Infeksi+Pulmonologi

35
DEMAM TIFOID DEFINISI DIAGNOSIS Anamnesis Pemeriksaan fisik Laboratorium TERAPI 1. Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan Demam Tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman atau : demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap(kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare. : febris, kesadaran berkabut, bradikardi relatif (peningkatan suhu 1 C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae. : leukopenia, leukositosis, atau leukosit normal, aneosinofilia, limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi hati. Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal >4 kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis. Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan Demam Tifoid, yaitu : . Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Dalam perawatan perlu dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah Salmonella typhi Salmonella paratyphi. 1. 2. 3. 0 ¤ ¤ ¤ 1. Interna-Tropik Infeksi Art Of Therapy Art Of Therapy 1

description

Infeksi+Pulmonologi

Transcript of Infeksi+Pulmonologi

Page 1: Infeksi+Pulmonologi

DEMAM TIFOID

DEFINISI

DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Laboratorium

TERAPI

1. Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan

mempercepat penyembuhan

Demam Tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi

kuman atau

: demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam

menetap(kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama

sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi

atau diare.

: febris, kesadaran berkabut, bradikardi relatif (peningkatan

suhu 1 C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput

(kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali,

splenomegali, nyeri abdomen, roseolae.

: leukopenia, leukositosis, atau leukosit normal, aneosinofilia,

limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi

hati.

Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal >4 kali

lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis.

Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis.

Uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai

gambaran klinis khas menyokong diagnosis.

Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan Demam Tifoid, yaitu :

.

Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah

komplikasi. Dalam perawatan perlu dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan

perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah

Salmonella typhi Salmonella paratyphi.

1.

2.

3.

0

1. Interna-Tropik Infeksi

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

1

Page 2: Infeksi+Pulmonologi

dekubitus dan pneumonia ortostatik serta higiene perorangan tetap perlu

diperhatikan dan dijaga.

.

Di masa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian

ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan

diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur

saring tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran

cerna atau perforasi usus. Hal ini disebabkan ada pendapat bahwa usus harus

diistirahatkan. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makan padat

dini yaitu nasi dengan lauk-pauk rendah selulosa (menghindari sementara

sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.

.

- Di Indonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan pertama

untuk mengobati demam tifoid.

- Dosis yang diberikan adalah 4x500mg per hari dapat diberikan secara

peroral atau intravena.

- Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas.

- Penyuntikan intramuskular tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis

ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri.

- Dari pengalaman, penggunaan obat ini dapat menurunkan demam

rata-rata 7,2 hari. Penulis lain menyebutkan penurunan demam dapat

terjadi rata-rata setelah hari ke-5.

Dosis dan efektivitas Tiamfenikol hampir sama dengan Kloramfenikol.

Komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia

aplastik lebih rendah dibandingkan dengan Kloramfenikol. Dosis

Tiamfenikol adalah 4x500mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-

5 sampai ke-6.

Efektivitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan Kloramfenikol.

- Dosis untuk orang dewasa adalah 2x2 tablet (1 tablet mengandung

2. Diet dan terapi penunjang(simptomatik dan suportif), dengan tujuan

mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal

3. Pemberian antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah

penyebaran kuman

Kloramfenikol.

Tiamfenikol

-

Kotrimoksazol

-

Tropik InfeksiTropik Infeksi

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

2

Page 3: Infeksi+Pulmonologi

sulfametoksazol 400mg dan 80mg trimetoprim) diberikan selama 2

minggu.

Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah

dibandingkan dengan Kloramfenikol.

- Dosis yang dianjurkan berkisar antara 50-150 mg/kgBB dan digunakan

selama 2 minggu.

- Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ketiga yang terbukti

efektif untuk demam tifoid adalah seftriakson.

- Dosis yang dianjurkan adalah antara 3-4 gram dalam dektrosa 100cc

diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3

hingga 5 hari.

Beberapa jenis bahan sediaan dan aturan pemberiannya :

1. Norfloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 14 hari

2. Siprofloksasin dosis 2x500 mg/hari selama 6 hari

3. Ofloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 7 hari

4. Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari

5. Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari

Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan hanya pada keadaan

tertentu saja, antara lain toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok

septik, yang pernah terbukti ditemukan 2 macam organisme dalam kultur

darah selain kuman .

Penggunaan steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau demam

tifoid yang mengalami syok septik dengan dosis 3x5 mg.

Ampisilin dan Amoksisilin

-

Sefalosporin generasi ketiga

Golongan Fluorokuinolon

Kombinasi 2 antimikroba

Kortikosteroid

Salmonella

ReferensiBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006. Tropik Infeksi, FK UI. Jakarta

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Tropik InfeksiTropik Infeksi

3

Page 4: Infeksi+Pulmonologi

DIARE AKUT

DEFINISI

MANIFESTASI KLINIS

pernafasan kusmaul

Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair,

kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.

Secara klinis, diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama

koleriform, dengan diare yang terutama terdiri ataas cairan saja. Kedua, disentriform,

pada diare didapatkan lender kental dan kadang-kadang darah.

Berdasarkan kemungkinan penyebabnya:

1. Diare non inflamatori:

Diare dengan banyak air, tanpa darah, kram periumbilikal, perut kembung,

mual dan muntah.

Kemungkinan disebabkan oleh ETEC, S. aureus, Bacillus cereus, C.

perfringens.

Klinis akibat efek toksin bakteri pada usus halus.

2. Diare inflamatori :

Diare dengan darah (disentri) disertai demam, sedikit air, kram pada

abdomen kuadran kiri bawah, tenesmus, terdapat lendir dalam feses.

Kemungkinan disebabkan oleh EHEC, C. difficile, shigellosis, salmonellosis,

Campylobacter, amoebiasis.

Diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai

kejang perut, demam, dan diare. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan

merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara

menjadi serak.

Asidosis metabolik akan meyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam

( ). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat, maka denyut nadi

cepat (lebih dari 120 kali per menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur,

pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis.

Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat

menurun sehingga timbul anuria (volume urine <50cc/24 jam), sehingga bila

-

-

-

-

-

Tropik InfeksiTropik Infeksi

4

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 5: Infeksi+Pulmonologi

TERAPI

1. Rehidrasi (pemberian cairan)

Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:

Prinsip dalam menentukan jumlah cairan yang akan diberikan adalah sesuai

dengan cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam cara pemberian cairan:

BJ Plasma dengan rumus:�

lx B B ( K g ) x 4 m0 .0 0 1

1 .0 2 5B J p la s m a −

2. Metode Pierce berdasarkan klinis:

a. Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% X Berat Badan (Kg)

b. Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% X Berat Badan (Kg)

c. Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% X Berat Badan (Kg)

3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis antara lain:

Tabel 2. Skor Klinis Daldiyono

kekurangan cairan tidak cepat diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular

akut.

PENYEBAB MANIFESTASI KLINIS

Kolera (inkubas i : 3-6 hari) Diare disertai dengan tinja yang encer/lembek, diikuti oleh

cairan seperti air cucian beras berbau amisDisertai mual dan muntah

Tanda penting: dehidrasi (turgor kulit jelek, mata dan pipi

cekung), jari-jari keriput, asidosis, syok.

Disentri basiler (inkubasi :

beberapa jam sampai 3 hari)

Diare dengan lendir dan darah, tenesmus, demam, sakit

perut, dehidrasi.

Amebiasis (inkubasi :8 hari

(2-4 minggu)

Kolitis ringan sampai berat (diare rekuren dan abdominal

cramp, kadang berubah menjadi konstipasi)Berak darah dan lendir, sakit perut, hiperperistaltik,

meteorismus, nyeri tekan perut bagian bawah

Salmonellosis (inkubasi : 10-14 hari)

Diare atau konstipasi disertai malaise, nyeri kepala, nyeriabdomen, suara serak dan batuk

Tabel 1. Manifestasi klinis dari beberapa etiologi diare akut

KLINIS SKOR

Rasa haus / muntah 1

Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1

Tekanan darah sistolik <60mmHg 2

Frekuensi Nadi >120X/menit 1

Kesadaran apatis 1

Kesadaran somnolen, Sopor, atau K oma 2

Frekuensi nafas > 30X/menit 1

Facies Cholerika 2

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Tropik InfeksiTropik Infeksi

5

Page 6: Infeksi+Pulmonologi

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral

(sebanyak mungkin, sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengasn 3

disertai syok diberikan cairan intravena.

Tahapan pemberian cairan terdiri atas 3 tahap, yaitu:

a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan

menurut rumus BJ plasma atau skor daldiyono diberikan langsung dalam

dua jam ini agar tercapai rehidrasi ooptimal secepat mungkin

b. Satu jam berikutnya (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan

kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial

sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor daldiyono kurang dari 3 dapat

diganti cairan per oral

c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkankehilangan cairan

melalui tinja dan insensible water loss (IWL)

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien

justru dianjurkan untuk minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas,

makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus

dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transient yang disebabkan virus

atau bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena dapat

meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

Obat jenis ini fdapat mengurangi gejala-gejala.

a. Paling efektif : derivate opioid misal loperamid, difenoksilat-atropin dan

2. Diet

2. Obat anti diare

Vox cholerica 2

Turgor kulit menurun 1

Washer- woman hand 1

Ekstremitas dingin 1

Sianosis 2

Umur 50-60 tahun -1

Umur > 60 tahun -2

1 L it e rx 1 0 % x K g B B x1 5

s k o rKebutuhan cairan =

Tropik InfeksiTropik Infeksi

6

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 7: Infeksi+Pulmonologi

tinktur opium. Loperamid paling banyak disukai karena tidak adiktif dan

memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat

lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena

dapat menimbulkan enselopati bismuth. Obat antimotil itas

penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk

infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama

kesembuhan penyakit.

b. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 X 2 tab/hari, smectite 3 X 1 sachet

diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti

c. Obat anti sekretorik atau anti enkephakinase: Hidrasec 3X 1 tab/hari.

Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan,

higiene perorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat

berarti, selain terapi farmakologi yang tertera pada tabel berikut.

3. Terapi definitif

Penyebab Diare Obat Dosis (perhari) Jangka Waktu

Cholera eltor Tetrasiklin 4x500mg

Kotrimoksazol 2x3 tab(awal)

2x2 tab 6 har i

Kloramfenikol 4x500mg 7 hari

E.coli Tak memerlukan terapi

Salmonelosis Ampisillin 4x1 g 10-14hariKotrimoksazol 4x500mg 10-14hari

Siprofloksas in 2x500mg 3-5hari

Shigelosis Ampisillin 4x18 5 hari

Kloramfenikol 4x500mg 5 hari

Amebiasis Metronidazol 4x500mg 3 hari

Tinidazol 1 x2g 3 hari

Secnidazol 1x28 3 hariTetrasiklin 4x500mg 10 hari

Giardiasis Kuinakrin 3x100mg 7 har i

Klorokuin 3x100mg 5 hari

Metronidazol 3x250 mg 7 hari

Kandidosis Mikostatin 3X500.000 unit 10 hari

Virus Simptomatik dan Support

Tabel 3. Daftar obat dan dosis berdasarkan penyebab diare

Komplikasi dan tatalaksananya

Dehidrasi

Salah satu akibat dari diare adalah terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan). Penetuan

derajat dehidrasi dapat berdasarkan:

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Tropik InfeksiTropik Infeksi

7

Page 8: Infeksi+Pulmonologi

1. Keadaan klinis:

a. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor kurang ,

suara serak (vox cholerica), pasien belum jatuh kedalam presyok.

b. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien

jatuh kedalam keadaan presyok atau syok, nadi cepat, nafas cepat dan

dalam.

c. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB) tanda dehidrasi sedang ditambah

kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis

2. Berdasarkan berat jenis plasma:

a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032-1,040

b. Dehidrasi sedang: BJ plasma 1,028-1,032

c. Dehidrasi ringan: BJ plasma 1,025-1,028

3. Pengukuran (CVP)

Bila CVP +4 s/d +11 cmH20: normal

Bila syok atau dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cm H20

1. Rehidrasi

(Lihat dibagian rehidrasi pada Diare akut)

2. Jenis Cairan

Cairan Intravena ada 3 jenis:

Cairan Kristaloid.

Cairan yang mengandung zat dengan BM rendah ( < 8000 Dalton ) dengan

atau tanpa glukosa.

Tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang

ekstraseluler.

Cairan Koloid.

Cairan yang mengandung zat dengan BM tinggi (> 8000 Dalton ), misal:

protein, Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar akan tetap

tinggal di ruang intravaskuler.

Cairan Khusus.

Central Venous Pressure

Penanganan

Tropik InfeksiTropik Infeksi

8

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 9: Infeksi+Pulmonologi

Dipergunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, seperti: NaCI 3%, bic-nat,

mannitol.

Pasien yang terinfeksi virus HIV.

Adanya faktor resiko penularan. Diagnosis HIV : tes ELISA 3 kali reaktif dengan reagen

yang berbeda. Stadium WHO :

Stadium 1 : asimtomatik, limfadenopati generalisata

Stadium 2 :

1. Berat badan turun <10%

2. Manifestasi mukokutan minor (dermatitis seboroik, prurigo, infeksi jamur

kuku, ulkus oral rekuren, cheilitis angularis)

3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir

4. Infeksi saluran napas rekuren

Stadium 3 :

1. Berat badan turun >10%

2. Diare yang tidak diketahui penyebabnya > 1 bulan

3. Demam berkepanjangan (intermiten atau konstan ) > 1 bulan

4. Kandidiasis oral

5.

6. Tuberkulosis paru

7. Infeksi bakteri berat (pneumonia, piomiositis)

Stadium 4 :

1.

2. Pneumonia

3. Toksoplasmosis serebral

4. Kriptosporidiosis dengan diare > 1 bulan

Daftar PustakaHalim-Mubin A,2001, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi, EGC, Jakarta.

HIV / AIDS

DEFINISI

DIAGNOSIS

Oral hairy leucoplakia

HIV wasting syndrome

Pneumocystis carinii

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Tropik InfeksiTropik Infeksi

9

Page 10: Infeksi+Pulmonologi

5. Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa, atau kelenjar getah bening

(misalnya retinitis CMV)

6. Infeksi herpes simpleks, mukokutan (>1bulan) atau viseral

7.

8. Mikosis endemic diseminata

9. Kandidiasis esofagus, trakhea, dan bronkhus

10. Mikobakteriosis atipik, diseminata atau paru

11. Septikemia salmonella non tifosa

12. Tuberkulosis ekstrapulmoner

13. Limfoma

14. Sarkoma kaposi

15. Ensefalopati HIV

1. Anti-HIV ELISA

2. Anti-HIV Western Blot

3. Antigen p-24

4. Hitung CD4

5. Jumlah virus HIV dengan RNA-PCR

6. Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis infeksi oportunistik

1. Konseling

2. Terapi suportif

3. Terapi infeksi oportunistik dan pencegahan infeksi oportunistik

4. Terapi antiretrovirus kombinasi, efek samping dan penanganannya

5. Vaksinasi pada penderita HIV/AIDS

6. Terapi paska paparan HIV (post-exposure prophylaxis)

7. Penatalaksanaan infeksi HIV pada kehamilan

8. Penatalaksanaan koinfeksi HIV dengan hepatitis C dan Hepatitis B

Progressive multifocal leucoencephalopathy

PEMERIKSAAN PENUNJANG

TERAPI

Tropik InfeksiTropik Infeksi

10

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 11: Infeksi+Pulmonologi

LEPTOSPIROSIS

DEFINISI

DIAGNOSIS

DIAGNOSIS BANDING

TERAPI

Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh spirokaeta patogen dari famili

a. Anamnesis: demam tinggi. menggigil, sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah,

diare

b. Pemeriksaan Fisik: injeksi konjungtiva, ikterik, fotofobia, hepatomegaIi,

splenomegali, penurunan kesadaran

c. Laboratorium: dapat ditemukan leukositosis, peningkatan amilase, lipase, dan

CK (Creatin Kinase), gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal. Serologi

leptospira positif (titer 1 / 100 atau terdapat peningkatan 4 kali pada titer

ulangan)

Hepatitis tifosa, ikterus obstruktif, malaria, kolangitis, hepatitis fulminan

Non farmakologis

Tirah baring, makanan / cairan tergantung pada komplikasi organ yang

terlibat

Farmakologls:

Simtomatis

Antirnikroba:

Pilihan utama: Penisilin G 4 x 1,5 juta unit selama 5-7 hari

Altematif: tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, sefalosporin generasi III,

fluorolokuinolon

leptospiraceae

≥ ≥

-

-

>

>

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Tropik InfeksiTropik Infeksi

11

Page 12: Infeksi+Pulmonologi

MALARIA

DEFINISI

DIAGNOSIS

Penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit

dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.

1. Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit

kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik

malaria.

c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.

d. Riwayat sakit malaria

e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir

f. Riwayat mendapat transfusi darah

2. Tersangka malaria berat dapat ditemukan keadaan di bawah ini:

a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat

b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)

c. Kejang-kejang

d. Panas sangat tinggi

e. Ikterik

f. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan

g. Nafas cepat dan atau sesak nafas

h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum

i. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman

j. Oligouria atau anuria

k. Telapak tangan sangat pucat

3. Pemeriksaan fisik: demam (t 37,5 C), konjungtiva atau telapak tangan pucat,

splenomegali, hepatomegali.

Catatan : penderita tersangka malaria berat harus segera dirujuk untuk

mendapat kepastian diagnosis secara mikroskopik dan penanganan

lebih lanjut.

≥0

Tropik InfeksiTropik Infeksi

12

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 13: Infeksi+Pulmonologi

Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th

H1 Artesunat ¼ tab ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3

H2 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

H3 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Tabel 4. Pengobatan lini pertama malaria Falsiparum menurut kelompok umur

Catatan :Primakuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi<1 tahun &penderita defisiensi G6-PD

Komposisi obat:

Artesunat : 50mg/tablet

Amodiakuin : 200mg/tablet 153 mg amodiakuin base/tablet

Semua pasien ( ) diberikan tablet

primakuin (1 tablet berisi :15 mg primakuin basa) dengan dosis 0,75 mg

basa/kgBB/oral, dosis tunggal pada hari 1( hari pertama minum obat).

Dosis pada tabel di atas merupakan perhitungan kasar bila penderita tidak

ditimbang berat badannya. Dosis yang direkomendasi berdasarkan berat

badan adalah:

Artesunat : 4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/oral, diberikan pada hari 1, 2

-

-

-

-

kecuali ibu hamil dan anak usia<1 tahun

4. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan tetes darah tepi (tetesan darah tebal dan tipis) untuk

menentukan ada tidaknya parasit malaria, spesies dan stadium plasmodium

dan kepadatan parasit.

Rapid Diagnostic Test (RDT), untuk mendiagnosis infeksi P. falciparum dan

non falciparum.

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena

bersifat iritasi lambung. Penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum

obat. Penjabaran disini terbatas pada pengobatan malaria tanpa komplikasi:

TERAPI

A. Pengobatan Malaria Falsiparum

Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Tropik InfeksiTropik Infeksi

13

Page 14: Infeksi+Pulmonologi

Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H4-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

Tabel 5 Pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale

Klorokuin difosfat/sulfat : 1 tablet 250 mg garam (150 mg basa)Primakuin : 1 tablet 15 mg

Perhitungan dosis berdasarkan berat badan untuk dan :

Klorokuin : hari I & II = 10mg/kgBB, hari III = 5mg/kgBB

Primakuin : 0,25mg/kgBB/hari, selama 14 hari

Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian

obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4)

dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7.

Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:

a. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau

P. vivax P. ovale

dan 3 ditambah Amodiakuin : 25-35 mg basa/kgBB selama 3 hari dengan

pembagian dosis: 10 mg basa/kgBB/hari/oral.

Pengobatan efektif apabila sampai hari ke-28 setelah pemberian obat,

ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak

ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7.

Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:

1. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau

2. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang

(persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi)

Pengobatan malaria vivaks dan ovale

A. Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale dan malaria malariae

Lini Pertama = Klorokuin + Primakuin

Tropik InfeksiTropik Infeksi

14

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 15: Infeksi+Pulmonologi

Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-2 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2

H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2

H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2

Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2

H4-14 Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2

Tabel 6.Pengobatan malaria vivaks yang relaps (kambuh)

Hari Jenis obat Jenis tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2

Tabel 7. Pengobatan malaria malariae

C. Pengobatan terhadap penderita suspek malaria pada fasilitas pelayanan

kesehatan tanpa sarana diagnostik malaria

klorokuin primakuin

Penderita dengan gejala klinis malaria dapat diobati sementara dengan regimen

dan . Pemberian klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari,

dengan dosis total 25 mg basa/kgBB. Primakuin diberikan bersamaan dengan

klorokuin pada hari pertama dengan dosis 0,75 mg/kgBB. Pengobatan juga

dapat diberikan berdasarkan golongan umur penderita seperti pada tabel di

bawah:

b. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang

(persisten) atau timbul kembali sebelum hari ke 14 (kemungkinan

resisten).

c. Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara

hari ke 15 sampai hari ke 28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi

baru).

Penderita dikatakan kambuh bila dalam kurun waktu 14-28 hari:

Penderita tetap demam atau gejala klinis tidak membaik yang disertai

parasitemia aseksual

Penderita tidak demam atau tanpa gejala klinis lainnya, tetapi

ditemukan parasitemia aseksual.

-

-

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Tropik InfeksiTropik Infeksi

15

Page 16: Infeksi+Pulmonologi

VARISELA

DEFINISI

DIAGNOSIS

Pemeriksaan lab.

TERAPI

Varisela-zoster atau cacar air adalah suau infeksi yang disebabkan oleh virus varisela

zoster (VVZ) yamg merupakam DNA virus, dicirikan oleh ruam vaskuler,

eksantomatosa. VVZ juga dapat menyebabkan klinis yang berbeda yaitu herpes

zoster atau .

Periode inkubasi 14-21 hari muncul ruam disertai demam dan malaise 3-5 hari ruam

berkembang menjadi makulopapula, krusta, vesikel dalam beberapa jam sampai

harimuncul lesi baru dalam periode 2-4 hari kemudianlesi kulit menghilang dalam 7-14

hari.

Tes Tzanck dari material dalam vesikel untuk mendapatkan .

Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan serologis untuk memeriksa respon pejamu

dengan deteksi antibodi imunofluoresensi terhadap antigen membran VVZ (tes

FAMA dan ELISA).

shingles

multinucleated giant cell

Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th =15 th

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3

H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2

Tabel 8. Pengobatan terhadap penderita suspek malaria

Bila pengobatan tidak efektif (klinis tidak membaik bahkan memburuk)

penderita harus dirujuk untuk kepastian diagnosis dan mendapat pengobatan

yang adekuat.

Daftar PustakaSoeharyo dkk, 2006, Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia, Gebrak Malaria,

Depkes RI Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Tropik InfeksiTropik Infeksi

16

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 17: Infeksi+Pulmonologi

MORBILI

DEFINISI

DIAGNOSIS

Laboratorium

Campak adalah erupsi demam akut yang disebabkan oleh virus morbili dalam

keluarga .

Masa pemajanan 8-12 haritimbul gejala awal malaise,irirtabilitas, suhu s/d

40°C,konjungtivitis dengan lakrimasi berlebihan, edema kelopak mata, fotofobia,

batuk (berlangsung 1-8 hari sebelum munculnya ruam)bercak Koplik (lesi kecil tidak

teratur warna merah dengan inti biru-putih) muncul 1-2 hari sebelum awitan

ruamgejala awal dapat menhilang 1-2 hari setelah timbul ruam atau menetap selama

perjalanan penyakitmuncul ruam makulopapula mula-mula di dahi menyebar ke

wajah, leher, batang tubuh dan kaki pada hari ketigaterjadi penyatuan lesi di dahi,

wajah, punggungmenetap selama 3 hari dan menghilang dengan urutan yang sama,

kira-kira total lama muncul ruam adalah 6 haripewarnaan kecoklatan pada

kulitakhirnya tjd deskuamasi granuler.

Leukopenia pada prodromal dan leukositosis pada superinfeksi bakteri.

Limfopeni ekstrim (<20.000) mengarah ke prognosis yang buruk.

Sel raksasa berinti banyak dapat ditemukan pada sediaan sputum, sekret hidung atau

paramyxovirus

Terapi

varicela

Obat dan Dosis Efek samping Lain-lain

orangnormal

Asiklovir oral 20 mg/kg(max 800 mg),4 x selama

5 hari

Efek samping reaksineurotoksis, disfungsi

renal reversibel,

reaksi lokal

Berefek maksimal biladiberikan 24 jam

setelah timbulnya

ruam

pasien

dengan

respon

imunlemah

Asiklovir IV 500 m setiap 8

jam untuk 5 hari

Atau

Vidarabin iv 10 mg/kgsehari dalam infus 12 jam

selama 5 hari

Efek samping

vidarabin teratogenik,

megaloblastosis,

neurotoksisitas

Efek kedua obat

terhadap varisela

diperkira-kan sama

Catatan : Asiklovir dan vidarabin dapat melalui sawar darah otak sehingga dapat masukke CNS, keduanya diekresikan melalui ginjal.

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Tropik InfeksiTropik Infeksi

17

Page 18: Infeksi+Pulmonologi

urin.

Bisanya akan sembuh sendiri, namun dapat disertai pneumonitis, konjungtivitis,

kematian janin pada penderita yang sedang hamil, hepatitis dan ensefalomielitis.

Pewarnaan antibodi fluoresens pada sel epitel yang terinfeksi.

Tidak ada terapi yang spesifik untuk campak. Pemberian gamaglobulin dapat

memperpanjang masa inkubasi dan memperingan periode prodromal.Pemberian

vitamin A 400.000 IU per oral dapat mengurangi angka kebutaan dan kematian pada

daerah dengan campak dan defisiensi gizi berat. Ribavirin aerosol dilaporkan dapat

mengobati pneumonia yang terjadi akibat campak.

atau viral rhinitis merupakan gejala awal dari setiap infeksi saluran

pernafasan atas.Dapat disebabkan oleh golongan rhinovirus,adenovirus,dll.

Berupa sakit kepala, kongesti nasal, , bersin, rasa gatal di tenggorokan,

malaise. Pemeriksaan nasal menunjukkan kemerahan, edema mukosa dan

serous. Bila discharge berubah menjadi purulen, kemungkinan telah terjadi infeksi

bakteri.

Tidak ada terapi kuratif yang dianjurkan untuk . Biasanya diberikan

terapi suportif dekongestan berupa pseudoephedrine 30-60 mg setiap 4-6 jam atau

120 mg 2 x sehari. Penggunaan nasal spray berisi oxymetazolin atau phenylephrine

menimbulkan efek secara cepat, namun bila digunakan berkali-kali dapat memicu

rhinitis medikamentosa yang lebih berat dari .

Komplikasi

TERAPI

DEFINISI

DIAGNOSIS

TERAPI

COMMON COLD

Common cold

rhinorrhea

discharge

common cold

common cold

Tropik InfeksiTropik Infeksi

18

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 19: Infeksi+Pulmonologi

TUBERKULOSIS

DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (

).

DIAGNOSIS

Batuk terus-menerus, berdahak >3 minggu

Dahak bercampur darah, batuk darah

Sesak nafas dan nyeri dada

Badan lemah, nafsu makan menurun

Berat badan turun, malaise

Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan

Demam meriang lebih dari sebulan.

TB ekstra paru : pembesaran kelenjar, gibbus, osteomielitis, meningitis

Tanda infiltrat : redup, bronkial

Dahak di saluran nafas : ronkhi basah, ronkhi kering

Penyempitan :

Penarikan, pendorongan, kavitas, atelektasis

Efusi, pneumothorax,

Tanda kelainan ekstraparu seperti scrofuloderma, gibbus, osteomyelitis,

menigitis, dll.

Nyeri dada -------------------------------------------------------------> TB pleura

Pembesaran limfonodi superfisial ------------------------> Limfadenitis TB

Pembengkakan tulang belakang---------------------------> Spondilitis TB

M.

tuberculosis

wheezing

schwarte

Gejala – Gejala TB

Pemeriksaan Jasmani

Diagnosis TB Ekstra Paru

2. Interna-Pulmonologi

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

19

Page 20: Infeksi+Pulmonologi

Gambar 1. Alur diagnosis Tuberculosis

Pulmonologi

20

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 21: Infeksi+Pulmonologi

TERAPI

Tipe Penderita

Kasus baru : Belum pernah diobati OAT atau pernah menelan OAT < 1

bulan

Kambuh : Penderita TB yang pernah mendapat pengobatan TB

& telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil

pemeriksaan dahak BTA (+)

Pindahan : Penderita yang sedang pengobatan di kabupaten lain

kemudian pindah berobat ke kabupaten ini

: Penderita yang kembali berobat dengan hasil

pemeriksaan dahak BTA (+) setelah putus berobat 2

bulan / lebih

Gagal : Penderita BTA (+) yang masih tetap (+) atau kembali

menjadi (+) akhir bulan ke-5 atau lebih; penderita BTA (-)

Rö (+) yang menjadi BTA (+) akhir bulan ke-2 pengobatan

Lain-lain : Semua penderita yang tidak memenuhi persyaratan tsb

di atas, misalnya kasus kronik (BTA (+) setelah

menyelesaikan pengobatan ulang kategori 2)

Drop out

Obat Sifat Sasaran Kuman Dosis

Isoniazid Bakterisid metabolik aktif 5 mg / kgBB

Rifampisin Bakterisid semi-dormant 10 mg / kgBB

Pirazinamid Bakterisid dalam sel

suasana asam

25 mg / kgBB

Streptomisin Bakterisid 15 mg / kgBB

Etambutol Bakteriostatik 15 mg / kgBB

Tabel 10 .Dosis Obat OAT

Panduan OAT Indonesia

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3

*Obat sisipan: HRZE

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Pulmonologi

21

Page 22: Infeksi+Pulmonologi

Kategori 1 ditujukan untuk :

Penderita baru TB Paru BTA (+)

Penderita TB paru BTA (-) Rö (+) ringan/berat

TB ekstra paru ringan/berat

Kategori 2 ditujukan untuk :

Penderita TB BTA (+) kambuh

Penderita TB BTA (+) gagal

Penderita

Kategori 3 ditujukan untuk :

Penderita TB Paru BTA (-), Rö (+) sakit ringan

Penderita ekstra paru ringan (limfadenitis TB, pleuritis eksudativa unilateral,

TB kulit, TB tulang, sendi, dan kelenjar adrenal)

OAT sisipan ditujukan untuk penderita yang bila pada akhir tahap intensif dari

pengobatan kategori I atau II hasil pemeriksaan BTA tetap (+), diberikan obat

sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

4FDC : 75 mg INH + 150 mg Rifampisin +400 mg Pirazinamid + 275 mg

Etambutol

* untuk pengobatan setiap hari tahap intensif/sisipan

2FDC : 150 mg INH + 150 Rifampisin

untuk pengobatan intermitten 3x seminggu tahap lanjutan.

drop-out

FIXED DOSE COMBINATION

*

Berat Badan Tahap Inte nsif

tiap hari selama 2 bulan

Tahap Lanjutan

3x/minggu selama 4 bulan

30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC

38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC

55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC

> 70 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

Tabel 11. Dosis untuk kategori I

Pulmonologi

22

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 23: Infeksi+Pulmonologi

Berat

Badan

Tahap Intensif (3 bulan) Tahap Lanjutan

3x seminggu

selama 5 bulan

Tiap hari selama

2 bulan

Tiap hari

selama 1 bulan

30 – 37 kg 2 tab 4FDC +

Streptomisin inj.

2 tab 4FDC 2 tablet 2FDC +

2 tab Etambutol

38 – 54 kg 3 tab 4FDC +

Streptomisin inj.

3 tab 4FDC 3 tablet 2FDC +

3 tab Etambutol

55 – 70 kg 4 tab 4FDC +

Streptomisin inj.

4 tab 4FDC 4 tablet 2FDC +

4 tab Etambutol

> 70 kg 5 tab 4FDC +

Streptomisin inj.

5 tab 4FDC 5 tablet 2FDC +

5 tab Etambutol

Tabel 11. Dosis untuk kategori II

Penyebab Efek samping Penanganan

Rifampisin Tidak ada nafsu makan, mual,

sakit perut

Obat diminum malam sebelum tidur

Rifampisin Warna kemerahan pada ur in Tidak perlu diberi apa-apa kecuali

penjelasan

Pirazinamid Nyeri sendi Beri aspirin

INH Kesemutan s.d. rasa terbakar di

kaki

Beri vitamin B6 100mg/hari

Tabel 12. Efek samping ringan OAT

Penyebab Efek samping Penanganan

Semua OAT Gatal, kemerahan kulit Antihistamin

Semua OAT Ikterus tanpa sebab lain Hentikan OAT sampai

ikterus menghilang

Streptomisin Tuli, vertigo, gangguan

keseimbangan

Hentikan Streptomisin,

ganti Etambutol

Semua obat Bingung & muntah2 Hentikan OAT,

tes fungsi hati

Etambutol Gangguan penglihatan Hentikan Etambutol

Rifampisin Purpura & syok Hentikan Rifampisin

Tabel 13. Efek samping Berat OAT

EVALUASI

Dilakukan dengan px dahak sewaktu dan pagi. Hasil (-) bila ke-2 spesimen (-), hasil (+)

bila salah satu (+)

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Pulmonologi

23

Page 24: Infeksi+Pulmonologi

Kategori Uraian BTA Tindak Lanjut

Kategori

I

Akhir tahap

intensif

+ Tahap lanjutan dimula

- Lanjut OAT sisipan 1 bulan, jika

setelah sisipan tetap (+) berikan

tahap lanjutan

Sebulan sebelum

atau pada akhir

pengobatan

- - Sembuh

+ Gagal, ganti dengan OAT kategori

II mulai dari awal

Kategori

II

Akhir intensif - Teruskan pengobatan

+ Beri sispan 1 bulan, bila setelah

sisipan tetap (+) teruskan

pengobatan tahap lanjutan. Jika

ada fasilitas, rujuk untuk uji

kepekaan obat

Sebulan sebelum

atau pada akhir

pengobatan

- - Sembuh

+ Belum ada pengobatan, disebut

kasus kronik. Jika mungkin, rujuk

ke unit pelayanan spesialistik. Bila

tidak mungkin, beri INH seumur

hidup

Kategori

III

Akhir intensif - Terus ke tahap lanjutan

+ Ganti kategori 2 mulai dari awal

Tabel 14. Evaluasi pasien TB

Hasil Pengobatan dan Tindak Lanjut

1. Penderita BTA (+) yg menyelesaikan pengobatan lengkap, px ulang

dahak 2x berurutan BTA (-) 1 bulan sebelum dan pada akhir pengobatan.

TATALAKSANA : Penderita diberitahu bila gejala muncul kembali segera

memeriksakan diri dengan mengikuti protap.

2. Penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya

secara lengkap tapi tidak ada pemeriksaan dahak ulang.

TATALAKSANA : Penderita diberitahu bila gejala muncul kembali segera

memeriksakan diri dengan mengikuti protap.

3. Penderita yg dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena

sebab apapun.

4. Penderita pindah berobat ke kab./kota lain.

TATALAKSANA : Penderita yang ingin pindah dibuatkan surat pindah, bersama

sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan dikirim kembali ke UPK

Sembuh

Pengobatan Lengkap

Meninggal

Pindah

Pulmonologi

24

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 25: Infeksi+Pulmonologi

asal.

5. Penderita tidak ambil obat >2 bulan berturutan sblm masa

pengobatan selesai.

TATALAKSANA : Lacak penderita dan beri penyuluhan pentingnya berobat

secara teratur. Bila penderita melanjutkan pengobatan, lakukan pemeriksan

dahak. Bila (+) mulai pengobatan dengan kategori 2, bila (-) sisa pengobatan

kategori 1 dilanjutkan.

6. Penderita BTA (+) yg hasil px dahak tetap (+) atau kembali menjadi (+)

pada satu bulan sebelum akhir pengobatan / pada akhir pengobatan.

TATALAKSANA : Penderita BTA (+) baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2

mulai dari awal.

Penderita BTA (+) pengobatan ulang dg kategori 2 dirujuk ke UPK spesialistik/

INH seumur hidup.

Penderita BTA (-) yang hasil px dahaknya pada akhir bulan ke-2 menjadi (+).

TATALAKSANA : Berikan pengobatan kategori 2 mulai dari awal.

1.

Semua jenis OAT aman untuk wanita hamil, kecuali streptomisin karena bersifat

permanent ototoxic dan dapat menembus barrier placenta.

2.

Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Pecegahan diberikan kepada bayi

sesuai BB.

3.

Rifampisin bereaksi dengan kontrasepsi hormonal, sehingga dapat menurunkan

efektifitas kontrasepsi. Dianjurkan menggunakan kontrasepsi non-hormonal

atau mengandung esterogen dosis tinggi (50 mcg).

4.

Pengobatan sama efektifnya seperti pada TB lainnya.

5.

Jika SGOT/SGPT >3x OAT harus dihentikan. Bila <3x diteruskan dengan

pengawasan ketat. Tidak boleh digunakan pirazinamid pada penderita kelainan

hati. Panduan : 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.

Defaulted / Drop Out

Gagal

Wanita hamil

Ibu menyusui

Wanita pengguna kontrasepsi

Penderita HIV/AIDS

Penderita TB dengan kelainan hati kronis

Pengobatan TB pada keadaan khusus

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Pulmonologi

25

Page 26: Infeksi+Pulmonologi

6.

Ditunda sampai hepatitis akut sembuh. Jika sangat diperlukan 3SE sampai

hepatitis sembuh 6RH.

7.

Paling aman : 2RHZ/6HR

8.

Rifampisin akan mengurangi efektivitas sulfonilurea sehingga dosis perlu

ditingkatkan. Penggunaan etambutol harus hati-hati (komplikasi ke mata).

9.

Meningitis, TB milier dg/tanpa gejala meningitis, pleuritis eksudativa TB,

Perikarditis konstriktiva prednison 30-40 mg/hari, tap off 5-10mg.

Penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan obstruksi jalan

napas akibat hiperreaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang

melibatkan sel-sel dan elemen selular terutama mastosit, eosinofil, limfosit T,

makrofag, netrofil, dan epitel.

Faktor-faktor pencetus serangan asma yaitu :

1. Infeksi virus saluran napas : influenza

2. Pemajanan terhadap alergen : tungau, debu rumah, bulu binatang

3. Pemajanan terhadap iritan (polusi udara) : asap rokok, minyak wangi, asap

kendaraan

4. Aktivitas fisik : berlari

5. Ekspresi emosional : takut, marah, frustasi

7. Lingkungan kerja : uap zat kimia

8. Pengawet makanan : sulfit

9. Lain-lain : haid, kehamilan, sinusitis, perubahan cuaca

Penderita TB dengan hepatitis akut

Penderita dengan ganguan ginjal

Penderita DM

Penderita yang perlu tambahan kortikosteroid

Referensi:

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006. Pulmonologi, FK-UI, Jakarta

ASMA BRONKIAL

DEFINISI

6. Obat : aspirin, β-blocker, NSAIDs

Pulmonologi

26

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 27: Infeksi+Pulmonologi

KRITERIA DIAGNOSIS

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan penunjang

: adanya keluhan batuk, sesak, mengi atau rasa berat di dada. Gejala

umumnya timbul pada malam hari atau sewaktu beraktivitas fisik, tetapi dapat

pula muncul sembarang waktu (mengacu kepada faktor pencetusnya).

Adakalanya gejala sering terjadi pada musim tertentu. Gambaran klinis asma

klasik berupa serangan episodik batuk, mengi, dan sesak napas. Pada awal

serangan sering gejala tidak khas, seperti rasa berat di dada, dan pada asma

alergi dapat disertai pilek atau bersin. Meskipun pada awalnya batuk tanpa

disertai sekret, pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan

sekret yang mukoid, putih, dan kadang-kadang purulen. Ada sebagian kecil

pasien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa disertai mengi (

). Adanya penyakit alergi yang lain pada pasien atau keluarganya

(misalnya rinitis alergika, dermatitis atopik) dapat membantu diagnosis asma.

: Penemuan tanda pada pemeriksaan fisik pasien asma

tergantung dari derajat obstruksi saluran napas. Ekspirasi memanjang, mengi,

hiperinflasi dada, pernapasan cepat, sianosis dapat dijumpai pada pasien asma.

:

Pemeriksaan eosinofil total : sering ditemukan eosinofilia (dapat

membedakan asma bronkial dengan bronkitis kronik), pemeriksaan ini

dapat juga dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya

dosis kortikosteroid yang diperlukan pasien asma.

Pemeriksaan sputum : sputum eosinofil sangat spesifik untuk asma,

sedangkan netrofil sangat dominan pada bronkitis kronik. Selain untuk

melihat adanya eosinofil, kristal , dan Spiral ,

pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya miselium

.

Foto Rontgen thorax : Pemeriksaan foto thorax tidak begitu penting untuk

diagnosis asma. Pemeriksaan ini berguna untuk menyingkirkan penyakit

lain yang mempunyai gejala seperti asma atau komplikasi asma, seperti

pneumothorax, pneumomediastinum, atelektasis, fraktur costae, dll.

Uji kulit ( ) : Tujuan uji kulit untuk menunjukkan adanya

antibodi IgE spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya mendukung diagnosis

karena uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma,

demikian sebaliknya jika hasil uji negatif tidak dapat menyingkirkan

cough variant

asthma

Charcot-Leyden Curschmann

Aspergillus

fumigatus

Skin Prick Test/SPT

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Pulmonologi

27

Page 28: Infeksi+Pulmonologi

diagnosis asma.

Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum : Pemeriksaan

ini hanya berguna untuk mendukung diagnosis atopi. Pemeriksaan IgE

spesifik lebih bermakna dilakukan bila uji kulit tidak dapat dilakukan atau

hasilnya tidak dapat dipercaya.

Spirometri : Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah

pemberian bronkodilator hirup (

(Volume Ekspirasi Paksa) atau KVP (Kapasitas

Vital Paksa) sebanyak 20% menunjukkan diagnosis asma. Akan tetapi,

respon yang kurang dari 20% tidak berarti bukan asma (hal ini dapat

dijumpai pada pasien yang sudah normal atau mendekati normal).

Demikian pula respon terhadap bronkodilator tidak dijumpai pada

obstruksi saluran napas yang berat oleh karena obat tunggal bronkodilator

tidak cukup kuat memberikan efek yang diharapkan. Pemeriksaan

spirometri selain penting untuk menegakkan diagnosis, juga penting untuk

menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan. Banyak pasien asma

tanpa keluhan, tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

Uji provokasi bronkus : Jika uji spirometri normal, untuk menunjukkan

adanya hipereaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi bronkus.

Penurunan VEP sebesar 20% atau lebih dianggap bermakna.

Analisis gas darah : Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat.

Pada fase awal serangan terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO < 35

mmHg) kemudian pada stadium yang lebih berat PaCO justru mendekati

normal sampai normo-kapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat

terjadinya hiperkapnia (PaCO 45 mmHg), hipoksemia, dan asidosis

respiratorik.

inhaler atau nebulizer) golongan β-

adrenergic. Peningkatan VEP1

1

2

2

2 ≥

KLASIFIKASI SERANGAN ASMA AKUT

Beratnya Serangan Tanda yang Dijumpai

RINGAN � Aktivitas hampir normal.

� Bicara dalam kalimat penuh.

� Denyut nadi < 100/menit

� APE > 60%.

Tabel 15. Klasifikasi Serangan Asma Akut

Pulmonologi

28

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 29: Infeksi+Pulmonologi

TERAPI

Menurut berat ringannya gejala, asma dapat dibagi menjadi 4 derajat yaitu :

1.

Gambaran klinis sebelum pengobatan :

Gejala intermitten ( < 1 kali seminggu )

Serangan singkat (beberapa jam sampai hari)

Gejala asma malam < 2 kali sebulan

Di antara serangan, pasien bebas gejala dan fungsi paru normal

Nilai APE (Arus Puncak Ekspirasi) dan VEP (Volume Ekspirasi Paksa) >

80% dari nilai prediksi, variabilitas < 20%

O

l.

2.

Gambaran klinis sebelum pengobatan :

Gejala > 1 kali seminggu, tetapi < 1 kali per hari

Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

Serangan asma malam > 2x sebulan

Nilai APE atau VEP > 80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%

Obat yang dipakai : setiap hari

Asma intermitten

Asma persisten ringan

1

1

bat yang dipakai : agonis β2 inhalasi, jika setelah pengobatan masih

terdapat gejala-gejala yang berat dapat ditambahkan obat lain dalam

bentuk sediaan oral seperti Aminofilin, Teofilin, dan Salbutamol, bila belum

membaik dapat diberikan kortikosteroid ora

obat pencegah, agonis β2 bila perlu(jika

SEDANG � Hanya mampu berjalan jarak dekat.

� Bicara dalam kalimat terputus-putus.

� Denyut nadi 100-120 /menit

� APE 40-60%

BERAT � Sesak pada saat istirahat.

� Bicara dalam kata-kata terputus.

� Denyut nadi > 120 /menit

� APE < 40% atau 100 L/menit .

MENGANCAM JIWA � Kesadaran menurun

� Kelelahan

� Sianosis

� Henti napas

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Pulmonologi

29

Page 30: Infeksi+Pulmonologi

belum membaik dapat digunakan terapi yang sama seperti pada asma

intermitten)

Setiap hari menggunakan agonis β2 inhalasi

3.

Gambaran klinis sebelum pengobatan :

Gejala setiap hari

Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

Serangan asma malam > 1 x seminggu

Nilai APE atau VEP antara 60-80% dari nilai prediksi, variabilitas > 30%

Obat yang dipakai : setiap hari obat pencegah (kortikosteroid inhalasi) dan

bronkodilator (Long Acting B2 Agonis /LABA inhalasi).

4.

Gambaran klinis sebelum pengobatan :

Gejala terus-menerus, sering mendapat serangan

Gejala asma malam sering

Aktivitas fisik terbatas karena gejala asma

Nilai APE atau VEP < 60% dari nilai prediksi, variabilitas > 30%

Obat yang dipakai : setiap hari obat-obat pencegah dosis tinggi

(kortikosteroid inhalasi), bronkodilator (LABA inhalasi),

kortikosteroid oral jangka panjang.

Asma persisten sedang

Asma persisten berat

1

1

long acting

long acting

TAHAP OBAT PENCEGAH HARIAN PILIHAN LAIN

Asma intermitten Tidak diperlukan

Asma persiste n

ringan

Kortikosteroid inhalasi

(500μg Beclomethasone

diproprionate atau

ekuivalen)

• Teofilin lepas lambat

• Kromolin

• Anti leukotrien

tabel 16. Pengobatan asma jangka panjang menurut sistem anak tangga

Pulmonologi

30

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 31: Infeksi+Pulmonologi

Asma persisten

sedang

Kortikosteroid inhalasi (200-

1000 μg Beclomethasone

diproprionate atau

ekuivalen) + long acting β-

agonist

• Kortik osteroid inhalasi (500-

1000 μg Beclomethasone

diproprionate atau ekuivalen) +

teofilin lepas lambat atau

• Kortik osteroid inhalasi (500-

1000 μg Beclomethasone

diproprionate atau ekuivalen) +

oral long acting β-agonist atau

• Kortik osteroid inhalasi dosis

lebih tinggi ( >1000 μg

Beclomethasone diproprionate

atau ekuivalen)

• Kortik osteroid inhalasi dosis

lebih tinggi ( >1000 μg

Beclomethasone diproprionate

atau ekuivalen) + anti leukotrien

Asma persisten

berat

Kort ikosteroid inhalasi ( >

1000 μg Beclomethas one

diproprionate atau

ekuivalen) + long acting β-

agonist inhalasi + satu atau

lebih obat berikut bila

diperlukan :

• Teofilin lepas

lambat

• Anti leukotrien

• long acting β-

agonist oral

• Kortikosteroid oral

• Anti IgE.

Pengobatan Asma akut

Prinsip pengobatan asma akut adalah memelihara saturasi oksigen yang cukup

(Sa O 92%) dengan cara mem

an ipratropium bromida) dan

mengurangi inflamasi serta mencegah kekambuhan dengan memberikan

2 ≥ berikan oksigen, melebarkan saluran napas dengan

pemberian bronkodilator aerosol (agonis β-2 d

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Pulmonologi

31

Page 32: Infeksi+Pulmonologi

kortikosteroid sistemik. Pemberian oksigen 1-3 liter/menit diusahakan SaO 92%,

sehingga bila pasien telah mempunyai SaO 92% sebenarnya tidak lagi

membutuhkan inhalasi oksigen.

1. Oksigen 1-3 liter/menit.

.

3. Inhalasi antikolinergik (ipratropium bromida) setiap 4-6 jam terutama pada

obstruksi berat (atau dapat diberikan bersama-s .

4. Kortikosteroid oral atau parenteral dengan dosis 40-60 mg/hari setara

prednison.

5. Jika langkah 1-4 tidak berhasil dapat diberikan Aminofilin (bila diberikan, dosis

awal 5-6 mg/kgBB bolus selama 20 menit, diberikan pelan-pelan untuk

menghindari terjadinya kejang dan aritmia, yang dilarutkan dalam Dextrosa 5%

dilanjutkan infus drip Aminofilin 0,5-0,6 mg/kgBB/jam). Sediaan Aminofilin

adalah 240mg (1 ampul) yang dilarutkan dalam Dextrosa 5%.

6. Antibiotik bila ada infeksi sekunder.

7. Pasien diobservasi 1-3 j

k diberikan bila ada indikasi,

perjanjian kontrol berobat. Bila tidak berhasil pasien harus segera diintubasi.

8. Bila setelah observasi 1-2 jam tidak ada perbaikan atau pasien termasuk

golongan resiko tinggi : pemeriksaan fisik tambah berat, APE (Arus Puncak

Ekspirasi) > 50% dan < 70% dan tidak ada perbaikan hipoksemia (dari hasil analisa

gas darah) pasien harus dirawat.

9. Pasien dirawat di ICU bila tidak berespon terhadap upaya pengobatan di UGD

atau bertambah beratnya serangan/buruknya keadaan setelah perawatan 6-12

jam, adanya penurunan kesadaran atau tanda-tanda henti napas, hasil

pemeriksaan AGD menunjukkan hipoksemia dengan kadar pO < 60 mmHg

dan/atau pCO > 45 mmHg walaupun mendapat pengobatan oksigen yang

adekuat.

10. Pasien harus segera dirujuk bila :

Pasien dengan resiko tinggi untuk kematian karena asma

Serangan asma berat APE < 60% nilai prediksi

2

2

2

2

2. Inhalasi agonis β-2 tiap 20 menit sampai 3 x, selanjutnya tergantung respon

terapi awal

ama dengan agonis β-2)

am kemudian dengan pemberian agonis β-2 tiap 60 menit.

Bila setelah masa observasi terus membaik, pasien dapat dipulangkan dengan

pengobatan (3-5 hari) : inhalasi agonis β-2 diteruskan, steroid oral diteruskan,

penyuluhan dan pengobatan lanjutan, antibioti

Pulmonologi

32

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 33: Infeksi+Pulmonologi

Respon bronkodilator tidak segera, dan bila ada respon hanya bertahan < 3

jam

Tidak ada perbaikan dalam waktu 2-6 jam setelah mendapat pengobatan

kortikosteroid

Gejala asma semakin memburuk

Bronkhitis kronis merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik

berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-

turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.

Diagnosis bronkhitis kronis ditegakkan berdasarkan :

A. Gambaran klinis

1. Anamnesis

Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala

pernapasan

Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja

Batuk berulang dengan atau tanpa dahak putih/mukoid

Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

(mulut setengah terkatup atau mencucu)

(diameter antero-posterior dan transversal

sebanding)

Penggunaan otot bantu napas

Hipertrofi otot bantu napas

Pelebaran sela iga

Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena

Referensi

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006. Pulmonologi, FK UI.

BRONKHITIS KRONIS

DEFINISI

KRITERIA DIAGNOSIS

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Pursed-lips breathing

Barrel chest

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Pulmonologi

33

Page 34: Infeksi+Pulmonologi

jugularis di leher dan edema tungkai

Penampilan (penderita gemuk serta sianosis sentral

dan perifer)

b. Palpasi

Fremitus melemah dan sela iga melebar

c. Perkusi

Batas jantung mengecil, letak diafragma rendah dan hepar

terdorong ke bawah

d. Auskultasi

Suara napas vesikuler normal atau melemah

Terdapat ronkhi dan atau mengi pada waktu bernapas biasa

atau pada ekspirasi paksa

Ekspirasi memanjang

B. Pemeriksaan penunjang (radiologi)

Pada bronkhitis kronis :

Corakan bronkhovaskuler bertambah

Gambaran yaitu bayangan garis-garis yang paralel

keluar dari hilus menuju apeks paru

a. Istirahat

b. Oksigen 2-3 L/menit

c. Medikamentosa

1. Bronkodilator

a. Golongan anti-kolinergik

b. Golongan agonis beta-2

c. Kombinasi anti-kolinergik dan agonis beta-2

d. Golongan xantin

2. Kortikosteroid

Digunakan dalam bentuk oral bila terjadi eksaserbasi akut untuk

menekan inflamasi yang terjadi. Dipilih golongan metilprednisolon

atau prednison.

3. Antibiotika

Hanya diberikan bila terjadi eksaserbasi akut yang biasanya

-

-

-

-

-

-

blue bloater

tubular shadow

TERAPI

Pulmonologi

34

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Page 35: Infeksi+Pulmonologi

disebabkan oleh infeksi.

4. Antioksidan

Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup.

5. Mukolitik

Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan

mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkhitis

kronik dengan sputum yang .viscous

Golongan Obat Obat & Kemasan Dosis

Anti-kolinergik Ipratropium bromida*bronkodilatasi onset 30 -60’+ mukolitik, 20 μg / semprot (atrovent ®

inh)

2 – 4 semprot

3 – 4 kali/hari

Agonis beta-2 Fenoterol

100 μg / semprot (berotec® inh)

2 – 4 semprot

3 – 4 kali/hari

Salbutamol

100 μg / semprot (ventolin® inh, venterol® inh)

2 – 4 semprot

3 – 4 kali/hari

Terbutalin

0.5 mg / semprot (bricasma® serbuk inh)

2 – 4 semprot

4 kali/hari

Kombinasi anti-kolinergikdan agonis beta-2

Ipratropium bromide 20 μg + Salbutamol 100 μg / semprot (combivent ®

inh)2 – 4 semprot3 – 4 kali/hari

Xantin Teofilin slow release 300 mg 1 tablet 2 kali/hari

Teofilin / aminofilin 150 mg 1 tablet 3-4 kali/hari

Kortik osteroid oral Prednison 5 mg 20 – 40 mg/hari

Selama 2 mingguMetilprednisolon 4 mg

Antibiotika Ampisilin 500 mg 500 mg/6j, lama 5-7 hari

500 mg/6j, lama 5-7 hari

500 mg/8j, lama 5-7 hari

750 mg/8j, lama 5-7 hari500 mg/12j,lama 5-7 hari

100 mg/12j,lama 5-7 hari

500 mg/24j, lama 3 hari250 mg/24j, lama 5 hari

Eritromisin 500 mgAmoksisilin 500 mg

Co Amoxiclav 750 mg

Cefodroxil 500 mg

Cefixim 100 mg

Azitromisin 500 mg dan 250 mg

Anti-oksidan + mukolitik N-asetil sistein (fluimucil® granula 200 mg, kapsul 200 mg, tablet eff 600

mg)

200 mg/8jam

Mukolitik Karbosiste in (broncholit® sirup 250mg/5ml; muciclar sirup 250mg/5ml,

100mg/5ml, tablet 375mg)

Ambroxol sirup 15mg/5 ml, 30mg/5ml, tablet 30 mg

Bromheksin (bisolvon cairan inj 2mg/ml, eliksir 4mg/5ml, sirup 10mg/5ml,kapsul 8mg)

500-750mg/8jam

30 mg/8jam

8mg/8jam

Tabel 17. Daftar obat dan dosis untuk bronkitis kronis

REFERENSI

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2006. Penyakit Paru Obstruksi Kronis. FK-UI.

Current Medical Diagnosis & Treatment. 2002. Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

McGraw-Hill.

Oxford Handbook of Clinical Medicine. 2007. Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

Oxford University Press.

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Pulmonologi

35