INTAN - ftpp-unipa.ac.id

90
INTAN jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan ISSN 2655-3473 VOLUME 01 | EDISI 1 | NOVEMBER 2018 79 | Morfologi Abu Limbah Pengolahan Kayu Sebagai Bahan Dasar Geopolimer Untuk Material Penyangga Tambang Bawah Tanah Diterbitkan oleh : Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua Manokwari 1 | Time and Motion Study Pekerjaan Penyanggaan Pada Lokasi Produksi Tambang Ciguha Utama PT. Antam (Persero) Tbk UBPE Pongkor 8 | Perencanaan Teknis Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada PT. Nan Riang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi 14 | Estimasi Sumber Daya Andesit Menggunakan Metode Cross Section PT. AKAM di Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat 20 | Potensi Cadangan Mineral dan Batubara di Indonesia dan Dunia 32 | Persepsi Masyarakat Terhadap Penambangan Batugamping Di PT. SDIC Papua Cement Indonesia Manokwari Ditinjau Dari Segi Budaya 38 | Perhitungan Kebutuhan Material Penyemenan Dengan Metode Balance Plug Pada Program Cement Plug Sumur X Lapangan Y 44 | Analisis Pengambilan Dan Preparasi Sampel Berdasarkan Hasil Pengujian Kadar Nikel Pada PT. Haltim Mining Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara 53 | Evaluasi Geometri Jalan Angkut Tambang Dan Rancangan Drainase Pada PT. Sumber Anugerah Buana Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat 59 | Analisis Stabilitas Lereng Batuan Dengan Metode Slope Stability Probability Classification (SSPC) Pada Kawasan Piyungan-Patuk, Daerah Istimewa Yogyakarta 69 | Penambangan Marmer Pada PT. Makassar Marmer Muliaindah Kabupaten Maros Jurnal Penelitian Tambang

Transcript of INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Page 1: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan

ISSN 2655-3473 VOLUME 01 | EDISI 1 | NOVEMBER 2018

79 | Morfologi Abu Limbah Pengolahan Kayu

Sebagai Bahan Dasar Geopolimer Untuk

Material Penyangga Tambang Bawah Tanah

Diterbitkan oleh :

Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan

Universitas Papua

Manokwari

1 | Time and Motion Study Pekerjaan

Penyanggaan Pada Lokasi Produksi Tambang Ciguha Utama PT. Antam

(Persero) Tbk UBPE Pongkor

8 | Perencanaan Teknis Sistem

Penyaliran Tambang Batubara Pada PT. Nan Riang Kabupaten Batanghari

Provinsi Jambi

14 | Estimasi Sumber Daya Andesit

Menggunakan Metode Cross Section PT. AKAM di Kabupaten Sorong

Provinsi Papua Barat

20 | Potensi Cadangan Mineral dan

Batubara di Indonesia dan Dunia

32 | Persepsi Masyarakat Terhadap

Penambangan Batugamping Di PT. SDIC Papua Cement Indonesia

Manokwari Ditinjau Dari Segi Budaya

38 | Perhitungan Kebutuhan Material

Penyemenan Dengan Metode Balance Plug Pada Program Cement Plug

Sumur X Lapangan Y

44 | Analisis Pengambilan Dan

Preparasi Sampel Berdasarkan Hasil Pengujian Kadar Nikel Pada PT. Haltim

Mining Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara

53 | Evaluasi Geometri Jalan Angkut

Tambang Dan Rancangan Drainase Pada PT. Sumber Anugerah Buana

Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat

59 | Analisis Stabilitas Lereng Batuan

Dengan Metode Slope Stability Probability Classification (SSPC) Pada Kawasan Piyungan-Patuk,

Daerah Istimewa Yogyakarta

69 | Penambangan Marmer Pada PT. Makassar

Marmer Muliaindah Kabupaten Maros

Jurnal Penel i t ian Tambang

Page 2: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

ISSN 2655-3473

Volume 1 Edisi 1, November 2018 Halaman 1-75

INTAN Jurnal Penelitian Tambang diterbitkan oleh Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik

Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua di Manokwari sebagai media untuk menyalurkan

pemahaman tentang aspek-aspek sains, teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan dari dunia pertambangan

berupa hasil penelitian lapangan atau laboratorium maupun studi pustaka. Jurnal ini diterbitkan dua kali

dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan November.

Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media lain dari dosen, peneliti, mahasiswa

maupun praktisi dengan ketentuan penulisan seperti tercantum pada halaman belakang (petunjuk

penulisan). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata

cara lainnya

Penanggung jawab

Ketua Jurusan Teknik Pertambangan – Universitas Papua

Reviewer

Dr. Hendri Prananta Perangin-angin, ST., MT.

Jance Murdjani Supit, ST., M.Eng.

Yulius Ganti Pangkung, ST., M.Eng.

Tim Editor

Juanita Rosalia Horman, ST., MT.

Marcus R. Maspaitella, SP., M.AgriCom.

Agustinus Denny Unggul Raharjo, ST., M.O.G.E.

Sekretariat

Djusman Bin Aziz, ST.

ALAMAT SEKRETARIAT INTAN JURNAL PENELITIAN TAMBANG: Jurusan Teknik

Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTPP) Universitas Papua, Gedung

Teknik, Jalan Gunung Salju, Amban, Manokwari, Papua Barat. Telepon: 085244058187

Website: jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan

Page 3: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

`

INTAN Jurnal Penel i t ian Tambang

jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan

ISSN 2655-3473 VOLUME 01 | EDISI 1 | NOVEMBER 2018

DAFTAR ISI

1 | Time and Motion Study Pekerjaan Penyanggaan Pada Lokasi Produksi

Tambang Ciguha Utama PT. Antam (Persero) TBK UBPE Pongkor

Deddy H. Elias, Indra Birawaputra

8 | Perencanaan Teknis Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada

PT. Nan Riang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi

Glory Hutagalung, Yulius G. Pangkung

14 | Estimasi Sumber Daya Andesit Menggunakan Metode Cross Section

PT. Akam di Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat

Aldi F. Valderama, Ricardo O.M Hutapea

20 | Potensi Cadangan Mineral dan Batubara di Indonesia dan Dunia

Arif Setiawan

32 | Persepsi Masyarakat Terhadap Penambangan Batugamping di PT. SDIC

Papua Cement Indonesia Manokwari Ditinjau Dari Segi Budaya

Maria A. I. Awandoi, Indra Birawaputra

38 | Perhitungan Kebutuhan Material Penyemenan Dengan Metode

Balance Plug Pada Program Cement Plug Sumur X Lapangan Y

Hastowo Resesiyanto

44 | Analisis Pengambilan dan Preparasi Sampel Berdasarkan Hasil Pengujian Kadar Nikel

Pada PT. Haltim Mining Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara

Jimmy E. A. Fatubun, Yulius G. Pangkung

53 | Evaluasi Geometri Jalan Angkut Tambang dan Rancangan Drainase Pada

PT. Sumber Anugerah Buana Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat

Petricia J. Etwiory, Bambang Triyanto

59 | Analisis Stabilitas Lereng Batuan Dengan Metode Slope Stability Probability

Classification (SSPC) Pada Kawasan Piyungan-Patuk, Daerah Istimewa Yogyakarta

Rana Wiratama

69 | Penambangan Marmer Pada PT. Makassar Marmer Muliaindah Kabupaten Maros

Juanita R. Horman

79 | Morfologi Abu Limbah Pengolahan Kayu Sebagai Bahan Dasar

Geopolimer Untuk Material Penyangga Tambang Bawah Tanah

Jance M. Supit

Page 4: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

1

TIME AND MOTION STUDY PEKERJAAN PENYANGGAAN

PADA LOKASI PRODUKSI TAMBANG CIGUHA UTAMA

PT. ANTAM (PERSERO) TBK UBPE PONGKOR

Deddy H. Elias1), Indra Birawaputra2)

1)Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 2)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Papua

1) 2) Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Email: 1)[email protected], 2)[email protected]

Abstract

Time and motion study is a method of time measurement process, from which time wasting in ground

support task that involve human interventions, could be reduced. This method was utilised to figure out the

efficiency resulted by buffering tasks, as well as to analyse the work cycle produced by supporting crews

of Mega Mustika Utama in PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor. The results revealed that the efficiency in workhours of ground support task included survey of location, job cards, and time for meals. The daily

work cycle begun from change self protection tools at the beginning of the shift to the replacement of self

protection tools at the end of the shift. The results also highlighted that the highest work efficiency of buffering tasks was 84.10%, and the lowest work efficiency was 25.83%.

Keyword: Time and Motion method, measurement of working time, ground support

Abstrak

Time and motion study merupakan suatu metode proses pengukuran waktu sehingga dapat mengurangi

waktu terbuang yang kecil pada pekerjaan penyanggaan yang mengacu pada prosedur dimana aspek manusia dilibatkan guna mengetahui seberapa besar efisiensi dan siklus kerja yang dihasilkan pada kru

penyanggaan Mega Mustika Utama pada PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor. Dari hasil penelitian diperoleh

total waktu kerja perhari dan persentase kerja dalam bentuk tabel dan diagram, dimana waktu kerja penyanggaan terdiri dari kegiatan cek lokasi, job card sampai dengan kembali ke kantin dan siklus kerja

perhari dimulai dari ganti APD di awal shift sampai kembali ganti APD di akhir shift. Dari hasil

pengumpulan data dan perhitungan didapatkan efisiensi kerja tertinggi 84,10 % dan efisiensi kerja terendah 25,83%.

Kata kunci: metode Time and Motion, Pengukuran Waktu Kerja, Penyanggaan

Page 5: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

2

PENDAHULUAN

Sebagai perusahaan swasta maupun instasi pemerintah dituntut untuk dapat beroperasional

dengan efektif dan efisien. Hal ini merunjuk pada

tantangan yang saat ini semakin besar ditambah

lagi perusahaan diperhadapkan dengan adanya perdagangan bebas yang tentunya akan lebih

mengentalkan persaingan antar perusahaan.

Efisiensi tidak akan dapat diukur apabila sebuah perusahaan tidak memiliki suatu acuan atau standar

yang baku. Sebuah standar biasanya merupakan

langkah awal dalam menentukan kebutuhan pekerja. Standar yang baik, harus menunjukkan

tingkatan pencapaian optimal yang harus dilakukan oleh pekerja.

Metode time and motion study dapat

digunakan untuk mengevaluasi kinerja akan tetapi,

lebih sering penggunaannya untuk tujuan perencanaan untuk memprediksi tingkat keluaran

perusahaan yang akan dihasilkan kemudian hari.

Dan untuk mengetahui seberapa efisien time and motion study pada tambang bawah tanah “Ciguha

Utama” oleh PT. Mega Mustika Utama (MMU),

maka perlu dilakukan terkait time and motion study

itu sendiri selanjutnya dilakukan analisa terkait efisien.

METODOLOGI PENELITIAN

Data dibuat dalam diagram dengan beberapa

data yang ada berupa laporan kerja harian dan

waktu kerja setiap shift. Dari data primer dan

sekunder yang diperoleh akan digunakan untuk

perhitungan efisensi pekerjaan dari kru

penyanggaan.

Gambar 1. Rancangan Penelitian

DASAR TEORI

Time and Motion Study Time and motion study adalah proses

management waktu.

Time study, memiliki aspek utama seperti

keragaman prosedur dalam penentuan lama waktu

yang dibutuhkan dengan standar waktu yang telah ditetapkan yang dalam aktifitasnya melibatkan

manusia, mesin atau kombinasi dari beberapa aktifitas.

Motion study, memiliki aspek yang terdiri

dari deskripsi, analisis sistematis dan

pengembangan motode kerja untuk menentukan suatu bahan baku, desain output, alat, tempat kerja

dan perlengkapan dalam setiap langkah pekerjaan itu sendiri.

Terdapat dua macam teknik pengukuran time study, yaitu:

Pengukuran waktu secara langsung

Yaitu pengukuran waktu dengan mengamati pekerjaan secara langsung yang dilakukan oleh kru.

Pengukuran secara langsung terdapat dua metode

yakni jam henti (stopwatch time study) dan sampling kerja (work sampling)

Pengukuran waktu secara tidak langsung

Proses pengukurannya secara tidak langsung yakni dengan melakukan pengukuran waktu

dimana pengamat tidak berada dilokasi

pengamatan. Pengukuran ini dengan memanfaatkan data waktu baku (standard data)

dan data waktu gerakan (prederter mined time system)

Beberapa teknik yang telah dikembangkan

dalam motion study dapat dilihat dibawah ini,

sesuai dengan tipe pergerakan atau perubahan yang terjadi:

1. Teknik kategori 1 bertujuan untuk memilih jenis kelas perubahan, terdiri dari teknik: preliminary

possibility guide, work activity analysis, work

sampling dan motion study.

2. Teknik kategori 2 bertujuan untuk mendeskripsikan output tertentu yang

dihasilkan dari pergerakan, terdiri dari teknik:

work unit analysis, work activity analysis. 3. Teknik kategori 3 bertujuan untuk

mengevaluasi setiap detil dari sebuah pekerjaan,

terdiri dari teknik: work activity analysis, network diagram, work sampling.

Efisiensi

Efisiensi kerja adalah pelaksanaan pekerjaan dengan cara tertentu tanpa mengurangi tujuan yang

dikerjakan dengan cara paling mudah

mengerjakannya, paling murah biayanya, paling sedikit tenaganya, paling ringan bebannya dan paling singkat waktunya.

Hal tersebut diukur dari : Segi produktivitas,

yakni meninjau efisiensi dari segi hasil atau output

saja. Semakin tinggi hasilnya, maka semakin efisien.

Page 6: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

3

efisiensi =waktu pekerjaan utama

Total waktu x 100% (1)

Tabel 1. Indikator Efisiensi

No Indikator Hasil

1

2

3

0% - 30%

40% - 70%

80% - 100%

Belum efisien

Cukup efisien

Sangat efisien

Penyanggaan

Penyanggaan memiliki fungsi sebagai kontrol masa batuan yang berada disekitar lubang

bukaan tambang. Sitem penyangga dikelompokan

menjadi 2, yakni sistem penyangga aktif dan penyangga pasif.

Penyangga aktif Bersifat memperkuat batuan secara

langsung. Artinya jika penyangga sudah dipasang,

maka penyangga tersebut secara langsung menahan

beban batuan. Yang termasuk dalam penyangga aktif adalah rock bolt, weld mesh dan wire mesh.

Penyangga pasif Bersifat memperkuat masa batuan secara

tidak langsung. Artinya penyangga hanya akan

berkerja, jika batuan runtuh. Yang termasuk dalam penyangga pasif adalah Cribbing, H-Beam dan Stappling

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Proses pengamatan Time and Motion study

dilakukan di Tambang Ciguha PT.Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor dengan mitra kerja PT. Mega

Mustika Utama Proses pengamatan dilakukan dari

tanggal 30 Mei 2017-06 Juni 2017 yang dilakukan

pada lokasi sebagai berikut:

1. Ciguha DFW

2. Ciguha XC 1P Vein A Ke Selatan

3. Ciguha CGBS 476 Ke selatan 4. Ciguha XC 475 Vein A Ke Selatan

Data Hasil Pengamatan

Time study tanggal 30 Mei 2017

Selama proses pengamatan berlangsung

kegiatan operasional, yakni kegiatan rehab stapling dinding 2 set.

Gambar 2. Diagram Time and motion study shift 1

tanggal 30 Mei 2017

Efisiensi = 124

480 x 100%

= 25,83%

Time study tanggal 31 Mei 2017

Selama proses pengamatan berlangsung 2

kegiatan operasional, yakni kegiatan bongkar habim ,dan rehab stapling dinding.

Gambar 3. Diagram Time and motion study shift 1 tanggal 31 Mei 2017

Efisiensi = 404

480 x 100%

= 84,10%

Page 7: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

4

Time study pada tanggal 1 Juni 2017

Selama proses pengamatan berlangsung 1 kegiatan operasi, yakni kegiatan stapling 1 set.

Gambar 4. Diagram Time and motion study shift 1 tanggal 1 Juni 2017

Efisiensi = 320

644 x 100%

= 49,69%

Time study pada tanggal 2 Juni 2017 Selama proses pengamatan berlangsung 2

kegiatan, yakni kegiatan Pembongkaran H-beam dan Pasang H-beam

Gambar 5. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 2 Juni 2017

Efisiensi = 224

518 x 100%

= 43,24%

Time study pada tanggal 3 Juni 2017

Selama proses pengamatan berlangsung 2

kegiatan, yakni kegiatan pasang stull dan stapling roof.

Gambar 6. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 3 Juni 2017

Efisiensi = 195

480 x 100%

= 40,63%

Time study pada tanggal 4 Juni 2017

Selama proses pengamatan berlangsung 2

kegiatan, yakni kegiatan stapling roof dan stapling dinding

Gambar 7. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 4 Juni 2017

Efisiensi = 236

480 x 100%

= 49,17%

Page 8: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

5

Time study pada tanggal 5 Juni 2017

Selama proses pengamatan berlangsung 1 kegiatan, yakni kegiatan rehab stapling dinding.

Gambar 8. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 5 Juni 2017

Efisiensi = 256

480 x 100%

= 15,21%

Time study pada tanggal 5 Juni 2017

Selama proses pengamatan berlangsung 2 kegiatan, yakni kegiatan pasang skur dan stapling roof.

Gambar 9. Diagram Time and motion study shift 2 tanggal 6 Juni 2017

Efisiensi = 276

483 x 100%

= 60,04%

Pembahasan

Motion study Pada penelitian ini teknik motion study yang

tepat adalah pada kategori 2 karena hasil dari

penelitian skripsi ini adalah dapat menegetahui

aktivitas kerja dari kru penyanggaan dan analisis kerja perunit.

Kegiatan utama pekerjaan penyanggaan

adalah cek lokasi job card sampai kembali ke

kantin setelah pekerjaan penyanggaan selesai, bahwa pada kegiatan utama pekerjaan

penyanggaan dilapangan sangatlah bervariarsi dan

kegiatan pendukung ialah ganti APD, safetytalk, jalan ke kantin tambang dan istirahat setelah

pekerjaan penyanggaan selesai sampai kembali ganti APD.

Time Study

Time study tanggal 30 Mei 2017

Berdasarkan data time study yang didapat waktu efisiensi kerja 25,83% dan pekerjaan belum

berjalan efisien. Terdapatnya waktu yang terbuang

3 jam 2 menit. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada ketersediaan front kerja

adalah dengan memberikan pekerjaan di lokasi lain atau membatu kru lain yang sedang ada pekerjaan.

Time study tanggal 31 Mei 2017

Berdasarkan data time study yang didapat

waktu efisiensi kerja 84,10% dan pekerjaan berjalan sangat efisien.

Dalam pengamatan yang di lakukan

didapatkan pekerjaan rehab stapling tanpa menggunakan bantuan loader untuk mengakat

bahan ke posisi pemasangan yang baik sehingga

bahaya dapat terjadi kepada kru tersebut, dan

kurangnya karyawan yang hadir sehingga waktu kerja bongkar H-beam dan rehab stapling cukup lama.

Time study tanggal 1 Juni 2017

Berdasarkan data time study yang didapat

waktu efisiensi kerja 49,69% dan pekerjaan berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar 50,31%.

Kendala yang ditemukan pada waktu

pengamatan dilapangan adalah ketidaksiapan

mekanik sehingga waktu menunggu perbaikan alat yang lama.

Time study tanggal 2 Juni 2017

Berdasarkan data time study yang didapat waktu efisiensi kerja 43,24% dan pekerjaan

berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar

56,76% dikarenakan waktu pekerjaan berakhir lebih cepat dan adanya waktu menunggu whell

loader membantu kru lain memasang blower di lokasi lain.

Page 9: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

6

Kendala yang ditemukan pada waktu

pengamatan dilapangan adalah kurangnya kru yang hadir.

Time study tanggal 3 Juni 2017

Berdasarkan data time study yang didapat waktu efisiensi kerja 40,63% dan pekerjaan

berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar 59,38%.

Kendala yang ditemukan pada waktu

pengamatan dilapangan adalah waktu tunggu whell loader breakdown sebesar 1 jam 26 menit.

Time study tanggal 4 Juni 2017

Berdasarkan data time study yang didapat waktu efisiensi kerja 46,25% dan pekerjaan

berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar 50,83 %.

Kendala yang ditemukan pada waktu

pengamatan dilapangan adalah waktu tunggu pengambilan bahan sebesar 27 menit dikarenakan

kru yang mengikut hanya 2 orang dan 1 operator whell loader.

Time study tanggal 5 Juni 2017

Berdasarkan data time study yang di dapat

waktu efisiensi kerja 53,33% dan pekerjaan berjalan cukup efisien. Terdapatnya waktu yang

terbuang 3 jam 5 menit. Waktu standby sebesar

15,21 % dikarenakan pekerjaan yang tersedia hanya rehab stapling.

Kendala yang ditemukan pada waktu

pengamatan dilapangan adalah jumlah set yang direhab sedikit sedangkan waktu kerja masih tersedia.

Time study tanggal 6 Juni 2017

Berdasarkan data time study yang di dapat

waktu efisiensi kerja 60,04% dan pekerjaan berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar

39,96 % dikarenakan pekerjaan yang tersedia hanya pasang skur dan stapling roof.

Kendala yang ditemukan pada waktu

pengamatan dilapangan adalah kurangnya

karyawan yang hadir, peralatan las yang rusak dan bahan yang tidak tersedia sehingga pekerjaan

terganggu berdampak pada adanya waktu overshift yang besar yakni 208%

KESIMPULAN

Selama proses pengambilan data time and motion study memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Siklus kerja kru penyangaan

1. Siklus kerja pada pengamatan di lapangan

adalah dimulai dari ganti APD sebelum melakukan pekerjaan pada tambang bawah

tanah dan ganti APD setelah keluar dari dalam

tambang. 2. Siklus kerja kegiatan pendukung ialah ganti

APD, safetytalk, jalan ke kantin tambang,

istirahat setelah pekerjaan penyanggaan, keluar tambang dan ganti APD.

3. Siklus kerja kegiatan utama pekerjaan

penyanggaan dimulai dari cek lokasi job card,

jalan ke front, transport bahan ke front, setting bahan sampai ke bali ke kantin.

Efisiensi kru penyangaan

1. Pengamatan tanggal 30 Mei 2017: Total waktu

selama 8 jam dengan efisiensi kerja 25,83%,

waktu standby 74,17% dan terdapatnya waktu terbuang 3 jam 2 menit.

2. Pengamatan tanggal 31 Mei 2017: Total waktu

selama 8 jam dengan efisensi kerja 84,10% dan

waktu standby 15,90% dan terdapatnya waktu overshift 1 jam 45 menit

3. Pengamatan tanggal 1 Juni 2017: Total waktu

selama 8 jam dengan efisiensi kerja 49,69%, waktu standby 50,31% dan terdapatnya waktu

overshift 2 jam 44 menit.

4. Pengamatan tanggal 2 Juni 2017: Total waktu selama 8 jam dengan efisensi kerja 43,24%,

waktu standby 56,76% dan terdapatnya waktu

overshift 38 menit.

5. Pengamatan tanggal 3 Juni 2017: Total waktu selama 8 jam dengan efisensi kerja 40,63%,

waktu standby 59,38% dan terdapat waktu

terbuang 37 menit. 6. Pengamatan tanggal 4 Juni 2017: Total waktu

selama 8 jam dengan efisiensi kerja 46,25% dan

waktu standby 50,83% dan terdapat waktu

terbuang 19 menit. 7. Pengamatan tanggal 5 Juni 2017: Total waktu

selama 8 jam dengan efisiensi kerja 53,33%,

waktu standby 46,67% dan terdapat waktu terbuang 2 jam 31 menit.

8. Pengamatan tanggal 6 Juni 2017: Total waktu

selama 8 jam dengan efisiensi kerja 60,04%, waktu standby 39,96% dan terdapat waktu terbuang 3 menit.

Selama pengambilan data ditemukan faktor

penghambat proses kerja, yaitu:

1. Adanya aktifitas pekerjaan penyangaan tanpa

bantuan alat berat. 2. Ketidak siapan mekanik di lapangan.

Page 10: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

7

3. Kurangnya kru yang hadir.

4. Adanya alat pendukung pekerjaan penyanggaan

yang rusak. 5. Bahan yang tidak tersedia.

DAFTAR PUSTAKA Akmadnafarin blogspot. Penyanggaan Tambang

Bawah Tanah. html

Januar Sutrisno.2008. Definisi dan ruang lingkup time and motion study. https://januarsutrisno

yayan.wordpress.com

Mundel, Marvin, E. and david L Dunner 1994.

Time and motion study: Improving Productivity,

Sevent Edition, Prentice-Hall Publishing

Company, USA

Monika Kussetya Ciptani. 2012. Peningkatan

Produktivitas dan Efisiensi Biaya Melalui

Integrasi Time & Motion Study dan Activity-

Based Cousting 32-43

Sukandarrumidi, 2012 Metodologi Penenlitian.

Gadja Mada University Press. Yogyakarta

Yudi S. 2016. Time study Aktivitas Penambangan

Emas Oleh Mitra Kerja PT. Karya Sakti

Purnama Di Tambang Gudang Handak PT ANTAM UBPE Pongkor. Skripsi Jurusan

Teknik Pertambangan Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya

Respati Ayuningtyas, t.t. Analisis Peningkatan

Produktivitas dan Efisiensi Kerja Dengan

Penerapan Kazien.176

Page 11: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

8

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG

BATUBARA PADA PT. NAN RIANG

KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI

Glory Hutagalung1), Yulius Ganti Pangkung2)

1) 2) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 1) 2) Jl. Gunung Salju Amban Manokwari

Email: 1)[email protected], 2)[email protected]

Abstract

PT. Nan Riang is a coal mining company located in Muara Tembesi District, Batanghari Regency, Jambi

Province. PT. Nan Riang applied open pit system in its operation, in which Stripe Mine was considerably

implemented as the main method. The utilisation of this method would form pits, so that, during rainy days, the water could potentially be stagnant in front. The catchment areas are divided into 6 sections; the 1st

catchment area was 0.00929 km2, the 2nd catchment area was 0.06017 km2, the 3rd catchment area was

0.03256 km2, the 4th catchment area was 0.03960 km2, the 5th catchment area was 0.08065 km2, and the 6th catchment area was 0.02596 km2. From the calculation of drainage dimensions, it was highlighted that the

water level was approximately 0.26 m, width of drainage was about 0.39 m, width of drainage surface was

0.78 m, wet circumference was about 0.73 m, the depth of was 1.07 m, and length of side was 1.19 m. The

pump that is set for the drainage was LCC-H 50-230, with the pumping capacity of 3,405 m3/ hour. These pumps have Total Head of 90 m, with the impeller rotation of 3710 rpm. The amount of water entering the

settling pond was 15.80336 m3/ second, with the settling widht of 29.71 m2 pond. Regarding the dimensions

of settling pond, in which water could be gathered as calculated, therefore settling pond should be set at 10 m in length, 4 m in width and 2 m in height, with the volume of 237.64451 m3.

Keywords: drainage, pumps, settling pond.

Abstrak

PT. Nan Riang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada di Kecamatan Muara

Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. PT. Nan Riang melakukan sistem tambang terbuka yang menggunakan metode Stripe Mine sehingga akan membentuk cekungan, sehingga pada saat hujan

berpotensi air akan tergenang pada front. Luasan daerah tangkapan hujan pada daerah penelitian ini dibagi

menjadi 6 bagian. Daerah tangkapan hujan I luas area 0,00929 km2, daerah tangkapan hujan II luas daerah 0,06017 km2, daerah tangkapan hujan III luas daerah 0,03256 km2, daerah tangkapan hujan IV luas daerah 0,03960 km2, daerah tangkapan hujan V luas daerah 0,08065 km2, dan daerah tangkapan hujan VI luas

daerah 0,02596 km2. Dari perhitungan dimensi drainagenya didapat, tinggi air 0,26 m, lebar dasar saluran 0,39 m luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman

saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m. Pompa yang akan di rencakan pad a sumuran ini adalah

pompa LCC-H 50-230 dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini mempunyai Head Total sebesar

90 m dan putaran impeller 3710 rpm. Debit air yang akan masuk pada settling pond adalah 15,80336 m3/detik, dengan luas settling pond 29,71 m2 . Untuk ukuran dimensi settling pond agar dapat menampung

air limpasan sesuai dengan perhitungan diatas maka panjang settlingpond 10 m, lebar settling pond 4 m, dan tinggi settling pond 2 m. maka volume settling pond 237,64451 m3.

Kata Kunci : drainage, pompa, settling pond.

Page 12: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

9

PENDAHULUAN

Penirisan tambang akan identik dengan

pengontrolan air tanah dan air permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik

tambang terbuka, maupun tambang bawah tanah,

baik itu pada penambangan bijih atau penambangan batubara. Curah hujan yang tinggi

menyebabkan meningkatnya volume air yang

terakumulasi pada dasar tambang sehingga kegiatan penambangan menjadi terganggu dan

produksi tidak optimal karena area kerja menjadi

tergenang air. Air yang menggenangi lokasi

penambangan merupakan masalah yang utama bagi perusahaan pertambangan karena air yang masuk

ke lokasi penambangan dapat mengganggu

aktivitas penambangan dan mengakibatkan terhambatnya produksi.

PT. Nan Riang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada pada

Provinsi Jambi. PT. Nan Riang berada di wilayah

Desa Ampelu Kecamatan Muara Tembesi

Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Dalam melakukan penambangan Batubara, sistem

penambangan yang digunakan adalah sistem

tambang terbuka (surface mining) dengan metode Strip Mine

PT. Nan Riang mempunyai beberapa pit yaitu pit Djebak dan Ampelu. Dalam melakukan

kegiatan penambangan di pit Ampelu yang

merupakan lokasi penelitian, banyaknya volume air

tambang dan lumpur merupakan masalah sistem penyaliran yang harus diatasi terlebih apabila

terjadi curah hujan yang tinggi. Air dalam jumlah

yang berlebih di dalam pit tambang akan menyebabkan terganggunya aktivitas penggalian, pemuatan, dan pengangkutan.

Untuk mengatasi air yang berada pada pit

penambangan perlu dilakukan sistem penyaliran

sehingga air yang berada pada pit penambangan

dapat dipompakan keluar. Air yang di pompakan dari pit penambangan akan mengalir melalui drainage kemudian dialirkan menuju settling pond.

METODE PENELITIAN

Data yang diperlukan dalam penelitian ini

mencakup data primer dan data sekunder. Pengumpulan Data Primer dilakukan dengan cara

pengambilan data dilapangan. Adapun data primer

yang untuk penelitian ini adalah peta topografi

Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan. Adapun data sekunder untuk penelitian

ini adalah spesifikasi pompa, spesifikasi pipa dan dimensi sump.

DASAR TEORI

Curah Hujan Rencana

Curah hujan rencana merupakan suatu kriteria utama dalam perencanaan sistem

penyaliran untuk air permukaan pada suatu

tambang. Salah satu metode dalam analisa frekuensi yang sering digunakan dalam

menganalisa data curah hujan adalah metode

distribusi ekstrim, atau juga dikenal dengan metode distribusi Gumbel:

Xr=X+SD

Sn(Yt-YN) (1)

Dimana : Xr = Perkiraan nilai curah hujan rencana (mm)

X = Curah hujan rata-rata (mm) SD = Simpangan baku (standar deviation)

Yt = Standar deviasi dari reduksi variate

(standar deviation of the reduced variate), nilainya tergantung dari jumlah data

YN = Nilai reduksi variat (reduced mean) dari

variabel yang diharapkan terjadi pada

periode ulang tertentu, Sn Koreksi rata-rata (reduced mean)

Intensitas Curah Hujan Perhitungan intensitas curah hujan

dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe:

I = R24

24(

24

t)

2/3

(2)

Dimana : R24 = Curah hujan rencana perhari (24 jam)

t = Lamanya curah hujan/durasi hujan (jam)

Limpasan

Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Q = 0,278 . C . I . A (3)

Dimana:

Q = Debit air, m3/detik

C = Koefesien limpasan I = Intensitas curah hujan, mm/jam

A = Luas penangkap hujan, km2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Curuhan Hujan

Xr = X+SD

Sn(Yt-YN)

= 264,6+62,532

0,947(1,499-0,757)

= 338,053 mm/bulan

Page 13: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

10

= 11,268 mm/hari

Intensitas Curah Hujan

Penentuan intensitas hujan rencana dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe.

3/2

1

24

24

628,11

I

= 5,026 mm/jam

Penentuan Air Limpasan

Merupakan daerah tangkapan hujan yang

berupa bukaan tambang tanpa vegetasi. Dengan perhitungan menggunakan software Autoad 2007

diketahui Daerah Tangkapan Hujan (DTH) I

memiliki luas 0,0081km2. Sehingga nilai koefisien

limpasan untuk DTH I adalah 0,9 Untuk daerah tangkapan hujan didapatkan data - data sebagai

berikut:

Luas daerah tangkapan hujan (A) = 0,00929 Km2 Intensitas curah hujan rata-rata (I) = 5,026

mm/jam Koefisien limpasan (C) = 0,9

Sehingga debit air limpasan maksimum:

Q = 0,278 x C x I x A

= 0,278 x 0,9 x 5,026 x 0,00929 = 0,01168 m3/detik

Tabel 1. Debit air limpasan menggunakan curah hujan normal

Lokasi Koefisien Luas

Intensitas Hujan

Rencana Debit

(m2) (km

2) (mm/jam) (m

3/detik) (m

3/jam)

DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 5,026 0,01168 42,05383

DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 5,026 0,05885 211,8622

DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 5,026 0,03185 114,6428

DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 5,026 0,03320 119,5213

DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 5,026 0,07888 283,9859

DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 5,026 0,01813 65,281

Sumber: Data primer (diolah), 2018

Tabel 2. Debit air limpasan menggunakan intensitas curah hujan lebat

Lokasi Koefisien Luas

Intensitas Hujan

Rencana Debit

(m2) (km

2) (mm/jam) (m

3/detik) (m

3/jam)

DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 22,958 0,05336 192,0955

DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 22,958 0,26882 967,754

DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 22,958 0,14546 523,6708

DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 22,958 0,15165 545,9549

DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 22,958 0,36033 1297,204

DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 22,958 0,08283 298,1936

Sumber: Data primer (diolah), 2018

Drainage

Saluran terbuka dibuat berbentuk trapezium

dengan kemiringan sisi 60°, digunakan rumus:

ASR

nQ 2

1

3

21

n = 0,03 (untuk dinding tanah yang dibuat

excavator)

Z = 1/tan (60°) = 0,58

b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d = 2{(0,582 + 1)1/2 – 0,58}.d

= 1,152d

A = (b + Zd).d

= (1,152d + 0,58d).d

= 1,73d2

R = ½ d

S = 0,039 (kemiringan rata-rata saluran mengikuti kemiringan rata-rata jalan

tambang 3,9%)

Saluran terbuka dengan debit air 0,0875 m3/detik

Qmaks = n

1 x R2/3 x S1/2 x A

Page 14: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

11

0,07053 = 03.0

1 x (0,5 d)2/3 x (0,039)1/2 x (1,73 d2)

0,07053 = 7,174 d8/3 d3/8 = 0,004

d = 0,18 m

Lebar dasar saluran (b)

b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d

= 2{(0,58)2 + 1)1/2 – 0,58} x 0,18 m

= 0,20 m

Luas saluran (A)

A = (b + Z.d) d

= (0,20 m + 0,58 x 0,18 m ) x 0,18 m

= 0,05 m²

Lebar permukaan saluran (B) 2A = (B + b ) d

2 x 0,05 m² = (B + 0,20 m) x 0,18 m

0,11 m² = 0,18 m.B + 0,04 m²

(0,11 m2 –0,04 m²) = 0,18 mB

B = 0,41 m

Daerah jagaan air/ kelilingbasah (w)

w = B – b + d w = 0,41 m – 0,20 m + 0,18 m w = 38 m

Kedalaman saluran (H) H = d + w

H = 0,18 m + 0,38 m H = 0,56 m

Panjang sisi saluran (a)

a = d+ w/sin 60°

= 0,18 m + 0,38/0.866 = 0,62 m

Tabel 3 Dimensi drainage curah hujan lebat

Keterangan Debit d b A B w H a

drainage I 0,32218 0,34 0,39 0,20 0,78 0,73 1,07 1,19

drainage II 0,37272 0,36 0,41 0,22 0,83 0,77 1,13 1,25

drainage III 0,15165 0,26 0,29 0,11 0,59 0,55 0,81 0,89

drainage IV 0,36033 0,35 0,41 0,22 0,82 0,76 1,12 1,24

drainage V 0,11596 0,23 0,27 0,09 0,54 0,50 0,73 0,81

Sumber: Data primer (diolah), 2018

Keterangan:

d = Tinggi air w = Keliling basah b = Lebar dasar saluran H = Kedalaman saluran

A = Luas saluran A = Panjang sisi saluran

B = Lebar permukaan saluran

Gambar 1. Dimensi drainage dengan intensitas curah hujan lebat

Sump dan Pompa

Volume sump yang ada sekarang pada lokasi

Pit Ampelu berdasarkan pengukuran dari panjang 10,5 m, lebar 3 m dan tinggi air 0,5 m adalah

sebesar 15,75 m3. Pada lokasi tambang Pit Ampelu

curah hujan debit air yang masuk dari debit limpasan permukaan untuk periode ulang hujan 5

tahun dalah sebesar 0,05336 m3/detik. Dari debit air

yang masuk secara keseluruhan maka debit air

yang harus dipompakan untuk periode ulang hujan 5 tahun adalah sebesar 15,80336 m3/detik.

Pompa yang akan di rencanakan pada

sumuran ini adalah 1 unit pompa LCC-H 50-230

dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini mempunyai Head Total sebesar 90 m dan putaran

impeller 3710 rpm. Air dari sumuran ini

selanjutnya akan dialirkan ke atas menggunakan

pipa berdiameter 0,15 m dengan panjang bentangan 90 m, pipa yang digunakan adalah HDPE, air yang

dipompakan keluar dari pit akan dialirkan ke

drainage dan kemudian akan dilanjutkn ke settlingpond. Pompa digunakan pada saat pit

penambangan tergenang air akibat air hujan.

Settlingpond

Data yang diperoleh sebagai berikut:

% solid = 2,5% % air = 97,5%

Page 15: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

12

Berat padatan per m3

= % solid x Q x 2.500 kg/m3

= 0,025 x 15,80336 m3/detik x 2.500 kg/m3

= 987,710 kg/detik

Berat air per m3

= % air x Q x 1.000 kg/m3 = 0.975 x 15,80336 m3/detik x 1.000 kg/m3

= 15.408,28 kg/detik

Voleme padatan per detik

= berat solid/ρp

= 987,710 kg/detik

2.500 kg/m3

= 0,39508 m3/detik

Volume air per detik = Berat air/1000 kg/m3

= 15.408,28 kg/detik

1.000 kg/m3

= 15,408,28 m3/detik

Total volume per detik

= (0,39508 + 15,40828) m3/detik = 15,80336 m3/detik

Luas kolam pengendapan

= Volume total

Kecepatan pengendapan

= 15,80336 m3/detik

0,05322 m/detik

= 29,71 m2

Dimensi Kolam Pengendapan

Kedalaman kolam (H) = 2 m

Lebar (l) = 4 m Panjang (p) = 29,71/3

= 10 m.

Kolam pengendapan memiliki 3 buah kompartemen yang masing-masing kompartemen

memiliki panjang 10 m, lebar 4 m dan kedalaman 2

m. Maka volume kolam pengendapan bisa dihitung

sebagai berikut :

Volume kolam pengendapan

= 3 x (p x l x H)

= 3 x (10 m x 4 m x 2 m) = 240,439 m³

(a)

(b)

Gambar 3. Desain kolam pengendapan tampak atas (a) dan tampak Isometrik (b)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengolahan data dan analisis dari lokasi PT. Nan

Riang maka dapat diambil simpulan sebagai

berikut : 1. Intesitas curah hujan pada PT. Nan Riang

5,046mm/jam pada hujan ini dikategorikan

hujan normal, untuk mengantisipasi

kemungkinan terburuk agar daerah tangkpan hujan tidak tergenang air maka intensitas curah

hujan 22,98 mm/jam.

2. Dimensi drainage sesuai perhitungan data curah hujan dengan debit limpasan 0,32218 m3/detik,

tinggi air 0,34 m, lebar dasar daluran 0,39 m

luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran

0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman

saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m. untuk dimensi settling pond dengan debit

15,80336 m3/detik yang masuk maka panjang

10 m, lebar settling pond 4 m, dan kedalaman settling pond 2 m.

DAFTAR PUSTAKA

Boro Paulus. 2011. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit Tlf Tambang Tengah PT.

Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Tugas Akhir. Jurusan Teknik. Fakultas Matematika

Page 16: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

13

dan Ilmu Pengetahuam Alam. Universitas

Negeri Papua. Manokwari

Dinata Umaga Edden, dkk. tt. Perencanaan Kolam

Pengendapan Sebagai Pit Water Management

(Studi Kasus Perencanaan Asparaga Pond) Pit Pinang South, PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta,

Kalimantan Timur.

Putra Lingga Oka, dkk. tt. Kajian Teknis Sistem Penirisan Tambang Banko Barat Guna

Menanggulangi Dan Mengoptimalisasi Sistem

Pemompaan Air Tambang Di Pit Iii Barat PT.

Bukit Asam (PERSERO) Tbk Tanjung Enim.

Sugiyono.2010. Metodologi Penelitian. Bandung

Alfabeta 2003.

Suwandhi Awang, 2004. Perencanaan Sistem

Penyaliran. Unisba, Bandung

Syaiful.2012.SistemPenyaliranTambang.http://syaiful049.blogspot.co.id/2012/09/sistem-

penyaliran-tambang. html (diakses l 20 juni

2016)

Triatmodjo Bambang. 2016. Hidrologi Terapan.

Fakultas Teknik Sipil, Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta Beta Offset.

Page 17: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

14

ESTIMASI SUMBER DAYA ANDESIT MENGGUNAKAN

METODE CROSS SECTION PT. AKAM DI KABUPATEN

SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

Aldi Fariz Valderama¹), Ricardo O.M Hutapea²)

1) 2) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 1) 2) Jl. Gunung Salju Amban Manokwari

Email: 1)[email protected], ²)[email protected]

Abstract

One of technical requirements in renewing mining operation permits, according to ‘Peraturan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 34 Tahun 2017’, is the balance sheet of resources and reserves.

Before the expiration of the production permit of PT. AKAM, it was then needed to calculate the andesite

resource in the operation area of PT. AKAM in Sorong, Papua Barat. The Cross Section method is considered to be the best way to estimate the andesite resource because this method can be utilised to find

out the layout of the overburden and mineral. The results highlighted that andesite resource in the operation

area of PT. AKAM was approximately 405.780.313 m³, with a cover layer of 498,937 m³. The productivity age of PT. AKAM is predicted to be 49,64 years, with the annual production of 8.112 m³.

Keyword: Resources, Andesite, Estimation, PT AKAM, Sorong

Abstrak

Salah satu syarat teknis dalam perpanjangan izin usaha penambangan menurut Peraturan Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral nomor 34 tahun 2017 adalah diperlukan neraca sumber daya dan cadangan. Sebelum berakhirnya masa izin operasi produksi PT. AKAM, maka diperlukan perhitungan sumber daya

batu andesit yang berada pada PT. AKAM di Sorong Papua Barat. Salah satu cara untuk menghitung

sumber daya batu andesit dengan metode cross section dengan pertimbangan metode ini lebih cocok digunakan untuk bahan galian batuan, metode ini juga dapat mengetahui tata letak lapisan penutup dan

bahan galian lebih baik dibandingkan metode yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil

perhitungan dengan menggunakan metode Cross section didapatkan hasil sebesar 405.780,313 m³ dengan lapisan penutup sebesar 498,937 m³. Umur tambang pada PT. AKAM diprediksi selama 49,64 tahun dan produksi pertahun sebesar 8.112 m³.

Kata kunci : Sumberdaya, Andesit, Estimasi, PT. AKAM. Sorong

Page 18: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

15

PENDAHULUAN

Endapan mineral (bahan tambang)

merupakan salah satu kekayaan alam yang berpengaruh dalam perekonomian nasional. Usaha

yang dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan

kualitas endapan mineral selalu diusahakan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Penafsiran

sumber daya umumnya digunakan metode Cross section.

Dalam tahapan explorasi yang salah satu

yang dilakukan adalah tahap penafsiran

sumberdaya, penafsiran ini dapat digunakan untuk mendapatkan sumber daya dan umur tambang

perusahaan. Program yang dapat digunakan untuk

mempermudah proses perhitungan sumber daya ataupun cadangan adalah AutoCAD.

PT. AKAM merupakan salah satu perusahaan yang melakukan penambangan dengan

bahan galian Andesit, andesit adalah bahan galian

yang menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun

2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, andesit tergolong dalam pertambangan batuan.

Andesit merupakan bahan galian yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pembangunan.

Sehubungan dengan akan berakhirnya masa

izin operasi produksi PT. AKAM menurut Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral

nomor 34 tahun 2017 Tentang Perizinan Di Bidang

Pertambangan Mineral dan Batubara diperlukan

neraca sumber daya dan cadangan sebagai salah satu syarat teknis dalam perpanjangan Izin Usaha

Penambangan, maka diperlukan perhitungan

sumber daya batu andesit yang berada pada PT. AKAM untuk memenuhi persyaratan tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN Pengambilan data dilakukan langsung

dilapangan dengan menggunakan theodolit,

theodolit digunakan untuk penentuan titik dimana

keterdapatan lapisan tanah penutup, setelah itu dilakukan pengukuran tingkat ketebalan pada titik plot tersebut.

Setelah dilakukan ploting data ini diolah

menggunakan AutoCAD 2007 untuk diketahui

luasan sayatan pada daerah yang memiliki keterdapatan endapan mineral. Jika luas daerah

telah didapati dapat dilanjutkan untuk melakukan

perhitungan volume endapan mineral tersebut. Hal

ini juga dilakukan pada lapisan tanah penutup agar diketahui volume lapisan tanah penutup tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Volume Sumber Daya Metode

Cross Section (Penampang) Metode Cross Section adalah metode

perhitungan sumber daya yang dilakukan dengan

membagi area penambangan menjadi beberapa blok dengan jarak yang sama atau berbeda berdasarkan kondisi batuan yang akan diestimasi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam

proses estimasi sumber daya dengan metode Cross

Section:

a. Membuat sayatan pada peta topografi di daerah penelitian dengan jarak 9,673 meter dan 8,295

meter sesuai dengan keadaan geologi yang

dapat mewakili daerah sekitarnya. Terdapat 14 blok dan 15 sayatan pada daerah yang akan

dilakukan perhitungan cadangan.

b. Dilakukan proses penggambaran pada masing-masing sayatan.

c. Menghitung luasan area dari masing-masing

penampang yang luasnya dapat diketahui

dengan software AutoCAD dan Quicksurf. d. Menaksir volume endapan andesit secara

keseluruhan dengan menggunakan pendekatan rumus mean area.

Hasil dari perhitungan sumber daya andesit

menggunakan metode Cross Section didapatkan hasil sebesar 405.780,313 m³.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Sumber Daya Andesit

PT. AKAM Menggunakan Metode Cross Section

No

Luas

Sayatan 1

Luas

Sayatan 2 Luas total Jarak Volume

(m²) (m²) (m²) (m) (m³)

1-2 554,755 781,611 668,183

9,673

6.463,132

2-3 781,611 836,775 809,193 7.827,082

3-4 836,775 785,270 811,023 7.844,779

4-5 785,270 821,242 803,256 7.769,653

5-6 961,537 1.546,112 1.253,825

8,295

10.400,727

6-7 1.546,112 2.778,661 2.162,386 17.937,428

7-8 2.778,661 4.359,507 3.569,084 29.606,265

8-9 4.359,507 5.441,880 4.900,694 40.652,236

9-10 5.441,880 6.115,540 5.778,710 47.935,555

10-11 6.115,540 6.135,611 6.125,575 50.812,871

11-12 6.135,611 5.936,695 6.036,153 50.071,095

12-13 5.936,695 5.495,071 5.715,883 47.414,393

13-14 5.495,071 4.954,527 5.224,799 43.340,753

14-15 4.954,527 4.136,114 4.545,321 37.704,343

VOLUME TOTAL 405.780,31

Sumber: Data primer (diolah), 2018

Page 19: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

16

Perhitungan Volume Lapisan Tanah Penutup

Pada perhitungan volume lapisan tanah

penutup metode yang akan digunakan adalah metode Cross Section, metode ini digunakan

karena lapisan penutup di daerah penambangan

hanya ada pada sebagian tempat dan tidak menyeluruh. Hal ini tidak memungkinkan untuk

dilakukan perhitungan volume lapisan tanah

penutup dengan menggunakan metode Isoline. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

proses estimasi lapisan penutup dengan metode

Cross Section:

a. Membuat sayatan pada peta topografi di daerah penelitian yang memiliki lapisan penutup

dengan jarak 8,295 meter sesuai dengan

keadaan geologi yang dapat mewakili daerah sekitarnya. Lapisan penutup berada pada

sayatan 6 sampai dengan sayatan 11, sehingga

terdapat 6 sayatan dan 5 blok yang terdapat lapisan penutup.

b. Dilakukan proses penggambaran pada masing-

masing sayatan.

c. Menghitung luasan area yang terdapat lapisan penutup yang luasnya dapat diketahui dengan

software AutoCAD dan Quicksurf.

d. Menaksir volume endapan andesit secara keseluruhan dengan menggunakan pendekatan rumus mean area.

Hasil dari perhitungan lapisan penutup

menggunakan metode Cross Section didapatkan hasil sebesar 498.937 m³.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Lapisan Penutup

PT. AKAM Menggunakan Metode Cross Section

No

Luas

Sayatan 1

Luas

Sayatan 2

Luas

Total Jarak Volume

(m²) (m²) (m²) (m) (m³)

6-7 15,070 8,857 11,963

8,295

99,238

7-8 8,857 13,483 11,170 92,659

8-9 13,483 12,416 12,950 10,420

9-10 12,416 13,510 12,963 10,530

10-11 13,510 8,693 11,102 92,090

Sumber: Data primer (diolah), 2018

Umur Tambang

Umur tambang adalah waktu yang

diperlukan untuk menambang habis bahan galian, umur tambang dihitung dari jumlah sumber daya

dibagi dengan target produksi pertahun. Target

produksi berdasarkan data perusahaan sebesar 8.112 m³ pertahun, maka:

Umur Tambang = Rata-rata Estimasi Produksi

Target Produksi Pertahun

= 405.780,31 m3

8.112 m3

= 50 Tahun

Peta Cross section

Peta Wilayah izin usaha penambangan PT.

AKAM secara astronomis terletak pada 131º 16’

30,5’’ BT - 131º 16’ 38,7’’ BT dan 0º 48’ 34,7’’ LS - 0º 48’ 36,9’’ LS. Kondisi topografi pada daerah

penelitian merupakan dataran perbukitan yang

memiliki elevasi terendah 1 mpdl dan elevasi tertinggi mencapai 80 mpdl. Elevasi terendah pada

daerah penelitian dapat mencapai 1 mpdl karena

lokasi penelitian yang berbatasan langsung dengan tepi pantai. Batas level bawah pada pembuatan peta

sayatan tidak menggunakan level 0 dikarenakan

pada daerah penelitian berada pada tepi pantai

sehingga tidak dapat dilakukan penambangan hingga level 0. Penggunaan level bawah 12 juga

dikarenakan pada ketinggian 12 meter batu andesit

telah tersingkap secara menyeluruh. Peta yang digunakan adalah peta topografi dengan skala

1:2.200 dengan luas daerah penelitan sebesar PT.

AKAM dengan luas sekitar 41.681,575 m².

Sumber Daya Andesit PT. AKAM Sumber daya andesit pada lokasi penelitian

dengan luasan dilakukan dengan dua metode, yaitu

metode Cross Section dan metode Isoline, hasil dari kedua metode ini didapatkan hasil yang berbeda,

pada metode Cross Section didapatkan hasil sebesar 405.780,313 m³.

Lapisan Tanah Penutup

Lapisan tanah penutup diukur

menggunakan pita ukur dan didapatkan hasil pada titik A dengan batuan tersingkap, pada titik

pengukuran B ketebalan lapisan tanah penutup

sebesar 7,9 m, pada titik pengukuran C didapatkan ketebalan lapisan penutup sebesar 4,4 m, dan pada

titik pengukuran D didapatkan lapisan tanah

penutup sebesar 3,8 m. Rata-rata lapisan penutup pada lokasi penambangan sebesar 4,025 m. Hasil

perhitungan lapisan tanah penutup digunakan

metode Cross Section dikarenakan posisi tanah

penutup yang berada pada daerah yang lebih landai dan tidak menyeluruh, sehingga tidak

memungkinkan untuk dilakukan perhitungan

lapisan penutup menggunakan metode Isoline. Hasil perhitungan lapisan tanah penutup dengan

metode Cross section didapatkan hasil sebesar

498,937 m³.

Page 20: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

17

Umur Penambangan PT. AKAM

Umur tambang merupakan jangka waktu

tertentu yang dihitung dari jumlah cadangan dibagi dengan produksi pertahun. Jumlah sumber daya

didapatkan dilakukan dengan menggunakan dua

metode, yaitu metode Cross section dan metode Isoline, hasil dari kedua metode ini didapatkan

hasil yang berbeda sehingga perlu dirata-ratakan

sebelum dibagi dengan produksi pertahun. Produksi pertahun PT. AKAM adalah 8.112 m³,

dan rata-rata estimasi adalah 402.755,753 m³

sehingga diprediksikan umur tambang PT. AKAM

49,64 tahun atau sekitar 50 tahun.

KESIMPULAN

Cross section merupakan salah satu metode

perhitungan sumber daya yang dapat digunakan untuk endapan mineral batuan. Pada endapan

mineral yang berada pada lokasi PT. AKAM

didapati endapan mineral sebesar 405.780,313 m³ dengan menggunakan metode Cross section.

Metode yang sama juga digunakan pada

perhitungan lapisan tanah penutup dengan hasil

sebesar 498,937 m³. Umur tambang PT. AKAM untuk dapat menambang habis seluruh sumber daya adalah 50 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rauf, 1998. Penaksiran Cadangan Endapan

Mineral, Jurusan Teknik Pertambangsn, Fakultas Teknologi Mineral, UPN

“VETERAN” Yogyakarta.

Anonymous. https://achmadinblog.wordpress.com/2010

/11/30/andesit/.html (19 April 2017).

Anonymous. http://www.hukumpertambangan.com/izin -

usaha-eksplorasi/ persyaratan- untuk-

memperoleh-izin-usaha-pertambangan-iup-

eksplorasi/ (19 April 2017).

Arno Edwin Gilang Pratama, dkk. 2010, Estimasi

Cadangan Batu Kapur Dengan Metode Cross Section Dibandingkan dDengan Metode

Kontur. Skripsi Teknik Pertambangan

Universitas Hassanudin, Makassar.

Badan Standarisasi Nasional. 1998, Klasifikasi

Sumberdaya Mineral Dan Cadangan, Jakarta.

Defri Dilfiana Putra. 2016, Estimasi Sumberdaya Pasir Batu Dengan Metode Cross Section dan

Metode ContourPada Kecamatan Bantar

Bolang Kabupeten Pemalang Jawa Tengah. Skripsi Teknik Pertambangan Universitas

Pembangunan Nasionan “VETERAN”,

Yogyakarta.

Erihartanti, dkk. 2015, Estimasi Sumberdaya

Batubara Berdasarkan Data Well Logging

Dengan Metode Cross Section di PT. Telen Orbit Prima Desa Buhut Kabupaten Kapuas

Kalimantan Tangah, Skripsi Program Studi

Fisika FMIPA Universitas Lambung

Mangkurat, Banjarmasin.

Herlina, S.T., M.T Wenny. 2011, Studi

Perhitungan Batukapur Pada Quarry Pusar PT.

Semen Baturaja (Persero) Dengan Metode Cross section Dan Software surpac 6.0.3,

Skripsi Jurusan Teknik Pertambangan

Universitas Sriwijaya, Palembang.

Kasmudi, Mudi. 2010, Pemanfaatan Cadangan,

Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia,

Jakarta.

Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral

Republik Indonesia, 2017. Perizinan di Bidang

Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

23, 2010. Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta.

Rismal Sido, 2015. Metode Perhitungan Cadangan

Emas, Http://miningenngineeringscience.blogspot.

co.id /2015/06 /metode-perhitungan-cadangan-

emas, (19 April 2017).

Throner, Richard H. 2001, Engineering Geology

Field Manual Second Edition Volume 2, U.S

Department of the Interior Bureau of

Reclamation, United State of America.

Shabrina, Reza. 2016, Fungsi Autocad di Bidang

Industri. http://dosenit.com/software/fungsi-

autocad, (19 April 2017)

Yuhendra, Dedi. 2013, Estimasi Sumber Daya

Batubara Dengan Menggunakan Geostatistik (Krigging), Skripsi Fakultas Teknik

Pertambanngan Universitas Negeri Padang,

Padang.

Page 21: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

18

Page 22: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

19

Page 23: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

20

POTENSI CADANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DI INDONESIA DAN DUNIA

Arif Setiawan

Email: [email protected]

Abstract

Mineral and coal resources and reserves in the world even in Indonesia need to be known, considering that

until now more and more industries need it, so that it can cause a reduction in raw material supply for the

industry. To find out the amount of resources and reserves, data or information is needed, so after knowing the relevant information, it is expected to know what strategies to do. The method used is the comparison

between Indonesian data and world data so that the percentage of ownership in Indonesia can be known.

The results showed that coal in Indonesia was estimated to range from 2% -3% of coal in the world. For metal minerals, Indonesia had 6.08% nickel, 6.82% cobalt, 14.05 lead, 9.63% zinc, 3.33% bauxite, 0.72 iron, 4.63 gold, 16.67% tin , 3.29% copper, 19.17 manganese, 0.44% chromium, 0.17 titanium.

Keywords: Reserves, Resources, Minerals, Coal

Abstrak

Sumberdaya maupun cadangan mineral dan batubara di Dunia bahkan di Indonesia perlu untuk diketahui, mengingat sampai saat ini semakin banyak industri-industri yang membutuhkannya, sehingga dapat

menyebabkan berkurangnya persediaan bahan baku bagi industry. Untuk mengetahui besaran sumberdaya

maupun cadangan tersebut diperlukan data atau informasi, sehingga setelah mengetahui informasi tersebut diharapkan strategi apa yang harus dilakukan. Metode yang digunakan perbandingan antara data Indonesia

dengan data dunia sehingga diketahui persentasi kepemilikan di Indonesia. Hasil yang diperoleh bahwa

batubara di Indonesia memiliki sumber daya yang diperkirakan berkisar 2%-3% dari batubara di Dunia.

Untuk mineral logam, Indonesia memiliki 6,08% nikel, 6,82% kobalt, 14,05 timbal, 9,63% seng, 3,33% bauksit, 0,72 besi, 4,63 emas, 16,67% timah, 3,29% tembaga, 19,17 mangan, 0,44% krom, 0,17 titanium.

Kata kunci: Cadangan, Sumberdaya, Mineral, Batubara

Page 24: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

21

PENDAHULUAN

Pentingnya mengetahui sumberdaya maupun

cadangan di Indonesia dan Dunia adalah untuk melihat seberapa besar potensi mineral dan

batubara yang nantinya dapat manfaatkan untuk

meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Mengingat isu-isu yang berkembang saat ini yang menyatakan bahwa sumberdaya maupun

cadangan mineral dan batubara yang ditambang

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

semakin menipis atau berkurang. Semakin menipisnya sumberdaya tersebut kemungkinan

mengakibatkan melemahnya pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dengan adanya isu tersebut diperlukan suatu

informasi berupa data-data terkini terkait jumlah sumberdaya maupun cadangan, sehingga dapat

dimanfaatkan untuk menyiapkan trategi-trategi

jangka pendek maupun jangka panjang dalam

rangka mengatasi melemahnya pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan menipisnya cadangan

yang disebabkan oleh kegiatan tambang atau

kecenderungan/kekerapan dalam menggunakan produk pertambangan.

Dengan ini pemerintah dapat menerapkan trategi dengan cara subtitusi maupun mendaur

ulang berbagai produk industri yang menggunakan

produk pertambangan baik energi maupun mineral

sehingga tercipta ketahanan energi dan mineral tetap terjaga dan terciptan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Sumber Daya dan Cadangan Mineral

Sumberdaya mineral (mineral resource) adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari

material yang memiliki nilai ekonomi pada atau di

atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan

kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat diekstraksi

secara ekonomis. (Badan Standardisasi Nasional, 2011)

Masih dalam sumber yang sama cadangan

mineral (mineral reserve) adalah cebakan bahan galian yang telah diketahui ukuran, bentuk,

sebaran, kualitas dan kuantitasnya dan secara

ekonomi, teknik, hukum, lingkungan dan sosial

dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. (Badan Standardisasi Nasional, 2011).

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral

Ada beberapa definisi terkait sumberdaya mineral menurut Badan Standardisasi Nasional yaitu:

1. Sumberdaya mineral tereka (inferred mineral

resource) adalah sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan mineral dapat

diestimasi dengan tingkat keyakinan geologi

(geological assurance) rendah. 2. Sumberdaya mineral tertunjuk (indicated

mineral resource) sumberdaya mineral yang

tonase, densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar

dan kandungannya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan geologi (geological

assurance) medium.

3. Sumberdaya mineral terukur (measured mineral resource) sumberdaya mineral yang tonase,

densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar dan

kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan geologi (geological

assurance) tinggi.

4. Cadangan bijih terkira (probable ore reserve)

adalah bagian sumberdaya mineral tertunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam

beberapa kondisi, juga merupakan bagian dari

sumberdaya mineral terukur. 5. cadangan bijih terbukti (proved ore reserve)

adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur yang ekonomis untuk ditambang

Definisi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Sumberdaya batubara (coal resources)

adalah bagian dari endapan batubara dalam bentuk dan kuantitas tertentu serta mempunyai prospek

beralasan yang memungkinkan untuk ditambang

secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas karakteristik geologi dan kemenerusan dari lapisan

batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau

diinterpretasikan dari bukti geologi tertentu. Sumberdaya batubara dibagi sesuai dengan tingkat

kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka,

tertunjuk, dan terukur (Badan Standardisasi Nasional, 2011)

Masih dalam sumber yang sama, cadangan

batubara (coal reserves) adalah bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang

dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi

cadangan batubara harus memasukkan perhitungan dilution dan losses yang muncul pada saat batubara

ditambang. Penentuan cadangan secara tepat telah

dilaksanakan yang mungkin termasuk studi

kelayakan. Penentuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua

Page 25: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

22

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

Batubara

Ada beberapa definisi terkait sumberdaya Batubara menurut Badan Standardisasi Nasional

yaitu:

1. Sumberdaya batubara tereka (inferred coal

resource) adalah bagian dari total estimasi

sumberdaya batubara yang kualitas dan

kuantitasnya hanya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik

Informasi yang mungkin didukung oleh data

pendukung tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau

kualitasnya. Estimasi dari kategori kepercayaan

ini dapat berubah secara berarti dengan

eksplorasi lanjut. 2. Sumberdaya batubara tertunjuk (indicated coal

resource) adalah bagian dari total sumberdaya

batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang

masuk akal, didasarkan pada informasi yang

didapatkan dari titik-titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data pendukung. Titik

Informasi yang ada cukup untuk

menginterpretasikan kemenerusan lapisan

batubara, tetapi tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara

dan/atau kualitasnya.

3. Sumberdaya batubara terukur (measured coal resoured) adalah bagian dari total sumberdaya

batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat

diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi yang didapat dari

titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan

data-data pendukung. Titik-titik pengamatan

jaraknya cukup berdekatan untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau

kualitasnya.

4. Cadangan batubara terkira (probable coal reserve) adalah bagian dari sumberdaya

batubara tertunjuk yang dapat ditambang secara

ekonomis setelah faktor–faktor penyesuai

terkait diterapkan, dapat juga sebagai bagian dari sumberdaya batubara terukur yang dapat

ditambang secara ekonomis, tetapi ada

ketidakpastian pada salah satu atau semua faktor penyesuai yang terkait diterapkan.

5. Cadangan batubara terbukti (proved coal

reserve) adalah bagian yang dapat ditambang

secara ekonomis dari sumberdaya batubara

terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait diterapkan.

METODE

Data yang digunakan untuk penelitian ini

diperoleh dari beberapa sumber yaitu:

1. United State Geology Surveyor (USGS)

2. Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber daya Mineral

3. BP Global.

4. Bundesanstalt Fϋr Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR)

Data tersebut akan dirangkum dalam bentuk tabel guna analisa yang akan dilakukan.

Pengelompokan ini berdasarkan Peraturan Menteri

Energi Sumber Daya Mineral dan Batubara

(PerMen ESDM) Nomor 7 tahun 2017 tentang tata cara penetapan harga patokan penjualan mineral

logam dan batubara pasal 5 point ke 2 yaitu Nikel,

Kobalt, Timbal, Seng, Bauksit, Besi, Emas, Perak, Timah, Tembaga, Mangan, Krom, Titanium dan

mineral logam tertentu lainnya. Untuk

membandingkan cadangan mineral dan batubara Indonesia dengan cadangan dunia maka rumus

yang digunakan adalah:

% Z = a

b ×100% (1)

Dengan, Z adalah persen perbandingan, a adalah total cadangan Indonesia, b adalah total cadangan dunia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah data yang berhasil

dikumpulkan, dan tercatat bahwa data mineral

logam executive summary pemutakhiran data

dan neraca sumber daya mineral tahun 2016 dan Mineral Commodity Summaries 2018.

Untuk batubara, data yang berhasil

dikumpulkan adalah data yang berasal dari

executive summary pemutakhiran data dan

neraca sumber daya energi tahun 2016 dan BP

Statistic Review of World Energy tahun 2018

serta BGR Energy Study (Data and

Development Concerning German and Global

Energy Supplies).

Tabel 1. Rekapitulasi neraca Sumber Daya Batubara di Indonesia

No. Pulau Provinsi Sumberdaya (Juta Ton)

Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total

1 Jawa

Banten 5,47 38,98 28,45 25,10 98,00

2 Jawa Tengah 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82

Page 26: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

23

Tabel 1. Rekapitulasi neraca Sumber Daya Batubara di Indonesia (lanjutan)

No. Pulau Provinsi Sumberdaya (Juta Ton)

Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total

3 Jawa Timur 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08

4 Sumatera Aceh 0,00 423,65 163,69 662,93 1.250,27

5 Sumatera Utara 0,00 7,00 1,84 25,75 34,59

6 Riau 3,86 209,85 587,82 689,28 1490,81

7 Sumatera Barat 19,90 304,25 278,78 347,38 950,30

8 Jambi 129,16 1.216,54 896,04 1.038,02 3.279,77

9 Bengkulu 0,00 117,33 171,74 126,48 415,54

10 Sumatera Selatan 3.290,98 10.859,38 14.826,24 12.020,27 40.996,88

11 Lampung 0,00 122,95 8,21 4,47 135,63

12

Kalimantan

Kalimantan Barat 2,26 477,69 6,85 4,70 491,50

13 Kalimantan Tengah 22,54 11.299,92 3.805,64 2.849,22 17.977,32

14 Kalimantan Selatan 0,00 4.739,10 4.402,79 5.893,65 15.035,53

15 Kalimantan Timur 909,95 13.680,45 13.049,18 15.401,10 43.040,68

16 Kalimantan Utara 25,79 795,83 595,37 1.041,20 2.458,19

17

Sulawesi

Sulawesi Barat 8,13 15,13 0,78 0,16 24,20

18 Sulawesi Selatan 5,16 48,81 128,90 53,09 235,96

19 Sulawesi Tengah 0,52 1,98 0,00 0,00 2,50

20 Maluku Maluku Utara 8,22 0,00 0,00 0,00 8,22

21 Papua

Papua Barat 93,66 32,82 0,00 0,00 126,48

22 Papua 7,20 2,16 0,00 0,00 9,36

TOTAL INDONESIA 4.532,79 44.394,72 38.952,31 40.182,81 128.062,64

Sumber: (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

Tabel 2. Rekapitulasi neraca Cadangan Batubara di Indonesia

No. Pulau Provinsi Cadangan (Juta Ton)

Terkira Terbukti Total

1

Jawa

Banten 0,00 0,00 0,00

2 Jawa Tengah 0,00 0,00 0,00

3 Jawa Timur 0,00 0,00 0,00

4

Sumatera

Aceh 95,30 321,38 416,68

5 Sumatera Utara 0,00 0,00 0,00

6 Riau 85,57 523,32 608,88

7 Sumatera Barat 1,67 196,17 197,84

8 Jambi 314,09 351,62 665,71

9 Bengkulu 16,20 62,92 79,12

10 Sumatera Selatan 5.557,53 5.509,45 11.066,98

11 Lampung 11,74 0,00 11,74

12

Kalimantan

Kalimantan Barat 0,00 0,00 0,00

13 Kalimantan Tengah 910,76 1.090,57 2.001,33

14 Kalimantan Selatan 1.308,49 3.961,76 5.270,25

15 Kalimantan Timur 2.760,01 4.434,93 7.194,94

16 Kalimantan Utara 423,34 520,36 943,70

17

Sulawesi

Sulawesi Barat 0,00 0,00 0,00

18 Sulawesi Selatan 0,06 0,06 0,12

19 Sulawesi Tengah 0,00 0,00 0,00

20 Maluku Maluku Utara 0,00 0,00 0,00

21 Papua

Papua Barat 0,00 0,00 0,00

22 Papua 0,00 0,00 0,00

TOTAL INDONESIA 11.484,76 16.972,53 28.457,29

Sumber: (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

Page 27: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

24

Tabel 3. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (Hard Coal) di Dunia tahun 2016

Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)

Belgium – – 4,100 4,100

Bulgaria – 192 3,920 4,112

Czech Republic 6.1 1,099 15,410 16,509

France – – 160 160

Germany 4.1 8 82,963 82,971

Hungary – 276 5,075 5,351

Ireland – 14 26 40

Italy 0.1 10 600 610

Montenegro – 142 195 337

Netherlands – 497 2,750 3,247

Norway 0.8 1 90 91

Poland 70.6 19,808 160,946 180,754

Portugal – 3 n.s 3

Romania – 11 2,435 2,446

Serbia 0.1 402 453 855

Slovakia – – 19 19

Slovenia – 56 39 95

Spain 1.8 868 3,363 4,231

Sweden – 1 4 5

Turkey 1.3 378 803 1,181

United Kingdom 4.2 70 186,700 186,770

Armenia – 163 154 317

Georgia 0.4 201 700 901

Kazakhstan 92.6 25,605 123,090 148,695

Kyrgystan 0.2 971 27,528 28,499

Russia 312.0 69,634 2,658,281 2,727,915

Tajikistan 1.3 375 3,700 4,075

Turkmenistan – – 800 800

Ukraine 40.9 32,039 49,006 81,045

Uzbekistan – 1,375 9,477 10,852

Algeria – 59 164 223

Botswana 1.9 40 21,200 21,240

Congo – 88 900 988

Egypt 0.7 16 166 182

Madagaskar – – 150 150

Malawi 0.1 2 800 802

Morocco – 14 82 96

Mozambique 6.8 1,792 21,844 23,636

Namibia – – 350 350

Niger 0.2 – 90 90

Nigeria 1.0 287 1,857 2,144

South Africa 254.0 9,893 203,667 213,560

Swaziland 0.1 144 4,500 4,644

Tanzania 0.3 269 1,141 1,410

Uganda – – 800 800

Zambia – 45 900 945

Zimbabwe 2.7 502 25,000 25,502

Iran 1.5 1,203 40,000 41,203

Afghanistan 1.7 66 n.s 66

Australia 443.9 68,310 1,542,829 1,611,139

Bangladesh 1.0 293 2,967 3,260

Bhutan 0.1 n.s n.s n.s

China 3,102.5 128,112 5,331,336 5,459,448

India 662.6 92,786 171,091 263,877

Indonesia 396.2 15,068 93,358 108,426

Japan – 340 13,543 13,883

Korea, DPR 34.0 600 10,000 10,600

Page 28: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

25

Tabel 3. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (Hard Coal) di Dunia tahun 2016 (lanjutan)

Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)

Korea, Rep 1.7 326 1,360 1,686

Laos 0.1 4 58 62

Malaysia 1.3 141 1,068 1,209

Mongolia 28.1 1,170 39,854 41,024

Myanmar 0.5 3 248 252

Nepal < 0.05 1 7 8

New Caledonia – 2 n.s 2

New Zealand 2.7 825 2,350 3,175

Pakistan 2.8 207 5,789 5,996

Philippines 12.1 215 1,074 1,289

Taiwan – 1 101 102

Vietnam 38.5 3,116 3,519 6,635

Canada 52.0 4,346 183,260 187,606

Greenland – 183 200 383

Mexico 11.6 1,160 3,000 4,160

USA 594.4 220,800 6,458,296 6,679,096

Argentina 0.1 500 300 800

Bolivia – 1 n.s 1

Brazil 3.5 1,547 4,665 6,212

Chile 2.5 1,181 4,135 5,316

Colombia 90.5 4,881 9,928 14,809

Costarica – – 17 17

Peru 0.3 102 1,465 1,567

Venezuela 0.3 731 5,981 6,712

World 6,290.7 715,569 17,708,199 18,423,768

Catatan: Sumber: (Harald Andruleit, 2017)

n.s : Not Specified

- : No production, reserves or resources

Mt : Megaton

Tabel 4. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (lignite) di Dunia tahun 2016

Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)

Albania – 522 205 727

Austria – – 333 333

Bosnia & Herzegovina 7.3 2,264 3,010 5,274

Bulgaria 31.2 2,174 2,400 4,574

Croatia – n.s 300 300

Czech Republic 38.6 2,541 7,136 9,677

France – n.s 114 114

Germany 171.5 36,100 36,500 72,600

Greece 32.3 2,876 3,554 6,430

Hungary 9.2 2,633 2,704 5,337

Italy – 7 22 29

Kosovo 8.8 1,564 9,262 10,826

Macedonia 5.1 332 300 632

Montenegro 1.4 n.s n.s n.s

Poland 60.2 6,003 222,393 228,396

Portugal – 33 33 66

Romania 23 280 9,640 9,920

Serbia 38 7,112 13,074 20,186

Sovakia 1.9 135 938 1,073

Slovenia 3.3 315 341 656

Spain – 319 n.s 319

Turkey 56.9 10,975 3,405 14,381

United Kingdom – – 1,000 1,000

Belarus – – 1,500 1,500

Kazakhstan 5.3 n.s n.s n.s

Kyrgyzstan 2.3 n.s n.s n.s

Russia 73.7 90,730 1,288,894 1,379,623

Tajikistan 0.1 n.s n.s n.s

Page 29: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

26

Tabel 4. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (lignite) di Dunia tahun 2016 (lanjutan)

Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)

Ukraine 0.2 2,336 5,381 7,717

Uzbekistan 3.5 n.s n.s n.s

Central African Rep. – 3 n.s 3

Madagaskar – – 37 37

Mali – – 3 3

Morocco – – 40 40

Niger – 6 n.s 6

Nigeria – 57 320 377

Sierra Leone – – 2 2

Australia 59.7 76,508 403,382 479,890

Bangladesh – – 3 3

China 140 7,801 324,654 332,455

India 45.3 4,942 38,157 43,099

Indonesia 60 7,530 34,705 42,235

Japan – 10 1,026 1,036

Korea, DPR 7.0 n.s n.s n.s

Laos < 0.05 499 22 521

Malaysia – 39 412 451

Mongolia 7.0 1,350 119,426 120,776

Myanmar < 0.05 3 2 5

New Zealand 0.3 6,750 4,600 11,350

Pakistan 1.2 2,857 176,739 179,596

Philippines – 146 842 988

Thailand 17.0 1,063 826 1,889

Vietnam – 244 199,876 200,120

Canada 9.0 2,236 118,270 120,506

Mexico – 51 n.s 51

USA 66.2 30,116 1,367,962 1,398,078

Argentina – – 7,300 7,300

Brazil 3.5 5,049 12,587 17,636

Chile – n.s 7 7

Dominican Rep. – – 84 84

Ecuador – 24 Q. V. 24

Haiti – – 40 40

Peru – – 100 100

World 990.2 316,534 4,423,861 4,740,395

Catatan: Sumber: (Harald Andruleit, 2017)

n.s : not specified

- : no production, reserves or resources

Mt : Megaton

Tabel 5. Total cadangan batubara terbukti di akhir tahun 2017

Anthracite and bituminous

(Million tonnes)

Subbituminous and lignite Total

(Million tonnes)

Total

(Million tonnes)

US 220.800 30.116 250.916

Canada 4.346 2.236 6.582

Mexico 1.160 51 1.211

Total North America 226.306 32.403 258.709

Brazil 1.547 5.049 6.596

Colombia 4.881 0 4.881

Venezuela 731 0 731

Other S. & Cent. America 1.784 24 1.808

Total S. & Cent. America 8.943 5.073 14.016

Bulgaria 192 2.174 2.366

Czech Republic 1.099 2.541 3.640

Germany 8 36.100 36.108

Greece 0 2.876 2.876

Hungary 276 2.633 2.909

Poland 19.808 6.003 25.811

Page 30: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

27

Tabel 5. Total cadangan batubara terbukti di akhir tahun 2017 (lanjutan)

Anthracite and bituminous

(Million tonnes)

Subbituminous and lignite Total

(Million tonnes)

Total

(Million tonnes)

Romania 11 280 291

Serbia 402 7.112 7.514

Spain 868 319 1.187

Turkey 378 10.975 11.353

United Kingdom 70 0 70

Other Europe 1.108 5.172 6.280

Total Europe 24.220 76.185 100.405

Kazakhstan 25.605 0 25.605

Russian Federation 69.634 90.730 160.364

Ukraine 32.039 2.336 34.375

Uzbekistan 1.375 0 1.375

Other CIS 1.509 0 1.509

Total CIS 130.162 93.066 223.228

South Africa 9.893 0 9.893

Zimbabwe 502 0 502

Other Africa 2.756 66 2.822

Middle East 1.203 0 1.203

Total Middle East & Africa 14.354 66 14.420

Australia 68.310 76.508 144.818

China 130.851 7.968 138.819

India 92.786 4.942 97.728

Indonesia 15.068 7.530 22.598

Japan 340 10 350

Mongolia 1.170 1.350 2.520

New Zealand 825 6.750 7.575

Pakistan 207 2.857 3.064

South Korea 326 0 326

Thailand 0 1.063 1.063

Vietnam 3.116 244 3.360

Other Asia Pacifc 1.326 687 2.013

Total Asia Pacifc 314.325 109.909 424.234

Total World 718.310 316.702 1.035.012

Sumber: (BP Global, 2018)

Tabel 6. Perbandingan jumlah cadangan batubara Indonesia dan Dunia berdasarkan sumber acuan

No Cadangan (Million Ton)

Perbandingan

(%) Keterangan Sumber Acuan

Indonesia Dunia

1 22.598 ¹ 1.035.012 ¹ 2,18 Data BP Statistik Review for World Energy akhir tahun 2017

2 22,598 ² 1.032.103 ² 2,19 Data BGR Energy Study tahun 2016

3 28.457 ³ 1.035.012 ¹ 2,75 Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BP Statistik Review of World Energy akhir tahun 2017

4 28.457 ³ 1.032.103 ² 2,76 Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BGR Energy Study akhir tahun 2016

Sumber :

1. (BP Global, 2018)

2. (Harald Andruleit, 2017)

3. (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

Page 31: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

28

Tabel 7. Perbandingan jumlah sumberdaya batubara Indonesia dan Dunia berdasarkan sumber acuan

No Sumber Daya (Million Ton) Perbandingan

(%) Keterangan Sumber Acuan

Indonesia Dunia

1 150.661,00 ² 23.164.163 ² 0,65 Data BGR Energy Study tahun 2016

2 128.062,64 ³ 23.164.163 ² 0,55 Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BGR Energy Study akhir tahun 2016

Sumber :

2. (Harald Andruleit, 2017)

3. (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

Tabel 8. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral Logam di Indonesia

No. Komoditi/Commodities Total of Resource (TON) Total of Reserve (TON)

Ore Metal Ore Metal

1 Air Raksa/Mercury 32.254.881,50 75,91 - -

2 Bauksit/Bauxite 3.787.345.741,68 1.809.410.243,37 1.282.487.720,00 582.614.128,30

3 Besi Laterit/Laterite Iron 2.806.035.194,30 1.115.789.859,07 580.731.048,00 156.203.103,42

4 Besi Primer/Primary Iron 2.079.301.949,82 421.033.703,09 898.310.015,00 188.755.768,93

5 Besi Sedimen 18.643.723,37 11.747.136,10 - -

6 Emas Alluvial/Placer Gold 1.607.003.277,52 140,82 16.749.186,00 12,33

7 Emas Primer/Primary Gold 9.864.680.878,60 6.484,03 2.907.852.417,23 2.566,10

8 Kobal/Cobalt 1.706.927.000,00 4.259.290,54 498.316.020,00 484.461,33

9 Kromit Plaser/Placer Chromite 8.038.694,00 2.442.554,30 2.255.765,00 -

10 Kromit Primer/Chromite 1.642.925,00 756.391,90 - -

11 Mangan/Manganese 61.631.819,77 28.295.895,96 87.236.536,02 43.134.791,28

12 Molibdenum/Molydenum 3.160.724.332,59 481.037,33 - -

13 Monasit/Monazite 7.014.687.516,40 191.914,51 - 2.715,00

14 Nikel/Nickel 6.233.653.141,00 83.500.749,39 3.155.674.130,59 48.564.691,40

15 Pasir Besi/Iron Sand 4.185.267.549,52 742.424.198,77 897.011.240,00 368.064.736,86

16 Perak/Silver 5.675.289.708,00 839.261,07 2.830.727.095,23 1.692.643,40

17 Platina/Platinum 115.000.000,00 13.031,02 - -

18 Seng/Zinc 670.658.336,00 7.480.224,26 19.864.090,90 2.274.982,50

19 Tembaga/Copper 14.143.399.884,44 108.959.357,81 3.076.253.376,80 27.914.980,23

20 Timah/Tin 4.717.671.983,07 2.974.582,65 1.861.288.695,80 905.994,52

21 Timbal/Lead 448.409.877,67 11.095.189,99 11.583.338,65 777.789,09

22 Titan Laterit/Lateritic Titanium 741.298.559,00 2.985.335,15 - -

23 Titan Plaser/Placer Titanium 71.449.130,10 7.205.671,97 1.480.000,00 118.306,00

24 Xenotim/Xenotime 6.466.257.914,00 20.734,22 - -

Sumber: (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

Data cadangan di dunia ini mencangkup beberapa mineral yang tersebar dibeberapa negara. Mineral-

mineral yang dijadikan sebagai acuan dalam

membandingkan cadangan yang dimiliki Indonesia

dan Dunia adalah PerMen ESDM nomor 7 tahun 2017 (pada tabel 4). Ada beberapa mineral yang

tidak memiliki data sehingga dikosongkan.

Tabel 9. Perbandingan jumlah cadangan Indonesia tahun 2016 dan Dunia tahun 2018

No Jenis Mineral Cadangan (Ton)

Perbandingan Indonesia

Dunia

1 Nikel 4,500,000 ** 74,000,000 ** 6.08 %

2 Kobalt 484,461.33 * 7,100,000 ** 6.82 %

3 Timbal 12,361,128 * 88,000,000 ** 14.05 %

4 Seng 22,139,073 * 230,000,000 ** 9.63 %

5 Alluminium dan Bauksit 1,000,000,000 ** 30,000,000,000 ** 3.33 %

6 Besi 1,823,999,935 * 253,000,000,000 ** 0.72 %

Page 32: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

29

Tabel 9. Perbandingan jumlah cadangan Indonesia tahun 2016 dan Dunia tahun 2018 (lanjutan)

No Jenis Mineral Cadangan (Ton)

Perbandingan Indonesia

Dunia

7 Emas 2,500 ** 54,000 ** 4.63 %

8 Perak 2,832,419,739 * 530,000 ** NA

9 Timah 800,000 ** 4,800,000 ** 16.67 %

10 Tembaga 26,000,000 ** 790,000,000 ** 3.29 %

11 Mangan 130,371,327.30 * 680,000,000 ** 19.17 %

12 Krom 2,255,765 * 510,000,000 ** 0.44 %

13 Titanium 1,598,306 * 930,000,000 ** 0.17 %

Keterangan:

** Data USGS tahun 2018

* Data Badan Geologi ESDM tahun 2016

Sumber: 1. (United State Geological Survey, 2018)

2. (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

PEMBAHASAN Diketahui bahwa cadangan (Tabel 6) dan

sumberdaya (Tabel 7) batubara yang dimiliki

Indonesia jika dibandingkan dengan Dunia, berdasarkan beberapa data yang dikumpulkan dan setelah diolah hasilnya adalah:

1. Di akhir tahun 2017 berdasarkan data BP Statistik Review of World Energy Indonesia

diperkirakan memiliki sekitar 2,18% cadangan

batubara dunia. 2. Menurut Data BGR Energy Study pada tahun

2016 indonesia diperkirakan memiliki sekitar

2,19% cadangan batubara dunia. 3. Jika dilakukan perbandingan antara Data Badan

Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BP

Statistik Review of World Energy akhir tahun

2017, maka Indonesia diperkirakan memiliki 2,75% cadangan batubara dunia.

4. Sama halnya, jika dilakukan perbandingan

antara Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BGR Energy Study akhir tahun 2016,

maka Indonesia diperkirakan memiliki 2,76%

cadangan batubara dunia. 5. Sedangkan untuk potensi sumber daya batubara,

menurut Data Badan Geologi ESDM tahun

2016 dan Data BGR Energy Study akhir tahun

2016, Indonesia memiliki sekitar 0,55% sampai 0,65% batubara dunia.

Untuk mineral logam berdasarkan hasil pengolahan pada tabel 9, mengenai perbandingan cadangan mineral logam dapat dijelaskan bahwa:

Nikel

Perbandingan cadangan nikel Indonesia

dengan dunia adalah 6,08%. Cadangan Nikel yang

dimiliki Indonesia sampai saat ini adalah 4.500.000

ton, sedangkan dunia adalah 74.000.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara

antara lain United State, Australia, Brazil, Canada,

China, Colombia, Cuba, Guatemala, Indonesia, Madagascar, New Caledonia, Philippines, Russia,

South Africa, dan beberapa negara lainnya. (United State Geological Survey, 2018)

Kobalt

Perbandingan cadangan kobalt di Indonesia

dan dunia adalah 6,82% dengan jumlah yang dimiliki Indonesia adalah 484.461,33 ton,

sedangkan cadangan kobalt dunia sebesar

7.100.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United State, Australia,

Congo, Cuba, Madagascar, New Caledonia, Papua

New Guinea, Philippines, Russia, South Africa,

Zambia, dan beberapa negara lainnya (dengan cadangan 560.000 yang mana Indonesia termasuk salah satu di dalamnya).

Timbal

Perbandingan cadangan timbal (lead)

Indonesia dan dunia diperkirakan sebesar 14,5%, dengan jumlah yang dimiliki Indonesia sebesar

12,361,128 ton, sedangkan yang cadangan dunia

sebesar 88,000,000 ton. Cadangan tersebut tersebar

di beberapa negara antara lain United State, Australia, Bolivia, China, India, Peru, Russia,

Sweden, Turkey dan beberapa negara lainnya.

Untuk negara lainnya cadangan tersebut sebesar 7.000.000 ton. (United State Geological Survey, 2018)

Seng

Perbandingan cadangan seng (Zinc) yang

dimiliki Indonesia dengan Dunia adalah 9,63%,

dengan jumlah yang dimiliki Indonesia sebesar

Page 33: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

30

22.139.073 ton, dan cadangan dunia sebesar

230.000.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di

beberapa negara antara lain United State, Australia, Bolivia, Canada, India, Kazakhstan, Mexico, Peru,

Sweden, dan beberapa negara lainnya. Untuk

negara lainnya cadangan tersebut sebesar 33.000.000 ton.

Aluminium dan Bauksit Perbandingan cadangan bauksit di Indonesia

dan dunia sebesar 3,33%, dengan jumlah yang

dimiliki Indonesia sebesar 1.000.000.000 ton dan

dunia sebesar 30.000.000.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain

United State, Australia, Brazil, Canada, China,

Germany, Greece, Guinea, Guyana, India, Indonesia, Ireland, Jamaica, Kazakhstan, Malaysia,

Russia, Saudi Arabia, Spain, Ukraine, Vietnam,

dan beberapa negara lainnya (United State Geological Survey, 2018).

Besi

Perbandingan bijih besi yang dimiliki di Indonesia dan dunia adalah 0,72%, dengan

cadangan di Indonesia sebesar 1.823.999.935 ton

dan dunia sebesar 253.000.000.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain

United State, Australia, Brazil, Canada, China,

India, Iran, Kazakhstan, Russia, South Africa, Sweden, Ukraine, dan beberapa negara lainnya.

Untuk negara lainnya cadangan tersebut sebesar

68.000.000 ton yang salah satunya adalah negara Indonesia.

Emas

Perbandingan cadangan emas yang dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar 4,63%, dengan

cadangan Indonesia sebesar 2.500 ton dan dunia

sebesar 54.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United State, Australia,

Brazil, Canada, China, Ghana, Indonesia,

Kazakhstan, Mexico, Papua New Guinea, Peru,

Russia, South Africa, Uzbekistan, dan beberapa negara lainnya.

Perak Untuk Perbandingan cadangan perak yang

dimiliki Indonesia dan dunia tidak dapat

diaplikasikan dikarenakan antara data yang diperoleh tidak serasi yang mana cadangan

Indonesia lebih besar dibandingkan dunia, dengan

cadangan Indonesia sebesar 2.832.419.739 ton dan

dunia sebesar 530.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United

State, Australia, Bolivia, Chile, China, Kazakhstan,

Mexico, Peru, Poland, Russia, dan beberapa negara

lainnya. Untuk negara lainnya cadangan tersebut

sebesar 57.000 ton yang salah satunya adalah

negara Indonesia. Akan tetapi setelah dilihat kembali ternyata cadangan Indonesia lebih besar dari yang diperkirakan USGS.

Timah

Perbandingan cadangan timah (tin) yang

dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar 16,67%, dengan cadangan Indonesia sebesar

800.000 ton dan dunia sebesar 4.800.000 ton.

Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara

antara lain United State, Australia, Brazil, Burma, China, Congo, Indonesia, Laos, Malaysia, Nigeria,

Peru, Russia, Rwanda, Thailand Vietnam, dan beberapa negara lainnya.

Tembaga

Perbandingan cadangan tembaga (copper) yang dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar

3,29%, dengan cadangan Indonesia sebesar

26.000.000 ton dan dunia sebesar 790.000.000 ton.

Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United State, Australia, Canada, China,

Congo, Indonesia, Mexico, Peru, Zambia, dan beberapa negara lainnya.

Mangan

Perbandingan cadangan mangan yang dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar

19,17%, dengan cadangan Indonesia sebesar

130.371.327,30 ton dan dunia sebesar 680.000.000

ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara antara lain United State, Australia, Brazil, China,

Gabon, Ghana, India, Kazakhstan, Malaysia,

Mexico, South Africa, Ukraine, dan beberapa negara lainnya. Untuk negara lainnya salah satunya adalah negara Indonesia.

Krom

Perbandingan cadangan krom yang dimiliki

Indonesia dan dunia adalah sebesar 0,44%, dengan

cadangan Indonesia sebesar 2.255.765 ton dan dunia sebesar 510,000,000 ton. Cadangan tersebut

tersebar di beberapa negara antara lain United

State, India, Kazakhstan, South Africa, Turkey, dan beberapa negara lainnya. Untuk negara lainnya

cadangan tersebut sebesar 4.200.000 ton yang salah satunya adalah negara Indonesia.

Titanium

Perbandingan cadangan titanium yang

dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar 0,17%, dengan cadangan Indonesia sebesar 1.598.306 ton

dan dunia sebesar 930.000.000 ton. Cadangan

tersebut tersebar di beberapa negara antara lain

Page 34: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

31

United State, Australia, Brazil, Canada, China,

India, Kenya, Madagaskar, Mozambique, Norway,

Senegal, Sierra Leone South Africa, Ukraine, Vietnam, dan beberapa negara lainnya. Untuk

negara lainnya cadangan tersebut sebesar

26.400.000 ton yang mana salah satunya adalah Indonesia.

KESIMPULAN Dari hasil pengolahan data dihasilkan bahwa

batubara di Indonesia memiliki sumber daya yang

diperkirakan berkisar 2%-3% dari batubara di Dunia.

Untuk mineral logam, Indonesia memiliki

6,08% nikel, 6,82% kobalt, 14,05 timbal, 9,63% seng, 3,33% bauksit, 0,72 besi, 4,63 emas, 16,67%

timah, 3,29% tembaga, 19,17 mangan, 0,44% krom, 0,17 titanium.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih diberikan kepada bapak Prof., Dr., Ir., Rudy Sayoga Gautama yang telah

mengoreksi dan memberikan masukan terkait

penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber

Daya Mineral. (2016). Executive Summary Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber Daya Mineral Status 2016.

Badan Standardisasi Nasional. (2011). Pedoman

pelaporan, sumberdaya, dan cadangan

batubara (SNI 5015:2011). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Badan Standardisasi Nasional. (2011). Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan Cadangan

Mineral (SNI 4726:2011). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

BP Global. (2018, Juni). BP Statistical Review of World Energy.

Harald Andruleit, M. B. (2017). BGR Energy Study

(Data and Development Concerning German

and Global Energy Supplies). Hannover: Bundesanstalt Fϋr Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR).

United State Geological Survey. (2018). Mineral

Commodity Summaries 2018.

Page 35: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

32

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENAMBANGAN

BATUGAMPING DI PT. SDIC PAPUA CEMENT INDONESIA

MANOKWARI DITINJAU DARI SEGI BUDAYA

Maria Aprilia Imanuela Awandoi1), Indra Birawaputra2)

1)Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 2)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Papua

1) 2) Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Email: 1)[email protected], 2)[email protected]

Abstract

People in Doput village and Misapmeysi villages, based on their local knowlegde and understandings, have

different points of view in perceiving problems resulted from mining activities, particularly impacts that have been experienced. In order to find out the villagers’ perception, a questionnaire consisted of questions

about language, local knowledge, technology, art, traditional livelihood, religion, and kinship were

distributed to 50 respondents in the two villages. The results showed that 74%– 88% of the respondents have good perception in terms of local culture. This is because the respondents assumed that the local

culture still existed, and even would be preserved both before and after the limestone mining activities of

PT. SDIC Papua Cement Indonesia Manokwari. The average percentage of cultural variables were

perceived from good to very good; language (74%), natural knowledge (88%), tecnology (83%), art (74,67%), living livelihood traditional (83,33%), religion (85%), and kinship (84%). In general, the results

indicated that the limestone mining in Maruni has been positively perceived by the villagers, espeecially from the culture perspective.

Keyword: Perception, Culture

Abstrak

Masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi memiliki pandangan yang berbeda dalam melihat masalah

yang timbul akibat kegiatan tambang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka dalam

melihat dan merasakan dampak-dampak yang terjadi. Untuk mengetahui persepsi masyarakat maka dilakukan pengambilan data kuesioner mengenai bahasa, pengetahuan alam, teknologi, kesenian, mata

pencaharian hidup tradisional, religi, dan kekerabatan. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner 50 responden

oleh dari Kampung Doput Dan Misapmeysi mengenai budaya setempat mempunyai persepsi yang baik hingga sangat baik (≥ 74% hingga 88%) terhadap budaya setempat, hal ini dikarenakan budaya tersebut

tetap ada dan dilestarikan dari sebelum adanya penambangan hingga adanya penambangan Batugamping

PT. SDIC Papua Cement Indonesia Manokwari. Rata-rata persentase pada variabel budaya yang melingkupi beberapa indikator di dalamnya memiliki tanggapan/ persepsi baik hingga sangat baik

diantaranya: bahasa (74%), pengetahuan alam (88%), teknologi (83%), kesenian (74,67%), mata

pencaharian hidup tradisional (83,33%), religi (85%), dan kekerabatan (84%). Dari hasil ini dapat dikatakan

bahwa penambangan Batugamping di daerah Maruni memiliki persepsi baik di masyarakat bila dilihat dari segi budaya.

Kata Kunci: Persepsi, Budaya.

Page 36: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

33

PENDAHULUAN

PT. SDIC Papua Cement Indonesia

merupakan perusahaan tambang yang menambang Batugamping yang beroperasi dekat daerah

pemukiman warga di Maruni. Batugamping

tergolong dalam mineral bukan logam yang diambil dan diolah sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku semen. Setiap penambangan

ini selain membuahkan hasil adapula dampak yang terus dirasakan dan dihadapi oleh pekerja maupun

masyarakat disekitar lingkungan perusahaan

khususnya masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi.

Dalam menanggapi dampak yang timbul

akibat penambangan ini, masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi tentu memiliki pandangan

yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan

dan pemahaman dalam melihat dan merasakan dampak-dampak yang terjadi. Hal inilah yang

menyebabkan persepsi masyarakat pun berbeda-beda dalam melihat dan menilai masalah tersebut.

Masalah Penelitian

Bagaimana persepsi masyarakat Kampung

Doput dan Misapmeysi terhadap aktivitas penambangan Batugamping ditinjau dari aspek budaya?

Tujuan Penelitian

Menentukan persepsi masyarakat Kampung

Doput dan Misapmeysi terhadap penambangan

Batugamping PT. SDIC Papua Cement Indonesia ditinjau dari aspek budaya

METODE PENELITIAN Metode kuantitatif dimana metode penelitian

yang dilandaskan pada realitas/ gejala/ fenomena

yang digunakan untuk meneliti populasi dan sampel tertentu (Sugiyono 2008).

TINJAUAN PUSTAKA

Pertambangan

UU RI nomor 4 Tahun 2009 Pasal satu (1)

pertambangan adalah sebagian atau seluruh

tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau

batubara yang meliputi penyelidikan umum,

eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,

pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca

tambang. Dan penambangan melingkupi

penggalian, pemuatan dan pengangkutan kegiatan ini dapat berlangsung di dalam perusahaan maupun

di sekitar pemukiman warga.

Persepsi Masyarakat

Adalah sebuah proses dimana sekelompok

individu yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu, memberikan tanggapan terhadap

hal-hal yang dianggap menarik dari lingkungan

tempat tinggal mereka. Faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat, diantaranya pelaku persepsi, target atau objek, dan situasi

Aspek Budaya

Adalah suatu cara hidup yang berkembang,

dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang,

dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ada 7 unsur budaya menurut C. Kluckhohn, yaitu:

1. Bahasa (A.1) Alat atau perwujudan budaya yang digunakan

untuk saling berkomunikasi baik lewat tulisan,

lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat). 2. Pengetahuan Alam (A.2)

Adalah segala sesuatu yang diketahui manusia

tentang keadaan yang berkaitan dengan

kehidupan manusia, hewan dan juga tumbuhan. 3. Teknologi Atau Peralatan (A.3)

Alat yang digunakan untuk teknik

memproduksi, contoh teknologi tradisional seperti tempat berlindung, makanan, pakaian

dan alat-alat produktif.

4. Kesenian (A.4) Mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang

dinikmati dengan mata ataupun telinga.

5. Mata Pencarian Hidup Tradisional (A.5)

Diantaranya: berburu, beternak, bercocok tanam di ladang, dan menangkap ikan.

6. Religi (A.6)

Manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

7. Kekerabatan (A.7)

Unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan.

Instrumen Penelitian Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan

data dengan cara memberi pertanyaan kepada

responden untuk dijawab. Skala pengukurannya yaitu Skala Guttman dengan bentuk jawaban bernilai Ya =1 dan Tidak = 0. (Riduwan 2010:89).

Dengan penilaian kriteria jawaban kuesionernya sesuai dengan tabel 1.

Page 37: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

34

Tabel 1. Kriteria Penilaian Jawaban Kuesioner

No Kategori Nilai Skor (%)

1 Sangat Tidak Baik 0 – 19

2 Kurang Baik 20 – 39

3 Cukup Baik 40 – 59

4 Baik 60 – 79

5 Sangat Baik 80 – 100

Validitas data berdasarkan skala guttman

digunakan rumus koefisien reproduksibilitas (KR/ CR), dan koefisien skalabilitas (KS/ CS).

CR=1- TE

PE (1)

CS=1- (TE

0,5 x PE) (2)

Dengan TE adalah jumlah kesalahan, PE

adalah jumlah kemungkinan error dan taraf signifikan 0,5.

Adapun syarat penerimaan KR dan KS

tercantum pada tabel 2.

Tabel 2. Syarat Penerimaan KR dan KS

Nilai Validitas Keterangan

0.81 – 1.00 Validitas Sangat Baik

0.61 – 0.80 Validitas Baik

0.41 – 0.60 Validitas Cukup

0.21 – 0.40 Validitas Kurang

0.00 – 0.20 Validitas Jelek

Indikator Variabel Penelitian

Indikator Variabel Penelitian tercantum pada tabel 3.

Tabel 3. Indikator Variabel Penelitian Variabel Indikator Keterangan

Bahasa

(A.1)

A.1.1 Alat komunikasi

A1.2 Mempermudah

komunikasi A.1.3 Mengenal budaya lain

Pengetahuan Alam (A.2)

A.2.1 Penentu pencaharian kebutuhan hidup

A.2.2 Penggunaan berkelanjutan

A.2.3 Dampak pencaharian kebutuhan hidup

Teknologi (A.3)

A.3.1 Kegunaan peralatan tradisional

A.3.2 Perkembangan teknologi

baru

Kesenian (A.4)

A.4.1 Pelestarian kesenian A.4.2 Penyemangat kerja

A.4.3 Mempertahankan kesenian

Variabel Indikator Keterangan

Mata Pencaharian

Hidup Tradisional

(A.5)

A.5.1 Mata pencaharian utama

A.5.2 Peralihan mata pencaharian

A.5.3 Kebutuhan hidup

Religi (A.6)

A.6.1 Pengobata tradisional A.6.2 Penambahan jemaat

Kekerabatan

(A.7)

A.7.1 Hubungan kekeluargaan

A.7.2 Perebutan lahan A.7.3 Kecemburuan sosial

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik responden Tingkat Pendidikan

Dari 50 responden, 80% responden yang

bersekolah dan 20% responden yang tidak

bersekolah.

Gambar 1. Diagram Persentase Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Jenis Kelamin

Dari 50 responden, 62% responden berjenis kelamin laki-laki dan 38% responden berjenis

kelamin perempuan.

Gambar 2. Diagram Persentase Berdasarkan Jenis

Kelamin

Pekerjaan

Dari 50 responden, 50% responden pekerjaan petani dan penjual sayur, 24% penggali

batu, 10% nelayan, 4% pelajar, 8% karyawan

perusahaan dan 4% guru.

Gambar 3. Diagram Persentase Berdasarkan Jenis

Pekerjaan

Page 38: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

35

Tingkatan Umur

Dari 50 Responden, tingkat usia 20-49 tahun

adalah 96% responden dan usia 50-58 tahun 4% responden.

Gambar 4. Diagram Persentase Berdasarkan Tingkatan

Umur

Validitas data

Hasil pengujian validitas data 7 variabel yaitu:

Variabel (KR) Keterangan (KS) Keterangan

V1 0.89 Sangat Baik 0.79 Baik

V2 0.87 Sangat Baik 0.73 Baik

V3 0.92 Sangat Baik 0.84 Sangat Baik

V4 0.89 Sangat Baik 0.79 Baik

V5 0.80 Baik 0.60 Baik

V6 0.86 Sangat Baik 0.72 Baik

V7 0.81 Sangat Baik 0.63 Baik

Distribusi frekuensi persepsi masyarakat

Bahasa (A.1)

Indikator Tidak Persentase Ya Persentase

A.1.1 13 26 37 74 A.1.2 18 36 32 64 A.1.3 8 16 42 84 Rata2 13 26 37 74

Pengetahuan Alam (A.2)

Indikator Tidak Persentase Ya Persentase

A.2.1 4 8 46 92 A.2.2 7 14 43 86 A.2.3 7 14 43 86 Rata2 6 12 44 88

Teknologi (A.3)

Indikator Tidak Persentase Ya Persentase

A.3.1 13 26 37 74 A.3.2 4 8 46 92 Rata2 8,5 17 41,5 83

Kesenian (A.4)

Indikator Tidak Persentase Ya Persentase

A.4.1 7 14 43 86 A.4.2 8 16 42 84 A.4.3 23 46 27 54 Rata2 12,67 25,33 37,33 74,67

Mata Pencarian Hidup Tradisional (A.5)

Indikator Tidak Persentase Ya Persentase

A.5.1 8 16 42 84

A.5.2 8 16 42 84

A.5.3 9 18 41 82

Rata2 8,33 16,67 41,67 83,33

Religi (A.6)

Indikator Tidak Persentase Ya Persentase

A.6.1 7 14 43 86 A.6.2 8 16 42 84 Rata2 7,5 15 42,5 85

Kekerabatan (A.7)

Indikator Tidak Persentase Ya Persentase

A.7.1 6 12 44 88 A.7.2 10 20 40 80 A.7.3 8 16 42 84 Rata2 8 16 42 84

Tabel 4. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Persepsi

Masyarakat

No. Variabel

Budaya

Hasil

Rata-rata

(%)

Keterangan

1. A.1 74 Baik 2. A.2 88 Sangat Baik 3. A.3 83 Sangat Baik 4. A.4 74,67 Baik

5. A.5 83,33 Sangat Baik 6. A.6 85 Sangat Baik 7. A.7 84 Sangat Baik

Pembahasan

Karakteristik Responden

Tingkatan pendidikan merupakan salah satu

faktor utama dalam bekerja maupun mencari pekerjaan disamping pengalaman kerja dan skill

kerja yang dimiliki. Tingkat pendidikan

Masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi terdiri atas pendidikan terakhir di SD sebesar 24%

responden, 20% responden tidak bersekolah, 16%

responden memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP, dan responden lainnya adalah responden

yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA

dan Sarjana. Hal ini berpengaruh terhadap

kemampuan seseorang dalam menganalisis keadaan lingkungan sekitar yang akan berpengaruh

kepada cara pandang (persepsi) masyarakat tersebut.

Untuk tingkatan umur, usia sangat produktif

(20-49 tahun) cukup tinggi dibandingkan responden usia produktif yang berumur 50-58

tahun. Hasil ini menunjukkan potensi tenaga kerja

Page 39: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

36

masyarakat kampung Doput dan Misapmeysi

cukup tersedia bagi kegiatan-kegiatan ekonomi bila

dilihat dari segi umur namun tidak didukung dengan tingkat pendidikan yang dimiliki, sehingga

rata-rata pekerjaannya tergolong dalam pekerjaan

tradisional antara lain bertani atau berkebun. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang

dijadikan sampel lebih besar responden laki-laki dibandingkan responden perempuan.

Persepsi Responden

Dari 50 responden diperoleh hasil rata-rata ≥

74% hingga 88% dan hasil persentase ini menunjukkan kategori baik hingga sangat baik

artinya sebelum adanya kegiatan penambangan

Batugamping di daerah Maruni budaya masyarakat tersebut, masih dan tetap dilestarikan oleh

masyarakat setempat hingga saat ini, hal ini

ditunjukkan dengan 74% bahasa daerah tetap digunakan dari sebelum adanya penambangan ini

hingga saat ini, yang mempermudah masyarakat

dalam menjalin komunikasi antar masyarakat.

Selain itu berkomunikasi dengan dialeg lokal responden dapat mengenal dan mempelajari

budaya dari daerah lain tanpa merubah budaya asli mereka.

Disamping itu 88% artinya responden

memiliki persepsi sangat baik terhadap kondisi alam yang merupakan penentu pencarian

kebutuhan hidup (bekerja) namun ini tidak menjadi

penghalang bagi masyarakat dalam bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup.

Untuk teknologi memiliki persentase 83%

menunjukan pelestarian budaya masyarakat terhadap tempat tinggal, dan peralatan tradisional

seperti parang, sekop,dll. Selain itu 74,67%

kesenian budaya tarian, alat musik, lagu dan pakaian adat masih tetap ditampilkan/ dilestarikan.

Dari rata-rata 83,33% mata pencaharian

hidup responden petani/ berkebun, selain itu ada peralihan mata dari petani kini menjadi nelayan, penggali batu, penjual sayur dan ojek.

Aspek agama memiliki persepsi 85%,

terhadap pengobatan tradisional dan pertemuan-

pertemuan ibadah 84%. Bila ditinjau dari aspek kekerabatan, 88% responden dari Kampung Doput

dan Misapmeysi memiliki hubungan kekerabatan

yang baik (rukun) antar warga masyarakat dan

tidak adanya perebutan lahan antara masyarakat baik itu masyarakat Kampung Doput maupun

Misapmeysi, dan tidak adanya kecemburuan sosial antar warga masyarakat setempat.

Hasil persentase ini menunjukan nilai baik

dari masyarakat terkait keberadaan PT. SDIC, oleh

sebab itu perlu adanya hubungan timbal balik antara pihak perusahaan kepada masyarakat

dengan cara mempelajari, melestarikan serta

mengembangkan budaya setempat melalui perkenalan budaya lokal kepada semua orang,

pelatihan dari pihak perusahaan terkait

pengembangan budaya lokal masyarakat, seperti kegiatan di balai masyarakat, meliputi mengelola

makanan khas, membuat kerajinan tangan,

mengajari bahasa daerah maupun bahasa asing,

membangun industri lokal hasil kerajinan masyarakat lokal dll, sehingga budaya ini tidak

hilang dan dapat dipertontonkan kepada dunia luar

sehingga menjadi aspek penting dalam pembangunan kemasyarakatan. Dengan demikian

akan terjalin hubungan kekeluargaan dan

kerjasama yang baik antara pihak perusahaan dengan masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi atau sebaliknya.

PENUTUP

Kesimpulan

Masyarakat Kampung Doput Dan

Misapmeysi mempunyai persepsi yang baik hingga sangat baik (≥ 74% hingga 88%) terhadap budaya

setempat, karena budaya tersebut tetap ada dan

dilestarikan dari sebelum hingga adanya penambangan Batugamping PT. SDIC Papua

Cement Indonesia Manokwari. Dengan rata--rata

bahasa (74%), pengetahuan alam (88%), teknologi

atau peralatan (83%), kesenian (74,67%), mata pencaharian hidup tradisional (83,33%), religi atau

agama (85%), dan kekerabatan (84%). Dengan

demikian penambangan Batugamping di daerah Maruni memiliki persepsi baik di masyarakat

Kampung Doput dan Misapmeysi bila dilihat dari segi budaya.

Saran

1. Adanya perhatian khusus perusahaan terhadap

masyarakat terkait ganti rugi lahan, wirausaha, pelatih mengembangkan usaha lokal melalui

kerajinan budaya demi pembangunan

kemasyarakatan yang lebih baik. 2. Untuk mengukur variabel kekerabatan terkait

perebutan lahan dan kecemburuan sosial

sebaiknya pengambilan data dilakukan untuk

kampung pemilik hak ulayat setempat. 3. Daftar pertanyaan dari beberapa variabel

budaya harus lebih spesifik (khusus), gunakan

skala likert dan juga dapat menganalisis data tersebut lebih lanjut hingga dapat mengetahui

hubungan kedepan setiap variabel (Regresi).

Page 40: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

37

DAFTAR PUSTAKA

Ghassini. 2011. Kriteria Penilaian Jawaban

Kuesioner. http://ghassini.blogspot.co.id. (22 Februari 2018)

Kamus bahasa Indonesia. Pengertian Persepsi. http://kamusbahasaindonesia.org (10 Juli 2018).

Muliadi. 2008. Interpretasi Validitas Instrumen Tes. http://makalah.november.pdf. (22 Februari 2018)

Noviana Riki . 2013. Tujuh Unsur Kebudayaan Universal http://www.era.id (23 Februari 2018)

Raharja Hendra. 2017. Distribusi Frekuensi. https://statmat.id/. (27 Juni 2018)

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.

Page 41: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

38

PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL PENYEMENAN

DENGAN METODE BALANCE PLUG PADA PROGRAM

CEMENT PLUG SUMUR X LAPANGAN Y

Hastowo Resesiyanto

Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua

Jl. Gunung Salju Amban Manokwari

Abstract

Cement plug is a method to place plug to a specific depth used cement to close the well, preventing lost

circulation, sidetrack at the begining of directional drilling and to provides a place for open hole test. The

cement plug methods used in this research is balanced plug method. This research conducted by collecting

data on Well X, in the form of well profile data covering casing and tubing dimension. Furthermore,

laboratory data for cement and additives are used. Result of research showed that the total volume of

cement slurry needed is equal to 29.455 bbl, the number of sack of cement for cementing the open end

interval of 81.4 meters is as much 155 sack of cement, and the total volume of fluid required to push the

cement slurry into cementing zone is equal 64.15 bbl.

Keywords : Cement Plug, Balanced Plug

Abstrak

Cement plug merupakan metode penempatan plug (sumbat) pada kedalaman tertentu dengan menggunakan

semen yang bertujuan untuk menutup sumur, mencegah hilang sirkulasi, untuk sidetrack pada awal

dilakukannya pemboran berarah dan menyediakan tempat untuk test open hole. Metode cement plug yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode balanced plug. Penelitian dilakukan

dengan cara mengumpulkan data-data pada Sumur ”X”, berupa data profil sumur yang meliputi dimensi

casing dan tubing. Selain itu juga dipergunakan data laboratorium untuk semen dan zat additif yang

digunakan. Hasil penelitian didapatkan bahwa total volume bubur semen yang dibutuhkan adalah sebesar

29.455 bbl , Jumlah sack cement untuk penyemenan interval open end sebesar 81.4 meter adalah sebanyak

155 sax semen, Total volume fluida yang dibutuhkan untuk mendorong bubur semen ke zona penyemenan

adalah sebesar 64.15 bbl.

Kata kunci : Cement Plug, Balanced Plug

Page 42: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

39

PENDAHULUAN

Cement plug merupakan penempatan bubur

semen (cement slurry) dengan volume yang relatif

kecil di dalam lubang sumur yang bertujuan:

1. Menutup sumur.

2. Mencegah hilang sirkulasi (lost circulation)

selama operasi pemboran.

3. Untuk sidetrack (tempat pembelokan) pada

permulaan dilakukannya pemboran berarah.

4. Menyediakan tempat untuk test open hole.

Terdapat 3 teknik untuk penempatan cement

plugs:

1. Balanced Plug

Umumnya teknik penempatan plug

menggunakan metode ini. Tubing atau drill pipe

diturunkan kedalam lubang sumur pada kedalaman

yang telah ditentukan untuk dilakukan penyekatan.

Spacer atau bahan kimia dipompakan didepan dan

dibelakang dari semen untuk melakukan

pembersihan lubang agar tidak terjadi kontaminasi

semen oleh lumpur. Cement slurry tadi

dipompakan sampai ketinggian sama antara diluar

dan didalam string. Kemudian tubing atau string

tadi ditarik dengan pelan keatas, meninggalkan

cement slurry pada lokasi yang ditentukan. Metode

ini sangat sederhana dengan tidak menggunakan

unit cementing services.

2. Dump Bailer

Metode ini biasanya digunakan untuk

kedalaman yang dangkal; tetapi jika komposisi

semen ditambah dengan retarder maka bisa

digunakan sampai kedalaman 12.000 ft. Dump

bailer memuat sejumlah semen, yang diturunkan

dengan menggunakan wireline. Limit plug, cement

basket, permanen bridge plug atau gravel pack

biasanya ditempatkan dibawah lokasi plugging

yang ditentukan. Bailer dibuka oleh sentuhan dari

bridge plug, kemudian semen dialirkan. Metode ini

mempunyai keuntungan dimana perlengkapan

dijalankan dengan wireline dan kedalaman dari

cement plug dengan mudah bisa dikontrol. Biaya

dengan metode ini juga relatif lebih murah karena

hanya menggunakan satu peralatan pumping yang

konvensional. Kerugiannya adalah jumlah semen

yang terbatas karena volume dump bailer yang

tertentu.

3. Two-Plug Method

Pada metode ini top dan bottom tubing plugs

di run untuk mengisolasi cement slurry dari fluida

sumur dan juga fluida pendorong. Bridge plug

biasanya di run pada kedalaman cement plugging.

Sebuah baffle tool di run diatas dasar string dan

ditempatkan pada kedalam tertentu untuk dasar dari

cement plug. Peralatan ini memungkinkan bottom

tubing plug masuk dan keluar dari tubing atau

drillpipe. Semen kemudian dipompakan keluar dari

string pada kedalaman plugging dan kemudian

mengisi annulus. Keuntungan dari metode ini

adalah meminimalkan kemungkinan pergerakan

yang berlebihan, bentuknya yang ketat, dengan

struktur semen yang keras dan memungkinkan

ditentukannya top dari plug.

Teknik penyemenan dengan metode balance

plug ini biasanya dilakukan pada formasi dengan

tekanan yang rendah. Tubing atau drill pipe akan

diturunkan kedalam sumur pada kedalaman yang

telah direncanakan untuk dilakukan penyemenan.

Air asin (salt water) akan dipompakan terlebih

dahulu melalui tubing atau drill pipe hingga

menutupi casing. Tujuan dipompakannya air asin

ini adalah untuk membersihkan lubang pemboran.

Kemudian slurry (bubur semen) akan ditempatkan

(displace) pada interval atau zona yang akan

disemen melalui tubing atau drill pipe. Spaser atau

air tawar akan dipompakan terlebih dahulu didepan

(water ahead/WA) dan dibelakang (water

behind/WB) slurry, hal ini bertujuan agar slurry

tidak dapat terkontaminasi oleh salt water (air asin)

atau lumpur pemboran. Cement slurry yang

dipompakan kedalam zona atau interval

penyemenan, ketinggiannya harus sama antara

didalam dan diluar tubing (balancing plug).

Kemudian tubing akan diangkat keatas secara

perlahan sehingga akan meninggalkan slurry pada

ketinggian yang direncanakan diatas ketinggian

spaser.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengolah

data profil sumur yang meliputi dimensi casing dan

tubing. Selain itu juga dipergunakan data

laboratorium untuk semen dan zat additif yang

digunakan.

Proses pengolahan data diawali dengan

menentukan jenis semen yang akan dipakai dengan

menggunakan data profil sumur dan data

laboratorium. Perhitungan kebutuhan material

penyemenan mempergunakan software Microsoft

office excel.

Page 43: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

40

Perhitungan diawali dengan menghitung kapasitas

lubang bor, selanjutnya adalah menghitung volume

dan ketinggian semen di dalam lubang bor yang

meliputi perhitungan saat string atau rangkaian

pemboran berada didalam lubang bor, jumlah sack

semen yang dibutuhkan, Water Ahead/Behind dan

ketinggian fluida serta volume displacement dan

yang terakhir adalah menghitung saat string tidak

berada di dalam lubang bor.

Untuk menghitung kapasitas lubang bor

menggunakan persamaan :

CDp=(ID Dp)2

1029.4 (1)

CTubing=(ID Tubing)2

1029.4 (2)

COH=(ID OH)2

1029.4 (3)

CAnn OH & Tubing=(ID2 OH- OD2Tubing)

1029.4 (4)

CAnn Casing & DP=(ID2 Casing- OD2DP)

1029.4 (5)

CCasing=(ID Casing)2

1029.4 (6)

Dimana :

CDp : Kapasitas Drill Pipe (bbl/ft)

CTubing : Kapasitas Tubing (bbl/ft)

COH : Kapasitas Open Hole (bbl/ft)

CCasing : Kapasitas Casing (bbl/ft)

CAnn OH & Tubing : Kapasitas Annulus Open Hole dan

Tubing (bbl/ft)

CAnn Casing & DP : Kapasitas Annulus Casing dan Drill

Pipe (bbl/ft)

ID : Inside Diameter (Inch)

OD : Outside Diamater (Inch)

Untuk menghitung volume dan ketinggian

semen saat string masih di dalam lubang bor

menggunakan persamaan :

CDp=(LDp-TOC)x3.281xCDp (7)

CTubing=(LTbg-LDp)x3.281xCTubing (8)

AnnOH & Tbg=(LTbg-LDp)x3.281xCAn OH & Tbg (9)

AnnOH & DP=(LTbg-CShoe)x3.281xC OH & DP (10)

AnnCsg & DP=(CShoe-TOC)x3.281xCCsg & DP (11)

Dimana :

LDP : Length of Drill Pipe (m)

TOC : Top Of Cement (m)

CShoe : Casing Shoe (m)

Untuk menghitung jumlah sack semen yang

dibutuhkan menggunakan persamaan :

Sack Of Cement= Jumlah Slurry

Yield Semen (12)

Untuk menghitung water ahead/behind dan

ketinggian fluida menggunakan persamaan :

AnnCsg & DP=(TOC-WA/B)x3.281xCCsg & DP (13)

CDP=(TOC-WA/B)x3.281xCDP (14)

Ketinggian Semen = Depth-TOC (15)

Ketinggian WA/B = TOC-WA/B (16)

Dimana :

WA/B : Water Ahead/Behind (m)

TOC : Top Of Cement (m)

Untuk menghitung volume displacement

menggunakan persamaan :

CDP=(WA/B)x3.281xCDP (17)

Untuk menghitung volume dan ketinggian

semen saat string tidak berada dalam lubang bor

menggunakan persamaan :

COH=(D-CShoe)x3.281xCOH (18)

CCsg=(CShoe-TOC)x3.281xCCsg (19)

Total Capacity=COH + CCsg (20)

Ketinggian Semen=Depth-TOC (21)

Ketinggian WA/B=TOC-WA/B (22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk dapat melaksanakan balance plug,

tekanan hidrostatik di dalam pipa atau casing dan

annulus harus seimbang. Untuk mencapai kondisi

ini fluida pendorong semen harus sama dengan

semen, dan ketinggian masing-masing fluida juga

harus sama. Untuk menyakinkan top dari semen

berada pada posisi yang telah di set atau ditentukan,

volume yang diinjeksikan harus tepat dengan

volume yang diperlukan ditambah faktor

keamanan. Bila terjadi kelebihan semen, maka

semen yang berlebihan tersebut disedot secara

reserved sampai mencapai ketinggian yang

diinginkan.

Page 44: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

41

Sebelum dilakukan perhitungan kebutuhan

material yang akan dipakai dalam program cement

plug terlebih dahulu harus diketahui parameter-

parameter yang akan digunakan dalam

merencanakan langkah perhitungan. Data-data

tersebut berupa data dimensi casing, tubing, drill

pipe dan open hole (OH) yang berasal dari data

profil sumur (Tabel 1).

Tabel 1. Dimensi Ukuran String

OD ID Length

(inch) (inch) (m)

Open Hole 8 1

2 8.500 81.4

Casing 9 5

8 8.755 1214.0

Drill Pipe 5 4.276 1238.4

Tubing 2 7

8 2.441 57.0

Perhitungan Kapasitas Lubang Bor

Kapasitas merupakan jumlah minimal slurry

atau bubur semen yang ada pada tempat tersebut.

Perhitungan kapasitas meliputi kapasitas drill pipe

5 in, kapasitas Tubing 2 7

8, kapasitas Open Hole 8

1

2, kapasitas Annulus OH 8

1

2 & Tubing 2

7

8,

kapasitas Annulus Casing 9 5

8 & Drill Pipe 5 in,

kapasitas Annulus OH 8 1

2 & Drill Pipe 5 in dan

kapasitas Casing 9 5

8. Untuk perhitungan kapasitas

menggunakan persamaan 1 sampai 6. Hasil

perhitungan untuk masing-masing kapasitas

(capacity) dapat ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Kapasitas

Capacity bbl/ft

Drill Pipe 5 in 0.01776

Tubing 2 7

8 0.00578

Open Hole 8 1

2 0.0701

Annulus OH 8 1

2 & Tubing 2

7

8 0.0621

Annulus Casing 9 5

8 & Drill Pipe 5 in 0.0501

Annulus OH 8 1

2 & Drill Pipe 5 in 0.0459

Casing 9 5

8 0.0744

Perhitungan Volume dan Ketinggian

Saat string masih di dalam lubang bor

Perhitungan volume bubur semen (cement slurry)

Dari hasil perhitungan volume Drill Pipe 5

in atau Volume I dengan menggunakan persamaan

(7), besarnya volume atau jumlah minimal dari

bubur semen dalam drill pipe adalah sebesar 4.475

bbl. Pada perhitungan Volume II atau volume

Tubing 2 7

8 dengan menggunakan persamaan (8),

jumlah minimal slurry adalah sebesar 1.0809 bbl.

Volume III atau volume antara Annulus OH 8 1

2 &

Tubing 2 7

8 yang dihitung dengan menggunakan

persamaan (9), didapatkan jumlah slurry sebanyak

11.613 bbl. Pada perhitungan Volume IV atau

volume antara Annulus OH 8 1

2 & Drill Pipe 5 in

dengan menggunakan persamaan (10), didapatkan

jumlah slurry sebesar 2.674 bbl. Sedangkan pada

perhitungan volume antara Annulus Casing 9 5

8 &

Drill Pipe 5 in atau Volume V yang dihitung

dengan menggunakan persamaan (11), didapatkan

jumlah minimal slurry atau bubur semen sebanyak

8.613 bbl. Volume total dari bubur semen yang di

pergunakan dalam program cement plug adalah

sebanyak 29.455 bbl.

Tabel 3. Volume bubur semen (cement slurry)

Vol Capacity bbl

I Drill Pipe 5 in 4.475

II Tubing 2 7

8 1.0809

III Annulus OH 8 1

2 & Tubing 2

7

8 11.613

IV Annulus OH 8 1

2 & Drill Pipe 5 in 2.674

V Annulus Casing 9 5

8 & Drill Pipe 5 in 8.613

Total Jumlah Slurry 29.455

Perhitungan Jumlah Sack Semen

Pada sumur X, zona atau interval open end

penyemenan adalah sebesar 81.4 meter didapatkan

volume bubur semen (cement slurry) untuk

penyemenan sebanyak 29.455 bbls (165.36 cuft)

atau sebanyak 155 sax semen. Untuk perhitungan

jumlah sax semen, dihitung dengan persamaan

(12):

Sack Of Cement= Jumlah Slurry

Yield Semen

Nilai Yield Cement adalah sebesar 1.07 cuft/sax

yang bersumber dari data Laboratorium.

Water Ahead/Behind dan Ketinggian Fluida.

Water Ahead (WA) pada sumur X adalah

pada Annulus Casing 9 5

8 & Drill Pipe 5 in

sedangkan Water Behind (WB) berada pada drill

pipe 5 in . Volume water ahead (WA) adalah 9.97

bbl ( 56.01 cuft), sedangkan volume water behind

Page 45: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

42

(WB) adalah 3.537 bbl (19.85 cuft). Perhitungan

volume water ahead/behind (WA/B) pada sumur X

mempergunakan persamaan (13) dan (14).

Ketinggian semen dan ketinggian water

ahead/behind (WA/B) pada saat string masih

berada dalam lubang sumur adalah 133.8 m

(438.99 ft) untuk ketinggian semen dan 60.7 m

(199.15 ft) untuk ketinggian water ahead/behind

(WA/B). Hasil ini didapatkan dari perhitungan

menggunakan persamaan (15) dan (16).

Gambar 1. Saat string masih di dalam Lubang

Volume Displacement

Displacement merupakan fluida yang

dipergunakan untuk menempatkan slurry atau

bubur semen ke zona atau daerah yang akan

dilakukan plug. Dari hasil perhitungan

menggunakan persamaan (17), volume

displacement adalah sebesar 64.15 bbl.

Pada saat string tidak berada dalam lubang

Volume bubur semen.

Volume bubur semen pada saat string tidak

berada dalam lubang bor hanya dihitung volume

kapasitas Open Hole 8.5 in dan kapasitas Casing

9 5

8. Perhitungan masing-masing kapasitas

menggunakan persamaan 18 dan 19.

Total kapasitas bubur semen pada saat string tidak

berada dalam lubang bor didapatkan sebesar

165.39 cuft. Jumlah ini didapatkan dari

penjumlahan kapasitas Open Hole 8.5 in dengan

kapasitas Casing 9 5

8 (Persamaan 20).

Ketinggian semen dan water ahead/behind

(WA/B)

Ketinggian semen pada saat string dicabut

(tidak berada dalam lubang bor) adalah pada

ketinggian 411.43 ft atau 125.4 m, hasil ini

didapatkan dengan perhitungan menggunakan

Persamaan 21.

Ketinggian Water Ahead/Behind (WA/B)

berada pada ketinggian 43.4 m atau 142.39 ft.

Perhitungan menggunakan Persamaan 22.

Gambar 2. Saat string tidak berada dalam lubang

KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan yang dilakukan

mengenai kebutuhan material penyemenan dengan

metode Balance Plug pada Sumur X, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Total volume bubur semen (cement slurry) yang

dibutuhkan adalah sebesar 29.455 bbl.

Page 46: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

43

2. Jumlah sack cement yang dibutuhkan untuk

penyemenan zona atau interval open end

penyemenan sebesar 81.4 meter adalah

sebanyak 155 sax semen.

3. Ketinggian semen pada saat string masih

berada dalam lubang sumur adalah 133.8 m atau

438.99 ft sedangkan ketinggian water

ahead/behind (WA/B) pada saat string masih

berada dalam lubang sumur adalah 60.7 m atau

199.15 ft.

4. Pada saat string tidak berada dalam lubang, total

kapasitas bubur semen adalah sebesar 165.39

cuft (29.45 bbl).

5. Ketinggian semen pada saat string tidak berada

dalam lubang sumur adalah 411.43 ft atau 125.4

m ft sedangkan ketinggian water ahead/behind

(WA/B) pada saat string tidak berada dalam

lubang sumur adalah 43.4 m atau 142.39 ft.

6. Total volume fluida yang dibutuhkan untuk

mendorong bubur semen ke zona penyemenan

(displacement) adalah sebesar 64.15 bbl.

DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, E., Arief, T., Prabu, U.A, “Perencanaan

Squeeze Cementing Metode Balance Plug Pada

Sumur X dan Sumur Y di Lapangan Ogan PT.

Pertamina EP Asset 2 Prabumulih”. Universitas

Sriwijaya.

Rakhmansyah, R., Aboekasan, W (2015),

“Evaluasi Penyemenan Liner 4 ½ di Sumur X

ST (Sidetrack) Dengan Inklinasi Sebesar 760”.

Seminar Nasional Cendekiawan.

Rubiandini, R, R.S (2012), “Teknik Operasi

Pemboran”. Institut Teknologi Bandung.

Bandung

Sahbudin., Komar, S., Amin, M, “Perencanaan

Penyemenan Casing 7 Inch Dengan Metode

Dual Stage Cementing Pada Sumur NR-X

Lapangan Limau di PT. Pertamina Drilling

Services Indonesia Area Sumbagsel,

Prabumulih”. Universitas Sriwijaya.

Yazid, F.E., Hamid, A., Affifah, A.N (2015),

“Evaluasi Penyemenan Casing Liner 7 Pada

Sumur X-1 dan Y-1 Blok LMG”. Seminar

Nasional Cendekiawan

Page 47: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

44

ANALISIS PENGAMBILAN DAN PREPARASI SAMPEL

BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN KADAR NIKEL PADA

PT. HALTIM MINING KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

PROVINSI MALUKU UTARA

Jimmy Eglesias Armando Fatubun1), Yulius Ganti Pangkung2)

1) 2) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua

Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Email: 1)[email protected], 2)[email protected]

Abstract

PT. Haltim Mining is one of the nickel mining companies with sediment resources consist of several layers,

namely cover soil, limonite, saprolite and bedrock. About 1.8% of the nickel concentrate would be marketed

by the company, but the nickel content sampled for testing by XRF Epsilon 3 tool changes the level between

the samples in the Pit and the sample on the stockpile. The results showed that the average level of nickel concentrate sampled at Pit was 1.80%, while the average level of nickel concentrate sampled on Stockpile

was 1.75%, with an average difference of 0.09%. Changes in levels were influenced by sampling method, sample preparation and the accuracy of a sampler.

Keywords: Xpss Epsilon 3, Grade Value, Sampler

Abstrak

PT. Haltim Mining merupakan salah satu perusahaan nikel dengan kondisi endapannya terdiri dari beberapa

lapisan yaitu dari tanah penutup, limonit, saprolit dan batuan dasar. Kadar nikel 1,8% yang akan dipasarkan

oleh perusahaan namun kadar nikel yang diambil sampelnya untuk dilakukan pengujian oleh alat XRF Epsilon 3 menunjukkan adanya perubahan kadar antara sampel pada Pit dan sampel pada stockpile. Data

hasil pengujian kadar yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel pada Pit nilai kadarnya 1,80% sedangkan

sampel pada Stockpile nilai kadarnya 1,75% dengan selisih 0,09%. Perubahan kadar dipengaruhi oleh pengambilan sampel, preparasi sampel dan ketelitian seorang sampler.

Kata Kunci : XRF Epsilon 3, Nilai Kadar, Sampler.

Page 48: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

45

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang

mempunyai kekayaan alam yang cukup melimpah yaitu sumberdaya alam. Sumber daya alam dapat

berupa mineral berharga seperti mineral logam

yang menjadi bahan baku dasar yang dapat dimanfaatkan. Nikel merupakan logam yang

banyak digunakan di industri sebagai salah satu

bahan baku untuk membuat baja tahan karat, baja tahan temperature tinggi, bahan magnet, proses

pelapisan logam, panduan logam bukan besi, katalis, sel bahan bakar dan bahan kimia.

Kebutuhan logam nikel makin meningkat

seiring dengan perkembangan industrinya dimana

sebagian besar dari logam nikel digunakan untuk memenuhi keperluan industri sebagai bahan untuk

kebutuhan industri strategis dan teknologi tinggi,

nikel mempunyai potensi menghasilkan nilai tambah yang sangat besar. Terdapat dua jenis bijih

nikel laterit yaitu laterit jenis saprolit yang

merupakan senyawa silikat/hidrosilikat dan laterit

jenis limonit yang merupakan senyawa oksida/hidroksida. Nikel laterit jenis limonit

dicirikan dengan kadar Fe yang tinggi dan nikel

laterit jenis saprolit dicirikan dengan kadar MgO yang tinggi. Indonesia merupakan salah satu

Negara yang bijih nikel laterit tersebar dalam

jumlah yang cukup besar dibeberapa daerah seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan

Papua. Hal inilah yang sekarang dimanfaatkan oleh

sektor industri untuk menghasilkan bahan baku

dasar yang bermanfaat yang salah satunya pada daerah Maluku.

PT. Haltim Mining merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada penambangan nikel

berjenis nikel laterit dan berusaha melakukan

pekerjaan penambangan dengan baik guna memprioritaskan permintaan konsumen terhadap

bijih nikel sehingga pengambilan sampel, preparasi

sampel sampai tahapan uji laboratorium dikontrol

agar kadar bijih nikel sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Permintaan konsumen

akan bijih nikel dengan kadar sebesar 1,8%

sehingga PT. Haltim Mining berusaha memasarkan nikel sesuai permintaan konsumen untuk

dimanfaatkan. Namun terkadang hasil analisis oleh

alat XRF adanya perubahan kadar nikel. Perubahan

kadar pada sampel produksi antara sampel pada area Pit dengan stockpile yang nilai kadarnya

dibawah yang diinginkan konsumen. Adanya

perbedaan kadar pada area pit dan stockpile menjadi pertanyaan “Mengapa kadarnya berubah?”

Apa penyebab perubahan kadar?. Salah satu faktor

penyebabnya yaitu cara pengambilan sampel maka

agar mengetahui perubahan kadar tersebut perlu

diadakan analisis mengenai hal yang menyebabkan perubahan kadar.

METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu

penelitian komparatif dan kualitatif. Penelitian

komparatif merupakan suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Disini variabelnya masih

sama dengan variabel mandiri tetapi untuk sampel

yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang

berbeda. Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk kata, skema, dan gambar (Sugiyono 2003:14).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengambilan sampel yang dilakukan oleh PT. Haltim Mining didasarkan pada JIS (Javanese

Industrial Standart) dengan mekanisme sampling

yaitu hand sampling. Hand sampling yang terdiri

atas beberapa macam namun yang digunakan oleh PT. Haltim Mining yaitu grab sampling.

Pengambilan sampel yang dilakukan meliputi sampel Patok, Sampel Cek, Sampel

Selektive, Sampel Produksi pada daerah tambang/Pit dan Sampel pada Stockpile.

Pada sampel cek merupakan tahap awal

dalam penentuan pengambilan sampel pada suatu daerah, jika hasil analisis kadarnya bagus maka

daerah tersebut dapat dibongkar untuk

mendapatkan ore dengan hasil yang baik. Sampel

cek terdiri atas sampel Patok, Sampel Cek Tumpukan, Sampel Cek Selective dan Sampel Cek

Khusus. Sampel Patok mempunyai pola dalam

pengambilan yang berbeda dengan sampel Cek lainnya. Pengambilan sampel Patok dilakukan pada

suatu daerah dengan adanya dua patok dengan jarak

antar patok 5 meter, diambilnya bahan sampel

dilakukan pada 9 titik yang pada lokasi daerah tersebut.

Sedangkan untuk pola pengambilan sampel Cek lainnya sama dengan pola pengambilan sampel

Produksi. Sampel cek tumpukan maupun sampel

cek selective dan sampel Produksi pengambilan dilakukan 3 titik pengambilan pada satu daerah.

Untuk sampel cek diambilnya pada tumpukan

maupun material yang telah diselective dan

dilakukan pengambilannya pada awal dan akhir shift.

Page 49: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

46

Sebelum pada tahap analisis menggunakan

XRF Epsilon 3, sampel-sampel tersbut dilakukan preparasi sampel.

Pada analisis oleh alat XRF Epsilon 3 ada

beberapa tahapan sebelum mendapatkan hasil pengujiannya, antara lain:

1. Sampel pada cup dimasukan sebanyak 10 cup pada alat XRF Epsilon

2. Pada software Epsilon 3 dimasukan sampel ID

untuk sampel yang akan dinalisis 3. Setelah itu measurre sampel akan dianalisis.

4. Proses analisis oleh alat XRF Epsilon 3 dengan

waktu ±10 menit.

5. Hasil pembacaan nilai-nila kadar oleh alat XRF Epsilon akan dimasukan pada Microsoft Excel

untuk disimpan ataupun untuk hasil outputnya.

Pada penelitian ini, pengujian dengan alat XRF Epsilon 3 terdapat unsur-unsur seperti Ni, dan

Fe. Hasil analisis alat XRF pada sampel cek yang

diambil sebelum kegiatan pemuatan. Sampel pada Pit dengan stockpile diambil saat kegiatan

pemuatan/ore getting sedang dilakukan. Hasil

pengujian sampel cek, sampel pada Pit dan sampel

pada Stockpile dengan menggunakan alat XRF Epsilon 3 seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Sampel Cek Hasil analisis dengan Alat XRF Epsilon 3

No Sample ID Sample

Type

Ni

(%)

Fe

(%)

Fe*

(%) Remarks Deposite

1 HM0003140 - HM0003143 SC 1,74 8,24 11,58 spesial check PIT 2

2 HM0006450 - HM0006452 SC 1,79 9,92 14,18 spesial check PIT 3

3 HM0003165 - HM0003168 SC 1,77 10,31 13.08 spesial check PIT 3

4 HM0007801 - HM0007804 SC 1,76 9,65 11,83 spesial check PIT 3

5 HM0006471 - HM0006473 SC 1,58 9,11 11,64 spesial check PIT 2

6 HM0008805 - HM0008808 SC 1,89 10,84 15,99 spesial check PIT 2

7 HM0006750 - HM0006752 SC 1,80 10,95 14,49 spesial check PIT 2

8 HM0003171 - HM0003173 SC 1,77 9,93 12,55 spesial check PIT 1

9 HM0006611 - HM0006614 SC 1,77 10,63 14,06 spesial check PIT 1

10 HM0003175- HM0003177 SC 2,02 11,00 14,62 spesial check PIT 3

11 HM0003205 - HM0003207 SC 2,00 9,80 13,85 spesial check PIT 3

12 HM0006973 – HM0006973 SC 1,69 9,03 12,99 spesial check PIT 3

13 HM0003123 – HM0003125 SC 1,75 10,00 12,32 spesial check PIT 1

14 HM0003140 - HM0003142 SC 1,73 9,98 13,33 spesial check PIT 1

15 HM0008831 - HM0008833 SC 1,76 10,52 13,40 spesial check PIT 3

16 HM0003350 - HM0003352 SC 1,79 9,86 12,98 spesial check PIT 2

17 HM0006550 - HM0006552 SC 1,88 9,92 14,18 spesial check PIT 3

18 HM0003180 - HM0003183 SC 1,82 10,50 14,22 spesial check PIT 3

19 HM0007820 - HM0007823 SC 1,72 10,18 12,92 spesial check PIT 3

20 HM0006571 - HM0006573 SC 2,20 9,78 12,77 spesial check PIT 2

21 HM0008820 - HM0008823 SC 2,11 9,89 14,37 spesial check PIT 2

22 HM0006800 - HM0006802 SC 1,68 9,06 12,72 spesial check PIT 2

23 HM0003301 - HM0003303 SC 1,74 9,77 12,16 spesial check PIT 2

24 HM0006720 - HM0006723 SC 1,79 9,28 12,62 spesial check PIT 3

25 HM0003250 - HM0003252 SC 1,67 11,41 14,70 spesial check PIT 3

26 HM0003402 - HM0003404 SC 1,86 9,71 13,10 spesial check PIT 3

27 HM0007003 - HM0007005 SC 1,62 10,36 13,30 spesial check PIT 1

28 HM0003230 - HM0003232 SC 1,65 9,38 13,57 spesial check PIT 2

29 HM0003233 - HM0003235 SC 1,89 8,78 13,38 spesial check PIT 2

30 HM0008831 - HM0008833 SC 1,74 10,44 12,49 spesial check PIT 2

Page 50: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

47

Tabel 2. Sampel Pada Pit Hasil Analisis dengan Alat XRF Epsilon 3

No Sample ID Sample

Type

Ni

(%)

Fe

(%)

Fe*

(%) Remarks Deposite

1 HM0030908 - HM0030913 SP 1,76 8,00 11,44 dome a.10 subload 5 PIT 2

2 HM0030918 - HM0030923 SP 1,80 10,29 14,70 dome d.10 subload 3 PIT 3

3 HM0030924 - HM0030929 SP 1,94 13,02 18,83 dome d.10 subload 4 PIT 3

4 HM0030937 - HM0030942 SP 1,85 12,57 17,89 dome e.10 subload 1 PIT 3

5 HM0030967 - HM0030972 SP 1,90 9,73 11,44 dome c.10 subload 4 PIT 2

6 HM0030976 - HM0030981 SP 1,73 7,57 12,87 dome c.10 subload 10 PIT 2

7 HM0030982 - HM0030987 SP 1,63 9,22 13,31 dome c.10 subload 11 PIT 2

8 HM0031013 - HM0031018 SP 1,75 8,70 12,48 dome z.9 subload 8 PIT 1

9 HM0031036 - HM0031041 SP 1,70 10,00 14,05 dome d.10 sub 6 PIT 1

10 HM0031059 - HM0031064 SP 1,74 9,65 13,12 dome g.10 subload 3 PIT 3

11 HM0031065 - HM0031070 SP 1,86 10,04 12,73 dome g.10 subload 4 PIT 3

12 HM0031083 – HM0031088 SP 1,63 14,11 19,32 dome g.10 subload 7 PIT 3

13 HM0031089 – HM0031107 SP 1,79 12,73 17,28 dome g.10 subload 8 PIT 1

14 HM0031102 -HM0031107 SP 1,77 9,81 14,02 dome z.9 subload 6 PIT 1

15 HM0031121 - HM0031126 SP 1,84 10,08 13,09 dome g.10 subload 6 PIT 3

16 HM0031130 - HM0031135 SP 1,77 11,36 16,34 dome f.10 subload 8 PIT 2

17 HM0031151 - HM0031156 SP 1,81 11,37 16,25 dome f.10 subload 2 PIT 3

18 HM0031163 - HM0031168 SP 1,77 8,73 12,49 dome f.10 subload 4 PIT 3

19 HM0031175 - HM0031180 SP 1,79 11,19 16,20 dome h.10 sub 1 PIT 2

20 HM0031403 - HM0031409 SP 2,23 9,99 14,28 dome i.10 subload 2 PIT 2

21 HM0031437 - HM0031442 SP 2,26 14,33 20,09 dome l.10 sub 9 PIT 2

22 HM0031431 - HM0031436 SP 1,66 10,54 14,92 dome l.10 sub 7 PIT 2

23 HM0031599 - HM0031604 SP 1,70 10,55 14,97 dome l.10 subload 3 PIT 3

24 HM0031605 - HM0031610 SP 1,78 10,64 14,85 dome l.10 subload 4 PIT 3

25 HM0031630 - HM0031635 SP 1,67 12,62 17,86 dome l.10 sub 8 PIT 3

26 HM0031013 - HM0031018 SP 1,85 8,70 12,48 dome z.9 subload 8 PIT 1

27 HM0013357 - HM0013362 SP 1,63 8,26 11,80 dome x.9 sub 5 PIT 2

28 HM0013363 - HM0013368 SP 1,59 7,71 11,07 dome x.9 sub 6 PIT 2

29 HM0013369 - HM0013374 SP 1,95 8,47 12,13 dome x.9 sub 7 PIT 2

30 HM0013577 - HM0013582 SP 1,76 8,19 11,70 dome z.9 subload 2 PIT 1

Tabel 3. Sampel Pada Stockpile Hasil Analisis Dengan Alat XRF Epsilon 3

No Sample _ID Sample

Type

Ni

(%)

Fe

(%)

Fe*

(%) Remarks Deposite

1 HM00030807 STP 1,69 9,83 14,04 dome a.10 subload 5 PIT 2

2 HM00030824 STP 1,78 9,33 13,33 dome d.10 subload 3 PIT 3

3 HM00030838 STP 1,72 9,12 13,03 dome d.10 subload 4 PIT 3

Page 51: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

48

Tabel 3. Sampel Pada Stockpile Hasil Analisis Dengan Alat XRF Epsilon 3 (lanjutan)

No Sample _ID Sample

Type

Ni

(%)

Fe

(%)

Fe*

(%) Remarks Deposite

4 HM00030834 STP 1,80 9,56 19,05 dome e.10 subload 1 PIT 3

5 HM00030840 STP 1,90 12,06 17,23 dome c.10 subload 4 PIT 2

6 HM00030833 STP 1,64 10,73 14,05 dome c.10 subload 10 PIT 2

7 HM00030835 STP 1,56 9,27 13,25 dome c.10 subload 11 PIT 2

8 HM00030820 STP 1,75 9,74 13,92 dome z.9 subload 8 PIT 1

9 HM00030845 STP 1,70 11,23 16,05 dome d.10 sub 6 PIT 1

10 HM00031208 STP 1,74 9,65 13,73 dome g.10 subload 3 PIT 3

11 HM0030921 STP 1,83 10,04 12,03 dome g.10 subload 4 PIT 3

12 HM00031223 STP 1,68 13,95 18,56 dome g.10 subload 7 PIT 3

13 HM00031225 STP 1,88 10,88 15,55 dome g.10 subload 8 PIT 1

14 HM00030819 STP 1,50 9,91 14,16 dome z.9 subload 6 PIT 1

15 HM00031221 STP 1,89 10,29 14,70 dome g.10 subload 6 PIT 3

16 HM00031237 STP 1,81 9,92 14,18 dome f.10 subload 8 PIT 2

17 HM00030842 STP 1,78 15,62 22,32 dome f.10 subload 2 PIT 3

18 HM00030846 STP 1,73 8,36 12,57 dome f.10 subload 4 PIT 3

19 HM00031207 STP 1,75 13,21 12,05 dome h.10 sub 1 PIT 2

20 HM00031220 STP 1,83 9,14 12,25 dome i.10 subload 2 PIT 2

21 HM00031226 STP 1,78 15,81 22,59 dome l.10 sub 9 PIT 2

22 HM00031652 STP 1,72 10,95 15,64 dome l.10 sub 7 PIT 2

23 HM00031650 STP 1,74 11,83 16,90 dome l.10 subload 3 PIT 3

24 HM00031244 STP 1,81 11,37 16,24 dome l.10 subload 4 PIT 3

25 HM00031245 STP 1,67 10,97 15,68 dome l.10 sub 8 PIT 3

26 HM00031651 STP 1,75 10,72 15,32 dome z.9 subload 8 PIT 1

27 HM00012589 STP 1,79 8,71 12,45 dome x.9 sub 5 PIT 2

28 HM00012591 STP 1,80 8,50 12,14 dome x.9 sub 6 PIT 2

29 HM00012593 STP 1,90 8,51 11,51 dome x.9 sub 7 PIT 2

30 HM00012597 STP 1,69 9,49 13,56 dome z.9 subload 2 PIT 1

Page 52: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

49

Gambar 1. Nilai Kadar Sampel pada Pit dan Sampel

pada Stockpile

Dari hasil analisis oleh alat XRF seperti tabel

dan grafik nilai kadar Ni, dan Fe diatas dapat dibuat hasil selisih perbandingan kadar nikel baik pada

sampel cek, sampel pada Pit dan sampel stockpile

dalam tabel dan grafik perbandingan seperti dibawah ini.

Tabel 4. Perbandingan Nilai Kadar Ni antara Sampel

Cek dengan Sampel pada Pit

No

Kadar

Nikel

Sampel

Cek (%)

Kadar Nikel

Sampel Pada

Pit (%)

Selisih

Kadar

Nikel (%)

1 1,74 1,76 0,02 2 1,79 1,80 0,01 3 1,77 1,94 0,17 4 1,76 1,85 0,09 5 1,58 1,90 0,32 6 1,89 1,73 0,16 7 1,80 1,63 0,17

8 1,77 1,75 0,02 9 1,77 1,70 0,07 10 2,02 1,74 0,28 11 2,00 1,86 0,14 12 1,69 1,63 0,06 13 1,75 1,79 0,04 14 1,73 1,77 0,04 15 1,76 1,84 0,08

16 1,79 1,77 0,02 17 1,88 1,81 0,07 18 1,82 1,77 0,05 19 1,72 1,79 0,07 20 2,20 2,23 0,03 21 2,11 2,26 0,15 22 1,68 1,66 0,02 23 1,74 1,70 0,04 24 1,79 1,78 0,01

25 1,67 1,67 0 26 1,86 1,85 0,01 27 1,62 1,63 0,01 28 1,65 1,59 0,06 29 1,89 1,95 0,06 30 1,74 1,76 0,02

Jumlah 53,91 53,98 2,29

Rata-rata 1,79 1,80 0,08

Gambar 2. Grafik Perbandingan Nilai Kadar Ni Sampel

Cek dan Sampel pada Pit

Tabel 5. Perbandingan Nilai Kadar Nikel (Ni)

No

Kadar Nikel

Sampel Pada

Pit (%)

Kadar Nikel

Sampel Pada

Stockpile

(%)

Selisih

Kadar

Nikel (%)

1 1,76 1,69 0,07

2 1,80 1,78 0,02

3 1,94 1,72 0,22

4 1,85 1,80 0,05

5 1,90 1,90 0,00

6 1,73 1,64 0,09

7 1,63 1,56 0,07

8 1,75 1,75 0,00

9 1,70 1,70 0,00

10 1,74 1,74 0,00

11 1,86 1,83 0,03

12 1,63 1,68 0,05

13 1,79 1,88 0,09

14 1,77 1,50 0,27

15 1,84 1,89 0,05

16 1,77 1,81 0,03

17 1,81 1,78 0,03

18 1,77 1,73 0,04

19 1,79 1,75 0,04

20 2,23 1,83 0,40

21 2,26 1,78 0,48

22 1,66 1,72 0,06

23 1,70 1,74 0,04

24 1,78 1,81 0,03

25 1,67 1,67 0,00

26 1,85 1,75 0,10

27 1,63 1,79 0,16

28 1,59 1,80 0,21

29 1,95 1,90 0,05

30 1,76 1,69 0,07

Jumlah 53,90 52,60 2,74

Rata-

rata 1,80 1,75 0,09

Page 53: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

50

Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai kadar Nikel

Sampel pada Pit dengan Sampel pada Stockpile

Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Kadar Besi

Sampel pada Pit dengan Sampel pada Stockpile

Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Kadar Fe*

Sampel pada Pit dengan Sampel pada Stockpile

Pembahasan

Pengambilan sampel Pengambilan sampel meliputi sampel cek,

Sampel pada Pit dan sampel pada Stockpile dengan

pola pengambilannya sama. Sampel cek diambil

disaat sebelum kegiatan ore getting atau pada tahap selective mining. Sampel cek yang diambil seorang

sampler pada tumpukan hasil selektif dimana

tumpukan tersebut akan dimuat. Sampel cek diambil guna mengetahui apakah kadar material

masih sama dengan material sebelum kegiatan

selective mining. Ketelitian seorang sampler dalam mengambil material dibutuhkan agar tidak terjadi

perubahan kadar yang signifikan antara sampel cek

sebelum selective mining dan sampel yang diambil

pada kegiatan ore getting yaitu sampel pada Pit. Hasil analisis oleh alat XRF pada sampel cek dan

sampel pada Pit terdapat perubahan yang cukup signifikan diantaranya sampel nomor 5, 6 dan 11.

Perubahan-perubahan kadar sampel pada Pit

dan sampel pada stockpile dianalisis berdasarkan

pada pengambilan dan pengerjaan sampelnya.

Analisisnya berupa hubungan pengambilan dan

pengerjaan sampel berdasarkan Standar Operational Prosedure dengan penerapannya dilapangan.

Pengambilan sampel pada Pit dan pada

stockpile pada dasarnya sudah sesuai berdasarkan

Standar Operational Prosedure (SOP), namun ada ada kegiatan atau tahapan yang belum sesuai

diantaranya ketidaksesuaian pada pengambilan

sampel stockpile diambil sebanyak 2 titik di 1/3

tinggi tumpukan material hasil dumping truck dengan menggunakan scoop 125D namun

pengerjaannya dilapangan ada terjadi perbedaan dimana titik pengambilan sampel ada 3 titik.

Preparasi sampel

Preparasi sampel yang dilakukan oleh PT. Haltim Mining meliputi kegiatan penghancuran,

pengeringan, pencampuran, penimbangan dan

pembagian. Preparasi sampel antara sampel pada

Pit dan sampel Stockpile pengerjaannya sama hanya saja perbedaannya terdapat pada perlakuan sampelnya.

Pada preparasi sampel terdapat kegiatan

yang belum terdapat dalam SOP yaitu matriks dan

mixing. Matriks dan mixing perlakuannya berbeda antara sampel pada pit dan sampel pada stockpile.

Pola matriks yang biasa digunakan pada sampel

pada pit dengan pola 4x5. Pengambilan sampelnya

menggunakan sekop 20-30D dan pada tahapan ini dilakukan pencampuran menggunakan kwat ring sebelum masuk pada pengeringan/oven.

Perlakuan sampel pada stockpile sedikit

berbeda dengan sampel pada pit yang tidak

dimasukan pada SOP yaitu setelah sampel dihancurkan secara manual kemudian proses

pencampuran material agar pembagian materialnya

merata atau homogen. Pencampuran dilakukan

sebanyak 2-3 kali dengan alat sekop. Dan tahapan selanjutnya yaitu Matriks untuk mendapatkan

jumlah sampel yang diinginkan. Setelah

pencampuran, sampel dipadatkan dengan membentuk persegi untuk dimatriks lagi dengan

pola 5 x 6 kemudian matriks lagi dengan pola 4x5

lalu sampel diambil menggunakan scoop dengan ukuran 20-30D. Pada sampel Stockpile terdapat

pengambilan sampel yang disebut sampel MC,

sampel ini diambil pada titik tertentu pada pola 4 x 5 yang berfungsi untuk mengetahui kadar air.

Pada kegiatan mereduksi sampel

menggunakan splitter sampel dibagi menjadi dua

Page 54: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

51

yaitu sampel original dan sampel back up. Sampel

original merupakan sampel yang nantinya akan

diuji sedangkan sampel back up merupakan sampel yang akan disimpan. Pada Standar Operational

Prosedure, kegiatan mereduksi sampel dengan

menggunakan splitter ukuran -10mm dilakukan sebanyak satu kali namun terkadang tidak dilakukan.

Proses mixing terhadap sampel ukuran 200

mesh untuk homegenisasi namun berdasarkan

dilapangan tahapan mixing ini dilakukan secara

manual menggunakan plastik sebelum dimasukan pada plastik sampel, pengisian pada plastik sampel

dengan pola yang ditentukan pada sebuah tray lalu

kemudian sampel yang akan dianalisis akan dimasukan pada cup pulp dan ditekan agar padat

sampel tersebut sebelum dianalisis oleh alat XRF Epsilon 3.

Hasil Pengujian

Pengujian kadar nikel pada PT. Haltim

Mining menggunakan alat XRF epsilon 3. Alat ini dapat menganalisa sampel bubuk padat dengan

sekali menganalisa dapat menampung 10 sampel

yang akan dianalisis. Unsur-unsur hasil analisis antara lain Nikel (Ni) dan Besi (Fe). Dari hasil

pengujian terdapat perbedaan nikai kadar antara

sampel Cek dengan sampel pada Pit dengan selisih 0,08% dimana perubahan nilai kadar yang

signifikan terdapat pada nomor sampel 3, 5, 6, 7,

10,11, 20 dan 21. Untuk nomor sampel 3,5, 20,21

pada sampel cek nilainya rendah dibandingkan sampel pada Pit. Misalkan nomor sampel 5 dengan

nilai sampel cek 1,58% dan sampel pada Pit 1,90

terjadi perubahan yang signifikan. Perubahan ini dapat dipengaruhi oleh pengambilan sampelnya

dimana sampel cek diambil pada saat kegiatan

selective mining. Sampel cek diambil pada tumpukan yang telah diselective pada saat kondisi

cerah namun saat kegiatan selective sedang

berlangsung cuaca berubah menjadi hujan. Setelah

hujan, tumpukan hasil selective tersebut diambil untuk dimuat ke stockpile yang disebut kegiatan

ore getting tanpa mengambil sampel pada

tumpukan selective oleh seorang sampler (orang yang mengambil sampel). Pengambilan sampel

cek berupa 1 kantong sampel soft, 1 kantong

sampel rock dan 1 kantong sampel soft & rock.

Sampel soft diambil 3 titik pada tumpukan dengan tangan, kemudian sampel rock terkadang dilihat

secara kasat mata bahwa batuan ini memiliki

kandungan yang baik namun setelah diuji batuan tersebut tampak luarnya bagus namun dalamnya

tidak mempunyai nilai kandungan unsur yang

diinginkan. Pengambilan sampel cek oleh seorang

sampler sebelum dilakukan selective mining

dibutuhkan ketelitian dan harus lebih mengenal material yang ingin dijadikan sampel untuk diuji

kandungannya. Contohnya seorang sampler yang

mengambil sampel cek pada satu daerah mendapatkan nilai grade 1,9% sehingga

disarankannya ke Grade Control untuk melakukan

kegiatan selective mining. Tumpukan yang telah di selective diambil sampel cek untuk mengetahui

nilai kadarnya namun ternyata hasil kadarnya

menurun 1,4% ternyata sampel cek yang diambil

oleh seorang sampler pada sebelum selective daerahnya terbatas namun disarankan adakan

selective pada satu daerah yang luas. Material yang

telah ditumpuk dibiarkan saja untuk diambil sampel cek setelah 2-3 hari.

Pada kegiatan ore getting yang merupakan kegiatan pemuatan material yang telah diselective

terdapat pengambilan sampel yang disebut sampel

pada Pit. Pengambilan sampel ini pada bucket

excavator menggunakan tray dengan 3 titik pengambilan sampelnya. Pada tempat penelitian,

tumpukan hasil selective yang berbeda nilai

kadarnya seringkali digabungkan untuk kegiatan ore getting. Hal seperti ini harus menjadi perhatian

seorang Grade Control pada pengambilan sampelnya.

Nilai kadar yang signifikan pada nomor

sampel 20 dan 21 yang cukup signifikan dimana

nilai sampel pada Pit lebih besar dibandingkan sampel pada stockpile dengan nilai untuk nomor

sampel 20 yaitu 2,23% berbanding 1,83%.

Pengambilan sampel pada stockpile yang tidak sesuai dengan SOP dimana pengambilan diambil

pada 3 titik. Pengambilan sampel pada stockpile

sendiri terkadang pada satu hari tidak dapat memenuhi 1 subload. Misalkan pada satu

tumpukan stockpile (dome) terdapat 10 subload

namun pada satu hari hanya terisi 1 atau 2 subload

saja. 1 subload terdiri atas 15 karung sampel namun pada satu hari berdasarkan jam kerja hanya

mencapai 10-11 karung saja. Pada keesokannya

sampel diambil lagi untuk mencapai 15 karung tersebut tanpa harus mengambil sampel cek pada tumpukan stockpile tersebut.

Pengambilan sampel dan preparasi sampel

yang dilakukan dilapangan terdapat beberapa

ketidaksesuaian dengan Standar Operational

Prosedure. Hasil pengujian kadar nikel baik sampel cek, sampel pada pit dan sampel stockpile

Page 55: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

52

terjadi perbedaan dikarenakan oleh beberapa factor yaitu:

1. Cara pengambilan sampel pada lapangan

2. Preparasi sampel yang tidak dilakukan dengan

baik. 3. Ketelitian seorang sampler.

4. Pengontrolan yang baik oleh seorang Grade Control.

PENUTUP

Kesimpulan Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengambilan sampel oleh PT. Haltim Mining

yang dianalisis berdasarkan Standar

Operational Prosedure belum optimal dikarenakan pengambilan sampel oleh seorang

sampler yang belum bekerja sesuai SOP-nya

dan seorang sampler yang harus mengenal material yang ingin diambil. Pada preparasi

sampel yang belum ada pada SOP yaitu

perlakuan sampel dengan matriks pola 5 x 6 dan

4 x 5 dan pengujian kadar oleh alat XRF telah dilakukan dengan baik oleh seorang analisis.

2. Perubahan kadar dipengaruhi oleh cara

pengambilan sampel yang belum sesuai berdasarkan Standar Operational Prosedur,

preparasi sampel yang tidak dilakukan dengan baik dan ketelitian seorang sampler.

Saran

1. PT. Haltim Mining lebih memperhatikan

pekerjaan tiap karyawan terutama seorang sampler yang harus dikontrol cara pengambilan

sampelnya oleh Grade Control.

2. PT. Haltim Mining meninjau kembali Standar Operational Prosedure baik pengambilan sampel dan preparasi sampelnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Pengambilan Sampel Bijih

Nikel.https://Facefairfuture. Blogspot. co. id/

(20 september 2017)

Badrun Jumahir. 2011. Study Preparasi Sampel

Endapan Nikel Laterit Hasil Pemboran Eksplorasi Pada PT. Weda Bay Nickel

Kecamatan Weda Tengah Kabupaten

Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara. Fakultas Teknik Universitas Mauhammadiyah Maluku Utara.

Fitri Idul. 2016. Analisis Kandungan Mineral Logam Singkapan Batuan Dikawasan

Pertambangan Mangan Desa Kumbewaha

Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton Dengan Menggunakan Metode XRF. Skripsi Program

Studi Teknik Geofisika Fakultas Ilmu dan

Teknologi Kebumian Universitas Haluoleo. Kendari.

Jamludin Agus dan Adiantoro Darma. 2012.

Analisis Kerusakan X-Ray Fluorensence (XRF). Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir ISSN 1979-2409: 19-28

Subagja Rudi dan Firdiyono F. 2015. Kinetika

Reaksi Pelarutan Nikel Dari Kalsin Nikel Laterit. Majalah Metalurgi (2015) 2:71:80.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Pusat Bahasa Depdiknas. Bandung

Sumantry.2002. Teknik X-Ray Flurorensence dan

prinsip kerja XRF. Jakarta

Page 56: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

53

EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TAMBANG DAN

RANCANGAN DRAINASE PADA PT. SUMBER ANUGERAH

BUANA KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

Petricia J. Etwiory1), Bambang Triyanto2)

1) 2) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua

Jl. Gunung Salju Amban Manokwari

Telp./Fax. (0986)215661 / (0986)214739 Email : 1) [email protected] 2)[email protected]

Abstract

Road is one of the important aspects to support transportation activities. Appropriate road geometry can contribute greatly to the safety and smoothness of transport activities. In addition to the road geometry,

water can also affect the condition of haul road, from which it can indirectly affect the transportation

activities. Therefore,it is important to conduct an evaluation of the haul road geometry condition based on

the AASHTO theory, and to design drainage on the road side of the mine. Road geometry at PT. Sumber Anugerah Buana has not suitable yet based on AASHTO theory. This is proven by using the actual result

showing that the the width of straight road was 4 - 7,5 meter, and the width of bend road was 5.3 - 5,5

meter. However, according to AASHTO theory, the width of straight road should be 4,850 meter and the width of bend road should be 7,733 meters. So, it is necessary to add width on straight road in segment I-

J and in all segment of bend road. The slope of the mine haul road at PT. Sumber Anugerah Buana already

has a safe slope of the road, except the A-B segment and D-E segment that are still above the safe condition, which is more than 15%. PT. Sumber Anugerah Buana does not have drainage, so it is necessary to make

channel on the first DTH dimension, that is 0,463 meter wide, 0,701 meter deep, and 0,928 meter wide of

the channel surface. Meanwhile, the dimension for the second DTH should be 0, 260 meter wide of the channel bottom, 0.395 meter deep of the channel, and 0,522 meters wide of the channel surface.

Keywords: Road Geometry Evaluation, Drainage road

Abstrak

Jalan merupakan salah satu aspek penting untuk menunjang kegiatan pengangkutan. Geometri jalan yang

sesuai dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap keamanan dan kelancaran kegiatan pengangkutan.

Selain geometri jalan, air juga dapat mempengaruhi keadaan jalan angkut, sehingga dapat mempengaruhi

proses kegiatan pengangkutan. Oleh karena itu, akan dilakukan evaluasi terhadap kondisi geometri jalan angkut berdasarkan teori AASHTO dan merancang drainage di tepi jalan angkut tambang. Geometri jalan

di PT. Sumber Anugerah Buana belum sesuai berdasarkan teori AASHTO, ini dibuktikan pada hasil aktual

di lapangan yaitu lebar jalan lurus 4 - 7,5 meter, lebar jalan pada tikungan 5,3 - 5,5 meter sedangkan lebar jalan lurus menurut teori AASHTO yaitu 4,850 meter dan jalan tikungan 7,733 meter, sehingga perlu

dilakukan penambahan lebar pada jalan lurus di segmen I-J dan tikungan di semua segmen jalan.

Kemiringan jalan angkut tambang di PT. Sumber Anugerah Buana sudah memiliki kemiringan jalan yang aman,kecuali segmen A-B dan D-E masih diatas syarat aman yaitu lebih dari 15%. PT. Sumber Anugrah

Buana tidak memiliki saluran (drainage), sehingga perlu dilakukan pembuatan saluran dengan dimensi pada

DTH satu yaitu lebar dasar saluran 0,463 meter, kedalaman saluran 0,701 meter dan lebar permukaan

saluran 0,928 meter, dan untuk dimensi DTH dua yaitu lebar dasar saluran 0,260 meter, kedalaman saluran 0,395 m dan lebar permukaan saluran 0,522 meter.

Kata Kunci : Evaluasi Geometri Jalan, Drainage jalan

Page 57: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

54

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini pembangunan infrastruktur (jembatan dan jalan) di kota sorong semakin

meningkat, sehingga kebutuhan akan bahan dasar

konstruksi sangat diperlukan, salah satu perusahaan yang menyediakan bahan dasar konstruksi adalah PT. Sumber Anugerah Buana.

Kegiatan pengangkutan harus diiringi

dengan kondisi jalan yang layak untuk digunakan

agar dapat menunjang pengangkutan itu sendiri

dan produksi. Geometri jalan angkut yang sesuai dengan dimensi alat angkut yang akan digunakan

dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap

kemanan dan kelancaran pada saat kegiatan pengangkutan sedang berlangsung. Selain geometri

jalan angkut, air juga dapat mempengaruhi keadaan

jalan angkut, ketika hujan turun air akan menggenangi badan jalan sehingga jalan menjadi licin dan rusak.

Untuk mencegah air yang masuk ke badan jalan maka perlu adanya drainage pada jalan

angkut. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi

terhadap kondisi geometri jalan angkut dan pembuatan drainage di tepi jalan angkut dari front

penambangan sampai ke stockpile di PT. Sumber Anugerah Buana.

Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

1. Mengevaluasi geometri jalan angkut tambang

yang telah diterapkan oleh PT. Sumber

Anugerah Buana yang terdiri dari lebar jalan dan kemiringan jalan.

2. Merancang drainage pada jalan angkut di PT. Sumber Anugerah Buana.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini yaitu,

sebagai bahan informasi dan pertimbangan kepada perusahaan mengenai geometri jalan angkut tambang dan rancangan Drainage.

METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah

metode penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif

merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpalan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara

melakukan pengamatan dan pengambilan data

secara langsung di lapangan. Pengambilan data

dibagi menjadi dua yaitu pengambilan data primer

dan data sekunder. Data primer meliputi lebar

jalan, panjang jalan angkut, ketinggian tiap segmen, titik koordinat, kemiringan jalan, dan

jumlah alat angkut, sedangkan data sekunder

meliputi spesifikasi alat angkut dan data curah hujan.

DASAR TEORI

Lebar Jalan Angkut

Jalan angkut yang lebar diharapkan akan

membuat lalu lintas pengangkutan lancar dan

aman. Namun, karena keterbatasan dan kesulitan yang muncul di lapangan, maka lebar jalan

minimum harus diperhitungkan dengan cermat.

Perhitungan lebar jalan angkut pada jalan lurus dan belok (tikungan) berbeda, dikarenakan pada posisi

membelok kendaraan membutuhkan ruang gerak

yang lebih lebar akibat jejak ban depan dan belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar.

Lebar jalan angkut pada jalan lurus

Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada “rule of thumb”

yang dikemukakan oleh “AASHTO” adalah:

L = n.Wt + (n+1)(1/2.Wt) (1)

Dimana: L = Lebar jalan angkut minimum (meter)

n = Jumlah jalur Wt = Lebar alat angkut (meter).

Lebar jalan angkut pada jalan tikungan

Lebar jalan angkut pada tikungan selalu

lebih besar dari pada lebar pada jalan lurus. Untuk jalur ganda, lebar minum pada tikungan dihitung dengan mendasarkan pada:

1. Lebar jejak ban

2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat

angkut bagian depan dan belakang pada saat membelok

3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan 4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan.

Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau tikungan dapat menggunakan rumus:

Wmin = n (U + Fa + Fb + Z) + C (2)

C = Z = U + Fa + Fb

2 (3)

Dimana:

W = Lebar jalan angkut minimum pada

tikungan (meter)

Page 58: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

55

n = Jumlah jalur

U = Lebar jejak roda kendaraan (meter)

Fa = Lebar juntai depan (meter) Fb = Lebar juntai belakang (meter)

C = Jarak antara dua truck yang akan

bersimpangan (meter) Z = Jarak sisi luar truck ke tepi jalan (meter)

Kemiringan Jalan Angkut Kemiringan atau grade jalan angkut

merupakan satu faktor penting yang harus diamati

secara detail dalam kegiatan Evaluasi terhadap

kondisi jalan tambang tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung

dengan kemampuan alat angkut, baik dari

pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%).

Rancangan Sistem Drainage Jalan

Intensitas curah hujan

Besarnya intensitas hujan yang

kemungkinan terjadi dalam kurun waktu tertentu dihitung berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu:

I = R24

24 x (

24

Tc)2/3 (4)

Dimana:

I = Intensitas curah hujan (mm/jam) R24 = Curah hujan rencana per hari (24 jam) Tc = Waktu kosentrasi (jam)

Debit air limpasan

Untuk menghitung jumlah air limpasan dari

suatu daerah dapat digunakan rumus rasional, yaitu:

Q = 0,278 x C x I x A (5)

Dimana:

Q = Debit (m3/s)

C = Koefisien limpasan I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = Luas daerah (km2)

Dimensi saluran terbuka

Bentuk penampang saluran air umumnya

dipilih berdasarkan debit air, tipe material

pembentuk saluran serta kemudahan dalam pembuatannya. Saluran air dengan penampang

segiempat atau segitiga umumnya untuk debit kecil

sedangkan penampang trapesium untuk debit yang besar.

Perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran air dihitung dengan rumus Manning yaitu:

Q = 1

n x R2/3 x S1/2 x A (6)

Dimana:

Q = Debit R = Jari-jari hidrolik

S = Gradien

A = Luas penampang basah n = Koefisien kekerasan manning yang

menunjukkan kekerasan dinding saluran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Geometri jalan angkut PT. Sumber Anugerah

Buana Panjang jalan angkut keseluruhan yaitu 435

meter yang menghubungkan front penambangan

dengan stockyard dan stockpile 1, dengan menggunakan 1 jalur.

Tabel 1. Data hasil pengukuran geometri jalan angkut

dilapangan

No Segmen

Lebar

Jalan

(m)

Kemiringan

Jalan (%) Keterangan

1 A-B 7,5 20 Lurus

2 B-C 5,5 10 Tikungan

3 C-D 5,5 9 Tikungan

4 D-E 5,5 18 Lurus

5 E-F 5,5 13 Tikungan

6 F-G 5,5 9 Lurus

7 G-H 5,3 3 Lurus

8 H-I 5,3 2 Tikungan

9 I-J 4 0 Lurus

Perhitungan Geometri Jalan Angkut Menurut

AASHTO :

Lebar jalan angkut pada jalan lurus Sesuai spesifikasi alat angkut, diketahui

lebar alat angkut yaitu 2,425 meter.

Lmin = 1 x 2,425 meter + (1+1)(1/2 x 2,425) = 4,850 meter

Lebar jalan angkut pada jalan tikungan

Sesuai spesifikasi alat angkut, diketahui

lebar jejak roda yaitu 1,915 meter, lebar juntai

depan 1,235 meter dan lebar juntai belakang 2,005 meter.

Z = 1,915 meter + 1,235 meter + 2,005 meter

2

= 2,578 meter

Wmin = 1 (1,915 + 1,235 +2,005 + 2,578)

= 7,73 m

Page 59: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

56

Rancangan sistem drainage jalan

Tabel 2. Data curah hujan bulanan Kota Sorong tahun

2012-2016

Bulan Curah Hujan (mm)

2012 2013 2014 2015 2016

Januari 218,8 211 125 182 167

Februari 212,3 200 127 298 24,5

Maret 568 155 203 222 83,5

April 275,5 357 88 155 138

Mei 170,9 661 506 110 429

Juni 444,4 171 341 478 293,1

Juli 455,6 491 106 142 665,2

Agustus 103 284 355 30 226,3

September 192,5 221 96 8 417

Oktober 118,7 122 73 151 154,8

November 174,7 247 235 230 163,2

Desember 150,6 219 198 86 127,7

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Sorong, 2015 dan

BMKG Kota Sorong

Dari data curah hujan yang di peroleh BMKG

Kota Sorong (Tabel 5.3), maka selanjutnya akan dilakukan analisa statistik, sehingga diperoleh curah hujan rencana maksimum 24,609 mm/hari.

Perencanaan Saluran Terbuka

Daerah tangkapan hujan (catchment area)

Daerah tangkapan hujan dibagi menjadi 2 daerah yaitu daerah tangkapan hujan 1 yang

memiliki luas daerah yaitu 0,009 km2 dan luas daerah tangkapan hujan 2 yaitu 0,002 km2.

Intensitas curah hujan

I = R24

24 x (

24

Tc)2/3

= 24,609

24 x (

24

0.023)2/3

= 105,488 mm/jam

Debit air Debit air pada daerah tangkapan hujan 1

Diketahui:

Koefisien limpasan (C) = 0,9 Intensitas curah hujan (I) = 105,488 mm/jam

Luas daerah (A) = 0,009 km2

Q = 0,278 x 0,9 x 105,488 mm/jam x 0,009 km2

= 0,237 m3/s

Debit air pada daerah tangkapan hujan 2

Diketahui:

Koefisien limpasan (C) = 0,9

Intensitas curah hujan (I) = 105,488 mm/jam Luas daerah (A) = 0,002 km2

Q = 0,278 x 0,9 x 105,488 mm/jam x 0,002 km2

= 0,052 m3/s

Dimensi Saluran Terbuka

Gambar 1. Rancangan drainage pada DTH 1

Gambar 2. Rancangan drainage pada DTH 2

Pembahasan

Geometri jalan angkut tambang

Tabel 3. Evaluasi geometri jalan angkut

No. Parameter Hasil di

lapangan

Hasil

evaluasi

1. Lebar jalan angkut

pada jalan lurus 4 m – 7,5 m 4,850 m

2.

Lebar jalan angkut

pada jalan

tikungan

5,3 m – 5,5

m 7,733 m

3. Kemiringan jalan

angkut 0% –20% 10% – 15%

Jumlah Alat angkut yang digunakan oleh PT.

Sumber Anugrah Buana untuk melakukan kegiatan pengangkutan menggunakan satu alat angkut

dengan tipe Hino 500 FG 235 JJ. Jumlah jalur yang

diterapkan PT. Sumber Anugrah Buana yaitu 1

jalur. fungsi utama jalan angkut secara umum

Page 60: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

57

adalah menunjang kelancaran operasi

penambangan terutama dalam kegiatan

pengangkutan, sehingga lebar jalan harus sesuai dengan standar teoritis. Penyempitan jalan dapat

disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penumpukan

spoil secara terus menerus dan kondisi jalan yang berbatasan dengan tebing.

Agar lebar jalan angkut memenuhi standar dilakukan penambahan lebar jalan dengan cara

pengendalian spoil yang terdapat pada jalan angkut.

Gambar 3. Tumpukan batu dan kupasan tanah penutup

Lebar jalan angkut pada jalan lurus

Berdasarkan hasil perhitungan teoritis dan hasil pengukuran lebar jalan angkut di lapangan

(tabel 4.3). Dapat dikatakan bahwa jalan angkut

tambang pada jalan lurus di PT. Sumber Anugerah Buana sudah memenuhi syarat jalan berdasarkan

teori AASHTO akan tetapi pada jalan segmen I-J di

dapatkan hasil yang kurang dari teori yaitu 4 meter sehingga perlu dilakukan pelebaran jalan selebar 0.85 meter.

Lebar jalan angkut pada jalan tikungan Berdasarkan hasil perhitungan teoritis dan

hasil pengukuran lebar jalan angkut di lapangan

(tabel 4.3). Dapat dikatakan bahwa jalan angkut tambang pada jalan tikungan di PT. Sumber

Anugerah Buana belum memenuhi syarat jalan

berdasarkan teori AASHTO. Pada tabel 4.4 terdapat 4 segmen yang perlu dilakukan

penambahan lebar pada tikungan. Kondisi

topografi daerah penambangan yang berbukit dan

berbatasan dengan tebing menjadi salah satu penyebab penyempitan jalan. selain itu juga

kurangnya manajemen stockyard sehingga

sebagian material menutupi badan jalan. Lebar jalan angkut yang tidak sesuai dengan standar dapat

memperlambat kecepatan dan berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Tabel 4. Rekomendasi pebaran jalan angkut pada jalan

tikungan

No Segmen

Teori

AASHTO

(m)

Aktual

(m)

Koreksi

lebar

jalan

tikungan

1. B-C 7,733 5,5 Dilebarkan

2,233 m

2. C-D 7,733 5,5 Dilebarkan

2,233 m

3. E-F 7,733 5,5 Dilebarkan

2,233 m

4. H-I 7,733 5,3 Dilebarkan

2,433 m

Kemiringan jalan angkut tambang

Secara umum kemiringan jalan maksimum

yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut besarnya berkisar antara 10%-15%. Berdasarkan

perolehan data di lapangan (tabel 4.1), kemiringan

jalan angkut yang ada di PT. Sumber Anugerah Buana masih aman terkecuali pada segmen A-B

dan segmen D-E yang kemiringannya diatas batas

aman yaitu 15 %. Penyebab kemiringan jalan tinggi adalah kurang memerhatikan kondisi topografi dalam pembuatan jalan angkut.

Agar kemiringan jalan angkut mendekati batas aman 15% dilakukan beberapa pengendalian

diantaranya penurunan grade dengan melakukan

penimbunan atau pemotongan dan menambah panjang jalan. Namun untuk melakukan penurunan

grade sangatlah susah, karena luas area

penambangan tidak begitu luas dan berbatasan dengan jurang dan sumber air (air terjun). Pada

dasarnya kemiringan jalan diatas 15 % masih

mampu dilalui alat angkut, dapat dilihat pada kemampuan menanjak alat angkut yaitu 44,9%,

Sistem drainage jalan

Sasaran penyaliran adalah membuat lokasi kerja diarea penambangan selalu kering karena bila

tidak terkontrol akan menimbulkan masalah antara

lain; jalan tambang becek dan licin, stabilitas lereng tambang rawan longsor, peralatan tambang cepat

rusak, kesulitan mengambil conto (sampling), dan mengancam keselamatan dan kesehatan kerja.

Drainage pada daerah tangkapan hujan 1

direncanakan akan dibuat sepanjang jalan dari

segmen A-F dengan pembuangan akhir di sungai dan daerah tangkapan hujan 2 direncanakan akan

dibuat sepanjang jalan dari segmen I-J dengan

pembuangan akhir akan dialirkan ke drainage jalan

Page 61: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

58

yang terdapat pada PT. Sumber Anugerah Buana.

Pada segmen jalan F-H tidak dibuat drainage

karena di tepi jalan berbatasan langsung dengan sungai. bentuk saluran terbuka yaitu berbentuk

trapesium dan kemiringan dinding saluran 600

dimana saluran ini akan dibuat menggunakan backhoe. Dasar pemilihan bentuk trapezium

sebagai saluran terbuka karena bentuk ini cocok

untuk mengalirkan debit air yang besar dan dasar pemilihan kemiringan dinding saluran 600 karena

lebih ideal. Dengan adanya drainage ditepi jalan

angkut maka air limpasan yang berasal dari air

hujan dapat dialirkan menuju drainage sehingga tidak menggenangi badan jalan.

KESIMPULAN 1. Dari hasil data lapangan dan perhitungan yang

didapatkan jalan angkut tambang yang ada di

PT. Sumber Anugerah Buana belum sepenuhnya memenuhi syarat jalan angkut,

sehingga perlu dilakukan pelebaran jalan.

kemiringan jalan angkut yang terdapat pada PT.

Sumber Anugerah Buana belum sepenuhnya memenuhi syarat kemiringan jalan yang aman.

2. Dimensi drainage yang direncanakan pada

DTH satu yaitu lebar dasar saluran 0,463 meter, lebar permukaan saluran 0,928 meter,

kedalaman saluran 0,701 meter, tinggi muka air

0,300 meter. Ukuran drainage yang kedua dengan lebar dasar saluran 0,260 meter, lebar

permukaan saluran 0,522 meter, kedalaman

saluran 0,395 meter, tinggi muka air 0,169.

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono.2017.Metodologi Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Suwandhi Awang.2004.Perencanaan Jalan

Tambang. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka. Unisba.

Riyanto Thoni.dkk. 2016. Evaluasi Jalan Tambang Berdasarkan Geometri dan Daya Dukung Pada

Lapisan Tanah Dasar Pit Tutupan Area

Highwall. Fakultas Teknik. Universitas Lambung Mangkurat. (26 Febuari 2018).

Suwandhi Awang. 2004. Perencanaan Sistem

Penyaliran Tambang”. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka. Unisba.

Page 62: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

59

ANALISIS STABILITAS LERENG BATUAN DENGAN METODE

SLOPE STABILITY PROBABILITY CLASSIFICATION (SSPC)

PADA KAWASAN PIYUNGAN-PATUK, DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

Rana Wiratama

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Universitas Papua,

Jl. Gunung Salju Amban Manokwari

Email: [email protected]

Abstract

Landslide events in an area are manifestations of unstable slope conditions, so that evaluation of slope

stability and mapping of areas prone to landslides is very important as an effort to mitigate landslides. In this study the Slope Stability Probability Classification (SSPC) method was used to evaluate slope stability

in the Piyungan-Patuk area. which is a rock mass classification system for slope stability which classifies

3 (three) different rock masses through a three-step approach namely: Exposure Rock Mass (ERM),

Reference Rock Mass (RRM) and Slope Rock Mass (SRM). Slope stability analysis results on 18 selected slopes obtained probability of slope stability with very low to very high classification with a probability

value of stability <0.5 to> 95, where the probability value is strongly influenced by rock mass parameters such as rock strength, discontinuity and weathering rate .

Keywords: Slope stability, Discontinuity, Rock Mass

Abstrak

Peristiwa terjadinya longsor di suatu kawasan merupakan manifestasi dari kondisi lereng yang tidak stabil,

sehingga evaluasi stabilitas lereng dan pemetaan pada kawasan yang rawan tejadinya longsor menjadi hal

yang sangat penting sebagai upaya mitigasi terhadap bencana longsor. Pada penelitian ini diterapkan metode Slope Stability Probability Classification (SSPC) untuk evaluasi stabilitas lereng di daerah

Piyungan-Patuk. yang merupakan sistem klasifikasi massa batuan untuk stabilitas lereng yang

mengklasifikasikan 3 (tiga) massa batuan berbeda melalui pendekatan tiga langkah (three steps approach);

yaitu : Exposure Rock Mass (ERM), Reference Rock Mass (RRM) dan Slope Rock Mass (SRM). Hasil analisis stabilitas lereng pada 18 lereng terpilih didapat probabilitas stabilitas lereng dengan klasifikasi

sangat rendah hingga sangat tinggi dengan nilai probabilitas kestabilan <0,5 sampai dengan >95, dimana

nilai probabilitas ini sangat dipengaruhi oleh parameter masa batuan seperti kekuatan batuan, diskontinuitas dan tingkat pelapukan.

Kata Kunci: Stabilitas lereng; Diskontinuitas; Massa Batuan.

Page 63: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

60

PENDAHULUAN

Wilayah Piyungan-Patuk yang secara

administratif termasuk kedalam wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berdasarkan

pada faktor-faktor kondisi geologi dengan

morfologi perbukitan berada pada daerah yang rawan tejadinya longsor dan gerakan tanah

(Sopheap & Karnawati, 2007). Berdasarkan

kondisi tersebut, ruas jalan raya yang melalui wilayah Piyungan-Patuk, yang merupakan jalur

transportasi darat utama antara kota Yogyakarta

dan Kabupaten Gunungkidul, sangat rawan terkena

dampak longsor, yang selain mengancam dan membahayakan keselamatan jiwa dan harta benda

penduduk sekitar maupun para pengguna jalan

raya, juga dapat menyebabkan terputusnya jalur penghubung utama antara kota Yogyakarta dan

Kabupaten Gunungkidul sehingga akan

mengakibatkan terganggunya roda perekonomian masyarakat sekitar. Oleh karena itu, mengingat

bahwa kejadian longsor merupakan manifestasi

dari keadaan lereng yang tidak stabil, maka

evaluasi stabilitas lereng pada jalur jalan raya Piyungan-Patuk menjadi hal yang sangat penting

sebagai upaya mitigasi bencana longsor dan gerakan tanah pada kawasan tersebut.

Pada penelitian ini dilakukan evaluasi

kestabilan lereng dengan metode Slope Stability Probability Classification (SSPC) pada lereng-

lereng terpilih di kawasan Piyungan-Patuk. SSPC

merupakan pendekatan baru metode klasifikasi

masa batuan yang secara langsung menghitung probabilitas kestabilan suatu lereng berdasarkan

parameter-parameter masa batuannya. SSPC telah

diterapkan untuk penilaian stabilitas lereng di berbagai daerah untuk berbagai keperluan

rekayasa, dan dihasilkan penilaian stabilitas lereng

yang lebih baik dibandingkan sistem lainnya (Hack, 1998).

Lokasi Daerah Penelitian

Lokasi daerah penelitian berada di wilayah Piyungan-Patuk yang secara administratif termasuk

ke sebagian wilayah Kecamatan Piyungan,

Kabupaten Bantul dan wilayah Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi penelitian.

METODE PENELITIAN Evaluasi kestabilan lereng batuan di lokasi

penelitian dilakukan dengan metode SSPC, yang

merupakan sistem klasifikasi massa batuan untuk stabilitas lereng yang mengklasifikasikan 3 (tiga)

massa batuan berbeda melalui pendekatan tiga langkah (three steps approach); yaitu :

1. Exposure Rock Mass (ERM) atau massa batuan

tersingkap dikarakterisasikan dan dikoreksi

berdasarkan pelapukan dan tipe penggaliannya. 2. Reference Rock Mass (RRM) atau massa batuan

imajiner, yaitu kondisi massa batuan segar, tak

terganggu digunakan sebagai referensi koreksi dan parameter ERM

3. Slope Rock Mass (SRM) yaitu massa batuan

dimana terdapat lereng atau direncanakan

dibuat lereng, dinilai berdasarkan parameter turunan RRM dengan pertimbangan derajat pelapukan dan metode penggalian.

Ketiga tahapan tersebut digunakan pada

SSPC untuk perhitungan probabilitas kestabilan

lereng dengan diagram alir sebagai berikut (Gambar 2)

Page 64: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

61

Gambar 2. Diagram alir metode SSPC

PARAMETERISASI MASSA BATUAN

Dalam SSPC penilaian terhadap kondisi

kestabilan suatu lereng sangat dipengaruhi oleh parameter-parameter massa batuan pembentuk

lereng, sehingga penilaian terhadap parameter-

parameter massa batuan pembentuk lereng dilakukan sebagai langkah awal untuk evaluasi

stabilitas lereng. Parameter-parameter dimaksud

adalah:

Weathering/Pelapukan (We) Dalam SSPC derajat pelapukan massa

batuan pembentuk lereng dikarakterisasi mengikuti

British Standard (BS5930, 1981). Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pelapukan batuan

pembentuk lereng sangat dipengaruhi oleh kondisi

lokal seperti misalnya posisi dan orientasi lereng serta pengaruh aktivitas di lingkungan sekitar.

Intact Rock Strength (IRS)

Intact Rock Strength atau kekuatan batuan utuh merupakan parameter yang paling utama dan

paling penting untuk meng-estimasi stabilitas

lereng. Pada SSPC, IRS di-estimasi di lapangan

menggunakan palu geologi standar (berat ±1kg) sesuai dengan klasifikasi British Standard (BS5930, 1981).

Diskontinuitas

Diskontinuitas (bidang perlapisan, kekar,

rekahan) dan kombinasinya dengan kuat geser sepanjang bidang diskontinuitas menentukan

kemungkinan terjadinya pergerakan sepanjang

bidang diskontinuitas sehigga memiliki pengaruh

penting terhadap perilaku mekanik massa batuan (Hack, 2002). Kuat geser diskontinuitas ditentukan

oleh sliding criterion yang mengkonversi

karakterisasi visual dan tactile (derajat kekasaran berdasarkan sentuhan) kedalam apparent friction

angle sepanjang bidang diskontinuitas sesuai

dengan referensi yang tersedia baik untuk skala

besar (Roughness large scale (Rl)) yang diukur pada bidang sepanjang ± 1 m, maupun skala kecil

Page 65: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

62

(Roughness small scale (Rs)) yang diukur pada

bidang seluas ± 20 x 20 cm2.

Keberadaan Infill material (Im) dan Karst (Ka) sebagai material pengisi didalam dan

sepanjang diskontinuitas juga mempengaruhi kuat

geser masa batuan sehingga dikarakterisasi dan diidentifikasi keberadaannya di lapangan.

Kondisi diskontinuitas (CD) Nilai faktor diskontinuitas (TC) didapat

melalui persamaan

TC = Rl * Rs * Im *Ka (1)

TC = Discontinuity factor

Rl = Roughness large scale Rs = Roughness small scale

Im = Infill material Ka = Karst

Sehingga kondisi diskontinuitas (CD) adalah:

CD =

TC1DS1

+TC2DS2

1

DS1+

1

DS2

(2)

TC = Discontinuity factor CD = Condition of Discontinuity

DS = Discontinuity Spacing Ka = Karst

Spacing parameters (SPA)

Perhitungan spacing factor untuk setiap set

diskontinuitas didapat melalui persamaan: - Untuk massa batuan dengan 1 (satu) set

diskontinuitas:

Factor1 = 0.45 + 0.246 * Log10x

Factor2 = Factor3 = 1

- Untuk massa batuan dengan 2 (dua) set

diskontinuitas:

Factor1 = 0.38 + 0.259 * Log10xminimum

Factor2 = 0.28 + 0.300 * Log10xmaximum

Factor3 = 1

- Untuk massa batuan dengan 3 (tiga) set

diskontinuitas:

Factor1 = 0.30 + 0.259 * Log10xminimum

Factor2 = 0.20 + 0.296 * Log10xintermediate Factor3 = 0.10 + 0.333 * Log10xmaximum

(x = jarak antar diskontinuitas dalam cm)

Selain dengan perhitungan melalui

persamaan diatas, spacing factor bisa didapat dengan cara memplot discontinuity spacing (cm)

terhadap factor graph plot (Gambar 3)

Gambar 3. Grafik plot spacing factor berdasarkan jarak set diskontinuitas.

0.1 1 10 100 1000 0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

discontinuity spacing (cm)

fact

or

1 discontinuity set

2 discontinuity sets minimum spacing

maximum spacing

factor1

factor3

joint2

factor2

3 discontinuity sets minimum spacing intermediate spacing

maximum spacing

bedding1

&

joint3

Page 66: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

63

Kemudian setelah didapat nilai faktor dilakukan perhitungan Spacing Parameter (SPA) dengan persamaan:

SPA = Factor1* Factor2 * Factor3

Friksi (mass) dan Kohesi (Cohmass) Massa Batuan

Friksi dan kohesi massa batuan dapat

dihitung dengan mengoptimalkan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb dengan IRS, SPA dan CD melalui persamaan:

Friksi = mass = 0.2417IRS + 52.12SPA + 5.779CD

Kohesi = Cohmass = 94.27IRS+28629SPA+3593CD

Tinggi Lereng Maksimum (Hmax)

Dalam sistem SSPC, apabila dipslope ≤ mass,

maka tinggi lereng maksimum (Hmax) adalah tak

terhingga, tetapi apabila dipslope ≥ mass, maka tinggi

maksimum (Hmax) lereng dapat dihitung dengan persamaan:

Hmax = 1.6*10-4

cohmass

sin (dipslope

) cos(mass)

1- cos (dipslope

- mass)

HASIL PENELITIAN

Perhitungan klasifikasi masa batuan untuk

penilaian stabilitas lereng dengan metode SSPC dilakukan terhadap 18 lereng terpilih di lokasi

penelitian. Pemilihan lereng untuk perhitungan

tersebut didasarkan kepada pertimbangan aksesibilitas, variasi jenis liologi, serta

keterdapatan parameter-parameter pengukuran

dalam tubuh masa batuan pembentuk lereng. Berikut disajikan peta lokasi pengukuran SSPC di lokasi penelitian (Gambar 4)

Gambar 4. Peta lokasi pengukuran SSPC

Page 67: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

64

Pada tabel 1 berikut disajikan hasil karakterisasi

lereng berdasarkan parameter-parameter masa

batuan serta perhitungan probabilitas kestabilan

pada lereng 7 yang berlokasi di Dukuh Plesedan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan

Tabel 1. Karakterisasi lereng 7

KARAKTERISASI LERENG

Lereng : 7

Lokasi : Dukuh Plesedan, Desa Srimulyo, Kec. Piyungan

Koordinat UTM - Easting : 442778.73 m

- Northing : 9133344.25 m

Litologi : Perselingan Batupasir Tufan-Batupasir halus Strike/Dip Slope : N87oE/84o

Parameter Exposure

Method of Excavation (ME) Natural Slope 1.00

Degree of Weathering (WE) Slightly Weathered 0.95

Intact Rock Strength (IRS) Bongkah sekepalan tangan pecah

dengan pukulan ringan (palu geologi) 50 MPa

Parameter Diskontinuitas

Tipe B1 J1

Dip Direction

(derajat) 100 303

Dip

(derajat) 9 81

Spacing

(m) 0.3 0.07

Persistence (Strike)

(m) 5 <5

Persistence (Dip)

(m) >1 >0.05

Roughness large scale (Rl) 0.75 0.80

Roughness small scale (Rs) 0.65 0.90

Infill Material (Im) 1.00 0.85

Karst (Ka) 1.00 1.00

Gambar 5. Penilaian set diskontinuitas pada lereng 7

Page 68: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

65

Tabel 2. Hasil perhitungan probabilitas kestabilan lereng 7

PROBABILITAS KESTABILAN LERENG

Nama: Lereng 7 Lokasi: Dukuh Plesedan

Parameter Lereng Faktor

Metode Penggalian/Pembentukan SME 1.00

Derajat Pelapukan SWE 0.95

Orientasi Strike N870E

Kemiringan Dip slope 840

Tinggi H 4.5 m

Kekuatan Batuan Pembentuk SIRS 50 Mpa

Jarak Antar Diskontinuitas SSPA 0.43

Kondisi Diskontinuitas SCD 0.58

Friksi (φ) SFRI 380

Kohesi SCOH 19107.2

Tinggi Maksimum Hmax 7.8 m

Rasio Friksi terhadap Kemiringan SFRI

DipSlope

0.45

Rasio Tinggi Maksimum terhadap Tinggi Lereng 𝐻𝑀𝑎𝑥

𝐻𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 1.73

Probabilitas Kestabilan Lereng 95%

Gambar 6. Grafik plot kestabilan lereng 7

Hasil plot pada grafik (Gambar 6)

memperlihatkan bahwa probabilitas kestabilan

lereng 7 adalah sebesar 95% yang berarti peluang untuk lereng tetap berada pada kondisi stabil adalah

sebesar 95% selama tidak ada perubahan terhadap

parameter-parameter masa batuan pembentuk lereng.

Berikut disajikan dalam tabel hasil

perhitungan nilai-nilai faktor parameter dan nilai probabilitas kestabilan terhadap 18 lereng terpilih di daerah penelitian

Page 69: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

66

Tabel 3

. Hasil p

erhitu

ngan n

ilai fa

kto

r para

meter d

an p

rob

abilita

s stab

ilitas leren

g p

ada 1

8 leren

g terp

ilih.

Page 70: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

67

Gam

bar

7. P

eta s

tabil

itas

lere

ng d

aer

ah p

enel

itia

n b

erdasa

rkan n

ilai

pro

bab

ilit

as

SS

PC

.

Page 71: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

68

Berdasarkan hasil perhitungan nilai

probabilitas kestabilan masing-masing lereng maka

probabilitas kestabilan dibagi menjadi lima klasifikasi tingat kestabilan lereng yaitu sangat

rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Berikut hasil klasifikasi kestabilan lereng disajikan dalam peta stabilitas lereng daerah penelitian (Gambar 7).

Lereng-lereng dengan probabilitas

kestabilan sangat rendah dan rendah utamanya

terbentuk pada tipe batuan piroklastik tuff dan

lapili dengan kondisi diskontinuitas yang rapat serta tingkat pelapukan tinggi sehingga perlu

dilakukan upaya perkuatan lereng dengan pembuatan dinding penahan (retaining wall)

KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan perhitungan metode SSPC terhadap 18 lereng terpilih di daerah penelitian didapat:

1. Empat unit lereng memiliki klasifikasi

probabilitas kestabilan sangat rendah dengan

nilai probabilitas < 0.1, yaitu lereng 3, 4, 8 dan

14. 2. Empat unit lereng memiliki klasifikasi

probabilitas kestabilan rendah dengan nilai

probabilitas 0.1-0.35, yaitu lereng 5, 9, 12 dan 16.

3. Lima unit lereng memiliki klasifikasi

probabilitas kestabilan sedang dengan nilai

probabilitas 0.35-0.6, yaitu lereng 2, 10, 11, 17 dan 18.

4. Satu unit lereng memiliki klasifikasi

probabilitas kestabilan tinggi dengan nilai

probabilitas 0.95, yaitu lereng 7. 5. Empat unit lereng memiliki klasifikasi

probabilitas kestabilan sangat tinggi dengan

nilai probabilitas >0.95, yaitu lereng 1, 6, 13 dan 15.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya probabilitas kestabilan lereng di daerah

penelitian adalah diskontinuitas, kekuatan batuan, derajat pelapukan batuan serta geometri lereng.

Upaya perkuatan lereng perlu segera dilakukan

terutama pada lereng dengan tingkat probabilitas

kestabilan sangat rendah dan rendah guna menghindari terjadinya peristiwa longsor.

DAFTAR PUSTAKA Hack, H.R.G.K., 1998. Slope Stability Probability

Classification, SSPC, 2nd edition. ITC,

Enschede, The Netherlands. ISBN 90 6164 153 3 258 pp.

Hack, R., Price, D., Rengers, N., 2003. A new

approach to rock slope stability probability classifcation (SSPC). Bulletin of Engineering Geology and the Environment 62, 167–184.

Sopheap, L., & Karnawati, I. D. (2007). Landslide

risk assessment at Piyungan-Patuk Area,

Yogyakarta Special Province, Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah

Mada).

Page 72: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

69

PENAMBANGAN MARMER PADA PT. MAKASSAR MARMER

MULIAINDAH KABUPATEN MAROS

Juanita Rosalia Horman

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua

Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Email: [email protected]

Abstract

Mining is the extraction of valuable minerals from the earth. Marble recovered by mining process. Marble is usually used as a building material. PT. Makassar Marmer Muliaindah is a private company, that is

actively operating in marble mining in Indonesia. The mining system applied by PT. Makassar Marmer

Muliaindah is Open Pit System with Quarry method. Phases of mining activities conducted by PT.

Makassar Marmer Muliaindah include clearing, stripping, drilling, cutting, block splitting, block release, block refinement, loading, hauling and stocking.

Keyword : Marble, mining, quarry

Abstrak

Penambangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membebaskan mineral berharga dari batuan induknya untuk dimanfaatkan. Marmer berasal dari alam dan untuk memperolehnya harus melalui proses

penambangan. Marmer biasanya digunakan sebagai bahan bangunan. Salah satu perusahaan swasta di

Indonesia yang melakukan penambangan Marmer adalah PT. Makassar Marmer Muliaindah. Sistem

penambangan yang diterapkan oleh PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah Sistem Tambang Terbuka dengan Metode Quarry. PT. Makassar Marmer Muliaindah melakukan kegiatan penambangan secara

bertahap, dimulai dari pembersihan lokasi, pengupasan bagian atas marmer, pemboran, pemotongan batuan,

pembajian, pelepasan batuan, penyempurnaan blok, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan hasil penambangan.

Kata kunci : Marmer, penambangan, quarry

Page 73: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

70

PENDAHULUAN

Pembangunan fisik dewasa ini berkembang

pesat seirama laju pembangunan di berbagai bidang. Seiring dengan laju pembangunan fisik,

maka kebutuhan akan komoditas bahan tambang

juga meningkat, seperti marmer, batugamping, sirtu, andesit, gipsum dan lain-lain. Masing-masing

komoditas tersebut mempunyai kegunaan yang

berbeda. Khusus untuk marmer, biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk lantai dan

dinding bangunan. Marmer berasal dari alam,

merupakan jenis batuan metamorf yang berasal dari

batugamping yang terkena proses metamorfosa kontak maupun regional[1]. Untuk membebaskan

Marmer dari batuan induknya harus melalui proses penambangan.

Salah satu perusahaan swasta di Indonesia

yang melakukan penambangan Marmer adalah PT. Makassar Marmer Muliaindah, yang terletak di

Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

PT. Makassar Marmer Muliaindah

memisahkan front penambangan menjadi Delapan

Induk. Front penambangan ini dipisahkan berdasarkan tipe marmer dan ketinggian daerah penambangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menguraikan sistem dan proses penambangan

marmer yang diterapkan pada PT. Makassar Marmer Muliaindah.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian ini

dilakukan pada PT. Makassar Marmer Muliaindah.

Pengambilan data dilakukan pada Induk III, berupa data primer terkait metode penambangan yang

diterapkan, tahapan kegiatan penambangan dan alat-alat penambangan yang digunakan.

DASAR TEORI

Sistem Penambangan

Secara garis besar sistem penambangan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Tambang

Terbuka, Tambang Bawah Tanah dan Tambang Bawah Air.

Tambang Terbuka merupakan sistem

penambangan yang segala aktivitasnya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi,

dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan

udara luar. Berdasarkan jenis endapan yang

ditambang, sistem Tambang Terbuka terbagi

menjadi empat metode, yaitu Open Pit/Cut Mine, Quarry, Stripe Mine, dan Alluvial Mine[2].

Tahapan Kegiatan Penambangan

Secara umum kegiatan penambangan

dilakukan secara bertahap, dimulai dari pembersihan daerah yang akan ditambang,

dilanjutkan dengan pengupasan tanah penutup,

kemudian kegiatan pengambilan endapan bahan galian dari kulit bumi dan dibawa ke permukaan bumi untuk dimanfaatkan[3].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Penambangan

Sistem penambangan yang diterapkan pada

PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah sistem

tambang terbuka, metode Quarry, tipe side hill,

dengan jalan masuk langsung. Penambangan dilakukan dengan membuat jenjang (bench).

Berdasarkan kondisi lapangan maka pada awal kegiatan penambangan jenjang yang dibentuk

belum beraturan karena sebagian besar batuan yang

ditambang masih berupa bongkahan-bongkahan besar, sehingga penambangan dimulai dari level terendah yang selevel dengan jalan tambang.

Pembuatan jenjang diusahakan dapat

menjamin keleluasaan gerak alat-alat mekanis

dalam aktivitasnya sehingga produksi yang

dihasilkan bisa sesuai target, tanpa mengabaikan tinggi jenjang, lebar jenjang dan panjang jenjang

serta penentuan lokasi yang akan ditambang.

Gambar 1. Metode Quarry, Tipe Side Hill

Gambar 2. Jalan Masuk Langsung

Page 74: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

71

Gambar 3. Front Penambangan

Tahapan Kegiatan Penambangan Untuk memproduksi marmer, PT. Makassar

Marmer Muliaindah melakukannya secara bertahap, yaitu:

Pembersihan lokasi

Pembersihan lokasi merupakan serangkaian

pekerjaan untuk membersihkan tempat kerja dari semak-semak dan pepohonan. Kegiatan ini dapat

dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) dan peralatan mekanis.

Secara manual peralatan yang digunakan

adalah parang dan kapak. Sedangkan peralatan mekanis yang digunakan adalah Excavator Komatsu PC 400.

Pemilihan peralatan ini disesuaikan dengan medan kerja dan diameter pepohonan yang akan ditebang serta semak belukar yang akan dibabat.

Pohon yang telah ditebang dan tumbang,

selanjutnya akan disingkirkan ke tempat yang

relatif rendah atau lereng bukit. Bagian pohon yang tidak dapat disingkirkan oleh tenaga manusia akan

disingkirkan dengan menggunakan Excavator Komatsu PC 400.

Pengupasan bagian atas marmer

Kegiatan pengupasan bagian atas permukaan

marmer dilakukan dengan cara pemotongan menggunakan mesin Diamond Wire Sawing

Marini, kemudian digusur dengan Excavator

Komatsu PC 400. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan medan kerja dan

kemajuan tambang. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan permuka kerja yang lebih baik

sehingga dalam proses pengeboran dan pemotongan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada

hambatan yang diakibatkan oleh medan kerja.

Tebal bagian atas marmer yang akan dikupas rata-rata 3-5 meter, dan hasil dari pengupasan ini akan

digusur ke tempat yang berelief lebih rendah atau daerah bebas penambangan.

Pemboran

Pemboran ini dimaksudkan untuk membuat lubang

ke dalam batuan marmer, baik vertikal maupun horizontal. Lubang hasil pemboran ini berfungsi

sebagai jalur Cable Wire dari Diamond Wire Sawing Marini.

Pemboran biasa digunakan pada tahap

pembongkaran dan pembentukan blok. Pemboran dibagi menjadi dua bagian berdasarkan pada letak

bornya, yaitu pemboran vertikal dan pemboran horisontal.

Sebelum melakukan kegiatan pemboran

terlebih dahulu diadakan quality control terhadap

batuan yang akan dibor. Gunanya untuk menentukan panjang, tebal dan kedalaman batuan yang akan dibor.

Pemboran yang dilakukan menurut arah dari

pemboran dibagi atas dua, yaitu:

Bor Horisontal

Langkah awal yang dilakukan dalam

kegiatan penambangan marmer adalah kegiatan pemboran secara horisontal. Alat bor yang

digunakan adalah Driller Marini. Pemboran yang

dilakukan bertujuan untuk membuat lubang

horisontal pada kedua sisi batuan sebagai jalan masuknya tali Diamond Wire Sawing Marini, cara

kerja alat bor ini adalah menumbuk dan berputar.

Langkah-langkah kerja pemboran horisontal dengan Driller Marini yaitu:

a. Mempersiapkan tempat kerja yang datar dan cukup leluasa untuk menyetel posisi alat bor, hal

ini sangat besar pengaruhnya terhadap posisi

lubang bor horisontal agar tetap lurus dan stabil apabila pada penyetelan lubang bor terdapat

kesalahan maka kemungkinan besar lubang

yang akan dibuat menjadi miring, biasanya

untuk menyetel kemiringan lubang bor digunakan waterpass.

b. Agar alat bor tidak bergeser pada waktu

pemboran, maka dipasang angker pada bagian kiri dan kanan alat bor dan pada bagian sisi

batuan yang dibor.

c. Setelah itu mata bor dipasang pada batuan yang akan dibor. Pemasangan selang udara dan

menghubungkan listrik pada dinamo mesin bor.

Jika pemasangan selang udara sudah siap maka

pemboran dimulai.

Page 75: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

72

d. Mesin bor Driller Marini dijalankan oleh dua

orang, satu orang di bagian control panel dan

satu orang membantu memasang dan membuka batang bor serta menjaga jika terjadi hambatan.

Gambar 4. Driller

Bor Vertikal

Pemboran vertikal dilakukan setelah pembongkaran blok marmer dari batuan induknya

(segmen), dimana blok marmer tersebut sudah di

potong secara horisontal dan vertikal dengan menggunakan Diamond Wire Sawing Marini.

Gambar 5. Sphericall Drill

Alat-alat bor yang digunakan sebagai berikut:

Sphericall Drill Marini Sphericall Drill Marini adalah alat bor yang

praktis dan mudah dalam pengoperasiannya,

karena alat ini mempunyai rel dan pada kedua

ujungnya dipasang empat buah angker. Dapat digunakan pada pemboran horisontal dan vertikal.

Tujuan pemboran ini adalah untuk membuat

lubang tempat memasang alat pancir dengan pola

sejajar, alat ini dapat dioperasikan oleh satu orang operator dan digerakan oleh tekanan udara. Sistem kerja alat ini adalah tumbuk dan berputar.

Langkah kerja alat Sphericall Drill yaitu:

a. Sebelum alat Sphericall Drill Marini

ditempatkan di blok marmer, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik

blok berdasarkan tipe batuan oleh quality

kontrol.

b. Selanjutnya alat Sphericall Drill Marini tersebut diatur posisinya sesuai dengan arah garis yang

telah ditentukan pada blok marmer, kemudian

pada kedua ujung Sphericall Drill dipasang angker untuk menahan rel agar tidak bergeser di

saat pemboran berlangsung.

c. Kemudian selang udara (hose) dipasang pada

bagian panel kontrol dan batang bor. Setelah semuanya sudah disiapkan, maka pemboran

mulai dilaksanakan.

d. Setelah lubang bor pertama selesai dilanjutkan dengan pemboran lubang berikutnya dengan

cara memutar tangkai penggerak pada mesin bor

dengan jarak 5 – 10 cm dengan tujuan mendapatkan lubang rapat supaya waktu pembajian mendapat retakan yang lurus.

Rock Drill (RHD) Toyo 85 RHD Toyo 85 adalah alat bor yang dipakai

pada pemboran vertikal dan horisontal dengan

tingkat produksi yang rendah, karena dalam pengoperasiannya tergantung dari kecakapan, keuletan dan kemampuan operator.

Tujuan pemboran ini adalah untuk membuat

lubang vertikal pada blok marmer. Alat ini

dioperasikan oleh satu orang operator dengan

sistem kerja berputar dan menumbuk dan digerakan oleh tekanan udara.

Langkah kerja alat bor RHD Toyo 85: a. Blok yang akan dibor dibersihkan dan diberi

garis lurus.

b. Pada lengan bor RHD Toyo 85 dipasang selang udara (hose) dan batang bor pertama dengan

panjang 80 cm (termasuk panjang bit).

c. Kemudian pemboran dimulai dengan

memegang tangkai bor RHD Toyo 85 sambil menahan ujung bawah batang bor kedua yang

panjangnya 160 cm sampai tembus pada dasar

blok marmer yang dibor.

Page 76: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

73

Gambar 6. Sketsa Pemboran Dengan Driller dan Spherical

Pemotongan batuan

Pemotongan batuan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan blok-blok

marmer. Alat pemotong batuan yang digunakan adalah Diamond Wire Sawing dan Chain Saw.

Gambar 7. Diamond Wire Sawing

Gambar 8. Chain Saw

Diamond Wire Sawing Bagian-bagian utama dari diamond wire adalah:

1. Mesin Diamond Wire

Berfungsi sebagai tempat pemasangan Diamond Wire yang dilengkapi dengan roda gaya

Page 77: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

74

untuk perputaran kabel yang ditambatkan pada

batuan. Mesin diletakkan di atas landasan yang

kuat berupa rel untuk bergerak maju mundurnya mesin tersebut.

Mesin Diamond Wire mempunyai dua gerakan dasar yaitu:

a. Gerakan Body Gerakan body adalah gerakan sepanjang

jalur rel yang ada dengan cara maju dan mundur.

Gerakan body maju yaitu gerakan mendekat ke arah batu yang dipotong yang biasanya dilakukan pada

saat memotong/ memendekkan tali kawat intan.

Sedangkan gerakan mundur yaitu gerakan menjauh dari batuan yang dipotong.

b. Gerakan Pully

Gerakan pulley yaitu gerakan untuk memutar Diamond Wire yang telah dihubungkan dengan

pully secara terus menerus, kecepatan

perputarannya tergantung dari penyetelan alat tombol pengatur dan gaya gesek yang terjadi antara mata gergaji dengan batuan yang di potong.

2. Control Panel Bagian-bagian pengendali pada papan

kontrol ini berupa tombol-tombol dan tanda

peringatan yang berfungsi sebagai motor penggerak dan pengendali mesin pemotong batuan.

Sebelum Diamond Wire Sawing Marini dipasang terlebih dahulu disiapkan lubang lewat

wire dan menyiapkan landasan kerja yang rata agar

mesin penggerak Diamond Wire Sawing Marini

dapat bergerak dengan baik. Diamond Wire Sawing Marini yang akan dipasang, terlebih dahulu kedua

ujungnya disambung, lalu dijepit dengan alat

penjepit (handy press), pendorong dapat dilakukan dengan arah horizontal dan vertikal.

Sebelum pemotongan dimulai terlebih dahulu Diamond Wire Sawing Marini dimasukkan

ke dalam roda (wheel), kemudian selang air

ditempatkan pada posisi perputaran Diamond Wire

Sawing Marini (pully diamond wire) yang gunanya untuk menggelindingkan dan mengencerkan debu-

debu hasil pemotongan sekaligus sebagai

pelumasan bit untuk optimalisasi kualitas pemotongan.

Pada sistem pemotongan ini yang perlu diperhatikan menjaga kuantitas penyemprotan air

saat pemotongan langsung serta mengatur

kecepatan potong Diamond Wire Sawing Marini

untuk mencegah kemungkinan putusnya wire dan

debu-debu hasil pemotongan dapat diencerkan sehingga tingkat polusi dapat diperkecil.

Alat ini dapat memotong blok dengan dua

arah yaitu horisontal dan vertikal. Pemotongan

blok marmer dengan diamond wire mempunyai dua fungsi yaitu:

a. Pemotongan untuk melepaskan dari batuan induk.

b. Pemotongan untuk penyempurnaan blok.

Pemotongan dengan menggunakan Diamond

Wire Sawing Marini bertujuan untuk melepaskan

batuan dari batuan induknya membutuhkan waktu

yang cukup lama pada saat persiapan, penyambungan kawat intan (sling wire) dan tempat untuk mendudukkan alat.

Langkah-langkah persiapan pemotongan yaitu:

a. Pada salah satu batuan induk yang akan

dibongkar pada pemboran horisontal,

dimasukkan ujung kawat intan (sling wire) dan

ditarik hingga menembus batuan pada sisi yang satunya dengan menggunakan batuan sepasang

besi pengait kawat yang panjangnya melebihi

dari panjang lubang. b. Setelah kedua ujung kawat khusus tadi

disambungkan dengan cara klem atau pres yang

di bantu alat khusus penyambung kawat Diamond Wire (handy press).

c. Jika kedua ujung kawat tadi telah tersambung,

maka kawat tersebut kemudian dipasang pada

roda mesin (pully diamond wire) pada bagian depan dan selanjutnya alat pemotong siap untuk dioperasikan.

Langkah-langkah pemotongan untuk penyempurnaan blok yaitu:

a. Mempersiapkan landasan kerja yang datar

untuk menempatkan rel diamond wire

mengarah pada salah satu sisi batu marmer yang

akan di potong. b. Kemudian untuk menempatkan posisi blok yang

akan dipotong digunakan Excavator.

c. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan panel listrik serta penempatan panel kontrol

pada jarak 10 m dari mesin diamond wire.

d. Tali gergaji intan dikalungkan pada batu yang akan dibuat blok dan tali gergaji intan

dimasukkan ke dalam roda penggerak (pulley).

Page 78: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

75

e. Sebelum dijalankan terlebih dahulu membidik

posisi alat terhadap batu marmer yang akan

dipotong agar membentuk garis lurus. f. Selang air pembilas dipasang pada tempat

lewatnya tali gergaji pada saat operasi, biasanya

air yang dibutuhkan pada saat pemotongan

dikondisikan dengan luas yang akan di potong.

Chain Saw

Pada proses pemotongan segmen mengggunakan chain saw terlebih dahulu

disiapkan landasan kerja yang rata agar rel dan

mesin penggerak chain saw dapat bergerak dengan

baik. Chain Saw yang akan digunakan terlebih dahulu dipasang bar (tempat rantai dan mata widya dipasang).

Sebelum pemotongan dimulai terlebih

dahulu bar chain saw diturunkan secara perlahan-

lahan dengan memperhitungkan kedalaman dan arah pemotongan yang diinginkan, kemudian

selang air ditempatkan pada posisi perputaran

rantai chain saw yang gunanya untuk

menggelindingkan dan mengencerkan debu-debu

hasil pemotongan sekaligus sebagai pelumasan mata widya untuk optimalisasi kualitas pemotongan.

Selama proses pemotongan berlangsung

yang perlu diperhatikan adalah menjaga kuantitas

penyemprotan air saat pemotongan langsung serta mengatur kecepatan potong chain saw untuk

mencegah kemungkinan putusnya rantai chain saw

dan debu-debu hasil pemotongan dapat diencerkan

sehingga tingkat polusi dapat diperkecil. Selain itu juga perlu diperhatikan kondisi mata widya dan jumlah grease yang digunakan.

Chain saw khusus digunakan untuk

pemotongan segmen, bukan untuk penyempurnaan

blok. Alat ini dapat memotong blok dengan dua arah yaitu horisontal dan vertikal.

Gambar 9. Sketsa Pemotongan Batuan Dengan Diamond Wire

Page 79: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

76

Kegiatan pembajian/pemanciran

Kegiatan pembajian/pemanciran dimaksud

untuk membuat retakan pada permukaan blok

marmer yang sudah dibor secara vertikal dengan pola sejajar dan jarak lubang bor 5 cm – 10 cm. Alat

yang digunakan adalah pancir yang terbuat dari

besi yang berbentuk pipih dengan ukuran panjang

60 cm dan 40 cm serta dibantu dengan palu besi yang beratnya 10 kg.

Langkah kerja Pembajian/Pemanciran antara lain:

a. Pancir dipasang pada masing-masing lubang yang tersedia atau dengan cara memberi antara

satu lubang bor.

b. Setelah pancir dipasang teratur, maka

dilanjutkan dengan cara memukul satu persatu secara berurutan.

c. Cara melakukan pemukulan atau penetrasi

dimulai dari bagian tengah blok marmer kemudian bergeser ke arah pinggir, yang pada

akhirnya sedikit demi sedikit batu marmer akan

retak dengan mengikuti arah deretan lubang bor. d. Selanjutnya blok yang sudah dipancir

dipisahkan dengan menggunakan bucket dari

Excavator.

e. Hasil dari pembajian ini akan ditampung pada stock pile dan selanjutnya dapat diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut.

Gambar 10. Sketsa Pembajian/Pemanciran

Pelepasan batuan

Kegiatan pelepasan batuan bertujuan untuk

memisahkan atau mendorong blok marmer yang

telah selesai dipotong. Pelepasan block marmer

dari batuan induk dapat dilakukan dengan menggunakan Excavator Komatsu PC 400. Tapi

untuk blok marmer yang berdimensi besar yang

tidak dapat dilepaskan dengan menggunakan

Excavator, maka harus dilakukan dengan menggunakan Hydrolick Jack Bull.

Gambar 11. Sketsa Pelepasan Blok Marmer

Penyempurnaan blok

Tahap ini dilakukan apabila setelah tahap pembentukan blok masih terdapat marmer yang

keropos ataupun pada sudut marmer ada yang

retak/pecah. Alat yang digunakan adalah Diamond

Wire Pola Marini.

Pemuatan

Pemuatan adalah kegiatan yang bertujuan

untuk memindahkan blok marmer dari front

penambangan ke stock pile sementara di Quarry. Kegiatan pemuatan dilakukan dengan

menggunakan alat Derrick Crane Gianco Mini

Italia, memiliki kemampuan maksimum 30 ton dengan panjang boom 60 m dan sudut putar maksimum 1200.

Kegiatan pemuatan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Menurunkan blok marmer dari lokasi penambangan ke stock pile sementara di

Quarry.

b. Pemuatan blok marmer ke Dump truck.

Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan untuk memindahkan blok marmer dari stock pile

sementara di Quarry ke stock pile di lokasi

Page 80: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

77

pengolahan. Kegiatan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan Dump truck Nissan CW 340.

Kondisi jalan angkut dari front

penambangan ke stock pile mempunyai kemiringan

rata-rata 0 – 15 %, dengan jarak ± 2.200 meter, lebar jalan angkut 3 – 5 meter, sehingga

tidak memungkinkan Dump truck berpapasan saat melakukan kegiatan pengangkutan.

Kondisi permukaan jalan angkut pada

musim hujan umumnya berlumpur (becek) dan licin, sedangkan pada musim kemarau kondisi jalan

berdebu, tentunya kondisi ini akan berpengaruh

terhadap pengemudi sehingga berdampak terhadap

efisiensi kerja alat angkut, untuk itu jalan angkut perlu disiram secara berkala pada musim kemarau.

Penumpukan hasil penambangan (Stocking)

Alat yang digunakan dalam kegiatan

penumpukan hasil penambangan yang telah diangkut oleh Dump Truck adalah Mobile Crane Cobelco 02 berkapasitas 45 ton.

Pada tahap ini, Mobile Crane mengambil

blok marmer dari Dump Truck dan selanjutnya

menumpuk blok marmer secara baik dan teratur pada lokasi stock pile. Mobile Crane ini pula yang

digunakan untuk memuat blok marmer ke Dump Truck untuk pemasaran.

Secara keseluruhan tahapan penambangan

marmer PT. Makassar Marmer Muliaindah dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Diagram Alir Tahapan Penambangan Marmer PT. Makassar Marmer Muliaindah

PENGANGKUTAN

Dump Truck

Pengolahan Blok Penjualan Blok

PEMUATAN

Derrick Crane

PENYEMPURNAAN BLOK

Diamond Wire Pola

PEMBORAN

1. Driller dan Rock Hand Drill

2. Sphericall Drill

PEMBERSIHAN LOKASI

MANUAL

Parang dan kapak

MEKANIS

Excavator

PENGUPASAN BAGIAN ATAS MARMER

1. Diamond Wire Sawing

2. Excavator

PEMOTONGAN BATUAN

1. Diamond Wire Sawing

2. Chain Saw

PEMBAJIAN

Pancir

PELEPASAN BATUAN

1. Excavator

2. Hydrolick Jack Bull

STOCKING

Mobile Crane

Page 81: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

78

KESIMPULAN

Sistem penambangan yang diterapkan pada

PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah sistem tambang terbuka, metode Quarry, tipe side hill, dengan jalan masuk langsung.

PT. Makassar Marmer Muliaindah

melakukan kegiatan penambangan secara bertahap,

dimulai dari pembersihan lokasi, pengupasan bagian atas marmer, pemboran, pemotongan

batuan, pembajian, pelepasan batuan,

penyempurnaan blok, pemuatan, pengangkutan dan

penumpukan hasil penambangan.

DAFTAR PUSTAKA

Irwandy Arif, Tambang Terbuka, ITB, Bandung, 1996. [2]

Partanto Prodjosumarto, Tambang Terbuka, ITB, Bandung, 1996.[3]

Sukandarrumidi, Bahan Galian Industri, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta, 1998.[1]

Page 82: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

79

MORFOLOGI ABU LIMBAH PENGOLAHAN KAYU SEBAGAI

BAHAN DASAR GEOPOLIMER UNTUK MATERIAL

PENYANGGA TAMBANG BAWAH TANAH

Jance Murdjani Supit

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua

Jl. Gunung Salju Amban Manokwari

Email: [email protected]

Abstract

Geopolymer is made from materials that are both natural polozan and artificial pozolan. Pozolan materials

contain silica (SiO2) and alumina (Al2O3). Both of these compounds can be found as natural materials (such

as metakaolin, and volcanic material), as well as waste (eg fly ash, husk ash). The potential of forest products in the form of wood in Papua, especially Manokwari Regency, is very abundant, as well as its

utilization efforts. The processing or utilization of wood results in the solid waste in the form of pieces,

leftovers and wood sawdust. This study aims to explain the geopolymer morphology of wood processing waste ash in Manokwari, from which it can be used as buffer material. By using SEM-EDX in the analysis,

the results showed that the size of ash grain of wood processing waste was ≤100 µm (from Merbau wood

or mixed wood). The elements contained in the ashes of merbau wood waste consist of O, Ca, C, Si, K, Mg,

Al, Cu, Fe, and S. Meanwhile, mixed wood waste ash contains O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Fe, Na, and S. Wood processing waste in Manokwari Regency has the potential to be used as the basis for making geopolymer

because it dominantly contains Si and Al elements.

Keyword: Morphology, Geopolymer, Wood waste ash

Abstrak

Geopolimer terbuat dari material bersifat pozolan baik dari alam maupun pozolan buatan. Material bersifat

pozolan mengandung silica (SiO2) dan alumina (Al2O3). Kedua senyawa ini dapat ditemukan sebagai

material alam (seperti metakaolin, dan material vulkanik), maupun sebagai limbah (contonya fly ash, abu sekam). Potensi hasil hutan berupa kayu di Papua khususnya Kabupaten Manokwari sangat melimpah

demikian pula pemanfaatannya. Pengolahan/pemanfaatan kayu menghasilkan limbah padat baik berupa

potongan-potongan, sisa sekapan maupun serbuk gergajian kayu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan morfologi geopolimer dari abu limbah pengolahan kayu yang terdapat di Manokwari untuk

dijadikan material penyangga. Analisis menggunakan SEM-EDX, hasil penelitian menunjukkan ukuran

butir abu limbah pengolahan kayu ≤100 µm (kayu Merbau maupun kayu campuran). Unsur yang

terkandung dalam abu limbah kayu merbau terdiri dari O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Cu, Fe, dan S. Sedangkan abu limbah kayu campuran mengandung O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Fe, Na, dan S. Limbah pengolahan kayu

di Kabupaten Manokwari berpotensi dijadikan bahan dasar pembuatan geopolimer karena mengandung unsur Si dan Al yang dominan.

Kata kunci: Morfologi, Geopolimer, Abu Limbah kayu.

Page 83: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN

Geopolimer merupakan senyawa

aluminosilikat yang pertama kali ditemukan oleh Joseph Davidovits pada tahun 1978 (Davidovits,

1994). Geopolimer terbuat dari material bersifat pozolan

baik dari alam maupun pozolan buatan. Material bersifat

pozolan mengandung silica (SiO2) dan alumina (Al2O3)

(Davidovits, 2008). Berdasarkan penelitian yang

telah ada berbagai mineral alam yang mengandung

Al dan Si, limbah maupun terak dapat dimanfaatkan

sebagai sumber bahan baku geopolimer (Xu dan Van Deventer, 2000). Geopolimer atau disebut juga

geopolimer anorganik, berkembang sebagai

material teknik yang penting dalam industri bahan konstruksi yang berwawasan lingkungan (Duxson,

dkk. 2007). Potensi hasil hutan berupa kayu di

Papua khususnya Kabupaten Manokwari sangat

melimpah demikian pula pemanfaatannya. Pengolahan/pemanfaatan kayu menghasilkan

limbah padat baik berupa potongan-potongan, sisa sekapan maupun serbuk gergajian.

Untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan

dasar pembuatan geopolimer limbah pengolahan kayu terlebih dahulu dipreparasi dengan cara dibakar untuk mengubahnya menjadi abu.

Tujuan penelitian ini, untuk menjelaskan

karakteristik morfologi geopolimer dari abu limbah

pengolahan kayu yang terdapat di Manokwari guna dijadikan bahan dasar geopolimer.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Material uji berasal dari Kabupaten

Manokwari Provinsi Papua Barat, sedangkan

pengujian dilakukan di laboratorium PPLH UGM menggunakan SEM-EDX.

Pengujian dilakukan terhadap dua sampel

abu limbah pengolahan kayu, yaitu limbah pengolahan kayu Merbau dan kayu campuran

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengujian terhadap limbah pengolahan kayu tampak seperti pada gambar 1 dan gambar 2.

Gambar 1 menunjukkan bahwa abu limbah

pengolahan Kayu Merbau tersusun oleh material

dengan ukuran butir ≤100 µm, dengan unsur yang terkandung di dalamnya, antara lain C, O, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Fe dan Cu.

Berdasarkan hasil pengujian limbah kayu

merbau diketahui bahwa material abu limbah

pengolahan kayu Merbau dapat dijadikan sebagai

material penyangga karena memiliki ukuran butir

yang halus (≤100 µm). Unsur yang mendominasi (berturut-turut berdasarkan % massa) adalah

sebagai berikut: O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Cu, Fe, dan S.

Gambar 2 menunjukkan bahwa abu limbah

pengolahan Kayu Campuran tersusun oleh material dengan ukuran butir ≤100 µm, dengan unrur yang

terkandung di dalamnya, antara lain: C, O, Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, dan Fe.

Berdasarkan hasil pengujian limbah kayu

merbau diketahui bahwa material abu limbah

pengolahan Kayu Campuran dapat dijadikan sebagai material penyangga karena memiliki

ukuran butir yang halus (≤100 µm). Unsur yang

mendominasi (berturut-turut berdasarkan % massa) adalah sebagai berikut: O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Fe, Na, dan S.

Pembahasan

Hasil pengujian pada kedua sampel uji

menunjukkan bahwa abu limbah pengolahan kayu,

baik kayu Merbau maupun Campuran, dapat dijadikan bahan dasar Geopolimer karena memiliki

ukuran butir yang halus (≤100 µm) dan mengandung unsur Si dan Al yang cukup dominan.

Komposisi unsur dominan dalam kedua

sampel memiliki kemiripan. Sedikit perbedaan dengan adanya unsur Cu pada kayu Merbau yang

tidak terdapat pada kayu Campuran, dan adanya

unsur Na pada kayu Campuran yang tidak terdapat

pada kayu Merbau membutuhkan penelitian lebih lanjut.

KESIMPULAN 1. Secara morfologi abu kayu, baik dri limbah

pengolahan kayu Merbau maupun kayu

kampuran dapat dijadikan bahan dasar Geopolimer, karena memiliki ukuran butir yang

halus dan memiliki kandungan unsur Si dan Al

sebagai untur utama pembentuk geopolimer.

2. Limbah pengolahan kayu yang terdapat di Kabupaten Manokwari berpotensi untuk

dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan

geopolimer.

Page 84: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Gambar 1. Hasil pengujian dari limbah kayu Merbau

Page 85: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Gambar 2. Hasil pengujian dari limbah kayu campuran

Page 86: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

DAFTAR PUSTAKA

Davidovits, J., 1994. Geopolymers: Inorganic

Polymeric New Materials. Journal of Materials Engineering 16: 91-139.

Davidovits, J., 2008, Geopolymer: Chemistry and Applications, Perancis: Geopolymer Institute.

Duxson, P., Provis, J.L., Lukey., G. C., van Deventer, J.S.J. 2007. The role of inorganic

polymer technology in the development of ‘green

concrete’ Cement and Concrete Research 37: 1590–1597.

Xu, H., Van Deventer, J.S.J., 2000. The

geopolymerisation of alumino-silicate-minerals.

International Journal of Mineral Processing 59:

247–266PP No. 9.

Page 87: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

PETUNJUK PENULISAN INTAN

JURNAL PENELITIAN TAMBANG

(CENTER, TIMES NEW ROMAN 16, BOLD)

Penulis 11)

, Penulis 22)

, Penulis 33)

1), 3)Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua 2)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Papua

1), 2), 3)Jl. Gunung Salju Amban Manokwari

Email: 1)[email protected], 2)[email protected], 3)[email protected]

Abstract

Abstract title is written with Times News Roman style (11 pt and bold) and centered format. The distance

between abstract with Author address is 2 spaces (11 pt). the body text of abstract was written italic style

(11 pt) amounts 150-200 words, with left margin and right margin 25 mm and 20 mm from edge. Key words

written under the abstract text arranged in alphabetical order and separated by a semicolon. Title keywords

written with regular format with 11 pt bold font while the key words in italics (italic). Abstract was written

in English and Indonesian, if article was written in Indonesian. If article was written in English, abstract

was written in English. The titles article was written before the contents of the abstract format Bold UPPER

CASE.

Keywords: abstract; keyword; tittle; writing guidelines

Abstrak

Judul abstrak ditulis dengan huruf Times New Roman rata tengah dengan format 11 pt bold. Jarak antara

judul abstrak dengan nama lembaga adalah 2 spasi (11 pt). Jarak antara teks abstrak dengan judul abstrak

adalah 1 spasi (11 pt). Abstrak ditulis dengan huruf miring (Italic) sepanjang 150-200 kata, dengan margin

kiri 25 mm dan margin kanan 20 mm. Abstrak ditulis dengan format satu kolom. Kata kunci ditulis di

bawah teks abstrak, disusun urut abjad dan dipisahkan oleh tanda titik koma. Judul kata kunci ditulis dengan

format regular dengan font 11 pt bold. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, jika

artikel berbahasa Indonesia. Jika artikel berbahasa inggris maka abstrak cukup ditulis dengan bahasa Inggris

saja. Judul dalam abstrak ditulis sebelum isi abstrak dengan format UPPER CASE Bold.

Kata kunci: abstrak; kata kunci; judul; petunjuk penulisan

Page 88: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

PENDAHULUAN

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

diterbitkan sejak 2018 dengan frekuensi 2 (dua) kali setahun setiap bulan Mei dan November.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang dicetak dari

artikel-artikel yang dikirim ke Redaksi INTAN Jurnal Penelitian Tambang setelah melalui proses

review oleh Dewan Redaksi dan/atau Mitra

Bebestari. Setiap artikel yang dikirimkan harus terbebas dari unsur plagiarsm maupun autoplagiarsm.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang sebagai jurnal nasional dikembangkan dengan sistem

pengelolaan secara online. Proses submitted

/pendaftaran artikel dan proses telaah artikel dikerjakan secara online.

Artikel dapat ditulis dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artikel

dapat berupa hasil-hasil penelitian, kajian pustaka,

maupun analisis serta pemecahan permasalahan

yang relevan dengan bidang ilmu teknik pertambangan, yang belum pernah dipublikasikan dalam media publikasi lainnya.

METODE PENULISAN

Petunjuk Umum

Artikel harus ditulis pada kertas HVS ukuran A4 (210 x 297 mm). Artikel ditulis tanpa nomor

halaman dan disusun dengan urut-urutan topik

bahasan: Pendahuluan, Metode Penelitian Hasil

dan Pembahasan, Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih (kalau ada), Daftar Notasi (jika ada) dan

Daftar Pustaka. Abstrak dan Judul ditulis dalam 2

(dua) bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris.

Petunjuk Penulisan

Artikel diawali dengan judul artikel dengan font 16 pt bold format UPPER CASE. Nama

penulis ditulis di bawah judul dengan format Title

Case font 12 pt bold. Nama penulis ditulis lengkap

tanpa gelar akademik. Nama lembaga (institusi asal, alamat dan e-mail) ditulis di bawah nama

penulis dengan huruf Times New Roman dengan

format Title Case, 11 pt. Judul artikel, nama penulis dan nama lembaga ditulis rata tengah. Jarak antara

judul dengan nama penulis adalah 2 spasi (10 pt)

dan jarak antara nama penulis dengan nama

lembaga adalah 1 spasi (10 pt)

Isi artikel ditulis dengan format margin kiri

25 mm, margin kanan 20 mm, margin bawah 20

mm dan margin atas 20 mm. Jarak header dari tepi kertas adalah 15 mm, dan jarak footer dari tepi

kertas (edge) adalah 12,5 mm. Artikel diketik

dalam program MS Word dengan jenis huruf Times

New Roman dengan font 11 pt, 1 spasi dan dalam

format dua kolom. Setiap artikel terdiri atas maksimum 15 halaman (termasuk gambar dan

tabel) dan ditulis justified. Penulisan paragraf di

tepi kiri baris dengan jarak peralihan paragraf baru

10 pt (awal paragraf menjorok ke dalam).

Sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan

format UPPER CASE dan disusun rata kiri tanpa nomor dan garis bawah. Sub sub judul ditulis

dengan huruf tebal dengan format Title Case dan

disusun rata kiri tanpa nomor dan garis bawah. Sub

sub sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan format Sentence case dan disusun rata kiri tanpa

nomor dan garis bawah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar dan Tabel

Gambar dan Tabel diletakkan di dalam

kelompok teks dan diberi keterangan. Gambar dan tabel diikuti dengan judul gambar yang diletakkan

di bawah gambar yang bersangkutan dan judul

tabel yang diletakkan di atas tabel yang

bersangkutan. Judul gambar dan judul tabel diberi nomor urut. Gambar dijamin dapat tercetak dengan

jelas walaupun diperkecil sampai 50%. Gambar

atau diagram/skema sebaiknya diletakkan di antara kelompok teks. Gambar tidak dibingkai. Untuk

gambar atau grafik yang berwarna, mohon

dikirimkan softfile bersamaan dengan file tulisan

jika ingin dicetak berwarna. Tabel yang ditampilkan tanpa garis vertikal, sedangkan garis

horisontal hanya ditampilkan 3 garis horisontal

utama yaitu 2 garis horisontal untuk item judul kolom dan garis penutup dari baris paling bawah.

Gambar 1. Yield glukosa dengan suhu yang

berbeda untuk powder biomassa yang tetap 5 g/L, pada konsentrasi enzim 30% dan pH 4,5

Page 89: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

Tabel 1. Komposisi mikroalga spesies Tetraselmis

chuii

Komponen Komposisi

(%w/w)

α-sellulosa 47,2 %

Hemisellulosa 35,5%

HWS 17%

Persamaan

Persamaan ditulis rata tengah dan diberi

nomor yang ditulis di dalam kurung. Nomor tersebut ditempatkan di akhir margin kanan dari

kolomnya.

D =A

(Vrel2 ρa)

2 + B (Mair

Mliq)

−β

(1)

Penulisan Kutipan/Cuplikan

Sistem penulisan kutipan/cuplikan suatu

naskah atau literatur menggunakan sistem Harvard. Sumber pustaka dituliskan di dalam uraian hanya

terdiri dari nama penulis dan tahun penerbitannya.

Contoh: Usaha-usaha untuk mencari sistem penyimpanan panas yang lebih baik telah banyak

dilakukan, diantaranya adalah menggunakan panas

laten peleburan dari PCM (Yanadoro dan Matsuda,

2006 untuk satu atau dua penulis ; Sutrisno dkk., 2011; Smith et al., 2011 untuk penulis lebih dari dua). Menurut Sanyono (2010), ………dst.

KESIMPULAN Artikel dikirimkan/didaftarkan secara online

dengan cara mengakses website dari INTAN Jurnal Peneltian Tambang dengan alamat sebagai berikut;

http://jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan/index.

Setiap Penulis harus mempunyai users name dan

kata kunci/Password untuk bisa mendaftarkan artikelnya. Data pada bagian Metadata harus diisi

secara lengkap dari semua Penulis. Setiap

mendaftarkan artikelnya dapat dilengkapi dengan Surat Peryataan yang menyatakan bahwa artikel

terbebas dari konflik dan plagiarism. Bagi calon

Penulis yang belum bisa submitted secara online dapat menghubungi Redaksi melalui jalur E-mail

dengan alamat [email protected] atau

[email protected]

Setiap artikel yang masuk akan dilakukan telaah oleh Dewan Redaksi dan/atau Mitra

Bebestari. Korespondensi akan ditujukan kepada

penulis pertama. Penulis harus segera memperbaiki artikel sesuai petunjuk reviewer. Jika artikel telah

dinyatakan diterima baik Major Revision maupun

Minor Revision, maka Penulis harus memperbaiki

artikel paling lama 15 hari setelah pemberitahuan.

Jika penulis tidak segera memperbaiki artikelnya,

maka pada saat mengirimkan artikel akan dianggap

sebagai pendaftaran baru (New Submission).

Redaksi berhak menolak artikel yang dikirim

apabila tidak relevan dengan bidang teknik

pertambangan, tidak up to date atau sudah pernah dipublikasikan dalam majalah ilmiah lainnya.

DAFTAR NOTASI Daftar Notasi ditulis berdasarkan urutan

abjad. Notasi huruf latin ditulis terlebih dahulu, baru diikuti dengan huruf arab.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka disusun menurut abjad tanpa

penomoran dan jarak antara daftar pustaka adalah 1 spasi (10 pt). Aturan penulisan yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Pustaka yang berupa majalah/jurnal ilmiah/prosiding:

Sumin, L., Youguang, M.A., Chunying, Z.,

Shuhua, S., and Qing, H.E., (2009), The Effect

of Hydrophobic Modification of Zeolites on CO2 Absorption Enhancement, Chinese Journal of Chemical Engineering, 17(1), pp. 36-41.

Pustaka yang berupa judul buku :

Fogler, H.S., (2006), Elements of Chemical

Reaction Engineering, 4th, Prentice Hall International, Upper Sadle River, New Jersey, pp. 47-93

Pustaka yang berupa disertasi/thesis/skripsi :

Djaeni, M., (2008), Energy Efficient Multistage

Zeolite Drying for Heat Sensitive Products, PhD Thesis, Wageningen University, The Netherlands.

Pustaka yang berupa patent :

van Reis, R.D., (2006), Charged Filtration Membranes and Uses Therefore, US Patent 7,001,550.

Pustaka yang berupa HandBook :

Knothe, G., van Gerpen, J., and Krahl, J., (2005),

The Biodiesel Hanbook, AOCS Press, Campaign, Illionis, USA, pp. 70-84

Mujumdar, A.S. and Hasan, M., (2006), Drying of

Polymers in Handbook of Industrial Drying, editor A.S. Mujumdar, 3rd ed, Marcel Dekker, New York, pp. 954-978.

Page 90: INTAN - ftpp-unipa.ac.id

INTAN Jurnal Penelitian Tambang

Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTPP) Universitas Papua, Gedung Teknik, Jalan Gunung Salju, Amban,

Manokwari, Papua Barat.

Telepon : 085244058187

Website : jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan

ISSN 2655-3473