Info Muria Edisi 4

8
Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011 INFO MURIA C u l t u r e U n i v e r s i t y Media Komunikasi Antar Sivitas Akademika UMK Cerdas dan Santun mengembangkan KKN Pos Pemberdayaan Keluarga (KKN Posdaya). KKN ini bertujuan membantu pemerintah dalam rangka mengu- rangi angka kemiskinan. “KKN Posdaya sejalan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) yang bertujuan untuk menciptakan kemandirian masyarakat,” tutur Masturi. KKN Posdaya memiliki empat pilar pen- ting, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Tahun 2011 ini, KKN Posdaya UMK membina sebanyak 27 desa di Kabupat- en Kudus dan Pati. “KKN diikuti oleh 416 ma- hasiswa yang berasal dari 11 Progdi di UMK,” katanya. Pilar Pendidikan KKN Posdaya, kata Mas- turi, menitikberatkan pada bimbingan belajar, taman baca dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pada 2011 KKN Posdaya UMK merintis berdirinya PAUD di Slungkep Kayen Pati, perpustakaan di Boloagung Kayen Pati, serta bimbingan belajar di Kesambi Mejobo Kudus. Sementara pada pilar Ekonomi, KKN Posdaya mengarahkan mahasiswa untuk memberikan beberapa ilmu yang dapat diter- apkan di keluarga. Kegiatannya seperti pelatihan pembuatan susu kedelai, kue, es krim, serta optimalisasi koperasi desa. “Kami ber- harap terjadi kemajuan ekonomi mandiri keluarga sehingga secara tidak langsung akan mengurangi angka kemiskinan,” terangnya. Masturi mengatakan, kesehatan balita, lansia dan remaja men- jadi pilar yang ketiga dalam pelaksanaan KKN Posdaya. Dalam se- tiap kegiatannya KKN Posdaya selalu memberikan berbagai macam kegiatan kesehatan. Di Slungkep Kayen Pati, KKN Posdaya menga- dakan donor darah dan posyandu. Begitu pula di 26 desa lainnya pada KKN Posdaya 2011. “Kesehatan merupakan salah satu peng- gerak untuk menyejahterakan keluarga sehingga secara tidak lang- sung juga akan mengurangi angka kemiskinan,” terangnya. Pilar KKN Posdaya terakhir adalah kebersihan lingkungan. Ma- hasiswa KKN Posdaya dituntut untuk bisa memberikan penyadaran kepada masyarakat atas kebersihan lingkungan. Dalam hal ini, KKN Posdaya UMK memberikan pelatihan pembuatan kompos untuk memanfaatkan sampah. Selain itu, KKN Posdaya UMK juga meng- anjurkan penanaman Tanaman Obat Keluarga (Toga) untuk kese- hatan. Masturi berharap, agar KKN Posdaya UMK bisa memberikan ilmu sehingga masyarakat dapat beranjak dari kemiskinan. Di sisi lain, LPM berharap terjadi perubahan paradigma KKN. Dahulu, KKN dipandang sebagai program material, seperti papanisasi, penge- catan dan lain sebagainya. “KKN harus mampu memberikan ilmu, bukan materi.” pungkasnya. (Harun/Info Muria) ISSN: 9772088292004 UMK Populerkan KKN Posdaya UMK– Tiga tugas yang diemban Perguruan Tinggi (PT); Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, tidaklah ringan. Agar pen- gabdian maksimal, maka Universitas Muria Kudus (UMK) memben- tuk Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). Kepala LPM UMK, Drs. Masturi, MM. menjelaskan, LPM ber- tugas mengordinir program dan kegiatan, sehingga pengabdian kepada masyarakat akan lebih tertata dan terarah. “Dalam pelaksa- naannya, LPM membidangi dua bagian penting, yakni mengordinir pengabdian dari dosen dan mahasiswa,” katanya. Ia mengatakan, pengabdian dosen kepada masyarakat ada yang internal dan eksternal. “Internal, jika sumber dananya dari UMK, dan eksternal jika sumber dananya dari luar,” jelasnya. UMK, jelas Masturi, setiap tahun mengalokasikan anggarannya untuk pengabdian masyarakat. “Pengalokasian anggaran ini meru- pakan wujud dukungan perguruan tinggi bagi pengabdian dosen- nya kepada masyarakat,” tambahnya. Pengabdian yang dibiayai dari luar (eksternal), kata Masturi, juga harus melalui LPM. “Setiap pengumuman dan pengajuan pro- posal eksternal harus melalui dan mendapatkan rekomendasi dari LPM,” tambahnya. Untuk pengabdian masyarakat oleh mahasiswa, menurut Mas- turi, dilakukan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN). “LPM juga yang bertanggung jawab untuk menangani,” tegasnya. LPM dipilih untuk mengordinir KKN, kata Masturi, karena ke- beradaan KKN merupakan interdisiplin. Maksudnya, KKN tidak hanya diikuti oleh satu Program Pendidikan (Progdi) saja, tetapi semua Progdi di UMK. “Kalau KKL dan PPL kan hanya satu disiplin (satu Progdi, red.) saja, jadi kita tidak menanganinya seperti KKN,” terangnya. Kembangkan KKN Posdaya Masturi menambahkan, selama tiga tahun ini, UMK telah Sebagai tindaklanjut KKN Posdaya UMK 2011, LPM UMK menyelenggaran pelatihan bagi kader Pos- daya dari beberapa desa. (Dok. Info Muria) www.umk.ac.id

description

UMK Populerkan KKN Posdaya

Transcript of Info Muria Edisi 4

Page 1: Info Muria Edisi 4

Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011

INFO MURIACulture Uni

vers

ity

Media Komunikasi Antar Sivitas Akademika UMKCerdas dan Santun

mengembangkan KKN Pos Pemberdayaan Keluarga (KKN Posdaya). KKN ini bertujuan membantu pemerintah dalam rangka mengu-rangi angka kemiskinan.

“KKN Posdaya sejalan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) yang bertujuan untuk menciptakan kemandirian masyarakat,” tutur Masturi.

KKN Posdaya memiliki empat pilar pen-ting, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Tahun 2011 ini, KKN Posdaya UMK membina sebanyak 27 desa di Kabupat-en Kudus dan Pati. “KKN diikuti oleh 416 ma-hasiswa yang berasal dari 11 Progdi di UMK,” katanya.

Pilar Pendidikan KKN Posdaya, kata Mas-turi, menitikberatkan pada bimbingan belajar,

taman baca dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pada 2011 KKN Posdaya UMK merintis berdirinya PAUD di Slungkep Kayen Pati, perpustakaan di Boloagung Kayen Pati, serta bimbingan belajar di Kesambi Mejobo Kudus.

Sementara pada pilar Ekonomi, KKN Posdaya mengarahkan mahasiswa untuk memberikan beberapa ilmu yang dapat diter-apkan di keluarga. Kegiatannya seperti pelatihan pembuatan susu kedelai, kue, es krim, serta optimalisasi koperasi desa. “Kami ber-harap terjadi kemajuan ekonomi mandiri keluarga sehingga secara tidak langsung akan mengurangi angka kemiskinan,” terangnya.

Masturi mengatakan, kesehatan balita, lansia dan remaja men-jadi pilar yang ketiga dalam pelaksanaan KKN Posdaya. Dalam se-tiap kegiatannya KKN Posdaya selalu memberikan berbagai macam kegiatan kesehatan. Di Slungkep Kayen Pati, KKN Posdaya menga-dakan donor darah dan posyandu. Begitu pula di 26 desa lainnya pada KKN Posdaya 2011. “Kesehatan merupakan salah satu peng-gerak untuk menyejahterakan keluarga sehingga secara tidak lang-sung juga akan mengurangi angka kemiskinan,” terangnya.

Pilar KKN Posdaya terakhir adalah kebersihan lingkungan. Ma-hasiswa KKN Posdaya dituntut untuk bisa memberikan penyadaran kepada masyarakat atas kebersihan lingkungan. Dalam hal ini, KKN Posdaya UMK memberikan pelatihan pembuatan kompos untuk memanfaatkan sampah. Selain itu, KKN Posdaya UMK juga meng-anjurkan penanaman Tanaman Obat Keluarga (Toga) untuk kese-hatan.

Masturi berharap, agar KKN Posdaya UMK bisa memberikan ilmu sehingga masyarakat dapat beranjak dari kemiskinan. Di sisi lain, LPM berharap terjadi perubahan paradigma KKN. Dahulu, KKN dipandang sebagai program material, seperti papanisasi, penge-catan dan lain sebagainya. “KKN harus mampu memberikan ilmu, bukan materi.” pungkasnya. (Harun/Info Muria)

ISSN: 9772088292004

UMK Populerkan KKN Posdaya

UMK– Tiga tugas yang diemban Perguruan Tinggi (PT); Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, tidaklah ringan. Agar pen-gabdian maksimal, maka Universitas Muria Kudus (UMK) memben-tuk Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM).

Kepala LPM UMK, Drs. Masturi, MM. menjelaskan, LPM ber-tugas mengordinir program dan kegiatan, sehingga pengabdian kepada masyarakat akan lebih tertata dan terarah. “Dalam pelaksa-naannya, LPM membidangi dua bagian penting, yakni mengordinir pengabdian dari dosen dan mahasiswa,” katanya.

Ia mengatakan, pengabdian dosen kepada masyarakat ada yang internal dan eksternal. “Internal, jika sumber dananya dari UMK, dan eksternal jika sumber dananya dari luar,” jelasnya.

UMK, jelas Masturi, setiap tahun mengalokasikan anggarannya untuk pengabdian masyarakat. “Pengalokasian anggaran ini meru-pakan wujud dukungan perguruan tinggi bagi pengabdian dosen-nya kepada masyarakat,” tambahnya.

Pengabdian yang dibiayai dari luar (eksternal), kata Masturi, juga harus melalui LPM. “Setiap pengumuman dan pengajuan pro-posal eksternal harus melalui dan mendapatkan rekomendasi dari LPM,” tambahnya.

Untuk pengabdian masyarakat oleh mahasiswa, menurut Mas-turi, dilakukan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN). “LPM juga yang bertanggung jawab untuk menangani,” tegasnya.

LPM dipilih untuk mengordinir KKN, kata Masturi, karena ke-beradaan KKN merupakan interdisiplin. Maksudnya, KKN tidak hanya diikuti oleh satu Program Pendidikan (Progdi) saja, tetapi semua Progdi di UMK. “Kalau KKL dan PPL kan hanya satu disiplin (satu Progdi, red.) saja, jadi kita tidak menanganinya seperti KKN,” terangnya. Kembangkan KKN Posdaya

Masturi menambahkan, selama tiga tahun ini, UMK telah

Sebagai tindaklanjut KKN Posdaya UMK 2011, LPM UMK menyelenggaran pelatihan bagi kader Pos-daya dari beberapa desa. (Dok. Info Muria)

www.umk.ac.id

Page 2: Info Muria Edisi 4

Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 20112

Fokus

UMK– Gencarnya kegiatan pengabdian masyarakat oleh civitas akademika Univer-sitas Muria Kudus (UMK) merupakan ba-gian dari wujud jati diri untuk mengimple-mentasikan tri dharma perguruan tinggi. Hubungan antara institusi pendidikan dengan masyarakat terjalin, hingga men-datangkan kemanfaatan bagi keduanya.

Institusi pendidikan tidak hanya ber-tugas menyelenggarakan pendidikan, namun juga dituntut melaksanakan tugas mengabdi kepada masyarakat. Bahkan ti-dak semata memenuhi tugas pengabdian, tetapi secara ideal diharapkan mampu menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat sesuai dengan bidang keilmu-annya. Malangnya, terkadang pengabdian terkendala oleh dana yang terbatas.

Dua proposal pengabdian rancangan staf pengajar UMK, Febra Robiyanto dan Sugeng Slamet, bersama 38 judul proposal pengabdian dari 23 perguruan

Tinggi Swasta (PTS) di Jawa Tengah mendapatkan dana hibah program pengabdian kepada masyarakat multi dan mono dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen Dikti tahun 2010.

Staf pengajar di Fakultas Ekonomi UMK, Febra Robiyanto mengaku memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan kegiatan pengbdian, yaitu dengan modal ikhlas dan semangat. Baginya, pengabdian tidak harus dinilai dengan materi, tapi bagaimana orang bersangkutan loyal membantu orang lain. “Rasa puasnya lain, bila orang yang kita bantu menjadi berhasil,” ujar Febra.

Maksud baik Febra diberi jalan. Pada pertengahan bulan lalu (15/03) proposal Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tentang Ipteks bagi Masyarakat (IbM) pada kelompok usaha sepatu dan sandal yang dirancangnya lolos seleksi. Kegiatan

pengabdian masyarakat itu mendapat bantuan dana sebesar 49.000.000,- dari Kopertis Wilayah Vl.

Pengalaman dalam melaksanakan pengabdian, menurut Febra, perlu adanya pengabdian yang keberlanjutan, sehingga kualitas hasil pengabdian akan lebih terasa bagi kelompok-kelompok usaha binaannya. “Jadi bukan sekedar memenuhi formalitas, tetapi memberikan manfaat dan nilai lebih pada masyarakat,” jelas Febra.

Selain Febra, Staf pengajar dari Fakultas Teknik, Sugeng Slamet meraih prestasi yang sama. Proposal Ipteks bagi Masyarakat (IbM) berjudul Industri Menengah Kecil (lMK) pembuatan Box Speaker dari papan partikel buatannya, juga berhasil menarik perhatian Kopertis Wilayah Vl. Dana senilai 50.000.000,- dipercayakan pada Sugeng. (Kholidin & Anik/Info Muria)

Dua Dosen UMK Raih Biaya Pengabdian dari DP2M

Pengabdian Kepada Masyarakat oleh perguruan tinggi (PT) dapat berwujud pembuatan teknologi

tepat guna untuk membantu masyarakat dan mem-berikan ruang konsultasi tentang teknologi, serta memberdayakan masyarakat. Upaya mengenalkan teknologi tepat guna (TTG) akan membuat kerja ma-syarakat menjadi lebih ringan dan hasil produknya leb-ih bermutu. Bagi pelakunya, pengembangan keilmuan-nya akan bertambah. Ilmunya juga memberi manfaat. Pemberdayaan masyarakat terutama di bidang teknis akan membuat masyarakat mampu bersaing di pasar global. Dampaknya, universitas dikenal dan dipercaya oleh masyarakat banyak.

Pengalaman pengabdian masyarakat menjadi kepuasan batin tersendiri bagi dosen bersangku-

tan. Caranya beragam. Misalnya, membina pengrajin kecil yang tidak punya harga saing hingga memi-liki pangsa pasar. Pengabdian bisa dimulai dengan mendampingi mereka hingga bagaimana memiliki pas-ar untuk menjual produknya. Selain itu, juga bisa lewat memberi konsultasi bisnis kepada mereka. Pengab-dian masyakat perlu melibatkan mahasiswa, sehingga di lapangan, calon sarjana memiliki pengalaman dan

jiwa wirausaha terpupuk. Dalam pengabdian masyarakat, kita harus mencobanya terlebih dahulu. Jangan berfikir tentang enaknya meng-abdi kalau belum pernah mencoba.

Mengapa Harus Mengabdi kepada Masyarakat ?

Ir. Masruki Kabib, MTDosen F. Teknik

Febra Rubiyanto, SE, M.Si AktDosen F. Ekonomi

Pengabdian merupakan kewajiban akademik se-bagai wujud tanggung jawab atas Tri Dharma

Perguruan Tinggi. Tujuannya adalah; pertama, secara kelembagaan, masyarakat akan melihat UMK sebagai institusi pendidikan yang memiliki kepedulian dalam memberdayakan masyarakat dengan keilmuan yang dimiliki. Kedua, secara akademik, pengabdian akan menumbuhkan kompetensi sosial sebagai bagian kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa calon guru Bahasa Inggris, serta menjadi bekalnya sebelum terjun ke masyarakat. Harapan ke depan, si-vitas akademika UMK tidak menomorduakan pengabdian masyarakat karena masyarakat harus merasakan keberadaan dan keilmuan kita.

Pengabdian masyarakat memberikan kemam-puan, pikiran dan tenaga melalui kegiatan-kegi-

atan yang dipersembahkan agar memberi nilai posi-tif bagi masyarakat. Alangkah baiknya, pengabdian dosen memiliki orientasi jelas dalam rangka mem-berikan wawasan atau keahlian terhadap masyara-kat. Pelaksanaannya harus berkelanjutan, bukan sekadar memenuhi formalitas berupa pengabdian insidental, melainkan bagaimana bisa memberi nilai lebih, berupa peningkatan kapasitas masyarakat. Sehingga, kualitas pemikiran dosen di masyara-kat pun akan terus berkembang dan semakin mengerti kebutuhan masyarakat.

Trubus Raharjo, S.Psi, M.SiDosen F. Psikologi

Agung D. Nurcahyo, SS, M.PdDosen FKIP-BI

Susunan Redaksi Info Muria; Penanggung Jawab: Rektor UMK, Pengarah: Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor III, Pimpinan Redaksi: Zamhuri, Redaktur Pelaksana: M Widjanarko, Sekretaris Redaksi: Noor Athiyah, Staf Redaksi: Farih Lidinnillah, Much Harun. Diterbitkan oleh Humas Universitas Muria Kudus. Alamat: Gondangmanis PO. Box 53 Bae Kudus 59352 (0291) 438229. Redaksi Menerima artikel, foto dan tulisan lainnya dilampiri kartu identitas melalui email: [email protected]. Info Muria bisa diunduh di www.umk.ac.id

Page 3: Info Muria Edisi 4

�Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011

Fokus

Pengabdian, Bukan Sekedar Peduli

Pengabdian merupakan aktivitas pengajar dan mahasiswa yang tidak bisa ditinggalkan, bahkan menjadi bagian penting bagi intitusi pendidikan (baca; perguruan

tinggi) untuk bertindak memberikan persembahan kepada masyarakat. Sudah saatnya, pengabdian kepada masyarakat tidak hanya dimaknai sebagai pelaksanaan tugas perguruan tinggi (institusi pendidikan).

Kepedulian tidak lagi menjadi salah satu instrumen utama dalam pengabdian masyarakat. Sudah seharusnya, kita beranjak menunju proses empati pada masyarakat. Adanya aktivitas pengabdian untuk selalu berbuat pada masyarakat akan membuat seorang pengajar dan mahasiswa memiliki ’energi’ besar untuk melakukan yang terbaik bagi masyarakat.

Beragam aktivitas pengabdian yang bisa dilakukan oleh dosen dan mahasiswa, baik secara mandiri maupun kelompok. Misalnya meliputi; menjadi pembicara di kelompok diskusi remaja, ibu-ibu PKK, guru-guru SD-SMA, kelompok tani X atau menjadi fasilitator di kelompok usaha Z, mengadakan donor darah, bakti sosial di Desa B, diskusi tentang, atau bahkan menjadi tim penanggulangan bencana serta aktivitas pengabdian yang lain.

Aktivitas pengabdian dapat memperkaya proses pengaja-ran dan penelitian. Dalam kohesivitas tri dharma perguruan tinggi, semuanya saling melengkapi. Pasalnya, setelah diteliti bisa jadi pada lokasi penelitian bersangkutan perlu ditindaklanjuti dengan pemberdayaan, dalam bahasa ilmiahnya disebut pengabdian. Setelah individu melaksanakan penelitian dan pengabdian, maka pengalaman selama proses tersebut akan menam-bah khasanah bahan ajar. Bagaimana seorang pengajar akan melakukan proses pengajaran secara benar dan aplikatif, jika tidak pernah melakukan pengabdian? Akhirnya, yang diajar-kan hanya teori mentah dan belum dialami. Rasanya aneh dan naif sekali. Ibaratnya, orang baru boleh berkata es itu dingin jika sudah pernah memegang dan merasakannya.

Pengabdian baik dilakukan secara implementatif. Apalagi, jika memenuhi kaidah yang membumi. Jadi, tidak hanya sekedar menjadi bahan kenaikan pangkat saja tetapi juga akan lebih bermakna untuk menyebarkan wawasan pengetahuan, memperbarui bahan-bahan ajaran, serta menjadikan masyarakat lebih kritis dalam memahami persoalannya. Selain

Pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan tinggi melalui dosen dan mahasiswanya harus beranjak dari sekedar peduli. Masyarakat perlu didekati dengan empati.

itu, hasil pengabdian tersebut juga bisa dipublikasikan dalam seminar, diskusi atau jurnal menjadi bahan masukan bagi semua pihak atau publik, baik masyarakat secara keseluruhan, instansi terkait dan pemerintah, swasta maupun perusahaan.

Alternatif Sumber DanaPengabdian dapat dijalankan melalui berbagai jalan. Di

Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Muria Kudus (UMK), misalnya. Lembaga ini menyediakan dana untuk mendukungnya. Kegiatan pengabdian dapat dilakukan secara mandiri, berkelompok, kompetitif, bahkan multidisiplin.

Kampus dalam penyediaan anggaran untuk pengabdian masyarakat tentunya terbatas. Sehingga tidak semua jenis kegiatan program pengabdian dapat didanai oleh kampus. Oleh karenanya, agar tidak terkendala oleh keterbatasan anggaran kampus, dosen perlu mencari akses di luar kampus. Berikut ini beberapa alternatif sumber dana beberapa instansi yang dapat membantu dalam rangka mewujudkan pengabdian masyarakat.

Pertama, Ditjen Dikti- Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M). Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional di bagian Direktorat Pengabdian dan

Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) setiap tahun memfasilitasi hibah pengabdian. Di antaranya meliputi Ipteks bagi Masyarakat (IbM), Ipteks bagi Kewirausahaan (IbK), Program Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE), Program Ipteks bagi Bisnis Kampus (IbIKK) dan Program Ipteks bagi Wilayah (IbW). Lebih lengkap dapat diakses di http://dikti.kemdiknas.go.id/.

Kedua, Tifa Foundation. Tifa Founda-tion merupakan sebuah lembaga nirlaba yang memperjuangkan masyarakat terbuka di Indonesia, yang menghormati keragaman serta menjunjung tinggi penegakan hukum, keadilan dan persamaan. Unuk lebih lengkap, akses dapat dilakukan melalui alamat di www.tifafoundation.org.

Akhirnya, banyak jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan dana pengabdian. Hal ini tentunya dapat menja-dikan termotivasinya dosen dan mahasiswa untuk mengabdi-kan diri pada masyarakat, sesuai dengan keminatan dan kom-petensinya. (Mochamad Widjanarko/Info Muria)

Tidak semua jenis kegiatan pengabdian dapat didanai

oleh kampus. Oleh karenanya, agar tidak terkendala oleh

keterbatasan anggaran kampus, dosen perlu mencari akses di luar

kampus.

Page 4: Info Muria Edisi 4

Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 20114

Pakar

Tulisan naratif ini akan penulis sajikan se-bagai otokritik. Sebab, sebuah otokritik mendewasakan yang diwasiatkan, baik untuk diri sendiri maupun kolega satu pro-fesi.

Ada narasi sederhana. Seorang doktor, tutor pelatihan penulisan naskah ilmiah Dikti, menekankan pentingnya bagi dosen meng-amalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Menurutnya, ruh dosen terletak pada tiga dharma tersebut.

“Jangan jadi dosen yang hanya bisa mengajar, tetapi sangat jarang beraktivitas di luar untuk pengabdian,” ucapnya sambil terkekeh.

Berikutnya, dalam sebuah seminar. Seorang dosen berpendapat bahwa dirinya tidak setuju apabila dosen mengajar terlalu banyak, karena akan mematikan produk-tivitas. “Dengan banyak berdiri di kelas, seorang dosen terlalu banyak menyia-ny-iakan umurnya,” katanya.

Dua ilustrasi di atas mewakili pendapat, dosen adalah sekaligus ilmuwan yang produktif menghasilkan karya ilmiah. Dosen juga harus kontributif bagi pengem-bangan kualitas hidup masyarakat di seki-tarnya melalui serangkaian pengabdian masyarakat. Jadi, mengajar adalah tugas minimal dosen.

Masalahnya, seringkali masyarakat aka-demika tidak dapat membedakan antara pengabdian masyarakat dengan tugas pri-badi. Masalah semakin rumit, jika tidak ada surat penunjukan dari atasan. Mispersepsi ini berdampak pada “kecemburuan sosial”. Sementara dosen A berasumsi membawa nama kampus, di lain sisi dosen B justru mengatakan bahwa si A membawa misi kepentingan profit pribadi. Padahal, jelas sekali bahwa tugas pengabdian membawa misi pengabdian kampus bagi masyara-kat dan pemerintahan, juga dalam rangka membesarkan kiprah kampus.

Bagi sebagian sivitas akademika, peng-abdian masyarakat hanya dilihat lewat apakah sebuah pekerjaan dilakukan den-gan imbalan atau tidak. Jika tidak memberi-kan keuntungan bagi yang menjalankan, maka pekerjaan itu dapat disebut sebagai

bagian dari pengabdian, tetapi tidak, jika itu mendatangkan keuntungan finansial secara pribadi. Pasalnya, ada kata “abdi”, sehingga tidak perlu perdebatan soal fulus. Sederhananya, konsekuensi kerja adalah imbalan. Repotnya, jika ada mereka yang tidak bekerja, tetapi menebarkan bibit “ke-cemburuan sosial”.

Kemudian, bagaimana jika seorang dosen dicap banyak proyek di luar dan mengabaikan pekerjaan utamanya di kam-pus? Penulis menawarkan sebuah re-check baru, yaitu menguji kualitas pekerjaan dosen bersangkutan di kampus. Keliru, jika mengabaikan tugas kampusnya secara massif. Disebut dosen adalah jika menger-jakan tugas utamanya; mengajar. Sekprodi, Kaprodi, Pudek, Sekfak, Dekan, Purek, Rek-tor, Ketua, Wakil Ketua, dan jabatan struk-tural lainnya adalah jabatan tambahan yang diberikan kepadanya sebagai dosen.

Pada diri dosen secara otomatis me-lekat tugas tri dharma PT. Jika dosen super sibuk mengerjakan aktivitas luar dan ses-ekali terpaksa merubah jadual perkuliahan sebab benturan agenda, menurut penulis, ini masih manusiawi. Toh, seseorang me-ninggalkan tugas mengajar tidak semata karena alasan aktivitas luar, tapi juga keper-luan pribadi. Manusiawi karena sebagai makhluk Tuhan, hal ini dapat terjadi pada setiap orang. Dosen juga manusia.

Ada kejadian lucu, seorang aktivis mahasiswa menghadap dosen yang kebe-tulan adalah decision maker. Mahasiswa itu berkeluh kesah soal aktivitas kemaha-siswaan yang dinilai tidak produktif seraya membandingkan dengan kampus lain yang mahasiswanya sibuk untuk menjadi “agen perubahan”. Jawabnya enteng, “Meng-kene lho, kuwi dudu gaweane awake dhewe. Tugase awake dhewe ning kampus yo sinau, ra sah mikir angel-angel,”.

Kesimpulan penulis, dosen demikian hanya lebih pantas sebagai guru sekolah yang mengajar siswa untuk tetap patuh pada peraturan normatif. Tidak cocok bagi mahasiswa yang khittah-nya adalah mem-fungsikan diri sebagai artikulator pemba-ngunan bangsa.

Jujur, penulis shock. Seharusnya dosen

menawarkan alternatif kegiatan atau men-gajak mahasiswanya berpikir bersama-sama mengenai agenda yang patut dijadi-kan mata kegiatan.

Kampus adalah arena persemaian bagi para agen perubahan. Mahasiswa seharus-nya digodok secara memadai agar dapat mengumpulkan modal sosial yang cukup untuk terjun ke dunia praksis. Bagi lembaga pendidikan keilmuan berkelas sarjana, ide-alisasi jauh lebih penting ketimbang perso-alan teknis. Pendekatan akademiknya ber-beda dengan pendekatan dunia akademi diploma. Pasalnya, untuk program sarjana, mahasiswa didaulat untuk menyiapkan ko-per das sein (seharusnya), bukan koper das sollen (senyatanya). Jadi, mahasiswa meru-pakan agen unik yang harus senantiasa peka dalam kesehariannya.

Oleh sebab itu, tugas pengabdian ma-syarakat tidak hanya berada di pundak dosen, tetapi juga mahasiswa. Mengapa mahasiswa diwisuda menggunakan toga kebesaran ala tim hakim, jaksa, dan pen-gacara? Ini lantaran di kemudian waktu, mahasiswa kelak menjadi penentu gelind-ingan bola keadilan. Bak perangkat pen-gadilan, mahasiswa yang diwisuda harus menjadi penegak keadilan di masyarakat kelak. Itulah sebabnya, sejak masih kuliah, mahasiswa perlu dilatih menjadi abdi ma-syarakat.

Lantas, jika dosennya hanya terbiasa mengajar dan jarang melakukan tugas pengabdian? Jangan-jangan dosen bersangkutan tidak faham dengan filosofi tri dharma PT. Atau justru, dosen bersangkutan ketika mahasiswa adalah bagian dari mereka yang pasif? Jika demikian, jangan berharap mahasiswanya akan produktif jika diasuh oleh dosen tidak produktif.

Sungguh sedih rasanya, melihat sosok pendidik tidak pernah menyadari kekeliru-an berkala yang dibuat, dan justru mena-namkan aset kebencian dan “rese” tingkat tinggi pada mereka yang terus belajar ber-benah untuk memperbaiki diri.

Rismiyanto, SS, M.Pd,

Dosen FKIP-Bahasa Inggris Universitas Muria Kudus

Mengabdi, Why Not? Oleh Rismiyanto

Page 5: Info Muria Edisi 4

�Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011

Rembug

Wujud tanggung jawab dosen dalam melak-sanakan tri dharma

perguruan tinggi salah satunya melaksanakan pengabdian ke-pada masyarakat. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mening-katkan peran dan kepedulian insan perguruan tinggi (PT) terhadap pemberdayaan ma-syarakat di sekitarnya. Selain itu, pengabdian juga berman-faat mendorong transformasi sosial guna meningkatkan taraf hidup masyarakat dan membangun citra PT.

Dalam merancang ke-giatan pengabdian, perlu mengenali terlebih dahulu problem dan potensi ma-syarakat di sekitarnya. Daerah pantura bagian timur Jawa Tengah, memiliki po-tensi sumber daya alam dan usaha kecil yang cukup banyak.

Kabupaten Kudus memiliki potensi areal pertanian tanaman padi, tebu, kopi, kencur, laos, potensi wisata religi, potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menen-gah (UMKM) bordir, konveksi pakaian, batik, kerajinan logam, makanan ringan, tas, sandal, gula tumbu, potensi kerajinan kayu ukir gebyok Kudus.

Kabupaten Jepara memiliki potensi kerajinan ukiran kayu, kain songket troso, kerajinan monel, konveksi pakaian anak, potensi sumberdaya laut meliputi peri-kanan dan wisata bahari, potensi pertanian padi dan kopi.

Kabupaten Pati memiliki potensi per-tanian tanaman padi, ketela pohon, kopi, tebu, kapuk randu, potensi UMKM keraji-nan logam, makanan ringan, tepung tapi-oka, potensi kelautan meliputi perikanan, industri maritim dan wisata bahari.

Kabupaten Rembang memiliki potensi kelautan yang luas perikanan, garam, wi-sata bahari, dan industri maritim, UMKM batik, makanan ringan, hasil tambang pasir silika, batu kapur dan batu bintang.

Sementara Kabupaten Demak, memi-liki potensi area pertanian luas, perikanan dan wisata bahari.

Melalui identifikasi wilayah dan po-tensinya, perlu dilakukan pemilihan calon mitra atau khalayak sasaran kegiatan peng-abdian kepada masyarakat. Pemilihan ini didasarkan pada pentingnya pemberdaya-an kelompok sasaran tersebut dan kesesu-aian keilmuan atau teknologi yang telah dikembangkan. Setelah itu dilakukan survei lapangan dan komunikasi yang intensif un-tuk mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi yang dibutuhkan oleh mitra. Selan-jutnya perlu dirancang teknologi, sistem, metode atau model yang tepat untuk mem-ecahkan masalah tersebut. Ketika bertemu dengan mitra, biasanya akan mendapatkan kendala sebagai berikut.

Pertama, mitra tidak menyampaikan masalah yang sesungguhnya, sehingga dapat menyebabkan solusi yang diberi-kan tidak tepat. Kedua, teknologi yang di-inginkan hanya keingingan orang tertentu, sehingga nantinya tidak disebarluaskan ke khalayak sasaran lainnya. Ketiga, mitra

menuntut terlalu banyak di luar kemampuan tim pelak-sana, sehingga alokasi dana tidak mencukupi. Oleh kare-nanya, perlu kesepahaman antara tim pelaksana dan mi-tra, serta pihak ketiga yang terlibat dalam kegiatan peng-abdian kepada masyarakat.

Pada tahap selanjutnya, butuh pembahasan secara de-til tentang rencana kegiatan sehingga mitra tidak merasa terbebani atau mengganggu aktivitasnya. Dalam pelaksa-naan kegiatan setiap personil dalam tim pelaksana sebai-

knya memberikan konstribusi maksimal, agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar.

Dalam pelaksanaan kegiatan yang perlu diantisipasi adalah, pertama, par-tisipasi mitra atau khalayak sasaran yang kurang, oleh karena itu diperlukan koordinasi dan penjadwalan yang ses-uai. kedua, dukungan anggota tim tidak maksimal, sehingga perlu komitmen dan koordinasi sebaik mungkin. Dan ketiga, dukungan institusi tidak optimal, oleh

karenanya perlu komitmen dan kepemimp-inan yang baik dalam institusi bersangku-tan.

Tahap pelaksanaan merupakan penen-tu keberhasilan kegiatan pengabdian ma-syarakat tersebut. Masyarakat akan menilai secara langsung, manfaat yang diperoleh dari kegiatan itu. Pelaksanaan yang kurang baik akan memberikan kesan tidak baik pula. Seyogyanya, tim pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat mempun-yai modal berusaha tanpa pamrih.

Setelah kegiatan pengabdian masyara-kat selesai dilaksanakan, sebaiknya dilaku-kan monitoring terhadap aktivitas yang dikerjakan oleh mitra. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga hubungan baik dan memak-simalkan pemanfaatan hasil-hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Selamat mencoba.

Ir. Masruki Kabib, MT, Dosen Progdi Teknik Mesin Fakultas Teknik Univeritas Muria Kudus, saat ini menja-

bat sebagai Kepala Badan Penjaminan Mutu

Memaksimalkan Pengabdian MasyarakatOleh Masruki Kabib

Setelah kegiatan pengabdian masyarakat selesai dilaksanakan, sebaiknya

dilakukan monitoring terhadap aktivitas yang dikerjakan oleh mitra. Hal ini

dimaksudkan untuk menjaga hubungan baik dan memaksimalkan pemanfaatan hasil-hasil kegiatan pengabdian kepada

masyarakat.

Page 6: Info Muria Edisi 4

Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011�

UMK Raih PHKI B tahun 2011

Kampus

UMK- Universitas Muria Kudus (UMK) memenangkan Program Hibah Kompetisi Institusi (PHKI) B dari Direktorat Jenderal Pendi-dikan Tinggi tahun 2011.

Hal itu merujuk Surat Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nomor 368/E/T/2011, berisi hasil evaluasi akhir dalam bentuk kunjungan Dirjen Dikti terhadap usulan Program PHKI Tahun Anggaran 2011. Di mana dari sebanyak 78 proposal perguruan tinggi negeri/swasta (PTN/S) yang lengkap, UMK bersama 28 PTS dan tujuh PTN dinyatakan sebagai pemenang. Humas UMK, Zamhuri mengatakan, Program PHKI B dimaksudkan sebagai upaya peningkatan akses, mutu, dan relevansi lulusan. Pro-gram studi yang terlibat pada kegiatan tersebut adalah Manajemen S1, Agroteknologi S1, Bimbingan dan Konseling S1, Ilmu Hukum S1, dan Sistem Informasi S1.

Program PHKI B ini, menurut Zamhuri, antara lain diusulkan untuk pembiayaan program; pertama, Peningkatan kualitas dan akses mahasiswa baru, kedua, optimalisasi program pembelajaran berbasis kompetensi, dan ketiga, peningkatan daya saing lulusan. “Kita akan terus memacu kualitas UMK agar lebih baik dan berdaya saing,” tegasnya. Dana hibah sebesar Rp. 8.989.444.000,- yang

diusulkan untuk kegiatan tahun 2011, 2012, dan 2013.Ini adalah kali kedua, UMK memperolah pendanaan dari Dikti

program PHKI Perguruan Tinggi (PT) Negeri maupun Swasta se-Indonesia. Sebelumnya, jelas Zamhuri, UMK pernah mendapatkan program pembiayaan PHKI A selama 3 tahun pada 2008. “Program berjalan hingga tahun 2010 kemarin,” katanya.

Program PHKI A PHKI yang diperoleh UMK dipergunakan un-tuk membiayai tiga program antara lain; 1) Program pengembang-an sistem pengelolaan sumber daya dan tata kelola PT, 2) Pening-katan kinerja dan kapasitas sistem informasi universitas yang ter-integrasi, 3) Peningkatan kinerja dan kapasitas sistem penjaminan mutu.

Wakil Ketua task force PHKI B UMK, Ir. Masruki Kabib, MT., mengatakan, salah satu program yang menarik pada PHKI B adalah peningkatan kualitas dan akses mahasiswa baru. Melalui pembiayaan tersebut, akses masyarakat, terutama yang kurang mampu tetapi prestasi akademiknya bagus, dapat dibiayai dari program ini. “Makin banyak masyarakat yang kurang beruntung tetapi berprestasi akan memperoleh beasiswa dari UMK,” jelas Kabib. (Farih/Info Muria)

UMK- Program Studi Bimbingan Konseling (Progdi BK) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Ku-dus (UMK) mendapat peringkat akreditasi B, dan berlaku sejak 2011 hingga 2015.

Hal itu merujuk hasil akreditasi terbaru oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang dilakukan sejak akhir 2010. Keputusan itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) BAN-PT Nomor 044/BAN-PT/Ak-XIII/S1/II/2011, tertanggal 4 Februari 2011.

“Keputusan berlaku hingga lima tahun ke depan. Jadi, sejak tangal 4 Februari 2011 hingga 4 Februari 2015 Progdi BK mendapat peringkat B”, kata Kepala Prodi BK, Drs. H. Sucipto, M. Pd. Kons., Senin (29/03) di Kudus.

Menurut Sucipto, peringkat tersebut menjadi modal Progdi BK untuk mewujudkan rencana mendirikan program profesi konselor atau program pendidikan guru profesi guru BK.

Selaku kepala Progdi, Sucipto mengatakan, lega atas hasil akreditasi tersebut. Progdi BK memiliki ambisi untuk meningkat program yang diusulkan oleh asesor sehingga dapat meraih pre-dikat yang lebih tinggi.

“Untuk meningkatkan predikat, Kami akan melaksanakan tiga program yang paling mendesak,” katanya.

Ketiga program tersebut, papar Sucipto, adalah studi lanjut ke jenjang strata tiga (S3) bagi dosen, melengkapi fasilitas pengem-

Progdi BK UMK Dapat Akreditasi B

bangan laboratorium, serta pengembangan proses belajar menga-jar (PBM) dengan melakukan update kurikulum terbaru.

Pada masa akreditasi BAN-PT sebelumnya, Progdi BK FKIP telah menyandang menyandang peringkat B. (Farih/Info Muria)

Page 7: Info Muria Edisi 4

7Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011

Kampus

Posdaya Tunggu Peran Perusahaan dan Pemda

UMK- Pengelola Posdaya menanti peru-sahaan dan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk ikut serta mendukung program-pro-gramnya. Hal ini terungkap pada Pelatihan Kader Posdaya yang diselenggarakan LPM UMK di ruang seminar Gedung rektorat, pada Selasa (22/3).

Narasumber dalam pelatihan kader tersebut di antaranya, Prof Dr Haryono Suyono (Ketua Yayasan Damandiri), Muchtar (Kabid Pemerintahan dan Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Pati), Abdul Hamid (Kepala Dinas Perindustrian, Kop-erasi dan UMKM Kudus), Juraemi (Kabid PNFI Disdik Pati).

Kader Posdaya Pesagi, Kecamatan Kayen Kabupaten Pati, Syamsiyah men-gatakan, Posdayanya mengelola lembaga pendidikan RA (Raudhalut Atfal). “Karena sifatnya yang suka rela, kami kekurangan SDM (sumber daya manusia/red.) yang kompeten,” akunya.

Selain itu, tambah Syamsiyah, lembaga pendidikannya juga mengalami masalah

terkait tempat belajar sehingga harus bergantian dengan Madrasah Ibtidaiyyah (MI).

Kader Posdaya berbasis Masjid, Kayen Pati, Endang berharap ada pihak yang dapat membantu memberikan alat per-mainan edukatif di Posdayanya. “Pemerin-tah daerah juga harus berperan, sehingga kami tidak sendiri dan merasa terlindungi,” katanya.

Endang dan Syamsiyah juga berharap CSR (corporate social responsibility) dari PT Djarum melebarkan sayap hingga Kabu-paten Pati untuk ikut serta dengan menye-lenggaran pelatihan, misalnya pelatihan guru madrasah.

Ketua Posdaya Desa Temulus, Ke-camatan Mejobo Kudus, Muslimin men-gatakan, Posdaya Temulus mengelola Kam-pung Bahasa Inggris dan Sentra Pemuda Usaha Mandiri.

Ia menjelaskan, tenaga pengajar yang ada masih belum mencukupi. “Mahasiswa KKN Posdaya kemarin, membantu kami

mendidik bahasa inggris anak-anak. Tapi mereka sudah selesai” katanya. Ia ber-harap CSR PT Djarum dapat membantu me-nambahkan tanaga pengajar.

Sementara untuk Usaha Mandiri, Dia mengatakan, Posdaya telah menggerakkan pemuda untuk memanfaatkan “bathok ke-lapa” (sampah sisa produksi jenang) untuk dijadikan bahan ketrampilan jenis handy-craft. “Kami berharap Dinas yang membi-dangi soal ini bersedia untuk membimbing, ” pungkasnya.

Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, pemerintah daerah harus mendukung agar terben-tuknya Posdaya desa hingga dukuh. Pos-daya, lanjutnya, merupakan forum gotong royong untuk memperkuat keluarga guna mengentaskan kemiskinan.

“Bukan hanya disokong pemerintah, perusahaan melalui CSR (Corporate Social Responsibility) juga harus terlibat,” katan-ya. Perusahaan-perusahaan di Kudus, lan-jutnya, harus mampu berperan seperti PT. Holcim di Cilacap yang ambil bagian dalam beberapa kegiatan Posdaya.

Handoyo Setyo, selaku narasumber dari Manager Public Affair PT Djarum men-gatakan, perusahaan akan mencoba ikut andil dalam memaksimalkan kegiatan Pos-daya. Perusahaan hanya dapat andil dalam kegiatan yang terkait dengan program CSR perusahaan. “Yang paling mungkin adalah soal konservasi lingkungan,” jelasnya.

Kabid Pemerintahan dan Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Pati, Muchtar men-gatakan, pemerintah daerah berkomitmen untuk membentuk Posdaya agar bersinergi dengan program pemerintah. “Posdaya memang belum memasyarakat di Pati,” ka-tanya. (Farih/Info Muria)

Agenda UMK Suara UMK Sivitas Akademika yang ingin menyampaikan saran atau usul, dapat me-ngirim pesan ke 081325401722 atau [email protected], [email protected].

(-) Dosen harus sportif dalam memberikan nilai, jangan seenaknya. (081225039XXX)

(-) Tolong mahasiswa UMK lebih bisa untuk ikut menjaga sarana prasarana kampus agar tidak cepat rusak. (08522698xxx)

(-) Mahasiswa kalau kuliah jangan pakai kaos atau bersandal, kan sudah ada aturannya, berkerah atau jaket. Kesannya seperti mau ke mall aja. (08562708xxx)

Pada 27 April 2011, Senat Universitas Muria Kudus (UMK) akan menyelenggarakan rapat

senat terbuka dengan agenda tunggal wisuda diploma, sarjana, dan pascasarjana ke-46.

***UMK akan menggelar seminar motivasi ber-tema “Membangun Kepribadian Mahasiswa

Hebat, Bermartabat, Kreatif, Komunikatif, dan Mulia,“ pada awal Mei 2011.

Salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh peserta KKN Posdaya UMK di Desa Bumiayu Wedarijaksa

Pati, pada Janurari-Februari 2011.(Dok. Info Muria)

Page 8: Info Muria Edisi 4

Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 20118