INRIYANI (105 94 00653 11)

46
OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN NILA (Tilapia nilotica) INRIYANI (105 94 00653 11) PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Transcript of INRIYANI (105 94 00653 11)

Page 1: INRIYANI (105 94 00653 11)

i

OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTANBUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP

DAYA TETAS TELUR IKAN NILA (Tilapia nilotica)

INRIYANI(105 94 00653 11)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015

Page 2: INRIYANI (105 94 00653 11)

ii

OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTANBUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L)TERHADAP

DAYA TETAS TELUR IKAN NILA

SKRIPSI

INRIYANI(105 94 00653 11)

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Perikanan pada Program StudiBudidaya Perairan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015

Page 3: INRIYANI (105 94 00653 11)
Page 4: INRIYANI (105 94 00653 11)
Page 5: INRIYANI (105 94 00653 11)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Optimasi Lama Perendaman Larutan Buah Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L) Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Nila (Tilapia nilotica)

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri yang belum diajukan oleh

siapapun, bukan merupakan pengambil alihan tulisan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebut kedalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Makassar, September 2015

INRIYANINim: 105 94 00653 11

Page 6: INRIYANI (105 94 00653 11)

vi

ABSTRAK

INRIYANI. 105 94 00653 11. Optimasi Lama Perendaman Larutan BuahBelimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Nila(Tilapia Nilotica) Dibimbing oleh DARMAWATI dan ABDUL MALIK.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan optimasi lama perendamanlarutan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)terhadap daya tetas telur ikannila (Tilapia nilotica). Metode penelitian yang digunakan adalah telur ikan nilayang diperoleh dari Balai Benih Ikan (BBI) yang berasal dari pemijahaan alami.Telur yang digunakan sebanyak 50 butir/wadah penelitian. Jumlah wadahpenelitian sebanyak 12 buah dengan kapasitas masing-masing wadah sebanyak 5liter air. Wadah penelitian diisi air sebanyak 1 liter. Perlakuan yang dicobakanadalah perendaman larutan buah belimbing dengan dosis berbeda dalammencegah bakteri dan jamur pada telur ikan nila. Pada penelitian ini terdapat 4perlakuan, lama perendaman 5 menit (perlakuan A), lama perendaman 10 menit(perlakuan B) , lama perendaman 15 menit (perlakuan C), tanpa perendamanlarutan buah belimbing (perlakuan D). Dengan dosis masing-masing (A,B dan C)perlakuan 4000 ppm. Hasil penelitian yang dilakukan selama 1 bulanmenunjukkan bahwa daya tetas tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu lamaperendaman 10 menit dengan daya tetas rata-rata 93,33%. Disarankan untukmenguji lama perendaman 10 menit dengan menambah kepadatan telur. Selain itudalam penetasan telur, kualitas air harus dalam kondisi layak dalamperkembangan telur hingga menjadi larva.

Kata Kunci: Larutan Buah Belimbing atau Ekstrak Buah Belimbing, Daya TetasTelur Ikan Nila

Page 7: INRIYANI (105 94 00653 11)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan hidaya dan rahmat-Nya, tak lupa pula kami kirimkan shalawat

kepada Rasulullah Muhammad SAW pengembang amanah mulia dan guru ilmu

pengetahuan bagi umat manusia. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

ilmiah ini dengan judul Optimasi Lama Perendaman Larutan Buah Belimbing

Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Nila (Tilapia

nilotica) di Balai Benih Ikan (BBI) Limbung, Kelurahan Kalebajeng Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini

terdapat banyak kekurangan dan kendala yang dihadapi, namun berkat kesabaran,

petunjuk, saran, dan bantuan dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat

diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan yang

sangat tulus serta mendalam kepada Ibu Ir. Darmawati, M.Si. sebagai

pembimbing pertama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, arahan, dan saran dalam menyusun skripsi ini, Bapak Abdul Malik,

S.Pi, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam menyusun skripsi ini,

Bapak Dr.Ir Abdul Haris, M. Si. selaku penguji pertama yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk menguji, memberikan arahan, dan saran dalam

menyusun skripsi ini, dan Ibu Ir Andi Khaeriyah, M. Pd selaku penguji kedua

Page 8: INRIYANI (105 94 00653 11)

viii

yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya dalam penyusunan skripsi

ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada

Bapak Kepala Balai Benih Ikan (BBI) Limbung beserta staf dan pegawai yang

telah memberikan bantuan berupa ijin dan fasilitas selama penelitian.

Besar harapan saya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada

pihak pembaca terutama bagi penulis sendiri dan selalu mendapat ridho Allah

SWT. Amin.....

Makassar, September 2015

Penulis

Page 9: INRIYANI (105 94 00653 11)

ix

DAFTAR ISI

No Teks Halaman

Sampul iHalaman Sampul iiHalaman Pengesahan iiiHalaman Pengesahan Komisi Penguji ivPernyataan Mengenai Skripsi Dan Sumber Informasi vAbstrak viKata Pengantar viiDaftar Isi ixDaftar Tabel xiiDaftar Gambar xiiiDaftar Lampiran xiv

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 11.2. Tujuan dan Kegunaan 3

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Tilapia nilotica) 42.2. Telur Ikan Nila 52.3. Jamur Saprolegnia sp 72.4. Klasifikasi Dan Morfologi Buah Belimbing wuluh 9

(Averrhoa bilimbi L)2.5. Kandungan Kimia Buah Belimbing wuluh 122.6. Parameter Kualitas Air 6 12

2.6.1. Suhu 122.6.2. Dissolved Oxygen (DO) 132.6.3. Derajat Keasaman (PH) 13

III. Metode Penelitian

3.1. Waktu dan Tempat 143.2. Alat dan Bahan 143.3. Prosedur Penelitian 15

3.3.1. Persiapan Wadah Penelitian 153.3.2. Persiapan Wadah Penelitian 153.3.3. Pembuatan Larutan Buah Belimbing wuluh 16

3.4. Perlakuan dan Penempatan Wadah Penelitian 173.5. Peubah Yang di Amati 17

Page 10: INRIYANI (105 94 00653 11)

x

3.5.1. Daya Tetas Telur Ikan Nila 173.5.2. Analisa Kualitas Air 18

3.6. Analisis Data 18IV. Hasil dan Pembahasan

4.1. Daya Tetas Tekur Ikan Nila 204.2. Parameter Kualitas Air 21

V. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 245.2. Saran 24

Daftar Pustaka 25Lampiran 28

Page 11: INRIYANI (105 94 00653 11)

xi

DAFTAR TABEL

1. Alat dan Kegunaan 142. Bahan dan Kegunaan 153. Presentase daya tetas telur ikan nila (Tilapia nilotica) 194. Kisaran parameter kualitas air media penetasan telur ikan nila 22

Page 12: INRIYANI (105 94 00653 11)

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Ikan Nila (Tilapia nilotica) 42. Telur ikan Nila (Tilapia nilotica) 63. Jamur jamur Saprolegnia sp 74. Siklus Jamur saprolegnia sp 95. Buah Belimbing (Averrhoa bilimbi L) 106. Rata-rata daya tetas telur ikan nila setiap perlakuan 20

Page 13: INRIYANI (105 94 00653 11)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Banyaknya telur yang berhasil menjadi larva pada akhir penelitian 292.Uji analisis varians 303. Uji lanjut dengan metode LSD 314. Foto-foto penelitian. 32

Page 14: INRIYANI (105 94 00653 11)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budidaya ikan nila (Tilapia nilotica) mempunyai prospek yang bagus

untuk dikembangkan di Indonesia, karena budidayanya dapat dilakukan di tambak

dan Karamba Jaring Apung (KJA) di perairan umum. Ikan nila (Tilapia nilotica)

mudah berkembang biak, pertumbuhannya cepat, ukuran badan relatif besar,

tahan terhadap penyakit, mudah beradaptasi dengan lingkungan, harganya relatif

murah dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein

hewani. Ikan nila (Tilapia nilotica) merupakan jenis ikan omnivore, artinya dapat

memakan tumbuhan maupun hewan (Wardoyo, 2005). Kendala yang dihadapi

pembudidaya ikan saat ini adalah kurangnya daya tetas telur ikan, serta benih

yang berkualitas akibat adanya serangan jamur pada saat penetasan telur.

Timbulnya jamur pada telur ikan nila disebabkan oleh kualitas air yang

tidak sesuai, sehingga terjadi kematian massal pada larva di pembenihan.

Kemudian terjadi kematian tersebut seringkali dikaitkan dengan bakteri patogen

oportunis (Skjermo dan Vadstein, 1999). Vibrio telah dilaporkan sebagai

penyebab untuk sejumlah wabah penyakit (Alavandi et al, 2004 : Kennedye et al,

2006)

Jamur Saprolegnia sp berbentuk benang menyerupai kapas, berwarna

putih sampai kelabu dan coklat (Klinger dan Francis-Floyd dalam Wahyuningsih,

2006). Jamur ini berkoloni pada telur yang telah mati, menghasilkan miselia kusut

yang berlebih sehingga mengakibatkan matinya telur hidup yang berada disekitar

Page 15: INRIYANI (105 94 00653 11)

2

telur mati tersebut. Jamur tersebut akan terganggu respirasi telur, akhirnya mati

sebelum menetas. Menurut Bauer, et al., dalam Wahyuningsih 2006, jamur akan

mengahalangi masuknya air yang mengandung oksigen dalam telur, sehingga

mengganggu pernapasan telur ikan.

Pencegahan dan pemberantasan jamur Saprolegnia sp dapat dilakukan

dengan menggunakan obat-obatan sintetis maupun bahan-bahan obat alami.

Penanggulangan penyakit ikan budidaya dengan menggunakan obat sintetis sangat

beresiko karena dapat menimbulkan resistensi terhadap bakteri dan jamur, perlu

biaya tinggi serta dapat mencemari lingkungan (Wahyuni, 2004). Alternatif yang

dapat dijadikan pilihan adalah penggunaan bahan-bahan obat alami salah satunya

dengan menggunakan buah belimbing (Averrhoa bilimbi L).

Buah belimbing wuluh mengandung tanin, sulfur, asam format, dan kalium sitrat

(Wijayakusuma, 2006). Buah belimbing wuluh mengandung tanin sedangkan batangnya

mengandung alkaloid dan polifenol (Anonymouse, 2008). Penelitian Fahrani (2009)

menunjukkan bahwa ekstrak buah belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin dan

tanin. Dalimartha (2000) menjelaskan bahwa didalam daun belimbing selain tanin juga

mengandung sulfur, asam format, kalsium oksalat dan kalium sitrat.

Pada penelitian sebelumnya, optimasi lama perendaman larutan buah belimbing

(Averrhoa bilimbi L) dengan dosis berbeda terhadap daya tetas telur ikan nila (Tilapia

nilotica) (Syamsuardi, 2014). Diperoleh data bahwa penggunaan dosis 4000 ppm dapat

menghasilkan daya tetas telur (hatching rate) mencapai 93,33%, dengan lama

perendaman 5 menit. Lama perendaman tersebut didasari pada penelitian sebelumnya

yang merendam telur ikan nila dengan formalin dengan dosis 6 ml/liter air. Data tersebut

tentunya belum dapat dijadikan patokan mengingat dosis dan jenis bahan yang berbeda

Page 16: INRIYANI (105 94 00653 11)

3

antara buah belimbing dan formalin. Hal yang mendasari perlunya dilakukan penelitian

untuk mengetahui lama perendaman yang ideal dengan menggunakan dosis 4000 ppm.

Martini, 2005 menyatakan bahwa lama perendaman yang tidak tepat dapat membunuh

jamur serta dapat mematikan telur ikan tersebut.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan lama

perendaman larutan buah belimbing wuluh terhadap daya tetas telur ikan nila

(Tilapia nilotica).

Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang

lama perendaman larutan buah belimbing wuluh yang optimasi untuk mengatasi

infeksi jamur Saprolegnia sp kepada masyarakat pembudidaya dan Sebagai upaya

dalam memperoleh benih ikan nila yang berkualitas, kuantitas dan tepat waktu.

Page 17: INRIYANI (105 94 00653 11)

4

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Tilapia nilotica)

Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan nila (Tilapia nilotica) sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Cichlidae

Genus : Tilapia

Spesies : Tilapia nilotica

Gambar Ikan nila (Tilapia nilotica)

Page 18: INRIYANI (105 94 00653 11)

5

Ikan Nila adalah memiliki bentuk yang pipih kearah vertical (kompres),

bertulang belakang (vertebrata). Habitatnya perairan, bernafas dengan insang dan

menjaga keseimbangan tubuh menggunakan sirip. Sirip-sirip tersebut bersifat

Poikilotermal. Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis yang vertical dan pada sirip

punggungnya garis terlihat condong lekuknya.Ciri ikan nila adalah garis-garis

vertikal berwarna hitam pada sirip, ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip

caudal/ ekor yang berbentuk membulat warna merah dan biasa digunakan sebagai

indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman.Sisik ikan

nila adalah tipe scenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari darsal yang keras,

begitupun bagian awalnya. Dengan posisi siap awal dibagian belakang sirip dada

(Abdormal) (Sudjana, A. 2008).

2.2. Telur Ikan Nila

Pengaruh salinitas terhadap daya tetas bahkan lebih dini, yakni sudah

terlihat nyata pada salinitas 7 ppt. Akan tetapi kondisi 7-14 ppt tidak

menunjukkan perbedaan daya tetas yang signifikan (p>0,05) daya tetas telur ikan

nila menurun lebih dini pada salinitas diatas 7 ppt walaupun dengan perbedaan

yang lebih rendah. Seperti yang dilaporkan Watanabe & Kuo (1985), kemampuan

telur untuk menetas sebenarnya sama pada semua salinitas namun kematian

muncul setelah beberapa saat paska menetas.

Fekunditas ikan nila menurun pada perlakuan 14 ppt lebih awal apabila

dibandingkan daya pijahnya. Terlihat berdasarkan pengaruh salinitas terhadap

fekunditas fungsional induk ikan nila terendah terdapat pada salinitas 21 ppt.

Hasil kajian Watanabe, (1990) juga menyatakan penurunan produktivitas dengan

Page 19: INRIYANI (105 94 00653 11)

6

meningkatnya kadar garam sama dengan beberapa penelitian lain dengan strain

yang berbeda seperti Red Florida.

Fekunditas pada suatu spesies ikan dapat berbeda antara satu individu

dengan individu lainnya. Fekunditas mempunyai keterpautan dengan umur,

panjang, dan bobot individu. Ali (2005) menyatakan bahwa jumlah fekunditas

pada spesies yang sama dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur, lingkungan,

dan ukuran diameter telur. Fekunditas ikan cenderung meningkat dengan

bertambahnya ukuran badan, yang dipengaruhi oleh jumlah makanan dan faktor-

faktor lingkungan lainnya seperti suhu dan musim.

Gambar 2 Telur Ikan Nila

Page 20: INRIYANI (105 94 00653 11)

7

2.3. Jamur Saprolegnia sp

Menurut Kabata (dalam Syamsuardi, 2014), Klasifikasi Jamur

Saprolegnia Sp adalah :

Filum : Phycomyphita

Kelas : Oomycetes

Ordo : Saprolegniales

Famili : Saprolegniaceae

Genus : Saprolegnia

Spesies : Saprolegnia sp

Jamur Saprolegnia mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:

1. Menghasilkan zoospora yang dapat bergerak bebas dengan dua flagella.

Zoospora ini dihasilkan oleh zoosporangia. Memiliki selulosa dalam ruang

selnya.

2. Sel tubuh menghasilkan filamen yang disebut hifa tanpa septa dan

bercabang.

3. Saprolegnia mempunyai bentuk yang paling umum disebut hifa, berbentuk

benang dan tidak memiliki segmen.

Page 21: INRIYANI (105 94 00653 11)

8

Gambar 3 jamur Saprolegnia sp

Jamur Saprolegnia berkembang biak secara vegetatif (reproduksi aseksual)

dan generatif (reproduksi seksual). Jamur Saprolegnia bersifat homothalic yang

artinya dalam setiap individu memiliki 2 organ seksual yaitu jantan dan betina

(Espeland dan Hensen 2004). Miselium terdiri dari beberapa hifa dan masing-

masing hifa seperti satu sel besar dengan banyak nucleus oleh karena dinding sel

tidak ada. Pada hifa terdapat dua organ kelamin jantan dan betina yang terpisah

yaitu antheridium dan oogonium secara berurut (Espeland dan Hensen 2004).

Pembelahan miosis terjadi untuk menghasilkan nuclei jantan dan telur

betina. Antheridia tumbuh ke arah oogonia dan menghasilkan pipa pembuahan

yang menembus oogonia. Pembuahan terjadi ketika nucleus jantan menekan pipa

fertilisasi ke sel telur dan menyatu dengan nuclei betina. Peristiwa tersebut

menghasilkan dinding zygote yang tebal yang disebut oospora. Setiap oospora

berkecambah menjadi hifa baru yang akan menghasilkan zoosporangium. Dari

zoosporangium inilah reproduksi aseksual terjadi.

Page 22: INRIYANI (105 94 00653 11)

9

Pada reproduksi seksual dimulai dengan pecahnya zoosporangium yang

kemudian melepaskan zoospora dengan dua flagella yang berenang beberapa saat

sebelum membentuk kista. Martini (2005), menyatakan bahwa zoospora

mempunyai waktu yang relatif pendek untuk berenang sekitar kurang dari 1 jam.

Setelah kurang lebih satu jam, kista tersebut mulai bertunas (tumbuh hifa) atau

pecah mengeluarkan zoospora sekunder. Zoospora sekunder ini bentuknya

berbeda dengan zoospora yang pertama mempunyai flagella pada sisinya dan

tahan lebih lama dari zoospora yang pertama. Kadang-kadang zoospora sekunder

mempunyai kista pula, tetapi pada akhirnya akan tumbuh tunas dan membentuk

hifa baru.

Gambar 4 Siklus Jamur saprolegnia sp

2.4. Klasifikasi Dan Morfologi Buah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Buah Belimbing wuluh atau disebut juga belimbing sayur, belimbing

asam dengan nama latin( Averrhoa bilimbi L) merupakan tanaman yang mempunyai

buah berasa asam yang kaya khasiat sering digunakan sebagai bumbu sayuran atau

campuran jamu. Buah belimbing atau belimbing sayur diduga berasal dari kepulauan

Page 23: INRIYANI (105 94 00653 11)

10

Maluku dan kini tersebar ke seluruh Indonesia dan negara-negara sekitar seperti Filipina,

Myanmar, dan Srilanka.

Menurut Dasuki (1991) taksonomi Buah belimbing wuluh tanaman buah

belimbing sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Devisi : Magnoliophyta

Kls : Magnoliopsida

Ordo : Oxalidales

Famili : Oxalidacae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa

Gambar 5. Buah Belimbing (Averrhoa bilimbi L)

Buah belimbing wuluh pohonnya tergolong kecil, tinggi mencapai 10 m

dengan batang tidak begitu besar, kasar berbenjol-benjol, dan mempunyai garis

tengah hanya sekitar 30 cm. Percabangan sedikit, arahnya condong ke atas,

cabang muda berambut halus seperti beludru berwarna coklat muda. Bentuk daun

Page 24: INRIYANI (105 94 00653 11)

11

menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Bunga berukuran kecil dan

berbentuk menyerupai bintang, warnanya ungu kemerahan. (Wijayakusuma,

2006).

Buah belimbing wuluh dapat tumbuh baik di tempat-tempat terbuka yang

mempunyai ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut. Tanaman

ini tumbuh baik di daerah tropis dan di Indonesia banyak dipelihara di pekarangan

atau kadang tumbuh liar di ladang atau tepi hutan. Tumbuhan buah belimbing

menghasilkan buah berwarna hijau dan kuning muda atau sering juga disebut

berwarna putih (Thomas, 1992). Buah belimbing (Averrhoa bilimbi L) atau sering

disebut belimbing asam merupakan salah satu tanaman yang tumbuh subur di

seluruh daerah di Indonesia khususnya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Tanaman ini termasuk salah satu jenis tanaman tropis yang mempunyai kelebihan

yaitu dapat berbuah sepanjang tahun (Amnur 2008)

Manfaat buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dapat

dimanfaatkan sebagai pengawet alami ikan nila. Ikan nila mudah busuk bisa

diawetakan dengan ekstrak buah belimbing dan sebagai bahan obat tradisional.

Selain buah, daun dan batangnya juga bisa dijadikan campuran obat. Ini lantaran

beberapa zat kimia yang terkandung pada tanaman seperti sponin, tanin,

glucoside, kalsium oksalat, sulfur, asal format, dan peroksidase yang terkandung

pada batang belimbing. Juga tanin, sulfur, asal sulfat, peroksidase, kalsium oksalat

dan kalium sitrat pada daunnya. Sedangkan buah belimbing sendiri berkhasiat

sebagai analgesik, dan diuretik.

Page 25: INRIYANI (105 94 00653 11)

12

2.5. Kandungan Kimia Buah Belimbing wuluh

Buah belimbing wuluh mengandung senyawa saponin, tanin, glukosida,

kalsium oksalat, sulfur, asam format. Daun belimbing mengandung tanin, sulfur,

asam format, dan kalium sitrat Wijayakusuma (2006). Sedangkan batangnya

mengandung alkaloid dan polifenol (Anonimouse, 2008). Penelitian Fahrani

(2009) menunjukkan bahwa ekstrak buah belimbing mengandung flavonoid,

saponin dan tanin. Daun belimbing selain tanin juga mengandung sulfur, asam

format , kalsium oksalat dan kalium sitrat. Bahan aktif pada daun belimbing yang

dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin. Tanin ini juga digunakan sebagai

astringent baik untuk saluran pencernaan maupun kulit dan juga dapat digunakan

sebagai obat diare. Buah belimbing juga mengandung senyawa peroksida yang

dapat berpengaruh terhadap antipiretik, peroksida merupakan senyawa

pengoksidasi dan kerjanya tergantung pada kemampuan pelepasan oksigen aktif

dan reaksi ini mampu membunuh banyak mikroorganisme.

2.6. Parameter Kualitas Air

Kualitas air merupakan suatu peubah yang dapat mempengaruhi

pengelolaan, kelangsungan hidup, pembenihan, serta produksi ikan. Kondisi air

harus disesuaikan dengan kondisi optimal bagi kebutuhan biota yang dipelihara

(Mulyanto, 1992).

2.6.1. Suhu

Kehidupan ikan, temperatur sangat berpengaruh karena pada keadaan

umum menunjukkan bahwa reaksi biologi dan kimia meningkat dua kali, untuk

Page 26: INRIYANI (105 94 00653 11)

13

kenaikan ideal suhu sebesar 10ºC. Djarijah (2001), mengemukakan bahwa suhu

air selama penetasan telur dipertahankan pada kisaran suhu 22°C – 24°C.

Nugroho et al (2014) mengemukakan bahwa pada suhu 23 – 26°C telur ikan nila

menetas dalam 2- 4 hari (144 jam).

2.6.2. Dissolved Oxygen (DO)

Kandungan oksigen terlarut optimal adalah 5 mg/ L dan lebih baik jika 7

mg/L. Oksigen terlarut dalam air sebanyak 5-6 mg/L dianggap paling ideal untuk

tumbuh dan berkembang biak ikan dalam kolam (Susanto, 2003). Alabster dan

Lloyd (dalam Anha 1993), mengemukakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut

minimal untuk penetasan telur adalah 5 ppm.

2.6.3. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) optimal untuk kehidupan ikan berkisar antara 6,5-9

Derajat keasaman air yang sangat rendah atau sangat asam dapat menyebabkan

kematian ikan. Sedangkan pH yang baik bagi perkembangan telur ikan nila adalah

7-8 (Pusat Penyuluhan Kelautan Dan Perikanan 2011).

Page 27: INRIYANI (105 94 00653 11)

14

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2015,

yang dimulai dari tahap persiapan sampai telur menetas menjadi larva. Bertempat

di Balai Benih Ikan (BBI) Limbung, Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian disajikan pada Table 1.

Table 1. Alat dan kegunaan yang dipergunakan selama penelitian.

No Nama Alat Kegunaan

1 Toples volume 5 liter air Wadah penetasan dan perendaman telur

2 Waskom Untuk menampung air media

3 Perlengkapan Aerasi Untuk mensuplai oksigen

4 Timbangan Untuk menimbang

5 Kompor Untuk memasak larutan buah belimbing

6 Panci Untuk memasak larutan buah belimbing

7 Gelas ukur 1 L Untuk menakar jumlah air media

8 Saringan Untuk menyaring larutan buah belimbing

9 Blower Untuk mensuplai oksigen

10 DO Meter Untuk mengukur DO

11 Thermometer Untuk mengukur suhu

12 pH Meter Untuk mengukur Ph

Page 28: INRIYANI (105 94 00653 11)

15

Bahan yang digunakan pada penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan yang dipergunakan selama penelitian.

No Bahan Kegunaan

1 Telur ikan nila Telur uji

2 Buah Belimbing wuluh Antibiotik alami

3 Akuades Untuk campuran larutan buah belimbing

4 Air tawar Media penelitian

3.3. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan meliputi persiapan wadah

penelitian, persiapan media penetasan, persiapan larutan buah belimbing dan

pengujian lama perendaman larutan buah belimbing.

3.3.1. Persiapan Wadah Penelitian

Penelitian ini menggunakan toples plastik bervolume 3 liter air sebagai

wadah penetasan. Toples dicuci bersih dengan menggunakan deterjen, dibilas

dengan air bersih, dan dijemur. Siap wadah penetasan ditandai dengan sudah

keringnya wadah tersebut. Toples berkapasitas 5 liter air sebanyak 12 buah

kemudian diisi dengan air media dari sumber air yang sama masing-masing 1 liter

air. Wadah penelitian juga dilengkapi aerasi untuk mensuplai oksigen pada setiap

media penetasan.

Sumber air yang digunakan pada penelitian adalah air dari sumur bor. Air

tersebut kemudian ditampung dengan menggunakan waskom. Setiap toples kan

Page 29: INRIYANI (105 94 00653 11)

16

diisi masing-masing 1 liter air, kemudian dipasang perlengkapan aerasi untuk

mensuplai oksigen.

3.3.2. Pembuatan Larutan Buah Belimbing wuluh

Untuk membuat larutan buah belimbing diawali dengan pencucian buah

belimbing hingga bersih, kemudian 4 buah belimbing dengan berat 4 gram direbus

kedalam 1 liter air, setelah mendidih diangkat dan didinginkan. Air rebusan

tersebut disaring dengan menggunakan saringan, lalu diisi kedalam media

perendaman sebanyak 12 wadah. Hal ini dikarenakan wadah perendaman yang

berjumlah 12 buah dan diisi larutan masing-masing 4 ml/ llter . Hal ini lakukan

untuk mempermudah penentuan dosis, dan meningkatkan konsentrasi zat aktif

pada bahan obat (Yuliani, 1992).

3.3.3. Pengujian Larutan Buah Belimbing wuluh

Telur dihitung sebanyak 50 butir/wadah dengan cara pengambilan induk

yang suda ada telur dimulutnya, dikasi keluar dan dikasi masuk kedalam setiap

wadah penetasan tanpa menyentuh telur tersebut. Telur kemudian direndam

dengan larutan buah belimbing 4 ml sesuai dengan konsentrasi 4000 ppm. Wadah

perendaman berjumlah 12 buah. Jumlah wadah perendaman adalah berasal 3

perlakuan dan 3 ulangan. Perendaman larutan buah belimbing dari semua

perlakuan dilakukan secara bertahap. telur yang telah direndam dengan waktu

perendaman berbeda, selanjutnya dipindahkan ke wadah penetasan yang telah

disiapkan sebelumnya. Wadah penetasan diisi air sebanyak 1 liter air dan masing-

masing wadah penetasan dilengkapi aerasi untuk mensuplai oksigen.

Page 30: INRIYANI (105 94 00653 11)

17

3.4. Perlakuan dan Penempatan Wadah Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 4 perlakuan 3 ulangan sehingga berjumlah 12 unit (Gazper, 1991).

Adapun perlakuan lama perendaman dengan menggunakan konsentrasi

4000 ppm yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Perlakuan A : Lama perendaman 5 menit

Perlakuan B : Lama perendaman 10 menit

Perlakuan C : Lama perendaman 15 menit

Perlakuan D : Kontrol

3.5. Peubah Yang di Amati

3.5.1. Daya Tetas Telur Ikan Nila

Pengamatan dilakukan terhadap telur-telur yang menetas dan telur yang

tidak menetas. Setelah 144 jam atau 2 sampai 4 hari telur menetas menjadi larva,

hasil tersebut sesuai pernyataan Nugroho (2014), yang menyatakan bahwa telur

menetas menjadi larva dalam waktu kurang lebih 2 - 4 hari. Untuk menghitung

jumlah telur yang menetas dilakukan dengan cara menghitung larva satu per satu

pada setiap wadah penetasan.

Menurut Suseno (1983) dalam (Putra, 2010), daya tetas telur ikan dapat

dihitung dengan cara menghitung larva satu persatu kemudian dinyatakan dalam

persen dengan rumus:

Page 31: INRIYANI (105 94 00653 11)

18

Daya tetas telur (HR) = x 100%

Dimana :

HR = Daya tetas telur (Hatching rate).

3.5.2. Analisa Kualitas Air

Pengamatan tidak hanya dilakukan pada telur-telur dan jumlah larva, akan

tetapi pengamatan juga mencakup kualitas air seperti, pH, suhu, dan oksigen

terlarut (DO). Pengukuran kualitas air akan dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu

jam 07.00 pagi, dan jam 5.00 sore.

3.5.3. Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan lama waktu perendaman larutan

buah Belimbing yang berbeda dengan konsentarsi 4000 ppm terhadap jumlah telur

yang berhasil menetas menjadi larva, maka akan dilakukan analisis dengan

menggunakan analisis sidik ragam. Apabila hasilnya menunjukkan adanya

pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk

mengetahui perbedaan diantara perlakuan (Gasper, 1991).

Page 32: INRIYANI (105 94 00653 11)

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Daya Tetas Tekur Ikan Nila

Setelah penelitian dilakukan, maka diperoleh data perhitungan presentase

daya tetas telur ikan nila (hatching rate) dan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Presentase (%) daya tetas telur ikan nila (Tilapia nilotica) pada setiap

perlakuan.

PerlakuanUlangan

Rata-rata1 2 3

A 100 70 70 80.00B 100 100 80 93.33C 60 60 70 63.33

Kontrol 30 30 30 30.00

Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa perlakuan dengan perendaman larutan

buah belimbing, diperoleh rata-rata presentase daya tetas telur tertinggi pada

perlakuan B dengan lama perendaman Sepuluh menit yaitu dengan presentase

telur yang menetas yaitu 93.33%, disusul perlakuan A dengan lama perendaman

lima menit yaitu 80%, kemudian perlakuan C lama perendaman lima belas menit

yaitu 63.33%.

Berdasarkan Anova (Lampiran 3), bahwa perlakuan perendaman larutan

buah belimbing dengan dosis berbeda, di peroleh hasil rata-rata berbeda sangat

nyata terhadap perlakuan lama perendaman pada tingkat kepercayaan 95 %. Hasil

uji lanjut dengan metode LSD (Lampiran 4), menujukkan bahwa perlakuan A

(lama perendaman 5 menit) tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan B (lama

Page 33: INRIYANI (105 94 00653 11)

20

perendaman 10 menit), dan C (lama perendaman 15 menit). Perlakuan B (lama

perendaman 10 menit) berpengaruh terhadap perlakuan C (lama perendaman 15

menit), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (lama perendaman 5

menit). Perlakuan C (lama perendaman 15 menit), berpengaruh dengan perlakuan

B (lama perendaman 10 menit), namun tidak berpengaruh dengan perlakuan A.

Gambar 6. Rata-rata daya tetas telur ikan nila setiap perlakuan

Berdasakan gambar diatas menunjukan bahwa perlakuan B dengan lama

perendaman 10 menit dapat memberikan daya tetas telur yang tinggi yaitu 93,33.

Tingginya presentase daya tetas telur ikan nila pada dengan lama perendaman 10

menit, disebabkan oleh lama perendaman yang terdapat pada larutan cukup dapat

melindungi telur dari infeksi bakteri dan jamur. Senyawa anti bakteri yang

terkandung dalam larutan seperti saponin dan tanin cukup dapat mencegah infeksi

jamur pada telur.

80,00

93,33

63,33

30.00

0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00100,00

1 2 3 4

Day

aT

etas

Ikan

Nila

(%)

Perlakuan

Page 34: INRIYANI (105 94 00653 11)

21

Buah belimbing mengandung banyak vitamin C yang berguna sebagai

penambah daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap berbagai penyakit.

Belimbing wuluh mempunyai kandungan unsure kimia yang di sebutasam oksalat

dan kalium (Iptek, 2007). Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaaan kandungan

kimia belimbing wuluh yang dilakukan Herlih (1993), menunjukkan bahwa buah

belimbing wuluh mengandung golongan senyawa oksalat, fenol, flavenoid dan

pectin. Flavonoid di duga merupakan senyawa antibakteri yang terkandung dalm

buah belimbing wuluh (Zakaria et. al., 2007). Dalam kandungan buah belimbing

terdapat senyawa antrakunion. Yang mana menurut pernyataan Robinson, (1995),

bahwa antrakuinon merupakan senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam

pelarut organik dan basa. Turunan kuinon ini efektif dalam menghambat bakteri

gram negatif dengan menghambat sintesis DNA bakteri, sehingga tidak terjadi

replikasi DNA bakteri dan bakteri tidak dapat terbentuk secara utuh.

Pada perlakuan C rendahnya daya tetas telur ini dikarenakan bahwa

larutan buah belimbing yang terdapat pada perlakuan C dosis pengunaan larutan

yang lebih banyak dari perlakuan A dan B. Sehingga daya toksisnya tidak dapat

menekan bakteri dan jamur. Karena semakin tinggi dosis maka dapat merubah

media hidup bagi organism tersebut. Nabib dan Pasaribu (1989) menyatakan

bahwa munculnya penyakit jamur disebabkan adanya perubahan lingkungan yang

disebabkan oleh perubahan suhu, pemakaian antibiotik dan tingkat kebersihan

tambak atau kolam yang tidak diperhatikan yang menyebabkan terganggunya

keseimbangan lingkungan dan menurunkan daya tahan tubuh ikan. Menurut

Wahyuningsih (2006), jamur yang menempel pada lendir akan menghalangi

Page 35: INRIYANI (105 94 00653 11)

22

masuknya air yang mengandung oksigen dalam telur, sehingga mengganggu

pernapasan dan membuat telur mati sebelum menjadi larva.

4.2. Parameter Kualitas Air

Selama penelitian berlangsung dilakuan pengukuran kualitas air media

pemeliharaan meliputi pH, dan suhu. Nilai parameter kualitas air media

pemeliharaan disajikan pada table 4.

Tabel 4. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan telur ikan nila setiapperlakuan selama penelitian.

ParameterPerlakuan

A B C D

pH 6,7 – 8,05 6.9 – 8,12 6,8 – 8,08 6,7 – 8,12

Suhu (°C) 22-27 22-27 22-27 22-27Sumber : Data yang diolah

Kisaran pH air media pemeliharaan telur ikan nila untuk semua perlakuan

selama penelitian berkisar antara 6,70 – 8,12. Kisaran ini masih dalam batas

yang layak untuk kehidupan telur hingga menjadi larva ikan nila. Pernyataan ini

sesuai pendapat Sucipto (2005) yang menyatakan bahwa pH yang dapat

ditoleransi oleh ikan nila berkisar antara 6,5 – 8,5.

Suhu air media pemeliharaan telur ikan nila untuk semua perlakuan selama

penelitian yaitu berkisar antara 27-30ºC, kisaran ini juga masih dalam toleransi

benih ikan nila. Pernyataan ini juga sesuai dengan pendapat Bernard, T, dkk

(2010) yang menyatakan untuk hidup optimal ikan nila membutuhkan suhu yang

berkisar antara 25-30ºC. sedangkan untuk telur ikan nila menurut Djarijah (2001),

Page 36: INRIYANI (105 94 00653 11)

23

yang menyatakan bahwa suhu air selama penetasan telur dipertahankan pada

kisaran suhu 22°C-24°C. Nugroho mengemukakan bahwa pada suhu 23-26°C

telur ikan nila menetas dalam 2 - 4 hari (rata-rata 144 jam).

Page 37: INRIYANI (105 94 00653 11)

24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan.

Penelitian lama perendaman larutan buah belimbing dengan dosis 4000 ppm yang

telah dilakukan bahwa presentase daya tetas tertinggi pada perlakuan dengan lama

perendaman 10 menit yaitu 93,33%. Di peroleh hasil rata-rata tidak berbeda nyata

terhadap pada tingkat kepercayaan 95 %. Hasil pengukuran parameter kualitas air

dari setiap perlakuan masih dalam kondisi layak dalam mendukung perkembangan

telur hingga menjadi larva.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melanjutkan hasil

penelitian ini. Dengan menggunakan ekstrak buah belimbing dengan menambah

kepadatan telur untuk menguji dosis 4000 ppm agar lebih maksimal dalam

penetasan telur. Selain itu dalam penetasan telur, kualitas air harus dalam kondisi

layak dalam perkembangan telur hingga menjadi larva.

Page 38: INRIYANI (105 94 00653 11)

25

DAFTAR PUSTAKA

Abdormal (Sudjana A, 2008) Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari darsal yangkeras begitupun bagian awalnya. Dengan posisi siap awal dibagianbelakang Sirip dada.

Ali 2005 menyatakan bahwa jumlah fekunditas pada spesies yang sama dapatdipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur, lingkungan, dan ukuran diametertelur.

Alavandi et al, 2004 : Kennedye et al, 2006 Vibrio telah dilaporkan sebagaipenyebab untuk sejumlah wabah penyakit.

Amri 2006 Pakan yang diberikan pada ikan hendaknya bermutu baik sesuaidengan Kebutuhan ikan, tersedia setiap saat, dapat menjamin kesehatandan harganya murah.

Amnur 2008 Tanaman ini termasuk salah satu jenis tanaman tropis yangmempunyai kelebihan yaitu dapat berbuah sepanjang tahun.

Anonymouse, 2008 Buah belimbing wuluh mengandung tanin sedangkanbatangnya mengandung alkaloid dan polifenol.

Bauer, et, al, dalam wahyuningsi 2006 jamur akan mengahalangi masuknya airyang Mengandung oksigen dalam telur, sehinggah memgganggupernapasan telur ikan.

Dasuki 1991 Taksonomi Buah belimbing tanaman buah belimbing wuluh.

Dalimartha 2000 Menjelaskan bahwa didalam daun belimbing selain tanin jugaMengandung sulfur, asam format, kalsium oksalat, dan kalium sitrat.

Djarijah 2001 mengemukakan bahwa suhu air selama penetasan telurdipertahankan Pada kisaran suhu 22%C-24°C.

Espeland dan Hensen 2004 Jamur Saprolegnia bersifat homothalic yang artinyadalam setiap individu memiliki 2 organ seksual yaitu jantan dan betina.

Fahrani, 2009 Penelitian Fahrani (2009) menunjukkan bahwa ekstrak buahbelimbing mengandung flavonoid, saponin, dan tanin.

Page 39: INRIYANI (105 94 00653 11)

26

Herlih, E.K., 2007, Pengaruh Air Perasan buah belimbing wuluh (Averrhoabilimbi L.) Terhadap Kadar Kolesterol serum Darah Tikus Putih, (Online(Http://wrintek. Ristek.go.id). Di akses 5 septemer 2015

Iptek, 2007, Belimbing Asam, (Online), (http://www.Iptek.net.id) di akses 5September 2015.

Mudjiman, 2002 Penyusunan ransum ikan sebaiknya digunakan protein yangberasal Dari sumber nabati dan hewani secara bersama – sama untukmencapai Keseimbangan nutrisi dengan harga relatif murah.

Mulyanto, 1992 Kondisi air harus disesuaikan dengan kondisi optimal bagiKebutuhan biota yang dipelihara.

Martini 2005 Menyatakan bahwa lama perendaman yang tidak tepat dapatmembunuh Jamur serta dapat mematikan telur ikan tersebut.

Nabib, R dan F. H, Pasaribu. 1989. Patologidan Penyakit Ikan. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral pendidikan Tinggi. IPB.Bogor. 158 hal.

Nugroho et al (2014), yang menyatakan bahwa telur menetas menjadi larvadalam waktu kurang lebih 2 - 4 hari.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. EdisiKeenam.Terjemahan:K. Padmawinata. Institut Teknologi Bandung,Bandung.

Skjerno dan Vadstein, 1999 Kemudian terjadi kematian tersebut seringkalidikaitkan dengan bakteri patogen oportunis. Bogor putsaka

Saanin 1984 ) Klasifikasi ikan Nila (Tilapia nilotica)

Nugroho (2014), yang menyatakan bahwa telur menetas menjadi larva dalamwaktu kurang lebih 2 - 4 hari.

Thomas 1992 Tumbuhan buah belimbing wuluh menghasilkan buah berwarnahijau dan Kuning muda atau sering juga disebut berwarna putih.

Klinger dan Francis – floyd dalam wahyuningsih, 2006 Jamur Saprolegnia spBerbentuk benang menyerupai kapas, berwarna putih, sampai kelabu dancoklat.

Page 40: INRIYANI (105 94 00653 11)

27

Watanabe dan Kuo1985 Kemampuan telur untuk menetas sebenarnya sama padaSemua salinitas namun kematian muncul setelah beberapa saat paskamenetas.

Suseno (1983) dalam (Putra, 2010), daya tetas telur ikan dapat dihitung dengancara menghitung larva satu persatu kemudian dinyatakan dalam persen.

Zakaria, Z.A., Zaiton, H., Henie, E. F. P., Jais, A. MM., dan Zainuddin, E.N.H.,2007, In Vitro Antibakterial Activity if averrhoabilimbi L. Leaves andFruits Exctracts, Internasional Jurnal of Tropical Medicine, (online) 2(2):96-100, (Http://www. Medwelljournal.com) diakses pada tanggal 5september 2015.

Page 41: INRIYANI (105 94 00653 11)

28

Lampiran 1

Banyaknya telur yang berhasil menjadi larva pada akhir penelitian

Perlakuan UlanganAwal Penelitian Akhir Penelitian

Jumlah telur(butir)

Jumlah Larva(ekor)

Lama Perandaman A1 50 505 menit A2 50 35

A3 50 35Rata-rata 50 40.00

Lama Perandaman B1 50 5010 menit B2 50 50

B3 50 40Rata-rata 50 46.67

Lama Perandaman C1 50 3015 menit C2 50 30

C3 50 35Rata-rata 50 31.67Kontrol D1 50 15

D2 50 15D3 50 15

Rata-rata 50 15.00

Page 42: INRIYANI (105 94 00653 11)

29

Lampiran 2. Uji analisis varians

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Hasil

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 4758.333a 3 1586.111 13.595 .002

Intercept 57408.333 1 57408.333 492.071 .000

Perlakuan 4758.333 3 1586.111 13.595 .002

Error 933.333 8 116.667

Total 63100.000 12

Corrected Total 5691.667 11

a. R Squared = .836 (Adjusted R Squared = .775)

Page 43: INRIYANI (105 94 00653 11)

30

Lampiran 3. Uji Anova

ANOVA

Hasil

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups

(Combined) 4758.333 3 1586.111 13.595 .002

Linear

Term

Contrast 3375.000 1 3375.000 28.929 .001

Deviation 1383.333 2 691.667 5.929 .026

Within Groups 933.333 8 116.667

Total 5691.667 11

Page 44: INRIYANI (105 94 00653 11)

31

Lampiran 4. Uji lanjut dengan metode LSD

Multiple Comparisons

Hasil

LSD

(I)

Perlakua

n

(J)

Perlakua

n

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

A B -13.333 8.819 .169 -33.67 7.00

C 16.667 8.819 .095 -3.67 37.00

Kontrol 40.000* 8.819 .002 19.66 60.34

B A 13.333 8.819 .169 -7.00 33.67

C 30.000* 8.819 .009 9.66 50.34

Kontrol 53.333* 8.819 .000 33.00 73.67

C A -16.667 8.819 .095 -37.00 3.67

B -30.000* 8.819 .009 -50.34 -9.66

Kontrol 23.333* 8.819 .029 3.00 43.67

Kontrol A -40.000* 8.819 .002 -60.34 -19.66

B -53.333* 8.819 .000 -73.67 -33.00

C -23.333* 8.819 .029 -43.67 -3.00

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 45: INRIYANI (105 94 00653 11)

32

Lampiran 4

Foto-foto Penelitian

Page 46: INRIYANI (105 94 00653 11)

RIWAYAT HIDUP

Inriyani, Asal Flores Nusa Tenggara Timur ( NTT )

lahir di Kolikapa 03 Oktober 1992. Anak kedua dari 3

bersaudara, anak dari pasangan Salahudin Saleh dan Siti

Fatimah Ipa. Penulis mengawali pendidikan formal di MIN

Negri Mbay. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan masa studi

di MTSN Negri Mbay, dan pada tahun 2007 penulis

melanjutkan studi di di MAN Negri Mbay.

Pada tahun 2011 Penulis di terima di Universitas Muhammadiyah Makassar

melalui jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru ( SPMB ) dan sejak itu terdaftar

sebagai mahasiswa pada program studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan,

Fakultas pertanian. Dan mengakhiri masa studi dengan judul skripsi Optimasi Lama

Perendaman Larutan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Daya

Tetas Telur ikan Nila (Tilapia Niltica)

.