidak dibingkai. Untuk
gambar atau grafik yang berwarna, mohon
dikirimkan softfile bersamaan dengan file tulisan
jika ingin dicetak berwarna. Tabel yang ditampilkan tanpa garis vertikal, sedangkan garis
horisontal hanya ditampilkan 3 garis horisontal
utama yaitu 2 garis horisontal untuk item judul kolom dan garis penutup dari baris paling bawah.
Gambar 1. Yield glukosa dengan suhu yang
berbeda untuk powder biomassa yang tetap 5 g/L, pada konsentrasi enzim 30% dan pH 4,5
Tabel 1. Komposisi mikroalga spesies Tetraselmis
chuii
Komponen Komposisi
(%w/w)
α-sellulosa 47,2 %
Hemisellulosa 35,5%
HWS 17%
Persamaan
Persamaan ditulis rata tengah dan diberi
nomor yang ditulis di dalam kurung. Nomor tersebut ditempatkan di akhir margin kanan dari
kolomnya.
D =A
(Vrel2 ρa)
2 + B (Mair
Mliq)
−β
(1)
Penulisan Kutipan/Cuplikan
Sistem penulisan kutipan/cuplikan suatu
naskah atau literatur menggunakan sistem Harvard. Sumber pustaka dituliskan di dalam uraian hanya
terdiri dari nama penulis dan tahun penerbitannya.
Contoh: Usaha-usaha untuk mencari sistem penyimpanan panas yang lebih baik telah banyak
dilakukan, diantaranya adalah menggunakan panas
laten peleburan dari PCM (Yanadoro dan Matsuda,
2006 untuk satu atau dua penulis ; Sutrisno dkk., 2011; Smith et al., 2011 untuk penulis lebih dari dua). Menurut Sanyono (2010), ………dst.
KESIMPULAN Artikel dikirimkan/didaftarkan secara online
dengan cara mengakses website dari INTAN Jurnal Peneltian Tambang dengan alamat sebagai berikut;
http://jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan/index.
Setiap Penulis harus mempunyai users name dan
kata kunci/Password untuk bisa mendaftarkan artikelnya. Data pada bagian Metadata harus diisi
secara lengkap dari semua Penulis. Setiap
mendaftarkan artikelnya dapat dilengkapi dengan Surat Peryataan yang menyatakan bahwa artikel
terbebas dari konflik dan plagiarism. Bagi calon
Penulis yang belum bisa submitted secara online dapat menghubungi Redaksi melalui jalur E-mail
dengan alamat [email protected] atau
Setiap artikel yang masuk akan dilakukan telaah oleh Dewan Redaksi dan/atau Mitra
Bebestari. Korespondensi akan ditujukan kepada
penulis pertama. Penulis harus segera memperbaiki artikel sesuai petunjuk reviewer. Jika artikel telah
dinyatakan diterima baik Major Revision maupun
Minor Revision, maka Penulis harus memperbaiki
artikel paling lama 15 hari setelah pemberitahuan.
Jika penulis tidak segera memperbaiki artikelnya,
maka pada saat mengirimkan artikel akan dianggap
sebagai pendaftaran baru (New Submission).
Redaksi berhak menolak artikel yang dikirim
apabila tidak relevan dengan bidang teknik
pertambangan, tidak up to date atau sudah pernah dipublikasikan dalam majalah ilmiah lainnya.
DAFTAR NOTASI Daftar Notasi ditulis berdasarkan urutan
abjad. Notasi huruf latin ditulis terlebih dahulu, baru diikuti dengan huruf arab.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka disusun menurut abjad tanpa
penomoran dan jarak antara daftar pustaka adalah 1 spasi (10 pt). Aturan penulisan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Pustaka yang berupa majalah/jurnal ilmiah/prosiding:
Sumin, L., Youguang, M.A., Chunying, Z.,
Shuhua, S., and Qing, H.E., (2009), The Effect
of Hydrophobic Modification of Zeolites on CO2 Absorption Enhancement, Chinese Journal of Chemical Engineering, 17(1), pp. 36-41.
Pustaka yang berupa judul buku :
Fogler, H.S., (2006), Elements of Chemical
Reaction Engineering, 4th, Prentice Hall International, Upper Sadle River, New Jersey, pp. 47-93
Pustaka yang berupa disertasi/thesis/skripsi :
Djaeni, M., (2008), Energy Efficient Multistage
Zeolite Drying for Heat Sensitive Products, PhD Thesis, Wageningen University, The Netherlands.
Pustaka yang berupa patent :
van Reis, R.D., (2006), Charged Filtration Membranes and Uses Therefore, US Patent 7,001,550.
Pustaka yang berupa HandBook :
Knothe, G., van Gerpen, J., and Krahl, J., (2005),
The Biodiesel Hanbook, AOCS Press, Campaign, Illionis, USA, pp. 70-84
Mujumdar, A.S. and Hasan, M., (2006), Drying of
Polymers in Handbook of Industrial Drying, editor A.S. Mujumdar, 3rd ed, Marcel Dekker, New York, pp. 954-978.
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTPP) Universitas Papua, Gedung Teknik, Jalan Gunung Salju, Amban,
Manokwari, Papua Barat.
Telepon : 085244058187
Website : jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan
ISSN 2655-3473