Insomnia Farmakologi
-
Upload
melta-marza -
Category
Documents
-
view
41 -
download
1
Transcript of Insomnia Farmakologi
KELOMPOK 6
Tugas Farmakologi
Blok 16
Dosen pembimbing :
dr. Ave Olivia
Anggota :
Nia Oktariya G1A 108080Lanny Burlian G1A 108084Harlan Kasyfil Aziz G1A 108088Andrill vazhary G1A 108087Yessi Kumala Sari G1A 107075Tri Agus Hermawati G1A 108077
Program Studi Pendidikan DokterUniversitas Jambi
2010/2011
Pembahasan Soal
Seorang wanita mengeluh sering terbangun tengah malam sejak 4 bulan ini. Dia diberikan
obat citalopram tetapi dia masih merasakan sulit untuk memulai tidur. Dia hanya tidur 3-4
jam semalam dan merasakan letih pada keesokan harinya. Dia mempunyai riwayat depresi
bulan yang lalu, sekarang dalam remisi.
a. Apa macam-macam insomnia?
Insomnia adalah kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur. Ada juga yang
mendefinisikan sebagai gangguan atau kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap
tertidur, atau gangguan tidur yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada
saat terbangun.
Insomnia dikelompokkan menjadi:
1. Insomnia primer, yaitu
Insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak berhubungan dengan
berbagai stres maupun kejadian. Insomnia primer didiagnosis jika keulah
utama adalah tidur yang tidak bersifat menyegarkan atau kesulitan memulai
atau mempertahankan tidur, dan keluhan ini terus berlangsung sedikitnya satu
bulan. Istilah primer menunjukkan bahwa insomnia bebas dari adanya
gangguan fisik atau psikologis.
2. Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri,
kecemasan, obat, depresi atau stres yang hebat (Sindrom Insomnia karena
penyebab)
Ada Tiga macam Insomnia:
1. Transient insomnia (insomnia sementara) yaitu kesulitan tidur hanya beberapa
malam
2. Insomnia akut (jangka pendek) yaitu kesulitan tidur dalam waktu dua atau empat
minggu mengalami kesulitan tidur. Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang
orang yang sedang mengalami stress, berada di lingkungan yang ribut-ramai,
berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim, masalah
dengan jadwal tidur-bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping
pengobatan
3. Insomnia kronis yaitu kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama
sebulan atau lebih. Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum
adalah depresi. Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal
jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan hyperthyroidism.
Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku,
termasuk penyalahgunaan caffein, alcohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun
yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres
kronis
Bila ditinjau dari penyebabnya, Sindrom Insomnia dapat dibagi:
- Sindrom Insomnia Psikik
Gangguan afektif bipolar dan unipolar (episode mania atau depresi), gangguan
anxietas (panik dan fobia)
- Sindrom Insomnia Organik
Hyperthyroidism, Putus Obat penekan SSP (benzodiazepine, phenobarbital,
narkotika), zat perangsang SSP (Caffein, Ephedrine, Amphetamine)
- Sindrom Insomnia Situasional
Gangguan penyesuaian ditambah anxietas atau depresi, perubahan sleep-wake
shcedule (jetlag, workshift), Stress Psikososial
- Sindrom Insomnia Penyerta
Gangguan fisik ditambah insomnia (painproducing illness, paroxysmal nocturnal
dyspnoe), Gangguan jiwa ditambah insomnia (Skizofenia, Paranoid)
b. Apa saja golongan obat yang dapat digunakan untuk mengobati insomnia?
Terapi insomnia merupakan salah satu terapi yang paling sulit pada gangguan tidur.
Ketika komponen yang dipelajari jelas, teknik deconditioning mungkin berguna.
Pasien diminta menggunakan tempat tidurnya hanya untuk tidur dan bukan untuk hal
lain. Jika mereka tidak tertidur setelah lima menit berada di tempat tidur, mereka
di8minta segera bangun dan melakukan hal yang lain. Apabila terapi ini tidak manjur
maka diberikan obat anti-insomnia.
Obat anti-insomnia memiliki sinonim sebagai obat hipnotik. Golongan obat ini
menyebabkan depresi SSP menyeluruh. Agen ini dapat mengakibatkan peningkatan
toleransi pada penggunaan kronik dan memiliki kecenderungan ketergantungan
psikologis maupun fisik. Agen ini digunakan untuk penatalaksanaan jangka pendek
pada berbagai tingkat anxietas dan untuk mengobati insomnia. Berikut adalah sediaan
obat anti-insomnia dan dosis anjuran:
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Nitrazepam DUMOLID (Alpharma) Tab 5 mg 5-10
mg/malam
2. Zolpidem STILNOX
(Sanofi-Aventis)
ZOLMIA (Fahrenheit)
Tab 10 mg
Tab 10 mg
10-20
mg/malam
3. Estazolam ESILGAN (Takeda) Tab 1 mg
Tab 2 mg
1-2 mg/malam
.4 Flurazepam DALMADORM
(Veleant)
Tab 15 mg 15-20
mg/malam
Indikasi penggunaan obat golongan ini bila kita sudah menegakkan diagnostik gejala
sasaran (sindrom insomnia) yaitu:
- Membutuhkan waktu lebih dari ½ jam untuk tertidur (trouble in falling asleep)
atau tidur kembali setelah terbangun (sleep continuity interruption) sehingga
siklus tidur tidak utuh dan menimbulkan keluhan gangguan kesehatan
- Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
o Penurunan kemampuan kerja
o Hubungan sosial
o Melakukan kegiatan rutin
Mekanisme Kerja
Proses Tidur merupakan suatu siklus yang terdiri dari:
- Stadium Jaga (Wake, Gelombang Beta)
- Stadium 1 (Gelombang Alfa, Theta)
- Stadium 2 (Gelombang Delta 20%)
- Stadium 3 (Gelombang Delta 20-50%)
- Stadium 4 (Gelombang Delta >50%/Delta Sleep)
- Stadium REM (Rapid Eye Movement/REM Sleep)
Pada keadaan:
- Tidur Ringan: Stadium 1 dan 2
- Tidur Dalam: Stadium 3 dan 4 (Non-REM Sleep)
- Tidur Dangkal: Stadium REM (Terjadi mimpi)
Obat golongan benzodiazepine tidak menyebabkan “REM Supression and Rebound”.
Pada kasus depresi terjadi pengurangan “delta sleep” (gel delta <20%), sehingga tidak
puas tidurnya dan mudah terbangun. Pada awal depresi terjadi defisit “REM Sleep”
(0-10%, dimana pada orang normal sekitar 20%) yang menyebabkan tidur sering
terbangun akibat mimpi buruk (REM Sleep bertambah untuk mengatasi defisit)
sehingga siklus tidur menjadi tidak teratur. Obat anti-depresi (Trisiklik dan
Tetrasiklik) menekan dan menghilangkan “REM Sleep” dan meningkatkan “Delta
Sleep”, mendadak dihentikan terjadi “REM Rebound” dimana pasien akan mengalami
mimpi buruk lagi.
Obat anti-insomnia memiliki sinonim sebagai obat hipnotik. Golongan obat ini
menyebabkan depresi SSP menyeluruh. Agen ini dapat mengakibatkan peningkatan
toleransi pada penggunaan kronik dan memiliki kecenderungan ketergantungan
psikologis maupun fisik. Agen ini digunakan untuk penatalaksanaan jangka pendek
pada berbagai tingkat anxietas dan untuk mengobati insomnia
Profil Efek Samping
Supresi SSP pada saat tidur. Hati-hati pada pasien dengan insufisuensi pernapasan,
uremia, dan gangguan fungsi hati, karena keadaan tersebut terjai pemnurunan fungsi
SSP dan dapat memudahkan timbulnya koma. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi
“oversedation” sehingga risiko jatuh dan trauma menjadi besar, yang sering terjadi
adalah “hip fracture”. Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik
obat insomnia (waktu paruh):
- Waktu Paruh Singkat (± 4 jam)
Gejala rebound lebih berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik.
(e.g Triazolam)
- Waktu Paruh Sedang
Gejala rebound lebih ringan (e.g estazolam)
- Waktu Paruh Panjang
Menimbulkan gejala “hang over” pada pagi harinya dan juga intensifying day
time sleepness” (e.g nitrazepam, flurozepam)
Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat terjadi
“disinhibiting effect” yang menyebabkan “rage reaction”
Interaksi Obat
- Obat Anti-insomnia + CNS depressant dapat menyebabkan potensial efek supresi
SSP yang dapat menyebabkan “oversedation and respiratory failure”
- Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi enzim hepatic microsomal atau
“produce protein binding displacement”, sehingga jarang menimbulkan interaksi
obat yang digunakan untuk kondisi medik tertentu
- Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai Alkohol atau CNS
Depressant lainnya, risiko kematian akan meningkat
Cara Penggunaan
- Initial Insomnia Sulit msuk ke dalam proses tidur. Obat yang dibutuhkan
adalah bersifat “Sleep Inducing Anti-Insomnia”, yaitu golongan benzodiazepine
(Short Acting). Misalnya gangguan anxietas
- Delayed Insomnia Proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali
ke proses tidur selanjutnya. Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Prolong Latent
Phase Anti-Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik antidepressan (Trisiklik dan
Tetrasiklik. Misalnya gangguan depresi
- Broken Insomnia Siklus tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-pecah
menjadi beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang dibutuhkan adalah
bersifat “Sleep Maintaning Anti-Insomnia”, yaitu golongan phenobarbital atau
golongan benzodiazepine (Long Acting). Misalnya gangguan stress psikososial.
Pengaturan Dosis
- Pemberian Dosis anjuran 15-30 sebelum pergi tidur
- Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan
sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off untuk mencegah timbulnya
rebound dan toleransi obat
- Pada usia lanjut dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-
lahan, untuk menghindari “oversedation” dan intoksikasi
Lama Pemberian
- Pemakaian obat anti-insomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja tidak lebih dari 2
minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat
menimbulkan perubahan “Sleep EEG” yang menetap sekitar 6 bulan lamanya
- Kesulitan pemberhentian obat seringkali karena “Psychological Dependence”
(habituasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur dapat ditanggulangi
Perhatian Khusus
- Kontraindikasi
o Sleep Apnoe Syndrome
o Congestive Heart Failure
o Chronic Respiratory Disease
- Penggunaan benzodiazepin pada wanita hamil mempunyai risiko menimbulkan
“teratogenik effect” khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepin
dieksresi melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)
Obat-obat Hipnotik Sedatif yang beredar di Indonesia :
1. Flurazepam
o Indikasi
Insomnia yang dikarakteristikkan dengan kesulitan tidur, sering terbangun
malam hari, dan/atau bangun terlalu pagi. Hanya untuk penggunaan jangka
pendek (tidak lebih dari 4 minggu) dan intermitten
o Kerja
o Depresi Tingkat subkortikal sistem saraf pusat, terutama dalam sistem
limbik dan formasi retikular
o Dapat meningkatkan efek penghambatan kuat neurotransmitter GABA
di otak sehingga mengakibatkan efek sedasi
o Farmakokinetik
o Absorbsi dengan cepat pada saluran pencernaan
o Distribusi secara luas, menembus barier darah otak dan plasenta,
diekskresi dalam ASI
o Farmakodinamik
Rute Awitan Puncak Durasi
PO 15-45 menit 30-60 menit 7-8 Jam
o Metabolisme dan Ekskresi
o Dimetabolisme oleh hati; menghasilkan metabolit aktif yang terutama
diekskresi oleh ginjal
o Waktu Paruh
47-199 jam (flurazepam), 2-100 jam (metabolit aktif)
o Kontraindikasi dan Kewaspadaan
o Kontraindikasi pada:
Pasien hipersensitivitas terhadap obat
Kehamilan dan laktasi
Glaukoma sudut-sempit
Anak usia di bawah 15 tahun
o Penggunaan secara kewaspadaan pada:
Pasien Lansia atau lemah
Pasien dengan disfungsi hati dan ginjal
Individu dengan penyalahgunaan atau ketergantungan obat
Pasien depresi atau bunuh diri
Kombinasi dengan depresan SSP lainnya
Pasien dengan albumin serum yang rendah
o Efek Samping
SSP: Sedasi sisa, pusing, konfusi, sakit kepala. Letargi, kelemahan,
eksitasi paradoksis, penglihatan kabur, ensefalopati, depresi mental
Cardiovascular: Hipotensi, Bradikardia
Dermatology: Ruam
Gastrointestinal: Mual, muntah, diare, konstipasi
Hematology: Agranulositosis
Respirasi: Depresi Pernapasan
Lainnya: Toleransi, ketergantungan, fisik, dan psikologis
o Interaksi
Obat depresan SSP lain (termasuk alkohol, barbiturat, narkotik),
antipsikotik, antidepresan, antihistamin, antikonvulsan, simetidin bisa
menyebabkan depresi SSP tambahan
Agen penyekat neurotransmitter dapat meningkatkan depresi pernafasan
Disulfiram dapat meningkatkan durasi kerja flurazepam
o Rute dan Dosis
Insomnia
PO (Dewasa): 15-30 mg sebelum tidur
PO (Geriatrik atau Lemah): Mulanya 15 mg sebelum tidur. Sesuaikan
dosis setelah respon ditentukan
Flurazepam diindikasikan sebagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dari
uji klinik terkontrol telah menunjukkan bahwa Flurazepam menguarangi
secara bermakna waktu induksi tidur, jumlah dan lama terbangun selama tidur,
maupun lamanya tidur. Mulanya efek hipnotik rata-rata 17 menit setelah
pemberian obat secara oral dan berakhir hingga 8 jam. Efek residu sedasi di
siang hari terjadi pada sebagian besar penderita,oleh metabolit aktifnya yang
masa kerjanya panjang, karena itu obat Fluarazepam cocok untuk pengobatan
insomia jangka panjang dan insomnia jangka pendek yang disertai gejala
ansietas di siang hari.
2. Midazolam
Midazolam digunakan agar pemakai menjadi mengantuk atau tidur dan
menghilangkan kecemasan sebelum pasien melakukan operasi atau untuk tujuan
lainnya Midazolam kadang-kadang digunakan pada pasien di ruang ICU agar
pasien menjadi pingsan. Hal ini dilakukan agar pasien yang stres menjadi
kooperatif dan mempermudahkan kerja alat medis yang membantu pernafasan.
Midazolam diberikan atas permintaan dokter dan penggunaannya sesuai dengan
resep dokter.
3. Nitrazepam
Nitrazepam juga termasuk golongan Benzodiazepine. Nitrazepam bekerja pada
reseptor di otak (reseptor GABA) yang menyebabkan pelepasan senyawa kimia
GABA (gamma amino butyric acid). GABA adalah suatu senyawa kimia
penghambat utama di otak yang menyebabkan rasa kantuk dan mengontrol
kecemasan. Nitrazepam bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA, sehingga
mengurangi fungsi otak pada area tertentu. Dimana menimbulkan rasa kantuk,
menghilangka rasa cemas, dan membuat otot relaksasi. Nitrazepam biasanya
digunakan untuk mengobati insomnia. Nitrazepam mengurangi waktu terjaga
sebelum tidur dan terbangun di malam hari, juga meningkatkan panjangnnya
waktu tidur. Seperti Nitrazepam ada dalam tubuh beberapa jam, rasa kantuk bisa
tetap terjadi sehari kemudian.
4. Estazolam
Estazolam digunakan jangka pendek untuk membantu agar mudah tidur dan tetap
tidur sepanjang malam. Estazolam tersedia dalam bentuk tablet digunakan secara
oral diminum sebelum atau sesudah makan. Estazolam biasanya digunakan
sebelum tidur bila diperlukan. Penggunaannya harus sesuai dengan resep yang
dibuat oleh dokter anda. Estazolam dapat menyebabkan kecanduan. Jangan
minum lebih dari dosis yang diberikan, lebih sering, atau untuk waktu yang lebih
lama daripada petunjuk resep. Toleransi bisa terjad pada pemakaian jangka
panjang dan berlebihan. Jangan gunakan lebih dari 12 minggu atau berhenti
menggunakannnya tanpa konsultasi dengan dokter. Dokter anda akan mengurangi
dosis secara bertahap. Anda akan mengalami sulit tidur satu atau dua hari setelah
berhenti menggunakan obat ini.
c. Bagaimana mekanisme kerja dan efek samping dari citalopram?
Citalopram sebagai salah satu obat depresan,(Citalopram Hydro bromida) adalah anti-
depresan yang efektif, selektif menghambat penyerapan serotonin, dan dapat
dipertimbangkan untuk ini mekanisme pengaruh aksi citalopram.
Adapun mekanisme kerja obat citalopram, yakni:
Citalopram adalah sebuah anti-depresan yang mempengaruhi neurotransmitter-
neurotransmitter, biokimia yang mempersarafi dalam otak digunakan untuk
berhubungan satu sama lain. Neurotransmitter-neurotransmitter dibuat dan dilepas
oleh saraf dan lalu disalurkan dan didekatakan ke saraf terdekatnya. Jadi,
neuraotransmitter dapat digagaskan sebagai system komunikasi otak. Banyak ahli
mempercayai bahwa ketidakseimbangan antara neurotransmitter-neurotransmitter
merupakan penyebab depresi. Citalopram bekerja dengan mencegah ambilan salah
satu neurotransmitter yaitu serotonin oleh sel saraf setelah serotonin dilepaskan.
Karena ambilan merupakan mekanisme yang penting untuk memindahkan
neurotransmitter yang dilepaskan dan mengakhiri aksi-aksinya pada saraf-saraf yang
berdekatan, penurunan ambilan yang disebabkan oleh citalopram mengakibatkan
banyaknya serotonin yang bebas dalam otak untuk merangsang sel-sel saraf.
Citalopram merupakan golongan obat yang disebut selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs)
FARMAKOKINETIK
Citalopram diserap dengan baik setelah pemberian oral. Jumlah yang bioavailabilitas
80% dari dosis oral dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncak setelah 2-4 jam,
tetapi sampai konsentrasi konstan dalam plasma setelah 1-2 minggu. Sebuah paruh
hari citalopram dinamis dan setengah dan berada dalam plasma sering variabel.
Citalopram terkait dengan kurang dari 80% terikat protein plasma dan ekstensif
dimetabolisme di hati terutama dengan menghapus grup metal, oksidasi dalam hati,
diekskresikan dalam urin dan tinja.
Efek samping dari obat ini adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah
seksual dan sakit kepala
d. Obat apa yang dapat diberikan untuk pasien tersebut?
Pada kasus ini, pasien diberikan obat depresan yang tidak mempunyai efek samping
insomnia seperti obat depresan trisiklik yaitu amitriptilin. Selain disebabkan oleh
depresi yang dialami oleh pasien, insomnia yang terjadi pada pasien dapat diperberat
oleh obat citalopram yang mempunyai efek samping insomnia. Karena insomnia pada
pasien kemungkinan disebabkan oleh depresi sehingga diharapkan dengan pemberian
obat depresan bisa menghilangkan insomnia dan juga dapat dibantu dengan
psikoterapi.
e. Apa yang perlu dievaluasi jika kita memberikan obat hipnitive sedative pada
pasien?
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk meningkatkan
kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat kewaspadaan pada
siang harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal state
Yang perlu dievaluasi dalam pemberian obat hipnotive sedative : kapan pasien
dihentikan secara bertahap dari hpnotive sedative, obat harus dihentikan bertahap
sesudah 2-4 minggu atau bila sudah terjadi perbaikan sebelum 3 bulan dosis dapat
diturunkan secara bertahap.
Referensi
Maslim, R. Obat Anti Insomnia, dalam Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Edisi Ketiga. 2007. Jakarta. Penerbit PT. Nuh Jaya. Hal. 42-46
Townsend, M. Sedatif-Hipnotik, dalam Buku Saku Pedoman Obat dalam
Keperawata Psikiatri. Edisi 2. 2004. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal.23
Sadock, B. Sadock, V. Gangguan Tidur, dalam Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis. Edisi Dua. 2010. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 339-341