Inovasi,Partisipasi dan Good Governance
-
Upload
sri-wahyuni -
Category
Documents
-
view
490 -
download
0
Transcript of Inovasi,Partisipasi dan Good Governance
Oleh:Sri Wahyuni
Harapan: Pemerintah menjadi Institusi
publik yang baru:1.Terdesentralisasi2.Responsif3.Inovatif4.Bersih dan menguatkan warga
Salah satu fakta saat ini adalah Reinventing Government
Menuju pemerintah yang demokratis dan Partisipatif
Pemerintahan orde baru yang
bad government:Korupsi dalam
birokrasiAkibatnya:krisis
ekonomi dan penurunan
kemampuan anggaran negara
Pemerintah membentuk:Penerapan
otonomi daerahLegislatif
independen sebagai
pengawasMelalui tap
MPR,UU,Inpres
Belum mampu
mewujudkan
institusi publik
yang baik
Kajian oleh Antonio Ismael (Advokat Partisipatif)
Masalah inti dalam good governance adalah: 1. Pemerintah yang masih mengadopsi pola
governing lama (tidak rela mengubah peran menjadi fasilitator dan pengarah makro)
2. DIP (Daftar Isian Proyek) yang memaksa pemerintah sebagai “do-er”. Berakibat pada susah merubah pengelolaan sumber daya dari Sistem Proyek menjadi kebutuhan komunitas
Peran fasilitat
or
Peran “do-er”
3. Perencanaan pembangunan yang mengabaikan kebutuhan komunitas,peran masyarakat daerah dalam alokasi dana dan ruang, Sementara masih memperhatikan pemerintah daerah nya saja
Cara-cara penerapan konsep governance pun telah di lakukan, tetapi:
Pemahaman yang mereka dapat tidak diiringi dengan kemauan untuk berubah
Pendapat Aktivis LSM:“memang di kimpraswil telah terjadi perubahan
orientasi menjadi sangat mendorong partisipasi”itu pun telah dicantumkan dalam dokumen proyek
Namun asumsi perubahan tersebut dilatar belakangi:
1.Menterinya “Erna Witoelar” seorang eks-aktivis LSM
2.Orientasi dari keinginan lembaga donor
Pandangan pesimis terhadap governance:
1.Tidak ada dukungan dari jajaran birokrasi di bawahnya
2.Struktur pelaksanaan tugas dan aturan hirarkis, masih kaku
Kesimpulannya: kemauan politik seorang pemimpin bisa mendukung governance, namun tidak bagi sistem kerja birokrasi keseluruhan dengan hanya mengandalkan kemauan politik perorangan tersebut
1. Melibatkan institusi lain/luar departemen seperti CSOs/LSM dapat dikatakan partisipasi telah berlangsung, dan memberikan dampak terhadap perubahan isi kebijakan.
2. Namun yang mewakili civil society dalam perumusan kebijakan merasa bahwa keterlibatan mereka tidak banyak berpengaruh terhdap kelompok miskin, diantara nya:
a. Tidak berpengaruh pada pembuatan keputusanb. Tidak mau melibatkan pemikiran-pemikiran
masyarakat bawah seperti petani
c. Keterlibatan pihak luar yang dominan, sehingga kegiatan bersifat proyek, dan masih
menerima keputusan para pemegang kekuasaan
3. Pada intinya pemerintah melihat partsipatif dalam proses, tidak pada isi kebijakan. Kebijakan yang dihasilkan tidak demokratis dan partisipatif.sehingga tidak ada kualitas kebijakan yang betul-betul adil untuk civil society
Pemerintah dituntut menerapkan desentralisasi, namun birokrasi tidak dianggap kompeten sehingga diragukan kapasitasnya. Bahkan ada yang memanfaatkan birokrasi sebagai wadah bisnis diantaranya:
a. Menyederhanakan fungsi perijinanb.Menawarkan banyak insentif bagi birokrasi
dengan dalih kinerjac. Privatisasi pelayanan publik
1. Perampingan organisasi2. Memberikan insentif terhadap
prestasi3. Memberantas KKN4. Meningkatkan kualitas pelayanan
publik5. Mendorong partisipasi
Proses implementasi ke arah pembaharuan dalam pemerintahan
Proses transformasi yang tidak hanya mengandalkan kebijakan/perundangan saja, tetapi ikut terlibat dalam proses perubahan yang nyata
Contoh dalam White Paper Afrika Selatan pemerintah lokal tetap berpikir kritis bekerja dengan komunitasnya, dan dalam masa transisi pemerintah memiliki keterampilan dalam:
a. Menghadapi perbedaan pandanganb. Mendorong adanya perubahanc. Negosiasi dan mediasid. Inovasie. Mencari solusi dari tantangan yang dihadapi secara kolektif
SEKIAN DAN TERIMA KASIH