Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan...

171
Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional (Studi Kasus pada Pondok Pesantren Bina Insan Mulia-Cirebon) TESIS Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Oleh: Asep Machsus NIM: 21170181000028 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H

Transcript of Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan...

Page 1: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan

Pendidikan Nasional (Studi Kasus pada Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia-Cirebon)

TESIS

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan (M.Pd.)

Oleh: Asep Machsus

NIM: 21170181000028

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/1441 H

Page 2: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu
Page 3: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu
Page 4: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu
Page 5: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu
Page 6: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

v

197103191998032001

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Pada naskah tesis ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang

berasal dari Bahasa Arab ditulis dengan huruf latin. Pedoman transliterasi yang

digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN

Konsonan Nama Konsonan Nama

Alif Tidak dilambangkan ا

Ba B Be ب

Ta T Te ت

Tsa ṡ Es (dengan titik di atas) خ

Jim J Je ج

Cha ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح

Kha Kh Ka dan ha ر

Dal D De د

Dzal Dh De dan ha ر

Ra R Er س

Za Z Zet ص

Sin S Es س

Syin sh Es dan ha ش

Shad ṣ Es (dengan titik di bawah) ص

Dlat ḍ De (dengan titik di bawah) ض

Tha ṭ Te (dengan titik di bawah) ط

Dha ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ

Ain „ Koma terbalik di atas„ ع

Page 7: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

vi

Ghain gh Ge dan ha غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ن

Lam Ḹ El ي

Mim M Em

Nun N En

Wawu W We و

Ha Ṭ Ha ھ

Hamzah ՚ ء Apostrof

Ya Y Ye ي

2. Vokal rangkap atau diftong Bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan

gabungan huruf sebagai berikut:

a. Vokal rangkap (أو) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-yawm.

b. Vokal rangkap (أي) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya: al-bayt.

3. Vokal panjang atau maddah Bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron

(coretan horizontal) di atasnya, misalnya: ( ذة جافا = al-ˉfatihah ), ( اعى = al-‘uḹum ) dan

.( qimahˉ =لية )

4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,

transliterasinya dalam tulisan dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf

yang bertanda syaddah itu, misalnya: ( خذ = khaddun ), ( سذ = saddun ) dan ( طية =

ṭayyibun ).

5. Kata sandang dalam Bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,

transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan huruf “al” terpisah dari kata

yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya: ( اثيث = al-bayt ), ( ءاسا = al-

saˉma`).

6. ˉTa marbuṭah mati atau yang dibaca seperti berḥarakat sukun, transliterasinya dalam

tulisan latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ˉta marbuṭah yang hidup

dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya: ( سؤية اهلاي = ru’yah al-hiḹal atau ru’yatul

hiḹal ).

Page 8: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

vii

7. Tanda apostrof ( ՚ ) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang terletak

di tengah atau di akhir kata, misalnya: ( سؤية = ru’yah ), ( ءفمها = fuqaˉha’ ).

Page 9: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

viii

ABSTRAK

Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional

(Studi Kasus pada Pondok Pesantren Bina Insan Mulia-Cirebon)

Pesantren mengalami perkembangan pesat, luar biasa, dan menakjubkan baik di

wilayah pedesaan, pinggiran kota, maupun perkotaan. Perkembangan ini disadari atau

tidak, diakui atau tidak, langsung atau tidak langsung memunculkan aroma kompetisi

dalam menjaring atensi publik sehingga hal ini mendorong tiap-tiap pesantren untuk

menunjukkan pertambahan nilai kompetitif nya dari pada pesantren-pesantren lainnya.

Memunculkan pertambahan nilai kompetitif membutuhkan kepekaan untuk menarik ke

permukaan sesuatu yang baru, dan melahirkan sesuatu yang baru meniscayakan inovasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana inovasi kurikulum

pesantren di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon? Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, pendekatan studi kasus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi kurikulum pesantren di Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia meliputi tiga (3) hal: 1) inovasi kurikulum tinjauan

pengembangan kurikulum; 2) inovasi kurikulum tinjauan kurikulum terintegrasi; dan 3)

inovasi kurikulum tinjauan program unggulan. Kesemuanya memberi dampak positif bagi

para santri dengan kendala persinggungan kurikulum dengan regulasi yang diatasi dengan

penyesuaian metode yang digunakan dengan kurikulum.

Upaya inovasi kurikulum di Pondok pesantren Bina Insan Mulia sesuai dengan

tujuan pendidikan nasional melalui logika berpikir bahwa inovasi kurikulum di Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia sejalan dengan visi global Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,

visi global Pondok Pesantren Bina Insan Mulia sejalan dengan panca jiwa pesantren, dan

panca jiwa pesantren sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

Kata Kunci: Pesantren, Inovasi Kurikulum, Tujuan Pendidikan Nasional

Page 10: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

ix

ABSTRACT

Islamic Boarding School Curriculum Innovation: The Effort to Realize the

Objectives of National Education

(Case Study in Bina Insan Mulia Islamic Boarding School-Cirebon)

Islamic boarding school has grown faster, fantastic, and amazing, whether it in

rural area, suburban, or urban area. Consciously or not, make sense or not, directly or not,

this development take the scent of competition out on grab public attention, so encourage

each Islamic boarding school showing it competitive advantage than others. Need some

sensitivity to carry out something new, and to carry out something new necessitate

innovation.

This study aim to analyze how is curriculum innovation in Bina Insan Mulia

Islamic Boarding School, Cirebon? This study use descriptive research, with qualitative

approach, case study approach.

The result of this study show that curriculum innovation in Bina Insan Mulia

Islamic boarding school cover three (3) things: 1) curriculum innovation through

curriculum development review; 2) curriculum innovation through integrated curriculum

review; and 3) curriculum innovation through excellent program review.

All of which have a positive impact for students in Bina Insan Mulia Islamic

Boarding School with intersection of curriculum and regulation and can be solved by

adjusting the method to the curriculum. The effort of curriculum innovaton in Bina Insan

Mulia in accordance with the objectives of national education through logical thinking that

curriculum innovation in Bina Insan Mulia Islamic Boarding School in line with the global

vision of Bina Insan Mulia Islamic Boarding School, the global vision of Bina Insan Mulia

Islamic Boarding School in line with five spirits of Islamic boarding school, and five

spirits of Islamic boarding school in line with the objectives of national education.

Keywords: Islamic Boarding School, Curriculum Innovation, the Objectives of National

Education

Page 11: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

x

خض

ھذاف احعي اىطىأتحىاس ااھج: جهىد حذميك إ عهذ

ششتى(-سا ىياإدساسة داة فى عهذ تا )

يجشب اعهذ احطىس اسشيع, سائعة, وذھشة, سىاء وا فى ااطك اشيفية او

و غيشثاشش, طشح أ لا, تشى ثاشش أ لا, عحشف تها أ. ذممة اضىادى او اذ

حثا اجحع. زه ھزا يشجع و عهذ عى سفع إھزااحطىس سائذة اافسة فى جزب

خش.أامية احا فسية عهذ

دضاس شئ جذيذ جحطة دضاس شئ جذيذ. ولإحافسية يحطة دساسية لإجطشيخ امية ا

تحىاس.الإ

سا ىيا, إعهذ فى عهذ تا تحىاس اھج إيهذف ھزااثذد اى احذي ويف يح

يسحخذ ھزااثذد اثذد اىطفى ع هج ىعى, هج دساسة اذاة. ششتى؟

(١شياء: أسا ىيا جض ذلاذة إتحىاس ااھج فى عهذ تا إ أظهشت احائج أ

( ٣( اهج احىا شاجعة ااھج. و ٢ تحىاس وجطىيش ااھج.شاجعة هج الإ

يجاتى عى اطلاب ع إذيش أتحىاس. وا ى ها جسحعشاض اھج الإتشاج حاص لإ

ساية ع عمثة تي ااھج واىائخ اعهذ. ويى احغية عيها ع طشيك جىييف الأ

اهج.

ھذاف احعي اىطية خلاي اطك, أتحىاس ااھج اذساسية ع إيحاشى جهذ

سا ىيا يحاشى ع اشؤية اعاية عهذ. إتحىاس ااھج فى عهذ تا إ أاحفىيش فى

افىس عهذ خسة اشؤية اعاية عهذ جاشى ع خسة افىس عهذ. وأو

ھذاف احعي اىطى.أجاشى ع

ھذاف احعي اىطى.أتحىاس ااھج, إاىات اشئيسية: عهذ,

Page 12: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mengabulkan doa hamba-Nya

yang tiada jera meminta. Akhirnya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini, melalui berbagai

rintangan yang cukup berarti. Shalawat serta salam semoga tetap berlimpah atas junjungan

kita, Nabi Muhammad SAW, Uswah Hasanah yang senantiasa penulis jadikan pedoman

dan panutan untuk bangkit kala jatuh dan mengalami kemunduran.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, juga ditujukan sebagai

pembuka wawasan, sekaligus tambahan pengetahuan, baik bagi penulis maupun para

pembaca.

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa penelitian sekaligus penulisan tesis ini

tidak akan terwujud dengan baik tanpa dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian tesis ini, antara lain:

1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A., selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen

Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

4. Bapak Dr. Fauzan, M.A., selaku pembimbing yang senantiasa memberikan

masukan, tegur sapa membangun, kritik, diskusi-diskusi yang berbobot, serta tak

bosan menanyakan perkembangan penulisan tesis ini dari waktu ke waktu.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

6. Abiku tercinta, Alm. Ahmad Atiq Hady, semoga keberhasilan ini semakin

menyempurnakan kebanggaanmu dan senantiasa menyuburkan rasa banggaku

padamu.

7. Umiku tersayang, Almh. Ebah Thoebah, atas segala doa dan harapan baiknya,

selalu memotivasi penulis untuk maju.

8. Istriku terkasih, Nurhilaliyyah, S.Pd.I., puteriku sayang,

„AthiyyatunNafisatutThoyyibah, atas doanya, semangatnya, dan teguran-

tegurannya dalam rangka akselerasi penyelesaian penulisan tesis ini.

9. Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, KH. Imam Jazuli, Lc,

M.A. beserta seluruh staff dan asatidz yang sepenuh hati membantu penulis dalam

penyelesaian penulisan tesis ini.

10. Teman-teman MPI-B kelas beasiswa Kemenag 2017/2018, atas sapaannya, doa-

doa terbaiknya, terimakasih.

Page 13: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

xii

Serta seluruh pihak yang telah membantu, mendoakan, dan mendukung

penulis dalam penyelesaian penuisan tesis ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, penulis sampaikan maaf dan terimakasih.

Cirebon, Desember 2019

Penulis

Asep Machsus

Page 14: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

xiii

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI

COVER

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….... ii

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL………………………………… iii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS……………………………………………… iv

PEDOMAN TRANSLITERASI………………………………………………… v

ABSTRAK BAHASA INDONESIA…………………………………………….viii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS………………………………………………... ix

ABSTRAK BAHASA ARAB…………………………………………………… x

KATA PENGANTAR……………………………………………………………xi

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xiii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..xv

DAFTAR TABEL………………………………………………………………..xvi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Kajian Terdahulu....................................................................................... 10

C. Batasan dan Rumusan Masalah................................................................. 12

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 13

BAB II. KAJIAN TEORITIS

A. Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan Pendidikan

Nasional .................................................................................................... 15

1. Teori Inovasi ....................................................................................... 15

2. Teori Kurikulum Pesantren ................................................................. 25

3. Tujuan Pendidikan Nasional ............................................................... 49

B. Kerangka Konseptual ............................................................................... 50

Page 15: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

xiv

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................................... 52

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 53

C. Data dan Sumber Data .............................................................................. 53

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 54

E. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian .................................................. 55

F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 59

G. Pengecekan Keabsahan Data .................................................................... 60

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian .............................................................................. 62

1. Pondok Pesantren Bina Insan Mulia ................................................... 62

2. Sekolah Menengah Kejuruan Bina Insan Mulia ................................. 66

3. Madrasah Aliyah Unggulan Bertaraf Internasional Bina Insan Mulia

............................................................................................................. 72

4. SMP Islam Terpadu Bina Insan Mulia ................................................ 76

5. Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia ............ 80

6. Kegiatan Ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia ...... 80

7. Kegiatan-kegiatan Lain ....................................................................... 81

B. Inovasi Kurikulum Pesantren .................................................................... 82

1. Inovasi ................................................................................................. 82

2. Inovasi Kurikulum Tinjauan Pengembangan Kurikulum ................... 88

3. Kurikulum Pesantren........................................................................... 95

4. Inovasi Kurikulum Pesantren Tinjauan Kurikulum Terintegrasi ........ 97

5. Inovasi Kurikulum Pesantren Tinjauan Program Unggulan ............... 103

C. Kerangka Hasil…………………………………………………………...113

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 116

B. Saran-saran ................................................................................................ 117

REFERENSI

LAMPIRAN

Page 16: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 (Transkrip Wawancara)………………………………………………125

Lampiran 2 (Dokumentasi Wawancara)…………………………………………...142

Lampiran 3 (Sarana Prasarana Pondok Pesantren Bina Insan Mulia)…………...143

Lampiran 4 (Ekstrakurikuler Pondok Pesantren Bina Insan Mulia)………………148

Lampiran 5 (Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia)……..149

Lampiran 6 (Kompetisi dan Juara)………………………………………………...150

Lampiran 7 (Meraih Beasiswa)…………………………………………………….151

Lampiran 8 (Seminar dan Workshop)……………………………………………...152

Lampiran 9 (Kegiatan Lain dan Unik)……………………………………………..153

Page 17: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. (Rasio Santri dan Pesantren dari Tahun ke Tahun)……………………….3

Tabel 1.2. (Kajian Terdahulu)…………………………………………………………10

Tabel 2.1. (Definisi Inovasi Menurut Beberapa Pakar)……………………………….16

Tabel 2.2. (Perbedaan Kurikulum Pondok Pesantren Salaf)………………………….41

Tabel 3.1. (Instrumen Pengumpulan Data Penelitian)………………………………...55

Tabel 3.2. (Pedoman Wawancara)……………………………………………………..56

Tabel 3.3. (Pedoman Observasi)……………………………………………………….57

Tabel 3.4. (Daftar Ceklis (Dokumentasi))……………………………………………...58

Tabel 4.1. (Identitas Pondok Pesantren Bina Insan Mulia)……………………………63

Tabel 4.2. (Jadual Aktivitas Santri Pondok Pesantren Bina Insan Mulia)…………….64

Tabel 4.3. (Kitab Kuning di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia)……………………65

Tabel 4.4. (Data Siswa/siswi SMK Bina Insan Mulia)…………………………………70

Tabel 4.5. (Data Siswa/siswi SMK Bina Insan Mulia dari Tahun ke Tahun)…………..70

Tabel 4.6. (Data Output SMK Bina Insan Mulia)………………………………………71

Tabel 4.7. (Data Pengajar di MAUBI Bina Insan Mulia)………………………………73

Tabel 4.8. (Data Siswa/siswi MAUBI Bina Insan Mulia)……………………………….76

Tabel 4.9. (Data Siswa/siswi SMP IT Bina Insan Mulia)………………………………..79

Tabel 4.10. (Inovasi Menurut Pakar dan Perundangan yang Terjadi di Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia)…………………………………………………………..84

Tabel 4.11. (Kebaruan Pondok Pesantren dan SMK Bina Insan Mulia)………………..85

Tabel 4.12. (Cara-cara Integrasi Kurikulum Keagamaan di Lingkup Pendidikan Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia)……………………………………………….102

Tabel 4.13. (Jadual Kegiatan Program Tahfizh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia)…105

Tabel 4.14. (Jadual Belajar Program Bahasa Arab Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia)……………………………………………………………………….107

Page 18: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. (Interaksi Kurikulum dengan Lingkungan Pendidikan)…………………27

Gambar 2.2. (Kerangka Konseptual Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan

Tujuan Pendidikan Nasional (Studi Kasus pada Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia-Cirebon))………………………………………………….51

Gambar 3.1. (Langkah-langkah Analisis Data)………………………………………...59

Gambar 4.1. (Struktur Organisasi SMK Bina Insan Mulia)…………………………….69

Gambar 4.2. (Struktur Organisasi MAUBI Bina Insan Mulia)………………………….75

Gambar 4.3. (Struktur Organisasi SMP IT Bina Insan Mulia)………………………….78

Gambar 4.4. (Inovasi Kurikulum Tinjauan Pengembangan Kurikulum di Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia)………………………………………………………...95

Gambar 4.5. (Dinamika Referensi Kitab Kuning di Pondok Pesantren di Indonesia)…..96

Gambar 4.6. (Kaitan Erat Visi-misi Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Panca Jiwa

Pesantren, dan Tujuan Pendidikan Nasional)……………………………99

Gambar 4.7. (Kurikulum Terintegrasi di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia)……….102

Gambar 4.8. (Kerangka Hasil Tesis Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan

Tujuan Pendidikan Nasional (Studi Kasus pada Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia-Cirebon))……………………………………………………115

Page 19: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan pengalaman belajar murid dalam arahan gurunya

termasuk segala hal yang turut memberi pengaruh dalam mencapai tujuan

pendidikan sebagai respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan

bangsanya dalam membangun generasi muda bangsanya (Ornstein dan Hunkins,

2009: 10, Arifin, 2013: 5, Dokumen kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2012: 2, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 13).

Kurikulum merupakan bentuk perencanaan, dan yang perlu diperhatikan

dari perencanaan adalah apa yang dituangkan dalam rencana dipengaruhi oleh

asumsi si perencana tentang pendidikan. Sedangkan pandangan tentang

keberadaan pendidikan dipengaruhi oleh filosofi pendidikan yang diyakini oleh si

perencana (Ali, 2008: 2). Hal ini tentu berkaitan pula dengan politik pendidikan di

mana keputusan-keputusan penting terkait pendidikan baik secara lokal maupun

nasional dibuat (Tilaar, 2005: 66).

Kurikulum pendidikan tidak bisa dilepaskan dari dunia politik. Adagium

politik pendidikan sebagai bagian dari “nation and character building” telah

disadari sejak awal kemerdekaan, bahkan jauh sebelumnya (Abdullah, 2007: 5).

Politik dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berkaitan dan memberi

pengaruh dalam sisi baik dan buruknya, termasuk dalam perubahan kurikulum

dalam suatu negara karena pengaruh kondisi politik (Riana Afifah, Kompas.com,

22 Januari 2013).

Kurikulum dapat dikatakan sebagai jantung pendidikan suatu negara,

dalam kualitas pendidikannya, ataupun sebaliknya. Menuju pendidikan yang

berkualitas, kurikulum pendidikan Indonesia mengalami beberapa kali perubahan

dengan kekhasan pendekatan dan tujuannya masing-masing, yang sudah barang

tentu dipengaruhi faktor masyarakat, sistem nilai, filosofi, sosial budaya, politik,

pembangunan negara dan perkembangan dunia, serta ilmu pengetahuan dan

teknologi sejak kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984 (CBSA), 1994,

2004 (KBK), 2006 (KTSP), 2013 (Kurtilas).

Merujuk pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dalam pasal 14,15, dan 16, Sistem Pendidikan Nasional mengenal istilah jalur

pendidikan, jenjang pendidikan, dan jenis pendidikan. Jalur pendidikan terdiri

atas: jalur formal, non formal, dan informal yang saling memperkaya. Jenjang

pendidikan terdiri dari: pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi.

Sedangkan jenis pendidikan mencakup: pendidikan umum, kejuruan, akademik,

profesi, vokasi, keagamaan, dan pendidikan khusus yang kesemuanya dapat

diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan baik diselenggarakan oleh

pemerintah pusat maupun daerah, dan/atau masyarakat.

Page 20: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

2

Pendidikan keagamaan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 30 pada UU

yang sama, berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya, dan/atau menjadi

ahli ilmu agama sesuai peraturan perundang-undangan, diselenggarakan oleh

pemerintah, dan/atau kelompok masyarakat dari agama terkait pada jalur

pendidikan formal, non formal, dan informal dalam bentuk pendidikan diniyah,

pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam khas

(indigeneous) Indonesia dengan penekanan pada akhlak di samping kajian

keislaman lainnya juga kehidupan pada umumnya yang memberi andil dalam

pembentukan pribadi yang religius (Tafsir, 2013: 290, Djauhari, 2008: ix, Madjid,

1997:107).

Ahmad Zayadi, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren

Kementerian Agama menyatakan bahwa dalam beberapa dekade terakhir,

pesantren mengalami perkembangan luar biasa dan menakjubkan, baik di wilayah

pedesaan, pinggiran kota, maupun perkotaan (Muhyiddin, Republika.co.id, 30

November 2017). Data Kementerian Agama menyebutkan pada 1977 jumlah

pesantren hanya sekitar 4.195 dengan jumlah santri sekitar 677.394 orang. Jumlah

ini mengalami peningkatan berarti pada tahun 1985 dengan jumlah pesantren

sekitar 6.239 dan jumlah santri mencapai 1.084.801 orang.

Dua dasa warsa kemudian, 1997, Kementerian Agama mencatat jumlah

pesantren sudah mengalami kenaikan mencapai 224 persen atau 9.388 dengan

kenaikan jumlah santri mencapai 261 persen atau 1.770.768 orang. Berdasarkan

data statistik Ditjen Kelembagaan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia

pada tahun 2001 ada 11.312 pesantren dengan 2.737.805 santri. Kemudian pada

tahun 2005, jumlah pesantren kembali meningkat menjadi 14.798 pesantren

dengan santri berjumlah 3.464.334 orang.

Sementara, berdasarkan data dari Pangkalan Data Pondok Pesantren

(PDPP), pada tahun 2016 terdapat 25.938 pesantren yang tersebar baik di wilayah

kota maupun pedesaan dengan 3.962.700 santri, pada 2017 menurut data dari

Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi Sekretariat Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 27.218 pesantren dengan 3.642.738

santri, dan pada 2018 mencapai 28.194 pesantren dengan 4.290.626 santri

berdasarkan data dari Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren dan

semuanya berstatus swasta.

Selain menunjukkan tingkat keragaman, orientasi pimpinan pesantren dan

independensi kiai, jumlah ini memperkuat argumentasi bahwa pesantren

merupakan lembaga pendidikan swasta yang sangat mandiri dan sejatinya

merupakan praktek pendidikan berbasis masyarakat sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama

dan Pendidikan Keagamaan Pasal 1 ayat (4) ): “Pesantren atau pondok pesantren

adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang

menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis

pendidikan lainnya.”

Page 21: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

3

Tabel 1.1. Rasio Santri dan Pesantren dari tahun ke tahun

Tahun Jumlah Pesantren Jumlah Santri

1977 4.195 677.394

1985 6.239 1.084.801

1997 9.388 1.770.768

2001 11.312 2.737.805

2005 14.798 3.464.334

2016 25.938 3.962.700

2017 27.218 3.642.738

2018 28.194 4.290.626

Sumber: Ditjen Kelembagaan Islam Departemen Agama Republik Indonesia,

Pangkalan Data Pondok Pesantren (PDPP), Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, dan Direktorat

Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan

Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 26 ayat (1), tujuan pesantren

menyelenggarakan pendidikan adalah untuk menanamkan keimanan dan

ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisi pesantren untuk

mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk

menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan /atau menjadi muslim yang

memiliki keterampilan atau keahlian untuk membangun kehidupan yang islami di

masyarakat.

Seandainya saja diperhatikan, ada kesamaan antara tujuan pesantren

menyelenggarakan pendidikan, dengan fungsi pendidikan keagamaan dalam hal

menjadi ahli ilmu agama. Ini yang mungkin menurut Wahid (2000: 114) ada

kecenderungan akhir-akhir ini menciptakan pesantren sebagai lembaga pencetak

ulama. Penyempitan kriteria semacam ini justeru menciutkan klasifikasi orang

yang dikirimkan ke pesantren dan melemahkan nilai kompetitif pesantren.

Perkembangan pesantren yang demikian pesat diantara lembaga-lembaga

pendidikan lainnya tentu juga turut menimbulkan pertambahan nilai kompetitif.

Nilai kompetitif yang bertambah, bisa meningkatkan dan memacu semangat

lembaga pendidikan untuk membenahi diri agar dapat turut berkompetisi atau

justeru sebaliknya, menjadi lemah dalam kompetisi dan pada akhirnya menutup

lembaga pendidikan yang semula susah payah didirikan.

Menyikapi dan merespon perkembangan lembaga pendidikan yang ada,

serta laju pertumbuhannya yang semakin kompetitif, maka pesantren perlu

memberikan ruang bagi pembaharuan sistem pendidikan pesantren, antara lain

pada: (1) metode pembelajaran, inovasi terhadap metode pembelajaran mulai

terjadi sekitar abad ke-20 (sekitar tahun 1970-an) dari pola sorogan menjadi

Page 22: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

4

klasikal, bahkan keterampilan (vokasi) masuk ke dunia pesantren agar kehidupan

ukhrawi dan dunia berimbang (Maunah, 2009: 1); (2) kurikulum, memasukkan

pengetahuan non agama dalam kurikulum pesantren; (3) evaluasi, dievaluasi

dengan ujian resmi berijazah (Nahrawi, 2008: 28); (4) manajemen, kiai bukan

penentu kebijakan tunggal.

Nurcholish Madjid menilai bahwa kiai amat menentukan tujuan

pendidikan pesantren. Meskipun materi pendidikan diajarkan di pesantren, namun

karena istilah kurikulum tidak dikenal di pesantren, maka mayoritas pesantren

tidak merumuskan dasar dan tujuan pesantren secara eksplisit dalam bentuk

kurikulum. Sesuai dengan perkembangan pesantren, kiai akan menentukan

kebijakan pembelajaran. Padahal, kurikulum sangat dibutuhkan oleh semua

lembaga pendidikan termasuk pesantren. Sudah merupakan keharusan pesantren

sebagai lembaga pendidikan memiliki kurikulum agar pelaksanaan pembelajaran

terarah.

Oleh karena itu, kurikulum pesantren seringkali dianggap tertinggal dari

laju perkembangan masyarakat. Terkait dengan ketertinggalan kurikulum

pesantren dari laju perkembangan masyarakat, ada sebagian kalangan yang menilai

bahwa tujuan pendidikan pesantren semestinya juga berorientasi pada hakikat

pendidikan dalam tiga aspek; pertama, tujuan hidup manusia yang berlandaskan

kepada misi keseimbangan hidup yang mengapresiasi kehidupan di dunia dan

akhirat. Manusia sepatutnya hidup dengan tujuan dan arah yang jelas, menyandang

amanah, tugas, dan tujuan hidup tertentu.

Kedua, memperhatikan tuntutan dan tatanan sosial masyarakat, baik

berupa pelestarian nilai budaya maupun pemenuhan tuntutan dan pemenuhan

kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dan tuntutan perubahan

jaman, seperti terciptanya masyarakat etik (etical society) yang berkarakter pada

sifat-sifat sosial yang tinggi, dengan ciri; (a) nilai religiusitas, artinya

mendambakan model dan karakter masyarakat yang beretika religi, tidak sekuler;

(b) nilai egalitarian, watak yang mendambakan keadilan, memberikan kesempatan

yang luas kepada masyarakat untuk tumbuh maju dan berkembang bersama-sama;

(c) mengindahkan nilai demokrasi dan penegakan hukum; dan (d) memberikan

penghargaan terhadap manusia (human dignity), menerima dengan segenap

kesadaran terhadap pluralisme dan multikulturalisme dalam berbangsa. Ketiga,

memperhatikan watak alami (nature) manusia, seperti kecenderungan beragama

(fitrah) yang mendambakan kebenaran, kebutuhan individual dan keluarga sesuai

batas dan tingkat kesanggupan (Fathurrahman, 2000: 155-157).

Penilaian semacam ini semestinya sudah dipraktikkan pesantren karena

pesantren didirikan setidaknya karena dua alasan; pertama, melalui transformasi

nilai yang ditawarkan (amar ma’ruf nahi munkar), pesantren hadir sebagai respon

terhadap situasi sosial masyarakat yang tengah berada pada runtuhnya sendi-sendi

moral. Kedua, menyebar luaskan informasi tentang universalitas Islam ke seluruh

penjuru nusantara yang berkarakter plural, baik pada dimensi kepercayaan, budaya

maupun kondisi sosial masyarakat (Nahrawi, 2008: 23).

Bukan hanya persoalan nilai kompetitif yang bertambah, pesantren juga

menghadapi problema modernisasi pendidikan Islam itu sendiri, sebagai imbas

Page 23: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

5

dari modernisasi Sistem Pendidikan Nasional. Terkait modernisasi pendidikan

Islam, yang ditandai dengan sistem dan kelembagaan pesantren yang telah

dimodernisasi dan disesuaikan dengan tuntutan pembangunan terutama aspek

kelembagaan yang otomatis akan mempengaruhi penetapan kurikulum

berdasarkan acuan tujuan institusional lembaga, pertanyaan besar yang muncul

justeru adalah: apakah pesantren dalam menentukan kurikulum harus mengikuti

begitu saja tuntutan jaman, ataukah mempertahankan ciri khas pesantren sebagai

bentuk aktualisasi eksistensinya? Format kurikulum pesantren yang bagaimanakah

yang bisa menjadi alternatif tawaran untuk masa mendatang?

Menurut Damanhuri, Mujahidin, dan Hafidhuddin (2013: 21) dalam jurnal

Ta’dibuna, gejala semacam ini menunjukkan pesantren ada dalam taraf dilematis

antara tradisi dan modernitas, sedangkan untuk menemukan format pesantren yang

dalam pendidikannya termasuk kurikulum disepakati bersama untuk diterapkan

oleh seluruh pesantren di Indonesia merupakan hal yang amat sulit diwujudkan,

karena tiap pesantren memiliki konsep dan filosofi tersendiri, yang berbeda satu

sama lain dan memunculkan keragaman.

Menurut Abdurrahman Wahid (2001: 136-137), pesantren harus pandai

mengadaptasi pengetahuan non agama dalam kurikulumnya. Karena

bagaimanapun juga, tuntutan untuk mengembangkan pengetahuan non agama

adalah kebutuhan nyata yang harus dihadapi para lulusan pesantren di masa depan.

Keengganan pesantren untuk memasukkan pengetahuan non agama dalam

kurikulumnya, justeru dapat membahayakan kelangsungan hidup pesantren di

masa depan, karena di masa depan, di samping rohani yang kuat, juga ditentukan

penguasaan atas perkembangan pengetahuan dan teknologi. Lembaga pendidikan

yang dibutuhkan oleh masyarakat pada saat ini adalah lembaga pendidikan yang

mampu menyediakan berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan dalam

menggunakan teknologi canggih, serta memiliki kemampuan berbahasa asing

dalam rangka merebut peluang yang tersedia di dunia kerja (Nata, 2012: 297).

Azyumardi Azra (2012: 65) menyatakan di samping berorientasi kepada

pembinaan dan pengembangan nilai agama dalam diri peserta didik, kurikulum

pendidikan Islam juga harus memberikan penekanan khusus pada penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dengan demikian pendidikan Islam fungsional dalam

menyiapkan dan membina sumber daya manusia seutuhnya yang cakap dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kuat dalam keimanan dan

pengamalan agama.

Oleh karena itu, inovasi kurikulum yang perlu dilakukan oleh lembaga

pendidikan termasuk pesantren dalam meraih minat masyarakat di samping

tentunya mewujudkan tujuan pendidikan nasional adalah tidak hanya membekali

santrinya dengan ilmu agama, akan tetapi sekaligus ilmu dunia seperti pendalaman

bahasa asing dan pemanfaatan teknologi modern atau dapat dikatakan bahwa

orientasi pendidikan pesantren di samping orientasi ukhrawi yaitu membentuk

seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah, juga berorientasi

duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk

kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang (Athiyah, 1969: 284).

Page 24: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

6

Berdasarkan paparan sebelumnya, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa

inovasi yang dilakukan pesantren ialah berkenaan dengan persoalan kebutuhan

kekinian (community based curriculum) yang terbatas pada aspek teknis

operasional bukan pada substansi pendidikannya. Hal ini untuk mempertahankan

tradisi intelektual indigineous pesantren agar tidak tercerabut dari akarnya dan

kehilangan peran vitalnya. Pada prinsipnya, pesantren tetap mempertahankan

tradisi dan tata nilai yang masih relevan (al- muhafazah ‘ala al- Qadim al- Shalih),

di sisi lain secara selektif beradaptasi dengan pola baru yang mampu mendukung

kelanggengan sistem pendidikan pesantren (al- Akhdzu bi al- jadid al- Ashlah).

Tidak sepatutnya apabila kiai atau pengelola pesantren, mengabaikan arus

modernitas yang pada dasarnya memungkinkan ada hal baik di samping hal buruk,

dalam rangka mengimbangi perubahan zaman, jika memperhatikan betul kaidah

ini.

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pasal 3, di sana dijelaskan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan Islam

yang merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, oleh karena itu, sudah

sepatutnya apabila pesantren turut andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Pesantren telah terbukti secara historis turut serta aktif dalam menciptakan

generasi beradab, berkarakter, dan berakhlak mulia. Bahkan, sejak

kemunculannya, pesantren telah banyak berkontribusi positif baik untuk

masyarakat maupun untuk pemerintah dengan menghasilkan ulama, mubaligh,

guru dan tokoh-tokoh bangsa, sehingga makin mendapat pengakuan masyarakat

dalam eksistensinya, dan berperan penting dalam pembangunan bangsa (Depag

RI, 2003; Basri, 2001: 101; dan Djauhari, 2008: 82). Lebih dari itu, eksistensi

pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki kekhasan jika disandingkan

dengan lembaga pendidikan lain, dengan pendidikan 24 jamnya, totalitas

bimbingan, pengawasan, pengasuhan, dan keteladanan. Pada realitasnya, nilai-nilai

luhur yang dikembangkan oleh pesantren bersumber pada nilai-nilai ilahi dan

nilai-nilai insani (Mansur, 2004: 55).

Jika masyarakat diberikan pilihan antara lembaga pendidikan lain dengan

pesantren, dengan melihat jejak historis pesantren yang telah berdiri sejak abad ke-

15, seperti: Pesantren Gelagah Arum yang didirikan oleh Raden Fatah pada tahun

1476 sampai pada abad ke-19 dengan beberapa pondok-pondok pesantren yang

dipimpin oleh para wali, seperti Pesantren Sunan Malik Ibrahim di Gresik,

Pesantren Sunan Bonang di Tuban, Pesantren Sunan Ampel di Surabaya, dan

pesantren Tegal Sari yang terkemuka di Jawa (Nahrawi, 2008: 1), maka pesantren

akan dipilih oleh masyarakat dengan catatan pesantren tetap mempertahankan

tradisi dan tata nilai yang masih relevan (al- muhafazah ‘ala al- Qadim al- Shalih),

Page 25: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

7

di sisi lain secara selektif beradaptasi dengan pola baru yang mampu mendukung

kelanggengan sistem pendidikan pesantren (al- Akhdzu bi al- jadid al- Ashlah).

Menurut Fauzan dan Sayuti (2012: 21), kepercayaan masyarakat terhadap

pesantren kuat kemungkinan didorong oleh konsistensi dan komitmen lembaga

pendidikan ini pada model pendidikan yang menekankan pola pengasuhan dan

pembelajaran secara berimbang.

Nashir (2005: 87-88), menyatakan bahwa ada beberapa pembagian pondok

pesantren dan tipologinya, yaitu: pondok pesantren salaf, didalamnya terdapat

sistem pendidikan salaf, seperti wetonan, sorogan, bandongan, dan sistem klasikal;

pondok pesantren semi berkembang, di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf

dan sistem klasikal madrasah swasta dengan kurikulum 90% agama dan 10%

umum; pondok pesantren berkembang, seperti pondok pesantren semi

berkembang, sudah lebih bervariasi dalam kurikulumnya, 70% agama dan 30%

umum, diselenggarakan pula madrasah SKB tiga menteri dengan penambahan

madrasah diniyah; pondok pesantren khalaf, pendidikan di dalamnya sudah lebih

lengkap, diselenggarakan sekolah umum dengan penambahan madrasah diniyah

(praktik membaca kitab salaf), perguruan tinggi, koperasi, dan takhasus (bahasa

arab dan bahasa inggris); pondok pesantren ideal, dilengkapi dengan berbagai

bidang keterampilan disertai perhatian terhadap kualitas.

Lahirnya Pondok Pesantren Bina Insan Mulia tak bisa lepas dari Pondok

Pesantren al-Ikhlas Tegal Koneng yang didirikan oleh alm. KH. Sirojuddin pada

tahun 1942. Abah Siroj hijrah dari Bobos ke suatu perkampungan yang disebut

Tegal Koneng, mendirikan tempat ibadah, rumah, dan tempat pengajian. Singkat

cerita, santri banyak berdatangan dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan

Kuningan dan bukan hanya anak-anak bahkan para lanjut usia. Pada dua hari

khusus, yaitu Rabu dan Jumat, diselenggarakan pengajian rutin yang langsung

dipimpin Abah Siroj.

Tongkat estafet kemudian berpindah ke putera sulung Abah Siroj, seorang

alumni pondok Kempek dan Lasem, KH. Anas Sirojuddin. Di masa kepemimpinan

KH. Anas, sistem dakwah dan pesantren diperluas dengan didirikannya Madrasah

Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, PAUD, dan TK yang kesemuanya diberi nama al-

Ikhlas. Sejak 2012, atas restu KH. Anas, pondok pesantren al-Ikhlas yang oleh

masyarakat sekitar lebih dikenal sebagai pesantren Tegal Koneng diubah namanya

menjadi pesantren Bina Insan Mulia.

KH. Imam Jazuli, sebagai generasi ketiga pesantren Tegal Koneng, yang

merupakan putera bungsu KH. Anas adalah tokoh yang berada di belakang

perubahan besar pesantren Tegal Koneng menjadi Pesantren Bina Insan Mulia.

Diawali dengan menyerahkan pengelolaan lembaga pendidikan pesantren kepada

masyarakat sekitar, KH. Imam Jazuli kemudian membeli lahan yang semula

digunakan pesantren al-Ikhlas juga tanah di sekitar dalam rangka perluasan area

pesantren, kecuali masjid dan sedikit pekarangannya karena sudah diwakafkan

sejak masa KH. Sirojuddin.

Fakta perubahan kepemimpinan pondok pesantren dalam tiga generasi

amat memungkinkan terjadinya dua hal. Di satu sisi, perubahan kepemimpinan

Page 26: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

8

pondok pesantren tak pelak menggiring pada perubahan sistem pendidikan pondok

pesantren termasuk di dalamnya adalah kurikulum, yang berarti juga menunjukkan

bahwa sistem pendidikan pesantren tidak stabil. Di sisi lain, perubahan pucuk

pimpinan pondok pesantren yang meniscayakan perubahan kebijakan justeru

memungkinkan munculnya inovasi.

Inovasi yang terjadi di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia adalah inovasi

kurikulum. Inovasi kurikulum yang dimaksud ialah adanya pergeseran atau

perubahan atau dapat juga disebut pengembangan kurikulum. Secara umum,

pergeseran atau pengembangan kurikulum terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

pertama, adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain.

Perubahan dan perkembangan praktek pendidikan di suatu negara apalagi negara

tetangga harus mendapat perhatian serius, sehingga pendidikan negara kita tidak

tertinggal.

Kedua, berkembangnya industri, produksi, dan teknologi. Perubahan dan

perkembangan di bidang teknologi yang pesat harus disikapi dengan sigap oleh tim

pengembangan kurikulum agar output dari lembaga pendidikan tidak terasing

(teralienasi). Ketiga, Orientasi politik dan praktek kenegaraan. Kurikulum

pendidikan tidak terlepas dari pergolakan politik suatu bangsa, sebagai contoh, jika

negara memberikan kebebasan kepada rakyatnya untuk memeluk dan menyiarkan

agama, maka agama berarti turut andil dalam pembinaan bangsa. Peranan ini

tentunya juga terintegrasi dalam segi kehidupan masyarakat melalui sistem

kependidikan dan keagamaan (Arifin, 2003:127).

Keempat, Pandangan intelektual yang berubah (Heri, Noer Aly dan

Munzier, 2002:194). Sutrisno (2005:106) menyatakan bahwa krisis yang terjadi

pada pertengahan 1997 hingga mencapai puncaknya pada 1998, merubah

pandangan intelektual khususnya intelektual muslim, yang sebelumnya

berpandangan bahwa arah kurikulum pendidikan pada pencapaian materi menjadi

pencapaian kompetensi, berkaca pada kualitas output yang rendah jika

dibandingkan dengan negara lain. Faktor kelima dan keenam ialah perubahan

dalam masyarakat dan eksploitasi ilmu pengetahuan.

Menurut Soetopo dan Soemanto (1991: 39-40), sifat perubahan kurikulum

bisa sebagian-sebagian, dapat juga menyeluruh. Perubahan sebagian adalah

perubahan yang terjadi hanya pada unsur tertentu, misal perubahan dalam metode

mengajar saja, atau penilaian saja. Perubahan menyeluruh merupakan perubahan

yang meliputi keseluruhan sistem kurikulum, contoh untuk ini adalah perubahan

kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976.

Pada umumnya, perubahan kurikulum mencakup komponen kurikulum,

yaitu: a). Tujuan kurikulum; b). Isi dan struktur kurikulum; c). Strategi kurikulum;

d). Sarana kurikulum; dan e). Sistem evaluasi kurikulum. Perubahan kurikulum

dimulai dari perubahan konseptual yang fundamental, berlanjut ke perubahan

struktural. Perubahan ini perlu dilakukan mengingat perlunya kurikulum

menyesuaikan diri dengan laju perkembangan masyarakat.

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia memiliki satu jalur formal pendidikan

jenis umum di tingkat atau jenjang menengah pertama, yakni SMP-IT Bina Insan

Mulia, satu jalur formal jenis umum di jenjang menengah atas, yaitu Madrasah

Aliyah Unggulan Bina Insan Mulia, dan satu jalur formal jenis kejuruan, profesi

dan vokasi di jenjang menengah atas, ialah SMK Bina Insan Mulia, yang di

Page 27: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

9

dalamnya menyelenggarakan program studi Teknik Komputer dan Jaringan untuk

kejuruan, Keperawatan untuk profesi, dan Broadcast dan perfilman untuk vokasi.

Pengajian kitab salaf di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia tidak

diselenggarakan secara tersendiri dalam pendidikan diniyah, akan tetapi kajian

kitab salaf diselenggarakan di sekolah yang ada, baik di SMP-IT Bina Insan Mulia,

Madrasah Aliyah Unggulan Bina Insan Mulia, dan SMK Bina Insan Mulia sesuai

dengan jenjang pendidikan. Untuk jenjang menengah pertama dikaji kitab Arbain

Nawawi (hadis), Taisirul Khalaq (akhlak), Khulashah Nurul Yaqien (tarikh atau

sejarah Islam), dan Safinatunnajah (fikih) di samping ASWAJA dan tahfizh al-

Quran.

Untuk jenjang menengah atas, mengaji kitab Tanqihul Qaul (hadis),

Ta’limul Muta’allim (akhlak), Khulashah Nurul Yaqien (tarikh atau sejarah Islam),

dan Ghayatuttaqrib (fikih) di samping ASWAJA dan tahfizh. Jenjang menengah

atas, mengaji kitab Riyadushshalihin (hadis), Ahwalul Ihsan (akhlak), Khulashah

Nurul Yaqien (tarikh atau sejarah Islam), dan Ghayatuttaqrib (fikih) di samping

ASWAJA dan Tahfizh. Raport sebagai evaluasi belajar pelajaran kitab salaf ada

tersendiri, tidak digabung dengan raport sekolah meskipun penyelenggaraan

pengajian di kelas kegiatan sekolah atau madrasah.

Kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah yang berada di bawah

naungan Pondok Pesantren Bina Insan Mulia berlangsung mulai pukul 7.30-11.30

WIB. Oleh karena itu sebagai penguat, Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

merancang program yang dikenal dengan sistem cluster, dengan enam program

unggulan dan satu program khusus.

Keenam program unggulan tersebut yaitu: program Bahasa Inggris,

Bahasa Arab, Qiraatul Kutub dengan metode Tamyiz dan Amtsilati, Tahsin

dengan metode Qiraati dan Kempekan, Tahfizh dalam tiga jenis kelas dengan

metode Ilhamqu, Bilyadain, dan metode Merem Melek, dan Eksakta dengan fokus

pada Matematika, di samping itu diajarkan pula Fisika, Kimia, dan Biologi.

Sedangkan program khusus, ada satu yaitu program Timur Tengah untuk

persiapan santri yang berminat melanjutkan studi ke Timur Tengah seperti: Arab

Saudi, Tunisia, Maroko, Yaman, termasuk Mesir. Terungkap dalam beberapa

kasus, karena tantangan dan hambatan tertentu, baik dari santri, orang tua, atau

kondisi lainnya target pencapaian program tidak tercapai, atau dapat dicapai dalam

prosentase yang relatif kecil, tidak sesuai harapan.

Inovasi dalam kurikulum dan program yang diselenggarakan Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia merupakan upaya dalam rangka menarik minat

masyarakat di tengah banyaknya pesantren di Jawa Barat umumnya, dan Cirebon

khususnya sekaligus peran serta aktif dalam mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Upaya ini juga merupakan upaya peningkatan mutu yang terbukti dengan

berbagai prestasi yang diraih dan lulusan yang tersebar baik di perguruan tinggi

dalam negeri maupun beberapa perguruan tinggi luar negeri.

Namun demikian, terdapat pergeseran dalam kurikulumnya. Hal ini dapat

diketahui dari: pertama, tujuan, tujuan pendidikan Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia adalah mencetak santri yang mampu berkiprah, baik di kancah nasional

maupun internasional yang berarti ada penyatuan antara pemahaman akademik dan

religius, bergeser dari tujuan pendidikan pesantren dalam Peraturan Pemerintah

No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal

26 ayat (1), tujuan pesantren menyelenggarakan pendidikan adalah untuk

Page 28: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

10

menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta

tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan

keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih

fiddin) dan /atau menjadi muslim yang memiliki keterampilan atau keahlian untuk

membangun kehidupan yang islami di masyarakat.

Kedua, isi atau struktur, isi kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia dirancang berkesinambungan antara sekolah dengan pesantren dengan

tujuan penguasaan yang utuh antara pemahaman religius dan sains, bergeser dari

kurikulum pesantren berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 13 Tahun 2014

tentang Pendidikan Keagamaan Islam pada Bab II Pasal 14 yang menyatakan

bahwa muatan kurikulum pesantren sebagai satuan pendidikan meliputi Al-Quran,

Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ulum al-Hadits, Tauhid, Fiqh, Ushul Fiqh, Akhlak,

Tasawuf, Tarikh, Bahasa Arab, Nahwu-Sharf, Balaghah, Ilmu Kalam, Ilmu ‘Arudl,

Ilmu Mantiq, Ilmu Falak, dan disiplin ilmu lainnya.

Ketiga, strategi, metode penyampaian isi kurikulum di Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia kebanyakan menggunakan metode bandongan, baik di kelas

maupun pengajian wetonan dengan kiai, tidak lagi menggunakan makna pegon

sebagai ciri khas pesantren, bergeser dari metode pembelajaran kitab kuning

sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Agama No. 13 Tahun 2014

tentang Pendidikan Keagamaan Islam pada Pasal 15 ayat (1) yang menyatakan

bahwa pembelajaran kitab kuning dapat dilakukan dengan menggunakan metode

sorogan, metode bandongan, metode bahtsul masail, dan metode lainnya.

Keempat, sistem evaluasi, evaluasi di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

tertuang dalam raport yang terpisah sistemnya antara sekolah dan pesantren

dengan kualifikasi yang berbeda antara guru pelajaran umum dan ustadz

pengampu pelajaran kitab. Pergeseran pada evaluasi terletak pada penyelenggaran

pembelajaran yang bersamaan namun dengan evaluasi yang terpisah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

penulis tertarik untuk mengangkat judul “Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya

Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional (Studi Kasus pada Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia-Cirebon)” sebagai tesis.

B. Kajian Terdahulu

Penelitian tentang inovasi atau pembaharuan pendidikan cukup banyak

dilakukan, namun penelitian ini berbeda dengan kajian-kajian terdahulu yang

telah dilakukan, sebagaimana tersaji dalam table berikut:

Tabel 1.2. Kajian Terdahulu

Judul Penulis Isi Perbedaan

Jurnal berjudul

Reformulasi

Pendidikan Pesantren

dalam Dialektika

Konteks Masyarakat

Global

Moh. Afiful Hair

(2007: 92)

Pesantren harus

melakukan perubahan

format, orientasi, dan metode pendidikan

dengan tidak merubah

visi, misi pesantren untuk mengimbangi

arus globalisasi dan

modernisasi

Penelitian Afiful Hair

pada pendidikan

pesantren lebih umum, fokus kajian penelitian

ini pada kurikulum

pesantren lebih khusus

Page 29: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

11

Disertasi berjudul

Pembaharuan

Pendidikan di

Pesantren: Studi Kasus Pesantren Lirboyo

Kediri

Ali Anwar, 2008 Pembaharuan

pendidikan di

Pesantren Lirboyo

ditandai dengan lahirnya pendidikan di

bawah Kemenag

melalui yayasan HM. Tribhakti al-

Mahrusiyah dan

pendidikan di bawah Kemendiknas di bawah

naungan Pesantren

Salafi terpadu ar-Risalah di samping

pendidikan tradisional

salaf pesantren

Penelitian Ali Anwar

pada pendidikan

pesantren lebih umum,

fokus kajian penelitian ini pada kurikulum

pesantren lebih khusus

Tesis berjudul

Pembaharuan Kurikulum Pendidikan

Tinggi Islam di

Indonesia (Telaah Kritis Pemikiran Harun

Nasution)

Deddy Yusuf

Yudhyarta, 2013

Menurut Harun

Nasution, tujuan pendidikan tinggi Islam

harus diarahkan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan itu sendiri,

yakni melahirkan

manusia yang bertakwa dan berakhlakul

karimah, oleh karena

itu, sistem pendidikan yang dilaksanakan

ialah pendidikan agama

bukan pengajaran agama.

Penelitian Yudhyarta

fokus pada kurikulum pendidikan tinggi

Islam, penelitian ini

tertuju pada kurikulum pesantren

Jurnal berjudul Reformulasi Kurikulum

Pesantren dalam

rangka Meningkatkan Kualitas Pendidikan di

Pondok Pesantren

Moh. Fudholi

(2015: 9)

Terdapat dua faktor penting dalam rangka

meningkatkan

kurikulum pesantren, pertama internal,

meliputi inisiasi

pengasuh terhadap kualitas santri,

efektivitas dan

efisiensi, serta kesiapan alumni untuk terjun di

masyarakat; kedua

eksternal mencakup perkembangan IPTEK,

dorongan agar maju,

dan penawaran alumni

terhadap masyarakat

Penelitian Fudholi pada reformulasi kurikulum

pesantren ditujukan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

pondok pesantren,

penelitian ini bukan hanya ditujukan untuk

pendidikan pondok

pesantren, tetapi sekaligus tujuan

pendidikan nasional

Jurnal berjudul

Kurikulum Pesantren dalam Perspektif Gus

Dur (Suatu Kajian Epistemologis)

Abdullah (2016:

227)

Pesantren harus

menjadikan ilmu agama sebagai dasar

tanpa meninggalkan pengetahuan yang lain

agar santri lebih dapat

mengembangkan potensi dirinya

Penelitian Abdullah

merupakan kajian epistemologis

sedangkan penelitian ini adalah kajian studi

kasus

Tesis berjudul

Manajemen Kurikulum Pesantren Mahasiswa

dalam Membentuk

Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan

Intelektual Mahasiswa

Ahmad Tamami,

2017

Terdapat perbedaan

yang mendasar di kedua pesantren dalam

rangka membentuk

kecerdasan spiritual

dan intelektual

santrinya dalam

Penelitian Tamami

khusus pada manajemen kurikulum

pesantren mahasiswa

dengan multi situs,

penelitian ini fokus

pada inovasi kurikulum

Page 30: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

12

(Studi Multi Situs di Pesantren Mahasiswa

al-Hikam dan

Pesantren Mahasiswa Firdaus, Malang-Jawa

Timur)

perencanaan,

implementasi, dan

evaluasi

pesantren dengan studi

kasus

Tesis berjudul Strategi

Pengembangan

Kurikulum Pondok Pesantren (Studi Kasus

di pondok Pesantren

an-Nur II al-Murtadho, Bululawang, Malang)

M. Zulmiadi,

2018

Pengembangan

kurikulum di pondok

ini mengacu pada visi misi dituangkan dalam

kurikulum diniyah

berisi lima materi pokok: Nahwu, Sharaf,

Fiqh, Tauhid, dan

Akhlak. Kesemuanya diakselerasi untuk

kemampuan baca kitab

kuningnya dengan kurikulum al-badar

menggunakan metode

al-Miftah

Penelitian Zulmiadi

yang tertuju pada

strategi pngembangan kurikulum pondok

pesantren merupakan

bagian dari penelitian ini. Penelitian ini lebih

luas.

Sumber: Afiful Hair (2007: 92); Anwar, 2008; Yudhyarta, 2013; Fudholi

(2015:9); Abdullah (2016: 227); Tamami, 2017; dan Zulmiadi, 2018.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diketengahkan,

maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

a. Kurikulum pesantren tidak mengikuti laju perkembangan masyarakat.

Kiai amat menentukan tujuan pendidikan pesantren. Meskipun materi

pendidikan diajarkan di pesantren, namun karena istilah kurikulum

tidak dikenal di pesantren, maka mayoritas pesantren tidak

merumuskan dasar dan tujuan pesantren secara eksplisit dalam bentuk

kurikulum. Sesuai dengan perkembangan pesantren, kiai akan

menentukan kebijakan pembelajaran. Padahal, kurikulum sangat

dibutuhkan oleh semua lembaga pendidikan termasuk pesantren. Oleh

karena itu, kurikulum pesantren seringkali dianggap tertinggal dari

laju perkembangan masyarakat.

b. Pesantren tidak memiliki pijakan yang kokoh dalam menentukan

kurikulum. Pesantren menghadapi dilema antara tradisi dan

modernitas. Bukan hanya persoalan nilai kompetitif yang bertambah,

pesantren juga menghadapi problema modernisasi pendidikan Islam

itu sendiri, sebagai imbas dari modernisasi Sistem Pendidikan

Nasional. Terkait modernisasi pendidikan Islam, yang ditandai

dengan sistem dan kelembagaan pesantren yang telah dimodernisasi

dan disesuaikan dengan tuntutan pembangunan terutama aspek

kelembagaan yang otomatis akan mempengaruhi penetapan kurikulum

berdasarkan acuan tujuan institusional lembaga, pertanyaan besar yang

muncul justeru adalah: apakah pesantren dalam menentukan

kurikulum harus mengikuti begitu saja tuntutan jaman, ataukah

mempertahankan ciri khas pesantren sebagai bentuk aktualisasi

Page 31: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

13

eksistensinya? Format kurikulum pesantren yang bagaimanakah yang

bisa menjadi alternatif tawaran untuk masa mendatang?

c. Sistem pendidikan pesantren tidak stabil. Fakta perubahan

kepemimpinan pondok pesantren dalam tiga generasi amat

memungkinkan terjadinya dua hal. Di satu sisi, perubahan

kepemimpinan pondok pesantren tak pelak menggiring pada

perubahan sistem pendidikan pondok pesantren termasuk di dalamnya

adalah kurikulum, yang berarti juga menunjukkan bahwa sistem

pendidikan pesantren tidak stabil. Di sisi lain, perubahan pucuk

pimpinan pondok pesantren yang meniscayakan perubahan kebijakan

justeru memungkinkan munculnya inovasi.

d. Nilai kompetitif pesantren melemah. Adanya kecenderungan akhir-

akhir ini menciptakan pesantren sebagai lembaga pencetak ulama.

Penyempitan kriteria semacam ini justeru menciutkan klasifikasi orang

yang dikirimkan ke pesantren dan melemahkan nilai kompetitif

pesantren.

e. Adanya pergeseran dalam kurikulum pesantren. Ada indikasi

menerapkan kurikulum terintegrasi tapi tidak utuh.

2. Batasan Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah dan masalah yang sudah

diidentifikasi, agar penelitian ini terfokus pada inti permasalahan yang

dikaji, penulis perlu membatasi masalah-masalah ini pada kajian tentang:

a. Inovasi kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia, Dukuh Puntang, Cirebon,

b. Analisis konsep kurikulum yang diimplementasikan

c. Kaitan inovasi kurikulum pesantren Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia dengan tujuan pendidikan nasional.

3. Rumusan Masalah

Mengakomodir tiga masalah yang hendak dikaji dalam batasan

masalah, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana inovasi kurikulum Pesantren Bina Insan Mulia?

b. Konsep kurikulum seperti apa yang diimplementasikan di inovasi

kurikulum Pesantren Bina Insan Mulia?

c. Bagaimana keterkaitan inovasi kurikulum Pesantren Bina Insan

Mulia dengan tujuan pendidikan nasional?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara akademik dan terapan, penelitian ini ditujukan untuk:

a. Mengkaji inovasi kurikulum pesantren di Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia, Dukuh Puntang, Cirebon

b. Menganalisis konsep kurikulum yang diimplementasikan

dalam inovasi kurikulum pesantrennya

c. Menganalisis kaitan inovasi kurikulum Pesantren Bina

Insan Mulia dengan tujuan pendidikan nasional.

Page 32: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

14

2. Manfaat Penelitian

Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat

sebagai sumbangsih keilmuan dalam kajian tentang inovasi kurikulum

pesantren dalam hubungannya dengan konsep kurikulum yang

diimplementasikan, dan kaitan inovasi kurikulum dengan tujuan

pendidikan nasional.

Secara terapan, bagi pondok pesantren yang lain, penelitian ini

bisa menjadi input positif dalam inovasi kurikulum dan pemahaman

terhadap konsep kurikulum yang diimplementasikan, bagi pengasuh

pondok pesantren, penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam

mengaplikasikan inovasi kurikulum pesantren, bagi kementerian agama,

penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mendorong pesantren

berinovasi dalam aspek-aspek pendidikan. Bagi masyarakat umum,

penelitian ini diharapkan dapat mengubah pola pandang masyarakat

kebanyakan terhadap pesantren sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”.

Page 33: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

15

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan Pendidikan

Nasional

1. Teori Inovasi

Inovasi mengandung arti pembaharuan yang berdekatan dengan

perubahan. Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan, atau keadaan

yang memungkinkan membawa ke arah kebaikan. Inovasi kurikulum

pesantren menjadi ciri dalam usaha perombakan terhadap stagnasi

pengembangan pesantren. Usaha ini menjadi indikator peran pondok

pesantren dalam membina santri berkualitas, baik dalam pengetahuan

keagamaan maupun perkembangan sains dan teknologi.

Inovasi ialah suatu alat, hal, atau gagasan yang baru, dan belum

pernah ada sebelumnya. Keberadaan sesuatu yang baru ini diharapkan

menarik dan berguna. Sifat dari pelaku inovasi dikatakan sebagai inovatif,

sedangkan pelaku inovasi disebut inovator.

Inovasi sangat perlu dilakukan oleh penyedia barang atau jasa dalam

rangka mempertahankan minat pengguna atau konsumen, di samping

tentunya juga sebagai upaya untuk menjaga eksistensinya secara

kompetitif terutama dalam hal kualitas.

Inovasi harus menarik maksudnya ialah inovasi dapat menarik

minat orang lain untuk mempergunakannya. Inovasi mesti berguna yang

dikehendaki adalah inovasi ini berguna, baik bagi inovatornya maupun

orang lain dengan ciri lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan

hal, alat, atau gagasan sebelumnya. Sebagai contoh, dengan inovasi suatu

hal yang semula lama, bisa lebih cepat, yang asalnya berat dapat lebih

ringan.

Everett M. Rogers (1983) mendefinisikan inovasi sebagai ide,

gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai

suatu yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.

Inovasi adalah ciptaan-ciptaan baru (dalam bentuk materi maupun

intangible) yang memiliki nilai ekonomi yang berarti (signifikan),

biasanya dilakukan oleh perusahaan atau kadang-kadang juga individu

(Edquist: 2001).

Stephen Robbins (1994) menyatakan bahwa inovasi merupakan

suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau

memperbaiki suatu produk atau proses jasa.

Inovasi merupakan sebuah mekanisme perusahaan untuk beradaptasi

dalam lingkungan yang dinamis. Perusahaan dituntut untuk mampu

menciptakan pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan yang lebih

segar, dan menawarkan produk yang inovatif serta meningkatkan

pelayanan yang memuaskan pelanggan (Hurley dan Hult, 1998: 45).

Menurut Suryani (2008: 304), inovasi dalam konsep yang luas,

tidak hanya terbatas pada produk. Inovasi bisa berupa ide, cara-cara, atau

objek yang dipersepsikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, atau

dapat juga berupa perubahan yang dirasakan sebagai hal yang baru oleh

Page 34: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

16

masyarakat yang mengalaminya. Sedangkan dalam konteks pemasaran dan

perilaku konsumen, inovasi berkaitan dengan produk atau jasa yang

sifatnya baru, baik baru karena merujuk pada produk yang benar-benar

belum pernah ada sebelumnya, ataupun baru sebab adanya hal yang

berbeda yang merupakan penyempurnaan atau perbaikan produk

sebelumnya yang pernah ditemui konsumen.

Menurut UU No. 18 Tahun 2002, inovasi adalah kegiatan

penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan untuk

mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan

yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.

Merujuk kepada pendapat beberapa pakar dan UU No. 18 Tahun

2002, inovasi dapat dinyatakan sebagai sesuatu yang baru, baik karena

memang belum pernah ada sebelumnya, ataupun baru karena adanya

perbedaan yang menyempurnakan yang sebelumnya sudah ada, bisa

berupa alat, ide, cara, ataupun gagasan yang menarik dan bermanfaat yang

telah teruji melalui kajian, penelitian, dan percobaan.

Tabel 2.1. Definisi Inovasi menurut Beberapa Pakar

Suryani Stephen P

Robbins

Everett M

Rogers

Charles

Edquist

UU No. 18 Tahun

2002

Hurley dan

Hult

Inovasi bisa

berupa ide,

cara-cara, atau

objek yang

dipersepsikan

oleh seseorang

sebagai

sesuatu yang

baru, atau

dapat juga

berupa

perubahan

yang dirasakan

sebagai hal

yang baru oleh

masyarakat

yang

mengalaminya

suatu gagasan

baru yang

diterapkan untuk

memprakarsai

atau

memperbaiki

suatu produk

atau proses jasa

ide, gagasan,

praktik atau

objek/benda yang

disadari dan

diterima sebagai

suatu yang baru

oleh seseorang

atau kelompok

untuk diadopsi.

ciptaan-

ciptaan baru

(dalam

bentuk materi

maupun

intangible)

yang

memiliki

nilai ekonomi

yang berarti

(signifikan),

biasanya

dilakukan

oleh

perusahaan

atau kadang-

kadangjuga

individu

kegiatan

penelitian,

pengembangan,

dan/atau

perekayasaan yang

bertujuan untuk

mengembangkan

penerapan praktis

nilai dan konteks

ilmu pengetahuan

yang baru, atau

cara baru untuk

menerapkan ilmu

pengetahuan dan

teknologi yang

telah ada ke dalam

produk atau proses

produksi

sebuah

mekanisme

perusahaan

untuk

beradaptasi

dalam

lingkungan

yang

dinamis.

Sumber: Suryani (2008), Edquist (2001), Rogers (1987), Robbins (1994),

Hurley dan Hult (1998), serta UU No. 18 Tahun 2002.

Bagi Robbins, inovasi semestinya fokus pada tiga hal. Pertama,

gagasan baru, yaitu suatu olah pemikiran dalam mengamati suatu

fenomena yang sedang terjadi. Gagasan baru ini bisa berbentuk penemuan

dari suatu pemikiran, ide, sistem, hingga pada kemungkinan adanya

gagasan yang tak terungkap. Kedua, produk dan jasa, ialah langkah

berkesinambungan atau tindak lanjut dari gagasan melalui kajian,

Page 35: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

17

penelitian, dan percobaan, sampai melahirkan konsep yang lebih konkret

dalam bentuk produk dan jasa yang siap untuk diimplementasikan. Ketiga,

perbaikan, yakni upaya berkesinambungan untuk melakukan

penyempurnaan dan perbaikan secara sistematis agar inovasi tersebut

dapat dirasakan manfaatnya.

Terdapat setidaknya empat ciri dalam suatu inovasi, yaitu:

a. Inovasi memiliki kekhasan dalam ide, program, tatanan,

sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan

b. Inovasi memiliki unsur kebaruan, suatu inovasi harus

memiliki karakteristik sebagai sebuah karya dan buah

pemikiran yang mempunyai kadar orisinalitas

c. Inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana,

dipersiapkan secara matang dan tidak tergesa-gesa

d. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, program inovasi

harus memiliki arah yang ingin dicapai sekaligus strategi

untuk mencapai tujuan tersebut

Sedangkan sifat perubahan dalam inovasi ada 6, yakni:

a. Penggantian (substitution), yaitu inovasi dengan pergantian

yang jelas. Sebagai contoh, pergantian aliran musik, bentuk

barang atau alat, sistem pembayaran, dan lain-lain

b. Perubahan (alternation), ialah inovasi yang melahirkan suatu

perubahan, baik dalam bentuk, rasa, dan hal lainnya. Bisa

dicontohkan dalam dunia pendidikan perubahan metode

belajar bersama guru melalui media digital

c. Penambahan (addition), adalah inovasi pada suatu produk atau

jasa hanya berupa penambahan, tidak merubah produk.

Misalnya penambahan bonus atau hadiah atas pembelian

produk

d. Penyusunan kembali (restructuring), yakni inovasi yang

diupayakan untuk menyusun kembali suatu hal menjadi lebih

efisien, efektif, dan lebih baik lagi. Contoh dalam dunia

pendidikan seperti penyusunan kembali urutan mata pelajaran

e. Penghapusan (elimination), merupakan inovasi dengan

menghilangkan unsur tertentu dari produk maupun jasa

f. Penguatan (reinforcement), inovasi yang berupaya

menguatkan produk atau jasa. Dalam dunia pendidikan

misalnya penguatan dan pemantapan tenaga pendidik dalam

mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien

(repository.unisba.ac.id)

Memperhatikan fokus inovasi menurut Robbins, ciri, dan sifat

perubahannya, suatu gagasan baru akan disebut sebagai sebuah inovasi

jika dijaga kekhasannya, kebaruannya, direncanakan dengan tujuan yang

jelas, ditindak lanjuti melalui penelitian dan kajian hingga menjadi produk

atau jasa, serta dilakukan perbaikan yang diperlukan dalam rangka

kebermanfaatan.

Inovasi harus dikelola dalam manajemen inovasi yang baik.

Manajemen inovasi ialah proses mengelola inovasi di suatu perusahaan

agar dapat berdaya guna bagi penciptaan keunggulan bersaing yang

Page 36: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

18

berkelanjutan bagi perusahaan. Manajemen inovasi amat diperlukan untuk

menjaga agar inovasi berjalan sistematis, efisien, dan berkelanjutan, juga

agar ide-ide inovatif tidak menumpuk dan lambat diperkenalkan kepada

konsumen.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat dipahami bahwa jika

ide-ide inovatif ini menumpuk dan lambat diperkenalkan kepada publik

sebagai akibat dari manajemen inovasi yang tidak baik, maka akan terjadi

stagnasi yang pada gilirannya menyebabkan perusahaan atau jika ini

diterapkan di lembaga pendidikan, lembaga pendidikan tersebut kalah

dalam berkompetisi, bahkan mengancam keberlanjutan dari lembaga

pendidikan tersebut.

Perubahan dan pengembangan merupakan bagian dari inovasi,

dan termasuk di dalamnya adalah perubahan dan pengembangan

kurikulum. Perubahan dan pengembangan kurikulum harus didukung oleh

seluruh komponen pendukung kurikulum, terutama oleh pengajar dan

pendidik sebagai figur sentral proses pembelajaran.

Dalam sudut pandang global, konteks yang menyeluruh,

kompetensi seorang guru sebagai figur sentral proses pembelajaran sangat

diperlukan, terlebih pada fungsinya sebagai figur yang memberikan

wawasan keilmuan serta informasi-informasi terbaru tentang pendidikan

(Fauzan, 2017: 197).

Menurut Soetopo dan Soemanto (1991: 39-40), sifat perubahan

kurikulum bisa sebagian-sebagian, dapat juga menyeluruh. Perubahan

sebagian adalah perubahan yang terjadi hanya pada unsur tertentu, misal

perubahan dalam metode mengajar saja, atau penilaian saja. Perubahan

menyeluruh merupakan perubahan yang meliputi keseluruhan sistem

kurikulum, contoh untuk ini adalah perubahan kurikulum 1968 menjadi

kurikulum 1975 dan 1976.

Untuk memahami inovasi kurikulum dengan baik, perlu

diperhatikan hal-hal terkait inovasi kurikulum sebagai berikut:

a. Faktor Penyebab dilakukannya Inovasi Kurikulum

Faktor-faktor penyebab inovasi atau perubahan kurikulum

antara lain:

1) Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan

yang lain. Perubahan dan perkembangan praktek pendidikan di

suatu negara apalagi negara tetangga harus mendapat perhatian

serius, sehingga pendidikan negara kita tidak tertinggal

2) Berkembangnya industri, produksi, dan teknologi. Perubahan dan

perkembangan di bidang teknologi yang pesat harus disikapi

dengan sigap oleh tim pengembangan kurikulum agar output dari

lembaga pendidikan tidak terasing (teralienasi)

3) Orientasi politik dan praktek kenegaraan. Kurikulum pendidikan

tidak terlepas dari pergolakan politik suatu bangsa, sebagai

contoh, jika negara memberikan kebebasan kepada rakyatnya

untuk memeluk dan menyiarkan agama, maka agama berarti turut

andil dalam pembinaan bangsa. Peranan ini tentunya juga

terintegrasi dalam segi kehidupan masyarakat melalui sistem

kependidikan dan keagamaan (Arifin, 2003:127)

Page 37: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

19

4) Pandangan intelektual yang berubah (Heri, Noer Aly dan Munzier,

2002:194). Sutrisno (2005:106) menyatakan bahwa krisis yang

terjadi pada pertengahan 1997 hingga mencapai puncaknya pada

1998, merubah pandangan intelektual khususnya intelektual

muslim, yang sebelumnya berpandangan bahwa arah kurikulum

pendidikan pada pencapaian materi menjadi pencapaian

kompetensi, berkaca pada kualitas output yang rendah jika

dibandingkan dengan negara lain

5) Perubahan dalam masyarakat

6) Eksploitasi ilmu pengetahuan (Nasution, 2001: 251). Lahirnya

disiplin ilmu baru sejalan dengan pesatnya kemajuan di berbagai

bidang kehidupan

Merujuk kepada beberapa faktor penyebab dilakukannya

inovasi kurikulum, maka inovasi kurikulum yang terjadi di

pesantren di Indonesia, terjadi karena kesadaran mereka untuk

tidak tertinggal dari perubahan dan perkembangan lembaga

pendidikan lain yang sekaligus dipengaruhi oleh perkembangan

sains dan teknologi, orientasi politik, perubahan pandangan

intelektual, dan perubahan dalam masyarakat.

b. Langkah-langkah Inovasi Kurikulum

Pada umumnya, perubahan kurikulum mencakup komponen

kurikulum, yaitu: 1) Tujuan kurikulum; 2) Isi dan struktur kurikulum;

3) Strategi kurikulum; 4) Sarana kurikulum; dan 5) Sistem evaluasi

kurikulum. Perubahan kurikulum dimulai dari perubahan konseptual

yang fundamental, berlanjut ke perubahan struktural. Perubahan ini

perlu dilakukan mengingat perlunya kurikulum menyesuaikan diri

dengan laju perkembangan masyarakat. Adapun langkah-langkah

pembaharuan kurikulum ialah:

a) Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat

b) Studi tentang karakteristik dan kebutuhan anak didik

c) Mobilitas suatu perubahan kurikulum

d) Formulasi tujuan pendidikan atau kompetensi

e) Menetapkan aktifitas belajar dan mata pelajaran

f) Mengorganisasikan pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit

pelajaran

g) Uji coba kurikulum yang diperbaharui

h) Implementasi kurikulum baru

i) Evaluasi dan revisi kurikulum (Sudjana, 1996: 145-152)

c. Kesulitan yang dihadapi dalam Inovasi Kurikulum

Kesulitan-kesulitan dalam perubahan kurikulum disebabkan

oleh beberapa hal, antara lain:

1) Sukarnya menerima perubahan kurikulum dikarenakan proses

rumit yang lama dan terbatas serta rendahnya sumber daya

manusia yang dimiliki

2) Adanya pihak-pihak tertentu yang bersifat konservatif

3) Kecenderungan terhadap tokoh yang mencetuskan perubahan

kurikulum

4) Memerlukan dana yang besar (Nasution, 2001: 252- 256)

Page 38: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

20

5) Seringkali implementasi di lapangan lebih sulit dari ide yang

dicetuskan

d. Kelambanan Inovasi Kurikulum

Kelambanan perubahan dalam bidang pendidikan memiliki

beberapa alasan (Nasution, 2001: 127), antara lain:

1) Metode tertentu atau kurikulum tertentu dianggap belum pasti

memberikan pengaruh keberhasilan praktek pendidikan

2) Tidak adanya petugas khusus pemerintah untuk kurikulum yang

siaga membantu guru terhadap permasalahan yang dihadapi

3) Guru yang berinovasi tidak mendapat perhatian

4) Rendahnya tingkat kesejahteraan guru sehingga guru cenderung

bertahan dengan cara-cara lama (Supriadi, 2004: 75)

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kesulitan dan

kelambanan inovasi kurikulum tidak terjadi atau minimal bisa

dikurangi jika langkah-langkah inovasi kurikulum dilakukan tahap

demi tahap dengan baik. Dengan memperhatikan poin nomor 3

(tiga) pada kelambanan inovasi kurikulum, maka poin nomor 2

(dua) pada langkah inovasi kurikulum bisa ditambahkan dengan

studi terhadap karakteristik dan kebutuhan pendidik, mengingat

begitu kuatnya jalinan antara anak didik dengan pendidik.

e. Prinsip-prinsip Inovasi (Pengembangan) Kurikulum

Terdapat prinsip-prinsip yang perlu dijadikan acuan agar

kurikulum sesuai dengan keinginan seluruh stake holder (pemangku

kepentingan), baik dari kalangan pesantren, santri, orang tua,

masyarakat, dan pemerintah (Nurhayati, 2010: 18), yaitu:

1) Prinsip Relevansi

Pendidikan dianggap sangat relevan jika hasil

pendidikan memiliki nilai fungsional bagi kehidupan (Idi, 2010:

179). Maksudnya, ada kesesuaian antara hasil pendidikan dengan

tuntutan kehidupan di masyarakat. Dalam sebuah kurikulum

terdapat dua relevansi, yakni relevansi ke dalam dan relevansi ke

luar (Sukmadinata, 2012: 150). Relevansi ke dalam berarti adanya

kesesuaian atau konsistensi antara komponen kurikulum.

Sedangkan relevansi ke luar mengandung arti tujuan dan isi

kurikulum sesuai dengan hal-hal berikut:

a) Relevansi pendidikan dengan kurikulum anak didik.

Pengembangan kurikulum dan ketentuan bahan pengajaran

hendaknya disesuaikan dengan kehidupan nyata anak didik

b) Relevansi pendidikan dengan kehidupan masa kini dan masa

depan. Kurikulum bersifat antisipatif dan prediktif karena

materi yang diajarkan bermanfaat untuk persiapan masa depan

anak didik

c) Relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Lulusan dapat

mengakses bursa kerja sesuai dengan spesifikasi pendidikan

d) Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(Subandijah, 1993: 50)

Page 39: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

21

Prinsip relevansi menjadi penting dalam sebuah

pengembangan kurikulum karena ketika pendidikan sudah

dianggap tidak relevan, maka lembaga pendidikan tersebut

ditinggalkan oleh masyarakat sebagai imbas dari

ketidaksesuaian dengan tuntutan hidupnya.

2) Prinsip Efektivitas

Prinsip efektivitas dapat diartikan sebagai pencapaian

perencanaan dengan keinginan. Dalam proses pendidikan,

efektivitas dapat dilihat dari dua sisi (Hidayat, 2013: 75), yaitu:

a) Efektivitas mengajar pendidik, yakni sejauhmana kegiatan

belajar mengajar yang telah direncanakan dapat terlaksana

dengan baik

b) Efektivitas belajar anak didik berkaitan dengan sejauhmana

tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai melalui

kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan

Dalam prinsip efektivitas, efektivitas mengajar pendidik

dan efektivitas belajar anak didik tercapai dengan baik jika

perangkat pembelajaran tersedia, seperti: silabus, RPP, agenda

harian, daftar hadir, daftar nilai dan sebagainya.

3) Prinsip Efisiensi

Prinsip efisiensi bertolak dari prinsip ekonomi dengan

tenaga, biaya, dan waktu sekecil mungkin mendapatkan hasil

maksimal. Pada dasarnya merupakan perbandingan antara

pengeluaran dan hasil yang dicapai, dengan harapan setidaknya

ada keseimbangan antara pengeluaran dengan hasil yang dicapai

(Sukiman, 2015: 37).

4) Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas ialah saling keterkaitan antara tingkat

pendidikan, program pendidikan, dan bidang studi (Nurhayati,

2010: 115). Hal ini berkaitan dengan perkembangan dan proses

belajar anak didik yang senantiasa berlangsung secara

berkesinambungan, tidak terputus, dan tidak berhenti-henti

(Sukmadinata, 2012: 151).

Menurut Idi (2010: 182), minimal terdapat dua

kesinambungan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

a) Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah, bahan

pelajaran yang dibutuhkan untuk belajar lebih lanjut pada

tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah

diajarkan pada tingkat sebelumnya; bahan pelajaran yang telah

diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih rendah tidak

harus diajarkan lagi pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.

b) Kesinambungan di antara berbagai bidang studi, menunjukkan

pengembangan kurikulum harus memperhatikan hubungan

antara bidang studi yang satu dengan yang lain.

Prinsip kontinuitas dalam pandangan Nurhayati sekarang

ini dikenal dengan prinsip linieritas yang acapkali menjadi

ganjalan pada karir guru dan dosen. Sebagai contoh, seorang

Page 40: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

22

guru yang sudah diangkat sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil)

dan bertugas mengajar di MI (Madrasah Ibtidaiyah) dengan

bekal ijazah SI Tarbiyah, harus kuliah kembali di PGMI

(Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah). Meskipun di sisi lain,

penerapan peraturan ini sudah sesuai dengan Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 16 Tahun 2019

tentang Penataan Linieritas Guru Bersertifikat Pendidik.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 16 Tahun

2019 merupakan perubahan atas Peraturan menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No. 46 Tahun 2016. Isi pokok dari Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 16 Tahun 2019

adalah menyatakan bahwa merubah seluruh lampiran

Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan No. 46 Tahun

2016 berbunyi sebagaimana tercantum dalam lampiran I,

lampiran II, lampiran III, lampiran IV, dan lampiran V

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 16 Tahun

2019.

Lampiran I, berisi ketentuan tentang kesesuaian bidang atau

mata pelajaran yang diampu dengan sertifikat pendidik

jenjang Taman Kanak-Kanak (TK).

Lampiran II, berisi ketentuan tentang kesesuaian bidang atau

mata pelajaran yang diampu dengan sertifikat pendidik

jenjang Sekolah Dasar (SD).

Lampiran III, berisi ketentuan tentang kesesuaian bidang atau

mata pelajaran yang diampu dengan sertifikat pendidik

jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Lampiran IV, berisi ketentuan tentang kesesuaian bidang atau

mata pelajaran yang diampu dengan sertifikat pendidik

jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

Lampiran V, berisi ketentuan tentang kesesuaian bidang atau

mata pelajaran yang diampu dengan sertifikat pendidik

jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

5) Prinsip Fleksibilitas

Fleksibilitas dalam kurikulum dapat diklasifikasi dalam

dua macam, yaitu fleksibilitas dalam memilih program pendidikan

dan fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran

(Hidayat, 2013: 77). Fleksibilitas dapat diartikan lentur atau

luwes, maksudnya tidak kaku, ada ruang untuk kebebasan

bertindak (Drajat, 2006: 127).

Kebebasan bertindak perlu, karena dalam diri anak didik

terdapat banyak perbedaan dalam segala hal, bakat, kemampuan

membaca, menulis, keterampilan, dan sebagainya. Kurikulum

yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi

dalam pelaksanaannya masih memungkinkan adanya penyesuaian-

penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu, maupun

kemampuan dan latar belakang anak (Sukmadinata, 2009: 151).

Sebagai benang merah dari beberapa teori yang

berkaitan dengan prinsip fleksibilitas, dapat dinyatakan bahwa

Page 41: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

23

prinsip ini dikembangkan untuk mengakomodir bakat dan potensi

anak yang beragam, sehingga anak tidak terbebani dalam proses

pendidikannya. Ketidakmampuan anak pada satu bidang studi,

sepatutnya mendorong pendidik untuk menggali bakat dan potensi

anak dalam bidang studi yang lain.

6) Prinsip Orientasi pada Tujuan

Tujuan penting untuk menentukan metode mengajar, alat

pembelajaran, dan evaluasi (Subandijah, 1993: 54). Tercapainya

tujuan pendidikan menjadi terarah karena semua jam dan aktifitas

pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik dan peserta didik

telah ditentukan jauh sebelum bahan pelajaran ditentukan.

Perumusan tujuan pendidikan menurut Sukmadinata

(2012: 153) bersumber pada:

a) Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah yang dapat ditemukan

dalam dokumen lembaga negara mengenai tujuan dan strategi

pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan

b) Survei mengenai persepsi orang tua siswa atau masyarakat

tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau

wawancara dengan mereka

c) Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang

tertentu dihimpun melalui angket atau wawancara, observasi,

dan dari berbagai media masa

d) Survei tentang man power

e) Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama

f) Penelitian

7) Prinsip Sinkronisasi

Prinsip sinkronisasi berarti sifat terarah dan satu tujuan

semua kegiatan dalam kurikulum (Nurgiantoro, 1988: 158).

Keterpaduan kegiatan-kegiatan dalam kurikulum sehingga satu

sama lain saling mendukung, bukan saling menghambat.

Komponen-komponen kurikulum harmonis, bahkan membentuk

satu kesatuan yang utuh.

Secara keseluruhan, prinsip-prinsip pengembangan

kurikulum ini saling berkait berkelindan satu dengan yang lain,

oleh karena itu perlu adanya sinkronisasi. Sinkronisasi terwujud

jika tujuan atau orientasi jelas dengan memperhatikan segi

fleksibilitasnya, dengan demikian, lahir efektivitas dan efisiensi.

Untuk menjaga kontinuitasnya, maka relevansi pendidikan harus

diperhatikan.

f. Landasan Pengembangan Kurikulum

Sukiman (2015:5) menyatakan bahwa pada esensinya

pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai dari

menyusun kurikulum, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan

memperbaiki sehingga didapatkan suatu bentuk kurikulum yang

dianggap ideal. Pengembangan kurikulum merupakan bagian dari

inovasi kurikulum karena menunjukkan perubahan-perubahan dan

kemajuan-kemajuan.

Page 42: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

24

Jika diperhatikan, ada kesesuaian antara esensi

pengembangan kurikulum dalam pandangan Sukiman dengan fokus

inovasi menurut Robbins pada adanya gagasan atau ide baru, tindak

lanjut dalam bentuk produk atau jasa dan perbaikan dalam rangka

memperoleh bentuk yang ideal.

Pengembangan kurikulum dilakukan sebagai upaya untuk

lebih baik dari kurikulum sebelumnya. Itulah mengapa pengembangan

kurikulum merupakan bagian dari inovasi, karena inovasi pada

dasarnya dicirikan dengan efektivitas dan efisiensi yang bermuara

pada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.

Pengembangan kurikulum dapat dilakukan oleh siapa saja, di

tingkat manapun, baik guru, kelompok guru, pusat guru, tingkat

daerah, maupun proyek tingkat nasional (Hamalik, 2012: 104). Dalam

rangka pengembangan kurikulum terdapat beberapa landasan yang

masing-masing landasan berperan dalam pengembangan kurikulum.

Berikut ini, landasan-landasan pengembangan kurikulum:

1) Landasan filosofis, yakni pandangan hidup masyarakat.

Pendidikan berdasarkan pancasila merupakan pandangan hidup

masyarakat Indonesia (Dakir, 2010: 79). Sedangkan menurut

Hamalik (2014: 19), untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip

pembelajaran, serta seperangkat pengalaman belajar yang bersifat

mendidik, bisa menggunakan filsafat pendidikan sebagai landasan.

Filsafat pendidikan dimaksud seperti: Empirisme atau aliran

optimistis yang digaungkan Jhon Locke (1632-1674), Nativisme

atau aliran pesimistis yang diperkenalkan Arthur Schopenhauer

(1788-1860), dan Konvergensi atau aliran realistis yang dibawa

oleh Louis William Stern.

2) Landasan psikologis, yaitu landasan dalam memilih pengalaman

belajar ideal berdasarkan psikologi. Setidaknya, psikologi

perkembangan dan psikologi belajar diperlukan dalam landasan

pengembangan kurikulum, entah itu dalam merumuskan tujuan,

memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan

metode pembelajaran, serta teknik-teknik penilaian (Sukmadinata,

2012: 46). Psikologi perkembangan ialah cabang dari ilmu

psikologi yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek

kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai meninggal. Sedangkan

psikologi belajar adalah ilmu tentang perilaku manusia dalam

aktifitas belajar.

Hal berbeda diungkapkan oleh Idi (2010: 80), hal-hal yang sangat

relevan dalam merencanakan pengalaman-pengalaman pendidikan

ialah teori-teori belajar, teori-teori kognitif, perkembangan

emosional, dinamika grup, perbedaan kemampuan individu,

kepribadian, model formasi sikap dan perubahan, serta

mengetahui motivasi.

3) Landasan sosiologis, yakni pertimbangan sosio-kultural. Hamalik

(2013: 80) menilai masyarakat sebagai sistem sosial yang meliputi

berbagai komponen, sub sistem kepercayaan, nilai-nilai,

kebutuhan dan permintaan, yang satu sama lain berpengaruh

Page 43: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

25

dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum agar relevan

dengan kondisi sosiologis masyarakat. Pengembangan kurikulum

juga mesti memperhatikan unsur-unsur pendidikan informal,

mempertimbangkan kepentingan peserta didik di masa mendatang,

dan membekali kemampuan yang cukup bagi peserta didik

(Arifin, 2013: 75).

4) Landasan perkembangan ilmu dan teknologi, yakni kurikulum

dapat mengimbangi perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan

mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, maka akan diperoleh kurikulum yang sesuai, sehingga

tidak tertinggal dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin maju (Widyastono, 2014: 33).

2. Teori Kurikulum Pesantren

a. Kurikulum

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2015 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.

Dokumen kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (2012: 2) dalam pembahasan mengenai pengertian dan

substansi kurikulum secara konseptual menyebutkan bahwa:

“kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan

masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya.

Secara paedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang

memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi

dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai

dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan

masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu

kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan

keputusan yuridis di bidang pendidikan”

Menurut Sukmadinata (2012: 4), kurikulum adalah semua

aspek yang terkait dengan pendidikan seperti metode belajar dan

sasaran-sasaran pembelajaran. Kurikulum mengandung beberapa arti,

yaitu (1) rencana pembelajaran, (2) rencana belajar murid, (3)

pengalaman belajar murid yang diperoleh dari sekolah atau madrasah

(Hidayat, 2013: 20). Lebih jauh, Arifin (2013: 5) menyatakan bahwa

kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman belajar serta

“segala sesuatu” yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi

peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung

jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

“Segala sesuatu” yang dimaksud di sini merupakan hidden

curriculum (kurikulum tersembunyi) seperti fasilitas sekolah,

lingkungan yang aman, suasana akrab, kerja sama yang harmonis dan

Page 44: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

26

sebagainya yang dinilai turut mendukung keberhasilan pendidikan.

Sedangkan Deweys sebagaimana dikutip oleh Ornstein dan Hunkins

(2009: 10) menyebutkan bahwa: “curriculum is all the experiences

children have under guidance of teachers”.

Berdasarkan beberapa definisi tentang kurikulum, bisa ditarik

konklusi bahwa kurikulum merupakan pengalaman belajar murid

dalam arahan gurunya termasuk segala hal yang turut memberi

pengaruh dalam mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan

bentuk perencanaan, dan yang perlu diperhatikan dari perencanaan

adalah apa yang dituangkan dalam rencana dipengaruhi oleh asumsi si

perencana tentang pendidikan. Sedangkan pandangan tentang

keberadaan pendidikan dipengaruhi oleh filosofi pendidikan yang

diyakini oleh si perencana (Ali, 2008: 2).

Mengacu pada kurikulum menurut John D. Neil dalam (Nur

Ahid, 2006: 22-24), terdapat empat konsep kurikulum. Pertama,

Kurikulum akademik, yakni kurikulum yang mengutamakan isi

pendidikan atau pengetahuan. Pendidikannya lebih bersifat intelektual,

di samping materi, proses belajar siswa juga sangat diperhatikan.

Kedua, kurikulum humanistik, yaitu kurikulum yang

menekankan pada pendidikan integratif aspek afektif meliputi emosi,

sikap, dan nilai, serta aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan

kecakapan intelektual berdasarkan asumsi bahwa anak atau siswa

adalah sentral aktifitas pendidikan yang mempunyai sejumlah potensi,

kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.

Ketiga, kurikulum rekonstruksi sosial, ialah kurikulum yang

menitikberatkan kemampuan siswa untuk berinteraksi, bekerjasama,

baik dengan sesama siswa, guru, dan lingkungan dalam rangka

menghadapi problem-problem kehidupan masyarakat. Menurut konsep

ini, terdapat keterkaitan interaksi dengan hasil pendidikan.

Interaksi siswa dalam pendidikannya melalui kurikulum yang

diterapkan, baik dalam tujuan, isi, proses, dan evaluasi, tidak hanya

dengan lingkungan pendidikannya bersama guru atau pendidik dan

sesama siswa, melainkan juga bersamaan dengan interaksinya dengan

lingkup agama, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan alam sekitarnya,

yang kesemuanya mempengaruhi hasil pendidikan itu sendiri.

Keempat, kurikulum teknologi, adalah kurikulum yang

menekankan kepada penguasaan teknologi, baik piranti lunak maupun

piranti keras dalam rangka menunjang efisiensi dan efektivitas

pendidikan.

Page 45: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

27

Gambar 2.1. Interaksi Kurikulum dengan Lingkungan

Pendidikan

Sumber: Nur Ahid, 2006: 24

Pembahasan tentang kurikulum pesantren tidak bisa lepas dari

kurikulum pendidikan nasional, karena pesantren merupakan bagian

dari pendidikan nasional, dan pembicaraan tentang kurikulum

pendidikan nasional didahulukan karena istilah kurikulum lebih

dahulu dikenal dalam ranah pendidikan nasional.

b. Kurikulum Pendidikan Nasional

Mengacu kepada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 Pasal 1 ayat (2), pendidikan

nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar

pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap

terhadap tuntutan perubahan jaman.

Kurikulum dapat dikatakan sebagai jantung pendidikan suatu

negara, dalam kualitas pendidikannya, ataupun sebaliknya karena tiga

alasan. Pertama, kurikulum merupakan bidang yang paling

Tujuan

Isi

Proses

Evaluasi

Hasil Pendidikan Lingkungan

Pendidikan

Religi

Ekonomi Sosial

Politik Budaya

Alam

Page 46: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

28

berpengaruh langsung terhadap hasil pendidikan (Sukmadinata, 2012:

158). Kedua, kurikulum sangat menentukan proses dan hasil suatu

sistem pendidikan. Ketiga, kurikulum bisa berfungsi sebagai media

untuk mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman untuk pelaksanaan

pengajaran pada semua jenis dan semua tingkat pendidikan (Arifin,

2011: 25).

Menuju pendidikan yang berkualitas dan sebagai bentuk

kepekaan terhadap tuntutan perubahan jaman, kurikulum pendidikan

Indonesia mengalami beberapa kali perubahan dengan kekhasan

pendekatan dan tujuannya masing-masing, yang sudah barang tentu

dipengaruhi faktor masyarakat, sistem nilai, filosofi, sosial budaya,

politik, pembangunan negara dan perkembangan dunia, serta ilmu

pengetahuan dan teknologi sejak kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968,

1973, 1975, 1984 (CBSA), 1994, 2004 (KBK), 2006 (KTSP), 2013

(Kurtilas).

1) Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan

memakai istilah leer plan. Istilah ini berasal dari bahasa Belanda

yang berarti rencana pelajaran. Perubahan kisi-kisi pendidikan

lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke

kepentingan nasional. Pancasila ditetapkan sebagai asas

pendidikan. Rencana pelajaran 1947 bisa disebut sebagai

pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Pendidikan sebagai

development conformism pada masa itu lebih menitik beratkan

pada pembentukan watak manusia Indonesia yang merdeka dan

berdaulat, serta sejajar dengan bangsa-bangsa lain (Uhbiyati,

2008: 57).

2) Rencana Pelajaran Terurai 1952

Kurikulum ini merupakan upaya penyempurnaan, sudah

mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Adapun ciri dari

kurikulum ini ialah setiap isi pelajaran harus bisa dihubungkan

dengan kehidupan sehari-hari dan silabus pelajaran menunjukkan

secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.

3) Rencana Pendidikan 1964

Rencana Pendidikan 1964 merupakan alat untuk

membentuk manusia pancasilais yang sosialis Indonesia dengan

sifat-sifat sesuai dengan Ketetapan MPRS No. II Tahun 1960.

Metode belajar disebut gotong royong terpimpin, dan pemerintah

menerapkan hari sabtu sebagai hari krida, merupakan hari siswa

bebas berlatih kegiatan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga,

dan permainan sesuai dengan minat siswa. Rencana pendidikan

1964 bersifat separate subject curriculum, memisahkan mata

pelajaran berdasarkan pada lima kelompok bidang studi yang

dikenal sebagai pancawardhana. Menurut Hamalik (2008: 17-18)

kelima kelompok bidang studi tersebut tersusun sebagai berikut:

Page 47: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

29

a) Pengembangan Moral:

Pendidikan Kemasyarakatan

Pendidikan Agama/budi pekerti

b) Perkembangan Kecerdasan:

Bahasa Daerah

Bahasa Indonesia

Berhitung

Pengetahuan Alamiah

c) Pengembangan Emosional atau artistik:

Pendidikan Kesenian

Pengembangan Keprigelan

d) Pendidikan Keprigelan

e) Pengembangan Jasmani

4) Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum

1964. Terjadi perubahan struktur kurikulum pendidikan dari

pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan

dasar, dan kecakapan khusus. Dapat dikatakan bahwa kurikulum

1968 merupakan wujud dari perubahan orientasi pada pelaksanaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

secara murni dan konsekuen.

Menurut Hamalik (2008: 45), metode pembelajaran pada

kurikulum ini sangat terpengaruh oleh perkembangan ilmu

pendidikan dan psikologi di akhir tahun 1960, salah satunya ialah

teori psikologi unsur. Oleh karena itu, mengeja merupakan salah

satu contoh penerapan metode ini. Struktur kurikulum 1968

terlihat seperti berikut:

a) Pembinaan Jiwa Pancasila, mata pelajarannya adalah:

Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,

Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Pendidikan

Olahraga

b) Pengembangan Pengetahuan Dasar, mata pelajarannya

ialah: berhitung, IPA, Pendidikan Kesenian,

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Pembinaan

kecakapan Khusus, dan Pendidikan Kejuruan

5) Kurikulum 1973

Sebagai pengganti kurikulum 1968, prinsip-prinsip yang

digunakan kurikulum 1973 adalah sebagai berikut:

a) Berorientasi tujuan, pemerintah merumuskan apa

yang dikenal dengan hirarki tujuan pendidikan,

meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan

institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional

umum dan tujuan instruksional khusus.

b) Menganut pendekatan integratif, maksudnya setiap

pelajaran mempunyai arti dan peranan yang

menunjang tercapainya tujuan-tujuan yang lebih

integratif.

Page 48: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

30

6) Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1973,

menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas daya dan

waktu

b) Menganut pendekatan sistem instruksional yang

dikenal sebagai prosedur pengembangan Sistem

Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa

mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik.

Dapat dirumuskan dan diukur dalam bentuk tingkah

laku siswa. Pembelajaran lebih banyak menggunakan

teori behaviorisme, yakni memandang bahwa

keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh lingkungan

dengan stimulus dari luar, seperti sekolah dan guru

(Hamalik, 2008: 56).

7) Kurikulum 1984 (CBSA)

Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Tujuan yang harus dicapai siswa merupakan hal yang

mesti dirumuskan pertama kali, jauh sebelum memilih

dan menentukan bahan ajar. Hal ini karena kurikulum

ini berorientasi kepada tujuan instruksional,

berdasarkan pandangan bahwa pemberian pengalaman

belajar siswa dalam waktu yang terbatas mesti

diupayakan sungguh-sungguh fungsional dan efektif.

b) Pendekatan pengajaran terpusat pada peserta didik

(Student Centered Learning) dipilih melalui metode

CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). CBSA merupakan

pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan

kepada siswa atau peserta didik untuk aktif terlibat

secara fisik, mental, intelektual, dan emosional

dengan harapan siswa memperoleh pengalaman

belajar secara maksimal, baik dalam kemampuan

kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

c) Pendekatan spiral digunakan untuk mengemas bahan

ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi

pelajaran. Semakin tinggi kelas, semakin dalam dan

luas materi pelajaran yang diberikan.

d) Pengertian ditanamkan terlebih dahulu sebelum

latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa

didasarkan atas pengertian, baru kemudian setelah

mengerti dilanjutkan dengan latihan. Peraga juga

disiapkan untuk membantu siswa memahami konsep.

e) Tingkat kesiapan dan kematangan siswa menjadi

perhatian dalam pemberian materi pelajaran.

Penyajian materi pelajaran bertahap dari yang mudah

menuju yang sukar, dari sederhana menuju yang

kompleks, induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan,

Page 49: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

31

pendekatan konkret, semi konkret, semi abstrak dan

abstrak.

f) Menggunakan pendekatan keterampilan proses.

8) Kurikulum 1994

Terdapat ciri-ciri yang menonjol pada pemberlakuan

kurikulum 1994, sebagai berikut:

a) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan

sistem catur wulan.

b) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi

pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada isi

atau materi pelajaran).

c) Kurikulum bersifat populis, artinya kurikulum

tersebut memberlakukan satu sistem kurikulum untuk

semua siswa di seluruh Indonesia.

d) Guru mempergunakan strategi yang melibatkan siswa

aktif secara mental, fisik, dan sosial. Bentuk soal yang

diberikan mengarah pada jawaban yang bersifat

konvergen divergen (menyelidik, memungkinkan

lebih dari satu jawaban).

e) Mengedepankan keserasian antara pangajaran dengan

penekanan pada pemahaman konsep dan pengajaran

dengan penekanan pada keterampilan menyelesaikan

soal dan pemecahan masalah, upaya ini dilakukan

dengan menyesuaikan pengajaran mata pelajaran

dengan kekhasan konsep atau pokok bahasan dan

perkembangan pola pikir siswa.

f) Pengajaran bertahap dimulai dari yang mudah ke yang

sulit, dari yang konkret ke yang abstrak, dari

sederhana menuju yang kompleks.

g) Untuk memperoleh pemahaman siswa terhadap materi

yang lebih baik, materi-materi yang tergolong sulit

diulang.

Para pembuat kebijakan kemudian menyempurnakan

kurikulum 1994 ini dengan suplemen kurikulum 1997,

berdasarkan pada tiga hal, yaitu: pertama, beban belajar siswa

terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan substansi setiap

mata pelajaran; kedua, materi pelajaran dianggap terlalu sukar,

kurang relevan dengan perkembangan berpikir siswa, dan kurang

bermakna karena kurang terkait dengan keseharian. Oleh karena

itu, penyempurnaan kurikulum merupakan upaya penyesuaian

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

kebutuhan masyarakat, memperoleh proporsi yang tepat

mempertimbangkan tujuan yang dicapai, beban belajar, potensi

siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukung.

9) Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Kurikulum Berbasis Kompetensi diarahkan untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,

sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu

Page 50: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

32

dalam bentuk keahlian, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh

tanggung jawab (Mulyasa, 2006: 39). Menurut Departemen

Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah

seperangkat rencana pengaturan tentang kompetensi dan hasil

belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar

mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam

pengembangan kurikulum sekolah dengan setiap pelajaran

memiliki detil kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

Dengan demikian, menurut Fauzan (2017: 121),

Kurikulum Berbasis Kompetensi ditujukan untuk menciptakan

lulusan sebagai output yang kompeten dan cerdas dalam

membangun identitas budaya dan bangsanya.

Beberapa keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi

jika dibandingkan dengan kurikulum 1994 adalah:

a) Kurikulum Berbasis Kompetensi mengedepankan

learning to know, learning to do, learning to live

together, dan learning to be sebagaimana digagas

UNESCO.

b) Silabus menjadi kewenangan guru, di dalamnya

melibatkan peran serta guru dan siswa dalam proses

pembelajaran.

c) Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu.

d) Metode pembelajaran keterampilan proses dengan

metode PAKEM dan CTL.

e) Penilaian berbasis kelas, menitik beratkan kepada

kemampuan kognitif dari tiga kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

f) Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki empat

komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar,

penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar,

dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.

Kurikulum dan hasil belajar menguraikan tentang

perencanaan pengembangan kompetensi siswa yang

perlu dicapai secara menyeluruh sejak lahir hingga

usia 18 tahun. Penilaian berbasis kelas adalah

melakukan penilaian secara seimbang dalam tiga

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui

instrumen tes dan non tes berupa portofolio, produk,

kinerja, dan pencil test. Sedangkan kegiatan belajar

mengajar ditujukan pada kegiatan siswa dalam

membangun makna, guru bertindak sebagai motivator,

mendorong siswa belajar secara optimal (Ahmadi,

2013: 79).

10) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

Menurut Sanjaya (2008: 127-128), Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan ini lahir dari semangat otonomi daerah, dalam

arti urusan pendidikan tidak semuanya tanggung jawab pusat,

sebagian menjadi tanggung jawab daerah. Oleh sebab itu, dilihat

Page 51: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

33

dari pola atau model pengembangannya, Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan merupakan salah satu model kurikulum yang

bersifat desentralistik.

Implementasi KTSP 2006 dalam sistem pendidikan

Indonesia tidak sekedar pergantian kurikulum, tetapi menyangkut

perubahan mendasar dalam sistem pendidikan, menuntut

perubahan paradigma dalam pembelajaran karena penerapan

KTSP juga terkait pola pikir, filosofi, komitmen guru, sekolah,

dan seluruh stake holder pendidikan (Fauzan, 2017: 123).

Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 22 Tahun 2006 adalah:

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta

kebutuhan peserta didik atau siswa dan

lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan

atas prinsip bahwa siswa adalah sentral proses

pendidikan agar menjadi manusia bertakwa, berakhlak

mulia, berilmu, serta warga Negara yang demokratis

sehingga perlu disesuaikan dengan potensi,

perkembangan kebutuhan, dan lingkungan siswa.

b) Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan

dengan memperhatikan keragaman siswa, kondisi

daerah dengan tidak membedakan agama, suku,

budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender.

Kurikulum meliputi substansi komponen muatan

wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan

diri secara terpadu.

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas

kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni berkembanga secara dinamis.

d) Relevan dengan kebutuhan. Kurikulum dikembangkan

dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut

dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.

e) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi

kurikulum direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

f) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada

proses pengembangan, pembudayaan, dan

pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang

hayat.

g) Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan

lokal untuk membangun kehidupan masyarakat.

11) Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dititik beratkan kepada upaya mendorong

siswa agar mampu lebih baik dalam melakukan observasi,

bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang mereka

peroleh atau pahami setelah menerima pelajaran. Inti dari

Page 52: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

34

kurikulum 2013 ini adalah pada upaya penyederhanaan tematik-

integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi

yang siap menghadapi masa depan.

Kebijakan penerapan kurikulum 2013 menurut Fauzan

(2017: 130), merupakan transformasi konstruktif upaya

pemantapan target pencapaian pembelajaran dari yang semula

hanya berbasis konten (content based learning) menuju

pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi (competency based

learning).

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 merupakan

bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis

Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 mencakup

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu

sebagaimana amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35 ayat (1):

“Standar isi mencakup ruang lingkup materi dan tingkat

kompetensi yang dituangkan ke dalam persyaratan tentang

kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata

pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh

peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai

dengan standar nasional yang telah disepakati. Standar tenaga

kependidikan mencakup persyaratan pendidikan prajabatan dan

kelayakan, baik fisik maupun mental, serta pendidikan dalam

jabatan. Standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup ruang

belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,

laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan

berekreasi, dan sumber belajar lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi. Peningkatan secara berencana dan

berkala dimaksudkan untuk meningkatkan keunggulan lokal,

kepentingan nasional, keadilan, dan kompetisi antarbangsa dalam

peradaban dunia.”

c. Kurikulum Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam

khas Indonesia dengan penekanan pada akhlak di samping kajian

keislaman lainnya juga kehidupan pada umumnya yang memberi andil

dalam pembentukan pribadi yang religius. Hal ini sesuai dengan

pendapat Tafsir (2013: 290), Djauhari (2008: ix) , dan Madjid (1997:

107). Secara definitif, Imam Zarkasyi mengartikan pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, dengan

kiai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang

menjiwai, dan pengajaran agama Islam di bawah bimbingan kiai yang

diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.

Secara singkat, pesantren bisa dikatakan sebagai laboratorium

kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam

berbagai segi dan aspeknya (Umiarso dan Zazin, 2011: 14-15).

Page 53: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

35

Pemahaman terhadap seluk-beluk pesantren akan lebih baik jika kita

memahami beberapa hal, yaitu: sejarah pondok pesantren, unsur-unsur

pondok pesantren, tipologi pondok pesantren, dan sistem pendidikan

pesantren.

Menurut Karel A. Steenbrink, asal-usul sistem pendidikan

pondok pesantren berasal dari dua pendapat yang berkembang; pertama,

dari tradisi Hindu dengan argumen bahwa dalam dunia Islam, tidak

dikenal sistem pendidikan pondok di mana para pelajar menginap di

suatu tempat tertentu di sekitar lokasi guru. Pernyataan ini diperkuat

dengan pendapat CC. Berg dalam (Dhofier, 2011: 41) bahwa istilah

santri sebagai murid di pesantren juga berasal dari shastri yang dalam

Bahasa India berarti orang yang mengetahui buku-buku suci Agama

Hindu. Sedangkan shastri berasal dari shastra yang mengandung

pengertian buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang

ilmu pengetahuan. Meskipun menurut pendapat yang berbeda diungkap

teori yang menyatakan bahwa santri berasal dari Bahasa Tamil yang

berarti guru mengaji. Kedua, merupakan tradisi dunia Islam dengan

bukti adanya model pendidikan pondokan di masa Abasiyah. Istilah

Pondok sendiri mungkin berasal dari Bahasa Arab, funduq yang berarti

hotel atau asrama.

Secara historis, pesantren telah berdiri sejak abad ke-15,

seperti: Pesantren Gelagah Arum yang didirikan oleh Raden Fatah pada

tahun 1476 sampai pada abad ke-19 dengan beberapa pondok-pondok

pesantren yang dipimpin oleh para wali, seperti Pesantren Sunan Malik

Ibrahim di Gresik, Pesantren Sunan Bonang di Tuban, Pesantren Sunan

Ampel di Surabaya, dan pesantren Tegal Sari yang terkemuka di Jawa

(Nahrawi, 2008: 1).

Bahkan menurut Anthony Johns dalam artikelnya “From

Coastal Settlements to The Establishment of Islamic School and City”

dalam (Dhofier, 2011: 35-36) menegaskan bahwa pesantren menjadi

motor perkembangan Islam di Sumatera, Malaka, Jawa, dan peradaban

Islam melayu nusantara serta terbangunnya kesultanan-kesultanan di

nusantara sejak 1200-an. Lebih jauh, bersama Soebardi, Jhons juga

menegaskan pesantren sebagai ujung tombak pembangunan peradaban

melayu nusantara di masa itu.

Fungsi pesantren pada awal kemunculannya hanyalah sebagai

media islamisasi yang memadukan tiga unsur, yaitu ibadah untuk

menanamkan iman, tabligh guna menyebarkan islam, dan ilmu serta

amal dalam rangka mewujudkan kegiatan sehari-hari dalam kehidupan

bermasyarakat (Soebahar, 2013: 33-34). Pada tataran praktis, fungsi

pesantren adalah: pertama, sebagai lembaga pendidikan yang melakukan

transfer dan transformasi ilmu-ilmu agama dan nilai-nilai Islam; kedua,

sebagai lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial; ketiga,

sebagai lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial.

Sedangkan menurut Mastuhu, ketiga fungsi itu ialah fungsi sebagai

lembaga pendidikan, fungsi sebagai lembaga sosial, dan fungsi sebagai

lembaga penyiaran agama (Hasan dan Barizi, 2004: 66).

Page 54: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

36

Berkaitan dengan fungsi pesantren sebagai lembaga

keagamaan yang melakukan kontrol sosial, pada prinsipnya ada dua hal

yang mungkin terjadi di tengah-tengah masyarakat: conformity

(kenyamanan hidup masyarakat), dan deviation (penyimpangan terhadap

pola kemasyarakatan yang didamba) baik terhadap aturan tertulis

maupun aturan tak tertulis. Semua kalangan semestinya terlibat dalam

kontrol sosial ini, baik secara individu, masyarakat, pemerintah, lembaga

pendidikan maupun lembaga keagamaan termasuk pesantren dengan

unsur-unsurnya.

Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 79), terdapat lima unsur

yang membentuk pesantren, yaitu: kiai, merupakan gelar yang diberikan

oleh masyarakat kepada seseorang yang mempunyai ilmu dalam bidang

agama Islam. Kiai merupakan sosok yang menjadi penggerak dan

pengemban amanah dalam mengembangkan pesantren. Kiai bukan

hanya pemimpin, bahkan sekaligus pemilik pondok pesantren.

Secara umum, istilah kiai digunakan untuk ketiga jenis gelar

yang berbeda. Pertama, sebagai penghormatan barang yang dianggap

keramat semisal Kiai Garuda Kencana (sebutan untuk kereta emas

Keraton Yogyakarta); kedua, gelar kehormatan untuk orang tua pada

umumnya; ketiga, gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli

agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dalam

mengajarkan kitab kuning kepada para santrinya (Dhofier, 2011: 93).

Menurut Sukamto (1999: 85-86), ada dua sebutan untuk kiai

dengan melihat perannya di masyarakat. Ada yang mendapat julukan

kiai kendi, artinya kiai ini laksana kendi memberikan air pada setiap

yang memerlukan. Dia tidak memiliki pondok pesantren, mengajarkan

ilmunya pada masyarakat dengan mengaji berkeliling. Ada pula yang

memperoleh julukan kiai sumur, ini merupakan istilah untuk kiai yang

memiliki pondok pesantren, diam di situ, dan masyarakat yang

membutuhkan datang kepadanya untuk menimba ilmu.

Masih menurut Sukamto, istilah ulama lebih global dengan

melihat bahwa istilah ulama lahir dari teks kitab suci, sedangkan istilah

kiai lahir dari konsensus untuk menunjukkan seseorang yang

berpengetahuan agama Islam luas. Ini tentu berkebalikan dengan

pendapat Horikoshi yang menyatakan jangkauan kiai lebih luas karena

fungsi sosialnya lebih besar dan didukung daya kharismatiknya,

sedangkan ulama hanya di sekup kecil pedesaan (Horikoshi, 1976: 211).

Menurut Abu Bakar Atceh, faktor penyebab kiai menjadi besar

adalah pengetahuannya, keshalihannya, keturunannya, dan jumlah

muridnya. Sedangkan Steenbrink dalam bukunya Pesantren, Madrasah,

Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern mengemukakan

kriteria: prinsip keluarga, ortopraksi atau keshalihan kiai,

pengabdiannya pada masyarakat, prinsip interpretasi yang berwibawa,

pengetahuannya, dan prinsip wahyu atau kiai dalam posisinya sebagai

perantara wahyu (Asep Saeful Muhtadi, 2004: 51); asrama, atau disebut

juga pondok ialah bangunan tempat tinggal bagi sekelompok orang

untuk waktu tertentu, terdiri atas sejumlah kamar atau bilik dan dipimpin

seorang kepala atau lurah pondok.

Page 55: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

37

Pondok merupakan pembeda dengan sistem pendidikan surau

Minangkabau, meunasah di Aceh, dan sistem pendidikan masjid di

banyak negara-negara Islam lain (Dhofier, 2011: 81); masjid, merupakan

tempat terpenting dan menjadi soko guru eksistensi pesantren, terutama

dalam mendidik santri shalat lima waktu, khutbah dan jama’ah, serta

pengajian kitab klasik (Dhofier, 2011: 85); santri, merujuk kepada

seorang anggota bagian penduduk Jawa yang menganut Islam dengan

penuh kesungguhan untuk belajar agama. Santri terdiri dari santri

mukim, yaitu mereka yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap

dalam kelompok pesantren.

Santri yang paling lama biasanya bertanggungjawab

mengurusi keperluan pesantren di samping mengajarkan kitab-kitab

dasar dan menengah. Adapula santri kalong, yakni murid yang berasal

dari desa-desa di sekitar pesantren yang tidak menetap di pesantren.

Sedangkan alasan santri menetap biasanya karena pertama, ingin

mempelajari kitab-kitab secara bebas di bawah bimbingan kiai; kedua,

ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, mengajar,

keorganisasian, maupun relasi dengan pesantren-pesantren yang

terkenal; ketiga, ingin memfokuskan studi tanpa disibukkan kewajiban

di rumah (Dhofier, 2011: 89-90); dan pengajian kitab klasik atau kitab

kuning, menempati posisi istimewa dalam kurikulum pesantren, karena

merupakan ciri khas dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan

Islam lainnya.

Menurut Sahal Mahfuzh, kata “santri” berasal dari Bahasa

Arab “santaro” dengan jamaknya “sanatir”. Adapun huruf-huruf

pembentuknya, yakni sin, nun, ta, dan ra menyandang makna simbolik

tertentu. Pertama, sin, satrul ‘aurah, santri mesti pandai menutup aurat,

baik zahir maupun batin.

Kedua, nun, diartikan sebagai naibul ‘ulama, karena kelak

menjadi pengganti ulama, santri diharapkan meneladani dan

mencerminkan sikap para ulama dalam tindak-tanduknya. Ketiga, ta,

berarti tarkul ma’ashi, santri dituntut konsisten untuk mengamalkan

agama dan menjauhi maksiat, dan yang keempat, ra, raisul ummah,

santri harus siap kelak menjadi pemimpin umat.

Hasani Nawawie, pengasuh Pesantren Sidogiri, Pasuruan,

menyatakan bahwa santri dalam tindak langkahnya adalah orang yang

berpegang teguh kepada al-quran dan mengikuti sunah Rasulullah SAW

serta teguh pendirian. Lain halnya dengan Nurcholis Madjid,

menurutnya, santri berasal dari Bahasa Sansakerta, sastri yang berarti

orang yang bisa membaca atau berasal dari Bahasa Jawa, cantrik yakni

seseorang yang mengikuti kiai di manapun pergi dan menetap untuk

menguasai suatu keahlian tersendiri (Ala’I Najib, 2018: 454).

Berdasarkan definisi-definisi sebelumnya, maka bisa disatukan

dalam pernyataan bahwa seorang santri yang berkeinginan menguasai

suatu keahlian tertentu harus siap berkorban mengikuti kemanapun kiai

menetap, berpegang teguh pada al-quran dan sunah Rasulullah SAW,

ditandai dengan upaya menutup aurat, meninggalkan maksiat, dalam

Page 56: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

38

rangka menjadi penerus kiai atau ulama bahkan pemimpin umat di masa

depan.

Pendapat Dhofier tentang unsur-unsur pesantren sejalan

dengan apa yang termaktub dalam Peraturan Menteri Agama No. 13

Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam Bab II tentang

Pesantren Pasal 5 yang berbunyi:

“Pesantren wajib memiliki unsur-unsur pesantren yang terdiri

atas: 1) kiai atau sebutan lain yang sejenis; 2) santri; 3) pondok atau

asrama pesantren; 4) masjid atau musholla; dan 5) pengajian dan kajian

kitab kuning atau dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan

mu’allimin”

Masjid menjadi sarana pertama kiai untuk mengembangkan

pesantren. Kiai menggunakan masjid sebagai tempat untuk mengajar

santri-santrinya (Yasmadi, 2002: 65). Tiga komponen pokok ajaran

Islam, yakni Islam, Iman, dan Ihsan menjadi materi pelajaran mendasar

yang disampaikan oleh kiai disesuaikan dengan tingkat intelektual

masyarakat dan santri, serta kualitas keberagamaannya pada saat itu

(Qomar, 2009:109).

Perkembangan menjadi pondok pesantren dari yang semula

merupakan pengajaran di masjid, tentu membawa perubahan pula pada

materi pelajaran. Mahmud Yunus dalam (Qomar, 2009: 109-110),

menyatakan bahwa ilmu yang mula-mula diajarkan di pesantren adalah

ilmu Sharaf dan ilmu Nahwu, kemudian ilmu Fiqh, Tafsir, ilmu Kalam

(Tauhid), ilmu Tasawuf dan sebagainya. Perubahan dan perkembangan

materi pelajaran ini menjadi bukti adanya kemajuan dalam pemenuhan

kebutuhan santri dalam pembentukan intelektual di samping

pengembangan kepribadian.

Pada abad 19, berdasarkan petunjuk secara implisit dari

penelitian yang dilakukan oleh LWC Van Den Berg seperti dikutip oleh

Steenbrink, materi pelajaran di pesantren meliputi: Fiqh, Tata Bahasa

Arab, Ushul al-Din, Tasawuf, dan Tafsir. Sedangkan menurut Dhofier

(2011: 87), pada rentang tahun 1977-1978 kitab-kitab klasik yang

diajarkan di pesantren dapat digolongkan ke dalam nahwu dan sharaf,

fiqh, ushul fiqh, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf, dan cabang-cabang lain

seperti tarikh dan balaghah. Berdasarkan paparan sebelumnya, di masa-

masa awal pesantren, ilmu Bahasa mendominasi, di perkembangan

berikutnya Tasawuf menjadi ilmu yang digemari, dan akhir-akhir Fiqh

mendominasi.

Fiqh memiliki implikasi yang konkret pada hubungan

keseharian dan kemasyarakatan tentang hal-hal yang dilarang dan

dianjurkan, itulah sebabnya mengapa Fiqh mendominasi. Muhammad

Tholchah Hasan dalam (Qomar: 2009), menganjurkan agar kajian

tentang Tafsir khususnya pada ayat ahkam dan hadis ditambah porsinya,

dalam rangka melengkapi perangkat keilmuan memahami Fiqh sebagai

hasil ijtihad.

Dominasi Fiqh perlu diimbangi dengan penguasaan secara

kontekstual terhadap sumber hukum Islam dengan menambah kajian

hadis, metode tafsir, dan wawasan keagamaan yang lain seperti sejarah,

Page 57: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

39

filsafat, juga perbandingan madzhab agar pemikiran santri berkembang

(Qomar, 2009: 116).

Pengajian dan kajian kitab kuning merupakan karakteristik

yang khas (indigenous) pesantren dalam proses belajar dan mengajarnya

(Yasmadi, 2002: 67). Kitab kuning yang dijadikan referensi mengalami

perkembangan dari masa ke masa. Yunus menginformasikan bahwa

pada paruh awal abad ke-16, pesantren di Demak menggunakan kitab

Ushul 6 Bis, yakni satu jilid kitab tulisan tangan berisi enam kitab

dengan enam bismillahirrahmanirrahim karya ulama Samarkand, di

samping Tafsir Jalalain, kitab Primbon, Suluk Sunan Bonang, Suluk

Sunan Kalijaga, Wasiat Jati Sunan Geseng dalam Tasawuf yang

kesemuanya tulisan tangan. Pada abad ke-18, pesantren di Mataram di

samping menggunakan kitab Ushul 6 Bis juga menggunakan Taqrib dan

Bidayah al-Hidayah karya Imam al-Ghazali dalam ilmu Akhlak (Qomar,

2009: 123).

Sebagaimana dikutip oleh Steenbrink dari LWC Van Den Berg

dalam (Qomar, 2009: 124), kitab referensi yang digunakan berkembang

pada abad ke-19 meliputi bidang Fiqh: Safinah al-Najah, Sullam al-

Taufiq, Masail al-Sittin, Mukhtashar, Minhaj al-Qawim, al-Hawasyi al-

Madaniyah, al-Risalah, Fath al-Qarib, al-Iqna, Tuhfah al-Habib, al-

Muharrar, Minhaj al-Thalibin, Fath al-Wahab, Tuhfah al-Muhtaj, dan

Fath al-Mu’in; bidang Tata Bahasa Arab: Muqaddimah al-Ajurumiyyah,

al-Fawaqih al-Janiyyah, al-Durrah al-Bahiyyah, al-‘Awamil al-Mi’at,

Inna Awla, Alfiyah, Minhaj al-Masalik, Tamrin al-Thullab, al-Rafiyyah,

Qathr al-Nada, Mujib al-Nida, dan al-Misbah; bidang Ushul al-Din:

Bahjah al-‘Ulum, Umm al-Barahin, Fath al-Mubin, Kifayat al-‘Awwam,

al-Miftah fi Syarh Ma’rifah al-Islam, dan Jauhar al-Tauhid; bidang

Tasawuf: Ihya al-‘Ulum al-Din, Bidayah al-Hidayah, Minhaj al-‘Abidin,

al-Hikam, Syu’ab al-Iman, dan Hidayah al-Azkiya ila Thariq al-Awliya;

serta Tafsir al-Jalalain dalam bidang Tafsir.

Qomar (2009: 124), menyatakan bahwa kitab referensi yang

digunakan pesantren di Indonesia dipengaruhi tradisi al-Azhar. Ini juga

menjadi kesimpulan dari hasil pengamatan Martin Van Bruinessen

terhadap kitab-kitab yang dipelajari di al-Azhar abad ke-18 dan abad ke-

19 dengan kurikulum pesantren abad ke-19.

Kitab referensi ini dikenal dengan istilah kitab kuning,

meskipun sekarang banyak pula yang kertasnya berwarna putih. Istilah

kitab kuning ini asalnya dari Timur Tengah (kutub al-Shafra) yang

terklasifikasi dalam kutub al-qadimah dan kutub al-‘Ashriyyah. Kitab

kuning memiliki ciri sistematika penyusunan dari yang besar terinci

menuju ke yang lebih kecil, dari kitabun terinci menuju babun, fashlun,

far’un, tanbihun, muhimmatun dan lain-lain. Sedangkan klasifikasi jenis

kitabnya terbagi dalam kitab matan, kitab syarh, dan kitab hasyiyah

(Qomar, 2009: 124-127).

Berdasarkan sejarahnya, maka dalam perkembangannya

kurikulum pesantren satu dengan lainnya berbeda dengan melihat kiai,

filosofi pesantren, tujuan didirikannya pesantren, dan sebagainya. Bisa

dinyatakan bahwa semula kurikulum pesantren berupa rencana mata

Page 58: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

40

pelajaran yang ditentukan kiai berupa kitab-kitab kuning ansich, yang

evaluasi dan keberhasilannya dinyatakan dengan standar pemahaman

dan kemampuan mengajarkan kitab pada santri yang lain (Amir Hamzah

Wirjo Sukanto dalam (Sukarno, 2012: 49-50)).

Page 59: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

41

Tabel 2.2. Perbedaan Kurikulum Pondok Pesantren Salaf

Pondo

k

Pesantr

en

4

ibtid

a

5

ibtida/

2 MP

6

ibtida/

3 MP

1 TS 2 TS 3 TS 1 ALY 2

ALY

3

ALY

Takha

shush

1

Takh

ashu

sh 2

Al-

Fadllu

- -

awamil

jawi

-alala

-

bahasa

arab

-

mabadi

al-

Fiqhiy

yah 1-

2

-‘aqaid

al-

diniyy

ah

-al-

hadits

juz 1

-

fashala

tan

-khat

& imla

-

jurumi

yyah

jawi

-

akhlaq

li al-

banin

-al-

durus

al-

arabiy

yah

-

mabadi

al-

fiqhiyy

ah 3-4

-

‘aqida

h al-

‘awwa

m

-al-

hadits

juz 2

-

hidaya

h al-

shibya

n

-khat

&imla

-awamil

al-

jurjani

-

amtsilah

al-

tashrifiy

yah

-qawaid

al-I’lal

-safinah

al-

shalah

-

kharida

h al-

bahiyya

h

-akhlak

l al-

banin

-tuhfah

al-athfal

-

khulash

ah nur

al-yaqin

-al-

quran

-

washiya

h al-

mushth

ofa

-al-

ajurumi

yyah

-

amtsilah

al-

tashrifiy

yah

-qawaid

al-

sharfiyy

ah

-safinah

al-najah

-tijan al-

darari

-

washay

a

-

hidayah

al-

mustafi

d

-

khulash

ah nur

al-yaqin

-arba’in

al-

nawawi

yyah

-al-

‘imrithi

-al-

maqshud

-bafadlal

-kifayah

al-

‘awwam

-

jazariyya

h

-ta’lim

al-

muta’alli

m

-abi

jamrah

-

khulasha

h nur al-

yaqin

-

alfiyah

-

qawaid

al-

I’rab

-

qawaid

al-

asasiyy

ah

-fath

al-

qarib

-

bulugh

al-

maram

-

rahbiy

yah

-al-

hushun

al-

hamidi

yyah

-tafsir

al-

jalalain

-al-

waraqa

t

-

alfiya

h

-al-

baiqu

niyya

h

-‘ilm

al-

tafsir

-fath

al-

mu’in

-

bulug

h al-

mara

m

-

‘idda

h al-

faridl

-al-

hushu

n al-

hamid

iyyah

-

lathai

f al-

isyara

t

-

jauh

ar

al-

mak

nun

-

sulla

m

al-

mun

awra

q

-al-

duru

s al-

falak

iyya

h

-fath

al-

mu’i

n

-

man

hal

al-

lathi

f

-

umm

u al-

bara

hin

-al-

luma

-‘ilm

al-

‘aru

dl

-

al-

ma

hal

li

1-2

-

ja

m’

u

al-

ja

wa

mi

’ 1

-

‘uq

ud

al-

ju

ma

n

-al-

mah

alli

1-2

-

jam’

u al-

jawa

mi’

1

-

‘uqu

d al-

juma

n

Page 60: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

42

Hidaya

h al-

Thulla

b

-

Aqid

ah

al-

‘aw

wam

-khat

-

Hida

yah

al-

Shib

yan-

al-

Qura

n

-Al-

Tam

rin

wa

al-

Mus

yafa

hah-

Fash

alata

n

-

Mab

adi-

khat

-

ra`su

n

sirah

-

tarik

h

-

nazh

m

al-

Mat

hlab-

tarik

h

NU

-

sullam

al-

taufiq-

taisir

al-

khalaq

-

awamil

-al-

quran

-al-

tamrin

wa al-

musyaf

ahah-

khat&i

mla

-tijan

al-

darari-

nur al-

yaqin

-

Tuhfah

al-

athfal-

NU

-

lughah

al-

arabiy

yah-

arba’in

/sharaf

-fath

al-

qarib-

I’lal

-

qa’ida

h

sharfiy

yah-

tashrif

-al-

tamrin

wa al-

musyaf

ahah-

jawahi

r al-

bukhar

i

-al-

ajurum

iyyah-

jawahi

r al-

kalami

yyah

-

qa’ida

h

sharfiy

yah-al-

quran

-Al-

tashrif-

al-

tahliyy

ah

-al-

‘imrithi/

alfiyah-

fath al-

qarib

-fath al-

qarib-

fath al-

qarib

-al-

tamrin

wa al-

musyafa

hah-

kifayah

al-

‘awwa

m

-al-

‘imrithi/

alfiyah-

ibanah

al-

ahkam

-qawaid

al-I’rab-

I’rab

-Al-

‘imrithi/

alfiyah-

ta’lim

al-

muta’all

im

-

alfiyah-

fath al-

mu’in

-fath al-

mu’in-

fath al-

mu’in

-al-

tamrin

wa al-

musyafa

hah-

ibanah

al-

ahkam

-

alfiyah-

bidayah

al-

hidayah

-

baiquni

yyah/lu

bbu al-

ushul-

waraqat

-

alfiyah-

‘arudl

-fath al-

mu’in-

ijtihad

wa al-

taqlid

-jauhar

al-

maknun-

fath al-

mu’in

-al-

tamrin

wa al-

musyafa

hah-

masyahir

al-fuqaha

-lubbu

al-ushul-

ummu al-

barahin

-jauhar

al-

maknun-

kifayah

al-atqiya

-sullam

al-

munawra

q-ibanah

al-ahkam

-‘iddah

al-

faridl

-

ahadits

al-

ahkam

(1)

-fath

al-

wahab

(1)-

tafsir

ayat

al-

ahkam

(1)

Al-

tamrin

wa al-

musyaf

ahah-

al-

hikam

-fath

al-

wahab

(1)-

fath al-

wahab

(1)

-jam’u

al-

jawami

’ (1)-

hikma

h al-

tasyri’

(1)

-faraid

al-

bahiyy

ah-

tarikh

al-

tasyri’

(1)

-fath

al-

waha

b (2)-

tarikh

al-

tasyri'

’(2)

-

faraid

al-

bahiy

yah-

hikma

h al-

tasyri

-al-

tamri

n wa

al-

musy

afaha

h-

ahadit

s al-

ahka

m (2)

Fath

al-

waha

b (2)-

fath

al-

waha

b (2)

-

jam’u

al-

jawa

mi’-

syarh

hikam

(2)

-tafsir

ayat

al-

ahka

m

(2)-

fath

al-

waha

-fath

al-

wah

ab

(3)-

tarik

h al-

tasyr

i'’(3)

-

farai

d al-

bahi

yyah

-

hikm

ah

al-

tasyr

i’

-al-

tamr

in

wa

al-

mus

yafa

hah-

ahad

its

al-

ahka

m

(3)

-

muq

aran

ah

al-

mad

zhab

-

thab

aqah

al-

fuqa

ha

-

jam’

u al-

jawa

mi’-

syar

- -

Page 61: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

43

Sumber: Dokumen kurikulum madrasah pondok pesantren al- Fadllu

dan dokumen kurikulum madrasah pondok pesantren Hidayah al-thullab.

b (2) h al-

hika

m

(3)

-al-

duru

s al-

falak

iyya

h-

tafsir

ayat

ahka

m

Page 62: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

44

Baru pada 1970 an, buku-buku selain kitab kuning seperti

tulisan Harun Nasution, Abdurrahman Wahid, Ali Syari’ati masuk ke

lingkungan pesantren dan cukup menarik perhatian santri-santri tertentu

dalam kelompok diskusi yang tertentu pula. Gejolak ini juga kelak

mendorong munculnya tipologi-tipologi tertentu pesantren.

Masuknya pengetahuan umum di pesantren salaf pada awal

abad ke-20 dipelopori oleh pondok pesantren Tebu Ireng meskipun

hanya sebagai pelengkap. Penelitian Steenbrink melaporkan bahwa pada

tahun 1980 cukup banyak pesantren tradisional yang memasukkan

sistem madrasah dan mengikuti kurikulum pemerintah dengan sekurang-

kurangnya menambahkan pelajaran Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa

Inggris, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Sosial (Qomar, 2009:

132).

Masih dalam Qomar (2009: 134), penelitian Manfred Ziemek

mengungkap bahwa di Pabelan, para santri mempelajari Matematika,

Fisika, Kimia, Bahasa Asing (Inggris dan Arab), Teknik Pertanian,

Perkebunan, Perunggasan, Perikanan Kolam, dan lain sebagainya. Dua

contoh ini merupakan contoh pesantren salaf yang bertransformasi dan

pesantren khalaf dalam bentuknya masa itu.

Nashir (2005: 87-88), menyatakan bahwa ada beberapa

pembagian pondok pesantren dan tipologinya, yaitu: pondok pesantren

salaf, didalamnya terdapat sistem pendidikan salaf, seperti wetonan,

sorogan, bandongan, dan sistem klasikal; pondok pesantren semi

berkembang, di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf dan sistem

klasikal madrasah swasta dengan kurikulum 90% agama dan 10%

umum; pondok pesantren berkembang, seperti pondok pesantren

semiberkembang, sudah lebih bervariasi dalam kurikulumnya, 70%

agama dan 30% umum, diselenggarakan pula madrasah SKB tiga

menteri dengan penambahan madrasah diniyah; pondok pesantren

khalaf, pendidikan di dalamnya sudah lebih lengkap, diselenggarakan

sekolah umum dengan penambahan madrasah diniyah (praktik membaca

kitab salaf), perguruan tinggi, koperasi, dan takhasus (bahasa arab dan

bahasa inggris); pondok pesantren ideal, dilengkapi dengan berbagai

bidang keterampilan disertai perhatian terhadap kualitas.

Sedangkan menurut Masyhud dkk (2003), ada beberapa tipologi

pondok pesantren, yaitu: pertama, pesantren yang mempertahankan

kemurnian identitas aslinya sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama

bagi para santrinya. Semua materi bersumber dari kitab kuning; kedua,

pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajarannya,

akan tetapi menggunakan kurikulum yang disusun sendiri berdasarkan

kebutuhan, sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapat pengakuan

dari pemerintah sebagai ijazah formal; ketiga, pesantren yang

menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik di bawah

naungan Kemenag atau Kemendiknas dalam berbagai jenjang

pendidikannya.

Page 63: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

45

Berdasarkan pengamatan, dari kedua model klasifikasi

tipologi pesantren ini, tipologi pesantren menurut Masyhud dkk lebih

mudah untuk dipahami perbedaan satu dengan lainnya, sedangkan

tipologi pesantren menurut Nashir memberikan informasi lebih lengkap.

Diketahui pula bahwa kurikulum memegang peranan penting sebagai

pembeda pondok pesantren satu dengan yang lainnya.

Mengacu kepada data historis, dunia pesantren mengenal

istilah kurikulum sekitar tahun 1970-1980 an. Sedangkan dunia

pendidikan Indonesia mulai menggunakan istilah kurikulum pada sekitar

tahun 1968. Pada saat dunia pesantren baru menggunakan istilah

kurikulum, kurikulum pendidikan nasional sudah menggunakan

kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Ketika kurikulum

pesantren baru secara resmi diundangkan oleh pemerintah, kurikulum

pendidikan nasional sudah bertransformasi ke kurikulum revisi

kurikulum 2013.

Pendidikan pondok pesantren merupakan bagian dari sistem

pendidikan nasional. Kegiatan pondok pesantren menurut akademisi dan

praktisi pendidikan di luar pesantren, terangkum dalam Tri Dharma

Pondok Pesantren, meliputi: keimanan kepada Allah SWT,

pengembangan keilmuan yang bermanfaat, serta pengabdian kepada

agama, masyarakat, dan negara. Pesantren dengan sistem pembelajaran

yang khas merupakan mata rantai yang sangat penting, dalam struktur

pendidikan nasional, secara signifikan turut andil dalam ikut serta

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sistem yang digunakan untuk mendalami kitab-kitab kuning di

pesantren adalah sistem lalaran, sorogan, wetonan, bandongan, dan

bahtsul masail. Lalaran merupakan sistem pembelajaran dengan hafalan.

Sistem sorogan mengkaji kitab sesuai persetujuan santri dengan kiai,

terutama kitab-kitab terkait paham Imam Syafi’I, biasanya merupakan

permintaan satu atau beberapa orang santri kepada kiai untuk diajarkan

kitab tertentu (Yasmadi, 2002: 67-68).

Menurut Dhofier (2011: 54), sorogan merupakan bagian tersulit

dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, menuntut

kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi santri. Sistem

wetonan mengkaji kitab tertentu di waktu-waktu tertentu pula dengan

kitab tertentu sesuai inisiatif kiai, sistem bandongan menyimak kiai

membacakan kitab beserta keterangan dan penjelasannya sambil

ngabsahi (menuliskan makna lafazh kitab dengan jawa pegon),

sedangkan bahtsul masail merupakan sistem pendalaman pemahaman

kitab kuning dengan diskusi. Dalam bahtsul masail ini santri dituntut

untuk memahami sendiri dan mempelajari kitab yang dirujuk

berdasarkan pertanyaan (masail diniyyah) yang dipertanyakan sebagai

dasar berargumentasi (Dhofier, 2011: 57).

Menurut Ala’I Najib dan Mohammad Jamaluddin (2018: 501),

sistem sorogan memiliki plus minus dalam praktiknya. Kekurangan

Page 64: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

46

metode ini ialah hanya efektif ketika jumlah santri yang mengikuti

sedikit dan kiai atau ustadz pengampu berkepribadian sabar dan tekun,

hal ini dikarenakan sistem ini relatif membutuhkan waktu lebih lama.

Sedangkan keunggulannya adalah kualitas individu lebih terukur.

Evaluasi dilaksanakan oleh kiai melalui tradisi lomba baca kitab kuning

menjelang Ramadan.

Secara teknis praktis, Ditpekapontren Departemen Agama

Republik Indonesia (2003: 73-86) mengurai teknik pembelajaran dengan

metode sorogan sebagai berikut: pertama, santri yang mendapat giliran

menyorogkan kitabnya menghadap langsung secara tatap muka kepada

kiai atau ustadz pengampu, kitab diletakkan di dampar (meja kecil untuk

mengaji) di antara mereka berdua.

Kedua, kiai atau ustadz pengampu membacakan teks dalam

kitab dengan melihat atau tanpa melihat, kemudian memberi arti per

kata yang mudah dipahami. Ketiga, santri mendengarkan dengan tekun

dan membuat catatan jika diperlukan. Keempat, santri menirukan hal-hal

yang disampaikan kiai atau ustadz pengampu, dilanjutkan dengan

koreksi oleh kiai atau ustadz pengampu. Sorogan tidak hanya

membicarakan form dengan melupakan isi yang tertuang dalam kitab.

Kiai tidak sekedar membaca teks, bahkan memberikan interpretasi

pribadi mengenai isi maupun Bahasa pada teks (Dhofier, 2011: 88).

Menurut Acep Hermawan (2011: 193), pada prinsipnya metode

sorogan ialah aplikasi dari dua metode yang berkait berkelindan, yakni

metode membaca dan metode gramatika dengan sistem mentoring.

Sorogan sendiri berasal dari Bahasa Jawa, sorog yang artinya

menyodorkan (Banawi, 1993: 97). Melalui sorogan terjadi interaksi

saling mengenal antara kiai atau ustadz pengampu dan santri (Mastuhu,

1994: 61). Begitupula terjalin komunikasi saat kiai atau ustadz

pengampu mengoreksi baik dalam konteks makna maupun Bahasa

(Affandi Mochtar, 2008: 35).

Melalui pendapat-pendapat sebelumnya, dapat dipahami bahwa

sorogan sebagai metode pembelajaran lama ternyata kaya nuansa.

Terjalinnya interaksi dan komunikasi menjembatani karakteristik

komunal manusia, diperkaya dengan metode yang saling membangun

menguatkan satu dengan yang lain. Bahkan, mengasah nalar kritis dan

budaya literasi.

Ngabsahi merupakan sarana peralihan pengetahuan kiai kepada

santri. Kiai berupaya menularkan pemahamannya sebagaimana dia

mendapatkannya dari kiainya dulu. Ini juga menunjukkan identitas

pesantren yang begitu cinta ilmu pengetahuan (Hadrawi, 2018: 330).

Tradisi ngabsahi merupakan warisan turun-temurun dari para leluhur di

lingkungan pesantren sejak Sunan Ampel mendirikan pesantren di

Surabaya pada abad ke-16 lalu menyebar ke seluruh penjuru nusantara.

Itulah sebabnya mengapa ngabsahi disebut juga dengan ngesahi,

ngalogat, dan maknani sebagai keragaman nusantara.

Page 65: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

47

Pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang

masih setia menggunakan dan mempertahankan aksara pegon sebagai

bagian dari proses pembelajaran. Aksara yang mengalami kemunduran

sejak abad ke-20 karena desakan latinisasi kolonial. Aksara pegon juga

merupakan bentuk perlawanan terhadap kolonial Belanda sebagaimana

terdapat dalam Nazham Tarekat Kiai Ahmad Rifa’I Kalisalak,

Pekalongan (1786-1870 M), seorang yang diketahui sebagai penulis

kitab pegon pertama secara utuh.

Saiful Umam (2015) dalam Idris Masudi (2018: 361),

menyatakan bahwa pegon sudah digunakan paling tidak abad ke-17

dibuktikan dengan adanya Mukhtashar Bafadhal. Pegon berarti aksara

Arab yang digunakan untuk menulis Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda

atau tulisan yang tak dibubuhi tanda baca (diakritik) (KBBI). Pegon

adalah jenis aksara Arab yang dimodifikasi sedemikian rupa dengan

jalan menambah tanda diakritik tertentu untuk menulis teks berbahasa

Jawa atau Sunda.

Tulisan makna dengan aksara pegon diletakkan di bawah tulisan

teks Arab kitab dengan rumus dan kode tertentu sesuai dengan

gramatika Arab. Itulah sebabnya kenapa disebut makna gandul atau

makna jenggot. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pesantren senantiasa

setia merawat tradisi lokal (Idris Masudi, 2018: 269).

Metode-metode pembelajaran kitab kuning ini sebagaimana

tercantum dalam Peraturan Menteri Agama No. 13 Tahun 2014 tentang

Pendidikan Keagamaan Islam pada Pasal 15 ayat (1), yakni:

“Pembelajaran kitab kuning dapat dilakukan dengan menggunakan

metode sorogan (individual), metode bandongan (massal), metode

bahtsul masail, dan metode lainnya.”

Semenjak awal, sudah disadari kemungkinan bahwa untuk

menemukan format pesantren yang dalam pendidikannya termasuk

kurikulum disepakati bersama untuk diterapkan oleh seluruh pesantren di

Indonesia merupakan hal yang amat sulit diwujudkan, karena tiap

pesantren memiliki konsep dan filosofi tersendiri, yang berbeda satu

sama lain dan memunculkan keragaman. Oleh karena itu, tidak demikian

halnya dengan kurikulum pendidikan nasional Indonesia, kurikulum

pesantren secara nasional tidak mengalami perubahan-perubahan.

Namun demikian, pemerintah tetap memberikan contoh acuan

kurikulum pesantren. Hal ini mengingat kedudukan kurikulum yang

begitu penting dalam keberhasilan pendidikan. Berdasarkan Peraturan

Menteri Agama No.13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam

pada Bab II Pasal 14:

1) Muatan kurikulum pesantren sebagai satuan pendidikan meliputi Al-

Quran, Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ulum al-Hadits, Tauhid, Fiqh,

Ushul Fiqh, Akhlak, Tasawuf, Tarikh, Bahasa Arab, Nahwu-Sharf,

Page 66: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

48

Balaghah, Ilmu Kalam, Ilmu ‘Arudl, Ilmu Mantiq, Ilmu Falak, dan

disiplin ilmu lainnya.

2) Selain muatan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pesantren dapat menyelenggarakan program takhasus sebagaimana

dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) yang meliputi Tahfizh Al-Quran,

Ilmu Falak, Faraidl, dan cabang dari ilmu keislaman lainnya.

Mundzir Rosyadi dalam makalah konseptual pendidikannya yang

bertajuk Dinamika Kurikulum Pesantren, menyatakan bahwa mulanya

pesantren lahir dalam karakteristik salaf, pendidikan keagamaan dengan

konsentrasi ilmu-ilmu keagamaan seperti: Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadis, Ilmu

Hadis, Fiqh, Ushul Fiqh, dan lain-lain. Namun, sesuai dengan tuntutan

masyarakat, tantangan jaman, pesantren mengalami inovasi, khususnya

kurikulum.

Kurikulum dalam ranah pendidikan Islam dikenal dengan istilah

manhaj dan muqarrar. Yang pertama mengandung pengertian jalan

terang yang dilalui pendidik bersama peserta didik untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.

Sedangkan yang kedua berarti ketetapan yang diwajibkan pada

pengajaran siswa dan madrasah atau di kelas.

Jadi, kurikulum dalam ranah pendidikan Islam bisa didefinisikan

sebagai jalan pendidik dan peserta didik dalam mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka yang berupa ketetapan

yang diwajibkan pada pengajaran di kelas.

d. Inovasi Kurikulum Pesantren

Damanhuri, Mujahidin, dan Hafidhuddin dalam jurnal Ta’dibuna

sepakat bahwa perkembangan jaman yang disertai dengan kemajuan

pengetahuan dan teknologi mesti diantisipasi oleh pesantren. Antisipasi

tersebut diantaranya dengan menyesuaikan tata kelola pesantren,

termasuk kurikulum. Berbagai hal dapat dilakukan pesantren sebagai

bentuk inovasi kurikulum, seperti: pengembangan penguasaan kitab

kuning dengan berbagai metode yang dapat mempercepat penguasaan

praktik membaca kitab, program pengembangan ilmu-ilmu dasar eksak,

pengembangan kemampuan berbahasa asing, pengembangan pesantren

melalui pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi, bahkan

kesadaran peningkatan kontribusi pesantren terhadap pengembangan

masyarakat.

Zamroni dalam Reformulasi Sistem Pendidikan Pesantren dalam

Mengantisipasi Perkembangan Global berpendapat bahwa inovasi

kurikulum pesantren yang diperlukan ialah mengubah orientasi

kurikulum dari yang semula bercorak hanya keagamaan menjadi

kurikulum terintegrasi antara ilmu agama dan ilmu umum.

Mundzir Rosyadi dalam Dinamika Kurikulum Pesantren,

Makalah Konseptual Pendidikan, mengungkap bahwa kesadaran perlunya

integrasi pendidikan sekolah ke lingkungan pendidikan pesantren

merupakan langkah positif untuk mengatasi kelemahan masing-masing.

Pesantren bisa menjadikan integrasi sebagai peluang strategis untuk

secara aktual dan kontekstual mengembangkan tujuan pendidikannya,

dan inilah sejatinya inovasi kurikulum pesantren.

Page 67: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

49

Mengacu pada hasil penelitian Jejen Musfah, Rusydi Zakaria,

Ahmad Sofyan, Wahyu Sayuti, Khalis Ridho, Fauzan, dan Muawam,

inovasi kurikulum yang ditemukan pada sekolah dalam hal ini SMP

berbasis pesantren (pada enam (6) SMP) adalah integrasi kurikulum

agama dan umum yang satu dengan yang lain berbeda atau memiliki

keragaman pada empat (4) aspek, yakni: aspek pembelajaran,

penambahan mata pelajaran, pembiasaan, dan kebijakan.

Hermanto Halil dalam jurnal Ulumuna, membawa ide MTC

(Multi Tripple Curriculum) terbagi atas kemampuan kitab kuning dan

reaktualisasi melalui model pembelajaran baru, seperti: seminar, stadium

general, dan lain-lain. Kemampuan dwibahasa asing dengan pembimbing

pakar sesuai bahasa yang diampu ditempuh dengan dua jalan: pertama,

pelajaran tambahan di luar kelas; kedua, mewajibkan penggunaan

dwibahasa asing dalam aktifitas sehari-hari selama 24 jam. Mengasah

kemampuan sains dan teknologi diampu pengajar lulusan ilmu sains dan

teknologi handal dengan metode pembelajaran berbasis ICT (Internet

Communication and Technology).

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

inovasi kurikulum pesantren dewasa ini ialah kurikulum terintegrasi

antara sekolah dengan pesantren, ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum

dalam rangka memadukan keunggulan keduanya yang sekaligus

merupakan upaya mengatasi kelemahan masing-masing dan

pengembangan penguasaan kitab kuning dengan berbagai metode yang

dapat mempercepat penguasaan praktik membaca kitab, program

pengembangan ilmu-ilmu dasar eksak, pengembangan kemampuan

berbahasa asing, pengembangan pesantren melalui pemanfaatan teknologi

informasi dan telekomunikasi, bahkan kesadaran peningkatan kontribusi

pesantren terhadap pengembangan masyarakat.

3. Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidikan adalah proses pengembangan kecakapan seseorang

dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakat. Proses

sosial ketika seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin

(sekolah) sehingga dapat mencapai kecakapan sosial dan

mengembangkan pribadinya. (Carter V. Good dalam Dictionary of

Education).

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan

kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan

tertentu (pengajaran, bimbingan, atau latihan) secara interaksi individu

dengan lingkungannya untuk mencapai insan kamil. Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI No. 20 Tahun

2003).

Sedangkan menurut Poerbakawatja, pendidikan adalah usaha

secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya

Page 68: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

50

meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu

menanggung tanggung jawab moril dari perbuatannya. Mengacu kepada

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pada Bab 1 Pasal 1 ayat (2), pendidikan nasional adalah pendidikan yang

berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan

nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman.

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, di sana dijelaskan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini memuat ringkasan

berdasarkan deskripsi teoritis tentang inovasi kurikulum pesantren untuk

mengetahui inovasi secara umum, inovasi di Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia dan dampaknya terhadap santri, serta keselarasan tujuan pesantren

dengan tujuan pendidikan nasional, sehingga bisa dinyatakan bahwa inovasi

kurikulum pesantren yang diberlakukan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

merupakan upaya mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.

Maksud dari gambar kerangka konseptual ini, peneliti mengawali

penelitian ini dengan meneliti inovasi secara umum terkait definisi, fokus, ciri,

dan sifat perubahannya dengan menggunakan teori Everett M. Rogers,

Edquist, Stephen P Robbins, Suryani, dan UU No. 18 Tahun 2002.

Berdasarkan penelitian awal ini, peneliti kemudian menentukan apakah

fenomena yang terjadi di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia dalam

kurikulumnya termasuk inovasi atau tidak.

Berdasarkan penelitian awal pula diketahui bahwa pengembangan

termasuk bagian dari inovasi. Oleh karena itu, peneliti kemudian meneliti

pengembangan kurikulum yang terjadi di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

dari segi faktor penyebab, langkah-langkah, prinsip dan landasannya menurut

teori Nurhayati, Dakir, Sukmadinata, idi, Hamalik, dan Widyastono.

Inovasi kurikulum ini kemudian diteliti dampaknya terhadap santri.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada asatidz dan para santri

diketahui bahwa inovasi kurikulum di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Ini

berdampak positif terbukti dengan percepatan kemampuan santri dalam

berbagai bidang program inovasi kurikulum yang kesemuanya bertarget satu

semester atau enam bulan. Diketahui pula bahwa tujuan pesantren selaras

dengan tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 pasal

3 yang berarti inovasi kurikulum yang dilakukan Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia juga merupakan upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Page 69: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

51

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya

Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional (Studi Kasus pada Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia- Cirebon)

Inovasi secara umum

Definisi, fokus, ciri, dan Sifat Perubahan

Teori: Everett M. Rogers, Edquist, Stephen Robbins, Hurley dan Hult, Suryani, serta UU

No. 18 Tahun 2002

Inovasi Kurikulum di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon

Faktor Penyebab, Langkah-langkah Persiapan, Prinsip, dan Landasan

Teori: Nurhayati, Dakir, Sukmadinata, Idi, Hamalik, Widyastono

Dampak Inovasi Kurikulum Terhadap Santri

Percepatan Kemampuan dalam TOEFL, Tahfizh 30 Juz, Baca Kitab Kuning, Pelajaran

Eksakta, dan Penerimaan di Perguruan Tinggi di dalam negeri dan di Timur Tengah

Sumber: Transkrip Wawancara

Tujuan Pesantren dan Tujuan Pendidikan NasionalVisi misi pesantren dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 3

Page 70: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Menurut Lincoln dan Guba (1985:39), pendekatan kualitatif

disebut sebagai “Naturalistic Inquiry” karena cara pengamatan dan

pengumpulan data dilakukan dalam latar alamiah, tanpa memanipulasi

subjek yang diteliti. Di samping berusaha mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan subjek penelitian, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang program tertentu, peneliti

juga berusaha melihat fenomena di lingkungan penelitian, dan berusaha

memahami dan memberi makna terhadap rangkaian peristiwa yang dilihat

dan didengarnya (Musfah, 2016: 54).

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang tepat untuk

mengungkap fenomena di suatu lingkungan, baik sekolah, perguruan

tinggi, masyarakat, atau kantor karena bertolak dari asumsi realitas sosial

yang unik, kompleks, dan ganda. Berkenaan dengan studi kasus yang

penulis pilih, merupakan salah satu dari lima pendekatan menurut

Creswell (1989: 9), yaitu: Narrative Approach (pendekatan naratif),

Phenomenological Approach (pendekatan fenomenologi), Grounded

theory Approach (pendekatan Grounded Theory), Case Study Approach

(pendekatan studi kasus), dan Ethnographic Approach (pendekatan

etnograpi).

Pendekatan studi kasus lebih disukai dalam penelitian kualitatif

karena kedalaman dan detail suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah

kecil studi kasus (Patton, 1991: 23). Pendekatan studi kasus adalah suatu

pendekatan yang merupakan eksplorasi dari “suatu sistem yang terikat”

atau “suatu kasus atau beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui

pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber

informasi yang “kaya” dalam suatu konteks, sistem terikat ini diikat oleh

waktu dan tempat, sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program,

peristiwa, aktivitas, atau suatu individu (Cresswell, 1998: 61).

Definisi studi kasus ini disimpulkan dari beberapa karakteristik

pendekatan studi kasus menurut Cresswell, yakni: 1. Mengidentifikasi

suatu “kasus” untuk suatu studi; 2. Kasus tersebut merupakan “sebuah

sistem yang terikat” oleh waktu dan tempat; 3. Studi kasus menggunakan

berbagai sumber informasinya dalam pengumpulan datanya untuk

memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang respon dari

suatu peristiwa; dan 4. Menggunakan studi kasus, peneliti akan

“menghabiskan waktu” dalam menggambarkan konteks atau suatu setting

untuk suatu kasus (Cresswell, 1998: 36-37).

Sedangkan metode deskriptif adalah metode penelitian yang

bertujuan menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, berbagai situasi,

atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang

menjadi objek penilaian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan

sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang

Page 71: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

53

kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bugin, 2007: 68).

Kemampuan dan pengalaman peneliti sangat berpengaruh terhadap hasil

penelitian yang menggunakan metode deskriptif, karena tidak hanya

menggambarkan kondisi objek penelitian, peneliti dituntut pula untuk

pandai menganalisisnya sesuai metode dan teori (Musfah, 2016: 55).

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dengan menggunakan

metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus, peneliti berusaha

dengan berbagai sumber informasi mengidentifikasi inovasi kurikulum

pesantren di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia sekaligus

menganalisisnya sesuai metode dan teori.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia.

Lokasi pondok pesantren Bina Insan Mulia terletak di Jl. KH. Anas

Sirojuddin Blok Tegal Koneng desa Cisaat, Dukupuntang, Sumber,

Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa barat 45652. Nomor telepon

085659840217. Alamat situs http://pesantrenbima.com, alamat fanpage

www.facebook.com/pesantrenbima. Penelitian akan dilaksanakan selama 4

bulan di tahun 2019.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Menurut Asmussen dan Cresswell, data dalam studi kasus

ditampilkan melalui matriks sumber informasi. Matriks ini

mengandung empat tipe data, yaitu: wawancara, observasi, dokumen,

dan materi audio-visual. Penyampaian data melalui matriks ini

ditujukan untuk melihat kedalaman dan banyaknya bentuk dari

pengumpulan data. Cresswell menggaris bawahi wawancara dan

observasi sebagai instrumen penting dalam studi kasus sehingga patut

menjadi perhatian lebih peneliti.

Sedangkan menurut Robert K. Yin, pengumpulan data dalam

studi kasus terdapat dalam enam bentuk, yaitu: a. Dokumentasi yang

terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporan-laporan suatu

peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping, dan

artikel; b. Rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data

survei, daftar nama, rekaman pribadi seperti buku harian, kalender,

dan sebagainya; c. Wawancara (biasanya bertipe open-ended); d.

Observasi langsung; e. Observasi partisipan; dan f. Perangkat fisik

atau kultural, yaitu peralatan teknologi, alat atau instrumen pekerja

seni dan lain-lain.

Data yang digali dalam penelitian ini adalah data primer

(utama) dan data sekunder (pendukung). Data primer yaitu data yang

memberikan data langsung kepada pengumpul data. Sedangkan data

sekunder ialah data yang secara tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2005: 62). Data primer dalam

penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumen, dan materi

audio-visual terkait inovasi kurikulum pesantren di pondok pesantren

Bina Insan Mulia, Cirebon. Sedangkan data sekunder berupa buku-

buku, literatur, artikel, dan jurnal terkait tema penelitian.

Page 72: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

54

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari sumber primer

dan sumber sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini adalah

subjek penelitian yakni pengurus pondok pesantren Bina Insan Mulia

Cirebon yang notabene para ustadz dan ustadzah (pengampu program

cluster), tokoh masyarakat, orang tua santri, dan para santri.

Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah di tiga sekolah

yang terdapat di lokasi penelitian juga merupakan subjek dalam

penelitian ini. Subjek penelitian dianggap paling representatif untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan fokus penelitian,

yakni inovasi kurikulum pesantren.

Dalam proses penelitian, subjek penelitian yang dilakukan

secara purposive tidak diberlakukan pembatasan yang bersifat

mengikat. Akan tetapi, kunci pembatasan jumlah subjek penelitian

adalah manakala subjek penelitian telah dianggap mampu menjawab

segala permasalahan penelitian. Sedangkan sumber data sekunder

dalam penelitian ini berasal dari buku-buku, literatur, artikel, dan

jurnal terkait tema penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi dan data yang tepat dan sesuai

dengan fokus penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan observasi,

wawancara, dan studi dokumen sebagai teknik pengumpulan data.

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung dan

mencatat peristiwa, kejadian, serta kegiatan di pondok pesantren Bina

Insan Mulia Cirebon untuk mendapatkan data terkait inovasi

kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon.

2. Wawancara secara mendalam (in-depth interview), yakni

pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dan lisan

kepada pengurus pondok pesantren Bina Insan Mulia Cirebon yang

notabene para ustadz dan ustadzah (pengampu program cluster), tokoh

masyarakat, orang tua santri, dan para santri. Wawancara juga

dilakukan kepada wakil kepala bagian kurikulum di tiga sekolah yang

terdapat di lokasi penelitian. Bentuk wawancara dalam penelitian ini

adalah semi terstruktur, dengan tetap berpegang pada pedoman

wawancara tetapi dilaksanakan secara tidak berurutan atau

kondisional.

3. Studi dokumen, yaitu dengan mengumpukan dokumen-dokumen

terkait penelitian, seperti: profil pondok pesantren, profil kegiatan,

jadual kegiatan, dan data-data lainnya yang sesuai dalam rangka

melengkapi data terkait inovasi kurikulum pesantren di Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon. Arikunto (2006: 206)

menyebutkan bahwa dokumentasi adalah metode pengumpulan data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.

Page 73: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

55

E. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian

Peneliti memegang peranan penting sebagai instrumen kunci

dalam sebuah penelitian. Sebagai usaha penggalian informasi dari sumber

data, sekaligus untuk memudahkan tugas dan perannya sebagai instrumen

kunci, maka peneliti menggunakan acuan berupa pedoman observasi,

pedoman wawancara, dan daftar dokumen yang dibutuhkan dalam

penelitian atau disebut juga daftar check list.

Tabel 3.1. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian Variabel Indikator Sumber Data Dokumen

Pendukung

Teknik

Analisis Data

Instrumen

Profil pondok

pesantren dan

sekolah

Profil Sekolah

dan Sejarah

Sekolah, visi-

misi dan

kurikulum

sekolah, profil

dan sejarah

pondok

pesantren, visi-

misi dan

kurikulum

pondok

pesantren

Direktur

pondok

pesantren,

waka

kurikulum dari

tiga sekolah

(SMPIT, SMK,

MAUBI),

pengampu

program

Catatan

Dokumen

profil pondok

pesantren,

dokumen profil

sekolah,

dokumen

struktur

organisasi,

dokumen data

pendidik dan

tenaga

kependidikan,

dokumen data

siswa dan

alumni

Observasi

Wawancara

Studi dokumen

Pedoman

Observasi

Pedoman

Wawancara

Daftar ceklis

Inovasi

kurikulum

pesantren

Tujuan (SKL),

isi dan

struktur,

strategi,

sarana, dan

evaluasi

Direktur, waka

kurikulum,

pengampu

program,

peserta, orang

tua

Pedoman

kurikulum,

Panduan

program,

Majalah

Pondok

Pesantren,

silabus, RPP,

dokumen data

prestasi

Observasi

Wawancara

Studi dokumen

Pedoman

Observasi

Pedoman

wawancara

Daftar ceklis

Page 74: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

56

Berdasarkan instrumen pengumpulan data penelitian, pedoman

wawancara disusun, tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 3.2. Pedoman Wawancara variabel Butir Pertanyaan Informan

Profil pondok pesantren

dan sekolah

Sejak kapan pondok

pesantren Bina Insan Mulia

didirikan?

Apa yang melatar belakangi

berdirinya pondok

pesantren?

Bagaimana sejarah pondok

pesantren?

Apa visi dan misi pondok

pesantren?

Sejak kapan SMPIT, SMK,

MAUBI didirikan?

Apa yang melatarbelakangi

berdirinya SMPIT, SMK,

dan MAUBI?

Bagaimana sejarah SMPIT,

SMK, dan MAUBI?

Apa visi-misi SMPIT,

SMK, dan MAUBI?

Direktur Pondok Pesantren

Waka Kurikulum SMPIT,

SMK, dan MAUBI

Pengampu Program

Inovasi kurikulum

pesantren

Kurikulum apa yang

diterapkan di pondok

pesantren Bina Insan

Mulia/SMPIT, SMK, dan

MAUBI?

Apa tujuan dari penerapan

kurikulum ini?

Apa sasaran dari penerapan

kurikulum ini?

Apakah ada kaitan Antara

visi-misi dan kurikulum

yang diterapkan?

Apakah ada kaitan Antara

visi-misi, kurikulum yang

diterapkan, dan tujuan

pendidikan nasional?

Apa nilai kebaruan dari

kurikulum ini?

Apa kekhasan dari

kurikulum ini?

Apa strategi yang digunakan

dalam rangka menerapkan

kurikulum ini?

Apa sarana yang dibutuhkan

dalam rangka menunjang

penerapan kurikulum ini?

Bagaimana evaluasi dari

kurikulum ini?

Apa kendala yang dihadapi

dalam penerapan kurikulum

ini?

Apa solusi yang

ditawarkan?

Direktur Pondok Pesantren

Waka Kurikulum

Pengampu Program

Santri

Orang tua santri

Tokoh masyarakat

Page 75: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

57

Instrumen pengumpulan data penelitian menjadi acuan

penyusunan pedoman observasi. Pedoman observasi tersebut tersaji

sebagai berikut:

Tabel 3.3. Pedoman Observasi Nomor Kegiatan Keterangan

1. Mengamati kegiatan harian

siswa/santri di sekolah

2. Mengamati kegiatan santri

di pondok pesantren

3. Mengamati penerapan

kurikulum di sekolah

4. Mengamati penerapan

kurikulum di pondok

pesantren

5. Mengamati kaitan Antara

penerapan kurikulum

dengan visi-misi sekolah

6. Mengamati kaitan Antara

penerapan kurikulum

dengan visi-misi pondok

pesantren

7. Mengamati kaitan Antara

penerapan kurikulum

sekolah, kurikulum pondok

pesantren, dan tujuan

pendidikan nasional

8. Mengamati respon dan

tanggapan siswa/santri

terhadap penerapan

kurikulum sekolah dan

kurikulum pondok

pesantren

9. Mengamati sarana dan

prasarana penunjang

kurikulum

10. Mengamati respon orang

tua terhadap penerapan

kurikulum

11. Mengamati respon tokoh

masyarakat terhadap

penerapan kurikulum

12. Mengamati strategi

pengampu dalam mengatasi

kendala dalam penerapan

kurikulum

Page 76: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

58

Berdasarkan instrumen pengumpulan data penelitian, maka

dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagaimana dalam

tabel daftar ceklis berikut:

Tabel 3.4. Daftar Ceklis

Nomor Dokumen Keterangan

1. Dokumen profil sekolah SMPIT, SMK,

dan MAUBI

2. Dokumen profil Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia

3. Jadual kegiatan harian siswa di sekolah

SMPIT, SMK, dan MAUBI

4. Jadual kegiatan santri di pondok

pesantren

5. Data jumlah siswa di sekolah SMPIT,

SMK, dan MAUBI

6. Dokumen struktur organisasi sekolah

SMPIT, SMK, dan MAUBI

7. Dokumen struktur organisasi pondok

pesantren

8. Data jumlah pendidik dan tenaga

kependidikan di SMPIT, SMK, dan

MAUBI

9. Data jumlah pengajar di pondok

pesantren

10. Data prestasi dan nilai UN

11. Dokumen kegiatan pembelajaran di

kelas

a. silabus

b. RPP

4.

12. Dokumen kegiatan ekstrakurikuler

13. Data alumni SMPIT, SMK, dan

MAUBI

14. Data alumni pondok pesantren

15. Data sarana dan prasarana pendidikan

a. Ruang kelas

b. Proyektor

c. Buku pelajaran

d. Kitab

e. Masjid

f. Perpustakaan

g. Aula

h. Laboratorium

i. Fasilitas olah raga

j. Pondok putera

k. Pondok puteri

l. Pondok asatidz

f.

Page 77: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

59

Data

Display

Data

Collection

Conclusion

&

Verification

Data

Reduction

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini mengunakan metode analisis data non statistik,

yakni analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan mendeskripsikan

suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sejak awal kegiatan

penelitian sampai akhir penelitian secara sistematis, ringkas, dan

sederhana. Beberapa langkah yang digunakan dalam menganalisis data

menggunakan Interactive Model dari Miles dan Huberman.

Terdapat beberapa komponen dalam analisis model ini, yaitu:

pengumpulan data (data collection), reduksi data (data condensation),

penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan

(drawing and verifying conclusions) (Miles, 2014: 12-14). Langkah-

langkah tersebut tersaji dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.1. Langkah-langkah Analisis Data

Berdasarkan gambar, fase analisis data dapat dijabarkan melalui

penjelasan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection), merupakan langkah awal menyusun

penelitian berkenaan dengan permasalahan yang diteliti, yakni inovasi

kurikulum pesantren. Dilaksanakan dengan teknik observasi, wawancara, dan

studi dokumen.

2. Reduksi Data (Data Condensation), merupakan analisis data yang melibatkan

langkah-langkah pengelompokan dan penyederhanaan data sesuai dengan

fokus penelitian. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan

studi dokumen akan dipilah dan diidentifikasi. Jika terdapat data yang kurang

relevan, maka data tersebut akan dibuang, kemudian data yang relevan akan

difokuskan pada hal-hal yang berkenaan dengan fokus penelitian.

3. Penyajian Data (Data Display), data hasil reduksi yang terkumpul akan

disusun secara naratif dan sistematis. Hal ini dilakukan untuk memahami

fenomena apa yang terjadi berkaitan dengan inovasi kurikulum pesantren,

setelah itu dilakukan analisis secara mendalam.

4. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions),

tahapan ini merupakan penarikan kesimpulan dari hasil analisis penyajian data

Page 78: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

60

yang merupakan jawaban dari fokus penelitian berkaitan dengan inovasi

kurikulum pesantren.

G. Pengecekan Keabsahan Data

1. Validitas Internal (Credibility)

a. Memperpanjang Masa Observasi

Pada tahap ini, peneliti berupaya memperpanjang

keikutsertaan dan melibatkan diri dalam lingkungan pondok

pesantren dan menambah waktu keterlibatan dalam kegiatan

pondok pesantren sampai data yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan.

b. Ketekunan Pengamatan

Pada tahap ini, peneliti mencermati data di lapangan

secara terperinci dan mendalam. Tahapan ini membantu peneliti

mencermati data mana yang harus diamati dan data mana yang

tidak perlu diamati.

c. Triangulasi

Pada tahap ini, peneliti membandingkan hasil

pengamatan pertama dengan pengamatan berikutnya, melakukan

pengujian temuan dengan menggunakan berbagai sumber

informasi.

d. Pemeriksaan Sejawat

Pada tahap ini, peneliti mendiskusikan hasil data dengan

orang lain yang memiliki pemahaman terhadap penelitian yang

sedang dilakukan, sehingga peneliti memperoleh saran dan

masukan.

e. Kecukupan Referensial

Pada tahap ini, peneliti mengajukan kritik internal

terhadap temuan penelitian. Berbagai bahan digunakan sebagai

pembanding dan mempertajam analisis data untuk mendukung

penelitian.

f. Kajian Kasus Negatif

Pada tahap ini, peneliti menelaah lebih cermat terhadap

kasus-kasus yang saling bertentangan dengan maksud

memperhalus simpulan.

g. Member Check

Pada tahap ini, peneliti mengupayakan agar informasi

yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam penulisan sesuai

dengan apa yang dimaksud oleh informan. Peneliti melakukan

member check dengan cara mengulangi jawaban atau pandangan

responden secara garis besar pada akhir wawancara.

2. Validitas Eksternal (Transferability)

Pada tahap ini, peneliti melaporkan hasil penelitian secara

rinci, cermat, dan selengkap mungkin tentang konteks dan pokok

permasalahan yang diperlukan pembaca, sehingga pembaca dapat

memahami temuan yang diperoleh.

Page 79: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

61

3. Depentability

Pada tahap ini, peneliti berupaya melakukan penelusuran

hasil penelitian dan proses penelitian untuk menentukan apakah

temuan-temuan sesuai dengan hasil di lapangan.

4. Confirmability

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengauditan

konfirmabilitas untuk meneliti hasil (produk) penelitian. Tahapan ini

dilakukan bersamaan dengan depentability.

Page 80: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

62

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian

1. Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Lahirnya Pondok Pesantren Bina Insan Mulia tak bisa lepas dari

keberadaan Pondok Pesantren al-Ikhlash Tegal Koneng yang didirikan oleh

almarhum KH. Sirojuddin tahun 1942. Abah Siroj, begitu panggilan akrab beliau,

berhijrah dari Pondok Pesantren Bobos ke sebuah perkampungan yang pada saat

itu dikenal oleh masyarakat dengan nama Tegal Koneng. Di kampung itulah beliau

membeli tanah lalu mendirikan tempat ibadah, rumah, dan tempat pengajian.

Seiring dengan waktu dan kiprah beliau di masyarakat, terutama di bidang

keagamaan, maka dalam waktu yang tidak begitu lama, Tegal Koneng telah

menjadi pusat pendidikan keislaman dan dakwah. Masyarakat kala itu

mengenalnya dengan Pondok Pesantren Tegal Koneng. Di masa itu, santri datang

dari berbagai daerah sekitar, Antara lain dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan

Kuningan. Uniknya, pada saat itu yang mau menjadi santri bukan hanya anak-anak

usia pelajar, tapi juga para lanjut usia.

Bahkan, pada dua hari khusus, yaitu hari rabu dan jumat, diadakan

pengajian rutin yang langsung dipimpin oleh Abah Siroj. Ratusan orang dari

berbagai daerah sekitar berduyun-duyun mengunjungi pengajian ini. Sepeninggal

KH. Siroj, pesantren diteruskan oleh putera sulung beliau, yakni KH. Anas

Sirojuddin, alumnus Pondok Pesantren Kempek dan Pondok Pesantren Lasem. Di

masa kepemimpinan KH. Anas Sirojuddin, sistem dakwah dan pendidikan

pesantren diperluas dengan mendirikan lembaga formal, antara lain: Madrasah

Diniyah dan Madrasah Tsanawiyah, PAUD, dan TK. Semua lembaga tersebut

diberi nama al-Ikhlas.

Atas restu KH. Anas Sirojuddin, pada tahun 2012, Pondok Pesantren al-

Ikhlas diubah nama dan sistemnya secara total oleh putera bungsunya, yaitu KH.

Imam Jazuli, Lc. MA., yang menjadi generasi ketiga KH. Sirojuddin. Nama

pesantren diganti menjadi Pesantren Bina Insan Mulia, seluruh santri diwajibkan

tinggal di asrama agar dapat mengikuti seluru proses dan aktivitas pendidikan

pesantren.

Dengan berlangsungnya sistem pendidikan di bawah manajemen

Pesantren Bina Insan Mulia, perubahan besar terjadi. Lembaga pendidikan yang

dulunya ada di Pondok Pesantren al-Ikhlas seperti: Madrasah Diniyah, Madrasah

Tsanawiyah, TK, dan PAUD diserahkan dan dipindahkan pengelolaannya kepada

pihak masyarakat sekitar.

Sementara tanah yang sebelumnya digunakan oleh Pondok pesantren al-

Ikhlas dibeli oleh KH. Imam Jazuli, sekaligus membeli tanah di sekitar untuk

perluasan area pesantren, kecuali Masjid dan sedikit pekarangannya karena telah

diwakafkan sejak KH. Sirojuddin. Sistem pendidikan diubah dengan tetap

berpegang teguh pada asas untuk melestarikan warisan lama yang masih bagus dan

menciptakan inovasi baru yang lebih bagus (Nuansa magazine, 21 November

2018).

Page 81: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

63

Memahami budaya adalah aspek yang sangat penting bagi pendidikan dan

ini tidak bisa dihadirkan hanya melalui pengajaran. Inilah alasan yang paling

mendasar mengapa Pesantren Bina Insan Mulia sejak tahun 2016 telah merintis

pembangunan pesantren berwajah etnik dan menjadi yang pertama di Indonesia.

Pesantren berwajah etnik ini dipusatkan pada asrama puteri, masjid puteri dan

milieunya. Seluruh bangunan di dalamnya menggunakan material kayu jati dan

nangka yang didatangkan dari seluruh kawasan nusantara yang rata-rata berusia di

atas 150 tahun. “Selain untuk mendidik santri mengenai pentingnya budaya dan menawarkan

suasana belajar yang unik bagi santriwati, pesantren ini juga dimaksudkan untuk

memberikan kenyamanan kepada wali santri yang berkunjung agar mereka terangsang

memahami kekayaan budaya sekaligus berwisata” demikian disampaikan KH. Imam

Jazuli, Lc, MA (Kumparan.com, 1 November 2018).

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia mempunyai visi untuk menjadi pusat

pengembangan pendidikan terpadu antara ilmu, skill, dan nilai-nilai untuk

menghasilkan kader yang cerdas, kompetitif, dan berakhlak mulia serta misi

memfasilitasi proses aktualisasi potensi peserta didik dengan membekali ilmu,

skill, dan nilai-nilai dari ajaran agama serta kearifan lokal nasional;

mengembangkan pembelajaran yang berbasis pesantren dan pendidikan yang

adaptif dengan perkembangan jaman; mengembangkan proses dan metode

pembelajaran yang modern berbasis ICT (Information and Communication

Technology); dan menghasilkan lulusan yang mampu berprestasi, berkontribusi

dan bernilai bagi agama, bangsa, dan negara. Dalam rangka merealisasikan visi-

misi ini, pesantren menerapkan integrasi ilmu umum dan agama dalam sistem

yang dikenal sebagai sistem cluster dengan tujuh program unggulan.

Identitas Pondok Pesantren Bina Insan Mulia terangkum dalam identitas

pondok pesantren sebagai berikut:

Tabel 4.1. Identitas Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

1. Nama Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

2. Jumlah Kamar 26 Kamar

3. Kapasitas Kamar 36 Orang Santri

4. Alamat Pondok Pesantren Jl. KH. Anas Sirojuddin RT.

029/RW. 010 Komplek Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia

Desa Cisaat, Kec.

Dukupuntang, Kab. Cirebon

5. Nomor Telepon/Faximile 081288881647

6. E-mail [email protected]

7. Jumlah santri 920 orang

8. Kegiatan Pesantren 1. Ceramah pendalaman

Agama Islam

2. Shalat wajib

3. Shalat dluha

4. Shalat sunnah malam

Page 82: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

64

5. Membaca al-Quran

6. Dzikir

7. Hapalan dan doa-doa

9. Identitas Kepala Pondok

Nama

Pendidikan

SK yang mengangkat

-

-

KH. Imam Jazuli, Lc, MA

Magister

Ketua Yayasan

10. Nama Yayasan Bina Insan Mulia

11. Nama Ketua Yayasan KH. Imam Jazuli, Lc, MA

12. Alamat Yayasan Jl. KH. Anas Sirojuddin RT.

029/RW. 010 Komplek

Pesantren Bina Insan Mulia

Desa Cisaat, Kec.

Dukupuntang Kab. Cirebon

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia menerapkan sistem pendidikan yang

integral antara pesantren dan sekolah dengan jadual aktivitas santri sebagai

berikut:

Tabel 4.2. Jadual Aktivitas Santri Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Pukul 4.00-4.30 WIB Shalat Shubuh berjamaah

Pukul 4.30-6.00 WIB Dzikir jamaah

Pukul 6.00-7.00 WIB Program cluster sesuai kelas

Pukul 7.00-7.30 WIB Sarapan dan persiapan sekolah

Pukul 8.00-11.30 WIB Sekolah sesuai jenjang

Pukul 12.00-12.30 WIB Shalat Zhuhr berjamaah

Pukul 12.30-15.00 WIB Makan dan tidur siang

Pukul 15.00-15.30 WIB Shalat Ashar berjamaah

Pukul 15.30-17.00 WIB Program cluster sesuai kelas

Pukul 17.00-17.30 WIB Makan sore dan persiapan shalat

maghrib

Pukul 17.40-18.10 WIB Shalat Maghrib berjamaah

Pukul 18.10-19.00 WIB Ngaji wetonan dengan Ayahanda KH.

Imam Jazuli, Lc, MA

Pukul 19.00-19.30 WIB Shalat Isya berjamaah

Page 83: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

65

Pukul 19.30-21.00 WIB Program cluster sesuai kelas

Pukul 21.00-22.00 WIB Program belajar dengan OSIP

Pukul 22.00-4.00 WIB Waktu tidur

Kajian kitab kuning yang menjadi ciri khas pesantren selain kitab yang

dibaca wetonan oleh kiai, diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran di

sekolah, namun khazanah kitab yang diajarkan sedikit, banyak kesamaan antara

kitab yang diajarkan di SMPIT maupun SMK dan MAUBI, hanya ditemukan dua

kitab yang berbeda yang diajarkan di SMPIT, yakni Ahwal al-Ihsan dan

Khulashah, sebagaimana tampak dalam tabel berikut:

Tabel 4.3. Kitab Kuning di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia No. Jenjang Pendidikan Kelas Nama Kitab Kategori

1. SMK X

XI

Aqidah al-‘Awam

Ta’lim al-Muta’allim

Arba’in Nawawi

Safinah al-Najah

Riyadl al-Shalihin

Jawahir al-Kalamiyyah

Taisir al-Khalaq

Tanqih al-Qaul

Taqrib

Tauhid

Akhlak

Hadits

Fiqih

Hadits

Tauhid

Akhlak

Hadits

Fiqih

2. MAUBI X

XI

Aqidah al-‘Awam

Ta’lim al-Muta’allim

Arba’in Nawawi

Safinah al-Najah

Riyadl al-Shalihin

Jawahir al-Kalamiyyah

Taisir al-Khalaq

Tanqih al-Qaul

Taqrib

Tauhid

Akhlak

Hadits

Fiqih

Hadits

Tauhid

Akhlak

Hadits

Fiqih

3. SMPIT VII

VIII

IX

Khulashah

Ta’lim al-Muta’allim

Arba’in Nawawi

Safinah al-Najah

Riyadl al-Shalihin

Khulashah

Ahwal al-Ihsan

Taqrib

Taisir al-Khalaq

Tanqih al-Qaul

Khulashah

Taisir al-Khalaq

Taqrib

Tarikh

Akhlak

Hadits

Fiqih

Hadits

Tarikh

Tauhid

Fiqih

Akhlak

Hadits

Tarikh

Akhlak

Fiqih

Page 84: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

66

2. Sekolah Menengah Kejuruan Bina Insan Mulia

SMK Broadcast dan Pertelevisian Bina Insan Mulia lahir sebagai respon

nyata pondok pesantren terhadap pesatnya kemajuan teknologi dan perubahan era

kini. Hal tersebut sebagaimana diungkap Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia, KH. Imam Jazuli, Lc, MA: “Sebagai lembaga yang menerima amanat untuk menyediakan layanan pendidikan

agama (tafaqquh fiddin), mengembangkan dakwah dan mengembangkan masyarakat, maka

pesantren perlu menciptakan respon yang kreatif terhadap perubahan” (Tribun News.com,

18 Januari 2018).

SMK ini juga menjadi SMK berbasis pesantren pertama di Indonesia

dengan tujuan utama membekali cara berdakwah sesuai skill di bidang broadcast

dan pertelevisian, jadi kesadaran terhadap identitas kesantrian adalah utama, selain

itu, sebagai komunikasi harian dipilih Bahasa Inggris dengan alasan bahwa Bahasa

Inggris merupakan bahasa yang dibutuhkan dalam menyongsong kebutuhan akan

dai-dai internasional yang menguasai materi keislaman dan teknologi, bisa

dikatakan inilah yang dimaksud dengan mempesantrenkan pendidikan vokasi,

bukan sebaliknya, memvokasikan pesantren.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Bina Insan Mulia,

berdirinya SMK dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menghadirkan SMK yang

tidak sama dengan SMK lain yang sudah ada. Jika SMK yang lain orientasi utama

setelah lulus adalah bekerja, maka SMK Bina Insan Mulia justeru menghendaki

lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam

rangka mendukung itikad besar mencetak pemimpin bukan pekerja, bermental

mempekerjakan bukan mental buruh.

SMK broadcast dan pertelevisian dipilih karena diawali kesadaran

terhadap kelemahan para santri di bidang media, apalagi saat itu baru ada 2-3 SMK

sejenis di Jawa Barat. Baru kemudian disusul lahirnya jurusan Teknik Komputer

dan Jaringan, serta berikutnya jurusan keperawatan. Secara khusus, visi-misi SMK

mengarah pada output yang kuat dalam skill, sedangkan visi-misi global, seperti

halnya pesantren, institusi pendidikan di bawah naungan pondok pesantren

mempunyai visi-misi global yang sama.

Kurikulum SMK merujuk kepada Kurikulum Sekolah Berbasis Pesantren

dengan sistem akselerasi, bertarget, dengan kurikulum terintegrasi, maksudnya

proses belajar mengajar hanya berlangsung selama dua tahun. Tahun ke-tiga diisi

dengan persiapan santri, baik untuk yang menginginkan melanjutkan pendidikan di

dalam negeri maupun di perguruan tinggi luar negeri. Di sekolah, santri belajar

pelajaran yang di UN kan berdasarkan KTSP 2006 dan Kurikulum 2013, pelajaran

terkait kejuruan, dan kitab-kitab pesantren tertentu. Sedangkan di luar waktu

sekolah, program pembelajaran pesantren dilanjutkan dengan program-program

tertentu dalam sistem cluster.

Berikut ini profil SMK Broadcasting Pertelevisian Bina Insan Mulia:

a. Identitas Sekolah

Nama Lembaga : SMK Broadcasting Pertelevisian Bina Insan Mulia

Alamat Lembaga : Komplek Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Jl. KH. Anas Sirojuddin RT. 029/RW. 010 Blok V

Kode Sekolah : 06120180

Status Sekolah : Swasta

NPSN : 69752446

NSS : 322021726006

Page 85: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

67

Akreditasi : B

Alamat Sekolah : Jalan : KH. Anas Sirojuddin

Desa/Kelurahan : Cisaat

Kecamatan : Dukupuntang

Kabupaten : Cirebon

Provinsi : Jawa Barat

Kode Pos : 45652

E-mail : [email protected]

Website : www.pesantrenbima.com

Kurikulum : KTSP 2006 dan Kurikulum 2013

Nara Hubung : 081288881647/082240376739

Kepala Sekolah : Siti Zahro, S.Pd.I

b. SK Operasional

Nama Yayasan : Bina Insan Mulia

Izin Pendirian : 421.1/kpts.1193/Disdik

Tahun Didirikan : 2012

Tahun Beroperasi : 2012-2013

c. Tanah

Kepemilikan Tanah : Yayasan Bina Insan Mulia (wakaf)

Luas Tanah SMK : 30.000 M2

d. Bangunan

Luas Bangunan : 2000 M2

Kepemilikan Tanah : Yayasan Bina Insan Mulia

e. Identitas Yayasan

Nama Yayasan : Bina Insan Mulia

Alamat : Jalan : KH. Anas Sirojuddin RT. 029/RW. 010

Dusun/Blok : V

Desa : Cisaat

Kecamatan : Dukupuntang

Kabupaten : Cirebon

Provinsi : Jawa Barat

Kode Pos : 45652

f. Program Keahlian

1. Teknik Penyiaran dan Program Pertelevisian

2. Teknik Komputer dan Informatika

3. Kesehatan

g. Paket Keahlian

1. Broadcasting Pertelevisian

2. Teknik Komputer dan Jaringan

3. Keperawatan

Secara struktural, SMK Broadcasting Pertelevisian dipimpin oleh seorang

Kepala Sekolah dengan dibantu staf-staf sebagai berikut:

Page 86: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

68

STRUKTUR ORGANISASI

SMK BINA INSAN MULIA

KEPALA SEKOLAH : SITI ZAHRO, S.Pd.I

KOMITE SEKOLAH : TARNO JALALUDIN

WAKA KURIKULUM : MA’MUN AZIZ, S.Pd.I

WAKA KESISWAAN : SAEFUL MUSTAJAB, S.Pd.

WAKA SARPRAS : M. ABD.HAKIM, M.Pd.

WAKA HUMAS : WIDIA PARAMITA

KEPALA TATA USAHA : YUDHI PERMANA, S.Pd.I

BENDAHARA : LAELY RIZKI YUSVIE

STAFF TU : WIDIA PARAMITA

OPERATOR : JAMALUDDIN YUSUF

PROKTOR & TEKNISI : JAMALUDDIN YUSUF

WALIKELAS

KELAS X BP : METI ARYANTI, S.I.Kom.

KELAS X TKJ : IWAN SETIAWAN, S.Pd.

KELAS X KEPERAWATAN : SAMSUL ARIFIN, S.Kep.

KELAS XI BP : ISMA KHAERATUNNISA, S.Pd.

KELAS XI TKJ : APIP ZAENUDDIN, S.Kom.

KELAS XI KEPERAWATAN : MOH ABDUL HAKIM, M.Pd.

KELAS XII BP : ENDAH FUZIAH, S.Pd.

KELAS XII TKJ : MA’MUN AZIZ, S.Pd.I.

KELAS XII KEPERAWATAN : AAN ANISAH, S.Pd.

KEPALA PROGRAM

BP : METI ARYANTI, S.I.Kom.

TKJ : TOHIRIN, S.Kom.

KPR : SAMSUL ARIFIN, S.Kep.

Page 87: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

69

Gambar 4.1. Struktur Organisasi SMK Bina Insan Mulia

-----

Pengasuh Pesantren

KH. Imam Jazuli, Lc, M.A.

Kepala Sekolah

Siti Zahro, S.Pd.I

Komite Sekolah

Tarno

Kepala Tata Usaha

Yudhi Permana, S.Pd.I.

Bendahara : Laely R. Yusvie

Staff TU : Widia Paramita

Operator : Jamaluddin Yusuf

Proktor & : Jamaluddin Yusuf

Teknisi

Waka kurikulum

Ma’mun Aziz, S.Pd.I

Waka Kesiswaan

Saeful Mustajab, S.Pd.

Waka Sarpras

M. Abd. Hakim, M.Pd.I.

Waka Humas

Widia Permata

Kepala Program

1. Meti Aryanti, S.I.Kom. (Broadcasting

Pertelevisian)

2. Tohirin, S.Kom. (Teknik Komputer &

Jaringan)

3. Samsul Arifin, S.Kep. (Keperawatan)

Wali Kelas

X BP : Meti Aryanti, S.I.Kom.

X TKJ: Iwan Setiawan, S.Pd.

X KPR: Samsul Arifin, S.Kep.

XI BP : Isma Khaeratunnisa, S.Pd.

XI TKJ: Apip Zaenuddin, S.Kom.

XI KPR: M. Abd.Hakim, M.Pd.

XII BP : Endah Fuziah, S.Pd.

XII TKJ: Ma’mun Aziz, S.Pd.I.

XII KPR: Aan Anisah, S.Pd.

Guru Matapelajaran

Peserta Didik

Page 88: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

70

Santri atau peserta didik merupakan elemen penting dalam komponen

pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Berikut ini data peserta didik di SMK Bina Insan Mulia:

Tabel 4.4. Data Siswa/Siswi SMK Bina Insan Mulia

Tabel 4.5. Data siswa/siswi SMK Bina Insan Mulia dari Tahun ke Tahun

Tahun Sekolah Jumlah Siswa Persentase

2015 SMK Bina Insan Mulia 55 Orang Siswa/siswi

2016 SMK Bina Insan Mulia 81 Orang Siswa/siswi 47,27 %

2017 SMK Bina Insan Mulia 121 Orang Siswa/siswi 49,38 %

2018 SMK Bina Insan Mulia 133 Orang siswa/siswi 9,91 %

2019 SMK Bina Insan Mulia 363 Orang Siswa/siswi 172,93 %

Sumber: Data Emis Pesantren Bina Insan Mulia

No JURUSAN KELAS PUTRA PUTRI TOTAL

1 Broadcasting pertelevisian ( 1 ) X10 13 23

2 Broadcasting pertelevisian( 2 ) X14 11 25

3 Teknik Komputer Dan Jaringan ( 1 ) X20 19 39

4 Teknik Komputer Dan Jaringan ( 2 ) X28 14 42

5 Keperawatan X10 30 40 40

6 Broadcasting pertelevisian XI24 11 35 35

7 Teknik Komputer Dan Jaringan XI27 10 37 37

8 Keperawatan XI0 30 30 30

9 Broadcasting pertelevisian XII22 13 35 35

10 Teknik Komputer Dan Jaringan XII22 10 32 32

11 Keperawatan XII 0 25 25 25

12 TOTAL 176 187 363363

169

102

92

JUMLAH

DATA SISWA/SISWI

SMK BINA INSAN MULIA2019/2020

48

81

Page 89: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

71

Hal yang dituju dari suatu evaluasi selain impact dan effect adalah product,

dan produk dari pendidikan adalah output, yakni santri atau peserta didik dalam

keberhasilan pendidikannya. Berikut ini output dari SMK Bina Insan Mulia:

Tabel 4.6. Data Output SMK Bina Insan Mulia

Data Output SMK Bina Insan Mulia

Tahun Pelajaran 2018/2019 No. NAMA KAMPUS PROGRAM

STUDI

JALUR LAINNYA

1. Wili Kurniawan Istanbul University of

Turkey

Electrical Engineering

Government Subsidies

-

2. Egi Budiyasa Istanbul University of

Turkey

Political Science and Public

Administration

Government Subsidies

-

3. R.Hasila Iklila Istanbul

University of Turkey

Faculty of

Medicine/Basic Medical Science

Government

Subsidies

-

4. Khofia Fitriyanti

Azizah

Istanbul

University of Turkey

Public Law

Department

Government

Subsidies

-

5. Angga Wahyu

Permana

Bandirma

University of

Turkey

Media and

Communication

Government

Subsidies

-

6. Anggun Ismaya Bandirma

University of

Turkey

Political Science

and Public

Administration

Government

Subsidies

-

7. Nasrul Hidayat Bandirma

University of

Turkey

Maritime Lines

Management

Government

Subsidies

-

8. Muhammad Haikal

Musyaffa

Ankara University

of Turkey

Astronomy and

Space

Government

Subsidies

-

9. Fahri Robiul

Muzzaky

Ankara University

of Turkey

Public Law

Department

Government

Subsidies

-

10. Naufal Muthie Ramadhan

Ankara University of Turkey

International Relation

Government Subsidies

-

11. Arum Trimala Sakarya

University of Turkey

Social science

and Humanities

Government

Subaidies

-

12. Wildan Dikri

Amrulloh

Sakarya

University of

turkey

Communication

and Bussiness

Government

Subsidies

-

13. Dede Imron Suyuti Sakarya

University of

Turkey

Economics and

Industry

Government

Subsidies

-

14. Muhammad Hanif Firdaus

Shoufu University Taiwan

Hotel Management

Mandiri -

15. Salma Hilyatul

Aulia

UIN Bandung Hukum Ekonomi

Syariah

UMPTKIN -

16. Wafa Siti Muplihah UIN Bandung Hukum Ekonomi Syariah

Mandiri -

17. Muhammad Rohid Poltek Negeri

Bengkalis Riau

D4 Teknik

Perkapalan

SNMPTN -

18. Izzati Adhitya IAIN Salatiga Komunikasi UMPTKIN -

19. Silvana Dwi

Rahayu

IAIN Purwokerto Hukum Ekonomi

Syariah

Prestasi

Akademik Nasional

-

20. Farah Diba

Sholikhatul Maula

IAIN Cirebon Hukum Ekonomi

Syariah

Beasiswa

LPTNU

-

21. Uswatun Hasanah IAIN Cirebon Hukum Ekonomi Syariah

Beasiswa LPTNU

-

22. Novi Puteri Snowati IAIN Cirebon Hukum

Tatanegara

UMPTKIN -

Page 90: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

72

23. Nurhayani IAIN Cirebon KPI Prestasi

Akademik

Nasional

-

24. Ramdan Aliman IAIN Cirebon Hukum Ekonomi Syariah

UMPTKIN -

25. Syifa Salsabilla IAIN Cirebon Hukum

Tatanegara

Mandiri -

26. Indah Renjani IAIN Cirebon Hukum Keluarga UMPTKIN -

27. Muhammad Abdul

Rahman

IAIN Cirebon Ahwal al-

Sakhshiyyah

UMPTKIN -

28. Lia Anita IAIN Cirebon Manajemen Pendidikan Islam

Mandiri -

29. Nita Febrianti IAIN Cirebon Hukum Ekonomi

Syariah

Mandiri -

30. Sri Astuti Ningrum IAIN Cirebon Hukum Keluarga UMPTKIN -

31. Siti Uswatun

Hasanah

AKPER Negeri

Kab. Indramayu

Keperawatan Beasiswa -

32. Widi Fuzi Widayanti Ikrima

Universitas Negeri Garut

PAI Mandiri -

33. Muhammad Haiqal

Fikri

Unswagati

Cirebon

Ilmu Hukum Beasiswa

LPTNU

-

34. Ida Robayati Unswagati Cirebon

Akuntansi Beasiswa LPTNU

-

Output angkatan 2019 yang baru-baru ini terdata ialah keberhasilan

Faishal Abdul Aziz, santri terbaik Pondok Pesantren Bina Insan Mulia angkatan

2019 yang bersekolah di SMK Bina Insan Mulia, dengan TOEFL ITP score 500,

kemampuan akademik di atas rata-rata, meraih beasiswa prestisius S1 pada

program Hubungan Internasional dari Kesultanan Oman untuk kuliah di University

of Sultan Qobus, Oman.

3. Madrasah Aliyah Unggulan Bertaraf Internasional Bina Insan Mulia

MAUBI berdiri, dilatarbelakangi oleh adanya keinginan kiai, pengasuh

pesantren untuk menciptakan generasi unggulan dengan menghimpun anak-anak

cerdas, dididik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke luar negeri atau perguruan

tinggi bonafide di dalam negeri, sesuai dengan visi-misi global seluruh institusi

pendidikan di bawah yayasan Bina Insan Mulia, baik pesantren maupun sekolah.

MAUBI yang baru dibuka pada tahun ajaran 2017/2018 ini dirancang

tidak seperti madrasah Aliyah pada umumnya. Madrasah yang menjadi bagian dari

unit pendidikan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon ini memiliki target

agar alumni atau lulusannya bisa berkompetisi di tingkat global. Hal ini

sebagaimana disampaikan KH. Imam Jazuli selaku pengasuh. “Target jangka pendek kami adalah menghantarkan mereka lulus di berbagai

perguruan tinggi bonafid di luar dan dalam negeri melalui jalur beasiswa atau mandiri.

Tentu itu semua untuk menunjang target jangka panjang kami, yaitu melahirkan para

pejuang yang siap dengan segala kompetensinya untuk berdakwah dan berkiprah di kancah

global” (tribunnews.com, 12 Agustus 2019)

Untuk mewujudkan target ini, menurut Kepala Sekolah yang sekaligus

menjabat Kepala Program Timur Tengah, MAUBI menetapkan standar yang

tinggi. Santri yang ingin masuk program ini harus berada di peringkat 1-5 selama

di SMP atau MTs nya, atau santri dengan IQ di atas 110. Para pengajar MAUBI

juga didatangkan dari berbagai perguruan tinggi ternama luar dan dalam negeri.

Terutama guru-guru pengajar bidang studi prioritas, bahkan untuk

pelajaran Bahasa Inggris, MAUBI merekrut native speaker lulusan Sorbonne

University, Perancis, dalam bidang English Literature. MAUBI menerapkan sistem

Page 91: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

73

pembelajaran berstandar internasional mengadopsi kurikulum Ma’had al-Azhar,

Kairo, dan Senior High School Finlandia, serta kurikulum yang disesuaikan

dengan kurikulum Kemenag. Bahasa pengantar harian mempergunakan Bahasa

Inggris dan Bahasa Arab.

Proses pembelajaran fokus pada empat sasaran utama, yaitu: pertama,

tahfizh, alumni MAUBI hafal al-Quran minimal 10 juz; kedua, bahasa, alumni

MAUBI ditarget meraih skor TOEFL dan TOAFL minimal 500; ketiga, qiroatul

Kutub, alumni MAUBI harus dapat membaca kitab-kitab kuning terseleksi; dan

keempat, sains, siswa siswi MAUBI bisa berkompetisi di tingkat lokal dan

nasional dalam bidang sains, kesemuanya difokuskan pada dua tahun pertama,

sedangkan sisa satu tahun digunakan untuk persiapan meraih beasiswa pendidikan.

Metode pembelajaran yang diadopsi dari sekolah Finlandia yang dimaksud

ialah kebebasan yang tetap bertanggung jawab untuk siswa memilih program

sesuai dengan yang mereka inginkan. Di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,

program-program inilah yang kemudian dikenal dengan sistem cluster, dan semua

jenjang pendidikan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia menerapkan sistem ini,

baik SMK, MAUBI, maupun SMPIT, meskipun pada kenyataannya tidak

sepenuhnya bebas, karena Tahsin Quran adalah program pertama karena

dipandang pokok dan mendasar untuk santri sebelum berpindah ke program

lainnya.

Berikut ini, data pengajar MAUBI Bina Insan Mulia:

Tabel 4.7. Data Pengajar di MAUBI Bina Insan Mulia

N

o.

NAMA

PENGAJA

R

TANG

GAL

MASU

K

TUGAS

TEMPAT/TAN

GGAL LAHIR

ALAMAT PENDIDI

KAN

TERAKH

IR

BIDAN

G

YANG

DIAMP

U

1. Dr. Ferry

Muhamma

dsyah

Siregar,

L.c., MA.

- Indramayu,

1977

- Doctoral Kepala

Sekolah

2. Saptono,

L.c., MA.

Wednes

day,

April 5,

2017

Cirebon, 25

Februari 1984

Blk.

Cicebak,

RT/RW

02/10,

Cipanas,

Dukupuntan

g, Cirebon

S2

Universita

s az-

Zaitunah,

Tunisia

Fiqih

dan

Bahasa

Arab

3. Nur Afifah,

S.Mat.

Sunday,

oct 1,

2017

Cirebon, 27

Oktober 1995

Blk. Pilang,

RT/RW

02/04,

Pilang sari,

Kedawung,

S1

UNPAD

-

Page 92: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

74

Cirebon

4. Meti

Aryanti,

S.I.Kom.

Wednes

day,

July 11,

2018

Cirebon, 28

Februari 1995

Jl. Raya

Gegesik

Wetan No.

15, RT/RW

001/001,

Gegesik,

Cirebon

S2

UNPAD

Ilmu

Komuni

kasi

5. Zainab,

S.Si.

- Cirebon, 17

Juni 1994

- S1 IPB Kimia

6. Maulan

Karim

Amrullah,

M.Pd.

Wednes

day,

April 5,

2017

Indramayu, 20

Mei 1987

- PPs USM

Surakarta

B.

Inggris

7. Moh.

Abd.Haki

m, M.Pd.I.

Wednes

day,

April 5,

2017

Cirebon, 21

Oktober 1989

Ds.

Sindangjaw

a, RT/RW

02/05,

Dukupuntan

g, Cirebon

PPs IAIN

Syekh

Nurjati

Cirebon

Sejarah

Kebuday

aan

Islam

8. Mohamad

Idfi

Monday

, Dec

24,

2018

Indramayu, 27

Desember 2000

Ds.

Temiyang,

Kroya,

Indramayu

SMK

BIMA

Broadca

st

Pertelevi

sian

9. Dedah

Mardiana

Ulfah

Monday

, Dec

24,

2018

Majalengka, 24

Mei 1999

Blk.

Pahing,

RT/RW,

03/02, Jayi,

Sukahaji,

Majalengka

SMK

BIMA

Broadca

st

Pertelevi

sian

10

.

Putri Aulia

Kausar,

S.Pd.

- Cirebon, 6

November

1996

Griya

Cempaka

Arum

D.466,

Wanasaba

Lor, Talun,

Cirebon

- -

11

.

Wawan

Ridwan,

L.c.

- Majalengka, 7

April 1995

- - -

Page 93: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

75

Kepala Sekolah bersinergi bersama seluruh staff dalam rangka

mewujudkan organisasi sekolah yang terbaik, sebagaimana tampak dalam bagan

struktur organisasi sekolah MAUBI Bina Insan Mulia berikut ini:

Gambar 4.2. Struktur Organisasi MAUBI Bina Insan Mulia

-----

Pengasuh Pesantren

KH. Imam Jazuli, Lc, M.A.

Kepala Sekolah

Dr. Ferry Muhammadsyah Siregar,

L.c., MA.

Komite Sekolah

Sodikin

Kepala Tata Usaha

Yudhi Permana, S.Pd.I.

Bendahara : Mardiana

Staff TU : Dedah Mardiana Ulfah

Operator : Mohamad Idfi

Proktor & : Mohamad Idfi

Teknisi

Waka Kurikulum

M. Abd..Hakim, M.Pd.I

Waka Kesiswaan

Saptono, L.c.,MA.

Waka Sarpras

Maulana Karim A, M.Pd.

Waka Humas

Yeni Yuliawati

Wali Kelas

X A : Maulana Karim A, M.Pd.

X B : Saptono, L.c. MA.

XI : Nur Affah, S.Mat.

Guru Matapelajaran

Peserta Didik

Page 94: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

76

Berdasarkan seleksi yang ketat, maka santri yang diterima sebagai peserta

didik di MAUBI tidak banyak, satu kelas terisi paling banyak 33 orang peserta

didik putera dan puteri, dan paling sedikit di tahun ajaran 2019/2020 adalah kelas

X (A), dengan jumlah peserta didik putera dan puteri 26 orang sebagaimana dapat

dilihat dalam tabel data siswa berikut:

Tabel 4.8. Data Siswa/Siswi MAUBI Bina Insan Mulia NO. KELAS X (A) MIPA KELAS X (B) MIPA KELAS XI KELAS XII

1. PUTERA PUTERI PUTERA PUTERI PUTERA PUTERI PUTERA PUTERI

2. 8 18 8 19 12 21 5 22

TOTAL 26 TOTAL 27 TOTAL 33 TOTAL 27

PUTERA PUTERI

33 80

113

MAUBI belum bisa terdata sejauh mana pencapaian outputnya. Tahun

2020 nanti adalah angkatan pertama kelulusan peserta didik MAUBI Bina Insan

Mulia.

4. SMP Islam Terpadu Bina Insan Mulia

SMP IT Bina Insan Mulia begitu menekankan pendidikan akhlak mental

dan pendidikan akhlak moral. Pendidikan akhlak mental maksudnya ialah SMP

IT Bina Insan Mulia amat mendorong peserta didik untuk kreatif, mandiri,

komunikatif, dan berprestasi. Pendidikan akhlak moral adalah bimbingan dan

arahan terhadap peserta didik agar memiliki ketaatan kepada Allah SWT, hormat

dan berbuat baik kepada orang tua, serta santun terhadap guru (pesantren

bima.com, 21 November 2018).

Berdasarkan observasi, SMP IT Bina Insan Mulia memiliki jam belajar

yang singkat, 4 jam dalam 1 hari. Sebenarnya ketentuan ini berlaku di semua

sekolah di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mulia, dari jam 7.30-11.30

mencakup pelajaran sekolah khusus yang di UN kan dan pelajaran khas

pesantren, berupa kajian kitab kuning.

SMP IT Bina Insan Mulia merupakan institusi pendidikan di bawah

naungan Yayasan Bina Insan Mulia yang berbasis pesantren terbesar di kabupaten

Cirebon. Pembelajaran pelajaran-pelajaran yang di UN kan mengikuti kurikulum

nasional berdasarkan ketentuan dari Kementerian Pendidikan, sedangkan

kurikulum pesantren mengikuti kurikulum Tsanawiyah al-Azhar, Mesir

(ltnujabar.or.id, 22 Desember 2019).

Di setiap kelas tersedia layar LED, sehingga memungkinkan

berlangsungnya pembelajaran dengan menggunakan metode yang lebih variatif,

tidak hanya ceramah, tetapi juga metode audio-visual yang lebih menarik dan

menghindarkan kejenuhan peserta didik. Selain sebagai penunjang proses

pembelajaran, LED di tiap kelas ini diperbolehkan untuk dipergunakan sebagai

sarana hiburan di luar kegiatan jam sekolah dan pondok pesantren.

Page 95: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

77

Berikut ini, profil SMP IT Bina Insan Mulia:

a. Identitas Sekolah

Nama Lembaga : SMP-IT Bina Insan Mulia

Alamat Lembaga : Komplek Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Jl. KH. Anas Sirojuddin RT. 029/RW. 010 Blok V

Status Sekolah : Swasta

NPSN : 69862443

Alamat Sekolah : Jalan : KH. Anas Sirojuddin

Desa/Kelurahan : Cisaat

Kecamatan : Dukupuntang

Kabupaten : Cirebon

Provinsi : Jawa Barat

Kode Pos : 45652

E-mail : [email protected]

Website : www.pesantrenbima.com

Nara Hubung : 081288881647/081222264295

Kepala Sekolah : Rifa’i, S.Pd.I

b. SK Operasional

Nama Yayasan : Bina Insan Mulia

SK Pendirian Sekolah : 421.1/099/Diksar

Tanggal SK Pendirian : 2014-05-12

SK Izin Operasional : 421.1/099/Diksar

Tanggal SK Izin Operasional : 2014-05-12

c. Tanah

Kepemilikan Tanah : Yayasan Bina Insan Mulia (wakaf)

Luas Tanah SMP-IT : 20.000 M2

d. Identitas Yayasan

Nama Yayasan : Bina Insan Mulia

Alamat : Jalan : KH. Anas Sirojuddin RT. 029/RW. 010

Dusun/Blok : V

Desa : Cisaat

Kecamatan : Dukupuntang

Kabupaten : Cirebon

Provinsi : Jawa Barat

Kode Pos : 45652

e. Rekening Bank

Nama Bank : BJB

Cabang KCP/Unit : Sumber

Rekening Atas Nama : SMP IT Bina Insan Mulia

Page 96: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

78

STRUKTUR ORGANISASI

SMP IT BINA INSAN MULIA

KEPALA SEKOLAH : RIFA’I, S.Pd.I

KOMITE SEKOLAH : SAKIM SAEFUDDIN

SIE. KURIKULUM : SAEFUL MUSTAJAB, S.Pd.

SIE. KESISWAAN : ENDAH FUZIAH, S.Pd.

SIE. SARPRAS : SODIKIN, S.Pd.I

SIE. HUMAS : MASHURI

TATA USAHA : YUDHI PERMANA, S.Pd.I

Gambar 4.3. Bagan Struktur Organisasi SMP IT Bina Insan Mulia

Kepala Sekolah

Rifai’I, S.Pd.I

Komite Sekolah

Sakim Saefuddin

Tata Usaha

Yudhi Permana, S.Pd.I

Sie. Kurikulum

Saeful Mustajab, S.Pd.

Sie. Kesiswaan

Endah Fuziah, S.Pd.

Sie. Humas

Mashuri

Sie. Sarpras

Sodikin, S.Pd.I

Guru Kelas Siswa

Page 97: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

79

Tabel 4.9. Data Siswa SMP IT Bina Insan Mulia Tahun Ajaran 2019/2020

No. Kelas Jumlah Jumlah Total

Laki-Laki Perempuan

1. VII A 15 18 33

2. VII B 15 16 31

3. VII C 15 23 38

4. VII D 14 17 31

5. VII E 18 14 32

6. VII F 13 17 30

7. VII G 18 14 32

8. VII Ṭ 12 21 33

9. VII I 14 15 29

10. VII J 17 17 34

Jumlah 151 172 323

11. VIII A 20 27 47

12. VIII B 22 27 49

13. VIII C 23 26 49

14. VIII D 20 23 43

Jumlah 85 103 188

15. IX A 21 15 36

16. IX B 14 18 32

17. IX C 21 16 37

18. IX D 12 15 27

Jumlah 68 64 132

Jumlah Total 304 339 643

Alumni SMP IT Bina Insan Mulia diharuskan melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mulia, baik

melanjutkan ke SMK Bina Insan Mulia maupun melanjutkan ke Madrasah Aliyah

Unggulan Bertaraf Internasional Bina Insan Mulia, ini dilakukan sebagai upaya

menjaga keberlanjutan pendidikan santri.

Page 98: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

80

5. Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

a. Isra Mi’raj

Santri Pondok Pesantren Bina Insan Mulia memperingati Isra Mi’raj

Baginda Nabi Muhammad SAW dengan bermain bola api, pertandingan futsal,

fashion show, lomba memasak, dan tentu saja shalawat. Seluruh santri

mengikuti acara yang diselenggarakan OSIP ini. Acara juga diisi dengan

banyak macam lomba, seperti pertandingan bola api dan futsal antar kamar

untuk santri putera, dan lomba fashion show dan memasak untuk santri puteri.

Shalawat ditampilkan dalam berbagai bentuk, ada hadrah, nasyid, acapella, dan

lain-lain (pesantren bima.com, 21 November 2018)

b. Jam’iyyah Hizb Hirzul Jausyan

Jam’iyyah Hizb Hirzul Jausyan merupakan kegiatan rutin alumni

Pesantren Lirboyo, Kediri untuk menguatkan benteng spiritual. Oleh kiai,

pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, kegiatan ini dilaksanakan setiap

Kamis bada Isya, dihadiri alumni Pesantren Lirboyo se-wilayah tiga Cirebon,

dan Hizb Hirzul Jausyan tahunan diadakan di Ballroom, Luxton Hotel and

Convention, Cirebon.

c. Haul KH. Anas Sirojuddin

Haul diselenggarakan setiap tanggal 15-21 Desember untuk

memperingati sesepuh, KH. Anas Sirojuddin. Haul juga ditujukan untuk

mendekatkan seluruh lapisan masyarakat ke pesantren. Haul diisi dengan

berbagai acara, baik hiburan maupun tuntunan. Untuk hiburan, diselenggarakan

berbagai lomba dan panggung musik, sedangkan tuntunan diisi dengan

istighosah, semaan al-Quran, dan lain-lain dihadiri oleh banyak tokoh, seperti

Syekh Mohammed Ahmed al-Basyouni el-Dieb, Syekh Prof. Dr. Moh. Ali al-

Maghribi dari Maroko, dan KH. Dr. Fahr Rozi, M.Ag.

d. Dalail al-Khairat

Dalail al-Khairat merupakan karya Syekh Imam Abu Abdullah

Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli yang begitu tenar di kalangan santri,

diijazahkan pengamalannya secara bersanad hingga ke penyusunnya.

Pengamalan Dalail al-Khairat di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia memang

dianjurkan oleh pengasuh, Ayahanda, KH. Imam Jazuli, Lc., MA, dan

khataman Dalail al-Khairat secara berjamaah biasanya dilaksanakan oleh santri

kelas XII yang tengah laku Dalail 1 tahun penuh, kecuali hari yang diharamkan

puasa.

e. Istighosah

Istighosah merupakan acara rutin bulanan Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia. Istighosah intinya mengajak santri dan masyarakat untuk

senantiasa mengingat dan memohon pertolongan Allah SWT melalui dzikir dan

awrad tertentu. Acara ini juga biasanya dihadiri oleh banyak habaib, kiai yang

turut khusyu beristighosah.

6. Kegiatan Ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Berdasarkan hasil wawancara bersama Direktur Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia, semua bentuk kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia, berada di bawah tanggung jawab Direktur, di bawah naungan

pesantren, bukan sekolah. Baik ekstrakurikuler berbentuk kegiatan berorganisasi

seperti Pramuka, Paskibra, maupun berbentuk keahlian seperti kewanitaan,

jurnalistik, khat, serta olahraga.

Page 99: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

81

Beragam prestasi diraih, seperti: juara 1 pangkalan terbaik Pramuka se-

wilayah tiga Cirebon, lomba ketangkasan regu penggalang ini diselenggarakan di

SMKN 1 Cirebon; juara umum pencak silat tingkat SMP; juara ke-3 kejuaraan

pencak silat Kuningan Open II; juara ke-2 nasional kompetisi keaswajaan di

Pergamanas (Perkemahan Penggalang Maarif NU Nasional) dan lain-lain.

7. Kegiatan-kegiatan Lain

a. Sekolah Pendidikan Politik

Sekolah Pendidikan Politik merupakan bagian dari kontribusi santri

untuk negeri. Kegiatan ini difokuskan pada pembekalan untuk alumni pesantren

yang berminat melaju sebagai legislator. Sekolah Pendidikan Politik diisi oleh

sejumlah narasumber terbaik dari berbagai instansi, seperti Jayadi Hanan, Ph.D

(Direktur Riset Saeful Mujani Research Consulting), Dr. Dewi Haroen, pakar

personal branding nasional, Gus Reza M. Syarief (Motivator Nasional), Dr.

Imam Ratrioso, Psikolog Safaro Consulting dan lain-lain.

b. Seminar Studi Internasional

Seminar studi internasional diselenggarakan oleh Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia sebagai upaya untuk memperluas jaringan output santri yang

melanjutkan kuliah ke luar negeri, dan ini sejalan dengan visi global Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia. Diantara seminar studi internasional yang telah

terselenggara ialah: pertama, seminar bertajuk “Study in India”. Hadir sebagai

pembicara adalah Prof. Dr. Sudakar Singh dan Prof. Dr. Uma Sekar, M.D.

Dalam kesempatan ini juga terjalin kerjasama dengan Sri Ramachandra

Institute of Higher Education and Research India.

Kedua, seminar bertajuk “Study in China” terselenggara berkat

kerjasama dengan Indonesian Tiongkok Cultural Centre (ITCC). Seminar ini

menjadi upaya untuk membuka wawasan santri agar berstudi ke luar negeri,

termasuk China. Hadir dalam seminar ini sebagai pembicara adalah Bapak

Muhammad Tajudin, MA dan Bapak Achmad Syafii. Seminar ini diperkuat

dengan seminar berikutnya bertajuk sama dengan pembicara Mr. Ding Chong

pada pembahasan seputar universitas dengan beasiswa dan tanpa beasiswa.

c. Homestay

Homestay merupakan program tahunan Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia. Kegiatan ini bertujuan untuk membuka wawasan santri, refreshing,

ziarah, mengasah kemampuan Bahasa, silaturahim, dan mengenal lebih baik

sekolah-sekolah dan kampus-kampus unggulan di luar negeri. Dalam beberapa

kali penyelenggaraan, kegiatan homestay telah diadakan di Singapura,

Malaysia, dan Thailand.

Penyelenggaraan kegiatan ini terjadi dua kali dalam satu tahun,

diberangkatkan pada bulan Februari dan bulan Oktober. Diantara kampus yang

dikunjungi ialah IIUM, Malaysia, UPM, dan Rajamanggala University

Bangkok. Sedangkan sekolah terbaik Malaysia yang dikunjungi adalah SMA

SMIW, Kuala Lumpur, Malaysia, sebuah sekolah berasrama di Malaysia.

d. Rekreasi Bulanan

Rekreasi bulanan adalah program pesantren dalam rangka memberikan

ruang refreshing, melepaskan sejenak kepenatan belajar. Pada program ini

santri dipandu asatidz diperkenankan untuk bermain, belanja, menonton, dan

lain-lain. Dengan kegiatan ini diharapkan semangat dan gairah santri untuk

belajar kembali berkobar.

Page 100: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

82

e. Free Expression Day (Hari Bebas Berekspresi)

Selain keberadaan kupon khusus untuk berbelanja di lingkungan

pesantren, ada keunikan lain di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia. Sudah

berjalan sekitar 2 tahun, setiap hari sabtu, Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

menerapkan Free Expression Day (Hari Bebas Berekspresi), santri dan seluruh

civitas bebas berekspresi dalam fashion selagi dalam batas kewajaran etika dan

akhlak. Program ini bertujuan agar santri mampu beradaptasi dengan berbagai

kalangan di masyarakat, namun tetap dengan ciri kesantriannya yang menjaga

kemuliaan akhlak dan etika.

B. Inovasi Kurikulum Pesantren

1. Inovasi

Menurut Suryani (2008: 304), inovasi dalam konsep yang luas bisa

berupa ide, cara-cara, atau objek yang dipersepsikan oleh seseorang sebagai

sesuatu yang baru, atau dapat juga berupa perubahan yang dirasakan sebagai hal

yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya.

Berdasarkan pendapat Suryani, kurikulum pesantren Bina Insan

Mulia merupakan inovasi karena ide, cara yang diterapkan pengasuh terhadap

pondok pesantren dipersepsikan sebagai sesuatu yang baru, di samping itu,

dirasakan sebagai suatu perubahan yang baru oleh masyarakat yang

mengalaminya, dalam hal ini masyarakat pesantren Bina Insan Mulia.

“Kurikulum di sini, boleh dibilang baru kita aja yang punya sistem seperti ini,

seperti program cluster dan akselerasi, ditarget. Kalau di tempat lain kan berjalan sekian

tahun tanpa target yang jelas” (wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia, Makbarah Pondok Pesantren, 10 September 2019).

“Yang barunya jelas, kitab pelajaran pesantren masuk ke sekolah, pelajaran yang

tak di UN kan direduksi, merubah mindset SMK untuk bekerja menjadi SMK melanjutkan

kuliah. Bahkan Kiai menyatakan kalau ada orangtua menghendaki santri setelah selesai

SMK di sini untuk bekerja, tidak usah sekolah SMK di Bina Insan Mulia” (wawancara

dengan Kepala SMK Bina Insan Mulia, Ruang Guru, 9 September 2019).

“Kalau saya melihat ya, menurut saya sebagai saya yang masih junior di dunia

pendidikan, masih baru ya, saya di Banten ngajar di beberapa lah. Kalau saya melihat ya,

ada banyak sekali nilai-nilai baru yang saya amati di pondok pesantren Bina Insan Mulia.

Ini sekolah berbasis pesantren yang lebih berorientasi kepada mata pelajaran-mata

pelajaran yang prioritas. Punya skala masa depan, lebih pada penguatan skill ya. Sehingga

jam belajar di kelas tidak banyak. Setengah dua belas wajib sudah selesai. Setelah zhuhr

semua beristirahat, karena nanti bada Ashar kita punya program. Jadi di sini itu jam belajar

di kelasnya disingkat, tapi tetap ya delapan jam pelajaran hanya waktunya aja ya

dipangkas, biasanya kan kalau di sekolah lain satu jam itu 45 menit, di sini satu jam 30

menit. Terus kemudian pembelajaran di kelasnya dikurangi supaya anak tidak jenuh, tidak

bosan, kita lebih fokus pada praktik mungkin yang sifatnya professional development ya

pengembangan professional, penguatan skill dan kebutuhan-kebutuhan di masa depan

melalui program ya. Jadi pelajaran itu tidak dihilangkan, tapi diganti dengan modul, dan

kita hanya fokus dengan pelajaran yang UN. Ya, lebih fokus pada kurikulum penguatan

skill” (wawancara dengan Guru Biologi SMK Bina Insan Mulia, Ruang Guru, 10

September 2019).

Mengacu kepada pendapat Stephen P. Robins (1994), inovasi

merupakan gagasan baru untuk memprakarsai atau memperbaiki produk atau jasa,

maka dapat dinyatakan bahwa terdapat inovasi dalam kurikulum Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia dengan melihat kepada ide atau gagasan pengasuh atau kiai

Page 101: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

83

dengan menerapkan kurikulum khas Pondok Pesantren Bina Insan Mulia pada

hakikatnya ditujukan untuk memperbaiki produk atau output berupa santri

sekaligus perbaikan terhadap jasa dalam hal ini transfer pengetahuan dan upaya

membangun moralitas. “Yang unik di sini Kiai memikirkan betul ketika anak mau lulus. Kebanyakan kan

terserah, kalau Kiai di sini benar-benar mengarahkan, bahkan memberikan beasiswa untuk

yang berminat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tapi mengalami kesulitan biaya”

(wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Makbarah Pondok

Pesantren, 10 September 2019).

“Yang barunya jelas, kitab pelajaran pesantren masuk ke sekolah, pelajaran yang

tak di UN kan direduksi, merubah mindset SMK untuk bekerja menjadi SMK melanjutkan

kuliah. Bahkan Kiai menyatakan kalau ada orangtua menghendaki santri setelah selesai

SMK di sini untuk bekerja, tidak usah sekolah SMK di Bina Insan Mulia” (wawancara

dengan Kepala SMK Bina Insan Mulia, Ruang Guru, 9 September 2019).

Menurut Everett M. Rogers (1983), inovasi merupakan suatu ide atau

gagasan yang diterima sebagai sesuatu yang baru oleh seseorang atau kelompok

untuk diadopsi. Program-program dalam program Cluster merupakan program

unggulan pesantren sekaligus kurikulum Pesantren Bina Insan Mulia itu sendiri,

dan diantara sekian program itu ialah program Timur Tengah. Program Timur

Tengah berangkat dari hasil pemikiran, perenungan, dan cita-cita untuk

mengenalkan santri pada lingkup pendidikan dunia internasional seorang praktisi

pendidikan lulusan luar negeri yang kemudian diadopsi pesantren. “Saya masuk itukan baru 2018. Saya mulai melihat, dan yang paling utama itu ya

pak Kiai ya. Saya masuk itu pulang dari Amerika. Saya dulu post doctoral di Florida,

pulang dari sana saya ada keinginan untuk membekali anak Indonesia, khususnya kalangan

santri untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Saya keliling untuk promosi, bagaimana

cara meraih beasiswa dan macam-macam. Saya ketemu pak Kiai. Kiai bilang biar saya di

pondok nanti anak-anak Bina Insan Mulia yang bisa melanjutkan ke luar negeri. Mulai

pembicaraan itu, ya, mulai kita untuk ya beliau sudah mempersiapkan segala-galanya,

formatnya” (wawancara dengan Kepala Sekolah MAUBI sekaligus Kepala Program Timur

Tengah, masjid pesantren, 12 September 2019).

Menilik UU No 18 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa inovasi

merupakan cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan atau teknologi kedalam

produksi atau proses produksi, maka jika pembelajaran merupakan proses produksi

dalam rangka menghasilkan produk berupa output atau siswa, ini berarti yang

diberlakukan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia adalah suatu bentuk inovasi. “Kita , kalau saya ya, terus terang sangat terbantu dengan teknologi, lebih banyak

berbasis kemajuan teknologi. Kalau menjelaskan mekanisme pencernaan kita gunakan

video, dilanjutkan tanya jawab, gitu-gitu ya yang tidak membuat anak bosan ya kalau

saya butuh ceramah untuk menerangkan konsep ya saya minta anak-anak dengerin 15

menit atau 20 menit” (wawancara dengan Guru Biologi SMK, Ruang Guru, 10 September

2019).

“Kita juga pakai metode mendengarkan rekaman ngaji yang kita dapat dari qari di

Kempek. Berkali-kali anak diminta untuk mendengarkan sampai paham. Lalu binnazhar itu

ada target sebelum pindah ke al-Quran, jadi dimulai dari juz 27 sampai selesai, baru al-

Fatihah” (wawancara dengan Pengampu Program Tahsin, Ruang Guru, 10 September

2019).

Merujuk kepada Hurley dan Hult (1998: 45), inovasi pada dasarnya

merupakan mekanisme sebuah perusahaan untuk beradaptasi dalam lingkungan

yang dinamis. Lingkungan pendidikan, baik sekolah maupun pesantren di era kini

merupakan lingkungan yang dinamis. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan

Page 102: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

84

beradaptasi yang baik, terwujud dalam bentuk inovasi, baik itu berupa adaptasi

pengetahuan non agama dalam kurikulumnya (Wahid, 2001: 136-137), maupun

penyediaan berbagai macam ilmu pengetahuan, pemanfaatan teknologi canggih

dan kemampuan Bahasa (Nata, 2012: 297) dan (Azra, 2012: 65). “Dulunya di sini salaf ya, santri kalong, hanya beberapa. Awalnya putera bungsu

KH. Anas Sirojuddin, yakni KH. Imam Jazuli diminta pulang oleh bapaknya untuk

mengurus pondok. Tapi, KH. Imam Jazuli tidak mau, kemudian mau pulang dengan

catatan semua kebijakan terkait pondok pesantren ada pada kendalinya. Sebelum menjadi

seperti sekarang, dulu dikenal sebagai pesantren al-Ikhlash dan beberapa santri al-Ikhlash

sekarang menjadi tokoh masyarakat” (wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia, Makbarah Pondok Pesantren, 10 September 2019).

“Untuk foundernya sendiri ya tentu KH. Imam Jazuli, Lc., M.A. awalnya itu kok

kita lemah ya, para santri di bidang media. Nah, akhirnya bagaimana kalau kita mendirikan

sekolah di bidang media untuk meluaskan media santri. Broadcasting saat itu baru 2-3

SMK di Jawa Barat. Ketika sudah bagus media, oh teknologi juga perlu ditingkatkan,

muncul Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Adanya jurusan Keperawatan itu sebetulnya

kita multifungsi kan saja sih. Karena UKS dan Pusat Kesehatan Pesantren (Puskestren)

tidak ada yang menangani. Jadi sekarang anak-anak pesantren, melalui UKS dan

Puskestren yang mengurusi ya itu, keperawatan” (wawancara dengan Kepala SMK Bina

Insan Mulia, Ruang Guru, 9 September 2019).

Secara umum, dalam kegiatan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,

baik di lingkup pondok pesantren, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah

Menengah Pertama Islam Terpadu, Madrasah Aliyah Unggulan Bertaraf

Internasional Bina Insan Mulia berdasarkan pendapat beberapa pakar kecuali

Charles Edquist, dan menurut UU menerapkan inovasi. Hal ini sebagaimana

tergambar dalam tabel berikut:

Tabel 4.10. Inovasi Menurut Pakar dan Perundangan yang Terjadi di Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia

No. Lingkup Suryani Stephen

P.

Robins

Everett

M.

Rogers

UU

No. 18

Tahun

2002

Hurley

dan

Hult

Charles

Edquist

1. Pondok

Pesantren

√ √ √ √ √ -

2. SMK

Bina

Insan

Mulia

√ √ √ √ √ -

3. SMPIT

Bina

Insan

Mulia

√ √ √ √ √ -

4. MA

Unggulan

Bina

Insan

Mulia

√ √ √ √ √ -

Sumber: Wawancara di Pondok pesantren Bina Insan Mulia

Page 103: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

85

Secara global juga dapat dinyatakan bahwa inovasi senantiasa identik

dengan kebaruan. Baik bentuk inovasi itu sendiri memang baru, atau oleh

lingkungan tertentu diterima sebagai sesuatu yang baru, baik kebaruan itu terletak

pada ide atau gagasan, cara menerapkan suatu pengetahuan, atau pada dasarnya

merupakan sebuah mekanisme dalam rangka beradaptasi terhadap suatu

lingkungan yang dinamis.

Berikut ini, diperlihatkan dalam tabel unsur kebaruan Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia di bawah pengasuhan KH. Imam Jazuli dibandingkan

dengan Pesantren al-Ikhlas di bawah pengasuhan KH. Anas Sirojuddin, dan SMK

Bina Insan Mulia dihadapkan dengan SMK lain yang berjalan sesuai Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013

Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan:

Tabel 4.11. Kebaruan Pondok Pesantren dan SMK Bina Insan Mulia

No. Lembaga Pendidikan Bina Insan Mulia Al-Ikhlas

1. Pondok Pesantren Tujuan

menciptakan

output yang

mampu

berkiprah di

kancah global

direalisasikan

dalam program

khusus bernama

sistem cluster

dengan 7

program

unggulan

Kitab diajarkan

di kelas

terintegrasi

dengan kegiatan

sekolah di kelas

Mempelajari

nahwu dengan

metode tamyiz

dan amtsilati

Metode mengaji

kitab dengan

bandongan,

audio visual dan

diskusi

Sarana Pondok

Pesantren

lengkap dengan

tambahan SMK,

Tujuan lillah,

lii’lai

kalimatillah,

tidak memiliki

program

unggulan

Kitab diajarkan

khusus di

Madrasah

Diniyyah

Mempelajari

nahwu dengan

kitab

jurumiyyah

Metode mengaji

kitab dengan

bandongan dan

sorogan

Sarana Pondok

Pesantren belum

memadai, ada

tambahan

Madrasah

Diniyah,

Madrasah

Tsanawiyah,

TK, dan PAUD

Tidak ada

evaluasi khusus

Proses

pembelajaran

Page 104: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

86

MAUBI dan

SMP IT di

bawah naungan

Pondok

Pesantren

Evaluasi

berjenjang

bahkan

disaksikan wali

santri

Proses

pembelajaran

sudah

menggunakan

perangkat

teknologi tinggi

Santri wajib

mondok

Tertata dengan

manajemen

yang baik

Mengaji quran

dengan

kempekan dan

Qiroati

Pengantar

pembelajaran

dengan

dwibahasa

Inggris dan

Arab

Program

terakselerasi dan

bertarget

belum mengenal

penggunaan

teknologi tinggi

Masih santri

kalong

Belum tertata

dengan

manajemen

yang baik

Mengaji quran

dengan

kempekan

Pengantar

pembelajaran

dengan Bahasa

Indonesia dan

Bahasa Sunda

Program tidak

menerapkan

akselerasi dan

target

2. Sekolah Menengah

Kejuruan

Bina Insan Mulia SMK Lain

SMK berbasis

pesantren

Ada kajian kitab

kuning di

kegiatan sekolah

di kelas

Menerapkan

reduksi

pelajaran, di

kelas hanya

Bukan SMK

berbasis

pesantren

Tidak ada kajian

kitab kuning

Mempelajari

semua mata

pelajaran sesuai

Permendikbud

No 60, yaitu:

Page 105: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

87

mempelajari

pelajaran yang

di UN kan,

yaitu: Bahasa

Indonesia,

Matematika

(mencakup

fisika dan

biologi) Bahasa

Inggris dan

materi kejuruan

Menerapkan

akselerasi,

pembelajaran

hanya

berlangsung 2

tahun

Tahun ke-3

SMK diisi

dengan kelas

persiapan

beasiswa

pendidikan ke

luar negeri dan

PTN dalam

negeri

Menerapkan

kurikulum

terintegrasi dan

bertarget

Mindset

melanjutkan

pendidikan ke

jenjang yang

lebih tinggi

Waktu belajar di

sekolah dari

pukul 7.30-

12.00

Pendidikan

Agama dan

Budi Pekerti,

PPKN, Bahasa

Indonesia,

Matematika,

Sejarah

Indonesia, Seni

Budaya, Penjas

Orkes, Bahasa

Inggris, IPA

mencakup

Fisika dan

Biologi, serta

Materi kejuruan

Tidak

menerapkan

akselerasi

Tahun ke-3

masih belajar

sesuai

Permendikbud

No. 60

Tidak

menerapkan

kurikulum

terintegrasi dan

tidak memiliki

target yang jelas

Mindset bekerja

Waktu belajar

dari pukul 7.30-

14.00

Fokus inovasi yang diungkap Robins pada tiga hal, yakni gagasan

baru, produk atau jasa, dan perbaikan tergambar jelas dalam beberapa program

pondok pesantren Bina Insan Mulia yang lahir melalui ide atau gagasan baru yang

kemudian dikaji sampai menjadi konsep konkret yang kemudian diperbaiki secara

berkesinambungan melalui rapat evaluasi mingguan.

“Evaluasi saya paling ya, karena saya manusia biasa, ya pak ya, tidak lepas dari

kendala, kita di sini kan ada tiap malam jumat rapat evaluasi. Nanti apa yang tidak bisa

Page 106: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

88

saya selesaikan, saya limpahkan ke direktur, bagaimana anak ini supaya bisa

menyelesaikan program Tahsin. Untuk evaluasi harian kita ada buku seperti buku prestasi.

Misalkan kurang bagus bacaan shad atau sin mereka buat buku sendiri, tapi ada paraf

pengajar, belum ada yang dicetak khusus, karena terbatas jumlah dan waktu” (wawancara

dengan Pengampu Program Tahsin, Ruang Guru, 10 September 2019).

“Untuk evaluasi terhadap program tiap minggu ada rapat evaluasi yang dihadiri

oleh pengampu dan tim Bahasa OSIP. OSIP bertugas mengawal pelaksanaan program baik

di pondok putera maupun puteri, dengan anggota tim 12 orang. Sedangkan evaluasi peserta

program secara general tidak ada ujian, akan tetapi di akhir pertemuan buku peserta

dikumpulkan untuk dikoreksi. Sejauh ini hasil yang telah dicapai 80% peserta meraih Toefl

450, dan 20% mendapat raihan di atas 450, lokal di BEC 517, LIA 487, dan Toefl ITP

467” (wawancara dengan Kepala Program Bahasa Inggris (Sistem Cluster), Ruang

Broadcast, 9 April 2019)

2. Inovasi Kurikulum Tinjauan Pengembangan Kurikulum

Menurut Soetopo dan Soemanto (1991: 39-40), perubahan atau

pengembangan pada kurikulum dapat terjadi sebagian atau menyeluruh. Perubahan

dan pengembangan kurikulum di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia ialah

perubahan dan pengembangan yang menyeluruh mencakup semua aspek atau

komponen kurikulum, baik dari tujuan, isi, struktur, strategi, sarana prasarana dan

evaluasi. “Untuk kurikulum berarti semi modern, menggunakan program, tidak

menggunakan kelas. Karena pelajaran kitabnya sudah di kelas. Selain itu di sini

menggunakan program, ya seperti takhasus lah, ada Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Qiraatul

Kutub dan lain-lain” (wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,

Makbarah Pondok Pesantren, 10 September 2019).

“Untuk kurikulum, sebetulnya kita merujuk kepada kurikulum berbasis pesantren,

Cuma memang kurikulum kita tidak sama dengan dinas. Bukan berarti pelajaran dinas

tidak ada di sini. Kita lebih ke reduksi. Pelajaran yang tidak terlalu dipentingkan dalam arti

siswa bisa mempelajarinya sendiri diberikan modul, tidak diajarkan di kelas. Semua

pelajaran pesantren masuk di sekolah. Jadi, di luar sekolah itu program bentuknya. Kalau

di sekolah itu 1. Pelajaran yang di UN kan; 2. Pelajaran kejuruan; 3. Pelajaran pesantren.

Selain itu tidak ada pelajaran di kelas. Artinya pelajaran mandiri. Program clusternya,

untuk anak SMK dipisahkan. Untuk kelas X, fokus ke hafal juz’amma dan hafal tahlil, itu

program di luar kelas ya. Terus kayak misalnya khutbah, itu dilakukan mingguan. Kalau

kelas XI, kita middle lah. Itu sudah mulai pengerucutan ya. Ada Qiraatul kutub, Bahasa

Inggris atau Bahasa Arab, Eksakta (namun eksakta tidak wajib untuk SMK). Kemudian

program Timur Tengah di kelas XII. Pokoknya pengennya ke mana nanti dipersiapkan.

Misal mau ke Mesir, maka di kelas XII dibekali kemampuan Bahasa Arab, Qiraatul kutub,

Tahfizh dan pembahasan soal-soal tes ke Mesir. Dalam artian kelas persiapan itu adalah

pemantapan materi. Untuk sekarang ini ada kelas persiapan Timur Tengah dan PTN,

sedangkan TOEFL itu ya bentuknya option saja. Untuk sistem akselerasi, SMK juga

menerapkan. Untuk kurikulum yang harusnya tiga tahun, kita selesaikan dua tahun di kelas

X dan XI. Caranya pelajaran yang penting dari kelas XII kita ambil lalu kita ajarkan di

kelas XI. Jadi pas kelas XII tidak belajar lagi. Mereka fokus untuk yang mau ke Timur

Tengah ya Program Timur Tengah, yang mau ke PTN ya program PTN” (wawancara

dengan Kepala SMK Bina Insan Mulia, Ruang Guru, 9 September 2019).

“Kurikulum kita itu tetap mengacu ke pemerintah, khususnya kita pakai yang kita

ajarkan kurikulum yang di UN kan seperti: Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika,

Fisika, Biologi karena kita jurusan IPA ya. Kemudian yang di agamanya ya seperti Bahasa

Arab, Fiqih, SKI, Quran Hadis ya, jadi kurikulum itu masih tetap diajarkan. Kemudian ada

tambahan juga, khususnya Bahasa Inggris, Tahfizh, Bahasa Arab. Jadi sebenarnya

Page 107: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

89

kurikulum departemen agama, plus sebagian adopsi dari kurikulum Mesir, dari luar juga

ada, kombinasi kurikulum yang dibutuhkan. Kalau akselerasi, dua tahun yang pelajaran

dari pemerintah harus selesai, di tahun ke tiga mereka fokus yang ke Mesir, ke Turki, kalau

di dalam negeri ya dipersiapkan jalur SMPTN, UM dan lain-lain” (wawancara dengan

Kepala Sekolah MAUBI sekaligus Kepala Program Timur Tengah, masjid pesantren, 12

September 2019).

Meskipun narasmber yang diwawancara dalam hal ini Direktur

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia menyatakan bahwa tipologi pondok pesantren

yang dipimpinnya tergolong semi modern, namun mendasarkan pendapat pada

Nashir (2005: 87-88) sebagaimana hipotesis awal, peneliti cenderung menyatakan

bahwa tipologi pondok pesantren ini adalah modern atau khalaf, terutama pada

unsur tidak adanya madrasah diniyyah di pondok pesantren ini, sedangkan jika

mendasarkan pada pendapat Masyhud (2003) pondok pesantren ini termasuk

tipologi ketiga, yakni pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum baik,

di bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional maupun di bawah lindungan

Kementerian Agama, hal ini juga didukung observasi yang peneliti lakukan.

Berdasarkan wawancara terhadap beberapa pihak di Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia, maka inovasi kurikulum dalam tinjauan pengembangan

kurikulum di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, menyeluruh pada tiap

komponen kurikulum. Pertama, tujuan, secara umum yang dituju dalam

keseluruhan program baik sekolah maupun pesantren adalah output yang bagus

yang siap berkiprah di kancah internasional. Kedua, isi. Isi kurikulum berupa

pelajaran kitab tertentu meliputi bidang Akhlak, Fiqih, Tauhid, Hadis, dan

Keaswajaan yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah, yang berkesinambungan

dengan program unggulan pesantren yang dikenal sebagai sistem cluster plus ngaji

wetonan dengan kiai setiap bada maghrib.

Ketiga, struktur. Struktur kurikulum sekolah dengan prosentase lebih

besar pada pelajaran umum tampak pada hadirnya kurikulum sekolah dari hari

selasa sampai dengan Sabtu, dan pelajaran kitab pada senin sampai rabu. Program

unggulan pesantren sebagai kurikulum khas pesantren berlangsung setiap hari dari

bada Ashar hingga pukul 21.00 berlanjut ke bada shubuh sampai menjelang

sekolah yakni berakhir pada pukul 6.30 WIB. Kegiatan sekolah sendiri dimulai

pada pukul 7.00 sampai dengan pukul 12.00 WIB. Bada Zhuhr sampai dengan

menjelang Ashar seluruh santri dan ustadz beristirahat, dengan demikian

berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, estimasi waktu kegiatan

sekolah dan pesantren terhitung berimbang.

“Kita, kurikulum pakai kurikulum 2013. Kita juga sekolah itu belajar yang di UN

kan saja, berarti hanya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, serta IPA. Jadi kita

sekolah dari jam 7.00 WIB sampai sebelum zhuhr sudah selesai. Jadi kita tidak harus

membebankan santri dengan belajar, belajar dan belajar. Yang penting itu dia menguasai

buat UN nanti. Pelajaran pesantren paling kita di program-program sih, ada Tamyiz,

Amtsilati, Bahasa Arab, Bahasa Inggris. Kitab kita di kelas. Biasanya kitab full semua di

hari senin. Hari berikutnya ada satu di hari selasa, dan dua di hari rabu. Kita kelas X tuh

ada Aqidatul ‘awwam, Arba’in Nawawi, Ta’limul Muta’allim, dan apalagi tuh saya lupa.

Di kelas XI ada Jawahirul Kalamiyyah, Taqrib, Taisirul Khalaq, trus untuk hadis ada

Tanqihul Qaul. Kelas XII kita kurang tau, kelas XII sekarang kitab Kuning dan Dalail al-

Khairat” (wawancara dengan Ketua OSIP Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Pos Piket,

12 September 2019).

Page 108: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

90

Keempat, strategi. Strategi yang diterapkan untuk kurikulum sekolah

ialah reduksi pelajaran dan akselerasi, serta integrasi dengan pelajaran kitab

pesantren tertentu. Sedangkan program cluster menerapkan strategi akselerasi

melalui target. Kelima, sarana prasarana. Lengkap memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan kurikulum sebagaimana dalam daftar ceklis dokumentasi.

Keenam, evaluasi. Evaluasi sekolah meliputi evaluasi harian, tengah semester,

akhir semester, Ujian Sekolah atau Madrasah dan Ujian Nasional. Evaluasi

program unggulan yang dikenal sebagai sistem cluster dilakukan harian dan

mingguan. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar perbaikan sebagaimana tiga

fokus inovasi menurut Robbins pada ide atau gagasan, penerapan ide atau gagasan

dalam bentuk konkret, dan perbaikan.

Perubahan atau pengembangan kurikulum terjadi karena sebab-sebab

tertentu, diantaranya seperti pendapat Heri, Noer Aly dan Munzier (2002: 194)

adanya pandangan intelektual yang berubah, yang hal ini tentunya disertai dengan

perubahan dalam masyarakat. Sedangkan menurut Nasution (2001: 251),

penyebabnya ialah eksploitasi ilmu pengetahuan yang mendorong lahirnya disiplin

ilmu baru.

Lahirnya Pondok Pesantren Bina Insan Mulia berawal dari kembalinya

putera bungsu KH. Anas Sirojuddin untuk berkenan melanjutkan pengelolaan

pondok pesantren yang saat itu bernama al-Ikhlas dengan mengajukan beberapa

syarat pengelolaan yang berseberangan dengan ayahandanya dan tidak

memperkenankan mencampuri segala keputusan sang putera. Hal ini berkaitan

dengan pandangan intelektual yang berubah dari sang putera yang jeli melihat dan

mengamati bahwa perubahan dalam masyarakat menghendaki bentuk pendidikan

pesantren yang tidak melulu mengaji untuk diapresisasi. “Dulunya di sini salaf ya, santri kalong, hanya beberapa. Awalnya putera bungsu

KH. Anas Sirojuddin, yakni KH. Imam Jazuli diminta pulang oleh bapaknya untuk

mengurus pondok. Tapi, KH. Imam Jazuli tidak mau, kemudian mau pulang dengan

catatan semua kebijakan terkait pondok pesantren ada pada kendalinya. Sebelum menjadi

seperti sekarang, dulu dikenal sebagai pesantren al-Ikhlash dan beberapa santri al-Ikhlash

sekarang menjadi tokoh masyarakat” (wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia, Makbarah Pondok Pesantren, 10 September 2019).

Apresiasi terhadap perubahan dalam masyarakat yang diprakarsai oleh

pengelola atau kiai yang baru yang kemudian merubah nama pesantren bahkan tata

kelola pesantren sangat boleh jadi merupakan upaya untuk meningkatkan nilai

kompetitif pesantren pada penilaian konsumen dalam hal ini masyarakat atau

orang tua calon santri, sehingga upaya inovasi sejalan dengan usaha untuk

meningkatkan nilai kompetitif pesantren.

Sedangkan dari segi inovasi melalui eksploitasi ilmu pengetahuan

yang mendorong lahirnya disiplin ilmu baru bisa diamati dari adopsi terhadap

program Timur tengah, Qiroati, Tamyiz, dan Amtsilati dalam kurikulum Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia sebagai metode yang sesuai dengan strategi mereka

yang bergerak cepat (terakselerasi) dan bertarget dengan tujuan akhir keberhasilan

output. “Kurikulum di sini, boleh dibilang baru kita aja yang punya sistem seperti ini,

seperti program cluster dan akselerasi, ditarget. Kalau di tempat lain kan berjalan sekian

tahun tanpa target yang jelas” (wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia, Makbarah Pondok Pesantren, 10 September 2019).

Page 109: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

91

Kesulitan dan kelambanan inovasi lazim terjadi, demikian menurut

Nasution dan Supriadi. Supriadi (2004: 75) mengungkap bahwa inovasi menjadi

lamban diantaranya disebabkan oleh rendahnya kesejahteraan guru. Berbicara

tentang kesejahteraan guru, di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia sangat terjamin.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan faktor-faktor lain, yaitu: kurangnya

sumber daya manusia, dana yang besar, pandangan yang konservatif, anggapan

ketidakpastian keberhasilan metode baru, kurangnya perhatian atau apresiasi

terhadap inovasi guru, tidak mudahnya implementasi di lapangan, kecenderungan

terhadap satu tokoh pencetus perubahan, sejatinya, berdasarkan pengamatan,

diantara sekian banyak faktor kesulitan dan kelambanan inovasi, hanya faktor

kecenderungan terhadap satu tokoh pencetus perubahan agaknya yang tidak mudah

untuk ditanggulangi di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, sehingga

mengakibatkan ide atau inovasi baru yang tak mendapat restu tokoh pencetus

perubahan dalam hal ini kiai, tidak dapat diwujudkan.

Hal ini tentu saja kontra produktif jika kita menengok pendapat yang

mencita-citakan bahwa inovasi yang mesti dilakukan pesantren yang diantaranya

menyoal kebijakan manajemen pesantren adalah agar kiai tidak berkapasitas

sebagai penentu kebijakan tunggal. Namun demikian, perlu juga dipahami bahwa

tidak mudah mewujudkan cita-cita ini, terlebih memperhatikan genealogi

kebanyakan pesantren di Jawa. “Dulunya di sini salaf ya, santri kalong, hanya beberapa. Awalnya putera bungsu

KH. Anas Sirojuddin, yakni KH. Imam Jazuli diminta pulang oleh bapaknya untuk

mengurus pondok. Tapi, KH. Imam Jazuli tidak mau, kemudian mau pulang dengan

catatan semua kebijakan terkait pondok pesantren ada pada kendalinya. Sebelum menjadi

seperti sekarang, dulu dikenal sebagai pesantren al-Ikhlash dan beberapa santri al-Ikhlash

sekarang menjadi tokoh masyarakat” (wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia, Makbarah Pondok Pesantren, 10 September 2019).

“saya masuk itukan baru 2018. Saya mulai melihat, dan yang paling utama

itu ya pak Kiai ya” (wawancara dengan Kepala Sekolah MAUBI sekaligus Kepala

Program Timur Tengah, masjid pesantren, 12 September 2019).

Inovasi kurikulum dalam tinjauan pengembangan kurikulum pada

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, tentu memperhatikan prinsip-prinsip inovasi

dalam tinjauan pengembangan kurikulum, baik prinsip relevansi, efektivitas,

efisiensi, kontinuitas, fleksibilitas, orientasi pada tujuan, dan sinkronisasi.

Pertama, prinsip relevansi. Terdapat dua bentuk relevansi dalam

kurikulum (Sukmadinata, 2015: 150), baik ke luar maupun ke dalam. Inovasi

dalam tinjauan pengembangan kurikulum di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

pada prinsip relevansi ke dalam memenuhi kesesuaian dengan konsistensi antara

komponen kurikulum. Akan tetapi pada relevansi ke luar, yakni pada relevansi

pendidikan dengan dunia kerja, justeru Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

bergerak merubah mindset untuk melanjutkan kuliah atau tingkat pendidikan yang

lebih tinggi bukan bekerja sebagaimana mindset umum sehingga bagi Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia, relevansi pendidikan dengan dunia kerja tidak relevan

lagi. Relevansi ke luar di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia ditujukan untuk

memenuhi relevansi pendidikan dengan kurikulum, relevansi pendidikan dengan

kehidupan masa kini dan masa depan, serta relevansi yang sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kedua, menurut Hidayat (2013: 75), dalam proses pendidikan,

efektivitas dilihat dari dua sisi, yakni efektivitas mengajar pendidik dan efektivitas

Page 110: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

92

belajar anak didik. Sedangkan menurut Sukiman (2015: 37), efisiensi bertolak

pada prinsip ekonomi dengan tenaga, biaya, dan waktu sehemat mungkin

mendapatkan hasil yang maksimal. Berlandaskan pada kedua teori ini, juga

didukung observasi, proses pendidikan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

berlangsung secara efektiv dan efisien.

Ketiga, kontinuitas. Saling keterkaitan antara tingkat pendidikan,

program pendidikan dan bidang studi (Nurhayati, 2010: 115). Proses belajar

berkesinambungan, tidak terputus, dan tidak terhenti-henti (Sukmadinata, 2012:

151), dan kesinambungan ini terklasifikasi dalam kesinambungan diantara

berbagai tingkat sekolah dan kesinambungan diantara berbagai bidang studi (Idi,

2010: 182). Saling keterkaitan antara tingkat pendidikan, program pendidikan, dan

bidang studi di kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan Mulia berjalan dengan

baik. Ini tampak dari tingkat, program pendidikan dan bidang studi yang diajarkan

lahir berdasar latar belakang, kebutuhan yang saling terkait berkelindan dan saling

menunjang. Berdasarkan observasi diperkuat dengan wawancara, hal ini

dimungkinkan karena antara sekolah-sekolah dan pesantren memiliki satu visi-

misi global yang sama. Di sini sama, pondok pesantren dan sekolah memiliki visi global yang sama

(wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Makbarah Pondok

Pesantren, 10 September 2019).

Proses belajar yang berkesinambungan, tak terputus dan tak terhenti-

henti merupakan konsekuensi logis dari kurikulum Pondok Pesantren dan sekolah

yang terintegrasi dan saling menunjang sebagai satu mata rantai yang saling

menguatkan dan tak terpisahkan, sehingga di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,

selain santri Tahfizh Khusus, tidak bisa memilih sesuka hati untuk mengikuti

kegiatan kurikulum sekolah saja atau hanya kurikulum pesantren. Ganjalan pada

kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan Mulia terdapat pada tidak adanya

perbedaan tingkat kitab pesantren yang diajarkan pada tiga tingkat pendidikan

yang berbeda, yakni SMPIT, SMK, dan MAUBI yang justeru bertentangan dengan

teori kesinambungan diantara berbagai tingkat sekolah yang menghendaki agar

bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat yang lebih rendah tidak

diajarkan kembali pada tingkat yang lebih tinggi. “Kita pembelajaran selama enam bulan semua, dari Amtsilati, Tamyiz, dan lain-

lain. Kita setoran dengan ustadz, bila dianggap lulus, lalu kita dengan orang tua, kalau

lulus, kita bisa dapat sertifikat. Bila dapat sertifikat, kita bisa mengajar jika pengajar

programnya berhalangan. Kelas VII wajib Qiroati, kelas VIII Tahsin, kelas IX kita Inggris

semua. Kelas X Tahsin setelah Tahsin naik Kempekan. Kelas X Inggris tiga bulan,

setelahnya bisa pilih Tamyiz atau Bahasa Arab, kemarin sih kita pilih Tamyiz. Untuk kelas

XI kita semua Amtsilati. Kita belajar Tamyiz dan Amtsilati ini untuk lancer membaca

Kitab Kuning. Eksakta untuk kelas XII, tapi di SMK tidak wajib. Timur tengah siapa saja

boleh kelas XII yang mau ke Timur Tengah belajar di Program Timur Tengah. Kelas XII

ada lima orang yang ambil Tahfizh, sudah rata-rata tiga juz. Kalau Tahfizh khusus tidak

sekolah, mereka menghafal pagi, siang, sore sampai malam mereka menghafal”

(wawancara dengan Ketua OSIP Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Pos Piket, 12

September 2019).

Keempat, fleksibilitas. Menurut Hidayat (2013: 77), terdapat

fleksibilitas dalam memilih program pendidikan dan fleksibilitas dalam

pengembangan program pengajaran, dalam hal ini tentunya diupayakan kurikulum

yang solid yang masih mempertimbangkan penyesuaian-penyesuaian berdasar

Page 111: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

93

waktu, kondisi daerah maupun latar belakang dan kemampuan anak (Sukmadinata:

2019: 151).

Kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan Mulia dengan program-

programnya yang terakselerasi dan bertarget unggul dalam satu sisi, yakni

pengembangan program pengajaran, akan tetapi kurang memperhatikan

fleksibilitas dalam memilih program studi. Fleksibilitas dalam memilih program

studi pada program pondok pesantren hanya dapat dicapai saat siswa sudah

melewati program Qiroati dan Tahsin. “Kita pembelajaran selama enam bulan semua, dari Amtsilati, Tamyiz, dan lain-

lain. Kita setoran dengan ustadz, bila dianggap lulus, lalu kita dengan orang tua, kalau

lulus, kita bisa dapat sertifikat. Bila dapat sertifikat, kita bisa mengajar jika pengajar

programnya berhalangan. Kelas VII wajib Qiroati, kelas VIII Tahsin, kelas IX kita Inggris

semua. Kelas X Tahsin setelah Tahsin naik Kempekan. Kelas X Inggris tiga bulan,

setelahnya bisa pilih Tamyiz atau Bahasa Arab, kemarin sih kita pilih Tamyiz. Untuk kelas

XI kita semua Amtsilati. Kita belajar Tamyiz dan Amtsilati ini untuk lancer membaca

Kitab Kuning. Eksakta untuk kelas XII, tapi di SMK tidak wajib. Timur tengah siapa saja

boleh kelas XII yang mau ke Timur Tengah belajar di Program Timur Tengah. Kelas XII

ada lima orang yang ambil Tahfizh, sudah rata-rata tiga juz. Kalau Tahfizh khusus tidak

sekolah, mereka menghafal pagi, siang, sore sampai malam mereka menghafal”

(wawancara dengan Ketua OSIP Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Pos Piket, 12

September 2019).

Kelima, prinsip berorientasi pada tujuan dan sinkronisasi. Visi-misi

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia merupakan visi-misi bersama, sehingga dari

visi-misi bersama ini bisa melahirkan program-program yang saling mendukung,

harmonis, dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Ini terwujud karena kurikulum

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia pada prinsipnya sudah terarah dan satu tujuan

sebagaimana dinyatakan Nurgiantoro (1988: 158). “Di sini sama, pondok pesantren dan sekolah memiliki visi global yang sama”

(wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Makbarah Pondok

Pesantren, 10 September 2019).

Di samping menjaga prinsip-prinsip inovasi yang benar, inovasi

kurikulum dalam tinjauan pengembangan kurikulum di Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia juga tentu mempunyai landasan yang kuat berdasarkan landasan

pengembangan kurikulum meliputi: landasan filosofis, landasan psikologis,

landasan sosiologis, serta landasan perkembangan ilmu dan teknologi.

Pertama, landasan filosofis. Mengikuti pendapat Hamalik (2014: 19)

yang mengisyaratkan filsafat pendidikan sebagai acuan, maka dengan melihat

perbedaan kemampuan individu, kepribadian, dan motivasi, filsafat konvergensi

yang mengakomodasi pendapat bahwa manusia sudah membawa bekal kepandaian

semenjak lahir, dan bahwa manusia dipengaruhi oleh lingkungan, karena pada

dasarnya manusia ketika lahir adalah sebagaimana teori tabula rasa kosong, tidak

membawa bekal kepandaian apapun, lebih sesuai untuk diterapkan.

Kedua, landasan psikologis. Landasan psikologis mencita-citakan

memperoleh pengalaman belajar yang ideal berdasarkan psikologi. Meskipun

memang penting perumusan tujuan, pemilihan bahan ajar, metode, dan teknik

penilaian sebagaimana diungkap Sukmadinata (2012: 46). Akan tetapi dengan

memperhatikan sistem akselerasi dan bertarget yang diusung Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia, justeru yang mesti memperoleh banyak perhatian adalah

perkembangan emosional, dinamika grup, perbedaan kemampuan individu,

Page 112: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

94

kepribadian, serta pengetahuan terhadap motivasi peserta didik seperti dinyatakan

oleh Idi (2010: 80).

Ketiga, landasan sosiologis. Pengembangan kurikulum hendaknya

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik di masa mendatang, serta membekali

kemampuan yang cukup bagi peserta didik (Arifin, 2013: 75). Pendapat Arifin ini

berbanding lurus dengan prinsip relevansi, khususnya relevansi keluar. Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia amat memperhatikan kepentingan peserta didik di

masa mendatang. Hal ini dibuktikan dengan program-program yang mengawal

peserta didik hingga berhasil, seperti program persiapan UN-SNMPTN, program

Timur Tengah, dan beasiswa kiai. Namun demikian, tidak termasuk relevansi

dengan dunia kerja, karena Pondok Pesantren Bina Insan Mulia beri’tikad untuk

merubah mindset bekerja menjadi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi, dari mindset pekerja menjadi yang mempekerjakan, dari mindset buruh

menjadi mental pemimpin.

Keempat, landasan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Maksudnya, laju perkembangan kurikulum diukur tingkat kesesuaiannya dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Widyastono, 2014: 33).

Kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan Mulia yang identik dengan sistem atau

program Cluster, lahir sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Ini juga sesuai dengan pendapat bahwa adaptasi

pesantren terhadap kebutuhan pendidikan di masa mendatang dengan memasukkan

pengetahuan non-agama dalam kurikulum, keterampilan berbahasa asing, dan

kecakapan menggunakan teknologi menjadi suatu hal yang urgen (Wahid, 2001:

136-137), (Nata, 2012: 97), dan (Azra, 2012: 65).

Kelima, landasan berkah. Landasan berkah ini merupakan sebagian

hasil observasi peneliti. Landasan berkah ini lahir dengan melihat fenomena santri

yang mencari keberkahan. Berkah sendiri berarti bertambahnya kebaikan.

Sehingga, bagaimanapun perkembangan kurikulum yang terjadi, penting untuk

diprioritaskan bahwa perkembangan kurikulum tersebut menghasilkan keberkahan,

sedangkan keberkahan untuk santri sendiri lahir dari ridla orang tua, guru, ustadz,

dan kiai.

Page 113: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

95

Gambar 4.4. Inovasi Kurikulum Tinjauan Pengembangan Kurikulum di Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia

3. Kurikulum Pesantren

Di dalam ranah pendidikan Islam, kurikulum lebih dikenal dengan

istilah manhaj atau muqarrar yang berarti jalan terang pendidik dan peserta didik

dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka yang berupa

ketetapan yang diwajibkan pada pengajaran di kelas.

Pada masa-masa permulaan pesantren, referensi yang dipergunakan

ialah kitab kuning. Berkembang secara bertahap sejak awal abad ke-16 pesantren

di Demak menggunakan Ushul 6 Bis, Tafsir Jalalain, Suluk Sunan Bonang, Suluk

Sunan Kalijaga, dan Wasiat Jati Sunan Geseng. Abad ke-18 pesantren di Mataram

menggunakan Ushul 6 Bis, Taqrib, dan Bidayah al-Hidayah (Qomar, 2009: 123).

Awal abad ke-19 berkembang menjadi Safinah, Sullam al-Taufiq,

Masail Sittin, Mukhtashar, Minhaj al-Qawim, al-Hawasyi al-Madaniyyah, al-

Risalah, Fath al-Qarib, al-Iqna, Tuhfah al-Habib, al-Muharrar, Minhaj al-

Thalibin, Fath al-Wahab, Tuhfah al-Muhtaj, dan Fath al-Mu’in; bidang Tata

Bahasa Arab: Muqaddimah al-Ajurumiyyah, al-Fawaqih al-Janiyyah, al-Durrah

al-Bahiyyah, al-‘Awamil al-Mi’at, Inna Awla, Alfiyah, Minhaj al-Masalik, Tamrin

al-Thullab, al-Rafiyyah, Qathr al-Nada, Mujib al-Nida, dan al-Misbah; bidang

Ushul al-Din: Bahjah al-‘Ulum, Umm al-Barahin, Fath al-Mubin, Kifayat al-

‘Awwam, al-Miftah fi Syarh Ma’rifah al-Islam, dan Jauhar al-Tauhid; bidang

Tasawuf: Ihya al-‘Ulum al-Din, Bidayah al-Hidayah, Minhaj al-‘Abidin, al-

Hikam, Syu’ab al-Iman, dan Hidayah al-Azkiya ila Thariq al-Awliya; serta Tafsir

al-Jalalain dalam bidang Tafsir. Pada abad 19 ini pula tepatnya sejak 1970,

pesantren mulai mengenal istilah kurikulum, bersamaan dengan masuknya sumber

bacaan bukan kitab ke lingkungan pesantren yang semula diterima oleh kelompok-

kelompok tertentu.

Secara historis antropologis, ditemukan bahwa ada tahapan

perkembangan referensi kitab kuning di pesantren di Indonesia. Dibutuhkan waktu

berabad-abad lamanya sampai kemudian bergerak seperti sekarang ini.

5 Landasan Inovasi Kurikulum

Tinjauan Pengembangan Kurikulum

Inovasi Kurikulum Tinjauan

Pengembangan Kurikulum

berdasarkan 7 prinsip

Tujuan Isi Struktur Sarana Evaluasi

Page 114: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

96

Gambar 4.5. Dinamika Referensi Kitab Kuning di Pesantren di

Indonesia

Sumber: Qomar: 2009

Sebagaimana pada contoh referensi kitab kuning di kurikulum Pondok

Pesantren al-Fadllu dan Hidayah al-Thullab Pethuk. Kenyataan semacam ini tidak

ditemukan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia. Mengingat fakta bahwa tidak

semua santri Bina Insan Mulia memiliki dasar mondok sebelumnya, maka untuk

mempermudah, Pondok Pesantren Bina Insan Mulia mengadopsi sekaligus

mengadaptasi beberapa metode inovatif seperti tamyiz dan Amtsilati untuk Nahwu

dan Sharaf yang dalam program Cluster masuk dalam program Qiroatul Kutub.

Dari sekian banyak kitab, hanya sedikit yang diajarkan di Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia, dengan kitab-kitab yang sama untuk tiap tingkatan

sekolah, yang justeru berlawanan dengan prinsip kontinuitas. Selebihnya ditempuh

melalui program Cluster. Berbagai metode khas pesantren seperti sorogan, juga

tidak ditemukan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, padahal dengan sorogan

terjalin komunikasi yang menjembatani karakteristik komunal, mengasah nalar

kritis dan budaya literasi, Serta merawat tradisi lokal, bahkan hal ini sesuai dengan

Peraturan Mentri Agama No 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam

pada Pasal 15 ayat (1), yakni:

“Pembelajaran kitab kuning dapat dilakukan dengan menggunakan metode

sorogan (individual), metode bandongan (massal), metode bahtsul masail, dan

metode lainnya.”

Program Cluster merupakan program unggulan kurikulum Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia, meliputi: Tahsin, Bahasa Inggris, Bahasa Arab,

Eksakta dan Sains, Tamyiz dan Amtsilati (Qiroatul Kutub), Program Timur

Tengah, serta Tahfizh. Beberapa program justeru tidak sesuai dengan acuan dari

Peraturan Mentri Agama No. 13 Tahun 2014 pada Bab 4 Pasal 14:

1) Muatan kurikulum pesantren sebagai satuan pendidikan meliputi Al-

Quran, Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ulum al-Hadits, Tauhid, Fiqh, Ushul Fiqh,

Abad 16 Abad 18 Abad 19 Tahun

1970

Ushul 6 Bis

Tafsir Jalalain

Suluk Sunan Bonang

Suluk Sunan

Kalijaga

Wasiat Jati Sunan

Geseng

Ushul 6 Bis

Taqrib

Bidayah al-

Hidayah

Safinah

Sullam al-

Taufiq

Al-Iqna

Tuhfah al-

Habib

Dan lain-lain

Mulai

mengenal

kurikulum

sebagaim

ana

contoh

kurikulum

di al-

Fadllu dan

Pethuk

Page 115: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

97

Akhlak, Tasawuf, Tarikh, Bahasa Arab, Nahwu-Sharf, Balaghah, Ilmu Kalam,

Ilmu ‘Arudl, Ilmu Mantiq, Ilmu Falak, dan disiplin ilmu lainnya.

2) Selain muatan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pesantren

dapat menyelenggarakan program takhasus sebagaimana dimaksud dalam pasal 13

ayat (2) yang meliputi Tahfizh Al-Quran, Ilmu Falak, Faraidl, dan cabang dari

ilmu keislaman lainnya.

Program ini juga tidak bisa dinyatakan sebagai takhasus, karena

beberapa program justeru bukan merupakan cabang dari ilmu keislaman. Terlepas

dari fakta-fakta ini, menarik untuk dikedepankan ialah semua yang tersaji dalam

kurikulum terintegrasi di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia memang sesuai

dengan kebutuhan santri, hal ini ditunjang sebagian hasil observasi dan wawancara

terhadap santri, terbukti dengan kecilnya prosentase pelanggaran dan dalam contoh

kecil kehadiran dalam keseluruhan kegiatan, bahkan jamaah shalat maktubat yang

senantiasa penuh. “Kita peraturan tuh, dari kedisiplinan, seperti berangkat ke sekolah, berangkat ke

masjid itu wajib on time. Tentang masalah pacaran, kabur, itu selalu kita tegur tegas”

(wawancara dengan Ketua OSIP Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Pos Piket, 12

September 2019).

Hal ini tentu dimungkinkan dengan penerapan hukum berjenjang,

sehingga amat mencegah penerapan hukum yang tajam ke bawah, namun tumpul

ke atas. Pandangan ini bukan hanya diperoleh melalui observasi, akan tetapi juga

didapat melalui wawancara. “Kita, terutama OSIP, kita buat peraturan untuk adik kelas atau santri, kita buat

SOP nya, kita, OSIP itu peraturannya dibuat oleh ustadz. Jadi ustadz membuat peraturan

untuk kita, kita membuat peraturan untuk santri, ya..struktural lah. Menurut kita, selagi kita

bisa ngikuti alurnya nggak terasa berat. Karena memang, setiap peraturan, akan bertambah

setiap dilanggar. Karena itu, insyaallah kita menahan diri untuk melanggar agar peraturan

tidak bertambah” (wawancara dengan Ketua OSIP Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,

Pos Piket, 12 September 2019).

4. Inovasi Kurikulum Pesantren Tinjauan Kurikulum Terintegrasi

Menurut Ritzer (2004: 15), dengan tujuan untuk menciptakan Sumber

Daya Manusia yang cakap dalam ilmu keagamaan dan terampil dalam

pengetahuan dan teknologi, maka diintegrasikan kurikulum sekolah dengan

kurikulum pesantren yang kemudian muncul dalam bentuk Sekolah Berbasis

Pesantren (SBP). SBP sendiri merupakan salah satu fakta sosial yang muncul

karena adanya kesadaran manusia, hasil olah pikir manusia, dan diskusi antara

Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan Nasional, dan Center for

Educational Development (CERDEV) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,

pesantren, dan sekolah.

Dengan demikian, SBP merupakan model pendidikan unggulan yang

merupakan adaptasi pesantren atas perubahan kebutuhan masyarakat dan arus

globalisasi, mengintegrasikan kurikulum sekolah yang menitik beratkan pada

kecakapan sains, dan kurikulum pesantren yang bertolak dari pengembangan sikap

dan praktik keagamaan, moralitas, dan kemandirian dalam hidup, dalam rangka

memadukan keunggulan keduanya yang sekaligus merupakan upaya mengatasi

kelemahan masing-masing.

SBP dengan integrasi kurikulumnya juga merupakan wujud modernisasi

pesantren terutama dalam pendidikan. Modernisasi pendidikan pesantren ini

meliputi aspek-aspek kurikulum, metode, isi materi, evaluasi, dan manajemen

Page 116: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

98

(Sholihin, 2011: 44; Hasan, 2015: 304). Karakter yang menjadi cita-cita pesantren

terangkum dalam Panca Jiwa Pesantren, sebagaimana pendapat Tolkhah dan Barizi

(2004: 54-57), yakni: keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, jiwa bebas, dan

ukhuwah islamiyyah. Keberhasilan cita-cita ini tampak dalam ciri khas pesantren

sebagaimana diungkap Masyhud dan Khusnuridlo (2005: 93-94), yaitu: hubungan

akrab santri dengan kiai, kepatuhan santri kepada kiai, disiplin, dan keprihatinan

guna menuju tujuan mulia.

Pondok Pesantren bina Insan Mulia menerapkan visi-misi bersama untuk

seluruh institusi di bawah naungannya dengan visi menjadi pusat pengembangan

pendidikan terpadu antara ilmu, skill, dan nilai-nilai untuk menghasilkan kader

yang cerdas, kompetitif, dan berakhlak mulia serta misi memfasilitasi proses

aktualisasi potensi peserta didik dengan membekali ilmu, skill, dan nilai-nilai dari

ajaran agama serta kearifan lokal nasional; mengembangkan pembelajaran yang

berbasis pesantren dan pendidikan yang adaptif dengan perkembangan jaman;

mengembangkan proses dan metode pembelajaran yang modern berbasis ICT

(Information and Communication Technology); dan menghasilkan lulusan yang

mampu berprestasi, berkontribusi dan bernilai bagi agama, bangsa, dan negara.

Secara internal visi-misi Pondok pesantren Bina Insan Mulia mempunyai

kaitan erat, kuat saling menunjang. Kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

disesuaikan dengan visi-misi Pondok Pesantren Bina Insan Mulia. Panca jiwa

pesantren juga menemukan titik kesesuaiannya dengan visi-misi global pondok

pesantren. Keikhlasan, kesederhanaan, dan ukhuwah islamiyyah merupakan

contoh nyata akhlak mulia yang menjadi cita-cita global Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia, sedangkan jiwa bebas dan kemandirian merupakan potret

keberhasilan kader pendidikan dalam hal ini santri yang matang dalam bekal

keilmuan, skill dan nilai-nilai ajaran agama.

Generasi Indonesia yang dituju sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah generasi yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia; sehat; berilmu; cakap;

kreatif; mandiri; demokratis; dan bertanggungjawab. Santri merupakan bagian dari

generasi yang dituju ini. Generasi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa lahir karena akhlak yang mulia. Kemandirian, kreatif, dan

bertanggungjawab merupakan refleksi dari kemandirian dan jiwa bebas yang

dikendalikan dengan kesadaran terhadap tanggungjawab. Sehat, berilmu, dan

cakap menjadi gambaran generasi yang disertai keilmuan dan skill dengan jasmani

dan rohani yang sehat. Kesemuanya menjadi bekal dalam rangka berprestasi,

bernilai, dan berkontribusi bagi agama, bangsa, dan negara.

Page 117: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

99

Gambar 4.6. Kaitan Erat Visi-misi Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,

Panca Jiwa Pesantren, dan Tujuan Pendidikan Nasional

Berdasarkan logika berpikir ini, maka dapat disimpulkan bahwa ada kaitan

erat antara visi-misi Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, panca jiwa pesantren

secara umum, dan tujuan pendidikan nasional. Kesimpulan ini juga didukung hasil

observasi dan wawancara. “Sebenarnya kaitan itu semuanya terkait. Diawali dengan kegelisahan potret

madrasah di Indonesia, perubahan mindset untuk SMK, mereka harus SI dibantu dengan

berbagai peluang beasiswa, dan perlu dicatat, pesantren ini salah satu dari tak banyak yang

membantu outputnya untuk melanjutkan ke universitas. Makanya wisuda lulusan di sini

menunggu mereka di kampus mana diterima” (wawancara dengan Kepala Sekolah MAUBI

sekaligus Kepala Program Timur Tengah, masjid pesantren, 12 September 2019).

Menurut Zarkasyi (2005: 84), pesantren dapat menetapkan sendiri

kurikulumnya, oleh karena kurikulum tersebut ditentukan kiai, maka kurikulum

pesantren menjadi variatif bergantung kepada siapa dan apa latar belakang kiai

yang itu tampak dalam ciri khas pesantrennya. Pesantren salaf yang semula hanya

mempelajari kitab-kitab kuning klasik bertransformasi menjadi pesantren khalaf

bisa dikenali dari kurikulumnya yang juga mengajarkan pengetahuan umum.

SBP dinilai lebih unggul dari model sekolah lain karena memberikan

pelajaran agama lebih banyak daripada model sekolah lain melalui penambahan

waktu, penambahan mata pelajaran agama, maupun ekstra kurikuler keagamaan.

Penerapan kurikulum terintegrasi merupakan pola belajar yang berpusat pada diri

anak, bersifat life concerned yakni langsung berhubungan dengan aspek

kehidupan, situasi yang mengandung masalah, memajukan perkembangan sosial,

direncanakan bersama guru dengan murid (Dawam dan Ta’arifin, 2005: 60).

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia adalah salah satu pesantren salaf yang

bertransformasi, dan menerapkan SBP di sekolah-sekolah di bawah naungannya,

baik SMPIT Bina Insan Mulia, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Insan

Mulia, maupun Madrasah Aliyah Unggulan Bertaraf Internasional (MAUBI). Ada

yang berbeda dengan SBP di Bina Insan Mulia. SBP di Bina Insan Mulia justeru

menerapkan kebijakan mengurangi waktu belajar, serta kajian kitab kuning sesuai

kelas. “Dulunya di sini salaf ya, santri kalong, hanya beberapa. Awalnya putera bungsu

KH. Anas Sirojuddin, yakni KH. Imam Jazuli diminta pulang oleh bapaknya untuk

mengurus pondok. Tapi, KH. Imam Jazuli tidak mau, kemudian mau pulang dengan

Visi-Misi Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia

Panca Jiwa

Pesantren

Tujuan

Pendidikan

Nasional

Page 118: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

100

catatan semua kebijakan terkait pondok pesantren ada pada kendalinya. Sebelum menjadi

seperti sekarang, dulu dikenal sebagai pesantren al-Ikhlash dan beberapa santri al-Ikhlash

sekarang menjadi tokoh masyarakat” (wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia, Makbarah Pondok Pesantren, 10 September 2019).

“Untuk kurikulum, sebetulnya kita merujuk kepada kurikulum berbasis pesantren,

Cuma memang kurikulum kita tidak sama dengan dinas. Bukan berarti pelajaran dinas

tidak ada di sini. Kita lebih ke reduksi. Pelajaran yang tidak terlalu dipentingkan dalam arti

siswa bisa mempelajarinya sendiri diberikan modul, tidak diajarkan di kelas. Semua

pelajaran pesantren masuk di sekolah. Jadi, di luar sekolah itu program bentuknya. Kalau

di sekolah itu 1. Pelajaran yang di UN kan; 2. Pelajaran kejuruan; 3. Pelajaran pesantren.

Selain itu tidak ada pelajaran di kelas. Artinya pelajaran mandiri. Program clusternya,

untuk anak SMK dipisahkan. Untuk kelas X, fokus ke hafal juz’amma dan hafal tahlil, itu

program di luar kelas ya. Terus kayak misalnya khutbah, itu dilakukan mingguan. Kalau

kelas XI, kita middle lah. Itu sudah mulai pengerucutan ya. Ada Qiraatul kutub, Bahasa

Inggris atau Bahasa Arab, Eksakta (namun eksakta tidak wajib untuk SMK). Kemudian

program Timur Tengah di kelas XII. Pokoknya pengennya ke mana nanti dipersiapkan.

Misal mau ke Mesir, maka di kelas XII dibekali kemampuan Bahasa Arab, Qiraatul kutub,

Tahfizh dan pembahasan soal-soal tes ke Mesir. Dalam artian kelas persiapan itu adalah

pemantapan materi. Untuk sekarang ini ada kelas persiapan Timur Tengah dan PTN,

sedangkan TOEFL itu ya bentuknya option saja. Untuk sistem akselerasi, SMK juga

menerapkan. Untuk kurikulum yang harusnya tiga tahun, kita selesaikan dua tahun di kelas

X dan XI. Caranya pelajaran yang penting dari kelas XII kita ambil lalu kita ajarkan di

kelas XI. Jadi pas kelas XII tidak belajar lagi. Mereka fokus untuk yang mau ke Timur

Tengah ya Program Timur Tengah, yang mau ke PTN ya program PTN” (wawancara

dengan Kepala SMK Bina Insan Mulia, Ruang Guru, 9 September 2019).

Menurut Triantoro (2007: 39), kurikulum terintegrasi memiliki beberapa

keunggulan, seperti: segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat

berkaitan erat, sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar yang

memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat sesuai dengan ide

demokrasi, siswa berpikir, menyandang tanggung jawab dan bekerjasama, serta

kesanggupan individu, minat dan kematangan siswa, baik secara individu maupun

kelompok amat dipertimbangkan kesesuaiannya dengan penyajian bahan.

Berdasarkan pendapat Oliva (1982: 34), pada dasarnya desain kurikulum

merupakan organisasi tujuan, isi, dan proses pembelajaran yang akan diikuti

peserta didik dalam berbagai tahap perkembangan pendidikan. Kurikulum

terintegrasi berupaya menjembatani sains dan agama. Perbedaan mendasar terletak

pada agama yang mempercayai sesuatu berdasarkan keyakinan, sedangkan sains

mendasarkan pada fakta dan penalaran, dengan sifat kebenaran agama yang kekal

(permanent) dan sains yang tentative (sementara) (Lawson, 1995: 27).

Terdapat tiga bentuk pendekatan integrasi kurikulum. Pertama, bentuk

organisasi kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran,

mata pelajaran digabungkan dan disajikan menjadi satu kesatuan unit

(Nurgiantoro, 1998: 119; Suryosubroto, 2005: 15). Kedua, integrasi holistik, saling

bergantung satu sama lain eksistensi ilmu umum dan ilmu agama (Kertanegara,

2005: 19-31).

Ketiga, integratif interkonektif, seperti pendapat Abdullah (2008: 242),

yakni pendekatan yang berupaya saling menghargai; keilmuan umum dan agama

sadar akan keterbatasan masing-masing dalam memecahkan persoalan manusia,

sehingga melahirkan kerjasama, setidaknya saling memahami pendekatan dan

metode berpikir antara dua keilmuan.

Page 119: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

101

Adapun cara integrasi kedua keilmuan ini bisa dilakukan dengan

mengikuti langkah-langkah menurut Adawiyah (2016: 121), yakni: pertama,

melalui pencarian dasar dan padanan konsep, teori pelajaran umum yang digali

dari al-Quran, hadis nabi, dan pendapat para ulama; kedua, mengambil atau

mempelajari konsep dan teori mata pelajaran umum kemudian dipadukan dengan

mata pelajaran agama. Atau dapat juga mengamini pendapat Mustafa dan Aly

(1998: 143), yaitu: pertama, okasional (korelasi) ialah dengan cara

menghubungkan bagian dari satu pelajaran dengan bagian pelajaran yang lain;

kedua, sistematis adalah menghubungkan bahan-bahan pelajaran lebih dahulu

menurut rencana tertentu sehingga bahan-bahan itu seakan merupakan satu

kesatuan yang terpadu.

Menurut Nasution (2008: 207-208), Djazuli (2002: 14), dan Ikhwan (2014:

187-188), model yang cocok untuk diterapkan dalam integrasi agama dan sains

meliputi: pertama, connected, merupakan model pelajaran terpadu yang

menghubungkan antara topik atau konsep atau skill yang satu dengan yang

lainnya; kedua, sequenced, merupakan model pembelajaran yang melakukan

pemanduan melalui urutan topik dan konsep pada masing-masing materi pelajaran

yang dihubungkan berdasarkan kesamaan ide, kemudian disajikan secara paralel

atau berbarengan dalam waktu bersamaan; ketiga, model pembelajaran integrasi,

yakni meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan

bahan pelajaran dalam bentuk unit dan keseluruhan yang saling tumpang tindih

sebagai titik tolak kajiannya.

Integrasi kurikulum keagamaan dilakukan melalui berbagai cara, sebagai

berikut: 1) integrasi nilai kedalam semua mata pelajaran; 2) penambahan mata

pelajaran agama di sekolah; 3) mengaji kitab kuning; 4) wajib pesantren; 5) ekstra

kurikuler keagamaan; 6) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI); dan 7) perlombaan

keagamaan.

Wajib pesantren atau mondok merupakan salah satu dari kultur pesantren

yang diintegrasikan ke dalam SBP, lebih khusus lagi ke dalam mata pelajaran, baik

pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, maupun kegiatan penutup. Sedangkan

keseluruhan kultur pesantren yang diintegrasikan ada 17, yaitu: 1) pendalaman

ilmu-ilmu agama; 2) mondok (wajib pesantren); 3) kepatuhan; 4) keteladanan; 5)

keshalihan; 6) kemandirian; 7) kedisiplinan; 8) kesederhanaan; 9) toleransi; 10)

qanaah; 11) rendah hati; 12) ketabahan; 13) kesetiakawanan/tolong-menolong; 14)

ketulusan; 15) istiqamah; 16) kemasyarakatan; dan 17) kebersihan (Fauzan dan

Sayuti, 2012: 22-26).

Model pembelajaran integrasi yang dipraktikkan di Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia menerapkan semua cara integrasi kurikulum keagamaan di SBP nya,

kecuali penambahan pelajaran agama. Model pembelajaran integrasi ini sesuai

dengan pendekatan integratif yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata

pelajaran, mata pelajaran digabungkan dan disajikan menjadi satu kesatuan unit

dengan cara mengambil atau mempelajari konsep dan teori mata pelajaran umum

kemudian dipadukan dengan mata pelajaran agama.

Page 120: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

102

Tabel 4.12. Cara-cara Integrasi Kurikulum Keagamaan di Lingkup

Pendidikan Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

No. Lingkup Integras

i Nilai

Penambaha

n Pelajaran

Agama di

Sekolah

Mengaj

i Kitab

Kuning

Wajib

Pesantr

en

Ekskul

Keagamaa

n

Peringata

n Hari

Besar

Islam

Perlombaan

Keagamaan

Kegiatan

Keagamaan Lainnya

1. Pondok

Pesantren

√ - √ √ √ √ √ √

2. SMK Bina

Insan

Mulia

√ - √ √ √ √ √ √

3. SMPIT

Bina Insan

Mulia

√ - √ √ √ √ √ √

4. MA

Unggulan

Bina Insan

Mulia

√ - √ √ √ √ √ √

Sumber: hasil Observasi dan Wawancara

Gambar 4.7. Kurikulum Terintegrasi di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Sumber: Nurgiantoro, 1998: 119; Suryosubroto, 2005: 15; Nasution (2008: 207-208), Djazuli (2002:

14), dan Ikhwan (2014: 187-188); serta Adawiyah (2016: 121).

Kurikulum Terintegrasi di

Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia

Pendekatan

Integratif

Mengambil Konsep

Matapelajaran Umum

kemudian Dipadukan

dengan Matapelajaran

Agama

Model

Pembelajaran

Integrasi

Cara-cara

Integrasi

yang Lain

Page 121: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

103

5. Inovasi Kurikulum Pesantren Tinjauan Program Unggulan (Sistem

Cluster)

Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon menjadi salah satu dari 10

pesantren percontohan Nusantara menurut Kementerian Pendidikan Malaysia

bekerjasama dengan production house Serangkai Filem SDN BHD, Kuala

Lumpur. Pesantren ini dinilai unggul berkat sistem cluster dan akselerasi yang

diberlakukan. Melalui sistem ini, para pelajar atau santri langsung difokuskan

untuk mengejar target sesuai minat dan bakat masing-masing dengan masa

studi lebih pendek, namun dengan mutu yang tetap terjaga (Nuansa

Magazine).

Sistem cluster diberlakukan sesuai minat dan bakat santri setelah santri

melalui tahap cluster pertama dalam bidang Quran yakni Tahsin, baik

menggunakan kempekan atau dengan media Qiroati. Jadi, selama santri belum

dinyatakan lulus oleh pengampu dan orang tua yang dinyatakan dalam

sertifikat kelulusan, maka santri tidak diperkenankan mengikuti program lain

dalam sistem cluster. Adapun program-program dalam sistem cluster ialah: a)

tahsin (membaguskan bacaan al-Quran); b) Bahasa Inggris; c) Bahasa Arab; d)

Qiroatul Kutub; e) Eksakta dan Sains; f) Tahfizh; dan g) program Timur

Tengah.

a. Program Tahsin

Berdasarkan wawancara dengan pengampu program tahsin, sistem

cluster pada program tahsin merupakan program yang paling awal muncul,

sejak Pondok Pesantren Bina Insan Mulia masih bernama al-Ikhlash tahsin

sudah ada dengan cara kempekan. Tahsin sekarang dipermudah dengan

memasukkan metode Qiroati yang disusun KH. Dachlan Salim Zarkasyi.

Program tahsin tidak menentukan kurikulum yang khusus, hanya

saja program ini menerapkan sistem target. Terdapat target-target tertentu

yang ditetapkan pengampu atau ustadz yang mesti dicapai oleh siswa atau

santri. Program dinyatakan selesai dan santri dinyatakan lulus setelah

mengikuti program tahlil untuk santri putera, dan program fiqih nisa untuk

santri puteri sebagai bagian pelengkap dalam program tahsin.

Dalam program tahsin, mendaras merupakan strategi yang tetap

dipertahankan. Maksud dari mendaras ialah untuk memperbaiki dan

melancarkan bacaan, untuk mengetahui kekurangan atau kekeliruan yang

dibuat, baik dari makhraj, shifat, panjang pendek yang kesemuanya

tercakup dalam tajwid. Dengan demikian, sebelum setoran kepada ustadz,

santri yang diketahui memiliki kekurangan dalam darasnya, bisa belajar

untuk memperbaiki kekurangannya kepada teman yang lebih baik atau

sudah bisa. Selain cara ini, digunakan pula strategi lain, yakni dengan

metode mendengarkan rekaman bacaan al-Quran ala kempekan secara

berulang-ulang.

Tahsin sendiri dimulai dari menyetorkan bacaan juz 27, 28, 29, 30,

dan baru kemudian al-Fatihah. Tahsin terjadual pada ba’da ashar, ba’da

isya, dan ba’da shubuh. Evaluasi terhadap program tahsin dilakukan tiap

minggu pada rapat evaluasi mingguan di malam jumat, sedangkan evaluasi

terhadap santri ditempuh melalui buku prestasi yang menunjukkan peta

perkembangan kemampuan santri berdasarkan masukan ustadz dan paraf

Page 122: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

104

ustadz. Berdasarkan observasi, ada beberapa yang sudah menggunakan

buku prestasi yang tercetak rapih, beberapa masih menggunakan buku

tulis. Pengadaan buku prestasi ini terkendala jumlah minimal dalam

pencetakan. Secara umum, santri dinyatakan lulus program ini melalui

pernyataan ustadz dalam sertifikat kelulusan dan persaksian orang tua atau

wali santri dalam ujian umum oleh orang tua atau wali santri.

b. Program Tahfizh

Program tahfizh dalam sistem cluster merupakan program lanjutan

dari program tahsin, demikian menurut hasil wawancara dengan

pengampu program tahfizh. Hal ini dikarenakan tahsin merupakan salah

satu prasyarat standar program tahfizh selain kesungguhan santri,

kecepatan hafalan, dan kekuatan hafalan santri.

Program tahfizh diselenggarakan sebagai salah satu program

dalam sistem cluster dengan tujuan membiasakan agar anak atau santri

dekat dengan al-Quran. Di samping itu, program ini juga bertujuan

mempersiapkan jenjang yang baik bagi santri dalam rangka target meraih

beasiswa.

Dengan semboyan “Khairukum man Ta’allamal Qurana wa

‘allamah” saat ini, program tahfizh diikuti oleh 67 orang peserta dengan

rincian peserta putera 14 orang dan 53 orang peserta puteri. Peserta puteri

lebih banyak dari peserta putera karena di samping faktor minat untuk

menghafal, juga karena pada faktanya memang peserta yang lulus seleksi

kebanyakan dari santri puteri.

Kurikulum diaplikasikan berdasarkan kebutuhan dan

pertimbangan dan dengan memperhatikan metode yang digunakan. Saat

ini metode yang kerap digunakan adalah metode ilhamqu (600 jam),

karantina tahfizh quran metode bil yadain, metode merem melek, dan

metode lain. Kurikulum dalam program tahfizh terklasifikasi menjadi tiga

kelompok.

Pertama, tahfizh karantina, yakni santri program tahfizh yang

tidak mengikuti sekolah formal, khusus menghafal. Tiap-tiap halaqah

terdiri atas 6-8 santri dengan target sesuai SOP selama satu bulan adalah 5

juz. Kedua, tahfizh regular, yaitu santri program tahfizh biasa, masih

mengikuti sekolah formal. Setiap halaqah diikuti 6-8 santri dengan target

sesuai SOP selama satu bulan ialah 3 juz. Ketiga, tahfizh daurah Timur

Tengah, merupakan kelas tahfizh yang diikuti oleh santri yang sudah

bebas dari sekolah formal, sebagai persiapan studi lanjutan ke Timur

Tengah. Masing-masing halaqah diikuti 6-8 santri dengan target satu bulan

sesuai SOP adalah 3 juz. Lama belajar semua kelompok adalah enam

bulan atau satu semester secara keseluruhan.

Penjadualan merupakan hal yang penting karena ada tiga

kelompok tahfizh dengan SOP yang berbeda. Kelas tahfizh karantina

terjadual pada shubuh, mulai bada shubuh sampai pukul 7.00 WIB; dluha,

mulai pukul 9.00-11.30 WIB; ashar, mulai bada ashar sampai pukul 17.00

WIB; isya, mulai bada isya sampai pukul 21.00 WIB.

Kelas regular terjadual pada shubuh, mulai bada shubuh sampai

pukul 6.15 WIB; ashar, bada ashar sampai pukul 17.00 WIB; isya, mulai

bada isya sampai pukul 21.00 WIB. Sedangkan daurah timur tengah

Page 123: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

105

terjadual bersama kegiatan daurah timur tengah. Kelas yang besar dan

jumlah santri peserta yang banyak tentu harus didukung dengan tenaga

pengampu, baik ustadz maupun ustadzah yang memadai. Berikut ini,

jadual kegiatan program tahfizh pada sistem cluster bersama tim

pengampu program tahfizh:

Tabel 4.13. Jadual Kegiatan Program Tahfizh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

No. Kelas Tahfizh Waktu

Shubuh

Waktu

Dluha

Waktu

Ashar

Waktu

Isya

Tim Pengampu

Program Tahfizh

1. Karantina Bada

Shubuh-

pukul

7.00

Pukul

9.00-

pukul

11.30

Bada

Ashar-

pukul

17.00

Bada

Isya-

pukul

21.00

Ust. Hasyim

Asy’ari

Ust. Solikhin

Ust. Syamsul

Arif

Ust. Fahmi

Ust. Masyhari

Ust.

Abdurrahman

Ustzh. Neti

Ariyanti

Ustzh.

Maratussalikhah

Ustzh. Neng Rai

Ustzh. Dedeh

2. Regular Bada

Shubuh-

6.15

-

Bada

Ashar-

17.00

Bada

Isya-

21.00

3. Daurah Timur

Tengah

Sesuai kegiatan daurah timur tengah

Program yang menerapkan evaluasi harian santri melalui buku

prestasi yang melaporkan perkembangan kemajuan hafalan santri dan

evaluasi mingguan dalam rapat malam jumat bukan tanpa kendala.

Kendala ditemukan manakala santri mengalami kesulitan menghafal,

kecapekan, dan mengantuk saat duduk lama.

Kendala seperti ini menurut pengampu Program Tahfizh, biasanya

diatasi dengan santri diberi jeda 10 menit untuk wudlu. Selain itu, santri

dianjurkan untuk membawa bekal minum sendiri untuk mengurangi

kantuk dan mengantisipasi santri keluar dari halaqah tahfizh yang biasanya

diselenggarakan di masjid puteri dengan alasan untuk minum. Sampai

sejauh ini program tahfizh dinilai berhasil dengan tingkat keberhasilan 80-

90 %.

c. Program Bahasa Inggris

Bagi ketua OSIP, selain etika kesantrian yang lebih menonjol,

yang khas dari Pondok Pesantren Bina Insan Mulia yang berlokasi di

kampung adalah kemampuan berbahasa Inggris, bahkan bisa mengajar

bukan hanya ngomong, ya, meskipun yang diajar adik kelas sendiri

Page 124: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

106

meliputi listening, writing, dan practice demikian dituturkan saat sesi

wawancara.

Urgensi kebutuhan terhadap Bahasa Inggris secara universal

mendorong lahirnya Program Bahasa Inggris dalam sistem cluster Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia. Menurut kepala program Bahasa Inggris,

tujuan diselenggarakannya program Bahasa Inggris adalah untuk

menunjang global communication, komunikasi yang meluas tak berbatas.

Program Bahasa Inggris terklasifikasi dalam tiga kelas dengan

kurikulum yang berbeda tentu saja. Pertama, conversation class, di

kalangan santri dikenal sebagai kelas umum karena diperuntukkan semua

terutama santri baru. Untuk menarik minat santri peserta, kelas ini lebih

banyak menggunakan media audio-visual sebagai metode penyampaian

dengan panduan “A Big Step to Master English” yang disusun oleh Mr.

Maulana, Kepala Program Bahasa Inggris sistem cluster Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia. Melalui kelas ini, santri dipandu untuk menguasai part

of speech yang meliputi: basic Grammar, kemudian reading, dilanjutkan

dengan memahami konsep baru, conversation, dan diakhiri dengan proses

belajar dengan seorang native speaker.

Kedua, grammar class, kelas tatabahasa ini merupakan kelas

khusus bagi santri yang berminat serius mendalami tatabahasa dalam

Bahasa Inggris. Kekhususan kelas ini ditunjukkan dengan empat

pengampu yang khusus didatangkan dari Basic English Course, Kampung

Inggris, Pare, Kediri dengan jumlah peserta dibatasi maksimal 200 peserta

dan dengan peraturan yang khusus pula, yakni santri peserta kelas ini tidak

diperkenankan pindah ke program lain selama satu semester (6 bulan).

Ketiga, toefl class, merupakan kelas khusus untuk persiapan

mengikuti tes Bahasa Inggris bagi penutur selain pengguna Bahasa

Inggris. Biasanya diikuti santri yang berkeinginan mengikuti seleksi

meraih beasiswa pendidikan lanjutan di perguruan tinggi. Kelas ini

menetapkan prasyarat ketat bagi pendaftar, yakni memperoleh nilai A di

grammar class yang dibuktikan dengan sertifikat, dan meraih skor pretest

toefl minimal 400.

Di bawah bimbingan enam orang pengampu, dalam implementasi

harian, program ini dikawal 12 orang dari tim Bahasa OSIP. Bersama

OSIP juga, pengampu melakukan evaluasi mingguan dalam rapat evaluasi.

Sedangkan evaluasi terhadap proses belajar peserta secara khusus tidak

diberlakukan, hanya saja di akhir pertemuan, ada koreksi komprehensif

oleh pengampu terhadap catatan belajar peserta. Program ini terbukti

berhasil dengan tingkat keberhasilan 80% peserta meraih toefl 450, 20%

masih belum mencapai target, dan beberapa meraih toefl di atas 450,

tersebar di BEC 517, LIA 487, dan toefl ITP 467. Program ini

membutuhkan waktu yang tidak sedikit, akan tetapi regulasi menetapkan

program hanya satu semester, yang kemudian disikapi dengan penyesuaian

metode dan kurikulum.

d. Program Bahasa Arab

Menurut dua orang pengampu program Bahasa Arab dalam sistem

cluster di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, seperti disampaikan mereka

dalam kesempatan wawancara, tujuan program ini untuk mencetak alumni

Page 125: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

107

yang mampu berkiprah di kancah internasional di samping pengenalan

Bahasa Arab dalam rangka persiapan menuju program Timur Tengah,

sangat sejalan dengan niat kiai pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia untuk membawa Bahasa Arab menjadi masyhur, amat dikenali, dan

tidak dianggap asing oleh para santri, baik dalam Bahasa lisan maupun

tulisan.

Dalam proses belajarnya, program Bahasa Arab terbagi dalam dua

jenjang. Pertama, program Bahasa Arab jenjang SMK dan MA. Pada

jenjang ini, kurikulum program Bahasa Arab menggunakan pedoman kitab

al-‘Arabiyyah al-Mu’ashirah. Kedua, program Bahasa Arab jenjang SMP.

Program Bahasa Arab pada jenjang ini menggunakan dua kitab pegangan,

yaitu al-’Arabiyyah li al-Nasyiin dan al-Durus al-‘Arabiyyah fi Ta’allumi

Lughah al-‘Arabiyyah lighairi al-Nathiqin laha.

Dengan jumlah pengampu lima orang, program ini menerapkan

evaluasi melalui tajribat yang diberikan ustadz pengampu yang kemudian

dikoreksi dan didiskusikan. Sedangkan evaluasi terhadap program itu

sendiri dilaksanakan dalam evaluasi mingguan dalam rapat evaluasi di

malam jumat. Di sini tantangan dan kendala program dibahas untuk

ditemukan solusinya. Program Bahasa Arab sendiri terkendala semangat

santri yang menjadi turun karena rutinitas yang dihadapi. Melalui rapat

semacam ini ditemukan dan disepakati solusinya untuk pengampu

menyajikan metode yang mudah dan menyenangkan serta mengajak

refreshing sesekali. Ini juga alasannya mengapa Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia menerapkan kebijakan program menonton film bagi santri,

tentunya dengan selektif.

Program Bahasa Arab dalam sistem cluster Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia membagi jadual belajar peserta program, baik dari

jenjang SMK-MA maupun SMP dalam tiga klasifikasi waktu, yakni:

waktu pagi, berlangsung dari pukul 6.00-7.30 WIB; waktu sore,

berlangsung dari bada Ashar sampai pukul 17.00 WIB; dan waktu malam,

dari bada Isya sampai pukul 21.00 WIB.

Berikut jadual belajar Program Bahasa Arab dalam sistem cluster

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia bersama tim pengampu program:

Tabel 4.14. Jadual Belajar Program Bahasa Arab Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

No. Jenjang Waktu

Pagi

Waktu

Sore

Waktu

Malam

Tim Pengampu

Program Bahasa

Arab

1. SMK-MA Pukul

6.00-

pukul

7.30

Bada

Ashar-

pukul

17.00

Bada

Isya-

pukul

21.00

Ust. Ferry

Muhammadsyah

Siregar

Ust. Saptono

Ust. Mansyur

Ust. Samsul

Ust. Bawazier

2. SMP Pukul

6.00-

7.30

Bada

Ashar-

pukul

17.00

Bada

Isya-

pukul

21.00

Page 126: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

108

e. Program Timur Tengah

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sesi wawancara

bersama Kepala Program Timur Tengah sekaligus Kepala MAUBI Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia, program yang terhitung baru karena baru

aktif sejak Februari 2018 ini mempunyai landasan dan tujuan yang begitu

selaras. Betapa tidak, program ini berlandaskan keinginan luhur untuk

mengirim santri ke luar negeri sesuai dengan visi global, dan tujuan

program ini untuk melahirkan santri-santri yang mampu berkiprah

dikancah internasional bermula dari keprihatinan menurunnya jumlah

orang-orang Indonesia yang berkuliah di luar negeri.

Kurikulum program Timur Tengah merupakan kurikulum yang

kompleks untuk sebuah program, tentu hal ini dibandingkan dengan

program lain dalam sistem cluster di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia.

Ini semata dilakukan untuk optimalisasi pembekalan terhadap peserta

program dalam rangka meraih sukses berkuliah di luar negeri. Dipilihnya

Timur Tengah bukan final, semua karena kemudahan untuk mendapatkan

pengampu program karena asatidz di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

mayoritas alumni Timur Tengah, ini dibuktikan dengan belum lama ini

mengirimkan pula peserta ke Eropa, yakni ke Turki.

Kurikulum disusun dalam beberapa penguasaan materi kuliah di

Timur Tengah. Pertama, Bahasa Arab, menjadi pokok karena Bahasa

Arab merupakan bahasa percakapan sehari-hari kelak baik di lingkup

akademik maupun non-akademik. Oleh karena itu, program Timur Tengah

menggunakan kitab pedoman yang biasa digunakan di Mesir, yakni al-

‘Arabiyyah al-Mu’ashirah selain itu digunakan pula al-‘Arabiyyah Baina

Yadaika.

Kedua, hafal al-Quran minimal juz 1-2, di banyak perguruan

tinggi di Timur Tengah persyaratan hafalan ini memang bervariasi, bahkan

ada yang mensyaratkan hafalan minimal 5 juz, meski secara umum

biasanya disyaratkan 3 juz. Itulah kenapa ada daurah Timur Tengah di

program tahfizh pada sistem cluster di Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia. Peserta program ini tidak dinyatakan lulus tanpa mengantongi dua

juz hafalan al-Quran tersebut.

Ketiga, khat, mengenal berbagai jenis cara penulisan huruf arab

menjadi hal yang penting mengingat referensi yang digunakan kelak di

Timur Tengah berbahasa Arab dan memiliki ragam jenis cara penulisan

huruf yang berbeda-beda yang tentu saja akan menimbulkan kesulitan

tersendiri kelak jika tak mengenalnya. Di Indonesia sendiri khat Arab ini

tergolong kaligrafi, sebagaimana halnya kaligrafi cina dan jepang, tulisan

indah yang bernilai seni tinggi.

Keempat, muhadatsah, skill bercakap-cakap dalam Bahasa Arab,

tentu saja penting. Bukan hanya mengenal penggunaan Bahasa Arab

fushha, peserta program juga diajak untuk memahami Bahasa Arab

‘amiyah. Dua jenis penggunaan Bahasa Arab ini memang lazim di Timur

Tengah, sehingga pendatang dituntut untuk memahami keduanya agar

dapat berkomunikasi dengan baik dalam kehidupan sosialnya. Bahasa

Arab fushha lazim dipergunakan di lingkup akademik, seperti sekolah,

Page 127: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

109

perguruan tinggi, dan kantor pemerintah, sedangkan Bahasa Arab ‘amiyah

lebih familiar dipakai di kalangan awam, seperti di pasar-pasar, di jalan

dan lain sebagainya.

Kelima, pembahasan soal ujian seleksi masuk perguruan tinggi di

Timur Tengah, urgen dilakukan demi tercapainya kuliah di kampus

idaman. Saat ini, di program Timur Tengah Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia menyediakan pembahasan soal-soal ujian seleksi ke Mesir, Sudan,

Maroko, Syria, dan Tunisia. Peserta program akan dibimbing, diberikan

kunci dan trik menjawab soal-soal ujian seleksi sesuai dengan perguruan

tinggi tujuan.

Keenam, Islamic studies, ini ditekankan berdasarkan pengalaman

beberapa pengampu alumni Timur Tengah bahwa studi keislaman menjadi

materi dasar, seperti fiqh, ushul fiqh, tauhid, tarikh dan lain-lain. Wajar

memang, karena biasanya pendidikan ke Timur Tengah dituju dalam

rangka pendalaman kajian-kajian itu, meskipun dalam bidang ini

pendidikan di negeri sendiri tidak tertinggal, namun pendidikan di luar

negeri, bertemu dengan akademisi dari luar, bersosialisasi dengan rekan

dari berbagai negara tentu saja memberikan perbedaan tersendiri dan

pengalaman yang berharga.

Ketujuh, insya`, menulis karya ilmiah tentu saja memerlukan

pembiasaan dan latihan rutin. Program Timur Tengah membekali peserta

program dengan kemahiran kemampuan ini dengan melihat bahwa proses

perkuliahan tentu saja melakukan kajian, baik lapangan maupun pustaka,

yang sudah barang tentu untuk menuliskannya dalam bentuk laporan

ilmiah meniscayakan kemahiran dalam insya`.

Kedelapan, qiroatul kutub, kemahiran membaca kitab kuning,

demikian biasa disebut, merupakan modal utama kuliah di Timur Tengah.

Sumber pustaka yang mayoritas berupa kitab, baik dari ulama salaf

maupun khalaf, menuntut peserta program untuk benar-benar menguasai,

bukan sekedar membaca, namun sekaligus menyampaikan isi kitab

tersebut, menyimpulkan baik dalam Bahasa lisan maupun tulisan.

Tingkat keberhasilan program ini yang telah memberangkatkan

pada tahun pertamanya 5 orang ke Mesir, disusul 2 orang lagi (semuanya

melalui jalur mandiri), ada pula yang ke Syria 1 orang, dan Sudan 5 orang

bukan tanpa kendala. Kendala muncul baik dari peserta program maupun

dari regulasi Pondok Pesantren Bina Insan Mulia sendiri.

Kendala yang muncul dari peserta program terjadi karena peserta

di kemudian hari lebih memilih kampus-kampus di dalam negeri,

keberatan orang tua dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk

keberangkatan, atau karena di tahun pertama baru ada kelas XII SMK,

mereka merasakan bahwa materi program baru dan terasa berat untuk

mereka. Upaya-upaya untuk mengatasi kendala ini ditempuh pengampu

dengan membuka pandangan orang tua dan peserta bahwa memang tidak

mudah untuk studi ke luar negeri, tidak langsung pula dapat berkuliah

karena jika kemampuan mahasiswa tersebut masih belum memadai

terutama dalam Bahasa, maka mahasiswa tersebut harus masuk kelas

persiapan Bahasa. Program Timur Tengah meminimalisasi kondisi ini

terjadi.

Page 128: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

110

Kendala dari luar peserta justeru muncul dari regulasi pondok

pesantren sendiri. Pondok Pesantren Bina Insan Mulia amat menjaga bibit

unggul mereka, ini dilakukan untuk memelihara regenerasi yang sehat

dalam tubuh pondok pesantren sehingga Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia menerapkan mekanisme pengkaderan. Kader terseleksi kemudian

diperbantukan di Pondok Pesantren dalam berbagai bidang sekaligus

mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi

di sekitar Cirebon dengan biaya kiai, inilah kenapa beasiswa ini dikenal di

kalangan santri sebagai beasiswa kiai. Tentu saja program beasiswa ini

menarik, terlebih bagi siswa berprestasi dengan tingkat kemampuan

ekonomi yang tidak bisa dikatakan mapan, sehingga berpaling dari

program Timur Tengah demi mengikuti pengkaderan ini.

f. Program Qiroatul Kutub

Qiroatul kutub merupakan program jawaban atas pertanyaan dari

luar mengenai komitmen Pondok Pesantren Bina Insan Mulia dalam

menjaga tradisi pesantren, demikian dinyatakan Kepala Program Qiroatul

Kutub sekaligus Direktur Pondok Pesantren Bina Insan Mulia dalam sesi

wawancara. Hal ini penting untuk menanggapi asumsi bahwa setelah

bertransformasi kemudian sama sekali meninggalkan tradisi.

Namun demikian, mengingat mayoritas pendaftar di Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia belum memiliki pengalaman mondok, maka

diupayakan metode yang mudah, cepat, dan menyenangkan untuk menarik

minat santri mempelajari qiroatul kutub ini. Oleh karena itu, Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia memasukkan metode Tamyiz dan Amtsilati

dalam program qiroatul kutub, tentu saja dengan kurikulum masing-

masing yang berbeda.

Pertama, tamyiz, merupakan metode tarjamah Quran dan baca

kitab kuning 100 jam yang disusun oleh Abaza, MM. Tamyiz telah

ditashhih penggunaannya oleh Prof.Dr.KH. Akhsin Sakho Muhammad di

Indramayu pada 2010, dan pertama kali dilaunching secara terbuka di

Jakarta pada 2009. Tamyiz diperkenalkan terlebih dahulu dalam

kurikulum qiroatul kutub pada sistem cluster Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia karena dinilai lebih mudah. Terlebih, Kepala program qiroatul

kutub merupakan alumni pengajar di Bayt at-Tamyiz Indramayu.

Terdapat dua prinsip utama dalam metode tamyiz, yaitu: laduni

(ilate kudu muni) maksudnya santri harus belajar dengan mengeraskan

suara sebagai upaya untuk menyeimbangkan potensi otak kiri dan kanan,

ditambah dengan teknik pengulangan yang integratif untuk optimalisasi

bawah sadar; berikutnya sentot (santri TOT) yang dikehendaki adalah

bahwa model belajar santri ialah seperti tutor atau ustadz yang mengajar

santri.

Tamyiz terklasifikasi dalam 4 kelompok, yakni:

1) Tamyiz 1, santri pintar mentarjamah al-Quran dengan bantuan kamus

Kawkaban dengan key success factor:

a) Santri pintar membaca Quran putus-putus

b) Santri pintar tashrif dan dlamir

c) Santri pintar mujarrod (membuka kamus)

Page 129: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

111

2) Tamyiz 2, santri pintar membaca kitab kuning (tahsinul qadir) tanpa

tarjamah dengan key success factor:

a) Santri pintar membaca kitab kuning terputus-putus

b) Santri pintar I’rab

c) Santri pintar awamil

d) Santri pintar Syibh jumlah

e) Santri pintar jumlah fi’liyyah

f) Santri pintar jumlah ibtidaiyyah

3) Tamyiz 3, santri pintar tarjamah dan mengajarkan Quran dan kitab

kuning (tahsinul qadir) dengan key success factor: santri pintar teori

nahwu-sharaf yang hanya mudah dipahami dengan memahami artinya.

4) Kitab kuning digital, dengan key success factor: santri pintar

mengoperasikan komputer dan maktabah syamilah.

Kedua, metode yang diadaptasi untuk diterapkan di program

Qiroatul Kutub Pondok Pesantren Bina Insan Mulia ialah Amtsilati.

Amtsilati merupakan metode baca kitab kuning dan tarjamah Quran yang

disusun oleh Ustadz Taufiqul Hakim, Bangsri, Jepara. Metode ini lahir

melalui mujahadah yang ditempuh Taufiqul Hakim untuk mengupayakan

solusi membaca kitab kuning yang dipandang susah, hingga ditemukan

melalui mujahadah ini bahwa diantara 1002 bait alfiyyah ibnu malik yang

biasanya dihafalkan hanya 100-200 bait saja yang merupakan pokok dan

dasar nahwu-sharaf, sedangkan bait lainnya adalah penyempurna.

Metode Amtsilati yang terdiri dari dua jilid Tatimmah (praktek

penerapan rumus yang biasanya diajarkan setelah semua materi selesai),

satu jilid Khulashah (ringkasan Nazham alfiyyah yang merupakan pokok

dan dasar nahwu-sharaf), satu jilid Qoidati (memuat kaidah nahwu-sharaf

dan bagaimana menterjemah), dan satu jilid Shorfiyyah, mengungkap

penjelasan perubahan kalimat, I’lal dan lain-lain) sepertinya lebih tepat

untuk digunakan oleh peserta didik yang belum mencapai usia dewasa.

Metode ini integral antara metode dan bahan ajar. Contoh-contoh

di dalamnya sekaligus merupakan pesan moral untuk pengguna amtsilati.

Dalam kurun waktu enam bulan, metode ini menentukan target santri

mampu membaca kitab kuning gundul (tanpa harakat) secara bertahap

sejak pengetahuan kata perkata menjadi kalimat per kalimat dengan syarat

telah praktek Tatimmah. Pada prinsipnya metode ini menekankan

pengulangan untuk memanggil kembali informasi yang tersimpan, dan

extending atau pengembangan.

Evaluasi yang diterapkan metode amtsilati adalah model tes lisan

dan tes tulis. Di Darul Falah, Bangsri, tes terklasifikasi dalam: pertama,

tes harian berupa tes rutin baik lisan maupun tulis setiap selesai satu

pembahasan; kedua, setiap kenaikan jilid (mungkin metode ini terinspirasi

metode qiroati) dengan standar nilai kelulusan sembiilan koma. Sistem

pemberian tes, untuk jilid 3 misalnya, maka akan diuji dengan soal-soal

dari jilid 1 dan 2.

Dengan melihat kepada tujuan program untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran di pesantren, kedua metode ini dipilih karena sesuai

dengan program di sistem cluster yang menetapkan target enam bulan.

Menurut kepala progam dalam wawancara, di Pondok Pesantren Bina

Page 130: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

112

Insan Mulia menambahkan tes bersama orangtua/wali santri sebagai

mekanisme evaluasi pencapaian santri.

Dengan pencapaian target 80 persen, program Qiroatul Kutub

menghadapi kendala serius saat santri peserta mengalami sakit, atau

karena satu dan lain hal sementara waktu harus pulang. Hal ini disebabkan

program ini dilakukan berkelompok dengan pencapaian atau tingkat yang

berbeda-beda. Jika peserta sakit atau pulang, maka dia akan tertinggal dari

anggota kelompoknya dan sebagai solusi dengan berat hati harus

dipindahkan ke kelas kelompok dengan materi di bawahnya.

g. Program Eksakta dan Sains

Program di bawah asuhan Nur Afifah, S.Mat. ini merupakan

program wajib untuk peserta didik MAUBI Bina Insan Mulia. Tidak

diwajibkan untuk peserta didik SMK maupun SMP IT Bina Insan Mulia.

Hal ini disebabkan penjurusan MAUBI memang di bidang MIPA.

Program eksakta dan sains juga termasuk dalam program baru dalam

sistem cluster, belum menentukan kurikulum standar, masih melakukan

trial and error untuk menemukan kurikulum standar yang sesuai.

Sementara ini, program diarahkan pada gemblengan khusus kemampuan

MIPA untuk persiapan UN dan persiapan mengikuti lomba, baik di tingkat

lokal maupun global. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan salah satu

peserta didik bimbingannya meraih juara ke-dua Matematika Terintegrasi

di tingkat kabupaten Cirebon.

Page 131: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

113

C. Kerangka Hasil

Secara umum, dalam kegiatan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia,

baik di lingkup pesantren, SMK, SMP IT, maupun MAUBI berdasarkan teori

Suryani (2008), Robins (1994), Rogers (1987), Hurley dan Hult (1998), serta

UU No. 18 Tahun 2002, menerapkan inovasi, inovasi kurikulum di Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia ini meliputi tiga (3) hal, yaitu:

Pertama, inovasi kurikulum tinjauan pengembangan kurikulum.

Berdasarkan landasan filosofis (Hamalik, 2014), penulis menyimpulkan bahwa

yang digunakan ialah filsafat konvergensi, landasan psikologis (Idi, 2010)

perhatian terhadap santri atau peserta didik mesti lebih intens terutama pada

perkembangan emosional, dinamika grup, perbedaan kemampuan individu,

kepribadian, dan pengetahuan terhadap motivasi santri karena adanya sistem

akselerasi dan target.

Landasan sosiologis (Arifin, 2013), kebutuhan peserta didik atau santri

di masa mendatang sangat diperhatikan oleh pengasuh Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia. Landasan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(Widyastono, 2014) pengembangan kurikulum di Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia merupakan respon pengasuh atas perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, ini sejalan juga dengan pemikiran Wahid (2001),

Nata (2012), dan Azra (2012), serta landasan keberkahan, keberkahan santri

diperoleh dari ridla orang tua, guru, ustadz, dan kiai.

Berlandaskan kelima hal ini, sebelumnya, pengembangan kurikulum

dianalisis cakupannya, pada sebagian komponen atau keseluruhan komponen

kurikulum (Soetopo dan Soemanto, 1991) dan pengembangan kurikulum di

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia merupakan perubahan yang menyeluruh.

Adapun penyebab perubahannya adalah adanya pandangan intelektual yang

berubah (pandangan KH. Imam Jazuli) yang merupakan respon terhadap

perubahan dalam masyarakat (Heri, Noer Aly, dan Munzier, 2002) dan adanya

eksploitasi terhadap ilmu pengetahuan yang menghasilkan disiplin ilmu baru

(Nasution, 2001) yang bisa dilihat dari adaptasi dan adopsi terhadap program

timur tengah, qiroati, tamyiz, dan amtsilati.

Inovasi kurikulum tinjauan pengembangan kurikulum diterapkan

berdasarkan prinsip-prinsip: relevansi (Sukmadinata, 2012); efektivitas dan

efisiensi (Hidayat, 2013) dan (Sukiman, 2015); kontinuitas (Nurhayati, 2010),

Sukmadinata (2012), dan Idi (2010); fleksibilitas (Hidayat, 2013),

Sukmadinata (2019); orientasi pada tujuan (Subandijah, 1993), dan prinsip

sinkronisasi (Nurgiantoro, 1988).

Pada prinsip relevansi, relevansi ke dalam pengembangan kurikulum

di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia menunjukkan konsistensi antara

komponen kurikulum, sedangkan relevansi dengan dunia kerja yang terdapat

pada relevansi ke luar tidak relevan dengan iktikad Pondok Pesantren Bina

Insan Mulia untuk mendorong santrinya melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan Mulia dinyatakan

efektif dan efisien. Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, terkesan tidak

mengindahkan prinsip kontinuitas pada kasus seharusnya pelajaran yang sudah

diajarkan pada tingkat yang lebih rendah tidak diajarkan lagi pada kelas yang

lebih tinggi, ini ditemukan pada kitab yang dipergunakan sama penentuan

tingkatannya baik untuk SMP IT, SMK, maupun MAUBI. Prinsip fleksibilitas

Page 132: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

114

masih belum terlaksana sepenuhnya, dengan melihat kasus santri harus melalui

program tahsin terlebih dahulu sebelum merambah ke program lainnya

(meskipun dari pihak pesantren sudah ada penjelasan bahwa kebijakan

dilakukan dengan pertimbangan kemampuan baca Quran adalah pokok dan

mendasar untuk santri). Prinsip orientasi pada tujuan berjalan baik karena

semua program baik di sekolah maupun pesantren berdasarkan visi global

yang sama, dengan demikian semua tersinkronisasi dengan baik.

Kedua, inovasi kurikulum tinjauan kurikulum terintegrasi yang

diwujudkan dalam Sekolah Berbasis Pesantren. Kurikulum terintegrasi yang

dimaksud, dengan melihat teori Nurgiantoro (1998) dan Suryosubroto (2008)

merupakan organisasi kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai

matapelajaran, digabungkan menjadi satu kesatuan unit. Cara integrasi

mengikuti teori Adawiyah (2016), yakni mengambil atau mempelajari konsep

dan teori matapelajaran umum kemudian dipadukan dengan matapelajaran

agama dengan model integrasi menurut teori Nasution (2008), Djazuli (2002),

dan Ikhwan (2014).

Ketiga, inovasi kurikulum tinjauan program unggulan. Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia memang dikenal karena program unggulannya

yang dikenal dengan sistem cluster yang menerapkan akselerasi dan bertarget,

bahkan merupakan salah satu pondok pesantren percontohan nusantara

menurut Kementerian Pendidikan Malaysia. Melalui evaluasi yang dilakukan,

diperoleh output yang bagus sebagai produk, effect dan impact yang bagus.

Keberhasilan ini bukan tanpa kendala, kendala terberat yakni

persinggungan dengan regulasi diupayakan solusi melalui adaptasi metode

dengan kurikulum. Program unggulan dalam sistem cluster Pondok pesantren

Bina Insan Mulia terdiri dari tujuh (7) program dengan tujuan, isi, struktur,

sarana prasarana, dan evaluasi yang tertentu.

Ketiga inovasi kurikulum di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia ini

sesuai dengan visi global Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, visi global

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia sejalan dengan panca jiwa pesantren, dan

panca jiwa pesantren sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, sehingga

sebagai kesimpulan premis-premis sebelumnya, bisa dinyatakan bahwa inovasi

kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia merupakan upaya

untuk turut mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia yang tanggap

terhadap tuntutan perubahan jaman. Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

adalah lembaga pendidikan yang memegang teguh nilai-nilai pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melalui inovasi yang dilakukan

terbukti tanggap terhadap perubahan jaman.

Page 133: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

115

Inovasi Kurikulum

Pesantren BIMA

Gambar 4.8. Kerangka Hasil Tesis Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan

Tujuan Pendidikan Nasional (Studi Kasus pada Pondok Pesantren Bina Insan Mulia-

Cirebon)

Tujuan Pendidikan

Nasional

Panca Jiwa

Pesantren

Visi –misi Global

Pesantren BIMA

Tinjauan

Pengembangan

Kurikulum

5 landasan, yaitu

filosofis, psikologis,

sosiologis,

perkembangan ilmu

pengetahuan dan

teknologi, keberkahan

7 Prinsip, yakni

relevansi,

efektivitas, efisiensi,

kontinuitas,

fleksibilitas,

orientasi ke tujuan,

sinkronisasi

Struktur

Tinjauan

Kurikulum

Terintegrasi

Tinjauan

Program

Unggulan

Pendekatan

Integratif

Model

Pembelajaran

integrasi

Memadukan

konsep

matapelajaran umum dengan

agama Cara integrasi

lain

Sarana

Prasarana

Evaluasi

7 program

unggulan, ialah:

tahsin, tahfizh,

B.Inggris, B.Arab,

qiroatul kutub,

timur tengah,

eksakta dan sains

Isi Tujuan

Page 134: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

116

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Inovasi kurikulum pesantren dalam tiga tinjauan, yakni tinjauan

pengembangan kurikulum, tinjauan kurikulum terintegrasi, dan tinjauan

program unggulan.

2. Konsep kurikulum yang diimplementasikan di Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia-Cirebon dalam inovasi kurikulum pesantrennya merupakan kurikulum

dengan konsep kurikulum holistis. Dinyatakan sebagai kurikulum dengan

konsep kurikulum holistis karena kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia sangat memperhatikan lingkup akademik, materi dan proses belajar

mengajar dalam rangka mewujudkan pendidikan intelektual.

Kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan Mulia sangat humanis,

begitu memahami kekuatan dan potensi santri sebagai sentral aktivitas

pendidikan dengan menekankan kepada integrasi aspek afektif meliputi emosi,

sikap, dan nilai; aspek kognitif kecakapan pengetahuan dan kecakapan

intelektual, yang tercermin dalam prilaku keseharian penuh sopan santun dan

budi luhur di samping prestasi akademis.

Kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan mulia adalah rekonstruksi

sosial atas pesantren dalam pola pikir, membentuk pola pikir baru santri dalam

kemampuan berinteraksi bukan hanya dengan lingkungan pendidikannya

bersama guru, sesama santri, dan tenaga pendidikan lainnya, akan tetapi lebih

jauh dari itu, membentuk pola pikir mereka untuk peduli terhadap lingkungan

sekaligus turut andil memberikan solusi problem-problem kehidupan

masyarakat, ini dibuktikan dengan misalnya: sekolah pendidikan politik,

pesantren advokasi janda, launching game education centre, dan pola pikir

lulusan SMK untuk kembali melanjutkan pendidikan demi mempekerjakan

bukan menjadi pekerja.

Kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan Mulia begitu mendorong

santri dalam tiap tingkatan untuk cakap dalam memanfaatkan teknologi, baik

perangkat keras maupun perangkat lunak dalam rangka menunjang efisiensi

dan efektivitas pendidikan, sekaligus dalam upaya mendukung syiar Islam.

Studio Broadcast dan ruang IT merupakan bukti komitmen kuat untuk

memupuk semangat santri dalam hal ini.

3. Inovasi kurikulum pesantren di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia turut

mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan logika berpikir bahwa

kurikulum yang direncanakan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia sesuai

dengan visi-misi global pesantren, visi-misi global pesantren sejalan dengan

panca jiwa pesantren, dan panca jiwa pesantren sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional yang mendambakan lahirnya anak bangsa sebagai

generasi penerus bangsa yang berkarakter kuat.

Page 135: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

117

B. Saran-saran

Inovasi dalam sifat dan cirinya, tidak lepas dari kekurangan di samping adanya

kelebihan. Mengingat genealogi kurikulum pesantren yang panjang, bahkan

penggunaan referensi yang lebih komprehensif juga menelan waktu berabad-abad,

maka kepada pihak pesantren sudilah kiranya mempertimbangkan penambahan

referensi kitab yang digunakan oleh para santri untuk memperkaya pengetahuan

terhadap khasanah kitab kuning.

Metode sorogan diakui oleh para pakar sebagai metode lama dengan banyak

keunggulan. Pihak pesantren dapatlah kiranya mempertimbangkan untuk memasukkan

kembali metode sorogan sebagai metode khas pesantren yang membangun terjalinnya

interaksi dan komunikasi menjembatani karakteristik komunal manusia, diperkaya

dengan metode yang saling membangun menguatkan satu dengan yang lain. Bahkan,

mengasah nalar kritis dan budaya literasi.

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia menerapkan program unggulan dalam

kurikulum pesantren yang dikenal dengan sistem cluster. Jika ditilik dari ketentuan

Peraturan Menteri Agama No. 13 Tahun 2014, kurikulum semacam ini tidak terdukung

secara kokoh oleh regulasi. Oleh karena itu, memperhatikan segi positifnya, mohon

kepada pemerintah, dalam hal ini menteri agama untuk mempertimbangkan

pengaturannya dalam regulasi resmi.

Program akselerasi diimplementasikan oleh Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia dengan jalan hanya mengajarkan pelajaran-pelajaran yang di UN kan di sekolah.

Artinya ada beberapa pelajaran yang tidak di UN kan tidak disampaikan di kelas dan

ditempuh dengan pemberian modul pada santri untuk dipelajari. Hal ini menimbulkan

kesan kucing-kucingan dengan dinas pada saat pelaporan, karena dinas menghendaki

pelajaran lengkap. Hal ini tentu mesti diupayakan solusi dengan regulasi yang jelas

sehingga kebijakan institusi dalam hal ini sekolah tidak bersinggungan dengan

regulasi.

Evaluasi menuju pencapaian produk, dengan tercapainya prestasi; effect,

dengan adanya kurikulum yang dapat mempengaruhi prilaku santri dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi; impact, kurikulum yang dapat memberikan pengaruh

bukan hanya pada guru, santri, dan tenaga kependidikan lainnya, tetapi sekaligus pada

masyarakat. Khusus pada kurikulum sistem cluster dapatlah kiranya dipertimbangkan

untuk menyatukan evaluasi terhadap keberhasilan pencapaian santri dalam beberapa

program tersebut dalam satu bentuk buku raport untuk memudahkan.

Page 136: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

118

REFERENSI:

Referensi dari Buku

Abdullah, Amin. 2008. Desain Pengembangan Akademik IAIN Menjadi UIN Sunan

Kalijaga dari Pendekatan Dikotomis-Anatomis ke Arah Integratif-Interdisiplinary

dalam Bagir, Zainan Abidin. Integrasi Ilmu dan Agama. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Affandi, Mochtar. 2008. Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren. Bekasi: Pustaka

Isfahan.

Ahmadi. 2013. Manajemen Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup. Yogyakarta: Pustaka

Ifada.

Ali, Muhammad. 2008. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Arifin, M. 2003. Ilmu Perbandingan Pendidikan. Jakarta: Golden Terayon Pers.

Arifin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

___________. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Athiyah, Muhammad. 1969. Al-Tarbiyah Wafalasifuhu. Mesir: al-Halaby.

Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam; Tradisi Modernisasi di Tengah Tantangan

Millenium III. Jakarta: Kencana.

Banawi, Imam. 1993. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam. Surabaya: al-Ikhlas.

Basri, Hasan. 2001. Pesantren: Karakteristik dan Unsur-unsur Kelembagaan, dalam

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di

Indonesia. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Bugin, B. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu

Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Prenada Media Grup.

Cresswell, J.W. 1988. Qualitative Inquiry and Design Choosing Among Five Traditions.

California: SAGE Publication.

Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dawam, Ainurrafiq dan Ahmad Ta’arifin. 2005. Manajemen Madrasah Berbasis

Pesantren. Yogyakarta: Lista Farista Putra.

Dhofier, Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai.

Jakarta: LP3ES.

Djazuli, Ahmad. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Page 137: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

119

Dokumen Kurikulum 2013. 2012. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Edquist, Charles. 2001. Knowledge, Complexity, and Innovation System. Springer.

Fathurrohman, Pupuh. 2000. Keunggulan Pendidikan Pesantren: alternatif Sistem

Pendidikan Terpadu Abad XXI. Bandung: Paranatha.

Fauzan. 2017. Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: GP. Press.

Fauzan dan Sayuti, Wahdi. 2012. Panduan Integrasi Kultur Kepesantrenan Kedalam Mata

Pelajaran. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Hadrawi, Ulil. 2018. Ngabsahi. Dalam Ensiklopedi Islam Nusantara. Jakarta: Direktorat

Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam.

Hamalik, Oemar. 2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Kerjasama SPs

UPI dengan PT. Remaja Rosdakarya.

______________. 2013. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

______________. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

______________. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan T. dan Barizi, A. 2004. Membuka Jendela Pendidikan: Mengurai Tradisi dan

Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Heri, Noer Aly dan Munzier. 2002. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Priska Agung Insani.

Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT.

Rosdakarya.

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Hiroko, Horikoshi. 1985. Kyai dan perubahan Sosial. Jakarta: P3M.

Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktek. Yogyakarta: ar-Ruzz

Media.

Kertanegara, Mulyadi. 2005. Integrasi Ilmu; Sebuah Rekonstruksi Holistik. Bandung:

Mizan Pustaka.

Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and The Development of Thinking. Belmont, CA:

Wadsworth.

Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. London: SAGE Publication.

M. Rogers, Everett. 1987. Diffusion of Innovations. Free Press. University of Michigan.

Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren. Sebuah Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Mansur. Moralitas Pesantren: Meneguk Kearifan dan Telaga Kehidupan. Yogyakarta:

Safiria Insani Press.

Page 138: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

120

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Masudi, Idris. 2018. Pegon. Dalam Eksilopedi Islam Nusantara. Jakarta: Direktorat

Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam.

Masyhud, Sulthon dan M. Khusnuridlo. 2005. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta:

Diva Pustaka.

Maunah. 2009. Tradisi Intelektual Santri dalam Tantangan dan Hambatan Pendidikan

Pesantren di Masa Depan.

Musfah, Jejen. 2016. Tips Menulis Karya Ilmiah. Makalah, Penelitian, Skripsi, Tesis &

Disertasi. Jakarta: Kencana.

Mustafa A. dan Aly, Abdullah. 1998. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung:

CV. Pustaka Setia.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nahrawi, Amirudin. 2008. Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Yogyakarta: Gama

Media.

Najib, Ala’i. 2018. Santri. Dalam Ensiklopedi Islam Nusantara. Jakarta: Direktorat

Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam.

Nashir, M. Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Nasution, S. 2008. Azas-azas Kurikulum. Cet. VIII. Jakarta: Bumi Aksara.

Nata, Abudin. 2012. Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya. Jakarta:

Rajawali pers.

Nurgiantoro, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta:

BPFE IKIP.

Nurhayati, Anin. 2010. Kurikulum Inovasi. Telaah Terhadap Pengembangan Kurikulum

Pendidikan Pesantren. Yogyakarta: Teras.

Olive, Peter F. 1982. Developing The Curriculum. Canada: Boston Little Brown and

Company.

Ornstein, Alan C dan Francis P. Hunkins. 2009. Curriculum: Foundation, Principles, and

Issues. Boston: Allyn & Bacon.

Patton, Michael Quinn. 1991. How to Use Qualitative Methodes in Evaluation. London:

SAGE Publication.

Qomar, Mujamil. 2009. Pesantren, dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi. Jakarta: Erlangga.

Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain, dan Aplikasi. Alih Bahasa

Yusuf Udaya. Jakarta: Arcan.

Page 139: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

121

Saeful Muhtadi, Asep. 2004. Komunikasi Politik Nahdlatul Ulama: Pergulatan Pemikiran

Radikal dan Akomodatif. Jakarta: LP3ES.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Soebahar, Abdul Halim. 2013. Modernisasi Pesantren. Yogyakarta: LKiS.

Soetopo dan Soemanto. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai

Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Subandijah. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 1996. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah. Bandung: Sinar

Baru Algresindo.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Dilengkapi dengan Contoh Proposal

dan Laporan Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukamto. 1999. Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Sukarno. 2012. Budaya Politik Pesantren: Perspektif Interaksionisme Simbolik.

Yogyakarta: Interpena.

Sukiman. 2015. Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Pengembangan Kurikulum: Teori dan praktek.

Bandung: Rosdakarya.

Supriadi, Dedi. 2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen; Implikasi pada Strategi Pemasaran.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryosubroto. 2005. Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Tafsir, Ahmad. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tidjani, Djauhari. 2008. Masa Depan Pesantren, Agenda yang Belum Terselesaikan.

Jakarta: Taj Publishing.

Tilaar, H.A.R. 2005. Standarisasi Pendidikan Nasional dan Tinjauan Kritis. Jakarta:

Rineka Cipta.

Triantoro. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Tolkhah, Imam dan Ahmad Barizi. 2004. Membuka Jendela Pendidikan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Uhbiyati, Nur. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Page 140: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

122

Umiarso dan Zazin Nur H. 2011. Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan. Semarang:

Rasail Media Grup.

Wahid, Abdurrahman. 2001. Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren. Yogyakarta:

LkiS.

_________________. 2010. Prisma Pemikiran Gus Dur. Yogyakarta: LkiS.

Widyastono. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Bumi

Aksara.

Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.

Zamroni. Reformulasi Sistem Pendidikan Pesantren dalam Mengantisipasi Perkembangan

Global.

Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Referensi dari Jurnal

Abdullah. 2016. Kurikulum Pesantren dalam Perspektif Gus Dur (Suatu Kajian

Epistemologis). Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 4 N0. 2.

Abdullah, Anzar. 2007. Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sepanjang Sejarah (Suatu

Tinjauan Kritis Filosofis. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 13 (66), h. 340-361.

Adawiyah, Rabiatul. 2016. Integrasi Sains dan Agama dalam Pembelajaran Kurikulum

PAI; Perspektif Islam dan Barat Serta Implementasinya. Jurnal Al-Banjari, Vol.

15, No. 1, Januari-Juni, h. 99-124.

Afiful Hair, Moh. 2017. Reformulasi Pendidikan Pesantren dalam Dialektika Konteks

Masyarakat Global. Jurnal Tadris Vol. 12 No. 1.

Damanhuri, Ahmad; Mujahidin, Endin; dan Hafidhuddin, Didin. 2013. Inovasi

Pengelolaan Pesantren dalam Menghadapi Persaingan di Era Globalisasi.

Ta’dibuna, Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2 No. 1.

Fudholi, Muh. 2015. Reformulasi Kurikulum Pesantren dalam Rangka Meningkatkan

Kualitas Pendidikan di Pondok Pesantren. Jurnal Ulumuna Vol. 1 No. 1.

Halil, Hermanto. 2015. Inovasi Kurikulum Pesantren dalam Memproyeksikan Model

Pendidikan Alternatif Masa Depan. Ulumuna, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1, No.

2, Desember.

Hasan, Muhammad. 2015. Inovasi dan Modernisasi Pendidikan Pondok Pesantren. Jurnal

Sosial dan Budaya Keislaman, Vol. 23, Nomor 2, Desember.

Ikhwan, Afiful. 2014. Integrasi Pendidikan Islam; Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran.

Jurnal Ta’allum, Volume 02, Nomor 2, November, h. 179-194.

Sholihin, Mohammad Muchlis. 2011. Modernisasi Pendidikan Pesantren. Jurnal Tadris,

Volume 6, Nomor 1, Juni.

Page 141: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

123

Nur Ahid. 2006. Konsep dan Teori Kurikulum dalam Dunia Pendidikan, Islamica, Vol. 1,

No. 1, September.

Referensi dari Tesis dan Disertasi, serta Makalah Ilmiah

Anwar, Ali. 2008. Pembaharuan Pendidikan di Pesantren. Studi Kasus Pesantren Lirboyo

Kediri. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Disertasi.

Rosyadi, Mundzir. Dinamika Kurikulum Pesantren. Makalah Konseptual Pendidikan

STAIN Jember.

Suraedah, Lia. 2017. Pengembangan Kurikulum Keagamaan di Pesantren (Studi Kualitatif

Kurikulum Keagamaan di Pesantren al-Hamidiyah Sawangan Depok). Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah. Tesis Program Magister PAI FITK.

Tamami, Ahmad. 2017. Manajemen Kurikulum Pesantren Mahasiswa dalam Membentuk

Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Intelektual Mahasiswa (Studi Multi Situs di

Pesantren Mahasiswa al-Hikam dan Pesantren Mahasiswa Firdaus, Malang-

Jawa Timur. Tesis Program Magister Studi Ilmu Agama Islam Pascasarjana UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang.

Yudhyarta, Deddy Yusuf. 2013. Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Tinggi Islam di

Indonesia (Telaah Kritis Pemikiran Harun Nasution). Tesis Program Pascasarjana

UIN Sultan Syarif Kasim RIAU.

Zulmiadi, M. 2018. Strategi Pengembangan Kurikulum Pondok Pesantren (Studi Kasus di

Pondok Pesantren an-Nur II al-Murtadlo Bululawang, Malang. Malang: UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang. Tesis Program Magister Studi Islam

Interdisipliner.

Referensi dari Peraturan dan Perundangan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan

Agama dan Keagamaan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar nasional

Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 16 tahun 2019 tentang Penataan

linieritas yang Bersertifikat Pendidik.

Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam.

Page 142: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

124

Referensi dari Internet

http//www.uinjkt.ac.id/id./Jawi-dan-Pegon/

http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/22/16435087/kurikulum.tak.lepas.

dari.aspek.politik.

file://accounts/1000/removable/sdcard/Bina-Insan-Mulia-Pesantren-Berwajah-Etnik-di-

Cirebon diakses pada 1 November 2018 Pukul 11.49 WIB

file://account/1000/removable/sdcard/Pesantren Bina Insan Mulia Komplek Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia Jl. KH. Anas Sirojuddin Sumber 2018. html diakses pada 21

November 2018 Pukul 19.32 WIB

file//accounts/1000/removable/sdcard/Pesantren-Bina-Insan-Mulia-Cirebon-Siapkan-

Santri-Profesional-di-Bidang-Broadcast-Pertelevisian-Tribunnews.com.mobile.html

diakses pada 18 Januari 2018 Pukul 11.53

https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/12/terobosan-global-madrasah-aliyah-

unggulan-bertaraf-internasional-bina-insan-mulia-cirebon diakses pada 17 Desember 2019

ltnujabar.or.id diakses pada 22 Desember 2019 Pukul 8.00 WIB

accounts/1000/shared/documents/SMP IT Bina Insan Mulia-Pesantren Bima.com.html.

diakses pada 22 Desember 2019 Pukul 9.30 WIB

Page 143: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

125

Lampiran 1

Transkrip Wawancara

TRANSKRIP WAWANCARA

INOVASI KURIKULUM PESANTREN: UPAYA MEWUJUDKAN TUJUAN

PENDIDIKAN NASIONAL

(Studi Kasus pada Pondok Pesantren Bina Insan Mulia-Cirebon)

Informan : Ustadz Saeful Mustajab, S.Pd.

Jabatan : Direktur Pondok Pesantren merangkap Waka Kurikulum SMPIT

Tempat : Makbarah Pondok Pesantren

Waktu : Pukul 13.30-13.50 WIB, 10 September 2019

1. Siapakah nama Ustadz?

Jawaban: Saeful Mustajab

2. Di mana tempat tinggal Ustadz?

Jawaban: di sini, Cisaat, asli Babakan Ciwaringin, lahir di Majalengka

3. Apakah pendidikan terakhir Ustadz?

Jawaban: SI PAI, Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin al-Ayyubi (STAISA)

Jakarta

4. Sudah berapa lama Ustadz menjabat sebagai direktur pondok pesantren?

Jawaban: sudah tiga tahun mulai 2015

5. Sejak kapan pondok pesantren Bina Insan Mulia didirikan?

Jawaban: 2012. Bulan dan tanggalnya sesuai dengan piagam SK

6. Apakah yang melatarbelakangi berdirinya pondok pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: dulunya di sini salaf ya, santri kalong, hanya beberapa. Awalnya putera

bungsu KH. Anas Sirojuddin, yakni KH. Imam Jazuli diminta pulang oleh bapaknya

untuk mengurus pondok. Tapi, KH. Imam Jazuli tidak mau, kemudian mau pulang

dengan catatan semua kebijakan terkait pondok pesantren ada pada kendalinya.

Sebelum menjadi seperti sekarang, dulu dikenal sebagai pesantren al-Ikhlash dan

beberapa santri al-Ikhlash sekarang menjadi tokoh masyarakat

7. Apa visi dan misi pondok pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: di sini sama, pondok pesantren dan sekolah memiliki visi global yang sama

8. Kurikulum apa yang diterapkan di pondok pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: untuk kurikulum berarti semi modern, menggunakan program, tidak

menggunakan kelas. Karena pelajaran kitabnya sudah di kelas. Selain itu di sini

menggunakan program, ya seperti takhasus lah, ada Bahasa Inggris, Bahasa Arab,

Qiraatul Kutub dan lain-lain

9. Apa tujuan dari penerapan kurikulum ini?

Jawaban: supaya berhasil. Kelihatan. Karena setiap program di sini kan ditarget. Kalau

di tempat lain kan yang penting jalan saja, terus kalau sudah tamat ya sudah. Kalau di

sini semua ditarget dan berkelanjutan

10. Apa sasaran dari penerapan kurikulum ini?

Jawaban: sasaran ke ustadznya juga, ke santri juga. Karena sistem Kiai, di sini kan

pengkaderan. Ustadz di sini kan nanti bisa jadi kiai punya pesantren sendiri, nah

Page 144: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

126

diharapkan menjadi mengerti kurikulum di sini itu seperti apa, jadi ustadznya juga

memahami, terus ke anak-anak juga

11. Apakah ada kaitan Antara visi-misi dan kurikulum yang diterapkan?

Jawaban: ada. Ada kaitannya, diantaranya membangun generasi yang kuat dalam skill

12. Apakah ada kaitan Antara visi-misi, kurikulum yang diterapkan, dan tujuan pendidikan

nasional?

Jawaban: pasti. Kalau pendidikan nasional kan ke outputnya, kebanyakan kan tidak

dijelaskan cara untuk mewujudkan outputnya. Kemudian rencana pengkaderan kan

tercapai juga, untuk menjadikan kiai, muballigh, ada seleksi dengan kriteria minimal

aktif, tidak melanggar peraturan, dan nilai akademis yang bagus

13. Apa nilai kebaruan dari kurikulum ini?

Jawaban: kurikulum di sini, boleh dibilang baru kita aja yang punya sistem seperti ini,

seperti program cluster dan akselerasi, ditarget. Kalau di tempat lain kan berjalan

sekian tahun tanpa target yang jelas

14. Apa kekhasan dari kurikulum ini?

Jawaban: yang khas di sini adalah yang di pondok lain tidak ada di sini ada. Yang di

pondok lain tidak boleh di sini boleh, nonton TV, renang, berkuda, kita juga ada

homestay ke luar negeri, program lanjutan ke luar negeri dari sekolah, nonton bioskop,

pokoknya pondok pesantren Bina Insan Mulia berbeda dengan pondok pesantren lain.

Yang unik di sini Kiai memikirkan betul ketika anak mau lulus. Kebanyakan kan

terserah, kalau Kiai di sini benar-benar mengarahkan, bahkan memberikan beasiswa

untuk yang berminat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tapi mengalami

kesulitan biaya

15. Apakah ada kegiatan ekstra kurikuler di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: untuk ekskul diantaranya silat, futsal, Voli, basket, berkuda, renang, ada juga

yang non fisik seperti khat, band, hadrah, kewanitaaan terjadual setiap hari minggu.

Ekskul menjadi wilayah kewenangan pondok karena di sini kan ada sekolah dan

pondok sedangkan sekolah di sini itu sebagai pelengkap, yang utama pondok, sehingga

direktur pondok yang ditunjuk Kiai memegang kendali pondok, misal karena santri

dibutuhkan untuk membantu kegiatan pembangunan fasilitas pondok, direktur bisa saja

meliburkan kegiatan sekolah

Page 145: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

127

Informan : Ustadzah Siti Zahro, S.Pd.I.

Jabatan : Kepala Sekolah SMK Bina Insan Mulia

Tempat : Ruang Guru

Waktu : Pukul 10.56 WIB – 11.24 WIB, 9 September 2019

1. Siapakah nama Ustadzah?

Jawaban: Siti Zahro

2. Di mana tempat tinggal Ustadzah?

Jawaban: Tempat tinggal biasanya saya sih di sini, dan domisili sih di blok

Kalimati, Walahar, Gempol

3. Apa pendidikan terakhir Ustadzah?

Jawaban: Pendidikan terakhir SI Tarbiyah PAI

4. Sudah berapa lama Ustadzah menjabat sebagai Kepala Sekolah SMK Bina Insan

Mulia?

Jawaban: Saya untuk menjabat sekolah dari 2017. Ya, berarti ya tiga tahun, mau

berjalan tiga tahun

5. Sejak kapan SMK Bina Insan Mulia didirikan?

Jawaban: SMK Bina Insan Mulia didirikan tahun 2012, Juli 2012. Itu pertama kali

jurusan Broadcasting, Pertelevisian

6. Apa yang melatarbelakangi berdirinya SMK Bina Insan Mulia?

Jawaban: Untuk SMK itu latar belakang berdirinya itu kita punya visi bahwa SMK

ini tidak boleh sama dengan SMK lainnya. Biasanya SMK itu kan setelah selesai

orientasinya bekerja, justeru kita ingin lulusan kita melanjutkan ke jenjang yang

lebih tinggi. Makanya caution kita kan “your future is my vision”. Jadi kita

memang sampai detail dari mereka lulus, kita mempersiapkan. Jangan sampai kita

hanya mencetak pekerja, kita ingin mencetak ulama dan umara, merubah mindset

wali santri juga bahwa sudah saatnya menjadi pemimpin, bukan hanya sebagai

pekerja. Karena SMK kan programnya sebenarnya bagus.

7. Bagaimana sejarah SMK ?

Jawaban: untuk foundernya sendiri ya tentu KH. Imam Jazuli, Lc., M.A. awalnya

itu kok kita lemah ya, para santri di bidang media. Nah, akhirnya bagaimana kalau

kita mendirikan sekolah di bidang media untuk meluaskan media santri.

Broadcasting saat itu baru 2-3 SMK di Jawa Barat. Ketika sudah bagus media, oh

teknologi juga perlu ditingkatkan, muncul Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

Adanya jurusan Keperawatan itu sebetulnya kita multifungsi kan saja sih. Karena

UKS dan Pusat Kesehatan Pesantren (Puskestren) tidak ada yang menangani. Jadi

sekarang anak-anak pesantren, melalui UKS dan Puskestren yang mengurusi ya

itu, keperawatan

8. Apa visi-misi SMK ?

Jawaban: Output, lebih ke penguatan skill sih sebenarnya. Visi misi secara global

seluruh lembaga di Pesantren Bina Insan Mulia ya, seperti yang ada di ruang guru

ini

9. Kurikulum apa yang diterapkan di SMK Bina Insan Mulia?

Jawaban: untuk kurikulum, sebetulnya kita merujuk kepada kurikulum berbasis

pesantren, Cuma memang kurikulum kita tidak sama dengan dinas. Bukan berarti

pelajaran dinas tidak ada di sini. Kita lebih ke reduksi. Pelajaran yang tidak terlalu

dipentingkan dalam arti siswa bisa mempelajarinya sendiri diberikan modul, tidak

diajarkan di kelas. Semua pelajaran pesantren masuk di sekolah. Jadi, di luar

sekolah itu program bentuknya. Kalau di sekolah itu 1. Pelajaran yang di UN kan;

Page 146: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

128

2. Pelajaran kejuruan; 3. Pelajaran pesantren. Selain itu tidak ada pelajaran di

kelas. Artinya pelajaran mandiri. Program clusternya, untuk anak SMK

dipisahkan. Untuk kelas X, fokus ke hafal juz’amma dan hafal tahlil, itu program

di luar kelas ya. Terus kayak misalnya khutbah, itu dilakukan mingguan. Kalau

kelas XI, kita middle lah. Itu sudah mulai pengerucutan ya. Ada Qiraatul kutub,

Bahasa Inggris atau Bahasa Arab, Eksakta (namun eksakta tidak wajib untuk

SMK). Kemudian program Timur Tengah di kelas XII. Pokoknya pengennya ke

mana nanti dipersiapkan. Misal mau ke Mesir, maka di kelas XII dibekali

kemampuan Bahasa Arab, Qiraatul kutub, Tahfizh dan pembahasan soal-soal tes

ke Mesir. Dalam artian kelas persiapan itu adalah pemantapan materi. Untuk

sekarang ini ada kelas persiapan Timur Tengah dan PTN, sedangkan TOEFL itu ya

bentuknya option saja. Untuk sistem akselerasi, SMK juga menerapkan. Untuk

kurikulum yang harusnya tiga tahun, kita selesaikan dua tahun di kelas X dan XI.

Caranya pelajaran yang penting dari kelas XII kita ambil lalu kita ajarkan di kelas

XI. Jadi pas kelas XII tidak belajar lagi. Mereka fokus untuk yang mau ke Timur

Tengah ya Program Timur Tengah, yang mau ke PTN ya program PTN

10. Apa tujuan dari penerapan kurikulum ini?

Jawaban: tujuannya kita pengen beda dari lainnya. Kayak misalnya kita pengen

cetak kader itu ya jadi pemimpin, untuk kembali ke masyarakat. Jadi, jangan

sampai setelah lulus dari sini, ga bisa gabung ke masyarakat, outputnya diharap

jadi leader. Oleh karena itu oh iya, kelas XII ada keterampilan mengurus jenazah

11. Apa sasaran dari penerapan kurikulum ini?

Jawaban: banyak alumni-alumni menyebar ke seluruh dunia dengan membawa

manhaj ahlussunnah wal jama’ah

12. Apakah ada kaitan Antara visi-misi dan kurikulum yang diterapkan?

Jawaban: ada, keterkaitan Antara kurikulum dengan visi-misi, outputnya. Karena

itu, dibuat kurikulum yang sesuai dengan outputnya. Yang mau ke Turki misalnya,

ada Bahasa Turki

13. Apakah ada kaitan Antara visi-misi, kurikulum yang diterapkan, dan tujuan

pendidikan nasional?

Jawaban: pastinya berkaitan. Contoh untuk karakter di pesantren diajarkan

Akhkak, Fiqih, Tauhid, al-quran dan Hadis. Kelas X belajar Arba’in Nawawi

(hadis), Ta’lim al-Muta’allim (akhlak), Aqidah al-‘Awwam (tauhid), dan Safinah

(fiqih); kelas XI Tanqih al-Qaul dan Riyadl al-Shalihin (hadis), Taisir al-Khallaq

(akhlak), Jawahir al-Kalamiyyah (tauhid), dan Taqrib (fiqih); sedangkan kelas XII

mempelajari praktik ibadah dan keterampilan mengurus jenazah. Kalau

dibandingkan dengan dulu, memang banyak perubahan. Dulu banyak sekarang

dikurangi sesuai kebutuhan. Untuk kitab-kitab lain dibacakan dan dikaji oleh pak

Kiai di ngaji pasaran dan ngaji wetonan bada maghrib untuk santri dan para ustadz

dan ustadzah

14. Apa nilai kebaruan dari kurikulum ini?

Jawaban: yang barunya jelas, kitab pelajaran pesantren masuk ke sekolah,

pelajaran yang tak di UN kan direduksi, merubah mindset SMK untuk bekerja

menjadi SMK melanjutkan kuliah. Bahkan Kiai menyatakan kalau ada orangtua

menghendaki santri setelah selesai SMK di sini untuk bekerja, tidak usah sekolah

SMK di Bina Insan Mulia

15. Apa kekhasan dari kurikulum ini?

Page 147: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

129

Jawaban: kekhasannya simple, langsung pada titik sasaran, belajar lebih santai,

tidak terlalu banyak matapelajaran. Digabungkan dalam pendidikan di kelas antara

santri putera dan puteri dengan catatan ada pengawasan ustadz atau ustadzah.

Informan : Dr. Ferry Muhammadsyah Siregar, Lc., M.A.

Jabatan : Kepala Sekolah MAUBI (Madrasah Aliyah Unggulan Bertaraf

Internasional Bina Insan Mulia)

Tempat : Masjid Putera

Waktu : Pukul 12.34-12.55 WIB, 12 September 2019

1. Siapakah nama Ustadz?

Jawaban: Ferry Muhammadsyah Siregar

2. Di mana tempat tinggal Ustadz?

Jawaban: di pondok

3. Apa pendidikan terakhir Ustadz?

Jawaban: SI al-Azhar, S2 UGM dan Temple University, S3 UGM

4. Sejak kapan Ustadz menjabat sebagai Kepala Sekolah MAUBI?

Jawaban: awal januari ya, 2019

5. Sejak kapan MAUBI didirikan?

Jawaban: ini sudah berjalan tahun ke tiga, tahun ke tiga itu ya berarti berdiri tahun

2017

6. Apa yang melatarbelakangi berdirinya MAUBI ?

Jawaban: latar belakangnya itu adalah keinginan Kiai pendiri pesantren

menciptakan semacam generasi-generasi unggulan lah ya, dikumpulkan anak-anak

cerdas, pintar supaya bisa dididik dan diarahkan untuk melanjutkan SI ke luar

negeri, dalam negeri juga ada, jadi fokusnya lebih diarahkan ke visi global

7. Bagaimana sejarah MAUBI ?

Jawaban: saya masuk itukan baru 2018. Saya mulai melihat, dan yang paling

utama itu ya pak Kiai ya. Saya masuk itu pulang dari Amerika. Saya dulu post

doctoral di Florida, pulang dari sana saya ada keinginan untuk membekali anak

Indonesia, khususnya kalangan santri untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri.

Saya keliling untuk promosi, bagaimana cara meraih beasiswa dan macam-macam.

Saya ketemu pak Kiai. Kiai bilang biar saya di pondok nanti anak-anak Bina Insan

Mulia yang bisa melanjutkan ke luar negeri. Mulai pembicaraan itu, ya, mulai kita

untuk ya beliau sudah mempersiapkan segala-galanya, formatnya. Posisi itu yang

saya pegang saat ini. Namanya unggulan ya, unggulan pesantren. Anak unggul

ranking 1-5 di sekolah masing-masing, baik SMP maupun MTs dicetak untuk ke

arah sana. Untuk mereka yang homeschooling bisa daftar dengan syarat mengikuti

tes IQ minimal ber IQ 110 bisa dipertimbangkan. Kejar paket tidak sama dengan

sekolah formal, oleh karena itu kami tidak menerima lulusan dari kejar paket

kecuali lulus tes IQ

8. Apa visi-misi MAUBI ?

Jawaban: kalau dari utamanya kita memang visi-misi kita global ya. Karena

outputnya yang pengin kita bentuk ya. Kalau lingkup lokal, kita mencetak murid

yang bisa berkiprah di kompetisi di tingkat lokal nasional, misal olimpiade sains

madrasah dan turut berperan meningkatkan pendidikan nasional karena MA itu di

bawah Kemenag, saya rasa kita turut berperan mensukseskan itu

Page 148: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

130

9. Kurikulum apa yang diterapkan di MAUBI?

Jawaban: kurikulum kita itu tetap mengacu ke pemerintah, khususnya kita pakai

yang kita ajarkan kurikulum yang di UN kan seperti: Bahasa Inggris, Bahasa

Indonesia, Matematika, Fisika, Biologi karena kita jurusan IPA ya. Kemudian

yang di agamanya ya seperti Bahasa Arab, Fiqih, SKI, Quran Hadis ya, jadi

kurikulum itu masih tetap diajarkan. Kemudian ada tambahan juga, khususnya

Bahasa Inggris, Tahfizh, Bahasa Arab. Jadi sebenarnya kurikulum departemen

agama, plus sebagian adopsi dari kurikulum Mesir, dari luar juga ada, kombinasi

kurikulum yang dibutuhkan. Kalau akselerasi, dua tahun yang pelajaran dari

pemerintah harus selesai , di tahun ke tiga mereka fokus yang ke Mesir, ke Turki,

kalau di dalam negeri ya dipersiapkan jalur SMPTN, UM dan lain-lain

10. Apa tujuan dari penerapan kurikulum ini?

Jawaban: sebenarnya kita mengarah ke output sesuai kebutuhan kita.

Kurikulumnya goalnya ke sana. Jadi enggak perlu lagi mereka belajar yang lain-

lain. Kurikulum dari pemerintah itu kalau menurut kita praktisi di dalam itu

kebanyakan ya. Tujuan lain kita pengin output semua melanjutkan ke luar negeri.

Meskipun ada yang SI di dalam negeri, saya harap S2 dan S3 ke luar negeri

11. Apa sasaran dari penerapan kurikulum ini?

Jawaban: sasarannya anak siap go internasional, bertarung di ranah internasional

12. Apakah ada kaitan Antara visi-misi dan kurikulum yang diterapkan?

Jawaban: memang kan harus, idealnya begitu. Di wilayah kurikulum, kurikulum

harus disesuaikan dengan visi-misi

13. Apakah ada kaitan Antara visi-misi, kurikulum yang diterapkan, dan tujuan

pendidikan nasional?

Jawaban: sebenarnya kaitan itu semuanya terkait. Diawali dengan kegelisahan

potret madrasah di Indonesia, perubahan mindset untuk SMK, mereka harus SI

dibantu dengan berbagai peluang beasiswa, dan perlu dicatat, pesantren ini salah

satu dari tak banyak yang membantu outputnya untuk melanjutkan ke universitas.

Makanya wisuda lulusan di sini menunggu mereka di kampus mana diterima

14. Apa kendala yang dihadapi dan solusi apa yang ditawarkan?

Jawaban: kendala itu hampir semua ya saya kira. Orang tua, di sini itu menengah

ke bawah ya. Kesulitan kita itu ya mereka tidak terpikir untuk sekolah tinggi-tinggi

ya. Namun bisa diatasi karena persentasenya mereka sudah ingin. Solusinya ya

mengakses beasiswa dengan beberapa syarat tertentu ya. Untuk yang orang tuanya

ada ya, bisa menempuh pendidikan ke luar negeri dengan biaya relatif murah,

seperti ke Mesir ya.

Page 149: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

131

Informan : Ustadz Makmun Aziz, S.Pd.I., kandidat Magister Manajemen Pendidikan

Jabatan : Pengampu Program Cluster + Akselerasi khusus Tahsin

Tempat : Ruang Guru

Waktu : Pukul 10.15-11.06 WIB, 10 September 2019

1. Siapakah nama Ustadz?

Jawaban: Aziz, Makmun Aziz

2. Di mana tempat tinggal Ustadz?

Jawaban: sama seperti Ibu Siti Zahro, di pondok, tapi asli sih Ciwaringin

3. Apa pendidikan terakhir Ustadz?

Jawaban: SI di Ma’had Aly Babakan Ciwaringin, di Abah Hud

4. Sejak kapan Ustadz menjabat sebagai pengampu program Tahsin?

Jawaban: sebenarnya di awal kan, program Tahsin sejak awal pondok pesantren ini ya

Tahsin dulu, adapun yang baru seperti Qiroati itu sistem yang baru sebenarnya. Karena

mungkin tahsin ini agak terlalu lama sih anak-anak itu kan dari awal. Mereka

bagaimana caranya kan untuk memfasihkan per huruf memperbaiki per kalimat kan

agak terkendala. Tapi semenjak adanya sistem baru seperti Qiroati ini Alhamdulillah

anak SMP membaca Quran ini banyak perubahan dibanding anak SMK juga

5. Kurikulum apa yang diterapkan dalam program Tahsin?

Jawaban: kalau kurikulum sepengetahuan saya kalau di sini kan tidak ada kurikulum,

lebih ke target, sebulan misal anak ini harus hafal dari a- Naas sampai al-Dhuha setelah

selesai lalu yang laki-laki meneruskan tahlil, untuk perempuan ada tambahan fiqih Nisa

ya, semacam praktik ibadah

6. Apa nilai kebaruan dari program Tahsin?

Jawaban: sebenarnya ada beberapa asatidz juga yang ditugaskan oleh pak Kiai untuk

studi banding. Kalau saya sendiri dari modern dan Alhamdulillah saya ngaji langsung

dengan pak Kiainya beliau kan dari Kempek juga untuk teknis-teknis sih ada beberapa

asatidz yang lebih paham, dari asatidz disampaikan ke pak Kiai, kemudian pak Kiai

menjadikan sebagai tupoksi buat ustadz yang lain, tidak ada hal-hal yang baru sih, sama

saja. Cuma pembedanya ada di Qiroati. Kalau Tahsin kelemahannya mungkin ada

beberapa anak yang dulunya ada sebagian mereka jarang ngaji. Tapi anak yang

sebelumnya pesantren, tahsin ini bisa ngejar. Dan sistem pengujian ini yang lebih unik

Kelebihannya nanti setelah selesai, orang tua langsung membuktikan keberhasilan

santri

7. Apa kekhasan dari program Tahsin?

Jawaban: kalau di Kempek kan Cuma diawasi pengajarnya untuk hasil anak. Kalau di

sini kan ada penilaian orang tua juga. Nanti ada penilaian atau pendapat dari beberapa

orang tua tentang anak, bu, silakan ibu nilai sendiri apakah sudah mencapai target atau

belum? kalau fiqih ibadah, fiqih nisa, orang tua juga diberikan soal untuk menguji

langsung anak

8. Apa strategi yang digunakan dalam rangka menerapkan kurikulum ini?

Jawaban: strategi yang sering digunakan oleh saya sendiri sesuai yang didapat dari pak

Kiai itu kan sistemnya nderes. Jadi, misal ada anak yang paham, mahir, dia harus

mengajarkan ke anak yang susah. Jadi misal saya megang 10 orang, saya mendampingi

ada anak ni susah, supaya tidak mengganggu sistem yang lain anak sebelum setor ke

saya nderes dulu ke teman yang sudah bisa. Jadi dia di tekan supaya bisa. Kita juga

pakai metode mendengarkan rekaman ngaji yang kita dapat dari qari di Kempek.

Berkali-kali anak diminta untuk mendengarkan sampai paham. Lalu binnazhar itu ada

Page 150: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

132

target sebelum pindah ke al-Quran, jadi dimulai dari juz 27 sampai selesai, baru al-

Fatihah

9. Apa sarana yang dibutuhkan dalam rangka menunjang penerapan kurikulum ini?

Jawaban: sistem itu sebenarnya saya belum ada. Paling sistemnya target. Satu semester

selesai. Misal ternyata anak tidak bisa mencapai target, bisa diserahkan ke ustadz

khusus sampai si anak bisa. Sarananya dengan video

10. Bagaimana evaluasi dari kurikulum ini?

Jawaban: evaluasi saya paling ya, karena saya manusia biasa, ya pak ya, tidak lepas dari

kendala, kita di sini kan ada tiap malam jumat rapat evaluasi. Nanti apa yang tidak bisa

saya selesaikan, saya limpahkan ke direktur, bagaimana anak ini supaya bisa

menyelesaikan program Tahsin. Untuk evaluasi harian kita ada buku seperti buku

prestasi. Misalkan kurang bagus bacaan shad atau sin mereka buat buku sendiri, tapi ada

paraf pengajar, belum ada yang dicetak khusus, karena terbatas jumlah dan waktu

Informan : Ustadz Dr. Fery Muhammadsyah Siregar dan Ustadz Saptono, Lc., M.A.

Jabatan : Kordinator Program Bahasa Arab (program cluster)

Tempat : Masjid Putera

Waktu : Pukul 13.00-14.30 WIB, 9 April 2019

1. Apa yang menjadi faktor pendorong lahirnya program Bahasa Arab?

Jawaban: yang mendorong lahirnya program Bahasa Arab sebagai salah satu program

Cluster ialah niat kiai untuk merubah Bahasa Arab menjadi Masyhur. Nilai kompetitif

tidak berpengaruh terhadap munculnya program ini sebagai salah satu bentuk inovasi

2. Apa tujuan didirikannya program Bahasa Arab?

Jawaban: tujuan didirikannya program Bahasa Arab adalah disamping sebagai

pengenalan Bahasa Arab, persiapan program Timur tengah, juga sebagai sarana

mencetak alumni yang mampu berkiprah di kancah internasional

3. Berapa jumlah pengampu Program Bahasa Arab?

Jawaban: ada lima orang, saya sendiri, terus Ustadz Saptono, Ustadz Mansyur, Ustadz

Samsul, dan Ustadz Bawazier

4. Bagaimana Kurikulumnya?

Jawaban: kurikulumnya, untuk Madrasah Unggulan Bertaraf Internasional Bina Insan

Mulia dan Sekolah Menengah Kejuruan Bina Insan Mulia menggunakan al-Arabiyyah

al-Mu’ashirah, sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Bina

Insan Mulia disamping menggunakan al-Arabiyyah li al-Nasyi`in, juga memakai al-

Durus al-Awwaliyyah fi Ta’allumi Lughatil ‘Arabiyyah lighairi al-Nathiqin laha yang

ditulis oleh Ustadz Saptono. Jadual program pagi pukul 6.00-7.30 WIB, lalu Bada

Ashar, dan Bada Isya, untuk tingkat SMP tidak ada ujian, sedangkan untuk MA dan

SMK ada ujian setelah menyelesaikan beberapa bab tertentu.

5. Bagaimana Evaluasi Program ini?

Jawaban: untuk evaluasi kita ada tajribat yang dinilai oleh Ustadz pengampu,

kemudian dibahas dan didiskusikan. Ada juga tajribat Syafahi yang disaksikan

langsung oleh orang tua atau wali santri

6. Tantangan atau kendala apa yang ditemui dalam program ini?

Jawaban: karena rutinitas yang dihadapi, terjadi semangat santri peserta program turun

7. Apa solusi yang ditawarkan?

Page 151: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

133

Jawaban: solusi yang kami tawarkan ya, membuat metode yang membuat anak enjoy,

juga mengajak refreshing, misal dengan program nonton film di bioskop dengan tema

film yang disesuaikan

Informan : Mr. Maulana

Jabatan : Kepala sekaligus Pengampu Program Bahasa Inggris (Cluster System)

Tempat : Ruang Broadcast

Waktu : Pukul 16.30-17.15 WIB, 9 April 2019

1. Apa yang menjadi faktor pendorong lahirnya program Bahasa Inggris?

Jawaban: yang mendorong lahirnya program Bahasa Inggris sebagai salah satu

program Cluster ialah urgensi kebutuhan akan Bahasa Inggris secara universal

2. Apa tujuan didirikannya program Bahasa Inggris?

Jawaban: tujuan didirikannya program Bahasa Inggris adalah global communications

3. Berapa jumlah pengampu Program Bahasa Inggris?

Jawaban: ada enam orang, saya sendiri, terus Mr. Vali sebagai native speaker , dan

empat orang tenaga profesional dari BEC Pare, Kediri

4. Bagaimana Kurikulumnya?

Jawaban: kurikulumnya, terbagi menjadi tiga jenjang program, yaitu: 1) umum atau

conversation class, diperuntukkan semua terutama santri baru, menggunakan metode

audio visual. Panduan yang digunakan yaitu A Big Step to Master English by Mr.

Maulana. Part of speech yang dilalui ialah: basic grammar, reading, new concept,

conversation, dan native; 2) grammar class, khusus untuk yang ingin serius, diampu

langsung oleh tenaga profesional dari Pare dengan peserta maksimal 200 orang.

Peraturan yang harus ditaati peserta adalah selama satu semester peserta tidak

diperkenankan pindah ke program lain; 3) toefl class, khusus untuk yang ingin

menguasai dasar-dasar Bahasa Inggris untuk Toefl sebagai prasyarat meraih beasiswa.

Syarat untuk menjadi peserta program ini antara lain memperoleh nilai A di program

grammar class, pretest Toefl skor minimal 400

5. Bagaimana Evaluasi Program ini?

Jawaban: untuk evaluasi terhadap program tiap minggu ada rapat evaluasi yang

dihadiri oleh pengampu dan tim Bahasa OSIP. OSIP bertugas mengawal pelaksanaan

program baik di pondok putera maupun puteri, dengan anggota tim 12 orang.

Sedangkan evaluasi peserta program secara general tidak ada ujian, akan tetapi di akhir

pertemuan buku peserta dikumpulkan untuk dikoreksi. Sejauh ini hasil yang telah

dicapai 80% peserta meraih Toefl 450, dan 20% mendapat raihan di atas 450, lokal di

BEC 517, LIA 487, dan Toefl ITP 467

6. Tantangan atau kendala apa yang ditemui dalam program ini?

Jawaban: tantangannya adalah regulasi

7. Apa solusi yang ditawarkan?

Jawaban: solusinya adalah menyesuaikan metode dengan kurikulum

Page 152: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

134

Informan : Ustadz Hasyim Asy’ari

Jabatan : Kepala sekaligus Pengampu Program Tahfizh (Cluster System)

Tempat : Masjid Puteri

Waktu : Pukul 6.00-7.30 WIB, 10 April 2019

1. Apa yang menjadi faktor pendorong lahirnya program Tahfizh?

Jawaban: yang mendorong lahirnya program Tahfizh sebagai salah satu program

Cluster ialah untuk membiasakan anak agar dekat dengan al-Quran

2. Apa tujuan didirikannya program Tahfizh?

Jawaban: tujuan didirikannya program Tahfizh adalah sebagai persiapan jenjang untuk

target meraih beasiswa

3. Berapa jumlah pengampu Program Tahfizh?

Jawaban: ada sepuluh orang, saya sendiri, lalu Ustadz Solikhin, Ustadz Samsul Arif,

Ustadz Fahmi, Ustadz Masyhari, Ustadz Abdurrahman, dan empat orang tenaga puteri,

yakni Ustadzah Neti Ariyanti, Ustadzah Maratussalikhah, Ustadzah Neng Rai, serta

Ustadzah Dedeh

4. Bagaimana Kurikulumnya?

Jawaban: kurikulumnya, diaplikasikan berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan, ada

Ilhamqu sistem 600 jam, Karantina Tahfizh Quran Metode Bil Yadain, Qiroati, Merem

Melek, dan metode bebas. Secara keseluruhan bertarget satu semester. Target per

bulan dengan SOP berbeda, untuk kelas persiapan Timur Tengah tiga juz, tahfizh

karantina, yakni yang tidak dibarengi sekolah formal per halaqah 6-8 santri dengan

target lima juz, dan tahfizh reguler tiga juz. Standar yang harus dipenuhi ialah Tahsin,

meliputi tajwid dan makharij al-huruf, kecepatan dan kakuatan hafalan, serta

kesungguhan. Kelas karantina terjadual bada shubuh-7.00 WIB, dluha 9.00-11.30,

bada ashar-17.00, dan bada isya-21.00. sedangkan kelas regular shubuh-6.15 WIB,

bada ashar-17.00, dan bada isya-21.00

5. Bagaimana Evaluasi Program ini?

Jawaban: untuk evaluasi untuk peserta ada evaluasi harian melalui buku setoran

hafalan, dan evaluasi oleh orang tua atau wali setelah acara istighatsah

6. Tantangan atau kendala apa yang ditemui dalam program ini?

Jawaban: tantangannya adalah santri mengalami susah menghafal, mengantuk saat

duduk lama, dan merasa capek

7. Apa solusi yang ditawarkan?

Jawaban: solusinya santri diberi jeda 10 menit untuk wudlu, santri dianjurkan untuk

membawa minum untuk mengurangi ngantuk, dan mengantisipasi santri keluar dari

halaqah dengan alasan minum, tingkat keberhasilan 80-90%

Page 153: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

135

Informan : Ustadz Dr. Ferry Muhammadsyah Siregar

Jabatan : Kepala Program Timur Tengah (Program Cluster)

Tempat : Masjid Putera

Waktu : Pukul 13.05-14.30 WIB, 9 April 2019

1. Apa yang menjadi faktor pendorong lahirnya program Timur Tengah?

Jawaban: yang mendorong lahirnya program Timur Tengah sebagai salah satu program

Cluster ialah keprihatinan menurunnya orang-orang dari Indonesia yang belajar atau

berkuliah di luar negeri

2. Apa tujuan didirikannya program Timur Tengah?

Jawaban: tujuan didirikannya program Timur Tengah adalah sebagai persiapan jenjang

untuk target meraih beasiswa dan agar santri bisa berperan dalam kancah global

3. Berapa jumlah pengampu Program Timur Tengah?

Jawaban: ada tiga orang, saya sendiri, lalu Ustadz Saptono, dan Ustadz Ridlwan

4. Bagaimana Kurikulumnya?

Jawaban: kurikulumnya, pertama, penguasaan Bahasa Arab, kita menggunakan al-

Arabiyyah al-Mu’ashirah, al-Arabiyyah baina Yadaik, dan al-Arabiyyah lighairi al-

Nathiqin laha, kedua, hafal Quran minimal juz 1-2, ketiga, khat arab, keempat,

Muhadatsah, kelima, membahas soal ujian tes masuk perguruan tinggi di Timur

Tengah, keenam, penguasaan kajian keislaman, Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, Tafsir dan

lain-lain, ketujuh, kecakapan membuat insya`, dan baca kitab gundul ya

5. Bagaimana Evaluasi Program ini?

Jawaban: untuk evaluasi peserta di akhir ada ujian dengan bahan soal ujian tes masuk

perguruan tinggi Timur Tengah

6. Tantangan atau kendala apa yang ditemui dalam program ini?

Jawaban: tantangannya adalah terkendala program pengkaderan pondok, jadi tidak

sedikit peserta program ini mundur karena memilih menjadi kader pondok, berikutnya

peserta kepincut untuk berkuliah di kampus dalam negeri, orientasi orang tua karena

mahalnya biaya yang mesti disiapkan untuk berkuliah di luar negeri, karena kita baru

ada SMK yang kelas tiga, tentu program kita ini betul-betul baru buat mereka, terasa

lebih berat

7. Apa solusi yang ditawarkan?

Jawaban: solusinya memberikan pandangan bahwa untuk belajar ke luar negeri itu

jarang, dan tidak begitu saja masuk ke proses pendidikan. Dengan biaya mandiri,

program ini telah mengantarkan di tahun pertama lima orang ke Mesir, Syria satu

orang, dan Sudan lima orang

Page 154: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

136

Informan : Ustadz Saeful Mustajab

Jabatan : Kepala Program Qiroatul Kutub (Program Cluster)

Tempat : Via Whatsapp

Waktu : 7 Desember 2019

1. Apa yang menjadi faktor pendorong lahirnya program Qiroatul Kutub?

Jawaban: yang mendorong lahirnya program Qiroatul Kutub sebagai salah satu

program Cluster ialah biar lebih fokus, keberhasilannya jelas, dan meningkatkan

kualitas program. Di samping itu tentu komitmen untuk menjaga tradisi pesantren

2. Apa tujuan didirikannya program Qiroatul Kutub?

Jawaban: tujuan didirikannya program Qiroatul Kutub adalah sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran di pesantren

3. Berapa jumlah pengampu Program Qiroatul Kutub?

Jawaban: ada empat orang, saya sendiri, sebagai ketua program

4. Bagaimana Kurikulumnya?

Jawaban: kurikulumnya, menggunakan berbagai metode yang sudah ditentukan

berdasarkan tingkatan, baik itu tamyiz maupun amtsilati

5. Bagaimana Evaluasi Program ini?

Jawaban: untuk evaluasi peserta dievaluasi melalui buku evaluasi dan setor atau tes

langsung bersama orang tua/wali santri, sedangkan evaluasi keberhasilan program

ditempuh melalui cek hafalan dan kemampuan mempraktikkan materi yang telah

dipelajari

6. Tantangan atau kendala apa yang ditemui dalam program ini?

Jawaban: tantangannya adalah terkendala oleh santri pulang atau sakit sehingga

tertinggal dari teman kelompoknya

7. Apa solusi yang ditawarkan?

Jawaban: solusinya dipindahkan ke kelompok yang mempelajari materi di bawahnya

8. Bagaimanakah tingkat keberhasilan program Qiroatul Kutub?

Jawaban: Alhamdulillah 80% santri bisa mengikuti

Page 155: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

137

Informan : Ustadzah Endah Fuziah, S.Pd.

Jabatan : Guru Mata Pelajaran Biologi

Tempat : Ruang Guru

Waktu : Pukul 9.28-10.15 WIB, 10 September 2019

1. Siapakah nama Ustadzah?

Jawaban: Endah Fuziah, S.Pd.

2. Di mana tempat tinggal Ustadzah?

Jawaban: di Cisaat. Saya asli Banten, kuliah juga SI di Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa, kemudian menikah dengan orang Cirebon, ikut tinggal di Cisaat, kemudian

mengajar di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia melalui proses melamar, kemudian

interview dengan kepala sekolah, dari enam orang yang diterima dua orang, setelah itu

interview dengan Kiai

3. Apa pendidikan terakhir Ustadzah?

Jawaban: saya ambil SI pendidikan Biologi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Banten

4. Sudah berapa lama Ustadzah menjabat sebagai guru di SMK?

Jawaban: saya pindah ke sini tuh setelah idul fitri 2015, pindah ke sini domisilinya.

Ya, sekitar tahun keempat lah

5. Apa nilai kebaruan dari kurikulum di SMK ini?

Jawaban: kalau saya melihat ya, menurut saya sebagai saya yang masih junior di dunia

pendidikan, masih baru ya, saya di Banten ngajar di beberapa lah. Kalau saya melihat

ya, ada banyak sekali nilai-nilai baru yang saya amati di pondok pesantren Bina Insan

Mulia. Ini sekolah berbasis pesantren yang lebih berorientasi kepada mata pelajaran-

mata pelajaran yang prioritas. Punya skala masa depan, lebih pada penguatan skill ya.

Sehingga jam belajar di kelas tidak banyak. Setengah dua belas wajib sudah selesai.

Setelah zhuhr semua beristirahat, karena nanti bada Ashar kita punya program. Jadi di

sini itu jam belajar di kelasnya disingkat, tapi tetap ya delapan jam pelajaran hanya

waktunya aja ya dipangkas, biasanya kan kalau di sekolah lain satu jam itu 45 menit,

di sini satu jam 30 menit. Terus kemudian pembelajaran di kelasnya dikurangi supaya

anak tidak jenuh, tidak bosan, kita lebih fokus pada praktik mungkin yang sifatnya

professional development ya pengembangan professional, penguatan skill dan

kebutuhan-kebutuhan di masa depan melalui program ya. Jadi pelajaran itu tidak

dihilangkan, tapi diganti dengan modul, dan kita hanya fokus dengan pelajaran yang

UN. Ya, lebih fokus pada kurikulum penguatan skill

6. Apa kekhasan dari kurikulum di SMK ini?

Jawaban: banyak sih yang unik di sini. Banyak banget. Sebetulnya kita secara umum

dulu ya, yang unik, yang menarik di sekolah di Pesantren Bina Insan Mulia ini ya

seperti yang tadi saya katakan kita punya jam belajar yang singkat, itu keunikan yang

pertama. Terus kemudian yang kedua, guru punya kewenangan yang bebas untuk

memodifikasi kurikulum. Jadi kita diberikan kewenangan untuk mengatur kurikulum

kita sendiri sehingga lebih nyaman, dan setiap kelas sudah dilengkapi LED ya. Yang

ketiga mungkin di sini itu anak diberikan kebebasan untuk berekspresi, kita ingin

meski mereka berada di sekolah berbasis pesantren, tapi tetap modern, mengikuti

perkembangan jaman jadi mereka bisa berbaur dengan perkembangan jaman, di hari

sabtu kita bebas berekspresi secara fashion mau korea lah, jepang, dengan catatan

tetap sopan dan menutup aurat. Kalau model boleh apa aja. Keempat, kita tidak

memisahkan kalau sekolah dengan pengawasan. Kita punya beberapa alasan, ya saya

Page 156: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

138

mencari tahu dari beberapa literatur dari para ahli memang ketika kita memisahkan,

maka akan mengurangi interaksi, ke depan dikhawatirkan akan terjadi kecanggungan

saat dibutuhkan interaksi. Karena memang nanti di kenyataannya, kan di aktifitas

mereka tidak ada pemisahan Antara aktifitas laki-laki dan perempuan

7. Apa strategi yang digunakan dalam rangka menerapkan kurikulum ini?

Jawaban: kita , kalau saya ya, terus terang sangat terbantu dengan teknologi, lebih

banyak berbasis kemajuan teknologi. Kalau menjelaskan mekanisme pencernaan kita

gunakan video, dilanjutkan tanya jawab, gitu-gitu ya yang tidak membuat anak bosan

ya kalau saya butuh ceramah untuk menerangkan konsep ya saya minta anak-anak

dengerin 15 menit atau 20 menit

8. Apa sarana yang dibutuhkan dalam rangka menunjang penerapan kurikulum ini?

Jawaban: saya biasa pakai LED, presentasi menggunakan infokus. Barangkali tambah

lebih banyak lagi fasilitas laboratoriumnya

9. Bagaimana evaluasi dari kurikulum ini?

Jawaban: kalau begitu evaluasi saya, saya ada vlog ya. Di sana ada testimoni siswa, itu

jadi bahan evaluasi, mereka enjoy, punya waktu istirahat, manusiawi lah belajar

mereka. Evaluasi dari outputnya lah, contoh juara matematika dan sains

10. Apa kendala yang dihadapi dalam penerapan kurikulum ini?

Jawaban: kalau kendala pasti ada. Kalau saya kekurangan itu kita jadikan kelebihan

Informan : Fahmi Umar Farid

Jabatan : Santri/Ketua Organisasi Siswa Intra Pesantren

Tempat : Pos Piket

Waktu : Pukul 9.29-9.57 WIB, 12 September 2019

1. Siapakah nama Mas santri?

Jawaban: Fahmi Umar Farid

2. Di mana tempat tinggal Mas santri?

Jawaban: Saya asli kota Depok, Jakarta

3. Sebelumnya, Mas santri sekolah di mana?

Jawaban: SMP al-Hasra, Bojong Sari, kota Depok

4. Sebelumnya, Mas santri mondok di mana?

Jawaban: Belum pernah mondok selama ini, baru. Baru di SMK jadi ketua Organisasi

Siswa Intra Pesantren

5. Sudah berapa lama Mas santri di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: Berarti satu tahun berjalan, terasa cepat sih, soalnya dibawa asik saja di sini

6. Informasi mengenai Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Mas santri dapat dari mana?

Jawaban: Saya punya saudara di Sumber. Saudara saya ini satu pondok dengan pak

Kiai waktu di Lirboyo. Jadi ya dari saudara saya mendapatkan informasi ada pondok

pesantren Bina Insan Mulia

7. Apa yang khas dari Pondok Pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: Khas, mungkin etikanya lebih menonjol. Bahasa, kita kan di kampung.

Walaupun di kampung, kita bisa ngomong dengan Bahasa Inggris. Kalau orang kan

menilai awalnya, ah, sekolah di kampung bisa apa. Malah, kita bisa mengajar Bahasa

Page 157: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

139

Inggris, jadi bukan hanya ngomong Inggris, kita juga bisa mengajar Bahasa Inggris.

Yang diajar sih adik kelas, kita di kelas XI sudah wajib mengajar, jadi sebelum jam

tidur kita masuk ke kamar-kamar adik kelas untuk mengajar Bahasa Inggris, ya

bahasan kita paling Listening, Writing, dan Practice

8. Apakah ada peraturan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: Kita peraturan tuh, dari kedisiplinan, seperti berangkat ke sekolah, berangkat

ke masjid itu wajib on time. Tentang masalah pacaran, kabur, itu selalu kita tegur tegas

9. Sejauh mana wewenang OSIP untuk menegakkan peraturan?

Jawaban: Kita baru naik jabatan ya, jadi kita selalu sosialisasi, belum ada sih sidang

yang serius, masih renggang sedikit tentang peraturan

10. Apa respon Mas santri terhadap peraturan Pondok Pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: Kita, terutama OSIP, kita buat peraturan untuk adik kelas atau santri, kita

buat SOP nya, kita, OSIP itu peraturannya dibuat oleh ustadz. Jadi ustadz membuat

peraturan untuk kita, kita membuat peraturan untuk santri, ya..struktural lah. Menurut

kita, selagi kita bisa ngikuti alurnya nggak terasa berat. Karena memang, setiap

peraturan, akan bertambah setiap dilanggar. Karena itu, insyaallah kita menahan diri

untuk melanggar agar peraturan tidak bertambah

11. Apakah ada kans atau peluang OSIP atau santri lain menjadi pembimbing atau

diangkat menjadi ustadz, dan bagaimana prosesnya?

Jawaban: Ketua OSIP itu memang diwajibkan untuk mengkader di sini atau menjadi

pembimbing. Insyaallah saya siap untuk mengkader dan membimbing di sini. Untuk

mengatur santri kembali di sini. Untuk santri lain, kita sistemnya yang mau-mau saja,

yang mau mengkader di sini silakan, apa visi-misinya, lalu dilihat apa bakatnya, di

dapur, atau bisa mengajar program, jadi kita seleksi di situ

12. Bagaimana tanggapan Mas santri terhadap kurikulum Pondok Pesantren Bina Insan

Mulia?

Jawaban: Kita, kurikulum pakai kurikulum 2013. Kita juga sekolah itu belajar yang di

UN kan saja, berarti hanya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, serta IPA.

Jadi kita sekolah dari jam 7.00 WIB sampai sebelum zhuhr sudah selesai. Jadi kita

tidak harus membebankan santri dengan belajar, belajar dan belajar. Yang penting itu

dia menguasai buat UN nanti. Pelajaran pesantren paling kita di program-program sih,

ada Tamyiz, Amtsilati, Bahasa Arab, Bahasa Inggris. Kitab kita di kelas. Biasanya

kitab full semua di hari senin. Hari berikutnya ada satu di hari selasa, dan dua di hari

rabu. Kita kelas X tuh ada Aqidatul ‘awwam, Arba’in Nawawi, Ta’limul Muta’allim,

dan apalagi tuh saya lupa. Di kelas XI ada Jawahirul Kalamiyyah, Taqrib, Taisirul

Khalaq, trus untuk hadis ada Tanqihul Qaul. Kelas XII kita kurang tau, kelas XII

sekarang kitab Kuning dan Dalail al-Khairat

13. Apa kemajuan yang diperoleh Mas santri setelah mengikuti pendidikan di Pondok

Pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: Alhamdulillah sih, saya bisa menjadi lebih berakhlak. Bisa lebih memahami

apa itu kebersihan, kerapihan diri, kerapihan lingkungan sekitar, bisa berbahasa Inggris

juga, yang tadinya tidak bisa sekarang sudah bisa, meskipun belum mahir, dan bisa

lebih giat lagi beribadah

14. Bagaimana praktik pelaksanaan program dan akselerasi?

Jawaban: kita pembelajaran selama enam bulan semua, dari Amtsilati, Tamyiz, dan

lain-lain. Kita setoran dengan ustadz, bila dianggap lulus, lalu kita dengan orang tua,

kalau lulus, kita bisa dapat sertifikat. Bila dapat sertifikat, kita bisa mengajar jika

pengajar programnya berhalangan. Kelas VII wajib Qiroati, kelas VIII Tahsin, kelas

Page 158: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

140

IX kita Inggris semua. Kelas X Tahsin setelah Tahsin naik Kempekan. Kelas X Inggris

tiga bulan, setelahnya bisa pilih Tamyiz atau Bahasa Arab, kemarin sih kita pilih

Tamyiz. Untuk kelas XI kita semua Amtsilati. Kita belajar Tamyiz dan Amtsilati ini

untuk lancar membaca Kitab Kuning. Eksakta untuk kelas XII, tapi di SMK tidak

wajib. Timur tengah siapa saja boleh kelas XII yang mau ke Timur Tengah belajar di

Program Timur Tengah. Kelas XII ada lima orang yang ambil Tahfizh, sudah rata-rata

tiga juz. Kalau Tahfizh khusus tidak sekolah, mereka menghafal pagi, siang, sore

sampai malam mereka menghafal

15. Bagaimana tanggapan Mas santri terhadap Program Timur Tengah?

Jawaban: sangat membantu. Kita yang pengen kuliah di Timur Tengah sama agar kita

dimatengin Bahasa Arab nya, nulis arabnya, jadi sangat membantu. Kita di angkatan

2017 ada 80% dari SMK berangkat ke Timur Tengah, yang ke Eropa, yaitu ke Turki

ada 19 santri

16. Apa kendala yang Mas santri alami dalam mengikuti kurikulum Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia?

Jawaban: paling kita tentang kurangnya tenaga pengajar. Jadi, sayangkan waktu, saat

pengajar tidak ada, jam pelajaran kosong, sementara kalu fasilitas sih cukup sih

Informan : M. Idris Ali

Jabatan : Santri/Siswa SMK Kelas XI

Tempat : Pos Piket

Waktu : Pukul 9.10-9.26 WIB, 12 September 2019

1. Siapakah nama mas?

Jawaban: Muhammad Idris Ali

2. Di mana tempat tinggal mas?

Jawaban: Tempat tinggal Cirebon, Palimanan, Desa Panongan

3. Sebelumnya sekolah di mana mas?

Jawaban: SMPN 2 Palimanan

4. Apakah sebelumnya mas pernah mondok?

Jawaban: Pernah, di al-Ma’rufiyah Kepuh, pimpinan KH. Ma’ruf. Cuma dua tahun.

Hafalan sama kitab ‘Aqidatul ‘Awwam, Safinah, Pasolatan, lalu keburu pindah. Ya

kerasan, santrinya sedikit jadi disuruh pulang

5. Sudah berapa lama mas di Bina Insan Mulia?

Jawaban: Baru satu tahun, iya, langsung di SMK

6. Dari mana mas tahu info mengenai pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: Dari orang tua sih, suruh ke sini kata orang tua

7. Apa sesuatu yang baru di pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: tertarik ke luar negeri sih, beasiswa. Beasiswa gitu harus memenuhi syarat-

syarat ya, gitu

8. Apa yang dipelajari mas di SMK kelas XI?

Jawaban: Safinah, ‘Aqidatul ‘Awwam, Taisir al-Khalaq

9. Apa sesuatu yang khas di pondok pesantren Bina Insan Mulia?

Jawaban: Ada TV nya gitu, sering keluar nonton film, kalau berprestasi diajak makan,

refreshing

Page 159: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

141

10. Bisa jelaskan tentang program, mas?

Jawaban: Jadi di sini tuh ada Tamyiz, biasanya di kelas X. untuk Bahasa Arab untuk

baca kitab kuning

11. Bagaimana tanggapan mas terhadap kurikulum pesantren?

Jawaban: Ya,begitu sih, suka

12. Bagaimana tanggapan mas terhadap kurikulum sekolah?

Jawaban: ya, metodenya bagus, gurunya juga lulusan bagus, ya tergantung siswanya

juga sih, ya baguslah

13. Apa kemajuan yang mas peroleh setelah mondok di pesantren Bina Insan Mulia?

Jawabn: ya, sedikit bisa memahami Bahasa Inggris, pernah ikut program tahfizh, baru

satu juz, belum selesai

14. Apakah ada kendala dalam mengikuti kurikulum?

Jawaban: ya, enggak ada sih, lancar-lancar saja

Page 160: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

142

Lampiran 2

Dokumentasi

Wawancara

Bergambar usai wawancara bersama guru

biologi SMK yang muda dan visioner

Sesi Wawancara bersama Kepala Sekolah

SMK Bina Insan Mulia

Sesi Wawancara bersama Pengampu

Program Tahsin Berfoto usai wawancara bersama Direktur

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Swafoto usai wawancara bersama Kepala

Sekolah MAUBI Bina Insan Mulia

Saat berlangsung sesi wawancara

bersama ketua OSIP Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia

Page 161: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

143

Lampiran 3

Sarana Prasarana

Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Masjid Nuansa Etnik Pondok Puteri Masjid Nuansa Etnik Pondok Putera yang

masih dalam proses pembangunan

Aula Pondok Puteri Aula Pondok Putera yang masih dalam

proses pembangunan

Gambaran salah satu ruang kelas Ruang guru tempat berkantor sementara 3

sekolah di bawah naungan yayasan Bina

Insan Mulia

Page 162: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

144

Studio Broadcast Pondok Pesantren

Bina Insan Mulia

Ruangan dalam Studio Broadcast

Bagian lain Studio Broadcast Ruang IT

Kolam renang Pondok Puteri Kolam renang Pondok Putera

Page 163: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

145

Ruang Komputer Arena Futsal Pondok

Refreshing dengan Berenang di Kolam

Renang Pondok Berkarya di studio Broadcast

Dapur Pondok Pesantren yang Memenuhi

Pangan Santri dan Asatidz

Kantor Keuangan

Page 164: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

146

Warung Pondok Pesantren Kupon yang Berlaku sebagai alat tukar

yang sah di warung Pondok Pesantren

dan NU Mart

Rak Loundry Santri Puteri Rak Loundry Santri Putera

Nu Mart di dalam Pondok Kuda yang Digunakan Santri Berlatih

Berkuda

Page 165: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

147

Pondok Pesantren Bernuansa Etnik, Pondok Pesantren Bina Insan Mulia- Cirebon

Pintu Masuk Pondok Puteri Pintu Masuk Pondok Putera

Page 166: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

148

Lampiran 4

Ektrakurikuler Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Perguruan Pencak Silat Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Silat Meraih Juara

Silat Juara Lagi Pangkalan Pramuka Terbaik

Page 167: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

149

Lampiran 5

Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia

Kegiatan Isra Mi’raj Pondok Pesantren Bina Ngaji Wetonan Bada Maghrib Pak Kiai

Insan Mulia

Ngaji Pasaran Ramadlan bersama Pak Kiai Khataman Dalail al-Khairat Santri Puteri

Tahlil dan Istighosah

Page 168: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

150

Lampiran 6

Kompetisi dan Juara

Juara Story Telling Siswi MAUBI Juara Matematika Terintegrasi

Spelling Competition Juara Lomba PAI

Turnamen Bola Voli

Page 169: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

151

Lampiran 7

Meraih Beasiswa

Wajah-wajah Cerah Peraih Beasiswa Beasiswa Bandirma dan Sakarya

Pengkaderan dari Pak Kiai

Go Internasional ke Sudan dengan Beasiswa Kami, Penerima Beasiswa Datang,

Turki

Penerima Beasiswa Sultan Qabus University, Oman

Page 170: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

152

Lampiran 8

Seminar dan Workshop

Sekolah Untuk Calon Legislator Seminar Studi Internasional di Cina

Study Abroad in India

Workshop Teaching Factory

Page 171: Inovasi Kurikulum Pesantren: Upaya Mewujudkan Tujuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49771... · 2020. 1. 29. · 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu

153

Lampiran 9

Kegiatan Lain dan Unik

Bebas Berfashion di Free Expression Day Rekreasi Bulanan Pondok Pesantren BIMA

Jalan-jalan Akhir Tahun Sebelum Pulang Homestay di Singapura

Berlibur ke Tempat Kelahiran

Genting Highland