Inflamasi dan perbaikan
-
Upload
andry-natanel -
Category
Documents
-
view
840 -
download
2
Transcript of Inflamasi dan perbaikan
INFLAMASI DAN PERBAIKAN
• INFLAMASI
• Inflamasi adalah reaksi jaringan hidup yg berpembuluh darah (ber-vaskularisasi) terhadap jejas.
• Penyebab : infeksi mikroba, fisika, kimia, jaringan nekrotik dan reaksi imunologik.
• Inflamasi bertujuan untuk menyekat serta mengisolasi jejas, menghancurkan mikroorganisme yg masuk dan menginaktifkan toksin, dan mempersiapkan jaringan bagi kesembuhan serta perbaikan.
• Inflamasi memiliki pola yang akut dan kronik.
DEFINISI ISTILAH
- Eksudasi
Keluarnya cairan, protein dan sel-sel darah dari sistem vaskular masuk ke dalam jaringan interstisial atau rongga tubuh.
- Eksudat
Cairan peradangan ekstravaskular yang mengandung protein konsentrasi tinggi, banyak debris selular dan dengan berat jenis di atas 1.020.
- Transudat
Cairan dengan kandungan protein yg rendah dan b.j. < 1.012. Pada dasarnya transudat adalah ultrafiltrasi plasma darah akibat ketidak-seimbangan hidrostatik pd endotel vaskular.
- Edema
Merupakan kelebihan cairan dlm jaringan interstisial atau rongga serosa, dapat berupa eksudat atau transudat.
- Pus
Eksudat peradangan yg purulen, kaya akan leukosit dan debris sel parenkimal.
PERISTIWA UTAMA PADA INFLAMASI (AKUT)
Perubahan aliran dan kaliber pembuluh darah- Pada mulanya terjadi vasokonstriksi arteriol sementara.
- Diikuti vasodilatasi yg menyebabkan peningkatan aliran darah. Inilah yg memberikan tanda panas dan kemerahan.
- Akhirnya sirkulasi melambat, disebabkan peningkatan permea-bilitas vaskular, mengakibatkan stasis. Dan karena permeabilitas meningkat, terjadi edema.
- Dengan melambatnya alitan, terjadi marginasi leukosit yang merupakan awal peristiwa selular.
Peningkatan permeabilitas vaskular (“IVP = Increa-sed Vascular Permeability”)
- Pertukaran cairan normal tergantung pd hukum Starling dan keutuhan endotelium. Hm Starling menetapkan bahwa keseimbangan cairan normal sebagian besar diatur oleh dua tenaga yg berlawanan yaitu : tekanan hidrostatik yg menyebab-kan keluarnya cairan dari sirkulasi dan tekanan koloid osmotik plasma yg menyebabkan masuknya cairan ke dalam kapilar.
- Pada inflamasi, tekanan hidrostatik meningkat karena adanya vasodilatasi, dan penurunan tekanan osmotik yg disebabkan oleh kebocoran protein yg tinggi ke dalam interstisium. Akibatnya cairan mengalir ke luar dan terjadi edema.
Eksudasi leukositMeliputi adhesi leukosit, emigrasi, fagositosis, degradasi intra –
selular partikel-partikel yg difagositosis, dan pelepasan ekstra- selular produk-produk leukosit.
AKIBAT INFLAMASI AKUT
1. Resolusi sempurna dengan perbaikan daerah peradangan akut menjadi normal.
2. Penyembuhan dengan membentuk parut, yg terjadi setelah destruksi luas pd jaringan, peradangan pd jaringan yg tdk dapat beregenerasi, atau jika terdapat banyak kelompok fibrin.
3. Berlanjut menjadi peradangan kronik.
INFLAMASI KRONIK ( IK )
Dapat terjadi melalui salah satu dari ketiga jalan ini :
1. Terjadi setelah inflamasi akut, karena stimulus yg menetap
atau karena gangguan proses penyembuhan normal.
2. Disebabkan oleh peradangan akut berulang.
3. Tersering, dimulai dgn derajat rendah dan tersembunyi,
reaksi sedikit yg tidak mengikuti jalannya inflamasi akut
klasik, yaitu seperti salah satu dari berikut ini :
- Infeksi persisten oleh mikroba intraselular (mis. basili
tuberkel, infeksi viral) dgn toksisitas rendah tetapi
menimbulkan reaksi imunologik.
- Terpapar substansi toksik dalam jangka waktu lama (mis.
silikosis dan asbestosis pd paru).
- Reaksi imun, khususnya yang terhadap jaringan, tubuh
sendiri ( mis. penyakit autoimun).
GAMBARAN HISTOLOGIK IK
1. Infiltrasi/serbukan sel mononukleus, yaitu makrofag,
limfosit dan sel plasma.
2. Proliferasi fibroblas, dan dalam banyak hal
pembuluh darah kecil.
3. Peningkatan jaringan ikat (fibrosis).
4. Destruksi jaringan.
POLA MORFOLOGIK
Beberapa respons peradangan mempunyai
gambaran tertentu yg membuat pola
morfologik tersendiri:
1. Peradangan serosa (mis. efusi pleura
tuberkolosa dan vesikel luka bakar pada kulit).
2. Peradangan fibrinosa (mis. perikarditis fibri-
nosa setelah infark miokardial akut).
3. Peradangan supuratif atau purulen (mis.
abses stafilokokus piogenik).
4. Ulkus; inflamasi pada permukaan (mukosa,
kulit) dengan pengelupasan jaringan nekrotik.
EFEK SISTEMIK
Yaitu :
1. Demam, disebabkan pelepasan IL-1, TNF dan sitokines lain dari makrofag.
2. Lekositosis, terjadi karena (1) pelepasan sel-sel sumsum tulang dipercepat oleh adanya IL-1 dan TNF dan (2) proliferasi prekursor dlm sumsum tulang disebabkan oleh “colony-stimulating factors (CSFs)”
3. Perluasan protein fase akut di hati (mis. C-reactive protein, amiloid-A) disebabkan oleh pelepasan IL-1 dan TNF.
4. Reaksi fase akut lain seperti mengantuk, hipotensi dan lipolisis.
PENYEMBUHAN DAN PERBAIKAN
Perbaikan menyangkut dua proses tersendiri:
1. Regenerasi yaitu penggantian jaringan yang terkena jejas dengan sel-sel jenis yang sama.
2. Penggantian oleh jaringan ikat.
Pada banyak contoh kedua proses ini menuju perbaikan.
REGENERASI
Berdasarkan kemampuan beregenerasi, sel dibagi menjadi 3 kelompok.
1. Sel-sel labil (epitel permukaan, sel-sel hematopoietik) terus berproliferasi selama hidup, menggantikan sel-sel yg rusak. Dengan adanya jejas dan hilangnya sel-sel, regenerasi sempurna masih dimungkinkan dari sel-sel yg tertinggal.
2. Sel-sel stabil (hati, jaringan ikat) normal mempunyai daya replikasi yg rendah tetapi dapat membelah dgn cepat sebagai respons terhadap rangsangan fisiologik dan patologik, sehingga dapat menyusun kembali jaringan asalnya.
3. Sel-sel permanen (sel saraf, sel otot skeletal dan otot jantung) pada dasarnya tidak beregenerasi.
PERBAIKAN JARINGAN IKAT
Timbul dengan pembentukan jaringan granulasi.
Gambaran histologiknya adalah proliferasi pembuluh
darah kecil baru (neovaskularisasi-angiogenesis) dan
fibroblas.
Empat langkah yg mendasari neovaskularisasi :
- Degradasi enzimatik membran basalis pembuluh
darah induk.
- Migrasi sel endotelial.
- Proliferasi sel endotelial.
- Maturasi dan organisasi menjadi tabung-tabung
kapilar.
PENYEMBUHAN LUKA
Penyembuhan luka insisi bedah yg bersih (tujuan pertama/”first intention”) meliputi urutan sbb:
- 0 jam. Luka terisi bekuan darah.
- 3 sampai 24 jam. Neutrofil dari tepi-tepi luka mengin-filtrasi bekuan darah. Mitosis mulai tampak pd sel-sel basal epitel, penutupan epitelial memakan waktu 24 sampai 48 jam.
- Hari ke 3. Neutrofil digantikan makrofag. Jaringan granulasi mulai tampak.
- Hari ke 5. Ruang luka terisi jaringan granulasi, neo-vaskularisasi maksimal, mulai tampak serabut kolagen dan proliferasi epitelial maksimal.
- Minggu ke 2. Terdapat proliferasi fibroblas dan akumulasi kolagen. Inflamasi dan pembentukan pem-buluh darah baru sebagian besar telah menghilang.
- Bulan ke 2. Sekarang parut terdiri atas jaringan ikat,
sama sekali tanpa peradangan, ditutupi oleh
epidermis yang utuh.
Penyembuhan dengan tujuan kedua/”second
intention” terjadi jika jaringan yang hilang lebih
luas, seperti pada infark, ulserasi, pembentukan
abses dan luka-luka yg luas. Banyak jaringan
granulasi tumbuh dari tepi ke dalam luka untuk
mengisi defek, tetapi pada waktu bersamaan
luka mengkerut, sehingga ukuran defek lebih
kecil dari asalnya. Miofibroblas membantu
kontraksi luka.
MEKANISME YANG BERPERAN PADA
PENYEMBUHAN
Tiga pengaruh yang penting pada penyembuhan
luka:
1. Faktor pertumbuhan.
2. Interaksi sel-sel dan sel matriks.
3. Sintesis matriks ekstraseluler dan
kolagenisasi.
Faktor Pertumbuhan
Pertumbuhan normal populasi sel dikontrol oleh efek yg
berlawanan dari stimulator pertumbuhan dan inhibitor
pertumbuhan. Faktor terpenting pada pertumbuhan
sel adalah mendapatkan sel-sel Go masuk ke dalam
siklus sel.
Faktor faktor pertumbuhan tertentu juga menimbulkan
migrasi sel, diferensiasi dan membentuk kembali
(remodeling) jaringan, juga terlibat dalam berbagai
stadium penyembuhan luka.
Interaksi sel-sel dan sel matriks
Interaksi ini sangat mempengaruhi pertumbuhan sel dan organisasi jaringan pada penyembuhan luka.
- Sel-sel regenerasi berhenti berproliferasi setelah jejas sembuh.
- Interaksi antara sel dan matriks ekstraselular mem-pengaruhi migrasi, proliferasi dan diferensiasi sel.
- Protein ekstraselular berinteraksi dengan reseptor permukaan sel yg mengenali bagian dari protein ini untuk kemudian menimbulkan tanda-tanda intraselular.
- Kelompok reseptor khusus terdiri atas “integrins” yg merupakan milik keluarga besar gen termasuk resep-tor fibronektin, glikoprotein reseptor pada permukaan trombosit dan molekul-molekul adhesi leukosit.
Kolagenisasi dan Kekuatan Luka
- Serabut-serabut kolagen bertanggungjawab pada
sebagian besar kekuatan luka. Kekuatan luka pada
akhir minggu pertama kira-kira 10%, yg sebagian
besar tergantung pd jahitan luka operasi dan adhesi
jaringan. Kekuatan luka mencapai 70-80% pd bulan
ketiga dan setelah itu stabil.
- Kolagen luka mengalami pergantian terus-menerus.
- Degradasi kolagen membantu pembersihan daerah
jejas dan pada remodeling/pembentukan kembali
jaringan ikat perlu untuk penyembuhan defek.
- Komponen matriks ekstraselular yg lain adalah
serabut elastik, glycosaminoglycans, laminin dan
fibronektin.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS INFLAMASI – RESPONS
PENYEMBUHAN
- Suplai darah yang adekuat.
- Status nutrisi dari penderita, misalnya nutrisi protein
dan konsumsi vitamin C.
- Ada atau tidak adanya infeksi.
- Ada atau tidak adanya diabetes melitus.
- Sedang menjalankan terapi glukokortikosteroid, yang
akan memperlambat proses penyembuhan.
- Tingkat adekuat sirkulasi sel darah putih.