Inovasi Kurikulum

28
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Inovasi adalah perubahan akan tetapi perubahan belum tentu inovasi. Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan, apabila suatu gagasan lampau sudah pernah dilaksankan dan pada suatu ketika diganti oleh kebijakan lain dan setelah sekian lama tidak digunakan, kembali digunakan, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai inovasi. Inovasi baru merujuk kepada persepsi tentang suatu kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat mengalami perubahan pula. Yang diperlukan langkah awal adalah perumusan kurikulum yaitu dengan analisa situasi yang dihadapi, termasuk situasi lingkungan belajar antara lain peserta didik, guru, sarana prasarana, kurikulum dan lainnya. Dengan adanya inovasi pada kurikulum yang dibuat, diharapkan ada kemajuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang direncanakan. Guru juga dituntut agra bisa memompa semangat belajar siswa agar lebh giat lagi. Selain itu, seorang pendidik harus bisa memanfaatkan media yang telah maju untuk dipakai dalam pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan tidak monoton. 1

Transcript of Inovasi Kurikulum

Page 1: Inovasi Kurikulum

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Inovasi adalah perubahan akan tetapi perubahan belum tentu inovasi.

Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan, apabila suatu

gagasan lampau sudah pernah dilaksankan dan pada suatu ketika diganti oleh

kebijakan lain dan setelah sekian lama tidak digunakan, kembali digunakan, maka

hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai inovasi. Inovasi baru merujuk kepada

persepsi tentang suatu kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat mengalami

perubahan pula. Yang diperlukan langkah awal adalah perumusan kurikulum yaitu

dengan analisa situasi yang dihadapi, termasuk situasi lingkungan belajar antara

lain peserta didik, guru, sarana prasarana, kurikulum dan lainnya.

Dengan adanya inovasi pada kurikulum yang dibuat, diharapkan ada

kemajuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang direncanakan.

Guru juga dituntut agra bisa memompa semangat belajar siswa agar lebh giat lagi.

Selain itu, seorang pendidik harus bisa memanfaatkan media yang telah maju

untuk dipakai dalam pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan tidak monoton.

Kebutuhan masyarakat belajar mengalami perubahan. Yang diperlukan

langkah awal adalah perumusan kurikulum yaitu dengan anlisa situasi yang

dihadapi, termasuk situasi lingkungan belajar antara lain peserta didik, guru,

sarana prasarana, kurikulum dll. Kurikulum bersifat dinamis, selalu berubah untuk

menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka belajar. Inovasi kurikulum sangat

diperlukan dalam perkembangan peserta pembelajaran.

Kurikulum bersifat dinamis, selalu berubah untuk menyesuaikan diri

dengan kebutuhan mereka belajar. Inovasi kurikulum sangat penting dan

dibutuhkan karena dapat membantu guru dalam mengajar peserta didik dan

mempermudah cara belajar peserta didik.

1

Page 2: Inovasi Kurikulum

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apa itu inovasi kurikulum?

2. Bagaimana latar belakang munculnya inovasi kurikulum?

3. Apa saja macam-macam inovasi di sekolah dasar?

C. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar para pembaca dapat

memahami tentang inovasi kurikulum. Mengetahui bagaimana latar belakang

munculnya inovasi kurikulum serta pengembangan kurikulum di Indonesia dan

pembaca juga bisa tahu apa saja macam-macam dari inovasi kurikulum yang ada

dan bisa digunakan di sekolah dasar.

2

Page 3: Inovasi Kurikulum

BAB II

P E M B A H A S A N

A. Pengertian Inovasi Kurikulum

Inovasi adalah perubahan akan tetapi perubahan belum tentu inovasi.

Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan, apabila suatu

gagasan lampau sudah pernah dilaksankan dan pada suatu ketika diganti oleh

kebijakan lain dan setelah sekian lama tidak digunakan, kembali digunakan, maka

hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai inovasi.

Sedangkan pengertian kurikulum menurut Hilda Taba adalah sebuah

rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal

mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu.

Jadi, inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu

ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan

pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.

B. Latar Munculnya Inovasi

Untuk kurikulum perlu dan harus senantiasa dikembangkan, diperbarui

dan disempurnakan. Penginovasian dilakukan pada masalah relevansi pendidikan,

masalah mutu pendidikan, masalah efesiensi, dan masalah pemerataan pendidikan.

Dewasa ini, kesadaran masyarakat atas pentingya pendidikan semakin

baik, pendidikan yang tadinya dianggap sebelah mata oleh kalangan menengah

kebawah sekarang telah menjadi kebutuhan hidup, hal ini mendorong lembaga

pendidikan khusunya sekolah formal untuk meningkatkan kualitas layanan

pendidikanya.

Beberapa hal yang melatar belakangi timbulnya inovasi pendidikan

antara lain :

3

Page 4: Inovasi Kurikulum

1. Relevansi Pendidikan

Tuntutan kehidupan di era modern ini semakin tinggi dan kompleks

sehingga menyebabkan munculnya persyaratan tertentu bagi individu agar

dapat memasuki dunia kerja, dimana tuntutan itu merupakan dampak

kemajuan yang telah dicapai. Dalam hal ini agar sekolah dapat

menyesuaikan pendidikan dengan berbagai tuntutan pendidikan, maka isi

kurikulum yang berupa inovasi dalam mengembangkan kurikulum di

sekolah harus memperhatikan berbagai kenyataan yang terjadi di

lingkungan masyarakat.

Dari pernyataan tersebut perlu dicarikan suatu inovasi dalam

kurikulum untuk membekali lulusan agar dapat memiliki pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang serasi dengan masyarakat sekitar tanpa

mengabaikan kurikulum yang berlaku secara nasional. Pemerintah

melalaui Keputusan Menteri Pendidikaan dan Kebudayaan nomor

0412/U/1987, secara tersirat menyantumkan pengertian muatan local.

Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media

penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, social, budaya, dan

kebutuhan daerah yang perlu dipelajari murid. (Y. Padmono, 2010 : 11)

2. Mutu Pendidikan

Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, di

mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan

semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik

(leaners). Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan

kebutuhan hasil pendidikan (output) yang berkaitan dengan kemajuan ilmu

dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber

daya manusia.

Mutu dalam proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu

menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap

berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses

disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (di tingkat sekolah),

4

Page 5: Inovasi Kurikulum

proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses

pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar

mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa

proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan

proses- proses lainnya.

Suatu proses dikatakan bermutu tinggi apabila ada pengkoordinasian

dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum,

uang, peralatan dsb) yang dilakukan secara harmonis, sehingga mampu

menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable

learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar

mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung

arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang

diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah

menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari dan lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar

secara terus menerus.Sedangkan yang dimaksud dengan mutu dalam

konteks "hasil pendidikan" merupakan kinerja sekolah yang mengacu pada

prestasi yang dicapai oleh lembaga tersebut.

Masyarakat sebagai konsumen lulusan sekolah menuding lulusan

banyak yang bermutu rendah, hal ini harus ditanggapi secara positif

sebagai cambuk untuk meningkatkan kualitas pendidikan , dengan

perbaikan kurikulum, perbaikan manajemen, perbaikan kualitas tenaga

pengajar, revitalisasi fungsi pengawasan, check and balances.

Dibutuhkan sinergi yang baik dari berbagai kalangan pendidikan,

baik guru, orang tua murid, komite sekolah, pejabat terkait, dan kalangan

akademisi atau praktisi pendidikan untuk benar-benar mendedikasikan

dirinya demi kemajuan pendidikan nasional.

Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu

untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan.

Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan

lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan

5

Page 6: Inovasi Kurikulum

untuk menjalankan pendidikan. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi

adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses

pembelajaran yang berkualitas.

Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian

dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan

tidak dapat dimonitor secara objektif dan teratur. Uji banding antara mutu

pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan sesuai

dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum

berfungsi unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.

Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan

beban menjadikan proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik.

Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreatifitas

siswa untuk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang

ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan

pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif. Akibat dari

pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah cenderung kurang

fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan waktu dan

masyarakat.

Pada pendidikan tinggi, pelaksanaan kurikulum ditetapkan pada

penentuan cakupan materi yang ditetapkan secara terpusat, sehingga perlu

dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang berbasis kompetensi, dan

lebih peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh

rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi

belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara

berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di

Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar.

Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama

antara lembaga pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat.

Pelaksanaan kerja sama ini dapat meningkatkan mutu pendidikan.

6

Page 7: Inovasi Kurikulum

3. Efesiensi

Efisiensi adalah usaha untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana

yang ada dengan hemat, akan tetapi mendapatkan hasil yang optimal,

banyak aspek yang harus dibenahi dalam pendidikan di indonesia, antara

lain adalah tidak efisiensinya waktu, tenanga pengajar, dan biaya, untuk

mengatasi hal ini dibutuhkan regulasi yang akomodatif terhadap kemajuan

pendidikan dan dapat dipahami semua pihak.

Efesiensi berkaitan dengan usaha yang dilakukan diharapkan

dengan biaya tenaga, waktu seminimal mungkin dan diharapkan

menghasilkan hasil yang maksimal. Beberapa hal yang menunjukan

kurang efesiensinya pendidikan misalnya : banyak waktu terbuang untuk

hal-hal yang kurang berkaitan dengan pendidikan (menanti pejabat

penting, ditinggal rapat, dll). Hal tersebut perlu dicarikan alternatif agar

waktu belajar tidak terganggu.

Selain dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan agar tidak

banyak waktu terbuang untuk menerangkan hal-hal yang sebenarnya

sebenarnya dapat dipelajari murid di luar jam tatap muka. Hal tersebut

perlu pula diterapkan dalam mengatur agar tidak terjadi pemborosan

tenaga guru, anggaran peralatan, sehingga pendidikan dapa dicapai dengan

efesien.

4. Pemerataan Pendidikan

Hasil lokal karya nasional UNESCO 5-9 Juli1988 dengan tema

“National Workshop on University Primary Education dor the

Disadvantage Population Group”. Inti workshop adalah mencari upaya

berbagai bentuk pendidikan yang mungkin dilakukan untuk memberi

kesempatan sekelompok penduduk yang belum mengenyam pendidikan.

Di Indonesia anak usia 7-12 tahun baru 97% yang baru menikmati

layanan pendidikan, itupun tidak tuntas lulus SD. Terdapat 26,5 juta anak

yang dpat menikmati pendidikan, sedangkan yang 3 % nya belum

terjangkau pendidikan, antara lain mereka adalah penduduk sulit

7

Page 8: Inovasi Kurikulum

dijangkau, berpindah-pindah, bermukim di perahu, penduduk

berkebudayaan ekslusif dan terasing, penduduk lahir berkelainan.

Pemerataan dapat terlaksana bila pendidikan bersifat luwes dan perlunya

konsep desentralisasi pendidikan.

Angka putus sekolah dan tidak sekolah di indonesia masih

memprihatinkan, baik yang disebabkan oleh tekanan ekonomi, maupun

karena tidak tersedianya lembaga pendidikan formal didaerah tertentu dan

untuk penduduk yang berkelainan. Kenyataan ini harus disikapi serius oleh

pemerintah dengan terus meningkatkan anggaran pendidikan baik dari

APBN maupun APBD yang lebih dialokasikan untuk memberikan bantuan

pembiayaan bagi anak-anak yang putus sekolah dan tidak bersekolah

karena masalah tekanan ekonomi.

Pembangunan sarana pendidikan, penyediaan tenaga pengajar, dan

sistem pendidikan yang luwes bagi kondisi masyarakat setempat

diperlukan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan.

Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan

industri, kompetisi yang ofensif dalam semua aspek kehidupan ekonomi,

serta perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan

teknologi. Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan

SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu

ditingkatkan hingga ke pelosok negeri.

 Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam

mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf

adalah masyarakat miskin di tempat tempat yang jauh dan tersebar. Guna

mengatasi hal yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan

konvensional atau tatap muka ini perlu ditempuh strategi yang

memanfaatkan potensi dan kemajuan teknologi baru.

8

Page 9: Inovasi Kurikulum

 Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah

peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat

miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total

penduduk. Problem mereka, kemiskinan menjadi hambatan utama dalam

mendapatkan akses pendidikan. Selain itu, daerah-daerah di luar Jawa

yang masih tertinggal juga harus mendapat perhatian guna mencegah

munculnya kecemburuan sosial.

 Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka

yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan

pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional.

Cara lain itu adalah memanfaatkan potensi, kemajuan serta keluwesan

teknologi.baru. Sekalipun teknologi baru seperti teknologi komunikasi,

informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan dengan

biaya yang relatif rendah (Ono Purbo, 1996), penggunaannya masih

merupakan jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’. Di

samping itu, sekalipun teknologi dapat menjangkau yang tak terjangkau

serta dapat menghadirkan pendidikan kepada warga belajar, mereka yang

terlupakan tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi

tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan.

 Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh

yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya; fasilitas, alat-alat

transportasi dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka

9

Page 10: Inovasi Kurikulum

terhadap teknologi. Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang

kurang beruntung ini - bila perbaikan hidup masyarakat yang lebih banyak

ini yang menjadi sasaran kita dengan menyediakan pendidikan yang lebih

berkualitas; lebih efektif dan cepat - kondisi yang proporsional harus

diciptakan dengan memobilasasi sumber-sumber lokal dan nasional.

 Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah

geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur

Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI), dan antartingkat

pendapatan penduduk ataupun antargender.

C. Macam Inovasi di Sekolah Dasar

1. Struktur Materi

a. Hubungan Vertikal

Pengajaran akan berhasil dengan baik apabila materi pengajaran

berkaitan satu sama lain antar waktu yaitu materi pelajaran yang lebih

rendah berkaitan dan dikembangkan lebih luas dalam materi kelas-kelas

yang lebih tinggi. Hal tersebut akan menjaga materi pelajaran tidak terjadi

perulangan, perbedaan dan pertentangan.

Struktur vertikal berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan

kurikulum sekolah: (1) penggunaan sistem kelas atau tanpa kelas pada

dalam pelaksanaan kurikulum; (2) sistem unit waktu yang digunakan, (3)

pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi dan pokok bahasan.

Kesinambungan kurikulum secara vertikal yaitu kesinambungan antara

berbagai tingkat kelas maupun jenjang sekolah yang menyangkut beberapa

hal berikut :

10

Page 11: Inovasi Kurikulum

a)       Bahan pelajaran (subject matters) yang diperlukan untuk belajar

lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi sudah

diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di bawahnya.

b)      Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan

yang lebih rendah tidak diajarkan lagi pada jenjang pendidikan

yang lebih tinggi. Dengan demikian, ketumpang-tindihan dan

keberulangan bahan pelajaran yang tidak perlu dapat dihindari.

Contoh penerapannya: Kurikulum muatan lokal di suatu SD

dikembangkan secara berkesinambungan sesuai tahapannya masing-

masing. Hal ini terlihat dalam pengembangan mata pelajaran bahasa

inggris di sekolah ini. Penyampaian materi bahasa inggris dimulai

sejak kelas I, padahal sebenarnya tidak ada kurikulum bahasa inggris

bagi kelas I. Jadi, saat diadakan ujian akhir, siswa kelas I-III tidak

mengikuti ujian akhir untuk mata pelajaran bahasa Inggris.

Penyampaian materi bahasa inggris yang dimulai sejak dini ini,

dikarenakan para peserta didik telah mendapatkan pengenalan materi

ini sejak usia prasekolah. Karenanya, sekolah meneruskan tahapan

pengembangan mata pelajaran bahasa inggris dimulai dari kelas I

hingga kelas VI secara bertahap agar pemahaman siswa dapat

bertahan dan mereka memiliki pemahaman yang utuh.

b. Hubungan Horizontal

Penyajian materi pelajaran yang sama hendaknya saling berkaitan

antara materi-materi pelajaran. Adanya kaitan hubungan horizontal

pengajaran akan lebih bermakna dan saling dukung dan tidak terjadi

perbadaan dan pertentangan, serta menumbuhkan pengalaman belajar

murid yang lebih menyeluruh dan menyatu.

Struktur horizontal dalam kurikulum berkaitan dengan bentuk

penyusunan bahan pelajaran yang akan diberikan pada peserta didik.

Kesinambungan secara horizontal mempunyai makna bahwa ada

kesinambungan antara berbagai bidang studi, yang berkaitan dengan

hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya. Bahan yang

11

Page 12: Inovasi Kurikulum

diajarkan dalam berbagai bidang studi sering menyampaikan hubungan

satu sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutan dalam penyajian

berbagai bidang studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar

hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik.

Misalnya, untuk mengubah angka temperatur Skala Celcius ke

skala Fahrenheit dalam IPA diperlukan keterampilan dalam pengalian

pecahan (Matematika). Karena itu, pelajaran mengenai bilangan pecahan

tersebut hendaknya sudah diberikan sebelum anak didik mempelajari cara

mengubah temperatur.

Dalam prinsip kontinuitas ini Isi program dan penerapan kurikulum

di setiap lembaga pendidikan harus memberi bekal bagi setiap siswa untuk

mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya secara

berkesinambungan dan berkelanjutan (kontinuitas). Perkembangan anak

dan proses belajarnya terus berjalan tanpa batas. Oleh karena itu program

dan pengalaman belajar di setiap sekolah harus memberi inspirasi bagi

setiap anak untuk maju keberlanjutan sehingga mencapai ketuntasan.

Keberlanjutan harus terjadi secara paralel antar kelas pada satu

jenjang pendidikan, keberlanjutan antar jenjang pendidikan, maupun

keberlanjutan antara jenjang pendidikan dengan tugas-tugas kehidupan di

masyarakat (life skill). Oleh karena itu ketika setiap satuan pendidikan

mengembangkan kurikulum, harus membaca dan mengetahui bagaimana

program kurikulum di satuan pendidikan yang lainnya (horizontal maupun

vertikal).

c. Kriteria Struktur Materi

Kriteria untuk menjaga struktur materi yaitu (1)

Berkesinambungan artinya menyangkut hubungan vertical atau

pengulangan. Contohnya jika jika pelajaran membaca merupakan tujuan

yang penting yang harus mendapatkan kesempatan terus menerus dan

berkelanjutan untuk memberi kesempatan mempraktekan dan

mengembangkan kemampuan hal tersebut akan menunjukan

12

Page 13: Inovasi Kurikulum

pengembangansuatu kemampuanyang telah diperoleh sebelumnya.dan

struktur materi lebih efektif.

(2) Berurutan, mengisyaratkan pengajaran tidak terjadi

pengulangan yang sama dalam tingkat kesukaran akibatnya terjadi

replikasi. Berurutan menunjuk pada terpeliharangya komunitas, kedalaman

dan keluesan materi dengan jalan membuat materi makin lama, luas dan

dalam disbanding materi sebelumnya.

(3) Integrasi atau keterpaduan merupakan usaha terpeliharanya

hubungan horizontal antara materi pokok bantuan, tema yang diajarkan

pada mata pelajaran serumpun (terkait).

2. Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran

Inovasi yang dilakukan agar seseorang berhasil dalam belajar sesuatu bila

subjek melakukan / memahami apa yang dipelajari dan tidak hanya sekedar

mendengar atau mencatat, antara lain :

a. Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar terjadi apabila siswa dapat menangkap dan

mengembangkan sendiri materi yang di sampaikan guru. Sehingga dapat

disimpulkann pengalaman belajar dimaksudkan aktivitas belajar murid

bukan aktivitas mengajar guru.

Pengalaman belajar tidak dapat disamakan dengan materi belajar

ataupun kegiatan guru dalam mengajar. Pengalaman belajar merupakan

hasil daripada sebuah aktivitas belajar murid di sekolah bukan aktivitas

guru. Anak tersebut dapat menangkap dan mampu mengembangkan sendiri

materi yang disampaikan oleh guru. maka anak telah mengalami belajar

atau berpengalaman dalam belajar.

Hal ini jelas berbeda baik ditinjau dari proses dan hasil belajar dari

siswa yang hanya mencatat dan menghafal materi dari guru.

b. Cara Belajar Aktif

Terdapat 2 istilah yang saling berkaitan yaitu kegiatan belajar dan

pengalaman belajar. Perbedan kedua istilah tersebut adalah pada

perencanaan kurikulum kita menetapkan kegiatan belajar,, sedangkan pada

13

Page 14: Inovasi Kurikulum

evaluasi kita melihat apakah murid memiliki pengalaman belajar sebagai

hasil memepelajari materi pelajaran melalui keaktifan belajar.

Untuk dapat menunjang pengalaman belajar, maka harus

diupayakan aktivitas siswa berangsur berubah dari posisi obyek pengajaran

maenjadi subyek pengajaran, murid diharapkan berperan aktif  (sebagai

subyek).

Keaktifan murid mencakup : (1) keaktifan mental, artinya murid

terlibat dalam memperoleh pengalaman, menyenangi materi dan mau secra

sukarela belajar yang pada akhirnya akan merasa bahwa belajar

merupakan suatu kebutuhan. (2) Keaktifan intelektual yaitu dengan

keterkaitan, kemauan dan kebutuhan belajar akan memotivasi diri siswa

untuk berfikir secara maksimal dalam aktivitas belajar. Keaktifan sosial

individu akan senantiasa dan suka bersama-sama melakukan aktivitas

belajar dengan teman. (3) Keaktifan otomatis yaitu otomatis fisik akan ikut

terlibat maksimal.

c. Belajar Proses

Belajar dengan menghafal yang disebut sebagai belajar verbal,

berakibat siswa mudah lupa pada materi yang telah dipelajari. Berdasarkan

kenyataan ini siswa perlu diajarkan dengan praktek misalnya

mengobservasi, menghitung, mengukur mengelompokan, mencari saling

hubungan, mengnalisis, menyimpulkan, membuat perkiraan, menyusun

hipotesis.

Belajar proses yang dapat mendorong murid dalam memahami

materi misalnya: murid dilatih mengobservasi, mengelompokkan,

menyimpulkan, dll.

Sebagai catatan, walaupun disarankan pengajaran tidak sekedar

menghafal tetapi proses, namun benyak hal yang setelah proses selesai

perlu dihafal, misalnya perkalian, dan rumus – rumus.

3. Organisasi Kelas

14

Page 15: Inovasi Kurikulum

a. Belajar Mandiri

Belajar pada dasarnya bersifat individual, walaupun

terselanggaranya dalam kelas namun kemauan, keterlibatan dalam belajar

berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Kegiatan belajar dapat

dilakukan dengan menyediakan sarana prasana secara lengkap, siswa dapat

dikelompokan pada kelompok besar, kecil, berpasangan atau individu dan

pengelompokan dapat berdasarkan pada kemauan, bakat, minat

kesenangan dan sebagainya.

b. Diskusi Tanya Jawab

Belajar dapat dilakukan dengan Tanya jawab dan guru berperan

sebagai moderator jalannya diskusi Tanya jawab.

c. Role Playing, Simulasi dan Bermain.

Belajar dapat dilakukn dengan bermain peran tentang topik yang

sesuai kebutuhan atau imajinasi murid. Anak bermain peran, ditanggap

teman, dan dicarikan solusi oleh guru ( bila murid merasa kesulitan ).

d. SD Kecil

Merupakan sekolah yang ditujukan untuk menjangkau seluruh

lapisan masyarakat. Dimana dalam proses belajar mengajar dapat

dilaksanakan secara fleksible, misal: seorang guru mengasuh dua atau tiga

kelas sekaligus, jumlah siswa bervariasi, siswa pandai dapat membantu

guru.

e. SD Terpadu

Yaitu memberi kesempatan anak tidak normal bersama-sama

duduk di SD biasa.

f. SDLB

Yaitu sekolah yang khusus untuk memberikan kesempatan belajar

kepada anak tidak normal seperti cacat fisik dan mental.

4. Sistem Penyampaian

15

Page 16: Inovasi Kurikulum

a. Sistem modul bertujuan agar siswa terbiasa belajar mandiri, guru

berfungsi sebagai pembimbing. Juga memberikan kesempatan anak-anak

daerah terpencil untuk mendapat kesempatan belajar.

b. Paket Belajar bertujuan agar siswa (PLS) mempunyai bekal ketrampilan

sehingga menjadi bekal untuk mandiri bagi mereka.

5. Sistem Penilaian

a. Tes Nonkertas

Dilakukan dengan penilaian hasil karya murid, karangan, tes,

ejaan, tes pidato, tes lisan. Disamping itu terdapat perilaku murid melalui

pengalaman tentang perilaku anak.

b. Tes dalam Kondisi Wajar

Tes non kognitif dapat dilakukan dengan kondisi wajar dimana

siswa tidak menyadari bila mereka sedang dinilai. Misal : pengamatan tata

bahasa anak waktu mengirim surat.

c. Take Home Test

Siswa dapat dites dengan kebebasan membuka kamus, buku, dan

boleh dibawa pulang.

d. Perfomance

Penilaian performance ini dilakukan dengan cara menilai

penampilan siswa saat berbicara di depan kelas atau keberanian

menyampaikan pendapatnya.

e. Portofolio

Penilaian diambil berdasarkan tugas-tugas yang dikerjakan seperti

tugas terstruktur.

f. Rubik

Rubrik merupakan alat penilaian yang bersifat subjektif. Ini adalah

satu set kriteria dan standar yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran

yang digunakan untuk menilai prestasi pelajar di atas kertas, projek, esay,

dan tugas lain.

16

Page 17: Inovasi Kurikulum

BAB III

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Inovasi adalah suatu hal baru yang belum pernah dilaksanakan.

Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan

mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta

perkembangan individu (Hilda Taba). Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat

diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang

kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah

pendidikan.

17

Page 18: Inovasi Kurikulum

Latar belakang munculnya inovasi kurikulum dikarenakan 4 faktor, yaitu

relevansi pendidikan, mutu pendidikan, efisiensi pendidikan dan pemerataan

pendidikan.

Sedangkan macam-macam inovasi di sekolah dasar yaitu yang pertama

struktur materi yang didalamnya terdapat hubungan vertikal, hubungan horizontal

dan kriteria struktur materi. Yang kedua, pendekatan pembelajaran yang

didalamnya terdapat pengalaman belajar, cara belajar dan belajar proses. Yang

ketiga, organisasi kelas yang isinya tentang belajar mandiri, diskusi, role playing,

simulasi dan bermain, SD kecil, SD terpadu dan SDLB. Yang ke empat yaitu

tentang system penyampaian yang dibagai menjadi dua yaitu modul dan paket.

Dan yang terakhir yaitu system penilaian yang dapat dilakukan dengan 6 cara,

yaitu tes nonkertas, tes dalam kondisi wajar, take home set, performance,

portofolio dan rubrik.

B. Saran

Sebagai calon seorang guru, sebaiknya kita dapat memahami lebih baik

lagi tentang kurikulum. Beberpaa inovasi kurikulum sangat bermanfaat untuk

pengajaran dikalangan sekolah dasar agar siswa menjadi tertarik dan tidak merasa

bosan.

18