Infeksi Soil-transmitted Helminth

10
84 Infeksi soil-transmitted helminth : ascariasis, trichiuriasis dan cacing tambang Suriptiastuti a Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRAK Infeksi soil-transmitted helminth merupakan masalah global di bidang kesehatan masyarakat terutama di daerah pedesaan. Tiga jenis infeksi soil-transmitted helminth Ascaris, Trichiuris dan cacing tambang sering menunjukkan kelainan klinik pada manusia. Kelompok risiko tinggi infeksi soil-transmitted helminth adalah anak- anak dan wanita usia produktif. Pengendalian cacing ditujukan pada anak-anak usia sekolah yang tidak saja bermanfaat bagi mereka tetapi juga bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung untuk seluruh populasi. Obat antelmintik benzimidazole, mebendazole dan albendazole seringkali digunakan untuk mengobati infeksi ini. Pengunaan obat-obat ini tidak saja terbatas untuk mengobati gejala-gejala akibat infeksi soil-transmitted helminth, tetapi juga untuk pencegahan kesakitan secara luas pada anak-anak yang hidup di daerah endemik. Untuk mengendalikan infeksi helmin di masyarakat, Badan Kesehatan Sedunia (World Health Organization) memberikan panduan yang intinya meliputi tiga tindakan pokok dalam sebuah upaya terpadu, yaitu: kemoterapi, perbaikan sanitasi dan pendidikan kesehatan. Kuatir penggunaan obat antelmintik tidak menjamin kelangsungan pemberantasan cacing secara berkelanjutan dan terjadinya resistensi terhadap obat-obat tersebut diperlukan upaya untuk mengembangkan dan mengendalikan metode pengendalian baru. Kata kunci: Soil-transmitted helminths, kemoterapi, santasi, pendidikan kesehatan Soil-transmitted helminth infections : ascariasis, trichiuriasis and hookworm ABSTRACT Soil-transmitted helminth infection is a global public health problem which is endemic in communities in rural area. The three main soil transmitted helminth infection, Ascaris,Trichiuris, and hookworm are common clinical disorders in man. High-risk groups for soil-transmitted helminth infections are children and women of childbearing age. Worm control targeting school-age children benefits not only these children but also has direct and indirect benefits for the whole population.The benzimidazole anthelmentics, mebendazole and albendazole, are commonly used to remove these infections. The use of these drugs is not limited to treatment of symptomatic soil-transmitted helminth infections, but also for large scale prevention of morbidity in children living in endemic areas. To control helminth infection in the communities, World Health Organization developed guidelines which suggest three major field actions in a coordinated effort: chemotherapy, improved sanitation and health education Concern about the sustainability of periodic deworming with benzimidazole anthtelmenthics and the emergence of resistance have prompted efforts to develop and test new control tools. Keywords: Soil-transmitted helminths, chemotherapy, sanitation, health education Korespondensi : a Suriptiastuti Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta 11440 Tel. 021-5672731 eks. 2305, Fax. 021-5660706 Universa Medicina April-Juni 2006, Vol.25 No.2

description

bjvubj

Transcript of Infeksi Soil-transmitted Helminth

  • 84

    Infeksi soil-transmitted helminth :ascariasis, trichiuriasis dan cacing tambang

    Suriptiastutia

    Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

    ABSTRAK

    Infeksi soil-transmitted helminth merupakan masalah global di bidang kesehatan masyarakat terutama didaerah pedesaan. Tiga jenis infeksi soil-transmitted helminth Ascaris, Trichiuris dan cacing tambang seringmenunjukkan kelainan klinik pada manusia. Kelompok risiko tinggi infeksi soil-transmitted helminth adalah anak-anak dan wanita usia produktif. Pengendalian cacing ditujukan pada anak-anak usia sekolah yang tidak sajabermanfaat bagi mereka tetapi juga bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung untuk seluruh populasi.Obat antelmintik benzimidazole, mebendazole dan albendazole seringkali digunakan untuk mengobati infeksi ini.Pengunaan obat-obat ini tidak saja terbatas untuk mengobati gejala-gejala akibat infeksi soil-transmitted helminth,tetapi juga untuk pencegahan kesakitan secara luas pada anak-anak yang hidup di daerah endemik. Untukmengendalikan infeksi helmin di masyarakat, Badan Kesehatan Sedunia (World Health Organization) memberikanpanduan yang intinya meliputi tiga tindakan pokok dalam sebuah upaya terpadu, yaitu: kemoterapi, perbaikansanitasi dan pendidikan kesehatan. Kuatir penggunaan obat antelmintik tidak menjamin kelangsungan pemberantasancacing secara berkelanjutan dan terjadinya resistensi terhadap obat-obat tersebut diperlukan upaya untukmengembangkan dan mengendalikan metode pengendalian baru.

    Kata kunci: Soil-transmitted helminths, kemoterapi, santasi, pendidikan kesehatan

    Soil-transmitted helminth infections :ascariasis, trichiuriasis and hookworm

    ABSTRACT

    Soil-transmitted helminth infection is a global public health problem which is endemic in communities inrural area. The three main soil transmitted helminth infection, Ascaris,Trichiuris, and hookworm are commonclinical disorders in man. High-risk groups for soil-transmitted helminth infections are children and women ofchildbearing age. Worm control targeting school-age children benefits not only these children but also has directand indirect benefits for the whole population.The benzimidazole anthelmentics, mebendazole and albendazole,are commonly used to remove these infections. The use of these drugs is not limited to treatment of symptomaticsoil-transmitted helminth infections, but also for large scale prevention of morbidity in children living in endemicareas. To control helminth infection in the communities, World Health Organization developed guidelines whichsuggest three major field actions in a coordinated effort: chemotherapy, improved sanitation and health educationConcern about the sustainability of periodic deworming with benzimidazole anthtelmenthics and the emergence ofresistance have prompted efforts to develop and test new control tools.

    Keywords: Soil-transmitted helminths, chemotherapy, sanitation, health education

    Korespondensi : aSuriptiastutiBagian ParasitologiFakultas Kedokteran, Universitas TrisaktiJl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta 11440Tel. 021-5672731 eks. 2305, Fax. 021-5660706

    Universa Medicina April-Juni 2006, Vol.25 No.2

  • 85

    Universa Medicina Vol.25 No.2

    PENDAHULUAN

    Infeksi helminths yang disebabkan olehsoil-transmitted helminths (STH) banyakditemukan pada masyarakat yang bertempattinggal di negara berkembang, terutama dipedesaan. Cacing yang tergolong dalamkelompok STH adalah cacing yang dalammenyelesaikan siklus hidupnya memerlukantanah yang sesuai untuk berkembang menjadibentuk infektif. Empat jenis STH yang palingser ing d i temukan adalah cacing gelang(roundworm/Ascaris lumbricoides), cacingcambuk (Trichuris trichiura), dan cacingtambang (Necator americanus danAncylostoma duodenale). Laporan terakhirmemperkirakan infeksi A. lumbricoidesbesarnya 1,221 miliar, T. trichiura 795 juta dancacing tambang 740 juta.(1)

    Diperkirakan lebih dari dua miliyar orangmengalami infeksi di seluruh dunia di antaranyasekitar 300 juta menderita infeksi helminthyang berat dan sekitar 150.000 kematian terjadisetiap tahun akibat infeksi STH. Di sampingitu infeksi helmin juga berdampak terhadapgizi, pertumbuhan fisik, mental, kognitif dankemunduran intelektual pada anak-anak.(2,3)

    Infeksi dengan Trichiuris trichiura dan Ascarislumbricoides secara tipikal diderita pada anak-anak berusia 5-10 tahun, semakin bertambahusia akan menurun dan menetap pada usiadewasa. Profil yang berbeda terjadi padainfeksi cacing tambang dengan intensitasmaksimum sampai usia 20-25 tahun.(4) Anak-

    anak usia sekolah mempunyai risiko palingtinggi untuk terjadinya manifestasi klinis dariinfeksi ini.

    Diwaktu-waktu yang lalu dampak infeksicacing sebagai masalah kesehatan masyarakatsecara konsisten t idak pernah mendapatperhatian serius dan seringkali diabaikan(underest imated ) . Sekarang masalah inimendapat perhatian cukup besar dan adakesepakatan umum bahwa penyakit karenainfeksi helmin merupakan masalah kesehatanmasyarakat yang penting, terutama untuk anak-anak Sudah diketahui tersedianya pengobatanyang sederhana, aman, murah dan efektifmenyebabkan terjadinya inisiatif secara global.Pada lima tahun terakhir, Badan KesehatanSedunia (World Health Organization/WHO),Bank Dunia (World Bank) dan lembaga-lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa (UnitedNations) dan masyarakat lainnya secarabersama-sama melaksanakan pengendalianterhadap infeksi helmin melalui programpengobatan anthelmintik pada murid-muridsekolah. Pada tahun 2001, World HealthAssembly memutuskan sebuah resolusi yangmendesak negara anggotanya untukmengendalikan kesakitan dan infeksi STHmelalui pemberian obat antelmintik secara luaspada anak-anak us ia sekolah d i negaraberkembang.(5) Namun penggunan obat-obatansecara luas dapat menyebabkan terjadinyaresistensi atau paling sedikit terjadi penurunanefekt i f i tas dar i obat te rsebut untukmemberantas infeksi STH.(6,7)

    Tabel 1. Karaktersitik dari cacing dewasa soil-transmitted helminths

  • 86

    Parasit STHCacing tambang dewasa dari genera

    Necator dan Ancylostoma tinggal di usus halus

    manusia bagian atas, sedangkan cacing gelangdi seluruh usus halus dan cacing cambukdewasa tinggal di usus besar khususnya sekum(Tabel 1).(8)

    Parasit ini dapat tinggal beberapa tahundalam saluran gastrointest inal manusia .Besarnya STH sangat bervariasi dan cacingbetina lebih besar dibandingkan cacing jantan.Setelah kawin, setiap cacing betina dewasadapat menghasilkan ribuan telur per hari(Gambar 1 dan 2).(8,9)

    Gambar 1. Telur dari soil-transmittedhelminth

    Gambar 2. Cacing jantan dan betina dewasasoil-transmitted disease

    Suriptiastuti Infeksi soil-transmitted helminth

  • 87

    Universa Medicina Vol.25 No.2

    Ascaris lumbricoides pal ing banyakdijumpai dengan prevalensi global sekitar25%.(9) Cacing ini biasanya tidak menyebabkangejala-gejala (asimtomatik) dan infeksi denganA. lumbricoides ini banyak mengenai daerah-daerah tropis dan negara berkembang di manamasih sering terjadi kontaminasi tanah olehtinja yang mengandung telur cacing.

    EPIDEMIOLOGI

    Infeksi STH tersebar diberbagai negarat ropik dan subtropik . Ik l im merupakandeterminan utama dari penyebaran infeksi ini,kelembaban dan suhu yang panas sangatpenting bagi perkembangan larva dalam tanah.Faktor iklim ini meliputi temperatur, curahhujan, cahaya matahari dan angin. Juga faktortanah, seperti macam (jenis) tanah, sifatpartikel tanah dan cara pengolahan tanah.Temperatur, sangat penting untuk cacing inimelanjutkan siklus hidupnya. Setiap jeniscacing mempunyai temperatur optimum yangberbeda. Untuk perkembangan telurA.lumbricoides , misalnya, memerlukantemperatur yang berkisar antara 200-250 C,T.trichiura kira-kira 300C dan untukN.americanus memerlukan temperatur optimumantara 280-320 C. Kelembaban juga merupakanfaktor penting untuk mempertahankan hidupcacing. Bila kelembaban rendah maka telurA.lumbricoides dan T.trichiura tidak akanberkembang dengan baik dan larva cacingtambang akan cepat mati. Kelembaban tanahtergantung pada besarnya curah hujan.

    Determinan yang juga penting adalahkemiskinan, kurang tersedianya a i r dansanitasi.(10) Pada keadaan ini, spesies STHumumnya menjadi endemik. Cahaya matahariberperan dalam memberikan panas, terutamaterhadap te lur dan larva yang ada padapermukaan tanah. Demikian pula angin,berperan dalam mempercepat proses

    pengeringan dan penyebaran telur-telur cacingyang infektif melalui debu. Beberapa faktor lainyang ikut berperan sebagai penunjangperkembangan dan penyebaran cacing helminadalah macam dan sifat partikel tanah. Untukperkembangan telurnya, A.lumbricoides danT.trichiura memerlukan tanah yang liat, lembabdan terlindung dari cahaya matahari. Hal iniberbeda dengan cacing tambang karena larvacacing in i memerlukan oksigen untukpertumbuhannya, maka macam tanah yangpaling sesuai dan menguntungkan adalah tanahberpasir, gembur, berhumus dan terlindung daricahaya matahari langsung. Cara pengelolaantanah juga merupakan salah satu faktor yangdapat membantu perkembangan dan penyebarancacing kelompok STH. Bila pengolahan tanahdilakukan dengan baik dan benar, makaperkembangan cacing ini akan terganggusehingga penyebaran menjadi rendah.

    Intensitas dari infeksi ini merupakanindeks epidemiologi yang menggambarkanpenyebaran dari infeksi STH. Intensitas infeksiSTH diukur berdasarkan jumlah telur per gramdari tinja menggunakan teknik Kato-Katz thick-smear . (11) Untuk A. lumbricoides dan T.trichiura intensitas infeksi terbesar didapatkanpada anak berusia 5-15 tahun, dan akanmenurun pada usia dewasa.

    Infeks i STH lebih menyebabkanketidakmampuan (disability) dibandingkankematian, beban yang ditanggung masyarakatdiukur menggunakan disability-ajusted lifeyears (DALY).(12) Infeksi cacing tambangmenyebabkan hilangnya DALY lebih besardibandingkan infeks i he lmin la innya.Pengukuran DALY karena cacing tambangmasih tetap menurunkan estimasi dari bebansesungguhnya akibat anemia defisiensi zat besidan kurang energi protein. Anemia defisiensizat besi diperkirakan menimbulkan kehilangan12 juta DALY setiap tahunnya dan merupakanmasalah gangguan nutrisi terbesar di dunia.

  • 88

    Data epidemiologi dari anemia defisiensizat besi di Afrika Timur dan negara-negaralainnya menggambarkan pentingnya kontribusiinfeksi cacing tambang. Studi potong silang diNepal menunjukkan bahwa 30-50% anemiadefisiensi zat besi yang sedang dan beratdisebabkan oleh infeksi cacing tambang.(13,14)

    Studi in tervensi menunjukkan, bahwapemberian antelmintik selama antenatal mampumeningkatkan kadar hemoglobin, berat lahirdan kelangsungan hidup anak. (15) Has i lpenelitian ini membuktikan bahwa untukmemperbaiki status gizi ibu hamil penyuluhantentang infeksi helmin ini sangat penting.

    Faktor risikoBaik host maupun lingkungan merupakan

    faktor risiko terjadinya infeksi helmin.

    GenetikSampai saa t in i be lum berhas i l

    d i indent i f ikas i adanya gen yang dapatmengendalikan infeksi helmin. Namun demikianhasi l pemindain terakhir tentang genommemberikan gambaran kemungkinan adanyakromosom 1 dan 13 untuk mengendalikan A.lumbricoides.(16)

    Perilaku, rumah tangga dan pekerjaanPerilaku, dan pekerjaan berpengaruh

    terhadap prevalensi dan intensitas dari infeksihelmin terutama cacing tambang. Intensitascacing tambang tertinggi didapatkan padaorang dewasa.(17) Pekerjaan pertanian tetapmerupakan denominator dari infeksi cacingtambang. Masalah pengelolaan tinja yangkurang baik dan pemakaian tinja sebagai pupukuntuk sayuran yang dimakan mentah dapatmerupakan sumber infeksi penyakit parasit danpencemaran lingkungan. Perilaku manusia yangseringkali kurang memperhatikan pentingnyapenggunaan a i r bers ih untuk kehidupanberperan terhadap terjadinya infeksi helmin.

    Kemiskinan, sanitasi dan urbanisasiPenyebaran STH tergantung dar i

    l ingkungan yang tercemar t in ja yangmengandung telur. Pencemaran tanah, terutamaoleh telur cacing Ascaris lumbricoides banyakterjadi di daerah pedesaan, daerah pinggirankota dan daerah perkotaan yang padatpenduduknya. Urbanisas i menyebabkansemakin banyaknya penduduk dari pedesaanpindah dan ber tempat t inggal di daerahperkotaan. Angka kepadatan penduduk di suatuwilayah, dapat menggambarkan keadaansanitasi lingkungan di wilayah itu. Apabilaangka in i t inggi berar t i penduduk a taumasyarakat yang berdiam di wilayah ini sangatpadat. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnyakeseimbangan antara penduduk denganlingkungan. Sebagai akibatnya, keadaan sanitasilingkungan menjadi buruk dan penularanpenyakit dapat terjadi dengan cepat. Kesehatanlingkungan berkaitan erat dengan masalahkurangnya fasilitas air bersih sehingga mudahterjadi infeksi oleh cacing helmin. Air sungaiyang tercemar telur cacing sering digunakanuntuk berbagai keperluan dan aktivitas sepertimisalnya menyiram perkebunan sayur, mandi,cuci, dan buang air besar.

    Iklim, cuaca dan musimKelembaban dan cuaca yang panas sangat

    menunjang kehidupan STH. Penggunaangeographical information system (GIS) danpencitraan jarak jauh (remote sensing) mampumengident i f ikas i d is t r ibus i dar i STHberdasarkan suhu dan curah hujan.(18)

    Gejala-gejala klinikGejala-gejala klinik dari infeksi STH

    dapat dibagi dalam manifestasi akut yangberkaitan dengan migrasi larva melalui kulitdan visera, dan manifestasi akut serta kroniksebagai akibat dari cacing dewasa masuk kesaluran gastrointestinal.

    Suriptiastuti Infeksi soil-transmitted helminth

  • 89

    Universa Medicina Vol.25 No.2

    Migrasi larvaMigrasi larva STH menimbulkan reaksi

    pada jaringan yang dilaluinya. Misalkan, larvaAscaris yang meninggal saat migrasi melaluihepar dapat menimbulkan eosinophi lcgranuloma.(19) Di paru-paru migrasi antigenlarva Ascaris menimbulkan infiltrat eosinofilyang terlihat saat dilakukan pemeriksaanradiograf dari toraks. Beberapa gejala padakulit seperti pruritus, eritema ditemukan saatterjadi migrasi dari larva cacing tambang A.duodenale dan N. americanus.(20) Masuknyalarva A. duodenale secara ora l dapatmengakibatkan terjadinya sindroma Wakanadengan gejala-gejala nausea, muntah-muntah,iritasi faring, batuk, sesak nafas dan suaraserak.(20)

    Parasit di intestinalUmumnya manifestasi klinik akibat infeksi

    STH di saluran gastrointestinal terjadi bilaintensitasnya sedang dan tinggi.

    AscariasisTerdapatnya cacing Ascaris dewasa dalam

    jumlah yang besar d i usus halus dapatmenyebabkan abdominal distension dan rasasakit. Keadaan ini juga dapat menyebabkanlactose intolerance, malabsorpsi dari vitaminA dan nutrisi lainnya.(21) Hepatobiliary danpancreatic ascariasis terjadi sebagai akibatmasuknya cacing dewasa dari dudenum keorificium ampullary dari saluran empedu,timbul kolik empedu, kolesistitis, kolangitis,pankreatitis dan abses hepar.(22)

    TrichiuriasisInfeksi cacing cambuk dewasa dalam

    jumlah besar dapat menyebabkan terjadinyakolitis yang gejala-gejala kliniknya menyerupaiinflammatory bowel syndrome seperti rasanyeri di abdomen yang kronik, diare, dananemia.(23)

    Infeksi cacing tambang (hookworm)Kelainan patologi akibat infeksi cacing

    tambang dewasa adalah kehilangan darah dariintestinal yang disebabkan invasi parasit kemukosa dan submukosa usus halus. Kehilangandarah yang kronik ini menyebabkan terjadinyaanemia defisiensi zat besi. Kehilangan proteinsecara kronik akibat infeksi cacing tambangdapat menyebabkan hipoproteinemia dananasarka.(20)

    Diagnosis dan pengobatanInfeksi STH seringkali tidak menimbulkan

    keluhan dan gejala yang spesifik, dengandemikian para dokter harus melakukanpemeriksaan feses. Cara Kato-Katz fecal-thicksmear dan McMaster d igunakan untukmengukur intensitas dari infeksi denganmemperkirakan jumlah telur per gram tinja.(11)

    Ultrasonografi dan endoskopi bermanfaat untukdiagnosis dari komplikasi ascariasis termasukobstruksi usus dan saluran hepatobiliar sertapankreas.(24)

    Tujuan utama dari pengobatan infeksiSTH adalah mengeluarkan semua cacingdewasa dari saluran gastrointestinal. Obat yangbanyak digunakan untuk mengeluarkan infeksiSTH adalah mebendazole dan albendazole.Benzimidazole beker ja menghambatpolimerisasi dari microtubule parasit yangmenyebabkan kematian dari cacing dewasadalam beberapa hari. Walaupun albendazoledan mebendazole merupakan obat broad-spectrum terdapat perbedaan penggunaanyadalam klinik Kedua obat sangat efektif terhadapascariasis dengan pemberian dosis tunggal.Namun, untuk cacing tambang, mebendazoledosis tunggal memberikan rate pengobatan yangrendah dan albendazole lebih efektif . (25)

    Sebaliknya albendazole dosis tunggal tidakefektif untuk kasus trichiuriasis. (26) Obatantelmentik bensimidasole adalah embriotoksikdan teratogenik pada tikus yang hamil, sehingga

  • 90

    jangan digunakan untuk bayi dan selamakehamilan. Pyrantel pamoate dan levamisolemerupakan pengobatan alternatif untuk infeksiAscaris dan cacing tambang, walaupun pyrantelpamoate t idak efekt i f untuk mengobat itrichiuriasis.

    PENGENDALIAN

    Secara garis besar terdapat tiga intervensiuntuk mengendalikan infeksi STH, yaitu i)pemberian obat antelmintik, ii)sanitasi dan iii)pendidikan kesehatan.

    Pemberian obat antelmintikPemberian obat antelmintik bertujuan

    mengurangi kesakitan dengan menurunkangangguan akibat infeksi STH. Pemberiankemoterapi berulang kali secara teratur denganinterval tertentu (periodic deworming) padakelompok risiko tinggi mampu menurunkanangka kesakitan dan memperbaiki kesehatanserta pertumbuhan anak. (Gambar 3)(26)

    Pemberian obat pada masyarakat dapatd i l akukan seca ra : i ) un ive rsa l ( semuapenduduk tidak tergantung usia, jenis kelamin,dan status infeksi diberikan pengobatan, ii)populasi sasaran (pengobatan diberikan padakelompok usia dan jenis kelamin tertentu tanpamemperhatikan status infeksi), dan iii) selektif(pengobatan diberikan pada individu yangdipilih berdasarkan diagnosisnya).

    Obat yang di rekomendasikan untukmengendalikan infeksi STH di masyarakatadalah benzimidazole, albendazole (dosistunggal 400 mg, dan untuk anak usia 1224bulan d ikurang i menjad i 200 mg) a taumebendazole (dosis tunggal 500 mg) dapatjuga diberikan levamisole atau pyrantelpamoate.(5) Anak usia sekolah merupakankelompok risiko tinggi untuk menderita infeksiSTH dengan in tens i t a s yang t ingg i .Pengobatan secara teratur dapat mencegahterjadinya kesakitan yang kemudian mampumemperbaiki keadaan gizi dan kognitif anak-anak.

    Gambar 3. Efek pengobatan benzimidazole secara teratur terhadap prevalensi Ascaris dan Trichiuris

    Suriptiastuti Infeksi soil-transmitted helminth

  • 91

    Universa Medicina Vol.25 No.2

    Bukan hanya anak usia sekolah yangmempero leh manfaa t da r i pember ianpengobatan antelmintik, anak usia pra-sekolah(15 t ahun) juga sanga t r en tan un tukmengalami anemia defisiensi zat besi yangmengakibatkan gangguan pertumbuhan danperilaku anak. Infeksi cacing tambang terbuktimerupakan kontributor utama terhadap anemiadef i s iens i za t bes i pada anak-anak prasekolah.(17)

    Ibu hami l d i dae rah endemik yangdiberikan pengobatan satu atau dua kaliselama kehamilan terbukti dapat memperbaikistatus anemia ibu dan berat lahir bayi sertamenurunkan angka kematian bayi pada 6 bulanpertama. (27) Pada daerah di mana infeksicacing tambang sudah endemik, dianjurkanpemberian pengobatan antelmintik selamakehamilan kecuali pada trimester pertama.

    SanitasiPerba ikan san i tas i be r tu juan un tuk

    mengendalikan penyebaran STH dengan caramenurunkan kontaminasi a i r dan tanah.Sanitasi merupakan intervensi utama untukmenghilangkan infeksi STH, tetapi supayaintervensi ini efektif harus mencakup populasiyang luas. Namun strategi ini memerlukanbiaya yang tidak sedikit dan sulit dilaksanakanbila biaya yang tersedia sangat terbatas.(28)

    Lagipula bila digunakan sebagai intervensiprimer untuk mengendalikan infeksi STHdiperlukan waktu bertahun-tahun bahkanpuluhan tahun supaya dapat efektif.

    Pendidikan kesehatanPendidikan kesehatan ber tu juan

    menurunkan penyebaran dan ter jadinyareinfeksi dengan cara memperbaiki perilakukesehatan. Untuk infeksi STH, tujuannyaadalah mengurangi kontaminasi dengan tanahdan air melalui promosi penggunaan jambandan perilaku kebersihan. Tanpa perubahan

    kebiasaan buang air besar, pengobatan secarateratur ternyata tidak mampu menurunkanpenyebaran infeksi STH. Pendidikan kesehatandapat menurunkan biaya pengendalian infeksiSTH dan terjadinya reinfeksi.(29)

    Pengendalian baruPengobatan antelmintik secara teratur

    belum menjamin hilangnya infeksi STH.Akhir-akhir ini ditemukan resistensi terhadapobat-obat tersebut. Untuk itu diperlukan carapengendalian yang baru. Vaksinasi tetapmerupakan metode yang t epa t un tukmengendalikan infeksi STH, karena dapatmemotong penyebaran infeksi STH. Vaksincacing tambang yang mengandung antigenlarva Ancylosoma secreted protein (ASP)2efektif pada model hewan (anjing dan tupai)dan studi epidemiologi menunjukan adanyaefek pencegahan.(30) Vaksin cacing tambang NaASP-2 saa t in i mas ih da lam tahappengembangan untuk dapat digunakan padamanusia.

    KESIMPULAN

    Infeksi STH masih merupakan masalahkesehatan masyarakat di se luruh dunia .Pengobatan secara luas sangat penting untukmenurunkan angka kesakitan namun tanpaperbaikan penyediaan air bersih dan perbaikansanitasi strategi ini tidak dapat menurunkanintensitas infeksi parasit secara berkelanjutan.Sampai t e r sed ianya t ekno log i ba ru ,pengobatan antelmintik pada anak sekolahtetap merupakan upaya yang praktis untukmengendalikan infeksi STH.

    Daftar Pustaka

    1. de Silva NR, Brooker S, Hotez P, Montresor A,Engles D, Savioli L. Soil-transmitted helminthinfections: updating the global picture. TrendsParasitol 2003; 19: 54751.

  • 92

    2. Crompton DW. How much helminthiasis is therein the world? J Parasitol 1999; 85: 397-403.

    3. Montresor A, Crompton DW, Gyorkos TW, SavioliL. Helminth control in school-age children: a guidefor managers of control programmes. Geneva:World Health Organization; 2002.

    4. Aswathi S, Bundy DAP, Savioli L. Helminthinfections. Br Med J 2003; 327: 431-33.

    5. World Health Organization. Prevention and controlof schistosomiasis and soil-transmittedhelminthiasis. WHO Technical Report SeriesReport 912. Geneva: WHO; 2002.

    6. Albonico M, Engels D, Savioli L. Monitoring drugefficacy and early detection of drug resistance inhuman-soil-transmitted nematodes: a pressingpublic agenda for helminth control. Int J Parasitol2004; 34: 1205-10.

    7. Albonico M, Bickle Q, Ramsan M, Montresor A,Savioli L, Taylor M. Efficay of mebendazole andlevamisole alone or in in combinationagainstintestinal nematodes infections after repeatedtargeted mebendazole treatment in Zanzibar. BullWorld Health Org 2003; 81: 343-52.

    8. Despommier D, Gwade RW, Hotez PJ, Knirsch CA.Parasitic disease. 5th ed. New York: Apple TreeProduction; 2005.

    9. Crompton DW. Ascaris and ascariasis. AdvParasitol 2001; 48: 285-375.

    10. Brooker S, Michael E. The potential ofgeographical information system and remotesensing in the epidemiology and control of humanhelminth infections. Adv Parasitol 2000; 47: 245-88.

    11. Santos PL, Cerqueira EJ, Soares NM. Comparisonsof the thick smear and Kato-Katz technique fordiagnosis of intestinal helminth infections. Rev SocBras Med Trop 2005; 38: 196-8.

    12. World Health Organization.Burden of disease inDALYs by cause, sex and mortality stratum inWHO regions. Geneva: World HealthOrganization; 2002.

    13. Stoltzfus RJ, Dreyfus ML, Chwaya HM, AlbonicoM. Hookworm control as a strategy to preventiron deficiency anemia. Nutr Rev 1997; 55: 223-32.

    14. Navitsky RC, Dreyfus ML, Shresta J, Khatry SK,Stoltzfus RJ, Albonico M. Ancylostoma duodenaleis responsible for hookworm infections amongpregnant women in the rural plains of Nepal. JParasitol 1998; 84: 647-51.

    15. Christian P, Khatry SK, West KP Jr. Antentalanthelmentic treatment, birthweight and infantsurvival in rural Nepal. Lancet 2004; 364: 981-3.

    16. Quinnell RJ. Genetics of susceptibility to humanhelminth infection. Int J Parasitol 2003; 33: 1219-31.

    17. Brooker S, Bethony J, Hotez PJ. Human hookworminfection in the 21st century. Adv Parasitol 2004;197-288.

    18. Brooker S, Michael E. The potential ofgeographical information system and remotesensing in the epidemiology and control of humanhelminth infections. Adv Parasitol 2000; 47: 245-87.

    19. Kaolan KJ, Goodman ZD, Ishak KG. Eosinophilicgranuloma of the liver: a characteristic lesion withrelationship to visceral larva migrans. Am J SurgPathol 2001; 25: 1316-21.

    20. Hotez PJ, Brooker S, Bethony JM, Botazzi ME,Loukas A, Xiao S. Hookworm infection. N Engl JMed 2004; 19: 547-51.

    21. Taren DL, Nesheim MC, Crompton DW.Contribution of ascariasis to poor nutritional statusin chldren from Chiriqui Province, RepublicPanama. Parasitology 1997; 95: 603-11.

    22. Khuroo MS, Zargar SA, Mahajan R. Hepatobiliaryand pancreatic ascariasis in India. Lancet 1990;335: 1503-06.

    23. Bundy DAP, Cooper ES. Trichiuris andtrichiuriasis in humans. Adv Parasitol 1989; 28:107-23.

    24. Koumanidou C, Manoli E, Anagnostara A,Polyviou P, Vakaki M. Sonographic features ofintestinal and biliary ascariasis in childhood : casereport and review of the literature. Ann TropPaediatr 2004; 24: 329-35.

    25. Bennet A, Guyatt H. Reducing intestinal nematodeinfection: efficacy of albendazole and mebendazole.Parasitol Today 2000; 16: 71-4.

    26. Adams VJ, Lombard CJ, Dahnsay MA, MarkusMB, Fincham JE. Efficacy of albendazole againstthe whipworm Trichiuris trichiura : a randomized,controlled trial. South Afr Med J 2004; 94: 972-6.

    27. World Health Organization. Report of the WHOinformal consultation on the use of praziquantelduring pregnancy/lactation and albendazole/mebendazole in children under 24 months. Geneva:WHO;2002.

    28. Asaolu SO, Ofoezie LE. The role of healtheducation and sanitation in the control of helminthinfections. Acta Tropica 2003; 86: 283-94.

    Suriptiastuti Infeksi soil-transmitted helminth

  • 93

    Universa Medicina Vol.25 No.2

    29. Lansdown R, Ledward A, Hall A, Isaac W, YonaE, Matulu J, et al. Schistosomiasis, helminthinfection, and health education in Tanzania :achieving behavior cgange in primary schools.Health Educ Res 2002; 17: 425-33.

    30. Goud GN, Zhan B, Ghosh K. Cloning, yeastexpression isolation, and vaccine testing ofrecombinant Ancylosomasecreted protein (ASP)and ASP-2 from Ancylostoma ceylanicum. J InfectDis 2004; 189: 919-29.