INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · Malaysia, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris...
Transcript of INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · Malaysia, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris...
K E S E H A T A N
I N F O B P J S
MEDIA INTERNAL BPJS KESEHATAN EDISI 69
CAKUPAN KESEHATAN SEMESTA
MENUJU
2019
MESSAGE
CEOMESSAGE
Pembaca Info BPJS yang budiman,
Sejak 1 Januari 2014, Bangsa Indonesia telah meretas jalan menuju cakupan
kesehatan semesta melalui pencanangan Program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Bangsa ini telah melakukan
lompatan besar yang luar biasa untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan
bagi seluruh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita mewujudkan keadilan
dalam memperoleh akses dan jaminan pelayanan kesehatan makin lekat di
depan mata, karena komitmen bersama terus terupaya.
Memang terdapat sejumlah tantangan yang memerlukan kontribusi dan
kerjasama dari semua pihak, khususnya dalam upaya memperluas cakupan
kepesertaan atau memastikan bahwa seluruh penduduk menjadi peserta
JKN-KIS. Tercapainya cakupan kesehatan semesta atau universal health
coverage (UHC) atau 95% dari jumlah penduduk, adalah sasaran kuantitatif
Program JKN-KIS pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2019.
BPJS Kesehatan terus melakukan koordinasi untuk mencapai sasaran
tersebut. Upaya tersebut antara lain sinkronisasi data peserta dengan
Kementerian Dalam Negeri dalam hal ini Ditjen Kependudukan dan Catatan
Sipil, perluasan kepesertaan melalui optimalisasi Jamkesda, Program
Donasi, Canvassing, Desa SWA JKN, serta perluasan kanal pendaftaran
berbasis teknologi informasi.
Kami sadari bahwa upaya tersebut tak serta merta hanya dilakukan oleh
BPJS Kesehatan. Kabar baik kami terima bahwa terdapat pemerintah daerah
yang menjelang penghujung tahun 2018 berkomitmen untuk mewujudkan
Universal Health Coverage di wilayah masing-masing. Sampai dengan 1
Desember 2018, 5 Provinsi yaitu DKI Jakarta, Aceh, Gorontalo, Papua Barat
dan Kalimantan Utara serta 154 Kabupaten/Kota lainnya telah bersungguh-
sungguh memberikan komitmennya untuk menjamin akses finansial
seluruh warganya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dan kabar
baik lain sudah ada Provinsi dan Kabupaten/Kota lain yang siap berintegrasi
mewujudkan UHC di wilayahnya pada Januari 2019 mendatang.
Cakupan kesehatan semesta juga akan semakin optimal apabila masyarakat
serta badan usaha secara sadar dan patuh untuk segera mendaftarkan diri
menjadi peserta JKN-KIS. Penerapan sanksi sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 86 Tahun 2013 juga diharapkan dapat mendukung percepatan UHC di
Indonesia. Masyarakat diharapkan dapat berkomitmen untuk mendaftarkan
diri, berkontribusi membayar iuran rutin, serta memelihara dan menjaga
kesehatan bersama.
Akan mudah rasanya menjawab tantangan implementasi program JKN-KIS
apabila semua pihak mau bekerjasama, bergotong royong untuk membangun
negeri ini. Melalui berbagai sinergi, komitmen bersama dan inovasi di atas,
serta dukungan dari lembaga-lembaga negara terkait, harapannya Universal
Health Coverage bisa lebih cepat terwujud, serta terciptanya masyarakat
Indonesia yang madani dan terjamin kesejahteraannya.
Direktur Utama
Fachmi Idris
Kerja Bersama Menyongsong Impian Cakupan Kesehatan Semesta
Bangsa ini telah melakukan lompatan
besar yang luar biasa untuk
menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
KILAS & PERISTIWA
5
FOKUS
MENUJU CAKUPAN Kesehatan SeMESTA 2019 6
PELANGGAN
12
dukung uhc dukcapil percepat
layanan ktp e1
14
BENEFIT
18bantu masyarakat lepas dari jerat rokok
INSPIRASI
19
SEHAT & GAYA HIDUP
SALAM REDAKSI
PERSEPSI
DAFTAR ISI
BINCANG
10 20
BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN :
Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940
PENGARAH Fachmi Idris PENANGGUNG JAWAB Mira Anggraini PEMIMPIN UMUM Irfan Humaidi PEMIMPIN
REDAKSI M.Iqbal Anas Ma’ruf SEKRETARIAT Rini Rahmitasari, Paramita Suciani REDAKTUR Elsa Novelia, Budi Setiawan, Widiani
Utami, Sri Wahyuningsih, Dede Chandra S, Endang Diarty, Upik Handayani, Maria Yuniarti, Tati Haryati Denawati, Juliana Ramdhani, Diah Ismawardani,
Ranggi Larissa Izzati, Darusman Tohir, DISTRIBUSI & PERCETAKAN Gusti Ngurah Catur Wiguna, Asto Bawono, Muhammad Aryad, Imam
Rahmat Muhtadin, Eko Yulianto
hidup lebih sehat bersama hewan peliharaan
TESTIMONI
16
Pembaca Setia Media Info BPJS Kesehatan,
Salah satu tantangan yang dihadapi BPJS Kesehatan di tahun 2019, yakni mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
mencapai cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage (UHC). Tantangan cakupan kesehatan
semesta juga paralel dengan sejumlah tantangan lain agar program ini tetap berkesinambungan karena begitu sejak
kehadirannya 1 Januari 2014 lalu, begitu banyak masyarakat yang merasakan manfaat.
BPJS Kesehatan terus berupaya mendorong laju pertumbuhan peserta JKN-KIS, mulai dari segmen peserta peserta
Pekerja Penerima Upah (PPU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), Bukan Pekerja (BP) dan Penerima Bantuan
Iuran (PBI). Namun diperlukan komitmen tugas dari semua pihak bahkan jika diperlukan pemberlakuan sanksi atau
punishment yang tegas tidak bisa mendapatkan pelayanan publik bagi masyarakat yang belum terdaftar sebagai
peserta JKN-KIS sesuai dengan amanat PP 86 tahun 2013. Sejumlah tantangan dan upaya lain terus dilakukan dan
dalam edisi ini rubrik FOKUS akan memaparkan secara mendalam.
Kami menyadari, untuk meningkatkan kualitas informasi yang ada dalam media ini kami masih membutuhkan
masukan dan kritik dari pembaca sekalian. Kami ucapkan terima kasih kepada pembaca yang budiman, atas atensi
dan masukan membangun sehingga diharapkan media ini terus menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi BPJS
Kesehatan dan masyarakat serta pembaca sekalian. Selamat beraktivitas.
Redaksi
Tantangan Cakupan Kesehatan Semesta
SETELAH PENGHARGAAN ASEAN, BPJS KESEHATAN SABET 9 PENGHARGAAN
ASIA PASIFIC
Ada kompensasi Bagi Peserta yang Wilayahnya Belum Tersedia
Fasilitas Kesehatan
penyakit berat Bisa Langsung Dirujuk Ke RS Kelas B dan A
optik mikeda dan optik internasional Salurkan Dana CSR
Melalui Program Donasi JKN-KIS
Benarkah Perokok Menyumbang JKN-KIS ?
INFO BPJS KESEHATANEDISI 69 5
KILAS & PERISTIWA
Kuala Lumpur - Indonesia kembali mengejutkan dunia
melalui BPJS Kesehatan, yang meraih 9 penghargaan
dari asosiasi jaminan sosial internasional, International
Social Security Association (ISSA). “Raihan
penghargaan ini memacu kami BPJS Kesehatan
beserta seluruh jajaran untuk terus bekerja lebih keras
menjaga program JKN-KIS tetap sustain bagi seluruh
rakyat Indonesia," ujar Direktur Utama BPJS Kesehatan
Fachmi Idris, di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (2/10).
ISSA merupakan asosiasi lembaga jaminan sosial yang
beranggotakan 158 negara di dunia. BPJS Kesehatan
menjadi satu-satunya peraih 9 penghargaan pada acara
yang dihadiri lebih dari 40 negara di kawasan Asia
Pasifik. Penghargaan yang diberi nama ISSA Good
Practice Award ini diberikan tiga tahun sekali untuk
masing-masing kawasan. Indonesia masuk kawasan
Asia Pasifik. Tiga negara lain masing-masing hanya
meraih 2 penghargaan (Malaysia) dan 1 penghargaan
(Iran dan China).
“Di usia emas BPJS Kesehatan ini, kami harapkan
institusi akan lebih memberikan prestasi yang lebih
baik dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
bangsa dan negara," ujar Fachmi Idris di sela-sela
penghargaan.
Penghargaan diberikan langsung oleh Presiden ISSA,
Prof. Dr. Breuer Joachim kepada Direktur Utama BPJS
Kesehatan Fachmi Idris, pada acara International Social
Security Association Regional Forum tingkat Asia
Pasifik yang diselenggarakan di Kuala Lumpur.
9 penghargaan yang diberikan ISSA kepada BPJS
Kesehatan tersebut diberikan berkat inovasi yang
dilaksanakan dan terus disempurnakan dalam
melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional selama
kurun waktu 3 tahun terakhir. Penghargaan itu
mencakup aspek kepesertaan, iuran, sistem informasi
hingga mekanisme mengefektifkan pembayaran
kepada fasilitas kesehatan.
Rangkaian kegiatan ISSA Regional Forum tingkat
Asia Pasifik diawali dengan seminar Internasional
bertemakan "Global Challenge for Sosial Security Asia
& Pasific" bekerja sama dengan Perkeso Malaysia
(Pertubuhan Keselamatan Sosial). Forum dibuka
langsung oleh Wakil Perdana Menteri Malaysia Wan
Azizah Wan Ismail, didampingi oleh Sekretaris Jenderal
ISSA Hans Horst Konklewsky, dan pimpinan Perkeso M
Azman bin Aziz Mohammed.
"Sosial security is not a cost, it is an investment,"
ujar Pimpinan Perkeso Malaysia M Azman bin Aziz
Mohammed. Senada dengan Pimpinan Perkeso
Malaysia, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi
Idris mengungkapkan negara-negara Asia Pasifik yang
saat ini mayoritas merupakan negara berkembang,
harus mulai membangun sistem jaminan sosial yang
merupakan salah satu instrumen investasi bangsa,
khususnya investasi bidang kesehatan.
"Jika negara sudah berinvestasi kesehatan untuk
rakyatnya, produktivitas negara otomatis akan meningkat.
Efek dari Program JKN-KIS yang belum berusia 5 tahun
di Indonesia nyatanya memang sudah memiliki dampak
perekonomian pada masyarakat, termasuk angka
harapan hidup," papar Fachmi.
ISSA sebagai asosiasi internasional jaminan sosial
menyelenggarakan ISSA Good Practice Award setiap
tiga tahun sekali di setiap wilayah regionalnya yang
terbagi atas beberapa benua. Indonesia menjadi bagian
dari regional Asia dan Pasifik. Hasil ISSA Good Practice
Award Regional Asia dan Pasifik tahun 2018 ini cukup
menggembirakan bagi negara Indonesia, khususnya
bagi BPJS Kesehatan sebagai salah satu lembaga yang
mengolola Jaminan Sosial yang mengikuti kompetisi
tersebut, karena telah mengukir prestasi luar biasa
dengan dianugerahi Certificates of Merit With Spesial
Mentiondan Certificates of Merit untuk 9 kategori dari
10 yang dikirim BPJS Kesehatan untuk dikompetisikan.
Dalam konteks ISSA, Good Practice didefinisikan sebagai
sebuah pengalaman, aktivitas, pengukuran, proses,
program, proyek, atau teknologi yang diimplementasikan
oleh organisasi jaminan sosial dengan tujuan perbaikan
kapasitas administratif dan operasional, dan/atau
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program.
Berikut ini9 Penghargaan ISSA untuk BPJS Kesehatan :
Certificates of Merit With Spesial Mention :
1. Implementation of integrated risk management
in line with ISSA Guidelines to manage the National
Health Social Security programme.
2. Involving the society to care about social health
care through Kader JKN Programme.
3. Mobile JKN : A one-stop solution for social security
health services at people’s fingertips.
Certificates of Merit:
1. Commitmend-based capitation as Indonesia’s
model for performance-based payment system
for primary care providers: Resolving the
challenges of implementing the KBK Scheme
in Indonesia’s National Health Social Security
Program.
2. Customer Service Time Index and Customer
Voice Integrated System CSTI-SUPEL
3. DEFRADA (Deteksi Potensi Fraud dengan
Analisa Data Klaim) The Development of a fraud
detection tool in hospital service.
4. Ease of registration for National Health Social
Security through Fast Track.
5. Health Facilities Information System (HFIS)
for better contracting accountability and more
effective referral system.
6. Implementing digital claim hospital verification
in National Health Social Security in Indonesia.
SETELAH PENGHARGAAN ASEAN, BPJS KESEHATAN SABET 9 PENGHARGAAN ASIA PASIFIC
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 69 6
F O K U S
MENUJUCAKUPAN SEMESTA
KESEHATAN
Sejak mulai diimplementasikan per 1 Januari
2014, kehadiran Program Jaminan Kesehatan
Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan semakin
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dengan
berbagai dinamika yang terjadi, tidak terbantahkan
lagi bahwa Program JKN-KIS telah membuka akses
yang lebih luas bagi masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan. Tantangan lainnya akan dihadapi BPJS
Kesehatan di tahun 2019, yakni mewujudkan cita-
cita bangsa Indonesia mencapai cakupan kesehatan
semesta atau Universal Health Coverage (UHC).
Tidak mudah memang. Namun, dengan sinergi
yang dilakukan dan berbagai inovasi yang terus
dikembangkan, cita-cita mulia ini tidak mustahil
untuk diwujudkan.
Program JKN-KIS yang diselenggarakan oleh
BPJS Kesehatan telah mendekati penghujung
tahun ke lima. Hingga 1 November 2018, jumlah
peserta yang terdaftar dalam Program JKN-KIS
telah mencapai 205.071.003 jiwa atau mencakup 78,16%
dari total penduduk Indonesia. Fasilitas kesehatan
(Faskes)yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan
melayani peserta JKN-KIS mencapai 27.105 faskes.
Telah banyak masyarakat yang merasakan manfaat dari
hadirnya program ini. Dalam waktu empat tahun (2014-
2017), pemanfaatan pelayanan kesehatan di seluruh
tingkat layanan mencapai 640,2 juta pemanfaatan,
atau rata-rata 438.000 per hari. Sedangkan untuk biaya
pelayanan kesehatan yang sudah dikeluarkan selama
tahun 2014-2017, totalnya mencapai Rp250 triliun yang
terdiri dari Rp203 triliun di Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL), dan Rp47 triliun di Fasiitas
Kesehatan Tingkat Pertama.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris
menyampaikan, dengan dicanangkannya pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional per 1 Januari 2014, yang
merupakan implementasi dari amanat Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN), Bangsa Indonesia telah melakukan
lompatan besar yang luar biasa dalam penyelenggaraan
2019
INFO BPJS KESEHATANEDISI 69 7
FOKUSjaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan pencanangan tersebut, Bangsa Indonesia telah
meretas jalan menuju cakupan kesehatan semesta.
Fachmi menambahkan, pencanangan tersebut juga telah
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya bergotong-
royong dalam memelihara dan menjaga kesehatan
bersama. Pemeliharaan kesehatan tidak lagi hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun juga
menjadi tanggung jawab dan kebutuhan bersama, antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten dan Kota serta seluruh komponen masyarakat.
Membenahi Data
Sesuai dengan peta jalan Program JKN-KIS, diharapkan
pada tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah
terdaftar dalam Program JKN-KIS atau Universal
Health Coverage. Untuk mewujudkan cita-cita mulia
tersebut, BPJS Kesehatan terus berupaya mendorong
laju pertumbuhan peserta JKN-KIS, mulai dari segmen
peserta peserta Pekerja Penerima Upah (PPU), Pekerja
Bukan Penerima Upah (PBPU), Bukan Pekerja (BP) dan
Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS
Kesehatan, Andayani Budi Lestari menyampaikan,
dalam upaya mewujudkan cakupan kesehatan semesta,
memang masih ada beberapa hal yang menjadi
tantangan. Misalnya saja sanksi atau punishment tidak
bisa mendapatkan pelayanan publik bagi masyarakat
yang belum terdaftar sebagai peserta JKN-KIS sesuai
dengan amanat PP 86 tahun 2013. Bila hal ini belum
bisa dilaksanakan, maka tidak ada ketegasan kepada
masyarakat untuk segera mendaftar.
Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang belum
menyadari akan pentingnya pemiliki proteksi jaminan
kesehatan dengan menjadi peserta JKN-KIS. Padahal,
sakit bukan hanya menggerogoti kesehatan, tetapi juga
bisa memiskinkan mereka, terutama untuk penyakit-
penyakit berbiaya mahal.
“Edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya
memiliki jaminan kesehatan akan terus dilakukan.
Makanya tagline kita kan protection, sharing, and
compliance. Artinya kita mengedukasi masyarakat
bahwa suatu saat kalau terkena penyakit berbiaya
mahal, itu akan berat. Kalau pun tidak sakit, iuran yang
mereka bayarkan sebetulnya dipakai untuk membantu
peserta lain yang sakit. PR besarnya saat ini memang
terkait compliance, bagaimana setiap warga negara taat
menjalankan kewajibannya untuk mendaftar sebagai
peserta JKN-KIS,” ujar Andayani.
Sambil proses ini berjalan, Andayani menambahkan
BPJS Kesehatan juga terus membenahi data sebagai
tulang punggung kepesertaan JKN-KIS, termasuk
untuk data peserta PBI agar tidak terjadi exclusion error
dan inclusion error. Dalam hal ini, BPJS Kesehatan
terus berkoordinasi dengan Ditjen Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Disdukcapil) untuk melakukan proses
penyelarasan Data Kependudukan (NIK).
Ditjen Dukcapil juga telah memberikan Data NIK
yang belum menjadi peserta JKN-KIS kepada BPJS
Kesehatan. Data tersebut selanjutnya digunakan untuk
menugaskan para petugas perluasan peserta BPJS
Kesehatan untuk melakukan pendekatan, baik kepada
Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan masyarakat untuk
segera mendaftarkan diri menjadi peserta JKN KIS.
“Dengan Dukcapil, kita sudah tukar-menukar data.
Sehingga sekarang ini kita sudah punya data mana
saja yang belum punya NIK dan yang belum masuk di
data masterfile kepesertaan BPJS Kesehatan. Ini yang
nantinya akan kita selaraskan dengan daerah, supaya
bisa ketahuan siapa saja yang belum mendaftar, dan
juga untuk mencari tahu apakah yang ada di dalam data
tersebut benar atau tidak. Karena kan induk dari data itu
harusnya satu,” paparnya.
Dukungan pemerintah daerah juga sangat dibutuhkan
dalam mewujudkan cakupan kesehatan semesta.
Andayani memberi contoh apa yang sudah dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan terlebih dahulu
membayarkan iuran seluruh warganya untuk kelas tiga.
“Karena masih ada beberapa kendala, kita mencari
beberapa kota, kabupaten, dan provinsi yang siap, mulai
dari siap pemahaman, data, dan juga kemampuan bayar.
Kemampuan bayar ini apakah dari masyarakatnya atau
dari pemerintah daerahnya. Misalkan di DKI Jakarta,
datanya sudah siap dan pemerintahnya mampu bayar,
sehingga mereka bayarin dulu iuran semua warganya.
Kemudian setelah warganya menerima kartu, kalau
memang bersedia di kelas tiga, ya bisa diteruskan. Tetapi
kalau tidak mau di kelas tiga dan merasa mampu, mereka
harus mendaftar secara mandiri dengan mengembalikan
kartunya,” papar Andayani.
“Hal inilah yang juga kami minta dari beberapa
pemerintah daerah, sambil kami berbenah dengan
Dukcapil menyelaraskan datanya. Tapi kan ada juga
daerah yang memang tidak mampu bayar. Kalau
Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan
Andayani Budi Lestari
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 69 8
kondisinya seperti itu, ini yang nantinya disiapkan apakah
akan ditarik ke PBI nasional atau seperti apa. Artinya,
kita sedang mempersiapkan data yang bisa dibaca oleh
semua stakeholder, sehingga bisa ditentukan kebijakan
apa yang akan diambil,” sambung Andayani.
Dalam mencapai Universal Health Coverage, setidaknya
terdapat tiga peran penting Pemda yang bisa dilakukan,
yakni memperluas cakupan kepesertaan, meningkatkan
kualitas pelayanan, dan juga peningkatan kepatuhan.
Saat ini, hampir seluruh Pemda telah mengintegrasikan
program Jamkesda mereka ke dalam Program JKN-KIS.
Hingga 1 Oktober 2018, yang telah mengintegrasikan
program Jamkesda ke JKN-KIS sebanyak 498 kabupaten/
kota dengan jumlah peserta 27.394.906.
Inovasi Wujudkan UHC
Selain membenahi data, BPJS Kesehatan juga terus
mengembangkan inovasi baru dalam upaya mewujudkan
cakupan kesehatan semesta. Salah satunya menggulirkan
Program Donasi JKN-KIS. Melalui program ini, badan
hukum maupun perorangan bisa dapat berpartisipasi
mewujudkan kepedulian untuk peningkatan kualitas
hidup masyarakat dengan mendaftarkan dan
membayarkan iuran sebagai peserta JKN-KIS.
Bagi badan hukum berupa badan usaha, Program
Donasi JKN-KIS ini dapat disinergikan dengan program
Corporate Social Responsibility (CSR), di mana badan
usaha mendaftarkan dan membayarkan iuran masyarakat
menjadi peserta JKN-KIS, melalui perjanjian kerja sama
dengan BPJS Kesehatan.
“Program Donasi JKN-KIS ini juga merupakan wujud dari
prinsip gotong royong dan kepedulian kepada sesama,
demi terwujudnya Indonesia yang lebih sehat,” ujar
Andayani.
Sementara itu, agar target kepesertaan PPU terpenuhi,
BPJS Kesehatan juga menggalakkan strategi canvassing
dan penegakan kepatuhan. Canvassing merupakan
aktivitas terencana yang dilakukan untuk memberikan
advokasi tentang kewajiban Pemberi Kerja, yaitu dengan
mendaftarkan seluruh pekerja dan anggota keluarganya
menjadi peserta JKN-KIS. Hal ini dilakukan melalui
pemetaan Badan Usaha berdasarkan area terkecil
(seperti kelurahan dan kecamatan) untuk mendapatkan
data potensi Badan Usaha dan ditindaklanjuti secara
terintegrasi bersama kepatuhan.
Melalui canvassing yang dilakukan door to door ini,
petugas BPJS Kesehatan dapat menjaring langsung
Badan Usaha yang belum bergabung dalam program JKN-
KIS. Selain itu, BPJS Kesehatan juga dapat lebih optimal
dalam mengedukasi Badan Usaha. Edukasinya bisa
bermacam-macam, mulai dari kewajiban mendaftarkan
seluruh karyawan, sosialisasi pemanfaatan E-Dabu, dan
petunjuk pelayanan peserta JKN-KIS.
Dalam kegiatan canvassing tersebut, petugas BPJS
Kesehatan juga akan membuat data badan usaha
yang tidak langsung mendaftar saat dikunjungi, untuk
selanjutnya dikoordinasikan dengan unit kerja kepatuhan.
Jika sudah diingatkan oleh unit kerja kepatuhan
dan badan usaha tersebut tetap enggan mendaftar,
maka BPJS Kesehatan akan mengkomunikasikan hal
tersebut kepada Dinas Tenaga Kerja dan Kejaksaan
untuk dilakukan langkah selanjutnya. Tidak sampai di
situ, beberapa inovasi lainnya yang juga dikembangkan
BPJS Kesehatan adalah Program Kader JKN untuk
meningkatkan pertumbuhan jumlah kepesertaan, serta
meningkatkan kolektabilitas iuran bagi segmen peserta
informal atau PBPU.
Inovasi Desa SWA JKN pun digulirkan untuk menjawab
tantangan kondisi geografis Indonesia yang sangat luas.
INFO BPJS KESEHATANEDISI 69 9
Program ini bertujuan untuk menjaring pemerataan
keanggotaan JKN-KIS untuk masyarkat di wilayah
terpencil yang selama ini kesulitan mendaftar maupun
membayar iuran lantaran akses yang sulit atau jauh.
Melalui program SWA JKN, dibuatlah mekanisme “BPJS
Kolektif”, di mana pengurusan pendaftaran kepesertaan
JKN-KIS, pembayaran iuran, hingga penagihan iuran
dikelola secara mandiri oleh aparat desa setempat.
Warga desa hanya tinggal datang ke kantor desa untuk
mendaftar atau membayar iuran.
Tidak hanya merekrut peserta baru, program Desa SWA
JKN juga memikirkan bagaimana pembiayaan iuran di
Desa SWA JKN bisa terus berkelanjutan. Alternatif solusi
yang ditawarkan sangat beragam, seperti swadaya dan
swakelola oleh masyarakat, swadaya yang dikelola aparat
desa, anggaran unit ekonomi produktif (BUMDES/KUD),
atau melalui usaha pemberdayaan masyarakat. Konsep
yang sudah dijalankan di beberapa daerah seperti
program gugus ketahanan pangan.
Selain itu, kanal-kanal pendaftaran telah diperluas untuk
memberi kemudahan kepada masyarakat yang ingin
mendaftar. Mengikuti perkembangan era digital, aplikasi
Mobile JKN juga dihadirkan untuk mengakomodir
berbagai kebutuhan peserta.
Meningkatkan Pelayanan
Menjelang Universal Health Coverage, performa Fasilitas
Kesehatan juga terus ditingkatkan. Misalnya melalui
implementasi Kapitasi Berbasis Kompetensi Pelayanan
(KBK) pada FKTP, sistem rujukan online, hingga
mengembangkan sistem Pelayanan Informasi dan
Penanganan Pengaduan (PIPP) di rumah sakit, sehingga
dapat memudahkan akses peserta dalam mendapatkan
informasi dan penanganan pengaduan melalui kanal
pelayanan rumah sakit, serta meningkatkan kepuasan
peserta terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit.
“Seluruhnya memang kita benahi, mulai dari pelayanan
di kantor-kantor cabang, sampai di fasilitas kesehatan.
Sehingga masyarakat yang sudah menjadi peserta akan
merasa puas dan ikhlas membayar iuran setiap bulan,”
tutur Andayani.
Di sisi lain, Presiden Republik Indonesia juga telah
mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun
2017 Tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatana Nasional. Dalam Impres tersebut, Presiden
menginstruksikan kepada 11 pimpinan lembaga negara
untuk mengambil langkah sesuai kewenangannya dalam
rangka menjamin keberlangsungan dan peningkatan
kualitas pelayanan peserta JKN-KIS. 11 pimpinan
lembaga negara itu terdiri dari Menteri Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK),
Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Sosial, Menteri BUMN, Menteri Ketenagakerjaan,
Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung,
Direksi BPJS Kesehatan, Para Gubernur, serta Para
Bupati dan Walikota.
“Melalui berbagai sinergi dan inovasi yang kami lakukan,
serta dukungan dari lembaga-lembaga negara terakit,
mudah-mudahan saja Universal Health Coverage bisa
lebih cepat terwujud, sehingga tidak ada lagi penduduk
Indonesia yang kesulitan mengakses fasilitas kesehatan
saat jatuh sakit,” ujar Andayani.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 69 10
B I N C A N G
DUKCAPIL PERCEPAT LAYANAN KTP E1
Jaminan kesehatan semesta atau Universal
Health Coverage (UHC) semakin di depan mata.
Di tahun 2019, sebanyak 95 persen atau sekitar
249,8 juta orang dari total penduduk Indonesia
(263 juta berdasarkan data Dukcapil) diharapkan sudah
menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional-
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Sampai dengan
1 November 2018, jumlah peserta JKN-KIS telah
mencapai 205.071.003 atau mencakup 80 persen dari
total penduduk Indonesia. BPJS Kesehatan bersama
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) terus
bersinergi khususnya dalam optimalisasi pemanfaatan
data Nomor Induk Kependudukan (NIK). Berbagai inovasi
pun telah dikembangkan dua instansi ini agar pelayanan
administrasi peserta JKN-KIS makin optimal.
Dirjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh,SH,MH.
DUKUNG UHC
INFO BPJS KESEHATANEDISI 69 11
BINCANG
Misalnya melakukan pemadanan
data peserta dengan data
kependudukan. Per Juli 2018, Ditjen
Dukcapil dan BPJS telah melakukan
pemadanan data peserta JKN-
KIS sebanyak 198.197.889 jiwa.
Sementara, data peserta yang
belum terisi lengkap seperti data
NIK, alamat, tanggal lahir dan
lainnya sudah dan terus dilengkapi,
diverifikasi serta validasi.
Lebih jauh tentang dukungan Ditjen
Dukcapil terhadap Program JKN-KIS,
khususnya dalam mencapai UHC di
2019, berikut ini adalah tanggapan
Dirjen Dukcapil Kementerian
Dalam Negeri, Prof. Dr. Zudan Arif
Fakrulloh,SH,MH.
Bagainana komitmen Dukcapil
dalam mendukung program JKN-
KIS khususnya untuk capai UHC ?
Sebenarnya untuk mendukung
keberlangsungan Program JKN-KIS,
termasuk mencapai UHC di 2019,
kami optimalkan Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 8 tahun 2017
tentang Optimalisasi Pelaksanaan
Program JKN. Dalam inpres itu,
Presiden meminta para menteri
terkait untuk mengambil langkah-
langkah sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing guna
menjamin keberlangsungan dan
peningkatan kualitas pelayanan JKN.
Dari 14 menteri yang diinstruksikan,
salah satunya adalah Menteri Dalam
Negeri.
Presiden telah mengintsruksikan
Menteri Dalam Negeri agar
meningkatkan pembinaan dan
pengawasan kepada gubernur,
bupati, dan walikota dalam
melaksanakan JKN-KIS. Memastikan
kepala daerah mengalokasikan
anggaran, dan mendaftarkan seluruh
penduduknya dalam program JKN.
Juga memastikan gubernur, bupati,
dan walikota untuk menyediakan
sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan dan sumber daya
manusia kesehatan di wilayah
masing-masing.
Selain itu menyediakan data
penduduk berbasis NIK untuk
dapat dimanfaatkan sebagai data
kepesertaan JKN. Komitmen
Dukcapil dalam mendukung
optimalisasi JKN-KIS tercermin
dari bagaimana kami serius
menyikapi masalah penyediaan
data penduduk berbasis NIK untuk
dapat dimanfaatkan sebagai data
kepesertaan JKN.
Bagaimana penataan adminduk
untuk optimalkan JKN-KIS ?
Komitmen terhadap optimalisasi
Program JKN-KIS terlihat dari
upaya kami mengentaskan
masyarakat tak sadar administrasi
penduduk (adminduk) yang secara
langsung membantu optimalisasi
penerapan JKN. Pasalnya, produk
adminduk adalah satu-satunya data
kependudukan yang digunakan
untuk mendaftar sebagai anggota
program JKN-KIS.
Tahun ini, sesuai dengan hasil
rapat terbatas penataan adminduk
dengan Presiden Joko Widodo pada
April 2018, yang kami tindaklanjuti
dengan cepat dengan menerbitkan
Permendagri Nomor 19 Tahun
2018 Tentang Peningkatan Kualitas
Pelayanan Adminduk, kami gerak
cepat meningkatkan kualitas dan
mempercepat layanan adminduk di
daerah.
Hal ini sejalan dengan Instruksi
Mendagri Tentang Gerakan Indonesia
Sadar Administrasi Kependudukan
(GISA) tertanggal 7 Februari 2018.
Sadar Adminduk ditunjukkan dalam
4 hal, yakni sadar akan pentingnya
dokumen kependudukan, pentingnya
pemutakhiran data kependudukan,
pentingnya pemanfaatan data
kependudukan untuk semua
urusan, dan pentingnya pelayanan
administrasi kependudukan yang
membahagiakan rakyat.
Untuk mempercepat layanan KTP
elektronik (KTP el) kami juga sudah
menerbitkan surat edaran yang saya
tandatangani atas nama Mendagri
tentang Percepatan Penerbitan KTP
Elektronik tertanggal 3 Mei 2018.
Melalui edaran ini, setiap kepala
unit kerja/dinas dukcapil kabupaten
dan kota tetap memberikan layanan
perekaman dan percetakan KTP-el
pada hari Sabtu dan Minggu serta
hari libur lainnya.
Kami juga meminta agar mereka
segera menerbitkan KTP-el bagi
penduduk yang status perekamannya
sudah siap cetak, termasuk KTP-
el bagi penduduk yang memegang
surat keterangan pengganti KTP-el
yang telah habis masa berlakunya.
Kepada kepala unit kerja atau dinas
kependudukan dan pencatatan sipil
provinsi agar melakukan pengawasan
terhadap percepatan pelayanan
perekaman dan penerbitan KTP-el
yang dilakukan unit kerja atau dinas
di tingkat kabupaten/kota. Semua itu
kami lakukan untuk menghadirkan
data kependudukan yang tidak hanya
akurat, tapi efektif dan efisien.
Harapan Bapak terhadap Program
JKN-KIS ?
Impian kami, BPJS Kesehatan
mencapai target UHC di mana
100 persen penduduk Indonesia
terlindung jaminan kesehatannya.
Impian ini pasti mendapat dukungan
semua pihak, pemerintah maupun
swasta, sehingga menurut saya
tidak ada kendala yang berarti untuk
mencapainya.
Hanya, tantangan besar kita bukan
pencapaian UHC, melainkan lebih
kepada membangun kesadaran
semua pihak, pemerintah, swasta,
dan masyarakat, untuk komitmen
dengan keberlanjutan dan
pengembangan program JKN-KIS
di masa masa mendatang yang
tantangannya bisa jadi tidak pernah
bisa kita duga kompleksitasnya.
Untuk mendukung program JKN-
KIS, sesuai dengan tugas dan
kewenangan kami akan berusaha
semaksimal mungkin untuk
konsisten dan komitmen, salah
satunya melalui pemberian identitas
kependudukan kepada seluruh
penduduk Indonesia berupa NIK dan
KTP-el sebagai basis kepesertaan
dan pengembangan program JKN-
KIS ke depan.
Bahkan pemberian NIK dan KTP-
el ini sudah masuk dalam rencana
aksi nasional optimalisasi JKN.
Rencana aksi ini dipantau langsung
oleh Presiden Joko Widodo melalui
Kantor Staf Presiden. Juga dalam
waktu dekat kami akan membahas
bersama KSP terkait kegiatan
prioritas pantauan KSP Tahun
2018 dan 2019, yang di antara
agendanya terkait dengan identitas
kependudukan dan JKN.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 69 12
B E N E F I T
12
Wilayah Indonesia yang sangat luas
dengan penduduk yang menyebar
sampai ke daerah terpencil menjadi
salah satu tantangan yang dihadapi
dalam menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Tantangan
itu makin berat karena pembangunan infrastruktur yang
belum merata sehingga ada wilayah yang sulit diakses,
termasuk ketersediaan fasilitas kesehatan dan sarana
serta prasarana pendukungnya.
Persoalan itu sudah diantisipasi pemerintah, oleh
karenanya UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mengatur bagi
daerah yang belum memiliki fasilitas kesehatan yang
memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan medik
sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan
kompensasi.
Ketentuan mengenai kompensasi ini diatur dalam
Peraturan Presiden (Perpres) No.82 Tahun 2018
tentang Jaminan Kesehatan. Perpres mengatur selain
kompensasi, BPJS Kesehatan dapat bekerjasama
dengan pihak lain untuk menyediakan fasilitas kesehatan.
Dalam Perpres sebelumnya, kompensasi yang bisa
diberikan ada 3 bentuk yaitu uang tunai, pengiriman
tenaga kesehatan dan penyediaan fasilitas kesehatan.
Sekarang, melalui Perpres No.82 Tahun 2018 bentuk
kompensasi itu hanya 2 yaitu uang tunai dan penyediaan
fasilitas kesehatan.
Dalam rangka pemberian kompensasi dan pemenuhan
pelayanan pada daerah belum tersedia Fasilitas
Kesehatan yang memenuhi syarat, BPJS Kesehatan
dapat mengembangkan pola pembiayaan pelayanan
kesehatan. Pengembangan pola pembiayaan kesehatan
ini meliputi pola pembiayaan untuk pelayanan kesehatan
Bagi Peserta yang Wilayahnya Belum Tersedia Fasilitas Kesehatan
Ada KompensasiKompensasi yang diberikan bisa berbentuk uang tunai atau menyediakan fasilitas kesehatan.
INFO BPJS KESEHATANEDISI 69 13
BENEFIT
13
bergerak, pelayanan kesehatan berbasis telemedicine,
dan/atau pengembangan pelayanan kesehatan lain yang
ditetapkan oleh Menteri.
Ketentuan mengenai kompensasi akan diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan yang akan ditetapkan
paling lambat 6 bulan setelah Perpres No.82 Tahun
2018 diundangkan. Selama belum ada pengaturan baru,
pemberian kompensasi mengacu ketentuan yang saat ini
berlaku.
Uji Coba
Tahun 2017 BPJS Kesehatan telah melakukan uji coba
pemberian kompensasi bagi daerah belum tersedia
fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat di 6(enam)
kabupaten/kota berupa pengiriman tenaga medis. Uji
coba itu menggunakan indikator untuk menentukan
daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang
memenuhi syarat.
Indikator yang digunakan meliputi ketersediaan FKTP/
jejaring, jarak menjangkau fasilitas kesehatan, letak
geografis, dan akses transportasi. Dalam uji coba itu
BPJS Kesehatan bersama pemerintah daerah dan
asosiasi fasilitas kesehatan melakukan asesmen
terhadap pemenuhan indikator tersebut.
Dalam uji coba kompensasi uang tunai acuan yang
digunakan yaitu tarif pelayanan kesehatan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang tidak bekerjasama.
Tapi kompensasi uang tunai tidak direkomendasikan
karena administrasi implementasinya sulit dan tidak
meningkatkan ekuitas askes terhadap pelayanan
kesehatan.
BPJS Kesehatan hanya menjamin kompensasi uang
tunai untuk biaya pelayanan kesehatan langsung, tidak
termasuk transportasi, akomodasi dan pelayanan lain
yang tidak termasuk dalam cakupan benefit program
JKN.
Untuk uji coba terkait penyediaan fasilitas kesehatan,
bentuknya pengiriman tenaga kesehatan dari fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Kegiatan itu dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama
dengan pemerintah daerah. Dalam uji coba ini pemerintah
daerah menjamin akomodasi tenaga kesehatan serta
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, sedangkan
BPJS Kesehatan menjamin biaya pelayanan kesehatan
untuk komponen non kapitasi dan lumpsum harian untuk
tenaga kesehatan.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 69 14
P E L A N G G A N
14
Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan
geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.
Penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)
mengacu prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) antara lain menyeluruh (komprehensif)
sesuai standar pelayanan medik yang cost effective dan
rasional. Serta pelayanan terstruktur, berjenjang dengan
portabilitas dan ekuitas.
Oleh karenanya dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada peserta, program JKN-KIS menganut mekanisme
rujukan berjenjang. Pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat
darurat, kekhususan permasalahan kesehatan pasien,
pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan
fasilitas.
Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjutan atas indikasi medis, Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama (FKTP) harus merujuk ke
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL)
terdekat sesuai dengan Sistem Rujukan yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan
ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Untuk rujukan ke faskes
yang tingkatnya lebih tinggi, bisa dilakukan oleh dokter
yang bertanggungjawab di FKTP yang bersangkutan.
Bagi peserta yang mengalami kegawatdaruratan bisa
langsung menyambangi FKRTL terdekat.
Setiap pemberi pelayanan kesehatan wajib merujuk
pasien bila keadaan penyakit atau permasalahan
kesehatan memerlukannya. Sebelum melakukan
rujukan, perujuk harus melakukan pertolongan pertama
dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai
indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk
tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan.
Perujuk juga perlu melakukan komunikasi dengan
penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima
rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan
pasien gawat darurat dan membuat surat pengantar
Bisa Langsung Dirujuk Ke RS Kelas B dan A
PENYAKIT BERAT
INFO BPJS KESEHATANEDISI 69 15
PELANGGAN
15
rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.
Dalam melakukan komunikasi itu, penerima rujukan
wajib menginformasikan ketersediaan sarana dan
prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga
kesehatan dan memberikan pertimbangan medis atas
kondisi pasien.
Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah
diterima oleh penerima rujukan. Penerima rujukan
bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan
kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan dan wajib
memberikan informasi kepada perujuk mengenai
perkembangan keadaan pasien setelah selesai
memberikan pelayanan.
Untuk memudahkan peserta dalam melakukan rujukan,
BPJS Kesehatan telah mengembangkan sistem rujukan
online. Implementasi rujukan online diharapkan dapat
memberikan kontribusi besar dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Indonesia. Penerapan
rujukan online bisa dikatakan salah satu momentum
dalam perbaikan sistem rujukan berjenjang berbasis
kompetensi di Indonesia yang selama ini masih sulit
untuk diimplementasikan.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam menerapkan
sistem rujukan online yakni bagaimana peserta
memahami dan meyakini bahwa ia akan mendapatkan
pelayanan kesehatan berdasarkan pada kapasitas dan
kompetensi dari pemberi pelayanan kesehatan, misalnya
dokter atau rumah sakit. Karena saat ini masih ada
peserta yang berpikiran, misalnya hanya cocok dilayani
di RS atau dokter tertentu. Padahal kapasitas atau
kompetensi pemberi pelayanan kesehatan yang lain bisa
dikatakan sama.
Dalam pelaksanaan rujukan online, penting bagi fasilitas
kesehatan melengkapi dan memperbarui kompetensi
dan sarana melalui aplikasi Health Facilities Information
System (HFIS), serta terus mengedukasi konsep
rujukan online kepada peserta. Digitalisasi rujukan ini
makin mendekatkan peserta JKN-KIS dengan fasilitas
kesehatan dan mengurangi antrean dalam pelayanan
kesehatan.
BPJS Kesehatan terus menyempurnakan sistem rujukan
online ini, khususnya aplikasi P-Care di FKTP dan V-Claim
di FKRTL. Pada aplikasi P-Care akan dioptimalkan
mekanisme pencarian FKRTL menggunakan
kapasitas sesuai kompetensi, rujukan kondisi khusus
menampilkan riwayat pelayanan di FKRTL sebelumnya
dan penambahan informasi masa berlaku surat rujukan.
Untuk aplikasi V-Claim akan Penambahan informasi masa
berlaku surat rujukan di SEP (Surat Eligibilitas Peserta).
Penerapan uji coba rujukan online sudah bergulir sejak
15 Agustus 2018, dan berdampak pada tertatanya
distribusi pasien rujukan tingkat lanjut di RS sesuai
dengan kelasnya. Tapi untuk lebih menyempurnakan
sistem ini, penerapan uji coba rujukan online akan
diperpanjang sampai dengan 31 Oktober 2018, dengan
tujuan untuk lebih menguatkan keterlibatan dan sinergi
dengan Dinas Kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan
dalam melakukan review mapping dan validasi kapasitas
FKRTL, serta optimalisasi bridging system.
Kemudahan dan kepastian pasien dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kelas dan
kompetensi rumah sakit memang menjadi salah satu
tujuan dari rujukan online. Ini menjadi bagian dari
upaya untuk mewujudkan harapan masyarakat yang
menginginkan tidak ada lagi antrean dan kualitas layanan
meningkat.
Salah satu tantangan yang dihadapi program JKN-KIS
yakni terbatasnya jumlah fasilitas kesehatan seperti RS
dan sebarannya tidak merata. Begitu pula kompetensi
setiap RS, misalnya jumlah dokter spesialis dan sarana
prasarana tidak sama. Di tengah tantangan itu program
JKN-KIS harus memberikan pelayanan kesehatan kepada
peserta sesuai kebutuhan medis berdasarkan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
Sistem rujukan online tidak menutup kesempatan bagi
peserta JKN-KIS untuk mendapatkan pelayanan di rumah
sakit tujuan rujukan kelas B dan kelas A selama sesuai
dengan kebutuhan medisnya. Untuk kasus tertentu
yang kompetensinya hanya dimiliki oleh rumah sakit
kelas B, bisa langsung dirujuk dari FKTP ke rumah sakit
kelas B. Misalnya, gagal ginjal (hemodialisa), hemofilia,
thalassemia, kemoterapi, radioterapi, jiwa, kusta, TB-
MDR, dan HIV-ODHA.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 69 16
T E S T I M O N I
Guna mewujudkan jaminan kesehatan cakupan
kesehatan semesta atau Universal Health
Coverage (UHC) pada tahun 2019, dibutuhkan
dukungan dari banyak pihak untuk membantu
kesuksesan Program Jaminan Kesehatan Nasional -
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), salah satunya dari
badan usaha.
Selain mendaftarkan seluruh karyawan beserta anggota
keluarganya ke dalam Program JKN-KIS dan disiplin
dalam membayar iuran, dukungan lain yang juga bisa
diberikan badan usaha adalah melalui program Donasi
JKN-KIS.
Melalui program ini, badan usaha/lembaga atau badan
lainnya maupun perorangan bisa membantu sesama
yang membutuhkan uluran tangan untuk didaftarkan dan
dibayarkan iurannya sebagai peserta JKN-KIS.
Bagi badan usaha, program Donasi JKN-KIS ini
dapat disinergikan dengan program Corporate Social
Responsibility (CSR) yang selama ini sudah dijalankan
perusahaan, di mana badan usaha mendaftarkan
sejumlah keluarga tidak mampu menjadi peserta JKN-
KIS, dan dibayarkan iurannya melalui perjanjian kerja
sama dengan BPJS Kesehatan.
Dukung Terwujudnya UHC
Badan usaha yang telah berpartisipasi dalam program
Donasi JKN-KIS adalah Optik Internasional, salah satu
perusahaan yang memberikan pelayanan kesehatan
di bidang perkacamataan. Dari 255 cabang Optik
Internasional yang ada di seluruh Indonesia, saat ini
sebagian besarnya sudah bekerja sama menjadi optik
provider BPJS Kesehatan, dan juga mengikuti program
Donasi JKN-KIS.
Salurkan Dana CSR Melalui Program Donasi JKN-KIS
Optik Mikeda & Optik Internasional
INFO BPJS KESEHATANEDISI 69 17
TESTIMONIGM Operation Optik Internasional, Elviati menyampaikan,
keterlibatan Optik Internasional dalam program Donasi
JKN-KIS merupakan bentuk dukungan perusahaan
terhadap program pemerintah dalam mencapai Universal
Health Coverage. Apalagi di lingkungan cabang Optik
Internasional beroperasi, masih banyak ditemukan
masyarakat kurang mampu yang membutuhkan uluran
tanggan untuk dibantu menjadi peserta Program JKN-KIS
dan dibayarkan iuran bulanannya.
"Sebagai perusahaan berskala nasional, bentuk
kepedulian terhadap sesama yang dilakukan Optik
Internasional sebetulnya bukan hal yang baru. Kali ini
kami ikut terlibat di dalam program Donasi JKN-KIS untuk
mendukung cita-cita pemerintah mencapai Universal
Health Coverage," ungkap Elviati.
Untuk setiap cabang Optik Internasional, jumlah warga
tidak mampu yang didaftarkan dan dibayarkan iurannya
dalam program Donasi JKN-KIS ini sangatlah bervariasi.
Ada cabang yang memberikan bantuan untuk 100 warga,
200 warga, hingga 300 warga. Warga yang dibantu
tersebut merupakan masyarakat tidak mampu yang
belum terdaftar sebagai Peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah.
"Sebagai perusahaaan yang juga bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan, tentunya kami ingin keterlibatan Optik
Internasional di dalam program Donasi JKN-KIS ini bisa
selamanya dengan cakupan yang lebih luas, sehingga
makin banyak warga tidak mampu yang bisa terbantu.
Yang kami lakukan ini memang tidak besar, tetapi kami
berharap ini bisa menginspirasi badan usaha lain untuk
melakukan hal serupa dalam mendukung pencapaian
Universal Health Coverage," ujar Elviati.
Selain Optik Internasional, badan usaha serupa yang juga
mengikuti program Donasi JKN-KIS adalah Optik Mikeda.
Saat ini ada lima cabang Optik Mikeda yang sudah
bekerja sama sebagai optik provider BPJS Kesehatan,
dua di antaranya telah mengikuti program Donasi JKN-
KIS, yaitu Optik Mikeda Mall Artha Gading di Jakarta
Utara dan Optik Cilegon.
Untuk Optik Mikeda Mall Atha Gading Jakarta Utara,
jumlah warga tidak mampu yang dibantu sebanyak 50
orang, sementara Optik Cilegon sebanyak 100 orang.
Warga tersebut didaftarkan dan dibayarkan iurannya
sebagai peserta Program JKN-KIS untuk kelas 3.
"Sebagai badan usaha yang juga bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan, intinya kami ikut mendukung program-
program yang dijalankan BPJS Kesehatan, termasuk
di program Donasi JKN-KIS ini," ujar Manager Optik
Mikeda, Nadi Supriadi.
Meskipun saat ini baru ada dua cabang Optik Mikeda
yang berpastisipasi dalam program Donasi JKN-KIS, Nadi
menyampaikan untuk cabang-cabang lainnya juga akan
didorong untuk melakukan hal serupa, sehingga warga
tidak mampu yang bisa dibantu menjadi lebih besar. Tiga
cabang Optik Mikeda lainnya berada di Rawamangun,
Salemba, dan Cibarusah.
"Selama kami masih bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan, harapannya donasi yang kami berikan ini bisa
berjalan selamanya, tidak hanya satu atau dua tahun saja.
Kalau pun ada warga yang iurannya sudah dibayarkan
oleh pemerintah, nantinya donasi kami ini bisa dialihkan
ke warga lain yang membutuhkan," ujar Nadi.
GM Operational Optik Internasional
Elviati
Manager Optik Mikeda
Nadi Supriadi
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 69 18
I N S P I R A S I
Aktor Di-era 90 an Fuad Baradja
Lepas dari Jerat Rokok BANTU MASYARAKAT
Di tahun 1990-an, sosok Fuad Baradja sangat
dikenal sebagai pemeran ayah Sahrul Gunawan
dalam sinetron Jin dan Jun. Lama tidak muncul
di layar kaca, Fuad rupanya tengah sibuk
mengampanyekan bahaya rokok. Beberapa tulisannya
di media sosial mengenai bahaya rokok juga sudah
banyak diterbitkan menjadi buku, seperti buku “Hari Gini
Masih Ngerokok? Apa Kata Dunia” dan “Love Your Live,
Lebih Memahami Perilaku Merokok”. Selain itu, Fuad
juga membuka klinik berhenti merokok di rumahnya di
kawasan Jatiwarna Bekasi untuk membantu masyarakat
melepaskan diri dari jerat rokok.
Fuad bercerita, ketertarikannya pada masalah rokok
bermula dari artikel yang dibacanya di surat kabar
tahun 1998. Artikel tersebut membahas tentang biaya
kesehatan akibat rokok yang jauh lebih besar ketimbang
pendapatan pemerintah dari cukai rokok. Hal ini
mengusik rasa ingin tahunya tentang bahaya rokok.
“Moment itu memang menjadi turning point dari
kegiatan yang saya jalani saat ini. Saya mulai mendatangi
lembaga penanggulangan masalah rokok untuk mencari
tahu lebih banyak tentang bahaya rokok. Dari situ
saya baru tersadar bahwa rokok ternyata tidak hanya
menyebabkan penyakit-penyakit berbahaya, tetapi juga
bisa memiskinkan mereka,” ujar Fuad.
Tidak hanya untuk diri sendiri, pengetahuan tersebut
kemudian juga dibagikan Fuad kepada masyarakat.
Saat tidak ada jadwal syuting, ia kerap mendatangi
sekolah-sekolah untuk memberikan penyuluhan tentang
bahaya rokok. Kegiatan ini dilakukannya secara sukarela.
“Setelah tahu lebih banyak tentang bahaya rokok, saya
merasa terpanggil untuk menyebarkan hal ini kepada
lebih banyak masyarakat, agar orang-orang yang belum
merokok tidak sampai ikut-ikutan, dan yang sudah
terlanjur merokok bisa segera berhenti,” ungkapnya.
Setelah 10 tahun keliling Indonesia untuk
menyosialisasikan bahaya rokok, barulah di tahun 2009,
Fuad mulai mempelajari teknik Spiritual Emotional
Freedom Technique (SELF). Teknik ini bisa membantu
menyelesaikan masalah fisik dan psikis, salah satunya
membantu orang-orang untuk berhenti merokok.
“Untuk memperbanyak jam terbang, setiap bertemu
orang yang merokok, saya sering menawarkan diri untuk
memberikan terapi, sampai akhirnya saya membuka
klinik berhenti merokok untuk membantu orang-orang
yang ingin kembali menjalani pola hidup sehat,” tutur
Fuad.
Sebelum aktif melakukan sosialisasi tentang bahaya
rokok, Fuad mengaku dulunya ia juga termasuk perokok
aktif mulai dari tahun 1980 sampai 1991. Namun, setelah
mengalami penyakit batuk yang berat selama satu bulan,
ia akhirnya memutuskan untuk menjauhkan diri dari
rokok.
“Berhentinya itu karena batuk yang tidak sembuh-
sembuh selama sebulan. Setelah dianjurkan dokter untuk
berhenti merokok, ternyata keesokan harinya batuk saya
langsung hilang. Itulah yang kemudian menjadi motivasi
saya untuk berhenti merokok,” cerita Fuad.
Kuncinya Niat dan Motivasi
Menurut Fuad, berhenti merokok setelah sebelumnya
menjadi kebiasaan sebetulnya tidak sulit. Kunci utamanya
adalah niat dan motivasi yang kuat untuk melepaskan
diri dari zat nikotin dalam rokok yang menyebabkan
kecanduan.
“Niat dan motivasi memang jadi kunci utama. Terapi yang
saya berikan ini sifatnya hanya membantu seseorang
bisa bertahan untuk tidak merokok sampai pengaruh
nikotin di otaknya hilang,” ujar Fuad.
Pengaruh nikotin ini biasanya hilang dalam waktu tiga
sampai empat minggu. Bila seseorang bisa bertahan
untuk tidak merokok sampai waktu tersebut, menurut
Fuad hampir dipastikan keinginannya untuk merokok
akan hilang. Dan hal itu hanya bisa dicapai apabila orang
tersebut memiliki niat dan motivasi yang kuat. Selain
itu, salah satu cara paling baik untuk berhenti merokok
adalah berhenti seketika. Jika bertahap, justru pengaruh
nikotinnya akan lebih lama hilang.
INFO BPJS KESEHATANEDISI 69 19
P E R S E P S I
Peraturan Presiden (Perpres) 82 Tahun 2018
tentang Jaminan Kesehatan akhirnya diterbitkan.
Perpres yang ditanda-tangani Presiden Joko
Widodo pada 17 September 2018 ini mengatur
salah satunya tentang langkah bauran kebijakan
pemerintah untuk mengatasi defisit keuangan Program
Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat
(JKN-KIS).
Pasal 99 Perpres 82 Tahun 2018 ini menyebutkan
bahwa pemerintah daerah (pemda) wajib mendukung
penyelenggaraan Program JKN-KIS melalui kontribusi
dari pajak rokok bagian daerah. Di Pasal 100 ayat 1
disebutkan besaran kontribusinya adalah 75% dari
50% realisasi penerimaan pajak masing-masing daerah.
Selanjutnya di Pasal 100 Ayat 2 disebutkan pajak rokok
ini langsung dipindahbukukan ke dalam rekening BPJS
Kesehatan.
Jika tahun ini total penerimaan cukai sebesar Rp147,8
triliun, maka sebesar 10% atau sekitar Rp14,7 triliun
masuk ke daerah-daerah sebagai pajak rokok. Dari
angka ini, 50% atau sekitar Rp7 triliunan di antaranya
dialokasikan untuk bidang kesehatan. Dari bagian
kesehatan ini, 75% atau sekitar Rp5 triliunan digunakan
untuk mendukung Program JKN-KIS. Namun, menurut
Peraturan Menteri Keuangan (PMK), pemotongan
pajak cukai rokok hanya diberlakukan kepada pemda
yang belum mendukung sepenuhnya Program JKN-
KIS, misalnya belum integrasikan penduduknya menjadi
peserta JKN-KIS, dan lain-lain. Sehingga diperkirakan ada
dana bersih sebesar Rp 1,4 triliun pajak rokok daerah
untuk dukung keberlangsungan Program JKN-KIS.
Ironisnya, banyak kalangan keliru menilai tujuan baik dari
Perpres 82 ini. Ada yang beranggapan bahwa dengan
menggunkan cukai untuk menutup defisit Program JKN-
KIS, maka perokok ikut menyumbang bagi pembiayaan
program pemerintah ini. Perokok berbangga karena
aktivitasnya ini dirasa membantu pelayanan JKN-KIS.
Ajakan untuk beramai-ramai merokok pun bermunculan
lewat sosial media. Bahkan muncul gambar BPJS
Kesehatan di bungkus rokok, yang terpampang dalam
bagian yang semestinya bergambar ilustrasi bahaya
merokok. Peringatan pemerintah yang semestinya
dicantumkan di bungkus rokok juga ikut diubah
dengan narasi yang menyebutkan bahwa merokok
dapat membantu BPJS Kesehatan, seperti: "Merokok
Meringankan BPJS" atau "Merokok Mendukung BPJS".
Tentu saja ini adalah salah kaprah. Karena pada dasarnya
cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
barang-barang yang mempunyai sifat atau karakteristik
yang ditetapkan dalam UU Cukai. Barang-barang yang
dikenai cukai adalah yang konsumsinya perlu dikendalikan,
keberadaannya perlu diawasi, pemakaiannya dapat
menimbulkan efek negatif bagi masyarakat/lingkungan
hidup, dan pemakaiannya perlu pungutan negara demi
keadilan dan keseimbangan. Selain rokok, dua produk
lain yang juga dikenai cukai adalah etil alkohol atau etanol
dan minuman yang mengandung etil alkohol.
Rokok termasuk barang yang dikenai cukai karena
merupakan produk turunan dari tembakau, dan
pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi
masyarakat atau lingkungan. Di luar negeri disebut
dengan sin tax atau pajak dosa. Merokok dianggap
berdosa karena merusak kesehatan dan lingkungan.
Uang cukai yang disetor produsen rokok kepada
pemerintah adalah uang yang diperoleh dari
masyarakat (perokok) yang notabene melanggar.
Cukai ini dipergunakan pemerintah untuk memperbaiki
berbagai hal, salah satunya kesehatan. Undang-
Undang 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah mengamanatkan 50% dari realisasi cukai rokok
dialokasikan untuk kesehatan.
Namun, kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat
merokok bahkan jauh lebih besar dari cukai yang masuk ke
APBN. Tahun 2017, Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
menghitung kerugian yang dialami Indonesia mencapai
Rp596,5 triliun per tahunnya. Kerugian karena rokok ini
empat kali lipat lebih besar dari penerimaan negara dari
cukai rokok di tahun yang sama hanya sebesar Rp139
triliun.
Hasil survei tentang kerugian ini dilaporkan Kemenkes
dalam buku berjudul “Health Economic Cost of Tobacco
in Indonesia”. Kerugian ini dihitung dari besarnya uang
untuk belanja rokok, biaya pengobatan untuk penyakit-
penyakit terkait rokok, dan hilangnya waktu produktif
akibat kecacatan serta kematian akibat rokok.
Penulis buku tersebut sekaligus peneliti dari
Badan Litbangkes Kemenkes, Soewarta Kosen,
mengungkapkan dalam satu tahun masyarakat Indonesia
setidaknya membakar Rp208 triliun untuk rokok. Belanja
rokok paling besar pada kelompok miskin.
Rokok adalah faktor risiko utama berbagai penyakit tidak
menular yang bersifat kronik dan membutuhkan biaya
tinggi, seperti kanker, jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Biaya kesehatan untuk penyakit-penyakit terkait rokok ini
turut membebani pembiayaan Program JKN-KIS.
Catatan BPJS Kesehatan menunjukkan, di tahun 2017
ada delapan penyakit katastropik yang menyerap
anggaran mencapai Rp18,4 triliun atau sekitar 21,84%
dari total pengeluaran untuk biaya pengobatan peserta
JKN di tahun itu sebesar Rp84,4 triliun. Penyakit jantung
menduduki posisi pertama sebesar Rp9,42 triliun,
disusul kanker Rp3,10 triliun, gagal ginjal dan stroke
masing-masing sebesar Rp2,25 triliun lebih. Di tahun
2018, hingga bulan Agustus, penyakit-penyakit ini masih
menduduki posisi yang sama sebagai penyedot anggaran
terbesar Program JKN-KIS. Dengan lebih besar kerugian
yang ditimbulkan dibanding manfaatnya, apakah perokok
masih berbangga dan menganggap menyumbang untuk
JKN-KIS ?.
Benarkah Perokok Menyumbang JKN-KIS ?
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 69 20
S E H A T & G A Y A H I D U P
Bersama Hewan Peliharaan
HIDUP LEBIH SEHAT
Memelihara hewan peliharaan sering
dianggap sebagai hal yang merepotkan.
Layaknya anggota keluarga, ada banyak
kebutuhan harian yang harus dipenuhi.
Mulai dari memberinya makan, minum, dijaga kebersihan
tubuhnya, dibersihkan kandangnya, hingga diajak
berinteraksi secara rutin.
Tidak seperti hewan ternak yang dipelihara untuk diambil
manfaatnya, hewan peliharaan biasanya dirawat sebagai
teman untuk menemani hari-hari pemiliknya, misalkan di
saat waktu luang. Jenis hewan peliharaan ini juga sangat
beragam, mulai dari yang jinak hingga buas sekalipun
seperti kucing, anjing, burung, dan juga ikan.
Tidak hanya lucu dan menggemaskan, ternyata ada
segudang manfaat yang bisa didapatkan dari hewan
peliharaan dari segi kesehatan fisik dan psikologi. Psikolog
Kasandra Putranto menyampaikan, banyak penelitian
membuktikan bahwa memiliki hewan peliharaan dapat
membantu individu mengatasi berbagai gangguan
psikologis, seperti menurunkan kecenderungan depresi,
kecemasan, dan kesepian. Bahkan untuk anak-anak
dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD),
memiliki hewan peliharaan bisa membantu mereka
berkonsentrasi lebih baik.
"Memiliki hewan peliharaan juga bisa memberikan
kenyamanan bagi pemiliknya. Mereka bisa menjadi
teman yang setia untuk menemani dan mendengarkan
keluh kesah tanpa menghakimi," ungkap Kasandra.
Selain itu, memiliki hewan peliharaan juga bisa melatih
pemiliknya untuk bertanggung jawab. Seperti ketika
mengurus diri sendiri, hewan tersebut harus dipelihara
dengan baik dan benar agar mereka tidak menderita,
jatuh sakit, atau bahkan mati akibat kelalaian kita. Semua
ini tentunya butuh kedisiplinan dan tanggung jawab dari
pemiliknya.
Mendorong Gaya Hidup Sehat
Tidak hanya dari sisi psikologis, memiliki hewan peliharaan
yang aktif seperti anjing ternyata juga bisa mendorong
individu untuk berkegiatan di luar rumah sebagai
rutinitas, yang kemudian mempengaruhi kesehatan fisik
dan psikologis mereka. Bahkan saat membersihkan
kandang, secara tak langsung pemiliknya juga dituntut
untuk menggerakkan tubuh layaknya berlatih fisik
INFO BPJS KESEHATANEDISI 69 21
SEHAT & GAYA HIDUP
Tren memelihara hewan reptil yang terkenal liar
dan buas belakangan ini kian meningkat. Padahal
hewan jenis ini sebetulnya tidak termasuk hewan
peliharaan, sehingga untuk memeliharanya pun
butuh komitmen dan perlakuan khusus.
Novandry Dwi Saputra dari Komunitas Dekat Bareng
Reptil (Debar) menyampaikan, untuk orang-orang
yang ingin memelihara reptil, setidaknya ada tiga
komitmen utama yang harus dipenuhi, yaitu siap
dicakar, siap digigit, dan siap disabet ekornya. Sebab
karakter reptil memang paling sulit ditebak dan bisa
menjadi agresif dengan tiba-tiba. Ditambah lagi
dengan sifat aslinya yang memang liar dan buas.
Bila tidak siap dengan ketiga hal tersebut, biasanya
pemilik hewan reptil akan kapok, lalu menelantarkan
hewan peliharaannya.
Selain itu, orang-orang yang memelihara reptil juga
harus tahu saat-saat reptil menjadi buas. Misalnya
untuk ular, sebaiknya tidak dipegang saat musim
ganti kulit atau birahinya sedang tinggi. Dalam
kondisi tersebut, ular biasanya akan berubah
menjadi sangat galak.
Memelihara Reptil Butuh Perlakuan Khusus
"Memiliki hewan peliharaan yang aktif bisa membuat
gaya hidup kita menjadi lebih sehat dan teratur, sebab
kita menjadi lebih banyak melakukan aktivitas di luar
rumah dan melakukan aktifitas lain untuk memenuhi
kebutuhan hariannya," tutur Kasandra.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh American
Heart Association (AHA), orang yang memiliki anjing bisa
berolahraga rutin karena harus mengajak anjingnya jalan-
jalan. Hasilnya, aktifitas tersebut mampu menurunkan
tekanan darah, tingkat kolesterol, kegemukan, serta
meningkatkan usia harapan hidup bagi para penderita
penyakit jantung.
Di luar hal tersebut, memelihara reptil sebetulnya
paling mudah dibandingkan jenis hewan lainnya.
Sebab reptil memiliki kebiasaan hanya makan sekali
seminggu dan jarang buang air besar. Dwi juga
mengingatkan untuk lebih dahulu mencari tahu
bagaimana perawatannya dan jenis makanannya.
Jangan sampai hal-hal tersebut baru diketahui
setelah memelihara reptil.
Namun, sebelum memelihara hewan, baiknya setiap
orang memperhatikan syarat-syarat tertentu, sebab
hewan adalah makhluk hidup yang juga membutuhkan
rasa tanggung jawab dalam memeliharanya. Yang harus
diperhatikan seperti meyakinkan diri sendiri jenis hewan
peliharaan yang akan dipelihara, kemampuan diri dalam
mempersiapkan tempat bagi hewan tinggal secara layak,
dan makanan yang cukup.
"Penting juga untuk memperhatikan kondisi pribadi,
apakah individu memiliki alergi terhadap jenis hewan
yang hendak dipelihara, lalu pertimbangkan kenyamanan
orang lain yang juga akan tinggal bersama hewan
tersebut," pesan Kasandra.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 69 22
KO N S U LTA S I
J A W A B :
J A W A B :
01
02
Jika ada pasangan suami istri yang masing-masing merupakan pekerja, maka keduanya wajib didaftarkan sebagai peserta JKN-KIS segmen
Pekerja Penerima Upah oleh masing-masing pemberi kerja, dalam hal ini pemerintah. Keduanya juga harus membayar iuran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Suami dan istri tersebut berhak memilih kelas perawatan tertinggi. Adapun untuk hal kelas rawat anaknya, dapat
ditetapkan sejak awal pendaftaran.
Suami saya bekerja sebagai
PNS, saya pun demikian.
Apakah kami berdua harus
bayar iuran atau saya bisa
ikut tanggungan suami
saya?
Manado
Peserta JKN-KIS dari segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) seperti Anda, wajib menyampaikan perubahan data kepesertaan kepada
pemberi kerja, dalam hal ini perusahaan tempat Anda bekerja. Selanjutnya, pemberi kerja wajib melaporkan perubahan data kepesertaan
pegawainya kepada BPJS Kesehatan paling lambat 7 hari sejak terjadinya perubahan data oleh pekerja. Anda juga bisa melaporkannya
sendiri kepada BPJS Kesehatan dengan membawa surat pengantar dari instansi tempat Anda bekerja.
Perubahan data ini sangat penting untuk dilaporkan, karena jika ada ketidaksesuaian dalam data (misalnya NIK salah atau data anak belum
update), peserta tersebut dapat terkendala saat hendak memperoleh pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
Saya sudah menjadi
peserta BPJS Kesehatan
yang didaftarkan
perusahaan. Bagaimana
jika saya mau melakukan
perubahan data?
Madiun