Informed Consent

8
INFORMED CONSENT Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau walinya yang berhak kepada dokter untuk melakukan suatu tindakan medis terhadap pasien sesudah pasien atau wali itu memperoleh informasi lengkap dan memahami tindakan itu. Dengan kata lain, informed consent juga disebut persetujuan tindakan medis. Persetujuan (consent) dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. expressed, dapat secara lisan atau secara tulisan, dan 2. implied, yang dianggap telah diberikan. Persetujuan yang paling sederhana ialah persetujuan yang diberikan secara lisan, misal untuk tindakan- tindakan rutin. Tindakan-tindakan, yang lebih kompleks yang mempunyai risiko yang kadang-kadang tidak dapat diperhitungkan dari awal dan yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa atau cacat permanen, memperoleh persetujuan yang tertulis agar suatu saat apabila diperlukan persetujuan itu dapat dijadikan bukti. Namun, persetujuan yang dibuat secara tertulis tersebut tidak dapat dipakai sebagai alat untuk melepaskan diri dari tuntutan apabila terjadi suatu yang merugikan pasien. Hal ini harus diingat karena secara etik dokter diharapkan untuk memberikan yang terbaik bagi pasien. Apabila dalam suatu kasus ditemukan unsur kelalaian dari pihak dokter, maka dokter tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Begitu pula dari pihak pasien; mereka tidak bisa langsung menuntut apabila

description

etika kedokteran

Transcript of Informed Consent

Page 1: Informed Consent

INFORMED CONSENT

Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau walinya

yang berhak kepada dokter untuk melakukan suatu tindakan medis terhadap pasien

sesudah pasien atau wali itu memperoleh informasi lengkap dan memahami tindakan

itu. Dengan kata lain, informed consent juga disebut persetujuan tindakan medis.

Persetujuan (consent) dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. expressed, dapat secara lisan atau secara tulisan, dan

2. implied, yang dianggap telah diberikan.

Persetujuan yang paling sederhana ialah persetujuan yang diberikan secara

lisan, misal untuk tindakan-tindakan rutin. Tindakan-tindakan, yang lebih kompleks

yang mempunyai risiko yang kadang-kadang tidak dapat diperhitungkan dari awal dan

yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa atau cacat permanen, memperoleh

persetujuan yang tertulis agar suatu saat apabila diperlukan persetujuan itu dapat

dijadikan bukti.

Namun, persetujuan yang dibuat secara tertulis tersebut tidak dapat dipakai

sebagai alat untuk melepaskan diri dari tuntutan apabila terjadi suatu yang merugikan

pasien. Hal ini harus diingat karena secara etik dokter diharapkan untuk memberikan

yang terbaik bagi pasien. Apabila dalam suatu kasus ditemukan unsur kelalaian dari

pihak dokter, maka dokter tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.

Begitu pula dari pihak pasien; mereka tidak bisa langsung menuntut apabila terjadi

hal-hal di luar dugaan karena hams ada bukti-bukti yang menunjukkan adanya

kelalaian. Dalam hal ini, harus dibedakan antara kelalaian dan kegagalan. Apabila hal

tersebut merupakan risiko dari tindakan yang telah disebutkan dalam persetujuan

tertulis, maka pasien tidak bisa menuntut. Oleh sebab itu, untuk memperoleh

persetujuan dari pasien dan untuk menghindari adanya salah satu pihak yang

dirugikan, dokter wajib memberikan informasi sejelas-jelasnya agar pasien dapat

mempertimbangkan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Biasanya informasi itu

meliputi:

a. sifat dan tujuan tindakan medik;

b. keadaan pasien yang memerlukan tindakan medis;

c. risiko dari tindakan itu apabila dilakukan atau tidak.

Dalam memberikan informasi tentang tindakan medis yang akan dilakukan,

harus diingat kondisi pasien pada saat itu. Mengingat pasien biasanya datang dalam

Page 2: Informed Consent

keadaan yang tidak sehat, diharapkan dokter tidak memberikan informasi yang dapat

mempengaruhi keputusan pasien karena dalam keadaan yang demikian itu pikiran

pasien tersebut mudah terpengaruh. Atau apabila kondisi pasien tidak memungkinkan

untuk menerima informasi tersebut, diharapkan wali yang berhak dapat

menggantikannya. Apabila wali tidak ada dan kondisi pasien kritis, maka implied

consent dapat diambil sebagai pegangan untuk melakukan tindakan medis.

Selain terhadap kondisi pasien pada saat ia datang, dokter juga harus dapat

menyesuaikan diri terhadap tingkat pendidikan pasien agar pasien mengerti dan

memahami pembicaraan. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi dan

dokter berkewajiban menyampaikan informasi tersebut, baik diminta atau tidak,

kecuali jika penyampaian informasi tersebut akan memperburuk kondisi pasien. Ini

sesuai dengan hak dan kewajiban dokter dan pasien.

Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang

cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.

Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk

menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah

menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan

yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat

menyebabkan guncangan psikis pada pasien.

Elemen-elemen informed consent

Suatu informed consent harus meliputi :

1. Threshold element : Pemberi consent haruslah seorang yang

berkompeten dalam keputusan (medis).

2. Informed element : Terdiri dari 2 bagian yaitu disclosure

(pengungkapan) dan understanding (pemahaman).

3. Consent element : Terdiri dari 2 bagian yaitu voluntariness

(kesukarelaan, kebebasan) dan authorization (persetujuan).

Page 3: Informed Consent

HAL-HAL YANG DIINFORMASIKAN

Hasil Pemeriksaan

Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan. Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila infomasi

sudah diberikan, maka keputusan selanjutnya berada di tangan pasien.

 Risiko

Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya

antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi

idiosinkratik dan kematian yang tak terduga akibat pengobatan selama ini jarang

diungkapkan dokter. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kemungkinan tersebut

juga harus diberitahu pada pasien. Jika seorang dokter mengetahui bahwa tindakan

pengobatannya berisiko dan terdapat alternatif pengobatan lain yang lebih aman, ia

harus memberitahukannya pada pasien. Jika seorang dokter tidak yakin pada

kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat dokter lain yang

dapat melakukannya, ia wajib memberitahukan pada pasien.

 Alternatif

Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan

terapi. Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang

ditimbulkan dari beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah terapi

hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan terapi yaitu obat, iodium radioaktif, dan subtotal

tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan prosedur, keberhasilan dan kerugian serta

komplikasi yang mungkin timbul.

 Rujukan/ konsultasi

Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa

kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada

pasien-pasien tertentu. Pengadilan menyatakan bahwa dokter harus merujuk saat ia

merasa tidak mampu melaksanakan terapi karena keterbatasan kemampuannya dan ia

Page 4: Informed Consent

mengetahui adanya dokter lain yang dapat menangani pasien tersebut lebih baik

darinya.

 Prognosis

Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele,

ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak

mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun. Pasien juga berhak

mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa yang terjadi dengan mereka. Semua ini

berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang dapat diduga oleh dokter. Kejadian

yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan bagian dari informed consent. 

PERATURAN TERKAIT INFORMED CONSENT

Peraturan menteri kesehatan No 585/MenKes/Per/IX/1989 tentang persetujuan

tindakan medis

Pasal 1. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang

diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai

tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut;

2. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

berupa diagnostik atau terapeutik;

3. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhi

keutuhan jaringan tubuh;

4. Dokter adalh dokter umum/spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang

bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik, atau praktek perorangan atau

bersama. 6

Pasal 2. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat

persetujuan.

2. Persetujuan dapat diberi secara bertulis atau lisan

3. Persetujuan sebagaiman dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat

informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan

serta risiko yang dapat ditimbulkannya.

Page 5: Informed Consent

4. Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat

pendidikan serta kondisi dan situasi pasien6

Pasal 3. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Setiap tindakan medis yang berisiko tinggi harus dengan persetujuan bertulis

yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan6

Pasal 4. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Informasi tentang tindakan medik harus diberi kepada pasien, baik diminta

maupun tidak diminta.

2. Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila

dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan

kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.

Pasal 5. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan

medik yang kan dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik

2. Informasi diberikan secara lisan

3. Informasi harus diberiakn jujur dan benar kecuali bila dokter menilai bahwa

hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien,

4. Dalam hal dimaksud dalam ayat (3) dokter dengan persetujuan pasien dapat

memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien.

Pasal 8. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Persetujuan diberiakan oleh pasien dewasa yang berada dalam keadaan sedar

dan sehat mental

2. Pasien dewasa yang dimaksud ayat (1) adalah yang telah berumur 21 tahun

atau telah menikah. 6