intan

35
BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE) SEBAGAI DASAR YANG LAYAK BAGI AUDITOR DALAM MENYATAKAN PENDAPAT AUDIT Kelompok 3 ROINTAN P. F SITUMORANG (120503250) RIBKA STEFFI LIEDA (120503252) VINA GABRIELLA SARAGIH (120503255) FRANSISCA NAOMI (120503272) ANDONI MANAOR (1205032) S-1 AKUNTANSI

description

Data saya

Transcript of intan

BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE) SEBAGAI DASAR YANG LAYAK BAGI AUDITOR DALAM MENYATAKAN PENDAPAT AUDIT

Kelompok 3ROINTAN P. F SITUMORANG (120503250)RIBKA STEFFI LIEDA (120503252)VINA GABRIELLA SARAGIH (120503255)FRANSISCA NAOMI (120503272)ANDONI MANAOR (1205032)

S-1 AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARAKATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah Auditing yang berjudul Bukti Audit (Audit Evidence) sebagai Dasar yang Layak bagi Auditor dalam Menyatakan Pendapat Audit ini.Kami juga berterima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Auditing II kami, Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. yang telah memberi tugas ini. Semoga makalah dan presentasi kelompok kami sesuai dengan harapan Bapak.. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2015Penyusun,

Kelompok 3

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN ..................................................................................... 4

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Bukti Audit ............................................................................................... 5B. Asersi Manajemen dalam Laporan Keuangan ............................................................ 5C. Hal-hal yang Berkaitan dengan Bukti Audit ............................................................... 6D. Pendekatan Pengumpulan Bukti Audit ....................................................................... 9E. Jenis-jenis Bukti Audit ................................................................................................ 10F. Prosedur Audit yang Dilakukan dalam Memperoleh dan Mengevaluasi Bukti Audit ... 16

BAB IIIKESIMPULAN ......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 24

BAB IPENDAHULUAN

Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas penyajian laporan keuangan klien. Untuk memberikan pendapat tersebut, auditor harus memperoleh bukti audit atas laporan keuangan dan mengevaluasinya. Auditor harus mengumpulkan hal-hal yang bersifat membuktikan. Auditor harus dapat membuat keputusan pada pendapat yang diberikan dengan berdasarkan evaluasi yang tidak memihak terhadap bukti yang dikumpulkannya.Pada umumnya dalam melakukan audit, auditor mencakup perolehan dan evaluasi bukti menggunakan prosedur-prosedur seperti pemeriksaan catatan dan konfirmasi untuk menguji kewajaran penyajian laporan keuangan. Untuk dapat melakukan tugas ini secara efektif dan efisien auditor harus memahami secara mendalam aspek penting dari bukti audit. Termasuk memahami bagaimana bukti audit berkaitan dengan asersi laporan keuangan dan laporan auditor, kecukupan dan kompetensi audit, prosedur audit, dan dokumentasi bukti.Bahan bukti digunakan untuk menguatkan atau menyangkal asersi manajemen. Bukti yang dikumpulkan dari prosedur audit digunakan untuk menentukan kewajaran laporan keuangan dan jenis laporan audit yang diterbitkan.Bukti audit merupakan suatu konsep yang mendasar dan terdapat dalam standar auditing, yaitu:STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN #3:Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE)Menurut Rahayu dan Suhayati (2010), bukti audit (audit evidence) adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi (asersi) yang diaudit disajikan sesuai dengan kriterianya. Sedangkan menurut Mulyadi (2002), bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Bukti audit merupakan keseluruhan informasi yang digunakan auditor dalam mencapai kesimpulan yang menjadi dasar pendapat audit, dan mencakup informasi yang terdapat dalam catatan-catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan serta informasi lainnya.Kesimpulan auditor dalam menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan merupakan hasil pertimbangan profesional berdasarkan perolehan bukti kompeten yang cukup. Kompeten berarti bukti audit yang diperoleh dapat diandalkan dari segi kualitas, sedangkan cukup berkenaan dengan banyaknya bukti audit yang diperoleh, dari segi kuantitas.

B. ASERSI MANAJEMEN DALAM LAPORAN KEUANGANSA Seksi 326 paragraf 03 menyebutkan berbagai asersi yang terkandung dalam laporan keuangan. Asersi (assertions) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit.Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar berikut ini:1. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance)Asersi ini berhubungan dengan keberadaan atau keterjadian apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tersebut dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. 2. Kelengkapan (completeness)Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan.3. Hak dan kewajiban (right and obligation)Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.4. Penilaian (valuation) atau alokasiAsersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.5. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)Asersi penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.

C. HAL-HAL PENTING YANG BERKAITAN DENGAN BUKTI AUDITPemahaman yang kuat mengenai karakteristik bukti audit merupakan alat konseptual yang penting bagi auditor. Konsep bukti audit untuk dapat memahami pelaksanaan audit adalah:1. Kompetensi bukti auditKompetensi merupakan ukuran kualitas bukti audit. Faktor-faktor yang menentukan kompetensi bukti audit ada 4, yaitu: RelevanFaktor relevansi artinya bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Kompetensi bukti tergantung pada relevansinya terhadap asersi yang sedang diuji. Jika auditor bergantung pada bukti yang tidak berkaitan dengan asersi dia dapat menghasilkan kesimpulan yang tidak benar mengenai asersi.Sebagai contoh, pengamatan fisik atas persediaan oleh auditor dalam pelaksanaan audit relevan untuk menentukan keberadaan persediaan, tapi tidak relevan dengan penentuan kepemilikan persediaan. Sumber BuktiPada umumnya bukti audit mengenai efektivitas desain dan operasi pengendalian yang diperoleh langsung oleh auditor dengan jalan pengamatan memberikan keyakinan lebih besar dibanding daripada melalui permintaan keterangan. Ketepatan Waktu (Timeliness)Ketepatan waktu berhubungan dengan kapan bukti itu diperoleh atau tanggal pemakaian bukti. Ketepatan waktu sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan laporan laba rugi. Hasilnya akan digunakan untuk mengetahui apakah cut off atau pisah batas telah dilakukan secara tepat. Bukti yang diperoleh lebih dekat dengan tanggal neraca lebih kompeten dan memiliki tingkat keyakinan lebih tinggi daripada bukti yang diperoleh jauh dari tanggal neraca untuk saldo akun-akun neraca. Tingkat ObjektivitasBukti yang bersifat objektif lebih dapat diandalkan (reliable) dari pada bukti subjektif. Dalam melakukan penelaahan bukti yang bersifat subjektif, misalnya perkiraan manajemen, auditor harus mampu mempertimbangkan kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi dan menentukan ketepatan proses pembuatan keputusan dalam membuat judgement.

2. Kecukupan Bukti AuditAudit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk digunakan sebagai dasar memadai dalam merumuskan pendapatnya.Kecukupan adalah ukuran jumlah bukti audit. Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan auditor: Memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari keadaan yang dihadapi. Dalam banyak hal auditor independen lebih mengandalkan bukti yang bersifat mengarahkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat meyakinkan (convincing evidence). Dipengaruhi oleh risiko salah saji. Semakin besar risiko salah saji, semakin banyak bukti audit yang kemungkinan diperlukan untuk memenuhi pengujian audit. Dipengaruhi kualitas bukti audit. Semakin tinggi kualitas bukti, semakin sedikit bukti yang diperlukan untuk memenuhi pengujian audit.Pertimbangan auditor dalam menentukan cukup tidaknya bukti audit:a. Materialitas dan risiko Lebih banyak bukti diperlukan untuk akun-akun yang material. Lebih banyak bukti diperlukan untuk akun-akun yang risiko salah sajinya lebih tinggi.Mis: Internal control lemah maka risk tinggi.b. Faktor EkonomiAuditor bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomi, agar secara konomi bermanfaat, pendapatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu yang pantas dan dengan biaya yang masuk akal.Harus terdapat hubungan yang rasional antara biaya untuk mendapatkan bukti dengan manfaat informasi yang diperoleh. Masalah kesulitan dan biaya pengujian suatu pos bukan merupakan dasar yang sah untuk menghilangkan pengujian tersebut dalam proses audit ( pertimbangan cost and benefit ).c. Ukuran dan Karakteristik PopulasiUkuran populasi berkenaan dengan banyaknya items di dalam populasi. Semakin besar populasi, semakin banyak bukti yang diperlukan.

3. Sifat Bukti AuditSifat bukti audit mencakup catatan akuntansi yang mendasari (underlying accounting data) dan semua informasi lain yang tersedia yang mendukung atau menguatkan (collaborating information). Kedua sifat bukti audit ini kemudian akan dijelaskan di bagian jenis-jenis audit.

4. Evaluasi Bukti AuditKemampuan untuk mengevaluasi bukti secara tepat adalah keahlian penting lain yang harus dipertimbangkan oleh seorang auditor. Evaluasi yang tepat atas bukti membutuhkan pemahaman auditor atau jenis bukti yang tersedia dan keandalan relatifnya atau diagnosisnya. Auditor harus mampu menentukan kapan jumlah yang cukup dari bukti kompeten telah didapat dalam rangka memutuskan apakah kewajaran asersi manajemen dapat didukung.Dalam mengevaluasi bukti audit, auditor harus tetap objektif dan tidak boleh membiarkan evaluasi atas bukti dibiaskan oleh pertimbangan lainnya.

D. PENDEKATAN PENGUMPULAN BUKTI AUDITPengumpulan bukti dilakukan dari dua arah secara simultan (top-down dan bottom-up).Top-down Audit Evidence Fokus kepada perolehan pemahaman bisnis dan industri klien, tujuan dan sasaran manajemen, penggunaan sumber-sumber untuk mencapai tujuan, keunggulan kompetitif organisasi klien, proses bisnis yang utama, earnings, dan cashflow yang dihasilkan. Tujuan Memperoleh penetahuan tentang perusahaan klien dan Mengembangkan harapan auditor terhadap laporan keuangan

Bottom-up Audit Evidence Fokus kepada pengujian-pengujian secara langsung terhadap transaksi-transaksi, saldo-saldo akun, dan system yang mencatat transaki dan menghasilkan saldo-saldo akun. Tujuan: untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti yang mendukung transaksi-transaksi saldo-saldo akun dalam laporan keuangan.

E. JENIS-JENIS BUKTI AUDITBukti audit terbagi menjadi dua, yaitu Data Akuntansi dan Informasi Penguat.Data Akuntansi Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja (worksheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan (1) menganalisis dan mereview, (2) menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembar kerja dan alokasi yang bersangkutan, (3) menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan dengan penerapan informasi yang sama. Dalam suatu sistem akuntansi yang dirancang dan yang diselenggarakan dengan baik, akan terdapat konsistensi intern. Konsistensi ini dapat ditemukan melalui prosedur yang menghasilkan bukti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.Informasi PenguatRahayu dan Suhayati (2010) mengemukakan bahwa ada tujuh kategori bahan bukti audit yang termasuk ke dalam informasi pendukung. Sedangkan Mulyadi (2002) mengatakan bahwa ada enam bukti audit informasi penguat, disamping data akuntansi. Adapun bukti-bukti audit yang dimaksud adalah sebagai berikut:Jenis Bukti Audit: Informasi Penguat

Mulyadi (2002)Rahayu dan Suhayati (2010)

Bukti fisikBukti fisik (Physical evidence)

Bukti dokumenterKonfirmasi (Confirmation)

PerhitunganBukti dokumen (Documentary evidence)

Bukti lisanPernyataan tertulis (Written representation)

Perbandingan dan rasioTanya jawab dengan klien (Oral evidence)

Bukti dari spesialisBukti matematis (Mathematical evidence)

Bukti analitis (Analytical evidence)

1. Pemeriksaan Fisik (Physical evidence)Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau penghitungan aktiva berwujud oleh auditor.Bahan bukti ini sering dihubungkan dengan persediaan dan kas, dan verifikasi saham, wesel tagih dan aktiva tetap berwujud.Merupakan jenis bahan bukti audit yang diperoleh melalui inspeksi, obeservasi, atau penghitungan oleh auditor atas aktiva berwujud.Pemeriksaan fisik ini digunakan untuk menentukan apakah suatu aktiva secara actual itu ada, yaitu untuk memastikan: Kuantitas (eksistensi aktiva) Kualitas/kondisi (dengan melakukan evaluasi/penilaian)

2. Konfirmasi (Confirmation)Konfirmasi adalah proses perolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan.Proses konfirmasi mencakup:a) Pemilihan unsur yang dimintab) Pendesainan permintaan konfirmasic) Pengkomunikasian permintaan konfirmasi pada pihak ketigad) Perolehan jawaban dari pihak ketigae) Penilaian terhadap informasi, atau tidak adanya informasi, yang disediakan oleh pihak ketiga mengenai tujuan audit, termasuk keandalan informasi tersebut.Konfirmasi memiliki informasi bersifat aktual, dan juga memiliki tingkat keandalan yang tinggi.Pendesainan permintaan konfirmasi sesuai dengan tujuan audit tertentu. Auditor harus mempertimbangkan asersi dan faktor yang kemungkinan berdampak langsung terhadap keandalan bukti yang diperoleh melalui prosedur konfirmasi.Faktor yang dimaksud adalah:(1) Bentuk Permintaan Konfirmasia) Bentuk PositifBentuk konfirmasi yang meminta responden untuk menunjukkan apakah ia setuju dengan informasi yang dicantumkan dalam permintaan konfirmasi. b) Bentuk konfirmasi negatif meminta penerima konfirmasi untuk memberikan jawaban hanya jika ia tidak setuju dengan informasi yang disebutkan dalam permintaan konfirmasi.(2) Pengalaman SebelumnyaUntuk menentukan efektivitas dan efisiensi penggunaan prosedur konfirmasi, auditor dapat mempertimbangkan informasi dari audit tahun yang sebelumnya atau audit terhadap entitas yang serupa. Informasi ini meliputi tingkat respon yang diterima, pengetahuan mengeani salah saji yang diidentifikasi dalam audit tahun sebelumnya, dan pengetahuan tentang ketidakakuratan informasi dalam konfirmasi yang diterima kembali.(3) Sifat Informasi yang DikonfirmasiContoh: Lebih mudah konfirmasi terhadap transaksi tunggal daripada keseluruhan akun. Responden kemungkinan juga tidak dapat memberikan konfirmasi saldo utang angsuran, namun ia dapat memberikan konfirmasi apakah pembayaran yang dilakukan mutakhir, jumlah pembayaran, dan syarat pokok pinjaman yang ditariknya.(4) RespondenAuditor harus mengarahkan permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang diyakini oleh auditor memiliki pengetahuan mengenai informasi yang dikonfirmasi.

3. Dokumentasi (Documentary Evidence)Merupakan bukti yang diperoleh melalui pemeriksaan atas dokumen dan catatan klien untuk memperkuat informasi yang harus disajikan dalam laporan keuangan.Bukti dokumen dapat memberikan bukti yang dapat dipercaya untuk semua asersi.Bukti dokumentasi merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Berdasarkan sumber dan tingkat kepercayaannya bukti dokumentasi dikelompokkan menjadi:a) Bukti Dokumen InternAdalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam entitas dan disimpan tanpa pernah keluar ke pihak lain.Contoh: laporan jam kerja, laporan penerimaan persediaan.Dokumen intern yang dihasilkan dan diproses di bawah kondisi struktur pengendalian intern yang baik merupakan bahan bukti yang andal.b) Bukti Dokumen EksternAdalah bukti dokumen yang berasal dari pihak luar entitas, yang berada di tangan klien.Contoh: faktur pembelian, wesel bayar yang ditolak, dan polis asuransi.Dokumen ekstern diperlakukan sebagai bahan bukti yang lebih andal daripada dokumen intern, dan kemungkinan untuk bias adalah kecil. Tapi jika dokumen ekstern sudah masuk ke system perusahaan klien keandalan tidak sebaik yang langsung diperoleh pihak luar.Dokumen ekstern yang mempunyai keandalan tinggi karena disiapkan dengan cermat, dan telah direview para ahli misalnya adalah sertifikat tanah, polis asuransi, kesepakatan pinjaman dan kontrak.Ada sebagian dokumen ekstern yang dibuat pihak luar entitas dan dikirimkan langsung ke auditor tanpa melalui klien. Yaitu dokumen pisah batas rekening koran (cut off bank statements) yang dikirimkan oleh bank klien. Pisah batas rekening koran ini merupakan rekening koran yang mencakup beberapa hari setelah tanggal neraca perusahaan. Auditor memakai dokumen tersebut untuk menentukan bahwa pos-pos yang direkonsiliasi yang tampak pada rekening koran akhir tahun adalah lengkap dan sudah dicocokkan dengan bank.4. Pernyataan Tertulis (Written Representation)Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi atau kejadian tertentu yang menunjang satu atau lebih asersi manajemen.Bukti surat pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau organisasi klien maupun dari aumber eksternal termasuk bukti dari ahli. Dan memiliki perbedaan dengan konfirmasi yaitu: Diperoleh dari pihak ekstern maupun intern Mungkin memuat informasi subjektif atau pendapat individu mengenai sesuatu hal, dan bukan merupakan informasi faktual.Contoh: Surat pernyataan manajemen klien Surat pernyataan ahli/pakar Surat pernyataan konsultan hukum klien

5. Tanya Jawab dengan Klien (Oral Evidence)Tanya jawab adalah mendapatkan informasi tertulis atau lisan dari klien dengan menjawab pertanyaan auditor. Apabila auditor memperoleh bahan bukti dengan Tanya jawab perlu untuk mendapatkan bahan bukti lain yang menguaikan melalui prosedur audit yang lain.Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen, dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat mapun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban lisan ini harus dicatat dalam kertas kerja audit.

6. Bukti Matematis (Mathematical Evidence)Merupakan bukti yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kembali perhitungan dan pemindahan informasi yang dilakukan oleh klien.Bukti matematis dipakai oleh auditor untuk memverifikasi akurasi matematis catatan klien. Dalam bentuk paling sederhana yaitu contohnya memeriksa penjumlahan-penjumlahan pada daftar piutang.Auditor dapat menghitung daftar piutang dengan maksud menentukan bahwa jumlah piutang sama dengan daftar rinciannya. Bukti matematis merupakan bentuk langsung bukti audit karena auditor melakukan komputasi terhadap data klien.

7. Bukti Analitis (Analytical Evidence)Bukti diperoleh melalui penggunaan perbandingan dan hubungan untuk melihat ada tidaknya indikasi salah saji material. Prosedur analitis merupakan bagian dari perencanaan audit.Menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menentukan apakah saldo akun tersaji secara layak. Contoh: perbandingan saldo-saldo atau rasio-rasio dengan data tahun lalu, budget dan dengan rata-rata industri yang sejenis.Bukti analitis juga meliputi perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perbandingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menilai penyebabnya.Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obyek pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.Tingkat keandalan bukti analisis bergantung pada data yang digunakan sebagai pembanding. Bukti analitis berkaitan erat dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.

Tabel Keandalan Jenis Bahan BuktiJenis Bahan BuktiIndependensi Penyedia DataEfektivitas SPIPengetahuan AuditorKualifikasi Penyedia DataProsedur AuditBiaya dari Jenis Bahan BuktiObyektifitas Bahan Bukti

Pemeriksaan FisikTinggi (dilakukan sendiri oleh auditor)Bervariasi Tinggi Biasanya tinggiInspecting counting, observingSangat MahalTinggi

KonfirmasiTinggiTidak dapat diterapkanRendah Bervariasi (biasanya tinggi)Confirm ingSangat mahalTinggi

DokumentasiBervariasi tergantung perolehan data. Ekstern lebih independen dibanding internBervariasi Rendah Bervariasi Tracing, vouching, inspectingBervariasi tergantung penempatan dokumentasi oleh klienTinggi

Bukti Pernyataan TertulisTinggiDiperoleh dari pihak independenBervariasiTinggi Tidak dapat diterapkanInquiring Tidak mahalSedang

Tanya jawab dengan klienRendah Tidak dapat diterapkanRendah Bervariasi Inquiring Tidak mahalSedang

Bukti matematisTinggi(dilakukan sendiri oleh auditor)Bervariasi Tinggi Tinggi Reperforming Tidak mahalTinggi

Prosedur analitisRendah/tinggi (dilakukan auditor dan adanya reaksi klienBervariasi Tinggi Tidak dapat diterapkanAnalytical Cukup mahalBervariasi biasanya rendah

Keandalan jenis bahan bukti seperti yang ada pada tabel diatas, menggambarkan bahwa efektivitas struktur pengendalian intern klien mempunyai pengaruh yang besar pada keandalan kebanyakan jenis bahan bukti. Misal: dokumentasi intern pada satu perusahaan dengan pengendalian intern yang efektif akan lebih andal karena dokumen diharapkan menjadi lebih akurat. Demikian dengan prosedur analitis tidak akan menjadi bahan bukti yang kompeten kalau struktur pengendalian yang menghasilkan data menyediakan informasi yang tidak akurat.Selain itu pemeriksaan fisik diharapkan akan lebih andal bukti yang diperoleh kalau struktur pengendalian intern efektif, tetapi penggunaannya dipertimbangkan secara berbeda. Bahan bukti ini secara efektif menunjukkan bahwa bahan bukti yang sama andalnya dapat sangat berbeda.Jenis bahan bukti tertentu jarang mencakupi sendirian untuk memberikan bahan bukti yang kompeten untuk memenuhi satu tujuan.

F. PROSEDUR AUDIT YANG DILAKUKAN DALAM MEMPEROLEH DAN MENGEVALUASI BUKTI AUDITProsedur audit dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti audit merupakan tindakan yang dilakukan atau metode dan teknik yang digunakan auditor untuk memperoleh dan menilai satu jenis bukti audit. Prosedur audit digunakan untuk mendukung top down dan bottom up approach. Prosedur audit dibuat dalam bentuk kalimat instruksi.Pemilihan prosedur dilakukan pada tahap perencanaan audit. Pemilihan prosedur auditing mempertimbangkan efektivitas potensial prosedur dalam memenuhi tujuan spesifik audit, dan biaya untuk melaksanakan prosedur tersebut.Jenis-jenis prosedur audit adalah sebagai berikut:1. Inspeksi (Inspecting)Meliputi penelitian secara cermat atau pemeriksaan atas dokumen dan catatan secara detail, dan pemeriksaan fisik atas aktiva berwujud.Prosedur ini dilakukan secara luas dalam auditing. Digunakan untuk memperoleh dan menilai bottom-up and top-down evidence. Menginspeksi dokumen merupakan sarana untuk menilai documentary evidence.Menginspeksi aktiva berwujud memungkinkan auditor untuk memperoleh pengetahuan langsung mengenai eksistensi dan kondisi aktiva yang bersangkutan.Keaslian dokumen dapat diketahui melalui inspeksi. Inspeksi terhadap dokumen juga dapat menentukan ketepatan termin faktur penjualan, kontrak dan persetujuan.Prosedur ini dapat diterapkan dalam bentuk scanning, yaitu jenis inspeksi yang dengannya auditor menelaah sebuah dokumen menyangkut unsur-unsur yang tidak lazim. Scanning merupakan penelaah secara cepat terhadap dokumen, catatan, dan daftar untuk mendeteksi dokumen-dokumen yang tidak valid agar dapat dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

2. Konfirmasi (Confirming)Suatu bentuk pengajuan pertanyaan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumbernya yang independen.Menghasilkan confirmation evidence (bottom-up evidence).Merupakan penerimaan jawaban lisan atau tertulis pihak ketiga independen yang memverifikasi akurasi informasi yang diminta oleh auditor. Permintaan konfirmasi diajukan auditor pada klien, selanjutnya klien meminta pihak ketiga untuk menjawab langsung kepada auditor.

3. Wawancara atau Pengajuan Pertanyaan (Inquiring)Pengajuan pertanyaan oleh auditor dilakukan kepada pihak intern atau ekstern.Menghasilkan oral evidence atau written representation.Pengajuan pertanyaan dapat dilakukan terhadap karyawan, manajer, dan penasehat hukum klien. Wawancara yang dilakukan dengan manajer akan dapat menghasilkan berbagai informasi seperti tingkat penerimaan kembali piutang dan perputaran persediaan.Melalui wawancara dengan penasehat hukum klien, auditor dapat memperoleh informasi mengenai ada tidaknya kewajiban bersyarat klien.

4. Perhitungan (Counting)Merupakan prosedur perhitungan atas aktiva berwujud, yaitu kas, dan persediaan yang ada dalam perusahaan. Maka bukti yang dihasilkan berupa bukti fisik. Prosedur ini juga banyak dipakai dalam pemeriksaan kelengkapan dokumen-dokumen yang bernomor urut cetak.Untuk menilai physical evidence (bottom-up evidence).

5. Pengusutan (Tracing)Penelusuran untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat dengan benar.Auditor melakukan penelusuran dengan cara melihat dokumen sumber kemudian mengecek pengolahan data yang terkandung dalam dokumen tersebut sampai ke buku besar. Pengusutan dapat dilakukan dalam pengujian transaksi maupun pengukian akun dalam neraca.Arah pengujian: dokumen catatan.Contoh dokumen pengusutan adalah pada pemeriksaan transaksi pembelian barang, pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa surat permintaan barang dari gudang kemudian dilanjutkan dengan surat order pembelian, faktur pembelian, laporan penerimaan barang, pos utang dalam buku pembantu utang, saldo pada buku besar utang dan persediaan.Terutama berhubungan dengan documentary evidence. Bermanfaat untuk mendeteksi understatement (completeness objective). Yaitu tes untuk mendeteksi ada tidaknya kekurangan saldo dalm suata rekening di catatan akuntansi. Tujuan pengusutan ini adalah: untuk menentukan ketelitian dan kecukupan catatan akuntansi. Pengusutan berkaitan erat dengan asersi kelengkapan.

6. Penelusuran (Vouching)Memperoleh dan menginspeksi dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan untuk menentukan validitas dan kecermatan pencatatan.Arah pengujian: catatan dokumen.Merupakan kebalikan arah dengan prosedur pengusutan. Jika prosedur pengusutan searah atau sejalan dengan proses akuntansi, maka prosedur ini pertama kali melihat catatan akuntansi kemudian menelusurinya hingga sampai ke dokumen sumber.Terutama berhubungan denga documentary evidence.Bermanfaat untuk mendeteksi overstatement. Tujuan prosedur ini adalah dalam usaha menentukan validitas dan kebenaran catatan akuntansi. Vouching merupakan test for overstatement, yaitu tes untuk mendeteksi ada tidaknya kelebihan saldo suatu rekening dalam catatan akuntansi. Jasi vouching berkaitan erat dengan asersi keberadaan dan keterjadian.

7. Observasi (observing)Mengamati pelaksanaan suatu aktivitas/proses. Observasi merupakan prosedur pemeriksaan yang digunakan auditor untuk melihat atau mengamati suatu pelaksanaan kegiatan. Mengamati perhitungan persediaan akhir Mengamati apakah pegawai melaksanakan tugas sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkanSubjek: personel, prosedur, dan proses.Memungkinkan auditor memperoleh pengetahuan langsung atas aktivitas tertentu dalam bentuk physical evindence.Melalui observasi auditor akan memperoleh bukti visual maupun bukti fisik mengenai pelaksanaan suatu kegiatan.8. Perhitungan Kembali (Reperfoming)Mengulang kembali perhitungan dan rekonsiliasi yan telah dibuat oleh klien. Prosedur ini dilakukan untuk memeriksa ketelitian perhitungan yang dilakukan oleh klien. Seperti menghitung kembali penjumlahan, perkalian, perhitungan depresiasi, bunga dan sebagainya.Menghasilkan mathematical evidence.

9. Prosedur Analitis (Analytical Prosedur)Studi dan perbandingan hubungan diantara data. Meliputi penggunaan rasio-rasio, analisa, pembandingan-pembandingan, model-model matematik dan statistik (regresi).Prosedur analitis bertujuan untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat dan luas prosedur audit.Menghasilkan analytical evidence.

10. Computer-Assisted Audit Techniques (CAATs)Prosedur pengumpulan bukti audit dengan menggunakan software untuk membantu auditor dalam melaksanakan prosedur-prosedur audit tertentu bagi klien yang catatan akuntansinya telah terintegrasi dengan menggunakan sistem yang telah dikomputerisasi.Teknik yang dilakukan adalah sama dengan prosedur analitis yaitu dengan melakukan perhitungan dan pembandingan.Misalnya; memilih sampel untuk piutang usaha guna melakukan konfirmasi pada pelanggan.Selain itu teknik yang dilakukan adalah dengan cara memasukkan tes data ke dalam program klien untuk menilai efektivitas internal control komputer klien.

Tabel Hubungan Antara Bukti, Prosedur, & Tujuan Audit

Prosedur AuditIlustrasi Aplikasi ProsedurEvidenceAsersi/Tujuan

AnalyticalBandingkan actual sales dengan budgetAnalyticalExistence, completeness, valuation

TracingTelusuri invoice ke sales journalDocumentaryCompleteness and valuaton

VouchingPeriksa dokumen pendukung transaksi yang dicatat dalam sales journalDocumentaryExistance dan valuation

InspectingReview rekening koran bank bulan desember 2006DocumentaryExistence, rights and valuation

Lakukan inspeksi atas gedung baruPhysicalExistence

CountingLakukan penghitungan atas dana kas kecilPhysicalExistence and valuation

ObservingAmati proses perhitungan persediaan akhir yang dilakukan klienPhysicalExistence. Completeness and valuation

InquiringMintakan pendapat pengacara klien tentang proses perkara pengadilanWritten repAll assertions

Tanyakan kepada manajemen tentang penilaian untuk persediaanOralValuation

ConfirmingKonfirmasikan saldo cash in bank ke bank yang bersangkutanConfirmationExistence, rights, valuation

ReperformingHitung kembali saldo utang bunga yang masih harus dibayarMathematicalMathematical

BAB IIIKESIMPULAN

Menurut Rahayu dan Suhayati (2010), bukti audit (audit evidence) adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi (asersi) yang diaudit disajikan sesuai dengan kriterianya. Sedangkan menurut Mulyadi (2002), bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi: Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance) Kelengkapan (completeness) Hak dan kewajiban (right and obligation) Penilaian (valuation) atau alokasi Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure) Konsep bukti audit untuk dapat memahami pelaksanaan audit adalah: Kompetensi bukti audit Relevan Sumber Bukti Ketepatan Waktu (Timeliness) Tingkat Objektivitas Kecukupan Bukti AuditKecukupan adalah ukuran jumlah bukti audit. Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan auditor: Memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari keadaan yang dihadapi Dipengaruhi oleh risiko salah saji. Dipengaruhi kualitas bukti audit. Pertimbangan auditor dalam menentukan cukup tidaknya bukti audit:a. Materialitas dan risikob. Faktor Ekonomic. Ukuran dan Karakteristik Populasi Sifat Bukti Audit Evaluasi Bukti Audit Pengumpulan bukti dilakukan dari dua arah secara simultan (top-down dan bottom-up). Bukti audit terbagi menjadi dua, yaitu Data Akuntansi dan Informasi Penguat. Data akuntansi diantaranya adalah jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja (worksheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Rahayu dan Suhayati (2010) mengemukakan bahwa ada tujuh kategori bahan bukti audit yang termasuk ke dalam informasi pendukung. Sedangkan Mulyadi (2009) mengatakan bahwa ada enam bukti audit informasi penguat, disamping data akuntansi. Adapun bukti-bukti audit yang dimaksud adalah sebagai berikut:Jenis Bukti Audit: Informasi Penguat

Mulyadi (2009)Rahayu dan Suhayati (2010)

Bukti fisikBukti fisik (Physical evidence)

Bukti dokumenterKonfirmasi (Confirmation)

PerhitunganBukti dokumen (Documentary evidence)

Bukti lisanPernyataan tertulis (Written representation)

Perbandingan dan rasioTanya jawab dengan klien (Oral evidence)

Bukti dari spesialisBukti matematis (Mathematical evidence)

Bukti analitis (Analytical evidence)

Pemilihan prosedur dilakukan pada tahap perencanaan audit. Pemilihan prosedur auditing mempertimbangkan efektivitas potensial prosedur dalam memenuhi tujuan spesifik audit, dan biaya untuk melaksanakan prosedur tersebut.Jenis-jenis prosedur audit adalah sebagai berikut: Inspeksi (Inspecting) Konfirmasi (Confirming) Wawancara atau Pengajuan Pertanyaan (Inquiring) Perhitungan (Counting) Pengusutan (Tracing) Penelusuran (Vouching) Observasi (observing) Perhitungan Kembali (Reperfoming) Prosedur Analitis (Analytical Prosedur) Computer-Assisted Audit Techniques (CAATs)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahayu, Suhayati. 2010. AUDITING: Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta. Graha Ilmu.2. Mulyadi. 2002. Auditing, Edisi 6. Jakarta. Salemba Empat.

24