Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:...

122

Transcript of Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:...

Page 1: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian
Page 2: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian
Page 3: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian
Page 4: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian
Page 5: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

iv

ABSTRAK

Putra Kurnia Pratama (11150450000013) “Tindak Pidana Pencurian

Ikan (Illegal Fishing) di Perairan Indonesia Menurut Perspektif Hukum Positif

dan Hukum Islam (Analisis Putusan Nomor 06.Pid.Sus-

Perikanan/2015/PN,.Jkt.Utr). Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah),

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Tahun 2019 M/ 1441 H.

Permasalahan utama yang terdapat di dalam skripsi ini adalah yang berkaitan

dengan tindak pidana pencurian ikan di perairan Indonesia berdasarkan putusan

Nomor 06.Pid.Sus-Perikanan/2015/PN,.Jkt.Utr. bahwasannya di dalam putusan

tersebut majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara selama satu tahun dan denda

sebesar Rp. 5.000.0000 (lima juta rupiah). Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan

bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian ikan (Illegal Fishing) di perairan

Indonesia serta menjelaskan aturan yang berlaku di Indonesia tentang pencurian ikan

(Illegal Fishing) di perairan Indonesia dan aturan hukum Islam, dan juga penerapan

hukum dan pertimbangan hakim, serta analisa penulis mengenai putusan Nomor

06.Pid.Sus-Perikanan/2015/PN,.Jkt.Utr.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, artinya pengumpulan data ini

dilakukan dengan metode kepustakaan atau menggunakan data tertulis, data tertulis

yang dimaksud disini adalah sumber data primer dan data sekunder. Sumber data

primer adalah Al-Quran, Hadits, putusan pengadilan, Undang-Undang yang terkait,

dan kumpulan hukum Islam. Sedangkan data sekunder meliputi penelitian tentang

pencurian ikan (illegal fishing), pendapat para ahli dan literatur yang terkait di

dalamnya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam Hukum Pidana Islam, sanksi

tindak pidana pencurian ikan (illegal fishing) yaitu dikenakan hukum ta‟zir.

Sedangkan di dalam hukum positif sendiri, berdasarkan analisa penulis hukuman

yang dijatuhkan hakim kepada saudara Abdul Kholik itu sudah benar dan sesuai

dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. Sebagaimana yang dituliskan di

dalam putusan No 06.Pid.Sus-Perikanan/2015/PN,.Jkt.Utr jaksa penuntut umum

menjatuhkan tuntutan penajara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan dan denda

sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sedangkan hukuman yang dijatuhkan

hakim di persidangan berupa pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan denda sebesar

Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah), apa yang dilakukan hakim semua nya beradasrkan

peritimbangan.

Kata Kunci : Tindak Pidana, Pencurian Ikan, Perairan Indonesia.

Pembimbing : Ria Safitri, S.H., M.Hum dan Abdul Qodir, S.H., M.Hum

Daftar Pustaka : 1992 s.d 2019

Page 6: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

v

KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan nikmat kesehatan dan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada

Nabi Muhammad SAW selaku tokoh reformasi kehidupan beragama manusia yang

menjadikan agama sebagai pendorong kemajuan di berbagai bidang kehidupan termasuk ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Penulisan skripsi yang berjudul “TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN

(ILLEGAL FISHING) DI PERAIRAN INDONESIA MENURUT PERSPEKTIF

HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM (Analisis Putusan Nomor 06/Pid.Sus-

Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr.) secara formal sebagai sebagai salah satu syarat akademis

untuk menyelesaikan program strata satu di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyelesaian skripsi ini tentu tak lepas dari campur tangan orang-orang di sekitar

penulis baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bimbingan, masukan, saran serta

dukungannya baik moril maupun materiil kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., Selaku Rektor Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MA., M.H. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. H. Qasim Arsadani, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam, dan

Mohamad Mujibur Rohman, M.A., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Pidana Islam.

4. Dr. H. Abd. Rahman, M.A., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis yang telah

sabra mendampingi penulis hingga akhir dan telah membantu penulis dalam

peruumusan desain judul ini.

5. Ria Safitri, S.H., M.Hum dan Abdul Qadir, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing

I dan Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi yang telah memberi banyak

Page 7: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

vi

masukan dan arahan serta meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan kepada

penulis.

6. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Idrus dan Ibunda Musrayeti

yang telah menjadi motivator dan inspirator utama bagi penulis untuk terus menuntut

ilmu. Kerja dan pengorbanan yang tak terhingga dan tidak akan bisa terbalas hingga

kapan pun.

8. Lara Safitri, adik penulis yang selalu menjadi pemicu semangat untuk menjadi lebih

baik agar bias menjadi contoh baginya.

9. Keluarga besar Bakhtiar Datuak Rangkayo Mulia yang selalu menyemangati penulis

untuk menyelesaikan perkuliahan strata 1 ini.

10. Kepada Zaharatul Fadili seseorang yang juga istemewa bagi penulis, yang selalu

memabantu penulis dalam meneyelsaikan skripsi ini, dan menjadi penyemangat bagi

penulis.

11. Kepada Teman seperjuangan Aidil Syaputra mulai dari awal perkuliahan sampai saat

ini.

12. Kepada Uda-uda Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat khususnya

Ridwan, Rozi, Rendi, Mak Angkay, Fajri Ilhami, Azmi, Riyandi dan lain-lain.

13. Kepada teman-teman seangkatan Bujang Gadih 15, Fajri, Rusdi, Yori, Nubli, Azka,

Ojik, Halimah, Ana, Hanum, Aisyah Wahyuni, Hasnul, Uput, Irwan, Awe, Aini dan

lain

14. Kepada Adik-adik Keluarga Mahasiswa Minangkabau, Fajar, Fauzi, Hafni, Fefi,

Acim, Aden, Wafid, Fauzan, Rada, Ocha, Ijul, Fathul, Adib, Arif, Deckral dan lain-

lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

15. Kepada adik-adik kelompok 2 Kalikih Santan KMM Ciputat, Zikri, Vivin, Rifqi,

Lastri, Fanji, Atika, Sari, Dila, Afifah, Gusdi.

16. Kepada teman-teman Hukum Pidana Islam 2015, Fahri, Fahmi, Mansur, Dhika,

Oktavian, Fikri, Juliansyah, Rifqi, Burhan, Arkhan, Andi, Dhani, Ibong, Kibo,

Maksum, Wiwi, Syifa, Rara, Salwa dan lain-lain.

Page 8: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

vii

17. Teman-Teman KKN 199 SEIHA, Rodi, Faisal, Febi, Akbar, Hafizh, Icha, Naili, Ega,

Peni, Ega, Nabila, Nining, Sulis, Iis, Halimah, Muklis dan lain-lain.

18. Kepada teman-teman ikatan Alumni MAN 2 Payakumbuh (ISCAMDOEPA), Arif,

Andi, Afdal, Afifah, Ratih, Ocha, Febi, adib dan lain-lain.

19. Teman seperjuangan Dino, Dedet, Coki, Defri yang selalu mensupport saya.

Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.

Akhirnya tiada untaian kata yang berharga selain ucapan Alhamdulillahirabbil

„Alamaiin. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

bagi pembaca pada umumnya, Aamin. Sekian dan Terima Kasih.

Jakarta, 05 Desember 2019

Putra Kurnia Pratama

Page 9: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 8

C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 8

D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian....................................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian..................................................................................... 9

G. Metode Penelitian ...................................................................................... 10

H. Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................................. 11

I. Sistematika Penulisan ................................................................................ 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN

IKAN (ILLEGAL FISHING)

A. Teori Pidana Umum .................................................................................. 14

1. Pengertian Tindak Pidana ................................................................... 14

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana ................................................................ 19

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana ................................................................... 22

B. Pencurian Ikan (Illegal Fishing) di Perairan Indonesia ............................ 24

1. Dasar Hukum Yang Mengatur Pencurian Ikan (Illegal Fishing) ........ 24

2. Pengertian Tindak pencurian Ikan (Illegal Fishing) ........................... 27

3. Pengertian Pencurian Ikan (Illegal Fishing) ....................................... 31

4. Jenis Tindak Pidana Pencurian Ikan (Illegal Fishing) ........................ 33

5. Kategori Kejahatan Pencurian Ikan (Illegal Fishing) dan Sanksi Pidananya

............................................................................................................. 36

a. Kategori Pelanggaran .................................................................... 36

b. Kategori Kejahatan........................................................................ 38

Page 10: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

ix

BAB III ASPEK HUKUM ISLAM DALAM PENCURIAN IKAN (ILLEGAL

FISHING

A. Dasar Hukum Pidana Islam ....................................................................... 42

1. Pengertian Hukum Pidana Islam ......................................................... 42

2. Dalil-Dalil Tentang Hukum Pidana Islam........................................... 45

3. Asas-Asas di Dalam Hukum Pidana Islam ......................................... 46

a. Asas Keadilan................................................................................ 47

b. Asas Kepastian Hukum ................................................................. 49

c. Asas Kemanfaatan ......................................................................... 50

4. Kedudukan Ancaman Hukum di Dalam Hukum Pidana Islam .......... 52

B. Pencurian Ikan (Illegal Fishing) Dalam Hukum Pidana Islam ................. 53

1. Dasar Hukum Yang Mengatur Pencurian Ikan (Illegal Fishing) di Dalam

Islam .................................................................................................... 53

2. Pengertian pencurian Ikan (Illegal Fishing) di Dalam Islam .............. 55

3. Sanksi Pidana Pelaku Pencurian Ikan (Illegal Fishing) di

Dalam Islam ........................................................................................ 57

a. Qisas .............................................................................................. 57

1) Pengertian Qisas...................................................................... 57

2) Pelaksanaan eksekusi .............................................................. 58

3) Kategori Qisas ......................................................................... 60

b. Hudud ............................................................................................ 62

1) Pengertian Hudud .................................................................... 62

2) Macam-macam Hudud ............................................................ 63

c. Ta‟zir ............................................................................................. 64

1) Pengertian Ta‟zir ..................................................................... 64

2) Macam-macam Ta‟zir ............................................................. 66

4. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pencurian Ikan (Illegal Fishing) di

Dalam Islam ........................................................................................ 72

BAB IV ANALISIS YURIDIS PUTUSAN DALAM PERKARA No. 06/PID.SUS-

PERIKANAN/2015/PN.,JKT.UTR.

A. Duduk Perkara Dalam Putusan Dalam Perkara No.06/PID.SUS-

PERIKANAN/2015/PN.,JKT.UTR. ......................................................... 74

1. Kronologi Peristiwa Atau Kejadian .................................................... 74

2. Dakwaan dan Tuntutan Jaksa .............................................................. 76

B. Pertimbangan Hakim Pada Putusan Dalam Perkara No. 06/PID.SUS-

PERIKANAN/2015/PN.,JKT.UTR. ......................................................... 77

Page 11: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

x

1. Pertimbangan Majelis Hakim .............................................................. 77

2. Amar Putusan ...................................................................................... 88

C. Kajian Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 .......... 90

D. Persamaan dan perbedaan Pada Putusan Dalam Perkara No.06 /PID.SUS-

PERIKANAN/2015/PN.,JKT.UTR dengan hokum Islam. ....................... 98

E. Analisis Penulis Terhadap Putusan No. 06.PID.SUS-

PERIKANAN/2015/PN.,JKT.UTR. ......................................................... 104

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 106

B. Saran .......................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 108

Page 12: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa,

dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang

termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Kalau di artikan secara luas atau mendalam apa yang ada di seluruh

kawasan Republik Indonesia semua itu termasuk kedalam pembangunan

nasional tak terlepas juga laut. Indonesia sebagai negara kepulauan yang

sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, memiliki potensi perikanan yang

sangat besar dan beragam. 1

Pada penelitian kali ini penulis akan menggali lebih dalam mengenai

kejahatan atau pelanggaran yang terjadi di perairan, untuk memudahakan

penulis, karna laut yang ada di dunia ini sangat luas, sulit rasanya jika yang

dikaji itu adalah laut seluruh dunia, kali ini penulis batasi ruang lingkup

tersebut menjadi lebih kecil, yaitu kejahatan atau pelanggaran yang terjadi di

perairan Indonesia. Sebelum lebih jauh berbicara tentang kejahatan yang ada

di laut tentu kita harus mengatahui secara mendasar mengenai perairan

tersebut.

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. h.34

Page 13: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

2

Laut adalah keseluruhan rangkaian air asin yang menggenangi

permukaan bumi, tetapi defenisi ini hanya bersifat fisik semata. Laut menurut

defenisi hukum adalah keseluruhan air laut yang berhubungan secara bebas di

seluruh permukaan bumi. Jadi laut mati, laut Kaspia dan the great salt lake

yang terdapat di Amerika Serikat dari segi hukum tidak dapat dikatakan laut

karena laut-laut tersebut tertutup dan tidak mempunyai hubungan dengan

bagian-bagian laut lainnya di dunia, walau airnya asin dan menggenangi lebih

dari satu negara pantai seperti dengan halnya laut Kaspia.2

Sesuai dengan ketentuan konvensi, di samping harus menghormati

perjanjian-perjanjian internasional yang sudah ada, Negara kepulauan

berkewajiban pula mengormati hak-hak tradisional penangkapan ikan dan

kegiatan lain yang sah dari negara-negara tetangga yang langsung

berdampingan, serta kabel laut yang telah ada di bagian tertentu perairan

kepulauan yang dahulunya merupakan laut lepas. Hak-hak tradisonal dan

kegiatan lain yang sah tersebut tidak boleh dialihkan kepada atau dibagi

dengan negara ketiga atau warganegaranya.3

Lahirnya konsepsi hukum internasional tersebut tidak dapat dilepaskan

dari sejarah pertumbuhan hukum laut internasional yang mengenal

pertarungan antara dua konsepsi, yaitu :

1. Res Communis, yang menyatakan bahwa laut itu adalah milik

bersama masyarakat dunia, dan karena itu tidak dapat diambil atau

dimiliki oleh masing-masing negara;

2 Dina Sunyowati dan Enny Narwati,buku ajar hukum laut,(Surabaya: AUP,2013)

h.2 3 Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan United Nations

Convention On The Law Of The Sea

Page 14: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

3

2. Res Nulius, yang menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang

memiliki, dan karena itu dapat diambil dan dimiliki masing-

masing negara.4

Laut terutama sekali merupakan jalan raya yang menghubungkan

seluruh dunia. Melalui laut masyarakat dari berbagai bangsa mengadakan

segala macam pertukaran komoditi perdagangan sampai ilmu pengetahuan.

Dapatlah di mengerti bahwa laut merupakan sarana penting dalam hubungan

politik internasional. Sejarah kaya dengan contoh-contoh kompetisi antar

negara-negara besar untuk menguasai laut karena barangsiapa menguasai laut

akan menguasai lalu lintas laut dan barangsiapa menguasai lalu lintas laut juga

akan menguasai laut.

Disamping mempunyai arti komersil dan strategi, laut juga merupakan

sumber makanan bagi umat manusia karna ikan-ikannya yang kaya dengan

protein. Dari laut setiap tahunnya ditangkap sekitar 65 juta ton dari berbagai

jenis ikan. Bahkan dasar laut juga kaya akan minyak dan gas bumi dan

sumber-sumber mineral lainnya. Sekitar 60% dari minyak bumi berasal dari

landas kontinen. Disamping itu dasar laut juga kaya dengan nodul dan di dasar

lautan Pasifik saja diperkirakan terdapat sekitar 1500 miliar ton nodul yang

mengandung nikel, mangan, tembaga dan kobalt. 5

Laut juga mempunyai arti penting bagi riset mengingat 2/3 dari

permukaan bumi terdiri dari laut. Agar kita dapat mempergunakan kekayaan

laut itu sebaik mungkin maka sudah tentu kita harus mengenal laut secara

mendalam. Dari permukaan bumi yang luasnya 200 mil persegi ini, 70% atau

140 juta mil persegi terdiri atas laut. Dari jumlah 97% terdiri dari air asin atau

4 Didk M Sodik, hukum laut internasional dan pengaturannya di indonesia,

(Bandung, Reflika Aditama,2011) h.2 5 Dina Sunyowati dan Enny Narwati,buku ajar hukum laut,(Surabaya: AUP,2013)

h.2

Page 15: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

4

135.800 mil persegi dan 3% air tawar atau 4.200.000 mil persegi. Diantara

lautan-lautan yang tersebar, kita dapat sebutkan bahwa lautan Pasifik

menggenangi permukaan bumi seluas 63.855.000 mil persegi, lautan Atlantik

31.744.000, laut Artik 5.427.000 dan laut Mediterania seluas 967.000 mil

persegi.6

Berbicara tentang Negara Republik Indonesia secara geografis

Indonesia membentang dari 6o

LU sampai 11o LS dan 92

o sampai 142

o BT,

terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya kurang lebih 17.504

pulau. Tiga perempat wilatahnya adalah laut (5,9 juta km2).

7

Indonesia, dengan panjang garis pantai mencapai 99.093 km,

merupakan negara kepulauan yang memiliki sumber daya kelautan dan

perikanan yang melimpah. Kekayaan sumber daya tersebut sangat rentan

terhadap potensi gangguan di antaranya kegiatan Penangkapan Ikan secara

illegal. Kerugian yang muncul akibat kegiatan illegal tersebut sangat besar

dan berdampak buruk bagi kedaulatan Indonesia, keberlanjutan sumber daya

kelautan dan perikanan Indonesia, serta kesejahteraan rakyat Indonesia.8

Keanekaragaman sumber daya perairan Indonesia meliputi sumber

daya ikan maupun sumber daya terumbu karang. Terumbu karang yang

dimiliki Indonesia luasnya sekitar 7000 km2

dan memiliki lebih dari 480 jenis

terumbu karang yang telah berhasil dideskripsikan. Luasnya daerah karang

yang ada menjadikan Indonesia sebagai Negara yang memiliki

6 Dina Sunyowati dan Enny Narwati,buku ajar hukum laut,(Surabaya: AUP,2013)

h.3 7 Ridwan lasabuda, Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif

Negara Kepulauan Republik Indonesia, jurnal Imiah Platax vol.1-2 Januari 2013. h.1 8 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 37/Permen-

KP/2017. h. 5

Page 16: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

5

keanekaragaman ikan yang tinggi khususnya ikan-ikan karang yaitu lebih dari

1.650 jenis spesies ikan. 9

Indonesia sebagai negara tropis, kaya akan sumber daya hayati, yang

dinyatakan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Dari 7000

spesies ikan di dunia, 2000 diantaranya terdapat di Indonesia. Potensi lestari

sumberdaya perikanan laut Indonesia kurang lebih 6,4 juta ton per tahun.10

Kekayaan sumber daya hayati perairan Indonesia yang tinggi akan sangat

bermamfaat jika dilakukan pemamfaatan secara optimal dan bertanggung

jawab.

Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai hukum laut 1982

yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang

pengesahan United Nations Convention on the sea 1982, menempatkan

Indonesia memiliki hak berdaulat (sovereign rigths) untuk melakukan

pemamfaatan, konvensi, dan penegelolaan sumber daya ikan di Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, dan laut lepas yang dilaksanakan

berdasarkan persayaratan atau standar internasional yang berlaku.11

Pemamfaatan sumber daya hayati di perairan ini dapat melalui proses

penangkapan yang bertanggung jawab. Dalam melakukan penangkapan,

nelayan harus mengikuti peraturan yang berlaku. Pencurian ikan (Illegal

Fishing) merupakan penangkapan yang dilakukan bertentangan dengan

peraturan-peraturan yang telah ada serta merupakan kegiatan pelanggaran

hukum yang berlaku, dimana Negara-negara mempunyai teritorial laut

terutama Indonesia.

9 Wiliater Pratomo R.S, tinjauan Krimonologis Terhadap Illegal Fishing yang

Terjadi di Kota Makasar (Studi Kasus Tahun 2010-2013) skripsi S1 Jurusan Hukum Pidana

Fakultas Hukum, (Universitas Hasanu din Makasar), h.1 10

Ridwan lasabuda, Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Perspektif

Negara Kepulauan Republik Indonesia, jurnal Imiah Platax vol.1-2 Januari 2013. h.2 11

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. H.34

Page 17: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

6

Pada penelitian kali ini tentu berkaitan langsung dengan sumber daya

laut yang terbesar yaitu ikan, ikan-ikan yang ada di laut tidak bisa secara

sembarangan kita mendapatkannya, semuanya tergantung atau sudah diatur

dengan undang-undang atau hukum dimana kita berada, tentu untuk

mendapatkan sumber daya yang ada di laut terutama ikan harus mengikuti

aturan hukum yang ada di negara Indonesia.

Perairan di Indonesia yang sangat luas banyak menimbulkan

permasalahan di daerah laut, yang sudah diketahui oleh masyarakat umum

seperti pencurian ikan atau yang di kenal dengan Illegal Fishing, mengenai ini

semua sudah diatur oleh undang-undang yang berlaku, tetapi dari kebanyakan

orang yang beaktifitas di laut atau yang mencari nafkah di laut banyak yang

menyimpang dari aturan hukum yang ada.

Salah satu permasalahan utama keamanan laut bagi negara di dunia

adalah penangkapan ikan illegal, tidak terlaporkan dan tidak di atur IUU

Fishing di laut. Penangkapan ikan illegal adalah masalah keamanan yang

bersifat non tradisional yang telah menjadi perhatian penting bagi banyak

negara karena berdampak besar terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi

negara pantai.12

Namun pada tahun 2007, sisa potensi perikanan tangkap

hanya tinggal 20%. Hal ini diduga sebagai akibat dari adanya tindakan IUU

Fishing di wilayah perairan Indonesia.13

Mentri kelautan dan perikanan Susi Pudjiastuti yang juga menjabat

sebagai komandan satuan tugas pemberantasan penangkapan ikan secara

illegal menyampaikan sejumlah hasil kinerja Satgas 115 sejak pertengahan

tahun 2017 hingga November 2018. Ia menyebut, Satgas 115 telah menangani

12

Usmawadi Amir, Penegakan Hukum IUU Fishing menurut Unclos 1982 (Studi

Kasus : Volga Case), Jurnal Oplinio Vol.12 Januari Tahun 2013. h. 68 13

Usmawadi Amir, Penegakan Hukum IUU Fishing menurut Unclos 1982 (Studi

Kasus : Volga Case), Jurnal Oplinio Vol.12 Januari Tahun 2013. h.71

Page 18: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

7

134 kasus pencurian ikan (Illegal Fishing), dimana 41 kasus telah

mendapatkan keputusan pengadilan yang berkekuatan tetap.14

Selain itu, satgas 115 juga menangkap setidaknya 633 kapal pelaku

pencurian ikan (Illegal Fishing) terhitung sejak januari 2017 – Oktober 2018,

baik yang berbendera asing maupun berbendera Indonesia dengan komposisi

366 kapal ikan berbendera Indonesia dan 267 kapal ikan asing. Sebanyak 488

kapal telah ditenggelamkan berdasarkan penetapan atau putusan pengadilan.15

Di dalam hukum positif atau hukum yang berlaku di Indonesia sudah

jelas aturan yang di atur di dalam Undang-Undang yang berlaku, cuma yang

menjadi masalah bagaimana penegakan hukum tersebut apakah sudah efektif

atau belum dikarenakan sangat banyak kasus yang terkait dengan pencurian

ikan (Illegal Fishing).

Hukum Islam, salah satu alasan penulis sangat tertarik untuk

membahas masalah ini, sesuai dengan judul penelitian penulis “Tindak Pidana

pencurian ikan (Illegal Fishing)) di perairan Indonesia menurut Perspektif

Hukum Positif dan Hukum Islam”. Jadi disni penulis akan mebandingkan

antara hokum positif yang berlaku di Indonesia dengan hokum Islam.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik menganalisa skripsi

yang berjudul “Tindak Pidana Pencurian Ikan (Illegal Fishing) di

Perairan Indonesia Menurut Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam

(Analisis Putusan Nomor 06/Pid.Sus-Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr.)”

14

Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, pemerintahan tangani

134 kasus pencurian ikan (Illegal Fishing), https://kkp.go.id/artikel/7511-hingga-novemver-

2018-pemerintahan-tangani-134-kasus-illegal-fishing. 15

Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, pemerintahan tangani

134 kasus illegal fishing, https://kkp.go.id/artikel/7511-hingga-novemver-2018-pemerintahan-

tangani-134-kasus-illegal-fishing.

Page 19: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

8

B. Identifikasi Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini terarah dan tersusun secara

sistematis di dalam identifikasi masalah ini perlu di tuangkan beberapa

pernyataan yang berkaitan dengan masalah yang akan di angkat, berikut

beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini : .

1. Sanksi yang diterapkan terhadap pelaku pencurian ikan (Illegal

Fishing) terlalu ringan.

2. Belum ada aturan hukum islam terhadap pencurian ikan (Illegal

Fishing) secara mendalam.

3. Aturan yang berlaku di Indonesia terhadap pencurian ikan (illegal

fishing) masih tumpang tindih.

4. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana

pencurian ikan (Illegal Fishing) diantaranya faktor teknologi,

faktor geografis dan faktor sosial.

5. Dampak yang terjadi akibat adanya pelaku pencurian ikan (Illegal

Fishing) adalah rusaknya ekosistem laut.

6. Penegakan hukum pada tindak pidana pencurian ikan (Illegal

Fishing) yang belum merata.

7. Banyaknya pelaku pencurian ikan (Illegal Fishing) di perairan

Indonesia

C. Pembatasan Masalah

Dikarenakan banyaknya permasalahan berkaitan dengan pembahasan

pencurian ikan (illegal fishing), maka perlu penulis batasi masalahnya agar

lebih fokus dan objektif, dalam skripsi ini penulis membatasi, yaitu

banyaknya pelaku pencurian ikan (illegal fishing) di perairan Indoensia.

Page 20: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

9

D. Rumusan masalah

Dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka rumusan

masalahnya adalah mengapa masih banyak terjadi tindak pidana pencurian

ikan (Illegal Fishing) di perairan Indonesia.

Untuk mempermudah penulis, maka rumusan masalah tersebut dibuat

dalam bentuk petanyaan penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimana pandangan hukum positif bagi pelaku tindak pidana

pencurian ikan (illegal fishing) di perairan Indonesia ?

2. Bagaimana aturan hukum Islam terhadap pencurian ikan (illegal

fishing) ?

3. Bagaimana perbandingan hukum Islam dan hokum positif dengan

putusan No 06/Pid.Sus-Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr tentang tindak

pidana pencurian ikan (illegal fishing) ?

E. Tujuan Penelitian.

Dari sebuah penelitian berawal dari identifikasi masalah berikut

kepada pembatasan masalah dan rumusan masalah dari ketiga aspek tersebut

tentu memimiliki tujuan, berikut adalah tujuan dari penelitian ini:

1. Untuk mengetahui penegakan hukum bagi pelaku pencurian ikan (illegal

fishing) di perairan Indonesia

2. Untuk menegetahui pengaturan hukum positif dan hukum Islam mengenai

pencurian (illegal fishing).

F. Manfaat penelitian.

1. Manafaat Teoritis

Page 21: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

10

a. Untuk menambah khazanah perpustakaan mengenai pandangan hukum

Islam dan hukum positif mengenai penegakan hukum terhadap pelaku

pencurian ikan (Illegal Fishing) di Indonesia.

b. Untuk menjadi acuan atau pandangan bagi penelitian berikutnya

mengenai pandangan hukum Islam dan hukum positif mengenai

pencurian ikan (Illegal Fishing) di Indonesia.

2. Manfaat praktis.

a. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan mampu memberikan

wawasan dan pengetahuan tentang tindak pidana terhadap pelaku

pencurian ikan (Illegal Fishing) di perairan Indonesia.

b. Bagi penegak hukum, dapat dijadikan masukan ataupun pertimbangan

hakim dalam menjatuhkan hukuman kepada pelaku pencurian ikan

(Illegal Fishing) sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya

berlandaskan undang-undang yang berlaku.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian

normatif, artinya penelitian ini berdasarkan data tertulis, yang berkaitan

dengan aspek norma hukum.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer meliputi Al-Quran, Hadits, Putusan pengadilan

Nomor 06/Pid.Sus-Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr serta undang-undang yang

berlaku di Indonesia khususnya UU No 45 tahun 2009 tentang Perikanan.

Page 22: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

11

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah sejumlah data yang di peroleh dari dokumen-

dokumen berupa catatan formal yang kemudian ditelaah oleh penulis.

Dapat diperoleh dari buku-buku, artikel, jurnal – jurnal dan penelitian

ilmiah terkait pencurian ikan (Illegal Fishing) di laut.

c. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode library

reseach (pengumpulan data menggunakan studi pustaka) yaitu mencari

informasi atau data melalui analisis dan konsep para ahli yang termuat dari

buku, karya ilmiah dan artikel yang relevan dengan judul.

d. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif,

yaitu selanjutnya akan dibagi kedalam dua tahap yakni tahap pertama

dengan memaparkan terlebih dahulu data-data mengenai aturan-aturan

yang berlaku tentang pencurian ikan (illegal fishing). Tahap kedua

memaparkan pendapat dari pandangan hukum islam. Tentang pencurian

(illegal fishing) dalam bentuk narasi sehingga menjadi sebuah kalimat yang

jelas.

H. Hasil Penelitian Yang Relevan

Melalui penelusuran kepustakaan, penulis mendapati beberapa

penelitian mengenai tentang illegal fishing, yaitu:

Page 23: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

12

1. Wiliater Pratomo R.S „Tinjauan Kronologis Terhadap Illegal Fishing yang

Terjadi di Kota Makasar‟ (studi kasus tahun 2010-2013 jurusan Hukum

Pedana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makasar tahun 2014)

2. Zulkifli Koto „Penegakan Hukum Tindak Pidana Illegal Fishing di

Indonesia (stu di kasus penyalahgunaan metode tangkapan dengan bahan

peledak wilayah perairan Kabupaten Alor) tahun 2015.

Dalam skripsi tersebut diungkapkan bahwa dari pemerintahaan Alor

dalam menangani illegal fishing yaitu represif langkah dari represif itu

yang pertama adalah penyuluhan sosialisasi kepada masyarakat dan patrol

keamanan laut dan membentuk POKMAWAS yaitu sebagai bagian dari

system pencegahan pelanggaran dalam pemamfaatan sumber daya

kelautan dan perikanan dan represif adalah dengan menangkap dan

memeriksa tersangka.

3. Maimuna Renhoran „Strategi Penanganan Illegal, unreported and

enrequited (IUU) di laut arafuru tahun 2012.

Disini penulis skripsi menyimpulkan bahwa undang-undang tahun 2014

dan undang-undang no 45 tahun 2010 tentang perikanan dan mengatur

tentang kewajiban memiliki surat izin usaha perikanan (SIUP) dan surat

izin penangkapan ikan (SIPI) serta kejahatan di laut arafura yaitu illegal

fishing dan unreported fishing jenis illegal fishing di laut arafuru adalah

terjadinya penurunan stok sumber daya ikan, dampak indikasi makin

lamanya rata-rata operasi laut menurunya jumlah hasil.

I. Sistematika Penulisan.

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, maka penulis

membagi menjadi lima bab yang diawali dengan daftar isi dan diakhiri dengan

daftar pustaka. Adapun sistematik penulisan tersebut sebagai berikut:

Page 24: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

13

Pada BAB I, pendahuluan, membahas latar belakang masalah

identifikasi pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, serta sistematika penulisan.

Pada BAB II, tinjauan umum terhadap tindak pidana pencurian ikan

(illegal fishing), pengertian tindak pidana,unsur-unsur tindak pidana,

pengertian pencurian ikan (illegal fishing), kategori kejahatan pencurian ikan

(illegal fishing).

Pada BAB III, Aspek hukum Islam dalam pencurian ikan (illegal

fishing) di perairan Indonesia. Dasar hokum pidana Islam, pencurian ikan

dalam Islam, penegakan hokum bagi pelaku pencurian ikan di dalam hokum

pidana Islam.

Pada BAB IV, analisis yuridis terhadap putusan No. 06/Pid.Sus-

Perikanan 2015/PN.Jkt.Utr. duduk perkara, pertimbangan hakim, kajian dalam

perspektif UU No 45 tahun 2009, perbedaan dan persamaan putusan

pengadilan dengan hokum pidana Islam, analisis penulis sendiri.

Pada BAB V, penutup merupakan suatu jawaban yang menjawab

perumusan masalah terhadap faktor terjadinya pencurian ikan (Illegal

Fishing) di Indonesia dan hukum islam tentang pencurian ikan (illegal

fishing).

Page 25: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN

(ILLEGAL FISHING)

A. Teori Pidana Umum

1. Pengertian Tindak Pidana

Sebelum lebih jauh masuk kepada pembahasan pidana maupun

pemidanaan tentu dari awal kita harus mengetahui teori-teori yang

terkandung di dalam hukum pidana itu sendiri agar untuk pembahasan

selanjutnya lebih terarah.

Teori-teori hukum pidana ini berhubungan erat dengan pengertian

subjectif strafrecht (jus puniendi) sebagai hak atau wewenang untuk

menentukan dan menjatuhkan pidana terhadap pengertian objectief

strafrecht (jus punale sebagai peraturan hukum positif yang merupakan

hukum pidana). Adanya pengertian subjectief strafrecht dan objectief

strafrecht ini dapat dimungkinkan karenakan kata “recht” mengandung

dua arti, yaitu pertama sebagai hak atau wewenang dan kedua sebagai

peraturan hukum.16

Teori Absolut atau Mutlak, menurut teori Absolut ini, setiap

kejahatan harus diikuti dengan pidana-tidak boleh tidak-tampa tawar-

menawar. Seorang mendapat pidana karena telah melakukan kejahatan.

Tidak dilihat akibat-akibat apapun yang mungkin timbul dari jatuhnya

pidana. Tidak dipedulikan, apakah dengan demikian masyarakat mungkin

16

Wirjono Prodjodikoro, Asa-Asas Hukum Pidana, (Bandung, PT Reflika Aditama,

2009), h., 22.

Page 26: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

15

akan dirugikan. Hanya dilihat ke masa lampau, tidak dilihat ke masa

depan.17

“Pembalasan” (vergelding) oleh banyak orang dikemukakan

sebagai alasan untuk mempidana suatu kejahatan. Kepuasan hatilah yang

dikejar, lain tidak. Apabila ada seorang oknum yang langsung kena dan

menderita karena kejahatan itu, maka kepuasan hati itu terutama pada si

oknum. Dalam hal pembunuhan, kepuasan hati ada pada si korban pada

khusunya dan masyarakat pada umumnya. 18

Teori Relatif atau Nisbi, teori ini mengemukakan suatu kejahatan

tidak mutlak harus diikuti dengan suatu pidana. Untuk ini, tidaklah cukup

adanya suatu kejahatan, tetapi harus dipersoalkan perlu dan mamfaatnya

suatu pidana bagi masyarakat atau bagi si penjahat sendiri. Tidaklah saja

dilihat dari masa lampau, tetapi juga pada masa depan. 19

Teori gabungan (verenigings-theorien), di dalam terori ini apabila

terdapat dua pendapat yang diametral berhadapan satu sama lain,

biasanya ada suatu pendapat ketiga yang berbeda ditengah-tengah.

Demikian juga di samping teori-teori absolut dan teori relatif tentang

hukum pidana, kemudian muncul teori ketiga yang satu pihak mengakui

adanya unsur “pembalasan” (vergelding) dalam hukum pidana. Akan

tetapi di pihak lain, mengakui pula unsur prevensi dan unsur memperbaiki

penjahat yang melekat pada tiap pidana.20

17

Wirjono Prodjodikoro, Asa-Asas Hukum Pidana, (Bandung, PT Reflika Aditama,

2009), h.,23 18

Wirjono Prodjodikoro, Asa-Asas Hukum Pidana, (Bandung, PT Reflika Aditama,

2009), h.24 19

Wirjono Prodjodikoro, Asa-Asas Hukum Pidana, (Bandung, PT Reflika Aditama,

2009), h.25 20

Wirjono Prodjodikoro, Asa-Asas Hukum Pidana, (Bandung, PT Reflika Aditama,

2009), h.27

Page 27: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

16

Dari pemaparan mengenai teori-teori hukum pidana diatas tentu

akan lebih mempermudah untuk menguraikan mengenai tindak pidana itu

sendiri, berikut dibawah ini penjelasan mengenai tindak pidana.

Hakikat hukum pidana telah dikenal bersamaan dengan manusia

mulai mengenal hukum, walaupun pada saat itu belum dikenal pembagian

bidang-bidang hukum dan sifatnya juga masih tidak tertulis. Adanya

peraturan-peraturan, adanya perbuatan-perbuatan yang tidak disukai oleh

masyarakat, adanya orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan

seperti itu, dan adanya tindakan dari masyarakat terhadap pelaku dari

perbuatan yang sedemikian, merupakan awal lahirnya hukum pidana

dalam masyarakat yang bersangkutan.21

Munculnya kelompok-kelompok masayarakat yang lebih

terorganisasi dengan baik serta kelompok cendekia di dalamnya, yang

pada akhirnya melahirkan negara, makin menegaskan adanya bidang

hukum pidana karena negara membutuhkan hukum pidana di samping

bidang-bidang hukum lainya. Perkembangan hukum pidana mulai dari

masyarakat sederhana sampai pada masyarakat modern sekarang ini

tidaklah mengubah hakikat hukum pidana itu sendiri.22

Oleh karenanya, baik untuk masayarakat dahulu kala maupun

masyarakat sekarang, hukum pidana dapat didefenisikan sebagai

keseluruhan peraturan hukum yang menentukan perbuatan-perbuatan

yang pelaku-pelakunya seharusnya dipidana dan pidana-pidana yang

seharusnya dikenakan. Defenisi ini mencakup empat pokok yang terkait

21

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta, PT

Raja Grafindo Persada, 2013), h., 1. 22

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta, PT

Raja Grafindo Persada, 2013), h., 1.

Page 28: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

17

erat satu dengan yang lain, yaitu peraturan, perbuatan, pelaku, dan pidana.

23

Di dalam defenisi lain tindak pidana juga dapat diartikan sebagai

perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh aturan hukum yang

diancam dengan sanksi pidana. Kata tindak pidana berasal dari istilah

yang dikenal dalam hukum pidana Belanda, yaitu strafbaar feit, kadang-

kadang juga menggunakan istilah delict, yang berasal dari bahasa latin

delictum. Hukum pidana negara anglo saxon menggunakan istilah

offense atau criminal act untuk maksud yang sama.24

Oleh karena Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia

(KUHP) bersumber pada W.V.S Belanda maka istilah aslinya pun sama,

yaitu stafbaar feit (perbuatan yang dilarang oleh undang-undang yang

diancam dengan hukuman). Dalam hal ini, Satochid Kartanegara,

cendrung untuk menggunakan istilah delict yang telah lazim di pakai.25

Dalam literatul telah banyak dijelaskan pengertian dan makna

hukum pidana sebagai salah satu bidang dalam ilmu hukum.

Pendefenisian hukum pidana harus dimaknai sesuai dengan sudut

pandang yang menjadi acuannya. Pada prinsipnya secara umum ada dua

pengertian tentang hukum pidana, yaitu disebut dengan ius poenale dan

ius puniend. Ius peenale merupakan pengertian hukum pidana objektif.26

23

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta, PT

Raja Grafindo Persada, 2013), h., 1. 24

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Amzah, 2014), h.,

23. 25

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Amzah, 2014), h.,

23. 26

Andi Sofian dan Nur Aziza, buku ajar Hukum Pidana, (Makasar, Pustaka Pena

Pres, 2016), h., 2.

Page 29: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

18

Banyak dari para ahli hukum pidana yang mengeluarkan argumen

mereka tentang hukum pidana itu sendiri, seperti G.A. van Hamel

berpendapat bahwa hukum pidana itu adalah semua dasar dan aturan yang

dianutoleh suatu negara dalam meneyelenggarakan ketertiban hukum

(rechtsorde) yaitu dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum

dan menegnakan suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan

tersebut. 27

Menurut D. Simons, hukum pidana adalah keseluruhan perintah

dan larangan, yang pelanggaranya diancam dengan suatu nestapa khusus

berupa, “pidana” oleh negara atau suatu masayarakat hukum publik lain,

keseluruhan peraturan yang menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum

itu, dan keseluruhan ketentuan untuk mengenakan dan menjalankan

pidana tersebut. 28

Hukum pidana ini dalam pengertian menurut Mezgez adalah

“aturan-aturan hukum yang mengikat pada suatu perbuatan tertentu yang

memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana.29

Pada

bagian lain Simons merumuskan hukum pidana objektif sebagai “semua

tindakan-tindakan keharusan (gebod) dan larangan (verbod) yang dibuat

oleh negara atau penguasa umum lainya, yang kepada pelanggar

ketentuan tersebut diancam derita khusus, yaitu pidana, demikian juga

peraturan-peraturan yang menetukan syarat bagi aturan hukum itu.30

27

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada, 2013), h., 6. 28

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada, 2013), h., 6. 29

Ida Bagus Surya Darma Jaya, Hukum pidana Materil dan Formil: pengantar

hukum pidana, (jakarta, USAID-The Asia Fondation-Kemitraan Partnership, 2015), h., 2. 30

Andi Sofian dan Nur Aziza, buku ajar Hukum Pidana, (Makasar, Pustaka Pena

Pres, 2016), h., 2.

Page 30: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

19

Sebagimana bahan perbandingan perlu kiranya dikemukakan

pandangan pakar hukum pidana Indonesia tentang apa yang dimaksud

dengan hukum pidana (objektif). Moeljatno memberikan makna hukum

pidana sebagai bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu

negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk:31

a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,

yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa

pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut.

b. Menetukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan.

c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar

larangan tersebut.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Pada pembahasan pertama mengenai tindak pidana sudah dijelaskan

bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan tersebut disertai dengan ancaman yang berupa pidana tertentu bagi

pelanggarnya. Sehingga untuk mengetahui adanya tindak pidana, maka harus

terlebih dahulu dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan pidana

tentang perbuatan yang di larang dan disertai dengan saksi.32

Rumusan-rumusan tersebut menentukan beberapa unsur atau syarat

yang menjadi ciri atau sifat khas dari larangan tadi sehingga dengan jelas

31

Andi Sofian dan Nur Aziza, buku ajar Hukum Pidana, (Makasar, Pustaka Pena

Pres, 2016), h., 2 32

Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,

(Jakarta, Kencana, 2014), h., 39.

Page 31: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

20

dapat dibedakan dari perbuatan lain yang tidak dilarang. Perbuatan pidana

menunjuk kepada sifat perbuatannya saja, yaitu dapat dilarang dengan

ancaman pidana kalau dilanggar.33

Secara sederhana unsur-unsur tindak pidana terdiri atas unsur lahir

atau unsur objektif dan unsur batin atau unsur subjektif. Dalam masalah ini,

Satochid Kartanegara, mengatakan bahwa unsur-unsur delik, tediri dua

golongan yaitu unsur-unsur objektif dan unsur-unsur subjektif. Unsur-unsur

objektif adalah unsur-unsur yang terdapat di luar diri manusia, yaitu berupa

suatu tindak-tanduk, jadi suatu tindakan, suatu akibat tertentu (een bepaalde

gevolh) dan berupa keadaan (omstendingheid) yang semuanya dialarang dan

diancam dengan hukuman oleh undang-undang.34

Adapun unsur subjektif adalah unsur yang terdapat pada diri pembuat

atau in de deder aan wezig. Unusur-unsur subjektif ini berupa hal yang dapat

dipertanggungjawabkan seseorang terhadap perbuatan yang telah dilakukan

(toerekeningsvat baarheid) dan kesalahan seseorang (schuld). Yang dimaksud

dengan toerekeningsvat baarheid adalah hal yang dapat

dipertanggungjawabkan seseorang terhadap perbuatan yang telah dilakukan. 35

Sementara menurut Moeljatno, unsur-unsur perbuatan pidana:

perbuatan (manusia), yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat

formil) dan bersifat melawan hukum (syarat materi) sedangkan unsur-unsur

tindak pidana menurut Moeljatno terdiri dari :

a. Kelakuan dan akibat, dan

33

Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,

(Jakarta, Kencana, 2014), h., 39 34

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Amzah, 2014), h.,

27. 35

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Amzah, 2014), h.,

27.

Page 32: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

21

b. Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan, yang

dibagi menjadi

1) Unsur subjektif atau pribadi, yaitu mengenai diri orang yang

melakukan perbuatan, misalnya unsur unsur pegawai negri yang

diperlukan dalam delik jabatan seperti dalam perkara tindak pidana

korupsi. Pasal 418 KUHP jo. Pasal 1 ayat (1) sub c Undang-

undang No. 3 Tahun 1971 atau pasal 11 Undang-undang No. 31

Tahun 1999 jo. No 20 Tahun 2001 tentang pegawai negri yang

menerima hadiah. Kalau yang menerima hadiah bukan pegawai

negri maka tidak mungkin diterapkan pasal tersebut

2) Unsur objektif atau non pribadi yaitu mengenai keadaan diluar

sipembuat misalnya KUHP tentang pengasutan di muka umum

(supaya melakukan perbuatan pidana atau melakukan kekerasan

terhadap penguasa umum) apabila pengasutan tidak dilakukan

dimuka umum maka tidak mungkin diterapkan pasal ini. 36

Unsur-unsur tindak pidana adalah sebagai berikut :

1. Kelakuan dan akibat (perbuatan)

2. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan

3. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana

4. Unsur melawan hukum yang objektif

5. Unsur melawan hukum yang subjektif.37

36

Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,

(Jakarta, Kencana, 2014), h., 39. 37

Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidan dan Acara Pidana, (Jakarta, Ghalia

Indonesia, 2001), h., 30. Menurut pengertian Rancangan KUHP Nasional adalah :

1. Unsur-unsur formil

a. Perbuatan sesuatu;

b. Perbuatan itu dilakukan atau tidak dilakukan;

c. Perbuatan itu oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai

perbuatan terlarang;

d. Peraturan itu oleh peraturan perundang-undangan diancam pidana.

Page 33: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

22

Unsur-unsur apa yang ada dalam tindak pidana adalah melihat

bagaimana bunyi rumusan yang dibuatnya. Tindak pidana itu terdiri dari

unsur-unsur yang dapat dibedakan atas unsur yang bersifat obyektif dan unsur

yang bersifat subyektif.38

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana

Jenis-jenis tindak pidana dibedakan atas dasar-dasar, sebagai berikut :

a. Menurut Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP) dibedakan antara lain

kejahatan yang dimuat dalam buku II dan pelanggaran yang dimuat dalam

buku III. Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan” dan “pelanggaran” itu

bukan hanya merupakan dasar bagi KUHP kita menjadi buku ke II dan Buku

ke III melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem bukum pidana di

dalam perundang-undangan secara keseluruhan.

b. Menurut cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil

(formeel Delictum) dan tindak pidana materil (materil Delictum). tindak

pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yang

dirumuskan itu adalah melakukan perbuatan tertentu. Misalnya pasal 362

KUHP yaitu tentang pencurian. Tindak pidana materil inti laranganya adalah

pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan

akibat yang dilarang itulah yang dipertanggungjawabkan dan dipidana.

2. Unsur-unsur materil

Perbuatan itu harus bersifat bertentangan dengan hukum, yaitu harus benar-

benar dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut dilakukan.

38 Andi Sofian dan Nur Aziza, buku ajar Hukum Pidana, (Makasar, Pustaka Pena

Pres, 2016), h., 100.

Page 34: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

23

c. Menurut bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak

pidana sengaja (dolus delictum) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose

delictu). Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur dalam KUHP

antara lain sebagai berikut : pasal 338 KUHP (pembunuhan) yaitu dengan

sengaja menyebabkan hilangnya nyawa orang lain, pasal 354 KUHP yang

dengan sengaja melukai orang lain. Pada delik kelalaian (culpa) orang juga

dapat dipidana jika ada kesalahan, misalnya pasal 359 KUHP yang

menyebabkan matinya seseorang.

d. Menurut macam perbuatannya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan

aktif juga disebut perbuatan materil adalah perbuatan untuk mewujudkannya

diisyaratkan dengan adanya gerakan tubuh orang yang berbuat, misalnya

pencurian (pasal 362 KUHP) dan penipuan pasal 378 KUHP. Tindak pidana

positif dibedakan menjadi tindak pidana murni dan tidak murni.39

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa jenis-jenis

tindak pidana terdiri dari tindak pidana kejahatan dan tindak pidana

pelanggaran, tindak pidana formil dan tindak pidana materil, tindak pidana

sengaja dan tindak pidana tidak sengaja serta tindak pidana aktif dan tindak

pidana pasif.

Klasifikasi tindak pidana menurut system KUHP dibagi menjadi dua

bagian, kejahatan yang diatur dalam buku II KUHP dan pelanggaran yang

diatur dalam bukum III KUHP, pembagian perbedaan kejahatan dan

pelanggaran didasarkan atas perbedaan prinsipal, yaitu :

a. kejahatan (techtdelicten) ialah perbuatan yang bertentangan dengan

keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu

39

Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidan dan Acara Pidana, (Jakarta, Ghalia

Indonesia, 2001), h., 25-27.

Page 35: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

24

undang-undang atau tidak, jadi yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat sebagai berte ntangan dengan keadilan.40

b. Pelanggaran (Wetsdelicten) ialah perbuatan-perbuatan yang didasari oleh

masyarakat sebagai suatu tindak pidana karena undang-undang

menyebutkan sebagai delik.

B. Pencurian Ikan (Illegal Fishing) Di Perairan Indonesia

1. Dasar Hukum Yang Mengatur Pencurian Ikan (Illegal Fishing)

Illegal fishing di dalam pengaturannya sering disandingkan dengan

tidak pidana perikanan lainnya, yaitu unreported dan unregulated (IUU)

Fishing yang secara harfiah dapat diartikan sebagai kegiatan perikanan yang

tidak sah, kegiatan perikanan yang tidak diatur oleh peraturan yang ada, atau

aktivitasnya tidak dilaporkan kepada suatu institusi atau lembaga pengelola

perikanan yang tersedia. 41

UNCLOS 1982 menjadi dasar acuan wilayah kedaulatan Indonesia dan

perairan Zona Ekonomi Eklusif (ZEE). Melalui Undang-Undang tersebutdan

undang-undang lainnya yang terakit, diharpakan dapat mengoptimalkan

pengelolaan , pengawasan, dan peningkatan system penegakan hokum pidana

di bidang perikanan. Berikut dalam hukum Nasional terdapat beberapa aturan

hukum yang mengatur tindak pidana perikanan (Illegal Fishing) yaitu :

a. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan perubahannya Undang-

Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan,

40

Ismu Gunadi dan Jonedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,

(Jakarta, Kencana, 2014), h., 44. 41

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h.,110

Page 36: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

25

b. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil serta aturan pelaksanaanya lainnya seperti : Peraturan

Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Usaha perikanan,

c. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi

Sumberdaya Ikan,

d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2008 tentang Penyelengaraan

Penelitian dan Pengembangan Perikanan,

e. Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13/MEN/2005

tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang

Perikanan,

f. Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.14/MEN/2005

tentang Komisi Nasional Pengakajian Sumber Daya Ikan,

g. Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2005

tentang Penangkapan Ikan dan/atau Pembudidayaan Ikan Di Wilayah

Pengolaan Perikanan Republik Indonesia Yang Bukan Untuk Tujuan

Komersil,

h. Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2008

tentang Usaha Perikanan Tangkap, Peraturan Mentri Kelautan dan

Perikanan Nomor PER.06/MEN/2008/ tentang Penggunaan Pukat Hela

di Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara, Peraturan Mnetri Kelautan

dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2008 tentang Penggunaan Alat

Penangkap Ikan Jaring Ingsang (Gill Net) di Zona Ekonomi Eklusif

Indonesia (ZEEI).42

42

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h.,110-111. Dilihat dari apa yang di jabarkan diatas

mengenai dasar hukum atau aturan-aturan yang mengatur berkaitan dengan Illegal Fishing,

ada delapan dasar hukum yang telah mengaturnya, namun kenyataannya Illegal Fishing

masih saja marak terjadi di perairan Indonesia baik itu dari nelayan asing maupun nelayan

lokal sekalipun. Seolah-olah aturan tersebut tidak ada, apa yang salah ?, bisa jadi dari delapan

aturan tersebut hanyalah teori semata dan penerapan nya masih kurang, atau memang ada

beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut contohnya faktor ekonomi yang

mengharuskan para nelayan melakukan itu.

Page 37: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

26

Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya laut di bidang perikanan

tersebut memerlukan aturan-aturan yang mendasarinya. Sebagaimana yang

telah disebutkan diatas, Pada saat ini, Indonesia telah memiliki Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Khusus mengenai pengolaan

sumber daya perikanan, sudah ada aturannya pula yaitu Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2004 Tentang perikanan yang kemudian mengalami

perubahaan dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang

perubahan atas UU No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan.

Keberadaan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan

merupakan langkah positif dan merupakan landasan atau aturan dalam

memutuskan persoalan hukum yang terkait dengan Illegal Fishing. Undang-

undang Perikanan mengadopsi beberapa ketentuan hukum internasional

tentang kelautan yang salah satunya adalah Konvensi Perserikatan Bangsa-

Bangsa tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the

Sea/ UNCLOS) 1982 dan Indonesia telah meratifikasi UNCLOS tersebut

melalui Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985.43

UNCLOS 1982 menempatkan Indonesia memiliki hak berdaulat

(savereign rights) untuk melakukan pemanfaatan konservasi pengolaan

sumberdaya ikan di Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (selanjutnya disingkat

dengan ZEE) dan laut lepas yang dilaksanakan berdasarkan persyaratan atau

standar internasional yang berlaku. 44

Melalui undang-undang ini tersebut dan

undang-undang lainnya yang terkait, diharapkan dapat mengoptimalkan

43

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h.,99-100. 44

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h., 100

Page 38: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

27

pengelolaan, pengawasan, dan peningkatan sistem penegakan hukum tindak

pidana di bidang perikanan.

UNCLOS 1982 secara garis besar membedakan wilayah laut menjadi 2

(dua) kategori wilayah laut dimana negara dapat menegakan hukumnya

terhadap IUU Fishing, yaitu wilayah laut yang berada di bawah kedaulatan

dan wilayah laut dimana suatu negara memiliki yurusdiksi. Kawasan laut yang

yang tunduk di bawah kedaulatan suatu negara pantai/kepulauan adalah

perairan pedalaman dan laut teritorial atau perairan kepulauan dan laut

tertorial.45

UNCLOS 1982 tidak mengatur tentang IUU Fishing secara khusus,

namun UNCLOS 1982 hanya mengatur secara umum tentang penegakan

hukum dilaut teritorial maupun di ZEE suatu negara. Jika pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan negara pantai terjadi di laut tertorial

ataupun perairan pedalaman suatu negara, maka sesuai dengan kedaulatan

yang diberikan oleh pasal 2 UNCLOS 1982, negara pantai dapat

memberlakukan aturan hukumnya terhadap kapal tersebut. 46

2. Pengertian tindak Pidana Illegal Fishing

Tindak pidana perikanan, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan

the criminal act fisheries, sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut dengan

het strafbare feit visserij merupakan salah satu tindak pidana yang dikenal

45

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h.,106 46

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h.,107

Page 39: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

28

dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. 47

Ada dua konsep yang terkandung dalam tindak pidana perikanan, yang

meliputi :

a. Tindak pidana; dan

b. Perikanan

Tindak pidana dikonsepkan sebagai perbuatan yang dilakukan oleh

pelaku yang berkaitan dengan kejahatan. Pengertian perikanan dapat dianalisis

dari pengertian yang tercamtum dalam Undang-Undang dan pandangan ahli.

a. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

perikanan. Perikanan adalah:

“semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pemamfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari

praproduksi, produksi, pengelolaan sampai dengan pemasaran,

yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan”.

Ada tiga unsur yang tercantum, meliputi:

1) Adanya kegiatan;

2) Berhubungan dengan;

(a) Pengelolaaan;

(b) Pemamfaatan sumber daya ikan; dan

(c) Lingkungannya; dan

3) Pelaksanaannya didasarkan pada sistem bisnis perikanan. 48

47

Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya,

(Depok, Rajawali Pers, 2017), h., 171. 48

Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya,

(Depok, Rajawali Pers, 2017), h., 172.

Page 40: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

29

b. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan, perikanan adalah :

“semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pemamfaatan sumber daya ikan dan lingkungan mulai dari

praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang

dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan”.

Defenisi perikanan dalam defenisi ini sama dengan defenisi yang

tercantum dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2004 tentang Perikanan. 49

Bertitik tolak dari konsep perikanan yang tercantum dalam berbagai

pengaturan Perundang-undangan diatas, maka berikut ini disajikan pengertian

tindak pidana perikanan. Tindak pidana perikanan adalah :

“perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku yang berkaitan dengan

kejahatan di dalam pengelolaan, pemamfaatan sumber daya ikan dan

lingkungannya yang pelaksanaannya didasarkan pada sistem bisnis

perikanan”.

Ada tiga unsur yang tercantum dalam defenisi tindak pidana perikanan

diatas, yang meliputi :

a. Adanya perbuatan pidana;

b. Adanya subjek pidana; dan

c. Jenis perbuatan pidananya. 50

49

Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya,

(Depok, Rajawali Pers, 2017), h., 172 50

Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya,

(Depok, Rajawali Pers, 2017), h., 173

Page 41: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

30

Perbuatan pidana merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan

oleh pelaku yang bertentangan dengan undang-undang. Subjek pidana dalam

tindak pidana perikanan, yaitu orang atau badan hukum. Jenis perbuatan

pidana yang dilakukan oleh pelaku, yaitu tidak melakukan:

a. Pengelolaan;

b. Pemamfaatan sumber daya ikan; dan

c. Lingkunagan sebagaimana mestinya.51

Pengelolaan perikanan dikonsepkan :

“semua upaya, termasuk proses yang terintegritas dalam pengumpulan

informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi

sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan

perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah

atau otoritas lain yang diarahakan untuk mencapai kelangsungan produktivitas

sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati”.52

Defenisi pengelolaan perikanan diatas, sangat luas, karena mencakup

tiga hal, yang meliputi:

a. Perencanaan;

b. Pelaksanaan; dan

c. Penegakan hukum

Kegiatan perencanaan terdiri atas kegiatan:

a. Pengumpulan informasi;

b. Analisis;

c. Perencanaan;

51

Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya,

(Depok, Rajawali Pers, 2017), h.,173 52

Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan

Page 42: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

31

d. Konsultasi;

e. Pembukaan keputusan; dan

f. Alokasi sumber daya ikan.53

3. Pengertian Pencurian Ikan (Ilegal Fishing)

Ada sejumlah terminologi yang bisa digunakan untuk menjelaskan hal

ihwal yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan secara ilegal, yakni

illegal (ilegal), unreported (tidak dilaporkan) dan unregulated (tidak diatur)

atau bisa disingkat dengan IUU Fishing.54

Beberapa terminologi tersebut memiliki pengertiannya sendiri-sendiri

dan bisa digunakan di kalangan pemerhati, pengkaji, dan lembaga-lembaga

internasional, seperti FAO (Food and Agreculture Organization), yang

menaruh perhatian besar terhadap keberadaan dan kelestarian sumber daya

perikanan laut.55

Di dalam peraturan Undang-Undang yang berkaitan dengan kelautan,

terutama menyangkut bidang perikanan, kategori tindak pidana dibedakan

menjadi “kejahatan” serta “pelanggaran”. Namun, baik dalam tindak

kejahatan maupun tindak pelanggaran terdapat istilah pencurian ikan (illegal

fishing). Istilah ini terdapat dalam penejelasan Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31Tahun 2004

53

Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya,

(Depok, Rajawali Pers, 2017) h. 174 54

Simela Viktor Muhama, Illegal Fishing di Perairan Indonesia, Permasalahan dan

Upaya Penanganan Secara Bilateral di Kawasan, Politica Vol. 3, No. 1, Mei 2012. h., 62. 55

Simela Viktor Muhama, Illegal Fishing di Perairan Indonesia, Permasalahan dan

Upaya Penanganan Secara Bilateral di Kawasan, Politica Vol. 3, No. 1, Mei 2012. h., 62.

Page 43: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

32

tentang Perikanan, tetapi tidak diberikan defenisi ataupun penjelasan lebih

lanjut tentang pencurian ikan (illegal fishing).56

Illegal fishing, mungkin ini adalah istilah yang bisa di katakan tabu

bagi masyarakat awam, tidak semua orang dapat memahami illegal fishing,

istilah ini biasanya di pakai oleh penegak hukum dan di populerkan melalui

media massa. Secara umum Illegal fishing adalah suatu bentuk tindak pidana

yang dilakukan oleh seseorang yang terjadi di laut.

Illegal Fishing berasal dari kata Illegal yang berarti tidak sah atau

tidak resmi. Fishing merupakan kata benda yang berarti perikanan, dari kata

fish dalam bahasa inggris yang berarti ikan, mengambil, merogoh, mengail,

atau memancing.57

Illegal fishing diartikan sebagai kegiatan penangkapan ikan yang

dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yurisdiksi suatu

negara tampa izin negara tersebut, atau bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, bertentangan dengan peraturan nasional

dan/atau kewajiban internasional.58

Illegal fishing telah menjadi perhatian dunia karena kegiatan ilegal ini

telah berlangsung di berbagai kawasan dan dianggap dapat mengancam

56

Nunung Mahmuda, Ilegal Fishing (Pertanggung Jawaban Pidana di Wilayah

Perairan Indonesia).(Jakarta, Sinar Grafika,2015), h.,79. 57

Nunung Mahmuda, Ilegal Fishing (Pertanggung Jawaban Pidana di Wilayah

Perairan Indonesia).(Jakarta, Sinar Grafika,2015), h., 77 58

Simela Viktor Muhamad, Illegal Fishing di Perairan Indonesia, Permasalahan

dan Upaya Penanganan Secara Bilateral di Kawasan, Politica Vol. 3, No. 1, Mei 2012. h.,

62.

Page 44: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

33

keberadaan dan kelestarian sumber daya perikanan laut global jika tidak

ditangani secara serius oleh masyarakat internasional.59

Praktek penangkapan ikan secara illegal merupakan tindak kriminal

yang terorganisir dan telah menyebabkan kerusakan serius bagi perairan di

Indonesia dan negara-negara di kawasan lainnya. Selain merugikan secara

ekonomi, sosial, dan ekologi, praktik ini merupakan tindakan yang

melemahkan kedaulatan wilayah suatu negara.60

Tindakan seperti ini hanya akan memberikan dampak yang kurang

baik bagi ekosistem perairan, akan tetapi memberikan keuntungan yang besar

bagi nelayan. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan dalam melakukan

penangkapan dan termasuk kedalam tindakan illegal fishing adalah

penggunaan alat tangkap yang dapat merusak ekositem seperti penangkapan

dengan pemboman, penangkapan dengan racun, serta penggunaan alat

tangkap trawl pada daerah karang.61

4. Jenis-Jenis Tindak Pidana Illegal Fishing

Industri perikanan merupakan industri strategis yang terus

berkembang seiring dengan naiknya permintaan suplai kebutuhan makanan

baik di level lokal maupun internasional. Dalam teori ekuilibrium jika

permintaaan naik maka akan membutuhkan pasokan yang dapat

59

Simela Viktor Muhamad, Illegal Fishing di Perairan Indonesia, Permasalahan

dan Upaya Penanganan Secara Bilateral di Kawasan, Politica Vol. 3, No. 1, Mei 2012. h., 63 60

Institute Teknologi Sepuluh Nopember, Illegal Fishing dan Kedaulatan Laut

Indonesia, (Surabaya,, Institu Teknologi Sepuluh Nopember,2016,) h.1 61

Sulwafiani, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana di Bidang Perikanan (studi

kasus putusan No.28/Pid.Sus/2016/PN.Wtp) Skripsi S1 Jurusan Ilmu Hukum Fakultas

Hukum, (Universitas Hasan udin Makasar), h., 31.

Page 45: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

34

mengimbangi, hal ini mendorong eksploitasi berlebihan terhadap

penangkapan hasil laut.62

Jenis tindak pidana perikanan, yang dalam bahasa Inggris, disebut

dengan the types of fishery crime, sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut

het strafbare feit visserij merupakan penggolongan pidana yang dikenal

dalam.63

a. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan; dan

b. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Analisis terhadap kedua undang-undang itu, maka dikenal 19

(sembilan belas) jenis tindak pidana perikanan, yang meliputi : 64

1) Melakukan penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan dengan

menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara

dan/atau bangunan;

2) Penggunaan alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan;

3) Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau

kerusakan sumber daya ikan dan/atau lingkungannya;

4) Merusak plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan;

5) Memasukan, mengeluarkan, mengedarkan, dan/atau memelihara ikan

yang merugikan masyarakat;

62

Ika Riswati Putranti, Community Fisheries Legal Framework: Penanganan IUU

Fishing di bawah Konstruksi ASEAN Economic Community, (Yogyakarta, Deepublish, 2017),

h., 1. 63

Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya,

(Depok, Rajawali Pers, 2017), h., 180-181. 64

Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya,

(Depok, Rajawali Pers, 2017), h., 182-183

Page 46: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

35

6) Melakukan penanganan dan pengelolaan ikan yang tidak memenuhi dan

tidak menerapkan persyaratan kelayakan pengolhan ikan, sistem jaminan

matu, dan kemanan hasil perikanan;

7) Melakukan pemasukan atau pengeluaran ikan dan/atau hasil perikanan

dari dan/atau ke wilayah Republik Indonesia yang tidak dilengkapi sertifikat

kesehatan untuk komsumsi manusia;

8) Menggunakan bahan baku, bahan tambahan makanan, bahan penolong

dan/atau yang membahayakan kesehatan manusia dan/atau lingkungan;

9) Melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan,

pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan, yang tidak memiliki SIUP;

10) Memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan tidak memiliki

SIPI;

11) Mengoperasikan kapal penaangkap ikan yang tidak membawa SIPI asli;

12) Penggunaan SIUP, SIPI, dan SIKPI palsu;

13) Membangun, mengimpor, atau memodifikasi kapal perikanan yang tidak

mendapat persetujuan terlebih dahulu;

14) Mengoperasikan kapal perikanan di wilayah pengolaan perikanan

Republik Indonesia yang tidak mendaftarkan kapal perikanannya sebagai

kapal perikanan Indonesia;

15) Nahkoda yang mengoperasikan kapal penangkapan ikan berbendera asing

yang tidak memiliki izin penangkapan ikan;

16) Nahkoda tidak memiliki surat persetujuan berlayar;

17) Melakukan penelitian perikanan di wilayah pengolahan perikanan

Republik Indonesia yang tidak memiliki izin;

18) Pelibatan pejabat dalam Pemalsuan Persetujuan dan Pendaftaran, dan

19) Tindak pidana yang dilakukan oleh nelayan kecil dan/atau pembudidaya

ikan kecil.

Page 47: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

36

5. Kategori Kejahatan Pencurian Ikan (Illegal Fishing) dan Sanksi

Pidananya

Tindak pidana di bidang perikanan yang diatur dalam UU No. 31

Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 Tahun 2009 (UU

No. 31 Tahun 2004) ada dua macam, yaitu kejahatan dan pelanggaran.

Disebut kejahatan karena perbuatan pelaku bertentangan dengan kepentingan

hukum, sedangkan pelanggaran merupakan perbuatan yang tidak mentaati

larangan atau keharusan yang ditentukan oleh penguasa negara.65

Tindak pidana perikanan yang termasuk dalam kejahatan adalah tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 84, pasal 85, pasal 86, pasal 88,

pasal 91, pasal 92, pasal 83, dan pasal 94, sedangkan tindak pidana di bidang

perikanan yang termasuk pelanggaran adalah tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam pasal 87, pasal 89, pasal 90, pasal 95, pasal 96, pasal 97,

pasal 98, pasal 99, dan pasal 100.66

Tindak pidana yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Kategori Pelanggaran

1) Kesengajaan merusak plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber

daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia

sebagaimana di maksud dalam Pasal 14 ayat (4),

2) Kelalaian mengakibatkan rusaknya plasma utfah yang berkaitan

dengan sumber daya ikan di wilayah peneglolaan perikana Republik

Indonesia sebagimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4),

65

Gatot Supramono, Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang Perikanan,

(Jakarta, Rineka Cipta, 2011), h., 153. 66

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h.,185.

Page 48: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

37

3) Melakukan penanganan dan pengolahan ikan yang tidak memenuhi

dan tidak menerapkan persyaratan kelayakan pegolahan ikan, sistem

jaminan mutu, dan keamanan hasil perikanan sebagimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (3)

4) Kesengajaan melakukan pemasukan atau pengeluaran ikan dan/atau

hasil perikanan dari dan/atau ke wilayah Republik Indonesia yang

tidak dilengkapi sertifikat kesehatan untuk komsumsi manusia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,

5) Membangun, mengimpor dan memodifikasi kapal perikanan yang

tidak dapat persetujuan terlebih dahulu sebagimana dimaksud dalam

Pasal 35 ayat (1),

6) Mengoperasikan kapal perikanan di wilayah pengolahan perikanan

Republik Indoensia yang tidak mendaftarkan kapal perikannya

sebagai kapal perikanan Indonesia sebagimana dimaksud dalam Pasal

36 ayat (1)

7) Mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing yang tidak

memiliki izin penangkap ikan, yang selama berada di wilayah

pengolahan perikanan Republik Indonmesiatidak menyimpan alat

penangkap ikan di dalam palka sebagaimana dimaksud dalam Pasal

38 ayat (1),

8) Mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing yang telah

memiliki izin penangkapan ikan dengan 1 (satu) jenis alat penangkap

ikan tertentu pada bagian tertentu di ZEEI yang membawa alat

penangkap ikan lainya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat

(2),

9) Mengoperasikan kapal penanghkap ikan berbendera asing yang telah

memiliki izin penangkapan ikan, yang tidak menyimpan alat

penagkapan ikan di dalam palka selama berada di luar daerah

Page 49: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

38

penangkapan ikan yang diizinkan di wilayah pengolahan perikanan

Republik Indonesia sebagimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3),

10) Berlayar tidak memilik surat izin berlayar kapal perikanan yang

dikeluarkan oleh syahbandar sebagimana dimaksud dalam Pasal 42

ayat (2),

11) Melakukan penelitian perikanan di wilayah pengolahan perikanan

Republik Indonesia yang tidka memiliki izin dari pemerintah

sebagimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1),

12) Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan sebagimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2).67

b. Kategori Kejahatan

1) Kesengajaan melakukan penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan

ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan bilogis, bahan

peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan

dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau

lingkungannya di wilayah pengolahan perikanan Republik Indonesia

sebagaimana di maksud dalam Pasal 8 ayat (1),

2) Kesengajaan melakukan penangkapan ikan menggunakan bahan

kimia, bahan bilogis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau

bangunan yang dapat merugikan dan/atau menbahayakan kelstarian

sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di wilayah pengolahan

perikanan Republik Indonesia sebagimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2),

3) Kesengajaan melakukan penangkapan ikan menggunakan bahan

kimia, bahan bilogis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau

bangunan yang dapat merugikan dan/atau menbahayakan kelstarian

67

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h., 185-187.

Page 50: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

39

sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di wilayah pengolahan

perikanan Republik Indonesia sebagimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (3),

4) Kesengajaan melakukan usaha pembudidayaan ikan di wilayah

Republik Indonesia menggunakan bahan kimia, bahan bilogis, bahan

peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan

dan/atau menbahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau

lingkungannya di wilayah pengolahan perikanan Republik Indonesia

sebagimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4),

5) Kesengajaan memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan

alat penagkapan ikan dan/atau alat bantu penagkapan ikan yang

berada di kapal penangkap ikan yang tidak sesuai dengan ukuran yang

ditetapkan, alat penagkapan ikan yang tidak sesuai dengan

persyaratan, atau standar yang ditetapkan untuk tipe alat tertentu

dan/atau alat penagkapan ikan yang dilarang di wilayah pengolahan

perikanan Republik Indonesia sebagimana dimaksud dalam Pasal 9,

6) Kesengajaan melakukan perbuatan yang menagkibatkan pencemaran

dan/atau kerusakan sumber daya lingkungannya di wilayah Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2),

7) Kesengajaan melakukan perbuatan yang menagkibatkan pencemaran

dan/atau kerusakan sumber daya ikan dan/atau kesehatan manusia di

wilayah pengelolaan perikanan di wilayah Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2),

8) Kesengajaan membudidayakan ikan hasil rekayasa genetika yang

dapat mebahayakan sumber daya ikan dan/atau lingkungan sumber

daya ikan dan/atau kesehatan manusia di wilayah pengelolaan

perikanan Republik Indonesia sebagimana dimaksud dalam Pasal 12

(3),

Page 51: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

40

9) Kesengajaan menggunakan obat-obat dalam pembudidayaan ikan

yang dapat membahayakan sumber daya ikan dan/atau lingkungan

sumber daya ikan dan/atau kesehatan manusia di wilayah pengelolaan

perikanan Republik Indoensia sebagimana dimaksud dalam Pasal 12

ayat (4),

10) Kesengajaan memasukkan, mengeluarkan, mengadakan,

mengedarkan, dan/atau memelihara ikan yang merugikan masyarakat,

pembudidayaan ikan, sumber daya ikan,, dan/atau lingkungan sumber

daya ikan ke dalam dan/atau ke luar wilayah pengelolaan perikanan

Republik Indonseia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1),

11) Kesengajaan menggunakan bahan baku, bahan tambahan makanan,

bahan penolong, dan/atau alat yang mebahayakan kesehatan manusia

dan/atau lingkungan dalam melaksanakan penanganan da pengolahan

ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1),

12) Kesengajaan melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan,

pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan,

yang tdiak meiliki SIUP di wilayah pengelolaan perikanan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1),

13) Memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penagkap ikan berbendera

Indonesia melakukan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan

perikanan Republik Indonesia dan/atau di laut lepas, yang tidak

memilik SIPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1),

14) Memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penagkap ikan berbendera

asing melakukan penagkapan ikan di wilayah pengelolaan Republik

Indonesia, yang tidak memiliki SIPI sebagaimana di maksud dalam

Pasal 27 ayat (2),

15) Memiliki dan/atau mengoperasikan kapal pengangkut ikan di wilayah

pengelolaan Republik Indonesia yang melakukan pengangkutan ikan

Page 52: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

41

atau kegiatan yang terkait yang tidak memiliki SIKPI sebagimana

dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).68

Klasifikasi kejatan dan pelanggaran dalam tindak pidana perikanan

tersebut sesuai dengan rumusan hukum pidana dari Moelyatno, yang

menyatakan hal-hal sebagai berikut:

a. Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku

di suatu negara,

b. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan

pidana,

c. Hukum pidana menentukan perbuatan mana yang dipandang

sebagai perbuatan pidana,

d. Barang siapa melakukan pidana diancam dengan pidana,

e. Hukum pidana mengatur tentang pertanggungjawaban hukum

pidana (criminal liability atau criminal responsibility),

f. Beberapa pendapat tentang pengertian hukum pidana,

g. Hal-hal yang perlu ditegaskan sehubungan pengertian kita kepada

hukum pidana.69

Berdasarkan rumusan dari Moelyatno, dalam tindak pidana perikanan

dapat dengan jelas terlihat apakah itu berupa kejahatan ataupun pelanggaran

yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana pencurian ikan dan pidana apa yang

akan diberikan kepada pelanggar peraturan perikanan yang ada.70

68

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h., 187-190 69

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h.,190-191 70

Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan, (Jakarta,

Badan Keahlian DPR RI, 2016), h.,191

Page 53: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

42

BAB III

ASPEK HUKUM ISLAM DALAM PENCURIAN IKAN (ILLEGAL FISHING)

A. Dasar Hukum Pidana Islam

1. Pengertian Hukum Pidana Islam

Secara garis besar, pembahasan hukum pidana Islam dapat

dibedakan menjadi dua. Ada yang menyebutnya fiqh jinayah dan ada pula

yang menjadikan fiqh jinayah sebagai sub bagian yang terdapat di bagian

akhir isi sebuah kitab fiqh atau kitab hadis yang corak pemaparannya

seperti kitab fiqh. Kitab yang secara khusus dinamakan sebagai fiqh

jinayah memiliki sistematika pembahasan yang lebih terperinci, aktual dan

akomodatif. 71

Sebaliknya, kitab yang belum secara khusus dinamakan sebagai

kitab fiqh jinayah, sistematika pembahasannya masih sederhana. Di

bagian pertengahan atau akhir pembahasannya, fiqh jinayah dijelaskan

dalam subjudul الجناياتكتاب dan كتاب الحدود . Di samping itu, ada yang hanya

dengan memberikan judul كتاباالجنايات atau yang memerincikan dengan

subjudul كتاب الديات كتاب الجراح dan كتاب دعوي الدم والقسامة 72

Dari bentuk-bentuk kitab fiqh diatas, antara keduanya saling

melengkapi. Dari bentuk yang pertama sudah dapat diketahui tentang

unsur-unsur jarimah, jinayah, atau tindakan pidana. Sementara itu, dari

dibentuk kedua dapat diketahui tentang materi-materi subtansial.

71

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jianayah (Jakarta, Amzah, 2013), h., 1. 72

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jianayah (Jakarta, Amzah, 2013), h., 2

Page 54: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

43

Walaupun demikian, bukan berarti materi ini tidak terdapat di dalam kitab

fiqh jinayah bentuk pertama.73

Hal-hal yang tercantum diatas sedikit gambaran umum mengenai

hukum pidana Islam, untuk lebih jelasnya mengenai hukum pidana Islam

itu sendiri dibawah akan kita kupas secara mendalam apa itu yang di

maksud dengan hukum pidana Islam itu sendiri.

Hukum pidana Islam sering disebut dilam fiqh dengan istilah

jinayat atau jarimah. Jinayat dalam istilah hukum disebut dengan delik

atau tindak pidana. Jinayah merupakan bentuk verbal noun (masdar) dari

kata jana. Secara etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan

jinayah diartikan perbuatan dosa atau perbuatan salah.

Secara terminologi kata jinayat mempunyai beberapa pengeritan,

seperti yang diungkapkan oleh Abd AL Qadir Awdah bahwa jinayat

adalah perbuatan yang dilarang oleh syara‟ baik perbuatan itu mengenai

jiwa, harta benda, atau lainnya. Fiqh jinayah adalah segala ketentusn

hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan

oleh orang-orang mukhallaf sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil

hukum yang terperinci dari Al-Qur‟an dan Hadits.74

الجناية أوالجريمة لغة : هي الذنب أولمعصية أو كل ما يجني المرأ من شر اكتسبه Artinya : “Jinayah atau jarimah, secara bahasa berarti dosa, kemaksiatan,

atau senua jenis perbuatan manusia berupa kejahatan yang dilakukan”

73

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jianayah (Jakarta, Amzah, 2013), h., 2 74

Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial (Jakarta, Lembaga Studi Islam

dan Kemasyarakatan, 1992). h., 86.

Page 55: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

44

Hukum pidana Islam merupakan syariat Allah yang mengandung

kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Syariat Islam dimaksud secara materil mengandung kewajiban asasi bagi

setiap manusia untuk melaknsakannya. Konsep kewajiban asasi syariat

yaitu menempatkan Allah sebagai pemegang segala hak, baik yang ada

pada diri sendiri maupun yang ada pada orang lain. Setiap orang hanya

pelaksana, yang berkewajiban memenuhi perintah Allah. Perintah Allah

dimaksud, harus ditunaikan untuk kemaslahatan dirinya dan orang lain. 75

Menurut A.Jazuli, pada dasarnya pengertian dari istilah Jinayah

mengacu kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya pengertian tersebut

terbatas pada perbuatan yang dialarang. Di kalangan fuqaha‟, perkataan

jinayat berarti perbuatan yang dialarang oleh syara‟, meskipun demikian,

pada umumnya fuqaha‟ menggunakan istilah tersebut hanya untuk

perbuatan-perbuatan yang terlarang menurut syara‟. Meskipun demikian,

pada umumnya fuqaha‟ menggunakan istilah tersebut hanya untuk

perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan,

pembunuhan dan sebagainya.

Sebagian fuqaha menggunakan kata jinayah untuk perbuatan yang

berkaitan dengan jiwa atau anggota badan. Seperti membunuh, melukai

dan lain sebaginya. Dengan demikian istilah fiqh jinayat sama dengan

hukum pidana. Secara umum, pengertian jinayat sama dengan hukum

pidana pada hukum positif, yaitu hukum yang mengatur perbuatan yang

berkaitan dengan jiwa atau anggota badan, seperti membunuh, melukai

dan lain sebagainya. Jarimah (kejahatan) dalam hukum pidana Islam

jinayat meliputi, jarimah hudud, qisas, diyat, dan ta‟zir.

75

Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta, Sinar Grafika, 2007). h., 1.

Page 56: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

45

2. Dalil-Dalil Tentang Hukum Pidana Islam

Hukum pidana Islam yang diterjemahkan dari istilah fiqh jinayah,

apabila didefenisiskan secara lengkap meliputi dua kata pokok, yaitu fiqh

dan jinayah. Secara etimologis, fiqh berasal dari kata faqiha-yafqahu yang

berarti memahami ucapan secara baik, seperti firman Allah berikut :76

Q.s. Hud (11): 91:

ك فب ظؼفب ونىل قبنىا ب تقىل وإب نشى ت يب فقه كثشا ي شؼ

ب ثؼضض ك ويب أت ػه ١سهطك نشج

Artinya: “Mereka berkata: "Hai Syu´aib, kami tidak banyak mengerti

tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar

melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena

keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamu pun

bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami"

Sementara itu, secara terminologis, fiqh didefenisiskan oleh

Wahbah Al-Zuhaili, Abdul Karim Zaidan, dan Umar Sulaiman dengan

mengutip defenisi AL-Syafi‟i dan Al-Amidi sebagai berikut :77

العلم بالأحكام الشرعية العملية المكتسبة من أدلتها التفصلية Artinya : “Ilmu tentang hokum-hukum syariyah yang bersifat amaliah

yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang terperinci”

76

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 2-3. 77

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 3

Page 57: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

46

Dalam defenisi ini, fiqh diibaratkan dengan ilmu karena memang

semacam ilmu pengetahuan. Kata hukum dalam defenisi ini menjelaskan

bahwa hal-hal yang berada di luar hukum. Seperti zat, tidaklah termasuk

kedalam pengertian fiqh. Penggunaan kata syariah dalam defenisi ini

menejelaskan bahwa fiqh itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar‟i,

yaitu segala sesuatu yang berasal dari kehendak Allah.78

Adapun istilah jinayah yang berasal dari bahasa Arab, berasal dari

kata jana-yajni-janyan-jinayatan yang berarti adznaba (berbuat dosa)

atau tanawala (menggapai atau memetik dan mengumpulkan) seperti dari

kalimat jana al-dzahaba ( seseorang mengumpulkan emas dari

penambangan). Dalam menerangkan makna kata jinayah ini, Louis

Ma‟luf mengatakan bahwa kata jana‟ berarti irtakaba dzanban

(melakukan dosa). Pelakunya disebut janin bentuk jamaknya adalah

janatan.79

3. Asas-Asas di Dalam Hukum Pidana Islam

Seperti layaknya hukum pidana di dalam hukum positif ataupun

hukum manapun, hukum pidana Islam juga memiliki asas-asas. Asas-

asas keadilan, asas kepastian hukum, dan asas kemamfaatan, nah di dalam

asas kemamfaatan ini akan terbagi lagi kedalam beberapa asas seperti

asas legalitas, asas tidak berlaku surut, asas praduga tidak bersalah, asas

larangan memindahkan kesalahan kepada orang lain, asas keharusan

membatalkan hukum akibat unsur keraguan, dan asas kesamaan di mata

hukum. Semua itu telah dikenal oleh para ahli huku, bahkan para ahli

78

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 3 79

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 3

Page 58: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

47

hukum Barat mengklaim bahwa asas-asas tersebut berasal dari sistem

hukum mereka.

Klaim sepihak dari dari para ahli hukum Barat ini tidak mengurangi

mutu dari keadilan hukum pidana Islam. Jauh dari sebelum para ahli

hukum Barat mengklaim asas-asas tersebut, hukum pidana Islam telah

menerapkannya. Sejak empat belas abad yang lalu hukum pidana Islam

telah menjadi pionir dalam penerapan asas-asas hukum yang kemudian

diadopsi oleh barat. 80

Banyak yang menganggap bahwa hukum pidana Islam ini adalah

hukum yang kuno atau sudah ketinggalan zaman, namun pemahaman itu

adalah pemahaman yang salah. Asas-asas hukum pidana Islam telah

dikenal sejak hukum Islam diberlakukan dan itu sudah berlaku sejak abad

ke-7. Di antara asas-asas hukum pidana Islam adalah sebagai berikut:

a. Asas keadilan

Asas keadilan adalah asas yang penting dan mencakup semua

asas dalam bidang hukum Islam, akibat dari pentingnya azas yang

dimaksud, sehingga Allah SWT mengungkapkan di dalam Al-

Quran lebih dari 1000 kali.81

Mengenai asas keadilan, banyak

sekali ayat dan hadits Nabi yang memerintahkan agar seorang

muslim menegaskan keadilan sekalipun terhadap keluarga dan

karib kerabat terdekat.82

Q.s. An-Nisa” (4): 135:

80

Asdulloh Al Faruq, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam, (Bogor, Ghalia

Indonesia, 2009). h., 6. 81

Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2012). h., 2. 82

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 12-13.

Page 59: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

48

هب أ ٱ۞ ث نز ي نقغػ ٱءايىا كىىا قى ونى ػه شهذاء لل

ٱأفغكى أو نذ ٱو نى غب أو فقشا ف لقشث ٱإ ك ب لل ثه أون

أ تؼذن ىي نه ٱفل تتجؼىا ا ۥوإ تهى ىا ٱأو تؼشظىا فإ ب لل ث كب

خجشا هى تؼ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang

yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah

biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum

kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu

kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar

balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka

sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang

kamu kerjakan”

Ayat lain yang terkait asas keadilan ini selalu dibacakan oleh

khatib pada akhir khutbah Jumat. Ayat yang dimaksaud terdapat di

(Q.S Al-Nahl (16): 90)

ٱ۞إ ٱو نؼذل ٱأيش ث لل حغ ر ل ٱوإتب نقشث ػ ه و

كش ٱو نفحشبء ٱ ٱو ن نجغ شو ١ؼظكى نؼهكى تزك

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia

memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran”

selanjutnya, diantara hadis Nabi yang terkait dengan asas

keadilan adalah sebagai berikut :

Page 60: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

49

عدلوا بين أبنائكم, إعدلوا بين أبنائكم Artinya : “Berlakulah adil diantara anak-anak kalian,berlakulah

adil diantara anak-anak kalian” (HR. Abu Daud dan Al-Nasa‟I

dari Al-Nu‟man bin Basyir)

b. Asas kepastian hukum

Asas kepastian hukum artinya tidak ada satu perbuatan pun

yang dapat dihukum kecuali atas kekuatan kepastian hukum atau

aturan hukum berupa ayat ayat Al-Quran, hadis, atau fatwa para

ulama.83

Diantara ayat Al-Quran yang bisa diajdikan argumentasi

kuat adalah Q.S Al-Isra‟ (17) : 15) :

ب هتذ نفغه هتذي ٱ ي هب ول تضس ۦفإ ب عم ػه وي ظم فإ

جؼث سعىل حت ث ويب كب يؼز واصسح وصس أخشي

Artinya : “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah

(Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan)

dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya

dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang

berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan

mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul”

Bukti lain bahwa dalam hukum Islam terdapat asas kepastian

adalah larangan untuk menikahi saudara kandung kecuali apa

yang terjadi antara putra-putri Nabi Adam. Mengenai hal ini, Al-

Quran menerapkan kalimat illa ma qad salafa (kecuali yang telah

lewat). Artinya, yang sudah terlanjur terjadi pada masa lampau.84

83

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 14 84

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 14

Page 61: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

50

c. Asas kemanfaatan

Asas kemanfaatan adalah asas yang mengiringi asas keadilan

dan asas kepastian hukum. Dalam melakasanakan asas keadilan

dan kepastian hukum, seyogyanya dipertimbangkan asas

kemamfaatannya, baik bagi yang bersangkutan maupun orang lain.

Dalam menerapkan hukuman mati terhadap seorang yang

melakukan pembunuhan misalnya, dapat dipertimbangkan

kemamfaatan penjatuhan hukuman itu bagi diri terdakwa sendiri

dan bagi masayarakat. 85

Kalau hukuman mati itu yang akan dijatuhkan itu lebih

bermamfaat bagi kepentingan masyarakat, hukuman itulah yang

akan dijatuhkan. Kalau tidak menjatuhkan hukuman mati lebih

bermafaat bagi terdakwa, keluarga, atau saksi korban; ancaman

hukuman mati dapat diganti dengan hukuman denda yang

dibayarkan kepada keluarga pembunuh. Asas ini ditarik dari Q.s.

Al-Baqarah (2) 178.86

:

أهب ٱ كى نز ٱف نقصبص ٱءايىا كتت ػه نحش ٱث نحش ٱ نقته

ٱو نؼجذ ٱث نؼجذ ٱو ٱث لث نه لث ػف ء ف ۥف أخه ش تجبع ٱي

ؼشوف ٱث ن ن ر ه ثإحغ ك وأداء إن ف

خ ثكى وسح س تخفف ي

نك فهه ػتذي ٱ ٧١ػزاة أنى ۥثؼذ ر

Artiny: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang

merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita

dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan

85

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 14 86

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 14

Page 62: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

51

dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan

cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat)

kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang

demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu

rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka

baginya siksa yang sangat pedih”

Selanjutnya, terkait dengan asas-asas hukum pidana Islam

terdapata enam asas pokok, yaitu asas legalitas, asas tidak berlaku

surut, asas praduga tak bersalah, asas wajib dibatalkan hukuman

apabila terdapat keraguan, asas tidak ada pelimpahan kesalahan

kepada pihak lain, dan asas kesamaan di hadapan hukum.87

4. Kedudukan Ancaman Hukum di Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan tindak

pidana yang dituangkan dalam syara‟ ataupun yang tidak terdapat nash

hukumannya. Ditinjau dari segi ada dan tidak ada nashnya dalam Al-

Quran dan Al-Hadis, hukuman dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Hukuman yang ada nashnya, yaitu hudud, qisas, diyat, dan kaffarah.

Misalnya, hukuman bagi pezina, pencuri, perampok, pemberontak,

pembunuh, dan orang yang mendzihar istrinya;

b. Hukuman yang tidak ada nashnya, yang disebut hukuman ta‟zir,

seperti percobaan melakukan tindak pidana, tidak melaksanakan

87

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 14

Page 63: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

52

amanah, bersaksi palsu, dan pencurian yang tidak sampai batas jumlah

yang ditetapkan, misalnya mencuri beras satu kilo gram.88

Ditinjau dari segi hubungan anatar hukuman dengan hukuman yang

lain, ada empat macam hukuman, yaitu :

a. Hukuman pokok ( al-uqubat al-ashiliyah), yaitu hukuman asal (asli)

bagi kejahatan, seperti hukuman mati bagi pembunuh dan hukuman

jilid seratus kali bagi pezina ghayr muhshan:

b. Hukuman pengganti (al-uqubat al-badaliyah), yaitu hukuman yang

menempati empat pokok apabila hukuman pokok itu tidak dapat

dilaksanakan karena alasan hukuman diyat bagi pembunuh yang sudah

dimaafkan qisas nya oleh keluarga korban atau hukuman ta‟zir apabila

karena satu hal, hukuman had tidak dapat dilaksanakan.

c. Hukuman tambahan (al-uqubat al-thaba‟iyah), yaitu hukuman yang

dijatuhkan pada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok, seperti

terhalangnya seorang pembunuh untuk mendapat waris dari harta

terbunuh;

d. Hukuman pelengkap (al-uqubat al-takmiliyat), yaitu hukuman yang

dijatuhkan sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah

dijatuhkan.89

B. Illegal Fishing (Pencurian Ikan) Dalam Hukum Pidana Islam

1. Dasar Hukum Yang Mengatur Pencurian Ikan (Illegal Fishing) di

dalam Islam

88

Mustafa Hasan dan Beni Ahmad Saebeni, Hukum Pidana Isla, Fiqh Jinayah,

Dilengkapi Dengan Kajian Dalam Hukum Pidana Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2013). h.,

45. 89

Mustafa Hasan dan Beni Ahmad Saebeni, Hukum Pidana Isla, Fiqh Jinayah,

Dilengkapi Dengan Kajian Dalam Hukum Pidana Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2013). h.,

45-46

Page 64: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

53

Berbicara tentang illegal fishing di dalam Islam, mungkin ini adalah

hal yang baru bagi kita semua, selama ini kita mengenal illegal fishing

tersebut hanya di dalam hukum positif Indonesia, yang mana yang

dimaksud dengan Iillegal fishing disini adalah pencurian ikan di laut.

Walaupun illegal fishing tidak ada dalam Islam, namun Islam tidak

sedangkal itu walau pun demikian sebenarnya di dalam Islam itu dasar-

dasar menenai illegal fishing dapat merujuk kepada kerusakan

lingkungan. Antara lain sebgai berikut :

a. Ar-Rum Ayat 41

ذ نجحش ٱو نجش ٱف نفغبد ٱ ظهش ب كغجت أ نزٱنزقهى ثؼط نبط ٱث

هىا نؼههى شجؼى ػ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar)”.

b. Q.s. Al-Qasas (28): 77:

ك ثتغ ٱو ب ءاتى ٱف لخشح ٱ نذاس ٱ لل ب ٱول تظ صجك ي ب نذ وأحغ ك

ٱأحغ ك ول تجغ لل لسض ٱف نفغبد ٱإن ٱإ ٱل حت لل فغذ ٧٧ ن

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Page 65: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

54

c. Q.s. An-Nahl (16): 14:

ش نزٱ وهى ه حهخ نجحش ٱعخ ب وتغتخشجىا ي ب غش ه نح نتأكهىا ي

ۦيىاخش فه ونتجتغىا ي فعهه نفهك ٱتهجغىهب وتشي ونؼهكى تشكشو

Artinya: “Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar

kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu

mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu

melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari

(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”

d. Q.s. Saad (38): 27:

بء ٱخهقب ويب لسض ٱو نغ نك ظ طل ر ب ث ه ٱويب ث نز كفشوا

كفشوا ي م نهز ٧ نبس ٱفى

Artinya: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada

antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan

orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka

akan masuk neraka”.

2. Pengertian Pencurian Ikan (Illegal Fishing) di Dalam Islam

Pencurian ikan (Illegal Fishing) secara harfiah dapat diartikan

sebagai kegiatan perikanan yang tidak sah, kegiatan perikanan yang tidak

diatur oleh peraturan yang ada, atau aktifitas yang tidak dilaporkan kepada

suatu instiusi atau lembaga pengola perikanan yang tersedia. Termasuk

kegiatan yang mrnggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

Page 66: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

55

menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau

mengawetkan.90

Semua kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia

tentu harus mengacu kepada aturan Undang-Undang yang berlaku. Jika

tidak mengikuti atau mematuhi aturan yang ada maka penangkapan ikan

tersebut dinyatakan sebagai perampokan aset negara. Firman Allah SWT

di dalam Q.s. An-Nahl (16): 14 :

ش نزٱ وهى ه نجحش ٱعخ ب وتغتخشجىا ي ب غش ه نح نتأكهىا ي

ونؼهكى ۦيىاخش فه ونتجتغىا ي فعهه نفهك ٱحهخ تهجغىهب وتشي

تشكشو

Artinya: “Dan dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar

kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu

mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu

melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan)

dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”

Sesuai penjelasan dari ayat diatas yang menyebutkan bahwa Allah

SWT telah menyediakan bagi hambanya daging yang segar, dan tah hanya

itu di dalam laut tersebut Allah juga menyediakan perhiasan yang bisa kita

pakai, apa yang Allah SWT berikan kepada kita semua itu adalah nikmat

yang sangat luar biasa bisa kita terima.

Siapa saja yang ada di bumi Allah ini tentu semuanya berhak

mendaptkan nikmat tersebut. Tentu selain itu kita sebagai manusia yang

90

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim, Politik H ukum Pidana, Kajian Kebijakan

Kriminalisasi dan Dekriminminalasi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005). h., 143-145.

Page 67: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

56

tinggal di negara hukum seperti Indonesia pada saat sekarang ini

pemamfaatan tersebut harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT kita

harus mentaati atau mengikuti atauran yang telah diberlakukan tersebut,

dan semua itu tujuannya adalah untuk kemaslahatan kita bersama.

Sedangkan Illegal Fishing ada sebuah bentuk kejahatan yang sangat jauh

dari rasa syukur tersebut, karena Illegal Fishing tersebut telah menyalahi

aturan yang berlaku.

3. Sanksi Pidana Pelaku Illegal Fishing di dalam Islam

Ruang lingkup hukum pidana Islam meliputi tiga bagian pokok,

yaitu tindak pidana qisas, hudud, dan ta‟zir. Ada juga penulis yang hanya

membagi menjadi dua bidang pokok, yaitu tindak pidana hudud dan ta‟zir.

Pembagian versi kedua ini disebabkan oleh asumsi bahwa hudud adalah

semua jenis tindak pidana yang secara tegas diatur dalam Al-Quran dan

Hadis, baik sifat perbuatan pidananya maupun sanksi hukumnya.

Sehingga tindak pidana qisas masuk ke dalam ranah hudud. Sementara itu,

semua jenis tindak pidana yang tidak masuk ke dalam ranah hudud berarti

masuk ke dalam wilayah ta‟zir.91

Sebelum lebih jauh menentukan apa hukuman bagi pelaku

pencurian ikan (illegal fishing) di dalam hukum Islam, tentu kita harus tau

ruang lingkup dari hukum pidana Islam tersebut, sebagaimana yang telah

dijabarkan diatas bahwa ruang lingkup hukum pidana Islam terbagi

91

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 24

Page 68: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

57

menjadi tiga bagian pokok, yaitu tindak pidana qisas, hudud, dan ta‟zir.

Berikut penjabarannya :

a. Qisas

1) Pengertian qisas

Secara bahasa, qisas berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan berarti mengikuti dan menelusuri jejak kaki. Makna

qisas secara bahasa ini ada kaitannya dengan kata kisah. Qisas

berarti menelurusuri jejak kaki manusia atau hewan, dimana

anatara jejak kaki dan telapak kaki pasti memiliki kesamaan

bentuk. semenatara itu kisah mengandung makna bahwa ada

hubungan antara kisah asli dan kisah yang ditulis atau yang

diceritakan oleh generasi berikutnya. 92

Arti qisas secara terminologi antara lain dikemukakan oleh Al-

Jurjani, yaitu mengenakan sebuah tindakan (sanksi hukum) kepada

pelaku persis seperti tindakan yang dilakukan pelaku terhadap

korban. Dari defenisi ini jelas ada keterkaitan makna antara makna

qisas secara bahasa dengan istilah. Lebih jelas lagi, dalam Al-

Mu‟jam Al-Wasith qisas diartikan dengan menjatuhkan sanksi

hukum kepada pelaku tindak pidana sama persis dengan tindak

pidana yang dilakukan, nyawa dengan nyawa dan anggota tubuh

dibalas dengan anggota tubuh.93

2) Pelaksanaan Eksekusi Qisas

Hukuman secara setimpal ini tidak dibenarkan kalau

dilakukan secara individu dan tidak melibatkan Negara, jika qisas

dilaksanakan secara bebas, dipastikan akan terjadi kekacauan dan

92

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 30 93

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 30

Page 69: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

58

perang saudara antara kelompok suku, atau golongan, hal ini dapat

dilihat dalam (Q.S Al-Baqarah (2): 178)

أهب كى ٱنز ف ٱنقصبص ءايىا كتت ػه ٱنحش ٱنقته

و ٱنؼجذ ث ٱنؼجذ و ٱنحش ث ث ٱلث نه ٱلث ػف أخه ۥف ي

ء ف ؼشوف ث ٱتجبع ش ن ٱن ر ه ثإحغ تخفف ي ك وأداء إن

فخ ثكى وسح نك فهه ٱػتذي س ٧١ػزاة أنى ۥثؼذ ر

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang

merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan

wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu

pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi

maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara

yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari

Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas

sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih”

Pada ayat tentang qisas pembunuhan, tampak jelas bahwa

Allah memerintahkan secara umum kepada orang-orang yang

beriman. Ini berarti dalam pelaksanaanya perlu melibatkan otoritas

berwenang, yaitu ulil amri atau pemerintah. Demikian halnya

dengan ayat tentang perintah puasa Ramadhan. Untuk bisa

melaksanakannya, harus ada campur tangan pemerintah, terutama

mengenai penetapan awal Ramadhan.

Dengan demikian, pelaksanaan eksekusi qisas, penganiayaan

maupun pembunuhan, harus melibatkan pemerintah melalui

Page 70: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

59

mekanisme persidangan majelis hakim di pengadilan. Dalam hal

ini Indonesia sebagai Negara hukum, dipastikan memiliki hukum

acara, baik bidang perdata maupun pidana, hanya saja bidang

pidana Islam hingga kini belum bisa dilaksanakan sebagaimana

yang diterapkan oleh Al-Quran dan hadis.

3) Kategori qisas

Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

kategori, yaitu qisas karena melakukan pembunuhan dan

penganiayaan.

a) Pembunuhan

Sanksi hukum qisas diberlakukan terhadap pelaku

pembunuhan sengaja dan terencana sebagaimana firman Allah

dalam (QS Al-Baqarah (2) 178) :

أهب كى ٱنز ف ٱنقصبص ءايىا كتت ػه ٱنقته

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas

kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh”

Ayat ini berisi tentang hukuman qisas bagi pelaku

pembunuhan sengaja dan terencana serta apabila pihak keluarga

korban tidak memaafkan pelaku. Kalau keluarga korban

memberikan maaf kepada pelaku, sanksi qisas turun dan beralih

menjadi diat.

Dengan demikian, tidak setiap pelaku tindak pidana

pembunuhan pasti diancam sanksi qisas, tetapi harus diteliti

mengenai motivasi, cara, faktor pendorong, dan teknis melakukan

pembunuhan. Hal ini sangat penting dilakukan karena jarimah

Page 71: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

60

pembunuhan oleh para ulama fiqh dibedakan menjadi tiga

kategori, yaitu :

(1) Pembunuhan sengaja

(2) Pembunuhan semi sengaja, dan

(3) Pembunuhan tersalah. 94

b) Penganiayaan

Qisas yang disyaratkan karena melakukan jarimah pelukaan

atau penganiayaan secara eksplesit dijelaskan oleh Allah dalam

(QS Al-Maidah (5) 45) :

وكتجب هى فهب أ و ٱنفظ ث ٱنفظ ػه ث ٱنؼ ٱلف و ٱنؼ

و ٱلف ث ث ٱلر و ٱلر ث ٱنغ قصبص ٱنجشوح و ٱنغ

تصذق ثه ب أضل ۥ فهى كفبسح نه ۦف وي نى حكى ث ٱلل

ئك هى فأون ى ه

ٱنظ

Artinya : “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya

(At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan

mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan

gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang

melepaskan (hak qishaash)nya, maka melepaskan hak itu

(menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan

perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu

adalah orang-orang yang zalim”

Kalau di teliti dengan seksama, redaksi ayat diatas memang

tidak secara tegas menyatakan bahwa hukum qisas dalam

94

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 36

Page 72: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

61

penganiayaan itu dinyatakaan berlaku bagi umat Islam, tetapi juga

tidak terdapat pernyataan lain yang menunjukan bahwa

ketetapatan hukumnya telah terhapus dan tidak berlaku lagi bagi

umat Islam.

Menurut jumhur ulama, Hanafiyah, Malikiyah, sebagian

Syafi‟iyah, dan sebuah riwayat Ahmad dimana pendapat ini dinilai

sebagai yang paling tepat bahwa ayat-ayat tentang qisas terhadap

anggota badan tetap berlaku bagi umat Islam. Sementara itu

menurut ulama kalangan Asy‟ariyah bahwa hal ini tidak berlaku

bagi orang Islam. Sementara itu, Ibnu Al-Qusyairi dan Ibnu

Burhan bersikap diam sampai terdapat dalil sahih yang

menegaskan. 95

Dengan demikian pendapat jumhur ulama lebih kuat dari pada

pendapat lainnya sehingga qisas terhadap anggota badan masih

tetap berlaku dengan sanksi yang beragam sesuai dengan jenis,

cara, serta di bagian tubuh sebelah mana jarimah penganiayaan

dilakukan pelaku kepada korban.

b. Hudud

1) Pengertian Hudud

Hudud merupakan bentuk jamak dari kata had yang secara

etimologi berasal dari kata ح dan د yang mempunyai dua makna

asal yaitu larangan dan batas (tepi) sesuatu. Dalam makna leksikal

had (hudud) bias dimaknai dengan ta‟rif, atau undang-undang.

Membuat ta‟rif atau defenisi berarti memberikan batasan

95

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 40

Page 73: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

62

pengertian sebuah istilah sehingga term lain tidak termasuk

didalamnya. Kaitannya dengan undang-undang sebab undang-

undang meberikan batasan aturan terhadap sesuatu atau orang

sehingga tidak boleh melanggarnya. 96

Menurut istilah syara‟, sebab bagaimana dinyatakan oleh Abd

al-Qadir Awdah , jarimah hudud yaitu jarimah yang diancam

dengan hukuman had, dan had adalah ancaman hukuman yang

telah ditentukan macam dan jumlahnya dan menjadi hak Allah.

Demikian juga yang dinyatakan Muhammad Abu Syuhbah bahwa

had merupakan hak mutlak bagi Allah. Tidak boleh ditunda

tampa alasan yang jelas, ditambah dan dikurangi. Penguasa dalam

hal ini berhal melaksanakan sebagaimana ketentuan yang terdapat

di dalam syara‟.97

2) Macam-macam jarimah hudud

Kalau ditinjau dari segi dominasi hak yang terdapat pada

pensyariatan hukum hudud terbagi menjadi dua kategori, yaitu

hudud yang termasuk ke dalam wilayah hak Allah dan hak

manusia. Ada perbedaan mendasar antara hak Allah dan hak

manusia. Hak Allah adalah hak masyarakat yang luas yang

dampaknya dapat dirasakan oleh banyak orang, sedangkan hak

manusia adalah hak yang terkait dengan manusia sebagai individu,

bukan sebagai masyarakat.98

berikut adalah macam-macam

jarimah hudud:

96

Dasrul S. Puyu, Konsep Pidana Hudud Menurut Al-Quran, Jurnal Al-Audaulah,

Vol. 1 / No. 1/ Desember 2012, h., 134 97

Reni Surya, Klasifikasi Tindak Pidana Hudud dan Sanksinya dalam Perspektif

Hukum Islam, Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam, Vol 2 No.2. Juli-Desember 2018,

h., 531-532 98

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 48-49

Page 74: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

63

a) Jarimah perzinaan,

b) Jarimah penuduhan zina dan pencemaran nama baik,

c) Jarimah meminum khamar dan penyalahgunaan narkoba,

d) Jarimah pemberontakan,

e) Jarimah murtad,

f) Jarimah pencurian, dan

g) Jarimah perampokan.

c. Ta’zir

1) Pengertian ta’zir

Secara terminologis ta‟zir berasal dari kata „azar‟yang berati

mencegah, menghormati, dan membentuk. Selain itu pengertian

ta‟zir ialah memberikan pengajaran (at-ta‟dib).99

Dalam fiqh

jinayah, pengertian ta‟zir adalah bentuk hukuman yang tidak

disebutkan ketentuan kadar hukumannya oleh syara‟ dan

penentuan hukuman menjadi kekuasaan hakim. 100

Banyak yang memberikan defenisi berkaitan dengan ta‟zir ini,

secara bahasa ta‟zir berasal dari kata az-zara („azzaraa yang

bermakna ar-raddu yang bermakna menolak dan juga alman‟u

yang bermakna mencegah dan disebut juga ta‟zir adalah menolak

pelakunya dari mencegahnya dari mengerjakan jarimah. 101

99

Mardani, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Kencana, 2019). h., 12. 100

Mustafa Hasan dan Beni Ahmad Saebeni, Hukum Pidana Isla, Fiqh Jinayah,

Dilengkapi Dengan Kajian Dalam Hukum Pidana Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2013). h.,

593. 101

Zahratul Idami, Prinsip Pelimpahan Kewenangan Kepada Ulil Amri Dalam

Penentuan Hukuman Ta‟zir, macamnya dan tujuanya. Jurnal Hukum Samudra, Vol. 10 No.

Januari-juni 2015. h., 26.

Page 75: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

64

Secara istilah dalam ilmu Fiqh, kata ta‟zir itu bermakna:

„Uquubatun ghairu muqaddatun syar‟an tajbu haqqan lillahi au

liadamii fii kulli ma‟shiatin laisa fiihs haddun walaa kaffarata

ghaaliban. Artinya „Hukuman yang tidak ditetapkan ketentuan

secara syar‟i baik terkait hak Allah atau hak adami, umumnya

yang berlaku pada setiap maksiat yang tidak ada hukuman hudud

atau kaffarah. 102

Sebagian ulama mengartikan ta‟zir sebagai hukuman yang

berkaitan dengan pelanggaran terhadap Allah SWT dan hak hamba

yang tidak ditentukan Al-Quran dan Hadis. Ta‟zir berfungsi

memberikan pengajaran kepada pelaku sekaligus mencegahnya

untuk tidak mengulangi hal serupa. 103

Ta‟zir pada hakikatnya adalah sebuah pendidikan. Sampai

disini, ta‟zir kendati masuk dalam lingkup pidana Islam tidaklah

dimaknai sebagai proses pemabalasan apalagi penyiksaan. Lebih

tepat ta‟zir dipahami sebagai prose penyadaran. 104

Dalam melakukan proses penyadaran tersebut para ulama

telah merumuskan setidaknya dua bentuk hukuman yang dapat

diterapkan. Pertama, melalui perkataan seperti mencegah,

mencela, dan menasehati. Kedua, ta‟zir juga dapat dilakukan

dengan perbuatan seperti, memukul, mencambuk, menahan di

102

Zahratul Idami, Prinsip Pelimpahan Kewenangan Kepada Ulil Amri Dalam

Penentuan Hukuman Ta‟zir, macamnya dan tujuanya. Jurnal Hukum Samudra, Vol. 10 No.

Januari-juni 2015. h.,26 103

Zahratul Idami, Prinsip Pelimpahan Kewenangan Kepada Ulil Amri Dalam

Penentuan Hukuman Ta‟zir, macamnya dan tujuanya. Jurnal Hukum Samudra, Vol. 10 No.

Januari-juni 2015. h., 593-594 104

Azhari Akmal Tarigan, Ta‟zir dan Kewenagan Pemerintah Dalam Penerpannya,

Jurnal Ilmu Syariah, VOL 17, Number 1, 2017. h., 161.

Page 76: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

65

dalam penjara, mengikat dan juga bisa dibunuh kendatipun

masalah ini masih diperdebatkan. 105

2) Macam-macam sanksi ta’zir

Jarimah ta‟zir adalah hukuman jarimah yang hukumannya

diserahkan kepada hakim atau penguasa. Hakim dalam hal ini

diberi kewenangan untuk menjatuhkan hukuman secara umum

untuk kejahatan yang dapat digolongkan dalam hukuman ta‟zir

adalah segala bentuk perbuatan yang mengandung unsur

pelanggaran terhadap jiwa, harta dan kehormatan, akal atau agama

yang tidak diancam dengan hukuman had.106

Dengan demikian sanksi ta‟zir tergolong ke beberapa macam

sebagai berikut :

a) Sanksi ta‟zir yang berkaitan dengan badan

Dalam sanksi ini ada jua jenis hukuman, yaitu hukuman mati

dan hukuman cambuk, berikut ini uraiannya.

(1) Hukuman mati

Mazhab hanafi membolehkan sanksi ta‟zir dengan

hukuman mati dengan syarat perbuatan itu dilakukan

berulang-ulang dan akan membawa kemaslahatan bagi

masyarakat. Contohnya, pencurian yang berulang-ulang

dan menghina Nabi yang dilakukan oleh kafir dzimmi

meskipun telah masuk Islam.107

105

Azhari Akmal Tarigan, Ta‟zir dan Kewenagan Pemerintah Dalam Penerpannya,

Jurnal Ilmu Syariah, VOL 17, Number 1, 2017. h., 161. 106

Zahratul Idami, Prinsip Pelimpahan Kewenangan Kepada Ulil Amri Dalam

Penentuan Hukuman Ta‟zir, macamnya dan tujuanya. Jurnal Hukum Samudra, Vol. 10 No.

Januari-juni 2015. h., 28. 107

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 96.

Page 77: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

66

Mazhab Maliki dan sebagian ulama Hambilah juga

membolehkan hukuman mati sebagai sanksi ta‟zir

tertinggi. Contohnya sanksi ta‟zir bagi mata-mata dan

orang melakukan kerusakan di muka bumi. Demikian juga

sebagian ulama Syafi‟iyah membolehkan hukuman mati

dalam kasus homo seksual dan penyebaran aliran-aliran

sesat yang menyimpang dari Al-Quran dan sunah.108

(2) Hukuman cambuk

Hukuman ini cukup efektif dalam meberikan efek jera

bagi pelau jarimah ta‟zir. Jumlah cambukan dalam jarimah

hudud zina ghairu muhsan dan penuduhan zina telah

dijelaskan di dalam nash keagamaan. Namun dalam

jarimah ta‟zir penguasa atau hakim diberikan kewenangan

untuk menetapkan jumlah cambukan yang disesuaikan

dengan bentuk jarimah, kondisi pelaku, dan efek jera bagi

masyarakat. 109

b) Sanksi ta‟zir yang berkaitan dengan kemerdekaan

seseorang.

Dalam hal yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang

disini terdapat dua jenis hukuman, yaitu hukuman penjara dan

hukuman pengasingan. Dibawah ini akan dikabarkan :

(1) Hukuman penjara

108

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 96 109

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 98

Page 78: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

67

Dalam bahasa Arab ada dua istilah untuk hukuman

penjara, yaitu 1) al-habsu yang berarti al-man‟u

(pencegahan atau penahanan ); dan 2) al-sijnu yang artinya

sama dengan al-habsu. Dengan demikian, kedua kata

tersebut mempunyai arti yang sama dan ulama juga

menggunakan keduanya. 110

Menurut Ibnu Qayyim, al-habsu bermakna menahan

seseorang untuk tidak melakukan perbuatan hukum, baik

tahanan itu ditahan di rumah, di masjid, maupun di tempat

lain. Demikianlah yang dimaksud dengan al-habsu pada

masa Nabi dan Abu Bakar. Akan tetapi , setelah Islam

bertambah banyak dan wilayah Islam bertambah luas pada

masa pemerintahan Umar, ia membeli rumah Syafwan bin

Umayyah dengan harga empat ribu Dirham untuk

dijadikan penjara. 111

(2) Hukuman pengasingan

Hukuman pengasingan (buang) termasuk hukuman had

untuk pelaku tindak pidana perampokan. Allah

berfirman,112

Q.s. Al-Maidah (5): 33:

ب ؤا إ ٱجض نز ف ۥوسعىنه لل ٱحبسثى وغؼى

ذهى لسض ٱ ا أ قتهىا أو صهجىا أو تقطغ أ فغبد

ف أو فىا ي خه لسض ٱوأسجههى ي نك نهى خض ر

ٱف ػزاة ػظى لخشح ٱب ونهى ف نذ

110

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 100-101 111

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 101 112

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 104

Page 79: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

68

Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang

yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat

kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau

disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan

bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat

kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu

penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka

beroleh siksaan yang besar”

Meskipun hukuman pengasingan itu merupakan

hukuman had, dalam prakteknya, hukuman tersebut

hukuman tersebut diterapkan juga dalam hukuman ta‟zir.

Di antara jarimah ta‟zir yang dikenakan hukuman

pengasingan adalah orang yang berprilaku mukhannats

(waria) yang pernah dilaksanakan oleh Nabi dengan

mengasingkannya ke luar dari Madinah. Demikian pula

tindakan Khalifah Umar yang mengasingkan Nashr bin

Hajjaj karena banyak wanita yang tergoda olehnya,

walaupun sebenarnya ia tidak melakukan jarimah.113

c) Sanksi ta‟zir yang berkaitan dengan harta.

Fuqaha berbeda pendapat tentang dibolehkannya

hukuman ta‟zir dengan cara mengambil harta. Menurut Imam

Abu Hanifah dan diikuti oleh muridnya, Muhammad bin

Hasan bahwa hukuman ta‟zir dengan cara mengambil harta

113

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 105

Page 80: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

69

tidak dibolehkan. Akan tetapi, Imam Malik, Imam Syafi‟i,

Imam Ahmad bin Hambal, serta Imam Abu Yusuf

membolehkannya apabila dipandang memabwa maslahat. 114

Hukuman ta‟zir dengan mengambil harta bukan berarti

mengambil harta pelaku untuk diri hakim atau khas negara.

Melainkan hanya untuk sementara waktu. Apabila ada pelaku

tidak bisa diharapkan untuk bertobat, hakim dapat men-

tasharruf-kan (memanfaatkan) harta tersebut untuk

kepentingan yang mengandung maslahat.115

c) Sanksi ta‟zir dalam bentuk lain

Selain hukuman-hukuman ta‟zir yang telah disebutkan

diatas, ada beberapa bentuk sanksi ta‟zir lainnya, yaitu

(1) Peringatan keras,

(2) Dihadirkan di hadapan sidang,

(3) Nasihat,

(4) Celaan,

(5) Pengucilan,

(6) Pemecatan, dan

(7) Pengumuman kesalahaan secara terbuka, seperti

diberitakan di media cetak dan elektronik.116

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sanksi ta‟zir sangat

beragam, mulai yang paling ringan, seperti pemecatan, hingga paling

berat, seperti hukuman mati. Oleh sebab itu, tindakan korupsi termasuk

114

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 107 115

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 107 116

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 110

Page 81: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

70

ke dalam ranah jarimah ta‟zir agar dapat disesuaikan dengan besar atau

kecilnya harta yang dikorupsi dan seberapa banyak kerugian negara.117

Setelah dilihat ketiga ruang lingkup hukum pidana Islam, yaitu

jarimah qisas, hudud, dan ta‟zir, ketiga itu memiliki porsi masing-masing,

dilihat dari pengertiannya qisas adalah menjatuhkan sanksi hukum kepada

pelaku tindak pidana sama persis dengan tindak pidana yang dilakukan,

dan yang dikategorikan kedalam qisas yaitu pembunuhan dan

penganiayaan.

Selanjutnya adalah jarimah hudud , jarimah hudud diartikan sebagai

jarimah yang diancam dengan hukuman had, dan had adalah ancaman

hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya, serta menjadi hak

Allah, tidak boleh ditunda tampa alasan yang jelas , ditambah atau

dikurangi, dan terdapat tujuh macam jarimah yang diberlakukan kedalam

hukuman hudud, diantaranya, zina, menududuh orang lain berzina,

khamar, pemberontakan, murtad, pencurian dan perampokan.

Terakhir yaitu jarimah ta‟zir berbeda dengan qisas dan hudud,

bentuk sanksi ta‟zir tidak disebutkan secara tegas di dalam Al-Quran dan

hadis. Untuk menentukan jenis dan ukurannya menjadi wewenang hakim

atau penguasa dan yang tergolong kedalam jarimah ta‟zir ini sangat

banyak sesuai dengan pemasalahan yang terjadi seiring dengan

perkembangan zaman.

Berkenaan dengan permasalahan yang penulis angkat yaitu

pencurian ikan (illegal fishing), dalam penjatuhan hukumannya, setelah

dilihat dari ketiga ruang lingkup hukum pidana Islam diatas, pencurian

ikan (illegal fishing) digolongkan kepada jarimah ta‟zir. Karena secara

tegas tidak diatur di dalam Al-Quran dan Hadis.

117

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Amzah, 2016). h., 110

Page 82: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

71

4. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Illegal Fishing di dalam Islam

Lautan dengan segala isinya adalah karunia dan anugerah yang

sangat besar diberikan tuhan kepada manusia di atas bumi ini, dan tentu

itu sangat beragam baik itu makanan yang mengandung gizi tinggi

ataupun benda-benda lain yang bisa di mamfaatkan. Apapun yang ada di

dalam laut Allah tentu itu semuanya sangat berharga, mutiara misalnya

yang mempunyai nilai perhiasan sangat mahal. Firman Allah SWT di

dalam Q.s. Al-Maidah (5): 96 :

ذ أحم ذ ۥوغؼبيه نجحش ٱنكى ص كى ص و ػه بسح وحش ؼب نكى ونهغ يب نجش ٱيت

ٱ تقىا ٱديتى حشيب و ٱ لل نز ه تحششو ١إن

Artinya : “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang

berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-

orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap)

binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah

kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan”.

Tidak berlebihan dan juga tidak merusak apa yang Allah berikan.

Bahkan Allah juga memberikan kemudahan untuk menangkap hewan

yang dikehendakinya dan kemudian menguji manusia dengan sesuatu dari

hewan yang ditangkapnya, padahal hewan itu sangat mudah didapatkan

oleh tangan manusia atau tombak yang dimiliki, tapi semua itu

mempunyai aturan yang sudah berlaku dan tidak bisa dilakukan

seenaknya.

Page 83: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

72

Seperti yang telah dijelaskan bahwa Illegal Fishing adalah suatu

kegiatan penangkapan ikan yang telah melanggar ketentuan yang berlaku,

seperti undang-undang No 45 Tahun 2009 tentang perikanan yang

menyebutkan bahwa penangkapan ikan adalah kegiatan untuk

memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan

dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan menggunakan kapal

untuki memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,

mengolah, dan/atau mengawetkan. 118

Jadi semua mekanisme penangkapan ikan di wilayah hukum

perairan Indonesia harus sesuai dengan UU, jika tidak kegiatan

penangkapan ikan itu bisa disebut dengan perampokan, yaitu

perampokan aset negara.

118

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. h., 3.

Page 84: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

73

BAB IV

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN DALAM PERKARA No.

06/PID.SUS-PERIKANAN/2015/PN.,JKT.UTR.

A. Duduk Perkara Dalam Putusan Dalam Perkara No 06/Pid.Sus-

Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr.

1. Kronologi Peristiwa Atau Kejadian

Dalam perkara ini, kasus Illegal Fishing bukan permasalahan

baru yang terjadi di perairan indonesia, dan itu berbagai macam ada yang

dilakukan oleh nelayan asing dan ada juga dilakukan oleh nelayan yang

berasal dari Indonesia sendiri. Pada kali ini dari putusan yang di ambil

tindak pidana ini dilakukan oleh nelayan yang berasal dari Negara

Indonesia sendiri.

Berawal dari hari Sabtu tanggal 19 Maret 2015 sekitar pukul

16.30 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Maret

2015. Bertempat di perairan Tanjung Sedari (Laut Jawa) pada posisi 05°

53 02..0” LS-107° 22‟ 29.7” BT, atau setidak-tidaknya wilayah Hukum

Pengadilan Perikanan Jakarta Utara, yang berwenang untuk mengadili

perkara ini, melakukan tindak pidana “memiliki dan atau mengoperasikan

kapal penangkap ikan berbendera Indonesia, melakukan penangkapan

ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia dan atau di

laut lepas, yang tidak memiliki SIPI”, yang dilakukan dengan cara

sebagai berikut ; 119

119

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor: 06/Pid.Sus

Perikanan/2015/PN.Jkt.Utr. h.3

Page 85: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

74

Bermula dari saksi Agung Yanuar Priambodo bersama-sama

dengan anggota timnya yang lain (saksi Surono dan Bambang

Priambodo), yang merupakan pengawas sumber daya kelautan dan

perikanan di daerah operasi laut Utara jawa dan lampung, melaksanakan

operasi rutin pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dengan

menggunakan kapal pengawas Takalamungan. Pada saat melakukan

pengawasan tersebut, KM Takalamungan mendeteksi KM ulam Sari pada

posisi 5° 53‟ 05.3” LS - 107° 10.0” BT dengan arah baringan 97° pada

tanggal 19 Maret 2015 sekitar pukul 15.30 WIB. Pada pukul 16.00 KP

Takalamungan melakukan pengejaran terhadap KM Ulam Sari dan

berhasil melakukan penghentian terhadap KM Ulam Sari pada waktu dan

tempat kejadian. Setelah melakukan penghentian terhadap KM Ulam Sari,

saksi melakukan pemeriksaan terhadap terhadap KM Ulam Sari yang

merupakan kapal penangkap ikan berbahan dasar kayu dengan berat kotor

18 GT dan tertulis nama Wisma Karya di badan kapal yang dinahkodai

oleh Abdul Kholik dengan membawa 12 (dua belas) Anak Buah Kapal

(ABK). Dari hasil pemeriksaan terhadap dokumen KM Ulam Sari

tersebut, para saksi hanya menemukan PAS Tahunan kapal penangkap

ikan an KM Ulam Sari, Sertifikat Kelaikan dan pengawakan kapal

penangkap ikan No. PK 674/I/9/KPL.BRS.2011 an. KMN Ulam Sari,

surat ketatapan kecakapan 30 mil No.684/I/09/Kpl-Pak-2007 an Abdul

Kholik bin Daurip, Gross Akte an KM Ulam Sari. Adapun surat izin

penangkapan ikan merupakan persyaratan wajib yang harus dimiliki kapal

ikan berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan ikan di wilayah

pengelolaan perikanan Republik Indonesia tidak ada. Tidak hanya itu

pada saat melakukan pemeriksaan Nahkoda dan ABK dari kapal KM

Ulam Sari menggunakan 1 (satu) unit alat penangkap ikan Jaring

Cantrang untuk melakukan penangkapan ikan, terhintung sejak tahun

2015 alat tangkap yang digunakan atau di pakai oleh nahkoda saat

Page 86: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

75

menangkap ikan itu sudah dilarang digunakan dalam menangkap ikan di

wilayah perairan Indonesia, karena alat tersebut dapat merusak

keberlanjutan sumber daya ikan yang ada di laut, dan dari keterangan

yang diambil bahwa alat penangkap ikan jenis Cantrang itu sudah

digunakan KM Ulam Sari sejak 12 Maret 2015 dan telah menghasilkan

kurang lebih 2 (dua) ton ikan dengan jenis Kurisi, Kakap merah, ikan

Buntal, ikan Gerok, Petek, Kembung, Layur dan Cucut. Disaat

pemeriksaan berlangsung para petugas hanya menemukan PAS Tahunan

kapal penangkap ikan KM Ulam Sari, sertifikat kelaikan, dan

pengawakan kapal penangkap ikan, surat kecakapan 30 mil, bahwa

ternyata selain tidak membawa dan memiliki SIPI, terdakwa tidak juga

mempunyai surat persetujuan berlayar (SPB) dari Syahbandar pelabuhan

perikanan Blanakan, tempat dimana berangkatnya KM Ulam Sari padahal

surat persetujuan berlayar merupakan syarat yang mutlak yang harus

dimiliki Nahkoda kapal penangkap ikan jika berlayar melakukan

penangkapan ikan di pelabuhan perikanan.

2. Dakwaan dan Tuntutan Jaksa

Bahwa terdakwa Abdul Kholik didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum

karena telah terbukti melakukan tindak pidana di bidang perikanan yang

melanggar beberapa pasal diantaranya adalah dalam Pasal 93 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, Pasal 85 Undang-

Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan Jo pasal 2 Peraturan Mentri

Kelautan dan Perikanan Nomor 2/PERMEN-KP/2015 Tentang

Penggunaan Alat Penangkap Ikan Pukat Hela (trawls) dan Pukat Tarik

(seine nets) di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik

Page 87: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

76

Indonesia, dan Pasal 98 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang

Perikanan.

Dari ketiga pasal yang yang dituntutkan Jaksa Penuntut Umum kepada

terdakwa semuanya sudah dipastikan jaksa penuntut Umum bahwa

terdakwa Abdul Kholik melakukan tindak pidana tersebut dan dinyatakan

bersalah. Sebagaimana tuntutan Jaksa Penuntut Umum tersebut dan

haruslah dijatuhi hukuman kepada terdakwa atas perbuatan yang telah

dilakukannya, dengan adil, rasa kemanusian dan kepastian hakim.

B. Pertimbangan Hakim Pada Putusan Dalam Perkara No 06/Pid.Sus-

Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr.

1. Pertimbangan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang berwenang mengadili kasus ini,

yaitu dalam perkara No 06/Pid.Sus-Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr. dari awal

perkara ini masuk kedalam ranah pengadilan sampai kepada proses

persidangan, setelah mendengar pembacaan surat dakwaan, keterangan

saksi-saksi dan terdakwa dan juga melihat dan mengamati barang bukti

yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, menimbang, selanjutnya

Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasrkan fakta-fakta

hukum tersebut diatas, pelaku dinyatakan telah melakukan tindak pidana

perikanan sesuai yang didakwakan kepadanya.

Menimbang selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan

apakah berdasarkan fakta-fakta hukum yang diuraikan diatas, terdakwa

melakukan perbuatan sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan

Penuntut Umum dan akan mempertimbangkan sebagai berikut;

Page 88: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

77

Menimbang, bahwa terdakwa telah didakwa Penuntut Umum dengan

dakwaan komulatif, yaitu;

a. Dakwaan kesatu melanggar Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004;

b. Dakwaan kedua melanggar pasal 85 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan Jo Pasal 2

Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/PERMEN-

/KP2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan

Pukat Hela (trawls) dan Pukat Tarik (seines nets) di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.

c. Dakwaan ketiga melanggar Pasal 98 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2004.120

Menimbang, bahwa dakwaan kesatu melanggar Pasal 93 ayat (1)

Undang-Undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun

2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004,

yang unsur-unsurnya sebagai berikut :

a. Setiap orang;

b. Memiliki dan/atau mengoprasikan kapal penangkap ikan

berbendera Indonesia;

c. Melakukan penangkapan ikan;

120

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor: 06/Pid.Sus

Perikanan/2015/PN.Jkt.Utr. h. 15

Page 89: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

78

d. Di wilayah pengelolaan Perikanan Republik Indonesia dan/atau

laut lepas;

e. Tidak memiliki SIPI;

Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut di atas Majelis

Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:

Ad.1 Unsur “setiap orang”;

Menimbang bahwa yang dimaksud dengan setiap orang adalah siapa

saja sebagai subyek hukum yang mengemban hak dan kewajiban baik

perorangan maupun badan hukum yang telah melakukan suatu perbuatan

pidana dan diancam dengan Undang-Undang yang dapat dimintakan

pertanggungjawabannya di hadapan hukum.

Menimbang bahwa selama pemeriksaan di persidangan terdakwa

mengaku dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rokhani, serta

Majelis Hakim tidak menemukan alasan pembenar dan alasan pemaaf

atas perbuatan terdakwa, oleh karenanya Majelis Hakim memandang

bahwa terdakwa dapat dimintakan pertanggungjawabannya di hadapan

hukum atas perbuatannya. Menimbang bahwa demikian unsur “setiap

unsur” telah terpenuhi sah menurut hukum;

Ad.2 Unsur “memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkapan ikan

berbendera Indonesia”:

Menimbang bahwa dalam unsur ini terdapat sub unsur memiliki

dan/atau mengoperasikan dan sub unsur ini bersifat alternatif (dan/atau)

artinya salah satu sub unsur tersebut dapat terpenuhi maka unsur tersebut

terpenuhi. Menimbang bahwa KM ULAM SARI adalah kapal perikanan

jenis kapal penangkap ikan berukuran 18 GT dan berbendera Indonesia

sebagaimana tertera dalam Surat Pas Tahunan dan Surat Kelaikan dan

Page 90: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

79

Pengawakan Kapal atas nama KM ULAM SARI yang ditertibkan

Syahbandar.

Menimbang bahwa terdakwa ABDUL KHALIK selaku nahkoda telah

malakukan penangkapan ikan dengan mengoperasikan KM ULAM SARI,

berangkat dari pangkalan pendaratan ikan (PPI) Blanakan, Indramayu

Jawa Barat, menuju perairan Tanjung Sedari Perairan Utara Laut Jawa.

Menimbang bahwa KM ULAM SARI dalam pelayaran dalam

penagkapan ikan menggunakan alat penangkapan ikan jenis jaring

cantrang, dengan anak buah kapal sebanyak 12 (dua belas) orang,

termasuk Nahkoda. Menimbang bahwa dengan demikian unsur

mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera Indonesia digunakan

untuk melakukan penangkapan ikan telah terpenuhi secara sah menurut

hukum.121

Ad.3 unsur melakukan penangkapan ikan:

Menimbang bahwa yang dimaksud dengan “melakukan penangkapan

ikan” adalah kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan yang tidak

dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk

kegaiatan dengan menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

menyimpan, mendinginkan, menangani, mengelola, dan atau

mengawetkannya. Menimbang bahwa KM Ulam Sari saat ditangkap KP

Takalamunga, pada hari kamis 19 maret 2015 pukul 16.30 WIB, sedang

melakukan kegiatan penangkapan ikan berupa Jaring Cantrang yang mana

pada saat ditangkap sedang diturunkan oleh anak buah kapal (ABK) KM

Ulam Sari.

Menimbang bahwa berdasarkan keterangan saksi, terdakwa bahwa

ikan yang telah berhasil dijaring KM ULAM SARI jenis campuran

121

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor: 06/Pid.Sus Perikanan/2015/PN.Jkt.Utr. h. 17

Page 91: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

80

seberat 2 ton. Menimbang bahwa barang bukti berupa ikan telah dijual

lelang oleh Penyidik dan laku sejumlah Rp.2.750.000 (dua juta tujuh ratus

lima puluh ribu rupiah), dan alat penangkapan ikan jenis cantrang,

Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti melakukan

penangkapan ikan. Menimbang bahwa dengan demikian unsur

“melakukan penangkapan ikan” telah terpenuhi secara hukum.

Ad.4 Unsur “di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia

dan/laut lepas”

Menimbang bahwa dalam unsur pengelolaan perikanan Republik

Indonesia dan/atau laut lepas terdiri dari dua sub unsur yang bersifat

alternatif (dan/atau) artinya salah satu sub unsur merupakan bagian dari

unsur tersebut dapat terpenuhi maka unsur tersebut cukup terpenuhi.

Menimbang bahwa yang akan dibuktikan dalam unsur ini adalah sub

unsur Wilayah Pengolaan Perikanan Republik Indonesia.

Menimbang bahwa KM Ulam Sari yang di nahkodai oleh terdakwa

melakukan penangkapan ikan di perairan Utara laut Jawa dan pada saat

ditangkap Kapal Pengawas Perikanan KP Takalamungan di perairan

Utara Laut Jawa pada posisi koordinat 05° 53‟ 02,0” LS-107° 22‟ 29,7”

BT.

Menimbang, bahwa perairan Utara Laut Jawa pada lokasi/posisi

koordinat 05° 53‟ 02,0” LS-107° 22‟ 29,7” BT tempat ditangkap KM

Ulam Sari adalah termasuk laut jawa yang merupakan Wilayah

Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPPRI) sebagaimana pasal

1 angka 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009

tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31

Tahun 2004 tentang Perikanan Jo pasal 5 ayat 1 huruf b Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, dan

Page 92: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

81

peraturan menteri kelautan Nomor PER.01/MEN/2009 tentang wilaayah

pengelolaan perikana Republik Indonesia, termasuk wilayah perikanan

republik Indoensia 712.122

Menimbang bahwa dengan demikian unsur

wilayah pengelolaan perikana Republik Indonesia dan/atau telah

terpenuhi secara sah menurut hukum.

Ad.5 Unsur “tidak memiliki SIPI”

Menimbang, bahwa dari keterangan para saksi penangkap ikan dan

terdakwa pada saat KM Ulam Sari diadakan pemeriksaan terhadap

kelengkapan dokumen, ternyata KM Ulam Sari tidak memiliki SIPI

sebagai kapal penangkap ikan yang melakukan kegiatan perikanan di

Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia. Menimbang bahwa

dengan demikian unsur “tidak memiliki SIPI” telah terpenuhi secara sah

menurut hukum.

Menimbang, bahwa berdasarkan rangkaian peritmbangan hakim

tersebut, ternyata seluruh unsur dari Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan

sebagaimana dakwaan kesatu tersebut telah terpenuhi secara sah menurut

hukum, oleh karenanya Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera Indonesia melakukan

penangkapan ikan di wilayah perikanan Republik Indonesia, tidak

memiliki surat izin penangkapan ikan (SIPI).

122

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor: 06/Pid.Sus

Perikanan/2015/PN.Jkt.Utr. h. 18

Page 93: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

82

Menimbang, bahwa selanjutnya majelis hakim akan

mempertimbangkan dakwaan kedua melanggar pasal 85 Undang-Undang

Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan Jo pasal 2

peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor 2/PERMEN-KP/2015

Tentang Larangan penggunaan Alat penangkapan ikan Pukat Hela

(trawlsi) dan Pukat Tarik (seines nets) di wilayah pengelolaan perikanan

Republik Indonesia yang unsur-unsurnya sebagi berikut :

a. Setiap orang;

b. Memiliki, menguasai, dan/atau menggunakan alat tangkap dan/atau

alat bantu penangkap ikan yang mengganggu dan merusak

keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan;

c. Di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia.

Menimbang bahwa terhadap unsur-unsur tersebut, Majelis hakim

akan mempertimbangkannya sebagai berikut :

Ad 1 unsur “setiap orang”

Menimbang bahwa yang dimaksud “setiap orang” telah diuraikan,

dipertimbangkan dalam dakwaan kesatu, maka pertimbangan tersebut

berlaku pula dalam mempertimbangkan pembuktian unsur setiap orang

(mutatis metandis) terhadap dakwaan kedua ini. Menimbang bahwa

berdasarkan pertimbangan dalam uraian tersebut maka Majelis Hakim

berpendapat bahwa unsur setiap orang telah terpenuhi dan terbukti secara

sah menurut hukum.

Page 94: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

83

Ad 2. Unsur “memiliki, menguasai, membawa, dan atau menggunakan

alat penangkap dan atau alat bantu penangkap ikan yang mengganggu dan

merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan”.

Menimbang bahwa dari keterangan para saksi, sejak tiba di perairan

Tanjung sedari sampai dengan ditangkap oleh KP Takalamungan, KM

ULAM SARI telah melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan

menggunakan alat penangkap ikan Jaring Cantrang. Menimbang bahwa

berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor

2/PERMEN-KP/2015, Tentang larangan penggunaan alat penangkap ikan

Pukat Hela (trawls) dan Pukat Tarik (seince nets) di wilayah pengelolaan

negara Republik Indonesia.

Menimbang bahwa peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor

42/PERMEN-KP/2013 perubahan keempat peraturan menteri kelautan

dan perikanan Nomor PER.02/MEN/2011 Tentang jalur penangkapan

ikan dan penempatan alat bantu penangkapan ikan di wilayah pengelolaan

perikanan Negara Republik Indonesia. Menimbang bahwa peraturan

menteri kelautan dan perikanan Nomor 18/PERMEN-KP/2013

merupakan perubahan ketiga atas peraturan mentri kelautan dan

perikanan Nomor PER.02/MEN/2011 tentang jalur penangkapan ikan dan

penempatan alat bantu penangkapan ikan di wilayah pengelolaan

perikanan Negara Republik Indonesia.

Menimbang bahwa peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor

PER.05/MEN/2012 merupakan perubahan kedua atas peraturan Menteri

Kelautan dan perikanan Nomor PER.02/MEN/2011 tentang jalur

penangkapan ikan dan penempatan alat bantu penangkapan ikan di

wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Menimbang

bahwa dalam peraturan mentri kelautan dan perikanan nomor

Page 95: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

84

02/MEN/2011 tersebut di atas yang telah 4 (empat) kali dirubah, Pukat

Tarik (seine nets) berkapal dalam jenis : Dogol, Scottish seines, Pai

seines, Payang, Cantrang, dan Lampara dasar, bukan tergolong yang

merusak sumber daya ikan karena di beberapa tempat diijinkan di wilayah

pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Menimbang bahwa

berdasrkan pertimbangkan pertimbangan tersebut diatas, maka unsur ad.2

“menggunakan alat penangkap ikan yang mengganggu dan merusak

keberlanjutan sumber daya ikan” telah terpenuhi secara sah menurut

hukum.

Ad 3 Unsur “di wilayah pengelolaan perikanan Republik indonesia”.

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan

mempertimbangkan dakwaan ketiga melanggar pasal 98 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 Tentang perikanan, yang unsur-

unsurnya adalah sebagai berikut :

a. Nahkoda Kapal Perikanan

b. Tidak memiliki surat persetujuan berlayar

Ad 1. Unsur “nahkoda kapal perikanan”:

Menimbang, bahwa dari keterangan para saksi terdakwa, serta

diperkuat pula dengan adanya barang berupa dokumen yang ada di atas

kapal KM Ulam Sari bahwa benar terdakwa Abdul Kholik adalah

Nahkoda kapal perikanan. Menimbang, dengan demikian unsur nahkoda

kapal perikanan telah terpenuhi secara sah menurut hukum.

Ad 2. Unsur “tidak memiliki surat persetujuan berlayar”

Menimbang bahwa dari keterangan para saksi dan terdakwa pada saat

ditangkap dan setelah pemeriksaan ternyata KM Ulam Sari dengan

Page 96: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

85

nahkoda terdakwa Abdul Kholik, ternyata tidak dilengkapi dengan surat

persetujuan berlayar. Menimbang, bahwa dari pertimbangan tersebut di

atas ternyata semua unsur dakwaan ketiga telah terpenuhi secara hukum.

Menimbang bahwa berdasarkan uraian pertimbangan hakim dakwaan

ketiga tersebut, maka terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “nahkoda kapal

perikanan yang tidak memiliki surat persetujuan berlayar” telah terpenuhi

secara sah menurut hukum. Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa

telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana, di persidangan majelis

hakim tidak mendapatkan alasan pemaaf maupun pembenar yang dapt

menghapuskan kesalahan terdakwa, maka terdakwa haruslah

mempertanggung-jawaban secara hukum, untuk terdakwa haruslah

dijatuhi pidana yang setimpal sesuai dengan kesalahannya.

Menimbang bahwa majelis hakim berpendapat bahwa hukuman

berupa pidana penjara dan pidana denda yang akan dijatuhkan terhadap

terdakwa adalah jenis pidana yang patut dan wajar serta setimpal dengan

pelanggaran yang dilakukan terdawa dan sesuai dengan rasa keadilan.

Menimbang, bahwa lamanya pidana penjara dan besarnya denda yang

akan dijatuhkan kepada terdakwa, majelis hakim tidak sepakat dengan

tuntuan Jaksa Penuntu Umum, sehingga majelis hakim akan menjatuhkan

pidana penjara dan denda sesuai dengan tingkat kesalahan terdakwa

dengan mengingat hal-hal yang meringankan terdakwa.

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap terdakwa pernah

dikenakan penahanan kota, maka masa penahanan tersebut harus

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Menimbang, bahwa

barang bukti dalam perkara terdakwa, Majelis Hakim tidak sepenuhnya

Page 97: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

86

sepakat dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, dan akan

mempertimbangkan sendiri terhadap barang bukti.

Menimbang, bahwa barang bukti berupa kapal KM ULAM SARI yang

merupakan alat untuk mencari nafkah satu-satunya bagi terdakwa dan

para anak buah kapal (ABK), karena terdakwa dengan mandiri

menyiapkan lapangan kerja bagi nelayan yang berarti pula memberantas

kemiskinan bagi nelayan serta menumbuhkan kesejahteraan nelayan,

maka ditetapkan agar bukti tersebut diserahkan kembali kepada

pemiliknya dalam hal ini adalah terdakwa Abdul Kholik. Menimbang

bahwa barang bukti berupa uang hasil penjualan lelang sejumlah

Rp.2.750.000 (dua juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) harus

dinyatakan dirampas untuk negara.

Menimbang bahwa barang bukti jenis alat penangkap ikan yang

digunakan oleh KM ULAM SARI adalah Jaring Cantrang, termasuk jenis

alat penangkap ikan yang dilarang digunakan untuk menangkap ikan

berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor

2/PERMEN-KP/2015, maka harus dimusnahkan. Menimbang bahwa

barang berupa surat keterangan kecakapan (SKK) 30 Mil atas nama

Abduk Kholik merupakan Sertifikat Kecakapan/keahlian yang dimiliki

terdakwa selaku nahkoda kapal penangkap ikan, maka SKK tersebut

dikembalikan kepada Nahkoda Kapal.

Menimbang, sebelum pengadilan menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang meberatkan

dan hal-hal yang meringankan terdakwa:

Terdakwa;

Hal-hal yang memberatkan:

Page 98: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

87

a. Perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah

dalam memberantas Illegal Fishing.

Hal-hal yang meringankan:

a. Terdakwa sudah berusaha untuk mengurus surat izin

penangkapan ikan;

b. Terdakwa yang melakukan pekerjaan sebagai nelayan,

merupakan pekerjaan satu-satunya bagi terdakwa dan

keluarganya;

c. Terdakwa bisa menampung tenaga kerja 11 (sebelas) orang;

d. Terdakwa sopan dan mengakui terus terang perbuatanya;

e. Terdakwa belum pernah dihukum.

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana maka

haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara. Memperhatikan

pasal 93 ayat (1), pasal 85, dan pasal 98 dan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab Undang-

Undang Hukum acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain

yang bersangkutan.

2. Amar Putusan

Dalam amar putusan Nomor 06/Pid.Sus-Perikanan/2015/PN.Jkt.Utr

mengenai tindak pidana perikanan atau Illegal Fishing adalah sebagai

berikut :

Page 99: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

88

MENGADILI

1. Menyatakan Abdul Kholik, terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana perikanan yaitu pertama :

“mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera Indonesia

melakukan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan

Republik Indonesia tidak memiliki surat izin penangkapanan ikan

(SIPI)”, kedua: “dengan sengaja menggunakan alat penangkap

ikan yang dilarang yang mengakibatkan menurunnya sumber daya

ikan dan mengancam kelestarian lingkungan sumber daya ikan di

kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan Republik Indonesia”

dan ketiga: “nahkoda kapal perikanan yang tidak memiliki surat

persetujuan berlayar (SPB);

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Abdul Kholik oleh karena

itu dengan pidana penajara selama 1 (satu) tahun dan pidana denda

sejumlah Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah), dengan ketentuan

apabila pidana denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan

kurungan selama 1 (satu) bulan;

3. Menetapkan masa penahanan kota yang telah dijalani terdakwa

dikurangi seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan;

4. Menetapkan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) unit KM Ulam Sari ukuran 18 (delapan belas) GT,

bahan Kasko Kayu;

b. Surat-surat dokumen kapal KM Ulam Sari yaitu :

1). 1 (satu) lembar asli pas tahunan kapal perikanan a.n KM

ULAM SARI Nomor Unit 341 Kantor ADPEL Cirebon Nomor

Folio 128 Buku Register III;

2). 1 (satu) lembar sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal

penangkap ikan Nomor: PK.647/I/9/KPL.BRS.2011UUP;

Page 100: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

89

3). 1 (satu) buah Gros Akte pendaftaran kapal Nomor 1211 a.n

Daurip bin Bakti :

Dikembalikan kepada pemiliknya Daurip bin Bakti melalui

terdakwa Abdul Kholik

c. 1 (satu) lembar asli surat keterangan kecakapan (30 mil) atas

nama Abdul Kholik Nomor.PK.684/I/II/Kplk-pmk-10, tanggal

17 Februari 2010. Dikembalikan kepada terdakwa yaitu Abdul

Kholik.

d. 1 (satu) unit Jaring Cantrang.

Dirampas untuk dimusnahkan

e. Uang tunai sejumlah Rp 2.750.000,00 (dua juta tujuh ratus

lima puluh ribu rupiah).

Dirampas untuk negara.

5. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara

sejumlah Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah).

C. Kajian dalam Perspektif Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009

Indonesia sebagai negara kepulauan, sehingga Indonesia juga termasuk negara

maritim karena memiliki laut yang begitu luas. Sebagai negara kepualauan jadi

masyarakat terkhusus yang tinggal di daerah pesisir sudah tidak asing lagi

dengan lautan, begitu juga dengan historis masyarakat Indonesia yang sangat

terkenal sebagai bangsa pelaut, dengan laut negara kita yang begitu luas dapat

dimanfaatkan lautan tersebut demi mencapai kemakmuran negara.

Kekayaan alam juga terdapat di laut termasuk di dasar laut. Namun sayangnya

kekayaan alam tersebut belum dapat dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal.

Seperti dikatakan oleh Susanto Zuhdi seorang guru besar fakultas Ilmu Budidaya

UI, bahwa Indonesia saat ini belum memakai potensi kelautan secara optimal,

Page 101: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

90

karena pembangunan yang dilakukan pemerintah selama ini masih berorientasi

pada daratan dan belum memandang laut sebagai komponen utama.123

Dari sedikitnya persentase masyarakat Indonesia yang memanfaatkan sumber

daya yang ada di laut Indonesia namun tidak sedikit yang melakukan tindak

pidana di bidang perikanan. Tindak pidana ini tidak hanya dilakukan oleh

nelayan asing memalinkan dari nelayan lokal sekalipun juga banyak. Jadi apa

yang dikatakan oleh Susanto Zuhdi diatas tidak menjadi hambatan bagi mereka

yang beraktifitas di lautan.

Pembahasan diatas sedikit pengantar bagaimana daerah laut yang ada di

Indonesia. Untuk bidang perikanan, negara telah membentuk peraturan atau

pembahasan undang-undang sejak tahun 1985. Kemudian peraturan tersebut

diganti pada tahun 2004 dan dilakukan perubahan lagi pada tahun 2009 dengan

mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK (ilmu pengetahuan dan

teknologi) agar dapat dilaksanakan.124

Hukum yang baik ialah dapat diterima masyarakat dan sebaliknya masyarakat

akan melaksankan hukum sesuai dengan kesadaran hukumnya. Diharapkan

dengan peraturan tersebut dapat mengatasi persoalan-persoalan yang ada di

Indonesia.125

Apabila telah terlaksanakannya hal demikian dengan sebaik-

baiknya tentu tidak akan terjadi lagi tindak pidana dalam bidang apapun

terkhusus tindak pidanan bidang perikanan.

123

Gatot Supramono, Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana Bidang Perikanan,

(Jakarta, Rineka Cipta, 2011), h., 2 124

Gatot Supramono, Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana Bidang Perikanan,

(Jakarta, Rineka Cipta, 2011), h., 4 125

Gatot Supramono, Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana Bidang Perikanan,

(Jakarta, Rineka Cipta, 2011), h., 4

Page 102: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

91

Terhadap pelanggaran-pelanggaran perikanan terutama dalam bidang pidana,

berdasarkan peraturan perikanan telah dibentuk pengadilan khusus mengenai

perikanan yang berada di pengadilan negeri dan saat ini sudah sebanyak tujuh

pengadilan perikanan, yaitu pengadilan negeri (PN) Jakarta Utara, PN Pontianak,

PN Medan, PN Belitung, PN Tual, PN Tanjung Pinang, dan PN Ranai.

Pengadilan perikanan dibentuk dengan tujuan untuk mempercepat penyelesaian

perkara dan yang mengadili adalah hakim-hakim khusus yang menguasai hukum

perikanan.126

Terdapat 3 jenis kejahatan di bidang perikanan lainnya yang saling berkaitan,

yakni pasal 92, 93, dan 94 UU Perikanan. Ketiga jenis kejahatan ini berkaitan

dengan izin di bidang perikanan, yakni SIUP, SIPI dan SIKPI. Pasal 92 mengatur

perbuatan pidana bagi “setiap orang‟ yang dengan “sengaja” melakukan usaha

perikanan tanpa SIUP. Kemudian, pasal 93 UU Perikanan mengatur perbuatan

pidana bagi “setiap orang” yang dengan kapal penangkap ikan di Wilayah

Perairan Perikanan Negara Republik Indonesia tanpa SIPI atau dengan

menggunakan SIPI Palsu. Kemudian pasal 94 mengatur mengenai kapal

pengangkut yang mengangkut ikan tanpa SIKPI.127

Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya laut di bidang perikanan tersebut

memerlukan aturan-aturan yang mendasarinya. Pada saat ini, Indonesia telah

memiliki Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan khusus

mengenai pengelolaan sumber daya perikanan, sudah ada aturanya pula yaitu

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan yang kemudian

mengalami perubahan dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009.

126

Michael Barama, Menuju Efektivitas UU No. 45 Tahun 2009 Perikanan Dalam

pelaksanaannya. Jurnal Hukum Unsrat, vol.22/No.6/ 2006. h,. 3 127

Muhammad Fatahillah Akbar, Koherensi Pengaturan Illegal, Unreported, and

Unregulated Fishing di Indonesia. Jurnal Rechts Vinding, Vol 8, Nomor 2, Agustus 2019, h,.

256.

Page 103: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

92

Munculnya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan yang

kemudian mengalami perubahan dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009

itu tidak terlepas dari pemasalahan kerugian negara yang begitu besar setiap

tahunnya akibat maraknya tindak pidana perikanan, dan terutama sekali adanya

praktik Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IUU Fishing). Melihat

dari masalah tersebut maka muncul lah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004

Tentang Perikanan yang kemudian mengalami perubahan dengan Undang-

Undang Nomor 45 Tahun 2009.

Uraian tentang urgensi perubahan UU No 31 Tahun 2004 menjadi UU No 49

Tahun 2009, sesuai pertimbangan dari UUD 1945, ada beberapa pasal yang

dirubah, tentu dalam hal ini yang berkaitan dengan masalah yang penulis angkat,

salah satu nya terdapat dalam pasal 9 yaitu mengenai memiliki, menguasai,

membawa alat penangkap ikan.

Di dalam pasal 9 UU No 45 Tahun 2009 ini terdapat dua ayat, yang mana

pasal 9 ayat (1) berbunyi, “setiap orang dilarang memiliki, menguasai,

membawa, dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak

keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan

perikanan Negara Republik Indonesia”, ayat (2) ketentuan mengenai alat

penangkapan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan

merusak keberlanjutan sumber daya ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan peraturan menteri.128

Undang-Undang No 45 Tahun 2009 pasal 9 diatas sedikit pengantar mengenai

perubahan dari UU No 31 Tahun 2004 menjadi UU No 45 Tahun 2009 yang lebih

tepatnya pasal tersebut membahas tentang alat tangkap yang digunakan saat

merampas ikan. Pada permasalahan ini yang tertuang di dalam putusan No

06/Pid.Sus-Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr. disisni hakim memutus perkara

128

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

Page 104: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

93

berdasarkan tiga pasal yang dilanggar, yaitu, pasal 93 ayat (1), pasal 85 dan pasal

98, yang mana ketiga pasal tersebut lebih menekankan sanksi pidana bagi pelaku

Illegal Fishing.

Secara substansial, perubahan yang signifikan pada Undang-undang RI No.

45 tahun 2009 dibandingkan dengan Undnag-undang RI No. 31 tahun 2004 yang

terdahulu, adalah penekanan pada ketentuan sanksi pidana berat terhadap kapal

asing yang melakukan tindak pidana pencurian din Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia. Sejarah lainnya Undang-Undang RI No. 45 Tahun 2009 ini ada

tersirat bahwa undang-undnag terdahulu dirubah karena terdapat kekurangan.

Beberapa hal yang dapat kita cermati tentang perubahan-perubahan substansial

antara undnag-undnag nomor 31 tahun 2004 dengan Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009 antara lain pada :129

1. Hal pembatasan penangkapan kapal penangkap ikan berbendera asing

tidak diperbolehkan menangkap ikan di Zona Ekonomi Eklusif Indonesia

tanpa memiliki Surat Izin Penangkapan ikan (SIPI) yang dikeluarkan oleh

pemerintahan Indonesia.

2. Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI). Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2004 tentang Perikanan pasal 93 tidak menyebutkan secara jelas

mengenai Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI), melainkan wilayah

pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Melalui Undang-Undang RI

No.45 tahun 2009, penyebutan Zona Ekonomi Eklusif Indonesia sudah

sangat tegas dan jelas. Penegasan itu dapat dilihat pada Bab XV Ketentuan

Pidana Pasal 93 ayat (2) menyatakan, “setiap orang yang memiliki

dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing

melakukan penangkapan ikan di ZEEI yang tidak memiliki SIPI

sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (2), dipidana dengan penajara

129

Supriadi, Hukum Perikanan di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011), h., 462

Page 105: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

94

paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp.

20.000.000.000,- (dua puluh miliyar rupiah).

3. Hal kewenangan penyelididkan dan penyididkan yang di emban TNI-AL

dan Pegawai Negri Sipil Kementrian Kelautan dan perikanan.

Kewenangan besar bagi TNI-AL dan Penyidik Pegawai Negri Sipil

Kementrian Kelautan dan Perikanan yang diberikan Undang-Undang RI

No. 45 Tahun 2009 untuk mencegah dan memberantas pencurian ikan di

Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI), perairan Wilayah Pengelolaan

Perikanan Republik Indonesia merupakan salah satu tugas berat yang

harus dilaksanakan. Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, penyidik

dan pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa

pembakaran dan atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera

asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

4. Putusan perampasan benda dan/atau alat yang dipergunakan dalam

dan/atau yang dihasilkan dari tindak pidana pencurian ikan. Pasal 104 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan aras

undang-undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan digunakan untuk

menempatkan benda dan/atau alat yang dipergunakan dalam dan/atau

yang dihasilkan dari tindak pidana pencurian ikan menjadi rampasan

melalui putusan pengadilan.

5. Peran serta masyarakat diperlukan. Selain TNI-AL da n penyidik pegawai

negeri sipil kelautan dan perikanan dan penegak hukum lainnya, Undang-

undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perub ahan atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, juga diikutsertakan masyarakat

untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencurian ikan di Zona Ekonomi Eklusif Indonesia.

6. Tidak mementingkan unsur kesengajaan. Tindak pidana pencurian ikan di

perairan Zona Ekonomi Eklusif Indonesia “setiap orang memiliki dan/atau

mengoperasikan “dalam beberapa pasal Undang-undang Nomor 45 Tahun

Page 106: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

95

2009 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

tentang perikanan dengan tidak mempedulikan unsur kesengajaan, dapat

menjerat orang-orang yang memang sebenarnya tidak mempunyai niat

melakukan tindak pidana pencurian ikan di Zona Ekonomi Eklusif

Indonesia.

7. Penggunaan sistem pidana, penggunaan sistem pidana penajara terhadap

pelaku tindak pidana, pencurian ikan oleh nelayan asing di Zona Ekonomi

Eklusif Indonesia (ZEEI), wilayah pengelolaan Republik Indonesia tidak

diberlakukan. Penahanan pun tidak boleh dilakukan oleh penyidik. Ketika

ditangkap di tempat kejadian perkara, selanjutnya tersangka dibawa untuk

di proses dengan membuat berita acara pemeriksaan (BAP). Setelah

selesai diperiksa, tersangka harus secepatnya dipulangkan ke negara

asalnya tampa ditahan terlebih dahulu.

8. Persaman hukuman bagi percobaan dan tindak pidana sesuai Undang-

undang RI No. 25 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang RI

No. 31 tahun 2004 tentang perikanan menyamakan hukuman pidana bagi

pelaku tindak pidana selesai dengan palaku tindak pidana percobaan.

Tindak pidana pencurian ikan di Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI)

adalah suatu kejahatan karena perbuatan tersebut memiliki efek yang

sangat besar yaitu merugikan Negara lebih kurang 30 triliun rupiah per

tahun.

Dan ketentuan pidana yang diatur dalam Bab XV Undang-Undnag No

mor 45 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-undang No 31 Tahun 2004

tentang perikanan dapat dikelompokan dari segi bentuk perbuatannya yaitu

kejahatan dan pelanggaran 1) bentuk perbuatan yang dikategorikan kejahatan

sebagaimana diatur dalam Pasal 84, 85, 86, 88, 91, 92, 93, dan 94A. 2) Bentuk

perbuatan yang dikategorikan pelanggaran sebagaimana diatur dalam pasal

87, 89, 90, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 100A, 100B, 100C, dan 100D. Klasifikasi

Page 107: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

96

kejahatan dan pelanggaran dalam tindak pidana perikanan tersebut di atas

sesuai rumusan hukum pidana yang menyatakan hal-hal sebagai berikut:130

1. Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di

suatu Negara.

2. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana.

3. Hukum pidana menentukan perbuatan mana yang dipandang sebagai

perbuatan pidana

4. Beberapa pendapat tentang pengertian hukum pidana

5. Hal-hal yang perlu ditegaskan sehubungan pengertian kita kepada hukum

pidana. Berdasarkan rumusan tersebut, dalam tindak pidana perikanan

dapat dengan jelas terlihat apakah itu berupa kejahatan ataupun

penyelenggaraan yang dilakukan oleh pelaku tindak perikanan dapat

dengan jelas terlihat apakah itu berupa kejahatan ataupun pelanggaran

yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana pencurian ikan dan pidana apa

yang akan diberikan kepada pelanggar peraturan perikanan yang ada.

Untuk jenis hukuman pidana di bidang perikanan hanya mengenal pidana

pokok, sedangkan pidana tambahan tidak diatur di dalam UU Perikanan.

Mengenai pidana pokok yang dapat dijatuhkan hakim dalam perkara

perikanan berupa pidana penjara dan pidana denda. Meskipun UU Perikanan

tidak mengatur secara khusus pidana tambahan, namun hakim perikanan tetap

dapat menajtuhkan pidana tambahan berdasarkan pasal 10 KUHP tersebut.131

Hukuman pidana di bidang perikanan sebagian besar kumulatif, baik

ditujukan terhadap delik kejahatan maupun delik pelanggaran. Dalam

hukuman komulatif pidana badan (penjara) dengan pidana denda diterapkan

130

Michael Barama, Menuju Efektivitas UU No. 45 Tahun 2009 Perikanan Dalam

pelaksanaannya. Jurnal Hukum Unsrat, vol.22/No.6/ 2006. h,. 7-8 131

Michael Barama, Menuju Efektivitas UU No. 45 Tahun 2009 Perikanan Dalam

pelaksanaannya. Jurnal Hukum Unsrat, vol.22/No.6/ 2006. h,. 8

Page 108: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

97

sekaligus. Di sini tidak ada alasan bagi hakim untuk tidak menjatuhkan kedua

pidana tersebut, juga hakim tidak dapat memilih salah satu hukuman untuk

dijatuhkan, melainkan wajib menjatuhkan pidana pokok kedua-duanya.132

D. Persamaan dan Perbedaan Putusan Dalam Perkara No 06/Pid.Sus-

Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr Dengan Hukum Islam

Syariat Islam telah mengatur bahwa seseorang yang telah melakukan

suatu tindak pidana, maka sanksi dan hukumannya harus dijatuhkan kepada

pelaku yang bersangkutan dan tidak dapat dikaitkan atau ditanggungkan

dengan siapapun baik itu keluarga, kerabat atau saudara. Hal ini sebagimana

Allah swt terangkan dalam (QS Al-Baqarah (2) 286) :

كهف ل هب يب ٱلل ب إل وعؼهب نهب يب كغجت وػه ٱكتغجت فغ

Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya

dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”

Dari ayat yang telah disebutkan diatas dapat kita pahami bahwa

hukuman pidana tidak dapat dialihkan kepada orang lain ataupun keluarga

terdakwa, sanksi hanya diberikan kepada pelaku yang melakukan perbuatan

pidana yang melanggar hukum. 133

Dibawah ini akan dijelaskan persamaan dan perbedaan antara Putusan

Pengadilan dan Hukum pidana Islam.

132

Michael Barama, Menuju Efektivitas UU No. 45 Tahun 2009 Perikanan Dalam

pelaksanaannya. Jurnal Hukum Unsrat, vol.22/No.6/ 2006. h,. 8 133

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 2005),

h., 87

Page 109: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

98

1. Persamaan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara dan Hukum Pidana

Islam

Dalam agama Islam sendiri tindak pidana pencurian ikan (illegal

fishing) adalah perbuatan yang bertentangan dengan syara‟. Karena perbuatan

tersebut tergolong kepada perbuatan yang tercela. Tindak pidana pencurian

ikan (illegal fishing) sendiri di dalam Islam penajatuhan hukumannya

digolongkan kedalam ta‟zir. Berbeda dengan jarimah hudud dan qisas yang

kadar berat dan ringan hukumannya sudah di atur dalam nash Al-Quran dan

hadis. Akan tetapi tetap saja perbuatan pencurian ikan (illegal fishing)

termasuk perbuatan yang dilarang oleh agama. Sesuai dengan tindak pidana

dalam putusan No 6/Pid.sus-Perikanan/2015.,PN.Jkt.Utr bentuk kejahatan

yang dilakukan yaitu menangkap ikan dengan menggunakan jaring Cantrang.

Jaring Cantrang yang dimaksud disini adalah alat tangkap yang

menyerupai kantong besar yang semakin mengerucut yang dioperasikan di

dasar perairan dengan target catch Ikan Demersal, ikan jenis ini memiliki

nilai ekonomis yang tinggi. Cantrang merupakan hasil modifikasi dari alat

tangkap jenis trawl. 134

yang mana alat tangkap ini mengakibatkan rusaknya

ekosistem dasar laut dan terhitung semenjak tahun 2015 Jaring Cantrang ini

sudah dilarang penggunaannya. Berbicara tentang kerusak ekosistem dasar

laut Allah menyebutkandi dalam (QS Ar-rum 41) :

ذ ث ٱنجحش و ٱنجش ف ٱنفغبد ظهش ب كغجت أ نزقهى ثؼط ٱنبط

ٱنز هىا نؼههى شجؼى ػ

134

Lukman Hakim nurhasanah, Cantrang, Masalah dan Solusinya, SeminarNasional

Riset Inovatif (SENARI), 2016, h., 217

Page 110: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

99

Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian

dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

Berdasarkan ayat diatas bahwasanya kerusakan yang terjadi di darat

dan di laut diakibatkan oleh ulah tangan manusia, dalam hal ini merusak

ekosistem laut melalui penangkapan secara illegal. Secara Islam ini tidak

dapat di hukum hudud karena ruang lingkupnya berbeda. Dalam putusan No.

06/Pid.Sus-Perikanan/2015/PN.,Jkt,Utr pasal yang dilanggar tidak hanya satu

melainkan ada tiga pasal. Jadi dalam penjatuhan hukuman atau sanksi pidana

pencurian ikan diserahkan kepada hakim yang mengadili.

Sedangkan dalam putusan pengadilan No. 06/Pid.Sus-

Perikanan/2015/PN.,Jkt,Utr terhadap tindak pidana pencurian ikan (illegal

fishing) digolongkan ke dalam tindak pidana khusus. Semuanya terdapat

dalam dakwaan pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomoe 31 Tahun 2004, dakwaan kedua melanggar pasal 85 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomoe 31 Tahun 2004 tentang perikanan jo pasal

2 peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/PERMEN-/KP/2015

Tentang larangan penggunaan Alat penangkapan ikan Pukat Hela (trawls) dan

Pukat Tarik (seines nets) di wilayah pengelolaan perikanan Republik

Indonesia, dan dakwaan ketiga melanggar pasal 98 Undang-Undang Republik

Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomoe 31 Tahun 2004

tentang Perikanan.

Page 111: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

100

Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penjelasan diatas menunjukan

antara Putusan Mahkamah Agung dan Hukum pidana Islam memiliki

persamaan terhadap tindak pidana pencurian ikan di perairan Indonesia. Yaitu

sama-sama memiliki sanksi hukuman dan dasar hokum atas segala tindak

pidana pencurian ikan.

Dari ayat yang telah disebutkan di atas dapat kita Pahami bahwa

hukuman pidana tidak dapat dialihkan kepada orang lain ataupun keluarga

terdakwa, sanksi hanya diberikan kepada pelaku tindak pidana atau yang

melakukan perbuatan melawan hukum.135

Dan kali ini saudara Abdul Kholik

lah yang harus menjalankan hukuman tersebut.

2. Perbedaan Putusan Pengadilan dan Hukum Pidana Islam.

Dapat diketahui bahwa perbedaan yang ditemukan mengenai

perbuatan pencurian ikan (illegal fishing) dalam putusan pengadilan dengan

hukum pidana Islam adalah ketentuan sanksi hukuman walaupun keduanya

sama-sama menentang perbuatan perbuatan pidana.

Dalam hukum pidana Islam sendiri tidak mengenal istilah pencurian

ikan (illegal fishing), dilihat dari syarat-syaratnya pencurian ikan (illegal

fishing) tidak bisa disamakan dengan sariqah. Tindak pidana pencurian ikan

(illegal fishing) merupakan jarimah ta‟zir. Mengenai tindak pidana ini, hhkum

pidana Islam tidak mengatur secara spesifik, tidak secara spesifik yang

dimaksud disisni adalah tidak ditentukannya kadar sanksi bagi pelaku,

melainkan menyerahkan sepenuhnya kepada kekuasaan hakim untuk

memberikan hukum/sanksi.

135

Ahmad Hanafi, Asas-AsasHukum Pidana Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 2005), h., 87

Page 112: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

101

Sedangkan pada putusan pengadilan terdakwa dihukum berdasarkan

dakwaan yang diajukan Penuntut Umum yang memiliki acuan mengenai

kadar sanksi terhadap tindak pidana pencurian ikan (illegal fishing).

dakwaan pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomoe 31 Tahun 2004,

(1) “setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap

ikan berbendera Indonesia melakukan penangkapan ikan di wilayah

pengelolaan perikanan Negara republic Indonesia dan/atau di laut lepas,

yang tidak memiliki SIPI sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1),

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda

paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)

dakwaan kedua melanggar pasal 85 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan jo pasal 2

peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/PERMEN-/KP/2015

Tentang larangan penggunaan Alat penangkapan ikan Pukat Hela (trawls) dan

Pukat Tarik (seines nets) di wilayah pengelolaan perikanan Republik

Indonesia

“setiap orang yang dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa, dan atau

menggunakan alat penangkap ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang

mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal

penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 di pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”

Page 113: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

102

Dakwaan ketiga melanggar pasal 98 Undang-Undang Republik

Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004

tentang Perikanan.

“Nahkoda kapal perikanan yang tidak memiliki surat persetujuan berlayar

sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 ayat (3) di pidana dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)”

Dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara anatara putusan

pengadilan dan hukum pidana Islam untuk kasus pencurian ikan (illegal

fishing), masing-masing dari keduanya berbeda pendapat dalam kadar

hukuman/sanksi yang diberikan terhadap pelaku. Dalam putusan pengadilan

No 06/Pid.Sus-Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr. sudah memiliki kadar

sanksi/hukuman terhadap tindak pidana pencurian ikan (illegal fishing).

Sedangkan dalam hukum pidana Islam sendiri tidak memiliki ketentuan kadar

sanksi/hukuman terhadap pelaku pencurian ikan (illegal fishing), melainkan

diserahkan sepenuhnya kepada kekuasaan hakim dalam menjatuhkan

sanksi/hukumannya hal ini dikarenakan tindak pidana pencurian ikan (illegal

fishing) dalam hukum pidana Islam tergolong dalam kategori ta‟zir.

A. Analisis Penulis Terhadap Putusan No 06/Pid.Sus-

Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr.

Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan baik itu berupa

saksi, saksi ahli, barang bukti, maupun keterangan terdakwa sendiri serta

Page 114: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

103

barang bukti yang diajukan di persidangan, satu unit kapal ikan KM Ulam

Sari, satu pas tahunan kapal perikanan KM Ulam Sari No. Urut 341 kantor

ADPEL Cirebon Nomor folio 128 BUKN Register III, satu sertifikat Kelaikan

dan Pengawakan Kapal Ikan No PK 674/1/9.KPL.BRS, 2011, satu buah Gros

Aket Nomor 1211 an, Daurip Bin Bakti, Uang tunai Rp. 2.750.000, satu unit

penangkap ikan Jaring Cantrang, satu surat keterangan kecakapan (30 MIL).

Setelah melihat semua fakta yang terjadi di pesidangan telah terbukti

secara sah saudara Abdul Kholik melakukan tindak pidana Illegal Fishing.

Namun dalam hal ini hukuman yang diberikan oleh hakim di persidangan

berbeda dengan apa yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum, yang mana

berdasarkan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum menjatuhkan pidana terhadap

saudara Abdul Kholik berupa pidana penjara selama 2 tahun 6 bulan dikurangi

selama terdakwa berada di dalam tahanan, dan denda Rp 50.000.000,- dengan

ketentuan apabila tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3

bulan.

Dari apa yang ditunut oleh Jaksa Penuntut Umum diatas semua itu

dilakukan bukan tanpa adanya hukum yang mengaturnya, yang mana tuntutan

tersebut diberikan Jaksa Penuntut Umum berdasarkan pasal-pasal yang di

langgar oleh terdakwa yang di atur dalam Undang-Undang No 45 Tahun 2009

Tentang Perikanan, yang terdapat pada pasal 93 ayat (1), pasal 85, dan pasal

98.

Namun kali ini hakim di persidangan berkata lain, berbeda dengan apa

yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum, pasal-pasal yang dijatuhkan

kepada terdakwa memang benar adanya dan tuntutan yang diberikan Jaksa

sesuai dengan aturan yang berlaku, namun itu di dalam persidangan tidak

bersifat mutlak dan hakim sendiri mempunyai kewenangan untuk

menjatuhkan hukum tersebut dengan berbagai pertimbangan.

Page 115: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

104

Dari pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh majelis hakim

di persidangan, pihak pengadilan atau hakim menjatuhkan hukuman kepada

saudara Abdul Kholik berupa pidana penjara selama satu tahun dan denda Rp.

5.000.000 dengan ketentuan jika saudara Abdul Kholik tidak mampu mebayar

denda diganti dengan satu bulan kurungan penajara.

Menurut penulis sendiri, apa yang dilakukan oleh majelis hakim,

majelis hakim sudah menerapkan keadilan dan kepastian hukum, yang mana

apa yang dilakukan majelis hakim tersebut itu semua berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan di dalam persidangan. Sesuai dengan apa yang di

tuliskan dalam putusan No 06/Pid.Sus-Perikanan/2015/PN.,Jkt.Utr. disitu

terdapat hal-hal yang memberatkan dan meringankan dalam penjatuhan

hukuman saudara Abdul Kholik. Yaitu sebagai berikut :

Hal-hal yang memberatkan:

1. Perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam

memberantas Illegal Fishing.

Hal-hal yang meringankan:

1. Terdakwa sudah berusaha untuk mengurus surat izin penagkapan

ikan;

2. Terdakwa yang melakukan pekerjaan sebagai nelayan, merupakan

pekerjaan satu-satunya bagi terdakwa dan keluarganya;

3. Terdakwa bisa menampung tenaga kerja 11 (sebelas) orang;

4. Terdakwa sopan dan mengakui terus terang perbuatanya;

5. Terdakwa belum pernah dihukum.

Dari poin-poin yang dituliskan diatas, semua itu merupakan

pertimbangan yang dilakukan hakim di dalam persidangan, yang mana

saudara Abdul Kholik hanya ada 1 poin yang meberatkan dan 5 poin yang

Page 116: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

105

meringankan hukumannya. Jadi sudah dirasa pantas saudara Abdul Kholik

mendapatkan hukuman penjara 1 tahun dan denda Rp. 5.000.000.

Page 117: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

106

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Laut Indonesia yang begitu luas mengakibatkan banyak nya tindak pidana

yang terjadi di perairan Indonesia. Dalam hal ini berkaitan dengan

masalah perikanan, mengenai perikanan ini sendiri sudah ada aturan yang

mengikatnya yaitu di atur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004

jo Undang-Undang No 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan. Namun aturan

yang sudah dibuat terkadang banyak dilanggar oleh mereka atau nelayan

penangkap ikan, salah satunya permasalahan yang terdapat di dalam

putusan No.06/PID.SUS-PERIKANAN/2015/PN.,JKT.UTR. di dalam

putusan ini saudara Abdul Kholik telah terbukti secara sah melakukan

tindak pidana bidang perikanan. Apa yang dilakukan oleh saudara Abdul

Kholik semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga namun

semua itu ditempuh nya dengan cara yang salah sehingga dia sendiri

menjerumuskan dirinya kedalam jeruji besi.

2. Pandangan hukum positif mengenai sanksi tindak pidana Illegal Fishing

dalam putusan No.06/PID.SUS-PERIKANAN/2015/PN.,JKT.UTR. apa

yang dilakukan hakim sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku, yang

mana hakim dalam menajtuhkan hukuman dengan mempertimbangkan

banyak hal, dari keterangan terdakwa mulai dari pertama persidangan

hakim sendiri sudah melihat apa-apa saja yang akan memberatkan dan

meringankan dalam penjatuhan hukuman. Apa yang telah didakwakan

oleh Jaksa Penuntut Umum itu menjadi bahan acuan bagi hakim yang

mana jaksa penuntut Umum menuntut dakwaan hukuman penjara selama

2 tahun 6 bulan dan denda sebesar Rp 50.000.000 namun hakim

menjatuhkan hukuman penjara selama 1 tahun dan denda sebesar Rp

Page 118: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

107

3. 5.000.000, semua itu dilakukan hakim dengan pertimbangan yang matang

dan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.

4. Di dalam hukum Islam tentang Illegal Fishing tidak diatur secara jelas,

namun di lihat dari bentuk kejahatannya, jenis hukuman yang menyangkut

tindak pidana kriminal dalam hukum pidana Islam terbagi menjadi dua,

yaitu ketentuan hukuman yang sudah pasti kadar berat dan ringannya itu

tergolong kedalam qisash dan diyat, dan ketentuan hukuman yang dibuat

oleh hakim atau penguasa melalui putusanya yang disebut dengan

hukuman ta‟zir. Illegal Fishing apabila penajtuhan hukumnya di dalam

hukum Islam akan diberikan hukuman sesuai dengan ketentuan ta‟zir.

B. Saran

1. Bagi aparat pemerintahan terkhusus kepada menteri kelautan agar lebih

meningkatkan upaya dalam pemberantasan Illegal Fishing dan itu dapat

dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu membentuk forum

koordinasi dan menyatukan persepsi dalam penegakan hukumnya dan

untuk lebih membantu kerja dari pemerintahan itu sendiri memberikan

peranan penting kepada masyarakat terkhusus masyarakat pantai dalam

pemberantasan Illegal Fishing.

2. Agar lembaga pemerintahan atau aparat hukum mensosialisasikan kepada

masyarakat bagaimana dampak dari Illegal Fishing, sehingga hal tersebut

membuat masyarakat sadar dan takut untuk melakukan tindak pidana

Illegal Fishing.

3. Memberikan atau menjatuhkan hukuman yang akan membuat para pelaku

jera.

Page 119: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

108

Daftar Pustaka

BUKU:

Ali, Zainudin. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2007.

Al Faruq, Asdulloh. Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam. Bogor:

Ghalia Indonesia. 2009.

Dewi, Ismala. Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perikanan.

Jakarta: Badan Keahlian DPR RI. 2016.

Gunadi, Ismu dan Jonaedi Efendi. Cepat dan Mudah Memahami Hukum

Pidana. Jakarta: Kencana. 2014.

Hanafi, Ahmad. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

2005.

Hasan, Mustafa dan Beni Ahmad Saebeni. Hukum Pidana Islam, Fiqh

Jinayah, Dilengkapi Dengan Kajian Dalam Hukum Pidana Islam.

Bandung: Pustaka Setia. 2013.

Institute Teknologi Sepuluh Nopember. Illegal Fishing dan Kedaulatan Laut

Indonesia. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 2016.

Irfan, M. Nurul dan Musyarofah. fiqih jinayah. Jakarta:Amzah. 2013.

Irfan, M. Nurul. Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam. Jakarta: Amzah. 2014.

Jaya, Ida Bagus Surya Darma. Hukum Pidana Materil dan Formil: Pengantar

Hukum Pidana. Jakarta: USAID-The Asia Fondation-Kemitraan

Partnership. 2015.

Mahmuda, Nunung. Ilegal Fishing. Pertanggung Jawaban Pidana di Wilayah

Perairan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2015.

Maramis, Frans. Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. 2013.

Mardani. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Kencana. 2019.

Page 120: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

109

Muslich, Ahmad Wardi. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

M Sodik, Didik. Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia.

Bandung: Reflika Aditama. 2011.

Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim. Politik H ukum Pidana, Kajian Kebijakan

Kriminalisasi dan Dekriminminalasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005

Prodjodikoro, Wirjono. Asas-Asas Hukum Pidana. Bandung: PT Reflika

Aditama. 2009.

Riswati Putranti, Ika. Community Fisheries Legal Framework: Penanganan

IUU Fishing di bawah Konstruksi ASEAN Economic Community.

Yogyakarta: Deepublish. 2017.

Rodliyah dan Salim HS. Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya.

Depok: Rajawali Pers. 2017.

Rosyada, Dede. Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta: Lembaga Studi

Islam dan Kemasyarakatan. 1992.

Sofian, Andi dan Nur Aziza. Buku Ajar Hukum Pidana. Makasar: Pustaka

Pena Pres. 2016.

Sunyowati, Dina dan Enny Narwati. Buku Ajar Hukum Laut..Surabaya: AUP.

2013.

Supramono, Gatot. Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang

Perikanan. Jakarta: Rineka Cipta. 2011.

Supriadi. Hukum Perikanan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2011.

JURNAL:

Amir, Usmawadi. Penegakan Hukum IUU Fishing menurut Unclos 1982

(Studi Kasus : Volga Case). Jurnal Oplinio. Vol.12, ( 2013).

Barama, Michael. Menuju Efektivitas UU No. 45 Tahun 2009 Perikanan

Dalam pelaksanaannya. Jurnal Hukum Unsrat. Vol.22 (2006).

Darwis, Muhammad. Pengaruh Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Hukum

Laut di Indonesia. Hukum Islam. Vol.16 (2016).

Page 121: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

110

Idami, Zahratul. Prinsip Pelimpahan Kewenangan Kepada Ulil Amri Dalam

Penentuan Hukuman Ta‟zir, macamnya dan tujuanya. Jurnal Hukum

Samudra. Vol. 10 (2015).

Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, pemerintahan

tangani 134 kasus pencurian ikan (Illegal Fishing),

https://kkp.go.id/artikel/7511-hingga-novemver-2018-pemerintahan-

tangani-134-kasus-illegal-fishing.

Lasabuda, Ridwan. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam

Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Imiah Platax

vol.1-2 Januari 2013.

Mardani. Sanksi Potong Tangan Bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian dalam

Perspektif Hukum Islam. Jurnal Hukum. Vol 15 (2008).

Muhama, Simela Viktor. Illegal Fishing di Perairan Indonesia,

Permasalahan dan Upaya Penanganan Secara Bilateral di Kawasan.

Politica Vol. 3, ( 2012).

Tarigan, Azhari Akmal. Ta‟zir dan Kewenagan Pemerintah Dalam

Penerpannya. Jurnal Ilmu Syariah. VOL 17 (2017).

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERATURAN

MENTERI:

Peraturan Mentir Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

37/Permen-KP/2017.

Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan United Nations

Convention On The Law Of The Sea

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan.

Page 122: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49945/1/PUTRA … · bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pencurian

111

SKRIPSI:

Pratomo R.S, Wiliater. Tinjauan Krimonologis Terhadap Illegal Fishing yang

Terjadi di Kota Makasar (Studi Kasus Tahun 2010-2013) skripsi S1

Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum, Universitas Hasanu din

Makasar, 2013.

Sulwafiani, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana di Bidang Perikanan

(studi kasus putusan No.28/Pid.Sus/2016/PN.Wtp) Skripsi S1 Jurusan

Ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Hasan udin Makasar.