Informed Consent
-
Upload
anggie-pradetya-maharani -
Category
Documents
-
view
4 -
download
1
description
Transcript of Informed Consent
INFORMED CONSENT
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau walinya
yang berhak kepada dokter untuk melakukan suatu tindakan medis terhadap pasien
sesudah pasien atau wali itu memperoleh informasi lengkap dan memahami tindakan
itu. Dengan kata lain, informed consent juga disebut persetujuan tindakan medis.
Persetujuan (consent) dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. expressed, dapat secara lisan atau secara tulisan, dan
2. implied, yang dianggap telah diberikan.
Persetujuan yang paling sederhana ialah persetujuan yang diberikan secara
lisan, misal untuk tindakan-tindakan rutin. Tindakan-tindakan, yang lebih kompleks
yang mempunyai risiko yang kadang-kadang tidak dapat diperhitungkan dari awal dan
yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa atau cacat permanen, memperoleh
persetujuan yang tertulis agar suatu saat apabila diperlukan persetujuan itu dapat
dijadikan bukti.
Namun, persetujuan yang dibuat secara tertulis tersebut tidak dapat dipakai
sebagai alat untuk melepaskan diri dari tuntutan apabila terjadi suatu yang merugikan
pasien. Hal ini harus diingat karena secara etik dokter diharapkan untuk memberikan
yang terbaik bagi pasien. Apabila dalam suatu kasus ditemukan unsur kelalaian dari
pihak dokter, maka dokter tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.
Begitu pula dari pihak pasien; mereka tidak bisa langsung menuntut apabila terjadi
hal-hal di luar dugaan karena hams ada bukti-bukti yang menunjukkan adanya
kelalaian. Dalam hal ini, harus dibedakan antara kelalaian dan kegagalan. Apabila hal
tersebut merupakan risiko dari tindakan yang telah disebutkan dalam persetujuan
tertulis, maka pasien tidak bisa menuntut. Oleh sebab itu, untuk memperoleh
persetujuan dari pasien dan untuk menghindari adanya salah satu pihak yang
dirugikan, dokter wajib memberikan informasi sejelas-jelasnya agar pasien dapat
mempertimbangkan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Biasanya informasi itu
meliputi:
a. sifat dan tujuan tindakan medik;
b. keadaan pasien yang memerlukan tindakan medis;
c. risiko dari tindakan itu apabila dilakukan atau tidak.
Dalam memberikan informasi tentang tindakan medis yang akan dilakukan,
harus diingat kondisi pasien pada saat itu. Mengingat pasien biasanya datang dalam
keadaan yang tidak sehat, diharapkan dokter tidak memberikan informasi yang dapat
mempengaruhi keputusan pasien karena dalam keadaan yang demikian itu pikiran
pasien tersebut mudah terpengaruh. Atau apabila kondisi pasien tidak memungkinkan
untuk menerima informasi tersebut, diharapkan wali yang berhak dapat
menggantikannya. Apabila wali tidak ada dan kondisi pasien kritis, maka implied
consent dapat diambil sebagai pegangan untuk melakukan tindakan medis.
Selain terhadap kondisi pasien pada saat ia datang, dokter juga harus dapat
menyesuaikan diri terhadap tingkat pendidikan pasien agar pasien mengerti dan
memahami pembicaraan. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi dan
dokter berkewajiban menyampaikan informasi tersebut, baik diminta atau tidak,
kecuali jika penyampaian informasi tersebut akan memperburuk kondisi pasien. Ini
sesuai dengan hak dan kewajiban dokter dan pasien.
Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang
cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.
Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk
menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah
menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan
yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat
menyebabkan guncangan psikis pada pasien.
Elemen-elemen informed consent
Suatu informed consent harus meliputi :
1. Threshold element : Pemberi consent haruslah seorang yang
berkompeten dalam keputusan (medis).
2. Informed element : Terdiri dari 2 bagian yaitu disclosure
(pengungkapan) dan understanding (pemahaman).
3. Consent element : Terdiri dari 2 bagian yaitu voluntariness
(kesukarelaan, kebebasan) dan authorization (persetujuan).
HAL-HAL YANG DIINFORMASIKAN
Hasil Pemeriksaan
Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila infomasi
sudah diberikan, maka keputusan selanjutnya berada di tangan pasien.
Risiko
Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya
antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi
idiosinkratik dan kematian yang tak terduga akibat pengobatan selama ini jarang
diungkapkan dokter. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kemungkinan tersebut
juga harus diberitahu pada pasien. Jika seorang dokter mengetahui bahwa tindakan
pengobatannya berisiko dan terdapat alternatif pengobatan lain yang lebih aman, ia
harus memberitahukannya pada pasien. Jika seorang dokter tidak yakin pada
kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat dokter lain yang
dapat melakukannya, ia wajib memberitahukan pada pasien.
Alternatif
Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan
terapi. Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang
ditimbulkan dari beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah terapi
hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan terapi yaitu obat, iodium radioaktif, dan subtotal
tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan prosedur, keberhasilan dan kerugian serta
komplikasi yang mungkin timbul.
Rujukan/ konsultasi
Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa
kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada
pasien-pasien tertentu. Pengadilan menyatakan bahwa dokter harus merujuk saat ia
merasa tidak mampu melaksanakan terapi karena keterbatasan kemampuannya dan ia
mengetahui adanya dokter lain yang dapat menangani pasien tersebut lebih baik
darinya.
Prognosis
Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele,
ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak
mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun. Pasien juga berhak
mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa yang terjadi dengan mereka. Semua ini
berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang dapat diduga oleh dokter. Kejadian
yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan bagian dari informed consent.
PERATURAN TERKAIT INFORMED CONSENT
Peraturan menteri kesehatan No 585/MenKes/Per/IX/1989 tentang persetujuan
tindakan medis
Pasal 1. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
1. Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut;
2. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
berupa diagnostik atau terapeutik;
3. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh;
4. Dokter adalh dokter umum/spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang
bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik, atau praktek perorangan atau
bersama. 6
Pasal 2. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
1. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
2. Persetujuan dapat diberi secara bertulis atau lisan
3. Persetujuan sebagaiman dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan
serta risiko yang dapat ditimbulkannya.
4. Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat
pendidikan serta kondisi dan situasi pasien6
Pasal 3. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
1. Setiap tindakan medis yang berisiko tinggi harus dengan persetujuan bertulis
yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan6
Pasal 4. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
1. Informasi tentang tindakan medik harus diberi kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta.
2. Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila
dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan
kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.
Pasal 5. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
1. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan
medik yang kan dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik
2. Informasi diberikan secara lisan
3. Informasi harus diberiakn jujur dan benar kecuali bila dokter menilai bahwa
hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien,
4. Dalam hal dimaksud dalam ayat (3) dokter dengan persetujuan pasien dapat
memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien.
Pasal 8. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
1. Persetujuan diberiakan oleh pasien dewasa yang berada dalam keadaan sedar
dan sehat mental
2. Pasien dewasa yang dimaksud ayat (1) adalah yang telah berumur 21 tahun
atau telah menikah. 6